• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi abnormalitas gigi pada kuda delman di Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi abnormalitas gigi pada kuda delman di Kota Bogor"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI ABNORMALITAS GIGI PADA KUDA DELMAN

DI KOTA BOGOR

FRIZKY AMELIA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Abnormalitas Gigi pada Kuda Delman di Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

FRIZKY AMELIA. Studi Abnormalitas Gigi pada Kuda Delman di Kota Bogor. Dibimbing oleh BUDHY JASA WIDYANANTA dan DENI NOVIANA.

Kuda delman merupakan hewan pekerja yang dimanfaatkan masyarakat kota Bogor sebagai transportasi wisata. Penelitian mengenai kuda delman belum banyak dilakukan, termasuk kesehatan gigi. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan mendeskripsikan abnormalitas gigi kuda delman di kota Bogor melalui dua tahap, yaitu pengisian kuesioner dan wawancara kepada kusir serta pemeriksaan gigi kuda delman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa abnormalitas gigi kuda delman berupa 100% bit sore, 80% sharp enamel points, dan 30% laserasi mulut. Abnormalitas gigi seri berupa 20% overjet dan 10% underjet. Abnormalitas taring berupa 30% pemotongan gigi dan 10% periodontitis. Premolar 1 dimiliki oleh 50% kuda yang diperiksa. Abnormalitas geraham berupa 10% stepped mouth, 30% wave mouth, dan 60% cupped out. Kait gigi terbentuk pada rostral geraham sebesar 10%, caudal 30%, dan rostrocaudal 30%. Abnormalitas gigi pada kuda delman sebagian besar tergolong minor dan berkaitan erat dengan ukuran bit, usia kuda, pakan, abnormalitas gigi yang lain, manipulasi manusia, dan genetik.

Kata kunci: kuda delman, kota Bogor, pemeriksaan gigi, abnormalitas gigi

ABSTRACT

FRIZKY AMELIA. Studies on the Delman Horse’s Dental Abnormalities in Bogor City. Supervised by BUDHY JASA WIDYANANTA and DENI NOVIANA.

Delman horse is one of the working animal that commonly used by the Bogor citizen as today tour transportation. Research on delman horse has not been done, including the dental health. The aim of this study is to identify and describe dental abnormalities on delman horses in Bogor city. This research was conducted in two stage, which are filled the questionnaires and interviewed with coachmen and also examined delman horse’s teeth. The results showed that horses have 100% bit sore, 80% sharp enamel points, and 30% mouth laceration. Incisors abnormalities were 20% overjet and 10% underjet. Canine abnormalities were 30% canines cutted and 10% canine periodontitis. Wolf teeth owned by 50% of examined horse. Cheek teeth abnormalities were 10% stepped mouth, 30% wave mouth, and 60% cupped out. Hooks formed 10% at the rostral cheek teeth, 30% caudal, and 30% rostrocaudal. Dental abnormalities in delman horses mostly considered as minor and closely related to the bit size, horse’s age, feed, others dental abnormalities, human manipulation, and genetic.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

STUDI ABNORMALITAS GIGI PADA KUDA DELMAN

DI KOTA BOGOR

FRIZKY AMELIA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Studi Abnormalitas Gigi pada Kuda Delman di Kota Bogor Nama : Frizky Amelia

NIM : B04090017

Disetujui oleh

drh Budhy Jasa Widyananta, MSi Pembimbing I

drh Deni Noviana, PhD Pembimbing II

Diketahui oleh

drh Agus Setiyono, MS PhD APVet Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan baik. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2012 sampai Maret 2013 ini berjudul Studi Abnormalitas Gigi pada Kuda Delman di Kota Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada drh Budhy Jasa Widyananta, MSi dan drh Deni Noviana, PhD selaku pembimbing skripsi yang tanpa lelah memberikan masukan dan saran yang membangun. Disamping itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada drh Upik Kesumawati Hadi, MS PhD selaku pembimbing akademik yang senantiasa menyemangati penulis untuk belajar lebih giat. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada drh Nanda Aditya Sukma dan segenap kusir delman di kota Bogor yang sudah bekerja sama dan membantu penulis dalam pengoleksian data. Tak lupa, penulis sampaikan rasa terima kasih yang besar kepada Papa, Mama, dan Adik-adik, serta seluruh keluarga besar penulis yang tak henti-hentinya memberikan dukungan, semangat, dan cinta yang tulus.

Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam karya tulis ini, oleh karena itu saran dan masukan yang bersifat membangun sangat penulis hargai. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

ManfaatPenelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

METODE 6

Bahan 6

Alat 6

Lokasi dan Waktu Penelitian 6

Prosedur Penelitian 7

Analisis data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

(11)

DAFTAR TABEL

1. Jenis abnormalitas gigi yang ditemukan pada kuda delman (n=10) 8

2. Keterkaitan hambatan pergerakan rahang dengan abnormalitas gigi 13

DAFTAR GAMBAR

1. Gambaran umum jenis gigi kuda 2

2. Pulpar exposure 3

3. Ilustrasi abnormalitas cheek teeth dari lateral view 5

4. Ilustrasi sharp enamel points 6

5. Kejadian mouth laceration dan cupped out 9

6. Bit sore 9

7. Overjet 10

8. Underjet 10

9. Masalah pada canine 11

10. Wolf teeth dan sharp enamel points 11

11. Masalah pada cheek teeth 12

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Delman merupakan transportasi tradisional kota Bogor yang menggunakan kuda sebagai penarik keretanya. Penelitian mengenai kuda delman tidak banyak dilakukan dan dipublikasikan, padahal hewan ini merupakan salah satu komoditas pasien dokter hewan.

