LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA
(Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008)
Oleh:
RENNY YUSNIATI A 14204055
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
RENNY YUSNIATI. LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008). Di bawah Bimbingan RATRI VIRIANITA.
Pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang
berkualitas dan mampu bersaing. Prestasi belajar dapat digunakan sebagai
indikator mutu pendidikan. Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu
tingkat kecerdasan atau inteligensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi belajar.
Motivasi belajar merupakan salah satu faktor penting dalam pelaksanaan proses
belajar. Motivasi belajar adalah daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang
untuk melakukan aktivitas belajar. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain
usia, jenis kelamin, dan faktor psikologis, sedangkan faktor eksternal terbagi
menjadi dua yaitu faktor lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang
lingkungan sosial dan motivasi belajar dalam pencapaian prestasi akademik
mahasiswa. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk memendeskripsikan
motivasi belajar, aktivitas belajar dan prestasi akademik mahasiswa TPB,
menganalisis hubungan antara lingkungan sosial dan motivasi belajar mahasiswa
TPB, menganalisis hubungan antara lingkungan sosial dengan prestasi akademik
mahasiswa TPB, menganalisis hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu: pertama, diduga ada hubungan antara
lingkungan sosial dengan motivasi belajar; kedua, diduga ada hubungan antara
lingkungan sosial dengan prestasi akademik mahasiswa; dan ketiga, diduga ada
hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi akdemik mahasiswa.
Penelitian ini dilakukan di Institut Pertanian Bogor (IPB), Darmaga,
Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan formalnya di Institut Pertanian
Bogor pada Tingkat Persiapan Bersama. Pemilihan responden dilakukan dengan
metode pengambilan Sampel Random Gugus Bertahap. Responden dalam
penelitian ini berjumlah 200 orang, yang dipilih secara acak dari kelompok kelas
A dan kelompok kelas B.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan metode survei, dengan menggunakan instrumen pengumpulan data seperti
kuesioner dan wawancara. Hipotesis penelitian ini diuji secara statistik dengan
menggunakan UjiChi-Square.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, tidak ada hubungan yang nyata
antara lingkungan sosial dengan motivasi belajar mahasiswa, namun jika dilihat
dari hubungan mahasiswa dengan dosen, ternyata berhubungan dengan motivasi
belajar mahasiswa. Hal ini terjadi karena, mahasiswa yang berhubungan positif
dengan dosennya, dapat membangkitkan motivasi belajar mahasiswa. Dilihat dari
hubungan mahasiswa dengan teman, ternyata berhubungan dengan motif ingin
tahu dan motif relevansi yang mereka miliki. Dilihat dari hubungan mahasiswa
dengan komunitasnya di asrama, ternyata berhubungan dengan motif ingin tahu
berhubungan positif dengan komunitasnya di asrama, maka dapat membangkitkan
motif ingin tahunya. Lingkungan sosial juga tidak berhubungan dengan prestasi
akademik mahasiswa.
Motivasi belajar berhubungan dengan prestasi akademik mahasiswa,
karena salah satu fungsi motivasi adalah sebagai pendorong usaha dan pencapaian
prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena ada motivasi. Adanya motivasi
yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik, dengan kata lain,
dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari motivasi, maka seseorang
yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik, dan dapat disimpulkan
bahwa, semakin banyak mahasiswa yang mempunyai motivasi belajar, maka
semakin banyak mahasiswa yang Indeks Prestasinya 2,75.
Saran yang disampaikan, antara lain: (1) Untuk Direktorat pendidikan
Tingkat Persiapan Bersama (TPB) agar lebih memperhatikan lingkungan fisik
mahasiswa, khususnya perlu memperbaiki keadaan ruang belajar agar mahasiswa
merasa nyaman dengan ruang belajar yang ditempatinya; (2) Selain ada dosen
bimbingan konseling, alangkah lebih baik jika diadakan juga dosen pembimbing
akademik bagi mahasiswa TPB; (3) Dosen memberikan materi perkulihan yang
dapat membangkitkan motivasi belajar mahasiswa; (4) Setiap mata kuliah
melakukan aktivitas-aktivitas belajar, berupa visual activities, oral activities,
listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental
activities, dan emotional activities; dan (5) Untuk penelitian selanjutnya, dapat
melihat faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, dari segi asal daerah,
LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA
(Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008)
Oleh:
Renny Yusniati
(A14204055)
SKRIPSI
Sebagai Prasyarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian Pada
Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh:
Nama : Renny Yusniati
NRP : A14204055
Judul : Lingkungan Sosial dan Motivasi Belajar dalam Pencapaian
Prestasi Akademik Mahasiswa (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008)
Dapat diterima sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ratri Virianita, S. Sos, MSi. NIP. 132 310 797
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 131 124 019
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM
PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA (KASUS
MAHASISWA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN
BOGOR TAHUN AJARAN 2007/2008) INI BENAR-BENAR MERUPAKAN
HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA
ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA
MANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI
TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU
DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN
RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN
PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA
BERSEDIA MEMPERTANGGUNG JAWABKAN PERNYATAN INI.
Bogor, Agustus 2008
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis bernama Renny Yusniati merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara, yang dilahirkan di Bogor pada tanggal 5 Februari 1986 dari orangtua
bernama Bapak Yusuf Iskandar dan Ibu Ratna Jamilah. Pendidikan formal penulis
dimulai di Taman Kanak-Kanak (TK) Al-Abrol Bogor pada tahun 1991,
kemudian dilanjutkan di SD Al-Ghazaly Bogor pada tahun 1992. Lulus Sekolah
Dasar pada tahun 1998, penulis melanjutkan ke SLTPN 4 Bogor dan pada tahun
2001 masuk ke SMUN 10 Bogor. Penulis berkesempatan untuk melanjutkan
pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2004 melalui jalur SPMB
(Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Saat ini, berada di Fakultas Pertanian,
UCAPAN TERIMA KASIH
Selama masa penyelesaian skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari
dorongan dan dukungan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis panjatkan puji syukur kepada Allah SWT,
atas segala nikmat, karunia, dan hidayah yang telah diberikan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini sekaligus ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ratri Virianita, S. Sos, MSi. atas saran dan masukan untuk kelancaran proses
penulisan skripsi.
2. Mama, Papa, Kakakku Riska dan Iman, Adikku Indra atas curahan kasih
sayang, semangat dan dukungannya yang tak pernah henti dan tak akan pernah
terhenti.
3. Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, MS. selaku dosen pembimbing akademik atas
perhatian dan masukan yang berharga.
4. Martua Sihaloho, SP, MSi. selaku dosen penguji utama atas masukan dan
kritikannya.
5. Ir. Murdianto, MSi. selaku dosen penguji wakil Departemen.
6. Dr. Ir. Ibnul Qayim selaku Direktur Tingkat persiapan Bersama, besarta Bapak
Asep yang telah membantu dalam mendapatkan data tentang gambaran umum
TPB.
7. Mahasiswa TPB yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi
8. Fritamia Saraswati selaku teman seperjuanganku dari mulai Studi Pustaka
(SP) hingga skripsi, terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya.
9. Blocnooters (Adisty, Fitri dan Vanessa) atas semangat dan dukungannya.
10. Teman-teman KPM 41, khususnya Nceq, Refi, Intan, Tina, Sushane, Ubi,
Mira, Oline, Yundha, Tutut atas semangat dan dukungannya selama masa
perkuliahan hingga penulisan skripsi.
11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, untuk segala
perhatian, dorongan semangat, dukungan materiil dan moril berupa masukan
LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA
(Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008)
Oleh:
RENNY YUSNIATI A 14204055
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
RENNY YUSNIATI. LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008). Di bawah Bimbingan RATRI VIRIANITA.
Pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang
berkualitas dan mampu bersaing. Prestasi belajar dapat digunakan sebagai
indikator mutu pendidikan. Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu
tingkat kecerdasan atau inteligensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi belajar.
