PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TANDUR
TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA
(Quasi Eksperimen di SMP Nusantara Plus)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh : IIN HENDRIYANI
105016300591
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ABSTRAK
Iin Hendriyani, “Pengaruh Model Pembelajaran TANDUR Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa (Quasi Eksperimen di SMP Nusantara Plus)". Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran TANDUR terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang. Penelitian ini dilakukan di SMP Nusantara Plus Ciputat Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen, sampel yang diambil sebanyak 80 orang dan dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes, dan lembar observasi. Sebelum instrumen tes digunakan, instrumen ini telah diuji validitas konstruk dan empirik. Melalui validitas konstruk dan empirik jumlah dari 36 soal, diambil 20 soal yang valid, dan hasilnya diuji melalui statistik uji "t". Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 9,51 ternyata lebih besar dari ttabel sebesar 2,00. Ini berarti Ho ditolak pada taraf signifikansi = 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara model pembelajaran TANDUR terhadap hasil belajar fisika siswa diterima. Hal ini menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa.
ABSTRACT
Iin Hendriyani. “The Influence of TANDUR Learning Model Against Students Physics Achievment (quasi experiments at the Junior High School Nusantara Plus Ciputat)". Thesis, Physical Education Studies Program, Department of Science Education, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.
The aims of this research was to determine the influence of TANDUR learning model against students physics achievement in the concept of vibration and waves. This research was conducted at the Junior High School Nusantara Plus Ciputat Tangerang. The method of research uses quasi experiments. samples taken as many as 80 people and divided into two classes, namely experiment class and control class. Research instrument which is used are test and observation sheet. Before the test instrument are used, the instrument has contruct and empirical validity. Through the contruct and empirical account from 36 questions, taken 20 questions which considered have validity, the results tested by test statistic "t". Based on calculations derived by calculating tvalues were 9,51 greater
than ttable for 2,00. This means that Ho is rejected at the level of significance =
0,05. It can be concluded that Ha stating that there is influence between TANDUR learning model against students physics achievement is accepted. This shows a significant influence on students physics achievement.
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat segala
nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta
salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya,
dan sahabat-sahabatnya.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran TANDUR Terhadap
Hasil Belajar Fisika Siswa”. Skripsi ini menggambarkan bagaimana pengaruh
penerapan model pembelajaran TANDUR sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar fisika. Selain itu skripsi ini memberikan gambaran kepada guru fisika yang
akan menggunakan model ini sebagai salah satu alternatif model dalam
pembelajaran fisika di sekolah.
Dalam pembuatan dan penulisan skripsi ini, tidak lepas dari dukungan dan
dorongan dari berbagai pihak. Penulis menyadari selama pembuatan dan
penulisan skripsi ini banyak terdapat hambatan dan kendala yang dihadapi baik
yang bersifat materil maupun moril. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak dan Ibunda tercinta yang telah mendidik, mengurus dan membesarkan
penulis dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang juga selalu menyertakan
do’a untuk kebahagian dan kesuksesan penulis
2. Kakak-kakakku tercinta : Eceu - K’Haji, A Aris – Mbak Ida, A Deni – Teh
Winda dan keponakan-keponakanku yang lucu : Abib, Firza, Daffa, Aruna.
Terima kasih atas segala doa, cinta, harapan, motivasi dan semangat yang
diberikan, terimakasih atas segalanya.
3. Kasim, terima kasih banyak atas kesabaran, doa, motivasi dan bantuannya
yang telah diberikan kepada penulis.
4. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
6. Bapak Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd., sebagai Pembimbing I yang telah
meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan
mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.
7. Ibu Erina Hertanti, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
dan Pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan
pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan
skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan
di UIN Syarif Hidayatllah Jakarta Program Studi Pendidikan Fisika.
9. Bapak Kepala Sekolah, Guru, serta Staf SMP Nusantara Plus Ciputat
Tangerang, khususnya Bapak Cecep Setiawan, M.A., dan Ibu Ika Surpiati
Ningrum sebagai Guru Fisika yang telah banyak membantu penulis selama
penelitian.
10. Siswa-siswi SMP Nusantara Plus Ciputat Tangerang, khususnya kelas VIII-2
dan VIII-3 angkatan 2009-2010 yang telah membantu penulis saat proses
pengumpulan data. Kegembiraan, keriangan dan kelucuan dari kalian sangat
penulis rindukan.
11. Teman-teman satu perjuangan di program studi pendidikan fisika jurusan
pendidikan IPA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2005 penulis
ucapkan terima kasih atas kerjasama dan bantuannya selama ini. Khususnya
Devi Solehat dan Arum Yuviana Rani, thanks for being my friends in the health and sick, in the happiness and sadness, in the love and cherish, thank you for all.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak terutama bagi para pengembang produk pendidikan dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaan fisika di sekolah.
Jakarta, Maret 2010
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah... 5
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 6
A. Deskripsi Teoretis ... 6
1. Teori Belajar dalam Kontruktivisme ... 6
2. Model Pembelajaran TANDUR ... 8
3. Hasil Belajar ... 16
4. Pengertian Fisika ... 21
5. Pengertian Pembelajaran Fisika ... 21
6. Tujuan Pembelajaran Sains ... 22
B. Hasil Penelitian Relevan ... 23
C. Kerangka Berpikir ... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 30
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 30
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31
D. Teknik Pengambilan Sampel ... 31
E. Prosedur Penelitian ... 32
F. Instrumen Penelitian ... 33
G. Variabel Penelitian ... 36
H. Teknik Pengumpulan Data ... 37
I. Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar ... 37
J. Teknis Analisis Data ... 42
K. Hipotesis Statistik ... 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50
A. Keterlaksanaan Model Pembelajaran TANDUR ... 50
B. Skor Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 52
1. Skor Pretest Kelompok Eksperimen ... 52 2. Skor Pretest Kelompok Kontrol ... 52 3. Skor Posttest Kelompok Eksperimen ... 53 4. Skor Posttest Kelompok Kontrol ... 54 C. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 56
1. Uji Normalitas Pretest-Posttest ... 56
2. Uji Homogenitas Pretest-Posttest ... 56
3. Pengujian Hipotesis ... 57
a. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Pretest ... 57
c. Uji Normal Gain ... 59
D. Interpretasi Data ... 60
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68
A. Kesimpulan ... 68
B. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA... 69
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah Model Pembelajaran TANDUR ... 15
Tabel 3.1 Nonrandomized Pretest and Posttest Control Group Design ... 30
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 35
Tabel 3.3 Tehnik Pengumpulan Data ... 37
Tabel 3.4 Interpretasi Validitas ... 38
Tabel 3.5 Interpretasi Reliabilitas ... 39
Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal ... 40
Tabel 3.7 Klsaifikasi Daya Pembeda ... 41
