commit to user
i
PENGARUH PEMBERIAN MOTIVASI BELAJAR DARI
ORANG TUA, MINAT BELAJAR MATEMATIKA, DAN
PROBLEMA REMAJA TERHADAP PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 5 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010
OLEH
LIA ROSINA ANGGREINI K1303046
PROGRAM PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
ii
PENGARUH PEMBERIAN MOTIVASI BELAJAR DARI
ORANG TUA, MINAT BELAJAR MATEMATIKA, DAN
PROBLEMA REMAJA TERHADAP PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 5 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010
OLEH
LIA ROSINA ANGGREINI K1303046
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Matematika Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
PROGRAM PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
v
ABSTRAK
Lia Rosina Anggreini. PENGARUH PEMBERIAN MOTIVASI BELAJAR
DARI ORANG TUA, MINAT BELAJAR MATEMATIKA, DAN PROBLEMA REMAJA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Juli 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) ada atau tidak adanya
pengaruh pemberian motivasi belajar dari orang tua terhadap prestasi belajar
matematika, (2) ada atau tidak adanya pengaruh minat belajar siswa terhadap
prestasi belajar matematika, (3) ada atau tidak adanya pengaruh problema remaja
terhadap prestasi belajar matematika, (4) ada atau tidak adanya interaksi
pemberian motivasi belajar dari orang tua dan minat belajar siswa terhadap
prestasi belajar matematika, (5) ada atau tidak adanya interaksi pemberian
motivasi belajar dari orang tua dan problema remaja terhadap prestasi belajar
matematika, (6) ada atau tidak adanya interaksi minat belajar siswa dan problema
remaja terhadap prestasi belajar matematika, (7) ada atau tidak adanya interaksi
pemberian motivasi belajar dari orang tua, minat belajar siswa, dan problema
remaja terhadap prestasi belajar matematika.
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Boyolali
semester 1 tahun pelajaran 2009/2010 dengan jumlah 210 siswa yang terbagi
dalam lima kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII-A dan VIII-B,
berjumlah 78 siswa yang diambil dengan cara cluster random sampling yaitu
dipilih dua kelas secara acak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
metode angket untuk data pemberian motivasi belajar dari orang tua, minat belajar
matematika, dan problema remaja dan metode dokumentasi untuk data prestasi
belajar matematika. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis
variansi tiga jalan dengan sel sama 3x3x3. Sebelumnya dilakukan uji normalitas
dengan menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas dengan
commit to user
vi
Setelah diadakan penelitian dan perhitungan dengan teknik analisis
variansi tiga jalan dengan sel tak sama, akan diambil kesimpulan sesuai dengan
aturan jika Fobs > Ftabel maka H0 ditolak, sedangkan jika Fobs < Ftabel maka H0 tidak
ditolak. Dari perhitungan, kesimpulan dari penelitian ini adalah : (1) Ada
pengaruh pemberian motivasi belajar dari orang tua terhadap prestasi belajar
matematika, berdasarkan perhitungan diperoleh Fobs = 7,25 > 3,15 = F tabel ,
dengan demikian H0A ditolak, (2) Ada pengaruh minat belajar siswa terhadap
prestasi belajar matematika, berdasarkan perhitungan diperoleh Fobs = 6,49 > 3,15
= F tabel, dengan demikian H0B ditolak, (3) Ada pengaruh problema remaja
terhadap prestasi belajar matematika, berdasarkan perhitungan diperoleh Fobs =
4,36 > 3,15 = F tabel, dengan demikian H0C ditolak, (4) Tidak adanya interaksi
pemberian motivasi belajar dari orang tua dan minat belajar siswa terhadap
prestasi belajar matematika, berdasarkan perhitungan diperoleh Fobs = 1,12 < 2,52
= F tabel, dengan demikian H0AB tidak ditolak, (5) Tidak ada interaksi pemberian
motivasi belajar dari orang tua dan problema remaja terhadap prestasi belajar
matematika, berdasarkan perhitungan diperoleh Fobs = 1,60 < 2,52 = F tabel, dengan
demikian H0AC tidak ditolak, (6) Tidak ada interaksi minat belajar siswa dan
problema remaja terhadap prestasi belajar matematika, berdasarkan perhitungan
diperoleh Fobs = 0,68 < 2,52 = F tabel, dengan demikian H0BC tidak ditolak, (7)
Tidak ada interaksi pemberian motivasi belajar dari orang tua, minat belajar siswa,
dan problema remaja terhadap prestasi belajar matematika, berdasarkan
perhitungan diperoleh Fobs = 0,74 < 2,10 = F tabel, dengan demikian H0ABC tidak
commit to user
vii
ABSTRACT
Lia Rosina Anggreini. THE EFFECT OF LEARNING MOTIVATION
GIVEN BY PARENTS, LEARNING MATHEMATIC INTEREST, AND ADOLESCENT PROBLEM TOWARD MATHEMATIC LEARNING ACHIEVEMENT OF EIGHT’S GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 5 BOYOLALI YEAR OF STUDY 2009/2010. Thesis. Surakarta: Teaching and Education Faculty Sebelas Maret University, July 2010
The purpose of this research is to know if: (1) there is influence of learning
motivation given by parents toward learning mathematic achievement, (2) there is
influence of learning mathematic interest toward learning mathematic
achievement, (3) there is influence of adolescent problem toward learning
mathematic achievement, (4) there is interaction between learning motivation
given by parents and learning mathematic interest toward learning mathematic
achievement, (5) there is interaction between learning motivation given by
parents and adolescent problem toward learning mathematic achievement, (6)
there is interaction beetween learning mathematic interest and adolescent problem
toward learning mathematic achievement, (7) there is interaction between learning
motivation given by parents, learning mathematic interest and adolescent problem
toward learning mathematic achievement.
The population of this research is eight’s grade students of SMP Negeri 5
Boyolali at first semester year of study 2009/2010 consist of 210 students devided
into five classes. The sample of this research is class VIII-A and VIII-B, total 78
students taken by cluster random sampling, randomly chosen two classes. Data
collecting technique used is questionnaire methode for data of learning motivation
given by parents, learning mathematic interest, and adolescent problem and
documentation methode for data of learning mathematic achievement. Analysis
technique used is three-ways analysis of variance technique with unequal cell
3x3x3. Before that, we use normality test by Lilliefors methode and homogenity
test by Bartlett methode.
After we did research and calculate by three-ways analysis of variance
commit to user
viii
Fobs>Flist so H0 is rejected, while if Fobs < Flist so H0 is not rejected. From the
calculation, the conclution of this research are : (1) There is influence of learning
motivation given by parents toward learning mathematic achievement, based on
calculation we got result Fobs = 7,25 > 3,15 = F list, so H0 is rejected, (2) There is
influence of learning mathematic interest toward learning mathematic
achievement, based on calculation we got result Fobs = 6,49 > 3,15 = F list, so H0 is
rejected, (3) There is influence of adolescent problem toward learning
mathematic achievement, based on calculation we got result Fobs = 4,36 > 3,15 =
F list, so H0 is rejected, (4) There is no interaction between learning motivation
given by parents and learning mathematic interest toward learning mathematic
achievement, based on calculation we got result Fobs = 1,12 < 2,52 = F list, so H0AB
is not rejected, (5) There is no interaction between learning motivation given by
parents and adolescent problem toward learning mathematic achievement, based
on calculation we got result Fobs = 1,60 < 2,52 = F list, so H0AC is not rejected, (6)
there is no interaction beetween learning mathematic interest and adolescent
problem toward learning mathematic achievement, based on calculation we got
result Fobs = 0,68 < 2,52 = F list, so H0ABC is not rejected, (7) There is no
interaction beetwen learning motivation given by parents, learning mathematic
interest and adolescent problem toward learning mathematic achievement, based
commit to user
ix
MOTTO
“Sedikit pengetahuan yang digunakan untuk berkarya sungguh lebih berharga daripada
banyak pengetahuan yang disimpan saja.”
