PENETAPAN KADAR AIR PADA SEDIAAN JAMU SERBUK
SECARA DESTILASI AZEOTROP
TUGAS AKHIR
OLEH:
NANDA PUTRI MAULIDAR NIM 122410023
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENETAPAN KADAR AIR PADA SEDIAAN JAMU SERBUK
SECARA DESTILASI AZEOTROP
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas FarmasiUniversitas Sumatera Utara
OLEH:
NANDA PUTRI MAULIDAR NIM 122410023
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang
telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
perkuliahan yang diakhiri dengan penulisan tugas akhir dengan judul Penetapan
Kadar Air pada Sediaan Jamu Serbuk secara Destilasi Azeotrop.
Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan
Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tugas akhir ini disusun
berdasarkan apa yang penulis lakukan pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan.
Selama menyusun tugas akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny,M.Si., Apt., selaku WakilDekan I Fakultas
Farmasi USU.
2. Bapak Prof. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program
Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi
USU.
3. Ibu T. Ismanelly Hanum,S.Si., M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing
yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan
tugas akhir.
4. Bapak Drs. M. Alibata Harahap, Apt., M.Kes., selaku Kepala Balai
5. Ibu Lambok Oktavia SR, S.Si., M.Kes., Apt., selaku Manajer Mutu di
Balai Besar POM di Medan, yang memberikan izin tempat
pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan.
6. Ibu Lucy Rahmadesi, S.Farm., Apt., selaku Koordinator Pembimbing
Praktek Kerja Lapangan (PKL) beserta seluruh staf laboratorium Balai
Besar POM di Medan.
7. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staf di Fakultas Farmasi USU.
8. Teman-teman mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Diploma III
Analis Farmasi dan Makanan angkatan 2012, yang telah banyak
memberikan bantuan dan dukungan dalam penulisan Tugas Akhir ini.
Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada Ayahanda dan Ibunda,
abang dan kedua adik penulis serta seluruh keluarga yang telah memberikan doa
restu, motivasi dan dorongan baik moril maupun materil sehingga tugas akhir ini
dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan.Sangat
diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun kesempurnaan tulisan
ini.Akhirnya penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua
dan semoga Allah SWT memberikan rahmat dan berkah-Nya atas bantuan yang
telah diberikan kepada penulis.Amin.
Medan, Mei 2015 Penulis,
PENETAPAN KADAR AIR PADA SEDIAAN JAMU SERBUK SECARA DESTILASI AZEOTROP
ABSTRAK
Kualitas dan daya simpan jamu serbuk sangat dipengaruhi oleh jumlah kadar airnya. Penentuan kadar air dari jamu serbuk sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat. Bila jumlahkadar air melebihi persyaratan maksimum maka akan menyebabkan kerusakan pada jamu serbuk oleh fermentasi jamur dan adanya mikroba yang tumbuh mengakibatkan daya tahan jamu serbuk dalam penyimpanan menurun. Serbuk merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan untuk pemakaian oral/ dalam atau untuk pemakaian luar.Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan jamu serbuk memenuhi persyaratan kadar air yang telah ditetapkan pada Materia Medika Jilid VI tahun 1995.
Penetapan kadar air pada sediaan jamu serbuk dilakukandengan metode destilasi azeotrop,prinsipnya menguapkan air dengan pembawa cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air dan tidak dapat bercampur dengan air serta mempunyai berat jenis lebih rendah daripada air.
Diperoleh hasil kadar air sediaan jamu serbuk dari sampel jamu penenang pada pengujian ini sebesar 13,7%, jamu gatal-gatal sebesar 7,01% dan jamu jampi usus sebesar 9,25%. Sediaan jamu serbuk yaitu jamu penenang tidak memenuhi persyaratan kadar air sedangkan jamu gatal-gatal dan jampi usus memenuhi persyaratan kadar air yang ditetapkan pada Materia Medika Jilid VI tahun 1995 yaitu tidak lebih dari 10%.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBARPENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
2.3.1 Cara Pembuatan/ Meracik Serbuk ... 6
2.3.2 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Bentuk Serbuk ... 7
2.3.3 Syarat-syarat Serbuk ... 8
2.4Pulvis ... 9
2.5 Pulveres... 9
2.7 Jamu ... 11
2.7.1 Penenang ... 12
2.7.2 Gatal ... 14
2.7.3 Jampi Usus (Sakit Perut) ... 15
BAB III METODOLOGI ... 17
3.1 Tempat dan Waktu Pengujian ... 17
3.2 Alat ... 17
3.3Bahan ... 17
3.4 Sampel ... 17
3.5 Prosedur ... 17
3.5.1 Penjenuhan Toluen ... 17
3.5.2 Penetapan Kadar Air Sampel ... 18
3.6 Interpretasi Hasil ... 19
3.7 Persyaratan ... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20
4.1 Hasil ... 20
4.2 Pembahasan ... 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 22
5.1 Kesimpulan ... 22
5.2 Saran ... 22
DAFTAR PUSTAKA ... 23
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.Keterangan Sampel ... 25
Lampiran 2.Data dan Perhitungan... 28
Lampiran 3.Gambar Alat ... 30
PENETAPAN KADAR AIR PADA SEDIAAN JAMU SERBUK SECARA DESTILASI AZEOTROP
ABSTRAK
Kualitas dan daya simpan jamu serbuk sangat dipengaruhi oleh jumlah kadar airnya. Penentuan kadar air dari jamu serbuk sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat. Bila jumlahkadar air melebihi persyaratan maksimum maka akan menyebabkan kerusakan pada jamu serbuk oleh fermentasi jamur dan adanya mikroba yang tumbuh mengakibatkan daya tahan jamu serbuk dalam penyimpanan menurun. Serbuk merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan untuk pemakaian oral/ dalam atau untuk pemakaian luar.Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan jamu serbuk memenuhi persyaratan kadar air yang telah ditetapkan pada Materia Medika Jilid VI tahun 1995.
