RESPON MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN (Studi Deskriptif di Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung)
SKRIPSI Diajukan Oleh
RYANDIKO NAINGGOLAN 060901037
GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung merupakan salah satu pusat kesehatan yang berada di daerah Tapanuli Utara yang mana rumah sakit tersebut adalah Rumah Sakit milik pemerintah daerah. Pelayanan yang dilakukan oleh Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung tidak jauh berbeda dengan pelayanan yang diberikan oleh pusat kesehatan lainnya, baik itu pelayanan dalam bidang jasa. Seperti halnya dalam pelayanan infrastruktur, jaminan kesehatan seperti Jamkesmas, Askes, ataupun Jamkesmas dan pelayanan kesehatan lainnya. Rumah sakit sebagai unit usaha pelayanan kesehatan yang berfungsi sosial, namun harus dikelola secara profesional. Pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah pelayanan yang mudah, murah, cepat, dan dengan prosedur yang tidak berbelit-belit. Rumah sakit pada dasarnya bertujuan memberikan kepuasan bagi pasiennya. Dalam konsep perspektif mutu total (Perspectif Total Quality) dikatakan bahwa pasien merupakan penilai terakhir dari kualitas, sehingga kualitas dapat dijadikan salah satu senjata untuk mempertahankan pasien di masa yang akan datang.
Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk menggambarkan tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena yang terjadi pada objek penelitian melalui pengumpulan data. Alat pengumpulan data yang digunakan berupa Kuesioner, Observasi, dan Studi Kepustakaan. Penelitian ini dilakukan terhadap 97 orang responden, dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana respon masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung.
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan puji dan syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih dan perlindungan-Nya yang begitu
besar pada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul : “RESPON MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN (STUDI DESKRIPTIF DI RUMAH SAKIT UMUM SWADANA DAERAH TARUTUNG)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana dari Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan hambatan. Hal
ini disebabkan keterbatan pengetahuan, pengalaman, dan materi penulis. Selama
penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, kritikan, saran-saran,
motivasi, serta dukungan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu dan
memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan dan mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. DR. Badaruddin, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si., selaku Ketua Departemen Sosiologi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Ilham Saladin, M.Sp., selaku Sekretaris Departemen Sosiologi,
4. Bapak Drs. Muba Simanihuruk, M.Si., selaku Dosen pembimbing penulis
selama proses penyusunan skripsi yang telah banyak membimbing,
memberikan waktu, tenaga, dan sumbangan pemikiran dalam memberikan
saran dan kritik serta mengevaluasi sehingga skripsi ini dapat selesai
dengan baik.
5. Bapak dan Ibu Dosen yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara, khususnya dosen yang mengajar mata kuliah
di Departemen Sosiologi, atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis
selama ini.
6. Bapak dr. Ladingan V. Sianipar, M.Kes., selaku Direktur Rumah Sakit
Umum Swadana Daerah Tarutung yang telah membantu dan memberikan
izin penelitian kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh staf pegawai Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung
terkhusus buat kakak Bintang Y.T. Lumbantobing, kakak boru
Nainggolan, dan kakak Hanna Panggabean yang telah membantu penulis.
8. Secara khusus dan teristimewa kepada kedua orangtuaku yang tersayang
Ayahanda Marudut T. Nainggolan, dan Ibunda Raya Sinaga yang telah
membesarkan penulis dengan cinta dan kasih sayang serta selalu
memberikan motivasi dan doa kepada penulis dalam penyelesaian skripsi
ini
9. Kepada kakak-kakakku Hastaty Nainggolan dan Juita Fredika Nainggolan,
serta abang-abangku Razes Mangiring Nainggolan dan Robby Fernando
Nainggolan atas dukungan dan doanya yang senantiasa memotivasi penulis
10. Teman-teman saya stambuk 2006 (FORKAS) yang sama-sama berjuang
dalam meraih mimpi.
11. Rekan-rekan seperjuangan penulis : Dila, Irma Suryani Nainggolan, Fitria
(Bebek), Candra Simarmata, Khalil Gibran, Erik Pasaribu, Prabu Tamba,
Masyandi, Zulfadli Alkudus, Herbin Martin , Asmawati, Jhon A. Sitio
yang telah menjadi teman buang suntuk.
12. Senior-senior penulis : Porta 03, Bastian 03, Rizky Alfarizi (Cecep) 03,
Alex 03, Fery 03, Ferdinan 03, Herman Tobing 03, Hardi 03, Magdalena
03, Okto Gultom 04, Citra Siregar 04, Frengklin Sitohang (Gattuso) 05,
Benni Lumban Gaol 05, Fridolin Tobing 05, Lodewik 05, Spombob 05 dan
junior-junior penulis : 2007-2012 dan lainnya yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu namanya yang telah memberikan bantuan moral,
motivasi dan dorongan yang membangun.
13. Teman-teman UKM Sepak Bola Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
14. Seluruh Responden penelitian penulis yang telah banyak meluangkan
waktunya dan memberikan informasi yang sesuai dengan permasalahan
penelitian, sehingga dapat menjawab permasalahan penelitian, dan penulis
dapat menyusun laporan penelitian yang berbentuk skripsi ini.
15. Sahabat-sahabat penulis : GEMA ANDESWA, BINTANG 5 FC, Kos
Berdikari 84 b, Kos 756/540, dan Alumni SMA 2 HKBP Stambuk 2006
yang memberikan dukungan dan menjadi tempat penulis dalam
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan
dengan segala keterbatasan dan kemampuan penulis miliki. Oleh karena itu,
masukan dan kritik yang membangun sangat penulis hargai. Semoga skripsi ini
bermanfaat untuk semua kalangan. Akhir kata penulis banyak mengucapkan
terima kasih.
Medan, Februari 2013
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Hipotesis ... 6
1.6 Defenisi Operasional ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Respon ... 8
2.2 Teori Persepsi ... 10
2.3 Teori sistem ... 17
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 24
3.2 Lokasi Penelitian ... 24
3.3 Populasi dan Teknik Pengumpulan Sampel ... 24
3.3.1 Populasi ... 24
3.3.2 Sampel ... 25
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 26
3.4.1 Kuesioner ... 26
3.4.2 Observasi... 26
3.4.3 Studi Kepustakan ... 26
3.6 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 27
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 29
4.1.1 Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung ... 29
4.2 Tujuan dan Sasaran Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung ... 32
4.3 Kedudukan, Tugas, Fungsi, Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung ... 33
4.3.1 Kedudukan ... 33
4.3.2 Tugas ... 34
4.3.3. Fungsi ... 34
4.3.4 Visi dan Misi ... 35
4.4 Lokasi Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung ... 35
4.5 Komposisi Bangunan, Sarana dan Prasarana ... 36
4.6 Fasilitas Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung ... 36
4.6.1 Peralatan Medis ... 36
4.6.2 Peralatan Non-Medis ... 37
4.6.3 Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung ... 38
4.7 Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung ... 40
4.7.1 Uraian Tugas Masing-Masing Jabatan ... 41
4.8 Karakteristik Responden... 52
4.8.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52
4.8.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 53
4.8.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ... 53
4.8.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 54
4.9 Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung... 55
4.9.2 Keberadaan Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung
Penting dalam membantu mengatasi masalah kesehatan
masyarakat di sekitar Daerah
Tarutung... ... 56
4.9.3 Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung
Dapat Meningkatkan Kesehatan ... 56
4.9.4 Konsultasi Pasien Ke Rumah Sakit Umum Swadana Daerah
Tarutung Memuaskan ... 57
4.9.5 Pelayanan Apotek Rumah Sakit Umum Swadana
Daerah Tarutung Memuaskan ... 58
4.9.6 Promosi Pengobatan Gratis Di Rumah Sakit Umum
Swadana Daerah Tarutung Memuaskan ... 59
4.9.7 Biaya Berobat Di Rumah Sakit Umum Swadana
Daerah Tarutung Terjangkau ... 60
