• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan dokter gigi tentang penerapan standard precaution di ruangan praktek dokter gigi di Kota Medan pada tahun 2016 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan dokter gigi tentang penerapan standard precaution di ruangan praktek dokter gigi di Kota Medan pada tahun 2016 Chapter III VI"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei untuk mengetahui penerapan standard precaution pada ruangan praktik dokter gigi di Kota Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di praktik dokter gigi di Kota Medan pada tanggal 15 Juli sampai dengan 8 Agustus 2016.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah dokter gigi yang praktik di Kota Medan.

3.3.2 Sampel Penelitian

(2)

Rumus:33

n = Zα2 .P . Q d2

= (1,96)2 (0,5667) (0,4333) = 94,33% = 94 orang

(0,1)2

Keterangan:

d = Presisi mutlak (10%)

Z = Skor ditentukan derajat kepercayaan (confident level) adalah 95% = 1,96

P = Proporsi pengetahuan dokter gigi tentang penerapan standard precaution di ruangan praktek dokter gigi di Kota Medan (Penelitian yang sama Viska pada tahun 2012)

= 56,67% Q = 1 - P

n = Besarnya sampel

(3)

3.4 Variabel dan Definisi Operasional Table 1. Variabel dan Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional

1 Pengetahuan Pengetahuan responden terhadap standard precaution ruangan pada praktek dokter gigi di Kota Medan, Meliputi defenisi standard precaution, prosedur standard precaution, sterilisasi instrument dan ruangan, asepsis dan desinfeksi permukaan, penggunaan alat sekali pakai, kualitas air dental dan penanganan limbah medis dan non medis

2 Tindakan Tindakan adalah perwujudan dari perbuatan nyata responden terhadap standard precaution

ruangan di praktek dokter gigi meliputi atas sterilisasi instrument dan ruangan, asepsis dan desinfeksi permukaan, penggunaan alat sekali pakai, kualitas air dental dan penanganan limbah medis dan non medis

3 Ketersediaan sarana Ketersediaan sarana adalah bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan dalam standard precaution meliputi terdiri atas tempat cuci tangan atau wastafel dan sabun cair untuk antiseptik, sterilitator, penggunaan alat sekali pakai, dan tempat sampah medis dan sampah non medis.

4 Sterilisasi instrumen dan ruangan

(4)

mikroorganisme yang menempel di peralatan medis dan ruangan.

5 Asepsis dan desinfeksi permukaan

Asepsis dan desinfeksi adalah prosedur pencegahan setelah perawatan dilakukan dengan menutup permukaan dental unit dan membersihkannya dengan bahan desinfeksi. Bertujuan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme antar pasien.

6 Penggunaan sekali

pakai

Penggunaan alat sekali pakai adalah alat-alat sekali pakai yang digunakan dokter gigi sesuai standard precaution seperti jarum suntik, benang, jarum jahit, blade (mata pisau) dan ujung saliva ejektor.

7 Kualitas air dental Kualitas air dental adalah saluran air dan saluran udara dari dental unit harus sangat diperhatikan karena saluran ini banyak terkonaminasi dengan biofilm harus dibersihkan dengan desinfeksi atau bahan kimia.

8 Penanganan sampah

medis dan sampah medis

Penanganan sampah medis dan sampah non medis adalah cara pembuangan sampah medis dan non media oleh dokter gigi sesuai dengan standard precaution yang mana sampah dimasukkan dalam kantung plastik yang berbeda antara sampah medis dengan sampah non medis.

3.5 Metode Pengumpulan Data

(5)

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Pada pengolahan data dilakukan proses editing. Data yang terkumpul dikoreksi ketepatan dan dilanjutkan dengan pengkodean. Setelah itu, data diolah menggunakan MS Excel. Selanjutnya, dilakukan analisis data dengan melihat persentase data yang dikumpulkan dan disajikan dalam tabel-tabel distribusi frekuensi.