Salah satu aspek yang menjadi bagian penting dalam pemeliharaan dan perawatan kesehatan kuda adalah perawatan gigi. Hal ini dikarenakan gigi berperan penting dalam kehidupan kuda dan sering mengalami masalah kesehatan yang 80% diantaranya tidak terdiagnosa karena tidak menunjukkan gejala klinis (Dixon 2011). Kesehatan gigi dan mulut harus dijaga agar kuda merasa nyaman saat makan maupun bekerja (Griffin 2013). Beberapa faktor yang memengaruhi kesehatan gigi kuda antara lain adalah aktivitas kuda, pakan, usia, dan genetik (Kouskoura et al. 2011).

Kuda delman membutuhkan perawatan kesehatan gigi karena terdapat beberapa predisposisi abnormalitas gigi, seperti ukuran bit yang tidak sesuai, usia kuda, pakan, manipulasi manusia, abnormalitas gigi yang lain, dan genetik. Penelitian mengenai gigi kuda delman di kota Bogor belum pernah dipublikasikan. Penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai kusir dan memeriksa gigi kuda delman. Hasil penelitian yang didapat akan berguna sebagai informasi dasar kesehatan gigi kuda delman di kota Bogor.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan berbagai abnormalitas gigi dan penyebabnya pada kuda delman di kota Bogor. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengenalkan peran dokter hewan, terutama dalam pemeliharaan dan pemeriksaan kesehatan gigi kuda, khususnya kepada kusir delman.

Manfaat Penelitian

(13)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Kuda merupakan hewan hypsodont dengan mahkota gigi yang panjang (long crown teeth) dan proses erupsi gigi yang lama (Eronen et al. 2009). Jumlah gigi kuda bervariasi sebanyak 36-44 buah (Griffin 2013) dan akan tererupsi 3-4mm per tahun (Arnott 2008). Kuda memiliki gigi seri (incisor), taring (canine), serta premolar dan molar atau cheek teeth (CT) seperti pada Gambar 1. Setiap gigi memiliki 3 bagian yaitu, crown (bagian mahkota gigi yang tampak), reserve crown (bagian mahkota gigi yang berada di dalam alveoli), dan akar gigi. Panjang total gigi kuda adalah 8-10cm dan dapat tereduksi 3-4cm saat berusia tua (Henry 2011;Baratt 2011). Setiap gigi terdiri dari enamel, dentin, cementum, dan pulp cavity (Arnott 2008).

a b

c d

Gambar 1 Gambaran umum jenis gigi kuda. Rahang a) maksila lateral, b) maksila ventral, c) mandibula lateral, dan d) mandibula dorsal. Sumber: Rouge (2002).

Kuda delman merupakan hewan pekerja yang dimanfaatkan oleh masyarakat kota Bogor sebagai transportasi wisata. Kuda pekerja ini memiliki beberapa predisposisi abnormalitas gigi, seperti faktor lingkungan, genetik, usia kuda, dan abnormalitas gigi yang lain (Kouskoura et al. 2011). Faktor lingkungan yang menjadi predisposisi masalah gigi diantaranya adalah ukuran bit, pakan, dan manipulasi manusia.

Predisposisi pertama abnormalitas gigi kuda delman adalah ukuran bit yang tidak sesuai dengan mulut kuda. Bit merupakan salah satu alat komunikasi kusir dengan kuda. Pemakaian bit yang terlalu kecil bersifat invasif dan menyakitkan sehingga pergerakannya tidak leluasa dan justru melukai bibir, mukosa mulut, gusi, gigi, dan lidah serta mengakibatkan stress (Cook 2003;Bennett 2006).

(14)

3 abnormalitas gigi pada kuda berusia muda adalah cacat kongenital dan pertumbuhan abnormal, sementara pada kuda tua berupa fraktur, tartar, keausan gigi, dan infeksi (Maslauskas et al. 2008).

Predisposisi ketiga adalah pakan. Rumput merupakan pakan alami kuda yang banyak mengandung serat kasar dan silika serta mampu mengasah gigi secara perlahan melalui proses mastikasi. Pakan kuda yang lain adalah konsentrat yang kandungan energinya lebih besar dari rumput, namun membuat kisaran gerak rahang menjadi lebih sempit dan memendekkan waktu mastikasi (Masey O'Neill et al. 2010). Struktur konsentrat mudah hancur sehingga mengurangi power stroke, yaitu salah satu tahap mastikasi saat mandibula bergerak ke mediodorsal bersamaan dengan pergerakan lidah (Huthmann et al. 2009). Pemberian konsentrat memudahkan terbentuknya penajaman enamel atau sharp enamel points (SEPs) pada daerah buccal maksila dan lingual mandibula (Dacre 2006).

