Fitri Nuryanah
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN
(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung T.P 2014/2015)
Oleh
FITRI NURYANAH
Hasil observasi di kelas X SMA Negeri 14 Bandar Lampung, diketahui bahwa
hasil belajar siswa masih rendah. Oleh karena itu, diperlukan solusi untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, salah satunya dengan
menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran PBL terhadap aktivitas dan hasil
belajar siswa.
Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan desain pretes postes
non-equivalen.Sampel penelitian adalah siswa kelas X4 dan X6 yang dipilih dari
populasi secara purposive sampling. Data kuantitatif berupa hasil belajar yang
diperoleh dari rata-rata nilai pretes, postes dan N-gain yang dianalisis secara
statistik menggunakan uji-t dan U pada taraf kepercayaan 5% melalui bantuan
Fitri Nuryanah
penggunaan model PBL yang diperoleh melalui lembar observasi dan dianalisis
secara deskriptif.
Hasil aktivitas belajar siswa rata-rata dari semua aspek yang diamati berkriteria
tinggi (78%). Pada aspek Kemampuan mengajukan pertanyaan (58%);
mengumpulkan data (87%); mempresentasikan hasil diskusi (75%); dan
menyampaikan pendapat (90%). Hasil belajar juga mengalami peningkatan
dengan rata-rata nilai postes (65); N-gain (45). Peningkatan hasil belajar juga
terjadi pada indikator aspek kognitif (C2 dan C4) dengan rata-rata N-gain (0,4)
pada indikator C2 dan (0,6) pada indikator C4. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran PBL berpengaruh signifikan terhadap
hasil belajar dan meningkatkan aktivitas belajar siswa.
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN
(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung T.P 2014/2015)
Oleh
FITRI NURYANAH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN
(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung T.P 2014/2015)
(Skripsi)
Oleh
FITRI NURYANAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Faktor Intern dan Ekstern yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 8
2. Diagram Pemikiran Variabel Bebas Model Pembelajaran PBL (X) Terhadap Variabel Terikat Akivitas (Y1) dan Hasil Belajar Siswa
(Y2) ... 9 3. Hasil Belajar dan Berbagai Faktor yang Berpengaruh. ... 26
4. Desain Pretes Postes Kelompok Tak Ekuivalen. ... 30
5. Contoh jawaban siswa untuk indikator kognitif C2 (LKS kelas
eksperimen). ... 44
6. Contoh jawaban siswa untuk indikator kognitif C4 (LKS kelas
xiii
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 38
xiv
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 47
B. Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 48
LAMPIRAN 1. Silabus ... 52
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 54
3. Lembar Kerja Siswa ... 65
4. Soal Pretes dan Postes ... 99
5. Data Hasil Penelitian ... 107
6. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 117
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
1. Sintaks atau langkah-langkah PBL ... 16
2. Lembar observasi aktivitas siswa ... 33
3. Interprestasi indeks aktivitas siswa... ... 37
4. Persentase rata-rata aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol... ... 38
5. Hasil uji statistik terhadap nilai pretes, postes, dan N-gain pada siswa kelas eksperimen dan kontrol... ... 39
6. Hasil uji statistik rata – rata N-gain indikator kognitif (C2 dan C4) pada siswa kelas eksperimen dan kontrol... ... 40
7. Nilai pretes, postes dan N-gain kelas eksperimen ... 107
8. Nilai pretes, postes dan N-gain kelas kontrol ... 108
9. Analisis data aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen... .. 109
10. Analisis data aktivitas belajar siswa pada kelas kontrol... ... 111
11. Analisis butir soal pretes dan postes kelas eksperimen ... 113
12. Analisis butir soal pretes dan postes kelas kontrol ... 115
13. Hasil uji normalitas pretes kelas eksperimen dan kontrol... ... 117
14. Hasil uji kesamaan dua varians dan kesamaan dua rata-rata pretes .. 117
15. Hasil uji normalitas postes kelas eksperimen dan kontrol ... 119
17. Uji perbedaan dua rata-rata postes... ... 120
18. Hasil uji normalitas N-gain kelas eksperimen dan kontrol. ... 121
19. Hasil uji kesamaan dua varians N-gain... ... 122
20. Hasil uji U N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol... ... 123
21. Hasil uji normalitas aspek kognitif C2 kelas eksperimen dan kontrol ... 123
22. Hasil uji kesamaan dua varians & kesamaan dua rata-rata indikator C2………….. ... 124
23. Uji perbedaan dua rata-rata indikator C2... 125
24. Hasil uji normalitas aspek kognitif C4 kelas eksperimen dan kontrol... ... 125
25. Hasil uji kesamaan dua varians & kesamaan dua rata-rata indikator C4 ... 126
“Hidup adalah Perjuangan”
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
(Q.S. Ar-ra’du:11)
“ Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna ”
(Einstein)
“Orang hebat tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan. Mereka dibentuk melalui kesukaran, tantangan, dan air mata”
(Dahlan Iskan)
“Saya bisa karena saya yakin bisa” (Penulis)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada 5 April 1992,
yang merupakan anak pertama dari empat bersaudara
pasangan Bapak Turyanto dengan Ibu Sukaesih
(Alamat: Pesawaran, Lampung. No. hp: 089691641157)
Pendidikan yang ditempuh penulis adalah TK Pertiwi
(1996-1998), SD N 1 Sukaraja (1998-2004), SMP Negeri 1 Gedong Tataan
(2004-2007), SMA Negeri 14 Bandar Lampung (2007-2010). Pada tahun 2011,
penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi
mahasiswa, penulis mendapatkan beasiswa Bidik Misi dari awal hingga selesai
perkuliahan.
Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1
Kota Agung dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Kuripan,
Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus (Tahun 2014), dan penelitian
pendidikan di SMA Negeri 14 Bandar Lampung untuk meraih gelar sarjana
Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji untuk Mu ya Rabb atas segala kemudahan, limpahan rahmad dan karunia yang Engkau berikan selama ini. Teriring doa, rasa syukur dan
segala kerendahan hati.
Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:
Ayah (Turyanto) dan Mamah (Sukaesih)
Sosok ayah yang bijaksana dan bertanggung jawab dan
Sosok mamah yang penuh kesabaran menjadi sebuah motivasiku untuk terus maju Terimakasih untuk cinta dan kasih sayang yang tiada terhingga untukku,
Datuk (Junaidi), Adikku (Ratri Selpyani),
Adikku (Yeni Suci Paramitha), Adikku (Dian Kusuma Yanti), Keluarga
Besarku, Keluarga KKN-KT Kotaagung, Kekasihku (Roy Shandy Stallone),
Bapak (Sunaryo), Mama (Sri Sundari), dan Sahabatku (Lilis Martini)
Terimakasih untuk segala cinta, sumber inspirasi, motivasi dan segala bentuk dukungan yang kalian berikan untukku,
Sahabat-sahabatku tercinta seperjuangan Pendidikan Biologi 2011
Terimakasih untuk persahabatan kita selama ini semoga persahabatan kita kelak kan abadi sepanjang masa,
Para Pendidikku (Guru-guruku/Dosen-dosenku)
Terimakasih atas bimbingan yang diberikan padaku hingga aku dapat melihat dunia dengan ilmu,
Sahabat-sahabatku tercinta Rusunawa Unila
Terimakasih atas cinta, kasih sayang dan kebersamaan yang indah selama ini,
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil‟alamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program
Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini
berjudul “Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Aktivitas
dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pencemaran Lingkungan (Studi Eksperimen
Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2014/2015)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;
3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
sekaligus Pembimbing Akademik dan juga sebagai Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini;
4. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini;
5. Drs. Arwin Achmad, M.Si, selaku Pembahas yang telah memberikan
6. Tri Winarsih, S.Pd., M.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 14 Bandar Lampung
dan Minarni, S.Pd., M.Pd; selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan
bantuan selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;
7. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas X4 dan X6 SMA Negeri 14
Bandar Lampung atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung;
8. Ayah dan mamah terima kasih untuk cinta dan kasih sayang yang tulus; datuk,
adik-adik dan keluarga besarku terimakasih untuk dukungan yang sangat
berharga;
9. Sahabat-sahabat seperjuangan (Pendidikan Biologi 2011), kakak serta adik
tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA terimakasih atas bantuan, dukungan
dan persahabatan yang sangat berharga;
10.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Aamin.
Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting
dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan
peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia Indonesia yang mampu berpikir
kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang
diakibatkan oleh dampak perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (BSNP,
2006: iv). Selain itu, tuntutan pembelajaran Biologi telah dirumuskan dalam
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mata pelajaran Biologi untuk Sekolah
Menengah Atas (SMA/MA) yakni standar kelulusan peserta didik diharapkan
mampu merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis,
mengumpulkan, mengolah, menafsirkan dan menyajikan data secara
sistematis. Lebih lanjut mata pelajaran biologi berdasarkan Standar Isi (SI)
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan dalam memupuk sikap
ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja sama
dengan orang lain (BSNP, 2006: 451).
Dari uraian tersebut secara jelas tujuan pembelajaran biologi bukan hanya
terfokus pada penanaman pengetahuan biologi saja. Pembelajaran biologi
2
berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan
metode ilmiah, yaitu merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,
mengumpulkan sampai menyajikan data secara sistematis, dan menumbuhkan
sikap ilmiah, yaitu dapat bekerja sama dengan orang lain. Aktivitas belajar
yang dilakukan oleh siswa di sekolah, pada hakikatnya adalah untuk mencapai
tujuan belajar sedangkan tujuan belajar pada umumnya adalah untuk mencapai
hasil belajar yang sesuai dengan harapan.
Guru merupakan komponen pengajaran yang memegang peranan penting dan
utama, karena keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh
faktor guru (Asnawir dan Usman, 2002: 1). Peran guru dalam pembelajaran
adalah sebagai fasilitator, mediator, dan pembimbing (Sardiman, 2004: 143).
Berdasarkan pernyataan tersebut, guru seharusnya mampu menciptakan
suasana belajar yang aktif dimana siswa dapat terlibat secara langsung dalam
proses pembelajaran.
Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran biologi
cenderung hanya menghadirkan konsep-konsep dan teori-teori secara verbal
tanpa memberikan pengalaman bagaimana proses ditemukannya konsep dan
teori tersebut. Seperti yang ditemukan ketika observasi di SMA Negeri 14
Bandar Lampung pada 16 Oktober 2014. Hasil observasi dan wawancara
dengan guru biologi di sekolah tersebut, dapat diketahui bahwa aktivitas
belajar siswa dalam proses pembelajaran masih terbilang rendah. Aktivitas
siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal
3
pasif karena kegiatan siswa kurang tereksplor dengan baik terutama aktivitas
belajar siswa dalam memecahkan masalah ataupun diskusi. Selain itu, guru tidak
dapat mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran dengan
maksimal, karena yang dilakukan siswa cenderung hanya duduk diam
mendengarkan penjelasan dari guru. Hal ini juga dipengaruhi oleh metode belajar
yang digunakan oleh guru. Selama ini, guru cenderung menggunakan metode
ceramah dan diskusi atau tanya jawab. Diduga dengan menggunakan
metode-metode tersebut kurang merangsang aktivitas yang mendukung siswa secara
mandiri dalam menyelesaikan permasalahan biologi untuk meningkatkan hasil
belajar yang diinginkan. Metode ceramah menyebabkan segala informasi berpusat
pada guru, diskusi yang kurang efektif karena soal-soal yang menjadi bahan
diskusi cenderung meminta jawaban yang hanya memindahkan materi yang sudah
tersedia pada buku teks, sedangkan tanya jawab guru hanya memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang kurang menggali pengetahuan siswa lebih dalam.
Metode-metode seperti ini diduga kurang efektif untuk meningkatkan aktivitas
belajar siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri sehingga kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah kurang berkembang dan tidak tergali secara
optimal. Selain itu, guru juga kurang memotivasi dan mendampingi siswa setiap
tahap proses pembelajaran. Hal tersebut tentu akan berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa.
Kenyataan tersebut diperkuat dengan perolehan hasil rata-rata nilai ulangan
harian biologi siswa kelas X SMA Negeri 14 Bandar Lampung pada materi
pokok pencemaran lingkungan tahun ajaran 2013/2014 masih di bawah KKM.