Tabel 3.8 Kategori Keterlaksanaan Model ... 42
Tabel 4.1 Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran TANDUR oleh Peneliti ... 50
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Belajar Konsep Getaran dan Gelombang ... 55
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 56
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Pretest – Posttest ... 57
Tabel 4.5 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest... 58
Tabel 4.6 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest... 59
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 28
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ... 33
Gambar 4.1 Histogram Skor Pretest Kelompok Eksperimen ... 52
Gambar 4.2 Histogram Skor Pretest Kelompok Kontrol ... 53
Gambar 4.3 Histogram Skor Posttest Kelompok Eksperimen ... 54
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Instrumen Penelitian dan Uji Coba Instrumen Penelitian .... 73
Lampiran A.1 Format Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 74
Lampiran A.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar ... 76
Lampiran A.3 Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar ... 86
Lampiran A.4 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes
Hasil Belajar ... 92 Lampiran A.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Tes Hasil
Belajar ... 93 Lampiran A.6. Validitas Butir Soal Instrumen Penelitian Tes Hasil
Belajar ... 94 Lampiran A.7 Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar ... 95
Lampiran A.8 Distribusi Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian Tes
Hasil Belajar ... 96 Lampiran A.9 Proporsi Peserta Kelompok Atas dan Kelompok Bawah Yang
Menjawab Benar Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar ... 97 Lampiran A.10 Distribusi Daya Pembeda Instrumen Penelitian Tes Hasil
Belajar ... 98 Lampiran A.11 Klasifikasi Kelompok Siswa... 99
Lampiran A.12 Urutan Skor Tertinggi Ke Terendah Instrumen Penelitian
Tes Hasil Belajar ... 100 Lampiran A.13 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Instrumen
Penelitian Tes Hasil Belajar... 101 Lampiran A.14 Contoh Pernitungan Uji Coba Instrumen Penelitian Tes
Hasil Belajar ... 102 Lampiran A.15 Soal Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar Yang Dipakai
Dalam Penelitian ... 104
Lampiran B Perangkat Pembelajaran... 108
Lampiran B.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 109
Lampiran B.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol... 119
Lampiran B.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 127
Lampiran B.4 Contoh Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sudah diisi oleh salah satu
Lampiran B.5 Modul Pembelajaran ... 143
Lampiran C Uji Analisis Data ... 149
Lampiran C.1 Analisis Data Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran TANDUR ... 150
Lampiran C.2 Uji Normalitas Instrumen Tes Hasil Belajar ... 154
Lampiran C.3 Uji Homogenitas Instrumen Tes Hasil Belajar ... 166
Lampiran C.4 Uji Hipotesis Instrumen Tes Hasil Belajar ... 168
Lampiran D Daftar Tabel ... 175
Lampiran D.1 Tabel Skor Pretest-Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 176
Lampiran D. 2. Tabel Harga Kritik dari r Product – Moment ... 179
Lampiran D. 3. Tabel Luas Di Bawah Lengkungan Kurva Normal dari 0 s/d Z ... 178
Lampiran D. 4 Tabel Nilai-Nilai Chi Kuadrat ... 180
Lampiran E Surat Keterangan ... 181
Lampiran E.1 Surat Bimbingan Skripsi ... 182
Lampiran E.2 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 183
Lampiran E.3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 184
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena
pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas
sumber daya manusia. Oleh karena itu, banyak perhatian khusus diarahkan kepada
perkembangan dan kemajuan pendidikan guna meningkatkan mutu dan kualitas
pendidikan. Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan adalah dengan pembaharuan sistem pendidikan.
Ada tiga komponen yang perlu disoroti dalam pembaharuan pendidikan:
pertama pembaharuan kurikulum.1 Kurikulum harus komprehensif dan responsif
terhadap dinamika sosial, relevan, tidak overload, dan mampu mengakomodasi keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi. Kedua peningkatan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan dengan cara penerapan
strategi atau metode pembelajaran yang efektif di kelas dan lebih memberdayakan
potensi siswa.2 Artinya metode pembelajaran yang tidak mengharuskan siswa
menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah metode pembelajaran yang mendorong siswa
mengkonsktruksi (memproses) pengetahuan di benak mereka sendiri dengan cara
mengalami sendiri proses pembelajarannya. Ketiga efektifitas metode
pembelajaran.3 Pembelajaran efektif merupakan tolok ukur keberhasilan guru
dalam mengelola kelas. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh
peserta didik dapat terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya.
Pembelajaran yang efektif mempunyai karakteristik bagi siswa untuk melihat,
mendengarkan, mendemonstrasikan, bekerja sama, menemukan sendiri, dan
membangun konsep sendiri.
1
Mcklar, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation Untuk
Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Diklat. Tersedia : http://one.indoskripsi.com/click/3390/0, [ 21 Januari 2009, 12:07 P.M], hal. 3
2 Ibid.,
Berdasarkan pengalaman Praktik Profesi Keguruan Terpadu peneliti di
sebuah sekolah swasta di Tangerang selatan diperoleh fakta bahwa pembelajaran
fisika pada konsep getaran dan gelombang yang disajikan oleh guru di kelas pada
umumnya dilakukan secara teacher centered, sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan benda-benda konkrit. Siswa
kurang diberi kesempatan untuk melakukan observasi, penyelidikan, memahami
konsep-konsep IPA melalui pengalaman nyata. Sementara itu dari kajian awal
terhadap guru dan siswa serta iklim situasi sosial kelas (pembelajaran fisika) di
kelas VIII ditemukan sejumlah fakta :
1. Menurunnya minat siswa pada pokok bahasan ini sehingga penguasaan
konsep yang dimiliki siswa juga berkurang.
2. Tindakan guru yang kurang responsif terhadap apa yang telah diketahui siswa,
sehingga pembelajaran hanya terpusat pada guru.
3. Penguasaan konsep fisika siswa rendah, siswa hanya menghafal saja,
akibatnya hasil belajar siswa rendah, hal ini terlihat dari hasil belajar pada
konsep getaran dan gelombang yaitu 5,5 padahal KKM mata pelajaran IPA
adalah 6,5.
4. Pada kegiatan penutup tidak ada penguatan konsep sehingga tidak ada umpan
balik untuk siswa maupun guru
Interaksi hanya terjadi antara guru dan siswa saja sedangkan interaksi antar siswa
jarang terjadi, baik dalam bentuk diskusi maupun diskusi kelompok.
Berdasarkan fakta diatas dapat dilihat bahwa pembelajaran fisika banyak
dilakukan dengan memberi konsep fisika tanpa melalui pengolahan potensi yang
ada pada diri siswa maupun yang ada di sekitarnya. Dengan kata lain siswa belajar
menghafal konsep dan bukan menguasai konsep sehingga belajar fisika kurang
bermakna dengan tidak terbentuk konstruksi konsep fisika yang benar. Hal ini
senada dengan apa yang dikemukakan oleh Ratna Wilis Dahar bahwa salah satu
keluhan dalam dunia pendidikan adalah siswa hanya menghafal tanpa memahami
benar isi pelajaran.4
4
Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mengkaji tentang berbagai
fenomena alam dan memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan
sains, teknologi dan konsep hidup harmonis dengan alam.5 Oleh karena itu,
pembelajaran fisika di sekolah harus benar-benar dikelola dengan baik dan
mendapatkan perhatian yang lebih agar dapat menjadi landasan yang kuat bagi
peranan tersebut.
Mengingat pentingnya ilmu fisika dalam berbagai kehidupan manusia,
maka perlu diperhatikan mutu pengajaran mata pelajaran fisika yang diajarkan di
tiap jenjang dan jenis pendidikan. Untuk mendapatkan pengetahuan tentang fisika,
maka siswa harus menempuh proses belajar mengajar yang baik yang dapat
membuat pembelajaran menjadi lebih aktif, bermakna, dan menyenangkan bagi
siswa.
