• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Cara Pengajuan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (Restitusi) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tata Cara Pengajuan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (Restitusi) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

TATA CARA PENGAJUAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK (RESTITUSI) PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) DI KANTOR

PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN O

L E H

Nama : Anna Delima Rahmadaria

NIM : 102600116

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Tata Cara Pengajuan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (Restitusi) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan”. Tak lupa pula shalawat beriring salam penulis panjatkan pada junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan syafaatnya sehingga membawa kita semua ke dunia yang kaya akan pengetahuan.

Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini tidak lain adalah untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi pada program studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT yang selalu memberikan kekuatan dan kemudahanNya selama penulis mengerjakan Tugas Akhir. Tak lupa pula terimakasih pada kedua orangtua tercinta, Bapak Dasril dan Ibu Rogayah Farida, yang telah banyak memberikan dukungan baik dari segi moril, materil, doa serta limpahan kasih sayangnya yang tak pernah henti kepada penulis.

(3)

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 3. Ibu Arlina, SH, M.Hum. selaku Sekretaris Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan sekaligus Dosen Pembimbing penulis dalam menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini.

4. Bapak Irwansyah Lubis, SE, M.Si selaku supervisor di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan yang telah banyak memberikan masukan dan bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan data-data yang diperlukan penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

5. Seluruh dosen Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan ilmunya selama penulis menjalani perkuliahan.

6. Seluruh staf pegawai Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah banyak membantu penulis selama masa perkuliahan sampai dengan selesainya Tugas Akhir ini.

(4)

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis menyadari adanya kekurangan dan kelemahan, baik dari segi isi maupun penyajiannya. Namun demikian, saya sebagai penulis berusaha dengan maksimal untuk mengerjakan Tugas Akhir ini agar dapat hasil yang baik. Penulis juga memohon maaf apabila ada kata-kata ataupun penulisan yang kurang dalam Tugas Akhir ini.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan dan penulis berharap agar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2013

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ... i

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 2

C. Uraian Teoritis ... 5

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 7

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 8

F. Metode Pengumpulan Data ... 9

G. Sistematika Penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 10

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM ... 12

A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan ... 12

B. Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Belawan ... 13

C. Sturuktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan ... 13

D. Deskripsi dan Aktivitas Kerja KPP Pratama Medan Belawan ... 14

BAB III GAMBARAN DATA RESTITUSI PPN ... 21

A. Pengertian Pajak ... 21

(6)

C. Pembagian Pajak ... 22

D. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai ... 23

E. Subyek Pajak Pertambahan Nilai ... 23

F. Obyek Pajak Pertambahan Nilai ... 24

G. Tarif Pajak Pertambahan Nilai ... 26

H. Pengertian Restitusi ... 26

I. Dasar Hukum Restitusi ... 27

J. Sebab-sebab Terjadinya Restitusi ... 28

BAB IV ANALISIS DATA DAN EVALUASI ... 31

A. Tata Cara Pelaksanaan Pengajuan dan Pemberian Restitusi PPN di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan ... 31

B. Masalah-masalah Yang Sering Dihadapi Dalam Pelaksanaan Restitusi PPN di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 44

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan pembangunan dan kelangsungan jalannya roda pemerintahan karena jumlahnya relatif stabil. Dari sektor pajak diharapkan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai rumah tangga negara dan aktivitas pembangunan dapat diwujudkan secara nyata.

Untuk melaksankan system perpajakan Indonesia tidaklah terlalu mudah. Masyarakat di Indonesia harus mengerti pajak dan cara-cara perhitungannya, agar tidak terjadi penyimpangan dan kesalahan dalam perhitungan maupun pembayaran pajak. Oleh karna itu pemerintah mengeluarkan peraturan berupa undang-undang perpajakan. Undang-undang tersebut mengatur mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pajak, baik mengenai subjek dan objek pajak, maupun tata cara perhitungan pajak.

(8)

dan pengawasan kepada Wajib Pajak dalam menjalankan tanggung jawab perpajakannya.

Restitusi atau permintaan kembali pajak terjadi bila ada pajak yang lebih dibayar WP pada suatu masa pajak atau tahun pajak. Perhitungan ini terkait dengan laporan pajak yang disampaikan melalui surat pemberitahuan (SPT). Untuk jenis PPN, kelebihan pembayaran pajak terjadi bila jumlah PPN sebagai Pajak Keluaran (PK) pajak lebih kecil dibandingkan PPN yang telah dibayar sebagai Pajak Masukan (PM) dalam satu masa pajak.

