• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh peran Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan penerapan internal control terhadap pencapaian Good University Governance (GUG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh peran Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan penerapan internal control terhadap pencapaian Good University Governance (GUG)"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERAN SATUAN PENGAWASAN INTERN (SPI) DAN PENERAPAN INTERNAL CONTROL TERHADAP PENCAPAIAN GOOD

UNIVERSITY GOVERNANCE (GUG)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh: Untari

NIM: 1110082000144

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Untari

2. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 14 Januari 1992

3. Alamat : Jl. H. Mawi Kp. Tajur Rt01/04 no.39 Desa Pemagarsari, Parung, Bogor

4. Nomor telepon : 0856 8182 408

5. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN

1. SD Negeri Tajur Tahun 1998-2004

2. SMP Negeri 1 Parung Tahun 2004-2007

3. SMA Negeri 1 Parung Tahun 2007-2010

4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010-2015

III. PENGALAMAN BERORGANISASI

1. Anggota Palang Merah Remaja SMPN 1 Parung Tahun 2004-2005 2. Future Leader Anti Corruuption (FLAC) Tahun 2012

IV. SEMINAR DAN WORKSHOP

1. Sebagai peserta dalam “Diksar Kopma, UIN Jakarta” 19-20 November 2010, Bogor.

2. Sebagai Peserta dalam forum diskusi “Syariah Dalam Perspektif Holistik”, 30 Desember 2010, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Sebagai Peserta dalam “Training of Hypnoteaching”, 7 Mei 2011, Aula Madya, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Sebagai Peserta dalam “Seminar Investasi Emas”, 11 Mie 2011, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

5. Sebagai Peserta dalam “Workshop Bisnis Asuransi”, 27 Mei 2011, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Sebagai Peserta dalam “Training of Public Speaking”, 11 Juni 2011, Aula Madya, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Sebagai peserta dalam ”Stadium General BEMJ IESP”, 28 Maret 2012, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Sebagai peserta dalam “Seminar Kebijakan Fiskal”, 4 Mei 2012, Kementrian Keuangan Kebijakan Fiskal, Jakarta.

9. Sebagai peserta dalam “Workshop Volunteer FLAC Indonesia”, 14 Oktober 2012, Jakarta.

V. KEPANITIAAN

1. Divisi Konsumsi dalam “Internal Accounting Competition 2010”, 29 Januari 2011, BEMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(8)

PENGARUH PERAN SATUAN PENGAWASAN INTERN (SPI) DAN PENERAPAN INTERNAL CONTROL TERHADAP PENCAPAIAN GOOD

UNIVERSITY GOVERNANCE (GUG)

ABSTRACT

The purpose of this study is to find out the influence of internal audit unit and internal control to reach good university governance. Based on conveniance sampling method, this study used a sample of 47 respondents who work as auditors in education institution’s governance was located in Jakarta and Bogor. This study used primary data with questionary. Data was analyzed multiple regression analysis with SPSS 21 processing. The result indicates that internal audit unit and internal control has an influence to reach good university governance. Internal Audit Unit and internal control gives positive effect to achieve Good University Governance (GUG).

Keywords: Internal Audit Unit, Internal Control, Good University Governance.

(9)

PENGARUH PERAN SATUAN PENGAWASAN INTERN (SPI) DAN PENERAPAN INTERNAL CONTROL TERHADAP PENCAPAIAN GOOD

UNIVERSITY GOVERNANCE (GUG)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peran satuan pengawasan internal dan penerapan internal control dalam upaya mewujudkan good university governance. Berdasarkan metode convenience sampling, penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 47 responden yang berprofesi sebagai auditor yang bekerja di satuan pengawasan internal pada perguruan tinggi yang berada di wilayah Jakarta dan Bogor. Penelitian ini menggunakan data primer dari kuesioner. Data dianalisis menggunakan analisis regresi berganda yang pengolahannya melalui SPSS 21. Hasil penelitian menunjukkan bahwa satuan pengawasan internal dan internal control berpengaruh terhadap pencapaian good university governance. Jadi dapat dikatakan bahwa satuan pengawasan internal dan internal control akan memberikan dampak positif dalam mewujudkan tata kelola perguruan tinggi yang baik.

Kata kunci: Satuan Pengawasan Intern, Internal Control, Good University Governance.

(10)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

Shalawat serta salam selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW, Sang teladan

yang selalu membimbing kita menuju kebenaran. Skripsi ini disusun dalam

rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan

penghargaan sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam

proses penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1. Kepada Ayah dan Ibu tercinta, terima kasih atas segala dukungan, doa, kasih

sayang serta bantuan moril maupun material yang telah diberikan selama ini.

2. Kakakku tersayang Hendrio terima kasih atas doa dan dukungannya.

3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, LC., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.

4. Bapak Hepi Prayudiawan SE., MM., Ak selaku Pelaksana Tugas Jurusan

Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku dosen pembimbing I yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberi nasihat dan

bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini.

(11)

6. Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, MBA., CPA selaku dosen pembimbing II

yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberi nasihat,

memberikan semangat dan bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini.

7. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama

menempuh masa studi.

8. Sahabat-sahabat tersayang Dewi Indrawati, Eka Fitri Yanti, Dita Agustia

Pratiwi, dan Alifah Gandis Indrayanti. Terima kasih atas segala bantuan,

support, cerita, warna dan keceriaan yang selalu kalian berikan.

9. Keluarga Besar Daeng Tata terima kasih atas dukungan, kerjasama,

kekompakan, doa, kehangatan dan keceriaan kelas yang kalian berikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi masih jauh dari sempurna dikarenakan

keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan saran, masukan dan kritik yang membangun dari berbagai

pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Maret 2015

Untari

(12)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan Skripsi ... ii

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... iii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iv

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... v

Daftar Riwayat Hidup ... vi

Abstract ... viii

Abstrak ... ix

Kata Pengantar ... x

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... xvi

Daftar Gambar ... xviii

Daftar Lampiran ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

(13)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Tinjauan Literatur ... 13

1. Stewardship Theory ... 13

2. Tinjauan Umum Audit ... 14

3. Satuan Pengawasan Internal (SPI) ... 18

4. Internal Control ... 23

5. Good University Governance (GUG) ... 28

B. Hipotesis ... 32

C. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ... 37

D. Kerangka Pemikiran ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 43

B. Metode Penentuan Sampel ... 43

C. Metode Pengumpulan Data ... 44

1. Teknik Pengumpulan Data ... 44

2. Sumber Data ... 44

D. Metode Analisis Data ... 45

1. Uji Statistik Deskriptif ... 45

2. Uji Kualitas Data ... 45

a. Uji Realibilitas ... 45

b. Uji Validitas ... 46

(14)

3. Uji Asumsi Klasik ... 47

a. Uji Multikolonieritas ... 47

b. Uji Normalitas ... 47

c. Uji Heteroskesdastisitas ... 48

4. Koefisien Determinasi ... 49

5. Hasil Uji Hipotesis ... 49

a. Pengujian dengan Regresi Berganda ... 49

b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) 50 c. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 51

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 51

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 56

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 56

2. Karateristik Profil Responden ... 58

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 61

1. Hasil Uji Statistik Deskripstif ... 61

2. Hasil Uji Kualitas Data ... 62

a. Hasil Uji Realibilitas ... 62

b. Hail Uji Validitas ... 63

3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 67

a. Hasil Uji Multikolonieritas ... 67

b. Hasil Uji Normalitas ... 68

c. Hasil Uji Heteroskesdastisitas ... 70

(15)

