• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mobilitas Sosial Keluarga Ibu Tunggal (Single Mother) : Dari Buruh Tani Ke Buruh Tani di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mobilitas Sosial Keluarga Ibu Tunggal (Single Mother) : Dari Buruh Tani Ke Buruh Tani di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Gambar 1 : Suasana Rumah Orangtua tunggal ibu Mayah Tambunan di Desa Maholida

(2)

Gambar 3 : Wawancara bersama Ibu Rasidah

(3)

Gambar 5 : Suasana saat wawancara dengan Ibu Jem Manik

.

(4)

Gambar 7 : Suasana saat wawancara dengan Ibu Armi yang sedang mengolah pinang di sela – sela waktu luangnya pada saat pulang kerja sebagai buruh tani.

(5)

Gambar : 9 Suasana saat wawancara dengan ibu Fatimah

(6)

Gambar :11 Sarapan pagi sebelum bekerja

(7)

Gambar : 13 Ini adalah Abdul salah satu anak yang bekrja sebagai buruh tani

(8)

Gambar : 15 Aktivitas saat ibu tunggal yang bekerja sebagai buruh tani

(9)

Profil Informan Ibu Tunggal (Single Mother) : Yang Bekerja Sebagai Buruh Tani

1.Nama : Mayah Tinambunan

Umur : 52 Tahun Etnis : pakpak

Tamatan : SD (Sekolah Dasar) Jenis kelamin : Perempuan

2. Nama : Ratna Wati

Umur : 47 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Etnis : Pakpak

Pendidikan : SD (Sekolah Dasar)

3. Nama : Ibu Armi

Umur : 51 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Etnis : Pakpak

Pendidikan : tidak tamat SD (Sekolah Dasar)

4. Nama : Netti Br Boangmanalu

Umur : 43 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Etnis : Pakpak

(10)

5. Nama : Jem br Manik

Umur : 64 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Etnis : Pakpak

Pendidikan : tidak tamat SD (Sekolah Dasar)

6. Nama : Rasidah

Umur : 49 tahun

Jenis kelamin : Perempuan Etnis : Pakpak

Pendidikan terakhir : SD (Sekolah Dasar)

7. Nama : Ibu Herti (Nama Pangilan sehari – hari)

Umur : 50 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Etnis : Pakpak

Pendidikan terakhir : SD (Sekolah Dasar)

8. Nama : Ibu Bukhari (Nama Pangilan sehari – hari)

Umur : 51 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Etnis : Jawa

Pendidikan terakhir : SD (Sekolah Dasar)

9. Nama : Ibu Ani

Umur : 55 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Etnis : Pakpak

(11)

10. Nama : Ibu Gopal

Umur : 55 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Etnis : Pakpak

Pendidikan terakhir : SD (Sekolah Dasar)

Informan Anak Dari Ibu Tunggal Yang Sudah Bekerja Sebagai Buruh Tani

11. Nama : Meri Cibro

Umur : 27 Tahun Etnis : Pakpak

Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan terakhir : S1

12. Nama : Miswan Berampu

Umur : 32 Tahun Etnis : Pakpak

Jenis Kelamin : Laki - laki

Pendidikan terakhir : SMA (Sekolah Menengah Atas)

13. Nama : Abdul

Umur : 23 Tahun Etnis : Pakpak

Jenis Kelamin : Laki - laki

(12)

14. Nama : Ani

Umur : 25 Tahun Etnis : Pakpak

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan terakhir : SMA (Sekolah Menengah Atas)

15. Nama : Jefri

Umur : 23 Tahun Etnis : Pakpak

Jenis Kelamin : Laki - laki

Pendidikan terakhir : SMA (Sekolah Menengah Atas)

16. Nama : Sabar Berutu

Umur : 57 Tahun

Jenis Kelamin : Laki - laki Etnis : Pakpak

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan, 1997. Sangkan peran gender.Yogyakarta : Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada.

Agustina Ikawai. 2009, Kekerasan Ibu Single Parent Terhadap Anak. Palembang Sumatera Selatan : Univesitas Sriwijaya.

Amber Carlson, How Parent Influence Deviant Behavior among Adolescents : And Analysis of their Family Life , their Community and their Peers.

Amadu Musah Abudu, Moses Naim Fauseini. 2013. ‘Influence Of Single On Pupils’ Academic Perpomence In Basic School In The Wa Municipality.

Andrew J.Hhautenville Karen Smith Conway. Parental Effort, School Resaurces and Student Achienvement.

Bain, H, Boesma, F.and Chaoman,J, (1983) . Academic achievement and lacus of control in father- absent elemtery school children. School Psycology International, 4, 69-78. Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif, Bandung : Kencana Pradana Media

Budiman, Kalvin S. “Calvin Dan Lima Pilar Institusi Sosial. Jurnal : teologi dan pelayan. Breman, Jan. 1992. “Kerja dan Kehidupan Buruh Tani di Pesisir Jawa” Dalam Prisma 21,3.

Jakarta. LP3ES

Casey B. Mulligan, “Galton versus the Human Capital Approach to Inheritance,” Journal of Political Economy 107, no. 6, pt. 2: “Symposium on the Economic Analysis of Social Behavior in Honor of Gary S. Becker” (1999): S184–224.

Daniels, S. (1986). Relationship ofemployment status to mental health and family variables in black men from single parent families. Journal of applied psycology, 71386-391. Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga.

Jakarta: Rineka Cipta.

(14)

Duvall dan Miller. 1985. Keluarga dengan Orang Tua Tunggal.. Diunduh tanggal 7 Mei 2016 pukul 20.35.

Eunike Apostelina, “Resiliensi Keluarga Pada Keluarga Yang Memiliki Anak Autis” Junal penelitian psikologi pada tahun 2010.

Faradina A.F. Fajrianthi, Vol 1 No. 08 Juni 2016, Konflik Pekerjaan Keluarga dan Coping Pada Single Mother. (Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi).

Fakih, Mansour. 2008. Analisi Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Galihjoko. (2009). Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Pola Asuh

Anak Dalam Masyarakat. Dari http//www.indoskripsi.com.

Graddol, David dan Swann, Joan. 2003. Telaah Kristis Relasi Bahasa-Jender. Pasuruan: Pedati.

Hemas, G.K. 1992. Wanita Indonesia Suatu Konsepsi dan Obsesi. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

Hidayatullah, M. Furqon. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka.

Husni, Lalu. 2006. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hunter, A., & chandler, G. (1999). Adolescent resilience. Image : Journal of Nursing Scholar-ship, 31,243-247.

Hurtes, K.,& Allen, L (2001). Measuring resiliency in youth: The Resiliency Attitudes and Skill Profile, Therapeutic Recreation Journal, 35,337-347.

Iriani, Sartika.2003. Dukungan Lingkungan Sosial Terhadap Aktifitas Peran Ganda Perempuan Kelas Menengah Etnis Sunda. (Online), Iriansantika.org/.../15.jurnal-perempuan.

(15)

Iriyanto, Setia.2009, peran reproduktif dan produkti ibu penjual sayur, (Online),

James S. Coleman, “Social Capital in the Creation of Human Capital,” American Journal of Sociology 94,supplement (1988): S95–120.

Khairuddin. Sosiologi Keluarga. Penerbit liberty Yogyakarta.

Klemen, Yoseph. (2005), Jurnal : Perceraian Dan Perant Single Parent Perempuan. Karsidi, Ravik, 1999. Kajian Keberhasilan Transformasi Pekerjaan dari Petani ke

Pengrajin Industri Kecil (Disertasi Doktor Institut Pertanian Bogor), tak diterbitkan.

Layliyah zahrotul, 2013 vol,3 No. 1. Perjuangan Hidup Single Parent, (Jurnal Sosiologi Islam).

Moleong, J. Lexy.1990. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mandara, J & murray, C. (2006). Father’s absence and African America adolescent drug use. Journal of Divorce & Ramarriage, 46 1-12.

Mark W. Fraser and Jeffry M. Jonson, A Risk and Resilier Framework For Child, Youth, and Family Policy, Journal of Family Process. 42 (1), 10 tahun 2003.

Mark si Barajas februari 2012, Academic Achienvement Of Chilidren In Single Parent Homes :A Critical Review.

Marlia Suriyani, Yusnita. (2010) Jurnal: Penyesuaian Diri Ibu Sebagai Kepala Keluarga. Meleong, Lexy J. 2006, Metode Penelitian Kualitatif . Bandung : Remaja Karya.

Maccoby & Mc Loby. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh. http://dr-suparyanto.blogspot.com. Diunduh tanggal 7 Juni 2016 pukul 20.15

(16)

Perkebunan Sawit PT. Soefndo, Kebun Mata Pao, Kabupaten Serdang Bedagai) (S-1) Diterbitkan, Medan : Program Study Sosiologi Unversitas Sumatera Utara.

Milne, A. Myers,D., Rosenthal, A., &, Ginsburg, A (1986) Single Parent working mothers, and the educational achievement of school children. Sociology of educationt, 59, 125-139.

Nurhadi, Mufflich. 2009 Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga, (Online) maret.ac.id/index.phd//ime. Diakses pada 26 juni 2016).

Nida Issabela dan Wiwin Hendraini yang berjudul “Resiliensi pada Keluarga yang Tinggal di Lingkungan Lokalisasi Dupak, Bungunsari” Universitas Airlangga Surabaya pada tahun 2010 Rachman, Maman. 1999. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

Pong S-L, Drinkers, J, & Hampden-Thompson, G (2003). Family policies and children’s school achievement in single-versus two-parent families. Journal of marriage and Family, 65, 681-699.

Prajipto, Veronica. (2007) jurnal: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pada Pengasuh Single Paren Mother.