4
ketuntasan belajar yang ditetapkan SMA Negeri 14 Bandar Lampung untuk
mata pelajaran biologi yakni sebesar 75 dan suatu kelas dinyatakan tuntas
belajar apabila di kelas tersebut terdapat 100% siswa yang telah mencapai
nilai ≥ 75. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa guru belum dapat
mengorientasikan siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar,
membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan
menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang
selain dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, juga dapat meningkatkan
solidaritas sosial siswa yang dapat memberikan dampak positif terhadap hasil
belajar. Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa adalah model PBL. Model pembelajaran PBL
merupakan model pembelajaran yang lebih menekankan pada pemecahan
masalah atau masalah sebagai titik tolak. Dalam model ini, siswa dapat
menumbuhkan keterampilan menyelesaikan masalah, bertindak sebagai
pemecah masalah dan pembelajaran dibangun proses berpikir, kerja
kelompok, berkomunikasi, dan saling memberi informasi (Akinoglu dalam
Sahara, 2008: 279). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, yaitu
penelitian yang dilakuakan oleh Norrohmah (2014: 72) menyatakan bahwa
penggunaan model PBL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
5
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap Aktivitas dan Hasil
Belajar Siswa Pada Materi Pencemaran Lingkungan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh model pembelajaran PBL terhadap peningkatan
aktivitas siswa pada materi Pencemaran Lingkungan?
2. Apakah model pembelajaran PBL berpengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan hasil belajar siswa pada materi Pencemaran Lingkungan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran PBL terhadap aktivitas
dan hasil belajar siswa pada materi pencemaran lingkungan siswa SMA
Negeri 14 Bandar Lampung.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti
Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan dalam menggunakan
model pembelajaran PBL serta menjadi bekal sebagai calon guru
6
2. Bagi guru
Dapat memberikan alternatif dalam memilih strategi dan model
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa.
3. Bagi siswa
Dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga diharapkan
mampu membangkitkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses
pembelajaran.
4. Bagi sekolah
Dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran biologi
di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari berbagai macam perbedaan penafsiran tentang penelitian
ini maka diberikan batasan sebagai berikut :
1. Model pembelajaran PBL merupakan salah satu bentuk pembelajaran
berlandaskan pada paradigma konstruktivisme yang berfokus pada
penyajian suatu permasalahan (nyata atau simulasi) kepada siswa, lalu
siswa diminta mencari pemecahannya melalui serangkaian penelitian dan
investigasi berdasarkan teori, konsep, dan prinsip yang dipelajarinya dari
berbagai ilmu. Sintaks dalam PBL yaitu: (1) orientasi siswa pada masalah,
(2) mengorganisasi siswa untuk belajar, (3) membantu penyelidikan
7
(5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Nur
dalam Hosnan, 2014 : 302).
2. Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam
interaksi belajar-mengajar. Aktivitas yang di amati yaitu (1) kemampuan
mengajukan pertanyaan, (2) mengumpulkan data, (3) mempresentasikan
hasil diskusi kelompok, dan (4) menyampaikan pendapat (Hamalik, 2004:
175).
3. Hasil Belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini
usaha belajar adalah ranah kognitif siswa yang diukur dari hasil pretes
sebagai penilaian awal siswa dan postes sebagai penilaian akhir siswa
yang ditinjau berdasarkan perbandingan N-gain.
4. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap SMA N 14
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.
5. Kompetensi dasar (KD) yang diteliti adalah KD 4.2 Keterkaitan Antara
Kegiatan Manusia dengan Masalah Perusakan atau Pencemaran
Lingkungan dan Pelestarian Lingkungan biologi SMA Kelas X.
F. Kerangka Pikir
Konsep-konsep pencemaran tidak mudah untuk dapat dikuasai oleh siswa,
oleh sebab itu untuk mempermudah belajar memahami konsep pencemaran
lingkungan maka siswa dapat menggunakan model PBL. Model PBL
diharapkan dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa pun akan meningkat. Hal
8
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalahnya.
Belajar memecahkan masalah berati belajar untuk berpikir atau bernalar untuk
mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh sebelumnya untuk
memecahkan masalah-masalah baru yang belum pernah dijumpai. Pemecahan
masalah ini dapat dilakukan dengan tahapan dari mengenali masalah,
menjelaskan masalah, perencanaan pemecahan masalah, pelaksanaan
perencanaan, sampai mengecek dan mengevaluasi jawaban. Dengan cara
seperti itu pengetahuan tentang konsep pencemaran lingkungan akan dapat
dikuasai oleh siswa. Sehingga hal ini sangat membantu siswa untuk mencapai
hasil belajar yang optimal seperti Gambar 1.
Siswa (input)
Faktor Intern Faktor Ekstern
Kemampuan Awal Lingkungan
Minat Sumber
Belajar
Pengalaman Bahan Belajar
Proses Belajar
LKS (Berbasis Masalah Pencemaran Lingkungan)
Hasil Belajar (output)
Gambar 1. Faktor Intern dan Ekstern yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada
pembelajaran memberikan kesempatan siswa untuk mengkontruksi
pengetahuannya sendiri dalam memecahkan permasalahan dapat melibatkan
9
belajar dengan memecahkan masalah dirasa penting bagi siswa guna dalam
memecahkan masalah dikehidupan sehari-hari.
Melalui model ini diharapkan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran
yang mengharuskan siswa untuk mengidentifikasi permasalahan,
mengumpulkan data dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan
masalah. Dengan demikian diharapkan siswa mendapatkan pengetahuan yang
bermakna dengan ikut terlibat aktif di dalam pembelajaran sehingga
meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan satu kelas
kontrol dan satu kelas eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pengujian
untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran PBL terhadap aktivitas dan
hasil belajar siswa pada materi pencemaran lingkungan. Penelitian ini
mengunakan dua bentuk variabel yaitu 1 variabel bebas dan 2 variabel
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran PBL
(X), sedangkan variabel terikatnya adalah aktivitas siswa (Y1) dan hasil
belajar siswa (Y2). Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, maka dapat dijelaskan
dengan paradigma pemikiran yang ditunjukan pada
Gambar 2.
