• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lingkungan Sosial dan Motivasi Belajar dalam Pencapaian Prestasi Akademik Mahasiswa (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Lingkungan Sosial dan Motivasi Belajar dalam Pencapaian Prestasi Akademik Mahasiswa (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008)"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA

(Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008)

Oleh:

RENNY YUSNIATI A 14204055

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

RENNY YUSNIATI. LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008). Di bawah Bimbingan RATRI VIRIANITA.

Pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang

berkualitas dan mampu bersaing. Prestasi belajar dapat digunakan sebagai

indikator mutu pendidikan. Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu

tingkat kecerdasan atau inteligensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi belajar.

Motivasi belajar merupakan salah satu faktor penting dalam pelaksanaan proses

belajar. Motivasi belajar adalah daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang

untuk melakukan aktivitas belajar. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain

usia, jenis kelamin, dan faktor psikologis, sedangkan faktor eksternal terbagi

menjadi dua yaitu faktor lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang

lingkungan sosial dan motivasi belajar dalam pencapaian prestasi akademik

mahasiswa. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk memendeskripsikan

motivasi belajar, aktivitas belajar dan prestasi akademik mahasiswa TPB,

menganalisis hubungan antara lingkungan sosial dan motivasi belajar mahasiswa

TPB, menganalisis hubungan antara lingkungan sosial dengan prestasi akademik

mahasiswa TPB, menganalisis hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi

(3)

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu: pertama, diduga ada hubungan antara

lingkungan sosial dengan motivasi belajar; kedua, diduga ada hubungan antara

lingkungan sosial dengan prestasi akademik mahasiswa; dan ketiga, diduga ada

hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi akdemik mahasiswa.

Penelitian ini dilakukan di Institut Pertanian Bogor (IPB), Darmaga,

Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Populasi dalam penelitian ini adalah

mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan formalnya di Institut Pertanian

Bogor pada Tingkat Persiapan Bersama. Pemilihan responden dilakukan dengan

metode pengambilan Sampel Random Gugus Bertahap. Responden dalam

penelitian ini berjumlah 200 orang, yang dipilih secara acak dari kelompok kelas

A dan kelompok kelas B.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif

dengan metode survei, dengan menggunakan instrumen pengumpulan data seperti

kuesioner dan wawancara. Hipotesis penelitian ini diuji secara statistik dengan

menggunakan UjiChi-Square.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, tidak ada hubungan yang nyata

antara lingkungan sosial dengan motivasi belajar mahasiswa, namun jika dilihat

dari hubungan mahasiswa dengan dosen, ternyata berhubungan dengan motivasi

belajar mahasiswa. Hal ini terjadi karena, mahasiswa yang berhubungan positif

dengan dosennya, dapat membangkitkan motivasi belajar mahasiswa. Dilihat dari

hubungan mahasiswa dengan teman, ternyata berhubungan dengan motif ingin

tahu dan motif relevansi yang mereka miliki. Dilihat dari hubungan mahasiswa

dengan komunitasnya di asrama, ternyata berhubungan dengan motif ingin tahu

(4)

berhubungan positif dengan komunitasnya di asrama, maka dapat membangkitkan

motif ingin tahunya. Lingkungan sosial juga tidak berhubungan dengan prestasi

akademik mahasiswa.

Motivasi belajar berhubungan dengan prestasi akademik mahasiswa,

karena salah satu fungsi motivasi adalah sebagai pendorong usaha dan pencapaian

prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena ada motivasi. Adanya motivasi

yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik, dengan kata lain,

dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari motivasi, maka seseorang

yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik, dan dapat disimpulkan

bahwa, semakin banyak mahasiswa yang mempunyai motivasi belajar, maka

semakin banyak mahasiswa yang Indeks Prestasinya 2,75.

Saran yang disampaikan, antara lain: (1) Untuk Direktorat pendidikan

Tingkat Persiapan Bersama (TPB) agar lebih memperhatikan lingkungan fisik

mahasiswa, khususnya perlu memperbaiki keadaan ruang belajar agar mahasiswa

merasa nyaman dengan ruang belajar yang ditempatinya; (2) Selain ada dosen

bimbingan konseling, alangkah lebih baik jika diadakan juga dosen pembimbing

akademik bagi mahasiswa TPB; (3) Dosen memberikan materi perkulihan yang

dapat membangkitkan motivasi belajar mahasiswa; (4) Setiap mata kuliah

melakukan aktivitas-aktivitas belajar, berupa visual activities, oral activities,

listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental

activities, dan emotional activities; dan (5) Untuk penelitian selanjutnya, dapat

melihat faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, dari segi asal daerah,

(5)

LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA

(Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008)

Oleh:

Renny Yusniati

(A14204055)

SKRIPSI

Sebagai Prasyarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian Pada

Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

(6)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh:

Nama : Renny Yusniati

NRP : A14204055

Judul : Lingkungan Sosial dan Motivasi Belajar dalam Pencapaian

Prestasi Akademik Mahasiswa (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008)

Dapat diterima sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ratri Virianita, S. Sos, MSi. NIP. 132 310 797

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 131 124 019

(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM

PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA (KASUS

MAHASISWA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN

BOGOR TAHUN AJARAN 2007/2008) INI BENAR-BENAR MERUPAKAN

HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA

ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA

MANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI

TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU

DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN

RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN

PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA

BERSEDIA MEMPERTANGGUNG JAWABKAN PERNYATAN INI.

Bogor, Agustus 2008

(8)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis bernama Renny Yusniati merupakan anak kedua dari tiga

bersaudara, yang dilahirkan di Bogor pada tanggal 5 Februari 1986 dari orangtua

bernama Bapak Yusuf Iskandar dan Ibu Ratna Jamilah. Pendidikan formal penulis

dimulai di Taman Kanak-Kanak (TK) Al-Abrol Bogor pada tahun 1991,

kemudian dilanjutkan di SD Al-Ghazaly Bogor pada tahun 1992. Lulus Sekolah

Dasar pada tahun 1998, penulis melanjutkan ke SLTPN 4 Bogor dan pada tahun

2001 masuk ke SMUN 10 Bogor. Penulis berkesempatan untuk melanjutkan

pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2004 melalui jalur SPMB

(Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Saat ini, berada di Fakultas Pertanian,

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Selama masa penyelesaian skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari

dorongan dan dukungan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis panjatkan puji syukur kepada Allah SWT,

atas segala nikmat, karunia, dan hidayah yang telah diberikan sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini sekaligus ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Ratri Virianita, S. Sos, MSi. atas saran dan masukan untuk kelancaran proses

penulisan skripsi.

2. Mama, Papa, Kakakku Riska dan Iman, Adikku Indra atas curahan kasih

sayang, semangat dan dukungannya yang tak pernah henti dan tak akan pernah

terhenti.

3. Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, MS. selaku dosen pembimbing akademik atas

perhatian dan masukan yang berharga.

4. Martua Sihaloho, SP, MSi. selaku dosen penguji utama atas masukan dan

kritikannya.

5. Ir. Murdianto, MSi. selaku dosen penguji wakil Departemen.

6. Dr. Ir. Ibnul Qayim selaku Direktur Tingkat persiapan Bersama, besarta Bapak

Asep yang telah membantu dalam mendapatkan data tentang gambaran umum

TPB.

7. Mahasiswa TPB yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi

(10)

8. Fritamia Saraswati selaku teman seperjuanganku dari mulai Studi Pustaka

(SP) hingga skripsi, terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya.

9. Blocnooters (Adisty, Fitri dan Vanessa) atas semangat dan dukungannya.

10. Teman-teman KPM 41, khususnya Nceq, Refi, Intan, Tina, Sushane, Ubi,

Mira, Oline, Yundha, Tutut atas semangat dan dukungannya selama masa

perkuliahan hingga penulisan skripsi.

11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, untuk segala

perhatian, dorongan semangat, dukungan materiil dan moril berupa masukan

(11)

LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA

(Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008)

Oleh:

RENNY YUSNIATI A 14204055

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

RINGKASAN

RENNY YUSNIATI. LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008). Di bawah Bimbingan RATRI VIRIANITA.

Pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang

berkualitas dan mampu bersaing. Prestasi belajar dapat digunakan sebagai

indikator mutu pendidikan. Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu

tingkat kecerdasan atau inteligensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi belajar.