Pemberian restitusi sangat berpengaruh terhadap penerimaan pajak, untuk itu sebelum mengeluarkan persetujuan restitusi, pemerintah perlu melakukan penelitian atau pemeriksaan lebih seksama untuk menghindari kerugian yang lebih besar.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam melaksankan tugas akhir ini penulis mengangkat judul “Tata Cara Pengajuan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (Restitusi) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

(9)

2. Untuk mengetahui apa saja masalah-masalah yang sering dihadapi dalam pengembalian kelebihan pembayaran pajak pertambahan nilai di kantor pelayanan pajak pratama medan belawan.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 2.1 Bagi Mahasiswa

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan b. Agar dapat menerapkan teori-teori yang didapat selama perkuliahan c. Agar dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa. Dalam melaksanakan

kegiatan PKLM mahasiswa dapat menuangkan keterampilan dan mengaplikasikan dengan baik dalam melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pengetahuan dan teknologi dalam menghadapi masalah yang timbul.

d. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari ke dalam permasalahan yang timbul selama PKLM.

2.2Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

(10)

b. Untuk membantu dalam mensosialisasikan prosedur pelaksanaan pengembalian kelebihan pembayaran pajak pertambahan nilai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

c. Hasil dari proposal ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan pemikiran kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratam Medan Belawan, sebagai masukan dalam evaluasi pelaksanaan pengembalian kelebihan pembayaran pajak pertambahan nilai.

d. Untuk menambah ide dan gagasan untuk perbaikan system kerja yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

2.3Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

a. Untuk meningkatkan kerja sama antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

b. Untuk memperkenalkan sumber daya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

(11)

C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak

1.1 Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007

Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

1.2 Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H

Pajak ialah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak ada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Perpajakan revisi, 2008:1).

2. Fungsi Pajak

2.1 Fungsi Penerimaan (Budgeter)

(12)

2.2 Fungsi Mengatur (Reguler)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang social dan ekonomi. Sebagai contoh: dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras. Demikian pula terhadap barang mewah.

3. Pembagian Pajak

3.1 Menurut golongan, dibagi menjadi berikut :

a. Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak yang bersangkutan. Contoh: PPh

b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh: PPN, PBB.

4. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

(13)

5. Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai

5.1 Pajak tidak langsung, maksudnya pemikul beban pajak dan penanggung jawab atas pembayaran pajak ke kantor pelayanan pajak adalah subjek yang berbeda.

5.2 Bersifat netral, maksudnya pengenaan PPN hanya dikenakan atas nilai tambahnya saja. PPN dipungut di tempat barang atau ajasa tersebut dikonsumsi.

5.3 Sistem faktur, setiap penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak harus dibuatkan Faktur Pajak.

5.4 Tidak menimbulkan pajak berganda.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Di dalam PKLM penulis membatasi ruang lingkup kegiatan yang akan dilakukan, antara lain :

1. Untuk mengetahui prosedur pengembalian kelebihan pembayaran pajak pertambahan nilai pada kantor pelayanan pajak pratama medan belawan.

(14)

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi sesuai dengan metode yang digunakan, maka tahapannya adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini, penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut PKLM ini, mulai dari penentuan judul dan instansi tempat PKLM, mencari bahan untuk membuat proposal, serta konsultasi dengan dosen

.

2. Studi Literatur

Penulis mengumpulkan data menyangkut masalah yang akan dibahas melalui sumber bacaan seperti : buku perpajakan, Undang-undang perpajakan, artikel ilmiah maupun literature yang berhubungan dengan PKLM.

3. Observasi Lapangan

(15)

system kerja yang berlaku pada kantor pelayanan pajak pratama medan belawan.

4. Pengumpulan Data

Pada tahap ini penulis mengumpulkan data yang berhubungan dengan prosedur restitusi pajak pertambahan nilai melalui penilitian lapangan. 5. Analisis Data dan Evaluasi

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data atau keterangan mengenai restitusi ppn pada kantor pelayanan pajak pratama medan belawan

.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Daftar Wawancara (Interview Guide)

Dalam hal ini penulis mengajukan pertanyaan langsung kepada para pegawai yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

2. Daftar Observasi (Obsevation Guide)

(16)

3. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)

Studi dokumentasi dengan mempelajari buku dan atau literature, hasil-hasil penelitian, meminta dokumen atau data data pendukung yang berhubungan dengan PKLM.

G. Sistematika Penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam pembahasan penulisan laporan ini, penulis menyajikan pembahasan laporan ini kedalam 5 bab. Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan dan manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup, metode Penelitian, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan laporan.

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM

Pada bab ini diuraikan tentang sejarah singkat berdirinya KPP Pratama Medan Belawan, uraian tugas Pokok dan fungsi, struktur organisasi, dan keadaan pegawai KPP Pratama Medan Belawan.

BAB III : GAMBARAN DATA KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

(17)

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis menganalisa data yang sudah dikumpulkan terlebih dahulu dan Menyederhanakan data yang banyak dalam bentuk yang lebih sederhana.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran saran penulis sehubungan dengan uraian pada bab-bab sebelumnya.

(18)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan

Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang kemudian diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan dengan surat keputusan Menteri Keuangan Nomor : 167/PMK.01/2012 dan dengan adanya modernisasi di lingkungan DJP, maka sejak tanggal 27 Mei 2008 berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan yang merupakan gabungan dari Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak ( Karikpa ), yang akan melayani PPh, PPN, serta melakukan pemeriksaan tetapi bukan sebagai lembaga yang memutuskan keberatan.

