1
WAWANCARA MENJADI NARASI MENGGUNAKAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING BERBASIS KARAKTER
PADA SISWA KELAS VII MTs NEGERI KENDAL
SKRIPSI
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Nama : Jihan Noor Fitriana
NIM : 2101411067
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia
FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia
ujian skripsi.
Semarang,27 Juli 2015
Pembimbing I, Pembimbing II,
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang
pada hari : ...
tanggal :...
Panitia Ujian Skipsi
Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. (196008031989011001)
Ketua ____________________
Sumartini, S.S, M.A. (197307111998022001)
Sekretaris ____________________
Ahmad Syaifudin, S.S, M.Pd. (198405022008121005)
Penguji I ____________________
Septina Sulistyaningrum, S.Pd.,M.Pd. (198109232008122004)
Penguji II/Pembimbing II ____________________
Drs. Wagiran, M.Hum. (196703131993031002)
Penguji III/Pembimbing I ____________________
Mengetahui,
Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan
Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi menggunakan Metode Student
Facilitator and Explaining Berbasis Karakter pada Siswa Kelas VII MTs Negeri
Kendal” benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari orang lain, baik
sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan yang terdapat dalam skripsi
ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Juli 2015
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Moto
“Belajarlah mengalah sampai tak seorang pun kan mengalahkanmu. Belajarlah
merendah sampai tak seorangpun kan merendahkanmu”
“Bermimpilah yang sebesar-besarnya, tapi bersegeralah untuk mengerjakan
sekecil-kecilnya kebaikan yang terdekat” (Mario Teguh)
Persembahan
Skripsi ini saya persembahkan untuk
1. Abahku, Ibuku, yang selalu menyayangiku, memberi
motivasi, memberi nasihat, dan mengiringi langkahku
dengan doa.
2. Kakak-kakakku tersayang, yang selalu memberi
motivasi.
vi SARI
Fitriana, Jihan Noor. 2015. Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter pada Kelas VII MTs Negeri Kendal. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Pembibing I: Drs. Wagiran, M.Hum, Pembimbing II: Septina Sulistyaningrum, S.Pd., M.Pd.
Kata Kunci : keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, metode student facilitator and explaining, berbasis karakter.
Kemampuan siswa dalam pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi di MTs Negeri Kendal masih rendah. Hal ini disebabkan motivasi siswa dalam menulis masih kurang, konsep atau bahan yang dimiliki siswa untuk dikembangkan menjadi tulisan sangat terbatas, kurangnya kemampuan siswa menuangkan gagasan atau pikiran ke dalam bentuk kalimat-kalimat yang mempunyai kesatuan yang logis dan padu. Selama ini pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi masih dibutuhkan sarana yang menunjang dan metode pembelajaran belum efektif. Kemudian kebutuhan pendidikan karakter pada saat ini sangat meningkat, karena krisis karakter yang dialami bangsa Indonesia saat ini. Berdasarkan beberapa sebab rendahnya kemampuan menulis siswa, maka perlu penanganan dalam proses pembelajaran ini. Oleh karena itu, diharapkan penerapan metode student facilitator and explaining berbasis karakter mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu (1) bagaimanakah proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan penerapan metode student facilitator and explaining berbasis karakter di MTs Negeri kendal, (2) bagaimanakah peningkatan hasil pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan penerapan metode student facilitator and explaining berbasis karakter di MTs Negeri Kendal, dan (3) bagaimana perubahan sikap siswa setelah mengikuti pembelajaran keterampillan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter di MTs Negeri Kendal. Adapun tujuan penelitian selaras dengan rumusan masalah yaitu mendeskripsikan proses, memaparkan peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dan menjelaskan perubahan sikap siswa. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, guru, dan siswa.
vii
Teknik pengambilan data adalah dengan tes dan nontes berupa jurnal siswa, jurnal guru, wawancara, dan dokumentasi.
Proses pembelajaran siklus II berjalan lebih tertib dan lancar dibandingkan siklus I. Hasil penelitian ini diketahui bahwa kualitas proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara wawancara menjadi narasi berjalan baik dan lancar meskipun ada beberapa siswa yang kurang mengikuti pembelajaran tetapi dapat diatasi oleh peneliti. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter pada siswa kelas VII A MTs Negeri Kendal. Selain itu, hasil tes keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi mengalami peningkatan dengan nilai tes prasiklus siswa dari keseluruhan aspek memperoleh nilai rata-rata sebesar 66,5. Pada siklus I, hasil tes siswa rata-rata kelas meningkat 15,4% menjadi sebesar 73,3 dan termasuk kategori cukup dan masih jauh dari kriteria ketuntansan minimal di sekolah yaitu 80. Pada siklus II nilai rata-rata meningkat 13,8% menjadi 83,5 dan masuk dalam kategori baik. Hasil tes siklus II tersebut menunjukkan bahwa seluruh siswa kelas VII A yang berjumlah 35 siswa dinyatakan tuntas. Adapun secara keseluruhan sikap siswa mengalami perubahan ke arah yang positif. Misalnya ketika siswa mengumpulkan tugas tepat waktu yang mencerminkan sikap disipiln.
viii PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi
Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis
Karakter pada Siswa Kelas VII MTs Negeri Kendal” ini tanpa halangan yang
berarti.
Skripsi ini disusun dengan baik berkat dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada Drs.
Wagiran, M. Hum., selaku pembimbing I dan Septina Sulistyaningrum, S.Pd.,
M.Pd., pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama
penyusunan skripsi ini. Tidak lupa peneliti juga menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang;
2. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan izin penelitian;
3. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan fasilititas adminitrasi
dalam penulisan skripsi ini;
4. Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan bekal
ix
5. keluarga besar MTs Negeri Kendal yang telah memberikan kesempatan untuk
melakukan penelitian;
6. keluargaku tercinta, Abah, Ibu, dan Kakak-kakakku yang selalu memberi
motivasi, memberi nasihat, dan mengiringi langkahku dengan doa;
7. teman-temanku, yang saling membantu dan memotivasi dalam penyusunan
skripsi ini.
8. seluruh pihak yang telah membantu peneliti sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
Peneliti berharap semoga segala sesuatu yang tersirat maupun tersurat pada
skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada peneliti khususnya dan kepada
pembaca pada umumnya.
