• Tidak ada hasil yang ditemukan

Performa Obesitas Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) yang Diberi Pakan Berenergi Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Performa Obesitas Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) yang Diberi Pakan Berenergi Tinggi"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PERFORMA OBESITAS MONYET EKOR PANJANG

(Macaca fascicularis) YANG DIBERI PAKAN

BERENERGI TINGGI

SKRIPSI

TIA IRMAYANTY AMALIA NINGSIH

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

PERFORMA OBESITAS MONYET EKOR PANJANG

(Macaca fascicularis) YANG DIBERI PAKAN

BERENERGI TINGGI

TIA IRMAYANTY AMALIA NINGSIH D14052399

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

(3)

PERFORMA OBESITAS MONYET EKOR PANJANG

(Macaca fascicularis) YANG DIBERI PAKAN

BERENERGI TINGGI

OLEH

TIA IRMAYANTY AMALIA NINGSIH D14052399

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 1 April 2009

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Jakaria S.Pt, M.Si. Prof. Dr.Ir.Sri Supraptini M.

Dekan

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Ketua Departemen

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

(4)

RINGKASAN

TIA IRMAYANTY AMALIA NINGSIH. D14052399. 2009. Performa Obesitas Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) yang Diberi Pakan Berenergi Tinggi. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Jakaria S.Pt, M.Si Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Sri Supraptini M.

Proses perubahan ukuran tubuh dari normal menjadi obesitas tidak terjadi dalam waktu yang singkat. Pola hidup yang tidak sehat salah satunya dengan mengkonsumsi bahan makanan berenergi tinggi akan berpengaruh terhadap proses obesitas dalam tubuh. Proses obesitas ini dilihat dengan menggunakan hewan model yang diberi perlakuan pakan berenergi tinggi. Salah satu hewan model yang umum digunakan adalah kelompok hewan primata. Hal ini disebabkan primata merupakan mamalia yang memiliki banyak kemiripan dengan manusia dalam hal anatomi maupun fisiologi. Jenis primata yang sering digunakan dalam penelitian medis adalah monyet Asia, terutama monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi performa obesitas pada monyet ekor panjang yang diberi pakan berenergi tinggi. Penelitian dilakukan selama empat bulan yaitu Juli hingga Oktober 2008 di PT IndoAnilab Taman Kencana Bogor. Pemberian pakan pada 15 ekor monyet ekor panjang dibagi dalam tiga kelompok sama banyak yang terdiri dari kelompok pakan pakan A yang berbahan dasar lemak sapi dengan kandungan energi 6,58 Kal/kg dan kelompok pakan B berbahan dasar lemak sapi dan kuning telur dengan kandungan energi 6,00 Kal/kg serta kelompok pakan C yang menggunakan pakan komersil yang berbentuk biskuit (padat, kering dan agak keras) yang disebut monkey chow dengan kandungan energi 4,67 Kal/kg.

Peubah yang diamati adalah tinggi duduk, lingkar betis, lingkar paha, lingkar pinggul, lingkar pinggang, lingkar dada, lingkar lengan, lingkar kepala, tebal telapak tangan, tebal telapak kaki, tebal lipatan kulit lengan depan, tebal lipatan kulit lengan belakang, tebal lipatan kulit punggung, tebal lipatan kulit perut, bobot badan dan perhitungan BMI (Body Mass Index).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa performa obesitas pada monyet ekor panjang yang diberi pakan berenergi tinggi ditemukan berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap ukuran tubuh lingkar pinggul, lingkar pinggang, lingkar dada, tebal lipatan kulit punggung, tebal lipatan kulit perut, bobot badan, dan BMI (Body Mass Index). Monyet ekor panjang yang diberi pakan perlakuan B (bahan dasar lemak sapi dan kuning telur) diidentifikasi mengalami pra-obes berdasarkan pengelompokan BMI Asia (pada manusia) dengan rataan BMI 24,85 kg/m2. BMI ini memiliki korelasi yang erat dengan lingkar pinggang dan lingkar pinggul.

(5)

   

ABSTRACT

Obesity Performances of Long-Tailed Macaques (Macaca fascicularis) which Fed with High Energy Diet

Ningsih T. I. A. , Jakaria, and S.Supraptini M.

The aim of this research was to found obesity performances of long-tailed macaques (Macaca fascicularis) which fed with high energy diet. Two groups of five adult males (average body weight 4-6 kg) were treated by three types of high energy diets (A treatment, B treatment and C treatment). Body measurements which observed were crown-rump length; the circumferences of calf (of leg), thigh, hip, waist, chest, arm, and head; thicks of meta-tarsale and meta-carpale; skin fold thickness of arm, back, and stomach; body weight and body mass index (BMI).Data were analyzed by ANOVA, with nested design. The result showed that obesity performances of long-tailed macaques which fed with high energy diet were significantly (P<0.01) for circumferences of hip, waist and chest; skin fold thickness of back and stomach; body weight and body mass index. Body mass index of long-tailed macaques on treatment high energy diet with raw material tallow and yolks indicated became pre-obese with base on Asia people BMI standard with BMI’s average 24.85.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 16 Oktober 1986 di Tasikmalaya Jawa Barat dari pasangan suami istri Bapak (Alm.) Azman Hasan dan Ibu Beng Sriyatin. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Penulis menempuh pendidikan yang dimulai dari Taman Kanak-kanak pada tahun 1992 di TK PGRI Cibeureum Tasikmalaya, dilanjutkan dengan pendidikan dasar (SD) yang lulus pada tahun 1999 di SDN Kotabaru. Pendidikan lanjutan menengah pertama (SMP) diselesaikan penulis pada tahun 2002 di SMPN I Cibeureum dan pendidikan lanjutan menengah atas (SMA) diselesaikan pada tahun 2005 di SMAN 3 Tasikmalaya. Penulis diterima menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005 melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI) dengan sistem mayor minor dan pada tahun berikutnya penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjalani perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan diantaranya BEM TPB IPB sebagai sekertaris Departemen Pengembangan Minat dan Bakat, UKM Panahan IPB sebagai bendahara, dan Himpunan Profesi Mahasiswa Produksi Peternakan (HIMAPROTER) Fakultas Peternakan IPB sebagai sekertaris. Selain itu, penulis juga pernah menjadi pemandu di Agro Edu Tourism (AET) Fakultas Peternakan IPB dan sebagai Tim Pendamping Pos Pemberdayaan Keluarga (POSDAYA) Benteng Harapan Desa Benteng Ciampea Bogor dibawah binaan LPPM PPSDM IPB yang bekerjasama dengan Yayasan Damandiri.

(7)
(8)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas karunia dan limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Performa Obesitas Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) yang Diberi Pakan Berenergi Tinggi. Shalawat beriring salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) memang memiliki kedekatan hubungan fisiologis dan anatomis dengan manusia. Atas dasar hal tersebut, satwa ini dijadikan hewan model dalam proses obesitas dengan perlakuan pakan yang kandungan energinya tinggi. Selain pengukuran bagian-bagian tubuh, dalam penelitian ini dihitung pula BMI (Body Mass Index) yang diperlukan untuk melihat sejauh mana proses obesitas mempengaruhi hewan model yang dalam hal ini monyet ekor panjang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan, dan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bogor, April 2009

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN……… i

ABSTRACT.……… ii

LEMBAR PERNYATAAN……….. iii

LEMBAR PENGESAHAN……….. iv

RIWAYAT HIDUP……….. v

KATA PENGANTAR………... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR………. xi

DAFTAR LAMPIRAN………... xii

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan... 2

Manfaat ………. 2

TINJAUAN PUSTAKA ………... 3

Satwa Primata sebagai Hewan Model... 3

Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)……….. 3

Pemanfaatan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)... 3

Klasifikasi………... 3

Habitat dan Kandang... 4

Pakan Monyet Ekor panjang……….. 5

Sifat Kuantitatif ……… 8

Morfologi……..……….. 8

Obesitas………. 9

METODE... 11

Lokasi dan Waktu Penelitian... 11

Materi... 11

Hewan Percobaan…..………. 11

(10)

ix

Kandang……….. 11

Rancangan…………... 12

Peubah……… 12

Analisis Data ………. 12

Prosedur ………...………. 13

Perlakuan……… 13

Pengukuran ………...………. 14

HASIL DAN PEMBAHASAN………. 18

Keadaan Umum Lokasi………….…….………... 18

Ukuran Bagian-bagian Tubuh Monyet Ekor Panjang Penelitian……. 18

Ukuran Tubuh yang Dipengaruhi Perlakuan Pakan ………. 21

Ukuran Lingkar Pinggul ……… 21

Ukuran Lingkar Pinggang ………. 22

Ukuran Lingkar Dada ……… 24

Ukuran Tebal Lipatan Kulit Punggung……….. 25

Ukuran Tebal Lipatan Kulit Perut……….. 26

Bobot Badan ……….. 27

BMI (Body Mass Index) Monyet Ekor Panjang Penelitian …….….... 28

Analisis Korelasi dan Regresi Bagian Tubuh Monyet Ekor Panjang Penelitian……….. 30

SIMPULAN DAN SARAN... 33

Simpulan……… 33

Saran………. 33

UCAPAN TERIMAKASIH... 34

DAFTAR PUSTAKA... 35

(11)

PERFORMA OBESITAS MONYET EKOR PANJANG

(Macaca fascicularis) YANG DIBERI PAKAN

BERENERGI TINGGI

SKRIPSI

TIA IRMAYANTY AMALIA NINGSIH

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(12)

PERFORMA OBESITAS MONYET EKOR PANJANG

(Macaca fascicularis) YANG DIBERI PAKAN

BERENERGI TINGGI

TIA IRMAYANTY AMALIA NINGSIH D14052399

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

(13)

PERFORMA OBESITAS MONYET EKOR PANJANG

(Macaca fascicularis) YANG DIBERI PAKAN

BERENERGI TINGGI

OLEH

TIA IRMAYANTY AMALIA NINGSIH D14052399

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 1 April 2009

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Jakaria S.Pt, M.Si. Prof. Dr.Ir.Sri Supraptini M.