Salah satu cara untuk memperoleh pengetahuan fisika yang baik dan
mengatasi berbagai kelemahan dalam proses belajar mengajar adalah dengan
menerapkan model pembelajaran TANDUR yang merupakan inti atau kerangka
utama dari Quantum Teaching. Model pembelajaran TANDUR merupakan suatu gagasan dari Porter yang dituangkan dalam buku Quantum Teaching. TANDUR merupakan akronim dari nama setiap langkah pembelajaran yaitu Tumbuhkan,
Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi dan Rayakan.6 Kunci dari pembelajaran ini
adalah membangun ikatan emosional terlebih dahulu dengan menciptakan
kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan yang baik, menumbuhkan minat
dan rasa ingin tahu, menyajikan konsep di dalamnya dan diakhiri dengan
penguatan dan motivasi yang membuat konsep yang sudah dipelajari tersebut
lekat dalam pikiran.
Model pembelajaran TANDUR sekilas lebih menekankan kondisi
psikologis daripada penyajian dan penanaman konsep, tetapi jika dipahami lebih
jauh justru sesungguhnya penciptaan kondisi psikologis yang mendukung proses
5 Muhamad Gina Nugraha.
Pengaruh Model Pembelajaran Discovery-Inquiry Terhadap Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Pada pokok Bahasan Fluida Statis, Skripsi Pendidikan
Fisika.(Perpustakaan UPI Bandung: tidak diterbitkan, 2007 ), h. 1.
6
Basuki, Mengonstruksi Pendidikan Kritis-Humanis dan Populis Tinjauan tentang
pembelajaran itu lebih berperan penting daripada penyajian konsep itu sendiri,
karena apalah artinya seorang guru bersusah payah menyajikan materi tapi tidak
dapat dimengerti oleh para siswanya.
Menurut DePorter, apapun pelajaran, tingkat kelas, atau pendengar,
konsep TANDUR ini diyakini dapat membuat siswa menjadi tertarik dan berminat
pada setiap pelajaran. Kerangka ini juga memastikan bahwa mereka mengalami
pembelajaran, berlatih, menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri, dan
mencapai sukses.7 Selain itu menurut Fidoh zuhriah, model pembelajaran
TANDUR dirasa tepat menjadi salah satu alternatif untuk menyelesaikan
permasalahan dalam pembelajaran fisika, karena di dalam model pembelajaran ini
siswa tidak hanya dituntun untuk membangun pengetahuan sendiri, tetapi guru
juga diharapkan dapat memberikan suasana emosional yang positif kepada siswa
selama pembelajaran berlangsung sehingga tujuan akhir pembelajaran dapat
tercapai yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa.8
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
penerapan model pembelajaran TANDUR dalam pembelajaran fisika di sekolah.
Judul yang diambil dalam penelitian ini adalah “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TANDUR TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, Penulis mengidentifikasikan
masalah-masalah yang akan diteliti sebagai berikut :
1. Pembelajaran fisika yang disajikan oleh guru di kelas pada umunya dilakukan
secara teacher centered.
2. Siswa cenderung hanya menghapal tanpa memahami benar isi pelajaran fisika.
3. Hasil belajar fisika siswa rendah.
C. Pembatasan Masalah
7
Bobbi DePorter, Quantum Teaching, (Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2007), h.88
8
Fidoh Zuhriah, Penerapan Model Pembelajaran TANDUR Untuk Meningkatkan Hasil
Agar masalah dalam penelitian ini lebih terarah maka ruang lingkup
masalah hanya dibatasi pada pengaruh model pembelajaran TANDUR
(Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi dan Rayakan) terhadap hasil
belajar fisika siswa. Hasil belajar fisika yang diteliti yaitu hasil belajar fisika
siswa dinilai pada ranah kognitif, dengan tingkatan C1 – C4 pada konsep getaran
dan gelombang.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran TANDUR
terhadap hasil belajar fisika siswa?”
Rumusan masalah di atas dirinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah keterlaksanaan model pembelajaran TANDUR?
2. Bagaimanakah hasil belajar fisika siswa SMP sebelum menggunakan model
pembelajaran TANDUR?
3. Bagaimanakah hasil belajar fisika siswa SMP setelah menggunakan model
pembelajaran TANDUR?
4. Bagaimana peningkatan hasil belajar fisika siswa SMP setelah menggunakan
model pembelajaran TANDUR?
5. Bagaimanakah perbedaan hasil belajar fisika siswa antara yang menggunakan
model pembelajaran TANDUR dengan yang menggunakan metode ceramah?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran TANDUR terhadap hasil belajar fisika siswa. Manfaat yang
diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
2. Bagi guru sebagai bahan masukan dalam merencanakan pembelajaran fisika.
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis
1. Teori Belajar dalam Konstruktivisme
Sejarah perkembangan pendidikan manusia dari satu generasi ke generasi
berikutnya paradigma pembelajaran telah mengalami banyak perubahan dan
perkembangan, terutama dalam kaitan dengan cara pandang anak didik sebagai
komponen utama kegiatan pembelajaran. Selama ini anak didik ditempatkan
sebagai objek pembelajaran yang hanya menerima apa saja yang diajarkan
kepadanya, ibarat kertas putih yang dapat ditulisi apa saja yang diinginkan
penulisnya. Atau tong kosong yang dapat diisi apapun yang diinginkan
pengisinya. Salah satu pendekatan yang sejalan dengan prinsip siswa bertindak
secara aktif adalah konstruktivisme. Pembelajaran ini memandang siswa sebagai
aktor yang aktif dan terlibat penuh dalam belajar. Dalam proses belajar siswa
tidak akan menerima begitu saja apa yang diajarkan tetapi akan memproses secara
aktif informasi-informasi yang diterima untuk menghasilkan makna atau
pengertian tentang benda atau peristiwa yang dilihat atau dialaminya.
Menurut konstruktivisme, pengetahuan memang berasal dari luar akan
tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu,
pengetahuan terbentuk oleh objek pengamatan dan kemampuan subjek
menginterpretasi objek. Pengetahuan itu bersifat dinamis, tergantung dari individu
yang melihat dan mengontruksinya.9 Model konstruktivisme merupakan
pengembangan dari teori perkembangan kognitif Piaget.10
Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama menegaskan bahwa
pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak. Guru dapat memberikan
9
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta : Kencana, 2005), h. 118 10
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006),
kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk
menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi
sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.11
Dari keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa teori ini
memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri
kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna
mengembangkan dirinya sendiri. Prosedur pembelajaran konstruktivitik dalam
kelas mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 12
a. Cari dan gunakan pertanyaan dan gagasan siswa untuk menuntun pelajaran
b. Biarkan siswa mengemukakan gagasannya
c. Kembangkan kepemimpinan, kerjasama, pencarian informasi, dan aktivitas
siswa sebagai hasil proses belajar
d. Gunakan pemikiran, pengalaman, dan minat siswa untuk mengarahkan
proses
e. Kembangkan penggunaan alternatif sumber informasi buku paket atau
bahan para pakar
f. Usahakan agar siswa mengemukakan sebab-sebab terjadinya peristiwa dan
dorong untuk memprediksi akibatnya
g. Carilah gagasan siswa sebelum mempelajari buku teks atau sumber lain
h. Buatlah siswa tertantang dengan konsep dan gagasan mereka sendiri
i. Sediakan waktu yang cukup untuk berefleksi, menganalisa dan
menggunakan semua gagasannya
j. Doronglah siswa untuk melakukan analisis, mengumpulkan bukti nyata
untuk mendukung gagasan dan pengetahuan baru yang dipelajarinya.