4. Hasil Uji Koefisien determinasi ... 72

5. Hasil Uji Hipotesis ... 73

a. Hasil Uji statistik t ... 73

b. Hasil Uji Statistik F ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

Daftar Pustaka ... 82

Lampiran-lampiran ... 85

(16)

Daftar Tabel

No Keterangan Halaman

2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ... 38

3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 54

4.1 Data Sampel Penelitian ... 57

4.2 Data Distribusi Sampel Penelitian ... 57

4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58

4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ... 59

4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 59 4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 60

4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan ... 61

4.8 Hasil Uji Statistik Deskripsi ... 61

4.9 Hasil Uji Realibilitas ... 62

4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Satuan Pengawasan Internal ... 63

4.11 Hasil Uji Validitas Variabel Internal Control ... 65

4.12 Hasil Uji Validitas Variabel Good University Governance ... 66

(17)

4.13 Hasil Uji Multikolonieritas ... 67

4.14 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov-Smirnov ... 70

4.14 Hasil Uji Heteroskesdastisitas Menggunakan Uji Glejser ... 71

4.15 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 72

4.16 Hasil Uji Statistik t ... 73

4.17 Hasil Uji Statistik F ... 77

(18)

Daftar Gambar

No Keterangan Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 41

4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ... 68

4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram ... 69

4.3 Hasil Uji Heteroskesdastisitas Menggunakan Grafik Scatterplot 71

(19)

Daftar Lampiran

No Keterangan Halaman

1 Surat Penelitan Skripsi ... 86

2 Kuesioner Penelitian ... 89

3 Jawaban Responden ... 99

4 Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ... 110

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting yang harus dirasakan

oleh setiap manusia. Perguruan tinggi merupakan salah satu institusi yang

berperan dalam praktik pendidikan. Institusi perguruan tinggi memiliki

keistimewaan dibanding institusi lain terletak pada fungsi dasarnya, yaitu

dalam hal pendidikan, pengajaran dan usaha penemuan atau inovasi (riset).

Fungsi-fungsi inilah yang kemudian mendefinisikan peranan perguruan tinggi

dalam masyarakat. Wacana yang kemudian sering mengemuka dalam

penyelenggaraan perguruan tinggi kemudian adalah mengenai academic

excellence dan manajemen perguruan tinggi, termasuk dalam hal pembiayaan.

Jawaban dari kedua wacana ini kemudian bergantung pada bagaimana

pemahaman suatu negara dalam penerapan good university governance

(Sukirman dan Sari, 2012).

Wijatno (2009:126) menyatakan bahwa pada dasarnya pendidikan tinggi

yang pada praktiknya dijalankan oleh institusi perguruan tinggi dimaksudkan

untuk dapat menjadi komunitas kaum intelektual suatu bangsa. Komunitas

intelektual ini kemudian diharapkan mampu mencetuskan pemikiran dan

inovasi dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh bangsa itu.

Untuk itu diperlukan konsep penyelenggaraan institusi perguruan tinggi yang

(21)

dianggap cukup ideal yang dikenal dengan Good University Governance

(GUG).

Good University Governance (GUG) merupakan turunan dari konsep tata

kepemerintahan yang lebih umum, yaitu Good Governance (Sudarmanto,

2011:2). Saat ini konsep Good University Governance (GUG) sedang

menjadi mainstream dalam penyelenggaraan perguruan tinggi. Menurut

Sukirman et. al (2012), dengan adanya tata kelola yang baik dalam

penyelenggaraan perguruan tinggi diharapkan perguruan tinggi mampu

menempatkan dirinya di tengah-tengah masyarakat, bangsa dan negara.

Wijatno (2009:370) menyatakan bahwa secara sederhana GUG dapat

dipandang sebagai penerapan prinsip-prinsip dasar good governance dalam

sistem dan proses pengelolaan institusi perguruan tinggi melalui berbagai

penyesuaian yang dilakukan berdasarkan nilai-nilai yang harus dijunjung

tinggi dalam penyelenggaraan perguruan tinggi secara khusus dan pendidikan

secara umum. Kewajiban penataan diri dengan menerapkan aspek good

governance akan menjadi salah satu tolok ukur utama bagi perguruan tinggi.

Pada dasarnya setiap perguruan tinggi memiliki karakteristik yang

berbeda dengan perusahaan pada umumnya. Namun demikian, terdapat juga

beberapa persamaan mendasar, di antaranya masalah pengelolaan dan

pertanggungjawaban kepada pemangku kepentingan, oleh karena itu,

penerapan good governance pada perguruan tinggi harus disesuaikan dengan

karakteristik khusus perguruan tinggi.

(22)

Menurut Wijatno (2009:370) terdapat lima prinsip Good University

Governance (GUG) yaitu, (1) transparansi, (2) akuntabilitas, (3)

responsibilitas, (4) independensi, dan (5) keadilan. Apabila

diimplementasikan secara ideal, konsep ini diharapkan dapat meminimalkan

terjadinya fraud serta meningkatkan kualitas perguruan tinggi.

Perguruan tinggi merupakan bagian dari Kementerian Pendidikan

Nasional. Melalui perguruan tinggi diharapkan dapat memberikan kontribusi

positif akan terciptanya Good Governance bagi Kementerian Pendidikan

Nasional. Dilihat dari beberapa kasus mengenai laporan keuangan

Kemendiknas yang diaudit oleh BPK, masih terdapat ketidaksesuaian dengan

standar dan peraturan yang berlaku serta banyak

penyimpangan-penyimpangan lain.

Pada tahun 2007 laporan keuangan kementrian pendidikan nasional

mendapat opini disclaimer dari BPK-RI, kemudian berturut-turut pada tahun

2008 dan 2009 mengalami peningkatan derajat opini menjadi Wajar Dengan

Pengecualian (WDP), pada tahun 2010 dan 2011 turun kembali menjadi

disclaimer, dan mengalami peningkatan lagi pada tahun 2012 dengan opini

Wajar Dengan Pengecualian (WDP).

Menurut data yang dirilis BPK, ada empat penyebab kementerian

Pendidikan Nasional memperoleh opini disclaimer yaitu penyajian laporan

keuangan yang tidak sesuai standar akuntansi pemerintah, data yang

disampaikan tidak lengkap dan akurat, adanya ketidaksesuaian dengan

peraturan perundangan, dan pengendalian internal yang lemah.

(23)

Banyak temuan yang diungkapkan oleh BPK diantaranya adanya

kebocoran anggaran, adanya tunjangan profesi dan tagihan beasiswa selama

2010 kurang dibayar, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang tidak

disetor ke kas negara, aset tetap tidak masuk inventarisasi dan reevaluasi,

adanya rekening liar milik kementerian ini sebanyak 43 rekening dengan

saldo per 31 Desember 2010, rekening tak berizin tersebut berasal dari tujuh

perguruan tinggi dan instansi pemerintah di lingkungan Kemendiknas. Untuk

perguruan tinggi seperti di Politeknik Negeri Semarang ditemukan sebanyak

dua rekening, Universitas Lampung satu rekening, Politeknik Negeri Jakarta

empat rekening, juga ada di Universitas Negeri Semarang tiga rekening,

Politeknik Negeri Ujung Pandang lima rekening, Politeknik Negeri Lampung

dua rekening. Dinas Pendidikan Provinsi Sulsel empat rekening, dan

Universitas Hasanuddin 22 rekening. Adapun, pada instansi pemerintah di

lingkungan Kemendiknas, BPK menemukan empat rekening liar milik Dinas

Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan.

