UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA PINJAMAN
DAN JUMLAH PENGUSAHA UKM TERHADAP
JUMLAH KREDIT YANG DISALURKAN
PADA PT BANK MANDIRI (PERSERO), Tbk
CABANG SBDC MEDAN
SKRIPSI
Diajukan Oleh:
SRI REJEKI HUTAPEA 040501080
Ekonomi Pembangunan
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
ABSTRACT
Small and middle industry is one industry that its edurance had beeb tested on multidimensional crisis in Indonesia. For this reason, small and middle industry need to be developed in addition not only entrepreneurship’s income will increase but also unemployment matter will be solved.
In developing small and middle industry, many barriers should be handled seriously so that small and middle industry can be improved and developed in quality, size, management, and even its human resources. Lack of information and technology have limited the access of small and middle industry with world wide, so the entrepreneur couldn’t use banking facilities. For that reason, a way to introduce
banking facilities such as credit facilities should be done.
PT Bank Mandiri Cabang SBDC Medan is one of banking institution that has been trying to help small and middle industry with giving loan and managing the industry. These made a beneficial relationship between both. In other words, small and middle industry have no need to borrow money from usurer.
ABSTRAK
Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu usahayang sudah teruji daya tahannya pada krisis multidimensional di Indonesia. Untuk itu, UKM perlu dikembangkan dengan tujuan tidak hanya meningkatkan pendapatan pengusaha tetapi juga mengatasi pengangguran.
Dalam pengembangannya, banyak hambatan yang harus ditangani dengan serius agar UKM dapat maju dan berkembang dari segi kualitas, kuantitas, manajemen, bahkan sumber daya manusianya. Kurangnya informasi dan minimnya teknologi telah membatasi akses UKM dengan dunia luar, sehingga pengusaha UKM tidak dapat menggunakan fasilitas perbankan. Untuk itu perlu diberdayakan suatu cara pengenalan fasilitas-fasilitas perbankan seperti fasilitas kredit.
PT Bank Mandiri Cabang SBDC Medan merupakan salah satu institusi perbankan yang telah berusaha membantu UKM dengan pemberian kredit dan pembinaan manajemen UKM. Hal ini membentuk hubungan yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak sehingga UKM tidak perlu lagi meminjam uang dari rentenir.
Kata Pengantar
Segala puji, hormat, dan kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus karena
atas kasih dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “
Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Pinjaman dan Jumlah Pengusaha UKM
terhadap Jumlah Kredit yang Disalurkan pada PT Bank Mandiri Cabang SBDC
Medan”, guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada
Program Strata 1 ( S-1 ) pada Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
sehingga penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, maka
pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada
:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, SE, MEc. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M. Ec selaku ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
3. Bapak DR. Irsyad Lubis, MSoc, Sc, Phd. selaku Sekretaris Departemen
4. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya, C. A. E, Msi selaku dosen pembimbing
skripsi penulis
5. Bapak Drs. Jonathan Sinuhaji, MSi, dan Ibu DR. Murni Daulay, SE, MSi
selaku dosen penguji penulis
6. Bapak DR. Syaad Afifuddin, SE, MEc. Selaku dosen wali penulis
7. Bapak / Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Pembangunan yang telah banyak
membantu penulis dalam masa perkuliahan
8. Bapak Hermawan selaku Manager PT Bank Mandiri Cabang SBDC Medan,
Bapak Julhadi selaku Personal Staff dan Ibu Romsida Simanjuntak selaku
Assistant Personal Staff serta seluruh staff PT Bank Mandiri Cabang SBDC
Medan yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian dan
mau meluangkan waktunya untuk mencari dan memberikan data kepada
penulis
9. Orangtua tercinta, Bapak M. Hutapea, SE dan Ibu H. R. Hutagaol yang selalu
berusaha memberikan yang terbaik untuk penulis serta saudara-saudara
penulis yang tersayang, Daud, Elvina, Renova, Dora, Nenny, dan Samuel atas
doa dan dukungan yang selalu diberikan
10.Teman-teman terbaik penulis yang selalu setia membantu penulis dalam
penyelesaian skripsi ini yaitu Ronal, Maria, Jemmima, Titin, Sylvina, Ika,
yenni, Chandra, terima kasih atas perhatian dan pengertian teman-teman
11.Seluruh teman-teman stambuk 2004 yangs angat banyak membantu penulis
dalam perkuliahan maupun penulisan skripsi ini yang tidak bias disebutkan
satu per satu.
Akhir kata, kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca
semuanya dan semoga Tuhan selalu memberkati semua pihak yang telah banyak
berjasa bagi penulis, atas segala bimbingan, bantuan, dukungan, dan cinta yang telah
diberikan. Kemuliaan bagi Allah di tempatYang Maha Tinggi. Amin.
Medan, Maret 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT …...………...…… i
ABSTRAK ………...………. ii
KATA PENGANTAR ……… iii
DAFTAR ISI ……….. vi
DAFTAR TABEL ………... ix
DAFTAR GAMBAR ………... x
DAFTAR SINGKATAN ……… xi
DAFTAR LAMPIRAN ………. xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ………1
1.2Perumusan Masalah ………... 4
1.3Hipotesis ……… 5
1.4Tujuan Penelitian ………... 5
1.5Manfaat Penelitian ………. 6
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank ……… 7
2.1.2 Jenis-jenis Bank ……… 8
2.2 Kredit 2.2.1 Pengertian Kredit ………. 11
2.2.2 Jenis Kredit ……….. 12
2.2.3 Kriteria Penilaian Kredit ………. 14
2.3 Tingkat Suku Bunga 2.3.1 Teori Klasik tentang Tingkat Bunga ………17
2.3.2 Teori Keynes tentang Tingkat Bunga ……….. 19
2.4 Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
2.4.1 Pengertian UKM ………. 20
2.4.2 Permasalahan UKM ……… 22
2.4.2 Pengembangan UKM ………. 25
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ……… 31
3.2 Jenis dan Sumber Data ………. 31
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ………... 31
3.4 Pengolahan Data ………... 32
3.5 Model Analisis Data ………. 32
3.6 Test Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.6.1 Koefisien Daterminasi (R-Square) ………... 33
3.6.2 Uji t-statistik ………. 34
3.6.3 Uji F-statistik ……… 35
3.6.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik a. Multicollinearity ……… 36
b. Autokorelasi ……….. 36
3.7 Definisi Operasional ………... 38
BAB IV DESKRIPSI PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Penelitian 4.1.1 Sejarah Berdirinya Bank Mandiri ………. 39
4.1.2 Pembentukan Bank Mandiri Cabang SBDC Medan ………. 41
4.1.3 Organisasi Perkreditan SBDC dan Cabang Pilot ………... 42
4.1.4 Segmentasi Kredit dan Unit Kerja Pengelolaan Debitur …………... 45
4.2 Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.2.1 Deskripsi Data Sekunder ……… 48
4.2.2 Analisis Hasil Penelitian a. Hasil Model Estimasi ……….. 51
c. Test Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ………... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ……….. 61
5.2 Saran ……… 62
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
SURAT RISET
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Hal
2. 1. Banyaknya Pengusaha IK dan IRT yang Mengalami 23
Kesulitan Modal Menurut Subsektor, 1998
2. 2 Banyaknya IK yang Mempunyai Bapak Angkat (BA) 26
dan Bentuk-bentuk Kemitraan Usaha
4. 3 Jumlah Kredit yang Disalurkan kepada UKM pada 46
PT Bank Mandiri Cabang SBDC Medan
Tahun 2006 – 2007
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Hal
2. 1 Tingkat Bunga Menurut Klasik 17
3. 1 Uji Durbin-Watson 36
4. 1 Struktur Organisasi SBDC 42
4. 2 Struktur Organisasi SBB 43
4. 3. Kurva Uji t pada Variabel Tingkat Suku Bunga 53
Pinjaman
4. 4 Kurva Uji t pada Variabel Jumlah Pengusaha UKM 54
4. 5 Uji F-statistik 55
DAFTAR SINGKATAN
BA = Bapak Angkat
CBC = Credit Bussines Center
GAS = Gross Annual Sale
IK = Industri Kecil
INDEF = Institute for Development of Economic and Finance
IRT = Industri Rumah Tangga
KIK = Kredit Investasi Kecil
KKP = Kredit Ketahanan Pangan
KMKP = Kredit Modal Kerja Permanen
KPI = Key Perfomance Indicator
KUK = Kredit Usaha Kecil
SBB = Small Bussines Branch
SBDC = Small Bussines District Center
SUP = Surat Utang Pemerintah
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Variabel
Lampiran 2 Hasil Regresi Data
Lampiran 3 Hasil Regresi Tingkat Suku Bunga Pinjaman (X1) terhadap Jumlah
Pengusaha UKM (X2)
Lampiran 4 Hasil Regresi Jumlah Pengusaha UKM (X2) terhadapTingkatSuku
ABSTRACT
Small and middle industry is one industry that its edurance had beeb tested on multidimensional crisis in Indonesia. For this reason, small and middle industry need to be developed in addition not only entrepreneurship’s income will increase but also unemployment matter will be solved.