11
Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. (Jakarta :
Prestasi Pustaka Publisher, 2007). h. 13 12
Setya Dewi. “Pemahaman Konsep Volume Bola dengan Model Pembelajaran
Kontruktivisme dan Kontektual pada Siswa Kelas III SMP”, Jurnal Pendidikan Inovatif : Yayasan
Pada dasarnya konstruktivisme mengandung lima prinsip dasar tentang
belajar dan mengajar, yaitu :13
a Pembelajar telah mengetahui pengetahuan awal
b Belajar merupakan proses pengkonstruksian pengetahuan berdasarkan
pengetahuan awal yang telah dimilki
c Belajar adalah perubahan konsepsi pembelajar
d Proses pengkonstruksian pengetahuan berlangsung dalam konteks tertentu
e Pembelajar bertanggung jawab terhadap proses belajarnya.
2. Model Pembelajaran TANDUR
“Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.”14
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas, atau pembelajaran
dalam tutorial, dan untuk menetukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk
di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum,dan lain-lain.15
Setiap model pembelajaran memiliki sintaks atau langkah-langkah yang
akan diterapkan dalam pembelajaran. Sintaks dari model pembelajaran TANDUR
ini mengikuti langkah-langkah :16
a. Penumbuhan minat dan motivasi
b. Melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran
c. Penyajian konsep
d. Penguatan terhadap konsep
13
Ari Widodo, “Konstruktivisme dan Pembelajaran Sains”, Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan “, No. 064, Tahun ke-13, Januari 2007, h.91 14
Udin S Winataputra. Model-model Pembelajaran Inovatif. (Jakarta: PAU-PPAI,
Universitas Terbuka, 2001). h.3 15
Trianto, op.cit, h.5
16
Marwan. Penerapan Model Pembelajaran TANDUR Berbasis Inkuiri Sebagai Upaya
Model pembelajaran TANDUR merupakan kerangka rancangan belajar
Quantum Teaching. Asas utama Quantum Teaching yaitu bawalah dunia mereka ke dunia kita, pada tahap ini guru harus berusaha menggali pengetahuan awal
siswa, mengaitkan materi yang akan diberikan dengan pengalaman dan dunia
nyata mereka, memberikan motivasi dan menumbuhkan minat siswa. Kemudian
antarkan dunia kita ke dunia mereka, Setelah mengenal dunia siswa maka saatnya
guru mengantarkan siswa kepada dunia baru dimana diberikan berbagai informasi
(dapat berupa teori, rumus, hukum dan lain-lain), pengalaman, dan keterampilan
dengan menggunakan berbagai metode dan teknik yang cocok dengan kodisi
siswa. Dengan pengertian yang lebih luas dan penguasaan yang sudah mendalam
diharapkan siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dunia mereka dan
menerapkannya pada situasi dan masalah baru. Selain itu, Quantum Teaching
mempunyai beberapa prinsip, diantaranya :17
1.
Everything Speaks, including classroom environment, body language, design of lessons and handouts, etc.2.
Everything is On Purpose, as teachers carefully orchestrate their lessons.3.
Experience Before Label, as learning happens best when students experience the information at the outset of learning.4.
Acknowledge Every Effort, as students take risks and build their competence and confidence.5.
If It's Worth Learning, It's Worth Celebrating, with appropriate feedback that increases positive emotional association with the learning.Quantum Teaching (pembelajaran kuantum) berpangkal pada psikologi kognitif, Pembelajaran kuantum lebih bersifat konstruktivistis dan merupakan
salah satu cerminan filsafat konstruktivisme kognitif.18 Konstruktive yang berakar pada psikologi kognitif, menjelaskan bahwa siswa belajar sebagai hasil dari
pembentukan makna dari pengalaman. Peran utama guru adalah membantu siswa
17
Bobby DePorter et al,. Recommended Reading Quantum Teaching: Orchestrating Student
Success, ISBN: 09-205028664-X, [online], tersedia :
http://www.newhorizons.org/strategies/accelerated/accelerated_review_deporter.htm., diakses : 15
Maret 2010, 05:00 PM. 18
Djoko Saryono, Pembelajaran Kuantum sebagai Model pembelajaran Yang
membentuk hubungan antara apa yang dipelajari dan apa yang sudah diketahui
siswa.19
Kata TANDUR sendiri merupakan akronim dari kata Tumbuhkan, Alami,
Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Langkah-langkah pembelajaran
tersebut disusun berdasarkan teori-teori belajar seperti Accelerated Learning, Multiple Intelligences, Neuro Linguistic Programming, Experimental Learning, Socratic Inquiry, Cooperative Learning, dan Elements of Effective Instruction.
Model pembelajaran TANDUR adalah suatu rancangan model yang
diharapkan dapat sepenuhnya membuat siswa tertarik dan berminat pada
pelajaran, memberikan pengalaman yang langsung kepada siswa dan berusaha
menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka.
Di bawah ini peneliti mencoba menguraikan apa sesungguhnya TANDUR
dan masing-masing langkah pelaksanaannya:
a. Tumbuhkan
Tumbuhkan dalam model pembelajaran ini adalah bagaimana cara guru
untuk dapat menumbuhkan minat dan perhatian siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Cara ini akan memunculkan perasaan positif
sehingga diharapkan mampu menempatkan siswa dalam situasi yang optimal
untuk belajar.
Penumbuhan minat ini berada diawal langkah dari model ini karena
penumbuhan minat ini merupakan pondasi bagi langkah kegiatan berikutnya.
Apabila langkah ini berhasil maka diharapkan langkah berikutnya juga berhasil
dengan baik pula.
Menumbuhkan minat dan perhatian siswa dapat dilakukan dengan cara:
1) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.20
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin
dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan
19
Doantara yasa. Teori Kontruktivis dalam Pembelajaran, [Online], Tersedia :
http://ipotes.wordpress.com/2008/05/11/teori-kontruktivis dalam pembelajaran, diakses : 18 , Januari 2009, 01:57 PM.
20
Ahmad Sudrajat. Peran Guru Sebagai Motivator. [Online], tersedia :
minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi
belajar mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin
kuat motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu, sebelum proses pembelajaran
dimulai hendaknya guru menjelaskan terlebih dulu tujuan yang ingin dicapai.
Dalam hal ini, para siswa pun seyogyanya dapat dilibatkan untuk
bersama-sama merumuskan tujuan belajar beserta cara-cara untuk mencapainya
2) Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa.
Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi
pelajaran itu berguna untuk kehidupannya. Dengan demikian guru perlu
menjelaskan keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan siswa.
3). Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan
siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit untuk dipelajari atau materi
pelajaran yang jauh dari pengalaman siswa, akan tidak diminati oleh siswa.
Materi pelajaran yang terlalu sulit tidak akan dapat diikuti dengan baik,
yang dapat menimbulkan siswa akan gagal mencapai hasil yang optimal;
dan kegagalan itu dapat membunuh minat siswa untuk belajar. Biasanya
minat siswa akan tumbuh kalau ia mendapatkan kesuksesan dalam belajar.
4) Mengadakan kompetisi yang sehat antar siswa. Cara ini dapat dilakukan
dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok
memperoleh tugas tertentu dan diberikan kesempatan untuk menampilkan
hasil kerja mereka. Kelompok yang lain dapat memberikan tanggapannya
terhadap hasil kerja kelompok yang tampil. Cara lain yang lebih umum
adalah dengan memberikan tes tertulis sebelum atau sesudah pembelajaran.
