SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
SITI UTAMI HERDININGSIH 110522111
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI EKSTENSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademis guna menyelesaikan beban akademik pada
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga
dan saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan dituliskan
sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Januari 2014
SITI UTAMI HERDININGSIH
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY
PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA
Laporan keuangan merupakan pusat informasi yang sangat penting bagi sebuah perusahaan. Salah satu atribut karakteristik kualitatif dalam pelaporan keuangan adalah relevan, yang perwujudannya bisa dilihat melalui ketepatan waktu dalam menyampaikan laporan. Ketepatan waktu dapat dinilai dari audit delay, yang merupakan lamanya waktu dari berakhirnya tahun fiskal perusahaan sampai dengan tanggal ketika auditor menerbitkan opininya. Studi ini bertujuan untuk menilai faktor-faktor apa saja yang mempunyai pengaruh terhadap audit delay. Faktor-faktor itu adalah ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, dan tingkat solvabilitas.
Populasi perusahaan yang digunakan dalam studi ini adalah perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012. Teknik pemilihan sampel menggunakan purposive sampling yang menghasilkan 15 (lima belas) perusahaan sampel. Analisis statistik data menggunakan regresi linear berganda.
Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas dan tingkat solvabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay.
ABSTRACT
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY
PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA
Financial statement is the center of information that very important for a company. One of qualitative characteristics attribute of financial reporting is relevant, that is manifestation can be seen from timeliness of reporting. Timeliness could be judging from the audit delay, which is length of time from company fiscal year end to the date of auditor’s report. This study aims to measure the factors which affect audit delay. They are size of the company or total asset, profitability and solvability.
The population of the study is the consumer goods companies registered in the Jakarta Stock Exchange in the period of 2010-2012. Sampling technique employed in this study is the purposive sampling with the total sample of 15 companies. The data analysis uses multiple regressions.
The result of the study shows that the size of the company, profitability and solvability don’t have influence towards audit delay.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan ridho-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi dan menyusun Skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program pendidikan S-1 dan
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak khususnya dukungan materi maupun non materi
serta doa yang tulus dari kedua orang tua tercinta (Bapak Muhammad Syahril dan
Ibu Elly Suryani). Serta dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan
terima kasih juga yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. dan Bapak Drs.
Hotmal Ja’far, M.M, Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M,
Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas
4. Bapak Keualana Erwin S.E, M.Si, Ak. selaku Dosen Pembimbing yang
telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga saya dapat
meyelesaikan Skripsi ini.
5. Bapak Drs. Sucipto, M.M, Ak. selaku Dosen Pembaca yang telah
meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga saya dapat
meyelesaikan Skripsi ini.
6. Terkhusus kepada kedua adik tercinta Raditya dan Faisal.
Teman-teman seperjuangan di kampus khususnya Halimah, Yunida, Atika,
Dewi dan yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Juga
kepada semua teman-teman di dunia maya, khususnya Indy Ayu dan
Rezki FR. Terima kasih atas dukungan kalian selama ini.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang dapat
membangun untuk menyempurnakan Skripsi ini agar menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian
terutama penulis.
Medan, Januari 2014
Penulis,
Siti Utami Herdiningsih
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah……… 1
1.2Perumusan Masalah………... 4
1.3Tujuan Penelitan……… 5
1.4Manfaat Penelitian………. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis……… 7
2.1.1 Laporan Keuangan……… 7
2.1.2 Audit………. 9
2.1.3 Audit Delay………... 13
2.2 Penelitian Terdahulu………... 19
2.2.1 Penelitian Terdahulu……….. 19
2.2.2 Catatan Penulis Tentang Penelitian Terdahulu………….. 23
2.2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu……… 25
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis……… 27
2.3.1 Kerangka Konseptual………. 27
2.3.2 Hipotesis………. 28
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian……… 30
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian………. 30
3.3 Jenis dan Sumber Data……….. 33
3.4 Metode Pengumpulan Data……… 33
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian…… 34
3.5.1 Variabel Bebas……….. 34
3.5.2 Variabel Terikat………. 35
3.6 Metode dan Teknik Analisis Data………. 36
3.6.1 Uji Asumsi Klasik………. 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian……… 45
4.2 Analisis Hasil Penelitian………. 45
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif……….. 45
4.2.2 Uji Asumsi Klasik……….. 47
4.2.3 Pengujian Hipotesis……… 55
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian……….. 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………. 65
5.2 Saran………... 66
DAFTAR PUSTAKA………. 68
DAFTAR TABEL
NOMOR JUDUL HALAMAN
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu……….. 19
Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu………... 25
Tabel 3.1 Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di BEI…… 31
Tabel 3.2 Daftar Perusahaan Sampel………. 32
Tabel 3.3 Pengukuran Variabel dan Operasional Variabel………… 36
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel………... 46
Tabel 4.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov……… 48
Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas………... 51
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi………. 52
Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi……… 55
Tabel 4.6 Pengujian Hipotesis: Koefisien Determinasi………. 57
Tabel 4.7 Pengujian Hipotesis: Uji t……….. 58
DAFTAR GAMBAR
NOMOR JUDUL HALAMAN
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual………... 28
Gambar 4.1 Histogram………. 49
Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot………... 50
DAFTAR LAMPIRAN
NOMOR JUDUL HALAMAN
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Consumer Goods di BEI………. 69
Lampiran 2 Daftar Perusahaan Consumer Goods sampel………. 70
Lampiran 3 Statistik Deskriptif Variabel……….. 70
Lampiran 4 One-Sample Kolmogorov-Smirnov………... 71
Lampiran 5 Histogram……….. 72
Lampiran 6 Normal P-Plot of Regression Standardized……….. 73
Lampiran 7 Uji Multikolinearitas……….. 73
Lampiran 8 Uji Autokorelasi………. 74
Lampiran 9 Scatterplot……….. 75
Lampiran 10 Hasil Analisis Regresi……… 76
Lampiran 11 Pengujian Hipotesis: Koefisien Determinasi……….. 76
Lampiran 12 Pengujian Hipotesis: Uji t………... 77
Lampiran 13 Pengujian Hipotesis: Uji F………. 77
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY
PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA
Laporan keuangan merupakan pusat informasi yang sangat penting bagi sebuah perusahaan. Salah satu atribut karakteristik kualitatif dalam pelaporan keuangan adalah relevan, yang perwujudannya bisa dilihat melalui ketepatan waktu dalam menyampaikan laporan. Ketepatan waktu dapat dinilai dari audit delay, yang merupakan lamanya waktu dari berakhirnya tahun fiskal perusahaan sampai dengan tanggal ketika auditor menerbitkan opininya. Studi ini bertujuan untuk menilai faktor-faktor apa saja yang mempunyai pengaruh terhadap audit delay. Faktor-faktor itu adalah ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, dan tingkat solvabilitas.
