1
S K R I P S I
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh Alda Fachrian
100200175
DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGAWASAN IZIN USAHA PARIWISATA BERDASARKAN
PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 4 TAHUN
2014 TENTANG KEPARIWISATAAN
(Studi Pemko Medan)
Oleh
ALDA FACHRIAN 100200175
DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
Disetujui Oleh
Suria Ningsih, SH., M.Hum
NIP. 196002141987032002
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Suria Ningsih, SH., M.Hum
NIP. 196002141987032002 NIP. 196705091993032001
Erna Herlinda,SH., M.Hum
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
PENGAWASAN IZIN USAHA PARIWISATA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PARIWISATAAN
(STUDI PEMKO MEDAN) * Alda Fachrian **Suria Ningsih *** Erna Herlinda
Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam upaya penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang cukup potensial. Pariwisata telah menjadi industri yang mampu mendatangkan devisa negara dan penerimaan asli daerah yang berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat dalam berbagai sektor ekonomi.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah izin usaha pariwisata berdasarkan peraturan daerah kota Medan. Pengawasan dalam penyelenggaraan usaha pariwisata. Pelaksanaan pengawasan izin usaha pariwisata di Kota Medan.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum empiris atau biasa disebut penelitian yuridis empiris. Dalam penelitian ini, hukum dikonsepkan sebagai suatu gejala empiris yang dapat diamati di dalam kehidupan nyata.
Izin usaha pariwisata berdasarkan Peraturan Daerah kota Medan, Nomor 4 Tahun 2014 tentang Kepariwisataan, Pasal 68 angka 1 bahwa pengawasan dalam penyelenggaraan usaha pariwisata, dilakukan oleh Walikota dapat membentuk Tim Pengawasan Usaha Pariwisata (TPUP), bertugas membantu Walikota dengan masa bakti 3 (tiga) tahun. Keanggotaan TPUP terdiri dari unsur Pemerintah Daerah, TNI, Kepolisian, Kejaksaan, Kantor Kementerian Agama, MUI, dan unsur asosiasi kepariwisataan. Pelaksanaan pengawasan izin usaha pariwisata di Kota Medan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap usaha pariwisata yang berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 tahun 2014, kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas pengawasan dalam usaha pariwisata antara lain : kurangnya personil dilingkungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Kota Medan, kurangnya sumber daya manusia, fasilitas yang mendukung penegakan hukum, banyaknya usaha pariwisata di Kota Medan, Jauhnya usaha pariwisata sehingga tidak terjangkau petugas, pemilik tidak mendaftarkan usahanya, kurangnya anggaran yang tersedia khususnya pengawasan dan upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala dalam pelaksanaan tugas pengawasan dalam usaha pariwisata antara lain, menambah personil, mengadakan pelatihan dibidang pariwisata, menambah sarana dan prasarana yang belum memadai, menambah anggaran dalam pengawasan, mengadakan sosialisasi kepada pemegang usaha pariwisata.
Kata Kunci : Pengawasan, Izin, Usaha Pariwisata.
*Mahasiswa
**Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum USU
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian tingkat Sarjana
Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul
PENGAWASAN IZIN USAHA PARIWISATA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG KEPARIWISATAAN (Studi Pemko Medan)
Di dalam menyelesaikan skripsi ini, telah mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Prof. DR. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Syafruddin, SH, MH, DFM selaku pembantu Dekan II Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum selaku pembantu Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Suria Ningsih, SH, M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum
Administrasi Negara dan sekaligus Dosen Pembimbing I penulis yang
6. Ibu Erna Herlinda, SH., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II Penulis
yang telah memberikan pengarahan dalam proses pengerjaaan skripsi ini.
7. Seluruh staf dosen pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
yang telah memberikan ilmu khususnya dalam bidang hukum.
8. Kedua orang tua penulis Ayahanda Ir. Alamsyah Kurnia Siregar dan
Ibunda Almh Rafida Hanum Purba, yang selalu memberikan dukungan
baik secara moril maupun material sehingga terselesaikanya skripsi ini.
9. Teman-Teman stambuk 2010 yang telah mendukung dan memberikan
motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan sampai selesainya
penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
sehingga penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekeliruan. Oleh karena itu penulis
meminta maaf kepada pembaca skripsi ini karena keterbatasan pengetahuan dari penulis.
Besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada kita
semua dan semoga doa yang telah diberikan mendapatkan berkah dari Allah SWT.
Medan, April 2015 Hormat Saya
Alda Fachrian
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... 4
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
D. Keaslian Penulisan ... 9
E. Tinjauan Kepustakaan ... 10
F. Metode Penelitian ... 15
G. Sistematika Penulisan ... 19
BAB II PENGATURAN IZIN USAHA PARIWISATA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO. 4 TAHUN 2014 TENTANG KEPARIWISTAAN ... 22
A. Pengertian Usaha Pariwisata ... 22
B. Tata Cara dan Syarat Untuk Memperoleh Izin Usaha Pariwisata... 27
C. Hak dan Kewajiban Pemegang Izin Usaha Pariwisata ... 30
D. Pengaturan Izin Pengawasan ... 32
A. Tugas dan Fungsi Pengawasan Dalam Penyelenggaraan Usaha
Pariwisata ... 33
B. Objek yang Diawasi Dalam Penyelenggaraan Usaha Pariwisata 42 C. Instansi Terkait yang Melakukan Pengawasan ... 45
BAB IV PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PARIWISATA DI KOTA MEDAN ... 50
A. Gambaran Umum Kepariwisataan Kota Medan ... 50
B. Mekanisme Pengawasan Terhadap Izin Usaha Pariwisata ... 61
C. Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Dalam Penyelenggaraan Usaha Pariwisata ... 62
D. Kendala dan Upaya yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Tugas Pengawasan ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68
A. Kesimpulan ... 68
B. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
PENGAWASAN IZIN USAHA PARIWISATA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PARIWISATAAN
(STUDI PEMKO MEDAN) * Alda Fachrian **Suria Ningsih *** Erna Herlinda
Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam upaya penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang cukup potensial. Pariwisata telah menjadi industri yang mampu mendatangkan devisa negara dan penerimaan asli daerah yang berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat dalam berbagai sektor ekonomi.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah izin usaha pariwisata berdasarkan peraturan daerah kota Medan. Pengawasan dalam penyelenggaraan usaha pariwisata. Pelaksanaan pengawasan izin usaha pariwisata di Kota Medan.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum empiris atau biasa disebut penelitian yuridis empiris. Dalam penelitian ini, hukum dikonsepkan sebagai suatu gejala empiris yang dapat diamati di dalam kehidupan nyata.
Izin usaha pariwisata berdasarkan Peraturan Daerah kota Medan, Nomor 4 Tahun 2014 tentang Kepariwisataan, Pasal 68 angka 1 bahwa pengawasan dalam penyelenggaraan usaha pariwisata, dilakukan oleh Walikota dapat membentuk Tim Pengawasan Usaha Pariwisata (TPUP), bertugas membantu Walikota dengan masa bakti 3 (tiga) tahun. Keanggotaan TPUP terdiri dari unsur Pemerintah Daerah, TNI, Kepolisian, Kejaksaan, Kantor Kementerian Agama, MUI, dan unsur asosiasi kepariwisataan. Pelaksanaan pengawasan izin usaha pariwisata di Kota Medan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap usaha pariwisata yang berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 tahun 2014, kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas pengawasan dalam usaha pariwisata antara lain : kurangnya personil dilingkungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Kota Medan, kurangnya sumber daya manusia, fasilitas yang mendukung penegakan hukum, banyaknya usaha pariwisata di Kota Medan, Jauhnya usaha pariwisata sehingga tidak terjangkau petugas, pemilik tidak mendaftarkan usahanya, kurangnya anggaran yang tersedia khususnya pengawasan dan upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala dalam pelaksanaan tugas pengawasan dalam usaha pariwisata antara lain, menambah personil, mengadakan pelatihan dibidang pariwisata, menambah sarana dan prasarana yang belum memadai, menambah anggaran dalam pengawasan, mengadakan sosialisasi kepada pemegang usaha pariwisata.
