PERBANDINGAN HASIL RADIOGRAFI PERIAPIKAL
DENGAN LATERAL OBLIQUE DALAM MENDETEKSI
GIGI IMPAKSI MOLAR TIGA MANDIBULA
MAHASISWA FKG USU
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
RAFIKA HUSNUL KHATIMAH
NIM : 100600090
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kedokteran Gigi
Tahun 2015
Rafika Husnul Khatimah
Perbandingan hasil radiografi periapikal dengan lateral oblique dalam mendeteksi gigi impaksi molar tiga mandibula mahasiswa FKG USU.
xi + 38 halaman
Gangguan erupsi merupakan suatu keadaan dimana terhalangnya
pertumbuhan gigi dalam mencapai kedudukan normal yang disebabkan kurangnya
ruang pada lengkung rahang atau adanya obstruksi tulang, keadaan ini sering disebut
impaksi dan dapat dideteksi dengan beberapa teknik radiografi. Radiografi yang dapat
digunakan, radiografi periapikal teknik paralelling dan radiografi ekstra oral teknik
lateral oblique. Sering pembuatan radiografi periapikal mengalami kesulitan dalam mendeteksi impaksi molar tiga sehingga digunakan radiografi lateral oblique untuk membandingkan kedua radiografi mana yang lebih baik.
Jenis penelitian deskriptif, jumlah sampel 40 orang dengan usia minimal 20
tahun. Pada sampel dilakukan pemeriksaan klinis, wawancara, kemudian
pengambilan foto rontgen intra oral dan ekstra oral.
Hasil penelitian didapatkan untuk posisi molar tiga mandibula tidak ada beda
antara periapikal dengan lateral oblique, kedua teknik dapat digunakan untuk melihat posisi gigi impaksi. Kontras gambar dan detail gambar diperoleh radiografi periapikal
lebih baik, sedangkan untuk kenyamanan lebih baik dengan radiografi lateral oblique.
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 12 Maret 2015
Pembimbing Tanda tangan
Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG(K) ……….
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
pada tanggal, 12 Maret 2015
TIM PENGUJI
KETUA : Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG (K)
ANGGOTA : 1. H. Amrin Thahir, drg
2. Cek Dara Manja, drg., Sp. RKG
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya
kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan
salam bagi Rasulullah SAW yang telah menjadi rahmatan lil ‘alamin.
Skripsi ini penulis dedikasikan untuk Mama tersayang, Dra. Hj. Rini Efri Leni,
M.Si., yang senantiasa memberi semangat dan menjadi motivasi bagi penulis untuk
menimba ilmu dan bertanggung jawab hingga akhir dengan pilihan yang telah
diambil. Semoga semua pengorbanan, kasih sayang, perhatian, segala dukungan dan
do’a yang telah beliau curahkan sejak penulis lahir hingga saat ini menjadi kemuliaan dan bernilai surga oleh Allah SWT. Aamiin yaa Rabbal ‘alamin.
Selama proses penulisan skripsi ini, banyak bimbingan, pengarahan, saran,
serta bantuan yang telah diberikan pada penulis dan pada kesempatan ini penulis
ingin menghaturkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:
- Prof. Nazaruddin, drg., C. Ort., Sp. Ort., Ph. D selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
- Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG(K) selaku Ketua Departemen Radiologi
Dental FKG USU, dosen penasehat akademik dan dosen pembimbing yang tidak
hanya menyediakan waktu, membimbing, dan mengarahkan penulis selama
proses penulisan skripsi ini, tetapi juga telah banyak memotivasi penulis dengan
sabar dan tulus agar bisa meningkatkan kualitas pendidikan. Semoga Allah SWT
selalu melimpahkan rahmat-Nya.
- H. Amrin Thahir, drg, Cek Dara Manja, drg., Sp. RKG, Lidya Irani Nainggolan,
drg., Sp. RKG, Dewi Kartika, drg, dan Maria Novita H. Sitanggang, drg, atas
segala masukan dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih
baik.
- Teman-teman, abang/kakak, dan adik-adik di FKG USU yang telah bersedia
v
- Sahabat-sahabat terbaik penulis, Jessica Forsythia, Rizki Puspita Syukrinawati,
Natrya Mychanesya, yang telah banyak membantu bahkan sebelum diminta,
berbagi suka dan duka serta mewarnai masa-masa kuliah penulis, terima kasih
karena tidak pernah bosan untuk ada dan mendukung penulis. Febrina Audina,
Diah Okti Agustin Rangkuti yang memberi perhatian, menghibur, yang telah
hadir dan menjadi warna baru dalam hidup penulis, terima kasih, semoga kita
dapat terus berjuang hingga akhir bersama-sama.
- Enni Mulianingsih, Liyana Hanum, Dara Aidilla, Surtiva Pulungan, Sri Rahayu
Hasibuan, dan semua teman-teman satu departemen skripsi yang telah sangat
banyak membantu dan menjadi semangat penulis selama proses penulisan skripsi.
- Kak Emilia Mestika yang sejak awal penulis menempuh masa kuliah, telah
banyak memberi bantuan, masukan dan nasehat, semoga Allah SWT
membalasnya dengan surga.
- Kak Rani, kak Teti, dan om Hari selaku operator radiografi Departemen
Radiologi Dental FKG USU, yang tak kenal lelah membantu penulis selama
proses pengumpulan data dan selalu menyemangati penulis agar dapat segera
menyelesaikan skripsi ini.
- Staf Akademik FKG USU, terutama om Edison, bu Is, bu Maya, bu Nur, om
Yusnan, yang telah memberi jalan untuk penulis dalam hal administrasi. Terima
kasih atas segala bantuan, dan mohon maaf telah banyak direpotkan.
- Kakak-kakak BKM K-Mus FKG USU, kak Munadiyah Asy-Syahidah yang telah
menjadi mentee penulis dalam kegiatan mentoring, kak Tuty Dwi, kak Rizka
Hidayati yang memberikan banyak tausiyah yang menyejukkan hati.
Sahabat-sahabat K-Mus, teristimewa Siti Amaliyyah, Irma Harfianty, Novi Dara Utami,
Faradilla Sari, Putri Lubis, Fitri Afriyanti, yang tidak mungkin selalu ada untuk
penulis jika bukan karena ikhlas dan hati yang telah terikat karena-Nya.
- Untuk mereka yang tak pernah putus mendo’akan penulis, terutama Ungku, Alm. H. Marza’i Amirsjah Sp. PD dan Andung, Hj. Zeiyar Marza’i sekeluarga, terima kasih yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Semoga Allah SWT
vi
yang berkah dan derajat yang tinggi di sisi-Nya kelak, aamiin yaa Rabbal ‘alamin. Untuk om-om dan tante-tante, serta semua sepupu penulis yang tidak dapat
disebutkan satu per satu, tapi yakinlah dengan janji Allah, bahwa tidak ada
balasan kebaikan kecuali kebaikan pula.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran bagi pengembangan
disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi, khususnya Departemen Radiologi
Kedokteran Gigi.
