• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Resistensi Beberapa Genotipe Plasma Nutfah Karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Laboratorium

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Resistensi Beberapa Genotipe Plasma Nutfah Karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Laboratorium"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

UJI RESISTENSI BEBERAPA GENOTIPE PLASMA NUTFAH

KARET (

Hevea brasiliensis

Muell. Arg.) TERHADAP

PENYAKIT GUGUR DAUN

(

Corynespora cassiicola

(Berk. & Curt.) Wei.)

DI LABORATORIUM

SKRIPSI

OLEH :

SOPHIYANI 050302019

HPT

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UJI RESISTENSI BEBERAPA GENOTIPE PLASMA NUTFAH

KARET (

Hevea brasiliensis

Muell. Arg.) TERHADAP

PENYAKIT GUGUR DAUN

di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

(3)

Judul Skripsi : UJI RESISTENSI BEBERAPA GENOTIPE PLASMA NUTFAH KARET (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) TERHADAP PENYAKIT GUGUR DAUN (Corynespora

cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) DI LABORATORIUM

Nama : Sophiyani Nim : 050302019

Departemen : Hama dan Penyakit Tumbuhan Jurusan : Hama dan Penyakit Tumbuhan

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

(Ir. Lahmuddin Lubis, MP.) (Ir. Kasmal Arifin, MSi.) Ketua Anggota

(Ir. Aidi Daslin Sagala, MSi.) Pembimbing Lapangan

Mengetahui :

(Ir. Marheni, MP.) Ketua Departemen

(4)

ABSTRACT

Sophiyani “ Uji Resistensi Beberapa Genotipe Plasma Nutfah Karet

(Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap penyakit Gugur Daun

(Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di laboratorium “ with the

(5)

ABSTRAK

Sophiyani “ Uji Resistensi Beberapa Genotipe Plasma Nutfah Karet

(Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap penyakit Gugur Daun

(Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di laboratorium “ dengan

komisi pembimbing Bapak Ir. Lahmuddin Lubis, MP. Selaku ketua, Bapak Ir. Kasmal Arifin MSi. Selaku anggota, dan Bapak Ir. Aidi Daslin Sagala, MS.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Sophiyani, lahir tanggal 23 Oktober 1986 di Medan, Putri dari Ayahanda Chairil, SH. dan Ibunda Misniatun, dan merupakan putri kedua dari empat bersaudara.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah lulus dari SD Negri 060878 Medan Timur tahun 1998, lulus dari SLTP Swasta Pertiwi Medan tahun 2001, lulus dari SMU Swasta Dharmawangsa Medan tahun 2004 dan diterima di departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, medan melalui jalur SPMB tahun 2005.

Kegiatan akademis yang pernah diikuti selama perkuliahan adalah pernah menjadi asisten di laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub Penyakit tahun 2008/2009, asisten Penyakit Penting Tanaman Pangan dan Hortikultura tahun 2008/2009, asisten Ilmu Penyakit Tumbuhan tahun 2008/2009 dan sebagai anggota organisasi KOMUS HPT (Komunikasi Muslim).

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun Judul Skripsi ini adalah “Uji Resistensi Beberapa Genotipe Plasma Nutfah Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap Penyakit

Gugur Daun (Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) di

Laboratorium”, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melaksanakan ujian akhir sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Ir. Lahmuddin Lubis, MP. selaku ketua komisi pembimbing dan bapak Ir. Kasmal Arifin, MSi. selaku anggota serta bapak Ir. Aidi Daslin Sagala, MS.

dan ibu Zaidah Fairuzah, SP. selaku Pembimbing Lapangan yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain itu ucapan terima kasih juga saya ucapkan kepada keluarga dan teman – teman saya yang telah banyak memberikan dukungan dan saran.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnan skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Februari 2010

(8)

DAFTAR ISI

Gejala Serangan Penyakit ... 9

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyakit ... 11

Pengendalian Penyakit... 14

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

Bahan dan Alat ... 15

Metode Penelitian ... 16

Pelaksanaan Penelitian ... 17

Persiapan Bahan Inokulasi ... 17

Inokulasi pada Cakram Daun (Leaf disc) ... 20

Parameter Pengamatan ... 21

Intensitas Serangan pada Cakram Daun (Leaf disc) ... 21

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil... 23 Intensitas Serangan (%) C.cassiicola... 23 Pengamatan Ukuran Panjang, Lebar dan Jumlah Sekat (Septa) Konidia C.cassiicola Pada Cakram Daun (Leaf Disc) Pada

Pengamatan 8 hsi ... 28 Pembahasan ... 29 Intensitas Serangan (%) C.cassiicola... 29 Pengamatan Ukuran Panjang, Lebar dan Jumlah Sekat (Septa) Konidia C.cassiicola Pada Cakram Daun (Leaf Disc) Pada Pengamatan 8 hsi ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 32 Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Uji Beda Rataan Intensitas Serangaan (%) C. cassiicola dari Pengamatan 2 hsi sampai 8 hsi Pada Cakram daun di

Laboratorium ... 24 2. Pengamatan Ukuran Panjang, Lebar dan Jumlah Sekat (Septa)

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Konidia jamur C. cassiicola (Berk. & Curt.) Wei. ... 8

2. Gejala serangan C. cassiicola (Berk. & Curt.) Wei. ... 10

3. Biakan Murni C. cassiicola (Berk. & Curt.) Wei ... 18

4. Alat untuk menghitung konidia (Haemocytometer) ... 19

5. Histogram Intensitas Serangan C.cassiicola (%) 2-8 hsi Pada Cakram Daun (Leaf Disc) di Laboratorium ... 27

6. Foto Daun dari Beberapa Genotipe Plasma Nutfah Karet... 55

7. Foto Leaf Disc (Cakram daun) ... 56

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Bagan Percobaan di Laboratorium ... 37

2. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. cassiicola 2 hsi ... 39

3. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. cassiicola 4 hsi ... 43

4. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. cassiicola 6 hsi ... 47

5. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. cassiicola 8 hsi ... 51

6. Foto Daun dari Beberapa Genotipe Plasma Nutfah Karet... 55

7. Foto Leaf Disc (Cakram daun) ... 56

(13)

ABSTRACT

Sophiyani “ Uji Resistensi Beberapa Genotipe Plasma Nutfah Karet

(Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap penyakit Gugur Daun

(Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di laboratorium “ with the

(14)

ABSTRAK

Sophiyani “ Uji Resistensi Beberapa Genotipe Plasma Nutfah Karet

(Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap penyakit Gugur Daun

(Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di laboratorium “ dengan

komisi pembimbing Bapak Ir. Lahmuddin Lubis, MP. Selaku ketua, Bapak Ir. Kasmal Arifin MSi. Selaku anggota, dan Bapak Ir. Aidi Daslin Sagala, MS.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) berasal dari Brazilia, Amerika Selatan, dan dibudidayakan di Indonesia di Sumatera Utara tahun 1903 dan Jawa tahun 1906. Karet merupakan salah satu komoditas dari hasil tanaman perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usaha tani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya (Setyamidjaja, 1995).

