• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi)"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MAHASISWA KOMUNIKASI FISIP USU

TERHADAP PROSES KOMUNIKASI

DALAM BIMBINGAN SKRIPSI

SKRIPSI

Diajukan oleh: M. Fajar Khalil

100904021

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERSEPSI MAHASISWA KOMUNIKASI FISIP USU

TERHADAP PROSES KOMUNIKASI

DALAM BIMBINGAN SKRIPSI

(Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unuversitas Sumatera Utara

M. Fajar Khalil 100904021

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

Lembar Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : M. Fajar Khalil

Nim : 100904021

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU

Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi.

(Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi)

Medan, Mei 2014

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Dra. Dayana, M.Si Dra. Fatma Wardy Lubis, MA NIP. 196007281987032002 NIP. 196208281987012001

Dekan FISIP USU

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : M. Fajar Khalil

NIM : 100904021

Tanda Tangan :

(5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:

Nama : M. Fajar Khalil

NIM : 100904021

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : PERSEPSI MAHASISWA KOMUNIKASI FISIP USU

TERHADAP PROSES KOMUNIKASI DALAM BIMBINGAN SKRIPSI

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji :

Penguji :

Penguji Utama :

Ditetapkan di :

(6)

Abstrak

Penelitian ini berjudul tentang Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU terhadap proses komunikasi dalam bimbingan skripsi. Dengan memilih studi deskriptif kuatitatif, peneliti akan menggambarkan seperti apa proses komunikasi yang dilakukan mahasiswa dengan dosen pembimbing selama bimbingan berlangsung. Teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah: Komunikasi, Komunikasi Antarpribadi, Bimbingan dan Persepsi. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh mahasiswa Komunikasi FISIP USU yang masih aktif mengerjakan skripsi dan yang telah menyelesaikan Skripsi. Keseluruhan populasi diambil dari tahun pengajuan judul 2012 Januari dan dibatasi sampai dengan 2013 Juni. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, maka diperoleh sampel sebanyak 61 mahasiswa. Kemudian teknik penarikan sampel mengunakan Proposional nonprobability sampling dan sampel acak sederhana.

Teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan metode kuesioner (Field Research) dan metode kepustakaan (Library Research). Adapun teknik analisis datanya menggunakan analisis tabel tunggal, dengan penggunaan Statistical Product and System Solution (SPSS) 16. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi antara mahasiswa dan dosen pembimbing sudah cukup efektif karena sebagian besar mahasiswa menganggap proses komunikasi dalam bimbingan merupakan suatu hal yang penting. Dalam proses bimbingan skripsi mahasiswa sudah mendapatkan motivasi, pengetahuan dan arahan yang cukup baik dari dosen pembimbing. Berdasarkan hasil dari analisis dan pengamatan juga ditemukan persepsi mahasiswa yang cukup baik dalam memandang proses komunikasi dalam bimbingan. Namun, masih ditemukan sebagian kecil persepsi mahasiswa yang merasa tidak efektif ketika berkomunikasi dengan dosen pembimbing yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti sulitnya untuk berjumpa dengan dosen pembimbing, makna pesan dosen pembimbing yang terkadang sulit untuk dimengerti, makna pesan yang disampaikan dosen kurang informatif dan cenderung koersif, serta tidak adanya suasana setara dalam proses bimbingan.

Kata Kunci:

(7)

Abstract

This research entitled “Student Perceptions of Communication Faculty of social and political science University of North Sumatra in the communication process of Scription guidance”. By selecting a quantitative descriptive study, researchers will describe what kind of communication process between the student with guidance lecturer. Theories that are considered relevant to this study are: Communication, Interpersonal Communication, Guidance and Perception. The population is all students of Communications USU Faculty of Social which is still actively working on the Scription and the scription has been finished. The entire population was taken from the January 2012 filing title and limited to 2013 June. To determine the number of samples used Taro Yamane formula with a precision of 10% and a confidence level of 90%, then obtained a sample of 61 students. Then use proportional sampling technique nonprobability sampling and simple random sampling. data collection techniques, researchers used a questionnaire method (Field Research) and the methods of literature (Library Research). The data analysis technique using a single table analysis, with use of the Statistical Product and System Solution (SPSS) 16. Conclusion is that the process of communication between students and lecturers are already quite effective for most students consider the communication process in the guidance is an important thing . In the process of student thesis guidance've got motivation, knowledge and direction quite well from the supervisor. Based on the results of the analysis and observation also found a pretty good student perception of looking at the process of communication in the guidance. However, there is still a small proportion of students who are perceived to be ineffective when communicating with the supervisor caused by several factors such as the difficulty to meet with the supervisor, the supervisor is the meaning of the message is sometimes difficult to understand, the meaning of the message delivered lecturers tend to be less informative and coercive , and the absence of similar atmosphere in the guidance process.

Key words:

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat

rahmat dan syafa’atnya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada

waktunya. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyratan untuk mencapai

gelar Sarjana Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara, Medan. Adapun judul yang penulis angkat adalah “Persepsi

Mahasiswa Komunikasi FISIP terhadap proses komunikasi dalam bimbingan

skripsi”. Skripsi ini menggambarkan seperti apa proses komunikasi dalam

bimbingan antara mahasiswa dengan dosen pembimbing.

Dalam menyelesaikan skripsi ini banyak tantangan dan hambatan yang

dihadapi, tetapi itu semua dapat diatasi berkat motivasi dan bantuan dari berbagai

pihak yang terkait, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan secara efektif dan

efisien sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Pertama-tama saya akan mengucapkan sebesar-besarnya kepada kedua

orang tua saya, yakni Drs. Armia Yusuf, M.A dan Zulfitri. Terimakasih buat

keduanya yang selama ini telah mendukung, memberi nasehat, doa dan

pengorbanan yang diberikan kepada saya hingga sekarang.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini baik moril maupun materiil. Karena dalam

proses penyelesaian peneliti tidak hanya mengadalkan kemampuan individu. Oleh

sebab itu, di dalam kata pengantar ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada

yang terhormat:

1. Prof. Dr. Badaruddin, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

2. Dra. Fatma Wardy Lubis, MA selaku ketua Departemen Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bu Dra. Dayana, M.Si selaku Dosen Pembimbing Penelitian, terimakasih

(9)

pengetahuan yang telah banyak ibu berikan kepada saya selama dalam

membimbing peneliti. Semoga ibu selalu diberikan kesehatan.

4. Untuk Saudari-saudari kandung saya, Rizqia Maulida, S.psi , drg. Mutia

Ukhra, dan Nazli Aulia yang telah memberikan dukungan dan motivasi

dan semangat kepada saya.

5. Untuk sahabat-sahabat seperjuanganku : Kiki Agus Setiawan, S.ikom,

Melati Wanda Putri Samantha, Yani Tampubolon, Icha Hasibuan, Mishara

Khairunnisa, Indah maulidia yang telah membantu penulis di dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Untuk teman-teman Ilmu Komunikasi yang Senior dan khusunya untuk

teman-teman Stambuk 2010 yang selalu menjadi motivasi.

7. Untuk seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu penulisan

skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu- persatu, saya ucapkan terima

kasih banyak.

Penulis menyadari skripsi ini belum sempurna di saatu sisi karena

kesempurnaan hanya milik Allah SWT, oleh sebab itu besar harapan penulis

kepada semua pihak agar memberikan kritik dan saran yang konstruktif guna

menghasilkan sebuah karya ilmiah yang lebih baik dan sempurna, baik dari segi

materi maupun cara penulisannya di masa yang kan datang

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya,

semoga Allah SWT meridhoi kita semua. Dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi

pembaca dan perkembangan Ilmu Komunikasi di Sumatera Utara.

