• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Sistem Pengolahan Gula di Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Identifikasi Sistem Pengolahan Gula di Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI SISTEM PENGOLAHAN GULA DIPABRIK GULA SEI SEMAYANG PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II

KHAIRUL RIZAL

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

(2)

IDENTIFIKASI SISTEM PENGOLAHAN GULA DIPABRIK GULA SEI SEMAYANG PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II

SKRIPSI

OLEH KHAIRUL RIZAL

040308021/TEKNIK PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRAK

KHAIRUL RIZAL: Identifikasi Sistem Pengolahan Gula di Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II. Di bimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan SYAMMAUN USMAN.

Kebutuhan gula hingga saat ini belum dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Hal ini disebabkan karena kurangnya pabrik-pabrik gula serta keterbatasan produksi pabrik-pabrik gula yang ada, dan dilain pihak kebutuhan masyarakat akan gula meningkat pesat. Oleh sebab itu penyimpanan gula cukup penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan gula. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sistem pengolahan gula di Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) dan faktor-faktor dominan yang tarjadi dan dibutuhkan oleh seluruh stakeholder. Metode penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sistem dengan menggunakan beberapa metode pengambilan data yaitu quisioner, wawancara, dan diskusi terhadap lingkungan pabrik. Dalam pendekatan sistem, identifikasi sistem pengolahan gula dilakukan dengan evaluasi aspek yaitu aspek lingkungan dan aspek sosio-teknik. Aspek lingkungan mengevaluasi tentang daya dukung lingkungan, sedangkan aspek sosio teknik yaitu mengevaluasi tingkat kemudahan pekerja dalam melakukan pekerjaan.

Kata kunci: pengolahan gula, produksi, identifikasi sistem.

ABSTRACT

KHAIRUL RIZAL: Identification of Sugar Processing system at Sei

Semayang Sugar Factory PT. Perkebunan Nusantara II. Supervised

by ACHWIL PUTRA MUNIR and SYAMMAUN USMAN.

Based on the fact our domestic sugarance industries haven’t meet the demand of overall needs of sugar, our goverment shall of anticipate the increasing amount of sugar demand within the society. This issue occurred because the lack of sugar factory and limited sugar production has because one of the most social issues howadays, in order to fulfill the demand of sugar in society. The purpose of this research was to analize the can sugarance system at PT. Perkebunan Nusantara II (persero) Sei Semayang Estate and the dominant factor whish happened and needed by all stakeholder. The reseach was done by system approach using sereal methods of data collecting, such as quitionaire, interview, and discussion for environmental condition. In this system, identification of sugarance system was through aspect such as environment aspect was on environmental support. While the socio-tecnik evaluates the efficiency of employees in doing there job.

(4)

RINGKASAN

KHAIRUL RIZAL “Identifikasi Sistem Pengolahan Gula di Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II” dibimbing oleh Achwil Putra Munir sebagai ketua komisi pembimbing dan Syammaun Usman sebagai anggota komisi pembimbing.

Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku gula. Kualitas dari tebu ini akan menentukan kualitas gula. Permintaan akan gula terus meningkat, namun tidak seiring dengan produktivitasnya yang tidak stabil. Berbagai permasalahan yang terjadi di dalam pengolahan gula ini harus ditangani, salah satu metode pemecahan masalah yang digunakan adalah dengan pendekatan sistem.

Penelitian dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Sei Semayang. Penelitian ini bertujuan untuk mengenal dan memahami permasalahan-permasalahan yang dominan dalam pengolahan gula di pabrik gula Sei Semayang. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan sistem dengan cara menggali informasi dan pengetahuan dari pengelola dan pekerja pabrik dalam hal pengolahan gula, dengan menggunakan beberapa metode pengambilan data yaitu kuisioner, wawancara, diskusi, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan.

(5)

bersumber dari riset pengembangan Pabrik gula sekitar yaitu Kuala Madu, produksi yang tinggi dan keuntungan yang besar. Kerja sama antar perkebunan tebu milik pabrik atau kebuna milik orang lain harus terjalin keharmonisan dan kerjasama yang baik. Sedangkan masyarakat sekitar membutuhkan lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur bagi desa mereka.

Tahapan selanjutnya adalah menyatakan ruang lingkup permasalahan yang terjadi di dalam sistem. Adapun ruang lingkup permasalahan tersebut adalah: 1. Perkembangan kota

Lokasi Pabrik Gula Sei Semayang berada dikawasan yang berbatasan langsung dengan kota Medan. Di lokasi pabrik terdapat tanah yang sangat luas dan nyaman untuk dijadikan pemukiman rumah warga. Karena di daerah sekitar pabrik nyaman ditempati maka para pekerja atau karyawan banyak yang tinggal menetap di sekitar pabrik.

2. Kualitas tenaga kerja

(6)

3. Kondisi Cuaca

Cuaca merupakan faktor produksi yang sering kali dianggap sebagai kendala dalam kegiatan produksi. Kegiatan produksi sangat berpengaruh terhadap faktor ini. Terhambatnya kegiatan produksi sering kali disebabkan oleh cuaca hujan. Jika cuaca hujan, para pekerja tidak dapat melakukan kegiatan produksi. Karena berjalannya proses produksi yang disebabkan cuaca hujan maka upah para karyawan akan berkurang karena tidak ada uang masuk tambahan.

4. Kondisi Iklim

Tanaman tebu menghendaki daerah yang beriklim panas dan sedang (daerah tropis dan subtropis). Unsur iklim yang semakin sulit diprediksi adalah curah hujan. Alat yang digunakan untuk menghitung curah hujan masih dilakukan dengan sederhana karena hanya menggunakan gelas ukur dan dicatat secara manual. Minimnya alat untuk menghitung curah hujan membuat prediksi yang dilakukan seringkali gagal.

5. Sinar Matahari

(7)

Tahapan terakhir adalah identifikasi sistem dengan mengevaluasi beberapa aspek yang dianggap cukup penting yaitu aspek lingkungan dan sosio-teknik. Aspek lingkungan mengevaluasi tentang daya dukung lingkungan, sedangkan aspek sosio teknik yaitu mengevaluasi tingkat kemudahan pekerja dalam melakukan pekerjaan.

Hasil identifikasi sistem diinterpretasikan ke dalam diagram kotak gelap (blackbox diagram) yang terdiri dari input lingkungan, input terkendali dan tidak terkendali, output terkendali dan tidak terkendali, parameter rancangan sistem, pengendalian sistem dan pengawasan pengolahan gula.

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Negeri Lama pada tanggal 07 Agustus 1986 dari ayah H. Mursium, MPd dan ibu Hj. Nurainun. Penulis merupakan putra ketiga dari enam bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 1 bilah hilir Labuhan Batu dan lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Panduan Minat dan Prestasi (PMP-USU). Penulis memilih program studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.

Adapun judul dari usulan penelitian ini adalah “Identifikasi Sistem Pengolahan Gula di Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II”, yang disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat mengajukan Proposal Penelitian di Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantar II.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Achwil Putra Munir, STP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Syammaun Usman, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan arahan sehangga penulis dapat menyusun usulan penelitian ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini belum sempurna, untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan usulan penelitian ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga usulan penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

(10)

DAFTAR ISI

Stasiun Penggilingan ... 11

Stasiun Pemurnian ... 12

Analisis Kebutuhan ... 17

Identifikasi Sistem ... 18

Formulasi Masalah ... 19

METODOLOGI PENELITIAN Struktur Organisasi ... 23

Produktivitas Pabrik Gula ... 24

Kebutuhan Sistem Pengolahan Gula ... 26

Identifikasi Permasalahan Sistem ... 28

(11)

Aspek Lingkungan ... 30

Aspek sosio-teknik ... 31

Penyusunan diagram kotak hitam ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN ... Kesimpulan ... 38

Saran ... 39

DAFTAR FUSTAKA ... 40

(12)

DAFTAR GAMBAR

1. Diagram kotak gelap ... 18

2. Grafik Ha tebu giling produksi gula ... 24

3. Grafik ton tebu/Ha produksi gula ... 25

4. Grafik ton tebu giling produksi gula ... 25

5. Grafik Rendemen ... 26

6. Frekuensi usia para pekerja pabrik gula ... 32

7. Frekuensi pendidikan pekerja pabrik gula ... 33

8. Frekuensi standart operasional pekerja ... 33

(13)

DAFTAR TABEL

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Struktur organisasi perusahaan ... 42

2. Bagan alir penelitian ... 43

3. Laporan manajemen tenaga kerja pabrik gula ... 44

4. Karakteristik pekerja pabrik gula ... 46

(15)

ABSTRAK

KHAIRUL RIZAL: Identifikasi Sistem Pengolahan Gula di Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II. Di bimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan SYAMMAUN USMAN.

