PENETAPAN KADAR BETAMETASON DALAM KRIM BETASON N PRODUKSI PT.KIMIA FARMA ( PERSERO ) Tbk. PLANT MEDAN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
TUGAS AKHIR
Oleh:
ESWIN NIM 082410020
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
PENETAPAN KADAR BETAMETASON DALAM KRIM BETASON N PRODUKSI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk. PLANT MEDAN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Oleh:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Tugas Akhir ini berjudul ”Penetapan Kadar Betametason dalam
Krim Betason N Produksi PT.Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi”. Dalam penulisan ini, penulis banyak menerima bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini dengan tulus hati penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi M.App.Sc., Apt., sebagai
koordinator program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Tuty Roida Pardede M.Si., Apt., sebagai dosen pembimbing
yang telah memberikan pengarahan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Bapak Hendra Farma Johar M.Si., Apt., sebagai plant manager PT.
Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan dan seluruh karyawan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.Plant Medan atas bantuan dan kerja samanya.
6. Teristimewa kepada orang tua penulis yang penuh kasih sayang yang telah memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis ,beserta kedua kakak yang telah memberikan semangat serta dukungan kepada penulis.
7. Seluruh keluarga besar IKATAN ALUMNI SMA METHODIST
PERBAUNGAN TA’08 yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
8. Seluruh rekan rekan mahasiswa Analis Farmasi dan Makanan
Angkatan 2008-2010 atas opini yang membangun.
9. Semua pihak yang memberikan semangat dan dukungan yang tidak
dapat di sebutkan satu per satu
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih belum sempurna.Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini.Akhir kata,penulis sangat berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2011
Penulis
`
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ... i
Daftar isi ... iii
Bab I Pendahuluan ... 1
1.1 Latar belakang... 1
1.2 Tujuan dan manfaat ... 3
1.2.1 Tujuan ... 3
1.2.2 Manfaat ... 4
Bab II Tinjauan Pustaka ... 5
2.1 Krim ... 5
2.2 Obat kulit ... 6
2.3 Betametason ... 8
2.3.1 Sifat Fisika Kimia ... 8
2.3.2 Pengujian Betametason ... 9
2.3.2.1 Uji Kualitatif……….... ... 9
2.3.2.2 Uji Kuantitatif………... ... 9
2.3.3 Proses Kromatografi Cair Kinerja Tinggi... 14
Bab III Metodologi ... 15
3.1 Alat dan Bahan ... 15
3.1.2 Bahan-bahan ... 15
3.2 Pembuatan larutan standard ... 15
3.3 Pembuatan larutan uji ... 16
3.4 Pengukuran ... 16
Bab IV Hasil dan Pembahasan ... 17
4.1 Hasil ... 17
4.2 Pembahasan ... 17
Bab V Kesimpulan dan Saran ... 18
5.1 Kesimpulan ... 18
5.2 Saran ... 18
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Obat memiliki cakupan makna yang sangat luas, bukan hanya terbatas pada zat-zat yang digunakan untuk menyembuhkan seseorang yang sedang sakit. Zat-zat yang berfungsi untuk mencegah, mengurangi, menghilangkan penyakit atau gejala penyakit, luka, atau kelainan, baik jasmani maupun rohani pada manusia dan hewan juga disebut dengan obat (Widodo, 2004).
Sediaaan farmasi semipadat meliputi salep, pasta, emulsi, krim, gel dan .Sifat umum sediaan ini mampu melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan (Lachman, 1994).
Obat bentuk sediaan setengah padat pada umumnya hanya digunakan sebagai obat luar, dioleskan pada kulit untuk keperluan terapi atau berfungsi sebagai pelindung kulit. Krim adalah : sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60 % air, dimaksudkan untuk pemakaian luar (Anief, 1999).
aktifitas biologiknya ,kortikosteroid dibagi menjadi glukokortikoid,dan mineralkortikoid.
Mekanisme kerja sebagai anti inflamasi ialah dengan menghambat
pembentukan sel sel yang berperan pada respons inflamasi sehingga mengakibatkan
• Pelepasan faktor vasoaktif dan klemotatik berkurang.
• Sekresi enzim lipolitik dan proteolitik berkurang. • Ekstravasasi leukosit ketempat radang berkurang.
