PERSEPSI MAHASISWA KOMUNIKASI FISIP USU
TERHADAP PROSES KOMUNIKASI
DALAM BIMBINGAN SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan oleh: M. Fajar Khalil
100904021
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERSEPSI MAHASISWA KOMUNIKASI FISIP USU
TERHADAP PROSES KOMUNIKASI
DALAM BIMBINGAN SKRIPSI
(Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unuversitas Sumatera Utara
M. Fajar Khalil 100904021
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
Lembar Persetujuan
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:
Nama : M. Fajar Khalil
Nim : 100904021
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul : Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU
Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi.
(Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi)
Medan, Mei 2014
Dosen Pembimbing Ketua Departemen
Dra. Dayana, M.Si Dra. Fatma Wardy Lubis, MA NIP. 196007281987032002 NIP. 196208281987012001
Dekan FISIP USU
PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.
Nama : M. Fajar Khalil
NIM : 100904021
Tanda Tangan :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh:
Nama : M. Fajar Khalil
NIM : 100904021
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul Skripsi : PERSEPSI MAHASISWA KOMUNIKASI FISIP USU
TERHADAP PROSES KOMUNIKASI DALAM BIMBINGAN SKRIPSI
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Majelis Penguji
Ketua Penguji :
Penguji :
Penguji Utama :
Ditetapkan di :
Abstrak
Penelitian ini berjudul tentang Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU terhadap proses komunikasi dalam bimbingan skripsi. Dengan memilih studi deskriptif kuatitatif, peneliti akan menggambarkan seperti apa proses komunikasi yang dilakukan mahasiswa dengan dosen pembimbing selama bimbingan berlangsung. Teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah: Komunikasi, Komunikasi Antarpribadi, Bimbingan dan Persepsi. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh mahasiswa Komunikasi FISIP USU yang masih aktif mengerjakan skripsi dan yang telah menyelesaikan Skripsi. Keseluruhan populasi diambil dari tahun pengajuan judul 2012 Januari dan dibatasi sampai dengan 2013 Juni. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, maka diperoleh sampel sebanyak 61 mahasiswa. Kemudian teknik penarikan sampel mengunakan Proposional nonprobability sampling dan sampel acak sederhana.
Teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan metode kuesioner (Field Research) dan metode kepustakaan (Library Research). Adapun teknik analisis datanya menggunakan analisis tabel tunggal, dengan penggunaan Statistical Product and System Solution (SPSS) 16. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi antara mahasiswa dan dosen pembimbing sudah cukup efektif karena sebagian besar mahasiswa menganggap proses komunikasi dalam bimbingan merupakan suatu hal yang penting. Dalam proses bimbingan skripsi mahasiswa sudah mendapatkan motivasi, pengetahuan dan arahan yang cukup baik dari dosen pembimbing. Berdasarkan hasil dari analisis dan pengamatan juga ditemukan persepsi mahasiswa yang cukup baik dalam memandang proses komunikasi dalam bimbingan. Namun, masih ditemukan sebagian kecil persepsi mahasiswa yang merasa tidak efektif ketika berkomunikasi dengan dosen pembimbing yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti sulitnya untuk berjumpa dengan dosen pembimbing, makna pesan dosen pembimbing yang terkadang sulit untuk dimengerti, makna pesan yang disampaikan dosen kurang informatif dan cenderung koersif, serta tidak adanya suasana setara dalam proses bimbingan.
Kata Kunci:
Abstract
This research entitled “Student Perceptions of Communication Faculty of social and political science University of North Sumatra in the communication process of Scription guidance”. By selecting a quantitative descriptive study, researchers will describe what kind of communication process between the student with guidance lecturer. Theories that are considered relevant to this study are: Communication, Interpersonal Communication, Guidance and Perception. The population is all students of Communications USU Faculty of Social which is still actively working on the Scription and the scription has been finished. The entire population was taken from the January 2012 filing title and limited to 2013 June. To determine the number of samples used Taro Yamane formula with a precision of 10% and a confidence level of 90%, then obtained a sample of 61 students. Then use proportional sampling technique nonprobability sampling and simple random sampling. data collection techniques, researchers used a questionnaire method (Field Research) and the methods of literature (Library Research). The data analysis technique using a single table analysis, with use of the Statistical Product and System Solution (SPSS) 16. Conclusion is that the process of communication between students and lecturers are already quite effective for most students consider the communication process in the guidance is an important thing . In the process of student thesis guidance've got motivation, knowledge and direction quite well from the supervisor. Based on the results of the analysis and observation also found a pretty good student perception of looking at the process of communication in the guidance. However, there is still a small proportion of students who are perceived to be ineffective when communicating with the supervisor caused by several factors such as the difficulty to meet with the supervisor, the supervisor is the meaning of the message is sometimes difficult to understand, the meaning of the message delivered lecturers tend to be less informative and coercive , and the absence of similar atmosphere in the guidance process.
Key words:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan syafa’atnya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyratan untuk mencapai
gelar Sarjana Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara, Medan. Adapun judul yang penulis angkat adalah “Persepsi
Mahasiswa Komunikasi FISIP terhadap proses komunikasi dalam bimbingan
skripsi”. Skripsi ini menggambarkan seperti apa proses komunikasi dalam
bimbingan antara mahasiswa dengan dosen pembimbing.
Dalam menyelesaikan skripsi ini banyak tantangan dan hambatan yang
dihadapi, tetapi itu semua dapat diatasi berkat motivasi dan bantuan dari berbagai
pihak yang terkait, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan secara efektif dan
efisien sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Pertama-tama saya akan mengucapkan sebesar-besarnya kepada kedua
orang tua saya, yakni Drs. Armia Yusuf, M.A dan Zulfitri. Terimakasih buat
keduanya yang selama ini telah mendukung, memberi nasehat, doa dan
pengorbanan yang diberikan kepada saya hingga sekarang.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini baik moril maupun materiil. Karena dalam
proses penyelesaian peneliti tidak hanya mengadalkan kemampuan individu. Oleh
sebab itu, di dalam kata pengantar ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada
yang terhormat:
1. Prof. Dr. Badaruddin, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
2. Dra. Fatma Wardy Lubis, MA selaku ketua Departemen Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bu Dra. Dayana, M.Si selaku Dosen Pembimbing Penelitian, terimakasih
pengetahuan yang telah banyak ibu berikan kepada saya selama dalam
membimbing peneliti. Semoga ibu selalu diberikan kesehatan.
4. Untuk Saudari-saudari kandung saya, Rizqia Maulida, S.psi , drg. Mutia
Ukhra, dan Nazli Aulia yang telah memberikan dukungan dan motivasi
dan semangat kepada saya.
5. Untuk sahabat-sahabat seperjuanganku : Kiki Agus Setiawan, S.ikom,
Melati Wanda Putri Samantha, Yani Tampubolon, Icha Hasibuan, Mishara
Khairunnisa, Indah maulidia yang telah membantu penulis di dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Untuk teman-teman Ilmu Komunikasi yang Senior dan khusunya untuk
teman-teman Stambuk 2010 yang selalu menjadi motivasi.
7. Untuk seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu penulisan
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu- persatu, saya ucapkan terima
kasih banyak.
Penulis menyadari skripsi ini belum sempurna di saatu sisi karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT, oleh sebab itu besar harapan penulis
kepada semua pihak agar memberikan kritik dan saran yang konstruktif guna
menghasilkan sebuah karya ilmiah yang lebih baik dan sempurna, baik dari segi
materi maupun cara penulisannya di masa yang kan datang
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya,
semoga Allah SWT meridhoi kita semua. Dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca dan perkembangan Ilmu Komunikasi di Sumatera Utara.