Motivasi belajar merupakan salah satu faktor penting dalam pelaksanaan proses
belajar. Motivasi belajar adalah daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang
untuk melakukan aktivitas belajar. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain
usia, jenis kelamin, dan faktor psikologis, sedangkan faktor eksternal terbagi
menjadi dua yaitu faktor lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang
lingkungan sosial dan motivasi belajar dalam pencapaian prestasi akademik
mahasiswa. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk memendeskripsikan
motivasi belajar, aktivitas belajar dan prestasi akademik mahasiswa TPB,
menganalisis hubungan antara lingkungan sosial dan motivasi belajar mahasiswa
TPB, menganalisis hubungan antara lingkungan sosial dengan prestasi akademik
mahasiswa TPB, menganalisis hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu: pertama, diduga ada hubungan antara
lingkungan sosial dengan motivasi belajar; kedua, diduga ada hubungan antara
lingkungan sosial dengan prestasi akademik mahasiswa; dan ketiga, diduga ada
hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi akdemik mahasiswa.
Penelitian ini dilakukan di Institut Pertanian Bogor (IPB), Darmaga,
Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan formalnya di Institut Pertanian
Bogor pada Tingkat Persiapan Bersama. Pemilihan responden dilakukan dengan
metode pengambilan Sampel Random Gugus Bertahap. Responden dalam
penelitian ini berjumlah 200 orang, yang dipilih secara acak dari kelompok kelas
A dan kelompok kelas B.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan metode survei, dengan menggunakan instrumen pengumpulan data seperti
kuesioner dan wawancara. Hipotesis penelitian ini diuji secara statistik dengan
menggunakan UjiChi-Square.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, tidak ada hubungan yang nyata
antara lingkungan sosial dengan motivasi belajar mahasiswa, namun jika dilihat
dari hubungan mahasiswa dengan dosen, ternyata berhubungan dengan motivasi
belajar mahasiswa. Hal ini terjadi karena, mahasiswa yang berhubungan positif
dengan dosennya, dapat membangkitkan motivasi belajar mahasiswa. Dilihat dari
hubungan mahasiswa dengan teman, ternyata berhubungan dengan motif ingin
tahu dan motif relevansi yang mereka miliki. Dilihat dari hubungan mahasiswa
dengan komunitasnya di asrama, ternyata berhubungan dengan motif ingin tahu
berhubungan positif dengan komunitasnya di asrama, maka dapat membangkitkan
motif ingin tahunya. Lingkungan sosial juga tidak berhubungan dengan prestasi
akademik mahasiswa.
Motivasi belajar berhubungan dengan prestasi akademik mahasiswa,
karena salah satu fungsi motivasi adalah sebagai pendorong usaha dan pencapaian
prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena ada motivasi. Adanya motivasi
yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik, dengan kata lain,
dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari motivasi, maka seseorang
yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik, dan dapat disimpulkan
bahwa, semakin banyak mahasiswa yang mempunyai motivasi belajar, maka
semakin banyak mahasiswa yang Indeks Prestasinya 2,75.
Saran yang disampaikan, antara lain: (1) Untuk Direktorat pendidikan
Tingkat Persiapan Bersama (TPB) agar lebih memperhatikan lingkungan fisik
mahasiswa, khususnya perlu memperbaiki keadaan ruang belajar agar mahasiswa
merasa nyaman dengan ruang belajar yang ditempatinya; (2) Selain ada dosen
bimbingan konseling, alangkah lebih baik jika diadakan juga dosen pembimbing
akademik bagi mahasiswa TPB; (3) Dosen memberikan materi perkulihan yang
dapat membangkitkan motivasi belajar mahasiswa; (4) Setiap mata kuliah
melakukan aktivitas-aktivitas belajar, berupa visual activities, oral activities,
listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental
activities, dan emotional activities; dan (5) Untuk penelitian selanjutnya, dapat
melihat faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, dari segi asal daerah,
LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA
(Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008)
Oleh:
Renny Yusniati
(A14204055)
SKRIPSI
Sebagai Prasyarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian Pada
Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh:
Nama : Renny Yusniati
NRP : A14204055
Judul : Lingkungan Sosial dan Motivasi Belajar dalam Pencapaian
Prestasi Akademik Mahasiswa (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008)
Dapat diterima sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ratri Virianita, S. Sos, MSi. NIP. 132 310 797
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 131 124 019
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM
PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA (KASUS
MAHASISWA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN
BOGOR TAHUN AJARAN 2007/2008) INI BENAR-BENAR MERUPAKAN
HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA
ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA
MANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI
TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU
DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN
RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN
PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA
BERSEDIA MEMPERTANGGUNG JAWABKAN PERNYATAN INI.
Bogor, Agustus 2008
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis bernama Renny Yusniati merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara, yang dilahirkan di Bogor pada tanggal 5 Februari 1986 dari orangtua
bernama Bapak Yusuf Iskandar dan Ibu Ratna Jamilah. Pendidikan formal penulis
dimulai di Taman Kanak-Kanak (TK) Al-Abrol Bogor pada tahun 1991,
kemudian dilanjutkan di SD Al-Ghazaly Bogor pada tahun 1992. Lulus Sekolah
Dasar pada tahun 1998, penulis melanjutkan ke SLTPN 4 Bogor dan pada tahun
2001 masuk ke SMUN 10 Bogor. Penulis berkesempatan untuk melanjutkan
pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2004 melalui jalur SPMB
(Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Saat ini, berada di Fakultas Pertanian,
UCAPAN TERIMA KASIH
Selama masa penyelesaian skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari
dorongan dan dukungan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis panjatkan puji syukur kepada Allah SWT,
atas segala nikmat, karunia, dan hidayah yang telah diberikan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini sekaligus ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ratri Virianita, S. Sos, MSi. atas saran dan masukan untuk kelancaran proses
penulisan skripsi.
2. Mama, Papa, Kakakku Riska dan Iman, Adikku Indra atas curahan kasih
sayang, semangat dan dukungannya yang tak pernah henti dan tak akan pernah
terhenti.
3. Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, MS. selaku dosen pembimbing akademik atas
perhatian dan masukan yang berharga.
4. Martua Sihaloho, SP, MSi. selaku dosen penguji utama atas masukan dan
kritikannya.
5. Ir. Murdianto, MSi. selaku dosen penguji wakil Departemen.
6. Dr. Ir. Ibnul Qayim selaku Direktur Tingkat persiapan Bersama, besarta Bapak
Asep yang telah membantu dalam mendapatkan data tentang gambaran umum
TPB.
7. Mahasiswa TPB yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi
8. Fritamia Saraswati selaku teman seperjuanganku dari mulai Studi Pustaka
(SP) hingga skripsi, terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya.
9. Blocnooters (Adisty, Fitri dan Vanessa) atas semangat dan dukungannya.
10. Teman-teman KPM 41, khususnya Nceq, Refi, Intan, Tina, Sushane, Ubi,
Mira, Oline, Yundha, Tutut atas semangat dan dukungannya selama masa
perkuliahan hingga penulisan skripsi.
11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, untuk segala
perhatian, dorongan semangat, dukungan materiil dan moril berupa masukan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan Skripsi
yang berjudul Lingkungan Sosial dan Motivasi Belajar dalam Pencapaian
Prestasi Akademik Mahasiswa (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama
Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) , ditujukan untuk memenuhi
syarat mendapatkan gelar sarjana pertanian pada Program Studi Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Kegiatan skripsi ini berupa penelitian yang menelaah aspek mengenai
prestasi akademik mahasiswa TPB yang dilihat berdasarkan lingkungan sosial dan
motivasi belajar mahasiswa. Melalui skripsi ini, memungkinkan penulis
mengetahui dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan
prestasi akademik.
