ABSTRACT
The Relationship of Peer Influence and Body Image to Nutritional Status of Premarital Reproductive Age Women at MAN 1 Central Lampung,
Terbanggi Besar, Lampung Tengah
By
Sutria Nirda Syati
Background: Based on Riskesdas 2013, the prevalence of overweight and emaciation on reproductive age women 16-18 years was 1.4% rose to 7.3%. and 8.9% rose to 9.4% respectively. Nutritional status issues could be affected by body image and peer influence.
Objective: To determine the relationship of peer influence to the nutritional status and the relationship of body image to nutritional status.
Method: This study was a cross sectional study conducted in October-November 2016 at MAN 1 of Central Lampung. Respondents was reproductive age women on range of 15-18 years old, able to communicate, unmarried, has no chronic illness, and not pregnant. The total of respondents were 115 students that obtained by unpaired categorical comparative analytic formula. The variables were body image, peer influence, and nutritional status. Body image was measured by Body Shape Questionnaire, peers influence was measured by Peer Influence Scale and nutritional status was obtained from body mass index. The data were analyzed in univariate and bivariate by using Chi Square and Fisher Exact.
Results: Based on univariate analysis, the results were 64.3% of respondents with normal nutritious, 22.6% with over nutritious and 13.1% with less nutritious. On body image analysis found 73.9% of respondents feeling satisfied and 26.1% unsatisfied. On peers influence analysis found 89.4% of respondents were not influenced and 10.4% of respondents were influenced. Based on bivariate analysis, there was relationship between body image and nutritional status (p = 0.001), while there wasn’t relationship between peer influence and nutritional status (p = 0.517).
Conclusion: There was a significant relationship between body image on the nutritional status of women of prenuptial childbearing women, whereas there was no significant relationship between peers on the nutrional status.
ABSTRAK
Hubungan Teman Sebaya dan Citra Tubuh terhadap Status Gizi Wanita Usia Subur Pranikah di MAN 1 Lampung Tengah
Oleh
Sutria Nirda Syati
Latar Belakang: Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi kegemukan dan kekurusan pada wanita usia subur (WUS) berumur 16-18 tahun mengalami kenaikan dari 1,4% menjadi 7,3% pada kegemukan dan 8,9% menjadi 9,4% pada kekurusan. Hal ini terjadi karena terdapat faktor yang dapat mempengaruhi status gizi yaitu citra tubuh dan teman sebaya.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan teman sebaya terhadap status gizi dan hubungan citra tubuh terhadap status gizi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian dengan disain cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2016 di MAN 1 Lampung Tengah. Responden merupakan WUS dengan rentang usia 15-18 tahun, belum menikah, dapat berkomunikasi dengan baik, tidak menderita penyakit kronis dan tidak hamil. Responden berjumlah 115 responden yang didapatkan dengan rumus analitik komparatif kategorik tidak berpasangan. Pada penelitian ini terdapat 3 variabel yaitu citra tubuh, teman sebaya, dan status gizi. Variabel citra tubuh diukur dengan Body Shape Questionnaire-34, variabel teman sebaya diukur dengan Peer Influence Scale, dan variabel status gizi diukur dengan indeks masa tubuh. Data yang terkumpul dianalisis secara univariat dan bivariat dengan Chi Square dan Fisher Exact.
Hasil: Berdasarkan analisis univariat didapatkan gambaran status gizi sebanyak 64.3% bergizi normal, 22.6% bergizi lebih dan 13.1% bergizi kurang. Pada gambaran citra tubuh, didapatkan 73.9% puas dan 26.1% tidak puas. Pada gambaran teman sebaya didapatkan 89.4% tidak berpengaruh dan 10.4% berpengaruh. Berdasarkan analisis bivariat, terdapat hubungan antara citra tubuh dan status gizi (p = 0.001) dan tidak terdapat hubungan antara teman sebaya dan status gizi (p = 0.517).
Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara citra tubuh terhadap status gizi wanita usia subur pranikah, sedangkan tidak terdapat hubungan bermakna antara teman sebaya terhadap status gizi.
HUBUNGAN TEMAN SEBAYA DAN CITRA TUBUH TERHADAP STATUS GIZI WANITA USIA SUBUR PRANIKAH DI MAN 1 LAMPUNG TENGAH KECAMATAN TERBANGGI BESAR, KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2017
(Skripsi)
Oleh
HUBUNGAN TEMAN SEBAYA DAN CITRA TUBUH TERHADAP STATUS GIZI WANITA USIA SUBUR PRANIKAH DI MAN 1 LAMPUNG
TENGAH, KECAMATAN TERBANGGI BESAR, KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh Sutria Nirda Syati
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Program Studi Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
ABSTRACT
The Relationship of Peer Influence and Body Image to Nutritional Status of Premarital Reproductive Age Women at MAN 1 Central Lampung,
Terbanggi Besar, Lampung Tengah
By
Sutria Nirda Syati
Background: Based on Riskesdas 2013, the prevalence of overweight and emaciation on reproductive age women 16-18 years was 1.4% rose to 7.3%. and 8.9% rose to 9.4% respectively. Nutritional status issues could be affected by body image and peer influence.
Objective: To determine the relationship of peer influence to the nutritional status and the relationship of body image to nutritional status.
Method: This study was a cross sectional study conducted in October-November 2016 at MAN 1 of Central Lampung. Respondents was reproductive age women on range of 15-18 years old, able to communicate, unmarried, has no chronic illness, and not pregnant. The total of respondents were 115 students that obtained by unpaired categorical comparative analytic formula. The variables were body image, peer influence, and nutritional status. Body image was measured by Body Shape Questionnaire, peers influence was measured by Peer Influence Scale and nutritional status was obtained from body mass index. The data were analyzed in univariate and bivariate by using Chi Square and Fisher Exact.
Results: Based on univariate analysis, the results were 64.3% of respondents with normal nutritious, 22.6% with over nutritious and 13.1% with less nutritious. On body image analysis found 73.9% of respondents feeling satisfied and 26.1% unsatisfied. On peers influence analysis found 89.4% of respondents were not influenced and 10.4% of respondents were influenced. Based on bivariate analysis, there was relationship between body image and nutritional status (p = 0.001), while there wasn’t relationship between peer influence and nutritional status (p = 0.517).
Conclusion: There was a significant relationship between body image on the nutritional status of women of prenuptial childbearing women, whereas there was no significant relationship between peers on the nutrional status.
ABSTRAK
Hubungan Teman Sebaya dan Citra Tubuh terhadap Status Gizi Wanita Usia Subur Pranikah di MAN 1 Lampung Tengah
Oleh
Sutria Nirda Syati
Latar Belakang: Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi kegemukan dan kekurusan pada wanita usia subur (WUS) berumur 16-18 tahun mengalami kenaikan dari 1,4% menjadi 7,3% pada kegemukan dan 8,9% menjadi 9,4% pada kekurusan. Hal ini terjadi karena terdapat faktor yang dapat mempengaruhi status gizi yaitu citra tubuh dan teman sebaya.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan teman sebaya terhadap status gizi dan hubungan citra tubuh terhadap status gizi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian dengan disain cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2016 di MAN 1 Lampung Tengah. Responden merupakan WUS dengan rentang usia 15-18 tahun, belum menikah, dapat berkomunikasi dengan baik, tidak menderita penyakit kronis dan tidak hamil. Responden berjumlah 115 responden yang didapatkan dengan rumus analitik komparatif kategorik tidak berpasangan. Pada penelitian ini terdapat 3 variabel yaitu citra tubuh, teman sebaya, dan status gizi. Variabel citra tubuh diukur dengan Body Shape Questionnaire-34, variabel teman sebaya diukur dengan Peer Influence Scale, dan variabel status gizi diukur dengan indeks masa tubuh. Data yang terkumpul dianalisis secara univariat dan bivariat dengan Chi Square dan Fisher Exact.
Hasil: Berdasarkan analisis univariat didapatkan gambaran status gizi sebanyak 64.3% bergizi normal, 22.6% bergizi lebih dan 13.1% bergizi kurang. Pada gambaran citra tubuh, didapatkan 73.9% puas dan 26.1% tidak puas. Pada gambaran teman sebaya didapatkan 89.4% tidak berpengaruh dan 10.4% berpengaruh. Berdasarkan analisis bivariat, terdapat hubungan antara citra tubuh dan status gizi (p = 0.001) dan tidak terdapat hubungan antara teman sebaya dan status gizi (p = 0.517).
Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara citra tubuh terhadap status gizi wanita usia subur pranikah, sedangkan tidak terdapat hubungan bermakna antara teman sebaya terhadap status gizi.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sungailiat, Bangka Belitung pada 20 Maret 1995 sebagai
anak tunggal dari pasangan Bapak Agus Ferriadi dan Ibu Elya Farida.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Aisyah Palembang, SD 19
Pangkalpinang, SMP Negeri 2 Pangkalpinang, dan SMA 1 Pemali. Pada saat
SMA, penulis pernah melakukan pertukaran pelajar di Washington D.C, Amerika
Serikat selama satu tahun. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung pada tahun 2013 melalui jalur ujian Seleksi
Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Selama menjadi
mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum Anatomi periode
2015/2016. Penulis aktif menjadi pengurus organisasi di Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran Universitas Lampung sebagai sekretaris
dinas pengabdian masyarakat periode 2014/2015, Perhimpunan Tim Bantuan
Medis Mahasiswa Kedokteran Indonesia (PTBMMKI) sebagai kepala staff
administrasi organisasi periode 2015/2016, Forum Studi Islam (FSI) Ibnu Sina
periode 2013/2015 sebagai anggota bidang akademik, PMPATD PAKIS sebagai
anggota tetap divisi diklat, dan LUNAR sebagai anggota bidang ilmiah.
Penulis merupakan Mahasiswa Berprestasi Utama Universitas Lampung pada
tahun 2016 dan penerima hibah PKM-Penelitian pada tahun 2015. Selain itu,
penulis juga merupakan penerima beasiswa Djarum Foundation (angkatan 31)
SANWACANA
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W.
Skripsi dengan judul “Hubungan Teman Sebaya dan Citra Tubuh Terhadap
Status Gizi Wanita Usia Subur Pranikah di MAN 1 Lampung Tengah, Kecamatan
Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah ” adalah salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Dr. dr. Muhartono, M.Kes, Sp.PA, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
3. dr. Dian Isti Angraini, M.P.H, selaku Pembimbing Utama yang selalu
bersedia menyempatkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, memberi
masukan dan nasihat selama proses penyelesaian penelitian serta ilmu yang
begitu bermanfaat selama tiga setengah tahun ini.
4. Dr. dr. Asep Sukohar, M.Kes selaku Pembimbing Kedua atas kesediannya
untuk meluangkan waktu untuk membimbing dalam penyusunan skripsi dan
menjadi inspirator saya untuk terus berkarya
5. dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K), selaku Pembahas untuk masukan dan
6. dr. Oktadoni Saputra, M.MedEd., selaku Pembimbing Akademik yang selalu
bersedia dalam mendengar curahan dan memberi nasihat demi kebaikan
akademik selama menempuh masa pre klinik.
7. Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, seluruh guru dan adik-adik MAN 1
Lampung Tengah yang membantu dalam penelitian ini. Penelitian ini dapat
dirampungkan karena jasa kalian.
8. Ibunda tercinta, Elya Farida. Terimakasih untuk kekhusyu’an doa yang
mengalir dalam setiap kesempatan, nasihat, bimbingan, dan kasih sayang
yang tak pernah putus.
9. Ayahanda, Agus Ferriadi. Terimakasih untuk kebaikan, kedamaian, usaha
yang dikerahkan, dan doa.
10. Seluruh Civitas Akademika FK Unila atas ilmu, pengalaman berharga, dan
kelancaran yang telah diberikan kepada penulis.
11. Mas Jatun, terimakasih untuk selalu sabar dan membantu dalam menghadapi
setiap proses yang saya hadapi.
12. Teman-teman terdekat tarin, amal, ica, widi, tiffany, salsa, neza, kitin yang
selalu setia mendukung; partner bisnis tourniquet terkeren se-BDL yaitu
faridah dan nisa; kelompok wanita subur, meti meriska, mentari; dan cah
seminung are, fitri, oci, ayu dan intan.
13. Sahabat-sahabat angkatan 2013 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Terimakasih atas kebersamaan dan kerja sama dalam mengemban ilmu.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Akan tetapi, sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, Januari 2017
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI……… DAFTAR TABEL……… DAFTAR GAMBAR………... DAFTAR LAMPIRAN……… DAFTAR SINGKATAN……….
BAB 1 PENDAHULUAN………...
1.1Latar Belakang………..
1.2Rumusan Masalah……….
1.3Tujuan Penelitian………..
1.4Manfaat Penelitian………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Wanita Usia Subur ………..………. 2.2 Gizi WUS……….. 2.3 Status Gizi………. 2.3.1 Definisi Status Gizi………. 2.3.2 Penilaian Status Gizi………... 2.3.3 Klasifikasi Status Gizi.……… 2.3.4 Faktor yang Memengaruhi Status Gizi..………... 2.4 Teman Sebaya………... 2.4.1 Definisi Teman Sebaya………... 2.4.2 Karakteristik Pertemanan……… 2.4.3 Fungsi Pertemanan……….. 2.4.4 Instrumen Penelitian Teman Sebaya ……….. 2.5 Citra Tubuh………...
2.5.1 Definisi Citra Tubuh………... 2.5.2 Aspek-aspek Citra Tubuh……… 2.5.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Citra Tubuh………….. 2.4.4 Instrumen Penelitian Citra Tubuh….……….. 2.6 Hubungan Teman Sebaya dengan Status Gizi……….. 2.7 Hubungan Citra Tubuh dengan Status Gizi……….. 2.8 Kerangka Teori……….. 2.9 Kerangka Konsep……….. 2.10 Hipotesis………..
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Disain Penelitian………... 3.2 Tempat dan Waktu……… 3.3 Populasi dan Sampel………. 3.3.1 Populasi………... 3.3.2 Sampel………. 3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel………. 3.4 Variabel Penelitian………
3.4.1 Variabel Dependen……….. 3.4.2 Variabel Independen………... 3.5 Definisi Operasional……….. 3.6 Teknik Pengumpulan Data……… 3.6.1 Data………. 3.6.2 Instrumen Penelitian………... 3.6.3 Teknik Penilaian/Skoring……… 3.7 Analisis Data………. 3.8 Etika Penelitian……….
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian………... 4.1.1 Analisis Univariat……… 4.1.2 Analisis Bivariat…...……… 4.2 Pembahasan……...……… 4.2.1 Analisis Univariat………... 4.2.2 Analisis Bivariat……….. 4.3 Keterbatasan Penelitian……….
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Kebutuhan Gizi Wanita Usia Subur
2 Kategori IMT WUS Dewasa berdasarkan WHO 3 Kategori IMT WUS Remaja berdasarkan CDC 4 Definisi Operasional
5.Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden 6.Distribusi Frekuensi Citra Tubuh
7.Distribusi Frekuensi Teman Sebaya
8.Tabulasi Silang Citra Tubuh Terhadap Status Gizi 9.Tabulasi Silang Teman Sebaya Terhadap Status Gizi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Kerangka Teori 2 Kerangka Konsep 3 Alur Penelitian
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. SOP Penimbangan Berat Badan
2. SOP Pengukuran Tinggi Badan
3. Informed Consent
4. Lembar Identitas Responden
5. Kuesioner Peer Influence Scale
6. Kuesioner Body Shape Questionnaire
7. Sertifikat Kalibrasi Alat Pengukur
8. Surat Lolos Kaji Etik
9. Surat Penelitian
10.Dokumentasi
DAFTAR SINGKATAN
BSQ-34 = Body Shape Questionnaire-34
BBLR = Berat badan lahir rendah
PIS = Peer Influence Scale
IMT = Indeks masa tubuh
WUS = Wanita usia subur
BKKBN = Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
RISKESDAS = Riset Kesehatan Dasar
WHO = World Health Organization
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Wanita usia subur (WUS) didefinisikan oleh Kementerian Kesehatan RI
sebagai wanita yang berada dalam periode umur antara 15-49 tahun dengan
jumlah sebanyak 66.326.200 jiwa pada tahun 2010. Kesehatan WUS pranikah
merupakan gerbang awal peningkatan mutu kesehatan reproduktif masyarakat
diawali dengan memiliki status gizi yang baik. Kualitas generasi penerus akan
ditentukan oleh kondisi kesehatan ibunya sejak sebelum dan selama hamil karena
akan berkaitan erat dengan kualitas kehamilan dan bayi yang dilahirkan (BKKBN,
2011).
