perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI
PERMUKAAN BUMI MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VI
TUNAGRAHITA RINGAN SEMESTER II SDLB NEGERI SLAWI
TAHUN AJARAN 2010/2011
Skripsi
Oleh :
Rumatono
NIM. X5209012
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI
PERMUKAAN BUMI MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VI
TUNAGRAHITA RINGAN SEMESTER II SDLB NEGERI SLAWI
TAHUN AJARAN 2010/2011
Skripsi
Ditulis dan diajukan guna memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa
Jurusan Ilmu Pendidikan
Oleh :
Rumatono
NIM. X5209012
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Rumatono. NIM X5209012. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PERMUKAAN BUMI MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VI TUNAGRAHITA RINGAN SEMESTER II SDLB NEGERI SLAWI TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Kelas VI Tunagrahita Ringan SDLB Negeri Slawi Tahun Ajaran 2010/2011 melalui media audio visual. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu suatu penelitian yang melibatkan kerjasama antara peneliti (guru kelas) dengan kolaborator (teman sejawat), siswa, dan Kepala Sekolah yang dilakukan di SDLB Negeri Slawi. Subjek penelitian adalah siswa Kelas VI Tunagrahita Ringan SDLB Negeri Slawi Tahun Ajaran 2010/2011 sejumlah tujuh anak, yang terdiri dari tiga siswa putra dan empat siswa putri.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, wawancara dan analisis dokumen. Validitas data diuji dengan teknik triangulasi, yaitu triangulasi data dan triangulasi metode. Validitas tes tertulis pada penelitian ini diuji melalui validitas isi dengan menyusun kisi-kisi soal. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif komparatif, yakni dengan membandingkan nilai tes antar siklus. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Hasil tes awal (pre tes) nilai rata-rata kelas diperoleh 49,29. 2) Hasil tindakan siklus I nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 62,86. 3) Hasil tindakan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat lagi menjadi 70. Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan nilai rata-rata hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada kelas VI Tunagrahita Ringan SDLB Negeri Slawi Tahun Ajaran 2010/2011 dan telah memenuhi tindakan kinerja yang telah dilakukan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi permukaan bumi pada Siswa Kelas VI Tunagrahita Ringan Semester II SDLB Negeri Slawi Tahun Ajaran 2010/2011.
commit to user Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education University of Sebelas Maret Surakarta.
The purpose of this study is to improve learning outcomes of subjects of Natural Sciences in Sixth Grade Student Light Mental Retardation SDLB Negeri Slawi 2010/2011 School Year through audio visual media. This research is the Classroom Action Research (CAR), namely a study involving collaboration between researchers (classroom teachers) with collaborators (peers), students, and principals conducted in SDLB Negeri Slawi. Research subjects is a sixth grade student Light Mental Retardation SDLB Negeri Slawi 2010/2011 School Year from a number of seven children, consist of three boys and four female student.
Data collection techniques were used: observation, tests, interviews and document analysis. The validity of the data was tested with the triangulation technique, namely data triangulation and triangulation methods. Validity of written tests in this research tested the validity of the content by arranging the lattice problem. Analysis of the data using a comparative descriptive analysis, means comparing test scores between cycles. The results showed: 1) The average grade results of initial tests (pre test) obtained 49.29. 2) The results of the actions from first cycle shows average value of the class to be 62.86. 3) The average value from act of second cycle obtained grade 70. The results of this class action indicates that there is an increase in the average value of the study subjects of Natural Sciences in Sixth Grade of Light Mental Retardation SDLB Negeri Slawi 2010/2011 School Year and meets the performance measures that have been done.
Based on these results we can conclude that the use of audio visual media can enhance the learning outcomes of Natural Sciences of the earth surface materials study on Sixth Grade of Light Mental Retardation Student Second Semester SDLB Slawi Negeri 2010/2011 School Year.
Key Word : Audio visual media, learning of natural sciences, light mental
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Tetapkanlah pikiranmu pada cita-citamu, maka sanubarimu tidak akan salah
menunjukkan jalan padamu untuk mencapainya. (Penulis)
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur ke hadirat Tuhan,
skripsi ini kupersembahkan kepada:
Bapak dan Ibu tersayang atas dorongan,
kerja keras dan doa-doanya.
Isteri tercinta atas kasih sayang dan
kesetiaannya.
Ananda Martaria Listanti BR dan Arum
Kurnia S. atas dukungan dan harapannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang, yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk
memenuhi tugas dan melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Jurusan Ilmu Pendidikan,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Banyak hambatan dan kesulitan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan
skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, hambatan dan
kesulitan-kesulitan yang penulis hadapi dapat diatasi. Berkenaan dengan hal tersebut, maka
sudah selayaknya penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi
ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
2. Bapak Drs. R. Indiarto, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Gunarhadi, M.A, Ph.D, Ketua Program Studi Pendidikan Luar
Biasa, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Subagya, M.Si. dan Ibu Dewi Sri Rejeki, S.Pd, M.Pd. selaku
Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan
commit to user
x
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Luar Biasa yang telah
memberikan ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Eri Mulyani, S.Pd, Kepala Sekolah SDLB Negeri Slawi yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian guna
memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak-bapak dan ibu-ibu guru di SDLB Negeri Slawi yang telah membantu
selama penelitian berlangsung.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian
dan penulisan skripsi ini.
Semoga semua kebaikan, pengarahan, bimbingan, petunjuk dan bantuan yang
telah diberikan kepada penulis, mendapat imbalan yang berlimpah dari Tuhan
Yang Maha Pemurah.
Penulis menyampaikan bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
bersifat membangun sangatlah penulis harapkan.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Amin.