Kebutuhan gula hingga saat ini belum dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Hal ini disebabkan karena kurangnya pabrik-pabrik gula serta keterbatasan produksi pabrik-pabrik gula yang ada, dan dilain pihak kebutuhan masyarakat akan gula meningkat pesat. Oleh sebab itu penyimpanan gula cukup penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan gula. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sistem pengolahan gula di Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) dan faktor-faktor dominan yang tarjadi dan dibutuhkan oleh seluruh stakeholder. Metode penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sistem dengan menggunakan beberapa metode pengambilan data yaitu quisioner, wawancara, dan diskusi terhadap lingkungan pabrik. Dalam pendekatan sistem, identifikasi sistem pengolahan gula dilakukan dengan evaluasi aspek yaitu aspek lingkungan dan aspek sosio-teknik. Aspek lingkungan mengevaluasi tentang daya dukung lingkungan, sedangkan aspek sosio teknik yaitu mengevaluasi tingkat kemudahan pekerja dalam melakukan pekerjaan.

Kata kunci: pengolahan gula, produksi, identifikasi sistem.

ABSTRACT

KHAIRUL RIZAL: Identification of Sugar Processing system at Sei

Semayang Sugar Factory PT. Perkebunan Nusantara II. Supervised

by ACHWIL PUTRA MUNIR and SYAMMAUN USMAN.

Based on the fact our domestic sugarance industries haven’t meet the demand of overall needs of sugar, our goverment shall of anticipate the increasing amount of sugar demand within the society. This issue occurred because the lack of sugar factory and limited sugar production has because one of the most social issues howadays, in order to fulfill the demand of sugar in society. The purpose of this research was to analize the can sugarance system at PT. Perkebunan Nusantara II (persero) Sei Semayang Estate and the dominant factor whish happened and needed by all stakeholder. The reseach was done by system approach using sereal methods of data collecting, such as quitionaire, interview, and discussion for environmental condition. In this system, identification of sugarance system was through aspect such as environment aspect was on environmental support. While the socio-tecnik evaluates the efficiency of employees in doing there job.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pabrik gula di Jawa didirikan pertama kali pada tahun 1637. Hal ini bermula sejak seorang penduduk diberi ijin untuk memproduksi gula dengan cara-cara mendekati persyaratan perusahaan besar. Peristiwa ini menandai pula mulai dikenalnya cara pengusahaan tebu dalam bentuk usaha perkebunan di Indonesia. Pada mulanya persekutuan dagang Belanda yakni VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) yang berdiri pada tahun 1602, tidak mencampuri urusan partanian dan industri gula.

Satu fakta teramat penting tentang gula belakangan ini adalah harganya yang melambung terus. Hal ini tentu saja menjadi penyumbang kesulitan ekonomi kebanyakan rakyat yang hidup miskin. Kebutuhan gula nasional Indonesia mencapai 3,3 juta ton pertahun, sementara produksi dalam negeri hanya 1,7 juta ton atau hanya 51,51 persen dari kebutuhan nasional.

Maka impor adalah hal yang paling masuk akal dilakukan. Indonesia adalah pengimpor gula nomor dua terbesar di dunia. Celakanya, harga gula impor selalu saja lebih murah dibandingkan dengan harga produksi dalam negeri. Produktivitas gula di Indonesia masih rendah, sementaraefisiensi juga lemah karena biaya produksi lebih tinggi dari negara-negara lain.

(17)

Gula yang dihasilkan dari tanaman aren ataupun dari tanaman kelapa disebut juga gula merah. Dimana gula ini berwarna merah dan jika dilarutkan ke dalam air akan sangat mempengaruhi warna air sehingga hanya sesuai digunakan untuk bahan campuran untuk produk-produk makanan tertentu saja.

Gula yang dihasilkan dari tebu biasa juga disebut dengan gula putih atau juga gula pasir karena berbentuk butiran-butiran kristal putih. Gula ini cocok digunakan untuk campuran berbagai produk makanan olahan karena mempengaruhi warna dari bahan tersebut.

Untuk memenuhi kebutuhan gula ini maka perlu ditingkatkan produksi gula nasional sehingga dapat menekan angka impor gula nasional. Pabrik gula yang ada dibawah pengawasan PTPN II sendiri ada 2 (dua) yaitu Pabrik Gula Kuala Madu dan Pabrik Gula Sei Semayang. Bahan dasar pembuatan gula kedua pabrik ini adalah tanaman tebu dengan klasifikasi sebagai berikut:

Kingdome : Plantae

Divisio : Spermathophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Class : Monocotyledone

Ordo : Glumiflorae

Famili : Graminae

Genus : saccharum

Spesies : Saccharum Officinarum L.

(18)

ungu kekuning-kuningan, merah dan kombinasi warna-warna tersebut pada batangnya terdapat lapisan lilin yang berwarna putih keabu-abuan dan pada umumnya terdapat pada tanaman tebu yang masih muda. Batang tebu ini beruas-ruas dan tebu yang baik umumnya mempunyai panjang beruas-ruas 10 hingga 30 cm. Daunnya bersilang ke kiri dan kanan batangnya dan berakat serabut.

Tanaman tebu ini dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis dan sub tropis yang berada di antara 30 LU hingga 30 LS pada daerah ketinggian 1300 sampai 1300 mdpl. Curah hujan yang cocok adalah 1500 hingga 3000 mm/ tahun dan suhu optimum pertumbuhannya adalah 24 hingga 30 0

Tujuan Penelitian

C.

Tanaman tebu ini dapat ditanam di tanah vulkanik sampai pada tanah berpasir, tetapi tebu ini sangat baik ditanam pada tekstur tanah lempung berliat, lempung berpasir dan lempung berdebu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengenal dan memahami permasalahan-permasalahan yang dominan dalam pengolahan gula di Pabrik Gula Sei Semayang. Hasil dari identifikasi diwujudkan dalam bentuk blackbox diagram. Kegunaan Penelitian

1. Penulis

Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengajukan proposal penelitian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Manajemen Perusahaan

(19)

3. Pihak Lain

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Batasan Penelitian

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah Gula

Pada awalnya gula tebu dikenal oleh orang-orang Polinesia, kemudian menyebar ke India. Pada tahun 510 SM, ketika menguasai India, Raja Darius dari Persia menemukan ”batang rerumputan yang menghasilkan madu tanpa lebah”. Seperti halnya pada berbagai penemuan manusia lainnya, keberadaan tebu sangat dirahasiakan dan dijaga ketat, sedangkan produk olahannya diekspor dan untuk menghasilkan keuntungan yang sangat besar.

Rahasia tanaman tebu akhirnya terbongkar setelah terjadi ekspansi besar-besaran oleh orang-orang Arab pada abad ketujuh. Ketika mereka menguasai Persia pada tahun 642 mereka menemukan tanaman tebu yang sedang tumbuh dan kemudian mempelajari cara pembuatan gula. Selama ekspansi berlanjut mereka mendirikan pengolahan-pengolahan gula di berbagai daratan lain yang mereka kuasai, termasuk di Afrika Utara dan Spanyol.

