• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL GURU DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN RAJABASA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL GURU DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN RAJABASA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PROFIL GURU DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN RAJABASA

BANDAR LAMPUNG

Oleh

NOVALIA ARISKA

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil guru dalam pembelajaran IPA sesuai dengan standar proses, pendekatan saintifik dan pembelajaran konstruktivisme pada kelas III Sekolah Dasar di Rajabasa Bandar Lampung. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pengambilan sampel penelitian

menggunakan teknik purposive sampling, sehingga sampel yang diperoleh adalah guru kelas III yang mengajar IPA pada SD Negeri yang berjumlah 6 guru. Data diperoleh dari lembar observasi kegiatan pembelajaran dianalisis dan

dibandingkan dengan standar proses, pendekatan saintifik, dan pembelajaran konstruktivisme. Data berupa deskripsi tentang pelaksanaan proses pembelajaran yang diperoleh melalui lembar observasi kegiatan pembelajaran.

(2)

pembelajaran konstruktivisme. Hal ini karena terdapat 83,4% guru yang melaksanakan pembelajaran kurang sesuai dengan standar proses. Terdapat terdapat 66,7% guru yang melaksanakan pembelajaran kurang sesuai dengan pendekatan saintifik. Terdapat 66,7% guru yang melaksanakan pembelajaran kurang sesuai dengan pembelajaran konstruktivisme.

Kata kunci: pembelajaran IPA, pembelajaran konstruktivisme, pendekatan saintifik, profil guru, standar proses

(3)

PROFIL GURU DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN RAJABASA

BANDAR LAMPUNG

Oleh

NOVALIA ARISKA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PROFIL GURU DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN RAJABASA

BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

NOVALIA ARISKA

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Batu pada tanggal 05 April 1992, anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Siddik dan Ibu Yusnani. Penulis beralamat di Jl. Perintis Kemerdekaan No. 12, Desa Kota Batu Ranau, Kec. Waras, Kab. OKUS, Sumatera Selatan. No. HP 087899354995/085783175902.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah TK Yayasan Darul Mutaqien (1997-1998), SD Negeri 1 Kota Batu (1998-2004), SMP Negeri 1 Sukau (2004-2007), SMA Negeri 1 Sukau (2007-2010). Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur Penelusuran

Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).

Selama menjadi mahasiswa penulis mendapatkan beasiswa Bidik Misi dan

(9)

MOTO

Banyak kegagalan dalam hidup ini disebabkan orang-orang tidak menyadari

betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan tetapi mereka menyerah

(Thomas Alva Edison)

5 Kunci Sukses

: Niat, Yakin, Usaha, Doa dan Ridho Orang Tua”

(Vhalia, Hudee, Vhan)

“Bersyukur adalah cara ideal untuk merasa sempurna”

(10)

Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, terucap syukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT.

Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:

Ibu dan bapakku yang dimuliakan Allah SWT

Yang selalu membimbing, mendidik dan membesarkan ku dengan segala doa terbaik

mereka,mendukung segala langkah ku menuju kesuksesan dan kebahagian dengan

kelembutan doa. Terimakasih atas jerih payah dan kerja keras Ibu dan Bapak yang tidak

mungkin dapat terbalaskan.

Tamong, Kajong, dan Kajong Aji

Yang selalu memberikan nasihat, motivasi dan kasih sayang

Adik-adikku (Lisa Yusika, Yudi Govi Andrian, dan Danish Anugerah)

Yang selalu memotivasi dan menyayangiku.

Guru-guru (REC, TK, SD, SMP, SMA) dan Dosen-dosen Pendidikan Biologi

Yang telah memberikan ilmu, nasihat, dan arahan.

Kakak motivatorku: Yuda Fitu Yase, Sahabat-sahabat terkasihku, yang selalu membuat

aku tersenyum, menyemangatiku, dan membantuku dalam kesulitan: Rapika Dewi dan

Masayu Olba D.A. yang membuat hari-hariku berwarna.

Almamaterku Tercinta (Unila)

(11)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Illahi Rabbi yang Maha Pengasih tak pilih kasih dan Maha Penyayang tak pandang sayang, sehingga atas ridha dan karunia-Nya penulis dapat menyelasaikan skripsi ini yang berjudul Profil Guru dalam Pembelajaran IPA pada Kelas III Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung. Skripsi ini penulis susun sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada program studi pendidikan Biologi.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini adalah karena bantuan dari banyak pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung. 3. Pramudiyanti, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi. 4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan

dan motivasi hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Rini Rita T. Marpaung, S. Pd., M. Pd., selaku Pembimbing II atas

keikhlasannya memberikan bimbingan dan bantuan hingga terselesaikannya skripsi ini.

(12)

7. Dosen yang telah mengajar di Program Studi Pendidikan Biologi, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan selama ini.

8. Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

9. Kepala sekolah dan guru kelas III yang mengajar IPA pada SD Negeri se-Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung, terima kasih atas kerja sama dan bantuannya selama proses penelitian.

10.Sahabat-sahabat: Mba Ensya Wisti Agniya, Sri Wahyuningsih, Chinggudeuls Member, kalianlah yang selalu memberiku semangat dan juga bantuan yang sangat berarti untukku, serta teman-teman terbaik di pendidikan Biologi 2010, terimakasih atas kebersamaan dan persahabatan selama ini.