Medan, Maret 2015
Penulis
(Rafika Husnul Khatimah)
vii
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 23
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 23
viii
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Distribusi frekuensi jenis kelamin responden impaksi molar tiga
mandibula ... 30
2. Distribusi frekuensi umur responden impaksi molar tiga mandibula... 31
3. Persentase posisi impaksi molar tiga mandibula ... 31
4. Persentase kontras gambar impaksi molar tiga mandibula ... 32
5. Persentase detail gambar impaksi molar tiga mandibula ... 32
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Perbandingan Hasil Radiografi Teknik Bisecting dengan Teknik
Paralel pada Gigi Molar Satu Kiri Maksila... 12
2. Teknik Lateral Oblique pada Gigi Molar Kiri Maksila dan
Mandibula ... 14
3. Gigi Posterior Kanan Mandibula dan Maksila Melalui Radiographic
Keyhole ... 15 4. Posisi Kaset dan Tubehead Sinar-X untuk Molar Kanan Mandibula
dan Maksila pada Pasien Dewasa dengan Arah Sinar Melewati
Ramus Mandibula ... 16
5. Posisi Kaset dan Tubehead Sinar-X untuk Kaninus Kanan
Mandibula dan Maksila... 17
6. Posisi Kaset dan Tubehead Sinar-X untuk Molar Kanan Mandibula dan Maksila pada Pasien Dewasa dengan Arah
Sinar Melewati Bodi Mandibula ... 17
7. Gambaran Anatomis Bodi Mandibula yang Diidentifikasi dengan
Proyeksi Lateral Oblique ... 18 8. Gambaran Anatomis Ramus Mandibula yang Diidentifikasi dengan
Proyeksi Lateral Oblique ... 19 9. Hasil Radiografi dengan Teknik Bimolar ... 20
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Penjelasan Bagi Subjek Penelitian
2. Informed Consent
3. Anggaran Penelitian
4. Data Frequency Table SPSS
5. Gan’s Chart
6. Personalia Peneliti
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dan pertumbuhan gigi geligi seringkali mengalami gangguan
erupsi, baik pada gigi anterior maupun posterior. Gangguan erupsi adalah suatu
keadaan dimana gigi tersebut terhalang pertumbuhannya untuk mencapai kedudukan
normal karena kurangnya ruang pada lengkung rahang atau obstruksi tulang pada
daerah tersebut dan keadaan ini sering disebut dengan impaksi.1 Molar tiga maksila
dan mandibula serta kaninus rahang atas merupakan gigi yang sering mengalami
impaksi. Insiden impaksi yang paling sering terjadi adalah pada gigi molar tiga
mandibula. Impaksi molar tiga merupakan gangguan umum yang terjadi di
negara-negara dengan standar kehidupan yang tinggi,2 namun Indonesia yang termasuk
sebagai negara berkembang tidak luput dari masalah ini.
Radiografi merupakan alat bantu dalam menegakkan diagnosa terutama kasus
impaksi molar tiga. Radiografi intra oral sering sulit dilakukan untuk mendeteksi
impaksi molar tiga. Masalah sering timbul karena posisi gigi jauh di belakang dan
dekat daerah sensitif, sehingga rangsangan muntah sering terjadi.
Mohammad et al. (2014) menemukan bahwa frekuensi dari impaksi molar tiga pada maksila dan mandibula pada pria dan wanita sebanyak 333 sampel yang
dievaluasi dengan 2000 radiografi panoramik menunjukkan hasil 161 (48.3 %) pria
dan 172 (51.7 %) wanita memiliki gigi yang impaksi. Sebanyak 313 kasus gigi
impaksi molar tiga, 16 kasus gigi lain impaksi, dan 4 kasus memiliki impaksi molar
tiga dan gigi impaksi yang lain.3 Menurut Biswari et al. (2010) dengan rata-rata usia pasien 28 tahun dan analisis tipe, angulasi serta level erupsi molar tiga mandibula
yang didapat dengan menggunakan radiografi intra oral periapikal, impaksi
mesioangular (44.4 %), impaksi horizontal (11 %), impaksi vertikal (27.6 %) yang
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan impaksi distoangular (15.9 %).4 Quek et al.
Radiografi periapikal merupakan teknik radiografi intra oral yang dirancang
untuk memperlihatkan gigi-geligi secara individual serta jaringan yang berada di
sekitar apeks gigi. Setiap film biasanya menunjukkan 2-4 gigi dan memberikan
informasi rinci tentang gigi dan tulalng alveolar sekitarnya.1,2
Teknik lateral oblique merupakan teknik ekstra oral yang cukup efisien dari segi biaya dan dosis radiasi. Penelitian Kositbowornchai et al. (2010), teknik lateral oblique cukup nyaman bagi pasien karena film diletakkan di luar rongga mulut.5
Berdasarkan hasil radiografi periapikal yang memperlihatkan gigi-geligi
secara utuh, dan teknik lateral oblique yang cukup efisien serta indikasi utamanya untuk gigi molar mandibula, maka peneliti tertarik untuk membandingkan hasil
radiografi molar tiga yang impaksi dengan teknik periapikal dan lateral oblique.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang
dapat diidentifikasikan yaitu:
1. Bagaimanakah hasil radiografi periapikal dan lateral oblique dalam mendeteksi gigi impaksi molar tiga mandibula?
2. Bagaimanakah perbandingan hasil radiografi gigi impaksi molar tiga
mandibula dengan menggunakan radiografi periapikal dan lateral oblique
pada mahasiswa FKG USU?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan hasil radiografi
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang radiografi yang dapat
digunakan untuk melihat impaksi molar tiga mandibula.
