• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Pelestarian Lapangan Merdeka Sebagai Salah Satu Objek Wisata Sejarah Di Kota Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Upaya Pelestarian Lapangan Merdeka Sebagai Salah Satu Objek Wisata Sejarah Di Kota Medan."

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

UPA

SALA

AYA P

AH SA

PELEST

ATU OB

UNI

PR

TARIA

BJEK

K

R

VERSI

FAKU

ROGRA

AN LA

WISA

KERTA

Diker Rima Des NIM :

ITAS S

ULTAS

AM ST

M E

2

APANG

ATA SE

AS KA

rjakan O siani Ha : 082204

SUMA

ILMU

TUDI P

E D A

2 0 1 1

GAN M

EJARA

ARYA

Oleh asibuan 4061

ATERA

U BUDA

PARIW

N

MERDE

AH DI K

A UTAR

AYA

WISATA

EKA SE

KOTA

RA

A

EBAGA

A MEDA

AI

AN

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

UPAYA PELESTARIAN LAPANGAN MERDEKA SEBAGAI

SALAH SATU OBJEK WISATA SEJARAH DI KOTA MEDAN

OLEH

RIMA DESIANI HASIBUAN NIM : 082204061

Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,

Drs. Gustanto, M.Hum Arwina Sufika, S.E., M.Si. NIP. 19630805 198903 1 004 NIP. 1966325 198601 2 001

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya : UPAYA PELESTARIAN LAPANGAN MERDEKA SEBAGAI OBJEK WISATA SEJARAH DI KOTA MEDAN

Oleh : Rima Desiani Hasibuan

NIM : 082204061

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP.19511013 197603 1 001

PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

Ketua,

Arwina Sufika, S.E., M.Si. NIP.19640821 199802 2 001

 

 
(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmanirrahim

Alhamdulillah Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

kesehatan dan kemampuan untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan kertas karya

ini. Dan Sholawat beriringan salam disampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad

SAW semoga kita mendapatkan safaat diakhirat kelak. Amin..

Isi dari Kertas Karya ini diperbuat karena penulis simpatik dan tertarik,

walaupun penulis menyadarai bahwa kertas karya ini masih banyak kekurangan dan

tidak mendekati kesempurnaan sebagai sebuah kertas karya ilmiah yang baik, dimana

hal ini tidak terlepas dari keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki,

karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan kertas karya ini.

Kertas Karya ini baik dalam proses penyusunannya banyak mengalami

kendala dan hambatan yang penulis temukan. Begitu banyak yang harus dipersiapkan

dalam proses penyususan kertas karya ini mulai dari pengumpulan data, dan juga

persiapan fisik serta mental penulis yang dituntut untuk tetap semangat . Disamping

itu literature yang berkaitan dengan judul belum begitu banyak ditemukan di

perpustakaan, dan toko-toko buku, tetapi Alhamdulillah semua itu dapat

ditanggulangi atas bantuan dari berbagai pihak.

(5)

Akhirnya betapa pun awamnya dan sederhananya kertas karya ini penulis

tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberikan bantuan dan dorongan semangat terhadap penulisan kertas karya ini.

Terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Sumatera Utara

2. Arwina Sufika, S.E., M. Si., selaku Ketua Jurusan Program Studi D III

Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

3. Drs. Gustanto, M. Hum, selaku dosen pembimbing penulis yang telah

banyak memberikan pengarahan-pengarahan dan saran-saran selama penulis

menyusun kertas karya ini.

4. Arwina Sufika, S.E., M. Si., selaku dosen pembaca penulis yang telah banyak

memberikan pengarahan-pengarahan dan saran-saran selama penulis

menyusun kertas karya ini.

5. Solahuddin Nasution. MSP, selaku Koordinator Praktek Program Studi D III

Pariwisata Bidang Usaha Wisata.

6. Bapak (Alm) Prof. H. Ahmad Samin Siregar, selaku Dosen mata kuliah

Bahasa Indonesia Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

yang banyak memberikan ilmu pengetahuan dalam bidang Bahasa Indonesia

kepada penulis dalam penyusunan kertas karya ini.

(6)

7. Staff Pengajar pada Program Studi DIII Pariwisata Bidang Usaha Wisata

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

banyak ilmunya selama penulis menjalani perkuliahan.

8. Bapak/ Ibu guru yang telah memberikan banyak ilmu dan mendidik penulis

sejak Sekolah Dasar hingga penulis dapat kejenjang pendidikan di Perguruan

Tinggi.

9. Ayahanda tercinta A.Hasibuan, sosok seorang Ayah yang sangat penulis

banggakan dan sayangi yang telah memberikan nasihat-nasihat, ketulusan

untuk meluangkan waktu dalam memberikan kasih sayang, dan yang selalu

memberikan motivasi dan inspirasi dalam menjalani kehidupan ini kepada

penulis.

10.Ibunda tercinta Nur Aminah Harahap, sosok seorang Ibu yang sangat penulis

sayangi dan cintai yang selalu memanjakan, memberikan kasih sayang yang

begitu tulus dan yang selalu mendukung, memberikan semangat serta

mendo’akan penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini .

11.Kasih sayang penulis persembahkan untuk Abangku Mirhandoko Hasibuan,

S.E., Kakakku Yetty Rosalinda Hasibuan, Amd., Abang iparku Budi Irawan

Rangkuti Amd., yang selalu memberikan motivasi, dan perhatian.

12.Buat Adik-adikku Suci Dina Safitri Hasibuan dan Dinda Arini Hasibuan juga

buat keponakanku sayang Radithya Al-Bariq Rangkuti yang memberikan

kasih sayang dan keceriaan di kehidupan penulis.

(7)

13.Buat sahabat-sahabatku yang mulai perkenalannya di Taman Kanak-Kanak

yaitu Febri Shinta dan Marlina Sari Nst yang selalu bersama.

14.Buat temanku Nova Aulianda yang sama-sama berjuang dalam

menyelesaikan tugas-tugas dari kampus termasuk PKL, dan teman-temanku

Arum, Eki, Rosi, Kris, Iwan dan Ferry yang dulu selalu bersama dalam

melakukan perjalanan wisata.

15.Ucapan terima kasih yang khusus buat teman-temanku Sri Agustina, Lady

Syahroni Nst, Armayanti, Gagah Hidayah Sakti Hrp, S.P.,

16.Buat seluruh anak Usaha Wisata Stambuk ’08 yang selalu penulis kenang

dalam kebersamaan kita baik dalam perkuliahan maupun kebersaman kita

dalam menikmati perjalanan dan juga buat seluruh anak Perhotelan

Stambuk’08.

Akhirnya penulis berharap semoga kertas karya ini dapat bermanfaat dan

berbagi ilmu bagi pembaca khususnya Program Studi DIII Pariwisata Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara.

Medan, 07 Juni 2011

Penulis,

Rima Desiani Hasibuan

Nim : 082204061

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

ABSTRAK ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Masalah yang Dihadapi ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Metode Penelitian ... 4

1.6 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II URAIAN UMUM TENTANG KEPARIWISATAAN ... 7

2.1 Asal Mula Pariwisata ... 7

2.2 Pengertian Pariwisata ... 8

2.3 Ruang Lingkup Kepariwisataan ... 10

2.4 Mitologi Kepariwisataan ... 14

2.5 Sistem Kepariwisataan ... 17

2.6 Peran Masyarakat atau Penduduk dalam Mendukung Pelestarian Objek Wisata ... 18

(9)

BAB III Kawasan Lapangan Merdeka ... 25

3.1 Sejarah Kota Medan ... 25

3.1.1 Medan Tanah Deli ... 25

3.1.2 Legenda Kota Medan ... 26

3.2 Profil Sumatera Utara Khususnya Kota Medan ... 27

3.3 Cerita Singkat Lapangan Merdeka ... 30

3.4 Objek-Objek yang Terdapat di Sekitar Lapangan Merdeka ... 32

3.5 Deskripsi Objek-Objek Wisata yang Terdapat di Kota Medan dan Kawasan Lapangan Merdeka ... 33

3.5.1 Objek Wisata di Kota Medan ... 33

3.5.2 Objek Wisata di Sekitar Lapangan Merdeka ... 36

BAB IV UPAYA PELESTARIAN LAPANGAN MERDEKA MEDAN ... 39

4.1 Perubahan Fungsi Lapangan Merdeka ... 39

4.2 Lapangan Merdeka dan Perubahannya ... 44

4.3 Upaya Pemerintah Melestarikan Lapangan Merdeka ... 46

BAB V PENUTUP ... 50

5.1 Kesimpulan ... 50

(10)

5.2 Saran ... 51

Daftar Pustaka Daftar Gambar 3.1 Gambar Lapangan Merdeka Zaman Dahulu ... 30

3.2 Gambar Kantor Pos Pusat Medan ... 38

3.3 Gambar Merdeka Walk Pagi Hari ... 42

3.4 Gambar Merdeka Walk Malam Hari ... 43

3.5 Gambar Pintu Masuk Lapangan Merdeka ... 48

(11)

ABSTRAK

Untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan sektor Kepariwisataan di tanah air khususnya Kota Medan maka perlu adanya dukungan dari berbagai pihak baik masyarakat, pemerintah maupun dunia usaha yang bergerak dibidang Kepariwisataan.Kota Medan merupakan kota ketiga terbesar di Indonesia setelah Kota Jakarta, dan Surabaya. Dikelilingi sumber daya alam dan tropis yang kaya. Saat ini pemerintah Kota Medan sedang berusaha pula untuk memperbesar luas wilayahnya. Melihat kondisi ini peluang bisnis diberbagai bidang seperti industri, pariwisata perbankan dan lain-lain. Berbicara tentang Kepariwisataan yang ada di Kota Medan, Kota Medan terus berkembang sebagai Daerah Tujuan Wisata. Daerah Tujuan Wisata di Kota Medan memiliki kelebihan dan daya tarik tersendiri karena dilatarbelakangi sejarah dan budaya yang harus tetap dijaga kelestariannya.