(Kahlil Gibran)
“Tidak ada orang yang melampaui fajar tanpa melalui malam.”
(anonim)
“Segala sesuatu ada waktunya, apa yang tercipta merupakan jawaban dari putaran waktu
yang telah Allah sediakan. Nikmati hidup apa adanya karena semua berawal dari sana.
Yakin segala sesuatu ada waktunya dan terjadi tepat pada waktunya.”
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Sebuah karya bagi mereka yang menantikan saat-saat indah ini.
Bapak dan Ibu, semoga Allah senantiasa melindungi dan memberikan guyuran rahmat kepada keduanya.
Bapak dan Ibu di Boyolali, untuk semangat dan doa yang selalu ada dan akan terus mengalir.
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas pertolongan yang
tak terkira dan nikmat sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Problema Remaja dan Minat Belajar Matematika
Terhadap Prestasi Belajar Matematika”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar
kesarjanaan pada Program Pendidikan Matematika Jurusan P.MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa pada proses penyusunan skripsi ini banyak
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan FKIP UNS yang telah
memberikan izin menyusun skripsi ini.
2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, Ketua Jurusan P. MIPA FKIP UNS yang
telah memberikan izin menyusun skripsi ini.
3. Triyanto, S.Si, M.Si, Ketua Program P. Matematika FKIP UNS yang telah
memberikan izin menyusun skripsi ini.
4. Drs. Mardjuki, M.Si. Pembimbing I yang telah membimbing penulis hingga
skripsi ini dapat tersusun.
5. Ristu Saptono, S.Si, M.T. Pembimbing II yang telah membimbing penulis
hingga skripsi ini dapat tersusun.
6. Kirdjono, S.Pd, M.M. Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Boyolali yang telah
memberi ijin tryout demi kelancaran penulisan skripsi.
7. Dra. Hj. Widhiani PN, M.Si. Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Boyolali yang
telah memberi ijin penelitian demi kelancaran penulisan skripsi.
8. FX Windoe Poernomo, S.Pd. Guru Matematika SMP Negeri 5 yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan serta meluangkan waktu untuk
membantu terlaksananya penelitian ini.
9. Kedua orang tuaku dan Bapak/Ibu Boyolali yang selalu memberikan doa
restu, kasih sayang dan dukungan yang tak ternominalkan.
commit to user
xii
11. Jojo dan Danang, terimakasih telah memberi warna dalam hidupku, I love u
all..
12. Mas Sofyan Pasca UNS, untuk les privatnya….
13. Teman-teman P.Math ’03 atas segala kebersamaan dan kenangan kita
bersama.
14. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut di atas mendapatkan imbalan
dari Allah SWT. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya, bagi dunia pendidikan dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juli 2010
commit to user
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vii
HALAMAN MOTTO ... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Perumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
A. Tinjauan Pustaka ... 8
1. Prestasi Belajar Matematika ... 8
a. Prestasi... ... 8
b. Belajar... 8
c. Prestasi Belajar... 10
d. Hakekat Matematika... 11
e. Pengertian Prestasi Belajar Matematika... 12
commit to user
xiv
2. Motivasi Belajar... 13
a. Pengertian Motivasi ... 13
b. Teori-teori Motivasi ... 14
c. Macam-macam Motivasi... 16
d. Fungsi Motivasi……… 17
e. Cara Memotivasi Anak……… 17
f. Tugas dan Tangung Jawab Orang Tua Dalam Keluarga.. 19
g. Bentuk Motivasi dari Orang Tua... 19
h. Indikator Motivasi Belajar dari Orang Tua………. 20
3. Minat………. 21
4. Problema Remaja………. ... 24
a. Pengertian Remaja………. ... 24
b. Tugas-tugas Perkembangan Usia Remaja………. .. 26
c. Pengertian Tentang Problema Remaja…. ... 27
B. Penelitian yang Relevan ... 31
C. Kerangka Berfikir ... 32
D. Perumusan Hipotesis……… 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37
1. Tempat penelitian ... 37
2. Waktu Penelitian ... 37
B. Metode Penelitian ... 37
C. Populasi dan Sampel ... 37
1. Populasi………. 37
2. Sampel………... 38
D. Teknik Pengumpulan Data ... 38
1. Metode Pengumpulan Data……… 38
2. Instrumen Penelitian………... 39
E. Variabel Penelitian ... 41
1. Variabel Bebas……… 41
commit to user
xv
F. Teknik Analisis Data ... 43
1. Uji Normalitas……… ... 43
2. Uji Homogenitas……… ... 44
3. Analisis Variansi Tiga Jalan……….. 45
4. Uji Komparasi Ganda……… 49
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 52
A. Deskripsi Data ... 52
1. Data Hasil Uji Coba Instrumen ... 52
2. Data Skor Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua ... 54
3. Data Skor Minat Belajar Siswa ... 55
4. Data Skor Problema Remaja ... 55
5. Data Skor Prestasi Belajar Matematika ... 55
B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 56
1. Uji Normalitas………. .. 56
2. Uji Homogenitas………... 57
C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 58
1. Analisis Variansi Tiga Jalan dengan Sel Tak Sama ... 58
2. Uji Lanjut Pasca Anava... 59
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 61
1. Hipotesis Pertama ... 61
2. Hipotesis Kedua ... 62
3. Hipotesis Ketiga ... 63
4. Hipotesis Keempat ... 63
5. Hipotesis Kelima ... 64
6. Hipotesis Keenam ... 64
7. Hipotesis Ketujuh ... 65
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 66
A. Kesimpulan ... 66
B. Implikasi... 69
1. Implikasi Teoritis ... 69
commit to user
xvi
C. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
commit to user
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Notasi dan Tata Letak Data ... 46
Tabel 3.2 Rangkuman analisis Variansi Tiga Jalan Sel Tak Sama ... 49
Tabel 4.1 Rangkuman data prestasi belajar matematika siswa ... 56
Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Analisis Uji Normalitas ... 57
Tabel 4.3 Rangkuman Hasil Analisis Uji Homogenitas ... 57
Tabel 4.6 Rangkuman Analisis Variansi Tiga Jalan dengan Sel Tak Sama ... 58
Tabel 4.7 Rangkuman Uji Komparasi Antar Baris ... 59
Tabel 4.8 Rangkuman Uji Komparasi Antar Kolom ... 60
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-kisi Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua
(Try Out) ... 75
Lampiran 2 Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua (Try Out) ... 77
Lampiran 3 Uji Konsistensi Internal Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua ... 82
Lampiran 4 Lembar Validasi Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua ... 83
Lampiran 5 Reliabilitas Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua ... 88
Lampiran 6 Kisi-kisi Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua ... 89
Lampiran 7 Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua ... 90
Lampiran 8 Kisi-kisi Angket Minat Belajar Matematika (Try Out) ... 94
Lampiran 9 Angket Minat Belajar Matematika (Try Out) ... 96
Lampiran 10 Uji Konsistensi Internal Angket Minat Belajar Matematika .. 102