X
Y1
10
Gambar 2. Diagram Pemikiran Variabel Bebas Model Pembelajaran PBL (X) Terhadap Variabel Terikat Aktivitas Siswa (Y1) dan Hasil
Belajar Siswa (Y2)
Keterangan:
X = Model Pembelajaran PBL
Y1 = Aktivitas Siswa
Y2 = Hasil Belajar Siswa (kognitif)
G. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir di atas hipotesis yang dapat diajukan dalam
penelitian ini adalah:
1. H0 = Penggunaan model PBL tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok pencemaran lingkungan.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Menurut Kurniasih dan Berlin (2014: 75) PBL atau Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM) merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang
menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk
belajar. Dalam kelas yang menerapkan PBM , peserta didik bekerja dalam tim
untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). PBM merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana
belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan
dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta
didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah
diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep
atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.
Duch (dalam Riyanto, 2010: 285) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis
masalah adalah suatu model pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada tantangan “bekerja untuk belajar”. Siswa aktif bekerja sama di dalam
kelompok untuk mencari solusi permasalahan dunia nyata. Permasalahan ini
sebagai acuan bagi peserta didik untuk merumuskan, menganalisis, dan
memecahkannya. Lebih lanjut Duch menyatakan bahwa modal ini
dimaksudkan untuk mengembangkan siswa berpikir kritis, analitis, dan untuk
12
Dalam model PBL, guru berperan mengajukan permasalahan nyata,
memberikan dorongan, memotivasi dan menyediakan bahan ajar, dan fasilitas
yang diperlukan peserta didik untuk memecahkan masalah. Selain itu, guru
memberikan dukungan dalam upaya meningkatkan temuan dan
perkembangan intelektual peserta didik. Beberapa faktor yang merupakan
kelebihan pembelajaran berbasis masalah adalah:
1. Peserta didik dapat belajar, mengingat, menerapkan, dan melanjutkan
proses belajar secara mandiri. Prinsip-prinsip “membelajarkan” seperti ini tidak bisa dilayani melalui „pembelajaran tradisional yang banyak
menggunakan pada kemampuan menghafal‟.
2. Peserta didik diperlukan sebagai pribadi yang dewasa. Perlakuan ini
memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengimplementasikan
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki untuk memecahkan masalah.
Sementara itu, Torp dan Sage (dalam Sahin dan Yorek, 2009: 754)
menggambarkan PBL sebagai berikut:
“PBL sebagai fokus, pengalaman belajar terorganisir dalam penyelidikan dan penyelesaian masalah di dunia nyata. Mereka menggambarkan siswa sebagai pemecah masalah yang aktif, berusaha untuk mengidentifikasi akar masalah dan kondisi yang diperlukan untuk mencari solusi.
“Dalam PBL, siswa mengikuti pola eksplorasi tertentu yang dimulai dengan mempertimbangkan masalah yang terdiri dari kejadian yang membutuhkan penjelasan. Selama diskusi dengan anggota kelompoknya, siswa mencoba mengidentifikasi prinsip-prinsip dasar atau proses. Di sini, siswa dirangsang untuk menemukan suatu akar masalah yang perlu
13
Menurut Pannen, Mustafa dan Sekarwinahyu (2005: 88) model PBL memiliki
5 asumsi utama yaitu.
1. Permasalahan sebagai pemandu.
Permasalahan menjadi acuan yang harus menjadi perhatian siswa. Bacaan
diberikan sejalan dengan permasalahan. Siswa ditugaskan untuk
membaca dengan selalu mengacu pada permasalahan. Permasalahan
menjadi kerangka pikir dalam mengerjakan tugas.
2. Permasalahan sebagai kesatuan.
Permasalahan diberikan kepada siswa setelah tugas - tugas dan penjelasan
diberikan. Tujuannya memberikan kesempatan pada siswa untuk
menerapkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dalam pemecahan
masalah.
3. Permasalahan sebagai contoh.
Permasalahan merupakan salah satu contoh dan bagian dari bahan
pelajaran siswa. Permasalahan digunakan untuk menggambarkan teori,
konsep, atau prinsip dan dibahas dalam diskusi kelompok.
4. Permasalahan sebagai sarana yang memfasilitasi terjadinya proses.
Permasalahan menjadi alat untuk melatih siswa dalam bernalar dan
berpikir kritis.
5. Permasalahan sebagai stimulus dalam aktivitas belajar.
Fokusnya pada pengembangan keterampilan pemecahan masalah dari
kasus - kasus serupa. Keterampilan tidak diajarkan oleh guru, tetapi
ditemukan dan dikembangkan sendiri oleh siswa melalui aktivitas
14
fisik. keterampilan data dan menganalisis data yang berkaitan dengan
permasalahan, dan ketermpilan metakognitif.
Pannen, Mustafa dan Sekarwinahyu (2005: 99) juga mengungkapkan bahwa
model PBL memiliki kekuatan sebagai berikut:
1. Fokus pada kebermaknaan, bukan fakta (deep versus surface learning)
Dalam pembelajaran tradisional, siswa diharuskan mengingat banyak
sekali informasi dan kemudian mengeluarkan ingatannya dalam ujian.
Informasi yang sedemikian banyak yang harus diingat siswa dalam proses
belajar setelah proses pembelajaran selesai. Pembelajaran berbasis
masalah semata-mata tidak menyajikan informasi untuk diingat siswa.
Jika pembelajaran berbasis masalah menyajikan informasi, maka informasi
tersebut harus digunakan dalam pemecahan masalah, sehingga terjadi
proses kebermaknaan terhadap informasi.
2. Meningkatkan kemampuan siswa untuk berinisiatif
Penerapan PBL membiasakan siswa untuk berinisiatif, sehingga pada
akhirnya kemampuan tersebut akan meningkat.
3. Pengembangan keterampilan dan pengetahuan
Metode PBL memberikan makna yang lebih, contoh nyata penerapan, dan
manfaat yang jelas dari materi pembelajaran (fakta, konsep, prinsip,
prosedur). Semakin tinggi tingkat kompleksitas permasalahan, semakin
tinggi keterampilan dan pengetahuan siswa yang dituntut untuk mampu
memecahkan masalah.
4. Pengembangan keterampilan interpersonal dan dinamika kelompok
15
diperlukan siswa di dalam proses pembelajaran maupun dalam kehidupan
sehari-hari.
5. Pengembangan sikap “Self-Motivated”
Pembelajaran berbasis masalah yang memberikan kebebasan untuk siswa
bereksplorasi bersama siswa lain dalam bimbingan guru merupakan proses
pembelajaran yang disenangi siswa. Dengan situasi belajar yang
menyenangkan, siswa dengan sendirinya termotivasi untuk belajar terus.
