KERAGAMAN MORFOLOGI DAN GENOTIF TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) HASIL IRADIASI SINAR GAMMA
PADA GENERASI M2
SKRIPSI
OLEH :
Irfan Mustaqim
100301149/AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
KERAGAMAN MORFOLOGI DAN GENOTIF TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) HASIL IRADIASI SINAR GAMMA
PADA GENERASI M2
SKRIPSI
OLEH :
IRFAN MUSTAQIM
100301149/AGROEKOTEKNOLOGI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANAN
Judul Proposal : Keragaman Morfologi dan Genotif Tanaman Kedelai (Glycine max L.Merril) Hasil Radiasi Sinar Gamma Pada Generasi M2
Nama : Irfan Mustaqim
NIM : 100301149 Program Studi : Agroekoteknologi Minat : Pemuliaan Tanaman
Di Setujui Oleh: Komisi Pembimbing
Ir.Eva Sartini Bayu, MP Ir.Isman Nuriadi
Ketua Anggota
Mengetahui :
ABSTRACT
IRFAN MUSTAQIM : Morphological diversity and soybean plant genotipe (glycine max L. Merril) iradiasi gamma beam result at M2 Generation. Supervised by Eva Sartini Bayu and Isman Nuriadi.
The aim of the research was to know the character morphological and genotype of soybean plant (glycine max L. Merril). The research was conducted at experimental field of college of Agriculture USU (± 25 m asl) in November 2014-february 2015. M2 seed obtoinable from the research previous with used Anjasmoro variety result to the gamma irradiation.
The result showed that the gamma at M2 generetion dose : 100 Gy, 200 Gy and 300 Gy affected the character the time of flowering,the time of harves,plant height, the number of branches, the number of pods, the number of seeds, seed weigth per plant, weigth of 100 seeds. At 100 Gy population number of productivity the plant more increasing and at 300 Gy time of flowering become the longer.
ABSTRAK
IRFAN MUSTAQIM : Keragaman Morfologi dan Genotif Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril) Hasil Iradiasi Sinar Gamma Pada Genererasi M2, dibimbing oleh Eva Sartini Bayu dan Isman Nuriadi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter morfologi dan genotif tanaman kedelai.Penelitian ini dilakukan dilahan percobaan Fakultas Pertanian USU (± 25 meter dpl) pada bulan november 2014-februari 2015. Benih M2 diperoleh dari penelitian sebelumnya dengan menggunakan varietas anjasmoro hasil iradiasi sinar gamma.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa iradiasi sinar gamma pada generasi M2 dosis 100 Gy, 200 Gy dan 300 Gy mempengaruhi karakter umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong,jumlah biji,bobot biji pertanaman,bobot 100 biji. Pada populasi 100 Gy jumlah produktivitas tanaman semakin meningkat dan pada populasi 300 Gy umur berbunga menjadi semakin lama.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena
atas berkat dan rahmat yang diberikan oleh-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Adapun judul usulan penelitian ini adalah“ Keragaman Morfologi dan Genotif Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril) Hasil irradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M2” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan terima
kasih banyak yang sebesar-sebesarnya kepada: Ibu Ir. Eva Sartini Bayu, MP.,
selaku ketua komisi pembimbing, dan Bpk Ir.Isman Nuriadi, selaku anggota
komisi pembimbing. Serta kepada teman-teman mahasiswa yang ada di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan atas bimbingan dan dukungannya
yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
memperbaiki skripsi ini.
Medan, Maret 2015
DAFTAR ISI
Pemuliaan Mutasi Dengan Radiasi Gamma ... 7
Keragaman Genotipe Dan Fenotipe ... 10
Heritabilitas ... 10
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 12
Bahan dan Alat ... 12
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 15
Pengamatan Parameter ... 15
Tinggi Tanaman (cm) ... 15
Umur Tanaman Berbunga (hari) dan Warna Bunga ... 16
Umur Panen (hari) ... 16
Jumlah Cabang Produktif per Tanaman (cabang) ... 16
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) ... 16
Jumlah Biji per Polong (biji) ... 16
Bobot 100 Biji (gram) ... 16
Bobot Biji per Tanaman (gram) ... 16
ABSTRACT
IRFAN MUSTAQIM : Morphological diversity and soybean plant genotipe (glycine max L. Merril) iradiasi gamma beam result at M2 Generation. Supervised by Eva Sartini Bayu and Isman Nuriadi.
The aim of the research was to know the character morphological and genotype of soybean plant (glycine max L. Merril). The research was conducted at experimental field of college of Agriculture USU (± 25 m asl) in November 2014-february 2015. M2 seed obtoinable from the research previous with used Anjasmoro variety result to the gamma irradiation.
The result showed that the gamma at M2 generetion dose : 100 Gy, 200 Gy and 300 Gy affected the character the time of flowering,the time of harves,plant height, the number of branches, the number of pods, the number of seeds, seed weigth per plant, weigth of 100 seeds. At 100 Gy population number of productivity the plant more increasing and at 300 Gy time of flowering become the longer.
ABSTRAK
IRFAN MUSTAQIM : Keragaman Morfologi dan Genotif Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril) Hasil Iradiasi Sinar Gamma Pada Genererasi M2, dibimbing oleh Eva Sartini Bayu dan Isman Nuriadi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter morfologi dan genotif tanaman kedelai.Penelitian ini dilakukan dilahan percobaan Fakultas Pertanian USU (± 25 meter dpl) pada bulan november 2014-februari 2015. Benih M2 diperoleh dari penelitian sebelumnya dengan menggunakan varietas anjasmoro hasil iradiasi sinar gamma.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa iradiasi sinar gamma pada generasi M2 dosis 100 Gy, 200 Gy dan 300 Gy mempengaruhi karakter umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong,jumlah biji,bobot biji pertanaman,bobot 100 biji. Pada populasi 100 Gy jumlah produktivitas tanaman semakin meningkat dan pada populasi 300 Gy umur berbunga menjadi semakin lama.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Kedelai merupakan tanaman kaya akan protein dan minyak, sekitar 20 %
minyak dan 30% protein terkandung pada bijinya. Kedelai merupakan bahan
pangan yang penting yang dapat diolah menjadi makanan yang bergizi
(kartasapoetra, 1998). Sampai sekarang impor kedelai masih harus terpaksa
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Karena itu nilai hasil
tanaman ini demikian tinggi, maka para petani dapat tetap mengusahakan
peningkatan hasil.
Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring
dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita. Oleh karena
itu, diperlukan suplai kedelai tambahan yang harus diimpor karena produksi
dalam negeri belum dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Lahan budidaya kedelai
pun diperluas dan produktivitasnya ditingkatkan (Irwan, 2006).
Penurunan produksi menurut pendataan BPS, terjadi karena luas panen
tanaman kedelai pada tahun 2010 tercatat 660.823 ha berkurang menjadi
631.425 ha pada 2011. Sementara produksi kedelai Sumatera Utara tahun 2012
sebesar 843,15 ribu ton biji kering, turun 8,3 ribu ton atau 0,96% dari produksi
tahun 2011. Produksi kedelai pada tahun 2013 diperkirakan 847,16 ribu ton biji
kering atau mengalami peningkatan sebesar 4,00 ribu ton (0,47 persen)
dibandingkan tahun 2012. Peningkatan produksi ini diperkirakan terjadi karena
kenaikan luas panen seluas 3,94 ribu ha (0,69 persen) meskipun produktivitas
diperkirakan mengalami penurunan sebesar 0,03 kuintal/ha (0,20 persen)
Peningkatan keragaman genetik tanaman kedelai akan mempermudah
usaha dalam menyeleksi tanaman untuk mendapatkan suatu tanaman dengan sifat
yang diinginkan, misalnya karakter tanaman untuk ketahanan terhadap cekaman
kekeringan. Pemuliaan mutasi merupakan salah satu pemuliaan secara
konvensional yang tidak membutuhkan waktu relatif lama untuk meningkatkan
keragaman genetik tanaman. Induksi tanaman dengan irradiasi sinar gamma
merupakan salah satu cara dalam meningkatkan keragaman genetik tanaman
(Hanafiah et al., 2011)
Teknik mutasi dalam bidang pemulian tanaman dapat meningkatkan
keragaman tanaman sehingga memungkinkan pemuliaa melakukan seleksi
karakter tanaman sesuai dengan tujuan perlakuan bahan mutagen tertentu terhadap
organ reproduksi tanaman seperti biji ,stek batang,serbuk sari,akar rhizome,
kultur jaringan dan sebagainya (Badan Tenaga Atom Nasional, 2006).