Secara teori, kromatografi yang paling baik akan diperoleh jika fase diam mempunyai luas permukaan sebesar-besarnya, jadi memastikan kesetimbangan yang baik antara fase. Dengan demikian berbagai persyaratan, dapat menghasilkan teknik kromatografi cair yang paling baru dan paling kuat. Mula-mula cara ini disebut kromotografi cair tekanan tingggi, disingkat (KCTT=HPLC). Nama ini diubah menjadi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, disingkat KCKT (tetap HPLC). KCKT ini dilakukan
baik sebagai metode cair padat maupun sebagai metode cair-cair (Gritter, 1991).
Untuk menjaga dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya obat-obatan, pemerintah telah mengeluarkan PeraturanMenteri Kesehatan No. 085/MENKES/Per/V/1989 yang berisi tentang kewajiban menulis resep atau menggunakan obat generik karena harganya lebih murah.
Diharapkan tugas akhir ini dapat berguna untuk menghilangkan keraguan tentang obat generik khususnya untuk krim betason N. Oleh karena itu, penulis melakukan penatapan kadar secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) terhadap betametason dalam sediaaan krim betason N yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan.
1.2Tujuan dan Manfaat 1.2.1. Tujuan
Adapun tujuan dari tugas akhir ini adalah :
• Untuk mengetahui cara penetapan kadar betametason dalam sediaan krim
betason N yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.Plant Medan dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.
• Untuk mengetahui apakah kadar betametason dalam sediaan krim betason N
1.2.2 . Manfaat
Adapun manfaat tugas akhir ini adalah:
• Agar dapat mengaplikasikan metode KCKTdan penetapan kadar
betametason secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.
• Agar menambah pengetahuan tentang krim betason N
• Agar dapat memastikan kelayakan dosis obat sehingga efek terapi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam dasar yang sesuai. Sediaan setengah padat ini mempunyai konsisten relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air (Ditjen POM, 1995).
Tipe krim ada 2 yaitu : tipe air dalam minyak (A/M) dan tipe minyak dalam air (M/A). Krim menggunakan zat pengemulsi, umumnya berupa surfaktan-surfaktan anionik, kationik, dan non-ionik. Untuk menstabilkan krim ditambah zat antioksidan dan zat pengawet. Zat pengawet yang sering digunakan ialah Nipagin 0,12-0,18%, Nipasol 0,02%-0,05% (Anief, 1999).
Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan kebagian kulit badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui mulut, kerongkongan, dan daerah lambung. Menurut defenisi tersebut yang termasuk obat luar adalah obat luka, obat kulit, obat hidung, obat mata, obat tetes telinga, obat wasir, dan sebagainya (Widjajanti, 1988).
apakah jenis air dalam minyak atau atau minyak dalam air, dan juga pada sifat zat padat dalam fase internal. Sediaan semipadat ini juga digunakan pada kulit, dimana umumnya sediaan tersebut berfungsi sebagai pembawa pada obat-obat topikal, sebagai pelunak kulit, atau sebagai pembalut pelindung atau pembalut penyumbat (oklusif) (Lachman, 1994).
2.2. Obat Kulit
Penyakit kulit dikenal bermacam-macam, seperti kudis, eksema, kutu air, biang keringat, koreng dan sebagainya. Untuk mengobati penyakit-penyakit kulit tersebut di atas, digunakan bahan-bahan yang mampu melindungi kulit yang luka atau sakit, bahan-bahan yang mampu menghaluskan dan melemaskan kulit, bahan-bahan yang dapat mengurangi rasa gatal, bahan-bahan yang mempunyai pekerjaan khusus. Obat –obat tersebut dapat dipakai pada kulit sebagai kompres, pasta, salep, dan lotio (Widjajanti, 1998).
Sistem pemberian dan bentuk sediaan obat dalam pemakaiannya pada kulit dapat berupa salep krim melalui kulit, lotio, larutan topikal dan tinktur merupakan bentuk sediaan dermatologi yang paling sering dipakai, tapi preparat lain seperti pasta, serbuk dan aerosol juga bisa digunakan.
saja, tetapi juga pengaruh pembawa dan zat tambahan lain dan juga kondisi dari kulit ( Ansel,1989).
Obat bebas untuk pengobatan kulit biasanya ditujukan untuk penyakit-penyakit yang sering terjadi seperti panu, kadas, jerawat, kudis, kutil, ketombe, dan sebagainya. Bentuk obatnya berupa salep atau cairan. Secara umum obat-obat luar memiliki keamanan yang lebih baik karena ia hanya digunakan secara lokal pada bagian luar . Efek samping yang mungkin terjadi adalah iritasi kulit, atau rasa terbakar (Widodo, 2004).
