PENGARUH PERAN SATUAN PENGAWASAN INTERN (SPI) DAN PENERAPAN INTERNAL CONTROL TERHADAP PENCAPAIAN GOOD
UNIVERSITY GOVERNANCE (GUG)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh: Untari
NIM: 1110082000144
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Untari
2. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 14 Januari 1992
3. Alamat : Jl. H. Mawi Kp. Tajur Rt01/04 no.39 Desa Pemagarsari, Parung, Bogor
4. Nomor telepon : 0856 8182 408
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD Negeri Tajur Tahun 1998-2004
2. SMP Negeri 1 Parung Tahun 2004-2007
3. SMA Negeri 1 Parung Tahun 2007-2010
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010-2015
III. PENGALAMAN BERORGANISASI
1. Anggota Palang Merah Remaja SMPN 1 Parung Tahun 2004-2005 2. Future Leader Anti Corruuption (FLAC) Tahun 2012
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Sebagai peserta dalam “Diksar Kopma, UIN Jakarta” 19-20 November 2010, Bogor.
2. Sebagai Peserta dalam forum diskusi “Syariah Dalam Perspektif Holistik”, 30 Desember 2010, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Sebagai Peserta dalam “Training of Hypnoteaching”, 7 Mei 2011, Aula Madya, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Sebagai Peserta dalam “Seminar Investasi Emas”, 11 Mie 2011, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Sebagai Peserta dalam “Workshop Bisnis Asuransi”, 27 Mei 2011, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Sebagai Peserta dalam “Training of Public Speaking”, 11 Juni 2011, Aula Madya, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Sebagai peserta dalam ”Stadium General BEMJ IESP”, 28 Maret 2012, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Sebagai peserta dalam “Seminar Kebijakan Fiskal”, 4 Mei 2012, Kementrian Keuangan Kebijakan Fiskal, Jakarta.
9. Sebagai peserta dalam “Workshop Volunteer FLAC Indonesia”, 14 Oktober 2012, Jakarta.
V. KEPANITIAAN
1. Divisi Konsumsi dalam “Internal Accounting Competition 2010”, 29 Januari 2011, BEMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
PENGARUH PERAN SATUAN PENGAWASAN INTERN (SPI) DAN PENERAPAN INTERNAL CONTROL TERHADAP PENCAPAIAN GOOD
UNIVERSITY GOVERNANCE (GUG)
ABSTRACT
The purpose of this study is to find out the influence of internal audit unit and internal control to reach good university governance. Based on conveniance sampling method, this study used a sample of 47 respondents who work as auditors in education institution’s governance was located in Jakarta and Bogor. This study used primary data with questionary. Data was analyzed multiple regression analysis with SPSS 21 processing. The result indicates that internal audit unit and internal control has an influence to reach good university governance. Internal Audit Unit and internal control gives positive effect to achieve Good University Governance (GUG).
Keywords: Internal Audit Unit, Internal Control, Good University Governance.
PENGARUH PERAN SATUAN PENGAWASAN INTERN (SPI) DAN PENERAPAN INTERNAL CONTROL TERHADAP PENCAPAIAN GOOD
UNIVERSITY GOVERNANCE (GUG)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peran satuan pengawasan internal dan penerapan internal control dalam upaya mewujudkan good university governance. Berdasarkan metode convenience sampling, penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 47 responden yang berprofesi sebagai auditor yang bekerja di satuan pengawasan internal pada perguruan tinggi yang berada di wilayah Jakarta dan Bogor. Penelitian ini menggunakan data primer dari kuesioner. Data dianalisis menggunakan analisis regresi berganda yang pengolahannya melalui SPSS 21. Hasil penelitian menunjukkan bahwa satuan pengawasan internal dan internal control berpengaruh terhadap pencapaian good university governance. Jadi dapat dikatakan bahwa satuan pengawasan internal dan internal control akan memberikan dampak positif dalam mewujudkan tata kelola perguruan tinggi yang baik.
Kata kunci: Satuan Pengawasan Intern, Internal Control, Good University Governance.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW, Sang teladan
yang selalu membimbing kita menuju kebenaran. Skripsi ini disusun dalam
rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan skripsi ini, terutama kepada:
1. Kepada Ayah dan Ibu tercinta, terima kasih atas segala dukungan, doa, kasih
sayang serta bantuan moril maupun material yang telah diberikan selama ini.
2. Kakakku tersayang Hendrio terima kasih atas doa dan dukungannya.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, LC., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.
4. Bapak Hepi Prayudiawan SE., MM., Ak selaku Pelaksana Tugas Jurusan
Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku dosen pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberi nasihat dan
bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, MBA., CPA selaku dosen pembimbing II
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberi nasihat,
memberikan semangat dan bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini.
7. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama
menempuh masa studi.
8. Sahabat-sahabat tersayang Dewi Indrawati, Eka Fitri Yanti, Dita Agustia
Pratiwi, dan Alifah Gandis Indrayanti. Terima kasih atas segala bantuan,
support, cerita, warna dan keceriaan yang selalu kalian berikan.
9. Keluarga Besar Daeng Tata terima kasih atas dukungan, kerjasama,
kekompakan, doa, kehangatan dan keceriaan kelas yang kalian berikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi masih jauh dari sempurna dikarenakan
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran, masukan dan kritik yang membangun dari berbagai
pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Maret 2015
Untari
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Pengesahan Skripsi ... ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... v
Daftar Riwayat Hidup ... vi
Abstract ... viii
Abstrak ... ix
Kata Pengantar ... x
Daftar Isi ... xii
Daftar Tabel ... xvi
Daftar Gambar ... xviii
Daftar Lampiran ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13
A. Tinjauan Literatur ... 13
1. Stewardship Theory ... 13
2. Tinjauan Umum Audit ... 14
3. Satuan Pengawasan Internal (SPI) ... 18
4. Internal Control ... 23
5. Good University Governance (GUG) ... 28
B. Hipotesis ... 32
C. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ... 37
D. Kerangka Pemikiran ... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 43
B. Metode Penentuan Sampel ... 43
C. Metode Pengumpulan Data ... 44
1. Teknik Pengumpulan Data ... 44
2. Sumber Data ... 44
D. Metode Analisis Data ... 45
1. Uji Statistik Deskriptif ... 45
2. Uji Kualitas Data ... 45
a. Uji Realibilitas ... 45
b. Uji Validitas ... 46
3. Uji Asumsi Klasik ... 47
a. Uji Multikolonieritas ... 47
b. Uji Normalitas ... 47
c. Uji Heteroskesdastisitas ... 48
4. Koefisien Determinasi ... 49
5. Hasil Uji Hipotesis ... 49
a. Pengujian dengan Regresi Berganda ... 49
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) 50 c. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 51
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 51
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 56
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 56
1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 56
2. Karateristik Profil Responden ... 58
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 61
1. Hasil Uji Statistik Deskripstif ... 61
2. Hasil Uji Kualitas Data ... 62
a. Hasil Uji Realibilitas ... 62
b. Hail Uji Validitas ... 63
3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 67
a. Hasil Uji Multikolonieritas ... 67
b. Hasil Uji Normalitas ... 68
c. Hasil Uji Heteroskesdastisitas ... 70
4. Hasil Uji Koefisien determinasi ... 72
5. Hasil Uji Hipotesis ... 73
a. Hasil Uji statistik t ... 73
b. Hasil Uji Statistik F ... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80
A. Kesimpulan ... 80
B. Saran ... 81
Daftar Pustaka ... 82
Lampiran-lampiran ... 85
Daftar Tabel
No Keterangan Halaman
2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ... 38
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 54
4.1 Data Sampel Penelitian ... 57
4.2 Data Distribusi Sampel Penelitian ... 57
4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58
4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ... 59
4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 59 4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 60
4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan ... 61
4.8 Hasil Uji Statistik Deskripsi ... 61
4.9 Hasil Uji Realibilitas ... 62
4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Satuan Pengawasan Internal ... 63
4.11 Hasil Uji Validitas Variabel Internal Control ... 65
4.12 Hasil Uji Validitas Variabel Good University Governance ... 66
4.13 Hasil Uji Multikolonieritas ... 67
4.14 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov-Smirnov ... 70
4.14 Hasil Uji Heteroskesdastisitas Menggunakan Uji Glejser ... 71
4.15 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 72
4.16 Hasil Uji Statistik t ... 73
4.17 Hasil Uji Statistik F ... 77
Daftar Gambar
No Keterangan Halaman
2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 41
4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ... 68
4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram ... 69
4.3 Hasil Uji Heteroskesdastisitas Menggunakan Grafik Scatterplot 71
Daftar Lampiran
No Keterangan Halaman
1 Surat Penelitan Skripsi ... 86
2 Kuesioner Penelitian ... 89
3 Jawaban Responden ... 99
4 Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ... 110
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting yang harus dirasakan
oleh setiap manusia. Perguruan tinggi merupakan salah satu institusi yang
berperan dalam praktik pendidikan. Institusi perguruan tinggi memiliki
keistimewaan dibanding institusi lain terletak pada fungsi dasarnya, yaitu
dalam hal pendidikan, pengajaran dan usaha penemuan atau inovasi (riset).