KPP Pratama adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah.

(19)

B. Wilayah Kerja KPP Pratama Medan-Belawan

Adapun wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan terdiri dari 4 kecamatan yaitu :

1. Kecamatan Medan Labuhan 2. Kecamatan Medan Marelan 3. Kecamatan Medan Deli 4. Kecamatan Medan Belawan.

C. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan

Di setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi untuk menggambarkan secara jelas unsur-unsur yang membantu pimpinan dalam menjalankan perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas dapat diketahui posisi, tugas, dan wewenang setiap anggota. Tujuannya adalah untuk pencapaian kerja dalam organisasi yang berdasarkan pada pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggung jawab.

Jenis struktur organisasi yang digunakan oleh KPP Pratama Medan Belawan adalah menggunakan jenis struktur “line and staff organization” atau gabungan dari jenis struktur organisasi garis dan organisasi fungsional. Struktur organisasi KPP Pratama Medan Belawan berdasarkan fungsi bukan jenis pajak.

(20)

(AR) dan pelaksana. Adapun seksi / sub bagian umum dan kelompok fungsional tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Pemeriksaan 5. Seksi Penagihan 6. Seksi Ekstensifikasi

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 10.Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 11.Fungsional I

12.Fungsional II

D. Deskripsi dan Aktifitas Kerja KPP Pratama Medan Belawan 1. Kepala KPP ( Kepala Kantor )

(21)

Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Sub Bagian Umum

Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga kantor.

Tugas Kepala Sub Bagian Umum

1. Pelaksanaan tugas di bidang administrasi penerimaan pengiriman surat – surat serta pelaksanaan tugas bendaharawan.

2. Mendistribusikan surat – surat masuk kepada seksi yang bersangkutan dan pengiriman surat- surat keluar kepada instansi yang terkait.

3. Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bendaharawan rutin.

4. Memberi nasehat dan menegakkan disiplin kepada pegawai. 5. Memberi penilaian atas pelaksanaan pekerjaan pegawai.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ( PDI ) Tugas Seksi PDI :

1. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data perpajakan. 2. Penyajian informasi perpajakan.

3. Perekaman dokumen perpajakan.

(22)

5. Pengalokasikan Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ( BPHTB ).

6. Pelayanan dukungan teknis komputer. 7. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling.

8. Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG serta penyiapan laporan kinerja.

4. Seksi Pelayanan

Tugas Seksi Pelayanan :

1. Menetapkan penerbitan produk hukum perpajakan. 2. Mengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan.

3. Menerima dan mengolah Surat Pemberitahuan ( SPT ) serta penerimaan surat lainnya.

4. Memberikan penyuluhan perpajakan. 5. Melaksanakan registrasi wajib pajak.

6. Memungut fiskal luar negeri di pelabuhan Belawan.

5. Seksi Penagihan Tugas Seksi Penagihan

1. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, memproses permohonan pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak.

(23)

3. Melakukan Penyitaan, usulan lelang dan Penagihan lainnya.

Di seksi penagihan terdapat beberapa orang Juru Sita Pajak yang telah mendapat pendidikan khusus berkaitan dengan penagihan dan penyitaan pajak. Adapun tugas Juru Sita Pajak :

1. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus ( SPPSS ).

2. Memberitahukan Surat Paksa

3. Melaksanakan penyitaan barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan ( SPMP ).

4. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan. Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugasnya harus memakai pakaian Juru Sita Pajak dan memperlihatkan kartu tanda pengenal kepada penanggung pajak .

6. Seksi Pemeriksaan

Tugas Seksi Pemeriksaan :

1. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan. 2. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan.

(24)

7. Seksi Ekstensifikasi

Tugas Seksi Ekstensifikasi :

1. Melakukan pengamatan dan penggalian potensi perpajakan. 2. Pendataan obyek dan subyek pajak.

3. Penilaian objek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan.

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Tugas Seksi Pengawasan dan Konsultasi :

1. Melakukan Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan dari wajib pajak terdaftar.

2. Memberikan Bimbingan / himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan.

3. Penyusunan Profil wajib pajak. 4. Menganalisis kinerja wajib pajak.

5. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil keputusan banding.

Pada pelaksanaannya, wilayah kerja keempat seksi pengawasan dan konsultasi dibagi berdasarkan domisili / tempat tinggal / wilayah tempat wajib pajak terdaftar.

a. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I ( WASKON I ) 1. Kelurahan Kampung Besar.

(25)

4. Kelurahan Pekan Labuhan. 5. Kelurahan Tangkahan. 6. Kelurahan Nelayan Indah.

b. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II ( WASKON II ) 1. Kelurahan Labuhan Deli.

2. Kelurahan Rengas Pulau. 3. Kelurahan Terjun. 4. Kelurahan Tanah 600. 5. Kelurahan Paya Pasir.

c. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III ( WASKON III ) 1. Kelurahan Tanjung Mulia.