Keyword: Pelestarian, Sejarah kota, dan Daerah tujau wisata

 

 

 

 

 

 

 

(12)

ABSTRAK

Untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan sektor Kepariwisataan di tanah air khususnya Kota Medan maka perlu adanya dukungan dari berbagai pihak baik masyarakat, pemerintah maupun dunia usaha yang bergerak dibidang Kepariwisataan.Kota Medan merupakan kota ketiga terbesar di Indonesia setelah Kota Jakarta, dan Surabaya. Dikelilingi sumber daya alam dan tropis yang kaya. Saat ini pemerintah Kota Medan sedang berusaha pula untuk memperbesar luas wilayahnya. Melihat kondisi ini peluang bisnis diberbagai bidang seperti industri, pariwisata perbankan dan lain-lain. Berbicara tentang Kepariwisataan yang ada di Kota Medan, Kota Medan terus berkembang sebagai Daerah Tujuan Wisata. Daerah Tujuan Wisata di Kota Medan memiliki kelebihan dan daya tarik tersendiri karena dilatarbelakangi sejarah dan budaya yang harus tetap dijaga kelestariannya.

Keyword: Pelestarian, Sejarah kota, dan Daerah tujau wisata

 

 

 

 

 

 

 

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Kota Medan merupakan kota ke 3 (tiga) terbesar di Indonesia setelah

Kota Jakarta dan Surabaya dilihat dari wilayahnya, jumlah penduduk,

aktivitas industri, dan perdagangan barang dan jasa. Saat ini pemerintah Kota

Medan sedang berusaha pula untuk memperbesa luas wilayahnya. Melihat

kondisi ini peluang bisnis diberbagai bidang seperti bidang industri,

pariwisata, perbankan dan lain-lain.

Adapun untuk meunjang pertumbuhan dan perkembangan sektor

Kepariwisataan di Tanah Air khususnya Kota Medan maka perlu adanya

dukungan dari berbagai pihak, baik masyarakat, pemerintah maupun dunia

usaha yang bergerak di bidang Kepariwisataan.

Peran serta masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan Indonesia

dapat terbina bila masyarakat memahami manfaat pariwisata untuk

kepentingan nasional, terutama bagi perbaikan hidup mereka sendiri. Apabila

pariwisata dapat member manfaat bagi masyarakat luas, serta merta

masyarakat akan mendukung pembangunan kepariwisataan di Tanah Air

khususnya Kota Medan.  

(14)

Berbicara tentang kepariwisataan yang ada di Kota Medan, ada

beberapa tempat tujuan wisata yang saat ini sudah mengalami perubahan

bentuk fungsi dari fungsi utama pada saat diberdirikannya tempat wisata

tersebut. Ini merupakan kurangnya sadar wisata baik dari kalanga masyarakat

bentuk fungsi dari fungsi utama pada saat diberdirikannya tempat wisata

tersebut. Ini merupakan kurangnya sadar wisata baik dari kalanga masyarakat

dan pemerintah yaitu bersikap positif masyarakat dan pemerintah yang

mendukung pembangunan pariwisata Indonesia khsusnya Kota Medan.

Salah satu tempat tujuan wisata yang berada di Kota Medan yang

mengalami perubahan fungsi dari fungsi awal adalah Lapangan Merdeka

yang merupakan titik nol Kota Medan.

Hal tersebut yang menimbulkan rasa simpatik dan ketertarikan serta

menjadi latar belakang bagi penulis dalam pemilihan judul “Upaya

Pelestarian Lapangan Merdeka Sebagai Objek Wisata Sejarah di Kota

Medan”, yang akan dituangkan dalam penulisannya kelak.

1.2 Masalah yang Dihadapi

Di dalam suatu penelitian sering kita menemukan beberapa

permasalahan yang

merupakan kendala dalam pelakasana suatu kerja.

(15)

Berdasarkan hal ini, penulis dapat mengemukakan masalah yang

dihapadapi sebagai upaya pelestarian lapangan merdeka di Kota Medan,

yakni:

1. Perubahan bentuk fungsi utama dari fungsi awal pendirian.

2. Kurang terawatnya Lapanga Merdeka sehingga fasilitas yang terdapat

di sana banyak mengalami kerusakan.

3. Tidak ada upaya pemerintah dan masyarakat untuk mempertahankan

fungsi awal Lapangan Merdeka.

4. Kawasan yang semakin sempit akibat banyaknya perubahan –

perubahan yang terjadi di area sekitar Lapangan Merdeka.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ilmiah, batasan masalah merupakan hal yang sangat

penting agar tidak terjadi kesimpang siuran dari tujuan semula dan lebih

terarah pada pokok pembahasan. Untuk itu penulis lebih memfokuskan

pembatasan masalah mengenai Upaya Pelestarian Lapangan Merdeka di

Kota Medan.

1.4 Tujuan Penelitian

Seperti diketahui bersama bahwa setiap aktivitas selalu mempunyai

tujuan.

(16)

Adapun tujuan penulis dalam menyusun kertas karya ini adalah sebagai

berikut:

1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program D III

Pariwisata Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

2. Untuk memperdalam pengetahuan tentang sejarah Lapangan

Merdeka dan Kota Medan.

3. Untuk menerapkan rasa keperdulian terhadap kepariwisataan sejarah

di Kota Medan.

4. Untuk menerapkan pengetahuan yang penulis dapatkan selama

mengikuti studi di bangku perkuliahan.

1.5 Metode Penelitian

Dalam usaha pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penyusunan

karya tulis ini, maka penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Field Research (Studi Lapangan)

Yaitu penelitain yang dilakukan secara langsung ke objek yang akan

di teliti untuk wawancara atau interview dengan pihak uang

bersangkutan dengan meminta keterangn dan informasi yang

diperlukan.

(17)

2. Library Research (Studi Kepustakaan)

Yaitu penelitian yang dilakukan melalui buku – buku perpustakaan

dan literature lainnya yang berhubungan dengan pokok bahasan.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan sangat membantu penulis dalam

menyelesaikan kertas karya ini. Dalam sistematika penulisan ini digambarkan

secara garis besar hal – hal yang akan dijabarkan pada bab berikutnya.

Bab I : membahas tentang pemilihan judul, ruang lingkup

permasalahan, tujuan penulisan, metode penulisan dan

sistematika penulisan.

Bab II : membahas mengenai uraian umum tentang Kepariwisataan,

Asal Mula Pariwisata, Pengertian Kepariwisataan, Ruang

lingkup Kepariwisataan, Mitologi Kepariwisataan, Sistem

Kepariwisataan dan Peran Masyarakat dalam mendukung

pelestarian objek wisata.

Bab III : membahas tentang uraian Lapangan Merdeka, sejarah Kota

Medan, sejarah Lapangan Merdeka, bangunan-bangunan

bersejarah yang terdapat di area Lapangan Merdeka.

(18)

Bab IV : merupakan tinjauan umum tentang perubahan fungsi

Lapangan Merdeka dan analisa permasalahan yang

menguraikan tentang bagaimana upaya pemerintah Kota

Medan dan masyarakat untuk mengupayakan pelestarian

lapangan merdeka pada awal berdirinya sebagai salah satu

tempat bersejarah di Sumatera Utara, Kota Medan khususnya.

Bab V : merupakan kesimpulan dari bab–bab sebelumnya yang

terdahulu dan saran- saran yang diambil penulis dari

perbandingan antara teoritis dan kenyataan yang ada di

lapangan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(19)

 

BAB II

URAIAN UMUM TENTANG KEPARIWISATAAN

2.1 Asal Mula Pariwisata

Pada mulanya nenek moyang manusia hidup tidak menetap. Mereka

berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Bangsa pertama yang

dianggap sebagai orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan bersenang-senang

adalah bangsa Romawi. Pada waktu itu mereka telah melakukan perjalanan

beratus-ratus mil dengan menunggang kuda guna melihat candi-candi dan piramid

penginggalan bangsa Mesir kuno. Di zaman pertengahan, semasa kerajaan Romawi

sedang jaya-jayanya, dibangunlah jalan raya sepanjang 350 mil dari Romawi ke kota

Brundsium. Dengan demikian rakyat dapat dengan mudah melakukan perjalanan dari

suatu kota ke kota lainnya.

Pariwisata merupakan manifestasi gejala naluri manusia sejak purbakala,

yaitu hasrat untuk mengadakan perjalanan. Lebih dari itu pariwisata dengan ragam

motivasinya akan menimbulkan permintaan-permintaan dalam bentuk jasa-jasa dan

persesdiaan-persediaan lain. Permintaan akan barangdan jasa ini terus meningkat

sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia. Di negara-negara yang sedang

berkembang akan terjadi perluasan lingkup kepentingan-kepentingan. Sedang di

negara-negara yang sudah maju selain lingkup kepentingan yang luas, waktu luang

pun bertambah dan banyak karena ditunjang oleh kenaikan pendapatan serta

(20)

transportasi yang lancar dan cepat. Sejalan dengan itu terjadi pula peningkatan

pendidikan, pengetahuan, dan kecerdasan di kalangan penduduk.