Dekan

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Ketua Departemen

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

(14)

RINGKASAN

TIA IRMAYANTY AMALIA NINGSIH. D14052399. 2009. Performa Obesitas Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) yang Diberi Pakan Berenergi Tinggi. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Jakaria S.Pt, M.Si Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Sri Supraptini M.

Proses perubahan ukuran tubuh dari normal menjadi obesitas tidak terjadi dalam waktu yang singkat. Pola hidup yang tidak sehat salah satunya dengan mengkonsumsi bahan makanan berenergi tinggi akan berpengaruh terhadap proses obesitas dalam tubuh. Proses obesitas ini dilihat dengan menggunakan hewan model yang diberi perlakuan pakan berenergi tinggi. Salah satu hewan model yang umum digunakan adalah kelompok hewan primata. Hal ini disebabkan primata merupakan mamalia yang memiliki banyak kemiripan dengan manusia dalam hal anatomi maupun fisiologi. Jenis primata yang sering digunakan dalam penelitian medis adalah monyet Asia, terutama monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi performa obesitas pada monyet ekor panjang yang diberi pakan berenergi tinggi. Penelitian dilakukan selama empat bulan yaitu Juli hingga Oktober 2008 di PT IndoAnilab Taman Kencana Bogor. Pemberian pakan pada 15 ekor monyet ekor panjang dibagi dalam tiga kelompok sama banyak yang terdiri dari kelompok pakan pakan A yang berbahan dasar lemak sapi dengan kandungan energi 6,58 Kal/kg dan kelompok pakan B berbahan dasar lemak sapi dan kuning telur dengan kandungan energi 6,00 Kal/kg serta kelompok pakan C yang menggunakan pakan komersil yang berbentuk biskuit (padat, kering dan agak keras) yang disebut monkey chow dengan kandungan energi 4,67 Kal/kg.

Peubah yang diamati adalah tinggi duduk, lingkar betis, lingkar paha, lingkar pinggul, lingkar pinggang, lingkar dada, lingkar lengan, lingkar kepala, tebal telapak tangan, tebal telapak kaki, tebal lipatan kulit lengan depan, tebal lipatan kulit lengan belakang, tebal lipatan kulit punggung, tebal lipatan kulit perut, bobot badan dan perhitungan BMI (Body Mass Index).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa performa obesitas pada monyet ekor panjang yang diberi pakan berenergi tinggi ditemukan berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap ukuran tubuh lingkar pinggul, lingkar pinggang, lingkar dada, tebal lipatan kulit punggung, tebal lipatan kulit perut, bobot badan, dan BMI (Body Mass Index). Monyet ekor panjang yang diberi pakan perlakuan B (bahan dasar lemak sapi dan kuning telur) diidentifikasi mengalami pra-obes berdasarkan pengelompokan BMI Asia (pada manusia) dengan rataan BMI 24,85 kg/m2. BMI ini memiliki korelasi yang erat dengan lingkar pinggang dan lingkar pinggul.

(15)

   

ABSTRACT

Obesity Performances of Long-Tailed Macaques (Macaca fascicularis) which Fed with High Energy Diet

Ningsih T. I. A. , Jakaria, and S.Supraptini M.

The aim of this research was to found obesity performances of long-tailed macaques (Macaca fascicularis) which fed with high energy diet. Two groups of five adult males (average body weight 4-6 kg) were treated by three types of high energy diets (A treatment, B treatment and C treatment). Body measurements which observed were crown-rump length; the circumferences of calf (of leg), thigh, hip, waist, chest, arm, and head; thicks of meta-tarsale and meta-carpale; skin fold thickness of arm, back, and stomach; body weight and body mass index (BMI).Data were analyzed by ANOVA, with nested design. The result showed that obesity performances of long-tailed macaques which fed with high energy diet were significantly (P<0.01) for circumferences of hip, waist and chest; skin fold thickness of back and stomach; body weight and body mass index. Body mass index of long-tailed macaques on treatment high energy diet with raw material tallow and yolks indicated became pre-obese with base on Asia people BMI standard with BMI’s average 24.85.

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 16 Oktober 1986 di Tasikmalaya Jawa Barat dari pasangan suami istri Bapak (Alm.) Azman Hasan dan Ibu Beng Sriyatin. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Penulis menempuh pendidikan yang dimulai dari Taman Kanak-kanak pada tahun 1992 di TK PGRI Cibeureum Tasikmalaya, dilanjutkan dengan pendidikan dasar (SD) yang lulus pada tahun 1999 di SDN Kotabaru. Pendidikan lanjutan menengah pertama (SMP) diselesaikan penulis pada tahun 2002 di SMPN I Cibeureum dan pendidikan lanjutan menengah atas (SMA) diselesaikan pada tahun 2005 di SMAN 3 Tasikmalaya. Penulis diterima menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005 melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI) dengan sistem mayor minor dan pada tahun berikutnya penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjalani perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan diantaranya BEM TPB IPB sebagai sekertaris Departemen Pengembangan Minat dan Bakat, UKM Panahan IPB sebagai bendahara, dan Himpunan Profesi Mahasiswa Produksi Peternakan (HIMAPROTER) Fakultas Peternakan IPB sebagai sekertaris. Selain itu, penulis juga pernah menjadi pemandu di Agro Edu Tourism (AET) Fakultas Peternakan IPB dan sebagai Tim Pendamping Pos Pemberdayaan Keluarga (POSDAYA) Benteng Harapan Desa Benteng Ciampea Bogor dibawah binaan LPPM PPSDM IPB yang bekerjasama dengan Yayasan Damandiri.

(17)
(18)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas karunia dan limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Performa Obesitas Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) yang Diberi Pakan Berenergi Tinggi. Shalawat beriring salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) memang memiliki kedekatan hubungan fisiologis dan anatomis dengan manusia. Atas dasar hal tersebut, satwa ini dijadikan hewan model dalam proses obesitas dengan perlakuan pakan yang kandungan energinya tinggi. Selain pengukuran bagian-bagian tubuh, dalam penelitian ini dihitung pula BMI (Body Mass Index) yang diperlukan untuk melihat sejauh mana proses obesitas mempengaruhi hewan model yang dalam hal ini monyet ekor panjang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan, dan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bogor, April 2009

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN……… i

ABSTRACT.……… ii

LEMBAR PERNYATAAN……….. iii

LEMBAR PENGESAHAN……….. iv

RIWAYAT HIDUP……….. v

KATA PENGANTAR………... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR………. xi

DAFTAR LAMPIRAN………... xii

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan... 2

Manfaat ………. 2

TINJAUAN PUSTAKA ………... 3

Satwa Primata sebagai Hewan Model... 3

Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)……….. 3

Pemanfaatan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)... 3

Klasifikasi………... 3

Habitat dan Kandang... 4

Pakan Monyet Ekor panjang……….. 5

Sifat Kuantitatif ……… 8

Morfologi……..……….. 8

Obesitas………. 9

METODE... 11

Lokasi dan Waktu Penelitian... 11

Materi... 11

Hewan Percobaan…..………. 11

(20)

ix

Kandang……….. 11

Rancangan…………... 12

Peubah……… 12

Analisis Data ………. 12

Prosedur ………...………. 13

Perlakuan……… 13

Pengukuran ………...………. 14

HASIL DAN PEMBAHASAN………. 18

Keadaan Umum Lokasi………….…….………... 18

Ukuran Bagian-bagian Tubuh Monyet Ekor Panjang Penelitian……. 18

Ukuran Tubuh yang Dipengaruhi Perlakuan Pakan ………. 21

Ukuran Lingkar Pinggul ……… 21

Ukuran Lingkar Pinggang ………. 22

Ukuran Lingkar Dada ……… 24

Ukuran Tebal Lipatan Kulit Punggung……….. 25

Ukuran Tebal Lipatan Kulit Perut……….. 26

Bobot Badan ……….. 27

BMI (Body Mass Index) Monyet Ekor Panjang Penelitian …….….... 28

Analisis Korelasi dan Regresi Bagian Tubuh Monyet Ekor Panjang Penelitian……….. 30

SIMPULAN DAN SARAN... 33

Simpulan……… 33

Saran………. 33

UCAPAN TERIMAKASIH... 34

DAFTAR PUSTAKA... 35

(21)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Komposisi Zat Makanan Monkey Chow dan Ransum Berbahan Baku