Karet merupakan komoditas pot ensial dan berperan penting sebagai sumber penyerapan tenaga kerja, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet dan dalam pelestarian lingkungan, terutama penyerapan CO2. Agribisnis karet mempunyai masa depan yang baik. Namun demikian masih menghadapi berbagai permasalahan seperti : produktivitas dan mutu produk yang rendah (Situmorang dkk, 1996).

(16)

Keanekaragaman hayati atau biodiversity yaitu istilah yang dapat digunakan untuk menerangkan keanekaragaman, variabilitas dan keunikan gen, spesies dan ekosistem. Dengan demikian plasma nutfah adalah aset yang sangat penting karena merupakan bahan mentah dalam program pemuliaan untuk merakit jenis-jenis unggul yang sangat penting dalam penyediaan atau pemenuhan kebutuhan manusia (Sastrapradja, 1992).

Plasma nutfah merupakan sumber daya genetik tak ternilai yang berpotensi besar untuk dimanfaatkan menjadi bibit unggul. Hal tersebut sesuai dengan yang disebut dalam UU no. 12 tahun 1992, plasma nutfah merupakan substansi yang terdapat dalam kelompok makhluk hidup dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau dirakit untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru (Daslin, 2007).

Karakteristik plasma nutfah merupakan kegiatan penting yang dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu berdasarkan ciri fenotif dan genotif. Ciri fenotif terutama yang bersifat kualitatif perlu diidentifikasi karena selain menjelaskan keragaman tanaman secara mudah, ciri ini menurut kasno (1994) sering digunakan sebagai penciri utama genotif karena ciri tersebut tidak atau sedikit sekali dipengaruhi oleh lingkungan serta mudah sekali diwariskan. Sedangkan data fenotif kuantitatif umumnya dikendalikan oleh banyak gen dan penampilan sifat tersebut merupakan hasil interaksi faktor genetik dan lingkungan. Karakteristik ciri genotif dapat dilakukan melalui teknik penanda

(17)

Usaha memperbesar keragaman genetik karet telah dilakukan Indonesia melalui kerjasama antar negara anggota IRRDB (International Rubber Research and Development Board), dimana tahun 1984-1989 indonesia telah menerima sejumlah besar (7788 genotipe) material plasma nutfah karet hasil ekspedisi IRRDB dilembah Amazon, Brazil. Kesemua material tersebut bersama sejumlah 583 klon telah dikoleksi secara ex-situ di kebun Percobaan Pusat Penelitian Karet Sungei Putih, Sumatera Utara. Dari seleksi pertumbuhan dan produksi yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa sangat kecil kemungkinan menemukan langsung klon-klon yang berpotensi produksi tinggi dari koleksi plasma nutfah asal Amazon. Laporan Daslin dkk, (2002) menyebatkan beberapa genotipe memiliki potensi kayu yang cukup besar, meskipun genotipe tersebut tidak menghasilkan lateks yang cukup. Hasil yang sama juga dilaporkan org,(1995). Namun demikian potensi plasma nutfah IRRDB perlu dimanfaatkan secara maksimal dan sistematis melalui program persilangan buatan untuk dapat menghasilkan klon unggul penghasil lateks-kayu dan tahan terhadap penyakit (Daslin dkk, 2002).

Penyebab dari penurunan produksi lateks terjadi bila tanaman terinfeksi oleh patogen yang dapat menyebabkan gugur daun atau kerusakan dan kematian akar. Akibat penyakit ini tanaman karet kehilangan hasil berkisar 20 - 100 %. Menurut Ismail Hashim dalam Disease Survey 1998 terdapat 22 jenis patogen yang menimbulkan kerusakan berat pada berbagai sentra tanaman karet seluruh dunia. Di Indonesia tercatat dua jenis penyakit yang sangat merugikan, yaitu

(18)

Di Indonesia penyakit C. cassiicola diketahui tahun 1980-an, yang menyerang klon-klon rentan, seperti PPN 2058, PPN 2444, dan PPN 247, di sejumlah kebun karet di Jawa dan Sumatera. Kini penyakit itu tersebar di seantero wilayah perkebunan karet seluruh negara penghasil karet, dengan intensitas serangan bervariasi, bergantung pada klon dan lingkungannya. Di Indonesia, serangan parah ditemui pada klon GT 1, IAN 873, dan RRIM 600, yang telanjur ditanam dalam skala cukup luas. Ketika terjadi epidemi tahun 1980-an, klon-klon tadi dikategorikan sebagai klon yang tahan (Chaidamsari danDarussamin, 1993).

Penyakit gugur daun yang disebabkan jamur C. cassiicola dikategorikan sebagai salah satu penyakit karet yang penting karena mengakibatkan kerugian ekonomi cukup berarti (Situmorang dkk, 1996). Jamur tersebut menyebabkan kerusakan berat pada beberapa klon yang rentan. Di Indonesia penyakit gugur daun C. cassiicola pertama kali ditemukan pada tahun 1980 di kebun percobaan Sembawa, Propinsi Sumatera Selatan (Sinulingga dkk, 1996).

C. cassiicola menyerang tanaman karet di pembibitan, kebun entres dan tanaman muda serta tanaman menghasilkan di lapangan. C. cassiicola lebih menyukai daun yang masih muda sampai umur 4 minggu, meskipun daun tua dapat diinfeksinya (Situmorang dkk, 1996).

(19)

C. cassiicola telah membentuk berbagai ras dengan patogenitas yang cukup bervariasi. Ras patogen ini terdiri dari 3 kelompok besar yaitu : 1. Ras yang beradaptasi terhadap kondisi geografis, 2. Ras yang beradaptasi tumbuhan inang selain karet, dan 3. Ras yang beradaptasi terhadap klon karet. Ras kelompok pertama dan ketiga termasuk ras yang sangat penting dibandingkan dengan ras kelompok ke dua yang biasanya tidak menular ketanaman karet. Ras kelompok ketiga ini dapat digolongkan dalam 2 ras yaitu : a.) ras yang muncul sebelum tahun 1986 dan b.) ras yang muncul sesudah tahun 1986. Ras kelompok (a) adalah ras yang menyerang klon yang sebelumnya telah rentan (klon kelompok pertama) dan ras kelompok (b) adalah ras yang menyerang klon yang sebelumnya tahan (klon kelompok kedua) (Situmorang, dkk, 1996).

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui tingkat resistensi beberapa genotipe plasma nutfah

karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) terhadap penyakit gugur daun (Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) di Laboratorium.