1.4.2 Manfaat Aplikatif
Membantu para dokter gigi dalam memilih radiografi alternatif untuk melihat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gigi Impaksi
Menurut Indonesian Journal of Dentistry, gigi impaksi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh gigi tetangga, tulang sekitarnya atau jaringan patologis, gigi
yang letaknya tidak normal pada lengkung rahang.6 Gigi impaksi merupakan sumber
potensial yang terus menerus menimbulkan keluhan di masyarakat sejak gigi mulai
erupsi, keluhan utama yang paling sering dirasakan adalah rasa sakit dan
pembengkakan yang terjadi di sekeliling gusi tersebut yang dapat mempengaruhi
estetis, gangguan pengunyahan, kesulitan bicara dan mengganggu aktivitas
sehari-hari dan dapat juga menyebabkan masalah misalnya infeksi seperti perikoronitis dan
operkulitis.7 Gigi impaksi juga sering menjadi tempat retensi makanan yang sulit
dibersihkan. Retensi debris makanan dan plak akan menyebabkan karies pada gigi
tersebut atau pada gigi tetangganya dan menyebabkan bau mulut.8
Insidensi gigi impaksi terjadi hampir pada seluruh ras di dunia, termasuk
diantaranya ras Kaukasia. Frekuensi gigi impaksi secara berurutan paling tinggi pada
molar tiga mandibula, molar tiga maksila, kaninus maksila, premolar mandibula,
kaninus mandibula, premolar maksila, insisivus sentralis maksila dan insisivus
lateralis maksila.9
Gigi molar tiga mandibula mengalami kalsifikasi awal pada usia 8-10 tahun
dan mahkotanya terbentuk lengkap pada usia 12-16 tahun. Gigi ini akan mengalami
erupsi pada usia 17-21 tahun. Gigi molar tiga sering disebut sebagai gigi geraham
bungsu. Penyebutan ini mungkin disebabkan karena gigi ini merupakan gigi yang
2.1.1 Etiologi
Etiologi terjadinya gigi impaksi bermacam-macam diantaranya kekurangan
ruang, kista, gigi supernumerari, retensi gigi sulung, infeksi, trauma, anomali dan
kadang juga dikaitkan dengan suatu teori evolusi.6,8,9
Selain itu penyebab terjadinya dapat dikelompokkan atas penyebab lokal dan
keadaan yang jarang ditemukan.11
a. Penyebab lokal:
1) Posisi yang tidak teratur dari gigi-geligi dalam lengkung rahang
2) Densitas tulang di atas dan sekitarnya
3) Radang kronis dan terus menerus sehingga dapat menyebabkan
bertambahnya jaringan mukosa di sekitarnya
4) Premature loss gigi desidui yang dapat mengakibatkan hilang atau berkurangnya tempat untuk gigi permanen penggantinya
b. Keadaan yang jarang ditemukan:
1) Cleidoncranial disostosis
Ada beberapa macam klasifikasi yang dibuat mengenai gigi impaksi molar
tiga mandibula dilihat dari hubungannnya secara radiografis terhadap molar dua,
kedalaman impaksi, dan berdasarkan panjang lengkung atau kedekatannya dengan
ramus ascendens:7,12
1. Hubungan Radiografis terhadap Molar Dua
Molar tiga maksila dan mandibula yang impaksi dikelompokkan berdasarkan
hubungannya dengan molar dua. Klasifikasi yang didasarkan dengan Sinar-X ini
dilakukan dengan melihat inklinasi gigi yang mengalami impaksi yaitu mesioangular,
a. Impaksi Mesioangular
Posisi impaksi mesioangular ini paling sering terjadi pada gigi mandibula. Gigi molar
tiga mandibula membuat sudut dengan mahkota gigi molar dua dan inklinasi yang
mengarah ke anterior.
b. Impaksi Distoangular
Posisi impaksi ini paling sering terjadi pada gigi maksila. Permukaan oklusal gigi
molar tiga mengarah ke distal molar dua.
c. Impaksi Vertikal
Posisi gigi molar tiga mandibula adalah vertikal, namun impaksinya di bawah bagian
distal crown molar dua, dan crown bagian distal molar tiga biasanya berada di dalam ramus ascendence anterior mandibular.
d. Impaksi Horizontal
Pada gigi molar tiga yang impaksi horizontal, garis aksialnya mendatar dan hampir
sejajar dengan permukaan oklusal.
2. Hubungan Kedalaman Impaksi Molar Tiga terhadap Garis Servikal Molar
Dua
Baik gigi impaksi maksila maupun mandibula dapat dikelompokkan
berdasarkan kedalamannya, dalam hubungannya terhadap garis servikal molar dua di
sebelahnya.
Pada level A, crown molar tiga yang impaksi berada pada atau di atas garis oklusal. Pada level B, crown molar tiga berada di bawah garis oklusal tetapi di atas garis servikal molar dua. Pada level C, crown molar tiga yang impaksi terletak di bawah garis servikal.
3. Hubungan Panjang Lengkung atau Kedekatannya dengan Ramus Ascendens
Impaksi molar tiga mandibula juga diklasifikasikan berdasarkan hubungannya
terhadap linea oblique externa atau tepi anterior ramus ascendens.
Pada klas I, terdapat celah di sebelah distal molar dua yang potensial untuk
dari lebar mesio-distal crown molar tiga, sedangkan pada klas III, crown gigi impaksi seluruhnya terletak di dalam ramus.7,12
2.2 Radiologi Kedokteran Gigi
Radiologi adalah ilmu untuk melihat bagian dalam tubuh manusia
menggunakan radiasi atau pancaran gelombang berupa gelombang elektromagnetik
maupun gelombang mekanik.11
Dalam bidang kedokteran ataupun kedokteran gigi dapat digunakan radiografi
yang menjadi penunjang bagi dokter dan dokter gigi untuk menegakkan diagnosa,
rencana perawatan dan evaluasi terhadap suatu penyakit atau tindakan perawatan
yang dilakukan. Radiologi yang digunakan dalam kedokteran gigi disebut radiografi
dental.11,13 Walaupun dosis radiasi pada radiografi dental cukup rendah, namun
paparan radiasi harus diminimalkan dalam prakteknya. Dokter gigi harus
mempertimbangkan manfaat dari suatu radiografi yang dihadapkan pada konsekuensi
akan meningkatnya paparan radiasi pada pasien, sesuai dengan prinsip As Low As Reasonably Achievable (ALARA).13
Ada dua teknik radiografi yang digunakan di kedokteran gigi berdasarkan
penempatan film yaitu radiografi intra oral dan radiografi ekstra oral.14
2.2.1 Radiografi Intra Oral
Teknik radiografi intra oral digunakan untuk memperlihatkan keseluruhan
mahkota, akar gigi dan struktur pendukung di sekitarnya.15 Pada teknik ini, film
diletakkan di dalam rongga mulut pasien. Ada tiga jenis radiografi intra oral yaitu
bitewing/interproksimal, oklusal, dan periapikal.16 A. Radiografi Periapikal
Radiografi periapikal digunakan untuk menunjukkan gigi-geligi secara
individual dan utuh dari crown hingga apeks gigi serta tulang pendukungnya. Teknik radiografi ini diindikasikan untuk melihat adanya infeksi di daerah apikal, status
B. Bitewing technique / Radiografi Interproksimal
Digunakan untuk melihat crown dan setengah panjang akar gigi posterior maksila dan mandibula dalam satu film tanpa menggunakan film holder namun pasien diminta untuk menggigit sayap film agar stabil dalam rongga mulut. Teknik ini sangat
baik mendeteksi karies proksimal dan crest alveolar. C. Radiografi Oklusal
Berguna untuk mengevaluasi gigi dalam bidang oklusal dan dapat melihat
keadaan gigi atau rahang yang patologis dari arah buko-lingual. Berdasarkan letaknya,
terdapat beberapa teknik yaitu:
a. Maxillary Occlusal Projection
Teknik ini digunakan untuk melihat gambaran radiografi pada gigi-geligi maksila.
Ada tiga jenis teknik Maxillary Occlusal Projection, yaitu: 1. Upper Standard Occlusal
Film diletakkan pada bidang oklusal gigi dan bagian distal film menyentuh ramus
mandibula lalu secara perlahan film digigit sebagai fiksasi.
2. Upper Oblique Occlusal
Gambaran yang dihasilkan dengan teknik ini sedikit berbeda dengan Upper Standard Occlusal yaitu hanya meliputi gigi-geligi insisif lateral hingga molar tiga unilateral.