(21)

Karena merupakan barang mahal, gula sering kali dianggap sebagi obat. Banyak petunjuk kesehatan dari abad ke-13 hingga 15 yang merekomendasikan pemberian gula kepada orang-orang cacat untuk memperkokoh kekuatan mereka.

Secara ekonomi gula sangatlah penting sehingga seluruh kekuatan Eropa membangun atau berusaha membangun jajahan di pulau-pulau kecil Karibia dan berbagai pertempuran terjadi untuk menguasai pulau-pulau tersebut. Selanjutnya tanaman tebu dibudidayakan di berbagai perkebunan besar di kawasan-kawasan lain di dunia (India, Indonesia, Filipina dan kawasan Pasifik) untuk memenuhi kebutuhan pasar Eropa dan lokal (Food Info, 2008).

Tebu

Tebu merupakan salah satu sumber energi ”tua” yang dikenal manusia sekaligus komoditas penting di dunia yang menghasilkan serat, biofuel, pupuk, selain produk utamanya yaitu gula.

Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra (KPPBUMN, 2007).

Proteksi Tanaman Tebu

(22)

Hama

Beberapa macam hama yang sering dijumpai pada tanaman tebu adalah penggerek pucuk, penggerek batang, kutu bulu putih, tikus, uret dan babi hutan. Uret dan kutu bulu putih merupakan hama utama bagi tanaman tebu di lahan kering.

Penggerek pucuk, hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga mematikan titik tumbuh. Usaha pemberantasannya menggunakan insektisida carbofuran yang dapat diberikan dengan cara suntikan atau taburan.

Penggerek batang, hama berupa ulat ini merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat merobohkan tanaman. Usaha pengendaliannya dapat dilakukan secara hayati dengan menggunakan parasit kerawati Tricbograma Spp., dan parasit lalat Diatrae opbaga Striatalis.

Kutu bulu putih, pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas, dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau dibakar. Pada serangan yang sudah luas, pemberantasannya dapat menggunakan parasit Encarsia flavosculetan atau menggunakan insektisida sistemik misalnya formation 825 gr/ha atau dimetoat 1000 gram/ha.

(23)

Penyakit

Beberapa penyakit yang biasa menyerang tanaman tebu antara lain penyakit mosaik, penyakit pembuluh, luka api (smut), blendok dan pokahbung. Penyakit mosaik, penyebab penyakit ini adalah virus mosaik. Tanda-tanda penyakit ini yaitu pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda berwarna hijau muda sampai kuning. Penyakit pembuluh, tanaman yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna terutama tanaman keprasan tampak kerdil. Penyakit blondok, tanda-tanda serangan penyakit yang disebabkan oleh sejenis bakteri yaitu apabila batang dibelah tampak pembuluh-pembuluh berwarna kuning tua sampai merah tua.

Gulma

Gangguan gulma dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar karena bisa menyebabkan penurunan bobot tebu. Pengendalian gulma disamping dengan cara manual ataupun kimiawi menggunakan herbisida, dapat pula dilakukan secara kultur teknis dengan menciptakan kondisi lingkungan yang dapat menekan pertumbuhan gulma atau dengan cara mekanis dengan pembajakan dan penggaruan. Keempat cara tersebut dalam pelaksanaannya dapat dilakukan secara terpadu. Usaha pengendalian gulma akan dapat memberikan hasil yang baik apabila pelaksanaannya tepat waktu, cara, alat maupun dosis dan jenis herbisida yang digunakan (Mubyarto, 1984).

(24)

Pengolahan tebu menjadi gula berlangsung melalui beberapa tahap yaitu pemerahan cairan tebu (ekstraksi nira), pembersihan kotoran dari dalam nira, penguapan dan pemisahan kristal gula. Sebelum sampai ke tahap pengolahan, didahului dengan tahap panen dan pengangkutan yang merupakan tahap penyediaan bahan (Mubyarto, 1984).

Setelah tebu ditimbang, tebu seyogianya secepat mungkin diangkut ke pabrik untuk segera digiling dalam waktu 24 jam. Apabila lebih lama ditahan akan menurun kualitasnya karena proses inversi terus berjalan atau terjadi penguraian sukrosa yang akan menurunkan kandungan gulanya. Sebelum digiling tebu dipotong-potong dalam unit pemotong pendahuluan disebut crushers, pisau potong rafelaar dan lain-lain untuk kemudian diperah dalam beberapa tahap. Sistem perah pada umumnya terdiri dari satu unit pra pengolah (crushers, pisau pemotong, rafelaar, dan lain-lain.), kemudian dikaitkan dengan 4 hingga 6 unit gilingan. Selain air biasa dapat digunakan air panas untuk air imbibisi di muka gilingan akhir yang berfungsi memperbaiki ekstraksi gula dari ampas. Sistem imbibisi yang rasional dapat mengurangi kehilangan gula dari ampas. Nira perahan gilingan 1 dan 2, ditambah nira yang berasal dari unit pra pengolah dinamakan nira mentah. Bahan ini diproses lebih lanjut untuk memisahkan gula dari air dan bagian bukan gula lainnya. Sementara itu nira dari gilingan 3 dan 4 bersama dengan air imbisisi dingin atau panas disirkulasikan kembali dalam unit operasi perahan.

(25)

mentah, dan kapur yang berlebihan. Prosedur pembuatan gula putih ini disebut sulfitasi, dimana prosesnya berdasarkan sistem kontiniu. Jika digunakan untuk menetralkan air kapur yang lebih itu CO2 atau asam H2CO3

Tebu yang diterima adalah tebu yang layak digiling yaitu cukup umur antara 11 sampai 12 bulan serta persentase trash maksimal 7%. Bersih dari karas

, maka prosedur pembutan gula putih disebut proses karbonisasi.

Kandungan kapur yang tinggi di dalam nira encer cenderung mengakibatkan inkrutasi dalam pan penguapan dan dalam pan pemasakan, yang menghambat perpindahan panas, sehingga konsumsi uap meningkat. Disamping itu kandungan kapur yang tinggi mempersukar kristalisasi, pemasakan serta semakin meningkatnya jumlah molasses, dengan demikian penentuan kandungan kapur dalam nira encer merupakan analisa yang amat penting dalam rangka pengawasan produksi gula (Moerdokusumo, 1993).

Bahan Dasar Pembuatan Gula

Ada beberapa bahan dasar yang dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan gula. Dalam pembuatan gula pasir digunakan tanaman tebu sebagai bahan dasarnya. Pada Pabrik Gula Sei semayang dalam memproduksi gula pasir menggunakan tanaman tebu sebagai bahan dasarnya, yaitu dari genus saccharum dengan spesies Saccharum officinarum L.

(26)

(daun kering yang masih menempel pada batang tebu) dan pucuk serta tebu dalam keadaan segar dan tidak berjamur.

Pohon tebu yang siap panen ditebang kemudian dibersihkan dari klaras kemudian tebu-tebu tersebut diikat dengan masing-masing ikatan berjumah 25 batang. Tebu-tebu yang sudah diikat diangkut ke pabrik dengan menggunakan truk dan container.

Tebu-tebu yang diangkut ke pabrik terlebih dahulu ditimbang di bagian penimbangan. Pada saat masuk tebu beserta truk pembawa tebu ditimbang beratnya kemudian pada saat truk keluar dari pabrik dengan keadaan kosong truk tersebut ditimbang kembali, dengan demikian akan didapat jumlah tebu yang dibawa oleh truk tersebut.

Tebu-tebu tersebut kemudian langsung dimasukkan ke dalam cane feeding dimana tebu akan diangkut oleh cane carrier untuk diproses. Tebu-tebu tersebut dimasukkan dengan menggunakan truck tippler atau cane teble dimana kedua alat ini digerakkan dengan menggunakan sistem elektrik dan sistem hidrolik.