Hipotesa Penelitian

Diantara genotipe plasma nutfah karet terdapat tingkat resistensi

(20)

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Penyakit

Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola adalah sebagai berikut :

Divisio : Eumycophyta Sub Divisio : Eumycotina Kelas : Deutromycetes Ordo : Coryneales Famili : Hipomycetaceae Genus : Corynespora

Spesies : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

Konidia berkecambah dalam 4 jam dan membentuk tabung kecambah satu atau lebih diantara septa, tetapi lebih sering diujung konidia. Perkecambahan konidia diperlukan kelembaban optimum 96 - 100 % atau titik air, suhu optimum 28 – 30 0C dan cahaya terang biasa maupun gelap. Perkecambahan akan terhambat bila kelembaban rendah dibawah 90 %, suhu dibawah 20 0C dan diatas 30 0C dan pemberian sinar secara langsung (Liyanage, 1987).

(22)

a. Konidia C. cassiicola b. Miselium C. cassiicola

Gambar 1. Konidia jamur Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei. Perbesaran : 10 x 40

Sumber : Foto Langsung

Konidium berkecambah dan membentuk apresorium. Jamur dapat menembus langsung kedalam jaringan. Dalam jaringan daun, miselium berkembang di dalam dan diantara sel-sel. Patogen menghasilkan enzim dan toksin. Dalam biakan murni bermacam-macam isolat C. cassiicola dari tanaman mempunyai miselium beragam morfologisnya. Belum ditemukan adanya korelasi antara sifat morfologis dan molekuler dengan derajat virulensi patogen tanaman karet (Semangun, 2000).

(23)

Gejala Serangan Penyakit

Jamur terutama menyerang daun, baik pada tanaman muda maupun tua. Mula-mula pada daun terdapat bercak hitam, terutama pada tulang-tulang daun. Bercak berkembang mengikuti tulang-tulang daun dan meluas ketulang-tulang yang lebih halus, sehingga bercak tampak menyirip seperti tulang ikan. Pada tingkat yang lebih lanjut bercak makin meluas, berbentuk bundar atau tidak teratur. Bagian tepi bercak berwarna coklat dengan sirip-sirip berwarna coklat atau hitam. Bagian pusatnya mengering atau dapat berlubang. Di sekitar bercak biasanya terdapat daerah yang berwarna kuning (halo) yang agak lebar. Daun yang sakit menguning menjadi coklat dan akhirnya gugur (Semangun, 2000).

Jamur dapat menginfeksi tunas muda dan tangkai daun yang menyebabkan matinya tunas dan terjadinya bercak coklat memanjang pada tangkai daun dengan kulit yang pecah. Akibat dari jamur ini tanaman yang rentan dapat menjadi gundul dengan ranting dan cabang mati, menyebabkan pertumbuhan terhambat sehingga terlambat memasuki masa sadap (Semangun, 2000). Bibit, tanaman entres dan tanaman yang belum menghasilkan maka pertumbuhannya menjadi terhambat. Pada tanaman yang menghasilkan produksinya dapat menurun sampai + 30 % (Liyanage, 1987).

(24)

Patogen dapat merusak pertahanan struktural yang telah ada pada tumbuhan. Biasanya, tumbuhan dapat memberikan pertahanan dengan membentuk satu jenis struktur yang mampu mempertahankan tumbuhan dari patogen (struktur pertahanan jaringan) (Agrios, 1996).

Patogen masuk ke dalam dinding sel, setelah patogen kontak dengan protoplasma sel, warna sitoplasma berubah menjadi coklat dan akhirnya mati, hifa yang menyerang mulai mengalami degenerasi, hifa tidak tumbuh keluar dari jaringan sel dan serangan patogen akan terhenti (Agrios, 1996).

C. cassiicola dalam proses penyerapannya menghasilkan toksin yang dapat mempercepat rusaknya jaringan daun yang terserang. Pada kenyataannya, meskipun hanya berbentuk bercak tunggal dan berukuran kecil pada tulang daun dapat menyebabkan daun menjadi kuning, coklat dan kemudian menjadi gugur (Umayah, 1999). Pada klon yang sangat rentan, serangan terjadi terus-menerus sehingga mengakibatkan kematian. Sedangkan pada klon resisten, serangan C. cassiicola pada daun menimbulkan bercak kehitaman tetapi tidak berkembang, demikian juga warna daun disekitar bercak tidak berubah dan daun tidak gugur (Sumarmadja, 2005).

Bercak daun

C. cassiicola

(25)

Dalam kombinasi inang patogen, patogen (jamur) dapat memproduksi toksin spesifik-inang yaitu toksin yang bertanggung jawab terjadinya gejala, dan diduga bereaksi terhadap reseptor spesifik atau sisi sensitif dalam sel inang. Hanya tanaman yang mempunyai reseptor ini atau sisi sensitif semacam ini yang akan menjadi sakit. Spesies atau varietas tanaman yang tidak mempunyai reseptor atau sisi sensitif semacam ini yang akan tahan terhadap toksin dan tidak akan terjadi gejala penyakit pada inang (Abadi, 2003).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyakit

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit gugur daun Corynespora adalah cuaca, tofografi, umur tanaman, kondisi tanaman, jenis klon dan terknik budidaya. Pertanaman karet yang terdapat pada daerah yang beriklim basah biasanya mengalami serangan Corynespora yang berat. Serangan penyakit yang berat sering terjadi pada peralihan musim hujan kemusin kemarau. Beberapa pengamatan menunjukkan cuaca yang lembab atau mendung, dengan curah hujan yang tidak terlalu tinggi dan sepanjang hari, serta suhu udara sekitar 26 0 – 29 0C merupakan kondisi yang sesuai untuk perkembangan penyakit. Infeksi dapat terjadi pada suhu dengan kisaran 20 0 – 35 0C dan suhu optimum 25 0C. Apabila ada udara jenuh, infeksi dapat terjadi tanpa adanya air (Semangun, 2001).

Penyakit ini umumnya muncul pada kondisi cuaca agak lembab yaitu dengan curah hujan rata-rata 12.4 mm/hari, hari hujan 27 hari/bulan dan kelembaban nisbi udara rata-rata 89 % per hari serta suhu udara rata-rata 27 0C

(26)

pembentukan daun muda dengan suhu tinggi mendorong terjadinya epidemi (Sumarmadja, 2005).

