• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar MgO, CaO dan SiO2 pada Pupuk Dolomit dengan metode Titrasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Kadar MgO, CaO dan SiO2 pada Pupuk Dolomit dengan metode Titrasi"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina,L.1990. Dasar Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta.

Basset,J.,R.C.Denney,G.H Jefferey,J.Mendhom. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisa Kuantitatif Anorganik. EGC. Jakarta

Cardizier,V.R. 1957. Growing Cotton. McGraw-Hill Rural Activities Series. London. Day,R.A, dan Underwood A.L, 1986. Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Kelima, Penerbit

Erlangga. Jakarta.

Hasibuan,B.E. 2008. Diktat Kulia Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia. Jakarta Kuswandi. 1993. Pengapuran Tanah Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Leiwakabessy, F. M. dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Marsono. dan Sigit,P. Pupuk Akar, Jenis & Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta. Mukhlis. 2007. Analisis Tanah Tanaman. USU Press. Medan

Munro, J.M. 1987. Cotton. Second Edition.Longman Secientific & Technical. New York. Novizan. 2002. Petinjuk Pemupukan Yang Efektif. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Rivai,H. 2006. Asas Pemeriksaan Kimia. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Sanchez.P.A. Sifat Dan Pengolahan Tanah Tropika. Jilid 2.ITB. Bandung.

Sumaryo, dan Suryono. 2000. Pengaruh Dosis Pupuk Dolomit dan SP-36 terhadap Jumlah Bintil Akar dan Hasil Tanaman Kacang Tanah Di Tanah Latosol. Agrosains.Bogor.

sni-02-2804-2005-pupuk-Dolomit.

(2)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam melakukan analisa di Laboratorium PT. Sucofindo adalah:

 Neraca analitik

 Gelas piala 250 mL

 Labu ukur 250 mL

 Buret 25 mL

 Kertas saring whatman No. 41

(3)

3.2. Bahan-bahan

 Residu kertas saring whatman No 41

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Prosedur Penentuan kadar MgO

 Ditimbang 0,5 gram sampel dalam gelas piala

 Ditambahkan HCl(P) sebanyak 30 mL didalam lemari asam

 Dipanaskan diatas Hotplate sampai sedikit larut

 Ditambahkan Aquadest secukupnya

 Dipanaskan kembali diatas Hotplate

 Setelah panas saring kedalam labu 250mL dengan kertas saring whatman No.41

 Didinginkan

 Ditambahkan aquadest sampai garis batas

 Dipipet sampel 25mL kedalam erlenmeyer

 Ditambahkan 5 mL NH4OH

 Ditambahkan serbuk EBT

(4)

3.1.2. Prosedur Penentuan kadar CaO

 Ditimbang 0,5 gram sampel dalam gelas piala

 Ditambahkan HCH(P) sebanyak 30 mL didalam lemari asam

 Dipanaskan diatas Hotplate sampai sedikit larut

 Ditambahkan Aquadest secukupnya

 Dipanaskan kembali diatas Hotplate

 Setelah panas saring kedalam labu 250mL dengan kertas saring whatman No.41

 Didinginkan

 Ditambahkan aquadest sampai garis batas

 Dipipet sampel 25mL kedalam erlenmeyer

 Ditambahkan 2 mL KOH

 Ditambahkan serbuk Murexide

 Dititrasi dengan EDTA 0,02N, titik akhir titrasi pink-ungu

3.1.3. Prosedur Penentuan kadar SiO2

 Ditimbang cawan porselen kosong dengan neraca analitik

 Dimasukkan hasil saringan kertas saring whatman No 41 kedalam cawan porselen

(5)

 Ditambahkan aquadest 100 ml

 Diaduk hingga homogen

 Diendapkan

 Dicelupkan elektroda dari pH ke dalam sampel

Ditinggu hingga tanda drift pada layar alat hilang

(6)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.I. Hasil

Hasil penentuan kadar MgO, CaO dan SiO2 pada pupuk Dolomit dengan metode Titrasi di laboratorium Sucofindo ditunjukkan pada tabel berikut:

4.1.1. Data Percobaan Fp (faktor pengenceran) = 10 Mr MgO = 40,32 Perhitungan

% MgO = � − � � . � � � � �

� � � � %

(7)

% MgO pupuk Dolomit 1 = , − , � , � , � �

, � %

= 19,83% = 20 %

% MgO pupuk Dolomit 2 = , − , � , � , � �

, � %

= 20,023 % = 20 %

% MgO pupuk Dolomit 3 = , − , � , � , � �

, � %

= 20,217 % = 20 %

% MgO pupuk Dolomit 4 = , − , � , � , � �

, � %

= 19,96%

= 20 %

% MgO pupuk Dolomit 5 = , − , � , � , � �

, � %

(8)
(9)
(10)

