• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kasus tentang Peran Komunikasi Antarpribadi di dalam Keluarga dalam Menghadapi Pensiun pada Karyawan PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Kasus tentang Peran Komunikasi Antarpribadi di dalam Keluarga dalam Menghadapi Pensiun pada Karyawan PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DI DALAM KELUARGA DALAM MENGHADAPI KECEMASAN PENSIUN

(Studi Kasus pada Karyawan PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikam Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu

Komunikasi

DISUSUN OLEH: DWI KURNIATI

070904030

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang berkat rahmat dan karunia-Nya akhirnya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi yang berjudul “Studi Kasus tentang Peran Komunikasi Antarpribadi di dalam Keluarga dalam Menghadapi Pensiun pada Karyawan PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan” ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan yang harus dilengkapi dalam memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, kiranya tidak tercipta begitu saja, melainkan merupakan hasil pelajaran yang penulis terima selama mengikuti perkuliahan di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan juga dari data yang didapatkan melalui riset dari perpustakan, internet dan buku-buku literatur lainnya.

(4)

Dengan segala kerendahan hati, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi atas segala bantuan dan dukungannya yang sangat bermanfaat bagi penulis.

3. Bapak Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan masukan, arahan dan bimbingan selama proses pengerjaan skripsi ini

4. Seluruh dosen dan staf pengajar yang telah mendidik dan membimbing penulis sejak semester awal hingga semester akhir.

5. Kepada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda yang telah mengizinkan dan membantu penulis untuk melakukan penelitian.

6. Keluarga Besar Alm. Legimin yang selalu memberikan dukungannya kepada penulis.

7. Ketiga saudaraku, Mbak sivi, Yogi dan Ica yang selalu meberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

8. Arif dan Wulan atas semua bantuannya dalam keperluan skripsi ini.

(5)

10. Teman-teman Ilmu Komunikasi stambuk 2007. Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan Rahmat serta Karunia-Nya atas segala bantuan dan dukungan baik secara moril maupun materil yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulius sangat mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari semua pihak demi perbaikan tulisan ini. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Pembatasan Masalah ... 6

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Kerangka Teori ... 8

1.6 Kerangka Konsep ... 11

1.7 Alur Pemikiran ... 17

1.8 Operasional Variabel ... 18

1.9 Definisi Operasional ... 19

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Ruang Lingkup Ilmu Komunikasi... 21

2.1.1 Definisi Komunikasi ... 21

2.1.2 Prinsip Komunikasi ... 25

2.1.3 Unsur-unsur Komunikasi ... 26

2.1.4 Proses Komunikasi ... 33

2.2 Komunikasi Antarpribadi ... 34

2.2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi ... 34

2.2.2 Sifat-sifat Komunikasi Antarpribadi ... 35

2.2.3 Faktor-faktor Pendorong Komunukasi Antarpribadi... 36

2.2.4 Komunikasi Antarpribadi yang Efektif ... 37

2.2.5 Karakteristik Komunikasi Antarprinadi ... 38

2.3 Komunikasi Keluarga ... 39

2.3.1 Pengertian Komunikasi Keluarga ... 39

2.4 Kecemasan ... 41

2.4.1 Pengertian Kecemasan... 41

2.4.2 Faktor Kecemasan ... 42

2.5 Pensiun ... 45

2.6 Teori Kecemasan ... 47

2.7 Self Disclosure ... 49

2.7.1 Pengertian Self Disclosure ... 49

2.7.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengungkapan Diri ... 51

2.7.3 Bahaya Pengungkapan Diri ... 53

(7)

2.7.5 Tingkatan dalam Pengungkapan Diri ... 55

2.7.6 Manfaat Pengungkapan Diri ... 56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 59

3.2 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 59

3.3 Subjek Penelitian ... 63

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 64

3.5 Teknik Analisis Data ... 67

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Wawancara... 68

4.2 Pembahasan ... 84

4.3 Penelitian Sejenis ... 89

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Saran... 94

(8)

ABSTRAK

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bekerja merupakan salah satu aktifitas manusia, walaupun bekerja tidak hanya menghasilkan uang, tetapi bekerja dapat memberikan status individu dan individu dapat berinteraksi sosial dengan lingkungan sekitarnya. Bekerja merupakan bentuk dari aktivitas yang mendapat dukungan sosial yang berupa penghargaan lingkungan masyarakat terhadap aktivitas kerja maupun dukungan individu yang melatar belakangi aktivitas kerja itu sendiri seperti kebutuhan untuk aktif, kebutuhan untuk berproduksi, kebutuhan untuk memperoleh harga diri, serta kebutuhan yang lainnya, sehingga pada hakikatnya bekerja merupakan kebutuhan bagi manusia. Pada kenyataannya pekerjaan yang dilakukan tidak akan berlangsung selamanya, karena ada batasan usia tertentu dalam bekerja yang disebut dengan masa pensiun.

(10)

Hilangnya pekerjaan saat memasuki usia lanjut merupakan suatu kecemasan yang sering terjadi. Kehilangan teman – teman kerja dan hilangnya ‘masa’ memegang suatu jabatan struktural membuat individu takut dan cemas. Berkurangnya ketahanan fisik di usia yang semakin lanjut juga menjadi suatu kecemasan dan pada akhirnya menjadi stressor atau sumber stres yang dirasakan berat bagi individu yang tidak begitu kuat mentalnya dalam menghadapi stres.

Masa pensiun sering menimbulkan perasaaan tidak berguna bagi individu yang akan memasuki masa pensiun baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Mestinya pensiun adalah dambaan semua orang. Karena semakin lama bekerja akan semakin lelah sehingga membutuhkan istirahat. Tetapi pada kenyataannya orang takut bila menghadapi masa pensiun, mereka takut kehilangan masa keberartiannya.

Pandangan negatif tentang pensiun menyebabkan individu cenderung menolak datangnya masa pensiun. Penolakan tersebut ditandai dengan adanya perasaan cemas. Kecemasan pada masa pensiun sering muncul pada setiap individu yang sedang menghadapinya karena dalam menghadapi masa pensiun dalam dirinya terjadi goncangan perasaan yang begitu berat karena individu harus meninggalkan pekerjaannya.

(11)

masa pensiun ini sering menimbulkan masalah psikologis baru bagi yang menjalaninya, karena banyak dari mereka yang tidak siap menghadapi masa ini.

Ketidaksiapan menghadapi masa pensiun pada umumnya timbul karena adanya kekhawatiran tidak dapat memenuhi kebutuhan–kebutuhan tertentu. Perubahan yang diakibatkan oleh masa pensiun ini memerlukan penyesuaian diri. Proses penyesuaian diri yang paling sulit adalah pada masa pensiun.

Pada saat menghadapi masa pensiun ada gejala fisiologis yang sering muncul diantaranya merasa mudah lelah ketika bekerja, jantung berdebar-debar, kepala pusing, kadang-kadang mengalami gangguan tidur. Sedangkan gejala psikologisnya yaitu rendah diri, tidak dapat memusatkan perhatian, timbulnya perasaan kecewa sehingga dapat mempengaruhi interaksi dengan orang lain.

Dukungan sangat dibutuhkan oleh individu yang akan memasuki masa pensiun, baik dari teman kerja, keluarga, pasangan hidup dan teman di lingkungan sekitarnya. Dukungan sosial dapat menimbulkan pengaruh positif seperti dapat mengurangi kecemasan dan memelihara kondisi psikologis yang berada dalam tekanan. Dukungan sosial bagi individu yang akan memasuki masa pensiun merupakan hal yang penting, karena individu tersebut merasa dicintai, diperhatikan dan merasa tidak sendirian dalam menghadapi masa pensiun. Dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada dukungan sosial dari keluarga yang dapat diperoleh dari komunikasi antar pribadi yang dilakukan keluarga.

(12)

berhubungan dengan orang lain. Kita memerlukan hubungan dan ikatan emosional dengan mereka, bahkan kita membutuhkan pengakuan mereka atas keberadaan dan kemampuan kita.

Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi, dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Merujuk pada pengertian Ruben dan Steward mengenai komunikasi manusia yaitu: Human communication is the process through which individuals-in relationships, group,

organizations and societes-respond to and create message to adapt to the

environment and one other. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang

melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.

Secara umum ragam tingkatan komunikasi meliputi komunikasi massa, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi intrapribadi dan komunikasi antarpribadi. Komunikasi yang akan lebih jauh dibahas dalam penelitian ini adalah komunikasi antarpribadi.