Demikianlah skripsi ini disusun dengan suatu tema tulisan yang dipandang
cukup relevan untuk ditelaah lebih lanjut saat ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Bogor, Agustus 2008
DAFTAR ISI
RINGKASAN ... ii
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 6 1.3 Tujuan ... 7 1.4 Kegunaan Penelitian ... 7
BAB II PENDEKATAN TEORITIS ... 8 2.1 Tinjauan Pustaka ... 8 2.1.1 Mahasiswa ... 8 2.1.2 Motivasi Belajar ... 9 2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 16 2.1.4 Lingkungan Sosial ... 20 2.1.5 Aktivitas Belajar ... 23 2.1.6 Prestasi Akademik Mahasiswa ... 27 2.2 Kerangka Pemikiran ... 29 2.3 Hipotesis ... 33 2.4 Definisi Operasional ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 43 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43 3.2 Metode Pengambilan Sampel... 43 3.3 Metode Pengumpulan Data ... 46 3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 47
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN ... 49 4.1 Gambaran Umum Lokasi ... 49 4.2 Gambaran Umum Responden ... 53 4.2.1 Karakteristik Responden ... 53 4.2.1.1 Usia Responden ... 53 4.2.1.2 Jenis Kelamin Responden... 54 4.2.2 Indeks Prestasi Responden ... 54 4.2.3 Lingkungan Non-Sosial Responden ... 55 4.2.3.1 Kenyamanan Ruang Belajar ... 55 4.2.3.2 Kelengkapan Alat dan Bahan dalam Proses
Belajar Mengajar ... 56
BAB V LINGKUNGAN SOSIAL MAHASISWA ... 58 5.1 Gambaran Lingkungan Sosial Mahasiswa... 58 5.2 Lingkungan Sosial Menurut Karakteristik Mahasiswa ... 61 5.2.1 Lingkungan Sosial Menurut Usia Mahasiswa ... 61 5.2.2 Lingkungan Sosial Menurut Jenis Kelamin Mahasiswa ... 62
BAB VI MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA ... 65 6.1 Gambaran Motivasi Belajar Mahasiswa ... 65 6.2 Motivasi Belajar Menurut Karakteristik Mahasiswa ... 66 6.2.1 Motivasi Belajar Menurut Usia Mahasiswa ... 66 6.2.2 Motivasi Belajar Menurut Jenis Kelamin Mahasiswa... 68 6.3 Motivasi Belajar Menurut Lingkungan Non-Sosial ... 70 6.3.1 Motivasi Belajar Menurut Kenyamanan Ruang Belajar ... 70 6.3.2 Motivasi Belajar Menurut Kelengkapan Alat dan
Bahan dalam Proses Belajar Mengajar ... 71 6.4 Motivasi Belajar Menurut Lingkungan Sosial ... 72
6.4.1 Motivasi Belajar Menurut Hubungan Mahasiswa dengan Dosen ... 73 6.4.2 Motivasi Belajar Menurut Hubungan Mahasiswa dengan
6.4.3 Motivasi Belajar Menurut Hubungan Mahasiswa dengan Keluarga ... 78 6.4.4 Motivasi Belajar Menurut Hubungan Mahasiswa dengan
Komunitas di Asrama ... 79
BAB VII AKTIVITAS BELAJAR MAHASISWA ... 81 7.1 Gambaran Aktivitas Belajar Mahasiswa TPB... 81 7.2 Aktivitas Belajar Berdasarkan Karakteristik Mahasiswa ... 83 7.2.1 Aktivitas Belajar Berdasarkan Usia Mahasiswa ... 83 7.2.2 Aktivitas Belajar Berdasarkan Jenis Kelamin Mahasiswa . 84 7.3 Aktivitas Belajar Berdasarkan Lingkungan Non-Sosial ... 85
7.3.1 Aktivitas Belajar Berdasarkan Kenyamanan Ruang
Belajar ... 85 7.3.2 Aktivitas Belajar Berdasarkan Kelengkapan Alat dan
Bahan ... 86 7.4 Aktivitas Belajar Berdasarkan Lingkungan Sosial Mahasiswa... 87 7.5 Aktivitas Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Mahasiswa ... 88
BAB VIII PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA ... 91 8.1 Gambaran Prestasi Akademik Mahasiswa TPB ... 91 8.2 Prestasi Akademik Menurut Karakteristik Mahasiswa ... 92 8.2.1 Prestasi Akademik Menurut Usia Mahasiswa ... 92 8.2.2 Prestasi Akademik Menurut Jenis Kelamin Mahasiswa... 93 8.3 Prestasi Akademik Menurut Lingkungan Non-Sosial ... 94
8.3.1 Prestasi Akademik Menurut Kenyamanan Ruang
Belajar ... 94 8.3.2 Prestasi Akademik Menurut Kelengkapan Alat dan
BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN... 106 9.1 Kesimpulan ... 106 9.2 Saran ... 108
DAFTAR PUSTAKA ... 110
DAFTAR TABEL
Tabel
Tabel 1. Sebaran Indeks Prestasi Mahasiswa TPB-IPB Tahun Akademik
2005/2006 ... 5
Tabel 2. Sebaran Indeks Prestasi Mahasiswa TPB-IPB Tahun Akademik
2006/2007 ... 5
Tabel 3. Jumlah Responden Berdasarkan Kelas, 2008 ... 44
Tabel 4. Jumlah Responden Berdasarkan Mayor, 2008... 45
Tabel 5. Matriks Analisis Data ... 48
Tabel 6. Matriks Pengujian Hipotesis dan Analisis Data ... 48
Tabel 7. Jumlah Mahasiswa TPB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2008 ... 52
Tabel 8. Daftar Mata Kuliah TPB Tahun 2007 ... 53
Tabel 9. Usia Responden, 2008 ... 53
Tabel 10. Jenis Kelamin Responden, 2008 ... 54
Tabel 11. Indeks Prestasi Responden, 2008 ... 55
Tabel 12. Kenyamanan Ruang Belajar Mahasiswa TPB, 2008... 56
Tabel 13. Kelengkapan Alat dan Bahan dalam Proses Belajar Mengajar,
2008 ... 56
Tabel 14. Frekuensi Mahasiswa TPB Berinteraksi dengan Lingkungan
Sosial, 2008 ... 59
Tabel 15. Penghubung Mahasiswa TPB Berinteraksi dengan Lingkungan
Sosial, 2008 ... 60
Tabel 16. Lingkungan Sosial Mahasiswa TPB, 2008 ... 61
Tabel 17. Lingkungan Sosial Menurut Usia Mahasiswa, 2008 ... 62
Tabel 18. Lingkungan Sosial Menurut Jenis Kelamin Mahasiswa, 2008 ... 63
Tabel 20. Motivasi Belajar Berdasarkan Usia Mahasiswa TPB, 2008 ... 67
Tabel 21. Motivasi Belajar Berdasarkan Jenis Kelamin Mahasiswa TPB,
2008 ... 69
Tabel 22. Motivasi Belajar Mahasiswa TPB Berdasarkan Kenyamanan
Ruang Belajar, 2008 ... 70
Tabel 23. Motivasi Belajar Mahasiswa TPB Berdasarkan Kelengkapan
Alat dan Bahan dalam Proses Belajar Mengajar, 2008 ... 71
Tabel 24. Motivasi Belajar Menurut Lingkungan Sosial Mahasiswa TPB,
2008 ... 72
Tabel 25. Motivasi Belajar Menurut Hubungan Mahasiswa TPB dengan
Dosen, 2008 ... 74
Tabel 26. Motivasi Belajar Menurut Hubungan Mahasiswa TPB dengan
Teman, 2008 ... 76
Tabel 27. Motivasi Belajar Menurut Hubungan Mahasiswa TPB dengan
Keluarga, 2008 ... 78
Tabel 28. Motivasi Belajar Menurut Hubungan Mahasiswa TPB dengan
Komunitas di Asrama, 2008 ... 80
Tabel 29. Aktivitas Belajar Mahasiswa TPB Pada Saat Semester Satu, 2008 .... 82
Tabel 30. Aktivitas Belajar Berdasarkan Usia Mahasiswa TPB, 2008... 84
Tabel 31. Aktivitas Belajar Berdasarkan Jenis Kelamin Mahasiswa TPB,
2008 ... 85
Tabel 32. Aktivitas Belajar Berdasarkan Kenyamanan Ruang Belajar, 2008 .... 86
Tabel 33. Aktivitas Belajar Berdasarkan Kelengkapan Alat dan Bahan, 2008 ... 87
Tabel 34. Aktivitas Belajar Berdasarkan Lingkungan Sosial Mahasiswa
TPB, 2008 ... 88
Tabel 35. Aktivitas Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Mahasiswa
TPB, 2008 ... 89
Tabel 36. Indeks Prestasi Mahasiswa TPB, 2008 ... 91
Tabel 37. Indeks Prestasi Berdasarkan Usia Mahasiswa TPB, 2008 ... 93
Tabel 39. Indeks Prestasi Mahasiswa TPB Berdasarkan Kenyamanan
Ruang Belajar, 2008 ... 95
Tabel 40. Indeks Prestasi Mahasiswa TPB Berdasarkan Kelengkapan Alat
dan Bahan, 2008 ... 95
Tabel 41. Indeks Prestasi Mahasiswa TPB Berdasarkan Lingkungan
Sosial, 2008 ... 96
Tabel 42. Hasil UjiChi-SquareIndeks Prestasi Berdasarkan Lingkungan
Sosial Mahasiswa TPB, 2008 ... 98
Tabel 43. Indeks Prestasi Mahasiswa TPB Berdasarkan Motivasi Belajar,
2008 ... 100
Tabel 44. Hasil UjiChi-SquareIndeks Prestasi Berdasarkan Motivasi
Belajar Mahasiswa TPB, 2008 ... 103
Tabel 45. Indeks Prestasi Berdasarkan Aktivitas Belajar Mahasiswa TPB,