4.9.8 Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung
Memberikan Keselamatan Terhadap Pasien ... 61
4.9.9 Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung
Melayani Pasien Dengan Menggunakan
Layanan Askes, Jamkesmas ... 62
4.9.10 Dokter Di Rumah Sakit Umum Swadana Daerah
Tarutung Profesional ... 62
4.9.11 Perawat Di Rumah Sakit Umum Swadana Daerah
Tarutung Profesional ... 63
4.9.12 Jam Bertamu Di Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung
Sesuai Dengan Yang Diharapkan Masyarakat ... 64
4.9.13 Alat-alat Medis Di Rumah Sakit Umum Swadana Daerah
Tarutung Memadai ... 65
4.9.15 Makanan Yang Disediakan Di Rumah Sakit Umum Swadana
Daerah Tarutung Memiliki Gizi yang Baik ... 66
4.9.16 Keamanan Di Rumah Sakit Umum Swadana
Daerah Tarutung Terjamin ... 67
4.9.17 Pelayanan Rawat Inap, Rawat Jalan, Gawat Darurat Terjamin ... 68
4.9.18 Obat-obat Yang Diberikan Oleh Pihak Rumah Sakit Umum
Swadana Daerah Tarutung Sudah Memenuhi Standar BPOM
(Badan Pengawas Obat dan Makanan) ... 68
4.9.19 Fasilitas Rumah Sakit Umum Swadana
Daerah Tarutung Sangat Memdai ... 69
4.9.20 Petugas Kesehatan Harus Melayani Pasiennya Dengan Baik ... 70
4.10 Respon Masyarakat tentang Rumah Sakit Umum Swadana
Daerah Tarutung ... 70
4.10.1 Merasa Puas Berobat Di Rumah Sakit Umum Swadana
Daerah Tarutung ... 71
4.10.2 Merasa Adanya PerubahanKearah Yang Lebih Baik
Ketika Berobat Ke Rumah Sakit Umum Swadana Daerah
Tarutung ... 71
4.10.3 Bercerita Tentang Kemudahan Berobat Di Rumah Sakit Umum
Swadana Daerah Tarutung Kepada Tetangga Dan Keluarga ... 72
4.10.4 Ketika sakit Akan Berobat Lagi Ke
Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung ... 73
4.10.5 Melakukan Anjuran Dokter Dari Rumah Sakit Umum Swadana
Daerah Tarutung Untuk Kesehatan ... 74
4.10.6 Keluhan Yang Dirasakan Pasien Ditanggapi
Oleh Pihak Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung ... 75
4.10.7 Sering Membeli Obat Dari Apotek
4.10.8 Merasa Nyaman Ketika Dirawat Inap
Di Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung ... 76
4.10.9 Merasa Nyaman Ketika Dirawat Jalan
Di Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung ... 77
4.10.10 Merasakan Adanya Perubahan Ketika Mengkonsumsi Obat
Yang Dianjurkan Oleh Dokter
Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung ... 78
4.10.11 Merasa Puas Dengan Keramahan Petugas kesehatan
Di Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung ... 79
4.10.12 Biaya Administrasi Di Rumah Sakit Umum
Swadana Daerah Tarutung Terjangkau... 80
4.10.13 Masyarakat Tarutung Terbantu Dengan Adanya
Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung ... 81
4.10.14 Keberadaan Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung
Sangat Penting ... 82
4.10.15 Sering Melakukan Check up (Konsultasi) Ke
Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung ... 83
4.10.16 Berobat Di Rumah Sakit Umum Swadana
Daerah Tarutung Tidak Ada Pengecualian (Diskriminasa)
Dari Segi Status Sosial Maupun Ekonomi ... 84
4.10.17 Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung
Mempermudah Masyarakat Untuk Mendapatkan
Pelayanan Kesehatan ... 84
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ... 86
5.2 Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 6 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 28
Tabel 4. 1Jenis Kelamin ... 52
Tabel 4. 2 Status Pendidikan Terakhir ... 53
Tabel 4. 3 Agama Yang Dianut Masyarakat ... 54
Tabel 4. 4 Jenis Pekerjaan ... 54
Tabel 4. 5 Kedisiplinan Karyawan Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung Baik ... 55
Tabel 4. 6 Keberadaan Rumah Sakit Umum Tarutung Penting Dalam Membantu Mengatasi Masalah Kesehatan di Sekitar Daerah Tarutung ... 56
Tabel 4. 7 Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung Dapat Meningkatkan Kesehatan ... 57
Tabel 4. 8 KonsulTasi Pasien Ke Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung Memuaskan ... 58
Tabel 4. 9 Pelayanan Apotek Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung Memuaskan ... 59
Tabel 4.10 Promosi Pengobatan Gratis Di Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung Memuaskan ... 60
Tabel 4.11 Biaya Berobat Di Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung Terjangkau ... 60
Tabel 4.13 Rumah Sakit Umum Swdana Daerah Tarutung
Melayani Pasien Dengan Menggunakan Layanan
Kartu Askes, Jamkesmas ... 62
Tabel 4.14 Dokter Di Rumah Sakit Umum Swadana
Daerah Tarutung Profesional ... 63
Tabel 4.15 Perawat Di Rumah Sakit Umum
Swadana Daerah Tarutung Profesional ... 63
Tabel 4.16 Jam Bertamu Di Rumah Sakit Umum Swadana Daerah
Tarutung Sesuai Dengan Yang Diharapkan Masyarakat ... 64
Tabel 4.17 Alat-alat Medis Di Rumah Sakit Umum Swadana
Daerah Tarutung Memadai ... 65
Tabel 4.18 Kebersihan Di Rumah Sakit Umum
Swadana Daerah Tarutung Terjaga ... 66
Tabel 4.19 Makanan Yang Disediakan Di Rumah Sakit Umum
Swadana Daerah Tarutung Memiliki Standart Gizi Yang Baik ... 66
Tabel 4.20 Keamanan Di Rumah Sakit Umum Swadana
Daerah Tarutung Terjamin ... 67
Tabel 4.21 Pelayanan Rawat Inap, Rawat Jalan dan Gawat Darurat Terjamin ... 68
Tabel 4.22 Obat-obat Yang Diberikan Oleh Pihak Rumah Sakit Umum
Swadana Daerah Tarutung Sudah Memenuhi Standar
BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) ... 69
Tabel 4.23 Fasilitas Rumah Sakit Umum Swadana
Daerah Tarutung Sangat Memadai ... 69
Tabel 4.25 Merasa Puas Berobat Di Rumah Sakit Umum
Swadana Daerah Tarutung ... 71
Tabel 4.26 Merasa Adanya Perubahan Kearah Yang Lebih Baik Ketika Berobat
Ke Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung ... 72
Tabel 4.27 Bercerita Tentang Kemudahan Berobat Di Rumah Sakit Umum
Swadana Daerah Tarutung Kepada Keluarga dan Tetangga ... 73
Tabel 4.28 Ketika Sakit Akan Berobat Lagi Kerumah Sakit Umum Swadana
Daerah Tarutung ... 73
Tabel 4.29 Melakukan Anjuran Dokter Dari Rumah Sakit Umum Swadana
Daerah Tarutung Untuk Kesehatannya ... 74
Tabel 4.30 Keluhan Yang Dirasakan Pasien Ditanggapi Oleh Pihak
Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung ... 75
Tabel 4.31 Sering membeli Obat Dari Apotek Rumah Sakit Umum Swadana
Daerah Tarutung ... 76
Tabel 4.32 Merasa Nyaman Ketika Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum
Swadana Daerah Tarutung ... 77
Tabel 4.33 Merasa Nyaman Ketika Dirawat Jalan Di Rumah Sakit Umum
Swadana Daerah Tarutung ... 78
Tabel 4.34 Merasakan Adanya Perubahan Ketika Mengkonsumsi Obat Yang
Dianjurkan Oleh Dokter Rumah Sakit Umum Swadana
Daerah Tarutung ... 79
Tabel 4.35 Merasa Puas Dengan Keramahan Petugas Kesehatan Di Rumah Sakit
Umum Swadana Daerah Tarutung ... 80
Ttabel 4.36 Biaya Administrasi Di Rumah Sakit Umum Swadana
Tabel 4.37 Masyarakat Tarutung Terbantu Dengan Adanya Rumah Sakit Umum
Swadana Daerah Tarutung ... 82
Tabel 4.38 Keberadaan Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung
Sangat Penting ... 82
Tabel 4.39 Sering Melakukan Check Up (Konsultasi) Ke Rumah Sakit Umum
Swadana Daerah Tarutung ... 83
Tabel 4.40 Berobat Di Rumah Sakit Umum Swadana
Daerah Tarutung Tidak Ada Pengecualian (Diskriminasi)
Dari Segi Starus sosial Maupun Ekonomi ... 84
Tabel 4.41 Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung Mempermudah
ABSTRAK
Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung merupakan salah satu pusat kesehatan yang berada di daerah Tapanuli Utara yang mana rumah sakit tersebut adalah Rumah Sakit milik pemerintah daerah. Pelayanan yang dilakukan oleh Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung tidak jauh berbeda dengan pelayanan yang diberikan oleh pusat kesehatan lainnya, baik itu pelayanan dalam bidang jasa. Seperti halnya dalam pelayanan infrastruktur, jaminan kesehatan seperti Jamkesmas, Askes, ataupun Jamkesmas dan pelayanan kesehatan lainnya. Rumah sakit sebagai unit usaha pelayanan kesehatan yang berfungsi sosial, namun harus dikelola secara profesional. Pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah pelayanan yang mudah, murah, cepat, dan dengan prosedur yang tidak berbelit-belit. Rumah sakit pada dasarnya bertujuan memberikan kepuasan bagi pasiennya. Dalam konsep perspektif mutu total (Perspectif Total Quality) dikatakan bahwa pasien merupakan penilai terakhir dari kualitas, sehingga kualitas dapat dijadikan salah satu senjata untuk mempertahankan pasien di masa yang akan datang.
Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk menggambarkan tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena yang terjadi pada objek penelitian melalui pengumpulan data. Alat pengumpulan data yang digunakan berupa Kuesioner, Observasi, dan Studi Kepustakaan. Penelitian ini dilakukan terhadap 97 orang responden, dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana respon masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan semakin meningkat. Kesehatan bagi masyarakat menjadi
sebuah kebutuhan yang mendasar karena menyangkut hidup masyarakat di masa
yang akan datang. Hal ini berarti hidup masyarakat dimasa yang akan datang salah
satunya dipengaruhi oleh faktor kesehatan dimasa kini. Karena itu masyarakat
akan semakin menuntut tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Pelayanan dalam bidang kesehatan adalah salah satu bentuk kongkret
pelayanan publik. Sehat adalah hak azasi setiap manusia. Kesehatan merupakan
sebuah investasi bagi negara, dalam artian hanya manusia yang sehat yang baik
jasmani dan rohani saja yang dapat melakukan pembangunan kelak dan untuk
dapat mewujudkan tujuan nasional diperlukan tenaga sumber daya manusia yang
tangguh, mandiri, dan berkualitas. Hal ini sangat diperlukan untuk menghadapi
era globalisasi, karena penduduk yang sehat bukan saja akan menunjang
keberhasilan program pembangunan tetapi juga meningkatkan produktifitas dan
meningkatkan dan meningkatakan pendapatan.
Salah satu permasalahan kependudukan terbesar yang dihadapi pemerintah
hingga saat ini adalah permasalahan kesehatan (Human Healt). Dampak dari
permasalahan ini bukan hanya dihadapi oleh bangsa Indonesia semata, namun
permasalahan kesehatan ini telah menjadi isu global.
Masalah kesehatan masyarakat terutama di negara-negara berkembang
misalnya sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, sedangkan yang kedua
adalah aspek non fisik yang menyangkut masalah kesehatan. Pelayanan yang
dimaksud adalah pelayanan yang mudah, murah, cepat, dan dengan prosedur yang
tidak berbelit-belit. Masyarakat mengharapkan agar kiranya pelayanan yang
diberikan lebih baik dan tidak memandang dari sudut pandang baik status sosial
ataupun kelas-kelas tertentu.
Menurut keputusan menteri kesehatan RI No. 1 Tahun 2002 Bab 11 Pasal
2 Ayat 2 tentang susunan Organisasi Tata Kerja Rumah Sakit Umum bahwa
Rumah Sakit merupakan suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional
yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan
pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis
serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Aspek yang sangat penting
dalam kehidupan manusia antara lain adalah kesehatan. Setiap orang melakukan
berbagai cara untuk memperoleh kesehatan yang prima. Seseorang yang
menderita sakit biasanya akan berusaha untuk mengatasi dan mengobati penyakit
yang dideritanya hingga sembuh. Seseorang dalam mencapai kesembuhan yang
diharapkannya terkadang membutuhkan bantuan dari pihak lain dalam hal ini
adalah rumah sakit. Keadaan ini membuat rumah sakit perlu memperhatikan
kualitas pelayanan yang ditawarkan kepada konsumen dalam hal ini adalah pasien
yang akan menggunakan jasa rumah sakit sehingga dapat merasakan kepuasan
terhadap kualitas yang ditawarkan (Azwar, 1996).
Perkembangan rumah sakit di Indonesia terus meningkat seiring dengan
berjalannya waktu. Jika dahulu rumah sakit hanya didirikan oleh badan-badan
didirikan oleh berbagai badan usaha swasta yang usahanya berorientasi pada laba
(profit oriented).
Rumah sakit sebagai unit usaha pelayanan kesehatan yang berfungsi
sosial, namun harus dikelola secara profesional. Untuk memperoleh keunggulan
daya saing dalam skala global, rumah sakit dituntut mampu menyajikan pelayanan
yang berkualitas dengan harga yang wajar dan bersaing, hal ini bisa dikatakan
bahwa kunci pokok untuk meningkatkan daya saing industri jasa pelayanan
kesehatan adalah kualitas pelayanan. Dengan tujuan untuk tercapainya kepuasan
pelanggan yang secara tidak langsung bisa menguatkan loyalitas pelanggan.
Perkembangan ini tercermin pada perubahan fungsi klasik rumah sakit yaitu pada
awalnya rumah sakit hanya memberi pelayanan yang bersifat penyembuhan
terhadap pasien melalui rawat inap. Karena kemajuan ilmu pengetahuan
khususnya teknologi kedokteran fungsi rumah sakit bertambah menjadi bersifat
pemulihan. Keduanya dilaksanakan secara terpadu melalui upaya promosi
kesehatan (Promotif) dan pencegahan (Preventif).
diakses tanggal 20 oktober 2012 pukul 12.00 wib)
Rumah sakit pada dasarnya bertujuan memberikan kepuasan bagi
pasiennya. Dalam konsep perspektif mutu total (Perspectif Total Quality)
dikatakan bahwa pasien merupakan penilai terakhir dari kualitas, sehingga
kualitas dapat dijadikan salah satu senjata untuk mempertahankan pasien di masa
yang akan datang. Kualitas pelayanan sangat penting dalam meningkatkan
kepuasan pasien dan dengan sendirinya akan menumbuhkan citra rumah sakit
diperoleh menunjukkan bahwa kualitas pelayanan di Rumah Sakit baik pelayanan
keperawatan maupun pelayanan tenaga spesialis masih rendah (Notoadmojo,
2003).
Sementara itu berbagai sarana pelayanan yang dikelola oleh sektor lain di
luar kesehatan, termasuk yang dikelola oleh TNI/POLRI dan BUMN, sekalipun
telah memberikan kontribusi yang besar dalam pembangunan kesehatan, namun
dalam kenyataannya belum sepenuhnya merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan secara keseluruhan. Potensi pelayanan kesehatan swasta dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat yang semakin meningkat, belum didayagunakan
sebagaimana mestinya. Sementara itu keterlibatan dinas kesehatan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat dan keterkaitannya dengan
pelayanan rumah sakit sebagai sarana pelayanan rujukan masih dirasakan sangat
kurang (Depkes RI, 2004).
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dapat dilakukan dari berbagai
aspek pelayanan seperti peningkatan kualitas fasilitas kesehatan, peningkatan
kualitas profesionalisme sumber daya manusia dan peningkatan kualitas
manajemen rumah sakit. Pelayanan yang berkualitas harus dijaga dengan
melakukan pengukuran secara terus menerus, agar diketahui kelemahan dan
kekurangan dari jasa pelayanan yang diberikan, dan dibuat tindak lanjut sesuai
dengan perioritas permasalahannya (Azwar, 1996).
Dahulu Rumah Sakit itu hanya untuk menyembuhkan pasien, namun pada
saat ini fungsinya telah berkembang menjadi suatu pelayanan kesehatan tempat
orang melakukan konsultasi (chek up), ronsen, dan kebutuhan kesehatan lainnya.
perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran, maka fungsi Rumah Sakit pada
saat ini telah mencakup pendidikan dan penelitian.
Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung merupakan salah satu
pusat kesehatan yang berada di daerah Tapanuli Utara yang dimana rumah sakit
tersebut adalah Rumah Sakit milik pemerintah daerah. Pelayanan-pelayanan yang
dilakukan oleh Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung tidak jauh beda
dengan pelayanan yang diberikan oleh pusat kesehatan lainnya, baik itu pelayanan
dalam bidang jasa, seperti halnya dalam pelayanan infrastruktur, jaminan
kesehatan seperti Jamsostek, askes, ataupun Jamkesmas dan pelayanan-pelayanan
kesehatan lainnya.
Di daerah kabupaten Tapanuli Utara terdapat satu-satunya Rumah Sakit
yaitu Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung. Masyarakat sebagian besar
dan pada umumnya melakukan pengobatan di Rumah Sakit Umum Swadana
Daerah Tarutung ini. Disamping tempatnya yang strategis, tidak jauh dari
daerah-daerah kecamatan, rumah sakit ini juga hanya satu-satunya di Tarutung. maka
peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Respon Masyarakat
Terhadap Pelayanan Kesehatan (Studi Deskriptif Di Rumah Sakit Umum
Swadana Daerah Tarutung)”.
1.2. Perumusan masalah
Dari uraian diatas yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah : “Bagaimana respon masyarakat terhadap pelayanan kesehatan Rumah
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah
“Untuk mengetahui bagaimana respon masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung”.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah :
1.4.1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
keilmuan khususnya yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan dalam rumah
sakit.
1.4.2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur
kajian terhadap pengembangan ilmu sosiologi. Sekaligus menjadi acuan bagi
penelitian berikutnya khususnya kajian yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan.
1.5. Hipotesis
Hipotesis merupakan proposisi yang akan diajukan keberlakuannya atau
merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian (prasetio, 2005: 1976).
Maka Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Ho : Tidak ada pengaruh Respon Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan di
Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung.
Ha : Ada pengaruh Respon Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan di Rumah
1.6. Defenisi Operasional
Konsep adalah unsur penting dalam suatu penelitian. Konsep merupakan
defenisi yang dipakai oleh para peneliti dalam menggambarkan secara abstrak
suatu fenomena sosial atau fenomena alami. Menurut R. K. Merton, konsep
adalah defenisi dari apa yang perlu diamati. Konsep merupakan variabel-variabel
dimana kita menentukan adanya hubungan empiris.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kerangka konseptual adalah
rangkaian pengertian logis, yang dipakai untuk menentukan jalan pemikiran
dalam penelitian guna memperoleh permasalahan yang tepat. Adapun
konsep-konsep penting dalam penelitian ini adalah :
1. Respon adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsang sudah tidak ada.
2. Masyarakat adalah organisasi hidup (kumpulan manusia) dimana
mengalami perubahan, saling mempengaruhi satu sama lain dan setiap
sistem mempunyai fungsi dan peranan yang berbeda-beda tetapi saling
mendukung (Spencer, 1985), yang dalam penelitian ini adalah masyarakat
atau pasien yang ada di Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung.
3. Rumah sakit adalah tempat orang-orang yang sakit untuk berobat. Dalam
hal ini adalah Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung.
4. Pelayanan adalah bidang usaha yang dikelola pemerintah dan diajukan
untuk melayani kepentingan masyarakat yang mempunyai fungsi sosial
tanpa berorientasi pada aspek keuntungan.
5. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri
atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Respon
Respon atau tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsang
sudah tidak ada. jika proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal
kesan-kesan saja, peristiwa sedemikian ini disebut tanggapan. Defenisi tanggapan ialah
gambaran ingatan dari pengamatan (Kartono, 1990). Dalam hal ini untuk
mengetahui respon masyarakat dapat dilihat melalui persepsi, sikap,dan
partisipasi. Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang, karena sikap
merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau
ia menghadapi suatu ransangan tertentu. Respon juga diartikan suatu tingkah laku
atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian,
pengaruh atau penolakan, suka atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena
tertentu.
Melihat seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu. Maka, akan
diketahui bagaimana respon mereka terhadap kondisi tersebut. Menurut Louis
Thursone, respon merupakan jumlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan dan
prasangka, prapemahaman yang mendeteil, ide-ide, rasa takut, ancaman dan
keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Pengertian tersebut dapat diketahui
bahwa cara pengungkapan sikap dapat melalui, yaitu :
1. Pengaruh atau penolakan
2. Penilaian
3. Suka atau tidak suka
Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang atau
sekelompok orang terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan lingkungan
atau situasi lain. Sikap yang muncul dapat positif yakni cenderung menyenangi,
mendekati dan mengharapkan suatu objektif, seseorang disebut mempunyai
respon positif dilihat dari tahap kognisi, afeksi, dan psikomotorik. Sebaliknya
seseorang mempunyai respon negatif apabila informasi yang didengarkan atau
perubahan suatu objek tidak mempengaruhi tindakan atau malah menghindar dan
membenci objek tertentu.
Ada dua jenis variabel yang dapat mempengaruhi respon, yaitu :
1. Variabel struktural, yaitu faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan fisik
2. Variabel fungsional, yaitu faktor-faktor yang terdapat pada diri sipengamat,
misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu (Cruthefield, dalam
sarwono, 1991).
Dalam Dollard dan Miller mengemukakan bahasa memegang peranan
penting dalam pembentukan respon masyarakat. Respon-respon tertentu terikat
dengan kata-kata, dan oleh karena itu, ucapan dapat berfungsi sebagai mediator
atau menentukan hirarki mana yang bekerja. Artinya sosialisasi yang
mempergunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan merupakan media srtategis
dalam pembentukan respon masyarakat. Apakah respon tersebut berbentuk respon
positif atau negatif, sangat tergantung pada sosialisasi dari objek yang akan
direspon.
Menurut Hunt (1962) orang dewasa mempunyai sejumlah unit untuk
representasi fenomenal dari keadaan diluar individu, lingkungan internal ini dapat
digunakan untuk memperkirakan peristiwa-peristiwa yang terjadi diluar. Proses
yang berlangsung secara rutin inilah yang disebut Hunt sebagai suatu respon (Adi,
2000).
2.2. Teori Persepsi
Persepsi menurut MacMahon adalah proses menginterpretasikan
rangsangan (input) dengan menggunakan alat penerima informasi (sensori
information). Sedangkan menurut Morgan, King dan Robinson menunjuk pada
bagian kita melihat, mendengar, merasakan, mencium dunia disekitar kita, dengan
kata lain persepsi dapat juga didefenisikan sebagai segala sesuatu yang dialami
manusia.
Aspek-aspek Persepsi
Menurut Walgito (2002), penginderaan terjadi dalam suatu konteks
tertentu, konteks ini disebut sebagai dunia persepsi. Agar dihasilkan suatu
penginderaan yang bermakna, ada aspek-aspek dalam dunia persepsi diantaranya
adalah :
a. Sensor sel dasar
Rangsang yang diterima harus sesuai dengan mobilitas tiap-tiap indera,
yaitu sifat sensori dasar dari masing-masing indera cahaya untuk
penglihatan, bau untuk penciuman, suhu untuk perasa, bunyi untuk
pendengaran dan sifat permukaan bagi peraba (Walgito, 2002).
Dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang). Kita dapat
menyatakan atas bawah, tinggi rendah, luas sempit, depan dan belakang
(Walgito, 2002).
c. Dimensi waktu
Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu seperti cepat, lambat, tua dan
muda (Walgito, 2002).
d. Konteks
Objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai
struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini
merupakan keseluruhan yang menyatu. Kita melihat meja tidak berdiri
sendiri tetapi dalam ruang tertentu di saat tertentu, letak atau posisi
tertentu (Walgito, 2002).
e. Tujuan
Dunia persepsi merupakan dunia penuh arti, kita cenderung melakukan
pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi
kita, yang ada hubungan dengan diri kita (Walgito, 2002).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Siagian (1995), dalam bukunya yang berjudul ”Teori Motivasi
dan Aplikasinya” secara umum terdapat dua faktor yang mempengaruhi terjadinya
persepsi seseorang yaitu : Faktor internal dan eksternal.