Sebuah penelitian kohort pada wanita di Cina menunjukkan bahwa indeks
massa tubuh (IMT) wanita pranikah yang tergolong sangat kurus/severely
underweight (≤ 18,5 kg/m2) akan berdampak buruk pada pertumbuhan janin dan
berisiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dua kali
lebih besar dibandingkan dengan wanita yang memiliki IMT normal (19,8 ≤
IMT< 23 kg/m2) (Kristenten, 2005). Kelebihan berat badan dan obesitas pada
WUS pranikah juga cenderung memberikan dampak negatif yaitu penambahan
2
sangat berkaitan erat dengan kejadian diabetes melitus gestasional, hipertensi, dan
makrosomia sehingga status gizi wanita usia subur pranikah yang tidak normal
merupakan faktor risiko terjadinya gangguan pada saat kehamilan (Erica, 2009).
Wanita usia subur pranikah terbagi menjadi dua kategori yaitu usia remaja
dan usia dewasa. Pada usia remaja terjadi perubahan biologis secara dramatis dan
pada usia tersebut, remaja sangat memperhatikan bentuk dan ukuran tubuh. Hal
ini dikarenakan adanya objektifikasi diri sebagai konsekuensi psikologis dari
konsep perempuan ideal yang berkembang di masyarakat. Objektifikasi diri
merupakan penilaian terhadap citra tubuh yang memengaruhi wanita untuk
memperlakukan dirinya sebagai objek yang diamati dan dievaluasi (Fredrickson,
1977). Apabila individu dapat memenuhi kriteria penampilan ideal, maka individu
tersebut menyakini mendapatkan pengakuan sosial dari masyarakat dan
menimbulkan perasaan berharga. Hal ini menyebabkan wanita, terutama remaja
berusaha untuk mencapai bentuk tubuh yang ideal tersebut, sehingga berdampak
pada perubahan pola makan dan menghasilkan status gizi tidak ideal bagi
kesehatan (Prichard dan Tiggemann, 2008).
Usia remaja sangat rentan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Dalam
suatu penelitian kohort dengan sampel remaja putri didapatkan bahwa terjadi
perubahan fokus dari keluarga atau orangtua ke teman sebaya terhadap pemilihan
makanan (Edelman dan Mandle, 2010). Selain itu, terdapat pengaruh teman
sebaya terhadap aktivitas fisik dan kebiasaan makan seperti melewatkan sarapan,
diet rendah sayuran dan buah, makan di restoran cepat saji serta makan makanan
3
pemain sosial yang berkontribusi membentuk persepsi dan perilaku makan (Ali,
2011).
Indonesia saat ini mengalami beban gizi ganda. Hal tersebut ditunjukkan
dengan peningkatan prevalensi kekurusan dan kegemukan yang terjadi secara
bersamaan. Prevalensi kekurusan pada WUS kategori remaja mengalami kenaikan
dari 8,9% menjadi 9,4%, dan prevalensi kegemukan juga mengalami kenaikan
dari 1,4% menjadi 7,3%. Di provinsi lampung, prevalensi status gizi kurang yang
cukup tinggi sebesar 6,4% dan angka KEK terbesar terdapat di Kabupaten
Lampung Tengah yaitu 22.6%. Lampung Tengah adalah kabupaten dengan
penduduk terbanyak di Provinsi Lampung dan memiliki penduduk perempuan
sebanyak 601.970 jiwa (Riskesdas, 2013).
Permasalahan gizi, khususnya pada remaja, merupakan hal yang sangat
kompleks dikarenakan banyaknya faktor yang memengaruhi kondisi gizi.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian menujukkan bahwa faktor yang sangat
memengaruhi perilaku makan WUS dengan usia remaja adalah teman sebaya dan
citra tubuh.
Selain dari faktor yang memengaruhi status gizi, landasan kertertarikan
peneliti adalah tempat penelitian di Lampung Tengah. Kabupaten Lampung
Tengah merupakan kabupaten dengan penduduk WUS terbanyak di Provinsi
Lampung dan MAN 1 Lampung Tengah merupakan madrasah setara sekolah
menengah atas terbesar di kabupaten tersebut, sehingga diharapkan dapat
4
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini, antara lain:
1. Bagaimana gambaran status gizi, teman sebaya dan citra tubuh pada WUS
pranikah di MAN 1 Lampung Tengah?
2. Apakah ada hubungan teman sebaya terhadap status gizi pada WUS pranikah
di MAN 1 Lampung Tengah?
3. Apakah ada hubungan citra tubuh terhadap status gizi pada WUS pranikah di
MAN 1 Lampung Tengah?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan teman sebaya dan
citra tubuh terhadap status gizi pada WUS pranikah di MAN 1 Lampung Tengah
1.3.2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, antara lain:
1. Mengetahui gambaran status gizi, teman sebaya dan citra tubuh pada WUS
pranikah di MAN 1 Lampung Tengah.
2. Mengetahui hubungan teman sebaya terhadap status gizi pada WUS pranikah
di MAN 1 Lampung Tengah.
3. Mengetahui hubungan citra tubuh terhadap status gizi pada WUS pranikah di
MAN 1 Lampung Tengah.
1.4. Manfaat Penelitian
5
1.4.1.Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti
melalui pengalaman dan penerapan ilmu yang bermanfaat di komunitas.s
1.4.2.Bagi Institusi Pendidikan.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi kepustakaan
mengenai faktor yang mempengaruhi status gizi dan kesehatan reproduksi pada
WUS.
1.4.3.Bagi Dinas Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang bermanfaat
sehingga menjadi masukan dalam peningkatan program gizi dan kesehatan
reproduksi yang ditargetkan pada WUS.
1.4.4.Bagi Subyek
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kompensasi kepada subjek
melalui gambaran dan penambahan wawasan mengenai peran teman sebaya dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Wanita Usia Subur (WUS)
Wanita usia subur adalah wanita berusia antara 15-49 tahun yang berada
dalam masa reproduksi, ditandai dengan timbulnya haid yang pertama kali
(menarche), dan diakhiri dengan masa menopause (BKKBN, 2011). Gejala
menstruasi merupakan pertanda biologis dari kematangan seksual pada wanita yang
menunjukkan bahwa wanita telah siap menjalani fungsi reproduksinya, sedangkan
menopause adalah masa berhentinya menstruasi secara permanen akibat berhentinya
aktivitas folikel dalam ovarium (WHO, 2009).
Keadaan organ reproduksi WUS dapat berfungsi baik dan sempurna pada
kisaran umur 20-35 tahun. Perkembangan wanita usia subur berlangsung lebih cepat
daripada pria. Puncak kesuburan WUS berada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada
rentang usia ini, wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-an
tahun, presentasenya menurun menjadi 90%, sedangkan saat memasuki usia 40 tahun,
kesempatan hamil berkurang menjadi 40%. Setelah usia 40 tahun, wanita mengalami
penurunan sistem reproduksi secara fungsional menjadi 10% (WHO, 2009).
WUS pranikah dibagi kedalam dua kategori yaitu usia remaja (rentang usia
15-18 tahun) dan usia dewasa. Remaja merupakan usia peralihan dari masa
7
organ-organ dalam tubuh, sedangkan pada usia dewasa merupakan masa tercapainya
kematangan fisik dan terhentinya proses pertumbuhan (WHO, 2009).
Wanita usia subur dengan rentang 15-18 tahun berada dalam periode dimana
nutrisi merupakan hal yang sangat penting. Dalam periode ini terjadi peningkatan
dramatis dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik. WUS akan mengalami
kenaikan berat badan dan peningkatan tinggi badan secara signifikan sehingga
kebutuhan nutrisi meningkat dan memerlukan asupan gizi yang adekuat. Selain itu,
terdapat perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan yang dapat mempengaruhi
asupan nutrisinya. Hal ini berbeda dengan WUS dewasa, kebutuhan nutrisi secara
langsung lebih bergantung pada aktivitas fisik karena proses pertumbuhan sudah
terhenti. Pemenuhan kebutuhan nutrisi tersebut menjadi konstan dan digunakan untuk
mempertahankan fungsi tubuh yang optimal. (WHO, 2006).
2.2 Gizi WUS
Gizi merupakan proses menggunakan makanan yang dikonsumsi untuk
pertumbuhan, perkembangan fungsi organ-organ, dan menghasilkan energi. Manusia
membutuhkan asupan makanan untuk mempertahankan hidup guna menunjang proses
pertumbuhan dan melakukan aktivitas harian. Dalam makanan tersebut mengandung
karbohidrat, lemak dan protein yang digunakan sebagai sumber energi untuk kegiatan
tersebut. (Irianto, 2014).