Obat Kortikosteroid mempunyai daya anti alergi dan antiradang. Obat kulit topikal Kortikosteroid yang terdapat dalam Daftar Obat Wajib Apotek No.1 meliputi betametason ,Flupredniliden ,Triamsinolon, ,Fluokortolon/Diflukortolon, dan Desoksimetason.
2.3 Betametason
2.3.1. Sifat Fisika Kimia
Rumus molekul : C27H37FO6
Nama Kimia : 9-Flouro-11β,17,21-Trihodroksi-16β-Metil
pregna-1,4-Diena 3,20;Dion 17- valerat
Berat molekul : 476,58
Pemerian :-serbuk putih sampai praktis putih
- tidak berbau
- melebur pada suhu 190 °C disertai peruraian.
Kelarutan :- tidak larut dalam air
- mudah larut dalam aseton dan kloroform
- larut dalam etanol serta sukar larut dalam benzen dan eter.
2.3.2 Pengujian betametason 2.3.2.1 Uji Kualitatif
Cara pemerian betametason dapat dilakukan dengan metode Kromotografi Lapis Tipis (KLT).
Kromotografi merupakan prosedur pemisahan zat terlarut dalam sistem yang terdiri dari dua fase. Dalam kromatografi, menggunakan dua fase tetap yaitu : fase diam (stasionary phase) dan fase gerak (mobile phase), dimana pemisahan senyawa tergantung pada gerakan dari dua fase ini.
Menurut Farmakope Indonesi Ed. IV, lempeng yang dilapisi dapat dianggap sebagai kolom kromotografi terbuka dan pemisahan yang tercapai dapat didasarkan pada absorbsi, partisi, atau kombinasi dari keduanya, tergantung dari jenis zat penyangga, cara pembuatan dan jenis pelarut yang digunakan.
2.3.2.2. Uji kuantitatif
Uji kuantitatif dapat dilakukan dengan cara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)
• Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau KCKT atau biasa juga dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatografi) dikembangkan pada akhir tahun 1960-an. KCKT merupakan metode yang dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif.
KCKT pada saat ini merupakan metode kromatografi cair paling akhir. Dalam beberapa tahun terakhir ini teknologi KCKT dan pemakaiannya sangat berkembang, walaupun membutuhkan biaya yang relatif tidak sedikit tapi saat ini merupakan suatu teknik yang banyak digunakan pada perusahaan obat. Diantaranya adalah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan.
Hampir semua produk obat baru yang dikembangkan akhir-akhir ini menggunakan KCKT sebagai metode pilihan untuk analisis stabilitas sediaanya. KCKT dapat memisahkan dan menentukan jumlah zat berkhasiat dan hasil peruraiannya. Banyak metode analisis lama yang dipakai sebagai metode pemeriksaan resmi berangsur-angsur digantikan oleh metode KCKT yang lebih spesifik , peka dan teliti (Lachman, 1994).
Alat utama KCKT terdiri dari:
1. Tandon pelarut
Bahan tandon pelarut harus lembam terhadap fase gerak berair dan tidak berair. Sehingga baja antikarat dan gelas menjadi pilihan. Baja antikarat jangan dipakai pada pelarut yang mengandung ion halida dan jika tandon harus bertekanan, hindari penggunaan gelas. Daya tampung tandon harus lebih dari 500 ml digunakan selama 4 jam untuk kecepatan alir 1-2 ml/menit.
2. Pipa
3. Pompa
Pompa harus lembam terhadap semua pelarut. Bahan yang umum digunakan adalah gelas, baja anti karat, teflon, dan batu nilam. Aliran pelarut dalam pompa harus tanpa denyut atau diredam untuk menghilangkan denyut, karena denyut air pelarut dapat menyebabkan hasil yang rancu bagi beberapa detektor. Kecepatan alir pompa harus tetap, baik untuk keperluan jangka pendek maupun jangka panjang.
4. Penyuntik / Sistem Penyuntik Cuplikan
Teknik penyuntikan harus dilakukan dengan cepat untuk mencapai ketelitian maksimum analisis kuantitatif. Yang terpenting sistem harus dapat mengatasi tekanan balik yang tinggi tanpa kehilangan cuplikan. Pada saat pengisian cuplikan, cuplikan dialirkan melewati lingkar cuplikan dan kelebihannya dikeluarkan ke pembuangan. Pada saat penyuntikan, katup diputar sehingga fase gerak mengalir melewati lingkar cuplikan ke kolom.