Semarang, Juli 2015
x
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v
SARI ... vi
PRAKATA ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xix
DAFTAR DIAGRAM ... xxi
DAFTAR BAGAN ... xxii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii
BABIPENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 9
1.3 Pembatasan Masalah ... 10
1.4 Rumusan Masalah ... 11
1.5 Tujuan Penelitian ... 12
xi
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANTASAN TEORETIS ... 14
2.1 Kajian Pustaka ... 14
2.2 Landasan Teoretis ... 21
2.2.1 Pengertian Mengubah ... 22
2.2.2 Pengertian Teks Hasil Wawancara ... 22
2.2.3 Unsur-unsur Teks Hasil Wawancara ... 24
2.2.4 Pengertian Narasi ... 24
2.2.5 Ciri-ciri Narasi ... 26
2.2.6 Unsur-unsur Narasi ... 27
2.2.7 Jenis-jenis Narasi ... 29
2.2.8 Langkah-langkah Menulis Narasi ... 30
2.2.9 Kriteria Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi ... 31
2.2.10 Langkah-langkah Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi ... 31
2.2.11 Persamaan dan Perbedaan Teks Hasil Wawancara dengan Narasi .. 36
2.2.12 Metode Student Facilitator and Explaining ... 36
2.2.13 Kelebihan dan Kekurangan Metode Student Facilitator and Explaining ... 40
2.2.14 Langkah –langkah Metode Student Facilitator and Explaining ... 42
2.2.15 Konsep Pendidikan Berbasis Karakter ... 43
2.2.16 Nilai-nilai Karakter ... 47
2.2.17 Penerapan Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter ... 50
xii
2.4 Hipotesis Tindakan ... 57
BAB III METODE PENELITIAN ... 58
3.1 Desain Penelitian ... 58
3.1.1 Proses Tindakan Siklus I ... 59
3.1.1.1 Perencanaan Siklus I ... 60
3.1.1.2 Tindakan Siklus I ... 62
3.1.1.3 Observasi Siklus I ... 64
3.1.1.4 Refleksi Siklus I ... 66
3.1.2 Proses Tindakan Siklus II ... 66
3.1.2.1 Perencanaan Siklus II ... 66
3.1.2.2 Tindakan Siklus II ... 67
3.1.2.3 Observasi Siklus II ... 70
3.1.2.4 Refleksi Siklus II ... 71
3.2 Subjek Penelitian ... 72
3.3 Variabel Penelitian ... 73
3.3.1 Variabel Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi ... 73
3.3.2 Variabel Penggunaan Metode Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter ... 74
3.3.3 Variabel Sikap Siswa Selama Pembelajaran ... 75
3.4 Instrumen Penelitian ... 77
3.4.1 Instrumen Tes ... 77
3.4.2 Instrumen Nontes ... 80
xiii
3.4.2.2 Wawancara ... 83
3.4.2.3 Jurnal ... 84
3.4.2.4 Dokumentasi ... 85
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 86
3.5.1 Teknik Tes ... 86
3.5.2 Teknik Nontes ... 87
3.5.2.1 Observasi ... 87
3.5.2.2 Wawancara ... 88
3.5.2.3 Jurnal ... 89
3.6 Teknik Analisis Data ... 91
3.6.1 Teknik Kuantitatif ... 91
3.6.2 Teknik Kualitatif ... 92
3.7 Indikator Keberhasilan ... 92
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 93
4.1 Hasil Penelitian ... 93
4.1.1 Hasil Penelitian Prasiklus ... 93
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I ... 97
4.1.2.1 Proses Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter Siklus I... ... 98
4.1.2.2 Peningkatan Hasil Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter Siklus I ... 110
xiv
4.1.2.2.2 Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung
Siklus I ... 115
4.1.2.2.3 Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Siklus I ... 116
4.1.2.2.4 Aspek Kohesi dan Koherensi Siklus I ... 117
4.1.2.2.5 Aspek Pemilihan Kata Siklus I ... 117
4.1.2.2.6 Aspek Urutan Cerita Siklus I ... 118
4.1.2.2.7 Aspek Kerapian Tulisan Siklus I ... 119
4.1.2.3 Sikap Siswa Siklus I ... 120
4.1.2.4 Refleksi Siklus I ... 125
4.1.2.4.1 Refleksi Proses Siklus I ... 125
4.1.2.4.2 Refleksi Hasil Siklus I ... 126
4.1.2.4.3 Refleksi Sikap Siswa Siklus I ... 127
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II ... 128
4.1.3.1 Proses Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter Siklus II ... ... 129
4.1.3.2 Peningkatan Hasil Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter Siklus II 142
4.1.3.2.1 Aspek Kesesuaian Isi Siklus II ... 146
4.1.3.2.2 Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung Siklus II ... 147
4.1.3.2.3 Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Siklus II ... 148
4.1.3.2.4 Aspek Kohesi dan Koherensi Siklus II ... 149
4.1.3.2.5 Aspek Pemilihan Kata Siklus II ... 150
xv
4.1.3.2.7 Aspek Kerapian Tulisan Siklus II ... 151
4.1.3.3 Sikap Siswa Siklus II ... 152
4.1.3.4 Refleksi Siklus II ... 157
4.1.3.4.1 Refleksi Proses Siklus II ... 158
4.1.3.4.2 Refleksi Hasil Siklus II ... 158
4.1.3.4.3 Refleksi Sikap Siswa Siklus II ... 159
4.2 Pembahasan ... 160
4.2.1 Proses Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter ... 160
4.2.2 Peningkatan Hasil Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi ... 168
4.2.3 Perubahan Sikap ... 176
BAB V PENUTUP ... 184
5.1 Simpulan ... 184
5.2 Saran ... 187
DAFTAR PUSTAKA ... 188
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif ... 30
Tabel 2.2 Contoh Menyunting dalam Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi ... 32
Tabel 2.3 Contoh Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi ... 33
Tabel 2.4 Persamaan dan Perbedaan Teks Hasil Wawancara dengan Narasi ... 36
Tabel 3.1 Pedoman Penilaian ... 78
Tabel 3.2 Rubrik Penilaian Karangan Narasi ... 78
Tabel 3.3 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining ... 81
Tabel 3.4 Lembar Observasi Sikap Siswa dalam Pembelajaran ... 82
Tabel 4.1 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Prasiklus ... 94
Tabel 4.2 Hasil Observasi Poses Langkah 1 Siklus I ... 99
Tabel 4.3 Hasil Observasi Poses Langkah 2 Siklus I ... 99
Tabel 4.4 Hasil Observasi Poses Langkah 3 dan 4 Siklus I ... 102
Tabel 4.5 Hasil Observasi Poses Langkah 6 Siklus I ... 104
Tabel 4.6 Hasil Observasi Poses Langkah 7 Siklus I ... 105
Tabel 4.7 Hasil Observasi Poses Langkah 8 Siklus I ... 108
Tabel 4.8 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I ... 111
xvii
Tabel 4.10 Hasil Tes Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak
Langsung Siklus I ... 115
Tabel 4.11 Hasil Teks Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Siklus I. . 116
Tabel 4.12 Hasil Tes Aspek Kohesi dan Koherensi Siklus I ... 117
Tabel 4.13 Hasil Tes Aspek Pemilihan Kata Siklus I ... 118
Tabel 4.14 Hasil Tes Aspek Urutan Cerita Siklus I ... 119
Tabel 4.15 Aspek Kerapian Tulisan Siklus I ... 120
Tabel 4.16 Hasil Observasi Sikap Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Siklus I ... 121
Tabel 4.17 Hasil Observasi Poses Langkah 1 Siklus II ... 132
Tabel 4.18 Hasil Observasi Poses Langkah 3 Siklus II ... 133
Tabel 4.19 Hasil Observasi Poses Langkah 4 Siklus II ... 135
Tabel 4.20 Hasil Observasi Poses Langkah 5 Siklus II ... 135
Tabel 4.21 Hasil Observasi Poses Langkah 6 dan 7 Siklus II ... 136
Tabel 4.22 Hasil Observasi Poses Langkah 8 Siklus II ... 139
Tabel 4.23 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II ... 142
Tabel 4.24 Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi Siklus II ... 146
Tabel 4.25 Hasil Tes Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung Siklus II ... 147
Tabel 4.26 Hasil Teks Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Siklus II.. 148
Tabel 4.27 Hasil Tes Aspek Kohesi dan Koherensi Siklus II ... 149
Tabel 4.28 Hasil Tes Aspek Pemilihan Kata Siklus II ... 150
Tabel 4.29 Hasil Tes Aspek Urutan Cerita Siklus II ... 151