8
Tabel 1. Kebutuhan Gizi Wanita Usia Subur
Zat Gizi
Wanita Usia Subur
15-18 tahun 19-29 tahun 30-45 tahun
Energy (kkal) 2200 1900 1800
Protein (g) 55 50 50
Vitamin A (RE) 600 500 500
Vitamin D (µg) 5 5 5
Vitamin E (mg) 15 15 15
Vitamin K (µg) 55 55 55
Tiamin (mg) 1,1 1,0 1,0
Riboflavin (mg) 1,0 1,1 1,1
Asam folat (µg) 400 400 400
Piridoksin (mg) 1,2 1,3 1,3
Vitamin B12 (µg) 2,4 2,4 2,4
Vitamin C (mg) 75 75 75
Kalsium (mg) 1000 800 800
Fosfor (mg) 1000 600 600
Magnesium (mg) 240 250 250
Besi (mg) 26 26 26
Yodium (µg) 150 150 150
Seng (mg) 14 9,3 9,8
Selenium (µg) 30 30 30
Mangan (mg) 1,6 1,8 1,8
9
2.2.1 Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa kompleks yang menjadi sumber energi utama
untuk tubuh. Karbohidrat terdiri dari dua jenis yaitu karbohidrat sederhana dan
karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana adalah makanan yang mengandung
gula, misalnya buah-buahan, susu, dan semua makanan yang manis, sedangkan
karbohidrat kompleks berasal dari biji-bijian, padi dan sayuran. Fungsi utama
karbohidrat adalah sebagai sumber energi; sebagian untuk otot dan otak, fungsi
lainnya berguna untuk cadangan energi, pengatur metabolisme lemak, dan
pembangun struktur sel. Kekurangan karbohidrat berdampak adanya gangguan proses
metabolisme dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti marasmus, kekurangan
energi protein. Namun, asupan karbohidrat yang melebihi kebutuhan juga tubuh dapat
menyebabkan kelebihan berat badan atau gemuk. Kelebihan berat badan berisiko
menderita diabetes melitus dan masalah kesehatan yang lain (Gibney, 2009).
2.2.2 Protein
Protein adalah senyawa kompleks yang terdiri dari asam amino. Protein
berdasarkan sumber ada dua yaitu protein hewani dan protein nabati. Protein hewani
lebih tinggi nilai biologi protein dari pada protein nabati. Protein mempunyai
beberapa fungsi penting yang dibutuhkan tubuh, antara lain: 1) pertumbuhan dan
pemeliharaan jaringan, 2) salah satu penghasil energi, 3) merupakan bagian dari
enzim dan antibodi, 4) mengangkut zat gizi, dan 5) mengatur kesimbangan air.
Protein tidak dapat berfungsi baik dalam tubuh dalam tubuh tanpa kecukupan sumber
energi yang lain seperti karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral (Fatmah, 2007).
2.2.3 Lemak
Lemak merupakan sumber energi tertinggi (9 kkal per gram) dibandingkan
10
lemak hewani. Konsumsi lemak total sehari dianjurkan sebanyak 20-30% kecukupan
energi sehari. Fungsi lemak yang lain adalah menghasilkan asam linolenat dan
linoleat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan fungsi normal jaringan, membantu
transportasi dan absorbsi vitamin A, D, E, dan K, sebagai bantalan organ tubuh
tertentu, dan membantu memelihara suhu tubuh serta mencegah kehilangan panas
tubuh secara cepat (Khomsan, 2003).
2.2.4 Vitamin dan Mineral
Vitamin adalah bahan organik kompleks yang umumnya dibutuhkan dalam
jumlah sedikit dan tidak bisa dibentuk di dalam tubuh sehingga harus dipenuhi dari
makanan. Secara garis besar, vitamin terbagi menjadi dua, yaitu vitamin yang larut
dalam lemak dan vitamin larut dalam air. Vitamin larut dalam lemak yaitu vitamin A,
D, E, dan K, sedangkan vitamin larut dalam air, yaitu vitamin B dan C. Mineral
merupakan bagian tubuh yang memegang peranan dalam pemeliharaan fungsi tubuh,
baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi organ secara keseluruhan.
Mineral juga berperan dalam pembentukan tulang dan gigi serta berbagai tahap
metabolisme terutama dalam kofaktor dalam aktifitas enzim-enzim (Gibney, 2009).
2.3 Status Gizi
2.3.1 Definisi Status Gizi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi individu
dengan melihat perhitungan tertentu dari berat badan dan tinggi badan. Status
kesehatan seseorang dapat dilihat melalui status gizi yang merupakan hasil dari
11
2.3.2 Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi merupakan upaya menginterpretasikan semua informasi
yang diperoleh melalui penilaian antropometri, konsumsi makanan, biokimia dan
klinik. Penilaian status gizi terbagi menjadi dua, yakni penilaian status gizi secara
langsung dan tak langsung. Penilaian status gizi langsung dilakukan dengan cara
antropometri, biofisik, biokimia dan klinis. Penilaian status gizi tak langsung dengan
survey konsumsi makan, perhitungan statistik dan ekologi (Irianto, 2014).
Pengukuran secara langsung yang paling sering digunakan adalah
antropometri. Salah satu pengukuran antropometri adalah indeks massa tubuh (IMT).
Indeks masa tubuh merupakan media sederhana untuk mengetahui status gizi orang
dewasa khususnya yang berkaitan dengan berat badannya tergolong kurang, normal,
atau lebih. Penilaian IMT menggunakan dua parameter yaitu, berat badan yang
merupakan salah satu parameter massa tubuh yang paling sering digunakan yang
dapat mencerminkan jumlah dari beberapa zat gizi seperti protein, lemak, air dan
mineral dan tinggi badan yang menjadi ukuran panjang dan dapat merefleksikan
pertumbuhan skeletal (Almatsier, 2011). Hasil interpretasi untuk WUS dewasa dapat
dilihat pada tabel 2 :
!"#=
!"#$%!"#"$(!"(
!"#$$"!"#"$ ! !!"#$$"!"#"$(!(
Tabel 2 Kategori IMT WUS Dewasa Berdasarkan WHO untuk Orang Asia
Kategori IMT (kg/m2)
Underweight <18,5
Normal 18,5 – 23,00
Overweight 23,00 – 25,00
Preobese 25,00 – 30,00
Obesitas >30,00
12
[image:30.595.83.494.127.204.2]Hasil interpretasi untuk WUS remaja dapat dilihat pada tabel 3 :
Tabel 3 Kategori IMT WUS Remaja Berdasarkan CDC
Kategori IMT (kg/m2)
Underweight <5th percentile
Normal 5th – <85th percentile
Overweight 85th – 95th percentile
Preobese >95th percentile
Sumber: CDC, 2000
2.3.3 Klasifikasi Status Gizi
2.3.3.1 Gizi Baik
Status gizi baik atau biasanya disebut status gizi normal dengan IMT
pada kisaran 18,5 hingga 23,00 kg/m2 pada dewasa dan kisaran 5th – <85th
percentile pada remaja, merupakan tingkat kesehatan dimana keadaan
kesehatan seseorang, ditinjau dari sisi kecukupan gizinya berada pada kondisi
yang normal. Apabila kesehatan tubuh berada pada tingkat gizi baik maka
seseorang dapat beraktivitas dengan optimal yang akan mempengaruhi tingkat
produktivitasnya (Almatsier, 2011).
2.3.3.2 Gizi Kurang
Gizi kurang merupakan kondisi dimana seorang tidak mendapatkan
asupan yang adekuat. Hal ini dapat diukur melalui lingkar lengan, rasio tinggi
badan dan berat badan dengan IMT di bawah 18,5 kg/m2 pada dewasa dan <5th
percentile pada remaja. Gizi kurang cukup mengkhawatirkan karena dapat
berdampak buruk pada kesehatan, menurunkan produtivitas tubuh. Salah satu
contoh kondisi gizi kurang adalah KEK, yang akan sangat membahayakan jika
diidap oleh wanita karena para calon ibu tersebut turut menentukan masa
13
2.3.3.3 Gizi Lebih
Gizi lebih adalah berat badan yang relatif berlebihan dengan tinggi
badan sebagai akibat terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan dalam
jaringan lemak tubuh. Seseorang dewasa dikatakan bergizi lebih jika memiliki
IMT melebihi 23,00 kg/m2 pada dewasa dan >85th percentile pada remaja.