Contoh perhitungan kadar SiO2

% SiO2 pupuk Dolomit 1 = , − ,

, � %

= 2,7 % % SiO2 pupuk Dolomit 2 = , − ,

, � %

= 2,7 %

% SiO2 pupuk Dolomit 3 = , − ,

, � %

= 2,6 %

% SiO2 pupuk Dolomit 4 = , − ,

, � %

= 2,7 %

% SiO2 pupuk Dolomit 5 = , − ,

, � %

(11)

Tabel 4.4. Syarat Mutu Pupuk Dolomit

Jenis Uji Persyratan

Kadar magnesium sebagai MgO Min.18% Kadar kalsium sebagai CaO Min. 29%

Kadar Al2O3 + Fe2O3 Maks.3%

Kadar air Maks.3%

Kadar Silikat sebagai SiO2 Maks.3% Kehakusan:

- 25 mesh - 80 mesh

Min. 100% Min. 50% Daya netralisasi (dihitung setara CaCO3 Min. 100%

CATATAN: semua persyaratan, kecuali kadar air dan kehalusan dihitung atas dasar bahan kering

4.2 Pembahasan

(12)

kadar CaO minimal 29% dan kadar SiO2 maksimal 2,7% dengan pH 8 yang cukup basa yang dapat menyeimbangkan keasaman pH tanah. Hara tanaman optimum pada kisaran pH 6-7 yang mendukung pertumbuhan tanaman. Perkiraan pengukuran kapur Dolomit untuk menaikkan pH dari lapisan tanah adalah tanah yang memiliki pH 4-6 tingkat keasamannya akan diperbaiki dengan pengapuran pupuk Dolomit dengan dosis yang berbeda-beda. Pemberian pupuk Dolomit akan memberikan hasil yang lebih baik kepada beberapa aplikasi tanaman seperti batang, buah, pelepah, daun dan sebagainya karena kembalinya unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.

(13)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil anlisis yang dilakukan di Laboratorium PT.SUCOFINDO terhadap pupuk Dolomit diperoleh kadar MgO 20%, kadar CaO 31% dan kadar SiO2 2,7 % pupuk ini telah diteliti dan menunjukan bahwa nilai kadar MgO, CaO dan SiO2 sesuai dengan Standart National Indonesia (SNI) 19-0428-1998 dan dapat digunakan untuk mengatasi pH asam.

5.2. Saran

1. Disarankan kepada peneliti selanjutnya jangan hanya menguji kadar MgO, CaO dan SiO2 saja tetapi dengan mencoba parameter yang lainnya seperti Daya Netralisasi. 2. Disarankan kepada peneliti selanjutnya jangan menguju kadar MgO, CaO dan SiO2

(14)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. pH Tanah

Bagi tanaman pupuk sama seperti makanan oleh manusia. Oleh tanaman pupuk digunakan untuk hidup, tumbuh dan berkembang. Pupuk merupakan suatu bahan yang diberikan pada tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendorong pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi atau memperbaiki kualitasnya sebagai akibat perbaikan nutrisi tanaman (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Jika dalam makanan manusia ada dikenal dengan gizi maka dalam pupuk dikenal Zat atau unsur hara. Secara umum dapat dikatakan bahwa manfaat pupuk adalah menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tesedia ditanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman (marsono,2005) didalam tanaman terdapat unsur hara makro dan unsur hara mikro, unsur hara makro terdiri dari Nitrogen (N), Phosfor (P), Kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan sulfur (s) dan unsur hara mikro besi (Fe), seng (Zn), tembaga (Cu), mangan (Mn), boron (B), molibdenum (Mo) dan klor (Cl) (Novizan,2002).

(15)

erat hubungannya dengan pH diukur dalam skala log perubahan pH sebesar satu unit berarti terjadi sepuluh kali perubahan konsentrasi ion H+ atau ion OH-. Hal ini berpengaruh terhadap bentuk ion yang ada didalam larutan tanah. Suatu hal yang perlu diingat bahwa pada saat pH diukur adalah konsetrasi ion H+ dan ion OH-(Agustina, 1990), hasil pengujian pH digunakan untuk menentukan kebutuhan kapur (Kuswandi, 1993) unsur hara mudah diserap oleh tanaman pada pH 6-7, karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air(Novizan 2002).Di Indonesia banyak didapat tanah-tanah yang asam umumnya didapat terutama pada kawasan-kawasan industri dan daerah-daerah yang curah hujannya tinggi, mengandung bahan organik yang sedemikian banyak (Kuswandi,1993) secara umum tanah – tanah yang asam mempunyai sifat daya simpan dan daya isap air yang tinggi, kapasitas penyangga sangat besar, ada keracunan Al, Fe, dan Mn, tersedianya fosfat ,Mo, Mg, Ca dan K yang rendah, kegiatan mikroba dan peningkatan N menurun, Tanah asam juga mengandung asam-asam terlarut dan mengandung larutan asli dalam air (Kuswandi,1993).