Terdapat keragaman (variabilitas) genetik dalam satu spesies patogen yaitu terdapat perbedaan ras-ras patogen, yang serangannya terbatas pada varietas tertentu dari satu spesies inang. Dalam satu spesies patogen, terdapat ras-ras fisiologis patogen yang secara morfologis tidak dapat dibedakan, tetapi berbeda kemampuannya dalam menginfeksi kelompok-kelompok varietas yang tahan pada suatu daerah geografis tertentu menjadi rentan pada daerah geografis lain, terjadinya perubahan ketahanan dari tahun ketahun dan adanya varietas yang tahan berubah menjadi rentan dan resisten menjadi agak resisten, hal ini disebabkan oleh adanya perubahan ras fisiologis pada patogen (Agrios, 1996).

Variasi ketahanan terhadap patogen diantara varietas tanaman disebabkan adanya gen ketahanan yang berbeda, dan mungkin pula karena adanya jumlah gen ketahanan yang berbeda dalam varietas tanaman (Agrios, 1996).

Mekanisme ketahanan tanaman karet terhadap penyakit gugur daun Corynespora belum diketahui secara pasti, tetapi kerapatan stomata daun menentukan ketananan tanaman karet walaupun pengaruhnya kecil, akan tetapi tebal kutikula, epidermis, dan mesofil daun tidak menentukan tingkat ketahanan tanaman karet (Hadi, 2003).

(27)

Kebun-kebun yang terletak pada ketinggian kurang dari 300 m dpl, biasanya akan menderita serangan Corynespora lebih berat bila dibandingkan dengan kebun-kebun yang terletak lebih tinggi. Kebun yang lahannya kurang subur atau tanaman tidak dipupuk, umumnya juga mudah terserang (Pawirosoemardjo, 2003). Tetapi bila terlalu banyak mendapat pupuk nitrogen,

tanaman akan menjadi lebih rentan (Semangun, 2001).

Di kebun percobaan, klon PR 261 dan BPM 24 termasuk agak resisten sampai moderat, sedangkan klon RRIM 712, RRIM 255 dan BPM 1 termasuk agak resisten dan klon PB 260 termasuk resisten. Lima klon karet terakhir memperlihatkan gejala bercak hitam yang tertekan (Sinulingga dkk, 1996).

Klon karet BPM 1, PB 260, PR 261 dan RRIM 712 bersifat tahan, AVROS 2037, BPM 24, PR 300, PR 303, RRIC 110, RRIC 100 dan RRIM 600 bersifat moderat sedangkan PPN 2058, PPN 2444, PPN 2447, RRIC 103 dan

RRIM 725 rentan terhadap penyakit gugur daun Corynespora cassiicola (Sinulingga dkk, 1996).

(28)

Pengendalian Penyakit

Adapun upaya untuk mengendalikan penyakit gugur daun Corynerspora menurut Pawirosoemadjo (2003) adalah sebagai berikut :

1. Penanaman klon yang resisten yang telah dianjurkan Pusat Penelitian Karet dan mengganti tanaman yang rentan dengan klon yang resisten diantarannya PR 228, PR 225, PR 300, AVROS 2037, BPM 1, BPM 24. 2. Memelihara tanaman seoptimal mungkin agar tetap tumbuh secara

normal. Perlakuan teknis yaitu Pemberian pupuk tambahan dengan kandungan unsur hara yang berimbang, perbaikan saluran drainase, intensitas dan sistem penyadapan akan sangat mempengaruhi penyakit ini. 3. Upaya terakhir yaitu pemberantasan dengan penyemprotan fungisida.

Pemberantasan dengan fungisida pada kebun yang mengalami serangan dapat dianjurkan apabila dianggap masih memberikan hasil yang menguntungkan.

(29)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan Kebun Percobaan Pusat Penelitian Karet Sungei Putih Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara, pada ketinggian 80 m dpl. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai dengan Oktober 2009.

Bahan dan Alat

Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : daun dari plasma nutfah karet yang terdiri dari : PB 260, PB 217, PB 312, PB 314, PB 330, PB 340, PB 350, PB 359, PB 366, IRR 5, IRR 7, IRR 12, IRR 104, IRR 105,

IRR 107, IRR 112, IRR 118, IRR 119, IRR 136, RRIM 901, RRIM 908, RRIM 911, RRIM 921, RRIM 937, RRIC 100, RRIC 102, RRIC 110, RRII 105,

RRII 176 sebagai objek penelitian, isolat C. cassiicola yang berasal dari Sungei Putih, PDA (Potato Dextrose Agar), aquadest steril, kapas, kertas saring, kain muslin, kertas lebel, dan bahan-bahan kimia lainnya seperti : alkohol 96 %, klorox 0,1 %.

Alat

(30)

inkubator, coverglass, lampu bunsen, pinset, hot plate, jarum ose, preparat, pelubang gabus (cork borer).

Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial, yang terdiri dari 30 perlakuan yaitu 29 perlakuan dan 1 faktor pembanding dengan 3 ulangan.

Setiap daun dari plasma nutfah karet yang digunakan terdiri dari 30 jenis : 1. PB 260* (P1) 11. IRR 5 (P11) 21. RRIM 901 (P21)

2. PB 217 (P2) 12. IRR 7 (P12) 22. RRIM 908 (P22) 3. PB 254 (P3) 13. IRR 12 (P13) 23. RRIM 911 (P23) 4. PB 312 (P4) 14. IRR 104 (P14) 24. RRIM 921 (P24)

5. PB 314 (P5) 15. IRR 105 (P15) 25. RRIM 937 (P25) 6. PB 330 (P6) 16. IRR 107 (P16) 26. RRIC 100 (P26)

7. PB 340 (P7) 17. IRR 112 (P17) 27. RRIC 102 (P27) 8. PB 350 (P8) 18. IRR 118 (P18) 28. RRIC 110 (P28)

9. PB 359 (P9) 19. IRR 119 (P19) 29. RRII 105 (P29) 10.PB 366 (P10) 20. IRR 136 (P20) 30. RRII 176 (P30) Keterangan : * : Plasma nutfah pembanding

PB : Prang Besar

IRR : Indonesian Rubber Research

(31)

Jumlah perlakuan (t) : 30 Jumlah ulangan (r) : 3

Diameter cakram daun (Leaf Disc) : 2 cm (t-1) (r-1) ≥ 15

(30-1) (r-1) ≥ 15 29 r ≥ 44

r = 1,5

r = 3 ulangan

Model linier yang digunakan adalah : Yij = µ + αi + ∑ij

Keterangan :

Yij = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke i ulangan kej µ = Nilai tengah umum

αi = Pengaruh perlakuan ke i

∑ij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke i ulangan ke j

Bila dalam pengujian sidik ragam diperoleh perlakuan berbeda nyata atau sangat nyata, maka dilakukan UJi Jarak Duncan (UJD) (Bangun, 1990).