Obesitas merupakan bagian dari gizi lebih dengan kondisi abnormal atau
kelebihan lemak yang serius dalam jaringan adipose sedemikian sehingga
mengganggu kesehatan. Pada wanita usia subur yang memiliki gizi lebih dapat
berdampak tidak baik karena tinggi risiko untuk terkena diabetes, hipertensi
dan komplikasi lainnya saat kehamilan (Almatsier, 2011).
2.3.4 Faktor yang Memengaruhi Status Gizi
Ada dua faktor yang mempengaruhi status gizi, yaitu faktor langsung dan
faktor tidak langsung. Faktor langsung dipengaruhi oleh faktor individu, asupan
makanan dan kondisi kesehatan seseorang seperti ada tidaknya penyakit infeksi,
serta kekebalan tubuh. Sedangkan faktor tidak langsung dipengaruhi oleh faktor
sosial ekonomi dan lingkungan (Supariasa, 2002).
2.3.4.1 Faktor Individu
Ada beberapa aspek yang masuk ke faktor individu yaitu faktor
biologis, psikologis, citra tubuh dan laju basal metabolik. Setiap orang
mempunyai pola makanan tersendiri disebabkan cara hidup dan faktor
lingkungan tersendiri. Contoh dari segi psikologis, terjadinya kenaikan berat
badan saat menghadapi situasi stres yang tinggi, kematian orang tua, penyakit
kronik dan depresi mental sehingga memunculkan perubahan pola makan
dapat menjadi berlebihan untuk menghilangkan stress atau sebaliknya. Laju
14
hal ini menentukan seberapa energi yang dibutuhkan per harinya. Basal
metabolik ini dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia individu dan aktivitas fisik
yang dilakukan dalam kesehariannya (Guyton, 2008).
WUS remaja yang mempunyai perilaku makan negatif dikaitkan
dengan citra tubuh yang dimiliki. Individu merasa tidak puas dengan
penampilannya sendiri. Mereka menginginkan penampilan yang ideal seperti
bintang film, penyanyi dan model. Suatu studi di AS mengenai body image
pada remaja putri menunjukkan bahwa 70% subjek mengungkapkan keinginan
untuk mengurangi berat badannya karena merasa kurang langsing, padahal
hanya 15% di antara mereka yang menderita overweight (Hansen, 2008).
2.3.4.2 Faktor Lingkungan
Aktivitas yang banyak dilakukan di luar rumah membuat individu
sering dipengaruhi teman sebayanya. Pemilihan makanan tidak lagi didasarkan
pada kandungan gizi tetapi sekedar bersosialisasi, untuk kesenangan, dan
supaya tidak kehilangan status. Media massa juga menentukan asupan makan
yang akan mempengaruhi ke status gizi seseorang. Iklan-iklan tentang
berbagai metode penurunan berat badan yang menggunakan seorang artis
sebagai model akan lebih mudah memikat para remaja, khususnya remaja
putri (Arisman, 2010).
2.3.4.3 Faktor Sosial Ekonomi
Jumlah pendapatan dapat mempengaruhi pemilihan jenis makanan
yang dikonsumsi. Peningkatan kemakmuran di masyarakat yang diikuti oleh
peningkatan pendidikan dapat mengubah gaya hidup dan pola makan dari pola
makan tradisional ke pola makan makanan praktis dan siap saji yang dapat
15
massa menampilkan sajian makanan cepat saji. Pola makan praktis dan siap
saji terutama terlihat di kota-kota besar, dan jika dikonsumsi secara tidak
rasional akan menyebabkan kelebihan masukan kalori yang akan
menimbulkan permasalahan gizi lebih atau obesitas (Gibney, 2009).
2.4 Teman sebaya
2.4.1 Definisi Teman Sebaya
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, teman sebaya diartikan sebagai dua
individu atau lebih yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih
sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya. Teman
sebaya memiliki karakteristik yang sama, seperti umur, jenis kelamin, etnis, tempat
tinggal dan kesukaan (Alwi, 2007).
Pertemanan adalah suatu tingkah laku yang dihasilkan dari dua orang atau
lebih yang saling mendukung. Pertemanan dapat diartikan pula sebagai hubungan
antara dua orang atau lebih yang memiliki unsur-unsur seperti kecenderungan untuk
menginginkan apa yang terbaik bagi satu sama lain, simpati, empati, kejujuran dalam
bersikap, dan saling pengertian. Dengan berteman, seseorang dapat merasa lebih
aman karena secara tidak langsung seorang teman akan melindungi temannya dari
apapun yang dapat membahayakan temannya. Selain itu, sebuah pertemanan dapat
dijadikan sebagai adanya hubungan untuk saling berbagi dalam suka ataupun duka,
saling memberi dengan ikhlas, saling percaya, saling menghormati, dan saling
menghargai (Zimmermann, 2004).
2.4.2 Karakteristik Pertemanan
Karakteristik pertemanan dapat membangkitkan perasaan yaitu pertama
16
menerima teman tanpa mencoba mengubah mereka. Ketiga, percaya, dengan
berasumsi bahwa teman akan berbuat sesuatu sesuai dengan kesenangan individu.
Keempat, saling menghargai dengan membuat keputusan yang baik, saling menolong
dan mendukung teman. Kelima, tempat menceritakan rahasia merupakan wadah
berbagi pengalaman dan masalah yang bersifat pribadi kepada teman dan mengerti
individu tersebut. Keenam adalah nilai spontanitas dimana seseorang dapat merasa
bebas menjadi diri sendiri ketika berada di dekat teman. Ciri-ciri berteman terdiri dari
sukarela, unik, kedekatan dan keintiman. Dalam pertemanan harus dipelihara agar
dapat bertahan, kesenangan, penerimaan, percaya, respek, saling membantu,
menceritakan rahasia, pengertian, serta spontanitas (Selfhout, 2010).
2.4.3 Fungsi Pertemanan
Pertemanan memiliki lima fungsi perteman yaitu stimulasi, dukungan fisik,
dukungan ego, afeksi dan sosial. Berteman akan memberikan kesempatan kepada
seseorang untuk menjalankan fungsi sosial melalui interaksi saat melakukan suatu
aktivitas bersama. Berteman juga memberi stimulasi kepada seseorang untuk
mengembangkan potensi dirinya melalui informasi menarik dan penting yang
didapatkan oleh temannya. Hal tersebut memicu potensi, bakat ataupun minat agar
berkembang dengan baik. Pada remaja, pertemanan sangat membantu dalam
mengungkapkan rasa ketidakamanan dan ketakutan mereka tanpa merasa malu.
Teman juga bertindak sebagai orang kepercayaan yang menolong remaja melewati
berbagai situasi sulit dengan menyediakan dukungan fisik. Selain dukungan fisik
melalui kehadiran, pertemanan juga memberikan dukungan ego meliputi perhatian
terhadap remaja sehingga dapat mengungkapkan ekspresi, kompetensi, minat, bakat
dan keahlian seseorang (Parker, 2006).
17
Selain memiliki fungsi yang berdampak positif, pertemanan juga dapat
memberikan dampak negatif bagi remaja seperti pengalaman ditolak atau diabaikan
dapat membuat mereka merasa tidak diinginkan, kesepian dan bersikap bermusuhan.
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa teman sebaya sebagai lingkungan sosial
bagi remaja mempunyai peranan yang cukup penting. Peran terpenting dari teman
sebaya bagi perkembangan remaja adalah sebagai sumber informasi mengenai dunia
di luar keluarga, sumber kognitif untuk pemecahan masalah dan perolehan
pengetahuan, serta sumber emosional untuk mengungkapkan ekspresi dan identitas
diri (Santrock, 2007).
2.4.4 Instrumen Penelitian Teman Sebaya
Kedekatan seorang individu dengan teman sebaya telah diteliti dalam dua
dekade terakhir. Peneliti mengeksplorasi bagaimana pengaruh kedekatan teman
sebaya pada fenomena psikologis seperti kebiasaan makan, gangguan makan dan
secara keseluruhan lainnya. Salah satu alat yang bisa mengukur pengaruh kedekatan
individu dengan teman sebayanya menggunakan Peer Influence Scale (PIS).
Peer Influence Scale dikembangkan oleh Sira (2013) dalam disertasinya untuk
mengukur pengaruh teman sebaya terhadap perilaku makan pada mahasiswa strata 1
di Virginia Polytechnic and State University. Format PIS memiliki aspek penilaian
yaitu persepsi teman sebaya terhadap bentuk tubuh, penilaian teman sebaya terhadap
perilaku makan, pengaruh terhadap pemilihanan makanan, kebiasaan dan pemikiran
tentang tubuh ideal.