1. Faktor eksternal merupakan persepsi yang terjadi karena adanya rangsang
yang datang dari luar individu yang meliputi :
Objek ini akan menjadi sasaran dari persepsi yang dapat berupa orang,
benda atau peristiwa, dan objek yang sudah dikenali tersebut akan menjadi
sebuah stimulus.
b. Faktor situasi
Situasi merupakan keadaan dimana, keadaan tersebut dapat menimbulkan
sebuah persepsi.
2. Sedangkan faktor internal yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang
yang berasal dalam diri individu (Niven, 2002). Diantara faktor internal
tersebut adalah :
a. Motif
Motif adalah semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan dalam diri
manusia yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu.
b. Minat
Minat adalah perhatian terhadap sesuatu stimulus atau objek yang menarik
kemudian akan disampaikan melalui panca indera.
c. Harapan
Harapan merupakan perhatian seseorang terhadap stimulus atau objek
mengenai hal yang disukai dan diharapkan.
d. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek, sikap dapat menggambarkan suka atau tidak
suka seseorang terhadap objek. Sikap juga dapat membuat seseorang
e. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
f. Pengalaman
Pengalaman merupakan peristiwa yang dialami seseorang dan ingin
membuktikan sendiri secara langsung dalam rangka membentuk pendapatnya
sendiri. Hal ini berarti pengalaman yang dialami sendiri oleh seseorang akan
lebih kuat dan sulit di lupakan dibandingkan dengan melihat pengalaman
orang lain.
Proses Terjadinya Persepsi
Menurut Niven (2002), dalam bukunya ”Psikologis Kesehatan Pengantar
Untuk Perawat Profesional” proses terjadinya persepsi dimulai dari :
1. Tahap penerimaan rangsangan yang ditentukan oleh faktor dari dalam dan
faktor dari luar manusia itu sendiri yang meliputi :
a. Faktor lingkungan yaitu ekonomi, sosial politik.
b. Faktor konsepsi yaitu pendapat dari teori seseorang tentang manusia dengan
segala tindakannya.
c. Faktor yang berkaitan dengan dorongan dan tujuan seseorang untuk
menafsirkan suatu rangsangan.
d. Faktor pengalaman masa lalu atau latar belakang kehidupan, akan
menentukan kepribadian seseorang.
2. Proses seleksi dilakukan karena keterbatasan manusia dalam menerima
3. Proses penutupan
Proses ini terjadi karena keterbatasan tingkat kemampuan seseorang dalam
menerima rangsangan kemudian kekurangan informasi ditutupi dengan
pengalamannya sendiri.
Menurut David Krech dan Ricard Crutcfield dalam Jalaludin Rahmat
(2003), membagi faktor-faktor yang menentukan persepsi dibagi menjadi dua
yaitu : faktor fungsional dan faktor struktural.
a. Faktor Fungsional
Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman
masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor
personal. Faktor fungsional yang menentukan persepsi adalah objek-objek yang
memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.
b. Faktor Struktural
Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal semata-mata dari sifat
stimulus fisik terhadap efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem saraf
individu. Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi menurut teori Gestalt
bila kita ingin memahami suatu peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor
yang terpisah tetapi memandangnya dalam hubungan keseluruhan.
Tertarik tidaknya individu untuk memperhatikan stimulus dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu, faktor internal (kebiasaan, minat, emosi dan keadaan
biologis) dan faktor eksternal (intensitas, gerakan, dan pengulangan stimulus).
Pasien atau konsumen sendiri tidak dapat menilai mutu pelayanan yang
diperoleh secara teknik medik, karenanya mereka akan menilai dari persepsi sosial
pasien yaitu realitas persepsi pasien tentang mutu pelayanan yang diterima dan
tercapainya kepuasan pasien, sedang dari sudut manajemen adalah terciptanya
pelayanan medik yang tepat atau wajar. Persepsi pasien akan dipengaruhi oleh
kepribadiannya, budaya, pendidikan, kejadian sebelumnya yang mirip dengan
keadaan ini, hal-hal positif dan negatif lainnya serta tingkatan umum yang sering
dijumpai pada saat melakukan intervensi di lingkungan rumah sakit. Persepsi
merupakan suatu proses dimana seseorang menyeleksi, mengorganisasikan dan
menginterpretasikan stimulus kedalam suatu gambaran dunia yang berarti dan
menyeluruh. Stimulus dapat berupa sesuatu yang ditangkap oleh alat indera,
seperti produk, iklan, harga, pelayanan dan lain-lain (Wulandari, 2008).
Beberapa pengertian persepsi antara lain (Trimurthy, 2008) :
a. Persepsi menurut kamus umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai proses
seseorang untuk mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya atau
menerima langsung/tanggapan dari suatu resapan.
b. Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses dengan mana individu-individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi
makna kepada lingkungan mereka.
c. Persepsi merupakan suatu proses dimana individu melakukan
pengorganisasian terhadap stimulus yang diterima kemudian
dinterpretasikan, sehingga seseorang dapat menyadari dan mengerti
tentang apa yang diterima dan hal ini dipengaruhi pula oleh
d. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan
menyimpulkan pesan.
Menurut Walgito (2002), persepsi adalah proses pengorganisasian,
penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu
sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated
dalam diri individu.
Dengan demikian, persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya
rangsang melalui panca indera yang didahului oleh perhatian sehingga individu
mampu mengetahui, mengartikan dan menghayati tentang hal yang diamati, baik
yang ada diluar maupun dalam diri individu (Trimurthy, 2008).
Pada umumnya manusia mempersepsikan suatu objek berdasarkan kaca
matanya sendiri, yang diwarnai oleh nilai dan pengalamannya. Notoatmodjo
(2003), mendefinisikan persepsi sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui
panca indera. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun
mengamati terhadap objek yang sama.
Persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan dipengaruhi oleh harapan
terhadap pelayanan yang diinginkan. Harapan ini dibentuk oleh apa yang
konsumen dengar dari konsumen lain dari mulut ke mulut, kebutuhan pasien,
pengalaman masa lalu dan pengaruh komunikasi eksternal. Pelayanan yang
diterima dari harapan yang ada mempengaruhi konsumen terhadap kualitas
pelayanan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan ekspektasi pelanggan :
b. Pengalaman masa lalu dan dari teman.
c. Komunikasi melalui iklan dan pemasaran juga mempengaruhi persepsi
pelanggan (Mubarak dan Chayatin, 2009).
2.3. Teori Sistem
Teori sistem menurut para ahli :
1. L J James Heavy
Menurut L. Jame Heavy yaitu prosedur logis emosional untuk merancang
suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan
maksud untuk berfungsi sebagai kesatuan dalam usaha mencapai suatu usaha yang
telah ditentukan.
2. John Mc. Manama
Menurut John Mc. Manama yaitu struktur konseptual yang tersusun dari
fungsi yang saling berhubungan dan bekerja serta sebagai organik untuk mencapai
suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efisien.
3. C.W. Churchman
Menurut Churchman yaitu seperangkat bagian yang dikoordinasikan untuk
melaksanakan seperangkat tujuan.
4. J.C. Higgins
Menurut J.C. Higgins yaitu separangkat bagian-bagian yang saling
berhubungan.
Menurut Edgard Huse dan James L. Bowdigct yaitu suatu seri dan
rangkaian bagian yang saling berhubungan sedemikian rupa sehingga berinteraksi
dan saling berpengaruh dari satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa :
Sistem adalah sekumpulan unsur atau elemen yang berkaitan dan saling
mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai tujuan.
Karakter Sistem ada 8 yaitu :
1. Komponen atau elemen
2. Batas sistem
3. Lingkungan luar sistem
4. Penghubung sistem/ Intervoce
5. Masukan / Input
6. Pengolah / Proses
7. Keluaran (output)
8. Sasaran (Obyektif) / Tujuan
Sistem Pelayanan Kesehatan
Adalah suatu sistem dimana pelayanan kesehatan esensial dapat diperoleh
dengan mudah secara universal bagi individu dan keluarga dalam komunitas
tertentu yang disediakan bagi mereka mereka melalui partisipsi penuh dari mereka
sendiri dan dilaksanakan dengan biaya yang dapat terjangkau oleh
masyarakat-masyarakat dan pemerintah daerah. Berdasarkan tulisan/pendapat diatas maka
komponen/elemen yang didalamnya terdiri dari subsistem dan subsistem
keputusan yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yaitu kesehatan.