3. Vertex Occlusal
Gambaran radiografi yang akan terlihat adalah maksila dan jaringan di sekitarnya
sehingga posisi bukal / palatal gigi impaksi dapat ditentukan.
b. Mandibular Occlusal Projection
Teknik ini digunakan untuk melihat gambaran radiografi pada mandibula.
Terdapat tiga jenis teknik Mandibular Occlusal Projection, yaitu: 1. Lower 90° Occlusal
Gambaran radiografi oklusal mandibula dapat terlihat dengan teknik ini,
2. Lower 45° Occlusal
Teknik ini digunakan untuk melihat keadaan periapikal insisif mandibula dan
melihat luas fraktur pada anterior mandibula secara vertikal dan tubehead diarahkan ke ramus mandibula 45°.
3. Lower Oblique Occlusal
Radiografi lower oblique occlusal menunjukkan gambaran dari glandula salivarius submandibular.14 Indikasi klinis utama radiografi lower oblique occlusal, yaitu mendeteksi adanya radiopaque kalkulus dalam glandula salivarius
submandibular, pemeriksaan dari posisi bucco-lingual dari gigi rahang bawah yang
tidak erupsi, serta evaluasi perbesaran dan perluasan bucco-lingual dari kista, tumor
dan lesi tulang lainnya pada bagian posterior dari sudut bodi mandibula.14
2.2.2 Radiografi Ekstra Oral
Teknik radiografi ekstra oral digunakan untuk melihat area yang luas pada
rahang dan tengkorak, film yang digunakan diletakkan di luar rongga mulut.
Beberapa teknik radiografi ekstra oral antara lain panoramik, antero-posterior,
postero-anterior, sefalometri, proyeksi Water’s, proyeksi Reverse-Towne, proyeksi
submentovertex serta radiografi lateral.11 1. Radiografi Panoramik
Radiografi yang memperlihatkan benih dan gigi-geligi maksila dan mandibula
dalam satu film. Umumnya digunakan untuk merencanakan perawatan ortodonsi,
memperkirakan lesi-lesi pada alveolar dan sekitarnya, memperkirakan erupsi molar
tiga dan lainnya.
2. Radiografi Antero-Posterior
Radiografi ini digunakan untuk melihat kelainan yang terdapat pada bagian
anterior maksila dan mandibula, gambaran sinus frontalis, ethmoidalis serta os nasale.
3. Radiografi Postero-Anterior
Radiografi ini digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma, atau kelainan
pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Teknik ini juga menggambarkan struktur
4. Radiografi Sefalometri
Radiografi ini dapat melihat hubungan gigi, struktur kraniofasial dan alveolar
dimana pada radiografi ini terlihat jaringan lunak berupa tulang rawan hidung dan
bibir dari pasien.
5. Proyeksi Water’s
Teknik ini merupakan variasi dari gambaran postero-anterior untuk melihat
keadaan sinus maksilaris. Film ditempatkan di depan pasien dengan posisi tegak lurus
terhadap mid sagital plane. 6. Proyeksi Reverse-Towne
Pada teknik ini pasien menghadap film dengan ujung dahi dan ujung hidung
sejajar atau forehead-nose position. Tubehead diarahkan ke atas dari bawah occipital
hingga membentuk sudut 30° terhadap horizontal dan sinar melewati kondilus.
7. Proyeksi Submentovertex
Teknik ini biasa digunakan untuk melihat keadaan tulang kondilus, sinus
sphenoid, lengkung mandibula, dinding sinus maksilaris dan kemungkinan fraktur di
daerah zigomatik.11
8. Radiografi Lateral Oblique
Radiografi ini masih menggunakan dental Sinar-X namun sudah termasuk
metode ekstra oral. Umumnya digunakan untuk membuat radiografi pada mandibula.
2.3 Radiografi Periapikal
Radiografi periapikal merupakan teknik radiografi intra oral yang dirancang
untuk memperlihatkan gigi-geligi secara individual serta jaringan yang berada di
sekitar apeks gigi. Setiap film biasanya menunjukkan 2-4 gigi dan memberikan
informasi rinci tentang gigi dan tulang alveolar sekitarnya.14
Indikasi klinis utama untuk radiografi periapikal yaitu untuk mendeteksi
adanya infeksi atau inflamasi pada apikal gigi, penilaian status periodontal, pada
kondisi gigi yang mengalami trauma dan berkaitan dengan tulang alveolar, sebagai
penilaian posisi gigi yang belum erupsi, penilaian morfologi akar sebelum ekstraksi,
mengevaluasi kista apikal dan lesi lainnya dalam tulang alveolar, serta sebagai
evaluasi pasca operasi implan.14
Beberapa syarat untuk posisi film dan Sinar-X yang ideal dan dianjurkan
antara lain gigi yang diamati dan film harus berkontak atau jika tidak memungkinkan,
usahakan agar posisinya sedekat mungkin, gigi dengan film harus dalam posisi saling
paralel, film harus diposisikan dengan sumbu panjang vertikal untuk insisivus dan
kaninus serta horizontal untuk premolar dan molar, tubehead Sinar-X harus diposisikan sehingga sinar mengenai gigi dan film pada sudut kanan dalam dataran
horizontal dan vertikal, serta dalam posisi yang dapat direproduksi.13,14
Radiografi intra oral secara periapikal dapat dibagi menjadi dua teknik, yaitu:
1. Paralleling technique
Pada teknik ini terdapat prinsip kesejajaran antara aksis panjang gigi dan film.
Film diletakkan paralel dengan aksis panjang gigi, sinar-X tegak lurus terhadap film
dan gigi, serta film holder dipakai untuk menjaga kestabilan film dalam rongga mulut agar tetap paralel. Namun film holder tidak harus dipakai untuk molar tiga mandibula karena dapat menyulitkan proses radiografi dan anatomis rahang bawah khusus untuk
molar tiga yang memungkinkan film dan aksis panjang gigi tetap paralel walau tanpa
film holder.
2. Bisecting Angle Technique
Film diletakkan pada sepanjang permukaan lingual / palatal gigi dan bidang
film dengan aksis panjang gigi membentuk sudut. Dapat digunakan jari pasien untuk
Gambar 1. A. Teknik Bisecting dan B. teknik paralel radiografi periapikal pada gigi molar satu kiri maksila.14
Radiografi periapikal sering dijumpai kesulitan dalam menempatkan film intra
oral sehingga perlu dimodifikasi. Kesulitan utama yang dihadapi melibatkan molar
2.4 Teknik Lateral Oblique
Lateral oblique merupakan teknik radiografi ekstra oral yang memperlihatkan rahang dan diambil dengan menggunakan dental Sinar-X. Sebelum peralatan dental
panoramik mengalami kemajuan seperti sekarang, teknik lateral oblique ini merupakan teknik ekstra oral rutin yang digunakan di rumah sakit dan praktek umum
dokter gigi. Dalam beberapa tahun terakhir, popularitasnya telah berkurang, namun
keterbatasan dari dental tomograf panoramik menjadikan teknik ini tetap memiliki
peran penting dalam ilmu radiologi.
Secara terminologi, radiografi lateral dari kepala dan rahang dibagi menjadi
true laterals, oblique laterals dan bimolars.