3.7 Aspek Pengukuran

Pengetahuan dokter gigi terhadap standard precaution diukur melalui 11 pertanyaan. Responden yang menjawab benar diberi skor 1 dan yang menjawab salah skor 0, sehingga skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 11. Dikategorikan baik, cukup dan kurang. Kategori baik apabila skor jawaban responden > 80% dari nilai tertinggi. Kategori cukup apabila skor jawaban responden 79%-60% dari nilai tertinggi dan kategori kurang jika skor jawaban responden < 60% dari nilai tertinggi (Gema NY, 2013) (Tabel 2).8 Pengetahuan dalam hal ini menggunakan skala

ukur nominal yang memungkinkan peneliti menempatkan subjek pada kategori atau kelompok tertentu.25

Tabel 2. Kategori pengetahuan

Alat ukur Hasil ukur Kategori penelitian Skor Kuesioner

(11 pertanyaan)

Salah = 0 Benar = 1

Baik:> 80% dari nilai tertinggi 9-11 Cukup:60%< skor < 79% dari

nilai tertinggi

7-8

Kurang: < 60% dari nilai tertinggi <7

(6)

apabila skor jawaban responden 79%-60% dari nilai tertinggi dan kategori kurang jika skor jawaban responden <60% dari nilai tertinggi (Gema NY, 2013) (tabel 3).8 Tindakan dalam hal ini menggunakan skala ukur ordinal yang memungkinkan peneliti dapat mengurutkan pilihan-pilihan tersebut dan diberikan nomor urut 1,2 dan seterusnya.25

Table 3.kategori tindakan

Alat ukur Hasil ukur Kategori penelitian Skor Kuesioner

(16 pertanyaan)

Tidak dilakukan =0 Kadang-kadang = 1 Selalu = 2

Kurang: <60% dari nilai tertinggi

<19

Ketersediaan sarana diukur dengan melalui tersedia alat dan bahan yang ada diberi skor 1 dan jika tidak ada diberi skor 0. Skor minimum dalam penelitian ini adalah 0 dan skor maksimum 8. Apabila skor hasil observasi peneliti > 80% dari skor maksimum maka dikategorikan baik. Bila skor observasi peneliti 60%-79% dari skor maksimum maka dikategorikan cukup. Bila skor hasil peneliti < 60% dari skor maksimum maka dikategorikan kurang (Gema NY, 2013) (tabel 4).8 Ketersediaan sarana dalam hal ini menggunakan skala ukur ordinal yang memungkinkan peneliti dapat mengurutkan pilihan-pilihan tersebut dan diberikan nomor urut 1,2 dan seterusnya.25

Tabel 4. Kategori ketersediaan sarana

Alat ukur Hasil ukur Kategori penelitian Skor Observasi peneliti

( 8 observasi)

Tidak ada: 0 Ada: 1

Baik: > 80% dari nilai tertinggi 6-8 Cukup:60%< skor < 79% dari

nilai tertinggi

5-6

Kurang: < 60% dari nilai tertinggi

(7)

3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup: 1. Lembar persetujuan (informed consent)

Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada responden kemudian menjelaskan lebih dulu tujuan penelitian, tindakan yang akan dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dari hal – hal lain yang berkaitan dengan penelitian.

2. Ethical Clearence

(8)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Responden

Dari 100 responden pada praktek dokter gigi di Kota Medan, didapat dari penelitian ini berdasarkan karakteristik jenis kelamin perempuan yaitu 71%, sedangkan jenis kelamin laki-laki yaitu 29%.Berdasarkan penelitian ini dari 100 responden paling banyak yang berusia 24-30 tahun yaitu 31% (tabel 5).

Tabel 5. Gambaran karakteristik responden (n=100).

Karakteristik Responden N %

Jenis Kelamin

laki-laki 29 29

Perempuan 71 71

Umur

24-30 tahun 31 31

31-37 tahun 14 14

38-44 tahun 8 8

45-51 tahun 18 18

52-58 tahun 14 14

59-65 tahun 8 8

65-72 tahun 7 7

4.2 Pengetahuan Dokter Gigi terhadap Standard Precaution di Ruangan Praktek Dokter Gigi

(9)

buang. Pengetahuan responden yang termasuk kategori cukup yaitu 79%-60% dalam hal kategori sterilisasi instrumen berdasarkan perawatan, metode sterilisasi, dan prosedur desinfeksi pada dental unit, sedangkan pengetahuan responden yang termasuk kategori kurang yaitu <60% dalam hal langkah-langkah pemrosesan sterilisasi pada instrument (tabel 6).

