• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TEMAN SEBAYA DAN CITRA TUBUH TERHADAP STATUS GIZI WANITA USIA SUBUR PRANIKAH DI MAN 1 LAMPUNG TENGAH KECAMATAN TERBANGGI BESAR, KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN TEMAN SEBAYA DAN CITRA TUBUH TERHADAP STATUS GIZI WANITA USIA SUBUR PRANIKAH DI MAN 1 LAMPUNG TENGAH KECAMATAN TERBANGGI BESAR, KABUPATEN LAMPUNG TENGAH"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

The Relationship of Peer Influence and Body Image to Nutritional Status of Premarital Reproductive Age Women at MAN 1 Central Lampung,

Terbanggi Besar, Lampung Tengah

By

Sutria Nirda Syati

Background: Based on Riskesdas 2013, the prevalence of overweight and emaciation on reproductive age women 16-18 years was 1.4% rose to 7.3%. and 8.9% rose to 9.4% respectively. Nutritional status issues could be affected by body image and peer influence.

Objective: To determine the relationship of peer influence to the nutritional status and the relationship of body image to nutritional status.

Method: This study was a cross sectional study conducted in October-November 2016 at MAN 1 of Central Lampung. Respondents was reproductive age women on range of 15-18 years old, able to communicate, unmarried, has no chronic illness, and not pregnant. The total of respondents were 115 students that obtained by unpaired categorical comparative analytic formula. The variables were body image, peer influence, and nutritional status. Body image was measured by Body Shape Questionnaire, peers influence was measured by Peer Influence Scale and nutritional status was obtained from body mass index. The data were analyzed in univariate and bivariate by using Chi Square and Fisher Exact.

Results: Based on univariate analysis, the results were 64.3% of respondents with normal nutritious, 22.6% with over nutritious and 13.1% with less nutritious. On body image analysis found 73.9% of respondents feeling satisfied and 26.1% unsatisfied. On peers influence analysis found 89.4% of respondents were not influenced and 10.4% of respondents were influenced. Based on bivariate analysis, there was relationship between body image and nutritional status (p = 0.001), while there wasn’t relationship between peer influence and nutritional status (p = 0.517).

Conclusion: There was a significant relationship between body image on the nutritional status of women of prenuptial childbearing women, whereas there was no significant relationship between peers on the nutrional status.

(2)

ABSTRAK

Hubungan Teman Sebaya dan Citra Tubuh terhadap Status Gizi Wanita Usia Subur Pranikah di MAN 1 Lampung Tengah

Oleh

Sutria Nirda Syati

Latar Belakang: Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi kegemukan dan kekurusan pada wanita usia subur (WUS) berumur 16-18 tahun mengalami kenaikan dari 1,4% menjadi 7,3% pada kegemukan dan 8,9% menjadi 9,4% pada kekurusan. Hal ini terjadi karena terdapat faktor yang dapat mempengaruhi status gizi yaitu citra tubuh dan teman sebaya.

Tujuan: Untuk mengetahui hubungan teman sebaya terhadap status gizi dan hubungan citra tubuh terhadap status gizi.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian dengan disain cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2016 di MAN 1 Lampung Tengah. Responden merupakan WUS dengan rentang usia 15-18 tahun, belum menikah, dapat berkomunikasi dengan baik, tidak menderita penyakit kronis dan tidak hamil. Responden berjumlah 115 responden yang didapatkan dengan rumus analitik komparatif kategorik tidak berpasangan. Pada penelitian ini terdapat 3 variabel yaitu citra tubuh, teman sebaya, dan status gizi. Variabel citra tubuh diukur dengan Body Shape Questionnaire-34, variabel teman sebaya diukur dengan Peer Influence Scale, dan variabel status gizi diukur dengan indeks masa tubuh. Data yang terkumpul dianalisis secara univariat dan bivariat dengan Chi Square dan Fisher Exact.

Hasil: Berdasarkan analisis univariat didapatkan gambaran status gizi sebanyak 64.3% bergizi normal, 22.6% bergizi lebih dan 13.1% bergizi kurang. Pada gambaran citra tubuh, didapatkan 73.9% puas dan 26.1% tidak puas. Pada gambaran teman sebaya didapatkan 89.4% tidak berpengaruh dan 10.4% berpengaruh. Berdasarkan analisis bivariat, terdapat hubungan antara citra tubuh dan status gizi (p = 0.001) dan tidak terdapat hubungan antara teman sebaya dan status gizi (p = 0.517).

Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara citra tubuh terhadap status gizi wanita usia subur pranikah, sedangkan tidak terdapat hubungan bermakna antara teman sebaya terhadap status gizi.

(3)

HUBUNGAN TEMAN SEBAYA DAN CITRA TUBUH TERHADAP STATUS GIZI WANITA USIA SUBUR PRANIKAH DI MAN 1 LAMPUNG TENGAH KECAMATAN TERBANGGI BESAR, KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2017

(Skripsi)

Oleh

(4)

HUBUNGAN TEMAN SEBAYA DAN CITRA TUBUH TERHADAP STATUS GIZI WANITA USIA SUBUR PRANIKAH DI MAN 1 LAMPUNG

TENGAH, KECAMATAN TERBANGGI BESAR, KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh Sutria Nirda Syati

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(5)

ABSTRACT

The Relationship of Peer Influence and Body Image to Nutritional Status of Premarital Reproductive Age Women at MAN 1 Central Lampung,

Terbanggi Besar, Lampung Tengah

By

Sutria Nirda Syati

Background: Based on Riskesdas 2013, the prevalence of overweight and emaciation on reproductive age women 16-18 years was 1.4% rose to 7.3%. and 8.9% rose to 9.4% respectively. Nutritional status issues could be affected by body image and peer influence.

Objective: To determine the relationship of peer influence to the nutritional status and the relationship of body image to nutritional status.

Method: This study was a cross sectional study conducted in October-November 2016 at MAN 1 of Central Lampung. Respondents was reproductive age women on range of 15-18 years old, able to communicate, unmarried, has no chronic illness, and not pregnant. The total of respondents were 115 students that obtained by unpaired categorical comparative analytic formula. The variables were body image, peer influence, and nutritional status. Body image was measured by Body Shape Questionnaire, peers influence was measured by Peer Influence Scale and nutritional status was obtained from body mass index. The data were analyzed in univariate and bivariate by using Chi Square and Fisher Exact.

Results: Based on univariate analysis, the results were 64.3% of respondents with normal nutritious, 22.6% with over nutritious and 13.1% with less nutritious. On body image analysis found 73.9% of respondents feeling satisfied and 26.1% unsatisfied. On peers influence analysis found 89.4% of respondents were not influenced and 10.4% of respondents were influenced. Based on bivariate analysis, there was relationship between body image and nutritional status (p = 0.001), while there wasn’t relationship between peer influence and nutritional status (p = 0.517).

Conclusion: There was a significant relationship between body image on the nutritional status of women of prenuptial childbearing women, whereas there was no significant relationship between peers on the nutrional status.

(6)

ABSTRAK

Hubungan Teman Sebaya dan Citra Tubuh terhadap Status Gizi Wanita Usia Subur Pranikah di MAN 1 Lampung Tengah

Oleh

Sutria Nirda Syati

Latar Belakang: Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi kegemukan dan kekurusan pada wanita usia subur (WUS) berumur 16-18 tahun mengalami kenaikan dari 1,4% menjadi 7,3% pada kegemukan dan 8,9% menjadi 9,4% pada kekurusan. Hal ini terjadi karena terdapat faktor yang dapat mempengaruhi status gizi yaitu citra tubuh dan teman sebaya.

Tujuan: Untuk mengetahui hubungan teman sebaya terhadap status gizi dan hubungan citra tubuh terhadap status gizi.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian dengan disain cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2016 di MAN 1 Lampung Tengah. Responden merupakan WUS dengan rentang usia 15-18 tahun, belum menikah, dapat berkomunikasi dengan baik, tidak menderita penyakit kronis dan tidak hamil. Responden berjumlah 115 responden yang didapatkan dengan rumus analitik komparatif kategorik tidak berpasangan. Pada penelitian ini terdapat 3 variabel yaitu citra tubuh, teman sebaya, dan status gizi. Variabel citra tubuh diukur dengan Body Shape Questionnaire-34, variabel teman sebaya diukur dengan Peer Influence Scale, dan variabel status gizi diukur dengan indeks masa tubuh. Data yang terkumpul dianalisis secara univariat dan bivariat dengan Chi Square dan Fisher Exact.

Hasil: Berdasarkan analisis univariat didapatkan gambaran status gizi sebanyak 64.3% bergizi normal, 22.6% bergizi lebih dan 13.1% bergizi kurang. Pada gambaran citra tubuh, didapatkan 73.9% puas dan 26.1% tidak puas. Pada gambaran teman sebaya didapatkan 89.4% tidak berpengaruh dan 10.4% berpengaruh. Berdasarkan analisis bivariat, terdapat hubungan antara citra tubuh dan status gizi (p = 0.001) dan tidak terdapat hubungan antara teman sebaya dan status gizi (p = 0.517).

Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara citra tubuh terhadap status gizi wanita usia subur pranikah, sedangkan tidak terdapat hubungan bermakna antara teman sebaya terhadap status gizi.

(7)
(8)
(9)
(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sungailiat, Bangka Belitung pada 20 Maret 1995 sebagai

anak tunggal dari pasangan Bapak Agus Ferriadi dan Ibu Elya Farida.

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Aisyah Palembang, SD 19

Pangkalpinang, SMP Negeri 2 Pangkalpinang, dan SMA 1 Pemali. Pada saat

SMA, penulis pernah melakukan pertukaran pelajar di Washington D.C, Amerika

Serikat selama satu tahun. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung pada tahun 2013 melalui jalur ujian Seleksi

Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Selama menjadi

mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum Anatomi periode

2015/2016. Penulis aktif menjadi pengurus organisasi di Badan Eksekutif

Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran Universitas Lampung sebagai sekretaris

dinas pengabdian masyarakat periode 2014/2015, Perhimpunan Tim Bantuan

Medis Mahasiswa Kedokteran Indonesia (PTBMMKI) sebagai kepala staff

administrasi organisasi periode 2015/2016, Forum Studi Islam (FSI) Ibnu Sina

periode 2013/2015 sebagai anggota bidang akademik, PMPATD PAKIS sebagai

anggota tetap divisi diklat, dan LUNAR sebagai anggota bidang ilmiah.

Penulis merupakan Mahasiswa Berprestasi Utama Universitas Lampung pada

tahun 2016 dan penerima hibah PKM-Penelitian pada tahun 2015. Selain itu,

penulis juga merupakan penerima beasiswa Djarum Foundation (angkatan 31)

(11)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu

tercurahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W.

Skripsi dengan judul “Hubungan Teman Sebaya dan Citra Tubuh Terhadap

Status Gizi Wanita Usia Subur Pranikah di MAN 1 Lampung Tengah, Kecamatan

Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah ” adalah salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas

Lampung.

2. Dr. dr. Muhartono, M.Kes, Sp.PA, selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung.

3. dr. Dian Isti Angraini, M.P.H, selaku Pembimbing Utama yang selalu

bersedia menyempatkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, memberi

masukan dan nasihat selama proses penyelesaian penelitian serta ilmu yang

begitu bermanfaat selama tiga setengah tahun ini.

4. Dr. dr. Asep Sukohar, M.Kes selaku Pembimbing Kedua atas kesediannya

untuk meluangkan waktu untuk membimbing dalam penyusunan skripsi dan

menjadi inspirator saya untuk terus berkarya

5. dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K), selaku Pembahas untuk masukan dan

(12)

6. dr. Oktadoni Saputra, M.MedEd., selaku Pembimbing Akademik yang selalu

bersedia dalam mendengar curahan dan memberi nasihat demi kebaikan

akademik selama menempuh masa pre klinik.

7. Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, seluruh guru dan adik-adik MAN 1

Lampung Tengah yang membantu dalam penelitian ini. Penelitian ini dapat

dirampungkan karena jasa kalian.

8. Ibunda tercinta, Elya Farida. Terimakasih untuk kekhusyu’an doa yang

mengalir dalam setiap kesempatan, nasihat, bimbingan, dan kasih sayang

yang tak pernah putus.

9. Ayahanda, Agus Ferriadi. Terimakasih untuk kebaikan, kedamaian, usaha

yang dikerahkan, dan doa.

10. Seluruh Civitas Akademika FK Unila atas ilmu, pengalaman berharga, dan

kelancaran yang telah diberikan kepada penulis.

11. Mas Jatun, terimakasih untuk selalu sabar dan membantu dalam menghadapi

setiap proses yang saya hadapi.

12. Teman-teman terdekat tarin, amal, ica, widi, tiffany, salsa, neza, kitin yang

selalu setia mendukung; partner bisnis tourniquet terkeren se-BDL yaitu

faridah dan nisa; kelompok wanita subur, meti meriska, mentari; dan cah

seminung are, fitri, oci, ayu dan intan.

13. Sahabat-sahabat angkatan 2013 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Terimakasih atas kebersamaan dan kerja sama dalam mengemban ilmu.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Akan tetapi, sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Januari 2017

Penulis

(13)

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI……… DAFTAR TABEL……… DAFTAR GAMBAR………... DAFTAR LAMPIRAN……… DAFTAR SINGKATAN……….

BAB 1 PENDAHULUAN………...

1.1Latar Belakang………..

1.2Rumusan Masalah……….

1.3Tujuan Penelitian………..

1.4Manfaat Penelitian………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wanita Usia Subur ………..………. 2.2 Gizi WUS……….. 2.3 Status Gizi………. 2.3.1 Definisi Status Gizi………. 2.3.2 Penilaian Status Gizi………... 2.3.3 Klasifikasi Status Gizi.……… 2.3.4 Faktor yang Memengaruhi Status Gizi..………... 2.4 Teman Sebaya………... 2.4.1 Definisi Teman Sebaya………... 2.4.2 Karakteristik Pertemanan……… 2.4.3 Fungsi Pertemanan……….. 2.4.4 Instrumen Penelitian Teman Sebaya ……….. 2.5 Citra Tubuh………...

2.5.1 Definisi Citra Tubuh………... 2.5.2 Aspek-aspek Citra Tubuh……… 2.5.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Citra Tubuh………….. 2.4.4 Instrumen Penelitian Citra Tubuh….……….. 2.6 Hubungan Teman Sebaya dengan Status Gizi……….. 2.7 Hubungan Citra Tubuh dengan Status Gizi……….. 2.8 Kerangka Teori……….. 2.9 Kerangka Konsep……….. 2.10 Hipotesis………..

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Disain Penelitian………... 3.2 Tempat dan Waktu……… 3.3 Populasi dan Sampel………. 3.3.1 Populasi………... 3.3.2 Sampel………. 3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel………. 3.4 Variabel Penelitian………

(14)

3.4.1 Variabel Dependen……….. 3.4.2 Variabel Independen………... 3.5 Definisi Operasional……….. 3.6 Teknik Pengumpulan Data……… 3.6.1 Data………. 3.6.2 Instrumen Penelitian………... 3.6.3 Teknik Penilaian/Skoring……… 3.7 Analisis Data………. 3.8 Etika Penelitian……….

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian………... 4.1.1 Analisis Univariat……… 4.1.2 Analisis Bivariat…...……… 4.2 Pembahasan……...……… 4.2.1 Analisis Univariat………... 4.2.2 Analisis Bivariat……….. 4.3 Keterbatasan Penelitian……….

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Kebutuhan Gizi Wanita Usia Subur

2 Kategori IMT WUS Dewasa berdasarkan WHO 3 Kategori IMT WUS Remaja berdasarkan CDC 4 Definisi Operasional

5.Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden 6.Distribusi Frekuensi Citra Tubuh

7.Distribusi Frekuensi Teman Sebaya

8.Tabulasi Silang Citra Tubuh Terhadap Status Gizi 9.Tabulasi Silang Teman Sebaya Terhadap Status Gizi

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Kerangka Teori 2 Kerangka Konsep 3 Alur Penelitian

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. SOP Penimbangan Berat Badan

2. SOP Pengukuran Tinggi Badan

3. Informed Consent

4. Lembar Identitas Responden

5. Kuesioner Peer Influence Scale

6. Kuesioner Body Shape Questionnaire

7. Sertifikat Kalibrasi Alat Pengukur

8. Surat Lolos Kaji Etik

9. Surat Penelitian

10.Dokumentasi

(18)

DAFTAR SINGKATAN

BSQ-34 = Body Shape Questionnaire-34

BBLR = Berat badan lahir rendah

PIS = Peer Influence Scale

IMT = Indeks masa tubuh

WUS = Wanita usia subur

BKKBN = Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

RISKESDAS = Riset Kesehatan Dasar

WHO = World Health Organization

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wanita usia subur (WUS) didefinisikan oleh Kementerian Kesehatan RI

sebagai wanita yang berada dalam periode umur antara 15-49 tahun dengan

jumlah sebanyak 66.326.200 jiwa pada tahun 2010. Kesehatan WUS pranikah

merupakan gerbang awal peningkatan mutu kesehatan reproduktif masyarakat

diawali dengan memiliki status gizi yang baik. Kualitas generasi penerus akan

ditentukan oleh kondisi kesehatan ibunya sejak sebelum dan selama hamil karena

akan berkaitan erat dengan kualitas kehamilan dan bayi yang dilahirkan (BKKBN,

2011).