Saldo rekening liar tersebut mencapai Rp3,95 miliar. Sebenarnya,

permasalahan yang ditemukan BPK kali ini bukanlah barang yang baru.

Sebelumnya BPK juga telah berulang kali menemukan hal serupa. Seperti

perjalanan dinas berindikasi fiktif dan tidak diyakini kebenarannya. Namun,

sayangnya hasil audit BPK tidak pernah ditindaklanjuti. Contohnya soal

rekening liar di Kemendiknas. Sampai kini, rekening itu tidak jelas

pertanggungjawabannya.

(24)

Menurut Puspitarini, Sukirman, dan Anisykurlillah (2013) hasil opini

audit BPK atas laporan keuangan Kemendikbud yang menghasilkan opini

Disclaimer bukan semata-mata disebabkan oleh rendahnya kualitas kinerja

dari Kemendikbud, melainkan karena satker-satker dibawahnya termasuk

perguruan tinggi. Dijelaskan lagi berdasarkan fenomena kasus diatas bahwa

terdapat rekening tak berizin sebanyak 43 rekening dengan saldo per 31

Desember 2010 sebesar Rp26 miliar yang berasal dari tujuh perguruan tinggi

dan instansi pemerintah di lingkungan Kemendiknas.

Selain itu, kasus korupsi juga ditemukan oleh BPK dalam

penyelidikannya pada tahun 2012, yakni terdapat 16 universitas negeri yang

terlibat kongkalikong anggaran antara Kementerian Pendidikan Nasional,

perusahaan Muhammad Nazaruddin dan anggota DPR. Hal ini terungkap dari

pengakuan mantan Direktur Keuangan PT Anugrah Nusantara yakni

Yulianis. PT Anugrah Nusantara merupakan perusahaan milik mantan

Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin.

Dari Berita Acara Pemeriksaan di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

terungkap fee yang diterima PT Anugrah dari 16 universitas tersebut, sebagai

berikut:

1. Universitas Sumatera Utara Rp 30 miliar

2. Universitas Negeri Malang Rp 40 miliar

3. Universitas Brawijaya Rp 30 miliar

4. Universitas Udayana Rp 30 miliar

5. Universitas Negeri Jambi Rp 30 miliar

(25)

6. Universitas Negeri Jakarta Rp 45 miliar

7. ITS Surabaya Robotika Rp 40 miliar dan Forensik Rp 15 miliar.

8. Universitas Sudirman Rp 30 miliar

9. Universitas Sriwijaya Rp 30 miliar

10.Universitas Tadulako Rp 30miliar

11.Universitas Cendana Rp 20 miliar

12.Universitas Patimura Rp 35 miliar

13.Universitas Papua Rp 30 miliar

14.Universitas 11 Maret Rp 40 miliar

15.Universitas Tirtayasa Rp 50 miliar

16.Universitas Institut Pertanian Bogor (IPB) Rp 40 miliar.

Berdasarkan kasus-kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan

perguruan tinggi di Indonesia masih belum maksimal. Hal ini berkaitan

dengan Satuan Pengawasan Intern (SPI) sebagai salah satu faktor yang

berkontribusi dalam mewujudkan tata kelola perguruan tinggi atau Good

University Governance(GUG).

Dalam upaya mewujudkan Good University Governance (GUG), setiap

institusi pendidikan memerlukan peran Satuan Pengawasan Intern (SPI) yang

bertugas meneliti dan mengevaluasi suatu sistem akuntansi serta menilai

kebijakan manajemen yang dilaksanakan. Satuan Pengawasan Intern (SPI)

merupakan salah satu satuan kerja yang menunjang terwujudnya Good

University Governance (GUG) yang pada saat ini telah berkembang menjadi

komponen utama dalam meningkatkan universitas secara efektif dan efisien.

(26)

Perguruan tinggi mampu memberikan kontribusi positif melalui

pengimplementasian lima prinsip Good University Governance (GUG) yang

dibantu oleh satker-satker, salah satunya adalah Satuan Pengawasan Intern

(SPI) yang dimiliki oleh perguruan tinggi.

Selain itu, sistem pengendalian internal atau internal control merupakan

unsur yang juga sangat penting dalam penerapan good governance. Sistem

pengendalian yang efektif dapat menjamin operasi perusahaan yang efektif

dan efisien serta dipatuhinya aturan-aturan internal perusahaan dan aturan

dari luar yang terkait dengan perusahaan sehingga dapat terciptanya

akuntabilitas (Gusnardi, 2008).

Oleh karena itu, pengendalian internal secara relatif dapat membantu

pencapaian target baik peningkatan kinerja perusahaan dan target keuntungan

serta kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan pelaksanaannya,

maupun terhindar dari kerusakan dan konsekuensi buruk lainnya. (Tim Studi

Penerapan Pengendalian Intern Pada Emiten dan Perusahaan Publik, 2006:20

dalam Anastasya 2012)

Menurut Panggabean (2011), pengendalian internal merupakan sebuah

sistem sedangkan satuan pengawasan intern adalah organ atau unit yang

menjalankannya. Peran Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan pengendalian

internal yang baik diharapkan membantu pimpinan unit kerja dalam mencapai

tujuan yaitu terwujudnya Good University Governance (GUG).

Penelitian mengenai keterkaitan peran Satuan Pengawasan Intern (SPI)

dengan Good University Governance (GUG) pernah dilakukan diantaranya

(27)

Puspitarini et.al (2013) yang meneliti tentang pengaruh Satuan Pengawasan

Intern (SPI) terhadap upaya mewujudkan Good University Governance

(GUG). Hasil penelitiannya bahwaauditor intern memiliki peran yang cukup

besar dalam upaya pencapaian Good University Governance dalam suatu

institusi pendidikan. Good University Governance merupakan konsep

pengelolaan yang dapat menunjang keberlangsungan usaha perguruan tinggi.

Penelitian juga dilakukan oleh Saptapradipta (2012) yang melakukan

penelitian mengenai pengaruh auditor internal dan internal control terhadap

pelaksanaan good governance. Dari hasil penelitiannya menerangkan bahwa

terdapat hubungan internal auditor dan internal contol terhadap pencapaian

good gonernance. Hal ini memberi keyakinan bahwa untuk menciptakan

good gonernance harus pula didukung dengan adanya internal control atau

pengawasan internalyang didalam hal ini, di lingkup perguruan tinggi.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah

terdapat pengaruh antara peran Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan internal

control terhadap pencapaian Good University Governance (GUG).

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Peran Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan Penerapan

Internal Control Terhadap Pencapaian Good University Governance (GUG)”.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Puspitarini, et al. (2013). Adapun perbedaan penelitian ini

(28)

dengan penelitian sebelumnya ialah terletak pada: variabel independen, ruang

lingkup penelitian dan metode analisis yang digunakan.

1. Variabel

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Puspitarini et.al (2013)

variabel yang digunakan adalah Satuan Pengawasan Intern (SPI) sebagai

variabel independen dan Good University Governance (GUG) sebagai

variabel dependen, sedangkan pada penelitian ini menambahkan satu

variabel independen yaitu internal control (pengendalian internal).

2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian sebelumnya adalah perguruan tinggi se-Jawa

yang berstatus Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

PPK-BLU. Sedangkan dalam penelitian ini, ruang lingkup responden menjadi

perguruan tinggi di wilayah DKI Jakarta dan Bogor yang berstatus Pola

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum PPK-BLU maupun

perguruan tinggi yang tidak berstatus PPK-BLU namun sudah memiliki

Satuan Pengawasan Intern (SPI).

