• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Sosialisasi Program ASEAN Goes To School Terhadap Opini Siswa/I di Sekolah SMPN1, SMAN4, SMK 10, dan SMA Al’Azhar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Sosialisasi Program ASEAN Goes To School Terhadap Opini Siswa/I di Sekolah SMPN1, SMAN4, SMK 10, dan SMA Al’Azhar"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Sosialisasi Program ASEAN Goes To School

Terhadap Opini Siswa/I di Sekolah SMPN1, SMAN4, SMK 10,

dan SMA Al’Azhar

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi

DIAJUKAN :

O

L

E

H

Asri Martha N. Manurung

060922015

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI (EKSTENSION)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh

Nama : Asri Martha N. Manurung

Nim : 060922015

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Pengaruh Sosialisasi Program ASEAN Goes To School Terhadap Opini

Siswa/I di Sekolah SMPN1, SMAN4, SMK 10, dan SMA Al’Azhar

Medan, September 2008

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen,

Drs. Mukti Sitompul, M.Si Drs. Amir Purba, M.A

NIP. 131.099.240 NIP.131.654.104

Dekan FISIP USU,

Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh Sosialisasi program ASEAN goes to school terhadap opini siswa/I di SMPN1, SMAN4, SMK 10, dan SMA Al’azhar.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode korelasional yaitu suatu metode yang digunakan untuk meneliti sejauh mana variasi pada suatu variabel berhubungan dengan variasi variabel lainnya.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 440 orang siswa/I di empat sekolah tersebut yang mendapat sosialisasi Program ASEAN goes to school. Berhubung populasinya < 500 orang, maka teknik penarikan sampel penulis menggunakan rumus Arikunto dengan metode penarikan sample 25% dari total populasi sehingga tercapailah 110 orang siswa/i yang dijadikan responden. Teknik yang digunakan dalam penarikan sampel pada penelitian ini adalah teknik purposive sampling, accidental sampling dan stratified proporsional random sampling.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, antara lain melalui data sekunder yaitu dengan mempelajari dan mengumpulkan data-data dari literatur serta sumer bacaan yang dianggap relevan dan mendukung penelitian ini. Sedangkan data primer yaitu data yang diperoleh melalui pemberian sejumlah pertanyaan kepada responden berupa kuesioner.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME atas segala anugerah dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini, guna melengkapi syarat untuk

mencapai gelar Sarjana pada Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini

mengenai “Pengaruh sosialisasi program ASEAN goes to school terhadap opini siswa/Idi SMPN1, SMAN4, SMK10, dan SMA Al’Azhar”

Skripsi ini merupakan masterpiece (maha karya) kedua setelah sebelumnya penulis menamatkan kuliah di jurusan bahasa Inggris USU (D-III). Banyak hal yang

dikorbankan baik tenaga, waktu, materi bahkan perasaan demi kesempurnaan skripsi ini.

Ditengah-tengah jadwal yang padat serta liburan yang tak sempat dijalani, penulis

berusaha maksimal menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Penulis sadar dalam penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh pihak-pihak

tertentu baik berupa bimbingan, kritik, saran bahkan pengarahan, oleh karenanya penulis

pada kesempatan ini menyampaikan ribuan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah membalas orang-orang yang berbuat

baik dan menolong saudaranya. Terima kasih saya ucapkan kepada :

1. Prof. Dr.M.Arif Nasution, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara .

2. Drs. Amir Purba, MA, Selaku Ketua Jurusan Program Studi Ilmu Komunikasi

(5)

3. Bapak Drs. Mukti Sitompul, MSi, Selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar

memberikan bimbingan selama proses penyusunan skripsi ini, terima kasih untuk

segala nasehat dan saran-saran yang diberikan untuk penulis.

4. Bapak Drs.Mukti Sitompul, Selaku dosen wali.

5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama ini.

6. Keluargaku tercinta, papa, mama dan adikku kiki yang sudah mensupport

8. Terima kasih juga buat Yuri Bastian yang telah mengisi hati dan hidupku serta

mendukung dalam tiap langkah ku.

9. Untuk staf jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara : Kak Icut, Kak Ros, Maya, Rotua yang ikut memperlancar

pengerjaan skripsi.

10. Buat sahabat-sahabat ku Ekstension ’06 : Mustafa, Tri Yuwono, B’Bobby, Koche,

Molen, Dian, Tika, Rita, K’Alin, K’Inne, dan semua nama yg tidak bisa disebut satu

persatu. Kebersamaan menjadi indah karena berbagi tawa dan airmata.

Terima kasih banyak untuk semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan

dari semua pihak, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi yang

cukup berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 15 September 2008

Penulis,

Asri Martha N. Manurung

(6)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah ... 1

I.5.3. Sosialisasi Program ASEAN goes to school.. 13

I.5.4. Opini Publik... 17

I.11. Sistematika Penulisan ... 29

BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi dan Komunikasi Efektif ... 30

II.1.1. Pengertian Komunikasi ... 30

II.1.2. Proses Komunikasi ... 31

II.1.3. Unsur-Unsur Komunikasi ... 33

II.2. Komunikasi Kelompok ... 35

II.2.1. Karakteristik Komunikasi Kelompok ... 36

II.2.2. Bentuk-Bentuk Komunikasi Kelompok ... 37

II.3. Sosialisasi Program ASEAN goes to school ... 38

II.3.1. Pengertian Sosialisasi ... 38

(7)

II.4. Opini Publik ... 44

II.4.1. Pengertian Opini Publik ... 44

II.4.2. Proses Pembentukan Opini Publik ... 45

II.4.3. Kekuatan Opini Publik ... 48

II.5 Teori S-O-R ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 52

III.1.1 SMUN 4 Medan ... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 73

IV.1.1. Tahap Awal ... 73

IV.1.2. Pengumpulan Data ... 73

IV.2. Proses Pengolahan Data ... 74

IV.2.1. Penomoran Kuesioner ... 74

IV.2.2. Editing ... 75

IV.2.3. Coding ... 75

IV.2.4. Inventarisasi Variabel ... 75

IV.2.5. Tabulasi Data ... 75

IV.3. Analisa Tabel Tunggal ... 75

IV.3.1. Karakteristik Responden... 75

IV.3.2. Program ASEAN goes to school ... 78

IV.3.3. Opini Publik ... 88

IV.4. Analisa Tabel Silang ... 95

IV.5. Uji Hipotesa ... 101

IV.6. Pembahasan ... 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan ... 106

(8)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

- Biodata

- Lembar Bimbingan

- Kuesioner

- Tabel FC

- Surat Penelitian

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel IV.10 Tanggapan Mengenai Penampilan Duta Muda ... 80

Tabel IV.11 Ketertarikan Terhadap Isi Program ASEAN goes to school…… 81

Tabel IV.12 Kesesuaian Pesan Terhadap Kenyataan ... 82

Tabel IV.13 Mengerti/ tidak isi pesan dari program ASEAN……….. 83

Tabel IV.14 Kejelasan Isi Pesan seluruh Program ASEAN ... 83

Tabel IV.15 Perlu/ Tidak Program ASEAN dilaksanakan secara Rutin ... 84

Tabel IV.16 Kemampuan Mencerna Isi Pesan... 85

Tabel IV.17 Pemutaran Film/ Slideshow secara Tepat dan Menarik ... 86

Tabel IV.18 Program ASEAN menambah Pengetahuan dan Wawasan ... 87

Tabel IV.19 Kelengkapan atau Kekomplitan Informasi yang didapat ... 88

Tabel IV.20 Kepahaman dengan Maksud dan Tujuan Program ASEAN ... 88

Tabel IV.21 Rasa senang dalam mengikuti program ASEAN ……… 89

Tabel IV.22 Rasa Suka/ Tidak program ASEAN dilaksanakan di sekolah .... 90

Tabel IV.23 Rasa Puas/ Tidak terhadap Keseluruhan Acara ... 91

Tabel IV.25 Upaya membagikan Informasi Tentang ASEAN ... 91

Tabel IV.26 Tekad menjadi Duta Muda/ Ikut Program Beasiswa ASEAN ... 93

Tabel IV.27 Usaha mencari Informasi lebih Lanjut Tentang ASEAN ... 94

Tabel IV.28 Keahlian Duta Muda dalam Menyampaikan pesan dan Informasi Terhadap Isi Program Menambah Pengetahuan dan Wawasan ... 95