6. Tumbuhnya hubungan siswa-fasilitator
Hubungan siswa-fasilitator yang terjadi dalam model PBL pada akhirnya
dapat menjadi lebih menyenangkan bagi guru maupun siswa.
7. Jenjang pencapaian pembelajaran dapat ditingkatkan
Proses pembelajaran dengan model PBL dapat menghasilkan pencapaian
siswa dalam penguasaan materi yang sama luas dan sama dalamnya
dengan pembelajaran tradisional. Belum lagi, keragaman keterampilan dan
kebermaknaan yang dapat dicapai oleh siswa merupakan nilai tambah
pemanfaatan model PBL.
Arends (dalam Riyanto, 2010: 287) mengidentifikasi 4 karakteristik
pembelajaran berbasis masalah yakni: (1) pengajuan masalah, (2) keterkaitan
antardisiplin ilmu, (3) investigasi autentik, dan (4) kerja kolaborasi. Selain
itu ada 5 tahap prosedur pembelajaran berbasis masalah, yakni: (1) orientasi
masalah, (2) mengorganisasikan peserta didik ke dalam belajar, (3)
investigasi atas masalah, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil
16
Pada umumnya, guru menerapkan model ini lebih menjurus pada pemecahan
suatu masalah kehidupan nyata yang dihadapi siswa sehari-hari dengan
menggunakan keterampilan problem solving. Riyanto (2010: 307) lebih
lanjut mengusulkan langkah-langkah model ini secara sederhana sebagai
berikut:
1. Guru mempersiapkan dan melempar masalah kepada siswa.
2. Membentuk kelompok kecil, dan masing-masing kelompok siswa
mendiskusikan masalah tersebut dengan memanfaatkan dan merefleksi
pengetahuan/keterampilan yang mereka miliki. Siswa juga membuat
rumusan masalah dan membuat hipotesis-hipotesisnya.
3. Siswa mencari (hunting) informasi dan data yang berhubungan dengan
masalah yang sudah dirumuskan.
4. Siswa berkumpul dalam kelompoknya untuk melaporkan data apa yang
sudah diperoleh dan mendiskusikan dalam kelompoknya berdasarkan
data-data yang diperoleh tersebut. Langkah ini diulang-ulang sampai
memperoleh solusinya.
5. Kegiatan diskusi penutup sebagai kegiatan akhir apabila proses sudah
memperoleh solusi yang tepat.
Tabel 1. Sintaks atau Langkah-Langkah PBL
Tahap Aktivitas Guru dan Peserta didik
Tahap – 1
Mengorientasi peserta didik terhadap masalah
17
Tahap - 2
Mengorganisasi peserta didik untuk belajar
Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya.
Tahap – 3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperluka untuk menyelesaikan masalah
Tahap – 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu peserta didik untuk membagi tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video, atau model.
Tahap -5
Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu peserta didik untuk melakuakan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan.
Sumber: Nur (dalam Hosnan, 2014 : 302)
Salah satu isi utama dalam PBM adalah pembentukan masalah yang menuntut
penyelesaian. Sesuai dengan pendapat Hudoyono (dalam Rusman, 2013: 245),
masalah yang disajikan dalam PBM tidak perlu berupa penyelesaian masalah
(problem solving) sebagaimana biasa, tetapi pembentukan masalah (problem
posing) yang kemudian diselesaikan. Aspek yang disajikan tentu saja hal-hal
yang sesuai dengan pengalaman dalam kehidupan siswa, sehingga masalah
yang ditimbulkan menjadi masalah yang kontekstual.
B. Aktivitas
Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi
18
tingkah laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Dalam kegiatan
belajar, subyek didik atau siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa
dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas (Sardiman, 2003: 95). Dalam
proses kemandirian belajar siswa diperlukan aktivitas, siswa bukan hanya jadi
obyek tapi subyek didik dan harus aktif agar proses kemandirian dapat
tercapai.
Adanya kegiatan-kegiatan yang menunjang seperti melakukan ekperimen,
diskusi, tanya jawab dan lain-lain, secara tidak langsung akan menuntut siswa
dalam melakukan berbagai aktivitas belajar. Hamalik (2004: 175) berpendapat
bahwa:
Penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa, oleh karena:
1) Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.;
2) berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral;
3) memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa; 4) para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri; 5) memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi
demokratis;
6) mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dengan guru;
7) pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan verbalistis;
8) pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat.
Aktivitas kerjasama siswa merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan
siswa secara bersama-sama untuk mencapai perubahan tingkah laku dan untuk
19
proses pembelajaran yang terjadi akan semakin baik. Seperti yang
diungkapkan oleh Sardiman (2004: 21):
“Pada prinsipnya belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha merubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga terbentuk percakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri.”
Tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran bergantung pada diri siswa.
Berawal dari minat dengan segala aktivitas-aktivitas selama mengikuti
pembelajaran menjadi salah satu penunjang keberhasilan pembelajaran. Oleh
karena itu, aktivitas kerjasama siswa perlu diperhatikan sebab hal ini berperan
penting dalam menentukan prestasi belajar siswa. Aktivitas siswa dalam
bekerjasama meliputi aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Kegiatan
belajar dua aktivitas tersebut saling terkait, sehingga dalam pembelajaran
peserta didik diharapkan mempunyai keserasian antara aktivitas fisik dengan
aktivitas mental yang dilakukan sehingga akan menghasilkan pembelajaran
berkelompok yang optimal.
Menurut Landsberger (dalam Wardany, 2013: 19) kerjasama atau belajar
bersama adalah proses beregu (berkelompok) yang anggota-anggotanya
mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil mufakat.
Ruang kelas merupakan suatu tempat yang sangat baik untuk membangun
kemampuan kelompok (tim), yang dibutuhkan kemudian dalam kehidupan.
Kerjasama/belajar bersama adalah saling mempengaruhi sebagai anggota tim,
Anda:
20
2. Sumbangkan pemahamanmu tentang permasalahan: pertanyaan, wawasan,
dan pemecahan
3. Tanggap terhadap, dan belajar memahami, pertanyaan lain, wawasan dan
penyelesaian
4. Setiap anggota memperkuat yang lain untuk berbicara dan berpartisipasi,
dan menentukan kontribusi (sumbangan) mereka
5. Bertanggung jawab terhadap yang lain, dan mereka bertanggung jawab
pada Anda
6. Bergantung pada yang lain, dan mereka bergantung pada Anda.
Aktivitas kerjasama siswa dapat diukur dengan berpedoman pada besar nilai
yang diperoleh siswa yang kemudian dinamakan tingkat keaktifan siswa.