In developing small and middle industry, many barriers should be handled seriously so that small and middle industry can be improved and developed in quality, size, management, and even its human resources. Lack of information and technology have limited the access of small and middle industry with world wide, so the entrepreneur couldn’t use banking facilities. For that reason, a way to introduce
banking facilities such as credit facilities should be done.
PT Bank Mandiri Cabang SBDC Medan is one of banking institution that has been trying to help small and middle industry with giving loan and managing the industry. These made a beneficial relationship between both. In other words, small and middle industry have no need to borrow money from usurer.
ABSTRAK
Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu usahayang sudah teruji daya tahannya pada krisis multidimensional di Indonesia. Untuk itu, UKM perlu dikembangkan dengan tujuan tidak hanya meningkatkan pendapatan pengusaha tetapi juga mengatasi pengangguran.
Dalam pengembangannya, banyak hambatan yang harus ditangani dengan serius agar UKM dapat maju dan berkembang dari segi kualitas, kuantitas, manajemen, bahkan sumber daya manusianya. Kurangnya informasi dan minimnya teknologi telah membatasi akses UKM dengan dunia luar, sehingga pengusaha UKM tidak dapat menggunakan fasilitas perbankan. Untuk itu perlu diberdayakan suatu cara pengenalan fasilitas-fasilitas perbankan seperti fasilitas kredit.
PT Bank Mandiri Cabang SBDC Medan merupakan salah satu institusi perbankan yang telah berusaha membantu UKM dengan pemberian kredit dan pembinaan manajemen UKM. Hal ini membentuk hubungan yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak sehingga UKM tidak perlu lagi meminjam uang dari rentenir.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997 yang dengan
cepat berubah menjadi krisis ekonomi yang pada akhirnya menyebabkan krisis
multidimensional menyebabkan perekonomian Indonesia ambruk. Hal ini terjadi
karena kurang tepatnya kebijakan ekonomi pemerintah yang memberikan dukungan
finansial dan fasilitas secara berlebihan kepada pengusaha besar agar dapat
menggerakkan perekonomian Indonesia dengan asumsi bahwa dari pengusaha besar
tersebut akan mengalir kepada pengusaha kecil (trickle down effect). Tetapi akibat
dukungan yang berlebihan ini, pengusaha besar menjadi rapuh dan tidak dapat
bertahan sewaktu terjadi goncangan ekonomi dan menyebabkan perusahaan besar
tersebut mengurangi produksi ataupun tenaga kerjanya bahkan ada yang sampai
gulung tikar.
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai
pihak perantara antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan
dana yang sering disebut fungsi intermediasi bank. Dana yang dihimpun bank
tersebut dari pihak yang kelebihan dana disalurkan ke masyarakat berupa kredit yang
bunga yang disebut spread yang merupakan selisih dari bunga simpanan yang
diberikan kepada penabung dengan bunga kredit yang dibayar oleh debitur.
Sebelum krisis ekonomi 1997, bank lebih suka memberikan kredit kepada
perusahaan besar terutama perusahaan afiliasinya sendiri sehingga pada saat
perekonomian bergejolak, perusahaan tersebut tidak mampu bertahan yang
menyebabkab kredit macet pada bank dan bank tersebut kekurangan likuiditas
sehingga menyebabkan likuidasi.
Di tengah krisis ekonomi 1997, usaha kecil dan menengah (UKM) mampu
bertahan dan justru semakin bertambah sehingga tidak dapat dipungkiri UKM telah
menjadi tiang penyangga perekonomian karena UKM ini membuka lapangan
pekerjaan dan mengatasi kemiskinan di saat banyak usaha besar berguguran. Hal ini
dapat dilihat dari jumlah UKM yang meningkat pesat dari 7000 pada tahun 1980
menjadi sekitar 40 juta pada tahun 2001 dan kemampuannya menyerap tenaga kerja
juga meningkat dari 12 juta pada tahun 1980, 45 juta pada tahun 1990, 71 juta pada
tahun 1993, dan 74,5 juta pada tahun 2001. Kenyataan ini menunjukkan jika potensi
UKM dikembangkan dengan mengucurkan dana lebih besar tentu sektor bisnis ini
dapat menjadi katup pengaman krisis sosial karena dapat mengatasi pengangguran
walaupun sebenarnya permasalahannya tidak selalu menyangkut masalah kekurangan
modal, tetapi modal merupakan salah satu faktor utama penghambat pengembangan
usahanya. Karena jumlahnya banyak dan nilai kreditnya kecil, bank-bank nasional
merasa kerepotan mengurus UKM. Hal ini disebabkan karena bank membutuhkan
besar, nilai kreditnya besar sehingga jumlah perusahaan yang akan diberikan kredit
sedikit maka sistem administrasinya tidak rumit. Lagipula, kondisi UKM itu sendiri
yang belum layak secara teknis perbankan (bankable) misalnya saja ada pengusaha
yang belum memiliki pembukuan yang layak sesuai penilaian kriteria perbankan juga
membuat sulitnya UKM untuk memperoleh kredit dari bank. Dalam kondisi
demikianlah sesungguhnya dibutuhkan bantuan dari semua pihak terutama perbankan
untuk memberikan bimbingan dan pengarahan bagi UKM yang memiliki keterbatasan
sehingga UKM dapat maju dan berkembang.
Bank Mandiri berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari
program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia.
Pada bulan Juli 1999, empat bank milik pemerintah yaitu Bank Dagang Negara, Bank
Bumi Daya, Bank Expor Impor Indonesia, dan Bank Pembangunan Indonesia
bergabung menjadi Bank Mandiri.
Bank Mandiri bergerak di bidang investment banking, perbankan syariah,
serta bancassurance dan menyediakan solusi keuangan yang menyeluruh bagi
perusahaan swasta maupun milik negara, komersiil, usaha kecil dan mikro serta
nasabah consumer. Oleh karena itu, Bank Mandiri juga turut andil dalam berusaha
membantu UKM dengan membentuk Small Business District Center (SBDC) pada
tahun 2005. Adanya SBDC memungkinkan dilakukannya penyaluran kredit yang
lebih fokus, penetapan target, kontrol dan pengawasan dalam penyaluran kredit yang
prosesnya memerlukan jaringan / struktur organisasi yang lebih terintegrasi dan lebih
segmen Small Business, membina dan mengembangkan relationship dengan nasabah
untuk memantau dan mempertahankan kualitas kredit dari debitur yang menjadi
kelolaannya demi mencapai pertumbuhan portfolio kredit yang sehat dan tingkat
profitabilitas yang tinggi dengan analisa kredit yang comprehensive dan akurat sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Walaupun sebelum SBDC terbentuk, Bank Mandiri
juga telah menyalurkan kredit kepada UKM tapi belum ada bidang yang secara
spesifik menangani hal ini.