Kata Kunci : Pengawasan, Izin, Usaha Pariwisata.
*Mahasiswa
**Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum USU
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sangat indah dan memiliki
beranekaragam budaya. Semua itu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia
untuk dapat menarik kunjungan wisatawan. Wisatawan yang datang berkunjung
merupakan sumber devisa negara yang dapat meningkatkan pendapatan negara
dan masyarakat dilokasi objek wisata.
Pariwisata bukan hal baru bagi Indonesia, kegiatan ini telah ditempatkan
sebagai objek kebijakan nasional sejak pertama kali Indonesia menentukan
kebijakan pembangunan. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan
pariwisata yang mempunyai arti strategis dalam pengembangan ekonomi, sosial
dan budaya, yang dapat mendorong peningkatan lapangan kerja, maka dalam hal
ini pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang–Undang No. 10 Tahun 2009
tentang Pariwisata dengan tujuan untuk mengatur pariwisata yang ada di
Indonesia.
Kegiatan pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat berperan
dalam proses pembangunan dan pengembangan suatu wilayah yaitu dapat
memberikan kontribusi bagi pendapatan suatu daerah maupun bagi masyarakat.
Pariwisata mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional: meratakan
dan meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan, memperkokoh persatuan
sebagai upaya ekonomi, bukan saja padat modal, tetapi juga padat karya. Dengan
demikian, sektor pariwisata mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
Penyerapan ini sangat berhubungan dengan peningkatan pariwisata sebagai
andalan yang mampu menggalakkan sektor lain yang terkait.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang
kepariwisataan menggariskan bahwa pembangunan pariwisata perlu ditingkatkan
untuk memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan
penerimaan devisa serta memperkenalkan alam dan kebudayaan bangsa Indonesia.
Dalam menghadapi perubahan nasional dan penguatan hak pribadi masyarakat
untuk menikmati waktu luang dengan berwisata, perlu dilakukan pembangunan
kepariwisataan yang bertumpu pada keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan
bangsa dengan tetap menempatkan kebhinekaan sebagai satu yang hakiki dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yang pada intinya adalah
penyerahan kewenangan kepada daerah Kabupaten / Kota dengan tujuan untuk
mengurus sendiri segala kebutuhannya maka setiap Pemerintah Kabupaten/ Kota
berusaha keras untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerahnya. Salah satu hal
diantaranya melalui pemberlakuan perizinan usaha. Sejak ditetapkannya Peraturan
Daerah tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Pariwisata maka
kepengurusan perizinan yang selama ini ditangani Pemerintah Pusat untuk
selanjutnya kewenangan tersebut dapat dikelola Pemerintah Daerah.
Pelaksanaan Otonomi daerah Indonesia yang didasarkan Undang-Undang
Pemerintah Daerah dalam menjalankan roda Pemerintahan Daerahnya. Otonomi
daerah menciptakan ruang gerak yang lebih bebas dalam membuat kebijakan dan
peraturan daerah yang melibatkan pihak-pihak terkait yang sesuai dengan
pemahaman dan kebutuhan masyarakat masing-masing daerah tersebut, tidak
terkecuali sektor industri kepariwisataan.
Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam upaya penerimaan
Pendapatan Asli Daerah yang cukup potensial. Pariwisata telah menjadi industri
yang mampu mendatangkan devisa negara dan penerimaan asli daerah yang
berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat dalam berbagai sektor ekonomi.
Potensi pariwisata yang dimiliki oleh Kota Medan sangat prospektif dan obyek
wisata adalah satu mata rantai yang sangat penting di dalam rangkaian industri
pariwisata dan diharapkan oleh pemerintah kota sebagai penambah pendapatan
daerah dalam meningkatkan perekonomian. Bangunan bersejarah merupakan
salah satu sumber pendapatan untuk menambah devisa melalui kunjungan
wisatawan mancanegara.1
Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia dengan
perkembangan ekonomi yang sangat baik, hal tersebut sangat di dukung oleh
perkembangan atau kemajuan di bidang pariwisata sehingga banyak pelaku usaha
yang mengadakan usaha penginapan yang diperuntukan kepada orang-orang yang
sedang melakukan perjalanan. Salah satu usaha yang diminati oleh pelaku usaha
di kota Medan adalah kegiatan usaha pariwisata dengan berbagai jenis fasilitas
1
(diakses
yang ada. Usaha ini selain memberikan keuntungan bagi pelaku usaha juga dapat
meningkatkan pendapatan pemerintah kota Medan.
Kota Medan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara menjadi pintu
gerbang masuknya wisatawan ke Sumatera Utara, telah berkembang menjadi kota
metropolitan dan mengandung banyak historis dan berbagai suku/ etnis yang ada.
Kota Medan dibangun oleh Guru Patimpus pada tahun 1590 sampai saat ini terus
berkembang dengan pesat sehingga mendorong banyak orang dan investor untuk
berkunjung ke Kota Medan dalam rangka tujuan wisata maupun bisnis.
Pembangunan sektor pariwisata sebagaimana kedudukannya sekarang ini,
merupakan salah satu sektor unggulan dalam perekonomian nasional yang
senantiasa perlu dikembangkan dan ditingkatkan. Jika ditinjau dari aspek sosial
ekonomi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, perluasan kesempatan
kerja, meningkatkan pendapatan pemerintah, peningkatan penerimaan devisa,
meningkatkan kewirausahaan nasional dan mendorong pembangunan di daerah.
Selain itu, pembangunan kepariwisataan harus tetap memperhatikan
jumlah penduduk. Jumlah penduduk akan menjadi salah satu modal utama dalam
pembangunan kepariwisataan pada masa sekarang dan yang akan datang karena
memiliki fungsi ganda, sebagai aset sumber daya manusia, juga berfungsi sebagai
sumber potensi wisatawan nusantara.
Pembentukan hubungan antara masyarakat dan pemerintah salah satunya
adalah melalui interaksi yang terjalin dalam pelayanan publik yang dilakukan oleh
alat adminstrasi negara dalam melakukan pelayanan kaitan dengan pelayanan izin.
dalam menilai baik buruknya suatu bentuk pelayanan. Apabila masyarakat merasa
dilayani dengan baik, maka terdapat nilai kepuasan tersendiri yang bisa
menciptakan hubungan yang harmonis antara pemerintah dengan rakyatnya.
Tetapi sebaliknya, apabila masyarakat merasa didzolimi dalam mendapatkan
pelayanan yang baik, maka masyarakat akan merasa tidak nyaman dan hilang
kepercayaan terhadap kinerja aparat/alat adminstrasi negara, sehingga bisa
membuat hubungan antara masyarakat dan pemerintah buruk.
Dalam hal perizinan, yang berwenang mengeluarkan izin adalah pejabat
administratif, kaitannya adalah dengan tugas pemerintah dalam hal memberikan
pelayanan umum kepada masyarakat. Dalam hal pelayanan publik, izin
merupakan bentuk pelayanan yang harus diberikan kepada masyarakat dalam
bentuk pelayanan administratif, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai
bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik. Izin dapat berbentuk tertulis
dan atau tidak tertulis, namun dalam Hukum Administrasi Negara izin harus
tertulis, kaitannya apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan, maka izin
yang berbentuk suatu keputusan adminstrasi negara (beschicking) dapat dijadikan
sebagai alat bukti dalam pengadilan. Izin yang berbentuk beschiking, sudah tentu
mempunyai sifat konkrit (objeknya tidak abstrak, melainkan berwujud, tertentu
dan ditentukan), individual (siapa yang diberikan izin), final (seseorang yang telah
mempunyai hak untuk melakukan suatu perbuatan hukum sesuai dengan isinya
yang secara definitif dapat menimbulkan akibat hukum tertentu).
Pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sarana untuk menciptakan
Pembangunan kepariwisataan dikembangkan dengan pendekatan pertumbuhan
dan pemerataan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat dan pembangunan yang
berorientasi pada perkembangan wilayah, bertumpu kepada masyarakat, dan
bersifat memberdayakan masyarakat yang mencakup sebagai aspek, seperti
sumber daya manusia, pemasaran, destinasi, ilmu pengetahuan dan teknologi,
keterkaitan lintas sektor, kerja sama antar negara, pemberdayaan usaha kecil, serta
tanggung jawab dalam pemanfaatan sumber kekayaan alam dan budaya.
Dari segi kebudayaan, sektor pariwisata Indonesia memperkenalkan
kebudayaan Indonesia kepada wisata asing. Jika faktor pariwisata memiliki
konstribusi yang cukup besar didalam pembangunan nasional, untuk itu segala
potensi yang ada di tanah air perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Kewenangan memberikan izin biasanya ditentukan dalam peraturan
perizinan, yaitu organ atau pejabat yang paling terkait dengan materi yang
dimohonkan izin. Hal ini merupakan prinsip yang mendasar dalam hukum
perizinan. Pemberian izin didasarkan atas permohonan dengan memenuhi
syarat-syarat yang diwajibkan. Sebelum pelaku usaha pariwisata baik perorangan
maupun badan hukum yang mengadakan kegiatan usaha pariwisata, langkah awal
yang harus dilakukan adalah mengajukan permohonan izin usaha kepada
Pemerintah atau Kepala Instansi atau Dinas tertentu dalam hal ini adalah Kepala
Dinas Perizinan serta Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kota Medan.
Dalam upaya penegakan aturan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014
tentang Kepariwisataan. Pemerintah kota Medan perlu melakukan sosialisasi
kepada pelaku usaha yang akan membuka usaha pariwisata berdasarkan Peraturan
Daerah Nomor 4 tahun 2014. Dengan demikian diharapkan dapat menegakkan
peraturan yang berlaku, sehingga dengan sendirinya dapat meningkatkan
pendapatan asli daerah berupa pajak dan retribusi kota Medan di sektor usaha
pariwisata.
Pengawasan mendorong agar obyek pemeriksaan dapat mengoptimalkan
pencapaian target. Dalam suatu negara, terlebih dalam negara yang sedang
membangun, pengawasan itu sangat penting, baik pengawasan secara vertikal,
horizontal, eksternal, preventif maupun represif agar maksud dan tujuan yang
telah ditetapkan dapat tercapai. Lemahnya pengawasan berarti mendekatkannya
kepada pelaksanaan kerja yang tidak sempurna, sehingga menjauhkannya dari
tujuan yang hendak dicapai dan semakin banyak peluang untuk penyalah gunaann
kekuasaan. Tetapi sebaliknya, kuatnya kontrol atau ketatnya pengawasan semakin
sempurna pelaksanaan kerjanya sehingga tujuan dapat diraih dan penyalahgunaan
kekuasaan dapat dihindarkan, yang pada akhirnya hak asasi rakyat dapat terwujud.
Pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan kegiatan-kegiatan diperoleh
secara berdaya guna dan berhasil guna, sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya, hal ini sesuai dengan pendapat Handayaningrat yang
mengatakan bahwa ”Pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan
diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan sebelumnya.2
2
Soewarno Handayaningrat,Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, Jakarta,
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan,
membahas serta menuangkannya dalam bentuk Skripsi dengan judul Pengawasan
Izin Usaha Pariwisata Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun
2014 (Studi Pemko Medan).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan, yakni:
1. Bagaimana pengaturan izin usaha pariwisata berdasarkan peraturan daerah
kota Medan No. 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan?
2. Bagaimana pengawasan dalam penyelenggaraan usaha pariwisata ?
3. Bagimana pelaksanaan pengawasan izin usaha pariwisata di Kota Medan ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Ada pun yang menjadi tujuan dibuatnya skripsi ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengaturan izin usaha pariwisata berdasarkan peraturan
daerah kota Medan No. 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan.
b. Untuk mengetahui pengawasan dalam penyelenggaraan usaha pariwisata.
c. Untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan izin usaha pariwisata di Kota
2. Manfaat Penulisan
Manfaat penelitian ini antara lain adalah :
a. Secara teoritis
Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat
memberikan kontribusi bagi pembangunan ilmu hukum, khususnya
dalam bidang Hukum Administrasi Negara.
b. Secara praktis
Diharapkan memberikan umpan balik kepada pemerintah Kota Medan
beserta elemen-elemen yang terkait sehingga Pemerintah Kota Medan
lebih membuka diri dan mau bermitra dengan berbagai pihak baik
peneliti dari kalangan perguruan tinggi, DPRD, tokoh masyarakat,
LSM dan pengusaha dalam rangka mencari format kebijakan yang
diperlukan untuk model kegiatan pemerintahan dalam pelayanan yang
lebih efisien, responsif dan akuntanbel.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran dan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh
penulis baik di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, maka
penulis memilih judul Pengawasan Izin Usaha Pariwisata Berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 tentang Kepariwisataan (Studi Pemko
Medan). Judul penelitian ini belum diteliti oleh peneliti yang lain maka penulis
penelitian ini merupakan karya ilmiah yang asli, apabila ternyata dikemudian hari
ditemukan judul yang sama, maka dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
E. Tinjauan Kepustakaan 1. Perizinan
Pembukaan UUD 1945 menetapkan dengan tegas tujuan kehidupan
bernegara yang berdasarkan hukum, hal ini berarti bahwa hukum merupakan
supermasi atau tiada kekuasaan lain yang lebih tinggi selain hukum. Upaya
merealisasi Negara berdasarkan hukum dan mewujudkan kehidupan bernegara
maka hukum menjadi pengarah, perekayasa, dan perancang bagaimana bentuk
masyarakat hukum untuk mencapai keadilan. Berkaitan dengan hal tersebut harus
disesuaikan dengan perkembangan masyarakat serta tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam perspektif hukum penyelenggaraan perizinan berbasis pada teori
negara hukum modern (negara hukum demokrasi) yang merupakan perpaduan
antara konsep negara hukum (rechstaat) dan konsep negara kesejahteraan
(welfare). Negara hukum secara sederhana adalah negara yang menempatkan
hukum sebagai acuan tertinggi dalam penyelenggaran negara atau pemerintah
(supremasi hukum).3
Perizinan merupakan instrumen kebijakan Pemerintah/pemda untuk
melakukan pengendalian atas eksternalitas negatif yang mungkin ditimbulkan
3
C.J.N. Verstedon, Intelecding Algremen Bestuursrechht, Samson H.D. Tjeenk Wilink,
oleh aktivitas sosial maupun ekonomi. Izin juga merupakan instrumen untuk
perlindungan hukum atas kepemilikan atau penyelenggaraan kegiatan.sebagai
instrumen pengendalian perizinan memerlukan rasionalitas yang jelas dan
tertuang dalam bentuk kebijakan pemerintah sebagai sebuah acuan tanpa
rasionalitas dan desain instrumen untuk membela kepentingan atas tindakan yang
berdasarkan kepentingan individu.4
Dalam pengertian yang luas, izin adalah suatu persetujuan dari penguasa
berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah, untuk dalam keadaan
tertentu menyimpang dari ketentuan larangan perundang-undangan sedangkan
dalam pengertian sempit, izin pada umumnya berdasarkan pada keinginan
pembuat undang-undang mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi
keadaan-keadaan yang buruk, tercela, tidak diinginkan pemerintah dengan
diharapkan pemerintah dapat melakukan pengawasan5
Menurut pendapat Utrecht yang di kutip oleh Sutedi6, pengertian
vergunning atau izin yaitu bilamana pembuat peraturan pada umumnya melarang
suatu perbuatan, tetapi juga memperkenankannya asal saja diadakan secara yang
ditentukan untuk masing-masing hal konkrit, maka perbuatan administrasi negara
yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin. Lebih lanjut Sutedi
menyatakan7
4
A. Sutedi, Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik. Jakarta: Sinar Grafika,
2010. hal 7
5
P.M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.2003 hal 7
6
A. Sutedi, Op.cit., hal 8
7Ibid.
berdasarkan undang-undang atau Peraturan Pemerintah untuk dalam keadaan
tertentu menyimpang dari ketetntuan-ketentuan larangan perundang-undangan.
