ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN NON
PERFORMING FINANCING TERHADAP PENYALURAN
DANA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
TESIS
Oleh RUKIAH 077019107/IM
S
E K O L AH
P A
S C
A S A R JA NA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN NON
PERFORMING FINANCING TERHADAP PENYALURAN
DANA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh RUKIAH 077019107/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN NON PERFORMING FINANCING TERHADAP PENYALURAN DANA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
Nama Mahasiswa : Rukiah Nomor Pokok : 077019107 Program Studi : Ilmu Manajemen
Menyetujui, Komisi Pembimbing:
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA., Ak.) (Dr. Isfenti Sadalia, ME.) Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. Rismayani, SE., MS.) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc.)
Telah diuji pada:
Tanggal 1 Februari 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak. Anggota : 1. Dr. Isfenti Sadalia, ME.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul:
“Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga Dan Non Performing Financing Terhadap Penyaluran Dana Perbankan Syariah Di Indonesia”
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga sebelumnya.
Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan secara jelas dan benar.
Medan, Februari 2010 Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
Perbankan syariah sebagai salah satu pilar pendukung perkonomian Indonesia di bidang Industri keuangan memiliki peran strategis dalam pengembangan sektor riil. Hampir 90 % penduduk Indonesia adalah muslim dan merupakan pangsa pasar besar yang harus dimanfaatkan untuk menjalankan fungsinya sebagai perantara keuangan, yang menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh dana pihak ketiga yang terdiri dari giro, tabungan, deposito serta non performing financing terhadap penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dana pihak ketiga yang terdiri dari giro, tabungan, deposito serta non performing financing
terhadap penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia. Teori yang digunakan adalah manajemen keuangan yang berkaitan dengan aktiva berupa penyaluran dana. Passiva berupa dana pihak ketiga dan kualitas dari penyaluran dana tersebut yang diukur dengan non performing financing. Pendekatan yang digunakan merupakan pendekata survei, jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif dan bersifat eksplanatori. Metode pengambilan sampel adalah Purposive Sampling Method, dari populasi sebanyak tiga puluh dua bank yang terdiri dari lima bank umum syariah dua puluh tujuh unit usaha syariah yang terdaftar di Bank Indonesisa. Diambil sembilan bank yang telah memenuhi kriteria pengambilan sampel, yang memberikan laporan keuangan dari tahun 2005 hingga 2008 secara rutin. Pengujian hipotesis dilakukan dengan regresi linear berganda.
Hasil penelitian untuk pengujian hipotesis menunjukkan nilai koefisien diterminasi (R²) sebesar 91%, dengan menggunakan confidential interval sebesar 95%. Secara serempak dana pihak ketiga (giro, tabungan, deposito) dan non performing financing mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia, sedangkan secara parsial giro serta non performing financing tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia
ABSTRACT
Islamic banking as one of the pillars supporting Indonesia economic in the field financial industry has a strategic role in the development of real sector. Almost 90% of the population of Indonesia is Muslim and is a large market share should be utilized to perform its function as financial intermediaries, which collects and distributes public funds. Formulation of the problem in this research are there the influence of third party funds consist of giro, savings, deposits and non-performing financing on the distribution funds of Islamic banking in Indonesia
This research was conducted in order to determine the influence of third party funds consist of giro, savings, deposits and non-performing financing on distribution funds of Islamic banking in Indonesia. Using the theory in the financial management of assets related to a financing . Liabilities in the form of third party funds and the quality of these financing as measured by non-performing financing. The research using survey approach, the kind of research are quantitative descriptive and descriptive explanatory. Using purposive sampling method, from a population of thirty-two banks consist of five Islamic banks and twenty-seven Sharia Business Units registered in Bank Indonesia. Taken nine banks that have met the sampling criteria, which provides financial reports from 2005 to 2008 on a regular basis. Hypothesis testing is done by multiple linear regression.
The results for the test showed hypothesis terminated coefficient value (R²) by 91%, by using the confidential interval of 95%. Simultaneous third party funds consist of giro, savings, deposits and non-performing financing has a significant influence on the distribution of funds Islamic banking in Indonesia. partially deposits and non-performing financing which does not have significant influence on distribution funds of Islamic banking in Indonesia.
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Tesis ini.
Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Magister Ilmu
Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Judul penelitian yang
dilakukan penulis adalah: ”Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Non Performing
Financing Terhadap Penyaluran Dana Perbankan Syariah di Indonesia”.
Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak
memperoleh bantuan moril dan materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM & H., Sp.A(K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE., MS. selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA., Ak., selaku Ketua Komisi
Pembimbing yang telah memberikan dorongan dan bimbingan kepada penulis
5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang juga tidak
bosan-bosannya memberikan masukan dan saran-saran kepada penulis sehingga
tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
6. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si. dan Bapak Drs. Syahyunan, M.Si. selaku
Anggota Komisi Penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk
perbaikan tesis ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta pegawai di Program Studi Magister Ilmu Manajemen
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
8. Kedua orang tua penulis, almarhum ayah dan almarhumah ibu tercinta yang telah
mendidik dan menyekolahkan penulis sejak awal hingga penulis dapat
melanjutkan ke jenjang strata dua.
9. Suami tercintaku Abdul Hamid Batubara yang telah sabar dan berkorban selalu
memberi dorongan, kasih sayang, perhatian agar penulis bisa menyelesaikan tesis
ini, dan teristimewa kepada Ananda Nazmi Thoriq Batubara yang menjadi
pemberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan studi ini.
10. Kak Safrina serta kak Nur sekeluarga yang telah banyak membantu penulis dalam
studi ini, yang tidak bisa penulis balas kebaikannya, semoga Allah memberi
balasan atas semua pengorbanannya, serta saudara lainnya kak Erli, kak Ida, kak
Salam bang Safwan, bang Ucok, adinda Fahmi beserta seluruh keluarga besar,
11. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Angkatan XIII di Program Studi Magister Ilmu
Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan
kerja samanya selama penulis menempuh studi dan penulisan Tesis ini.
Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari
sempurna. Namun harapan penulis semoga Tesis ini bermanfaat kepada seluruh
pembaca. Semoga kiranya Tuhan yang Maha Esa memberkati kita semua. Amin.
Medan, Februari 2010 Penulis,
RIWAYAT HIDUP
Rukiah dilahirkan di Padangsidimpuan pada tanggal 24 Maret 1976 dari
pasangan Bapak Husin Lubis (Alm) dan Ibu Masjida Hasibuan (Almh)., sebagai anak
kedelapan dari sembilan bersaudara. Menikah pada tanggal 22 Desember 2007
dengan Abdul Hamid Batubara dikaruniai seorang putra bernama Nazmi Thoriq
Batubara
Pendidikan formal dimulai tahun 1982 di TK Aisiyah Padangsidimpuan tamat
dan lulus 1983, SD Negeri IX Padangsidimpuan tamat dan lulus 1989, MTs Negeri
Padangsidimpuan tamat dan lulus 1992, SMA Negeri 2 Padangsidimpuan tamat dan
lulus 1995, dan Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara tamat dan lulus 2000, dan pada tahun 2007 melanjutkan pendidikan di
Program Studi Magister Ilmu Manajemen SPs Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pekerjaan sekarang Dosen Pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Padangsidimpuan mulai tahun 2007 sampai sekarang.