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Hubungan Lingkungan Sosial dan Motivasi Belajar dalam Pencapaian Prestasi Akademik Mahasiswa ... 32
Gambar 2. Frekuensi Interaksi Mahasiswa TPB dengan Lingkungan Sosial, 2008 ... 58
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1. Matriks Alokasi Waktu Penelitian ... 114 Lampiran 2. OutputSPSS 13.00 ... 115 Lampiran 3. Kuesioner Penelitian ... 140
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia
membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimana pun ia berada. Pendidikan
sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang
dan bahkan terbelakang. Sampai satu dasawarsa terakhir pengujung abad ke-20,
dunia pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan
masyarakat. Menurut Syafaruddin (2002), fenomena ini ditandai dari rendahnya
mutu lulusan, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas, bahkan lebih
berorientasi proyek. Contohnya pada tahun 2004 diberlakukan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum ini dianggap sebagai sebuah proyek
(Chan dan Tuti, 2006). Akibatnya, seringkali hasil pendidikan mengecewakan
masyarakat. Bahkan Sumberdaya Manusia (SDM) yang disiapkan melalui
pendidikan sebagai generasi penerus belum sepenuhnya memuaskan. Menurut
Yulianti (2007), kerjasama antara dunia pendidikan dan dunia usaha perlu terus
dikembangkan dalam rangka pendidikan dan pelatihan untuk pemenuhan
kebutuhan tenaga kerja yang cakap dan terampil. Pendidikan seharusnya relevan
dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.
Menurut Syah (2006), pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
2
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan terbagi menjadi pendidikan formal, informal, dan nonformal.
Pendidikan formal ditempuh melalui pendidikan di sekolah seperti SD/sederajat,
SMP/sederajat, SMA/sederajat dan Perguruan Tinggi. Pendidikan informal
biasanya diperoleh di lingkungan keluarga dan masyarakat. Pendidikan
nonformal dapat diperoleh melalui kursus, pelatihan dan seminar.
Pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang
berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur
dan moral yang baik. Pendidikan juga merupakan suatu upaya untuk
meningkatkan kualitas SDM, baik fisik, mental maupun spiritual. Untuk
menciptakan SDM yang berkualitas, kuncinya adalah pendidikan yang
berkualitas. Kualitas pendidikan perlu disesuaikan dengan kemajuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), serta tuntutan perkembangan
pembangunan.
Prestasi belajar dapat digunakan sebagai indikator mutu pendidikan.
Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu tingkat kecerdasan atau
inteligensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi belajar. Berdasarkan hasil penelitian
Dewi (1999) diketahui bahwa inteligensi memberikan sumbangan yang
signifikan terhadap prestasi belajar, selain itu motivasi berprestasi juga
memberikan sumbangan yang signifikan terhadap prestasi belajar.
Menurut Dewi (1999), motivasi belajar merupakan salah satu faktor
penting dalam pelaksanaan proses belajar. Motivasi belajar adalah daya
penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas belajar.
3
faktor eksternal (Suryabrata, 2005). Faktor internal antara lain usia, jenis
kelamin, dan faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal terbagi menjadi dua
yaitu faktor lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial.
Faktor lingkungan sosial yang dimaksud disini meliputi kondisi, keadaan
dan interaksi manusia (Zastrow dan Ashman, 1987). Manusia merupakan
makhluk sosial, bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain.
Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antar manusia
akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi, dalam
kehidupan semacam ini terjadi interaksi. Kegiatan hidup manusia akan selalu
dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi.
Menurut Sardiman (2004), dari berbagai bentuk interaksi, khususnya
mengenai interaksi yang disengaja, ada istilah interaksi edukatif. Interaksi
edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan
pendidikan dan pengajaran, dengan kata lain disebut interaksi belajar mengajar.
Interaksi belajar mengajar mengandung suatu arti adanya kegiatan
interaksi dari tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar di satu pihak,
dengan warga belajar yang sedang melaksanakan kegiatan belajar di pihak lain.
Interaksi antara pengajar dan warga belajar, diharapkan merupakan proses
motivasi, karena hasil belajar akan menjadi optimal jika ada motivasi.
Menurut Sardiman (2006), salah satu fungsi motivasi adalah sebagai
pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha
karena ada motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan
hasil yang baik, dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama
4
yang baik. Intensitas motivasi seorang mahasiswa akan sangat menentukan tingkat
pencapaian prestasi belajarnya.
Beberapa penelitian tentang prestasi belajar mahasiswa menunjukkan
motivasi sebagai faktor yang banyak berpengaruh terhadap proses dan hasil
belajar mahasiswa. Sebagai contoh, studi yang dilakukan oleh Walberg dkk
(1983) dikutip Suciati dan Prasetya (2006), menyimpulkan bahwa motivasi
mempunyai kontribusi antara 11 sampai 20 persen terhadap prestasi belajar. Studi
yang dilakukan Suciati dan Prasetya (2006) menyimpulkan bahwa kontribusi
motivasi sebesar 36 persen, sedangkan McClelland dikutip Suciati dan Prasetya
(2006), menunjukkan bahwa motivasi berprestasi (achievement motivation)
mempunyai kontribusi sampai 64 persen terhadap prestasi belajar.
Menurut Ginting (2003), salah satu hal yang berhubungan dengan motivasi
belajar di Perguruan Tinggi yaitu prestasi (achievement). Prestasi yang baik harus
dicapai dengan belajar yang giat. Rasa ingin berhasil dalam studi di Perguruan
Tinggi merupakan motivasi untuk belajar (Ginting, 2003).
Pada penelitian-penelitian sebelumnya, hanya melihat hubungan antara
motivasi dengan prestasi belajar saja, tanpa melihat faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar, seperti lingkungan sosial, untuk itu, peneliti
tertarik menyoroti hubungan lingkungan sosial dan motivasi belajar kaitannya
dengan pencapaian prestasi akademik mahasiswa, karena lingkungan sosial dan
motivasi belajar dianggap penting dalam pencapaian prestasi akademik
mahasiswa.
Penelitian ini dilakukan karena relevan dengan realitas sosial yang peneliti
5
Persiapan Bersama (TPB) tahun ajaran 2007/2008. Berdasarkan data Direktorat
Pendidikan TPB-IPB, Indeks prestasi mahasiswa TPB secara umum mengalami
peningkatan. Namun ironisnya, pada tahun 2006 justru semakin meningkat pula
persentase mahasiswa yang memiliki Indeks Prestasi 1,50. Pada tahun 2005,
mahasiswa yang memiliki Indeks Prestasi 1,50 persentasenya sebesar 1,27
persen, sedangkan pada tahun 2006 persentasenya meningkat menjadi 2,57
persen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2 yang menampilkan sebaran
Indeks Prestasi Mahasiswa TPB-IPB tahun akademik 2005/2006 dan 2006/2007.