Akan tetapi dalam menyalurkan kredit terhadap UKM tersebut tentu
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain besarnya suku bunga kredit yang
disalurkan dan jumlah pelaku UKM. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik
memilih dan menetapkan PT Bank Mandiri (PERSERO), Tbk sebagai obyek
penelitian dengan judul penelitian “ Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Pinjaman
dan Jumlah Pengusaha UKM terhadap Penyaluran Kredit pada PT Bank Mandiri
(PERSERO), Tbk Cabang SBDC Medan “.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang
pemilihan judul di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga pinjaman terhadap jumlah
penyaluran kredit pada PT Bank Mandiri (PERSERO), Tbk Cabang SBDC
2. Bagaimana pengaruh jumlah pengusaha UKM terhadap jumlah penyaluran
kredit pada PT Bank Mandiri (PERSERO), Tbk Cabang SBDC Medan
1.3.Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian
yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di
atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut :
1. Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap jumlah penyaluran kredit
2. Jumlah pengusaha UKM berpengaruh positif terhadap jumlah penyaluran
kredit
1.4.Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suku bunga pinjaman terhadap
jumlah penyaluran kredit pada PT Bank Mandiri (PERSERO), Tbk Cabang
SBDC Medan
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah pengusaha UKM terhadap
jumlah penyaluran kredit pada PT Bank Mandiri (PERSERO), Tbk Cabang
1.5.Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam
disiplin ilmu yang penulis tekuni
2. Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi mahasiswa/i Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara terutama mahasiswa/i Departemen
Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya
3. Sebagai masukan maupun perbandingan bagi kalangan akademisi dan peneliti
lain yang tertarik untuk membahas mengenai pengaruh tingkat suku bunga
pinjaman dan jumlah pengusaha UKM terhadap jumlah penyaluran kredit
4. Sebagai penambah, pelengkap, sekaligus pembanding hasil-hasil penelitian
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Bank
2.1.1 Pengertian Bank
Bank berasal dari kata banco dari bahasa Italia yang artinya meja atau
bangku. Kegiatan perbankan ini dimulai dari jasa penukaran uang di Eropa.
Kemudian kgiatan operasional perbankan berkembang menjadi tempat penitipan uang
atau yang disebut sekarang ini kegiatan simpanan dan bertambah lagi dengan
kegiatan peminjaman uang. Selanjutnya kegiatannya mencakup banyak kegiatan yang
berhubungan dengan jasa-jasa keuangan dalam perekonomian.
Lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang
keuangan dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dana ataupun hanya
menyalurkan dana maupun kedua-duanya.
Bank merupakan lembaga keuangan yang menawarkan jasa keuangan seperti
kredit, tabungan, pembayaran jasa, dan melakukan fungsi-fungsi keuangan lainnya
secara profesional. Untuk itu bank diistilahkan “department store of finance” yang
merupakan organisasi jasa atau pelayan berbagai macam jasa keuangan (Irmadayanto,
2002 : 53).
Menurut UU No. 7 Tahun1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.
Ada juga yang mendefinisikan bank sebagai suatu badan yang usaha utamanya
menciptakan kredit (Suyatno, 1996 :1).
Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bank mempunyai tiga
kegiatan utama :
1. menghimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk simpanan giro
(demand deposit), tabungan (saving deposit), dan simpanan deposito (time
deposit) dengan sasaran meminimumkan biaya perolehan dana.
2. menyalurkan dana ke masyarakat (lending) dalam bentuk kredit investasi,
kredit modal kerja, kredit perdagangan, kredit konsumsi, dan kredit produktif
dengan sasaran memaksimumkan pendapatan bank.
3. memberikan jasa-jasa bank lainnya (service) seperti transfer, inkaso, kliring,
safe deposit box, bank card, bank notes, bankgaransi, letter of credit, travelers
cheque, dan lain-lain.
2. 1. 2 Jenis-jenis Bank
Bank dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, yaitu berdasarkan:
1. Fungsi
Menurut UU Pokok Perbankan No. 14 Tahun 1967, jenis perbankan menurut
a. bank umum
b. bank pembangunan
c. bank tabungan
d. bank pasar
e. bank desa
f. lumbung desa
g. bank pegawai
Kemudian dengan adanya UU Pokok Perbankan No. 7 Tahun 1992 dan
ditegaskan lagi dengan UU No. 10 Tahun 1998, berdasarkan fungsinya bank
terdiri dari :
a. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
b. BPR (Bank Perkreditan Rakyat)
BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Dalam kegiatannya BPR mempunyai batasan
yaitu BPR tidak boleh menerima simpanan giro, melakukan kliring, dan
2. Kepemilikan
Kepemilikan bank ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham
yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan, yang dapat dibagi menjadi :
a. bank milik pemerintah
b. bank milik swasta nasional
c. bank milik koperasi
d. bank milik asing
e. bank milik campuran
3. Status
Penggolongan bank menurut status didasarkan pada kemampuan bank dalam
melayani masyarakat yang dilihat dari segi jumlah produk, modal, maupun
kualitas pelayanannya, yang terdiri dari :
a. Bank Devisa
Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke
luar negri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara
keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri,
pembukaan dan pembayaran L/C, dan lain-lain.
Contoh : Bank Central Asia (BCA), Bank Ekonomi, Bank Kesawan
b. Bank non-Devisa
Bank non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk
Contoh : Bank Pembagunan Daerah Kalimantan Selatan, Bank
Pembangunan Daerah Kalimantan Timur
4. Cara menentukan harga
Jenis bank dilihat dari caranya menentukan harga terbagi menjadi dua yaitu :
a. bank konvensional
b. bank syariah
2.2 Kredit
2. 2. 1 Pengertian Kredit
Dalam kehidupan perusahaan sekarang ini, hampir tidak ada perusahaan
yang tidak menikmati fasilitas kredit. Setiap usaha apakah itu sektor industri,
perdagangan, pertanian, atau perhubungan, besar atau kecil, memerlukan kredit yang
berfungsi sebagai faktor produksi sehingga melalui bantuan kredit bank, usaha akan
semakin besar dan berkembang.
Kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain
dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang akan dating
disertai dengan suatu kontra prestasi berupa bunga (Sinungan, 1995 : 3).
Menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 disebutkan :
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
2. 2. 2 Jenis Kredit
Beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan
sesuai dengan jenis usahanya. Untuk itu, pemberian fasilitas kredit oleh bank
dikelompokkan ke dalam jenis yang masing-masing dapat dilihat dari berbagai segi
yang bertujuan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu mengingat setiap jenis
usaha memiliki berbagai karakteristik tertentu. Secara umum jenis-jenis kredit yang
disalurkan oleh bank dapat dilihat sebagai berikut :
1. Kegunaan
Ditinjau dari segi kegunaan terdapat dua jenis kredit yaitu :
a. Kredit investasi, yaitu kredit yang biasa digunakan untuk keperluan
perluasan usaha atau membangun proyek / pabrik baru dimana masa
pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lama dan biasanya
kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.
b. Kredit modal kerja, yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan
meningkatkan produksi dalam operasional dimana kredit ini mendukung
kredit investasi yang sudah ada.
2. Tujuan
a. kredit produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha
atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan
barang atau jasa.
b. kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk konsumsi secara
pribadi
c. kredit perdagangan, yaitu kredit untuk membeli barang dagangan yang
pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang tersebut. Kredit
ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang
akan membeli barang dalam jumlah besar.
3. Jangka waktu
Penggolongan kredit berdasarkan jangka waktu dapat dibedakan menjadi:
a. Kredit jangka pendek ( short term loan ), yaitu kredit yang jangka waktu
pengembaliannya kurang dari 1 tahun.
b. Kredit jangka menengah ( medium term loan ), yaitu kredit yang jangka
waktu pengembaliannya 1 sampai dengan 3 tahun.
c. Kredit jangka panjang ( long term loan ), yaitu kredit yang jangka waktu
pengembaliannya melebihi 3 tahun.