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Bahan Inokulasi

(32)

inkubator. Isolat C. cassiicola yang diperoleh dibiakkan kembali sampai diperoleh biakan murni. Dari biakam murni, isolat diperbanyak dalam media PDA, kemudian diinkubasikan dalam inkubator selama 3 x 24 jam, pada suhu 28 0C dan RH 89 %. Biakan murni C. cassiicola ditetesi dengan aquadest steril secukupnya, kemudian dikikis dengan menggunakan jarum ose, sehingga seluruh konidia yang terdapat pada ujung konidiofor terlepas dan masuk kedalam larutan. Campuran larutan ini disaring dengan menggunakan kain muslin, sehingga potongan-potongan miselium atau bagian-bagian yang kasar dari media akan tertinggal pada kain muslin, sedangkan yang dapat lolos hanya filtratnya saja, sehinggga didapatkan suspensi konidia C. cassiicola. kemudian suspensi ini diencerkan dengan aquadest steril, sehingga mendapatkan kerapatan konidia sebanyak 4 x 104 konidia/ml. konsentrasi dapat dihitung dengan menggunakan haemocytometer.

(33)

Jumlah konidia C. cassiicola dapat dihitung dengan menggunakan alat hitung yaitu Haemocytometer.

Gambar : Haemocytometer

Sumber : http://discovery.wisc.edu/media/MIR_Images/hemocytometer.gif

Kotak A, B, C, D adalah contoh kotak yang akan dihitung jumlah konidianya. Adapun cara kerjanya sebagai berikut :

1. Bersihkan permukaan kamar hitung dengan air mengalir dan kemudian dikeringkan dengan tissue atau kain yang lembut.

2. Tempatkan gelas penutup di atas slide, kemudian dijepit dengan penjepit yang ada disebelah kanan - kiri.

3. Siapkan suspensi sel yang akan dihitung, usahakan sel yang tersuspensi dalam cairan menyebar merata.

4. Ambil sedikit suspensi sel dengan dropping pipet dan teteskan sebanyak 2 tetes ditepi gelas penutup. Suspensi akan masuk ke kamar hitung dan mengisi seluruh ruangan yang ada pada bilik tersebut. Suspensi yang berlebih akan terbuang ke dalam parit pembuangan.

5. Biarkan selama 1 – 2 menit, agar sel yang ada dalam bilik stabil.

(34)

Hasil perhitungan konidia jamur C. cassiicola

Isolat dari Sungei Putih

A : 7 konidia B : 8 konidia C : 6 konidia D : 4 konidia

Total konidia C. cassiicola 25 +

Jlh konidia = ∑ (A+B+C+D) X 2500 = (7+8+6+4) X 2500 = 6.25.104 konidia/ml

Jadi, untuk membuat kerapatan 4 x 104 konidia/ml digunakan rumus pengenceran sebagai berikut :

V1. N1 = V2. N2 200 X 6.25.104 = V2 X 4.104 V2 = 312.5 ml

Jadi, penambahan aquadest sebagai pengencer untuk mendapatkan kerapatan konidia 4.104 adalah 312.5 ml – 200 ml = 112.5 ml.

Inokulasi pada Cakram daun (Leaf Disc)

(35)

dengan klorox 0,1 %. Setiap daun dari plasma nutfah yang diuji dilubangi dengan alat pelubang gabus (cork borer) sehingga terbentuk cakram daun dengan diameter 2 cm. Lalu cakram daun direndam dengan suspensi C. cassiicola dengan kerapatan 4 x 104 konidia/ml selama 2 menit. Kemudian cakram daun (Leaf disc) tersebut diletakkan kedalam cawan petri yang sudah dilapisi dengan kertas saring yang lembab. Diatas kertas saring diletakkan objek glass. Pada setiap cawan petri diletakkan 10 cakram daun yang disusun secara acak, kemudian cawan Petri dimasukkan kedalam inkubator pada suhu 28 0C dan RH 89 %.

Parameter Pengamatan

Intensitas Serangan pada Cakram daun (Leaf Disc)

Potongan cakram daun (leaf disc) yang telah diinokulasi dengan suspensi C. cassiicola diamati 2 hari sekali sebanyak 4 kali pengamatan yaitu pada hari ke

2, 4, 6 dan 8 hsi. Pengamatan dilakukan dengan membandingkan luas bercak yang timbul dengan luas cakram daun secara visual.

Adapun pengukuran skala bercak pada cakram daun adalah sebagai berikut : Skala 0 = tidak terdapat bercak pada cakram daun

Skala 1 = terdapat bercak < ¼ bagian dari luas cakram daun Skala 2 = terdapat bercak < ½ bagian dari luas cakram daun Skala 3 = terdapat bercak > ½ - ¾ bagian dari luas cakram daun Skala 4 = terdapat bercak > ¾ bagian dari luas cakram daun (Daslin, 2007).

(36)

Keterangan :

I = Intensitas serangan

n = Jumlah daun pada setiap kategori serangan v = Nilai skala dari setiap kategori serangan Z = Nilai skala dari kategori yang tertinggi N = Jumlah seluruh daun yang akan diamati

Klasifikasi penilaian intensitas serangan penyakit C. cassiicola : Kategori Resisten : 0 - 20 %

Kategori Agak resisten : 21 - 40 % Kategori Moderat : 41 - 60 % Kategori Agak rentan : 61 - 80 % Kategori Rentan : 81 - 100 % (Pawirosoemadjo, 2003).

Pengamatan Ukuran Panjang, Lebar dan Jumlah Sekat (Septa) Konidia

C. cassiicola Pada Cakram Daun ( Leaf Disc).

Mengukur panjang, lebar dan jumlah sekat (Septa) konidia C. cassiicola pada cakram daun (Leaf Disc) pada pengamatan 8 hsi dengan menggunakan mikroskop.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(37)

Hasil penelitian uji resistensi beberapa genotipe plasma nutfah karet

(Hevea brasiliensis muell. Arg.) terhadap penyakit gugur daun (Corynespora cassiicola (berk. & curt.) Wei.) Di laboratorium adalah sebagai

berikut :

Intensitas Serangan (%) C. cassiisola

Berdasarkan hasil pengamatan intensitas serangan (%) C. cassiicola di lakukan sebanyak 4 kali, yang dimulai dari 2, 4, 6, 8 hsi (hari setelah inokulasi). Dari analisa sidik ragam diperoleh bahwa genotipe berpengaruh sangat nyata. Untuk mengetahui beda nyata diantara genotipe yang digunakan dalam pengujian,

maka dilanjutkan ke Uji Jarak Duncan (UJD). Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1 :

Tabel 1. Uji Beda Rataan Intensitas Serangaan (%) C. cassiicola dari Pengamatan 2 hsi sampai 8 hsi Pada Cakram daun di Laboratorium

PERLAKUAN Intensitas Serangan (%)

2 hsi 4 hsi 6 hsi 8 his

(38)

PB 254 (P3) 6.52 DE 30.54 AB 34.73 ABC 57.98 DEF Keterangan : Notasi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata pada taraf 0.01 menurut Uji Jarak Duncan (UJD).