Medan, Mei 2014 Hormat Saya

(10)

DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ORISINALITAS

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

ABSTRAK………..i

2.1.4.1 Definisi berdasarkan pengembangan………. 13

2.1.3 Bimbingan……….……. 16

2.1.4 Persepsi……….………..…… 16

2.2 Kerangka Konsep………..……. 19

2.3 Variabel Penelitian……….……… 20

2.4 Definisi Operasional……….……. 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodelogi Penelitian……….……… 26

3.2 Populasi dan Sampel………..………..…….. 26

3.2.1 Populasi……….………...……….. 26

3.2.2 Sampel……….…………...………… 28

3.2.2.1 Teknik Penarikan Sampel……… 28

3.3 Teknik Pengumpulan data dan pengolahan data……….……… 31

3.3.1 Teknik pengumpulan data………... 31

3.3.2 Pengolahan data……….. 32

3.4 Teknik Analisis Data……….. 33

(11)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi penelitian….………..….. 34

4.1.1 Sejarah FISIP USU…..………... 34

4.1.1.1 Sejarah Perkembangan Departemen Ilmu Komunikasi…….36

4.1.1.2 Visi, Misi dan Sasaran Departemen Ilmu komunikasi….…38 4.1.1.3 Struktur Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU………39

4.2 Pelaksanaan dan pengumpulan data di lapangan……… 41

4.3 Teknik Pengolahan data………41

4.4 Analisis tabel tunggal...……….42

4.5 Pembahasan………...…72

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan………..77

5.2 Saran……….………...78

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Operasional Variabel…....………... 20

3.1 Populasi Mahasiswa..………... 27

3.2 Sampel Per-Dosen……… 29

4.1 Tabel pengelola departemen..……….. 40

4.2 Jenis kelamin Responden………….……… 43

4.3 Frekuensi melakukan bimbingan Skripsi....………. 43

4.4 Pentingnya arti bimbingan skripsi………...……… 44

4.5 Motivasi yang diberikan oleh dosen pembimbing bermanfaat dalam penyusunan skripsi………...………. 45 4.6 Pengetahuan yang diberikan oleh dosen pembimbing sangat berarti dalam penyusunan skripsi……… 46 4.7 Mengikuti setiap arahan yang diberikan oleh dosen pembimbing dalam pengerjaan skripsi……… 48 4.8 Melakukan semua perintah dosen pembimbing dalam pengerjaan skripsi……… 49 4.9 Dosen pembimbing membuka pembicaraan dalam bimbingan…...………. 50 4.10 Saya membuka pembicaraan dalam memulai bimbingan skripsi………... 51 4.11 Pesan yang disampaikan dosen pembibing bersifat informatif………. 52

4.12 Pesan yang disampaikan dosen pembimbing bersifat koersif………... 53

4.13 Pesan yang disampaikan dosen pembimbing bersifat persuasif………... 54 4.14 Bimbingan secara tatap muka……….. 55

4.15 Bimbingan via telepon atau media lain……… 56 4.16 Pesan yang disampaikan oleh dosen pembimbing mudah

dimengerti………

57

4.17 Saya mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh dosen pembimbing dengan baik……….

58

4.18 Makna pesan yang disampaikan dosen pembimbing selama bimbingan sangat jelas……….

59

4.19 Dosen pembimbing membantu mahasiswa dalam menghadapi kendala………

59

4.20 Dosen Pembimbing memberikan pengetahuan dan informasi yang cukup kepada anda……….

60

4.21 Dapat mendiskusikan semua kendala yang dihadapi secara terbuka dengan dosen pembimbing………..

61

4.22 Dosen pembimbing selalu bertanya mengenai kendala yang di hadapi………..

62

4.23 Mendiskusikan kendala yang bersifat akademis dengan dosen pembimbing………...

63

(13)

dosen pembimbing………. 4.25 Tidak ada kecanggungan saat berkomunikasi dengan dosen

pembimbing………..

65

4.26 Dosen pembimbing memahami kendala yang dihadapi……... 66 4.27 Dosen pembimbing memberikan semangat dan dorongan

dalam penyusunan skripsi………

67

4.28 Dosen pembimbing memberikan perhatian terhadap penyusunan skripsi yang dikerjakan………

68

4.29 Tidak adanya kecurigaan dalam proses komunikasi antara dosen dengan peneliti saat bimbingan………..

69

4.30 Saat berinteraksi dan berdikusi dengan dosen pembimbing merasa nyaman……….

69

4.31 Adanya kesetaraan dalam proses komunikasi………. 70 4.32 Dosen pembimbing menghargai perbedaan pandangan yang

terjadi selama bimbingan……….

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Skema Variabel penelitian……….. 19

(15)

Abstrak

Penelitian ini berjudul tentang Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU terhadap proses komunikasi dalam bimbingan skripsi. Dengan memilih studi deskriptif kuatitatif, peneliti akan menggambarkan seperti apa proses komunikasi yang dilakukan mahasiswa dengan dosen pembimbing selama bimbingan berlangsung. Teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah: Komunikasi, Komunikasi Antarpribadi, Bimbingan dan Persepsi. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh mahasiswa Komunikasi FISIP USU yang masih aktif mengerjakan skripsi dan yang telah menyelesaikan Skripsi. Keseluruhan populasi diambil dari tahun pengajuan judul 2012 Januari dan dibatasi sampai dengan 2013 Juni. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, maka diperoleh sampel sebanyak 61 mahasiswa. Kemudian teknik penarikan sampel mengunakan Proposional nonprobability sampling dan sampel acak sederhana.

Teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan metode kuesioner (Field Research) dan metode kepustakaan (Library Research). Adapun teknik analisis datanya menggunakan analisis tabel tunggal, dengan penggunaan Statistical Product and System Solution (SPSS) 16. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi antara mahasiswa dan dosen pembimbing sudah cukup efektif karena sebagian besar mahasiswa menganggap proses komunikasi dalam bimbingan merupakan suatu hal yang penting. Dalam proses bimbingan skripsi mahasiswa sudah mendapatkan motivasi, pengetahuan dan arahan yang cukup baik dari dosen pembimbing. Berdasarkan hasil dari analisis dan pengamatan juga ditemukan persepsi mahasiswa yang cukup baik dalam memandang proses komunikasi dalam bimbingan. Namun, masih ditemukan sebagian kecil persepsi mahasiswa yang merasa tidak efektif ketika berkomunikasi dengan dosen pembimbing yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti sulitnya untuk berjumpa dengan dosen pembimbing, makna pesan dosen pembimbing yang terkadang sulit untuk dimengerti, makna pesan yang disampaikan dosen kurang informatif dan cenderung koersif, serta tidak adanya suasana setara dalam proses bimbingan.

Kata Kunci:

(16)

Abstract

This research entitled “Student Perceptions of Communication Faculty of social and political science University of North Sumatra in the communication process of Scription guidance”. By selecting a quantitative descriptive study, researchers will describe what kind of communication process between the student with guidance lecturer. Theories that are considered relevant to this study are: Communication, Interpersonal Communication, Guidance and Perception. The population is all students of Communications USU Faculty of Social which is still actively working on the Scription and the scription has been finished. The entire population was taken from the January 2012 filing title and limited to 2013 June. To determine the number of samples used Taro Yamane formula with a precision of 10% and a confidence level of 90%, then obtained a sample of 61 students. Then use proportional sampling technique nonprobability sampling and simple random sampling. data collection techniques, researchers used a questionnaire method (Field Research) and the methods of literature (Library Research). The data analysis technique using a single table analysis, with use of the Statistical Product and System Solution (SPSS) 16. Conclusion is that the process of communication between students and lecturers are already quite effective for most students consider the communication process in the guidance is an important thing . In the process of student thesis guidance've got motivation, knowledge and direction quite well from the supervisor. Based on the results of the analysis and observation also found a pretty good student perception of looking at the process of communication in the guidance. However, there is still a small proportion of students who are perceived to be ineffective when communicating with the supervisor caused by several factors such as the difficulty to meet with the supervisor, the supervisor is the meaning of the message is sometimes difficult to understand, the meaning of the message delivered lecturers tend to be less informative and coercive , and the absence of similar atmosphere in the guidance process.