2. Kelurahan Tanjung Mulia Hilir. 3. Kelurahan Mabar.

(26)

d. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV ( WASKON IV ) 1. Kelurahan Sicanang.

2. Kelurahan Belawan Bahari. 3. Kelurahan Belawan Bahagia. 4. Kelurahan Belawan I.

(27)

BAB III

GAMBARAN DATA RESTITUSI PPN

A. Pengertian Pajak

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H ia berpendapat bahwa, pajak adalah iuran kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran umum (Waluyo,2010:3).

Dari definisi tersebut dapat diketahui ciri-ciri yang melekat pada pajak, yaitu: 1. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang.

2. Sifatnya dapat dipaksakan.

3. Tidak ada kontraprestasi (imbalan) langsung yang dapat dirasakan oleh wajib pajak.

4. Pemungutan pajak dilakukan oleh Negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

(28)

B. Fungsi Pajak

1. Fungsi Penerimaan (Budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh: dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.

2. Fungsi Mengatur (Reguler)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang social dan ekonomi. Sebagai contoh: dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras. Demikian pula terhadap barang mewah.

C. Pembagian Pajak

Menurut pemungut dan pengelolanya adalah sebagai berikut :

1. Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.

Contoh: PPh, PPN, PPnBM dan Bea Materai.

2. Pajak daerah, adalah pajak yang dipingut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

(29)

D. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Undang-Undang No 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi.

E. Subyek Pajak Pertambahan Nilai

Subyek PPN ialah pengusaha yang melakukan :

1. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah Pabean dan/atau melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Jasa Kena Pajak, dan/atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud;

(30)

a. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN No 42 Tahun 2009.

b. Pengusaha Kecil

Pengusaha kecil dibebaskan dari kewajiban mengenakan/memungut PPN atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau Jasa Kena Pajak (JKP) sehingga tidak perlu melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, kecuali apabila Pengusaha Kecil memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka Undang-Undang PPN & PPnBM berlaku sepenuhnya bagi pengusaha kecil tersebut.

Pengusaha kecil adalah pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dengan jumlah peredaran bruto dan atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

F. Obyek Pajak Pertambahan Nilai

Obyek PPN dalam Pasal 4 UU PPN Nomor 42 Tahun 2009 adalah :

(31)

Contoh : PT Indo Semen (perusahaan pabrikan semen) menyerahkan semen

kepada pembelinya di Dalam Negeri

2. Impor Barang Kena Pajak

Contoh : PT Astra Internasional melakukan impor Mobil Toyota dari Jepang.

3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh

Pengusaha Kena Pajak

Contoh : PT JTS (perusahaan konsultan pajak) menyerahkan jasa konsultasi

pajak kepada kliennya di Dalam Negeri

4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di

dalam Daerah Pabean

Contoh : PT Coca Cola Indonesia (perusahaan pabrikan minuman ringan)

menggunakan hak merek "Coca Cola" milik Coca Cola, Corp. di Amerika.

5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah

Pabean

Contoh : PT Garuda Indonesia (perusahaan maskapai penerbangan)

menggunakan jasa konsultan manajemen dari perusahaan konsultan Jerman.

6. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak

Contoh : PT Tekstil Indonesia (perusahaan eksportir tekstil yang telah

dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak) melakukan ekspor produk tekstil

(32)

7. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak

Contoh: PT Coca Cola Amerika (perusahaan pabrikan minuman ringan)

melakukan ekspor hak merek "Coca Cola" ke Indonesia.

8. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak

Contoh: PT. ABC di Medan melakukan ekspor jasa penyelenggara kegiatan

(even organizer) ke DEF Corp. di Thailand untuk mengadakan kegiatan

pertunjukan seni.

G. Tarif Pajak Pertambahan Nilai

a. Atas penyerahan dari dalam negeri dan impor dikenakan tarif 10%

b. Atas ekspor tarif yang dikenakan adalah 0%

H. Pengertian Restitusi

Restitusi atau permintaan kembali pajak terjadi apabila ada pajak yang lebih dibayar WP pada suatu masa pajak atau tahun pajak. Perhitungan ini terkait dengan laporan pajak yang disampaikan melalui surat pemberitahuan (SPT). Untuk jenis PPN, kelebihan pembayaran pajak terjadi apabila jumlah PPN sebagai Pajak Keluaran (PK) lebih kecil dibandingkan PPN yang telah dibayar sebagai Pajak Masukan (PM) dalam satu masa pajak.

(33)

Kena Pajak (PKP). Bila tidak, maka tidak bisa mengajukan restitusi karena data orang pribadi atau badan yang mengajukan tidak ada dan tidak dikenal dalam sistem administrasi perpajakan.