4. Jaminan
Setiap pemberian fasilitas kredit, maka harus dilindungi dengan suatu
barang atau surat-surat berharga minimal senilai kredit yang diberikan. Jenis
kredit dilihat dari segi jaminan dapat dibagi menjadi dua yaitu :
b. Kredit tanpa jaminan
5. Sektor usaha
Berdasarkan sektor usaha, kredit dapat dibagi menjadi :
a. Kredit pertanian
b. Kredit peternakan
c. Kredit industri
d. Kredit pertambangan
e. Kredit pendidikan
f. Kredit profesi
g. Kredit perumahan
2. 2. 3 Kriteria Penilaian Kredit
Sebelum kredit diberikan maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang
diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari penilaian
kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan
dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya melalui
prosedur penilaian yang benar. Penilaian pemberian kredit ini dapat dilakukan dengan
analisis 5 C maupun 7 P.
Analisis 5 C dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Character
Sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar
latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti cara hidup dan
keadaan keluarga serta hobinya. Ini merupakan suatu ukuran kemauan
membayar.
2. Capacity
Untuk melihat kemampuan nasabah dalam bidang bisnis yang dihubungkan
dengan pendidikan, kemampuannya dalam memahami ketentuan-ketentuan
pemerintah, dan kemampuannya menjalankan usaha. Dari kriteria tersebut
akan terlihat kemampuannya mengembalikan kredit yang disalurkan.
3. Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif yanitu dengan melihat
laporan keuangan ( neraca dan laporan laba rugi ) dan melihat dari mana saja
sumber dana yang ada.
4. Collateral
Collateral atau jaminan dapat bersifat fisik maupun non fisik dan jumlahnya
harus melebihi jumlah kredit yang diberikan serta telah diteliti keabsahannya.
5. Condition
Dalam menilai kredit, hendaknya dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang
dan di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing serta prospek
usaha dari sektor yang dijalankan sehingga kemungkinan kredit itu
Penilaian kredit dapat juga dilakukan dengan analisis 7 P, yaitu :
1. Personality, yaitu penilaian nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah
lakunya sehari-hari maupun masa lalunya yang mencakup sikap, emosi,
tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.
2. Party, yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam golongan tertentu
berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya dimana hal ini akan
membedakan fasilitas yang akan diterima oleh nasabah.
3. Purpose, yaitu tujuan nasabah mengajukan kredit termasuk jenis kredit yang
diinginkan .
4. Prospect, yaitu penilaian usaha nasabah di masa yang akan datang
menguntungkan atau tidak.
5. Payment, yaitu ukuran bagaiman cara nasabah mengembalikan kredit yang
telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit.
6. Profitability, yaitu analisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari
laba yang diukur dari period eke periode apakah tetap sama atau semakin
meningkat.
7. Protection, yaitu bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan
2. 3. Tingkat Suku Bunga
2. 3. 1 Teori Klasik tentang Tingkat Bunga
Menurut teori klasik, tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga dimana
pergerakan tingkat bunga pada perekonomian akan mempengaruhi tabungan. Berarti
keinginan masyarakat untuk menabung sangat tergantung pada tingkat bunga.
Semakin tinggi tingkat bunga, semakin besar keinginan masyarakat untuk menabung
atau masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan pengeluarannya guna
menambah besarnya tabungan. Jadi tingkat bunga menurut klasik adalah balas jasa
yang diterima seseorang karena menabung atau hadiah yang diterima seseorang
karena menunda konsumsinya.
Investasi merupakan fungsi tingkat bunga, semakin tinggi tingkat bunga,
semakin kecil keinginan masyarakat untuk mengadakan investasi karena keuntungan
yang diharapkan dari investasi tersebut akan lebih dari tingkat bunga.
Tingkat bunga dalam kondisi keseimbangan artinya dorongan masyarakat
untuk menabung akan sama dengan dorongan pengusaha untuk melakukan investasi.
Tingkat keseimbangan bunga berada pada io, dimana pada tingkat bunga ini
tingkat tabungan yang terjadi sama dengan investasi. jika tingkat bunga bergerak naik
(berpindah dari io ke i1), maka jumlah investasi (keinginan investor guna melakukan
investasi) berkurang. Kondisi yang terjadi pada tingkat bunga i1 dananya akan
Gambar 2. 1
Tingkat Bunga menurut Klasik
Apabila tingkat bunga bergerak turun pada tingkat bunga i2, para investor
(pengusaha) akan bersaing guna memperoleh dana (tabungan) yang jumlahnya kecil
dibandingkan keinginan untuk investasi. Saling rebutan antara pengusaha untuk
mendapatkan dana untuk investasi ini akan mendorong tingkat bunga kembali pada
tingkat io.
Tingkat bunga keseimbangan terjadi di pasar sama dengan interaksi antara
penawaran dan permintaan suatu barang. Sejalan dengan proses terjadinya harga
pasar untuk barang, maka tingkat bunga pun ditentukan antara keseimbangan
penawaran tabungan dan permintaan tabungan. Jadi tingkat bungalah sebagai
penggerak antara keseimbangan tabungan dan investasi.
Pendapat klasik tentang tingkat bunga ini didasarkan pada Hukum Say yang
mengatakan bahwa penawaran akan menciptakan permintaan sendiri. Dengan bertitik saving
interest
saving 0
i1
io
i2
i1
io i2
tolak dari Hukum Say ini maka setiap tabungan akan otomatis sama dengan
investasi. Tingkat bunga mengalami penurunan dan kenaikan atau bergerak naik
turun dari titik keseimbangan yang hanya bersifat sementara. Bila terjadi
tarik-menarik penawaran dan permintaan atau bekerjanya mekanisme harga (seperti pada
pasar barang), tingkat bunga keseimbangan akan terjadi kembali.
2. 3. 2 Teori Keynes tentang Tingkat Bunga
Keynes mengatakan bahwa tingkat bunga adalah balas jasa yang diterima
seseorang karena orang tersebut tidak menimbun uang atau balas jasa yang diterima
seseorang karena orang tersebut mengorbankan liquidity preference-nya. Semakin
besar liquidity preference seseorang, semakin besar keinginan orang tersebut untuk
menahan uang tunai, maka semakin besar pula tingkat bunga yang diterima orang
tersebut bila ia meminjamkan uang tersebut kepada orang lain.
Setiap pengusaha yang menikmati kredit berarti memerlukan suatu
likuiditas untuk usahanya. Liquidity preference disebabkan oleh tiga hal yaitu :
1. Transaction Motive, yaitu motif menyimpan uang tunai untuk melakukan
pembayaran sehari-hari
2. Precautionary Motive, yaitu motif menyimpan uang tunai agar mempunyai
persediaan untuk menghadapi peristiwa-peristiwa tak terduga
3. Speculative Motive, yaitu motif mempunyai uang likuid untuk mencari untung
2. 3. 3 Faktor-faktor dalam Penentuan Bunga Kredit
Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan bunga kredit. Di
Indonesia, tingkat bunga kredit tidak lagi ditetapkan oleh pemerintah tetapi oleh
masing-masing bank berdasarkan keadaan yang realistis. Ditinjau dari segi ekonomi
dan perbankan sebagai perusahaan, maka faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam penentuan tingkat bunga adalah sebagai berikut :
1. keadaan ekonomi dan keuangan
2. degree of risk
3. hubungan rekening nasabah ( account relationship )
4. kemampuan dalam perdagangan dan persaingan
5. cost of money dari bank
2. 4 Usaha Kecil Menengah ( UKM ) 2. 4. 1 Pengertian UKM
Definisi atau kriteria yang digunakan untuk usaha kecil dan usaha
menengah di Indonesia sampai saat ini belum ada satu kesatuan yang pasti sebagai
acuan oleh instansi atau institusi lain sehingga masing-masing institusi menggunakan
definisi yang berbeda-beda.
Menurut UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil yang dimaksud dengan
usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi
kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana
Adapun kriteria usaha kecil menurut undang-undang ini yaitu :
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha
memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 Milyar
milik warga Negara Indonesia
berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik secara langsung maupun tidak
langsung dengan usaha menengah atau usaha besar
berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau
badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi
Menurut Keppres RI No. 99 Tahun 1998 pengertian usaha kecil adalah
kegiatan ekonomi rakyat yangberskala kecil dengan bidang usaha yang secara
mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari
persaingan usaha yang tidak sehat.