3. Metode Analisis Data

Metode analisis data penelitian sebelumnya menggunankan metode

Pengukuran antar variabel dengan menggunakan analisis Structural

Equation Modeling (SEM) dengan metode alternatif Partial Least Square

(PLS). Sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode

analisis regresi berganda. Peneliti menggunakan metode ini dikarenakan

penelitian ini ingin mengetahui apakah terdapat pengaruh antara variabel

(29)

dependen yaitu Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan internal control

terhadap pencapaian Good University Governance (GUG).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang hendak

diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah peran Satuan Pengawasan Intern (SPI) berpengaruh terhadap

pencapaian Good University Governance (GUG?

2. Apakah penerapan internal control berpengaruh terhadap pencapaian

Good University Governance (GUG)?

3. Apakah peran Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan penerapan internal

control berpengaruh terhadap pencapaian Good University Governance

(GUG)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui pengaruh peran Satuan Pengawasan Intern (SPI)

terhadap pencapaian Good University Governance (GUG).

b. Mengetahui pengaruh penerapan internal control terhadap

pencapaian Good University Governance (GUG).

(30)

c. Mengetahui pengaruh peran Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan

penerapan internal control terhadap pencapaian Good University

Governance (GUG).

2. Manfaat Penelitian a. Kontribusi Teoritis

1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai

bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk

menambah ilmu pengetahuan.

2) Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang Good University

Governance (GUG) serta menambah pengetahuan akuntansi

khususnya auditing dan akuntansi keperilakuan dengan memberikan

bukti empiris tentang pengaruh Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan

internal control terhadap pencapaian Good University Governance

(GUG).

3) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang

akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.

4) Penulis, sebagai penambah pengetahuan serta referensi mengenai

auditing, terutama mengenai Good University Governance (GUG)

sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis di masa yang

akan datang.

(31)

b. Kontribusi Praktisi

1) Perguruan tinggi, agar melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap

peran Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan penerapan internal control

di institusi masing-masing.

2) Auditor internal, agar melakukan evaluasi dan perbaikan dalam

menjalankan perannya untuk mewujudkan Good University

Governance (GUG).

(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur 1. Basis Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tata laksana

(Stewardship theory). Teori ini memandang manajemen sebagai pihak

yang dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi

kepentingan publik pada umumnya maupun shareholders pada khususnya.

Implikasi teori Stewardship dalam penelitian ini adalah steward (dalam hal

ini adalah manajemen perguruan tinggi) akan bekerja sebaik-baiknya

untuk kepentingan prinsipal (masyarakat dan pemerintah). Mereka akan

membuat keputusan sebijak mungkin sebab menurut steward, memberikan

pelayanan yang maksimal kepada prinsipal merupakan pilihan yang bijak

untuk mencapai tujuan organisasi. Teori stewardship memiliki pandangan

yang berbeda, bahwa manajer akan berperilaku sebagai steward, dan

cenderung mengikuti keinginan prinsipal (Ardianto, 2009:1).

Teori stewardship mengasumsikan hubungan yang kuat antara

kesuksesan organisasi dengan kepuasan pemilik. Steward akan melindungi

dan memaksimalkan kekayaan organisasi dengan kinerja perusahaan,

sehingga dengan demikian fungsi utilitas akan maksimal. Asumsi penting

dari stewardship adalah manajer meluruskan tujuan sesuai dengan tujuan

(33)

pemilik. Namun demikian tidak berarti steward tidak mempunyai

kebutuhan hidup (Raharjo, 2007:39).

Menurut Anastasya (2012) didalam sebuah stewardship theory

dibutuhkan adanya seorang servant leaders. Servant Leadership adalah

sebuah pemahaman dimana pemimpin tidak hanya dipandang sebagai

sebuah posisi melainkan bagaimana mereka – the leaders, menjadi seorang

pelatih, melayani, dan memfasilitasi. Dalam pemahaman ini, melayani

disini dicontohkan dengan bagaimana seorang pemimpin itu berperilaku,

kemampuan para pemimpin untuk memiliki kemampuan atau power dan

secara langsung maupun tidak akan membentuk sebuah budaya organisasi.

2. Tinjauan Umum Audit a. Definisi Audit

Menurut Arens, Elder, Beasley, Jusuf (2011:4), definisi audit adalah

sebagai berikut :

Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criterria. Auditing should be done by a competent and independent person”.

Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai

informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat keseuaian antara

informasi tersbut dan kriteria yang ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh

orang yang kompeten dan independen.

Sedangkan menurut Agoes (2013:4) pengertian auditing sebagai

berikut:

(34)

Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan

sitematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang

telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan

bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan

pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Berdasarkan definisi diatas, pengertian auditing adalah merupakan

proses pemeriksaan yang dimulai dengan pengumpulan dan

pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai

suatu entitas ekonomi yang dilakukan oleh seorang yang independen dan

kompeten dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran

laporan keuangan.

b. Jenis-jenis Audit

Menurut Agoes (2013:10) audit ditinjau berdasarkan luas

pemeriksaan dapat dibedakan menjadi:

1) General audit (pemeriksaan umum)

Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh

KAP independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.

Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan Standar

Propesional Akuntan Publik atai ISA atau Panduan Audit Entitas

Bisnis Kecil dan memperhatikan Kode Etik Akuntan Indonesia, Kode

Etik Profesi Akuntan Publik serta Standar Pengendalian Mutu.

(35)

2) Special audit (pemeriksaan khusus)

Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang

dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya

auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan

keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada

pos masalah atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur

audit yang dilakukan juga terbatas.

Sedangkan dilihat dari jenis pemeriksaannya, audit dibedakan menjadi:

1) Management Audit (Operational Audit)

Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi perusahaan, termasuk

kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan

oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut

sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.

Audit prosedur ini dilakukan mencakup:

a) Analitical review procedures, yaitu membandingkan laporan

keuangan periode berjalan dengan periode yang lalu, budget

dengan realisasinya serta analisis rasio (misalnya menghitung rasio

likuiditas, dan profitabilitas untuk tahun berjalan maupun tahun

lalu, dan membandingkannya dengan rasio industri)

b) Evaluasi atas management control system yang terdapat

diperusahaan. Tujuannya antara lain adalah untuk mengetahui

apakah terdapat sistem pengendalian manajemen dan pengendalian

(36)

intern (internal control) yang memadai dalam perusahaan, untuk

menjamin keamanan harta perusahaan, dapat dipercayainya data

keuangan dan mencegah terjadinya pemborosan dan kecurangan.

c) Compliance test (pengujian ketaatan), dilakukan untuk menilai

efektivitas dari pengendalian intern dan sistem pengendalian

manajemen dengan melakukan pemeriksaan secara sampling atas

bukti-bukti pembukuan, sehingga bisa diketahui apakah transaksi

bisnis perusahaan dan pencatatan akuntansinya sudah dilakukan

sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan menajemen

perusahaan.

2) Compliance Audit (Pemeriksaan Ketaatan)

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan

sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang

berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan maupun

pihak ekstern perusahaan.

3) Internal Audit (Pemeriksaan Intern)

Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan,

baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan,

maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan.

4) Computer Audit.

Pemeriksaan yang dilakukan oleh KAP terhadap perusahaan yang

memproses data akuntansinya dengan menggunakan EDP (Electronic

Data Processing) system.