Predisposisi keempat adalah manipulasi manusia, seperti pemotongan dan pengikiran gigi. Pemotongan gigi terutama dilakukan pada canine yang panjang keseluruhannya dapat mencapai 7cm (Dixon dan Dacre 2005). Pemotongan canine bertujuan mengurangi bahaya gigitan kuda, serta mencegah terjepitnya lidah diantara bit dan canine. Anatomi gigi kuda harus dipahami dengan benar sebelum melakukan pemotongan gigi untuk mencegah terbukanya rongga gigi atau pulpar exposure (Gambar 2) yang menyebabkan pulpitis, rasa sakit, ketidaknyamanan, dan infeksi (Dixon 2011).

Gambar 2 Pulpar exposure. Sumber: Dixon 2011.

(15)

4

Predisposisi keenam adalah genetik, misalnya malocclusion. Johnston (2006) mengungkapkan bahwa abnormalitas ini dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu orthoclusion (kelas 0), neutroclusion (kelas I), mandibular distoclusion (kelas II), dan mandibular mesioclusion (kelas III). Orthoclusion merupakan kondisi normal dari rahang dan gigi. Neutroclusion merupakan kondisi posisi dan bentuk rahang normal, namun gigi tumbuh pada posisi atau arah yang salah. Mandibular distoclusion merupakan kondisi rahang mandibula yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan maksila, misalnya overjet. Mandibular mesioclusion merupakan kondisi rahang mandibula yang lebih panjang dibandingkan dengan maksila, misalnya underjet (Cruz et al. 2008).

Abnormalitas tidak hanya terjadi pada gigi, tetapi juga dapat terjadi pada bagian lain dari mulut seperti bibir, mukosa pipi, dan lidah. Beberapa abnormalitas yang umum ditemukan pada kuda adalah laserasi mulut (mouth laceration), bit sore, overjet, underjet, periodontitis, wolf teeth, stepped mouth, wave mouth, cupped out, hook, dan SEPs (Dixon dan Dacre 2005).

Mouth laceration merupakan perlukaan pada mukosa mulut atau pipi yang disebabkan oleh enamel yang tajam, benda asing diantara gusi, pipi, dan gigi, serta bit yang terlalu kecil (Tell et al. 2008). Sementara bit sore merupakan luka pada bibir akibat bergesekan dengan bit.

Overjet atau mandibular brachygnatism merupakan kelainan incisor yang umum ditemukan pada kuda (Dixon dan Dacre 2005) yaitu saat kondisi incisor maksila terletak lebih rostral dibandingkan dengan permukaan incisor mandibula, namun keduanya masih bersentuhan. Overjet yang diabaikan dapat menjadi overbite (Dixon 2011), yaitu kondisi incisor maksila dan mandibula yang tidak bersentuhan (Peters et al. 2008).

Underjet merupakan kondisi dimana incisor mandibula berada lebih rostral dibandingkan dengan incisor maksila, namun keduanya masih bersentuhan (Peters et al. 2008). Kejadian ini lebih banyak ditemukan pada keledai (Du Toit dan Dixon 2012). Underjet sering disebabkan oleh overgrowth dari incisor tengah mandibula (Dixon dan Dacre 2005).

Equine periodontal disease (EPD) merupakan gangguan kesehatan periodontium secara umum pada kuda berbagai usia yang disertai dengan inflamasi dan infiltrasi sel radang. Abnormalitas ini dapat terjadi akibat impaksi pakan pada celah gigi (Cox et al. 2012). Terdapat 4 tahap EPD, yaitu ginggivitis, early periodontitis, moderate periodontitis, dan advance periodontitis. Pada tahap ginggivitis terjadi penumpukan plak dan calculus serta peradangan gusi di sekitar gigi. Selanjutnya, early periodontitis, penumpukan plak dan calculus memanjang ke bagian reserve crown dan terjadi pembentukan kantung (periodontal pocket). Pada tahap moderate periodontitis, plak dan calculus serta periodontal pocket memanjang hingga ke akar gigi. Pada tahap akhir, advance periodontitis, kondisi semakin parah akibat peradangan hebat dan mengakibatkan gigi mudah copot (Rosenberg 2008).

(16)

5 Wave mouth merupakan kondisi crown CT yang tidak sama tinggi sehingga permukaannya terlihat seperti gelombang dengan presentase kejadian 3-8% (Peters et al. 2008). Wave mouth dapat disebabkan oleh fraktur gigi atau rahang dan overbite (Bradley 2002). Kondisi ini menginduksi terjadinya EPD melalui pembentukan periodontal pocket (Anthony et al. 2010).

Stepped mouth merupakan kondisi peninggian crown CT yang secara ekstrim tidak rata. Stepped mouth dapat disebabkan oleh hilangnya gigi yang berhadapan dengan crown tersebut, retained deciduous caps, dan atau keausan gigi yang tidak merata (Dixon 2011;Peters et al. 2008).