Pakan Lokal... 6

2. Kebutuhan Nutrisi Monyet Ekor Panjang Dewasa ... 7

3. Komposisi Pakan A dan Pakan B ... 14

4. Hasil Proksimat Kandungan Nutrisi Pakan Perlakuan... 14

5. Pengelompokkan berdasarkan BMI Eropa (pada manusia)... 16

6. Pengelompokkan berdasarkan BMI Asia (pada manusia)... 17

7. Rataan, Simpangan Baku, dan Koefisien Keragaman Peubah selama Penelitian……… 19

8. Rataan, Simpangan Baku, dan Koefisien Keragaman Peubah selama Penelitian (Lanjutan)...……… 20

9. Rataan BMI dan Pengelompokkannya berdasarkan BMI Asia pada Monyet Ekor Panjang selama Penelitian ……… 29

10. Nilai Korelasi dan Nilai-P Bagian Tubuh Monyet Ekor Panjang yang Berpengaruh Nyata terhadap Perlakuan Pakan……….. 31

(22)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Bagian-bagian Tubuh yang Diukur ... 17 2. Rataan Lingkar Pinggul (cm) Monyet Ekor Panjang yang Diberi

Perlakuan selama Penelitian………. 22 3. Rataan Lingkar Pinggang (cm) Monyet Ekor Panjang yang Diberi

Perlakuan selama Penelitian………….………

23 4. Rataan Lingkar Dada (cm) Monyet Ekor Panjang yang Diberi

Perlakuan selama Penelitian………. 24 5. Rataan Tebal Lipatan Kulit Punggung (cm) Monyet Ekor Panjang

yang Diberi Perlakuan selama Penelitian………. 26 6. Rataan Tebal Lipatan Kulit Perut (cm) Monyet Ekor Panjang yang

Diberi Perlakuan selama Penelitian……….. 27 7. Rataan Bobot Badan (kg) Monyet Ekor Panjang Diberi Perlakuan

selama Penelitian……….. 28 8. Rataan BMI (kg/m2) Monyet Ekor Panjang yang Diberi Perlakuan

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Analisis Ragam Lingkar Betis... 38 2. Hasil Analisis Ragam Lingkar Paha... 38 3. Hasil Analisis Ragam Lingkar Pinggul... 38 4. Hasil Uji Duncan pada Lingkar Pinggul ... 38 5. Hasil Analisis Ragam Lingkar Pinggang... 39 6. Hasil Uji Duncan pada Lingkar Pinggang... 39 7. Hasil Analisis Ragam Lingkar Dada... 39 8. Hasil Uji Duncan pada Lingkar Dada ... 39 9. Hasil Analisis Ragam Lingkar Lengan... 40 10. Hasil Analisis Ragam Lingkar Kepala... 40 11. Hasil Analisis Ragam Tebal Telapak Tangan... 40 12. Hasil Analisis Ragam Tebal Telapak Kaki... 40 13. Hasil Analisis Ragam Tebal Lipatan Kulit Lengan Depan... 41 14. Hasil Analisis Ragam Tebal Lipatan Kulit Lengan Belakang... 41 15. Hasil Analisis Ragam Tebal Lipatan Kulit Punggung... 41 16. Hasil Uji Duncan pada Tebal Lipatan Kulit Punggung... 41 17. Hasil Analisis Ragam Tebal Lipatan Kulit Perut... 42 18. Hasil Uji Duncan pada Tebal Lipatan Kulit Perut ... 42 19. Hasil Analisis Ragam Bobot Badan... 42 20. Hasil Uji Duncan pada Bobot Badan ... 42 21. Hasil Analisis Ragam BMI (Body Mass Index)... 43 22. Hasil Uji Duncan pada BMI ... 43 23. Nilai Korelasi dan Nilai-P Bagian Tubuh Monyet Ekor Panjang yang

Diberi Perlakuan Pakan... 44 24. Hasil Analisis Regresi BMI dan Tebal Lipatan Kulit Perut (TLKP).... 45 25. Analisis Ragam Regresi ... 45 26. Hasil Analisis Regresi BMI dan Tebal Lipatan Kulit Punggung

(24)
(25)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Masalah pokok kesehatan di negara yang sedang berkembang dan negara maju salah satunya adalah masalah gangguan yang disebabkan oleh gizi, baik itu kekurangan ataupun kelebihan gizi. Kegemukan yang biasa dikenal dengan obesitas atau kelebihan berat badan merupakan akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Hal ini dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara jumlah makanan yang masuk ke dalam tubuh dan kebutuhan tubuh itu sendiri.

Faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas antara lain genetik, lingkungan, dan psikis. Jumlah total lemak di dalam tubuh adalah hal yang dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui tingkat obesitas dan bahaya kesehatan yang ditimbulkannya, hal lain yang juga tak kalah penting adalah mengetahui distribusi atau lokasi lemak tersebut. Bobot badan seringkali dijadikan kriteria penentu obesitas, sedangkan ukuran bagian tubuh jarang diperhatikan, sehingga perlu adanya suatu informasi mengenai bagian tubuh yang dijadikan sebagai sumber distribusi lemak.

Proses perubahan ukuran tubuh dari normal menjadi obesitas tidak terjadi dalam waktu yang singkat. Pola hidup yang tidak sehat salah satunya dengan mengkonsumsi bahan makanan berenergi tinggi akan berpengaruh terhadap proses obesitas dalam tubuh. Proses obesitas ini dilihat dengan menggunakan hewan model yang diberi perlakuan pakan berenergi tinggi. Salah satu hewan model yang umum digunakan adalah kelompok hewan primata. Hal ini disebabkan primata merupakan mamalia yang memiliki banyak kemiripan dengan manusia dalam hal anatomi maupun fisiologi. Jenis primata yang sering digunakan dalam penelitian medis adalah monyet Asia, terutama monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).

(26)

2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi performa obesitas pada monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang diberi pakan berenergi tinggi.

Manfaat

(27)

TINJAUAN PUSTAKA

Satwa Primata Sebagai Hewan Model

Satwa primata secara anatomis dan fisiologis memiliki kemiripan dengan manusia dibandingkan dengan hewan model lainnya (Sajuthi et al., 1993). Bennett et al. 1995 menyatakan bahwa nilai ilmiah satwa primata untuk penelitian biomedis diperoleh dari persamaan ciri anatomi dan fisiologis karena kedekatan hubungan filogenetik dan perbedaan evolusi yang pendek.

Menurut Sulaksono (2002), bahwa variasi nilai rujukan parameter faal monyet ekor panjang menurut sentra hewan dan jenis kelamin, masih dalam batas yang dapat ditolerir untuk hewan percobaan yang dipelihara dengan kondisi pemeliharaan konvensional, sehingga dengan demikian para peneliti Indonesia yang menggunakan kera sebagai model penelitiannya dapat menggunakan nilai rujukan

tersebut sebagai salah satu referensinya.

Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Pemanfaatan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

Satwa primata tetap dipertahankan kelestariannya dengan pemanfaatan di berbagai bidang dan dikelola tidak hanya untuk dilindungi keberadaannya. Pemanfaatan tersebut meliputi bidang pendidikan, penelitian, pariwisata dan rekreasi.

Usaha penangkaran satwa primata bersesuaian dengan prinsip-prinsip kelestarian, hal ini dilakukan demi mencapai sasaran pemanfaatan tersebut (Alikodra, 1990). Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988), jenis satwa primata yang sangat sering digunakan dalam penelitian adalah monyet Asia, terutama monyet Rhesus (Macaca mulata) dan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).

Klasifikasi

Monyet ekor panjang sering disebut juga long-tailed macaque, crab eating

(28)

4 Menurut Napier dan Napier (1967), taksonomi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis):

Kelas : Mamalia

Ordo : Primata

Sub Ordo : Anthropoidea Infra Ordo : Catarrhini Super Famili : Cercopithecoidea Famili : Cercopithecidae

Genus : Macaca

Spesies : Macaca fascicularis

Habitat dan Kandang

Napier (1972) menyatakan bahwa habitat dan penyebaran monyet ekor panjang ditentukan oleh beberapa hal yang dibutuhkan untuk bertahan hidup yaitu sumber makanan, sungai atau mata air dan pohon untuk tidur dan beristirahat. Habitatnya tersebar mulai dari hutan hujan tropika, hutan musim sampai hutan

rawa-mangrove. Disamping itu juga terdapat di hutan iklim sedang (Cina dan Jepang) (Napier dan Napier, 1967). Hasil pengamatan Widiyanti (2001) menunjukkan bahwa selain di hutan rakyat, monyet ekor panjang hidup pada berbagai habitat seperti tepian sungai, ladang penduduk atau perkebunan, kawasan pemukiman, semak belukar hingga tebing curam.

Sajuthi (1984) menyatakan kandang monyet harus dibuat dengan konstruksi yang kuat. Hal ini untuk mencegah terjadinya kerusakan yang disebabkan dari monyet itu sendiri. Jenis kandang kelompok yang terbuat dari ram kawat perlu

dilengkapi tempat peristirahatan yang agak tinggi dan bentuknya harus memadai. Kandang individu harus dilengkapi dinding belakang geser (kandang jepit), sehingga monyet dapat didorong kebagian depan kandang. Fungsi kandang tersebut untuk mempermudah dalam melakukan pemeriksaan, pemberian obat atau penyuntikan dan

penanganan lain yang harus dilakukan terhadap monyet tersebut. Setiap jenis kandang baik kandang kelompok maupun kandang individu harus dilengkapi dengan tempat makan dan minum yang memadai dan cukup kuat.