(37)

3. Satuan Pengawasan Intern (SPI)

a. Definisi Satuan Pengawasan Intern (SPI)

Definisi menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional 2011 pasal

1, pengawasan internal adalah seluruh proses kegiatan audit, review,

evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap

penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi yang bertujuan untuk

mengendalikan kegiatan, mengamankan harta dan aset, terselenggaranya

laporan keuangan yang baik, meningkatkan efektivitas dan efisiensi, dan

mendeteksi secara dini terjadinya penyimpangan dan ketidakpatuhan

terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menurut BPK dalam Peraturan BPK tahun 2007 nomor 1, satuan

pengawasan intern adalah unit organisasi pada Badan Usaha Milik Negara

atau Badan Usaha Milik Daerah yang mempunyai tugas dan fungsi

melakukan pengawasan dalam lingkup kewenangannya. Fungsi

pengawasan dan pengendalian ini bertujuan untuk mendorong dipatuhinya

segala kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan. Fungsi

tersebut dilaksanakan melalui suatu pemeriksaan internal atau yang lebih

dikenal dengan audit internal.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa satuan

pengawasan intern merupakan fungsi staf yang melakukan penilaian secara

bebas atau tidak memihak dalam suatu organisasi untuk memeriksa dan

mengevaluasi seluruh aktivitas dan melaporkan hasil pekerjaannya

tersebut kepada manajemen sebagai suatu jasa pelayanan, dan bertanggung

(38)

jawab penuh kepada manajemen. Satuan Pengawasan Intern merupakan

unit organisasi yang dibentuk untuk membantu manajemen untuk

melakukan pengawasan dan pengendalian yang independen pada badan

usaha yang bersangkutan, disamping melakukan penilaian juga

mamberikan saran-saran dan perbaikan untuk meningkatkan nilai usaha.

b. Standar Profesional Audit Intern

Menurut Tugiman (1997:16), standar profesi audit internal meliputi:

1) Independensi atau kemandirian unit audit internal yang membuatnya

terpisah dari berbagai kegiatan yang diperiksa dan objektivitas para

pemeriksa internal. Suatu organisasi unit audit internal haruslah

memberikan keleluasaan untuk memenuhi atau menyelesaikan

tanggung jawab audit yang diberikan.

2) Keahlian dan penggunaan kemahiran profesional secara cermat dan

seksama para auditor internal. Kemampuan professional yang harus

dimiliki oleh auditor internal adalah sebaai berikut:

a) Personalia

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagian auditor internal,

yaitu:

1. Pimpinan audit harus menetapkan criteria pendidikan dan

pengalaman yang sesuai dalam mengisi jabatan di bagian

audit internal, dengan mempertimbangkan lingkup pekerjaan

dan tingkat tanggung jawabnya.

(39)

2. Harus diperoleh kepastian yang pantas dan masuk akal

tentang kualifikasi dan kemampuan setiap calon auditor.

b) Pengetahuan dan kecakapan

Auditor internal harus memiliki pengetahuan dan kecakapan

dalam melaksanakan audit di dalam organisasi. Misalnya

kemampuan dalam menerapkan standar audit, prosedur, dan

teknik-teknik audit.

c) Pengawasan

Kepala bagian audit internal bertanggung jawab melakukan

pengawasan audit yang pantas. Pengawasan merupakan suatu

proses yang berelanjutan, dimulai dengan perencanaan dan

diakhiri dengan kesimpulan hasil audit yang telah dilakukan.

Bagian audit internal harus memberikan kepastian bahwa

pelaksanaan pemeriksaan internal akan diawasi sebagaimana

mestinya.

3) Lingkup pekerjaan audit internal.

Ruang lingkup pemeriksaan intern menurut Tugiman

(1997:17), lingkup pekerjaan pemeriksaan internal harus meliputi

pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan serta efektivitas sistem

pengendalian internal yang dimiliki organisasi dan kualitas

pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. Lingkup pemeriksaan intern mencakup:

(40)

a) Keandalan informasi

Pemeriksaan internal haruslah memeriksa keandalan (reliabilitas

dan integritas) informasi keuangan dan pelaksanaan pekerjaan dan

cara-cara yang di pergunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,

mengklasifikasi, dan melaporkan suatu informasi tersebut.

b) Kesesuaian dengan kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan

peraturan perundang-undangan

c) Perlindungan tehadap harta

Pemeriksaan internal haruslah memeriksa alat atau cara yang di

pergunakan untuk melindungi harta atau aktiva dan bila dipandang

perlu, memverifikasi keberadaan berbagai harta organisasi.

d) Penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien

Pemeriksaan internal harus menilai keekonomisan dan efisiensi

penggunaan sumber daya yang ada.

4) Pelaksanaan tugas audit internal.

Kegiatan pemeriksaan harus meliputi perencanaan pemeriksaan,

pengujian dan pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil dan

menindaklanjuti (follow up). Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan

meliputi:

a) Perencanaan pemeriksaan

Perencanaan pemeriksaan internal harus didokumentasikan dan

harus meliputi :

1. Penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pekerjaan.

(41)

2. Memperoleh informasi dasar (background information)

tentang kegiatan yang akan diaudit.

3. Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan untuk

melaksanakan pemeriksaan.

4. Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu.

5. Melaksanakan survei secara tepat untuk lebih mengenali

kegiatan yang diperlukan, risiko-risiko, dan

pengawasan-pengawasan, untuk mengidentifikasi area yang ditekankan

dalam pemeriksaan, serta untuk memperoleh berbagai ulasan

dan sasaran dari pihak yang akan diperiksa.

6. Penulisan program pemeriksaan.

7. Menentukan bagaimana, kapan, dan kepada siapa hasil-hasil

pemeriksaan akan disampaikan.

8. Memperoleh persetujuan bagi rencana kerja pemeriksaan.

b) Pengujian dan pengevaluasian informasi

Internal auditor haruslah mengumpulkan, menganalisis,

menginterpretasi, dan membuktikan kebenaran informasi untuk

mendukung hasil pemeriksaan. Penyampaian hasil pemeriksaan

c) Tindak lanjut hasil pemeriksaan

Pemeriksaan internal harus terus menerus meninjau dan

melakukan tindak lanjut (follow up) untuk memastikan bahwa

terhadap temuan pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan

tindakan yang tepat

(42)

5) Manajemen unit audit internal.

Bahwa pimpinan audit internal harus mengelola bagian audit internal

secara tepat.Pimpinan audit internal harus :

1. Memiliki pernyataan tentang tujuan, kewenangan, dan tanggung

jawab untuk bagian audit internal.

2. Menetapkan rencana bagi pelaksanaan tanggung jawab bagian

audit internal.

3. Membuat berbagai kebijakan dan prosedur secara tertulis sebagai

pedoman bagi staf auditor.

4. Menetapkan suatu program untuk menyeleksi dan mengembangkan

sumber daya manusia pada bagian audit internal.

5. Mengkoordinasikan usaha atau kegiatan audit internal dengan

auditor eksternal.

6. Menetapkan dan mengembangkan program pengendalian mutu

untuk mengevaluasi berbagai kegiatan dari bagian audit internal.

4. Pengendalian Internal (Internal Control)

a. Definisi Pengendalian Internal

Menurut Committee of Sponsoring Organization (COSO)

sebagaimana yang dikutip oleh Tunggal (2013:70), mendefinisikan

pengendalian intern sebagai berikut:

”Internal control is process, affected by entility’s board of directors, management and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following categories: a) Effectiveness and efficiency of operations, b) reliability of financial reporting, c) compliance with applicable laws and regulations.”

(43)

Yang artinya pengendalian internal merupakan suatu proses yang

dipengaruhi oleh direksi organisasi, manajemen, dan personel lainnya,

yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai akan tercapainya

tujuan dalam kategori berikut: (a) Efektivitas dan efisiensi operasi; (b)

Keandalan pelaporan keuangan; (c) Ketaatan pada hukum dan peraturan

yang berlaku.