Medan, Mei 2014 Hormat Saya
DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN ORISINALITAS
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
ABSTRAK………..i
2.1.4.1 Definisi berdasarkan pengembangan………. 13
2.1.3 Bimbingan……….……. 16
2.1.4 Persepsi……….………..…… 16
2.2 Kerangka Konsep………..……. 19
2.3 Variabel Penelitian……….……… 20
2.4 Definisi Operasional……….……. 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodelogi Penelitian……….……… 26
3.2 Populasi dan Sampel………..………..…….. 26
3.2.1 Populasi……….………...……….. 26
3.2.2 Sampel……….…………...………… 28
3.2.2.1 Teknik Penarikan Sampel……… 28
3.3 Teknik Pengumpulan data dan pengolahan data……….……… 31
3.3.1 Teknik pengumpulan data………... 31
3.3.2 Pengolahan data……….. 32
3.4 Teknik Analisis Data……….. 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi penelitian….………..….. 34
4.1.1 Sejarah FISIP USU…..………... 34
4.1.1.1 Sejarah Perkembangan Departemen Ilmu Komunikasi…….36
4.1.1.2 Visi, Misi dan Sasaran Departemen Ilmu komunikasi….…38 4.1.1.3 Struktur Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU………39
4.2 Pelaksanaan dan pengumpulan data di lapangan……… 41
4.3 Teknik Pengolahan data………41
4.4 Analisis tabel tunggal...……….42
4.5 Pembahasan………...…72
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan………..77
5.2 Saran……….………...78
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Operasional Variabel…....………... 20
3.1 Populasi Mahasiswa..………... 27
3.2 Sampel Per-Dosen……… 29
4.1 Tabel pengelola departemen..……….. 40
4.2 Jenis kelamin Responden………….……… 43
4.3 Frekuensi melakukan bimbingan Skripsi....………. 43
4.4 Pentingnya arti bimbingan skripsi………...……… 44
4.5 Motivasi yang diberikan oleh dosen pembimbing bermanfaat dalam penyusunan skripsi………...………. 45 4.6 Pengetahuan yang diberikan oleh dosen pembimbing sangat berarti dalam penyusunan skripsi……… 46 4.7 Mengikuti setiap arahan yang diberikan oleh dosen pembimbing dalam pengerjaan skripsi……… 48 4.8 Melakukan semua perintah dosen pembimbing dalam pengerjaan skripsi……… 49 4.9 Dosen pembimbing membuka pembicaraan dalam bimbingan…...………. 50 4.10 Saya membuka pembicaraan dalam memulai bimbingan skripsi………... 51 4.11 Pesan yang disampaikan dosen pembibing bersifat informatif………. 52
4.12 Pesan yang disampaikan dosen pembimbing bersifat koersif………... 53
4.13 Pesan yang disampaikan dosen pembimbing bersifat persuasif………... 54 4.14 Bimbingan secara tatap muka……….. 55
4.15 Bimbingan via telepon atau media lain……… 56 4.16 Pesan yang disampaikan oleh dosen pembimbing mudah
dimengerti………
57
4.17 Saya mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh dosen pembimbing dengan baik……….
58
4.18 Makna pesan yang disampaikan dosen pembimbing selama bimbingan sangat jelas……….
59
4.19 Dosen pembimbing membantu mahasiswa dalam menghadapi kendala………
59
4.20 Dosen Pembimbing memberikan pengetahuan dan informasi yang cukup kepada anda……….
60
4.21 Dapat mendiskusikan semua kendala yang dihadapi secara terbuka dengan dosen pembimbing………..
61
4.22 Dosen pembimbing selalu bertanya mengenai kendala yang di hadapi………..
62
4.23 Mendiskusikan kendala yang bersifat akademis dengan dosen pembimbing………...
63
dosen pembimbing………. 4.25 Tidak ada kecanggungan saat berkomunikasi dengan dosen
pembimbing………..
65
4.26 Dosen pembimbing memahami kendala yang dihadapi……... 66 4.27 Dosen pembimbing memberikan semangat dan dorongan
dalam penyusunan skripsi………
67
4.28 Dosen pembimbing memberikan perhatian terhadap penyusunan skripsi yang dikerjakan………
68
4.29 Tidak adanya kecurigaan dalam proses komunikasi antara dosen dengan peneliti saat bimbingan………..
69
4.30 Saat berinteraksi dan berdikusi dengan dosen pembimbing merasa nyaman……….
69
4.31 Adanya kesetaraan dalam proses komunikasi………. 70 4.32 Dosen pembimbing menghargai perbedaan pandangan yang
terjadi selama bimbingan……….
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Skema Variabel penelitian……….. 19
Abstrak
Penelitian ini berjudul tentang Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU terhadap proses komunikasi dalam bimbingan skripsi. Dengan memilih studi deskriptif kuatitatif, peneliti akan menggambarkan seperti apa proses komunikasi yang dilakukan mahasiswa dengan dosen pembimbing selama bimbingan berlangsung. Teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah: Komunikasi, Komunikasi Antarpribadi, Bimbingan dan Persepsi. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh mahasiswa Komunikasi FISIP USU yang masih aktif mengerjakan skripsi dan yang telah menyelesaikan Skripsi. Keseluruhan populasi diambil dari tahun pengajuan judul 2012 Januari dan dibatasi sampai dengan 2013 Juni. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, maka diperoleh sampel sebanyak 61 mahasiswa. Kemudian teknik penarikan sampel mengunakan Proposional nonprobability sampling dan sampel acak sederhana.
Teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan metode kuesioner (Field Research) dan metode kepustakaan (Library Research). Adapun teknik analisis datanya menggunakan analisis tabel tunggal, dengan penggunaan Statistical Product and System Solution (SPSS) 16. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi antara mahasiswa dan dosen pembimbing sudah cukup efektif karena sebagian besar mahasiswa menganggap proses komunikasi dalam bimbingan merupakan suatu hal yang penting. Dalam proses bimbingan skripsi mahasiswa sudah mendapatkan motivasi, pengetahuan dan arahan yang cukup baik dari dosen pembimbing. Berdasarkan hasil dari analisis dan pengamatan juga ditemukan persepsi mahasiswa yang cukup baik dalam memandang proses komunikasi dalam bimbingan. Namun, masih ditemukan sebagian kecil persepsi mahasiswa yang merasa tidak efektif ketika berkomunikasi dengan dosen pembimbing yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti sulitnya untuk berjumpa dengan dosen pembimbing, makna pesan dosen pembimbing yang terkadang sulit untuk dimengerti, makna pesan yang disampaikan dosen kurang informatif dan cenderung koersif, serta tidak adanya suasana setara dalam proses bimbingan.
Kata Kunci:
Abstract
This research entitled “Student Perceptions of Communication Faculty of social and political science University of North Sumatra in the communication process of Scription guidance”. By selecting a quantitative descriptive study, researchers will describe what kind of communication process between the student with guidance lecturer. Theories that are considered relevant to this study are: Communication, Interpersonal Communication, Guidance and Perception. The population is all students of Communications USU Faculty of Social which is still actively working on the Scription and the scription has been finished. The entire population was taken from the January 2012 filing title and limited to 2013 June. To determine the number of samples used Taro Yamane formula with a precision of 10% and a confidence level of 90%, then obtained a sample of 61 students. Then use proportional sampling technique nonprobability sampling and simple random sampling. data collection techniques, researchers used a questionnaire method (Field Research) and the methods of literature (Library Research). The data analysis technique using a single table analysis, with use of the Statistical Product and System Solution (SPSS) 16. Conclusion is that the process of communication between students and lecturers are already quite effective for most students consider the communication process in the guidance is an important thing . In the process of student thesis guidance've got motivation, knowledge and direction quite well from the supervisor. Based on the results of the analysis and observation also found a pretty good student perception of looking at the process of communication in the guidance. However, there is still a small proportion of students who are perceived to be ineffective when communicating with the supervisor caused by several factors such as the difficulty to meet with the supervisor, the supervisor is the meaning of the message is sometimes difficult to understand, the meaning of the message delivered lecturers tend to be less informative and coercive , and the absence of similar atmosphere in the guidance process.