Motivasi belajar merupakan salah satu faktor penting dalam pelaksanaan proses

belajar. Motivasi belajar adalah daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang

untuk melakukan aktivitas belajar. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain

usia, jenis kelamin, dan faktor psikologis, sedangkan faktor eksternal terbagi

menjadi dua yaitu faktor lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang

lingkungan sosial dan motivasi belajar dalam pencapaian prestasi akademik

mahasiswa. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk memendeskripsikan

motivasi belajar, aktivitas belajar dan prestasi akademik mahasiswa TPB,

menganalisis hubungan antara lingkungan sosial dan motivasi belajar mahasiswa

TPB, menganalisis hubungan antara lingkungan sosial dengan prestasi akademik

mahasiswa TPB, menganalisis hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi

(13)

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu: pertama, diduga ada hubungan antara

lingkungan sosial dengan motivasi belajar; kedua, diduga ada hubungan antara

lingkungan sosial dengan prestasi akademik mahasiswa; dan ketiga, diduga ada

hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi akdemik mahasiswa.

Penelitian ini dilakukan di Institut Pertanian Bogor (IPB), Darmaga,

Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Populasi dalam penelitian ini adalah

mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan formalnya di Institut Pertanian

Bogor pada Tingkat Persiapan Bersama. Pemilihan responden dilakukan dengan

metode pengambilan Sampel Random Gugus Bertahap. Responden dalam

penelitian ini berjumlah 200 orang, yang dipilih secara acak dari kelompok kelas

A dan kelompok kelas B.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif

dengan metode survei, dengan menggunakan instrumen pengumpulan data seperti

kuesioner dan wawancara. Hipotesis penelitian ini diuji secara statistik dengan

menggunakan UjiChi-Square.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, tidak ada hubungan yang nyata

antara lingkungan sosial dengan motivasi belajar mahasiswa, namun jika dilihat

dari hubungan mahasiswa dengan dosen, ternyata berhubungan dengan motivasi

belajar mahasiswa. Hal ini terjadi karena, mahasiswa yang berhubungan positif

dengan dosennya, dapat membangkitkan motivasi belajar mahasiswa. Dilihat dari

hubungan mahasiswa dengan teman, ternyata berhubungan dengan motif ingin

tahu dan motif relevansi yang mereka miliki. Dilihat dari hubungan mahasiswa

dengan komunitasnya di asrama, ternyata berhubungan dengan motif ingin tahu

(14)

berhubungan positif dengan komunitasnya di asrama, maka dapat membangkitkan

motif ingin tahunya. Lingkungan sosial juga tidak berhubungan dengan prestasi

akademik mahasiswa.

Motivasi belajar berhubungan dengan prestasi akademik mahasiswa,

karena salah satu fungsi motivasi adalah sebagai pendorong usaha dan pencapaian

prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena ada motivasi. Adanya motivasi

yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik, dengan kata lain,

dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari motivasi, maka seseorang

yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik, dan dapat disimpulkan

bahwa, semakin banyak mahasiswa yang mempunyai motivasi belajar, maka

semakin banyak mahasiswa yang Indeks Prestasinya 2,75.

Saran yang disampaikan, antara lain: (1) Untuk Direktorat pendidikan

Tingkat Persiapan Bersama (TPB) agar lebih memperhatikan lingkungan fisik

mahasiswa, khususnya perlu memperbaiki keadaan ruang belajar agar mahasiswa

merasa nyaman dengan ruang belajar yang ditempatinya; (2) Selain ada dosen

bimbingan konseling, alangkah lebih baik jika diadakan juga dosen pembimbing

akademik bagi mahasiswa TPB; (3) Dosen memberikan materi perkulihan yang

dapat membangkitkan motivasi belajar mahasiswa; (4) Setiap mata kuliah

melakukan aktivitas-aktivitas belajar, berupa visual activities, oral activities,

listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental

activities, dan emotional activities; dan (5) Untuk penelitian selanjutnya, dapat

melihat faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, dari segi asal daerah,

(15)

LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA

(Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008)

Oleh:

Renny Yusniati

(A14204055)

SKRIPSI

Sebagai Prasyarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian Pada

Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

(16)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh:

Nama : Renny Yusniati

NRP : A14204055

Judul : Lingkungan Sosial dan Motivasi Belajar dalam Pencapaian

Prestasi Akademik Mahasiswa (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008)

Dapat diterima sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ratri Virianita, S. Sos, MSi. NIP. 132 310 797

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 131 124 019

(17)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM

PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA (KASUS

MAHASISWA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN

BOGOR TAHUN AJARAN 2007/2008) INI BENAR-BENAR MERUPAKAN

HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA

ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA

MANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI

TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU

DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN

RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN

PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA

BERSEDIA MEMPERTANGGUNG JAWABKAN PERNYATAN INI.

Bogor, Agustus 2008

(18)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis bernama Renny Yusniati merupakan anak kedua dari tiga

bersaudara, yang dilahirkan di Bogor pada tanggal 5 Februari 1986 dari orangtua

bernama Bapak Yusuf Iskandar dan Ibu Ratna Jamilah. Pendidikan formal penulis

dimulai di Taman Kanak-Kanak (TK) Al-Abrol Bogor pada tahun 1991,

kemudian dilanjutkan di SD Al-Ghazaly Bogor pada tahun 1992. Lulus Sekolah

Dasar pada tahun 1998, penulis melanjutkan ke SLTPN 4 Bogor dan pada tahun

2001 masuk ke SMUN 10 Bogor. Penulis berkesempatan untuk melanjutkan

pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2004 melalui jalur SPMB

(Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Saat ini, berada di Fakultas Pertanian,

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Selama masa penyelesaian skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari

dorongan dan dukungan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis panjatkan puji syukur kepada Allah SWT,

atas segala nikmat, karunia, dan hidayah yang telah diberikan sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini sekaligus ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Ratri Virianita, S. Sos, MSi. atas saran dan masukan untuk kelancaran proses

penulisan skripsi.

2. Mama, Papa, Kakakku Riska dan Iman, Adikku Indra atas curahan kasih

sayang, semangat dan dukungannya yang tak pernah henti dan tak akan pernah

terhenti.

3. Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, MS. selaku dosen pembimbing akademik atas

perhatian dan masukan yang berharga.

4. Martua Sihaloho, SP, MSi. selaku dosen penguji utama atas masukan dan

kritikannya.

5. Ir. Murdianto, MSi. selaku dosen penguji wakil Departemen.

6. Dr. Ir. Ibnul Qayim selaku Direktur Tingkat persiapan Bersama, besarta Bapak

Asep yang telah membantu dalam mendapatkan data tentang gambaran umum

TPB.

7. Mahasiswa TPB yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi

(20)

8. Fritamia Saraswati selaku teman seperjuanganku dari mulai Studi Pustaka

(SP) hingga skripsi, terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya.

9. Blocnooters (Adisty, Fitri dan Vanessa) atas semangat dan dukungannya.

10. Teman-teman KPM 41, khususnya Nceq, Refi, Intan, Tina, Sushane, Ubi,

Mira, Oline, Yundha, Tutut atas semangat dan dukungannya selama masa

perkuliahan hingga penulisan skripsi.

11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, untuk segala

perhatian, dorongan semangat, dukungan materiil dan moril berupa masukan

(21)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan Skripsi

yang berjudul Lingkungan Sosial dan Motivasi Belajar dalam Pencapaian

Prestasi Akademik Mahasiswa (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama

Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) , ditujukan untuk memenuhi

syarat mendapatkan gelar sarjana pertanian pada Program Studi Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Kegiatan skripsi ini berupa penelitian yang menelaah aspek mengenai

prestasi akademik mahasiswa TPB yang dilihat berdasarkan lingkungan sosial dan

motivasi belajar mahasiswa. Melalui skripsi ini, memungkinkan penulis

mengetahui dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan

prestasi akademik.

Demikianlah skripsi ini disusun dengan suatu tema tulisan yang dipandang

cukup relevan untuk ditelaah lebih lanjut saat ini. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang berkepentingan.