Sebagai akibat perkembangan-perkembangan tersebut, motivasi-motivasi

untuk mengadakan perjalanan menjadi lebih kuat, lebih-lebih setelah ditunjang oleh

kemajuan-kemajuan di bidang teknologi, hasrat untuk mengadakan perjalanan

menjadi lebih mudah terpenuhi. Dan kita dapat menyaksikan betapa deras arus

perjalanan manusia dalam rangka berwisata meski motivasi mereka kadangkala

berbeda-beda.

2.2 Pengertian Kepariwisataan

Pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan

tujuan keluar dari pekerjaan – pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya.

Aktifitas dilakukan selama mereka tinggal di tempat yand dituju dan fasilitas dibuat

untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kepariwisataan (Tourist) diartikan sebagai

suatu kegiatan usaha melayani serta memenuhi keinginan dan kebutuhan orang –

orang sedang melakukan perjalanan.

Defenisi pariwisata yang mendasarkan pada pendekatan ekonomi

dikemukakan oleh seorang ahli ekonomi Australia Herman V schulalard sebagai

berikut:

(21)

“Kepariwisataan adalah sejumlah operasi atau kegiatan terutama yang

bersifat ekonomi yang secara lalngsung berkaitan dengan masuk, tinggal dan

bergeraknya orang – orang asing di dalam suatu negara, kota atau wilayah”.

E Guller memberikan rumusan pariwisata sebagai berikut:

“Pariwisata (dalam artian modern) adalah fenomena dari zaman sekaranga yand didasarkan kebutuhan kesehatan pergantantian hawa sebagi satu penilaian yang sadar dan tumbuhnya rasa cinta terhadap keindahan alam sebagai akibat dari pergaulan perkembangan berbagai bangsa dan kelas masyarakat yang merupakan hasil dari perkembangan perniagaan, industry perdagangan dan penyempurnaan alat-alat pengangkutan”.

Menurut Prof K Krapf adalah sebagai berikut:

“Kepariwisataan adalah keseluruhan hubungan dan fenomena yang timbul

dari perjalanan dan tinggalnya manusia yang bertujuan tidak membangun

atau menciptakan tempat tinggal tetap”.

Pelajaran pariwisata adalah suatu pelajaran untuk keluar dari keadaan

biasanya dan ini dipengaruhi oleh keberadaan ekonomi, fisik, dan kesejahteraan

social wisatawan yang akan melakukan kegiatan wisata. Harapan dan penyesuaian

dibuat oleh penduduk yang menerima mereka dan terdapat peran perantara dan

instansi pengelola perjalanan wisata menjadi pengeah antara wisatawan dan

penduduk di daerah tujuan wisata.

Pengelolaan kegiatan pariwisata sangat diperlukan dalam rangka menahan

wisatawan untuk tinggal lebih lama di daerah tujuan wisata dan bagaimana agar

wisatawan membelanjakan uangnya sebanyak – sebanyaknya selama melakukan

(22)

perrjalanan wisata. Makin lama wisatawan berada di suatu tempat akan

meningkatkan pengeluaran mereka dan kemungkinan menamabah dorongan makin

banyak orang akan ikut serta pada kunjungan berikutnya jika kesan yang dibawa

adalah pengalaman wisata yang menarik, yang akan membangkitkan perusahaan jasa

seperti jasa transportasi, hiburan, akomodasi dan jasa lainnya yang mendukung

penyelenggaraan perjalanan wisata.

2.3 Ruang Lingkup Kepariwisataan

Sebelum mengkaji lebih jauh mengenai pariwisata dan memperkirakan

pengaruhnya terhadap perekonomian, lingkungan fisik dan social, maka terlebih

dahulu perlu dibuat definisi yang tepat mengenai kepariwisataan.

Frechtling (1976: 59) menyatakan bahwa defenisi–definisi untuk penelitian

kepariwsataan haruslah memenuhi criteria sebagai berikut:

1. Haruslah diskrit dan tidak meragukan serta harus sescara jelas mendefinisikan

tentang suatu aktifitas atau suatu entity sebagai aktifias atau entuty yang

berbeda dengan selaurh aktifitas dan entity lainnya. Yakni harus tidak ada

keraguan mengenai apa yang mencakup atau tidak tercakup dalm suatu

kategori.

2. Mempermudah pengukuran yang konsisten dan obyektif.

3. Pembuatan definisi harus mengacu pada penelitian–penelitian terpenting

mengenai perjalanan wisata dan pengguanan bahasa sehari–hari untuk

(23)

mempernudah perbandingan antara hasil–hasail yang dicapai dengan hasil

penelitian.

Prinsip–prinsip diatas kurang dapat perhatian dalam penelitian-penelitian

yang telahdilaksanakan hingga dewasia ini.

Dalam penelitian dampak-dampak yang timbul oleh kepariwisataan adalah

unsure utama dari kepariwisataan itu sendiri, yakni tourist (wisatawan).

Kata Tourist berasal dari kata tour yang menurut Webster Internasional

mengandung arti:

Suatu perjalanan dimana pelaku perjalanan tersebuta akan kembali ke titik

start; suatu perjalanan melingkar yang biasanya dilakukan untuk bisnis,

bersenang-senang, pendidikan dan selama perjalanan tesebut akan dikunjungi

beberapa tempat dan untuk melakukan perjalanan tersebut biasanya terlebih

dahulu telah dibuat rencana perjalanan.

Menurut Oxford English Dictionary (1993: 190) defenisi dari tourist adalah:

Orang yang melakukan perjalanan, terutama yang melakukannya untuk rekreasi; orang yang melakukan perjalanan untuk kesenangan dan kenudayaan, orang yang mengunjungi sejumlah tempat untuk melihat-lihat objek-objek wisata dengan pemandangan yang menarik atau hal- hal lain dengan tujuan yang sama.

Ogilvie (1993) merupakan orang pertama yang melakukan penelitian ilmu sosial.

Dia menguraikan bahwa seorang turis adalah setiap orang yang melakukan perjalanannya memenuhi 2 kondisi, yaitu sebagai berikut:

(24)

1. Orang tersebut sedang tidak berada di tempat kediamannya selam periode

waktu tertentu yang relatif singkat.

2. Uang yang dibelanjakan selama tidak berada di tempat kediamannya adalah

uang yang dibawa dari tempat kediamannya dan bukan uang yang diperoleh

di tempat tujuan yang dikunjunginya.

Cohen (1974: 529) mengomentari bahwa defenisi dari Ogilvie mengenai

wisatawan tersebut diatas merupakan penerjemahan isi yang ditemukan dalam

defenisi-defenisi lainny, defenisi bahwa wisatawan adalah:

“Orang yang melakukan perjalanan untuk rekreasi atau kesengangan ke

dalam bentuk-bentuk ekonomi sebagai konsumen”.

Frechtlign (1976: 60) dalam analisisnya mengenai definisi-defenisi tersebut

diatas tlah menyusun empat criteria dasar yang diperguanakan dalam perumusaan

defenisi tersebut yaitu:

1. Tujuan perjalanan

2. Moda Transportasi

3. Lama tinggal di tempat tujuan

4. Jarak perjalanan.

The National Tourism Resources Review Commission (NTRRC) mendefenisikan wisatawan sebagai berikut:

“Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan dengan jarak rempuh sekurang-kurangnya 50 mil hingga ke tempat tujuan untuk keperluan bisnis, bersenang-senang, urusan pribadi atau untuk keperluan lainnya, kecuali

(25)

perjalanan pulang pergi untuk pekerjaan. Biro sensus Amerika Serikat juga telah membuat definisi hampir sama dengan defenisi tersebut, tetapi memeperpanjan g jarak tempuhnya menjadi 100 mill”.

Pada tahun 1963 PBB telah mensponsori suatu konferensi nengenai travel

dan pariwisata yang diadakan di Roma. Untuk keperluan statistik, istilah visitor

(pengunjung) menunjukkan orang yang mengunjungi suatu negara dimana dia

bertempat tinggal, untuk berbagai tujuan selain dari memenuhi kesempatan yang

diberikan oleh negara yang dikunjungi. Defenisi ini mencakup:

1. Tourist adalah para pengunjung sementara yang tinggal sekurang-kurangnya 24 jam di Negara yang dikunjingi dan tujan perjalanan dapat diklasifikasikan

dibawah salah satu dari beberapa golongan berikut:

 Untuk bersenang-senang (rekreasi, berlibur, kesehatan, belajar,

keagamaan dan olahraga).  Bisnis, keluarga, mission, rapat

2. Excursionist adalah orang yang merupakan pengunjung sementara yang kurang dari 24 jam di negara atau daerah yang dikunjungi para pelaku

perjalanan melakukan kapal-kapal pesiar (Internasitional Union of Official

Travel Organization (IUOTO, 1963: 14)

Menurut defenisi dari PBB tersebut diatas, wisatawan dapat dikelompokkan,

dalam peristilahan Bound Bovy, menjadi rekreasi akhir pekan dan libur singkat serta

menjadi libur panjang. Orang yang melakukan rekreasi akhir pekan dan rekreasi

(26)

suatu hari dapat dimasukkan dalam kategori wisatwan ekserkusi (excercusionist).

Namun demikian pembedaan ini gagal untuk memisahkan dampak-dampak dari

bentuk rekreasi lainnya karena kedua kelompok ini dapat sama-sama berpartisipasi

dalam aktivitas yang sama di lokasi yang sama.

2.4 Mitologi Kepariwisataan

Dalam perubahan masa, satu ketetapan pada dua dekade belakangan ini

terus-menerus dikembangkan kedua hal dari kepariwisataan, yaitu aktivitas dan industri.