Key words:
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.
Dewasa ini Perguruan Tinggi merupakan tempat berkumpulnya civitas
akademika dalam menempuh pendidikan sarjana. Perguruan Tinggi adalah
lembaga pendidikan yang diharapkan perannya memiliki pengaruh dalam
menghasilkan sarjana-sarjana yang berkualitas, sehingga untuk kedepannya
mampu mencerdaskan kehidupan bangsa yang nantinya akan bisa bersaing dengan
bangsa-bangsa lain.
Selain itu Perguruan Tinggi juga menjadi tempat yang memiliki peran
penting untuk membuat para civitas akademika menjadi agen perubahan yang
memiliki kualitas yang tinggi, bukan hanya sekedar menguasai materi-materi
perkuliahan, tetapi mampu menerapkan ilmu yang didapat selama perkuliahan di
kehidupan bermasyarakat serta bermanfaat untuk orang banyak.
Untuk menghasilkan suatu lulusan sarjana yang memiliki kualitas dan
integritas dapat dilihat dari hasil pendidikan selama perkuliahan yang telah
ditempuh. Ketika mahasiswa menjalani pendidikan di Perguruan Tinggi,
mahasiwa akan diberikan berbagai macam tugas dan tanggung jawab oleh dosen,
yang bertujuan untuk mengukur kemampuan mahasiswa, membentuk mental,
menguji, serta menilai bagaimana keterampilan dan kecekatan mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan.
Menempuh pendidikan sarjana di Perguruan Tinggi, mahasiswa tingkat
akhir akan dihadapkan dengan sebuah tugas akhir, suatu karya ilmiah yang
disebut dengan skripsi. Seperti yang di ungkapkan Mahmudi (2013:43) Skripsi
merupakan jenis tulisan ilmiah yang disusun untuk kepentingan penyelesaian
studi pada jenjang starata satu atau sarjana. Maka dari itu skripsi yang telah dibuat
diharapkan nantinya akan berguna bagi perkembangan ilmu dan dapat
diimplementasikan di dalam kehidupan bermasyarakat.
Untuk menyelesaikan studi pada jenjang starata satu atau sarjana,
mahasiswa harus mengerjakan tugas skripsi tersebut dengan memperhatikan
pengerjaannya. Penulisan skripsi ini merupakan latihan bagi para calon sarjana
dalam membuat karya ilmiah berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.
Hasil penelitian ini akan dituangkan kedalam bentuk laporan ilmiah berdasarkan
aturan-aturan yang telah berlaku dalam penulisan ilmiah.
Akan tetapi sangat disayangkan, ketika pengerjaan skripsi dianggap
sebagai beban oleh mahasiswa. Skripsi dipandang sebagai halangan besar yang
harus cepat segera dilalui untuk bisa maju dan segera mendapatkan gelar sarjana.
Terkadang proses menjadi tidak berharga, bahkan ada yang terlintas dibenak
mahasiswa untuk menggunakan cara paling praktis tanpa hambatan untuk sampai
ke bab akhir. Padahal skripsi merupakan dedikasi terbaik yang sudah seharusnya
dikerjakan oleh mahasiswa S1 sepenuh hati melibatkan kemampuan intelegensi
dan emosional mahasiswa, yang nantinya diharapkan hasil dari karya ilmiahnya
tersebut bermanfaat untuk orang banyak. Salah satu hal yang sangat berkaitan
dengan proses pengerjaan skripsi adalah sebuah bimbingan dari dosen
pembimbing skripsi.
Setiap mahasiswa yang mengerjakan skripsi akan dibimbing oleh seorang
dosen berdasarkan topik skripsi yang akan diajukan untuk dijadikan bahan
penelitian. Berdasarkan ungkapan Sunaryo Kartadinata (1998:3) bimbingan
sebagai proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal
(Syamsu, 2005: 6).
Bimbingan skripsi pada dasarnya adalah suatu proses didalam pengerjaan
skripsi. Bimbingan tersebut bertujuan agar mengarahkan mahasiswa untuk fokus
dengan judul penelitiannya, agar tidak bingung dengan latar belakang masalah,
teori-teori yang akan digunakan, metodologi penelitian yang dipakai,
mengumpulkan dan menganalisis data, mengerjakannya secara sistematis dan
terstruktur, serta menguji kecerdasan dan mental mahasiswa didalam penyelesaian
skripsi. Berhasil atau tidaknya penelitian tersebut adalah tanggung jawab dari
mahasiswa yang melakukan pengerjaan skrispi.
Dalam hal ini proses komunikasi dalam bimbingan skripsi berperan besar
didalam pengerjaan skripsi. Mahasiswa yang dibimbing oleh dosen pembimbing
skripsi tentunya ada keterkaitan dalam proses komunikasi dan interaksi diantara
dengan adanya masukan-masukan dari dosen pembimbing kepada mahasiswanya.
Selama pengerjaan skripsi tersebut, seorang dosen pembimbing akan
memperhatikan, mengarahkan, memberikan masukan teori-teori dan metodelogi
penelitian yang layak digunakan, sehingga keaslian dan kualitas dari skripsi itu
dapat di pertanggung jawabkan sebagai karya ilmiah.
Perhatian dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing kepada
mahasiswa tersebut dapat diperoleh mahasiswa melalui proses komunikasi yang
intensif antara mahasiswa dengan dosen pembimbing skripsi. Interaksi antara
dosen pembimbing dan mahasiswa memerlukan perananan komunikasi antar
pribadi.
Proses komunikasi antara dosen pembimbing dan mahasiswa di harapkan
dapat berlangsung efektif dan berjalan lancar. Namun sering kali ada beberapa
hambatan yang terkadang menjadi kendala dalam berkomunikasi dengan dosen
pembimbing skripsi.
Komunikasi mahasiswa dengan dosen harusnya berjalan dua arah,
sehingga memudahkan dalam proses komunikasi pada saat bimbingan skripsi.
Dalam proses bimbingan, pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri,
tetapi pembimbing berperan sebagai fasilitator. Sehingga serangkaian tahapan
kegiatan dalam bimbingan dapat berjalan sistematis dan berencana didalam
mencapai tujuan.
Bimbingan dari dosen diharapkan mampu mengurangi permasalahan
mahasiswa dalam proses pengerjaan skripsinya. Namun terkadang sebuah kondisi
dimana berkomunikasi menjadi sebuah persoalan yang mendasar. Harusnya
proses komunikasi berjalan dua arah, lebih bersifat informatif, responsif,
kooperatif, persuasif, dan memerlukan hasil seperti timbal balik didalam
bimbingan. Komunikasi yang tidak lancar disebabkan oleh beberapa hambatan.
Menurut A.W. Wijaya, Adapun hambatan-hambatan tersebut adalah kebisingan,
keadaan psikologis komunikan, kekurangan komunikator dan komunikan,
kesalahan penilaian oleh komunikator, kurangnya pengetahuan komunikator atau
komunikan, bahasa, dan isi pesan berlebihan, bersifat satu arah, faktor teknis,
Mengerjakan sebuah skripsi terkadang membuat kebanyakan mahasiswa
menjadi takut, stress, dan bahkan frustasi. Padahal mahasiswa adalah people educated yang nantinya akan berhadapan dengan dunia luar yang memiliki banyak persoalan. Mahasiswa akan berkomunikasi dengan orang-orang yang
bahkan belum pernah ditemui di dunia kampus. Untuk itu proses komunikasi
dalam setiap interaksi harus bisa dijalankan seefektif mungkin di mana saja dan
kapan saja.
Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian berfokus kepada
mahasiswa Jursusan Komunikasi FISIP USU yang sedang melakukan bimbingan
skripsi dan yang telah menyelesaikan tugas akhir skripsi. Pemilihan tempat lokasi
penelitian berfokus kepada mahasiswa jurusan Komunikasi FISIP USU
dikarenakan, sebagai mahasiswa jurusan komunikasi tentunya memiliki nilai yang
lebih didalam berinteraksi satu sama lain.
Karena ketika berada di bangku perkuliahan, mahasiswa komunikasi
belajar mengenai cara berkomunikasi yang efektif dan efisien. Dari segi keilmuan,
jurusan komunikasi mengajarkan tentang ilmu komunikasi kepada mahasiswanya
mengenai konsep dasar komunikasi, unsur-unsur komunikasi, tataran komunikasi
dan hakikat komunikasi yang efektif dan lain-lain.
Hal inilah yang menjadikan mahasiswa komunikasi memiliki pemahaman
yang lebih dalam dibanding jurusan-jurusan yang lain. Penelitian ini diharapkan
dapat membantu dalam memperoleh pengetahuan mengenai proses komunikasi
mahasiswa dalam bimbingan skripsi.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dari itu peneliti
merasa tertarik dan mencoba melakukan penelitian mengenai, “Persepsi
Mahasiswa Komunikasi FISIP USU terhadap proses komunikasi dalam
Bimbingan skripsi.”
1.2. Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, peneliti
merumuskan masalah yang akan diteliti adalah “Bagaimana Persepsi Mahasiswa
1.3. Pembatasan Masalah.
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang luas, maka peneliti
memberikan pembatasan masalah dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Penelitian menggunakan studi deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
2. Sampel penelitian dibatasi pada mahasiswa S1 Komunikasi FISIP USU
regular yang sedang dalam proses bimbingan skripsi dan yang telah
menyelesaikan skripsi.
3. Penelitian berfokus untuk mengetahui bagaimana persepsi Mahasiswa
Komunikasi FISIP USU terhadap proses komunikasi dalam bimbingan
skripsi.
4. Waktu penelitian dimulai dari bulan maret sampai dengan bulan 20 april 2014
1.4. Tujuan Penelitian.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana proses komunikasi di dalam bimbingan
skripsi antara mahasiswa dan dosen.
2. Untuk mengetahui persepsi Mahasiswa FISIP USU terhadap proses
komunikasi di dalam bimbingan skripsi.
1.5. Manfaat Penelitian.
Berdasarkan tujuan penelitiannya, maka manfaat dari penelitian ini secara
Akademis, Teoritis dan Praktis.
1. Manfaat penelitian secara akademis, yaitu:
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
keanekaragaman wacana penelitian di Departemen Ilmu komunikasi FISIP
USU dan diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pembacanya.
2. Manfaat penelitian secara teoritis, yaitu:
Penelitian diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dan wawasan bagi
peneliti, mahasiswa, serta masyarakat luas mengenai proses komunikasi di
3. Manfaat penelitian secara Praktis, yaitu:
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan
sumbangan dan masukan bagi mahasiswa dan dosen Departemen Ilmu
Komunikasi FISIP USU, dalam memahami proses komunikasi dalam
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1Kerangka Teori.
Dalam suatu penelitian teori memiliki peran sebagai pendorong pemecahan
masalah. Setiap penelitian sosial memerlukan teori, karena salah satu unsur yang
paling besar peranannya dalam penelitian adalah teori (Singarimbun, 1995:37).
Adapun teori yang relevan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
2.1.1 Komunikasi
Secara epistemologi istilah kata komunikasi atau dalam bahasa inggris
communication berasal dari bahasa latin yakni communicatio dari bersumber kata communis yang berarti “sama”. Sama dalam arti kata ini bisa di interpretasikan
dengan pemaknaannya adalah sama makna. Jadi secara sederhana dalam proses
komunikasi yang terjadi adalah bermuara pada usaha untuk mendapatkan
kesamaan makna atau pemahaman pada subjek yang melakukan proses
komunikasi tersebut (Amir, dkk, 2010:1).
Komunikasi adalah merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan
berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam
kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat kerja, di pasar, dalam
masyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan
terlibat dalam komunikasi. (Muhammad, 2009:1).
Ruben dan Stewart, 1998 dalam buku Alo liliweri Komunikasi serba ada
serba makna 35:2011, Komunikasi merupakan proses yang menjadi dasar pertama
memahami hakikat manusia, dikatakan sebagai proses karena ada aktifitas yang
melibatkan peranan banyak elemen atau tahapan yang meskipun terpisah-pisah,
namun semua tahapan ini saling terkait sepanjang waktu. Contoh, dalam suatu
percakapan yang sederhana saja selalu ada langkah seperti penciptaan pesan,
pengiriman, penerimaan, dan interpretasi terhadap pesan.
Menurut Harjana (2003) komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima
dan di mengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, kemudian pesan di
hambatan untuk hal itu (Daryanto, 2013: 165). Sedangkan menurut Berelson dan
Steiner (1964) komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,
keahlian dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata
gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain (Amir, dkk, 2010:32).
Dengan demikian definisi komunikasi mendapat penekanan yang
berbeda-beda antara satu sama lain, dan perberbeda-bedaan tersebut pada umumnya
dilatarbelakangi oleh sudut pandang keilmuan para ahli yang mendefinisikannya.
2.1.1.1 Model Harold Lasswell
Model Lasswell dapat dikatakan sebagai model teoretis pertama dan model
yang paling sederhana karena ketika merancang model ini laswell sangat
dipengaruhi oleh pemikirannya tentang The Structure and function of communication in Society (Liliweri, 2011: 107).
Model Lasswell ini berisi 5 Unsur:
1. Who (Siapa)
Sumber/Komunikator adalah Pelaku utama/pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi, bisa seorang individu, kelompok, organisasi, dlsb.
2. Says what (berkata apa/pesan)
Apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan kepada penerima (komunikan), dari sumber (komunikator) atau isi informasi. Merupakan seperangkat simbol verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan/maksud. Bentuk pesan bisa bersifat informatif,persuasif,dan koersif.
3. In which channel (melalui saluran apa)
Wahana/alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima) baik secara langsung (tatap muka), maupun tidak langsung (melalui media), dll.
4. To whom (kepada siapa)
Orang/kelompok/organisasi yang menerima pesan dari sumber. Disebut tujuan (destination), pendengar (listener), khalayak (audience).
5. With what effect (dengan efek apa)
Dampak/efek adalah sesuatu hal yang terjadi pada komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari sumber, seperti bertambahnya wawasan dan pengetahuan.
Sebagai model dasar yang sangat awal proses ini tampak lebih
menyederhanakan permasalahan dalam komunikasi. Seolah-olah apa yang
diinginkan oleh komunikator dipastikan sampai kepada komunikan dan akan
merupakan titik awal munculnya beberapa konsep penelitian khususnya dalam
bidang komunikasi massa. Bidang-bidang penelitian tersebut adalah penelitian
tentang siapa (komunikator) yang disebut control studies, berkata apa (pesan) menjadi subjek analisis isi pesan atau informasi, melalui saluran apa (media)
disebut analisis media; kepada siapa (komunikan) yakni analisis audience
(penerima); dengan efek apa (efek) adalah analisis efek, pengaruh atau dampak
(Amir,dkk, 2010:48).