Populasi perusahaan yang digunakan dalam studi ini adalah perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012. Teknik pemilihan sampel menggunakan purposive sampling yang menghasilkan 15 (lima belas) perusahaan sampel. Analisis statistik data menggunakan regresi linear berganda.
Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas dan tingkat solvabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay.
ABSTRACT
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY
PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA
Financial statement is the center of information that very important for a company. One of qualitative characteristics attribute of financial reporting is relevant, that is manifestation can be seen from timeliness of reporting. Timeliness could be judging from the audit delay, which is length of time from company fiscal year end to the date of auditor’s report. This study aims to measure the factors which affect audit delay. They are size of the company or total asset, profitability and solvability.
The population of the study is the consumer goods companies registered in the Jakarta Stock Exchange in the period of 2010-2012. Sampling technique employed in this study is the purposive sampling with the total sample of 15 companies. The data analysis uses multiple regressions.
The result of the study shows that the size of the company, profitability and solvability don’t have influence towards audit delay.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan
pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan
kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan. Tujuan dari laporan keuangan itu sendiri ialah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar dalam pengambilan keputusan ekonomi. Bagi pihak manajemen, laporan
keuangan digunakan sebagai bahan pertimbangan manajemen perusahaan
untuk periode mendatang.
Laporan keuangan merupakan salah satu instrument penting dalam
mendukung keberlangsungan suatu perusahaan, utamanya perusahaan yang
telah go public. Seiring pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan yang
go public, makin tinggi pula permintaan atas audit laporan keuangan yang
menjadi sumber informasi bagi investor. Laporan keuangan yang biasanya
disampaikan ada tiga bentuk, yaitu laporan tahunan, laporan tengah tahunan,
dan laporan triwulan yang disebut juga laporan keuangan intern. Laporan
keuangan tahunan diterbitkan selambat-lambatnya 120 hari setelah tanggal
berakhirnya tahun buku. Laporan keuangan tengah tahunan disampaikan
paling lambat 60 hari atau 90 hari kemudian tanpa disertai laporan akuntan
berakhir tanpa disertai laporan akuntan, sehingga laporan ini biasanya bersifat
sukarela. Laporan keuangan yang disampaikan harus disusun sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang telah
terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal.
Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan disebut bermanfaat
jika disajikan akurat dan tepat waktu, yakni tersedia saat dibutuhkan investor.
Dan ketepatan waktu ini merupakan tanggung jawab auditor yang menangani
laporan keuangan tersebut. Karena hasil audit atas perusahaan publik
mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab yang besar. Di sisi lain, auditing
merupakan kegiatan yang membutuhkan waktu sehingga adakalanya
pengumuman laba dan laporan keuangan tertunda. Jika terjadi penundaan
waktu yang tidak semestinya dalam pelaporan keuangan, maka informasi yang
dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Para investor nantinya akan mengira
bahwa telah terjadi sesuatu yang buruk terhadap kondisi kesehatan
perusahaan.
Lamanya waktu penyelesaian audit oleh auditor ini dapat dilihat dari
perbedaan waktu tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam
laporan keuangan. Perbedaan waktu ini disebut audit delay. Makin lama
auditor menyelesaikan pekerjaan auditnya, semakin lama pula audit delay.
Namun bisa jadi auditor memperpanjang masa auditnya dengan menunda
penyelesaian audit laporan keuangan karena alasan tertentu, semisal
pemenuhan standar untuk meningkatkan kualitas audit oleh auditor yang
Profesional Akuntan Publik (SPAP) dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
tentang Standar Pekerjaan Lapangan yang mengatur prosedur dalam
penyelesaian pekerjaan lapangan bagi auditor, bahwa auditor perlu memiliki
perencanaan atas aktivitas yang akan dilakukan. Juga perlu pemahaman yang
memadai atas struktur pengendalian internal, diikuti dengan pengumpulan
bukti-bukti kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar dalam menyatakan
pendapat atas laporan keuangan.
Berdasarkan paparan di atas penelitian ini dilakukan untuk menguji
kembali beberapa faktor-faktor dalam penelitian terdahulu dan untuk melihat
pengaruh jenis dan hubungannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay adalah ukuran perusahaan, opini
audit, tingkat profitabilitas, tingkat solvabilitas dan auditor. Hasil penelitian
menyatakan bahwa audit delay cenderung lebih lama pada perusahaan jika
ukuran perusahaan semakin besar, mendapat unqualified opinion, tingkat
profitabilitas rendah, dan mengalami kerugian. Perusahaan yang berukuran
besar akan cenderung menyelesaikan proses auditnya lebih cepat
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Hal ini disebabkan
perusahaan besar diawasi secara ketat oleh investor, pengawas permodalan,
dan pemerintah sehingga manajemen perusahaan mengalami tekanan dari luar
untuk lebih awal menyampaikan laporan keuangan auditannya. Selain itu,
perusahaan besar biasanya memiliki internal control yang sudah lebih baik
lain menyatakan bahwa semakin besar perusahaan, maka waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan proses auditnya akan semakin lama. Hal ini
disebabkan oleh banyaknya sampel yang mungkin harus diambil dan luas
prosedur yang harus ditempuh. Tingkat solvabilitas menunjukkan resiko
perusahaan sehingga berdampak pada ketidakpastian harga saham. Bila
tingkat solvabilitas tinggi, maka resiko kegagalan perusahaan dalam
mengembalikan pinjaman juga akan tinggi, demikian pula sebaliknya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka diketahui bahwa ketepatan
penyampaian laporan keuangan sangat penting terutama bagi
pengguna-pengguna informasi keuangan dalam memprediksi dan mengambil keputusan.
Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melanjutkan penelitian
terdahulu dalam skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahan Consumer Goods yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Salah satu hal terpenting dalam penyajian laporan keuangan agar dapat
digunakan semestinya oleh pihak-pihak yang berkepentingan adalah laporan
keuangan tersebut disajikan tepat waktu. Ketepatwaktuan itu dipengaruhi
lamanya proses audit yang dijalankan. Lamanya waktu penyelesaian audit
yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal
ditandatanganinya laporan audit (tanggal opini) ini kemudian didefinisikan
faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan consumer goods yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2010, 2011, dan 2012.
Sesuai dengan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh ukuran perusahaan (Size) terhadap audit delay?
2. Apakah ada pengaruh tingkat profitabilitas (ROA) terhadap audit delay?
3. Apakah ada pengaruh tingkat solvabilitas (DER) terhadap audit delay?
4. Apakah ada pengaruh ukuran perusahaan (Size), tingkat profitabilitas
(ROA), dan tingkat solvabilitas (DER) terhadap audit delay secara
bersamaan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh ukuran perusahaan (Size)
terhadap audit delay.
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh tingkat profitabilitas (ROA)
terhadap audit delay.
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh tingkat solvabilitas (DER)
terhadap audit delay.
4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh ukuran perusahaan (Size), tingkat
profitabilitas (ROA), dan tingkat solvabilitas (DER) terhadap audit delay
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak,
di-antaranya:
1. Bagi penulis, menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay.
2. Bagi praktisi manajemen dan analis keuangan, membantu mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay sehingga dapat
mengoptimalkan kinerja yang berimbas pada tepatnya waktu pelaporan
keuangan.
3. Bagi investor, memberikan informasi agar mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi audit delay sehingga dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan tersendiri dalam berinvestasi.
4. Bagi akademisi, memberikan wacana bagi perkembangan studi akuntansi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Pelaporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi
yang mengkomunikasikan keaadan keuangan dari hasil operasi
perusahaan dalam periode tertentu kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Laporan keuangan mempunyai tujuan utama yakni
memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan
ekonomis. Para pemakai laporan keuangan akan menggunakannya
untuk meramalkan, membandingkan dan menilai dampak keuangan
yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya.
Semakin berkembangnya pasar modal di Indonesia menyebabkan
semakin besarnya kebutuhan akan transparansi. Di dalam dunia
akuntansi, transparansi dapat diartikan sebagai seberapa jauh pembaca
laporan keuangan atau pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan
terhadap laporan keuangan suatu perusahaan untuk mengetahui dan
menggali kandungan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan.
Semakin banyak pihak yang secara aktif menaruh perhatian terhadap
kualitas pelaporan keuangan perusahaan yang telah go public. Di
dalam masyarakat yang sudah maju perekonomiannya, komunikasi
penanam modal tersebut merasa bahwa modal yang mereka tanamkan
perlu diawasi dan dikendalikan, sehingga mereka sangat memerlukan
laporan keuangan yang dapat dipercaya dari perusahaan tempat mereka
menanamkan modalnya.
Penyajian laporan keuangan menuntut pemenuhan karakteristik
kualitatif dan informasi yang disajikan. Karakteristik kualitatif
merupakan ciri yang melekat pada informasi keuangan atau akuntansi
sehingga bisa mempunyai nilai tambah. Ciri ini tidak dapat diukur
dengan bentuk kuantitatif.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menyebutkan empat
karakteristik kualitatif pokok dalam laporan keuangan (IAI 2004):
a. Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dipahami oleh pemakai. Guna mencapai maksud ini, diasumsikan pemakai memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketentuan yang wajar.
b. Relevan
Informasi disebut relevan ketika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai. Agar relevan, informasi harus dapat digunakan untuk mengevaluasi masa lalu, masa sekarang dan masa mendatang (predictive value), menegaskan atau memperbaiki harapan yang dibuat sebelumnya (feedback value), juga harus tersedia tepat waktu bagi pengambil keputusan sebelum mereka kehilangan kesempatan atau untuk mempengaruhi keputusan yang diambil (timeliness).
c. Keandalan
d. Dapat Dibandingkan
Identifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan laporan keuangan perusahaan antar periode hendaknya dapat dibandingkan oleh pemakai. Dengan demikian pemakai dapat memperoleh informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan, membantu pencapaian karakteristik ini.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
yang berkualitas adalah laporan keuangan yang isi informasinya dapat
dipahami, relevan dan dapat diandalkan, dan mempunyai daya
banding. Karakteristik relevan di sini berarti laporan tersebut mampu
mendeskripsikan kondisi keuangan secara tepat waktu. Selain itu,
laporan keuangan harus menunjukkan keadaan perusahaan secara tepat
dan netral sehingga para pengambil keputusan menggunakan laporan
keuangan sebagai dasar pertimbangan yang tidak menyesatkan.
2.1.2 Audit
a. Definisi Audit
Secara umum auditing adalah proses sistematik untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan
untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian
hasil-hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan (Mulyadi,
b. Tujuan Audit
Menurut Arens (dalam kartika, 2009) tujuan audit secara umum
atas laporan keuangan oleh auditor adalah untuk menyatakan pendapat
atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan hasil
usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku
umum di Indonesia. Kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan
asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam
laporan keuangan. Asersi adalah pernyataan manajemen yang
terkandung dalam komponen laporan keuangan yang dapat bersifat
implisit atau eksplisit (Arens, 1995:114).
c. Standar Auditing
Standar auditing merupakan ukuran pelaksanaan tindakan yang
menjadi pedoman umum bagi auditor dalam melaksanakan audit
(Mulyadi, 2002). IAI (2001) telah menetapkan standar auditing sebagai
berikut:
1. Standar Umum
a. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor. b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus diperhatikan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya oleh auditor. 2. Standar Pekerja Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diudit.
3. Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerepan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandangan memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Dalam praktiknya, pelaksanaan audit yang makin sesuai dengan
standar akan membutuhkan waktu makin lama. Demikian pula
sebaliknya, waktu yang diperlukan akan makin pendek ketika
pelaksanaan audit makin tidak sesuai dengan standar. Pertimbangan
bahwa laporan keuangan harus disampaikan tepat waktu
mengakibatkan auditor cenderung mengambil pilihan mengabaikan
standar, sementara di sisi lain adanya tuntutat relevansi informasi
mengharuskan auditor untuk melaksanakan audit sesuai standar.
d. Laporan Audit
Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam
tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan
keuangan auditan. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu
laporan tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku yang terdiri
dari tiga paragraf yaitu paragraf pengantar (introductory paragraph),
paragraf lingkup (scope paragaraph), dan paragaraf pendapat (opinion
paragraph).