Seseorang dikatakan aktif jika dalam belajarnya mengerjakan sesuatu yang
sesuai dengan tujuan belajarnya, memberi tanggapan positif terhadap suatu
peristiwa dan mengalami atau turut merasakan sesuatu dalam proses
belajarnya.
Senada dengan hal di atas, Gie (1985: 6) menyatakan bahwa:
"Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan."
Aktivitas kerjasama dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu
faktor penting yang dapat mendukung ketercapaian kompetensi pembelajaran
21
kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2002:
172).
Aktivitas kerjasama haruslah difasilitasi oleh guru, seperti yang dijelaskan
oleh Holubee (dalam Wardany, 2013: 18), menyatakan bahwa sama seperti
seorang guru harus mengajarkan keterampilan akademis, keterampilan
kerjasama juga harus diberikan kepada siswa, karena tindakan ini akan
bermanfaat bagi mereka untuk meningkatkan kerja kelompok, dan
menentukan bagi keberhasilan hubungan sosial dimasyarakat.
Dengan adanya aktivitas kerjasama dalam kegiatan berkelompok memberikan
kesempatan bagi siswa untuk melatih materi baru dan mendapatkan umpan
balik dari anggota kelompok yang lain serta mendorong perkembangan
keterampilan sosial siswa (Eggen dan Kauchak, 2012: 149).
Adapun indikator penilaian aktivitas kerjasama siswa dalam kegiatan
berkelompok menurut Eggen dan Kauchak (2012: 152) yaitu mencakup
berbicara, mendengarkan, berbagi ide, dan membantu kelompok untuk
bergerak di dalam arah positif. Dalam kegiatan berkelompok, siswa belajar
menerima tanggung jawab pribadi dan berfungsi sebagai anggota produktif
satu kelompok.
C. Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses untuk mencapai hasil belajar. Hal ini sesuai
22
“Belajar merupakan proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang disebut hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.”
Perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti pembelajaran terdiri dari
sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan aspek-aspek
tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan,
keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan
sikap.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari
suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindakan
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil
belajar merupakan puncak proses belajar.
Menurut Hamalik (2004: 27) menyatakan bahwa:
“Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behaviour through experiencing).”
Menurut Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26), enam jenis perilaku
ranah kognitif, sebagai berikut:
1. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan
fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.
2. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal
yang dipelajari.
3. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
23
4. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya
mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
5. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya
kemampuan menyusun suatu program.
6. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal
berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.
Menurut Hamalik (2004: 27), hasil belajar adalah:
“Bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.”
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Horwart Kingsley
dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (a)
Keterampilan dan kebiasaan, (b) Pengetahuan dan pengarahan, (c) Sikap dan
cita-cita (Sudjana, 2005: 22).
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari
dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 2005: 39). Dari
pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan
kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (dalam
Sudjana, 2005: 39) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 %
dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan.
Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling
24
Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan
lingkungannya (Ali, 2005: 14). Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi
akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara
sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan
dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu
maka belajar tidak dikatakan berhasil.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang
berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif
menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut
kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, tujuan belajar telah
ditetapkan terlebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar ialah
yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan
intruksional.
Menurut Bloom (dalam Abdurrahman, 2009: 38) ada tiga ranah (domain) hasil
belajar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Romiszowski (dalam
Abdurrahman, 2009: 38) hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu
system pemrosesan masukan (inputs). Masukan dari system tersebut berupa
macam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau
kinerja (performance).
Keller (dalam Abdurrahman, 2009: 39) memandang hasil belajar sebagai
25
informasi. Berbagai masukan tersebut menurut Keller dapat dikelompokkan
menjadi dua macam, yaitu kelompok masukan pribadi (personal input) dan
kelompok masukan yang berasal dari lingkungan (environmental input).
Berdasarkan kerangka pemikiran seperti itu, Keller menjelaskan hasil belajar
dalam suatu bentuk formula B = f (P, E), yaitu hasil belajar (behavior)
merupakan fungsi dari masukan pribadi (personal inputs) dan masukan yang
berasal dari lingkungan (environmental inputs).
Menurut Keller (dalam Abdurrahman, 2009: 38) masukan pribadi terdiri dari
empat macam, yaitu: (a) Motivasi atau nilai-nilai, (b) Harapan untuk berhasil
26
Hasil Belajar dan Berbagai Faktor yang Berpengaruh Menurut John. M. Keller ditunjukan Gambar 3.
Gambar 3. Hasil Belajar dan Berbagai Faktor yang Berpengaruh (Keller (dalam Abdurrahman, 2009: 39)
Motif dan Nilai
Intelegensi dan Pengetahuan Awal
Evaluasi Kognitif tentang Kewajaran dan Keadilan
Harapan Hasil
Usaha Hasil Belajar Konsekuensi
Rancangan dan Pengelolaan Motivasional
Rancangan dan Pengelolaan Pembelajaran
Ulangan dan Penguatan
(reinforcemen)
Masukan dari lingkungan Keluaran
Masukan Pribadi
27
Masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil, dan masukan
yang berasal dari lingkungan berupa rancangan dan pengelolaan motivasional
tidak berpengaruh langsung terhadap hasil belajar tetapi berpengaruh terhadap
besarnya usaha yang dicurahkan oleh anak untuk mencapai hasil belajar.
Menurut Keller (dalam Abdurrahman, 2009: 39) hasil belajar adalah perbuatan
yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar. Ini berarti bahwa besarnya
usaha adalah indikator dari adanya motivasi; sedangkan hasil belajar
dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan anak.
Hasil belajar juga dipengaruhi oleh intelegensi dan penguasaan awal anak
tentang materi yang akan dipelajari. Ini berarti guru perlu menetapkan tujuan
belajar sesuai dengan kapasitas intelegensi anak; dan pencapaian tujuan belajar
perlu menggunakan bahan apersepsi, yaitu bahan yang telah dikuasai anak
sebagai batu loncatan untuk menguasai bahan pelajaran baru. Hasil belajar
juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan yang diberikan kepada anak. Ini
berarti bahwa guru perlu menyusun rancangan dan pengelolaan pembelajaran
yang memungkinkan anak bebas untuk melakukan eksplorasi terhadap
lingkungannya (Abdurrahman, 2009: 40).