Tabel IV.29 Ketertarikan Terhadap Isi Program ASEAN terhadap Rasa Senang Mengikuti Program Tersebut ... 97

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 Teori S-O-R ... 21

Gambar I.2 Model Teoritis ... 23

Gambar II.1 Model Komunikasi ... 32

Gambar II.2 Teori S-O-R……… 40

Gambar III.1 Bagan Struktur Organisasi SMAN 4 Medan ... 53

Gambar III.2 Bagan Struktur Organisasi SLTPN1 Medan ... 55

Gambar III.3 Bagan Struktur Organisasi SMK 10 Medan ... 60

Gambar III.3 Bagan Struktur Organisasi SMA Al’Azhar Medan... 62

(11)

LAMPIRAN

1. Biodata

2. Kuesioner

3. Tabel Fotron Cobol

4. Surat Penelitian

5. Surat Keterangan Penelitian

(12)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh Sosialisasi program ASEAN goes to school terhadap opini siswa/I di SMPN1, SMAN4, SMK 10, dan SMA Al’azhar.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode korelasional yaitu suatu metode yang digunakan untuk meneliti sejauh mana variasi pada suatu variabel berhubungan dengan variasi variabel lainnya.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 440 orang siswa/I di empat sekolah tersebut yang mendapat sosialisasi Program ASEAN goes to school. Berhubung populasinya < 500 orang, maka teknik penarikan sampel penulis menggunakan rumus Arikunto dengan metode penarikan sample 25% dari total populasi sehingga tercapailah 110 orang siswa/i yang dijadikan responden. Teknik yang digunakan dalam penarikan sampel pada penelitian ini adalah teknik purposive sampling, accidental sampling dan stratified proporsional random sampling.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, antara lain melalui data sekunder yaitu dengan mempelajari dan mengumpulkan data-data dari literatur serta sumer bacaan yang dianggap relevan dan mendukung penelitian ini. Sedangkan data primer yaitu data yang diperoleh melalui pemberian sejumlah pertanyaan kepada responden berupa kuesioner.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

I .1 Latar Belakang Masalah

Kerjasama internasional adalah elemen penting dalam pelaksanaan kebijakan dan

politik luar negeri Indonesia. Melalui kerjasama-kerjasama internasional, Indonesia dapat

memanfaatkan peluang-peluang untuk menunjang dan melaksanakan pembangunan

nasionalnya. Kerjasama ASEAN (Assosiation South East Asia Nation) memegang peran

kunci dalam pelaksanaan kerjasama internasional Indonesia karena ASEAN merupakan

lingkaran konsentris pertama kawasan terdekat Indonesia dan pilar utama pelaksanaan

politik luar negeri Indonesia. Salah satu pencapaian dan sumbangsih terpenting dari

ASEAN adalah terciptanya perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara.

Terciptanya perdamaian dan stabilias di kawasan merupakan hal utama sehingga program

pembangunan Indonesia dapat terus dilaksanakan. Pertumbuhan ekonomi negara-negara

ASEAN terus mengalami peningkatan. Secara khusus, ASEAN telah membantu

Indonesia dalam penanganan bencana Tsunami di Aceh, gempa bumi di Yogyakarta,

proses perdamaian di Aceh, penanggulangan kebakaran hutan dan lain-lain. Negara-

negara yang ikut menjadi keanggotaan ASEAN sampai saat ini adalah, Brunei

Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura,

Thailand (www. Aseansec.org).

Kerjasama negara-negara anggota ASEAN dalam bidang pendidikan melalui

pertukaran pelajar/mahasiswa dan akademisi, serta kerjasama penelitian antara peneliti

(14)

kawasan ASEAN. Jejaring regional (regional framework) dimaksud akan difokuskan pada kegiatan-kegiatan untuk memajukan ASEAN awareness di sekolah-sekolah, termasuk mempromosikan ASEAN Studies di sekolah-sekolah dasar dan menengah.

Generasi muda Indonesia, sebagai salah satu pemimpin masa depan di ASEAN,

ternyata belum memiliki kesadaran akan peran mereka dalam ASEAN. Hal ini lebih

dikarenakan minimnya informasi yang mereka peroleh seputar kegiatan ASEAN, maupun

jangkauan kegiatan ASEAN yang kurang banyak menyentuh generasi muda di Indonesia.

Karena itu, diperlukan kegiatan komunikasi yang intensif dan efektif mengenai ASEAN

demi tercapainya ASEAN Community 2015. (www.dutamudaasean-indonesia.org)

Untuk berlangsungnya komunikasi yang efektif dari ASEAN kepada generasi

muda, maka proses penyandian oleh komunikator harus bertautan dengan proses

pengawasandian oleh komunikan. Wilbur Schramm melihat pesan sebagai tanda esensial

yang harus dikenal oleh komunikan. Komunikasi efektif harus direncanakan dengan

memperhatikan situasi, waktu, tempat dan pendengarnya. (Effendy, 2000 :18)

Pemilihan Duta Muda ASEAN-Indonesia (DMAI) bulan Juli 2007 menjadi pintu

gerbang kampanye peningkatan kesadaran generasi muda atas ASEAN. Kegiatan yang

diprakarsai oleh Departemen Luar Negeri ini berhasil menarik minat lebih dari 4000

mahasiswa berprestasi di seluruh Indonesia. Melalui serangkaian tahap seleksi yang

melibatkan berbagai pakar, terpilihlah dua puluh orang finalis DMAI. (www.deplu.go.id)

DMAI bertugas mempromosikan dan mensosialisasikan ASEAN di kalangan

generasi muda, baik di dalam negeri maupun di mancanegara. Sosialisasi adalah sebuah

(15)

mengadakan beberapa seminar mengenai ASEAN di beberapa kota. Sedangkan di

mancanegara, DMAI telah mengikuti berbagai kegiatan kepemudaan di negara

ASEAN+3 (China, Jepang, Korsel) seperti youth camp, youth summit, youth exchange. Hingga Juni 2008, DMAI telah mempersiapkan berbagai macam kegiatan untuk

mengakrabkan ASEAN kepada generasi muda dalam bentuk pameran foto, kompetisi,

hingga festival seni. Salah satu kegiatan yang dilakukan DMAI untuk daerah Medan

adalah Program ASEAN Goes To School, yaitu program sosialisasi dan edukasi ke sekolah-sekolah untuk memperkenalkan ASEAN kepada generasi penerus bangsa.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan ASEAN Community di kalangan generasi muda usia sekolah menengah, melalui kunjungan ke SMP dan SMA

di seluruh Indonesia. Setidaknya satu SMP dan satu SMA tiap provinsinya akan

mendapatkan pengenalan mengenai ASEAN yang akan disampaikan dalam format yang

lebih populer sehingga mudah diterima oleh anak muda. Kegiatan ini bertujuan untuk:

memperkenalkan ASEAN sebagai community atau masyarakat, menumbuhkan rasa sebagai warga ASEAN (we-feeling) dan semangat ASEAN di kalangan generasi muda Indonesia, meningkatkan partisipasi aktif generasi muda di ASEAN.