Sebuah penelitian kohort pada wanita di Cina menunjukkan bahwa indeks

massa tubuh (IMT) wanita pranikah yang tergolong sangat kurus/severely

underweight (≤ 18,5 kg/m2) akan berdampak buruk pada pertumbuhan janin dan

berisiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dua kali

lebih besar dibandingkan dengan wanita yang memiliki IMT normal (19,8 ≤

IMT< 23 kg/m2) (Kristenten, 2005). Kelebihan berat badan dan obesitas pada

WUS pranikah juga cenderung memberikan dampak negatif yaitu penambahan

(20)

2

sangat berkaitan erat dengan kejadian diabetes melitus gestasional, hipertensi, dan

makrosomia sehingga status gizi wanita usia subur pranikah yang tidak normal

merupakan faktor risiko terjadinya gangguan pada saat kehamilan (Erica, 2009).

Wanita usia subur pranikah terbagi menjadi dua kategori yaitu usia remaja

dan usia dewasa. Pada usia remaja terjadi perubahan biologis secara dramatis dan

pada usia tersebut, remaja sangat memperhatikan bentuk dan ukuran tubuh. Hal

ini dikarenakan adanya objektifikasi diri sebagai konsekuensi psikologis dari

konsep perempuan ideal yang berkembang di masyarakat. Objektifikasi diri

merupakan penilaian terhadap citra tubuh yang memengaruhi wanita untuk

memperlakukan dirinya sebagai objek yang diamati dan dievaluasi (Fredrickson,

1977). Apabila individu dapat memenuhi kriteria penampilan ideal, maka individu

tersebut menyakini mendapatkan pengakuan sosial dari masyarakat dan

menimbulkan perasaan berharga. Hal ini menyebabkan wanita, terutama remaja

berusaha untuk mencapai bentuk tubuh yang ideal tersebut, sehingga berdampak

pada perubahan pola makan dan menghasilkan status gizi tidak ideal bagi

kesehatan (Prichard dan Tiggemann, 2008).

Usia remaja sangat rentan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Dalam

suatu penelitian kohort dengan sampel remaja putri didapatkan bahwa terjadi

perubahan fokus dari keluarga atau orangtua ke teman sebaya terhadap pemilihan

makanan (Edelman dan Mandle, 2010). Selain itu, terdapat pengaruh teman

sebaya terhadap aktivitas fisik dan kebiasaan makan seperti melewatkan sarapan,

diet rendah sayuran dan buah, makan di restoran cepat saji serta makan makanan

(21)

3

pemain sosial yang berkontribusi membentuk persepsi dan perilaku makan (Ali,

2011).

Indonesia saat ini mengalami beban gizi ganda. Hal tersebut ditunjukkan

dengan peningkatan prevalensi kekurusan dan kegemukan yang terjadi secara

bersamaan. Prevalensi kekurusan pada WUS kategori remaja mengalami kenaikan

dari 8,9% menjadi 9,4%, dan prevalensi kegemukan juga mengalami kenaikan

dari 1,4% menjadi 7,3%. Di provinsi lampung, prevalensi status gizi kurang yang

cukup tinggi sebesar 6,4% dan angka KEK terbesar terdapat di Kabupaten

Lampung Tengah yaitu 22.6%. Lampung Tengah adalah kabupaten dengan

penduduk terbanyak di Provinsi Lampung dan memiliki penduduk perempuan

sebanyak 601.970 jiwa (Riskesdas, 2013).

Permasalahan gizi, khususnya pada remaja, merupakan hal yang sangat

kompleks dikarenakan banyaknya faktor yang memengaruhi kondisi gizi.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian menujukkan bahwa faktor yang sangat

memengaruhi perilaku makan WUS dengan usia remaja adalah teman sebaya dan

citra tubuh.

Selain dari faktor yang memengaruhi status gizi, landasan kertertarikan

peneliti adalah tempat penelitian di Lampung Tengah. Kabupaten Lampung

Tengah merupakan kabupaten dengan penduduk WUS terbanyak di Provinsi

Lampung dan MAN 1 Lampung Tengah merupakan madrasah setara sekolah

menengah atas terbesar di kabupaten tersebut, sehingga diharapkan dapat

(22)

4

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini, antara lain:

1. Bagaimana gambaran status gizi, teman sebaya dan citra tubuh pada WUS

pranikah di MAN 1 Lampung Tengah?

2. Apakah ada hubungan teman sebaya terhadap status gizi pada WUS pranikah

di MAN 1 Lampung Tengah?

3. Apakah ada hubungan citra tubuh terhadap status gizi pada WUS pranikah di

MAN 1 Lampung Tengah?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan teman sebaya dan

citra tubuh terhadap status gizi pada WUS pranikah di MAN 1 Lampung Tengah

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, antara lain:

1. Mengetahui gambaran status gizi, teman sebaya dan citra tubuh pada WUS

pranikah di MAN 1 Lampung Tengah.

2. Mengetahui hubungan teman sebaya terhadap status gizi pada WUS pranikah

di MAN 1 Lampung Tengah.

3. Mengetahui hubungan citra tubuh terhadap status gizi pada WUS pranikah di

MAN 1 Lampung Tengah.

1.4. Manfaat Penelitian

(23)

5

1.4.1.Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti

melalui pengalaman dan penerapan ilmu yang bermanfaat di komunitas.s

1.4.2.Bagi Institusi Pendidikan.

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi kepustakaan

mengenai faktor yang mempengaruhi status gizi dan kesehatan reproduksi pada

WUS.

1.4.3.Bagi Dinas Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang bermanfaat

sehingga menjadi masukan dalam peningkatan program gizi dan kesehatan

reproduksi yang ditargetkan pada WUS.

1.4.4.Bagi Subyek

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kompensasi kepada subjek

melalui gambaran dan penambahan wawasan mengenai peran teman sebaya dan

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wanita Usia Subur (WUS)

Wanita usia subur adalah wanita berusia antara 15-49 tahun yang berada

dalam masa reproduksi, ditandai dengan timbulnya haid yang pertama kali

(menarche), dan diakhiri dengan masa menopause (BKKBN, 2011). Gejala

menstruasi merupakan pertanda biologis dari kematangan seksual pada wanita yang

menunjukkan bahwa wanita telah siap menjalani fungsi reproduksinya, sedangkan

menopause adalah masa berhentinya menstruasi secara permanen akibat berhentinya

aktivitas folikel dalam ovarium (WHO, 2009).

Keadaan organ reproduksi WUS dapat berfungsi baik dan sempurna pada

kisaran umur 20-35 tahun. Perkembangan wanita usia subur berlangsung lebih cepat

daripada pria. Puncak kesuburan WUS berada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada

rentang usia ini, wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-an

tahun, presentasenya menurun menjadi 90%, sedangkan saat memasuki usia 40 tahun,

kesempatan hamil berkurang menjadi 40%. Setelah usia 40 tahun, wanita mengalami

penurunan sistem reproduksi secara fungsional menjadi 10% (WHO, 2009).

WUS pranikah dibagi kedalam dua kategori yaitu usia remaja (rentang usia

15-18 tahun) dan usia dewasa. Remaja merupakan usia peralihan dari masa

(25)

7

organ-organ dalam tubuh, sedangkan pada usia dewasa merupakan masa tercapainya

kematangan fisik dan terhentinya proses pertumbuhan (WHO, 2009).

Wanita usia subur dengan rentang 15-18 tahun berada dalam periode dimana

nutrisi merupakan hal yang sangat penting. Dalam periode ini terjadi peningkatan

dramatis dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik. WUS akan mengalami

kenaikan berat badan dan peningkatan tinggi badan secara signifikan sehingga

kebutuhan nutrisi meningkat dan memerlukan asupan gizi yang adekuat. Selain itu,

terdapat perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan yang dapat mempengaruhi

asupan nutrisinya. Hal ini berbeda dengan WUS dewasa, kebutuhan nutrisi secara

langsung lebih bergantung pada aktivitas fisik karena proses pertumbuhan sudah

terhenti. Pemenuhan kebutuhan nutrisi tersebut menjadi konstan dan digunakan untuk

mempertahankan fungsi tubuh yang optimal. (WHO, 2006).

2.2 Gizi WUS

Gizi merupakan proses menggunakan makanan yang dikonsumsi untuk

pertumbuhan, perkembangan fungsi organ-organ, dan menghasilkan energi. Manusia

membutuhkan asupan makanan untuk mempertahankan hidup guna menunjang proses

pertumbuhan dan melakukan aktivitas harian. Dalam makanan tersebut mengandung

karbohidrat, lemak dan protein yang digunakan sebagai sumber energi untuk kegiatan

tersebut. (Irianto, 2014).