Penetapan kadar air pada sediaan jamu serbuk dilakukandengan metode destilasi azeotrop,prinsipnya menguapkan air dengan pembawa cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air dan tidak dapat bercampur dengan air serta mempunyai berat jenis lebih rendah daripada air.
Diperoleh hasil kadar air sediaan jamu serbuk dari sampel jamu penenang pada pengujian ini sebesar 13,7%, jamu gatal-gatal sebesar 7,01% dan jamu jampi usus sebesar 9,25%. Sediaan jamu serbuk yaitu jamu penenang tidak memenuhi persyaratan kadar air sedangkan jamu gatal-gatal dan jampi usus memenuhi persyaratan kadar air yang ditetapkan pada Materia Medika Jilid VI tahun 1995 yaitu tidak lebih dari 10%.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat tradisional adalah bahan atauramuan bahan yang berupa
bahantumbuhan,bahanmineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran bahan
tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman.Pada umumnya obat tradisional diracik dari ramuan
bahan tumbuh-tumbuhan, yang sering disebut dengan tanaman obat (Dirjen POM,
2000).
Kadar air obat tradisional adalah banyaknya air yang terdapat di dalam
obat tradisional.Air tersebut berasal dari kandungan simplisia, penyerapan pada
saat produksi atau penyerapan uap air dari udara pada saat berada dalam
peredaran.Kadar air harus tetap memenuhi persyaratan, selama di industri maupun
saat pendistribusian. Upaya menekan kadar air serendah mungkin perlu mendapat
pertimbangan terutama bila kandungan obat tradisional tergolong minyak atsiri
atau bahan lain yang mudah menguap (Yuliarti, 2009).
Kerusakan bahan pangan pada umumnya terdiri dari kerusakan kimiawi,
enzimatik, mikrobiologik atau kombinasi antara ketiga macam kerusakan
tersebut.Semua jenis kerusakan ini memerlukan air selama prosesnya, oleh sebab
itu banyaknya air dalam bahan pangan ikut menentukan kecepatan terjadinya
kerusakan.Pengurangan air dari bahan pangandapat dilakukan sampai keadaan
akan lebih peka terhadap perubahan-perubahan kimiawi dan fisik.Kadar air yang
tinggi dapat mengakibatkan kerusakan kimiawi, enzimatikdan mikrobiologik pada
suatu produk pangan sehingga tidak layak dikonsumsi. Oleh karena itu kandungan
air dalam bahan pangan penting untuk diperhatikan dan diawasi (Purnomo, 1995).
Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk menguji kadar
air pada sediaan jamu serbuk. Adapun pengujian dilakukan selama penulis
melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan (BBPOM) di Medan.Analisis penetapan kadar air padasediaan jamu
serbuk dilakukan secara destilasi azeotrop karena dapat menghasilkan produk
yang benar-benar murni serta dapat memisahkan zat dengan perbedaan titik didih
yang tinggi.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui apakah sediaan jamu serbuk memenuhi persyaratan
kadar air yang telah ditetapkan pada Materia Medika Jilid VI tahun 1995.
1.3 Manfaat
Untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai apakah
sediaan jamu serbuk memenuhi persyaratan Materia Medika Jilid VI tahun 1995
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penetapan Kadar Air
Pengukuran kandungan air yang berada dalam bahan ataupun sediaan
dilakukan dengan cara yang tepat diantaranya cara titrasi, destilasi atau gravimetri
yang bertujuan memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya
kandungan air dalam bahan, dimana nilai maksimal atau rentang yang
diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan kontaminasi (Dirjen POM, 2000).
Penentuan kadar air dari bahan-bahan yang kadar airnya tinggi dan
mengandung senyawa-senyawa yang mudah menguap (volatile) seperti sayuran
dan susu, menggunakan cara destilasi dengan pelarut tertentu, misalnya toluen,
xylol, dan heptana yang berat jenisnya lebih rendah daripada air. Contoh (sampel)
dimasukkan dalam tabung bola (flask), kemudian dipanaskan.Air dan pelarut
menguap, diembunkan dan jatuh pada tabung aufhauser yang berskala.Air yang
mempunyai berat jenis lebih besar ada dibagian bawah, sehingga jumlah air yang
diuapkan dapat dilihat pada skala tabung aufhauser tersebut (Winarno, 1992).