(13)

mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain karena dari pengaruh yang ditimbulkannya terjadi sebuah proses psikologis yang akhirnya bermuara pada proses sosial.

Salah satu bentuk komunikasi antarpribadi yang paling sederhana dapat kita amati di dalam keluarga. Bagaimanapun, dalam sebuah keluarga komunikasi merupakan hal yang amat penting untuk menjaga hubungan antar pribadi tiap anggota keluarga. Dengan membangun dan membina komunikasi antarpribadi yang baik diantara anggota keluarga, khususnya orangtua dan anak, maka akan tercipta pula hubungan yang baik. Komunikasi yang perlu dilakukan adalah komunikasi yang bersifat integratif, dimana ayah, ibu dan anak terlibat dalam pembicaraan yang menyenangkan dan menghindari model komunikasi yang bersifat dominatif atau suka menguasai pembicaraan. Selanjutnya diharapkan komunikasi orangtua dengan anaknya banyak bersifat mendorong, penuh penghargaan, penuh dukungan dan perhatian.

(14)

mereka merasa cemas sekalipun mendapatkan uang pensiun karena masih ada anggapan bahwa jumlah uang yang diterima kurang memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Peneliti akan meneliti bagaimana peran komunikasi antarpribadi keluarga dalam menghadapi kecemasan pensiun pada karyawan. Hasil observasi dan wawancara dengan responden yang didapat selama peneliti melakukan penelitian akan dituangkan dalam bab pembahasan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah peran Komunikasi Antarpribadi di dalam keluarga dalam menghadapi kecemasan pensiun pada karyawan di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan?”.

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut yakni sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya melingkupi masalah komunikasi antarpribadi keluarga dalam menghadapi kecemasan pensiun pada karyawan di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan.

(15)

3. Penelitian ini menggunakan studi kasus, yaitu kasus dengan menggunakan wawancara, observasi dan studi kepustakaan.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana peran komunikasi antarpribadi keluarga dalam menghadapi kecemasan pensiun pada karyawan di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan.

b. Untuk mengetahui bagaimana intensitas komunikasi antarpribadi keluarga dalam menghadapi kecemasan pnnsiun pada karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan. c.. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong kecemasan menghadapi

pensiun pada karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:

a. Secara akademis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan memperluas khasanah penelitian di lingkungan FISIP USU.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi khususnya berkaitan dengan kajian studi Ilmu Komunikasi, khususnya mengenai kajian ilmu komunikasi antar pribadi.

(16)

1.5 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana akan disoroti (Nawawi, 2001:39).

Kerlinger menyebutkan bahwa teori adalah sekumpulan konstruk (konsep), defenisi dan dalil yang saling terkait, yang menghadirkan suatu pandangan yang sistematis tentang fenomena dengan menetapkan hubungan diantara beberapa variabel, dengan maksud menjelaskan dan meramalkan fenomena (Rakhmat, 2004:6). Teori berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan memberikan pandangan terhadap suatu permasalahan.

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan antara lain: 1.5.1 Teori Kecemasan

Teori kecemasan oleh Freud pertama kali diungkapkan tahun 1890, Teori Freud tentang kecemasan pertama kali didasari oleh suatu pemikiran berani yang mengungkapkan analogi dari kesamaan respon tubuh selama serangan kecemasan. Teori ini dikemukakan sekitar tahun 1894 sebagai penyambung dari teori koitus interuptus yang sebelumnya telah dikemukakan. kecemasan menurut Freud dibagi menjadi tiga yaitu kecemasan realitas, kecemasan neurosis, dan kecemasan moral. Freud membagi kecemasan menjadi tiga, yaitu:

a. Kecemasan Realitas atau Objektif (Reality or ObjectiveAnxiety)

(17)

kebakaran, angin tornado, gempa bumi, atau binatangbuas. Kecemasan ini menuntun kita untuk berperilakubagaimana menghadapi bahaya. Tidak jarang ketakutanyang bersumber pada realitas ini menjadi ekstrim.

b. Kecemasan Neurosis (Neurotic Anxiety)

Kecemasan atau ketakutan untuk itu berkembang karena adanya harapan untuk memuaskan impuls Id tertentu. Kecemasan neurotik yang muncul adalah ketakutan akan terkena hukuman karena memperlihatkan perilaku impulsif yang didominasi oleh Id. Hal yang perlu diperhatikan adalah ketakutan terjadi bukan karena ketakutan terhadap insting tersebut tapi merupakan ketakutan atas apa yang akan terjadi bila insting tersebutdipuaskan. Konflik yang terjadi adalah di antara Id dan Ego yang kita ketahui mempunyai dasar dalam realitas.

c. Kecemasan Moral (Moral Anxiety)

Kecemasan ini merupakan hasil dari konflik antara Id dan superego. Secara dasar merupakan ketakutan akan suara hati individu sendiri. Ketika individu termotivasi untuk mengekspresikan impuls instingtual yang berlawanan dengan nilai moral yang termaksud dalam superego individu itu maka ia akan merasa malu atau bersalah. Pada kehidupan sehari-hari ia akan menemukan dirinya sebagai “conscience stricken”. Kecemasan moral menjelaskan bagaimana berkembangnya superego. Biasanya individu dengan kata hati yang kuat akan mengalami konfllik yang lebih hebat daripada individu yang mempunyai kondisi toleransi moral yang lebih longgar. Seperti kecemasan neurosis, kecemasan moral juga mempunyai dasar dalam kehidupan nyata.

(18)

individu termotivasiuntuk memuaskan. Tekanan ini harus dikurangi. Kecemasan memberikan peringatan kepada individu bahwa ego sedang dalam ancaman dan oleh karena itu apabila tidak ada tindakan maka ego akan terbuang secara keseluruhan. Ada berbagai cara ego melindungi dan mempertahankan dirinya. Individu akan mencoba lari dari situasi yang mengancam serta berusaha untuk membatasi kebutuhan impuls yang merupakan sumber bahaya.

1.5.2 Self Disclosure

Menurut Devito (1997:231-132), self disclosure merupakan proses pengungkapan reaksi/tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi, serta memberikan informasi guna memahami suatu tanggapan terhadap orang lain dan sebaliknya. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap suatu yang telah dikatakan/dilakukannya, atau perasaan kita terhadap suatu kejadian yang baru saja kita saksikan.

Beberapa manfaat dan dampak pembukaan diri terhadap hubungan antar pribadi menurut Devito adalah sebagai berikut:

1. Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang.

2. Semakin kita bersikap terbuka kepada orang lain, maka orang tersebut akan menyukai kita, sehingga ia akan semakin membuka diri terhadap kita.

(19)

4. Membuka diri kepada orang lain merupakan dasar reaksi yang memungkinkan komunikasi intim yang baik dengan diri kita sendiri ataupun orang lain.

5. Membuka diri berarti bersikap realistis sehingga harus jujur, tulus dan autentik.

Teori Self Disclosure/proses pengungkapan diri yang telah lama menjadi fokus penelitian dalam teori komunikasi merupakan proses pengungkapan informasi pribadi kita kepada orang lain. Joseph Luft mengemukakan teori Self Disclosure berdasarkan pada model interaksi manusia yang disebut Johari Window, dimana terdapat empat bidang didalamnya, yakni : terbuka, buta, tersembunyi dan tidak diketahui.

1.6 Kerangka Konsep

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:33).

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 1995:40).

(20)

1.6.1. Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang. Menurut Devito, komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik secara langsung. Untuk memperjelas pengertian komunikasi antarpribadi, Devito memberikan beberapa ciri sebagai berikut:

a. Keterbukaan

Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala ide/gagasan suatu permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut/malu, keduanya saling mengerti dan memahami pribadi masing-masing.

b. Empati

Kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada orang lain.

c. Dukungan

(21)

d. Rasa positif

Setiap pembicaraan yang disampaikan dapat tanggapan positif, rasa positif menghindarkan pihak-pihak berkomunikasi untuk tidak curiga/berprasangka yang dapat menganggu jalinan interaksi.

e. Kesamaan

Suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan pribadi pun lebih kuat apabila memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan sikap, usia, ideologi dsb.

1.6.2. Komunikasi Keluarga

Dalam pengertian psikologis, (Soleman, 1994 dalam Gunarsa, 2003:10) keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama, dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, dan saling memperhatikan. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam interaksi dengan kelompoknya.

Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinterakasi dengan anggota lainnya sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Agar komunikasi dan hubungan timbal balik dapat terpelihara dengan baik, maka hubungan timbal balik dalam keluarga harus menggambarkan ikatan yang sangat kuat sebagai berikut:

a. Hubungan suami-isteri berdasarkan cinta kasih.

(22)

c. Hubungan orangtua dengan anak remaja berdasarkan rasa sabar. d. Hubungan antara anak didasarkan atas kasih sesama.

Komunikasi dalam keluarga akan memberikan rasa aman dan bahagia bila berlandaskan kasih sayang (Gunarsa, 2002:13).

1.6.3. Kecemasan.

Kecemasan ialah semacam kegelisahan-kekhawatiran dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas, yang difus atau baur, dan mempunyai ciri yang mengazab pada seseorang (Kartono, 2002:129)

Priest (1994) berpendapat bahwa kecemasan atau perasaan cemas adalah suatu keadaan yang dialami ketika berpikir tentang sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi. Atkinson, dkk (1996) menjelaskan bahwa kecemasan merupakan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan gejala seperti kekhawatiran dan perasaan takut. Segala bentuk situasi yang mengancam kesejahteraan organism dapat menimbulkan kecemasan, konflik merupakan salah satu sumber munculnya rasa cemas. Adanya ancaman fisik, ancaman terhadap harga diri, serta perasaan tertekan untuk melakukan sesuatu di luar kemampuan juga menumbuhkan kecemasan (Safaria, 2009:49)

(23)

Simptom-simptom Psikologis Keterangan

Suasana hati Kecemasan, mudah marah, perasaan

sangat tegang.

Pikiran Khawatir, sukar berkonsentrasi,pikiran

kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri tidak berdaya atau sensitif.

Motivasi Menghindari situasi, ketergantungan

tinggi, ingin melarikan diri.

Perilaku Gelisah, gugup, waspada berlebihan

Gerakan Biologis Gerakan otomatis meningkat,

berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering.

1.6.4. Pensiun

Secara umum, arti kata pensiun adalah seseorang yang sudah tidak bekerja lagi karena usianya sudah lanjut dan harus diperhentikan. Pensiun merupakan suatu proses berakhirnya masa kerja rutin dan mulainya masa istirahat karena masa kerja secara aktif telah selesai dan berakhir. Masa pensiun cukup memprihatinkan karena adanya persepsi yang kurang tepat dalam memaknai masalah pensiun.

(24)

Masa pensiun ini dapat menimbulkan masalah karena tidak semua orang siap untuk menghadapinya. Pensiun akan memutuskan seseorang dari aktivitas rutin yang telah dilakukan selama bertahun-tahun, selain itu akan memutuskan rantai sosial yang sudah terbina dengan rekan kerja, dan yang paling vital adalah menghilangnya identitas diri seseorang yang sudah melekat begitu lama.

Pensiun sering kali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi kelak. Dalam era modern seperti sekarang ini, pekerjaan merupakan salah satu faktor terpenting yang bias mendatangkan kepuasan (karena uang, jabatan, dan memperkuat harga diri). Oleh karena itu, sering kali terjadi orang yang pensiun bukannya bisa menikmati masa tua dengan hidup santai, sebaliknya ada yang justru mengalami problem serius (kejiwan ataupun fisik). Individu yang melihat masa pensiun hanya dari segi finansial kurang bisa beradaptasi dengan baik dibandingkan dengan mereka yang dapat melihat masa pensiun sebagai masa di mana manusia beristirahat manikmati hasil jerih payahnya selama ini di masa tuanya.

Golongan pensiun sendiri terbagi menjadi kelompok yang optimis dan kelompok pesimis. Ada yang bahagia karena dapat menyelesaikan tugas dan pengabdiannya dengan “selamat” tanpa cela. Sebaliknya ada juga yang merasa khawatir akan kehidupan di masa yang akan datang.

(25)

1. Komunikasi AntarPribadi Keluarga 2. Kecemasan menghadapi Pensiun 1.6.5 Kecemasan Pensiun

Kecemasan menghadapi pensiun adalah suatu gejala atau reaksi psikologis dan fisiologis yang bersifat subjektif dan tidak menyenangkan yang terjadi pada individu yang sedang menghadapi pensiun. Kecemasan pensiun sering muncul pada setiap individu yang sedang menhadapi masa pensiun dalam dirinya terjadi guncangan perasaan yang begitu berat karena individu harus meninggalkan pekerjaannya.

Jika individu mengalami kecemasan dalam menghadapi pensiun dikarenakan tidak semua orang siap untuk menghadapinya. Dan batasan yang lebih jelas adalah proses pemisahan individu dari pekerjaannya, dimana dalam menjalankan perannya sebagai seseorang yang digaji. Dengan kata lain timbulnya kecemasan pensiun karena akan memutuskan seseorang dari aktifitas rutin yang telah dilakukan selama bertahun-tahun dan yang paling vital adalah menghilangkan identitas seseorang yang sudah lama melekat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menghadapi pensiun antara lain menurunnya pendapatan, hilangnya status sosial, berkurangnya interaksi sosial dengan teman kerja, datangnya masa tua.

1.7 Alur Pemikiran

(26)

Komunikasi Antarpribadi Keluarga

Kecemasan menghadapi Pensiun

GAMBAR 1 Model Teoritis Penelitian

Dalam sebuah organisasi, perusahaan maupun lembaga pemerintahan, komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang selalu digunakan dalam menjalani aktivitas didalamnya. Komunikasi antar pribadi yang terjadi akan mengakibatkan pada kecemasan seseorang dalam menghadapi permasalahan baik itu yang bersifat pribadi, kelompok, keluarga, maupun di masyarakat.

Kecemasan itu bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya berkurang atau menurunnya pendapatan seseorang, hilangnya status sosial, berkurangnya interaksi sosial, dan datangnya masa tua. Faktor-faktor tersebut menjadi suatu permasalahan bagi setiap orang, contohnya bagi para karyawan Bank BRI yang mengalami kecemasan dalam menghadapi masa pensiun. Sehingga, komunikasi antar pribadi yang terjadi dengan teman kerja maupun keluarga akan berbeda, dengan munculnya rasa gugup, bingung dan takut dalam berkomunikasi karena kecemasan menghadapi pensiun.

1.8 Operasional Variabel

(27)

No. Variabel Teoritis Variabel Operasional 1. Komunikasi

Antarpribadi Keluarga

1. Keterbukaan 2. Empati 3. Dukungan 4. Rasa Positif 5. Kesamaan 2. Kecemasan Menghadapi

Pensiun

1 Suasana hati 2 Pikiran 3 Motivasi 4 Perilaku

5 Gerakan biologis

1.9 Definisi Operasional

Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Defenisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46).

Defenisi operasional dari dalam penelitian ini adalah: 1. Komunikasi Antarpribadi Keluarga

a. Keterbukaan : adanya suatu kemauan untuk membuka diri dan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima dalam menghadapi hubungan antar pribadi.

(28)

c. Dukungan : suatu keadaan yang mendorong seseorang untuk berkomunikasi tanpa merasa tertekan dengan kritik yang dating padanya.

d. Rasa positif : suatu perasaan yang dialami secara internal oleh individu bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukannya membawa manfaat bagi dirinya.

e. Kesamaan : adanya suatu kondisi yang menunjukkan terdapatnya posisi kesejajaran antara pihak-pihak yang berkomunikasi tanpa memandang siapa lawan bicaranya.

2. Kecemasan Menghadapi Pensiun

a. Suasana hati : kecemasan, mudah marah, perasaan sangat tegang. b. Pikiran : Khawatir, sukar berkonsentrasi,pikiran kosong,

membesar-besarkan ancaman, memandang diri tidak berdaya atau sensitif.

c. Motivasi : Menghindari situasi, ketergantungan tinggi, ingin melarikan diri.

d. Perilaku : Gelisah, gugup waspada berlebihan.

(29)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Ruang Lingkup Ilmu Komunikasi 2.1.1 Defenisi Komunikasi

Mendefinisikan komunikasi merupakan hal yang menantang. Katherine Miller (2005) menggarisbawahi hal ini dengan menyatakan bahwa “terdapat begitu banyak konseptualisasi mengenai komunikasi, dan konseptualisasi ini telah mengalami banyak perubahan dalam bertahun-tahun terakhir ini”. Sarah Trenholm (1991) menyatakan bahwa walaupun studi mengenai komunikasi telah ada berabad-abad, tidak berarti bahwa komunikasi telah dipahami dengan baik. Sebagaimana halnya dengan sebuah koper, istilah ini sesak dijejali dengan ide-ide dan makna-makna yang aneh. Fakta bahwa beberapa ide ini sebenarnya sudah pas dan sering kali diabaikan, sehingga menyebabkan koper berisi konseptualisasi ini terlalu berat untuk diangkat. (West,2009:4-5)

(30)

mengenai suatu topik. Walaupun demikian, saya akan menawarkan definisi komunikasi dari perspektif komunikasi sebagai proses sosial diantara individu.