Medan, Februari 2010
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
BAB I PENDAHULUAN... 1
I.1. Latar Belakang... 1
I.2. Perumusan Masalah... 6
I.3. Tujuan Penelitian... 6
I.4. Manfaat Penelitian... 6
I.5. Kerangka Konsep... 7
I.6. Hipotesis Penelitian... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 11
II.1. Penelitian Terdahulu... 11
II.2. Pengertian Umum Perbankan... 13
II.3. Sistem Bank Konvensional... 13
II.5. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah... 17
II.5.1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Depository/Alwadiah)... 18
II.5.2. Prinsip Mudharabah... 20
II.6. Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah... 21
II.7. Prinsip Perhitungan Keuntungan Bagi Nasabah Penabung... 23
II.8. Penyaluran Dana Perbankan Syariah... 23
II.8.1. Prinsip Bagi Hasil Dalam Pembiayaan……… 24
II.8.2. Pembiayaan Musyarakah... 26
II.8.3. Pembiayaan Mudharabah... 27
II.8.4. Pembiayaan Murabahah……… 29
II.8.5. Pembiayaan Bai’u Salam……….. 31
II.8.6. Pembiayaan Bai’u Istishna’... 33
II.8.7. Pembiayaan Ijarah... 34
II.8.8. Pembiayaan Qardh Al Hasan……… 36
II.9. Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing)... 38
II.9.1. Pembiayaan Lancar (Pass)……… 39
II.9.2. Perhatian Khusus (Spesial Mention)………. 39
II.9.3. Kurang Lancar (Substandard)... 40
II.9.4. Diragukan (Doubtfull)... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 42
III.1. Tempat dan Waktu Penelitian... 42
III.2. Metode Penelitian... 42
III.3. Populasi dan Sampel... 43
III.4. Metode Pengumpulan Data... 45
III.5. Jenis dan Sumber Data... 46
III.6. Identifikasi Variabel... 46
III.7. Definisi Operasional Variabel... 47
III.8. Pengujian Asumsi Klasik………. 49
III.8.1. Uji Normalitas... 49
III.8.2. Uji Heteroskedastisitas... 50
III.8.3. Uji Multikolinieritas... 51
III.8.4 Uji Autokorelasi………... 51
III.9. Model Analisis Data... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 57
IV.1. Hasil Penelitian... 57
IV.1.1. Gambaran Umum Perbankan Syariah di Indonesia... 57
IV.1.2. Deskriptif Data Penelitian... 60
IV.1.3. Pengujian Asumsi Klasik... 65
IV.1.3.1. Hasil Uji Normalitas... 65
IV.1.3.3. Hasil Uji Multikolinieritas………. 68
IV.1.3.4. Hasil Uji Autokorelasi... 69
IV.1.4. Hasil Uji Hipotesis... 70
IV.1.4.1. Hasil Uji Serempak………. 72
IV.1.4.2. Hasil Uji Parsial……….. 73
IV.2. Pembahasan... 74
IV.2.1. Pembahasan Hasil Uji Serempak... 74
IV.2.2. Pembahasan Hasil Uji Parsial... 75
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN... 79
V.1. Kesimpulan... 79
V.2. Keterbatasan Penelitian... 79
V.2. Saran... 80
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
I.1. Pertumbuhan Asset, Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan dan Non
Performing Financing Perbankan Syariah di Indonesia ... 3
I.2. Pertumbuhan Giro Wadiah, Tabungan Mudharabah, Deposito Mudharabah Perbankan Syariah di Indonesia... 3
I.3. Perbandingan FDR Perbankan Syariah dan LDR Perbankan Konvensional di Indonesia... 4
I.4. Penyaluran Dana pada Produk Utama Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia... 5
II.1. Penelitian Terdahulu ... 12
II.2. Perbedaan Karakteristik Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 16
II.3. Perhitungan Keuntungan (Bagi Hasil) Bagi Deposan... 23
II.4. Perbedaan Perhitungan Keuntungan Bunga atau Bagi Hasil Dalam Penyaluran Dana Perbankan di Indonesia... 25
III.1. Pemilihan Sampel ... 44
III.2. Data Sampel Bank Syariah di Bank Indonesia... 45
III.3. Definisi Operasional Variabel... 48
III.4. Pengambilan Keputusan Ada atau Tidaknya Autokorelasi... 52
IV.1. Statistik Deskriptif Data Penelitian... 60
IV.2. Hasil Uji Normalitas ... 67
IV.3. Hasil Uji Multikolinieritas ... 69
IV.5. Hasil Uji Koefisien Regresi ... 71
IV.6. Hasil Uji Determinasi... 72
IV.7. Hasil Uji F ... 72
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
I.1. Kerangka Konsep Pengaruh DPK dan Non Performing
Financing Terhadap Penyaluran Dana Perbankan Syariah... 10
II.1. Skema Alwadi’ah Yad al-Amanah ... 18
II.2. Skema al –Wadiah Yad adh-Dhamanah ... 20
II.3. Skema Pembiayaan Al Musyarakah………. 27
II.4. Skema Pembiayaan Mudharabah………. 29
II.5. Skema Pembiayaan Murabahah………. 30
II.6. Skema Pembiayaan Bai ‘u Salam... 32
II.7. Skema Pembiayaan Bai’u Istishna... 33
II.8. Skema Pembiayaan Ijarah... 35
II.9. Skema Pembiayaan Qardh Hasan... 38
IV.1. Hasil Uji Normalitas... 66
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1 Data Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang Terdaftar
di Bank Indonesia Tahun 2005-2008... 85
2. Data Bank yang Tidak Memenuhi Kriteria, yang Tidak Memberikan Laporan Keuangan Secara Rutin Selama Tahun Pengamatan... 86
3 Data PYD, Giro, Tabungan, Deposito dan NPF Perbankan Syariah
Pada Bank Indonesia... 87
4 Data Variabel Dalam Bentuk Logaritma Natural... 89
ABSTRAK
Perbankan syariah sebagai salah satu pilar pendukung perkonomian Indonesia di bidang Industri keuangan memiliki peran strategis dalam pengembangan sektor riil. Hampir 90 % penduduk Indonesia adalah muslim dan merupakan pangsa pasar besar yang harus dimanfaatkan untuk menjalankan fungsinya sebagai perantara keuangan, yang menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh dana pihak ketiga yang terdiri dari giro, tabungan, deposito serta non performing financing terhadap penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dana pihak ketiga yang terdiri dari giro, tabungan, deposito serta non performing financing
terhadap penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia. Teori yang digunakan adalah manajemen keuangan yang berkaitan dengan aktiva berupa penyaluran dana. Passiva berupa dana pihak ketiga dan kualitas dari penyaluran dana tersebut yang diukur dengan non performing financing. Pendekatan yang digunakan merupakan pendekata survei, jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif dan bersifat eksplanatori. Metode pengambilan sampel adalah Purposive Sampling Method, dari populasi sebanyak tiga puluh dua bank yang terdiri dari lima bank umum syariah dua puluh tujuh unit usaha syariah yang terdaftar di Bank Indonesisa. Diambil sembilan bank yang telah memenuhi kriteria pengambilan sampel, yang memberikan laporan keuangan dari tahun 2005 hingga 2008 secara rutin. Pengujian hipotesis dilakukan dengan regresi linear berganda.
Hasil penelitian untuk pengujian hipotesis menunjukkan nilai koefisien diterminasi (R²) sebesar 91%, dengan menggunakan confidential interval sebesar 95%. Secara serempak dana pihak ketiga (giro, tabungan, deposito) dan non performing financing mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia, sedangkan secara parsial giro serta non performing financing tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia
ABSTRACT
Islamic banking as one of the pillars supporting Indonesia economic in the field financial industry has a strategic role in the development of real sector. Almost 90% of the population of Indonesia is Muslim and is a large market share should be utilized to perform its function as financial intermediaries, which collects and distributes public funds. Formulation of the problem in this research are there the influence of third party funds consist of giro, savings, deposits and non-performing financing on the distribution funds of Islamic banking in Indonesia
This research was conducted in order to determine the influence of third party funds consist of giro, savings, deposits and non-performing financing on distribution funds of Islamic banking in Indonesia. Using the theory in the financial management of assets related to a financing . Liabilities in the form of third party funds and the quality of these financing as measured by non-performing financing. The research using survey approach, the kind of research are quantitative descriptive and descriptive explanatory. Using purposive sampling method, from a population of thirty-two banks consist of five Islamic banks and twenty-seven Sharia Business Units registered in Bank Indonesia. Taken nine banks that have met the sampling criteria, which provides financial reports from 2005 to 2008 on a regular basis. Hypothesis testing is done by multiple linear regression.