Tabel 6. Persentase pengetahuan dokter gigi terhadap standard precaution di praktek dokter gigi (n=100)

Pengetahuan Benar Salah

n % n %

Defenisi standard precaution 90 90 10 10

Prosedur standard precaution setelah

perawatan 92 92 8 8

Langkah-langkah pemrosesan sterilisasi

pada instrument 47 47 53 53

Kategori sterilisasi instrumen berdasarkan

perawatan 64 64 36 36

Metode sterilisasi 76 76 24 24

Perlu diperhatikan dalam sterilisasi

ruangan praktek dokter gigi 91 91 9 9

Prosedur desinfeksi pada dental unit 70 70 30 30 Permukaan yang harus diberi tindakan

asepsis 97 97 3 3

Alat sekali pakai/disposible yang sering

digunakan 83 83 17 17

Cara untuk membersihkan saluran dental

unit stelah perawatan 84 84 16 16

Sampah medis yang dimasukkan ke dalam

(10)

 

Lampiran

Diagram 1.Persentase pengetahuan dokter gigi yang benar dalam pengetahuan standard precaution di praktek dokter gigi.

Diagram 2.Persentase pengatahuan dokter gigi yang salah dalam pengetahuan standard precaution di ruangan praktek dokter gigi.

90 92

Hasil Pengetahuan pada Responden yang Benar

%

Hasil Pengetahuan pada Responden yang Salah

(11)

Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan dokter gigi tentang standard precaution di ruangan praktek dokter gigi di Kota Medan dari hasil responden yang memiliki pengetahuan dalam kategori baik sebanyak 65%, pengetahuan dalam kategori cukup sebanyak 27%, sedangkan pengatahuan dalam kategori buruk sebanyak 8% (tabel 7).

Tabel 7. kategori pengetahuan dokter gigi terhadap standard precaution di ruangan praktek dokter gigi (n=100).

Kategori n %

Baik 65 65

Cukup 27 27

Kurang 8 8

Total 100 100

Diagram 3.kategori pengetahuan dokter gigi terhadap standard precaution di ruangan praktek dokter gigi.

65% 27%

8%

Pengetahuan Dokter Gigi

(12)

4.3. Tindakan Dokter Gigi terhadap Standard PrecautionDi Ruangan Praktek Dokter Gigi

(13)

Tabel 8. Tindakan dokter gigi terhadap standard precaution di ruangan praktek dokter gigi (n=100).

Tindakan

Melakukan sterilisasi instrumen

sebelum digunakan 97 97 3 3 0 0

Melakukan sterilisasi instrumen

pencabutan sebelum digunakan 98 98 2 2 0 0 Melakukan sterilisasi instrumen

penambalan sebelum digunakan 85 85 14 14 1 1 Melakukan sterilisasi alat skeler

sebelum digunakan 92 92 7 7 1 1

Melakukan sterilisasi ruangan setelah

melakukan perawatan 50 50 48 48 2 2

Melakukan Sterilisasi desinfeksi dental

unit secara teratur 59 59 41 41 0 0

Melakukan desinfeksi handpiece secara

teratur 77 77 23 23 0 0

Menggunakan spuit beserta jarum

sekali pakai 90 90 10 10 0 0

Menggunakan jarum sekali pakai 91 91 8 8 1 1 Menggunakan ujung saliva ejektor

(bahan plastik) sekali pakai 86 86 13 13 1 1 Menggunakan benang yang sudah steril

dalam keemasan 87 87 10 10 3 3

Menggunakan jarum jahit yang sekali

pakai pada saat operasi 91 91 2 2 7 7

Menggunakan blade (mata pisau) sekali

pakai pada saat operasi 88 88 8 8 4 4

Membersihkan saluran air dental unit

setelah melakukan perawatan gigi 71 71 29 29 0 0 Memisahkan tempat sampah medis dan

non medis 69 69 24 24 7 7

Membuang sampah medis dan non

(14)

Diagram 4. Tindakan dokter gigi yang selalu melakukan standard precaution di ruangan praktek dokter gigi di Kota Medan.

