UPA
SALA
AYA P
AH SA
PELEST
ATU OB
UNI
PR
TARIA
BJEK
K
RVERSI
FAKU
ROGRA
AN LA
WISA
KERTA
Diker Rima Des NIM :ITAS S
ULTAS
AM ST
M E
2
APANG
ATA SE
AS KA
rjakan O siani Ha : 082204SUMA
ILMU
TUDI P
E D A
2 0 1 1
GAN M
EJARA
ARYA
Oleh asibuan 4061ATERA
U BUDA
PARIW
N
MERDE
AH DI K
A UTAR
AYA
WISATA
EKA SE
KOTA
RA
A
EBAGA
A MEDA
AI
AN
LEMBAR PERSETUJUAN
UPAYA PELESTARIAN LAPANGAN MERDEKA SEBAGAI
SALAH SATU OBJEK WISATA SEJARAH DI KOTA MEDAN
OLEH
RIMA DESIANI HASIBUAN NIM : 082204061
Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,
Drs. Gustanto, M.Hum Arwina Sufika, S.E., M.Si. NIP. 19630805 198903 1 004 NIP. 1966325 198601 2 001
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Kertas Karya : UPAYA PELESTARIAN LAPANGAN MERDEKA SEBAGAI OBJEK WISATA SEJARAH DI KOTA MEDAN
Oleh : Rima Desiani Hasibuan
NIM : 082204061
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dekan,
Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP.19511013 197603 1 001
PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA
Ketua,
Arwina Sufika, S.E., M.Si. NIP.19640821 199802 2 001
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrahmanirrahim
Alhamdulillah Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan dan kemampuan untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan kertas karya
ini. Dan Sholawat beriringan salam disampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad
SAW semoga kita mendapatkan safaat diakhirat kelak. Amin..
Isi dari Kertas Karya ini diperbuat karena penulis simpatik dan tertarik,
walaupun penulis menyadarai bahwa kertas karya ini masih banyak kekurangan dan
tidak mendekati kesempurnaan sebagai sebuah kertas karya ilmiah yang baik, dimana
hal ini tidak terlepas dari keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki,
karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan kertas karya ini.
Kertas Karya ini baik dalam proses penyusunannya banyak mengalami
kendala dan hambatan yang penulis temukan. Begitu banyak yang harus dipersiapkan
dalam proses penyususan kertas karya ini mulai dari pengumpulan data, dan juga
persiapan fisik serta mental penulis yang dituntut untuk tetap semangat . Disamping
itu literature yang berkaitan dengan judul belum begitu banyak ditemukan di
perpustakaan, dan toko-toko buku, tetapi Alhamdulillah semua itu dapat
ditanggulangi atas bantuan dari berbagai pihak.
Akhirnya betapa pun awamnya dan sederhananya kertas karya ini penulis
tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan dorongan semangat terhadap penulisan kertas karya ini.
Terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Sumatera Utara
2. Arwina Sufika, S.E., M. Si., selaku Ketua Jurusan Program Studi D III
Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
3. Drs. Gustanto, M. Hum, selaku dosen pembimbing penulis yang telah
banyak memberikan pengarahan-pengarahan dan saran-saran selama penulis
menyusun kertas karya ini.
4. Arwina Sufika, S.E., M. Si., selaku dosen pembaca penulis yang telah banyak
memberikan pengarahan-pengarahan dan saran-saran selama penulis
menyusun kertas karya ini.
5. Solahuddin Nasution. MSP, selaku Koordinator Praktek Program Studi D III
Pariwisata Bidang Usaha Wisata.
6. Bapak (Alm) Prof. H. Ahmad Samin Siregar, selaku Dosen mata kuliah
Bahasa Indonesia Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara
yang banyak memberikan ilmu pengetahuan dalam bidang Bahasa Indonesia
kepada penulis dalam penyusunan kertas karya ini.
7. Staff Pengajar pada Program Studi DIII Pariwisata Bidang Usaha Wisata
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
banyak ilmunya selama penulis menjalani perkuliahan.
8. Bapak/ Ibu guru yang telah memberikan banyak ilmu dan mendidik penulis
sejak Sekolah Dasar hingga penulis dapat kejenjang pendidikan di Perguruan
Tinggi.
9. Ayahanda tercinta A.Hasibuan, sosok seorang Ayah yang sangat penulis
banggakan dan sayangi yang telah memberikan nasihat-nasihat, ketulusan
untuk meluangkan waktu dalam memberikan kasih sayang, dan yang selalu
memberikan motivasi dan inspirasi dalam menjalani kehidupan ini kepada
penulis.
10.Ibunda tercinta Nur Aminah Harahap, sosok seorang Ibu yang sangat penulis
sayangi dan cintai yang selalu memanjakan, memberikan kasih sayang yang
begitu tulus dan yang selalu mendukung, memberikan semangat serta
mendo’akan penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini .
11.Kasih sayang penulis persembahkan untuk Abangku Mirhandoko Hasibuan,
S.E., Kakakku Yetty Rosalinda Hasibuan, Amd., Abang iparku Budi Irawan
Rangkuti Amd., yang selalu memberikan motivasi, dan perhatian.
12.Buat Adik-adikku Suci Dina Safitri Hasibuan dan Dinda Arini Hasibuan juga
buat keponakanku sayang Radithya Al-Bariq Rangkuti yang memberikan
kasih sayang dan keceriaan di kehidupan penulis.
13.Buat sahabat-sahabatku yang mulai perkenalannya di Taman Kanak-Kanak
yaitu Febri Shinta dan Marlina Sari Nst yang selalu bersama.
14.Buat temanku Nova Aulianda yang sama-sama berjuang dalam
menyelesaikan tugas-tugas dari kampus termasuk PKL, dan teman-temanku
Arum, Eki, Rosi, Kris, Iwan dan Ferry yang dulu selalu bersama dalam
melakukan perjalanan wisata.
15.Ucapan terima kasih yang khusus buat teman-temanku Sri Agustina, Lady
Syahroni Nst, Armayanti, Gagah Hidayah Sakti Hrp, S.P.,
16.Buat seluruh anak Usaha Wisata Stambuk ’08 yang selalu penulis kenang
dalam kebersamaan kita baik dalam perkuliahan maupun kebersaman kita
dalam menikmati perjalanan dan juga buat seluruh anak Perhotelan
Stambuk’08.
Akhirnya penulis berharap semoga kertas karya ini dapat bermanfaat dan
berbagi ilmu bagi pembaca khususnya Program Studi DIII Pariwisata Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara.