Surakarta, Juni 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GRAFIK ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
A. Landasan Teori ... 5
1. Anak Tunagrahita Ringan ... 5
a. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan ... 5
b. Karakteristik Anak Tuna Grahita Ringan ... 6
c. Faktor Penyebab Anak Tuna Grahita Ringan ... 8
commit to user
xii
e. Perkembangan Kognitif Anak Tuna Grahita Ringan ... 14
f. Kesulitan Belajar Anak Tuna Grahita Ringan... 15
2. Tinjauan Prestasi Belajar IPA ... 16
a. Konsep Pembelajaran ... 16
b. Pengertian tentang IPA ... 17
c. Tujuan Pembelajaran IPA ... 18
d. Ruang Lingkup ... 19
e. Hasil Belajar ... 19
f. Materi Pelajaran IPA ... 22
3. Tinjauan Media Audio Visual ... 22
a. Pengertian Media Pembelajaran ... 22
b. Manfaat Media Pembelajaran ... 23
c. Media Audio Visual ... 25
1) Pengertian Media Audio Visual ... 25
2) Jenis Media Audio Visual ... 26
3) Audio Visual dalam Kegiatan Belajar Mengajar IPA .. 27
B. Kerangka Berpikir ... 27
C. Hipotesis ... 29
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
A. Setting Penelitian ... 31
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31
C. Subjek Penelitian ... 32
D. Sumber Data ... 33
E. Teknik Pengumpulan Data ... 33
F. Validitas dan Reliabilitas Data ... 37
G. Analisis Data ... 38
H. Prosedur Penelitian ... 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
A. Pelaksanaan Penelitian ... 43
B. Hasil Penelitian ... 51
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
A. Kesimpulan ... 64
B. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 66
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir ... 29
Gambar 2. Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas ... 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 32
Tabel 2. Prosedur penelitian ... 40
Tabel 3. Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ... 42
Tabel 4. Nilai Pre Tes IPA Kelas VI Tunagrahita Ringan ... 53
Tabel 5. Nilai Tes Siklus I IPA Kelas VI Tunagrahita Ringan ... 54
Tabel 6. Perbandingan Nilai Pre Tes dan Nilai Tes Siklus I IPA ... 55
Tabel 7. Nilai Tes Siklus II IPA Kelas VI Tunagrahita Ringan ... 58
Tabel 8. Perbandingan Nilai Tes Siklus I dengan Nilai Tes Siklus II IPA Kelas VI Tunagrahita Ringan ... 59
commit to user
xvi
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1. Nilai Pre Tes IPA Kelas VI Tunagrahita Ringan ... 54
Grafik 2. Nilai Tes Siklus I IPA Kelas VI Tunagrahita Ringan ... 55
Grafik 3. Perbandingan Nilai Pre Tes dan Nilai Tes Siklus I IPA ... 56
Grafik 4. Nilai Tes Siklus II IPA Kelas VI Tunagrahita Ringan ... 59
Grafik 5. Perbandingan Nilai Tes Siklus I dengan Nilai Tes Siklus II IPA Kelas VI Tunagrahita Ringan ... 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hak atas pendidikan bagi penyandang kelainan atau ketunaan ditetapkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pasal 5 ayat 1 dan 2 yang menyatakan (1)” Bahwa setiap
warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu, (2)” Warga negara yang memiliki kelainan fisik,emosional, mental,
intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.”
Hal ini juga dipertegas dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (UUSPN) Nomor 20 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 tentang Pendidikan
Khusus yang menyatakahn bahwa “Pendidikan khusus merupakan pendidikan
bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan atau memiliki
potensi kecerdasan dan bakat lainnya.”
Salah satu penyandang kelainan atau ketunaan adalah anak tunagrahita.
Secara garis besar, anak tunagrahita diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu anak
tunagrahita ringan, anak tunagrahita sedang, dan anak tunagrahita berat. Anak
tunagrahita ringan adalah anak yang mempunyai kondisi keterbelakangan baik
kecerdasan, mental, emosional, serta kepribadiannya, dan terjadi sejak masa
perkembangannya, yang ditandai oleh fungsi-fungsi intelektual yang berada di
bawah rata-rata.
Ketidakmampuan dalam bidang intelektual menyebabkan kemampuan
untuk berpikir, memikirkan hal-hal yang abstrak, bernalar, kemauan, rasa,
penyesuaian dengan lingkungan sangatlah terbatas. Adanya keterbatasan –
keterbatasan tersebut, maka anak tunagrahita mengalami hambatan dalam
mengikuti program pembelajaran yang diberikan kepadanya.
Mereka kurang mampu menyelesaikan tugas yang diberikan, pelupa,
commit to user
menunjukkan bahwa terdapat kendala bagi siswa tunagrahita ringan dalam
mengikuti pembelajaran IPA. Hal ini terlihat pada perolehan-perolehan hasil
belajar IPA materi-materi sebelumnya yang mayoritas kurang memuaskan.
Berdasarkan hasil tes IPA siswa kelas VI Tunagrahita Ringan SDLB
Negeri Slawi Kabupaten Tegal pada semester I, lebih banyak siswa yang
mendapatkan nilai rata-rata kurang dari lima, yaitu dari tujuh siswa yang
mendapat nilai rata-rata kurang dari lima terdapat lima anak, jika dipersentase
sebanyak 71.42%.
Beberapa metode telah digunakan, antara lain metode ceramah, tanya
jawab, demonstrasi,diskusi dan pemberian tugas, tetapi hasil belajar siswa masih
kurang memuaskan. Upaya untuk meningkatkan kemampuan anak tunagrahita
ringan, khususnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam memerlukan
strategi belajar mengajar dan media pembelajaran yang sesuai, agar proses belajar
mengajar dapat berjalan lebih efektif, efisien dan memperoleh hasil yang optimal.
Media audio visual yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar, yang berisi materi pelajaran yang direkam pada pita magnetik kaset audio
atau Compact Disk (CD), yang dapat didengar dan dilihat kembali dengan
menggunakan alat penampil CD player. Media audio visual ini dapat dipakai
untuk belajar secara perorangan, kelompok maupun klasikal.
Media audio visual digunakan sebagai media pembelajaran, karena
memiliki manfaat, antara lain :
1.Dapat membangkitkan motivasi belajar.
2.Dapat menampilkan objek yang terlalu besar atau terlalu kecil.
3.Dapat menampilkan objek yang berbahaya, misalnya binatang buas.
4.Dapat mengamati gerakan yang terlalu cepat, misalnya dengan slow motion.
5.Dapat membuat konsep yang abstrak menjadi konkrit, misalnya untuk
menjelaskan sistem peredaran darah.
6.Memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungannya.
7.Memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Media audio visual juga memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan
dengan media yang lain, yaitu :
1. Dapat diputar berulang-ulang.
2. Mudah digunakan
3. Praktis, mudah dibawa ke mana-mana
4. Mudah diperbanyak.
Media Audio visual adalah media yang dirancang untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran IPA dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Media
ini menghasilkan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan (PAKEM).
Melalui media audio visual, penulis berharap pembelajaran IPA semakin
menarik dan menyenangkan, sehingga memudahkan siswa tunagrahita ringan
untuk dapat menerima, memahami dan menerapkan hasil belajar dalam kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan asumsi di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian
tindakan kelas :
Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Materi Permukaan Bumi Melalui
Media Audio Visual pada Siswa Kelas VI Tunagrahita Ringan Semester II SDLB
Negeri Slawi Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2010/2011.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :”Apakah melalui media audio
visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi permukaan bumi pada
Siswa Kelas VI Tunagrahita Ringan Semester II SDLB Negeri Slawi Kabupaten
Tegal Tahun Ajaran 2010/2011?”.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah” Untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada materi permukaan bumi pada
siswa kelas VI Tunagrahita Ringan Semester II SDLB Negeri Slawi Kabupaten
commit to user D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik bagi siswa,
guru maupun sekolah. Adapun manfaat yng dapat diperoleh melalui penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagi Siswa
Dapat menumbuhkan suasana belajar yang menarik, menyenangkan dan tidak
membosankan, sehingga hasil belajar pada materi permukaan bumi
meningkat.