xviii
Tabel 4.31 Hasil Observasi Sikap Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Siklus II ... 153
Tabel 4.32 Perbandingan Hasil Observasi Proses Siklus I dan Siklus II ... 162
Tabel 4.33 Peningkatan Tiap Aspek dari Prasiklus, Siklus I dan Siklus II ... 174
xix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Aktivitas Guru Memberikan Penjelasan Tujuan, Manfaat, dan Motivasi Pembelajaran ... 98
Gambar 4.2 Aktivitas Siswa Mengamati Contoh Teks Hasil Wawancara 100
Gambar 4.3 Aktivitas Guru Memberikan Penjelasan Materi ... 101
Gambar 4.4 Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan Kelompok ... 103
Gambar 4.5 Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan Kelompok ... 103
Gambar 4.6 Aktivitas Guru Mengulang Materi yang Belum Dipahami Siswa ... 103
Gambar 4.7 Aktivitas Perwakilan Kelompok Mempresentasikan Hasil Kerjanya ... 106
Gambar 4.8 Aktivitas Siswa Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Secara Individu ... 108
Gambar 4.9 Aktivitas Siswa Mempresentasikan Hasil Kerjanya Secara Individu ... 109
Gambar 4.10 Aktivitas Guru Mengubah Tempat Duduk Menjadi Bentuk
“U” ... 130
Gambar 4.11 Aktivitas Siswa Aktif Bertanya ... 131
Gambar 4.12 Aktivitas Siswa Mengamati Contoh Teks Hasil Wawancara 132
Gambar 4.13 Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan Kelompok ... 134
Gambar 4.14 Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan Kelompok ... 134
Gambar 4.15 Aktivitas Siswa Menempel Hasil Karya Kelompok dan Mengomentari ... 137
xx
Gambar 4.17 Aktivitas Siswa Bermain Tempat Pensil Berjalan ... 140
Gambar 4.18 Aktivitas Siswa Mempresentasikan Hasil Kerjanya Secara Individu ... 141
xxi
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 4.1 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Prasiklus ... 95
Diagram 4.2 Hasil Perincian Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Prasiklus ... 96
Diagram 4.3 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I ... 112
Diagram 4.4 Hasil Perincian Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I ... 113
Diagram 4.5 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II ... 144
Diagram 4.6 Hasil Perincian Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II ... 145
Diagram 4.7 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I ... 169
Diagram 4.8 Hasil Perincian Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I ... 170
Diagram 4.9 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II ... 172
Diagram 4.10 Hasil Perincian Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II ... 173
xxii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ... 57
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 191
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 199
Lampiran 3 DaftarNilai Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II.. ... 208
Lampiran 4 Rekapitulasi Nilai Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Prasiklus ... 209
Lampiran 5 Rekapitulasi Nilai Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I ... 210
Lampiran 6 Rekapitulasi Nilai Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II ... 211
Lampiran 7 Pedoman Lembar Observasi Proses ... 212
Lampiran 8 Pedoman Wawancara Siswa ... 214
Lampiran 9 Pedoman Jurnal Siswa ... 215
Lampiran 10 Pedoman Jurnal Guru ... 216
Lampiran 11 Pedoman Observasi Sikap ... 217
Lampiran 12 Hasil Observasi Proses Siklus I ... 219
Lampiran 13 Hasil Wawancara Siklus I ... 221
Lampiran 14 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I (1)... 223
Lampiran 15 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I (2)... 224
Lampiran 16 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I (3)... 235
Lampiran 17 Hasil Jurnal Guru Siklus I ... 226
xxiv
Lampiran 19 Hasil Observasi Proses Siklus II... 230
Lampiran 20 Hasil Wawancara Siklus II ... 232
Lampiran 21 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II (1) ... 234
Lampiran 22 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II (2) ... 235
Lampiran 23 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II (3) ... 236
Lampiran 24 Hasil Jurnal Guru Siklus II ... 237
Lampiran 25 Rekapitulasi Hasil Observasi Sikap Siklus I ... 238
Lampiran 26 SK Pembimbing ... 241
Lampiran 27 Surat Permohonan Izin Penelitian Unnes ... 242
Lampiran 28 Surat Keterangan dari MTs Negeri Kendal ... 243
Lampiran 29 Surat Keterangan Lulus UKDBI ... 244
Lampiran 30 Surat Keterangan Selesai Bimbingan Penulisan Skripsi ... 245
Lampiran 31 Lembar Pembimbingan Penulisan Skripsi ... 246
Lampiran 32 Contoh Teks Hasil Wawancara Siklus I ... 250
Lampiran 33 Contoh Teks Hasil Wawancara Siklus II ... 254
Lampiran 34 Hasil Karya Siswa dalam Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I (Nilai Baik) ... 258
Lampiran 35 Hasil Karya Siswa dalam Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I (Nilai Cukup) .... 260
Lampiran 36 Hasil Karya Siswa dalam Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I (Nilai Kurang)... . 262
Lampiran 37 Hasil Karya Siswa dalam Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II (Nilai Baik) ... 264
xxv
1 1.1Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pokok yang wajib
dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah. Pelajaran bahasa Indonesia juga
merupakan pelajaran yang diujikan untuk memenuhi standar kelulusan siswa pada
saat Ujian Nasional. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk
mengembangkan dan meningkatkan keterampilan berbahasa siswa.
Salah satu keterampilan berbahasa yaitu menulis. Menulis merupakan suatu
keterampilan berbahasa untuk berkomunikasi secara tidak langsung dengan orang
lain (Tarigan 2008:3). Salah satu bentuk keterampilan menulis adalah mengubah
teks hasil wawancara menjadi narasi. Keterampilan mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi merupakan kegiatan menyampaikan informasi yang
terdapat dalam teks wawancara secara tidak langsung kepada orang lain atau
pembaca.
Dalam Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi tersebut harus dikuasai oleh siswa
kelas VII SMP pada semester genap. Dalam KD tersebut, siswa difokuskan untuk
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi secara tertulis. Artinya siswa akan
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi tertulis dalam bentuk karangan
Selanjutnya teks hasil wawancara tersebut dapat diubah menjadi narasi.
Menurut Keraf (2010:136), narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk wacana
yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan
menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Narasi adalah
suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan jelas kepada
pembaca tentang suatu peristiwa yang telah terjadi. Dengan demikian, pengertian
narasi itu mencakup dua unsur dasar, yaitu perbuatan atau tindakan yang terjadi
dalam suatu rangkaian waktu (Keraf 2010:136). Narasi juga berusaha menjawab
pertanyaan apa yang terjadi. Keterampilan mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi bertujuan untuk menyampaikan informasi yang terdapat dalam
teks hasil wawancara kepada pembaca. Informasi tersebut dapat dipahami oleh
orang lain, dipilihlah jenis karangan narasi yang sesuai untuk mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi.