11.Kakak-kakak tingkat di Prodi Pendidikan Biologi semoga selalu menjadi keluarga besar pendidikan Biologi yang bersahabat.

12.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT. melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Maha Besar Allah karena keluasan karunia-Nya. Bandar Lampung, 07 Juli 2014

Penulis

(13)

DAFTAR ISI IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 37

(14)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 59

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN 1. Daftar Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Rajabasa ... 64

2. Kisi-Kisi Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran ... 65

3. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran ... 66

4. Analisis Pembelajaran yang Dilaksanakan oleh Guru Kelas III... 69

5. Tabulasi Pembelajaran yang Dilaksanakan oleh Guru Kelas III sesuai Standar proses ... 72

6. Tabulasi Pembelajaran yang Dilaksanakan oleh Guru Kelas III sesuai Pendekatan Saintifik dan Pendekatan Konstruktivisme ... 73

7. Biodata Guru ... 74

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tabel Pelaksanaan Pengambilan Data Penelitian ... 34 2. Kriteria pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru kelas III sesuai

dengan standar proses ... 36 3. Kriteria pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru kelas III sesuai

dengan pendekatan saintifik dan pembelajaran konstruktivisme ... 36 4. Data pelaksanaan proses pembelajaran ... 38

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema kerangka pikir ... 5 2. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik .. 20 3. Hasil belajar pendekatan saintifik ... 25 4. Guru yang tidak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran ... 41 5. Guru melibatkan siswa mencari informasi yang luas dalam proses

pembelajaran ... 41 6. Alat dan bahan belajar untuk menjelaskan sifat-sifat benda ... 42 7. Siswa-siswa sedang berdiskusi ... 43 8. Guru sedang membimbing siswa melakukan pengamatan kelereng

dan air di dalam baskom ... 45 9. Siswa sedang mengajukan pertanyaan ... 46 10.Guru membimbing siswa mengumpulkan informasi dari berbagai

sumber ... 46 11.Siswa sedang mengasosiasi hasil pengamatan melalui tugas ... 47 12.Guru sedang membimbing siswa membacakan jawabannya ... 48 13.Guru yang melaksanakan proses pembelajaran dengan metode

ceramah ... 50 14.Serangkaian kegiatan pembelajaran sesuai dengan pembelajaran

konstruktivisme ... 52 15.Potongan RPP yang tidak sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang

telah dilakukan ... 54

xiv

(17)

16.Guru bersama-sama dengan siswa melakukan pengamatan benda

padat ... 54 17.Guru sedang menjelaskan jawaban sedangkan hampir semua siswa

tidak memperhatikan ... 56 18.Kelas dengan jumlah siswa yang banyak ... 57

(18)

1

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kualitas sumber daya manusia sangat terkait dengan kualitas pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pendidikan IPA adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Belajar IPA (sains) merupakan cara ideal untuk memperoleh kompetensi (keterampilan-keterampilan, memelihara sikap-sikap, dan mengembangkan penguasaan konsep-konsep yang berkaitan dengan pengalaman sehari-hari). Namun faktanya berdasarkan data Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2012 menyatakan bahwa skor rata-rata dan peringkat

Indonesia pada mata pelajaran IPA yaitu skor 382 dan peringkat 64 dari 65 negara. Skor rata-rata tersebut masih di bawah skor rata-rata Internasional PISA (Ali, 2013: 3).

(19)

2

investigasi, padahal kemampuan tersebut dibutuhkan untuk menyelesaikan soal TIMSS (Husamah dan Setyaningrum, 2013: 2).

Rendahnya kemampuan sains siswa dikarenakan kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa dan cenderung hanya menekankan pada aspek produk saja, sehingga aspek proses dan sikap kurang mendapatkan porsi yang cukup. Kurangnya waktu adalah alasan klasik yang kerap dikemukakan guru ketika ditanya tentang kurangnya pengembangan proses dan sikap sains pada siswa. Ketidaksesuaian porsi pada aspek sains yang diberikan guru berdampak pada perkembangan pembelajaran sains, misalnya siswa dijejali dengan konsep-konsep yang harus dihapalkan agar bisa mengerjakan soal-soal tetapi tidak memahami konsep yang

terkandung di dalamnya (Rokhmatika, 2012: 18), selain itu pembelajaran di tingkat SD/MI cenderung text book oriented dan kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran konsep cenderung abstrak dan menggunakan metode ceramah, sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Rochintaniawati (2008: 6) pada kabupaten Bandung Barat, sebanyak 66% guru kelas di SD masih menerapkan metode ceramah dalam melakukan pembelajaran IPA, 22% menerapkan diskusi kelompok, 6% eksperimen, dan 6% ekspositori.

(20)

3

Guru yang profesional harus memiliki kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial agar tujuan

pendidikan bisa dicapai dengan baik dan dapat mengembangkan keterampilan berpikir siswa dalam memecahkan masalah, sehingga peserta didik memahami bagaimana proses sains dan guru dapat membelajarkan sains sesuai hakikatnya. Oleh karena itu peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Profil Guru dalam Pembelajaran IPA pada Kelas III Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Rajabasa Bandarlampung”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah penelitian ini adalah profil guru dalam pembelajaran IPA pada kelas III sekolah dasar di Rajabasa Bandar Lampung dengan rincian sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran IPA pada kelas III Sekolah Dasar di Rajabasa Bandar Lampung sudah sesuai dengan standar proses?

