• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Administrasi IAIN Sumatera Utara Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Administrasi IAIN Sumatera Utara Medan"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI

KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI ADMINISTRASI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

GELADIKARYA

Oleh :

SUHAIRI

NIM : 107007093

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERSETUJUAN GELADIKARYA

JUDUL GELADIKARYA : PENGARUH BUDAYA ORGANISASI,

KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA

TERHADAP KINERJA PENGAWAI ADMINISTRASI

IAIN SUMATERA UTARA MEDAN

NAMA : Suhairi

NIM : 107007093

PROGRAM STUDI : Magister Manajemen

Menyetujui: Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Nazaruddin, MT Ketua

Dr.Ir. Iskandarini, MM Anggota

Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pascasarjana

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Geladikarya yang berjudul :

”PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA

TERHADAP KINERJA PEGAWAI ADMINISTRASI IAIN SUMATERA UTARA”

Adalah benar hasil karya saya sendiri yang belum dipublikasihkan. Semua sumber data dan

infromasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas.

Medan, Juli 2014

Yang membuat pernyataan

(4)

RIWAYAT HIDUP

Suhairi, lahir di Desa Keutapang, Kab. Aceh Pidie, Tanggal 11 Juni 1977, Anak

pertama dari lima bersaudara, dari pasangan Suhaimi (alm) dan Poniati. Menikah pada tahun

2009 dengan Ida Yani serta memiliki dua anak bernama Salvina Najia dan Akhdan Azizan.

Pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar pada tahun 1985, tahun 1993 tamat dan lulus

dari Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTs) Medan, tahun 1993 tamat dan lulus dari Sekolah

Teknik Menengah (STM) Swasta Medan, tahun 2001 menyelesaikan kuliah dari Fakultas

Teknik Universitas Medan Area di Medan Jurusan Teknik Manajemen Industri, dan tahun

2011 melanjutkan ke strata dua (S1) di program Studi Magister Manajemen Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Mulai bekerja pada tahun 2001 sampai sekarang sebagai tenaga pengajar tetap (dosen)

(5)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi, kepemimpinan

dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai administrasi IAIN Sumatera Utara, pentingnya

kinerja pegawai administrasi IAIN Sumatera Utara untuk mengetahui hubungan antar variabel

menpengaruhi langsung dan tidak langsung terhadap kinerja dari masing-masing satuan unit

pegawai. Subjek dalam penelitian ini adalah pegawai administrasi IAIN Sumatera Utara, alat

ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket kuesioner skala likert dengan

responden jumlah 113 sampel propotional simple random sampling menggunakan teknik

korelasi product moment.

Hasil penelitian analisis statistik SPSS 17 menunjukkan bahwa variabel budaya

organisasi (X1) kepemimpinan (X2) dan motivasi kerja (X3) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja pegawai (X4) di IAIN Sumatera Utara sebesar 0,461 dengan r-square 0,212

adalah 21,2 %. Dan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Bedasarkan hasil koefisien regresi

positif diperoleh 20,171 yang berarti bahwa Budaya organisasi, kepemimpinan dan motivasi

kerja dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja pegawai Institut Agama Islam Negeri

Sumatera Utara.

Dari ketiga variabel yang mempengaruhi kinerja pegawai Institut Agama Islam Negeri

Sumatera Utara. Maka variabel motivasi kerja adalah variabel yang dianggap sebagai variabel

yang paling berpengaruh dibanding dengan variabel yang lainnya. Hal ini dari pembuktian

bahwa koefisien korelasi antara motivasi kerja dengan kinerja pegawai sebesar 0,407. Dengan

r-square sebesar 0,165 yang memberikan pengaruh kontribusi sebesar 16,5% terhadap

motivasi kerja pegawai Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara. Ini membuktikan bahwa

semakin tinginya motivasi kerja pegawai Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara maka

akan semakin baik prilaku kinerja pegawai dalam melakukan pekerjaan seperti tepat wakku,

bersih, rapi, dan menggunakan SOP. Dengan melakukan pekerjaan baik maka Pengharapan,

cita-cita, yang sudah terpatri dalam diri pegawai melalui motivasi pengharapan yang

didamba-dambakan akan mendorong pegawai untuk lebih giat, serius, dan semangat untuk

melakukan pekerjaan, ia berpegang teguh bahwa dengan melakukan pekerjaan sebaik-baiknya

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang tlah diberi kenikmatan, rahmat serta hidayah,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Geladikarya ini dengan Judul: “Pengaruh Budaya

Organisasi, Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai

Administrasi IAIN Sumatera Utara Medan”.

Geladikarya ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program studi

Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), SpA(K) sebagai Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng, selaku Ketua Program Studi Magister

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin, MT, selaku Sekretaris Program Studi Magister Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus Ketua Komisi

Pembimbing.

5. Ibu Dr. Ir. Iskandarini, MM, selaku Anggota Komisi Pembimbing.

6. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

7. Staf Akademik di Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

(7)

9. Istri tercinta yang selalu memberi motivasi serta dukungannya.

10. Kawan-kawan sejawat Angkatan Reguler XXIX Magister Manajemen Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juni 2014

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBARAN PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

RINGKASAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.5. Batasan Penelitian... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

2.1. Kinerja ... 10

2.2. Budaya Organisasi ... 13

2.3. Kepemimpinan... 15

2.4. Motivasi Kerja ... 19

2.5. Penelitian Terdahulu ... 20

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 22

3.1. Kerangka Konseptual ... 22

3.2. Pengajuan Hipotesis... 24

3.3. Variabel Penelitian ... 24

3.4. Definisi Operasional ... 24

BAB IV METODE PENELITIAN ... 26

4.1. Jenis Penelitian ... 26

(9)

4.3. Instrumen Penelitian ... 27

4.4. Populasi ... 28

4.5. Sampel ... 29

4.6. Uji Validitasi dan Reliabilitas... 30

4.6.1. Uji Kesahihan Instrumen (Validity)... 31

4.6.2. Uji keterhandalan instrumen (reliability) ... 32

4.7. Teknik Analisis Data... 33

4.7.1. Pengujian Persyaratan Analisis... 33

BAB V GAMBARAN PERUSAHAAN ... 38

5.1. Sejarah IAIN Sumatera Utara... 38

5.2. Visi, Misi, Tugas Pokok dan Fungsi IAIN Suamtera Utara... 40

5.3. Profil Kepegawaian... 41

5.4. Struktur Organisasi ... 42

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 44

6.1. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 44

6.1.1. Hasil Uji Validitas ... 44

6.1.2. Hasil Uji Reliabilitas... 47

6.2. Deskripsi Data Penelitian... 48

6.3. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian ... 50

6.4. Analisis Mutivariat ... 51

6.5. Uji Persyaratan Analisis ... 55

1. Uji Linieritas, Normalitas dan Homogenitas Sub Struktur I... 57

2. Uji Linieritas, Normalitas dan Homogenitas Sub Struktur II... 59

6.6. Pengujian Hipotesis ... 62

1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji-F) ... 62

2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji-t) ... 63

6.7. Pembahasan Hasil Penelitian ... 66

1. Analisis Hasil Pengujian Budaya Organisasi (X1), Kepemimpinan (X3) Terhadap Motivasi Kerja (X3) ... 66

(10)

(X2) dan Motivasi Kerja (X3) Terhadap Kinerja Pegawai (X4) ... 69

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN... 72

7.1. Kesimpulan ... 72

7.2. Saran ... 73

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Analisis Beban Kerja (ABK) Tahun 2010-2012... 4

Tabel 4.2. Instrument Penelitian... 27

Tabel 4.3. Pegawai Administrasi IAIN-SU ... 28

Tabel 4.4. Penentuan Sampel Pegawai Administrasi IAIN-SU ... 30

Tabel 5.1. Profil Kepegawaian IAIN Sumatera Utara... 42

Tabel 6.1. Uji Validitas... 45

Tabel 6.2. Uji Reabilitas ... 47

Tabel 6.3. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 48

Tabel 6.4. Deskripsi Responden Berdasarkan Umur... 49

Tabel 6.5. Deskripsi Responden Berdasarkan Masa Kerja... 51

Tabel 6.6. Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 50

Tabel 6.7. Frekuensi Jawaban Responden ... 50

Tabel 6.8. Ringkasan hasil penelitian statistik deskriftif ... 52

Tabel 6.9. Hasil Regresi X1dan X2terhadap X3 ... 56

Tabel 6.10. Hasil Regresi X1, X2, dan X3terhadap Y ... 61

Tabel 6.11. Uji- F Anova ... 62

Tabel 6.12. Uji- t (budaya organisasi & kepemimpinan) ... 64

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar. 2.1. Diagram Kinerja Menurut teori Colquitt... 11