The results for the test showed hypothesis terminated coefficient value (R²) by 91%, by using the confidential interval of 95%. Simultaneous third party funds consist of giro, savings, deposits and non-performing financing has a significant influence on the distribution of funds Islamic banking in Indonesia. partially deposits and non-performing financing which does not have significant influence on distribution funds of Islamic banking in Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang
harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya
masyarakat tidak punya cukup dana untuk memenuhi kebutuhannya. Dilain pihak ada
juga masyarakat yang kelebihan dana, dan menginginkan dananya tidak menganggur.
Oleh karena itu, dalam perkembangan perekonomian masyarakat yang semakin
meningkat muncullah jasa pembiayaan dan penghimpun dana yang ditawarkan oleh
lembaga keuangan bank dan non bank.
Sebagai salah satu lembaga keuangan yang fungsinya menghimpun dan
menyalurkan dana kepada masyarakat, kegiatan perbankan merupakan salah satu
aspek yang diatur dalam syariah Islam, yakni aspek muamalah yaitu bagian yang
mengatur hubungan sesama manusia.
Kemunculan lembaga keuangan syariah modern dimulai tahun 1990-an ditandai
dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992. Pemikiran tentang
pengembangan ekonomi Islam telah ada jauh sebelum masa tersebut. Tetapi setelah
terjadinya krisis moneter tahun 1997 banyak bank konvensional yang dilikuidasi
karena mengalami Negative Spread kecuali bank yang mendapat bantuan
Rekapitulasi dari pemerintah melalui (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) yang
Krisis tersebut membawa hikmah bagi pengembangan perbankan syariah di
Indonesia, dimana kebutuhan masyarakat akan produk perbankan atau lembaga
keuangan syariah yang menggunakan sistem berdasarkan bagi hasil mengalami
peningkatan yang sangat pesat, pertumbuhan asset perbankan syariah dari tahun ke
tahun menunjukkan peningkatan. Total asset perbankan syariah secara keluruhan
pada desember 2008 telah mencapai Rp. 49,55 triliun, dengan pertumbuhan sebesar
35,6% dan pangsa terhadap total asset perbankan nasional sebesar 2,14 %, akan tetapi
dalam program akselerasi perbankan syariah ditetapkan bahwa pada akhir tahun 2008
pangsa asset perbankan syariah terhadap total asset perbankan nasional ditargetkan
mencapai 5 %. (Agustianto, 2008).
Sampai saat ini bank yang menjalankan prinsip syariah semakin bertambah,
hingga akhir Desember 2008 tercatat sudah terdapat 5 Bank Umum Syariah, 27 Bank
konvensional yang membuka Unit Usaha Syariah (UUS), dan 131 Bank Perkreditan
Rakyat Syariah (BPRS) dan masih banyak bank-bank konvensional yang
merencanakan membuka Unit Usaha Syariah. (Bank Indonesia, 2008).
Sejalan dengan bertambahnya jaringan kantor bank syariah, perkembangan
usahanyapun mulai meningkat terlihat dari pertumbuhan Asset, Dana Pihak Ketiga
Tabel I.1. Pertumbuhan Asset, Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan dan Non
Performing Financing Perbankan Syariah di Indonesia
Tahun Total Asset Dana Pihak Katiga Penyaluran Dana Non Performing Financing
2005
Sumber: Bank Indonesia 2005 -2008 (Data eksternal diolah)
Dari Tabel I.1 diatas dapat dilihat pada akhir 2008 pertumbuhan aset
mengalami penurunan dibanding tahun 2007, begitu juga dengan penghimpunan
Dana Pihak ketiga perbankan syariah sedikit mengalami tekanan akibat kuatnya
persaingan penghimpunan dana, menunjukkan pertumbuhan sebesar 31,5 %
mengalami penurunan dibanding penghimpunan DPK tahun 2007 sebesar 35,5 % dan
DPK tahun 2006 sebesar 32,7 % dan hampir sama dengan pertumbuhan DPK tahun
2005 sebesar 31.4 % Penurunan ini dipengaruhi tren kenaikan suku bunga perbankan.
Perkembangan dana pihak ketiga yang terdiri dari giro, tabungan deposito lebih rinci
pertumbuhannya seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel I.2. Pertumbuhan Giro Wadiah, Tabungan Mudharabah, Deposito Mudharabah Perbankan Syariah di Indonesia
Tahun Giro Wadiah Tabungan
Mudharabah
Sumber: Bank Indonesia 2005-2008 (Data eksternal diolah)
Berdasarkan Tabel I.2 diatas dapat dilihat bahwa penghimpunan dana pihak
ketiga, baik tabungan mudharabah dan deposito mudharabah dari tahun 2005 sampai
yang berbentuk giro yang mengalami laju pertumbuhan yang berfluktuasi dari tahun
2005 sampai tahun 2008.
Sedangkan kegiatan penyaluran dana perbankan syariah melalui berbagai
bentuk akad mengalami pertumbuhan sebesar 36,7 % sama dengan laju pertumbuhan
penyaluran dana sepanjang tahun 2007 dibandingkan laju penyaluran dana tahun
2006 dan 2005 masing–masing hanya sebesar 34,2 % dan 32,6%. Laju pertumbuhan
pembiayaan tersebut diikuti dengan kinerja pembiayaan yang sedikit membaik
dengan NPF sebesar 3,95 %, cenderung menurun dibanding tahun 2007 dan tahun
2006, Sedangkan Financing to Deposit Ratio (FDR) yaitu perbandingan pembiayaan
yang disalurkan dengan DPK tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 103,6 %,
semakin meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2005 dan
2006 masing -masing masih sebesar 97,8 % dan 98,9 % dan pada tahun 2007 mulai
meningkat menjadi sebesar 99,90 %. Dibawah ini tabel perbandingan FDR Perbankan
syariah dengan LDR perbankan konvensional.
Tabel I.3. Perbandingan FDR Perbankan Syariah dan LDR Perbankan Konvensional di Indonesia
Tahun FDR
(Finance to Deposit Ratio)
LDR
(Loan To Deposit Ratio) 2005 Sumber: Bank Indonesia, 2005 -2008 (Data diolah)
Sebagai Perbandingan di dunia perbankan konvensional indikator sejenis
dengan FDR disebut dengan Loan To Deposit Ratio (LDR) untuk 4 tahun belakangan
hal ini menunjukkan bahwa fungsi intermediasi perbankan syariah lebih baik
dibanding perbankan konvensional. Meskipun demikian pembiayaan yang
dikucurkan perbankan syariah masih lebih banyak pada produk murabahah (Jual
Beli) yang sifatnya konsumtif dibanding dengan pembiayaan pada produk
mudharabah dan musyarakah yang sifatnya bagi hasil masing–masing, seperti terlihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel I.4. Penyaluran Dana pada Produk Utama Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia
Tahun Pembiayaan
Mudharabah
Pembiayaan
Musyarakah Piutang Murabahah
2005
Sumber: Bank Indonesia 2005-2008 (Data eksternal diolah)
Dari Tabel I.4 diatas dapat dilihat bahwa pembiayaan yang dikucurkan pada
produk murabahah dari tahun ke tahun selalu lebih besar dibanding pembiayaan
lainnya, hal ini mencerminkan bahwa sumbangan perbankan syariah bagi
bergeraknya sektor riil masih sangat minim, dan ini masih jauh dari target yang ingin
dicapai, dimana diharapkan produk pembiayaan berbasis bagi hasil (mudharabah dan
musyarakah) lebih mendominasi, hal ini juga dipengaruhi oleh kemampuan nasabah
dalam membayar kembali pinjamannya. Unsur ini biasanya tercermin pada
pembiayaan bermasalah yang dikenal dengan Non Performing Financing.