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. (Effendy,1999:9)

Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan. Komunitas merujuk pada sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, dan mereka berbagi makna dan sikap. Komunitas bergantung pada pengalaman dan emosi bersama, dan komunikasi berperan dan menjelaskan kebersamaan itu. (Mulyana,2005:42)

Sejalan dengan apa yang disampaikan Sir Gerald Barry, communication berasal dari kata “communicare” yang artinya “to talk together, confer, discourse, and consult with another”. Lebih lanjut Barry mengemukakan, perkataan ini

masih ada hubungannya dengan kata “communitas” yang artinya, “not only community but also fellowship and justice ini men’s dealing with one other”.

Masih menurut Barry, society is based on the possibility of men living and working together for common ends in a word, on cooperation. Through

communication man share knowledge, information and experience, and thus

understand persuade, convert or control their fellows.

(31)

lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku orang lain (komunikate) (dalam Purba,2006:29-30)

Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antarmanusia (human communication) bahwa : “komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antarsesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu”. (dalam Cangara,2006:18-19)

Richard West dan Lynn Turner dalam bukunya Introducing Communication Theory mendefinisikan komunikasi adalah proses sosial di mana

individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. (West,2009:5)

[image:31.595.128.489.497.729.2]

Lima istilah kunci dalam perspektif komunikasi sebagai proses sosial antar individu adalah : sosial, process, symbol, means, environment.(lihat gambar 1.1)

Gambar 1

Proses Komunikasi

Lingkungan

Sosial Makna

(32)

Pertama-tama, sepenuhnya diyakini bahwa komunikasi adalah suatu proses sosial. Ketika menginterpretasikan komunikasi secara sosial (social), maksud yang disampaikan adalah komunikasi selalu melibatkan manusia serta interaksi. Kemudian kita membicarakan komunikasi sebagai proses (process), hal ini berarti komunikasi bersifat berkesinambungan dan tidak memiliki akhir. Komunikasi juga dinamis, kompleks dan senantiasa berubah.

Istilah ketiga yang diasosiasiakan dengan defenisi kita mengenai komunikasi adalah simbol. Simbol (symbol) adalah sebuah label arbitrer atau representasi dari fenomena. Kata adalah simbol untuk konsep dan benda, misalnya kata cinta merepresentasikan sebuah ide mengenai cinta; kata kursi merepresentasikan benda yang kita duduki. Label dapat bersifat ambigu, dapat berupa verbal dan nonverbal. Berbicara lebih jauh tentang simbol, kita akan mengenal simbol konkret (concrete symbol), simbol yang merepresentasikan benda dan simbol abstrak (abstract symbol), simbol yang merepresentasikan suatu pemikiran ide. Simbol konkret seperti komputer akan dipahami akan lebih mudah dipahami daripada “otak anda seperti komputer”. Seseorang mungkin memiliki interpretasi bahwa anda akan mampu mengingat detail dan spesifik (sebuah pujian). Sementara orang lain mungkin akan melihat bahwa arti dari pernyataan ini bahwa anda orang yang kaku dan tidak berperasaan dalam berhubungan dengan orang lain (sebuah hinaan).

(33)

sebaliknya, tidak menyukai hari Sabtu, yang merupakan hari pertama setelah hari suci umat Islam, yaitu hari Jumat. Martin dan Nakayama menegaskan bahwa ungkapan TGIF (Thank God It’s Fryday), tidak akan mengkomunikasikan makna yang sama pada semua orang.

Istilah kunci yang terakhir dalam definisi komunikasi adalah lingkungan. Lingkungan (environment) adalah situasi atau konteks di mana komunikasi terjadi. Lingkungan terdiri atas beberapa elemen, seperti waktu, tempat, periode sejarah, relasi, dan latar belakang budaya pembicara dan pendengar. Petugas peminjaman dana di sebuah bank, contohnya, harus memperhitungkan pengaruh-pengaruh lingkungan yang dibawa orang lain dalam sebuah percakapan. Orang-orang yang ingin meminjamkan dana dari bank mungkin pernah saja beberapa kali ditolak permohonannya, tidak memercayai bank, dan mungkin memiliki sedikit pengalaman atau bahkan tidak sama sekali dalam mengajukan peminjaman dana. Hal-hal ini merupakan elemen-elemen lingkungan yang harus dipertimbangkan oleh si petugas dalam memproses permohonan peminjaman dana dan juga komunikasi yang sedang berlangsung. (West,2009:5-8)

2.1.2 Prinsip Komunikasi

(34)

Gambar 2

Dari gambar di atas, kita dapat menarik tiga prinsip dasar komunikasi, yakni:

1. Komunikasi hanya terjadi bila terdapat pertukaran pengalaman yang sama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi (sharing similar experiences).

2. Jika daerah tumpang tindih (the field of experience) menyebar menutupi lingkaran A atau B, menuju terbentuknya satu lingkaran yang sama, makin besar kemungkinannya tercipta proses komunikasi yang mengena (efektif). 3. Tetapi kalau daerah tumpang tindih ini makin mengecil dan menjauhi

sentuhan kedua lingkaran, atau cenderung mengisolasi lingkaran masing-masing, maka komunikasi yang terjadi sangat terbatas. Bahkan besar kemungkinannya gagal dalam menciptakan suatu proses komunikasi efektif. (Cangara,2006:20-21)

2.1.3 Unsur-Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dalam komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dan saling melengkapi satu sama lain dalam sebuah rangkaian sistem yang memungkinkan berlangsungnya suatu aktivitas komunikasi. Aktivitas komunikasi sebagai suatu proses memiliki berbagai defenisi yang beraneka ragam mulai dari yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Semakin kompleks suatu teori atau

(35)

defenisi semakin memerlukan unsure-unsur atau elemen komunikasi yang semakin kompleks pula. (Purba,2006:39)

Aristoteles, ahli filsafat Yunani Kuno dalam bukunya Rhetorica menyebut bahwa suatu proses komunikasi memerlukan tiga unsur yang mendukungnya, yakni siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan dan siapa yang mendengarkan. (Cangara,2006:21). Sejalan dengan apa yang disampaikan Carl I. Hovland dalam bukunya Social Communication menyebutkan: communication is the process by which an individual (the communicator) transmit stimuli (usually verbal symbol)

to modify the behavior of other individual (communicate). Komunikasi adalah

suatu proses dimana seorang individu (komunikator) mengirimkan stimuli (simbol kata) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan). (Purba,2006:29)

Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949), dua orang insinyur listrik menyatakan bahwa terjadinya proses komunikasi memerlukan lima unsur yang mendukungnya, yakni pengirim, transmitter, signal, penerima dan tujuan. Awal tahun 1960-an David K. Berlo membuat formula komunikasi yang lebih sederhana. Formula itu dikenal dengan nama “SMCR”, yakni : Source (pengirim),

Message (pesan), Channel (salura-media) dan Receiver (penerima).

(Cangara:2006:21-22)

Proses komunikasi lain yang dikembangkan oleh Herbert G. Hicks dan C Ray Gullet yang didasarkan model David K. Berlo dan model yang dikembangkan Wilbur Schramm menggambarkan komunikasi dimulai dari sumber sebagai titik awal komunikasi itu berasal. Dalam diri sumber terjadi proses pengkodean (encoding) yakni ketika ide diubah menjadi kode atau simbol bahasa. Gerak-gerik

(36)

berupa produk fisik seperti kata-kata yang diucapkan, dicetak, ekspresi wajah yang disampaikan melalui saluran tertentu kepada penerima. Pesan tersebut diterima berupa idea tau simbol dan terlebih dahulu melalui proses pembacaan kode (decoding) dalam diri penerima dengan menyusunnya kembali guna memperoleh pengertian. (Purba,2006:39-40)

Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan Joseph de Vito, K. Sereno dan Erika Vora yang menilai faktor lingkungan tidak kalah penting dalam mendukung terjadinya proses komunikasi. (Cangara:2006:22)

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa unsur-unsur komunikasi terdiri dari :

1. Sumber (coomunicator) 2. Pembentukan kode (encoding) 3. Pesan (message)

4. Saluran (channel)

5. Penerima (communicant) 6. Pembacaan kode (decoding) 7. Umpan balik (feedback) 8. Efek (effect)

9. Lingkungan (environment)

Sumber Komunikasi (communicator ) – Penerima (communicant)

(37)

teman bicara misalnya, melalui pendengaran, penglihatan, observasi, rabaan, penciuman, dan lain-lain. Bila komunikasi terjadi secara langsung (direct communication), pada saat memberikan perhatian, memandang, melihat,

mendengar, maupun menyerap lambang-lambang verbal maupun nonverbal untuk memberikan tanggapan (respon) maka dalam hal ini seseorang sedang berfungsi sebagai penerima (komunikan). (Purba,2006:40-41)

Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. (Cangara,2006:23)

Encoding-Decoding

Sebagai komunikator akan melakukan fungsi encode (encoding) dan pada saat itu disebut encoder sedangkan komunikan melakukan fungsi decode (decoding) yang disebut sebagai decoder.

