IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN LANGSUNG
SEMENTARA MASYARAKAT DI KELURAHAN TAMBANGAN
KECAMATAN PADANG HILIR KOTA TEBING TINGGI
Disusun Oleh : Fauziah Hanim Purba
100902054
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
NORTH SUMATERA UNIVERSITY SOCIAL AND POLITIC SCIENCE FACULTY SOCIAL PROSPERITY SCIENCE DEPARTMENT NAME : FAUZIAH HANIM PURBA
REG. NO : 100902054
ABSTRACT
(This thesis consists of 6 chapters, 106 pages, 45 tables, six attachments and 18 libraries)
BLSM (Direct Assistance While the Community) Program is created as the
effort for the sake of helping the consumption rate of the target households as the
effect of the policy concerning with the increased price of refined fuel oil. The
formulation of the problem for the research namely how is the implementation of
Direct Assistance While the Community Program in Tambangan area, Padang Hilir
sub-district, Tebing Tinggi city.
This research is carried out in Tambangan area, Padang Hilir sub-district,
Tebing Tinggi city. It is descriptive research using frequency table. The sample is 66
families who get direct assistance while the community.
Based on the data analysis, it shows that the implementation of Direct
Assistance While the Community Program is not running well in that Tambangan
area. The indicators can be seen from the lack of socialization from the officers
regarding Program to the community and the lack of targeted programs is given to
households participating in the Direct Assistance While the Community program.
The objective of Direct Assistance While the Community Program for the
prosperity of the poor people has not been well reached. It is seen from the amount of
Also, Cash Direct Aids Program can not empower the people to add their prosperity.
Those poor people are constantly in the static or poor condition. Cash Direct Aids
Program should be terminated since it may create the mental of the people as beggar.
The government should give the subsidy for the people in developing their business,
productivity aids, working capital and vacancy. The most important point is the
commitment and motivation should be given for the poor people in order to suffice
their basic needs and add the social prosperity.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL NAMA : FAUZIAH HANIM PURBA
NIM : 1009020254
ABSTRAK
(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 106 halaman, 45 tabel, 6 lampiran serta 18 kepustakaan)
Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) dilatarbelakangi
upaya mempertahankan tingkat konsumsi Rumah Tangga Sasaran (RTS) sebagai
akibat adanya kebijakan kenaikan harga BBM. Perumusan masalah penelitian adalah
bagaimana penerapan Program BLT di Kelurahan Bantan Kecamatan Siantar Barat
Kota Pematangsiantar.
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Tambangan, Kecamatan Padang Hilir,
Kota Tebing Tinggi, bersifat deskriptif dengan menggunakan tabel frekuensi. Besar
sampel yang digunakan adalah penerima BLSM 66 KK.
Berdasarkan hasil analisa data menunjukkan bahwa penerapan Program BLT
di Kelurahan Tambangan tidak berjalan dengan baik. Indikatornya antara lain adalah
kurang sosialisasi dari petugas mengenai Program BLSM kepada masyarakat dan
program tersebut kurang tepat sasaran diberikan kepada rumah tangga penerima
program BLSM.
Tujuan BLSM untuk dapat mensejahterakan masyarakat miskin belum
tercapai dengan baik, hal ini terbukti dari dana BSM sebesar Rp. 300.000/2 bulan
merupakan bantuan yang bersifat konsumtif. BLSM tidak efektif dapat
yang menerima BLSM tetap berada dalam kondisi miskin atau statis. Program
BLSM sebaiknya dihentikan karena menciptakan mental pengemis kepada
masyarakat. Pemerintah hendaknya memberikan subsisdi kepada masyarakat untuk
mengembangkan usahanya, bantuan produktiv, modal kerja, lapangan kerja dan yang
terpenting adalah komitmen serta motivasi kepada masyarakat miskin agar dapat
memenuhi kebutuhan pokok dan meningkatkan kesejahteraan sosial.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat
dan Hidayah-Nya. Selanjutnya shalawat beriringkan salam kepada Baginda
Rasulullah SAW sebagai penuntun umat ke jalan Kebenaran.
Penulis dapat menyelesaikan penyususan Skripsi ini yang berjudul
“Implementasi Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat di Kelurahan
Tambangan Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi”.
Dalam penulisan Skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan yang penulis miliki.
Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan penulis
dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga Skiripsi ini dapat bermanfaat
baik bagi penulis sendiri maupun bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini dapat diselesaikan
hanya dengan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini , dengan hati ikhlas penulis ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Baharuddin, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
2. Ibu Hairani Siregar, S. Sos, Msp selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah
memberikan kelapangan ataupun kemudahan berupa moril materil selama
mengikuti pendidikan.
3. Bapak Drs.Matias Siagian, M.Si. selaku dosen pembimbing saya yang selalu
mau meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan dukungan kepada
saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak ya pak.
4. Teristimewa untuk kedua orang tua yang saya kasihi, saya sayangi dan saya
banggakan, Ayahanda Drs.Ruslan Purba dan Ibunda Sri Atika Sari, yang
telah mengasuh, membesarkan dan mendidik saya dengan penuh kesabaran
dan ketabahan serta banyak memberi semangat moril dan kasih sayang,
materi dan juga doa kepada saya hingga saat ini, sehingga saya dapat
menyelesaikan perkuliahan dan skripsi. Hanya doa yang bisa saya panjatkan
supaya Ayahanda dan Ibunda selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa
dan dikarunia kesehatan, panjang umur, banyak rezeki dan tetap sabar dalam
mendidik saya. Serta adik saya satu-satunya yang sangat saya banggakan
Iqbal Alfarisi Purba yang telah mencurahkan perhatian dan doanya kepada
penulis selama ini. Apa yang kalian berikan tidak akan penulis lupakan
sampai akhir hayat.
5. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah angkat penulis yang
bernama Kyai H. Zuhri Hamid Sipayung yang senantiasa memberikan doa,
dukungan, dan nasehatnya kepada penulis agar penulis dapat menyelesaikan
6. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan yang telah
diberikan.
7. Kak Zuraida selaku pegawai di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara yang memberi dorongan dan kemudahan dalam
mengurus administrasi penelitian.
8. Terima kasih kepada Ibu Suwarni, sebagai Kepala Desa Kelurahan
Tambangan yang telah membantu mempermudah urusan peneliti selama
melakukan penelitian di Desa tersebut.
9. Terima kasih yang spesial penulis sampaikan kepada sahabat tersayang
Aisyah AF Nasution yang selama ini selalu membantu dan mendukung
penulis dalam keadaan susah maupun senang, yang udah kayak seorang
kakak yang perhatian sama adiknya, yang selalu mau dengeri cerita apapun
dari sahabatnya. Terima kasih sudah menjadi sahabat yang baik buat penulis
selama ini. Buat Eni Syafrida Nasution alias mak eni teman satu bimbingan
yang paling suka galau karena skripsi tapi duluan dapat gelar S.Sosnya.
Terima kasih juga kepada adik-adik pembawa ceria Ain, Debby dan Audya
yang selama ini telah memberikan dukungan kepada penulis, yang selalu
memberikan canda tawanya dihari-hari penulis, yang selalu ada buat penulis
disaat susah maupun senang dan selalu menghibur penulis. Dan terima kasih
juga buat kakak yang ketemunya uda gede yaitu kak zulfa alias kak opa yang
telah memberikan semangatnya buat penulis. Terima kasih buat kalian semua
yang telah banyak membantu dan menemani hari-hari penulis selama
10.Terima kasih juga buat seseorang yang sangat spesial buat saya, teman hidup
yang selama ini selalu memberikan dukungan, semangat dan doanya kepada
penulis yaitu Hilal Tagor Lubis. Terima kasih buat kamu yang selalu ada,
yang telah menemani hari-hari penulis selama ini yang selalu memberikan
waktunya dan memberikan bantuan kepada penulis hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
11.Terima kasih juga buat teman-teman kessos stambuk 2010 yang tidak dapat
saya sebutkan namanya satu persatu yang sudah memberikan semangat dan
motivasi kepada penulis dan udah jadi teman yang baik selama 4 tahun
kuliah.