Cara ini dapat menumbuhkan keinginan siswa untuk lebih baik lagi.
5). Menggunakan berbagai alat peraga yang relevan. Hal ini bertujuan
menjadikan siswa dapat mengenal langsung sesuatu yang diceritakan
sehingga konkrit dan tidak hanya membayangkan dan mengkhayalkan
sesuatu. Peragaan ini dapat berupa peragaan langsung atau tak langsung.
tidak memungkinkan dapat dengan pergaan tak langsung seperti gambar,
foto, film dan sebagainya.21
6). Menciptakan lingkungan fisik, emosional dan sosial yang kondusif untuk
belajar. Menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar dapat dilakukan
misalnya dengan mengatur susunan bangku yang berbeda. Bangku siswa
dapat disusun untuk mendukung tujuan belajar bagi pelajaran apapun yang
diberikan. Guru dapat meminta siswa mengatur ulang bangku mereka untuk
memudahkan jenis interaksi yang diperlukan. Untuk presentasi siswa,
ajaran guru dan lain-lain, atur bangku sehingga siswa menghadap ke depan
untuk membantu mereka tetap fokus ke depan. Untuk kerja kelompok,
bangku dapat diputar saling berhadapan. Guru harus mampu menyesuaikan
kondisi fisik kelas sesuai kebutuhan sehingga tercipta kondisi yang
kondusif dan dapat menarik minat siswa untuk belajar. Hubungan yang
baik antara guru dan siswa harus tercipta sehingga tercipta suasana
emosional yang nyaman untuk belajar.22
b. Alami
Untuk menjadikan konsep-konsep yang disajikan menjadi nyata bagi
siswa, maka tugas selanjutnya adalah bagaimana membuat siswa mengalami
langsung hal-hal yang dipelajari. Kegiatan ini akan membuat hal yang abstrak
menjadi konkret, di samping itu pengalaman langsung juga menumbuhkan
kemampuan berpikir siswa, yaitu ketika mereka mendapatkan hal-hal yang
mungkin aneh atau bahkan bertentangan dengan logika sehari-hari, sehingga
diharapkan muncul pertanyaan mengapa, bagaimana, dan apa, terhadap fakta
yang mereka alami.23
Dalam pelajaran fisika kegiatan memberikan pengalaman pada siswa itu
akan lebih bermakna jika setiap materi yang diterima siswa dapat dipraktekkan
21
Marwan, op.cit., h. 18-19
22
Ramdafitri Zulvia, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model
Pembelajaran TANDUR, Skripsi, (Perpustakaan UPI Bandung : Tidak diterbitkan, 2008), h.15. 23
Gani Hamdani, Pengaruh Penerapan Model Tandur Dalam Pembelajaran Ipa Fisika
di laboratorium, dan jika sekolah tidak memiliki fasilitas yang memadai maka
dituntut kreatifitasan guru untuk menuntun siswa melakukan percobaan dengan
peralatan sederhana yang dapat memperkuat konsep yang akan disajikan. Selain
itu, dapat juga dilakukan dengan melibatkan siswa dalam diskusi kelompok,
tanya jawab, latihan soal, menganalisis kasus, dan sebagainya.24
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian kesempatan
mengalami pada siswa yaitu adanya perbedaan individual pada setiap siswa
misalnya perbedaan intelegensi, minat, bakat, kemampuan jasmani dan hal-hal
yang lain yang menyebabkan seseorang berbeda satu dengan lainnya. Hal ini
dimaksudkan agar setiap siswa memperoleh pengalaman yang seimbang dan
proporsional sesuai dengan kondisi mereka.
c. Namai
Setelah minat dan perhatian telah tumbuh, maka berbagai pertanyaan
muncul dalam pikiran mereka setelah mengalami, maka pada saat itulah guru
memberikan informasi atau konsep yang diinginkan yang disini disebut dengan
langkah penamaan. Penamaan merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran
dan sebagainya. Guru diharapkan mampu merangsang memori siswa sehingga
apa yang disajikan akan melekat dipikiran mereka. Hal ini dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai gambar, grafik, peragaan, dan analogi sehingga
kelihatan menarik bagi siswa. Menurut Deporter “langkah penamaan ini
memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan
mendefinisikan.”25 Penamaan ini merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran,
tempat, dan sebagainya.
24
Sisri mayeni. Penerapan Model Pembelajaran TANDUR Berbasis Inkuiri Untuk
meningkatan Hasil Belajar Siswa . Skripsi, (Perpustakaan UPI Bandung: Tidak diterbitkan. 2008), h.20-21.
25
Bobby DePorter et al,.Quantum Teaching. (Bandung : Kaifa PT Mizan Pustaka. 2007),
d. Demonstrasikan
Langkah berikutnya yang dilakukan setelah mereka mengalami dan
namanya sudah diketahui adalah siswa diberi kesempatan untuk
mendemonstrasikan kemampuan, sehingga akan muncul pengalaman baru yang
berkesan. Pengalaman awal akan mendasari pengalaman berikutnya sehingga
muncul pengalaman baru yang akan menyempurnakan pengalaman berikutnya.
Sediakan kesempatan bagi siswa untuk menerjemahkan dan aplikasikan
pengetahuan baru mereka terhadap situasi lain. Berikan kegiatan demonstrasi
tambahan pada siswa lalu bangun kepercayaan diri mereka.26
Guru memberikan keleluasaan dan waktu yang memadai kepada siswa
untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang baru saja mereka
terima. Kegiatan ini dapat berupa siswa berlatih mengerjakan soal secara
mandiri ataupun kelompok, menampilkan proses kerja dari sebuah praktikum
sampai pada penemuan konsep, memberikan pendapat dan saran, tampil ke
depan memimpin diskusi dan berbagai kegiatan yang intinya memberikan
kesempatan yang lebih banyak kepada siswa untuk mengaplikasikan dan
menampilkan kemampuan serta pengetahuan yang sudah dimiliki.
e. Ulangi
Pengetahuan dan pengalaman yang diulang-ulang jauh lebih baik
daripada pengetahuan yang dialami dan diingat satu kali saja. Pengetahuan yang
dilakukan berulang-ulang akan menjadi pengetahuan yang tetap dan dapat
digunakan kapan saja. Pengulangan yang dilakukan akan menjadikan
pengetahuan tersebut semakin mantap menempel difikiran mereka. Pengulangan
dapat meningkatkan daya ingat siswa apalagi bila hal ini dilakukan misalnya
mengulangi kembali konsep-konsep utama atau rumus dan persamaan penting
dari bahasan yang baru saja dipelajari secara kontinyu disetiap akhir pertemuan.
f. Rayakan
26
Fidoh Zuhriah, Penerapan Model Pembelajaran Tandur Untuk Meningkatkan Hasil
Langkah terakhir yang dilakukan pada model ini adalah penguatan
secara psikologis. Apabila sesuatu sudah dapat dilaksanakan dengan baik, maka
hal tersebut layak untuk dirayakan. Pemberian penghargaan ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara yang akhirnya diharapkan siswa merasa bahwa apa yang
telah mereka lakukan berarti dan tidak sia-sia. Penghargaan ini dapat
menimbulkan semangat dan keinginan siswa untuk mengikuti materi yang baru
dalam kesempatan yang berikutnya. Mengadakan perayaan bagi siswa akan
mendorong mereka memperkuat rasa tanggung jawab dan mengawali proses
belajar mereka sendiri. Siswa akan menantikan kegiatan belajar sehingga
pendidikan mereka bisa lebih dari sekadar mencapai nilai tertentu.