2. Bagi Guru
Dapat memberikan inspirasi untuk menemukan dan menggunakan alat bantu
mengajar serta metode yang sesuai dengan karakteristik siswa dalam proses
belajar mengajar.
3. Bagi Sekolah
Kemampuan dan keberhasilan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa
dapat meningkatkan reputasi sekolah di mata masyarakat. Media audio visual
yang digunakan dalam penelitian ini dapat menambah perbendaharaan alat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan
Anak tunagrahita ringan adalah salah satu golongan anak yang
tarafnya masih ringan, masih mempunyai kemampuan untuk di didik
secara sederhana. Hal ini juga sependapat dengan Munzayanah (2000:35)
yang menyatakan bahwa “Anak tunagrahita ringan mempunyai
kemampuan untuk dididik dalam membaca,menulis, berhitung sederhana,
dan mereka juga dapat dilatih kebiasaan sehari-hari. Anak cacat grahita
ringan ini biasanya dapat belajar menyesuaikan diri dengan masyarakat di
luar lingkungannya”. Tjutju Sutjihati Somantri (2006:106) berpendapat
bahwa: Anak tunagrahita ringan disebut juga moron atau debil, yaitu
mereka yang memiliki IQ menurut skala Weschler (WISC) memiliki IQ
69-55. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung
sederhana. Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik, anak terbelakang
mental ringan pada saatnya akan dapat memperoleh penghasilan untuk
dirinya sendiri. Selain itu mereka juga dapat dididik menjadi tenaga semi
skilled dan dapat bekerja dengan sedikit pengawasan, namun demikian
mereka tidak mampu melakukan penyesuaian sosial secara independent.
Sejalan dengan pendapat di atas, Mohammad Efendi (2006:90)
mengemukakan bahwa :
Anak tunagrahita mampu didik (debil) adalah anak yang tidak
mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki
kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun
hasilnya tidak maksimal, dengan kata lain mereka dapat dididik secara
commit to user
Wikipedia dalam (http://en.wikipedia.org/wiki/Mental_retardation)
menyatakan bahwa :
“Mental Retardasi (MR) adalah gangguan umum muncul sebelum
dewasa, ditandai dengan gangguan fungsi kognitif secara signifikan dan defisit dalam dua atau lebih perilaku adaptif. Hal ini secara historis telah didefinisikan sebagai Intelligence Quotient skor DI bawah 70. Setelah hampir seluruhnya berfokus pada kognisi, definisi sekarang mencakup komponen yang berkaitan dengan fungsi mental dan salah satu yang berkaitan dengan keterampilan fungsional individu dalam lingkungan mereka. Akibatnya, orang dengan rata-rata Intelligence Quotient-bawah tidak dapat dianggap cacat mental. Keterbelakangan mental sindromik adalah defisit intelektual berhubungan dengan perilaku lain medis dan tanda-tanda dan gejala. Keterbelakangan mental Non-sindromik mengacu pada defisit intelektual yang muncul tanpa kelainan lain. Keterbelakangan mental adalah sebuah subtipe dari cacat intelektual, meskipun istilah yang kini paling disukai oleh para pendukung di negara-negara berbahasa Inggris yang paling sebagai eufemisme untuk MR.
Namun, cacat intelektual adalah konsep yang lebih luas dan mencakup defisit intelektual yang terlalu ringan untuk benar memenuhi syarat sebagai keterbelakangan mental, terlalu spesifik (seperti dalam ketidakmampuan belajar tertentu), atau diperoleh di kemudian hari, melalui cedera otak yang diakuisisi atau penyakit neurodegenerative seperti demensia. Cacat Intelektual dapat muncul pada umur berapapun.
Perkembangan cacat adalah setiap cacat yang disebabkan oleh masalah dengan pertumbuhan dan perkembangan. Istilah ini mencakup banyak kondisi medis bawaan yang tidak memiliki komponen mental atau intelektual, walaupun juga, kadang-kadang digunakan sebagai eufemisme
untuk MR”.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat penulis simpulkan
bahwa anak tunagrahita ringan adalah anak yang memiliki IQ sekitar
55-70, dapat belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana, dapat
dididik untuk memiliki kecakapan hidup sebagai bekal untuk mandiri.
b. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan
Jika dilihat secara fisik, karakteristik anak tunagrahita ringan tidak
jauh berbeda dengan anak normal pada umumnya, namun secara psikis
anak tunagrahita ringan berbeda dengan anak normal. Hal ini seperti yang
dinyatakan Tjutju Sutjihati Somantri (1996:86) bahwa pada umumnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
fisik tampak seperti anak normal pada umumnya. Oleh karena itu agak
sukar membedakan secara fisik antara anak tunagrahita ringan dengan
anak normal.
Menurut Heri Purwanto (1998:22-25), karakteristik anak
tunagrahita ringan adalah sebagai berikut :
1) Karakteristik Mental
Anak tunagrahita memiliki daya asosiasi yang sangat terbatas, menunjukkan adanya gangguan respon atau reaksi yang sama terhadap pertanyaan yang berbeda (perseverasi). Daya ingatnya sangat terbatas sehingga cenderung sering lupa, kemampuan berpikirnya cenderung konkrit, daya konsentrasinya kurang, penalaran dan persepsinya juga rendah.
2) Karakteristik Fisik
Tunagrahita yang tergolong ringan, sebagian besar tidak memiliki kelainan fisik. Sedangkan tunagrahita yang sedang sampai berat sebagian besar disertai dengan kelainan fisik dengan tipe-tipe klinis tertentu.
3) Karakteristik Sosial-Emosi
Minat bermain dan permainannya cenderung sesuai dengan kemampuan usia mentalnya daripada usia kalender. Anak tuna grahita cenderung berperilaku impulsif, hiperaktif, agresif, dan hipoaktif, serta terkesan suka melanggar norma bila dibandingkan dengan anak normal.
Sedangkan Mohammad Efendi (2006:90) mengemukakan bahwa
karakteristik kemampuan anak tunagrahita ringan yang dapat
dikembangkan adalah:
1) Membaca, menulis, mengeja dan berhitung
2) Menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain
3) Keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja di kemudian
hari.
Wikipedia dalam (http://en.wikipedia.org/wiki/Mental_retardation)
menyatakan :
commit to user
dalam minoritas kasus, yang semuanya melibatkan keterbelakangan mental sindromik.