(29)

5 laku dan fisiologi normal. Oleh sebab itu, kandang monyet harus mempertimbangkan keperluan tingkah laku, emosi dan sosial. Satwa primata ini juga harus dikandangkan di ruang atau daerah sejauh mungkin dari kandang hewan lain. Syarat ini untuk

mengurangi resiko penularan penyakit dan keamanan dalam memelihara (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988)..

Pakan Monyet Ekor Panjang

Pakan primata tidak selalu memerlukan komposisi unsur pakan yang sama untuk setiap spesiesnya, karena tergantung jenis satwa tersebut insektivorus, karnivorus atau omnivorus (Bismarsk, 1984), tetapi kebanyakan primata adalah omnivorus (Napier dan Napier, 1985). Monyet ekor panjang termasuk hewan omnivora atau pemakan segala macam makanan. Beberapa jenis primata vegetarian,

tetapi disamping memakan buah-buahan dan dedaunan, beberapa jenis serangga juga dimakan (Napier, 1972).

Napier dan Napier (1967) menyatakan bahwa jenis makanan yang dimakan oleh monyet ekor panjang antara lain buah-buahan, akar-akaran, daun-daunan,

serangga, hasil pertanian dan moluska. Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menyatakan bahwa dalam keadaan liar, monyet mencari berbagai makanan seperti buah-buahan, akar, daun muda, serangga, tempayah, biji-bijian, keong, bangsa udang dan telur burung. Masing-masing jenis makanan mempunyai proporsi yang tersendiri bagi monyet (Junaedi, 2001).

Inglis (1980) menyatakan bahwa kandungan zat makanan monyet terdiri 45-55% karbohidrat, 15-20% protein kasar, 3-5% lemak kasar, 2,5-5,5% serat kasar, 0,86% kalsium dan 0,47 fosfor. Makanan yang diberikan setiap hari sejumlah 4%

dari bobot badan satwa (Sajuthi, 1984). Menurut Junaedi (2001), pakan yang diberikan untuk monyet jantan dewasa 160 g/ekor/hari dan untuk monyet muda 80 g/ekor/hari. Monyet ekor panjang dapat tumbuh baik di dalam kandang dengan makanan yang terdiri dari buah-buahan, nasi, roti, dedaunan hijau yang ditambah

(30)

6 Menurut Rohman (1993) ransum lokal yang layak untuk menggantikan monkey chow adalah ransum yang mempunyai kandungan protein 15%. Mustaqimatin (1998) menyatakan, bahwa ransum berbahan baku lokal dapat

menggantikan ransum impor (monkey chow) dengan kandungan protein sebesar 19,97%.

Tabel 1. Komposisi Zat Makanan Monkey Chow dan Ransum Berbahan Baku Pakan Lokal

Zat Makanan Monkey Chow Ransum Lokal* Ransum Lokal**

Serat kasar (%) 5,18 2,63 2,81

Protein kasar (%) 27,20 19,97 15,00

Lemak (%) 4,90 4,63 4,51

Kalsium (%) 1,31 0,89 0,67

Fhosfor (%) 1,09 0,62 0,48

Energi bruto (Kal/kg) 4,34 3,72 4,15

Keterangan : * Mustaqimatin (1998) ** Rohman (1993

Wiseman (1990) menyatakan, bahwa konsumsi ransum dipengaruhi oleh palatabilitas ransum yang tergantung pada cita rasa (flavour), suhu, ukuran, tekstur dan konsistensi pakan. Biasanya ransum dengan bahan baku lokal kurang disukai

oleh monyet dibanding dengan monkey chow (Mustaqimatin, 1998). Jumlah ransum yang dikonsumsi juga tergantung bobot badan, galur, tingkat produksi, tingkat cekaman, aktivitas ternak, mortalitas, kandungan energi dalam ransum dan suhu lingkungan (North, 1984). Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan untuk mengkonsumsi pakan yang sudah terbiasa diberikan kepada monyet. Astuti et al.

(2007) menyatakan, dengan pembiasaan pakan terlebih dahulu, konsumsi pakan lokal lebih tinggi dari pada monkey chow.

Monyet-monyet yang diberi ransum buatan ternyata akan mengkonsumsi pakan lebih rendah daripada yang diberi ransum alami. Hal ini diduga karena adanya serat kasar yang rendah atau kandungan energi yang tinggi pada ransum buatan

(31)

7 Kebutuhan nutrisi monyet ekor panjang dewasa berdasarkan NRC dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kebutuhan nutrisi monyet ekor panjang dewasa

Zat makanan Kadar

Menurut McDonald (2002), pakan sumber energi adalah semua bahan pakan ternak yang kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di bawah 18%. Bennet et al. (1995) mendefinisikan pakan obes adalah pakan yang di dalamnya terkandung energi sebesar 4,2 Kal/kg, terdiri dari 21-31% lemak

dan 50-70% karbohidrat dapat larut (sukrosa dan dekstrin).

Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi ransum antara lain kesehatan ternak, keaktifan, jenis kelamin, jumlah konsumsi ransum dan temperatur (North, 1984). Ensminger et al. (1990) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan

(32)

8 menyebabkan meningkatnya kebutuhan nutrisi karena meningkatnya kebutuhan energi metabolisme, sehingga zat makanan lebih banyak digunakan untuk melawan cekaman tersebut. Hal ini akan dapat menurunkan bobot badan dan ketahanan

terhadap penyakit. Cekaman terhadap hewan disebabkan oleh temperatur, umur, pemberian pakan yang berbeda, pengelolaan, dan kehadiran orang lain.

Sifat Kuantitatif

Hutt (1949) menyatakan bahwa sifat kuantitatif dapat digunakan untuk menentukan morfologi dan kemurnian suatu bangsa ternak. Sehubungan dengan hal tersebut, Ishii et al. (1996) menyatakan bahwa ukuran dan bentuk tubuh ternak

digunakan untuk menentukan pertumbuhan baku dan menilik ternak. Ukuran-ukuran tubuh dapat juga digunakan untuk mengetahui morfogenetik dari jenis ternak tertentu dalam populasi yang tersebar luas antar wilayah atau Negara. Warwick et al. (1995) menyatakan bahwa sifat kuantitatif berperan penting dalam bidang peternakan terutama yang menyangkut sifat produksi. Penampilan sifat-sifat kuantitatif ini

dipengaruhi oleh genetik (keturunan), lingkungan dan interaksi antara genetik dan lingkungan (Campbell dan Lasley, 1985).

Morfologi

Lekagul dan McNeely (1977) menyatakan Macaca fascicularis dinamakan monyet ekor panjang karena memiliki ekor yang panjang, berkisar antara 80 -110%

dari total panjang kepala dan tubuh. Monyet ekor panjang merupakan satwa primata yang menggunakan kaki depan dan belakang dalam berbagai variasi untuk berjalan dan berlari (quandrapedalisme), memiliki ekor yang lebih panjang dari panjang kepala dan badan. Disamping itu memiliki bantalan duduk (ischial sallosity) yang

melekat pada tulang duduk (ischial) dan memiliki kantong makanan di pipi (cheek pouches) (Napier dan Napier, 1985).

Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menyatakan bahwa monyet jantan dewasa mempunyai bobot badan berkisar antara 5,5-10,9 kg dan betina antara 4,3-10,6 kg, lama hidup antar 25-30 tahun, umur kawin 36-48 bulan, umur sapih 5-6 bulan dan

(33)

9

Obesitas

Lemak dalam tubuh berfungsi sebagai sumber energi yang efisien, baik

secara langsung maupun potensial ketika tersimpan di dalam jarinan adiposa. Unsur makanan ini berfungsi sebagai penyekat panas dalam jaringan subkutan serta di sekeliling organ tertentu, dan senyawa lipid nonpolar bekerja pula sebagai penyekat listrik yang memungkinkan perambatan cepat gelombang depolarisasi di sepanjang serabut saraf bermielin. Kandungan lemak di jaringan saraf sangat tinggi. Gabungan

lemak dan protein (lipoprotein) merupakan unsur penting pembentukan sel, yang terdapat baik di dalam membran sel maupun mitokondria yang ada dalam sitoplasma, dan juga berfungsi sebagai sarana pengangkutan lipid di dalam darah (Murray et al., 1999).

Lemak yang diserap dari makanan dan lipid yang disintesis oleh hati serta

jaringan adiposa harus diangkut diantara berbagai jaringan dan organ tubuh untuk digunakan serta disimpan. Karena lipid bersifat tidak larut dalam air, maka pengikatan senyawa lipid nonpolar (triasilgliserol dan ester kolesteril) dengan lipid nonpolar (fosfolipid dan kolesterol) serta protein untuk membentuk lipoprotein yang bisa bercampur dengan air. Lipid diangkut dari jaringan adiposa sebagai asam lemak

bebas (FFA) yang melekat pada albumin serum. Timbunan lemak yang berlebihan merupakan keadaan obesitas (Murray et al., 1999). Lemak yang berada di sekitar perut memberikan resiko kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan lemak di daerah paha atau bagian tubuh yang lain (Roche Indonesia, 2008).

Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelebihan lemak dalam tubuh (Budiyanto, 2002). Obesitas merupakan akibat dari kalori yang masuk secara berlebihan dari yang diperlukan oleh tubuh. Faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas yaitu faktor genetik, tingkah laku, lingkungan, fisiologi, sosial dan budaya (Racette et al., 2003).