Lampiran 11 Lembar Validasi Angket Minat Belajar Matematika ... 104
Lampiran 12 Reliabilitas Angket Minat Belajar Matematika ... 108
Lampiran 13 Kisi-kisi Angket Minat Belajar Matematika ... 110
Lampiran 14 Angket Minat Belajar Matematika ... 112
Lampiran 15 Kisi-kisi Angket Problema Remaja (Try Out) ... 117
Lampiran 16 Angket Problema Remaja (Try Out) ... 118
Lampiran 17 Uji Konsistensi Internal Angket Problema Remaja ... 124
Lampiran 18 Lembar Validasi Angket Problema Remaja... 126
Lampiran 19 Reliabilitas Angket Problema Remaja ... 130
Lampiran 20 Kisi-kisi Angket Problema Remaja... 132
Lampiran 21 Angket Problema Remaja ... 133
Lampiran 22 Data Induk Penelitian ... 138
commit to user
xix
Orang Tua Rendah ... 141
Lampiran 24 Uji Normalitas Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua Sedang ... 143
Lampiran 25 Uji Normalitas Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua Tinggi ... 145
Lampiran 26 Uji Normalitas Angket Minat Belajar Matematika Rendah.... 147
Lampiran 27 Uji Normalitas Angket Minat Belajar Matematika Sedang .... 149
Lampiran 28 Uji Normalitas Angket Minat Belajar Matematika Tinggi ... 151
Lampiran 29 Uji Normalitas Angket Problema Remaja Rendah ... 153
Lampiran 30 Uji Normalitas Angket Problema Remaja Sedang ... 155
Lampiran 31 Uji Normalitas Angket Problema Remaja Tinggi ... 158
Lampiran 32 Uji Homogenitas Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua ... 160
Lampiran 33 Uji Homogenitas Angket Minat Belajar Matematika ... 163
Lampiran 34 Uji Homogenitas Angket Problema Remaja ... 166
Lampiran 35 Analisis Variansi Tiga Jalan dengan Sel Tak Sama ... 169
Lampiran 36 Uji Komparasi Ganda... 178
Lampiran 37 Daftar Tabel ... 181
commit to user
xx
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Jum’at
Tanggal : 9 Juli 2010
Tim Penguji Skripsi :
Ketua : Triyanto, S.Si, M.Si. (………)
Sekretaris : Dyah Ratri Aryuna, S.Pd, M.Si. (………)
Anggota I : Drs. Mardjuki, M.Si (………)
Anggota II : Ristu Saptono, S.Si, M.T (………)
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd
commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan di bidang pendidikan merupakan suatu upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. Salah satu
faktor penentu bagi kelestarian dan kemajuan bangsa adalah sektor pendidikan.
Pendidikan bukan hanya sekedar media dalam menyampaikan dan meneruskan
kebudayaan dari generasi ke generasi, melainkan dapat menghasilkan perubahan
dan pengembangan kemajuan kehidupan bangsa. Keberhasilan program
pendidikan dapat membantu kelancaran pencapaian tujuan pembangunan nasional.
Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilakukan di dalam keluarga, sekolah,
dan masyarakat. Keberhasilan pendidikan nasional tanggung jawab bersama
antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Peningkatan mutu pendidikan pada masyarakat terutama anak-anak
bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau sekolah saja, melainkan juga
merupakan tanggung jawab keluarga dan masyarakat. Hal ini sesuai dengan
prinsip yang diberikan oleh Ki Hajar Dewantoro bahwa pendidikan menurut
tempatnya dibedakan menjadi tiga yaitu pendidikan di dalam keluarga, pendidikan
di dalam sekolah, dan pendidikan di dalam masyarakat.
Dalam kaitannya dengan pendidikan yang berlangsung di dalam
keluarga, orang tua mempunyai tugas untuk mendidik dan membimbing
putra-putrinya dengan baik. Orang tua berkewajiban memberikan dasar-dasar
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan kepada putra-putrinya, karena dalam
keluarga anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya. Keberhasilan
orang tua dalam menanamkan sikap dan pengertian yang baik akan menunjang
keberhasilan pendidikan di sekolah dan di masyarakat. Salah satu hal yang
penting dalam menunjang pendidikan dalam keluarga adalah sikap dan pengertian
orang tua terhadap pentingnya pendidikan sekolah bagi putra-putrinya. Orang tua
harus menyadari bahwa kebutuhan sekolah merupakan kebutuhan anak untuk
bekal hidup saat terjun di masyarakat.
commit to user
Keberhasilan belajar seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor,
diantaranya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu faktor di dalam diri siswa
(intern) dan faktor dari luar siswa (ekstern). Faktor dari dalam diri siswa
merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar.
Hal tersebut dapat dipahami sebab dalam proses belajar sasaran utamanya adalah
individu sebagai subjek belajar.
Salah satu faktor ekstern yang ikut menentukan keberhasilan belajar
siswa adalah pemberian motivasi belajar dari orang tua. Pemberian motivasi
belajar dari orang tua adalah dorongan yang berasal dari orang tua untuk
membantu dalam memperoleh prestasi belajar yang baik. Oleh karena siswa
mengalami kehidupan yang pertama dan utama dalam keluarga. Mereka akan
tumbuh dan berkembang sesuai pendidikan yang diperoleh dari orang tuanya.
Dalam hal ini orang tua hendaknya dapat membantu pihak sekolah untuk dapat
memberikan motivasi yang positif agar siswa memperoleh prestasi belajar yang
tinggi. Pemberian motivasi belajar dari orang tua dapat dengan mengadakan
pengawasan, memupuk rasa optimis, memberikan pujian, memberikan hadiah,
memenuhi kebutuhan sekolah, memberi nasehat, dan sebagainya.
Posisi orang tua dalam keluarga adalah sebagai pemimpin dan
penanggung jawab keluarga. Lebih dari itu, dengan adanya anak maka fungsi
orang tua bertambah yaitu sebagai guru, pendidik, pembimbing, serta motivator
dalam mencapai prestasi belajar yang optimal. Motivasi yang kuat akan dapat
merangsang pengungkapan potensi secara konstruktif yang dapat menimbulkan
kegairahan belajar yang tinggi. Oleh karena itu diharapkan keikutsertaan orang tua
dalam membantu belajar anaknya dengan jalan memotivasi anaknya, juga
mengadakan fasilitas belajar yang diperlukan.
Dalam kaitannya dengan pendidikan yang berlangsung di sekolah, selain
guru, siswa juga berperan penting dalam pencapaian prestasi, diantaranya minat
belajar siswa itu sendiri. Minat belajar siswa merupakan salah satu contoh faktor
intern siswa yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Selanjutnya
minat belajar siswa satu dengan yang lainnya tidak sama. Siswa yang mempunyai
commit to user
siswa yang mempunyai minat belajar rendah. Siswa yang mempunyai minat
belajar tinggi akan lebih giat belajar daripada siswa yang mempunyai minat
belajar yang rendah. Siswa yang berperasaan senang dan berminat belajar, akan
mudah berkonsentrasi dalam belajar. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar
karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa
tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya. Ini
berarti bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditunjang oleh minat belajarnya.
Usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa selain dipengaruhi oleh
hal-hal diatas tersebut, yang tak kalah penting adalah keadaan psikis siswa
diantaranya problema yang dihadapi. Usia anak Sekolah Menengah Pertama
(SMP) berkisar antara 13 tahun sampai 15 tahun. Pada usia ini, anak sedang
mengalami masa remaja, tepatnya adalah remaja awal. Masa remaja adalah suatu
fase perkembangan yang berada di antara masa kanak-kanak dan masa dewasa.
Dengan kata lain, masa remaja adalah fase perkembangan yang paling unik di
antara fase-fase perkembangan yang dilalui dalam kehidupan manusia. Pada masa
ini, seorang remaja sedang mengalami pertentangan batin yang memuncak.
Mereka sering dicekam kebingungan, kepedihan dan kadang-kadang muncul
kegembiraan yang menggelora. Pada masa remaja muncul kesadaran akan
kepribadian dan mulai berusaha mencari identitas diri. Mereka tertarik pada
pribadi yang ideal sebagai tokoh atau idola bagi dirinya. Remaja sangat
mengagumi atau memuja tokoh idolanya. Selain itu, pada masa remaja anak mulai
tertarik pada lawan jenisnya. Mereka mulai berusaha untuk mempertampan dan
mempercantik dirinya. Jadi, pada masa ini berbagai perasaan muncul secara silih
berganti pada diri remaja. Keadaan yang demikian sangat membingungkan
mereka, sehingga mereka memerlukan seseorang yang dapat membantu dirinya
dalam mencurahkan perasaan yang membingungkan tersebut.
Pada usianya remaja mempunyai sejumlah tugas yang timbul pada suatu
periode tertentu dalam kehidupan individu yang disebut sebagai tugas
perkembangan. Tugas perkembangan timbul karena adanya kematangan dalam
diri individu, adanya tuntutan khusus terhadap individu serta adanya harapan yang
commit to user
diselesaikan akan membawa akibat perilaku menyimpang pada remaja. Perilaku
menyimpang ini oleh remaja belum tentu dianggap sesuatu yang buruk. Sebagai
contoh kenakalan remaja. Kenakalan remaja merupakan atribut yang diberikan
masyarakat terhadap perilaku remaja yang menyimpang dari aturan-aturan
normatif yang dianut oleh anggota masyarakat dimana remaja itu hidup. Tingkah
laku yang dianggap menyimpang oleh masyarakat, biasanya belum tentu diterima
begitu saja oleh remaja. Apalagi bila atribut itu diberikan oleh masyarakat yang
otoriter. Dalam masyarakat yang seperti ini, komunikasi hanya terjadi satu arah
yaitu dari atas kebawah, yang berupa perintah, celaan, makian, bahkan ancaman.
Remaja sebagai anggota masyarakat sedang berada pada masa berfikir obyektif,
tidak senang melihat adanya kepincangan-kepincangan sosial, bahkan mereka bisa
melakukan kritik spontan yang dapat menimbulkan ketegangan emosional dan
frustasi yang disalurkan dalam bentuk kenakalan.
Problema-problema yang dihadapi remaja karena tugas perkembangan
yang belum terselesaikan ini terjadi pada setiap remaja. Mungkinkah problema
yang dihadapi remaja ini akan mempengaruhi prestasi belajar siswa khususnya
pada bidang studi matematika?
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti apakah
pemberian motivasi belajar dari orang tua, minat belajar matematika, dan
problema yang dihadapi remaja akan berpengaruh terhadap prestasi belajar bidang
studi matematika.
B. Identifikasi Masalah
Berdasar latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut.
1. Terdapat siswa yang memperoleh pemberian motivasi belajar dari orang
tua tinggi, dan juga terdapat siswa yang memperoleh pemberian motivasi
belajar dari orang tua sedang maupun rendah. Adanya perbedaan tingkat
pemberian motivasi belajar dari orang tua siswa menyebabkan prestasi
commit to user
2. Terdapat siswa yang mempunyai minat belajar tinggi dan ada siswa yang
mempunyai minat belajar sedang maupun rendah. Adanya perbedaan
tingkat minat belajar yang dimiliki siswa menyebabkan prestasi belajar
matematika yang di capai siswa juga berbeda.
3. Pada umumnya banyak remaja yang menghadapi masalah. Hal ini
disebabkan remaja masih dalam mas transisi sehingga memiliki emosi
yang cenderung labil.
4. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika
diantaranya pemberian motivasi belajar dari orang tua, minat belajar
matematika, dan problema remaja. Namun beberapa pihak (pelaku atau
lingkungan sekitar) kurang memperhatikan hal tersebut sehingga
pencapaian hasil belajar kurang optimal.
C. Pembatasan Masalah
Melihat banyaknya permasalahan yang muncul berdasarkan latar
belakang dan identifikasi masalah yang ada, pembatasan masalah dititik beratkan
pada:
1. Minat belajar siswa dalam penelitian ini adalah minat belajar siswa
terhadap matematika.
2. Pemberian motivasi belajar dari orang tua dalam penelitian ini adalah
pemberian motivasi belajar dari orang tua terhadap matematika.
3. Problema remaja pada penelitian ini adalah problema-problema yang
dihadapi siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Boyolali semester I tahun
ajaran 2009/2010.
4. Prestasi belajar matematika dalam penelitian ini adalah nilai ujian mid
semester bidang studi matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 5
commit to user
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah
dikemukakan di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut.
1. Apakah ada pengaruh pemberian motivasi belajar dari orang tua
terhadap prestasi belajar matematika?
2. Apakah ada pengaruh minat belajar siswa terhadap prestasi belajar
matematika?
3. Apakah ada pengaruh problema remaja terhadap prestasi belajar
matematika?
4. Apakah ada interaksi antara pemberian motivasi belajar dari orang tua
dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika?
5. Apakah ada interaksi antara pemberian motivasi belajar dari orang tua
dan problema remaja terhadap prestasi belajar matematika?
6. Apakah ada interaksi antara minat belajar siswa dan problema remaja
terhadap prestasi belajar matematika?
7. Apakah ada interaksi antara pemberian motivasi belajar dari orang tua,
minat belajar siswa, dan problema remaja terhadap prestasi belajar
matematika?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh pemberian motivasi belajar
dari orang tua terhadap prestasi belajar matematika.
2. Mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh minat belajar siswa terhadap
prestasi belajar matematika.
3. Mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh problema remaja terhadap
prestasi belajar matematika.
4. Mengetahui ada atau tidak adanya interaksi pemberian motivasi belajar
dari orang tua dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar
commit to user
5. Mengetahui ada atau tidak adanya interaksi pemberian motivasi belajar
dari orang tua dan problema remaja terhadap prestasi belajar matematika.
6. Mengetahui ada atau tidak adanya interaksi minat belajar siswa dan
problema remaja terhadap prestasi belajar matematika.
7. Mengetahui ada atau tidak adanya interaksi pemberian motivasi belajar
dari orang tua, minat belajar siswa, dan problema remaja terhadap
prestasi belajar matematika.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Menambah pengetahuan bagi peneliti sebagai calon guru agar
mempunyai bekal untuk terjun ke dunia pendidikan.
