• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS HASIL WAWANCARA MENJADI NARASI MENGGUNAKAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING BERBASIS KARAKTER PADA SISWA KELAS VII MTs NEGERI KENDAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS HASIL WAWANCARA MENJADI NARASI MENGGUNAKAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING BERBASIS KARAKTER PADA SISWA KELAS VII MTs NEGERI KENDAL"

Copied!
207
0
0

Teks penuh

(1)

1

WAWANCARA MENJADI NARASI MENGGUNAKAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING BERBASIS KARAKTER

PADA SISWA KELAS VII MTs NEGERI KENDAL

SKRIPSI

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Nama : Jihan Noor Fitriana

NIM : 2101411067

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia

ujian skripsi.

Semarang,27 Juli 2015

Pembimbing I, Pembimbing II,

(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan

Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

pada hari : ...

tanggal :...

Panitia Ujian Skipsi

Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. (196008031989011001)

Ketua ____________________

Sumartini, S.S, M.A. (197307111998022001)

Sekretaris ____________________

Ahmad Syaifudin, S.S, M.Pd. (198405022008121005)

Penguji I ____________________

Septina Sulistyaningrum, S.Pd.,M.Pd. (198109232008122004)

Penguji II/Pembimbing II ____________________

Drs. Wagiran, M.Hum. (196703131993031002)

Penguji III/Pembimbing I ____________________

Mengetahui,

Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan

Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi menggunakan Metode Student

Facilitator and Explaining Berbasis Karakter pada Siswa Kelas VII MTs Negeri

Kendal” benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari orang lain, baik

sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan yang terdapat dalam skripsi

ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Juli 2015

(5)

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Moto

“Belajarlah mengalah sampai tak seorang pun kan mengalahkanmu. Belajarlah

merendah sampai tak seorangpun kan merendahkanmu”

“Bermimpilah yang sebesar-besarnya, tapi bersegeralah untuk mengerjakan

sekecil-kecilnya kebaikan yang terdekat” (Mario Teguh)

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan untuk

1. Abahku, Ibuku, yang selalu menyayangiku, memberi

motivasi, memberi nasihat, dan mengiringi langkahku

dengan doa.

2. Kakak-kakakku tersayang, yang selalu memberi

motivasi.

(6)

vi SARI

Fitriana, Jihan Noor. 2015. Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter pada Kelas VII MTs Negeri Kendal. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Pembibing I: Drs. Wagiran, M.Hum, Pembimbing II: Septina Sulistyaningrum, S.Pd., M.Pd.

Kata Kunci : keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, metode student facilitator and explaining, berbasis karakter.

Kemampuan siswa dalam pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi di MTs Negeri Kendal masih rendah. Hal ini disebabkan motivasi siswa dalam menulis masih kurang, konsep atau bahan yang dimiliki siswa untuk dikembangkan menjadi tulisan sangat terbatas, kurangnya kemampuan siswa menuangkan gagasan atau pikiran ke dalam bentuk kalimat-kalimat yang mempunyai kesatuan yang logis dan padu. Selama ini pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi masih dibutuhkan sarana yang menunjang dan metode pembelajaran belum efektif. Kemudian kebutuhan pendidikan karakter pada saat ini sangat meningkat, karena krisis karakter yang dialami bangsa Indonesia saat ini. Berdasarkan beberapa sebab rendahnya kemampuan menulis siswa, maka perlu penanganan dalam proses pembelajaran ini. Oleh karena itu, diharapkan penerapan metode student facilitator and explaining berbasis karakter mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu (1) bagaimanakah proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan penerapan metode student facilitator and explaining berbasis karakter di MTs Negeri kendal, (2) bagaimanakah peningkatan hasil pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan penerapan metode student facilitator and explaining berbasis karakter di MTs Negeri Kendal, dan (3) bagaimana perubahan sikap siswa setelah mengikuti pembelajaran keterampillan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter di MTs Negeri Kendal. Adapun tujuan penelitian selaras dengan rumusan masalah yaitu mendeskripsikan proses, memaparkan peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dan menjelaskan perubahan sikap siswa. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, guru, dan siswa.

(7)

vii

Teknik pengambilan data adalah dengan tes dan nontes berupa jurnal siswa, jurnal guru, wawancara, dan dokumentasi.

Proses pembelajaran siklus II berjalan lebih tertib dan lancar dibandingkan siklus I. Hasil penelitian ini diketahui bahwa kualitas proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara wawancara menjadi narasi berjalan baik dan lancar meskipun ada beberapa siswa yang kurang mengikuti pembelajaran tetapi dapat diatasi oleh peneliti. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter pada siswa kelas VII A MTs Negeri Kendal. Selain itu, hasil tes keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi mengalami peningkatan dengan nilai tes prasiklus siswa dari keseluruhan aspek memperoleh nilai rata-rata sebesar 66,5. Pada siklus I, hasil tes siswa rata-rata kelas meningkat 15,4% menjadi sebesar 73,3 dan termasuk kategori cukup dan masih jauh dari kriteria ketuntansan minimal di sekolah yaitu 80. Pada siklus II nilai rata-rata meningkat 13,8% menjadi 83,5 dan masuk dalam kategori baik. Hasil tes siklus II tersebut menunjukkan bahwa seluruh siswa kelas VII A yang berjumlah 35 siswa dinyatakan tuntas. Adapun secara keseluruhan sikap siswa mengalami perubahan ke arah yang positif. Misalnya ketika siswa mengumpulkan tugas tepat waktu yang mencerminkan sikap disipiln.

(8)

viii PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi

Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis

Karakter pada Siswa Kelas VII MTs Negeri Kendal” ini tanpa halangan yang

berarti.

Skripsi ini disusun dengan baik berkat dukungan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada Drs.

Wagiran, M. Hum., selaku pembimbing I dan Septina Sulistyaningrum, S.Pd.,

M.Pd., pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama

penyusunan skripsi ini. Tidak lupa peneliti juga menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan

untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang;

2. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan izin penelitian;

3. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan fasilititas adminitrasi

dalam penulisan skripsi ini;

4. Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan bekal

(9)

ix

5. keluarga besar MTs Negeri Kendal yang telah memberikan kesempatan untuk

melakukan penelitian;

6. keluargaku tercinta, Abah, Ibu, dan Kakak-kakakku yang selalu memberi

motivasi, memberi nasihat, dan mengiringi langkahku dengan doa;

7. teman-temanku, yang saling membantu dan memotivasi dalam penyusunan

skripsi ini.

8. seluruh pihak yang telah membantu peneliti sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

Peneliti berharap semoga segala sesuatu yang tersirat maupun tersurat pada

skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada peneliti khususnya dan kepada

pembaca pada umumnya.