12.Buat teman-teman SMA khususnya anak ASHIMO yang tidak dapat penulis
sebutkan namanya satu persatu yang udah banyak banget ngasi motivasi buat
penulis. Semoga kita tetap saling mendukung sampai pada sukses semua.
Amin...
13.Buat teman-teman kantor selama dua bulan kemarin Kak Neny yang paling
cantik, Kak Santy, Kak Ijur, Kak Nadra, Gita, Pak Aguan, Bg Pi’i, Bg Johny,
Bg Elfin, Bg Edi, Bg Tony, dan Bg Khairul. Terima kasih buat bapak, abang
dan kakak sekalian yang udah memberikan dukungan dan doanya kepada
penulis agar penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar dan cepat
selesai.
14.Kepada semua pihak yang tidak tersebutkan namanya terima kasih atas
bantuan dan dukungannya.
Penulis menyadari hasil penelitian ini belum sesuai dengan yang diharapakan
dan masih jauh dari kesempurnaan mengingat pengetahuan, waktu dan kemampuan
kritikan yang dapat membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang dan
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Oktober 2014
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 11
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11
1.4 Sistematika Penulisan ... 12
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Implementasi ... 13
2.2 Program ... 15
2.3 Bantuan Langsung Sementara Masyarakat 2.3.1 Sosialisasi Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat... 16
2.3.2 Penargetan dan Ketepatan Sasaran Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat... 20
2.3.3 Ketersediaan Daftar Penerima KPS ... 22
2.3.4 Distribusi Kartu Perlindungan Sosial ... 22
2.3.5 Pencairan Dana Bantuan Langsung Sementara Masyarakat 23 2.3.6 Organisasi Pelaksanaan Penyaluran Dana BLSM ... 24
2.4 Mekanisme Penyaluran Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat ... 29
2.5 Tujuan dan Sasaran Bantuan Langsung Sementara Masyarakat 29 2.6 Kemiskinan ... 30
2.6.2 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan ... 32
2.6.3 Dampak Kemiskinan ... 33
2.6.4 Penanggulangan Kemiskinan ... 33
2.7 Peranan Pekerja Sosial ... 35
2.8 Kerangka Pemikiran ... 37
2.9 Definisi Konsep dan Definisi Operasional ... 38
2.8.1 Definisi Konsep ... 38
2.8.2 Definisi Operasional ... 39
BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 42
3.2 Lokasi Penelitian ... 42
3.3 Populasi dan Sampel ... 43
3.3.1 Populasi ... 43
3.3.2 Sampel... 43
3.3.3 InformanPenelitian ... 44
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 44
3.5 Teknik Analisis Data ... 45
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 46
4.1.1 Luas Wilayah ... 46
4.1.2 Tinjauan Kependudukan ... 46
4.1.2.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Lingkungan 47
4.1.2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin 49
4.1.2.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata
Pencaharian ... 49
4.1.2.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan 51 4.1.2.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama 52 4.1.2.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku 53 4.2 Sarana dan Prasarana ... 54
4.2.1 Sarana Kesehatan ... 54
4.2.2 Sarana Pendidikan ... 55
4.2.3 Sarana Ibadah ... 56
4.2.4 Sarana Olahraga ... 57
4.3 Aspek Sosial Budaya ... 57
4.4 Struktur Pemerintahan ... 58
BAB V : ANALISIS DATA 5.1 Karakteristik Umum Responden ... 59
5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 60
5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin61 5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku Bangsa 62
5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama 63 5.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan 64
5.1.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah
Anggota Keluarga 65
5.2 Implementasi Program Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat 66
Masyarakat 66
5.2.2 Organisasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung
Sementara Masyarakat ... 70
5.2.3 Penerapan Syarat Penerima Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat 77
5.2.4 Mekanisme Penyaluran Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat ... 96
5.3 Analisis Kuantitatif Dalam Rangka Implementasi Program
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat 104
BAB VI : PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
NORTH SUMATERA UNIVERSITY SOCIAL AND POLITIC SCIENCE FACULTY SOCIAL PROSPERITY SCIENCE DEPARTMENT NAME : FAUZIAH HANIM PURBA
REG. NO : 100902054
ABSTRACT
(This thesis consists of 6 chapters, 106 pages, 45 tables, six attachments and 18 libraries)
BLSM (Direct Assistance While the Community) Program is created as the
effort for the sake of helping the consumption rate of the target households as the
effect of the policy concerning with the increased price of refined fuel oil. The
formulation of the problem for the research namely how is the implementation of
Direct Assistance While the Community Program in Tambangan area, Padang Hilir
sub-district, Tebing Tinggi city.
This research is carried out in Tambangan area, Padang Hilir sub-district,
Tebing Tinggi city. It is descriptive research using frequency table. The sample is 66
families who get direct assistance while the community.
Based on the data analysis, it shows that the implementation of Direct
Assistance While the Community Program is not running well in that Tambangan
area. The indicators can be seen from the lack of socialization from the officers
regarding Program to the community and the lack of targeted programs is given to
households participating in the Direct Assistance While the Community program.
The objective of Direct Assistance While the Community Program for the
prosperity of the poor people has not been well reached. It is seen from the amount of
Also, Cash Direct Aids Program can not empower the people to add their prosperity.
Those poor people are constantly in the static or poor condition. Cash Direct Aids
Program should be terminated since it may create the mental of the people as beggar.
The government should give the subsidy for the people in developing their business,
productivity aids, working capital and vacancy. The most important point is the
commitment and motivation should be given for the poor people in order to suffice
their basic needs and add the social prosperity.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL NAMA : FAUZIAH HANIM PURBA
NIM : 1009020254
ABSTRAK
(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 106 halaman, 45 tabel, 6 lampiran serta 18 kepustakaan)
Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) dilatarbelakangi
upaya mempertahankan tingkat konsumsi Rumah Tangga Sasaran (RTS) sebagai
akibat adanya kebijakan kenaikan harga BBM. Perumusan masalah penelitian adalah
bagaimana penerapan Program BLT di Kelurahan Bantan Kecamatan Siantar Barat
Kota Pematangsiantar.
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Tambangan, Kecamatan Padang Hilir,
Kota Tebing Tinggi, bersifat deskriptif dengan menggunakan tabel frekuensi. Besar
sampel yang digunakan adalah penerima BLSM 66 KK.
Berdasarkan hasil analisa data menunjukkan bahwa penerapan Program BLT
di Kelurahan Tambangan tidak berjalan dengan baik. Indikatornya antara lain adalah
kurang sosialisasi dari petugas mengenai Program BLSM kepada masyarakat dan
program tersebut kurang tepat sasaran diberikan kepada rumah tangga penerima
program BLSM.