Ketika akan melakukan kegiatan untuk menghasilkan pesan. Pesan bersumber dari gagasan atau ide. Pada saat menerjemahkan gagasan, ide, buah pikiran tersebut ke dalam bentuk kode-kode tertentu sebagai kata-kata tertulis maupun lisan, gambar, gerak-gerik, maupun isyarat yang disengaja dipilih untuk menyampaikan pesan tersebut, maka kita sedang melakukan proses encoding.

(38)

Saluran (channel)

Saluran (channel) adalah media yang dipergunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan kepada komunikan. Saluran yang merupakan mata rantai yang harus dilalui pesan untuk sampai kepada tujuan berbeda-beda tergantung jenis proses komunikasi yang berlangsung dan jarang sekali menggunakan hanya satu saluran saja. Dalam komunikasi tatap muka (face to face) proses penyampaian ide, gagasan atau perasaan seseorang dapat

menggabungkan pemakaian beberapa saluran yang berbeda-beda secara simultan. Misalnya sebuah proses komunikasi dengan menggunakan beberapa lambang-lambang berupa kata-kata atau bunyi-bunyian disebut saluran suara, gerak-gerik atau isyarat tubuh misalnya menganggukkan kepala, mengerutkan kening dan lain-lain dapat diamati secara visual, menggunakan wangi-wangian menggunakan saluran yang disebut olfactory. (Purba,2006:43)

Umpan Balik (feedback)

(39)

Komunikator yang baik adalah orang yang selalu memperhatikan umpan balik sehingga ia dapat segera mengubah gaya komunikasinya di kala ia mengetahui bahwa umpan balik dari komunikan bersifat negatif.

Umpan balik diri sendiri adalah pesan atau informasi yang kita terima atas pesan yang kita produksi sendiri, misalnya ketika sedang berbicara dengan orang lain maka pada saat bersamaan secara sengaja dan sadar kita mendengarkan suara kita sendiri. Umpan balik sejenis ini disebut internal feedback.

Feedforward atau umpan maju adalah informasi yang menjawab pesan

yang akan disampaikan kepana komunikan. Umpan maju ini sering sekali dilakukan sebagai pengantar dalam sebuah kalimat yang berisi pesan, misalnya “Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya, saya mohon……”. Pengantar dalam kalimat merupakan umpan maju berupa isyarat dan tanggapan yang akan disampaikan oleh komunikator.

Umpan balik verbal adalah tanggapan yang dikirimkan oleh komunikan berupa kata-kata baik lisan maupun tulisan. Sedangkan umpan balik nonverbal dalah tanggapan atau respon yang diberikan oleh komunikan berupa pesan yang disampaikan bukan dengan kata-kata tetapi dengan isyarat, gambar, warna, dan sebagainya. Umpan balik sejenis ini disebut external feedback.

(40)

Efek (effect)

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Karena itu, pengaruh bisa diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan. (Cangara,2006:25)

Lingkungan (environment)

Adalah sebuah situasi yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu komunikasi. Situasi Lingkungan terjadi karena adanya 4 faktor :

− Lingkungan Fisik(Letak Geografis dan Jarak)

− Lingkungan Sosial Budaya (Adat istiadat, bahasa, budaya, status sosial)

− Lingkungan Psikologis ( Pertimbangan Kejiwaan seseorang ketika

menerima pesan)

[image:40.595.115.566.498.659.2]

− Dimensi Waktu (Musim, Pagi, Siang, dan Malam). (Cangara,2006:26-27)

Gambar 1.3

LINGKUNGAN

SUMBER PESAN MEDIA PENERIMA EFEK

(41)

2.1.4 Proses Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi ada dua tahap yaitu Primer dan Sekunder.

a.Proses Komunikasi Secara Primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media, bahasa, kial (gesture), isyarat, gambar, warna, dan sebagainya. Dalam proses komunikasi, media yang paling banyak digunakan adalah bahasa, karena mampu menterjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain dalam bentuk ide, informasi atau opini.

Kata-kata mengandung dua jenis pengertian :

• Denotatif yaitu, kata-kata yang memiliki arti sebagaimana tercantum

dalam kamus atau sebenarnya (dictionary meaning)

• Konotatif yaitu, kata-kata yang memiliki arti emosional atau mengandung

penilaian tertentu / kiasan (emotional or evaluate meaning)

Bahasa memegang peranan penting dalam proses komunikasi. Wilbur Schramm, ahli komunikasi dalam karyanya “Communication research in the

USA” menyebutkan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang

disampaikan oleh komunikator sesuai dengan kerangka acuan (frame of reference), paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and

(42)

b.Proses Komunikasi Secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama dipakai karena relatif jauh atau jumlahnya banyak. Sarana itu, surat, telepon, fax, koran, majalah, radio, TV, film, e-mail, internet, dan lain-lain karena komunikan sebagai sasarnnya berada di tempat yang relatif jauh.

Jadi, proses komunikasi sekunder merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan digunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan siapa komunikan yang akan dituju. Komunikan media surat, poster, atau papan pengumuman akan berbeda dengan komunikan surat kabar, radio, televisi, film, atau media lainnya. Setiap media memiliki ciri atau sifat tertentu yang efektif dan efisien untuk dipergunakan bagi penyampaian suatu pesan tertentu pula. (Effendy,1999:16).

2.2 Komunikasi Antarpribadi

2.2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi

(43)

dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau kelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.

Effendy (1986 dalam Liliweri, 1991:12) mengemukakan bahwa pada komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi seperti ini dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang karena sifatnya yang dialogis dan arus balik bersifat langsung. Komunikator dapat mengetahui pasti apakan komunikasinya bersifat positif atau negatif, berhasil atau tidak.

Rogers dalam Depari (1988) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Dean C. Barnuld (1968) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi biasanya dihubungkan dengan pertemuan antara dua orang, atau tiga orang atau mungkin empat orang yang terjadi secara sangat spontan dan tidak berstruktur. Tan (1981) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi tatap muka antara dua orang atau lebih.

2.2.2 Sifat-sifat Komunikasi Antarpribadi

Menurut pendapat Reardon, Effendy, Porter dan Samover (dalam Liliweri, 1991:13), sifat-sifat komunikasi antarpribadi itu adalah:

a. Komunikasi antarpribadi melibatkan perilaku verbal maupun non verbal di dalamnya.

b. Komunikasi antarpribadi melibatkan perilaku yang spontan, scripted dan contrived.

(44)

d. Komunikasi antarpribadi harus menghasilkan umpan balik, mempunyai interaksi, dan koherensi.

e. Komunikasi antarpribadi biasanya diatur dengan tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik.

f. Komunikasi antarpribadi menunjukkan adanya suatu tindakan. g. Komunikasi antarpribadi merupakan persuasi antar manusia. 2.2.3 Faktor-faktor Pendorong Komunikasi Antarpribadi

Dalam berkomunikasi dengan orang lain meskipun dilakukan melalui interaksi dengan sendirinya namun didorong oleh berbagai faktor. Halloran (1980, dalam Liliweri 1991:45) menemukakan bahwa menusia berkomunikasi dengan orang lain karena beberapa faktor, yakni:

a. Perbedaan antar pribadi

b. Manusia merupakan makhluk yang utuh namun tetap mempunyai kekurangan.

c. Adanya perbedaan motivasi antar manusia

d. Kebutuhan akan harga diri yang harus mendapat pengakuan dari orang lain.