Gambar. 3.1. Kerangka konsep penelitian ... 23

Gambar. 5.1. Struktur organisasi ... 43

Gambar. 6.1. Histogram variabel budaya organisasi ... 53

Gambar. 6.2. Histogram variabel kepemimpinan... 53

Gambar. 6.3. Histogram variabel motivasi kerja... 54

Gambar. 6.4. Histogram variabel kinerja pegawai ... 55

Gambar. 6.5. Homogenitas data budaya organisasi dan kepemimpinan terhadap motivasi kerja ... 57

Gambar. 6.6. Homogenitas data motivasi kerja atas budaya organisasi dan kepemimpinan ... 58

Gambar. 6.7. Hasil output homogenitas data kepuasan kerja atas motivasi kerja... 60

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I. Instrument Angket ... L-I

Lampiran II. Sebaran Data Angkat ... L-VI

Lampiran IV. Data Pokok Penelitian... ... L-XVIII

Lampiran V. Distribusi Frekuensi Penelitian ... L-XVXI

Lampiran VI. Sub Struktur I ... L2-I

(14)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi, kepemimpinan

dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai administrasi IAIN Sumatera Utara, pentingnya

kinerja pegawai administrasi IAIN Sumatera Utara untuk mengetahui hubungan antar variabel

menpengaruhi langsung dan tidak langsung terhadap kinerja dari masing-masing satuan unit

pegawai. Subjek dalam penelitian ini adalah pegawai administrasi IAIN Sumatera Utara, alat

ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket kuesioner skala likert dengan

responden jumlah 113 sampel propotional simple random sampling menggunakan teknik

korelasi product moment.

Hasil penelitian analisis statistik SPSS 17 menunjukkan bahwa variabel budaya

organisasi (X1) kepemimpinan (X2) dan motivasi kerja (X3) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja pegawai (X4) di IAIN Sumatera Utara sebesar 0,461 dengan r-square 0,212

adalah 21,2 %. Dan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Bedasarkan hasil koefisien regresi

positif diperoleh 20,171 yang berarti bahwa Budaya organisasi, kepemimpinan dan motivasi

kerja dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja pegawai Institut Agama Islam Negeri

Sumatera Utara.

Dari ketiga variabel yang mempengaruhi kinerja pegawai Institut Agama Islam Negeri

Sumatera Utara. Maka variabel motivasi kerja adalah variabel yang dianggap sebagai variabel

yang paling berpengaruh dibanding dengan variabel yang lainnya. Hal ini dari pembuktian

bahwa koefisien korelasi antara motivasi kerja dengan kinerja pegawai sebesar 0,407. Dengan

r-square sebesar 0,165 yang memberikan pengaruh kontribusi sebesar 16,5% terhadap

motivasi kerja pegawai Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara. Ini membuktikan bahwa

semakin tinginya motivasi kerja pegawai Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara maka

akan semakin baik prilaku kinerja pegawai dalam melakukan pekerjaan seperti tepat wakku,

bersih, rapi, dan menggunakan SOP. Dengan melakukan pekerjaan baik maka Pengharapan,

cita-cita, yang sudah terpatri dalam diri pegawai melalui motivasi pengharapan yang

didamba-dambakan akan mendorong pegawai untuk lebih giat, serius, dan semangat untuk

melakukan pekerjaan, ia berpegang teguh bahwa dengan melakukan pekerjaan sebaik-baiknya

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Saat ini pemerintahan mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap kinerja

birokrasi di instasi-instansi pemerintah. Pembaharuan birokrasi aparatur negara dilakukan

melalui reformasi administrasi sebagai alat pemerintah untuk mendukung pelaksana tugas

pokok dan kegiatan. Reformasi birokrasi yang dilakukan bertujuan untuk mewujudkan tata

kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan meningkatkan kualitas pelayanan

kepada masyarakat. Azwar (2007) mengatakan pokok-pokok reformasi birokrasi

pemerintahan yang akan dilakukan yaitu harus mulai penataan kelembagaan dan sumber daya

manusia aparatur. Langkah selanjutanya adalah membuat mekanisme tidak berbelit-belit,

menegakkan akuntabilitas aparatur, meningkatkan dan menciptakan pengawasan yang

komprehesif, dan meningkatkan kualitas pelayanan publik yang berkualitas dan prima.

Aparatur pemerintah sebagai alat pemerintah dituntut agar bekerja lebih profesional, moral,

dan beretika dalam mendukung reformasi birokrasi dan menunjang kelancaran tugas

pemerintahan dan pembangunan. Selain itu, pembinaan aparat pemerintah suatu negara

diarahkan untuk menciptakan proses penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, dan

tanggapan terhadap aspirasi masyarakat serta meningkatkan keterpaduan perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan seluruh lembaga pemerintahan.

IAIN Sumatera Utara Medan merupakan lembaga pendidikan tinggi yang berstatus

negeri berada di bawah naungan atau binaan Kementerian Agama Republik Indonesia,

memiliki personil tenaga edukatif dan tenaga administratif. Struktur, susunan maupun aturan

(16)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yaitu

melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan pengawasan, dan pelayanan teknis

untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan, serta pengabdian masyarakat,

terutama bagi pendidikan pada perguruan tinggi.

Secara garis besar dalam pelayanan perguruan tinggi ada dua unsur penting yang

menjadi perhatian khusus dan ujung tombak penyedia jasa pendidikan tinggi yakni: memberi

layanan jasa prima kepada tenagaeducatif (dosen) dan layanan prima adminsitratif kepada

(mahasiswa) secara optimal. Semua pelayanan ini tidak lain dilakukan oleh pegawai IAIN

baik yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun pegawai honor (tetap) dan pegawai

lepas yang dianggap berkompeten pada bidangnya. Sehingga kinerja dari pegawai sangat

diharapkan optimal sesuai dengan Standard Operational Prosedur Kinerja (SOP) yang

tercantum dalam statuta perturan yang mengikat, peraturan rektorat dan analisis beban kerja

yang tersurat.

Pelaksana organisasi lingkungan IAIN Sumatera Utara diselenggarakan oleh bagian unit

pelayanan teknis dan administratif yang meliputi administrasi akademik, administrasi

keuangan, administrasi umum, administrasi kemahasiswaan, administrasi perencanaan dan

sistem informasi. Pimpinan satuan diangkat dan bertanggung jawab langsung kepada

pimpinan institut, berbentuk biro, yang dipimpin oleh kepala biro, sedangkan tingkat fakultas,

unsur pelaksana administaratif adalah bagian tata usaha.

Sebagai pegawai administrasi bertugas melayani kebutuhan mahasiswa dan kebutuhan

tenaga educatif secara teknis. Hal ini, layanan yang baik akan meningkatkan kepuasan dan

mempengaruhi tingkat competitive advantage perguruan tinggi untuk dapat memenangkan

(17)

studi (KRS), kartu hasil studi (KHS) dan proses-proses lain yang berhubungan dengan

administrasi perguruan tinggi.

Untuk mendukung target pencapaian pekerjaan, pihak biro administarsi pegawaian juga

membenahi SOP, yaitu operasional standar dalam suatu organisasi yang digunakan untuk

memastikan bahwa semua keputusan dan tindakan, serta penggunaan fasilitas oleh pegawai

bagian organisasi sejalan secara kuantitas (yang harus diselesaikan/capai) dan ketepatan

waktu (sesuai dengan waktu direncanakan), konsisten dan sistematis. Indikator yang

ditentukan adalah dengan melihat makin berkurang tingkat kesalahan seperti dalam

penerbitan KRS, sehingga tidak berulang-ulang mahasiswa menjumpai ketua jurusan,

sebelumnya memerlukan waktu sekitar 1 minggu, menjadi 1 – 2 hari karena personil sudah

mempunyai kemampuan dan keterampilan sistem komputerisasi dengan baik.

Pada akhir Tahun Ajaran 2012/2013, kinerja pegawai administrasi yang menangani

masalah kepentingan mahasiswa tersebut belum memperlihatkan hasil optimal, indikator yang

paling menonjol adalah tertundanya penerimaan Kartu rencana Studi (KRS) dan penerbitan

Kartu Hasil Studi (KHS) per semester. Adanya mahasiswa yang tidak terdaftar dalam daftar

mahasiswa yang mengambil mata kuliah tertentu, walaupun pendataan sudah ada dari awal,

dikarenakan keterlambatan pembayaran uang kuliah. Berikut disajikan data kinerja pegawai

IAIN Sumatera Utara tahun 2010 –2013 yang didasarkan pada Analisis Beban Kerja (ABK)

sebagaimana Tabel 1.1.