Medan, 07 Juni 2011
Penulis,
Rima Desiani Hasibuan
Nim : 082204061
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
ABSTRAK ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1
1.2 Masalah yang Dihadapi ... 2
1.3 Batasan Masalah ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 3
1.5 Metode Penelitian ... 4
1.6 Sistematika Penulisan ... 5
BAB II URAIAN UMUM TENTANG KEPARIWISATAAN ... 7
2.1 Asal Mula Pariwisata ... 7
2.2 Pengertian Pariwisata ... 8
2.3 Ruang Lingkup Kepariwisataan ... 10
2.4 Mitologi Kepariwisataan ... 14
2.5 Sistem Kepariwisataan ... 17
2.6 Peran Masyarakat atau Penduduk dalam Mendukung Pelestarian Objek Wisata ... 18
BAB III Kawasan Lapangan Merdeka ... 25
3.1 Sejarah Kota Medan ... 25
3.1.1 Medan Tanah Deli ... 25
3.1.2 Legenda Kota Medan ... 26
3.2 Profil Sumatera Utara Khususnya Kota Medan ... 27
3.3 Cerita Singkat Lapangan Merdeka ... 30
3.4 Objek-Objek yang Terdapat di Sekitar Lapangan Merdeka ... 32
3.5 Deskripsi Objek-Objek Wisata yang Terdapat di Kota Medan dan Kawasan Lapangan Merdeka ... 33
3.5.1 Objek Wisata di Kota Medan ... 33
3.5.2 Objek Wisata di Sekitar Lapangan Merdeka ... 36
BAB IV UPAYA PELESTARIAN LAPANGAN MERDEKA MEDAN ... 39
4.1 Perubahan Fungsi Lapangan Merdeka ... 39
4.2 Lapangan Merdeka dan Perubahannya ... 44
4.3 Upaya Pemerintah Melestarikan Lapangan Merdeka ... 46
BAB V PENUTUP ... 50
5.1 Kesimpulan ... 50
5.2 Saran ... 51
Daftar Pustaka Daftar Gambar 3.1 Gambar Lapangan Merdeka Zaman Dahulu ... 30
3.2 Gambar Kantor Pos Pusat Medan ... 38
3.3 Gambar Merdeka Walk Pagi Hari ... 42
3.4 Gambar Merdeka Walk Malam Hari ... 43
3.5 Gambar Pintu Masuk Lapangan Merdeka ... 48
ABSTRAK
Untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan sektor Kepariwisataan di tanah air khususnya Kota Medan maka perlu adanya dukungan dari berbagai pihak baik masyarakat, pemerintah maupun dunia usaha yang bergerak dibidang Kepariwisataan.Kota Medan merupakan kota ketiga terbesar di Indonesia setelah Kota Jakarta, dan Surabaya. Dikelilingi sumber daya alam dan tropis yang kaya. Saat ini pemerintah Kota Medan sedang berusaha pula untuk memperbesar luas wilayahnya. Melihat kondisi ini peluang bisnis diberbagai bidang seperti industri, pariwisata perbankan dan lain-lain. Berbicara tentang Kepariwisataan yang ada di Kota Medan, Kota Medan terus berkembang sebagai Daerah Tujuan Wisata. Daerah Tujuan Wisata di Kota Medan memiliki kelebihan dan daya tarik tersendiri karena dilatarbelakangi sejarah dan budaya yang harus tetap dijaga kelestariannya.
Keyword: Pelestarian, Sejarah kota, dan Daerah tujau wisata
ABSTRAK
Untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan sektor Kepariwisataan di tanah air khususnya Kota Medan maka perlu adanya dukungan dari berbagai pihak baik masyarakat, pemerintah maupun dunia usaha yang bergerak dibidang Kepariwisataan.Kota Medan merupakan kota ketiga terbesar di Indonesia setelah Kota Jakarta, dan Surabaya. Dikelilingi sumber daya alam dan tropis yang kaya. Saat ini pemerintah Kota Medan sedang berusaha pula untuk memperbesar luas wilayahnya. Melihat kondisi ini peluang bisnis diberbagai bidang seperti industri, pariwisata perbankan dan lain-lain. Berbicara tentang Kepariwisataan yang ada di Kota Medan, Kota Medan terus berkembang sebagai Daerah Tujuan Wisata. Daerah Tujuan Wisata di Kota Medan memiliki kelebihan dan daya tarik tersendiri karena dilatarbelakangi sejarah dan budaya yang harus tetap dijaga kelestariannya.
Keyword: Pelestarian, Sejarah kota, dan Daerah tujau wisata
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Kota Medan merupakan kota ke 3 (tiga) terbesar di Indonesia setelah
Kota Jakarta dan Surabaya dilihat dari wilayahnya, jumlah penduduk,
aktivitas industri, dan perdagangan barang dan jasa. Saat ini pemerintah Kota
Medan sedang berusaha pula untuk memperbesa luas wilayahnya. Melihat
kondisi ini peluang bisnis diberbagai bidang seperti bidang industri,
pariwisata, perbankan dan lain-lain.
Adapun untuk meunjang pertumbuhan dan perkembangan sektor
Kepariwisataan di Tanah Air khususnya Kota Medan maka perlu adanya
dukungan dari berbagai pihak, baik masyarakat, pemerintah maupun dunia
usaha yang bergerak di bidang Kepariwisataan.
Peran serta masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan Indonesia
dapat terbina bila masyarakat memahami manfaat pariwisata untuk
kepentingan nasional, terutama bagi perbaikan hidup mereka sendiri. Apabila
pariwisata dapat member manfaat bagi masyarakat luas, serta merta
masyarakat akan mendukung pembangunan kepariwisataan di Tanah Air
khususnya Kota Medan.
Berbicara tentang kepariwisataan yang ada di Kota Medan, ada
beberapa tempat tujuan wisata yang saat ini sudah mengalami perubahan
bentuk fungsi dari fungsi utama pada saat diberdirikannya tempat wisata
tersebut. Ini merupakan kurangnya sadar wisata baik dari kalanga masyarakat
bentuk fungsi dari fungsi utama pada saat diberdirikannya tempat wisata
tersebut. Ini merupakan kurangnya sadar wisata baik dari kalanga masyarakat
dan pemerintah yaitu bersikap positif masyarakat dan pemerintah yang
mendukung pembangunan pariwisata Indonesia khsusnya Kota Medan.
Salah satu tempat tujuan wisata yang berada di Kota Medan yang
mengalami perubahan fungsi dari fungsi awal adalah Lapangan Merdeka
yang merupakan titik nol Kota Medan.
Hal tersebut yang menimbulkan rasa simpatik dan ketertarikan serta
menjadi latar belakang bagi penulis dalam pemilihan judul “Upaya
Pelestarian Lapangan Merdeka Sebagai Objek Wisata Sejarah di Kota
Medan”, yang akan dituangkan dalam penulisannya kelak.
1.2 Masalah yang Dihadapi
Di dalam suatu penelitian sering kita menemukan beberapa
permasalahan yang
merupakan kendala dalam pelakasana suatu kerja.
Berdasarkan hal ini, penulis dapat mengemukakan masalah yang
dihapadapi sebagai upaya pelestarian lapangan merdeka di Kota Medan,
yakni:
1. Perubahan bentuk fungsi utama dari fungsi awal pendirian.
2. Kurang terawatnya Lapanga Merdeka sehingga fasilitas yang terdapat
di sana banyak mengalami kerusakan.
3. Tidak ada upaya pemerintah dan masyarakat untuk mempertahankan
fungsi awal Lapangan Merdeka.