2. Apakah pembelajaran IPA pada kelas III Sekolah Dasar di Rajabasa Bandar Lampung sudah sesuai dengan hakikat IPA dengan menerapkan pendekatan saintifik?

3. Apakah pembelajaran IPA pada kelas III Sekolah Dasar di Rajabasa Bandar Lampung sudah sesuai dengan pembelajaran konstruktivisme?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk

(21)

4

pembelajaran konstruktivisme pada kelas III Sekolah Dasar di Rajabasa Bandar Lampung.

D.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sekolah: informasi tentang profil guru dalam membelajarkan IPA. 2. Guru: bahan evaluasi atau refleksi guru dalam membelajarkan IPA.

3. Peneliti: menjadi pengalaman dan pembelajaran peneliti sebagai calon guru.

E.Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang dibahas maka diberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Profil guru dalam penelitian ini adalah ikhtisar atau gambaran mengenai bagaimana seorang guru melaksanakan proses pembelajaran IPA.

2. Subyek penelitian ini adalah guru kelas III yang membelajarkan IPA pada Sekolah Dasar Negeri di Rajabasa Bandar Lampung.

3. Profil mengajar guru yang akan dibahas pada penelitian ini adalah

bagaimana guru dalam membelajarkan IPA sesuai dengan standar proses, hakikat IPA dengan menerapkan pendekatan saintifik, dan pembelajaran konstruktivisme.

F. Kerangka Pikir

Guru SD merupakan salah satu komponen yang paling berperan dalam

(22)

5

menerus dilaksanakan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA. Kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, serta kompetensi pribadi. Selain itu kompetensi mengajar guru juga

dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru.

Seorang guru yang profesional seharusnya memahami dan memenuhi isi dari standar proses yang digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan

pembelajaran. Ada tidaknya sarana dan prasarana serta lingkungan sosial peserta didik juga berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Pembelajaran IPA sebaiknya merupakan pembelajaran konstruktivisme dan dilaksanakan sesuai dengan hakikat IPA dengan menerapkan pendekatan saintifik agar tercapainya tujuan pendidikan nasional dan menghasilkan lulusan yang berkualitas.

Untuk memperjelas isi dari kerangka pikir, dapat dilihat pada skema di bawah ini:

(23)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Kompetensi Guru

Guru sebagai tenaga profesional mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik,

kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Profesionalisme guru merupakan suatu keharusan sehingga seorang guru harus memiliki kompetensi profesional. Kompetensi profesional guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh guru agar dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan baik (Uno, 2007: 19).

Menurut UU No 14 tahun 2005 Pasal 7 ayat 1, profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut (Depdiknas, 2005: 4):

1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme

2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia

3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas

(24)

7

6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja 7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat

8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan

9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Guru dinilai kompeten, apabila: (1) Guru mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya, (2) Guru mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil. (3) Guru mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan sekolah (4) Guru mampu melaksanakan peranannya dalam proses belajar mengajar di sekolah (Arifin, 2011: 38).

Kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8 UU No 14 tahun 2005 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat kompetensi tersebut dideskripsikan sebagai berikut (Depdiknas, 2005: 4):

a. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, sekurang-kurangnya meliputi (1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, (2) pemahaman terhadap peserta didik, (3)

(25)

8

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup (1) berakhlak mulia, (2) arif dan bijaksana, (3) mantap, (4) berwibawa, (5) stabil, (6) dewasa, (7) jujur, (8) mampu menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, (9) secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan (10) mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

c. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, sekurang-kurangnya meliputi (1) berkomunikasi lisan, tulisan, dan/atau isyarat, (2) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional,(3) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang

tua/wali peserta didik, (4) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku, dan (5) menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan dan semangat kebersamaan. d. Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai

pengetahuan bidang ilmu, teknologi, dan/atau seni yang sekurang-kurang meliputi penguasaan (1) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang diampunya, dan (2) konsep-konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan yang secara

(26)

9

B.Pembelajaran IPA di SD

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan (BSNP, 2006: 271).

(27)

10

Adapun karakteristik belajar IPA menurut Djojosoediro (2010: 7) dapat diuraikan sebagi berikut:

1. Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses berpikir, dan berbagai macam gerakan otot.

2. Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik). Misalnya, observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi.

3. Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu pengamatan. Hal ini dilakukan karena kemampuan alat indera manusia itu sangat terbatas. Selain itu, ada hal-hal tertentu bila data yang kita peroleh hanya berdasarkan pengamatan dengan indera, akan memberikan hasil yang kurang obyektif, sementara itu IPA mengutamakan obyektivitas.

4. Belajar IPA seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan temu ilmiah (misal seminar, konferensi atau simposium), studi kepustakaan, mengunjungi suatu objek, penyusunan hipotesis, dan yang lainnya. Kegiatan tersebut kita lakukan semata-mata dalam rangka untuk memperoleh pengakuan kebenaran temuan yang benar-benar obyektif.