Bentuk abnormalitas lain adalah cupped out dan pembentukan hook. Cupped out dapat diartikan sebagai hilangnya lipatan enamel gigi yang membuat permukaan gigi menjadi tidak rata (Du Toit et al. 2008). Cupped out dapat menjebak makanan di dalam celah gigi dan mengakibatkan periodontitis (Ireland et al. 2012). Sementara hook terbentuk dari bagian enamel yang menajam dan jika diabaikan akan semakin tajam seiring dengan bertambahnya usia. Hook dapat mengakibatkan luka, rasa sakit (Arnott 2008), dan kesulitan dalam mengendalikan kuda saat dinaiki, namun tidak memengaruhi kecernaan pakan (Carmalt et al. 2005). Ilustrasi abnormalitas pada CT dapat dilihat pada Gambar 3.

a b

c d

Gambar 3 Ilustrasi abnormalitas cheek teeth dari lateral view. (a) wave mouth, (b)

stepped mouth, (c) rostral hook, dan (d) caudal hook. Sumber: Johnson

(2000).

(17)

6

(Gambar 4) merupakan abnormalitas yang paling banyak ditemukan pada kuda (Maslauskas et al. 2008;Peters et al. 2008).

Gambar 4 Ilustrasi sharp enamel points. Sumber: Johnson (2000).

Abnormalitas gigi dapat dideteksi melalui penyimpangan perilaku seperti kolik, halitosis, quidding, anoreksia, nasal discharge, sensitif terhadap penggunaan bit, hipersalivasi, penurunan bobot badan, dan crib-biting (Dixon dan Dacre 2005;Du Toit et al. 2008;Johnson dan Porter 2010). Quidding merupakan perilaku menjatuhkan makanan saat mengunyah. Sementara crib-biting merupakan kebiasaan menggigit dan menahan suatu objek dengan incisor maksila kemudian melengkungkan dan menarik mundur otot leher secara berlebihan (Henry 2011;Johnson dan Porter 2010).

METODE

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepuluh ekor kuda delman berjenis kelamin jantan dengan rentang usia 2,5-27 tahun. Sampel kuda berasal dari dua shelter yaitu, Cimanggu dan Cibalagung, Bogor.

Alat

Peralatan yang dibutuhkan saat pengambilan data kuesioner dan wawancara adalah kuesioner, alat tulis, dan kamera digital. Peralatan yang dibutuhkan saat pemeriksaan kesehatan umum dan gigi pada kuda delman adalah spoit 50mL, mouth gag (spekulum), lampu senter atau head lamp, kertas pemeriksaan gigi, pita pengukur bobot dan tinggi badan kuda, stetoskop, termometer, dan kamera digital.

Lokasi dan Waktu Penelitian

(18)

7

Prosedur Penelitian

Data penelitian dibagi menjadi dua, yaitu data utama dan data pendukung. Data utama merupakan hasil pemeriksaan gigi kuda delman, meliputi kondisi normal dan abnormal yang ditemukan. Sementara data pendukung merupakan hasil kuesioner dan wawancara yang dilakukan dengan kusir serta pemeriksaan kesehatan secara umum.

Data pendukung diambil sebelum data utama, yang meliputi data kusir, anamnesa, sinyalemen, status present, perilaku abnormal kuda saat makan atau menarik kereta delman, perawatan kesehatan secara menyeluruh, serta perawatan kesehatan gigi. Data ini merupakan informasi dasar mengenai kusir dan kuda delman.

Data utama didapatkan dengan melakukan pemeriksaan eksternal dan internal gigi dari sepuluh ekor kuda delman yang dipilih secara acak. Inspeksi, palpasi, dan perkusi dilakukan secara bertahap. Inspeksi dilakukan dengan mengamati regio kepala kuda untuk melihat ada tidaknya abnormalitas (kelainan bentuk), perubahan bentuk (atrofi) pada otot masseter, kesimetrisan dan keseimbangan kepala, serta lesio pada area bibir (Henry 2011). Inspeksi dilanjutkan pada bagian hidung yang meliputi kesimetrisan aliran udara, kebengkakan sinus, dan discharge (Du Toit 2011).

Palpasi dilakukan pada limfonodus (ln) regio kepala yaitu ln. Retropharyngeal dan ln. Submandibularis. Palpasi mendalam dilakukan pada pipi yang sejajar dengan CT untuk melihat ada tidaknya SEPs melalui respons sakit. Palpasi dilanjutkan pada persendian tulang temporal dan mandibula untuk melihat ada tidaknya rasa sakit atau tidak nyaman pada bagian tersebut (Baratt 2011). Perkusi dilakukan pada area sinus paranasalis untuk mengecek ada tidaknya kebengkakan (Gerard et al. 2006).

Bibir maksila kuda dibuka ke atas dan bibir mandibula ke bawah untuk melihat incisor. Jumlah, bentuk, dan kesimetrisan incisor diamati dari depan dan samping. Kemudian dilakukan penentuan usia kuda dengan melihat bentuk, warna, bintang gigi, dan galvayne’s grooves pada incisor. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan terhadap canine. Pengamatan dilakukan terhadap kelainan posisi, bentuk, dan tartar dari canine.

Dua manipulasi gerak dilakukan berupa rostrocaudal mobility (RCM) dan lateral jaw excursion (LJE) untuk melihat fleksibilitas gerak rahang saat mastikasi. Gerak RCM merupakan perubahan posisi mandibula terhadap maksila saat rahang digerakkan ke atas dan bawah yang dapat ditingkatkan 0-4mm dengan pengikiran gigi (Carmalt et al. 2003). Sementara gerak LJE merupakan gerakan rahang mandibula ke sisi kiri dan kanan secara bergantian sejauh 1-2cm (Rucker 2002). Manipulasi gerakan ke arah lateral dapat menggambarkan lebar kontak dua permukaan gigi maksila dan mandibula saat proses mastikasi berlangsung (Griffin 2013).