Menurut pendapat Prayudi Atmosoedirjo yang dikutip oleh Philipus M
Hadjon,8
2. Pengawasan
“dispensasi atas suatu larangan’ izin beranjak dari ketentuan yang ada
pada dasarnya tidak melarang suatu perbuatan tetapi untuk melakukan suatu
perbuatan dibutuhkan suatu perosedur tertentu untuk dilalui sedangkan menurut
Mr WR Prins memberikan pengertian tentang izin adalah memberikan dispensasi
dari sebuah larangan, izin ini bukan dimaksudkan untuk menjadi suatu peraturan
umum, jadi tidak berlaku sesuatu yang istimewa melainkan bermacam-macam
usaha yang ada. Pada hakekatnya tidak berbahaya tetapi berhubungan yang satu
dan yang lain sebab dianggap baik untuk diawasi oleh administrasi negara.
Pengawasan secara umum dapat didefinisikan sebagai cara suatu
organisasi mewujudkan kinerja yang efektif dan efisien, serta lebih jauh
mendukung terwujudnya visi dan misi organisasi. Pengawasan secara umum juga
diartikan sebagai suatu kegiatan administrasi yang bertujuan mengandalkan
evaluasi terhadap pekerjan yang sudah diselesaikan apakah sesuai dengan rencana
atau tidak. Karena itu bukanlah dimaksudkan untuk mencari siapa yang salah satu
yang benar tetapi lebih diarahkan kepada upaya untuk melakukan koresi terhadap
hasil kegiatan. Dengan demikian jika terjadi kesalahan atau
penyimpangan-penyimpagan yang tidak sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai, maka segera
8
diambil langkah-langkah yang dapat meluruskan kegiatan berikutnya sehingga
terarah pelaksanaanya.
Pengawas mempunyai peranan yang penting dalam manajemen
kepegawaian. Ia mempunyai hubungan yang terdekat dengan pegawai-pegawai
perseorangan secara langsung dan baik buruknya pegawai bekerja sebagian besar
akan tergantung kepada betapa efektifnya ia bergaul dengan mereka.
Untuk dapat memahami lebih lanjut mengenai pengawasan ini akan
mengemukakan pendapat para sarjana di bawah ini.
Menurut Sondang P. Siagian dalam Manullang dikatakan bahwa:
“Pengawasan adalah proses pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan
organisasi untuk menjaga agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan
sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya".9
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk menjamin bahwa
tujuan-tujuan organisasi dan menajemen tercapai.10
Menurut Sarwoto, “Pengawasan merupakan kegiatan manager yang Ini berkenaan dengan
cara-cara membuat kegiatan-kegiatan sesuai yang direncanakan. Pengertian ini
menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan
pengawasan.
Pengawasan adalah suatu proses kegiatan penelitian terhadap objek
pengawasan kegiatan tertentu dengan tujuan untuk memastikan apakah
pelaksanaan tugas dan fungsi objek pengawasan dan atau kegiatan tersebut telah
sesuai dengan yang telah ditetapkan.
9
M. Manullang, Dasar-Dasar Management, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001, hal. 43.
10
mengusahakan agar pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan dan hasil yang dikehendaki “. 11
Pengawasan adalah kegiatan penilaian terhadap organisasi/kegiatan
dengan tujuan agar organisasi/kegiatan tersebut melaksanakan fungsinya dengan
baik dan dapat memenuhi tujuannya yang telah ditetapkan.12
Menurut Manullang : “Pengawasan adalah penilaian akan pekerjaan
bawahan, baik yang sedang dikerjakan maupun yang sudah selesai dengan
maksud mengadakan tindakan perbaikan bila perlu agar benar- benar dapat
dihasilkan tujuan yang telah digariskan".
13
F. Metode Penelitian
Dari definisi-definisi tersebut di atas penulis dapat menarik suatu
kesimpulan bahwa pengawasan meliputi kegiatan-kegiatan melihat, memeriksa,
dan menguji apakah pekerjaan itu terlaksana sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan oleh organisasi. Kemudian dengan pengawasan ini akan dapat
diketahui kelemahan-kelemahan dari pada pelaksanaan rencana tersebut sehingga
tindakan perbaikan segera dilakukan demi tercapainya tujuan tersebut.
Jadi jelaslah bahwa pekerjaan pengawasan itu merupakan fungsi
pimpinan, semakin rendah tingkat pimpinan maka semakin rendah pula pekerjaan
pegawai mengawasi, begitu pula sebaliknya jika semakin tinggi tingkat pimpinan
maka semakin tinggi pula tugasnya untuk melaksanakan pengawasan.
11
Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003,
hal. 21.
12
Fahmi Irfan, Manajemen Kepemimpinan Teori dan Aplikasi, cetakan pertama, Penerbit
: Alfabeta, Bandung, 2012, hal 139
13
Untuk memperoleh, mengumpulkan serta menganalisa setiap data maupun
informasi yang sifatnya ilmiah, diperlukan metode agar skripsi mempunyai
susunan yang sistematis dan konsisten. Adapun metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif,
penelitian hukum normatif meliputi penelitian terhadap asas-asas hukum, taraf
sinkronisasi hukum, sejarah hukum, dan perbandingan hukum.14
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis-empiris. Pendekatan
yuridis digunakan untuk menganalisis berbagai peraturan perundang-undangan
terkait dengan perjanjian perjanjian pengadaan barang dan jasa. Sedangkan
pendekatan empiris digunakan untuk menganalisis hukum yang dilihat sebagai
perilaku masyarakat yang berpola dalam kehidupan masyarakat yang selalu
berinteraksi dan berhubungan dalam aspek kemasyarakatan.
Pendekatan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum empiris
atau biasa disebut penelitian yuridis empiris. Dalam penelitian ini, hukum
dikonsepkan sebagai suatu gejala empiris yang dapat diamati di dalam kehidupan
nyata.
15
14
Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif suatu Tinjauan
Singkat Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001 hal. 13-14.
15
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia
2. Sifat penelitian
Sifat penelitian dari skripsi ini lebih mengarah kepada sifat penelitian
deskriptif yakni penelitian secara umum termasuk pula di dalamnya penelitian
ilmu hukum, penelitian deskriptif bertujuan untuk menentukan ada tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Dalam
penelitian ini, untuk mendapatkan gambaran secara tepat mengenai Pengawasan
Izin Usaha Pariwisata Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun
2014 (Studi Pemko Medan) menggunakan sifat penelitian deskriptif dikarenakan
sudah terdapatnya ketentuan peraturan perundang-undangan, literatur maupun
jurnal yang cukup memadai mengenai permasalahan yang diangkat.
3. Data dan sumber data
Data maupun sumber data yang digunakan sebagai bahan penelitian ini
terdiri dari data primer dan data sekunder, antara lain sebagai berikut:
a. Data Primer adalah data yang bersumber dari penelitian lapangan yaitu
suatu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama di lapangan yaitu
baik dari responden maupun informan. Data primer yang digunakan dalam
penulisan skripsi ini adalah dengan melakukan wawancara langsung
terhadap pihak terkait dalam hal ini yaitu dengan Andre F. Siregar, selaku
Kepala Seksi, Kepala Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan.
b. Data sekunder adalah data yang bersumber dari penelitian kepustakaan
yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung dari sumber pertamanya,
bentuk bahan-bahan hukum. Adapun data sekunder yang penulis gunakan
dalam penelitian ini, antara lain:
1) Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat terdiri
dari instrumen hukum nasional, terdiri dari :
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah;
c) Undang-Undnag Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
d) Peraturan daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Kepariwisataan.