Kadar air sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari suatu bahan
pangan. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat
penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat
penanganan yang tepat. Kadar air dalam suatu bahan pangan sangat berpengaruh
pada mutu produk pangan tersebut. Semakin banyak kadar air yang terkandung,
kadar air, maka sangat memungkinkan adanya mikroba yang tumbuh. Oleh karena
itu kita harus mengetahui kandungan air dalam suatu bahan agar dapat
memprediksikan umur simpannya (Christian, 1980).
2.2 Destilasi Azeotrop
Destilasi adalah proses pemisahan termal yang digunakan secara luas
dibidang teknik untuk memisahkan campuran (larutan) dalam jumlah yang besar.
Pemisahan terjadi oleh penguapan salah satu komponen dari campuran, artinya
dengan cara mengubah bagian-bagian yang sama dari keadaan cair menjadi
berbentuk uap. Persyaratannya adalah kemudahan menguap (volatilitas) dari
komponen yang akan dipisahkan berbeda dari komponen satu dengan yang
lainnya (Handoyo, 1995).
Penguapan dan destilasi umumnya merupakan proses pemisahan satu
tahap. Proses ini dapat dilakukan secara tidak kontinue atau kontinue, pada
tekanan normal atau vakum. Pada destilasi sederhana, yang paling sering
dilakukan adalah operasi tidak kontinue. Dalam hal ini campuran yang akan
dipisahkan dimasukkan dalam penguap (umumnya alat penguap labu) dan
dididihkan (Handoyo, 1995).
Prinsip penentuan kadar air dengan destilasi adalah menguapkan air
dengan pembawa cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi daripada
air dan tidak dapat bercampur dengan air serta mempunyai berat jenis lebih
rendah daripada air. Zat kimia yang dapat digunakan antara lain adalah toluena,
xylena, benzena, tetrakhlorethilen dan xylol. Cara destilasi ini baik untuk
ditentukan dengan cara termogravimetri. Penentuan kadar air dengan cara ini
hanya memerlukan waktu ±1 jam (Sudarmadji, 1989).
Pemisahan dari campuran asal dapat dibantu dengan menambahkan pelarut
yang membentuk azeotrop dengan salah satu komponen kunci. Proses ini disebut
destilasi azeotropik (azeotropic distillation). Azeotrop itu membentuk destilat dan
hasil bawah dari kolom, yang lalu dipisahkan menjadi pelarut dan komponen
kunci.Biasanya bahan yang ditambahkan membentuk azeotrop bertitik didih
rendah dan keluar sebagai hasil atas, dan bahan pembuat azeotrop itu dinamakan
“pembawa ikut” (“entrainer”) (McCabe dkk, 1993).
Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki
titik didih yang konstan.Azeotrop dapat menjadi gangguan yang menyebabkan
hasil destilasi menjadi tidak maksimal.Komposisi dari azeotrop tetap konstan
dalam pemberian atau penambahan
berubah, kedua titik didih dan komposisi dari azeotrop berubah. Sebagai
akibatnya, azeotrop bukanla
konstan dalam interval suhu dan tekanan, tetapi lebih ke campuran yang
dihasilkan dari saling mempengaruhi dalam kekuatan intramolekuler dalam
larutan.Azeotrop dapat didestilasi dengan menggunakan tambahan pelarut
tertentu, misalnya penambaha
dan pelarut akan ditangkap oleh
dasar penangkap dan pelarut akan kembali ke campuran dan memisahkan air lagi
2.3 Serbuk
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan
untuk pemakaian oral/ dalam atau untuk pemakaian luar.Bentuk serbuk
mempunyai luas permukaan yang lebih luas sehingga lebih mudah larut dan lebih
mudah terdispersi daripada bentuk sediaan padatan lainnya (seperti kapsul, tablet,
pil). Anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih
mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk (Syamsuni, 2006).
Biasanya serbuk oral dapat dicampur dengan air minum.Serbuk oral dapat
diberikan dalam bentuk terbagi (pulveres/ divided powder/ chartulae) atau tak
terbagi (pulvis/ bulk powder).Serbuk oral tak terbagi terbatas pada obat yang
relatif tidak poten seperti laksansia, antasida, makanan diet dan beberapa jenis
analgetik tertentu, dan pasien dapat menakar secara aman dengan sendok teh atau
penakar lainnya.Serbuk tak terbagi lainnya adalah serbuk gigi dan serbuk tabur
yang keduanya digunakan untuk pemakaian luar.Umumnya serbuk terbagi
dibungkus dengan kertas perkamen dan untuk lebih melindungi dari pengaruh
lingkungan, serbuk ini dapat dilapisi dengan kertas selofan atau sampul polietilena
(Syamsuni, 2006).