Perayaan dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya dengan
memberikan dukungan dan pengakuan untuk setiap usaha siswa, memberikan
pujian untuk setiap kesuksesan siswa, memberikan hadiah kejutan untuk setiap
prestasi dan mengakhiri sebuah keberhasilan dengan kecerian bersama.
Misalnya dengan tepuk tangan, pemberian hadiah sebagai kejutan kecil, pujian
kepada teman sebangku, danm pernyataan afirmasi.
Langkah-langkah pembelajaran TANDUR dapat dilihat pada tabel
[image:28.612.130.515.465.693.2]berikut:27
Tabel 2.1
Langkah Model Pembelajaran TANDUR
Langkah Model Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Tumbuhkan
1. Menyampaikan tujuan
pembelajaran yang sesuai 2. Memberitahukan manfaat
materi bagi pembelajaran 3. Mengaitkan dengan pelajaran
lain yang sesuai
4. Mengadakan kompetisi yang sehat
5. Menggunakan alat peraga
6. Mengajukan berbagai
pertanyaan dan masalah 7. Menciptakan lingkungan
fisik, emosional dan sosial positif.
1. Memperhatikan penjelasan guru
2. Menanggapi dan
menjawab pertanyaan 3. Mengingat keterangan
dan peragaan
4. Mencatat hal-hal penting 5. Saling berkompetisi
secara sehat
27
Langkah Model Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Alami
1. Mengajak pembelajar/siswa terlibat secara penuh
2. Menciptakan keterlibatan fikiran, fisik, dan mental pembelajar/siswa secara aktif.
1. Praktikum di
laboratorium
2. Pengamatan pada
fenomena dunia nyata 3. Diskusi kelompok 4. Berlatih soal secara
individu dan/atau
kelompok
5. Menjawab pertanyaan 6. Membuat kesimpulan 7. Analisa studi kasus
[image:29.612.131.515.103.706.2]8. Membuat atau
menganalisis gambar dan grafik
Namai
Penyajian konsep dengan berbagai teknik dan metode didukung oleh grafik, gambar, warna, analogi, alat peraga, dan lain-lain.
Memperhatikan, bertanya, menjawab pertanyaan guru dan mencatat materi pembelajaran.
Demonstrasikan
1. Mendemonstrasikan proses kerja dengan baik dan benar 2. Mendemonstrasikan
penyelesaian masalah atau soal dengan baik
1. Berlatih menyelesaikan soal secara sendiri dan/atau kelompok 2. Menampilkan proses
kerja alat sampai memperoleh data dan kesimpulan
3. Menampilkan hasil kerja kelompok ke dalam diskusi
4. Mengungkapkan
berbagai saran dan pendapat
Ulangi
Mengulang kembali konsep dan
persamaan utama dari
pembelajaran dengan penguatan dan umpan balik
1. Mengungkapkan
pendapat berdasarkan
pengamatan dan
pengalaman
2. Mencoba menyimpulkan dengan kata-kata sendiri
Rayakan
1.Memberikan dukungan dan pengakuan untuk setiap usaha siswa
2.Memberikan pujian untuk setiap kesuksesan siswa 3.Memberikan hadiah kejutan
untuk setiap prestasi
1. Saling mendukung atas keberhasilan yang telah diperoleh (memberikan pujian).
4.Mengakhiri sebuah
keberhasilan dengan
keceriaan bersama
5.Menutup pelajaran dengan seremonial tertentu
Dari penjelasan di atas, disimpulkan bahwa model pembelajaran
TANDUR adalah model pembelajaran yang mendeskripsikan dan melukiskan
prosedur sistematik dengan tujuan akhir pembelajaran untuk meningkatkan aspek
kognitif, afektif dan psikomotor.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu: hasil dan belajar. Hasil adalah
perolehan atau sesuatu yang diperoleh dari usaha atau pikiran. Belajar adalah
merupakan suatu proses yang terjadi dalam jiwa anak, karena adanya pengaruh
yang diberikan oleh pendidik, sehingga dengan adanya pengaruh ini maka
tingkah laku anak mengalami perubahan.28 Perubahan yang diperoleh dari hasil
belajar diharapkan dapat membawa pada perubahan yang lebih baik.
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa belajar adalah
berusaha untuk memperoleh ilmu atau menguasai suatu keterampilan. Belajar
adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.29
Belajar adalah perubahan. Perubahan dari belum mampu menjadi sudah
mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi harus secara
relatif bersifat tetap (permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat
ini nampak (immediate behavior), tetapi perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior).30 Belajar adalah kegiatan full contact yang
28
Nurleliana Siregar, Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Konsep Gaya Melalui
Metode Inquiri Pada Siswa Kelas VIII-3 SMP Negeri 43 Medan, Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika ISSN 2085-5281, Volume. 1, Nomor. 1, Juni 2009, h.42.
29
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar Edisi 2, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008),
h.13. 30
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta : Kizi
berarti dalam prakteknya harus melibatkan semua aspek kepribadian siswa yang
berupa pikiran, perasaan dan keterampilan atau bahasa tubuh.31
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.32 Belajar
bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru.
Buktinya, hasil ulangan siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang
sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama.
Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan, ada beberapa hal
penting yang berkaitan dengan pengertian belajar sebagai berikut :
1) Belajar adalah proses perubahan tinglah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan.
2) Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan perilaku yang sudah ada.
3) Perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh belajar dapat berupa perilaku yang baik (positif) atau perilaku yang buruk (negatif).
4) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu terjadi melalui usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau berarti dengan pengalaman atau latihan. Jadi perubahan akibat kematangan atau pertumbuhan fisik itu bukan hasil belajar.
5) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus relatif menetap bukan perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian cepat hilang kembali, seperti perubahan perilaku akibat alkohol/minuman keras.
6) Tingkah laku yang mengalami perubahan akibat belajar itu menyangkut semua aspek kepribadian/tingkah laku individu.33
Hakikat belajar adalah perubahan, perubahan yang terjadi akibat belajar
yaitu perubahan yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi
tingkah laku.34 Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan
mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, kebiasaan,
` 31 Bobby DePorter, et. al, op.cit., h.6.
32
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor belajar yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2003), h.2. 33
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h.55-56.
34
keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.35 Dari pengertian tersebut dapat
dipahami bahwa dengan belajar akan terjadi perubahan tingkah laku
dibandingkan sebelum belajar.
Hasil belajar merupakan tingkah laku yang dimiliki seseorang akibat
proses belajar yang telah dilakukannya, yang meliputi proses belajar disekolah,
masyarakat atau dalam keluarga.36 Hasil belajar atau pencapaian tujuan belajar
oleh siswa merupakan pengetahuan, keterampilan serta nilai dan sikap yang
diperoleh seseorang setelah terjadi interaksi dengan sumber belajar. Hasil belajar
adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya.37
Menurut Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan
terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.38 Hasil belajar fisika
adalah kemampuan yang diperoleh individu melalui kegiatan belajar fisika.