Dosis irradiasi sinar gamma yang telah di rekomendasikan IAEA
(International Atomic Energy Agency) untuk tanaman kedelai adalah penyinaran 200 gy,yang berguna untuk memperbaiki karakter kuantitatif tanaman. Dosis
irradiasi ini bebeda untuk tiap kultivar dan spesies tanaman kedelai yang ada
(Srisombun et al.2009). Hanafiah et al. (2011) menyatakan bahwa perlakuan irradiasi mikro (50 Gy, 100 Gy, 150 Gy dan 200 Gy) menghasilkan populasi yang
berbeda dengan populasi kontrol (populasi yang tidak diiradiasi) terhadap karakter
tinggi tanaman, jumlah polong, jumlah polong bernas, jumlah cabang dan jumlah
biji, sedangkan pada karakter jumlah polong hampa tidak menyebabkan
perubahan pada populasi tanaman yang telah di irradiasi.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik melakukan
penelitian dengan judul “ Keragaman Morfologi dan Genotip Tanaman Kedelai
(Glycine max L. Merrill) Hasil Radiasi Sinar Gamma pada Generasi M2’’. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter morfologi dan genotip tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) hasil radiasi sinar gamma pada generasi M2.
Tujuan Jangka Panjang
Untuk mendapatkan galur mutan tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) yang berumur genjah dan berproduksi tinggi.
Hipotesa Penelitian
Di duga adanya perubahan karakter morfologi dan genotip tanaman
kedelai (Glycine max L. Merrill) hasil radiasi sinar gamma pada generasi M2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusun skripsi sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini juga di harapakan berguna untuk pihak
pihak yang berkepentingan di dalam budidaya tanaman kedelai.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Menurut Sharma (1993), tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta, Subdivisio : Angiospermae,
Class : Dicotyledoneae, Ordo : Polypetales, Genus : Glycine, Species :
Glycine max L. Merrill.
Kedelai berakar tunggang,pada tanah subur dan gembur akar dapat tumbuh
sampai kedalam 150 cm. Pada akar kedelai terdapat bintil akar yang merupakan
koloni-koloni dari bakteri Rhizobium japonicum. Pada tanah-tanah yang telah mengandung bakteri Rhizobium, bintil akar mulai terbentuk pada umur 15-20 hari
setelah tanam.Pada tanah yang belum pernah ditanam kedelai bakteri Rhizobium
tidak terdapat didalam tanah sehingga bintil akar tidak terbentuk
(Departemen Pertanian, 1990).
Waktu tanaman kedelai masih sangat muda, atau setelah fase menjadi
kecambah dan saat keping biji belum jatuh, batang dapat dibedakan menjadi dua.
Bagian batang sebut hipokotil bawah di bawah keping biji yang belum lepas
disebut hipokotil, sedangkan bagian di atas keping biji disebut epikotil. Batang
kedelai tersebut berwarna ungu atau hijau (Andrianto, 2004).
Daun primer sederhana berbentuk telur (oval) berupa daun tunggal
(unifoliolat) daun bertangkai sepanjang 1-2 cm, terletak berseberangan pada buku pertama di atas kotiledon. Daun-daun berikutnya yang terbentuk pada batang
utama dan pada cabang ialah daun bertiga (trifoliolat), namun adakalanya terbentuk daun berempat atau daun berlima. Bentuk anak daun beragam, dari
Bunga kedelai termasuk bunga sempurna, artinya dalam setiap bunga
terdapat alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga
masih menutup, sehingga kemungkinan terjadinya kawin silang secara alam amat
kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau putih. Tidak
semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara
sempurna. Menurut penelitian sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk
polong (Suprapto, 1989).
Kultivar kedelai memiliki bunga bergerombol terdiri atas 3-15 bunga yang
tersusun pada ketiak daun. Karakteristik bunganya seperti famili legum lainnya,
yaitu corolla (mahkota bunga) terdiri atas 5 petal yang menutupi sebuah pistil dan 10 stamen (benang sari). 9 stamen berkembang membentuk seludang yang mengelilingi putik, sedangkan stamen yang kesepuluh terpisah bebas
(Poehlman and Sleper, 1995).
Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7- 10 hari setelah munculnya
bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong yang terbentuk
pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 1-10 buah dalam setiap
kelompok. Pada setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai lebih dari 50,
bahkan ratusan. Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran biji akan
semakin cepat setelah proses pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan bentuk
polong menjadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji. Hal ini
kemudian diikuti oleh perubahan warna polong (Irwan, 2006).
Biji kedelai berkeping dua terbungkus kulit biji dan tidak mengandung
jaringan endosperma. Embrio terletak diantar keping biji. Warna kulit biji,
melekat pada dinding buah, bentuk biji kedelai pada umumnya bulat lonjong,
tetapi ada juga yang bundar atau bulat agak pipih (Departemen pertanian, 1990).
Syarat Tumbuh Iklim
Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis
dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok
bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung.
Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab
(Prihatman, 2000).
Kedelai adalah tanaman cuaca panas cocok untuk pertumbuhan sepanjang
tahun di sebagian besar daerah tropis. Suhu minimal 150C diperlukan untuk
berkecambah benih dan rata-rata suhu 20-250C untuk tumbuh tanaman. Kedelai
memerlukan setidaknya moderat kelembaban tanah untuk berkecambah dan bibit
untuk menjadi mapan, tetapi membutuhkan kering cuaca untuk produksi biji
kering (perhatikan bahwa segar, biji hijau untuk konsumsi langsung dapat
diproduksi selama musim hujan). Kedelai menderita jika tanah tergenang air.
Tanaman kedelai dapat menahan kekeringan yang cukup (Martin, 1998).
Kedelai menghendaki air yang cukup pada masa pertumbuhannya,
terutama pada saat pengisian biji. Curah hujan yang optimal untuk budidaya
kedelai adalah 100-200 mm/bulan, sedangkan tanaman kedelai dapat tumbuh baik
Tanah
Tanaman ini umum nya dapat beradaptasi terhadap berbagai jenis tanah,
dan menyukai tanah yang bertekstur ringan hingga sedang, dan berdrainase baik.
Tanaman kedelai peka terhadap kondisi salin (Rubatzky dan Yamaguci, 1989).
Kedelai membutuhkan pupuk, termasuk macronutrients fosfor dan kalium
(P dan K) dan kadang-kadang mikronutrien. Nitrogen tidak diperlukan jika
kedelai yang diinokulasi dengan benar. Kedelai membutuhkan jumlah yang agak
besar fosfor, kalsium, magnesium, dan sulfur. Elemen kecil kadang-kadang
diperlukan. Kedelai tidak dapat direkomendasikan untuk tanah yang tidak dibuahi
(Martin, 1998).
Pemuliaan Mutasi Dengan Radiasi Gamma
Mutasi adalah perubahan atau susunan atau konstruksi dari gen maupun
kromosom suatu individu tanaman, sehingga memperlihatkan penyimpangan
(perubahan) dari individu asalanya dan bersifat baka (turun-temurun). Mutasi
dapat terjadi secara alamiah, tetapi frekwensinya sangat rendah, yaitu 106 pada
setiap generasi. Untuk mempercepat terjadinya mutasi dapat dilakukan secara
buatan dengan memberikan perlakuan-perlakuan sehingga terjadi mutasi (induced mutation). Mutasi pada tanaman dapat menyebabkan perubahan-perubahan bagian tanaman baik bentuk maupun warnanya juga perubahan pada sifat-sifat lainnya
(Herawati dan Setiamihardja, 2000).
Mutasi tidak dapat diamati pada generasi M1, kecuali yang termutasi
adalah gamet haploid. Adanya mutasi dapat di tentukan pada generasi M2 dan
seterusnya. Semakin tinggi dosis, maka semakin banyak terjadi mutasi dan makin
tanaman M1 dengan frekwensi mutasi, membuktikan bahwa penilaian kuantitatif
terhadap kerusakan tanaman M1 dapat digunakan sebagai indikator dalam
permasalahan pengaruh dosis pada timbulnya mutasi (Mugiono, 2001).
Mutasi dapat terjadi pada setiap bagian tanaman dan fase pertumbuhan
tanaman, namun lebih banyak terjadi pada pada bbagian yang sedang aktif
mengadakan pembelahan sel seperti tunas, biji dan sebagainya. Secara molekuler,
dapat dikatakan bahwa mutasi terjadi karena adanya perubahan urutan (sequence) nukleotida DNA kromosom, yang mengakibatkan terjadinya perubahan pada
protein yang dihasilkan (Oeliem dkk, 2008).