2) Bahan hukum sekunder dari penelitian ini yakni bahan hukum yang
memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer Pengawasan
Izin Usaha Pariwisata Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan
Nomor 4 Tahun 2014 (Studi Pemko Medan) bahan hukum sekunder
yang digunakan antara lain: pendapat para pakar hukum, karya tulis
hukum yang termuat dalam media massa; buku-buku hukum (text
book), serta jurnal-jurnal hukum yang membahas mengenai
Pengawasan Izin Usaha Pariwisata Berdasarkan Peraturan Daerah Kota
Medan Nomor 4 Tahun 2014 (Studi Pemko Medan)
3) Bahan hukum tersier yang penulis gunakan berupa kamus hukum dan
4. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan studi kepustakaan dan teknik wawancara. Studi Dokumen
merupakan teknik awal yang digunakan dalam setiap penelitian ilmu hukum,
karena penelitian hukum selalu berawal dari premis atau pernyataan normatif
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mengenai
studi kepustakaan dilakukan atas bahan-bahan hukum yang relevan dengan
permasalahan peneliti. Teknik wawancara dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada Dinas Kepariwisataan Kota Medan maupun
informan yang dirancang atau yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk
memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dan mendukung permasalahan yang
diajukan dalam penelitian mengenai Pengawasan Izin Usaha Pariwisata
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 (Studi Pemko
Medan) Dari jawaban ini diadakan pencatatan sederhana yang kemudian diolah
dan dianalisis menjadi sebuah laporan yang runtun dan terperinci.
5. Analisis data
Dalam penelitian ilmu hukum dikenal dua model analisis yakni, analisis
data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Jenis penelitian yang dilakukan penulis
adalah penelitian hukum normatif dengan jenis pendekatan empiris, maka teknis
analisis data yang penulis lakukan dalam skripsi ini adalah teknis analisis data
kualitatif atau disebut deskriptif kualitatif. Keseluruhan data yang terkumpul baik
dari data primer maupun data sekunder, akan diolah dan dianalisis dengan cara
dikatagorisasikan dan diklasifikasikan, dihubungkan antara satu data dengan data
lainnya, dilakukan interpretasi untuk memahami makna data dalam situasi sosial,
dan dilakukan penafsiran dari perspektif peneliti setelah memahami keseluruhan
kualitas data.
Proses analisis tersebut dilakukan secara terus menerus sejak pencarian
data di lapangan dan berlanjut terus hingga pada tahap analisis. Setelah dilakukan
analisis secara kualitatif kemudian data akan disajikan secara deskriptif kualitatif
dan sistimatis.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini agar permasalahan yang diangkat
dengan pembahasan skripsi sesuai, maka diperlukan adanya sistematika penulisan
yang teratur yang saling berkaitan satu sama lain. Tiap bab terdiri dari setiap sub
bab dengan maksud untuk mempermudah dalam hal-hal yang dibahas dalam
skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan pengantar. Didalamnya termuat mengenai
gambaran umum tentang penulisan skripsi yang terdiri dari latar
belakang penulisan skripsi, permasalahan, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan,
BAB II PENGATURAN IZIN USAHA PARIWISATA BERDASARKAN
PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO. 4 TAHUN 2014
TENTANG KEPARIWISATAAN
Bab ini berisikan Pengertian Usaha Pariwisata, Tata Cara dan
Syarat untuk Memperoleh Izin Usaha Pariwisata, Hak dan
Kewajiban Pemegang Usaha Pariwisata, pengaturan izin usaha
pariwisata.
BAB III PENGAWASAN DALAM PENYELENGGARAAN USAHA
PARIWISATA
Bab ini berisikan tentang Tugas dan Fungsi Pengawasan dalam
Penyelenggaraan Usaha Pariwisata, Objek yang diawasi dalam
Penyelenggaraan Usaha Pariwisata dan Instansi Terkait Yang
Melakukan Pengawasan
BAB IV PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PARIWISATA
DI KOTA MEDAN
Bab ini akan membahas Gambaran Umum Kepariwisataan Kota
Medan, Mekanisme Pengawasan Terhadap Izin Usaha Pariwisata,
Tindak lanjut hasil pengawasan dalam penyelenggaraan usaha
Pariwisata dan Kendala dan Upaya Yang Dihadapi Dalam
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini. Bab
ini berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan isi.
Kesimpulan bukan merupakan rangkuman ataupun ikhtisar.
Saran merupakan upaya yang diusulkan agar hal-hal yang
dikemukakan dalam pembahasan permasalahan dapat lebih
BAB II
PENGATURAN IZIN USAHA PARIWISATA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO. 4 TAHUN 2014
TENTANG KEPARIWISATAAN
A. Pengertian Usaha Pariwisata
Kata pariwisata berasal dari bahasa Sansakerta yaitu dari kata pari yang
berarti lengkap, berputar-putar dan kata wisata yang berarti perjalanan atau
bepergian. Dengan demikian secara tata bahasa dapat diartikan sebagai perjalanan
yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ketempat lain
Pengertian pariwisata yang dikemukakan oleh Marpaung sebagai
berikut:“Pariwisata merupakan kegiatan rekresi yang dilakukan di luar rumah
yang mengambil waktu lebih dari 24 jam, seperti: kunjungan keluarga diluar kota
selama 2 (dua) hari.16
Pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat
sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari
keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan dalam dimensi
sosial, budaya, alam dan ilmu.17
Pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan disuatu tempat ketempat
lainnya dengan maksud tertentu, selalu mengingatkan perjalanan itu dengan
tujuan untuk bersenang-senang dan perjalanannya dilakukan lebih dari 24 jam.
18
16
Happy Marpaung . Pengetahuan Pariwisata.Bandung:Alpabeta, 2002, hal 21
17
18
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990
tentang Kepariwisataan, wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari
kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk
menikmati objek dan daya tarik wisata. Wisatawan adalah orang yang melakukan
kegiatan wisata. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha lain
yang terkait dengan bidang tersebut. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Usaha pariwisata adalah
kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau
menyediakan/mengusahakan objek wisata dan daya tarik wisata, usaha sarana
pariwisata dan usaha lain yang terkait dengan bidang tersebut. Objek dan daya
tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Kawasan wisata
adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk
memenuhi kebutuhan pariwisata.19
Pariwisata menurut Undang-Undang No. 10 tahun 2009 Bab I Pasal 1 butir
tiga menyatakan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah dan Pemerintah Daerah. Pariwisata mencakup 3 (tiga)
Komponen, yakni wisata, pengusahaan objek, dan daya tarik wisata, serta
usaha-usaha lain diluar bidang tersebut namun masih terkait dengan pariwisata.20
19
Totoksuharto.blogspot.com/2010/04/pengertian-dan-jenis-usaha-pariwisata.html, diakses tanggal 10 Januari 2015
20
Ditjen Pariwisata, Pengantar Pariwisata Indonesia, Jakarta, Direktorat Jendral
Pariwisata,2014 hal 3
Dalam
kebijakan yang harus dilakukan demi terwujudnya tujuan bersama khususnya di
bidang pariwisata yang meliputi beberapa aspek seperti Aspek Ekonomi
Perdagangan, Aspek Kebudayaan, Aspek Lingkungan Hidup, Aspek Hukum.
Berdasarkan Undang- Undang No. 23 Tahun 2014 setiap daerah memiliki
kewenangan untuk mengurus urusan rumah tangganya sendiri. Kota Medan
merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak sekali daerah wisata yang
sudah terkenal sampai mancanegara. Selain pariwisata merupakan salah satu
pemasukan atau devisa negara, pariwisata juga membawa nama negara Indonesia
hingga terkenal sampai di dunia. Oleh karena itu pemerintah wajib untuk
memperhatikan dan menjaga kelestarian daerah wisata yang ada di Indonesia
melalui instansi- instansi yang telah dibentuk oleh setiap pemerintah Kabupaten
yang ditugaskan untuk menangani permasalahan-permasalahan khususnya di
bidang pariwisata.
Dalam struktur pemerintahan Kota Medan, Dinas Pariwisata memiliki
tugas pokok dalam bidang pariwisata yang secara umum yaitu menyusun rencana,
kebijakan operasional, mengendalikan dan menyelenggarakan kegiatan dalam
bidang pariwisata yang meliputi ketatausahaan, sarana pariwisata, obyek dan daya
tarik wisata, promosi dan pemasaran pariwisata.21
Pariwisata adalah sebagai segala kegiatan dalam masyarakat yang
berhubungan dengan wisatawan.22
21
Ida Bagus Wyasa Putra, Dkk.Hukum Bisnis Pariwisata,Cet I, Bandung: Refika, 2003,
hal 9.