Auditor sebagai pihak yang independen di dalam pemeriksaan
laporan keuangan suatu perusahaan, akan memberikan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan yang diauditnya. Ada lima kemungkinan
pernyataan pendapat auditor independen (Mulyadi, 2002:19), yaitu:
a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi apabila prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia digunakan untuk menyusun laporan keuangan, perubahan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dari periode ke periode telah cukup dijelaskan, informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dengan cukup dalam laporan keuangan sesuai dengan akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Tambahan Bahasa Penjelasan (Unqualified Opinion Report With Explanatory Language)
Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat menambahkan laporan hasil auditnya dengan bahasa penjelas.
c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
d. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)
Auditor akan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien. Selain auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup aduitnya, sehingga auditor dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya.
Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi untuk pengambilan keputusan.
e. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion) Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat adalah karena pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit dan auditor tidak independen dalam hubungannya dengan klien.
2.1.3 Audit Delay
a. Definisi Audit Delay
Menurut Halim (2000), Audit Delay didefinisikan sebagai lamanya
waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun
buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit. Audit Delay inilah
yang dapat mempengaruhi ketepatan informasi yang dipublikasikan,
sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat ketidakpastian keputusan
yang berdasarkan informasi yang dipublikasikan.
Dalam Audit Delay semakin panjang waktu yang dibutuhkan di
dalam mempublikasikan laporan keuangan tahunan sejak akhir tahun
buku suatu perusahaan milik klien, maka semakin besar pula
bahkan insider trading dan rumor-rumor lain di bursa saham. Apabila
hal ini sering terjadi maka akan mengarahkan pasar tidak dapat lagi
bekerja dengan maksimal. Dengan demikian, regulator harus
menentukan suatu regulasi yang dapat mengatur batas waktu
penerbitan laporan keuangan yang harus dipenuhi pihak emiten.
Tujuannya untuk tetap menjaga realibilitas dan relevansi suatu
informasi yang dibutuhkan oleh pihak pelaku bisnis di pasar modal.
Ketepatan waktu penyusunan atau pelaporan suatu laporan
keuangan perusahaan bisa berpengaruh pada nilai laporan keuangan
tersebut. Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif
dari pelaku pasar modal. Informasi laba yang dihasilkan perusahaan
dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan untuk
membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki oleh investor.
Artinya, informasi yang dipublikasikan tersebut akan menyebabkan
kenaikan atau penurunan harga saham.
Proses dalam mencapai ketepatwaktuan terutama dalam penyajian
laporan auditor independen menjadi semakin tidak mudah mengingat
semakin meningkatnya perkembangan perusahaan publik yang ada di
Indonesia. Hambatan ini juga terlihat dalam Standar Pemeriksaan
Akuntan Publik pada standar yang ketiga yang menyatakan bahwa
audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian serta
laporan audit dan laporan keuangan auditan apabila dirasakan perlu
untuk memperpanjang masa audit.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya di
Indonesia, menunjukkan bahwa rata-rata audit delay di Indonesia
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Kesimpulan atas beberapa
penelitian sebelumnya, bahwa kenaikan ini disebabkan oleh
incremental audit report, masalah pajak yang sering diperdebatkan,
dan penggunaan staf audit yang kurang berpengalaman. Penelitian
lainnya mencoba mencari penyebab audit delay dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Audit delay dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
faktor internal dan eksternal perusahaan.
Beberapa penelitian menghubungkan kaitan antara faktor-faktor
internal maupun eksternal tersebut dan audit delay dengan
menggunakan logika teori. Semakin tinggi profitabilitas, maka audit
delay akan semakin pendek. Semakin besar ukuran perusahaan, maka
audit delay akan semakin pendek. Solvabilitas yang tinggi akan
memperpendek audit delay. Menurut Ratnawaty dan Sugiharto
(2005:289-290), hal ini dikarenakan perusahaan dengan jumlah hutang
besar dimonitor oleh kreditor sehingga akan memberikan tekanan
kepada perusahaan untuk mempublikasikan laporan keuangan auditan
lebih cepat untuk meyakinkan kembali para pemilik modal yang pada
dasarnya menginginkan mengurangi tingkat risiko dalam
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay 1. Ukuran Perusahaan
Menurut Ashton dkk (1989) serta Owusu-Ansah (2000),
perusahaan besar melaporkan lebih cepat dibandingkan dengan
perusahaan kecil. Menurut Dyer dan Mc Hugh, 1975 (seperti yang
dikutip oleh Halim, 2000), perusahaan besar lebih konsisten untuk
tepat waktu dibandingkan perusahaan kecil dalam
menginformasikan laporan keuangannya.
Perusahaan yang lebih besar memiliki pengendalian internal
yang lebih kuat dan akan mengurangi kecenderungan kesalahan
pelaporan keuangan yang mungkin terjadi dan memampukan
auditor untuk mengendalikan pengendalian yang lebih luas serta
melakukan pekerjaan intern. Selain itu, manajemen dari
perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk
mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan
tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas
permodalan, dan pemerintah. Pihak-pihak ini sangat
berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan
keuangan. Sehingga perusahaan berskala besar cenderung
menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk
2. Profitabilitas
Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam
memperoleh keuntungan. Maka tingkat profitabilitas rendah
ditenggarai berpengaruh terhadap (audit delay). Hal tersebut
berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan pasar terhadap
pengumuman rugi oleh perusahaan. Ada dua alasan mengapa
perusahaan yang menderita kerugian cenderung mengalami audit
delay yang lebih panjang. Pertama, ketika kerugian terjadi
perusahaan ingin menunda bad news sehingga perusahaan akan
meminta auditor untuk menjadwal ulang penugasan audit (Carslaw,
1991). Kedua, auditor akan akan lebih berhati-hati selama proses
audit jika percaya bahwa kerugian ini mungkin disebabkan karena
kegagalan keuangan perusahaan dan kecurangan manajemen
informasi tentang laba perusahaan (Chariri dan Ghozali, 2001).