Tujuan BLSM untuk dapat mensejahterakan masyarakat miskin belum
tercapai dengan baik, hal ini terbukti dari dana BSM sebesar Rp. 300.000/2 bulan
merupakan bantuan yang bersifat konsumtif. BLSM tidak efektif dapat
yang menerima BLSM tetap berada dalam kondisi miskin atau statis. Program
BLSM sebaiknya dihentikan karena menciptakan mental pengemis kepada
masyarakat. Pemerintah hendaknya memberikan subsisdi kepada masyarakat untuk
mengembangkan usahanya, bantuan produktiv, modal kerja, lapangan kerja dan yang
terpenting adalah komitmen serta motivasi kepada masyarakat miskin agar dapat
memenuhi kebutuhan pokok dan meningkatkan kesejahteraan sosial.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan akar dari segala permasalahan. Pada saat ini
kemiskinan merupakan masalah yang banyak terjadi di masyarakat. Kemiskinan
yang terjadi saat ini tidak hanya terjadi di pedesaan, tetapi terdapat juga di perkotaan.
Daerah perkotaan merupakan konsentrasi penduduk dan berbagai kegiatan ekonomi
dan sosial serta administrasi pemerintahan yang terletak strategis sehingga
masyarakat yang tinggal di perkotaan dapat lebih mudah menjangkau akses dan
fasilitas tersebut. Kemudahan akses yang diberikan juga memiliki kecenderungan
yaitu pada pembangunan fisik yang semakin pesat sehingga menyebabkan terjadinya
arus urbanisasi di kota.
Dalam memahami masalah kemiskinan kita perlu memandang kemiskinan itu
dari dua aspek yakni kemiskinan sebagai suatu kondisi dan kemiskinan sebagai suatu
proses. Dikatakan sebagai suatu kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang
hidup di bawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia
disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara
dikatakan sebagai suatu proses kemiskinan merupakan proses menurunnya daya
dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia
atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula
mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan
Sejak pertengahan tahun 1997 terjadi krisis moneter yang berlangsung di
Indonesia yang telah memporakporandakan seluruh aspek kehidupan bangsa
terutama sendi-sendi perekonomian nasional. Krisis perekonomian tersebut telah
mengakibatkan kondisi Indonesia terpuruk, kembali menjadi salah satu Negara
miskin di dunia. Kemiskinan telah menjadi suatu fenomena sosial yang tidak hanya
dialami oleh Negara yang sedang berkembang, tetapi juga terjadi di
Negara-Negara yang sebelumnya sudah mempunyai kemampuan di bidang ekonomi. Hal ini
pada dasarnya telah menjadi perhatian, isu, dan pergerakan global yang bersifat
kemanusiaan. Kelompok-kelompok masyarakat ekonomi lemah bahkan terpuruk di
bawah garis kemiskinan yang kronis.
Pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi, dari Rp 4.500 menjadi Rp
6.500 untuk jenis bensin dan 4.500 menjadi 5.500 untuk jenis solar. Kenaikan
tersebut sangat dirasakan dampaknya bagi kalangan ekonomi menengah ke bawah.
Kenaikan tersebut didasari atas beberapa faktor, antara lain karena volume BBM
subsidi semakin meningkat serta membengkaknya Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) akibat besarnya anggaran untuk BBM bersubsidi. Untuk itu
pemerintah telah memperkuat dana untuk program percepatan dan perluasan
perlindungan sosial sebesar Rp12,5 triliun dalam RAPBN-Perubahan 2013, hal ini
sebagai kompensasi kepada masyarakat miskin yang terkena dampak kenaikan harga
BBM bersubsidi. Dana sebesar Rp12,5 triliun tersebut, digunakan sebagai subsidi
beras, untuk keluarga miskin (raskin) sebesar Rp 4,3 triliun, Bantuan untuk Siswa
Miskin (BSM) Rp7,5 triliun dan Program Keluarga Harapan (PKH) Rp700 miliar.
Selain itu, pemerintah juga mengalokasikan dana untuk program kompensasi khusus
penambahan dana untuk program infrastruktur dasar irigasi dan air bersih Rp 6
triliun.
Dari beberapa program tersebut diatas, Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat program yang akan segera direalisasikan sebagai bentuk kompensasi
kepada kepada masyarakat yang ekonomi lemah. Sedangkan mekanisme
penyalurannya mengacu pada data warga miskin di indonesia dari Badan Pusat
Statistik (BPS).
Menurut catatan Badan Pusat Statistic (BPS) pada bulan Maret 2010 sampai
pada bulan September 2012, angka kemiskinan di Indonesia mulai mengalami
penurunan. Pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin mencapai 31,02 juta jiwa
(13,33 persen) dan mengalami penurunan pada bulan Maret 2011 dengan jumlah
penduduk miskin 30,02 juta jiwa (12,49 persen). Di tahun yang sama pada bulan
September 2012 angka kemiskinan mengalami penurunan lagi menjadi 29,89 juta
jiwa (12,36 persen). Selanjutnya pada bulan Maret 2012 angka penduduk miskin
mencapai 29,13 juta jiwa (11,96 persen), penduduk miskin berkurang 76 ribu orang
(0,4 persen). Pada bulan September 2012, jumlah penduduk miskin di Indonesia
mencapai 28,59 juta jiwa (11,66 persen), berkurang sebesar 0,54 juta jiwa (0,30
persen). Selama periode Maret sampai September 2012, jumlah penduduk miskin di
daerah perkotaan berkurang 0,14 juta jiwa, sementara di daerah pedesaan berkurang
s0,40 juta jiwa (http://www.bps.go.id diakses pada tanggal 12 maret 2014 pukul
15.08).
Kebijakan menaikkan harga BBM dikeluarkan karena kenaikan harga minyak
di pasar dunia yang telah menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian pada
banyak negara termasuk Indonesia. Dasar dari hukum untuk menyesuaikan kenaikan
Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun 2013 memberikan kewenangan kepada
pemerintah untuk menyesuaikan harga BBM bersubsidi.Pemerintah baru
mengusulkan program kompensasi rancangan APBN-P tahun 2013 dengan disahkan
pada rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat dengan dinaikan BBM besubsidi
maka ada lima program dengan alokasi dana sebesar Rp 30 triliun, sasaran dari
program ini adalah rumah tangga miskin.
Masyarakat miskin dalam satuan rumah tangga sebagai kelompok yang
paling merasakan beban berat akibat kenaikan bahan bakar minyak. Meningkatnya
biaya untuk pemenuhan kebutuhan hidup yang tidak diimbangi dengan peningkatan
pendapatan atau kemampuan daya beli menyebabkan masyarakat semakin terpuruk
dalam kondisi yang miskin dan menjerat. Kerentanan terhadap gejolak ekonomi dan
rendahnya kemampuan daya beli masyarakat merupakan permasalahan yang sudah
terjadi sejak lama di Indonesia dan semakin berlarut-larut dengan adanya kenaikan
harga BBM. Kenyataan ini membuat semakin tingginya tingkat kemiskinan di negeri
ini. Banyak rakyat semakin kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena
kenaikan BBM tidak hanya terkait dengan kenaikan BBM itu sendiri tetapi juga
terkait dengan penggunaan BBM dan transportasi.
Pemerintah berupaya mengambil langkah antisipatif untuk mengatasi agar
rakyat miskin mampu bertahan ketika kenaikan harga BBM. Pemerintah mengambil
kebijakan program kompensasi jangka pendek yang bertujuan mempertahankan
kesejahteraan masyarakat yang berpenghasilan rendah, terutama masyarakat miskin
melalui program pemerintah yang ditujukan pada masyarakat miskin, dimana salah
satu di antaranya adalah program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat membantu mempertahankan daya
beli Rumah Tangga miskin dan rentan agar terlindungi dari dampak kenaikan harga
akibat penyesuaian harga BBM. Bantuan Langsung Sementara Masyarakat
disalurkan untuk membantu Rumah Tangga miskin dan rentan dalam memenuhi
kebutuhan hidup Rumah Tangga, pembelian obat-obatan kesehatan, biaya
pendidikan dan keperluan-keperluan lainnya.