(19)

8

Palpasi dilakukan setelah inspeksi untuk menentukan bentuk, posisi, dan jumlah gigi, serta merasakan ketajaman enamel (Easley 1999a). Kecermatan sangat diperlukan dalam pemeriksaan internal gigi kuda karena kebanyakan masalah gigi tidak terdiagnosa meskipun menyebabkan rasa sakit (Dixon dan Dacre 2005). Setelah itu, dilakukan pencatatan terhadap kondisi gigi.

Analisis Data

Data utama berupa abnormalitas gigi dikumpulkan dan dibuat prevalensi kejadiannya untuk kemudian dijelaskan secara deskriptif. Sementara data pendukung menjadi informasi untuk merunut penyebab abnormalitas gigi yang ditemukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kisaran jumlah gigi sepuluh ekor kuda delman di kota Bogor adalah 40-42 gigi dengan rataan 41 gigi per ekor yang menunjukkan bahwa sebagian besar kuda berusia dewasa. Adapun berbagai abnormalitas gigi yang ditemukan pada kuda delman dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis abnormalitas gigi yang ditemukan pada kuda delman (n=10) No. Jenis Abnormalitas Jumlah (%)

1 Laserasi mulut (mouth laceration) 30

2 Bit sore 100

a. Pemotongan taring (canine cutted) 30

b. Periodontitis 10

6 Premolar 1 (wolf teeth)

a. Kiri atas 20

b. Kanan atas 10

c. Kiri dan kanan atas 20 7 Premolar dan molar atau cheek teeth (CT)

(20)

9 Abnormalitas tidak hanya terjadi pada gigi, tetapi juga dapat terjadi pada bagian lain dari mulut seperti bibir, mukosa pipi, dan lidah. Abnormalitas pada mukosa pipi berupa mouth laceration terjadi sebanyak 30% dari total kuda yang diperiksa (Gambar 5). Mouth laceration pada kuda delman tergolong besar (>0,5cm) serta disebabkan oleh ukuran bit yang tidak sesuai dan SEPs (Tell et al. 2008). Sebanyak 80% kuda delman memiliki SEPs, namun hanya 20% diantaranya yang mengalami mouth laceration. Sharp enamel points terjadi akibat kurangnya pemberian pakan berserat tinggi seperti rumput yang mampu mengasah enamel secara alami melalui proses mastikasi. Sharp enamel points yang dimiliki kuda delman tergolong minor karena berukuran ±2mm dan tidak banyak menimbulkan gangguan mastikasi. Kuda dengan dominasi pakan rumput seperti kuda delman cenderung memiliki SEPs yang lebih sedikit (Masey O'Neill et al. 2010).

Gambar 5 Kejadian mouth laceration dan cupped out.Mouth laceration pada mukosa pipi (panah besar) dan cupped out (panah kecil). Sumber: dokumentasi pribadi.

Berdasarkan pemeriksaan gigi, 100% kuda delman memiliki bit sore atau luka pada bibir akibat ukuran bit yang tidak sesuai (Gambar 6). Bit merupakan salah satu alat komunikasi kusir dengan kuda melalui prinsip pressure and release (Bennett 2006). Penggunaan bit dapat mengakibatkan rasa takut dan sakit serta mengganggu sistem pernapasan (Cook 2003). Pemakaian bit yang terlalu kecil menjadi predisposisi utama terjadinya bit sore dan mouth laceration (Tell et al. 2008).

Gambar 6 Bit sore. Tanda panah menunjukkan bit sore akibat pemakaian bit yang terlalu kecil. Sumber: dokumentasi pribadi.

(21)

10

sebanyak 20% dan menghambat RCM karena incisor maksila berada di depan incisor mandibula dan membatasi pergerakannya. Overjet dapat menyebabkan terbentuknya hook pada bagian rostral dan caudal CT (Du Toit dan Dixon 2012). Hal ini dibuktikan dengan adanya rostral dan caudal hook pada 50% kuda yang mengalami overjet.

a b

Gambar 7 Overjet. Dilihat dari (a) lateral view dan (b) front view. Incisors maksila berada di rostralincisors mandibula (ditunjukkan oleh tanda panah). Sumber: dokumentasi pribadi.

Underjet merupakan contoh class III malocclusion (mandibular mesioclusion) dan dipengaruhi secara kuat oleh faktor genetik (Cruz et al. 2008). Underjet (Gambar 8) terjadi 10% dan lebih sulit dikenali dibandingkan dengan overjet, namun mudah dilihat dari sisi lateral.

Gambar 8 Underjet. Incisors mandibula berada di rostralincisors maksila (ditunjukkan oleh tanda panah). Sumber: dokumentasi pribadi.