2.2. Uji Tanah

Dalam menentukan keadaan tanah diperlukan uji tanah terlebih dahulu. Uji tanah adalah pengukuran sifat kimia dan fisika yang diperlakukan terhadap tanah dan dapat memberikan informasi kepada kebutuhan hara tersebut dengan melakukan uji tanah setidaknya dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan tanah akan kekurangan unsur apa. Defenisi dari kategori uji tanah adalah

1.unsur hara rendah dan sedang dianggap tanaman membutuhkan penambahan unsur hara

(16)

3. Unsur optimum sangat tinggi, unsur hara ini dianggap lebih banyak dari pada yang dibutuhkan tanaman. Sangat kecil peluang terjadinya respon tanaman oleh penambahan unsur hara. Pada tingkat yang lebih tinggi akan terjadi dampak negatif pada tanaman bila dilakukan penambahan hara (Mukhlis,2007).

2.3. Titrasi EDTA

Analisis kualiatatif untuk zat-zat anorganik yang mengandung ion-ion logam seperti aluminium, bismut, kalium, dan zink dengan cara gravimetri memakan waktu yang lama karena prosedurnya meliputi pengendapan, penyaringan, pencucian dan pengeriangan ataupun pemijaran sampai bobot konstan (Day dan Underwood, 1986). Menurut Khopkar (2002) titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleks yang dimaksud disini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam sebuah kation dengan sebuah anion atau molekul netral (Basset, 1994). Titrasi Kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks biasa dikenal titrasi kelatometri yang dikenal dengan EDTA (Khopkar, 2002 ).

Macam-macam titrasi

1. Titrasi langsung yaitu titrasi yang bisa digunakan untuk ion-ion yang tidak mengendap pada pH titrasi, reaksi pembentukan kompleksnya berjalan cepat contohnya ialah penentuan ion-ion Mg, Ca dan Fe.

(17)

3. Titrasi penggantian atau titrasi substitusi adalah titrasi yang digunakan untuk ion-on logam yang membentuk kompleks EDTA yang lebih stabil dari pada kompleks ion-ion logam lainnya. Contohnya ialah penentuan ion-ion Ca dan Mg.

4. Titrasi tidak langsung. Titrasi tidak langsung dilakukan dengan titrasi kelebihan kation pengendap misalnya penetapan ion sulfat dan fosfat dan titrasi kelebihan kation pembentuk senyawa kompleks misalnya penetapan ion sianida ( Bassett, 1994 ).

Penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator Erriochrome Black T (ETB). Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat dieroleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan kompleksometri. Namun karena adanya jumlah air tak tentu sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu (Harjadi, 1993).

2.4. Dolomite

(18)

Pengapuran tanah asam dengan bahan yang mengandung Ca atau Mg akan mengubah atau menggeser kedudukan H dipermukaan koloid sehingga menetralkan keasaman tanah (kuswandi, 1993) Ca memberikan kebutuhan tentang kekurangan nutrisi pada tanaman serta memperbaiki keasaman tanah, Kapur diperoleh dari batu kapur atau kapur mati (Munro,1987). Kapur Dolomit bisanya agak lebih lambat reaksinya dibandingkan kapur-kapur berkadar Ca tinggi, walaupun bahannya sama-sama halus. Batu kapur-kapur berukuran partikel 10 mesh cukup baik, lebih kecil lebih baik sedangkan lebih besar ukurannya lebih lambat reaksinya dengan Tanah. Batuan Dolomit menyediakan unsur Mg inilah unsur utama yang diberikan untuk tanah yang mengandung unsur Mg sebagai sumber Mg yang baik bagi tanaman (kuswandi, 1993) .Kapur Dolomit yang mengandung 42% magnesium karbonat digunakan untuk membuat campuran pupuk kemungkinan yang kekurangan magnesium adalah tanah yang memiliki pH tinggi (Cardozier,1957), pupuk magnesium sulfat berbentuk hablur dan berwarna keabu-abuan. Sifat kimianya sukar larut dalam air dan bereaksi asam. Oleh sebab itu jika digunakan terus-menerus akan menyebabkan turunnya pH atau tanah menjadi asam. Ketersediaan Ca bagi tanaman tidak hanya tergantung pada jumlah total Ca tertukar, melainkan juga pada perbandingan kapasitas kejenuhan basanya yang rendah, sedangkan pada tanah liat dan tanah organik tertinggi. Dengan demikian, untuk ketersediaan yang sama, tanah liat lebih membutuhkan Ca yang lebih banyak (kuswandi, 1993). Pemberian dolomit disamping menambah unsur hara Ca dan Mg juga dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara yang lain serta memperbaiki sifat fisik tanah, dengan semakin meningkatnya unsur hara dan sifat fisik tanah maka pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik (Sumaryo dan Suryono, 2000).

