• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Faktor Sosio Demografi Dan Sosio Psikologi Dengan Keikutsertaan Pasangan Usia Subur Dalam Program Keluarga Berencana Di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Faktor Sosio Demografi Dan Sosio Psikologi Dengan Keikutsertaan Pasangan Usia Subur Dalam Program Keluarga Berencana Di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN FAKTOR SOSIO DEMOGRAFI DAN SOSIO PSIKOLOGI DENGAN KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR DALAM

PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA PROVINSI

NANGGROE ACEH DARUSSALAM

T E S I S

Oleh:

NURMALIAH 067012021/IKM

 

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 1

(2)

THE RELATIONSHIP BETWEEN THE SOCIO DEMOGRAPHIC AND SOCIO PSHYCHOLOGICAL FACTORS WITH THE PARTICIPATION OF COUPLES OF CHILD BEARING AGE IN FAMILY PLANNING PROGRAM

IN NISAM SUB DISTRICT, ACEH UTARA DISTRICT, NANGGROE ACEH DARUSSALAM PROVINCE

T H E S I S

BY

NURMALIAH 067012021/IKM

 

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY NORTH SUMATERA M E D A N

(3)

HUBUNGAN FAKTOR SOSIO DEMOGRAFI DAN SOSIO PSIKOLOGI DENGAN KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR DALAM

PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA PROVINSI

NANGGROE ACEH DARUSSALAM

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh:

NURMALIAH 067012021/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 1

(4)

PERNYATAAN

HUBUNGAN FAKTOR SOSIO DEMOGRAFI DAN SOSIO PSIKOLOGI DENGAN KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR DALAM

PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA PROVINSI

NANGGROE ACEH DARUSSALAM

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Maret 2011

(5)

Judul Tesis : HUBUNGAN FAKTOR SOSIO DEMOGRAFI DAN SOSIO PSIKOLOGI DENGAN

KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA PROVINSI NANGGROE ACEH

DARUSSALAM Nama Mahasiswa : Nurmaliah Nomor Induk Mahasiawa : 067012021

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui, Komisi Pembimbing:

(Dr. Endang Sulistya Rini, S.E. M.Si) (drh. Rasmaliah, M.Kes)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

Tanggal Lulus: 30 Agustus 2010

(6)

Telah diuji

Pada Tanggal: 30 Agustus 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Endang Sulistya Rini, S.E. M.Si Anggota : 1.drh. Rasmaliah, M.Kes

2. Dr. Fikarwin Zuska

(7)

ABSTRAK

Masalah utama di bidang kependudukan di Indonesia adalah tingginya angka pertumbuhan penduduk. Diperkirakan penduduk Indonesia tumbuh sebesar 1,7-2,1 persen per tahun. Dengan tingkat pertumbuhan tersebut jumlah penduduk Indonesia bertambah lebih kurang tiga juta orang per tahun. Program KB mengalami hambatan karena masih ada persepsi bahwa kematian ibu melahirkan adalah mati sahid, banyak anak akan membawa rezeki, program KB hanya untuk membatasi jumlah anak atau kelahiran saja, dan belum memahami manfaat program KB dalam kesehatan. Permasalahan utama yang dihadapi dalam pelaksanaan program KB pada umumnya kultur masyarakat yang masih memegang erat nilai-nilai budaya setempat dan nilai agama. Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu daerah dengan kultur masyarakat yang masih memegang erat nilai-nilai budaya setempat dan nilai agama. Dalam hal ini kultur yang utama dikalangan masyarakat bahwa perempuan harus tunduk kepada suami, rasa malu berhubungan dengan orang lain dalam hal memasang alat KB, masih ada anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki, dalam keluarga harus ada anak laki-laki, dan nilai agama yang menyatakan bahwa program KB haram. Nilai budaya dan norma agama yang telah lama ada di dalam masyarakat sedikit banyak akan memhubungani persepsi pasangan usia subur terhadap program KB.

Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan sosio demografi dan sosio psikologi terhadap keikutsertaan PUS dalam program KB di Kecamatan Nisam.

Populasi adalah seluruh PUS di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara, yaitu sebanyak 452 orang. Besar sampel 82 orang diambil dengan menggunakan simple random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan umur terhadap keikutsertaan PUS dalam program KB (p<0,05). Ada hubungan nilai agama terhadap keikutsertaan PUS dalam program KB (p<0,05). ada hubungan nilai budaya terhadap keikutsertaan PUS dalam program KB (p<0,05)

Perlu peningkatan pengetahuan dan sikap melalui upaya promosi dan konseling KB dengan tema sentral “pria bertanggung jawab” terhadap anggota keluarga.

Kata Kunci: Sosio Demografi dan Sosio Psikologi

(8)

ABSTRACT

The population growth in Indonesia was still high. It was estimated that it grew from 1.7 to 2.1 percent each year. By this growth, the number of the Indonesian people increased about three million each year. The family Planning Program (KB) faced some obstacles because there was still a perception that mothers who died while they were delivering babies were regarded as martyrs, that the more they had children the luckier they were, that the main function of KB was only to limit the number of children of births, and that the KB program did not give adequate benefits. The main problem of implementing the KB program was that most people still believe in the local culture or religious values. This kind of belief still existed in Nisam Sub district, North Aceh District. In this region, people still believed that women should obey their husbands, that they felt embarrassed when they got in touch with other people in putting on contraceptive devices, that the more children they had, the luckier they became, that there should be male children in the families, and that the religious doctrine stated that KB program was forbidden. The cultural and religious values which had been rooted in the community would eventually influence the perception of young-productive couples toward the KB program.

This research was a survey with explanatory research type which was aimed to explain the influence of perception of the KB program on the participation of the productive in Women in Nisam Sub district. The population of the research was 452 procuntive in Women in Nisam Sub district, North Aceh District. The 82 samples were taken by using sample random sampling.

The result of the research showed that age relation participating in the productive age couples in the KB program (p<0,05). Religious value relation participating in the productive age couples in the KB program (p<0,05). Cultural value relation participating in the productive age couples in the KB program (p<0,05).

It was necessary to increase the knowledge and attitude through promotion and counseling of the KB program with the theme “responsible men” for their families.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini berjudul “Hubungan Faktor Sosio Demografi dan Sosio Psikologi dengan Keikutsertaan Pasangan Usia Subur dalam Program Keluarga Berencana di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam” dikerjakan untuk memenuhi syarat melaksanakan penelitian.

Penulisan ini merupakan tugas akhir pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam pembuatan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M & H, M.Sc (C.T.M) Sp. A(K) sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S sebagai Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, sebagai Ketua Program serta seluruh jajarannya yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti pendidikan.

3. Anak tercinta yang selalu setia memberikan motivasi selama pendidikan, anak-anakku yang tetap sabar dan mendukungku dalam pendidikan.

(10)

4. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa ”AKK Angkatan 2006” yang telah membantu penulis selama proses penelitian ini.

5. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan dalam penulisan ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini mempunyai kekurangan, untuk itu diharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan tesis ini. Segala saran dan kritik yang disampaikan untuk perbaikan tesis ini sebelumnya diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Terakhir penulis mohon maaf yang setulusnya kepada semua pihak jika ditemui kekurangan dan kekhilafan selama penulis mengikuti penelitian berlangsung.

Medan, Maret 2011 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Nurmaliah, lahir pada tanggal 26 Maret 1968 di Langsa Kabupaten Aceh Timur. Anak ke 5 dari 5 bersaudara dari Bapak M. Anoorhayat S.

Pada tahun 1975-1982, sekolah di SD Negeri Karang Baru Aceh Timur dengan status berijazah. Tahun 1982-1985 SMP Negeri Karang Baru dengan status berijazah. Tahun 1985-1988 SPK Depkes Langsa dengan status berijazah. Tahun 1993-1996 Akademi Kebidanan Langsa dengan status berijazah, Tahun 2001-2003 Program Studi S1-Kesehatan Masyarakat STIKes Helvetia Medan, serta pada tahun 2006-2010 melanjutkan pendidikan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM-USU.