Semarang, Juli 2015

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

SARI ... vi

PRAKATA ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR DIAGRAM ... xxi

DAFTAR BAGAN ... xxii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii

BABIPENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Pembatasan Masalah ... 10

1.4 Rumusan Masalah ... 11

1.5 Tujuan Penelitian ... 12

(11)

xi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANTASAN TEORETIS ... 14

2.1 Kajian Pustaka ... 14

2.2 Landasan Teoretis ... 21

2.2.1 Pengertian Mengubah ... 22

2.2.2 Pengertian Teks Hasil Wawancara ... 22

2.2.3 Unsur-unsur Teks Hasil Wawancara ... 24

2.2.4 Pengertian Narasi ... 24

2.2.5 Ciri-ciri Narasi ... 26

2.2.6 Unsur-unsur Narasi ... 27

2.2.7 Jenis-jenis Narasi ... 29

2.2.8 Langkah-langkah Menulis Narasi ... 30

2.2.9 Kriteria Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi ... 31

2.2.10 Langkah-langkah Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi ... 31

2.2.11 Persamaan dan Perbedaan Teks Hasil Wawancara dengan Narasi .. 36

2.2.12 Metode Student Facilitator and Explaining ... 36

2.2.13 Kelebihan dan Kekurangan Metode Student Facilitator and Explaining ... 40

2.2.14 Langkah –langkah Metode Student Facilitator and Explaining ... 42

2.2.15 Konsep Pendidikan Berbasis Karakter ... 43

2.2.16 Nilai-nilai Karakter ... 47

2.2.17 Penerapan Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter ... 50

(12)

xii

2.4 Hipotesis Tindakan ... 57

BAB III METODE PENELITIAN ... 58

3.1 Desain Penelitian ... 58

3.1.1 Proses Tindakan Siklus I ... 59

3.1.1.1 Perencanaan Siklus I ... 60

3.1.1.2 Tindakan Siklus I ... 62

3.1.1.3 Observasi Siklus I ... 64

3.1.1.4 Refleksi Siklus I ... 66

3.1.2 Proses Tindakan Siklus II ... 66

3.1.2.1 Perencanaan Siklus II ... 66

3.1.2.2 Tindakan Siklus II ... 67

3.1.2.3 Observasi Siklus II ... 70

3.1.2.4 Refleksi Siklus II ... 71

3.2 Subjek Penelitian ... 72

3.3 Variabel Penelitian ... 73

3.3.1 Variabel Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi ... 73

3.3.2 Variabel Penggunaan Metode Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter ... 74

3.3.3 Variabel Sikap Siswa Selama Pembelajaran ... 75

3.4 Instrumen Penelitian ... 77

3.4.1 Instrumen Tes ... 77

3.4.2 Instrumen Nontes ... 80

(13)

xiii

3.4.2.2 Wawancara ... 83

3.4.2.3 Jurnal ... 84

3.4.2.4 Dokumentasi ... 85

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 86

3.5.1 Teknik Tes ... 86

3.5.2 Teknik Nontes ... 87

3.5.2.1 Observasi ... 87

3.5.2.2 Wawancara ... 88

3.5.2.3 Jurnal ... 89

3.6 Teknik Analisis Data ... 91

3.6.1 Teknik Kuantitatif ... 91

3.6.2 Teknik Kualitatif ... 92

3.7 Indikator Keberhasilan ... 92

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 93

4.1 Hasil Penelitian ... 93

4.1.1 Hasil Penelitian Prasiklus ... 93

4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I ... 97

4.1.2.1 Proses Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter Siklus I... ... 98

4.1.2.2 Peningkatan Hasil Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter Siklus I ... 110

(14)

xiv

4.1.2.2.2 Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung

Siklus I ... 115

4.1.2.2.3 Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Siklus I ... 116

4.1.2.2.4 Aspek Kohesi dan Koherensi Siklus I ... 117

4.1.2.2.5 Aspek Pemilihan Kata Siklus I ... 117

4.1.2.2.6 Aspek Urutan Cerita Siklus I ... 118

4.1.2.2.7 Aspek Kerapian Tulisan Siklus I ... 119

4.1.2.3 Sikap Siswa Siklus I ... 120

4.1.2.4 Refleksi Siklus I ... 125

4.1.2.4.1 Refleksi Proses Siklus I ... 125

4.1.2.4.2 Refleksi Hasil Siklus I ... 126

4.1.2.4.3 Refleksi Sikap Siswa Siklus I ... 127

4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II ... 128

4.1.3.1 Proses Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter Siklus II ... ... 129

4.1.3.2 Peningkatan Hasil Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter Siklus II 142

4.1.3.2.1 Aspek Kesesuaian Isi Siklus II ... 146

4.1.3.2.2 Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung Siklus II ... 147

4.1.3.2.3 Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Siklus II ... 148

4.1.3.2.4 Aspek Kohesi dan Koherensi Siklus II ... 149

4.1.3.2.5 Aspek Pemilihan Kata Siklus II ... 150

(15)

xv

4.1.3.2.7 Aspek Kerapian Tulisan Siklus II ... 151

4.1.3.3 Sikap Siswa Siklus II ... 152

4.1.3.4 Refleksi Siklus II ... 157

4.1.3.4.1 Refleksi Proses Siklus II ... 158

4.1.3.4.2 Refleksi Hasil Siklus II ... 158

4.1.3.4.3 Refleksi Sikap Siswa Siklus II ... 159

4.2 Pembahasan ... 160

4.2.1 Proses Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter ... 160

4.2.2 Peningkatan Hasil Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi ... 168

4.2.3 Perubahan Sikap ... 176

BAB V PENUTUP ... 184

5.1 Simpulan ... 184

5.2 Saran ... 187

DAFTAR PUSTAKA ... 188

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif ... 30

Tabel 2.2 Contoh Menyunting dalam Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi ... 32

Tabel 2.3 Contoh Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi ... 33

Tabel 2.4 Persamaan dan Perbedaan Teks Hasil Wawancara dengan Narasi ... 36

Tabel 3.1 Pedoman Penilaian ... 78

Tabel 3.2 Rubrik Penilaian Karangan Narasi ... 78

Tabel 3.3 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining ... 81

Tabel 3.4 Lembar Observasi Sikap Siswa dalam Pembelajaran ... 82

Tabel 4.1 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Prasiklus ... 94

Tabel 4.2 Hasil Observasi Poses Langkah 1 Siklus I ... 99

Tabel 4.3 Hasil Observasi Poses Langkah 2 Siklus I ... 99

Tabel 4.4 Hasil Observasi Poses Langkah 3 dan 4 Siklus I ... 102

Tabel 4.5 Hasil Observasi Poses Langkah 6 Siklus I ... 104

Tabel 4.6 Hasil Observasi Poses Langkah 7 Siklus I ... 105

Tabel 4.7 Hasil Observasi Poses Langkah 8 Siklus I ... 108

Tabel 4.8 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I ... 111

(17)

xvii

Tabel 4.10 Hasil Tes Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak

Langsung Siklus I ... 115

Tabel 4.11 Hasil Teks Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Siklus I. . 116

Tabel 4.12 Hasil Tes Aspek Kohesi dan Koherensi Siklus I ... 117

Tabel 4.13 Hasil Tes Aspek Pemilihan Kata Siklus I ... 118

Tabel 4.14 Hasil Tes Aspek Urutan Cerita Siklus I ... 119

Tabel 4.15 Aspek Kerapian Tulisan Siklus I ... 120

Tabel 4.16 Hasil Observasi Sikap Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Siklus I ... 121

Tabel 4.17 Hasil Observasi Poses Langkah 1 Siklus II ... 132

Tabel 4.18 Hasil Observasi Poses Langkah 3 Siklus II ... 133

Tabel 4.19 Hasil Observasi Poses Langkah 4 Siklus II ... 135

Tabel 4.20 Hasil Observasi Poses Langkah 5 Siklus II ... 135

Tabel 4.21 Hasil Observasi Poses Langkah 6 dan 7 Siklus II ... 136

Tabel 4.22 Hasil Observasi Poses Langkah 8 Siklus II ... 139

Tabel 4.23 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II ... 142

Tabel 4.24 Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi Siklus II ... 146

Tabel 4.25 Hasil Tes Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung Siklus II ... 147

Tabel 4.26 Hasil Teks Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Siklus II.. 148

Tabel 4.27 Hasil Tes Aspek Kohesi dan Koherensi Siklus II ... 149

Tabel 4.28 Hasil Tes Aspek Pemilihan Kata Siklus II ... 150

Tabel 4.29 Hasil Tes Aspek Urutan Cerita Siklus II ... 151

(18)

xviii

Tabel 4.31 Hasil Observasi Sikap Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Siklus II ... 153