5. Belajar IPA merupakan proses aktif. Belajar IPA merupakan sesuatu yang harus siswa lakukan, bukan sesuatu yang dilakukan untuk siswa. Dalam belajar IPA, siswa mengamati obyek dan peristiwa, mengajukan pertanyaan, memperoleh pengetahuan, menyusun penjelasan tentang gejala alam,

(28)

11

Selain itu pembelajaran IPA juga memiliki prinsip utama. Menurut Sutrisno, Mustika dan Haratua, (2008: 5), lima prinsip utama dalam pembelajaran IPA tersebut yaitu:

1. Pemahaman kita tentang dunia disekitar dimulai dari pengalaman baik secara indrawi maupun non-indrawi.

2. Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat secara langsung, sehingga perlu diungkap selama proses pembelajaran.

3. Pengetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang konsisten dengan pengetahuan para ilmuwan.

4. Dalam setiap pengetahuan mengandung fakta, data konsep, lambang dan relasi dengan konsep yang lain.

5. IPA terdiri dari produk, proses, dan prosedur.

IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Struktur kognitif anak tidak dapat

dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan. Anak perlu dilatih dan diberi kesempatan untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan dan dapat berpikir serta bertindak secara ilmiah. Adapun IPA untuk anak Sekolah Dasar menurut Paolo dan Marten (dalam Samatowa, 2006: 12), didefinisikan sebagai berikut: mengamati apa yang terjadi, mencoba apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, menguji bahwa ramalan-ramalan itu benar.

(29)

12

pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada anak didik untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan,

menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dibutuhkan. Selain itu, pembelajaran IPA yang baik juga harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan (skill) yang diperlukan, dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA menjadi sangat diperlukan untuk dipelajari.

C.Pembelajaran Konstruktivisme

(30)

13

Selain itu, batasan/definisi konstruktivisme yang lain juga dibuat oleh Rumate (2005: 2), batasan/definisi konstruktivisme tersebut adalah sebagai berikut:

1. Merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi (bentukan) kita sendiri, bukan imitasi dari kenyataan, bukan gambaran dunia kenyataan yang ada. 2. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari konstruksi kognitif dari

kenyataan yang terjadi melalui serangkaian aktivitas seseorang dan membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan.

3. Pengetahuan bukanlah tentang hal-hal yang terlepas dari pengamat, tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia yang dialaminya.

4. Proses pembentukan ini berjalan terus menerus, dan setiap kali terjadi reorganisasi atau rekonstruksi karena adanya pengalaman baru.

Menurut Von Glasersfeld (dalam Sardiman, 2007: 37), konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Von Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan. Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Tetapi, pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.

(31)

14

mempelajarinya, sehingga disimpulkan bahwa konstruktivisme tidak bertujuan mengerti hakikat realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu tentang sesuatu. Ciri atau prinsip dalam pembelajaran

konstruktivisme menurut Suparno (1997: 73) adalah sebagai berikut: 1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang

mereka lihat, dengar, rasakan dan alami

2. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus

3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri

4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya

5. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.

Selain itu, dalam upaya mengimplementasikan pembelajaran konstruktivisme, Tytler (dalam Suparno, 1997: 73), mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri

2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif

(32)

15

4. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa

5. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, dan 6. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Melalui pembelajaran konstruktivisme, siswa diharapkan dapat menjadi individu yang penuh dengan rasa kepercayaan diri. Sehingga menurut

Husamah dan Setyaningrum (2013: 55), siswa-siswa bisa memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Bersikap terbuka dalam menerima semua pengalaman dan

mengembangkannya menjadi persepsi atau pengetahuan baru dan selalu dipebaharui

2. Percaya diri sehingga dapat berperilaku secara tepat dan dalam menghadapi segala sesuatu

3. Berperasaan bebas tanpa merasa terpaksa dalam melakukan segala sesuatu tanpa mengharapkan atau tergantung pada bantuan orang lain, dan

4. Kreatif dalam mencari pemecahan masalah atau dalam melakukan tugas yang dihadapinya.

Secara keseluruhan pengertian atau maksud pembelajaran secara

(33)

16

D.Hakikat Sains

Pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah. Dalam

perkembangan selanjutnya, metode ilmiah tidak hanya berlaku bagi IPA tetapi juga berlaku untuk bidang ilmu lainnya. Hal yang membedakan metode ilmiah dalam IPA dengan ilmu lainnya adalah cakupan dan proses perolehannya. Secara umum, kegiatan dalam IPA berhubungan dengan eksperimen. Namun dalam hal-hal tertentu, konsep IPA adalah hasil tanggapan pikiran manusia atas gejala yang terjadi di alam (Djojosoediro, 2010: 4).