5. Kolom
Kolom merupakan jantung kromotograf, keberhasilan atau kegagalan analisis bergantung pada pilihan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Dianjurkan untuk memasang penyaring 2µ m di jalur antara penyuntik dan kolom, untuk menahan partikel yang dibawa fase gerak dan cuplikan. Hal ini dapat memperpanjang umur kolom (Munson, 1991).
a. Kolom analitik : garis tengah dalam 2-6 mm. untuk kemasan mikropartikel biasanya panjang kolom 10-30 cm.
b. Kolom preparatif : garis tengah 6 mm atau lebih panjang 25-100 cm
(Johnson, 1991).
Kolom kromotografi untuk pengaliran oleh gaya tarik bumi (gravitasi) atau sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang dilengkapi kran jenis tertentu pada bagian bawahnya untuk mengatur aliran pelarut. Salah satu konsep penting KCKT ialah mengusahakan volum pelarut antara penjerap dan detektor atau fraksinator sekecil mungkin untuk mencegah pencampuran kembali fraksi-fraksi setelah terpisah (Gritter, 1991).
6. Detektor
Detektor harus memberi tanggapan pada cuplikan, tanggapan yang dapat diramal, peka, hasil yang efesien dan tidak terpengaruh oleh perubahan suhu atau komposisi fase gerak. Detektor yang dipakai pada KCKT biasanya adalah UV 254 nm. Bila tanggapan detektor lebih lambat dari elusi sampel timbulah pelebaran pita yang memperburuk pemisahan. Pemilihan detektor KCKT tergantung pada sifat sampel, fase gerak dan kepekaan yang tinggi dicapai.
7. Penguat Sinyal
Pada umumnya sinyal yang berasal dari detektor diperkuat terlebih dahulu sebelum disampaikan pada alat perekam potensiometrik. Dapat pula sinyal dikirimkan kepada suatu integrator digital elektronik untuk mengukur luas puncak kromatogram secara otomatik.
Perekam merupakan salah satu dari bagian peralatan yang berfungsi untuk merekam atau menunjukkan hasil pemeriksaan suatu senyawa berupa pelak (puncak). Dari daftar tersebut secara kualitatif kita dapat menentukan atau mengetahui senyawa apa saja yang diperiksa, luas dan tinggi puncak berbanding lurus dengan konsentrasi. Dari data ini dapat pula dipakai untuk memperoleh secara kuantitatif. Sebagai perekam biasanya dipakai bersama-sama dengan integrator (Munson, 1991).
Dalam pemisahan suatu senyawa secara KCKT biasanya digunakan suatu pelarut landasan yaitu pelarut yang sifat kepolarannya biasanya diubah-ubah, sesuai dengan kebutuhan. Bila sampel telah dimasukkan dengan suatu penyuntik KCKT, maka akan dibawa melalui kolom bersama suatu fase gerak akibat adanya tekanan dari suatu pompa. Data yang dihasilkan akan ditunjukkan berupa puncak (peak) oleh suatu perekam.
2.3.3 Proses kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Pemisahan dalam KCKT berdasarkan perbedaan interaksi antara analit yang di bawa oleh aliran fase gerak dengan permukaan fase diam sehingga menghasilkan perbedaan waktu tambat untuk suatu campuran analit ( Kazakevich dan LoBrutto,2007 )
komponen zat biasanya disebut analit, yang didispersikan dalam fase gerak pada tingkat molekuler sehingga menghasilkan transpor yang seragam dan interaksi dengan fase gerak dan fase diam ( Kazakevich dan LoBrutto, 2007 )
Komposisi fase gerak dalam analisis KCKT berperan penting dalam keberhasilan pemisahan. Pada kromatografi fase normal dan balik, kelarutan dari campuran komponen baik dalam fase gerak dan fase diam berperan dalam besarnya pemisahan. Campuran komponen zat yang kelarutanya tinggi dalam fase gerak tetapi kelarutanya rendah dalam fase diam akan menghasilkan waktu retensi yang singkat. Karena pengaruh kelarutan pada polaritas molekul, maka penting untuk membandingkan polaritas campuran komponen zat dengan fase diam dan fase gerak (Kenkel,1994).