Tabel 4.32 Perbandingan Hasil Observasi Proses Siklus I dan Siklus II ... 162

Tabel 4.33 Peningkatan Tiap Aspek dari Prasiklus, Siklus I dan Siklus II ... 174

(19)

xix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Aktivitas Guru Memberikan Penjelasan Tujuan, Manfaat, dan Motivasi Pembelajaran ... 98

Gambar 4.2 Aktivitas Siswa Mengamati Contoh Teks Hasil Wawancara 100

Gambar 4.3 Aktivitas Guru Memberikan Penjelasan Materi ... 101

Gambar 4.4 Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan Kelompok ... 103

Gambar 4.5 Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan Kelompok ... 103

Gambar 4.6 Aktivitas Guru Mengulang Materi yang Belum Dipahami Siswa ... 103

Gambar 4.7 Aktivitas Perwakilan Kelompok Mempresentasikan Hasil Kerjanya ... 106

Gambar 4.8 Aktivitas Siswa Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Secara Individu ... 108

Gambar 4.9 Aktivitas Siswa Mempresentasikan Hasil Kerjanya Secara Individu ... 109

Gambar 4.10 Aktivitas Guru Mengubah Tempat Duduk Menjadi Bentuk

“U” ... 130

Gambar 4.11 Aktivitas Siswa Aktif Bertanya ... 131

Gambar 4.12 Aktivitas Siswa Mengamati Contoh Teks Hasil Wawancara 132

Gambar 4.13 Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan Kelompok ... 134

Gambar 4.14 Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan Kelompok ... 134

Gambar 4.15 Aktivitas Siswa Menempel Hasil Karya Kelompok dan Mengomentari ... 137

(20)

xx

Gambar 4.17 Aktivitas Siswa Bermain Tempat Pensil Berjalan ... 140

Gambar 4.18 Aktivitas Siswa Mempresentasikan Hasil Kerjanya Secara Individu ... 141

(21)

xxi

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 4.1 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Prasiklus ... 95

Diagram 4.2 Hasil Perincian Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Prasiklus ... 96

Diagram 4.3 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I ... 112

Diagram 4.4 Hasil Perincian Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I ... 113

Diagram 4.5 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II ... 144

Diagram 4.6 Hasil Perincian Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II ... 145

Diagram 4.7 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I ... 169

Diagram 4.8 Hasil Perincian Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I ... 170

Diagram 4.9 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II ... 172

Diagram 4.10 Hasil Perincian Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II ... 173

(22)

xxii

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ... 57

(23)

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 191

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 199

Lampiran 3 DaftarNilai Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II.. ... 208

Lampiran 4 Rekapitulasi Nilai Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Prasiklus ... 209

Lampiran 5 Rekapitulasi Nilai Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I ... 210

Lampiran 6 Rekapitulasi Nilai Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II ... 211

Lampiran 7 Pedoman Lembar Observasi Proses ... 212

Lampiran 8 Pedoman Wawancara Siswa ... 214

Lampiran 9 Pedoman Jurnal Siswa ... 215

Lampiran 10 Pedoman Jurnal Guru ... 216

Lampiran 11 Pedoman Observasi Sikap ... 217

Lampiran 12 Hasil Observasi Proses Siklus I ... 219

Lampiran 13 Hasil Wawancara Siklus I ... 221

Lampiran 14 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I (1)... 223

Lampiran 15 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I (2)... 224

Lampiran 16 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I (3)... 235

Lampiran 17 Hasil Jurnal Guru Siklus I ... 226

(24)

xxiv

Lampiran 19 Hasil Observasi Proses Siklus II... 230

Lampiran 20 Hasil Wawancara Siklus II ... 232

Lampiran 21 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II (1) ... 234

Lampiran 22 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II (2) ... 235

Lampiran 23 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II (3) ... 236

Lampiran 24 Hasil Jurnal Guru Siklus II ... 237

Lampiran 25 Rekapitulasi Hasil Observasi Sikap Siklus I ... 238

Lampiran 26 SK Pembimbing ... 241

Lampiran 27 Surat Permohonan Izin Penelitian Unnes ... 242

Lampiran 28 Surat Keterangan dari MTs Negeri Kendal ... 243

Lampiran 29 Surat Keterangan Lulus UKDBI ... 244

Lampiran 30 Surat Keterangan Selesai Bimbingan Penulisan Skripsi ... 245

Lampiran 31 Lembar Pembimbingan Penulisan Skripsi ... 246

Lampiran 32 Contoh Teks Hasil Wawancara Siklus I ... 250

Lampiran 33 Contoh Teks Hasil Wawancara Siklus II ... 254

Lampiran 34 Hasil Karya Siswa dalam Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I (Nilai Baik) ... 258

Lampiran 35 Hasil Karya Siswa dalam Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I (Nilai Cukup) .... 260

Lampiran 36 Hasil Karya Siswa dalam Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I (Nilai Kurang)... . 262

Lampiran 37 Hasil Karya Siswa dalam Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II (Nilai Baik) ... 264

(25)

xxv

(26)

1 1.1Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pokok yang wajib

dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah. Pelajaran bahasa Indonesia juga

merupakan pelajaran yang diujikan untuk memenuhi standar kelulusan siswa pada

saat Ujian Nasional. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk

mengembangkan dan meningkatkan keterampilan berbahasa siswa.

Salah satu keterampilan berbahasa yaitu menulis. Menulis merupakan suatu

keterampilan berbahasa untuk berkomunikasi secara tidak langsung dengan orang

lain (Tarigan 2008:3). Salah satu bentuk keterampilan menulis adalah mengubah

teks hasil wawancara menjadi narasi. Keterampilan mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi merupakan kegiatan menyampaikan informasi yang

terdapat dalam teks wawancara secara tidak langsung kepada orang lain atau

pembaca.

Dalam Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi tersebut harus dikuasai oleh siswa

kelas VII SMP pada semester genap. Dalam KD tersebut, siswa difokuskan untuk

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi secara tertulis. Artinya siswa akan

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi tertulis dalam bentuk karangan

(27)

Selanjutnya teks hasil wawancara tersebut dapat diubah menjadi narasi.

Menurut Keraf (2010:136), narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk wacana

yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan

menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Narasi adalah

suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan jelas kepada

pembaca tentang suatu peristiwa yang telah terjadi. Dengan demikian, pengertian

narasi itu mencakup dua unsur dasar, yaitu perbuatan atau tindakan yang terjadi

dalam suatu rangkaian waktu (Keraf 2010:136). Narasi juga berusaha menjawab

pertanyaan apa yang terjadi. Keterampilan mengubah teks hasil wawancara

menjadi narasi bertujuan untuk menyampaikan informasi yang terdapat dalam

teks hasil wawancara kepada pembaca. Informasi tersebut dapat dipahami oleh

orang lain, dipilihlah jenis karangan narasi yang sesuai untuk mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi.

Namun, dalam kenyataannya pembelajaran bahasa Indonesia sering

dianggap pelajaran yang membosankan oleh siswa, sehingga hasil pembelajaran

yang dicapai tidak maksimal. Padahal setiap mata pelajaran memiliki peran

penting dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Terlebih pada keterampilan

menulis merupakan keterampilan yang paling sulit untuk dikuasai siswa

dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Selain itu, pembelajaran

keterampilan menulis pada keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi

narasi tampaknya belum menggembirakan. Salah satu realita konkret yang

mendukung pernyataan tersebut adalah kondisi pembelajaran keterampilan

(28)

Kendal. Berdasarkan pengalaman guru dan hasil observasi terhadap keadaan

pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi di

sekolah tersebut serta wawancara awal yang dilakukan dengan sejumlah guru

bahasa Indonesia di sekolah tersebut, diperoleh informasi bahwa motivasi dan

keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi siswa masih sangat

rendah yang ditandai siswa sering merasa jenuh jika disuruh mengarang, tidak ada

siswa yang mempunyai keterampilan yang menonjol dalam pembelajaran

mengarang, dan hasil karangan siswa yang kurang memuaskan yang dibuktikan

dengan hasil tes mengarang siswa rata-rata yang hanya sekitar 66,5. Seharusnya

siswa mencapai target KKM 80.