Bogor, Agustus 2008

(22)

DAFTAR ISI

RINGKASAN ... ii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 6 1.3 Tujuan ... 7 1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II PENDEKATAN TEORITIS ... 8 2.1 Tinjauan Pustaka ... 8 2.1.1 Mahasiswa ... 8 2.1.2 Motivasi Belajar ... 9 2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 16 2.1.4 Lingkungan Sosial ... 20 2.1.5 Aktivitas Belajar ... 23 2.1.6 Prestasi Akademik Mahasiswa ... 27 2.2 Kerangka Pemikiran ... 29 2.3 Hipotesis ... 33 2.4 Definisi Operasional ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 43 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43 3.2 Metode Pengambilan Sampel... 43 3.3 Metode Pengumpulan Data ... 46 3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 47

(23)

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN ... 49 4.1 Gambaran Umum Lokasi ... 49 4.2 Gambaran Umum Responden ... 53 4.2.1 Karakteristik Responden ... 53 4.2.1.1 Usia Responden ... 53 4.2.1.2 Jenis Kelamin Responden... 54 4.2.2 Indeks Prestasi Responden ... 54 4.2.3 Lingkungan Non-Sosial Responden ... 55 4.2.3.1 Kenyamanan Ruang Belajar ... 55 4.2.3.2 Kelengkapan Alat dan Bahan dalam Proses

Belajar Mengajar ... 56

BAB V LINGKUNGAN SOSIAL MAHASISWA ... 58 5.1 Gambaran Lingkungan Sosial Mahasiswa... 58 5.2 Lingkungan Sosial Menurut Karakteristik Mahasiswa ... 61 5.2.1 Lingkungan Sosial Menurut Usia Mahasiswa ... 61 5.2.2 Lingkungan Sosial Menurut Jenis Kelamin Mahasiswa ... 62

BAB VI MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA ... 65 6.1 Gambaran Motivasi Belajar Mahasiswa ... 65 6.2 Motivasi Belajar Menurut Karakteristik Mahasiswa ... 66 6.2.1 Motivasi Belajar Menurut Usia Mahasiswa ... 66 6.2.2 Motivasi Belajar Menurut Jenis Kelamin Mahasiswa... 68 6.3 Motivasi Belajar Menurut Lingkungan Non-Sosial ... 70 6.3.1 Motivasi Belajar Menurut Kenyamanan Ruang Belajar ... 70 6.3.2 Motivasi Belajar Menurut Kelengkapan Alat dan

Bahan dalam Proses Belajar Mengajar ... 71 6.4 Motivasi Belajar Menurut Lingkungan Sosial ... 72

6.4.1 Motivasi Belajar Menurut Hubungan Mahasiswa dengan Dosen ... 73 6.4.2 Motivasi Belajar Menurut Hubungan Mahasiswa dengan

(24)

6.4.3 Motivasi Belajar Menurut Hubungan Mahasiswa dengan Keluarga ... 78 6.4.4 Motivasi Belajar Menurut Hubungan Mahasiswa dengan

Komunitas di Asrama ... 79

BAB VII AKTIVITAS BELAJAR MAHASISWA ... 81 7.1 Gambaran Aktivitas Belajar Mahasiswa TPB... 81 7.2 Aktivitas Belajar Berdasarkan Karakteristik Mahasiswa ... 83 7.2.1 Aktivitas Belajar Berdasarkan Usia Mahasiswa ... 83 7.2.2 Aktivitas Belajar Berdasarkan Jenis Kelamin Mahasiswa . 84 7.3 Aktivitas Belajar Berdasarkan Lingkungan Non-Sosial ... 85

7.3.1 Aktivitas Belajar Berdasarkan Kenyamanan Ruang

Belajar ... 85 7.3.2 Aktivitas Belajar Berdasarkan Kelengkapan Alat dan

Bahan ... 86 7.4 Aktivitas Belajar Berdasarkan Lingkungan Sosial Mahasiswa... 87 7.5 Aktivitas Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Mahasiswa ... 88

BAB VIII PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA ... 91 8.1 Gambaran Prestasi Akademik Mahasiswa TPB ... 91 8.2 Prestasi Akademik Menurut Karakteristik Mahasiswa ... 92 8.2.1 Prestasi Akademik Menurut Usia Mahasiswa ... 92 8.2.2 Prestasi Akademik Menurut Jenis Kelamin Mahasiswa... 93 8.3 Prestasi Akademik Menurut Lingkungan Non-Sosial ... 94

8.3.1 Prestasi Akademik Menurut Kenyamanan Ruang

Belajar ... 94 8.3.2 Prestasi Akademik Menurut Kelengkapan Alat dan

(25)

BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN... 106 9.1 Kesimpulan ... 106 9.2 Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110

(26)

DAFTAR TABEL

Tabel

Tabel 1. Sebaran Indeks Prestasi Mahasiswa TPB-IPB Tahun Akademik

2005/2006 ... 5

Tabel 2. Sebaran Indeks Prestasi Mahasiswa TPB-IPB Tahun Akademik

2006/2007 ... 5

Tabel 3. Jumlah Responden Berdasarkan Kelas, 2008 ... 44

Tabel 4. Jumlah Responden Berdasarkan Mayor, 2008... 45

Tabel 5. Matriks Analisis Data ... 48

Tabel 6. Matriks Pengujian Hipotesis dan Analisis Data ... 48

Tabel 7. Jumlah Mahasiswa TPB Berdasarkan Jenis Kelamin, 2008 ... 52

Tabel 8. Daftar Mata Kuliah TPB Tahun 2007 ... 53

Tabel 9. Usia Responden, 2008 ... 53

Tabel 10. Jenis Kelamin Responden, 2008 ... 54

Tabel 11. Indeks Prestasi Responden, 2008 ... 55

Tabel 12. Kenyamanan Ruang Belajar Mahasiswa TPB, 2008... 56

Tabel 13. Kelengkapan Alat dan Bahan dalam Proses Belajar Mengajar,

2008 ... 56

Tabel 14. Frekuensi Mahasiswa TPB Berinteraksi dengan Lingkungan

Sosial, 2008 ... 59

Tabel 15. Penghubung Mahasiswa TPB Berinteraksi dengan Lingkungan

Sosial, 2008 ... 60

Tabel 16. Lingkungan Sosial Mahasiswa TPB, 2008 ... 61

Tabel 17. Lingkungan Sosial Menurut Usia Mahasiswa, 2008 ... 62

Tabel 18. Lingkungan Sosial Menurut Jenis Kelamin Mahasiswa, 2008 ... 63

(27)

Tabel 20. Motivasi Belajar Berdasarkan Usia Mahasiswa TPB, 2008 ... 67

Tabel 21. Motivasi Belajar Berdasarkan Jenis Kelamin Mahasiswa TPB,

2008 ... 69

Tabel 22. Motivasi Belajar Mahasiswa TPB Berdasarkan Kenyamanan

Ruang Belajar, 2008 ... 70

Tabel 23. Motivasi Belajar Mahasiswa TPB Berdasarkan Kelengkapan

Alat dan Bahan dalam Proses Belajar Mengajar, 2008 ... 71

Tabel 24. Motivasi Belajar Menurut Lingkungan Sosial Mahasiswa TPB,

2008 ... 72

Tabel 25. Motivasi Belajar Menurut Hubungan Mahasiswa TPB dengan

Dosen, 2008 ... 74

Tabel 26. Motivasi Belajar Menurut Hubungan Mahasiswa TPB dengan

Teman, 2008 ... 76

Tabel 27. Motivasi Belajar Menurut Hubungan Mahasiswa TPB dengan

Keluarga, 2008 ... 78

Tabel 28. Motivasi Belajar Menurut Hubungan Mahasiswa TPB dengan

Komunitas di Asrama, 2008 ... 80

Tabel 29. Aktivitas Belajar Mahasiswa TPB Pada Saat Semester Satu, 2008 .... 82

Tabel 30. Aktivitas Belajar Berdasarkan Usia Mahasiswa TPB, 2008... 84

Tabel 31. Aktivitas Belajar Berdasarkan Jenis Kelamin Mahasiswa TPB,

2008 ... 85

Tabel 32. Aktivitas Belajar Berdasarkan Kenyamanan Ruang Belajar, 2008 .... 86

Tabel 33. Aktivitas Belajar Berdasarkan Kelengkapan Alat dan Bahan, 2008 ... 87

Tabel 34. Aktivitas Belajar Berdasarkan Lingkungan Sosial Mahasiswa

TPB, 2008 ... 88

Tabel 35. Aktivitas Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Mahasiswa

TPB, 2008 ... 89

Tabel 36. Indeks Prestasi Mahasiswa TPB, 2008 ... 91

Tabel 37. Indeks Prestasi Berdasarkan Usia Mahasiswa TPB, 2008 ... 93

(28)