Tujuan pemuliaan mutasi adalah (1) untuk memperbaiki satu atau
beberapa karakter khusus dari suatu kultivar/galur, (2) untuk membentuk penanda
morfologi (warna, rambut, braktea dan lain-lain). Sebagai idenditas pada
galur-galur harapan, (3) untuk membentuk galur-galur mandul jantan yang berguna bagi
pembentukan kultivar hibrida, (4) untuk mendapatkan karakter khusus dalam
genotipe yang telah beradaptasi (Herawati dan Setiamihardja, 2000).
Penggunaan energi seperti sinar gamma pada tanaman akan memberikan
pengaruh yang baik di bidang pertanian, dengan perlakuan dosis radiasi sinar
gamma dengan dosis yang tepat diperoleh tanaman yang mempunyai sifat-sifat
yang seperti hasil tinggi, umur pendek, tahan terhadap penyakit tetapi kenyataan
yang ditimbulkan tidak semuanya memenuhi harapan (Suryowinoto, 1987).
Iradiasi adalah suatu pancaran energi yang berpindah melalui
partikel-partikel yang bergerak dalam ruang atau melalui gerak gelombang cahaya. Zat
yang dapat memancarkan iradiasi disebut zat radioaktif. Zat radioaktif adalah zat
transformasi spontan menjadi zat dengan inti atom yang lebih stabil dengan
mengeluarkan partikel atau sifat sinar tertentu. Proses tranformasi spontan ini
disebut peluruhan, sedangkan proses pelepasan partikel atau sinar tertentu disebut
iradiasi. Iradiasi yang terjadi akibat peluruhan inti atom dapat berupa partikel alfa,
beta, dan sinar gamma. Pada umumnya sinar gamma yang digunakan untuk
radiasi adalah hasil peluruhan inti atom Cobalt-60. Cobalt-60 adalah sejenis metal
yang mempunyai karateristik hampir sama dengan besi/nikel (Sinaga, 2000).
Dosis radiasi yang tinggi mempengaruhi proses fisiologis tanaman yang
berakibat terganggunya proses fotosintesis sehingga unsur-unsur yang diperlukan
tanaman terhambat. Bila fotosintesis terganggu dan unsur-unsur yang diperlukan
terhambat maka pembentukan buah akan terhambat pula dan umur panen akan
menjadi lama (Hartati, 2000).
Pengaruh peningkatan dosis mutagen terhadap kerusakan sel, dimana
kerusakan atau kematian tidak terjadi sekaligus sesuai dengan meningkatnya
dosis. Hal ini menunjukkan bahwa suatu molekul atau sel yang peka maka
molekul atau sel tersebut akan rusak atau mati. Sebaliknya apabila yang terkena
radiasi adalah molekul atau sel yang tidak peka maka sel atau molekul tersebut
tidak mati. Makin tinggi dosis makin banyak terjadi mutasi dan makin tinggi pula
kerusakannya, dimana dosis iradiasi diukur dalam satuan Gray (Gy), dimana 1 Gy
= 0,10 krad, yakni 1 J energi per kilogram iradiasi yang dihasilkan. Dosis iradiasi
dibagi 3 yaitu tinggi (>10 kGy), sedang (1-10 kGy) dan rendah (< 1 kGy)
(Mugiono, 2001).
Sinar gamma dapat menembus jaringan tanaman hingga beberapa
menghasilkan radikal bebas yang reaktif dan bereaksi dengan molekul di dalam
sel. Reaksi yang terjadi mengacaukan proses-proses biokimia di dalam sel
sehingga mengganggu keseimbangan sel. Keadaan ini menyebabkan molekul lain
di dalam sel tidak dapat bekerja seperti semula (Skou, 1971).
Pengaruh peningkatan dosis mutagen terhadap kerusakan fisologis
memberikan kurva sigmoid, dimana kerusakan atau kematian tidak terjadi
sekaligus sesuai dengan meningkat nya dosis. Hal ini menunjukkan bahwa suatu
molekul atau sel yang peka maka molekul atau sel tersebut akan rusak atau mati.
Sebaliknya apabila yang terkena radiasi adalah molekul atau sel yang tidak peka
maka sel atau molekul tersebut tidak mati. Makin tinggi dosis makin banyak
terjadi mutasi dan makin tinggi pula kerusakannya (Mugiono, 2001).
Keragaman Genotipe dan Fenotipe
Pada umumnya tanaman memiliki perbedaan fenotipe dan genotipe yang
sama. Perbedaan varietas cukup besar mempengaruhi perbedaan sifat dalam
tanaman. Keragaman penampilan terjadi akibat sifat dalam tanman (genetik) atau
perbedaan lingkungan kedua-duanya. Perbedaan susunan genetik merupakan salah
satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program genetik
merupakan suatu untaian susunan genetik yang akan diekspresikan pada satu atau
keseluruhan fase pertumbuhan yang berbeda dan dapat di ekspresikan pada
berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman dan akhirnya
menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995).
Keragaman genetik alami merupakan sumber bagi setiap program
pemuliaan tanaman. Variasi ini dapat dimanfaatkan, seperti semula dilakukan
dimanfaatkan dalam program persilangan yang canggih untuk mendapatkan
kombinasi genetik yang baru. Jika perbedaan dua individu yang mempunyai
faktor lingkungan yang sama dapat diukur ,maka perbedaan ini berasal dari kedua
genotip tanaman tersebut. Keragaman genetik menjadi perhatian utama para
pemulia tanaman, karena melaui pengelolaan yang tepat dapat menghasilkan
varietas baru yang lebih baik (Welsh, 2005).
Heritabilitas
Heritabilitas adalah proporsi dari variasi fenotipe total yang disebabkan
oleh efek gen. Heritabilitas dari suatu sifat tertentu berkisar dari 0 sampai 1
(Stansfield, 1991).
Nilai heritabilitas suatu sifat bergantung pada tindak gen yang
mengendalikan gen tersebut. Jika heritabilitas dalam arti sempit suatu sifat
bernilai tinggi, maka sifat tersebut dikendalikan oleh gen aditif pada kadar yang
tinggi. Sebaliknya jika heritabilitas dalam arti sempit bernilai rendah, maka sifat
tersebut dikendalikan oleh tindak gen bukan aditif (dominan dan epistasis) pada
kadar yang tinggi. Heritabilitas akan bermakna jika varians genetik didominasi
oleh varians aditif karena pengaruh aditif setiap alel akan diwariskan dari tetua
kepada progeninya (Suprapto dan Khairudin, 2007).
Seleksi terhadap tanaman untuk produk tinggi tidak efektif bila pengaruh
lingkungan begitu besar sehingga menutupi variasi genetik dimana keragaman
sifat kuantitatif yang diwariskan pada turunannya disebut heritabilitas.
Heritabilitas dapat didefenisikan sebagai proporsi keragaman yang disebabkan
varietas dari suatu populasi disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan
(Hasyim, 2005).
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dilahan Pertanian, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat 25 meter di atas
permukaan laut, yang di mulai dari bulan November 2015 sampai dengan selesai.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai hasil
mutasi (M2) yaitu mutasi Anjasmoro yang merupakan turunan M1 , dengan
berbagai taraf sebagai objek yang diamati, kapur dolomite sebagai bahan
tambahan untuk menggemburkan dan menetralkan pH tanah, pupuk kandang
sebagai tambahan bahan organik, pupuk anorganik (Urea, KCl, TSP), insektisida
untuk mengendalikan hama, fungisida untuk mengendalikan jamur, dan
bahan-bahan lainnya yang mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan adalah cangkul, parang, pacak sampel, handsprayer
sebagai alat aplikasi insektisida dan fungisida, timbangan analitik, gembor,
meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, tali plastik, alat tulis,
kalkulator, kertas label dan alat-alat lainnya yang mendukung penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan non faktorial menggunakan benih
hasil M1 dengan berbagai dosis iradiasi sinar gamma (I) dengan 4 taraf, yaitu :
P0 = Populasi Varietas Anjasmoro turunan F2 (kontrol)
P1 = Populasi M2 dengan dosis radiasi 100 Gray
P2 = Populasi M2 dengan dosis radiasi 200 Gray
Jarak Tanam : 40 cm x 20 cm
Jumlah plot : 4 plot
Jarak antar plot : 30 cm
Jumlah tanaman/plot : Plot 1 (kontrol) 120 tanaman
Plot 2 (100 Gy) 840 tanaman
Plot 3 (200 Gy) 496 tanaman
Plot 4 (300 Gy) 52 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 1508 Tanaman
Model Analisis
Untuk membandingkan secara statistik karakter tanaman yang diteliti
dengan deskripsi tanaman, maka dilakukan uji t pada taraf 5% dengan
menggunakan software Minitab 14.