1. True Lateral Positioning
Film dan bidang sagital dari kepala pasien dalam posisi sejajar dan sinar
Sinar-X tegak lurus terhadap keduanya.
2. Oblique Lateral Positioning
Film dan bidang sagital dari kepala pasien tidak paralel. Sinar-X diarahkan
tegak lurus terhadap film, namun oblique terhadap bidang sagital pasien. Berbagai proyeksi lateral oblique yang berbeda dapat dilakukan dengan posisi kepala dan sinar Sinar-X yang berbeda.14
Indikasi klinis utama yang menggunakan teknik radiografi lateral oblique
mencakup penilaian gigi yang telah atau belum erupsi, mendeteksi adanya fraktur
mandibula, evaluasi lesi atau kondisi yang dapat mempengaruhi rahang seperti kista,
tumor, lesi giant cell dan osteodystrophies, sebagai alternatif jika hasil intra oral tidak adekuat karena adanya gagging reflex pada beberapa pasien, adanya ketidakmampuan dalam membuka mulut atau pasien dalam kondisi tidak sadar, dan untuk
Gambar 2. Teknik lateral oblique menunjukkan gigi molar kiri maksila dan mandibula.14
Beberapa prinsip teknik dasar radiografi lateral oblique antara lain mengenai posisi kaset, posisi kepala pasien, dan tabung Sinar-X.
1. Posisi kaset
Pasien diminta untuk memegang kaset pada sisi wajah yang menutupi area
rahang yang diamati. Posisi yang tepat ditentukan oleh daerah tertentu.
2. Posisi kepala pasien
Pasien biasanya diinstruksikan untuk duduk tegak di dental unit, lalu diminta
untuk menoleh pada salah satu sisi dan menaikkan dagu. Menoleh pada salah satu sisi
dilakukan untuk memposisikan ramus ke arah depan, menghindari posisi yang saling
tumpang tindih dan menambah ruang yang tersedia antara leher dan bahu untuk
memposisikan Sinar-X. Mengangkat dagu dilakukan untuk menambah ruang
triangular di antara bagian belakang ramus dan cervical spine (yang biasanya disebut
keyhole) yang akan dilalui oleh sinar Sinar-X. 3. Posisi tubehead Sinar-X
a. Di belakang ramus menuju keyhole
Tubehead Sinar-X diposisikan di sepanjang garis bidang oklusal, tepat di bawah telinga, di belakang ramus ke arah keyhole pada gigi-geligi di maksila dan mandibula tertentu yang akan diamati dari daerah yang berlawanan.
b. Di bawah (lower border) batas bawah mandibula
Tubehead Sinar-X diposisikan di bawah dari batas bawah kontra-lateral mandibula, tepat di seberang gigi mandibula tertentu yang diamati, mengarah sedikit
ke atas.14
Posisi yang diperlukan untuk lateral oblique yang berbeda dan hasil radiografi ditunjukkan pada gambar di bawah:
Gambar 4. A. Posisi kaset dan tubehead Sinar-X untuk molar kanan mandibula dan maksila
Gambar 5. A. Posisi kaset dan tubehead Sinar-X untuk kaninus kanan mandibula dan maksila. B. Diagram posisi dari atas, menunjukkan kaset melapisi gigi kaninus dan tubehead Sinar-X diarahkan pada radiographic keyhole. C. Resultan khas radiografi pada pasien dengan gigi bercampur.14
Hal yang perlu diperhatikan yaitu untuk stabilitas, pada pasien anak biasanya
arah duduk di kursi diputar 90° sehingga posisi bahu dapat didukung dengan baik dan
kasetdan kepala dapat diistirahatkan pada sandaran kepala di kursi.14
Area yang diamati menentukan bagaimana letak posisi kaset dan tubehead
Sinar-X. Suatu Sinar-X yang diperlukan untuk lateral oblique harus dapat menentukan regio yang tepat dari rahang yang ingin dievaluasi.14
Teknik lateral oblique merupakan teknik ekstra oral yang biasanya digunakan untuk membuat radiografi pada mandibula. Teknik ini cukup efisien dari segi biaya
dan dosis radiasi serta umumnya digunakan untuk melihat keadaan sekitar lateral
tulang wajah dan diagnosa patologis tulang tengkorak.16
Teknik ini dibagi menjadi dua berdasarkan objek yang diproyeksikan, yaitu:
1. Lateral Oblique Projection of Body Mandibula
Pada teknik ini posisi tubehead berada di belakang ramus dan diarahkan melewati radiographic keyhole pada sisi yang berlawanan dengan area premolar-molar sebagai titik sentralnya.
2. Lateral Oblique Projection of Ramus Mandibula
Posisi tubehead berada di bawah border inferior mandibula langsung pada daerah posterior menuju daerah tengah ramus dengan jarak 2 cm dari border inferior
mandibula di regio molar satu. Gambaran radiografi yang dihasilkan yaitu ramus
mandibula hingga kondilus, molar tiga maksila dan mandibula pada satu sisi dalam
satu film.16
Cara kerja teknik radiografi lateral oblique sebagai berikut:
1. Pasien diinstruksikan untuk memegang kaset atau jika pasien anak, minta
orangtuanya untuk memegang kasettersebut
2. Leher dalam keadaan tegak serta usahakan agar posisi mandibula berada cukup
jauh dari cervical spine
3. Tubehead atau central ray diarahkan pada posisi antara cervical spine dan sudut mandibula
4. Hasil yang dicitrakan adalah gigi dan rahang yang berdekatan dengan kaset
3. Teknik Bimolar
Teknik bimolar ini merupakan gabungan dari dua lateral oblique namun dalam satu film. Bimolar merupakan istilah yang digunakan untuk proyeksi radiografi
yang menunjukkan hasil lateral oblique dari sisi kanan dan kiri rahang pada bagian yang berbeda dari radiografi yang sama. Cara kerja teknik bimolar yaitu sebagai
berikut:
1. Pasien diposisikan dengan salah satu sisi wajah berada setengah dari kaset, dengan
hidung mengarah searah midline. Posisi yang tepat tergantung pada gigi atau area rahang yang diamati.
2. Sisi lain dari kaset dilapisi dengan timbal untuk mencegah paparan radiasi.
3. Tubehead Sinar-X diposisikan untuk menunjukkan area yang diinginkan dan penyinaran dilakukan.
4. Perisai berlapis timbal ditempatkan pada sisi lain dari kaset untuk melindungi
bagian dari film yang telah diekspos.
5. Pasien lalu diposisikan lagi dengan cara yang mirip seperti saat pengambilan foto
pertama, dengan memegang kaset pada salah satu sisi wajah.