Diagram 5. Tindakan dokter gigi yang kadang-kadang melakukan standard precaution di ruangan praktek dokter gigi di Kota Medan

97 98

Hasil Tindakan Responden yang Selalu dilakukan di Ruangan Praktek Dokter Gigi

Hasil Tindakan Responden yang Kadang-Kadang dilakukan di Ruangan Praktek Dokter Gigi

(15)

Diagram 6. Tindakan dokter gigi yang tidak pernah melakukan standard precaution di ruangan praktek dokter gigi di Kota Medan.

Hasil penelitian ini menunjukkan tindakan dokter gigi tentang standard precaution di ruangan praktek dokter gigi di Kota Medan dari hasil responden yang memiliki kategori baik sebanyak 85%, tindakan dokter gigi dalam kategori cukup sebanyak 13% dan tindakan dokter gigi dalam kategori kurang sebanyak 2% (tabel 9). Tabel 9. Kategori tindakan dokter gigi terhadap standard precaution di ruangan

praktek dokter gigi (n=100).

Kategori n %

Hasil Tindakan Responden yang Tidak Pernah dilakukan di Ruangan Praktek Dokter Gigi

(16)

Diagram 7.Kategori tindakan dokter gigi terhadap standard precaution di ruangan praktek dokter gigi.

4.4. Ketersediaan Sarana Dokter Gigi terhadap Standard Precaution di Ruangan Praktek Dokter Gigi

Ketersediaan sarana di ruangan praktek dokter gigi memiliki semua kategori yang baik yaitu >80% dalam hal tempat cuci tangan (wastafel), penyediaan sabun cair antiseptik, penyediaan spuit dan jarum suntik untuk anestesi, penyediaan jarum jahit untuk operasi, penyediaan blade (mata pisau), penggunaan alat sterilisasi instrumen, tempat sampah medis, dan tempat sampah non medis (tabel 10).

Tabel 10. Ketersediaan sarana dokter gigi terhadap standard precaution di ruangan praktek dokter gigi (n=100).

Ketersediaan sarana di ruangan praktek dokter gigi

Ada Tidak ada

n % n %

Tempat cuci tangan (wastafel) 100 100 0 0

Penyediaan sabun cair antiseptic 100 100 0 0 Penyediaan spuit dan jarum suntik untuk anestesi 100 100 0 0 Penyediaan jarum jahit untuk operasi 83 83 17 17

Penyediaan blade (mata pisau) 87 87 13 13

Penggunaan alat sterilisasi instrument 95 95 5 5

Tempat sampah medis 85 85 15 15

Tempat sampah non medis 86 86 14 14

85% 13%

2%

Tindakan Dokter Gigi

(17)

Diagram 8.Ketersediaan sarana dokter gigi yang menyediakan peralatan di ruangan praktek dokter gigi.

Diagram 9.Ketersediaan sarana dokter gigi yang tidak menyediakan peralatan di ruangan praktek dokter gigi.

100 100 100

Wastafel Sabun cair antiseptik

Hasil Ketersediaan Sarana Responden yang Menyediakan Peralatan di Ruangan Praktek Dokter Gigi

%

Wastafel Sabun cair antiseptik

Hasil Ketersediaan Sarana Responden yang Tidak Menyediakan Peralatan di Ruangan Praktek Dokter Gigi

(18)

Hasil penelitian ini menunjukkan tentang ketersediaan sarana di ruangan praktek dokter gigi di Kota Medan dari hasil responden yang memiliki kategori baik sebanyak 90%, ketersediaan sarana dalam kategori cukup sebanyak 8% dan ketersediaan sarana dalam kategori kurang sebanyak 2% (tabel 11).

Tabel 11. Kategori ketersediaan sarana dokter gigi terhadap standard precaution di ruangan praktek dokter gigi (n=100).