2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi orang tua siswa.
3. Memberikan masukan kepada siswa melalui guru, tentang minat belajar
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Prestasi Belajar Matematika a. Prestasi
Pada akhir proses belajar-mengajar, siswa selalu dituntut untuk
memberikan prestasi-prestasi tertentu yang menampakkan hasil belajar secara
nyata dan relevan bagi tujuan instruksional, sehingga prestasi diperlukan untuk
mengetahui apakah tujuan yang dituju telah tercapai.
Ada beberapa pendapat tentang pengertian prestasi. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2003: 787) kata prestasi mempunyai arti bahwa Prestasi adalah
hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).
Sedangkan Zainal Arifin (1990: 3) mengemukakan bahwa prestasi adalah hasil
dari kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu
hal.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah
bukti nyata atau hasil yang telah dicapai dari kemampuan, keterampilan dan sikap
seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.
b. Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar yang dialami oleh
siswa sebagai anak didik.
Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai
berikut:
1) Cronbach memberikan definisi: “Learning is shown by a change in
behaviour as a result of experience”.
2) Harold Spears memberikan batasan: “Learning is to observe, to read, to
imitate to try something themselves, to listen, follow direction”.
commit to user
3) Geoch mengatakan: “Learning is a change in performance as a result of
practice”.
Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa
merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain
sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subjek belajar itu mengalami
atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik (Sardiman A.M, 2001: 20).
Slameto (1995: 5), menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Jadi belajar lebih menekankan pada perubahan tingkah
laku seseorang dalam belajar sebagai hasil pengalaman dan latihan.
Menurut Sardiman A.M. (2001: 21), dalam arti luas belajar dapat diartikan
sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya.
Kemudian dalam arti sempit belajar dimaksudkan sebagai uasaha penguasaan
materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya
kepribadian seutuhnya.
Welger, James, dan Gardner (2009: 1) berpendapat bahwa ”Belajar
merupakan proses mendapatkan informasi baru, pengetahuan, keterampilan,
kepercayaan, dan nilai penting pada masa yang akan datang”.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku yang baru dalam berinteraksi dengan
lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Dalam belajar akan menghasilkan suatu perubahan, tetapi tidak berlaku
sebaliknya, karena perubahan yang terjadi dalam diri manusia banyak sekali
jenisnya dan tidak setiap perubahan dalam diri individu merupakan perubahan
dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan dan
commit to user
Lebih lanjut bahwa didalam proses belajar terdapat ciri-ciri perubahan
tingkah laku dalam pengertian belajar yang menurut pendapat Syaiful Bahri
Djamarah (2002: 15-16) adalah sebagai berikut:
1) Perubahan yang terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa individu dalam belajar, akan menyadari terjadinya
perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi
adanya suatu perubahan dalam dirinya.
2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang tejadi dalam diri individu
berlangsung terus-menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi
menyebabkan perubahan berikutnya dan berguna dalam proses belajar
berikutnya.
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Perubahan ini bersifat aktif artinya bahwa perubahan ini tidak terjadi
dengan sendirinya dan perubahan tersebut bertujuan untuk memperoleh
sesuatu yang lebih baik.
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara terjadi hanya untuk beberapa saat saja,
tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan dan berarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang
akan dicapai.
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku secara menyeluruh dalam
sikap kebiasaan, ketrampilan, pengetahuan dan sebagainya.
c. PrestasiBelajar
Suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila tujuan
instruksional dapat tercapai. Pada saat tertentu dilakukan penelitian atau penilaian
commit to user
penilaian itu yang memberikan gambaran mengenai hasil dari perubahan. Hasil
dari perubahan itulah yang kemudian disebut sebagai prestasi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 787), prestasi adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan
guru.
Zainal Arifin (1990: 3) mengemukakan bahwa prestasi adalah
kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dala menyelesaikan suatu hal.
Sedangkan menurut pendapat Sutratinah Tirtonegoro (1984: 43), prestasi adalah
penilaian hasil usaha yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf maupun
kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak
dalam periode tertentu.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi
belajar yang dicapai siswa dalam proses belajar atau tingkat penguasaan yang
dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar yang ditunjukkan dengan
nilai tes yang diberikan oleh guru.
d. HakekatMatematika
Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan
dengan ide, proses dan penalaran. Sehingga dalam mempelajari matematika
diperlukan adanya pengertian, pikiran dan penalaran, tidak cukup hanya dengan
hafalan saja.
Ruseffendi (1988: 261) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu
tentang pola keteraturan, ilmu tentang struktur yang terorganisasi, mulai dari
unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan ke aksioma atau
postulat dan akhirnya ke dalil dan matematika adalah pelayan ilmu. Sedangkan
menurut Purwoto (2003 : 12) matematika adalah pengetahuan deduktif, artinya
menerima generalisasi yang didasarkan pembuktian secara deduktif dan tidak
menerima generalisasi yang didasarkan kepada observasi (induktif).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 723) dikemukakan bahwa
commit to user
dan prosedur operasional yang digunakan dipenyelesaian masalah mengenai
bilangan.
Alexander Khait (2005: 137 – 159) menyatakan bahwa “Matematika
merupakan sebuah ilmu bahasa yang penting yang dicirikan dengan gabungan
kata-kata yang tepat maknanya”.
Dalam jurnal internasional yang dituliskan oleh Sarno dikemukakan
bahwa matematika merupakan ilmu yang penting untuk dipelajari dan sebagai
dasar dari semua ilmu. Dengan belajar matematika, siswa dapat
mengorganisasikan pengetahuan, ketrampilan, kemampuan berpikir logis dan
analitik untuk menyelesaikan masalah. Sarno (2008) menyatakan bahwa:
“Mathematics is known as one of the gate keepers for success in all fields of life. It is a common saying that Mathematics is mother of all subjects. That’s why it is considered to be more than a subjct and is conceived as a key for solving the problem. The first question which arises in our mind as teachers that why should we teach Mathematics to our students? One of the main objectives of teaching and learning Mathematics is to prepare students for practical life. Students can develop their knowledge, skills, logical and analytical thinking while learning Mathematics and all these can lead them for enhancing their curiousity and to develop their ability to solve problems in almost all field of life”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika
adalah ilmu tentang bilangan-bilangan hasil pemikiran manusia yang berhubungan
dengan ide dan penalaran yang didasarkan atas pembuktian secara deduktif yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah mengenai bilangan.
e. PengertianPrestasiBelajarMatematika
Dalam setiap aktivitas yang dilakukan manusia selalu menginginkan
keberhasilan. Begitu juga dalam kegiatan mengajar di sekolah. Siswa yang
melakukan kegiatan belajar selalu menginginkan keberhasilan dalam belajar.
Dalam dunia pendidikan keberhasilan belajar ini disebut dengan prestasi belajar.
Dari pengertian belajar, prestasi belajar, dan matematika dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai siswa
setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar matematika yang menunjukkan
commit to user
f. Faktor-faktoryangMempengaruhiPrestasiBelajarMatematika
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 130), prestasi yang
dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara faktor yang
mempengaruhi baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor
eksternal).
Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:
1) Faktor jasmani (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dsb.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.