Tabel 39. Indeks Prestasi Mahasiswa TPB Berdasarkan Kenyamanan

Ruang Belajar, 2008 ... 95

Tabel 40. Indeks Prestasi Mahasiswa TPB Berdasarkan Kelengkapan Alat

dan Bahan, 2008 ... 95

Tabel 41. Indeks Prestasi Mahasiswa TPB Berdasarkan Lingkungan

Sosial, 2008 ... 96

Tabel 42. Hasil UjiChi-SquareIndeks Prestasi Berdasarkan Lingkungan

Sosial Mahasiswa TPB, 2008 ... 98

Tabel 43. Indeks Prestasi Mahasiswa TPB Berdasarkan Motivasi Belajar,

2008 ... 100

Tabel 44. Hasil UjiChi-SquareIndeks Prestasi Berdasarkan Motivasi

Belajar Mahasiswa TPB, 2008 ... 103

Tabel 45. Indeks Prestasi Berdasarkan Aktivitas Belajar Mahasiswa TPB,

(29)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Hubungan Lingkungan Sosial dan Motivasi Belajar dalam Pencapaian Prestasi Akademik Mahasiswa ... 32

Gambar 2. Frekuensi Interaksi Mahasiswa TPB dengan Lingkungan Sosial, 2008 ... 58

(30)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Lampiran 1. Matriks Alokasi Waktu Penelitian ... 114 Lampiran 2. OutputSPSS 13.00 ... 115 Lampiran 3. Kuesioner Penelitian ... 140

(31)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimana pun ia berada. Pendidikan

sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang

dan bahkan terbelakang. Sampai satu dasawarsa terakhir pengujung abad ke-20,

dunia pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan

masyarakat. Menurut Syafaruddin (2002), fenomena ini ditandai dari rendahnya

mutu lulusan, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas, bahkan lebih

berorientasi proyek. Contohnya pada tahun 2004 diberlakukan Kurikulum

Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum ini dianggap sebagai sebuah proyek

(Chan dan Tuti, 2006). Akibatnya, seringkali hasil pendidikan mengecewakan

masyarakat. Bahkan Sumberdaya Manusia (SDM) yang disiapkan melalui

pendidikan sebagai generasi penerus belum sepenuhnya memuaskan. Menurut

Yulianti (2007), kerjasama antara dunia pendidikan dan dunia usaha perlu terus

dikembangkan dalam rangka pendidikan dan pelatihan untuk pemenuhan

kebutuhan tenaga kerja yang cakap dan terampil. Pendidikan seharusnya relevan

dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.

Menurut Syah (2006), pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

(32)

2

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan terbagi menjadi pendidikan formal, informal, dan nonformal.

Pendidikan formal ditempuh melalui pendidikan di sekolah seperti SD/sederajat,

SMP/sederajat, SMA/sederajat dan Perguruan Tinggi. Pendidikan informal

biasanya diperoleh di lingkungan keluarga dan masyarakat. Pendidikan

nonformal dapat diperoleh melalui kursus, pelatihan dan seminar.

Pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang

berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur

dan moral yang baik. Pendidikan juga merupakan suatu upaya untuk

meningkatkan kualitas SDM, baik fisik, mental maupun spiritual. Untuk

menciptakan SDM yang berkualitas, kuncinya adalah pendidikan yang

berkualitas. Kualitas pendidikan perlu disesuaikan dengan kemajuan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), serta tuntutan perkembangan

pembangunan.

Prestasi belajar dapat digunakan sebagai indikator mutu pendidikan.

Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu tingkat kecerdasan atau

inteligensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi belajar. Berdasarkan hasil penelitian

Dewi (1999) diketahui bahwa inteligensi memberikan sumbangan yang

signifikan terhadap prestasi belajar, selain itu motivasi berprestasi juga

memberikan sumbangan yang signifikan terhadap prestasi belajar.

Menurut Dewi (1999), motivasi belajar merupakan salah satu faktor

penting dalam pelaksanaan proses belajar. Motivasi belajar adalah daya

penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas belajar.

(33)

3

faktor eksternal (Suryabrata, 2005). Faktor internal antara lain usia, jenis

kelamin, dan faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal terbagi menjadi dua

yaitu faktor lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial.

Faktor lingkungan sosial yang dimaksud disini meliputi kondisi, keadaan

dan interaksi manusia (Zastrow dan Ashman, 1987). Manusia merupakan

makhluk sosial, bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain.

Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antar manusia

akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi, dalam

kehidupan semacam ini terjadi interaksi. Kegiatan hidup manusia akan selalu

dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi.

Menurut Sardiman (2004), dari berbagai bentuk interaksi, khususnya

mengenai interaksi yang disengaja, ada istilah interaksi edukatif. Interaksi

edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan

pendidikan dan pengajaran, dengan kata lain disebut interaksi belajar mengajar.

Interaksi belajar mengajar mengandung suatu arti adanya kegiatan

interaksi dari tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar di satu pihak,

dengan warga belajar yang sedang melaksanakan kegiatan belajar di pihak lain.

Interaksi antara pengajar dan warga belajar, diharapkan merupakan proses

motivasi, karena hasil belajar akan menjadi optimal jika ada motivasi.

Menurut Sardiman (2006), salah satu fungsi motivasi adalah sebagai

pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha

karena ada motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan

hasil yang baik, dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama

(34)

4

yang baik. Intensitas motivasi seorang mahasiswa akan sangat menentukan tingkat

pencapaian prestasi belajarnya.

Beberapa penelitian tentang prestasi belajar mahasiswa menunjukkan

motivasi sebagai faktor yang banyak berpengaruh terhadap proses dan hasil

belajar mahasiswa. Sebagai contoh, studi yang dilakukan oleh Walberg dkk

(1983) dikutip Suciati dan Prasetya (2006), menyimpulkan bahwa motivasi

mempunyai kontribusi antara 11 sampai 20 persen terhadap prestasi belajar. Studi

yang dilakukan Suciati dan Prasetya (2006) menyimpulkan bahwa kontribusi

motivasi sebesar 36 persen, sedangkan McClelland dikutip Suciati dan Prasetya

(2006), menunjukkan bahwa motivasi berprestasi (achievement motivation)

mempunyai kontribusi sampai 64 persen terhadap prestasi belajar.

Menurut Ginting (2003), salah satu hal yang berhubungan dengan motivasi

belajar di Perguruan Tinggi yaitu prestasi (achievement). Prestasi yang baik harus

dicapai dengan belajar yang giat. Rasa ingin berhasil dalam studi di Perguruan

Tinggi merupakan motivasi untuk belajar (Ginting, 2003).

Pada penelitian-penelitian sebelumnya, hanya melihat hubungan antara

motivasi dengan prestasi belajar saja, tanpa melihat faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi belajar, seperti lingkungan sosial, untuk itu, peneliti

tertarik menyoroti hubungan lingkungan sosial dan motivasi belajar kaitannya

dengan pencapaian prestasi akademik mahasiswa, karena lingkungan sosial dan

motivasi belajar dianggap penting dalam pencapaian prestasi akademik

mahasiswa.

Penelitian ini dilakukan karena relevan dengan realitas sosial yang peneliti

(35)

5

Persiapan Bersama (TPB) tahun ajaran 2007/2008. Berdasarkan data Direktorat

Pendidikan TPB-IPB, Indeks prestasi mahasiswa TPB secara umum mengalami

peningkatan. Namun ironisnya, pada tahun 2006 justru semakin meningkat pula

persentase mahasiswa yang memiliki Indeks Prestasi 1,50. Pada tahun 2005,

mahasiswa yang memiliki Indeks Prestasi 1,50 persentasenya sebesar 1,27

persen, sedangkan pada tahun 2006 persentasenya meningkat menjadi 2,57

persen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2 yang menampilkan sebaran

Indeks Prestasi Mahasiswa TPB-IPB tahun akademik 2005/2006 dan 2006/2007.

Tabel 1. Sebaran Indeks Prestasi Mahasiswa TPB-IPB Tahun Akademik 2005/2006

Program Studi

Jalur Masuk

INDEKS PRESTASI (%)

TOTAL MHS IP 1.50 1.50<IP<2.00 2.00 IP

<2.76

2.76

IP IP 3.51

TPB - IPB

TOTAL 1,27 0,73 37,48 50,40 10,12 2748

USMI 0,56 0,31 31,72 53,78 13,63 1614

SPMB 1,48 0,99 44,28 48,03 5,23 1014

BUD 9,17 3,33 58,33 25,00 4,17 120

Data Diolah Dari Direktorat Pendidikan Tingkat Persiapan Bersama tahun 2005/2006.