Kuesioner tersebut telah mengalami terjemahan dari Bahasa Inggris ke Bahasa
Indonesia, modifikasi, uji validasi dan reliabilitas ulang. Validasi dilakukan oleh
peneliti di kawasan tempat tinggal khusus putri di Bandar Lampung. Responden
18
validitas tersebut menggunakan uji Pearson Product Moment dimana validitas item
ditunjukkan melalui korelasi skor item dan skor total. Dari hasil tersebut didapatkan
koefisien r dan hasil semua item pernyataan kuesioner adalah valid jika r hitung > r
tabel (r = 0,3610). Hasil yang didapatkan adalah 12 pertanyaan valid. Selain itu, PIS
telah diujicoba dengan menggunakan uji reliabilitas Alpha Cronbach dan didapatkan
koefisien sebesar 0.81. Semakin besar nilai koefisien maka semakin baik
reliabilitasnya (Dahlan, 2006).
2.5 Citra tubuh
2.5.1. Definisi Citra Tubuh
Citra tubuh adalah gambaran persepsi, perasaan dan sikap seseorang mengenai
tubuhnya secara keseluruhan dan bagian tubuh tertentu (wajah, tangan, kaki, bahu dan
lain-lain) termasuk bentuk, ukuran dan berat badan (Papali, 2008).
2.5.2.Aspek-aspek Citra tubuh
Terdapat aspek-aspek dari citra tubuh yaitu ketertarikan fisik, kepuasan
terhadap citra tubuh, pentingnya citra tubuh, penilaian terhadap bagian tubuh yang
kurang menarik, usaha peningkatan citra tubuh, kecemasan atas penilaian orang lain,
dan perbandingan terhadap citra tubuh. Aspek citra tubuh seorang individu berpusat
pada tiga hal yaitu penilaian diri sendiri mengenai tubuh, kecemasan terhadap
penilaian orang lain dan usaha untuk mencapai tubuh ideal. Ketiga adalah usaha yang
dilakukan untuk menutupi bagian tubuh yang dianggap tidak menarik perbaikan
dengan cara restriksi diet, aspek inilah yang menjadi urgen karena dapat
19
2.5.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Citra tubuh
2.5.3.1 Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah faktor paling penting dalam perkembangan citra
tubuh seseorang. Beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan
menyatakan bahwa wanita lebih negatif memandang citra tubuh daripada pria
(Davison, 2006).
2.5.3.2. Usia
Pada usia remaja seseorang, citra tubuh semakin penting. Hal ini
berdampak pada usaha berlebihan untuk mengontrol berat badan. Umumnya
hal ini terjadi pada remaja putri dibanding remaja putra. Remaja putri
mengalami kenaikan berat badan yang normal pada 35 masa pubertas dan
menjadi tidak bahagia tentang penampilan dan citra tubuh negatif ini dapat
menyebabkan gangguan makan (eating disorders). Ketidakpuasan remaja
putri pada tubuhnya meningkat pada awal hingga pertengahan usia remaja
sedangkan pada remaja putra yang semakin berotot menjadi semakin tidak
puas dengan tubuhnya (Papali, 2008).
2.5.3.3. Media Massa
Paparan media yang tinggi dapat memengaruhi pembaca. Isi tayangan
media sering memperlihatkan bahwa standar kecantikan wanita yang menarik
adalah tubuh yang kurus. Hal ini membuat para wanita percaya bahwa citra
tubuh ideal yang menarik dengan menjadi kurus. Majalah wanita terutama
majalah fashion, film dan televisi menyajikan gambar figur kurus yang ideal
sehingga menyebabkan banyak wanita merasa tidak puas dengan dirinya yang
20
2.5.3.4. Keluarga
Menurut teori pembelajaran sosial, orang tua merupakan model yang
penting dalam proses sosialisasi sehingga memengaruhi citra tubuh
anak-anaknya melalui modeling, umpan balik dan instruksi. Citra tubuh melibatkan
pertimbangan figur orang tua terhadap jenis kelamin bayinya dan bagaimana
wajah bayinya kelak. Ketika bayinya lahir, orang tua menyambut bayi tersebut
dengan ekspektasi dari citra tubuh anaknya secara utuh. Kebutuhan emosional
anak dalam keluarga adalah disayangi lingkungan, Hal ini memengaruhi harga
diri seseorang. Semakin baik penerimaan keluarga terhadap individu, maka
semakin baik kepuasan terhadap citra diri seorang anak di dalam keluarga
(Cash, 2004).
2.5.3.5. Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah seseorang yang cenderung
membandingkan dirinya dengan orang lain dan feedback yang diterima
memengaruhi konsep diri termasuk bagaimana perasaannya terhadap
penampilan fisik. Umpan balik terhadap penampilan, kompetisi teman sebaya
dan keluarga dalam hubungan interpersonal memengaruhi bagaimana
pandangan dan perasaan seseorang terhadap tubuhnya (Cash, 2004).
2.5.4 Instrumen Penelitian Citra Tubuh
Body Shape Questionnaire (BSQ) adalah salah satu alat yang digunakan untuk
menilai citra tubuh untuk mengukur kekhawatiran tentang berat badan dan bentuk
pada individu. Awalnya, BSQ dikembangkan oleh Cooper (1987) dan didapatkan
validitas konkuren sebesar 0.77 terhadap pemeriksaan Body Dismorphic Disorder dan
21
Reliabilitas dan validitas kuesioner BSQ telah dilakukan di Indonesia. Proses
tersebut terbagi menjadi 3 tahap yaitu proses penerjemahan, proses pengambilan
sampel dan analisis. Proses penerjemahan menggunakan teknik back-translation.
Teknik ini merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk mencapai
kesetaraan terjemahan dalam penelitian lintas budaya. Versi bahasa Inggris dari BSQ
masing-masing diterjemahkan ke dalam versi bahasa Indonesia dan kembali
diterjemahkan ke dalam versi bahasa Inggris oleh empat ahli bahasa. Ahli bahasa
yang pertama menerjemahkan kuesioner asli (Sumber 1) ke versi Indonesia (Target 1)
dan memberikannya kepada ahli bahasa kedua yang menerjemahkan hasil terjemahan
dari ahli bahasa pertama (Target 1) kembali ke Bahasa Inggris (Sumber 2). Sumber 2
kemudian diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh ahli bahasa ketiga yang disebut
dengan Target 2. Akhirnya, Target 2 diterjemahkan kembali ke Bahasa Inggris
(Sumber 3) oleh ahli bahasa keempat. Ulasan dan penyesuaian dilakukan pada tahap
Target 1, Target 2, Sumber 2 dan 3 oleh 4 ahli bahasa hingga didapatkan makna yang
sama dari kuesioner aslinya (Hastuti, 2013).
Proses yang kedua melibatkan 40 (20 laki-laki dan 20 perempuan) yang
tinggal di Yogyakarta. Peserta direkrut melalui selebaran ditempatkan pada papan
informasi di area tempat pengambilan sampel. Dua puluh laki-laki dan 20 perempuan
dipilih secara acak dari daftar peserta yang memenuhi syarat berdasarkan peserta
kriteria inklusi sebagai berikut berusia 15-65 tahun yang setuju untuk mengikuti
penelitian ini. Peserta yang memiliki cacat fisik atau gangguan kognitif, peserta yang
sedang melakukan perawatan medis, peserta dalam program diet dan wanita hamil,
dikeluarkan dari penelitian (Hastuti, 2013).
Pada proses yang ketiga, dilakukan uji validitas konkuren, uji reliabilitas
22
ditemukan korelasi dengan kekuatan sedang (0.49–0.69) antara kuesioner BSQ
dengan IMT dan penilian diri. Pada uji reliabilitas test-retest dilakukan dengan dua
kali pengukuran kuesioner dalam kesempatan waktu yang berbeda sehingga diperoleh
dua koefisien reliabilitas dan dikorelasikan antara dua skor tersebut. Hasil korelasi
dua koefisien didapatkan nilai 0.88 dengan menggunakan analisis uji berpasangan
Bland dan Altman plot. Pengujian reliabilitas lainnya adalah konsistensi internal yang
digunakan untuk mengukur konsistensi kuesioner dalam melakukan fungsinya.
Penelitian ini menggunakan Alpha Chronbah dan diperoleh nilai 0,97. Semakin tinggi
koefisien reliabilitas, maka semakin stabil kualitas sepanjang waktu (Hastuti, 2013).