Beberapa persyaratan kapur yang diatur di Indonesia adalah:

(19)

 Kadar air ≤ 5%

 Batu kapur digiling tidak dibakar  Kadar Al2O3-Fe2O3 maksium 3%  Kadar silikat maksimum 3%

 Kemasaan 50 kg/kemasan, bahan pelastik kedap air, dituliskan kriteria mutu, produsen, dan tulisan netto 50 kg, kemasan ditutup rapat dan tidak digancu.

(20)
(21)

kemarau atau awal musim hujan. Setelah dilakukan pengapuran dan pupuk dasar, lahan tersebut perlu dibiarkan 2-4 minggu untuk dapat ditanami. Lahan tersebut akan sangat baik bila setelah dilakukan pengapuran terjadi turun hujan beberapa kali sehingga 2 minggu setelah pengapuran dapat ditanami (kuswandi, 1993). Keuntungan pengapuran tanah antara lain menjadikan struktur tanah lebih gembur sehingga berdampak positif bagi perkembangan organisme tanah dan akar. Manfaat lain tidak kalah penting adalah dapat mengurangi zat-zat beracun dan mengurangi hilangnya unsur hara mikro akibat pencucian (Novizan, 2002).

Dilapangan kapur tidak boleh diberikan sebagai pupuk tunggal, karena hara-hara dalam tanaman harus seimbang. Pemberian kapur diimbangi pupuk organik akan meningkatkan daya guna lahan. Cara pemberiannya dapat secara sendiri-sendiri, tetapi juga dapat dengan cara dicampurkan. Kapur berfungsi serupa yaitu memantapkan stabilitas tanah, tetapi daya kerjanya lebih cepat dari pada kerja bahan organik. Kelemahannya adalah bila tanah berkualitas rendah, yang ditandai dengan tinggkat kesuburan tanah rendah, maka dengan pengapuran saja hanya memungkinkan pertumbuhan tanaman yang normal. Sebaikkanya penggunaan bahan organik tanpa didahului dengan pengapuran menghasilkan pemantapan stabilitas tanah secara lambat, tetapi dampak positifnya bertahan lama. Oleh karena itu pengapuran sebaiknya diikuti dengan pemupukan bahan organik agar stabilitas tanah terjaga dan produksi tanaman meningkat (kuswandi, 1993).

2.4. Manfaat Pupuk Dolomit Pada Tanaman

Menurut Liliek Agustina pada bukunya Nutrisi Tanaman mengatakan fungsi kalsium adalah berperan penting sebagai elemen struktural dinding sel, esensial di dalam mengatur membran dan aktivitasnya terutama aliran ion di akar, berperan dalam nitrat reduktase, amilase, ATP ase, fosfolipae P, jembatan penghubung suatu bahan makro molekul, memacu pertumbuhan “pollen tubes”, berperan dalam detoktifikasi cairan dengan cara membentuk

(22)

penyusun khlorofil, pembawa posfat terutama dalam pembentukan biji berkadar minyak tinggi yang mengandung lesitin, aktif dalam fungsi penggunaan antara enzim dan substrat (Agustina,1993).

Menurut Kuswandi dalam bukunya Pengapuran Tanah Pertanian mengatakan fungsi kalsium adalah menjaga keseimbangan turgor sebagai reaksi terhadap fungsi K, karena sifatnya mengurangi permeabilitas sel, untuk tubuh tanaman sendiri jaringan kekurangan, banyak berpengaruh terhadap kegiatan mikroba sedangkan fungsi dari magnesium adalah bahan pembentuk klorofil dan terdapat dalam enzim pembentukan hidrat arang, tersedia dalam bentuk terlarut dan sebagai kation yang dapat dipertukarkan, kadang-kadang kekurang pada tanah-tanah pasir asam di daerah yang lembab sperti halya Ca, kapur dan Mg dapat memperbaiki sifat kimia tanah dan mengurangi keasaman (Kuswandi,1993)

Menurut Novizan, 2002 peran Magnesium bagi tanah dan tanaman sebagai berikut: 1. Unsur pembentuk warna hijau pada daun (klorofil). Kandungan Magnesium pada

klorofil sebesar 2,7%.