Faktor ini terdiri dari:
a) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial dan faktor kecakapan.
b) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti
sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, emosi, dan penyesuaian diri.
c) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
Faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:
1) Faktor sosial, terdiri dari:
a) lingkungan keluarga
b) Lingkungan sekolah
c) Lingkungan masyarakat
d) Lingkungan kelompok
2) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar.
4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
2. Motivasi Belajar a . PengertianMotivasi
Tingkah laku atau kegiatan individu bukanlah suatu kegiatan yang
terjadi begitu saja, melainkan faktor yang mendorong dan selalu ada yang dituju.
Faktor pendorong itu adalah motivasi, yang tujuannya adalah untuk memenuhi
commit to user
Menurut Ngalim Purwanto ( 1990: 72) mendefinisikan sebagai berikut :
“Motivasi adalah sesuatu usaha yang disadari untuk menggerak dan mengerahkan,
serta menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak
melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.”
Menurut Mc. Donald dalam bukunya Oemar Hamalik ( 1992: 173)
menyatakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi
seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai
tujuan.
Dari uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
sesuatu usaha atau kekuatan yang timbul dari dalam dan mendorong seseorang
untuk melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan tertentu.
b .Teori-teoriMotivasi
Tindakan memotivasi akan berhasil apabila tujuan jelas dan didasari oleh
kebutuhan, tetapi perlu diketahui bahwa tujuan dan kebutuhan setiap individu
tidaklah sama, oleh karenanya timbullah motivasi yang berbeda. Hal inilah yang
mendasari munculnya teori-teori motivasi. Teori-teori tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Teori Hedonisme
Menurut teori ini bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah
mencari kesenangan ( hedone ) yang bersifat duniawi. Manusia pada hakekatnya
adalah makhluk yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan
kenikmatan. Oleh karena itu, setiap menghadapi masalah yang perlu dipecahkan,
manusia cenderung memilih alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan
kesenangan daripada mengakibatkan kesulitan.
Inti dari teori ini adalah adanya anggapan bahwa semua orang cenderung
menghindari hal-hal yang sulit dan lebih suka melakukan sesuatu yang
mendatangkan kesenangan baginya. Misalnya, siswa akan merasa senang apabila
gurunya tidak hadir untuk mengajar. Menurut teori ini para siswa harus diberi
commit to user
2) Teori Naluri
Dalam teori ini menugungkapkan bahwa pada dasarnya manusia
memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang disebut naluri, yaitu :
a) Dorongan nafsu mempertahankan diri
b) Dorongan nafsu mengembangkan diri
c) Dorongan nafsu mengembangkan / menyatakan jenis
Oleh karena itu kebiasaan-kebiasaan tingkah laku manusia yang
diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri
tersebut. Dalam teori ini untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri
mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan. Misalnya seorang pelajar sangat
tekun dan rajin dalam belajarnya karena ia ingin menjadi pandai (naluri
mengembangkan diri).
3) Teori Reaksi yang Dipelajari
Menurut teori ini bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak
berdasarkan pada naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang
dipelajari. Teori ini sering disebut teori lingkungan kebudayaan, karena
berpandangan bahwa orang belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di
tempat ia hidup dan dibesarkan.
4) Teori Daya Pendorong
Menurut teori ini motivasi timbul didasarkan pada naluri dan teori
reaksi yang dipelajari atau reaksi yang dipelajari dari lingkungan kebudayaan
yang dimilikinya.
5) Teori Kebutuhan
Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada
hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun
psikis. Oleh karena itu ada beberapa teori kebutuhan yang dikemukakan oleh
Abraham Maslow dalam Ngalim Purwanto (1990: 80) bahwa ada lima kebutuhan
pokok manusia, yaitu:
a) Kebutuhan fisiologis
b) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan
commit to user
d) Kebutuhan akan penghargaan
e) Kebutuhan akan aktualisasi diri
Dalam pandangan Maslow, terpenuhinya kebutuhan yang satu akan
mengakibatkan pada kebutuhan yang lain dan kecenderungan pengalihan ini tidak
senantiasa bersifat kaku, dimana kebutuhan seseorang pada kondisi tertentu
cenderung meningkat kekuatannya, sedangkan pada kondisi lain mengalami
penurunan kekuatannya.
c .Macam-macamMotivasi
Woodworth & Marquis/ Ruhiyat dalam bukunya Abdul Rochman Abror (
1993: 119) berpendapat bahwa motivasi itu mempunyai tiga tingkat, yaitu:
1) Kebutuhan organis, yaitu motif-motif yang didasarkan pada kebutuhan rohani
meliputi kebutuhan minum, kebutuhan bernafas, berbuat, dan beristirahat.
2) Motif-motif darurat, yaitu motif-motif untuk melepaskan diri dari bahaya,
melawan, berusaha, mengejar, dan menangkap. Motif ini pada dasarnya
bersifat bawaan yang berkembang karena pengaruh dari belajar.
3) Motif objektif, yaitu motif-motif untuk melaksanakan eksplorasi, manipulasi,
dan menaruh minat. Motif ini diarahkan untuk dapat berhubungan dengan
dunia luar secara efektif (sosial dan non sosial).
WS.Winkel (1990: 92) mengemukakan bahwa motivasi belajar di
sekolah dibedakan dalam dua bentuk:
1) Motivasi Intrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsi tanpa dirangsang dari luar.
2) Motivasi Ekstrinsik yaitu motif-motif yang baru berfungsi bila ada rangsangan
dari luar.
Jadi dalam motif intrinsik itu telah ada kesadaran dari individu akan kebutuhan
dan upaya untuk memenuhinya. Yang termasuk motif intrinsik adalah siswa
belajar karena semata-mata ingin mendalami suatu masalah, ingin menjadi orang
yang sukses, dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk dalam motif ekstrinsik
adalah siswa belajar karena ingin menghindar dari hukuman, siswa belajar untuk
commit to user
d .FungsiMotivasi
Tingkah laku atau kegiatan individu bukanlah kegiatan begitu saja
terjadi, tetapi ada faktor yang mendorong yang disebut motivasi.
Menurut Ngalim Purwanto ( 1990: 70-71) fungsi motivasi meliputi :
1) Mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak
2) Menentukan arah kegiatan
3) Menyeleksi perbuatan
Sedangkan Ahmad Tabrani Rustam, Atang Kusndinar, Zaenal Arifin (
1989: 123 ) mengemukakan fungsi motivasi sebagai berikut :
1) Mendorong timbulnya kelakuan atau perbuatan.
2) Mengarahkan aktivitas belajar anak didik.
3) Menggerakkan seperti mesin mobil
Seorang ahli mengemukakan pendapatnya sebagai berikut.
Dalam kegiatan belajar, berlangsung dan keberhasilannya bukan hanya ditentukan oleh faktor intelektual termasuk salah satunya motivasi belajar dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak psikis didalam diri siswa yang menimbulkan belajar mengajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar mengajar itu demi mencapai suatu tujuan.