Rachman, Maman. 1999. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

Ravik Karsidi, Mobilitas Sosial Petani Di Sentral Industri Kecil, Kasus Di Surakarta. Rhapsodea Bianca. 2013/2014, Konstuksi Single Mother. di Surabaya .

Riski Utari and M. razif. Upaya Keluarga Orangtua Tunggal Dalam Mempertahan Ekonomi Keluarga di Kelurahan Kota Lama Kecamatan Kunto Darussalam Kabupaten Rokan Hulu. Pekanbaru : Universitas Riau.

Rutter, Michael. Macam-macam Tipe Orang Tua. http://deviewulandari. blogspot. com. Diunduh tanggal 10 Juni 2012 pikul 08.15.

(17)

Ritonga, A.H. 1996. Fungsi Keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Sumatra Utara: Sartina Medan.

Sajogyo dan puedjawita sajogyo, Jilid 2. Sosiologi pedesaan. Gajahmada University press. Soejono Soekanto 2012, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta

Saifuddin azwar, 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Suhatini, Sri. 2010, Pergulatan Hidup Prempuan Pemecah Batu, (Online)

diakses 5

agustus 2016).

Susana pika.2009. Makna Hidup Perempuan Dewasa yang Berperan Ganda, (Online), Vol,7, No. 2 (http:/Suasana.org/. jurnal-makna-hidup-perempuan. Diakses pada 6 Agustus 2016).

Syukur, Yarmis, 2009. Pengaruh Konsep Diri Dan Kepuasan Peran Dengan Upaya Pemberdayaan Keluarga Kecamatan Padan Utara Kota Padang, (Online), Vol,9 No. 1 (http;//yarmissyukur.org/.. jurnal-pengaruh-konsep-diri, diakses pada 6 agustus 2016).

Shochib, Moh. 2000. Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta.

Sanderson, Stephen K. Makro Sosiologi; Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial, (terj.) Farid Wajidi dan S. Menno, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, cet. ke-4, 2003. Setiawan, Bambang. 2008. Peran Wanita Buruh Genteng sebagai Ibu Rumah Tangga di

Desa Jekis Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial UNNES.

Syafei, M. Sahlan. 2006. Bagaimana Anda Mendidik Anak. Bogor: Ghalia Indonesia.

(18)

Journal of Sociology 89,no. 6 (1984): 1379–409; Hout, “More Universalism, Less Structural Mobility”

Tjondronegoro, Sediono MP, 1978. “Bawon dan Faktor-faktor Penentu Sosial Ekonominya”. Dalam Masyarakat Indonesia (v) No. 2.

Yunitasari, Winda.2010. Perubahan Fungsi Keluarga Tenaga Kerja Wanita Di Kecamatan Watulmo Kabupaten Tanggerek, (Online), .

Veronica, A. Kumur, 2009. Pengaruh Pembangunan Kota Terhadap Beban Kerja Peremuan Miskin Di Kota Jakarta, (Online), vol, 9 No. 2:29-43.

Widiastuti, Suci. (2011) jurnal : Faktor Determinan Produkitivitas Kerja Pada Pekerja Wanita.

Warner, W. L., Meeker, M., & Eells, K. (1949). Social class in America: A manual of procedure for the measurement of social status. Chicago: Science Research Associates, Inc.

Weber, M. (1947). The theory of social and economic organization (T. Parsons, Trans.). New York: Oxford University Press.

Weimer, D. L., & Vining, A. R. (1992). Policy analysis: Concepts and practice (2nd ed.). Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

Western, B., Kleykamp, M., & Rosenfeld, J. (2004). Crime, punishment, and American inequality. In K. M. Neckerman (Ed.), Social inequality (pp. 771–796). New York: Russell Sage Foundation.

White, S. (2004). Multicultural MPA curriculum: Are we preparing culturally competent administrators. Journal of Public Affairs Education, 10(2), 111–123.

Wooldridge, B. (1998). Protecting equity while reinventing government: Strategies for achieving a fair distribution of the costs and benefits of the public sector. Journal of Public Management and Social Policy, 4(1), 6.

(19)

Wyatt-Nichol, H., & Antwi-Boasiako, K. B. (2008). Diversity across the curriculum: Perceptions and practices. Journal of Public Affairs Education, 14(1), 79–90

Yuwono, Ismantoro Dwi. 2011. Hak dan Kewajiban Hukum Tenaga Kerja Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.

Yusuf, Syamsul. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yusuf, Siti Maryam “Sosiologi Keluarga; Tellah atas pemikiran Hasan AL Bana” jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan (No 1 Vol, 5 januari juni 2007).

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian kualitatif yang merupakan penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video, dan lain - lain. Penggunaan dengan metode kualitatif sangat di tekankan pentingnya kedekatan dengan orang – orang dan memahami situasi dan lokasi penelitian agar peneliti memperoleh pemahaman jelas tentang realitas dan kondisi kehidupan secara nyata (Patton dalam Poerwandari,1998 Tujuan dari penelitian ini mencoba mendeskripsikan mengenai masalah - masalah yang dihadapi pada buruh tani, cara menanggulangi masalah - masalah yang dihadapi serta hubungan yang terjalin antar buruh tani, oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

(21)

Dalam Penelitian ini ada beberapa pertimbangan di antaranya sebagai berikut.

1. Menggunakan metode kualitatif ini lebih mudah karena berhadapan dengan realita hidup atau kenyataan hidup sebenarnya.

2. Metode kualitatif menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden.

3. Metode kualitatif lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang

dihadapi (Moleong, 2004:5).

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe. Hal ini untuk mengetahui bagaimana profil buruh tani yang ada di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, faktor yang melatar belakangi buruh tani dalam melaksanakan pekerjaannya menjadi buruh tani dan hambatan apa saja yang ditemui oleh buruh tani dalam melaksanakan pekerjaan sebagai buruh tani.

3.2. Lokasi Penelitian

(22)

Table 2 : Peta Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe

Tabel. 2 Jumlah Desa yang tersebar di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kab. Pakpak Bharat:

1. Desa Kaban Tengah 6. Desa Perolihen 2. Desa Bandar Baru 7. Desa Maholida 3. Desa Tanjung Meriah 8. Desa Perjaga 4. Desa Tanjung Mulia 9. Desa Malum

5. Desa Simberuna 10.Desa Binalun penduduk terbesar di kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe.

Alasan peneliti memilih penelitian di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe ialah karena masyarakat tersebut banyak yang bekerja sebagai buruh tani terkhusus ibu tunggal (single mother). Selain itu karena tempat yang akan di teliti salah satu Desa tempat tinggal peneliti.

(23)

3.3. Fokus Penelitian

Moleong (2006:92) pada dasarnya penelitian kualitatif tidak dimulai dari sesuatu yang kosong, tetapi dilakukan berdasarkan persepsi peneliti. Terkait dengan hal ini subyek penelitiannya adalah wanita buruh tani di kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe. Informan adalah individu - individu tertentu yang diwawancarai untuk keperluan informasi atau orang-orang yang memberikan informasi atau keterangan data yang diperlukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi informan ialah wanita orang tua tunggal yang bekerja sebagai buruh tani dan memiliki anak yang sudah bekerja, dan anak dari orang tua tunggal ( single mother) yang bekerja sebagai buruh.

3.4.Tehnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini diperoleh dari data primer dan data sekunder :

3.4.1.Data Primer

Data primer adalah data yang di proleh atau dikumpulkan langsung dari lapangan oleh peneliti. Pengumpulan data dengan terjun langsung ke lokasi. Pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara :

1.Observasi

Menurut Moleong (2003), observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan

fenomena yang dilakukan secara sistematis. Pengamatan dilakukan secara terlibat

(partisipatif) ataupun nonpartisipatif. Untuk menyempurnakan aktivitas pengamatan

partisipatif ini, peneliti harus mengikuti kegiatan kesehariannya yang dilakukan informan

(24)

dikatakannya, mempertanyakan informasi yang menarik, dan mempelajari dokumen yang

dimiliki.

Beberapa keunggulan teknik ini, sebagaimana diungkap oleh Guba dan Lincoln (1991), yaitu

a) Teknik pengamatan ini didasarkan pada pengalaman secara langsung.

b) Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat

perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.

c) Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan

pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.

d) Sering terjadi keraguan pada peneliti, jangan-jangan yang dijaringnya ada yang “melenceng” atau

“bias” dan memerlukan pengamatan ulang.

e) Teknik pengamatan memungkinklan peneliti mengerti situasi-situasi rumit.

f) Dalam kasus-kasus tertentu, saat teknik komunikasi lainnya tidak memungkinkan, pengamatan

dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat. dalam penelitian ini peneliti akan mengobservasi

kegiatan - kegiatan yang dilakukan orang tua tunggal yang bekerja sebagai buruh tani.

2.Wawancara

(25)

Wawancara ini ditujukan kepada orang tua tunggal buruh tani Untuk mempermudah dalam pengumpulan data peneliti menggunakan teknik wawancara terbuka. Wawancara terbuka adalah wawancara yang biasanya para subyeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula maksud dari wawancara itu dilakukan (Moleong, 2002: 137). Adapun alasannya menggunakan teknik wawancara terbuka adalah:

a.Agar lebih mudah mendapatkan informasi sehingga jelas apa yang hendak menjadi tujuan wawancara.

b.Dalam penyusunan laporan hasil wawancara segara dapat dilakukan evaluasi.

c.Untuk menghilangkan kesan yang kurang baik karena sudah diketahui maksud dan tujuannya.

d. Menciptakan kerjasama dan membina hubungan baik pada masa mendatang.

Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek adalah orangtua tunggal buruh tani di Kec. Sitellu Tali Urang Jehe Kab. Pakpak Bharat. Dari beberapa subyek diharapkan dapat terungkap kata - kata atau tindakan orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama (Moleong, 2002: 112). Subjek penelitian yang penulis teliti berjumlah 10 orang diambil secara purposif. penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil beberapa orangtua tunggal yang dapat mewakili dari keseluruhan orangtua tunggal di Kec. Sitellu Tali Urang Jehe yang bekerja sebagai buruh tani. Para buruh ini kemudian di wawancarai satu persatu untuk mendapatkan data yang diinginkan oleh penulis.

(26)

sumber antara lain melakukan wawancara dan observasi pada orang tua tunggal yang bekerja sebagai buruh tani dan anak dari orangtua tunggal yang sudah bekerja. Selain itu, peneliti mencari sumber tertulis seperti sumber buku, arsip, jurnal atau artikel mengenai orang tua tunggal yang bekerja sebagai buruh tani. Peneliti juga menyertakan foto sebagai data deskriptif tentang kegiatan yang berlangsung di lahan pertanian tempat buruh bekerja.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dari catatan-catatan, buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum, maksudnya adalah mendapatkan data-data dengan cara studi kepustakaan dokumenter yaitu mengumpulkan, membaca dan mempelajarai bukubuku (literatur) yang ada hubungannya dengan masalah-masalah yang akan dibahas. (Suharsimi Arikunto1998: 236).

Metode dokumentasi digunakan dalam penelitian disebabkan karena adanya beberapa alasan,antara lain:

a. Dokumen merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong.

b. Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian

c. Berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah.

d. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap yang diselidiki.

3.4.2. Data Sekunder

(27)

bekerja sebagai buruh Tani. Sumber Pustaka Tertulis dan dokumentasi Sumber pustaka tertulis ini digunakan untuk melengkapi sumber data informasi, sumber data tertulis ini meliputi laporan-laporan penelitian ilmiah, jurnal, skripsi, buku - buku yang sesuai dengan topik, dan lain - lain. Dokumentasi yaitu pengumpulan data melalui peninggalan tulisan berupa arsip-arsip, buku-buku, agenda, dan lain-lain sebagai bukti yang menunjukkan peristiwa atau kegiatan yang berhubungan dengan penelitian mengenai orang tua tunggal yang bekerja sebagai buruh tani.

3.5. Unit Analisis dan Informan

2.5.1 Unit Analisis

Unit analis adalah satuan ketentuan yang digunakan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 2006) ada sejumlah unit analisis yang lazim digunakan pada kebanyakan penelitian sosial yaitu individu, kelompok, dan sosial. Adapun menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah orang tua tunggal yang bekerja sebagai buruh tani dan anak orangtua tunggal dari buruh tani yang berada di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe.

2.5.2. Informan

(28)

Tabel 3.1

Data Informan Orang Tua Single mother Ibu di Kecamatan Sitellu tali Urang Jehe

No Nama L/P Umur Lama Jadi Orangtua

Tunggal

Pendidikan

SD SMP SMA PT

1 Mayah T P 52 Tahun 11 Tahun V - - - 2 ratnawati P 47 Tahun 22 Tahun V - - - 3 Armi P 51 Tahun 19 Tahun V - - -

4 Netti P 41 Tahun 6 Tahun - V - - 5 Jem berutu P 54 Tahun 7 Tahun V - - - 6 Rasidah Manik P 49 Tahun 16 Tahun V - - - 7 Ibu Herti P 50 Tahun 4 Tahun V - - - 8 Ibu Bukhari P 51 Tahun 7 Tahun V - - - 9 Ibu Ani P 47 Tahun 5 Tahun V - - - 10 Gopal P 55 Tahun 5 Tahun V - - -

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah :

(29)

Tabel Tabel 3.2

Data Informan Anak Orangtua Tunggal single mother yang sudah bekerja sebagai

Buruh di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe

No Nama L/P Umur Lama Jadi Orangtua

Tunggal

Pendidikan

SD SMP SMA PT

1 Meri cibro P 22 Tahun 2 Tahun - - - V 2 Miswan Berampu L 32 Tahun 9 Tahun - - V -

3 Abdul L 23 Tahun 6 Tahun - - V - 4 Ani L 25 Tahun 6 Tahun - - V - 2 Jefri Berutu L 23 Tahun 5 Tahun - - V -

3.6. Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan suatu tahap pengolaan data, setelah data dikumpulkan dalam catatan lapangan dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Maka akan dilakukan pengelolaan, analisis, dan penafsiran data yang di perlukan dari lapangan tadi berupa hasil observasi dari hasil wawancara. Kemudian penetian menyederhanakan dan mengedit agar lebih mudah di pahami. Data yang telah dikumpulkan kemudian akan disusun lagi sedemikian rupa, kemudian data tersebut akan di interpretasikan secara kualitatif.

(30)

akhir penelitian ini. Proses ini sudah dilakukan sejak proposal penelitian dibuat, hingga akhir penelitian akan menjadi sebuah laporan penelitian yang memiliki ciri kualitatif.

3.7. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti membaginya dalam 4 tahap yaitu tahap sebelum ke lapangan, pekerjaan lapangan, analisa data dan penulisan laporan. Pada tahap pertama peneliti menyiapkan segala macam yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian yaitu.

1. Menyusun rancangan penelitian

2. Mempertimbangkan secara konseptual teknis serta praktis terhadap tempat yang digunakan dalam penelitian.

3. Membuat surat izin penelitian. Pengumpulan Data Reduksi Data Penarikan Kesimpulan Penyajian Data.

4. Latar penelitian dan dinilai guna serta melihat sekaligus mengenal unsur - unsur sosial dan fisik, situasi pada penelitian.

5. Menentukan informasi yang akan membantu peneliti dengan syarat - syarat penelitian.

6. Mempersiapkan perlengkapan penelitian.

(31)

3.8. Keterbatasan Penelitian

(32)

BAB IV

Mobilitas Sosial Ibu Tunggal (Single Mother)

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak

Bharat

Kabupaten Pakpak Bharat adalah salah satu kabupaten di Sumatera Utara, Indonesia. Kabupaten ini di bentuk pada tanggal 28 Juli 2003 pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, hasil dari pemekaran Kabupaten Dairi. Kabupaten Pakpak Bharat terletak di kaki pegunungan Bukit Barisan. Kegiatan perekonomian masyarakat terfokus pada bidang pertanian dan perkebunan. Hampir 90% penduduk di kawasan ini bersuku bangsa Pakpak, yang merupakan salah satu sebuah subsuku Batak. Kabupaten Pakpak Bharat memiliki beberapa Kecamatan seperti Kecamatan Salak, Kecamatan Kerajaan, Kecamatan Tinada, Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu, Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut, Kecamatan Siempat Rube, Kecamatan Pagindar, dan salah satunya adalah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe.

(33)

Rakyat) Tapanuli Utara telah beberapa kali mengusulkan ke pemerintah pusat agar Sitellu Tali Urang Jehe dapat dijadikan Kecamatan. Perjalanan yang cukup panjang yang harus dilalui yakni sejak tahun 1871 sampai tahun 2001 telah beberapa kali mengirimkan surat permohonan kepada pemerintahan pusat agar Sitellu Tali Urang Jehe dijadikan Kecamatan. Setelah di keluarkannya UU No 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah, maka masing – masing daerah berhak mengelola daerahnya sendiri. Maka, oleh tokoh masyarakat, adat, agama, cerdik pandai serta dukungan masyarakat mengajukan permohonan kepada Bupati Dairi Agar Sitellu Tali Urang Jehe diresmikan Kecamatan. Berdasarkan Perda No. 33 Tahun 2001 tentang pembentukan Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Lae Parira, dan sesuai dengan Perda No. 33 Tahun 2001 pada tanggal 15 februari 2001 resmillah Sitellu Tali Urang Jehe menjadi Kecamatan yang berkedudukan di Sibande. Pada hari itu juga Irwansyah Pasi SH dilantik/ditetapkan menjadi Camat yang pertamauntuk memimpin Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe.

4.1.2 Kondisi Geografis Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat

(34)

Tabel 4.1

Jumlah rumah tangga menurut Desa di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe tahun 2013

No Desa Jumlah

Penduduk

Jumlah

Rumah Tangga

Rata – rata rumah Tangga

1 Kaban Tengah 1.734 261 7

2 Bandar Baru 1.491 318 5

3 Tanjung Meriah 1.501 345 4

4 Tanjung Mulia 948 271 4

5 Simbruna 548 127 4

6 Perolihen 818 180 5

7 Maholida 680 171 4

8 Perjaga 430 93 5

9 Malum 478 138 4

10 Mbinalum 1.199 250 5

Jumlah 9.827 2.156 5

Sumber : BPS Kabupaten Pakpak Bharat 2015

Dari data yang ada di 10 Desa di Kecamtan Sitellu Tali Urang Jehe, dengan jumlah rumah tangga rata – rata adalah lima orang.

Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe berbatasan disebelah Utara dengan Kecamatan Silima Pungga – pungga, Kecamatan Lae Parira, dan Kecamatan Sidikalang. Disebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Salak dan Kerajaan. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kerajaan. Sedangkan Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Subullusalam (Propinsi Nanggro Aceh Darusalam).

[image:34.595.70.527.133.346.2]
(35)

Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe memiliki topografi daerah yang berbukit-bukit, tanah yang sebagian besar curam dan sangat jarang didapati daerah yang datar. Daerahnya sebagian besar dikelilingi oleh bukit - bukit dan pengunungan Sibudun. Kecamatan ini berada pada ketinggian antara 650 s/d 950 m diatas permukaan laut. Keadaan Iklimnya umumnya beriklim tropis panas karena dipengaruhi oleh kondisi topografi.