Sedangkan menurut IAPI yang dikutip dalam Agoes (2013:100)

mendefinisikan pengendalian internal sebagai suatu proses yang

dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, danpersonel lain entitas

yang di desain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian

tiga golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan pelaporan keuangan, (b)

efektifitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan

peraturan yang berlaku.

Pengendalian internal yang berkualitas adalah pengendalian yang

efektif dan mengacu pada pencapaian dan sasaran organisasi atas

pengendalian yang dirancang. Efektivitas adalah ukuran keberhasilan

suatu kegiatan atau program yang dikaitkan dengan tujuan yang

ditetapkan.

b. Komponen-komponen Pengendalian Internal

Menurut Tunggal (2013:70), komponen-komponen dari

pengendalian Internal menurut COSO ada 5, yaitu:

(44)

1) Lingkungan pengendalian (Control Environment), komponen ini

memperlihatkan bahwa hal yang terkandung pada kontrol terutama

pada sistem akuntansi dan prosedur harus dijalankan.

Dalam Boynton, Johnson, dan Kell (2002) sejumlah factor membentuk

lingkungan pengendalian dalam suatu entitas yang diantaranya adalah:

a) Integritas dan nilai etika

b) Komitmen terhadap kompetensi

c) Dewan direksi dan komite audit

d) Filosofi dan gaya operasi manajemen

e) Struktur organisasi

f) Penetapan wewenang dan tanggung jawab

g) Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

2) Penetapan risiko (Risk Assesment), komponen ini pengidentifikasikan

dan menganalisis resiko yang dihadapi perusahaan dan bagaimana cara

mengelola resiko tersebut.

3) Aktivitas pengendalian, memastikan bahwa setiap transaksi telah

diotorisasi oleh yang berwenang, telah ada pemisahan fungsi,

dokumentasi dan pencatatan yang memadai, harta dan catatan telah

diamankan, dan pengecekan oleh pihak independent telah dilakukan

serta penilaian terhadap pencatatan telah dilaksanakan.

Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit laporan euangan

dapat dikategorikan dalam berbagai cara, salah satu cara adalah

sebagai berikut (Boynton et.al: 2002):

(45)

a) Adanya pemisahan tugas

b) Pengendalian pemrosesan informasi

c) Pengendalian fisik

d) Review kinerja

4) Pemrosesan Informasi dan Komunikasi (Information Processing and

Communication), pada komponen ini informasi diidentifikasi, diambil

dan diubah sepanjang waktu dan menyediakan formulir untuk

memperbolehkan karyawan mengubah tanggung jawabnya

5) Pemantauan (Monitoring), pada komponen ini berfungsi untuk

memastikan bahwa pengendalian internal telah berjalan dengan baik

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal adalah suatu

proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel

lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang

pencapaian tujuan organisasi yaitu: keandalan laporan keuangan,

efektivitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan

peraturan berlaku.

c. Pentingnya Pengendalian Internal (Internal Control)

Selain manajemen perusahaan, pengendalian intern juga diperlukan

oleh auditor independen yang ditugaskan untuk memeriksa kewajaran

laporan keuangan serta kegiatan operasi perusahaan. Arti pentingnya

sistem pengendalian intern bagi manjemen dan auditor sudah lama diakui

oleh profesi akuntansi dan pengakuan tersebut semakin meluas dengan

alasan (Boynton, 2003:371):

(46)

a. Lingkup dan ukuran bisnis entitas telah menjadi sangat kompleks dan

tersebar luas sehingga manajemen harus bergantung pada sejumlah

laporan dan analisis untuk mengendalikan operasi secara efektif;

b. Pengujian dan penelaahan yang melekat dalam sistem pengendalian

internal yang baik menyediakan perlindungan terhadap kelemahan

manusia dan mengurangi kemungkinan terjadinya kekeliruan dan

ketidakberesan;

c. Tidak praktis bagi auditor untuk melakukan audit atas kebanyakan

perusahaan dengan pembatasan biaya ekonomi tanpa menguntungkan

pada sistem pengendalian internal.

Menurut Agoes (2004:79), pemahaman dan evaluasi atas

pengendalian intern merupakan bagian yang sangat penting bagi proses

pemeriksaan oleh akuntan publik, auditor harus mendokumentasikan

pemahamannya tentang komponen pengendalian intern entitas yang

diperoleh untuk merencanakan audit, karena baik buruknya pengendalian

intern akan memberikan pengaruh yang besar terhadap:

a. Keamanan harta perusahaan

b. Dapat dipercayai atau tidaknya laporan keuangan perusahaan

c. Lama atau cepatnya proses pemeriksaan akuntansi

d. Tinggi rendahnya audit fee

e. Jenis opini yang akan diberikan akuntan publik

(47)

5. Good University Governance (GUG)

a. Definisi Good University Governance (GUG)

United National Development Program (UNDP,1997)

mendefinisikan governance sebagai penggunaan wewenang ekonomi,

politik dan administrasi guna mengelola urusan-urusan negara pada semua

tingkat. Tata pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses dan

lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok masyarakat

mengutarakan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum, mematuhi

kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan diantara mereka.

Selanjutnya penambahan kata sifat good dalam governance bisa diartikan

sebagai tata pemerintahan yang baik atau positif.

Menurut Astuti (2010:3), ditinjau dari arti kata secara harfiah Good

Governance, maka good adalah baik, sedangkan governance adalah

pemerintahan, sehingga secara sederhana diartikan pemerintahan yang

baik yang bebas dari praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Sedangkan Good University Governance (GUG) menurut Wijatno

(2009:126), dapat dipandang sebagai penerapan prinsip-prinsip dasar

konsep “good governance” dalam sistem dan proses governance pada

institusi perguruan tinggi melalui berbagai penyesuaian yang dilakukan

berdasarkan nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi dalam penyelenggaraan

perguruan tinggi secara khusus dan pendidikan secara umum.

(48)

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Good

University Governance (GUG ) merupakan bagian dari Good Governance

yang penyelenggaraannya di dunia pendidikan yaitu perguruan tinggi.

Good University Governance (GUG) merupakan suatu konsep yang

menerapkan prinsip-prinsip dasar Good Governance seperti transparansi,

akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan keadilan yang perlu

diterapkan oleh setiap perguruan tinggi untuk mewujudkan perguruan

tinggi yang berkualitas.

b. Prinsip-prinsip Good Governance

Prinsip-prinsip Good Governance menurut Wijatno (2009:370) adalah

sebagai berikut.

1) Transparansi (transparency)

Universitas harus dan dapat menerapkan prinsip keterbukaan di bidang

keuangan, sistem dan prosedur penerimaan mahasiswa baru, sistem

dan prosedur akuntansi, pelaporan keuangan, rekruitmen dosen dan

karyawan, pemilihan pejabat structural, pemilihan pengurus dan

informasi-informasi penting lainnya kepada pemangku kepentingan

secara memadai, akurat dan tepat waktu.

2) Akuntabilitas (accountability)

Universitas harus mempunyai uraian tugas dan tanggung jawab yang

jelas (secara tertulis) dari setiap pejabat struktural, anggota senat

fakultas/akademis, pengurus yayasan, dosen dan karyawan termasuk

juga kriteria dan proses pengukuran kinerja, pengawasan, dan

(49)

pelaporan. Harus ada audit internal yang tugasnya antara lain:

melakukan penilaian analisis dan interpretasi dari aktivitas suatu

organisasi secara independen. Pada dasarnya ruang lingkup audit

internal mencakup aspek kegiatan dalam organisasi dalam rangka

penilaian kinerja untuk tujuan mengevaluasi dan mengendalikan

aktivitas organisasi dapat dicapai dengan efisien dan efektif. Selain itu

ada baiknya juga dilakukan manajemen audit atau financial audit plus

oleh pihak ekstern yang independen.