Namun, dalam kenyataannya pembelajaran bahasa Indonesia sering
dianggap pelajaran yang membosankan oleh siswa, sehingga hasil pembelajaran
yang dicapai tidak maksimal. Padahal setiap mata pelajaran memiliki peran
penting dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Terlebih pada keterampilan
menulis merupakan keterampilan yang paling sulit untuk dikuasai siswa
dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Selain itu, pembelajaran
keterampilan menulis pada keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi
narasi tampaknya belum menggembirakan. Salah satu realita konkret yang
mendukung pernyataan tersebut adalah kondisi pembelajaran keterampilan
Kendal. Berdasarkan pengalaman guru dan hasil observasi terhadap keadaan
pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi di
sekolah tersebut serta wawancara awal yang dilakukan dengan sejumlah guru
bahasa Indonesia di sekolah tersebut, diperoleh informasi bahwa motivasi dan
keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi siswa masih sangat
rendah yang ditandai siswa sering merasa jenuh jika disuruh mengarang, tidak ada
siswa yang mempunyai keterampilan yang menonjol dalam pembelajaran
mengarang, dan hasil karangan siswa yang kurang memuaskan yang dibuktikan
dengan hasil tes mengarang siswa rata-rata yang hanya sekitar 66,5. Seharusnya
siswa mencapai target KKM 80.
Fenomena lain yang tampak berdasarkan observasi awal di sekolah yang
diteliti adalah pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi yang diterapkan oleh guru cenderung monoton dan masih
menggunakan metode konvensional. Masalah yang timbul dalam proses
pembelajaran menulis serta keterampilan siswa dalam mengarang yang belum
memadai (masih rendah) sebagaimana uraian tersebut disebabkan oleh dua faktor
utama, yaitu: faktor siswa dan faktor dari luar diri siswa. Adapun faktor yang
berasal dari siswa, antara lain: (1) motivasi siswa dalam menulis sangat minim;
(2) konsep atau bahan yang dimiliki siswa untuk dikembangkan jadi tulisan sangat
terbatas; (3) keterampilan siswa menuangkan gagasan atau pikiran ke dalam
bentuk kalimat-kalimat yang mempunyai kesatuan yang logis dan padu serta
diikat oleh struktur bahasa. Adapun faktor yang berasal dari luar diri siswa, antara
mengisyaratkan bahwa dibutuhkan pembenahan dalam pembelajaran menulis.
Kompetensi siswa dalam menulis karangan narasi dapat ditingkatkan dengan
membenahi segala hal yang menjadi titik kelemahan siswa dalam menulis. Secara
umum, menulis sebagai suatu proses berupa pengelolaan ide atau gagasan dari
tema atau topik yang dipilih untuk dikomunikasikan dan pemilihan jenis wacana
tertentu yang sesuai atau tepat dengan situasi dan konteksnya. Keterampilan
menulis yang menuntut kemampuan untuk dapat melahirkan dan menyatakan
kepada orang lain tentang hal yang dirasakan, dikehendaki, dan dapat dipikirkan
dengan bahasa tulisan. Keterampilan menulis bukanlah kemampuan yang diwarisi
secara turun-temurun dan tidak datang dengan sendirinya. Keterampilan ini
menuntut pelatihan yang cukup dan teratur serta pembelajaran yang terprogram.
Program-program tersebut disusun dan direncanakan untuk mencapai tujuan
tertentu.
Dalam proses belajar menulis, berbagai keterampilan itu tidak mungkin
dikuasai siswa secara bersamaan. Semua kemampuan itu dapat dikuasai siswa
melalui suatu proses, serta tahap demi tahap. Karena keeterampilan itu tidak bisa
dikuasai secara serentak. Suatu karangan merupakan pernyataan gagasan atau ide
yang bersumber dari pengalaman, pengamatan, imajinasi, pendapat, dan
keyakinan, dengan menggunakan media tulis sebagai alatnya. Kemudian siswa
harus memiliki pengetahuan, gagasan, dan ide yang luas. Terkadang mereka tidak
mampu merangkai kata-kata untuk membentuk sebuah karangan, terlebih pada
wacana. Siswa juga kurang menyadari hubungan antara kalimat yang satu dengan
Kalimat sumbang sendiri dalam sebuah karangan dapat menimbulkan kekaburan
makna atau isi sebuah karangan. Begitu pula sebaliknya, sebuah karangan akan
lebih mudah dipahami jika kalimat-kalimatnya tersusun rapi, jelas kohesi dan
koherensi antar kalimatnya. Sebuah karangan pada dasarnya merupakan
perwujudan hasil penalaran siswa. Penalaran ini merupakan proses pemikiran
untuk memperoleh ide yang logis. Penalaran ini berkaitan dengan proses
penafsiran fakta sebagai ide dasar untuk dikembangkan menjadi sebuah tulisan.
Setiap penulis harus dapat menuangkan pikiran atau gagasannya secara cermat ke
dalam tulisannya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memunculkan ide
adalah dengan curah gagasan. Curah gagasan digunakan untuk menuntun siswa
mengembangkan idenya berdasarkan fakta yang ada di sekitar siswa atau
peristiwa yang pernah dialami siswa.
Selain itu, untuk memperoleh bahan informasi atau bahan yang akan ditulis
oleh siswa, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menuntun siswa
mencermati suatu bentuk teks dan menyajikannnya kembali dalam bentuk teks
yang berbeda, misalnya dari teks hasil wawancara menjadi narasi. Hal ini
merupakan salah satu kompetensi dasar menulis yang diharapkan dimiliki oleh
siswa kelas VII A MTs Negeri Kendal sebagai hasil dari pembelajaran menulis,
yaitu keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Pengubahan
tersebut dari teks hasil wawancara yang berbentuk dialog ke dalam bentuk wacana
yang berbentuk monolog, yaitu narasi. Teks hasil wawancara dapat diubah dan
disajikan dalam bentuk kerangka karangan. Kerangka karangan tersebut
menulis narasi ini juga ditentukan oleh faktor lingkungan dan suasana
pembelajaran. Pada dasarnya dalam melaksanakan pembelajaran faktor
lingkungan dan suasana pembelajaran pun haruslah menarik dan menyenangkan
dari segi psikologis peserta didik. Ada kecenderungan pada saat ini untuk kembali
pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik apabila diciptakan belajar
yang bernuansa alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami hal
yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target
penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek,
akan tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan
jangka panjang. Oleh karena itu, untuk menciptakan suasana belajar yang
kooperatif interaktif, menyenangkan, dan bermakna, guru harus cermat memilih
dan menerapkan strategi pembelajaran, seperti salah satu metode pembelajaran
yaitu metode student facilitator and explaining.
Metode student facilitator and explaining merupakan pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang
berorientasi pada masyarakat belajar (learning community) yang menganggap
bahwa siswa lebih mudah menentukan dan memahami konsep-konsep yang sulit
jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan sesama temannya. Hal
ini dapat membantu para siswa meningkatkan sikap positif siswa terhadap
pembelajaran keterampilan menulis, khususnya menulis narasi. Hasil
pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif diharapkan mampu memberikan
pengalaman bermakna sehingga sukar dilupakan oleh siswa. Melalui
mereka pelajari dengan situasi dunia nyata sehingga menjadi pembelajar yang
otonom dan mandiri. Pembelajaran kooperatif ini merupakan model pembelajaran
yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill)
berupa hasil belajar, sekaligus keterampilan sosial (social skill) berupa kecakapan
berkomunikasi, bekerja bersama, dan solidaritas serta interpersonal skill berupa
kemampuan untuk mengerti dan peka terhadap orang lain. Dengan kata lain,
model pembelajaran kooperatif menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran
yang memberikan kesempatan besar dalam memberdayakan potensi siswa secara
optimal. Interaksi antar siswa maupun siswa dengan guru pun dapat terjalin baik
dengan pembelajaran ini.