Dalam kaitan inilah menjadi lebih menarik dan penting untuk meneliti pengaruh
I.2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dirumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah ada Pengaruh Dana Pihak Ketiga yang terdiri dari : giro, tabungan, deposito
serta Non Performing Financing terhadap penyaluran dana perbankan syariah di
Indonesia?
I.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah Untuk
mengetahui dan menganalisis apakah ada pengaruh Dana Pihak Ketiga yang terdiri
dari : giro, tabungan, deposito serta Non Performing financing terhadap penyaluran
dana perbankan syariah di Indonesia.
I.4. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :
a. Bagi institusi perbankan khususnya perbankan syariah, penelitian ini berguna
sebagai masukan dalam merumuskan konsep pengembangan bank syariah dalam
upaya meningkatkan fungsi intermediasi perbankan syariah serta meningkatkan
kemampuan dan daya saing perbankan syariah di tengah persaingan perbankan
secara nasional.
b. Bagi Program Studi Ilmu Manajemen penelitian ini bisa menambah kekayaan
c. Sebagai motivasi bagi peneliti peneliti lain untuk mengkaji lebih jauh
perkembangan dan arah pengembangan bank syariah, khususnya mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran dana perbankan.
d. Bagi penulis penelitian ini berguna menambah pengalaman dalam khasanah
penelitian dan menambah wawasan mengenai perbankan syariah.
I.5. Kerangka Konsep
Dana Pihak Ketiga, Non Performing Financing, Penyaluran Dana, pada
penelitian ini sejalan dengan pendapat (Muhammad : 2004) mengemukakan bahwa :
Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi perkembangan kemampuan dalam
menghimpun dana masyarakat, baik skala kecil maupun besar, dengan masa
pengendapan yang memadai. Dana yang berasal dari masyarakat ini merupakat titipan
ataupun penyertaan yang sewaktu-waktu akan ditarik kembali. Setelah dana pihak
ketiga, dikumpulkan, maka sesuai dengan fungsi intermediary-nya, maka bank
berkewajiban menyalurkan dana tersebut untuk pembiayaan.
Menurut Iqbal dan Abbas ( 2007 : 99) menyatakan bahwa :
The Landscape of any financial system is therefore dominated by the nature of
financial intermediation, i.e.,how the function of intermediation is performed, who
intermediates between the suppliers and users of fund, and what role the intermediary
play in the saving-invesment process and in corporate finance.
Selanjutnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
nasabah kepada bank syariah dan / atau UUS berdasarkan akad Wadiah atau akad
lainnya yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dalam bentuk giro, tabungan
atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.
Pasal 37 mengatakan: Penyaluran dana berdasarkan prinsip syariah oleh Bank
Syariah dan UUS mengandung risiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya
sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan Bank Syariah dan UUS.
Mengingat bahwa penyaluran dana dimaksud bersumber dari dana masyarakat
yang disimpan pada Bank Syariah dan UUS, risiko yang dihadapi Bank Syariah dan
UUS dapat berpengaruhi pula kepada keamanan dana masyarakat tersebut. Oleh
karena itu, untuk memelihara kesehatan dan meningkatkan daya tahannya, bank
diwajibkan menyebar risiko dengan mengatur penyaluran kredit atau pemberian
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, pemberian jaminan ataupun fasilitas lain
sedemikian rupa sehingga tidak terpusat pada nasabah debitur atau kelompok nasabah
debitur tertentu.
Kemudian menurut Abdullah (2005) mengemukakan:
Sumber utama dana bank dalam aktivitas penghimpunan dana dari masyarakat
berasal dari bentuk simpanan deposito berjangka (time deposite), tabungan (saving),
dan simpanan giro (demand deposit). Ketiga sumber dana tersebut sering disebut
sumber dana pihak ketiga atau juga sumber dana tradisional. Selain sumber dana
tersebut bank juga memiliki sumber dana lain yang berasal dari pinjaman melalui
bank Indonesia dan bank lain (sumber dana pihak II) dan sumber dana yang berasal
Menurut Warjiyo (2005:435) mengemukakan: perilaku penawaran atau
penyaluran kredit perbankan dipengaruhi oleh suku bunga, persepsi bank terhadap
prospek usaha debitur dan faktor lain seperti karakteristik internal bank yang
meliputi sumber dana pihak ketiga, permodalan yang dapat diukur dengan rasio
kecukupan modal (capital adequacy ratio) dan jumlah kredit bermasalah (non
performing financing).
Rivai dan Andria (2008) menyatakan: Bahwa Pembiayaan pada intinya berarti I
Believe, I Trust, ’saya percaya’ atau saya menaruh kepercayaan’. Perkataan
pembiayaan yang artinya kepercayaan (trust), berarti lembaga pembiayaan sebagai
shahibul mal menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah
yang diberikan. Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil, dan harus disertai
dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas, dan saling menguntungkan bagi kedua
belah pihak.
Jadi dapat disimpulkan bahwa : perbankan memiliki fungsi sebagai lembaga
penghimpun dan penyaluran dana dari masyarakat dan untuk masyarakat (Fungsi
Intermediasi Bank). Dana yang dihimpun oleh bank dari masyarakat merupakan Dana
Pihak Ketiga yang terdiri dari giro, tabungan dan doposito. Dimana dana ini tidak
boleh diendapkan di bank. Alokasi dana harus dijalankan terutama untuk
mengoptimalkan fungsi intermediasi tersebut guna mendorong dan mempercepat
pertumbuhan sektor rill.
Pembiayaan bermasalah atau Non Performing financing, sering terjadi dalam
dan mengawasi jalannya pembiayaan. Besar kecilnya NPF mempengaruhi besar
kecilnya penyaluran dana, ini terjadi karena sikap kehati-hatian bank dan besar
kecilnya dana yang ada di bank.
Untuk melihat pengaruh DPK dan NPF terhadap penyaluran dana perbankan
syariah dapat dilihat pada kerangka konsep berikut ini:
DPK (Dana Pihak Ketiga): Giro (X1)
Tabungan (X2) Deposito (X3)
Penyaluran Dana Perbankan Syariah
(Y)
Non Performing Financing (X4)
Gambar I.1. Kerangka Konsep Pengaruh DPK dan Non Performing Financing Terhadap Penyaluran Dana Perbankan Syariah
I.6. Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh dana pihak ketiga yang terdiri dari giro, tabungan, deposito serta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah ilmu yang dalam cara berfikir menghasilkan
kesimpulan berupa ilmu pengetahuan yang dapat diandalkan, dalam proses berfikir
menurut langkah-langkah tertentu yang logis dan didukung oleh fakta empiris.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian lain yang meneliti hal
yang sama, akan tetapi peneliti yang meneliti hal yang sama jumlahnya masih
terbatas. Penulis mencoba untuk mempertegas hasil penelitian yang menyangkut
pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Non Performing Financing terhadap penyaluran
dana perbankan khususnya perbankan syariah. Maka penelitian terdahulu tersebut
yaitu:
1. Sulistyani (2002) meneliti dengan judul ”Pengaruh Penghimpunan Dana Pihak
Ketiga Terhadap Total Pinjaman Yang diberikan Pada PT. Bank Pembangunan
Jawa Timur”.
2. Surbakti (2005) meneliti dengan judul ”Analisis Faktor-faktor Penyebab Non
Performing Financing, Studi Kasus Pada Bank Syariah ”X” di Jakarta.