3) Responsibilitas (responsibility)

Responsibility mencerminkan kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan serta pelaksanaan tanggung jawab terhadap

masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan

usaha dalam jangka panjang. Setiap individu yang terlibat dalam

pengelolaan universitas harus bertanggung jawab atas tindakannya

sesuai dengan job description yang telah ditetapkan.

4) Independensi (independency)

Pihak yayasan dan pengelola universitas dalam melaksanakan peran

dan tanggung jawabnya harus bebas dari segalan benturan kepentingan

yang berpotensi untuk muncul. Hal ini diperlukan untuk memastikan

bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara independen, bebas

dari segala bentuk tekanan dari pihak lain, sehingga dapat dipastikan

bahwa keputusan itu dapat dibuat demi kepentingan universitas.

(50)

5) Keadilan (fairness)

Perlakuan yang adil dan berimbang kepada para pemangku

kepentingan yang terkait. Dalam hal ini, para pemangku kepentingan

terdiri atas mahasiswa, masyarakat, para dosen, dan karyawan non

akademis, serta pengurus yayasan.

c. Karakteristik Good Governance

Karakteristik untuk dapat dikatakan memenuhi kriteria good

governance adalah (BPKP, 2000: 29)

1) Participation, maksudnya setiap warga Negara mempunyai suara

dalam pembuatan keputusan.

2) Rule of Law, hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu.

3) Transparency, transparansi dibangun atas dasar arus informasi.

4) Responsiveness, lembaga dan proses hukum harus mencoba melayani

setiap stakeholders.

5) Consensus Orientation, sebagai perantara kepentingan yang berbeda

untuk memberikan pilihan terbaik bagi keputusan yang lebih luas.

6) Equity, semua warga Negara mempunyai kesempatan untuk menjaga

kesejahteraan masyarakat.

7) Effectiveness and effsiciency, lembaga harus menghasilkan sesuai

dengan tujuan semula

8) Accountability, para pembuat keputusan, baik dalam pemerintahan

sektor swasta dan masyarakat bertanggung jawab kepada publik dan

lembaga lain.

(51)

9) Strategic Vision, para pemimpin dan publik harus mempunyai

perspektik good governance.

B. Hipotesis

1. Peran Satuan Pengawasan Internal (SPI) terhadap pencapaian Good University Governance (GUG)

Good University Governance (GUG) merupakan penerapan prinsip

dari Good Governance yang diimplikasikan pada perguruan tinggi. Good

University Governance (GUG) merupakan langkah yang dapat menunjang

pencapaian kualitas suatu perguruan tinggi. Menurut Wijatno (2009:119),

pencapaian Good University Governance (GUG) dapat diukur melalui

beberapa indikator yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,

independensi dan keadilan. Pada prakteknya, keseluruhannya prinsip

tersebut harus diterapkan untuk mewujudkan suatu tata kelola universitas

yang baik.

Dalam upaya pencapaian Good Governance dalam hal ini Good

University Governance, perguruan tinggi memerlukan peran Satuan

Pengawasan Internal (SPI) (sektor pemerintah) yang bertugas meneliti dan

mengevaluasi suatu sistem akuntansi serta menilai kebijakan manajemen

yang dilaksanakan. SPI atau auditor internal merupakan salah satu profesi

yang menunjang tercapainya GUG yang dapat dilihat pada saat ini telah

berkembang menjadi komponen utama dalam meningkatkan universitas

secara efektif dan efisien yang berdasarkan atas prinsip Good Governance.

(52)

Peran SPI dalam pencapaian GUG diukur melalui lima indikator

yang diambil dari standar profesi audit internal. Kelima indikator tersebut

adalah independensi, kemampuan profesional, lingkup pekerjaan audit

intern, pelaksanaan kegiatan pemeriksaan, serta manajemen bagian audit

intern.

Berdasarkan penelitian oleh Puspitarini, et al. (2013) bahwa SPI

berpengaruh positif dalam pencapaian Good University Governance

(GUG). Artinya, semakin baik peran Satuan Pengawasan Intern (SPI)

maka semakin baik pula pencapaian Good University Governance (GUG).

Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari et al. (2012)

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara peran internal auditor

terhadap Good University Governance (GUG). Jadi dapat dikatakan bahwa

peningkatan peran auditor internal akan mempengaruhi tata kelola suatu

institusi pendidikan.

Dengan digunakannya standar profesi audit internal dalam mengukur

peran SPI, diharapkan tata kelola universitas yang baik atau GUG dapat

dicapai. Sehingga perguruan tinggi akan lebih transparan, akuntabel,

bertanggung jawab, independen, dan adil. Berdasarkan uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa semakin baik peran Satuan Pengawasan Intern (SPI)

dalam melaksanakan tugas dan fungsinya maka Good University

Governance (GUG) akan semakin cepat terwujud.

H1: Peran Satuan Pengawasan Intern (SPI) berpengaruh terhadap pencapaian Good University Governance (GUG).

(53)

2. Penerapan Internal control terhadap pencapaian Good University Governance (GUG)

Internal control atau pengendalian internal adalah suatu proses yang

dipengaruhi oleh direksi organisasi, manajemen, dan personel lainnya,

yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai akan tercapainya

tujuan dalam kategori berikut: (a) Efektivitas dan efisiensi operasi; (b)

Keandalan pelaporan keuangan; (c) Ketaatan pada hukum dan peraturan

yang berlaku.

Ketiga tujuan dalam pengendalian internal yaitu efektifitas dan

efisiensi kegiatan operasi, laporan keuangan yang andal, serta patuh

terhadap hukum dan peraturan yang berlaku adalah cerminan dari

organisasi yang memiliki tata kelola yang baik, dalam hal ini adalah

universitas.

Pelaksanaan pengendalian internal salah satu faktor yang sangat

penting dalam menentukan seberapa baik aktivitas telah dilakukan untuk

mencapai tujuan strategis yang ingin dicapai. Pengendalian internal yang

baik menunjang tercapainya GUG yang diukur dengan 5 komponen

internal control yaitu lingkungan pengendalian, penetapan resiko, aktivitas

pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan.

Menurut Kresiadanti (2012), selain peran auditor internal diperlukan

juga internal control yang harus dibentuk bersamaan untuk menunjang

tercapainya good university governance. Hasil dari penelitian yang

dilakukan oleh Kresiadanti tersebut adalah bahwa terdapat hubungan

(54)

internal control terhadap akuntabilitas di Universitas Brawijaya akan lebih

efektif dan lebih baik untuk menuju tata kelola universitas yang baik,

untuk itu dibutuhkan kesinambungan baik dari rektorat maupun di tiap

fakultas.

Sejalan dengan Saptapradipta (2013) yang mengatakan bahwa

perancangan internal control di setiap lingkungan organisasi diharapkan

mampu memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya efisiensi

dan efektivitas operasi, kehandalan pertanggungjawaban, dan kepatuhan

terhadap hukum sehingga tata kelola pemerintahan yang baik dapat

terwujud.

Dengan penerapan komponen-komponen dari pengendalian internal

yang baik maka diharapkan tata kelola universitas yang baik akan tercapai

dengan lebih baik dan lebih efektif. Sehingga tercermin kegiatan yang

efektif dan efisien, laporan keuangan yang andal, serta patuh terhadap

hukum yang berlaku. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

internal control mendukung tercapainya GUG.