(22)

11 Abnormalitas gigi juga dapat ditemui pada CT, salah satunya adalah wolf teeth (Gambar 10). Sebanyak 40-80% kuda domestik memiliki lebih dari 1 wolf teeth (Easley 1999b). Wolf teeth dimiliki oleh 50% kuda delman dan 20% diantaranya sulit dikendalikan saat berbelok ke kiri maupun kanan. Hal ini dikarenakan saat tali kendali ditarik, bit membentur wolf teeth dan mengakibatkan rasa sakit sehingga kuda akan menolak untuk berbelok. Wolf teeth muncul pada usia 6-18 bulan dan cenderung dimiliki oleh kuda jantan (Easley 1999a).

a b

Gambar 9 Masalah pada canine. Tanda panah menunjukkan a) canine cutted dan b) Periodontitis. Sumber: dokumentasi pribadi.

Gambar 10 Wolf tooth dan sharp enamel points. Wolf teeth ditunjukkan oleh panah kecil dan SEPs panah besar. Sumber: dokumentasi pribadi.

Stepped mouth, wave mouth, dan hook merupakan abnormalitas gigi yang tergolong ke dalam class I malocclusion (neutroclusion), yaitu kondisi panjang rahang yang normal namun gigi tumbuh pada posisi atau arah yang salah (Baratt 2011). Stepped mouth terjadi sebanyak 10% dan wave mouth 30% (Gambar 11). Stepped mouth dimiliki oleh 1 ekor kuda yang berusia 27 tahun. Wave mouth dimiliki oleh 3 ekor kuda yang masing-masing berusia 17, 20, dan 23 tahun. Wave mouth dan stepped mouth cenderung terjadi pada kuda yang berusia tua (Anthony et al. 2010), terutama jika terdapat gigi yang hilang atau copot pada salah satu rahang.

(23)

12

yang diperiksa. Hook dapat terbentuk akibat adanya overjet ataupun kurangnya pemberian pakan berserat tinggi seperti rumput.

a b

Gambar 11 Masalah pada cheek teeth. a) stepped mouth, cupped out, rostral hook dan

caudal hook. b) wave mouth, rostral hook, dan caudal hook. Tanda menunjukkan cupped out, tanda panah menunjukkan rostral hook. Sumber: dokumentasi pribadi.

Kasus lain yang banyak ditemukan pada CT adalah cupped out sebanyak 50% (Gambar 5, 11a, dan 12). Cupped out merupakan kondisi terlepasnya cup gigi yang secara alami dapat terjadi pada kuda yang berusia lebih dari 15 tahun (Ireland et al. 2012). Usia kuda delman yang mengalami cupped out berkisar antara 13 sampai 27 tahun.

Gambar 12 Cupped out. Tanda panah menunjukkan gigi yang mengalami cupped out. Sumber: dokumentasi pribadi.

Mayoritas abnormalitas gigi pada kuda delman dapat dikenali melalui penyimpangan perilaku kuda, misalnya quidding 56%, anoreksia 24%, sulit dikendalikan saat berbelok 18%, dan crib-biting 45%. Abnormalitas gigi juga dapat dikenali dengan terhambatnya gerakan LJE 10% dan RCM 60%. Keterkaitan hambatan gerak LJE dan RCM dengan abnormalitas gigi yang ditemukan pada kuda delman dapat dilihat pada Tabel 2.

(24)

13 berlawanan serta membatasi gerak rahang, baik LJE maupun RCM (Dixon 2011; Courtemanche 2012). Hambatan gerak rahang dapat diperbaiki dengan menghilangkan overgrowth melalui pengikiran gigi (Carmalt et al. 2003).

Tabel 2 Keterkaitan hambatan pergerakan rahang dengan abnormalitas gigi

Jenis Abnormalitas LJE (n = 1) RCM (n = 6) dapat menyebabkan rasa sakit, serta menurunkan efisiensi proses mastikasi dan produksi meskipun jumlah abnormalitasnya tidak berasosiasi dengan kecernaan pakan (Carmalt et al. 2005). Pemeriksaan dan perawatan gigi yang rutin dapat menurunkan kejadian abnormalitas gigi dapatan (Crabill dan Schumacher 1998), serta meningkatkan performa, efisiensi pakan, dan kesejahteraan kuda (Scoggins 2004).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Abnormalitas gigi kuda delman diantaranya adalah bit sore, mouth laceration, sharp enamel points, overjet, underjet, canine cutted, periodontitis, wolfteeth, stepped mouth, wave mouth, cupped out, dan hook. Abnormalitas gigi tersebut tergolong minor dan tidak banyak menimbulkan masalah. Abnormalitas gigi pada kuda delman di kota Bogor berkaitan erat dengan ukuran bit, usia kuda, pakan, manipulasi manusia, abnormalitas gigi yang lain, dan genetik. Pemeriksaan gigi dan penjabaran singkat mengenai abnormalitas gigi yang ditemukan pada kuda delman membuat kusir menyadari peran dokter hewan dalam pemeliharan kesehatan kuda.

Saran

(25)

14

Baker GJ. 2005a. Abnormalities of wear and periodontal disease. Di dalam: Baker GJ, Easley J, editor. Equine dentistry. Ed ke-2. Philadelphia (US): Elsevier/Saunders. hlm 111-119.

Baker GJ. 2005b. Abnormalities of development and eruption. Di dalam: Baker GJ, Easley J, editor. Equine dentistry. Ed ke-2. Philadelphia (US): Elsevier/Saunders. hlm 69-77.