[image:35.595.75.525.418.668.2]

Penduduk yang bermukim di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe bersifat homogen dan monokultur. Daerah ini didiami oleh mayoritas etnis Batak Pakpak yang terdiri dari beberapa marga hanya sedikit didiami oleh etnis lain. Adapun etnis lain yang turut mendiami daerah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe adalah etnis Batak Toba, Batak Simalungun dan Batak Mandailing sebagian kecil suku Jawa dll dan kebanyakan sudah memakai kultur suku Batak pakpak dalam bermasyarakat.

Gambar 1 : Panen padi di daerah perbukitan

(36)
[image:36.595.73.526.234.578.2]

besar pendudukan di sana bermata pencaharian sebagai petani. Akan tetapi sektor pertanian di Kecamatan ini masih banyak memiliki kendala terutama bagi petani itu sendiri. Sebagai contoh banyaknya petani di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe yang belum mengerti bagaimana menggunaan lahan secara efisien dan masih belum bersaing dengan daerah lain selain itu modal masih kurang dan membuat petani yang memiliki lahan petani untuk lebih maju. Selain karena tanah yang subur dan juga cocok untuk di jadikan lahan pertanian.

Gambar 2 : Pembukaan perladangan yang akan di tanami tanaman padi

(37)

sebagai petani. Biasanya masyarakat yang memiliki lahan pertanian akan mempekerjaan buruh tani untuk mengolah lahan pertanian mereka.

4. 1. 3 Sarana Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan hal yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mendukung semua kegiatan yang dilakukan masyarakat. Dengan terpenuhi semua sarana dan prasarana dalam pokok seperti : pendidikan, kesehatan, ibadah, dan komunikasi informal pada masyarakat akan semakin mudah untuk mencapai tujuan hidup manusia dalam masyarakat.

Di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe sendiri tersedia sarana dan prasarana adalah sebagai berikut :

4.1.3.1 Sarana Pendidikan

Tabel 4.2

Sarana dan prasarana pendidikan di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe tahun 2013 sampai sekarang

No Desa PAUD

(Pendidikan Anak Usia Dini) SD (Sekolah Dasat) sekolah Menengah Pertama/ Sederajat sekolah Menengah Atas/ Sederajat Perguruan Tinggi Jumlah

1 Kaban Tengah 1 1 1 - - 3

2 Bandar Baru 1 1 - - - 2

3 Tanjung Meriah 2 3 2 3 - 8

4 Tanjung Mulia 1 1 - - - 2

5 Simbruna - 2 - - - 2

6 Perolihen 1 1 - - 2

7 Maholida 1 1 1 - - 3

8 Perjaga - 1 - - 1

(38)

10 Mbinalum 1 - - 1

Jumlah 7 13 4 3 0 25

Sumber : BPS di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, 2015

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang paling penting dan dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan adanya pendidikan maka masyarakat dapat meningkatkan taraf hidupnya menjadi lebih baik. Pendidikan yang baik haruslah di dukung oleh sarana dan prasarana yang baik pula. Adapun sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe sudah disediakan mulai dari Taman Kanak – kanak sampai dengan Sekolah Menengah Atas.

[image:38.595.75.556.72.116.2]

4.1. 3.2 Sarana Kesehatan

Tabel 4.2

Sarana Kesehatan menurut Desa di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe tahun 2013 sampai sekarang

No Desa Puskesmas Pustu Polindes/ Poskesdes

Posyandu Jumlah

1 Kaban Tengah - 1 1 6 8

2 Bandar Baru - 1 1 2 4

3 Tanjung Meriah 1 - 1 3 5

4 Tanjung Mulia - 1 2 3 6

5 Simbruna - - 2 2 4

6 Perolihen - 1 1 2 4

7 Maholida - - 1 2 3

8 Perjaga - - 1 1 2

9 Malum - 1 - 1 2

10 Mbinalum - - 1 2 3

Jumlah 1 5 11 24 41

(39)

Selain pendidikan, sarana dan prasarana kesehatan juga merupakan sesuatu yang penting bagi Masyarakat. Dari data di atas menunjukkan bahwa setiap Desa sudah memiliki sarana dan prasarana kesehatan yang disediakan Pemerintah untuk masyarakat di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe sudah cukup lengkap seperti Puskesmas (Pusat Kasehatan Masyarakat) satu unit, Pustu (Puskesmas Pembantu) lima unit, Polindes (Pondok Bersalin Desa) sebelas unit, dan Posyandu (Pos Layanan Terpadu) dua puluh empat unit. Sarana ini di sediakan agar Masyarakat lebih dekat menjakau untuk berobat.

[image:39.595.68.526.362.625.2]

4.1.3.3 Sarana Ibadah

Tabel 4.3

Sarana dan Prasarana Ibadah di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe

No Desa Mesjid/mu

sholla

Gereja Pura Wihara Jumlah

1 Kaban Tengah 7 1 - - 8

2 Bandar Baru 2 4 - - 5

3 Tanjung Meriah 3 - - - 3

4 Tanjung Mulia 2 4 - - 6

5 Simbruna 3 1 - - 4

6 Perolihen 5 1 - - 6

7 Maholida 4 1 - - 5

8 Perjaga 1 - - - 1

9 Malum 2 2 - - 4

10 Mbinalum 2 - - - 2

Jumlah 32 14 - - 46

Sumber : BPS di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe 2015

(40)

tiga puluh dua unit masjid yang tersebar di sepuluh Desa yang ada di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe. Sedangkan untuk gereja berjumlah empat belas unit.

[image:40.595.66.562.250.523.2]

4.1.3.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Yang di Anut

Tabel 4.8

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kab. Pakpak Bharat tahun 2013 sampai sekarang

No Desa Islam Katolik Protestan Hindu Budha Jumlah

1 Kaban Tengah 1098 - 32 - - 1130

2 Bandar Baru 711 - 580 - - 1291

3 Tanjung Meriah 1383 - 42 - - 1427

4 Tanjung Mulia 453 - 620 - - 1073

5 Simbruna 456 - 128 - - 584

6 Perolihen 457 - 246 - - 703

7 Maholida 474 - 138 - - 612

8 Perjaga 435 - 27 - - 462

9 Malum 360 - 204 - - 510

10 Mbinalum 716 - 163 - - 879

Jumlah 6491 - 2180 - - 8671

Sumber : BPS Kabupaten Pakpak Bharat 2015

(41)

4.1.3.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.6

Komposisi Penduduk menurut Desa di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe tahun 2013 sampai sekarang

No Desa Laki – laki Perempuan Jumlah

1 Kaban Tengah 853 881 1, 734

2 Bandar Baru 786 705 1, 491

3 Tanjung Meriah 752 749 1, 501

4 Tanjung Mulia 455 493 948

5 Simbruna 270 278 548

6 Perolihen 417 401 818

7 Maholida 328 352 680

8 Perjaga 216 214 430

9 Malum 253 225 478

10 Mbinalum 600 599 1, 199

Jumlah 4, 930 4, 897 9, 827

Sumber : BPS Kabupaten Pakpak Bharat 2015

[image:41.595.75.522.196.454.2]
(42)

4.2 Gambaran Informan Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini terdiri dari single mother dan anak-anak dari keluarga orang tua tunggal di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kab. Pakpak Bharat. Daerah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, merupakan kawasan pertanian yang di dominasi oleh pertanian seperti tanaman padi, kopi , jangung dan gambir. Mata pencaharian masyarakat Kecamatan ini mayoritas adalah sebagai petani dan buruh tani. Maka kawasan ini terdapat banyak orang tua terkhusus ibu tunggal bekerja sebagai buruh tani, selain itu juga beberapa ibu tunggal memiliki lahan pertanian. Selain itu, mereka tidak memiliki banyak waktu untuk mengelolah lah lahan pertanian mereka karena bekerja sebagai buruh tani.

Hal yang melatarbelakangi orang tua tunggal bekerja sebagai buruh tani karena tidak memiliki perekonomian yang cukup untuk memenuhui kebutuhan keluarga. Selain itu, orang tua tunggal tidak memiliki keahlian lain untuk mencari pekerjaan yang lebih baik dan berpenghasilan tinggi. Rendahnya pendidikan para orang tua tunggal di Kecamatan ini juga menyebabkan, mereka harus menerima pekerjaan sebagai buruh tani. Kondisi tempat tinggal para orang tua tunggal di Kecamatan ini masih sederhana, sebahagian besar rumah yang mereka tempati adalah rumah yang berdindingkan papan dan berlantai semen. 13 orang tua tunggal memiliki rumah sendiri, dan 3 orang lainnya masih menyewa tempat tinggal.

(43)

televisi. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil responden/informan sebanyak 20 orang responden yang terdiri dari 15 orang single mother Ibu dan 5 anak dari single mother ibu yang sudah berkeluarga. Bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan keeluarga sehari - hari.

4.2.1 Temuan Data

4.2.1 Mobilitas Keluarga Orangtua Tunggal dan Anak Dari Orangtua Tunggal Yang

Sudah Bekerja di Kecamatan Sitellu Tali Uang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat

Berdasarkan hasil penelitian keluarga orangtua tunggal (single mother) dari buruh tani ke buruh tani di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe. Peneliti mewawancari 10 orangtua tunggal yang sudah ditinggalkan suaminya baik dikarenakan cerai mati, cerai hidup ataupun karena seorang suaminya tidak pernah pulang sejak pergi keluar kota untuk mencari pekerjaan dengan waktu yang cukup lama. Responden yang pertama adalah :

1. Ibu Mayah (Nama panggilan sehari hari)

(44)

Penghasilan ibu mayah sebagai pekerja buruh tani sebesar 40.000 perharinya dan itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti belanja dapur, jajan anak – anaknya dan belum lagi cicilan seperti uang listrik dan penghasilan tersebut belum cukup, tetapi harus dipergunakan dengan sebaik mungkin. Dengan menimalisir kebutuhan keluarga dengan mendahulukan kebutuhan yang sangat diperlukan. Jika ibu Mayah tetap merasa kekurangan, biasanya akan meminta bantuan kepada tetangga agar memberikan pinjaman berupa uang.