Kategori N %

Baik 90 90

cukup 8 8

Kurang 2 2

total 100 100

Diagram 10.Kategori ketersediaan sarana dokter gigi terhadap standard precaution di ruangan praktek dokter gigi.

90% 8%

2%

Ketersediaan Sarana

(19)

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Pengatahuan Dokter Gigi terhadap Standard Precaution di Ruangan Praktek Dokter Gigi.

Dari hasil penelitian pengetahuan menunjukkan 90% responden yang mengetahui defenisi standard precaution dan 92% mengetahui tentang standard precaution setelah perawatan. Hasil tentang defenisi standard precaution sesuai dengan penelitian Viska tahun 2012 penelitian yang didapat sebanyak 82%, sedangkan tentang prosedur standard precaution setelah perawatan sesuai dengan dengan Iwan dewanto tahun 2012 hasil yang didapat sebanyak 86,67%.14 Hal ini disebabkan responden mengetahui dengan baik defenisi standard precaution, berdasarkan CDC defenisi standard precaution adalah langkah-langkah yang diformulasikan untuk melindungi petugas kesehatan gigi dan pasien dari patogen yang dapat menyebar melalui darah dan cairan tubuh lain dan mengurangi risiko infeksi penyakit menular.11Pengetahuan dokter gigi yang baik, karena dokter gigi berpotensi terjadi infeksi silang yang mengakibatkan terkontaminasinya instrumen melalui darah dan saliva pasien. Ini kemungkinan pengetahuan dokter gigi yang lebih baik dapat menurunkan dan mencegahnya infeksi silang ke orang lain.24

(20)

informasi pada dokter gigi, tentang pentingnya sterilisasi untuk mencegah penyakit menular.

Hasil penelitian yang menunjukkan 64% dalam kategori cukup dalam hal tentang kategori sterilisasi instrumen, sedangkan pengetahuan tentang metode sterilisasi sebanyak 76%. Pada penjelasan kategori sterilisasi instrumen, berdasarkan CDC tahun 2003 dan ADA kategori instrumen dibagi menjadi 3 yaitu kategori kritis, semikritis dan non kritis, dari hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan dokter gigi tidak mengetahui pembaruan kategori sterilisasi instrumen.11,15 Pada penjelasan metode sterilisasi, berdasarkan CDC tahun 2003 metode alat sterilisasi yaitu sterilisasi uap, steriliasi kering, steriliasi kimia dan sterilisasi gas etilen oksida (ETO), hal ini dokter sudah mengetahui dengan baik metode sterilisasi.11

Pengetahuan responden tentang sterilisasi ruangan yang perlu diperhatikan sebanyak 91% dalam kategori baik. Penelitian tentang sterilisasi ruangan hasil yang sama dilakukan oleh Iwan dewanto pada tahun 2012 penelitian yang didapat sebanyak 93,33%, hal ini bisa dikarenakan dokter gigi sangat baik mengetahui tentang sterilisasi ruangan yang harus di perhatikan adalah ventilasi, lantai, permukaan area kerja, saluran air dan dental unit.10 Pengetahuan tentang prosedur desinfeksi pada dental unit sebanyak 70% dalam kategori cukup, berdasarkan penjelasan Sri Mulyanti dan Magananda HP tahun 2015 prosedur desinfeksi pada dental unit melakukan pembersihan dengan air, setelah dengan air dilap memakai kain kering selanjutnya dilakukan penyemprotan permukaan dental unit menggunakan desinfeksi fenol 5%, penelitian ini kemungkinan dokter gigi belum mengetahui urutan yang benar tentang prosedur desinfeksi pada dental unit.24

(21)

tombol dental unit, pegangan dan tombol lampu, meja peralatan, tombol dan saluran handpiece suction srynge air/udara, peralatan foto sinar x, botol dan wadah cotton roll.