(WS. Winkel, 1990 : 115)
Dari uraian fungsi motivasi di atas dapatlah disimpulkan bahwa pada
pokoknya fungsi motivasi adalah mendorong manusia agar melakukan perbuatan
untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi adalah
untuk menggiatkan semangat belajar siswa sehingga siswa akan lebih bergairah
dalam belajar.
e .CaraMemotivasiAnak
Dalam kegiatan belajar mengajar sering dijumpai bahwa motivasi
intrinsik tidak selamanya dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu, guru maupun orang
tua siswa diharapkan berusaha menimbulkan motivasi agar siswa giat belajar dan
commit to user
Dalam jurnal internasional Othman Talib (2009:9) mengemukakan
bahwa:
”The students tend to be more motivated, and would be more eager to make sure that their ongoing performance meets the expectations of parents. Often, supportive parents would also take all necessary measures within their means to ensure their children succeed academically including sending them for tuition”.
Guru maupun orang tua dapat mempergunakan berbagai bentuk motivasi
agar siswa giat belajar dan mencapai prestasi yang memuaskan. Dan hal-hal yang
dapat memotivasi siswa dapat dilakukan dengan cara memberikan penghargaan
lisan, seperti mengatakan “bagus”, “hebat” dan penghargaan berupa tulisan seperti
memberi nilai dari kegiatan belajarnya. Nilai-nilai yang baik, bagi siswa
merupakan motivasi yang sangat kuat.
f . TugasdanTanggungJawabOrangTuadalamKeluarga
Orang tua menurut Singgih D. Gunarso (1992 : 35) bahwa orang tua
adalah manusia yang telah dewasa dan mempunyai tanggung jawab dalam
mendidik anak-anaknya. Orang tua yang penulis maksud disini adalah bapak/ibu
atau orang yang menjadi wali bagi anak yang bersangkutan yaitu sebagai
penanggung jawab atas segala keperluan hidupnya, khususnya yang berhubungan
dengan si anak.
Dalam bidang pendidikan, keluarga merupakan pusat pendidikan yang
utama dan pertama, karena segala pengetahuan dan kecerdasan anak diperoleh
dari orang tua dan keluarga itu sendiri. Orang tua sebagai pendidik dalam keluarga
mempunyai tugas dan kewajiban untuk mengantarkan anak-anaknya menuju
kearah kedewasaan agar nantinya dapat mandiri. Peran keluarga yaitu :
1) Melindungi dan memelihara aanggota keluarga.
2) Mendidik anggota keluarga.
3) Mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga.
4) Penghubung anak dengan lingkungan masyarakat.
5) Menciptakan suasana aman, damai dan bahagia bagi anggota
commit to user
Oleh karena itu keluarga menduduki tempat terpenting bagi terbentuknya
anak keseluruhan yang akan dibawa sepanjang hidupnya. Keluarga adalah
pembentuk watak, pemberi dasar agama, penanaman sifat,kebiasaan,hobi, cita-cita
dan sebagainya.
g . BentukMotivasidariOrangTua
1) Mengadakan Persaingan
Persaingan merupakan hal positif sebagai alat untuk mencapai prestasi
yang lebih tinggi. Sikap anak dalam setiap persaingan berbeda satu dengan yang
lain. Ada yang ingin mempertinggi harga diri bila menang, ada yang tidak suka
dan tidak berani bersaing, ada pula yang acuh tak acuh karena tidak ada harapan
untuk menang. Persaingan dapat dilakukan antar teman sekolah saudara, antar
teman sepermainan, antar tetangga, dan sebagainya.
2) Memberi Hadiah
Hadiah tidak selamanya berupa uang dan barang. Hadiah disini adalah
memberikan penguatan pada anak atas prestasi yang dicapainya. Penguatan itu
dapat bersifat verbal yaitu berupa kata-kata, kalimat, pemberian penghargaan.
Sedangkan penguatan non verbal dapat berupa mimik dan goresan badan,
misalnya mengacungkan jempol, sentuhan dengan jabat tangan untuk
mengucapkan selamat atas keberhasilannya.
3) Memberi Hukuman
Menghukum anak bukan berarti melampiaskan nafsu amarah melainkan
supaya anak tersebut bertaubat dari perbuatannya yang salah. Sebelum
memberikan hukuman, anak-anak diterangkan dulu apa kesalahannya. Hukuman
yang baik bertalian dengan kata hati, artinya akibat dari hukuman tersebut dapat
mewujudkan sikap yang positif pada anak dan bukan sebaliknya. Untuk
mengisyaratkan hukuman itu positif, T. Gordon (1996 : 32 ) mengemukakan
pendapatnya :
a) Hukuman harus dapat dirasakan anak yang diawasi sebagai larangan yang
membahayakan, meniadakan, tidak diinginkan, merugikan, yaitu harus aversif
commit to user
b) Hukuman harus cukup aversif agar menghasilkan eliminasi atau hilangnya
perlakuan yang tidak diingikan.
c) Yang diawasi tidak mampu melarikan diri dari situasi hukuman atau terkunci
dalam hubungan karena ketergantungan pada pengawas untuk menyediakan
kebutuhan apa yang diawasi.
4) Nasehat
Nasehat dari orang tua merupakan pendorong semangat dalam belajar
atau melaksanakan suatu kegiatan. Namun demikian orang tua jangan terlalu
sering menasehati anak, karena dengan seringnya menasehati maka akan terjadi
kebosanan dan kurang bebas.
5) Memberikan Tempat dan Alat Belajar
Tempat belajar yang tertata rapi dan nyaman akan dapat membangkitkan
motivasi belajar anak. Orang tua seharusnya menyediakan tempat khusus untuk
belajar, agar anak tidak belajar di sembarang tempat. Di samping itu orang tua
juga harus memperhatikan tersedianya peralatan yang diperlukan untuk belajar
anaknya.
h . IndikatorMotivasiBelajardariOrangTua
1) Mengadakan persaingan.
2) Memberi hadiah.
3) Memberi hukuman.
4) Memberi nasehat.
5) Memberikan tempat dan alat belajar.
3. Minat
Belajar dengan minat akan mendorong peserta didik untuk belajar lebih
baik daripada belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila siswa tertarik akan
sesuatu, karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu yang
akan dipelajarinya dirasakan bermakna bagi dirinya. Namun bila minat itu tidak
commit to user
Para ahli psikologi telah mendefinisikan minat dengan berbagai variasi.
Walaupun demikian merupakan pendapat yang saling melengkapi satu sama lain.
Definisi minat sendiri menurut W.S Winkel (1996: 188), minat diartikan sebagai
kecenderungan yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok
bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Siswa yang
berperasaan senang akan mudah berkonsentrasi dalam belajar. Pada dasarnya
konsentrasi merupakan akibat dari perhatian yang sifatnya spontan dan
ditimbulkan oleh minat terhadap suatu hal. Jika siswa berminat terhadap suatu
pelajaran tertentu, maka ia akan berkonsentrasi terhadap pelajaran itu. Siswa tidak
akan bosan menekuni sesuatu apabila ia memang berminat terhadapnya. Minat
siswa terhadap sesuatu berpengaruh terhadap perilakunya dan perhatiannya.
Sedangkan menurut Slameto (1995: 180), Minat adalah suatu rasa lebih suka dan
rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh.
Sardiman A.M (1990: 180) mengatakan bahwa minat dapat dibangkitkan
dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.
c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
Sardiman A.M (1990: 76) menyatakan bahwa minat diartikan sebagai
suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara
situasi yang dihubungkannya dengan keinginan-keinginannya dan
kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan
membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan
dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa minat merupakan
kecenderungan jiwa seseorang terhadap sesuatu karena merasa ada kepentingan
dengan sesuatu itu. Jadi jelas bahwa minat selalu berkaitan dengan kebutuhan.