I. Dasar Hukum Restitusi

1. Undang-Undang PPN Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 72/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan PPN/PPnBM

3. UU KUP Pasal 17B tentang Direktur Jenderal Pajak Melakukan

Pemerik saan atas Permohonan Pengembalian Kelebihan

Pembayaran Pajak

4. UU KUP Pasal 17C dan 17D tentang Direktur Jenderal Pajak

Melakukan Penelitian atas Permohonan Penge mbalian Kelebihan

Pembayaran Pajak dari WP dengan Kriteria Tertentu

5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Penetapan dan Pencabutan Penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu Dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak 6. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Pertambahan Nilai

(34)

J. Sebab-Sebab Terjadinya Restitusi PPN

1. Jumlah Pajak Masukan (PM) lebih besar daripada jumlah Pajak Keluaran

(PK) dalam suatu Masa Pajak yang disebabkan oleh:

a. PKP melakukan pembelian/impor BKP atau perolehan JKP pada masa investasi atau pada awal usaha dimulai.

Bagi pengusaha orang pribadi, tidak tertutup kemungkinan melakukan pembelian BKP modal seperti mesin, gedung, dan pembelian bahan baku atau bahan pembantu atau perolehan JKP sebelum usaha dimulai. Bagi perusahaan yang berbentuk badan, kegiatan tersebut dilakukan pada awal usaha dimulai. Apabila pada saat itu pengusaha itu telah dikukuhkan sebagai PKP maka PPN yang dibayar merupakan pajak masukan yang dapat dikreditkan sementara pajak keluaran belum dipungut karena belum melakukan penyerahan BKP dan atau JKP. Andaikata sudah melakukan penyerahan kena pajak, jumlahnya pun relatif masih kecil. Oleh karena itu, bagi PKP yang sudah dikukuhkan sebelum atau pada saat usaha dimulai, jumlah pajak masukan selalu lebih besar daripada jumlah pajak keluaran.

b. PKP melakukan kegiatan ekspor BKP/JKP.

(35)

keluaran yang dapat dikreditkan dengan pajak masukan sehubungan dengan perolehan BKP dan JKP yang berhubungan langsung dengan kegiatan ekspor tersebut.

c. PKP menyerahkan BKP dan atau JKP kepada pemungut PPN.

PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada pemungut PPN akan mengalami kelebihan pembayaran PPN sebab pada saat pembelian atau perolehan BKP dan atau JKP sudah membayar PPN sebagai pajak masukan tetapi pajak keluaran yang seharusnya diterima oleh PKP yang bersangkutan ternyata dipungut oleh Pemungut PPN.

d. PKP menyerahkan BKP dan atau JKP yang memperoleh fasilitas “Pajak

Yang Terutang Tidak Dipungut” atau lebih sering disebut “PPN dan PPnBM Tidak Dipungut.”

Akibat BKP dan atau JKP yang diserahkan oleh PKP memperoleh fasilitas “Pajak Yang Terutang Tidak Dipungut”, PKP tersebut tidak memiliki pajak keluaran untuk dikreditkan dengan pajak masukan yang telah dibayar oleh PKP yang bersangkutan pada saat perolehan BKP dan atau JKP tersebut.

Contoh : Fasilitas PPN di Kawasan Bebas yaitu Batam, Karimun, bintan. Dan

(36)

2. Selain jumlah pajak masukan yang lebih besar daripada pajak keluaran, ada kemungkinan terjadi kesalahan pemungutan yang mengakibatkan pajak pertambahan nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut lebih besar dari yang seharusnya atau tidak seharusnya dipungut (pasal 13 ayat 1 PP no.1 tahun 2012).

(37)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN EVALUASI

A. Tata Cara Pelaksanaan Pengajuan dan Pemberian Restitusi PPN di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak diproses berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.03/2010.

1. Tata Cara Pengajuan Permohonan Restitusi

1.1 Pemohon mengajukan permohonan secara tertulis dengan cara mengisi kolom “dikembalikan (restitusi)” yang sudah tersedia dalam SPT Masa PPN atau menggunakan surat permohonan tersendiri apabila kolom “dikembalikan (restitusi)” dalam SPT Masa PPN tidak diisi atau tidak dicantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan pajak, dengan ketentuan 1 (satu) surat permohonan untuk 1 (satu) Masa Pajak.

1.2Bukti-bukti atau dokumen yang harus disampaikan dalam surat permohonan pengembalian adalah sebagai berikut :

(38)

dimintakan pengembalian, termasuk dokumen-dokumen penunjang, yaitu:

(1) Faktur penjualan/pembelian, apabila faktur pajak dibuat berbeda dengan faktur penjualan/faktur pembelian;

(2) Bukti pengiriman/penerimaan barang; dan

(3) Bukti penerimaan/pembayaran uang atas pembelian/penjualan barang/jasa.

b. Dalam hal impor BKP, yaitu:

(1) Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan Surat Setoran Pajak (SSP) atau bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PIB tersebut;

(2) Laporan Pemeriksaan Surveyor (LPS), sepanjang termasuk dalam kategori wajib LPS;

c. Dalam hal ekspor BKP, yaitu:

(1) Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah diberikan persetujuan ekspor oleh pejabat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berwenang dan dilampiri dengan faktur penjualan yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PEB tersebut.