2.6 Hubungan Teman Sebaya dengan Status Gizi
Feeney (2011) mengatakan bahwa seseorang akan makan lebih banyak jika
teman makan tersebut makan dengan jumlah yang banyak dan seseorang akan makan
lebih sedikit jika teman makan tersebut makan dengan jumlah yang sedikit. Apa yang
mereka lihat dari teman makan mereka dijadikan sebagai indikator seberapa banyak
makanan yang dimakan hal ini mempengaruhi asupan makanan individu. Hal ini juga
diperkuat oleh O’Neil (2012) menyatakan bahwa pemilihan makanan hingga
terbentuknya pola makan individu, terutama remaja dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar. Lingkungan sekitar yang paling berperan besar adalah keluarga dan teman
sebaya sehingga secara tidak langsung, teman sebaya mempengaruhi status gizi
individu.
Bagi remaja putri, pengaruh teman sebaya lebih besar dibandingkan pengaruh
keluarga, karena terdapat kenyamanan, rasa sepaham dan dukungan yang didapatkan
dari teman sebaya. Persepsi mengenai bentuk tubuh ideal sangat dipengaruhi oleh
23
antara remaja putri dengan teman sebaya (Brown, 2005). Penelitian di Portugal
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh teman dekat
dengan perilaku diet. Ketika ada teman yang menyarankan untuk berdiet, persentase
remaja putri yang melakukan diet cenderung meningkat. Selain itu, penilaian bentuk
tubuh dari teman juga mempengaruhi penilaian bentuk tubuh diri sendiri. Sebanyak
63,3% remaja putri yang dinilai gemuk oleh teman-temannya menganggap bahwa
bentuk tubuhnya tidak ideal dan kelebihan berat badan (Cunha, 2008).
2.7 Hubungan Citra Tubuh dengan Status Gizi
Citra tubuh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi asupan makan
seseorang. Dalam sebuah penelitian di Amerika Serikat yang membandingkan
persepsi tentang berat badan antara wanita dengan berat badan normal, overweight,
dan obese diperoleh hasil bahwa 6% (pada sampel dengan berat badan normal), 15%
(overweight), dan 26% (obese) menyatakan persepsi mereka mengenai berat badan
yang menarik adalah berat badan yang lebih rendah dibandingkan dengan berat badan
mereka saat ini. Sebesar 83% dari sampel memilih untuk melakukan diit dalam upaya
menurunkan berat badannya dan beranggapan bahwa apabila mereka tidak berdiit
maka berat badannya akan menjadi 2-6% lebih besar dibandingkan dengan berat
badan saat ini (Malinauskas, 2006).
Penelitian di Australia mengenai citra tubuh dan masa menjelang pernikahan
menunjukkan bahwa dari 347 calon pengantin wanita yang menjadi sampel penelitian,
lebih dari 50% sampel merencanakan untuk menurunkan berat badannya sebelum
menikah, 40% merencanakan untuk berdiet, dan sekitar 67% berencana untuk
meningkatkan intensitas olahraganya (Pichard, 2008). Sebuah penelitian di Amerika
24
serupa yaitu 70% sampel berkeinginan untuk menurunkan berat badannya
(Neighbors, 2007).
Penelitian di Jepang menyatakan bahwa wanita memiliki keinginan yang besar
untuk menjadi langsing (62,0%) dibandingkan dengan lelaki (47,4%). Pada penelitian
ini, sebagian besar wanita memiliki keinginan untuk menjadi langsing, meskipun
jumlah responden yang mengalami obesitas sangat sedikit dan sebagian besar
responden yang memiliki IMT normal, ternyata menginginkan ukuran tubuh dengan
IMT yang tergolong kurus (BMI: 18,4+ 3,4) (Sakamaki, 2005)
Peningkatan jumlah perempuan dengan berat badan normal yang mengalami
distorsi terhadap berat badan dikarenakan mispersepsi dari berat badan dapat
memberikan dampak negatif, seperti kurangnya asupan gizi, gangguan makan, dan
masalah berat badan lebih lanjut. Perubahan perilaku mengenai berat badan yang
tidak sehat ini dapat menyebabkan situasi medis yang serius dan bahkan bunuh diri
25
[image:43.595.80.549.102.540.2]2.8 Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori Hubungan Teman Sebaya dan Citra Tubuh Terhadap Status Gizi WUS di MAN 1 Lampung Tengah
Sumber: Modifikasi dari Supariasa, 2002; Guyton, 2008; Hansen, 2008; Arisman, 2010; Gibney 2009.
Faktor lingkungan
• Jumlah anggota keluarga
• Pola makan keluarga
• Kebudayaan
• Media massa
• Tren
• Teman sebaya
Faktor Individu
• Pertumbuhan
• Kebutuhan fisiologis
•Jenis kelamin
•Genetik
•Status kesehatan
•Asupan makan
•Aktivitas fisik
•Citra tubuh
Faktor sosial ekonomi
• Tingkat ekonomi
• Tingkat pendidikan
• Pengetahuan gizi
• Daya beli keluarga
26
2.9 Kerangka Konsep Penelitian
2.10 Hipotesis
H0 :
• Tidak terdapat hubungan teman sebaya terhadap status gizi wanita usia subur
pranikah di MAN 1 Lampung Tengah
• Tidak terdapat hubungan citra tubuh terhadap status gizi wanita usia subur
pranikah di MAN 1 Lampung Tengah
H1 :
• Terdapat hubungan teman sebaya terhadap status gizi wanita usia subur
pranikah di MAN 1 Lampung Tengah
• Terdapat hubungan teman sebaya terhadap status gizi wanita usia subur
pranikah di MAN 1 Lampung Tengah Teman Sebaya
Citra Tubuh
[image:44.595.130.507.126.303.2]STATUS GIZI
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Teman Sebaya dan Citra Tubuh terhadap Status Gizi WUS di MAN 1 Lampung Tengah
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penenlitian
Penelitian ini merupakan penelitian metode analitik observasional dengan
pendekatan cross sectional study yang merupakan suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika hubungan antara faktor yang mempengaruhi suatu kejadian
dengan cara pendekatan observasi dan/atau pengumpulan data dalam waktu yang
sama (Dahlan, 2009). Oleh karena itu, pada penelitian ini pengambilan data status
gizi, teman sebaya dan citra tubuh menggunakan kuesioner yang akan dilakukan
dalam satu waktu.
3.2 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Lampung
Tengah yang dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2016. MAN 1
Lampung Tengah terletak di Jalan Raya Lintas Timur RT 03 RW 01, Kecamatan
Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah. MAN 1 Lampung Tengah berdiri
pada tahun 1977, sebelumnya MAN 1 Lampung Tengah bernama MAN 1
Poncowati, namun pada tahun 2014 mengalami perubahan. MAN 1 Lampung
28
status akreditasi B. Selain itu, MAN 1 Lampung Tengah mempunyai 1 kepala
madrasah dengan 3 wakil kepala madrasah, 60 pendidik dan 20 tenaga
kependidikan 3 PNS dan 17 Non-PNS.
Lokasi ini dipilih karena MAN 1 Lampung Tengah adalah salah satu
sekolah setara menengah atas terbesar di Kab. Lampung Tengah, dan belum
pernah dilakukannya penelitian mengenai hubungan teman sebaya dan citra tubuh
terhadap status gizi pada wanita usia subur pranikah.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Jumlah murid MAN 1 Lampung Tengah adalah 999 orang dengan jumlah
siswa 331 orang dan siswi 668 orang. Populasi yang diambil pada penelitian ini
adalah siswi MAN 1 Lampung Tengah berjumlah 668 orang dengan rincian
sebagai berikut:
1. Kelas X : terdiri dari 5 kelas ipa dan 5 kelas ips dengan jumlah
siswa 110 orang dan siswi 266 orang.
2. Kelas XI : terdiri dari 5 kelas ipa dan 4 kelas ips dengan jumlah
siswa 124 orang dan siswi 210 orang
3. Kelas XII : terdiri dari 5 kelas ipa dan 3 kelas ips dengan jumlah
siswa 97 orang dan siswi 192 orang
3.3.2 Sampel
Adapun jumlah sampel yang akan diambil untuk penelitian analitik
29
n = !! !"#!!! !"#"!!"#" !"!!" !
!