Cassagrande (1986, dalam Liliweri 1991:47) juga berpendapat bahwa penyebab orang berkomunikasi adalah:

a. Setiap orang memerlukan oarng lain untuk saling mengisi kekurangan dan membagi kelebihan.

b. Setiap orang terlibat dalam proses perubahan yang relatif tetap.

(45)

d. Hubungan yang diciptakan kalau berhasil akan menjadi pengalaman yang baru.

2.2.4 Komunikasi Antarpribadi yang Efektif

Untuk memperjelas pengertian komunikasi antarpribadi yang efektif, Devito memberikan beberapa kriteria sebagai berikut:

a. Keterbukaan

Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala ide/gagasn suatu permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut/malu, keduanya saling mengerti dan memahami pribadi masing-masing.

b. Empati

Kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada orang lain. c. Dukungan

Setiap pejabat, ide/gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari pihak-pihak yang berkomunikasi. Dengan demikian keinginan/hasrat yang ada dimotivasi untuk mencapainya. Dukungan membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan.

d. Rasa positif

(46)

e. Kesamaan

Suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan pribadi pun lebih kuat apabila memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan, sikap, usia, ideologi dsb.

2.2.5 Karakteristik Komunikasi Antarpribadi

Menurut Judy C. Pearson (dalam Devito, 1997:121) komunikasi antarpribadi memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri pribadi (self). Berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut pemaknaan berpusat pada diri kita, artinya dipengaruhi oleh pengalaman dan pengamatan kita.

2. Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional. Anggapan ini mengacu pada pihak-pihak yang berkomunikasi secara serempak dan bersifat sejajar, menyampaikan dan menerima pesan.

3. Komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi, artinya isi pesan dipengaruhi oleh hubungan antar pihak yang berkomunikasi.

4. Komunikasi antarpribadi menyarankan kedekatan fisik antar pihak yang berkomunikasi.

5. Komunikasi antarpribadi melibatkan ppihak-pihak yang saling bergantung satu sama lain dalam proses komunikasi.

(47)

2.3 Komunikasi Keluarga

2.3.1 Pengertian Komunikasi Keluarga

Dalam pegertian psikologis, (Soleman, 1994 dalan Gunarsa, 2003:10) keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tiggal bersama, dam masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, dan saling memperhatikan. Kelurga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam interaksi dengan kelompoknya. Dalam keluarga yang sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan. Keluarga juga merupakan kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat, yang terbentuk dari hubungan laki-laki dan perempuan untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Keluarga dalam bentuk yang murni merupakan kesatuan sosial yang terdiri ayah, ibu dan anak-anak.

Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota lainnya sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai yang dibutuhkan sebagai pasangan hidup. Agar komunikasi dan hubungan timbak balik dapat terpelihara dengan baik, maka hubungan timbal balik dalam keluarga harus menggambarkan ikatan yang sangat kuat sebagai berikut:

a. Hubungan suami-isteri berdasarkan cinta kasih.

(48)

d. Hubungan antara anak didasarkan atas kasih sayang sesama.

e. Komunikasi dalam keluarga akan memberikan rasa aman dan bahagia bila berlandaskan kasih sayang (Gunarsa, 2002:13)

Setiap individu dilahirkan, tumbuh dan berkembang di dalam keluarga. Peranan individu ditentukan adat istiadat, norma-norma dan nilai-nilai serta bahasa yang ada pada keluarga itu melalui proses sosialisasi dan internalisasi. Keluarga merupakan kelompok perantara pertama yang mengenalkan nilai-nilai budaya kepada si anak. Di sinilah anak mengalami hubungan sosial disiplin pertama yang dikenakan kepadanya dalam kehidupan sosial.

Menurut Koentjaraningrat (19910 dalam Posman, 1998:6), fungsi pokok keluarga ada dua, yaitu:

a. Sebagai kelompok dimana individu pada dasarnya dapat menikmati bantuan utama dari sesamanya serta keamanan dalam hidupnya.

b. Sebagai kelompok dimana individu mendapat pengasuhan permulaan dari pendidikannya.

Perlu disadari bahwa ada banyak jenis keluarga. Ada keluarga kecil dan besar. Keluarga miskin dan kaya, keluarga di desa dan di kota, keluarga yang harmonis dan kurang harmonis, dan seterusnya. Banyak hal yang didapat seorang individu sebagai anggota keluarga, yaitu serbagai berikut:

a. Keagamaan: keluarga harus mampu menjadi wahana yang pertama dan utama untuk membawa seluruh anggotanya melaksanakan Keutuhan Yang Maha Esa.

(49)

c. Kasih sayang: keluarga dikembangkan menjadi pertama dan utama untuk menumbuhkan rasa kasih sayang sesama anggotanya.

d. Perlindungan: keluarga dikembangkan menjadi pelindung yang utama dan kokoh dalam memberikan kebenaran dan keteladanan kepada anak-anak.

e. Reproduksi: keluarga menjadi pengatur dan pembina reproduksi keturunan secara sehat dan berencana, sehingga anak berkualitas prima.

f. Pendidikan: keluarga sebagai sekolah dan guru yang pertama dan utama dalam mengantarkan anak-anak untuk mandiri dan menjadi panutan.

g. Ekonomi: keluarga menyiapkan dirinya untuk menjadi suatu unit yang mandiri dan sanggup meningkatkan kesejahteraan baik lahir maupun batin.

2.4 Kecemasan

2.4.1 Pengertian Kecemasan

Kecemasan merupakan salah satu emosi yang paling menimbulkan stress yang dirasakan oleh banyak orang. Kadang-kadang kecemasan juga disebut dengan ketakutan atau perasaan gugup. Setiap orang pasti pernah mengalami kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda. hal tersebut mungkin saja terjadi karena individu merasa tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi hal yang mungkin menimpanya dikemudian hari.

(50)

Kecemasan ialah semacam kegelisahan-kegelisahan dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas, yang difus atau baur, dan mempunyai ciri yang mengazab pada seseorang (Kartono, 2002: 129).

Kecemasan pada masa pensiun sering muncul pada setiap individu yang sedang menghadapinya karena dalam menghadapi masa pensiun dalam dirinya terjadi guncangan perasaan yang begitu berat karena individu harus meninggalkan pekerjaannya. Masa pensiun menurut Flippo (1994) adalah merupakan suatu peristiwa penting dalam daur kehidupan seseorang. Pensiun memaksa individu untuk memaksa suatu peningkatan dalam ruang lingkup pengambilan keputusan tentang kehidupan pribadi seseorang. Masa pensiun yang dimaksud adalah masa pensiun wajib, dimana individu terpaksa melakukan pensiun karena organisasi tempat individu bekerja menetapkan usia tertentu sebagai batas usia seseorang untuk berhenti bekerja tanpa pertimbangan suka atau tidak (Hurlock, 1996).

2.4.2 Faktor Kecemasan

Berikut ini merupakan faktor- faktor yang mempengaruhi kecemasan: a. Keadaan pribadi individu

Priest (1987, hal. 12) mengungkapkan bahwa dalam hal yang menpengaruhi kecemasan adalah situasi pada diri individu yang dirasakan belum siap untuk dihadapi seperti kehamilan, menuju usia tua, kenaikan pangkat dan masalah kesehatan yang pada akhirnya akan menjadi suatu konflik dalam diri individu sehingga dapat menimbulkan kecemasan.

b. Tingkat pendidikan

(51)

pendidikannya akan semakin baik pemecahan terhadap masalah yang dihadapinya (Faisal, 1981, hal. 180).

c. Pengalaman tidak menyenangkan

Freud (Hall, 1995, hal. 56) mengatakan bahwa suatu pengalaman yang menyulitkan ditimbulkan oleh k etegangan-ketegangan dalam alat-alat intern dari tubuh dapat menyebabkan kecemasan. Ketegangan-ketegangan tersebut akibat dari dorongan-dorongan dalam dan luar tubuh.

d. Dukungan sosial

Dukungan sosial dari orang-orang sekitar individu yaitu orang tua, kakak, adik, kekasih, teman dekat, saudara dan masyarakat. Dukungan yang positif berhubungan dengan kurangnya kecemasan (Garmenzy dan Rutter, 1983: 23). Pendapat ini didukung oleh Conel (1994: 263-273) menyatakan bahwa kecemasan akan rendah apabila individu memiliki dukungan sosial. Dukungan sosial tersebut diperoleh dari keluarga, teman dan atasan.