(2) Instruksi pengangkutan (melalui darat, udara, atau laut) ocean Bill of Lading (B/L) atau Master B/L atau Airway Bill (dalam hal ocean B/L

(39)

ocean B/L atau Master B/L yang telah dilegalisasi oleh pihak yang menerbitkannya), dan packing list;

(3) Fotokopi wesel ekspor atau bukti penerimaan uang lainnya dari bank, yang telah dilegalisasi oleh bank bersangkutan atau fotokopi L/C yang dilegalisasi oleh bank korespondedn, dalam hal ekspor menggunakan L/C;

(4) Asli atau fotokopi yang telah dilegalisasi polis asuransi BKP yang diekspor, dalam hal BKP yang dieskpor diasuransikan; dan

(5) Sertifikasi dari instansi tertentu seperti Departemen Perindustrian, Depatemen Perdagangan, Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan, atau badan lain seperti kedutaan besar Negara tujuan, sepanjang diwajibkan adanya setifikasi.

d. Dalam hal penyerahan BKP dan atau JKP kepada pemungut PPN, yaitu: (1) Kontrak atau Surat Perintah Kerja (SPK) atau surat pesanan atau

dokumen sejenis lainnya; dan (2) Surat Setoran Pajak (SSP)

(40)

2. Jangka Waktu Penyampaian Dokumen :

2.1Bukti-bukti atau dokumen-dokumen tersebut dapat disampaikan secara lengkap bersamaan dengan penyampaian permohonan pengembalian, atau disusulkan setelah disampaikannya permohonan pengembalian.

2.2Dalam hal bukti-bukti atau dokumen-dokumen tersebut disusulkan, maka PKP harus melengkapi seluruh bukti-bukti atau dokumen-dokumen tersebut paling lambat 1 (satu) bulan sejak diterimanya surat permohonan.

2.3Dalam hal bukti-bukti atau dokumen-dokumen disusulkan, Kepala KPP dapat menerbitkan surat permintaan bukti atau dokumen kepada PKP.

2.4Dalam hal KPP menerbitkan surat permintaan bukti atau dokumen kepada PKP, makan bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang disusulkan tetap harus dilengkapi seluruhnya paling lambat 1 (satu) bulan sejak saat diterimanya permohonan.

2.5Apabila sampai dengan jangka waktu 1 (satu) bulan sejak permohonan pengembalian/restitusi diterima, PKP tidak melengkapi seluruh bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam permohonan pengembalian, maka permohonan pengembalian tetap diproses sesuai dengan data yang ada atau diterima.

(41)

3 Jangka Waktu Penerbitan Surat Ketetapan Pajak (Jawaban Permohonan Restitusi)

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.03/2010 Pasal 4 ayat (1), Permohonan pengembalian kelebihan Pajak dapat diproses melalui penelitian atau pemeriksaan.

1. Penelitian dilakukan terhadap permohonan pengembalian kelebihan Pajak sebagaimana dimaksud pada pasal 4 ayat (2) yang diajukan oleh:

a. Pengusaha Kena Pajak kriteria tertentu (wajib pajak patuh)

Dikatakan kriteria tertentu apabila: Tepat waktu pelaporan SPT, tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, laporan keuangan diaudit oleh akuntan public atau lembaga keuangan pemerintah dengan opini wajar tanpa pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut, tidak melakukan tindak pidana dibidang perpajakan dalam 5 tahun terakhir. b. Pengusaha Kena Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu

(42)

c. Pengusaha Kena Pajak berisiko rendah

Kriteria PKP Risiko Rendah: perusahaan terbuka minimal 40% dari seluruh saham disetornya diperdagangkan di bursa efek Indonesia, saham mayoritas dimiliki langsung pemerintah pusat atau daerah, produsen yang memenuhi syarat tertentu (yaitu, tepat waktu dalam penyampaian SPT Masa PPN selama 12 bulan terakhir) dan yang tidak pernah dilakukan pemeriksaan bukti permulaan atau penyidikan.

Penelitian oleh DJP dilakukan terhadap:

1. Kebenaran pemenuhan ketentuan Pasal 9 ayat (4b) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e Undang-Undang PPN;

2. Kelengkapan Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya; 3. Kebenaran penulisan dan penghitungan pajak; dan

4. Kebenaran pembayaran pajak yang telah dilakukan oleh Wajib Pajak.

(43)

Direktur Jenderal Pajak harus menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak saat diterimanya permohonan pengembalian kelebihan Pajak.

Apabila jangka waktu telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, permohonan pengembalian kelebihan Pajak yang diajukan dianggap dikabulkan dan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak harus diterbitkan paling lama 7 (tujuh) hari setelah jangka waktu berakhir.

2. Pemeriksaan dilakukan terhadap permohonan pengembalian kelebihan pajak yang diajukan oleh Pengusaha Kena Pajak selain Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Setelah dilakukan pemeriksaan oleh KPP melalui fungsional, maka akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) dan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPKPP). Atas dasar SKPLB dan SKPKPP ini maka diterbitkanlah Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) paling lama 1 (satu) bulan sejak diterbitkannya SKPLB, untuk ditransfer ke rekening WP yang bersangkutan.