Fenomena lain yang tampak berdasarkan observasi awal di sekolah yang

diteliti adalah pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara

menjadi narasi yang diterapkan oleh guru cenderung monoton dan masih

menggunakan metode konvensional. Masalah yang timbul dalam proses

pembelajaran menulis serta keterampilan siswa dalam mengarang yang belum

memadai (masih rendah) sebagaimana uraian tersebut disebabkan oleh dua faktor

utama, yaitu: faktor siswa dan faktor dari luar diri siswa. Adapun faktor yang

berasal dari siswa, antara lain: (1) motivasi siswa dalam menulis sangat minim;

(2) konsep atau bahan yang dimiliki siswa untuk dikembangkan jadi tulisan sangat

terbatas; (3) keterampilan siswa menuangkan gagasan atau pikiran ke dalam

bentuk kalimat-kalimat yang mempunyai kesatuan yang logis dan padu serta

diikat oleh struktur bahasa. Adapun faktor yang berasal dari luar diri siswa, antara

(29)

mengisyaratkan bahwa dibutuhkan pembenahan dalam pembelajaran menulis.

Kompetensi siswa dalam menulis karangan narasi dapat ditingkatkan dengan

membenahi segala hal yang menjadi titik kelemahan siswa dalam menulis. Secara

umum, menulis sebagai suatu proses berupa pengelolaan ide atau gagasan dari

tema atau topik yang dipilih untuk dikomunikasikan dan pemilihan jenis wacana

tertentu yang sesuai atau tepat dengan situasi dan konteksnya. Keterampilan

menulis yang menuntut kemampuan untuk dapat melahirkan dan menyatakan

kepada orang lain tentang hal yang dirasakan, dikehendaki, dan dapat dipikirkan

dengan bahasa tulisan. Keterampilan menulis bukanlah kemampuan yang diwarisi

secara turun-temurun dan tidak datang dengan sendirinya. Keterampilan ini

menuntut pelatihan yang cukup dan teratur serta pembelajaran yang terprogram.

Program-program tersebut disusun dan direncanakan untuk mencapai tujuan

tertentu.

Dalam proses belajar menulis, berbagai keterampilan itu tidak mungkin

dikuasai siswa secara bersamaan. Semua kemampuan itu dapat dikuasai siswa

melalui suatu proses, serta tahap demi tahap. Karena keeterampilan itu tidak bisa

dikuasai secara serentak. Suatu karangan merupakan pernyataan gagasan atau ide

yang bersumber dari pengalaman, pengamatan, imajinasi, pendapat, dan

keyakinan, dengan menggunakan media tulis sebagai alatnya. Kemudian siswa

harus memiliki pengetahuan, gagasan, dan ide yang luas. Terkadang mereka tidak

mampu merangkai kata-kata untuk membentuk sebuah karangan, terlebih pada

wacana. Siswa juga kurang menyadari hubungan antara kalimat yang satu dengan

(30)

Kalimat sumbang sendiri dalam sebuah karangan dapat menimbulkan kekaburan

makna atau isi sebuah karangan. Begitu pula sebaliknya, sebuah karangan akan

lebih mudah dipahami jika kalimat-kalimatnya tersusun rapi, jelas kohesi dan

koherensi antar kalimatnya. Sebuah karangan pada dasarnya merupakan

perwujudan hasil penalaran siswa. Penalaran ini merupakan proses pemikiran

untuk memperoleh ide yang logis. Penalaran ini berkaitan dengan proses

penafsiran fakta sebagai ide dasar untuk dikembangkan menjadi sebuah tulisan.

Setiap penulis harus dapat menuangkan pikiran atau gagasannya secara cermat ke

dalam tulisannya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memunculkan ide

adalah dengan curah gagasan. Curah gagasan digunakan untuk menuntun siswa

mengembangkan idenya berdasarkan fakta yang ada di sekitar siswa atau

peristiwa yang pernah dialami siswa.

Selain itu, untuk memperoleh bahan informasi atau bahan yang akan ditulis

oleh siswa, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menuntun siswa

mencermati suatu bentuk teks dan menyajikannnya kembali dalam bentuk teks

yang berbeda, misalnya dari teks hasil wawancara menjadi narasi. Hal ini

merupakan salah satu kompetensi dasar menulis yang diharapkan dimiliki oleh

siswa kelas VII A MTs Negeri Kendal sebagai hasil dari pembelajaran menulis,

yaitu keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Pengubahan

tersebut dari teks hasil wawancara yang berbentuk dialog ke dalam bentuk wacana

yang berbentuk monolog, yaitu narasi. Teks hasil wawancara dapat diubah dan

disajikan dalam bentuk kerangka karangan. Kerangka karangan tersebut

(31)

menulis narasi ini juga ditentukan oleh faktor lingkungan dan suasana

pembelajaran. Pada dasarnya dalam melaksanakan pembelajaran faktor

lingkungan dan suasana pembelajaran pun haruslah menarik dan menyenangkan

dari segi psikologis peserta didik. Ada kecenderungan pada saat ini untuk kembali

pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik apabila diciptakan belajar

yang bernuansa alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami hal

yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target

penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek,

akan tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan

jangka panjang. Oleh karena itu, untuk menciptakan suasana belajar yang

kooperatif interaktif, menyenangkan, dan bermakna, guru harus cermat memilih

dan menerapkan strategi pembelajaran, seperti salah satu metode pembelajaran

yaitu metode student facilitator and explaining.

Metode student facilitator and explaining merupakan pembelajaran

kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang

berorientasi pada masyarakat belajar (learning community) yang menganggap

bahwa siswa lebih mudah menentukan dan memahami konsep-konsep yang sulit

jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan sesama temannya. Hal

ini dapat membantu para siswa meningkatkan sikap positif siswa terhadap

pembelajaran keterampilan menulis, khususnya menulis narasi. Hasil

pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif diharapkan mampu memberikan

pengalaman bermakna sehingga sukar dilupakan oleh siswa. Melalui

(32)

mereka pelajari dengan situasi dunia nyata sehingga menjadi pembelajar yang

otonom dan mandiri. Pembelajaran kooperatif ini merupakan model pembelajaran

yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill)

berupa hasil belajar, sekaligus keterampilan sosial (social skill) berupa kecakapan

berkomunikasi, bekerja bersama, dan solidaritas serta interpersonal skill berupa

kemampuan untuk mengerti dan peka terhadap orang lain. Dengan kata lain,

model pembelajaran kooperatif menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran

yang memberikan kesempatan besar dalam memberdayakan potensi siswa secara

optimal. Interaksi antar siswa maupun siswa dengan guru pun dapat terjalin baik

dengan pembelajaran ini.

Salah satu pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan untuk

menumbuhkan minat dan suasana belajar yang kondusif bagi siswa, khususnya

pada pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi

adalah metode pembelajaran student facilitator and explaining. Jadi, metode

student facilitator and explaining merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif.

Penerapan metode pembelajaran student facilitator and explaining dalam

mata pelajaran bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan relatif mudah oleh

seorang guru. Guru memberikan pendampingan aktivitas yang dilakukan siswa

serta mengondisikan siswa agar belajar dengan kelompoknya. Setiap kelompok

memperoleh tugas presentasi dan diskusi untuk menyajikan beberapa kompetensi

dasar bahasa Indonesia. Guru memberikan penekanan kembali tentang

materi-materi yang penting dikuasai serta bersama siswa mengevaluasi sumbangan

(33)

Qohar (2009:36) Whithin mengemukakan bahwa kemampuan komunikasi

menjadi penting ketika diskusi antarsiswa dilakukan.