Tabel.1.1. Kinerja Pegawai IAIN Sumatera Utara Berdasarkan Analisis Beban Kerja (ABK) Tahun 2010-2012

No Kegiatan

Tahun Akademik 2010/2011

Tahun Akademik 2011/2012

Tahun Akademik 2012/2013 Waktu

maksimal

Hasil Kerja

Waktu maksimal

Hasil Kerja

Waktu maksimal

Hasil Kerja

Tugas pokok 1 2 3 4 5 6

1 Administrasi registrasi 10 HK 7 HK 10 HK 9 HK 10 HK 7HK

2 Pengolahan NIM 10 HK 20 HK 10 HK 24 HK 10 HK 20 HK

(18)

6 Penerimaan/pencatatan kwintasi uang kuliah

19 HK 5 HK 10 HK 20 HK 4 HK 12 HK

7 Penyelesaian perkuliahan semester

16 HK 15 HK 15 HK 13 HK 14 HK 7 HK

8 Batas akhir penyerahan ujian Fakultas

4 HK 7 HK 4 HK 10 HK 4 HK 7 HK

9 Pendaftaran sidang 3 HK 4 HK 22 HK 2 HK 8 HK 1 HK

10 Pembekalan KKN 4 Mg 7Mg 4Mg 7Mg 4 Mg 8 Mg

Sumber :Biro administrasi bidang kemahasiswaan IAIN SU, keadaan Oktober 2013 (data diolah)

Dari Tabel 1.1 di atas, terlihat kinerja pegawai administrasi IAIN Sumatera Utara

berdasarkan Analisis Beban Kerja (ABK) belum berjalan baik. Tabel 1.1. di atas jelas

menggambarkan kondisi pelayanan administrasi mahasiswa yang kurang baik, seperti: (1)

dalam hal pengolahan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) mahasiswa yang seharusnya

membutuhkan waktu maksimal pengurusan 10 hari kerja (HK) menjadi 20 HK, di tahun

2010/2011, 24 HK di tahun 2011/2012, dan 20 HK di tahun 2012/2013; (2) Penyelesaian KRS

yang seharusnya membutuhkan 5 HK menjadi 10 HK di tahun 2010/2011, 10 HK di tahun

2011/2012, dan 9 HK di tahun 2012/2013; (3) Penyelesaian ijazah yang seharusnya

membutuhkan 10 HK menjadi 33 HK di tahun 2010/2011, 30 HK di tahun 2011/2012, dan 24

HK di tahun 2012/2013; (4) Batas akhir penyerahan ujian fakultas yang seharusnya

membutuhkan 4 HK menjadi 7 HK di tahun 2010/2011, 10 HK di tahun 2011/2012, dan 7 HK

di tahun 2012/2013; dan (5) Pembekalan KKN yang seharusnya membutuhkan 4 minggu

(Mg) menjadi 7 Mg di tahun 2010/2011, 7 Mg di tahun 2011/2012, dan 8 Mg di tahun

2012/2013.

Berdasarkan Tabel 1.1 juga terlihat bahwa data beberapa kegiatan pelayanan terjadi

keterlambatan dari waktu yang telah ditetapkan, seperti: pengelolaan nomor induk mahasiswa

(NIM) selama tiga tahun terakhir masih jauh dari waktu yang ditetapkan. Demikian juga

beberapa aktivitas pelayanan lainnya. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa adanya

(19)

Jika dibandingkan antara beban kerja yang dibebankan kepada pegawai dengan jumlah

alokasi waktu yang diberikan serta jumlah pegawai yang mengerjakan pekerjaan, maka jelas

ketimpang tindihan kebijakan unit kerja, dwifungsi jabatan akan terjadi sehingga efektifitas

dan efisiensi kinerja pegawai tidak akan tercapai dan untuk menyelesaikan pekerjaan akan

membutuhkan waktu relatif lama. Dari data ini, terlihat bahwa kinerja pegawai IAIN

Sumatera Utara belum maksimal dalam memberikan pelayanan administrasi kepada

mahasiswa. Sementara SOP kerja pegawai termaktup dalam statuta kerja yakni optimasliasi

masuk kerja para pegawai hanya 5 hari efektif dalam seminggu dan 1 hari kerja

menggunakan waktu kerja efektif 5 jam 36 menit, dan kerja efektif setiap 1 orang

menghabiskan waktu 336 menit dalam sehari.

Peningkatan kinerja pegawai dapat dilakukan dengan meningkatkan motivasi yang ada

pada pegawai tersebut. Motivasi seorang pegawai akan terwujud pada perilaku yang

diarahkan pada pencapaian tujuannya dalam bekerja. Keinginan pegawai untuk bekerja

dengan baik di IAIN memberikan pencapaian hasil kerja yang maksimal. Hasil penelitian

Samson (2006) dan Siwantara (2009) menyatakan bahwa motivasi kerja mempengaruhi

kinerja seseorang. Winardi (2002) mengemukakan motivasi kerja adalah suatu kekuatan

potensial yang ada dalam diri seorang manusia, yang dapat dikembangkan oleh sejumlah

kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter, dan imbalan non moneter

yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau secara negatif, hal mana

tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan.

Dalam organisasi, pelaksanaan kinerja pegawai tidak terlepas dari peran serta

pimpinan. Kepala bagian sebagai pemimpin harus dapat mengarahkan dan membimbing

setiap pegawai untuk bekerja dengan baik. Hasil penelitian Carudin (2011), Irawati dan

Bambang (2010) memberikan gambaran bahwa kepemimpinan kepala memberikan pengaruh

(20)

(2010) menyimpulkan bahwa aplikasi kepemimpinan perlu penyesuaian dengan kondisi

kemampuan dan kemauan bawahan. Artinya, apabila pegawai telah mampu dan mau bekerja

dalam penyelesaian tugas secara efektif maka disarankan kepemimpinan yang diperlukan

adalah mempertahankan orientasi tugas dan memperbesar orientasi hubungan. Dari hasil

penelitian di atas, jelas terlihat bahwa kinerja pegawai sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan

kepala. Berbagai upaya yang dapat dilakukan seorang pimpinan adalah dengan memberikan

dukungan (motivasi). Dengan mendapat dukungan dari pimpinan, pegawai akan merasa setiap

tugasnya menjadi penting dan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Hal ini

menggambarkan bahwa kinerja pegawai erat sekali kaitannya dengan tanggung jawab

kepemimpinan.

Dalam melaksanakan tugasnya, pegawai selalu berinterasi dengan seluruh civitas

akademik. Sudah menjadi pemandangan umum pegawai harus mengikut tradisi yang ada di

satuan unit, baik dalam bergaul maupun bekerja. Hasil penelitian yang dilakukan Brahmasari

(2009) dan Widodo (2011) mengemukakan bahwa budaya organisasi mempengaruhi kinerja

seseorang. Dengan demikian budaya organisasi dapat meningkatkan kinerja seseorang di

satuan unit-unit. Mc Shanedan Von Glinow (2008) mengatakan budaya organisasi yang kuat

memiliki potensi meningkatkan kinerja, dan sebaliknya bila budaya organisasinya lemah

mengakibatkan kinerja menurun. Budaya organisasi adalah sistem makna dan keyakinan

bersama yang dianut oleh para anggota organisasi yang menentukan, sebagian besar,

bagaimana karyawan bersikap. Budaya juga menyangkut bagaimana anggota itu

mempersepsikan organisasi tersebut, bukan menyangkut apakah mereka menyukainya

(Robbins, 2003).

Dari berbagai uraian fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang kinerja pegawai IAIN Sumatera Utara berikut faktor yang mempengaruhinya yakni

(21)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, terjadi penurunan kinerja

pegawai IAIN Sumatera Utara sejak beberapa tahun terakhir. Sehingga perlu dilakukan

penelitian untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut ini:

1. Bagaimana pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi kerja pegawai IAIN Sumatera

Utara?

2. Bagaimana pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai IAIN Sumatera

Utara?

3. Bagaimana pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai IAIN Sumatera Utara?

4. Bagaimana pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai IAIN Sumatera Utara?

5. Bagaimana pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pegawai IAIN Sumatera Utara?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menemukenali pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi kerja pegawai IAIN

Sumatera Utara.

2. Menemukenali pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai IAIN Sumatera

Utara.

3. Menemukenali pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai IAIN Sumatera

Utara.

4. Menemukenali pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai IAIN Sumatera Utara.

(22)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat diharapkan dapat mengungkap komponen-komponen

penting yang berpengaruh terhadap kinerja pegawai IAIN Sumatera Utara. Selanjutnya secara

khusus hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. IAIN Sumatera Utara, sebagai bahan pertimbangan para pengambil keputusan di IAIN

Sumatera Utara khususnya dalam meningkatkan kinerja pegawai.