Bagian-bagian Sistem Pelayanan Kesehatan antara lain :
1. Sistem Pelayanan Primer
Perawatan primer merupakan kontak awal yang dibuat oleh klien dengan
suatu episode penyakit yang memerlukan serangkaian, tindakan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang aktual maupun potensial primer antara
lain: ahli penyakit dalam, ahli penyakit anak, ahli kandungn dan perawat praktisi.
Tempat-tempat pemberian pelayanan primer antara lain:
a. Klinik yang dikelola oleh perawat
b. Tempat praktek dokter dan sekolah
c. Tempat pelayanan kerja
Contoh pelayanan primer yaitu :
a. Pelayanan Prenatal
b. Pelayanan Bayi Sehat
c. Konsultasi Gizi
d. Keluarga Berencana (KB)
e. Kelas Olahraga
Kegiatan penyuluhan kesehatan/ kegiatan yang mengurangi timbulnya
penyakit.
2. Sistem Pelayanan Sekunder
Perawatan sekunder yaitu mencakup pemberian medis khusus oleh dokter
spesialis atau oleh rumah sakit yang dirujuk oleh dokter pelayanan primer.
Contoh pelayanan sekunder akut :
a. Pelayanan gawat darurat
b. Pelayanan bedah medis akut
c. Pemeriksaan radiologis
Pencegahan Sekunder
Diagnosis dini dan pengobatan penyakit (seperti skrining hipertensi).
3. Sistem Pelayanan Tersier
Perawatan tesier yaitu suatu tingkat perawatan yan memerlukan
spesialisasi dan teknik yang timbul untuk menentukan diagnosa dan mengobati
masalah kesehatan yang rumit atau masalah kesehatan yang tidak biasa terjadi.
Contoh Pelayanan tersier :
a. Perawatan sub akut
b. Perawatan intensif
Pencegahan Tersier :
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit diselenggarakan
berazaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan
profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti-diskriminasi,
pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.
Pengaturan penyelenggaraan rumah sakit bertujuan, yaitu :
a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan;
b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.
c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan Rumah Sakit.
d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya
manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit (UU RI No. 44, Tahun 2009).
Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan
upaya kesehatan perorangan yang dilaksanakan selama 24 jam melalui pelayanan
rawat inap, rawat jalan, gawat darurat/rawat darurat dan pelayanan tindakan
medik serta dapat sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan sarana
penelitian. Rumah Sakit juga merupakan salah satu sarana kesehatan yang
berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan rujukan dan upaya kesehatan
penunjang (Dinkes Aceh, 2009).
Pembangunan di Rumah Sakit bertujuan untuk meningkatkan mutu,
kegiatan-kegiatan perencanaan, penggerakan, pelaksanaan, pengawasan,
pengendalian dan penilaian yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan
efisiensi pelayanan.
Dalam rangka meningkatkan mutu rumah sakit, penyelenggaraannya harus
memperhatikan standar yang disesuaikan dengan kelas/tipe rumah sakit yaitu:
(Dinkes Prov. NAD, 2008).
1. Standar Manajemen
Rumah Sakit merupakan bagian dari jejaring pelayanan kesehatan untuk
mencapai indikator kinerja kesehatan yang ditetapkan daerah. Oleh karena itu,
rumah sakit harus mempunyai hubungan koordinatif, kooperatif dan fungsional
dengan dinas kesehatan dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.
2. Standar Pelayanan
a. Pelayanan medik spesialistik dan sub spesialistik :
1. Pelayanan medik spesialistik 4 dasar: Penyakit Dalam, Bedah, Kebidanan
dan Kandungan serta Kesehatan Anak.
2. Pelayanan medik spesialistik lainnya: Mata, Telinga, Hidung dan
Tenggorokan (THT), Kulit dan Kelamin, Kesehatan Jiwa, Syaraf, Gigi dan
Mulut, Jantung, Paru, Bedah Syaraf, Orthopedi.
3. Pelayanan medik sub spesialistik.
b. Pelayanan medik umum yang tidak tertampung oleh pelayanan medik
spesialistik yang ada.
c. Pelayanan penunjang medik: Radiologi, Laboratorium, Anestesi, Gizi,
Farmasi, Rehabilitasi medik.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif yang menggunakan metode pendekatan deskriptif. Pendekatan
deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan suatu
fenomena yang terjadi objek penelitian melalui teknik pengumpulan data
(Moleong, 2006). Pendekatan deskriptif yang bertujuan menggambarkan atau
mendeskripsikan persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung.
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung
yang terletak di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara. Alasan peneliti
memilih daerah ini dikarenakan lokasi Rumah Sakit Umum Swadana Daerah
Tarutung ini berdekatan dengan daerah asal peneliti sehingga dapat memberikan
kemudahan dalam proses pengumpulan data.
3.3. Populasi dan Teknik Pengumpulan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,
benda-benda, hewan dan tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test, atau
peristiwa-peristiwa, sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di
populasinya adalah penduduk Kecamatan Tarutung yang pergi atau orang-orang
yang melakukan pengobatan ke Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung
pada tahun 2012. Pada tahun 2012 yang melakukan pengobatan ke Rumah Sakit
Umum Swadana Daerah Tarutung sebanyak 3.936 Orang.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi
(Nawawi, 1995). Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi di atas, maka
digunakan Rumus Taroyamane dengan presisi 10% dan dengan tingkat
kepercayaan 90% (Rahmat, 1997).
n =
Keterangan : n = sampel
N = jumlah populasi
d = presisi 10% atau 0,1
Berdasarkan data yang ada maka peneliti ini memerlukan sampel
sebanyak:
n =
n =
n =
n = 97,52
n = 97 orang
Teknik yang digunakan untuk menarik sampel adalah Accidental
Sampling, yakni siapa saja yang ada atau kebetulan ditemui dan memenuhi syarat
atau kriteria yang akan ditentukan. Hal ini dilakukan agar jumlah sampel yang
diperlukan dapat terpenuhi (Nawawi, 1995).
3.4. Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. Kuesioner
Kuesioner yaitu alat pengumpul data dalam bentuk sejumlah pertanyaan
tertulis yang dijawab tertulis oleh responden (Nawawi, 1995).
3.4.2. Observasi
Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang
tampak pada saat penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti mengamati langsung di
lapangan. Data yang diperoleh melalui observasi tediri dari rincian tentang
kegiatan, perilaku, tindakan orang serta keseluruhan kemungkinan interaksi
interpersonal dan proses penataan yang merupakan bagian dari lapangan manusia
yang dapat diamati. Hasil observasi ini kemudian dituangkan dalam bentuk
catatan lapangan.
3.4.3. Studi Kepustakaan
Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan agar diperoleh suatu
landasan yang kuat untuk mendukung penelitian ini dari berbagai literatur seperti
buku, koran, internet, majalah, serta dokumen lainnya yang berhubungan dengan
penelitian ini.
3.5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan
satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari.
Pendekatan kuantitatif dilakukaan dengan pengujian secara statistik
terhadap data yang terkumpul, maka penyajian data dalam bentuk tabel frekuensi
dan persentase yang kemudian diteruskan dengan mengedit dan menganalisanya,
dan hasil analisis data yang disajikan tidak lagi dalam bentuk angka-angka
statistik, tetapi diubah menjadi informasi dalam bentuk sebuah laporan hasil
penelitian.
Data yang diperoleh dalam penelitian akan dianalisis menggunakan teknik
analisis tabel tunggal, tabel tunggal merupakan salah satu teknik yang
dipergunakan untuk menganalisis dan mengetahui variabel yang satu memiliki
hubungan dengan yang lainnya, sehingga diketahui variabel tersebut bernilai
positif atau negatif, dimana analisis tabel tunggal yaitu suatu analisa yang
dilakukan dengan membagi variabel penelitian kedalam sejumlah frekuensi dan
3.6. Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Bulan ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Pra Observasi √
2. ACC judul √
3. Penyusunan Proposal penelitian
√ √
4. Seminar Proposal Penelitian
√
5. Revisi Proposal Penelitian √
6. Penelitian ke Lapangan √
7. Pengumpulan dan Analisis Data
√
8. Bimbingan √ √ √
9. Penulisan Laporan Akhir √ √
BAB IV
HASIL DAN ANALISA DATA
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung
Rumah Sakit Umum (RSU) Swadana Daerah Tarutung berdiri sejak tahun
1918 oleh Zending Jerman berlokasi di daerah Kabupaten Tapanuli Utara dengan
ibukota Tarutung. Pembangunan Rumah Sakit ini sepenuhnya inisiatif dari
Zending Jerman, Pada masa itu seluruh wilayah Tapanuli bahkan seluruh wilayah
Sumatera Utara belum ada bentuk pelayanan kesehatan yang berfungsi sebagai
Rumah Sakit.