Tabel 1. Sebaran Indeks Prestasi Mahasiswa TPB-IPB Tahun Akademik 2005/2006
Program Studi
Jalur Masuk
INDEKS PRESTASI (%)
TOTAL MHS IP 1.50 1.50<IP<2.00 2.00 IP
<2.76
2.76
IP IP 3.51
TPB - IPB
TOTAL 1,27 0,73 37,48 50,40 10,12 2748
USMI 0,56 0,31 31,72 53,78 13,63 1614
SPMB 1,48 0,99 44,28 48,03 5,23 1014
BUD 9,17 3,33 58,33 25,00 4,17 120
Data Diolah Dari Direktorat Pendidikan Tingkat Persiapan Bersama tahun 2005/2006.
Tabel 2. Sebaran Indeks Prestasi Mahasiswa TPB-IPB Tahun Akademik 2006/2007
Program Studi
Jalur Masuk
INDEKS PRESTASI (%)
TOTAL MHS IP 1.50 1.50<IP<2.00 2.00 IP
<2.76
2.76
IP IP 3.51
TPB - IPB
TOTAL 2,57 0,76 39,10 50,22 10,67 2670
USMI 1,42 0,66 35,99 51,09 12,16 1793
SPMB 2,60 0,74 41,26 49,87 7,44 780
BUD 19,51 2,44 42,28 36,46 9,38 96
PIN 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 1
Data Diolah Dari Direktorat Pendidikan Tingkat Persiapan Bersama tahun 2006/2007.
Rendahnya Indeks Prestasi akademik mahasiswa TPB disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya: mahasiswa memiliki beberapa masalah, seperti
6
dengan teman, mahasiswa belum bisa beradaptasi lingkungan sosialnya, dan
kurang motivasi dalam belajar.1 Untuk itu peneliti mencoba mengkaji hubungan
antara lingkungan sosial dan motivasi belajar dalam pencapaian prestasi akademik
mahasiswa.
1.2 Perumusan Masalah
Prestasi belajar masih menjadi tolok ukur kompetensi mahasiswa di
bidang ilmunya. Banyak institusi kerja yang menggunakan Indeks Prestasi
akademik mahasiswa untuk penerimaan karyawan, dalam kondisi seperti ini,
seharusnya mahasiswa berusaha mengejar prestasi. Namun, kenyataannya masih
banyak mahasiswa yang memiliki prestasi belajar rendah. Mengingat kaitan yang
cukup kuat antara lingkungan sosial dan motivasi belajar dalam pencapaian
prestasi akademik mahasiswa, maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian
ini, sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran lingkungan sosial, motivasi belajar, aktivitas belajar
dan prestasi akademik mahasiswa TPB?
2. Apakah terdapat hubungan antara lingkungan sosial dan motivasi belajar
mahasiswa TPB?
3. Apakah terdapat hubungan antara lingkungan sosial dengan prestasi
akademik mahasiswa TPB?
4. Apakah terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi
akademik mahasiswa TPB?
1
7
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas diperoleh tujuan penelitian sebagai
berikut:
1. Mendeskripsikan lingkungan sosial, motivasi belajar, aktivitas belajar dan
prestasi akademik mahasiswa TPB.
2. Menganalisis hubungan antara lingkungan sosial dan motivasi belajar
mahasiswa TPB.
3. Menganalisis hubungan antara lingkungan sosial dengan prestasi akademik
mahasiswa TPB.
4. Menganalisis hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi akademik
mahasiswa TPB.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang
bermanfaat khususnya bagi:
1. Peneliti, merupakan sarana untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh
dengan melihat fenomena praktis yang terjadi dan mengkaitkannya dengan
teori yang telah diperoleh.
2. Kalangan akademisi, penelitian ini menjadi bahan kajian lebih lanjut baik dari
segi teoritis maupun segi praktis mengenai lingkungan sosial dan motivasi
belajar dalam pencapaian prestasi akademik mahasiswa.
3. Instansi yang terkait, dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan
suatu tindakan yang berkaitan dengan lingkungan sosial dan motivasi belajar
8
BAB II
PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Mahasiswa
Perubahan status dari siswa menjadi mahasiswa menuntut perubahan sikap
mental (attitude) dan perilaku seseorang. Menurut Ginting (2003), secara harfiah,
‘maha’ berarti besar, mahasiswa berarti siswa besar. Mahasiswa merupakan suatu
predikat yang diberikan kepada seseorang yang telah lulus dari jenjang pendidikan
Sekolah Menengah Umum (SMU) dan melanjutkan pendidikan ke tahap
selanjutnya yaitu Perguruan Tinggi. Sebagaimana yang dikatakan Morgan (1981)
dikutip Novianty (2002), menyatakan bahwa, selama menjadi mahasiswa, mereka
mengalami suatu periode kemahasiswaan yang berarti periode yang dimulai sejak
seseorang lulus SMU dan mulai memasuki jenjang Perguruan Tinggi hingga lulus
dari Perguruan Tinggi.
Mahasiswa adalah setiap individu yang secara resmi terdaftar untuk
mengikuti pelajaran-pelajaran di Perguruan Tinggi (Fakultas Pertanian, 1980
dikutip Hilaliyah, 2004). Mahasiswa berada dalam masa percobaan, yaitu masa
mengakhiri kehidupan remaja dan mengawali pra dewasa, dimana kebutuhan
utama individu adalah melepaskan diri dari orang tua dan keluarga asal, serta
memegang peranan penting yang lebih bertanggungjawab, serta lebih mandiri
secara emosional dan finansial (Novianty, 2002).
Pendapat lain mengatakan bahwa, mahasiswa termasuk dalam tahap
perkembangan dewasa dini atau ada yang menyebutnya masa dewasa muda, pada
9
terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru (Hurlock,
1980 dikutip Desiyani, 2003). Periode ini merupakan suatu tahapan kehidupan
yang unik. Pada tahap ini mahasiswa belum dapat dikatakan dewasa, namun juga
bukan remaja lagi. Seorang mahasiswa mulai menghadapi harapan-harapan baik
dari orang dewasa maupun dari kelompok sosialnya, dan juga harus mulai
mempersiapkan diri dalam hal pemilihan karir yang akan mempengaruhi gaya
hidup dan interaksi sosialnya.
Berdasarkan definisi diatas, yang dimaksud dengan mahasiswa adalah
sebutan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi setelah lulus dari
jenjang pendidikan SMU, yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti
pelajaran-pelajaran di Perguruan Tinggi. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan
mahasiswa adalah orang yang sedang menjalankan studi di Perguruan Tinggi
Institut Pertanian Bogor, tahun ajaran 2007/2008 yaitu mahasiswa Tingkat
Persiapan Bersama (TPB).
2.1.2 Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti
“menggerakkan”. Menurut Cropley (1985) dikutip Suciati dan Prasetya (2006),
motivasi merupakan “tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu”.
Motivasi merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk
melakukan sesuatu agar tujuannya dapat tercapai, sebagaimana Sardiman (2006)
menuturkan bahwa, motivasi berpangkal dari kata “motif”, yang dapat diartikan
sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan
10
Motivasi selalu berkaitan dengan soal kebutuhan. Menurut Morgan ditulis
kembali oleh Sardiman (2006), manusia hidup dengan memiliki berbagai
kebutuhan, yaitu: kebutuhan untuk berbuat suatu aktivitas, kebutuhan untuk
menyenangkan orang lain, kebutuhan untuk mencapai hasil, kebutuhan untuk
mengatasi kesulitan. Menurut Carlita (2006), dengan adanya motivasi, manusia
secara sadar atau tidak sadar, mengarahkan perilakunya untuk mencapai tujuan
tertentu. Meskipun motivasi secara umum terkait dengan upaya ke arah sasaran
apa saja, namun dalam penelitian ini, sasaran akan dipersempit pada tujuan
kegiatan belajar.