Lasswell mengemukakan studi ini dalam konteks komunikasi massa
namun pola semacam ini juga sering digunakan sebagai referensi atau model dasar
dalam menganalisis komunikasi antar pribadi maupun komunikasi kelompok.
Pada model komunikasi tersebut komunikan tidak memberikan umpan balik
apapun termasuk penjelasannya, pembelaan diri, pembenaran, laporan dan
lain-lain selain-lain hanya menjamin penyampaian pesan (Amir,dkk, 2010:48).
2.1.1.2 Arus Komunikasi. A. Komunikasi satu arah
Model ini menekankan bagaimana mengatur suatu “pesan” sehingga layak
diterima dan dipahami oleh penerima. Model ini sangat peduli terhadap self-action treats communication yang mengatakan bahwa pesan itu berterima hanya jika pengirim dapat memanipulasi penerima, dan manipulasi itu hanya dapat dilakukan
melalui manipulasi pesan. Para ahli komunikasi mengatakan bahwa model ini very message centrered (Liliweri, 2011:79).
B. Komunikasi Dua arah
Model ini mengemukakan bahwa pada dasarnya peranan penerima sama
dengan peranan komunikator, dan peranan itu terlihat ketika dia memberikan
umpan balik pesan kepada pengirim. Model yang disebut “model dua arah” ini
sangat bermanfaat bagi pengirim dan penerima mendiskusikan pesan-pesan yang
dikirimkan dalam suatu proses komunikasi. Fokus model ini diletakan pada
penerima.
Sifat komunikasi meliputi komunikasi verbal dan non-verbal. Tatanan
komunikasi meliputi intrapribadi, antarpribadi, kelompok massa, dan media.
Tujuan komunikasi bisa terdiri dari soal mengubah sikap, opini, perilaku,
masyarakat, dan lainnya. Sementara itu, fungsi komunikasi adalah
menginformasikan, mendidik dan mempengaruhi. Teknik komunikasi terdiri dari
komunikasi informatif, persuasif, koersif, instruktif, dan hubungan manusia
(Mufid, 2012: 84).
Adapun tujuan umum komunikasi, menurut Stanton (1982) dalam buku Alo
Liliweri 2011, mengatakan bahwa sekurang-kurangnya ada lima tujuan
komunikasi manusia (DeVito, 2001) yaitu:
1. Mempengaruhi orang lain.
2. Membangun atau mengelola relasi antarpersonal.
3. Menemukan perbedaan jenis pengetahuan.
4. Membantu orang lain.
5. Bermain atau bergurau.
Di luar tujuan umum komunikasi ini maka komunikasi bertumbuh dari
motivasi untuk menghasilkan sesuatu yang diharapkan dari komunikasi. Artinya,
Tujuan komunikasi perlu memerhatikan rencana komunikasi untuk berinteraksi
ataukah komunikasi dapat dijalankan secara alamiah saja. Dengan kata lain,
tujuan komunikasi sedapat mungkin memperhatikan elemen-elemen utama
komunikasi, (Liliweri, 2011:128) yaitu:
1. Pengirim adalah orang yang mengirim pesan (encoder)
2. Penerima adalah orang yang mengiterpretasikan pesan (decoder)
3. Saluran adalah metode bagi seseorang untuk mengoptimalisasikan daya
guna sehingga kita dapat mengirimkan sebuah pesan secara verbal,
non-verbal, atau termediasi.
4. Pesan adalah informasi yang sudah distimulasikan itu dikirim oleh
pengirim ke dalam alam pikiran penerima.
5. Umpan balik adalah respons yang diberikan penerima kepada pengirim.
6. Lingkungan adalah dunia fisik dan non fisik sebagai tempat terjadinya
7. Gangguan adalah sesuatu dari luar yang hanya dapat terlihat dan terasa
dalam peristiwa komunikasi.
Adapun Fungsi-Fungsi dasar komunikasi dalam buku Alo Liliweri (2011:136)
adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan dan pengajaran
Fungsi Pendidikan dan pengajaran sebenarnya sudah dikenal sejak awal kehidupan manusia, kedua fungsi ini dimulai dari dalam rumah, misalnya pendidikan nilai dan norma budaya, budi pekerti, dan sopan santun (fungsi pengajaran) oleh orang tua dan anggota keluarga lain. Pendidikan dan pengajaran dilaksanakan melalui pendidikan formal disekolah dan pendidikan informal/nonformal dalam masyarakat. Komunikasi menjadi sarana penyediaan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan untuk memperlancar peranan manusia dan memberikan peluang bagi orang lain untuk berpartisiasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Informasi
Kualitas kehidupan seseorangakan menjadi miskin apabila tanpa informasi. Setiap orang dan sekelompok orang membutuhkan informasi untuk meningkatkan kualitas hidup mereka, informasi ini dapat diperoleh dari komunikasi lisan dan tertulis melalui komunikasi antarpersonal, kelompok , organisasi, dan komunikasi melalui media massa. Mereka yang memiliki kekayaan informasi akan menjadi tempat bertanya bagi orang lain disekitarnya.
3. Hiburan
Untuk memecahkan masalah dalam kehidupan yang rutin, maka manusia harus mengalihkan perhatiannya dari situasi stress ke situasi yang lebih santai dan menyenangkan. Hiburan merupakan salah satu kebutuhan pentingnya bagi semua orang. Komunikasi menyediakan hiburan yang tiada habis-habisnya misalnya melalui film, televisi, radio, drama, literatur, komedi dan permainan.
4. Diskusi
Kehidupan kita penuh dengan berbagai pandangan dan pendapat yang berbeda-beda, untuk menyatukan perbedaan itu dibutuhkan debat dan diskusi antarpersonal maupun dalam kelompok. Melalui diskusi dan debat akan di temukan kesatuan pendapat sambil tetap menghargai perbedaan yang dimiliki orang lain. Komunikasi merupakan sarana yang baik bagi penyaluran bakat untuk berdebat dab berdiskusi tentang gagasan baru yang lebih kreatif dalam membagun kehidupan bersama.
5. Persuasi
Persuasi mendorong kita untuk terus berkomunukasi dalam rangka penyatuan pandangan yang berbeda dalam rangka pembuatan keputusan personal maupun kelompok atau organisasi. Komunikasi memungkinkan para pengirim pesan bertindak sebagai seorang persuader terhadap penerima pesan yang diharapkan akan berubah pikiran dan perilakunya.
6. Promosi kebudayaan
masyarakat. Komunikasi membuat manusia dapat menyampaikan dan menumbuh kembangkan kreativitasnya dalam rangka pengembangan kebudayaan.
7. Integrasi
Melalui komunikasi, maka sejumlah orang yang melintasi ruang dan waktu dimuka bumi ini dapat diintegrasikan, artinya dengan komunikasi makin banyak orang saling mengenal dan mengetahui keadaan masing-masing. Suatu bangsa yang besar dapat di intergrasikan melalui komunikasi, misalnya komunikasi media massa.
2.1.2. Komunikasi Antar Pribadi
Dalam buku Devito komunikasi antarmanusia 252:2011, para ahli teori
komunikasi mendefinisikan komunikasi antarpribadi secara berbeda-beda
(Boncher,1978: cappella, 1987,Miller,1990). Di sini kita membahas tiga
pendekatan utama.
2.1.2.1 Definisi Berdasarkan komponen
Definisi berdasarkan komponen menjelaskan komunikasi antarpribadi
dengan mengamati komponen-komponen utamanya, dalam hal ini penyampaian
pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok
kecil orang, dengan berbagai dampak dan dengan peluang untuk memberikan
umpan balik segera.