Pengetahuan responden tentang pemakaian alat sekali pakai sebanyak 83% dan pengetahuan tentang sampah medis sebanyak 83%. Pengetahuan responden tentang pemakaian alat sekali pakai dan sampah medis sesuai dengan penelitian yang dilakukan Gema NY pada tahun 2013 hasil yang didapat pemakaian alat sekali pakai sebanyak 88,9% dan penelitian yang dilakukan oleh Viska tahun 2012 hasil yang didapat tentang sampah medis sebanyak 98%.8,14 Kemungkinan dokter gigi sudah

mengetahui tentang penggunaan alat sekali pakai seperti jarum suntik, jarum jahit dan blade (mata pisau), sedangkan sampah medis juga sudah mengetahui seperti jarum suntik, blade (mata pisau) dan gigi yang diekstraksi.

Pengetahuan tentang cara membersihkan saluran dental unit sebanyak 84%, berdasarkan teori Sri Mulyanti dan Magananda HP pada tahun 2015 tentang saluran dental unit responden sudah mengetahui dengan baik cara membersihkan saluran dental unit menggunakan dengan desinfektan.24

5.2 Tindakan Dokter Gigi terhadap Standard Precaution di Ruangan Praktek Dokter Gigi.

(22)

Viska pada tahun 2012 penelitian yang didapat 90,67% tindakan yang selalu steriliasi alat skeler sebelum digunakan.14 Berdasarkan teori John dan Jennifer pada tahun 2010 sterilisasi adalah langkah penting dalam membersihkan alat-alat kedokteran gigi yang telah terkontaminasi atau berpotensi terkontaminasi saliva, darah, ataupun cairan biologis lainnya.17 Maka dalam hasil penelitian ini responden yang melakukan

tindakan sterilisasi insrumen dalam kategori baik, dokter gigi sudah mengetahui tindakan sterilasasi untuk mencegah penyakit menular.

Hasil penelitian mengenai tindakan responden yang selalu melakukan sterilisasi ruangan setelah melakukan perawatan sebanyak 50%. Berdasarkan ADA sterilisasi ruangan dilakukan dengan desinfeksi dan air panas, supaya dalam membersihkan dan permukaan maksimal bakteri yang dibersihkan.15 Dari hasil

penelitian tersebut responden jarang melakukan sterilisasi ruangan, ini membuktikan responden kurang mengetahui bahayanya infeksi silang dari saliva dan darah pasien yang ada di ruangan. Dokter gigi yang semakin rendah untuk melakukan sterilisasi setelah perawatan, kemungkinan semakin tinggi akan risiko terjadinya infeksi silang.

Hasil penelitian ini tentang tindakan responden yang selalu melakukan sterilisasi desinfeksi dental unit secara teratur sebanyak 59%. Hasil yang sama dilakukan oleh Viska tahun 2012 penelitian yang didapat sebanyak 65,33% dalam hal melakukan sterilisasi desinfeksi dental unit secara teratur. Responden yang melakukan tindakan desinfeksi handpiece secara teratur sebanyak 77%. Hasil yang sama dilakukan oleh Viska tahun 2012 penelitian yang didapat 78% yang melakukan tindakan desinfeksi handpiece secara teratur.14 Berdasarkan teori dari Ellen dietz dan Raula pada tahun 2002 desinfeksi adalah proses menghancurkan organisme patogen yang menyebabkan infeksi namun tidak mematikan sporanya dengan menggunakan air panas, bahan kimia, atau keduanya yang dilakukan terhadap benda mati.20

(23)