Menurut jenisnya, motivasi dibedakan atas dua bentuk (Winkel, 1991
dikutip Dewi, 1999):
1. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi untuk melakukan suatu aktivitas demi
aktivitas itu sendiri. Motivasi ini berakar pada faktor-faktor internal, seperti
minat dan rasa ingin tahu. Siswa yang termotivasi secara intrinsik
memperoleh kepuasan dari kegiatan yang dilakukannya. Partisipasi dalam
suatu tugas merupakan reward tersendiri baginya. Siswa dengan motivasi
intrinsik yang tinggi tidak membutuhkanreward dari luar sendiri.
2. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi untuk melakukan suatu aktivitas demi
alasan tertentu. Motivasi ini berakar pada faktor-faktor eksternal, seperti
reward, pujian, dan penghindaran diri dari hukuman. Siswa yang termotivasi
secara ekstrinsik melakukan suatu tugas karena ia yakin partisipasinya dalam
tugas tersebut akan mendatangkan hasil yang diharapkan. Walaupun
demikian, motivasi ektrinsik bukanlah bentuk motivasi yang berasal dari luar
11
oleh individu itu sendiri, walaupun orang lain mungkin memegang peranan
penting dalam menimbulkan motivasi tersebut.
Pintrich dan Schunk (1996) dikutip Dewi (1999), menyatakan bahwa
dalam dunia pendidikan, motivasi intrinsik yang dimiliki siswa lebih membantu
dalam proses belajar dan meraih prestasi yang baik. Hal ini disebabkan karena
siswa yang termotivasi secara intrinsik biasanya selalu berusaha untuk
meningkatkan belajar mereka. Mereka memperhatikan informasi-informasi baru,
mengorganisasikan pengetahuan, dan menghubungkannya dengan pengetahuan
yang telah mereka ketahui, lalu mengaplikasikan keahlian dan pengetahuan
tersebut ke dalam konteks yang berbeda. Walaupun demikian, bukan berarti
motivasi ekstrinsik tidak penting. Kedua bentuk motivasi ini sangat berperan
dalam proses belajar siswa. Siswa cenderung termotivasi secara intrinsik dan
ekstrinsik. Siswa mengharapkan kepuasan dari apa yang telah dilakukan, namun
mereka juga membutuhkan pengakuan atau reward dari luar atas prestasi yang
telah mereka hasilkan (Cole dan Chan, 1987 dikutip Dewi, 1999).
Motivasi memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar,
seperti yang diungkapkan Bloom (1985), “Motivation is an essential condition of
learning”. Hasil belajar akan menjadi optimal, jika ada motivasi. Motivasi
menentukan intensitas usaha belajar bagi para peserta didik. Menurut Auliyawati
(2005) motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual.
Seorang siswa yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, bisa gagal karena
kurang adanya motivasi dalam belajarnya.
Pengertian belajar menurut Baharuddin dan Esa (2007), merupakan
12
melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Belajar dapat
membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun
keterampilan. Menurut Hilgrad dan Bower dikutip Baharuddin dan Esa (2007),
belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai
pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan
mendapatkan atau menemukan informasi.
Pendapat lain mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku individu melalui interaksinya dengan lingkungan (Hamalik, 2005).
Pengertian ini menekankan adanya interaksi antara individu dengan lingkungan.
Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman belajar, dan melalui
pengalaman-pengalaman itulah diharapakan adanya perubahan perilaku dari
individu yang bersangkutan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya
aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu (Fudyartanto, 2002 dikutip
Baharuddin dan Esa, 2007).
Berdasarkan pengertian tentang motivasi dan belajar, maka motivasi
belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri
mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan
dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu
dapat tercapai. Menurut Ginting (2003), orang yang bermotivasi adalah orang
yang mempunyai kecenderungan dalam dirinya untuk berupaya mencapai tujuan
guna memuaskan kebutuhannya. Dia mempunyai kebutuhan untuk berprestasi,
jadi motivasi belajar seseorang menentukan besarnya upaya belajar yang
dilakukan. Mahasiswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak
13
Prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran
menurut Keller (1983) dikutip Suciati (2006), disebut sebagai model ARCS, yaitu
Attention (perhatian); Relevance (relevansi); Confidence (percaya diri); dan
Satisfaction(kepuasan).
1. Perhatian
Perhatian mahasiswa muncul didorong rasa ingin tahu. Oleh sebab itu rasa
ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan, sehingga mahasiswa akan
memberikan perhatian.
2. Relevansi
Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi perkuliahan dengan
kebutuhan dan kondisi mahasiswa. Motivasi mahasiswa akan terpelihara
apabila mereka menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi
atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang. Kebutuhan pribadi
(basic needs) dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu:
1) nilai motif pribadi (personal motive value), menurut McClelland
mencakup tiga hal, yaitu: (a) kebutuhan untuk berprestasi (needs for
achievement), (b) kebutuhan untuk memiliki kuasa (needs for power), dan
(c) kebutuhan untuk berafiliasi (needs fo affiliation).
2) nilai yang bersifat instrumental, keberhasilan dalam mengerjakan suatu
tugas dianggap sebagai langkah untuk mencapai keberhasilan lebih lanjut.
3) nilai kultural, tujuan yang ingin dicapai konsisten atau sesuai dengan nilai
14
3. Percaya diri
Merasa diri kompeten atau mampu, merupakan potensi untuk dapat
berinterkasi secara positif dengan lingkungan. Bandura (1977) dikutip Suciati
(2006) mengembangkan konsep self-efficacy, konsep tersebut berhubungan
dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk
melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan.
4. Kepuasan
Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan, dan
mahasiswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang
serupa. Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi
yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar mahasiswa.
Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi mahasiswa, dosen dapat
menggunakan pemberian penguatan (reinforcement) berupa pujian,
pemberian kesempatan, dan lain sebagainya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa prinsip
seperti perhatian, relevansi dan percaya diri adalah prinsip pembelajaran untuk
membangkitkan motivasi intrinsik mahasiswa, karena motivasi intrinsik
merupakan motivasi untuk melakukan suatu aktivitas demi aktivitas itu sendiri.
Motivasi ini berakar pada faktor-faktor internal. Perhatian dikatakan dapat
membangkitkan motivasi intrinsik sebab perhatian muncul karena adanya
dorongan rasa ingin tahu dalam diri seseorang. Dorongan inilah yang dikatakan
sebagai motif. Motif ingin tahu yaitu dorongan yang ada dalam diri mahasiswa
yang disebabkan karena adanya rasa ingin tahu yang besar dari mahasiswa tentang
15
mahasiswa tersebut berkeinginan untuk memperhatikan pelajaran agar rasa ingin
tahu mahasiswa tersebut dapat terpenuhi.
Relevansi juga dapat membangkitkan motivasi intrinsik, karena seseorang
akan termotivasi untuk belajar karena adanya relevansi antara materi perkuliahan
dengan kebutuhan atau keadaan mahasiswa saat ini. Adanya relevansi inilah yang
menyebabkan mahasiswa termotivasi untuk belajar, yang disebut juga sebagai
motif relevansi. Motif relevansi adalah dorongan mahasiswa untuk memenuhi
kebutuhannya dengan cara mendapatkan relevansi antara materi pelajaran dengan
apa yang dibutuhkannya atau keadaannya saat ini, sehingga dapat memotivasi
mahasiswa untuk belajar.
Rasa percaya diri yang dimiliki mahasiswa juga dapat membangkitkan
motivasi intrinsik yang ada dalam diri mahasiswa, karena rasa percaya diri
tumbuh dalam diri seseorang karena merasa diri kompeten atau mampu
melakukan sesuatu, disebut juga motif percaya diri. Motif percaya diri yaitu
dorongan dalam diri mahasiswa untuk memiliki keyakinan dalam dirinya karena
merasa mampu melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan.
Kepuasan bisa membangkitkan motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi
ekstrinsik, yaitu motivasi untuk melakukan suatu aktivitas demi alasan tertentu.
Motivasi ini berakar pada faktor-faktor eksternal, seperti reward, pujian, dan
penghindaran diri dari hukuman. Mahasiswa yang termotivasi secara ekstrinsik
melakukan suatu tugas karena ia yakin partisipasinya dalam tugas tersebut akan
mendatangkan hasil yang diharapkan yang akan berujung pada kepuasan.