Bekerja sejak tahun 1990 sampai dengan sekarang sebagai Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

2.1. Program Keluarga Berencana ... 10

2.2. Nilai Anak Dalam Keluarga ... 17

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 30

3.3. Populasi dan Sampel ... 30

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 31

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 33

3.6. Metode Pengukuran ... 35

(13)

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 37

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 37

4.2. Keadaan Sosial Wilayah Penelitian ... 37

4.3. Hasil Penelitian ... 41

4.4. Hasil Analisis ... 48

BAB 5. PEMBAHASAN ... 56

5.1. Faktor Sosio Demografi ... 56

5.2. Faktor Sosio Psikologi ... 60

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

6.1. Kesimpulan ... 64

6.2. Saran... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN... 68

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 33

4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Kecamatan Nisam Tahun

2008 ... 38 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan

Nisam Tahun 2008 ... 39 4.3 Distribusi Sarana Pelayanan Kesehatan Utama Kecamatan Nisam

Tahun 2008 ... 40 4.4 Distribusi Tenaga Kesehatan di Kecamatan Nisam Tahun 2008 ... 40 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Kecamatan Nisam

Tahun 2008... 41 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan

Nisam Tahun 2008 ... 41 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Kecamatan Nisam

Tahun 2008... 42 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan/Pendapatan Perbulan

di Kecamatan Nisam Tahun 2008 ... 42 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di

Kecamatan Nisam Tahun 2008 ... 43 4.10 Pendapat Suami/Isteri Terhadap Pandangan yang Mengatakan

Bahwa Merencanakan Jumlah Anak adalah Menyalahi Kehendak

Tuhan ... 43 4.11 Pendapat Suami/Isteri Terhadap Pemeriksaan Kehamilan dan

Pelayanan IUD yang Masih Dianggap Tabu karena Harus Membuka

(15)

4.12 Kematian Suami/Isteri pada Saat Melahirkan adalah Mati Sahir ... 44 4.13 KB Hanya untuk Membatasi Jumlah Anak atau Kelahiran ... 44 4.14 Tanggapan Suami/Isteri terhadap KB itu Haram ... 45 4.15 Pendapat Suami/Isteri terhadap anggapan yang menyatakan bahwa

Banyak Anak Banyak Rezeki ... 45 4.16 Tanggapan Bahwa Dalam Keluarga Harus Ada Anak Laki-laki ... 46 4.17 Tanggapan Bahwa Anak Laki-laki Lebih ”Berharga” dari Anak

Perempuan ... 46 4.18 Pendapat Suami/Isteri terhadap Anggapan Bahwa Isteri Harus

Tunduk (Takut) kepada Suami dan Menuruti Kemauan Suami untuk

Tidak Ikut Program KB ... 46 4.19 Tanggapan Jika Seseorang Merasa Malu Berhubungan dengan Orang

Lain dalam Hal Memasang Alat KB ... 47 4.20 Pendapat Suami/Isteri terhadap Seorang Suami yang Tidak Setuju

Apabila Istrinya Mengikuti Program KB... 47 4.21 Tanggapan terhadap Suami dan Istri Berperan dalam Mengikuti

Program KB ... 47 4.22 Apakah Suami/Istri Mengikuti Program KB ... 48 4.23 Hubungan Umur PUS dengan Keikutsertaan PUS Dalam Program

KB di Kecamatan Nisam Tahun 2008... 48 4.24 Hubungan Tingkat Pendidikan PUS Dengan Keikutsertaan PUS

Dalam Program KB di Kecamatan Nisam Tahun 2008 ... 49 4.25 Hubungan Pekerjaan Suami PUS dengan Keikutsertaan PUS Dalam

Program KB di Kecamatan Nisam Tahun 2008 ... 49 4.26 Hubungan Penghasilan PUS Dengan Keikutsertaan PUS Dalam

Program KB di Kecamatan Nisam Tahun 2008 ... 50 4.27 Hubungan Jumlah Keluarga PUS Dengan Keikutsertaan PUS Dalam

Program KB di Kecamatan Nisam Tahun 2008 ... 50

(16)

4.28 Hubungan Nilai-nilai Agama dengan Keikutsertaan PUS dalam

Program KB di Kecamatan Nisam Tahun 2008 ... 51 4.29 Hubungan Nilai-nilai Budaya dengan Keikutsertaan PUS dalam

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kerangka konsep penelitian ... 29

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner penelitian ... 68

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... 71

3. Master Data Penelitian ... 72

4. Hasil Analisis Univariat ... 74

(19)

ABSTRAK

Masalah utama di bidang kependudukan di Indonesia adalah tingginya angka pertumbuhan penduduk. Diperkirakan penduduk Indonesia tumbuh sebesar 1,7-2,1 persen per tahun. Dengan tingkat pertumbuhan tersebut jumlah penduduk Indonesia bertambah lebih kurang tiga juta orang per tahun. Program KB mengalami hambatan karena masih ada persepsi bahwa kematian ibu melahirkan adalah mati sahid, banyak anak akan membawa rezeki, program KB hanya untuk membatasi jumlah anak atau kelahiran saja, dan belum memahami manfaat program KB dalam kesehatan. Permasalahan utama yang dihadapi dalam pelaksanaan program KB pada umumnya kultur masyarakat yang masih memegang erat nilai-nilai budaya setempat dan nilai agama. Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu daerah dengan kultur masyarakat yang masih memegang erat nilai-nilai budaya setempat dan nilai agama. Dalam hal ini kultur yang utama dikalangan masyarakat bahwa perempuan harus tunduk kepada suami, rasa malu berhubungan dengan orang lain dalam hal memasang alat KB, masih ada anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki, dalam keluarga harus ada anak laki-laki, dan nilai agama yang menyatakan bahwa program KB haram. Nilai budaya dan norma agama yang telah lama ada di dalam masyarakat sedikit banyak akan memhubungani persepsi pasangan usia subur terhadap program KB.

Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan sosio demografi dan sosio psikologi terhadap keikutsertaan PUS dalam program KB di Kecamatan Nisam.

Populasi adalah seluruh PUS di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara, yaitu sebanyak 452 orang. Besar sampel 82 orang diambil dengan menggunakan simple random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan umur terhadap keikutsertaan PUS dalam program KB (p<0,05). Ada hubungan nilai agama terhadap keikutsertaan PUS dalam program KB (p<0,05). ada hubungan nilai budaya terhadap keikutsertaan PUS dalam program KB (p<0,05)

Perlu peningkatan pengetahuan dan sikap melalui upaya promosi dan konseling KB dengan tema sentral “pria bertanggung jawab” terhadap anggota keluarga.

Kata Kunci: Sosio Demografi dan Sosio Psikologi

(20)

ABSTRACT

The population growth in Indonesia was still high. It was estimated that it grew from 1.7 to 2.1 percent each year. By this growth, the number of the Indonesian people increased about three million each year. The family Planning Program (KB) faced some obstacles because there was still a perception that mothers who died while they were delivering babies were regarded as martyrs, that the more they had children the luckier they were, that the main function of KB was only to limit the number of children of births, and that the KB program did not give adequate benefits. The main problem of implementing the KB program was that most people still believe in the local culture or religious values. This kind of belief still existed in Nisam Sub district, North Aceh District. In this region, people still believed that women should obey their husbands, that they felt embarrassed when they got in touch with other people in putting on contraceptive devices, that the more children they had, the luckier they became, that there should be male children in the families, and that the religious doctrine stated that KB program was forbidden. The cultural and religious values which had been rooted in the community would eventually influence the perception of young-productive couples toward the KB program.

This research was a survey with explanatory research type which was aimed to explain the influence of perception of the KB program on the participation of the productive in Women in Nisam Sub district. The population of the research was 452 procuntive in Women in Nisam Sub district, North Aceh District. The 82 samples were taken by using sample random sampling.

The result of the research showed that age relation participating in the productive age couples in the KB program (p<0,05). Religious value relation participating in the productive age couples in the KB program (p<0,05). Cultural value relation participating in the productive age couples in the KB program (p<0,05).

It was necessary to increase the knowledge and attitude through promotion and counseling of the KB program with the theme “responsible men” for their families.