2. Regulator (pengaturan) dalam penyerapan unsur lain, seperti P dan K. 3. Merangsang pembentukan senyawa lemak dan minyak.

4. Membantu translokasi pati dan distribusi phosphor di dalam tanaman. 5. Aktifator berbagai jenis enzim tanaman.

Gejala kekurangan kalsium dapat ditunjukkan sebagai berikut:

1. Matinya titik tumbuh pada pucuk dan akar. 2. Kuncup bunga dan buah gugur prematur. 3. Warna buah yang tidak merata.

4. Buah retak-retak, misalnya pada tomat.

(23)

6. Buah kosong karena bijinya gagal terbentuk, misalnya pada kacang.

7. Daun muda yang berwarna coklat dan terus menggulung, misalnya pada jagung. 8. Daun terpilin dan mengerut terutama pada tembakau.

Penelitian tentang pengapuran Dolomit sudah terbukti dapat memperbaiki kualitas lahan perkebunan kelapa sawit, teh, cengkh dan lada.

1. Kelapa Sawit

Anjuran pemberian pupuk kieserit adalah untuk menambahkan unsur Mg. Walaupun demikian, penggunaan jenis pupuk ini dapat digeser oleh dolomit yang di samping mengandung Mg, juga unsur Ca-nya.

Tabel 2.2. Manfaat Dolomit Pada Pertumbuhan Kelapa Sawit

(24)

2. Cengkeh

Pengaruh dolomit pada tanaman cengkeh dimungkinkan untuk menekan keracunan Mn dan Al, dan untuk mengimbangi pupuk organik. Ternyata dolomit memperbaiki pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun pada umur 10 minggu dimana dosis 8 ton/ha nyata memperbaiki pertumbuhan bibit cengkeh.

3. Teh

Penggantian kieserit dengan dolomit pada penekanan dosis Mg serupa terbukti memperbaiki produksi tanaman teh

4. Lada

Pengalaman di Bangka dengan pH tanah 4,5 menunjukkan keberhasilan produksi lada bila tanah tersebut diberi kapur sebanyak 10 g/4 kg tanah. Tanaman ini di Bangka menghendaki pH optimum 5,8. Hasil penelitian di Serawak menunjukkan bahwa bahan alkali dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman lada.

Menurut hery soeryoko dalam bukunya Kiat Pintar Memproduksi Kompos Dengan Pengurai Buatan Sendiri menyatakan

1. Kalsium (Ca)

kalsium adalah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah kecil. Dalam beberapa jenis pupuk kimia kalsium sudah tersedia dalam pupuk. Kalsium berperan penting bagi tanaman untuk:

1.Membangun membran sel 2.Menguatkan batang

3.Membantu penyerbukan

(25)

5.Membantu perbanyakan akar

Tanaman yang kekurangan kalsium akan menunjukkan gejala: 1. Tanaman mudah terserang penyakit

2. Pertumbuhan tanaman terganggu 3. Pembungaan sering gagal

4. Daun kecil, bunga sedikit dan mudah layu 5. Akar tanaman tidak berkembang

6. Buah yang dihasilkan bermutu rendah Sumber kalsium adalah pupuk Dolomit

2. Magnesium (Mg)

Magnesium adalah unsur hara tanaman yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, walaupun demikian, kebutuhan magnesium tersebut harus dipenuhi. Magnesium digunakan tanaman untuk memebentuk inti sel pada molekul klorofil dan sebagai pembagi karbohidrat pada proses pembungaan.

Pemberian magnesium harus membutuhkan takaran yang tepat. Kekurangan magnesium pada tanaman dapat mengakibatkan:

1. Buah yang dihasilkan kecil dan bermutu rendah 2. Daun cepat rontok

(26)
(27)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kadar MgO, CaO dan SiO2 pada pupuk Dolomit secara SNI (Standar Nasional Indonesia) adalah MgO minimal 18%, CaO minimal 29% dan SiO2 maksimal 3% ((SNI) 19-0428-1998) hal ini berhubungan dengan Netralisasi keasaman.Bagi tanaman-tanaman yang hanya tumbuh baik ditanah yang derajat keasamannya rendah, penggunaan Ca melalui pengapuran adalah tepat dalam hal ini penggunaan unsur lain seperti Mg, K dan Na dalam jumlah banyak akan merugikan tanaman (Kuswandi, 1993). Pengembalian bahan organik ke dalam Tanah adalah hal yang mutlak dilakukan untuk mempertahankan lahan pertanian agar tetap produktif. Banyaknya unsur hara yang harus diberikan ke sistem tanah-tanaman dapat diketahui dengan cepat dengan mengetahui tingkat kesuburan suatu tanah. Banyak lahan pertanian memiliki pH 4 hingga 8 tanah yang lebih asam biasanya ditemukan pada jenis tanah gambut dan tanah yang tinggi alumunium dan belerang (Musnamar, 2003)

pH tanah merupakan suatu ukuran intensitas keasaman, bukan ukuran total asam yang ada didalam tanah tersebut yang dapat diketahui tingkat keasamannya dengan uji tanah.