Fungsi-fungsi inilah yang kemudian mendefinisikan peranan perguruan tinggi
dalam masyarakat. Wacana yang kemudian sering mengemuka dalam
penyelenggaraan perguruan tinggi kemudian adalah mengenai academic
excellence dan manajemen perguruan tinggi, termasuk dalam hal pembiayaan.
Jawaban dari kedua wacana ini kemudian bergantung pada bagaimana
pemahaman suatu negara dalam penerapan good university governance
(Sukirman dan Sari, 2012).
Wijatno (2009:126) menyatakan bahwa pada dasarnya pendidikan tinggi
yang pada praktiknya dijalankan oleh institusi perguruan tinggi dimaksudkan
untuk dapat menjadi komunitas kaum intelektual suatu bangsa. Komunitas
intelektual ini kemudian diharapkan mampu mencetuskan pemikiran dan
inovasi dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh bangsa itu.
Untuk itu diperlukan konsep penyelenggaraan institusi perguruan tinggi yang
dianggap cukup ideal yang dikenal dengan Good University Governance
(GUG).
Good University Governance (GUG) merupakan turunan dari konsep tata
kepemerintahan yang lebih umum, yaitu Good Governance (Sudarmanto,
2011:2). Saat ini konsep Good University Governance (GUG) sedang
menjadi mainstream dalam penyelenggaraan perguruan tinggi. Menurut
Sukirman et. al (2012), dengan adanya tata kelola yang baik dalam
penyelenggaraan perguruan tinggi diharapkan perguruan tinggi mampu
menempatkan dirinya di tengah-tengah masyarakat, bangsa dan negara.
Wijatno (2009:370) menyatakan bahwa secara sederhana GUG dapat
dipandang sebagai penerapan prinsip-prinsip dasar good governance dalam
sistem dan proses pengelolaan institusi perguruan tinggi melalui berbagai
penyesuaian yang dilakukan berdasarkan nilai-nilai yang harus dijunjung
tinggi dalam penyelenggaraan perguruan tinggi secara khusus dan pendidikan
secara umum. Kewajiban penataan diri dengan menerapkan aspek good
governance akan menjadi salah satu tolok ukur utama bagi perguruan tinggi.
Pada dasarnya setiap perguruan tinggi memiliki karakteristik yang
berbeda dengan perusahaan pada umumnya. Namun demikian, terdapat juga
beberapa persamaan mendasar, di antaranya masalah pengelolaan dan
pertanggungjawaban kepada pemangku kepentingan, oleh karena itu,
penerapan good governance pada perguruan tinggi harus disesuaikan dengan
karakteristik khusus perguruan tinggi.
Menurut Wijatno (2009:370) terdapat lima prinsip Good University
Governance (GUG) yaitu, (1) transparansi, (2) akuntabilitas, (3)
responsibilitas, (4) independensi, dan (5) keadilan. Apabila
diimplementasikan secara ideal, konsep ini diharapkan dapat meminimalkan
terjadinya fraud serta meningkatkan kualitas perguruan tinggi.
Perguruan tinggi merupakan bagian dari Kementerian Pendidikan
Nasional. Melalui perguruan tinggi diharapkan dapat memberikan kontribusi
positif akan terciptanya Good Governance bagi Kementerian Pendidikan
Nasional. Dilihat dari beberapa kasus mengenai laporan keuangan
Kemendiknas yang diaudit oleh BPK, masih terdapat ketidaksesuaian dengan
standar dan peraturan yang berlaku serta banyak
penyimpangan-penyimpangan lain.
Pada tahun 2007 laporan keuangan kementrian pendidikan nasional
mendapat opini disclaimer dari BPK-RI, kemudian berturut-turut pada tahun
2008 dan 2009 mengalami peningkatan derajat opini menjadi Wajar Dengan
Pengecualian (WDP), pada tahun 2010 dan 2011 turun kembali menjadi
disclaimer, dan mengalami peningkatan lagi pada tahun 2012 dengan opini
Wajar Dengan Pengecualian (WDP).
Menurut data yang dirilis BPK, ada empat penyebab kementerian
Pendidikan Nasional memperoleh opini disclaimer yaitu penyajian laporan
keuangan yang tidak sesuai standar akuntansi pemerintah, data yang
disampaikan tidak lengkap dan akurat, adanya ketidaksesuaian dengan
peraturan perundangan, dan pengendalian internal yang lemah.
Banyak temuan yang diungkapkan oleh BPK diantaranya adanya
kebocoran anggaran, adanya tunjangan profesi dan tagihan beasiswa selama
2010 kurang dibayar, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang tidak
disetor ke kas negara, aset tetap tidak masuk inventarisasi dan reevaluasi,
adanya rekening liar milik kementerian ini sebanyak 43 rekening dengan
saldo per 31 Desember 2010, rekening tak berizin tersebut berasal dari tujuh
perguruan tinggi dan instansi pemerintah di lingkungan Kemendiknas. Untuk
perguruan tinggi seperti di Politeknik Negeri Semarang ditemukan sebanyak
dua rekening, Universitas Lampung satu rekening, Politeknik Negeri Jakarta
empat rekening, juga ada di Universitas Negeri Semarang tiga rekening,
Politeknik Negeri Ujung Pandang lima rekening, Politeknik Negeri Lampung
dua rekening. Dinas Pendidikan Provinsi Sulsel empat rekening, dan
Universitas Hasanuddin 22 rekening. Adapun, pada instansi pemerintah di
lingkungan Kemendiknas, BPK menemukan empat rekening liar milik Dinas
Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan.