Kepariwisataan merupakan hal yang luar biasa dalam menahan kondisi politik dan

ekonomi yang merugikan dan perkembangannya tidak dapat dielakkan sebagai pasar

yang menarik, dilain pihak kepariwisatan tidak jarang menjadi kambing hitam

sebagai penyebab menurunnya nilai-nilai social dalam masyarakat, dan seringkali

pekerjaan dan perolehan keuangan dari kepariwisataan tampaknya terselubung dalam

berbagai tujuan.

Jelasnya kesan yang menarik dari kepariwisataan menjadi sedikit pudar

dengan adanya persepsi umun yang salah dalam menafsirkan kepariwisataan.

Kondisi ini perlu diantisipasi dengan solusi sebagai berikut:

1. Kepariwisataan didominasi oleh wisatawan domestik (melakukan perjalanan

di negerinya sendiri) dan bukan wisatawan mancanegara.

2. Perjalanan kepariwisaataan di dunia dilakukan dengan transportasi melalui

darat, bukan melalui udara.

(27)

3. Pariwisata bukan semata-mata mengisi waktu luang, tetapi dapat juga

merupakan urusan bisnis, pemeliharaan dan perawatan kesehatan,

pendidikan, dll.

Pariwisata sudah sepantasnya untuk dijadikan suatu bentuk kajian ilmu

pengetahuan yang akan terus mengalami perkembangan menjadi bidang studi dan

kemudian mengarah pada suatu disiplin ilmu. Peningkatan dan pengembangan studi

kepariwisataan ini menemui beberapa permasalahan, diantaranya:

1. Seputar masalah kepariwisataan itu sendiri merupakan masalah yang cukup

kompleks, yaitu berupa ketidaktransparanan dan kelemahan konsepnya,

membuat sebagian orang masih tidak menyetujui konsep dan defenisi

peristilahan dalam kepariwisataan, dan terdiri dari apa sajakah kepariwisataan

itu.

2. Kepariwisataan melliputi bermacam-macam sektor industri dan pokok-pokok

akademik, akan tetapi memberikan sumber yang tidak pasti, juga kepada para

siswa.

3. Kepariwisataan mengalami kekurangan sumber data yang seragam serta

berkualitas.

Dalam memandang kompleksitas kepariwisataan tersebut, Leiper

mengemukakan 3 elemen kepariwisataan, yaitu kegiatan wisatwan, sector-sektor

industri dan letak geografis dari daerah tujuan wisata, yang diuraikan lebih lanjut

sebagai berikut:

(28)

1) Wisatawan

Wisatawan merupakan pelaku utam dalm system ini. Pariwisata

merupakan suatu pengalaman manusia yang meneyenangkan dan

membantu membuang rasa jenuh dari kehidupan sehari-hari yang bersifat

rutin dan membosankan.

2) Letak Geografis

Dalam system ini, terdapat 3 daerah utama, yaitu:

a. Daerah Asal Wisatawan

Yaitu daerah yang membangkitkan kunjungan wisatawan menuju

daerah atau Negara tertentu.

b. Daerah Tujuan Wisata

Dalam banyak hal, daerah tujuan wisata merupakan akhir dari

perjalanan wisata, di tempat wisata pengaruh kuat dari kepariwisataan

akan banyak dirasakan. Di tempat inilah wisatawan

mengimplementasikan rencana dan tujuan utama perjalanan

wisatanya.

c. Daerah Rute Transit

Daerah ini merupakan daerah antara tempat persinggahan sementara

bagi wisatawan yang sedang melakukan perjalanan. Tidak menutup

kemungkinan bahwa daerah ini menjadi tujuan akhir dari perjalanan

(29)

wisatawan dikarenakan beberapa alasan sehingga wisatawan tidak

melanjutkan perjalannya ke daerah wisata yang dituju.

3) Industri Pariwisata

Bagian ini dipandang sebagi kegiatan perusahaan dan organisasi yang

menyangkut pengantar produk kepariwisataan. Adapaun yang termasuk

dalam industri pariwisata adalah industri yang terkait dengan

penyelenggaraan kegiatan wisata untuk melayani wisatawan sejak

keberangkatan dari tempat asal hingga tiba di tempat tujuan, seperti: biro

perjalanan wisata, transportasi, hotel, toko cendramata, dll.

Ketiga elemen yang disebutkan diatas saling berinteraksi satu dengan

yang lain, tidak hanya sebagai pengantar produk pariwisata tetapi juga dalam hal

transaksi dan daya tarik dari pariwisata itu sendiri.

2.4 Sistem Kepariwisataan

Sistem Kepariwisataan yang kompleks ini menurut para pengelola usaha

pariwisata untuk mampu:

- Mengontrol perubahan-perubahan yang terjadi dilingkungannya

- Mengelola sumber daya manusia yang mampu menjaga mutu produk

- Mempelajari karakateristik pariwisata yang akan datang ke daerahnya.

(30)

Dari model yang sederhana di atas, dapat dilihat bahwa kepariwisataan dapat

dipandang sebagi suatu jajaran dari seluruh individu, perusahaan, organisasi, dan

pengantar dari suatu kegiatan wisata.

Untuk mendefenisikan kepariwisataan yang tidak hanya meliputi keprcayaan

dan rasa memeliki saja, tetapi juga pertimbangan yang lebih praktis mengenai

ukuran dan perundang-undangan .

Sifat dasar dari kepariwisataan tersebut adalah sebagai berikut:

- Kepariwisataan timbul di luar pergerakan manusia dan tempat tinggalnya

dengan tujuan yang berbeda-beda.

- Ada dua elemen dalam kepariwisataan, yaitu tujuan perjalanan dan lama

tinggal wisatawan di tempat wisata.

- Merupakan perjalanan dengan meninggalkan tempat asalnya dan tinggal di

suatu tempat yang memberikan suatu suasana yang berbeda.

- Lama tinggal di suatu tempat wisata bersifat sementara dan dalam waktu

yang pendek untuk kemudian kembali ke tempat asalnya.

 

2.5 Peran Masyarakat atau Penduduk dalam Mendukung Pelestarian Objek Wisata

Persepsi penduduk mengenai dampak lingkungan pariwisata sekarang

menjadi bidang penelitian penting di berbagai bagian dunia.

Lui, Sheldon dan Var (1987) mengatakan bahwa:

(31)

“Persepsi penduduk suatu wilayah tentang pariwisata berbeda-beda dari sisi

kualitas dan intensitas”.

Persepsi penduduk mengenai dampak lingkungan pariwisata juga ditemukan

merupakan fungsi rasio wisatawan-penduduk, dikaitkan dengan daya tampung

wilayah.

Lui et al.(1987) mengatakan bahwa:

“ Kalau rasio wisatwan-penduduk naik, maka bertambah tinggi pula persepsi

negatif mengenai dampak pariwisata pada lingkungan fisik, dan demikian

juga halnya dengan persepsi perlunya melindungi apa saja yang masih tersisa

dari lingkungan bersangkutan”.

Duffield dan Long (1982) menemukan bahwa,

“Wilayah-wilayah yang memiliki rasio wisatwan penduduk yang rendah

cenderung mempunyai penduduk yang bersikap positif mengenai dampak

pariwisata”.

Belisle dan Hoy (1980) menyimpulkan bahwa:

“ Sikap positif penduduk merupakan fungsi dari tahap perkembangan

pariwisata di wilayah bersangkutan, dan karena itu juga fungsi dari persepsi

tentang dampak sosisal, budaya dan fisik pariwisata pada masyarakat

bersangkutan dan lingkungannya”.

Lui, Sheldon dan Var (1987) juga menemukan bahwa,

(32)

“ Penduduk tidak hanya menyalahkan wisatawan atas perubahan-perubahan

lingkungan, tetapi juga memahami berbagai manfaat yang dihasilkan industri

tersebut, seperti pelestarian bangunan dan tempat bersejarah”.

Ada gunanya dicatat bahwa sebagian besar kajian terfokus pada persepsi

menyeluruh mengenai dampak pariwisata, bukan unsur-unsur dari fasilitas tertentu di

dalam suatu fungsi masyarakat. Kajian mengenai unsur-unsur dan fasilitas ini

dilakukan oleh penelitian di bawah ini:

Allen, Long, Perdue dan Keiselbach (1988) mempelajari 33 unsur khusus

mengenai kehidupan masyarakat yang mewakili tujuh aspek fungsi masyarakat:

 Pelayanan umum

 Faktor ekonomi

 Faktor lingkungan  Pelayanan kesehatan

 Peran serta warga

 Pendidikan formal dan

 Pelayanan rekreasi bersama dan pembangunan pariwisata.

Kajian mereka mengungkapakan bahwa peran serta warga, pelayanan umum

dan lingkungan merupakan hal-hal paling peka bagi perkembangan pariwisata. Kalau

pariwisata semakin berkembang, maka kepuasan responden dalam hal

kesempatan-kesempatan bagi peran serta warga dan pelayanan umum menurun, demikian pula

dengan kedudukan penting yang diberikan penduduk kepada peran serta warga.

(33)

Kepuasan dari sisi pelayanan kesehatan dan kesempatan rekreasi dan kedudukan

penting yang diberikan pada soal lingkungan lebih merupakan fungsi dari jumlah

penduduk dari pada perkembangan pariwisata secara keseluruhan.

1. Faktor- faktor yang mempengaruhi sikap penduduk

Sikap masyarakat pada peluang dan maslah yang diakitabtkan oleh

pertumbuhan pariwisata tergantung pada berbagai faktor, dan salah satu yang

terpenting diantaranya adalah sikap dasar masyarakat pada pariwisata.