Dolomit berasal dari batu kapur Dolimitik dengan rumus (CaMg(CO3)2). Pupuk Dolomit sebenarnya tergolong mineral primer yang mengandung unsur Ca dan Mg. Pupuk ini banyak digunakan sebagai bahan pengapur tanah-tanah asam untuk menaikkan pH tanah (Hasibuan, 2008). Pengapuran menetralkan senyawa-senyawa beracun dan menetralkan penyakit tanaman. Aminisi, aminifikasi, dan oksidasi belerang nyata dipercepat oleh meningkatnya pH tanah, maka akan menjadikan tersedianya unsur N,P, dan S serta unsur mikro bagi tanaman (Sigit, 2006).

(28)

analit dengan cara penimbangan. Bobot (massa) analit diperoleh dari pengukuran bobot bahan awal dan bobot bahan yang telah dikeringkan atau dibakar. Analisis tanah yang pengkurannya secara Gravimetri adalah kadar air tanah, kadar bahan organik tanah metode pembakaran, kadar pasir, debu dan liat (tekstur) tanah (Rivai, 2006).

Metode titrasi yang digunakan adalah EDTA. EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Titrasi kompleksometri ialah suatu titrasi berdasarkan reaksi pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan zat pembentuk kompleks. Ternyata bila beberapa ion logam ada dalam suatu larutan, maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut (Khopkar, 2002). Adapun prinsip kerja dalam penentuan kadar Ca secara kompleksometri yaitu berdasarkan reaksi pembentukan senyawa kompleks dengan EDTA, sebagai larutan standar dengan bantuan indikator tertentu. Titik akhir titrasi ditujukkan dengan terjadinya perubahan warna larutan, yaitu merah anggur menjadi biru (http://dokumen.tips/documents/prinsip-kerja-kompleksometri.html).EBT (Eriochrome Black T) adalah sejenis indikator yang berwarna merah muda bila berada dalam larutan yang mengandung ion kalsium dan ion magnesium dengan pH 10,0 + 0,1. Tujuan diberi indikator ini adalah karena indikator tersebut peka terhadap kadar logam dan pH larutan, sehingga titik akhir titrasinya pun dapat diketahui kemudian dititrasi dengan EDTA (Harjadi, 1993).

1.2.Permasalahan

Pupuk Dolomit yang berada dalam PT.SUCOFINDO Jl.Jendral Gatot Subroto, Medan merupakan pupuk yang diperoleh dari beberapa pabrik pupuk di Indonesia yang akan

(29)

1.3. Tujuan

 Untuk mengetahui kadar Mgo, CaO dan SiO2 pada pupuk Dolomit di PT.SUCOFINDO Jl.Jendral Gatot Subroto, Medan.

1.4. Manfaat

(30)

PENENTUAN KADAR MgO, CaO,DAN SiO2 PADA PUPUK DOLOMIT DENGAN METODE TITRASI

ABSTRAK

Telah dilakukan Penentuan kadar MgO, CaO, SiO2 pada Pupuk Dolomit dengan metode Titrasi. Pupuk Dolomit merupakan bubuk berwarna putih kekuningan. Sampel yang dianlisa adalah Pupuk Dolomit dari PT.SUCOFINDO Jl.Jendral Gatot Subroto. Analisa CaO menggunakan Indikator Murexid dengan perubahan warna merah lembayung menjadi ungu pada titik akhir titrasi, pada MgO menggunakan indikator EBT dengan perubahan warna dari ungu menjadi biru pada titik akhir titrasi, dan pada SiO2 dengan dimasukkan kedalam furniance pada suhu 9000C selama 2 jam. Dari hasil penelitian pada pupuk Dolomit diperoleh % kadar MgO 20%, kadar CaO 31%, dan kadar SiO2 2,7 % sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-0428-1998 dimana kadar MgO minimal 18%, kadar CaO minimal 29% dan kadar SiO2 maksimal 3%.