Metode student facilitator and explaining merupakan suatu metode dimana

siswa mempresentasikan ide atau pendapat pada siswa lainnnya (Suyatno,

2009:126). Langkah-langkah pembelajaran dengan metode student facilitator and

explaining yaitu guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, guru

menyajikan materi, memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada

siswa lainnnya baik melalui bagan atau peta konsep maupun yang lainnya, guru

menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa sekaligus memberi penjelasan

singkat, evaluasi, dan penutup. Melalui metode student facilitator and explaining

siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa yang lain, siswa dapat

mengeluarkan ide-ide yang ada di pikirannya sehingga lebih dapat memahami

materi tersebut. Dengan demikian proses pembelajaran bahasa Indonesia

khususnya keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi

menggunakan metode student facilitator and explaining diharapkan dapat

meningkatkan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.

Kemudian selain itu, dalam proses pembelajaran ini tidak hanya

pengetahuan saja yang dibutuhkan, namun pendidikan karakter juga sangat

dibutuhkan. Kebutuhan pendidikan karakter pada saat ini sangat meningkat. Hal

itu disebabkan karena generasi pemuda saat ini tidak memperhatikan tingkah laku

mereka. Padahal negara Indonesia sangat menjunjung budaya ketimuran yaitu

tentang budaya karakter. Oleh karena itu, guru di sekolah harus menanamkan

(34)

Bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau

budi pekerti yang membedakan seseorang dari orang lain.

Krisis karakter yang dialami bangsa Indonesia saat ini sudah berada pada

titik yang sangat mengkhawatirkan. Sifat tulus, luhur, mulia, jujur, kesopanan, dan

tanggung jawab terkikis seketika tergantikan dengan rasa cemas, kekerasan,

perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai, keyakinan, norma-norma, agama,

adat istiadat yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara

Indonesia.

Pendidikan karakter di sekolah, dianggap akan dapat mencegah

meningkatnya perilaku menyimpang pelajar. Pendidikan karakter diharapkan

menciptakan generasi unggul, tangguh dan mempunyai daya saing. Pada

kenyataannya, siswa mengalami penurunan etika dalam berkomunikasi dengan

guru dalam proses pembelajaran. Selama jam sekolah berlangsung, siswa yang

sedang berada di kelas pada proses pembelajaran, bebas berjalan, keluar-masuk

kelas, mengerjakan tugas mata pelajaran lain, dan sibuk melakukan aktifitas lain

seperti menggunakan laptop maupun telepon genggam yang tidak berkaitan

dengan materi. Peserta didik tidak begitu memperhatikan guru yang sedang

memberikan petunjuk serta penjelasan mengenai materi dan tugas. Oleh karena

itu, diterapkannya pendidikan karakter di sekolah sangatlah penting.

1.2Identifikasi Masalah

Sejalan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006) siswa

kelas VII SMP, pemerintah telah menetapkan standar kompetensi dan kompetensi

(35)

ditentukan. Salah satu dari kompetensi dasar tersebut adalah menulis narasi dari

teks hasil wawancara. Secara tidak langsung mengharuskan siswa untuk

memahami semua hal yang berkaitan dengan kaidah penulisan yang baik.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di MTs Negeri Kendal,

peneliti menemukan adanya kelemahan dan keterampilan menulis khususnya

dalam indikator kesesuaian isi, ejaan dan tanda baca, kohesi dan koherens dan

juga urutan cerita.

Fakta menunjukkan bahwa pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi di MTs Negeri Kendal belum menampakkan adanya

suatu keberhasilan karena masih jauh dari harapan. Siswa memiliki kemampuan

menuangkan ide dan gagasan menjadi sebuah karangan yang masih rendah. Hal

tersebut disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor

yang berasal dari dalam atau internal yaitu motivasi siswa dalam menulis sangat

minim dan kurangnya wawasan dan pengetahuan siswa tentang keterampilan

menulis khususnya narasi. Faktor dari luar siswa atau eksternal meliputi sarana

dan metode atau strategi pembelajaran menulis belum efektif.

1.3Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, permasalahan

yang akan diatasi adalah rendahnya keterampilan siswa dalam mengubah teks

hasil wawancara menjadi narasi yang disebabkan oleh hal-hal berikut (1)

motivasi siswa dalam menulis sangat minim, (2) konsep atau bahan yang dimiliki

siswa untuk dikembangkan jadi tulisan sangat terbatas, (3) kemampuan siswa

(36)

gagasan atau pikiran ke dalam bentuk kalimat-kalimat yang mempunyai kesatuan

yang logis dan padu serta diikat oleh struktur bahasa, dan (5) sarana dan metode

atau strategi pembelajaran menulis belum efektif.

Kemudian peneliti membatasi pada penelitian tindakan kelas untuk

mengetahui peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi

narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter

pada siswa kelas VII MTs Negeri Kendal.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis

merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimanakah proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and

explaining berbasis karakter di MTs Negeri Kendal?

2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara

menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining

berbasis karakter di MTs Negeri Kendal?

3. Bagaimanakah perubahan sikap siswa setelah mengikuti pembelajaran

keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan

metode student facilitator and explaining berbasis karakter di MTs Negeri

(37)

1.5Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, tujuan dari penelitian

ini sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and

explaining berbasis karakter di MTs Negeri Kendal.

2. Memaparkan peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara

menjadi narasi pada siswa kelas VII MTs Negeri Kendal setelah mengikuti

pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi

menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter.

3. Menjelaskan perubahan sikap siswa kelas VII MTs Negeri Kendal setelah

mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara

menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining

berbasis karakter.

1.6Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat. Manfaat penelitian ini ada

dua yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini dapat memberikan informasi terhadap penerapan metode

student facilitator and explaining pada pembelajaran keterampilan mengubah

teks hasil wawancara menjadi narasi. Pembelajaran keterampilan mengubah

teks hasil wawancara menjadi narasi diharapkan menjadi lebih variatif,

(38)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, sebagai bahan masukan tentang cara menerapkan metode

Student Facilitator and Explaining untuk meningkatkan keterampilan

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi siswa kelas VII MTs

Negeri Kendal.

b. Bagi sekolah, dapat memberikan konstribusi sekolah dalam

(39)

14 2.1Kajian Pustaka

Penelitian biasanya mengacu pada penelitian lain yang dapat dijadikan tolok

ukur dalam penelitian selanjutnya, sehingga penelitian murni atau yang berawal

dari nol jarang ditemukan. Dengan demikian, peninjauan dari nol sangat

diperlukan, sebab bisa digunakan sebagai relevansi dalam penelitian. Selain itu,

penelitian tersebut digunakan untuk membandingkan seberapa besar keaslian dari

penelitian yang akan dilakukan.

Upaya meningkatkan keterampilan siswa dalam mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji dan

diteliti. Hal ini terbukti dengan banyaknya upaya meningkatkan keterampilan

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi yang telah dilakukan oleh para

peneliti. Arikunto, dkk. (2008:3) mengatakan penelitian tindakan kela s

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,

yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang

dilakukan oleh siswa.

Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut demi menyempurnakan

penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian yang dijadikan kajian dalam

penelitian ini yaitu Jayanty, dkk (2012), Rumiana (2013), Irlinawati (2013),

(40)

Jayanty, dkk (2012) melakukan penelitian dengann judul “Peningkatan

Menarasikan Teks Wawancara dengan Teknik Pemodelan Siswa Kelas VII.4

SMPN 6 Bukittinggi.” Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa nilai siswa dalam

kompetensi mengubah teks wawancara menjadi narasi rata-rata nilai siswa yang

belum mencapai KKM yang telah ditetapkan 70. Pada prasiklus 54,78%. Setelah

dilakukan tindakan siklus I rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 79,1% dan

pada siklus II juga mengalami peningkatan menjadi 90,5%. Dari hasil analisis

deskriptif kualitatif dapat diketahui bahwa rata-rata pertama, memperluas

pengetahuan pembaca pada prasiklus 53,15%, pada siklus I 84,40% dan pada

siklus II 95,87%. Kedua, menyampaikan informasi suatu kejadian 55,28%, pada

siklus I 92,72% dan pada siklus II 100%. Ketiga, didasarkan pada penalaran,

53,12%, pada siklus I 75,03% dan pada siklus II 88,65%. Keempat, menggunakan

bahasa informatif 53,09%, pada siklus I 80,25% dan pada siklus II 88,65%.

Kelima, EYD 56,31, pada siklus I 65,72% dan padasiklus II 83,5%.

Persamaannya penelitian Jayanty, dkk (2012) dengan peneliti yaitu memiliki

kompetensi dasar penelitian yang sama. Kemudian perbedaan yaitu pada teknik

pembelajaran yang digunakan. Pada peneliti ini menggunakan teknik pemodelan

sedangkan penulis menggunakan metode studen facilitator and explaining.

Kelemahann yang terdapat pada penelitian ini yaitu pada subjek dan teknik

pembelajaran yang digunakan. teknik pemodelan memiliki kelemahan yang

hampir sama dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan yakni ada

beberapa siswa yang harus berperan sebagai model sehingga mereka tidak dapat

(41)

Penelitian Skripsi Rumiana (2013) tentang “Peningkatan Keterampilan

Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi dengan Metode Pencarian Informasi

melalui Media Kartun Bercerita pada Kelas VII D SMP Negeri 30 Semarang.”

Proses peningkatan pembelajaran menunjukkan kriteria baik. Hal tersebut dapat

dilihat pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 70,7 sendangkan pada siklus II

meningkat menjadi 81. Peningkatan masing-masing aspek penilaian dari siklus I

ke siklus II yaitu pada aspek kesesuaian isi mengalami peningkatan sebesar 12,5%

dari 72 menjadi 81. Aspek penggunaan kalimat langsung dan tak langsung

mengalami peningkatan sebesar 10% dari 68,6 menjadi 75,5. Aspek penggunaan

ejaan dan tanda baca mengalami peningkatan sebesar 23,7% dari 67,9 menjadi 84.

Aspek kohesi dan koherensi mengalami peningkatan sebesar 16,8% dari 73,6

menjadi 86. Aspek pemilihan kata mengalami peningkatan sebesar 17,6% dari

71,4 menjadi 84. Aspek urutan cerita mengalami pengingkatan sebesar 10% dari

80 menjadi 88. Aspek kerapian tulisan mengalami peningkatan sebesar 23,5% dari

66,4 menjadi 82.

Persamaannya penelitian Rumiana (2013) dengan peneliti yaitu memiliki

kompetensi dasar penelitian yang sama mengubah teks hasil wawancara menjadi

narasi. Kemudian perbedaan yaitu pada metode dan media pembelajaran yang

digunakan. Pada penelitian Rumiana (2013) ini menggunakan metode pencarian

informasi dengan media kartun bercerita sedangkan peneliti menggunakan metode

studen facilitator and explaining dan tidak menggunakan media.

Selanjutnya, pada tahun 2013 Irlinawati melakukan penelitian yang berjudul

(42)

Perkalian Bilangan Bulat.” Dari penelitian ini dikaji peran model student

facilitator and explainig untuk meningkatkan perkalian bilangan bulat. Diperoleh

data dari hasil siklus I mencapai 32,5% dengan nilai rata-rata kelas 65,03. Hasil

siklus II menunjukkan skor rata-rata kelas 76,2 dan mengalami peningkatan

menjadi 81,4%. Aktivitas peserta didik selama pembelajaran mengalami

peningkatan setiap siklusnya dari 67,43% pada siklus pertama, menjadi 82,02%

pada siklus kedua. Relevansi penelitian yang dilakukan Irliawati dengan

penelitian ini adalah sama-sama mengkaji mengenai metode pembelajaran student

facilitator and explaining. Perbedaannya adalah pada subjeknya yaitu pada

Irliawati pada perkalian bilangan bulat sedangkan peneliti ini pada keterampilan

mengubah teks hasil observasi menjadi narasi.

Penelitian yang dilaksanakan oleh Sinaga (2013) tentang “Pengaruh Metode

Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Terhadap Prestasi Belajar

Mahasiswa Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen.” Proses penerapan

pembelajaran menunjukkan kriteria baik sekali dengan perolehan analisis dan

observasi pada uji hipotesis penelitian dengan kriteria pengujian adalah Ha

diterima dan Ho ditolak jika > serta Ha ditolak dan Ho diterima jika

< dengan taraf signifikan 95 % atau taraf nyata = 0,05. Derajat

keabsahan untuk uji distribusi t adalah dk = (n1 + n2 – 2). Untuk uji hipotesis

diperoleh data = 4,29 dan = 1,66 pada taraf nyata = 0,05. Hasil ini

menunjukkan bahwa > (4,26 >1,66), dengan demikian Ha diterima

(43)

pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap prestasi belajar

mahasiswa pada program studi pendidikan ekonomi fakultas keguruan dan ilmu

pendidikan Universitas HKBP Nommensen. Penelitian ini memiliki kesamaan

pada penggunaan metode Student Facilitator and Explaining.

Penelitian yang dilakukan Sinaga (2013) memiliki kesamaan dengan

peneliti yaitu pada metode pembelajaran yang diteliti tentang student facilitator

and explainig, sedangkan perbedaannya terletak pada subjeknya yaitu pada

Dearlina prestasi belajar mahasiswa pada program studi pendidikan ekonomi

fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas HKBP Nommensen

sedangkan pada penelitian ini pada keterampilan mengubah teks hasil wawancara

menjadi narasi.

Penelitian Suhendariyanti (2014) berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar

IPA melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining

Siswa Kelas IXE SMP Negeri 01 Wonoasri Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran

2013/2014.” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPA dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining

dapat meningkatkan keterampilan siswa. Hal ini terbukti dari siklus pertama

diperoleh hasil prosentase rata-rata kelas 70,63 dan ketuntasan belajar baru

mencapai 54,17% atau siswa yang mendapat nilai > 70 baru 26 siswa, pada siklus

kedua, nilai rata-rata mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu 80,63

dan ketuntasan belajar mencapai 95,83% atau siswa yang mendapat nilai > 70

sudah 37 siswa, sehingga secara klasikal kelas sudah mencapai ketuntasan belajar

(44)

bahwa penggunaan metode student facilitator and explaining dapat meningkatkan

prestasi belajar siwa dalam mata pelajaran IPA.

Penelitian yang dilakukan Suhendariyanti (2014) memiliki kesamaan

dengan peneliti yaitu pada metode pembelajaran yang diteliti, sedangkan

perbedaannya terletak pada subjeknya yaitu pada Suhendariyanti prestasi belajar

IPA sedangkan pada penelitian ini pada keterampilan mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi. Kelemahan pada penelitian ini yaitu penerapan

metode yang kurang maksimal.

Kemudian penelitian Aisyah (2014) berjudul “The Implementation of

Character Education Through Contextual Teaching And Learning at Personality

Development Unit in the Sriwijaya University Palembang.” Dari penelitian ini

dikaji pelaksanaan pendidikan karakter di Universitas Sriwijaya Palembang.