Baratt RM. 2011. How to recognize and clinically manage class 1 malocclusion in the horse. AAEP-Focus Meeting: Focus on Dentistry; 2011 September 18-20; Albuquerque, USA. Lexington (US): AAEP. 57.

Bennett DG. 2006. An overview of bits and bitting

.

AAEP-Focus Meeting; 2006 Juli 30-Agustus 1; Indianapolis, USA. Lexington (US): AAEP. 52.

Bradley PG. 2002. Dental care in the older horse. Vet Clin North Am Equine Pract. 18:509-522.

Carmalt JL, Townsend HG, Allen AL. 2003. Effect of dental floating on the rostrocaudal mobility of the mandible of horses. J Am Vet Med Assoc. 223(5):666-674.

Carmalt JL, Cymbaluk NF, Townsend HGG. 2005. Effect of premolar and molar occlusal angle on feed digestibility, water balance, and fecal particle size in horses. J Am Vet Med Assoc. 227(1):110-112.

Cook WR. 2003. Bit-induced pain: a cause of fear, flight, fight and facial neuralgia in the horse. Pferdeheilkunde. 19(1):75-82.

Courtemanche M. 2012. The Basics [internet]. [diacu 2013 Juli 5]. Tersedia pada: http://blog.mpequine.com/2012/03/the-basics/.

Cox A, Dixon PM, Smith S. 2012. Histopathological lesions associated with

equine periodontal disease. Vet J. 194:386-391.

Crabill MR, Schumacher J. 1998. Pathophysiology of acquired dental diseases of the horse. Vet Clin North Am Equine Pract. 14(2):291-307.

Cruz RM, Krieger H, Ferreira R, Mah J, Hartsfield J Jr, Oliveira S. 2008. Major gene and multifactorial inheritance of mandibular prognathism. Am J Med Genet A . 46A(1):71-77.

Dacre IT. 2006. Physiology of mastication. AAEP-Focus Meeting; 2006 Juli 30-Agustus 1; Indianapolis, USA. Lexington (US): AAEP. 52.

Dixon PM, Dacre I. 2005. A review of equine dental disorders. Vet J. 169:165-253. doi: 10.1016/j.tvjl.2004.03.022.

Dixon PM. 2011. Acquired disorders of equine teeth. AAEP-Focus Meeting: Focus on Dentistry; 2011 September 18-20; Albuquerque, USA. Lexington (US): AAEP. 57.

(26)

15 Du Toit N, Gallagher J, Burden FA, Dixon PM. 2008. Post mortem survey of dental disorders in 349 donkeys from an aged population (2005–2006). Part 2: Epidemiological studies. Equine Vet J. 40(3):209-213.

Du Toit N. 2011. Aetiology and diagnosis of periapical dental disease in equids. Equine Vet Educ. 23(11):559-561. doi: 10.1111/j.2042-3292.2011.00237.x. Du Toit N, Dixon PM. 2012. Common dental disorders in the donkey. Equine Vet

Educ. 24 (1):45-51. doi: 10.1111/j.2042-3292.2011.00236.x.

Easley J. 1999a. Dental and oral examination. Di dalam: Baker GJ, Easley J, editor. Equine dentistry. Ed ke-1. Philadelphia (US): Elsevier/Saunders. hlm 107-126.

Easley J. 1999b. Equine tooth removal (exodontia). Di dalam: Baker GJ, Easley J, editor. Equine dentistry. Ed ke-1. Philadelphia (US): Elsevier/Saunders. hlm 223-224.

Eronen JT, Evans AR, Fortelius M, Jernvall J. 2009. The impact of regional climate on the evolution of mammals: a case study using fossil horses. Evolution. 64(2):398-408. doi:10.1111/j.1558-5646.2009.00830.x.

Gerard MP, Wotman KL. Komáromy AM. 2006. Infections of the head and ocular structures in the horse. Vet Clin North Am Equine Pract. 22(2):591-631. Griffin C. 2013. Back to basics: Equine dental terminology and anatomy

[internet]. [diacu 2013 Maret 27]. Tersedia pada: http://www.thehorse.com. Henry T. 2011. Promoting oral health in horses through modern equine dentistry.

The Horse Report. 29(4): 2-8.

Huthmann S, Staszyk C, Jacob HG, Rohn K, Gasse H. 2009. Biomechanical evaluation of the equine masticatory action: Calculation of the masticatory forces occurring on the cheek tooth battery. J Biomech. 42:67-70.

Ireland JL, Clegg PD, McGowan CM, McKane SA, Chandler KJ, Pinchbeck GL. 2012. Disease prevalence in geriatric horses in the United Kingdom: veterinary clinical assessment of 200 cases. Equine Vet J. 44(1):101-106. Johnson TJ. 2000. Common equine dental malocclusion [internet]. [diacu 2013

April 23]. Tersedia pada: http://www.discerninghandsequinedentistry.com/ malocclusions.html.

Johnson TJ, Porter CM. 2010. Common disorders of incisor teeth and treatment. AAEP-Focus Meeting; 2010 Desember 4-8; Maryland, USA. Lexington (US): AAEP. 56.