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi penduduk yang termasuk empat atau lima besar di dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian Indonesia. Sejak lama pula potensi tersebut sudah disadari oleh bangsa kita. Namun, karena kualitas penduduk yang rendah, untuk menjadikan potensi itu mempunyai manfaat yang tinggi masih diperlukan upaya besar-besaran meningkatkan kualitas dan dinamikanya. Karena itu sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, Pemerintah dan Rakyat Indonesia menaruh perhatian yang sangat tinggi terhadap masalah kependudukan.

Upaya mengisi kemerdekaan tidak cukup dikerjakan dengan otot dari penduduk yang jumlahnya besar saja, tetapi harus lebih banyak dengan otak dan penemuan-penemuan yang memberi nilai tambah yang tinggi. Karena itu ada pergeseran cara pandang bangsa ini melihat penduduknya. Upaya mempersatukan kekuatan besar diisi lebih lanjut dengan upaya peningkatan kualitas agar penduduk yang besar dapat mengisi kemerdekaan dengan mutu masukan yang dapat dipertanggung jawabkan. Penduduk harus mempunyai tingkat kesehatan yang prima, tingkat pendidikan yang tinggi dan mampu bekerja keras dalam industri dan perdagangan dengan membawa keuntungan yang besar.

(22)

Karena itu sejak tahun 1970, perhatian pemerintah terhadap masalah kependudukan berkembang, yaitu mengusahakan agar kesehatan dan mutunya bertambah tinggi sehingga mampu memberi sumbangan yang berarti dalam mengisi kemerdekaan. Setiap penduduk tidak lagi diharapkan mengisi pembangunan secara seragam, tetapi setiap individu bisa memberi sumbangan sesuai pilihannya. Namun pemerintah tetap sadar bahwa kemampuan setiap anak bangsa memberi sumbangan itu terbatas karena kualitas masyarakat dan keluarga yang kurang menguntungkan.

Perbaikan kualitas masyarakat dan keluarga di awal tahun 1970-an dimulai dengan pembangunan terpadu, diantaranya dengan memperingan beban keluarga melalui program pembangunan kependudukan, antara lain melalui program Keluarga Berencana (KB), pendidikan dan pemberdayaan keluarga. Bersamaan dengan berbagai program pembangunan lainnya, program terpadu itu telah membawa dampak yang menggembirakan. Tingkat kelahiran mulai dapat diperkecil, tingkat kematian dapat diturunkan, dan pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan. Jumlah anggota keluarga dapat diperkecil, tingkat kesehatan masyarakat makin bertambah baik sehingga usia harapan hidup yang semula berada dibawah angka 50 tahun, berhasil dinaikkan menjadi sekitar 65 tahun, tingkat partisipasi pendidikan dasar juga sangat diperbaiki.

(23)

dan tingkat kemiskinan yang berubah itu masih bersifat awal dan sangat rentan, sehingga hanya dengan gangguan sedikit saja, misalnya krisis sosial ekonomi yang berkepanjangan, keluarga Indonesia goncang, tidak bisa bertahan, tidak berdaya dan jatuh miskin kembali.

Masalah utama di bidang kependudukan di Indonesia adalah tingginya angka pertumbuhan penduduk. Diperkirakan penduduk Indonesia tumbuh sebesar 1,7 – 2,1 persen per tahun. Dengan tingkat pertumbuhan tersebut jumlah penduduk Indonesia bertambah lebih kurang tiga juta orang per tahun. Di samping itu terdapat pula kepincangan struktur umur penduduk Indonesia. Pertumbuhan penduduk secara relatif lebih besar pada golongan umur muda, yaitu 10 – 19 tahun (BKKBN, 1994).

Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi dan ketimpangan susunan umur penduduk mengakibatkan meningkatnya kebutuhan hidup. Kebutuhan ini meliputi antara lain pangan, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Struktur umur yang muda juga menyebabkan meningkatnya kebutuhan sarana pendidikan. Hal ini juga berarti bahwa kelompok penduduk yang secara langsung ikut dalam proses produksi adalah lebih kecil dibandingkan dengan penduduk dengan tingkat pertumbuhan lebih rendah dan struktur umur yang lebih seimbang. Kesemuanya ini berarti bahwa peningkatan kesejahteraan rakyat umumnya maupun peningkatan kesejahteraan keluarga akan terhambat dengan cepatnya laju pertumbuhan penduduk.

Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 1982 dikatakan bahwa salah satu tujuan dari Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan adalah pembangunan keluarga sejahtera termasuk meningkatkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

(24)

Pembangunan Keluarga Sejahtera diarahkan kepada terwujudnya nilai-nilai luhur budaya bangsa guna meningkatkan kesejahteraan keluarga dan membina ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan. Usaha mewujudkan tujuan tersebut, salah satunya melalui program KB (Depkes RI, 1982).

Oleh karena itu usaha-usaha KB yang sudah dimulai sejak Repelita I terus ditingkatkan lagi dalam Repelita selanjutnya. Jumlah akseptor baru KB ditingkatkan setiap tahun. Pembinaan akseptor-akseptor yang ada dipergiat untuk menjaga kelangsungannya. Selanjutnya pelaksanaan KB diperluas ke luar pulau Jawa dan Bali. Peningkatan sasaran ini membutuhkan peningkatan kemampuan organisasi dan administrasi pelaksanaan. Selain daripada itu kegiatan-kegiatan pelayanan medis, pene-rangan dan motivasi, pendidikan dan latihan, serta penelitian ditingkatkan

Program keluarga selama ini telah banyak mengubah struktur kependudukan Indonesia dalam pengertian menurunkan tingkat kelahiran dan laju pertumbuhan penduduk maupun mengubah pandangan hidup terhadap nilai anak serta kesejahteraan dan ketahanan keluarga. Program keluarga mempunyai banyak keuntungan. Salah satunya adalah dengan mengkonsumsi pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium. Bahkan dengan perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal. Ini berarti program tersebut dapat memberikan keuntungan ekonomi dan kesehatan (BKKBN, 2007).

(25)

terutama dalam mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran mengurangi risiko kematian bayi. Selain memberi keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat, program KB juga membantu remaja mangambil keputusan untuk memilih kehidupan yang lebih baik dengan merencanakan proses reproduksinya. Selain itu program KB, bisa meningkatkan pria untuk ikut bertanggung jawab dalam kesehatan reproduksi mereka dan keluarganya. Ini merupakan keuntungan seseorang mengikuti program KB.

Kendala pelaksanaan program KB-Kesehatan Reproduksi (KB-KR), antara lain masih adanya pemahaman tentang KB yang sempit, baik di kalangan masyarakat maupun para tokoh agama, dan tokoh masyarakat. Demikian pula pelayanan kesehatan reproduksi yang berkaitan dengan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan

Intra Uterine Device (IUD) yang masih dianggap tabu karena harus membuka aurat

(BKKBN, 2007).

Selain itu, masih ada persepsi bahwa kematian ibu melahirkan adalah mati sahid dan banyak anak akan membawa rezeki. Kendala lainnya, masih adanya anggapan atau pengetahuan dari para tokoh agama bahwa program KB hanya untuk membatasi jumlah anak atau kelahiran saja, dan belum memahami manfaat program KB dalam kesehatan (Siregar, 2003).

Masyarakat selama ini masih belum mendapatkan pelayanan program KB yang utuh. Selama ini banyak orang yang tidak mengetahui atau memilih kenapa dirinya memilih jenis kontrasepsi tertentu. Kebanyakan pilihan itu, karena tetangga atau memang hanya mengetahui satu jenis kontrasepsi saja.

(26)

Target utama pelaksanaan program KB adalah pasangan usia subur (PUS), yang secara alamiah potensial dalam kesehatan reproduksi. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran pasangan usia subur terhadap pentingnya program KB untuk menjamin kesehatan ibu dan anak serta kebahagiaan keluarga. Permasalahan utama yang dihadapi dalam pelaksanaan program KB pada umumnya kultur masyarakat yang masih memegang erat nilai-nilai budaya setempat dan nilai agama.

Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu daerah dengan kultur masyarakat yang masih memegang erat nilai-nilai budaya setempat dan nilai agama. Dalam hal ini kultur yang utama dikalangan masyarakat bahwa perempuan harus tunduk kepada suami, rasa malu berhubungan dengan orang lain dalam hal memasang alat KB, masih ada anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki, dalam keluarga harus ada anak laki-laki, dan nilai agama yang menyatakan bahwa program KB haram. Nilai budaya dan norma agama yang telah lama ada di dalam masyarakat sedikit banyak akan memhubungani persepsi pasangan usia subur terhadap program KB.

(27)

peningkatkan pasangan usia subur yang ada di Kecamatan Nisam tersebut, yaitu 6,88%.

Rendahnya pencapaian realisasi persentase akseptor baru ini berhubungan dengan faktor sosio demografi dan sosio psikologis terhadap persepsi pasangan usia subur dalam hubungan keikutsertaan dalam program KB. Selain itu, ibu-ibu yang mengikuti program KB khususnya di Kecamatan Nisam, ditinjau dari kultur masyarakatnya masih memegang erat nilai-nilai budaya yang dikaitkan dengan agama, sehingga program KB tidak mudah diterima oleh masyarakat tersebut. Ditinjau dari segi adat istiadat masyarakat Kecamatan Nisam, khususnya dalam masalah program KB sangat sulit untuk disosialisasikan, dimana pada ibu-ibu yang mau program KB umumnya ada rasa malu, takut pada suami, dan sebahagian masyarakat menganggap bahwa program KB itu adalah haram hukumnya (membunuh bibit keturunan). Ada juga sebahagian masyarakat beranggapan dan berpendapat bahwa banyak anak banyak rejeki, anak laki-laki lebih ”berharga” dari anak perempuan, serta ajaran agama yang berpendapat bahwa program KB haram, merupakan beberapa faktor kultural dan agama yang memhubungani persepsi pasangan usia subur terhadap program KB. Selain itu, peran pria atau suami pasangan usia subur tersebut juga masih sangat rendah dalam pelaksanaan program KB. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa Kabupaten Aceh Utara tergolong tertinggal dalam hal program KB dibandingkan dengan-daerah lain di Indonesia. Selain faktor kultural tersebut, faktor sosio demografis yang turut memhubungani persepsi pasangan usia subur terhadap program KB adalah tingkat pendidikan,

(28)

pekerjaan, pendapatan, umur, jumlah keluarga, dan lain-lain. Tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan secara teori berhubungan positif pada persepsi masyarakat terhadap program KB. Pendidikan yang lebih tinggi, pekerjaan yang lebih baik cenderung memberikan informasi yang lebih baik kepada masyarakat sehingga meningkatkan pemahamannya tentang program KB. Sedangkan pendapatan yang lebih tinggi, menyebabkan keluarga dapat menyekolahkan anak atau anggota keluarga ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga dapat mengubah pola pikir atau cara pandang terhadap program KB.

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah untuk mengetahui hubungan faktor sosio demografi dan sosio psikologis terhadap keikutsertaan PUS dalam program KB di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara.

1.2. Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah faktor sosio demografi dan sosio psikologi PUS berhubungan terhadap keikutsertaan PUS dalam Program Keluarga Berencana di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

1.3. Tujuan Penelitian

(29)

1.4. Hipotesis

Sosio demografi dan sosio psikologi PUS berhubungan dengan keikutsertaan PUS dalam Program Keluarga Berencana di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi BKKBN Kabupaten Aceh Utara khususnya Kecamatan Nisam untuk dapat meningkatkan cakupan program KB.

2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara, dalam meningkatkan keikutsertaan WUS dalam program KB.

3. Memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan tentang program keluarga berencana, khususnya yang terkait dengan faktor yang memhubungani persepsi pasangan usia subur tentang program keluarga berencana di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara.

(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Program Keluarga Berencana 2.1.1. Pengertian Keluarga Berencana

Menurut WHO (1970), Keluarga Berencana adalah program yang bertujuan membantu pasangan suami istri untuk: (1) mendapatkan objektif-objektif tertentu, (2) menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, (3) mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, (4) mengatur interval diantara kehamilan, (5) mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri, (6) menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2002).

Moechtar (1998) mengatakan Keluarga Berencana adalah suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.

Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga berencana adalah usaha-usaha yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun individu untuk mengatur jarak kelahirannya dengan menggunakan alat dan metode kontrasepsi.

2.1.1. Pengertian Keluarga Berencana

(31)

Hartanto (2002) mengatakan bahwa tujuan dari keluarga berenana adalah untuk menyelamatkan ibu dan akan akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua.

Saifudin (2003) mengatakan tujuan umum KB yaitu mewujudkan keluarga yang sehat dan sejahtera dalam upaya untuk menjarangkan kelahiran dan membatasi jumlah anak dua orang saja. Upaya ini dapat menyehatkan kondisi sosial ekonomi keluarga. Sedangkan tujuan khusus KB adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk keluarga dalam menggunakan alat kontrasepsi sehingga angka kelahiran bayi dan angka kematian ibu menurun.

Dalam usaha untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa, pemerintah telah dan sedang melakukan pembangunan di segala bidang, termasuk usaha-usaha untuk mengatasi masalah kependudukan. Berbagai masalah kependudukan tersebut meliputi antara lain pertumbuhan penduduk yang tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, penduduk usia muda yang besar, dan kualitas sumber daya manusia yang masih relatif rendah.

Untuk mengatasi salah satu masalah kependudukan tersebut, pemerintah sejak Pelita I telah melakukan usaha mendasar melalui program KB (KB), yang kemudian sejak Pelita V berkembang menjadi gerakan KB Nasional. Gerakan KB adalah gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan. Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia (BKKBN, 1994).

(32)

Sesuai dengan program BKKBN (1994), pada dasarnya tujuan Gerakan KB Nasional mencakup 2 (dua) hal yaitu:

a. Tujuan kuantitatif yaitu menurunkan dan mengendalikan pertumbuhan penduduk. b. Tujuan kualitatif yaitu menciptakan atau mewujudkan Norma Keluarga Kecil

yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).

Tujuan Gerakan KB ini dapat dirincikan sebagai berikut:

a. Menurunkan tingkat kelahiran dengan mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat dan potensi yang ada.

b. Meningkatkan jumlah peserta program KB dan tercapainya pemerataan serta kualitas peserta program KB yang menggunakan alat kontrasepsi efektif dan mantap dengan pelayanan bermutu.

c. Mengembangkan usaha-usaha untuk membantu meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak, memperpanjang harapan hidup, menurunkan tingkat kematian bayi dan anak balita serta memperkecil kematian ibu karena resiko kehamilan dan persalinan.

d. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap masalah kependudukan yang menjurus ke arah penerimaan, penghayatan dan pengamalan Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera sebagai cara hidup yang layak dan bertanggungjawab.

(33)

f. Mencapai kemantapan, kesadaran dan peran serta keluarga dan masyarakat dalam pelaksanaan gerakan KB Nasional sehingga lebih mampu menigkatkan kemandiriannya di wilayah masing-masing.

g. Mengembangkan usaha-usaha peningkatan mutu sumber daya manusia untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat dalam mempercepat kelembagaan nilai-nilai keluarga kecil.

h. Memeratakan penggarapan gerakan KB ke seluruh wilayah tanah air dan lapisan masyarakat perkotaan, pedesaan, transmigrasi, kumuh, miskin dan daerah pantai. i. Meningkatkan jumlah dan mutu tenaga dan atau pengelola gerakan KB yang

mampu memberikan pelayanan program KB yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat diseluruh pelosok tanah air dengan kualitas yang tinggi dan kenyamanan yang memenuhi harapan.