(34)

17

Dengan demikian, pada hakikatnya IPA meliputi tiga cakupan yaitu IPA sebagai produk, IPA sebagai proses dan IPA sebagai sarana pengembangan sikap ilmiah. Hakikat IPA sebagai produk meliputi konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori di dalam IPA yang merupakan hasil rekaan manusia dalam rangka memahami dan menjelaskan alam bersama dengan berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya. Produk IPA (konsep, prinsip, hukum dan teori) tidak diperoleh berdasarkan fakta semata, melainkan berdasarkan data yang telah teruji melalui serangkaian eksperimen dan

penyelidikan. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan. yaitu dengan melakukan observasi, mengukur, memprediksi, mengklasifikasi, membandingkan, menyimpulkan, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menganalisis data, dan mengkomunikasikan hasil penelitian. Dalam pengajaran IPA, aspek proses ini muncul dalam bentuk kegiatan belajar mengajar. Ada tidaknya aspek proses ini sangat bergantung pada guru. Hakikat sikap ilmiah adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Sikap dapat diklasifikasi ke dalam dua kelompok besar. Pertama, seperangkat sikap yang bila diikuti akan membantu proses pemecahan masalah; dan kedua, seperangkat sikap tertentu yang merupakan cara memandang dunia serta berguna bagi pengembangan karir di masa yang akan datang (Sarkim, 1998: 134).

(35)

18

untuk membantu mempelajari alam; (2) sains adalah bagian dari kemajuan dan kreativitas manusia; (3) sains adalah sebuah pencarian untuk temuan-temuan; (4) sains terdiri atas berbagai disiplin dan proses. Oleh sebab itu, untuk

menjadikan pembelajaran IPA dapat dimengerti dan berguna bagi masyarakat, pembelajaran IPA sangat diharapkan lebih kontekstual. Lebih lanjut Suastra (2009: 13–14) menyatakan bahwa hakikat sains adalah mengembangkan sejumlah kompetensi adaptif yang sesuai dengan perubahan kondisi saat ini menuju kondisi masa depan. Kompetensi-kompetensi yang terkait dengan pembelajaran sains yaitu keterampilan proses ilmiah, produk ilmiah (konsep-konsep, pemahaman, fakta, ide-ide), dan sikap ilmiah. Penerapan hakikat sains dalam pembelajaran IPA merupakan tanggung jawab guru sebagai mediator, manager, mediator dan fasilitator, dan siswa sebagai pebelajar (student centered).

E.Pendekatan Saintifik (Scientific Approach)

Proses pembelajaran merupakan proses ilmiah. Pendekatan ilmiah/saintifik diyakini berperan dalam perkembangan dan pengembangan sikap,

keterampilan dan pengetahuan siswa. Menurut Kemdikbud (2013: 3a), kriteria yang tercakup dalam pendekatan saintifik (scientific approach) adalah sebagai berikut:

(36)

19

2. Penjelasan guru, respon siswa dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis;

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran;

4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran;

5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran;

6. Berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan;

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Menurut Kemdikbud (2013: 4a), pendekatan saintifik/ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran mencakup komponen mengamati (observing),

(37)

20

Menurut Kemdikbud (2013: 5a), langkah-langkah pembelajaran mengunakan pendekatan ilmiah (scientific approach) disajikan berikut ini:

1. Mengamati

Mengamati ialah melakukan pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa dengan menggunakan inderanya. Metode mengamati

mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan objek yang akan diobservasi,

b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi,

c. Menentukan data-data yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder,

d. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi,

e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar,

(38)

21

f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam dan alat-alat tulis lainnya.

Menurut Kemdikbud (2013: 6a), prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan siswa selama observasi pembelajaran, yaitu:

a. Cermat, objektif dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran;

b. Banyak atau sedikit serta homogenitas atau heterogenitas subjek, objek, atau situasi yang diobservasi. Makin banyak dan heterogen subjek, objek atau situasi yang diobservasi, makin sulit kegiatan observasi itu

dilakukan. Sebelum obsevasi dilaksanakan, guru dan siswa sebaiknya menentukan dan menyepakati prosedur pengamatan;

c. Guru dan siswa perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi. 2. Menanya

Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas kepada siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat pada kegiatan mengamati. Guru perlu membimbing siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan hasil

(39)

22

a. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat dan perhatian siswa tentang suatu tema atau topik pembelajaran;

b. Mendorong dan menginspirasi siswa untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri;

c. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa sekaligus menyampaikan rancangan untuk mencari solusinya;

d. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan sikap, keterampilan dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan;

e. Membangkitkan keterampilan siswa dalam berbicara, mengajukan pertanyaan dan memberi jawaban secara logis, sistematis dan menggunakan bahasa yang baik dan benar;

f. Mendorong partisipasi siswa dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir dan menarik simpulan; g. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima

pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok;

h. Membiasakan siswa berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul;

i. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemam-puan berempati satu sama lain.

3. Mencoba

(40)

23

Dalam kegiatan ini, siswa dapat membaca buku yang lebih banyak,

memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi yang

menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu menalar. Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, siswa harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, siswa harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Siswa pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari (Kemdikbud, 2013: 14a) 4. Menalar

Menurut Kemdikbud (2013: 22a), istilah “menalar” digunakan untuk menggambarkan bahwa guru dan siswa merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.

(41)

24

informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.

5. Jejaring Pembelajaran atau Pembelajaran Kolaboratif

Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai suatu falsafah pribadi, maka ia menyentuh identitas siswa terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, siswa berinteraksi dengan empati, saling menghormati dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkinkan siswa menghadapi berbagai perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama. Dalam kegiatan ini, siswa menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasi dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut (Kemdikbud, 2013: 18a).

Proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi

atau materi ajar agar siswa “tahu mengapa”. Ranah keterampilan menggamit

transformasi substansi atau materi ajar agar siswa “tahu bagaimana”. Ranah

(42)

25

“tahu apa” (gambar 3). Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan

pengetahuan (Kemdikbud, 2013: 4a).

F. Standar Proses

Standar proses menurut Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses

pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem kredit semester (Depdiknas, 2007: 5).

(43)

26

Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses

pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

1. Perencanaan proses pembelajaran

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

2. Pelaksanaan proses pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

a. Kegiatan pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan seharusnya guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari serta menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; b. Kegiatan inti

(44)

27

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan

karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

c. Kegiatan penutup

Dalam kegiatan penutup, seharusnya guru bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan

pelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram,

memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, serta menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan

berikutnya.

G.Karakteristik Siswa SD

Dalam kaitannya dengan pendidikan usia SD, guru perlu mengetahui benar sifat-sifat serta karakteristik siswa agar dapat memberikan pembinaan dengan baik dan tepat sehingga dapat meningkatkan potensi kecerdasan dan

(45)

28

kecuali pada ahir periode tersebut, sedangkan kecakapan motorik terus membaik. Perubahan terlihat kurang menonjol jika dibandingkan dengan usia permulaan. Akan tetapi perkembangan pada usia ini masih sangat signifikan. Perkembangan intelektual sangat substansial, kerena sifat egosentrik, anak menjadi lebih bersifat logis (Sumantri dan Syaodih, 2001: 38).

Menurut Piaget, pemahaman terhadap aspek kuatitatif materi, pemahaman terhadap penambahan golongan benda, dan pemahaman terhadap

pelipatgandaan golongan benda merupakan ciri khas perkembangan kognitif anak berusia 7-11 tahun. Perolehan pemahaman tersebut diiringi dengan banyak berkurangnya egosentris anak. Artinya, anak sudah mulai memiliki kemampuan mengkoordinasikan pandangan-pandangan orang lain dengan pandangannya sendiri, dan memiliki persepsi persepsi positif bahwa

pandanganya hanyalah salah satu dari sekian banyak pandangan orang. Jadi pada dasarnya perkembangan kognitif anak tersebut ditinjau dari sudut karakteristiknya sudah sama dengan kemampuan kognitif orang dewasa. Namun demikian, masih ada ketebatasan-keterbatasan kapasitas anak dalam mengkoordinasikan pemikirannya. Anak-anak dalam rentang usia 7-11 tahun baru mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa konkret. Inilah yang menjadi alasan mengapa perkembangan kognitif anak yang berusia 7-11 tahun terrsebut dinamakan tahap konkret operasional (Syah, 2007: 32).

(46)

29

untuk mendapatkana hadiah atau menghindari hukuman, yang disebut dengan masa Pra-conventional morality (Sumantri dan Syaodih, 2001: 38).

Di dalam bukunya yang berjudul Ilmu Jiwa Anak dan Masa Muda, Sis Heyster (dalam Soejanto, 2005: 55) membagi 9 tahun masa kanak-kanak menjadi stadium sebagai berikut:

1. Stadium I (realism fantastic) usia 4-8 tahun

Pada masa ini anak-anak memenuhi kebutuhan jiwanya dengan mempergunakan permainan dan fantasinya. Pada masa ini anak sering menceritakan sesuatu hasil fantasinya sebagai suatu kenyataan, sekalipun sebenarnya ia tidak bermaksud membohongi, melainkan karena ia belum teliti membedakan antara kenyataan dan hasil fantasinya. Sekalipun belum sepenuhnya anak berada dalam dunia realisme, namun mereka

berkecenderungan untuk masuh ke arah itu dan ini memungkinkan ia untuk dibentuk, dengan pengajaran yang masih menyerupai pengajaran di Taman Kanak-Kanak, dengan memperluas ragam dan isinya.

2. Stadium II (realism naïf) usia 8-10 tahun

(47)

30

senang menyelidiki dan memproduksi tanggapannya dengan baik terhadap sesuatu yang telah diamati.

3. Stadium III (realism refleksif) usia 10-12 tahun

Sikap anak terhadap dunia kenyataan bertambah intelektualis artinya ia mulai berpikir terhadap realita. Ia mulai mereaksi secara kritis terhadap realita. Pada saat ini anak-anak lebih senang berada di alam bebas daripada di sebuah gedung yang dibatasi pagar-pagar.

Pada siswa kelas III SD tergolong dalam stadium II yaitu, pada usia 8-10 tahun. Ciri stadium ini adalah keserasian bersekolah yang lebih besar. Ia lebih mudah dan lebih giat mengikuti pelajaran. Anak pada usia ini sangat

(48)

31

Menurut Havighurst (dalam Soemanto, 1998: 25), karakteristik yang dimiliki anak usia SD meliputi:

1. Senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih-lebih bagi siswa kelas rendah.

2. Senang bergerak. Orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak.

3. Dengan bekerja dalam kelompok. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok.

4. Senang merasakan atau melakukan/meragakan secara langsung. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang

(49)

20

III. METODE PENELITIAN

A.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 pada Sekolah Dasar Negeri se-kecamatan Rajabasa di Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

B.Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru kelas III yang mengajar IPA pada SD Negeri di kecamatan Rajabasa Bandar Lampung. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling (Sukardi, 2003: 64), sehingga diperoleh 6 guru kelas III yang mengajar IPA.