Setelah berdirinya Rumah Sakit ini praktis seluruh masyarakat di
sekitarnya berobat ke Rumah Sakit Umum Tarutung. Pada saat itu pelayanan di
Rumah Sakit Umum Tarutung dilaksanakan oleh petugas Zending Jerman dan
bentuk pelayanan itu sesuai dengan kondisi masyarakat kita pada masa itu yaitu
sesuai dengan yang berfungsi murni sosial. Kehadiran ini berlangsung selama
puluhan tahun, sehingga pada masa berikutnya di beberapa daerah didirikan
Rumah Sakit. Namun demikian, rujukan Rumah Sakit yang didirikan tersebut
selalu ke Rumah Sakit Umum Tarutung.
Dalam perjalanannya, disamping sebagai fungsi pelayanan dilakukan juga
fungsi pendidikan dan pelatihan tenaga pribumi menjadi tenaga kesehatan yang
kemudian para lulusan tenaga kesehatan ini disebarkan ke seluruh penjuru tanah
Pelayanan ini mengalami pasang surut dengan adanya perubahan
pemerintah Belanda ke pemerintahan Jepang. Pada masa pemerintahan Jepang
sebagian tenaga kesehatan ada yang menjadi korban pembunuhan dan sebagian
lagi digunakan oleh tentara Jepang untuk membantu tenaga mereka. Pada saat ini
pelayanan kesehatan mengalami kemunduran sehingga operasional Rumah Sakit
hampir lumpuh, dan setelah peralihan kemerdekaan RI dari penjajahan Jepang
menurut Drs. Hutabarat mantan Direktur KPPA Medan, bahwa di Ruang Rawat
Inap (RRI) Vip-A RSU Swadana Daerah Tarutung sekarang dilakukan percetakan
uang.
Sesudah zaman kemerdekaan, Rumah Sakit kembali dikelola oleh Badan
Zending Jerman dengan memperbaiki beberapa sarana dan prasarana sehingga
pelayanan berjalan dengan baik. Pada tahun 1952 Rumah Sakit Umum Tarutung
dikelola oleh pemerintah Provinsi Sumatera Utara meskipun tenaga pelayanan
masih ada disumbangkan oleh Zending Jerman.
Pengelolaan oleh Provinsi Sumatera Utara pada mulanya juga dengan
mengikuti pola pelayanan murni sosial. Tetapi pada perkembangan selanjutnya
kemampuan untuk memberikan pelayanan murni sosial tidak dapat dipertahankan
lagi. Sejak era tahun 80-an pemerintah Provinsi Sumatera Utara memberikan
beban target pendapatan asli daerah (PAD) bagi Rumah Sakit Umum Tarutung
sehingga pelayanan demi pelayanan diatur dengan Peraturan Daerah (Perda).
Sampai dengan tahun 1983 Rumah Sakit Umum Tarutung masih berstatus
kelas D dengan pelayanan yang diberikan oleh Dokter Umum dan Dokter Gigi
manajemen lainnya. Sejak tahun 1984 Rumah Sakit Umum Tarutung disahkan
menjadi Rumah Sakit Umum Kelas C dengan pelayanan yang diberikan oleh
Dokter Spesialis Dasar, Dokter Umum, Dokter Gigi, dan para Medis Perawatan
atau non perawatan serta tenaga administrasi manajemen lainnya. Pelayanan ini
berkembang dengan adanya pasang surut oleh karena adanya perpindahan para
dokter spesialis, sehingga beberapa tahun kemudian pelayanan hanya diberikan
oleh Dokter Umum dan Dokter Gigi.
Pada era tahun 90-an kembali adanya penempatan Dokter Spesialis
walaupun tidak lengkap Spesialis Dasar oleh PPDS dan FK-USU Medan.
Perkembangan “Needs” dan “Demand” masyarakat, juga kemajuan teknologi
kedokteran serta kemajuan arus informasi menyebabkan perubahan di dalam
masyarakat tersebut. Minat dan tuntutan ini sudah seharusnyalah di akomodasi
oleh pemerintah. Kemauan yang disertai dengan kemampuan dalam membayar
jasa pelayanan yang bekualitas membuat pihak manajemen Rumah Sakit Umum
Tarutung menuangkannya dalam perencanaan strategi yang telah disetujui oleh
Pemerintah Sumatera Utara sebagai acuan dalam pemberian pelayanan kepada
pelanggan Rumah Sakit Umum Tarutung.
Pada tanggal 26 Desember 2000 Rumah Sakit Umum Tarutung disahkan
menjadi kelas B sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan
Sosial RI Nomor: 1809/Menkes-Kessos/SK/XII/2000. Pada Tahun 2003 melalui
Peraturan Daerah (Perda) No.07 Tahun 2003 sistem pengelolaan keuangan Rumah
Sakit Umum Tarutung berubah dari sistem pengelolaan secara Anggaran
Dengan demikian sejak tahun 2003, nama Rumah Sakit Umum Tarutung berubah
menjadi Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung.
4.2. Tujuan dan Sasaran Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung
Adapun tujuan Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung antara lain
1. Menjadi Rumah Sakit dengan pelayanan prima berdasarkan standar yang
ditetapkan dan nilai-nilai kemanusiaan.
2. Menyelenggarakan pelayanan yang profesional yang berorientasi kepada
kepuasan pelanggan.
3. Membangun organisasi yang didukung dengan adanya pembangunan
komitmen shared mission dan shared vision bagi seluruh anggota
organisasi, serta melakukan pemberdayaan dan koordinasi melalui
komunikasi, persuasi, dan kepercayaan.
4. Membangun jejaring organisasi dan kemitraan dengan berbagai pihak
dengan perangkat jejaring informasi.
5. Terselenggaranya upaya peningkatan kesejahteraan pegawai Rumah Sakit.
Adapun sasaran Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung antara
lain :
1. Tersedianya petugas perawat terampil dan berkompeten dibidang
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
2. Tersedianya tenaga Menko Keperawatan dalam mengawasi kegiatan
pelayanan kesehatan bagi perawat yang bertugas di Rumah Sakit.
3. Tersedianya informasi mengenai pelayanan kesehatan yang ada di Rumah
4. Tersedianya tenaga medis, para medis, dan staf administrasi yang
memadai dalam hal jumlah dan kualitas.
5. Terselenggaranya pelayanan yang berkualitas melalui ketersediaan
peralatan yang representatif bersumber dari alokasi dana penerimaan
fungsional Rumah Sakit APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN,
DAK maupun pihak ketiga.
6. Tersedianya gedung pendukung pelayanan yang berkualitas.
7. Tersedianya sarana gedung kelas III, gedung UTD, gedung flu burung,
gedung Nurse Station Rumah Sakit.
8. Bekerja sama dengan pihak-pihak lain dalam upaya pengembangan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas.
9. Terlaksananya pendistribusian gaji PNS, PTT, Tenaga Harian Lepas
(THL), Tenaga Kontrak (TK), Tunjangan, Jasa Manajemen, Jasa
Pelayanan dan penghasilan lainnnya.
10. Memperketat pengawasan terhadap sumber-sumber penerimaan Rumah
Sakit.
4.3. Kedudukan, Tugas, Fungsi, Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung
4.3.1 Kedudukan
Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung merupakan pelayanan
pusat rujukan kesehatan di Kabupaten Tapanuli Utara dan salah satu Rumah Sakit
Swadana di Indonesia setelah diberlakukannnya Peraturan Daerah Kabupaten
Tapanuli Utara Nomor: 07 Tahun 2003 tentang Tumah Sakit Umum Swadana
Tahun 2003 menetapkan diantaranya Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi serta
Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung.