Sesuai dengan tujuan program KB (BKKBN, 1999), yang menjadi sasaran KB, adalah:

a. Pasangan Usia Subur (PUS), yaitu pasangan suami istri yang hidup bersama dalam satu rumah atau tidak, dimana istri berumur antara 15-49 tahun.

b. Yang tidak termasuk pasangan usia subur, yaitu semua anggota masyarakat selain dari pasangan usia subur, pemudi-pemudi yang belum menikah, pasangan di atas usia 45 tahun, orang tua dan tokoh masyarakat.

c. Sasaran Institusional, yaitu organisasi-organisasi dan lembaga masyarakat baik pemerintah manpun swasta.

d. Wilayah yang kurang pencapaian target KBnya.

(34)

2.1.3. Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera

Apabila laju pertumbuhan penduduk tidak dapat dikendalikan pada batas tertentu dan tidak diimbangi pertumbuhan ekonomi yang memadai maka akan terjadi penurunan kualitas hidup manusia. Menurut Siregar (2003), konsekuensi pertumbuhan penduduk yang melebihi pertumbuhan ekonomi antara lain:

a. Bertambahnya beban hidup keluarga, masyarakat dan bangsa.

b. Penyediaan fasilitas ekonomi harus lebih besar untuk dapat hidup dengan layak. c. Bertambahnya angkatan kerja.

d. Tuntutan perluasan lapangan pekerjaan.

Dengan alasan tersebut maka program KB di Indonesia harus dilaksanakan secara intensif untuk menanamkan fertilitas dan membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).

Pelembagaan dan pembudayaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera di masyarakat memberikan norma yaitu:

1. Norma jumlah anak yang sebaiknya dimiliki 2 (dua) anak. 2. Norma jenis kelamin anak, laki-laki atau perempuan sama saja.

3. Norma saat yang tepat seorang wanita untuk melahirkan, umur 20-30 tahun. 4. Norma pemakaian alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.

(35)

Perkembangan dan pembudayaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera memerlukan strategi yang tepat dengan memperhatikan tipologi budaya dan karakteristik masyarakat sasaran.

2.1.4. Akseptor KB

Akseptor KB adalah wanita pasangan usia subur yang menggunakan salah satu alat kontrasepsi. Ada lima macam jenis kontrasepsi, yaitu:

a. Akseptor aktif

Akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.

b. Akseptor KB aktif kembali

Pasangan usia subur yang telah menggunakan selama tiga bulan atau lebih yang tidak diselingi oleh kehamilan dan kembali menggunakan cara/alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah berhenti / istirahat paling kurang tiga bulan berturut-turut dan bukan karena hamil.

c. Akseptor KB baru

Akseptor yang baru pertama kali menggunakan cara kontrasepsi, atau menjadi akseptor setelah melahirkan atau abortus.

d. Akseptor KB ideal

Akseptor aktif yang mempunyai anak tidak lebih dari 2 orang dan berumur kurang dari 45 tahun.

(36)

e. Akseptor lestari

Peserta KB yang tetap memakai cara kontrasepsi dengan benar untuk waktu lebih dari 10 tahun dan tidak pernah diselingi kelahiran (BKKBN, 1985).

2.1.6. Faktor yang berhubungan dengan Keikutsertaan PUS dalam Program KB Menurut Bertrand (1980) yang dikutip oleh Agus (2004) menyatakan ada tiga faktor yang memhubungani pemakaian kontrasepsi oleh Pasangan Usia Subur (PUS), yaitu: sosio demografi, sosio psikologi serta pemberi pelayanan KB (provider). Faktor sosio demografi terdiri dari: umur, jenis kelamin, jumlah keluarga, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan/ pendapatan. Faktor sosio psikologis terdiri dari kepercayaan terhadap nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya.

2.1.7. Hambatan Dalam Penerimaan Program KB

Menurut Siregar (2003), beberapa alasan dan faktor mengapa program KB belum diterima oleh seluruh masyarakat antara lain:

a. Nilai-nilai Agama

(37)

b. Nilai-nilai budaya (Adat istiadat)

Adat kebiasaan atau adat dari suatu masyarakat yang memberikan nilai anak laki-laki lebih dari anak perempuan atau sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan satu keluarga mempunyai banyak anak. Bagaimana kalau keinginan untuk mendapatkan anak laki-laki atau perempuan tidak terpenuhi mungkin akan menceraikan istrinya dan kawin lagi agar terpenuhi keinginan memiliki anak laki-laki ataupun anak perempuan. Disini norma adat istiadat perlu diluruskan karena tidak banyak menguntungkan bahkan banyak bertentangan dengan kemanusiaan. c. Nilai-nilai Ekonomi

Anak dipandang sebagai tenaga kerja yang dapat membantu meningkatkan ekonomi keluarga sehingga mempunyai banyak anak akan banyak tambahan pendapatan yang akan diperoleh. Hal ini memang suatu kenyataan dan benar, tetapi belum diperkirakan nasib anak itu sendiri apakah anak itu memang bisa diharapkan pendidikannya dan masa depannya. Kalau hal ini dipertimbangkan, mempunyai banyak anak malah menjadi beban dan masalah.

2.2. Nilai Anak Dalam Keluarga

Tidak dapat dipungkiri bahwa anak mempunyai nilai tertentu bagi orang tua. Anak yang diibaratkan sebagai titipan Tuhan bagi orang tua memiliki nilai tertentu serta menuntut dipenuhinya beberapa konsekuensi atas kehadirannya. Latar belakang sosial yang berbeda, tingkat pendidikan, kesehatan, adat istiadat atau kebudayaan

(38)

suatu kelompok sosial serta penghasilan atau mata pencaharian yang berlainan, menyebabkan pandangan yang berbeda mengenai anak.

Anak memiliki nilai universal namun nilai anak tersebut sangat dihubungani oleh faktor sosio kultural dan lain-lain. Yang dimaksud dengan persepsi nilai anak oleh orang tua adalah tanggapan dalam memahami adanya anak, yang berwujud suatu pendapat untuk memiliki diantara pilihan-pilihan yang berorientasi pada suatu hal yang pada dasarnya terbuka dalam situasi yang datangnya dari luar. Pandangan orang tua mengenai nilai anak dan jumlah anak dalam keluarga dapat merupakan hambatan bagi keberhasilan program KB.

Di daerah pedesaan anak mempunyai nilai yang tinggi bagi keluarga. Anak dapat memberikan kebahagiaan kepada orang tuanya, selain itu akan merupakan jaminan di hari tua dan dapat membantu ekonomi keluarga. Banyak masyarakat di desa di Indonesia yang berpandangan bahwa banyak anak banyak rejeki. Dari penelitian Mohamad Koesnoe di daerah Tengger dalam Siregar (2003), petani yang mempunyai tanah luas akan mencari anak angkat sebagai tambahan tenaga kerja. Studi lain yang dilakukan oleh proyek Value Of Children (VOC) menemukan bahwa keluarga-keluarga yang tinggal di pedesaan Taiwan, Philipina, Thailand mempunyai anak yang banyak dengan alasan bahwa anak memberikan keuntungan ekonomi dan rasa aman bagi keluarganya.

(39)

beban ekonomi, biaya alternatif, manfaat dan beban psikologi atau emosional dan beban sosial. Juga dimasukkan pilihan antara jenis kelamin, suatu dimensi penting yang sering dilupakan dalam penelitian-penelitian ekonomi. Berbagai laporan menggali perbedaan-perbedaan antar sampel nasional dan juga antar kelompok dalam setiap sampel itu. Secara umum disimpulkan bahwa orang tua di desa lebih menitikberatkan manfaat ekonomi dan kegunaan praktis (termasuk tunjangan hari tua) dari anak-anak, sedangkan orang tua di kota (terutama yang berpendidikan tinggi) menekankan aspek emosional dan psikologisnya.

Pada negara berkembang di daerah pedesaan beban ekonomi biasanya jauh lebih rendah bila anak tidak sekolah. Pada usia yang sangat dini anak mulai dapat menyokong penghasilan keluarga dengan bekerja di sawah, mengembala ternak dan mengerjakan pekerjaan lain. Dengan bertambahnya usia orang tua, anak-anak dapat memberikan bantuan ekonomi, mungkin dengan bekerja di sawah milik orang tua. Cadwell (1979) dalam Siregar (2003) mengatakan hal ini dengan cara lain yaitu di negara maju, kekayaan mengalir dari orang tua ke anak, sedangkan di negara berkembang sebaliknya kekayaan mengalir dari anak ke orang tua. Jika anak merupakan sumber utama jaminan ekonomi maka masyarakat tersebut akan mengalami fertilitas yang tinggi.