Key words:

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah.

Dewasa ini Perguruan Tinggi merupakan tempat berkumpulnya civitas

akademika dalam menempuh pendidikan sarjana. Perguruan Tinggi adalah

lembaga pendidikan yang diharapkan perannya memiliki pengaruh dalam

menghasilkan sarjana-sarjana yang berkualitas, sehingga untuk kedepannya

mampu mencerdaskan kehidupan bangsa yang nantinya akan bisa bersaing dengan

bangsa-bangsa lain.

Selain itu Perguruan Tinggi juga menjadi tempat yang memiliki peran

penting untuk membuat para civitas akademika menjadi agen perubahan yang

memiliki kualitas yang tinggi, bukan hanya sekedar menguasai materi-materi

perkuliahan, tetapi mampu menerapkan ilmu yang didapat selama perkuliahan di

kehidupan bermasyarakat serta bermanfaat untuk orang banyak.

Untuk menghasilkan suatu lulusan sarjana yang memiliki kualitas dan

integritas dapat dilihat dari hasil pendidikan selama perkuliahan yang telah

ditempuh. Ketika mahasiswa menjalani pendidikan di Perguruan Tinggi,

mahasiwa akan diberikan berbagai macam tugas dan tanggung jawab oleh dosen,

yang bertujuan untuk mengukur kemampuan mahasiswa, membentuk mental,

menguji, serta menilai bagaimana keterampilan dan kecekatan mahasiswa dalam

menyelesaikan tugas yang diberikan.

Menempuh pendidikan sarjana di Perguruan Tinggi, mahasiswa tingkat

akhir akan dihadapkan dengan sebuah tugas akhir, suatu karya ilmiah yang

disebut dengan skripsi. Seperti yang di ungkapkan Mahmudi (2013:43) Skripsi

merupakan jenis tulisan ilmiah yang disusun untuk kepentingan penyelesaian

studi pada jenjang starata satu atau sarjana. Maka dari itu skripsi yang telah dibuat

diharapkan nantinya akan berguna bagi perkembangan ilmu dan dapat

diimplementasikan di dalam kehidupan bermasyarakat.

Untuk menyelesaikan studi pada jenjang starata satu atau sarjana,

mahasiswa harus mengerjakan tugas skripsi tersebut dengan memperhatikan

(18)

pengerjaannya. Penulisan skripsi ini merupakan latihan bagi para calon sarjana

dalam membuat karya ilmiah berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

Hasil penelitian ini akan dituangkan kedalam bentuk laporan ilmiah berdasarkan

aturan-aturan yang telah berlaku dalam penulisan ilmiah.

Akan tetapi sangat disayangkan, ketika pengerjaan skripsi dianggap

sebagai beban oleh mahasiswa. Skripsi dipandang sebagai halangan besar yang

harus cepat segera dilalui untuk bisa maju dan segera mendapatkan gelar sarjana.

Terkadang proses menjadi tidak berharga, bahkan ada yang terlintas dibenak

mahasiswa untuk menggunakan cara paling praktis tanpa hambatan untuk sampai

ke bab akhir. Padahal skripsi merupakan dedikasi terbaik yang sudah seharusnya

dikerjakan oleh mahasiswa S1 sepenuh hati melibatkan kemampuan intelegensi

dan emosional mahasiswa, yang nantinya diharapkan hasil dari karya ilmiahnya

tersebut bermanfaat untuk orang banyak. Salah satu hal yang sangat berkaitan

dengan proses pengerjaan skripsi adalah sebuah bimbingan dari dosen

pembimbing skripsi.

Setiap mahasiswa yang mengerjakan skripsi akan dibimbing oleh seorang

dosen berdasarkan topik skripsi yang akan diajukan untuk dijadikan bahan

penelitian. Berdasarkan ungkapan Sunaryo Kartadinata (1998:3) bimbingan

sebagai proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal

(Syamsu, 2005: 6).

Bimbingan skripsi pada dasarnya adalah suatu proses didalam pengerjaan

skripsi. Bimbingan tersebut bertujuan agar mengarahkan mahasiswa untuk fokus

dengan judul penelitiannya, agar tidak bingung dengan latar belakang masalah,

teori-teori yang akan digunakan, metodologi penelitian yang dipakai,

mengumpulkan dan menganalisis data, mengerjakannya secara sistematis dan

terstruktur, serta menguji kecerdasan dan mental mahasiswa didalam penyelesaian

skripsi. Berhasil atau tidaknya penelitian tersebut adalah tanggung jawab dari

mahasiswa yang melakukan pengerjaan skrispi.

Dalam hal ini proses komunikasi dalam bimbingan skripsi berperan besar

didalam pengerjaan skripsi. Mahasiswa yang dibimbing oleh dosen pembimbing

skripsi tentunya ada keterkaitan dalam proses komunikasi dan interaksi diantara

(19)

dengan adanya masukan-masukan dari dosen pembimbing kepada mahasiswanya.

Selama pengerjaan skripsi tersebut, seorang dosen pembimbing akan

memperhatikan, mengarahkan, memberikan masukan teori-teori dan metodelogi

penelitian yang layak digunakan, sehingga keaslian dan kualitas dari skripsi itu

dapat di pertanggung jawabkan sebagai karya ilmiah.

Perhatian dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing kepada

mahasiswa tersebut dapat diperoleh mahasiswa melalui proses komunikasi yang

intensif antara mahasiswa dengan dosen pembimbing skripsi. Interaksi antara

dosen pembimbing dan mahasiswa memerlukan perananan komunikasi antar

pribadi.

Proses komunikasi antara dosen pembimbing dan mahasiswa di harapkan

dapat berlangsung efektif dan berjalan lancar. Namun sering kali ada beberapa

hambatan yang terkadang menjadi kendala dalam berkomunikasi dengan dosen

pembimbing skripsi.

Komunikasi mahasiswa dengan dosen harusnya berjalan dua arah,

sehingga memudahkan dalam proses komunikasi pada saat bimbingan skripsi.

Dalam proses bimbingan, pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri,

tetapi pembimbing berperan sebagai fasilitator. Sehingga serangkaian tahapan

kegiatan dalam bimbingan dapat berjalan sistematis dan berencana didalam

mencapai tujuan.

Bimbingan dari dosen diharapkan mampu mengurangi permasalahan

mahasiswa dalam proses pengerjaan skripsinya. Namun terkadang sebuah kondisi

dimana berkomunikasi menjadi sebuah persoalan yang mendasar. Harusnya

proses komunikasi berjalan dua arah, lebih bersifat informatif, responsif,

kooperatif, persuasif, dan memerlukan hasil seperti timbal balik didalam

bimbingan. Komunikasi yang tidak lancar disebabkan oleh beberapa hambatan.

Menurut A.W. Wijaya, Adapun hambatan-hambatan tersebut adalah kebisingan,

keadaan psikologis komunikan, kekurangan komunikator dan komunikan,

kesalahan penilaian oleh komunikator, kurangnya pengetahuan komunikator atau

komunikan, bahasa, dan isi pesan berlebihan, bersifat satu arah, faktor teknis,

(20)

Mengerjakan sebuah skripsi terkadang membuat kebanyakan mahasiswa

menjadi takut, stress, dan bahkan frustasi. Padahal mahasiswa adalah people educated yang nantinya akan berhadapan dengan dunia luar yang memiliki banyak persoalan. Mahasiswa akan berkomunikasi dengan orang-orang yang

bahkan belum pernah ditemui di dunia kampus. Untuk itu proses komunikasi

dalam setiap interaksi harus bisa dijalankan seefektif mungkin di mana saja dan

kapan saja.

Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian berfokus kepada

mahasiswa Jursusan Komunikasi FISIP USU yang sedang melakukan bimbingan

skripsi dan yang telah menyelesaikan tugas akhir skripsi. Pemilihan tempat lokasi

penelitian berfokus kepada mahasiswa jurusan Komunikasi FISIP USU

dikarenakan, sebagai mahasiswa jurusan komunikasi tentunya memiliki nilai yang

lebih didalam berinteraksi satu sama lain.

Karena ketika berada di bangku perkuliahan, mahasiswa komunikasi

belajar mengenai cara berkomunikasi yang efektif dan efisien. Dari segi keilmuan,

jurusan komunikasi mengajarkan tentang ilmu komunikasi kepada mahasiswanya

mengenai konsep dasar komunikasi, unsur-unsur komunikasi, tataran komunikasi

dan hakikat komunikasi yang efektif dan lain-lain.

Hal inilah yang menjadikan mahasiswa komunikasi memiliki pemahaman

yang lebih dalam dibanding jurusan-jurusan yang lain. Penelitian ini diharapkan

dapat membantu dalam memperoleh pengetahuan mengenai proses komunikasi

mahasiswa dalam bimbingan skripsi.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dari itu peneliti

merasa tertarik dan mencoba melakukan penelitian mengenai, “Persepsi

Mahasiswa Komunikasi FISIP USU terhadap proses komunikasi dalam

Bimbingan skripsi.”

1.2. Perumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, peneliti

merumuskan masalah yang akan diteliti adalah “Bagaimana Persepsi Mahasiswa

(21)

1.3. Pembatasan Masalah.

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang luas, maka peneliti

memberikan pembatasan masalah dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Penelitian menggunakan studi deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

2. Sampel penelitian dibatasi pada mahasiswa S1 Komunikasi FISIP USU

regular yang sedang dalam proses bimbingan skripsi dan yang telah

menyelesaikan skripsi.

3. Penelitian berfokus untuk mengetahui bagaimana persepsi Mahasiswa

Komunikasi FISIP USU terhadap proses komunikasi dalam bimbingan

skripsi.

4. Waktu penelitian dimulai dari bulan maret sampai dengan bulan 20 april 2014

1.4. Tujuan Penelitian.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan bagaimana proses komunikasi di dalam bimbingan

skripsi antara mahasiswa dan dosen.

2. Untuk mengetahui persepsi Mahasiswa FISIP USU terhadap proses

komunikasi di dalam bimbingan skripsi.

1.5. Manfaat Penelitian.

Berdasarkan tujuan penelitiannya, maka manfaat dari penelitian ini secara

Akademis, Teoritis dan Praktis.

1. Manfaat penelitian secara akademis, yaitu:

Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

keanekaragaman wacana penelitian di Departemen Ilmu komunikasi FISIP

USU dan diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

pembacanya.

2. Manfaat penelitian secara teoritis, yaitu:

Penelitian diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dan wawasan bagi

peneliti, mahasiswa, serta masyarakat luas mengenai proses komunikasi di

(22)

3. Manfaat penelitian secara Praktis, yaitu:

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan

sumbangan dan masukan bagi mahasiswa dan dosen Departemen Ilmu

Komunikasi FISIP USU, dalam memahami proses komunikasi dalam

(23)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1Kerangka Teori.

Dalam suatu penelitian teori memiliki peran sebagai pendorong pemecahan

masalah. Setiap penelitian sosial memerlukan teori, karena salah satu unsur yang

paling besar peranannya dalam penelitian adalah teori (Singarimbun, 1995:37).

Adapun teori yang relevan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.1.1 Komunikasi

Secara epistemologi istilah kata komunikasi atau dalam bahasa inggris

communication berasal dari bahasa latin yakni communicatio dari bersumber kata communis yang berarti “sama”. Sama dalam arti kata ini bisa di interpretasikan

dengan pemaknaannya adalah sama makna. Jadi secara sederhana dalam proses

komunikasi yang terjadi adalah bermuara pada usaha untuk mendapatkan

kesamaan makna atau pemahaman pada subjek yang melakukan proses

komunikasi tersebut (Amir, dkk, 2010:1).

Komunikasi adalah merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan

berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam

kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat kerja, di pasar, dalam

masyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan

terlibat dalam komunikasi. (Muhammad, 2009:1).

Ruben dan Stewart, 1998 dalam buku Alo liliweri Komunikasi serba ada

serba makna 35:2011, Komunikasi merupakan proses yang menjadi dasar pertama

memahami hakikat manusia, dikatakan sebagai proses karena ada aktifitas yang

melibatkan peranan banyak elemen atau tahapan yang meskipun terpisah-pisah,

namun semua tahapan ini saling terkait sepanjang waktu. Contoh, dalam suatu

percakapan yang sederhana saja selalu ada langkah seperti penciptaan pesan,

pengiriman, penerimaan, dan interpretasi terhadap pesan.

Menurut Harjana (2003) komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima

dan di mengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, kemudian pesan di

(24)

hambatan untuk hal itu (Daryanto, 2013: 165). Sedangkan menurut Berelson dan

Steiner (1964) komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,

keahlian dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata

gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain (Amir, dkk, 2010:32).

Dengan demikian definisi komunikasi mendapat penekanan yang

berbeda-beda antara satu sama lain, dan perberbeda-bedaan tersebut pada umumnya

dilatarbelakangi oleh sudut pandang keilmuan para ahli yang mendefinisikannya.

2.1.1.1 Model Harold Lasswell

Model Lasswell dapat dikatakan sebagai model teoretis pertama dan model

yang paling sederhana karena ketika merancang model ini laswell sangat

dipengaruhi oleh pemikirannya tentang The Structure and function of communication in Society (Liliweri, 2011: 107).

Model Lasswell ini berisi 5 Unsur:

1. Who (Siapa)

Sumber/Komunikator adalah Pelaku utama/pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi, bisa seorang individu, kelompok, organisasi, dlsb.

2. Says what (berkata apa/pesan)

Apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan kepada penerima (komunikan), dari sumber (komunikator) atau isi informasi. Merupakan seperangkat simbol verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan/maksud. Bentuk pesan bisa bersifat informatif,persuasif,dan koersif.

3. In which channel (melalui saluran apa)

Wahana/alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima) baik secara langsung (tatap muka), maupun tidak langsung (melalui media), dll.

4. To whom (kepada siapa)

Orang/kelompok/organisasi yang menerima pesan dari sumber. Disebut tujuan (destination), pendengar (listener), khalayak (audience).

5. With what effect (dengan efek apa)

Dampak/efek adalah sesuatu hal yang terjadi pada komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari sumber, seperti bertambahnya wawasan dan pengetahuan.

Sebagai model dasar yang sangat awal proses ini tampak lebih

menyederhanakan permasalahan dalam komunikasi. Seolah-olah apa yang

diinginkan oleh komunikator dipastikan sampai kepada komunikan dan akan

(25)

merupakan titik awal munculnya beberapa konsep penelitian khususnya dalam

bidang komunikasi massa. Bidang-bidang penelitian tersebut adalah penelitian

tentang siapa (komunikator) yang disebut control studies, berkata apa (pesan) menjadi subjek analisis isi pesan atau informasi, melalui saluran apa (media)

disebut analisis media; kepada siapa (komunikan) yakni analisis audience

(penerima); dengan efek apa (efek) adalah analisis efek, pengaruh atau dampak

(Amir,dkk, 2010:48).

Lasswell mengemukakan studi ini dalam konteks komunikasi massa

namun pola semacam ini juga sering digunakan sebagai referensi atau model dasar

dalam menganalisis komunikasi antar pribadi maupun komunikasi kelompok.

Pada model komunikasi tersebut komunikan tidak memberikan umpan balik

apapun termasuk penjelasannya, pembelaan diri, pembenaran, laporan dan

lain-lain selain-lain hanya menjamin penyampaian pesan (Amir,dkk, 2010:48).