C.Jenis Penelitian

(50)

33

D.Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian: 1. Pra penelitian

a. Mendata jumlah guru kelas III yang mengajar IPA pada SD Negeri di kecamatan Rajabasa Bandar Lampung.

b. Menentukan sampel penelitian.

c. Mempersiapkan instrumen-instrumen yang diperlukan dalam penelitian yaitu lembar biodata guru dan lembar observasi Kegiatan Pembelajaran.

2. Pelaksanaan

a. Mengumpulkan dokumen pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru sebelum kegiatan pembelajaran.

b. Merekam proses pembelajaran menggunakan handycam.

c. Melakukan observasi proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan standar proses, hakikat IPA dengan menerapkan pendekatan saintifik, serta pembelajaran konstruktivisme.

d. Mencatat proses pembelajaran yang berlangsung pada lembar catatan lapangan.

e. Mengolah data yang diperoleh untuk mengetahui kesesuaian

(51)

34

E. Jenis Data Dan Teknik Pengumpulan Data

Tabel 1. Tabel pelaksanaan pengambilan data penelitian

Jenis Data Sumber Data Instrumen

Waktu

*) Penilaian dibantu oleh ahli melalui pemeriksaan dokumen dan rekaman video pada saat proses pembelajaran.

Jenis data dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian adalah data kualitatif. Data yang diperoleh berupa angka (skor) dan deskripsi tentang pembelajaran yang

dilaksanakan oleh guru yang diperoleh dari analisis lembar observasi kegiatan pembelajaran sesuai dengan standar proses, pendekatan saintifik dan pembelajaran konstruktivisme, serta lembar biodata guru.

2. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini diperoleh melalui: a. Lembar observasi

(52)

35

dengan standar proses, hakikat IPA dengan pendekatan saintifik (scientific approach), serta pembelajaran konstruktivisme.

b. Lembar biodata guru

Lembar biodata guru digunakan untuk mengetahui latar belakang pendidikan guru, pengalaman mengajar, dan pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti guru guna menunjang data penelitian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi berupa video pembelajaran digunakan untuk melihat proses pembelajaran pada tiap sekolah.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru dianalisis dan dibandingkan dengan standar proses, pendekatan saintifik dan pembelajaran konstruktivisme yang terdiri dari 29 aspek (24 aspek kesesuaian dengan standar proses dan 5 aspek kesesuaian dengan pendekatan saintifik dan pembelajaran konstruktivisme). Adapun rumus yang digunakan dalam menganalisis lembar observasi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai berikut:

Untuk analisis deskriptif persentase menurut Ali (1992: 46) adalah: % =

N n

×100%

Keterangan:

n = Nilai yang diperoleh sampel

N = Nilai yang semestinya diperoleh sampel

(53)

36

Informasi yang berhasil dikumpulkan melalui lembar penilaian disajikan dalam bentuk penguraian kualitatif. Untuk menafsirkan banyaknya persentase yang diperoleh maka digunakan kriteria sebagai berikut: Tabel 2. Kriteria kemampuan pembelajaran yang dilakukan oleh guru

kelas III SD sesuai dengan standar proses

Sumber: dimodifikasi dari Ali (1992: 46).

Sedangkan untuk kriteria kemampuan guru kelas III yang mengajar IPA dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan pendekatan saintifik dan pembelajaran konstruktivisme sebagai berikut:

Tabel 3. Kriteria pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas III SD sesuai dengan pendekatan saintifik dan pembelajaran

konstruktivisme

Sumber: dimodifikasi dari Ali (1992: 46).

Penilaian dilakukan dengan cara memberikan skor 1 (satu) jika terlaksana dengan kriteria tersebut dan 0 (nol) jika tidak terlaksana. Data yang diperoleh dari analisis lembar observasi pembelajaran yang berupa data kualitatif.

No Rentang Skor Interval Kriteria

1 24 100% Sesuai

2 1 – 23 1% -99% Kurang Sesuai

3 0 0% Tidak Sesuai

No Rentang Skor Interval Kriteria

1 5 100% Sesuai

2 1 – 4 1% - 99% Kurang Sesuai

(54)

60

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA yang dilaksanakan oleh guru-guru kelas III pada SD Negeri di kecamatan Rajabasa Bandar Lampung adalah kurang sesuai dengan standar proses, pendekatan saintifik dan pembelajaran konstruktivisme dengan rincian:

1. Pembelajaran IPA pada kelas III Sekolah Dasar di Rajabasa Bandar Lampung kurang sesuai dengan standar proses.

2. Pembelajaran IPA pada kelas III Sekolah Dasar di Rajabasa Bandar Lampung kurang sesuai dengan pendekatan saintifik.

3. Pembelajaran IPA pada kelas III Sekolah Dasar di Rajabasa Bandar Lampung kurang sesuai dengan pembelajaran konstruktivisme.