Singarimbun (1974) dalam Siregar (2003) melakukan penelitian pada penduduk di sekitar Yogyakarta menunjukkan bahwa jumlah anak yang dianggap ideal 4 dan 5 orang anak. Motivasi untuk mempunyai jumlah anak yang sedikit dan

(40)

nilai-nilai tentang anak merupakan aspek yang penting. Kadang-kadang jumlah anak yang diinginkan lebih besar daripada jumlah anak yang mampu dirawat dengan baik.

Bagaimanapun juga keputusan untuk menambah anak atau tidak terserah pada keputusan pasangan suami istri dan keputusan tersebut tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya. Tetapi yang jelas, perubahan sosial mutlak diperlukan untuk mendukung Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera yang dikampanyekan dalam program KB di Indonesia.

2.3. Konsep Keluarga Sejahtera

(41)

Atas dasar pemikiran di atas, maka indikator dan kriteria keluarga sejahtera yang ditetapkan adalah sebagai berikut :

a. Keluarga Pra Sejahtera

Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan dasarnya (basic needs) Sebagai keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan

b. Keluarga Sejahtera Tahap I

Adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal yaitu:

1. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga. 2. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua) kali sehari atau lebih. 3. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,

bekerja/sekolah dan bepergian.

4. Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.

5. Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin program KB dibawa kesarana/petugas kesehatan.

c. Keluarga Sejahtera tahap II

Yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kriteria keluarga sejahtera I, harus pula memenuhi syarat sosial psykologis 6 sampai 14 yaitu : 6. Anggota Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.

7. Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk.

(42)

8. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru per tahun

9. Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap penghuni rumah 10.Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat

11.Paling kurang 1 (satu) orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas mempunyai penghasilan tetap.

12.Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan latin.

13.Seluruh anak berusia 5 - 15 tahun bersekolah pada saat ini.

14.Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil).

d. Keluarga Sejahtera Tahap III

yaitu keluarga yang memenuhi syarat 1 sampai 14 dan dapat pula memenuhi syarat 15 sampai 21, syarat pengembangan keluarga yaitu :

15. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.

16.Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga untuk tabungan keluarga.

17. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga

(43)

21. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai dengan kondisi daerah setempat

e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus

Keluarga yang dapat memenuhi kriteria I sampai 21 dan dapat pula memenuhi kriteria 22 dan 23 kriteria pengembangan keluarganya yaitu :

22.Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materil.

23. Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat.

f. Keluarga Miskin

adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi:

a. Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging/ikan/telor.

b. Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru

c. Luas lantai rumah paling kurang 8 M2 untuk tiap penghuni.

g. Keluarga miskin sekali

adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi:

a. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih. b. Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja/ sekolah

dan bepergian.

(44)

c. Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah.

Sekitar 56% keluarga di Indonesia masih berada dalam tingkat Pra Sejahtera dan Sejahtera I. Mereka belum tergolong miskin, tetapi baru bisa memenuhi kebutuhan fisik minimal. Pada kondisi tersebut, mereka mudah sekali jatuh menjadi miskin. Dalam Program Pembangunan Keluarga Sejahtera BKKBN, Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I lebih tepat disebut sehagai Keluarga Tertinggal. Karena yang disebut sebagai Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, belum mampu melaksanakan ibadah berdasarkan agamanya masing-masing, memenuhi kebutuhan makan minimal dua kali sehari, pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian, memiliki rumah yang bagian lantainya bukan dari tanah, dan belum mampu untuk berobat di sarana kesehatan modern. Keluarga Sejahtera I adalah keluarga yang kondisi ekonominya baru bisa memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum mampu memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya (Tim Gemari, 2006).

(45)

gerakan gotong royong melaksanakan pemelesteran pada rumah-rumah yang masih berlantai tanah.

Dalam Pembangunan Keluarga Sejahtera, yaitu upaya menanggulangi kemiskinan pada keluarga-keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I, diperlukan kesabaran yang cukup tinggi. Kepada mereka perlu dilakukan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi yang dilakukan secara berkesinambungan dan terpadu, sehingga mereka mampu mengubah kehidupan menjadi lebih baik.

Pada hakekatnya indikator Pendataan Keluarga Sejahtera tersebut menggunakan perumusan konsep "Keluarga Sejahtera" yang lebih luas daripada sekedar definisi kemakmuran atau kebahagiaan. Undang-Undang No. 10 tahun 1992 menyebutkan bahwa Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras. dan seimbang antar anggota, serta antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya.

Hasil pemetaan keluarga di Indonesia mengisyaratkan bahwa kita perlu memusatkan perhatian kepada keluarga-keluarga yang masih berada dalam tahap Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera (KS) I di desa untuk diberdayakan dengan pendekatan pembangunan yang berwawasan kependudukan. Artinya masyarakat, disamping diajak untuk melanjutkan pembinaan Gerakan KB yang telah terlaksana dengan baik itu, sekarang juga harus diajak memberdayakan keluarganya menjadi pelaku pembangunan.

(46)

2.4. Pengertian Persepsi

Mar’at (1981) mengatakan persepsi adalah proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi. Persepsi ini dihubungani oleh faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuannya.

Selanjutnya Rakhmat (1985) mengatakan persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Dengan demikian, persepsi merupakan penggambaran tentang lingkungan yang menarik perhatian individu yang diolah dalam suatu proses dalam pemikiran atau akal sehingga diperoleh suatu gambaran baru dengan pengertian yang baru.

Persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulus di dalam lingkungan (Atkinson, 1991). Chaplin (1999) memandang persepsi sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indra. Proses perseptual ini dimulai dengan perhatian, yaitu merupakan proses pengamatan selektif. Didalamnya mencakup pemahaman dan mengenali atau mengetahui objek-objek serta kejadian-kejadian.

Faktor-faktor yang memhubungani persepsi menurut Baltus (1983) adalah : 1. Kemampuan dan keterbatasan fisik dari alat indera dapat memhubungani persepsi

untuk sementara waktu ataupun permanen. 2. Kondisi lingkungan.

(47)

4. Kebutuhan dan keinginan. Ketika seorang individu membutuhkan atau menginginkan sesuatu maka ia akan terus berfokus pada hal yang dibutuhkan dan diinginkannya tersebut.

5. Kepercayaan, prasangka dan nilai. Individu akan lebih memperhatikan dan menerima orang lain yang memiliki kepercayaan dan nilai yang sama dengannya. Sedangkan prasangka dapat menimbulkan bias dalam mempersepsi sesuatu.

Menurut Chaplin (1999) persepsi secara umum bergantung pada faktor-faktor perangsang, cara belajar, keadaan jiwa atau suasana hati, dan faktor-faktor motivasional. Maka, arti suatu objek atau satu kejadian objektif ditentukan baik oleh kondisi perangsang maupun faktor-faktor organisme. Dengan alasan sedemikian, persepsi mengenai dunia oleh pribadi-pribadi yang berbeda juga akan berbeda karena setiap individu menanggapinya berkenaan dengan aspek-aspek situasi tadi yang mengandung arti khusus sekali bagi dirinya.

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai persepsi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses yang melibatkan aspek kognitif dan afektif individu untuk melakukan pemilihan, pengaturan, dan pemahaman serta penginterpretasian rangsang-rangsang indrawi menjadi suatu gambar obyek tertentu secara utuh.

Menurut Mar’at (1981) ada empat dalil tentang persepsi, antara lain: 1. Persepsi bersifat selektif secara fungsional

2. Obyek dan peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu yang sama cenderung ditanggapi dari struktur yang sama.

(48)

3. Medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti.

4. Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur pada umumnya ditentukan oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan.