2.1.1.2 Arus Komunikasi. A. Komunikasi satu arah

Model ini menekankan bagaimana mengatur suatu “pesan” sehingga layak

diterima dan dipahami oleh penerima. Model ini sangat peduli terhadap self-action treats communication yang mengatakan bahwa pesan itu berterima hanya jika pengirim dapat memanipulasi penerima, dan manipulasi itu hanya dapat dilakukan

melalui manipulasi pesan. Para ahli komunikasi mengatakan bahwa model ini very message centrered (Liliweri, 2011:79).

B. Komunikasi Dua arah

Model ini mengemukakan bahwa pada dasarnya peranan penerima sama

dengan peranan komunikator, dan peranan itu terlihat ketika dia memberikan

umpan balik pesan kepada pengirim. Model yang disebut “model dua arah” ini

sangat bermanfaat bagi pengirim dan penerima mendiskusikan pesan-pesan yang

dikirimkan dalam suatu proses komunikasi. Fokus model ini diletakan pada

penerima.

(26)

Sifat komunikasi meliputi komunikasi verbal dan non-verbal. Tatanan

komunikasi meliputi intrapribadi, antarpribadi, kelompok massa, dan media.

Tujuan komunikasi bisa terdiri dari soal mengubah sikap, opini, perilaku,

masyarakat, dan lainnya. Sementara itu, fungsi komunikasi adalah

menginformasikan, mendidik dan mempengaruhi. Teknik komunikasi terdiri dari

komunikasi informatif, persuasif, koersif, instruktif, dan hubungan manusia

(Mufid, 2012: 84).

Adapun tujuan umum komunikasi, menurut Stanton (1982) dalam buku Alo

Liliweri 2011, mengatakan bahwa sekurang-kurangnya ada lima tujuan

komunikasi manusia (DeVito, 2001) yaitu:

1. Mempengaruhi orang lain.

2. Membangun atau mengelola relasi antarpersonal.

3. Menemukan perbedaan jenis pengetahuan.

4. Membantu orang lain.

5. Bermain atau bergurau.

Di luar tujuan umum komunikasi ini maka komunikasi bertumbuh dari

motivasi untuk menghasilkan sesuatu yang diharapkan dari komunikasi. Artinya,

Tujuan komunikasi perlu memerhatikan rencana komunikasi untuk berinteraksi

ataukah komunikasi dapat dijalankan secara alamiah saja. Dengan kata lain,

tujuan komunikasi sedapat mungkin memperhatikan elemen-elemen utama

komunikasi, (Liliweri, 2011:128) yaitu:

1. Pengirim adalah orang yang mengirim pesan (encoder)

2. Penerima adalah orang yang mengiterpretasikan pesan (decoder)

3. Saluran adalah metode bagi seseorang untuk mengoptimalisasikan daya

guna sehingga kita dapat mengirimkan sebuah pesan secara verbal,

non-verbal, atau termediasi.

4. Pesan adalah informasi yang sudah distimulasikan itu dikirim oleh

pengirim ke dalam alam pikiran penerima.

5. Umpan balik adalah respons yang diberikan penerima kepada pengirim.

6. Lingkungan adalah dunia fisik dan non fisik sebagai tempat terjadinya

(27)

7. Gangguan adalah sesuatu dari luar yang hanya dapat terlihat dan terasa

dalam peristiwa komunikasi.

Adapun Fungsi-Fungsi dasar komunikasi dalam buku Alo Liliweri (2011:136)

adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan dan pengajaran

Fungsi Pendidikan dan pengajaran sebenarnya sudah dikenal sejak awal kehidupan manusia, kedua fungsi ini dimulai dari dalam rumah, misalnya pendidikan nilai dan norma budaya, budi pekerti, dan sopan santun (fungsi pengajaran) oleh orang tua dan anggota keluarga lain. Pendidikan dan pengajaran dilaksanakan melalui pendidikan formal disekolah dan pendidikan informal/nonformal dalam masyarakat. Komunikasi menjadi sarana penyediaan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan untuk memperlancar peranan manusia dan memberikan peluang bagi orang lain untuk berpartisiasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Informasi

Kualitas kehidupan seseorangakan menjadi miskin apabila tanpa informasi. Setiap orang dan sekelompok orang membutuhkan informasi untuk meningkatkan kualitas hidup mereka, informasi ini dapat diperoleh dari komunikasi lisan dan tertulis melalui komunikasi antarpersonal, kelompok , organisasi, dan komunikasi melalui media massa. Mereka yang memiliki kekayaan informasi akan menjadi tempat bertanya bagi orang lain disekitarnya.

3. Hiburan

Untuk memecahkan masalah dalam kehidupan yang rutin, maka manusia harus mengalihkan perhatiannya dari situasi stress ke situasi yang lebih santai dan menyenangkan. Hiburan merupakan salah satu kebutuhan pentingnya bagi semua orang. Komunikasi menyediakan hiburan yang tiada habis-habisnya misalnya melalui film, televisi, radio, drama, literatur, komedi dan permainan.

4. Diskusi

Kehidupan kita penuh dengan berbagai pandangan dan pendapat yang berbeda-beda, untuk menyatukan perbedaan itu dibutuhkan debat dan diskusi antarpersonal maupun dalam kelompok. Melalui diskusi dan debat akan di temukan kesatuan pendapat sambil tetap menghargai perbedaan yang dimiliki orang lain. Komunikasi merupakan sarana yang baik bagi penyaluran bakat untuk berdebat dab berdiskusi tentang gagasan baru yang lebih kreatif dalam membagun kehidupan bersama.

5. Persuasi

Persuasi mendorong kita untuk terus berkomunukasi dalam rangka penyatuan pandangan yang berbeda dalam rangka pembuatan keputusan personal maupun kelompok atau organisasi. Komunikasi memungkinkan para pengirim pesan bertindak sebagai seorang persuader terhadap penerima pesan yang diharapkan akan berubah pikiran dan perilakunya.

6. Promosi kebudayaan

(28)

masyarakat. Komunikasi membuat manusia dapat menyampaikan dan menumbuh kembangkan kreativitasnya dalam rangka pengembangan kebudayaan.

7. Integrasi

Melalui komunikasi, maka sejumlah orang yang melintasi ruang dan waktu dimuka bumi ini dapat diintegrasikan, artinya dengan komunikasi makin banyak orang saling mengenal dan mengetahui keadaan masing-masing. Suatu bangsa yang besar dapat di intergrasikan melalui komunikasi, misalnya komunikasi media massa.

2.1.2. Komunikasi Antar Pribadi

Dalam buku Devito komunikasi antarmanusia 252:2011, para ahli teori

komunikasi mendefinisikan komunikasi antarpribadi secara berbeda-beda

(Boncher,1978: cappella, 1987,Miller,1990). Di sini kita membahas tiga

pendekatan utama.

2.1.2.1 Definisi Berdasarkan komponen

Definisi berdasarkan komponen menjelaskan komunikasi antarpribadi

dengan mengamati komponen-komponen utamanya, dalam hal ini penyampaian

pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok

kecil orang, dengan berbagai dampak dan dengan peluang untuk memberikan

umpan balik segera.

2.1.2.2 Definisi bersadarkan hubungan Diadik

Dalam definisi berdasarkan hubungan, kita mendefinisikan komunikasi

antarpribadi sebagai komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang

mempunyai hubungan yang mantap dan jelas. Jadi, misalnya komunikasi antar

pribadi meliputi komunikasi yang terjadi antara pramuniaga dan pelanggan, anak

dan ayah, dua orang dalam suatu wawancara, dan sebagainya. Dengan definisi ini

hampir tidak mungkin ada komunikasi diadik (dua orang) yang bukan komunikasi

antarpribadi. Tidaklah mengherankan, definisi ini juga disebut sebagai definisi

diadik. Hampir tidak terhindarkan, selalu ada hubungan tertentu antara dua orang.