Salah satu pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan untuk
menumbuhkan minat dan suasana belajar yang kondusif bagi siswa, khususnya
pada pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi
adalah metode pembelajaran student facilitator and explaining. Jadi, metode
student facilitator and explaining merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif.
Penerapan metode pembelajaran student facilitator and explaining dalam
mata pelajaran bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan relatif mudah oleh
seorang guru. Guru memberikan pendampingan aktivitas yang dilakukan siswa
serta mengondisikan siswa agar belajar dengan kelompoknya. Setiap kelompok
memperoleh tugas presentasi dan diskusi untuk menyajikan beberapa kompetensi
dasar bahasa Indonesia. Guru memberikan penekanan kembali tentang
materi-materi yang penting dikuasai serta bersama siswa mengevaluasi sumbangan
Qohar (2009:36) Whithin mengemukakan bahwa kemampuan komunikasi
menjadi penting ketika diskusi antarsiswa dilakukan.
Metode student facilitator and explaining merupakan suatu metode dimana
siswa mempresentasikan ide atau pendapat pada siswa lainnnya (Suyatno,
2009:126). Langkah-langkah pembelajaran dengan metode student facilitator and
explaining yaitu guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, guru
menyajikan materi, memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada
siswa lainnnya baik melalui bagan atau peta konsep maupun yang lainnya, guru
menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa sekaligus memberi penjelasan
singkat, evaluasi, dan penutup. Melalui metode student facilitator and explaining
siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa yang lain, siswa dapat
mengeluarkan ide-ide yang ada di pikirannya sehingga lebih dapat memahami
materi tersebut. Dengan demikian proses pembelajaran bahasa Indonesia
khususnya keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi
menggunakan metode student facilitator and explaining diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.
Kemudian selain itu, dalam proses pembelajaran ini tidak hanya
pengetahuan saja yang dibutuhkan, namun pendidikan karakter juga sangat
dibutuhkan. Kebutuhan pendidikan karakter pada saat ini sangat meningkat. Hal
itu disebabkan karena generasi pemuda saat ini tidak memperhatikan tingkah laku
mereka. Padahal negara Indonesia sangat menjunjung budaya ketimuran yaitu
tentang budaya karakter. Oleh karena itu, guru di sekolah harus menanamkan
Bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau
budi pekerti yang membedakan seseorang dari orang lain.
Krisis karakter yang dialami bangsa Indonesia saat ini sudah berada pada
titik yang sangat mengkhawatirkan. Sifat tulus, luhur, mulia, jujur, kesopanan, dan
tanggung jawab terkikis seketika tergantikan dengan rasa cemas, kekerasan,
perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai, keyakinan, norma-norma, agama,
adat istiadat yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia.
Pendidikan karakter di sekolah, dianggap akan dapat mencegah
meningkatnya perilaku menyimpang pelajar. Pendidikan karakter diharapkan
menciptakan generasi unggul, tangguh dan mempunyai daya saing. Pada
kenyataannya, siswa mengalami penurunan etika dalam berkomunikasi dengan
guru dalam proses pembelajaran. Selama jam sekolah berlangsung, siswa yang
sedang berada di kelas pada proses pembelajaran, bebas berjalan, keluar-masuk
kelas, mengerjakan tugas mata pelajaran lain, dan sibuk melakukan aktifitas lain
seperti menggunakan laptop maupun telepon genggam yang tidak berkaitan
dengan materi. Peserta didik tidak begitu memperhatikan guru yang sedang
memberikan petunjuk serta penjelasan mengenai materi dan tugas. Oleh karena
itu, diterapkannya pendidikan karakter di sekolah sangatlah penting.
1.2Identifikasi Masalah
Sejalan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006) siswa
kelas VII SMP, pemerintah telah menetapkan standar kompetensi dan kompetensi
ditentukan. Salah satu dari kompetensi dasar tersebut adalah menulis narasi dari
teks hasil wawancara. Secara tidak langsung mengharuskan siswa untuk
memahami semua hal yang berkaitan dengan kaidah penulisan yang baik.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di MTs Negeri Kendal,
peneliti menemukan adanya kelemahan dan keterampilan menulis khususnya
dalam indikator kesesuaian isi, ejaan dan tanda baca, kohesi dan koherens dan
juga urutan cerita.
Fakta menunjukkan bahwa pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi di MTs Negeri Kendal belum menampakkan adanya
suatu keberhasilan karena masih jauh dari harapan. Siswa memiliki kemampuan
menuangkan ide dan gagasan menjadi sebuah karangan yang masih rendah. Hal
tersebut disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
yang berasal dari dalam atau internal yaitu motivasi siswa dalam menulis sangat
minim dan kurangnya wawasan dan pengetahuan siswa tentang keterampilan
menulis khususnya narasi. Faktor dari luar siswa atau eksternal meliputi sarana
dan metode atau strategi pembelajaran menulis belum efektif.
1.3Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, permasalahan
yang akan diatasi adalah rendahnya keterampilan siswa dalam mengubah teks
hasil wawancara menjadi narasi yang disebabkan oleh hal-hal berikut (1)
motivasi siswa dalam menulis sangat minim, (2) konsep atau bahan yang dimiliki
siswa untuk dikembangkan jadi tulisan sangat terbatas, (3) kemampuan siswa
gagasan atau pikiran ke dalam bentuk kalimat-kalimat yang mempunyai kesatuan
yang logis dan padu serta diikat oleh struktur bahasa, dan (5) sarana dan metode
atau strategi pembelajaran menulis belum efektif.
Kemudian peneliti membatasi pada penelitian tindakan kelas untuk
mengetahui peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi
narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter
pada siswa kelas VII MTs Negeri Kendal.
1.4Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis
merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimanakah proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and
explaining berbasis karakter di MTs Negeri Kendal?
2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining
berbasis karakter di MTs Negeri Kendal?
3. Bagaimanakah perubahan sikap siswa setelah mengikuti pembelajaran
keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan
metode student facilitator and explaining berbasis karakter di MTs Negeri
1.5Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, tujuan dari penelitian
ini sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and
explaining berbasis karakter di MTs Negeri Kendal.
2. Memaparkan peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi pada siswa kelas VII MTs Negeri Kendal setelah mengikuti
pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi
menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter.
3. Menjelaskan perubahan sikap siswa kelas VII MTs Negeri Kendal setelah
mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining
berbasis karakter.
1.6Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat. Manfaat penelitian ini ada
dua yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini dapat memberikan informasi terhadap penerapan metode
student facilitator and explaining pada pembelajaran keterampilan mengubah
teks hasil wawancara menjadi narasi. Pembelajaran keterampilan mengubah
teks hasil wawancara menjadi narasi diharapkan menjadi lebih variatif,
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, sebagai bahan masukan tentang cara menerapkan metode
Student Facilitator and Explaining untuk meningkatkan keterampilan
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi siswa kelas VII MTs
Negeri Kendal.
b. Bagi sekolah, dapat memberikan konstribusi sekolah dalam
14 2.1Kajian Pustaka
Penelitian biasanya mengacu pada penelitian lain yang dapat dijadikan tolok
ukur dalam penelitian selanjutnya, sehingga penelitian murni atau yang berawal
dari nol jarang ditemukan. Dengan demikian, peninjauan dari nol sangat
diperlukan, sebab bisa digunakan sebagai relevansi dalam penelitian. Selain itu,
penelitian tersebut digunakan untuk membandingkan seberapa besar keaslian dari
penelitian yang akan dilakukan.