3. Fransisca dan Siregar (2008) meneliti dengan judul ”Pengaruh Faktor Internal
Tabel II.1. Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1 Sulistyani / Studi Kasus Pada Bank Syariah ”X” di Jakarta
Pengaruh Faktor Internal Bank Terhadap Volume Kredit Pada Bank yang Go Public Di Indonesia
Non Performing financing (Y). Kualitas Karakter Nasabah (X1). Kualitas dan Stabilitas
Cash flow Nasabah
II.2. Pengertian Umum Perbankan
Kasmir (2004 : 11) mengatakan bank secara sederhana dapat diartikan sebagai
berikut: Lebaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta
memberikan jasa bank lainnya.
Menurut Undang-undang RI Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, Bank
adalah Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk- bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dalam hal ini kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat,
bank konvensional menggunakan sistem bunga, sedangkan bank syariah menggunkan
sistem bagi hasil, selain itu dikenal juga jenis bank lain yaitu Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) yaitu Bank yang melaksanakan kegiatannya secara konvensional juga
syariah dan tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
II.3. Sistem Bank Konvensional
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998, sistem perbankan
konvensional mengenal dua jenis Bank yaitu Bank umum dan Bank Perkrditan
Rakyat. Adapun jenis-jenis kegiatan Bank Umum adalah sebagai berikut:
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan / atau bentuk lainnya yang
b. Penyaluran dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit dengan berbagai jenis
pelayanan.
c. Memberi pelayanan jasa perbankan lainnya, surat berharga , pengiriman atau
transfer uang, penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga,
kegiatan usaha kartu kredit, sebagai wali amanah , sebagai bank garansi,
penyediaan jasa Letter Of Credit (LC) dan kegiatan lainnya.
Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan utama bank,
sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa pelayanan lainnya hanya untuk mendukung
kegiatan utamanya. Dalam menghimpun dan mencari dana dari masyarakat, yaitu
dalam bentuk giro, tabungan, deposito berarti bank membeli dana tersebut dari
masyarakat dengan imbalan bunga (dalam hal ini bunga berarti harga dari dana
tersebut), penghimpunan dan penyaluran dana dilakukan bank dengan berbagai
strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya pada bank, kegiatan
menghimpun dana disebut juga dengan istilah funding.
Sedangkan kegiatan menyalurkan dana yang diperoleh melalui giro, tabungan,
deposito yaitu melempar kembali dana tersebut kepada mayarakat dalam bentuk
pinjaman (Kredit) bagi bank yang berdasarkan sistem konvensional dan pembiayaan
bagi bank yang berdasarkan sistem syariah. Kegiatan penyaluran dana kepada
masyarakat disebut juga dengan istilah lending.
Keuntungan utama bank diperoleh melalui selisih antara bunga simpanan
dengan bunga pinjaman yang disebut dengan Spread Based. Jika pendapatan dari
Positif Spread, dan jika bank mengalami kondisi sebaliknya maka bank mengalami
Negative Spread .
II.4. Sistem Perbankan Syariah
Menurut Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah
menyatakan bahwa Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut
tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Jadi Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri dari Bank Umum Syariah
(BUS) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Prinsip Syariah adalah prinsip
hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh
lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang syariah.
Bedasarkan pengertian diatas maka bank syariah tidak mengenal istilah bunga
dalam kegitan menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat, tetapi
melaksanakan kegitannya berdasarkan sistem bagi hasil atau Profit and loss Sharing,
tidak hanya menghimpun dan menyalurkan serta memberikan jasa-jasa lainya tetapi
bank syariah juga melaksankan fungsi sosial yaitu mengeluarkan dan mengelola
Tabel II.2. Perbedaan Karakteristik Bank Syariah dan Bank Konvensional
No Jenis Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional
1. Hubungan Bank dengan
prinsip bagi hasil (Frofit
and Loss Sharing), yang menjadi haknya dalam bentuk bunga (interest atau riba), demikian juga sebaliknya terhadap debitur(termasuk bank sebagai penerima dana
deposan)
2. Kriteria bidang usaha Tunduk kepada syariat
Islam yang melarang investasi pada bisnis yang diharamkan dan harus berlandaskan kepada keadilan, produktifitas dan kemanfaatan (maslahat) bagi manusia
Semata- mata berorientasi pada
rate of return dan kelayakan
hasil arus kas. Jika ada pembatasan, terutama
dikarenkan oleh nilai-nilai etika yang dapat berubah sesuai nilai yang dianut masyarakat.
3. Ruang lingkup bidang usaha Lebih variatif dan luas,
meliputi system bagi
hasil, investment Banking,
jual beli, sewa (leasing),
anjak piutang, novasi dan jasa lainnya yang tidak bertentangan dengan syariat Islam
Terbatas hanya kepada mekanisme pinjam meminjam dengan instrument bunga atau riba. Beberapa transaksi financial lainnya adalah
derivative (option dan exchange) dan investasi pada instrument surat berharga dan saham
4. Akuntansi dan penyajian
laporan keuangan No.59 dan PAPSI 2003 dan AAOIFI
Akuntansi dan penyajian laporan keuangan berorientasi kepada kepentingan para pemegang saham, dan tidak dikenal konsep pertanggungjawaban social dan keadilan
Dalam beberapa hal, bank syariah dan bank konvensional memiliki persamaan
terutama pada sisi teknis penerimaan uang, pelayanan dan teknologi.
Menurut Rivai dan Andria (2008:116) kegiatan operasional perbankan syariah
mencakup:
a. Manajer investasi (mengelola dana nasabah).
b. Investor (Menginvestasikan dana miliknya dan dana yang dititipkan nasabah).
c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran.
d. Pelaksana kegiatan sosial (mengeluarkan dan mengelola zakat maupun dana
sosial lainya).
Sedangkan menurut Iqbal dan Abbas (2007 : 126) mengatakan bahwa:
Although committed to carrying out their transactions in accordance with the
rules of the shariah, Islamic bank perform the same essensial administrators of
the economi’s payments system and as financial intermediaries.
II.5. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah
Sebagaimana pada bank konvensional, penghimpunan dana di bank umum
syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito, sedangkan BPRS hanya dapat
melayani tabungan dan deposito. Namun demikian mekanisme penghimpunan dana
ini harus disesuaikan dengan prinsip syariah. Prinsip operasional syariah yang telah
ditetapkan secara luas dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadiah
dan mudharabah (Siamat, 2001: 190). Dengan demikian jenis penghimpunan dana di
II.5.1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Depository/Alwadiah)
Dalam kegitan perbankan Syariah istilah menabung dikenal dengan nama
alwadiah/depository dalam hal ini tabungan nasabah prinsipnya hanya sebagai titipan
murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus
dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki, Pada dasarnya ada 2
(dua) Prinsip titipan (Antonio, 2001:85) yaitu:
a. PrinsipYad al-Amanah (Tangan amanah)
Pada dasarnya, penerima simpanan adalah yad al-amanah (tangan amanah)
artinya dia tidak bertanggungjawab atas kehilangan atau kerusakan asset yang
dititipkan selama hal ini bukan kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan
dalam memelihara barang titipan (karena factor-faktor diluar batas kemampuan).
1. Titipan barang
NASABAH Muwaddi’ (penitip)
BANK Mustawda’ (Penyimpan)
2. Beban biaya Penitipan Sumber : (Antonio, 2001)
Gambar II.1. Skema Alwadi’ah Yad al-Amanah
Dengan konsep al-wadiah yad al-amanah, Pihak yang menerima tidak boleh
menggunkan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan, tetapi harus
membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya penitipan. Contoh titipan ini adalah
Safe Deposit Box.
b. Prinsip Yad Adh –dhamanah (Tangan Penanggung)
Penerima titipan (bank) tidak akan mungkin meng-idle-kan beberapa jenis asset
yang sudah dititipkan, tetapi menggunakanya dalam aktivitas perkonomian
tertentu, oleh karenanya si penerima titipan harus meminta izin dari si pemberi
titipan untuk kemudian mempergunakan hartanya tersebut dengan catatan si
penerima titipan menjamin akan mengembalikan asset tersebut secara utuh.