4. Kawasan yang semakin sempit akibat banyaknya perubahan –
perubahan yang terjadi di area sekitar Lapangan Merdeka.
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ilmiah, batasan masalah merupakan hal yang sangat
penting agar tidak terjadi kesimpang siuran dari tujuan semula dan lebih
terarah pada pokok pembahasan. Untuk itu penulis lebih memfokuskan
pembatasan masalah mengenai Upaya Pelestarian Lapangan Merdeka di
Kota Medan.
1.4 Tujuan Penelitian
Seperti diketahui bersama bahwa setiap aktivitas selalu mempunyai
tujuan.
Adapun tujuan penulis dalam menyusun kertas karya ini adalah sebagai
berikut:
1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program D III
Pariwisata Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
2. Untuk memperdalam pengetahuan tentang sejarah Lapangan
Merdeka dan Kota Medan.
3. Untuk menerapkan rasa keperdulian terhadap kepariwisataan sejarah
di Kota Medan.
4. Untuk menerapkan pengetahuan yang penulis dapatkan selama
mengikuti studi di bangku perkuliahan.
1.5 Metode Penelitian
Dalam usaha pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penyusunan
karya tulis ini, maka penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
1. Field Research (Studi Lapangan)
Yaitu penelitain yang dilakukan secara langsung ke objek yang akan
di teliti untuk wawancara atau interview dengan pihak uang
bersangkutan dengan meminta keterangn dan informasi yang
diperlukan.
2. Library Research (Studi Kepustakaan)
Yaitu penelitian yang dilakukan melalui buku – buku perpustakaan
dan literature lainnya yang berhubungan dengan pokok bahasan.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan sangat membantu penulis dalam
menyelesaikan kertas karya ini. Dalam sistematika penulisan ini digambarkan
secara garis besar hal – hal yang akan dijabarkan pada bab berikutnya.
Bab I : membahas tentang pemilihan judul, ruang lingkup
permasalahan, tujuan penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
Bab II : membahas mengenai uraian umum tentang Kepariwisataan,
Asal Mula Pariwisata, Pengertian Kepariwisataan, Ruang
lingkup Kepariwisataan, Mitologi Kepariwisataan, Sistem
Kepariwisataan dan Peran Masyarakat dalam mendukung
pelestarian objek wisata.
Bab III : membahas tentang uraian Lapangan Merdeka, sejarah Kota
Medan, sejarah Lapangan Merdeka, bangunan-bangunan
bersejarah yang terdapat di area Lapangan Merdeka.
Bab IV : merupakan tinjauan umum tentang perubahan fungsi
Lapangan Merdeka dan analisa permasalahan yang
menguraikan tentang bagaimana upaya pemerintah Kota
Medan dan masyarakat untuk mengupayakan pelestarian
lapangan merdeka pada awal berdirinya sebagai salah satu
tempat bersejarah di Sumatera Utara, Kota Medan khususnya.
Bab V : merupakan kesimpulan dari bab–bab sebelumnya yang
terdahulu dan saran- saran yang diambil penulis dari
perbandingan antara teoritis dan kenyataan yang ada di
lapangan.
BAB II
URAIAN UMUM TENTANG KEPARIWISATAAN
2.1 Asal Mula Pariwisata
Pada mulanya nenek moyang manusia hidup tidak menetap. Mereka
berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Bangsa pertama yang
dianggap sebagai orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan bersenang-senang
adalah bangsa Romawi. Pada waktu itu mereka telah melakukan perjalanan
beratus-ratus mil dengan menunggang kuda guna melihat candi-candi dan piramid
penginggalan bangsa Mesir kuno. Di zaman pertengahan, semasa kerajaan Romawi
sedang jaya-jayanya, dibangunlah jalan raya sepanjang 350 mil dari Romawi ke kota
Brundsium. Dengan demikian rakyat dapat dengan mudah melakukan perjalanan dari
suatu kota ke kota lainnya.
Pariwisata merupakan manifestasi gejala naluri manusia sejak purbakala,
yaitu hasrat untuk mengadakan perjalanan. Lebih dari itu pariwisata dengan ragam
motivasinya akan menimbulkan permintaan-permintaan dalam bentuk jasa-jasa dan
persesdiaan-persediaan lain. Permintaan akan barangdan jasa ini terus meningkat
sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia. Di negara-negara yang sedang
berkembang akan terjadi perluasan lingkup kepentingan-kepentingan. Sedang di
negara-negara yang sudah maju selain lingkup kepentingan yang luas, waktu luang
pun bertambah dan banyak karena ditunjang oleh kenaikan pendapatan serta
transportasi yang lancar dan cepat. Sejalan dengan itu terjadi pula peningkatan
pendidikan, pengetahuan, dan kecerdasan di kalangan penduduk.
Sebagai akibat perkembangan-perkembangan tersebut, motivasi-motivasi
untuk mengadakan perjalanan menjadi lebih kuat, lebih-lebih setelah ditunjang oleh
kemajuan-kemajuan di bidang teknologi, hasrat untuk mengadakan perjalanan
menjadi lebih mudah terpenuhi. Dan kita dapat menyaksikan betapa deras arus
perjalanan manusia dalam rangka berwisata meski motivasi mereka kadangkala
berbeda-beda.
2.2 Pengertian Kepariwisataan
Pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan
tujuan keluar dari pekerjaan – pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya.
Aktifitas dilakukan selama mereka tinggal di tempat yand dituju dan fasilitas dibuat
untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kepariwisataan (Tourist) diartikan sebagai
suatu kegiatan usaha melayani serta memenuhi keinginan dan kebutuhan orang –
orang sedang melakukan perjalanan.
Defenisi pariwisata yang mendasarkan pada pendekatan ekonomi
dikemukakan oleh seorang ahli ekonomi Australia Herman V schulalard sebagai
berikut:
“Kepariwisataan adalah sejumlah operasi atau kegiatan terutama yang
bersifat ekonomi yang secara lalngsung berkaitan dengan masuk, tinggal dan
bergeraknya orang – orang asing di dalam suatu negara, kota atau wilayah”.
E Guller memberikan rumusan pariwisata sebagai berikut:
“Pariwisata (dalam artian modern) adalah fenomena dari zaman sekaranga yand didasarkan kebutuhan kesehatan pergantantian hawa sebagi satu penilaian yang sadar dan tumbuhnya rasa cinta terhadap keindahan alam sebagai akibat dari pergaulan perkembangan berbagai bangsa dan kelas masyarakat yang merupakan hasil dari perkembangan perniagaan, industry perdagangan dan penyempurnaan alat-alat pengangkutan”.
Menurut Prof K Krapf adalah sebagai berikut:
“Kepariwisataan adalah keseluruhan hubungan dan fenomena yang timbul
dari perjalanan dan tinggalnya manusia yang bertujuan tidak membangun
atau menciptakan tempat tinggal tetap”.