Upaya meningkatkan keterampilan siswa dalam mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji dan
diteliti. Hal ini terbukti dengan banyaknya upaya meningkatkan keterampilan
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi yang telah dilakukan oleh para
peneliti. Arikunto, dkk. (2008:3) mengatakan penelitian tindakan kela s
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang
dilakukan oleh siswa.
Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut demi menyempurnakan
penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian yang dijadikan kajian dalam
penelitian ini yaitu Jayanty, dkk (2012), Rumiana (2013), Irlinawati (2013),
Jayanty, dkk (2012) melakukan penelitian dengann judul “Peningkatan
Menarasikan Teks Wawancara dengan Teknik Pemodelan Siswa Kelas VII.4
SMPN 6 Bukittinggi.” Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa nilai siswa dalam
kompetensi mengubah teks wawancara menjadi narasi rata-rata nilai siswa yang
belum mencapai KKM yang telah ditetapkan 70. Pada prasiklus 54,78%. Setelah
dilakukan tindakan siklus I rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 79,1% dan
pada siklus II juga mengalami peningkatan menjadi 90,5%. Dari hasil analisis
deskriptif kualitatif dapat diketahui bahwa rata-rata pertama, memperluas
pengetahuan pembaca pada prasiklus 53,15%, pada siklus I 84,40% dan pada
siklus II 95,87%. Kedua, menyampaikan informasi suatu kejadian 55,28%, pada
siklus I 92,72% dan pada siklus II 100%. Ketiga, didasarkan pada penalaran,
53,12%, pada siklus I 75,03% dan pada siklus II 88,65%. Keempat, menggunakan
bahasa informatif 53,09%, pada siklus I 80,25% dan pada siklus II 88,65%.
Kelima, EYD 56,31, pada siklus I 65,72% dan padasiklus II 83,5%.
Persamaannya penelitian Jayanty, dkk (2012) dengan peneliti yaitu memiliki
kompetensi dasar penelitian yang sama. Kemudian perbedaan yaitu pada teknik
pembelajaran yang digunakan. Pada peneliti ini menggunakan teknik pemodelan
sedangkan penulis menggunakan metode studen facilitator and explaining.
Kelemahann yang terdapat pada penelitian ini yaitu pada subjek dan teknik
pembelajaran yang digunakan. teknik pemodelan memiliki kelemahan yang
hampir sama dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan yakni ada
beberapa siswa yang harus berperan sebagai model sehingga mereka tidak dapat
Penelitian Skripsi Rumiana (2013) tentang “Peningkatan Keterampilan
Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi dengan Metode Pencarian Informasi
melalui Media Kartun Bercerita pada Kelas VII D SMP Negeri 30 Semarang.”
Proses peningkatan pembelajaran menunjukkan kriteria baik. Hal tersebut dapat
dilihat pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 70,7 sendangkan pada siklus II
meningkat menjadi 81. Peningkatan masing-masing aspek penilaian dari siklus I
ke siklus II yaitu pada aspek kesesuaian isi mengalami peningkatan sebesar 12,5%
dari 72 menjadi 81. Aspek penggunaan kalimat langsung dan tak langsung
mengalami peningkatan sebesar 10% dari 68,6 menjadi 75,5. Aspek penggunaan
ejaan dan tanda baca mengalami peningkatan sebesar 23,7% dari 67,9 menjadi 84.
Aspek kohesi dan koherensi mengalami peningkatan sebesar 16,8% dari 73,6
menjadi 86. Aspek pemilihan kata mengalami peningkatan sebesar 17,6% dari
71,4 menjadi 84. Aspek urutan cerita mengalami pengingkatan sebesar 10% dari
80 menjadi 88. Aspek kerapian tulisan mengalami peningkatan sebesar 23,5% dari
66,4 menjadi 82.
Persamaannya penelitian Rumiana (2013) dengan peneliti yaitu memiliki
kompetensi dasar penelitian yang sama mengubah teks hasil wawancara menjadi
narasi. Kemudian perbedaan yaitu pada metode dan media pembelajaran yang
digunakan. Pada penelitian Rumiana (2013) ini menggunakan metode pencarian
informasi dengan media kartun bercerita sedangkan peneliti menggunakan metode
studen facilitator and explaining dan tidak menggunakan media.
Selanjutnya, pada tahun 2013 Irlinawati melakukan penelitian yang berjudul
Perkalian Bilangan Bulat.” Dari penelitian ini dikaji peran model student
facilitator and explainig untuk meningkatkan perkalian bilangan bulat. Diperoleh
data dari hasil siklus I mencapai 32,5% dengan nilai rata-rata kelas 65,03. Hasil
siklus II menunjukkan skor rata-rata kelas 76,2 dan mengalami peningkatan
menjadi 81,4%. Aktivitas peserta didik selama pembelajaran mengalami
peningkatan setiap siklusnya dari 67,43% pada siklus pertama, menjadi 82,02%
pada siklus kedua. Relevansi penelitian yang dilakukan Irliawati dengan
penelitian ini adalah sama-sama mengkaji mengenai metode pembelajaran student
facilitator and explaining. Perbedaannya adalah pada subjeknya yaitu pada
Irliawati pada perkalian bilangan bulat sedangkan peneliti ini pada keterampilan
mengubah teks hasil observasi menjadi narasi.
Penelitian yang dilaksanakan oleh Sinaga (2013) tentang “Pengaruh Metode
Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Terhadap Prestasi Belajar
Mahasiswa Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen.” Proses penerapan
pembelajaran menunjukkan kriteria baik sekali dengan perolehan analisis dan
observasi pada uji hipotesis penelitian dengan kriteria pengujian adalah Ha
diterima dan Ho ditolak jika > serta Ha ditolak dan Ho diterima jika
< dengan taraf signifikan 95 % atau taraf nyata = 0,05. Derajat
keabsahan untuk uji distribusi t adalah dk = (n1 + n2 – 2). Untuk uji hipotesis
diperoleh data = 4,29 dan = 1,66 pada taraf nyata = 0,05. Hasil ini
menunjukkan bahwa > (4,26 >1,66), dengan demikian Ha diterima
pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap prestasi belajar
mahasiswa pada program studi pendidikan ekonomi fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan Universitas HKBP Nommensen. Penelitian ini memiliki kesamaan
pada penggunaan metode Student Facilitator and Explaining.
Penelitian yang dilakukan Sinaga (2013) memiliki kesamaan dengan
peneliti yaitu pada metode pembelajaran yang diteliti tentang student facilitator
and explainig, sedangkan perbedaannya terletak pada subjeknya yaitu pada
Dearlina prestasi belajar mahasiswa pada program studi pendidikan ekonomi
fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas HKBP Nommensen
sedangkan pada penelitian ini pada keterampilan mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi.
Penelitian Suhendariyanti (2014) berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar
IPA melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining
Siswa Kelas IXE SMP Negeri 01 Wonoasri Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran
2013/2014.” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPA dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining
dapat meningkatkan keterampilan siswa. Hal ini terbukti dari siklus pertama
diperoleh hasil prosentase rata-rata kelas 70,63 dan ketuntasan belajar baru
mencapai 54,17% atau siswa yang mendapat nilai > 70 baru 26 siswa, pada siklus
kedua, nilai rata-rata mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu 80,63
dan ketuntasan belajar mencapai 95,83% atau siswa yang mendapat nilai > 70
sudah 37 siswa, sehingga secara klasikal kelas sudah mencapai ketuntasan belajar
bahwa penggunaan metode student facilitator and explaining dapat meningkatkan
prestasi belajar siwa dalam mata pelajaran IPA.