Banyak pengamat (misalnya British Tourist Authority 1975, de Kadt 1979,

MacFarlane 179) mengatakan bahwa:

“ Faktor yang berpengaruh besar pada sikap masyarakat terhadap pariwisata

adalah tingkat hubungan wisatawan dengan penduduk setempat. Selain itu,

tingkat hubungan ini tidak sama, tetapi berbeda-beda dari satu tempat ke

tempat lain”.

Smith (1980) mengajukan suatu model untuk menjaelaskan pengaruh tempat

ini.

Menurut pendapatnya,

“Kalau harapan dan kebutuhan wisatawan terpenuhi di wilayah tujuan inti,

maka wisatawan bersangkutan akan tetap di situ dan cenderung tidak akan

(34)

mencoba masuk ke wilayah perumahan penduduk di tempat-tempat sekitar

wilayah inti tadi”.

Murphy (1980,1981) menemukan bahwa,

“Penduduk dari tipe-tipe tertentu memiliki sikap yang lebih positif mengenai

pariwisata daripada penduduk lainnya. Penduduk yang lebih mempunyai

kepentingan ekonomi dalam pariwisata lebih bersikap bersahabat pada

wisatawan daripada penduduk lainnya”.

Beberapa kalangan mengatakan, salah satu sebab mengapa penduduk

setempat umumnya memeberikan nilai rendah pada pariwisata, dibangingkan dengan

kelompok lain seperti pengusaha dan pemerintah setempat, ialah karena merka tidak

tahu besarnya manfaat ekonomi yang dihasilkan pariwisata bagi masyarakat mereka.

British Tourist Authority (1975), yang dikutip Murphy (1985), menemukan bahwa:

“Masyarakat umumnya mendapat informasi yang salah mengenai sumbangan

pariwisata baik bagi ekonomi masyarakat setempat maupun bagi ekonomi

nasional”.

Faktor-faktor lain juga dikemukakan untuk menjelaskan perbedaan dalam

sikap ini. Murphy (1981) menemukan ada kaitan erat antara peranan pariwisata yang

bersifat musiman dan masyarakat setempat dan sikap warganya.

Kajian dalam kerangaka yang lain menemukan hasil yang mirip dengan

kajian Murphy (1985) di Inggris. Belisle dan Hoy (1980) mengatakan bahwa:

(35)

“ Penduduk setempat umumnya mengatakan meningkatnya kejahatan seperti

perampokan, pengedaran obat bius, penyelundupan, dan pelacuran

disebabkan oleh pertumbuhan pariwisata. Namun demikian, mereka

umumnya menyambut baik pertumbuhan wisatawan karena manfaat ekonomi

yang mereka peroleh”.

Murphy juga menemukan bahwa,

“Masyarakat setempat makin banyak memberi perhatian pada masalah

sampah dan kerusakan yang umumnya mereka kaitkan dengan gelombang

masuknya wisatawan”.

Berkaitan dengan sampah, kajian di Turki oleh Var, Kendall dan Tarakcioglu

(1985) menemukan bahwa,

“Meskipun sampah merupakan persoalan bagi penduduk, ketiga peneliti ini

yakin bahwa lingkungan lebih banyak dikotori oleh penduduk setempat

daripada oleh wisatawan”.

Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa jika industri

pariwisata ingin memperbaiki citranya dalam kaitannya dengan masyarakat setempat,

maka harus dicari jalan untuk meningkatkan manfaat dan menghilangkan sedapat

mungkin persoalan-persoalan tersebut di atas. Kita yakin bahwa titik permulaan yang

tepat ialah mengurangi rasa tertekan dan gangguan yang dirasakan masyarakat yang

(36)

berkaitan dengan makin bertambahnya volume kegiatan usaha dengan cara

memisahkan berbagai fungsi dan membatasi pembangunan di daerah tertentu.

(37)

BAB III

KAWASAN LAPANGAN MERDEKA

3.1 Sejarah Kota Medan

3.1.1 Medan Tanah Deli

Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan

keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai

melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai

itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei

Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera.

Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus

lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu

merangkaikan Medan dengan Deli (Medan–Deli). Setelah zaman kemerdekaan lama

kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya

kurang populer.

Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang)

sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa

pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah diantara kedua sungai

tersebut.

Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan

disana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman

(38)

penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863

orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi

primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan

menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara.

3.1.2 Legenda Kota Medan

Menurut legenda di zaman dahulu kala pernah hidup di Kesultanan Deli lama

kira-kira 10 Km dari Kampung Medan yakni di Deli Tua sekarang seorang Putri

yang sangat cantik dan karena kecantikannya diberi nama Putri Hijau. Kecantikan

Putri ini tersohor kemana-mana mulai dari Aceh sampai ke ujung Utara Pulau Jawa.

Sultan Aceh jatuh cinta pada Putri itu dan melamarnya untuk dijadikan

permaisurinya. Lamaran Sultan Aceh itu ditolak oleh saudara kedua laki-laki Putri

Hijau. Sultan aceh sangat marah karena penolakan itu dianggapnya sebagai

penghinaan terhadap dirinya. Maka pecahlah perang antara Kesultanan Aceh dengan

Kesultanan Deli.

Menurut legenda yang tersebut diatas, dengan menggunakan kekuatan gaib

seorang dari saudara Putri hijau menjelma menjadi seekor ular naga dan seorang lagi

menjadi sepucuk meriam yang tidak henti-hentinya menembaki tentara Aceh hingga

akhir hayatnya.

Kesultanan Deli lama mengalami kekalahan dalam peperangan itu dan karena

kecewa Putra Mahkota yang menjelma menjadi meriam itu meledak sebagian, bagian

(39)

belakangnya terlontar ke Labuhan Deli dan bagian depannya kedataran tinggi Karo

kira-kira 5 Km dari Kabanjahe.

Putri Hijau ditawan dan dimasukkan dalam sebuah peti kaca yang dimuat

kedalam kapal untuk seterusnya dibawa ke Aceh. Ketika kapal sampai di Ujung

Jambo Aye, Putri Hijau mohon diadakan satu upacara untuknya sebelum peti

diturunkan dari kapal. Atas permintaannya, harus diserahkan padanya sejumlah beras

dan beribu-ribu telur dan permohonan tuan Putri dikabulkan. Tetapi baru saja

uapacara dimulai tiba-tiba berhembuslah angin ribut yang maha dahsyat disusul

gelombang-gelombang yang sangat tinggi.

Dari dalam laut muncullah abangnya yang telah menjelma menjadi ular naga

itu dan dengan menggunakan rahangnya yang besar itu diambilnya peti tempat

adiknya dikurung, lalu dibawanya masuk ke dalam laut. Legenda ini sampai sekarang

masih terkenal di kalangan masyarakat Deli dan malahan juga dalam masyarakat

Melayu di Malaysia.

Di Deli Tua masih terdapat reruntuhan Benteng dan Puri yang berasal dari

zaman Putri Hijau, sedang sisa meriam penjelmaan abang Putri Hijau itu dapat

dilihat di halaman Istana Maimun Medan.

       

(40)

3.2 Profil Sumatera Utara Khusunya Kota Medan

Indonesia dikenal sebagai kawasan yang penuh dengan petualangan. Begitu

juga dengan suasananya yang sulit untuk dilupakan. Salah satunya adalah Provinsi

Sumatera Utara, sebagai pintu gerbang daerah tujuan wisata (DTW) di sebelah barat

Indonesia.

Provinsi Sumatera Utara dengan ibu kota Medan, penduduknya terdiri dari

atas beberpa kelompok masyarakat yang terdiri dari masyarakat Melayu, Batak Karo,

Batak Toba, Batak Mandailing, Batak Simalungun, Angkola dan Nias, selain itu di

Sumatera Utara juga terdapat suku-suku bangsa lain seperti Aceh, Padang, Sunda,

Jawa, Banjar, Bugis, India dan Cina.

Kelompok masyarakat tersebut menganut berbagai agama seperti Islam,

Kristen, Hindu dan Budha, aliran kepercayaan karena itu maka adat istiadatnya pun

bertradisi agama yang mereka anut, namun faham kegotongroyongan masih tetap

berjalan dalam masyarakat.

Apalagi Sumatera selain pulau terbesar kedua dari 17.054 pulau di Nusantara

dan sangat dekat dengan daratan benua Asia baik secara geografis maupun histories.

Provinsi Sumatera Utara terletak antara Sealat Malaka di sebelah timur dan birunya

Samudra Indonesia sebagai batas di sebelah barat.

Dikelilingi sumber daya alam tropis yang kaya, Sumatera Utara memiliki

panorama spektakuler, antaranya dataran tinggi Bukit Barisan, hamparan sawah yang

permai, batu karang berwarna warni serta berbagai objek wisata yang nyaman.

(41)

Letaknya yang relative dekat dengan Malaysia dan Singapura membuat provinsi ini

menjadi tujuan yang populr bagi wisatwan manca-negara. Sumatera Utara terus

berkembang sebagai DTW olah raga alternative, seperti Arung Jeram, Kayak Arus

Deras, Selancar, Sepeda Gunung, Menyelam dan lain sebagainya.

Provinsi ini meliputi areal 71.680 kilometer persegi, terdiri dari dataran

rendah ditumbuhi hutan bakau di bagian timur dan daerah berpegunungan yang

luasnya hamper dua pertiga luas provinsi. Tidak terkecuali salah satu danau terbesar

di dunia yang diakibatkan oleh letusan gunung berapi, dikenal dengan Danau Toba.

Perbedaan alam yang mencolok ini menciptakan pemandangan unik tiada

bandingnya.