Dalam pelaksanaannya, eksekusi daripada Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat ini menghadapi banyak masalah. Contoh masalahnya adalah banyak
warga miskin yang tidak mendapatkan bantuan tunai. Beberapa warga yang
seharusnya tidak mendapatkan bantuan ini, seperti orang yang telah meninggal.
Beberapa kalangan juga menilai Bantuan Langsung Sementara Masyarakat ini tidak
tepat dan juga tidak merata. Berikut adalah kasus-kasus di mana bantuan Bantuan
Langsung Sementara Masyarakat salah sasaran:
1. Pada 25 Juni 2013, di Desa Rempoah, Kecamatan Baturraden, Banyumas, Jawa
Tengah, Warkem, yang berusia 65 tahun, malah tidak menerima Bantuan
Langsung Sementara Masyarakat, padahal ia adalah janda yang hidup sebatang
kara pada rumah yang berukuran 4 x 5 meter.
2. Pada 25 Juni 2013, di Makassar. Sulawesi Selatan, sejumlah ibu-ibu yang
menggunakan kalung, gelang, dan giwang emas malah menerima bantuan
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat. Tujuan ibu-ibu tersebut menerima
bantuan Bantuan Langsung Semntara Masyarakat bukan untuk memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari, namun digunakan untuk bermewah-mewahan.
3. Pada 2 Juli 2013, di Bandung, Jawa Barat, Ayu, yang berusia 26 tahun,
menerima Bantuan Langsung Sementara Masyarakat, padahal ia sudah termasuk
anting-anting yang membaluti tubuh Ayu. Sementara itu, Atikah, menerima
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat dengan tujuan membayar utang yang
ditagihkan rentenir yang dibebankan padanya
(http://www.wikipedia.com/diakses tanggal 11 April 2014 pukul 07.58)
Salah satu dari penyebab tidak sampainya bantuan yang tepat sasaran adalah
data yang tidak valid. Menurut Sekretaris Eksekutif Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), penggunaan data dari Badan Pusat Statistik
yang bertahun 2011 disebabkan karena pemutakhiran dan survei membutuhkan
waktu dan biaya mahal. Selain itu pula, penggunaan data yang tidak valid membuat
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat seperti kelanjutan dari Bantuan Langsung
Tunai.
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat memang bukan solusi jangka
panjang untuk mengurangi kemiskinan, namun merupakan solusi jangka pendek
untuk menghindarkan masyarakat miskin dari menjual aset, berhenti sekolah, dan
mengurangi konsumsi makanan yang bergizi. Namun lemahnya pengawasan
pemerintah akan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat membuat sebagian warga
yang berhak menerima Bantuan Langsung Sementara Masyarakat malah tidak
mendapatkan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat. Sementara itu, sebagian
warga yang tidak berhak menerima Bantuan Langsung Sementara Masyarakat malah
mendapatkan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat. Oleh karena itu, terjadilah
protes dan demonstrasi yang disebabkan oleh Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat yang tidak tepat sasaran.
Sebagai contoh protes dan demonstrasi yang terjadi karena Bantuan
Langsung Sementara Masyarakat yang tidak tepat sasaran yaitu pada 2 Juli 2013, di
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat yang seharusnya mereka terima
Rp300.000 malah dipotong sebesar Rp100.000 menjadi Rp200.000. Mbah Parni,
yang berusia 67 tahun, mengaku panitia desa memotong dana tersebut dengan alasan
akan diberikan kepada warga miskin lain yang tak terdaftar sebagai penerima
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat. Mbah Parni mengaku berat dengan
pemotongan itu. Namun ia terpaksa menyetujuinya, sebab hal serupa juga dilakukan
kepada seluruh warga yang mengantre pencairan dana Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat di kantor pos setempat (http://www.wikipedia.com/diakses tanggal 11
April 2014 pukul 07.58)
Sasaran program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat adalah 15,5 juta
Rumah Tangga dengan tingkat sosial ekonomi terendah yang terdapat dalam Basis
Data Terpadu (BDT) 2011. Besaran Bantuan Langsung Sementara Masyarakat
direncanakan sebesar Rp. 150.000/bulan selama lima bulan. Besar bantuan ini
diharapkan dapat membantu Rumah Tangga miskin dan rentan untuk
mempertahankan daya beli ketika terjadi kenaikan harga akibat kenaikan harga
BBM.
Tahap awal Bantuan Langsung Sementara Masyarakat diberikan dua bulan
sekaligus, yaitu Rp300.000,- di mana akan dibagikan bertahap sampai Juli.
Pembagiannya fokus pada dua tempat, yaitu PT. Pos Indonesia yang telah ditunjuk
dan komunitas masyarakat melalui perangkat pemerintahan. Bantuan Langsung
Sementara Masyarakat akan diberikan dalam tiga tahap. Tahap pertamadi 14 kota
besar, tahap keduapada 25 Juni mencakup 33 propinsi, dan tahap ketigaper 1 Juli
mencakup semua kabupaten kota. Untuk mendanai Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat tersebut, alokasi anggarannya mencapai Rp9,32 triliun dari Anggaran
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik 2009:15/diakses tanggal 13 maret 2014 pukul
22.00).
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat disalurkan ke seluruh Indonesia
secara bertahap setelah pengumuman penyesuaian harga BBM. Penerima Bantuan
Langsung Sementara Masyarakat diwajibkan membawa KPS dan dokumen
pendukung ke kantor pos terdekat untuk mengambil bantuan tunai.Untuk
menghindari antrian yang berlebihan, lokasi dan jadwal pembayaran akan ditentukan
oleh kantor pos dan pemerintah daerah setempat. Pada hari yang dijadwalkan, RTS
dapat mengambil bantuan di kantor pos terdekat. Untuk daerah terpencil, dimana
tidak terdapat kantor pos, PT. Pos Indonesia akan mendatangi daerah tersebut untuk
membuka loket khusus. Apabila Kepala Rumah Tangga yang namanya tertera di
KPS tidak dapat mengambil sendiri Bantuan Langsung Sementara Masyarakat
(misalnya karena sakit), maka dapat diwakilkan oleh anggota Rumah Tangga
lainnya. Pengambilan bantuan dapat dilakukan dengan menyertakan surat kuasa dan
bukti pendukung tambahan (KK atau Surat Keterangan Domisili) sebagai bukti
bahwa yang mewakili adalah bagian dari Rumah Tangga yang sama.
Pembagian Bantuan Langsung Sementara Masyarakat Tahap Pertama
berlangsung jauh lebih baik dari BLT 2005 dan 2008 dari segi penyaluran yang
sudah mencapai lebih dari 95 persen, ketertiban dalam proses pembagian dan
penggunaan sistem pembayaran yang lebih baik. Program Bantuan Langsung
Sementara Masyarakat tentunya sangat menarik dan menggiurkan bagi masyarakat
miskin, dengan dana tersebut bisa mengurangi beban hidup yang di alami, akan
tetapi secara tidak sadar pemerintah sudah memberikan model kehidupan baru bagi
masyarakat miskin dengan ketergantungan dari Bantuan Langsung Sementara
sadar kenaikan BBM berdampak pada melambungnya harga bahan pokok,
seharusnya pemerintah bisa lebih kreatif dalam memberikan solusi bagi rakyat
miskin. Pemerintah bisa lebih kreatif dan membuat inovasi baru, karena melihat dari
fenomena sebelumnya melalui program Bantuan Langsung Tunai.