Kepuasan untuk mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima,
16
dan memelihara motivasi mahasiswa, dosen dapat menggunakan pemberian
penguatan (reinforcement) berupa pujian, pemberian kesempatan, dan lain
sebagainya. Motif kepuasan, yaitu dorongan yang dimiliki oleh mahasiswa untuk
memperoleh kepuasan atas hasil belajarnya.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Motivasi seseorang untuk memenuhi kebutuhannya dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Hutagalung (2005) menyatakan bahwa, faktor fisiologi (umur,
jenis kelamin), faktor psikologis (aspirasi, sikap mental, pendidikan), faktor
sosiologis (lingkungan sosial budaya, latar belakang keluarga) turut menentukan
motivasi seseorang.
Menurut Hutagalung (2005), menggolongkan dua faktor yang berpengaruh
terhadap motivasi seseorang yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu
(internal) dan faktor yang bersumber dari luar diri individu (eksternal). Termasuk
ke dalam faktor internal ialah kemampuan atau keterampilan, tingkat pendidikan,
sikap dan sistem nilai yang dianut, pengalaman masa lampau, aspirasi atau
harapan masa depan, latar belakang sosial budaya, maupun persepsi individu
terhadap pekerjaannya. Faktor eksternal meliputi tuntutan kepentingan keluarga,
kehidupan kelompok, lingkungan kerja, maupun kebijaksanaan yang berkaitan
dengan pekerjaannya.
Sependapat dengan yang dikemukakan oleh Hutagalung (2005),
Suryabrata (2005) mengungkapkan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar antara lain faktor internal pelajar dan faktor eksternal pelajar.
17
usia dan jenis kelamin, sedangkan faktor eksternal pelajar yaitu faktor yang
berasal dari luar pelajar, seperti lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial
pelajar.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan faktor-faktor
yang mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa yaitu faktor internal dan faktor
eksternal:
a. Faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam diri mahasiswa
Faktor internal dalam penelitian ini dibatasi pada karakteristik mahasiswa.
Menurut Bukit (2006) karakteristik mahasiswa terdiri dari data demografis seperti
usia dan jenis kelamin. Karakteristik mahasiswa yaitu ciri khas pribadi yang
dimiliki mahasiswa, meliputi:
i) Usia
Menurut Yulianti (2007), bahwa usia berpengaruh nyata terhadap Indeks
Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa S2. IPK mahasiswa yang berusia
muda lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang usianya lebih tua.
Untuk mendapatkan IPK yang tinggi dibutuhkan usaha yang keras, salah
satunya belajar dengan giat. Dimana dalam proses belajar tersebut harus
ada motivasi dari si mahasiswa tersebut.
ii) Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah identitas biologis, yang terdiri dari perempuan dan
laki-laki. Secara umum diasumsikan bahwa perempuan memiliki motif
berprestasi lebih rendah dibandingkan laki-laki, sehingga motivasi belajar
perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Menurut Maritza (2002), hal
18
dan anak perempuan. Maritza (2002), menjelaskan bahwa, anak laki-laki
didorong orang tua mereka untuk menampilkan keunggulan dan mereka
juga diberikan kebebasan lebih awal dibandingkan anak perempuan.
Sebaliknya, anak perempuan cenderung lebih banyak dibantu dan
diberikan perlindungan secara berlebihan oleh orang tua. Pola asuh seperti
ini tentunya akan menghambat motif berprestasi mereka, sehingga prestasi
anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan.
b. Faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa
Faktor eksternal terbagi menjadi dua, yaitu:
i) Faktor lingkungan sosial
Lingkungan sosial yang dimaksud di sini adalah hubungan antar manusia,
yaitu mahasiswa dengan dosen, mahasiswa dengan teman, mahasiswa
dengan keluarga, mahsiswa dengan komunitasnya. Lingkungan sosial
terdiri dari (Syah, 2006):
(a) Lingkungan sosial kampus, seperti dosen, staf, dan teman-teman dapat
mempengaruhi proses belajar seorang mahasiswa.
(b) Lingkungan sosial komunitas. Kondisi lingkungan tempat tinggal
mahasiswa akan mempengaruhi belajar mahasiswa.
(c) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi
kegiatan belajar.
ii) Faktor lingkungan non-sosial
Menurut Baharuddin dan Esa (2007), faktor-faktor lingkungan non-sosial
19
a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan
tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu
lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah
tersebut juga merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
aktivitas belajar siswa.
b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar seperti gedung sekolah,
alat-alat belajar, fasilitas belajar, dan lapangan olahraga, selain itu,
yang termasuk dalam faktor instrumental yaitu kurikulum sekolah,
peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus, dan lain
sebagainya.
c) Faktor materi pelajaran yang diajarkan kepada siswa hendaknya
disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan
metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan
siswa.
Lingkungan non-sosial yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada
faktor instrumental, yang digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu kenyamanan
ruang belajar dan alat serta bahan yang digunakan dalam proses belajar mengajar.
Lingkungan non-sosial dalam penelitian ini, dilihat dari sudut pandang mahasiswa
TPB.
Pandangan adalah penilaian seseorang mengenai sesuatu obyek tertentu
berdasarkan perasaannya sendiri (Chandra, 2004). Pandangan yang dimaksud
dalam penelitian ini yaitu penilaian mahasiswa TPB terhadap kenyamanan ruang
belajar dan kelengkapan alat serta bahan yang digunakan dalam proses belajar
20
2.1.4 Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar seseorang. Menurut Zastrow dan Ashman (1987), faktor
lingkungan sosial yaitu kondisi, keadaan dan interaksi manusia yang berhubungan
dengan manusia. Dimensi lingkungan sosial menurut Zastrow dan Ashman
(1987), yaitu:
a. Transactions, yaitu interaksi seseorang dengan orang lain dalam
lingkungannya. Interaksi bersifat aktif dan dinamis.
b. Energy, yaitu kekuatan alami yang dimiliki seseorang untuk terlibat aktif
dengan lingkungannya.
c. Interface, merupakan poin penting dimana interaksi antara seseorang dengan
lingkungannya. Dengan kata lain interface ini merupakan penghubung dari
suatu interaksi, seperti bahan pembicaraan yang menyebabkan seorang
individu berinteraksi dengan individu lain.
d. Adaptation, menunjukkan pada kemampuan untuk menyesuaikan diri untuk
menyatu dengan kondisi lingkungan.
e. Coping, adalah bentuk manusia menyesuaian diri dan implikasinya suatu
perjuangan untuk mengatasi masalah. Bentuk penyesuaian ini ada yang
bersifat positif namun ada juga yang bersifat negatif.
f. Interdependence, menunjukkan hubungan kesalingtergantungan atau
kepercayaan dari setiap orang kepada orang lain.
Pandapat lain mengenai lingkungan sosial, Moos (1974) dikutip Orford
21
tipenya, lingkungan terbagi menjadi beberapa tipe, salah satunya yaitu
educational university student living groups, dilihat dari:
a. Dimensi hubungan, yang mana dalam dimensi ini melibatkan dukungan
emosi.
b. Dimensi perkembangan individu, seperti kebebasan, orientasi tradisi
sosial, persaingan akademik, prestasi, dan intelektualitas.
c. Dimensi sistem pemeliharaan dan sistem pergantian, seperti memerintah
dan organisasi, pengaruh pelajar, dan inovasi.
Menurut Ginting (2003), yang dimaksud lingkungan sosial disini termasuk
lingkungan pergaulan di kampus, rekan sepemondokan, dan masyarakat di
sekitarnya serta keluarga. Kampus adalah lingkungan sosial, di samping
lingkungan pendidikan. Kehidupan sosial yang sehat di kampus perlu dibina dan
dikembangkan. Keberhasilan dalam menjalin hubungan sosial sangat penting bagi
semua manusia, yang merupakan makhluk sosial. Kondisi itu sangat menunjang
keberhasilan secara keseluruhan (Ginting, 2003).