Stasiun Penggilingan

(27)

menjadi lebih luas dan pada saat penggilingan akan didapatkan hasil perasan berupa nira yang maksimal.

Stasiun Pemurnian

Pada stasiun pemurnian ini bertujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran dalam nira mentah yang terlarut ataupun yang tidak terlarut dengan menghindari kerusakan sukrosa untuk memperoleh nira jernih. Pada proses pemurnian bahan-bahan pembantu yang digunakan yakni phospat, kapur tohor dalam bentuk susu kapur, belerang dalam bentuk gas (SO2) dan flokulan (Talosep A6-XL).

Penambahan phospat dilakukan jika kadar nira encer kurang dari 300 ppm. Penambahan phospat pada saat penimbangan nira dimana kapasitas timbangan adalah 6,5 ton/cycle.

Stasiun Penguapan

(28)

Stasiun Talodura

Dari stasiun penguapan nira kental dengan derajat kekentalan 62-65% dialirkan ke Stasiun Talodura. Pada stasiun ini dilakukan penambahan susu kapur, asam phospat dan hasfloc. Penambahan bahan-bahan kimia ini dilakukan pada tangki reaktor. Penambahan susu kapur dimaksudkan untuk mempertahankan pH yang masuk dan keluar. Penanbahan asam phospat dan hasfloc bertujuan untuk mengikat kotoran-kotoran dan mengangkat kotoran-kotoran tersebut sehingga dapat dipisahkan dari nira jernih. Dari proses ini akan diperoleh nira jernih dan kotoran-kotoran yang masih mengandung gula hasil pemisahan-pemisahan di stasiun ini ditampung pada tangki penampung dan dialirkan kembali ke tangki pemanasan I (Juice heater I) untuk diolah kembali bersama nira mentah.

Stasiun Masakan

Nira kental dari stasiun talodura sebelum dialirkan ke stasiun masakan terebih dahulu dialirkan ke tangki sulfitator. Pada tangki sufitator dilakukanpenambahan SO2

- Kekuatan centrifugal besar (1000-1500 rpm)

sampai pH 5,2-5,6 proses ini dimaksudkan pemucatan nira dari sulfitator nira kemudian dialirkan ke stasiun masakan.

Stasiun Putaran

Pada stasiun putaran terjadi pemisahan antara kristal-kristal gula dengan larutannya dari stasiun masakan. Hasil pemisahan akan bertambah baik bila:

- Waktu putaran menjadi lebih besar, siklus putaran 2-3 menit, pemberian air siraman 1-5 detik, pemberian steam 5-10 detik.

(29)

Di Pabrik Gula Sei Semayang terdapat putaran D1 sebanyak 9 unit, putaran D2 sebanyak 3 unit, putaran B sebanyak 2 unit, putaran A sebanyak 2 unit, putaran AB sebanyak 1 unit dan putaran SHS sebanyak 4 unit.

Setelah dari stasiun putaran maka dilanjutkan dengan pengeringan, pengepakan, penimbangan dan penggudangan. Tujuan sistem ini adalah mencegah kerusakan gula sebelum dipasarkan.

(Landherr, 1980).

Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem adalah suatu cara untuk menangani suatu masalah. Pendekatan sistem (system approach) merupakan cara untuk menangani suatu masalah berdasarkan berpikir kesisteman. Pendekatan sistem terhadap suatu masalah adalah untuk menangani suatu masalah dengan mempertimbangkan semua aspek yang terkait dengan masalah itu dan mengkonsentrasikan perhatiannya kepada interaksi antara aspek-aspek yang terkait dari permasalahan tersebut. Jadi pendekatan sistem adalah suatu pendekatan pemecahan masalah yang dilakukan secara menyeluruh (sistematik) (Hariyanto, 2004).

Metode pendekatan sistem merupakan salah satu cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif (Eriyatno, 2003).

(30)

kebanyakan permasalahan. Misalnya dalam kasus suatu kecelakaan bus masuk jurang kita tidak bisa menganggap terjadinya kecelakaan akibat bus dijalankan dengan kecepatan tinggi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa banyak manfaat yang kita peroleh dengan mengambil kesimpulan atau keputusan secara sistematik ini (Hariyanto, 2004).

Melalui berfikir kesisteman dan pendekatan sistem ini kita akan dapat melihat permasalahan dengan prespektif yang lebih menyeluruh, yang mencakup struktur, pola dan proses serta keterkaitan antara komponen-komponen atau kejadian-kejadian yang ada padanya, jadi tidak hanya kepada kejadian yang tunggal yang langsung dihadapi. Berdasarkan prespektif yang luas ini kita akan dapat mengidentifikasi seluruh rangkaian sebab-akibat yang ada dalam permasalahan tersebut dan menentukan dimana sebaiknya kita harus memulai tindakan pemecahannya (Hariyanto, 2004).

Beberapa alasan mengapa kita membutuhkan pendekatan sistem dalam menyelesaikan suatu permasalahan yaitu :

1. Suatu masalah timbul oleh karena lebih dari suatu sebab (situasi)

2. Karena ada berbagai alternatif pemecahan yang potensial yang perlu dipertimbangkan

3. Setiap pemecahan disamping mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan, juga mempunyai dampak sampingan yang juga harus dipertimbangkan

4. Hasil pemecahan suatu masalah harus dievaluasi baik terhadap pencapaian tujuan yang diinginkan maupun dampak sampingan yang akan diakibatkannya. 5. Pemecahan suatu masalah bersifat sementara atau tidak langsung karena akan

(31)

Metodologi Sistem

Metode untuk penyelesaian persoalan yang dilakukan dengan melalui pendekatan sistem terdiri dari beberapa tahap proses. Tahap-tahap tersebut meliputi analisa, rekayasa model, implementasi rancangan, implementasi dan operasi sistem tersebut. Setiap tahap dalam proses tersebut diikuti oleh suatu evaluasi berulang untuk mengetahui apakah hasil dari tahap yang telah sesuai dapat mencakup dengan apa yang diharapkan atau belum. Bila tidak sesuai maka harus mengulangi kembali tahap tersebut sebelum melanjutkan tahap berikutnya (Eriyatno, 2003).

Metodologi sistem pada prinsipnya melalui enam tahap analisis sebelum tahap sintesa (rekayasa), meliputi:

1) Analisa kebutuhan, 2) Identifikasi sistem, 3) Formulasi masalah,

4) Pembentukan alternatif sistem,

5) Determinasi dari realisasi fisik, sosial dan politik, 6) Menentukan kelayakan ekonomi dan finansial.

Langkah 1-6 dilakukan dalam satu kesatuan kerja yang dikenal dengan analisa sistem (Eriyatno, 2003).

Analisis Kebutuhan

(32)

Analisa kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem. Analisa kebutuhan selalu menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seseorang pengambil keputusan (decision maker) terhadap jalannya sistem. Analisa ini dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat seorang ahli, diskusi, observasi lapangan dan sebagainya (Eriyatno, 2003).

Tahap-tahap dalam analisis sistem meliputi:

1) Mengidentifikasi masalah-masalah dan nilai-nilai komunitas, 2) Menentukan tujuan,

3) Mendefinisikan objektif, 4) Menentukan kriteria,

5) Merancang alternatif aksi untuk mencapai tahap 2 dan 3,

6) Mengevaluasi alternatif aksi, ditinjau dari sisi efektivitas dan biaya, 7) Menguji objektif dan semua asumsi,

8) Mengkaji alternatif-alternatif baru atau melakukan modifikasi atas tahap 5, 9) Menentukan objektif baru atau melakukan modifikasi atas tahap 3, dan

10)Mengulang seluruh tahap hingga solusi memuaskan tercapai, dengan tetap mempertahankan kriteria, standar, dan nilai

(Khisty dan Lall, 2005).