Minat pada dasarnya adalah pencerminan akan suatu hubungan antara
diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan
tersebut, semakin besar minat. Adanya proses belajar pada diri subjek belajar
perubahan-commit to user
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Perubahan terjadi relatif konstan dan terbatas. Setiap kegiatan belajar akan
menimbulkan perubahan. Minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan
yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai sesuatu dari pada yang lainnya,
tetapi dapat juga diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam kegiatan.
Siswa yang berminat terhadap sesuatu cenderung untuk memberikan perhatian
yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminatinya itu dan sama sekali tidak
menghiraukan sesuatu yang lainnya.
Jadi kesimpulannya, minat adalah perasaan yang didapatkan karena
berhubungan dengan sesuatu. Minat terhadap sesuatu itu dipelajari dan dapat
mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu
bukanlah bawaan sejak lahir, melainkan hasil belajar dan cenderung mendukung
aktivitas belajar berikutnya.
Hakekat belajar sangat pribadi dan oleh karenanya minat sangat berbeda
antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, bahkan minat dalam diri
seseorang berbeda dari waktu ke waktu. Minat besar pengaruhnya terhadap
prestasi belajar. Ada tidaknya minat terhadap pelajaran dapat dilihat dari cara
siswa mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan. Minat dan belajar dapat
mempengaruhi seseorang dalam berkonsentrasi didalam kegiatan belajar.
Dari uraian di atas dapat ditentukan beberapa unsur-unsur penting atau
indikator-indikator minat, yaitu sebagai berikut:
a. Perasaan senang
Seseorang akan merasa senang terhadap sesuatu yang diminatinya karena
ia mempunyai sangkut paut dengan subjek di luar dirinya, juga dapat disebabkan
karena ia telah menerima informasi yang jelas mengenai obyek tersebut. Dalam
proses belajar mengajar keadaan yang dihadapi siswa kemungkinan besar akan
berpengaruh besar. Siswa yang tidak merasa senang terhadap guru bidang studi
tertentu akan sangat menghambat dalam proses belajar mengajar, karena perasaan
commit to user
b. Perhatian
Seseorang yang mempunyai minat terhadap obyek atau bidang tertentu,
ia akan menaruh perhatian pada bidang atau obyek tertentu tersebut. Minat
merupakan kecenderungan subyek yang menetap untuk merasa tertarik terhadap
bidang tertentu. Dalam hubungannya dengan perhatian, Oemar Hamalik (1989:
13) berpendapat bahwa, “Minat menetukan sukses dan gagalnya kegiatan
seseorang. Kurangnya minat menyebabkan kurangnya perhatian dan usaha
belajar, sehingga menghambat studinya”.
c. Kesadaran
Kesadaran merupakan suatu aktifitas psikis yang mampu
mengkonsentrasikan pikiran dan mampu mengesampingkan hal-hal yang
mengganggu aktifitas tersebut. Minat merupakan pemusatan tenaga psikis yang
tertuju pada suatu obyek, yang menetukan banyak atau sedikitnya kesadaran yang
menyertai suatu kreatifitas yang sedang dilakukan.
d. Kemauan
Seseorang dapat dikatakan mempunyai minat terhadap sesuatu apabila
seseorang tersebut mempunyai kecenderungan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan, atau mempunyai kemauan untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang
dikehendaki. Dengan demikian kemauan tersebut akan mendorong kehendak yang
dikendalikan oleh pikiran dan terarah pada suatu tujuan.
Dapat disimpulakan pula, bahwa minat belajar matematika adalah
kemauan dan kesadaran untuk mempelajari matematika dengan perasaan senang,
penuh perhatian dan konsentrasi yang tinggi. Dengan demikian makin besar minat
akan makin besar pula perhatiannya, sehingga kesadaran dan kemauan
mempelajari matematika akan semakin besar. Dan pada akhirnya memperoleh
commit to user
4. Problema Remaja a. Pengertian Remaja
Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan
tidak mantap. Seorang individu yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang
lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum sampai pada masa atau usia
dewasa yang penuh tanggung jawab baik kepada dirinya sendiri maupun kepada
masyarakat. Lamanya masa peralihan ini tergantung kepada keadaan dan tingkat
sosial masyarakat di mana ia hidup.
Remaja pada masa peralihan ini sama halnya seperti pada masa anak
mengalami perubahan jasmani, kepribadian, intelek dan peranan di dalam maupun
di luar lingkungan. Perbedaan proses perkembangan yang jelas pada masa remaja
ini adalah perkembangan psikoseksualitas dan emosionalitas yang mempengaruhi
tingkah laku para remaja, yang sebelumnya pada masa anak tidak nyata
pengaruhnya.
Pengertian remaja menurut Singgih D. Gunarsa (1991: 6)
mengemukakan, “Masa remaja adalah masa anak ke masa dewasa, meliputi semua
perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa”.
Sedangkan menurut Zakiah Daradjat dalam Sofyan S. Willis (1981: 22), Remaja
adalah usia transisi. Seorang individu, telah meninggalkan usia kanak-kanak yang
lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang kuat dan
penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap masyarakat.
Banyaknya masa transisi ini tergantung kepada keadaan dan tingkat sosial
masyarakat dimana ia hidup. Semakin maju masyarakat semakin panjang usia
remaja, karena ia harus mempersiapkan diri untuk menyesuaikan diri dalam
masyarakat yang banyak syarat dan tuntutannya.
Sarlito Wirawan Sarwono (1994: 4) dalam psikologi remaja memberikan
definisi remaja dari berbagai segi, yaitu:
1) Remaja Ditinjau dari Segi Hukum
2) Remaja Ditinjau dari Segi Perkembangan Fisik
3) Batasan Remaja Menurut WHO
commit to user
Di Indonesia konsep “Remaja” tidak dikenal, hanya mengenal anak-anak
dan dewasa dengan batasan yang bermacam-macam. Dalam pasal 7 UU No.
1/1974 tentang perkawinan menganggap mereka yang di atas usia 16 tahun (untuk
wanita) dan 19 tahun (untuk pria) sebagai bukan anak-anak lagi, tetapi mereka
juga belum dianggap sebagai dewasa penuh, sehingga masih diperlukan ijin orang
tua untuk mengawinkan mereka. Inilah yang dapat disejajarkan dengan
pengertian-pengertian “Remaja” dalam ilmu-ilmu sosial yang lain.
Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu yang terikat (seperti Biologi dan
Faal) remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat
kelamin manusia mencapai kematangannya. Perkembangan yang terjadi yaitu
seorang pria yang berotot dan berkumis atau berjanggut yang mampu
menghasilkan beberapa ratus juta sel mani setiap kali ia berejakulasi, aau seorang
wanita yang berpayudara dan berpinggul besar yang setiap bulannya
mengeluarkan sebuah sel telur dari indung telurnya.
Pada tahun 1974, WHO memberikan devinisi tentang remaja ke dalam 3
kriteria yaitu biologi, psikologi dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap
definisi tersebut berbunyi sebagai berikut:
Remaja adalah suatu masa dimana:
1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2) Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada
yang relatif lebih mandiri.
Masa remaja merupakan