Saldo rekening liar tersebut mencapai Rp3,95 miliar. Sebenarnya,
permasalahan yang ditemukan BPK kali ini bukanlah barang yang baru.
Sebelumnya BPK juga telah berulang kali menemukan hal serupa. Seperti
perjalanan dinas berindikasi fiktif dan tidak diyakini kebenarannya. Namun,
sayangnya hasil audit BPK tidak pernah ditindaklanjuti. Contohnya soal
rekening liar di Kemendiknas. Sampai kini, rekening itu tidak jelas
pertanggungjawabannya.
Menurut Puspitarini, Sukirman, dan Anisykurlillah (2013) hasil opini
audit BPK atas laporan keuangan Kemendikbud yang menghasilkan opini
Disclaimer bukan semata-mata disebabkan oleh rendahnya kualitas kinerja
dari Kemendikbud, melainkan karena satker-satker dibawahnya termasuk
perguruan tinggi. Dijelaskan lagi berdasarkan fenomena kasus diatas bahwa
terdapat rekening tak berizin sebanyak 43 rekening dengan saldo per 31
Desember 2010 sebesar Rp26 miliar yang berasal dari tujuh perguruan tinggi
dan instansi pemerintah di lingkungan Kemendiknas.
Selain itu, kasus korupsi juga ditemukan oleh BPK dalam
penyelidikannya pada tahun 2012, yakni terdapat 16 universitas negeri yang
terlibat kongkalikong anggaran antara Kementerian Pendidikan Nasional,
perusahaan Muhammad Nazaruddin dan anggota DPR. Hal ini terungkap dari
pengakuan mantan Direktur Keuangan PT Anugrah Nusantara yakni
Yulianis. PT Anugrah Nusantara merupakan perusahaan milik mantan
Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin.
Dari Berita Acara Pemeriksaan di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
terungkap fee yang diterima PT Anugrah dari 16 universitas tersebut, sebagai
berikut:
1. Universitas Sumatera Utara Rp 30 miliar
2. Universitas Negeri Malang Rp 40 miliar
3. Universitas Brawijaya Rp 30 miliar
4. Universitas Udayana Rp 30 miliar
5. Universitas Negeri Jambi Rp 30 miliar
6. Universitas Negeri Jakarta Rp 45 miliar
7. ITS Surabaya Robotika Rp 40 miliar dan Forensik Rp 15 miliar.
8. Universitas Sudirman Rp 30 miliar
9. Universitas Sriwijaya Rp 30 miliar
10.Universitas Tadulako Rp 30miliar
11.Universitas Cendana Rp 20 miliar
12.Universitas Patimura Rp 35 miliar
13.Universitas Papua Rp 30 miliar
14.Universitas 11 Maret Rp 40 miliar
15.Universitas Tirtayasa Rp 50 miliar
16.Universitas Institut Pertanian Bogor (IPB) Rp 40 miliar.
Berdasarkan kasus-kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan
perguruan tinggi di Indonesia masih belum maksimal. Hal ini berkaitan
dengan Satuan Pengawasan Intern (SPI) sebagai salah satu faktor yang
berkontribusi dalam mewujudkan tata kelola perguruan tinggi atau Good
University Governance(GUG).
Dalam upaya mewujudkan Good University Governance (GUG), setiap
institusi pendidikan memerlukan peran Satuan Pengawasan Intern (SPI) yang
bertugas meneliti dan mengevaluasi suatu sistem akuntansi serta menilai
kebijakan manajemen yang dilaksanakan. Satuan Pengawasan Intern (SPI)
merupakan salah satu satuan kerja yang menunjang terwujudnya Good
University Governance (GUG) yang pada saat ini telah berkembang menjadi
komponen utama dalam meningkatkan universitas secara efektif dan efisien.
Perguruan tinggi mampu memberikan kontribusi positif melalui
pengimplementasian lima prinsip Good University Governance (GUG) yang
dibantu oleh satker-satker, salah satunya adalah Satuan Pengawasan Intern
(SPI) yang dimiliki oleh perguruan tinggi.
Selain itu, sistem pengendalian internal atau internal control merupakan
unsur yang juga sangat penting dalam penerapan good governance. Sistem
pengendalian yang efektif dapat menjamin operasi perusahaan yang efektif
dan efisien serta dipatuhinya aturan-aturan internal perusahaan dan aturan
dari luar yang terkait dengan perusahaan sehingga dapat terciptanya
akuntabilitas (Gusnardi, 2008).
Oleh karena itu, pengendalian internal secara relatif dapat membantu
pencapaian target baik peningkatan kinerja perusahaan dan target keuntungan
serta kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan pelaksanaannya,
maupun terhindar dari kerusakan dan konsekuensi buruk lainnya. (Tim Studi
Penerapan Pengendalian Intern Pada Emiten dan Perusahaan Publik, 2006:20
dalam Anastasya 2012)
Menurut Panggabean (2011), pengendalian internal merupakan sebuah
sistem sedangkan satuan pengawasan intern adalah organ atau unit yang
menjalankannya. Peran Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan pengendalian
internal yang baik diharapkan membantu pimpinan unit kerja dalam mencapai
tujuan yaitu terwujudnya Good University Governance (GUG).
Penelitian mengenai keterkaitan peran Satuan Pengawasan Intern (SPI)
dengan Good University Governance (GUG) pernah dilakukan diantaranya
Puspitarini et.al (2013) yang meneliti tentang pengaruh Satuan Pengawasan
Intern (SPI) terhadap upaya mewujudkan Good University Governance
(GUG). Hasil penelitiannya bahwaauditor intern memiliki peran yang cukup
besar dalam upaya pencapaian Good University Governance dalam suatu
institusi pendidikan. Good University Governance merupakan konsep
pengelolaan yang dapat menunjang keberlangsungan usaha perguruan tinggi.
Penelitian juga dilakukan oleh Saptapradipta (2012) yang melakukan
penelitian mengenai pengaruh auditor internal dan internal control terhadap
pelaksanaan good governance. Dari hasil penelitiannya menerangkan bahwa
terdapat hubungan internal auditor dan internal contol terhadap pencapaian
good gonernance. Hal ini memberi keyakinan bahwa untuk menciptakan
good gonernance harus pula didukung dengan adanya internal control atau
pengawasan internalyang didalam hal ini, di lingkup perguruan tinggi.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh antara peran Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan internal
control terhadap pencapaian Good University Governance (GUG).
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Peran Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan Penerapan
Internal Control Terhadap Pencapaian Good University Governance (GUG)”.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Puspitarini, et al. (2013). Adapun perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya ialah terletak pada: variabel independen, ruang
lingkup penelitian dan metode analisis yang digunakan.
1. Variabel
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Puspitarini et.al (2013)
variabel yang digunakan adalah Satuan Pengawasan Intern (SPI) sebagai
variabel independen dan Good University Governance (GUG) sebagai
variabel dependen, sedangkan pada penelitian ini menambahkan satu
variabel independen yaitu internal control (pengendalian internal).
2. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian sebelumnya adalah perguruan tinggi se-Jawa
yang berstatus Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
PPK-BLU. Sedangkan dalam penelitian ini, ruang lingkup responden menjadi
perguruan tinggi di wilayah DKI Jakarta dan Bogor yang berstatus Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum PPK-BLU maupun
perguruan tinggi yang tidak berstatus PPK-BLU namun sudah memiliki
Satuan Pengawasan Intern (SPI).
3. Metode Analisis Data
Metode analisis data penelitian sebelumnya menggunankan metode
Pengukuran antar variabel dengan menggunakan analisis Structural
Equation Modeling (SEM) dengan metode alternatif Partial Least Square
(PLS). Sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode
analisis regresi berganda. Peneliti menggunakan metode ini dikarenakan
penelitian ini ingin mengetahui apakah terdapat pengaruh antara variabel
dependen yaitu Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan internal control
terhadap pencapaian Good University Governance (GUG).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang hendak
diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah peran Satuan Pengawasan Intern (SPI) berpengaruh terhadap
pencapaian Good University Governance (GUG?
2. Apakah penerapan internal control berpengaruh terhadap pencapaian
Good University Governance (GUG)?
3. Apakah peran Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan penerapan internal
control berpengaruh terhadap pencapaian Good University Governance
(GUG)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui pengaruh peran Satuan Pengawasan Intern (SPI)
terhadap pencapaian Good University Governance (GUG).
b. Mengetahui pengaruh penerapan internal control terhadap
pencapaian Good University Governance (GUG).
c. Mengetahui pengaruh peran Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan
penerapan internal control terhadap pencapaian Good University
Governance (GUG).
2. Manfaat Penelitian a. Kontribusi Teoritis
1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai
bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk
menambah ilmu pengetahuan.
2) Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang Good University
Governance (GUG) serta menambah pengetahuan akuntansi
khususnya auditing dan akuntansi keperilakuan dengan memberikan
bukti empiris tentang pengaruh Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan
internal control terhadap pencapaian Good University Governance
(GUG).
3) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang
akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
4) Penulis, sebagai penambah pengetahuan serta referensi mengenai
auditing, terutama mengenai Good University Governance (GUG)
sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis di masa yang
akan datang.
b. Kontribusi Praktisi
1) Perguruan tinggi, agar melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap
peran Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan penerapan internal control
di institusi masing-masing.
2) Auditor internal, agar melakukan evaluasi dan perbaikan dalam
menjalankan perannya untuk mewujudkan Good University
Governance (GUG).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur 1. Basis Teori
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tata laksana
(Stewardship theory). Teori ini memandang manajemen sebagai pihak
yang dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi
kepentingan publik pada umumnya maupun shareholders pada khususnya.
Implikasi teori Stewardship dalam penelitian ini adalah steward (dalam hal
ini adalah manajemen perguruan tinggi) akan bekerja sebaik-baiknya
untuk kepentingan prinsipal (masyarakat dan pemerintah). Mereka akan
membuat keputusan sebijak mungkin sebab menurut steward, memberikan
pelayanan yang maksimal kepada prinsipal merupakan pilihan yang bijak
untuk mencapai tujuan organisasi. Teori stewardship memiliki pandangan
yang berbeda, bahwa manajer akan berperilaku sebagai steward, dan
cenderung mengikuti keinginan prinsipal (Ardianto, 2009:1).
Teori stewardship mengasumsikan hubungan yang kuat antara
kesuksesan organisasi dengan kepuasan pemilik. Steward akan melindungi
dan memaksimalkan kekayaan organisasi dengan kinerja perusahaan,
sehingga dengan demikian fungsi utilitas akan maksimal. Asumsi penting
dari stewardship adalah manajer meluruskan tujuan sesuai dengan tujuan
pemilik. Namun demikian tidak berarti steward tidak mempunyai
kebutuhan hidup (Raharjo, 2007:39).
Menurut Anastasya (2012) didalam sebuah stewardship theory
dibutuhkan adanya seorang servant leaders. Servant Leadership adalah
sebuah pemahaman dimana pemimpin tidak hanya dipandang sebagai
sebuah posisi melainkan bagaimana mereka – the leaders, menjadi seorang
pelatih, melayani, dan memfasilitasi. Dalam pemahaman ini, melayani
disini dicontohkan dengan bagaimana seorang pemimpin itu berperilaku,
kemampuan para pemimpin untuk memiliki kemampuan atau power dan
secara langsung maupun tidak akan membentuk sebuah budaya organisasi.
2. Tinjauan Umum Audit a. Definisi Audit
Menurut Arens, Elder, Beasley, Jusuf (2011:4), definisi audit adalah
sebagai berikut :
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criterria. Auditing should be done by a competent and independent person”.
Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai
informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat keseuaian antara
informasi tersbut dan kriteria yang ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh
orang yang kompeten dan independen.
Sedangkan menurut Agoes (2013:4) pengertian auditing sebagai
berikut:
Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan
sitematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang
telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan
bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Berdasarkan definisi diatas, pengertian auditing adalah merupakan
proses pemeriksaan yang dimulai dengan pengumpulan dan
pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai
suatu entitas ekonomi yang dilakukan oleh seorang yang independen dan
kompeten dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan.
b. Jenis-jenis Audit
Menurut Agoes (2013:10) audit ditinjau berdasarkan luas
pemeriksaan dapat dibedakan menjadi:
1) General audit (pemeriksaan umum)
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh
KAP independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan Standar
Propesional Akuntan Publik atai ISA atau Panduan Audit Entitas
Bisnis Kecil dan memperhatikan Kode Etik Akuntan Indonesia, Kode
Etik Profesi Akuntan Publik serta Standar Pengendalian Mutu.
2) Special audit (pemeriksaan khusus)
Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang
dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya
auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan
keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada
pos masalah atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur
audit yang dilakukan juga terbatas.
Sedangkan dilihat dari jenis pemeriksaannya, audit dibedakan menjadi:
1) Management Audit (Operational Audit)
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi perusahaan, termasuk
kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan
oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut
sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.
Audit prosedur ini dilakukan mencakup:
a) Analitical review procedures, yaitu membandingkan laporan
keuangan periode berjalan dengan periode yang lalu, budget
dengan realisasinya serta analisis rasio (misalnya menghitung rasio
likuiditas, dan profitabilitas untuk tahun berjalan maupun tahun
lalu, dan membandingkannya dengan rasio industri)
b) Evaluasi atas management control system yang terdapat
diperusahaan. Tujuannya antara lain adalah untuk mengetahui
apakah terdapat sistem pengendalian manajemen dan pengendalian
intern (internal control) yang memadai dalam perusahaan, untuk
menjamin keamanan harta perusahaan, dapat dipercayainya data
keuangan dan mencegah terjadinya pemborosan dan kecurangan.
c) Compliance test (pengujian ketaatan), dilakukan untuk menilai
efektivitas dari pengendalian intern dan sistem pengendalian
manajemen dengan melakukan pemeriksaan secara sampling atas
bukti-bukti pembukuan, sehingga bisa diketahui apakah transaksi
bisnis perusahaan dan pencatatan akuntansinya sudah dilakukan
sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan menajemen
perusahaan.
2) Compliance Audit (Pemeriksaan Ketaatan)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan
sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang
berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan maupun
pihak ekstern perusahaan.