Bila suatu keputusan dibuktikan dapat berjalan secara kontiniu, pernyataan tentang berbagai kebutuhan yang sesuai harus memenuhi syarat untuk dibawa dalam tahap identifikasi sistem.\

Identifikasi Sistem

(33)

yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Yang penting dalam identifikasi sistem adalah melanjutkan interpretasi diagram lingkar ke dalam konsep kotak gelap (blackbox) (Eriyatno, 2003).

Identifikasi model suatu sistem dilakukan dari informasi yang

menggambarkan perilaku terdahulu dari sistem yang sedang berjalan (past behaviour of the existing system). Melalui berbagai teknik statistik dan

matematik, model diturunkan dimana dicari yang paling cocok (fit) pada data operasional.

Gambar 1. Diagram kotak gelap (Eriyatno, 2003)

Konsep diagram kotak gelap ini diambil dari istilah benda yang digunakan dalam dunia penerbangan yaitu blackbox. Kotak ini digunakan untuk merekam segala aktivitas yang terjadi diruang kendali pesawat selama penerbangan (Soebagyo, 1975).

Masalah kotak hitam berkaitan dengan suatu masalah dimana struktur dari sistem itu tidak diketahui sehingga perilaku dari sistem itu tidak dapat ditentukan secara langsung, tetapi harus dilakukan melalui serangkaian percobaan-percobaan (Gasperz, 1992).

Formulasi Masalah

Input Lingkungan

SISTEM

Manajemen Pengendali

Input tidak terkontrol Output yang dikehendaki

(34)

Tujuan dari analisis permasalahan adalah untuk mempelajari dan memahami bidang masalah dengan cukup baik untuk secara menyeluruh menganalisis masalah, kesempatan dan batasannya. Para pemecah masalah telah belajar untuk benar-banar memahami sebuah permasalahan sebelum mengajukan solusi apapun yang mungkin. Masalah tersebut juga harus dianalisis untuk mencari penyebab dan akibatnya, dan seterusnya sampai penyebab dan akibat tersebut tidak menghasilkan gejala-gejala masalah lain.

(35)

Tabel 1. Uraian komponen sistem

No KOMPONEN SISTEM URAIAN

A INPUT SISTEM A.1 Input Lingkungan

(Eksogenous)

1. Mempengaruhi sistem, akan tetapi tidak dipengaruhi sistem

2. Tergantung pada jenis sistem yang ditelaah. A.2 Input yang endogen (yang

terkendali dan tidak terkendali)

1. Merupakan peubah yang sangat perlu bagi sistem untuk melaksanakan fungsinya yang dikehendaki

2. Sebagai peubah untuk mengubah kinerja sistem dalam pengoperasiannya.

A.2.1 Input yang terkendali 1. Dapat bervariasi selama pengoperasian sistem untuk mencapai kinerja yang dikehendaki atau untuk menghasilkan output yang dikehendaki

2. Perannya sangat penting dalam mengubah kinerja sistem selama pengoperasian

3. Dapat meliputi aspek : manusia, bahan, energi, modal dan informasi.

A.2.2 Input yang tak terkendali 1. Tidak cukup penting perannya dalam mengubah kinerja sistem

2. Tetapi diperlukan agar sistem dapat berfungsi

3. Bukan merupakan Input lingkungan (eksogenous) karena disiapkan oleh perancang.

B OUTPUT SISTEM

B.1 Output yang dikehendaki 1. Merupakan respon sistem terhadap kebutuhan yang telah ditetapkan (dalam analisis kebutuhan)

2. Merupakan peubah yang harus dihasilkan oleh sistem untuk memuaskan kebutuhan yang telah diidentifikasi. B.2 Output yang tak dikehendaki 1. Merupakan hasil sampingan yang tidak dapat

dihindarkan dari sistem yang berfungsi dalam menghasilkan keluaran yang dikehendaki

2. Selalu diidentifikasikan dalam tahap identifikasi sistem, terutama semua pengaruh negatif yang potensial dapat dihasilkan oleh sistem yang diuji

3. Sering merupakan kebalikan dari keluaran yang dikehendaki.

C PARAMETER RANCANGAN

SISTEM

1. Digunakan untuk menetapkan struktur sistem

2. Merupakan peubah keputusan penting bagi kemampuan sistem menghasilkan keluaran yang dikehendaki secara efisien dalam memenuhi kepuasan bagi kebutuhan yang ditetapkan

3. Dalam beberapa kasus kadang-kadang perlu merubah peubah ini selama pengoperasian sistem untuk membuat kemampuan sistem bekerja lebih baik dalam keadaan lingkungan berubah-ubah.

D MANAJEMEN

PENGENDALI

(36)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II dan dilaksanakan pada bulan Maret hingga bulan April 2009.

Alat dan Bahan

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah: 1. Alat tulis

2. Komputer 3. Kamera Digital

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah: 1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari penelitian kerja, baik dari hasil wawancara, penyebaran kuisioner dan hasil diskusi dengan pihak-pihak yang berwenang.

2. Data sekunder

(37)

Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan sistem dengan cara menggali informasi dan pengetahuan dari pengelola dan pekerja pabrik dalam hal pengolahan gula, dengan menggunakan beberapa metode pengambilan data yaitu kuisioner, wawancara, diskusi, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan. Kemudian merumuskannya sebagai bahan penulisan skripsi.

Wawancara dilaksanakan dengan menetapkan pengelola pabrik yang terkait dengan pertimbangan pengalaman dibidangnya.

Pemilihan responden sosio-teknik dengan purposive sampling terhadap para pekerja Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II.

Prosedur Penelitian

1. Menentukan pengelola yang berkaitan dengan sistem pengolahan gula 2. Mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi selama memproduksi gula 3. Menentukan ruang lingkup permasalahan yang terjadi pada sistem pengolahan

gula

4. Mengevaluasi, apakah ada hubungan antara aspek lingkungan dan sosial-teknik terhadap hasil produksi gula

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Organisasi

Pabrik Gula Sei Semayang berlokasi di sekitar perkebunan tebu Sei Semayang dan Pabrik Gula Sei Semayang terletak di sekitar perumahan pekerja dan masyarakat kelurahan Sei Semayang. Berdirinya PTPN II diawali dengan pendirian perusahaan bangsa Belanda dengan nama N. V. Veronigde Deli Maatschappij (N. V. VDM). Pada tanggal 11 Januari 1958 seluruh perusahaan Belanda diambil alih kepemilikannya berdasarkan Undang-Undang No. 86 tahun 1958 tentang normalisasi perusahaan milik Belanda.

Pabrik Gula Sei Semayang didirikan bertujuan untuk mencapai swasembada gula, bertujuan untuk mencapai Tri Darma Perkebunan yang berisi peningkatan devisa bagi Negara, memanfaatkan kekayaan alam sebaik-baiknya dan menyediakan lapangan pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan prestasi yang dimiliki.

Pada bulan April 1996 PT. Perkebunan IX digabung dengan PT. Perkebunan II sehingga menjadi PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN II) hingga sekarang.

(39)

Dalam melaksanakan tugas di lapangan, setiap asisten afdeling dibantu oleh seorang mandor besar yang mengawasi langsung semua aktivitas kebun dengan dibantu oleh beberapa mandor bawahannya. Seorang mandor basar membawahi beberapa mandor petik, mandor hama dan penyakit tanaman, mandor gulma, mandor kesehatan, dan membawahi seorang juru tulis afdeling. Sementara itu pengawasan terhadap jalannya mesin pengolahan dipercayakan pada kepala dinas teknik dan kepala dinas pengolahan.

Produktivitas Pabrik Gula

Tabel2. Hasil produksi gula Pabrik Gula Sei Semayang tahun 2002 s/d 2008

No URAIAN 2002 2003

Untuk mempermudah dalam melakukan analisis dan evaluasi, maka hasil pengolahan gula dapat dibuat dalam bentuk grafik seperti berikut ini.