(44)

Pengusaha Kena Pajak sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan. Apabila melebihi batas waktu 12 (duabelas) bulan, Ditjen Pajak tidak memberikan suatu keputusan atas permohonan restitusi maka permohonan dianggap dikabulkan dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) harus diterbitkan paling lama 1 (satu) bulan setelah jangka waktu tersebut berakhir

Namun, apabila SKPLB terlambat diterbitkan, kepada wajib pajak diberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan dihitung sejak berakhirnya jangka waktu sampai dengan saat diterbitkan SKPLB. (Pasal 17B ayat 3 UU KUP).

4 Pemeriksaan Kemudian

(1) Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pengembalian pendahuluan kelebihan Pajak dapat melakukan pemeriksaan kepada Pengusaha Kena Pajak berisiko rendah, Pengusaha Kena Pajak kriteria tertentu, atau Pengusaha Kena Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu.

(45)

Rincian Restitusi PPN berdasarkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) di KPP Pratama Medan Belawan

Tahun 2011 Tahun 2012

SKPLB SPMKP SKPLB SPMKP

Januari Rp. 40.623.495.080 Rp. 40.598.629.548 Rp. 68.732.160.645 Rp. 68.732.160.645 Februari Rp. 7.006.229.598 Rp. 6.972.596.708 Rp. 12.406.237.459 Rp. 12.406.237.459 Maret Rp. 28.366.025.340 Rp 28.366.025.340 Rp. 57.771.619.557 Rp. 57.771.619.557 April Rp. 21.598.469.934 Rp. 21.598.469.934 Rp. 1.498.177.366 Rp. 1.498.177.366 Mei Rp. 14.514.135.279 Rp. 14.514.135.279 Rp. 38.048.039 Rp. 38.048.039

Juni Rp. 41.655.786.755 Rp. 41.655.786.755 - -

Juli Rp. 61.462.785.447 Rp. 61.462.785.447 - -

Agustus Rp. 19.374.100.770 Rp. 19.374.100.770 - -

September Rp. 16.717.821.583 Rp. 16.717.821.583 - -

Oktober Rp. 30.310.642.851 Rp. 30.310.642.851 - -

November Rp. 41.571.343.531 Rp. 41.571.343.531 - -

Desember Rp. 30.157.383.953 Rp 30.157.383.953 - -

(46)

Berdasarkan table diatas, bisa kita lihat pada tahun 2011 total SKPLB sebesar Rp.353.358.220.121, sedangkan pada SPMKP jumlahnya sebesar Rp 353.299.721.699 terdapat selisih angka (selisih tersebut dapat kita lihat pada bukan Januari dan Februari). Perbedaan tersebut disebabkan karena sebelum pihak KPP mengeluarkan SPMKP, SKPLB WP dilihat dulu apakah dia mempunyai utang pajak apa tidak, jika WP mempunyai utang pajak maka pada SPMKP jumlahnya akan berkurang, dan jumlah itulah yang akan dicairkan oleh KPPN (Kantor Pusat Perbendaharaan Negara) kepada WP.

Sedangkan pada tahun 2012, SKPLB dan SPMKP memiliki total yang sama, berarti WP tidak mempunyai utang pajak. Restitusi PPN pada tahun 2012 hanya sampai bulan Mei saja, dikarenakan dianggap WP penerimaannya besar sehingga sejak bulan April WP restitusi besar dipindahkan ke KPP Madya atas dasar kebijakan Kanwil Sumut I Medan.

(47)

B. Masalah-masalah Yang sering Dihadapi Dalam Pelaksanaan Restitusi PPN di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Dalam pelaksanaan restitusi PPN, petugas sering mengalami berbagai masalah. Masalah-masalah yang sering dihadapi dalam pelaksanaan restitusi PPN adalah:

1. SPT Masa PPN yang diajukan restitusi atas Faktur Pajak Masukan atau pembelian bila dikonfirmasi ke KPP lawan transaksi, surat konfirmasi tersebut sering terlambat.

2. SPT Masa PPN yang diajukan restitusi atas Faktur Pajak Masukan atau pembelian bila dikonfirmasi ke KPP lawan transaksi, surat konfirmasi tersebut tidak dijawab sehingga tidak ada kepastian kebenaran Pajak Masukan.

3. SPT Masa PPN yang diajukan restitusi atas Faktur Pajak Masukan atau pembelian bila dikonfirmasi ke KPP lawan transaksi, surat konfirmasi dijawab “tidak ada”, sementara Faktur Pajak Masukan dikreditkan dan dilaporkan ke SPT Masa restitusi dan arus kas, arus barang, arus dokumennya ada.