(39)

Pada pengamatan I (2 hsi) dapat dilihat bahwa intensitas serangan tertinggi terdapat pada perlakuan genotipe RRIM 911 (P23) yaitu sebesar 21,47 % sedangkan intensitas serangan terendah terdapat pada perlakuan genotipe PB 260 (P1), PB 366 (P10), IRR 105 (P15), IRR 107 (P16), RRIM 908 (P22), RRIM 937 (P25), RRIC 102 (P27) yaitu sebesar 5,24 % ini tergolong kedalam kategori resisten dan perlakuan genotipe RRIM 911 (P23) tergolong kedalam kategori Agak resisten.

Pada pengamatan II (4 hsi) dapat dilihat bahwa intensitas serangan tertinggi terdapat pada perlakuan genotipe PB 314 (P5) yaitu sebesar 33.73 % sedangkan intensitas serangan terendah pada perlakuan genotipe PB 260 (P1) yaitu sebesar 5,24 %. Pada pengamatan ke II ini perlakuan genotipe PB 314 termasuk kategori Agak Resisten dan perlakuan PB 260 (P1) masih tergolong resisten.

Pada pengamatan III (6 hsi) dapat dilihat bahwa intensitas serangan terendah terdapat pada perlakuan genotipe PB 260 (P1) yaitu sebesar 10.37 % sedangkan intensitas serangan tertinggi pada perlakuan genotipe PB 359 (P9) yaitu sebesar 41.16 %. Perlakuan PB 359 (P9) termasuk kedalam kategori moderat.

(40)

pengamatan ke IV ini genotipe PB 260 (P1) sudah termasuk kedalam kategori agak resisten dan genotipe yang lainnya termasuk kedalam kategori rentan.

Hasil penelitian pada pengamatan ke – IV (8 hsi) menunjukkan bahwa PB 217 (P2), PB 340 (P7), PB 359 (P9), IRR 5 (P11), IRR 107 (P16), IRR 112 (P17), RRIM 901 (P21), RRII 105 (P29), RRII 176 (P30), PB 314 (P5), IRR 7 (P12), IRR 104 (P14), RRIM 921 (P24) termasuk kedalam kategori rentan, PB 350 (P8), PB 366 (P10), IRR 12 (P13), IRR 136 (P20), RRIM 911 (P23) termasuk kedalam kategori agak rentan, PB 254 (P3), PB 312 (P4), PB 330 (P6), IRR 105 (P15), RRIM 908 (P22), RRIM 937 (P25), RRIC 100 (P26), RRIC 102 (P27), RRIC 110 (P28) termasuk kedalam kategori moderat, dan PB 260 (P1), IRR 118 (P18), IRR 119 (P19) termasuk kedalam kategori agak resisten

(41)
(42)

Tabel 2. Pengamatan Ukuran Panjang, Lebar (µ m) dan Jumlah Sekat (Septa) Konidia C. cassiicola Pada Cakram Daun ( leaf disc) Pada Pengamatan 8 hsi

Perlakuan Panjang Lebar Jlh. Sekat

(Septa)

(43)

Jumlah sekat (septa) C. cassiicola pada pengamatan paling tinggi terdapat pada perlakuan P29U1 yaitu sebanyak 13 sekat (septa) dan yang terendah terdapat pada perlakuan P12U1, P13U1, P28U1 yaitu sebanyak 4 sekat (septa).

Konidia yang paling lebar terdapat pada perlakuan P29U1 yaitu 18 µ m dan yang paling kecil terdapat pada perlakuan P6U1, P12U1, P13U1, P28U1 yaitu 8 µ m. Konidia yang paling panjang terdapat pada perlakuan P29U1 yaitu 113 µ m dan yang terpendek terdapat pada perlakuan P6U1, P12U1, P13U1, P28U1 yaitu 50 µ m.

Pembahasan

Intensitas Serangan (%) C. cassiisola

Pada pengamatan I (2 hsi) dapat dilihat bahwa intensitas serangan tertinggi terdapat pada perlakuan genotipe RRIM 911 (P23) yaitu sebesar 21,47 % sedangkan intensitas serangan terendah terdapat pada perlakuan genotipe PB 260 (P1), PB 366 (P10), IRR 105 (P15), IRR 107 (P16), RRIM 908 (P22), RRIM 937 (P25), RRIC 102 (P27) yaitu sebesar 5,24 % ini tergolong kedalam kategori resisten dan perlakuan genotipe RRIM 911 (P23) tergolong kedalam kategori Agak resisten. Hal ini sesuai dengan literatur Pawirosoemadjo (2003), yang menyatakan bahwa nilai skala 21 – 40 % tergolong kategori agak resisten dan nilai skala 0 – 20 % tergolong kedalam kategori resisten.

(44)

terhadap penyakit dapat dipengaruhi oleh kondisi agroklimat (curah hujan dan kelembaban) daerah penanaman.

Pada pengamatan II (4 hsi) dapat dilihat bahwa intensitas serangan tertinggi terdapat pada perlakuan genotipe PB 314 (P5) yaitu sebesar 33.73 % sedangkan intensitas serangan terendah pada perlakuan genotipe PB 260 (P1) yaitu sebesar 5,24 %. Pada pengamatan ke II ini perlakuan genotipe PB 314 termasuk kategori Agak Resisten dan perlakuan PB 260 (P1) masih tergolong resisten. Hal ini sesuai dengan literatur Pawirosoemadjo (2003), yang menyatakan bahwa nilai skala 21 – 40 % tergolong kategori agak resisten dan nilai skala 0 – 20 % tergolong kedalam kategori resisten.

Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa patogen memiliki patogenitas yang berbeda – beda. C. cassiicola telah membentuk berbagai ras

dengan patogenitas yang bervariasi. Hal ini sesuai dengan literatur Situmorang dkk, (1996), yang menyatakan bahwa ras patogen ini terdiri dari tiga

(45)

Pada pengamatan IV (8 hsi) dapat dilihat bahwa intensitas serangan tertinggi terdapat pada perlakuan genotipe PB 217 (P2), PB 340 (P7), PB 359 (P9), IRR 5 (P11), IRR 107 (P16), IRR 112 (P17), RRIM 901 (P21), RRII 105 (P29), RRII 176 (P30) yaitu sebesar 90.00 % sedangkan intensitas serangan terendah pada perlakuan genotipe PB 260 (P1) yaitu sebesar 25,83 %. Pada pengamatan ke IV ini, genotipe PB 260 (P1) yang dulunya resisten sekarang menjadi agak resisten. Hal ini sesuai literatur Agrios (1996), yang menyatakan bahwa terjadinya perubahan ketahanan dari tahun ke tahun dan adanya varietas yang tahan berubah menjadi rentan dan resisten menjadi agak resisten, hal ini disebabkan adanya perubahan ras fisiologis pada patogen.