Keterangan :
Z!= Derivatbakualfa = 1,96
Z!= Derivatbakubeta = 0,84
P2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya =
0,48 (Kurnianingsih, 2009)
Q2= 1 - P2 = 1 – 0,48 = 0,52
P1=proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement
peneliti = 0,67 (Kurnianingsih, 2009)
Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,67 = 0,33
P1 – P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna
= 0,67 – 0,48 = 0,19
P = proporsi total = (P1 + P2)/2 = 0,67 + 0,48/2 = 0,19
Q = 1 – P = 1 – 0,575 = 0,425
Berdasarkan beberapa jumlah sampel yang didapatkan dari perhitungan
proporsi penelitian terhadap teman sebaya dan perilaku diet ada remaja putri yang
telah dilakukan sebelumnya (Kurnianingsih, 2009), maka didapatkan
penghitungan jumlah sampel adalah sebagai berikut:
n = !! !"#!!! !"#"!!"#" !
!"!!"!
= !,!" !(!,!"!((!,!"#(!!,!" (!,!"((!,!!(!(!,!"((!,!"( !
!,!" !
= !,!" !,!""!!,!" !,!"!!,!"#" !
!,!" !
30
= !,!"#!!,!"#! !,!"#$
= !,!"#! !,!"#$ =
!,!"#
!,!"#$ = 105
Setelah dilakukan perhitungan sampel didapatkan 105 orang, namun untuk
mengantisipasi adanya drop out, maka ditambahkan 10% sehingga sampel
berjumlah 115 orang pada penelitian ini.
Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Sudah menstruasi
2. Belum menikah
3. Bersedia menjadi responden penelitian
4. Dapat membaca dan menulis
5. Mampu berkomunikasi dengan lancar
Adapun kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah:
1. Hamil
2. Mempunyai penyakit kronis
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan teknik sampling non-probability yaitu
purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel
dengan menggunakan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti. Sampel diambil tidak
secara acak dan hanya diperbolehkan untuk masuk ke kelas sesuai dengan arahan
dari pihak sekolah yaitu kelas XII IPA-1, XII IPA-2, XII IPA-4, XI IPS-1, XI
IPS-2, X IPA-3 dan X IPA-5. Hal ini dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang
tidak bisa diganggu dan ada beberapa pengajar tidak mengizinkan peserta didik
31
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status gizi.
3.4.2 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah peran teman sebaya dan
citra tubuh pada WUS pranikah di MAN 1 Lampung Tengah
3.5 Definisi Operasional
Definisi operasional menguraikan variabel dependen maupun variabel
[image:49.595.110.523.372.722.2]independen, alat ukur, cara ukur, hasil ukur dan skala ukur pada penelitian ini.
Tabel 4 Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara
Ukur
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur Status
Gizi
32
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Pada pelaksanaannya penelitian ini dilakukan selama 1 hari namun dapat
dilakukan secara berkala. Alur prosedur dalam penelitian ini sebagai berikut.
Gambar 3. Alur Pengumpulan Data
3.6.1 Data
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu
data yang diambil langsung dari narasumber. Pengumpulan data akan dilakukan
dengan media kuesioner dan pengukuran langsung.
3.6.2 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah daftar pertanyaan dalam kuesioner dan alat
pengukuran indeks masa tubuh. Instrumen untuk teman sebaya akan
menggunakan kuesioner Peer Influence Scale (PIS) yang berfungsi untuk menilai
pengaruh teman sebaya dalam perilaku makan dan manajemen berat badan (Sira,
2003). PIS memiliki 12 item pertanyaan dengan uji reliabilitas Alpha Cronbach
sebesar 0,81 dan validitas dengan Product Moment yang mempunyai nilai r
>0,3601.
Informed Consent
Pengisian Kuesioner
Pemeriksaan tinggi badan dan berat badan
Pengumpulan Data
33
Instrumen untuk citra tubuh akan menggunakan kuesioner Body Shape
Questionnaire (BSQ) yang berisi 34 pertanyaan berfungsi untuk menilai pendapat
seseorang terhadap tubuhnya. BSQ telah diujicoba di lapangan dengan melakukan
uji realiabilitas dengan Alpha Cronbach sebesar 0,970 (Hastuti, 2013).
Informed consent akan diberikan bersamaan dengan kuesioner untuk
mendapatkan persetujuan dari responden. Pengisian kuesioner akan dilakukan dan
diobservasi secara langsung sehingga didapatkan hasil.
3.6.3 Teknik Penilaian Instrumen Penelitian
Kuesioner terdiri dari pertanyaan-pertanyaan mengenai teman sebaya dan
citra tubuh akan diisi oleh responden. Peer Influence Scale memiliki 12
pertanyaan dengan rentang skala 1 (tidak pernah) sampai 5 (sangat sering).
Responden menjawab dengan memilih skala. Apabila responden memilih skala 1
maka skor jawaban tersebut bernilai 1, jika responden memilih skala 2 maka skor
jawaban tersebut bernilai 2 dan seterusnya. Hal tersebut berlaku untuk semua
pertanyaan. Seluruh jawaban akan diakumulasi dengan skor minimal 12 dan skor
maksimal 60. Hasil interpretasi jawaban menjadi 2 kategori yaitu berpengaruh
dengan rentang skor 39-60 atau tidak berpengaruh dengan rentang skor 12-38
(Sira, 2003).
Body Shape Questionnaire memiliki 34 pertanyaan dengan rentang skala 1
(tidak pernah) sampai 6 (selalu). Format BSQ memiliki 3 aspek penilaian yaitu
penilaian persepsi diri terhadap tubuh, sikap terhadap kekhawatiran bentuk tubuh
dan persepsi perbandingan terhadap citra tubuh diri sendiri dengan orang lain.
Sama seperti PIS, responden diwajibkan untuk memberikan jawaban dengan
34
boleh diisi satu skala. Apabila responden menjawab skala 1 maka skor jawaban
tersebut bernilai 1 dan seterusnya. Hal tersebut berlaku sama untuk semua skala
dan semua jawaban. Seluruh jawaban akan dijumlahkan dengan skor minimal 34
dan skor maksimal 204. Selanjutnya, hasil diinterpretasikan dalam 2 kategori
yaitu puas terhadap bentuk tubuh dengan rentang skor total 34-93 dan tidak puas
terhadap bentuk tubuh dengan rentang skor total 94-204 (Hastuti, 2013).
3.7 Analisis Data
Data yang telah didapat akan di proses dan diolah menggunakan program
analisis statistika, kemudian dianalisis sebagai berikut:
1. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan satu variabel yang
bertujuan untuk melihat gambaran dan variasi suatu variabel dalam bentuk
distribusi frekuensi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan
uji statistik yaitu uji Chi Square dengan derajat kepercayaan 95% (α =
5%). Bila hasil uji statistik mendapatkan nilai p<0.05 maka ada hubungan
yang bermakna antara kedua variabel tersebut dan jika nilai p>0.05 maka
tidak ada hubungan bermakna antara kedua variabel tersebut. Dalam hal
ini diperlukan data yang terdistribusi normal untuk dapat memenuhi syarat
uji Chi Square, apabila jumlah sel dengan frekuensi harapan yang kurang
35
Exact dengan cara menggabungkan sel. Untuk mengetahui derajat
hubungan antara variabel independen dan dependen dapat diketahui
dengan menghitung OR (Odd Rasio). Penghitungan OR dilakukan untuk
mengetahui kelompok mana yang memilki risiko lebih besar dibanding
kelompok lain. Apabila OR=1, maka tidak ada hubungan antara variabel
independen dengan dependen. Jika OR>1, maka variabel independen
merupakan faktor resiko, namun jika OR<1, maka variabel yang diduga
berisiko adalah variabel protektif (Dahlan, 2009).
3.8 Etika Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan surat kelayakan etik berupa keterangan
lolos kaji etik dan informed consent oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan peran teman sebaya dan
citra tubuh terhadap status gizi WUS pranikah di MAN 1 Lampung Tengah,
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Status gizi WUS pranikah dengan rentang usia 15-18 tahun sebanyak 74
orang (64.3%) berstatus gizi normal, gizi lebih sebanyak 26 orang
(22.6%) dan gizi kurang sebanyak 15 orang (13.1%). Pada gambaran citra
tubuh, didapatkan 85 orang (73.9%) menyatakan puas, sedangkan tidak
puas sebanyak 30 (26.1%). Pada gambaran teman sebaya didapatkan 103
orang (89.4%) responden menyatakan tidak berpengaruh, sedangkan 12
orang (10.4%) responden menyatakan berpengaruh.
2. Terdapat hubungan antara citra tubuh dan status gizi dengan nilai p<0,01.