Pelajaran pariwisata adalah suatu pelajaran untuk keluar dari keadaan
biasanya dan ini dipengaruhi oleh keberadaan ekonomi, fisik, dan kesejahteraan
social wisatawan yang akan melakukan kegiatan wisata. Harapan dan penyesuaian
dibuat oleh penduduk yang menerima mereka dan terdapat peran perantara dan
instansi pengelola perjalanan wisata menjadi pengeah antara wisatawan dan
penduduk di daerah tujuan wisata.
Pengelolaan kegiatan pariwisata sangat diperlukan dalam rangka menahan
wisatawan untuk tinggal lebih lama di daerah tujuan wisata dan bagaimana agar
wisatawan membelanjakan uangnya sebanyak – sebanyaknya selama melakukan
perrjalanan wisata. Makin lama wisatawan berada di suatu tempat akan
meningkatkan pengeluaran mereka dan kemungkinan menamabah dorongan makin
banyak orang akan ikut serta pada kunjungan berikutnya jika kesan yang dibawa
adalah pengalaman wisata yang menarik, yang akan membangkitkan perusahaan jasa
seperti jasa transportasi, hiburan, akomodasi dan jasa lainnya yang mendukung
penyelenggaraan perjalanan wisata.
2.3 Ruang Lingkup Kepariwisataan
Sebelum mengkaji lebih jauh mengenai pariwisata dan memperkirakan
pengaruhnya terhadap perekonomian, lingkungan fisik dan social, maka terlebih
dahulu perlu dibuat definisi yang tepat mengenai kepariwisataan.
Frechtling (1976: 59) menyatakan bahwa defenisi–definisi untuk penelitian
kepariwsataan haruslah memenuhi criteria sebagai berikut:
1. Haruslah diskrit dan tidak meragukan serta harus sescara jelas mendefinisikan
tentang suatu aktifitas atau suatu entity sebagai aktifias atau entuty yang
berbeda dengan selaurh aktifitas dan entity lainnya. Yakni harus tidak ada
keraguan mengenai apa yang mencakup atau tidak tercakup dalm suatu
kategori.
2. Mempermudah pengukuran yang konsisten dan obyektif.
3. Pembuatan definisi harus mengacu pada penelitian–penelitian terpenting
mengenai perjalanan wisata dan pengguanan bahasa sehari–hari untuk
mempernudah perbandingan antara hasil–hasail yang dicapai dengan hasil
penelitian.
Prinsip–prinsip diatas kurang dapat perhatian dalam penelitian-penelitian
yang telahdilaksanakan hingga dewasia ini.
Dalam penelitian dampak-dampak yang timbul oleh kepariwisataan adalah
unsure utama dari kepariwisataan itu sendiri, yakni tourist (wisatawan).
Kata Tourist berasal dari kata tour yang menurut Webster Internasional
mengandung arti:
Suatu perjalanan dimana pelaku perjalanan tersebuta akan kembali ke titik
start; suatu perjalanan melingkar yang biasanya dilakukan untuk bisnis,
bersenang-senang, pendidikan dan selama perjalanan tesebut akan dikunjungi
beberapa tempat dan untuk melakukan perjalanan tersebut biasanya terlebih
dahulu telah dibuat rencana perjalanan.
Menurut Oxford English Dictionary (1993: 190) defenisi dari tourist adalah:
Orang yang melakukan perjalanan, terutama yang melakukannya untuk rekreasi; orang yang melakukan perjalanan untuk kesenangan dan kenudayaan, orang yang mengunjungi sejumlah tempat untuk melihat-lihat objek-objek wisata dengan pemandangan yang menarik atau hal- hal lain dengan tujuan yang sama.
Ogilvie (1993) merupakan orang pertama yang melakukan penelitian ilmu sosial.
Dia menguraikan bahwa seorang turis adalah setiap orang yang melakukan perjalanannya memenuhi 2 kondisi, yaitu sebagai berikut:
1. Orang tersebut sedang tidak berada di tempat kediamannya selam periode
waktu tertentu yang relatif singkat.
2. Uang yang dibelanjakan selama tidak berada di tempat kediamannya adalah
uang yang dibawa dari tempat kediamannya dan bukan uang yang diperoleh
di tempat tujuan yang dikunjunginya.
Cohen (1974: 529) mengomentari bahwa defenisi dari Ogilvie mengenai
wisatawan tersebut diatas merupakan penerjemahan isi yang ditemukan dalam
defenisi-defenisi lainny, defenisi bahwa wisatawan adalah:
“Orang yang melakukan perjalanan untuk rekreasi atau kesengangan ke
dalam bentuk-bentuk ekonomi sebagai konsumen”.
Frechtlign (1976: 60) dalam analisisnya mengenai definisi-defenisi tersebut
diatas tlah menyusun empat criteria dasar yang diperguanakan dalam perumusaan
defenisi tersebut yaitu:
1. Tujuan perjalanan
2. Moda Transportasi
3. Lama tinggal di tempat tujuan
4. Jarak perjalanan.
The National Tourism Resources Review Commission (NTRRC) mendefenisikan wisatawan sebagai berikut:
“Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan dengan jarak rempuh sekurang-kurangnya 50 mil hingga ke tempat tujuan untuk keperluan bisnis, bersenang-senang, urusan pribadi atau untuk keperluan lainnya, kecuali
perjalanan pulang pergi untuk pekerjaan. Biro sensus Amerika Serikat juga telah membuat definisi hampir sama dengan defenisi tersebut, tetapi memeperpanjan g jarak tempuhnya menjadi 100 mill”.
Pada tahun 1963 PBB telah mensponsori suatu konferensi nengenai travel
dan pariwisata yang diadakan di Roma. Untuk keperluan statistik, istilah visitor
(pengunjung) menunjukkan orang yang mengunjungi suatu negara dimana dia
bertempat tinggal, untuk berbagai tujuan selain dari memenuhi kesempatan yang
diberikan oleh negara yang dikunjungi. Defenisi ini mencakup:
1. Tourist adalah para pengunjung sementara yang tinggal sekurang-kurangnya 24 jam di Negara yang dikunjingi dan tujan perjalanan dapat diklasifikasikan
dibawah salah satu dari beberapa golongan berikut:
Untuk bersenang-senang (rekreasi, berlibur, kesehatan, belajar,
keagamaan dan olahraga). Bisnis, keluarga, mission, rapat
2. Excursionist adalah orang yang merupakan pengunjung sementara yang kurang dari 24 jam di negara atau daerah yang dikunjungi para pelaku
perjalanan melakukan kapal-kapal pesiar (Internasitional Union of Official
Travel Organization (IUOTO, 1963: 14)
Menurut defenisi dari PBB tersebut diatas, wisatawan dapat dikelompokkan,
dalam peristilahan Bound Bovy, menjadi rekreasi akhir pekan dan libur singkat serta
menjadi libur panjang. Orang yang melakukan rekreasi akhir pekan dan rekreasi
suatu hari dapat dimasukkan dalam kategori wisatwan ekserkusi (excercusionist).
Namun demikian pembedaan ini gagal untuk memisahkan dampak-dampak dari
bentuk rekreasi lainnya karena kedua kelompok ini dapat sama-sama berpartisipasi
dalam aktivitas yang sama di lokasi yang sama.