C. cassiicola menyerang tanaman karet di pembibitan, kebun entres dan tanaman muda, serta tanaman menghasilkan dilapangan, tetapi C. cassiicola lebih menyukai daun muda dengan umur 30 hari. Hal ini sesuai dengan Literatur Situmorang dkk, (1996), yang menyatakan bahwa C. cassiicola menyerang tanaman karet di pembibitan, kebun entres dan tanaman muda, serta tanaman menghasilkan dilapangan. C. cassiicola lebih menyukai daun yang masih muda sampai umur 4 minggu, meskipun daun tua dapat di infeksinya.

Pengamatan Ukuran Panjang, Lebar dan Jumlah Sekat (Septa) Konidia

C. cassiicola Pada Cakram Daun ( Leaf Disc) Pada Pengamatan 8 hsi

(46)

Lebar konidia C. cassiicola dari hasil penelitian pada pengamatan IV (8 hsi) didapat yaitu 8-18 µ m. Hal ini sesuai dengan literature Semangun (2000), yang mengatakan bahwa C.cassiicola mempunyai lebar antara 8-18 µm.

(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pada pengamatan I intensitas serangan tertinggi pada RRIM 911 (P23) 21,47 %, terendah pada PB 260 (P1), PB 366 (P10), IRR 105 (P15), IRR 107 (P16), RRIM 908 (P22), RRIM 937 (P25), RRIC 102 (P27) 5,24%, Pengamatan II intensitas serangan tertinggi pada PB 314 (P5) 33,73 %, terendah pada PB 260 (P1) 5,24 % dan pengamatan III intensitas serangan terendah pada PB 260 (P1) 10,37 %, tertingi pada PB 359 (P9) 41,16 %.

2. Pada pengamatan IV intensitas serangan tertinggi pada PB 217 (P2), PB 340 (P7), PB 359 (P9), IRR 5 (P11), IRR 107 (P16), IRR 112 (P17), RRIM 901 (P21), RRII 105 (P29), RRII 176 (P30) 90,00 % ini tergolong kategori rentan, sedangkan intensitas serangan terendah PB 260 (P1) 25,83 % ini tergolong kategori Agak resisten.

3. Pada pengamatan IV (8 hsi) panjang konidia C. cassiicola yaitu 50-113 µ m dan lebar 8-18 µm dan jumlah sekat (septa) yaitu 4-13 sekat (septa).

4. Dari hasil penelitian diketahui bahwa plasma nutfah moderat yaitu pada PB 359 (P9) yaitu sebesar 41,16 dan RRIM 911 (P23) yaitu sebesar 41,15

Saran

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, A.L. 2003. Ilmu penyakit Tumbuhan II. Bayumedia, Malang.

Agrios, G.N. 1996. Ilmu penyakit Tumbuhan. di terjemahkan oleh Busnia M. UGM Press, Yogyakarta.

Alexopoulus, C.J. and C.W. Mims. 1979. Introductory Mycology. 3 rd edition. Jhon Willey and Sons, New York.

Anonim, 2010. Haemocytometer. Diakses dari :

Pada

tanggal : 14 Januari 2010.

Bangun, M.K. 1990. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Chaidamsari, T. dan A. Darussamin. 1993. Polimorfisme Isoenzim Beberapa Tetua dan Hasil Persilangan Hevea brasiliensis Muell. Arg. Menara Perkebunan. 61 (2).

Daslin, A. S. Woelan, dan I. Suhendry. 2002. Report on the Evalution and Utilization of the 1981 IRRDB Hevea germplasm in Indonesia Paper on IRRDB joint Workshop.Malaysia-Indonesia, Kuala Lumpur.

Daslin, A. S. 2007. Resistensi Klon Anjuran dan Harapan Terhadap Penyakit Utama Karet. Kumpulan Materi : Managemen Pengendalian Penyakit Gugur Daun, Cabang, Akar dan Pemupukan Tanaman Karet. Sungei Putih. 13-15 Maret. Pusat Penelitian Karet, Sungei Putih.

Hadi, H. 2003. Analisa Genetik Sifat Ketahanan Tanaman Karet terhadap Penyakit Gugur Daun Corynespora. Disertasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kasno, A. 1994. Sinopsis. Karakteristik Plasma Nutfah. Makalah pada Pelatihan Plasma Nutfah Pertanian. BLPP Ketindak-Lawang, 12-14 Desember.

Liyanage, A. de S. 1987. Investigation of Corynespora Leaf Spot in Srilanka. Proceeding of RRDB Symposium Pathology of Hevea brasiliensis. November 2-3. Chiang Mai, Thailand.

Mushrif, S. K. 2006. Morphology, Physiology and Survival of Corynespora

cassiicaola (Berk. & Curt.) Wei. Corynespora leaf disease of Hevea

(49)

Pawirosoemadjo, S. 2003. Pengendalian Penyakit Karet. Materi pada Workshop Pengendalian KAS dan Penyakit Penting Tanaman Karet. Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat penelitian Karet.

Sastrapradja, S. D. 1992. Sarasehan Plasma Nutfah dan Bioteknologi. Komisi Pelestarian Plasma Nutfah Nasional, Bogor.

Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Karet Perkebunan di Indonesia. UGM Press, Yogyakarta.

Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. UGM Press, Yogyakarta.

Setyamidjaja. D. 1995. Karet “Budidaya dan Pengolahan”. Kanisius. Yogyakarta. Soekirman. P. 2003. Pengendalian Penyakit Karet. Kumpulan materi Workshop Penanggulangan KAS dan Penyakit Penting Pada Tanaman Karet. Sungei Putih, 28-30 Agustus 2003. Pusat Penelitian Karet, Sungei Putih.

Sinulingga, W. Suwanto and H. Soepena, 1996. Perkembangan penyakit Gugur Daun Corynespora di Indonesia. Prosiding Lokakarya Penyakit Gugur Daun Corynespora pada Tanaman Karet. pusat Penelitian Karet Medan, 16-17 Desember.

Situmorang, A., A. Budiman, S. pawirosoemadjo and M. Lasminingsih, 1996.

Epidemic of Corynespora Leaf Fall Disease and its Preventive Methods on Hevea Rubber. Proceeding of Workshop on Corynespora Leaf Fall of Hevea Rubber in Medan. Pusat Penelitian Karet, Desember 16-17.

Sumarmadja , 2005. Falsafah penyadapan Karet, Kumpulan Materi pelatihan Eksploitasi Tanaman Karet dan Pengendalian Tanaman Karet, Balai Penelitian Sungei Putih. Pusat penelitian Karet, 13-15 Desember.