(26)

8

Tabel 1. Kebutuhan Gizi Wanita Usia Subur

Zat Gizi

Wanita Usia Subur

15-18 tahun 19-29 tahun 30-45 tahun

Energy (kkal) 2200 1900 1800

Protein (g) 55 50 50

Vitamin A (RE) 600 500 500

Vitamin D (µg) 5 5 5

Vitamin E (mg) 15 15 15

Vitamin K (µg) 55 55 55

Tiamin (mg) 1,1 1,0 1,0

Riboflavin (mg) 1,0 1,1 1,1

Asam folat (µg) 400 400 400

Piridoksin (mg) 1,2 1,3 1,3

Vitamin B12 (µg) 2,4 2,4 2,4

Vitamin C (mg) 75 75 75

Kalsium (mg) 1000 800 800

Fosfor (mg) 1000 600 600

Magnesium (mg) 240 250 250

Besi (mg) 26 26 26

Yodium (µg) 150 150 150

Seng (mg) 14 9,3 9,8

Selenium (µg) 30 30 30

Mangan (mg) 1,6 1,8 1,8

(27)

9

2.2.1 Karbohidrat

Karbohidrat adalah senyawa kompleks yang menjadi sumber energi utama

untuk tubuh. Karbohidrat terdiri dari dua jenis yaitu karbohidrat sederhana dan

karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana adalah makanan yang mengandung

gula, misalnya buah-buahan, susu, dan semua makanan yang manis, sedangkan

karbohidrat kompleks berasal dari biji-bijian, padi dan sayuran. Fungsi utama

karbohidrat adalah sebagai sumber energi; sebagian untuk otot dan otak, fungsi

lainnya berguna untuk cadangan energi, pengatur metabolisme lemak, dan

pembangun struktur sel. Kekurangan karbohidrat berdampak adanya gangguan proses

metabolisme dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti marasmus, kekurangan

energi protein. Namun, asupan karbohidrat yang melebihi kebutuhan juga tubuh dapat

menyebabkan kelebihan berat badan atau gemuk. Kelebihan berat badan berisiko

menderita diabetes melitus dan masalah kesehatan yang lain (Gibney, 2009).

2.2.2 Protein

Protein adalah senyawa kompleks yang terdiri dari asam amino. Protein

berdasarkan sumber ada dua yaitu protein hewani dan protein nabati. Protein hewani

lebih tinggi nilai biologi protein dari pada protein nabati. Protein mempunyai

beberapa fungsi penting yang dibutuhkan tubuh, antara lain: 1) pertumbuhan dan

pemeliharaan jaringan, 2) salah satu penghasil energi, 3) merupakan bagian dari

enzim dan antibodi, 4) mengangkut zat gizi, dan 5) mengatur kesimbangan air.

Protein tidak dapat berfungsi baik dalam tubuh dalam tubuh tanpa kecukupan sumber

energi yang lain seperti karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral (Fatmah, 2007).

2.2.3 Lemak

Lemak merupakan sumber energi tertinggi (9 kkal per gram) dibandingkan

(28)

10

lemak hewani. Konsumsi lemak total sehari dianjurkan sebanyak 20-30% kecukupan

energi sehari. Fungsi lemak yang lain adalah menghasilkan asam linolenat dan

linoleat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan fungsi normal jaringan, membantu

transportasi dan absorbsi vitamin A, D, E, dan K, sebagai bantalan organ tubuh

tertentu, dan membantu memelihara suhu tubuh serta mencegah kehilangan panas

tubuh secara cepat (Khomsan, 2003).

2.2.4 Vitamin dan Mineral

Vitamin adalah bahan organik kompleks yang umumnya dibutuhkan dalam

jumlah sedikit dan tidak bisa dibentuk di dalam tubuh sehingga harus dipenuhi dari

makanan. Secara garis besar, vitamin terbagi menjadi dua, yaitu vitamin yang larut

dalam lemak dan vitamin larut dalam air. Vitamin larut dalam lemak yaitu vitamin A,

D, E, dan K, sedangkan vitamin larut dalam air, yaitu vitamin B dan C. Mineral

merupakan bagian tubuh yang memegang peranan dalam pemeliharaan fungsi tubuh,

baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi organ secara keseluruhan.

Mineral juga berperan dalam pembentukan tulang dan gigi serta berbagai tahap

metabolisme terutama dalam kofaktor dalam aktifitas enzim-enzim (Gibney, 2009).

2.3 Status Gizi

2.3.1 Definisi Status Gizi

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi individu

dengan melihat perhitungan tertentu dari berat badan dan tinggi badan. Status

kesehatan seseorang dapat dilihat melalui status gizi yang merupakan hasil dari

(29)

11

2.3.2 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi merupakan upaya menginterpretasikan semua informasi

yang diperoleh melalui penilaian antropometri, konsumsi makanan, biokimia dan

klinik. Penilaian status gizi terbagi menjadi dua, yakni penilaian status gizi secara

langsung dan tak langsung. Penilaian status gizi langsung dilakukan dengan cara

antropometri, biofisik, biokimia dan klinis. Penilaian status gizi tak langsung dengan

survey konsumsi makan, perhitungan statistik dan ekologi (Irianto, 2014).

Pengukuran secara langsung yang paling sering digunakan adalah

antropometri. Salah satu pengukuran antropometri adalah indeks massa tubuh (IMT).

Indeks masa tubuh merupakan media sederhana untuk mengetahui status gizi orang

dewasa khususnya yang berkaitan dengan berat badannya tergolong kurang, normal,

atau lebih. Penilaian IMT menggunakan dua parameter yaitu, berat badan yang

merupakan salah satu parameter massa tubuh yang paling sering digunakan yang

dapat mencerminkan jumlah dari beberapa zat gizi seperti protein, lemak, air dan

mineral dan tinggi badan yang menjadi ukuran panjang dan dapat merefleksikan

pertumbuhan skeletal (Almatsier, 2011). Hasil interpretasi untuk WUS dewasa dapat

dilihat pada tabel 2 :

!"#=

!"#$%!"#"$(!"(

!"#$$"!"#"$ ! !!"#$$"!"#"$(!(

Tabel 2 Kategori IMT WUS Dewasa Berdasarkan WHO untuk Orang Asia

Kategori IMT (kg/m2)

Underweight <18,5

Normal 18,5 – 23,00

Overweight 23,00 – 25,00

Preobese 25,00 – 30,00

Obesitas >30,00

(30)

12

[image:30.595.83.494.127.204.2]

Hasil interpretasi untuk WUS remaja dapat dilihat pada tabel 3 :

Tabel 3 Kategori IMT WUS Remaja Berdasarkan CDC

Kategori IMT (kg/m2)

Underweight <5th percentile

Normal 5th – <85th percentile

Overweight 85th – 95th percentile

Preobese >95th percentile

Sumber: CDC, 2000

2.3.3 Klasifikasi Status Gizi

2.3.3.1 Gizi Baik

Status gizi baik atau biasanya disebut status gizi normal dengan IMT

pada kisaran 18,5 hingga 23,00 kg/m2 pada dewasa dan kisaran 5th – <85th

percentile pada remaja, merupakan tingkat kesehatan dimana keadaan

kesehatan seseorang, ditinjau dari sisi kecukupan gizinya berada pada kondisi

yang normal. Apabila kesehatan tubuh berada pada tingkat gizi baik maka

seseorang dapat beraktivitas dengan optimal yang akan mempengaruhi tingkat

produktivitasnya (Almatsier, 2011).

2.3.3.2 Gizi Kurang

Gizi kurang merupakan kondisi dimana seorang tidak mendapatkan

asupan yang adekuat. Hal ini dapat diukur melalui lingkar lengan, rasio tinggi

badan dan berat badan dengan IMT di bawah 18,5 kg/m2 pada dewasa dan <5th

percentile pada remaja. Gizi kurang cukup mengkhawatirkan karena dapat

berdampak buruk pada kesehatan, menurunkan produtivitas tubuh. Salah satu

contoh kondisi gizi kurang adalah KEK, yang akan sangat membahayakan jika

diidap oleh wanita karena para calon ibu tersebut turut menentukan masa

(31)

13

2.3.3.3 Gizi Lebih

Gizi lebih adalah berat badan yang relatif berlebihan dengan tinggi

badan sebagai akibat terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan dalam

jaringan lemak tubuh. Seseorang dewasa dikatakan bergizi lebih jika memiliki

IMT melebihi 23,00 kg/m2 pada dewasa dan >85th percentile pada remaja.

Obesitas merupakan bagian dari gizi lebih dengan kondisi abnormal atau

kelebihan lemak yang serius dalam jaringan adipose sedemikian sehingga

mengganggu kesehatan. Pada wanita usia subur yang memiliki gizi lebih dapat

berdampak tidak baik karena tinggi risiko untuk terkena diabetes, hipertensi

dan komplikasi lainnya saat kehamilan (Almatsier, 2011).