Menurut Bank Indonesia, usaha kecil dan menengah adalah suatu
perusahaan atau perseorangan yang mempunyai total asset maksimal Rp 600 juta
tidak termasuk rumah dan tanah yang ditempati.
Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, usaha kecil menengah
adalah kelompok industri kecil modern, industri tradisional, dan industri kerajinan
yang mempunyai investasi modal untuk mesin-mesin dan peralatan sebesar Rp 70
juta ke bawah dengan resiko investasi modal / tenaga kerja Rp 625000 ke bawah dan
Menurut Badan Pusat Statistik, kriteria usaha adalah sebagai berikut :
usaha kecil : 6 – 10 orang tenaga kerja
usaha menengah : 20 – 99 orang tenaga kerja
usaha besar : 100 orang ke atas tenga kerja
2. 4. 2 Permasalahan UKM
UKM menjadi pusat perhatian karena tingkat perekonomian dan
pengetahuan yang kurang maju dalam berbisnis. Dengan adanya keterbatasan itu,
timbul berbagai permasalahan dimana tingkat intensitas dan sifat dari masalah
tersebut bias berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang dilayani
tetapi juga berbeda antar wilayah, antar jenis kegiatan, bahkan antar unit dalam
kegiatan yang sama.
Masalah umum yang biasanya terjadi pada UKM yaitu :
1. Keterbatasan Finansial
UKM di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial
yaitu mobilisasi modal awal dan akses ke modal kerja serta finansial jangka
panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output
jangka panjang. Walaupun pada umumnya modal awal bersumber dari modal
(tabungan) sendiri atau sumber-sumber informal, namun sumber-sumber
permodalan ini sering tidak cukup untuk kegiatan produksi apalagi untuk
investasi. Walaupun begitu banyak skim-skim kredit dari perbankan dan dari
dalam pembiayaan kegiatan UKM. Hal ini disebabkan karena lokasi bank
terlalu jauh bagi pengusaha yang tinggal di daerah, persyaratan terlalu berat,
urusan administrasi yang rumit, dan kurang informasi mengenai skim-skim
perkreditan yang ada beserta prosedurnya. Lagipula, sistem pembukuan yang
belum layak secara teknis perbankan menyebabkan UKM juga sulit
[image:38.595.161.470.415.643.2]memperoleh kredit.
Tabel 2. 1
Banyaknya Pengusaha Industri Kecil dan Industri Rumah Tangga Yang Mengalami Kesulitan Modal menurut Subsektor, 1998
Subsektor Industri Kecil
Industri Rumah Tangga
Pertanian 19818 158108
Pertambangan 13951 82075
Manufaktur 20282 200374
Listrik, gas dan air 1741 5839
Bangunan 415 2849
Perdagangan,
hotel,dan restoran 16271 56402
Transpor dan
komunikasi - 289
Keuangan, sewa,
dan jasa 4762 18730
Jasa-jasa lainnya 1249 14954
Jumlah 78489 537620
2. Kesulitan Pemasaran
Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi
perkembangan UKM. Dari hasil studi yang dilakukan oleh James dan
Akrasanee (1988) di sejumlah Negara ASEAN, menyimpulkan jika UKM
tidak melakukan perbaikan yang cukup di semua aspek yang terkait dengan
pemasaran seperti kualitas produk dan kegiatan promosi maka sulit sekali
bagi UKM untuk dapat turut berpartisipasi dalam era perdagangan bebas.
Masalah pemasaran yang dialami yaitu tekanan persaingan baik di pasar
domestik dari produk yang serupa buatan sendiri dan impor maupun di pasar
internasional dan kekurangan informasi yang akurat serta up to date mengenai
peluang pasar di dalam maupun luar negeri.
3. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM)
Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala yang serius bagi
banyak UKM di Indonesia, terutama dalam aspek-aspek entrepreneurship,
manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, engineering design,
quality control, organisasi bisnis, akuntansi, data processing, teknik
pemasaran, dan penelitian pasar. Semua keahlian ini sangat dibutuhkan untuk
mempertahankan atau memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi
dan produktivitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus
4. Masalah bahan baku
Keterbatasan bahan baku dan kesulitan mendapatkannya karena harganya
yang mahal menjadi salah satu kendala yang serius bagi pertumbuhan output
atau kelangsungan produksi bagi banyak UKM di Indonesia. Banyak
pengusaha yang terpaksa menghentikan usaha dan berpindah profesi ke
kegiatan ekonomi lainnya misalnya menjadi pedagang akibat masalah ini.
5. Keterbatasan teknologi
UKM di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi lama / tradisonal
dalam bentuk mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang sifatnya manual.
Hal ini membuat produksi rendah, efisiensi kurang, dan kualitas produk juga
rendah.
2. 4. 3 Pengembangan UKM
Sejak awal tahun 1970-an, pemerintah Indonesia telah meluncurkan
berbagai program promosi yang secara langsung bertujuan untuk membantu usaha
kecil, termasuk program kredit bersubsidi (Program KIK / KMKP), program kredit
tidak bersubsidi yang ditujukan untuk usaha kecil (KUK), dan program bantuan
teknis (Program BIPIK dari Direktorat Jenderal Industri Kecil, Departemen
Perindustrian dan Perdagangan). Program KIK / KMKP ini kurang berhasil sehingga
diberhentikan karena menimbulkan banyak kredit macet. Kritik atas program ini
terutama ditujukan pada administrasi pemberian kedit yang tidak baik. Program
sebagai program utama untuk menyalurkan kredit kepada usaha kecil juga tidak
membawa hasil yang diharapkan karena bank komersil diwajibkan untuk
menyalurkan sedikitnya 20% dari portfolio pinjaman mereka kepada usaha kecil dan
jika tidak berhasil mencapai target 20% maka bank akan mendapat penalti.
Ketidakberhasilan program ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah ini bersifat
memaksa. Karena program-program promosi usaha kecil ini tidak berhasil maka
digantikan dengan program Bapak Angkat Mitra Usaha pada awal 1992. Meskipun
pada awal tahun 1992 dicanangkan sebagai suatu gerakan nasional, program bapak
angkat ini juga kurang berhasil. Ketidakberhasilan program ini karena pada dasarnya
program ini mewajibkan usaha besar (termasuk usaha swasta maupun BUMN) untuk
membantu usaha kecil dalam berbagai bidang seperti pendanaan, pemasaran, dan
pelatihan manajemen, dimana program ini tidak menunjukkan adaya kepentingan
usaha besar. Jadi sama dengan program KUK, program bapak angkat ini juga
merupakan program yang dipaksakan oleh pemerintah sehingga tidak berhasil
Tabel
Banyaknya IK yang Mempunyai Bapak Angkat (BA) dan Bentuk-bentuk Kemitraan Usaha: 1993
Kode Golongan Besar Industri Jumlah (Unit) Tidak Mem-punyai BA Mem-punyai BA
Bentuk Kemitraan Usaha (%)
Produksi Pemasar- an Bahan Baku Pemasa- ran Permo-dalan Manaje men Lain nya
Pertanian 35067 34427 640 10.0 25.9 13.6 42.9 - 7.7
Pertam-bangan 27455 26033 1422 9.4 35.6 28.7 22.4 3.0 0.9
Manufak-tur 25778 23859 1919 10.1 8.5 61.9 61.9 12.1 4.0
Listrik, gas dan air
1091 776 315 24.7 71.3 4.0 - - -
Bangun-an 1152 1152 - - -
Perda-gangan, hotel,dan restoran
27825 25409 2416 26.1 3.1 27.1 30.3 - 13.4
Transpor dan komuni-kasi
4521 3694 827 21.5 11.6 26.4 40.6 - -
Keuang-an, sewa, dan jasa
2101 1874 227 36.9 26.1 21.0 15.9 - -
Jumlah 124990 117224 7766 18.5 16.1 31.9 25.7 1.4 6.4
[image:42.595.105.573.237.637.2]Setelah program bapak angkat ini, muncullah kebijakan-kebijakan
pemerintah “reformasi” untuk mendukung apa yang dimaksud dengan ekonomi
rakyat, termasuk diciptakannya sejumlah credit scheme yang baru dengan dukungan
tambahan dana dari RAPBN 1999-2000 untuk usaha kecil dan menengah (UKM ).