Anak-anak dengan keterbelakangan mental dapat belajar untuk duduk, merangkak atau berjalan lebih lambat dari anak-anak lain, atau mereka dapat berjalan,tetapi lambat untuk berbicara. Orang dewasa dan anak-anak dengan keterbelakangan mental mungkin juga menunjukkan beberapa atau semua karakteristik sebagai berikut :
Keterlambatan dalam perkembangan bahasa lisan
1) Defisit di memori keterampilan
2) Kesulitan belajar aturan social
3) Kesulitan dengan pemecahan masalah keterampilan
4) Penundaan dalam pengembangan perilaku adaptif seperti self-help atau
keterampilan perawatan diri
5) Kewenangan inhibitorsosial
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa anak
tunagrahita ringan secara fisik sama dengan anak normal, tetapi
kemampuan berpikirnya terbatas dan daya konsentrasinya kurang, serta
memiliki penalaran dan persepsi yang rendah.
c. Faktor Penyebab Anak Tunagrahita Ringan
Faktor penyebab anak tunagrahita diklasifikasikan oleh para ahli
sesuai dengan sudut pandangnya masing-masing, namun secara garis besar
pada prinsipnya semua sama.
Menurut Geniofam (2010:26,27) tunagrahita disebabkan beberapa
faktor, antara lain :
1) Genetis
a) Kerusakan / kelainan biokimiawi
b) Abnormalitas kromosom
Anak tunagrahita yang lahir disebabkan oleh faktor ini pada umumnya memiliki IQ antara 20-60 dan rata-rata memiliki IQ 30-50.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Sosio kultural atau sosial budaya lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan intelektual manusia.
6) Gangguan Metabolisme / Nutrisi
a) Phenylketonuria. Gangguan pada metabolisme asam amino, yaitu
gangguan pada enzym phenylketonuria.
b) Gargolisme. Gangguan metabolisme saccharide dalam hati,
limpakecil dan otak
c) Cretinisme. Gangguan pada hormon tiroid yang dikenal karena
definisi iodium.
Sejalan dengan pendapat diatas, Rusli Ibrahim (2005:39,40)
menyatakan bahwa sebab-sebab seseorang menjadi terbelakang mental
adalah sebagai berikut:
1) Faktor Hereditas ; atau faktor genetika/keturunan yang menjadi
penyebab keterbelakangan mental
2) Faktor sebelum lahir ; yaitu kemungkinan-kemungkinan sebagai
berikut:
a) Karena kekurangan nutrisia, infeksi dan luka-luka serta keracunan
sewaktu bayi dalam kandungan. Janin tersebut mengalami keracunan atau infeksi.
b) Sewaktu ibu mengandung, mungkin menderita penyakit kolera,
typus, malaria, syphilis dan gonorhea.
c) Terjadi intoxication/keracunan pada janin, ketika ibu hamil muda,
mungkin ia minum obat-obatan seperti thalidomide, obat kontraseptif anti hamil.
d) Waktu hamil/sebelum kelahiran; mungkin ibu mengalami
psikosis, shoks atau dalam keadaaan takut yang berlebihan. Selain itu, mungkin ketika hamil, sang ibu terkena pululan, terjatuh yang mengenai bagian perut.
3) Faktor ketika kelahiran ; Resiko sewaktu melahirkan anaknya dapat
commit to user
4) Faktor sesudah kelahiran ; Adapun sebab-sebabnya antara lain:
traumatic (luka pada kepala), kejang step, infeksi pada otak, kekurangan nutrisi, dan sebagainya.
Menurut Yanet dalam Munzayanah ( 2000:14), bahwa penyebab
retardasi mental digolongkan menjadi 2 kelompok yaitu:
1) Kelompok biomedik yang meliputi :
a) Prenetal, dapat terjadi karena :
(1) Infeksi pada ibu sewaktu mengandung
(2) Gangguan metabolisme
(3) Irradasi sewaktu umur kehamilan antara 2-6 minggu
(4) Kelainan kromosom
(5) Malnutrisi
b) Natal, antara lain berupa :
(1) Anaxia
(2) Asphysia
(3) Prematurias dan posmaterias
(4) Kerusakan otak
c) Post natal, dapat terjadi karena :
(1) Malnutrisi
(2) Infeksi
(3) Trauma
2) Kelompok sosio kultural, psikologik atau lingkungan.
Wikipedia dalam (http://en.wikipedia.org/wiki/Mental_retardation)
menyatakan :
Di antara anak-anak, penyebabnya tidak diketahui untuk sepertiga sampai setengah dari kasus. Down syndrome, sindrom velocariofacial dan sindrom alkohol janin, ini adalah tiga bawaan penyebab paling umum.
Namun dokter telah menemukan penyebab lain. Yang paling umum adalah :
Kondisi genetik
Kadang-kadang cacat disebabkan oleh gen abnormal warisan dari orang tua, kesalahan ketika penggabungan gen, atau alasan lain.
1) Masalah selama kehamilan
Cacat mental dapat terjadi ketika janin tidak berkembang dengan baik. Misalnya mungkin ada masalah dengan cara sel-sel janin membelah sebagai pertumbuhannya. Seorang wanita yang minum alkohol (lihat sindrom alkohol janin) atau mendapat infeksi seperti rubella selama kehamilan juga dapat memiliki bayi dengan cacat mental.
2) Masalah saat lahir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
perkembangan akibat kerusakan otak.
3) Paparan terhadap beberapa jenis penyakit atau racun
Penyakit seperti batuk rejan, campak, atau meningitis dapat menyebabkan cacat mental jika perawatan medis tertunda atau tidak memadai. Paparan racun seperti timbal atau merkuri juga dapat mempengaruhi kemampuan mental.
4) Kekurangan yodium, mempengaruhi sekitar 2 miliar orang di seluruh
dunia, adalah penyebab utama cacat mental di wilayah negara berkembang dimana kekurangan yodium merupakan endermik. Kekurangan yodium juga menyebabkan gondok, pembesaran kelenjar tiroid.
5) Malnutrisi adalah penyebab umum dari kurangnya intelegensi di
belahan
dunia yang terkena dampak kelaparan, seperti Ethiopia.
6) Tidak adanya fasciculus arkuata.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tunagrahita
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu :
1) Faktor genetik/keturunan
2) Penyakit pada saat ibu mengandung
3) Kondisi psikis pada saat ibu mengandung
4) Keracunan pada janin
5) Lahir prematur
6) Kerusakan otak akibat tekanan pada saat lahir
7) Infeksi otak
8) Gangguan metabolisme/ kekurangan nutrisi
9) Sosiokultural lingkungan
d. Klasifikasi Anak Tunagrahita
Para ahli telah mengklasifikasikan anak tunagrahita dari berbagai
sudut pandang yang berbeda, namun pada prinsipnya semua sama.