2.3.4 Faktor yang Memengaruhi Status Gizi

Ada dua faktor yang mempengaruhi status gizi, yaitu faktor langsung dan

faktor tidak langsung. Faktor langsung dipengaruhi oleh faktor individu, asupan

makanan dan kondisi kesehatan seseorang seperti ada tidaknya penyakit infeksi,

serta kekebalan tubuh. Sedangkan faktor tidak langsung dipengaruhi oleh faktor

sosial ekonomi dan lingkungan (Supariasa, 2002).

2.3.4.1 Faktor Individu

Ada beberapa aspek yang masuk ke faktor individu yaitu faktor

biologis, psikologis, citra tubuh dan laju basal metabolik. Setiap orang

mempunyai pola makanan tersendiri disebabkan cara hidup dan faktor

lingkungan tersendiri. Contoh dari segi psikologis, terjadinya kenaikan berat

badan saat menghadapi situasi stres yang tinggi, kematian orang tua, penyakit

kronik dan depresi mental sehingga memunculkan perubahan pola makan

dapat menjadi berlebihan untuk menghilangkan stress atau sebaliknya. Laju

(32)

14

hal ini menentukan seberapa energi yang dibutuhkan per harinya. Basal

metabolik ini dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia individu dan aktivitas fisik

yang dilakukan dalam kesehariannya (Guyton, 2008).

WUS remaja yang mempunyai perilaku makan negatif dikaitkan

dengan citra tubuh yang dimiliki. Individu merasa tidak puas dengan

penampilannya sendiri. Mereka menginginkan penampilan yang ideal seperti

bintang film, penyanyi dan model. Suatu studi di AS mengenai body image

pada remaja putri menunjukkan bahwa 70% subjek mengungkapkan keinginan

untuk mengurangi berat badannya karena merasa kurang langsing, padahal

hanya 15% di antara mereka yang menderita overweight (Hansen, 2008).

2.3.4.2 Faktor Lingkungan

Aktivitas yang banyak dilakukan di luar rumah membuat individu

sering dipengaruhi teman sebayanya. Pemilihan makanan tidak lagi didasarkan

pada kandungan gizi tetapi sekedar bersosialisasi, untuk kesenangan, dan

supaya tidak kehilangan status. Media massa juga menentukan asupan makan

yang akan mempengaruhi ke status gizi seseorang. Iklan-iklan tentang

berbagai metode penurunan berat badan yang menggunakan seorang artis

sebagai model akan lebih mudah memikat para remaja, khususnya remaja

putri (Arisman, 2010).

2.3.4.3 Faktor Sosial Ekonomi

Jumlah pendapatan dapat mempengaruhi pemilihan jenis makanan

yang dikonsumsi. Peningkatan kemakmuran di masyarakat yang diikuti oleh

peningkatan pendidikan dapat mengubah gaya hidup dan pola makan dari pola

makan tradisional ke pola makan makanan praktis dan siap saji yang dapat

(33)

15

massa menampilkan sajian makanan cepat saji. Pola makan praktis dan siap

saji terutama terlihat di kota-kota besar, dan jika dikonsumsi secara tidak

rasional akan menyebabkan kelebihan masukan kalori yang akan

menimbulkan permasalahan gizi lebih atau obesitas (Gibney, 2009).

2.4 Teman sebaya

2.4.1 Definisi Teman Sebaya

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, teman sebaya diartikan sebagai dua

individu atau lebih yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih

sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya. Teman

sebaya memiliki karakteristik yang sama, seperti umur, jenis kelamin, etnis, tempat

tinggal dan kesukaan (Alwi, 2007).

Pertemanan adalah suatu tingkah laku yang dihasilkan dari dua orang atau

lebih yang saling mendukung. Pertemanan dapat diartikan pula sebagai hubungan

antara dua orang atau lebih yang memiliki unsur-unsur seperti kecenderungan untuk

menginginkan apa yang terbaik bagi satu sama lain, simpati, empati, kejujuran dalam

bersikap, dan saling pengertian. Dengan berteman, seseorang dapat merasa lebih

aman karena secara tidak langsung seorang teman akan melindungi temannya dari

apapun yang dapat membahayakan temannya. Selain itu, sebuah pertemanan dapat

dijadikan sebagai adanya hubungan untuk saling berbagi dalam suka ataupun duka,

saling memberi dengan ikhlas, saling percaya, saling menghormati, dan saling

menghargai (Zimmermann, 2004).

2.4.2 Karakteristik Pertemanan

Karakteristik pertemanan dapat membangkitkan perasaan yaitu pertama

(34)

16

menerima teman tanpa mencoba mengubah mereka. Ketiga, percaya, dengan

berasumsi bahwa teman akan berbuat sesuatu sesuai dengan kesenangan individu.

Keempat, saling menghargai dengan membuat keputusan yang baik, saling menolong

dan mendukung teman. Kelima, tempat menceritakan rahasia merupakan wadah

berbagi pengalaman dan masalah yang bersifat pribadi kepada teman dan mengerti

individu tersebut. Keenam adalah nilai spontanitas dimana seseorang dapat merasa

bebas menjadi diri sendiri ketika berada di dekat teman. Ciri-ciri berteman terdiri dari

sukarela, unik, kedekatan dan keintiman. Dalam pertemanan harus dipelihara agar

dapat bertahan, kesenangan, penerimaan, percaya, respek, saling membantu,

menceritakan rahasia, pengertian, serta spontanitas (Selfhout, 2010).

2.4.3 Fungsi Pertemanan

Pertemanan memiliki lima fungsi perteman yaitu stimulasi, dukungan fisik,

dukungan ego, afeksi dan sosial. Berteman akan memberikan kesempatan kepada

seseorang untuk menjalankan fungsi sosial melalui interaksi saat melakukan suatu

aktivitas bersama. Berteman juga memberi stimulasi kepada seseorang untuk

mengembangkan potensi dirinya melalui informasi menarik dan penting yang

didapatkan oleh temannya. Hal tersebut memicu potensi, bakat ataupun minat agar

berkembang dengan baik. Pada remaja, pertemanan sangat membantu dalam

mengungkapkan rasa ketidakamanan dan ketakutan mereka tanpa merasa malu.

Teman juga bertindak sebagai orang kepercayaan yang menolong remaja melewati

berbagai situasi sulit dengan menyediakan dukungan fisik. Selain dukungan fisik

melalui kehadiran, pertemanan juga memberikan dukungan ego meliputi perhatian

terhadap remaja sehingga dapat mengungkapkan ekspresi, kompetensi, minat, bakat

dan keahlian seseorang (Parker, 2006).

(35)

17

Selain memiliki fungsi yang berdampak positif, pertemanan juga dapat

memberikan dampak negatif bagi remaja seperti pengalaman ditolak atau diabaikan

dapat membuat mereka merasa tidak diinginkan, kesepian dan bersikap bermusuhan.

Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa teman sebaya sebagai lingkungan sosial

bagi remaja mempunyai peranan yang cukup penting. Peran terpenting dari teman

sebaya bagi perkembangan remaja adalah sebagai sumber informasi mengenai dunia

di luar keluarga, sumber kognitif untuk pemecahan masalah dan perolehan

pengetahuan, serta sumber emosional untuk mengungkapkan ekspresi dan identitas

diri (Santrock, 2007).

2.4.4 Instrumen Penelitian Teman Sebaya

Kedekatan seorang individu dengan teman sebaya telah diteliti dalam dua

dekade terakhir. Peneliti mengeksplorasi bagaimana pengaruh kedekatan teman

sebaya pada fenomena psikologis seperti kebiasaan makan, gangguan makan dan

secara keseluruhan lainnya. Salah satu alat yang bisa mengukur pengaruh kedekatan

individu dengan teman sebayanya menggunakan Peer Influence Scale (PIS).

Peer Influence Scale dikembangkan oleh Sira (2013) dalam disertasinya untuk

mengukur pengaruh teman sebaya terhadap perilaku makan pada mahasiswa strata 1

di Virginia Polytechnic and State University. Format PIS memiliki aspek penilaian

yaitu persepsi teman sebaya terhadap bentuk tubuh, penilaian teman sebaya terhadap

perilaku makan, pengaruh terhadap pemilihanan makanan, kebiasaan dan pemikiran

tentang tubuh ideal.

Kuesioner tersebut telah mengalami terjemahan dari Bahasa Inggris ke Bahasa

Indonesia, modifikasi, uji validasi dan reliabilitas ulang. Validasi dilakukan oleh

peneliti di kawasan tempat tinggal khusus putri di Bandar Lampung. Responden

(36)

18

validitas tersebut menggunakan uji Pearson Product Moment dimana validitas item

ditunjukkan melalui korelasi skor item dan skor total. Dari hasil tersebut didapatkan

koefisien r dan hasil semua item pernyataan kuesioner adalah valid jika r hitung > r

tabel (r = 0,3610). Hasil yang didapatkan adalah 12 pertanyaan valid. Selain itu, PIS

telah diujicoba dengan menggunakan uji reliabilitas Alpha Cronbach dan didapatkan

koefisien sebesar 0.81. Semakin besar nilai koefisien maka semakin baik

reliabilitasnya (Dahlan, 2006).