B.Saran

Dengan adanya kekurangan-kekurangan dalam penelitian ini maka peneliti menyarankan sebaiknya:

(55)

60

2. Bagi calon peneliti sebelum melakukan penelitian dengan sampel guru yang cukup banyak, sebaiknya peneliti melakukan pendekatan interpersonal yang baik dengan guru sehingga mempermudah peneliti melakukan penilaian terhadap guru yang bersangkutan.

3. Perlu diadakannya penelitian lanjutan mengenai pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru yang tidak hanya terbatas pada Sekolah Dasar Negeri saja, dengan harapan dapat menggambarkan

pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru secara luas yang bermanfaat sebagai informasi dalam usaha peningkatan kualitas guru.

(56)

62

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung.

Ali, U, S. Wayan, S. Rai. 2013. Pengelolaan Pembelajaran IPA Ditinjau dari Hakikat Sains pada SMP di Kabupaten Lombok Timur. (Jurnal). Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja.

Arifin. 2011. Kompetensi Guru dan Strategi Pengembangannya. Lilin Persada Press. Jakarta.

BSNP. 2006. Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. Jakarta.

Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Depdiknas. Jakarta.

________. 2006. Tujuan Pendidikan IPA di SD. Depdiknas. Jakarta.

________. 2007. Peraturan Pemerintah RI No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Djamarah. 2006. Guru dan Anak didik. Rineka Cipta. Jakarta.

Djojosoediro, W. 2010. Pengembangan dan Pembelajaran IPA SD. Diakses dari http://tpardede.wikispace.com.pdf pada Rabu, 01 Januari 2014 4.55 a.m Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Herlina. 2007. Pengaruh Pengelolaan Kelas Terhadap Hasil Belajar Biolgi Siswa. (Skripsi). Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta

Husamah dan Y. Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Kompetensi Panduan Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

Kemdikbud. 2013a. Konsep Pendekatan Ilmiah. Kemendikbud. Jakarta.

(57)

62

Khalifah. 2009. Menjadi Guru yang Dirindu. Ziya Media. Surakarta. Majid, A. 2007. Perencanaan Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya.

Jakarta.

Rochintaniawati, D. 2008. Profil Pembelajaran IPA yang Dilangsungkan oleh Guru Sekolah Dasar di Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Rokhmatika, S. 2012. Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing Dipadu Kooperatif Jigsaw Terhadap Keterampilan Proses Sains Ditinjau dari Kemampuan Akademik. (Skripsi). Univesitas Sebelas Maret. Surakarta.

Rumate, F.A. 2005. Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Ditjen Dikti. Jakarta.

Samatowa, U. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Direktorat Pendidikan Nasional. Jakarta.

Saputra, R. 2011. Profil Kemampuan Guru Kelas III dalam Melakukan Penilaian pada Mata Pelajaran IPA di SD Negeri Se-Kecamatan Rajabasa

Bandarlampung T.P 2009/2010. (Skripsi). Unila. Bandarlampung.

Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sarkim, T. 1998. Humaniora dalam pendidikan sains. Kanisius. Yogyakarta Soejanto, A. 2005. Psikologi Perkembangan. Rineka Cipta. Jakarta.

Soemanto,W. 1998. Psikologi pendidikan. Rineka cipta. Jakarta.

Suastra, I.W. 2009. Pembelajaran Sains Terkini: Mendekatkan Siswa dengan Lingkungan Alamiah dan Sosial Budayanya. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja.

Sulistyorini, S. 2007. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Tiara Wacana. Yogyakarta.

Sumantri, M. dan N. Syaodih. 2001. Perkembangan Peserta Didik. UT. Jakarta. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius.

Yogyakarta. Uno, Hamzah. 2007. Profesi Kependidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Sutrisno, L., P.S. Mustika, dan M.S. Haratua. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Ditjen Dikti Depdiknas. Jakarta.

Syah, M. 2007, Psikologi Belajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Trianto. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

(58)

63

Uno, H. 2007. Profesi Kependidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Gambar

Gambar 2.  Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan  ilmiah
Gambar 3.  Hasil belajar melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan  pengetahuan
Tabel 1. Tabel pelaksanaan pengambilan data penelitian
Tabel 2. Kriteria kemampuan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas III SD sesuai dengan standar proses

Referensi

Dokumen terkait

[r]

The objectives of this research is to construct an optimized portfolio using Sharpe's diagonal model with and without short selling respectively, and to analyze the performance of

Bab I merupakan pendahuluan, yang menguraikan permasalahan terkait penelitian ini tentang bagaimana peranan usaha usaha “apam Barabai” untuk menunjang

ENGLISH TO CHILDREN BY USING SONGS AND GAMES TO THE FIFTH YEAR STUDENTS OF SDN KARANGJOMPO P EKALONGAN..

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak rekanan kepada Badan-badan Tertentu

Perubahan kualitas lingkungan yang ditemukenali dalam penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi masyarakat terkait dampak lingkungan yang telah terjadi sebagai

Pada saat S6 dan S5 pada kondisi yang lain maka operasi adalah fungsi logika dan selama fungsi logika maka kontrol S4 sampai dengan S0 tidak berpengaruh karena kontrol S4

Saya Niken Ravita Damanik adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara Merokok