2.3.1 Cara Pembuatan/ Meracik Serbuk
Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit
demi sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian
diayak, biasanya menggunakan pengayak No. 60, dan dicampur lagi.
2. Jika obat bobotnya kurang dari 50 mg atau jumlah tersebut tidak dapat
ditimbang harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan yang
cocok.
3. Jika obat berupa serbuk kasar, terutama simplisia nabati, serbuk digerus
lebih dahulu sampai derajat halus sesuai yang tertera pada pengayak dan
derajat halus serbuk, setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 500.
4. Jika obat berupa cairan misalnya tingtur dan ekstrak cair, pelarutnya
diuapkan hingga hampir kering, dan diserbukkan dengan zat tambahan
yang cocok.
5. Obat bermassa lembek, misalnya ekstrak kental, dilarutkan dalam pelarut
yang sesuai secukupnya dan diserbukkan dengan zat tambahan yang
cocok.
6. Jika serbuk obat mengandung bagian yang mudah menguap, dikeringkan
dengan pertolongan kapur tohor atau bahan pengering lain yang cocok
(Depkes RI, 1979).
2.3.2 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Bentuk Serbuk
Keuntungan bentuk serbuk, antara lain:
a. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang
dipadatkan.
b. Anak-anak atau orang tua yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih
mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk.
c. Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair, tidak
d. Obat yang tidak stabil dalam suspensi atau larutan air dapat dibuat dalam
bentuk serbuk.
e. Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul dapat
dibuat dalam bentuk serbuk.
f. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan
penderita.
Kerugiaan bentuk serbuk, antara lain:
a. Tidak tertutupnya rasa dan bau yang tidak enak (pahit, sepet, lengket di
lidah, amis, dan lain-lain).
b. Pada penyimpanan kadang terjadi lembap atau basah (Syamsuni, 2006).
2.3.3 Syarat-syarat Serbuk
Secara umum syarat serbuk adalah kering, halus, homogen, dan memenuhi
uji keseragaman bobot (seragam dalam bobot) atau keseragaman kandungan
(seragam dalam zat yang terkandung) yang berlaku untuk serbuk terbagi/ pulveres
yang mengandung obat keras, narkotik dan psikotropik.
Uji keseragaman bobot untuk serbuk terbagi (pulveres):
1. Timbang isi dari 20 bungkus satu persatu.
2. Campur isi ke-20 bungkus tadi dan timbang sekaligus.
3. Hitung rata-ratanya.
Syarat: penyimpangan yang diperbolehkan antara penimbangan satu persatu
terhadap bobot isi rata-rata, tidak lebih dari 15% untuk 2 bungkus dan tidak lebih
2.4 Pulvis
Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan
menjadi beberapa jenis, antara lain yaitu pulvis adspersorius (serbuk tabur/ bedak)
adalah serbuk ringan untuk penggunaan topikal, dapat dikemas dalam wadah yang
bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit.
Umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh
agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka. Syarat-syarat pulvis
adspersoriusyaitu:
a. Harus halus tidak boleh ada butiran-butiran kasar (harus melewati ayakan
100 mesh).
b. Talk, kaolin dan bahan mineral lainnya harus bebas dari bakteri
Clostridium tetani, C. welchii dan Bacillus anthracis serta disterilkan
dengan cara kering.
c. Tidak boleh digunakan untuk luka terbuka (Syamsuni, 2006).
2.5 Pulveres
Pulveres (serbuk bagi) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas lain yang
cocok (Syamsuni, 2006).
Pulveres (serbuk terbagi-bagi untuk obat dalam) merupakan serbuk yang
dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan kertas
perkamen atau bahan yang cocok untuk sekali minum. Untuk serbuk bagi yang
perkamen atau kertas yang mengandung lilin kemudian dilapisi dengan aluminium
foil (Jas, 2007).
2.6 Pengayak dan Derajat Kehalusan Serbuk
Pengayak dibuat dari kawat logam atau bahan lain yang cocok dengan
penampang melintang yang sama diseluruh bagian. Jenis pengayak dinyatakan
dengan nomor (5, 8, 10, 22, 25, 30, 36, 44, 60, 85, 100, 120, 150, 170, 200, 300)
yang menunjukkan jumlah lubang tiap 2,54 cm dihitung searah dengan panjang
kawat (Syamsuni, 2006).
Pengayak dan derajat halus serbuk dalam farmakope dinyatakan dalam
uraian yang dikaitkan dengan nomor pengayak yang ditetapkan untuk pengayak
baku, seperti yang tertera pada Tabel 2.1 pada halaman berikut.
Tabel 2.1 Klasifikasi serbuk berdasarkan derajat halus
Klasifikasi serbuk
Simplisia nabati dan hewani Bahan kimia Nomor
1) Semua partikel serbuk melalui pengayak dengan nomor nominal tertentu.