2.5 Citra tubuh

2.5.1. Definisi Citra Tubuh

Citra tubuh adalah gambaran persepsi, perasaan dan sikap seseorang mengenai

tubuhnya secara keseluruhan dan bagian tubuh tertentu (wajah, tangan, kaki, bahu dan

lain-lain) termasuk bentuk, ukuran dan berat badan (Papali, 2008).

2.5.2.Aspek-aspek Citra tubuh

Terdapat aspek-aspek dari citra tubuh yaitu ketertarikan fisik, kepuasan

terhadap citra tubuh, pentingnya citra tubuh, penilaian terhadap bagian tubuh yang

kurang menarik, usaha peningkatan citra tubuh, kecemasan atas penilaian orang lain,

dan perbandingan terhadap citra tubuh. Aspek citra tubuh seorang individu berpusat

pada tiga hal yaitu penilaian diri sendiri mengenai tubuh, kecemasan terhadap

penilaian orang lain dan usaha untuk mencapai tubuh ideal. Ketiga adalah usaha yang

dilakukan untuk menutupi bagian tubuh yang dianggap tidak menarik perbaikan

dengan cara restriksi diet, aspek inilah yang menjadi urgen karena dapat

(37)

19

2.5.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Citra tubuh

2.5.3.1 Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah faktor paling penting dalam perkembangan citra

tubuh seseorang. Beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan

menyatakan bahwa wanita lebih negatif memandang citra tubuh daripada pria

(Davison, 2006).

2.5.3.2. Usia

Pada usia remaja seseorang, citra tubuh semakin penting. Hal ini

berdampak pada usaha berlebihan untuk mengontrol berat badan. Umumnya

hal ini terjadi pada remaja putri dibanding remaja putra. Remaja putri

mengalami kenaikan berat badan yang normal pada 35 masa pubertas dan

menjadi tidak bahagia tentang penampilan dan citra tubuh negatif ini dapat

menyebabkan gangguan makan (eating disorders). Ketidakpuasan remaja

putri pada tubuhnya meningkat pada awal hingga pertengahan usia remaja

sedangkan pada remaja putra yang semakin berotot menjadi semakin tidak

puas dengan tubuhnya (Papali, 2008).

2.5.3.3. Media Massa

Paparan media yang tinggi dapat memengaruhi pembaca. Isi tayangan

media sering memperlihatkan bahwa standar kecantikan wanita yang menarik

adalah tubuh yang kurus. Hal ini membuat para wanita percaya bahwa citra

tubuh ideal yang menarik dengan menjadi kurus. Majalah wanita terutama

majalah fashion, film dan televisi menyajikan gambar figur kurus yang ideal

sehingga menyebabkan banyak wanita merasa tidak puas dengan dirinya yang

(38)

20

2.5.3.4. Keluarga

Menurut teori pembelajaran sosial, orang tua merupakan model yang

penting dalam proses sosialisasi sehingga memengaruhi citra tubuh

anak-anaknya melalui modeling, umpan balik dan instruksi. Citra tubuh melibatkan

pertimbangan figur orang tua terhadap jenis kelamin bayinya dan bagaimana

wajah bayinya kelak. Ketika bayinya lahir, orang tua menyambut bayi tersebut

dengan ekspektasi dari citra tubuh anaknya secara utuh. Kebutuhan emosional

anak dalam keluarga adalah disayangi lingkungan, Hal ini memengaruhi harga

diri seseorang. Semakin baik penerimaan keluarga terhadap individu, maka

semakin baik kepuasan terhadap citra diri seorang anak di dalam keluarga

(Cash, 2004).

2.5.3.5. Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal adalah seseorang yang cenderung

membandingkan dirinya dengan orang lain dan feedback yang diterima

memengaruhi konsep diri termasuk bagaimana perasaannya terhadap

penampilan fisik. Umpan balik terhadap penampilan, kompetisi teman sebaya

dan keluarga dalam hubungan interpersonal memengaruhi bagaimana

pandangan dan perasaan seseorang terhadap tubuhnya (Cash, 2004).

2.5.4 Instrumen Penelitian Citra Tubuh

Body Shape Questionnaire (BSQ) adalah salah satu alat yang digunakan untuk

menilai citra tubuh untuk mengukur kekhawatiran tentang berat badan dan bentuk

pada individu. Awalnya, BSQ dikembangkan oleh Cooper (1987) dan didapatkan

validitas konkuren sebesar 0.77 terhadap pemeriksaan Body Dismorphic Disorder dan

(39)

21

Reliabilitas dan validitas kuesioner BSQ telah dilakukan di Indonesia. Proses

tersebut terbagi menjadi 3 tahap yaitu proses penerjemahan, proses pengambilan

sampel dan analisis. Proses penerjemahan menggunakan teknik back-translation.

Teknik ini merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk mencapai

kesetaraan terjemahan dalam penelitian lintas budaya. Versi bahasa Inggris dari BSQ

masing-masing diterjemahkan ke dalam versi bahasa Indonesia dan kembali

diterjemahkan ke dalam versi bahasa Inggris oleh empat ahli bahasa. Ahli bahasa

yang pertama menerjemahkan kuesioner asli (Sumber 1) ke versi Indonesia (Target 1)

dan memberikannya kepada ahli bahasa kedua yang menerjemahkan hasil terjemahan

dari ahli bahasa pertama (Target 1) kembali ke Bahasa Inggris (Sumber 2). Sumber 2

kemudian diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh ahli bahasa ketiga yang disebut

dengan Target 2. Akhirnya, Target 2 diterjemahkan kembali ke Bahasa Inggris

(Sumber 3) oleh ahli bahasa keempat. Ulasan dan penyesuaian dilakukan pada tahap

Target 1, Target 2, Sumber 2 dan 3 oleh 4 ahli bahasa hingga didapatkan makna yang

sama dari kuesioner aslinya (Hastuti, 2013).

Proses yang kedua melibatkan 40 (20 laki-laki dan 20 perempuan) yang

tinggal di Yogyakarta. Peserta direkrut melalui selebaran ditempatkan pada papan

informasi di area tempat pengambilan sampel. Dua puluh laki-laki dan 20 perempuan

dipilih secara acak dari daftar peserta yang memenuhi syarat berdasarkan peserta

kriteria inklusi sebagai berikut berusia 15-65 tahun yang setuju untuk mengikuti

penelitian ini. Peserta yang memiliki cacat fisik atau gangguan kognitif, peserta yang

sedang melakukan perawatan medis, peserta dalam program diet dan wanita hamil,

dikeluarkan dari penelitian (Hastuti, 2013).

Pada proses yang ketiga, dilakukan uji validitas konkuren, uji reliabilitas

(40)

22

ditemukan korelasi dengan kekuatan sedang (0.49–0.69) antara kuesioner BSQ

dengan IMT dan penilian diri. Pada uji reliabilitas test-retest dilakukan dengan dua

kali pengukuran kuesioner dalam kesempatan waktu yang berbeda sehingga diperoleh

dua koefisien reliabilitas dan dikorelasikan antara dua skor tersebut. Hasil korelasi

dua koefisien didapatkan nilai 0.88 dengan menggunakan analisis uji berpasangan

Bland dan Altman plot. Pengujian reliabilitas lainnya adalah konsistensi internal yang

digunakan untuk mengukur konsistensi kuesioner dalam melakukan fungsinya.

Penelitian ini menggunakan Alpha Chronbah dan diperoleh nilai 0,97. Semakin tinggi

koefisien reliabilitas, maka semakin stabil kualitas sepanjang waktu (Hastuti, 2013).

2.6 Hubungan Teman Sebaya dengan Status Gizi

Feeney (2011) mengatakan bahwa seseorang akan makan lebih banyak jika

teman makan tersebut makan dengan jumlah yang banyak dan seseorang akan makan

lebih sedikit jika teman makan tersebut makan dengan jumlah yang sedikit. Apa yang

mereka lihat dari teman makan mereka dijadikan sebagai indikator seberapa banyak

makanan yang dimakan hal ini mempengaruhi asupan makanan individu. Hal ini juga

diperkuat oleh O’Neil (2012) menyatakan bahwa pemilihan makanan hingga

terbentuknya pola makan individu, terutama remaja dipengaruhi oleh lingkungan

sekitar. Lingkungan sekitar yang paling berperan besar adalah keluarga dan teman

sebaya sehingga secara tidak langsung, teman sebaya mempengaruhi status gizi

individu.