(31)

DETERMINATION LEVELS OF MgO, CaO AND SiO2 IN DOLOMITE WITH METODH TITRATION

ABSTRACT

Has done determination levels of MgO, CaO and SiO2 in Dolimite with metodh titration. Dolomite is white brass powder. Sample that analisis is Dolomite for PT.SUCOFINDO jl.Jendral Gatot Subroto. Analysis of CaO using indicator murexide with a change of colour pink be purple on point the titrating, on the MgO using indicator EBT with a change purple into the blue on the point the titrating, and the SiO2 put into furniance on the temperature 9000C for 2 hours .The result of research obtained % MgO levels is 20%, CaO levels is 31% and SiO2 levels is 2,7% in accordance with the National Standards Indonesia (SNI) 19-0428-1998 where the levels of MgO minimal 18%, CaO levels minimal 29% and SiO2 levels maximal 3%.

(32)

PENENTUAN KADAR MgO, CaO DAN SiO

2

PADA PUPUK DOLOMIT

DENGAN METODE TITRASI

TUGAS AKHIR

DINA OKTAVIANA TOGATOROP

132401091

PROGRAM STUDI D3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(33)

PENENTUAN KADAR MgO, CaO DAN SiO

2

PADA PUPUK DOLOMIT

DENGAN METODE TITRASI

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh

Ahli Madya

DINA OKTAVIANA TOGATOROP

132401091

PROGRAM STUDI D3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(34)

PERSETUJUAN

Judul :Penentuan Kadar MgO, CaO dan SiO2 pada Pupuk Dolomit dengan metode Titrasi

Kategori : Pengajuan Judul Karya Ilmiah Nama : Dina Oktaviana Togatorop Nomor Induk Mahasiswa : 132401091

Program Studi : Diploma-3 Kimia Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Disetujui di Medan, Juli 2016

Disetujui Oleh

Ketua Program Studi D-3 Kimia Dosen Pembimbing

Dra.Emma Zaidar Nst,M.Si Dr. Yugia Muis, M.Si NIP. 19551218198701 2001 NIP. 195310271980032003

Ketua Departemen Kimia FMIPA USU

(35)

PENENTUAN KADAR MgO, CaO, DAN SiO2 PADA PUPUK DOLOMIT DENGAN METODE TITRASI

KARYA ILMIAH

Saya mengaku bahwa Karya Ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Madan, Juli 2016

(36)

PENENTUAN KADAR MgO, CaO,DAN SiO2 PADA PUPUK DOLOMIT DENGAN METODE TITRASI

ABSTRAK

Telah dilakukan Penentuan kadar MgO, CaO, SiO2 pada Pupuk Dolomit dengan metode Titrasi. Pupuk Dolomit merupakan bubuk berwarna putih kekuningan. Sampel yang dianlisa adalah Pupuk Dolomit dari PT.SUCOFINDO Jl.Jendral Gatot Subroto. Analisa CaO menggunakan Indikator Murexid dengan perubahan warna merah lembayung menjadi ungu pada titik akhir titrasi, pada MgO menggunakan indikator EBT dengan perubahan warna dari ungu menjadi biru pada titik akhir titrasi, dan pada SiO2 dengan dimasukkan kedalam furniance pada suhu 9000C selama 2 jam. Dari hasil penelitian pada pupuk Dolomit diperoleh % kadar MgO 20%, kadar CaO 31%, dan kadar SiO2 2,7 % sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-0428-1998 dimana kadar MgO minimal 18%, kadar CaO minimal 29% dan kadar SiO2 maksimal 3%.

(37)

DETERMINATION LEVELS OF MgO, CaO AND SiO2 IN DOLOMITE WITH METODH TITRATION

ABSTRACT

Has done determination levels of MgO, CaO and SiO2 in Dolimite with metodh titration. Dolomite is white brass powder. Sample that analisis is Dolomite for PT.SUCOFINDO jl.Jendral Gatot Subroto. Analysis of CaO using indicator murexide with a change of colour pink be purple on point the titrating, on the MgO using indicator EBT with a change purple into the blue on the point the titrating, and the SiO2 put into furniance on the temperature 9000C for 2 hours .The result of research obtained % MgO levels is 20%, CaO levels is 31% and SiO2 levels is 2,7% in accordance with the National Standards Indonesia (SNI) 19-0428-1998 where the levels of MgO minimal 18%, CaO levels minimal 29% and SiO2 levels maximal 3%.

(38)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat pada waktunya. Tugas Akhir ini disusun sebagai persyratan untuk menyelesaikan pendidikan Progman Studi D-3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara dangan judul “Penentuan Kadar MgO, CaO dan SiO2 pada Pupuk Dolomit Dengan Metode Titrasi”.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis banyak menemukan kendala. Namun berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penuis dapat mengatasi berbagai kandala tersebut dengan baik. Atas bantuan, bimbingan, kesempaan dan dukungan dari berbagai pihak maka pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr.Yugia Muis, Msi selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan tulus memberikan bimbingan kepada penulis dalam membantuh penulisan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Dr. Krista Sebayang,M.Sc selaku Dekan FMIPA USU yang telah

memberikan sarana dan prasarana kepada penulis untuk melaksanakan penelitian sehingga penulis dapat menyusun Tugas Akhir.