Hasil penelitian ini tentang responden yang selalu menggunakan spuit dan jarum sekali pakai sebanyak 90%, Penelitian yang dilakukan Gema NY pada tahun 2013 hasil yang didapat yang menggunakan spuit dan jarum sekali pakai sebanyak 83,3%. Tindakan responden yang selalu menggunakan jarum sekali pakai sebanyak 91%. Hasil yang sama dilakukan Gema NY pada tahun 2013 penelitian yang didapat menggunakan jarum sekali pakai sebanyak 55,6%. Responden yang selalu menggunakan ujung saliva ekjektor sekali pakai sebanyak 86%. Hasil yang sama dilakukan oleh Gema NY pada tahun 2013 penelitian yang didapat menggunakan ujung saliva ekjektor sekali pakai sebanyak 86,1%. Responden yang menggunakan benang disterilkan atau alat sekali pakai sebanyak 87%. Hasil yang sama dilakukan Gema NY pada tahun 2013 penelitian yang didapat menggunakan benang disterilkan atau alat sekali pakai sebanyak 86,1%. Responden yang melakukan jarum jahit sebanyak 91% dan responden yang menggunakan blade (mata pisau) sebanyak 88%.8 Berdasarkan teori dari Sri Mulyanti dan Magananda HP pada tahun 2015 sterilisasi alat bisa dengan mudah dipastikan apabila menggunakan alat-alat sekali pakai seperti jarum suntik, saliva ejektor dan lain-lain.24 Dari hasil penelitian ini dokter gigi dalam

menggunakan alat sekali pakai sudah sangat baik dan dapat menggurangi dalam pencegahan infeksi silang.

Hasil penelitian ini tentang tindakan dokter gigi yang selalu membersihkan saluran dental unit setelah perawatan gigi sebanyak 71%. Berdasarkan teori Sri Mulyanti dan Magananda HP pada tahun 2015 saluran dental unit telah terkontaminasi dengan mikroorganisme, maka dibersihkan menggunakan desinfektan.24 Dari hasil penelitian ini dokter gigi sudah baik untuk membersihkan saluran dental unit setelah perawatan gigi dengan desinfekta, dalam penelitian ini supaya dokter gigi dapat mengetahui bahayanya infeksi silang.

(24)

berbeda sebanyak 59%. Hasil yang sama dilakukan oleh Gema NY pada tahun 2013 penelitian yang didapat tindakan dokter gigi yang selalu membuang sampah medis dan non medis ditempat sampah yang berbeda sebanyak 77,8%.8 Dari hasil ini dokter gigi masih kurang dalam memisahkan dan membuang sampah medis dan non medis, kemungkinan disebabkan kurangnya pengetahuan bahayanya penularan penyakit dari sampah medis seperti jarum suntik, gigi diekstrasi dan lain-lain.

5.3 Ketersediaan Sarana Dokter Gigi terhadap Standard precaution di Ruangan Praktek Dokter Gigi.

Hasil yang menunjukan penelitian yang dilakukan peneliti secara observasi tentang penyediaan tempat cuci tangan, sabun cair antiseptik, dan penyediaan spuit dan jarum suntik untuk anestesi hasil yang didapat 100% responden. Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan Gema NY tahun 2013 hasil yang didapat 100% tentang penyediaan tempat cuci tangan dan sabun cair.8 Responden yang

menyediakan spuit dan jarum suntik selalu ada untuk melakukan perawatan, berdasarkan teori dari Sri Mulyanti dan Magananda HP tahun 2015 penyediaan spuit dan jarum suntik sekali pakai mencegah perpindahan infeksi dari pasien ke pasien yang lain, karena bahan yang sudah terkontaminasi sebelumnya.24 Pada penyediaan tempat cuci tangan, sabun cair, dan spuit beserta jarum suntik dokter gigi sudah sangat mengetahui tentang penyebaran infeksi silang maka dokter gigi sebelum dan setelah perawatan mencuci tangan dan selalu mengganti jarum suntik.

Hasil yang menunjukkan 83% responden menyediakan jarum jahit untuk operasi dan 87% responden menyediakan blade (mata pisau). Berdasarkan teori dari Isnandar tahun 2011 jarum jahit dan blade untuk melakukan operasi sudah ada tersedia siap pakai, alat sekali pakai ini untuk mempermudah pekerjaan dan mencegah penularan infeksi kepada pasien yang lain.7 Penyediaan jarum jahit dan

(25)
(26)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada umumnya, dokter gigi yang praktek di Kota Medan memiliki pengetahuan yang baik, dari sebelas pertanyaan yang diajukkan pengetahuan yang mempunyai kategori baik diketahui 97 % dalam hal tentang bahan yang tepat untuk menutup permukaan dental unit. Pengetahuan dalam kategori cukup diketahui 76% dalam hal tentang metode sterilisasi, sedangkan pengetahuan kategori kurang diketahui 47% dalam hal tentang langkah-langkah pemrosesan sterilisasi pada instrumen. Jadi dari hasil penelitian ini hanya 65% yang memiliki pengetahuan, maka kemungkinan semakin kurang pengetahuan dokter gigi, semakin tinggi untuk risiko dalam penularan infeksi silang.