(34)

10 dengan 30 kg/m2. Sedangkan standar BMI untuk orang Asia yang overweight adalah lebih dari sama dengan 3, preobesitas adalah 23-24,9 kg/m2; dan BMI untuk obesitas adalah lebih dari sama dengan 25 kg/m2. BMI dihitung dengan membagi bobot

badan (kg) dengan tinggi badan yang dipangkat dua (m2).

Obesitas dapat terjadi pada monyet ekor panjang jantan dan betina, baik dewasa atau remaja. Monyet ekor panjang memiliki kemiripan pola obesitas dengan manusia yang ditunjukkan dengan adanya penimbunan lemak di sekitar perut. BMI pada monyet ekor panjang merupakan BMI yang sudah dimodifikasi (Angeloni et

al. 2004). Indeks ini ditentukan oleh berat badan dan tinggi duduk, sedangkan pada manusia indeks ditentukan oleh berat badan dan tinggi badan. Dengan demikian, adanya perubahan pada kedua komponen itu akan menyebabkan perubahan pada BMI. Monyet ekor panjang yang hidup di kawasan wisata Bali menunjukkan tanda-tanda obesitas dengan body mass index (BMI) sampai 31,8 kg/m2 pada jantan dan

35,4 kg/m2 pada betina (Putra et al., 2006).

Obesitas sentral merupakan penimbunan lemak yang terdapat di abdomen baik subkutan maupun intraabdominal (visceral abdomen). Jaringan intraabdominal terdiri atas lemak intraperitoneal (omentum dan mesenteric) dan retroperitoneal. Lemak didalam tubuh kita didistribusikan (ditimbun) terutama pada dua tempat yang

berbeda yaitu pada bagian perut (abdomen) dan bagian bokong (gluteus). Lemak tubuh pada pria banyak didistribusikan di bagian atas tubuh yaitu bagian perut (Adam, 2006). Pemberian pakan dengan kandungan energi tinggi selama empat bulan pada monyet ekor panjang menyebabkan pendepositan lemak yang ditandai dengan

(35)

METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan yaitu Juli 2008 sampai dengan Oktober 2008 di PT Indo Anilab Taman Kencana, Bogor.

Materi Hewan Percobaan

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dewasa berjenis kelamin jantan sebanyak 15 ekor dengan bobot badan berkisar antara 4–5 kg dan umur 6–8 tahun. Keragaman bobot badan

dan umur monyet ekor panjang pada saat memulai penelitian kurang dari 10% (seragam). Semua monyet ekor panjang yang digunakan berasal dari Sumatera dan bebas dari penyakit tuberkulosis dan simian retrovirus (SRV).

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu obat bius (ketamin) dan alkohol. Bahan pakan yang diberikan pada monyet ekor panjang selama penelitian yaitu pakan komersil (pakan C) dan pakan buatan yang telah diformulasi (pakan A dan pakan B). Pakan A berbahan dasar lemak sapi dengan kandungan energi 6,58 Kal/kg dan pakan B berbahan dasar lemak sapi dan kuning telur dengan kandungan

energi 6,00 Kal/kg. Monyet ekor panjang dengan perlakuan pakan C menggunakan pakan komersil yang berbentuk biskuit (padat, kering dan agak keras) yang disebut monkey chow dengan kandungan energi 4,67 Kal/kg. Selain pakan di atas monyet ekor panjang juga mendapat pakan tambahan berupa buah pisang dan air minum ad libitum.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tongkat ukur (skala terkecil 1 mm) merk FHK, pita ukur (skala terkecil 1 mm) merk butterfly, jangka sorong (skala

terkecil 1 mm), timbangan merk tanita, tulup, alat suntik dan jarum suntik. Kandang

(36)

12 Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum ad libitum. Kandang ditempatkan pada ruang tertutup, bersih dan diberi ventilasi.

Rancangan

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap pola tersarang dengan faktor perlakuan pemberian pakan (A, B, C) dan periode pengambilan data tersarang pada perlakuan. Rancangan ini seolah-olah terdiri dari dua atau lebih rancangan acak

lengkap yang responsnya sama kemudian digabung menjadi satu model percobaan. Model persamaan rancangan acak lengkap pola tersarang yaitu:

Yij = µ + τi + βj(i) + εijk Keterangan:

i = 1, 2, 3 dan j = 1, 2, 3, 4.,

Yij = pengamatan faktor τ taraf ke-i, faktor β taraf ke-j dan ulangan ke-k, µ = rataan umum,

τi = pengaruh faktor τ pada taraf ke-i,

βj(i) = pengaruh faktor β pada taraf ke-j pada τi, dan

ε ijk =pengaruh galat faktor τ taraf ke-i, faktor β taraf ke-j dan ulangan ke-k (Gasperz, 1992).

Peubah

Peubah yang diamati antara lain tinggi duduk, lingkar betis, lingkar paha, lingkar pinggul, lingkar pinggang, lingkar dada, lingkar lengan, lingkar kepala, tebal

telapak tangan, tebal telapak kaki, tebal lipatan kulit lengan depan, tebal lipatan kulit lengan belakang, tebal lipatan kulit punggung, tebal lipatan kulit perut, bobot badan dan penghitungan BMI (Body Mass Index). Peubah yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan uji duncan.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola tersarang untuk memperoleh informasi ukuran tubuh yang dipengaruhi perlakuan pakan berenergi tinggi. Selain itu, dilakukan analisis korelasi yang bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan antar peubah, dan analisis regresi

(37)

13 Rumus koefisien korelasi antara dua peubah :

Keterangan :

r XY = koefisien korelasi, n = jumlah data, xi = peubah x ke i, dan

yi = peubah y ke i (Mattjik dan Sumertajaya, 2002) .

Persamaan regresi linier sederhana :

Keterangan :

Y = BMI (Body Mass Index),

α  = intersep/perpotongan dengan sumbu tegak, β = nilai regresi/kemiringan,

X = peubah tak bebas (Mattjik dan Sumertajaya, 2002).

Prosedur Perlakuan

Monyet ekor panjang diberi pakan yang telah diformulasi (pakan A dan B) masing-masing lima ekor dan pakan komersil (pakan C) sebanyak lima ekor, dua kali sehari yaitu pagi dan siang hari dengan pemberian air minum ad libitum. Selain pakan tersebut di atas monyet ekor panjang juga mendapat pakan tambahan berupa buah pisang. Pagi hari sebelum pemberian pakan, monyet ekor panjang diberikan

(38)

14 Tabel 3. Komposisi Formula Pakan A dan Pakan B

Bahan Pakan Pakan A Pakan B

CMC (carboxymethyl cellulose) 1,0 1,0

Mineral mix 2,0 2,0

Kuning Telur - 10,0

Lemak sapi 10,0 6,0

Tabel 4. Hasil Analisis Proksimat Kandungan Nutrisi Pakan Perlakuan

No Nutrisi

Pakan A Pakan B Pakan C

(lemak sapi) (lemak sapi dan

kuning telur) (monkey chow) 1 Bahan Kering (%) 68,09 100 70,18 100 92,75 100 Keterangan : Hasil analisis proksimat Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Departemen

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor Pengukuran

Pengukuran morfometri dilakukan pada minggu ke-20, 24, 28, 32, atau bulan ke-5, 6, 7, 8 setelah perlakuan pakan seperti yang tertera pada Gambar 1. Monyet ekor panjang yang akan diukur tersebut dibius terlebih dahulu untuk memudahkan

(39)

15 Tinggi Duduk (TD); Tinggi duduk diukur dari anterior os atlas sampai posterior tuber ischii dengan menggunakan alat tongkat ukur. Satuan menggunakan sentimeter (cm).

Lingkar Betis (LB); Lingkar betis diukur melingkar pada bagian tengah os tibia dengan menggunakan pita ukur bersatuan sentimeter (cm).

Lingkar Paha (LPh); Lingkar paha diukur melingkar pada bagian tengah os femur dengan menggunakan pita ukur bersatuan sentimeter (cm).

Lingkar Pinggul (LPgl); Lingkar pinggul diukur melingkar berpadanan dengan os coxae kanan dengan os coxae kiri menggunakan pita ukur bersatuan sentimeter (cm).

Lingkar Pinggang (LPg); Lingkar pinggang diukur melingkar pada bagian antara os costae terakhir dengan os tuber coxae dengan menggunakan pita ukur bersatuan sentimeter (cm).

Lingkar Dada (LD); Lingkar dada diukur melingkar berpadanan dengan procecus xiphoidea os sternum dengan menggunakan pita ukur bersatuan sentimeter (cm).

Lingkar Lengan (LL); Lingkar lengan diukur melingkar pada bagian tengah os humerus dengan menggunakan pita ukur bersatuan sentimeter (cm).

Lingkar Kepala (LK); Lingkar kepala diukur melingkar berpadanan dengan os occipitalis dengan anterior orbital mata menggunakan pita ukur bersatuan sentimeter (cm).

Tebal Telapak Tangan (TTT); Tebal telapak tangan diukur pada bagian tengah meta carpale dengan menggunakan alat jangka sorong bersatuan sentimeter (cm).

Tebal Telapak Kaki (TTK); Tebal telapak kaki diukur pada bagian tengah os meta tarsale dengan menggunakan alat jangka sorong bersatuan sentimeter (cm).