BAB III METODOLOGI 3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat –alat
• Peralatan KCKT
• Neraca analitis
• Alat – alat gelas
• Penyaring 0,45 mikron
3.1.2. Bahan –bahan
• Akuadest
• Asam asetat glasial
• Krim betason
• Methanol
3.2. Pembuatan larutan standard
• Ditimbang 25 mg betametason valerat standard
• Dilarutkan dengan menggunakan pelarut methanol: asam asetat
glacial (1000:1) dalam labu tentukur 50 ml
• Dengan methanol:49.95ml dan asam asetat glacial :0.050 ml • Dipipet 1 ml lalu dimasukkan dalam labu tentukur 25 ml
• Diaddkan menggunakan pelarut sampai garis tanda
• Disaring menggunakan penyaring 0,45 mikro
3.3. Pembuatan larutan uji
• Ditimbang 1 gram krim betason N dalm beaker glass
• Dilarutkan dengan menggunakan pelarut methanol : asam asetat
glacial(1000:1) dalam labu tentukur 50 ml
• Dengan methanol:49.95ml dan asam asetat glacial:0.050ml
• Dihomogenkan dengan menggunakan ultrasonic
3.4Pengukuran
dihitung kadar sampel betametason krim dengan rumus :
Dimana K : Kadar betametason dalam sampel
RAusp : Respon puncak utama sampel
RAubp : Respon puncak utama baku pembanding (standard)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil
Sampel RAusp Raubp
I 54094 529133
4.2. Pembahasan
Dari hasil percobaan yang diperoleh bahwa tedapat perbedaan respons puncak antara sampel betason N krim dengan betametason valerat dimana keduanya berturut turut adalah 540974 dan 529133. Perbedaan ini dapat disebabkan karena sampel yang digunakan tidak bercampur homogen sempurna dengan bahan lainnya sehingga bahan lainnya menggangu puncak yang di hasilkan, Selain itu perbedaan dapat juga diakibatkan dalm proses penimbangan, pencampuran, pelarutan yang tidak tepat sama dalam hal kuantitas sehingga dapat memberikan hasil yang berbeda antara sampel yang di uji coba dangan standard yang digunakan .
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
• Penetapan kadar betametason dapat dilakukan secara Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi(KCKT).
• Kadar betametason dalam krim Betason N yang di produksi PT.
Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memenuhi spesifikasi yang telah di tetapkan (rentang kadar 97,0% – 103,0% ) yaitu :102.61 %
5.2. Saran
• Diharapkan kepada PT. Kimia Farma (perseo)Tbk. Plant Medan
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh.,1996, Penggolongan Obat Berdasarkan Khasiat dan
Penggunaan
Cetakan ke 5, Gadjah Mada University Prtess, Yokyakarta,Hal 34.
Anief,Moh.,1999, Ilmu Meracik Obat, cetakan ke_7, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.Hal 71-72.
Ansel,H.C.,1989, Pengantar Untuk Sediaan Farmasi, Edisi ke-4, Universitas
Indonesia Press, Jakarta,Hal.489-491.
Ditjen, POM Departemen Kesehatan RI.,1995, Farmakope Indonesia, Edisi
ke-4, Departemen Kesehatan RI,Jakarta,Hal6, 435-437
Gritter, R. J.,dkk., 1991, Pengantar Kromatografi, Penerbit ITB, Bandung,
Hal 163
Johnson, E. L.,dan Stevenson, R.,1991, Dasar Kromatograf Cair, Penerbit
ITB Bandung,Hal 6
Kazalkevich,j.Y. and LoBrutto, R (2007). HPLC for pharmaucetikal Scientist.
New York: John Wiley and Sons,Inc . Hal 3-4, 15, 25.
Kenkel, J (1994).Analitycal Chemistry for Technicians.2 Edition. New York ;
Lachman, L & Lieberman Herbeth A., 1994. Teori Dan Praktek Farmasi
Industri II,Ed.2, UI Press, Jakarta, Hal.1091-1092
Munson, J.W.,1991, Analisis Farmasi Metode Modern, Parwa BAirlangga
University Press, Surabaya,Hal.26-33
Rohman, Abdul.,2007. Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
Hal.378-379
Sartono, 1996, Apa Yang Sebaiknya Anda Ketahui Tentang Obat Wajib
Apotek,
Ed ke-2,PT.Gramedia Pustaka Utama,Jakarta,Hal.88-89
Widjajanti,N,1988,Obat-Obatan,Penerbit Kanisius,Yogyakarta,Hal.90,95
Widodo, Rahayu, S.Si Apt., 2004, Panduan Kelurga Memilih Dan Menggunaklan
s Obat, Penerbit Kreasi Wacana, Yogyakarta, Hal.1,95
Lampiran I
PERHITUNGAN:
Dik:
• No.batch sampel: 011 135 T • RAusp: 540974
• RAubp: 529133 • K.BPFI: 100.370%
Rumus :
Kadar : 540974 X 100.370% 529133
: 102.61%