2) Batas persentase yang melewati pengayak dengan ukuran yang telah
Sebagai pertimbangan praktis, pengayak terutama dimaksudkan untuk
pengukuran derajat halus serbuk untuk sebagian besar keperluan farmasi,
walaupun penggunaannya tidak meluas untuk pengukuran rentang ukuran partikel
yang bertujuan meningkatkan penyerapan obat dalam saluran cerna. Untuk
pengukuran partikel dengan ukuran nominal kurang dari 100 µm, alat lain selain
pengayak mungkin lebih berguna (Syamsuni, 2006).
Derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu nomor atau dua nomor.Jika
derajat halus serbuk dinyatakan satu nomor, berarti semua serbuk dapat melalui
pengayak dengan nomor tersebut.Jika dinyatakan dengan dua nomor,
dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor
terendah dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomor tertinggi.
Sebagai contoh serbuk 22/60, dimaksud bahwa serbuk dapat melalui pengayak
nomor 22 seluruhnya, dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak nomor 60
(Anief, 2000).
Yang dimaksud dengan serbuk sangat kasar adalah serbuk (5/8), serbuk
kasar adalah serbuk (10/40), serbuk agak kasar adalah serbuk (22/60), serbuk agak
halus adalah serbuk (44/85), serbuk halus adalah serbuk (85), serbuk sangat halus
adalah serbuk (120), dan serbuk sangat halus adalah serbuk (200/300) (Anief,
2000).
2.7 Jamu
Jamu adalah obat herbal tradisional Indonesia yang telah dikonsumsi
berabad-abad oleh masyarakat Indonesia untuk memelihara kesehatan dan
empiris dan berdasarkan pengalaman masyarakat yang diturunkan secara turun
menurun.Mutu jamu ditentukan oleh sederetan persyaratan pokok, yaitu:
1. Komposisi yang benar.
2. Tidak mengalami perubahan fisika kimia.
3. Tidak tercemar bahan asing(Mursito, 2001).
Obat tradisional atau jamu berasal dari alam dan khasiatnya belum terbukti
secara ilmiah.Selama ini penggunaannya hanya didasarkan pada data empirik
semata, yaitu data pengalaman dari seseorang yang telah mengalami
penyembuhan setelah minum jamu. Sekalipun banyak orang meyakini akan
khasiat jamu, tetapi kalangan dokter maupun tenaga kesehatan modern lainnya
tidak bisa menganggapnya sebagai “obat” (dalam tanda petik, maksudnya yaitu
yang secara ilmiah betul-betul mampu menyembuhkan sesuatu penyakit serta
dapat dipertanggungjawabkan khasiatnya). Oleh karenanya, jamu ini oleh para
tenaga kesehatan modern dikategorikan sebagai kelompok sarana pengobatan
alternatif (Gunawan, 1999).
Menurut Depkes RI obat tradisional/ jamu adalah obat jadi atau obat
terbungkus yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral, dan atau
sediaan galeniknya atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang belum ada data
klinisnya dan penggunaannya untuk kesehatan berdasarkan pengalaman
(Gunawan, 1999).
2.7.1 Penenang
Obat penenang berkhasiat untuk menenangkan penderita pada keadaan
digunakan untuk penderita penyakit jiwa.Obat ini sangat berguna untuk
memulihkan keseimbangan rohani (Widjajanti, 1988).
Obat penenang dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:
1. Neuroleptika (berasal dari bahasa Yunani: neuron = saraf; lepsis =
menekan), jadi obat yang berfungsi menekan susunan saraf. Obat ini
disamping mempunyai kegiatan sedatif umum dan efek terhadap gangguan
jiwa, juga dapat menimbulkan gejala-gejala saraf tertentu, misalnya
kecemasan, kegelisahan dan halusinasi (impian khayal).
2. Tranquillizers (berasal dari bahasa Inggris: tranquil = tenang), obat-obat
yang fungsinya menenangkan misalnya pada ketegangan batin dan
kegelisahan. Yang termasuk dalam golongan tranquillizersadalah
turunan-turunan dari propandiol (misalnya meprobamat), khlordiazepoksid dan
sebagainya. Pada mulanya obat-obat ini dianggap tidak berbahaya,
sehingga di Amerika Serikat dijual secara bebas tanpa resep dokter. Tetapi
ternyata agak toksis walaupun jarang menimbulkan ketagihan dan
kebiasaan. Pada penggunaaan yang lama dapat mengakibatkan pikiran
menjadi lemah dan daya ingat berkurang (Widjajanti, 1988).
Hipnotik-sedatif dibagi dalam 3 bagian besar:
1. Golongan Benzodiazepin
Preparat yang termasuk golongan ini antara lain diazepam,
khlordiazepoksid, estazolam, flunitrazepam, flurazepam, lorazepam, medazepam,
nitrazepam, klorazepam, oksazolam, prazepam dll.
Preparat yang termasuk golongan ini antara lainfenobarbital, sekobarbital,
pentobarbital, tiopental, probarbital dll.
3. Golongan lain-lain
Preparat yang termasuk golongan ini antara lain meprobamat,
khlormezanon, kloralhidrat dan lain-lain (Jamal, 1988).