Menurut Cendrawati (2004: 20) faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah keadaan pribadi individunya, pengalaman yang tidak menyenangkan, dukungan sosial, konflik serta lingkungan dan kehilangan orang dekat. Smet (1994: 131) menjelaskan bahwa faktor pribadi tergolong di dalamnya adalah kondisi yang ada dalam diri individu, diantaranya tingkat pendidikan, usia dan jenis kelamin juga mempengaruhi reaksi seseorang terhadap tekanan.

(52)

bernilai dan dicintai sehingga dapat menguntungkan bagi kesejahteraan individu yang menerima. Hal ini didukung oleh Kritner dan Kinicki (1992: 611) dukungan sosial merupakan keadaan yang bermanfa’at bagi individu menjadi tahu bahwa orang lain memperhatikan, menghargai, dan mencintai dirinya.

Dukungan sosial sebagai informasi atau nasehat, verbal, nonverbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial didapat melalui kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima (Gottlieb dalam Smet, 1994:135) sehingga dapat melindungi seseorang atau bahkan sekelompok orang dari perilaku negatif dan stress. Ritter (Smet, 1994:134) juga menyatakan bahwa dukungan sosial juga mengacu pada bantuan emosional, instrumental, dan finansial yang diperoleh dari jaringan sosial seseorang.

Wiggins (Smet, 1994:114) mengartikan dukungan sosial sebagai pertolongan, bantuan yang diterima oleh individu dari interaksinya dengan lingkungan. Dengan diterimanya dukungan sosial maka individu akan lebih sehat fisik dan psikisnya daripada individu yang tidak menerima dukungan sosial. Taylor (1997: 95) menjelaskan bahwa dukungan sosial dapat melindungi jiwa seseorang dari akibat stress. Pengaruh dukungan sosial terhadap kesehatan jiwa sangat jelas karena dengan adanya dukungan sosial maka individu akan terhindar dari gangguan jiwa yang serius.

(53)

a. Dukungan emosional

Dukungan ini melibatkan ekspresi rasa empati dan perhatian terhadap individu, sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan diperhatikan. Dukungan ini meliputi perilaku seperti memberikan perhatian dan afeksi serta bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain.

b. Dukungan penghargaan

Dukungan ini melibatkan ekspresi yang berupa pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide–ide, perasaan dan performa orang lain.

c. Dukungan instrumental

Bentuk dukungan ini melibatkan bantuan langsung, misalnya yang berupa bantuan finansial atau bantuan dalam mengerjakan tugas–tugas tertentu.

d. Dukungan informasi

Dukungan yang bersifat informasi ini dapat berupa sasaran, pengarahan dan umpan balik tentang bagaimana cara memecahkan persoalan.

2.5 Pensiun

Seseorang yang sudah tidak bekerja lagi karena usianya sudah lanjut dan harus diberhentikan, ataupun atas permintaan sendiri (pensiun muda). Seseorang yang pensiun biasa mendapat uang pensiun atau pesangon. Jika mendapat pensiun, maka ia tetap mendapatkan semacam dana pensiun sampai meninggal dunia.

(54)

memprihatinkan karena adanya persepsi yang kurang tepat dalam memaknai masalah pensiun.

Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang pensiun . Mereka mengatakan bahwa pensiun adalah suatu kondisi dimana individu tersebut telah berhenti bekerja pada suatu pekerjaan yang biasa dilakukan. Merekapun menerangkan batasan yang lebih jelas dan mengatakan bahwa pensiun adalah proses pemisahan seorang individu dari pekerjaannya, dimana dalam menjalankan perannya seseorang digaji. Dengan kata lain masa pensiun mempengaruhi aktivitas seseorang, dari situasi kerja ke situasi di luar pekerjaan. Sedangkan berdasarkan pandangan psikologi perkembangan, pensiun dapat dijelaskan sebagai suatu masa transisi ke pola hidup baru, ataupun merupakan akhir pola hidup.

Masa pensiun ini dapat menimbulkan masalah karena tidak semua orang siap untuk menghadapinya. Pensiun akan memutuskan seseorang dari aktivitas rutin yang telah dilakukan selama bertahun-tahun, selain itu akan memutuskan rantai sosial yang sudah terbina dengan rekan kerja, dan yang paling vital adalah menghilangnya identitas diri seseorang yang sudah melekat begitu lama.

(55)

(kejiwan ataupun fisik). Individu yang melihat masa pensiun hanya dari segi finansial kurang bisa beradaptasi dengan baik dibandingkan dengan mereka yang dapat melihat masa pensiun sebagai masa di mana manusia beristirahat manikmati hasil jerih payahnya selama ini di masa tuanya.

Golongan pensiun sendiri terbagi menjadi kelompok yang optimis dan kelompok pesimis. Ada yang bahagia karena dapat menyelesaikan tugas dan pengabdiannya dengan “selamat” tanpa cela. Sebaliknya ada juga yang merasa khawatir akan kehidupan di masa yang akan datang.

2.6 Teori Kecemasan

Teori kecemasan oleh Freud pertama kali diungkapkan tahun 1890, Teori Freud tentang kecemasan pertama kali didasari oleh suatu pemikiran berani yang mengungkapkan analogi dari kesamaan respon tubuh selama serangan kecemasan. Teori ini dikemukakan sekitar tahun 1894 sebagai penyambung dari teori koitus interuptus yang sebelumnya telah dikemukakan. kecemasan menurut Freud dibagi menjadi tiga yaitu kecemasan realitas, kecemasan neurosis, dan kecemasan moral. Freud membagi kecemasan menjadi tiga, yaitu:

a. Kecemasan Realitas atau Objektif (Reality or ObjectiveAnxiety)

(56)

b. Kecemasan Neurosis (Neurotic Anxiety)

Kecemasan atau ketakutan untuk itu berkembang karena adanya harapan untuk memuaskan impuls Id tertentu. Kecemasan neurotik yang muncul adalah ketakutan akan terkena hukuman karena memperlihatkan perilaku impulsif yang didominasi oleh Id. Hal yang perlu diperhatikan adalah ketakutan terjadi bukan karena ketakutan terhadap insting tersebut tapi merupakan ketakutan atas apa yang akan terjadi bila insting tersebutdipuaskan. Konflik yang terjadi adalah di antara Id dan Ego yang kita ketahui mempunyai dasar dalam realitas.

c. Kecemasan Moral (Moral Anxiety)

Kecemasan ini merupakan hasil dari konflik antara Id dan superego. Secara dasar merupakan ketakutan akan suara hati individu sendiri. Ketika individu termotivasi untuk mengekspresikan impuls instingtual yang berlawanan dengan nilai moral yang termaksud dalam superego individu itu maka ia akan merasa malu atau bersalah. Pada kehidupan sehari-hari ia akan menemukan dirinya sebagai “conscience stricken”. Kecemasan moral menjelaskan bagaimana berkembangnya superego. Biasanya individu dengan kata hati yang kuat akan mengalami konfllik yang lebih hebat daripada individu yang mempunyai kondisi toleransi moral yang lebih longgar. Seperti kecemasan neurosis, kecemasan moral juga mempunyai dasar dalam kehidupan nyata.

(57)

keseluruhan. Ada berbagai cara ego melindungi dan mempertahankan dirinya. Individu akan mencoba lari dari situasi yang mengancam serta berusaha untuk membatasi kebutuhan impuls yang merupakan sumber bahaya

2.7 Self Disclosure

2.7.1 Pengertian Self Disclosure

Kualitas hubungan antarpribadi dapat diteliti melalui komunikasi antarpribadi. Salah satu yang terpenting dalam komunikasi adalah self disclosure. Teori Self disclosure ditemukan oleh Sydney Marshall Jourad (lahir 21 Januari 1926 di Toronto, Kanada). Dia pernah menjabat sebagai President of The Assosiation for Humanistic Psycology. Teori Self Disclosure ini kemudian dikembangkan oleh Joseph Luft dan Harry Ingham pada tahun 1955. Mereka mengembangkan teori ini untuk menjelaskan hubungan antara konsep diri dan membuka diri dalam sebuah model yang mereka namakan Johari Window (Jendela Johari). Self Disclosure adalah salah satu tipe komunikasi dimana informasi mengenai diri (self) yang biasanya disembunyikan dari orang lain, kini dikomunikasikan kepada orang lain (Devito, 1997:215). Pembukaan diri atau self disclosure adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi

yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini tersebut (Jhonson, 1981 dalam Supratiknya, 1995:4). Self disclosure mengacu pada mengkomunikasikan informasi tentang diri kita kepada orang lain (Devito, 1997:215).