Menurut Owusu-Ansah (2000), perusahaan yang memiliki hasil
gemilang (good news) akan melaporkan lebih tepat waktu
dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami kerugian (bad
news). Ungkapan senada juga dikemukakan dalam penelitian
Annisa (2004), perusahaan dengan hasil yang baik akan
melaporkan lebih cepat dari perusahaan yang gagal operasi atau
merugi. Sebagai dasar pemikiran bahwa tingkat keuntungan
dipakai salah satu cara untuk menilai keberhasilan efektivitas
kebijakan dan keputusan perusahaan yang telah dilaksanakan oleh
perusahaan dalam periode berjalan. Perusahaan yang profitable
memiliki insentif untuk menginformasikan ke publik kinerja
unggul mereka dengan mengeluarkan laporan tahunan secara cepat.
Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan adalah Return on
Asset (ROA). ROA adalah perbandingan antara laba sebelum pajak
dan total asset (Wild, Subramanyan, dan Halsey, 2005:41).
3. Solvabilitas
Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam membayar
semua hutang perusahaan tersebut (Almilia dan Setiady, 2006:7).
Tingkat solvabilitas menunjukkan resiko perusahaan sehingga
berdampak pada ketidakpastian harga saham. Bila tingkat
solvabilitas tinggi, maka resiko kegagalan perusahaan dalam
mengembalikan pinjaman juga akan tinggi, demikian pula
sebaliknya.
Solvabilitas yang buruk merupakan bad news bagi perusahaan
sehingga perusahaan cenderung berusaha untuk memoles terlebih
dahulu sebelum laporan keuangan disajikan.
Dalam penelitian ini, rasio yang akan digunakan adalah Debt to
Equity Ratio (DER). DER menggambarkan perbandingan
kewajiban dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan
menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk
semakin besar perusahaan menggunakan modal dari kreditor.
Perusahaan dengan kewajiban besar cenderung mendesak auditor
untuk memulai dan menyelesaikan audit lebih cepat. Hal ini
dikarenakan, perusahaan dengan kewajiban besar diawasi dan
dimonitor oleh kreditor sehingga akan memberikan tekanan kepada
perusahaan untuk mempublikasikan laporan keuangan auditan
lebih cepat untuk meyakinkan kembali para pemilik modal yang
pada dasarnya menginginkan mengurangi tingkat resiko dalam
pengembalian modal mereka. Maka semakin besar tingkat
solvabilitas, semakin singkat pula audit delay.
2.2 Penelitian Terdahulu
2.2.1 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan untuk meneliti
faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti Variabel Bebas Tahun
Penelitian keuangan, jenis industri,
perusahaan publik atau nonpublik, tahun buku,
1982 Jenis opini
qualified,
perusahaan industri, perusahaan nonpublik, tahun
SPI, EDP, audit firm tenure, besarnya laba/rugi, profitabilitas,
dan jenis opini.
EDP yang lemah memperpanjang industri, opini auditor,
KAP Big 5.
2001 Kelima variabel
independen
Jenis opini, solvabilitas, internal auditor, ukuran perusahaan, profitabilitas,
reputasi auditor, jenis industri.
1999-2001 Jenis opini, solvabilitas, internal
auditor, dan ukuran perusahaan
extraordinary item, opini auditor, ukuran perusahaan, tipe industri,
pengumuman rugi, ratio of gathering, anak cabang perusahaan multinasional,
good corporate
governance.
2002-2004 Hanya variabel opini auditor, tipe
industri dan anak cabang perusahaan multinasional yang
berpengaruh terhadap audit
delay.
Sumber: Jurnal Audit Delay, diolah oleh Penulis
Ashton dkk (1987) meneliti hubungan antara audit delay dengan
kompleksitas operasional, kompleksitas keuangan, kompleksitas
pelaporan keuangan, jenis industri, perusahaan publik atau non-publik,
tahun buku, SPI, EDP, audit firm tenure, besarnya laba/rugi,
profitabilitas, dan jenis opini. Ashton menggunakan 488 sampel
perusahaan pada tahun 1982. Hasil analisis unvariate pada keseluruhan
sampel menunjukkan bahwa audit delay signifikan lebih lama pada
perusahaan yang mempunyai qualified opinion, merupakan perusahaan
industrial, bukan perusahaan publik, mempunyai tahun tutup buku
selain bulan Desember, pengendalian internal dan EDP yang lemah,
dan pekerjaan pemeriksaan relatif banyak dilakukan setelah
berakhirnya penutupan tahun buku. Sementara pada uji analisis
multivariate, hanya ukuran perusahaan, kompleksitas operasional,
status perusahaan publik atau non-publik, kualitas SPI dan campuran
relatif antara waktu pemeriksaan pada interim dan akhir tahun yang
berpengaruh secara signifikan pada keseluruhan sampel.
Subekti dan Widiyanti (2004) menggunakan 72 sampel perusahaan
manufaktur dan finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2001. Dari kelima faktor yang diuji, yaitu meliputi profitabilitas
perusahaan, ukuran perusahaan, sektor industri perusahaan, jenis
pendapat akuntan publik, dan ukuran KAP, semuanya berpengaruh
signifikan terhadap audit delay. Rata-rata audit delay yang terjadi
Wirakusuma (2004) melakukan penelitian tentang rentang waktu
penyajian laporan keuangan ke publik pada tahun 1999-2001 dengan
sampel 132 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Menggunakan variabel dependen rentang waktu penyelesaian audit
laporan keuangan dan rentang waktu pengumuman laporan keuangan
serta variabel independen yaitu jenis opini, solvabilitas, internal
auditor, ukuran perusahaan, profitabilitas, reputasi auditor, jenis
industri. Wirakusuma melakukan dua tahap analisis. Tahap pertama
menunjukkan bahwa rentang waktu penyelesaian audit laporan
keuangan dipengaruhi jenis opini, solvabilitas, keberadaan internal
auditor dan ukuran perusahaan. Tahap kedua memperlihatkan rentang
waktu penyelesaian audit laporan keuangan bersama-sama dengan
variabel solvabilitas dan opini auditor mempengaruhi rentang waktu
pengumuman laporan keuangan auditan ke publik. Rata-rata audit
delay pada penelitian ini adalah 99,92 hari.