3) Internal Audit (Pemeriksaan Intern)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan,
baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan,
maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan.
4) Computer Audit.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh KAP terhadap perusahaan yang
memproses data akuntansinya dengan menggunakan EDP (Electronic
Data Processing) system.
3. Satuan Pengawasan Intern (SPI)
a. Definisi Satuan Pengawasan Intern (SPI)
Definisi menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional 2011 pasal
1, pengawasan internal adalah seluruh proses kegiatan audit, review,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi yang bertujuan untuk
mengendalikan kegiatan, mengamankan harta dan aset, terselenggaranya
laporan keuangan yang baik, meningkatkan efektivitas dan efisiensi, dan
mendeteksi secara dini terjadinya penyimpangan dan ketidakpatuhan
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.
Menurut BPK dalam Peraturan BPK tahun 2007 nomor 1, satuan
pengawasan intern adalah unit organisasi pada Badan Usaha Milik Negara
atau Badan Usaha Milik Daerah yang mempunyai tugas dan fungsi
melakukan pengawasan dalam lingkup kewenangannya. Fungsi
pengawasan dan pengendalian ini bertujuan untuk mendorong dipatuhinya
segala kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan. Fungsi
tersebut dilaksanakan melalui suatu pemeriksaan internal atau yang lebih
dikenal dengan audit internal.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa satuan
pengawasan intern merupakan fungsi staf yang melakukan penilaian secara
bebas atau tidak memihak dalam suatu organisasi untuk memeriksa dan
mengevaluasi seluruh aktivitas dan melaporkan hasil pekerjaannya
tersebut kepada manajemen sebagai suatu jasa pelayanan, dan bertanggung
jawab penuh kepada manajemen. Satuan Pengawasan Intern merupakan
unit organisasi yang dibentuk untuk membantu manajemen untuk
melakukan pengawasan dan pengendalian yang independen pada badan
usaha yang bersangkutan, disamping melakukan penilaian juga
mamberikan saran-saran dan perbaikan untuk meningkatkan nilai usaha.
b. Standar Profesional Audit Intern
Menurut Tugiman (1997:16), standar profesi audit internal meliputi:
1) Independensi atau kemandirian unit audit internal yang membuatnya
terpisah dari berbagai kegiatan yang diperiksa dan objektivitas para
pemeriksa internal. Suatu organisasi unit audit internal haruslah
memberikan keleluasaan untuk memenuhi atau menyelesaikan
tanggung jawab audit yang diberikan.
2) Keahlian dan penggunaan kemahiran profesional secara cermat dan
seksama para auditor internal. Kemampuan professional yang harus
dimiliki oleh auditor internal adalah sebaai berikut:
a) Personalia
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagian auditor internal,
yaitu:
1. Pimpinan audit harus menetapkan criteria pendidikan dan
pengalaman yang sesuai dalam mengisi jabatan di bagian
audit internal, dengan mempertimbangkan lingkup pekerjaan
dan tingkat tanggung jawabnya.
2. Harus diperoleh kepastian yang pantas dan masuk akal
tentang kualifikasi dan kemampuan setiap calon auditor.
b) Pengetahuan dan kecakapan
Auditor internal harus memiliki pengetahuan dan kecakapan
dalam melaksanakan audit di dalam organisasi. Misalnya
kemampuan dalam menerapkan standar audit, prosedur, dan
teknik-teknik audit.
c) Pengawasan
Kepala bagian audit internal bertanggung jawab melakukan
pengawasan audit yang pantas. Pengawasan merupakan suatu
proses yang berelanjutan, dimulai dengan perencanaan dan
diakhiri dengan kesimpulan hasil audit yang telah dilakukan.
Bagian audit internal harus memberikan kepastian bahwa
pelaksanaan pemeriksaan internal akan diawasi sebagaimana
mestinya.
3) Lingkup pekerjaan audit internal.
Ruang lingkup pemeriksaan intern menurut Tugiman
(1997:17), lingkup pekerjaan pemeriksaan internal harus meliputi
pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan serta efektivitas sistem
pengendalian internal yang dimiliki organisasi dan kualitas
pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. Lingkup pemeriksaan intern mencakup:
a) Keandalan informasi
Pemeriksaan internal haruslah memeriksa keandalan (reliabilitas
dan integritas) informasi keuangan dan pelaksanaan pekerjaan dan
cara-cara yang di pergunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,
mengklasifikasi, dan melaporkan suatu informasi tersebut.
b) Kesesuaian dengan kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan
peraturan perundang-undangan
c) Perlindungan tehadap harta
Pemeriksaan internal haruslah memeriksa alat atau cara yang di
pergunakan untuk melindungi harta atau aktiva dan bila dipandang
perlu, memverifikasi keberadaan berbagai harta organisasi.
d) Penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien
Pemeriksaan internal harus menilai keekonomisan dan efisiensi
penggunaan sumber daya yang ada.
4) Pelaksanaan tugas audit internal.
Kegiatan pemeriksaan harus meliputi perencanaan pemeriksaan,
pengujian dan pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil dan
menindaklanjuti (follow up). Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan
meliputi:
a) Perencanaan pemeriksaan
Perencanaan pemeriksaan internal harus didokumentasikan dan
harus meliputi :
1. Penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pekerjaan.
2. Memperoleh informasi dasar (background information)
tentang kegiatan yang akan diaudit.
3. Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan untuk
melaksanakan pemeriksaan.
4. Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu.
5. Melaksanakan survei secara tepat untuk lebih mengenali
kegiatan yang diperlukan, risiko-risiko, dan
pengawasan-pengawasan, untuk mengidentifikasi area yang ditekankan
dalam pemeriksaan, serta untuk memperoleh berbagai ulasan
dan sasaran dari pihak yang akan diperiksa.
6. Penulisan program pemeriksaan.
7. Menentukan bagaimana, kapan, dan kepada siapa hasil-hasil
pemeriksaan akan disampaikan.
8. Memperoleh persetujuan bagi rencana kerja pemeriksaan.
b) Pengujian dan pengevaluasian informasi
Internal auditor haruslah mengumpulkan, menganalisis,
menginterpretasi, dan membuktikan kebenaran informasi untuk
mendukung hasil pemeriksaan. Penyampaian hasil pemeriksaan
c) Tindak lanjut hasil pemeriksaan
Pemeriksaan internal harus terus menerus meninjau dan
melakukan tindak lanjut (follow up) untuk memastikan bahwa
terhadap temuan pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan
tindakan yang tepat
5) Manajemen unit audit internal.
Bahwa pimpinan audit internal harus mengelola bagian audit internal
secara tepat.Pimpinan audit internal harus :
1. Memiliki pernyataan tentang tujuan, kewenangan, dan tanggung
jawab untuk bagian audit internal.
2. Menetapkan rencana bagi pelaksanaan tanggung jawab bagian
audit internal.
3. Membuat berbagai kebijakan dan prosedur secara tertulis sebagai
pedoman bagi staf auditor.
4. Menetapkan suatu program untuk menyeleksi dan mengembangkan
sumber daya manusia pada bagian audit internal.
5. Mengkoordinasikan usaha atau kegiatan audit internal dengan
auditor eksternal.