Bahkan seorang asing di sebuah kota yang menanyakan arah jalan ke seorang

penduduk mempunyai hubungan yang jelas dengan penduduk itu segera setelah

(29)

juga sekelompok kecil orang. Seperti anggota keluarga atau kelompok-kelompok

yang terdiri atas tiga atau empat orang.

2.1.2.3 Definisi berdasakan pengembangan

Dalam pendekatan pengembangan, komunikasi antarpribadi dilihat sebagai

akhir dari perkembangan dari komunikasi yang bersifat tak-pribadi pada satu

ekstrem menjadi komunikasi pribadi atau intim pada esktrem yang lain.

Perkembangan ini mengisyaratkan atau mendefinisikan pengembangan

komunikasi antarpribadi. Penulis disini mengikuti analisis pakar komunikasi

Gerald Miller (1978). Komunikasi antarpribadi ditandai oleh, dan dibedakan dari,

komunikasi tak-pribadi berdasarkan sedikitnya tiga faktor.

Komunikasi antarpribadi dapat terjadi dalam konteks satu komunikator

dengan satu komunikan (komunikasi diadik: dua orang) atau satu komunikator

dengan dua komunikan (komunikasi triadic: tiga orang). Lebih dari tiga biasanya

dianggap komunikasi kelompok (Daryanto,2013: 35). Sedangkan menurut

Kathleen S. Verderber et al. (2007), komunikasi antarpribadi merupakan proses melalui mana orang menciptakan dan mengelola hubungan mereka, melaksanakan

tanggung jawab secara timbal balik dalam menciptakan makna (Budyatna, 2011:

14)

Komunikasi antarpribadi dapat berlangsung secara tatap muka atau

menggunakan media komunikasi antarpribadi (non-media massa), seperti telepon.

Dalam komunikasi antarpribadi, komunikator relatif cukup mengenal komunikan,

dan sebaliknya. Pesan dikirim dan diterima dengan segera . dalam tataran

antarpribadi, komunikasi berlangsung sirkuler, peran komunikasi dan komunikan

terus dipertukarkan. Karena itu, dikatakan bahwa kedudukan kedudukan

komunikator dan komunikan relatif setara. Proses ini lazim disebut dialog.

Walaupun demikian, dalam konteks tertentu dapat juga terjadi monolog,hanya

satu pihak yang mendominasi percakapan. Efek komunikasi antarpribadi paling

kuat di antara tataran komunikasi lainnya. Dalam komunikasi antarpribadi,

komunikator dapat mempengaruhi langsung tingkah laku (efek kognitif) dari

komunikannya, memanfaatkan pesan verbal-non verbal, serta segera mengubah

(30)

menyesuaikan pesan-pesannya apabila didapat umpan balik negatif ( Daryanto,

2013: 35).

Dalam buku Komunukasi antarpribadi Liliweri (1991:13), Menurut Josep

A. Devito, ciri-ciri komunikasi antarpribadi yang efektif adalah keterbukaan

(openness), empati (empathy), dukungan (supportiveness), rasa positif (positiveness), kesetaraan (equality).

1. Keterbukaan (openness)

Kualitas Keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi

antarpribadi. Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka

kepada orang yang diajaknya berinteraksi. ini tidaklah berarti bahwa orang harus

dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Memang ini mungkin

menarik, tetapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada

kesediaan untuk membuka diri-mengungkapkan informasi yang biasanya

disembunyikan, asalkan pengungkapan-diri ini patut.

Aspek keterbukaan kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk

bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak

kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan percakapan yang

menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita

ucapkan, dan kita berhak mengaharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk dari

pada ketidakacuhan-bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita

memperihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang

lain.

Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (bochner &

Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan

yang anda lontarkan adalah memang “milik” anda dan anda bertanggung jawab

atasnya (DeVito, 2011:286).

a. Empati (Empathy)

Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai “kemampuan seseorang untuk “mengetahui” apa yang sedang dialami orang lain pada suatu tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu (DeVito, 2011:286).

(31)

menyesuaikan komunikasinya. Anda dapat, misalnya menyesuaikan apa yang anda katakan atau bagaimana anda mengatakannya (DeVito, 2011:287).

b. Dukungan (Supportiveness)

Hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (Supportiveness) suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung (DeVito, 2011:288).

c. Sikap positif (Positiveness)

Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikasi antarpribadi terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Orang yang merasa negatif terhadap diri sendiri selalu mengkomunikasikan mengisyaratkan perasaan ini kepada orang lain, yang selanjutnya barangkali akan mengembangkan perasaan negatif yang sama. Sebaliknya, orang yang merasa positif terhadap diri sendiri mengisyaratkan perasaan ini kepada orang lain, yang selanjutnya juga akan merefleksikan perasaan positif ini.

Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih tidak menyenangkan dari pada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak beraksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi. Reaksi negatif terhadap situasi ini (“saya tidak sabar lagi untuk enyah dari tempat ini”) membuat orang merasa mengganggu, dan komunikasi dengan segera akan terputus (DeVito, 2011:290).

d. Kesetaraan (Equality)

Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada individu lain.

(32)

2.1.3 Bimbingan

Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan “counseling” dalam bahasa inggris. Secara harfiyah istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti: (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer). (Syamsu, 2005:5).

Shertzer dan Stone (1971:40) mengartikan bimbingan sebagai “…proses of helping and individual to understand himself and his world (proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya.”

(Syamsu, 2005:5).

Menurut Sunaryo kartadinata (1998:3) mengartikan sebagai proses

membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal” (Syamsu, 2005: 6).

Sementara Rochman Natawidjaja (1987:37) mengartikan bimbingan sebagai suatu

proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara

berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga

dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan

tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan menikmati

kehidupan pada umumnya. Dengan demikian dia akan dapat menikmati

kebahagiaan hidupnya, dan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada

kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai

perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial. (Syamsu, 2005:5).

2.1.4 Persepsi

Menurut pendapat Muhadjir, Ekspresi mengenal orang lain merupakan

studi awal tentang persepsi. Darwin mendorong munculnya permasalahan persepsi

dengan pertanyaan, “Apa ciri-ciri keputusan yang baik tentang orang lain?”

(Sobur, 2003:445).

Secara Etimologis, persepsi atau dalam bahasa inggris perception berasal dari bahasa latin perceptio dari percipere yang artinya menerima atau mengambil. Persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau

pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu

(33)

menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita. Yusuf

(1991: 108) menyebut persepsi sebagai “pemaknaan hasil pengamatan”. Gulo

(1982:207) mendefinisikan persepsi sebagai proses seseorang menjadi sadar akan

segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indra-indra yang dimilikinya.

Rakhmat (1994:51) menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang

objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan. Bagi Atkinson, persepsi adalah proses saat kita

mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan. Menurut

verbeek (1978), persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu fungsi yang manusia

secara langsung dapat mengenal dunia rill yang fisik. Brouwer (1983:21)

menyatakan bahwa persepsi (pengamatan) ialah suatu replika dari benda diluar

manusia yang intrapsikis, dibentuk berdasar ransangan-ransangan dari objek,

pareek (1996:13) memberikan definisi yang lebih luas ihwal persepsi ini;

dikatakan “persepsi dapat didefinisikan sebagai proses menerima, menyeleksi,

mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada

ransangan pancaindra atau data.” (Sobur, 2003:445-446).

Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih,

mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses

tersebut mempengaruhi prilaku kita (Mulyana, 2005:167). Persepsi merupakan

proses dimana individu memlilih, mengorganisasi, dan menginterpretasikan apa

yang dibayang tentang dunia di sekelilingnya. Jadi dengan mempersepsi setiap

individu memandang dunia berkaitan dengan apa yang dia butuhkan, apa yang dia

nilai, apakah sesuai dengan keyakinan dan budayanya. Semua kebutuhan yang

ingin dipenuhi ini membuat persepsi individu menjalani suatu proses personal

yang rumit, karena apa yang dia persepsikan itu sangat tergantung dari sejauh

mana pengaruh beragam faktor pembentuk persepsi, antara lain masa lalu

individu. Pengalaman masa lalu tersebut rupanya telah membekas lalu

membentuknya untuk memandang sesuatu, memandang seseorang atau suatu

peristiwa dengan cara-cara tertentu. Karena itu, setiap individu dapat melihat

suatu objek yang sama namun dengan cara yang berbeda. (Liliweri, 2011: 153)

Persepsi setiap orang juga berbeda-beda sesuai dengan makna yang dia

(34)

untuk dicatat bahwa semua manusia tidak dapat mengelak persepsi yang

mempengaruhi komunikasi. Jika seorang pengirim membagi informasi dengan

maksud tertentu kepada penerima, maka suka atau tidak suka penerima akan

menerima informasi yang dimaksudkan pengirim. (Liliweri, 2011: 153)

Persepsi bersifat kompleks. Tidak ada hubungan satu lawan satu antara

pesan yang terjadi “diluar sana” dengan pesan yang akhirnya memasuki otak kita.

Apa yang terjadi di dunia luar dapat sangat berbeda dengan apa yang mencapai

otak kita. Mempelajari bagaimana dan mengapa pesan-pesan ini berbeda, sangat

penting untuk memahami komunikasi. (Daryanto, 2013: 211)

Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa persepsi

merupakan suatu hal yang penting yang di alami oleh setiap orang. Setiap orang

yang menerima informasi ataupun segala rangsangan tersebut kemudian akan

diolah dan selanjutnya diproses. dijelaskan bahwa dalam persepsi terdapat 3

komponen utama, yaitu (Sobur, 2003:446):

1.Seleksi, adalah proses penyaringan indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2.Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi di pengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang di anut, motivasi kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkatagorian informasi yang di terimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.

(35)

2.2 Kerangka Konsep.

Kerangka Konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis

dalam memperkirakan kemugkinan hasil penelitian yang dicapai serta perumusan

kerangka konsep merupakan bahan yang dicapai serta perumusan kerangka

konsep merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis

penelitian (Nawawi, 1995:40).

Di dalam penelitian kuantitatif, menjelaskan suatu konsep penelitian

merupakan hal yang penting, karena konsep penelitian ini merupakan kerangka

acuan peneliti di dalam mendesain sebuah instrument penelitian (Bungin, 2011 ;

67). Di dalam penelitian ilmiah konsep harus memiliki kriteria yang tepat dalam

menjelaskan variabel penelitian. Konsep yang bermanfaat adalah konsep yang

dibentuk menjadi keterangan dan menyatakan sebab akibat, yaitu konsep dibentuk

dengan kebutuhan untuk menguji hipotesis dan penyusunan teori yang masuk

akal, karena konsep dibentuk hanya untuk diuji regulasinya (Bungin, 2013 : 75).

Adapun konsep yang dijelaskan dalam penelitian ini yaitu persepsi

mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU terhadap proses komunikasi di

dalam bimbingan skripsi.

Gambar 2.1

Skema variabel penelitian :

Persepsi Mahasiwa Jurusan Ilmu Komunikasi

Fisip USU

(36)

2.3 Variabel Penelitian.

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah disusun, maka

dibuatlah suatu operasional variabel agar dapat membentuk kesesuaian dan

kesamaan dalam penelitian.

Tabel 2.1

Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional

1. Persepsi

3. In which channel (melalui saluran apa)

4. To whom (kepada siapa)

5. With what effect (dengan efek apa)

2. Komunikasi antarpribadi yang efektif.

a. Keterbukaan (Openness) b. Empati (Empathy)

c. Dukungan (Supportiveness) d. Rasa Positif (Positiveness) e. Kesamaan (Equality)

(37)

2.4 Definisi Operasional.

Definisi Variabel operasional bukanlah definisi konsep yang diajukan para

ahli, tetapi sudah merupakan definisi yang lebih operasional tentang variabel itu

sendiri, dan tentu saja bagaimana mengukur variabel itu. (Idrus, 2009: 81)

Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU.

Komponen Utama Persepsi:

1. Seleksi, adalah proses penyaringan indera terhadap rangsangan dari luar,

intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. Dalam definisi operasional

ini dijabarkan dalam intensitas/frekuensi melakukan bimbingan skripsi.

Skala: Likert

Indikator: Sangat Tidak Sering

Tidak Sering

Biasa saja

Sering

Sangat sering

2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai

arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti

pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi kepribadian, dan

kecerdasan.

Skala: Likert

Indikator: Sangat Tidak Penting

Tidak Penting

Biasa saja

Penting

Sangat Penting

3. Reaksi, yaitu sesuatu hal dalam bentuk tindakan atas apa yang telah diterima.

Skala: Likert

Indikator: Sangat Tidak Setuju

(38)

Biasa saja

Setuju

Sangat Setuju

Proses Komunikasi dalam Bimbingan Skripsi

5 Unsur:

1. Who (Siapa) adalah pelaku atau tokoh utama/pihak yang memulai suatu komunikasi dan menjadi sumber untuk menyampaikan pesan atau informasi.

Skala: Likert

Indikator: Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Biasa saja

setuju

Sangat setuju

2. Says what (berkata apa) adalah isi pesan yang disampaikan dari komunikator ke komunikan, bentuk pesan dapat bersifat informatif, persuasif, dan koersif.

Skala: Likert

Indikator: Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Biasa saja

setuju

Sangat setuju

3. In which channel (melalui saluran apa) merupakan sarana atau alat yang digunakan dalam menyampaikan pesan dari komunikator (sumber) ke

komunikan (penerima), baik secara langsung atau tatap muka, maupun tidak

langsung (dengan menggunakan Alat elektronik atau media komunikasi

lainnya)

Skala: Likert

Indikator: Sangat Tidak Sering

(39)

Biasa saja

Sering

Sangat Sangat Sering

4. To whom (kepada siapa) adalah si penerima pesan atau komunikan yang menerima pesan dari sumber (komunikator). Apakah pesan itu jelas dan

mudah dimengerti oleh si penerima pesan.

Skala: Likert

Indikator: Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Biasa saja

setuju

Sangat setuju

5. With what effect (dengan efek apa) adalah dampak efek yang terjadi pada komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari sumber. Seperti

penambahan wawasan, pengetahuan,dll.

Skala: Likert

Indikator: Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Biasa saja

setuju

Sangat setuju

Komunikasi antarpribadi yang efektif.

a. Keterbukaan (Openness)

Adalah adalah suatu sikap terbuka dari seseorang dalam beraktifitas, mau

menjelaskan apa yang terjadi serta mau menerima pendapat, dan kritik dari

orang lain.

Skala: Likert

Indikator: Sangat Tidak Setuju

(40)

Biasa saja

setuju

Sangat setuju

b. Empati (Empathy)

Adalah situasi yang dimana seseorang mampu mengetahui dan bisa

merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

Skala: Likert

Indikator: Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Biasa saja

setuju

Sangat setuju

c. Dukungan (Supportiveness)

Seperti Perhatian dan dukungan dosen pembimbing terhadap mahasiswa

bimbingannya, memberikan nasihat, semangat dan bantuan dalam mecahkan

masalah-masalah yang dihadapi selama proses bimbingan.

Skala: Likert

Indikator: Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Biasa saja

setuju

Sangat setuju

d. Rasa Positif (Positiveness)

Adalah suatu perasaan dan pikiran yang positif dalam berkomunikasi dengan

diri sendiri maupun orang lain, yang telah terjalin dengan baik dalam

bimbingan.

Skala: Likert

Indikator: Sangat Tidak Setuju

(41)

Biasa saja

setuju

Sangat setuju

e. Kesamaan/Kesetaraan (Equality)

Bimbingan akan lebih efektif bila suasananya setara. Sikap yang tidak

mempertegas perbedaan status, tetapi tetap menghormati

perbedaan-perbedaan pandangan antara dosen dan mahasiswa dalam bimbingan.