2.4 Mitologi Kepariwisataan
Dalam perubahan masa, satu ketetapan pada dua dekade belakangan ini
terus-menerus dikembangkan kedua hal dari kepariwisataan, yaitu aktivitas dan industri.
Kepariwisataan merupakan hal yang luar biasa dalam menahan kondisi politik dan
ekonomi yang merugikan dan perkembangannya tidak dapat dielakkan sebagai pasar
yang menarik, dilain pihak kepariwisatan tidak jarang menjadi kambing hitam
sebagai penyebab menurunnya nilai-nilai social dalam masyarakat, dan seringkali
pekerjaan dan perolehan keuangan dari kepariwisataan tampaknya terselubung dalam
berbagai tujuan.
Jelasnya kesan yang menarik dari kepariwisataan menjadi sedikit pudar
dengan adanya persepsi umun yang salah dalam menafsirkan kepariwisataan.
Kondisi ini perlu diantisipasi dengan solusi sebagai berikut:
1. Kepariwisataan didominasi oleh wisatawan domestik (melakukan perjalanan
di negerinya sendiri) dan bukan wisatawan mancanegara.
2. Perjalanan kepariwisaataan di dunia dilakukan dengan transportasi melalui
darat, bukan melalui udara.
3. Pariwisata bukan semata-mata mengisi waktu luang, tetapi dapat juga
merupakan urusan bisnis, pemeliharaan dan perawatan kesehatan,
pendidikan, dll.
Pariwisata sudah sepantasnya untuk dijadikan suatu bentuk kajian ilmu
pengetahuan yang akan terus mengalami perkembangan menjadi bidang studi dan
kemudian mengarah pada suatu disiplin ilmu. Peningkatan dan pengembangan studi
kepariwisataan ini menemui beberapa permasalahan, diantaranya:
1. Seputar masalah kepariwisataan itu sendiri merupakan masalah yang cukup
kompleks, yaitu berupa ketidaktransparanan dan kelemahan konsepnya,
membuat sebagian orang masih tidak menyetujui konsep dan defenisi
peristilahan dalam kepariwisataan, dan terdiri dari apa sajakah kepariwisataan
itu.
2. Kepariwisataan melliputi bermacam-macam sektor industri dan pokok-pokok
akademik, akan tetapi memberikan sumber yang tidak pasti, juga kepada para
siswa.
3. Kepariwisataan mengalami kekurangan sumber data yang seragam serta
berkualitas.
Dalam memandang kompleksitas kepariwisataan tersebut, Leiper
mengemukakan 3 elemen kepariwisataan, yaitu kegiatan wisatwan, sector-sektor
industri dan letak geografis dari daerah tujuan wisata, yang diuraikan lebih lanjut
sebagai berikut:
1) Wisatawan
Wisatawan merupakan pelaku utam dalm system ini. Pariwisata
merupakan suatu pengalaman manusia yang meneyenangkan dan
membantu membuang rasa jenuh dari kehidupan sehari-hari yang bersifat
rutin dan membosankan.
2) Letak Geografis
Dalam system ini, terdapat 3 daerah utama, yaitu:
a. Daerah Asal Wisatawan
Yaitu daerah yang membangkitkan kunjungan wisatawan menuju
daerah atau Negara tertentu.
b. Daerah Tujuan Wisata
Dalam banyak hal, daerah tujuan wisata merupakan akhir dari
perjalanan wisata, di tempat wisata pengaruh kuat dari kepariwisataan
akan banyak dirasakan. Di tempat inilah wisatawan
mengimplementasikan rencana dan tujuan utama perjalanan
wisatanya.
c. Daerah Rute Transit
Daerah ini merupakan daerah antara tempat persinggahan sementara
bagi wisatawan yang sedang melakukan perjalanan. Tidak menutup
kemungkinan bahwa daerah ini menjadi tujuan akhir dari perjalanan
wisatawan dikarenakan beberapa alasan sehingga wisatawan tidak
melanjutkan perjalannya ke daerah wisata yang dituju.
3) Industri Pariwisata
Bagian ini dipandang sebagi kegiatan perusahaan dan organisasi yang
menyangkut pengantar produk kepariwisataan. Adapaun yang termasuk
dalam industri pariwisata adalah industri yang terkait dengan
penyelenggaraan kegiatan wisata untuk melayani wisatawan sejak
keberangkatan dari tempat asal hingga tiba di tempat tujuan, seperti: biro
perjalanan wisata, transportasi, hotel, toko cendramata, dll.
Ketiga elemen yang disebutkan diatas saling berinteraksi satu dengan
yang lain, tidak hanya sebagai pengantar produk pariwisata tetapi juga dalam hal
transaksi dan daya tarik dari pariwisata itu sendiri.
2.4 Sistem Kepariwisataan
Sistem Kepariwisataan yang kompleks ini menurut para pengelola usaha
pariwisata untuk mampu:
- Mengontrol perubahan-perubahan yang terjadi dilingkungannya
- Mengelola sumber daya manusia yang mampu menjaga mutu produk
- Mempelajari karakateristik pariwisata yang akan datang ke daerahnya.
Dari model yang sederhana di atas, dapat dilihat bahwa kepariwisataan dapat
dipandang sebagi suatu jajaran dari seluruh individu, perusahaan, organisasi, dan
pengantar dari suatu kegiatan wisata.
Untuk mendefenisikan kepariwisataan yang tidak hanya meliputi keprcayaan
dan rasa memeliki saja, tetapi juga pertimbangan yang lebih praktis mengenai
ukuran dan perundang-undangan .
Sifat dasar dari kepariwisataan tersebut adalah sebagai berikut:
- Kepariwisataan timbul di luar pergerakan manusia dan tempat tinggalnya
dengan tujuan yang berbeda-beda.
- Ada dua elemen dalam kepariwisataan, yaitu tujuan perjalanan dan lama
tinggal wisatawan di tempat wisata.
- Merupakan perjalanan dengan meninggalkan tempat asalnya dan tinggal di
suatu tempat yang memberikan suatu suasana yang berbeda.
- Lama tinggal di suatu tempat wisata bersifat sementara dan dalam waktu
yang pendek untuk kemudian kembali ke tempat asalnya.
2.5 Peran Masyarakat atau Penduduk dalam Mendukung Pelestarian Objek Wisata
Persepsi penduduk mengenai dampak lingkungan pariwisata sekarang
menjadi bidang penelitian penting di berbagai bagian dunia.
Lui, Sheldon dan Var (1987) mengatakan bahwa:
“Persepsi penduduk suatu wilayah tentang pariwisata berbeda-beda dari sisi
kualitas dan intensitas”.
Persepsi penduduk mengenai dampak lingkungan pariwisata juga ditemukan
merupakan fungsi rasio wisatawan-penduduk, dikaitkan dengan daya tampung
wilayah.