Tabel 2. Sebaran Indeks Prestasi Mahasiswa TPB-IPB Tahun Akademik 2006/2007

Program Studi

Jalur Masuk

INDEKS PRESTASI (%)

TOTAL MHS IP 1.50 1.50<IP<2.00 2.00 IP

<2.76

2.76

IP IP 3.51

TPB - IPB

TOTAL 2,57 0,76 39,10 50,22 10,67 2670

USMI 1,42 0,66 35,99 51,09 12,16 1793

SPMB 2,60 0,74 41,26 49,87 7,44 780

BUD 19,51 2,44 42,28 36,46 9,38 96

PIN 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 1

Data Diolah Dari Direktorat Pendidikan Tingkat Persiapan Bersama tahun 2006/2007.

Rendahnya Indeks Prestasi akademik mahasiswa TPB disebabkan oleh

beberapa faktor, diantaranya: mahasiswa memiliki beberapa masalah, seperti

(36)

6

dengan teman, mahasiswa belum bisa beradaptasi lingkungan sosialnya, dan

kurang motivasi dalam belajar.1 Untuk itu peneliti mencoba mengkaji hubungan

antara lingkungan sosial dan motivasi belajar dalam pencapaian prestasi akademik

mahasiswa.

1.2 Perumusan Masalah

Prestasi belajar masih menjadi tolok ukur kompetensi mahasiswa di

bidang ilmunya. Banyak institusi kerja yang menggunakan Indeks Prestasi

akademik mahasiswa untuk penerimaan karyawan, dalam kondisi seperti ini,

seharusnya mahasiswa berusaha mengejar prestasi. Namun, kenyataannya masih

banyak mahasiswa yang memiliki prestasi belajar rendah. Mengingat kaitan yang

cukup kuat antara lingkungan sosial dan motivasi belajar dalam pencapaian

prestasi akademik mahasiswa, maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian

ini, sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran lingkungan sosial, motivasi belajar, aktivitas belajar

dan prestasi akademik mahasiswa TPB?

2. Apakah terdapat hubungan antara lingkungan sosial dan motivasi belajar

mahasiswa TPB?

3. Apakah terdapat hubungan antara lingkungan sosial dengan prestasi

akademik mahasiswa TPB?

4. Apakah terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi

akademik mahasiswa TPB?

1

(37)

7

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas diperoleh tujuan penelitian sebagai

berikut:

1. Mendeskripsikan lingkungan sosial, motivasi belajar, aktivitas belajar dan

prestasi akademik mahasiswa TPB.

2. Menganalisis hubungan antara lingkungan sosial dan motivasi belajar

mahasiswa TPB.

3. Menganalisis hubungan antara lingkungan sosial dengan prestasi akademik

mahasiswa TPB.

4. Menganalisis hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi akademik

mahasiswa TPB.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang

bermanfaat khususnya bagi:

1. Peneliti, merupakan sarana untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh

dengan melihat fenomena praktis yang terjadi dan mengkaitkannya dengan

teori yang telah diperoleh.

2. Kalangan akademisi, penelitian ini menjadi bahan kajian lebih lanjut baik dari

segi teoritis maupun segi praktis mengenai lingkungan sosial dan motivasi

belajar dalam pencapaian prestasi akademik mahasiswa.

3. Instansi yang terkait, dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan

suatu tindakan yang berkaitan dengan lingkungan sosial dan motivasi belajar

(38)

8

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Mahasiswa

Perubahan status dari siswa menjadi mahasiswa menuntut perubahan sikap

mental (attitude) dan perilaku seseorang. Menurut Ginting (2003), secara harfiah,

‘maha’ berarti besar, mahasiswa berarti siswa besar. Mahasiswa merupakan suatu

predikat yang diberikan kepada seseorang yang telah lulus dari jenjang pendidikan

Sekolah Menengah Umum (SMU) dan melanjutkan pendidikan ke tahap

selanjutnya yaitu Perguruan Tinggi. Sebagaimana yang dikatakan Morgan (1981)

dikutip Novianty (2002), menyatakan bahwa, selama menjadi mahasiswa, mereka

mengalami suatu periode kemahasiswaan yang berarti periode yang dimulai sejak

seseorang lulus SMU dan mulai memasuki jenjang Perguruan Tinggi hingga lulus

dari Perguruan Tinggi.

Mahasiswa adalah setiap individu yang secara resmi terdaftar untuk

mengikuti pelajaran-pelajaran di Perguruan Tinggi (Fakultas Pertanian, 1980

dikutip Hilaliyah, 2004). Mahasiswa berada dalam masa percobaan, yaitu masa

mengakhiri kehidupan remaja dan mengawali pra dewasa, dimana kebutuhan

utama individu adalah melepaskan diri dari orang tua dan keluarga asal, serta

memegang peranan penting yang lebih bertanggungjawab, serta lebih mandiri

secara emosional dan finansial (Novianty, 2002).

Pendapat lain mengatakan bahwa, mahasiswa termasuk dalam tahap

perkembangan dewasa dini atau ada yang menyebutnya masa dewasa muda, pada

(39)

9

terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru (Hurlock,

1980 dikutip Desiyani, 2003). Periode ini merupakan suatu tahapan kehidupan

yang unik. Pada tahap ini mahasiswa belum dapat dikatakan dewasa, namun juga

bukan remaja lagi. Seorang mahasiswa mulai menghadapi harapan-harapan baik

dari orang dewasa maupun dari kelompok sosialnya, dan juga harus mulai

mempersiapkan diri dalam hal pemilihan karir yang akan mempengaruhi gaya

hidup dan interaksi sosialnya.

Berdasarkan definisi diatas, yang dimaksud dengan mahasiswa adalah

sebutan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi setelah lulus dari

jenjang pendidikan SMU, yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti

pelajaran-pelajaran di Perguruan Tinggi. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan

mahasiswa adalah orang yang sedang menjalankan studi di Perguruan Tinggi

Institut Pertanian Bogor, tahun ajaran 2007/2008 yaitu mahasiswa Tingkat

Persiapan Bersama (TPB).

2.1.2 Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti

“menggerakkan”. Menurut Cropley (1985) dikutip Suciati dan Prasetya (2006),

motivasi merupakan “tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu”.

Motivasi merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk

melakukan sesuatu agar tujuannya dapat tercapai, sebagaimana Sardiman (2006)

menuturkan bahwa, motivasi berpangkal dari kata “motif”, yang dapat diartikan

sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan

(40)

10

Motivasi selalu berkaitan dengan soal kebutuhan. Menurut Morgan ditulis

kembali oleh Sardiman (2006), manusia hidup dengan memiliki berbagai

kebutuhan, yaitu: kebutuhan untuk berbuat suatu aktivitas, kebutuhan untuk

menyenangkan orang lain, kebutuhan untuk mencapai hasil, kebutuhan untuk

mengatasi kesulitan. Menurut Carlita (2006), dengan adanya motivasi, manusia

secara sadar atau tidak sadar, mengarahkan perilakunya untuk mencapai tujuan

tertentu. Meskipun motivasi secara umum terkait dengan upaya ke arah sasaran

apa saja, namun dalam penelitian ini, sasaran akan dipersempit pada tujuan

kegiatan belajar.

Menurut jenisnya, motivasi dibedakan atas dua bentuk (Winkel, 1991

dikutip Dewi, 1999):

1. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi untuk melakukan suatu aktivitas demi

aktivitas itu sendiri. Motivasi ini berakar pada faktor-faktor internal, seperti

minat dan rasa ingin tahu. Siswa yang termotivasi secara intrinsik

memperoleh kepuasan dari kegiatan yang dilakukannya. Partisipasi dalam

suatu tugas merupakan reward tersendiri baginya. Siswa dengan motivasi

intrinsik yang tinggi tidak membutuhkanreward dari luar sendiri.

2. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi untuk melakukan suatu aktivitas demi

alasan tertentu. Motivasi ini berakar pada faktor-faktor eksternal, seperti

reward, pujian, dan penghindaran diri dari hukuman. Siswa yang termotivasi

secara ekstrinsik melakukan suatu tugas karena ia yakin partisipasinya dalam

tugas tersebut akan mendatangkan hasil yang diharapkan. Walaupun

demikian, motivasi ektrinsik bukanlah bentuk motivasi yang berasal dari luar

(41)

11

oleh individu itu sendiri, walaupun orang lain mungkin memegang peranan

penting dalam menimbulkan motivasi tersebut.