Pengetahuan generasi muda tentang ASEAN yang kebanyakan didapat dari

pelajaran disekolah dirasa kurang. Apalagi sebenarnya ada banyak program-program di

bidang pendidikan yang ditujukan untuk generasi muda yang dapat dimanfaatkan. Seperti

misalnya program beasiswa ke berbagai universitas-universitas yang menjadi anggota

ASEAN dan merupakan suatu kesempatan baik yang mungkin dapat di raih oleh siswa/i

apabila mereka didukung dengan informasi yang tepat. Untuk itulah ASEAN melalui

(16)

Indonesia. Program ini menekankan pemberian informasi tentang ASEAN khususnya

dibidang pendidikan, dan tentang duta muda ASEAN. Ini merupakan program sosialisasi

pertama yang dilakukan ASEAN untuk siswa/i sekolah. Rangkaian kegiatan ASEAN

Goes To School untuk wilayah Medan diadakan pada tangal 22 februari 2008 dan 23 februari 2008. Kunjungan berdurasi sekitar 1,5 jam per sekolahnya.

Untuk wilayah Medan, ASEAN memilih empat sekolah yang dianggap dapat

mewakili sekolah-sekolah lainnya yaitu: SMPN1, SMAN 4, SMK 10, dan SMA

Al’azhar. Sekolah-sekolah ini dipilih oleh ASEAN dengan alasan: Keempat sekolah ini

telah menggunakan metode pembelajaran bertaraf international, sering melakukan

pertukaran pelajar ke dalam dan luar negeri, dan merupakan sekolah favorit yang

diharapkan dapat terus menyebarkan informasi mengenai ASEAN kepada teman-teman

mereka di sekolah-sekolah lainnya. (www.dutamudaasean-indonesia.com)

Duta Muda ASEAN Indonesia akan memfasilitasi kegiatan-kegiatan berupa:

Pemutaran film ‘ASEAN Community 2015’, Pengenalan tentang ASEAN dalam bentuk slide show/ power point dan mitra wicaranya beserta aktivitasnya dalam bentuk dialog

dan simulasi, diskusi dan games interaktif bertema peran dan ruang bagi generasi muda

di ASEAN serta kontribusi generasi muda terhadap ASEAN dan lingkungan sekitar

mereka, berbagi pengalaman bersama Duta Muda ASEAN-Indonesia (Program pemuda

di ASEAN, China, Kapal ASEAN, Praha, India, Korea), dan Pembagian selebaran

informasi tentang ASEAN dan beasiswa bidang pendidikan.

Melalui sosialisasi ke empat sekolah ini, diharapkan pengetahuan akan ASEAN

(17)

mengikutinya, mengingat durasi program acara ini terbilang singkat dan hanya satu kali

diadakan. Apalagi metode yang digunakan untuk mensosialisasikan ASEAN terbilang

sama untuk keempat sekolah dengan latar belakang sekolah yang berbeda. Berdasarkan

latar belakang diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui sejauh mana

pengaruh program sosialisasi ASEAN Goes to school terhadap opini siswa.

I .2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat

dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Sejauhmana program sosialisasi ASEAN Goes to school mempengaruhi opini siswa? ”.

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan memperjelas

masalah yang dibahas dalam penelitan sehingga lebih terarah, maka penulis membatasi

masalah sebagai berikut:

a. Program ASEAN Goes to school yang akan akan diteliti adalah hanya meliputi komunikator, isi (content), dan media yang digunakan..

b. Opini siswa akan program ASEAN goes to school terbatas pada aspek Kognitif,

Afektif, Konatif.

c. Objek penelitian adalah siswa/i dari 4 sekolah yang mendapat program sosialisasi

dari ASEAN yaitu: SMPN I, SMK 10, SMAN 4, SMA AL’AZHAR,

(18)

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah sudah pasti mempunyai

tujuan yang ingin dicapai. Demikian juga dengan penelitian ini yang memiliki tujuan

sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengaruh program sosialisasi ASEAN goes to school terhadap opini siswa.

b. Untuk mengetahui efektifitas sosialisasi ASEAN di sekolah-sekolah.

1.4.2 Manfaat penelitian

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah

penalitian dibidang Ilmu Komunikasi, khususnya mengenai opini publik.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tempat bagi penulis untuk

menerapkan ilmu yang diperoleh selama ini.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

pihak-pihak yang berkepentingan yang membutuhkan pengetahuan berkenaan

dengan penelitian ini.

I. 5 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam

memecahkan dan menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang

(19)

Menurut Kerlinger, teori merupakan himpunan konstruk (konsep), yang

mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dan menjabarkan relasi diantara

variable untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. (Rakhmat, 2004 : 6).

Dengan adanya kerangka teori akan membantu peneliti dalam menentukan tujuan

dan arah penelitiannya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi dan komunikasi efektif

2. Komunikasi kelompok

3. Sosialisasi program ASEAN goes to school 4. Opini publik

5. Teori S-O-R

I.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Efektif

Sebagai makhluk sosial, komunikasi merupakan unsur penting dalam kehidupan

manusia. Kegiatan komunikasi akan timbul jika seorang manusia mengadakan interaksi

dengan manusia lain, jadi dapat dikatakan bahwa komunikasi timbul sebagai akibat dari

adanya hubungan social. Pengertian tersebut mengandung arti bahwa komunikasi tidak

dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai

kelompok.

(20)

kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu

makna, atau suatu pesan dianut secara sama. (Wiryanto,2004:5)

Harold laswell dalam karyanya Strukture and Function of Communication in Society (Effendy, 2000:10), mengatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek

tertentu. who says what in which channel to whom and with what effect. Jadi unsur-unsur yang terdapat dalam komunikasi menurut paradigma Laswell ada lima, yaitu:

1. Komunikator (communicator, source, sender) 2. Pesan (Message)

3. Media (channel, media)

4. Komunikan (communicant,communicate,receiver, recipient)

5. Efek (Effect, impact, influence)

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau

perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa

merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan

bisa berupa keyakinan, keragu-raguan, kekawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan,

dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.

Unsur-unsur yang terlibat dalam proses komunikasi adalah:

- Sender (komunikator), yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

- Encoding (penyandian), yaitu proses pengalihan pikiran kedalam bentuk lambang.

(21)

- Media (Saluran), yaitu tempat berlalunya pesan dari komunikator ke komunikan

- Decoding (pengawasandian), yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambing yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

- Receiver, yakni komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

- Response (tanggapan), yaitu seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.

- Feedback (umpan balik), yaitu tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

- Noise, yaitu gangguan yang tidak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan

yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

Agar komunikasi efektif, proses penyandian oleh komunikator harus bertauan

dengan proses pengawasandian oleh komunikan. Wilbur Schramm melihat pesan sebagai

tanda esensial yang harus dikenal oleh komunikan. Semakin tumpang tindih bidang

pengalaman (Field of experience) komunikator dengan bidang pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan yang dikomunikasikan. Komunikator akan dapat menyandi

dan komunikan akan dapat mengawasandi hanya dalam istilah- istilah pengalaman yang

dimiliki masing-masing.

Dalam teori komunikasi dikenal istilah empathy, yang berarti kemampuan memproyeksikan diri kepada peranan orang lain. Jadi, meskipun antara komunikator

dengan komunikan terdapat perbedaan dalam kedudukan, jenis pekerjaan, agama, suku,

(22)

komunikasi tidak akan gagal. Komunikasi efektif harus direncanakan dengan

memperhatikan situasi, waktu, tempat dan pendengarnya. (Effendy, 2000:18)

I.5.2 Komunikasi Kelompok

Berbeda dengan fenomena sosial lainya, komunikasi merupakan suatu proses,

suatu kegiatan manusia yang berlangsung terus menerus secara sinambung. Demikian

juga dengan komunikasi yang dilakukan dalam mensosialisasikan Program ASEAN oleh

Duta mudanya kepada siswa/i sekolah termasuk kedalam salah satu bentuk komunikasi

kelompok.