Tebal Lipatan Kulit Lengan Depan (TLKLD); Tebal lipatan kulit lengan depan diukur pada bagian kulit bicep dengan meggunakan alat jangka sorong bersatuan sentimeter (cm).

(40)

16 Tebal Lipatan Kulit Punggung (TLKPg); Tebal lipatan kulit punggung diukur pada bagian subscapular dengan menggunakan jangka sorong bersatuan sentimeter (cm).

Tebal Lipatan Kulit Perut (TLKP); Tebal lipatan kulit perut diukur persis diatas os iliac dengan menggunakan alat jangka sorong bersatuan sentimeter (cm).

Bobot Badan (BB); Bobot badan diukur menggunakan penimbang berat badan. Satuan menggunakan kilogram (kg).

BMI (Body Mass Index)

BMI pada monyet ekor panjang merupakan BMI yang sudah dimodifikasi (Angeloni et al. 2004). Indeks ini ditentukan oleh berat badan dan tinggi duduk, sedangkan pada manusia indeks ditentukan oleh berat badan dan tinggi badan. BMI

dihitung dengan menggunakan rumus :

BMI = Bobot badan (kg) Tinggi duduk2 (m2)

dengan kategori seperti yang tercantum pada Tabel 5 dan Tabel 6 berikut ini. Tabel 5. Pengelompokkan berdasarkan BMI Eropa (pada Manusia)

Kategori BMI

...(kg/m2)...

Bobot dibawah normal < 18,5

Batas normal 18,5 – 24,9

Bobot diatas normal : ≥ 25

Pra - obes 25,0 – 29,9

Obes I 30,0 – 34,9

Obes II 35,0 – 39,9

Obes III ≥ 40,0

(41)

17 Tabel 6. Pengelompokkan berdasarkan BMI Asia (pada manusia)

Kategori BMI

...(kg/m2)...

Bobot dibawah normal < 18,5

Batas normal 18,5 – 22,9

Bobot diatas normal : ≥ 23

Pra- obes 23,0 – 24,9

Obes ≥ 25

Sumber : The World Health Organization (2008)

Gambar 1. Bagian-bagian tubuh yang diukur

Keterangan:

TD = tinggi duduk, LB = lingkar betis, LPh = lingkar paha, LPgl = lingkar pinggul, LPg = lingkar pinggang, LD = lingkar dada, LL = lingkar lengan, LK = lingkar kepala, TTT = tebal telapak tangan, TTK = tebal telapak kaki,

(42)

 

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi

Lokasi penelitian ini terletak di perusahaan penangkaran satwa primata yaitu PT Indo Anilab yang bertempat di Jalan Taman Kencana No. 3 Bogor. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dikandangkan pada kandang individu yang diletakkan pada suatu ruangan tertutup dengan dilengkapi kran air, lampu, termometer, alat-alat kebersihan, dan house fan. Ruang kandang ini terpisah dari kandang hewan lainnya, kondisinya cukup teduh karena dinaungi pohon besar yang terletak di samping kandang. Suhu pada ruangan kandang berkisar 25 - 29⁰C dengan kelembaban antara 40 - 70%. Kondisi suhu ruangan cukup stabil karena adanya house fan kecuali jika terjadi pemadaman aliran listrik, sedangkan kelembaban kandang dapat mengalami peningkatan sampai mencapai kelembaban 90% pada pagi harinya.

Pembersihan kandang dilakukan setiap hari di pagi hari, sedangkan pemeriksaan kesehatan serta penimbangan bobot badan dilakukan secara teratur setiap bulan. Pemeriksaan kesehatan merupakan kegiatan penyuntikan indikator tuberkolosis (TB). Selain itu, di sekitar kandang terdapat anti serangga dan bak desinfektan di depan pintu masuk sebagai salah satu tindakan biosekuriti di perusahaan tersebut.

Ukuran Bagian-bagian Tubuh Monyet Ekor Panjang Penelitian

(43)

19

 

Keterangan : Tanda (**) merupakan peubah yang dipengaruhi sangat nyata oleh perlakuan pakan (P<0,01), nilai yang diikuti oleh huruf superscript yang samapada kolom yang berbeda menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata (α=0,05)

(44)

20

 

Keterangan : Tanda (**) merupakan peubah yang dipengaruhi sangat nyata oleh perlakuan pakan (P<0,01), nilai yang diikuti oleh huruf superscript yang samapada kolom yang berbeda menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata (α=0,05)

Tabel 8. Rataan, Simpangan Baku, dan Koefisien Keragaman (%) Peubah Selama Penelitian (Lanjutan) 6 0,98±0,15 (15,43)a 1,02±0,24 (23,45) 0,89±0,11 (11,97)a 7 1,02±0,39 (38,19)a 1,13±0,34 (29,94) 0,72±0,13 (18,13)a 8 0,68±0,07 (11,00)a 0,69±0,14 (19,67) 0,61±0,06 (9,26)a 11. Tebal Lipatan

Kulit Lengan Depan (cm)

5 0,16±0,03 (19,57)a 0,18±0,05 (28,12) 0,19±0,02 (11,16)a 6 0,20±0,01 (7,07)a 0,26±0,03 (12,07) 0,23±0,05 (21,07)a 7 0,28±0,02 (8,38)a 0,20±0,07 (33,89) 0,19±0,06 (29,77)a 8 0,18±0,06 (32,61)a 0,21±0,09 (43,23) 0,16±0,03 (20,70)a 12. Tebal Lipatan

Kulit Lengan Belakang (cm)

5 0,19±0,02 (11,29)a 0,23±0,04 (19,37) 0,20±0,02 (9,27)a 6 0,22±0,04 (18,75)a 0,27±0,01 (3,70) 0,23±0,03 (13,72)a 7 0,30±0,08 (28,12)a 0,25±0,03 (10,64) 0,25±0,07 (27,69)a 8 0,26±0,05 (17,57)a 0,27±0,05 (19,77) 0,21±0,04 (18,03)a 13. Tebal Lipatan

(45)

21

 

pengukuran bahan kering pakan. Masuknya energi yang berlebih terutama yang berasal dari lemak ke dalam tubuh akan menimbulkan cadangan lemak sehingga tempat deposit lemak dalam tubuh menjadi terisi.

Pakan merupakan salah satu faktor lingkungan dalam kehidupan suatu ternak. Faktor lingkungan besar pengaruhnya terhadap sifat kuantitatif. Warwick et al. (1995) menyatakan bahwa sifat kuantitatif berperan penting dalam bidang peternakan terutama yang menyangkut sifat produksi. Ciri – ciri sifat kuantitatif dapat diukur pada ukuran-ukuran tubuh yang dalam hal ini dipengaruhi oleh perlakuan pakan.

Bagian tubuh monyet ekor panjang yang tidak dipengaruhi oleh perlakuan pakan berenergi tinggi berdasarkan pengujian statistik (P>0,05) diantaranya lingkar betis, lingkar paha, lingkar lengan, lingkar kepala, tebal telapak kaki, tebal telapak tangan, tebal lipatan kulit lengan depan, dan tebal lipatan kulit lengan belakang. Hal ini menyatakan bahwa pada bagian – bagian tersebut lemak yang didepositkan sedikit dan bukan merupakan tempat spesifik deposit lemak dalam tubuh. Selain itu, adanya aktivitas dari monyet ekor panjang di dalam kandang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan ukuran tubuh di setiap bulan pengukuran selama penelitian.

Ukuran-ukuran Tubuh yang Dipengaruhi Perlakuan Pakan Ukuran Lingkar Pinggul

Lingkar pinggul dipengaruhi oleh perlakuan pakan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7 yang menyajikan rataan perkembangan bagian tubuh selama penelitian. Hasil pengujian statistik menunjukkan perkembangan ukuran lingkar pinggul berbeda sangat nyata (P<0,01) pada setiap perlakuan. Perlakuan pakan B sangat nyata (P < 0,01) lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan pakan A dan pakan C. Hal ini disebabkan nutrisi terutama adanya penambahan kuning telur pada pakan B mempengaruhi pendepositan lemak pada tubuh. Perlakuan pakan C juga sangat nyata (P<0,01) bila dibandingkan dengan perlakuan pakan B dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan pakan A.

(46)

22

 

diberi perlakuan pakan A dan pakan C lebih seragam dibandingkan dengan respon individu monyet ekor panjang yang diberi perlakuan pakan B. Gambar 2 dapat memperlihatkan perbedaan perlakuan pakan terhadap perkembangan ukuran lingkar pinggul monyet ekor panjang selama penelitian.

Gambar 2. Rataan Lingkar Pinggul Monyet Ekor Panjang yang Diberi Perlakuan selama Penelitian

Monyet ekor panjang yang diberi perlakuan pakan B memiliki lingkar pinggul yang berbeda cukup jauh dengan monyet ekor panjang yang diberi perlakuan pakan A dan pakan C. Adanya penurunan dan kenaikan yang terlihat pada Gambar 2 di setiap bulan pengukuran tidak bermakna (P>0,05). Pinggul merupakan salah satu tempat deposit lemak pada tubuh. Lemak pada pinggul diduga sebagian besar berasal merupakan lemak yang menempel pada misenterium dan juga lemak subkutan. Berdasarkan penelitian Caraka I (2008), pakan berenergi tinggi menyebabkan pendepositan lemak yang ditandai dengan perkembangan yang sangat nyata pada lingkar pinggul.