Selain bekerja sebagai buruh ibu Mayah juga mengelola lahan pertanian mereka yang merupakan peninggalan suaminya untuk memenuhi kebutuhan yang akan datang. Jika di tanya mengenai letih tidaknya bekerja sebagai buruh tani pasti sangat letih tetapi di sisi lain ibu Mayah tetap semangat. Masih ada pekerjaan yang dapat ia kerjakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Perlakukan pemilik lahan di tempat ibu Mayah bekerja sangat baik dan membayar sesuai kesepakatan. Semua yang dilakukan ibu mayah adalah untuk dapat menyekolahkan anak - anaknya karena pendidikan sangat lah penting untuk anak – anaknya agar memiliki masa depan yang baik dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Ibu Mayah selalu berusaha untuk memberikan pendidikan yang layak terhadap anaknya dan hasilnya adalah anak – anak ibu Mayah rata – rata seorang tamatan SMA (Sekolah Menengah Atas) dan ibu Mayah sudah bersyukur bisa memberikan pendidikan kepada anak - anaknya ke tingkat yang lebih tinggi dari pada dia (Mayah). Tetapi ibu Mayah tidak bisa melanjutkan pendidikan anak - anaknya ketingkat yang lebih tinggi yaitu ke Perguruan Tinggi disebabkan karena kurangnya biaya. Selain itu anak dari ibu Mayah ada juga bekerja sebagai buruh di ladang orang dan ibu Mayah merasa bersyukur anaknya sudah bekerja walaupun hanya sebagai buruh tani, menurut ibu Mayah pekerjaan apapun itu asalkan anaknya ihklas menjalaninya.

(45)

keluarga ualng dak bage diri si miskin en, tujuan diri ki sekolaken duka asa boi giam dukak diri kerja pabrik pokokna kerja bagak karena bangendari kidah mala oda tamat SMA jadi kade poda boi jadi penggangguren karena izajah SMA poda lot. mala kerja biuruh pe kessa ia bakune nola mo ni bain iden pe kessa kerja pokokna lot ma giam izajahna leebbe mudah2an nan tah lot kerja lebih baik. (Gimanalah mau dibuat nak haruslah terus kerja agar bisa makan dan menyekolahkan anak karena tidak ada lagi suami yang menafkahi kami, saya berniat agar anak bisa meembantu keluarga jangan lah kayak saya yang miskin ini, tujuan saya menyekolahkan anak agar bisa kerja pabrik yang peting kerja yang lebih bagus. karena sekarang kalau tidak tamat SMA jadi penggurenlah karena ijajah SMA pun tidak ada. Kalau pun anak harus kerja bangunan mau gmana lagi mgkin itu pekerjaan yang didapatkannya yang penting dia udah punya izajah dulu mudah- mudahan nanti ada kerjaannya lebih baik)...

Setiap hari ibu Mayah harus bekerja agar dapat menafkahi keluarga dan anak - anaknya. Dengan tujuannnya agar anaknya mendapatkan pendidikan yang lebih baik dari pada ibunya (Mayah). Pada zaman sekarang sangat susah mencari pekerjaan, bagi seorang yang tidak memiliki pedidikan yang tinggi. Dengan memiliki minimal izajah Sekolah Menengah Atas (SMA). Ibu Mayah berharap agar anaknya dapat pekerjaan yang layak. Para ibu tunggal mengharapkan anak – anaknya mendapatkan pekerjaan yang layak. Sebagai buruh tani, ibu mayah dan anaknya harus dapat mengenalnya. Hal yang terpenting bagi mereka adalah dapat membantu prekonomian keluarga. Ibu Mayah berharap suatu saat nanti anaknya akan mendapatkan pekerjaan yang layak.

2. Ibu Ratna

(46)

pemilik laha. Perlakukan pemilik lahan sendiri sangat baik, dan tidak mmaksa kehendak kepadanya ketika bekerja, selain itu, ibu Ratna memiliki pekerjaan sampingan membuka kedai kopi atau jajanan anak – anak yang di buka setiap hari pekan atau biasa disebut dengan pajak mingguan.

Seperti ungkapan Ibu Ratna : bakune mo ni bain we mala oda diri kerja ning mangan kade kami. kerna suami diri pe oda ne lot we, jadi aku terus mo krejo sampai dahari tahan. Tetapi mala nggo nan boi ibantu dukkakku aku pasti oda ne pe kerja aku bagen. Iasa aku berharap dukakku giam boi nggo kerja bagak asa oda ne pela aku kerja gajin letja nai ngo kuakap we. Ngurus sapo deng deket kerja bak ngurus omakku.( mau gmana lagi buat nak kalau saya tidak bekerja apa yang kami makan, karena suami saya pun tidak ada lagi, jadi terus lah saya kerja sampai kapan bisa bertahan. Tetapi kalau anak saya nanti sudah bisa di bantu anakku aku tidak akan lagi bekerja sebagi buruh tani karena aku sudah capek nak, bukan hanya itu tetapi ngurus rumah dan ngurus ibuku) . . .

(47)

3. Ibu Armi

Ibu Armi adalah seorang ibu tunggal yang memiliki anak 4 orang anak di antaranya 2 orang sudah menikah dan bekerja sebagai buruh dan 2 orang masih mengecam pendidikan di salah satu universitas negeri di medan. Ibu Armi sudah menjadi janda sejak tahun 1996 yaitu sekitar 19 tahun yang lalu dia ditinggalkan sang suami merantau ke luar kota yang tidak pernah pulang selama 19 tahun dengan alasan mencari pekerjaan.

Ibu Armi bekerja sejak suaminya pergi, pekerjaan yang di dilakukan ibu Armi adalah bekerja sebagai buruh tani dan mengelola lahan pertanian yang sepeninggalan orangntuanya atau bisa disebut hasil dari warisan yang di tinggal orangtuanya. Menyebabkan Ibu Armi bekerja sebagai buruh karena tidak memiliki keahlian lain. Sehingga harus melakukan pekerjaannya karena banyaknya kebutuhan keluarga yang harus ia penuhi dan ibu Armi tidak pernah menyerah untuk bekerja sebagai buruh tani demi keluarga.

(48)

Seperti Ungkapan ibu Armi : kerja kade pe krejoin i kubahan asal mo dukkakku sekola beli pe aku gaji- gajin i juma deba, kerna aku nggo menyesal makin oda i aku sekola. Mala masalah krejon barang kade pe krejon dukaku i ku terima asal mo giam mo sesuai dengan pendidikanna mala jadi buruh pe ia tong ku dukung asalken boi giam ia lot krejon karna aku pe sadar bagendari tamat SMA oda jadi kade apalagi oda sekola. Harapenku mendahi dukakku mudah – mudahen boi giam mengubah kenggeluhen kami mi lebih bagak deket membanggaken keluarga, deket iamalken ilmu ni pelajarina selama en i sekola. (apapun kerjaan itu akan ku lakukan demi anakku sekolah, sekalipun kerja harus jadi buruh di ladang orang, aku juga sudah menyesal karena dulu tidak sekolah, kalau masalah kerjaan tidak masalah apapun kerjaan anakku aku akan terima yang penting sesuai dengan pendidikan walaupun harus buruh itu pun harus ku dukung asalkan lah ada kerjaannya karena aku juga sadar sekarang tamatan SMA juga tidak jadi apa – apa apalagi tidak sekolah, harapanku kepada anakku mudah – mudahan dia bisa mengubah kehidupan kami ke hal yang lebih baik dan juga bisa membanggakan keluarga dan diamalkan pendidikannya) . . .

Dari penjelasan di atas bahwa perjuangan ibu sangat lah besar untuk anak – anak demi kesuksesan masa depan mereka. Walaupun harus bekerja sebagai buruh tani, karena setiap ibu sadar jika tidak memiliki pendidikan maka mereka akan sama seperti ibunya, meskipun pada kenyata bahwa pendidikan SMA (Sekolah Menengah Atas) saja tidak mampu untuk mendapatkan pekerjaan yang layak tetapi mereka sadar tidak memiliki biaya yang cukup untuk memberikan pendidikan yang lebih layak ke pada semua anak – anaknya, tetapi mereka tetap besyukur karena sudah meberikan pendidikan yang lebih tinggi dari pada dirinya sendiri (ibu tunggal).

4.Ibu Netti

(49)

berjualan kopi dan Jajanan di rumah sediri yang di buka setiap hari rabu dimana didekat rumah ibu ini dekat dengan pajak mingguan jadi di manfaatkan untuk berjualan kopi. Ibu Netti memilih bekerja sebagai buruh tani karena tidak mempunyai pekerjaan lain yang bisa mendapatkan penghasilan dalam seminggu atau setiap hari harus bekerja sebagai buruh karena banyaknya kebutuhan keluarga.

Penghasilan atau gaji yang di dapatkan ibu Netti sebesar Rp 50.000, karena sering lembur sampai pukul 17:30 WIB agar mendapatkan gaji tambahan, meskipun begitu tetap saja tidak cukup untuk biaya kebutuhan keluarga dan keperluan pendidikan anak – anaknya. Ibu Netti tidak memiliki pekerjaan lain, dan lahan pertanian yang di tinggal suaminya juga tidak ada lagi, dia lebih menimalisir kebutuhan keluarga dan mendahulukan kebutuhan pokok. Ibu Netti tidak pernah merasa lelah dalam bekerja karena demi kebutuhan anak – anak terpenuhi walaupun hal hasil belum cukup, ibu Netti tetap semangat karena masih ada pekerjaan yang dapat di kerjakan. Ibu Netti tidak pernah merasa pasrah untuk bekerja tetap semangat demi memenuhi kebutuhan - kebutuhan anaknya. Pemilik lahan yang peduli terhadap mereka yang bekerja di lahanya dan memberikan gaji tepat waktu, dan pendidikan sangat penting bagi ibu Netti dan anak – anak walaupun hanya tamatan SMA (Sekolah Menengah Atas) sudah bersyukur.