Haron dkk (2006) menggunakan sampel 108 perusahaan
manufaktur dan finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2002-2004 untuk meneliti apakah reputasi KAP, contingen liability,
extraordinary item, opini auditor, ukuran perusahaan, tipe industri,
pengumuman rugi, ratio of gathering, anak cabang perusahaan
multinasional, good corporate governance dapat mempengaruhi audit
delay pada perusahaan publik di Indonesia. Penelitiannya
cabang dari perusahaan multinational yang terbukti berpengaruh
terhadap audit delay. Perusahaan yang mendapatkan qualified opinion
dan perusahaan dengan jenis industri manufaktur audit delay-nya
cenderung panjang. Sedangkan perusahaan yang merupakan anak
cabang perusahaan multinational akan lebih cepat waktu audit
delay-nya. Rata-rata audit delay-nya adalah 68,04 hari.
2.2.2 Catatan Penulis Tentang Penelitian Terdahulu
Setelah membaca beberapa hasil penelitian terdahulu tentang
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay, ada banyak
penelitian-penelitian yang sudah dilakukan. Penelitian-penelitian
tersebut dilakukan dengan menggunakan berbagai macam sampel
perusahaan dan variabel bebas. Sampel perusahaan yang digunakan
ada yang perusahaan publik dan juga non-publik. Variabel independen
yang digunakan juga beragam jenisnya. Dari penelitian-penelitian
tersebut ditemukan variabel-variabel independen yang mempengaruhi
maupun yang tidak mempengaruhi audit delay.
Beberapa variabel bebas yang paling sering ditemukan dalam
penelitian-penelitian tersebut adalah ukuran perusahaan, tingkat
profitabilitas dan solvabilitas.
Menurut beberapa penelitian perusahaan besar dan perusahaan
yang go public biasanya menghasilkan proses audit yang lebih cepat.
Alasannya adalah perusahaan yang berukuran besar memiliki
memudahkan pekerjaan auditor. Selain itu, manajemen dari
perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk
mengurangi audit delay karena perusahaan-perusahaan tersebut
dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan
pemerintah.
Demikian juga dengan profitabilitas, perusahaan-perusahaan
dengan hasil yang baik atau selalu mengalami keuntungan biasanya
akan melaporkan lebih tepat waktu dibandingkan dengan perusahaan
yang mengalami kerugian. Hal ini membuat proses audit juga menjadi
lebih cepat.
Solvabilitas yang tinggi akan memberikan resiko kegagalan bagi
sebuah perusahaan. Perusahaan-perusahaan besar yang memiliki
pinjaman dengan jumlah yang tinggi biasanya akan mendesak auditor
untuk memulai dan menyelesaikan audit lebih cepat. Hal ini dilakukan
agar bisa meyakinkan pihak pemilik modal yang pada dasarnya
menginginkan mengurangi tingkat resiko dalam pengembalian modal
mereka.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa perusahaan besar memberikan pengaruh proses audit yang lebih
cepat, sehingga audit delay tidak terlalu panjang atau bisa tepat waktu
sesuai dengan yang ditetapkan. Karena itu di penelitian kali ini, penulis
melakukan penelitian terhadap perusahaan-perusahaan sampel yang
yang profitable dan mempunyai tingkat resiko yang tinggi. Penelitian
ini dilakukan untuk melihat apakah variabel-variabel tersebut memang
mempunyai pengaruh atau tidak terhadap audit delay.
2.2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berikut adalah beberapa tinjauan tentang penelitian-penelitian
terdahulu analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay.
Tabel 2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu 1. Nama Peneliti Dewi Lestari
Judul Penelitian Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di BEI 2004-2008
Tahun Penelitian 2009
Sampel Perusahaan 20 Perusahaan
Variabel Dependen Audit Delay
Variabel Independen Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Solvabilitas, Kualitas Auditor dan Opini Auditor
Metode Analisis Data Regresi Linear Berganda
Hasil Penelitian Solvabilitas, Profitabilitas dan Kualitas Auditor mempengaruhi Audit Delay. Sedangkan Ukuran perusahaan dan Opini Auditor tidak memiliki pengaruh terhadap Audit Delay.
2 Nama Peneliti Tania Prameswari
Judul Penelitian Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di BEI 2008-2010
Tahun Penelitian 2012
Sampel Perusahaan 93 Perusahaan
Variabel Dependen Audit Delay
Variabel Independen Profitabilitas, Solvabilitas, Perusahaan Holding, Opini Auditor,
KAP
Metode Analisis Data Regresi Linear Berganda
Hasil Penelitian Solvabilitas dan Perusahaan Holding memiliki pengaruh terhadap Audit Delay, sedangkan Profitabilitas, Opini Auditor dan lamanya Perusahaan Menjadi Klien KAP tidak memiliki pengaruh terhadap Audit Delay.
3 Nama Peneliti Anna Maria
Judul Penelitian Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di BEI 2007-2011
Tahun Penelitian 2012
Sampel Perusahaan 15 Perusahaan
Variabel Dependen Audit Delay
Variabel Independen Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran KAP dan Pergantian Auditor
Metode Analisis Data Regresi Linear Berganda
Hasil Penelitian Ukuran Perusahaan dan Ukuran KAP memiliki pengaruh terhadap Audit Delay, sedangkan Profitabilitas, Solvabilitas dan Pergantian Auditor tidak memiliki pengaruh terhadap Audit Delay.
4 Nama Peneliti I Md Ngr Sudewa Mantik
Judul Penelitian Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Foods and Beverages yang Terdaftar di BEI 2009-2011
Tahun Penelitian 2012
Sampel Perusahaan 14 Perusahaan
Variabel Dependen Audit Delay
Variabel Independen Ukuran perusahaan, Solvabilitas, dan Reputasi Auditor
Metode Analisis Data Regresi Linear Berganda
Hasil Penelitian Solvabilitas dan Reputasi Auditor memiliki pengaruh terhadap Audit Delay. Sedangkan Ukuran Perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap Audit Delay.
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual
Audit Delay berpengaruh terhadap tingkat relevansi informasi
dalam laporan keuangan, dan pada akhirnya berdampak pula pada
tingkat kepastian keputusan yang didasarkan pada informasi tersebut.