2. Hasil penelitian ini diharapkan merupakan informasi awal yang dapat peneliti gunakan

sebagai dasar berpijak dalam melakukan kajian ulang dan mengembangkan penelitian

secara lebih rinci dengan variabel-variabel yang lebih kompleks.

1.5. Batasan Penelitian

Batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan pada IAIN Sumatera Utara.

2. Aspek yang dikaji dibatasi pada faktor kinerja pegawai IAIN Sumatera Utara berikut

faktor yang mempengaruhinya yakni budaya organisasi, kepemimpinan dan motivasi

kerja.

3. Objek penelitian adalah para pegawai administrasi yang bekerja di lingkungan IAIN

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Kinerja

Kinerja menurut Soetjipto (1997) merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan

untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode

dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

diproyeksikan, dengan dasar efisiensi. Kinerja dalam hal ini merupakan tanda keberhasilan

organisasi dan orang-orang yang termasuk didalam organisasi tersebut.

Untuk itu kinerja perlu dilakukan secara kolaboratif dan kooperatif dengan cara

menggunakan manajemen kinerja, dimana hal tersebut merupakan suatu cara mencegah

kinerja yang buruk dan mampu menerapkan cara bekerjasama untuk meningkatkan kinerja.

Selain itu, manajer perlu memperhatikan kinerja atasannya karena manajer tersebut sebagian

bertanggung jawab kepada atasannya. Kinerja pegawai yang umum untuk kebanyakan

pekerjaan meliputi elemen sebagai berikut: (1) kuantitas dari hasil; (2) kualitas dari hasil; (3)

ketepatan waktu dari hasil;(4) kehadiran, dan (5) kemampuan bekerja sama. Untuk

meningkatkan upaya dan memotivasi karyawan, juga untuk meningkatkan tugas kinerja.

Colquitt (2009) mendefinisikan kinerja sebagai berikut: bahwa kinerja merupakan perilaku

kerja pegawai yang disumbangkan untuk mencapai tujuan organisasi. Dari pernyataan

tersebut dapat dinyatakan bahwa kinerja dinyatakan sukses jika tujuan organisasi dapat

tercapai dengan baik.

Robbins (2000) menyatakan bahwa kinerja merupakan tolok ukur keberhasilan dalam

melakukan suatu pekerjaan. Sehingga Kinerja merupakan tolok ukur keberhasilan dalam

melakukan suatu pekerjaan dengan demikian kinerja seseorang akan tampak pada situasi dan

(24)

kerjanya. Seseorang perlu bekerja untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan. Orang yang

bekerja cenderung akan dihadapkan pada hal-hal baru, sehingga dengan bekerja seseorang

akan mendapatkan tambahan pengalaman, yang akan menambah kemajuan dalam hidupnya.

Dari proses bekerja, dapat dilihat bagaimana kinerja seseorang tersebut.

Colquitt (2009) bahwa secara umum kinerja dipengaruhi oleh komponen: mekanisme

individual, karakteristik individu, mekanisme kelompok, dan mekanisme organisasi. Lebih

lanjut Colquitt menggambarkan keterkaitan keempat komponen tersebut sebagaimana terlihat

pada Gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1. Diagram Kinerja Menurut Teori Colquitt

Dari Gambar 2.1. di atas tampak jelas bahwa kinerja (job performance) dipengaruhi

oleh kepuasan kerja (job satisfaction) dan motivasi (motivation).

Dengan demikian dapat diartikan untuk meningkatkan kinerja seseorang dapat

dilakukan melalui peningkatan faktor kepuasan kerja dan motivasi seseorang dalam bekerja di

organisasinya. Neal dan Griffin (2001) bahwa kinerja dipengaruhi kemampuan,

kepemimpinan, personality, sikap, dan rekan kerja melalui motivasi. Dari uraian di atas, dapat

(25)

motivasi. Dengan demikian tampak secara jelas bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang membentuk kinerja yang mengarah atau ingin mewujudkan tercapainya

tujuan-tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pengertian kinerja disini mengaitkan antara hasil kerja dengan tingkah laku. Sebagai

tingkah laku, kinerja merupakan aktivitas manusia yang diarahkan untuk menunjang tugas

yang dibebankan organisasi kepadanya, pengarahan tingkah laku tersebut dilakukan oleh

organisasi melalui acuan kerja, berbentuk peraturan, deskripsi tugas pokok dan fungsi kerja,

serta otoritas organisasi, agar tingkah lakunya terarah dan konsisten dengan tujuan organisasi,

sehingga hasil kerja sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Dengan demikian kinerja pegawai dapat diukur melalui kualitas pekerjaan yang

dihasilkan dan jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Dalam kehidupan sehari-hari kinerja

seseorang biasanya didukung oleh dua hal yaitu: potensi yang berasal dari dalam diri

seseorang dan penilaian gaya kepemimpinan atasan yang disenangi oleh karyawan.

selanjutnya kinerja pegawai dapat dinilai dari dua sudut pandang, yaitu: efisiensi dan

efektivitas kerja (Stoner, 1992).

Suatu kinerja individu dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara pekerjaan dan

kemampuan. Hariandja (2005) mengemukakan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang

telah dicapai oleh seseorang ataupun kelompok orang dalam suatu organisasi baik formal

ataupun informal, publik ataupun swasta yang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Beberapa faktor tersebut lebih difokuskan pada individu yang terlibat di dalam organisasi

dalam usaha pencapaian kinerja. Faktor-faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut: (1)

kuantitas pekerjaan; (2) kualitas pekerjaan; (3) pengetahuan kerja; (4) kerjasama tim; dan (5)

(26)

Berdasarkan uraian di atas, maka sintesis kinerja pegawai adalah unjuk kerja pegawai

dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan organisasi dengan

indikator: kuantitas pekerjaan, kualitas pekerjaan, pengetahuan kerja, kerjasama tim,

kreativitas.

2.2. Budaya Organisasi

Budaya organisasi merupakan nilai-nilai dan norma informal yang mengontrol

individu dan kelompok dalam organisasi berinteraksi satu dengan lainnya dan dengan

organisasi diluar organisasi. Budaya organisasi menurut Robbin (2009) adalah suatu sistem

makna bersama yang dianut oleh anggota-anggotanya yang membedakan organisasi itu, dari

organisasi-organisasi lain. Terciptanya budaya di dalam organisasi banyak faktor yang

menentukannya. Seperti yang disebutkan oleh Robbins (2009), faktor-faktor yang

mempengaruhi budaya organisasi adalah: (1) inovasi dan pengambilan resiko; (2) perhatian

terhadap detil; (3) orientasi hasil; (4) orientasi orang; (5) orientasi tim;(6) keagresifan; dan

(7) kemantapan.

Hofstede (1986) mengemukakan bahwa budaya organisasi mempunyai lima ciri-ciri

pokok yaitu: (a) budaya organisasi merupakan satu kesatuan yang integral dan saling terkait,

(b) budaya organisasi merupakan refleksi sejarah dari organisasi yang bersangkutan, (c)

budaya organisasi berkaitan dengan hal-hal yang dipelajari oleh para antropolog, seperti

ritual, simbol, ceritera, dan ketokohan, (d) budaya organisasi dibangun secara sosial, dalam

pengertian bahwa budaya organisasi lahir dari consensus bersama dari sekelompok orang

yang mendirikan organisasi tersebut, dan (e) budaya organisasi sulit diubah.

Sutrisno (2010) menyatakan budaya organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang

(27)

melakukan aktivitas kerja. Secara tidak sadar tiap-tiap orang di dalam suatu organisasi

mempelajari budaya yang berlaku di dalam organisasinya. Kotter dan Heskett (1992)

menyatakan budaya mempunyai kekuatan yang penuh, berpengaruh pada individu dan

kinerjanya bahkan terhadap lingkungan kerja.

Berdasarkan uraian di atas, maka sintesis budaya organisasi adalah keyakinan dasar

yang dianut pegawai terhadap nilai-nilai yang dikembangkan untuk mengatasi masalah, yang

mengontrol perilaku anggota organisasi dengan indikator: inovasi dan pengambilan resiko,

perhatian terhadap detil, orientasi hasil, orientasi orang, orientasi tim, keagresifan, dan

kemantapan.

2.3. Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan salah satu fenomena yang paling mudah diobservasi, tetapi

menjadi salah satu hal yang paling sulit untuk dipahami”. Richard (1988) kemudian

mempermudah pemahaman dengan mendefinisikankepemimpinan sebagai “sebuah hubungan

yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan

perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya”.