Nilai Heritabilitas (h2)
Heritabilitas dihitung untuk tiap parameter. Dilakukan pada akhir
peneletian dengan menggunakan rumus :
Variasi genetik ditentukan berdasarkan pada koefisien variasi genetik (KVG) dan
koefisien variasi fenotipe (KVP) menggunakan metode yang dikemukakan oleh
Singh dan Chaudhari (1977), sebagai berikut :
%
Nilai KVG mutlak yang tertinggi ditetapkan dari nilai
KVG relatif 100 %.
Nilai KVG mutlak yang tertinggi ditetapkan dari nilai
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan vegetasi gulma,
sampah/kotoran, bebatuan, dan bongkahan kayu. Tempat penelitian dekat dengan
sumber air, bebas mendapat cahaya matahari dan areal tanam tidak tergenang air.
Kemudian di buat bedengan atau plot dengan ukuran 80 cm x 200 cm, kemudian
dibuat saluran drainase antar plot atau bedengan dengan lebar 50 cm. Bedengan
diolah menggunakan cangkul dan digemburkan 2 tahap dengan interval 3 hari lalu
pada tahap ke-2 dicampur dengan kompos dengan kebutuhan 4 kg per plot.
Penanaman
Benih kedelai hasil mutasi (M1) dengan 4 populasi hasil irradiasi, yaitu 0
Gy (Kontrol), 100 Gy, 200 Gy dan 300 Gy di pilih di rendam dalam air selama +
15 Menit. Lubang tanam dibuat dengan menggunakan tugal sedalam ± 3cm,
dengan jarak tanam 40cm x 20cm. Dimana setiap lubang tanam dimasukkan 1 biji
per lubang tanam kemudian ditutupi dengan kompos atau top soil.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk tunggal. Pemupukan
dilakukan pada saat penanaman sesuai dosis anjuran kebutuhan pupuk kedelai
yaitu 100 kg Urea/ha (0,625 g/tanaman), 200 kg TSP/ha (1,25 g/tanaman) dan 100
kg KCl/ha (0,625 g/tanaman).
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari,
Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membebaskan tanaman dari tanaman
pengganggu (gulma). Penyiangan dapat dilakukan dua kali tergantung kondisi,
yaitu pada saat tanaman berumur 2-3 minggu dan 5-6 minggu setelah tanam,
tergantung pada keadaangulma.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan jika terjadi serangan, dengan
menyemprotkan insektisida dengan konsentrasi 2 cc/liter air. Sedangkan
pengendalian penyakit dengan menggunakan fungisida dengan dosis
2 cc/liter. Pengendalian disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Panen
Panen dilakukan dengan cara memetik polong satu persatu dengan
menggunakan tangan. Panen dilakukan pada tanaman yang berumur 76 – 85 hari.
Kriteria panen kedelai ditandai dengan kulit polong sudah berwarna kuning
kecoklatan sebanyak 95% dan daun sudah berguguran tetapi bukan karena adanya
serangan hama dan penyakit.
Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap minggu sejak tanaman
berumur 2 MST sampai berumur 8 MST, dengan interval seminggu sekali.
Pengukuran dilakukan menggunakan meteran dengan menegakkan tanaman.
Umur Tanaman Berbunga (hari)
Pengamatan umur tanaman berbunga diamati tiap tanaman dan warna
bunga dilakukan apabila bunga telah keluar dari ketiak daun, diamati tiap
tanaman.
Umur Panen (hari)
Pengamatan umur panen dihitung ketika polong kedelai telah mencapai
warna polong matang 90 % yang ditandai dengan warna kecoklatan pada
polong.
Jumlah Cabang Produktif per Tanaman (cabang)
Cabang yang dihitung adalah cabang yang keluar dari batang utama dan
dilakukan pada saat panen.
Jumlah Polong Berisi per tanaman (polong)
Polong berisi diamati saat panen, dengan cara menghitung polong yang
berisi sempurna pada tiap tanaman.
Jumlah Biji per Polong (biji)
Jumlah biji dihitung dengan cara menghitung banyaknya biji yang terdapat
dalam satu polong, dan biji yang dihitung adalah biji yang berisi sempurna.
Caranya polong dibuka dan biji didalamnya dihitung tiap polong per tanaman.
Bobot 100 Biji (g)
Pengamatan dilakukan setelah panen, bobot dari 100 butir biji kering
ditimbang dari setiap tanaman.
Bobot Biji per Tanaman
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Umur Berbunga (hari)
Berdasarkan Tabel 1 umur berbunga hasil iradiasi pada dosis 100 Gy
berbeda tidak nyata terhadap kontrol, sedangkan pada dosis 200 Gy dan 300 Gy
berbeda sangat nyata terhadap kontrol.
Tabel 1 . Umur Berbunga (hari) Hasil iradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M2
Dosis Irradiasi Rataan Umur Berbunga (hari) T-Value
Po(kontrol) 33,75
P1(100 Gy) 33,84 0,46 tn
P2(200 Gy) 35,81 5,79 **
P3(300 Gy) 38,85 7,70 **
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t,berbeda nyata terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi kontrol(**) pada taraf 1 %
Gambar 1. Rasim Bunga Tidak Berkembang Pada Dosis 300 Gy
Dari tabel 1 dapat dilihat rataan umur berbunga pada setiap populasi
tanaman pada generasi M2 , dimana rataan umur berbunga (hari) terlama terdapat
pada populasi tanaman 300 Gy (38,85 hari) dan tercepat pada populasi kontrol
Umur Panen (hari)
Berdasarkan Tabel 2 menunjukan bahwa umur panen tanaman hasil
iradiasi sinar gamma pada dosis 100 Gy, 200 Gy, dan 300 Gy berbeda sangat
nyata terhadap kontrol.
Tabel 2.Umur Panen (hari) Hasil iradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M2
Dosis Irradiasi Rataan Umur Panen (hari) T-Value
P0(kontrol) 83,30
P1(100 Gy) 84,42 8,29 **
P2(200 Gy) 86,75 6,52 **
P3(300 Gy) 92,77 6,41 **
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t,berbeda nyata terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi kontrol(**) pada taraf 1 %
Tabel 2 menunjukkan rataan umur panen (hari) dari setiap populasi
tanaman pada generasi M2, dimana rataan umur panen (hari) terlama terdapat
pada populasi 300 Gy (92,77 hari) dan tercepat pada populasi kontrol (83,30 hari).
Tinggi Tanaman
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa tinggi tanaman hasil iradiasi
sinar gamma pada dosis 100 Gy berbeda tidak nyata pada kontrol, sedangkan pada
dosis 200 Gy dan 300 Gy berbeda sangat nyata terhadap kontrol.
Tabel 3.Tinggi Tanaman Hasil iradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M2
Dosis Irradiasi Rataan Tinggi Tanaman (cm) T-Value
P0(kontrol) 51,37
P1(100 Gy) 51,48 0,10 tn
P2(200 Gy) 46,02 -4,91 **
P3(300 Gy) 44,97 -3,31 **
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t,berbeda nyata terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi kontrol(**) pada taraf 1 %
Tabel 3 menunjukkan rataan tinggi tanaman dari setiap populasi tanaman
pada generasi M2. Dimana rataan tertinggi terdapat pada populasi tanaman
Jumlah Cabang Produktif Per Tanaman (cabang)
Berdasarkan Tabel 4 jumlah cabang produktif hasil iradiasi 100 Gy
berbeda tidak nyata terhadap kontrol,sedangkan pada dosis 200 Gy berbeda
nyata terhadap kontrol, sedangkan pada dosis 300 Gy berbeda sangat nyata
terhadap kontrol.