Soekadijo, R.G. Anatomi Pariwisata, Memahami Pariwisata sebagai “Systemic
Linkage”. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000, hal 21
Pariwisata memberikan peluang kepada
kaitannya dengan pariwisata tergantung dari kreativitas para pengusaha swasta
baik yang bermodal kecil maupun besar untuk memberikan jasa atau menawarkan
produk yang sekiranya diperlukan oleh wisatawan. Usaha pariwisata secara
menyeluruh dapat dikatakan sebagai industri pariwisata, tetapi tidak diibaratkan
sebagai pabrik yang mengolah barang mentah menjadi barang jadi, serta ada
produknya. Industri pariwisata adalah keseluruhan usaha-usaha yang dapat
dinikmati wisatawan semenjak awal mula proses ketertarikan untuk berwisata,
menikmati lokasi daerah tujuan wisata sampai pada proses akhir wisatawan
tersebut pulang menginjakkan kakinya sampai di rumah, kemudian
mengenangnya.
Industri pariwisata sebagai rangkuman dari berbagai macam bidang usaha,
yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk maupun
jasa-jasa/layanan-layanan atau service, yang nantinya baik secara langsung maupun
tidak langsung akan dibutuhkan oleh para wisatawan selama perlawatannya.23
1. Transportasi.
Usaha-usaha pariwisata, dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) golongan besar,
sebagai berikut.
2. Akomodasi dan Perusahaan Pangan.
3. Perusahaan Jasa Khusus.
4. Penyediaan Barang.
Dari ke empat pengelompokan tersebut secara rinci dapat dilihat sebagai
berikut.
23
a. Transportasi
1) Dengan kapal.
2) Dengan kereta api.
3) Dengan mobil dan bus.
4) Dengan pesawat terbang.
b. Akomodasi dan Perusahaan Pangan
1) Jenis akomodasi: hotel, apartemen, sanatorium, bungalow, pondok,
perkemahan, pusat peristirahatan, dan sebagainya.
2) Jenis perusahaan pangan: restoran, rumah makan, cafe, warung, kantin.
Bar, pub dan sebagainya..
c. Perusahaan Jasa Khusus
Dapat berupa biro perjalanan, agen perjalanan, pelayanan wisata,
pramuwisata, pelayanan angkutan barang atau porter, perusahaan hiburan,
penukaran uang, asuransi wisata dan lain sebagainya.
d. Penyediaan Barang
Barang disini adalah sesuatu benda ataupun hasil bumi yang dapat ditawarkan
atau dijual kepada wisatawan yang mempunyai keterkaitan dengan lokasi
daerah tujuan wisata. Barang tersebut dapat berupa souvenir, kerajinan tangan,
patung seni dari kayu dan batu, soeseki, papan selancar, buah-buahan dan
B. Tata Cara dan Syarat untuk Memperoleh Izin Usaha Pariwisata
Pelaksanaan Prosedur Pendirian Perizinan Usaha Pariwisata yang
dilakukan di Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Medan memang tidaklah
serumit yang dibayangkan sebelumnya, namun prosedur-prosedur yang harus
dijalani sampai dengan seorang pengusaha itu memperoleh surat Izin Usaha,
memerlukan waktu yang relatif cukup lama, hal ini karena ketatnya pengawasan
yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan sendiri untuk menderegulasi
perkembangan tempat-tempat usaha yang semakin banyak berdiri diwilayah
Medan. Setiap usaha masyarakat yang dalam hal ini masuk ke dalam jenis usaha
pariwisata maka pengusaha wajib mendaftarkan tempat usahanya melalui Kantor
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Medan. Adapun langkah pertama yang harus
dilakukan pengusaha untuk memperoleh izin usaha adalah pengajuan izin prinsip
terlebih dahulu.
“ Sebelum Kepala Dinas mengeluarkan Izin Usaha maka langkah awal
yang harus dijalani pengusaha wisata adalah terlebih dulu mereka harus
mengajukan permohonan izin prinsip, dimana yang dimaksud izin prinsip ini
adalah izin persiapan membangun bagi pengusaha untuk menyiapkan segala
sesuatu yang dibutuhkan dalam kegiatan usahanya nanti.
Menyimpulkan wawancara di atas bahwa jangka waktu penerbitan surat
izin usaha relatif cepat karena cukup menunggu 2 minggu maka pengusaha bisa
segera mengoperasikan usahanya secara resmi dengan catatan persyaratan yang
Persyaratan teknis yang harus dipenuhi prosedur yang harus dilakukan
sampai dengan seorang pengusaha mendapatkan surat perizinan maka terlebih
dahulu harus lolos dari izin prinsip. Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa
izin prinsip ini adalah persetujuan sementara dalam hal pengusaha melakukan
persiapan mendirikan usaha mereka. Izin Prinsip berlaku selama 1 tahun. Selama
12 bulan itu usaha yang telah terdaftar akan selalu dipantau keberadaannya apakah
bisa lolos dari syarat-syarat perizinan prinsip ataukah tidak. Persyaratan yang
harus dipenuhi tidak hanya dalam bentuk tertulis saja tapi juga ada persyaratan
teknisnya, yang mana hal ini wajib dilakukan pengusaha.
Pada dasarnya persyaratan teknis untuk izin usaha adalah sama untuk
semua kategori usaha pariwisata, yang sedikit berbeda hanya pada saat pengajuan
izin prinsip karena persyaratan teknis antara usaha yang satu dengan yang lain
berbeda jenisnya, apabila pengusaha sudah dikatakan lulus dari izin prinsip ini
maka selanjutnya tinggal melanjutkan apa yang sudah ada ditambah dengan
menjalankan beberapa hal yang menjadi persyaratan teknis untuk izin usaha guna
mencapai ketertiban, keamanan, serta kelancaran untuk pengusaha itu sendiri.
Adapun persyaratan teknis untuk mendapatkan izin usaha adalah sebagai berikut
:jenisnya, apabila pengusaha sudah dikatakan lulus dari izin prinsip ini maka
selanjutnya tinggal melanjutkan apa yang sudah ada ditambah dengan
menjalankan beberapa hal yang menjadi persyaratan teknis untuk izin usaha guna
mencapai ketertiban, keamanan, serta kelancaran untuk pengusaha itu sendiri.
Adapun persyaratan teknis untuk mendapatkan izin usaha pariwisata
1. Dalam melaksanakan mendirikan usaha rekreasi dan hiburan umum,
pemegang izin wajib mentaati ketentuan perundangan yang berlaku.
2. Dalam melaksanakan kegiatan usaha rekreasi dan hiburan umum wajib
menjaga ketertiban dan ketentraman lingkungan disekitarnya.
3. Kepada pemegang izin wajib membayar retribusi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dan wajib daftar ulang sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.
4. Apabila dalam mendirikan usaha terjadi perubahan dari rencana semula wajib
memberikan laporan kepada Walikota Cq. Kepala Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kota Medan.
5. Untuk mengajukan izin usaha tersebut pemegang izin wajib mengajukan
permohonan kepada Walikota lewat Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kota Medan.
6. Membuat laporan bulanan kepada Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kota Medan.
Persyaratan memperoleh izin izin pariwisata antara lain :
1. Mengajukan permohonan tertulis kepada Walikota Medan melalui Kepala
Kantor Penanaman Modal dan PTSP Kota Medan
2. Memiliki kantor atau lokasi yang jelas
3. Memiliki tenaga kerja yang berpengetahuan dan berpengalaman di bidang
usahanya
4. Memenuhi ketentuan dan persyaratan pengusahaan
6. Melampirkan akte pendirian perusahaan pemilik baru
7. Melampirkan foto copy KTP
8. Nomor peserta wajib pajak
9. Mengisi formulir model A-H
C. Hak dan Kewajiban Pemegang Usaha Pariwisata
Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik setiap orang dan
penggunaannya tergantung kepada orangnya sendiri, sedangkan kewajiban adalah
kewajiban adalah sesuatu yang dilakukan dengan tanggung jawab.