Hasil belajar yang dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dicurahkan,
intelegensi, dan kesempatan yang diberikan kepada anak, pada gilirannya
berpengaruh terhadap konsekuensi dan hasil belajar tersebut. Konsekuensi
tersebut dapat intrinsik dan dapat pula ekstrinsik. Konsekuensi intrinsik dapat
berupa perasaan puas atau tidak puas; sedangkan konsekuensi ekstrinsik dapat
28
belajar tersebut berkaitan erat dengan motivasi karena anak melakukan
evaluasi kognitif atas kewajaran atau keadilan konsekuensi tersebut.
Konsekuensi atas hasil belajar tidak hanya dipengaruhi oleh hasil belajar itu
sendiri tetapi juga oleh adanya ulangan penguatan (reinforcemen) yang
diberikan oleh lingkungan social, terutama guru atau orang tua. Oleh Karena
itu, pemberian ulangan penguatan yang wajar dan adil merupakan bagian yang
sangat penting dalam kegiatan pembelajaran, lebih lebih bagi anak
29
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 pada
tanggal 20 April 2015 di SMA Negeri 14 Bandar Lampung.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas X SMA
Negeri 14 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015. Untuk kepentingan
penelitian ini, sampel diambil dengan menggunakan purposive sampling
dengan mengambil dua kelas dari sepuluh kelas yang ada dan diperoleh kelas
X4 sebagai kelas eksperimen dan kelas X6 sebagai kelas kontrol yang
masing-masing berjumlah 30 siswa.
C.Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes tak
ekuivalen. Kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen menggunakan
kelas yang ada dan satu level dengan kondisi yang homogen. Kelas
eksperimen diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran PBL,
sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran menggunakan diskusi.
30 Kelompok pretes perlakuan postes
I O1 X O2 II O1 C O2
Keterangan : I = Kelompok eksperimen; II = Kelompok kontrol; O1 = Pretes; O2 = Postes; X = Perlakuan dengan model pembelajaran PBL; C = Perlakuan dengan diskusi (Dimodifikasi dari Riyanto, 2001: 43).
Gambar 4. Desain pretes-postes kelompok tak ekuivalen
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian.
Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut adalah sebagai berikut :
1. Prapenelitian
a. Membuat izin penelitian pendahuluan ke FKIP untuk sekolah
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,
untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
d. Mengelompokkan siswa secara heterogen berdasarkan kemampuan
akademiknya, masing-masing kelompok berjumlah 5 orang yang
terdiri dari 1 orang yang tinggi prestasi belajarnya, 3 orang yang
sedang prestasi belajarnya, dan 1 orang yang rendah prestasi
belajarnya. Masing-masing kelompok memiliki satu ketua kelompok.
e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS)
31 f. Membuat rubrik penilaian aktivitas yang diperoleh melalui
pengamatan guru pada saat pembelajaran sedang berlangsung ketika
siswa berdiskusi dan ketika memecahan masalah dan membuat
perangkat evaluasi yaitu soal pretes dan postes berupa soal essai untuk
setiap pertemuan.
2. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran
PBL untuk kelas eksperimen dan metode diskusi untuk kelas kontrol.
Penelitian ini dirancang sebanyak dua kali pertemuan. Pretes diberikan
sebelum pembelajaran dan postes diberikan setelah pembelajaran (di akhir
pertemuan).
E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah:
1. Jenis Data
Terdapat dua jenis data yang diperoleh dari penelitian ini yaitu data
kuantitatif dan kualitatif yang diuraikan sebagai berikut:
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu berupa hasil belajar siswa pada materi
Pencemaran Lingkungan yang diperoleh dari nilai pretes dan postes
dengan bentuk dan jumlah soal yang sama, yaitu bentuk essai yang
berjumlah 5. Kemudian dihitung nilai N-gain, lalu dianalisis secara
32
b. Data Kualitatif
Data kualitatif berupa data aktivitas siswa yang diperoleh melalui
lembar observasi dan dianalisis secara deskriptif selama proses
pembelajaran terhadap model pembelajaran PBL
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Pretes dan Postes
Hasil belajar berupa nilai pretes diambil pada pertemuan ke I dan postes
diambil pada pertemuan ke II. Nilai pretes diambil sebelum
pembelajaran pertemuan pertama pada setiap kelas baik eksperimen
maupun kontrol, sedangkan nilai potes diambil diakhir pertemuan
kedua pada setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol.
Teknik penskoran pretes dan postes yaitu :
S = R x 100 N
Keterangan : S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008 : 112).
b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang
diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point
kegiatan yang dilakukan secara langsung maupun melalui catatan
33 telah ditentukan. Aspek yang diamati yaitu: (1) kemampuan
mengajukan pertanyaan, (2) mengumpulkan data, (3) mempresentasikan
hasil diskusi kelompok, (4) menyampaikan pendapat.
Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Sumber: dimodifikasi dari Suwandi (2012: 32)
Keterangan: X= Persentase aktivitas siswa; ∑Xi= Jumlah skor yang diperoleh; n= Jumlah skor maksimum
A. Kemampuan mengajukan pertanyaaan
Skor Indikator
0 tidak mengemukakan pertanyaan.
1 mengajukan pertanyaan tetapi tidak mengarah pada
permasalahan.
2 mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan
permasalahan.
B. Mengumpulkan data
Skor Indikator
0 tidak mengumpulkan data (diam saja).
1 mengumpulkan data dengan asal-asalan (tidak sesuai dengan
hasil pengamatan).
2 mengumpulkan data sesuai dengan hasil pengamatan.
C. Mempresentasikan hasil diskusi
Skor Indikator
0 siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara
yan g kurang sistematis, dan tidak dapat menjawab pertanyaan.
1 siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara
34 dengan benar.
2 siswa dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan
sistematis dan dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
D. Menyampaikan pendapat
Skor Indikator
1 tidak menyampaikan pendapat
2 menyampaikan pendapat tetapi tidak lengkap dan tidak sesuai
dengan permasalahan.