Dengan demikian disini penerima titipan tidak lagi sebagai yad al-amanah, tetapi
yad adh-dhamanah (tangan penanggung) yang bertanggung jawab atas segala
kehilangan/ kerusakan yang terjadi pada barang atau asset tersebut.
Mengacu pada prinsip yad al-dhamanah, bank sebagai penerima simpanan
dapat memanfaatkan al-wadiah untuk tujuan Current account (giro) dan Saving
account (tabungan). Sebagai konsekuensi dari yad adh-dhamanah, semua keuntungan
yang dihasilkan dari dana titipan menjadi milik bank, demikian juga bank menjadi
penanggung segala kerugian. Sebagai imbalan, si penyimpan mendapat jaminan
keamanan terhadap hartanya. Akan tetapi bank tidak menutup kemungkinan memberi
insentif berupa bonus dengan catatat tidak di syaratkan sebelumnya dan jumlahnya
tidak ditetapkan dalam nominal atau persen tetapi merupakan kebijakan dari
1. Titipan Dana
BANK
Mustawda’ (Penyimpan)
BANK Mustawda’ (Penyimpan) NASABAH
Muwaddi’ (Penitip)
4. Beri Bonus
3. Bagi Hasil 2.Pemanfatan Dana
USER OF FUND (Dunia Usaha)
Sumber : (Antonio, 2001)
Gambar II.2. Skema al –Wadiah Yad adh-Dhamanah
Dengan prinsip al wadiahYad adh- Dhamanah, Pihak yang menerima titipan
boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan, tentunya
pihak bank dalam hal ini mendapat bagi hasil dari penggunaan dana. Bank dapat
memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus.
II.5.2. Prinsip Mudharabah
Menurut Siamat (2001: 191) bank syariah menerapakan akad mudharabah
untuk tabungan dan deposito, dalam hal ini nasabah bertindak sebagai Shahibul mal
Prinsip mudharabah dalam hal ini adalah dimana bank wajib memberi tahu
kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara perhitungan pembagian
keuntungan serta resiko yang dapat timbul dalam penyimpanan dana. Apabila terjadi
kesepakatan maka harus dicantumkan dalam akad Untuk tabungan mudharabah, bank
dapat memberikan buku tabungan sebagai bukti penyimpanan, serta kartu ATM
sebagai dan/atau alat penarikan lainnya kepada penabung, dan penabung dapat
menarik dananya kapan pun, namun tidak boleh mengalami saldo negative
(Overdraft).
Sedangkan untuk deposito mudharabah bank wajib memberikan sertifikat
atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan. Akad mudharabah
mensyaratkan adanya tenggang waktu antara penyetoran dan penarikan agar dana itu
bisa diputarkan. Tenggang waktu itu adalah sifat deposito
II.6. Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah
Sumber utama dana perbankan adalah dana yang berasal dari pihak ketiga,
yaitu masyarakat, tak terkecuali dengan perbankan syariah. Dana pihak ketiga bank
syariah hampir sama jenisnya dengan bank konvensional yang menbedakan hanya
pada imbalan yang diterima nasabah, dimana pada bank konvensional dihitung
berdasarkan bunga, dan pada bank syariah dihitung berdasarkan bagi hasil. Menurut
Siamat (1999: 116) dan Muhammad (2004 : 53) Dana Pihak Ketiga yang diperoleh
a. Giro Syariah
Simpanan berupa Giro Syariah dilakukan berdasarkan prinsip Al Wadiah
(Depository atau simpanan) Yaitu pihak penyimpan bersedia untuk menyimpan
dan menjaga keselamatan barang yang dititipkan kepadanya, dan setiap saat
dapat ditarik dengan menggunakan cek atau bilyet giro.
b. Tabungan Syariah
Tabungan syariah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang disepakati, Tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau yang dapat
dipersamakan dengan itu. Penerimaan dana dalam bentuk tabungan digunakan
dengan prinsip al- wadiah atau Al Mudharobah atau Trust financing/ Trust
Investment yaitu Perjanjian antara Pemilik modal ( uang atau barang) dengan
pengusaha.
c. Deposito Syariah
Deposito berjangka, yakni simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang
bersangkutan dan penerimaan dana ini berdasarkan prinsip Al Mudharabah.
Dengan prinsip ini, kepada deposan imbalan atas dasar pembagian keuntungan
II.7. Prinsip Perhitungan Keuntungan Bagi Nasabah Penabung
Prinsip pembagian keuntungan antara bank dengan nasabah penabung di bank
syariah dan bank konvensional memiliki perbedaan, Bank syariah menghitung
keuntungan berdasarkan pada beberapa prinsip yang menjadi tuntunan dan sesuai
dengan syaraiat Islam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel perbedaan
prinsip perhitungan keuntungan
Tabel II.3. Perhitungan Keuntungan (Bagi Hasil) Bagi Deposan
Bank Syariah Bank konvensional
A. Besar kecilnya bagi hasil yang diperoleh deposan tergantung pada:
1. Pendapatan Bank 2. Nisbah bagi hasil 3. Nominal deposito 4. Rata-rata saldo deposito 5. Jatuh tempo deposito
B. Keuntungan untuk deposan dengan pendekatan FDR (Rasio antara DPK dan PYD)
C. Dalam Perbankan syariah FDR bukan saja mencerminkan keseimbangan tetapi juga keadilan
A. Besar kecilnya bunga yang diperoleh tergantung Pada :
1. Tingkat bunga yang berlaku 2. Nominal deposito
3. Jangka waktu deposito 4. Biaya Administrasi
B. Bunga yang diberikan kepada deposanmenjadi beban biaya langsung tanpa memperhitungkan pendapatan yang dihasilkan dan dan yang dihimpun. Akibatnya bank harus menambahi bila bunga dari peminjam ternyata lebih kecil dinbandingkan dengan kewajiban bunga untuk
deposan (negative spread) atau rugi.
Sumber : Antonio, Hal. 145.
II.8. Penyaluran Dana Perbankan Syariah
Menurut Karim (2006) menyatakan bahwa dalam penyaluran dana perbankan
syariah dikenal beberapa prinsip, yaitu pertama ialah kategori bagi hasil (Profit and
Loss sharing) dapat dilakukan atas prinsip musyarakah, mudharabah. Kategori kedua
ialah jual beli (Sale and Purchase) yang dilaksanakan yang dilaksanakan atas prinsip
murabahah, salam dan istisna. Sementara kategori ketiga ialah sewa (Operation lease
keempat ialah jasa (fee based service) yang dilaksanakan atas prinsip wakalah
(Deputyship), Kafalah (Guaranty), hawalah (Transfer service), rahnu (Mortgage) dan
gardh (Soft and benevolen loan).
II.8.1. Prinsip Bagi hasil dalam Pembiayaan
Dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dibiayai tidak terlepas dari
pertimbangan syariah, karena itu bank syariah tidak akan mungkin membiayai usaha
yang mengandung hal-hal yang diharamkan, seperti minuman keras, makanan yang
mengandung alkohol, pornografi, prostitusi, perjudian dan sebagainya. Beberapa
perbedaan antara sistem bunga dengan prinsip syariah (bagi hasil) yang diterapkan
oleh bank konvensional dan bank syariah dalam memberikan pembiayaan kepada
Tabel II.4. Perbedaan Perhitungan Keuntungan Bunga atau Bagi Hasil Dalam Penyaluran Dana Perbankan di Indonesia
No. Pokok-pokok Perbedaan Sistem bunga Prinsip Syariah
1.