Dari kejadian ini dapat disimpulkan bahwa program promosi UKM yang
telah diimplementasikan di Indonesia lebih banyak didasarkan pada pertimbangan
pemerataan atau kesejahteraan daripada pertimbangan efisiensi. Pertimbangan
pemerataan ini melihat usaha kecil sebagai usaha yang memang lemah dan tidak
mempunya prospek baik untuk berkembang menjadi usaha yang efisien dan
mempunyai daya hidup ekonomi yang baik.
Di sisi lain, pertimbangan efisiensi dalam program promosi usaha kecil
menekankan bahwa banyak usaha kecil dapat berkembang menjadi usaha yang
efisien dan berdaya saing tinggi jika diberikan bantuan yang tepat guna (appropriate)
bagi mereka. Pendekatan ini melihat bahwa program-program promosi usaha kecil di
masa lampau lebih bersifat program “top-down” atau “supply driven”, yaitu program
bantuan yang lebih banyak ditentukan oleh pemerintah tanpa benar-benar
memperhatikan kebutuhan riil usaha kecil.
Pengembangan UKM ini juga tidak cukup hanya dengan membuat
program-program pengembangan tetapi juga diperlukan adanya pembinaan baik dari
pemerintah maupun dari instansi-instansi yang bersangkutan dan perlu juga dibuat
Menurut Suryana (2001), teori resource-based strategy sangat sesuai bila diterapkan
pada pengembangan UKM nasional. Resource-based strategy adalah strategi
perusahaan yang memanfaatkan sumber daya internal yang superior untuk
menciptakan kemampuan inti dalam menciptakan nilai tambah untuk mencapai
keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif, akibatnya perusahaan kecil tidak
lagi tergantung pada strategi kekuatan pasar melalui monopoli dan fasilitas
pemerintah. Dalam strategi ini UKM mengarah pada skill khusus secara internal yang
bisa menciptakan produk inti yang unggul untuk memperbesar pangsa manufaktur.
Strategi tersebut lebih murah dan ampuh dalam mengembangkan UKM karena UKM
bisa memanfaatkan sumber daya lokalnya (Wijaya, 1993). Sumber daya perusahaan
yang bisa dikembangkan adalah tanah, teknologi, tenaga kerja (kemampuan dan
pengetahuan), modal dan warisan bakat keahlian yang turun-temurun (Pandian, dkk,
1992).
Dalam rangka memperkuat perekonomian nasional di masa akan datang,
UKM harus dapat melakukan antisipasi secara tepat terhadap globalisasi ekonomi,
karena dalam kondisi tersebut ekonomi Indonesia akan semakin terintegrasi ke dalam
sistem ekonomi global yang ditandai oleh kemauan kuat untuk mengurangi berbagai
bentuk proteksi serta mendorong proses deregulasi dan debirokrasi menuju sistem
ekonomi yang terbuka dan lebih berorientasi pada mekanisme pasar. Untuk itu,
tuntutan terhadap efisiensi dan produktivitas semakin tinggi agar dapat bersifat
proaktif dalam proses globalisasi. Ekonomi kokoh yang ingin diwujudkan adalah
mendorong transformasi ekonomi, dan mampu memeratakan hasil-hasil
pertumbuhannya. Dengan adanya pembinaan UKM diharapkan akan mampu
memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan UKM, sehingga semakin
memperkokoh ketahan perekonomian dalam menghadapi era globalisasi dan
perdagangan bebas. Strategi pengembangan UKM dapat dilakukan dengan kemitraan,
bantuan keuangan, dan modal ventura.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh tingkat suku
bunga pinjaman dan jumlah pengusaha UKM terhadap jumlah penyaluran kredit pada
PT Bank Mandiri (PERSERO), Tbk Cabang SBDC Medan.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah time series yang
bersifat kuantitatif yaitu berupa data yang berbentuk angka dengan kurun waktu 24
bulan dari tahun 2006 sampai 2007 yang diperoleh dari PT Bank Mandiri
(PERSERO), Tbk, Cabang SBDC Medan.
3.3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan metode kepustakaan
(library research) yaitu penelitian yang dilakukan melalui bahan-bahan kepustakaan
berupa tulisan-tulisan ilmiah, artikel, majalah, dan laporan-laporan penelitian yang
ada hubungannya dengan topik yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang
dipergunakan adalah melakukan pencatatan langsung berupa data time series yaitu
3.4. Pengolahan Data
Penulis melakukan pengolahan data dengan metode statistik menggunakan
program komputer E-Views 4.1 dalam penulisan skripsi ini.
3.5. Model Analisis Data
Dalam menganalisis data yang diperoleh untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel tidak bebas digunakan
model ekonometrika dengan meregresikan variable-variabel yang ada dengan
menggunakan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square). Data yang
digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik yaitu
persamaan regresi linear berganda.
Model fungsi persamaannya adalah sebagai berikut :
Y = f ( X1, X2 )………..(1)
Kemudian dibentuk ke dalam model linear sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2 + µ………...…..(2)
Dimana :
Y = Jumlah Kredit yang Disalurkan ( Milyar Rp )
β1β2 = Koefisien Regresi
X1 = Suku Bunga Pinjaman ( Persen )
X2 = Jumlah Pengusaha UKM ( Orang )
µ = Term of Error
Bentuk hipotesis di atas secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :
0
1
X
LY
Artinya jika X1 ( suku bunga pinjaman) meningkat maka Y
(jumlah kredit yang disalurkan) akan mengalami penurunan,
ceteris paribus.
0
2
X
LY
Artinya jika X2 (jumlah pengusaha UKM) meningkat maka Y
(jumlah kredit yang disalurkan) juga akan mengalami peningkatan,
ceteris paribus.
3.6. Test Goodness of Fit ( Uji Kesesuaian ) 3.6.1. Koefisien Determinasi ( R-Square )
Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar
kemampuan variabel independen secara bersama-sama mampu memberi penjelasan
3.6.2. Uji t-statistik
Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk
mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap
variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan. Dalam uji ini
digunakan hipotesis sebagai berikut :
Ho : bi = b
Ha : bi ≠ b
Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai hipotesis, biasanya b
dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y. Bila nilai t-hitung
> t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa
variabel independen yang diuji berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel
dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus :
t-hitung = Sbi
b bi ) (
Dimana :
bi = Koefisien variabel independent ke-i
b = Nilai hipotesis nol
3.6.3 Uji F-statistik
Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama
terhadap variabel dependen.
Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut :
Ho : bi = b2 = bk ……….. bk = 0 (tidak ada pengaruh)
Ha : b2≠ 0 ……….. i = 1 (ada pengaruh)
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai hitung dengan
F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka Ho ditolak, yang berarti variabel independen
secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung dapat
diperoleh dengan rumus :
F-hitung = ) /( ) 1 ( ) 1 /( 2 2 k n R k R Dimana :
R2 = Koefisien Determinasi
k = Jumlah variabel independen
3.6.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik a. Multicolinearity
Multicollinearity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah
terdapat hubungan yang kuat (korelasi yang kuat) diantara variabel independen.
Untuk mendeteksi ada tidaknya multicollinearity dapat dilihat dari R-Square,
F-hitung, t-F-hitung, dan standard error.