6. Menetapkan dan mengembangkan program pengendalian mutu
untuk mengevaluasi berbagai kegiatan dari bagian audit internal.
4. Pengendalian Internal (Internal Control)
a. Definisi Pengendalian Internal
Menurut Committee of Sponsoring Organization (COSO)
sebagaimana yang dikutip oleh Tunggal (2013:70), mendefinisikan
pengendalian intern sebagai berikut:
”Internal control is process, affected by entility’s board of directors, management and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following categories: a) Effectiveness and efficiency of operations, b) reliability of financial reporting, c) compliance with applicable laws and regulations.”
Yang artinya pengendalian internal merupakan suatu proses yang
dipengaruhi oleh direksi organisasi, manajemen, dan personel lainnya,
yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai akan tercapainya
tujuan dalam kategori berikut: (a) Efektivitas dan efisiensi operasi; (b)
Keandalan pelaporan keuangan; (c) Ketaatan pada hukum dan peraturan
yang berlaku.
Sedangkan menurut IAPI yang dikutip dalam Agoes (2013:100)
mendefinisikan pengendalian internal sebagai suatu proses yang
dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, danpersonel lain entitas
yang di desain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian
tiga golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan pelaporan keuangan, (b)
efektifitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku.
Pengendalian internal yang berkualitas adalah pengendalian yang
efektif dan mengacu pada pencapaian dan sasaran organisasi atas
pengendalian yang dirancang. Efektivitas adalah ukuran keberhasilan
suatu kegiatan atau program yang dikaitkan dengan tujuan yang
ditetapkan.
b. Komponen-komponen Pengendalian Internal
Menurut Tunggal (2013:70), komponen-komponen dari
pengendalian Internal menurut COSO ada 5, yaitu:
1) Lingkungan pengendalian (Control Environment), komponen ini
memperlihatkan bahwa hal yang terkandung pada kontrol terutama
pada sistem akuntansi dan prosedur harus dijalankan.
Dalam Boynton, Johnson, dan Kell (2002) sejumlah factor membentuk
lingkungan pengendalian dalam suatu entitas yang diantaranya adalah:
a) Integritas dan nilai etika
b) Komitmen terhadap kompetensi
c) Dewan direksi dan komite audit
d) Filosofi dan gaya operasi manajemen
e) Struktur organisasi
f) Penetapan wewenang dan tanggung jawab
g) Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
2) Penetapan risiko (Risk Assesment), komponen ini pengidentifikasikan
dan menganalisis resiko yang dihadapi perusahaan dan bagaimana cara
mengelola resiko tersebut.
3) Aktivitas pengendalian, memastikan bahwa setiap transaksi telah
diotorisasi oleh yang berwenang, telah ada pemisahan fungsi,
dokumentasi dan pencatatan yang memadai, harta dan catatan telah
diamankan, dan pengecekan oleh pihak independent telah dilakukan
serta penilaian terhadap pencatatan telah dilaksanakan.
Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit laporan euangan
dapat dikategorikan dalam berbagai cara, salah satu cara adalah
sebagai berikut (Boynton et.al: 2002):
a) Adanya pemisahan tugas
b) Pengendalian pemrosesan informasi
c) Pengendalian fisik
d) Review kinerja
4) Pemrosesan Informasi dan Komunikasi (Information Processing and
Communication), pada komponen ini informasi diidentifikasi, diambil
dan diubah sepanjang waktu dan menyediakan formulir untuk
memperbolehkan karyawan mengubah tanggung jawabnya
5) Pemantauan (Monitoring), pada komponen ini berfungsi untuk
memastikan bahwa pengendalian internal telah berjalan dengan baik
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal adalah suatu
proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel
lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang
pencapaian tujuan organisasi yaitu: keandalan laporan keuangan,
efektivitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan berlaku.
c. Pentingnya Pengendalian Internal (Internal Control)
Selain manajemen perusahaan, pengendalian intern juga diperlukan
oleh auditor independen yang ditugaskan untuk memeriksa kewajaran
laporan keuangan serta kegiatan operasi perusahaan. Arti pentingnya
sistem pengendalian intern bagi manjemen dan auditor sudah lama diakui
oleh profesi akuntansi dan pengakuan tersebut semakin meluas dengan
alasan (Boynton, 2003:371):
a. Lingkup dan ukuran bisnis entitas telah menjadi sangat kompleks dan
tersebar luas sehingga manajemen harus bergantung pada sejumlah
laporan dan analisis untuk mengendalikan operasi secara efektif;
b. Pengujian dan penelaahan yang melekat dalam sistem pengendalian
internal yang baik menyediakan perlindungan terhadap kelemahan
manusia dan mengurangi kemungkinan terjadinya kekeliruan dan
ketidakberesan;
c. Tidak praktis bagi auditor untuk melakukan audit atas kebanyakan
perusahaan dengan pembatasan biaya ekonomi tanpa menguntungkan
pada sistem pengendalian internal.
Menurut Agoes (2004:79), pemahaman dan evaluasi atas
pengendalian intern merupakan bagian yang sangat penting bagi proses
pemeriksaan oleh akuntan publik, auditor harus mendokumentasikan
pemahamannya tentang komponen pengendalian intern entitas yang
diperoleh untuk merencanakan audit, karena baik buruknya pengendalian
intern akan memberikan pengaruh yang besar terhadap:
a. Keamanan harta perusahaan
b. Dapat dipercayai atau tidaknya laporan keuangan perusahaan
c. Lama atau cepatnya proses pemeriksaan akuntansi
d. Tinggi rendahnya audit fee
e. Jenis opini yang akan diberikan akuntan publik
5. Good University Governance (GUG)
a. Definisi Good University Governance (GUG)
United National Development Program (UNDP,1997)
mendefinisikan governance sebagai penggunaan wewenang ekonomi,
politik dan administrasi guna mengelola urusan-urusan negara pada semua
tingkat. Tata pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses dan
lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok masyarakat
mengutarakan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum, mematuhi
kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan diantara mereka.
Selanjutnya penambahan kata sifat good dalam governance bisa diartikan
sebagai tata pemerintahan yang baik atau positif.
Menurut Astuti (2010:3), ditinjau dari arti kata secara harfiah Good
Governance, maka good adalah baik, sedangkan governance adalah
pemerintahan, sehingga secara sederhana diartikan pemerintahan yang
baik yang bebas dari praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Sedangkan Good University Governance (GUG) menurut Wijatno
(2009:126), dapat dipandang sebagai penerapan prinsip-prinsip dasar
konsep “good governance” dalam sistem dan proses governance pada
institusi perguruan tinggi melalui berbagai penyesuaian yang dilakukan
berdasarkan nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi dalam penyelenggaraan
perguruan tinggi secara khusus dan pendidikan secara umum.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Good
University Governance (GUG ) merupakan bagian dari Good Governance
yang penyelenggaraannya di dunia pendidikan yaitu perguruan tinggi.
Good University Governance (GUG) merupakan suatu konsep yang
menerapkan prinsip-prinsip dasar Good Governance seperti transparansi,
akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan keadilan yang perlu
diterapkan oleh setiap perguruan tinggi untuk mewujudkan perguruan
tinggi yang berkualitas.
b. Prinsip-prinsip Good Governance
Prinsip-prinsip Good Governance menurut Wijatno (2009:370) adalah
sebagai berikut.