2.7.2 Gatal
Gatal-gatal atau urticaria adalah suatu gangguan kulit yang umum sekali
dan biasanya akan sembuh dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.
Keluhan ini tidak bisa diatasi dengan hanya menggaruk-garuk dan merupakan
suatu gangguan yang sangat menjengkelkan bagi si penderita.
Mengenali dan mengobati penyakit gatal-gatal tidak begitu mudah karena
dari 70-80% kasus, penyebabnya tidak dapat dideteksi dengan jelas. Bila sudah
diketahui, baru dapat dilakukan pengobatan, antara lain dengan cara
disensibilisasi, alergi. Tetapi biasanya pengobatan hanya diarahkan terhadap
penanggulangan gejala gatal tanpa menghilangkan penyebabnya.Umumnya
digunakan obat-obat anti gatal.Keluhan gatal-gatal pada lansia dapat
ditanggulangi dengan mengolesi kulit setiap hari dengan suatu krem hidratasi
guna menghindari pengeringan kulit lebih lanjut.Perlu pula diketahui bahwa obat
terhadap gatal-gatal seringkali bekerja karena sugesti.Karena itu obat yang disebut
plasebo sering kali berhasil dengan sukses (Tan dan Kirana, 2010).
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gatal-gatal, yakni:
2. Penyakit-penyakit tertentu, misalnya eksim dan peradangan kulit lainnya,
diabetes, kanker dan penyakit hati. Wanita hamil seringkali mengalami
gatal-gatal diseluruh tubuh. Juga infeksi dengan jamur seringkali diiringi
dengan gatal, misalnya panu dan kutu air.
3. Faktor-faktor fisik: tergoresnya kulit, tekanan setempat (ikat pinggang,
pakaian yang terlampau ketat), hawa dingin atau terlampau panas.
4. Faktor-faktor psikis, misalnya kekhawatiran atau teringat akan gatal-gatal
justru menimbulkan gejala ini.
5. Para lansia, sering kali menderita gatal di seluruh tubuh, mungkin karena
pada proses penuaan kulit tidak bisa lagi menahan lembap sehingga
mengering (Tan dan Kirana, 2010).
Dikenal banyak sekali penyebab yang dapat menimbulkan gatal-gatal pada
sebagian atau seluruh tubuh.Penyebab utama adalah alergi, yaitu kepekaan
berlebih (hipersensitif) terhadap suatu zat (Tan dan Kirana, 2010).
2.7.3 Jampi Usus (Sakit Perut)
Usus halus adalah tempat utama penyerapan makanan. Proses ini telah
diatur oleh gerakan usus yang normal (peristaltik). Oleh satu dan lain sebab
gerakan usus ini bisa menjadi cepat, misalnya oleh rangsangan kepada usus yang
berlebihan karena keradangan, bahan-bahan yang merusak. Gejalanya terlihat
dalam bentuk sakit perut seperti diare (Anwar, 2000).
Sekitar 85%-90% sakit perut bersifat fungsional alias disebabkan faktor
psikis semata.Sakit perut bisa karena adanya kelainan organik atau didasari oleh
kelainan di saluran pencernaan, seperti peradangan saluran pencernaan, intoleransi
laktosa (gangguan penyerapan laktosa karena kekurangan enzim laktosa),
cacingan, penyempitan saluran pencernaan, dan radang usus buntu serta yang
disebabkan dari luar saluran pencernaan (seperti infeksi saluran kemih dan radang
paru-paru bagian bawah) (Febry dan Zulfito, 2010).
Pengobatan sakit perut ini disesuaikan dengan penyebabnya. Dokter akan
melakukan pemeriksaan fisik dan melakukan pemeriksaan laboratorium (periksa
darah, urin, dan tinja) untuk menegakkan diagnosis. Bila perlu dilakukan
pemeriksaan ultrasonografi rongga perut atau foto rontgen saluran pencernaan
BAB III METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Pengujian
Pengujian penetapan kadar air pada sediaan jamu serbuk dilakukan di
Laboratorium Obat Tradisional, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan
(BBPOM) di Medan yang berada di Jalan Williem Iskandar, Pasar V Barat I No. 2
Medan pada tanggal 25 Februari 2015.
3.2 Alat
Alat yang digunakan adalah beaker glass, corong pisah, erlenmeyer, gelas
ukur, labu alas bulat, lemari pengering, peralatan destilasi azeotrop, spatula,
timbangan digital.
3.3 Bahan
Bahan yang digunakan adalah toluen dan akuades.
3.4 Sampel
Sampel yang digunakan adalah sediaan jamu serbuk, yaitu jamu penenang,
jamu gatal-gatal dan jamu jampi usus yang berasal dari pabrik PT. Njonja
Meneer-Semarang.
3.5 Prosedur
3.5.1 Penjenuhan Toluen
Dicampur toluen dan air dengan perbandingan yang sama (1:1) lalu
3.5.2 Penetapan Kadar Air Sampel
Prosedur yang digunakan adalah sesuai dengan yang diterapkan di Balai
Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan dengan acuan metode
berdasarkan Materia Medika Jilid VI tahun 1995.