2.5. Landasan Teori

Pada penelitian ini, landasan teori yang digunakan adalah teori-teori relevan, yang disusun untuk menjelaskan tentang variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini (Riduwan, 2005). Keikutsertaan dalam program KB adalah ikut sertanya WUS dengan menggunakan alat-alat yang direkomendasikan dalam program KB tersebut. Dalam hal ini keikutsertaan tersebut merupakan suatu tindakan nyata untuk menerima dan atau menggunakan alat-alat KB dalam mengikuti program KB tersebut.

Persepsi adalah cara pandang PUS dalam memberi sikap terhadap keikutsertaannya dalam program KB. Cara pandang ini mungkin dihubungani oleh berbagai faktor, yang dapat dikategorikan menjadi dua faktor, yaitu faktor sosio demografis dan faktor sosio psikologis.

Secara khusus persepsi merupakan faktor sosio psikologis dan merupakan salah satu cara penggambaran terhadap lingkungan dengan karakteristik yang menarik perhatian pasangan usia subur, dimana karakteristik lainnya adalah faktor sosio demografis.

(49)

pengertian baru. Dengan diperolehnya suatu gambaran baru dan pengertian baru tersebut, akan menjadi suatu pendorong atau penghambat dalam mengambil suatu tindakan, dalam hal ini keikutsertaan dalam program KB.

2.6. Kerangka Konsep

Keikutsertaan dalam program KB merupakan hasil keputusan WUS, baik secara pribadi maupun secara bersama-sama dengan suami atau keluarga. Keikutsertaan ini bukan merupakan suatu keputusan yang diambil begitu saja oleh wanita usia subur, tertapi dihubungani oleh sejumlah faktor yang berada di dalam lingkungan maupun luar lingkungan pasangan usia subur.

Variabel-variabel yang merupakan objek dalam penelitian ini, dikumpulkan dan dihubungkan satu dengan yang lainnya dalam bentuk bagan sesuai dengan tujuan penelitian, sebagai kerangka konsep penelitian.

PERSEPSI PUS TENTANG PROGRAM KB Faktor Sosio demografis

a. Umur

b. Jenis kelamin c. Tingkat pendidikan d. Pekerjaan

e. Penghasilan/ pendapatan f. Jumlah keluarga

Faktor Sosio psikologis a. Nilai-nilai agama b. Nilai-nilai budaya

Keikutsertaan PUS dalam Program KB

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

(50)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis (Singarimbun dan Effendi, 1989), yaitu menjelaskan hubungan persepsi tentang Program KB terhadap keikutsertaan PUS di Kecamatan Nisam.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara dengan mengambil lokasi di Kecamatan Nisam dengan pertimbangan kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan di Aceh Utara dengan cakupan keikutsertaan terhadap program KB rendah. Disamping itu penelitian seperti ini belum pernah dilakukan di daerah kecamatan Nisam.

Perencanaan penelitian dimulai dari persetujuan judul penelitian, survei pendahuluan, studi kepustakaan, penelitian lapangan terhitung mulai bulan Oktober 2007 sampai dengan Mei 2008.

3.3. Populasi dan Sampel

(51)

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi, pengambilan sampel diambil secara quota sampling. Sampel diperleh dengan menggunakan rumus Vincent Gasper (1997):

Dimana:

Zc : Nilai derajat kepercayaan 95% = 1,96 P : Proporsi dari populasi ditetapkan p = 0,5 G : Galat Pendugaan = 0,1

N : Besar populasi = 452 orang n : Besar sampel minimal = 82

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data sosio demografi dan sosio psikologi responden yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen tertulis yang diperoleh dari Dinas Kesehatan, puskesmas, dan BKKBN Kabupaten Aceh Utara yang berkaitan dengan aspek-aspek yang diteliti, seperti deskripsi lokasi penelitian dan keadaan sosial wilayah penelitian.

(52)

Sebelum pengumpulan data, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap kuesioner. Uji ini dilakukan terhadap 30 responden yang mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan karakteristik responden di tempat penelitian. Responden yang ikut dalam uji validitas, tidak termasuk lagi menjadi sampel.

Ketepatan pengujian suatu hipotesis tentang hubungan variabel penelitian sangat tergantung pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut. Pengujian hipotesis penelitian tidak akan mengenai sasarannya bila mana data yang dipakai tidak reliabel dan tidak menggambarkan secara tepat konsep yang diukur. Oleh karena itu perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen. Untuk melihat validitas, maka nilai yang dilihat adalah nilai yang ada dalam kolom corrected item

total correlation kemudian dibandingkan dengan r tabel. Sedangkan untuk melihat

reliabilitas adalah dengan melihat nilai cronbach’s alpha if item deleted (Situmorang, 2008). Menurut Ghozali (2005) dan Kuncoro (2003) suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,80.

(53)

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Pertanyaan Corrected item-Total

Merencanakan jumlah anak 0,977 0,994 Valid dan Reliabel

Pemeriksan kehamilan dan pelayanan IUD

0,960 0,994 Valid dan Reliabel

Kematian ibu pada saat melahirkan 0,985 0,994 Valid dan Reliabel

Program KB membatasi jumlah anak

0,949 0,994 Valid dan Reliabel

KB haram 0,973 0,994 Valid dan Reliabel

Banyak anak banyak rezeki 0,951 0,994 Valid dan Reliabel

Dalam keluarga harus ada anak laki-laki

0,949 0,994 Valid dan Reliabel

Anak laki-laki lebih berharga dari anak perempuan

0,985 0,994 Valid dan Reliabel

Isteri harus tunduk atau takut pada suami

0,971 0,994 Valid dan Reliabel

Malu berhubungan dengan orang lain karena memasang alat KB

0,985 0,994 Valid dan Reliabel

Suami tidak setuju isteri ikut KB 0,985 0,994 Valid dan Reliabel

Suami Ikut program KB 0,918 0,995 Valid dan Reliabel

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari faktor sosio demografi (umur, jenis kelamin, jumlah keluarga, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan/pendapatan), Faktor sosio psikologis (nilai-nilai agama, nilai-nilai budaya, dan nilai ekonomis) dan perspesi. Sedangkan variabel terikat adalah Keikutsertaan dalam program KB.

(54)

Definisi operasional dari variabel penelitian adalah sebagai berikut :

1. Faktor sosio demografis adalah faktor sosial kependudukan. Indikator faktor sosio demografis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: umur, jenis kelamin, jumlah keluarga, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan/ pendapatan. 2. Faktor sosio psikologis adalah faktor sosial psikologis yang berhubungan dalam

masyarakat. Indikator faktor sosio psikologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: nilai-nilai agama, nilai-nilai budaya, dan nilai ekonomis.

3. Keikutsertaan dalam program KB, yaitu keterlibatan PUS secara aktif dalam mengikuti program KB. Indikator keikutsertaan dalam program KB pada penelitian ini adalah aktif dan tidak aktif.

4. Umur adalah jumlah tahun hidup responden saat penelitian dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir.

5. Jumlah keluarga adalah banyaknya anggota keluarga dalam satu keluarga responden.

6. Pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah diperoleh oleh responden, dengan kategori: Rendah (SD dan SMP), sedang (SMA), dan Tinggi (D3 dan S1). 7. Pekerjaan adalah jenis pekerjaan yang menjadi mata pencaharian oleh responden,

dengan kategori: bertani, wiraswasta, PNS, dan pegawai swasta.

(55)

9. Nilai agama adalah pandangan responden terhadap nilai-nilai agama yang berhubungan dengan program KB, dengan kategori baik, kurang baik, dan tidak baik.

10.Nilai budaya adalah pandangan responden terhadap nilai-nilai budaya yang berhubungan dengan program KB, dengan kategori baik, kurang baik, dan tidak baik.

3.6. Metode Pengukuran

Variabel-variabel dalam penelitian ini disusun indikator-indikatornya, yang kemudian dibuat menjadi item-item kuesioner. Skala pengukuran yang digunakan untuk menyatakan tanggapan responden terhadap setiap item-item instrumen adalah dengan menggunakan skala Likert dengan 3 alternatif jawaban. Urutan skala penilaian dari masing-masing item indikator variabel tersebut, sebagai berikut:

Skala 3 : Setuju

Skala 2 : Kurang setuju Skala 1 : Tidak setuju

Kategori nilai agama dan nilai budaya dikelompokkan ke dalam 3 bagian, yaitu:

a. Baik, jika responden mempunyai total skor > 66,6 % dari total pertanyaan.

b. Kurang Baik, jika responden mempunyai total skor 33,3%-66,6% dari total pertanyaan.

c. Tidak baik, jika responden mempunyai total skor < 33%.