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono
menyatakan bahwa tujuan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) adalah
untuk mencegah penurunan daya beli masyarakat dan kompensasi menyusul
pengurangan subsidi BBM. Pengurangan subsidi menyebabkan kenaikan harga BBM
yang diikuti dengan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok sehingga daya beli
masyarakat menurun terutama masyarakat miskin. Untuk itulah Bantuan Langsung
Sementara Masyarakat disalurkan. Bantuan Langsung Sementara Masyarakat
diberikan kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang ditandai dengan Kartu
Perlindungan Sosial. Rumah Tangga Sasaran adalah rumah tangga yang masuk
dalam kategori Sangat Miskin, Miskin, dan Hampir Miskin.
Namun yang menjadi persoalan bukanlah niat dari pemerintah melainkan
lebih kearah implementasi dari penyaluran Bantuan Langsung Sementara Masyarakat
tersebut. Ada beberapa ketegori kelompok yang memiliki pandangan yang berbeda
tentang penyaluran Bantuan Langsung Sementara Masyarakat.
1. Pertama, kelompok yang berpandangan politis, Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat dicurigai hanya akan menjadi alat pencitraan oleh partai penguasa.
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat akan ditarik ke ranah dukung
mendukung partai.
2. Kedua, kelompok yang berpandangan praktis. Kelompok ini mengkritik Bantuan
Langsung Sementara Masyarakat karena tidak mendidik masyarakat. Karena
dengan kucuran dana. Masyarakat tidak diajarkan untuk bisa survival. Mestinya
masyarakat diberikan kail, bukan selalu diberikan ikan. Jika diberikan kail,
mereka akan tahu bagaimana cara keluar dari jeratan kemiskinan.
3. Ketiga, kelompok yang berpandangan sosial-ekonomis. Kelompok ini melihat
bahwa bantuan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat yang sebesar
Rp.300.000 per 2 bulan, dan hanya diberikan dalam hitungan bulan tidak akan
banyak menolong. Apalagi jika kemudian dana Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat itu dipergunakan untuk konsumsi. Sudah pasti uangnya akan habis
begitu saja untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya
(http://m.okezone.com/diakses tanggal 14 maret 2014 pukul 10.08).
Dari ketiga pandangan tersebut, sebenarnya yang paling disoroti adalah
bagaimana bantuan kompensasi kenaikan harga BBM itu agar tepat programnya dan
tepat sasarannya. Program harus dibuat sedemikian rupa untuk lebih memberdayakan
masyarakat miskin. Bukan sebaliknya membiarkan mereka dengan keadaan
kemiskinannya. Melihat fenomena inilah yang menjadi alasan pemerintah
meluncurkan program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) untuk
mencegah penurunan taraf kesejahteraan atau peningkatan taraf kesejahteraan
masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi.
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat disalurkan ke semua wilayah salah
satunya di Kelurahan Tambangan Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi. Di
Kelurahan Tambangan masih banyak masyarakat yang menjadi sasaran penerima
program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat. Program Bantuan Langung
Sementara Masyarakat ditujukan kepada rumah tangga miskin yang terkena dampak
akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak. Di Kelurahan ini program Bantuan
banyak rumah tangga miskin yang tidak mendapatkan Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat dikarenakan masih menggunakan data yang lama. Pengetahuan tentang
program Bantuan Langsung Masyarakat di Kelurahan Tambangan juga masih minim
dikarenakan kurangnya sosialisasi yang diberikan baik kepada pemerintah daerah
setempat di tingkat Kecamatan dan Kelurahan dan juga masyarakat di Kelurahan
tersebut.
Berdasarkan latar belakang, penulis tertarik untuk mendalami perihal
penerapan program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat yang hasilnya
disajikan dalam bentuk skripsi berjudul “Implementasi Pelaksanaan Program
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat di Kelurahan Tambangan
Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis
merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: “Bagaimana Penerapan
Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat di Kelurahan Tambangan
Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi”.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
penerapan program bantuan langsung sementara masyarakat di Kelurahan
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai berikut :
a) Secara teoritis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai penerapan program Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat yang dilakukan pemerintah.
b) Secara akademis, dapat memberikan kontribusi keilmuan dalam
menambah referensi dan bahan kajian bagi para peneliti atau bagi
mahasiswa yang tertarik terhadap penelitian yang berkaitan
dengan masalah Implementasi Program Bantuan Langung
Sementara Masyarakat.
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika
penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian,
kerangka pemikiran, defenisi konsep dan definisi operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian,
populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang gambaran umum tentang lokasi
dimana penulis melakukan penelitian.
BAB V : ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil
penelitian serta analisis pembahasannya.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Implementasi
Implementasi menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah sama dengan
pelaksanaan (Badudu, 1996: 129). Implementasi kebijakan merupakan aspek yang
penting dari keseluruhan proses kebijaksanaan. Dalam kaitan ini, seperti yang
dikemukakan oleh Ujodi dalam Wahab (1990:51) yang menyatakan bahwa
pelaksanaan kebijaksanaan adalah sesuatu yang penting daripada pembuat
kebijaksanaan. Kebijaksanaan-kebijaksanaan akan sekedar berupa impian atau
rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan
(Wahab, 1990:51).
Sedangkan menurut Pressman dan Wildavsky dalam (Tangkilisan,2003)
implementasi diartikan sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan
sarana-sarana tindakan dalam mencapai tujuan tersebut atau kemampuan untuk
menghubungkan dalam hubungan kausal antara yang diinginkan dengan cara untuk
mencapainya. Implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada
penempatan suatu program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan.
Jadi dengan demikian, dapat dikatakan bahwa implementasi adalah suatu
kegiatan yang dimaksudkan untuk mengoperasikan suatu program. Tiga kegiatan
berikut ini adalah pilar-pilarnya :
1. Organisasi yaitu pembentukan atau penataan kembali sumber daya, unit-unit
serta metode-metode untuk menjadikan program ini berjalan.
2. Interpretasi yaitu menafsirkan agar program menjadi rencana dan pengarahan
3. Penerapan yaitu ketentuan rutin dari pelayanan, pembayaran atau lainnya
yang disesuaikan dengan tujuan atau perlengkapan program (Jones,
1996:296)
Implementasi adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk melaksanakan
atau mengoperasikan sebuah program. Program merupakan tahap-tahap dalam
penyelesaian rangkaian kegiatan yang berisi langkah-langkah yang akan dikerjakan
untuk mencapai tujuan.
Dari hasil definisi-definisi implementasi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan
implementasi karena dalam pogram tersebut telah dimuat berbagai aspek antara lain :
a) Adanya tujuan yang ingin dicapai.
b) Adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diambil dalam mencapai tujuan.
c) Adanya aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.
d) Adanya strategi dalam pelaksanaan.
Unsur kedua yang harus dipenuhi dalam proses implementasi program yaitu
adnya kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program, sehingga msyarakat ikut
dilibatkan dan membawa hasil dari program yang dijalankan dan adanya perubahan
dan peningkatan dalam kehidupannya. Tanpa memberikan manfaat kepada
masyarakat maka dikatakan program tersebut telah gagal.
Berhasil atau tidaknya suatu program diimplementasikan tergantung dari
unsur pelaksanaannya (eksekutif). Unsur pelaksanaan ini merupakan unsur ketiga.
Pelaksanaan penting artinya karena pelaksanaan itu organisasi maupun perorangan
bertanggungjawab dalam pengelolaan maupun pengawasan dalam proses
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa “implementasi” dalam pengertian
luas adalah pelaksanaan suatu program kebijaksanaan dan dijelaskan bahwa suatu
proses interaksi adalah diantara merancang dan menentukan sasaran yang diinginkan.
2.2 Program
Program dapat diartikan secara umum dan secara khusus. Menurut pengertian
secara umum program dapat diartikan sebagai rencana. Pengertian program secara
khusus adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau
implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang
berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok
orang (Arikunto, 2004:2).