Kemampuan itu ditandai oleh adanya perubahan tingkah laku pada diri individu
dari segi pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam bidang fisika.39
Jadi berdasarkan beberapa pengertian di atas hasil belajar atau yang
sering disebut prestasi belajar diartikan suatu hasil usaha secara maksimal bagi
seseorang dalam menguasai bahan-bahan yang dipelajari atau kegiatan yang
dilakukan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu :
1) Internal / Dalam, yakni:
a) Fisiologi, yang terdiri dari kondisi fisik dan panca indera.
b) Psikologis, yang terdiri dari Bakat, Minat, Kecerdasan, Motivasi dan Kemampuan Kognisi.
2) Eksternal / Luar, yakni :
a) Lingkungan, yang terdiri dari Alam dan Sosial.
35
Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., h.16.
36
Dian Arianto, Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Pada Siswa Kelas X-4 SMA
Negeri 4 Kisaran Melalui Metode Demonstrasi, Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika ISSN 2085-5281, Volume. 1, Nomor. 1, Juni 2009, h.56.
37
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosda
Karya.2005), h.22. 38
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003), h.30.
39
Adimirpan Punantara Sitopu, Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas IX-3
b)Instrumental, yang terdiri dari Kurikulum, Guru, Sarana Prasarana, Administrasi dan Manjemen. 40
Bloom, mengklasifikasikan kemampuan hasil belajar ke dalam tiga ranah,
yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ketiga tingkatan itu
dikenal dengan istilah Bloom’s Taxonomy (Taksonomi Bloom).41 Pada penelitian ini, penulis hanya akan mengungkapkan hasil belajar pada ranah kognitif saja.
Ranah kognitif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Bloom
membagi domain kognitif ke dalam 6 tingkatan sebagai berikut:
1) Knowledge (Pengetahuan / C1)
Mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan
dalam ingatan. Hal-itu itu bisa meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta metode
yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali pada saat
dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall). Tingkatan ini merupakan tingkatan yang paling rendah namun menjadi prasyarat bagi tingkatan
selanjutnya. Kemampuan yang dimiliki hanya kemampuan menangkap
informasi kemudian menyatakan kembali informasi tersebut tanpa harus
memahaminya. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menyebutkan,
mengidentifikasikan, dan menggambarkan.
2) Comprehension (Pemahaman/C2)
Pemahaman merupakan salah satu jenjang kemampuan dalam proses
berfikir dimana siswa dituntut untuk memahami yang berarti mengetahui
tentang sesuatu hal dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Dalam kemampuan
ini termasuk kemampuan untuk mengubah satu bentuk menjadi bentuk lain,
misalnya dari bentuk verbal menjadi bentuk rumus, dapat menangkap arti dari
informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram atau
grafik, meramalkan berdasarkan kecenderungan tertentu, serta mengungkapkan
40
Zikri Neni Iska, op.cit., h. 85
41
Twi Minto Saestu, Penerapan Model Konstruktivisme Dengan Pendekatan Pemecahan
Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa, Skripsi, (Perpustakaan UPI Bandung:
suatu konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri. Kata kerja operasional untuk
pemahaman diantaranya : membedakan, mengubah, memberikan contoh dan
lain-lain.42
3) Application (Penerapan/C3)
Untuk penerapan atau aplikasi, siswa dituntut memiliki kemampuan
untuk menyeleksi atau memilih suatu abstrasi tertentu (konsep, hukum, dalil,
aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam situasi baru dan
menerapkannya secara benar.43 Contoh kata kerja yang digunakan yaitu
mengaplikasikan, menghitung, menunjukkan, dan lain-lain.
4) Analysis (Analisis/C4)
Merupakan kemampuan untuk memilah materi atau konsep ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur susunannya dapat dipahami. Dengan analisis
diharapkan seseorang dapat memilah integritas menjadi bagian-bagian yang
lebih rinci atau lebih terurai dan memahami hubungan bagian-bagian tersebut
satu sama lain. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menganalisa,
membandingkan, mengklasifikasi.
5) Synthesis (Sintesis/C5)
Merupakan keammpuan untuk menyatukan bagian-bagian materi menjadi
satu gabungan yang berpola dan berkaitan satu sama lain. Contoh kemampuan
sintesis adalah kemampuan merencanakan eksperimen. Kata kerja yang
digunakan misalnya: mensintesis, menghubungkan, dan menyimpulkan.44
6) Evaluation (Evaluasi/C6)
42
Syambasri Munaf, Evaluasi Pendidikan Fisika, (Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika
FMIPA UPI. 2001), h.69 43
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008),
h.119 44
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu mungkin
dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, materi dan kriteria tertentu. Untuk
dapat membuat suatu penilaian, seseorang harus memahami, dapat menerapkan,
menganalisis dan mensintesis terlebih dahulu. Contoh kata kerja yang
digunakan yaitu menilai, menafsirkan, memutuskan.
4. Pengertian Fisika
Fisika (Bahasa Yunani: physikos yang artinya "alamiah", dan physis, yang artinya "Alam") adalah sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas.
Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan
waktu. Fisika merupakan salah satu cabang besar dari ilmu pengetahuan alam atau
yang sekarang lebih dikenal dengan ilmu sains. Jadi fisika merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sains. 45 Fisikawan mempelajari perilaku dan sifat materi
dalam bidang yang sangat beragam, mulai dari partikel submikroskopis yang
membentuk segala materi (fisika partikel) hingga perilaku materi alam semesta
sebagai satu kesatuan kosmos.
Fisika dapat dikatakan merupakan induk dari segala ilmu yang
menyongsong peradaban manusia. Fisika juga merupakan ilmu yang
memposisikan alam sebagai tinjauan objek keilmuannya, sehingga fisika sangat
membantu manusia mengenal alam, mengenal begitu dahsyatnya ciptaan Allah
swt. 46 Fisika juga berkaitan erat dengan matematika. Teori fisika banyak dinyatakan
dalam notasi matematis, dan matematika yang digunakan biasanya lebih rumit
daripada matematika yang digunakan dalam bidang sains lainnya.
5. Pengertian Pembelajaran Fisika
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa pembelajaran
adalah proses, menjadikan orang belajar. Pembelajaran merupakan proses
komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru dan siswa yaitu saling bertukar
pikiran. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pembelajaran fisika
45
Wasis Pambudi, Pembelajaran Fisika Berwawasan ESQ (Emotional Spiritual Quotient) Pada Pokok Bahasan Tata Surya Kelas X Semester 1 Sma Islam Hidayatullah Semarang Tahun Ajaran 2005/2006 Untuk Meningkatkan Wawasan Keagamaan Siswa, Skripsi, (Semarang : FMIPA UNNES, 2006), h.18.
merupakan proses komunikatif interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa
yaitu saling bertukar pikiran.
Kegiatan pembelajaran, khususnya fisika, dirancang untuk memberikan
pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi
antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar
lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar tersebut
dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan
berpusat pada siswa.47
Materi pokok fisika di SMP merupakan pendukung materi pokok di
SMA/MA dengan perluasan pada konsep yang abstrak yang dibahas secara
kuantitif analitis. Materi pokok tersebut umumnya diperoleh dari berbagai
kegiatan menggunakan keterampilan proses dalam lingkup melakukan kerja
ilmiah.48
Salah satu standar kompetensi mata pelajaran fisika SMP adalah
memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk
teknologi sehari-hari. Kompetensi dasarnya yaitu mendeskripsikan konsep getaran
dan gelombang serta parameter-parameternya. Tuntunan indikatornya yaitu :
a. Mendeskripsikan getaran, periode getaran dan frekuensi getaran.
b. Menemukan hubungan antara periode dan frekuensi getaran.
c. Menganalisis gelombang, gelombang transversal, dan gelombang
longitudinal, karakteristik serta parameter-parameternya.
d. Menentukan hubungan antara panjang gelombang, periode gelombang dan
frekuensi gelombang.