Komunikasi kelompok (group communication) berarti komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih

dari dua orang. Sekelompok orang yang menjadi komunikan itu bisa sedikit, bisa banyak.

Apabila jumlah orang yang dalam kelompok itu sedikit yang berarti kelompok itu kecil,

komunikasi yang berlangsung disebut komunikasi kelompok kecil (small group

communication), jika jumlahnya banyak yang berarti kelompoknya besar dinamakan

komunikasi kelompok besar (large group communication).

Berikut, beberapa karakteristik yang membedakan kelompok kecil dengan

kelompok besar:

1. Komunikasi kelompok kecil

Komunikasi kelompok kecil (small/micro group communication) adalah komunikasi yang ditujukan kepada kognisi komunikan dan prosesnya berlangsung secara

(23)

lain-lain. Dalam situasi komunikasi seperti itu logika berperan penting. Komunikan akan

dapat menilai logis tidaknya uraian komunikator.

2. Komunikasi kelompok besar

Komunikasi kelompok besar (large/macro group communication) adalah komunikasi yang ditujukan kepada efeksi komunikan dan prosesnya berlangsung secara

linear. Pesan yang disampaikan oleh komunikator dalam situasi komunikasi kelompok

besar, ditujukan kepada afeksi komunikan, kepada hatinya atau kepada perasaannya.

contohnya rapat raksasa di sebuah lapangan. (Effendy,1993 : 75-79)

Program sosialisasi ASEAN goes to school yang dilakukan oleh Duta muda ASEAN kepada siswa/i termasuk kedalam komunikasi kelompok kecil. Hal ini

dikarenakan program ini berlangsung secara dialogis, tidak linear melainkan sirkular.

Umpan balik secara verbal. Komunikan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa

bertanya jika tidak mengerti, dapat menyanggah bila tidak setuju dan lain sebagainya.

Sosialisasi program ini dilakukan di dalam ruangan kelas ataupun aula dari

sekolah-sekolah tersebut.

Komunikasi itu dikatakan efektif bila anggota mampu memberikan informasi

kepada kelompok mengenai suatu program secara selektif, atau mengurangi

kesimpangsiuran informasi. Efektivitas kelompok dapat dilihat dari aspek produktivitas

moral, dan kepuasan para anggotanya. Produktivitas kelompok dapat dilihat dari

keberhasilan mencapai tujuan kelompok. Moral dapat diamati dari semangat dan sikap

(24)

I .5.3 Sosialisasi Program ASEAN Goes To School

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan

aturan dari satu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.

Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: Sosialisasi primer (dalam

keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut goffman kedua proses

tersebut berlangsung dalam institusi social, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja.

Dalam kondisi institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama,

terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun waktu tertentu, bersama-sama

menjalani hidup yang terkungkung, dan diatur secara formal.

1. Sosialisasi Primer

Peter L. Berger dan luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai

sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota

masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau

saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan

lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan

orang lain disekitar keluarganya.

2. Sosialisasi Sekunder

Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi

primer yang memperkenalkan individu kedalam kelompok tertentu dalam masyarakat.

Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi

(25)

a. Tahap persiapan (Preparatory stage).

Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan

diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang

diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak

sempurna.

b. Tahap meniru (Play stage)

Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan

peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa, kemampuan untuk menempatkan diri pada

posisi orang lain juga mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan

orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana

anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang

yang amat berarti (significant other). c. Tahap Siap Bertindak

Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang

secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya

menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat. Pada tahap ini lawan

berinteraksi semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai

berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang

berlaku diluar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu,

anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku diluar keluarganya.

d. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized stage)

Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan

(26)

tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan

masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja

sama, bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap. Manusia dengan

perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti

sepenuhnya.

ASEAN sebagai organisasi regional di Asia Tenggara ternyata masih kurang

dikenal oleh masyarakat negara-negara anggotanya. Padahal, ASEAN telah

mencanangkan terbentuknya suatu ASEAN Community pada tahun 2015, dimana organisasi ini tidak lagi semata organisasi antar pemerintah, namun lebih merupakan

komunitas masyarakat ASEAN. Alasannya, untuk menjadi organisasi regional yang lebih

kuat, dibutuhkan rasa memiliki dan keterlibatan dari masyarakat yang bersangkutan. Duta

Muda ASEAN Indonesia (DMAI) bertugas mensosialisasikan segala kegiatan-kegiatan

yang dilakukannya selama masa tugasnya, termasuk memberikan informasi bagaimana

kiat untuk menjadi duta muda kepada siswa/i sekolah tersebut. Salah satu program DMAI

untuk mensosialisasikan ASEAN kepada generasi muda yaitu melalui program ASEAN

goes to school. Kegiatan ini bertujuan untuk:

- Memperkenalkan ASEAN sebagai community atau masyarakat

- Menumbuhkan rasa sebagai warga ASEAN (we-feeling) dan semangat ASEAN di kalangan generasi muda Indonesia

- Meningkatkan partisipasi aktif generasi muda di ASEAN

Selain itu, kunjungan akan disertai pemberian informasi mengenai jaringan kegiatan

(27)

Seseorang dapat dikatakan komunikator yang baik apabila komunikator tersebut

mempunyai kredibiltas atau kepribadian yaitu keahlian komunikator dan kepercayaan

kita kepada komunikator. Dan juga mempunyai atraksi atau daya tarik yaitu komunikator

tersebut harus memiliki kesamaan dengan komunikannya dalam arti kesamaan dalam

tujuan dan bahasa yang digunakan oleh komunikator tersebut bisa dimengerti oleh

komunikannya. Pada umumnya seorang komunikator yang memiliki daya tarik akan

lebih efektif daripada komunikator yang tidak menarik. (Effendy,1993 : 43-45)

Proses komunikasi dikatakan berhasil jika mengikuti tahap-tahap komunikasi

seperti yang dikemukakan oleh Cultip dan Center yang disebut The 7c’ of Communication, yaitu : Credibility (memulai komunikasi dengan membangun suatu kepercayaan), Context (komunikasi harus berkaitan dengan kehidupan/ keadaan sosial), Content (pesan dan informasi yang diberikan kepada khalayak harus mempunyai arti dan bermanfaat), clarity (pesan komunikasi harus disusun dalam bahasa yang sederhana, kejelasan dari pesan haruslah diutamakan atau pesan tersebut didak akan dapat diterima

dengan baik oleh komunikan), continuity and consistency (proses komunikasi adalah proses yang tidak pernah berakhir dan harus ada pengulangan-pengulangan), capability of audience (pertimbangan atas kemampuan dari komunikan untuk menyerap dan mencerna isi pesan), Channel (media dan alat-alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut agar bisa lebih mudah diterima). Dalam setiap kunjungan, DMAI akan

memfasilitasi kegiatan : Pemutaran film ‘ASEAN Community 2015’, Pengenalan tentang ASEAN dalam bentuk slide show/ power point dan mitra wicaranya beserta aktivitasnya

dalam bentuk dialog dan simulasi, diskusi dan games interaktif bertema peran dan ruang

(28)

lingkungan sekitar mereka, berbagi pengalaman bersama Duta Muda ASEAN-Indonesia

(Program pemuda di ASEAN, China, Kapal ASEAN, Praha, India, Korea), pembagian

selebaran informasi tentang ASEAN dan beasiswa bidang pendidikan (Proposal ASEAN

goes to school).

1.5.4 Opini Publik

Cultip dan Center mengemukakan bahwa opini suatu ekspresi tentang sikap

mengenai suatu masalah yang kontroversial yang menimbulkan pendapat berbeda-beda.