(50)

piring dan membereskan rumah dan aku bangga dengan anak – anakku yang mau mandiri)...

Ibu Netti tetap berusaha akan memberikan pendidikan yang layak kepada anaknya dengan usaha dan bekerja keras agar anaknya mendapatkan pekerjaan yang lebih baik nantinya. Ibu Netti juga senang karena anak juga mengerti terhadap keadaan orangtuanya yang dapat dikatakan miskin dan tidak banyak permintaan selalu giat belajar untuk membahagiaan ibunya. Pandangan ibu Netti tentang anaknya yang bekerja sebagai buruh tani menurutnya tidak menjadi masalah karena hal ini diakibatkan karena lapangan kerja yang kurang. Ibu Netti tetap bersyukur karena anaknya dapat bekerja walaupun hanya sebagai buruh tani, mudah – mudahan anaknya yang lain dapat lebih baik pendidikan dari pada yang kakaknya.

5. Ibu Jem Manik

(51)

Menurut ibu Jem bukan faktor adat istiadat yang membuat orang tidak memberikan pendidikan yang layak kepada anaknya tetapi karena kekurangan biaya. Penghasilan ibu Jem dalam perharinya adalah Rp 50.000 biasanya ia membawa bekal ke ladang orang tempat ia bekerja. Selain itu perlakuan pemilik lahan yang sering ia dapatkan yaitu amarah karena tidak sesuai terhadap pekerjaan yang dilakukan ibu Jem meskipun begitu gaji yang diberikan tetap utuh. penghasilan tersebut belum cukup karena banyaknya kebutuhan keluarga terutama kebutuhan dapur dan keperluan sekolah anak - anaknya dan jika masih kurang penghasilan yang ia dapatkan ibu Jem akan meminta pinjaman kepada tetangga. Selain itu juga ibu Jem menimasisir biaya kebutuhan keluarga dan mendahulukan kebutuhan yang penting. Ibu Jem mengelola lahan pertanian yang di tinggalkan suaminya untuk dijadikan lahan pertanian padi, dimana padi juga tersebut di pijam dari tetangga dan di ganti setelah panen. Ibu Jem selalu menyempatkan mengelolanya jika ia tidak bekerja sebagai buruh tani para anak- anaknya turut membantu jika sudah pulang sekolah atau setiap hari minggu agar hasilnya dapat bisa di manfaatkan untuk masa yang akan datang.

Ibu Jem sering merasa lelah ketika bekerja tetapi harus tetap semangat demi anak – anaknya yang masih sekolah. Pendidikan sangat penting bagi ibu Jem dan berusaha untuk memberikan pendidikan yang layak untuk anak – anaknya. Karena ibu Jem melihat pendidikan sangat mekhawatirkan jika tidak sekolah maka akan susah mendapatkan pekerjaan dan menjadi pengangguran makanya ibu Jem berusaha memberikan pendidikan yang layak meskipun harus banting tulang, dan jika anaknya harus bekerja buruh sekali pun ibu Jem tetap senang karena dapat membantu perekonomian keluarga. Harapan ibu Jem agar anaknya dapat menjadi lebih baik dari segi ekonominya dan mendapatkan kehidupan yang lebih layak.

(52)

ku krejoken demi keluargaku deket dukak –dukakku boi sikola deket boi ki raih kade ni cita – citakenna boi giam lebih baik dari pada orangtuana. Kade pe ku krejoken asalmo dukakku boi sikola”. (Sebenarnya sangat berat ku rasakan menjalankan 2 pekerjaan sekaligus, menyelesaikan rumah tangga dan menyiapkan anak –anak sekolah dan menyiapkan makan siang saya yang sya bawa ke kerjaan, semua kerjaan itu ku lakukan untuk keluargaku dan anak – anakku bisa sekolah agar mereka bisa meraih cita – citanya dan bisa lebih baik dari orangtuanya. Apapun ku kerjakan asalkan anakku bisa sekolah). . . . .

6. Ibu Rasidah

Informan ini adalah seorang ibu tunggal yang memiliki 6 orang anak di antaranya 3 orang anak perempuan dan 3 orang anak laki – laki dan 1 orang sudah menikah. Lima orang anak lainnya yang harus ditangung ibu Rasidah, dimana diantara mereka ada yang sudah bekerja dan penganguran. Selain itu ada juga yang masih mengecam pendidikan. Ibu Rasidah menjadi ibu tunggal sejak 16 tahun yang lalu karena disebabkan suami meninggal dunia, ibu Rasidah bekerja sejak suami meninggal dunia. Pekerjaan pertama kali pada saat itu adalah sebagai penyapu dan memberihkan Puskesmas yang ada di desa Tanjung meriah. Gajinya dari hasil menyapu tersebut tidak mencukupi membuat ibu Rasidah memilih berhenti dan memilih bekerja sebagai buruh tani yang bisa mendapatkan gaji stiap seminggu sekali walaupun penghasilan yang ia dapatkan masih jauh dari kata cukup tetapi ibu Rasidah tetap senang bekerja sebagai buruh karena memiliki teman untuk berinteraksi di tempat kerja bersama pekerja yang senasib dengan. Ibu memilih pekerjaan ini karena tidak memiliki pekerjaan lain yang lebih baik untuk seorang ibu tunggal yang tidak berpendidikan. Penghasilan ibu Rasidah sebesar Rp 45.000 rupiah atau jika perminggungnya sekitar Rp 270.000 ribu.

(53)

yaitu mengelola lahan yang di tinggal suami. Profesi sebagai buruh tani ibu Rasidah merasa semangat walupun terkadang lelah tetapi harus tetap dijalankan memenuhi kebutuhan anak- anaknya ia rasakan. Bagi ibu Rasidah pendidikan sangat penting bagi anak – anaknya. Meskipun sebagian anaknya tidak mau bersekolah karena malas dan milih bekerja sebagai buruh tani. karena pemikiran anaknya, menurut anaknya meskipun seorang sudah mempunyai pendidkan yang tinggi. Tetapi belum tentu menjadi orang sukses, sebab penggangguran masih banyak ia jumpai. Selain itu, bersekolah juga dapat menghabiskan uang kerna mahalnya biaya pendidikan itu.

Ibu rasidah tidak memasalahkan anaknya yang berkerja sebagai buruh tani, meskipun pendidikan anaknya lebih tinggal dari pada orangtuanya. Karena Ibu Rasidah pekerjaan itu sangat susah di cari, apalagi hanya tamatan SMA (Sekolah Menengah Atas). Harapan ibu Rasidah, agar anak – ananya lebih baik kehidupannya dari pada sekarang yang serba kekurangan. Jika nanti dia (Rasidah) sudah wafat anak – anaknya sudah dapat mandiri untuk menjalani kehidupannya.

Seperti ungkapan ibu Rasidah : “kade pe nina we kepeng ma ngo menetukan karina kerna sekola pe dukak we mala lako kerja susah ma ngo we, apalagi oda lot deking pasti oda dapet krejon kerna bagendari kidah pakek deking ngo we asa boi dapet krejon sesuai. Tapi i sisi lain aku tetap ki sekolanken dukakku mala oda pe dapet krejon menetap lot giam ilmuna mudah – mudahan boi ianan sukses.” (apapun katanya semua yang menetukan semuanya karena sekolah pun anak itu kalau kerja susah juganya, apalagi oda lot kepengna we pasti tetapnya tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Tetapi di sisi lain aku tetap menyekolahkan anakku walaupun kerjaannya belum jelas atau menetap yang penting ada ilmunya mudah – mudahan dia nanti sukses)...

7. Ibu Herti

(54)

mempunyai 5 orang anak, 2 orang anak diantaranya sudah menikah dan 1 sudah bekerja sedangkan 2 lainnya masih mengecam pendidikan. Sejak menikah Ibu Herti sudah bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga, karena ibu Herti sadar jika hanya mengandalkan suami saja yang bekerja maka kebutuhan mereka tidak terpenuhi. Kebutuhan pangan dan lainya semakin hari akan semakin meningkat dan mahal. Tetapi sejak suaminya meninggal ibu Herti harus bekerja sendiri untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan anak - anaknya. Ketika pertama kali bekerja ibu Herti bekerja sebagai buruh tani, hak ini dilakoninya karena sebagai orangtua bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan saat ini iasendiri yang bekerja untuk mencari nafkah untuk anak – anaknya.

Walaupun terkadang anaknya sudah bekerja sebagai buruh tani sudah perekonomi keluarganya. Penghasilan yang didapatkan ibu Herti dalam perharinya sebagai buruh tani adalah sebesar Rp 40.000 rupiah, dan hasil tersebut masih belum cukup untuk menutupi kebutuhan dapur dan kebutuhan anak – anak yang masih sekolah. Untuk menutupi Kekurangan tersebut ibu Herti membuka kedde kopi, hal ini dikarenakan rumah yang di tempati ibu Herti dekat dengan Pos Lalu Lintas. Meskipun tidak menjanjikan tetapi ia Herti tetap optimis agar dapat sedikit menutupi kukurangan ekonomi keluarganya. Karena tujuan ibu Herti yang paling utama adalah untuk anak – anaknya agar dapat pendidikan yang lebih baik dan seperti ibu Herti yang hanya tamatan SD (Sekolah Dasar) saja. Karena bagi ibu Herti pendidikan itu sangat penting pada jaman sekarang ini, karena beberapa yang ia dilihat di Telivisi jika anak tidak bersekolah maka hidup anak akan melarat.