(48)

dapat dikreditkan atau tidak, biasanya petugas pajak melakukan prosedur pemeriksaan yang biasa disebut klarifikasi atau lebih dikenal dengan istilah konfirmasi untuk meyakinkan apakah Pajak Masukan yang diklaim tersebut oleh si penjual sudah dilaporkan dalam SPT nya sebagai Pajak Keluaran. Jawaban Permintaan Konfirmasi diisi sebagai berikut:

a. Ada dan sesuai (Faktur Pajak belum direkam)

b. Ada dan sesuai (Faktur Pajak terlambat dilaporkan PKP)

c. Ada tetapi tidak sama tanggal dan atau kode nomor seri Faktur Pajak

d. Tidak ada (Faktur Pajak tidak sah karena Wajib Pajak belum dikukuhkan sebagai PKP)

e. Tidak ada (Faktur Pajak tidak sah karena PKP tidak pernah melakukan penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak)

4. Petugas Fungsional Pemeriksa sedikit, dan ada pula yang dimutasi pada saat proses pemeriksaan, menyebabkan jumlah petugasnya semakin berkurang sehingga beban kerja tinggi dan menjadi tidak maksimal.

5. Pembukuan Wajib Pajak (seperti arus kas, arus barang, dan arus dokumen) tidak memenuhi pengujian pemeriksaan.

(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi) terjadi apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang, dengan catatan WP tidak punya hutang pajak lain.

2. Permohonan restitusi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan dilakukan melalui proses pemeriksaan dan tidak ada dilakukan dengan proses penelitian Wajib Pajak Patuh di tahun 2012.

3. Surat konfirmasi Faktur Pajak Masukan sering diterima terlambat, tidak dijawab, ataupun dijawab “tidak ada” mengakibatkan proses pemeriksaan tidak akurat atau tertunda. Mungkin di KPP lawan transaksi petugas yang menanganinya kesulitan karena :

a. SPT Faktur Pajak Keluaran belum direkam dan fisiknya tidak ada di gudang berkas.

(50)

c. Banyaknya pekerjaan yang harus ditangani oleh petugas pelayanan pajak selain menyelesaikan pengajuan permohonan restitusi Wajib Pajak.

B. Saran

Berdasarkan keseluruhan hasil pembahasan dalam kertas karya ini, penulis mempunyai saran bagi Kantor Pelayanan Pajak, yaitu perlu ditambahnya jumlah petugas pada Fungsional Pemeriksa mengingat jumlah petugasnya yang sedikit. Untuk di Seksi Pelayanan perlu pembagian kerja yang efektif, efisien, dan tepat sasaran sehingga salah satu tugas di Seksi Pelayanan dapat menangani dengan baik surat konfirmasi Faktur Pajak yang masuk tepat waktu di KPP lawan transaksi, dan poses restitusi dapat berjalan lancar di KPP Pratama Medan Belawan.

Mungkin, dengan ditambahnya petugas Fungsional Pemeriksa, beban kerja menjadi berkurang dan proses konfirmasi tidak harus menunggu selama 1 bulan lamanya sejak surat diterima. Apakah sebaiknya tidak 7 hari saja untuk mempercepat proses pemeriksaan.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Wirawan B dan Rudy Suhartono.2007. Panduan Komprehensif Pajak

Pertambahan Nilai Dan Penjualan Barang Mewah.Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Pandiangan, Liberty.2010.Pajak Pertambahan Nilai (PPN).Jakarta: Rineka Cipta. Sukardji, Untung.2010.Pokok-Pokok Pajak Pertambahan Nilai

Indonesia.Jakarta:Rajawali Pers

Peraturan Perundang-undangan

Undang- Undang Pajak Pertambahan Nilai No 42 Tahun 2009

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pajak Pertambahan Nilai/Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 167/PMK.01/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak

Sumber internet www.pajak.go.id www.ortax.org

Referensi

Dokumen terkait

Untuk berada dalam persaigan tiga besar marketplace di Indonesia, Bukalapak harus tetap melakukan strategi pemasaran di televisi dengan mempertahankan isi iklan, dan

Capaian Program Meningkatnya jumlah Masyarakat yang mampu menggunakan TIK 600 Orang. Masukan Jumlah Dana

Berdasarkan hasil perhitungan statistik yang telah dilakukan untuk membuktikan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara kelekatan aman orang tua dengan

Artemia franciscana (Anostraca, Artemidae) adalah Crustacea tingkat rendah yang digunakan sebagai pakan alami dalam usaha budidaya ikan dan udang, terutama dalam

Namun kenyataannya meskipun pembelajaran sudah berpusat pada siswa ( Student.. Centered Learning ), pada proses pembelajaran masih banyak siswa yang belum. melakukan

In a more quantitative way, from the 2011 image of the area of flight, it was possible to geo-reference the UAV image using ENVI and estimate the central pixel latitude and

Menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis... satu di antara penggunaan representasi mate- matis dalam matematika terdapat pada ma- teri SPLDV. Pada materi

HTTP (HyperText Transfer Protocol): http umumnya digunakan untuk melayani dokumen hypertext, karena http adalah protokol dengan overhead yang sangat rendah,