Tabel 4. Jumlah Cabang Produktif Hasil iradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M2 Dosis Irradiasi Rataan Cabang Produktif (cabang) T-Value
P0(kontrol) 4,15
P1(100 Gy) 3,96 -0,75 tn
P2(200 Gy) 3,45 -2,74 *
P3(300 Gy) 2,62 -5,00 **
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t,berbeda nyata terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi kontrol(**) pada taraf 1 %
Tabel 4 menunjukkan rataan jumlah cabang produktif dari setiap populasi
tanaman pada generasi M2. Dimana rataan jumlah cabang produktif tertinggi
terdapat pada populasi tanaman kontrol (4,15) dan terendah terdapat pada
populasi tanaman 300 Gy (2,62)
Jumlah Polong Berbiji Satu (Polong)
Berdasarkan Tabel 5 jumlah polong berbiji satu hasil iradiasi 100 Gy dan
200 Gy berbeda sangat nyata terhadap kontrol, sedangkan pada 300 Gy tidak
berbeda nyata terhadap kontrol.
Tabel 5. Jumlah Polong Berbiji satu (Polong) Hasil iradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M2
Tabel 5 menunjukkan rataan jumlah polong berbiji satu (polong) dari
setiap populasi tanaman. Dimana rataan jumlah polong berbiji satu (polong)
tertinggi terdapat pada populasi tanaman 200 Gy (5,36 Polong) dan terendah
terdapat pada populasi tanaman kontrol (2,25 Polong).
Jumlah Polong Berbiji Dua (polong)
Berdasarkan Tabel 6 jumlah polong berbiji dua hasil iradiasi 100 Gy dan
200 Gy tidak berbeda nyata terhadap kontrol, sedangkan pada dosis 300 Gy
berbeda sangat nyata terhadap kontrol.
Tabel 6. Jumlah Polong Berbiji Dua (Polong) Hasil iradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M2
Dosis Irradiasi Rataan Polong Berbiji Dua (polong) T-Value
P0(kontrol) 30,4
P1(100 Gy) 34,8 1,49 tn
P2(200 Gy) 30,4 -0,01 tn
P3(300 Gy) 20,3 -2,88 **
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t,berbeda nyata terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi kontrol(**) pada taraf 1 %
Tabel 6 menunjukkan rataan jumlah polong berbiji dua (polong) dari
setiap populasi tanaman pada generasi M2. Dimana rataan jumlah polong berbiji
dua (polong) tertinggi terdapat pada populasi tanaman 200 Gy (30,4 Polong) dan
terendah terdapat pada populasi tanaman 300 Gy (20,3 Polong).
Jumlah Polong Berbiji Tiga (polong)
Berdasarkan Tabel 7 jumlah polong berbiji tiga hasil iradiasi 100 Gy dan
300 Gy berbeda sangat nyata terhadap kontrol, sedangkan pada dosis 200 Gy
Tabel 7.Jumlah Polong Berbiji tiga (Polong) Hasil iradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M2
Dosis Irradiasi Rataan Polong Berbiji Tiga (polong) T-Value
P0(kontrol) 19,65
P1(100 Gy) 24,67 3,08 **
P2(200 Gy) 20,20 0,30 tn
P3(300 Gy) 12,00 -3,70 **
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t,berbeda nyata terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi kontrol(**) pada taraf 1 %
Tabel 7 menunjukkan rataan jumlah polong berbiji tiga (polong) dari
setiap populasi tanaman pada generasi M2. Dimana jumlah rataan polong berbiji
tiga (polong) tertinggi terdapat pada populasi tanaman 100 Gy (24,67 polong) dan
terendah terdapat pada populasi tanaman 300 Gy (12,00 polong).
Jumlah Polong Berbiji Empat (Polong)
Berdasarkan Tabel 8 jumlah polong berbiji empat (polong) hasil dosis
iradiasi 100 Gy, 200 Gy dan 300 Gy berbeda tidak nyata terhadap kontrol.
Tabel 8.Jumlah Polong Berbiji Empat (Polong) Hasil Iradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M2
Dosis Irradiasi Rataan Polong Berbiji Empat (Polong) T-Value
P0(kontrol) 0,15
P1(100 Gy) 0,23 0,69 tn
P2(200 Gy) 0,27 0,99 tn
P3(300 Gy) 0,03 -0,96 tn
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t,berbeda nyata terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi kontrol(**) pada taraf 1 %
Tabel 8 menunjukkan rataan jumlah polong berbiji empat (polong) dari
setiap populasi tanaman. Dimana jumlah rataan polong berbiji empat (Polong)
tertinggi terdapat pada populasi tanaman 200 Gy (0,27 Polong).
Jumlah Polong Berisi (polong)
Berdasarkan Tabel 9 jumlah polong berisi (polong) hasil dosis iradiasi 100 Gy dan 300 Gy berbeda sangat nyata terhadap kontrol, sedangkan pada dosis 200
Tabel 9. Jumlah Polong Berisi (Polong) Dosis Hasil iradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M2
Dosis Irradiasi Rataan Polong Berisi (polong) T-Value
P0(kontrol) 52,5
P1(100 Gy) 64,6 2,28 **
P2(200 Gy) 47,4 -1,11 tn
P3(300 Gy) 36,9 -2,91**
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t,berbeda nyata terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi kontrol(**) pada taraf 1 %
Dari tabel 9 dapat di lihat jumlah polong berisi(polong) tertinggi terdapat
pada populasi tanaman 100 Gy (64,6 Polong) dan terendah terdapat pada populasi
tanaman 300 Gy (36,9 Polong).
Jumlah Polong Hampa (polong)
Berdasarkan tabel 10 jumlah polong hampa(polong) hasil iradiasi 100 Gy
berbeda tidak nyata terhadap kontrol,sedangkan pada dosis 200 Gy dan 300 Gy
berbeda sangat nyata terhadap kontrol.
Tabel 10. Jumlah Polong Hampa Hasil Iradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M2
Dosis Irradiasi Rataan Polong Hampa (polong) T-Value
P0(kontrol) 0,20
P1(100 Gy) 0,54 2,43 tn
P2(200 Gy) 1,13 3,89 **
P3(300 Gy) 2,62 3,76 **
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t,berbeda nyata terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi kontrol(**) pada taraf 1 %
Tabel 10 menunjukkan bahwa rataan jumlah polong hampa tertinggi
terdapat pada populasi tanaman 300 Gy (2,62) dan terendah terdapat pada
populasi tanaman kontrol.
Jumlah Biji Polong Berbiji Satu (biji)
Berdasarkan tabel 11 jumlah biji polong berbiji satu (biji) hasil iradiasi
populasi tanaman 100 Gy dan 200 Gy berbeda sangat nyata terhadap kontrol,
Tabel 11. Jumlah Biji Polong Berbiji satu (biji) Hasil Iradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M2
Dosis Irradiasi Rataan Biji Polong Berbiji Satu (biji) T-Value
P0(kontrol) 2,20
P1(100 Gy) 4,41 3,78 **
P2(200 Gy) 4,41 3,43 **
P3(300 Gy) 3,23 1,19 tn
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t,berbeda nyata terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi kontrol(**) pada taraf 1 %
Tabel 11 menunjukkan bahwa rataan jumlah biji polong berbiji satu (biji)
dari setiap populasi tanaman. Dimana rataan jumlah biji polong berbiji satu (biji)
tertinggi terdapat pada populasi tanaman 100 Gy (4,41) dan 200 Gy (4,41) dan
terendah terdapat pada populasi kontrol.
Jumlah Biji Polong Berbiji Dua (biji)
Berdasarkan tabel 12 jumlah biji polong berbiji dua(biji) hasil iradiasi
populasi tanaman 100 Gy dan 200 Gy berbeda tidak nyata terhadap kontrol,
sedangkan pada populasi 300 Gy berbeda sangat nyata terhadap kontrol.
Tabel 12. Jumlah Biji Polong Berbiji dua (biji) Hasil Iradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M2
Dosis Irradiasi Rataan Biji Polong Berbiji Dua (biji) T-Value
P0(kontrol) 56,5
P1(100 Gy) 63,6 1,24 tn
P2(200 Gy) 50,4 -1,02 tn
P3(300 Gy) 26,0 -4,74 **
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t,berbeda nyata terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi kontrol(**) pada taraf 1 %
Tabel 12 menunjukkan bahwa rataan jumlah biji polong berbiji dua (biji)
dari setiap populasi tanaman. Dimana rataan jumlah biji polong berbiji dua (biji)
tertinggi terdapat pada populasi tanaman 100 Gy (63,6 biji) dan terendah terdapat
Jumlah Biji Polong Berbiji Tiga (biji)
Berdasarkan tabel 13 jumlah biji polong berbiji tiga (biji) hasil iradiasi
populasi tanaman 100 Gy dan 200 Gy berbeda tidak nyata terhadap kontrol,
sedangkan pada populasi 300 Gy berbeda sangat nyata terhadap kontrol.