Grafik Ha tebu giling produksi gula tahun 2002-2008

0

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

(40)

Grafik di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2007 Ha tebu giling produksi gula lebih besar yaitu 7914.63 Kg.

Garafik ton tebu /Ha produksi gula tahun 2002-2008

Gambar 3. Grafik ton tebu /Ha produksi gula tahun 2002-2008

Pada tahun 2007 ton tebu /Ha lebih kecil dibanding tahun-tahun lainnya yaitu 43.73 ton.

Grafik ton tebu giling produksi gula tahun 2002-2008

Gambar 4. Grafik ton tebu giling produksi gula

0

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Ton tebu giling

(41)

Grafik Rendemen produksi gula tahun 2002-2008

Gambar 5. Grafik rendemen produksi gula

Pada tahun 2004 Pabrik Gula Sei semayang tidak melakukan proses produksi ini dikarenakan tidak adanya bahan baku tebu giling yang dipanen untuk diolah menjadi gula, ini merupakan salah satu kekurangan pada proses produksi yaitu kurangnya bahan baku.

Kebutuhan Sistem Pengolahan Gula

Tahap analisis kebutuhan adalah langkah awal pengkajian mengenai sistem. Menurut Eriyatno (2003), analisis kebutuhan harus dilakukan secara hati-hati terutama dalam menentukan kebutuhan-kebutuhan dari semua orang dan institusi yang dapat dihubungkan dengan sistem yang ditentukan.

Semua stakeholder yang terkait dengan sistem pengolahan gula mempunyai kebutuhan tersendiri yang muncul dari kepentingan masing-masing stakeholher terhadap sistem tersebut. Whitten, dkk (2004) mendefinisikan stakeholder sebagai orang yang mempunyai ketertarikan terhadap sistem yang ada

0 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

(42)

ataupun sistem yang ditawarkan. Stakeholder bisa termasuk pekerja teknis dan non teknis, bisa juga pekerja dalam dan luar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen pabrik Gula PT Perkebunan Nusantara II Sei Semayang sebagai salah satu stakeholder , diidentifikasi adanya sejumlah kebutuhan yang harus terpenuhi guna mempertahankan kelangsungan pada proses pengolahan tebu menjadi gula dan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi perusahaan. Analisis kebutuhan pihak manajemen ini antara lain proses pengolahan di lapangan secara efektif, optimalisasi biaya produksi, ketersediaan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja yang terampil dan alat-alat produksi, informasi penting mengenenai produksi, produktifitas yang stabil bahkan relatif meningkat setiap tahunnya dan laba bagi perusahaan.

Pekerja atau karyawan adalah sekelompok orang atau masyarakat yang berada dan menetap di sekitar perkebunan. Pekerja atau karyawan yang dimaksud adalah karyawan perusahaan perusahaan selain pihak manajemen. Penyediaan lapangan pekerjaan dirasa merupakan kebutuhan yang terpenting. Selain itu, kesejahteraan dan peningkatan kondisi sosial-ekonomi yang mengarah pada pembangunan infrastruktur desa.

(43)

Tabel 3. Analisis kebutuhan para stakeholder

No Stakeholder Kebutuhan Stakeholder

1. Manajemen PTPN II (Persero) Sei Semayang 1. Proses budidaya tebu secara efektif 2. Faktor produksi yang mendukung aktivitas

pengolahan seperti kualitas tenaga kerja dan alat-alat produsi

3. Informasi penting pendukung aktifitas produksi

4. Produktifitas yang stabil dan relative tinggi

5. Laba bagi perusahaan

2. Kebun Tebu Sei Semayang

1. Keharmonisan dalam menjalin kerjasama

2. Kemudahan administratif atau birokratif

3. Laba bagi perusahaan

3. Masyarakat Sekitar (Karyawan) 1. Penyediaan lapangan kerja

2. Kesejahteraan dan peningkatan kondisi sosial-ekonomi

3. Pembangunan infrastruktur desa

Identifikasi Permasalahan Sistem

Permasalahan yang terjadi merupakan persoalan-persoalan yang timbul dalam sistem dan harus diselesaikan. Adapun ruang lingkup atas permasalahan utama yang terjadi pada sistem pengolahan gula adalah:

6. Perkembangan kota

(44)

Keadaan ini juga dirasa sangat mengkhawatirkan. Masyarakat sekitar lebih memilih bekerja di pabrik karena dirasa lebih meningkatkan kesejahteraan mereka.

7. Kualitas tenaga kerja

Usia dominan dari para pekerja sistem berada pada usia 36 hingga 50 tahun. Diatas usia 50 hingga 60 tahun adalah Usia sudah hampir tidak produktif lagi dalam sistem sehingga keterbatasan tenaga menjadi permasalahan sistem. Sedikitnya usia produktif yang bekerja pada sistem merupakan bukti bahwa bekerja pada pabrik gula menjadi suatu hal yang kurang menarik. Hal ini muncul karena masyarakat yang produktif lebih tertarik bekerja di luar sistem seperti di perkotaan yang memiliki banyak pilihan pekerja yang dirasa dapat meningkatkan taraf hidup.

8. Kondisi cuaca

Cuaca merupakan faktor produksi yang sering kali dianggap sebagai kendala dalam kegiatan produksi. Kegiatan produksi sangat berpengaruh terhadap faktor ini. Terhambatnya kegiatan produksi sering kali disebabkan oleh cuaca hujan. Jika cuaca hujan, para pekerja tidak dapat melakukan kegiatan produksi. Karena berjalannya proses produksi yang disebabkan cuaca hujan maka upah para karyawan akan berkurang karena tidak ada uang masuk tambahan.

9. Kondisi iklim

(45)

dengan sederhana karena hanya menggunakan gelas ukur dan dicatat secara manual. Minimnya alat untuk menghitung curah hujan membuat prediksi yang dilakukan seringkali gagal.

10.Curah hujan

Tanaman tebu banyak membutuhkan air selama masa pertumbuhan vegetatifnya, namun menghendaki keadaan kering menjelang berakhirnya masa pertumbuhan vegetatif agar proses pemasakan (pembentukan gula) dapat berlangsung dengan baik. Berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase pertumbuhannya, maka secara ideal curah hujan yang diperlukan adalah 200 mm per bulan selama 5-6 bulan berturutan, 2 bulan transisi dengan curah hujan 125 mm per bulan, dan 4-5 bulan berturutan dengan curah hujan kurang dari 75 mm per bulannya.

11.Sinar matahari

Radiasi sinar matari sangat diperlukan oleh tanaman tebu untuk pertumbuhan dan terutama untuk proses fotosintesis yang menghasilkan gula. Cuaca berawan pada siang maupun malam hari bisa menghambat pembentukan gula. Pada siang hari, cuaca berawan menghambat fotosintesis sedangkan pada malam hari menyebabkan naiknya suhu yang bisa mengurangi akumulasi gula karena meningkatnya proses pernafasan.

Evaluasi Aspek

(46)

Aspek lingkungan

Sistem pengolahan gula sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan seperti letak geografis, keadaan tanah dan iklim yang khas dari daerah penghasil dapat membedakan antara produk yang satu dengan yang lainnya. Evaluasi aspek lingkungan pada kajian ini bertujuan untuk mengevaluasi daya dukung lingkungan di daerah penanaman tebu demi pencapaian produksi secara berkelanjut. Dalam kajian aspek lingkungan, daya dukung tanah dan kondisi iklim merupakan faktor yang akan dievaluasi.

Iklim yang terjadi berulang selama rentang waktu tertentu akan mempengaruhi sifat dan karakteristik tanaman. Pengetahuan dasar mengenai iklim dan pemanfaatan data dan informasi iklim sangat penting untuk mengetahui secara nyata kondisi dan karakteristik iklim di perkebunan. Data iklim hasil pengukuran tersebut dapat digunakan sebagai sistem peringatan bagi perkebunan.