Tjutju Sutjiharti Somantri (1996:86,87) menyatakan bahwa:
Pengelompokan pada umumnya berdasarkan pada taraf intelegensinya,
yang terdiri dari terbelakang ringan, sedang dan berat. Pengelompokan
commit to user
tidak dibatasi oleh garis demarkasi yang tajam. Gradasi dari satu level ke
level berikutnya bersifat kontinum. Kemampuan intelegensi anak
tunagrahita kebanyakan diukur dengan tes Stanford Binet dan Skala
Weschler (WISC).
Level Keterbelakangan
IQ
Stanford Binet Skala Weschler
Ringan
Heri Purwanto (1998:20-22) menyatakan bahwa klasifikasi anak
tunagrahita dapat dibedakan menjadi tiga sudut pandang, diantaranya
yaitu:
1) Klasifikasi berdasarkan sudut pandang disiplin ilmu
a) Dunia Pendidikan
(1) Mampu didik ( Educable)
(2) Mampu latih (Trainable)
(3) Mampu rawat ( totally Dependen)
b) Psikologi
2) Klasifikasi berdasarkan sudut pandang dari angka kecerdasan
a) Binnet Simon
(1) Ringan (Mild) IQ 68-52, usia mental dewasa = 8,3–10,2 tahun
(2) Sedang (Moderate) IQ 51-36, usia mental dewasa = 5,7–8,2
tahun
(3) Berat (Severe) IQ 36-20, usia mental dewasa = 3,2–5,6 tahun
(4) Sangat berat (Profound) IQ< 19, usia mental dewasa = <3,1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(4) Sangat berat (Profound) IQ< 24, usia mental dewasa = <3,1 tahun
c) Penggolongan tunagrahita untuk keperluan pembelajaran menurut
B3PTKSM (P.26) sebagai berikut :
(1) Taraf perbatasan (border line) dalam pendidikan disebut
sebagai lamban belajar (low learner) dengan IQ 70-85.
(2) Tunagrahita mampu didik (educable mentally retarde) ddengan
IQ 50-75
(3) Tunagrahita mampu latih (trainable mentally retarded) dengan
IQ 30-50 atau IQ 35-55
(4) Tunagrahita buruh rawat (dependent or profoundly mentally
retarded) dengan IQ di bawah 25 atau 30
d) Penggolongan Tunagrahita Secara Medis-Biologis menurut Roan,
1979, dalam B3PTKSM (P.25) sebagai berikut :
(1) Retardasi mental taraf perbatasan (IQ 68-85)
(2) Retardasi mental ringan (IQ 52-67)
(3) Retardasi mental sedang(IQ 36-51)
(4) Retardasi mental berat (IQ 20-35)
(5) Retardasi mental sangat berat (IQ < 20)
(6) Retardasi mental tak tergolongkan
e) Adapun penggolongan tunagrahita secara sosial psikologis terbagi
dua kriteria yaitu psikometrik dan perilaku adaptif.
f) Adapun penggolongan tunagrahita berdasarkan kriteria psikometrik
menurut skala intelegensi Weschler (Kirk dan Gallagher, 1979 dalam B3PTKM (P.26) yaitu :
(1) Retardasi mental ringan (mild mental retardation ) dengan IQ
55- 69
(2) Retardasi mental sedang (moderate mental retardation )
dengan IQ 40- 54
(3) Retardasi mental berat (savere mental retardation ) dengan IQ
20- 39
(4) Retardasi mental sangat berat (profound mental retardation )
dengan IQ 20 kebawah.
g) Penggolongan tunagrahita menurut kriteria perilaku adaptif tidak
berdasarkan intelegensi, tetapi berdasarkan kematangan sosial. Hal ini juga mempunyai empat taraf, yaitu:
(1) Ringan
(2) Sedang
(3) Berat
(4) sangat berat
commit to user
tipe atau ciri-ciri jasmaniah sebagai berikut:
(1) Sindroma Down/Mongoloid, dengan ciri-ciri wajah khas
mongol,, mata sipit dan miring, lidah dan bibir tebal dan suka menjulur, jari kaki melebar, kaki dan tangan pendek, kulit kering, tebal, kasar dan keriput, dan susunan geligi kurang baik.
(2) Hydrocephalus (kepala besar berisi cairan), dengan ciri kepala
besar, raut muka kecil, tengkorak sering menjadi besar
(3) Microcephalus dan makrocephalus, dengan ciri-ciri ukuran
kepala tidak proporsional (terlalu kecil atau terlalu besar)
Wikipedia dalam (http://en.wikipedia.org/wiki/Mental_retardation)
menyatakan :
Rentang berikut, berdasarkan Standar Skor dari tes kecerdasan, mencerminkan kategori American Association of Mental Retardation, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV-TR, dan Klasifikasi Internasional Penyakit-10.
Kelas IQ
Keterbelakangan mental yang mendalam Di bawah 20
Keterbelakangan mental yang parah 20 – 34
Keterbelakangan mental sedang 35 – 49
Keterbelakangan mental ringan 50 – 69
Borderline intelektual berfungsi 70 – 84
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan anak tunagrahita
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Tunagrahita ringan (Debil)
2) Tunagrahita sedang ( Embisil)
3) Tunagrahita berat ( Idiot)
e. Perkembangan Kognitif Anak Tunagrahita Ringan
Secara fisik anak tunagrahita ringan tampak seperti anak normal
pada umumnya, namun bila ditinjau dari perkembangan kognitifnya, anak
tunagrahita ringan jauh berbeda dengan anak normal.
Menurut Suppes dalam Sutjihati Somantri (1996:90) menjelaskan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
keterampilan akademik yang berhubungan dengan wilayah persepsi.
Mussen, Conger, dan Kagan dalam Sutjihati Somatri (1996:90)
menjelaskan bahwa kognisi paling sedikit terdiri dari lima proses, yaitu
persepsi, memory, pemunculan ide-ide, evaluasi, penalaran dan
proses-proses itu meliputi sejumlah unit, yaitu skema, gambaran, simbol, konsep
dan kaidah-kaidah.
Ternyata bahwa kognisi adalah bidang yang luas dan beragam.
Anak tunagrahita memiliki taraf intelegensi yang rendah, maka tunagrahita
pada umumnya perkembangan kognitifnya juga terhambat.
Anak tunagrahita yang memiliki MA yang sama dengan anak
normal, tidak memiliki keterampilan kognitif yang sama. Anak normal
tetap memiliki keterampilan kognitif yang lebih unggul daripada anak
tunagrahita. Anak normal memiliki kaidah dan strategi dalam memecahkan
masalah, sedangkan anak tunagrahita bersifat trial dan error. Dalam hal
kecepatan belajar (learning rate), anak tunagrahita jauh tertinggal dengan
anak normal.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
perkembangan kognitif anak tunagrahita jelas mengalami hambatan
terutama dalam persepsi, memori, pemunculan ide-ide, evaluasi dan
penalaran.
f. Kesulitan Belajar Anak Tunagrahita Ringan
Anak tunagrahita memiliki tingkat intelegensi di bawah anak
normal. Hal tersebut menyebabkan anak tunagrahita banyak mengalami
hambatan dan kesulitan dalam belajarnya.