Bagi remaja putri, pengaruh teman sebaya lebih besar dibandingkan pengaruh

keluarga, karena terdapat kenyamanan, rasa sepaham dan dukungan yang didapatkan

dari teman sebaya. Persepsi mengenai bentuk tubuh ideal sangat dipengaruhi oleh

(41)

23

antara remaja putri dengan teman sebaya (Brown, 2005). Penelitian di Portugal

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh teman dekat

dengan perilaku diet. Ketika ada teman yang menyarankan untuk berdiet, persentase

remaja putri yang melakukan diet cenderung meningkat. Selain itu, penilaian bentuk

tubuh dari teman juga mempengaruhi penilaian bentuk tubuh diri sendiri. Sebanyak

63,3% remaja putri yang dinilai gemuk oleh teman-temannya menganggap bahwa

bentuk tubuhnya tidak ideal dan kelebihan berat badan (Cunha, 2008).

2.7 Hubungan Citra Tubuh dengan Status Gizi

Citra tubuh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi asupan makan

seseorang. Dalam sebuah penelitian di Amerika Serikat yang membandingkan

persepsi tentang berat badan antara wanita dengan berat badan normal, overweight,

dan obese diperoleh hasil bahwa 6% (pada sampel dengan berat badan normal), 15%

(overweight), dan 26% (obese) menyatakan persepsi mereka mengenai berat badan

yang menarik adalah berat badan yang lebih rendah dibandingkan dengan berat badan

mereka saat ini. Sebesar 83% dari sampel memilih untuk melakukan diit dalam upaya

menurunkan berat badannya dan beranggapan bahwa apabila mereka tidak berdiit

maka berat badannya akan menjadi 2-6% lebih besar dibandingkan dengan berat

badan saat ini (Malinauskas, 2006).

Penelitian di Australia mengenai citra tubuh dan masa menjelang pernikahan

menunjukkan bahwa dari 347 calon pengantin wanita yang menjadi sampel penelitian,

lebih dari 50% sampel merencanakan untuk menurunkan berat badannya sebelum

menikah, 40% merencanakan untuk berdiet, dan sekitar 67% berencana untuk

meningkatkan intensitas olahraganya (Pichard, 2008). Sebuah penelitian di Amerika

(42)

24

serupa yaitu 70% sampel berkeinginan untuk menurunkan berat badannya

(Neighbors, 2007).

Penelitian di Jepang menyatakan bahwa wanita memiliki keinginan yang besar

untuk menjadi langsing (62,0%) dibandingkan dengan lelaki (47,4%). Pada penelitian

ini, sebagian besar wanita memiliki keinginan untuk menjadi langsing, meskipun

jumlah responden yang mengalami obesitas sangat sedikit dan sebagian besar

responden yang memiliki IMT normal, ternyata menginginkan ukuran tubuh dengan

IMT yang tergolong kurus (BMI: 18,4+ 3,4) (Sakamaki, 2005)

Peningkatan jumlah perempuan dengan berat badan normal yang mengalami

distorsi terhadap berat badan dikarenakan mispersepsi dari berat badan dapat

memberikan dampak negatif, seperti kurangnya asupan gizi, gangguan makan, dan

masalah berat badan lebih lanjut. Perubahan perilaku mengenai berat badan yang

tidak sehat ini dapat menyebabkan situasi medis yang serius dan bahkan bunuh diri

(43)

25

[image:43.595.80.549.102.540.2]

2.8 Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori Hubungan Teman Sebaya dan Citra Tubuh Terhadap Status Gizi WUS di MAN 1 Lampung Tengah

Sumber: Modifikasi dari Supariasa, 2002; Guyton, 2008; Hansen, 2008; Arisman, 2010; Gibney 2009.

Faktor lingkungan

• Jumlah anggota keluarga

• Pola makan keluarga

• Kebudayaan

• Media massa

• Tren

Teman sebaya

Faktor Individu

• Pertumbuhan

• Kebutuhan fisiologis

•Jenis kelamin

•Genetik

•Status kesehatan

•Asupan makan

•Aktivitas fisik

Citra tubuh

Faktor sosial ekonomi

• Tingkat ekonomi

• Tingkat pendidikan

• Pengetahuan gizi

• Daya beli keluarga

(44)

26

2.9 Kerangka Konsep Penelitian

2.10 Hipotesis

H0 :

• Tidak terdapat hubungan teman sebaya terhadap status gizi wanita usia subur

pranikah di MAN 1 Lampung Tengah

• Tidak terdapat hubungan citra tubuh terhadap status gizi wanita usia subur

pranikah di MAN 1 Lampung Tengah

H1 :

• Terdapat hubungan teman sebaya terhadap status gizi wanita usia subur

pranikah di MAN 1 Lampung Tengah

• Terdapat hubungan teman sebaya terhadap status gizi wanita usia subur

pranikah di MAN 1 Lampung Tengah Teman Sebaya

Citra Tubuh

[image:44.595.130.507.126.303.2]

STATUS GIZI

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Teman Sebaya dan Citra Tubuh terhadap Status Gizi WUS di MAN 1 Lampung Tengah

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penenlitian

Penelitian ini merupakan penelitian metode analitik observasional dengan

pendekatan cross sectional study yang merupakan suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika hubungan antara faktor yang mempengaruhi suatu kejadian

dengan cara pendekatan observasi dan/atau pengumpulan data dalam waktu yang

sama (Dahlan, 2009). Oleh karena itu, pada penelitian ini pengambilan data status

gizi, teman sebaya dan citra tubuh menggunakan kuesioner yang akan dilakukan

dalam satu waktu.

3.2 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Lampung

Tengah yang dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2016. MAN 1

Lampung Tengah terletak di Jalan Raya Lintas Timur RT 03 RW 01, Kecamatan

Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah. MAN 1 Lampung Tengah berdiri

pada tahun 1977, sebelumnya MAN 1 Lampung Tengah bernama MAN 1

Poncowati, namun pada tahun 2014 mengalami perubahan. MAN 1 Lampung

(46)

28

status akreditasi B. Selain itu, MAN 1 Lampung Tengah mempunyai 1 kepala

madrasah dengan 3 wakil kepala madrasah, 60 pendidik dan 20 tenaga

kependidikan 3 PNS dan 17 Non-PNS.

Lokasi ini dipilih karena MAN 1 Lampung Tengah adalah salah satu

sekolah setara menengah atas terbesar di Kab. Lampung Tengah, dan belum

pernah dilakukannya penelitian mengenai hubungan teman sebaya dan citra tubuh

terhadap status gizi pada wanita usia subur pranikah.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Jumlah murid MAN 1 Lampung Tengah adalah 999 orang dengan jumlah

siswa 331 orang dan siswi 668 orang. Populasi yang diambil pada penelitian ini

adalah siswi MAN 1 Lampung Tengah berjumlah 668 orang dengan rincian

sebagai berikut:

1. Kelas X : terdiri dari 5 kelas ipa dan 5 kelas ips dengan jumlah

siswa 110 orang dan siswi 266 orang.

2. Kelas XI : terdiri dari 5 kelas ipa dan 4 kelas ips dengan jumlah

siswa 124 orang dan siswi 210 orang

3. Kelas XII : terdiri dari 5 kelas ipa dan 3 kelas ips dengan jumlah

siswa 97 orang dan siswi 192 orang

3.3.2 Sampel

Adapun jumlah sampel yang akan diambil untuk penelitian analitik

(47)

29

n = !! !"#!!! !"#"!!"#" !"!!" !

!

Keterangan :

Z!= Derivatbakualfa = 1,96

Z!= Derivatbakubeta = 0,84

P2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya =

0,48 (Kurnianingsih, 2009)

Q2= 1 - P2 = 1 – 0,48 = 0,52

P1=proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement

peneliti = 0,67 (Kurnianingsih, 2009)

Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,67 = 0,33

P1 – P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna

= 0,67 – 0,48 = 0,19

P = proporsi total = (P1 + P2)/2 = 0,67 + 0,48/2 = 0,19

Q = 1 – P = 1 – 0,575 = 0,425

Berdasarkan beberapa jumlah sampel yang didapatkan dari perhitungan

proporsi penelitian terhadap teman sebaya dan perilaku diet ada remaja putri yang

telah dilakukan sebelumnya (Kurnianingsih, 2009), maka didapatkan

penghitungan jumlah sampel adalah sebagai berikut:

n = !! !"#!!! !"#"!!"#" !

!"!!"!

= !,!" !(!,!"!((!,!"#(!!,!" (!,!"((!,!!(!(!,!"((!,!"( !

!,!" !

= !,!" !,!""!!,!" !,!"!!,!"#" !

!,!" !

(48)

30

= !,!"#!!,!"#! !,!"#$

= !,!"#! !,!"#$ =

!,!"#

!,!"#$ = 105

Setelah dilakukan perhitungan sampel didapatkan 105 orang, namun untuk

mengantisipasi adanya drop out, maka ditambahkan 10% sehingga sampel

berjumlah 115 orang pada penelitian ini.