Aspek sosio-teknik

Keberadaan sistem pengolahan gula membawa perubahan terhadap budaya masyarakat sekitar. Perubahan cara pandang masyarakat terhadap keberadaan sistem terutama adalah dalam hal :

• Pergeseran budaya masyarakat yang awalnya adalah pertanian berkembang

menjadi industrial.

• Bekerja di dalam sistem dirasa sudah tidak menarik lagi atau dianggap sudah

ketinggalan jaman.

(47)

bahwa 44% pekerja adalah berusia 27-35 tahun. Ini menunjukkan bahwa sedikiitnya para pekerja yang memiliki usia yang masih produktif untuk bekerja.

Gambar 6. Frekuensi usia para pekerja di PG Sei Semayang

Sedangkan rata-rata pendidikan para pekerja di pabrik gula Sei Semayang yaitu memiliki pendidikan SLTA sebesar 45%. Ini menunjukkan bahwa pekerja pabrik pada dulunya tidak dilihat dari pendidikan yang tinggi.

(48)

Diagram di bawah ini menunjukkan bahwa 56% para pekerja mengatakan cukup mudah untuk mendapatkan pekerjaan di pabrik gula Sei Semayang, karena sebelum mendapatkan pekerjaan dilakukan pelatihan dan dari survei kebanyakan mengatakan pelatihan dilakukan selama 1-3 bulan. Selain pelatihan mereka juga diberikan petunjuk kerja berbentuk dokumen atau tulisan, jadi pada saat melakukan pekerjaan para pekerja sudah menguasai alat yang ada.

Gambar 8. Frekuensi SOP (standar operasional pekerja) kemudahan kerja Penyusunan Diagram Kotak Hitam

Perancangan diagram kotak hitam (blackbox diagram) akan dibagi menjadi beberapa variabel yaitu input, parameter rancangan sistem, output dan manajemen pengendalian.

Input merupakan masukan yang diberikan pada sistem budidaya tebu untuk mengubah sumber daya dan menambah nilai kegunaan. Variabel input terdiri atas input terkendali, input tak terkendali dan input lingkungan. Menurut Eriyatno (2003), input yang terkendali dapat divariasikan selama operasi untuk menghasilkan perilaku sistem yang sesuai dengan yang diharapkan, begitu juga

(49)

dengan input yang takterkendali. Perwujudan inpun dapat meliputi manusia, barang, tenaga, modal dan informasi.

Di dalam sistem ini input terkendali adalah perencanaan biaya produksi, luas lahan yang akan diolah, jumlah bibit yang digunakan, jumlah dan konsentrasi pupuk dan herbisida, jumlah tenaga kerja, peralatan kerja produksi dan jumlah sarana pengangkutan.

Input yang tak terkendali terdiri atas perkembangan kota, jenis dan jumlah serangan hama dan penyakit tanaman dan jumlah panen tebu giling, perkembangan kota merupakan input tak terkendali yang paling banyak mempengaruhi sistem.

Input lingkungan adalah penyebab yang mempengaruhi sistem akan tetapi sistem itu sendiri tidak dapat mempengaruhinya. Input lingkungan yang mempengaruhi sistem adalah peraturan pemerintah dan kondisi iklim.

Dalam perancangan model diagram kotak hitam perlu ditentukan suatu parameter rancangan sistem. Seperti yang diungkapkan oleh Eriyatno (2003), parameter rancangan sistem digunakan untuk menetapkan struktur sistem yang merupakan peubah keputusan penting bagi kemampuan sistem menghasilkan keluaran yang dikehendaki secara efisien dalam memenuhi kepuasan bagi kebutuhan yang ditetapkan. Dalam beberapa kasus kadang-kadang perlu merubah peubah ini selama pengoperasian sistem untuk membuat kemampuan sistem bekerja lebih baik dalam keadaan lingkungan berubah-ubah.

(50)

pabrik. SOP yang dibuat oleh pihak manajemen ini merupakan acuan bagi pekerja untuk melaksanakan tugas dalam rangka mewujudkan tujuan dari sistem produksi yaitu peningkatan produktifitas dan optimalisasi biaya produksi. SOP berisi tentang tujuan, ruang lingkup, peralatan, dan prosedur kerja dari masing-masing bagian pekerjaan.

Teknis pengolahan yang paling mempengaruhi mutu gula adalah proses pemanenan tebu. Pada tahap ini seluruh komponen peroses pemanenan benar-benar sesuai dengan standar. Kondisi tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi tebu giling. Kondisi tanah yang baik untuk mendukung pertumbuhan tanaman tebu giling adalah volume tanah yang terdiri dari kurang lebih 30% tanah, 25% air dan 45% udara. Kualitas pengolahan tanah dikatakan baik jika kedalaman olah paling tidak 30-40 cm baik pekerjaan pembajakan maupun penggemburan.

Proses transformasi input dan parameter rancangan sistem akan menghasilkan output. Output terdiri dari output yang dikehendaki dan output tak dikehendaki. Output yang dikehendaki adalah efektivitas pengolahan lahan guna meningkatkan produktisi tebu giling, efisiensi biaya produksi, ketepatan waktu pengangkutan tebu giling ke pabrik gula, produktivitas, keuntungan bagi perusahaan, pembinaan mitra kerja dengan pihak kedua dan penyediaan lapangan kerja.

(51)

biaya produksi, kerugian bagi perusahaan, penurunan kesuburan tanah, limbah dan polusi udara.

(52)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Sistem pengolahan bahan baku tebu pada Pabrik Gula Sei Semayang adalah proses sulfitasi alkalis.

2. Proses pengolahan limbah pada Pabrik Gula Sei Semayang dilakukan dengan tiga proses, yaitu proses kimia, fisika dan biologis. Proses kimia berlangsung pada penambahan kapur pada kolam pengendapan. Proses fisika berlangsung pada proses penyaringan dengan saringan pasir. Proses biologis terjadi pada kolam oksidasi dimana pada kolam ini ditambahkan bakteri untuk menguraikan limbah.

3. Identifikasi sistem dilakukan dengan mengevaluasi aspek lingkungan dan aspek sosial-teknik.

4. Aspek lingkungan dan tenaga kerja merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap sistem.

(53)

Saran

1. Pada proses pengolahan tebu menjadi gula, kebersihan alat-alat pengolahan dan kebersihan pabrik masih perlu diperhatikan.

2. Perbaikan sistem pengupahan diharapkan mampu menarik tenaga kerja yang produktif dan meningkatkan produktifitas pekerja yang sudah ada dalam sistem produksi.

3. Pelaksanaan teknis sistem produksi sebaiknya dilakukan berdasarkan Standart Operasional Prosedur dan dibawah pengawasan pihak manajemen yang baik untuk meningkatkan produktifitas.

4. Peningkatan kualitas dan motivasi sumber daya manusia merupakan salah satu upaya penting yang harus tetap dijalankan oleh manajemen agar rasa memiliki karyawan terhadap perusahaan semakin hari semakin meningkat yang pada gilirannya akan menjaga kelangsungan produksi gula.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 1983. Gula : Tinjauan Produksi dan Pemasaran Gula di Indonesia. Bank Bumi Daya, Jakarta.

Anonimous, 2000. Pembudidayaan Tebu di Lahan Sawah dan Tegalan. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Eriyatno, 2003, Ilmu Sistem (Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen). IPB Press, Bogor.

Food Info, 2008, Sejarah Gula. history.htm, [17 Maret 2008]

Hariyanto, B., 2004. Rekayasa Sistem Berorientasi Objek. Penerbit Informatika Bandung, Bandung.

http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2

7907:ap2pgsu-tingginya-harga-gula-di-sumut-diindikasi-akibat-pembelian-besar-besaran&catid=412:08-september-2009&Itemid=220

Jogiyanto, 2001, Analisis dan Desain Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Andi Offset, Yogyakarta.