Lui et al.(1987) mengatakan bahwa:
“ Kalau rasio wisatwan-penduduk naik, maka bertambah tinggi pula persepsi
negatif mengenai dampak pariwisata pada lingkungan fisik, dan demikian
juga halnya dengan persepsi perlunya melindungi apa saja yang masih tersisa
dari lingkungan bersangkutan”.
Duffield dan Long (1982) menemukan bahwa,
“Wilayah-wilayah yang memiliki rasio wisatwan penduduk yang rendah
cenderung mempunyai penduduk yang bersikap positif mengenai dampak
pariwisata”.
Belisle dan Hoy (1980) menyimpulkan bahwa:
“ Sikap positif penduduk merupakan fungsi dari tahap perkembangan
pariwisata di wilayah bersangkutan, dan karena itu juga fungsi dari persepsi
tentang dampak sosisal, budaya dan fisik pariwisata pada masyarakat
bersangkutan dan lingkungannya”.
Lui, Sheldon dan Var (1987) juga menemukan bahwa,
“ Penduduk tidak hanya menyalahkan wisatawan atas perubahan-perubahan
lingkungan, tetapi juga memahami berbagai manfaat yang dihasilkan industri
tersebut, seperti pelestarian bangunan dan tempat bersejarah”.
Ada gunanya dicatat bahwa sebagian besar kajian terfokus pada persepsi
menyeluruh mengenai dampak pariwisata, bukan unsur-unsur dari fasilitas tertentu di
dalam suatu fungsi masyarakat. Kajian mengenai unsur-unsur dan fasilitas ini
dilakukan oleh penelitian di bawah ini:
Allen, Long, Perdue dan Keiselbach (1988) mempelajari 33 unsur khusus
mengenai kehidupan masyarakat yang mewakili tujuh aspek fungsi masyarakat:
Pelayanan umum
Faktor ekonomi
Faktor lingkungan Pelayanan kesehatan
Peran serta warga
Pendidikan formal dan
Pelayanan rekreasi bersama dan pembangunan pariwisata.
Kajian mereka mengungkapakan bahwa peran serta warga, pelayanan umum
dan lingkungan merupakan hal-hal paling peka bagi perkembangan pariwisata. Kalau
pariwisata semakin berkembang, maka kepuasan responden dalam hal
kesempatan-kesempatan bagi peran serta warga dan pelayanan umum menurun, demikian pula
dengan kedudukan penting yang diberikan penduduk kepada peran serta warga.
Kepuasan dari sisi pelayanan kesehatan dan kesempatan rekreasi dan kedudukan
penting yang diberikan pada soal lingkungan lebih merupakan fungsi dari jumlah
penduduk dari pada perkembangan pariwisata secara keseluruhan.
1. Faktor- faktor yang mempengaruhi sikap penduduk
Sikap masyarakat pada peluang dan maslah yang diakitabtkan oleh
pertumbuhan pariwisata tergantung pada berbagai faktor, dan salah satu yang
terpenting diantaranya adalah sikap dasar masyarakat pada pariwisata.
Banyak pengamat (misalnya British Tourist Authority 1975, de Kadt 1979,
MacFarlane 179) mengatakan bahwa:
“ Faktor yang berpengaruh besar pada sikap masyarakat terhadap pariwisata
adalah tingkat hubungan wisatawan dengan penduduk setempat. Selain itu,
tingkat hubungan ini tidak sama, tetapi berbeda-beda dari satu tempat ke
tempat lain”.
Smith (1980) mengajukan suatu model untuk menjaelaskan pengaruh tempat
ini.
Menurut pendapatnya,
“Kalau harapan dan kebutuhan wisatawan terpenuhi di wilayah tujuan inti,
maka wisatawan bersangkutan akan tetap di situ dan cenderung tidak akan
mencoba masuk ke wilayah perumahan penduduk di tempat-tempat sekitar
wilayah inti tadi”.
Murphy (1980,1981) menemukan bahwa,
“Penduduk dari tipe-tipe tertentu memiliki sikap yang lebih positif mengenai
pariwisata daripada penduduk lainnya. Penduduk yang lebih mempunyai
kepentingan ekonomi dalam pariwisata lebih bersikap bersahabat pada
wisatawan daripada penduduk lainnya”.
Beberapa kalangan mengatakan, salah satu sebab mengapa penduduk
setempat umumnya memeberikan nilai rendah pada pariwisata, dibangingkan dengan
kelompok lain seperti pengusaha dan pemerintah setempat, ialah karena merka tidak
tahu besarnya manfaat ekonomi yang dihasilkan pariwisata bagi masyarakat mereka.
British Tourist Authority (1975), yang dikutip Murphy (1985), menemukan bahwa:
“Masyarakat umumnya mendapat informasi yang salah mengenai sumbangan
pariwisata baik bagi ekonomi masyarakat setempat maupun bagi ekonomi
nasional”.
Faktor-faktor lain juga dikemukakan untuk menjelaskan perbedaan dalam
sikap ini. Murphy (1981) menemukan ada kaitan erat antara peranan pariwisata yang
bersifat musiman dan masyarakat setempat dan sikap warganya.
Kajian dalam kerangaka yang lain menemukan hasil yang mirip dengan
kajian Murphy (1985) di Inggris. Belisle dan Hoy (1980) mengatakan bahwa:
“ Penduduk setempat umumnya mengatakan meningkatnya kejahatan seperti
perampokan, pengedaran obat bius, penyelundupan, dan pelacuran
disebabkan oleh pertumbuhan pariwisata. Namun demikian, mereka
umumnya menyambut baik pertumbuhan wisatawan karena manfaat ekonomi
yang mereka peroleh”.
Murphy juga menemukan bahwa,
“Masyarakat setempat makin banyak memberi perhatian pada masalah
sampah dan kerusakan yang umumnya mereka kaitkan dengan gelombang
masuknya wisatawan”.
Berkaitan dengan sampah, kajian di Turki oleh Var, Kendall dan Tarakcioglu
(1985) menemukan bahwa,
“Meskipun sampah merupakan persoalan bagi penduduk, ketiga peneliti ini
yakin bahwa lingkungan lebih banyak dikotori oleh penduduk setempat
daripada oleh wisatawan”.
Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa jika industri
pariwisata ingin memperbaiki citranya dalam kaitannya dengan masyarakat setempat,
maka harus dicari jalan untuk meningkatkan manfaat dan menghilangkan sedapat
mungkin persoalan-persoalan tersebut di atas. Kita yakin bahwa titik permulaan yang
tepat ialah mengurangi rasa tertekan dan gangguan yang dirasakan masyarakat yang
berkaitan dengan makin bertambahnya volume kegiatan usaha dengan cara
memisahkan berbagai fungsi dan membatasi pembangunan di daerah tertentu.
BAB III
KAWASAN LAPANGAN MERDEKA
3.1 Sejarah Kota Medan
3.1.1 Medan Tanah Deli
Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan
keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai
melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai
itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei
Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera.
Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus
lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu
merangkaikan Medan dengan Deli (Medan–Deli). Setelah zaman kemerdekaan lama
kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya
kurang populer.
Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang)
sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa
pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah diantara kedua sungai
tersebut.
Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan
disana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman
penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863
orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi
primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan
menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara.
3.1.2 Legenda Kota Medan
Menurut legenda di zaman dahulu kala pernah hidup di Kesultanan Deli lama
kira-kira 10 Km dari Kampung Medan yakni di Deli Tua sekarang seorang Putri
yang sangat cantik dan karena kecantikannya diberi nama Putri Hijau. Kecantikan
Putri ini tersohor kemana-mana mulai dari Aceh sampai ke ujung Utara Pulau Jawa.
Sultan Aceh jatuh cinta pada Putri itu dan melamarnya untuk dijadikan
permaisurinya. Lamaran Sultan Aceh itu ditolak oleh saudara kedua laki-laki Putri
Hijau. Sultan aceh sangat marah karena penolakan itu dianggapnya sebagai
penghinaan terhadap dirinya. Maka pecahlah perang antara Kesultanan Aceh dengan
Kesultanan Deli.
Menurut legenda yang tersebut diatas, dengan menggunakan kekuatan gaib
seorang dari saudara Putri hijau menjelma menjadi seekor ular naga dan seorang lagi
menjadi sepucuk meriam yang tidak henti-hentinya menembaki tentara Aceh hingga
akhir hayatnya.
Kesultanan Deli lama mengalami kekalahan dalam peperangan itu dan karena
kecewa Putra Mahkota yang menjelma menjadi meriam itu meledak sebagian, bagian
belakangnya terlontar ke Labuhan Deli dan bagian depannya kedataran tinggi Karo
kira-kira 5 Km dari Kabanjahe.
Putri Hijau ditawan dan dimasukkan dalam sebuah peti kaca yang dimuat
kedalam kapal untuk seterusnya dibawa ke Aceh. Ketika kapal sampai di Ujung
Jambo Aye, Putri Hijau mohon diadakan satu upacara untuknya sebelum peti
diturunkan dari kapal. Atas permintaannya, harus diserahkan padanya sejumlah beras
dan beribu-ribu telur dan permohonan tuan Putri dikabulkan. Tetapi baru saja
uapacara dimulai tiba-tiba berhembuslah angin ribut yang maha dahsyat disusul
gelombang-gelombang yang sangat tinggi.
Dari dalam laut muncullah abangnya yang telah menjelma menjadi ular naga
itu dan dengan menggunakan rahangnya yang besar itu diambilnya peti tempat
adiknya dikurung, lalu dibawanya masuk ke dalam laut. Legenda ini sampai sekarang
masih terkenal di kalangan masyarakat Deli dan malahan juga dalam masyarakat
Melayu di Malaysia.
Di Deli Tua masih terdapat reruntuhan Benteng dan Puri yang berasal dari
zaman Putri Hijau, sedang sisa meriam penjelmaan abang Putri Hijau itu dapat
dilihat di halaman Istana Maimun Medan.
3.2 Profil Sumatera Utara Khusunya Kota Medan
Indonesia dikenal sebagai kawasan yang penuh dengan petualangan. Begitu
juga dengan suasananya yang sulit untuk dilupakan. Salah satunya adalah Provinsi
Sumatera Utara, sebagai pintu gerbang daerah tujuan wisata (DTW) di sebelah barat
Indonesia.
Provinsi Sumatera Utara dengan ibu kota Medan, penduduknya terdiri dari
atas beberpa kelompok masyarakat yang terdiri dari masyarakat Melayu, Batak Karo,
Batak Toba, Batak Mandailing, Batak Simalungun, Angkola dan Nias, selain itu di
Sumatera Utara juga terdapat suku-suku bangsa lain seperti Aceh, Padang, Sunda,
Jawa, Banjar, Bugis, India dan Cina.
Kelompok masyarakat tersebut menganut berbagai agama seperti Islam,
Kristen, Hindu dan Budha, aliran kepercayaan karena itu maka adat istiadatnya pun
bertradisi agama yang mereka anut, namun faham kegotongroyongan masih tetap
berjalan dalam masyarakat.
Apalagi Sumatera selain pulau terbesar kedua dari 17.054 pulau di Nusantara
dan sangat dekat dengan daratan benua Asia baik secara geografis maupun histories.
Provinsi Sumatera Utara terletak antara Sealat Malaka di sebelah timur dan birunya
Samudra Indonesia sebagai batas di sebelah barat.
Dikelilingi sumber daya alam tropis yang kaya, Sumatera Utara memiliki
panorama spektakuler, antaranya dataran tinggi Bukit Barisan, hamparan sawah yang
permai, batu karang berwarna warni serta berbagai objek wisata yang nyaman.
Letaknya yang relative dekat dengan Malaysia dan Singapura membuat provinsi ini
menjadi tujuan yang populr bagi wisatwan manca-negara. Sumatera Utara terus
berkembang sebagai DTW olah raga alternative, seperti Arung Jeram, Kayak Arus
Deras, Selancar, Sepeda Gunung, Menyelam dan lain sebagainya.
Provinsi ini meliputi areal 71.680 kilometer persegi, terdiri dari dataran
rendah ditumbuhi hutan bakau di bagian timur dan daerah berpegunungan yang
luasnya hamper dua pertiga luas provinsi. Tidak terkecuali salah satu danau terbesar
di dunia yang diakibatkan oleh letusan gunung berapi, dikenal dengan Danau Toba.
Perbedaan alam yang mencolok ini menciptakan pemandangan unik tiada
bandingnya.
Adapun objek-objek wisata yang terdapat di Sumatera Utara khususnya Kota
Medan adalah:
No Objek Wisata di Kota Medan Jenis Objek
1 Istana Maimoon Sejarah
2 Mesjid Raya Bangunan
3 Klenteng Gunung Timur Sejarah
4 Rahmat Gallery Fauna
5 Kuil Shri Mariamman Bangunan
6 Kebun Binatang Fauna
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Medan
3.3 Cerita Singkat Lapangan Merdeka
Lapangan Merdeka itu peninggalan sejarah sebagai bukti buat anak cucu
disanalah para pejuang bangsa membacakan Teks Proklamasi Kemerdekaan RI 1945.
Di sisi pinggiran lapangan terdapat pohon-pohon rindang sebelumnya sebagai
tempat berteduhnya warga Medan. Pohon-pohon raksasa tampak jelas berumur lebih
dari seratus tahun menghiasi alun-alun dan dikelilingi oleh bangunan tua yang sangat
indah apalagi pada saat berada di lapangan tersebut dapat menyaksikan langsung
bangunan tua tersebut. Berikut gambar Lapangan Merdeka pada zaman dahulu.