Tabel 13. Jumlah Biji Polong Berbiji Tiga (biji) Hasil Iradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M2
Dosis Irradiasi Rataan Biji Polong Berbiji Tiga (biji) T-Value
P0(kontrol) 56,3
P1(100 Gy) 67,0 2,32 tn
P2(200 Gy) 48,9 -1,45 tn
P3(300 Gy) 23,4 -6,31 **
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t,berbeda nyata terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi kontrol(**) pada taraf 1 %
Tabel 13 menunjukkan bahwa rataan jumlah biji polong berbiji tiga (biji)
dari setiap populasi tanaman. Dimana rataan jumlah biji polong berbiji tiga (biji)
tertinggi terdapat pada populasi tanaman 100 Gy (67,0 biji) dan terendah terdapat
pada populasi tanaman 300 Gy (23,4 biji).
Jumlah Biji Polong Berbiji Empat (biji)
Berdasarkan tabel 14 jumlah biji polong berbiji empat (biji) hasil iradiasi
populasi tanaman 100 Gy, 200 Gy dan 300 Gy berbeda tidak nyata terhadap
populasi kontrol.
Tabel 14.Jumlah Biji Polong Berbiji Empat (biji) Hasil Iradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M2
Dosis Irradiasi Rataan Polong Berisi Empat (biji) T-Value
P0(kontrol) 0,60
P1(100 Gy) 0,96 0,75 tn
P2(200 Gy) 1,85 0,90 tn
P3(300 Gy) 0,11 -1,07 tn
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t,berbeda nyata terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi kontrol(**) pada taraf 1 %
Tabel 14 menunjukkan bahwa rataan jumlah biji polong berbiji empat
tanaman 200 Gy (1,85 biji) dan terendah terdapat pada populasi tanaman 300 Gy
(0,11 biji).
Jumlah Biji Per Tanaman (biji)
Berdasarkan tabel 15 jumlah biji pertanaman hasil iradiasi 100 Gy dan 200
Gy berbeda tidak nyata terhadap kontrol, sedangkan pada dosis 300 Gy berbeda
sangat nyata terhadap kontrol.
Tabel 15. Jumlah Biji pertanaman Pada Hasil iradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M2
Dosis Irradiasi Rataan Jumlah Biji Per Tanaman (biji) T-Value
P0(kontrol) 115,0
P1(100 Gy) 136,0 2,27 tn
P2(200 Gy) 104,7 -1,03 tn
P3(300 Gy) 52,8 -5,82 **
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t,berbeda nyata terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi kontrol(**) pada taraf 1 %
Tabel 15 menunjukkan bahwa rataan jumlah biji per tanaman dari setiap
populasi tanaman. Dimana rataan jumlah biji pertanaman tertinggi terdapat pada
populasi tanaman 100 Gy (136,0 biji), dan terendah terdapat pada populasi
tanaman 300 Gy (52,8 biji). Bobot 100 Biji (g)
Berdasarkan tabel 16 bobot 100 biji (g) hasil iradiasi dosis 100 Gy
berbeda sangat nyata dengan kontrol, sedangkan pada dosis 200 Gy dan 300 Gy
berbeda tidak nyata terhadap kontrol.
Tabel 16. Bobot 100 Biji Pada hasil iradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M2
Dosis Irradiasi Rataan Bobot 100 Biji (g) T-Value
P0(kontrol) 14,89
P1(100 Gy) 17,07 4,66 **
P2(200 Gy) 14,37 -0,85 tn
P3(300 Gy) 16,36 0,88 tn
Tabel 16 menunjukkan bahwa rataan jumlah bobot 100 biji (g) dari setiap
populasi tanaman. Dimana rataan jumlah bobot 100 biji (g) tertinggi terdapat
pada populasi tanaman 100 Gy (17,07 g) dan terendah terdapat pada populasi
tanaman 200 Gy (14,37 g).
Bobot Biji Per Tanaman (g)
Berdasarkan tabel 17 bobot biji per tanaman hasil iradiasi 100 Gy dan 300
Gy berbeda sangat nyata terhadap kontrol, sedangkan pada dosis 200 Gy berbeda
tidak nyata terhadap konntrol.
Tabel 17. Bobot Biji Per Tanaman Pada Hasil Iradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M2
Dosis Irradiasi Rataan Bobot Biji Per Tanaman (g) T-Value
P0(kontrol) 17,44
P1(100 Gy) 23,31 3,38 **
P2(200 Gy) 16,76 -0,59 tn
P3(300 Gy) 9,10 -4,18 **
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t,berbeda nyata terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi kontrol(**) pada taraf 1 %
Tabel 17 menunjukkan bahwa rataan jumlah bobot biji pertanaman dari
setiap populasi tanaman. Dimana rataan jumlah bobot biji pertanaman tertinggi
terdapat pada populasi tanaman 100 Gy (23,31 g) dan terendah terdapat pada
Tabel 18. Variabilitas fenotipe σ²p populasi tanaman kontrol.
Jumlah Polong Berbijji 1 3,78
Jumlah Polong Berbiji 2 150,89
Jumlah Polong Berbiji 3 42,03
Jumlah Polong Berisi 205,02
Jumlah Biji Polong Berbiji 1 3,64
Jumlah Biji Polong Berbiji 2 606,06
Jumlah Biji Polong Berbiji 3 341,17
Jumlah Biji Per Tanaman 1530,68
Bobot Biji Per Tanaman 54,73
Bobot 100 Biji 3,46
Tabel 19.Variabilitas genetik (σ²g) variabilitas fenotipe (σ²p),koefisien variabilitas genetik (KVG), koefisien variabilitas fenotipe (KVP)
populasi tanaman 100 Gy.
Jumlah Biji Polong Berbiji 2 114,71 388,64 23,18 30,98 Jumlah Biji Polong Berbiji 3 265,65 526,97 24,32 34,25
Jumlah Biji Per Tanaman 287,78 1145,23 14,43 24,88
Bobot Biji Per Tanaman 9,46 35,14 18,98 25,43
Bobot 100 Biji 2,09 5,54 8,46 13,79
Keragaman Genetik
Hasil perhitungan variabilitas genetik (σ²g) variabilitas fenotipe
Pada populasi 100 Gy dapat dilihat pada tabel 19.Nilai KVG berkisar antara
0,97-89-14 dan nilai KVP berkisar antara 2,13-99,10.
Tabel 20.Variabilitas genetik (σ²g) variabilitas fenotipe (σ²p),koefisien
variabilitas genetik (KVG), koefisien variabilitas fenotipe (KVP) populasi tanaman 200 Gy
Karakter σ²g σ²p KVG KVP Umur Berbunga 6,73 7,24 7,24 7,51
Umur Panen 21,29 21,51 5,32 5,35
Tinggi Tanaman 10,28 27,23 6,97 11,34
Jumlah Cabang Produktif 0,32 0,91 12,05 27,63 Jumlah Polong Berbijji 1 26,74 30,51 96,42 103,01 Jumlah Polong Berbiji 2 40,15 122,75 5,30 36,43 Jumlah Polong Berbiji 3 59,30 101,33 38,12 49,83 Jumlah Polong Berisi 203,04 408,05 30,05 42,62 Jumlah Biji Polong Berbiji 1 15,11 18,75 88,09 98,14 Jumlah Biji Polong Berbiji 2 180,63 454,56 24,46 42,43 Jumlah Biji Polong Berbiji 3 477,28 738,60 44,71 55,62 Jumlah Biji Per Tanaman 993,56 1851,01 30,11 41,10 Bobot Biji Per Tanaman 22,20 47,88 16,00 42,30
Bobot 100 Biji 12,35 15,80 24,45 27,66
Hasil perhitungan variabilitas genetik (σ²g) variabilitas fenotipe
( σ²p),koefisien variabilitas fenotipe (KVP),koefisien variabilitas genetik (KVG)
Pada populasi 200 Gy dapat dilihat pada tabel 20.Nilai KVG berkisar antara
Tabel 21.Variabilitas genetik (σ²g) variabilitas fenotipe (σ²p), koefisien variabilitas genetik (KVG), koefisien variabilitas fenotipe (KVP)
populasi tanaman 300 Gy
( σ²p),koefisien variabilitas fenotipe (KVP),koefisien variabilitas genetik (KVG)
Pada populasi 300 Gy dapat dilihat pada tabel 21.Nilai KVG berkisar antara
7,20-103,88 dan nilai KVP berkisar antara 6,33-106,72.