1) Transparansi (transparency)
Universitas harus dan dapat menerapkan prinsip keterbukaan di bidang
keuangan, sistem dan prosedur penerimaan mahasiswa baru, sistem
dan prosedur akuntansi, pelaporan keuangan, rekruitmen dosen dan
karyawan, pemilihan pejabat structural, pemilihan pengurus dan
informasi-informasi penting lainnya kepada pemangku kepentingan
secara memadai, akurat dan tepat waktu.
2) Akuntabilitas (accountability)
Universitas harus mempunyai uraian tugas dan tanggung jawab yang
jelas (secara tertulis) dari setiap pejabat struktural, anggota senat
fakultas/akademis, pengurus yayasan, dosen dan karyawan termasuk
juga kriteria dan proses pengukuran kinerja, pengawasan, dan
pelaporan. Harus ada audit internal yang tugasnya antara lain:
melakukan penilaian analisis dan interpretasi dari aktivitas suatu
organisasi secara independen. Pada dasarnya ruang lingkup audit
internal mencakup aspek kegiatan dalam organisasi dalam rangka
penilaian kinerja untuk tujuan mengevaluasi dan mengendalikan
aktivitas organisasi dapat dicapai dengan efisien dan efektif. Selain itu
ada baiknya juga dilakukan manajemen audit atau financial audit plus
oleh pihak ekstern yang independen.
3) Responsibilitas (responsibility)
Responsibility mencerminkan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan serta pelaksanaan tanggung jawab terhadap
masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan
usaha dalam jangka panjang. Setiap individu yang terlibat dalam
pengelolaan universitas harus bertanggung jawab atas tindakannya
sesuai dengan job description yang telah ditetapkan.
4) Independensi (independency)
Pihak yayasan dan pengelola universitas dalam melaksanakan peran
dan tanggung jawabnya harus bebas dari segalan benturan kepentingan
yang berpotensi untuk muncul. Hal ini diperlukan untuk memastikan
bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara independen, bebas
dari segala bentuk tekanan dari pihak lain, sehingga dapat dipastikan
bahwa keputusan itu dapat dibuat demi kepentingan universitas.
5) Keadilan (fairness)
Perlakuan yang adil dan berimbang kepada para pemangku
kepentingan yang terkait. Dalam hal ini, para pemangku kepentingan
terdiri atas mahasiswa, masyarakat, para dosen, dan karyawan non
akademis, serta pengurus yayasan.
c. Karakteristik Good Governance
Karakteristik untuk dapat dikatakan memenuhi kriteria good
governance adalah (BPKP, 2000: 29)
1) Participation, maksudnya setiap warga Negara mempunyai suara
dalam pembuatan keputusan.
2) Rule of Law, hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu.
3) Transparency, transparansi dibangun atas dasar arus informasi.
4) Responsiveness, lembaga dan proses hukum harus mencoba melayani
setiap stakeholders.
5) Consensus Orientation, sebagai perantara kepentingan yang berbeda
untuk memberikan pilihan terbaik bagi keputusan yang lebih luas.
6) Equity, semua warga Negara mempunyai kesempatan untuk menjaga
kesejahteraan masyarakat.
7) Effectiveness and effsiciency, lembaga harus menghasilkan sesuai
dengan tujuan semula
8) Accountability, para pembuat keputusan, baik dalam pemerintahan
sektor swasta dan masyarakat bertanggung jawab kepada publik dan
lembaga lain.
9) Strategic Vision, para pemimpin dan publik harus mempunyai
perspektik good governance.
B. Hipotesis
1. Peran Satuan Pengawasan Internal (SPI) terhadap pencapaian Good University Governance (GUG)
Good University Governance (GUG) merupakan penerapan prinsip
dari Good Governance yang diimplikasikan pada perguruan tinggi. Good
University Governance (GUG) merupakan langkah yang dapat menunjang
pencapaian kualitas suatu perguruan tinggi. Menurut Wijatno (2009:119),
pencapaian Good University Governance (GUG) dapat diukur melalui
beberapa indikator yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi dan keadilan. Pada prakteknya, keseluruhannya prinsip
tersebut harus diterapkan untuk mewujudkan suatu tata kelola universitas
yang baik.
Dalam upaya pencapaian Good Governance dalam hal ini Good
University Governance, perguruan tinggi memerlukan peran Satuan
Pengawasan Internal (SPI) (sektor pemerintah) yang bertugas meneliti dan
mengevaluasi suatu sistem akuntansi serta menilai kebijakan manajemen
yang dilaksanakan. SPI atau auditor internal merupakan salah satu profesi
yang menunjang tercapainya GUG yang dapat dilihat pada saat ini telah
berkembang menjadi komponen utama dalam meningkatkan universitas
secara efektif dan efisien yang berdasarkan atas prinsip Good Governance.
Peran SPI dalam pencapaian GUG diukur melalui lima indikator
yang diambil dari standar profesi audit internal. Kelima indikator tersebut
adalah independensi, kemampuan profesional, lingkup pekerjaan audit
intern, pelaksanaan kegiatan pemeriksaan, serta manajemen bagian audit
intern.
Berdasarkan penelitian oleh Puspitarini, et al. (2013) bahwa SPI
berpengaruh positif dalam pencapaian Good University Governance
(GUG). Artinya, semakin baik peran Satuan Pengawasan Intern (SPI)
maka semakin baik pula pencapaian Good University Governance (GUG).
Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari et al. (2012)
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara peran internal auditor
terhadap Good University Governance (GUG). Jadi dapat dikatakan bahwa
peningkatan peran auditor internal akan mempengaruhi tata kelola suatu
institusi pendidikan.
Dengan digunakannya standar profesi audit internal dalam mengukur
peran SPI, diharapkan tata kelola universitas yang baik atau GUG dapat
dicapai. Sehingga perguruan tinggi akan lebih transparan, akuntabel,
bertanggung jawab, independen, dan adil. Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa semakin baik peran Satuan Pengawasan Intern (SPI)
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya maka Good University
Governance (GUG) akan semakin cepat terwujud.
H1: Peran Satuan Pengawasan Intern (SPI) berpengaruh terhadap pencapaian Good University Governance (GUG).
2. Penerapan Internal control terhadap pencapaian Good University Governance (GUG)
Internal control atau pengendalian internal adalah suatu proses yang
dipengaruhi oleh direksi organisasi, manajemen, dan personel lainnya,
yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai akan tercapainya
tujuan dalam kategori berikut: (a) Efektivitas dan efisiensi operasi; (b)
Keandalan pelaporan keuangan; (c) Ketaatan pada hukum dan peraturan
yang berlaku.
Ketiga tujuan dalam pengendalian internal yaitu efektifitas dan
efisiensi kegiatan operasi, laporan keuangan yang andal, serta patuh
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku adalah cerminan dari
organisasi yang memiliki tata kelola yang baik, dalam hal ini adalah
universitas.
Pelaksanaan pengendalian internal salah satu faktor yang sangat
penting dalam menentukan seberapa baik aktivitas telah dilakukan untuk
mencapai tujuan strategis yang ingin dicapai. Pengendalian internal yang
baik menunjang tercapainya GUG yang diukur dengan 5 komponen
internal control yaitu lingkungan pengendalian, penetapan resiko, aktivitas
pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan.