6. Tubehead Sinar-X kembali diposisikan ulang dan lalu penyinaran kedua dilakukan.14
2.5 Landasan Teori
Molar Tiga Mandibula
Impaksi
Etiologi Klasifikasi Radiologi Kedokteran Gigi
Hubungan Radiografis Molar Dua
Lokal Hubungan Kedalaman Impaksi Molar Tiga
Keadaan Khusus Hubungan Panjang Lengkung Ramus Ascendens
Intra Oral Ekstra Oral
Periapikal Panoramik
Bitewing / Interproksimal Antero-posterior Oklusal Postero-posterior
Sefalometri
Water’s Reverse-Towne Submentovertex
2.6 Kerangka Konsep
Molar Tiga Impaksi
Mahasiswa FKG USU
Radiografi
Intra Oral Ekstra Oral
Periapikal (paralelling) Lateral Oblique
Hasil Radiografi Hasil Radiografi
Perbandingan Hasil Radiografi Periapikal
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan cross sectional yang berfungsi untuk memberikan gambaran secara umum tentang data yang telah diperoleh.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara, Medan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2014 sampai Januari 2015.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa FKG USU yang berusia di atas
20 tahun.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian diperoleh dari mahasiswa pria dan wanita yang berusia di
atas 20 tahun di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang dipilih
berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi.
Penetapan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
3.3.2.1 Besar Sampel
Diketahui:
: besar sampel
:10% dilihat pada tabel z = 1, 64
: proporsi populasi 50% = 0, 5 (proporsi populasi tidak
diketahui sehingga digunakan 50%)
: 1 – P
: presisi mutlak (15%)
34 + 10% = 39
Dengan menggunakan rumus di atas diperoleh besar sampel 39 orang. Besar
sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 40 orang mahasiswa/i FKG USU.
3.3.3 Kriteria Inklusi dan Ekslusi
3.3.3.1 Kriteria Inklusi
Mahasiswa pria dan wanita yang berstatus aktif di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara berusia di atas 20 tahun dan pemeriksaan klinis memiliki
3.3.3.2 Kriteria Ekslusi
Mahasiswa di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dengan
molar tiga mandibula yang telah dilakukan odontektomi atau telah erupsi sempurna.
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.4.1 Variabel Penelitian
Hasil radiografi periapikal teknik paralelling dan lateral oblique pada mahasiswa FKG USU dengan gigi impaksi molar tiga mandibula.
3.4.2 Definisi Operasional
No Variabel
Penelitian
Definisi Operasional Cara
Pengukuran
Hasil Pengukuran Skala
1 Radiografi
Periapikal
Teknik radiografi intra
2 Teknik
dihitung dari terakhir
dia berulang tahun
Wawancara - Nominal
4 Gigi
Impaksi
Gigi yang belum erupsi
setelah melewati usia
erupsi dengan berbagai
macam etiologi.
- Pesawat radiografi intra oral periapikal
- Masker
- Handscoon
- Tiga serangkai (pinset, sonde, kaca mulut)
3.5.2 Bahan
- Informed consent
- Film foto intra dan ekstra oral
3.6 Metode Pengumpulan Data
3.6.1 Prosedur Pengumpulan Data
Sampel diwawancara lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan klinis rongga
mulut untuk melihat keadaan molar tiga mandibula. Setelah data diperoleh, lalu
dieliminasi sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Pada sampel/responden yang
terseleksi, dilanjutkan dengan pemeriksaan radiografi periapikal teknik paralelling
3.6.2 Alur Penelitian
Wawancara
Persetujuan Informed Consent
Pemeriksaan Klinis
Radiografi Periapikal Teknik Paralelling
dan Lateral Oblique
Interpretasi Hasil Radiografi
Pencatatan Hasil dan Pengolahan Data
3.7 Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan
program SPSS.
3.7.2 Analisis Data
3.8 Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari komisi etik
(Health Research Ethical Committee of North Sumatera) nomor 529/KOMET/FK USU/2014 tanggal 11 November 2014 tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Data Demografis Sampel
Jumlah sampel adalah sebanyak 40 orang. Penelitian ini memeriksa gigi yang
mengalami impaksi pada gigi 38 dan 48 dengan teknik radiografi periapikal dan
lateral oblique, lalu membandingkan hasil radiografi yang diperoleh.
4.2 Distribusi Gigi Impaksi Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari 40 orang sampel yang melibatkan 2 orang laki-laki dan 38 orang
perempuan. Pada laki-laki yang mengalami gigi impaksi adalah 5 % dan pada
perempuan 95 % (Tabel 1).
Tabel 1. Distribusi frekuensi jenis kelamin responden impaksi molar tiga mandibula
No. Jenis Kelamin n %
1 Laki-laki 2 5.0
2 Perempuan 38 95.0
Jumlah 40 100.0
4.3 Distribusi Gigi Impaksi Berdasarkan Usia
Dari 40 orang sampel yang memiliki gigi impaksi didapat bahwa persentase
Tabel 2. Distribusi frekuensi umur responden impaksi molar tiga mandibula
No. Umur (Tahun) n %
1 21 19 47.5
2 22 14 35.0
3 23 6 15.0
4 24 1 2.5
Jumlah 40 100.0
4.4 Distribusi Posisi Impaksi Molar Tiga Mandibula
Dari 40 orang sampel dengan posisi impaksi molar tiga mandibula yang
diamati dengan radiografi periapikal dan lateral oblique. Pada radiografi periapikal didapat hasil baik sebesar 100.0 % dan lateral oblique didapat hasil baik sebesar 100.0 % (Tabel 3).
Tabel 3. Persentase posisi impaksi molar tiga mandibula
No. Kategori Periapikal
n %
Lateral Oblique
n %
Nilai Persentase
Asymp. Sig. (2-tailed)
1 Terlihat 40 100.0 40 100.0
1.000 2 Tidak Terlihat 0 0.0 0 0.0
4.5 Distribusi Kontras Gambar Radiografi
Dari 40 orang sampel dengan kontras gambar impaksi molar tiga mandibula
yang diamati dengan radiografi periapikal dan lateral oblique. Pada radiografi periapikal didapat hasil baik sebesar 100.0 % dan lateral oblique didapat hasil baik sebesar 25.0 % (Tabel 4).
Tabel 4. Persentase kontras gambar impaksi molar tiga mandibula
No. Kategori Periapikal
n %
4.6 Distribusi Detail Gambar Radiografi
Dari 40 orang sampel dengan detail gambar impaksi molar tiga mandibula
yang diamati dengan radiografi periapikal dan lateral oblique. Pada radiografi periapikal didapat hasil baik sebesar 100.0 % dan lateral oblique didapat hasil baik sebesar 10.0 % (Tabel 5).
Tabel 5. Persentase detail gambar impaksi molar tiga mandibula
No. Kategori Periapikal
4.7 Distribusi Kenyamanan Dengan Teknik Periapikal dan Lateral Oblique
Dari 40 orang sampel dengan kenyamanan saat dilakukan radiografi dengan
teknik periapikal dan lateral oblique. Pada radiografi periapikal didapat hasil baik sebesar 15.0 % dan lateral oblique didapat hasil baik sebesar 100.0 % (Tabel 6).