(58)

mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini (Jhonson, 1981 dalam Supraktiknya, 1995:8). Tanggapan terhadap orang lain atau kejadian tertentu berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilaksanakan atau perasaan kita terhadap kejadian yang baru saja kita saksikan. Membuka diri tidak sama dengan mengungkapkan detil intim dari masa lalu kita. Mengungkapkan hal yang sangat pribadi di masa lalu dapat menimbulkan perasaan intim untuk sesaat.

Dalam sutau interaksi antara individu dengan orang lain, apakah yang lain akan menerima atau menolak kita, bagaimana kita ingin orang lain mengetahui tentang diri kita ditentukan oleh bagaimana individu mengungkapkan dirinya. Pengungkapan diri adalah proses menghadirkan diri yang diwujudkan dalam kegiatan membagi perasaan dan informasi pada orang lain (Wrightsman dalam Dayaksini, 2003:87). Menurut Morton, pengungkapan diri merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain. Informasi di dalam pengungkapan diri ini bersifat deskriftif atau evaluatif. Deskriftif artinya individu melukiskan berbagai fakta mengenai diri sendiri yang mungkin belum diketahui oleh orang lain. Sedangkan evaluatif artinya individu mengemukakan pendapat atau perasaannya terhadap sesuatu.

(59)

berinteraksi dengan kita menyenangkan dan membuat kita merasa aman serta dapat membangkitkan semangat maka kemungkinan bagi kita untuk lebih membuka diri sangat besar. Sebaliknya pada beberapa orang tertentu kita dapat saja menutup diri karena kurang percaya.

Dalam proses pengungkapan diri nampaknya individu-individu yang terlibat memiliki kecenderungan mengikuti norma resipok (timbal balik). Jika seseorang menceritakan sesuatu yang bersifat pribadi pada kita, kita akan cenderung memberikan reaksi yang sepadan. Pada umumnya kita mengharapkan orang lain memperlakukan kita sama seperti kita memperlakukan mereka (Dayaksini, 2003:88). Seseorang yang mengungkapkan informasi yang bersifat pribadi lebih akrab daripada yang kita lakukan akan membuat kita merasa terancam dan membuat kita lebih senang untuk mengakhirinya. Bila sebaliknya kita yang mengungkapkan diri terlalu akrab dibandingkan orang lain, maka kita akan merasa tidak aman.

2.7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Diri

Pengungkapan diri terjadi lebih lancar dalam situasi-situasi tertentu, berikut beberapa faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri:

a. Besar kelompok

(60)

lebih dari satu orang pendengar, pemantauan akan lebih sulit dilakukan karena tanggapan yang muncul pasti akan berbeda dari setiap orang.

b. Perasaan menyukai

Kita membuka diri kepada orang-orang yang kita sukai atau cintai, dan kita tidak akan membuka diri kepada orang yang tidak kita sukai (Derlage dkk, 1987). Ini tidak mengherankan karena orang yang kita sukai (dan barangkali menyukai kita) akan bersikap mendukung dan positif. Kita juga membuka diri lebih banyak kepada orang yang kita percayai (Wheels dan Grots,1977).

c. Efek Diadik

Kita melakukan pengungkapan diri bila orang yang bersama kita juga melakukan pengungkapan diri. Efek diadik ini barangkali membuat kita merasa lebih aman dan nyatanya memperkuat perilaku pengungkapan diri kita sendiri. d. Kompetensi

Orang yang kompeten lebih banyak melakukan pengungkapan diri daripada yang kurang kompeten. Orang yang kompeten barangkali memiliki lebih banyak hal positif tentang diri mereka sendiri untuk diungkapkan daripada orang yang tidak kompeten (James McCroskey dan Lawrence, 1976).

e. Kepribadian

(61)

mengungkapkan diri dibandingkan mereka yang merasa lebih nyaman dalam berkomunikasi.

f. Topik

Kita lebih cenderung diri tentang topik tertentu. Sebagai contoh, kita lebih mungkin mengungkapkan informasi diri tentang pekerjaan atau hobi kita daripada kehidupan seks atau keuangan (Jourard, 1968,1971a).kita juga cenderung mengungkapkan hal-hal yang baik dibandingkan hal yang kurang baik. Umumnya, makin pribadi dan negatif suatu topik, makin kecil kemungkinan kita untuk mengungkapkannya.

g. Jenis kelamin

Faktor terpenting yang mempengaruhi pengungkapan diri adalah jenis kelamin. Umumnya, pria lebih kurang terbuka ketimbang wanita. Judy Pearson (1980) berpendapat bahwa peran seks (sex role) dan bukan jenis kelamin dalam arti biologis yang menyebabkan perbedaan dalam hal pengungkapan diri ini. 2.7.3 Bahaya Pengungkapan Diri

Banyaknya manfaat pengungkapan diri jangan sampai membuat kita buta terhadap resiko-resikonya (Bochner, 1984). Berikut ini adalah beberapa bahaya utamanya:

a. Penolakan Pribadi dan Sosial

(62)

b. Kerugian Material

Adakalanya pengungkapan diri mengakibatkan kerugian material/ misalnya dalam dunia bisnis, pengungkapan diri mengenai ketergantungan terhadap alkohol seringkali diikuti dengan pemecatan.

c. Kesulitan Intrapribadi

Bila reaksi dari orang lain tidak seperti yang kita duga dan harapkan, seseorang akan mengalami kesulitan intrapribadi. Tidak seorangpun senang ditolak, mereka yang egonya rapuh perlu memikirkan kerusakan yang dapat disebabkan oleh penolakan semacam ini.

Pengungkapan diri, seperti bentuk komunikasi yang lain bersifat tidak reversibel, artinya ketika kita telah mengkomunikasikan sesuatu maka hal itu tidak dapat ditarik kembali. Kita juga tidak dapat menghapus kesimpulan yang ditarik kembali. Kita juga tidak dapat menghapus kesimpulan yang ditarik oleh pendengar berdasarkan pengungkapan diri kita.

2.7.4 Pedoman untuk Pengungkapan Diri

Dalam proses pengungkapan diri, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut:

a. Motivasi Pengungkapan Diri

(63)

b. Kepatutan Pengungkapan Diri

Pengungkapan diri harus sesuai dengan lingkungan dan hubungan antara pembicara dan pendengar. Umunya semakin pribadi suatu pengungkapan diri, dibutuhkan hubungan yang semakin dekat. Barangkali sebaiknya kita tidak mengungkapkan sesuatu yang bersifat terlalu pribadi kepada yang tidak terlalu akrab dengan kita khususnya menyangkut pengungkapan diri yang bersifat negatif.

c. Pengungkapan Diri Orang Lain

Selama pengungkapan diri kita, berikan lawan bicara kesempatan untuk dapat juga melakukan pengungkapan dirinya sendiri. Apabila lawan bicara kita tidak melakukan pengungkapan diri seperti yang kita lakukan, mungkin hal ini merupakan isyarat bahwa orang tersebut tidak menyambut baik p

Gambar

 Gambar 1  Simbol
Gambar 1.3 Universitas Sumatera Utara

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitan yang berkaitan dengan kinerja karyawan dan kepemimpinan situasional dengan judul, “Pengaruh

Kecemasan menghadapi kematian pada lansia adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan di mana individu merasa tidak nyaman, tegang, gelisah, was-was dan bingung

Jika dilihat dari peningkatan jumah nasabahnya yang berfluktuasi, dimana disebabkan oleh kurangnya pemahaman nasabah pensiun terhadap kredit pensiun, maka tujuan dari

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan regulasi emosi dalam menghadapi masa pensiun pada karyawan pria pekerja tunggal dengan anak yang masih sekolah.. Pengumpulan

Menarik diri (withdrawal) merupakan suatu reaksi subjektif yang tampak dari gejala afektif, kognitif, dan fisiologis akibat permasalahan-permasalahan yang dialami

Perusahaan memberikan sanksi/bonus bagi setiap karyawan yang memiliki hasil kerja yang buruk/baik, guna mencambuk karyawannya untuk dapat bekerja dengan lebih baik lagi..

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara self disclosure dengan kecemasan menghadapi pensiun pada

Berdasarkan data yang dikumpukan mengenai kecemasan guru dalam menghadapi masa pensiun di SMA N 1 VII Koto Sungai Sarik Kabupaten Padang Pariaman dapat diketahui bahwa