Menurut Kresiadanti (2012), selain peran auditor internal diperlukan
juga internal control yang harus dibentuk bersamaan untuk menunjang
tercapainya good university governance. Hasil dari penelitian yang
dilakukan oleh Kresiadanti tersebut adalah bahwa terdapat hubungan
internal control terhadap akuntabilitas di Universitas Brawijaya akan lebih
efektif dan lebih baik untuk menuju tata kelola universitas yang baik,
untuk itu dibutuhkan kesinambungan baik dari rektorat maupun di tiap
fakultas.
Sejalan dengan Saptapradipta (2013) yang mengatakan bahwa
perancangan internal control di setiap lingkungan organisasi diharapkan
mampu memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya efisiensi
dan efektivitas operasi, kehandalan pertanggungjawaban, dan kepatuhan
terhadap hukum sehingga tata kelola pemerintahan yang baik dapat
terwujud.
Dengan penerapan komponen-komponen dari pengendalian internal
yang baik maka diharapkan tata kelola universitas yang baik akan tercapai
dengan lebih baik dan lebih efektif. Sehingga tercermin kegiatan yang
efektif dan efisien, laporan keuangan yang andal, serta patuh terhadap
hukum yang berlaku. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
internal control mendukung tercapainya GUG.
H2: Internal control berpengaruh terhadap pencapaian good university governance (GUG).
3. Peran Satuan Pengawasan Internal dan Penerapan Internal Control
terhadap pencapaian Good University Governannce (GUG)
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sukirman
et. al (2012) bahwa internal auditor atau SPI dianggap penting dalam
mewujudkan penciptaan Perguruan Tinggi yang mampu melaksanakan
perannya serta mampu mencegah terjadinya kecurangan (fraud) yang
terjadi di manajemen Perguruan Tinggi. Auditor internal dipandang
memiliki peran penting dalam upaya mewujudkan penciptaan Perguruan
Tinggi yang mampu memiliki pengelolaan yang baik (Good University
Governance). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Puspitarini et. al (2013) yang menyatakan bahwa SPI yang baik akan
mempercepat tercapainya good university governance. Semakin baik peran
SPI dalam melaksanakan tugas dan fungsinya maka good university
governance akan cepat terwujud.
Hasil peneltian mengenai internal control atau pengawasan internal
dilakukan oleh Saptapradipta (2013) yang menyatakan bahwa untuk
mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terdapat tiga
aspek, yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Pemeriksaan
(audit) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki
independensi dan memiliki kompetensi profesional untuk memeriksa
apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Keberadaan audit internal untuk menjalankan fungsi
pemeriksaan dapat mendorong terciptanya pelaksanaan tata kelola yang
baik (Mardiasmo, 2009 dalam Saptapradipta, 2013).
Perancangan internal control di setiap lingkungan organisasi
diharapkan mampu memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya
efisiensi dan efektivitas operasi, kehandalan pertanggungjawaban, dan
kepatuhan terhadap hukum sehingga tata kelola pemerintahan yang baik
dapat terwujud (Saptapradipta, 2013). Dengan demikian satuan
pengawasan internal (SPI) dan internal control yang baik akan mampu
mempercepat terwujudnya good university governance (GUG). Oleh
karena itu, dalam penelitian ini juga akan meneliti pengaruh antara
variabel satu dengan yang lainnya secara simultan. Dengan demikian
hipotesis ketiga adalah:
H3: Peran Satuan pengawasan intern (SPI) dan penerapan internal control berpengaruh terhadap pencapaian good university governance
(GUG)
C. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian terdahulu mengenai topik
yang berkaitan dengan penelitian ini dapat di lihat dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1
Metode Penelitian Hasil
Penelitian
Satuan Pengawasan Intern (SPI) berpengaruh positif dalam pencapaian Good University Governance (GUG).
2 Saptapradipta, Patricia (2013)
Pengaruh audit internal dan pengendalian internal terhadap pelaksanaan good governance (Studi Empiris pada Badan Layanan Umum Universitas Brawijaya
Auditor internal dan pengendalian internal berpengaruh terhadap pelaksanaan good governance pada Badan Layanan Umum Universitas Brawijaya Malang.
Bersambung pada halaman berikutnya.
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti (tahun)
Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil
Penelitian
Peran Internal Audit dalam Upaya mewujudkan Good signifikan antara peran auditor internal terhadap dan Good University Governance.
Dengan adanya kualitas yang baik maka keefektifan fungsi Satuan Pengawasan Intern sebagai aparatur pengawas audit internal dapat tercapai.
5 Mihaela, Dumitrascu & Savulescu Iulian (2012)
Internal Control and the Impact on Corporate Governance, in Romanian Listed Companies.
Internal control. Tidak terdapat variabel SPI dan lingkup penelitian.
Internal control mengarah pada pengjian wajar laporan keuangan dan meningkatkan kepercayaan para stakeholder dan auditor dapat meminimalisir resiko
pengendalian.
Bersambung pada halaman berikutnya.
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti (tahun)
Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil
Penelitian
Internal Controls In Ensuring Good Corporate Governance In Financial Institution.
Internal control Tidak terdapat variabel SPI dan lingkup penelitian.
Kegagalan untuk secara efektif menerapkan pengendalian internal memberikan dampak signifikan terhadap tata kelola perusahaan yang buruk.
Internal Auditing as An Effective Tool For Corporate Governance. control dan ruang lingkup penelitian.
Internal audior memainkan peran penting dalam menciptakan tata kelola yang efektif.
Dikutip dari berbagai sumber.
D. Kerangka Pemikiran
Menurut Abdul Hamid (2012) kerangka berpikir di definisikan sebagai
sintesadari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada
dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan
solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan.
Kerangka pemikiran dapat disajikan dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif,
dan atau gabungan keduanya.
Kerangka berpikir ini merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting. Adapun masalah-masalah yang dianggap penting
dalam penelitian ini adalah pengaruh Satuan Pengawasan Intern (SPI) dalam
upaya pencapaian Good University Governance (GUG).
Berdasarkan uraian diatas, gambaran menyeluruh penelitian ini yang
mengangkat penelitian mengenai pencapaian Good University Governance
(GUG). Berikut ini merupakan gambaran kerangka pemikiran dari penelitian
ini:
rsambung ke
Bersambung ke halaman selanjutnya.
Pengaruh peran Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan penerapan internal control terhadap pencapaian Good University Governance (GUG)
Adanya pelanggaran yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional dan kongkalikong anggaran yang melibatkan 16 universitas
negeri di Indonesia
Gambar 2.2 (Lanjutan)
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Adanya pelanggaran yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional dan kongkalikong anggaran yang melibatkan 16 universitas
negeri di Indonsia
Basis Teori: Stewadship Theory
Variabel Independen Variabel Dependen
Peran Satuan Pengawasan Intern
(SPI) Good University
Governance (GUG)
Metode Analisis: regresi berganda
Analisis dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran Internal Control
Pengelolaan perguruan tinggi di Indonesia masih belum maksimal karena internal control lemah sehingga diperlukan peran SPI
Populasi: SPI perguruan tinggi di Jakarta dan Bogor