Pintrich dan Schunk (1996) dikutip Dewi (1999), menyatakan bahwa

dalam dunia pendidikan, motivasi intrinsik yang dimiliki siswa lebih membantu

dalam proses belajar dan meraih prestasi yang baik. Hal ini disebabkan karena

siswa yang termotivasi secara intrinsik biasanya selalu berusaha untuk

meningkatkan belajar mereka. Mereka memperhatikan informasi-informasi baru,

mengorganisasikan pengetahuan, dan menghubungkannya dengan pengetahuan

yang telah mereka ketahui, lalu mengaplikasikan keahlian dan pengetahuan

tersebut ke dalam konteks yang berbeda. Walaupun demikian, bukan berarti

motivasi ekstrinsik tidak penting. Kedua bentuk motivasi ini sangat berperan

dalam proses belajar siswa. Siswa cenderung termotivasi secara intrinsik dan

ekstrinsik. Siswa mengharapkan kepuasan dari apa yang telah dilakukan, namun

mereka juga membutuhkan pengakuan atau reward dari luar atas prestasi yang

telah mereka hasilkan (Cole dan Chan, 1987 dikutip Dewi, 1999).

Motivasi memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar,

seperti yang diungkapkan Bloom (1985), “Motivation is an essential condition of

learning”. Hasil belajar akan menjadi optimal, jika ada motivasi. Motivasi

menentukan intensitas usaha belajar bagi para peserta didik. Menurut Auliyawati

(2005) motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual.

Seorang siswa yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, bisa gagal karena

kurang adanya motivasi dalam belajarnya.

Pengertian belajar menurut Baharuddin dan Esa (2007), merupakan

(42)

12

melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Belajar dapat

membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun

keterampilan. Menurut Hilgrad dan Bower dikutip Baharuddin dan Esa (2007),

belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai

pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan

mendapatkan atau menemukan informasi.

Pendapat lain mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan

tingkah laku individu melalui interaksinya dengan lingkungan (Hamalik, 2005).

Pengertian ini menekankan adanya interaksi antara individu dengan lingkungan.

Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman belajar, dan melalui

pengalaman-pengalaman itulah diharapakan adanya perubahan perilaku dari

individu yang bersangkutan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya

aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu (Fudyartanto, 2002 dikutip

Baharuddin dan Esa, 2007).

Berdasarkan pengertian tentang motivasi dan belajar, maka motivasi

belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri

mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan

dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu

dapat tercapai. Menurut Ginting (2003), orang yang bermotivasi adalah orang

yang mempunyai kecenderungan dalam dirinya untuk berupaya mencapai tujuan

guna memuaskan kebutuhannya. Dia mempunyai kebutuhan untuk berprestasi,

jadi motivasi belajar seseorang menentukan besarnya upaya belajar yang

dilakukan. Mahasiswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak

(43)

13

Prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran

menurut Keller (1983) dikutip Suciati (2006), disebut sebagai model ARCS, yaitu

Attention (perhatian); Relevance (relevansi); Confidence (percaya diri); dan

Satisfaction(kepuasan).

1. Perhatian

Perhatian mahasiswa muncul didorong rasa ingin tahu. Oleh sebab itu rasa

ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan, sehingga mahasiswa akan

memberikan perhatian.

2. Relevansi

Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi perkuliahan dengan

kebutuhan dan kondisi mahasiswa. Motivasi mahasiswa akan terpelihara

apabila mereka menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi

atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang. Kebutuhan pribadi

(basic needs) dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu:

1) nilai motif pribadi (personal motive value), menurut McClelland

mencakup tiga hal, yaitu: (a) kebutuhan untuk berprestasi (needs for

achievement), (b) kebutuhan untuk memiliki kuasa (needs for power), dan

(c) kebutuhan untuk berafiliasi (needs fo affiliation).

2) nilai yang bersifat instrumental, keberhasilan dalam mengerjakan suatu

tugas dianggap sebagai langkah untuk mencapai keberhasilan lebih lanjut.

3) nilai kultural, tujuan yang ingin dicapai konsisten atau sesuai dengan nilai

(44)

14

3. Percaya diri

Merasa diri kompeten atau mampu, merupakan potensi untuk dapat

berinterkasi secara positif dengan lingkungan. Bandura (1977) dikutip Suciati

(2006) mengembangkan konsep self-efficacy, konsep tersebut berhubungan

dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk

melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan.

4. Kepuasan

Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan, dan

mahasiswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang

serupa. Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi

yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar mahasiswa.

Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi mahasiswa, dosen dapat

menggunakan pemberian penguatan (reinforcement) berupa pujian,

pemberian kesempatan, dan lain sebagainya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa prinsip

seperti perhatian, relevansi dan percaya diri adalah prinsip pembelajaran untuk

membangkitkan motivasi intrinsik mahasiswa, karena motivasi intrinsik

merupakan motivasi untuk melakukan suatu aktivitas demi aktivitas itu sendiri.

Motivasi ini berakar pada faktor-faktor internal. Perhatian dikatakan dapat

membangkitkan motivasi intrinsik sebab perhatian muncul karena adanya

dorongan rasa ingin tahu dalam diri seseorang. Dorongan inilah yang dikatakan

sebagai motif. Motif ingin tahu yaitu dorongan yang ada dalam diri mahasiswa

yang disebabkan karena adanya rasa ingin tahu yang besar dari mahasiswa tentang

(45)

15

mahasiswa tersebut berkeinginan untuk memperhatikan pelajaran agar rasa ingin

tahu mahasiswa tersebut dapat terpenuhi.

Relevansi juga dapat membangkitkan motivasi intrinsik, karena seseorang

akan termotivasi untuk belajar karena adanya relevansi antara materi perkuliahan

dengan kebutuhan atau keadaan mahasiswa saat ini. Adanya relevansi inilah yang

menyebabkan mahasiswa termotivasi untuk belajar, yang disebut juga sebagai

motif relevansi. Motif relevansi adalah dorongan mahasiswa untuk memenuhi

kebutuhannya dengan cara mendapatkan relevansi antara materi pelajaran dengan

apa yang dibutuhkannya atau keadaannya saat ini, sehingga dapat memotivasi

mahasiswa untuk belajar.

Rasa percaya diri yang dimiliki mahasiswa juga dapat membangkitkan

motivasi intrinsik yang ada dalam diri mahasiswa, karena rasa percaya diri

tumbuh dalam diri seseorang karena merasa diri kompeten atau mampu

melakukan sesuatu, disebut juga motif percaya diri. Motif percaya diri yaitu

dorongan dalam diri mahasiswa untuk memiliki keyakinan dalam dirinya karena

merasa mampu melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan.

Kepuasan bisa membangkitkan motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi

ekstrinsik, yaitu motivasi untuk melakukan suatu aktivitas demi alasan tertentu.

Motivasi ini berakar pada faktor-faktor eksternal, seperti reward, pujian, dan

penghindaran diri dari hukuman. Mahasiswa yang termotivasi secara ekstrinsik

melakukan suatu tugas karena ia yakin partisipasinya dalam tugas tersebut akan

mendatangkan hasil yang diharapkan yang akan berujung pada kepuasan.

Kepuasan untuk mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima,

(46)

16

dan memelihara motivasi mahasiswa, dosen dapat menggunakan pemberian

penguatan (reinforcement) berupa pujian, pemberian kesempatan, dan lain

sebagainya. Motif kepuasan, yaitu dorongan yang dimiliki oleh mahasiswa untuk

memperoleh kepuasan atas hasil belajarnya.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Motivasi seseorang untuk memenuhi kebutuhannya dipengaruhi oleh

berbagai faktor. Hutagalung (2005) menyatakan bahwa, faktor fisiologi (umur,

jenis kelamin), faktor psikologis (aspirasi, sikap mental, pendidikan), faktor

sosiologis (lingkungan sosial budaya, latar belakang keluarga) turut menentukan

motivasi seseorang.