2.1.2.2 Definisi bersadarkan hubungan Diadik
Dalam definisi berdasarkan hubungan, kita mendefinisikan komunikasi
antarpribadi sebagai komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang
mempunyai hubungan yang mantap dan jelas. Jadi, misalnya komunikasi antar
pribadi meliputi komunikasi yang terjadi antara pramuniaga dan pelanggan, anak
dan ayah, dua orang dalam suatu wawancara, dan sebagainya. Dengan definisi ini
hampir tidak mungkin ada komunikasi diadik (dua orang) yang bukan komunikasi
antarpribadi. Tidaklah mengherankan, definisi ini juga disebut sebagai definisi
diadik. Hampir tidak terhindarkan, selalu ada hubungan tertentu antara dua orang.
Bahkan seorang asing di sebuah kota yang menanyakan arah jalan ke seorang
penduduk mempunyai hubungan yang jelas dengan penduduk itu segera setelah
juga sekelompok kecil orang. Seperti anggota keluarga atau kelompok-kelompok
yang terdiri atas tiga atau empat orang.
2.1.2.3 Definisi berdasakan pengembangan
Dalam pendekatan pengembangan, komunikasi antarpribadi dilihat sebagai
akhir dari perkembangan dari komunikasi yang bersifat tak-pribadi pada satu
ekstrem menjadi komunikasi pribadi atau intim pada esktrem yang lain.
Perkembangan ini mengisyaratkan atau mendefinisikan pengembangan
komunikasi antarpribadi. Penulis disini mengikuti analisis pakar komunikasi
Gerald Miller (1978). Komunikasi antarpribadi ditandai oleh, dan dibedakan dari,
komunikasi tak-pribadi berdasarkan sedikitnya tiga faktor.
Komunikasi antarpribadi dapat terjadi dalam konteks satu komunikator
dengan satu komunikan (komunikasi diadik: dua orang) atau satu komunikator
dengan dua komunikan (komunikasi triadic: tiga orang). Lebih dari tiga biasanya
dianggap komunikasi kelompok (Daryanto,2013: 35). Sedangkan menurut
Kathleen S. Verderber et al. (2007), komunikasi antarpribadi merupakan proses melalui mana orang menciptakan dan mengelola hubungan mereka, melaksanakan
tanggung jawab secara timbal balik dalam menciptakan makna (Budyatna, 2011:
14)
Komunikasi antarpribadi dapat berlangsung secara tatap muka atau
menggunakan media komunikasi antarpribadi (non-media massa), seperti telepon.
Dalam komunikasi antarpribadi, komunikator relatif cukup mengenal komunikan,
dan sebaliknya. Pesan dikirim dan diterima dengan segera . dalam tataran
antarpribadi, komunikasi berlangsung sirkuler, peran komunikasi dan komunikan
terus dipertukarkan. Karena itu, dikatakan bahwa kedudukan kedudukan
komunikator dan komunikan relatif setara. Proses ini lazim disebut dialog.
Walaupun demikian, dalam konteks tertentu dapat juga terjadi monolog,hanya
satu pihak yang mendominasi percakapan. Efek komunikasi antarpribadi paling
kuat di antara tataran komunikasi lainnya. Dalam komunikasi antarpribadi,
komunikator dapat mempengaruhi langsung tingkah laku (efek kognitif) dari
komunikannya, memanfaatkan pesan verbal-non verbal, serta segera mengubah
menyesuaikan pesan-pesannya apabila didapat umpan balik negatif ( Daryanto,
2013: 35).
Dalam buku Komunukasi antarpribadi Liliweri (1991:13), Menurut Josep
A. Devito, ciri-ciri komunikasi antarpribadi yang efektif adalah keterbukaan
(openness), empati (empathy), dukungan (supportiveness), rasa positif (positiveness), kesetaraan (equality).
1. Keterbukaan (openness)
Kualitas Keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
antarpribadi. Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka
kepada orang yang diajaknya berinteraksi. ini tidaklah berarti bahwa orang harus
dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Memang ini mungkin
menarik, tetapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada
kesediaan untuk membuka diri-mengungkapkan informasi yang biasanya
disembunyikan, asalkan pengungkapan-diri ini patut.
Aspek keterbukaan kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk
bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak
kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan percakapan yang
menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita
ucapkan, dan kita berhak mengaharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk dari
pada ketidakacuhan-bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita
memperihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang
lain.
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (bochner &
Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan
yang anda lontarkan adalah memang “milik” anda dan anda bertanggung jawab
atasnya (DeVito, 2011:286).
a. Empati (Empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai “kemampuan seseorang untuk “mengetahui” apa yang sedang dialami orang lain pada suatu tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu (DeVito, 2011:286).
menyesuaikan komunikasinya. Anda dapat, misalnya menyesuaikan apa yang anda katakan atau bagaimana anda mengatakannya (DeVito, 2011:287).
b. Dukungan (Supportiveness)
Hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (Supportiveness) suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung (DeVito, 2011:288).
c. Sikap positif (Positiveness)
Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikasi antarpribadi terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Orang yang merasa negatif terhadap diri sendiri selalu mengkomunikasikan mengisyaratkan perasaan ini kepada orang lain, yang selanjutnya barangkali akan mengembangkan perasaan negatif yang sama. Sebaliknya, orang yang merasa positif terhadap diri sendiri mengisyaratkan perasaan ini kepada orang lain, yang selanjutnya juga akan merefleksikan perasaan positif ini.
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih tidak menyenangkan dari pada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak beraksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi. Reaksi negatif terhadap situasi ini (“saya tidak sabar lagi untuk enyah dari tempat ini”) membuat orang merasa mengganggu, dan komunikasi dengan segera akan terputus (DeVito, 2011:290).
d. Kesetaraan (Equality)
Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada individu lain.
2.1.3 Bimbingan
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan “counseling” dalam bahasa inggris. Secara harfiyah istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti: (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer). (Syamsu, 2005:5).
Shertzer dan Stone (1971:40) mengartikan bimbingan sebagai “…proses of helping and individual to understand himself and his world (proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya.”
(Syamsu, 2005:5).
Menurut Sunaryo kartadinata (1998:3) mengartikan sebagai proses
membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal” (Syamsu, 2005: 6).
Sementara Rochman Natawidjaja (1987:37) mengartikan bimbingan sebagai suatu
proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga
dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan
tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan menikmati
kehidupan pada umumnya. Dengan demikian dia akan dapat menikmati
kebahagiaan hidupnya, dan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada
kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai
perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial. (Syamsu, 2005:5).
2.1.4 Persepsi
Menurut pendapat Muhadjir, Ekspresi mengenal orang lain merupakan
studi awal tentang persepsi. Darwin mendorong munculnya permasalahan persepsi
dengan pertanyaan, “Apa ciri-ciri keputusan yang baik tentang orang lain?”
(Sobur, 2003:445).
Secara Etimologis, persepsi atau dalam bahasa inggris perception berasal dari bahasa latin perceptio dari percipere yang artinya menerima atau mengambil. Persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau
pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu
menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita. Yusuf
(1991: 108) menyebut persepsi sebagai “pemaknaan hasil pengamatan”. Gulo
(1982:207) mendefinisikan persepsi sebagai proses seseorang menjadi sadar akan
segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indra-indra yang dimilikinya.
Rakhmat (1994:51) menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang
objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Bagi Atkinson, persepsi adalah proses saat kita
mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan. Menurut
verbeek (1978), persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu fungsi yang manusia
secara langsung dapat mengenal dunia rill yang fisik. Brouwer (1983:21)
menyatakan bahwa persepsi (pengamatan) ialah suatu replika dari benda diluar
manusia yang intrapsikis, dibentuk berdasar ransangan-ransangan dari objek,
pareek (1996:13) memberikan definisi yang lebih luas ihwal persepsi ini;
dikatakan “persepsi dapat didefinisikan sebagai proses menerima, menyeleksi,
mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada
ransangan pancaindra atau data.” (Sobur, 2003:445-446).
Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih,
mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses
tersebut mempengaruhi prilaku kita (Mulyana, 2005:167). Persepsi merupakan
proses dimana individu memlilih, mengorganisasi, dan menginterpretasikan apa
yang dibayang tentang dunia di sekelilingnya. Jadi dengan mempersepsi setiap
individu memandang dunia berkaitan dengan apa yang dia butuhkan, apa yang dia
nilai, apakah sesuai dengan keyakinan dan budayanya. Semua kebutuhan yang
ingin dipenuhi ini membuat persepsi individu menjalani suatu proses personal
yang rumit, karena apa yang dia persepsikan itu sangat tergantung dari sejauh
mana pengaruh beragam faktor pembentuk persepsi, antara lain masa lalu
individu. Pengalaman masa lalu tersebut rupanya telah membekas lalu
membentuknya untuk memandang sesuatu, memandang seseorang atau suatu
peristiwa dengan cara-cara tertentu. Karena itu, setiap individu dapat melihat
suatu objek yang sama namun dengan cara yang berbeda. (Liliweri, 2011: 153)
Persepsi setiap orang juga berbeda-beda sesuai dengan makna yang dia
untuk dicatat bahwa semua manusia tidak dapat mengelak persepsi yang
mempengaruhi komunikasi. Jika seorang pengirim membagi informasi dengan
maksud tertentu kepada penerima, maka suka atau tidak suka penerima akan
menerima informasi yang dimaksudkan pengirim. (Liliweri, 2011: 153)
Persepsi bersifat kompleks. Tidak ada hubungan satu lawan satu antara
pesan yang terjadi “diluar sana” dengan pesan yang akhirnya memasuki otak kita.
Apa yang terjadi di dunia luar dapat sangat berbeda dengan apa yang mencapai
otak kita. Mempelajari bagaimana dan mengapa pesan-pesan ini berbeda, sangat
penting untuk memahami komunikasi. (Daryanto, 2013: 211)
Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa persepsi
merupakan suatu hal yang penting yang di alami oleh setiap orang. Setiap orang
yang menerima informasi ataupun segala rangsangan tersebut kemudian akan
diolah dan selanjutnya diproses. dijelaskan bahwa dalam persepsi terdapat 3
komponen utama, yaitu (Sobur, 2003:446):
1.Seleksi, adalah proses penyaringan indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2.Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi di pengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang di anut, motivasi kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkatagorian informasi yang di terimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.
2.2 Kerangka Konsep.
Kerangka Konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis
dalam memperkirakan kemugkinan hasil penelitian yang dicapai serta perumusan
kerangka konsep merupakan bahan yang dicapai serta perumusan kerangka
konsep merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis
penelitian (Nawawi, 1995:40).
Di dalam penelitian kuantitatif, menjelaskan suatu konsep penelitian
merupakan hal yang penting, karena konsep penelitian ini merupakan kerangka
acuan peneliti di dalam mendesain sebuah instrument penelitian (Bungin, 2011 ;
67). Di dalam penelitian ilmiah konsep harus memiliki kriteria yang tepat dalam
menjelaskan variabel penelitian. Konsep yang bermanfaat adalah konsep yang
dibentuk menjadi keterangan dan menyatakan sebab akibat, yaitu konsep dibentuk
dengan kebutuhan untuk menguji hipotesis dan penyusunan teori yang masuk
akal, karena konsep dibentuk hanya untuk diuji regulasinya (Bungin, 2013 : 75).
Adapun konsep yang dijelaskan dalam penelitian ini yaitu persepsi
mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU terhadap proses komunikasi di
dalam bimbingan skripsi.
Gambar 2.1
Skema variabel penelitian :
Persepsi Mahasiwa Jurusan Ilmu Komunikasi
Fisip USU
2.3 Variabel Penelitian.
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah disusun, maka
dibuatlah suatu operasional variabel agar dapat membentuk kesesuaian dan
kesamaan dalam penelitian.
Tabel 2.1
Operasional Variabel
Variabel Teoritis Variabel Operasional
1. Persepsi
3. In which channel (melalui saluran apa)
4. To whom (kepada siapa)
5. With what effect (dengan efek apa)
2. Komunikasi antarpribadi yang efektif.
a. Keterbukaan (Openness) b. Empati (Empathy)
c. Dukungan (Supportiveness) d. Rasa Positif (Positiveness) e. Kesamaan (Equality)
2.4 Definisi Operasional.
Definisi Variabel operasional bukanlah definisi konsep yang diajukan para
ahli, tetapi sudah merupakan definisi yang lebih operasional tentang variabel itu
sendiri, dan tentu saja bagaimana mengukur variabel itu. (Idrus, 2009: 81)
Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU.
Komponen Utama Persepsi:
1. Seleksi, adalah proses penyaringan indera terhadap rangsangan dari luar,
intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. Dalam definisi operasional
ini dijabarkan dalam intensitas/frekuensi melakukan bimbingan skripsi.
Skala: Likert
Indikator: Sangat Tidak Sering
Tidak Sering
Biasa saja
Sering
Sangat sering
2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai
arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi kepribadian, dan
kecerdasan.
Skala: Likert
Indikator: Sangat Tidak Penting
Tidak Penting
Biasa saja
Penting
Sangat Penting
3. Reaksi, yaitu sesuatu hal dalam bentuk tindakan atas apa yang telah diterima.
Skala: Likert
Indikator: Sangat Tidak Setuju
Biasa saja
Setuju
Sangat Setuju
Proses Komunikasi dalam Bimbingan Skripsi
5 Unsur:
1. Who (Siapa) adalah pelaku atau tokoh utama/pihak yang memulai suatu komunikasi dan menjadi sumber untuk menyampaikan pesan atau informasi.
Skala: Likert
Indikator: Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Biasa saja
setuju
Sangat setuju
2. Says what (berkata apa) adalah isi pesan yang disampaikan dari komunikator ke komunikan, bentuk pesan dapat bersifat informatif, persuasif, dan koersif.
Skala: Likert
Indikator: Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Biasa saja
setuju
Sangat setuju
3. In which channel (melalui saluran apa) merupakan sarana atau alat yang digunakan dalam menyampaikan pesan dari komunikator (sumber) ke
komunikan (penerima), baik secara langsung atau tatap muka, maupun tidak
langsung (dengan menggunakan Alat elektronik atau media komunikasi
lainnya)
Skala: Likert
Indikator: Sangat Tidak Sering
Biasa saja
Sering
Sangat Sangat Sering
4. To whom (kepada siapa) adalah si penerima pesan atau komunikan yang menerima pesan dari sumber (komunikator). Apakah pesan itu jelas dan
mudah dimengerti oleh si penerima pesan.
Skala: Likert
Indikator: Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Biasa saja
setuju
Sangat setuju
5. With what effect (dengan efek apa) adalah dampak efek yang terjadi pada komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari sumber. Seperti
penambahan wawasan, pengetahuan,dll.
Skala: Likert
Indikator: Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Biasa saja
setuju
Sangat setuju
Komunikasi antarpribadi yang efektif.
a. Keterbukaan (Openness)
Adalah adalah suatu sikap terbuka dari seseorang dalam beraktifitas, mau
menjelaskan apa yang terjadi serta mau menerima pendapat, dan kritik dari
orang lain.