(55)

hanyalah satu agar anak – anaknya bisa sukses di dalam pendidikannya, dan berusaha jika anak -anaknya memiliki pendidkan yang baik akan mendapatkan pekerjaan yang layak. Karena jika anak bekerja sebagai buruh tani ibu Herti merasa kecewa karena pendidikan anaknya lebih tinggi dari orangtuanya tetapi di sisi lain tetap menerimanya karena anaknya bersedia bekerja sebagai buruh tani.

8. Ibu Bukhari

Informan adalah orangtua tunggal yang memiliki 5 orang anak 3 orang diantaranya sudah menikah dan bekerja dan 1 orang tidak memilki pekerjaan karena memiliki kelainan jiwa dan 1 orang masih mengecap pendidikan. Ibu Bukhari menjadi orangtua tunggal sejak di tinggal mati oleh suaminya sejak 7 tahun silam. Sejak itulah ibu Bukhari harus banting tulang untuk menafkahi keluarga dan anak – anaknya. Ibu Bukhari sadar bahwa ia hanya sendirian dalam menghidupi keluarganya. Pekerjaan utama ibu bukhari ialah bekerja sebagai buruh tani, pekerjaan ini diambil karena ibu Bukhari membutuhankan uang untuk keperluan sehari – hari keluarganya seperti memenuhi kebutuhan dapur, air dan lain sebagainya. Penghasilan ibu Bukhari dalam perharinya adalah Rp 40.000 rupiah dan penghasilan masih jauh dari kata cukup dibandingkan dengan pengeluaran untuk anak – anak dan lainnya.

(56)

terhadap apa yang dikerjakan orangtuanya apalagi sejak suaminya meninggal. Anak dari ibu Bukhari lebih sedikit brutal karena 5 orang anak ibu Bukhari 4 orang diantarnya laki - laki.

Selain itu bagi ibu Bukhari pendidikan sangatlah penting dan selalu berusaha anak – anaknya mendapatkan pendidikan yang layak ia rela bekerja banting tulang agar anak - anaknya tidak sama seperti ibu Bukhari tetapi di sisi lain anaknya yang malas sekolah dan kurangnya biaya sedangkan kebutuhan keluarga semakin besar. Jikapun anaknya harus bekerja sebagai buruh tani ibu Bukhari tetap menerimanya dengan senang hati tapi ibu Bukhari tetap berharap agar anaknya mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Meneurut ibu Bukahri bukan faktor adat istiadat yang menyebabkan orangtua tidak memberikan pendidikan yang layak tetapi karena ekonomi karena jika ekonomi baik maka orangtua pasti memberikan pendidikan yang layak terhadap anaknya.

Seperti ungkapan Ibu Bukhari : “ Kade ku krejoken en demi dukakku ngo kessa en ulang giam ia menyesalna nggo kessa kalak i dewasa bage diri en kerna oda kin sikolah, dket bersyukur giam kalak boi gima ki banggaken keluargana, mudah – mudahen sada niam menapit boi ki ubah kenggeluhen kami mala ndates sikolana, mala kerja buruh ngo kessa ia bakune nola mo ni bain mudah – mudahan bagi den pana kessa dapetna)”. (Apapun yang ku kerjakan ini semua karena anakku semata, agar mereka nantinya tidak menyesal seperti aku setelah mereka dewasa kayak saya yang dulu tidak sekolah, dan mereka bersyukur dan bisa membanggakan keluarganya, dan mudah – mudahan harapan saya adalah satu orang yang sukses agar bisa mengubah ke hidupan kami jika tinggi sekolahnya, jika hanya kerja buruhg pun mau gmana lagi di buat mungkin itu yang masih di daptkannya)...

9.Ibu Ani

(57)

suaminya pergi dan menikah lagi sehingga ibu Ani memilih untuk berpisah. Ibu Ani bekerja sebagai buruh tani sejak suaminya meninggalkan dirinya, selain bekerja sebagai buruh tani ia juga mengolah pertanian yang di tinggal suaminya untuk anak - anaknya. Ia memilih bekerja sebagai buruh tani karena banyaknya kebutuhan keluarga. Penghasilan yang didapatkan ibu Ani perharinya adalah Rp 40.000 rupiah, uang tersebut digunakan untuk belanja dapur, kebutuhan anak – anak dan lainnya. Penghasilan tersebut sudah pasti belum cukup untuk kebutuahn keluarga ibu Ani, tetapi harus di dimimalisir dan mengutuamakan hal yang penting.

Seperti ungkapan ibu Ani : letja kalon ngo kuakap kerja buruh tani en tapi bakune mi ni bain mbue nai ngo kebutuhan keluarga deket duka si sekola iden, tapi tong mo kubahan asa boi giam mangan deket merre jajan dukak. Janah oda cukup bana 3000 sedari 2 kalak i 6 ribu mo sedari. ( Sebenarnya sangat capek kurasakan kerja buruh en tapi gimana mau dibuat mbue nai ngo kebutuhan keluarga dan anak yang masih sekolah, tetapi tetap lah kulakukan agar bisa makan dan memberi jajan anak, karena jajan anak tidak cukup 3000 perharinya)...

(58)

10. Ibu Gopal

Informan ini adalah orangtua tunggal yang punyai 5 orang anak, 3 orang diantaranya sudah menikah dan 1 orang sudah Bekerja sebagai buruh dan 1 lagi masih mengecam pendidikan. Ibu gopal menjadi orangtua tunggal di akibatkan karena karena suaminya meninggal dunia sekitar 5 tahun yang lalu. Sejak saat itulah, ibu Gopal harus bekerja dan mengurus anaknya yang masih mengecap pendidikan, pekerjaan yang pertama kali dilakoni ibu Gopal yaitu sebagai buruh tani dan mengelola pertanian yang di tinggalkan suaminya. Ibu Gopal memilih bekerja sebagai buruh karena tidak memiliki keahlian lain dan harus bekerja sebagai buruh dikarenakan banyaknya kebutuhan keluarga. Untuk penghasilan yang di dapatkan ibu Gopal dalam perharinya Rp 50.000 rupiah.

Jika di lihat dari jumlah uang yang di dapatkan ibu Gopal belum cukup untuk kebutuhan sehari – hari seperti kebutuhan - kebutuhan : belanja dapur, uang jajan anaknya, ongkos, dan uang listrik dan dll. Hal yang dilakukan ibu Gopal untuk menutupi kekurangan tersebut dengan cara meminjam uang kepada tetangga. Ibu Gopal merasa lelah bekerja sebagai buruh tani karena selain bekerja sebagai buruh tani ia harus mengurus rumah dan anak – anaknya. Tetapi ibu Gopal harus tetap semangat melakukan pekerjaan tersebut demi kehidupan yang lebih baik. Walaupun di sisi lain ibu Gopal menerima perlakukan yang baik, dan menerima upah yang layak dari pemilik lahan.

(59)

bukan faktor adat istiadat yang menyebabkan orangtua tidak memberikan pendidikan yang layak tetapi karena faktor ekonomi karena jika ekonomi baik maka ibu Gopal tidak mau bekerja sebagai buruh tani. Selain itu karena tidak memiliki modal untuk mengelola lahan pertain yang ada. Harapan ibu Gopal ialah agar anak – anaknya mendapatkan pekerjaan layak dan bisa membanggakan keluarganya.

Seperti ungkapan ibu Gopal : “Lotin ma mo kerja we barang kerja buruh pe we dari pada oda mangan, dukak pe melarat mo, lagian rata – rata ngo karina janda – janda sen kerja buruh tani ngo jadi biasa nai ngo krejo bagen we piahen ma ngo oda mangan dari pada krejo, apalagi dukak den sekola mala oda ia sekola jadi kade mo nanni mala oda ma giam tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), kerna tah bagi pe oda ngo tong lot krejon. Pokokna uwe oda pupuk mo krejo mane ma giam dukka i boi sikola”.(Lebih baik juga lah kerja dari pada tidak kerja nak dari pada tidak makan, anak pun melarat, lagian rata – rata, janda – janda di sini kerja buruh taninya jadi biasa ajanya kerja begini, sakit pun kerja lebih sakit tidak makan, apalagi anak yang masih sekolah, kerna jika tidak sekolah jadi apa lah nanti mereka. Biar pun hanya tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) saja, mau tidak mau tetap lah kerja demi anak yang sekolah)...

4.2.2 Informan yang merupakan anak dari orangtua tunggal ibu di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat

1. Meri

(60)

perharinya Rp 50.000 rupiah, dan belum cukup untuk membantu keluarga dan kebutuhannya sendiri.

Seperti ungkapan Meri sebagai anak orangtua tunggal : mela ngo sebenarna aku we bekerja sebagai buruh apalagi ma aku nggo ma janah Serjana tetapi bakune mo we susah nai ngo bagendari pekerjaan. Padahal omakku nggo ngo memere aku pendidikan layak tapi bagi pe tong oda lot kerjaan, janah sebagai buruh pe oda ngo tetap pekerjaana mala lot ma ngo ki ajak diri krejo asa kejro diri, tapi lot ma ngo kerjaan tambahen ku buka ma kede ketek – ketek asa lot ma uang tambahku, tujuanku kesa asa boi membuat omakku bahagia deket nggeluh kami cukup bagi deket adek – adek diri kerna diri ma simbelgahnya jadi mencontohken mendahi adek – adek diri asa boi ma giam membanggaken keluargana. (Sebenarnya aku malu bekerja sebagai buruh tani apalagi aku sudah serjana tapi bagaimanalah sekarang susah sekali mencari pekerjaan. Padahal ibuku sudah memberikan pendidikan yang layak kepadaku tapi gimanalah tetap tidak ada pekerjaan, bakerja sebagai buruh tani tidaklah tetap pekerjaannya kalau ada orang mengajak kita untuk kerja baru kita kerja, tetapi aku juga punya kerja sambingan yaitu buka kede kecil – kecil agar dapat juga uang tambahan. Tujuanku hanya agar bisa mebuatku bahagia dan kehidupan kami cukup dan juga adek – adekku. Karena aku yang paling besar jadi mencontohkan kepada adik – adikku agar bisa membanggakan keluarganya). . .