Ukuran Lingkar Pinggang

(47)

23

 

nyata. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7 yang menyajikan rataan perkembangan bagian tubuh selama penelitian.

Nilai koefisien keragaman dari perlakuan pakan B lebih besar dari nilai koefisien keragaman pakan A dan pakan C. Hal ini menunjukkan bahwa respon individu monyet ekor panjang yang diberi pakan B sangat beragam dan respon individu monyet ekor panjang yang diberi pakan A dan pakan C cukup seragam. Pola perkembangan lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Rataan Lingkar Pinggang Monyet Ekor Panjang yang Diberi Perlakuan selama Penelitian

(48)

24

 

Ukuran Lingkar Dada

Perlakuan pakan mempengaruhi lingkar dada. Berdasarkan hasil pengujian statistik, pemberian perlakuan pakan mempengaruhi lingkar dada sangat nyata (P<0,01) sebagaimana halnya perlakuan pakan ini mempengaruhi lingkar pinggul dan lingkar pinggang. Hal ini terlihat pada Tabel 7 yang menyajikan perkembangan bagian tubuh monyet ekor panjang selama penelitian.

Perlakuan pakan B sangat nyata (P<0,01) mempengaruhi ukuran lingkar dada bila dibandingkan dengan perlakuan pakan A dan pakan C. Sedangkan perlakuan pakan A dan pakan C tidak berbeda nyata. Nilai koefisien keragaman yang juga terdapat pada Tabel 7 pada masing-masing perlakuan cenderung berbeda. Pakan C memperlihatkan koefisien keragaman yang semakin besar di setiap bulan pengukuran. Hal ini dapat diartikan bahwa respon perkembangan ukuran lingkar dada setiap individu monyet ekor panjang yang diberi pakan C semakin lama semakin beragam. Pakan A nilai koefisienan keragamannya tidak terlalu memperlihatkan banyak perubahan tetapi respon individu monyet ekor panjang yang diberi perlakuan pakan A ini memperlihatkan adanya keseragaman. Berbeda dengan pakan A, pakan B menunjukkan respon individu monyet yang cukup beragam.

Pola perkembangan lingkar dada monyet ekor panjang selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

(49)

25

 

Adanya kenaikan dan penurunan yang terlihat pada Gambar 4 di setiap bulan pengukuran tidak bermakna (P>0,05). Dada yang merupakan bagian terdekat dengan abdomen merupakan salah satu tempat deposit lemak pada tubuh. Lemak pada dada diduga sebagian besar berasal merupakan lemak yang menempel pada misenterium dan juga lemak subkutan. Berdasarkan penelitian Caraka I (2008), pakan berenergi tinggi menyebabkan pendepositan lemak yang ditandai dengan perkembangan yang sangat nyata pada lingkar dada.

Ukuran Tebal Lipatan Kulit Punggung

Hasil analisis statistik menunjukkan tebal lipatan kulit punggung dipengaruhi sangat nyata (P<0,01) oleh perlakuan pakan. Perlakuan pakan B sangat nyata (P<0,01) lebih besar jika dibandingkan dengan perlakuan pakan A dan pakan C, sedangkan perlakuan pakan A tidak berbeda nyata dengan perlakuan pakan C. Rataan perkembangan ukuran tebal lipatan kulit punggung monyet ekor panjang disajikan pada Tabel 8.

(50)

26

 

Gambar 5. Rataan Tebal Lipatan Kulit Punggung Monyet Ekor Panjang yang Diberi Perlakuan selama Penelitian

Perlakuan pakan B memberikan rataan yang lebih besar pada tebal lipatan kulit punggung monyet ekor panjang dari pada perlakuan pakan A dan pakan C. Adanya kenaikan dan penurunan yang terlihat pada Gambar 5 di setiap bulan pengukuran tidak bermakna. Punggung diduga merupakan salah satu tempat deposit lemak pada tubuh. Lemak pada punggung diduga sebagian besar berasal merupakan lemak subkutan. Berdasarkan penelitian Caraka I (2008), pakan berenergi tinggi menyebabkan pendepositan lemak yang ditandai dengan perkembangan yang sangat nyata pada tebal lipatan kulit punggung.

Ukuran Tebal Lipatan Kulit Perut

Tebal lipatan kulit perut dipengaruhi sangat nyata (P<0,01) oleh perlakuan pakan. Hasil analisis statistik menunjukkan perlakuan pakan B sangat nyata (P<0,01) lebih besar dari perlakuan pakan A dan pakan C. Perlakuan pakan A dan pakan C tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Perkembangan ukuran tebal lipatan kulit perut monyet ekor panjang selama penelitian ditunjukkan pada Tabel 8.

(51)

27

 

Gambar 6. Rataan Tebal Lipatan Kulit Perut Monyet Ekor Panjang yang Diberi Perlakuan Selama Penelitian

Perlakuan pakan B diduga dapat meningkatkan ukuran tebal lipatan kulit perut dengan pengujian statistik dengan hasil sangat nyata (P<0,01). Berbeda dengan perlakuan pakan A dan pakan C tidak berbeda nyata. Adanya kenaikan dan penurunan yang terlihat pada Gambar 6 di setiap bulan pengukuran tidak bermakna (P>0,05). Perut atau bagian dari abdomen merupakan salah satu tempat deposit lemak pada tubuh. Lemak pada perut diduga sebagian besar berasal merupakan lemak subkutan dan lemak dari misenterium.

Keberadaan lemak yang berlebih di lipatan kulit perut berhubungan erat dengan lingkar pinggang dan lingkar pinggul. Selain itu lemak yang berada di sekitar perut memberikan resiko kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan lemak di daerah paha atau bagian tubuh yang lain (Roche Indonesia, 2008). Lemak tubuh pada pria banyak didistribusikan di bagian atas tubuh yaitu bagian perut (Adam, 2006). Monyet ekor panjang memiliki kemiripan pola obesitas dengan manusia yang ditunjukkan dengan adanya penimbunan lemak di sekitar perut (Putra et al., 2006). Bobot Badan

(52)

28

 

Perlakuan pemberian pakan B terbukti dapat meningkatkan rataan bobot badan dengan nilai koefisien keragaman yang cukup besar. Nilai koefisien keragaman pada perlakuan pakan A dan pakan B cukup besar berarti respon individu monyet ekor panjang terhadap perlakuan pakan ini cukup beragam sedangkan perlakuan pakan C lebih seragam. Pakan B yang disukai dengan palatabilitas yang tinggi disebabkan kandungan kuning telur yang dapat memberikan rasa yang lain (gurih) pada pakan, dan hal ini tidak terdapat pada pakan yang lain. Pola perkembangan rataan bobot badan monyet ekor panjang selama penelitian ada pada Gambar 7.

Gambar 7. Rataan Bobot Badan Monyet Ekor Panjang yang Diberi Perlakuan selama Penelitian

Rataan bobot badan mulai pada bulan ke-6 di setiap perlakuan pakan yaitu pakan A, pakan B, dan pakan C relatif memiliki bobot badan yang stabil. Adanya kenaikan dan penurunan yang terlihat pada Gambar 7 di setiap bulan pengukuran tidak bermakna (P>0,05). Adanya pendepositan lemak di beberapa tempat dalam tubuh menyebabkan peningkatan bobot badan. Berdasarkan penelitian Caraka I (2008), pakan berenergi tinggi menyebabkan pendepositan lemak yang ditandai dengan perkembangan yang sangat nyata pada bobot badan.

BMI (Body Mass Index) Monyet Ekor Panjang

(53)

29

 

yang sudah dimodifikasi (Angeloni et al. 2004). Indeks ini ditentukan oleh berat badan dan tinggi duduk, sedangkan pada manusia indeks ditentukan oleh berat badan dan tinggi badan. Dengan demikian, adanya perubahan pada kedua komponen itu akan menyebabkan perubahan pada BMI. Berdasarkan hasil pengujian statistik BMI berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap monyet ekor panjang yang diberi perlakuan pakan. Perlakuan B sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan pakan A dan pakan C sedangkan perlakuan pakan A dan pakan C tidak berbeda nyata secara statistik. Tabel 9 menyajikan hasil perhitungan BMI serta pengelompokannya berdasarkan BMI Asia (pada manusia) menurut WHO (2008).

Tabel 9. Rataan BMI dan Pengelompokannya berdasarkan BMI Asia pada Monyet Ekor Panjang selama Penelitian

Pengukuran

Monyet ekor panjang yang mendapatkan perlakuan pakan B memiliki nilai rata-rata BMI (Body Mass Index) yang lebih tinggi dari monyet ekor panjang yang diberi perlakuan pakan A dan pakan C. Menurut The World Health Organization (2006) bahwa standar BMI untuk orang Eropa yang bobot badannya di atas normal adalah lebih dari sama dengan 25 kg/m2 dan BMI untuk obesitas adalah lebih dari sama dengan 30 kg/m2. Standar BMI untuk orang Asia yang bobot badannya di atas normal adalah lebih dari sama dengan 23 kg/m2, pra-obes adalah 23-24,9 kg/m2; dan BMI untuk obesitas adalah lebih dari sama dengan 25 kg/m2.

(54)

30

 

pra-obes. Hal ini dapat disebabkan terjadinya penurunan atau ketidakstabilan bobot badan dan tinggi duduk. Berbeda dengan pakan A dan pakan C ini memiliki BMI yang cenderung normal.