Clyde L.King mengatakan bahwa opini adalah suatu penilaian sosial mengenai suatu hal

yang penting dan berarti atas dasar pertukaran pikiran yang dilakukan oleh

individu-individu yang sadar rasional. (Sastropoetra, 1990 : 35-53)

Publik dapat didefinisikan sebagai sejumlah orang yang mempunyai minat,

kepentingan, atau kegemaran yang sama. Inti dari pendapat umum atau opini publik

adalah diakuinya pendapat masyarakat. Pendapat umum diterima dan mampu

mempengaruhi kekuasaan dan kebijaksanaan sehingga apa yang dipikirkan masyarakat

menjadi penting untuk diketahui. Ekspresi untuk menyatakan pendapat umum itu

berbeda-beda, kemajuan teknologi yang menentukan bagaimana pendapat itu harus

disuarakan. Secara umum dikenal beberapa teknik ekspresi pendapat umum

berturut-turut: orator, cetakan, kerumunan, petisi, ruang diskusi, coffee house, gerakan revolusi,

pemogokan, pemilihan umum, strawa pool (pemungutan suara tidak resmi), surat kabar modern, surat untuk pejabat public, perencanaan agenda, dan pooling. (Eriyanto,1999 :

(29)

Menurut Kruger Reckles menyatakan bahwa opini publik adalah suatu pendapat

hasil pertimbangan seseorang tentang sesuatu hal yang diterima sebagai pikiran publik.

Ada perubahan yang terjadi pada diri sikomunikan apabila opini tersebut hadir mengisi

kehidupannya yaitu perubahan sikap, dan perubahan ini selalu terjadi pada siapa saja.

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam

menghadapi objek, ide, situasi dan nilai. Jadi timbulnya opini adalah efek komunikasi

dalam bentuk pernyataan yang bersifat kontroversial dan sejumlah orang sebagai

pengekspresian sikap

Sikap memiliki tiga komponen, yaitu komponen kognitif, afektif, dan komponen

konatif ( Azwar, 2003 : 23):

1. Komponen Kognitif

Perubahan yang terjadi apabila perubahan pada apa yang diketahui, dipahami,

atau dipersepsikan oleh khalayak dan perubahan ini berkaitan dengan transmisi

pengetahuan,keterampilan, kepercayaan atau informasi dan pemahaman.

2. Komponen Afektif

Perubahan yang terjadi apabila ada perubahan pada apa yang dirasakan,

disenangi, atau dibenci khalayak. Dan perubahan ini berkaitan dengan emosi seseorang

yang berupa rasa senang, suka, dan juga puas.

3. Komponen Konatif

Perubahan yang terjadi pada tindakan atau perilaku nyata dari khalayak yang

dapat diamati, bersangkutan dengan niat, upaya, tekad, usaha, yang cenderung menjadi

(30)

Menurut Irish dan Proto (Susanto, 2001 : 91) menyatakan bahwa suatu pendapat

harus dinyatakan terlebih dahulu agar dapat dinilai sebagai pendapat umum atau opini

publik. Hal ini disebabkan karena sesuatu yang belum dinyatakan terlebih dahulu belum

bisa disebut sebagai opini karena belum mengalami proses komunikasi, melainkan masih

merupakan sikap. Suatu pendapat akan menjadi suatu isu apabila mengandung unsur

kemungkinan pro dan kontra suatu pendapat (tentang suatu kejadian) yang telah dan

dengan demikian ia akan menimbulkan pendapat baru yang menyenangkan atau tidak

baginya.

Opini mencerminkan suatu pernyataan atau sikap dalam kata-kata. Suatu sikap

dapat dinyatakan sebagai disposisi seseorang atau suatu kecenderungan untuk membalas

tindakan. Opini menyangkut pandangan pribadi seseorang dalam menghadapi isu yang

terjadi disekitarnya. Timbulnya opini pada seseorang atau sejumlah orang disebabkan ia

atau mereka menerima suatu pesan dari komunikator. Mula- mula pesan yang diterima

merupakan sikap saja tetapi kemudian mereka mengekspresikannya kepada orang lain,

terjadilah proses komunikasi yang diantara mereka ada yang pro dan kontra terhadap

pesan tersebut.

Selanjutnya, Lonard W.Doob dan bukunya yang berjudul Social Psychology menyatakan bahwa opini adalah penjelmaan dan pertimbangan seseorang tenteng suatu

hal, kejadian atau pikiran yang telah diterima sebagai pikiran umum (Sunarjo,1984 : 29).

Opini mencerminkan suatu pernyataan atau sikap dalam kata-kata. Suatu sikap

dapat dinyatakan sebagai disposisi seseorang atau suatu kecenderungan untuk membalas

(31)

Opini sebagai opini pribadi memiliki karakteristik tertentu:

1. Mempunyai isi, artinya opini tersebut berhubungan dengan sesuatu

2. Arah (percaya atau tidak percaya, setuju atau tidak setuju dan sebagainya)

3. Memiliki intensitas (kuat, moderat, atau lemah)

Selama opini itu merupakan opini seseorang (individu opini tidak akan

menimbulkan permasalahan). Demikian juga bila opini itu merupakan opini pribadi

(Privaat Opinion). Permasalahan akan timbul apabila opini itu menjadi opini publik (public opinion) yang menyangkut orang banyak karena berkaitan dengan kepentingan orang banyak.

I .5.5 Teori S-O-R

Teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respon) beranggapan bahwa organisme menghasilkan perilaku tertentu jika ada stimulus tertentu pula. Jadi efek yang

ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat

mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Menurut Effendy (2000), dalam model ini terdapat tiga unsur penting yaitu:

a. Pesan (stimulus), pesan yang dimaksud disini adalah Program ASEAN Goes To

School yang di adakan di empat sekolah di medan pada tangal 22 februari 2008

dan 23 februari 2008.

b. Komunikan (Organisme), yang menjadi sasaran penelitian ini yaitu siswa-siswi

SMPN 1,SMK 10, SMAN 4, dan SMA Al’azhar.

c. Efek atau respon, respon yang dimaksud adalah opini terhadap acara ini. Tetapi

(32)

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek ‘how’ bukan ‘what’ atau ‘why’. jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change the attitude bagaimana mengubah sikap komunikan.

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap yang berubah hanya jika

stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Hovland, Janis dan Kelly (dalam

Effendy,2000: 224 - 225), menyatakan bahwa dalam menelaah sikap ada tiga variabel

penting, yaitu: Perhatian, Pengertian, Penerimaan.

Menurut Effendy teori S-0-R dapat dirumuskan sebagai berikut:

Gambar 1.1 Teori S-O-R

Gambar diatas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung kepada proses

yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan

mungkin diterima atau ditolak. Kombinasi akan berlangsung jika ada perhatian dari

komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang

melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya,

maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Stimulus Organisme:

- Perhatian - Pengertian - Penerimaan

(33)

I. 6 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat

kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil peneltian yang dicapai dapat mengantar

peneliti pada rumusan hipotesa (Nawawi,1995 : 40).

Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan sebelumnya, kerangka konsep

yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah segala gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau

mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur yang lain, yang pada

gilirannya gejala atau faktor yang kedua itu disebut variable terikat. Tanpa variable ini

maka variable berubah sehingga akan muncul menjadi variable terikat yang berbeda atau

yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada atau tidak muncul (Nawawi,1995 : 56).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah program “ASEAN goes to school”. b. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau

muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variable bebas. Ada atau munculnya

variable ini adalah karena adanya variable lain (Nawawi,1995 : 57). Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah “opini siswa/i”.

c. Variabel Antara (Z)

Variabel antara adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi

dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variable bebas (Nawawi,1995 : 58). Variabel

(34)

menerima program ASEAN Goes to school, yaitu siswa-siswa dari sekolah SMPN1, SMAN4, SMK 10 dan SMA Al’azhar Medan.