Kepemimpinan adalah suatu konsep dan proses yang berhubungan dengan setiap

kelompok. Kepemimpinan sebagai suatu pedoman, kelangsungan, pembelajaran serta

pemberian motivasi untuk mencapai tujuan dan prestasi. Sedangkan gaya kepemimpinan

adalah suatu gabungan yang berbeda antara tugas dan hubungan perilaku yang biasa

digunakan untuk mempengaruhi pribadi atau kelompok untuk mencapai tujuan. Adapun

jenis-jenis gaya kepimpinan menurut di dalam Richard L. Daft (1988) yaitu:

1. PendekatanTrait(Sifat)

(28)

menjadikan mereka seorang pemimpin. Teori ini mencoba untuk membandingkan sifat-sifat

yang dimiliki oleh seorang pemimpin dengan pribadi yang bukan seorang pemimpin.

Kemudian penelitian kepemimpinan memusatkan perhatian pada ciri pribadi pemimpin, yang

dikenal dengantrait theory. Traitpada dasarnya menjadi motivasi bagi pemimpin.Traitatau

sifat yang penting antara lain; mendorong atau ambisi, kejujuran dan integritas, motivasi

kepemimpinan, percaya diri, kemampuan kognitif, pengetahuan bisnis, kreativitas dan

fleksibilitas.

2. Pendekatan Perilaku (Behavior)

Pendekatan awal terhadap penelitan perilaku pemimpin dihubungkan dengan trait

theory atau teori sifat, yaitu tetap menekankan pada hal yang diyakini merupakan perbedaan

dasar pada pola perilaku pemimpin yang berasal dari kepribadian dan pandangan hidup

pribadi. Daft (1988) mengungkapkan gaya kepemimpinan berdasarkan gabungan dua dimensi,

yaitu: Pertama, seberapa jauh pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan

(otokratis-demokratis). Kedua, seberapa jauh pemimpin mengarahkan kegiatan bawahan dan

memberi tahu bagaimana cara melaksanakan pekerjaan mereka (direktif-permisif). Dengan

demikian terdapat empat gaya (perilaku) kepemimpinan, yaitu: (a)

Otokratis-direktif, mengambil keputusan sendiri, dengan ketat mengawasi bawahan, (b)

Otokratis-permisif, mengambil keputusan sendiri, tetapi memberi kebebasan kepada bawahan untuk

melaksanakan pekerjaannya, (c) Demokratis-direktif, mengambil keputusan secara

partisipatif, tetapi mengawasi bawahan secara ketat, dan (d)Demokratis-permisif, mengambil

keputusan secara partisipatif, dan memberi kebebasan kepada bawahan untuk melaksanakan

(29)

3. Pendekatan Situasional

Pendekatan situasional disebut juga dengan pendekatan contingency yang didasarkan

pada pendapat bahwa kepemimpinan yang efektif tergantung sejumlah faktor. Tidak ada

kepemimpinan yang efektif untuk semua situasi atau keadaan. Menurut teori Fiedler terdapat

3 kriteria situasi yaitu hubungan antara pimpinan dan karyawan, tugas kelompok dan

kekuasaan. Fiedler percaya bahwa kunci kesuksesan seorang pemimpin terletak pada gaya

kepemimpinannya.

4. Pendekatan Transaksional

Pada organisasi modern gaya kepemimpinan yang banyak diterapkan adalah pendekatan

kepemimpinan transaksional. Gaya kepemimpinan ini didasarkan pada asumsi bahwa

kepemimpinan merupakan kontrak sosial antara pemimpin dan pengikut. Kedua pihak saling

bebas (independent) dan memiliki tujuan, kebutuhan serta kepentingan sendiri. Seringkali

tujuan dan kebutuhan kedua pihak saling bertentangan sehingga mengarah ke situasi konflik

antara pemimpin (manajemen perusahaan) dengan bawahan (pegawai).

5. Pendekatan Transformasional

Pengembangan faktor-faktor kepemimpinan transformasional telah dikembangkan pada

penelitian yang dilakukan oleh Bass. Ia mengidentifikasikan lima faktor (tiga yang pertama

berlaku pada transformasional dan dua faktor yang terakhir berlaku pada kepemimpinan

transaksional). Faktor-faktor tersebut adalah: (a) karisma, (b) perhatian pribadi, (c)

rangsangan intelektual, (d) pujian terbuka, dan (e) inspirasi.

Pemimpin transformasional dapat menggunakan kekuasaan dan wewenangnya untuk

mengganti suasana lingkungan sosial dan psikologis secara radikal, melakukan perubahan,

(30)

6. Pendekatan Kepemimpinan Karismatik

Max Weber (1947) memberi perhatian pada pendekatan kepemimpinan karismatik,

yang menurutnya kepemimpinan karismatik memiliki kapasitas untuk mengubah sistem sosial

yang ada, berdasarkan persepsi pengikut yang percaya bahwa pemimpin ditakdirkan memiliki

kemampuan istimewa. Pemimpin karismatik akan muncul jika terjadi krisis sosial dengan visi

yang radikal dan menjanjikan solusi terhadap krisis.

Rumusan kepemimpinan dari sejumlah ahli tersebut menunjukkan bahwa dalam suatu

organisasi terdapat orang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi, mengarahkan,

membimbing dan juga sebagian orang yang mempunyai kegiatan untuk mempengaruhi

perilaku orang lain agar mengikuti apa yang menjadi kehendak dari pada atasan atau

pimpinan mereka. Karena itu, kepemimpinan dapat dipahami sebagai kemampuan

mempengaruhi bawahan agar terbentuk kerja sama di dalam kelompok untuk mencapai tujuan

organisasi. Wahyudi (2009) mengemukakan bahwa seorang pemimpin yang harus memiliki:

keterampilan teknis, keterampilan manusiawi, dan keterampilan konseptual.

Berdasarkan uraian di atas, maka sintesis kepemimpinan adalah seluruh tindakan

pegawai sesuai jenjangnya dalam mempengaruhi, mengawasi, dan mengarahkan bawahannya

sebagai pribadi atau kelompok dalam bekerja untuk mencapai tujuan organisasi dengan

indikator: keterampilan teknis, keterampilan manusiawi, dan keterampilan konseptual.

2.4. Motivasi Kerja

Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yaitu movere yang berarti menggerakkan.

Berdasarkan kata tersebut, maka dapat dikembangkan lebih banyak definisi atau pengertian

tentang motivasi. Ada 3 aspek motivasi yang dapat diidentifikasi menurut (Richand, 1987),

Pertama, motivasi menggambarkan sebuah kekuatan energi yang menggerakkan seseorang

(31)

bertujuan pada suatu hal yaitu motivasi yang mempunyai orientasi tujuan yang kuat (strong

objectives). Ketiga, membantu mempertahankan semangat kerja sepanjang waktu.

Aspek motivasi yang diharapkan menjadi faktor berharga pada sistem perspektif kerja

bertujuan untuk memahami perilaku manusia pada situasi kerja, sehingga aspek tersebut

mengetahui faktor yang paling penting dan berhubungan dengan perilaku pribadi, situasi serta

lingkungan kerja, yang selanjutnya dengan menyadari adanya dorongan kerja, maka sangat

membantu untuk memperkuat posisi kerja.

Berdasarkan uraian di atas, maka sintesis motivasi kerja adalah dorongan dalam diri

pegawai untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan indikator: berusaha berani

menghadapi risiko kerja, keinginan mengatasi masalah yang timbul dalam pekerjaan,

dorongan untuk berhasil dalam pekerjaan, keinginan untuk bekerja dengan baik, dan

berusaha untuk diakui hasil kerjanya.

2.5. Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kinerja pegawai. Hasil

penelitian Sriwidodo dan Bangun (2007) meneliti tentang pengaruh kepemimpinan,

kepercayaan, dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan. Dari hasil penelitian diperoleh:

adanya pengaruh positif dari kepemimpinan terhadap kinerja karyawan sebesar 0,370. Darna

(2010) tentang Pengaruh Penilaian Kinerja Terhadap Motivasi Berprestasi dan Kinerja

Karyawan. Dari hasil penelitian diperoleh pengaruh yang diberikan motivasi berprestasi

terhadap kinerja karyawan adalah sebesar 20,60%. Soedjono (2005) tentang pengaruh budaya

organisasi terhadap kinerja organisasi dan kepuasan kerja karyawan pada terminal penumpang

umum di Surabaya. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa: budaya organisasi memberikan

pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan sebesar 0,756. Budaya

(32)

0,748. Sopiah (2008) tentang budaya organisasi, komitmen organisasional pimpinan dan

pengaruhnya terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan Bank. Dari hasil penelitiannya

diperoleh: Budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan sebesar 0,562.