Menurut Hutagalung (2005), menggolongkan dua faktor yang berpengaruh

terhadap motivasi seseorang yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu

(internal) dan faktor yang bersumber dari luar diri individu (eksternal). Termasuk

ke dalam faktor internal ialah kemampuan atau keterampilan, tingkat pendidikan,

sikap dan sistem nilai yang dianut, pengalaman masa lampau, aspirasi atau

harapan masa depan, latar belakang sosial budaya, maupun persepsi individu

terhadap pekerjaannya. Faktor eksternal meliputi tuntutan kepentingan keluarga,

kehidupan kelompok, lingkungan kerja, maupun kebijaksanaan yang berkaitan

dengan pekerjaannya.

Sependapat dengan yang dikemukakan oleh Hutagalung (2005),

Suryabrata (2005) mengungkapkan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi belajar antara lain faktor internal pelajar dan faktor eksternal pelajar.

(47)

17

usia dan jenis kelamin, sedangkan faktor eksternal pelajar yaitu faktor yang

berasal dari luar pelajar, seperti lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial

pelajar.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan faktor-faktor

yang mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa yaitu faktor internal dan faktor

eksternal:

a. Faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam diri mahasiswa

Faktor internal dalam penelitian ini dibatasi pada karakteristik mahasiswa.

Menurut Bukit (2006) karakteristik mahasiswa terdiri dari data demografis seperti

usia dan jenis kelamin. Karakteristik mahasiswa yaitu ciri khas pribadi yang

dimiliki mahasiswa, meliputi:

i) Usia

Menurut Yulianti (2007), bahwa usia berpengaruh nyata terhadap Indeks

Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa S2. IPK mahasiswa yang berusia

muda lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang usianya lebih tua.

Untuk mendapatkan IPK yang tinggi dibutuhkan usaha yang keras, salah

satunya belajar dengan giat. Dimana dalam proses belajar tersebut harus

ada motivasi dari si mahasiswa tersebut.

ii) Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah identitas biologis, yang terdiri dari perempuan dan

laki-laki. Secara umum diasumsikan bahwa perempuan memiliki motif

berprestasi lebih rendah dibandingkan laki-laki, sehingga motivasi belajar

perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Menurut Maritza (2002), hal

(48)

18

dan anak perempuan. Maritza (2002), menjelaskan bahwa, anak laki-laki

didorong orang tua mereka untuk menampilkan keunggulan dan mereka

juga diberikan kebebasan lebih awal dibandingkan anak perempuan.

Sebaliknya, anak perempuan cenderung lebih banyak dibantu dan

diberikan perlindungan secara berlebihan oleh orang tua. Pola asuh seperti

ini tentunya akan menghambat motif berprestasi mereka, sehingga prestasi

anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan.

b. Faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa

Faktor eksternal terbagi menjadi dua, yaitu:

i) Faktor lingkungan sosial

Lingkungan sosial yang dimaksud di sini adalah hubungan antar manusia,

yaitu mahasiswa dengan dosen, mahasiswa dengan teman, mahasiswa

dengan keluarga, mahsiswa dengan komunitasnya. Lingkungan sosial

terdiri dari (Syah, 2006):

(a) Lingkungan sosial kampus, seperti dosen, staf, dan teman-teman dapat

mempengaruhi proses belajar seorang mahasiswa.

(b) Lingkungan sosial komunitas. Kondisi lingkungan tempat tinggal

mahasiswa akan mempengaruhi belajar mahasiswa.

(c) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi

kegiatan belajar.

ii) Faktor lingkungan non-sosial

Menurut Baharuddin dan Esa (2007), faktor-faktor lingkungan non-sosial

(49)

19

a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan

tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu

lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah

tersebut juga merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

aktivitas belajar siswa.

b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar seperti gedung sekolah,

alat-alat belajar, fasilitas belajar, dan lapangan olahraga, selain itu,

yang termasuk dalam faktor instrumental yaitu kurikulum sekolah,

peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus, dan lain

sebagainya.

c) Faktor materi pelajaran yang diajarkan kepada siswa hendaknya

disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan

metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan

siswa.

Lingkungan non-sosial yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada

faktor instrumental, yang digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu kenyamanan

ruang belajar dan alat serta bahan yang digunakan dalam proses belajar mengajar.

Lingkungan non-sosial dalam penelitian ini, dilihat dari sudut pandang mahasiswa

TPB.

Pandangan adalah penilaian seseorang mengenai sesuatu obyek tertentu

berdasarkan perasaannya sendiri (Chandra, 2004). Pandangan yang dimaksud

dalam penelitian ini yaitu penilaian mahasiswa TPB terhadap kenyamanan ruang

belajar dan kelengkapan alat serta bahan yang digunakan dalam proses belajar

(50)

20

2.1.4 Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

motivasi belajar seseorang. Menurut Zastrow dan Ashman (1987), faktor

lingkungan sosial yaitu kondisi, keadaan dan interaksi manusia yang berhubungan

dengan manusia. Dimensi lingkungan sosial menurut Zastrow dan Ashman

(1987), yaitu:

a. Transactions, yaitu interaksi seseorang dengan orang lain dalam

lingkungannya. Interaksi bersifat aktif dan dinamis.

b. Energy, yaitu kekuatan alami yang dimiliki seseorang untuk terlibat aktif

dengan lingkungannya.

c. Interface, merupakan poin penting dimana interaksi antara seseorang dengan

lingkungannya. Dengan kata lain interface ini merupakan penghubung dari

suatu interaksi, seperti bahan pembicaraan yang menyebabkan seorang

individu berinteraksi dengan individu lain.

d. Adaptation, menunjukkan pada kemampuan untuk menyesuaikan diri untuk

menyatu dengan kondisi lingkungan.

e. Coping, adalah bentuk manusia menyesuaian diri dan implikasinya suatu

perjuangan untuk mengatasi masalah. Bentuk penyesuaian ini ada yang

bersifat positif namun ada juga yang bersifat negatif.

f. Interdependence, menunjukkan hubungan kesalingtergantungan atau

kepercayaan dari setiap orang kepada orang lain.

Pandapat lain mengenai lingkungan sosial, Moos (1974) dikutip Orford

(51)

21

tipenya, lingkungan terbagi menjadi beberapa tipe, salah satunya yaitu

educational university student living groups, dilihat dari:

a. Dimensi hubungan, yang mana dalam dimensi ini melibatkan dukungan

emosi.

b. Dimensi perkembangan individu, seperti kebebasan, orientasi tradisi

sosial, persaingan akademik, prestasi, dan intelektualitas.

c. Dimensi sistem pemeliharaan dan sistem pergantian, seperti memerintah

dan organisasi, pengaruh pelajar, dan inovasi.

Menurut Ginting (2003), yang dimaksud lingkungan sosial disini termasuk

lingkungan pergaulan di kampus, rekan sepemondokan, dan masyarakat di

sekitarnya serta keluarga. Kampus adalah lingkungan sosial, di samping

lingkungan pendidikan. Kehidupan sosial yang sehat di kampus perlu dibina dan

dikembangkan. Keberhasilan dalam menjalin hubungan sosial sangat penting bagi

semua manusia, yang merupakan makhluk sosial. Kondisi itu sangat menunjang

keberhasilan secara keseluruhan (Ginting, 2003).

Syah (2006) membagi lingkungan sosial mahasiswa menjadi tiga, yaitu

lingkungan sosial kampus, lingkungan sosial komunitas di mana mahasiswa

tinggal, dan lingkungan sosial keluarga. Menurut Syah (2006), lingkungan sosial

yang lebih mempengaruhi kegiatan belajar mahasiswa yaitu keluarga.

Proses belajar mengajar erat sekali kaitannya dengan lingkungan atau

suasana dimana proses itu berlangsung. Meskipun prestasi belajar juga

(52)

22

pengaruh iklim kelas masih sangat penting.2 Hal ini beralasan karena ketika para

peserta didik belajar di ruang kelas, lingkungan kelas, baik itu lingkungan fisik

maupun lingkungan non-fisik kemungkinan mendukung mereka atau bahkan

malah mengganggu mereka.

Iklim yang kondusif antara lain dapat mendukung (1) interaksi yang

bermanfaat diantara peserta didik, (2) memperjelas pengalaman-pengalaman guru

dan peserta didik, (3) menumbuhkan semangat yang memungkinkan

kegiatan-kegiatan di kelas berlangsung dengan baik, dan (4) mendukung saling pengertian

antara guru dan peserta didik (Wati, 2007). Moos (1974) dikutip Wati (2007)

mengatakan bahwa iklim sosial juga mempunyai pengaruh yang penting terhadap

kepuasan peserta didik. Menurut Walberg (1979) dikutip Wati (2007), bahwa

prestasi belajar peserta didik ditentukan oleh banyak faktor seperti usia,

kemampuan dan motivasi, jumlah dan mutu pengajaran, lingkungan alamiah di

rumah dan kelas.