Tabel 6. Persentase kenyamanan dengan teknik periapikal dan lateral oblique
No. Kategori Periapikal
n %
Lateral Oblique
n %
Nilai Persentase
Asymp. Sig. (2-tailed)
1 Nyaman 6 15.0 40 100.0
0.0001 2 Tidak Nyaman 34 85.0 0 0.0
Total 40 100.0 40 100.0
4.8 Hasil Radiografi Periapikal dan Lateral Oblique
A B
BAB 5
PEMBAHASAN
Penelitian terhadap 40 orang sampel dengan 40 radiografi periapikal dan 40
radiografi lateral oblique. Sampel berusia antara 21-24 tahun dengan jumlah laki-laki sebanyak 2 orang dan perempuan 38 orang.
Posisi molar tiga impaksi diperoleh hasil radiografi periapikal 40 hasil
radiografi yang baik, begitu juga dengan 40 hasil radiografi lateral oblique sebesar 100.0 % yang dapat memperlihatkan posisi molar tiga impaksi. Posisi molar tiga
impaksi pada radiografi periapikal diperoleh mesioangular, maka kondisi yang sama
akan terlihat juga pada radiografi lateral oblique.Hal ini dapat dipahami bahwa radiografi periapikal merupakan radiografi yang dapat memperlihatkan gigi-geligi
secara utuh mulai dari crown hingga apikal dan jaringan sekitarnya. Sementara itu, radiografi lateral oblique merupakan radiografi ekstra oral yang dapat memperlihatkan keadaan rahang pasien dan menjadi indikasi utama impaksi gigi
posterior mandibula. Radiografi lateral kepala dan rahang dibagi menjadi true laterals, oblique laterals dan bimolars. Yang membedakan radiografi true laterals dan oblique laterals yaitu posisi film, pasien dan sinar-X. Pada true laterals, film bidang sagital dari kepala pasien paralel dengan sinar-X, sementara pada lateraloblique, posisi film dan bidang sagital kepala pasien tidak paralel, sinar-X berpotongan tegak lurus
dengan film namun oblique pada bidang sagital pasien. Radiografibimolarsdigunakan untuk mendapatkan gambaran radiografi dari sisi kanan dan kiri rahang pada bagian
yang berbeda dalam satu radiograf.Penelitian ini digunakan teknik lateral oblique projection of ramus mandibula untuk dapat menghasilkan gambaran radiografi ramus mandibula hingga kondilus, molar tiga maksila dan mandibula pada satu sisi dalam
satu film dimana teknik ini menjadi indikasi untuk penilaian posisi gigi yang belum
erupsi, mendeteksi adanya fraktur pada mandibula, mengevaluasi lesi atau kondisi
yang mempengaruhi rahang, melihat sendi temporomandibular secara spesifik, dan
Hasil radiografi dalam melihat kontras gambar diperoleh sebesar 100.0 %
pada periapikal dan 25.0 % pada radiografi lateral oblique. Untuk detail gambar, teknik periapikal diperoleh 100.0 % dan lateral oblique 10.0 %. Menurut Stuart dan Michael, kontras radiografi merupakan derajat densitas perbedaan antara hitam dan
putih pada hasil radiografi. Kontras memudahkan identifikasi ciri-ciri yang berbeda
pada area inspeksi. Sementara itu, detail radiografi merupakan hasil radiografi yang
mampu memperlihatkan kondisi nyata dari jaringan pendukung gigi, seperti lamina
dura, space periodontal, crest alveolar, trabekula tulang, dan memperlihatkan gambaran crown hingga apikal. Ada dua hal yang mempengaruhi kontras radiografi, yaitu subjek kontras dan detektor kontras atau film radiografi. Kedua hal tersebut
sangat dipengaruhi oleh tahap prosessing film. Prosessing film adalah suatu cara
untuk menghasilkan gambar dalam pembuatan foto ronsen dengan menggunakan
cairan kimia tertentu. Tahap ini penting untuk dapat menghasilkan kualitas radiografi
yang baik, selain penempatan film, arah sinar, dan pasien yang koperatif. Hasil
radiografi dapat terlihat gelap disebabkan oleh ketidaksesuaian waktu dan kepekatan
konsentrasi larutan developer. Perendaman pada larutan developer yang terlalu lama
atau terlalu cepat, adanya kontaminasi pada larutan developer dengan larutan fixer
juga sangat mempengaruhi kontras hasil radiografi.
Dalam hal kenyamanan pasien, diperoleh 15.0 % dengan menggunakan
radiografi periapikal dan 100.0 % dengan lateral oblique. Ini disebabkan posisi anatomis molar tiga mandibula yang berada jauh di belakang dan adanya gagging reflex pada beberapa pasien sensitif. Rangsangan muntah dapat timbul jika terjadi kontak antara film dengan palatum molle, pangkal lidah, atau posterior dinding faring. Faktor lingkungan juga turut berpengaruh pada pasien sensitif, sehingga operator
harus menjaga kebersihan tubuh, terutama tangan untuk dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya rangsangan muntah pada pasien.Diperlukan kerja sama yang
baik antara operator dan pasien sebelum film ditempatkan dalam mulut, atau jika
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Hasil radiografi lateral oblique dapat memperlihatkan posisi gigi impaksi molar tiga mandibula, begitu juga dengan radiografi periapikal.
2. Hasil radiografi antara periapikal dan lateral oblique dalam mendeteksi gigi impaksi molar tiga mandibula diperoleh:
- Posisi : sama baik antara kedua radiografi
- Kontras : radiografi periapikal lebih baik
- Detail : radiografi periapikal lebih baik
- Kenyamanan : radiografi teknik lateral oblique lebih baik
Secara statistik dapat dinyatakan bahwa penelitian ini diperoleh posisi impaksi molar
tiga mandibula tidak ada beda antara periapikal dengan lateral oblique (p>0,05) sedangkan kontras, detail dan kenyamanan ada beda (p<0,05) p= 0,0001
6.2 Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh, perlu dilakukan penelitian lanjutan yang
membandingkan radiografi periapikal dan lateral oblique dengan mengatur miliampere (mA) dan kilovoltase (kV) yang berbeda sehingga diperoleh kontras dan
DAFTAR PUSTAKA
1. Dwipayanti A, Adriatmoko W, Rochim A. Komplikasi post odontektomi gigi
molar ketiga rahang bawah impaksi. Jurnal PDGI. 2009. 58(2) : 20-24.
2. Archer W. Oral and Maxillofacial Surgery. 5th ed. Philadelphia: W.B.
Saunders Company.
3. Mehdizadeh M, Haghanifar S, Seyedmajidi M, Bijani A, Soufizadeh R.
Radiographic evaluation of impacted third molars and their complications in a
group of Iranian population. Journal of Research and Practice in Dentistry.
Vol. 2014. Article ID 486120, DOI: 10.5171/2014.486120
4. Biswari G, Gupta P, Das D. Wisdom teeth – A major problem in young generation, study on the basis of types and associated complications. Journal
of College of Medical Science. Nepal. 2010. Vol. 6. No. 3 : 24-8
5. Gainer RJ, Vizzotto MB, Silveria PF, Correa LR, Raverca T. Buccal-lingual
localization of the mandibular canal in relationship with the third molar using
the lateral oblique technique. Journal of Oral and Maxillofacial Radiology.