Adapun objek-objek wisata yang terdapat di Sumatera Utara khususnya Kota

Medan adalah:

No Objek Wisata di Kota Medan Jenis Objek

1 Istana Maimoon Sejarah

2 Mesjid Raya Bangunan

3 Klenteng Gunung Timur Sejarah

4 Rahmat Gallery Fauna

5 Kuil Shri Mariamman Bangunan

6 Kebun Binatang Fauna

(42)

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Medan

3.3 Cerita Singkat Lapangan Merdeka

Lapangan Merdeka itu peninggalan sejarah sebagai bukti buat anak cucu

disanalah para pejuang bangsa membacakan Teks Proklamasi Kemerdekaan RI 1945.

Di sisi pinggiran lapangan terdapat pohon-pohon rindang sebelumnya sebagai

tempat berteduhnya warga Medan. Pohon-pohon raksasa tampak jelas berumur lebih

dari seratus tahun menghiasi alun-alun dan dikelilingi oleh bangunan tua yang sangat

indah apalagi pada saat berada di lapangan tersebut dapat menyaksikan langsung

bangunan tua tersebut. Berikut gambar Lapangan Merdeka pada zaman dahulu.

7 Asam Kumbang Taman Buaya

8 Tjong A Fie Sejarah

9 Menara Tirtanadi Sejarah

10 Museum Perjuangan Sejarah

(43)

m m b t b p A

masih b

[image:43.842.246.633.115.350.2]

mengam D besar di tersebut berfungs pameran G S Alun-alu berfungsi mbil temp Di sekita iantarany menjad si sebag n produk Gambar 3 Sumber : un denga i sebaga

pat di lap

ar Lapan ya Kanto di pusat gai tem k UKM 3.1 Lapa www.g an poho ai alun-a pangan b

ngan M

or Pos, kota dan mpat dila atau upa angan M google.co on-pohon alun Kot berumpu

Merdeka M

Hotel, B

n pusat aksanaka acara pe Merdeka p om n besar ta Meda

ut rapi in

Medan

Bank, da

perdaga

annya s

eringatan pada zam Lapang an, Shol ni. tersebut an stasiu angan. S serangka n. Sejak man dahu gan Mer lat Idul dibangu un keret ekarang aian aca dua tah ulu rdeka sa Fitri mi unlah ge

ta api hi

, di Lap

ara sere

hun terak

ampai sa

isalnya,

edung-g

ingga w

pangan M

emoni s

khir suda aat ini masih gedung wilayah Medan seperti ah ada

(44)

Merdeka Walk yang menutupi Lapangan Merdeka sebagai pusat makanan dan

hiburan.

Namun satu hal yang harus menjadi contoh, meskipun banyak gedung yang

dibangun di sekitar situ, Lapangan Merdeka Medan sama sekali tak diganggu gugat.

Lokasi tersebut tetap dibiarkan terbuka dan bersih. Dulu di situ ada monumen perang

Tamiang. Monumen yang mencatat bagaimana dan siapa-siapa saja tentara belanda

yang gugur saat berperang dengan tentara Tamiang. Tapi di tahun 1950-an monumen

itu dihancurkan oleh PKI.

Ternyata bukan di situ saja terdapat patung dan monumen bersejarah. Di atas

puncak air mancur depan gedung kantor pos pun dulunya terdapat patung Nienhuys.

Patung tersebut didirikan salah satunya untuk mengenang dia sebagai tokoh bisnis di

Kota Medan. Tapi, lagi-lagi, patung itu kini sudah tak bisa lagi ditemukan di air

mancur itu, patung tersebut disimpan oleh salah satu pihak perkebunan yang saat ini

telah berganti nama menjadi PTP.

Ceritanya, karena gedung-gedung utama dibangun di area sekitar lapangan

hingga menjadi pusat perdagangan dan pusat kota, maka pada abad ke-19 Lapangan

Merdeka Medan disepakati sebagai titik nol-nya Kota Medan.

3.4 Objek-Objek yang Terdapat di Sekitar Lapangan Merdeka

Di sekitar kawasan Lapangan Merdeka dikelilingi oleh bangunan-bangunan

bersejarah yang berdiri sejak zaman colonial Belanda. Mulai dari bangunan

(45)

bersejarah dari kawasan Kesawan Square hingga di sekitar kawasan Lapangan

Merdeka.

Berikut adalah bangunan-bangunan bersejarah yang terdapat di sekitar

Lapangan Merdeka:

No Bangunan bersejarah di sekitar kawasan Lapangn Merdeka

1 Gereja Immanuel

2 Lonsum

3 Tjong A Fie

4 Restoran Tip Top

5 Bank Indonesia

6 Hotel Dharma Deli

7 Kantor Pos

3.5 Deskripsi Objek-Objek Wisata yang Terdapat di Kota Medan dan di Sekitar Kawasan Lapangan Merdeka

3.5.1 Objek Wisata di Kota Medan

1. Istana Maimoon

Istana Maimoon merupakan salah satu objek wisata utama di Medan.

Istana ini dibnagun pada tahun 1888 oleh Sultan Makmun Al Rasyid

Perkasa Alamsyah. Sultan Makmun Al-Rasyid memerintah dari tahun

1873-1924. Arsiteknya adalah TH.Van Erp bekerja seabgai tentara

KNIL. Rancangannya melambangkan Bangunan Tradisional Melayu dan

(46)

India Muslim. Sedangkan gaya arsitekturnya perpaduan antara Indonesia,

Persia dan Eropa.

2. Mesjid Raya

Mesjid ini sebgai lambang kota Medan. Mesjid ini dapat menampung

sekitar 1.500 jamaah. Mesjid ini dibangun oleh Sultan Makmun Al

Rasyid didesain oleh Dengimans dari Belanda dengan gaya Moorish dan

berdiri pada tahun 1906.

3. Klenteng Gunung Timur

Vihara Gunung Timur dikenal sebagai Vihara Budha tertua di Medan.

Didirikan oleh umat Budha pada tahun 1962, terletak di suatu lokasi

strategis di tepi sungai Babura. Vihara ini digunakan untuk

bersembahyang setiap hari dan juga digunakan untuk acara ritual lainnya

dalam agama Budha seperti memperingati hari ulang tahun Sidharta

Gauta-Ma biasanya tanggal 4 s/d 15 April setiap tahun, Perayaan Imlek

dan sebagainya.

4. Rahmat Gallery

“Rahmat” International Wildlife Museum & Gallery adalah satu-satunya

di Asia yang memiliki ± 850 koleksi satwa dari berbagai negara.

(47)

Keseluruhan spesies diawetkan dengan penampilan ekspresif dan anatomi

estetika berkualitas tinggi sehinggaa benar- benar terlihat seperti binatang

hidup. Museum yang terbagi dalam 6 bagian, menampilkan kelompok

binatang menyusui, unggas, binatang melata, ampibi, ikan dan serangga.

Keseluruhan binatang dikumpulkan secara professional melalui kejuaraan

berburu yang sesuai dengan peraturan konservasi binatang liar

internasional.

5. Kuil Shri Mariamman

Kuil Shri Mariamman merupakan Kuil Hindu tertua di Medan. Dibangun

pada tahun 1884 oleh umat Hindu dan berada di jalan Zainul Arifin.

6. Kebun Binatang

Kebun binatang ini dikelola oleh Pemerintah Kota Medan yang berisi

berbagai jenis hewan tropis, hewan-hewan mamalia, reptile, dan lain-lain.

Luas areal sekitar ± 30 hektar dengan jarak 10 Km dari pusat kota,

terletak di Jalan Pintu Air IV Kelurahan Simalingkar B Kecamatan

Medan Tuntungan. Buka setiap hari pukul 09.00-17.00 Wib.

(48)

7. Asam Kumbang

Lo Than Mok pemilik 2600 ekor buaya, yang mulai pemeliharaan sejak

tahu 1959. Terletak di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan

Selayang , luas area ± 2 hektar, jaraknya 10 km dari pusat kota.

8. Tjong A Fie

Rumah Tjong A Fie di bangun pada tahun 1900. Lokasinya terletak di

Jalan Ahmad Yani (Kesawan).

9. Menara Tirtanadi

Satu ciri lagi khas Kota Medan adalah bangunan Menara Air yang kini

menjadi milik Perusahaan Air Minum Daerah Tirtanadi. Menara Tirtanadi

sebagai tangki penyimpanan air bersi kebutuhan warga kota sejak zaman

colonial Belanda sampai sekarang.

10. Museum Perjuangan

Museum Militer ini dibuka pada tahun 1971. Museum ini merupakan

salah satu tempat yang menarik untuk dikunjungi yang menyimpan

benda-benda sejarah perjuangan ABRI dan rakyat di Sumatera Utara

(49)

seperti senjata, obat-obatan dan pakaian seragam yang digunakan pada

perang kemerdekaan Indonesia melawan pemberontakan pada tahun

1958. Museum ini terletak di Jalan Zainul Arifin.

3.5.2 Objek-Objek yang Terdapat di Sekitar Lapangan Merdeka

1. Gereja Immanuel

Gereja Immanuel merupakan Gereja tertua di Medan. Lokasinya di Jalan

Diponegoro yang dibangun pada tahun 1921. Gereja ini masih dibangun oleh

Uma Kristiani umtuk kebaktian hari minggu dan hari lainnya seperti upacara

pernikahan, Misa Natal dan sebagainya. Gereja ini dapat menampung sekitar

500 Umat Kristiani.

2. Lonsum

PT. LONDON SUMATERA INDONESIA.

Gedung ini dulunya disebut Juliana Building pada tahun 1920-an, dan

sekarang dihuni oleh PT. London Sumatera Indonesia (Lonsum). Saat

didirikan gedung ini memiliki Harrison & Crossfield, sebuah perusahaan

perkebunan milik Inggris.