Adapun kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pengusaha dari wisata
tirta, menurut Perda Kota Medan nomor 4 tahun 2014 tentang Pariwisata, yaitu
sebagai berikut:
1. Mengajukan permohonan izin dan mendaftarkan usaha penyediaan sarana
kepada walikota melalui Dinas dengan melampirkan persyaratan secara
lengkap dan benar. Sesuai Perda Kota Medan nomor 4 tahun 2014 tentang
Kepariwisataan
2. Pengusaha usaha pariwisata wajib mendaftarkan ulang izin usahanya
setiap 3 tahun sekali, diatur dalam Perda Kota Medan Nomor 4 Tahun
2014 tentang Kepariwisatan. Pengusaha wajib melaporkan kegiatan
usahanya secara berkala kepada walikota.
3. Pengusaha wajib mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup
dalam penyelenggaraan usaha pariwisata.
4. Pengusaha wajib membayarkan pajak kepada Pemerintah dalam
Setiap orang berkewajiban:
a. Menjaga dan melestarikan daya tarik wisata;
b. Membantu terciptanya suasana aman, tertib, bersih, berperilaku santun,
c. Menjaga kelestarian lingkungan destinasi pariwisata
Setiap pengusaha pariwisata berkewajiban:
a. Menjaga dan menghormati norma agama, adat istiadat, budaya, dan nilai
nilai yang hidup dalam masyarakat setempat;
b. Memberikan informasi yang akurat dan bertanggung jawab;.
c. Memberikan pelayanan yang tidak diskriminatif;
d. Memberikan kenyamanan, keramahan, perlindungan keamanan,dan
keselamatan wisatawan;
e. Memberikan perlindungan asuransi pada usaha pariwisata dengan kegiatan
yang berisiko tinggi;
f. Mengembangkan kemitraan dengan usaha mikro, kecil, dan koperasi
setempat yang saling memerlukan, memperkuat, dan menguntungkan;
g. Mengutamakan penggunaan produk masyarakat setempat, produk dalam
negeri, dan memberikan kesempatan kepada tenaga kerja lokal;
h. Meningkatkan kompetensi tenaga kerja melalui pelatihan dan pendidikan;
i. Berperan aktif dalam upaya pengembangan prasarana dan program
pemberdayaan masyarakat;.
j. Turut serta mencegah segala bentuk perbuatan yang melanggar kesusilaan
dan kegiatan yang melanggar hukum di lingkungan tempat usahanya;
l. Memelihara kelestarian lingkungan alam dan budaya;
m. Menjaga citra negara dan bangsa indonesia melalui kegiatan usaha
kepariwisataan secara bertanggung jawab; dan
n. Menerapkan standar usaha dan standar kompetensi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.24
Kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan
intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan
pendapatan daerah untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
D. Pengaturan Izin Usaha Pariwisata
Pengaturan izin usaha pariwisata berdasarkan peraturan daerah kota
Medan No. 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan, Undang-Undang No. 19
Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan Daerah. Peraturan Daerah Kota Medan No. 4 Tahun 2014
Tentang Kepariwisataan.
24
BAB III
PENGAWASAN DALAM PENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA
A. Tugas dan Fungsi Pengawasan dalam Penyelenggaraan Usaha Pariwisata
Tugas pengawasan sebenarnya merupakan tugas yang terberat karena
memerlukan energi dan banyak waktu. Pengawasan dalam penyelenggaraan usaha
pariwisata dilakukan dengan maksud agar kegiatan tersebut dilaksanakan dan
terlaksana sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Demikian juga supaya
tujuan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang telah direncanakan dapat
terlaksana, maka perlu pengawasan. Dengan pengawasan akan diketahui apakah
tujuan yang akan dicapai telah dilakukan dengan berpedoman pada rencana yang
telah ditetapkan terlebih dahulu atau tidak. oleh karena itu pengawasan diadakan
dengan maksud :
1. Mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak;
2. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengadakan
pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama, atau
timbul kesalahan baru;
3. Mengetahui apakah penggunaan budget (dana) yang telah ditetapkan dalam
rencana terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah
direncanakan;
4. Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase tingkat
5. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam
planning.25
Berjalan dan berhasilnya suatu pengawasan tidak terlepas dari pedoman
yang menjadi acuan atau Standar Operating Procedur (selanjutnya disebut
SOP). SOP adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan
sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instasi pemerintah berdasarkan
indikator-indikator teknis, administrasif dan prosedural sesuai dengan tata kerja,
prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan.
Tujuan SOP adalah menciptakan komitmen mengenai apa yang dikerjakan
oleh satuan unit kerja instansi pemerintahan untuk mewujudkan good governance.
SOP di bidang pengawasan juga merupakan pedoman atau acuan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan di bidang pengawasan terhadap suatu objek sesuai
dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang
bersangkutan. Standar operasional prosedur tidak saja bersifat internal tetapi juga
eksternal, karena standar operasional prosedur selain digunakan untuk mengukur
kinerja organisasi publik yang berkaitan dengan ketepatan program dan waktu,
juga digunakan untuk menilai kinerja organisasi publik di mata masyarakat berupa
responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan salah satu unsur penting
bagi Tim Pengawas Usaha Pariwisata kota Medan dalam mengawasi operasional
usaha pariwisata di kota Medan. Tetapi pihak TPUP kota Medan selama ini
dalam melaksanakan kegiatan hanya menggunakan program kerja (Proker)
25
tahunan, dalam program kerja tersebut tercantum program pengawasan tempat
hiburan di kota Medan namun belum adanya Petunjuk Pelaksana (Juklak) dan
Petunjuk Teknis (Juknis).
Melakukan Pemantauan TPUP dalam Pemantauan operasional usaha
pariwisata di kota Medan dilakukan dengan cara pemantauan lansung ke lapangan
berupa patroli dan razia. Patroli merupakan salah satu bentuk lansung dari
pengawasan operasional usaha pariwisata di kota Medan. Patroli pengawasan
adalah penugasan patroli yang bersifat inspeksi dan diselenggarakan menurut
kebutuhan untuk memantau keadaan daerah atau beberapa tempat yang menurut
perkiraan akan timbulnya gangguan terhadap ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat serta upaya penegakan Peraturan Daerah yang ada. Patroli
pengawasan melakukan pengawasan dan pengamatan suatu daerah tertentu dalam
jangka waktu 24 jam.
Tim Pengawas Usaha Pariwisata dalam pelaksanaan bentuk-bentuk patroli
dan razia, memiliki jadwal pemantauan yaitu melakukan patroli dan razia dua kali
dalam sebulan dengan pergantian danton dalam patroli usaha pariwisata di bagi
menjadi 3 (tiga) pleton yang masing-masing pleton memiliki jadwal patroli dan
razia yang berbeda-beda setiap harinya. Untuk pengawasan usaha pariwisata
dilakukan pada malam hari hingga pagi hari, yaitu di mulai pukul 11.00 WIB
hingga pagi hari dikarenakan operasional usaha pariwisata terjadi yaitu pada siang
hari TPUP juga melakukan razia yang tidak dapat ditentukan waktu
Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kebocoran saat akan
melakukan razia. Apabila telah ditentukan kemungkinan terjadinya kebocoran
akan besar. Dan untuk bulan ramadhan, patroli dimulai dari pagi hari dikarenakan
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Kepariwisataan.