Penelitian yang dilakukan Suhendariyanti (2014) memiliki kesamaan
dengan peneliti yaitu pada metode pembelajaran yang diteliti, sedangkan
perbedaannya terletak pada subjeknya yaitu pada Suhendariyanti prestasi belajar
IPA sedangkan pada penelitian ini pada keterampilan mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi. Kelemahan pada penelitian ini yaitu penerapan
metode yang kurang maksimal.
Kemudian penelitian Aisyah (2014) berjudul “The Implementation of
Character Education Through Contextual Teaching And Learning at Personality
Development Unit in the Sriwijaya University Palembang.” Dari penelitian ini
dikaji pelaksanaan pendidikan karakter di Universitas Sriwijaya Palembang.
Diperoleh data dari hasil penelitian mahasiswa Sriwijaya mengalami perubahan
sikap yaitu 90% dari siswa menyapa dengan sopan (menghormati teman-teman
dan mengamalkan ajaran agama), 99% dari tugas yang diberikan dikumpulkan
tepat waktu, rapi, bersih dan tidak ada kecurangan, kecuali mahasiswa yang sakit,
atau yang tidak bisa mengikuti kelas (menunjukkan rasa percaya diri), mahasiswa
bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, aktif, berpartisipasi, dan
dapat berdiskusi bersama-sama (mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dan sopan, selalu berkolaborasi dengan teman sekelas, terutama dalam
memecahkan masalah di luar kelas (bekerjasama), dalam kelompok telah
mengunjungi beberapa panti jompo dan pondok pesantren di dekat kampus,
menunjukkan kepedulian terhadap orang lain dalam hidup), Ketika dosen
memasuki kelas, kelas bersih, rapi, ketika di dalam kelas, dan terakhir para
mahasiswa menggunakan bahasa Indonesia yang baik, sopan dan hormat, bahkan
meskipun mereka berasal dari kelompok etnis dan ras yang berbeda (menerapkan
nilai-nilai bersama dalam masyarakat, bangsa dan negara)
Relevansi penelitian yang dilakukan Aisyah (2014) dengan penelitian ini
adalah sama-sama mengkaji mengenai pendidikan karakter. Kemudian
perbedaannya adalah pada objeknya yaitu pada penelitian Aisyah dilakukan di
Universitas Sriwijaya Palembang, sedangkan peneliti pada siswa kelas VII MTs
Negeri kendal.
Hidayati, dkk (2014) melakukan penelitian dengann judul “The
Development of Character Education Curriculum For Elementary Student in West
Sumatera.” Hasil dari penelitian ini diketahui dari kuesioner yang dibagikan
dalam pengembangan kurikulum pendidikan karater siswa SMP di Sumatera
Barat menunjukkan sebanyak 80,66% menunjukkan bahwa pelaksanaan
pendidikan karakter dalam kategori baik, 12,2 % dalam kategori baik, dan 7,4 %
berada dalam kategori rendah.
Persamaannya penelitian Hidayati, dkk (2014) dengan peneliti yaitu
sama-sama mengkaji tentang pendidikan karakter. Kemudian perbedaan yaitu objek
penelitiannya. Pada penelitian Hidayati, dkk (2014) ini dilaksanakan kepada siswa
beberapa SMP di Sumatera Barat sedangkan peneliti melaksanakan hanya pada
Berdasarkan kajian pustaka di atas, peneliti berusaha melanjutkan dan
melengkapi penelitian mengenai narasi dengan melakukan penelitian tindakan
kelas. Peneliti mencoba menerapkan pembelajaran keterampilan mengubah teks
hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and
explaining berbasis karakter. Kemudian peneliti berharap keterampilan siswa
dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dapat meningkat dan dapat
membantu guru dalam proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi pada kurikulum KTSP.
2.2Landasan Teoretis
Pada bagian ini akan membahas beberapa teori tentang pengertian
mengubah, pengertian teks hasil wawancara, unsur-unsur teks hasil wawancara,
pengertian narasi, ciri-ciri narasi, unsur-unsur narasi, jenis-jenis narasi,
langkah-langkah menulis narasi, kriteria mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi,
langkah-langkah mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, persamaan dan
perbedaan teks hasil wawancara dengan narasi, metode student facilitator and
explaining, kelebihan dan kekurangan metode student facilitator and explaining,
langkah-langkah metode student facilitator and explaining, konsep pendidikan
berbasis karakter, nilai-nilai karakter, dan penerapan pembelajaran keterampilan
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student
2.2.1 Pengertian Mengubah
Mengubah berasal dari kata dasar “ubah” yang artinya bertukar (beralih,
berganti) menjadi sesuatu yang lain. Kemudian kata dasar “ubah” dapat imbuhan
me- menjadi “mengubah.” Mengubah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah menjadikan lain dari semula, menukar bentuk.
Mengubah biasa disebut juga konversi. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) konversi adalah perubahan dari satu sistem pengetahuan ke
sistem yang lain, perubahan dari satu bentuk ke bentuk yang lain.
Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian
mengubah adalah perubahan dari semula manjadi bentuk yang lain.
2.2.2 Pengertian Teks Hasil Wawancara
Dalam kegiatan wawancara dibutuhkan suatu teks hasil wawancara agar
proses wawancara berjalan lancar. Pengertian teks menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang, kutipan dari
kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan tertulis untuk dasar
memberikan pelajaran, berpidato, dsb.
Wawancara merupakan suatu bentuk kegiatan berbahasa dengan jalan
mengajukan pertanyaan kepada narasumber atau responden untuk memperoleh
informasi. Wawancara harus dilakukan berdasarkan tujuan yang jelas. Tanpa
suatu tujuan, kegiatan wawancara tak mungkin berlangsung dengan baik. Modal
seorang pewawancara adalah keterampilan dalam berbahasa. Hal ini pun senada
wawancara dilakukan untuk memperoleh keterangan ataupun pendapat tentang
suatu masalah.
Dan selajutnya Anindyarini dan Ningsih (2008:78) juga mengungkapkan
bahwa wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk
dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal untuk dimuat dalam
surat kabar, siaran melalui radio, atau ditanyangkan di layar televisi.
Djuraid (2009:121) menjelaskan wawancara adalah kegiatan liputan untuk
mendapatkan informasi dari sumber berita mengenai sebuah masalah. Hal lain
juga dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (dalam Sulistyarini dan Novianti,
2012:2) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan
oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pihak yang mengajukan
pertanyaan dan pihak yang diwawancara (interviewee) sebagai pihak yang
memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Stewart (dalam Sulistyarini dan Novianti 2012:2) mendefinisikan
wawancara sebagai proses komunikasi interaksional antara dua orang atau lebih
dengan suatu tujuan dan biasanya berisi pertanyaan serta jawaban dari suatu
pertanyaan.
Kemudian menurut Mahardhika (2013:28) teks wawancara merupakan
bentuk penyajian informasi berupa tanya jawab antara pewawancara dan
narasumber.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teks hasil
pewawancara dengan narasumber dengan tujuan untuk mendapatkan informasi
tertentu.
2.2.3 Unsur-unsur Teks Hasil Wawancara
Unsur-unsur dalam teks hasil wawancara sebagai berikut.