Skala: Likert

Indikator: Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Biasa saja

setuju

Sangat setuju

Karakteristik Responden:

Skala: Nominal

Indikator: Jenis kelamin:

1. Laki-laki

(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian

Metode pada dasarnya adalah untuk mencapai tujuan. Menurut Nawawi

(1995:75) tujuan penelitian ini sebenarnya adalah untuk memecahkan masalah,

maka langkah-langkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah

dirumuskan. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif dengan studi deskriptif. Dimana peneliti akan menggambarkan seperti

apa keadaan objek penelitian.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan (Universium) dari objek penelitian yang

dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa,

sikap hidup dan sebagainya sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data

penelitian (Bungin, 2013: 101).

Berdasarkan definisi diatas, dalam penelitian ini populasi yang dipilih

sebagai objek penelitian adalah Mahasiswa Komunikasi FISIP USU yang sedang

aktif dalam menyelesaikan skripsi dan yang telah menyelesaikan tugas akhir

skripsi. Objek penelitian diambil berdasarkan data periode pengajuan judul yang

di mulai pada Januari 2012 sampai dengan Juni 2013. Dengan alasan, mahasiswa

pada periode tersebut sudah melalui tahap seminar dan melakukan bimbingan

lebih dari lima kali. Periode tersebut dianggap relevan untuk dijadikan objek

penelitian karena sudah memiliki gambaran dan pengalaman dalam bimbingan,

(43)

Tabel 3.1

Jumlah Populasi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU yang sedang aktif dan yang

telah menyelesaikan dalam bimbingan skripsi periode Januari 2012 sampai

dengan Juni 2013

No.

Dosen Pembimbing

Populasi Mahasiswa

1 Drs. Danan Djaja, M.A 4

2 Dra.Rusni, M.A 6

3 Drs. Mukti Sitompul, M.Si 7

4 Drs.Humaizi, M.A 7

5 Prof.DR.Suwardi Lubis, M.A 5

6 Dra. Nurbani, M.Si 9

7 Dra.Fatma Wardy Lubis, M.A 4

8 Drs.Amir Purba, M.A 7

9 Drs. Safrin, M.Si 12

10 Dra.Dayana, M.Si 10

11 Dra.Mazdalifah, M.Si 9

12 Dra.Dewi Kurniawati, M.Si 10

13 Dra.Lusiana A. Lubis, M.A 7

14 DR.Iskandar Zulkarnain, M.Si 10

15 DR.Inon Beydha, M.Si 5

16 Drs. Hendra Harahap, M.Si 8

(44)

Sumber Data: Departemen Komunikasi FISIP USU

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi

(Nawawi, 1995:144). Untuk penelitian ini besar sampel ditentukan berdasarkan

rumus Taro Yamane. Berdasarkan data yang diperoleh maka peneliti

menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan

90%, yakni sebagai berikut:

Keterangan :

Berdasarkan jumlah populasi yang ada maka jumlah sampel yang

ditentukan adalah sebagai berikut:

Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 61 mahasiswa.

3.2.2.1 Teknik Penarikan Sampel

18 Haris Wijaya, S.sos, M.Comm 6

19 Emilia Ramadhani, S.Sos, M.Si 12

20 Yovita S.Sitepu, S.Sos, M.Si 9

(45)

a. Sampling Proposional Nonprobability (Proposional Nonprobability Sampling).

Teknik penarikan sampel ini adalah penggunaan perwalian berimbang,

karena itulah sebelum menggunakan teknik ini, peneliti harus mengenal

lebih dahulu ciri-ciri dari populasi yang ada dan mengetahui besar kecil

sampel dari setiap populasi (Bungin, 2013: 117). Dalam hal ini, ciri-ciri

sampel yang ditetapkan adalah Mahasiswa Komunikasi FISIP USU yang

sedang dalam pengerjaan skripsi dan yang telah menyelesaikan tugas akhir

skripsi periode 2012 Januari sampai dengan 2013 Juni.

Untuk menentukan jumlah sampel dari tiap dosen pembimbing peneliti

menggunakan rumus:

Keterangan :

na = ukuran sampel tiap golongan

n = ukuran sampel

N1 = jumlah per-golongan

N = jumlah sampel

Berdasarkan rumus di atas maka dapat diperoleh jumlah sampel per-Dosen

pembimbing adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Sampel Per-Dosen

NO. Dosen Pembimbing Rumus Jumlah Sampel

Per-Dosen Pembimbing

1 Drs. Danan Djaja, M.A 2

(46)

3 Drs. Mukti Sitompul, M.Si 3

4 Drs.Humaizi, M.A 3

5 Prof.DR.Suwardi Lubis, M.A 2

6 Dra. Nurbani, M.Si 3

7 Dra.Fatma Wardy Lubis, M.A 2

8 Drs.Amir Purba, M.A 3

9 Drs. Safrin, M.Si 4

10 Dra.Dayana, M.Si 4

11 Dra.Mazdalifah, M.Si 4

12 Dra.Dewi Kurniawati, M.Si 4

13 Dra.Lusiana A. Lubis, M.A 3

14 DR.Iskandar Zulkarnain, M.Si 4

15 DR.Inon Beydha, M.Si 2

(47)

17 Drs. Syafruddin Pohan, M.Si 4

18 Haris Wijaya, S.sos, M.Comm 2

19 Emilia Ramadhani, S.Sos, M.Si 4

20 Yovita S.Sitepu, S.Sos, M.Si 3

TOTAL 61

b. Sampel Acak Sederhana

Pada penelitian ini peneliti menggunakan sampel acak sederhana, Artinya

penarikan sampel didasarkan atas pemikiran bahwa keseluruhan unit populasi

memliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Dengan demikian,

dalam rancangan ini tidak terdapat diskriminasi unit populasi yang satu

dengan unit yang lainnya. Karena semua memiliki kesempatan yang sama

untuk menjadi sampel, maka untuk menjadi sampel unit-unit populasi harus di

Random (Bungin, 2013:108).

Tata-tata cara pengundian unit-unit populasi menurut Burhan Bungin

(2013:109) adalah sebagai berikut:

1. Membuat daftar unit populasi pada lembaran khusus lengkap dengan

kode-kode khusus sebagai lambang setiap unit populasi.

2. Menulis kode-kode khusus tersebut dalam lembaran-lembaran kecil

dan dilipat atau digulung satu persatu.

3. Memasukan lembaran-lembaran kecil itu dalam suatu tempat

kemudian diacak.

4. Terakhir, mengambil lembaran-lembaran yang keluar tersebut sesuai

Gambar

Tabel 2.1 Operasional Variabel
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Sampel Per-Dosen
Tabel 4.1: Pengelola Departemen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa tentang gambaran komunikasi nonverbal dosen di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dan untuk

Kecemasan berkomunikasi lainnya yang juga dialami oleh HD dan ZA adalah adanya reinforcement negatif yang diperoleh dari dosen pembimbing selama proses bimbingan

Kecemasan berkomunikasi lainnya yang juga dialami oleh HD dan ZA adalah adanya reinforcement negatif yang diperoleh dari dosen pembimbing selama proses bimbingan

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa tentang gambaran komunikasi nonverbal dosen di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dan untuk

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa tentang gambaran komunikasi nonverbal dosen di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dan untuk

Penelitian ini berjudul Persepsi Mahasiswa Terhadap Penayangan Berita Demo Ahok di Media Televisi ( Studi Deskriptif Persepsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip USU Terhadap Penayangan

Penelitian ini berjudulPersepsi Mahasiswa Terhadap Penayangan Berita Demo Ahok di Media Televisi ( Studi Deskriptif Persepsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip USU Terhadap Penayangan

terhadap televisi tentunya turut menjadikan televisi sebagai media yang paling.. efektif dalam menyajikan pemberitaan