1. Kedalam labu yang kering masukkan bahan sejumlah ±10 gr.
2. Masukkan lebih kurang 200 ml toluen ke dalam labu, pasang rangkaian
alat.
3. Tuang toluen ke dalam tabung penerima melalui alat pendingin sampai
leher alat penampung.
4. Panaskan labu hati-hati selama 15 menit.
5. Lanjutkan proses destilasi ±2 jam hingga semua air tersuling.
6. Biarkan tabung penerima mendingin hingga suhu kamar.
7. Jika ada tetes air yang melekat pada pendingin dan tabung penerima,
gosok dengan karet yang diikat pada sebuah kawat tembaga dan basahi
dengan toluen jenuh air hingga tetesan air turun.
8. Setelah air dan toluen memisah sempurna, baca volume air.
9. Hitung kadar air dalam %.
3.6 Interpretasi Hasil
Kadar air dalam sampel dapat dihitung dengan rumus:
Kadar air = �
�x 100%
Keterangan:
V = Volume air yang dibaca pada tabung penerima
3.7 Persyaratan
Persyaratan kadar air maksimal pada sediaan jamu serbuk yang digunakan
pada pengujian ini berdasarkan Materia Medika Jilid VI tahun 1995 yaitu tidak
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pengujian yang dilakukan yaitu penetapan kadar air pada
sediaan jamu serbuk secara destilasi azeotrop, diperoleh hasil yaitu:
Sampel Volume Destilat (ml)
Data dan perhitungan hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran 2.
4.2 Pembahasan
Syarat kadar air menurut Materia Medika Jilid VI tahun 1995 adalah kadar
air tidak lebih dari 10%. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil
yaitu jamu penenang tidak memenuhi persyaratan, karena kadar air yang diperoleh
lebih dari 10% sedangkan jamu gatal-gatal dan jamu jampi usus memenuhi
persyaratan, karena kadar air yang diperoleh tidak lebih dari 10%.
Tujuan dari penetapan kadar air adalah untuk mengetahui batasan
maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan. Hal ini
terkait dengan kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut.
Dengan demikian, penghilangan kadar air hingga jumlah tertentu berguna untuk
memperpanjang daya tahan bahan selama penyimpanan. Simplisia dinilai cukup
Semakin tinggi kadar air, maka akan semakin cepat terjadi kerusakan.
Oleh karena itu, kadar air yang tidak memenuhi persyaratan akan menjadi media
untuk pertumbuhan mikroba serta akan memperpendek daya simpannya
(Purnomo, 1995).
Kandungan air yang berlebihan pada bahan/ sediaan obat tradisional akan
mempercepat pertumbuhan mikroba dan juga dapat mempermudah terjadinya
hidrolisa terhadap kandungan kimianya sehingga dapat mengakibatkan penurunan
mutu dari obat tradisional. Oleh karena itu batas kandungan air pada suatu
simplisia sebaiknya dicantumkan dalam suatu uraian yang menyangkut
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kadar air yang diperoleh pada sediaan jamu serbuk secara destilasi
azeotrop yaitu jamu penenang adalah 13,7%, jamu gatal-gatal adalah 7,01% dan
jamu jampi usus adalah 9,25%, maka dapat disimpulkan bahwa sediaan jamu
serbuk yaitu jamu penenang tidak memenuhi persyaratan kadar air sedangkan
jamu gatal-gatal dan jamu jampi usus memenuhi persyaratan kadar air yang
ditetapkan pada Materia Medika Jilid VI tahun 1995 yaitu tidak lebih dari 10%.
5.2 Saran
Sebaiknya dapat digunakan metode yang lain untuk menentukan kadar air,
misalnya dengan metode termogravimetri dan metode pengeringan (dengan oven
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. (2000).Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 33.
Anwar, J. (2000). Farmakologi dan Terapi: Obat-obat Saluran Cerna. Jakarta: Penerbit Hipokrates. Hal. 50.
Christian. (1980). Microbial Ecology of Foods. New York: Academic Press. Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia Edisi Ketiga.Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal. 23.
Dirjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Febry, A. B., dan Zulfito, M. (2010). Smart Parents: Pandai Mengatur Menu dan Tanggap Saat Anak Sakit. Jakarta: Gagas Media. Hal. 56.
Gunawan, D. (1999). Ramuan Tradisional untuk Keharmonisan Suami Istri. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 11.
Handoyo, L. (1995). Teknik Kimia 2. Jakarta: Penerbit Pradnya Paramita.
Jamal, A. A. (1988).Dari Hati Sampai ke Mata. Padang: Penerbit Pusat Penelitian Universitas Andalas. Hal. 50.
Jas, A. (2007). Perihal Obat dengan Berbagai Jenis dan Bentuk Sediaannya. Medan: USU Press. Hal. 38.
Lando, J. B. (1974). Fundamentals of Physical Chemistry. New York: Macmillan Publising.