4. Tjong A Fie

Rumah Tjong A Fie merupakan gedung bergaya arsitektur Tiongkok kuno

yang sangat fanstastis dan dibangun pada tahun 1900. Lokasinya terletak di

(50)

Jalan Ahmad Yani (Kesawan). Dia adalh jutawan pertama di Sumatera yang

namanya sangat terkenal sampai sekarang walupun dia sudah wafat pada

tahun 1921. Kesuksesannya berkat usaha dan hubungan baiknya dengan

Sultan Deli dan para pembesar perkebunan tembakau Belanda. Hingga saat

ini, rumah tersebut masih ditempati oleh keluarga Tjong A Fie.

5. Restaurant Tip Top

Restaurant ini terkenal dengan es krimnya yang enak. Salah satu menu andalan

favorit disini adalah "Java Ice Cream". Restaurant ini sudah dibuka sejak tahun

1940. Es krimnya juga es krim racikan jaman dahulu. Harganya dimulai dari harga

Rp 15000,- - Rp 35000,-, restaurant ini terletak di Jalan Keswan.

6. Bank Indonesia

Gedung Javasche Bank. Di bangun tahun 1910 oleh firma arsitek Hulswit and

Fermont dari Weltevreden dan Ed Cuypers dari Amsterdam, gedung ini

mengambil gaya klasik dengan beberapa ornamen gaya Jawa.

7. Hotel Dharma Deli

Hotel Mijn De Boer (lebih populer dipanggil, Hotel De Boer kini bernama

Hotel Natour Dharma Deli) adalah sebuah hotel bergaya kolonial yang

terletak di Jalan Balai Kota, Medan Petisah, Medan, Indonesia berada di

sebelah barat laut lapangan “Esplanade” (Lapangan Merdeka), beberapa

(51)

8 m A k a M

8. K

G t u S i s meter AeintHer kolonial artis-arti Mata Ha Kantor P Gedung tahun 19 untuk In SNUYF. ini menja suasana p dari rmanDe pernah s Barat ari, mata-Pos ini wuju 911 oleh ndonesia . Kantor adi Kant pada Ma G Su Kantor eBoer. H dihuni o yang ter -mata ya ud sejar harsitek S

a pada m

r Pos ini

tor Pos P

[image:51.842.281.584.433.606.2]

alam Ha Gambar 3 umber : Pos, Hotel ini oleh tam

rkenal, d

ang terke ah yang SNUYF, masa itu i lokasin Pusat di ari 3.2 Kant www. g dibu dibangu mu-tamu di antara enal. g sangat , Direktu u. Gedun nya pers i Sumate

tor Pos P google.co at me un pada kehorm anya Raj menakju ur Jawat

ng ini m

sis di dep

era Utara

Pusat Me om

enurut

tahun 1

matan pem

ja Léopo

ubkan, s

tan Peke merupaka pan Hot a. Beriku edan nama 1898 dan merintah

old II da

selesai d

erjaan U

an karya

tel Dhar

ut gamb

pemi

n pada z

h Beland ari Belg dibangun Umum Be a besar rma Deli bar Kanto liknya zaman da dan ia dan n pada elanda utama i. Saat or Pos

(52)

BAB IV

UPAYA PELESTARIAN

LAPANGAN MERDEKA MEDAN

4.1 Perubahan Fungsi Lapangan Merdeka

Dari hasil penelitian yang penulis temukan ada dua nilai yang kian pudar

sehingga terjadinya perubahan Fungsi dari Lapangan Merdeka yang sekarang tidak

pada fungsi awalnya dan kini juga Lapangan Merdeka ini bergeser ke fungsi bisnis.

Adapun perubahan yang telah terjadi pada Lapangan Merdeka ini adalah:

1. Nilai Sejarah Lapangan Merdeka Medan yang Kian Pudar

Lapangan Merdeka Medan terus berubah belakangan ini. Fungsi lapangan

yang dikenal sebagai alun-alun kota, kian dibatasi dengan alasan menjaga fasilitas

umum demi keindahan kota. Kini, simbol atau identitas sejarah panjang Kota Medan

itu lebih menonjol fungsi bisnisnya.

Jika melintasi Lapangan Merdeka Medan sejak Desember 2009 lalu, pekerja

pertamanan tengah mengerjakan pagar besi berpenyanggah beton di sisi Utara dan

Selatan, dengan dua pintu utama. Kini, pagar bercat hijau telah memisahkan area

pinggir jalan keliling dengan area di dalam lapangan.

Dulu, kendaraan bisa parkir ke tengah lapangan dan pinggirannya, sekarang

tidak bisa lagi. Pintu utama dari Jalan Pulau Pinang selalu tertutup rapat. Biasanya

pengunjung bisa memarkirkan kendaraannya di belakang podium.

(53)

Kepala Dinas Pertamanan Kota Medan, M Idaham, baru-baru ini

mengatakan,

“Pemagaran itu untuk melindungi fasilitas di dalam Lapangan Merdeka, menurutnya, pagi-pagi sudah dibuka pukul 04.30 WIB. Hal ini untuk memberi akses kepada warga yang selama ini memanfaatkan Lapangan Merdeka sebagai tempat olah raga atau sekadar jogging. Sedangkan malam hari, pukul 23.00 WIB pagar ditutup agar warga tidak sembarangan lagi ke dalam. Karena potensi terjadinya kerusakan fasilitas di dalam Lapangan Merdeka, terjadi malam hari. Seperti rusak dan hilangnya sarana permainan untuk anak-anak”.

Idaham juga menyatakan,

“Tidak ada larangan bagi warga untuk menggunakan Lapangan Merdeka di

jam bebas, hanya saja mobil dan kendaraan roda dua tidak boleh masuk k

areal lapangan, silahkan saja menggunakan lapangan, asalkan tetap menjaga

dan sesuai jadwal yang sudah dijadwalkan”

Dari sisi pemanfaatan, kebijakan Pemko Medan mengelola Lapangan

Merdeka Medan cenderung menghilangkan nilai sejarah. Kawasan lapangan itu yang

dulunya antik dikelilingi bangunan tua, kini sudah dijejali bangunan baru dengan

alasan modernisasi. Dulunya, Lapangan Merdeka Medan merupakan salah satu

sarana tempat olahraga masyarakat dari berbagai kalangan. Sekeliling lapangan

tampak kosong dan asri. Tetapi sekarang serba tertutup dan hiruk-pikuk setelah

Merdeka Walk dibuka. Itupun, retribusi dari Merdeka Walk diakali para oknum

pejabat kota dengan perlakukan khusus.

(54)

Perubahan wajah kawasan Lapangan Merdeka sudah sangat kontras

belakangan ini. Fungsi bisnisnya sudah lebih dominan, walaupun sampai saat ini

Lapangan Merdeka masih berfungsi sebagai alun-alun Kota Medan. Misalnya

upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI, Salat Idul Fitri dan kegiatan akbar lainnya

masih digelar di sini.

Lapangan ini mempunyai kepadatan bangunan bersejarah sangat tinggi, yaitu

Lapangan Merdeka sendiri dan sekitarnya. Dengan mengunjungi Lapangan Merdeka,

kita sudah merasa seakan terlempar ke abad lalu. Pohon-pohon raksasa menghiasi

alun-alun ini. Sementara di sekitar kita, paling tidak ada sebelas bangunan tua yang

relatif masih utuh seperti saat didirikan.

Salah satu kelemahan Lapangan Merdeka adalah, pembangunan dan

perawatan oleh Pemerintah Kota saat ini sering mengabaikan masalah kontinuitas

desain. Banyak tambahan ornamen baru yang tidak nyambung dengan suasana yang

sudah ada. Pagar Lapangan Merdeka, bentuk trotoar dan lampu jalanan tidak

menyatu dengan suasana sekitarnya. Ada perpaduan yang buruk antara masa lalu dan

masa kini.

Lapangan Merdeka yang seharusnya lapang, kini semakin sempit. Kios

buku-buku bekas yang dibangun Pemko Medan, justru menyesaki lapangan. Ada pula pos

polisi menempel di sisi Utara, dan Merdeka Walk menutup sisi Selatan. Jangankan

perbandingannya pada masa pendudukan Belanda, kini Lapangan Merdeka sudah

kian sesak jika dibanding tahun 1990-an.

(55)

l L b k g K ( “ l 2 M lampu-la Lapanga

bawah p

keindaha

gambar

Kata Di

(LPPPK)

“Kalau L

luarnya, 2. Merd Merdek ampu hi an Merd pohon-p an arsite Merdeka

irektur L

), Rafria Lapanga masyara eka Wa ka Walk ias yang deka dik pohon rin ekturnya

a Walk p

Lembaga andi Nas an Merde akat men alk Rusa k adalah g semara enal den ndang. a, ketika pagi har a Pengk ution SE eka ditu nikmati a ak Nilai sebuah ak penuh ngan “M Kita dap kita me

i dan ma

kajian P

E MT, ba

utup dan apalagi d Sejarah pusat j h denga Merdeka pat men enikmati alam har Pemukim aru-baru n dibangu

di kota i

h

ajanan m

an nuans Walk”. nikmati i makan ri man dan u ini. un sejum ni?”.

malam y

sa kunin Memili banguna malam n Pemba mlah ban yang fan ng melay iki area an berse di temp angunan ngunan

ntastik d

yu, terle

cukup l

ejarah d

at ini. B Kota di sisi dihiasi etak di uas di dengan Berikut

(56)

l s k M B P lapangan sorotan kerjanya A MM, Se Balai Ko A “ M h p P G S Pusat jaj n Merde

para A

a di Kota

Anggota

ekda Dr

ota Med

Abdul W

“Pada p

[image:56.842.259.574.54.232.2]

Merdeka historis l perjanjia Pj Walik Gambar 3 Sumber :

janan m

eka Med

Anggota

a Medan

a DPR R

s H Dzu

an.