Dalam pengawasan, Tim Pengawas Usaha Pariwisata juga melakukan
pemantauan berupa patroli di bidang administrasi melakukan pelaporan terhadap
hasil pemantauan agar dapat dijadikan penilaian lebih lanjut dalam upaya
pengawasan operasional usaha pariwisata di Kota Medan. Berdasarkan data yang
diperoleh di lapangan dapat menjadi penilaian bagi satuan TPUP tentang
pengawasan operasional usaha pariwisata setiap tahunnya. Hanya saja hal ini tidak
dilakukan secara baik oleh Tim Pengawas Usaha Pariwisata. Kurang baik nya
dalam bidang manajemen pendataan mengakibatkan data-data hasil dari
pemantauan selama ini tidak dikelola dengan baik. Sesuai ketentuan yang telah
diberlakukan, pelaksanaan bentuk-bentuk patroli terdiri dari klasifikasi yang
berbeda-beda yaitu dalam pengawasan usaha pariwisata kota Medan, satuan
TPUP melakukan penetapan sasaran atau denah/peta dari usaha pariwisata atau
kawasan yang akan dijadikan sasaran selanjutnya, partoli khusus yaitu penugasan
patroli yang diperintahkan secara khusus oleh Kepala Satuan yang bersifat
represif atau penindakan di lapangan sesuai tuntutan atau kebutuhan yang ada
dalam upaya penegakan ketertiban umum. 26
Dalam pengawasan usaha pariwisata Tim Pengawas Usaha Pariwisata
Kota Medan memiliki penetapan sasaran atau denah/peta dari usaha pariwisata
26
yang akan dijadikan sasaran operasi selanjutnya, apabila Tim Pengawas Usaha
Pariwisata memiliki penetapan sasaran berupa denah/peta yang akan dijadikan
target, maka ini akan memberikan kejelasan arah patroli terhadap usaha pariwisata
kota Medan dan akan mengurangi terjadinya pelanggaran standar terhadap usaha
pariwisata yang telah ditetapkan.27
Pengawasan yang dilakukan oleh Tim Pengawas Usaha Pariwisata
sebelum melakukan tindakan tegas terhadap pelanggaran yang terjadi yaitu
melakukan pembinaan terlebih dahulu berupa pengarahan akan pentingnya
kesadaran dan kepatuhan terhadap Peraturan Daerah yaitu Peraturan Daerah
Nomor 4 Tahun 2014 dengan tujuan agar masyarakat lebih patuh terhadap Penjadwalan yang dilakukan oleh Tim Pengawas Usaha Pariwisata Kota
Medan seharusnya menjadi acuan pelaksanaan pengawasan dari segi waktu.
Namun faktanya dalam hal ini, pemantauan operasional usaha pariwisata di Kota
Medan tidak dilaksanakan dengan jadwal yang telah ada melakukan pembinaan
Pengawasan terhadap usaha pariwisata ditujukan supaya apa yang telah
direncanakan sebelumnya dapat berjalan seperti apa yang di harapkan. Pemerintah
pun menegaskan pengawasan terhadap usaha pariwisata sangat diperlukan. Harus
ada tindakan tegas bagi mereka yang melanggar peraturan tersebut. Dalam hal ini
peran pengawasan Tim Pengawas Usaha Pariwisata sangat dibutuhkan untuk
melakukan tindakan tegas terhadap pelanggaran yang terjadi, namun sebelum
dilakukannya tindakan tegas, lebih baik terdahulu dilakukan pembinaan untuk
perubahan yang berarti.
27
peraturan yang berlaku dan penindakan terlebih dahulu dilakukan terhadap para
pelanggar ketentuan usaha pariwisata di kota Medan harus menandatangani surat
pernyataan bersedia dan sanggup mentaati dan mematuhi serta melaksanakan
ketentuan dalam waktu 15 hari terhitung sejak penandatangan surat pernyataan.
Dari hasil observasi dapat ditarik kesimpulan bahwa pembinaan yang
dilakukan Tim Pengawas Usaha Pariwisata Medan cukup optimal. Setiap usaha
pariwisata yang ditemukan bermasalah atau melanggar standar operasional usaha
pariwisata maka akan di ambil tindakan maupun peringtan dalam bentuk teguran
baik lisan maupun tulisan. Dengan adanya pembinaan tersebut diharapkan tidak
terjadi kembali pelangaran-pelangaran dan memberikan kesadaran bagi pengelola
usaha pariwisata akan pentingnya mematuhi peraturan daerah.
Melakukan penindakan untuk menghindari terjadinya
pelangaran-pelangaran atau penyimpangan dari standar operasional yang telah ditetapkan,
maka Tim Pengawas Usaha dalam melakukan patroli usaha pariwisata di lapangan
mengawasi dengan memperhatikan segala sesuatu yang berhubungan dengan
usaha pariwisata berdasarkan standar usaha pariwisata untuk beroperasional.
Apabila ditemukannya ketidaksesuaian kegiatan atau sistem operasi dari standar
(prosedur) maka itu bisa dikatakan pelanggaran. Ketidaksesuaian dapat dikatakan
pelanggaran itu harusnya dilakukan penindakan agar dapat memberikan efek jera
baik terhadap yang melanggar maupun bagi yang kemungkinan akan melanggar
karena itu menegaskan bahwa penegakan hukum atau sanksi memang berjalan
sehingga akan memberikan rasa takut akan pelanggaran selanjutnya. TPUP dalam
terhadap pelanggaran yang terjadi. Adapun tindakan tegas yang telah diatur dalam
Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2014 bahwa apabila usaha pariwisata yang
melanggar ketentuan yang telah berlaku dapat dilakukan penindakan tegas setelah
melalui proses pembinaan dan teguran yaitu penyegelan usaha pariwisata dan
pencabutan izin usaha tempat hiburan apabila tidak dihiraukan akan batal demi
hukum.
Adapun terhadap usaha pariwisata yang melanggar aturan tidak langsung
dilakukan penyegelan dan pencabutan surat izin usaha, terlebih dahulu diberikan
surat teguran yaitu sebagai berikut:
1. Surat teguran pertama, dengan tenggang waktu 7 (tujuh) hari
2. Surat teguran kedua dengan tenggang waktu 3 (tiga) hari
3. Surat teguran ketiga dengan tenggang waktu 3 (tiga) hari 28
Apabila surat teguran tersebut tidak dihiraukan maka dapat dilakukan
penertiban atau penyegelan. Tujuan dilaksanakannya Penertiban yaitu Untuk
menumbuhkan kesadaran dan peningkatan ketaatan masyarakat terhadap
peraturan daerah. Sedangkan putusan final apakah kegiatan hiburan tersebut
ditutup dan izin usaha dicabut atau tidak atas pelanggaran tersebut akan diproses
oleh PPNS (penyidik Pegawai Negeri Sipil) beserta kantor Badan Pelayanan
Terpadu kota Medan. Namun dalam kenyataannya, masih banyak usaha
pariwisata yang masih beroperasional seperti biasa tanpa adanya larangan atau
pencabutan izin usaha sesuai dengan ketentuan yang berlaku apabila melakukan
pelanggaran, maka standar operasional usaha pariwisata berdasarkan Peraturan
28
Daerah No 4 Tahun 2014 usaha pariwisata belum terpenuhi. Hal ini disebabkan
pengawasan operasional usaha pariwisata yang dilakukan oleh Tim Pengawas
Usaha Pariwisata dalam pemantauan tidak melaksanakan sesuai jadwal yang telah
ditentukan, sehingga kemungkinan terjadi pelanggaraan pada saat pemeriksaan
tidak dilakukan sangat besar. Kurangnya tindakan tegas terhadap pelanggaran
yang terjadi menyebabkan tidak adanya rasa takut dari pihak pemilik usaha
pariwisata untuk melanggar ketentuan yang berlaku. Perlu adanya peningkatan
kinerja dari Tim Pengawas Usaha Pariwisata sehingga dapat meminimalisir
kemungkinan terjadinya pelanggaran pada saat berlangsungya operasional usaha
pariwisata.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengawasan operasional usaha
pariwisata di Kota Medan sumber daya manusia. Sarana untuk mencapai tujuan
organisasi dan dalam melaksanakan fungsi pengawasan sebagai manajemen
organisasi ialah sumber daya yaitu sumber daya manusia. Sumber daya manusia
merupakan penggerak atau pelaksana nyata dari hal-hal yang telah direncanakan.
29
Kecukupan dan kekurangan dari sumber daya manusia akan
mempengaruhi pelaksanaan suatu pekerjaan. Sumber daya manusia merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi dalam pengawasan operasional usaha
pariwisata di kota Medan sumber daya manusia dalam kegiatan pengawasan
operasional usaha pariwisata di kota Medan ini ialah jumlah petugas atau personil
dalam melaksanakan pengawasan operasional usaha pariwisata di kota Medan.
29