Tabel 22. Nilai duga heritabilitas untuk masing-masing dosis irradiasi
Karakter Nilai Duga h2 per Dosis Irradiasi
Heritabilitas
Tabel 22 menunjukkan nilai heritabilitas terendah terdapat pada dosis 100
Gy 0,01 yaitu pada parameter umur berbunga, untuk nilai heritabilitas tertinggi
dari dosis irradiasi banyak ditemui pada dosis 200 Gy, sedangkan nilai
heritabilitas tertinggi terdapat pada dosis 300 Gy 1,00 yaitu pada parameter umur
panen.
Pembahasan
Berdasarkaan hasil penelitian menunjukkan bahwa umur berbunga hasil
iradiaisi dengan dosis 200 Gy dan 300 Gy berbeda sangat nyata di bandingkan
dengan populasi kontrol. Benih hasil iradiasi sinar gamma menyebabkan umur
berbunga semakin lama di bandingkan tanpa penyinaran. Seperti yang di
kemukakan oleh Khan dan Tyagi (2013) yang menyatakan bahwa pertumbuhan
tanaman akan terhambat dan menurun sesuai dengan meningkat nya dosis iradiasi
yang lebih tinggi.
Dari hasil analisis di peroleh bahwa pengaruh iradiasi pada dosis 100 Gy,
200 Gy dan 300 Gy berbeda sangat nyata terhadap populasi kontrol. Dimana
pemberian dosis iradiasi yang terlalu tinggi akan menyebabkan terjadi mutasi dan
makin tinggi pula kerusakannya. Peneltian yang dilakukan Hartati (2000)
menyatakan bahwa dosis radiasi yang tinggi mempengaruhi proses fisiologis
tanaman yang berakibat terganggunya proses fotosintesis sehingga unsur-unsur
yang diperlukan tanaman terhambat. Bila fotosintesis terganggu dan unsur-unsur
yang diperlukan terhambat maka pembentukan buah akan terhambat pula dan
Hasil penelitian menunjukkna bahwa tinggi tanaman populasi 200 Gy dan
300 Gy berbeda sangat nyata terhadap kontrol. Seperti yang di kemukakan oleh
Hanafiah, dkk (2010) yang mengatakan bahwa semakin tinggi dosis iradiasi
secara signifikan mempengaruhi tinggi tanaman, dimana semakin tinggi dosis
iradiasi yang di berikan maka tinggi rata-rata tanaman akan semakin menurun.
Jumlah cabang produktif tanaman kedelai hasil iradiasi sinar gamma
dengan dosis 200 Gy berbeda nyata terhadap kontrol, sedangkan pada dosis 300
Gy berbeda sangat nyata terhadap kontrol.Padadosis 300 Gy jumlah cabang
menjadi sangat berkurang dibandingkan dengan kontrol. Sesuai denngan
penelitian yang dilakukan oleh Gangguli dan Bhaduri (1980), menyatakan
bahhwa terjadi pengurangan jumlah cabang produktif akitabbat adanya iradiasi
sinar gamma dan jumlah cabang utama lebih banyak dari pada kontrol pada setiap
perlakua dosis yang diberikan.
Pada jumlah polong total populasi 200 Gy dan 300 Gy berbeda sangat
nyata terhadap kontrol, pada populasi 100 Gy jumlah polong meningkat
dibandingkan dengan kontrol. Oleh karena itu dengan memberikan iradiasi sinar
gamma dengan dosis tertentu dapat meningkatkan produktivitas dibandingkan
dengan kontrol. Hal ini sesuai yang di kemukakan Hanafiah, dkk (2010) yang
menyatakan bahwa terjadi peningkatan produksi jumlah polong akibat iradiasi
sinar gamma yang mencapai 15-23% dari populasi kontrol. Pemberian dosis
terlalu tinggi juga akan menyebabkan produksi tanaman semakin menurun.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah biji pertanaman
populasi 100 Gy dan 200 Gy berbeda sangat nyata terhadap kontrol. Namun pada
kontrol. Seperti yang dikemukakan oleh Suryowinoto(1987) yang mengatakan
bahwa penggunaan energi seperti sinar gamma pada tanaman akan memberikan
pengaruh yang baik dibidang pertanian, dengan perlakuan dosis iradiasi sinar
gamma dengan dosis yang tepat diperoleh tanaman yang mempunyai sifat-sifat
yang baik seperti tinggi,umur genjah,tahan terhadap penyakit tapi pada
kenyataannya tidak semua memenuhi kriteria tersebut.
Pada hasil analisis bobot biji per tanaman menunjukkan bahwa iradiasi
sinar gamma pada populasi 100 Gy dan 300 Gy berbeda sangat nyata terhadap
kontrol.Hal ini terkait adanya pengaruh mutasi yang menyebabkan perubahan
pada tanaman baik warna maupun bentuknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Herawati dan Setiamihadja (2000) yang menyatakan bahwa mutasi adalah
perubahan susunan atau kontruksi dari gen maupun kromosom suatu individu
tanaman, sehingga memperlihatkan penyimpangan (perubahan) dari individu
asalnya dan bersifat baka (turun-temurun). Mutasi pada tanaman dapat
menyebabkan perubahan-perubahan pada bagian tanaman baik bentuk maupun
warnanya juga perubahan pada sifat-sifat lainnya.
Berdasarkan hasil analisis bobot 100 biji menunjukkan bahwa iradiasi
sinar gamma pada populasi 100 Gy berbeda sangat nyata terhadap kontrol. Pada
populasi 100 Gy bobot 100 biji meningkat di bandingkan dengan kontrol, ukuran
biji yang dihasilkan lebih besar ,sehingga bobot yang dihasilkan akan semakin
berat.Peningkatan yang sama juga terjadi pada tanaman M1 yang diteliti oleh
Tah (2006), dimana peningkatan jumlah polonng akibat adanya iradiasi sinar
gamma mencapai 15-23% dan mencapai jumlah maksimum pada dosis iradiasi
Berdasarkan hasil analisis pada populasi tanaman 100 Gy memiiki
nilai KVG tertinggi terdapat pada parameter jumlah biji polong berbiji
satu(89,14), sedang kan nilai KVG terendah terdapat pada parameter umur
berbunga (1,33), nilai KVP tertinggi pada populasi 100 Gy terdapat pada
parameter jumlah biji polong berbiji satu (99,10), nilai KVP terendah terdapat
pada parameter umur berbunga (2,13). Pada populasi 200 Gy nilai KVG tertinggi
terdapat pada parameter jumlah polong berbiji satu (96,42) nilai KVG terendah
terdapat pada parameter jumlah polong berbiji 2 (5,30), nilai KVP tertinggi
terdapat pada parameter jumlah polong berbijji satu (103,01), nilai KVP
terendah terdapat pada parameter umur panen (5,35). Sedangkan pada populasi
300 Gy nilai KVG tertinggi terdapat pada parameter jumlah biji polong berbiji
satu (103,88), nilai KVG terendah terdapat pada parameter jumlah cabang
produktif (7,20), nilai KVP tertinggi terdapat pada parameter jumlah polong
berbiji satu (106,72) dan nilai KVP terendah terdapat pada parameter umur
berbunga (6,33) ini menandakan penampilan tanaman tanaman ditentuka oleh
faktor genetik dan kemampuan beradaptasi tanaman pada suatu lingkungan. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Mangoendidjojo (2003) yang menyatakan bahwa
perbedaan kondisi lingkunga memberikan kemungkinan mmunculnya variasi
yang akan menentukan penampilan akhir tanaman tersebut. Bila ada variasi yang
timbul atau tampak pada populasi tanaman yang ditanam pada kondisi
lingkungan yang sama maka variasi tersebut merupakan variasi aau perbedaan
yang berasal dari genotip individu anggota populasi.
Dari tabel 22 Dapat dilihat bahwa nilai heritabilitas pada parameter
populasi 100 Gy 200 Gy dan 300 Gy termasuk dalam kriteria tinggi ( > 50%).
Heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa variabilitas genetik besar dan variabilitas
lingkungan kecil. Mangoendidjojo (2003) menyatakan bahwa heritabilitas tinggi
dikatakan bila h2 >50% dikatakan sedang bila h2 terletak antara 20%-50% dan
dikatakan rendah bila h2 < 20%.9Knight (1979) menyatakan bahwa nilai
heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik relatif lebih berperan
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Dari hasil analisis di peroleh bahwa pengaruh iradiasi sinar gamma pada
umur panen menunjukkan peningkatan yaitu pada populasi 300 Gy (92 hari)
di bandingkan dengan kontrol (82 hari).