3 menyampaikan pendapat lengkap dan sesuai dengan
permasalahan
F. Teknik Analisis Data
1. Data Kuantitatif
a. Hasil Belajar oleh Siswa
Data hasil belajar penelitian ini berupa nilai pretes, postes, dan N-gain.
Untuk mendapatkan N-gain menggunakan rumus Hake (1999:1) yaitu:
Keterangan:
N-gain = average normalized gain = rata-rata N-gain Spost = postscore class averages = rata-rata skor postest Spre = prescore class averages = rata-rata skor pretest Smax = maximum score = skor maksimum
Sedangkan untuk mengukur persen (%) peningkatan hasil belajar siswa
digunakan rumus sebagai berikut.
35
% Peningkatan = x 100%
Nilai pretes, postest, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol
selanjutnya dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17,
yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas dan
kesamaan dua varians (homogenitas) data:
1. Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan
program SPSS versi 17.
a. Hipotesis
Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal
b. Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Pratisto, 2004: 5).
2. Uji Kesamaan Dua Varians
Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan
dengan uji kesamaan dua varian dengan dengan menggunakan program
SPSS versi 17.
a. Hipotesis
Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda b. Kriteria Uji
- Jika Fhitung < Ftabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima - Jika Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 71).
36 3. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji t ( kesamaan dan perbedaan dua
rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 17.
a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
1) Hipotesis
H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak berbeda secara signifikan.
H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel berbeda secara signifikan.
2) Kriteria Uji
- Jika –ttabel < thitung < ttabel, maka Ho diterima
- Jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 13)
b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata
1) Hipotesis
H0 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan kelompok kontrol.
H1 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.
2) Kriteria Uji :
- Jika –ttabel < thitung < ttabel, maka Ho diterima
- Jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 10).
c. Uji Mann-Whitney U
Pada N-gain data yang didapatkan berdistribusi normal namun tidak
homogen, maka dilakukan Uji Mann-Whitney U
1) Hipotesis
Ho = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol
37 2) Kriteria Uji
ii. Jika p-value > 0,05 maka terima Ho
iii. Jika p-value < 0,05 maka tolak Ho (Pratisto, 2004: 36).
2. Data Kualitatif
a. Aktivitas Belajar Siswa
Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung
merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut
dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah–
langkah yang dilakukan yaitu:
1) Menghitung rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan
rumus: skor maksimal yang diperoleh; n = Jumlah skor maksimum (Coletta dan Phillips, 2005: 5).
3)Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa
sesuai klasifikasi pada Tabel 3.
Tabel 3. Interprestasi Indeks Aktivitas Siswa
Kategori (%) Interpretasi
47
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut.
1. Penerapan model pembelajaran PBL berpengaruh terhadap aktivitas belajar
siswa pada materi Pencemaran Lingkungan.
2. Penerapan model pembelajaran PBL berpengaruh signifikan terhadap hasil
belajar siswa pada materi Pencemaran Lingkungan.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut.
1. Guru diharapkan lebih cermat dan tepat dalam mempertimbangkan waktu
dalam setiap sintaks pembelajaran PBL, karena penerapan model
pembelajaran PBL membutuhkan waktu yang cukup lama dan disarankan
agar pembentukan kelompok dilakukan pada waktu sebelum jam dimulainya
proses pembelajaran, agar lebih mengefisienkan waktu.
2. Guru mitra sebaiknya memberikan data nilai sebelumnya kepada peneliti
untuk dapat mengelompokkan siswa secara heterogen berdasarkan
48
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan & Kebudayaan dan PT Rineka Cipta. Jakarta. 298 hlm.
Ali, M. S. Q, 2005. Amal Shaleh Pengantar ke Surga dan Penyelamat dari Neraka. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta Timur. 176 hlm.
Asnawir, H. dan M. B. Usman. 2002. Media Pembelajaran. Ciputat Pers. Jakarta.179 hlm.
BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/ Model Silabus SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Colleta, V. P. dan J.A Phillips. 2005. Interpreting FCI scores: Normalized gain, preinstruction scores, and scientific reasoning ability. California: Department of Physics, Loyola Marymount University.
Dasna, I. W. dan Sutrisno. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Tesis Master pada FPMIPA UNM. Universitas Negeri Malang. Malang.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. 298 hlm.
Eggen, P dan D. Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Indeks. Jakarta. 436 hlm.
Gie, T.L. 1985. Cara Belajar Yang Efisien. Pusat Kemajuan Studi (Center For Study Progress). Yogyakarta. 168 hlm.
Hake, R. R. 1999. Analizing Change/Gain Score. Diakses dari
http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf (28 Maret 2015, 11.19 p.m).
Hamalik, O. 2004. Proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. 242 hlm.
49
Kuhlthau, C dan R. Todd. 2007. Guided Inquiry: A Framework for Learning Through School Librariesin 21st Century Schools. CISSL. New Jersey. (Online). (http://cissl.scils.rutgers.edu/guide d inquiry/introduction.-html.htm, diakses tanggal 28 Maret 2015, 02.15 a.m)
Kurniasih, I dan S, Berlin. 2014. Sukses Mengimplementasi Kurikulum 2013. Kata Pena. Yogyakarta. 126 hlm.
Martono, N. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Rajawali Pers. Jakarta. 280 hlm.
Norrohmah, D. 2014. Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Lingkungan. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Pannen, P., D. Mustafa., dan M. Sekarwinahyu. 2005. Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Depdiknas. Jakarta. 141 hlm.
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta. 292 hlm.
Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Penerbit Remaja Rosdakarya: Bandung. 165 hlm.
Riyanto. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru/ Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Kencana. Jakarta. 310 hlm.
Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya. 121 hlm.
Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 436 hlm.
Sahara, L. 2008. Using Problem Based Learning to Increase Critical Thinking Skill at Heat Concept (Proceedings The 2nd International Seminar on Science
Education). Indonesian University of Education (IUE). Bandung. Sahin, M dan N. Yorek. 2009. A Comparison of Problem-Based Learning and
Traditional Lecture Students Expectations And Course Grades In An
Introductory Physics Classroom. Dalam Journal: Scientific Research and Essay Vol. 4 (8), pp. 753-762, August, 2009.
Sardiman, A. M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 236 hlm.
50
2010.
Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung. 168 hlm.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. 334 hlm.
Suswantara. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Suwandi, T. 2012. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah oleh Siswa. (Skripsi).
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
51