Diperoleh data dari hasil penelitian mahasiswa Sriwijaya mengalami perubahan

sikap yaitu 90% dari siswa menyapa dengan sopan (menghormati teman-teman

dan mengamalkan ajaran agama), 99% dari tugas yang diberikan dikumpulkan

tepat waktu, rapi, bersih dan tidak ada kecurangan, kecuali mahasiswa yang sakit,

atau yang tidak bisa mengikuti kelas (menunjukkan rasa percaya diri), mahasiswa

bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, aktif, berpartisipasi, dan

dapat berdiskusi bersama-sama (mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara

efektif dan sopan, selalu berkolaborasi dengan teman sekelas, terutama dalam

memecahkan masalah di luar kelas (bekerjasama), dalam kelompok telah

mengunjungi beberapa panti jompo dan pondok pesantren di dekat kampus,

(45)

menunjukkan kepedulian terhadap orang lain dalam hidup), Ketika dosen

memasuki kelas, kelas bersih, rapi, ketika di dalam kelas, dan terakhir para

mahasiswa menggunakan bahasa Indonesia yang baik, sopan dan hormat, bahkan

meskipun mereka berasal dari kelompok etnis dan ras yang berbeda (menerapkan

nilai-nilai bersama dalam masyarakat, bangsa dan negara)

Relevansi penelitian yang dilakukan Aisyah (2014) dengan penelitian ini

adalah sama-sama mengkaji mengenai pendidikan karakter. Kemudian

perbedaannya adalah pada objeknya yaitu pada penelitian Aisyah dilakukan di

Universitas Sriwijaya Palembang, sedangkan peneliti pada siswa kelas VII MTs

Negeri kendal.

Hidayati, dkk (2014) melakukan penelitian dengann judul “The

Development of Character Education Curriculum For Elementary Student in West

Sumatera.” Hasil dari penelitian ini diketahui dari kuesioner yang dibagikan

dalam pengembangan kurikulum pendidikan karater siswa SMP di Sumatera

Barat menunjukkan sebanyak 80,66% menunjukkan bahwa pelaksanaan

pendidikan karakter dalam kategori baik, 12,2 % dalam kategori baik, dan 7,4 %

berada dalam kategori rendah.

Persamaannya penelitian Hidayati, dkk (2014) dengan peneliti yaitu

sama-sama mengkaji tentang pendidikan karakter. Kemudian perbedaan yaitu objek

penelitiannya. Pada penelitian Hidayati, dkk (2014) ini dilaksanakan kepada siswa

beberapa SMP di Sumatera Barat sedangkan peneliti melaksanakan hanya pada

(46)

Berdasarkan kajian pustaka di atas, peneliti berusaha melanjutkan dan

melengkapi penelitian mengenai narasi dengan melakukan penelitian tindakan

kelas. Peneliti mencoba menerapkan pembelajaran keterampilan mengubah teks

hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and

explaining berbasis karakter. Kemudian peneliti berharap keterampilan siswa

dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dapat meningkat dan dapat

membantu guru dalam proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi pada kurikulum KTSP.

2.2Landasan Teoretis

Pada bagian ini akan membahas beberapa teori tentang pengertian

mengubah, pengertian teks hasil wawancara, unsur-unsur teks hasil wawancara,

pengertian narasi, ciri-ciri narasi, unsur-unsur narasi, jenis-jenis narasi,

langkah-langkah menulis narasi, kriteria mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi,

langkah-langkah mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, persamaan dan

perbedaan teks hasil wawancara dengan narasi, metode student facilitator and

explaining, kelebihan dan kekurangan metode student facilitator and explaining,

langkah-langkah metode student facilitator and explaining, konsep pendidikan

berbasis karakter, nilai-nilai karakter, dan penerapan pembelajaran keterampilan

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student

(47)

2.2.1 Pengertian Mengubah

Mengubah berasal dari kata dasar “ubah” yang artinya bertukar (beralih,

berganti) menjadi sesuatu yang lain. Kemudian kata dasar “ubah” dapat imbuhan

me- menjadi “mengubah.” Mengubah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) adalah menjadikan lain dari semula, menukar bentuk.

Mengubah biasa disebut juga konversi. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) konversi adalah perubahan dari satu sistem pengetahuan ke

sistem yang lain, perubahan dari satu bentuk ke bentuk yang lain.

Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian

mengubah adalah perubahan dari semula manjadi bentuk yang lain.

2.2.2 Pengertian Teks Hasil Wawancara

Dalam kegiatan wawancara dibutuhkan suatu teks hasil wawancara agar

proses wawancara berjalan lancar. Pengertian teks menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang, kutipan dari

kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan tertulis untuk dasar

memberikan pelajaran, berpidato, dsb.

Wawancara merupakan suatu bentuk kegiatan berbahasa dengan jalan

mengajukan pertanyaan kepada narasumber atau responden untuk memperoleh

informasi. Wawancara harus dilakukan berdasarkan tujuan yang jelas. Tanpa

suatu tujuan, kegiatan wawancara tak mungkin berlangsung dengan baik. Modal

seorang pewawancara adalah keterampilan dalam berbahasa. Hal ini pun senada

(48)

wawancara dilakukan untuk memperoleh keterangan ataupun pendapat tentang

suatu masalah.

Dan selajutnya Anindyarini dan Ningsih (2008:78) juga mengungkapkan

bahwa wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk

dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal untuk dimuat dalam

surat kabar, siaran melalui radio, atau ditanyangkan di layar televisi.

Djuraid (2009:121) menjelaskan wawancara adalah kegiatan liputan untuk

mendapatkan informasi dari sumber berita mengenai sebuah masalah. Hal lain

juga dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (dalam Sulistyarini dan Novianti,

2012:2) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan

oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pihak yang mengajukan

pertanyaan dan pihak yang diwawancara (interviewee) sebagai pihak yang

memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.

Stewart (dalam Sulistyarini dan Novianti 2012:2) mendefinisikan

wawancara sebagai proses komunikasi interaksional antara dua orang atau lebih

dengan suatu tujuan dan biasanya berisi pertanyaan serta jawaban dari suatu

pertanyaan.

Kemudian menurut Mahardhika (2013:28) teks wawancara merupakan

bentuk penyajian informasi berupa tanya jawab antara pewawancara dan

narasumber.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teks hasil

(49)

pewawancara dengan narasumber dengan tujuan untuk mendapatkan informasi

tertentu.

2.2.3 Unsur-unsur Teks Hasil Wawancara

Unsur-unsur dalam teks hasil wawancara sebagai berikut.

1) Tema yaitu pokok pikiran yang menjadi suatu dasar peristiwa.

2) Tokoh yaitu dalam teks hasil wawancara ada pewawancara dan narasumber.

3) Alur atau plot yaitu rangkaian peristiwa yang dijalin dengan seksama

sehingga membentuk peristiwa yang menarik.

2.2.4 Pengertian Narasi

Mata pelajaran bahasa Indonesia berisi berbagai macam karangan. Jika

dilihat dari cara penyajian dan tujuannya, karangan dapat dibedakan menjadi lima

jenis, yaitu (1) narasi, (2) deskripsi, (3) eksposisi, (4) argumentasi, dan (5)

persuasi.