Menurut Charles O. Jones (1996:295), pengertian program adalah cara yang
disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat
membantu seseorang untuk mengidentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau
tidak yaitu :
a) Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau
sebagai pelaku program.
b) Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya
juga diidentifikasikan melalui anggaran.
c) Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat
diakui oleh publik.
Program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis
yang jelas, yakni : sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan
terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi
terbaik.
2.3 Bantuan Langsung Sementara Masyarakat
2.3.1 Sosialisasi Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat
Sosialisasi atau penyampaian informasi merupakan tahapan yang
sangat penting dalam mendukung pelaksanaan suatu program. Dalam kaitan
program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat, sosialisasi menjadi
sangat penting karena menyangkut banyak orang terutama masyarakat miskin
yang ditetapkan sebagai penerima program. Pada pelaksanaan Bantuan
Langsung Sementara Masyarakat, sosialisasi formal baik kepada aparat
pemerintah maupun masyarakat terbatas.
Dalam hubungannya dengan kegiatan sosialisasi program, dalam
Buku Pegangan Sosialisasi dan Implementasi Program-program Kompensasi
Kebijakan Penyesuaian Subsidi BBM 2013 (selanjutnya disebut Nuku
Pegangan), tidak ada satupun klausul atau penjelasan mengenai kegiatan
sosialisasi. Dalam Buku Pegangan ytersebut tidak ada penjelasan tentang
siapa atau institusi apa yang bertanggungjawab melakukan sosialisasi. Tidak
adanya ketentuan atau penjelasan tersebut kemungkinan yang menyebabkan
sosialisasi program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat cenderung
tidak terstruktur dengan baik dan bervariasi.
Dalam Buku Pegangan, di semua wilayah tidak ada sosialisasi dari
kantor pos ataupun pemerintah daerah kepada masyarakat umum, yang ada
hanya sosialisasi informal dan terbatas yang diberikan oleh petugas kantor
Perlindungan Sosial. Informasi yang disampaikan terbatas, yakni hanya
pemberitahuan bahwa yang menjadi penerima Bnatuan Langsung Sementara
Masyarakat memperoleh dana bantuan sebesar Rp. 300.000 yang dapat
diambil di kantor pos yang ditunjuk dengan membawa persyaratan yang
sudah ditentukan.
Sosialisasi kepada rumah tangga sasaran hanya diberikan dalam
bentuk poster yang dilampirkan dalam amplop Kartu Perlindungan Sosial.
Namun, poster yang diberikan tidak terkait dengan Bantuan Langsung
Sementara Masyarakat melainkan tentang penggunaan Kartu Perlindungan
Sosial. Di tingkat daerah, pemberian informasi kepada masyarakat umum
cenderung sengaja tidak dilakukan untuk menghindari konflik atrau
kecemburan sosial di antara warga. Meskipun demikian, umumnya
masyarakat mengetahui keberadaan program Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat, bahkan banyak yang mengetahuinya sebelum program
dilaksanakan. Pengetahuan itu mereka peroleh melalui media massa baik
dalam bentuk sosialisasi resmi dari pemerintah pusat maupun dalam bentuk
pemberitaan yang cukup gencar tentang program ini.
Keterbatasan sosialisasi Bantuan Langsung Sementara Masyarakat
disesalkan terutama oleh aparat pemerintah di tingkat desa/kelurahan. Jika
mereka tidak mendapatkan informasi nyang menyeluruh tentang suatu
program sulit bagi mereka untuk dapat menjawab berbagai pertanyaan, dan
mereka juga bisa menjadi sasaran kemarahan masyarakat. Minimnya
sosialisasi, terutama kepada aparat pemerintah di tingkat kecamatan hingga
desa/kelurahan merupakan penyebab utama munculnya berbagai persoalan
Dalam penanggulangan masalah kemiskinan melalui program
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat, BPS telah menetapkan 14 kriteria
keluarga miskin seperti yang telah disosialisasikan oleh Departemen
Komunikasi dan Informasi 2005, rumah tangga yang memiliki ciri rumah
tangga miskin yang berhak adalah rumah tangga yang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.
2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu
murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu
berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar sendiri/kepemilikan fasilitas
buang air besar bersama-sama dengan rumah tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak
terlindungi/sungai/air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu
bakar/arang/minyak tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10.Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
11.Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
12.Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas
atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp.600.000 per
bulan.
13.Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah, tidak tamat
SD/hanya SD.
14.Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp.
500.000, seperti : sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak,kapal
motor, atau barang modal lainnya (Siagian, 2012:172-174).
Adapun tahapan penyaluran dana Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat kepada Rumah Tangga Sasaran adalah sebagai berikut :
1. Penyiapan Data Rumah Tangga Sasaran Oleh Badan Pusat Statistik
Pusat.
2. Daftar nama dan alamat diolah dan disimpan oleh databased.
3. Nama dan alamat Rumah Tangga Sasaran diberikan ke PT. Pos
Indonesia.
4. PT. Pos Indonesia tidak diperkenankan melakukan perubahan data.
5. PT. Pos Indonesia mencetak Kartu Perlindungan Sosial sesuai data.
6. Kartu Perlindungan Sosial ditandatangani oleh Menteri Keuangan RI.
7. Departemen sosial menempatkan dana Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat di Rekening Giro Departemen Sosial di Kantor Cabang
BRI dan memerintahkan BRI memindahbukukan dana Bantuan
Langsung Sementara Masyarakat ke Rekening Giro Kantor Pos di
Kantor Cabang BRI seluruh Indonesia.
8. Kartu yang dicetak didistribusikan langsung kepada Rumah Tangga
9. Pemegang kartu mendatangi lokasi kantor bayar/kantor pos yang
ditunjuk sesuai informasi dalam kartu yang ditentukan kantor pos.
10. Pembayaran dilakukan atas dasar kepemilikan kartu.
11. PT. Pos Indonesia menyampaikan laporan bulanan ke Departemen
Sosial.
2.3.2 Penargetan dan Ketepatan Sasaran Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat
Data rumah tangga sasaran Bantuan Langsung Sementara Masyarakat
bersumber dari Basis Data Terpadu (BDT) yang merupakan hasil pendataan
BPS melalui Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011.
Umumnya penerima bantuan adalah rumah tangga miskin. Namun pada
kenyataan di lapangan banyak rumah tangga miskin yang dinilai layak
menerima Bantuan Langsung Sementara Masyarakat tidak menjadi penerima
dan ada rumah tangga nonmiskin yang menjadi penerima bantuan. Kurang
tepatnya rumah tangga sasaran tersebut diakibatkan oleh kualitas pelaksanaan
PPLS 2011 yang kurang baik. Beberapa informasi dari narasumber, beberapa
pencacah PPLS 2011 di lokasi pemantauan melakukan beberapa pelanggaran
mekanisme pendataan antara lain :
a) Pencacah tidak mendatangani/mewancarai semua rumah tangga.
Pengisian kuesioner hanya berdasarkan pengetahuan pencacah dan
informasi/data dari ketua RT.
b) Pencacah hanya mendatangi ketua RT untuk meminta data dan
c) Pencacah hanya mendatangi rumah tangga untuk meminta fotokopi
KTP dan Kartu Keluarga.
d) Rumah tangga yang akan didata tetapi saat pencacahan tidsak berada
di rumah tidak akan dikunjungi ulang.
e) Pencacah tidak menanyakan semua pertanyaan dalam kuesioner
kepada rumah tangga yang didata.
f) Pencacah memasukan rumah tangganya sendiri dan rumah tangga
sudara atau kerabatnya.
g) Pencacah tidak memasukkan rumah tangga yang kurang mampu
karena alasan pribadi seperti rumah tangga agak sombong dan suka
pamer.
h) Pencacah menentukan rumah tangga yang akan didata atas dasar
konsultasi dengan ketua RT.
i) Pencacah menentukan rumah tangga yang akan didata hanya
berdasarkan informasi dari individu rumah tangga yang didata lebih
awal tanpa konfirmasi kepada pihak manapun.