January-April 2014. Vol. 2 :15-6
6. Firmansyah D, Iman T. Fraktur patologis mandibula akibat komplikasi
odontektomi gigi molar tiga bawah. Indonesian Journal of Dentistry. 2008.
15(3): 192-5
7. Obiechina AE. Update in the techique of third molar surgery. Department of
orals and maxillofacial surgery. Univ. College Hospital. Ibadan. Nigeria. 2003.
Vol. 1 : 40-42
8. Alamsyah RM, Situmorang N. Dampak gigi molar tiga mandibula impaksi
terhadap kualitas hidup mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Dentika Dent.
J. 2005. 10(2) : 73-78
10. Soelistiono. Penatalaksanaan gigi impaksi molar ketiga mandibula sebagai
penyebab gangguan keharmonisan alat pengunyahan dan status kesehatan
umum. UGM. 2008.
11. Kresnananda, IB. Posisi impaksi molar ketiga rahang bawah dengan foto
periapikal teknik tube shift pada RSGM FKG Universitas Mahasaraswati
Denpasar. 2014. 10-11
12. Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah mulut. 2nd ed. Alih Bahasa: Purwanto,
Basoeseno. Jakarta: EGC; 1996: 61-3
13. American Dental Association Council on Scientific Affairs. The use of dental
radiographs: update and recommendations. J Am Dent Assoc.2006.
Sep;137(9):1304-12.PubMed PMID: 16946440.
14. Whaites, E. Essential of dental radiography and radiology. Ed. 3. Churchill
Livingstone. London. 2003.
15. Boel, T. Dental radiologi; prinsip dan teknik. USU Press. Medan. 2010. 20-1
16. White, SC. Pharoah, MJ. Oral radiology; principle interpretation. Ed. 5.
LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK
PENELITIAN
Dalam rangka menyelesaikan studi Kedokteran Gigi, saya akan melakukan
penelitian yang berjudul “Perbandingan Hasil Radiografi Periapikal dengan
Lateral Oblique dalam Mendeteksi Gigi Impaksi Molar Tiga Mandibula
Mahasiswa FKG USU”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hasil radiografi
dengan menggunakan dua teknik yang berbeda dalam menilai masalah impaksi molar
tiga mandibula.
Manfaat dari penelitian ini untuk melihat keadaan molar tiga mandibula yang
impaksi pada responden dan untuk menentukan rencana perawatan berikutnya.
Adapun efek yang dapat ditimbulkan pada kulit yaitu eritema (reddening) dengan total radiasi sebesar 250 rads (2,5 Gy) atau setara dengan 500 film foto gigi
yang diperlukan (penyinaran rata-rata 0,7 R/detik) dalam periode 14 hari. Apabila
terdapat keluhan atas tindakan ini, silakan menghubungi saya (Rafika Husnul
Khatimah, 0852 6104 5432).
Besar harapan saya agar Anda bersedia menjadi responden penelitian ini. Jika
Anda telah membaca keterangan di atas, mengerti, dan setuju, mohon untuk
menandatangani Lembar Persetujuan Subjek Penelitian pada lembaran berikutnya.
Demikian penjelasan penelitian ini saya tulis, atas partisipasi dan kesediaan
waktu yang Anda berikan, saya haturkan terima kasih.
Peneliti,
C.P. (0852 6104 5432)
LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
Lembar persetujuan ini bertujuan sebagai tanda kesediaan responden sebagai
subjek dalam penelitian “Perbandingan Hasil Radiografi Periapikal dengan Lateral Oblique dalam Mendeteksi Gigi Impaksi Molar Tiga Mandibula Mahasiswa FKG USU”, dengan manfaat untuk mengetahui keadaan gigi impaksi molar tiga mandibula
yang dimiliki responden. Efek yang mungkin dapat ditimbulkan berupa eritema pada
kulit dengan dosis dan dalam jangka waktu tertentu.
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama :
Alamat :
Telah mengerti tujuan, manfaat, dan efek yang mungkin timbul dan dengan
ini menyatakan bersedia ikut berpartisipasi menjadi salah satu responden dan subjek
penelitian dalam penelitian tersebut dan bersedia untuk dilakukan foto ronsen.
Medan, Oktober 2014
Peneliti Responden
RINCIAN ANGGARAN PENELITIAN
1. Pengambilan Foto Periapikal 40 x Rp. 25.000,- Rp. 1.000.000,-
2. Pengambilan Foto Ekstraoral 40 x Rp. 35.000,- Rp. 1.400.000,-
3. Bahan-bahan ATK
a. 1 Rim kertas HVS 1 x Rp. 40.000,- Rp. 40.000,-
b. 1 Paket tinta printer 1 x Rp. 50.000,- Rp. 50.000,-
4. Fotokopi Rp. 100.000,-
5. Penjilidan Rp. 50.000,-
6. Tanda terima kasih Rp. 250.000,-
Jumlah Biaya Rp. 2.890.000,-
(Dua Juta Delapan Ratus Sembilan Puluh Ribu Rupiah)
Medan, Oktober 2014
Peneliti
Rafika Husnul Khatimah
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 21 19 47.5 47.5 47.5
22 14 35.0 35.0 82.5
23 6 15.0 15.0 97.5
25 1 2.5 2.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 2 5.0 5.0 5.0
Perempuan 38 95.0 95.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
Posisi Molar Tiga (Periapikal)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 40 100.0 100.0 100.0
Posisi Molar Tiga (Lateral Oblique)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 40 100.0 100.0 100.0
Kontras Gambar (Periapikal)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang 1 2.5 2.5 2.5
Sedang 29 72.5 72.5 75.0
Baik 10 25.0 25.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
Detail Gambar (Periapikal)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 40 100.0 100.0 100.0
Detail Gambar (Lateral Oblique)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang 3 7.5 7.5 7.5
Sedang 33 82.5 82.5 90.0
Baik 4 10.0 10.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
Kenyamanan (Periapikal)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang 6 15.0 15.0 15.0
Sedang 28 70.0 70.0 85.0
Baik 6 15.0 15.0 100.0
Valid Baik 40 100.0 100.0 100.0
Kontras Gambar Periapikal 40 55.50 2220.00
LO 40 25.50 1020.00
Total 80
Detail Gambar Periapikal 40 58.50 2340.00
LO 40 22.50 900.00
Total 80
Kenyamanan Periapikal 40 23.50 940.00
LO 40 57.50 2300.00
Mann-Whitney U 800.000 200.000 80.000 120.000
Wilcoxon W 1620.000 1020.000 900.000 940.000
Z .000 -6.860 -7.929 -7.473
Asymp. Sig.
Posisi Molar Tiga
Kontras Gambar
Detail
Gambar Kenyamanan
Mann-Whitney U 800.000 200.000 80.000 120.000
Wilcoxon W 1620.000 1020.000 900.000 940.000
Z .000 -6.860 -7.929 -7.473
Asymp. Sig.
(2-tailed) 1.000 .000 .000 .000
Untuk Posisi Molar tidak ada beda antara periapikal dengan LO (p>0,05)
LAMPIRAN 5
JADWAL KEGIATAN
No. Kegiatan Bulan
September Oktober November Desember Januari Februari