Suparno dan Yunus (2006:49) mengungkapkan bahwa narasi adalah

karangan yang berisi tentang rangkaian peristiwa. Karangan narasi memberi

pengertian kepada pembaca tentang sebuah kejadian atau serentetan kejadian

supaya pembaca dapat mengambil hikmah dari cerita tersebut. Selain itu, juga

untuk memberikan amanat kepada para pembaca tentang suatu kejadian yang

telah terjadi. Sejalan dengan pendapat tersebut, Suparno dan Yunus (2008:4.31)

mengungkapkan bahwa istilah narasi atau sering disebut naratif berasal dari kata

bahasa Inggris narration (cerita) dan narrative (yang menceritakan). Karangan

(50)

menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis),

dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan kejadian, sehingga

pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu. Dengan kata lain, karangan

semacam ini hendak memenuhi kingintahuan pembaca yang selalu bertanya, “Apa

yang terjadi?.”

Selanjutnya, Keraf (2010:87) narasi merupakan suatu bentuk karangan yang

sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkai menjadi sebuah

peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Hal ini dilakukan agar

pembaca dapat memahami isi narasi sehingga pesan yang ingin disampaikan oleh

penulis dapat dimengerti oleh pembaca. Atau dapat juga dirumuskan narasi adalah

suatu bentuk karangan yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada

pembaca tentang suatu peristiwa yang telah terjadi. Pendapat lain diungkapkan

oleh Dalman (2014:105) mengungkapkan bahwa narasi adalah cerita. Cerita ini

berdasarkan pada urutan-urutan suatu (serangkaian) kejadian atau peristiwa.

Dalam kejadian itu ada tokoh atau (beberapa tokoh), dan tokoh ini mengalami

atau menghadapi suatu (serangkain) konflik atau tikaian. Narasi juga dapat berupa

fakta bisa pula berupa fiksi atau rekaan.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diartikan bahwa narasi bersifat

menceritakan kisah yang telah terjadi. Menceritakan kembali sebuah cerita sama

saja dengan menyejarakan peristiwa tersebut dalam bentuk tulisan. Selain itu,

Finoza (dalam Dalman 2014:105) karangan narasi (berasal dari naration berarti

(51)

dan merangkaikan tindak tanduk perbuatan manusia dalam sebuat peristiwa secara

kronologis atau berlangsung dalam suatu kesatuan waktu.

Berdasarkan pendapat Suparno dan Yunus (2008:4.31), Keraf (2010:87)

Dalman (2014:105) dan Finoza (dalam Dalman 2014:105) dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan narasi oleh peneliti adalah suatu jenis karangan

yang berisi suatu rangkaian cerita atau peristiwa yang terjadi secara jelas dengan

tujuan tertentu.

2.2.5 Ciri-ciri Narasi

Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup berbagai macam karangan.

Masing-masing karanagn mempunyai ciri yang berbeda dengan jenis karangan

yang lain. Salah satu jenis karangan yang ada yaitu narasi.

Menurut Kusmayadi (2008: 35) narasi pempunyai ciri sebagai berikut.

1) Adanya unsur perbuatan atau tindakan.

2) Adanya unsur rangkaian waktu.

3) Adanya unsur Informatif.

4) Adanya sudut pandang penulis.

Selain itu, Semi (dalam Dalman 2014:110) mengungkapkan beberap ciri

narasi, yaitu (1) berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia, (2)

kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa atau kejadian

yang benar-benar terjadi, dapat berupa imajinasi, maupun gabungan keduanya, (3)

berdasarkan konflik karena tanpa konflik narasi biasanya tidak menarik, (4)

memiliki nilai estetika, (5) menekankan susunan kronologis, dan (6) biasanya

(52)

Hal yang senada juga diungkapkan oleh Keraf (dalam Dalman 2014:110)

bahwa ciri-ciri narasi, yaitu (1) menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan, (2)

dirangkai dalam urutan waktu, (3) berusaha menjawab pertanyaan apa yang

terjadi?, (4) ada konfilk, narasi dibangun oleh sebuah alur cerita.

Ciri-ciri narasi adalah sebagai berikut (1) diceritakan dari sudut pandang

tertentu, (2) membuat dan mendukung suatu sudut pandang, (3) diisi dengan detail

yang tepat, (4) menggunakan kata kerja yang jelas, (5) menggunakan konflik dan

urutan cerita, dan (6) dapat menggunakan dialog.

Terdapat beberapa perbedaan antara narasi dengan jenis lainnya, ada

beberapa ciri narasi yang dapat kita gunakan sebagai pembeda, yaitu (1)

bersumber pada fakta atau sekadar fiksi, (2) berupa rangkaian peristiwa, dan (3)

bersifat menceritakan.

Berdasarkan pendapat Kusmayadi (2008:35), Semi (dalam Dalman,

2014:110), dan Keraf (dalam Dalman, 2014:110) dapat disimpulkan bahwa

ciri-ciri narasi yaitu (1) berupa rangkaian peristiwa, (2) terdapat tokoh, (3) adanya

latar, dan (4) menekankan susunan kronologis.

2.2.6 Unsur-unsur Narasi

Menurut Kusmayadi (2008:35) narasi dapat dibangun dengan unsur-unsur

berikut.

1) Tema adalah pokok pembicaraan yang menjadi dasar penceritaan penulis.

2) Alur (plot) adalah jalinan cerita, bagaimana cerita itu disusun sehingga

(53)

3) Watak atau karakter berhubungan dengan perangai si pelaku atau tokoh

dalam suatu narasi.

4) Suasana berhubungan dengan kesan yang ditimbulkan sehingga pembaca

dapat ikut membayangkan dan merasakan suasana yang dihadapi pelaku.

5) Sudut pandang berhubungan dengan dari mana penulis memandang suatu

peristiwa. Dia boleh memandang dari sudut pandang orang pertama atau

orang ketiga.

Selain itu, Keraf (2010:145) mengungkapkan bahwa struktur narasi dapat

dilihat dari komponen-komponen yang membentuknya: perbuatan, penokohan,

latar, sudut pandang, dan alur. Alur merupakan kerangka dasar yang terpenting

dalam suatu kisah. Alur mengatur bagaimana watak para tokoh digambarkan,

serta situasi dan perasaan tokoh yang terkait dalam satu kesatuan waktu. Keraf

(2010:147) membatasi alur sebagai suatu interelasi fungsional antara unsur-unsur

narasi yang timbul dari tindak-tanduk, karakter, pikiran, dan sudut pandang.

Tindak-tanduk perbuatan sebagai satu kesatuan unsur dalam alur. Dalam narasi

setiap tindakan harus diungkapkan secara terperinci dalam

komponen-komponennya sehingga pembaca seolah-olah merasakan sendiri kejadian itu.

Berdasarkan pendapat Kusmayadi (2008:35) dan Keraf (2010:145

Gambar

Tabel 2.1 Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif
Tabel 2.2 Contoh Menyuntuing dalam Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi
Tabel 2.3 Contoh Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi
Tabel 2.4 Persamaan dan Perbedaan Teks Hasil Wawancara dengan Narasi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kemampuan mengubah teks wawancara menjadi narasi oleh siswa kelas VII SMP Swasta Sinar Husni Medan Tahun Pembelajaran

Probing Promting Terhadap Kemampuan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Paragraf Narasi SMP Negeri 30 Medan Tahun Pembelajaran 2011/2012.. Skripsi Jurusan Bahasa dan

Metode CS yang dipakai dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 5 Tanon kabupaten Sragen untuk mengetahui

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh yang positif dari penggunaan media audio- visual terhadap kemampuan mengubah teks wawancara menjadi narasi

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh yang positif dari penggunaan media audio- visual terhadap kemampuan mengubah teks wawancara menjadi narasi

Hasil penelitian yang diperoleh adalah kemampuan mengubah teks wawancara menjadi narasi oleh siswa kelas VII SMP Swasta Pahlawan Nasional Medan tahun pembelajaran 2015/2016

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah Rubiah (2009) berjudul “Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi

Kemampuan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi pada siklus I yang tuntas 22 orang dan yang tidak tuntas 7 orang dari 29 siswa.. Jadi proses kegiatan