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Sudah menstruasi

2. Belum menikah

3. Bersedia menjadi responden penelitian

4. Dapat membaca dan menulis

5. Mampu berkomunikasi dengan lancar

Adapun kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah:

1. Hamil

2. Mempunyai penyakit kronis

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik sampling non-probability yaitu

purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel

dengan menggunakan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti. Sampel diambil tidak

secara acak dan hanya diperbolehkan untuk masuk ke kelas sesuai dengan arahan

dari pihak sekolah yaitu kelas XII IPA-1, XII IPA-2, XII IPA-4, XI IPS-1, XI

IPS-2, X IPA-3 dan X IPA-5. Hal ini dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang

tidak bisa diganggu dan ada beberapa pengajar tidak mengizinkan peserta didik

(49)

31

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status gizi.

3.4.2 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah peran teman sebaya dan

citra tubuh pada WUS pranikah di MAN 1 Lampung Tengah

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional menguraikan variabel dependen maupun variabel

[image:49.595.110.523.372.722.2]

independen, alat ukur, cara ukur, hasil ukur dan skala ukur pada penelitian ini.

Tabel 4 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara

Ukur

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur Status

Gizi

(50)

32

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pada pelaksanaannya penelitian ini dilakukan selama 1 hari namun dapat

dilakukan secara berkala. Alur prosedur dalam penelitian ini sebagai berikut.

Gambar 3. Alur Pengumpulan Data

3.6.1 Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu

data yang diambil langsung dari narasumber. Pengumpulan data akan dilakukan

dengan media kuesioner dan pengukuran langsung.

3.6.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah daftar pertanyaan dalam kuesioner dan alat

pengukuran indeks masa tubuh. Instrumen untuk teman sebaya akan

menggunakan kuesioner Peer Influence Scale (PIS) yang berfungsi untuk menilai

pengaruh teman sebaya dalam perilaku makan dan manajemen berat badan (Sira,

2003). PIS memiliki 12 item pertanyaan dengan uji reliabilitas Alpha Cronbach

sebesar 0,81 dan validitas dengan Product Moment yang mempunyai nilai r

>0,3601.

Informed Consent

Pengisian Kuesioner

Pemeriksaan tinggi badan dan berat badan

Pengumpulan Data

(51)

33

Instrumen untuk citra tubuh akan menggunakan kuesioner Body Shape

Questionnaire (BSQ) yang berisi 34 pertanyaan berfungsi untuk menilai pendapat

seseorang terhadap tubuhnya. BSQ telah diujicoba di lapangan dengan melakukan

uji realiabilitas dengan Alpha Cronbach sebesar 0,970 (Hastuti, 2013).

Informed consent akan diberikan bersamaan dengan kuesioner untuk

mendapatkan persetujuan dari responden. Pengisian kuesioner akan dilakukan dan

diobservasi secara langsung sehingga didapatkan hasil.

3.6.3 Teknik Penilaian Instrumen Penelitian

Kuesioner terdiri dari pertanyaan-pertanyaan mengenai teman sebaya dan

citra tubuh akan diisi oleh responden. Peer Influence Scale memiliki 12

pertanyaan dengan rentang skala 1 (tidak pernah) sampai 5 (sangat sering).

Responden menjawab dengan memilih skala. Apabila responden memilih skala 1

maka skor jawaban tersebut bernilai 1, jika responden memilih skala 2 maka skor

jawaban tersebut bernilai 2 dan seterusnya. Hal tersebut berlaku untuk semua

pertanyaan. Seluruh jawaban akan diakumulasi dengan skor minimal 12 dan skor

maksimal 60. Hasil interpretasi jawaban menjadi 2 kategori yaitu berpengaruh

dengan rentang skor 39-60 atau tidak berpengaruh dengan rentang skor 12-38

(Sira, 2003).

Body Shape Questionnaire memiliki 34 pertanyaan dengan rentang skala 1

(tidak pernah) sampai 6 (selalu). Format BSQ memiliki 3 aspek penilaian yaitu

penilaian persepsi diri terhadap tubuh, sikap terhadap kekhawatiran bentuk tubuh

dan persepsi perbandingan terhadap citra tubuh diri sendiri dengan orang lain.

Sama seperti PIS, responden diwajibkan untuk memberikan jawaban dengan

(52)

34

boleh diisi satu skala. Apabila responden menjawab skala 1 maka skor jawaban

tersebut bernilai 1 dan seterusnya. Hal tersebut berlaku sama untuk semua skala

dan semua jawaban. Seluruh jawaban akan dijumlahkan dengan skor minimal 34

dan skor maksimal 204. Selanjutnya, hasil diinterpretasikan dalam 2 kategori

yaitu puas terhadap bentuk tubuh dengan rentang skor total 34-93 dan tidak puas

terhadap bentuk tubuh dengan rentang skor total 94-204 (Hastuti, 2013).

3.7 Analisis Data

Data yang telah didapat akan di proses dan diolah menggunakan program

analisis statistika, kemudian dianalisis sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan satu variabel yang

bertujuan untuk melihat gambaran dan variasi suatu variabel dalam bentuk

distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan

uji statistik yaitu uji Chi Square dengan derajat kepercayaan 95% (α =

5%). Bila hasil uji statistik mendapatkan nilai p<0.05 maka ada hubungan

yang bermakna antara kedua variabel tersebut dan jika nilai p>0.05 maka

tidak ada hubungan bermakna antara kedua variabel tersebut. Dalam hal

ini diperlukan data yang terdistribusi normal untuk dapat memenuhi syarat

uji Chi Square, apabila jumlah sel dengan frekuensi harapan yang kurang

(53)

35

Exact dengan cara menggabungkan sel. Untuk mengetahui derajat

hubungan antara variabel independen dan dependen dapat diketahui

dengan menghitung OR (Odd Rasio). Penghitungan OR dilakukan untuk

mengetahui kelompok mana yang memilki risiko lebih besar dibanding

kelompok lain. Apabila OR=1, maka tidak ada hubungan antara variabel

independen dengan dependen. Jika OR>1, maka variabel independen

merupakan faktor resiko, namun jika OR<1, maka variabel yang diduga

berisiko adalah variabel protektif (Dahlan, 2009).

3.8 Etika Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan surat kelayakan etik berupa keterangan

lolos kaji etik dan informed consent oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan

(54)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan peran teman sebaya dan

citra tubuh terhadap status gizi WUS pranikah di MAN 1 Lampung Tengah,

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Status gizi WUS pranikah dengan rentang usia 15-18 tahun sebanyak 74

orang (64.3%) berstatus gizi normal, gizi lebih sebanyak 26 orang

(22.6%) dan gizi kurang sebanyak 15 orang (13.1%). Pada gambaran citra

tubuh, didapatkan 85 orang (73.9%) menyatakan puas, sedangkan tidak

puas sebanyak 30 (26.1%). Pada gambaran teman sebaya didapatkan 103

orang (89.4%) responden menyatakan tidak berpengaruh, sedangkan 12

orang (10.4%) responden menyatakan berpengaruh.

2. Terdapat hubungan antara citra tubuh dan status gizi dengan nilai p<0,01.

Gambar

Tabel 1. Kebutuhan Gizi Wanita Usia Subur
Tabel 2 Kategori IMT WUS Dewasa Berdasarkan WHO untuk Orang Asia
Tabel 3 Kategori IMT WUS Remaja Berdasarkan CDC 2
Gambar 1. Kerangka Teori Hubungan Teman Sebaya dan Citra Tubuh Terhadap
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kedua tingkatan sumberdaya BKM menyebabkan terjadinya perbedaan pengembangan kapasitas yaitu (1) memiliki dana bergulir dan anggota aktif melakukan pinjaman

window setting kolom – kolom laporan buku induk Buku induk keuangan perkara memiliki banyak kolom, dengan masing – masing kolom berisi nilai transaksi dalam satu hari yang terjadi

Rumah pak Shohib, pak Tamzis dan juga mbah Munawaroh menggunakan bahan kayu untuk bagian bangunan yang ditampilkan atau yang diutamakan, seperti bagian depan dan

“Tingginya pertumbuhan industri ban domestik, khususnya penjualan ban motor yang sejalan dengan pertumbuhan populasi motor yang relatif tinggi, yang diharapkan akan tetap tinggi

Wisata Alam Aik Nyet merupakan wisata utama dan menjadi salah satu wisata andalan yang ada di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada. Wisata Alam Aik Nyet mengandalkan hutan alamnya

Oleh karena itu, makalah ini mengupas mengenai pandangan Islam dan perbandingannya dengan moneter konvensional mengenai dalam rangka menjaga keadilan, ketentraman,

[r]

Berdasarkan penelitian mengenai “Nilai Pendidikan Kumpulan Cerpen Teman Duduk Karya Daoed Joesoef: Pendekatan Sosiologi Sastra dan Implementasinya sebagai Bahan