4.3.2. Tugas
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 07
Tahun 2003, Rumah Sakit Swadana Daerah Tarutung mempunyai tugas
melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi,
terpadu dengan upaya meningkatkan serta pencegahan dan pelaksanaan upaya
rujukan, sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
4.3.3. Fungsi
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Nomor: 07
Tahun 2003 tentang Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung yang
mengemban tugas membantu Bupati Tapanuli Utara dalam menyelenggarakan
pemerintahan, dimana Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung berfungsi
sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan Pelayanan Medis
b. Menyelenggarakan Pelayanan Penunjang Medis dan Non Medis
c. Menyelenggarakan Pelayanan Asuhan Keperawatan (Askep)
d. Menyelenggarakan Pelayanan Rujukan
e. Menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan
f. Menyelenggarakan Penelitian dan Pengembangan
4.3.4. Visi dan Misi
a. Visi
“Terwujudnya Pelayanan Kesehatan yang prima secara Mandiri dan Holistik,
dengan unggulan Pelayanan Haemodialisis dan Pelayanan Diagnostik Terpadu
di Tapanuli dan sekitarnya”
b. Misi
1. Menjadikan Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung dengan
pelayanan Emergensi terbaik di Kabupaten Tapanuli Utara dan sekitarnya.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terakreditasi.
3. Menjadi pusat rujukan serta tempat pelatihan dan pengembangan dan
keilmuwan di bidang Haemodialisis dan Endoscopy.
4. Menjadi tempat pendidikan kedokteran .
5. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang professional dengan
menyertakan manajemen K3RS (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Rumah
Sakit.
6. Meningkatkan pengetahuan, jenjang karier, kenyamanan kerja dan
kesejahteraan karyawan.
4.4. Lokasi Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung
Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung terletak di Jl. Haji Agus
Salim No. 1 Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara. Luas area Rumah Sakit Umum
Daerah Swadana Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara adalah ± 27.267 m2 dengan
1. Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Sisingamangaraja Tarutung
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Gedung Sekolah SMA HKBP
Tarutung
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kompleks Akademi Keperawatan
Tarutung
4. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Siwaluompu
4.5. Komposisi Bangunan, Sarana, dan Prasarana
Luas keseluruhan area Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung
adalah ± 27.267 m2
1. Gedung kantor (Kayu/ semi permanen)
dengan luas bangunan 15.764 m.
Adapun bangunan-bangunan yang terdapat di Rumah Sakit Umum
Swadana Tarutung antara lain:
2. Gedung bengkel (Semi permanen)
3. Gedung perawatan (Semi permanen/Permanen)
4. Tempat pertemuan (Semi permanen)
5. Tempat pendidikan (Kayu)
6. Garasi (Kayu)
7. Rumah dinas (Kayu/ Permanen)
4.6. Fasilitas Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung
4.6.1. Peralatan Medis
Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung memiliki beberapa
peralatan untuk melengkapi pelayanan kepada pasien. Dimana peralatan medisnya
gigi 1 unit, Ventilator 2 unit, Patien Monitoring 4 unit, EKG 5 unit, Treadmil Test
1 unit, EEG 1 unit, Endoschopy 2 unit, Colonoscopy 1 unit, USG 4 unit, Mesin
Feco 1 unit, Incubator 10 unit, Catarak Set 1 unit, Lens Meter 1 unit, Microscope
4 unit, Dental Unit 2 unit, THT Instrumen Set 1 unit, Tensilektoni Instrumen Set 1
unit, Nasal Politektoni Set 1 unit, Mastoidektomi Instrumen Set 1 unit,
Tracheotomin Instrumen Set 1 unit, Adeniodektomi Instrumen Set 1 unit, Septum
Reseksi 1 unit, Sorot Gynekologi 7 unit, Incubator Baby 2 unit, Kimia Analizer
Automatic 1 unit, Imunologie Analizer 1 unit, Centrifuge Haematrocrit 1 unit,
Ultrasonic Nebulizer High 2 unit, Resusitasi Anak 1 unit, Resusitasi Dewasa 1
unit, Biometris 1 unit, Doppler 1 unit, Obgin Instrumen Set 1 unit, Laparatomi
Instrumen Set 1 unit, Vacum Ektraktor 2 unit, Curettage Set 2 unit,
Kardiotocografh (KTG) 2 unit, dan Mesin 1 unit.
4.6.2. Peralatan Non-Medis
Sedangkan peralatan non-medis yang dimiliki Rumah Sakit Umum
Swadana Daerah Tarutung antara lain: Ambulance 6 unit, Mobil Dinas 1 unit,
Sepeda Motor 1 unit, Komputer 16 unit, Televisi 48 unit, Telepon 2 unit, Sound
NO RUANG PERAWATAN
JUMLAH TEMPAT TIDUR SUPER
VIP
VIP UTAMA KLS I KLS II KLS III TOTAL
1. Kelas III Bedah - - - 25 25
2. Super VIP 2 - - - 2
3. Anggrek Bedah - - 10 - - - 10
4. Dahlia/VIP B - - 10 - - - 10
5. Cemara - - - - 4 8 12
6. Flamboyan - - - - 4 8 12
7. Mawar/VIP C - - 10 - - - 10
8. Melati/VIP A - 12 - - - - 12
9. ICU/RR - - 8 - - - 8
10. Neonaty/Perinatologi - - 6 - - - 6
11. Kebidanan - - - 8 4 8 20
12. ICCU - - 4 - - - 4
13. Ruang Penyakit Anak
- - - - 8 - 8
14. Ruang Neurologi - - - - 6 10 16
TOTAL 2 12 48 8 26 59 155
Data Tahun 2011
4.6.3. Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung
1. Instalasi gawat darurat melayani : Resusitasi Jantung Paru, Nebulizer, EKG,
Pelayanan Tindakan Bedah Minor.
2. Rawat jalan melayani : Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Anak,
Poliklinik Kebidanan, Poliklinik Bedah, Poliklinik THT, Poliklinik Mata,
Poliklinik Gigi, Poliklinik Ginjal atau Hipertensi, Poliklinik Neurologi,
Poliklinik Jiwa, Poliklinik Gizi, Poliklinik Fisiotherapi.
3. Rawat inap melayani : Ruang Rawat Inap Super VIP, Ruang Rawat Inap VIP
A (Melati), Ruang Rawat Inap VIP B (Dahlia), Ruang Rawat Inap VIP C
(Mawar), Ruang Rawat Inap VIP Bedah (Anggrek), Ruang Rawat Inap I
Ruang Rawat Inap Neonati, Ruang Rawat Inap IV (Cemara), Ruang Rawat
Inap V (Flamboyan), Ruang Rawat Inap ICU, Ruang Rawat Inap ICCU.
4. Instalasi diagnotik terpadu melayani : Ultra Sono Grafi (USG), Elekto
Kardiogram (EKG), Endoscopy, EEG, Aspirasi, Electroda, Treadmil Test.
5. Instalasi haemodialisa melayani : Pelayanan Cuci Darah dan Pelayanan
Konsultasi
6. Instalasi bedah central melayani : Bedah Ortho, Bedah Digestif, Bedah
Onkology, Bedah Urology, Bedah Plastik, Bedah Kardio Thorax, Bedah
Saraf, Bedah Anak.
7. Instalasi Anasthesi melayani : Pelayanan Anasthesi Bedah, Pelayanan Ruang
Pulih.
8. Instalasi Radiologi melayani : Foto Thorax, Foto Abdomen, Foto Schedel,
Foto BNO/ IVP / APL, Foto Lumbal, Foto MBF, Foto Appendiks, Foto
Colon In Loop, Foto Extremitas/ Femus
9. Instalasi Laboratorium melayani : Pemeriksaan Darah Rutin, Pemeriksaan
Darah Lengkap, Pemeriksaan Kadar Gula Darah, Pemeriksaan Narkoba,
Pemeriksaan Kimia (fungsi hati, fungsi ginjal, profil lipid, enzim jantung),
Plano Test, HIV, Hepatitis B/C, Feces/ Urine Rutin.
10. Instalasi farmasi melayani : Pelayanan Distribusi obat dengan system ODD,
Pelayanan Konsultasi.
11. Instalasi gizi melayani : Pelayanan Diet, Pelayanan Konsultasi Gizi.
12. Instalasi pemulasaraan jenazah melayani : Pelayanan Basuh Mayat,
4.7. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung
Struktur organisasi Rum