Dasar perhitungan bunga / imbalan.
Persentase tertentu dari total dana yang dipinjamkan kepada nasabah.
a. Pembayaran bunga tetap
harus dibayar, meskipun besar dari jumlah yang diperkirakan.
Pembiayaan umumnya memerlukan penyerahan jamian berupa barang/ harta nasabah.
Jenis usaha yang dibiayaai tidak dibedakan, sepanjang memenuhi persyaratan.
Pembayaran / pengenaan bunga oleh kreditur kepdada nasabah dianggap haram.
Perjanjian imbalan berdasakan keuntungan/ Rugi.
Besarnya nisbah bagi hasil didasarkan atas jumlah
Jenis usaha yang dibiayaai harus sesuai dengan ketentuaan syariah.
Pembayaran imbalan berdasrkan bagi hasil sifatnya halal.
II.8.2. Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak kontribusi
dana (amal / expertise ) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan kerugian akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepkatan.
Pihak-pihak yang turut dalam kerjasama memasukkan dana musyarakah dengan
porsi yang telah disepakati, ketentuan dapat berupa uang tunai atau asset dan dana
yang terhimpun bukan lagi milik perorangan, tetapi menjadi dan usaha. Pengelolaan
kegiatan usaha dipercayaakan kepada nasabah, dan selaku pengelolan nasabah wajib
menyampaikan laporan berkala mengenai perkembangan usaha, kepada bank-bank
sebagai pemilik dana. Disamping itu pemilik dana dapat melakukan intervensi
kebijakan usaha.
Prinsip Musyarakah memberi manfaat dimana bank menikmati peningktan
dalam jumlah tertentu jika keuntungan nasabah meningkat. Bank juga tidak
berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara
tetap, tetapi disesuaikan dengan hasil usaha bank, sehingga bank tidak pernah
mengalami negative spread. Dalam hal pengembalian pinjaman pokok, pembiayaan
akan disesuaikan dengan cash flow usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan
nasabah. Karena ini adalah usaha patungan maka prinsip kehati-hatian akan
benar-benar dipengang bank dalam mencari memilih nasabah yang akan dibiayai.
Prinsip bagi hasil dalam musyarakah dan mudharabah ini berbeda dengan
penerimaan pembiayaan (nasabah) dalam jumlah bunga yang tetap berapapun
keuntungan yang dihasilkan nasabah, bahkan ketika rugi.
50% 50%
60 % Modal 40 % Modal
Keahlian Keahlian
60% 40%
Sumber: (Rivai dan Andria, 2008)
Akad Musyarakah
Bank Syariah Partner I
Nasabah Patrner 2
Rugi Laba
Proyek Usaha
Gambar II.3. Skema Pembiayaan Al Musyarakah
II.8.3. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan yang diperoleh dibagi menurut
kelalaian pengelola, maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
Pemilik modal tidak ikut campur dalam pengelolaan usaha, tetapi mempunyai hak
untuk melakukan pengawasan.
Mudharabah memberi manfaat dimana bank menikmati peningktan dalam
jumlah tertentu jika keuntungan nasabah meningkat. Bank juga tidak berkewajiban
membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi
disesuaikan dengan hasil usaha bank, sehingga bank tidak pernah mengalami negative
spread. Dalam hal pengembalian pinjaman pokok, pembiayaan akan disesuaikan
dengan cash flow usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah. Karena ini
adalah usaha patungan maka prinsip kehati-hatian akan benar-benar dipengang bank
dalam mencari memilih nasabah yang akan dibiayai.
Prinsip bagi hasil dalam musyarakah dan mudharabah ini berbeda dengan
prinsip bunga tetap dalam perbankan konvensional, dimana bank akan menagih
penerimaan pembiayaan (nasabah) dalam jumlah bunga yang tetap berapapun
Gambar II.4. Skema Pembiayaan Mudharabah
II.8.4. Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli antara bank dan nasabah atas suatu jenis
barang tertentu dengan harga yang disepakati bersama. Bank akan mengadakan
barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah dengan harga setelah
ditambah keuntungan yang disepakati.
Guna memastikan untuk membeli bank dapat mensyaratkan nasabah agar
barang tertentu (setelah dikurangi uang muka) secara angsuran selama jangka waktu
yang disepakati. Dengan memperhatikan kemampuan mengangsur ataupun arus kas
usahanya. Pembayaran secara angsuran ini dikenal dengan istilah Bai’u Bitsaman Ajil
(BBA). Baik harga jual maupun besar angsuran yang telah disepakati tidak berubah
hingga akad pembiayaan berakhir dan tidak ada denda atas keterlambatan
pembayaran angsuran.
(1) (1)
(2) (2)
Bayar uang muka (3)
Bayar Angsuran (6)
Serahkan surat-surat ruko
(7)
Beli Ruko Beli Ruko
(4) (5)
Negosiasi
Akad Murabahah
Bank Syariah
Ruko
CV. Bina Amanah
Sumber: ( Rivai dan Andria,2008)
II.8.5. Pembiayaan Bai’u Salam
Pembiayaan salam adalah akad jual beli atas suatu barang dengan jenis dan
dalam jumlah tertentu yang penyerahannya dilakukan beberapa waktu kemudian,
sedangkan pembayarannya segera dimuka. Aplikasi dalam perbankan biasanya
dipergunakan untuk produk-produk pertanian jangka pendek ( 2 hingga 6 bulan )
dalam hal ini bank bertindak sebagai pembeli dan penjual produk dan memberikan
uangnya terlebih dahulu, sedangkan para nasabah mempergunakanya untuk
mengelola pertaniananya. Tidak hanya barang pertanian bisa juga barang industri.
Bank membeli barang dari produsen kemudian menjualnya kembali kepada
pihak lain yaitu nasabah yang memesan barang tersebut. Dalam istilah perbankan
islam proses ini dikenal dengan nama salam pararel. Aplikasi perbankan untuk salam
Gambar II.6. Skema Pembiayaan Bai ‘u Salam
Dalam salam pararel pembayaran nasabah kepada bank dapat dilakukan di
muka, pada saat ditandatanganinya akad salam atau secara tunai pada saat penyerahan
barang, atau dengan cara mengangsur. Apabila pembayaran oleh nasabah dilakukan
secara tunai atau dengan cara mengangsur, biasanya bank mensyaratkan agar nasabah
II.8.6. Pembiayaan Bai’u Istishna’
Bai’u Istishna adalah kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang
atau juga pembiayaan modal kerja misalnya untuk modal kerja industri barang-barang
konsumsi, Pembiayaan investasi misalnya untuk mengadakan barang-barang modal
seperti mesin-mesin, atau juga pembiayaan konstruksi.
Kembali bank garansi (6) Bayar angsuran (8)
Bayar proyek (7)
Sumber: (Rivai dan Andria, 2001)
Proyek Ruko
PT. Angin Ribut
(Kontraktor) Nasabah
Akad Istishna (2a) Akad istishna (2)
Negosiasi (1a)
Bank garansi (3a) Bank Bayar uang muka (3a)
Syariah
Negosiasi (1)
Gambar II.7. Skema Pembiayaan Bai’u Istishna
Dalam sebuah kontrak bai’u Istishna bisa saja pembeli mengizinkan pembuat
menggunakan subkontrak untuk melaksanakan kontrak tersebut. Dengan demikian,
kontrak pertama. Kontrak baru ini dikenal sebagai Istishna pararel. Bank sebagai
pembuat dalam kontrak pertama, tetap merupakan satu-satunya pihak yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kewajibannya. Istishna pararel atau
subkontrak, untuk sementara harus dianggap tidak ada. Dengan demikian sebagai
shani’(Pembuat/Produsen) pada kontrak pertama, Bank tetap bertanggung jawab atas
setiap kesalahan, kelalaian atau pelanggaran kontrak yang berasal dari kontrak
pararel.