1) Tema yaitu pokok pikiran yang menjadi suatu dasar peristiwa.
2) Tokoh yaitu dalam teks hasil wawancara ada pewawancara dan narasumber.
3) Alur atau plot yaitu rangkaian peristiwa yang dijalin dengan seksama
sehingga membentuk peristiwa yang menarik.
2.2.4 Pengertian Narasi
Mata pelajaran bahasa Indonesia berisi berbagai macam karangan. Jika
dilihat dari cara penyajian dan tujuannya, karangan dapat dibedakan menjadi lima
jenis, yaitu (1) narasi, (2) deskripsi, (3) eksposisi, (4) argumentasi, dan (5)
persuasi.
Suparno dan Yunus (2006:49) mengungkapkan bahwa narasi adalah
karangan yang berisi tentang rangkaian peristiwa. Karangan narasi memberi
pengertian kepada pembaca tentang sebuah kejadian atau serentetan kejadian
supaya pembaca dapat mengambil hikmah dari cerita tersebut. Selain itu, juga
untuk memberikan amanat kepada para pembaca tentang suatu kejadian yang
telah terjadi. Sejalan dengan pendapat tersebut, Suparno dan Yunus (2008:4.31)
mengungkapkan bahwa istilah narasi atau sering disebut naratif berasal dari kata
bahasa Inggris narration (cerita) dan narrative (yang menceritakan). Karangan
menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis),
dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan kejadian, sehingga
pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu. Dengan kata lain, karangan
semacam ini hendak memenuhi kingintahuan pembaca yang selalu bertanya, “Apa
yang terjadi?.”
Selanjutnya, Keraf (2010:87) narasi merupakan suatu bentuk karangan yang
sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkai menjadi sebuah
peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Hal ini dilakukan agar
pembaca dapat memahami isi narasi sehingga pesan yang ingin disampaikan oleh
penulis dapat dimengerti oleh pembaca. Atau dapat juga dirumuskan narasi adalah
suatu bentuk karangan yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada
pembaca tentang suatu peristiwa yang telah terjadi. Pendapat lain diungkapkan
oleh Dalman (2014:105) mengungkapkan bahwa narasi adalah cerita. Cerita ini
berdasarkan pada urutan-urutan suatu (serangkaian) kejadian atau peristiwa.
Dalam kejadian itu ada tokoh atau (beberapa tokoh), dan tokoh ini mengalami
atau menghadapi suatu (serangkain) konflik atau tikaian. Narasi juga dapat berupa
fakta bisa pula berupa fiksi atau rekaan.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diartikan bahwa narasi bersifat
menceritakan kisah yang telah terjadi. Menceritakan kembali sebuah cerita sama
saja dengan menyejarakan peristiwa tersebut dalam bentuk tulisan. Selain itu,
Finoza (dalam Dalman 2014:105) karangan narasi (berasal dari naration berarti
dan merangkaikan tindak tanduk perbuatan manusia dalam sebuat peristiwa secara
kronologis atau berlangsung dalam suatu kesatuan waktu.
Berdasarkan pendapat Suparno dan Yunus (2008:4.31), Keraf (2010:87)
Dalman (2014:105) dan Finoza (dalam Dalman 2014:105) dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan narasi oleh peneliti adalah suatu jenis karangan
yang berisi suatu rangkaian cerita atau peristiwa yang terjadi secara jelas dengan
tujuan tertentu.
2.2.5 Ciri-ciri Narasi
Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup berbagai macam karangan.
Masing-masing karanagn mempunyai ciri yang berbeda dengan jenis karangan
yang lain. Salah satu jenis karangan yang ada yaitu narasi.
Menurut Kusmayadi (2008: 35) narasi pempunyai ciri sebagai berikut.
1) Adanya unsur perbuatan atau tindakan.
2) Adanya unsur rangkaian waktu.
3) Adanya unsur Informatif.
4) Adanya sudut pandang penulis.
Selain itu, Semi (dalam Dalman 2014:110) mengungkapkan beberap ciri
narasi, yaitu (1) berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia, (2)
kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa atau kejadian
yang benar-benar terjadi, dapat berupa imajinasi, maupun gabungan keduanya, (3)
berdasarkan konflik karena tanpa konflik narasi biasanya tidak menarik, (4)
memiliki nilai estetika, (5) menekankan susunan kronologis, dan (6) biasanya
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Keraf (dalam Dalman 2014:110)
bahwa ciri-ciri narasi, yaitu (1) menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan, (2)
dirangkai dalam urutan waktu, (3) berusaha menjawab pertanyaan apa yang
terjadi?, (4) ada konfilk, narasi dibangun oleh sebuah alur cerita.
Ciri-ciri narasi adalah sebagai berikut (1) diceritakan dari sudut pandang
tertentu, (2) membuat dan mendukung suatu sudut pandang, (3) diisi dengan detail
yang tepat, (4) menggunakan kata kerja yang jelas, (5) menggunakan konflik dan
urutan cerita, dan (6) dapat menggunakan dialog.
Terdapat beberapa perbedaan antara narasi dengan jenis lainnya, ada
beberapa ciri narasi yang dapat kita gunakan sebagai pembeda, yaitu (1)
bersumber pada fakta atau sekadar fiksi, (2) berupa rangkaian peristiwa, dan (3)
bersifat menceritakan.
Berdasarkan pendapat Kusmayadi (2008:35), Semi (dalam Dalman,
2014:110), dan Keraf (dalam Dalman, 2014:110) dapat disimpulkan bahwa
ciri-ciri narasi yaitu (1) berupa rangkaian peristiwa, (2) terdapat tokoh, (3) adanya
latar, dan (4) menekankan susunan kronologis.
2.2.6 Unsur-unsur Narasi
Menurut Kusmayadi (2008:35) narasi dapat dibangun dengan unsur-unsur
berikut.
1) Tema adalah pokok pembicaraan yang menjadi dasar penceritaan penulis.
2) Alur (plot) adalah jalinan cerita, bagaimana cerita itu disusun sehingga
3) Watak atau karakter berhubungan dengan perangai si pelaku atau tokoh
dalam suatu narasi.
4) Suasana berhubungan dengan kesan yang ditimbulkan sehingga pembaca
dapat ikut membayangkan dan merasakan suasana yang dihadapi pelaku.
5) Sudut pandang berhubungan dengan dari mana penulis memandang suatu
peristiwa. Dia boleh memandang dari sudut pandang orang pertama atau
orang ketiga.
Selain itu, Keraf (2010:145) mengungkapkan bahwa struktur narasi dapat
dilihat dari komponen-komponen yang membentuknya: perbuatan, penokohan,
latar, sudut pandang, dan alur. Alur merupakan kerangka dasar yang terpenting
dalam suatu kisah. Alur mengatur bagaimana watak para tokoh digambarkan,
serta situasi dan perasaan tokoh yang terkait dalam satu kesatuan waktu. Keraf
(2010:147) membatasi alur sebagai suatu interelasi fungsional antara unsur-unsur
narasi yang timbul dari tindak-tanduk, karakter, pikiran, dan sudut pandang.
Tindak-tanduk perbuatan sebagai satu kesatuan unsur dalam alur. Dalam narasi
setiap tindakan harus diungkapkan secara terperinci dalam
komponen-komponennya sehingga pembaca seolah-olah merasakan sendiri kejadian itu.
Berdasarkan pendapat Kusmayadi (2008:35) dan Keraf (2010:145