(56)

3.7. Metode Analisis Data

(57)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kecamatan Nisam termasuk dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yang pusat pemerintahan berada di Keude Amplaih dengan luas wilayah 24 1,47 km, yang terdiri dari 5 kemukiman dan 44 Desa.

Kecamatan Nisam berbatasan dengan:

a. Sebelah Utara dengan Kecamatan Dewantara & Muara Dua b. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Tengah

c. Sebelah Barat dengan Kecamatan Sawang & Muara Batu d. Sebelah Timur dengan Kecamatan Kuta Makmur & Muara Dua

4.2. Keadaan Sosial Wilayah Penelitian 4.2.1. Komposisi Penduduk

Penduduk adalah sejumlah manusia yang berada pada daerah tertentu dan dalam kurun waktu tertentu pula. Penduduk merupakan sumber daya yang akan mendukung pembangunan suatu wilayah. Untuk rnengetahui sumber daya manusia yang ada di suatu wilayah dapat dilihat melalui komposisi penduduk pada wilayah tersebut. Komposisi penduduk adalah pengelompokan penduduk berdasarkan kriteria tertentu, seperti berdasarkan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, mata pencaharian, agama, suku, dan lain sebagainya.

(58)

Jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Nisam tahun 2006 adalah sebesar 34.500 jiwa dengan kepadatan penduduk 142 jiwa/km2. Adapun komposisi penduduk di Kecamatan Nisam adalah sebagai berikut :

4.2.2. Komposisi Penduduk Menurut Umur

Komposisi penduduk menurut umur menguraikan pembagian penduduk berdasarkan tingkatan umurnya. Pada komposisi penduduk menurut umur dapat dilihat jumlah penduduk pada usia produktif dan penduduk pada usia non produktif. Hal ini juga bertujuan melihat banyaknya angkatan kerja yang tersedia di suatu daerah. Untuk melihat penggolongan penduduk berdasarkan umur pada Kecamatan Nisam dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Kecamatan Nisam Tahun 2008

Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentasi (%)

0 - 10

Jumlah 34.500 100,00

(59)

4.2.3. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin suami/isteri dengan tujuan untuk mengetahui perbandingan antara jumlah laki-laki dengan jumlah perempuan yang menempati suatu wilayah. Adapun komposisi penduduk menurut jenis kelamin pada Kecamatan Nisam dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Nisam Tahun 2008

Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentasi (%)

Laki – Laki Perempuan

16.641 17.859

48.23 51,77

Jumlah 34.500 100,00

Berdasarkan Tabel komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Nisam diperoleh data bahwa jumlah penduduk perempuan pada Kecamatan Nisam lebih tinggi yaitu 17.859 jiwa (51,77 %) sedangkan jumlah penduduk laki-laki yaitu 16.641 jiwa (48,23 %).

4.2.4. Sarana Pelayanan Kesehatan Utama

Jumlah sarana pelayanan kesehatan utama menggambarkan kondisi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan medis bila mengalami gangguan kesehatan. Sarana pelayanan kesehatan utama pada Kecamatan Nisam, dapat dilihat pada Tabe1 4.3.

(60)

Tabel 4.3. Distribusi Sarana Pelayanan Kesehatan Utama Kecamatan Nisam Tahun 2008

Sarana Pelayanan Kesehatan Jumlah

Rumah Sakit

Rumah Sakit Bersalin Poliklinik/ Balai Pengobatan Puskesmas

Puskesmas Pembantu Praktek Dokter Parkatek Bidan Posyandu

Pondok Bersalin Desa Apotik

Tabel 4.3. menunjukkan bahwa posyandu adalah sarana pelayanan kesehatan yang terbanyak di Kecamatan Nisam berjumlah 44 unit.

4.2.5. Tenaga Kesehatan

Jumlah tenaga kesehatan menggambarkan kondisi masyarakat mendapatkan pelayanan medis bila mengalami gangguan kesehatan pada wilayah tertentu. Jumlah tenaga kesehatan utama di Kecamatan Nisam, dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Tenaga Kesehatan di Kecamatan Nisam Tahun 2008

Tenaga Kesehatan Jumlah

Dokter Umum Dokter Gigi

Perawat / Mantri Kesehatan Bidan

(61)

1 orang, perawat/ mantra kesehatan 2 orang, sedangkan dukun bayi dan PLKB tidak ada.

4.3. Hasil Analisis Univariat 4.3.1. Faktor Sosio-Demografi

Faktor sosio demografi yang disajikan berupa umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan jumlah anak dalam keluarga. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 4.5 sampai dengan Tabel 4.9.

1. Umur

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Kecamatan Nisam Tahun2008

Dari Tabel 4.5. dapat dilihat bahwa proporsi umur pasangan usia subur berusia 21 - 35 tahun sebesar 47,6 %.

2. Pendidikan

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Nisam Tahun 2008

Pendidikan F Persentase (%)

(62)

Dari Tabel 4.6. dapat dilihat bahwa proporsi pendidikan pasangan usia subur tertinggi berpendidikan tamat SD-SMP sebesar 48,78 %.

3. Pekerjaan

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Kecamatan Nisam Tahun 2008

Pekerjaan Utama F Persentase (%)

Bertani

Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa proporsi pekerjaan pasangan usia subur tertinggi berstatus wiraswasta sebesar 65,90 %.

4. Penghasilan

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan/Pendapatan perbulan di Kecamatan Nisam Tahun 2008

Penghasilan/ Pendapatan Per bulan (Rp) F Persentase (%)

<1.000.000,-

(63)

5. Jumlah Anggota Keluarga

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Kecamatan Nisam Tahun 2008

Jumlah Anggota Keluarga (Orang) F Persentase (%)

5

Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa proporsi jumlah anggota keluarga pasangan usia subur tertinggi memiliki jumlah anggota keluarga 6 orang sebesar 68,29%.

4.3.2. Faktor Sosio Psikologi

Faktor sosio psikologi yang disajikan dalam penelitian ini adalah nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya.

4.3.2.1. Nilai-Nilai Agama

Adapaun hasil kuisioner nilai-nilai agama terhadap keikutsertaan pasangan usia subur dalam program KB di Kecamatan Nisam dapat dilihat pada Tabel 4.10 sampai dengan 4.14 berikut ini.

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Tabel 4.1.  Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Kecamatan Nisam Tahun   2008
Tabel 4.2.  Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Nisam Tahun 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Di era globalisasi ini, kompang masih tetap bertahan di tengah masyarakat pendukungnya, khususnya di Bengkalis, hal ini karena kompang dapat membaur ditengah globalisisasi,

Tulis Identitas Peserta (Nama, Sekolah, Kab/Kota, Propinsi) pada setiap halaman lembar jawaban Pilihan Ganda dan Isian/Essay. Tulis mata pelajaran yang diujikan dan Tingkat

The concept of plug-ins to interact amongst themselves from one framework to another makes the integration of SDI and sensor web possible (Fig. The web enablement is shown

Rapat Umum Pemegang Saham untuk perubahan anggaran dasar, berdasarkan Pasal 27 ayat 1 huruf a Anggaran Dasar Perseroan, Rapat Umum Pemegang Saham dapat

The Financial E ducation and Training Agency (FE TA) is an organization (echelon I) under the Ministry of Finance (MOF) of Republic of Indonesia which is responsible to maintain

sekolah. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk meningkatkan pembelajaran matematika yang menarik dan menyenangkan sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran

ad* b)» Xalau kita baoa bunyi dari paoal 1601 b Btff maka da* patlah kita oimpulkon batata, oobelum waktu yang di- perjanjikan dalaa suatu porjanjian pemborongan itu habio,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran Numbered Heads Together efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD 3 Panjunan