Skala: Likert
Indikator: Sangat Tidak Setuju
Biasa saja
setuju
Sangat setuju
b. Empati (Empathy)
Adalah situasi yang dimana seseorang mampu mengetahui dan bisa
merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
Skala: Likert
Indikator: Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Biasa saja
setuju
Sangat setuju
c. Dukungan (Supportiveness)
Seperti Perhatian dan dukungan dosen pembimbing terhadap mahasiswa
bimbingannya, memberikan nasihat, semangat dan bantuan dalam mecahkan
masalah-masalah yang dihadapi selama proses bimbingan.
Skala: Likert
Indikator: Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Biasa saja
setuju
Sangat setuju
d. Rasa Positif (Positiveness)
Adalah suatu perasaan dan pikiran yang positif dalam berkomunikasi dengan
diri sendiri maupun orang lain, yang telah terjalin dengan baik dalam
bimbingan.
Skala: Likert
Indikator: Sangat Tidak Setuju
Biasa saja
setuju
Sangat setuju
e. Kesamaan/Kesetaraan (Equality)
Bimbingan akan lebih efektif bila suasananya setara. Sikap yang tidak
mempertegas perbedaan status, tetapi tetap menghormati
perbedaan-perbedaan pandangan antara dosen dan mahasiswa dalam bimbingan.
Skala: Likert
Indikator: Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Biasa saja
setuju
Sangat setuju
Karakteristik Responden:
Skala: Nominal
Indikator: Jenis kelamin:
1. Laki-laki
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian
Metode pada dasarnya adalah untuk mencapai tujuan. Menurut Nawawi
(1995:75) tujuan penelitian ini sebenarnya adalah untuk memecahkan masalah,
maka langkah-langkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah
dirumuskan. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif dengan studi deskriptif. Dimana peneliti akan menggambarkan seperti
apa keadaan objek penelitian.
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan (Universium) dari objek penelitian yang
dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa,
sikap hidup dan sebagainya sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data
penelitian (Bungin, 2013: 101).
Berdasarkan definisi diatas, dalam penelitian ini populasi yang dipilih
sebagai objek penelitian adalah Mahasiswa Komunikasi FISIP USU yang sedang
aktif dalam menyelesaikan skripsi dan yang telah menyelesaikan tugas akhir
skripsi. Objek penelitian diambil berdasarkan data periode pengajuan judul yang
di mulai pada Januari 2012 sampai dengan Juni 2013. Dengan alasan, mahasiswa
pada periode tersebut sudah melalui tahap seminar dan melakukan bimbingan
lebih dari lima kali. Periode tersebut dianggap relevan untuk dijadikan objek
penelitian karena sudah memiliki gambaran dan pengalaman dalam bimbingan,
Tabel 3.1
Jumlah Populasi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU yang sedang aktif dan yang
telah menyelesaikan dalam bimbingan skripsi periode Januari 2012 sampai
dengan Juni 2013
No.
Dosen Pembimbing
Populasi Mahasiswa1 Drs. Danan Djaja, M.A 4
2 Dra.Rusni, M.A 6
3 Drs. Mukti Sitompul, M.Si 7
4 Drs.Humaizi, M.A 7
5 Prof.DR.Suwardi Lubis, M.A 5
6 Dra. Nurbani, M.Si 9
7 Dra.Fatma Wardy Lubis, M.A 4
8 Drs.Amir Purba, M.A 7
9 Drs. Safrin, M.Si 12
10 Dra.Dayana, M.Si 10
11 Dra.Mazdalifah, M.Si 9
12 Dra.Dewi Kurniawati, M.Si 10
13 Dra.Lusiana A. Lubis, M.A 7
14 DR.Iskandar Zulkarnain, M.Si 10
15 DR.Inon Beydha, M.Si 5
16 Drs. Hendra Harahap, M.Si 8
Sumber Data: Departemen Komunikasi FISIP USU
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi
(Nawawi, 1995:144). Untuk penelitian ini besar sampel ditentukan berdasarkan
rumus Taro Yamane. Berdasarkan data yang diperoleh maka peneliti
menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan
90%, yakni sebagai berikut:
Keterangan :
Berdasarkan jumlah populasi yang ada maka jumlah sampel yang
ditentukan adalah sebagai berikut:
Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 61 mahasiswa.
3.2.2.1 Teknik Penarikan Sampel
18 Haris Wijaya, S.sos, M.Comm 6
19 Emilia Ramadhani, S.Sos, M.Si 12
20 Yovita S.Sitepu, S.Sos, M.Si 9
a. Sampling Proposional Nonprobability (Proposional Nonprobability Sampling).
Teknik penarikan sampel ini adalah penggunaan perwalian berimbang,
karena itulah sebelum menggunakan teknik ini, peneliti harus mengenal
lebih dahulu ciri-ciri dari populasi yang ada dan mengetahui besar kecil
sampel dari setiap populasi (Bungin, 2013: 117). Dalam hal ini, ciri-ciri
sampel yang ditetapkan adalah Mahasiswa Komunikasi FISIP USU yang
sedang dalam pengerjaan skripsi dan yang telah menyelesaikan tugas akhir
skripsi periode 2012 Januari sampai dengan 2013 Juni.
Untuk menentukan jumlah sampel dari tiap dosen pembimbing peneliti
menggunakan rumus:
Keterangan :
na = ukuran sampel tiap golongan
n = ukuran sampel
N1 = jumlah per-golongan
N = jumlah sampel
Berdasarkan rumus di atas maka dapat diperoleh jumlah sampel per-Dosen
pembimbing adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Sampel Per-Dosen
NO. Dosen Pembimbing Rumus Jumlah Sampel
Per-Dosen Pembimbing
1 Drs. Danan Djaja, M.A 2
3 Drs. Mukti Sitompul, M.Si 3
4 Drs.Humaizi, M.A 3
5 Prof.DR.Suwardi Lubis, M.A 2
6 Dra. Nurbani, M.Si 3
7 Dra.Fatma Wardy Lubis, M.A 2
8 Drs.Amir Purba, M.A 3
9 Drs. Safrin, M.Si 4
10 Dra.Dayana, M.Si 4
11 Dra.Mazdalifah, M.Si 4
12 Dra.Dewi Kurniawati, M.Si 4
13 Dra.Lusiana A. Lubis, M.A 3
14 DR.Iskandar Zulkarnain, M.Si 4
15 DR.Inon Beydha, M.Si 2
17 Drs. Syafruddin Pohan, M.Si 4
18 Haris Wijaya, S.sos, M.Comm 2
19 Emilia Ramadhani, S.Sos, M.Si 4
20 Yovita S.Sitepu, S.Sos, M.Si 3
TOTAL 61
b. Sampel Acak Sederhana
Pada penelitian ini peneliti menggunakan sampel acak sederhana, Artinya
penarikan sampel didasarkan atas pemikiran bahwa keseluruhan unit populasi
memliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Dengan demikian,
dalam rancangan ini tidak terdapat diskriminasi unit populasi yang satu
dengan unit yang lainnya. Karena semua memiliki kesempatan yang sama
untuk menjadi sampel, maka untuk menjadi sampel unit-unit populasi harus di
Random (Bungin, 2013:108).
Tata-tata cara pengundian unit-unit populasi menurut Burhan Bungin
(2013:109) adalah sebagai berikut:
1. Membuat daftar unit populasi pada lembaran khusus lengkap dengan
kode-kode khusus sebagai lambang setiap unit populasi.
2. Menulis kode-kode khusus tersebut dalam lembaran-lembaran kecil
dan dilipat atau digulung satu persatu.
3. Memasukan lembaran-lembaran kecil itu dalam suatu tempat
kemudian diacak.
4. Terakhir, mengambil lembaran-lembaran yang keluar tersebut sesuai