Pendidikan adalah salah satu persyaratan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak terdahap kita, disisi lain banyak orang yang memiliki pendidikan tetapi tidak memiliki pekerjaan. Hal itu lah di rasakan Meri dia harus bekerja sebagai buruh tani karena sangat susah mencari pekerjaan yang sesuai dengan jurusannya sendiri. Tapi dia tetap berusaha untuk mencari pekerjaan yang layak, dan dan tidak berhenti bekerja sebagai buruh sebelum mencari pekerjaan yang layak, karena sebenarnya meri tidak mau bekerja sebagai buruh tetapi di sisi lain ia harus membantu ekonomi keluarganya.

2.Miswan Berampu

(61)

Rp 60.000 rupiah dan itu belum cukup untuk dirinya sendiri dan membantu ibunya yang hanya bekerja sendiri untuk menafkahi mereka. Miswan mengecam pendidikan sampai tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas) saja dan menurutnya itu belum layak dan saat ini Miswan lebih memfokuskan dirinya untuk bekerja karena jika difikirkan juga tidak akan bisa terulang lagi untuk melanjutkan pendidikan.

Pendapat Saudara Miswan tentang orangtua tunggal yang tidak memberikan pendidikan anaknya itu harus dimaklumi, jika memang orangtuanya tidak mampu apalagi orangtuanya hanya bekerja sebaagai buruh tani. Saudara Miswan merasa bangga karena orangtua rela banting tulang untuk mereka. Ia sedih karena tidak dapat memberikan kehidupan yang layak terhadap orangtuanya dan berharap agar dia (miswan) medapatkan kerjaan yang layak. Agar dapat membantu ekonomi keluarga, dan harapan untuk adik – adiknya adalah sukses agar tidak sepertinya yang hanya bekerja sebagai buruh tani saja.

Seperti ungkapan saudara Miswan : belli pe aku tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) saja aku tong bangga kerna orang tuaku nggo boi kisekolaken aku pada zaman 2000an pendidiken isi oda pela penting bagi orangtua tua i kuta en menyekolahken aku sampai SMA (Sekolah menengah Atas) . Deket oda pernah aku menyesal karena aku sadarkin ngo bakune kedaan orang tuaku.(biarpun aku hanya tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) saja aku tetap merasa bangga karena oranggtuaku sudah menyekolahkan aku sampai pada zaman 2000an pendidikan isi oda pela penting bagi orangtua di desa inimenyekolah kan kau sampai (SMA) Sekolah Menengah Atas. Dan aku tidak pernsah menyesal karenac aku sadri bagaimana keadaan orangtuaku)...

3. Abdul

(62)

pekerjaan. Sebelumnya dia juga pernah merantau selama 2 tahun tetapi pekerjaannya tidak membuahkan hasil karenan hanya bekerja sebagai buruh pabrik. Tujuannya yang pertama adalah agar tidak menyusahkan orangtuanya dan sedikit meringkan beban orangtuanya dengan bekerja dan mengurus adik - adiknya. Walaupun pekerjaan yang di lakoni sekarang belum cukup membantu orangtuanya dan adik – adiknya. Penghasilan yang di dapatkan abdul perharinya Rp 60.000 rupiah, selain bekerja sebagai buruh ia juga bekerja sebagai memanen sawit pemilik lahan yang ia lakukan setiap 2 minggu sekali.

Seperti ungkapan abdul : “aku bangga kerna omakku uwe gajin mi juma deba, oda pernah mela aku omakku gajin karena halal ngi, padahal sedih ngo aku menengen omakku gajin gara bagi ari i, aku pe oda pernah aku kecewa mala omakku oda kisekolaken aku ndates kerna omakku pe gaji – gajin ngo kessa, aku tong semangat krejo boi giam cituk – cituk kibantu omakkku deket adek - adekku. Cita –citaku kessa asa boi omakku medapetken kenggeluhen bagak, asa ndekah ia ngeluh. Medahi adek – adekku mudah – mudahen kalak i sukses oda bage abg nen”. (Aku bangga karena ibuku mau kerja sebagai buruh di lahan orang, aku tidak pernah malu aku kerna ibuku kerja buruh tani karena itu halal, padahal aku merasa sedih melihat ibuku kerja buruh diladang orang yang sangat panas, dan aku tidak pernah kecewa jika orangtuaku tidak memberikan pendidikan tinggi kepadaku karena ibuku pun hanya bekerja sebagai buruh, dan aku tetap semangat bekerja agar bisa sedikit membantu ibuku dan adik - adikku. Cita – citaku hanya agar ibuku bisa medapatkan kehidupan yang baik dan umur panjang, buat adik – adikku mudah – mudahan mereka sukses jangan seperti abangnya)...

4. Ani

(63)

ibunya, membiayai adik – adiknya dan untuk dirinya sendiri. Kalau berbicara cukup aata tidaknya untuk kebutuhan pribadi dan keluarganya Ani mengatakan pasti belum cukup tapi harus cukup dan mendahulukan hal yang penting dalam keluarga.

Seperti ungkapan Ani :” nda pernah menyesal bekerja sebagai buruh asal mo giam boi ki bantu omakku, karena karina tujuan bage kita en tujuanna membanggaken orangtuana dan beda – beda carana aku bagen mo kibantu omakku. Padahal oda ngen pekerjaan ku harapken tapi bakune mo pendidiken diri tamat SMA (Sekolah Menengah Atas) ngo kessa, paling mo jadi pembantu deba mala diri laus miladang deba, lotin isen boi den kibantu omak barang cituk pe. mala maslah pendidikan iberre omakku menerutku lumayan cukup boi ma giam aku tamat SMA (Sekolah Menengah Atas). Mala kecewa pe diri bakune nola mo nibain bagen mo kessa boi ibain omakku gajin ngo kessa sedasa kessa ki peduliken kami bapakku peduli ne poda bana kami. Harapenku kessa karina kami sehat – sehat, khsus bana omakku aku bangga bana, karena ia daberru tanggung kade pe ilakuken demi kami dukak – dukakna”. ( Tidak pernah menyesal bekerja sebagai buruh, asal bisa membantu ibuku, karena kayak kita ini semua tujuannya adalah mebanggakan orangtuanya, Cuma caranya berbeda – beda kalau caraku adalah begini. Padahal bukan ini kerrjaan yang ku harapkan tetapi gmana lah aku pun hanya tamat SMA (Sekolah Menengah Atas) saja, paling lah jadi pembantu jika peri ke rantau orang, lebih baik di sini bisa membantu ibuku walaupun sedikit. Jika masalah pendidikan ibuku sudah lumayan cuku memberikan pendidikan sampai tamat SMA (Sekolah Menengah Atas) walaupun harus dikecawankan mau bagaimana lagi ibuku hanya bekerja sebagai buruh tani dan hanya sendiri yang oeduli kepada kami kalau bapakkunya sudah tidak peduli lagi kepada kami. Harapaenku hanya agar kami sehat – sehat aja dan aku bangga kepada ibu karena menjadi wanita yang tanggung apapun dilakukan demi kami semua anak - anaknya)...

5. Jefry

(64)

becak, pekerjaan itu dilakukan untuk menambah uang masuk karena setiap hari pekan

Gambar

Gambar 2 : suasana Saat wawacara Besama Saudara Meri Cibro
Gambar 3 : Wawancara bersama Ibu Rasidah
Gambar 6 : Wawancara Bersama bapak Camat Sabar Berutu di Kecamatan Sitellu Tali Urang
Gambar 7 : Suasana saat wawancara dengan Ibu Armi yang sedang mengolah pinang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 65 kepala keluarga yang bekerja sebagai buruh tani, memiliki anak yang berusia sekolah (usia 7-22 tahun) di dusun Aluran Naga Kecamatan

Subjek penelitian ini adalah orangtua (bapak dan ibu) dan anak dari keluarga buruh tani. Setting penelitian ini dilakukan di Desa Srigading Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul.

kondisi sosial ekonomi keluarga buruh tani yang berpengaruh terhadap tingkat.. pendidikan anak yaitu latar belakang pendidikan orang tua, Usia/umur

Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Menerapkan Pendidikan Agama Islam pada Anak di Lingkungan Keluarga Buruh Tani Desa Tawangagung Kecamatan Ampelgading Kabupaten Malang

Judul : “ Strategi Orang Tua Tunggal Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga (Studi Kasus Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu

Jika dianalisa pengaruh aktivitas orang tua sebagai buruh tani terhadap kemampuan menyekolahkan anak penduduk desa Gembol sangat rendah dan tidak mampu dalam menggali

Untuk penedekatan yang dilakukan oleh orang tua buruh tani didusun kaweden sudah berjalan dengan, dimana anak sudah diberikan pendekatan- pendekatan yang baik

Kriteria dari subjek penelitian adalah orang tua tunggal ibu yang masih dalam kondisi bekerja, memiliki seorang anak untuk dibiayai dan menjadi Gambaran kesejahter aan subjektif kepada