Tjutju Sutjihati Somantri (1996:85) menyatakan bahwa:
commit to user
Kapasitas belajar anak tunagrahita terutama yang bersifat abstrak seperti belajar berhitung, menulis dan membaca juga terbatas, kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo.
A. Setiawan dalam Rusli Ibrahim (2005 : 40-43) juga menyatakan
bahwa anak tunagrahita memiliki masalah dalam :
1) Persepsi, motorik dan masalah koordinasi
2) Gangguan perhatian dan hiperaktif
3) Kelemahan dalam mengingat dan berpikir
4) Ketidakmampuan dalam belajar dan prestasi akademis
Children development institute menyatakan dalam
(http://www.childdevelopmentinfo.com/learning_disabilities.shtm) sebagai
berikut :
Kesulitan belajar biasanya mempengaruhi lima wilayah umum :
1) Bahasa lisan : lambat, terganggu dan penyimpangan dalam
mendengarkan dan berbicara.
2) Bahasa tertulis : kesulitan dengan membaca, menulis dan ejaan.
3) Aritmatika : kesulitan dalam melakukan operasi aritmatika
atau dalam pemahaman konsep dasar.
4) Penalaran : kesulitan dalam mengatur dan mengintegrasikan
pikiran.
5) Memori : kesulitan dalam mengingat informasi dan
instruksi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa anak
tunagrahita ringan mengalami gangguan persepsi, gangguan perhatian,
lemah dalam mengingat dan berpikir, serta terbatas dalam belajar
membaca, menulis dan berhitung.
2. Tinjauan Prestasi Belajar IPA
a. Konsep Pembelajaran
UUSPN No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran
adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
belajar pada suatu lingkungan belajar.
Menurut Tian Belawati (2003:1.1) pembelajaran diartikan sebagai
proses penyusunan informasi dan penataan lingkungan untuk menunjang
proses penemuan ilmu pengetahuan. Pengertian lingkungan di sini tidak
hanya berarti tempat belajar, tetapi termasuk di dalamnya adalah metode,
media dan peralatan yang dibutuhkan untuk menyampaikan informasi dan
membimbing siswa belajar. Informasi dan lingkungan yang disampaikan
dapat berubah-ubah, tergantung pada tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Proses pembelajaran mencakup di dalamnya adalah proses
pemilihan, penataan, dan penyampaian informasi dalam lingkungan yang
sesuai serta cara siswa berinteraksi dengan sumber informasi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah suatu upaya yang dilakukan oleh pendidik agar peserta didik dapat
melakukan kegiatan belajar dengan maksimal.
b. Pengertian tentang IPA
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) berasal dari kata sains yang berarti
alam. Sains menurut Suyoso (dikutip oleh Izzatin, 2008) merupakan
“pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis
tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yang teratur,
sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”.
Menurut Abdullah (dikutip oleh Izzatin, 2008) IPA merupakan
“pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas
atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait
antara antara cara yang satu dengan cara yang lain”
Permendiknas 24(2006:81) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi
commit to user
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
IPA merupakan pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan manusia
dengan menggunakan metode ilmiah berupa eksperimen, observasi, dan
penemuan sehingga didapatkan suatu kesimpulan dan penyusunan teori.
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan salah satu mata pelajaran
yang diberikan di sekolah, yang diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi
kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasi. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak
berdampak buruk terhadap lingkungan.
Pembelajarn IPA sebaiknya dilakukan secara inkuiri ilmiah
(scientific inquery) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan
bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting
kecakapan hidup. Pembelajaran IPA di SDLB menekankan pada
pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
c. Tujuan Pembelajaran IPA
Mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdaarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
memecahkan masalah dan membuat keputusan
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan.
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.
d. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran IPA meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia,hewan, tumbuhan
dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan
2) Benda/materi; sifat-sifat dan kegunaannya, meliputi : cair, padat dan
gas
3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana
4) Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya dan
benda-benda langit lainnya.
e. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari
seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan
perilaku yang relatif menetap.
Menurut Benyamin S. Bloom dalam Mulyono Abdurrahman
(2003:38) ada tiga ranah (domain) hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Menurut A.J Romoszowski dalam Mulyono Abdurrahman
(2003:38) hasil belajar merupakan keluaran (output) dari suatu sistem
pemrosesan masukan (input). Masukan dari sistem tersebut berupa
commit to user
atau kinerja (performance). Hasil belajar dikelompokkan menjadi dua
yaitu pengetahuan dan keterampilan.
John M.Keller dalam Mulyono Abdurrahman (2003:38) juga
menyatakan bahwa hasil belajar sebagai keluaran dari suatu sistem
pemrosesan berbagai masukan yang berupa informasi. Berbagai masukan
tersebut dapat dikelompokan menjadi dua macam, yaitu kelompok
masukan pribadi (personal input) dan kelompok masukan yang berasal
dari lingkungan (enviromentalinputs).
Menurut Keller, hasil belajar adalah prestasi aktual yang
ditampilkan oleh anak, sedangkan usaha adalah perbuatan yang terarah
pada penyelesaian tugas-tugas belajar. Hasil belajar dipengaruhi oleh
besarnya usaha yang dilakukan oleh anak.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah suatu hasil yang diperoleh individu melalui belajar untuk
mengaktualisasikan diri, sehingga ada perubahan tingkah laku yang
mencaku segi kognitif, afektif dan psikomotor.
Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut
Ngalim Purwanto (1990 : 102) faktor-faktor itu dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu :
1) Faktor Individual
(a) Kematangan / Pertumbuhan
Mengajarkan sesuatu yang baru dapat berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkan, potensi jasmani dan rohaninya telah matang.
(b) Kecerdasan / Intelegens
Di samping kematangan, dapat tidaknya seseorang mempelajari sesuatu dengan berhasil baik ditentukan/dipengaruhi pula oleh taraf kecerdasan yang dimiliki.
(c) Latihan dan ulangan.
Melatih diri dan sering melakukan sesuatu, maka kecakapan dan pengetahuan yang dimilikinya dapat menjadi makin dikuasai dan makin mendalam.
(d) Motivasi
Merupakan pendorong bagi organisme untuk melakukan sesuatu. (e) Sifat-sifat pribadi seseorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
sedikit banyak mempengaruhi sampai di manakah hasil belajarnya dapat dicapai.
Bagaimana skap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru mengajarkan turut menentukan prestasi belajar.
(c) Alat-alat pelajaran (d) Motivasi sosial.