I.7 Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan

dibentuk menjadi suatu model teoritis sabagai berikut:

Gambar 1.2 Model Teoritis

±

Variabel Bebas (X)

Program ASEAN goes to school.

Variabel Terikat (Y)

Opini siswa/i

Variabel Antara (Z)

(35)

I.8 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas maka dibuat operasional

variable yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu sebagai

berikut:

Tabel I.1 Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Variabel Bebas (X) Program ASEAN goes to school.

1. Komunikator

a. Kredibilitas (source credibility) - Kepercayaan

- Keahlian - Kecerdasan

b. Atraksi/ daya tarik (source attractiveness) - Kesamaan

- Bahasa yang digunakan - Penampilan

e. Continuity and Consistency

f. Capability of audience g. Channel

Variabel Terikat (Y) Opini siswa/i sekolah

(36)

I.9 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah

dikelompokkan dalam kerangka konsep. Dengan kata lain, definisi operasional adalah

suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan

variable yang sama (Singarimbun, 2006 : 46).

Definisi operasional dari penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas (Program ASEAN Goes To School) terdiri dari:

1. Komunikator, merupakan individu yang membawakan program acara ASEAN

goes to school.

a. Kredibilitas, merupakan seperangkat persepsi komunikan tentang sifat-sifat

komunikator

- Dapat dipercaya, merupakan suatu sifat dan harus dimiliki oleh seorang

komunikator.

- Keahlian, merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh seorang

komunikator

- Kecerdasan, merupakan tingkat intelegensia yang dimiliki oleh seorang

komunikator

b. Atraksi

- Kesamaan, dalam arti persamaan kepercayaan, sikap, dan maksud antara

komunikator dengan komunikan.

- Bahasa yang digunakan, dalam arti komunikan mengerti apa yang

(37)

- Penampilan, merupakan apa yang dilihat komunikan pada diri komunikator,

mengenai gaya busana/ pakaian, aksesoris, tat arias, dan lain-lain.

2. Message/ Pesan

a. Credibility: Nilai kepercayaan khalayak terhadap pesan yang disampaikan. b. Context: Pesan yang disampaikan berdasarkan konteks kehidupan nyata. c. Content: manfaat isi pesan dalam kehidupan

d. Clarity: Kejelasan bahasa yang digunakan.

e. Continuity and consistency: ada atau tidaknya kesimbungan pesan tersebut kepada komunikan.

f. Capability of audience: pertimbangan akan kemampuan komunikan untuk menyerap imformasi/ pesan tersebut.

g. Channel: Media/ alat bantu apa saja yang di gunakan saat program ini dijalankan,

yang dimaksudkan agar pendengar dapat lebih mudah mengerti isi pesan tersebut.

- Pemutaran film tentang ASEAN, apakah film yang diputar menarik dan dapat

dimengerti.

- Slide show/ power point

- Selebaran yang dibagikan

- Diskusi dan games interaktif

(38)

a. Kognitif, meliputi aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yag diketahui

manusia. meliputi pengetahuan dan pemahaman siswa akan isi pesan yang

disampaikan.

b. Afektif, yaitu proses pembentukan dan perubahan sikap masyarakat. meliputi

perasaan senang atau tidak, suka atau tidak, puas atau tidak dengan keseluruhan

program yang diadakan oleh ASEAN.

c. Konatif, yaitu tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Meliputi

keinginan keinginan/ niat, upaya, tekad, usaha yang dilakukan siswa untuk

merespon acara ASEAN yang diadakan disekolah mereka.

3. Variabel Antara ( Karakteristik Responden), terdiri dari:

a. Asal sekolah: sekolah asal siswa/i tersebut berdasarkan dari empat sekolah yang

mengikuti program tersebut.

b. Usia dari responden

c. Jenis Kelamin: yaitu jenis kelamin dari responden, yakni pria dan wanita.

d. Jenjang kelas siswa: tingkat kelas responden saat mengisi kuesioner (kelas 1,

kelas 2, atau kelas 3)

I.10 Hipotesa

Hipotesa adalah pernyataan yang merupakan dugaan atau terkaan tentang apa saja

yang diamati dalam usaha untuk memahaminya yang mungkin benar, mungkin juga

salah. Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang masih harus diuji kebenarannya secara

(39)

kebenarannya akan diuji berdasarkan data yang di kumpulkan. Hipotesa yang diajukan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara program ASEAN dan opini yang diberikan

siswa/i.

Ha : Terdapat pengaruh antara program ASEAN dan opini yang diberikan

(40)

I.11 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Pembatasan Masalah, Tujuan dan Manfaat penelitian, Kerangka Teori, Kerangka konsep, Model Teoritis, Operasional Variabel, Definisi Variabel,

Hipotesa, Sistematika Penulisan.

BAB II : URAIAN TEORITIS

Terdiri dari: Tinjauan mengenai Komunikasi dan Komunikasi Efektif,

Komunikasi kelompok, Sosialisasi Program ASEAN Goes To School,

Opini Publik, Teori S-O-R.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Terdiri dari: Metode Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Penarikan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Pelaksanaan Pengumpulan Data, Proses Pengolahan Data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Terdiri dari: Deskripsi Lokasi Penalitian, Analisis Tabel Tunggal,

Analisis Tabel Silang, Uji Hipotesa

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(41)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi dan Komunikasi Efektif II.1. 1 Pengertian Komunikasi

Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia

lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Karena itulah dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan unsur

penting dalam kehidupan manusia dan komunikasi timbul sebagai akibat dari adanya

hubungan sosial.

Peristiwa komunikasi pasti dilaksanakan oleh manusia karena itu

pembicaraantentang komunikasi sangat luas hamper tidak ada batasnya, oleh karenanya

batas-batas yang mampu menunjukkan kekhususan komunikasi sebagai suatu disiplin

ilmu dapat dipelajari.

Istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication, berasal dari bahasa Latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti sama-sama disini adalah sama makna.

Banyak sekali definisi komunikasi yang berbeda-beda yang disampaikan oleh

para ahli komunikasi. Menurut Anderson (1959) komunikasi adalah suatu proses dengan

mana kita bisa memahami dan dipahami oleh orang lain. Komunikasi merupakan suatu

proses yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang berlaku.

Sementara Berelson dan Steiner (1964) mendefinisikan komunikasi sebagai penyampaian

(42)

seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan lain-lain. Miller (1996) mengatakan

bahwa komunikasi pada dasarnya adalah penyampaian yang disengaja dari sumber

terhadap penerima dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku pihak penerima (Purba

dkk, 2006 : 32-33).

Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang

mengkhususkan diri pada studi komunikasi antarmanusia (human communication) bahwa:” Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki

orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membagun hubungan antar sesama manusia

(2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain

(4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu” (Cangara, 2002 : 19).

II.1.2 Proses Komunikasi

Suatu proses komunikasi tidak hanya berupa memberitahukan dan mendengarkan

saja, naun didalam suatu proses komunikasi harus mengandung pembagian ide, pikiran,

fakta, ataupun pendapat dari satu orang kepada orang lain.

Dari defenisi-defenisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian

komunikasi adalah seni penyampaian informasi (pesan, ide, sikap, gagasan) dari

komunikator untuk merubah serta membentuk perilaku komunikan (pola, sikap,

pandangan dan pemahamannya) ke pola dan pemahaman yang dikehendaki komunikator.

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan

oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan

(43)

keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian dan

sebagainya yang timbul dari lubuk hati.

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara

sekunder.