Wahab D

prinsipny

a Walk d

lapangan

annya”.

kota Med

3.3- 3.4 www.g

malam M

dan dini

Komis

n dan Sum

RI diteri

ulmi Eld

alimunte

ya saya

di sisi ba

n Merde dan, Drs Merdek google.co Merdeka ilai telah

i II DP

matera U

ma Pj W

din S M

e, SH be

a tidak

arat Lap

eka, juga

H Rahu

ka Walk p om

Walk y

h merus

PR-RI y

Utara. Walikota MSi, dan erpendap setuju pangan M

a tidak in

udman H pagi har yang dig ak nilai yang se a Medan n pimpin pat bahw dibangu Merdeka ndah. Sa Harahap,

ri dan sia

gelar sel

sejarah

edang m

n, Drs H

nan SKP

wa:

unnya p

a Medan

aya tidak

MM me ang hari

lama ini

h dan ha

melakuka H Rahdu PD, Sela pusat ja . Selain k menge engataka

i di sisi

al itu m

an kunj

uman Ha

asa [08/1

ajanan m

merusak erti baga an, i barat menjadi ungan arahap 12], di malam k nilai aimana

(57)

“Merdeka Walk selama ini memang sudah menjadi tuntutan dari para pejuang

untuk ditertibkan. Memang selama ini Merdeka sudah menjadi tuntutan para

pejuang. Saat ini kita sudah mempelajarinya. Mudah-mudahan ke depan kita

akan membuat langkah-langkah”.

4.2 Lapangan Merdeka dan Perubahannya

1. Kawasan Lapangan Merdeka Medan sekarang, dulu sebagai sentra

perdagangan dan pusat pemerintahan di masa Hindia Belanda sehingga

dikenal alun-alun Kota Medan serta titik nol.

2. Lokasinya sangat strategis karena dekat ke titik pertemuan Sungai Deli

dengan Sungai Babura, perahu menjadi alat transportasi utama saat itu.

3. Balai Kota (kini hanya tersisa depannya saja), Kantor Pos Besar, Hotel de

Boer (Hotel Darma Deli), stasiun kereta api, Gedung Bank Indonesia (dulu

bernama Javasche Bank), kantor perusahaan dan dagang berdiri mengelilingi

lapangan yang dijuluki ‘Taman Burung’ oleh Belanda dan ‘Fuku Raidu’ oleh

Jepang

4. Pada 6 Oktober 1945, Gubernur Sumatera Timur Mr Muhammad Hasan

mengumumkan Proklamasi Kemerdekaan RI kepada seluruh masyarakat

Kota Medan di Lapangan Merdeka Medan

5. Tahun 2004, pusat bisnis jajanan Merdeka Walk berdiri sehingga menutup

satu sisi Lapangan Merdeka.

(58)

6. Kios buku dari Titi Gantung dipindahkan ke Lapangan Merdeka sehingga

menutup sisi Timur

7. Desember 2009, Dinas Pertamanan Kota Medan memagar sisi Utara dan

Selatan Lapangan Merdeka, dan waktu bukanya dibatasi pukul 04.30 WIB

hingga pukul 23.00 WIB.

8. Sekarang menjadi pusat kebugaran, hampir sekitar dua ratus manusia silih

berganti setiap hari untuk berolah raga disini.

Dari uraian di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa begitu banyak

perubahan yang terjadi pada kawasan Lapangan Merdeka sehingga mengurangi nilai

sejarah dari sebuah Lapangan Merdeka Kota Medan, dan hanya karena sebuah bisnis

nilai history Lapangan Merdeka ini pun berkurang dan merusak wajah aslinya.

Alangkah sangat disayangkan sekali sebuah Lapangan bersejarah di Kota Medan ini

tidak dapat dinikamati keindahannya lagi seperti pada zaman kolonial Belanda

padahal seperti kita ketahui bahwa Lapangan Merdeka ini merupakan titik nol Kota

Medan.

4.3 Upaya Pemerintah Melestarikan Lapangan Merdeka

MEDAN - Cagar budaya peninggalan sejarah di kota Medan beralih fungsi.

Dari sekian banyaknya gedung dan taman bersejarah berpindah tangan kepada pihak

ketiga untuk dirubah keasliannya. Seperti halnya Lapangan Merdeka Medan, kini

nilai sejarahnya telah sirna. Hampir sekitar delapan tahun nilai sejarah keaslian

(59)

Lapangan Merdeka diutak-atik oleh pengusaha akibat pemerintah (Pemko) kota

Medan kurang mampu melestarikan cagar budaya Indonesia. Sekitar Lapangan

Merdeka telah berdiri pusat jajanan, toko buku, dan kantor Satlantas.

Kata Humas Badan Warisan Sumatera Utara (BPS), Khairul.

“Menentang kebijakan pemerintah yang mengalih fungsikan cagar budaya,

yang mestinya dijaga, kini dijadikan bisnis semata demi untuk menambah

pendapatan di daerah.”  

Khairul juga mengatakan,

“ Pemerintah harus menjaga keaslian nilai sejarah di kota ini, jangan seenaknya dijakikan kepentingan pribadi. Sebaiknya pemerintah merevisi perda Nomor 26 tahun 1988 dan membentuk dewan konserpasi. Dengan adanya dua ketentuan tersebut, pemerintah akan melestarikan cagar budaya Indonesia, biasanya, orang asing berkunjung ke suatu daerah, pasti melihat gedung sejarahnya. Apalagi Medan merupakan kota riset dan 99 persen orang berkunjung ke Istana Maimoon dan Lapangan Merdeka. BWS mengharapkan pemerintah kota lebih serius menanggapi gedung dan taman bersejarah”.

Dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Sumut termasuk

salah satu dari sembilan daerah strategis yang perlu diperhatikan secara serius.

Untuk Sumut, daerah yang dimaksudkan dalam UU itu adalah Medan, Binjai dan

Deli Serdang (Mebidang) serta daerah Danau Toba di Parapat, Kabupaten

Simalungun.

Dengan hadirnya UU itu, tidak ada alasan bagi Pemko Medan untuk menunda

pengembalian fungsi Lapangan Merdeka Medan sebagaimana mestinya.

(60)

Pemko Medan di bawah pejabat Afifuddin Lubis, setelah Walikota Abdillah

dan Wakil Walikota Ramli ditahan di KPK, diharapkan tidak mengulangi kesalahan

pendahuluannya yang hanya mengutamakan bisnis.

Lapangan Merdeka memiliki nilai sejarah sebagai lokasi rapat umum rakyat

ketika prkolamasi sosialisasi, sumpah pemuda dan pernyataan ikarar menolak PKI.

Dari pernyataan di atas maka Pemerintah Kota Medan mengambil langkah dalam

upaya melestarikan Lapangan Merdeka yaitu:

1. Wali Kota Larang Kegiatan di Lapangan Merdeka

Kepastian membersikan Lapangan Merdeka dari acara seremonial maupun

hingar-bingar lainnya ditegaskan oleh Wali Kota Medan Rahudman Harahap, Jumat

(25/2). Kalimat sakti wali kota ini diucapkannya di depan 1.406 pegawai Dinas

Pertamanan Kota Medan di Pendopo Lapangan Merdeka Medan.

“Untuk dua bulan ke depan, Lapangan Merdeka ini, jangan ada

penyelenggaraan acara atau kegiatan karena Lapangan Merdeka harus

menjadi Heritage Kota Medan. jadi, untuk perizinan kegiatan juga harus lebih

ketat, jangan asal memberi izin saja,”

Pada kesempatan itu, Rahudman menekankan, Dinas Pertamanan bukan

hanya mengurusi mengenai reklame, tapi secara menyeluruh yakni, taman, lampu

jalan dan lain sebagainya. Dikatakannya, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemko

Medan, bukan bersumber dari banyaknya reklame.

(61)
[image:61.842.251.595.229.414.2]

M m B P k d R Medan, melakuk Berikut K i r M Pertama ke depa

Gambar

Gambar 3Sumber :3.1 Lapa www.gangan Mgoogle.co
Gambar 3umber : 3.2 Kantwww. gtor Pos Pgoogle.co
Gambar 3Sumber :3.3- 3.4  www.ggoogle.co
Gambar 3Sumber :3.5 Pintu www.gu Masukgoogle.co

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kata lain objek wisata tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menarik minat wisatawan yang akan berkunjung ke daerah tersebut.. Something To Do

a) Something to see adalah objek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa dilihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain objek tersebut

BAB IV RUMAH TJONG A FIE SALAH SATU OBJEK WISATA BANGUNAN BERSEJARAH DI KOTA MEDAN 4.1 Keunikan dari Rumah Tjong A Fie

Dalam RTRWK tersebut dijelaskan bahwa bentuk dukungan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ekonomi melalui sektor pariwisata terutama wisata sejarah adalah

Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau

Dalam RTRWK tersebut dijelaskan bahwa bentuk dukungan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ekonomi melalui sektor pariwisata terutama wisata sejarah adalah

Sejarah dari objek wisata Aermata ebu yaitu, Ratu Syarifah Ambami adalah istri dari Raden Tjakradiningrat I, karena sering ditinggal oleh sang suami ke tanah jawa, untuk

Program dan kegiatan-kegiatan dalam strategi ini adalah: Program peningkatan fasilitas pendukung wisata di kota tua khususnya kawasan Kali Besar Kegiatan: Melakukan penataan tempat