Johnston N. 2006. Crunch Time: Approaches to Bite Abnormalities and Malocclusions [Internet]. [diacu 2013 Februari 12]. Tersedia pada: http://www.dentalvets.co.uk/docs/BiteAndMalocclusionVetTimesDec06.pdf

(27)

16

Maslauskas K, Tulamo RM, McGowan T, Kučinskas A. 2008. A descriptive study of the dentition of lithuanian heavy-drought horses. Vet Med Zoot. 43(65):62-67.

Peters JWE, de Boer B, Broeze-ten GBM, Broeze J, Wiemer P, Sterk T, Spoormakers TJP. 2008. Survey of common dental abnormalities in 483 horses in the Netherlands. Tijdschr Diergeneeskd. 133(7): 272-279.

Rosenberg S. 2008. The Stages Of Periodontal Disease [internet]. [diacu 2013 Juli 29]. Tersedia pada: http://www.drsimonrosenberg.com/stages_of_periodon tal_disease.html.

Rouge M. 2002. Dental anatomy of horses [internet]. [diacu 2013 Juni 20]. Tersedia pada: http://www.vivo.colostate.edu/hbooks/pathphys/digestion /pregastric/horsepage.html.

Rucker BA. 2002. Utilizing cheek teeth angle of occlusion to determine length of incisor shortening. AAEP-Focus Meeting; 2002 Desember 4-8; Florida, USA. (US): AAEP. 48:448-452.

Scoggins RD. 2004. Evolution of equine dentistry. JEVS. 24(6):260. doi:10.1016/j.jevs.2004.05.013.

(28)

17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1991 dari ayah Chatur Subeno dan ibu Lestariatun. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara. Penulis memiliki dua orang adik, Fachri Muhammad Ikhsan dan Fidella Luthfia Ernesta Evanthe. Setelah lulus dari SMA Negeri 68 Jakarta pada tahun 2009, penulis meneruskan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi editor majalah kampus, Vetzone!, pada tahun 2010-2011. Penulis merupakan Ketua Divisi Kuda Himpro HKSA tahun 2011-2012 dan Sekretaris Departemen PPSDM BEM FKH IPB pada tahun yang sama. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan PKM yang diselenggarakan oleh DIKTI, baik sebagai ketua pelatihan PKM FKH maupun sebagai peserta PKM P dan PKM GT pada tahun 2012. Penulis merupakan salah satu pencetus kegiatan Help Our Delman yang didedikasikan untuk kuda-kuda delman, khususnya di kota Bogor, oleh Divisi Kuda HKSA.

Penulis mendapatkan beasiswa Tanoto Foundation sejak semester 3 dan merupakan anggota Himpro HKSA dengan kinerja dan perolehan hasil ujian tingkat basic terbaik pada tahun 2011. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan di luar kampus, seperti seminar dan pelatihan, baik tingkat nasional maupun internasional. Beberapa seminar tingkat internasional yang diikuti oleh penulis pada tahun 2013 adalah seminar ilmiah “More Closer with Dog’s Neurological Diseases” dan “Colostomy in Dog with the Extraluminal Obstructive Neoplasia & Ballon Dilatation of the Esophageal Strictures in Cats” di Bangkok-Thailand serta The 4th International Veterinary Students Association (IVSA) Asia Conference di Chiangmai-Thailand. Pada tahun yang sama penulis juga berkesempatan mengikuti pelatihan singkat selama dua minggu di Kasetsart University Veterinary Teaching Hospital, Bangkok-Thailand.

Tulisan penulis bersama dengan dosen pembimbing skripsi yang berjudul,

Gambar

Gambar 1  Gambaran umum jenis gigi kuda. Rahang a) maksila lateral, b) maksila
Gambar 2  Pulpar exposure. Sumber: Dixon 2011.
Gambar 5 Kejadian mouth laceration dan cupped out. Mouth laceration pada mukosa pipi
Gambar 7  Overjet. Dilihat dari (a) lateral view dan (b) front view. Incisors maksila
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pengetahuan dokter gigi umum yang praktik di Kota Medan termasuk dalam kategori baik dan untuk tindakan restorasi klas I dan klas II sebagian besar dokter gigi menggunakan bahan

Bedasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa aplikasi rekam medis layak digunakan sebagai pencatatan pemeriksaan gigi pasien di klinik gigi dan memiliki dampak

Sistem Pendukung Keputusan Berbasis Kasus Untuk Penentuan Tindakan Dan Obat Pada Pasien Gigi (Studi Kasus Pada Praktek Dokter Gigi Meidyanto Kota Jambi) telah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pemanfaatan dana kapitasi dokter gigi praktik mandiri dan dokter gigi praktik di klinik pratama pada kota Palembang

Data yang didapat adalah dengan melakukan pemeriksaan langsung pada gigi anak dengan hasil dari 15 anak didapatkan 12 anak yang mengalami karies gigi dengan

4.4 Tingkat Pengetahuan Dokter Gigi secara Individu Mengenai Efek Stokastik Sinar-X Kedokteran Gigi pada Ibu Hamil di Kota Medan Pada Tabel 4, tingkat pengetahuan dokter

42 Persentase dokter gigi umum yang mengaplikasikan setiap tahap prosedur perawatan gigitiruan cekat pada praktik berdasarkan

Sedangkan hasil mengenai antesenden yaitu hal-hal apa saja yang menghambat ibu hamil untuk melakukan kunjungan pemeriksaan ke dokter gigi secara rutin antara lain karena merasa