Sementara itu penerima subkontrak pembuat pada Istishna pararel bertanggung
jawab kepada bank sebagai pemesan, dia tidak mempunyai hubungan hukum secara
langsung dengan nasabah pada kontrak pertama akad. Bai’u Istishna kedua
merupakan kontrak pararel, tetapi bukan merupakan bagian atau syarat untuk kontrak
pertama. Dengan demikian kedua kontrak tersebut tidak mempunyai kaitan hukum
sama sekali.
Bank sebagai shani atau pihak yang siap membuat atau mengadakan barang,
bertanggung jawab kepada nasabah atas kelalaian pelaksanaan subkontrak dan
jaminan yang timbul darinya. Kewajiban inilah yang membenarkan keabsahan
istishna pararel, sebagai dasar bahwa bank boleh memungut keuntungan kalau ada.
II.8.7. Pembiayaan Ijarah
Transaksi ijarah dilandasi dengan adanya perpindahan manfaat (hak guna),
bukan perpindahan kepemilikan (hak milik) jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama
beli objeknya transaksinya barang, sedangkan pada ijarah objek transaksinya adalah
barang atau jasa.
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah atau sewa, tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas barang itu
sendiri. Manfaat transaksi ijarah untuk bank adalah keuntungan sewa dan kembalinya
uang pokok, sementara jenis pembiayaan ini mengandung resiko mungkin terjadi
gagal bayar (default) dimana nasabah tidak membayar cicilan secara sengaja.
Kerusakan juga bisa mengakibatkan biaya pemeliharaan bertambah, apalagi bila
disebutkan dalam kontrak biaya pemeliharaan ditanggung oleh lembaga keuangan.
Demikian juga apabila nasabah berhenti ditengah kontrak dan tidak mau membeli
asset tersebut. Akibatnya bank akan menghitung kembali keuntungan dan
mengembalikan sebahagian kepada nasabah.
Bank
Syariah Nasabah
Objek ijarah 1. Permohonan
pembiayaan 3. Akad ijarah
Suplier/Penjual/ Pemilik
Sumber: (Rivai dan Andria,2008)
II.8.8. Pembiayaan Qardh Al Hasan
Konsep perbankan Islam mengharuskan bank-bank Islam memberikan
pelayanan sosial apakah melalui dan Qard (pinjaman kebajikan) atau zakat dan dana
sumbangan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Disamping itu konsep perbankan
islam mengharuskan bank-bank Islam untuk memainkan peran penting di dalam
pengembangan sumber daya manusianya dan memberi kontribusi bagi kesejahteraan
sosial (Harahap, Wiroso dan Yusuf 2005 : 7 )
Pembiayaan Qardh hasan adalah merupakan pinjaman kebajikan yang
diterapkan sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang terbukti loyaliyas dan
bonafiditasnya, yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relatif
pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang
dipinjamnya itu. Qardh hasan juga dapat sebagai fasilitas yang memerlukan dana
cepat, sementara ia tidak bisa menarik dananya, mungkin tersimpan dalam deposito
dan sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil atau membantu
sektor sosial
Sifat pembiayaan qardh hasan ini tidak memberikan keuntungan finansial bagi
bank syariah karena pembiayaan ini hanya mewajibkan nasabah mengembalikan
pinjaman pokok saja. Oleh karena itu pendanaan ini dapat diambil untuk membantu
keuangan nasabah secara cepat dan jangka pendek yang dapat diambil dari modal
bank ataupun untuk membantu usaha sangat kecil dan keperluan sosial, dapat
Disamping dari sumber dana ummat, para praktisi perbankan syariah, demikian
juga ulama, melihat adanya sumber dana lain yang dapat dialokasikan untuk
pembiayaan qardh hasan, yaitu pendapatan-pendapatan yang diragukan seperti bung
atas jaminan L/C di bank asing, dan sebagainya.
Salah satu pertimbangan memanfaatkan dana-dana ini adalah kaidah akhafuu
dhararain (mengmbil mudharat yang lebih kecil), hal ini mengingat jika dana ummat
dibiarkan di lembaga-lembaga non muslim mungkin dapat dipergunakan untuk
sesuatu yang merugikan islam, misalnya dana kaum muslim arab di bank-bank
Yahudi Switzerland. Oleh karenanya dana yang parkir tersebut lebih baik diambil dan
diamanfaatkan untuk penanggulangan bencana alam atau membantu dhuafa.
Selain itu qardh hasan dapat memberi manfaat diantaranya memungkinkan
nasabah yang sedang mengalami kesulitan mendesak untuk mendapat dana talangan
jangka pendek. Pembiayaan ini merupakan ciri pembeda antara bank syariah dan
bank konvensional yang didalamnya terkandung misi sosial, disamping misi
komersil.
Dengan adanya misi sosial-kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik
dan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah. Namun demikian qard hasan
mengandung resiko yang tinggi karena dianggap pembiayaan yang tidak perlu ditutup
Akad Qardh
Nasabah Usaha
Bank syariah
Modal + Keuntungan
(2) (3)
Modal usaha Pengelolaan
(2)
Pinjaman dana (Qardh)
(2) (1)
Sumber: (Rivai dan Andria, 2008)
Gambar II.9. Skema Pembiayaan Qardh Hasan
II.9. Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing)
Pembiayaan menurut kualitasnya pada hakikatnya didasarkan atas resiko
kemungkinan terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah pembiayaan dalam memenuhi
kewajiban-kewajiban untuk membayar bagi hasil, serta melunasi pembiayaannya.
Jadi unsur utama dalam menentukan kualitas tersebut adalah waktu pembayaran bagi
hasil, pembayaran angsuran maupun pelunasan pokok pembiayaan.
Menurut Siamat ( 2001 :174) Pembiayaan bermasalah adalah pinjaman yang
mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya factor kesengajaan dan atau karena
Dalam perbankan syariah pembiayaan bermasalah sering juga disebut Non
Performing Financing dan dapat diukur dari kolektifitasnya. Kolektibilitas
merupakan gambaran kondisi pembayaran pokok, bagi hasil dan tingkat
kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga.
Menurut Rivai dan Andria (2008 : 33) kualitas pembiayaan didasarkan atas beberapa
criteria antara lain sebagai berikut:
II.9.1. Pembiayaan Lancar (Pass)
Pembiayaan yang digolongkan lancar apabila memenuhi criteria antara lain:
a. Pembayaran angsuran pokok dan / atau bunga tepat waktu: dan
b. Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau
c. Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral)
II.9.2. Perhatian Khusus (Spesial Mention)
Pembiayaan digolongkan pembiayaan dalam perhatian khusus apabila
memenuhi kriteria:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan / atau bunga bagi hasil yang belum
melampaui sembilan puluh hari; atau
b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau
c. Mutasi rekening rekening relatif aktif; atau
d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontarak yasang diperjanjikan; atau
II.9.3. Kurang Lancar (Substandard)
Pembiayaan yang digolongkan kedalam pembiayaan kurang lancar apabila
memenuhi kriteria:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan / atau bagi hasil
b. Sering terjadi cerukan; atau
c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah; atau
d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrakyang diperjanjikan lebih dari sembilan
puluh hari; atau
e. Dokumentasi pinjaman yang lemah
II.9.4. Diragukan (Doubtfull)
Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan diragukan apabila
memenuhi kriteria:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan /atau bunga
b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau
c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau
d. Terjadi kapitalisasi bunga; atau
e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian pembiayaan maupun yang