Berkaitan dengan dorongan dan dukungan orang lain (guru, orang tua, teman)
(f) Lingkungan dan kesempatan
Sumadi Suryabrata (1993:249), mengklasifikasikan faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut :
1) Faktor yang berasal dari luar (a) Non sosial
Yang dimaksud adalah keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat, alat dan lain-lain.
(b) Sosial
Faktor manusia (sesama manusia) baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, yang tidak langsung hadir.
2) Faktor yang berasal dari dalam (a) Fisiologi
(1) Tonus jasmani pada umumnya
commit to user
f. Materi Pelajaran IPA
Sesuai dengan judul dalam penelitian ini, materi diambil dari
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SDLB-C Tuna Grahita Ringan
(2006:88) sebagai berikut :
3. Tinjauan Media Audio Visual
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin “medius” yang secara harfiah
berarti tengah, perantara, atau pengantar.
Gerlach & Ely dalam Azhar Arsyad (2010:3) mengatakan bahwa
media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau
kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.
Menurut pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah
merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses
belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis,
atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
informasi visual atau verbal.
AECT (Association of Education and Communication Technology,
1977) dalam Azhar Arsyad (2010:3) memberi batasan tentang media
sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan
pesan atau informasi.
Menurut Gagne dan Briggs dalam Azhar Arsyad (2010:4)
menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik
digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari
antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film,
slide (gambar berbingkai), foto, gambar, grafik, televisi dan komputer.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen yang
digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran, sehingga siswa mampu
memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara maksimal, serta sikap
yang proporsional.
b. Manfaat Media Pembelajaran
Hamalik dalam Azhar Arsyad (2010:15,16) mengemukakan bahwa
pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi
dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran
akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian
pesan dan isi pelajaran pada saat itu.
Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media
pembelajaran juga dapat membantu menyajikan data dengan menarik dan
terpercaya, memudahkan penafsiran data, memadatkan informasi dan
membantu meningkatkan pemahaman siswa.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2005:2) mengemukakan ma
media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:
commit to user
menumbuhkan motivasi belajar
2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.
Encyclopedia of Educational Research dalam Azhar Arsyad
(2010:25) merincikan manfaat media pembelajaran sebagai berikut :
1) Meletakkan dasar-dasar yang kongkret untuk berpikir, oleh karena itu
mengurangi verbalisme
2) Memperbesar perhatian siswa
3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar,
oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap
4) Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan
berusaha sendiri di kalangan siswa
5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui
gambar hidup
6) Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu
perkembangan kemampuan berbahasa
7) Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara
lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Azhar Arsyad (2010 : 26,27) mengemukakan manfaat praktis dari
penggunaan media pembelajaran didalam proses belajar mengajar sebagai
berikut :
1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar
2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian
anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan
waktu.
4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya. Misalnya, melalui karyawisata, kunjungan- kunjungan ke museum atau kebun binatang.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat media
pembelajaran adalah dapat menarik perhatian siswa, meningkatkan motivasi
siswa, meningkatkan pemahaman siswa dan secara keseluruhan pembelajaran
menjadi lebih menarik dan menyenangkan.
c. Media Audio Visual
1) Pengertian Media Audio Visual
Abdul Majid (2008:180) menyatakan bahwa program video/film
biasanya disebut sebagai alat bantu pandang dengar (audio visual
aids/audio visual media).
Feri dalam (http://www.total.or.id/info.php?kk=Audiovisual)
menyebutkan bahwa arti istilah audio visual dianggap berkaitan erat
dengan pengertian berikut ini, yaitu perangkat soundsistem yang
dilengkapi dengan penampilan suara (audio) dan gambar (visual), biasanya
digunakan untuk presentasi, home theater, dan sebagainya.
Getskripsi dalam
(http://getskripsi.com/tag/pengertian-audio-visual/) menyebutkan bahwa media audio visual adalah media yang dapat
didengar dan dapat dilihat, sehingga dapat menyampaikan pengertian atau
informasi dengan cara yang lebih konkrit daripada yang disampaikan
secara lisan atau ditulis.
Edu dalam
(http://nikiblogku.blogspot.com/2009/02/pengertian-komunikasi-audio-visual-dan-html) juga menyebutkan bahwa:
komunikasi audio visual adalah proses penyampaian pesan atau informasi
dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan cara
commit to user
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa media audio
visual adalah suatu perangkat yang dapat didengar dan dilihat untuk
menyampaikan pesan atau informasi secara konkrit.
2) Jenis Media Audio Visual
Anwar dalam (http://media-grafika.com/multimedia-pembelajaran)
menyebutkan bahwa jenis media audio visual, yaitu :
(a) Media Video
Merupakan salah satu jenis media audio visual selain film, yang
banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, biasa dikemas
dalam bentuk VCD.
(b) Media Komputer
Media ini memiliki semua kelebihan yang dimiliki oleh media lain.
Selain mampu menampilkan teks, gerak, suara dan gambar,
komputer juga dapat digunakan secara interaktif, bukan hanya
searah. Bahkan komputer yang disambung dengan internet dapat
memberikan keleluasaan belajar menembus ruang dan waktu serta
menyediakan sumber belajar yang hampir tanpa batas.
Djamarah SB,dkk dalam Ketut Juliantara
(http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/11media-audio-visual-slide-bersuara/) menyatakan bahwa:
secara lebih spesifik, slide bersuara termasuk ke dalam media audiovisual diam. Media audio visual diam adalah media yang penyampaian pesannya dapat diterima oleh indera pendengaran dan indera penglihatan, akan tetapi gambar yang dihasilkannya adalah gambar diam atau sedikit memiliki unsur gerak. Jenis media ini antara lain media sound slide (slide suara), film strip bersuara dan halaman bersuara.
Menurut Rohani, Ahmad dalam Ketut Juliantara
(http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/11/media-audio-visual-slide-bersuara/), slide bersuara memiliki beberapa kelebihan, antara lain :
a) Gambar yang diproyeksikan secara jelas akan lebih menarik perhatian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
c) Isi gambar berurutan, dapat dilihat berulang-ulang serta dapat diputar
kembali sesuai dengan gambar yang diinginkan.
d) Pemakaian tidak terikat oleh waktu
e) Gambar dapat didiskusikan tanpa terikat waktu, serta dapat
dibandingkan satu dengan yang lain tanpa melepas film dari proyektor.
f) Dapat dipergunakan bagi orang yang memerlukan sesuai dengan isi
dan tujuan pemakai
g) Sangat praktis dan menyenangkan
h) Relatif tidak mahal, karena dapat dipakai berulang kali.
i) Pertunjukan gambar dapat dipercepat atau diperlambat
3) Audio Visual dalam Kegiatan Belajar Mengajar IPA
Dalam kegiatan Belajar Mengajar IPA pada materi permukaan
bumi, audio visual yang digunakan berupa :
a) Media Video yang dikemas dalam VCD berisi tentang :
(1) Enam macam gambar kenampakan permukaan daratan
Yang terdiri dari gambar gunung, pegunungan, dataran tinggi,
dataran rendah, lembah dan pantai beserta penjelasan yang dapat
didengar.