6. Tujuan Pembelajaran Sains
Sains adalah suatu sistem pengetahuan tentang alam semesta yang
diperoleh melalui sekumpulan data hasil observasi. Dalam sains ini terdapat tiga
komponen utama yaitu proses, produk dan sikap. Produk sains digambarkan
47
Dian Arianto, op.cit., h. 54.
48
sebagai langkah-langkah penyelidikan yang meliputi masalah, observasi,
hipotesis, menguji hipotesis, kesimpulan.49
Pengertian ini menyebutkan bahwa sains (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah
hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, konsep, yang terorganisasi
tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses
ilmiah antara lain, penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan.
Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
fenomena alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan. Pendidikan fisika yang
merupakan salah satu cabang sains diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan
masalah di dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat mengembangkan ilmu dan
teknologi dan memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup
selaras berdasarkan hukum alam.
Pembelajaran sains dengan pendidikan nilai disekolah memiliki landasan
yuridis, filosofis, agama, dan landasan teori pendidikan yang holistik. Holistik
maksudnya memiliki visi dan misi tidak hanya mengajarkan aspek-aspek
pengetahuan dan keterampilan semata, melainkan juga nilai afektif yang
menanamkan nilai-nilai sikap dan moral kepada siswa. Dengan kata lain tugas
pendidikan sains adalah membudayakan manusia agar menjadi beradab.
B. Hasil Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan juga
telah dilakukan oleh Marwan dalam tesisnya yang menyatakan dalam hasil
penelitiannya bahwa penerapan model pembelajaran TANDUR berbasis inkuiri
telah mengatasi sebagian kesulitan siswa terhadap pelajaran fisika sehingga hasil
49
Kashardi, Studi Pengembangan Model CLIS (Children’s Learning In Science) Pada
belajar mereka jauh lebih baik daripada hasil belajar siswa yang belajar dengan
pembelajaran biasa.50
Ginanjar dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Tandur
Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMP Pada
Pembelajaran Fisika” mendapatkan kesimpulan sebagai berikut: 51
4. Penerapan model pembelajaran TANDUR Berbasis Inkuiri pada pembelajaran
fisika dapat meningkatkan hasil belajar siswa untuk aspek kognitif yang
berupa aspek pemahaman konsep yang terdiri dari aspek translasi, interpretasi,
dan ekstrapolasi. Peningkatan aspek kognitif tersebut bisa dilihat dari
perbandingan gain antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Data
gain kelompok eksperimen sebesar 19,95 sedangkan kelompok kontrol
sebesar 13,58. Selain itu dari uji Wilcoxon terdapat penolakan Ho yang
artinya ada peningkatan pemahamn konsep setelah diterapkan model
pembelajaran TANDUR berbasis inkuiri.
5. Efektivitas pembelajaran fisika dengan model pembelajaran TANDUR
Berbasis Inkuiri menunjukkan tingkat efektivitas penbelajaran sebesar 0,73
dengan kategori sangat tinggi yang artinya model pembelajaran ini sangat
efektif.
6. Tanggapan siswa secara keseluruhan terhadap model pembelajaran fisika
dengan model TANDUR berbasis Inkuiri sangat baik yaitu 90% respon siswa
merasa sangat terbantu dan senang dengan model pembelajaran ini.
Penelitian lain dilakukan oleh Zuhriyah, skripsinya yang berjudul
“Penerapan Model Pembelajaran Tandur Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa (Penelitian Terhadap Siswa SMP Miftahul Iman Kota Bandung Tahun
Ajaran 2005/2006)”, menyatakan bahwa : 52
1. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, aspek afektif,
dan aspek psikomotor selama menggunakan model pembelajaran TANDUR.
50
Marwan, op.cit., 75.
51
Dadang Ginanjar, Penerapan Model Tandur Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Siswa Smp Pada Pembelajaran Fisika, Skripsi. (Perpustakaan UPI Bandung : tidak diterbitkan, 2008), h.72.
52
Pada aspek kognitif peningkatan terlihat dari skor rata-rata gain ternormalisasi
pada tiap seri pembelajaran. Skor rata-rata gain ternormalisasi pada seri-1
adalah 0.59, seri-2 adalah 0.61, dan seri-3 adalah 0.63. Untuk aspek afektif,
peningkatan dapat terlihat dari persentase rata-rata tiap jenjang, yaitu pada
seri-1 sebesar 56.29 %, seri-2 sebesar 81.71 %, dan seri-3 sebesar 84.57 %.
Dan untuk aspek psikomotor, peningkatan juga dapat terlihat dari persentase
rata-rata tiap jenjang, yaitu pada seri-1 sebesar 78.60 %, seri-2 sebesar 84.00
%, dan seri-3 sebesar 90.50%.
2. Berdasarkan data skor rata-rata gain ternormalisasi, dapat disimpulkan bahwa
perkembangan hasil belajar siswa selama melaksanakan pembelajaran fisika
dengan menggunakan model pembelajaran TANDUR cenderung
menunjukkan peningkatan karena nilai skor gain rata-rata ternormalisasi tiap
seri berubah lebih besar. Begitupun juga dengan hasil belajar siswa pada aspek
afektif dan psikomotor cenderung meningkat. Hal tersebut disimpulkan
berdasarkan persentase rata-rata tiap jenjang.
3. Efektivitas pembelajaran fisika dengan menerapkan model pembelajaran
TANDUR menunjukkan tingkat pembelajaran yang efektif.
Kemudian Hamdani dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Penerapan
Model Tandur Dalam Pembelajaran Ipa Fisika Terhadap Aktivitas dan Prestasi
Belajar Siswa”, menyimpulkan tiga hal, yaitu :53
1. Penerapan model TANDUR dalam pembelajaran IPA Fisika berpengaruh
terhadap aktivitas dan prestasi belajar siswa. Aktivitas belajar menjadi
berorientasi pada siswa aktif dan prestasi belajar siswa meningkat signifikan
sebesar 6,42.
2. Aktivitas belajar pada model TANDUR sangat beragam. Jenis aktivitas
belajar yang tergolong tinggi adalah visual, motor, oral dan emotional activities sedangkan mental activities masih tergolong rendah. Rendahnya
mental activities disebabkan keterbatasan waktu pembelajaran sehingga siswa yang diberi kesempatan untuk menunjukan aktivitas tersebut
jumlahnya dibatasi.
53
3. Efektivitas pembelajaran model TANDUR dalam pembelajaran IPA Fisika
tergolong sedang. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan skor gain
ternormalisasi sebesar 0,40.
Penelitian selanjutnya oleh Mayeni dalam skripsinya yang berjudul
“Penerapan Model Pembelajaran TANDUR Berbasis Inkuri Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa”, menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa dalam ranah
kognitif dan psikomotor meningkat setelah diterapkan model pembelajaran
TANDUR sehingga model pembelajaran TANDUR berbasis inkuiri efektif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dan respon siswa terhadap model pembelajaran
TANDUR