Koesmono (2005) tentang pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi dan kepuasan kerja

serta kinerja karyawan pada subsektor industri pengolahan kayu skala menengah di Jawa

Timur. Dari hasil penelitian diperoleh: (a) pengaruh langsung budaya organisasi terhadap

kinerja sebesar 0,506; (b) pengaruh langsung motivasi terhadap kinerja sebesar 0,387; dan (c)

pengaruh tidak langsung budaya organisasi terhadap kinerja melalui kepuasan kerja sebesar

0,267. Widodo (2011) tentang pengaruh budaya organisasi dan motivasi kerja terhadap

kinerja guru. Dari hasil penelitian diperoleh: (a) terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap

kinerja sebesar 0,808; dan (b) terdapat pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja sebesar

0,754. Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa: terdapat pengaruh

(33)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah sebuah berpikir sistematis yang akan didasarkan kepada

analisis alur proses dari suatu penelitian. Kerangka konseptual ini terdiri dari aliran proses

berpikir sistematis yang diawali dari latar belakang penelitian, perumusan, analisis

permasalahan serta saran/ solusi alternatif terhadap permasalahan tersebut.

Kinerja (performance) adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab

masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak

melanggar aturan dan sesuai dengan moral maupun etika (Prawirosentono,1999).

Faktor-faktor mempengaruhi kinerja yaitu: kemampuan (ability), motivasi (motivation) tujuannya

adalah peningkatan efektivitas, kualitas dan kuantitas dari hasil kerja (output) yang lebih baik,

di tentukan oleh manajemen di lembaga tersebut. Salah satu teori yang mengkaji kinerja

dikemukakan Colquitt, dkk (2009) :

A number of factors affect performance and commitment, including individual

mechanisms (job satisfaction, stress, motivation, trust, justice and etics, learning

and decision making), individual characteristics (personality and cultures values,

ability), group mechanisms (team characteristics, team processes, leader power

and influence, leader style and behaviours), and organizational mechanisms

(organizational structure, organizational culture).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sejumlah faktor yang mempengaruhi

(34)

nilai-nilai budaya, kemampuan); kelompok mekanisme (tim karakteristik, tim proses,

kekuasaaan dan pengaruh pemimpin, gaya kepemimpinan dan perilaku); dan mekanisme

organisasi (struktur organisasi, iklim kerja).

Konsep pemikiran yang dijadikan sebagai landasan dalam pelaksanaan penelitian dalam

geladikarya ini adalah variabel budaya organisasi, kepemimpinan, motivasi kerja, dan kinerja

pegawai dengan mempertimbangkan kondisi yang ada dan batasan masalah yang dibahas

serta diproses dengan pendekatan beberapa disiplin ilmu yang saling mendukung sehingga

dapat ditarik suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Lebih jelasnya pengaruh

[image:34.612.104.507.347.527.2]

ke empat variabel ini divisualisasikan dalam kerangka konseptual penelitian seperti pada

Gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian

3.2. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka konseptual diatas, hipotesis dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut : BUDAYA

ORGANISASI (X1)

KEPEMIMPINAN (X2)

MOTIVASI KERJA

(X3)

KINERJA PEGAWAI

(35)

1. Budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap motivasi kerja pegawai IAIN Sumatera

Utara.

2. Kepemimpinan berpengaruh langsung terhadap motivasi kerja pegawai IAIN Sumatera

Utara.

3. Budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap kinerja pegawai IAIN Sumatera Utara.

4. Kepemimpinan berpengaruh langsung terhadap kinerja pegawai IAIN Sumatera Utara.

5. Motivasi kerja berpengaruh langsung terhadap kinerja pegawai IAIN Sumatera Utara.

3.3. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah budaya organisasi (variabel eksogenus) terhadap

motivasi kerja dan kinerja (variabel endogenus); kepemimpinan (variabel eksogenus)

terhadap motivasi kerja dan kinerja (variabel endogenus); dan motivasi kerja dan kinerja

(variabel endogenus).

3.4. Definisi Operasional

Definisi operasional keempat variabel dalam penelitian adalah:

a. Budaya organisasi adalah keyakinan dasar yang dianut pegawai terhadap nilai-nilai yang

dikembangkan untuk mengatasi masalah, yang mengontrol perilaku anggota organisasi

yang dinyatakan dengan skor penilaian pegawai terhadap indikator: inovasi dan

pengambilan resiko, perhatian terhadap detil, orientasi hasil, orientasi orang, orientasi tim,

keagresifan,dan kemantapan.

b. Kepemimpinan adalah seluruh tindakan pegawai sesuai jenjangnya dalam mempengaruhi,

mengawasi, dan mengarahkan bawahannya sebagai pribadi atau kelompok dalam bekerja

(36)

terhadap indikator: keterampilan teknis, keterampilan manusiawi, dan keterampilan

konseptual.

c. Motivasi kerja adalah dorongan dalam diri pegawai untuk melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya yang dinyatakan dengan skor penilaian pegawai terhadap indikator: berusaha

berani menghadapi risiko kerja, keinginan mengatasi masalah yang timbul dalam

pekerjaan, dorongan untuk berhasil dalam pekerjaan, keinginan untuk bekerja dengan

baik, berusaha untuk diakui hasil kerjanya.

d. Kinerja adalah unjuk kerja pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya

untuk mencapai tujuan organisasi yang dinyatakan dengan skor penilaian terhadap

indikator: (1) kuantitas pekerjaan; (2) kualitas pekerjaan; (3) pengetahuan kerja; (4) kerja

(37)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual yang dibangun, jenis penelitian ini adalah penelitian

korelasional dengan menggunakan analisis jalur (Path Analysis). Menurut Riduwan (2008)

analisis jalur digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk

mengetahui pengaruh langsung ataupun tidak langsung seperangkat variabel eksogen terhadap

variabel endogen.

Penelitian ini menganalisis pengaruh satu variabel terhadap variabel lain, yaitu: (1)

budaya organisasi; (2) kepemimpinan; (3) motivasi kerja dan (4) kinerja pegawai.

4.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di IAIN Sumatera Utara dengan pegawai administrasi sebagai

subjek penelitian. Tempat penelitian ini adalah Biro Akademik Umum dan Kemahasiswaan,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Fakultas Syariah

dan Ekonomi Islam, dan Fakultas Ushuluddin.

Waktu penelitian direncanakan berlangsung selama 11 (sebelas) bulan, terhitung dari

bulan Juni 2013 hingga April 2014.

4.3. Instrumen Penelitian

Indikator-indikator pengukuran persepsi pegawai terhadap setiap variabel yang

(38)

disajikan pada Tabel 4.2 di bawah ini dibentuk pernyataan untuk dijawab responden sebagai

[image:38.612.129.514.134.688.2]

bagian dari proses pengukuran persepsi pegawai berkenaan dengan variabel terkait.

Tabel 4.2. Instrumen Penelitian

No Variabel Definisi Indikator

1 Budaya

Organisasi (X1)

Budaya organisasi adalah keyakinan dasar yang dianut pegawai terhadap nilai-nilai yang dikembangkan untuk mengatasi masalah, yang mengontrol perilaku anggota organisasi

a. Inovasi dan

pengambilan resiko b. Perhatian terhadap detil

pekerjaan c. Orientasi hasil d. Orientasi orang e. Orientasi tim f. Keagresifan g. Kemantapan

2 Kepemimpinan

(X2)

Kepemimpinan adalah seluruh tindakan pegawai sesuai jenjangnya dalam

mempengaruhi, mengawasi, dan mengarahkan

bawahannya sebagai pribadi atau kelompok dalam bekerja untuk mencapai tujuan organisasi

a. Keterampilan teknis b. Keterampilan

manusiawi c. Keterampilan

konseptual

3 Motivasi Kerja

(X3)

Motivasi kerja adalah dorongan dalam diri pegawai untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya

a. Berusaha berani menghadapi risiko kerja

b. Keinginan mengatasi masalah yang timbul dalam pekerjaan c. Dorongan untuk

berhasil dalam pekerjaan d. Keinginan untuk

bekerja baik

e. Berusaha untuk diakui hasil kerjanya

4 Kinerja

Pegawai (Y)

Kinerja adalah unjuk kerja pegawai dalam

melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya untuk mencapai tujuan organisasi

(39)

4.4. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan (Sugiyono,2008). Populasi target pada penelitian ini adalah pegawai administrasi

IAIN Sumatera Utara pada tahun 2013, dengan populasi berjumlah 157 orang yang terbagi

[image:39.612.158.425.236.366.2]

dalam 6 (enam) unit kerja sebagaimana Tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3. Pegawai Administrasi IAIN-SU Tahun 2013

No Unit Kerja Jumlah Pegawai

1 Kampus Pusat (Biro Rektor) 100

2 Fakultas Dakwah 10

3 Fakultas Syari’ah 11

4 Fakultas Tarbiyah 18

5 Fakultas Ushuluddin 11

6 Program Pascasarjana 7

Jumlah 157

Sumber : Biro Adminitrasi IAIN Sumatera Utara Tahun 2013

4.5. Sampel

Sugiyono (2000) menyatakan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Roscoe (dalam Sekaran, 2006) memberikan acuan umum

untuk menentukan ukuran sampel:

1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan

penelitian.