McCabe, W. L., Smith, J. C., dan Harriott, P. (1993).Operasi Teknik Kimia Jilid 2 Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 127.
Mursito, B. (2001). Sehat Diusia Lanjut dengan Ramuan Tradisional. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sudarmadji, S. (1989).Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Syamsuni, H. A. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 39-43 dan 51.
Tan, H. T., dan Kirana R. (2010). Obat-obat Sederhana untuk Gangguan Sehari-hari. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Hal.31-32.
Widjajanti, V. N. (1988). Obat-obatan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal. 43.
Winarno, F. G. (1992). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Lampiran 1.Keterangan Sampel
Penetapan Kadar Air pada Sediaan Jamu Serbuk Secara Destilasi Azeotrop
a. Nama Sampel : Jamu Penenang
Nomor Kode Contoh : 18
Pabrik : PT. Njonja Meneer-Semarang
Waktu Daluarsa : Juni 2016
Nomor Registrasi : POM TR. 092203411
Nomor Bets : 0471L14
Komposisi : Burmanni Cortex, Myristicae Semen, Caricae
Folium, Centellae Herba, Coriandri Fructus, Isorae Fructus.
Khasiat : Untuk pria dan wanita membantu menenangkan.
Cara Pemakaian : Sebungkus jamu diseduh dengan air panas
(matang) setengah gelas (100 cc), diberi sedikit air jeruk nipis dan madu
atau gula. Diminum bersama ampasnya, tiap pagi dan sore.
Wadah/Kemasan : Sachet/7 gram/bk
Pemerian : Bentuk = Serbuk
Rasa = -
Warna = Coklat
b. Nama Sampel : Jamu Gatal-gatal
Nomor Kode Contoh : -
Pabrik : PT. Njonja Meneer-Semarang
Waktu Daluarsa : November 2015
Nomor Registrasi : POM TR. 092206601
Nomor Bets : OD1E14
Komposisi : Caricae Folium, Andrographidis Herba, Piperis
betle Foliium, Zingiberis aeruginosae Rhizoma, Languatis Rhizoma,
Curcumae domesticae Rhizoma, Zingiberis aromaticae Rhizoma.
Khasiat : Membantu mengurangi gatal-gatal, bisul, kudis,
dan eksim.
Cara Pemakaian : 1-2 kali setiap hari sampai sembuh, sekali minum
sebungkus jamu diseduh dengan air panas (matang) setengah gelas (100
cc) beri sedikit air jeruk nipis dan madu atau gula, diminum bersama
ampasnya.
Perhatian : Jangan makan makanan yang mengandung lemak,
gorengan, manis, ikan laut, dan garam.
Wadah/Kemasan : Sachet/7 gram/bk
Pemerian : Bentuk = Serbuk
Rasa = -
Warna = Coklat
c. Nama Sampel : Jamu Jampi Usus
Nomor Kode Contoh : 19
Pabrik : PT. Njonja Meneer-Semarang
Waktu Daluarsa : -
Nomor Registrasi : Depkes RI No. TR. 781217841
Nomor Bets : -
Komposisi : Cinnamomi Fructus, Isorae Fructus, Panduratae
Rhizoma, Foeniculi Fructus, Zingiberis aromaticae Rhizoma, Curcumae
Rhizoma.
Khasiat : Membantu meredakan sakit perut, perut kembung,
dan membantu memperbaiki nafsu makan.
Cara Pemakaian : Sebungkus jamu diseduh dengan air panas
(matang) setengah gelas (100 cc), diberi sedikit air jeruk nipis dan madu
atau gula. Diminum hangat-hangat bersama ampasnya.Minum 2-3 kali
setiap hari.
Wadah/Kemasan : Sachet/7 gram/bk
Pemerian : Bentuk = Serbuk
Rasa = -
Warna = Coklat
Lampiran 2.Data dan Perhitungan
Data penimbangan sampel dan volume destilat yang diperoleh:
a. Jamu Penenang
Bobot wadah + sampel = 14,1262 gr
Bobot wadah + sisa = 0,3879 gr
Volume destilat = 1,6 ml
b. Jamu Gatal-gatal
Bobot wadah + sampel = 10,3039 gr
Bobot wadah + sisa = 0,3232 gr
Volume destilat = 0,7 ml
c. Jamu Jampi Usus
Bobot wadah + sampel = 11,1516 gr
Bobot wadah + sisa = 0,3963 gr
Volume destilat = 1 ml
Rumus:
Kadar air = �
�x 100%
Keterangan:
V = Volume air yang dibaca pada tabung penerima
Perhitungan:
a. Jamu Penenang
�
�x 100% = 1,6
11,6909x 100% = 13,7%
b. Jamu Gatal-gatal
�
�x 100% = 0,7
9,9801x 100% = 7,01%
c. Jamu Jampi Usus
�
�x 100% = 1
Lampiran 3. Gambar Alat
Gambar Seperangkat Alat Destilasi
Lampiran 4. Gambar Sampel
Sampel Jamu Penenang