H2: Internal control berpengaruh terhadap pencapaian good university governance (GUG).

3. Peran Satuan Pengawasan Internal dan Penerapan Internal Control

terhadap pencapaian Good University Governannce (GUG)

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sukirman

et. al (2012) bahwa internal auditor atau SPI dianggap penting dalam

mewujudkan penciptaan Perguruan Tinggi yang mampu melaksanakan

(55)

perannya serta mampu mencegah terjadinya kecurangan (fraud) yang

terjadi di manajemen Perguruan Tinggi. Auditor internal dipandang

memiliki peran penting dalam upaya mewujudkan penciptaan Perguruan

Tinggi yang mampu memiliki pengelolaan yang baik (Good University

Governance). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Puspitarini et. al (2013) yang menyatakan bahwa SPI yang baik akan

mempercepat tercapainya good university governance. Semakin baik peran

SPI dalam melaksanakan tugas dan fungsinya maka good university

governance akan cepat terwujud.

Hasil peneltian mengenai internal control atau pengawasan internal

dilakukan oleh Saptapradipta (2013) yang menyatakan bahwa untuk

mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terdapat tiga

aspek, yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Pemeriksaan

(audit) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki

independensi dan memiliki kompetensi profesional untuk memeriksa

apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar yang

ditetapkan. Keberadaan audit internal untuk menjalankan fungsi

pemeriksaan dapat mendorong terciptanya pelaksanaan tata kelola yang

baik (Mardiasmo, 2009 dalam Saptapradipta, 2013).

Perancangan internal control di setiap lingkungan organisasi

diharapkan mampu memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya

efisiensi dan efektivitas operasi, kehandalan pertanggungjawaban, dan

kepatuhan terhadap hukum sehingga tata kelola pemerintahan yang baik

(56)

dapat terwujud (Saptapradipta, 2013). Dengan demikian satuan

pengawasan internal (SPI) dan internal control yang baik akan mampu

mempercepat terwujudnya good university governance (GUG). Oleh

karena itu, dalam penelitian ini juga akan meneliti pengaruh antara

variabel satu dengan yang lainnya secara simultan. Dengan demikian

hipotesis ketiga adalah:

H3: Peran Satuan pengawasan intern (SPI) dan penerapan internal control berpengaruh terhadap pencapaian good university governance

(GUG)

C. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu

Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian terdahulu mengenai topik

yang berkaitan dengan penelitian ini dapat di lihat dalam tabel 2.1.

(57)

Tabel 2.1

Metode Penelitian Hasil

Penelitian

Satuan Pengawasan Intern (SPI) berpengaruh positif dalam pencapaian Good University Governance (GUG).

2 Saptapradipta, Patricia (2013)

Pengaruh audit internal dan pengendalian internal terhadap pelaksanaan good governance (Studi Empiris pada Badan Layanan Umum Universitas Brawijaya

Auditor internal dan pengendalian internal berpengaruh terhadap pelaksanaan good governance pada Badan Layanan Umum Universitas Brawijaya Malang.

Bersambung pada halaman berikutnya.

(58)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No

Peneliti (tahun)

Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil

Penelitian

Peran Internal Audit dalam Upaya mewujudkan Good signifikan antara peran auditor internal terhadap dan Good University Governance.

Dengan adanya kualitas yang baik maka keefektifan fungsi Satuan Pengawasan Intern sebagai aparatur pengawas audit internal dapat tercapai.

5 Mihaela, Dumitrascu & Savulescu Iulian (2012)

Internal Control and the Impact on Corporate Governance, in Romanian Listed Companies.

Internal control. Tidak terdapat variabel SPI dan lingkup penelitian.

Internal control mengarah pada pengjian wajar laporan keuangan dan meningkatkan kepercayaan para stakeholder dan auditor dapat meminimalisir resiko

pengendalian.

Bersambung pada halaman berikutnya.

(59)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No

Peneliti (tahun)

Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil

Penelitian

Internal Controls In Ensuring Good Corporate Governance In Financial Institution.

Internal control Tidak terdapat variabel SPI dan lingkup penelitian.

Kegagalan untuk secara efektif menerapkan pengendalian internal memberikan dampak signifikan terhadap tata kelola perusahaan yang buruk.

Internal Auditing as An Effective Tool For Corporate Governance. control dan ruang lingkup penelitian.

Internal audior memainkan peran penting dalam menciptakan tata kelola yang efektif.

Dikutip dari berbagai sumber.

(60)

D. Kerangka Pemikiran

Menurut Abdul Hamid (2012) kerangka berpikir di definisikan sebagai

sintesadari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada

dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan

solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan.

Kerangka pemikiran dapat disajikan dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif,

dan atau gabungan keduanya.

Kerangka berpikir ini merupakan model konseptual tentang bagaimana

teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai

masalah yang penting. Adapun masalah-masalah yang dianggap penting

dalam penelitian ini adalah pengaruh Satuan Pengawasan Intern (SPI) dalam

upaya pencapaian Good University Governance (GUG).

Berdasarkan uraian diatas, gambaran menyeluruh penelitian ini yang

mengangkat penelitian mengenai pencapaian Good University Governance

(GUG). Berikut ini merupakan gambaran kerangka pemikiran dari penelitian

ini:

rsambung ke

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Pengaruh peran Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan penerapan internal control terhadap pencapaian Good University Governance (GUG)

Adanya pelanggaran yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional dan kongkalikong anggaran yang melibatkan 16 universitas

negeri di Indonesia

(61)

Gambar 2.2 (Lanjutan)

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Adanya pelanggaran yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional dan kongkalikong anggaran yang melibatkan 16 universitas

negeri di Indonsia

Basis Teori: Stewadship Theory

Variabel Independen Variabel Dependen

Peran Satuan Pengawasan Intern

(SPI) Good University

Governance (GUG)

Metode Analisis: regresi berganda

Analisis dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran Internal Control

Pengelolaan perguruan tinggi di Indonesia masih belum maksimal karena internal control lemah sehingga diperlukan peran SPI

Populasi: SPI perguruan tinggi di Jakarta dan Bogor

Gambar

Tabel 2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Gambar 2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan audit internal dalam upaya mewujudkan Good Corporate Governance pada PT.Telekomunikasi Indonesia, Tbk.. Variabel independen

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Peranan Biro Satuan Pengawasan Internal (SPI) dan Code of Conduct (Pedoman Perilaku) terhadap Good

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Saptantinah Puji Astuti pada tahun 2010 dengan judul “Peran Internal Audit dan Komite Audit dalam Mewujudkan Good Corporate Governance”

Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pengaruh Audit Internal, Pengendalian Internal, dan Komite Audit Terhadap Penerapan Good Corporate Governance (Studi Empiris pada BUMN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah benar auditor internal berpengaruh terhadap penerapan Good Corporate Governance ( GCG).. Penelitian ini dilakukan di

Penulis juga sangat bersyukur karena telah menyelesaikan Karya Akhir dengan judul “Peran Divisi Audit Internal Dalam Penerapan Good Corporate Governance (Studi Kasus Pada PT. Karya

KESIMPULAN Simpulan yang dapat diambil dari penelitian yang mengenai “Peran Auditor Internal Dalam Mewujudkan Good University Pada Universitas Swasta Kota Makassar” berdasarkan hasil

555 Implementasi Sistem Pengendalian Internal dalam Upaya Mewujudkan Good Governance pada Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Implementation of the Internal Control System in an