2. Pada umumnya, dokter gigi yang praktek di Kota Medan memiliki tindakan yang baik, dari enam belas pertanyaan yang diajukkan tindakan yang mempunyai kategori baik diketahui 98% dalam hal tindakan melakukan sterilisasi instrumen pencabutan sebelum digunakan. Tindakan dokter gigi yang memiliki kategori cukup diketahui 71% dalam hal tindakan dokter gigi yang mebersihkan saluran dental unit setelah melakukan perawatan, sedangkan dokter gigi yang memiliki kategori kurang diketahui 50% dalam hal tindakan dokter gigi yang melakukan sterilisasi ruangan setelah melakukan perawatan. Jadi dari hasil penelitian ini dalam kategori baik sebanyak 85% dari 100 responden, maka dapat ditarik kesimpulan semakin baik dokter gigi melakukan standard precaution sebelum dan setelah perawatan, semakin menurun untuk kemungkinan akan terjadi infeksi silang.

(27)

ketahui 100% dalam hal ketersediaan sarana penyediaan tempat cuci tangan, penyediaan sabun cair antiseptik dan penyediaan spuit beserta jarum suntik untuk anestesi. Jadi dari hasil penelitian ini dalam kategori baik sebanyak 90%, maka dapat ditarik kesimpulan penyediaan sarana di ruangan praktek dokter gigi sudah sangat dalam memenuhi perawatan dan pencegahan infeksi silang di praktek dokter gigi.

6.2Saran

1. Diharapkan bagi dokter gigi melakukan seminar mengenai standard precaution di ruangan praktek dokter gigi untuk menambah pengetahuan dokter gigi.

2. Diharapkan kepada pihak fakultas dapat memasukkan kurikulum tentang standard precaution khususnya pada pasien setelah tindakan perawatan gigi yang sesuai dengan CDC.

3. Diharapkan bagi mahasiswa dapat melanjutkan penelitian tentang tingkat pengetahuan, tindakan dan ketersediaan sarana mengenai standard precaution di ruangan praktek dokter gigi di Kota Medan.

Gambar

Table 1. Variabel dan Definisi Operasional
Tabel 2. Kategori pengetahuan
Table 3.kategori tindakan
Tabel 5. Gambaran karakteristik responden (n=100).
+6

Referensi

Dokumen terkait

(1) Peredaran dan atau pengangkutan sarang burung walet dari lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ke tempat penampungan atau ketempat lain dalam negeri

Proses penyusunan anggaran melibatkan beberapa pegawai, sumber dana agar anggaran dapat terealisasi serta efektivitas anggaran, berdasarkan rangkuman dari anggaran dan

lGpuujsan Pre.iden Republik Indoneda Nomor 93 Tahun 1999, tenbng Perubahan IKIP Yogyakarta mmjadi Unh€nibs Negeri Yogyakarta.. KeRftEan Presiden Republlk lrdones,la

Performance Implications of Role Stressors by the Indirect Influence of Positive Affect: A Study of New Business Managers : POSITIVE. PERFORMANCE IMPLICATIONS OF ROLE

Dengan demikian untuk mengetahui lebih akurat tentang faktor- faktor hal yang mempengaruhi mutu pelayanan dan kepuasan pasien BPJS Mandiri di Puskesmas Simalingkar maka

Dari hasil penelitian, maka diharapkan kepada pihak Puskesmas agar dapat meningkatkan dimensi mutu pelayanan diantaranya yaitu menerapkan kedisiplinan kepada

[r]

Hasil yang diperoleh berupa pengumpulan data pada perangkat lunak, perhitungan komputasi numerik pada metric dan perhitungan komputasi numeric dengan indicator kualitas ISO