3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Dapertemen Kimia FMIPA USU yang memberikan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian sehingga penulis dapat menyusun Tugas Akhir.

4. Ibu Dra. Emma Zaidar Nst, M.si selaku Ketua Program Studi D-3 Kimia FMIPA USU yang memberikan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian sehingga penulis dapat menyusun Tugas Akhir.

5. Ibu Melyanti selaku kepala laboratorium di PT.Sucifindo yang telah bersedia meluangkan waktunnya untuk membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian dan memberikan fasilitas serta ilmu yang berharga bagi penulis.

6. Kepada Ibu Tiarma Ulina, Bapak Tono Sarito, Bapak Roma Doyan Maret Sinurat, Ibu Elita Yenni, Bapak Surya, Bapak Ryansyah Putra Sirega, Bapak Kadarianto, Bapak Boy, Ibu Cindy Meriem Agustina, Bapak Patra Daimanta Sembiring, Bapak Marwan Lubis, Bapak Dedy Evander S.S yang siap membantu penulis sehingga selesainya Tugas Akhir ini.

7. Kedua Orang Tua tercinta, Ayah handa Robert Togatorop dan Ibunda Rollis br Sinurat serta Saudara penulis tersayang Suranto Togatorop, Ameng Togatorop, Saut Togatorop, Indra Togatorop, Krisima Togatorop, Josua Togatorop, dan Putra Togatorop.

8. Kepada Ektri Elisa Lumban Gaol, Rio Maretanto Sinaga, Surya Graha Siahaan yang turut membantu penulis selama PKL juga penelitian penulis.

9. Teman-teman seperjuangan D3 kimia stambuk 2013 dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut andil dalam membantu Tugas Akhir ini.

(39)

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini. Segala bentuk masukan yang diberikan akan penulis terima dengan senang hati dan penulis ucapkan terima kasih. Harapan penulis, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

Medan, Juli 2016

(40)

DAFTAR ISI

(41)

4.2. Pembahasan 27

BAB 5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan 30

5.2 Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31

(42)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

Tabel 2.1 Perkiraan Penggunaan Kapur Dolomit Untuk 8 Menaikkan pH Dari Lapisan Tanah

Tabel 2.2 Manfaat Dolomit Pada Pertumbuhan Keapa Sawit 13

Tabel 4.1 Data Kadar MgO 22

Tabel 4.2 Data Kadar CaO 24

Tabel 4.3 Data Kadar SiO2 25

(43)

DAFTAR SINGKATAN

(44)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman Lampiran

Gambar

Tabel 4.3. Data Kadar SiO2
Tabel 4.4. Syarat Mutu Pupuk Dolomit
Tabel 2.1. Perkiraan Pengukuran Kapur Dolomit Untuk Menaikkan pH
Tabel 2.2. Manfaat Dolomit Pada Pertumbuhan Kelapa Sawit

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan analisa penentuan kadar klorin dan pH pada air kolam renang di daerah Kota Medan dengan metode spektrofotometri yaitu berdasarkan pembentukan warna merah jingga

Telah dilakukan penelitian analisis kadar ion klorida pada sosis dan nugget dengan metode titrasi argentometri volhard.. Tujuan penelitian ini adalah untuk

Telah dilakukan penelitian menentukan kadar Asam Lemak Bebas (ALB) pada Crude Coconut Oil (CNO) dan Coconut Fatty Acid Destillate (CFAD) di PT.. Sampel yang diteliti berasal

Tahapan tersebut meliputi : (a) menyusun model alur pengujian dan menentukan formulasi rumus yang digunakan; (b) mengidentifikasi sumber-sumber ketidakpastian yang dapat

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menentukan panjang gelombang maksimum, pH optimum, konsentrasi ion Cd(II) yang berpengaruh

Pengujian dengan penduga neutron adalah salah satu metode untuk menentukan kadar air secara cepat langsung di lapangan pada kedalaman tertentu. Hal tersebut dilakukan dengan

menyatakan konsentrasi ion H + .Dalam penyediaan air, pH merupakan satu faktor yang harus dipertimbangkan mengingat bahwa derajat keasaman dari air akan sangat.

Pada harga pH lebih besar dari 1, keberadaan spesies ion-ion logam Cu(II), Fe(III), Zn(II), dan Pb(II), semuanya berada dalam bentuk kationik. Dengan demikian, ion logam