Umayah, A. 1999. Aksi Filtrat Corynespora cassiicola Pada Daun Karet. Pros. Kongres Nasional XV dan Seminar Ilmiah PFI. Purwokerto, 16-18 September 1999.

(50)

Uji Jarak Duncan Pada Pengamatan 2 hsi

SY 2,15 P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

SSR 0.01 3,76 3,92 4,03 4,12 4,17 4,23 4,27 4,31 4,34 4,36 4,39 4,41 4,44 4,45 4,47 4,48 4,50 4,51 4,53 4,55 4,58 4,60 4,63 4,65 4,66 4,68 4,71 4,73 4,76

LSR 0.01 8,09 8,43 8,67 8,86 8,97 9,10 9,18 9,27 9,34 9,38 9,44 9,49 9,55 9,57 9,62 9,64 9,68 9,70 9,74 9,79 9,85 9,89 9,96 10,00 10,02 10,07 10,13 10,17 10,24

Perlakuan P1 P10 P15 P16 P22 P25 P27 P2 P3 P20 P17 P19 P21 P24 P7 P9 P11 P12 P8 P4 P14 P18 P28 P5 P26 P29 P6 P13 P30 P23

Rataan 5,24 5,24 5,24 5,24 5,24 5,24 5,24 6,52 6,52 7,80 8,79 8,79 8,79 8,79 9,09 9,64 9,64 10,36 10,39 12,92 13,19 13,19 13,48 13,91 14,79 14,79 15,89 17,59 19,95 21,47 A

B

C

D

(51)

Uji Jarak Duncan Pada Pengamatan 4 hsi

SY 3,11

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

SSR 0.01 3,76 3,92 4,03 4,12 4,17 4,23 4,27 4,31 4,34 4,36 4,39 4,41 4,44 4,45 4,47 4,48 4,50 4,51 4,53 4,55 4,58 4,60 4,63 4,65 4,66 4,68 4,71 4,73 4,76

LSR 0.01

11,69 12,19 12,53 12,81 12,97 13,15 13,28 13,40 13,50 13,56 13,65 13,71 13,81 13,84 13,90 13,93 13,99 14,02 14,09 14,15 14,24 14,30 14,40 14,46 14,49 14,55 14,65 14,71 14,80

Perlakuan P1 P8 P18 P19 P24 P27 P25 P12 P2 P15 P16 P7 P22 P4 P6 P10 P14 P17 P20 P21 P26 P30 P3 P11 P28 P29 P9 P13 P23 P5 Rataan 5,24 21,75 21,75 21,75 21,75 21,75 23,03 25,30 27,60 28,79 28,86 29,44 29,44 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,54 30,54 30,54 30,54 31,59 32,14 32,59 33,73

(52)

Uji Jarak Duncan Pada Pengamatan 6 hsi

SY 2,63

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

SSR 0.01 3,76 3,92 4,03 4,12 4,17 4,23 4,27 4,31 4,34 4,36 4,39 4,41 4,44 4,45 4,47 4,48 4,50 4,51 4,53 4,55 4,58 4,60 4,63 4,65 4,66 4,68 4,71 4,73 4,76

LSR 0.01 9,89 10,31 10,60 10,83 10,97 11,12 11,23 11,33 11,41 11,47 11,54 11,60 11,68 11,70 11,75 11,78 11,83 11,86 11,91 11,97 12,04 12,10 12,18 12,23 12,25 12,31 12,39 12,44 12,52

Perlakuan P1 P18 P27 P19 P25 P22 P16 P26 P3 P8 P12 P24 P7 P28 P30 P14 P21 P15 P17 P2 P10 P11 P20 P29 P6 P4 P5 P13 P23 P9

Rataan 10,37 26,45 29,48 29,97 31,00 33,21 33,44 34,23 34,73 34,99 35,01 35,01 35,22 35,22 35,22 35,25 35,25 35,71 35,73 35,82 36,24 36,73 36,73 36,73 37,71 37,74 38,74 40,20 41,15 41,16 A

B C

(53)

Uji Jarak Duncan Pada Pengamatan 8 hsi

SY 4,17

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

SSR 0.01 3,76 3,92 4,03 4,12 4,17 4,23 4,27 4,31 4,34 4,36 4,39 4,41 4,44 4,45 4,47 4,48 4,50 4,51 4,53 4,55 4,58 4,60 4,63 4,65 4,66 4,68 4,71 4,73 4,76

LSR 0.01 15,66 16,33 16,79 17,16 17,37 17,62 17,79 17,95 18,08 18,16 18,29 18,37 18,49 18,54 18,62 18,66 18,74 18,78 18,87 18,95 19,08 19,16 19,28 19,37 19,41 19,49 19,62 19,70 19,83

Perlakuan P1 P27 P18 P19 P26 P25 P22 P28 P15 P3 P6 P4 P23 P13 P10 P20 P8 P12 P14 P24 P5 P2 P7 P9 P11 P16 P17 P21 P29 P30 Rataan 25,83 39,81 40,11 40,78 48,85 50,85 53,07 54,78 57,00 57,98 60,07 60,69 61,22 62,29 68,86 69,05 78,93 81,14 81,14 81,14 81,26 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00

A B

C D E

Gambar

Gambar 1. Konidia jamur Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei. Perbesaran : 10 x 40  Sumber : Foto Langsung
Gambar 2. Gejala Serangan Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei. Sumber : Foto Langsung
Gambar 3. Biakan Murni Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei. Sumber : Foto Langsung
Gambar : Haemocytometer
+3

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menganalisis pengukuran kinerja dari elemen efektivitas, Tabel 3 menunjukkan hasil analisis yang disajikan dari data Indikator Kinerja yang berkaitan dengan

The cash low statement is one of the primary statements in inancial reporting (along with the statement of comprehensive income, the balance sheet and the statement of changes in

Sist Berbasis Mikroprosesor Microprocessor Based Systems Lab 1 TF22087 A/B Prak. Sist Elektronis Electronic Systems Design Lab

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa FKM USU yang mengendarai sepeda motor dalam pengendalian pencemaran udara di

Hasil uji hipotesis memberikan nilai thitung = dan ttabel = , dengan dk dan taraf signifikan menunjukkan bahwa ada perbedaan akibat pengaruh model pembelajaran inquiry

Nilai yang ditunjukkan dalam perhitungan bahwa nilai berat kering optimum setiap sampel yang dipadatkan dengan metode pemadatan modified lebih besar dibandingkan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh positif dan signifikan Struktur Modal (DER), Ukuran Perusahaan ( Size) , Pertumbuhan Perusahaan ( Growth ), dan

Pada tanggal 7 September 1944 Jepang memberikan janji kemerdekaan kepada bangsa Indonesia, dengan maksud ..... agar bangsa Indonesia siap melaksanakan pemerintahan