Hal ini dikarenakan jangka waktu penyelesaian audit dapat
mempengaruhi ketepatwaktuan penyampaian informasi dalam laporan
keuangan perusahaan. Panjang pendeknya jangka waktu tersebut
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang selanjutnya akan dibahas secara
mendalam.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, ada banyak
faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya audit delay. Penelitian kali ini
akan menguji faktor-faktor tersebut antara lain ukuran perusahaan
(Size), tingkat profitabilitas (ROA), dan tingkat solvabilitas (DER).
Berdasarkan gambaran tersebut, hubungan antar variabel akan
diperlihatkan dalam model penelitian berikut:
H1
H2
Ukuran Perusahaan (X1)
Tingkat Profitabilitas (X2)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.3.2 Hipotesis
Menurut Erlina (2008), “hipotesis adalah proporsi yang
dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proporsi
merupakan uangkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya,
disangkal, atau diuji kebenerannya mengenai struktur atau konstruk
yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena”.
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang
dihadapi dan kebenarannya harus dibuktikan melalui hasil penelitian.
Berdasarkan latar belakang, tujuan penelitian, dan tinjauan teoritis,
maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. H1: Ukuran perusahaan (Size) berpengaruh terhadap audit delay.
2. H2: Tingkat profitabilitas (ROA) berpengaruh terhadap audit delay.
4. H4: Ukuran perusahaan (total asset), tingkat profitabilitas (ROA),
dan tingkat solvabiltas (DER) berpengaruh secara bersama-sama
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian yang menggunakan
rancangan kausal untuk menganalisis hubungan antara satu atau beberapa
variabel dengan variabel lainnya dan bagaimana suatu variabel mempengaruhi
variabel lainnya (Umar, 2007:35). Rancangan kausal akan menyajikan
pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, dan solvabilitas sebagai variabel
independent (bebas) terhadap audit delay sebagai variabel dependent (terikat)
yang diteliti.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah sekelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa
orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk
mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2011:103). Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Consumer
Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2012. Berdasarkan data
yang diperoleh melalui situs BEI di
Consumer Goods yang terdaftar di BEI periode 2010-2012 adalah 38
Tabel 3.1
Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di BEI (2010-2012) No. Sub Sektor Kode
ADES Akasha Wira Internasional Tbk
2 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
3 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk
4 CEKA Cahaya Kalbar Tbk
5 DAVO Davomas Abadi Tbk
6 DLTA Delta Djakarta Tbk
7 FAST Fast Food Indonesia Tbk
8 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
9 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
10 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
11 MYOR Mayora Indah Tbk
12 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk
13 PTSP Pioneerindo Gourmet Tbk
14 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk
15 SKBM Sekar Bumi Tbk
16 SKLT Sekar Laut Tbk
17 STTP Siantar Top Tbk
18 ULTJ Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk
19
Rokok
GGRM Gudang Garam Tbk
20 HMSP Handjaya Mandala Sampoerna Tbk
21 RMBA Bentoel International Investama Tbk
22 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk
23
Farmasi
DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk
24 INAF Indofarma (Persero) Tbk
25 KAEF Kimia Farma (Persero) Tbk
26 KLBF Kalbe Farma Tbk
27 MERK Merck Tbk
28 PYFA Pyridam Farma Tbk
29 SCPI Schering Plough Indonesia Tbk
30 SQBB Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
31 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk
32 Kosmetik & Keperluan
Rumah Tangga
MBTO Martina Berto Tbk
33 MRAT Mustika Ratu Tbk
34 TCID Mandom Indonesia Tbk
35 UNVR Unilever Indonesia Tbk
37 Rumah Tangga
KICI Kedaung Indah Can Tbk
38 LMPI Langgeng Makmur Industry Tbk
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive
sampling yaitu sebuah metode pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria
tertentu (Erlina dan Mulyani, 2007:83). Kriteria ditentukan dengan
pertimbangan (judgement) atau kuota tertentu. Dalam penentuannya
ditetapkan kriteria sebagai berikut:
a. Perusahaan Consumer Goods berturut-turut terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2010, 2011, dan 2012.
b. Perusahaan Consumer Goods menerbitkan laporan keuangan dengan
tanggal tutup buku 31 Desember pada tahun 2010, 2011, dan 2012.
c. Laporan keuangan pada tahun sampel telah diaudit oleh Kantor Akuntan
Publik.
Berdasarkan kriteria di atas, berikut perusahaan-perusahaan consumer
goods yang menjadi sampel untuk penelitian ini.
Tabel 3.2
Daftar Perusahaan Consumer Goods yang Menjadi Sampel
No. Nama Perusahaan Kode
Perusahaan
1 Akasha Wira Internasional Tbk ADES
2 Delta Djakarta Tbk DLTA
3 Fast Food Indonesia Tbk FAST
4 Prasidha Aneka Niaga Tbk PSDN
5 Pioneerindo Gourmet Tbk PTSP
6 Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI
7 Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk ULTJ
8 Gudang Garam Tbk GGRM
10 Darya Varia Laboratoria Tbk DVLA
11 Kalbe Farma Tbk KLBF
12 Merck Tbk MERK
13 Pyridam Farma Tbk PYFA
14 Unilever Indonesia Tbk UNVR
15 Kedawung Setia Industrial Tbk KDSI
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh dalam bentuk
yang sudah jadi yang tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut, yaitu laporan
keuangan auditan selama periode 2010-2012. Data laporan keuangan
diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia
Jenis data yang dibutuhkan antara lain:
1. Tanggal laporan audit independen diterbitkan.
2. Laba/rugi perusahaan sebelum pajak penghasilan
3. Total aset
4. Total kewajiban
5. Total ekuitas
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
dokumenter yaitu dengan mempelajari, mengklasifikasikan, dan menganalisis
data sekunder berupa laporan auditor independen, laporan keuangan, maupun
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan metode analisis, maka
variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari:
3.5.1 Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang dapat
mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan yang
mempunyai hubungan positif maupun negatif bagi variabel dependen
lainnya (Erlina dan Mulyani, 2007:34), dimana dalam penelitian ini
adalah ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas (ROA), dan tingkat
solvabilitas (DER).
a. Ukuran Perusahaan (X1)
Ukuran perusahaan mencerminkan seberapa besar informasi
yang dimiliki perusahaan mengenai pentingnya informasi, baik
pihak internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Dalam
penelitian ini, ukuran perusahaan dikalkulasi dengan menggunakan
nilai absolut total aktiva atau total asset.