Adanya multicollinearity ditandai dengan :
Standard error tidak terhingga
Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 5%, α = 10%, α = 1%
Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori
R2 sangat tinggi
b. Autokorelasi ( Serial Correlation )
Serial Correlation didefinisikan sebagai korelasi antara anggota
serangkaian observasi yang dirutkan menurut waktu atau ruang. Model regresi linear
klasik mengasumsikan autokorelasi tidak terdapat di dalamnya distribusi atau
gangguan µi dilambangkan dengan :
E (µ1 : µ2 ) = 0 i ≠ j
Terdapat beberapa cara untuk menguji keberadaan autokorelasi, yaitu :
2. Dengan D-W Test ( Uji Durbin – Watson )
Uji D-W ini dirumuskan sebagai berikut :
D-hitung =
t e
e
e t
2 2 1 1 )
(
Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut :
Ho : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi
Ho : ρ≠ 0, artinya ada autokorelasi
Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu
diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk berbagai
[image:52.595.134.488.519.694.2]nilai α. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :
Gambar 3.1 Uji Durbin-Watson Inconclusive Inconclusive
Ho: Accept
Dimana :
Ho : Tidak ada autokorelasi
DW < dl : Tolak Ho ( ada korelasi positif )
DW > 4-dl : Tolak Ho ( ada korelasi negatif )
du < DW < 4-du : Terima Ho ( tidak ada autokorelasi )
dl ≤ DW < 4-du : Pengujian tidak bisa disimpulkan (inconclusive)
4-du ≤ DW ≤ 4-dl : Pengujian tidak bisa disimpulkan (inconclusive)
3.7 Definisi Variabel Operasional
1. Penyaluran kredit adalah jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Mandiri di
kota Medan khususnya untuk UKM yang telah memiliki izin usaha.
2. Suku Bunga Pinjaman adalah besarnya tingkat bunga yang dikenakan pada
kredit yang disalurkan oleh bank terhadap debitur sesuai dengan ketentuan BI
yang dinyatakan dalam persen.
3. Pengusaha UKM adalah pelaku kegiatan usaha kecil dan menengah yang
usahanya memiliki kekayaan bersih maksimal Rp 10 milyar dan merupakan
BAB IV
DESKRIPSI PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4. 1. Deskripsi Penelitian
4. 1. 1 Sejarah Berdirinya Bank Mandiri
Bank Mandiri berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari
program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia.
Pada bulan Juli 1999, empat bank milik pemerintah yaitu Bank Dagang Negara, Bank
Bumi Daya, Bank Ekspor Impor Indonesia, dan Bank Pembagunan Indonesia
bergabung menjadi Bank Mandiri. Keempat bank tersebut telah turut membentuk
riwayat perkembangan perbankan di Indonesia dimana sejarahnya berawal pada lebih
dari 140 tahun yang lalu.
Pada saat ini, berkat kerja keras lebih dari 21000 karyawan yang tersebar di
909 kantor cabang dan didukung oleh anak perusahaan yang bergerak di bidang
investment banking, perbankan syariah serta bancassurance, Bank Mandiri
menyediakan solusi keuangan yang menyeluruh bagi perusahaan swasta maupun
milik negara, komersiil, usaha kecil, dan mikro serta nasabah consumer.
Pada tanggal 14 Juli 2003, pemerintah Indonesia melakukan divestasi
sebesar 20% atas kepemilikan saham di BankMandiri melalui penawaran umum
perdana (IPO). Selanjutnya pada tanggal 11 Maret 2004, pemerintah Indonesia
Bank Mandiri saat ini merupakan bank terbesar di Indonesia dalam jumlah
aktiva. Kredit, dan dana pihak ketiga. Total aktiva per 31 Desember 2005 adalah
sebesar Rp 254, 3 Triliun (USD 25,9 Milyar) dengan pangsa pasar sebesar 18% dari
total aktiva perbankan di Indonesia. Jumlah dana pihak ketiga Bank Mandiri sebesar
Rp 199,0 triliun atau sama dengan 17, 6% dari total dana pihak ketiga secara
nasional, dimana jumlah tabungan merupakan 16% dari total tabungan secara
nasional. Begitu pula dengan pangsa pasar deposito berjangka sebesar 19,1% dari
total deposito berjangka di Indonesia. Selama tahun 2005, pertumbuhan dana pihak
ketiga yaitu sebesar 5,8%, sementara pertumbuhan kredit sebesar 13,3%. Bank
Mandiri mempunyai struktur permodalan yang kokoh dengan rasio kecukupan modal
(Capital Adequacy Ratio - CAR) sebesar 23,7% pada akhir tahun 2005, jauh di atas
ketentuan minimum Bank Indonesia sebesar 8%.
Adapun yang menjadi visi Bank Mandiri adalah menjadi bank terpercaya
pilihan Anda.
Sedangkan yang menjadi misi Bank Mandiri adalah sebagai berikut :
Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar
Mengembangkan sumber daya manusia profesional
Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder
Melaksanakan manajemen terbuka
4. 1. 2 Pembentukan Bank Mandiri Cabang SBDC Medan
Menindaklanjuti project break through yang dilaksanakan oleh Boston
Consulting Group bersama tim Bank Mandiri, telah diputuskan oleh manajemen
untuk membentuk Small Bussines District center (SBDC) sebagai sentra penyaluran
kedit segmen small bussines yang lebih fokus, penetapan target dan Key Perfomance
Indicator (KPI) yang relevan, kontrol dan pengawasan dalam penyaluran kredit,
dimana proses penyaluran kredit yangbaik memerlukan jaringan / struktur organisasi
yang lebih terintegrasi dan lebih fokus. Dengan demikian, pembentukan SBDC akan
berdampak pula diperlukannya penyesuaian terhadap kebijakan dan prosedur kredit
yang telah ada.
Dasar hukum berdirinya Bank Mandiri Cabang SBDC ini yaitu :
1. Hasil rapat Project Break Through / Steering Committee 3 tanggal 11
November 2004 mengenai New Sales Model for Small Bussines.
2. Memorandum No. 017 tanggal 29 Oktober 2004 perihal Summary of Initiative
One to One Briefing Meetings and Official Initiative Kick Off Meeting pada
tanggal 26-28 Oktober 2004.
3. Nota Small Bussines Group No. CMB. SML/R-043/2004 perihal
pembentukan CBC Jakarta Kota sebagai Pilot Project Small Bussines District
Center.
4. Nota Small Bussines Group No. CMB.SML/1440/2004 pada tanggal 29
November 2004 perihal penunjukan cabang sebagai Small Bussines Branch
Dengan adanya dasar-dasar tersebut dibentuklah SBDC di berbagai kota di
Indonesia termasuk di Medan .
4.1. 3. Organisasi Perkreditan SBDC dan Cabang Pilot
Organisasi perkreditan SBDC dan cabang pilot ini dikelompokkan ke
dalam:
1. SBDC (Small Bussines District Center)
SBDC merupakan saluran distribusi utama penyaluran kredit small bussines
dan sekaligus sebagai koordinator segmen small bussines di wilayah kerjanya.
Wilayah kerja SBDC meliputi :
a. cabang-cabang yang lokasinya dapat dijangkau dalam waktu 1 jam
dari lokasi SBDC
b. cabang-cabang di luar butir a yang ditetapkan masih dalam koordinasi
SBDC bersangkutan.
SBDC dipimpin SBDC manager dan bertanggung jawab langsung kepada
Gambar 4. 1
Struktur Organisasi SBDC
Adapun fungsi dan tanggung jawab SBDC adalah mengelola kredit segmen
small bussines meliputi fungsi inisiasi, relationship, maintenance, analisa dan
pemutusan kedit serta mengkoordinir aktivitas perkreditan segmen small bussines
yang dikelola oleh Small Bussines Branch maupun aplikasi kredit yang berasal dari
Referral Branch.
2. SBB (Small Bussines Branch)
SBB merupakan salah satu saluran distribusi dalam penyaluran kredit yang
lokasinya tidak dapat terjangkau dalam waktu 1 jam perjalanan dari lokasi
SBDC, namun masih berada di bawah garis koordinasi SBDC dalam
[image:59.595.241.393.283.484.2]pengelolaan kredit segmen small bussines.
Gambar 4. 2 Struktur Organisasi SBB
Adapun fungsi, tugas, dan tanggung jawab SBB dalam kaitannya dengan
pengelolaan kredit segmen small bussines secara umum adalah meliputi fungsi
inisiasi, relationship, maintenance, analisa, dan pemutusan kredit dengan
berkoordinasi dengan SBDC.