2. Iradiasi sinar gamma pada dosis 100 Gy dapat meningkatkan jumlah
produktivitas tanaman
3. Pengujian nilai heritabilitas tertinggi pada masing-masing populasi terdapat
pada karakter umur panen (1,00) untuk populasi 300 Gy ,sedangkan nilai
heritabilitas rendah (0,01) yaitu pada karakter umur berbunga pada
populasi 100 Gy.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, T. T ,.dan N. Indarto, 2004. Budidaya Dan Analisis Usaha Tani Kedelai. Penerbit Absolut, Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Sumatera Utara Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Provinsi Sumatera Utara, Medan.
Badan Tenaga Atom Nasional, 2006. Mutasi dalam Pemuliaan Tanaman. http: www. batan. go. id/ patir/ pert/ pemuliaan/ pemuliaan. html. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2014.
Departemen Pertanian, 1990. Upaya Peningkatan Produksi Kedelai. Balai Informasi Pertanian Sumatera Utara, Medan.
Hanafiah, D. S., Trikoesoemaningtyas., S. Yahya dan D. Wirnas. 2011. Penggunaan Mikro Irradiasi Sinar Gamma untuk Meningkatkan
Keragaman Genetik pada Varietas Kedelai Argomulyo (Glycine max L. Merr). Jurnal Natur Indonesia 14(1) : 80-85. ISSN
1410-9379.
Hartati, S. 2000. Penampilan Genotip Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill.) Hasil Mutasi Buatan Pada Kondisi Stress Air dan Kondisi Optimal, Agrosains Volume 2 No 2,2000. http://pertanian.uns.ac.id//~agronomi/agrosains/pen_genotip_tomat_srihart ati.pdf. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2014.
Hasyim, H. 2005. Ringkasan Bahan Kuliah Pengantar Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanaian ,Universitas Sumatera Utara ,Medan.
Hidayat, O. O., 1985. dalam Somaadmadjatja, S., M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S.O. Manurung dan Yuswadi, 1985. Morfologi Tanaman Kedelai. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor.Hal 78-80.
Herawati, T., 2009. Respon pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merrill) Terhadap Fungi Mikoriza Arbuskula dan
Perbandingan Pupuk An-Organik dan Organik. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Herawati, T dan R. Setiamihardja, 2000. Pemuliaan Tanaman Lanjutan. Program Pengembangan Kemampuan Peneliti Tingkat S1 Non Pemuliaan Dalam Ilmu Dan Teknologi Pemuliaan. Universitas Padjadjaran, Bandung.
Irwan, A. W., 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max L.). Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
Martin, F. W., 1998. Soybean. ECHO, USA.
Mugiono, 2001. Pemuliaan Tanaman Dengan Teknik Mutasi. Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi, Jakarta.
Oeliem, T. M. H., S. Yahya, D. Sofia, dan Mahdi, 2008. Perbaikan Genetik Kedelai Melalui Mutasi Induksi Sinar Gamma Untuk Mengahasilkan Varietas Unggul dan Tahan Terhadap Cekaman Kekeringan.USU, Medan.
Poelhman, J. M. and D. A. Sleper, 1995. Beerding field Crops. Pamina Publishing Coorporation,New Delhi.
Prihatman, K., 2000. Budidaya Pertanian Kedelai (Glycine max L.) Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta.
Rubatzky V. E dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia 2. Prinsip Produksi dan Gizi. Jilid 2. Terjemahan Catur Herison,Institut Teknologi Bandung, Bandung. Hal : 262-263.
Sharma, O. P., 1993. Plant Taxonomy. Tata McGraw Hill Poblisihing Company Limited, New Delhi.
Sinaga R, 2000. Pemanfaatan Teknologi Iradiasi dalam Pengawetan Makanan Prosiding 2 Seminar Ilmiah Nasional Dalam Rangka Lustrum IV Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Penerbit Medika , Yogyakarta.
Singh, R. K. & Chaundhary, B. D.1977. Biometrical Methods in Quantitative Genetics Analysis. New Delhi: Kalyani Publishers.
Skou JP. 1971. Studies on the effects of ionizing radiation for extending the storage lives of onions. Dan Atom Energ Com. 238: 37-38.
Sitompul, S. M dan B. Guritno, 1995. Analisis pertumbuhan Tanaman UGM-Press, Yogyakarta.
Srisombun, S., Benjamas, K., Chitima, Y .& Jeeraporn, K. 2009. Soybean. Variety Improvement for High Grain Protein Content Using Induced
Mutation. IAEA/RCA project RAS/5/045.Vietnam 16-20 februari 2009. Stansfield, W. D., 1991. Genetika . Alih Bahasa M. Affandi dan L, T. Hardy
Erlangga, Jakarta.
Suprapto, 1989. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya . Jakarta.
Suryowinoto, M. 1987. Tenaga Atom dan Pemanfaatannya dalam Biologi Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Lampiran 1. Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro Dilepas tahun : 22 Oktober 2001
SK Mentan : 537/Kpts/TP.240/10/2001
Nomor galur : Mansuria 395-49-4
Asal : Seleksi massa dari populasi galur murni Mansuria
Daya hasil : 2,03–2,25 t/ha
Umur berbunga : 35,7–39,4 hari Umur polong masak : 82,5–92,5 hari
Tinggi tanaman : 64 - 68 cm
Percabangan : 2,9–5,6 cabang
Jml. buku batang utama : 12,9–14,8 Bobot 100 biji : 14,8–15,3 g Kandungan protein : 41,8–42,1% Kandungan lemak : 17,2–18,6%
Kerebahan : Tahan rebah
Ketahanan thd penyakit : Moderat terhadap karat daun Sifat-sifat lain : Polong tidak mudah pecah
Pemulia : Takashi Sanbuichi, Nagaaki Sekiya, Jamaluddin
Lampiran 2. Jadwal Kegiatan Penelitian
Penyiraman Disesuaiakan dengan kondisi di Lapangan
Penjarangan dan Penyulaman X Penyiangan Disesuaikan dengan kondisi di Lapangan
Pengendalian Hama dan
Penyakit Disesuaikan dengan kondisi di Lapangan
7 Panen X 8 Pengamatan Parameter
Umur Berbunga (hari) Apabila Tanaman Sudah Mengeluarkan Bunga
Lampiran 3. Bagan Penelitian
Po
(Kontrol)
P1
(100 Gy)
P2
(200 Gy)
P3
(300 Gy)
Lampiran 4. Bagan Alir Penelitian
BBkk
Ditanam Biji kedelai Anjasmoro (M0)
Induksi Mutasi Sinar Gamma
Dengan Dosis Radiasi (0, 100, 200, 300 Gray)
Populasi M1
Populasi M2
(Dilakukan pengamatan keragaman Genotipe dan fenotipe)
Populasi M3
(M4) di peroleh varietas kedelai yang berumur genjah dan berproduksi tinggi Panen
Lampiran 15. Data Pengamatan Jumlah Biji Polong Berbiji 1 (biji)
Sampel
Jumlah Biji Polong Berbiji 1 (biji)
Lampiran 16. Data Pengamatan Jumlah Biji Polong Berbiji 2 (biji)
Sampel
Jumlah Biji Polong Berbiji 2 (biji)
Lampiran 17. Data Pengamatan Jumlah Biji Polong Berbiji 3 (biji)
Sampel
Jumlah Biji Polong Berbiji 3 (biji)
Lampiran 18. Data Pengamatan Jumlah Biji Polong Berbiji 4 (biji)
Sampel
Jumlah Biji Polong Berbiji 4 (biji)
Lampiran 19. Data Pengamatan Jumlah Biji Per Tanaman (biji)
Sampel
Jumlah Biji Per Tanaman (biji)
Lampiran 23. Foto Biji Hasil Penelitian
2
ANJASMORO (KONTROL)
ANJASMORO DOSIS100 Gy
TANAMAN NO 3 ANJASMORO DOSIS100 Gy TANAMAN NO 6
ANJASMORO DOSIS100 Gy TANAMAN NO 7
ANJASMORO DOSIS100 Gy TANAMAN NO 12
ANJASMORO DOSIS100 Gy TANAMAN NO 14
ANJASMORO DOSIS100 Gy TANAMAN NO 17
ANJASMORO DOSIS200 Gy TANAMAN NO 6
ANJASMORO DOSIS200 Gy TANAMAN NO 12
ANJASMORO DOSIS200 Gy TANAMAN NO 14
ANJASMORO DOSIS200 Gy TANAMAN NO 17