Para pencacah tidak melakukan wawancara secara langsung dengan
seluruh rumah tangga yang didata antara lain karena praktis, seperti sudah
mengetahui kondisi rumah tangga yang didata karena bertetangga,
menghemat tenaga dan waktu, dan sebagai antisipasi supaya tidak diprotes
masyarakat jika pendataan tersebut diikuti dengan program bantuan.
Kurangtepatnya penerima Bantuan Langsung Sementara Masyarakat juga
dipengaruhi oleh adanya perbedaan waktu antara pendataan dan penggunaan
data. Jeda waktu sekitar 2 tahun amat memungkinkan terjadinya perubahan
terbentuknya rumah tangga baru yang masuk kelompok miskin baik karena
pernikahan maupun karena pindah alamat. Permasalahan akibat jeda waktu
tersebut seharusnya dapat diminimalisir jika dilakukan sebelum program
berlangsung. Aparat desa dan kecamatan memperkirakan akan sulit meminta
rumah tangga mampu/kaya untuk menyerrahkan KPS kepada ruta lain.
2.3.3 Ketersediaan Daftar Penerima KPS
Menurut Buku Pegangan, pemerintah pusat dan PT.Pos Indonesia
merupakan lembaga yang memiliki peran dominan dalam pelaksanaan
program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat dalam penanggungjawab
program Kementerian Sosial (Kemensos). Kemensos bertanggungjawab
untuk menyerahkan daftar nama dan alamat ruta sasaran kepada PT.Pos
Indonesia untuk pencetakan KPS. Selanjutnya PT.Pos Indonesia bertugas
mengirimkan KPS ke masing-masing ruta sasaran dan menyalurkan dana
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat. PT.Pos Indoneasia juga bertugas
membuat daftar KPS retur yang akan diserahkan kepada Kepala Desa/Lurah
sebagai bahan menyelenggarakan musyawarah desa atau musyawarah
kelurahan umtuk menetapkan rumah tangga pengganti.
2.3.4 Distribusi Kartu Perlindungan Sosial
Mekanisme pendistribusian KPS berdasarkan Buku Pegangan dengan
cara PT.Pos mengirimkan langsung ke rumah tangga penerima. Namun dalam
praktiknya, pendistribusian KPS oleh kantor pos tidak selalu menyerahkan
kantor pos hanya sekedar berkoordinasi dan didampingi aparat
desa/kelurahan saat penyerahan KPS kepada ruta penerima.
2.3.5 Pencairan Dana Bantuan Langsung Sementara Masyarakat
Penerima Bantuan Langsung Sementara Masyarakat wajib membawa
Kartu Perlindungan Sosial dan kartu identitas ke kantor pos terdekat untuk
mencairkan dana Bantuan Langsung Sementara Masyarakat. Menurut
ketentuan, apabila kepala rumah tangga yang namanya tertera di KPS tidak
dapat mengambil sendiri dana Bantuan Langsung Sementara Masyarakat,
maka dapat diwakilkan dengan anggota rumah tangga lainnya. Pengambilan
bantuan yang diwakilkan dapat dilakukan dengan menyertakan surat kuasa
dan bukti pendukung tambahan (KK) sebagai bukti bahwa yang mewakili
adalah bagian ruta yang sama.
Lokasi pencairan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat
umumnya dipusatkan di kantor pos. Untuk menghindari antrian yang
berlebihan, berdasarkan aturan, jadwal pembayaran Bantuan Langsung
Sementara Masyarakat ditentukan oleh kantor pos dan pemerintah daerah
setempat. Dalam menentukan jadwal pelayanan, kantor pos menggunakan
batasan 1.500 KPS per hari untuk satu titik layanan.
Informasi tentang jadwal dan tempat pencairan Bantuan Langung
Sementara Masyarakat tidak diterima oleh semua rumah tangga penerima
secara jelas. Hal ini disebabkan karena informasi jadwal pencairan
disampaikan oleh kantor pos melalui aparat desa/kelurahan yang tidak
mengetahui seluruh penerima Bantuan Langsung Sementara Masyarakat di
pencairan dana berjalan lancar dan berlangsung cukup cepat. Rumah tangga
menerima dana dari kantor pos secara utuh hanya menanggung biaya
transportasi saja sewaktu mengambil dana Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat.
2.3.6 Organisasi Pelaksanaan Penyaluran Dana BLSM
Penyaluran Bantuan Langsung Sementara Masyarakat kepada Rumah
Tangga Sasaran merupakan suatu bentuk kerja sama yang didasarkan pada
fungsi dan tugas pokok masing-masing, sehingga lembaga bertanggung jawab
terhadap kelancaran bidang tugas masing-masing. Bentuk kerja sama ini
dimaksudkan untuk mempercepat proses penyaluran dana Bantuan Langsung
Sementara Masyarakat kepada Rumah Tangga Sasaran atau kelompok
sasaran sehingga pemanfaatannya menjadi lebih optimal.
Untuk meningkatkan sinergi pelayanan yang maksimal, maka
masing-masing lembaga saling berkoordinasi dan dalam program BLSM difasilitasi
penyediaan Unit Pelaksanaan Program BLSM. Tugas pokok dan tanggung
jawab dari masing-masing instansi adalah sebagai berikut :
1. Kementerian Sosial
Kementerian sosial memiliki kewajiban untuk menyiapkan dana
berdasarkan daftar nominatif dan menyampaikan Surat Perintah kepada Pos
Indonesia untuk membayar dana Bantuan Langsung Sementara Masyarakat
untuk Rumah Tangga Sasaran. Setelah itu kerja sama dengan PT Pos
Indonesia (Persero) untuk menyalurkan dana tersebut sesuai dengan daftar
nominatif penerima Bantuan Langsung Sementara Masyarakat yang
proses penyalurannya, Departemen sosial berkewajiban untuk membuat dan
menyusun petunjuk teknis penyaluran BLSM bersama dengan Bappenas,
Menko Kesra, Depdagri, BPS, PT. Pos Indonesia (Persero) dan PT. BRI
(Persero). Sebagai penanggungjawab kepada pemerintah, Kementerian Sosial
berkewajiban membuat laporan pelaksanaan kepada Presiden RI tentang
Pelaksanaan Penyaluran dana Bantuan Langsung Sementara Masyarakat
kepada Presiden RI.
2. Kewajiban PT Pos Indonesia (Persero)
Adapun kewajiban dari PT. Pos Indonesia untuk program Bantuan
Langsung Sementara Masyarakat mencetak dan menyalurkan Kartu
Perlindungan Sosial (KPS) ke KPRK (Kantor Pos Pemeriksa) seluruh
Indonesia berdasarkan daftar nominatif, selanjutnya KPRK menyalurkan
Kartu Perlindungan Sosial kepada rumah tangga sasaran bekerjasama dengan
aparat desa setempat, TKSM (Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat) dan
aparat keamanan dan aparat keamanan bila diperlukan. Dalam hal ini PT. Pos
Indonesia juga harus melaporkan realissasi penyaluran Kartu Perlindungan
Sosial kepada Kementerian Sosial dan selanjutnya menyampaikan rencana
penyaluran dana Bantuan Langsung Sementara Masyarakat.