2. Jika sampel dipecah kedalam sub sampel, ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori

adalah tepat.

3. Dalam penelitian multivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel

(40)

4. Ukuran penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eksperimen yang ketat,

penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai

dengan 20.

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin (dalam

Riduwan, 2005) sebagai berikut.

n =

dimana:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Batas toleransi kesalahan (error tolerance), diambil 5%.

Maka jumlah sampel penelitian ini adalah:

n = = 113 orang

Dengan demikian sampel dalam penelitian ini berjumlah 113 orang. Hal ini sesuai

dengan pendapat yang dikemukakan Hair dkk (1995) bahwa jumlah sampel minimal yang

dapat dipakai dalam penelitian korelasional dengan analisis jalur adalah berjumlah 100–200

responden.

Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

propotional simple random sampling, yakni menentukan jumlah sampel tiap unit kerja sesuai

besar populasi pada unit kerja tersebut. Contoh untuk penentuan jumlah sampel pada unit

kerja Biro Rektor: 113/157 × 100 = 72 orang. Jumlah sampel untuk unit kerja lainnya dapat

[image:40.612.137.462.632.714.2]

dilihat Tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4. Penentuan Sampel Pegawai Administrasi IAIN-SU

No Unit Kerja Jumlah Pegawai Sampel

1 Kampus Pusat (Biro Rektor) 100 72

2 Fakultas Dakwah 10 7

3 Fakultas Syari’ah 11 8

(41)

5 Fakultas Ushuluddin 11 8

6 Program Pascasarjana 7 5

Jumlah 157 113

Sumber: Data diolah, 2014

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum penggunaan instrumen dilakukan lebih dahulu uji coba untuk mendapatkan

instrumen yang sahih dan handal (valid dan reliabel). Validitas yaitu untuk melihat sejauh

mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang harus diukur dan reliabilitas (terhandalan)

yaitu sejauh mana suatu alat pengukur mampu memberikan hasil pengukuran yang konsisten

dalam waktu dan tempat yang berbeda. Prosedur pelaksanaan uji coba instrumen adalah: (1)

penentuan responden uji coba; (2) pelaksanaan uji coba; dan (3) analisis uji coba. Responden

uji coba diambil dari populasi di luar sampel yang telah ditentukan. Jumlah seluruh respoden

uji coba akan diambil secara memadai. Uji coba instrumen ini dilaksanakan terhadap pegawai

IAIN Sumatera Utara yang ada dalam populasi sebanyak 30 orang tetapi tidak terpilih sebagai

sampel penelitian (di luar sampel). Analisis data hasil uji coba dimaksudkan untuk

memperoleh butir-butir instrumen yang memenuhi syarat sehingga layak dijadikan alat ukur

dalam mengumpulkan data penelitian.

4.6.1. Uji kesahihan instrumen (validity)

Kesahihan instrumen dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketepatan instrumen yang

digunakan. Pengembangan instrumen untuk mendapatkan instrumen yang sahih dilaksanakan

dengan menggunakan validitas isi (content validity), dan validitas (construct validity). Dalam

pelaksanaannya dicari konsistensi internal dan membuang butir-butir pernyataan yang lemah,

kemudian meminta pertimbangan pembimbing sehingga diperoleh butir-butir kuesioner yang

(42)

menghindari penggunaan kata-kata yang dapat menimbulkan rasa curiga dan antipati; dan (3)

meniadakan penggunaan kata yang merupakan kunci atau mengarahkan ke salah satu pilihan

jawaban/responden. Instrumen yang telah di uji coba diolah dan analisa dengan

menggunakan teknik korelasi product moment oleh Person dalam Arikunto (2003). Taraf

signifikansi yang digunakan sebesar 5% (α= 0,005) dengan rumus:

  

 

2 2

2

 

2

) ( y y N x x N y x xy N rxy            dimana: xy

r = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

N = Jumlah responden

∑X = Jumlah skor butir tes

∑Y = Jumlah skor total

X2

= Jumlah kuadrat skor butir tes

2

Y = Jumlah kuadrat skor total

XY = Jumlah hasil kali skor X dan Y

4.6.2. Uji keterhandalan instrumen (reliability)

Instrumen yang telah dianalisis keterhadalan selanjutnya di konsultasikan dengan

ahlinya atau pembimbing untuk menentukan dan menyepakati jumlah butir yang akan

dijadikan sebagai instrumen pengumpulan data di lapangan. Hal ini dilakukan untuk

menentukan jumlah butir yang akan dijadikan instrumen pengumpulan data, juga

mempertimbangkan apakah semua butir yang shahih akan digunakan. Setelah konsultasi

dengan pembimbing maka butir-butir sahih dari setiap variabel seluruhnya dipergunakan.

Keterhandalan angket di analisis dengan teknik Alpha Cronbach dalam Usman & Ali Akbar

(2003) dengan rumus:

               

2
(43)

dimana:

k

r = Reliabilitas instrumen

k = Jumlah item

2

St = Jumlah varians yang valid

2

St

= Varians total

Menurut Croncbach yang dikutip oleh Usman & Ali Akbar Thoha (2001)

mengemukakan bahwa teknik ini cocok untuk data yang bersifat dikotomi dan nondikotomi,

serta dapat digunakan pada data yang berasal dari kuesioner.

4.7. Teknik Analisa Data

Data dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi dan regresi linier sederhana dan

ganda serta korelasi parsial. Adapun langkah-langkah analisis data sebagai berikut:

4.7.1. Pengujian persyaratan analisis

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik sebagai alat untuk

mengganalisis korelasi dan regresi sederhana dan ganda. Untuk dapat menggunakan analisis

korelasi dan regresi terdapat persyaratan yang harus dipenuhi diantaranya:

1. Uji normalitas untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi

normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan rumus Liliefors dengan taraf nyata

=0.05. Kriteria uji adalah jika Lhitung< Ltabel maka dikatakan data populasi berdistribusi

normal.

2. Uji linearitas untuk mengetahui apakah masing data membentuk garis linier digunakan uji

linearitas dilakukan dengan uji kelinearan dan keberartian arah koefisien regresi, melalui

persamaan sebagai berikut:

i bX a Y  

(44)

a =

 



2

2

2

  X X n XY X X Y

b =

 

 

2

2

  X X n Y X XY n dimana:

n = Jumlah subjek penelitian

X = Skor variabel bebas

a = Konstanta regresi

b = Koefisien arah regresi

X = Jumlah skor variabel

Y = Jumlah skor variabel terikat

XY= Jumlah hasil perkalian antara variabel bebas dengan variabel terikat

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linear tidaknya hubungan antara variabel

endogen dengan variabel eksogen. Regresi linear apabila Fhitung < Ftabel pada taraf

signifikasi 5%. Sementara uji signifikan regresi, jika Fhitung > Ftabel maka dikatakan

koefisien regresi signifikan pada taraf signifikan 5%.

3. Uji Korelasi (r)

Uji korelasi dilakukan untuk mengtahui apakah hubungan antar variabel benar-benar

independen atau tidak. Rumus yang digunakan untuk menguji korelasi antara variabel

endogen dan variabel eksogen adalah product moment,yaitu:

. ( )



. ( )

) ).( ( . 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 X X N X X N X X X X N rx x

          

4. Perhitungan Analisis Jalur

Teknik analisis jalur digunakan untuk menguji pengaruh langsung antara variabel endogen

dan eksogen. Perhitungan analisis jalur ini dihitung berdasarkan persaamaan berikut ini:

r12=13

(45)

r23=31r12+32

ry1=y1+y2r12+y3r13

ry2 =y1r12+y2+y3r23

ry3=y1r13+y2r23+y3

dimana:

r = Korelasi

ρ = Koefisien jalur

5. Pengujian Jalur

Pengujian jalur dapat dihitung dengan dua cara sebagaimana dikemukakan Kuncoro dan

Riduwan (2008), yaitu: langkah kerja analisis jalur ada dua cara, yakni (a) pengujian

secara keseluruhan atau simultan, dan (b) pengujian secara individual.

a. Pengujian secara keseluruhan

Pengujian secara keseluruhan dapat dihitung dengan menggunakan rumus F:

) 1 (

) 1 (

2 2

R k

R k n F

   

Jika Fh≥ttmaka H0ditolak berarti signifikan, tetapi

Jika Fh<tt,maka H0diterima berarti tidak signifikan

Untuk mencari nilai Ftabeldihitung dengan menggunakan rumus F yaitu:

Ft= F(1-α)(dk=k)(dk=N-k-1)atau F(1-α)(V1=k)(V2=N-k-1).

dimana:

N = Jumlah sampel

k = Jumlah variabel eksogen.

b. Pengujian secara individual

(46)

1 1 1 x x se x t

Jika Fh≥tt,maka H0ditolak berarti signifikan, tetapi

Jika Fh<tt,maka H0diterima berarti tidak signifikan

6. Pengujian Model Jalur

Riduwan (2008) menyebutkan pengujian model jalur dengan Ha : 31 =32 ≠ 0; Ho :

31= 32 = 0; Hipotesis dalam bentuk kalimat: Ha: Matriks korelasi estimasi berbeda

dengan matriks korelasi sampel. Ha: Matriks korelasi estimasi tidak berbeda (sama)

dengan matriks korelasi sampel. Menguji model jalur, dilakukan dengan uji statistik

kesesuaian model koefisien Q dengan rumus:

M R Q m    1 1 2

; 1 (1 ) ((1 2).(1 2)

2 2

1 2

p

m R x R R

R     

Apabila Q = 1 mengindikasikan model fit sempurna. Jika Q < 1, untuk menentukan fit

tidaknya model maka statistik koefisien Q perlu diuji dengan statistik2dapat digunakan

statistik chi-kuadrat yaitu:2= - ( n–d) ln (Q).

dimana:

n = Jumlah sampel

d = Banyaknya koefisien jalur yang tidak signifikan

2

= Derajat kebebasan

2

m

R = Koefisien determinasi multipel untuk model yang diusulkan

M = Koefisien determinan multipel (Rm2 ) setelah koefisien jalur yang tidak signifikan

yang dihilangkan.

Statistik 2 mendekati distribusi chi-kuadrat dengan derajat kebebasan sebesar d, jika

(47)

lain bahwa, model yang diusulkan "cocok" dengan data. Jika 2h ≥ 2(df ; a), tolak Ho

(berarti matriks korelasi sampel berbeda dengan matriks korelasi estimasi), maksudnya

kedua model tersebut signifikan. Jika 2h<2(df ; a), terima Ho (berarti matriks korelasi

sampel tidak berbeda atau sama dengan matriks korelasi estimasi), maksudnya kedua

(48)

BAB V

GAMBARAN PERUSAHAAN

5.1. Sejarah IAIN Sumatera Utara

IAIN Sumatera Utara yang didirikan pada tahun 1973 di Medan, dilatar- belakangi dan

didukung oleh beberapa faktor pertimbangan objektif. Pertama, Perguruan Tinggi Islam yang

berstatus Negeri pada saat itu belum ada di Provinsi Sumatera Utara, walaupun Perguruan

Tinggi Agama Islam Swasta memang sudah ada. Kedua, pertumbuhan pesantren, madrasah

dan perguruan-perguruan agama yang sederajat dengan SLTA di daerah Sumatera Utara

tumbuh dan berkembang dengan pesatnya, yang sudah tentu memerlukan adanya pendidikan

lanjutan yang sesuai, yakni adanya Perguruan Tinggi Agama Islam yang berstatus Negeri.

Inisiatif Kepala Inspeksi Pendidikan Agama Propinsi Sumatera Utara saat itu (Alm. H.

Ibrahim Abdul Halim) beserta dengan teman-temannya berencana mendirikan Fakultas

Tarbiyah di Medan, dengan membentuk Panitia Pendirian Fakultas Tarbiyah Persiapan IAIN

yang diketuai oleh Letkol. Raja Syahnan, pada tanggal 24 Oktober 1960. Sejalan dengan

Yayasan K.H. Zainul Arifin juga berencana mendirikan Fakultas Tarbiyah Persiapan IAIN

Medan, denganmembuka Fakultas Syari’ah pada tahun 1967.

Melihat fenomena tersebut, Menteri Agama RI K.H. Moh. Dahlan mengambil

kebijaksanaan dengan menyatukan Panitia Penegerian Fakultas Tarbiyah yang telah ada,

dengan Panitia Penegerian Fakultas Syari’ah, dan memberikan status, penegeriannya pada

hari Sabtu tanggal 12 Oktober 1968 M bertepatan dengan tanggal 20 Rajab 1389 H, bertempat

di Aula Fakultas Hukum USU Medan. Dalam acara tersebut, Drs. Hasbi AR dilantik sebagai

Pj. Dekan Fakultas Tarbiyah, dan H. T. Yafizham, SH sebagai Pj. Dekan Fakultas Syari’ah

dengan Surat Keputusan Menteri Agama RI Nomor 224 dan 225 Tahun 1968. Walaupun

(49)

yaitu Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Syari’ah sebagai Fakultas Cabang dari IAIN Ar-Raniry

Banda Aceh, namun semangat dan tekad untuk memperoleh IAIN yang berdiri sendiri di

Medan tetap menjadi idaman setiap warga masyarakat, organisasi-organisasi agama,

organisasi pemuda dan mahasiswa terutama dari pimpinan IAIN Cabang Medan.

Setelah peresmian IAIN Sumatera Utara, pimpinan menetapkan kebijaksanaan dalam

bidang ketatausahaan yang bertujuan untuk memusatkan beberapa bidang kegiatan

administrasi di kantor pusat IAIN Sumatera Utara agar setiap fakultas dan unit lainnya dapat

lebih memfokuskan diri dalam peningkatan kualitas akademik. Kebijaksanaan tersebut

dituangkan dalam Keputusan Rektor Nomor 22 tahun 1974. Kebijaksanaan tersebut tentu saja

terus dikembangkan sesuai dengan tuntutan perkembangan yang terjadi. Berdasarkan

Keputusan Menteri Agama RI Nomor 24 Tahun 1988, IAIN Sumatera Utara mempunyai

sebuah biro, yaitu Biro Administrasi Umum, Akademik dan Kemahasiswaan. Biro ini

membawahi enam bagian, yaitu: (1) Bagian Akademik dan Kemahasiswaan; (2) Bagian

Perencanaan dan Sistem Informasi; (3) Bagian Keuangan; (4) Bagian Kepegawaian; (5)

Bagian Perlengkapan dan Rumah Tangga, dan (6) Bagian Administrasi Bina PTAIS.

5.2. Visi, Misi, Tugas Pokok dan Fungsi IAIN Sumatera Utara

Adapun visi dan misi IAIN Sumatera Utara adalah sebagai berikut.

1. Visi

Menjadi pusat pengembangan ilmu-ilmu keislaman multidisipliner yang unggul dan kompetitif

2. Misi

a. Menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu keislaman di bidang ilmu pengetahuan,

(50)

b. Mengembangkan riset ilmu-ilmu keislaman yang relevan dengan kebutuhan

masyarakat.

c. Mengembangkan pola pemberdayaan masyarakat muslim.

Sejalan dengan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1985 tentang

Pokok-pokok Organisasi Institut Agama Islam Negeri dan Keputusan Presiden Republik Indonesia

Nomor 9 Tahun 1987 Tentang Susunan Organisasi Institut Agama Islam Negeri, maka IAIN

Sumatera Utara mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut.

1. Tugas Poko

Gambar

Gambar. 2.1.
Tabel.1.1. Kinerja Pegawai IAIN Sumatera Utara BerdasarkanAnalisis Beban Kerja (ABK) Tahun 2010-2012
Gambar 2.1. Diagram Kinerja Menurut Teori Colquitt
Gambar 3.1 berikut.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk pengaruh tidak langsung dari kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai melalui motivasi kerja, menunjukkan bahwa penerapan

Aviscenna, (2011), Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dengan judul tesis : Pengaruh Motivasi kerja dan Budaya organisasi Terhadap Kinerja pegawai pada

diterima, yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh iklim organisasi terhadap kepuasan kerja pegawai pada Biro Pusat Administrasi Universitas Sumatera Utara, makna sangat

Abstrak: Pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai Bagian Keuangan Organisasi Sektor Publik dengan Motivasi Kerja sebagai

“ Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Budaya Organisasi dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai” , Jurnal Ekonomi &amp; Bisnis, Vol.. Universitas

Hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh kepemimpinan, motivasi, lingkungan kerja, budaya organisasi terhadap kinerja serta dampaknya terhadap prestasi kerja pegawai

“Pengaruh Motivasi Kerja, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai dengan Kepuasan Kerja Pegawai Sebagai Intervening Variabel Pada Dipertahortnakbun

Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Disiplin, Motivasi, Budaya organisasi, dan kecerdasan emosional terhadap Kinerja Pegawai Hasil uji hipotesis dengan uji simultan F test memperlihatkan