Syah (2006) membagi lingkungan sosial mahasiswa menjadi tiga, yaitu
lingkungan sosial kampus, lingkungan sosial komunitas di mana mahasiswa
tinggal, dan lingkungan sosial keluarga. Menurut Syah (2006), lingkungan sosial
yang lebih mempengaruhi kegiatan belajar mahasiswa yaitu keluarga.
Proses belajar mengajar erat sekali kaitannya dengan lingkungan atau
suasana dimana proses itu berlangsung. Meskipun prestasi belajar juga
22
pengaruh iklim kelas masih sangat penting.2 Hal ini beralasan karena ketika para
peserta didik belajar di ruang kelas, lingkungan kelas, baik itu lingkungan fisik
maupun lingkungan non-fisik kemungkinan mendukung mereka atau bahkan
malah mengganggu mereka.
Iklim yang kondusif antara lain dapat mendukung (1) interaksi yang
bermanfaat diantara peserta didik, (2) memperjelas pengalaman-pengalaman guru
dan peserta didik, (3) menumbuhkan semangat yang memungkinkan
kegiatan-kegiatan di kelas berlangsung dengan baik, dan (4) mendukung saling pengertian
antara guru dan peserta didik (Wati, 2007). Moos (1974) dikutip Wati (2007)
mengatakan bahwa iklim sosial juga mempunyai pengaruh yang penting terhadap
kepuasan peserta didik. Menurut Walberg (1979) dikutip Wati (2007), bahwa
prestasi belajar peserta didik ditentukan oleh banyak faktor seperti usia,
kemampuan dan motivasi, jumlah dan mutu pengajaran, lingkungan alamiah di
rumah dan kelas.
Menurut Sudrajat (2008), lingkungan sosial disebut sebagai iklim sekolah
telah terbukti memberikan pengaruh yang kuat terhadap pencapaian hasil-hasil
akademik siswa. Hubungan sosial antara siswa dengan guru yang mutualistik
merupakan unsur penting dalam kehidupan sekolah. Djiwandono (2006)
mengungkapkan bahwa, seorang guru dapat merangsang keingintahuan siswa
sehingga memberikan kesempatan kepada siswa supaya menjadi tahu adalah satu
hal yang penting untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Studi yang
dilakukan oleh Wentzel (1997) dikutip Sudrajat (2008) mengungkapkan bahwa
iklim sekolah memiliki hubungan yang positif dengan motivasi belajar siswa.
2
23
Berdasarkan pemaparan di atas, yang menjadi benang merah dari
pengertian lingkungan sosial yaitu lebih menekankan pada hubungan sosial.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan hubungan sosial yaitu hubungan
antara mahasiswa dengan dosen, hubungan antara mahasiswa dengan teman
sekelas, teman satu program studi, teman dekat, hubungan antara mahasiswa
dengan keluarga dan hubungan antara mahasiswa dengan komunitasnya di
asrama, seperti teman sekamar, kakak pembimbing di asrama (Senior
Resident/SR).
2.1.5 Aktivitas Belajar
Manusia selalu melakukan aktivitas dalam hidupnya. Aktivitas merupakan
kegiatan yang dilakukan sesorang, termasuk juga aktivitas dalam belajar.
Aktivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) diartikan sebagai
keaktifan, kegiatan, kesibukan. Kata aktivitas berasal dari bahasa Inggris dari kata
activity yang berarti kegiatan (Budiono, 1998).3 Aktivitas dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia Kontemporer berasal dari kata kerja yang berarti giat, rajin,
selalu berusaha, bekerja atau belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapat
prestasi yang gemilang.4
Cara untuk mendapatkan berbagai pengalaman belajar, para murid
mengikuti berbagai aktivitas yang terdapat di sekolah, seperti: mendengarkan,
membaca, menulis, menghitung, menggambar, mengobservasi, menjawab
pertanyaan, memanipulasi objek, dan sebagainya. Pada saat mengikuti
aktivitas-aktivitas tersebut dibutuhkan partisipasi aktif murid (Hafifah, 2005).
3
http://hemow.wordpress.com/2007/06/27/skripsi-bab-i-ii-iii/
4
24
Astin (1999) dikutip Hafifah (2005) mendefinisikan keterlibatan dengan
banyaknya energi fisik dan psikologis yang dicurahkan oleh murid terhadap
pengalaman akademis. Murid yang memiliki keterlibatan tinggi adalah murid
yang mencurahkan sebagian besar energinya untuk belajar, menghabiskan banyak
waktu di sekolah, berpartisipasi secara aktif dalam organisasi murid, dan sering
berinteraksi dengan murid lainnya dan orang-orang di lingkungan sekolahnya.
Teori keterlibatan dari Astin juga menekankan partisipasi aktif murid dalam
proses belajar.
Keaktifan peserta didik dalam menjalani proses belajar mengajar
merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan.5
Aktivitas merupakan asas yang terpenting dari asas-asas didaktik karena belajar
sendiri merupakan suatu kegiatan dan tanpa adanya kegiatan tidak mungkin
seseorang belajar.
Menurut Hafifah (2005) untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan murid
dalam aktivitas belajar di kelas perlu diketahui bagaimana aktivitas murid di
kelas. Adapun teori aktivitas belajar yang digunakan sebagai dasar penyusunan
alat ukur keterlibatan murid dalam aktivitas belajar di kelas, menurut Rosenshin
dan Srevens (n.d.) dikutip Hafifah (2005) ada dua tipe aktivitas belajar, yaitu
sebagai berikut:
1) Guided Practice Activity, yang mengacu pada aktivitas yang diarahkan oleh
guru, sementara murid mengulang atau mempraktekkan konsep atau
keterampilan baru. Guru mengecek apakah murid sudah memahami materi
serta memberi umpan balik. Guided practice activity melibatkan murid
5
25
dengan guru dan murid lainnya, dan biasanya membutuhkan bimbingan dari
guru, dalam aktivitas ini, murid meniru contoh yang ditunjukkan guru,
memberi respons terhadap pertanyaan, mempraktekkan keterampilan baru,
mendapat umpan balik secara langsung dan memperbaiki kesalahan sesuai
dengan petunjuk guru.
2) Independent work, yang mengacu pada tipe lain dari aktivitas belajar yang
dirancang untuk praktek mandiri, yang mendapat sedikit bimbingan dari guru.
Aktivitas ini memberikan kesempatan kepada murid untuk praktek mandiri,
konsolidasi, atau aplikasi dari materi yang telah dipelajari. Aktivitas ini
menuntut murid untuk memberi respons oral, menulis essai, menulis laporan,
membuat ringkasan atau resensi, membuat karya tulis sketsa, pencarian di
perpustakaan, atau melakukan eksperimen di laboratorium.
Belajar memerlukan suatu aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah
berbuat (Sardiman, 2006). Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan
kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas
merupakan prinsip atau dasar yang sangat penting dalam interaksi belajar
mengajar. Aktivitas tersebut tidak hanya dilakukan di dalam kelas saja oleh siswa,
tetapi juga harus dilakukan di luar kelas, kapan pun, dimana pun agar mendapat
prestasi yang baik. Terbiasa melakukan aktivitas belajar, seperti halnya aktif
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, rajin belajar setiap waktu
tanpa ada harus menunggu disuruh, rajin membaca buku-buku yang berkaitan
dengan materi yang disampaikan oleh guru, rajin mencoba mengerjakan soal-soal
yang terdapat didalam buku, dan juga melakukan aktivitas lainnya untuk
26
aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik (Sardiman,
2006).
Jenis-jenis aktivitas dalam belajar, adalah sebagai berikut (Sardiman,
2006):
1) Visual activities, seperti: membaca, memperhatikan gambar demonstrasi,
percobaan, pekerjaan orang lain.
2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3) Listening activities, seperti: mendengarkan uraian, percakapan, diskusi,
musik, pidato.
4) Writing activities, seperti: menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin.
5) Drawing activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6) Motor activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi model,
mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
7) Mental activities, seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8) Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan, dapat dikatakan bahwa
aktivitas belajar adalah istilah yang mengacu pada keterlibatan mahasiswa dalam
mengikuti pelajaran di dalam kelas. Aktivitas belajar yang dilakukan mahasiswa