3. Kewajiban Bank Rakyat Indonesia
Bank Rakyat Indonesia memiliki peran untuk menyiapkan dana
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat PT Pos Indonesia dan BRI juga
membebaskan dana administrasi pembukaan rekening dan membedakan atas
kewajiban setoran pertama dalam pembukuan giro di Kantor Cabang BRI
Jakarta Veteran dan Kantor Cabang BRI seluruh Indonesia. Demi kelancaran
Sementara Masyarakat, BRI memberikan kemudahan kepada PT Pos
Indonesia untuk untuk memindahbukukan dana dari rekening Giro Kantor
Pos seluruh Indonesia. Sebagai bentuk kewajiban dan tanggung jawab, BRI
juga menyampaikan laporan keuangan mutasi rekening Giro utama dari Giro
kantor Pos melalui layanan tunai manajemen BRI.
4. Kewajiban Badan Pusat Statistik
Lembaga ini memiliki peranan dan kewajiban untuk menyediakan
data rumah tangga sasaran penerima Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat yang dikategorikan rumah tangga sangat miskin, dan rumah
tangga miskin. Untuk menyediakan data tersebut dilakukan data terakhir (up
dating) di lapangan, verivikasi dan evaluasi Rumah Tangga Sasaran oleh
petugas. BPS juga memiliki kewajiban untuk membuat laporan pelaksanaan
program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat sesuai dengan tugas dan
kewenangan yang dimiliki.
5. Kewajiban Dinas Sosial/Instansi Pemerintah Provinsi
Pada tataran dinas /Instansi sosial Provinsi untuk proses program
BLSM tersebut, berkewajiban mengelola unit pelaksanaan BLSM pada
tingkat provinsi dan struktur pelaksanaannya, ketua Pengelola Unit Pelaksana
Program (UPP) BLSM adalah kepala dinas sosial, yang bertugas secara
intensif selama pelaksanaan program BLSM. Melakukan pembinaan,
supervisor dan pengawasan terhadap pelaksanaan BLSM termasuk unit
pelaksanaan program BLSM di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan. Juga
mengkoordinasikan dinas/instansi sosial kabupaten/kota dalam pelaksanaan
Sementara Masyarakat dengan melibatkan tenaga kesejahteraan sosial
masyarakat.
6. Kewajiban Dinas/Instansi Kabupaten Kota
Pada tingkat jajaran dinas atau instansi sosial Kabupaten/Kota, pada
proses penyaluran BLSM memiliki peran dan kewajiban untuk mengelola
unit pelaksanaan program BLSM dan sebagai jabatan yang menduduki
struktur organisasi pengelola penyaluran BLSM, sebagai ketua pengelola
UPP BLSM adalah kepala Dinas/Instansi sosial, sekretaris dan anggota
ditetapkan pejabat di lingkungan dinas sosial yang bertugas secara intensif
selama proses pelaksanaan program BLSM.
7. Kewajiban Kecamatan (Camat) :
a) Mengelola Unit Pelaksanaan Program BLSM pada tingkat
kecamatan.
b) Memantau mitra kerja pada tingkat Kecamatan/Desa/Kelurahan
yang akan terlibat secara efektif dalam pendistribusian kartu
BLSM dan penyaluran dana BLSM serta pengendalian dan
pengamanan di lapangan.
c) Menyelenggarakan pelaksanaan pertemuan koordinasi dengan
seluruh mitra pada tingkat kecamatan.
d) Menginformasikan program Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat kepada Rumah Tangga Sasaran dan mendukung
sosialisasi kepada masyarakat umum.
e) Memantau petugas pos pada saat distribusi kartu Bantuan
Langsung Sementara Masyarakat untuk sampai pada Rumah
f) Melakukan pendampingan dan membantu petugas Pos pada saat
pembagian kartu Bantuan Langsung Sementara Masyarakat dan
pembayaran Bantuan Langsung Sementara Masyarakat dengan
melibatkan tenaga kesejahteraan sosial masyarakat.
g) Memantau penyelesaian masalah oleh desa/kelurahan sesuai
dengan jenis pengaduan dan tingkat kewenangannya melalui
instansi terkait, termasuk kepada dinas pada tingkat kecamatan.
h) Membuat laporan pelaksanaan Program BLSM sesuai dengan
tugas dan kewenangan yang dimiliki secara berjenjang kepada
pihak-pihak terkait termasuk Kepala Dinas Sosial
Kabupaten/Kota.
8. Kewajiban Desa/Kelurahan
a) Memantau petugas pos pada pencairan atau penerimaan Bantuan
Langsung Sementara Masyarakat dan pendistribusian kartu
kepada Rumah Tangga Sasaran.
b) Bersama-sama dengan petugas Pos menentukan pengganti RTS
yang pindah/meninggal (tanpa ahli waris) atau tidak berhak,
melalui rembuk Desa/Kelurahan yang dihadiri kepala
Desa/Kelurahan, RT/RW tempat tinggal RTS yang diganti, tokoh
agama, tokoh masyarakat dan Karang Taruna.
c) Melakukan pendampingan pada petugas pos pada saat pembagian
kartu BLSM dan penyebaran BLSM dengan melibatkan tenaga
d) Mengupayakan penyelesaian yang terjadi (antara lain pada saat
penetapan RTS, distribusi kartu dan penyaluran BLSM) sesuai
dengan jenis dan tingkat kewenangan.
2.4 Mekanisme Penyaluran Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat di Kelurahan Tambangan
a. Rumah Tangga Sasaran menerima Kartu Perlindungan Sosial yang
didistribusikan melalui PT Pos Indonesia.
b. Rumah Tangga Sasaran membawa Kartu Perlindungan Sosial dan
kartu identitas sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan ke Kantor
Pos.
c. Petugas PT Pos Indonesia mencocokan data pembayaran dengan Kartu
Perlindungan Sosial dan identitas pendukungnya.
d. Rumah Tangga Sasaran memperoleh manfaat program Bantuan
Langsung Sementara Masyarakat sesuai dengan jumlah yang
ditentukan.
2.5 Tujuan dan Sasaran Bantuan Langsung Sementara Masyarakat
Dalam Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat (BLSM) untuk Rumah Tangga Sasaran tujuan dari Program BLSM bagi
RTS dalam rangka pengurangan kompensasi BBM adalah :
a. Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya.
b. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan
c. Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama.
Sedangkan sasaran program BLSM adalah Rumah Tangga Sangat Miskin
(poorest), Rumah Tangga Miskin (poor) dan Rumah Tangga Hampir Miskin (near
poor) diseluruh Indonesia. Penerima BLSM adalah Rumah Tangga Sasaran sebanyak
15,5 juta RTS berdasarkan hasil pendataan BPS (http://repositoryusu.ac.id/diakses
tanggal 29 maret 2014 pukul 13.31).
2.6 Kemiskinan
Kemiskinan pada umumnya didefinisikan berdasarkan segi ekonomi,
khususnya pendapatan berupa uang ditambah dengan keuntungan-keuntungan
non-material yang diterima seseorang. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang
berada dibawah nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makan dan non makan
yang disebut dengan garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty
threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan setiap individu
untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari
dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, transportasi, serta
aneka barang dan jasa lainnya (BPS dan Depsos, 2002: 4).
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa
untuk dipunyai, seperti makanan, pakaian, tempat perlindungan, air minum dan
hal-hal yang berhubungan dengan kualitas hidup. Kemiskinan juga berarti tidak ada
akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah
kemiskinan dan kehormatan yang layak sebagai warga negara, sekaligus juga
memutus akses terhadap pemenuhan hak dasar atas pangan, kesehatan, pendidikan,
kesempatan kerja, perumahan, air bersih, pemanfaatan sumber daya alam dan