1. Proses Komunikasi Secara Primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau

perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain

sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan

komunikator kepada komunikan. Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam

komunikasi adalah jelas karena hanya bahasalah yang mampu menerjemahkan pikiran

seseorang kepada orang lain. Apakah itu berbentuk ide, informasi atau opini, baik

mengenai hal yang konkret maupun yang abstrak, bukan saja tentang hal atau peristiwa

yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang

akan datang.

2. Proses Komunikasi Secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh

seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua

setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang menggunakan media kedua

dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di

tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar,

majalah, radio, televisi, film dan banyak lagi merupakan media kedua yang sering

(44)

Karena proses komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi

primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata

lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus

memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan. Penentuan media

yang akan dipergunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari

pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan dituju. Dengan demikian, proses

komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai

media massa (mass media) dan media nirmassa (non-massa media) (Effendy, 2005 : 16-17).

II.1.3 Unsur-Unsur Komunikasi

Harold laswell dalam karyanya Strukture and Function of Communication in Society (Effendy, 2000:10), mengatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek

tertentu. who says what in which channel to whom and with what effect. Jadi unsur-unsur yang terdapat dalam komunikasi menurut paradigma Laswell ada lima, yaitu:

1. Who (Siapa): Komunikator; orang yang menyampaikan pesan.

2. Says What (Mengatakan apa): Pesan; pernyataan yang didukung oleh lambing, dapat berupa ide atau gagasan.

3. In Which Channel (Saluran): Media; sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya, sarana tersebut harus

(45)

5. With what effect (Dampak): Efek; dampak sebagai pengeruh dari pesan atau dapat juga dikatakan sebagai hasil dari proses komunikasi.

Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut dapat dikaji model komunikasi

yang dikemukakan oleh Philip Kotler yaitu:

Gambar II.1 Model Komunikasi

Sender: Komunikator (pengirim informasi) yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

Message: Pesan yang merupakan seperangkat lambing bermakna yang disampaikan komunikator.

Media: Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.

Receiver: Komunikan (orang) yang menerima pesan dari komunikator.

Effect: Perbedaan antara apa yang difikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh komunikan sebelum dan sesudah menerima pesan.

Feedback: Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

Fungsi Komunikasi adalah:

a. Menyampaikan informasi (to inform) b. Mendidik (to educate)

Message Receiver

Feedback

(46)

c. Menghibur (to entertain) d. Mempengaruhi (to influence) Tujuan Komunikasi adalah:

a. Mengubah sikap (to change the attitude)

b. Mengubah opini/ pendapat/ pandangan (to change the opinion) c. Mengubah perilaku (to change behavior)

d. Mengubah masyarakat/ perubahan sosial (to change the society)

III. 2 Komunikasi Kelompok

Definisi yang paling sederhana mengenai komunikasi kelompok dikemukakan

oleh Effendy (1995: 75) yaitu: ”komunikasi kelompok adalah komunikasi antara

seseorang dengan sekelompok orang dalam situasi tatap muka”.

Selanjutnya Sastropoetro (1990: 143) berpendapat bahwa ”komunikasi kelompok

adalah komunikasi dimana komunikator mengadakan sekelompok orang yaitu dua orang

atau lebih dalam bentuk ceramah, diskusi, seminar, rapat, konfrensi, temu karya, dan

sebagainya”.

Dari definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terjadi:

1. Komunikasi kelompok dalam sekelompok orang.

2. Komunikasi kelompok cenderung terjadi secara langsung pada pertemuan tatap

muka.

3. Tujuan komunikasi kelompok selain berbagi informasi, saling mempengaruhi,

(47)

II.2.1 Karakteristik Komunikasi Kelompok

Kelompok dalam suatu kondisi sosial tertentu akan menimbulkan suatu efek atas

individu dalam perubahan perilaku. Dengan kata lain kehadiran orang-orang tertentu

dapat menimbulkan kekuatan laten yang tidak mampu ditimbulkan oleh individu itu

sendiri.

Triplett ( Pratikto, 1987: 68 ) menyebutkan ada 5 karakteristik yang menandai

keunikan komunikasi kelompok, yaitu:

1. Kepribadian kelompok

Kelompok memiliki kepribadian kelompok sendiri yang berbeda dari kepribadian

individu anggota kelompok.

2. Norma kelompok

Norma kelompok mengidentifikasi cara-cara anggota kelompok itu bertingkah

laku, serta cara yang menurut pertimbangan kelompok menetapkan sistem nilai

mereka sendiri dan konsep tingkah laku yang normatif.

3. Konesivitas kelompok

Konetivitas adalah kekuatan sealing menarik anggota. Kekuatan yang menarik

mereka untuk masuk dalam suatu kelompok.

4. Memenuhi janji tugas

Memenuhi janji mengenai suatu tugas adalah dengan tujuan untuk mencapai

keberhasilan serta menghindari kegagalan kelompok.

(48)

Keputusan kelompok akan lebih mengandung resiko daripada keputusan yang

diambil seseorang anggota kelompok.

II.2.2 Bentuk-Bentuk Komunikasi Kelompok

Berikut, adalah bentuk-bentuk komunikasi kelompok menurut Effendy (1993:

75-78):

1.Komunikasi kelompok kecil

Komunikasi kelompok kecil (small/micro group communication) adalah komunikasi yang ditujukan kepada kognisi komunikan dan prosesnya berlangsung secara

dialogis. Dalam komunikasi kelompok kecil komunikator menunjukkan pesannya kepada

benak atau pikiran komunikan, misalnya kuliah, ceramah, diskusi, seminar, rapat, dan

lain-lain. Dalam situasi komunikasi seperti itu logika berperan penting. Komunikan akan

dapat menilai logis tidaknya uraian komunikator.

Ciri yang kedua dari komunikasi kelompok kecil ialah bahwa prosesnya

berlangsung secara dialogis, tidak linear, melainkan sirkular. Umpan balik terjadi secara

verbal. Komunikan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya jika tidak

mengerti, dapat menyanggah bila tidak setuju dan lain sebagainya.

2.Komunikasi kelompok besar

Komunikasi kelompok besar (large/macro group communication) adalah komunikasi yang ditujukan kepada efeksi komunikan dan prosesnya berlangsung secara

linear. Pesan yang disampaikan oleh komunikator dalam situasi komunikasi kelompok

besar, ditujukan kepada afeksi komunikan, kepada hatinya atau kepada perasaannya.

(49)

II.3 Sosialisasi Program ASEAN Goes To School II. 3.1 Pengertian Sosialisasi

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan

aturan dari satu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.

Keseluruhan kebiasaan yang dipunyai manusia di bidang ekonomi, kekeluargaan,

pendidikan, agama politik dan sebagainya harus dipelajari setiap anggota baru suatu

masyarakat melalui suatu proses dinamakan sosialisasi (sosialization) (Sunarto, 2004 : 23).

Menurut Charles H. Cooley (Sunarto, 2004 : 26) agen sosialisasi adalah

pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Berdasarkan jenisnya, sosialisasi

dibagi menjadi dua: Sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam

masyarakat). Menurut goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi sosial,

yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kondisi institusi tersebut, terdapat

sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka

waktu kurun waktu tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkungkung, dan diatur

secara formal.

4. Sosialisasi Primer

Peter L. Berger dan luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai

sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota

masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau

(50)

lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan

orang lain disekitar keluarganya.

5. Sosialisasi Sekunder

Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi

primer yang memperkenalkan individu kedalam kelompok tertentu dalam masyarakat.

Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi

seseorang mengalami pencabutan identitas diri yang lama.

II.3.2 Proses Sosialisasi

George Herbert Mead membedakan proses sosialisasi melalui tahap-tahap berikut:

a. Tahap persiapan (Preparatory stage).

Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan

diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang

diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak

sempurna.

b. Tahap meniru (Play stage)

Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan

peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa, kemampuan untuk menempatkan diri pada

posisi orang lain juga mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan

(51)

anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang

yang amat berarti (significant other). c. Tahap Siap Bertindak

Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang

secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya

menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat. Pada tahap ini lawan

berinteraksi semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai

berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang

berlaku diluar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu,

anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku diluar keluarganya.

d. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized stage)

Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan

dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa

tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan

masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja

sama, bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap. Manusia dengan

perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya

II. 3. 3 Sosiologi Program ASEAN

Sosialisasi program ASEAN goes to school bertujuan untuk memperkenalkan ASEAN lebih jauh kepada generasi muda. Selama ini ASEAN memiliki image sebagai suatu institusi pemerintahan dimana yang bertugas adalah orang-orang pemerintahan

(52)

komuniti di tahun 2015 nanti, ASEAN merekrut remaja untuk duduk di organisasi dan

turut menyumbangkan ide, pendapat, pikirannya demi kemajuan bersama. Generasi muda

sebagai ujung tombak pembangunan dirasa perlu untuk lebih peduli dengan

lingkungannya dan perlu ditampung aspirasi serta pendapatnya. Salah satu cara yang

ditempuh ASEAN untuk lebih bersosialisasi dengan generasi muda yaitu dengan

membentuk Duta Muda ASEAN. Duta muda ini bertugas untuk mensosialisasikan

ASEAN dan semua kegiatan-kegiatannya kepada generasi muda.

(www.dutamudaasean-indonesia.or)

Dalam wawancara dengan Duta Muda Indonesia. Dalam setahun masa

jabatannya, duta muda harus mempersiapkan kegiatan-kegiatan yang nantinya bisa

mensosialisasikan ASEAN kepada generasi muda. Duta muda yang terpilih untuk

mewakili Sumatera Utara adalah saudara Herwansyah, S-1 Kesehatan Masyarakat, U S U

Medan. Program-program saudara Herwansyah untuk Sumatera Utara khususnya Medan

adalah dengan mengkampanyekan ASEAN ke Universitas-universitas yang ada di

Medan, dan melaksanakan program ASEAN goes to school ke beberapa sekolah terpilih di Medan.

Program ASEAN goes to school ini merupakan program pertama yang dilakukan di Medan kepada empat sekolah yeng terpilih. Sehingga perlu diketahui lebih lanjut

apakah program ini efektif dan dapat diterima dengan baik oleh siswa/I di sekolah

tersebut. Dalam pelaksanaannya duta muda ditemani oleh dua orang Dirgen ASEAN

yang membantunya sebagai pembicara ke sekolah-sekolah tersebut.

(53)

dan SMA Al’azhar Medan. Sekolah-sekolah tersebut terpilih karena telah menerapkan

sistem pembelajaran International dimana bahasa pengantar diutamakan berbahasa

Inggris. Tidak keseluruhan siswa mengikuti program ini, tetapi diambil beberapa orang

dari tiap kelas untuk mewakili. Program acara ini berdurasi sekitar 2 jam di tiap sekolah.

Kegiatan ini bertujuan antara lain: Memperkenalkan ASEAN sebagai community atau masyarakat, menumbuhkan rasa sebagai warga ASEAN (we-feeling) dan semangat ASEAN di kalangan generasi muda Indonesia, meningkatkan partisipasi aktif generasi

muda di ASEAN. Selain itu, kunjungan akan disertai pemberian informasi mengenai

jaringan kegiatan kepemudaan di ASEAN, termasuk dalam bentuk kesempatan mendapat

beasiswa dan mengikuti pertukaran pemuda dan pelajar.

Beberapa hal yang menjadi hambatan dalam proses komunikasi menurut antara

lain: Kebisingan (Noise), Keadaan psikologis komunikan, Pengetahuan yang kurang

baik dari komunikator ataupun komunikan, kesalahpenilaian oleh komunikator, bahasa

yang digunakan, isi pesan yang berlebihan ataupun satu arah, faktor teknis/ jarak,

interest, prasangka, penyajian yang verbalistik, dan lain-lain.

Sukses tidaknya program ini dijalankan sangat bergantung dengan bagaimana

komunikator (duta muda ASEAN) mampu berkomunikasi dengan baik dengan siswa/i di

sekolah tersebut, sehingga tujuan dan pesan dari keseluruhan program tersebut dapat

diterima oleh komunikan.

Seseorang dapat dikatakan komunikator yang baik apabila komunikator tersebut

mempunyai kredibiltas atau kepribadian yaitu keahlian komunikator dan kepercayaan

kita kepada komunikator. Dan juga mempunyai atraksi atau daya tarik yaitu komunikator

(54)

tujuan dan bahasa yang digunakan oleh komunikator tersebut bisa dimengerti oleh

komunikannya. Pada umumnya seorang komunikator yang memiliki daya tarik akan

lebih efektif daripada komunikator yang tidak menarik. (Effendy,1993 : 43-45)

Untuk memudahkan siswa/i di sekolah tersebut untuk dapat menerima pesan

dengan baik dalam setiap kunjungan, DMAI akan memfasilitasi kegiatan:

- Pemutaran film ‘ASEAN Community 2015’. Film ini merupakan film dokumenter mengenai ASEAN, program-program ASEAN dan kegiatan generasi muda yang

duduk dalam organisasi ASEAN, seperti film saat para duta muda melakukan

kunjungan ke India, Korea, Thailand, Philipina, dan sebagainya.

- Pengenalan tentang ASEAN dalam bentuk slide show/ power point dan mitra

wicaranya beserta aktivitasnya dalam bentuk dialog dan simulasi. Pada session ini para siswa diperkenankan mengajukan pertanyaan kepada duta muda ataupun

mitra wicaranya mengenai ASEAN dan program-program nya.

- Diskusi dan games interaktif bertema peran dan ruang bagi generasi muda di

ASEAN serta kontribusi generasi muda terhadap ASEAN dan lingkungan sekitar

mereka.

- Berbagi pengalaman bersama Duta Muda ASEAN-Indonesia (Program pemuda di

ASEAN, China, Kapal ASEAN, Praha, India, Korea).

- Pembagian selebaran informasi tentang ASEAN dan beasiswa bidang pendidikan.

Dengan mensosialisasikan ASEAN kepada para pelajar khususnya siswa/i sekolah

menengah, diharapkan nantinya akan banyak partisipasi aktif generasi muda di ASEAN.

Gambar

Gambar 1.1 Teori S-O-R
Tabel I.1 Operasional Variabel
Gambar  II.1 Model Komunikasi
Gambar 2.2 Teori S-O-R
+7

Referensi

Dokumen terkait

1-2 tahun; (2) tanaman berumur 0-1 tahun, lubang pada pangkal batang dapat.. menimbulkan kematian titik tumbuh atau terpuntirnya pelepah daun

Maltodekstrin DE 15-20 dapat digunakan sebagai bahan pengisis, pengikat dan penghancur dalam tablet yang diproses cara cetak langsung menggunakan furo- semid sebagai model

secara enzimatik, dapat dilihat dalam Gambar 7 dan 8 yang menunjukkan mikrogrnf SEM film campumn CPP/Biono//e dan CPP/PCL dengan 10 % berat Modic pacta perbedaan

yang mendapat kegiatan jual beli di sekolah untuk melakukan kegiatan bermain peran di dalam kelas dengan setting yang sudah4. dipersiapkan oleh guru sebelumnya, sedangkan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bah- wa: 1) Terdapat pengaruh linear ya- ng positif dan signifikan antara representasi analogi terhadap

b. Permasalahan yang akan diteliti harus memperhatikan originalitas dan aktualitas topik. Memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Program Pendidikan Magister

20 Setiap pegawai dalam organisasi memiliki komitmen yang sama untuk mencapai tujuan organisasi. Etos