Gambar 8. Rataan BMI Monyet Ekor Panjang yang Diberi Perlakuan selama Penelitian

Pola rataan BMI monyet ekor panjang yang terlihat pada Gambar 8 menunjukkan pada perlakuan pakan B lebih tinggi dari perlakuan pakan A dan pakan C. Penurunan dan kenaikan yang terlihat pada Gambar 8 tidak bermakna (P>0,05). Hal tersebut di atas menegaskan bahwa proses obesitas pada monyet ekor panjang selama penelitian dapat terjadi jika mengkonsumsi perlakuan pakan B dengan jangka waktu yang lebih lama.

Analisis Korelasi dan Regresi Bagian Tubuh Monyet Ekor Panjang Penelitian Korelasi adalah suatu ukuran derajat bervariasinya dua peubah atau lebih secara bersama-sama atau ukuran keeratan hubungan antara peubah-peubah tersebut. Tabel 10 memperlihatkan hasil korelasi perkembangan bagian-bagian tubuh monyet ekor panjang yang berpengaruh nyata terhadap perlakuan pakan. Dapat dilihat pada tabel tersebut bahwa setiap peubah memiliki korelasi yang berbeda-beda.

(55)

31

 

(P<0,01). Hal ini diartikan bahwa lingkar pinggul memiliki hubungan yang sangat erat dengan lingkar pinggang.

Lingkar pinggang (LPg) memiliki korelasi sangat nyata (P<0,01) dengan semua peubah dengan nilai korelasi tertinggi yaitu dengan lingkar pinggul (P<0,01). Hal ini diartikan bahwa lingkar pinggang memiliki hubungan yang sangat erat dengan lingkar pinggul.

Lingkar dada (LD) memiliki korelasi sangat nyata (P<0,01) dengan semua peubah dengan nilai korelasi tertinggi yaitu dengan lingkar pinggul (P<0,01). Hal ini diartikan bahwa lingkar dada memiliki hubungan yang sangat erat dengan lingkar pinggul.

Tabel 10. Nilai Korelasi dan Nilai - P Bagian Tubuh Monyet Ekor Panjang yang Berpengaruh Nyata terhadap Perlakuan Pakan

Peubah TLKP TLKPg LPgl LD LPg BB

Tebal lipatan kulit punggung (TLKPg) memiliki korelasi yang sangat nyata (P<0.01) dengan semua peubah dengan nilai korelasi yang tertinggi yaitu dengan tebal lipatan kulit perut. Hal ini diartikan bahwa tebal lipatan kulit punggung memiliki hubungan yang sangat erat dengan tebal lipatan kulit perut.

(56)

32

 

Bobot badan (BB) memiliki korelasi yang sangat nyata (P<0,01) dengan semua peubah dengan nilai korelasi tertinggi yaitu BMI. Hal ini diartikan bahwa bobot badan memiliki hubungan yang sangat erat dengan BMI.

BMI memiliki korelasi yang sangat nyata (P<0,01) dengan semua peubah dengan nilai korelasi tertinggi yaitu dengan bobot badan dan lingkar pinggang. Hal ini diartikan bahwa BMI memiliki hubungan yang sangat erat dengan lingkar pinggang.

Dari analisis regresi, didapatkan bahwa BMI monyet ekor panjang yang menghasilkan monyet dengan kategori pra-obes dapat diduga dengan beberapa rumus persamaan regresi yang terdapat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rumus regresi untuk menduga BMI monyet ekor panjang

Peubah Rumus Regresi Nilai P

Analisis R 2

(%)

Tebal lipatan kulit perut (TLKP) BMI = 17,8 + 12,0 TLKP P<0,01 56,2

Tebal lipatan kulit punggung (TLKPg) BMI = 16,3 + 16,1 TLKPg P<0,01 51,3

Lingkar pinggul (LPgl) BMI = 6,31 + 0,64 LPgl P<0,01 75,4

Lingkar dada (LD) BMI = 0,27 + 0,71 LD P<0,01 51,1

Lingkar pinggang (LPg) BMI = 7,93 + 0,53 LPg P<0,01 78,4

Bobot badan (BB) BMI = 3,31 + 4,32 BB P<0,01 79,3

(57)

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa performa obesitas pada monyet ekor panjang yang bersumber pakan energi tinggi berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap ukuran tubuh lingkar pinggul, lingkar pinggang, lingkar dada, tebal lipatan kulit punggung, tebal lipatan kulit perut, bobot badan, dan BMI (Body Mass Index). Monyet ekor panjang yang diberi pakan perlakuan dengan bahan dasar lemak sapi dan kuning telur diidentifikasi mengalami pra-obes berdasarkan pengelompokan Body Mass Index Asia (pada manusia) dengan rataan BMI 24,85 kg/m2. BMI ini memiliki korelasi yang erat dengan lingkar pinggang dan lingkar pinggul .

Saran

(58)

UCAPAN TERIMA KASIH

Bismillahirrahmanirrahim. Terimakasih penulis sampaikan kepada keluarga tercinta, Mamah Beng Sriyatin, Mama Manisah, keluarga besar Mbah Buang Sudiman (Alm.), ketiga adik penulis yaitu M. Saddam Hussein, M. Yasser Arafat, dan M. Husni Mubarok, suami tercinta drh. M. Fakhrul Ulum atas motivasi, curahan kasih sayang dan pengorbanannya, juga keluarga besar Abah Zaenal Arifin, BA. yang senantiasa memberikan dorongan dan semangat cinta kasih kepada penulis dari jauh.

Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan pada Bapak Dr. Jakaria SPt., MSi selaku dosen pembimbing utama dan Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Supraptini Mansjoer selaku dosen pembimbing kedua atas segala bimbingan dan arahan selama penulis menyelesaikan skripsi. Ibu Ir. B. N. Polii, SU selaku pembimbing akademik yang juga telah memberikan bimbingan akademiknya sejak penulis terdaftar sebagai mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, kepada Ibu Ir. Rini H. Mulyono MSi. selaku dosen penguji seminar, Ibu Ir. Sri Darwati MSi dan Bapak Dr. Ir. A. Darobin Lubis M.Agr.Sc selaku dosen penguji sidang yang telah memberikan banyak masukan demi terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih disampaikan juga kepada Ibu Dr. dr. Irma Herawati Suparto, MS dari Pusat Studi Satwa Primata LP-IPB, Ibu Dr. Ir. Dewi A. Astuti, MS. staf pengajar FAPET IPB, Bapak Deyv SPt. MSi. staf pengajar Universitas Samratulangi, drh. Maesaroh dan segenap staf pegawai PT IndoAnilab, Pusat Studi Satwa Primata LP-IPB, dan PT Wanara Satwa Lokal yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.

Tak lupa ucapan terimakasih ini penulis sampaikan pada Dianti Desita Sari, rekan seperjuangan penulis di penelitian ini, Kak H. Alfa Caraka I dan Mbak Ria Oktarina SPt., MSi. yang banyak membantu selama penelitian. Juga kepada Mbak Lilian Devanita SKH, Rahmatina, teman-teman Wisma Agung 3, Teh Sakinah, Nolis Nilareswati, Mutia Fani, Anggisthia Dewi dan Ade Irma S. H. serta segenap teman-teman di IPTP 42 yang tak dapat disebutkan satu-persatu atas kekompakan dan semangat juang dalam kebersamaan selama ini. Terimakasih pula kepada seluruh staf pengajar serta staf pegawai Fakultas Peternakan IPB yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman selama penulis menyelesaikan pendidikan dan seluruh sahabat yang memberikan banyak dukungan kepada penulis.

Gambar

Tabel 1. Komposisi Zat Makanan Monkey Chow dan Ransum Berbahan Baku Pakan Lokal
Tabel 2.  Kebutuhan nutrisi monyet ekor panjang dewasa
Tabel 4. Hasil Analisis Proksimat Kandungan Nutrisi Pakan Perlakuan
Tabel 5. Pengelompokkan berdasarkan BMI Eropa (pada Manusia)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode Harga Penjualan Kembali (Resale Price Method/RPM) adalah metode Penentuan Harga Transfer yang dilakukan dengan membandingkan harga dalam transaksi suatu produk yang

Sesuai dengan ketentuan Pasal 75 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Bagi siswa disarankan untuk membangun pergaulan yang positif dengan teman- teman, khususnya teman-teman yang memiliki hubungan yang secure dengan Tuhan karena teman

Jasa Raharja (Persero) Perwakilan Jember, sebaiknya meningkatkan kerjasama dengan instansi lain seperti Kepolisian lalu- Lintas, Dinas Lalu-Lintas Angkutan Jalan

Selain itu, tanggung jawab juga akan diperluas melalui peningkatan kapabilitas sumber daya manusia dan pelatihan untuk menyiapkan pelayanan penuh pengelolaan dan operasi

Anak Usia Dini adalah anak dimana hampir sebagian besar waktunya digunakan untuk bermain dengan bermain itulah Anak UsiaDini tumbuh dan mengembangkan seluruh aspek yang

t tabel dapat disimpulkan H 0 ditolak atau H 1 menyatakan Model pembelajaran Jigsaw dan STAD berpengaruh terhadap hasil belajar IPA pada materi pencemaran

Berdasarkan hasil penelitian diatas telah mendorong peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan e-SPT dan e-Filling untuk mengetahui pengaruh