Khisty, C.J dan B.K. Lall, 2005, Dasar-dasar Rekayasa Transportasi. Ahli Bahasa: Fidel Miro. Penerbit Erlangga, Jakarta.

KPPBUMN, 2007. Seleksi Pengawasan dan Konsultasi 4. Daur Kehidupan Tebu. Hhtp://www.kppbumn.depkeu.go.id/industrial-propile/PK4/propil % 20 Tebu-1-files/page0011.html.

Landherr, A., 1980. Pesawat Industri Gula. Terjemahan Madukono dan Soerjadi. LPP, Yogyakarta.

Mubyarto, 1984. Masalah Industri Gula di Indonesia. BPFE, Yogyakarta.

Moerdokusumo. A., 1993. Pengawasan Kualitas dan Teknologi Pembuatan Gula di Indonesia. ITB Press, Bandung.

Soebagyo.H., 1975 Pesawat Industri Gula, Lembaga Pendidikan Perkebunan, Yogyakarta.

(55)

---, 1980. Peranan Komponen Batang Tebu dalam Pabrikasi Gula. LPP, Yogyakarta.

(56)

Lampiran 2. DATA RATA-RATA CURAH HUJAN KEBUN SEI SEMAYANG

PERIODE

TAHUN 2004 TAHUN 2005 TAHUN 2006 TAHUN 2007 TAHUN 2008 TAHUN 2009

(57)

Lampiran 3. REKAPITULASI BIAYA TEBU GILING 2004/2005 S/D 2007/2008

No URAIAN SATUAN TG 2004/2005 TG 2005/2006 TG 2006/2007 TG 2007/2008 KET

RAKP REAL RAKP REAL RAKP REAL RAKP REAL

1 Luas Tanaman Ha 4.546.14 4.542.290 6.257.31 5.279.87 6.507.93 7914.63 5887.16 4944.54

2 Tebu Giling Kg 390.446.120 247.617.420 487.294.240 382.408.930 447.286.050 346.100.400 322.824.28 273.863.370

3 Rendemen % 6.50 6.00 6.00 5.52 6.24 5.39 6.20 6.51

4 Hablur Kg 23.379.000 17.846.000 29.237.650 21.108.000 17.903.081 20.558.000 20.015.110 17.825.000

5 GKP Kg 25.404.380 17.627.400 29.266.890 21.295.000 27.931.612 20.601.750 20.037.020 17.691.401

6 Tetes Kg 15.617.840 14.763.500 19.491.770 19.860.500 17.891.442 18.007.000 12.912.960 13.292.236

1 Biaya Umum 0 2.188.063 2.210.411 3.652.489 2.911.451 3.998.697 2.668.258 3.722.755 2.757.608

2 Biaya Pabrik 0 21.310.510 19.920.675 34.144.998 25.925.392 30.603.997 24.843.816 22.294.308 22.735.660

3

Biaya

Penyusutan 0 2.100.000 2.389.803 2.444.710 2.293.973 2.566.945 2.481.142 2.802.867 3.003.350

Sub Jumlah 0 25.598.573 24.520.889 40.242.197 31.130.816 37.169.639 29.993.216 28.819.930 28.496.618

4

Biaya

Pengemasan 0 1.732.276 1.386.039 2.229.216 1.572.959 2.196.550 1.593.695 1.517.035 1.508.014

Total Jumlah 0 27.330.849 25.906.928 42.471.413 32.703.775 39.366.189 31.586.911 30.336.965 30.004.632

5 Harga Pokok

Pengolahan

*per kg hablur Rp/kg 1.008.65 1.374.03 1.376.38 1.474.83 1.458.96 1.458.96 1.439.91 1.598.69

*per kg GKP Rp/kg 68.19 78.63 76.17 73.87 77.36 77.36 75.71 85.24

(58)

Lampiran 4. BIAYA UMUM & PENYUSUTAN TAHUN 2004/2005 S/D 2007/2008

Rekg. URAIAN TG 2004/2005 TG 2005/2006 TG 2006/2007 TG 2007/2008 KET

RAKP REAL RAKP REAL RAKP REAL RAKP REAL

400 Gaji Tunj. Dan Bisos. Peg.staf 75.012 55.497 124.532 106.627 111.279 115.792 131.611 160.730

401 Gaji Tunj. Dan Bisos. Peg.Non Staf 693.423 763.221 1.209.400 1.009.283 1.121.321 1.175.251 1.217.790 1.257.055

402 Honorarium - - - - 31.745 - 33.285 18.130

406 Biaya Pengangkutan/Perjalanan 119.500 175.511 185.738 204.522 238.141 155.874 210.764 151.184

407 Biaya-biaya Perobatan - - -

410 Pemeliharaan Bangunan Rumah 48.000 7.208 36.398 398 63.000 1.570 53.000 -

411 Pemeliharaan Bangunan Perusahaan 41.500 16.233 33.356 10.363 63.000 72.163 53.000 28.271

412 Pemeliharaan Mesin-mesin Instalasi - - -

413 Pemeliharaan Jln, Jembatan dan Saluran air 25.000 - - -

414 Pem.Perlengkapan dan Pemak.Alat2 kecil 32.000 21.419 43.731 8.731 85.000 32.748 75.000 22.703

420 Iuran dan Sumbangan - - 5.000 - 12.000 - 12.000 -

421 Pajak dan Sewa Tanah - - -

422 ASSURANSI 15.900 6.383 86.868 86.581 120.563 2.184 93.063 240

423 Biaya Keamanan 611.778 731.633 1.174.901 879.676 1.192.998 909.534 1.257.787 922.542

424 Biaya Penerangan 140.250 229.182 482.800 432.801 489.441 383 70.000 -

425 Biaya Pompa Air - - -

426 Biaya Lain-lain 385.700 204.124 269.765 172.469 470.209 202.759 515.455 196.753

Jumlah 400 s/d 426 2.188.063 2.210.411 3.652.489 2.911.451 3.998.697 2.668.258 3.722.755 2.757.608

490 Penyusutan Pabrik dan Sarana 2.100.000 2.389.804 2.444.710 2.293.973 2.566.945 2.481.142 2.802.867 3.003.350

(59)

Lampiran 5. BIAYA INVESTASI

No Rekg URAIAN Real 2004 Real 2005 Real 2006 Real 2007 Real 2008

44 Bangunan Perusahaan 225.300 169.662 - 46.504 -

45 Pemel. Mesin dan Instalasi 6.410.202 3.671.434 4.632.536 3.855.035 1.718.825

46 Jalan, Jembatan, dan Saluran Air - - 142.365 - -

47 Alat Pengangkutan - - 130.045 - -

48 Barang Inventaris kecil 149.546 236.000 143.755 12.650 23.170

Jumlah 6.785.048 4.077.096 5.048.70 4.022.189 1.741.995

Gambar

Gambar 1. Diagram kotak gelap (Eriyatno, 2003)
Grafik Ha tebu giling produksi gula tahun 2002-2008
Grafik ton tebu giling produksi gula tahun 2002-2008
Grafik Rendemen produksi gula tahun 2002-2008
+3

Referensi

Dokumen terkait

Faisal Amri, 2010 “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi..

Perbedaan terletak pada variabel independen dan luasnya sampel.Variabel independen dari penelitian terdahulu adalah ukuran perusahaan dan proftabilitas sedangkan untuk

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu melimpahkan berkat, memberikan pengharapan, melindungi serta menyertai penulis

KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. BAGAN

PENGELOLA PELATIHAN DI LEMBAGA PELATIHAN PEMERINTAH MENURUT PROVINSI DAN

wajar apabila dalam menyelesaikan soal matematika, siswa melakukan kesalahan. Namun apabila kesalahan-kesalahan yang muncul tidak segera

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang dilimpahkan pada kita semua sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul

Ulum (2008) melakukan penelitian berjudul “Intellectual Capital Performance Sektor Perbankan di Indonesia.” Penelitian tersebut mengestimasi dan menganalisis Value Added