b. Tingkat Profitabilitas / Return on Asset (ROA) (X2)
Return on Asset (ROA) adalah salah satu rasio untuk mengukur
profitabilitas dengan membandingkan antara laba sebelum pajak
dengan total asset suatu perusahaan. ROA dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
ROA =Laba Sebelum Pajak
c. Tingkat Solvabilitas / Debt to Equity Ratio (DER) (X3)
Debt to Equity Ratio (DER) adalah salah satu rasio yang
digunakan dalam mengukur tingkat solvabilitas perusahaan. Rasio
ini akan membandingkan antara total kewajiban dengan total
ekuitas yang dimiliki perusahaan untuk mengetahui seberapa
mampu perusahaan dalam memenuhi kewajibannya kepada
kreditur. DER dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
DER =Total Kewajiban
Total Ekuitas
3.5.2 Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat (Dependent Variable) adalah perhatian utama
dalam sebuah pengamatan; variabel ini dijelaskan atau dipengaruhi
oleh variabel independen (Erlina dan Mulyani, 2007:33). Dalam hal ini
adalah audit delay yang dihitung dari lama waktu penyelesaian audit
mulai dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal laporan
auditor independen atas laporan keuangan audit. Penjelasan
pengukuran variabel dan operasional variabel dapat dilihat di Tabel
Tabel 3.3
Pengukuran Variabel dan Operasional Variabel
Variabel yang diukur
Indikator Skala Sumber Data
Variabel Terikat
Rasio Sekunder
Variabel Bebas Ukuran Perusahaan
Total Asset Rasio Sekunder
Profitabilitas Laba sebelum pajak dibagi total
asset
Rasio Sekunder
Solvabilitas Total kewajiban dibagi total
ekuitas
Rasio Sekunder
3.6 Metode dan Teknik Analisis Data
Metode dan teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah dengan analisis statistik yang menggunakan perangkat lunak statistik.
Alat analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif, yakni untuk
mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian ini. Alat analisis yang
dipakai adalah mean (rata-rata) dan standar deviasi. Mean dan standar deviasi
Analisis data dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SPSS (Statistic
Package for Social Science).
3.6.1 Uji Asumsi Klasik
Sebelum menganalisis data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan
uji heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi
secara normal dan independen yaitu perbedaan antara nilai prediksi
dengan skor yang sesungguhnya atau error akan terdistribusi
secara simetri di sekitar nilai means sama dengan nol. Melalui uji
ini diharapkan didapatnya kepastian dipenuhinya syarat normalitas
yang akan menjamin dapat dipertanggungjawabkannya
langkah-langkah analisis statistik sehingga kesimpulan yang diambil dapat
dipertanggungjawabkan. Pengujian normalitas dilakukan dengan
uji non-parametik Kolmogorof-Smirnov (Ghozali, 2005:114).
Pedoman untuk pengambilan keputusan didasarkan pada:
1) Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, maka
distribusi data normal.
2) Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, maka
Ada beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal
menurut Erlina (2007:106), yaitu:
1) Lakukan transformasi data ke bentuk lainnya,
2) Lakukan timing, yaitu membuang data outlier,
3) Lakukan winsorizing, yaitu mengubah data outlier ke suatu
nilai tertentu.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi anatarvariabel bebas
(Independent variable). Jika terjadi relasi, berarti terjadi masalah
multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya terjadi
korelasi di antara variabel bebasnya (Ghozali, 2005:91). Untuk
mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi
dapat dilihat dari:
1) Nilai tolerance dan lawannya,
2) Variance Inflation Factor (VIF).
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen
manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Tolerance mengukur variabilitas variabel indenpenden yang
terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi
(karena VIF = 1/tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk
0,10 atau sama dengan VIF < 10. Cara yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi jika terjadi multikolinearitas adalah dengan
mengeluarkan salah satu variabel bebas yang memiliki korelasi
yang tinggi dari model regresi dan identifikasi variabel lainnya
untuk membantu prediksi.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dimaksudkan untuk menguji apakah dalam
suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-l
(sebelumnya) (Ghozali (2005: 99). Apabila terjadi korelasi,
disinyalir ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul
disebabkan adanya observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual
(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke
observasi yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada runtut waktu
time series karena “gangguan” pada seorang individu/kelompok
cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok
yang sama pada periode berikutnya. Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada
tidaknya autokorelasi, maka dilakukan dengan pengujian
Durbin-Watson(DW). Pengujian autokorelasi dilakukan dengan
91), untuk melihat ada tidaknya autokorelasi digunakan ketentuan
sebagai berikut:
1) Angka DW di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif.
2) Angka DW di antara -2 sampai dengan +2, berarti tidak ada
autokorelasi.
3) Angka DW di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regersi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2005:105).
Cara yang dipakai dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada
atau tidanya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik Plot
antara nilai prediksi variabel terikat (dependent) yaitu ZPRED
dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan
ZPRED, di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan
sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah
menentukan heteroskedastisitas menurut Ghozali (2005: 126),
antara lain:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, tidak terjadi
heteroskedastisitas atau terjadi homokedastisitas.
3.6.2 Pengujian Hipotesis
a. Analisis Regresi Linear Berganda
Penelitian ini dianalisis dengan model regresi linear berganda
untuk melihat seberapa besar pengaruh rasio ukuran perusahaan
(Size), rasio profitabilitas (ROA) dan rasio solvabilitas terhadap
audit delay dengan model dasar sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Keterangan:
Y = lamanya penyelesaian audit (audit delay)
a = konstanta
b = koefisien regresi X1, X2, X3
X1 = ukuran perusahaan (Size)
X2 = profitabilitas (ROA)
X3 = solvabilitas (DER)
b. Pengujian Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen (Ghozali, 2006). Nilai koefisien determinasi adalah
antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen. Bila terdapat nilai
Adjusted R2 bernilai negatif, maka nilai Adjusted R2 dianggap
bernilai nol.
c. Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelasan atau independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji t
digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen (Nugroho,
2005:4). Hipotesis statistik yang diajukan adalah sebagai berikut:
• H0 : bi = 0 : tidak ada pengaruh
• H1 : bi ≠ 0 : ada pengaruh
Signifikan tidaknya pengaruh variabel independen terhadap