Menurut Sudrajat (2008), lingkungan sosial disebut sebagai iklim sekolah

telah terbukti memberikan pengaruh yang kuat terhadap pencapaian hasil-hasil

akademik siswa. Hubungan sosial antara siswa dengan guru yang mutualistik

merupakan unsur penting dalam kehidupan sekolah. Djiwandono (2006)

mengungkapkan bahwa, seorang guru dapat merangsang keingintahuan siswa

sehingga memberikan kesempatan kepada siswa supaya menjadi tahu adalah satu

hal yang penting untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Studi yang

dilakukan oleh Wentzel (1997) dikutip Sudrajat (2008) mengungkapkan bahwa

iklim sekolah memiliki hubungan yang positif dengan motivasi belajar siswa.

2

(53)

23

Berdasarkan pemaparan di atas, yang menjadi benang merah dari

pengertian lingkungan sosial yaitu lebih menekankan pada hubungan sosial.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan hubungan sosial yaitu hubungan

antara mahasiswa dengan dosen, hubungan antara mahasiswa dengan teman

sekelas, teman satu program studi, teman dekat, hubungan antara mahasiswa

dengan keluarga dan hubungan antara mahasiswa dengan komunitasnya di

asrama, seperti teman sekamar, kakak pembimbing di asrama (Senior

Resident/SR).

2.1.5 Aktivitas Belajar

Manusia selalu melakukan aktivitas dalam hidupnya. Aktivitas merupakan

kegiatan yang dilakukan sesorang, termasuk juga aktivitas dalam belajar.

Aktivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) diartikan sebagai

keaktifan, kegiatan, kesibukan. Kata aktivitas berasal dari bahasa Inggris dari kata

activity yang berarti kegiatan (Budiono, 1998).3 Aktivitas dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia Kontemporer berasal dari kata kerja yang berarti giat, rajin,

selalu berusaha, bekerja atau belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapat

prestasi yang gemilang.4

Cara untuk mendapatkan berbagai pengalaman belajar, para murid

mengikuti berbagai aktivitas yang terdapat di sekolah, seperti: mendengarkan,

membaca, menulis, menghitung, menggambar, mengobservasi, menjawab

pertanyaan, memanipulasi objek, dan sebagainya. Pada saat mengikuti

aktivitas-aktivitas tersebut dibutuhkan partisipasi aktif murid (Hafifah, 2005).

3

http://hemow.wordpress.com/2007/06/27/skripsi-bab-i-ii-iii/

4

(54)

24

Astin (1999) dikutip Hafifah (2005) mendefinisikan keterlibatan dengan

banyaknya energi fisik dan psikologis yang dicurahkan oleh murid terhadap

pengalaman akademis. Murid yang memiliki keterlibatan tinggi adalah murid

yang mencurahkan sebagian besar energinya untuk belajar, menghabiskan banyak

waktu di sekolah, berpartisipasi secara aktif dalam organisasi murid, dan sering

berinteraksi dengan murid lainnya dan orang-orang di lingkungan sekolahnya.

Teori keterlibatan dari Astin juga menekankan partisipasi aktif murid dalam

proses belajar.

Keaktifan peserta didik dalam menjalani proses belajar mengajar

merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan.5

Aktivitas merupakan asas yang terpenting dari asas-asas didaktik karena belajar

sendiri merupakan suatu kegiatan dan tanpa adanya kegiatan tidak mungkin

seseorang belajar.

Menurut Hafifah (2005) untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan murid

dalam aktivitas belajar di kelas perlu diketahui bagaimana aktivitas murid di

kelas. Adapun teori aktivitas belajar yang digunakan sebagai dasar penyusunan

alat ukur keterlibatan murid dalam aktivitas belajar di kelas, menurut Rosenshin

dan Srevens (n.d.) dikutip Hafifah (2005) ada dua tipe aktivitas belajar, yaitu

sebagai berikut:

1) Guided Practice Activity, yang mengacu pada aktivitas yang diarahkan oleh

guru, sementara murid mengulang atau mempraktekkan konsep atau

keterampilan baru. Guru mengecek apakah murid sudah memahami materi

serta memberi umpan balik. Guided practice activity melibatkan murid

5

(55)

25

dengan guru dan murid lainnya, dan biasanya membutuhkan bimbingan dari

guru, dalam aktivitas ini, murid meniru contoh yang ditunjukkan guru,

memberi respons terhadap pertanyaan, mempraktekkan keterampilan baru,

mendapat umpan balik secara langsung dan memperbaiki kesalahan sesuai

dengan petunjuk guru.

2) Independent work, yang mengacu pada tipe lain dari aktivitas belajar yang

dirancang untuk praktek mandiri, yang mendapat sedikit bimbingan dari guru.

Aktivitas ini memberikan kesempatan kepada murid untuk praktek mandiri,

konsolidasi, atau aplikasi dari materi yang telah dipelajari. Aktivitas ini

menuntut murid untuk memberi respons oral, menulis essai, menulis laporan,

membuat ringkasan atau resensi, membuat karya tulis sketsa, pencarian di

perpustakaan, atau melakukan eksperimen di laboratorium.

Belajar memerlukan suatu aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah

berbuat (Sardiman, 2006). Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan

kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas

merupakan prinsip atau dasar yang sangat penting dalam interaksi belajar

mengajar. Aktivitas tersebut tidak hanya dilakukan di dalam kelas saja oleh siswa,

tetapi juga harus dilakukan di luar kelas, kapan pun, dimana pun agar mendapat

prestasi yang baik. Terbiasa melakukan aktivitas belajar, seperti halnya aktif

mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, rajin belajar setiap waktu

tanpa ada harus menunggu disuruh, rajin membaca buku-buku yang berkaitan

dengan materi yang disampaikan oleh guru, rajin mencoba mengerjakan soal-soal

yang terdapat didalam buku, dan juga melakukan aktivitas lainnya untuk

(56)

26

aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik (Sardiman,

2006).

Jenis-jenis aktivitas dalam belajar, adalah sebagai berikut (Sardiman,

2006):

1) Visual activities, seperti: membaca, memperhatikan gambar demonstrasi,

percobaan, pekerjaan orang lain.

2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,

mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3) Listening activities, seperti: mendengarkan uraian, percakapan, diskusi,

musik, pidato.

4) Writing activities, seperti: menulis cerita, karangan, laporan, angket,

menyalin.

5) Drawing activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6) Motor activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi model,

mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7) Mental activities, seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal,

menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8) Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan, dapat dikatakan bahwa

aktivitas belajar adalah istilah yang mengacu pada keterlibatan mahasiswa dalam

mengikuti pelajaran di dalam kelas. Aktivitas belajar yang dilakukan mahasiswa

Gambar

Tabel 39. Indeks Prestasi Mahasiswa TPB Berdasarkan Kenyamanan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Hubungan Lingkungan Sosial dan Motivasi Belajar dalam
Tabel 4. Jumlah Responden Berdasarkan Mayor, 2008
Tabel 5. Matriks Analisis Data
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

UCAPAN TERIMAKASIH ... Latar Belakang Masalah ... Identifikasi dan Perumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Pengertian Pembelajaran Problem Solving

Faktor yang menentukan kehidupan manusia adalah Genre de Vie artinya: tipe proses produksi yang dipilih manusia dari kemungkinan-kemungkinan yang diberikan oleh tanah, iklim,

4.7 Menentukan komposisi campuran pasir silika dan volume pasir silika yang akan digunakan untuk membuat cetakan. 3.8

Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan model CTL media lingkungan dan model CTL

1. Hum, selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian. Sri Sutarni, M.Pd, selaku

Solusi dari ketidakmampuan mengatur keuangan akibat penghasilan yang tidak menentu yang dapat diberikan penulis adalah dengan mengenalkan koperasi pada keluarga

Mulai Form Penilaian Kinerja Form Penilaian Kinerja Fix Melakukan Penilaian Kinerja Pegawai JFT Hasil Penilaian Membuat Rekap Ulang Hasil Penilaian Tervalidasi Laporan Penilaian