(2) Lima macam gambar kenampakan permukaan air yang terdiri dari
sungai, danau, selat, laut dan samudera beserta penjelasan yang
dapat didengar.
b) Media Komputer : berisi rekaman peristiwa penyebab perubahan/
kerusakan permukaan bumi, terdiri dari : air pasang, air surut, banjir,
erosi, abrasi, badai, letusan gunung berapi dan tsunami serta
gambar-gambar cara mencegah terjadinya perubahan/ kerusakan permukaan
bumi, antara lain : gambar reboisasi, terasering, hutan lindung, hutan
bakau dan pemasangan beton untuk memecah gelombang laut.
B. Kerangka Berpikir
Anak tunagrahita ringan mempunyai banyak keterlambatan dan hambatan.
Hal itu dikarenakan anak tunagrahita ringan mengalami gangguan persepsi,
commit to user
membaca, menulis dan berhitung. Mereka kurang mampu untuk menangkap
informasi-informasi terutama yang berkaitan dengan pengetahuan yang diberikan
di sekolah. Untuk mengatasi masalah anak tunagrahita dalam menangkap
pengetahuan di sekolah, diperlukan model pembelajaran yang tepat.
Model pembelajaran tersebut harus dapat membantu mempermudah proses
pembelajaran, sehingga upaya untuk meningkatkan kemampuan anak tersebut
dalam menangkap pengetahuan di sekolah dapat tercapai dan hasil belajar anak
meningkat. Pembelajaran yang dilakukan harus dibawa dalam suasana belajar
yang menyenangkan dan tidak membosankan, sehingga anakpun akan termotivasi
dalam belajar.
Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam kegiatan pembelajaran
anak tunagrahita ringan adalah pemilihan media pembelajaran yang tepat, yang
dapat menarik perhatian siswa, dapat mengarahkan perhatian siswa, dapat
memperjelas informasi yang disajikan, sehingga hasil belajar akan lebih
meningkat.
Media pembelajaran yang perlu dipertimbangkan pengguaannya dalam
kegiatan pembelajaran anak tunagrahita ringan adalah media audio visual. Melalui
media audio visual, anak tunagrahita ringan akan lebih tertarik dan terarah
perhatiannya, lebih mudah memahami informasi yang disajikan, tidak bosan dan
suasana belajar lebih menyenangkan. Hal tersebut dapat membawa dampak hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Alur kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 1 .Alur kerangka berpikir
C. Hipotesis
Menurut Margono (1996:80), hipotesis berasal dari kata hipo (hypo) dan
tesis (thesis). Hipo berarti kurang dari, sedangkan tesis berarti pendapat. Jadi
hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya sementara, belum
benar-benar berstatus sebagai suatu pendapat, masih harus dibuktikan
kebenarannya. Berdasarkan teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis Kegiatan pembelajaran dengan media audio visual
Hasil belajar IPA anak tuna grahita ringan materi permukaan bumi
meningkat
Hasil belajar IPA anak tuna grahita ringan materi permukaan bumi
commit to user
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Penggunaan Media Audio Visual
dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi Permukaan Bumi pada Kelas
VI Tunagrahita Ringan Semester II SDLB Negeri Slawi Kabupaten Tegal Tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(PTK), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat
yang bersangkutan mengajar, dengan penekanan pada peningkatan atau
penyempurnaan proses pembelajaran. Penelitian ini dilakukan di kelas VI
Tunagrahita Ringan SDLB Negeri Slawi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam, semester II Tahun Pelajaran 2010/2011.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian merupakan lokasi pelaksanaan pengumpulan data yang
diperlukan. Penelitian ini dilaksanakan di SDLB Negeri Slawi Kabupaten
Tegal.
Alasan memilih sekolah ini sebagai tempat penelitian adalah :
a. Peneliti dapat melaksanakan kegiatan pengumpulan data yang
diperlukan sesuai dengan variabel-variabel yang di teliti
b. Efisiensi dalam waktu, tenaga dan biaya karena tempat penelitian
merupakan tempat mengajar peneliti
c. Sekolah tersebut mendukung diadakannya penelitian untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran
d. Sekolah tersebut belum pernah dipergunakan sebagai objek
penelitian sejenis, sehingga terhindar dari penelitian ulang
2. Waktu Penelitian
Dalam melaksanakan kegiatan ini, peneliti melaksanakan penelitian
secara bertahap, mulai bulan Februari sampai bulan Juni 2011. Tahap kegiatan
mulai dari persiapan awal, pembuatan proposal hingga penyusunan laporan
commit to user Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
No KEGIATAN
Negeri Slawi Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2010/2011 sejumlah tujuh anak,
yang terdiri dari empat siswa perempuan dan tiga siswa laki-laki. Subjek dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
data dalam penelitian ini meliputi :
1. Siswa kelas VI Tunagrahita Ringan : untuk mengetahui kegiatan belajar siswa
selama berada di lingkungan sekolah
2. Orang tua/ wali murid : untuk mendapatkan informasi tentang siswa selama
berada di lingkungan keluarga
3. Dokumen : berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, hasil penilaian afektif
siswa, hasil tes siswa berupa nilai pre tes, nlai pos tes siklus I dan nilai pos tes
siklus II untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
1. Wawancara
Menurut Anas Sudijono (2005:82), Wawancara adalah cara menghimpun
bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab
lisan secara sepihak, berhadapan muka dan dengan arah serta tujuan yang
telah ditentukan. Suharsini Arikunto (2006:155) menyatakan bahwa
wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
commit to user
Menurut Winarno Surakhmad (1994:174) interview (wawancara)
menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subjek atau
sampel.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa wawancara
adalah pengambilan informasi yang dilakukan melalui suatu kegiatan
percakapan antara peneliti dengan pihak yang berkompeten (subjek penelitian)
untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penelitian yang
dilakukan.
Informasi yang dapat diperoleh melalui kegiatan wawancara antara
lain:
a. Gambaran kemampuan anak dalam belajar
b. Gambaran kegiatan anak di rumah dan di luar rumah
c. Gambaran kebiasaan-kebiasaan anak dalam belajar di rumah
d. Kebiasaan-kebiasaan lain yang sering muncul dan sering dilakukan oleh
anak
e. Tingkah laku anak di dalam dan di luar kelas
f. Kondisi keluarga anak
g. Sarana dan prasarana belajar anak
2. Observasi
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2007:70) menyatakan
bahwa”observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki”.
Menurut Anas Sudijono (2005:76) “Pengertian observasi adalah cara
menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan
mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan”.
Menurut Gulo (2005:10) menyatakan bahwa :