Branch Manager
Account Manager
Credit Analyst
3. Referral Branch
Referral Branch merupakan cabang yang berfungsi untuk memberikan
referensi atas prospek customer segmen small bussines kepada SBDC atau
SBB terdekat.
Fungsi, tugas, dan tanggung jawab referral branch meliputi kegiatan utama
yaitu :
a. Mencari calon debitur baik yang baru maupun yang telah menjadi
nasabah Bank Mandiri melalui cross selling untuk kemudian
memberikan referral form kepada SBDC atau SBB terdekat.
b. Melayani walk-in customer segmen small bussines untuk kemudian
memberikan referral kepada SBDC atau SBB terdekat.
c. Mengisi dan menyampaikan referral form yang telah diyakini
kebenarannya kepada SBDC atau SBB terdekat.
4. 1. 4 Segmentasi Kredit dan Unit Kerja Pengelola Debitur
1. Segmentasi Kredit
a. Kredit small bussines adalah kredit-kredit untuk tujuan bisnis / usaha yang
bersifat produktif yang diberikan kepada debitu / calon debitur dengan limit di
atas Rp 100 juta dengan Grosss Annual Sales (GAS) sampai dengan Rp 5
b. Termasuk dalam segmentasi kredit small bussines adalah kredit yang
diberikan kepada debitur / calon debitur di bwah ini tanpa melihat Gross
Annual Sales, yaitu :
Kredit dengan limit di atas Rp 100 juta sampai dengan Rp 5 milyar
Pembiayaan Club Deal and Chanelling melalui modal ventura
Kredit kepada koperasi primer yaitu usaha koperasi itu sendiri maupun
untuk usaha anggotanya secar kolektif baik executing maupun
chanelling
Pembiayaan plasma dengan pola inti plasma yang bersifat integrated
dimana inti sebagai avalist
Kredit program (kecuali PKBL) yang meliputi :
i. KKPA dengan pola executing and chanelling
ii. Kredit Ketahanan Pangan (KKP)
iii. Kredit dari dana Surat Utang pemerintah (SUP)- 005
Kredit kepemilikan kios dan ruko yang bersifat kolektif atas kerja
sama dengan pengembang dengan limit di atas Rp 100 juta
2. Unit Kerja Pengelola debitur
Small Bussines Sales Group mengelola :
a. Debitur yang termasuk dalam kategori kolektibilitas a dan b dengan limit di
atas Rp 100 juta sampai dengan Rp 5 milyar (ekuivalen dalam valuta asing)
b. Debitur-debitur yang termasuk dalam kategori kolektibilitas a dan b lainnya
tanpa melihat GAS meliputi :
Kredit dengan limit di atas Rp 100 juta sampai dengan Rp 5 Milyar
Pembiayaan club deal and chanelling melalui modal ventura dengan
limit di atas Rp 100 juta
Kredit kepada koperasi primer untuk usaha koperasi itu sendiri
maupun untuk usaha anggotanya secara kolektif baik executing
maupun chanelling
Pembiayaan plasma dengan pola inti plasma yang bersifat integrated
dimana inti sebagai avalist
Kredit program (kecuali PKBL) meliputi :
i. KKPA dengan pola exeuting and chanelling
ii. KIK pasca konversi
iii. Kredit Ketahanan Pangan (KKP)
iv. Kredit dari dana Surat Utang Pemerintah (SUP) – 005
Kredit kepemilikan kios dan ruko yang bersifat kolektif atas kerjasama dengan
pengembang dengan limit di atas Rp 100 juta sampai dengan Rp 5 milyar
c. Dalam hal terdapat penambahan limit fasilitas kredit menjadi di atas Rp 5
Milyar terhadap debitur butir (b) di atas, maka proses kredit dan pengelolaan
atas fasilitas kredit tersebut tetap dilakukan oleh Small Bussines Sales Group
akan dilakukan awal tahun berikutnya setelah perhitungan Key Perfomance
d. Sampai dengan terbentuknya Unit Micro Banking Sales maka Small Bussines
Sales Group juga mengelola :
Debitur berkolektibilitas i (lancar) dan ii (dalam perhatian khusus)
dengan limit sampai dengan Rp 100 juta untuk usaha produktif
Debitur-debitur berkolektibilitas i dan ii lainnya tanpa melihat GAS
meliputi :
BPR termasuk bank pasar yang telah mendapat izin sebagai
BPR
Perusahaan daerah yang jenis usahanya mengarah sebagai
lembaga keuangan seperti Lembaga Keuangan Mikro Desa,
Bank Karya Produksi Desa, yang telah memiliki izin sebagai
BPR dan lain-lain
Kredit program kemitraan BUMN dengan usaha kecil
(dahulu disebut Program PUKK).
4. 2 Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan 4. 2. 1 Deskripsi Data Sekunder
Adapun data sekunder yang digunakan berupa data time series yang
diperoleh dari PT Bank Mandiri Cabang SBDC Medan yang meliputi data jumlah
kredit yang disalurkan terhadap UKM, suku bunga pinjaman, dan jumlah pengusaha
Tahun
Jumlah Kredit yang Disalurkan (dalam Milyar
Rupiah) Suku Bunga (per tahun) Jumlah Pengusaha UKM
2
0
0
6
Jan 16,243513, 5
%
312Feb 281,4424 605
Mar 286,6688 626
Apr 294,4521 633
Mei 298,9634 645
Jun 300,3727 648
Jul 306,3850 659
Agt 313,5140 670
Sept 313,9951 672
Okt 314,8157 674
Nov 313,8703 671
Des 308,7790 620
2
0
0
7
Jan 307,536416 %
611Feb 352,7533 623
Mar 358,3181 628
Apr 357,8712 629
Mei 368,4750 633
Jun 382,0137 646
Jul 394,8157 681
Agt 398,0539 685
Sept 439,1950 752
Okt 481,3599 775
Nov 499,3401 791
[image:64.595.121.503.143.562.2]Des 824,2041 856
Gambar 4. 3
Jumlah Kredit yang Disalurkan kepada UKM Pada PT Bank Mandiri Cabang SBDC Medan
Tingkat suku bunga pinjaman yang dibebankan terhadap UKM pada tahun
2006 oleh PT Bank Mandiri Cagang SBDC Medan, Tbk adalah sebesar 13,5% per
tahun. Pada bulan Februari, terjadi peningkatan penyaluran kredit yang cukup pesat
yaitu sekitar 17 kali lipat dari bulan Januari dan jumlah pengusaha yang memperoleh
kredit juga meningkat hampir dua kali lipat dari bulan sebelumnya. Hal ini
disebabkan adanya ekspansi besar-besaran dari PT Bank Mandiri Cabang SBDC
Medan dalam penyaluran kredit. Pada bulan November terjadipenurunan penyaluran
kredit dari bulan sebelumnya sebesar Rp 945, 4 juta dan jumlah pengusaha UKM
yang memperoleh kredit juga menurun sebanyak 3 orang. Pada bulan Desember juga
terjadi penurunan yang signifikan yaitu sebesar Rp 5,0913 milyar dan jumlah
pengusaha yang memperoleh kredit juga menurun sebanyak 51 orang. Kemudian
pada tahun 2007, suku bunga pinjaman terhadap UKM adalah sebesar 16 % dimana
dari bukan Desember 2006 ke bulan Januari 2007 juga masih terjadi penurunan
penyaluran kredit yaitu sebesar Rp 1,2426 milyar dan jumlah pengusaha UKM juga
berkurang sebanyak 9 orang. Penurunan penyaluran kredit ini terjadi karena adanya
kredit macet ataupun adanya kredit yang sudah jatuh tempo. Pada bulan Februari
2007 terjadi peningkatan penyaluran kredit yang cukup signifikan sebesar Rp
45,2169 milyar dan jumlah pengusaha UKM yang memperoleh kredit juga bertambah
sebanyak 12 orang dan sampai bulan Desember 2007 kredit yang disalurkan terus
bertambah begitu pula dengan jumlah pengusaha UKM yang menerima kredit