7 Asam Kumbang Taman Buaya
8 Tjong A Fie Sejarah
9 Menara Tirtanadi Sejarah
10 Museum Perjuangan Sejarah
m m b t b p A
masih b
[image:43.842.246.633.115.350.2]mengam D besar di tersebut berfungs pameran G S Alun-alu berfungsi mbil temp Di sekita iantarany menjad si sebag n produk Gambar 3 Sumber : un denga i sebaga
pat di lap
ar Lapan ya Kanto di pusat gai tem k UKM 3.1 Lapa www.g an poho ai alun-a pangan b
ngan M
or Pos, kota dan mpat dila atau upa angan M google.co on-pohon alun Kot berumpu
Merdeka M
Hotel, B
n pusat aksanaka acara pe Merdeka p om n besar ta Meda
ut rapi in
Medan
Bank, da
perdaga
annya s
eringatan pada zam Lapang an, Shol ni. tersebut an stasiu angan. S serangka n. Sejak man dahu gan Mer lat Idul dibangu un keret ekarang aian aca dua tah ulu rdeka sa Fitri mi unlah ge
ta api hi
, di Lap
ara sere
hun terak
ampai sa
isalnya,
edung-g
ingga w
pangan M
emoni s
khir suda aat ini masih gedung wilayah Medan seperti ah ada
Merdeka Walk yang menutupi Lapangan Merdeka sebagai pusat makanan dan
hiburan.
Namun satu hal yang harus menjadi contoh, meskipun banyak gedung yang
dibangun di sekitar situ, Lapangan Merdeka Medan sama sekali tak diganggu gugat.
Lokasi tersebut tetap dibiarkan terbuka dan bersih. Dulu di situ ada monumen perang
Tamiang. Monumen yang mencatat bagaimana dan siapa-siapa saja tentara belanda
yang gugur saat berperang dengan tentara Tamiang. Tapi di tahun 1950-an monumen
itu dihancurkan oleh PKI.
Ternyata bukan di situ saja terdapat patung dan monumen bersejarah. Di atas
puncak air mancur depan gedung kantor pos pun dulunya terdapat patung Nienhuys.
Patung tersebut didirikan salah satunya untuk mengenang dia sebagai tokoh bisnis di
Kota Medan. Tapi, lagi-lagi, patung itu kini sudah tak bisa lagi ditemukan di air
mancur itu, patung tersebut disimpan oleh salah satu pihak perkebunan yang saat ini
telah berganti nama menjadi PTP.
Ceritanya, karena gedung-gedung utama dibangun di area sekitar lapangan
hingga menjadi pusat perdagangan dan pusat kota, maka pada abad ke-19 Lapangan
Merdeka Medan disepakati sebagai titik nol-nya Kota Medan.
3.4 Objek-Objek yang Terdapat di Sekitar Lapangan Merdeka
Di sekitar kawasan Lapangan Merdeka dikelilingi oleh bangunan-bangunan
bersejarah yang berdiri sejak zaman colonial Belanda. Mulai dari bangunan
bersejarah dari kawasan Kesawan Square hingga di sekitar kawasan Lapangan
Merdeka.
Berikut adalah bangunan-bangunan bersejarah yang terdapat di sekitar
Lapangan Merdeka:
No Bangunan bersejarah di sekitar kawasan Lapangn Merdeka
1 Gereja Immanuel
2 Lonsum
3 Tjong A Fie
4 Restoran Tip Top
5 Bank Indonesia
6 Hotel Dharma Deli
7 Kantor Pos
3.5 Deskripsi Objek-Objek Wisata yang Terdapat di Kota Medan dan di Sekitar Kawasan Lapangan Merdeka
3.5.1 Objek Wisata di Kota Medan
1. Istana Maimoon
Istana Maimoon merupakan salah satu objek wisata utama di Medan.
Istana ini dibnagun pada tahun 1888 oleh Sultan Makmun Al Rasyid
Perkasa Alamsyah. Sultan Makmun Al-Rasyid memerintah dari tahun
1873-1924. Arsiteknya adalah TH.Van Erp bekerja seabgai tentara
KNIL. Rancangannya melambangkan Bangunan Tradisional Melayu dan
India Muslim. Sedangkan gaya arsitekturnya perpaduan antara Indonesia,
Persia dan Eropa.
2. Mesjid Raya
Mesjid ini sebgai lambang kota Medan. Mesjid ini dapat menampung
sekitar 1.500 jamaah. Mesjid ini dibangun oleh Sultan Makmun Al
Rasyid didesain oleh Dengimans dari Belanda dengan gaya Moorish dan
berdiri pada tahun 1906.
3. Klenteng Gunung Timur
Vihara Gunung Timur dikenal sebagai Vihara Budha tertua di Medan.
Didirikan oleh umat Budha pada tahun 1962, terletak di suatu lokasi
strategis di tepi sungai Babura. Vihara ini digunakan untuk
bersembahyang setiap hari dan juga digunakan untuk acara ritual lainnya
dalam agama Budha seperti memperingati hari ulang tahun Sidharta
Gauta-Ma biasanya tanggal 4 s/d 15 April setiap tahun, Perayaan Imlek
dan sebagainya.
4. Rahmat Gallery
“Rahmat” International Wildlife Museum & Gallery adalah satu-satunya
di Asia yang memiliki ± 850 koleksi satwa dari berbagai negara.
Keseluruhan spesies diawetkan dengan penampilan ekspresif dan anatomi
estetika berkualitas tinggi sehinggaa benar- benar terlihat seperti binatang
hidup. Museum yang terbagi dalam 6 bagian, menampilkan kelompok
binatang menyusui, unggas, binatang melata, ampibi, ikan dan serangga.
Keseluruhan binatang dikumpulkan secara professional melalui kejuaraan
berburu yang sesuai dengan peraturan konservasi binatang liar
internasional.
5. Kuil Shri Mariamman
Kuil Shri Mariamman merupakan Kuil Hindu tertua di Medan. Dibangun
pada tahun 1884 oleh umat Hindu dan berada di jalan Zainul Arifin.
6. Kebun Binatang
Kebun binatang ini dikelola oleh Pemerintah Kota Medan yang berisi
berbagai jenis hewan tropis, hewan-hewan mamalia, reptile, dan lain-lain.
Luas areal sekitar ± 30 hektar dengan jarak 10 Km dari pusat kota,
terletak di Jalan Pintu Air IV Kelurahan Simalingkar B Kecamatan
Medan Tuntungan. Buka setiap hari pukul 09.00-17.00 Wib.
7. Asam Kumbang
Lo Than Mok pemilik 2600 ekor buaya, yang mulai pemeliharaan sejak
tahu 1959. Terletak di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan
Selayang , luas area ± 2 hektar, jaraknya 10 km dari pusat kota.
8. Tjong A Fie
Rumah Tjong A Fie di bangun pada tahun 1900. Lokasinya terletak di
Jalan Ahmad Yani (Kesawan).
9. Menara Tirtanadi
Satu ciri lagi khas Kota Medan adalah bangunan Menara Air yang kini
menjadi milik Perusahaan Air Minum Daerah Tirtanadi. Menara Tirtanadi
sebagai tangki penyimpanan air bersi kebutuhan warga kota sejak zaman
colonial Belanda sampai sekarang.
10. Museum Perjuangan
Museum Militer ini dibuka pada tahun 1971. Museum ini merupakan
salah satu tempat yang menarik untuk dikunjungi yang menyimpan
benda-benda sejarah perjuangan ABRI dan rakyat di Sumatera Utara
seperti senjata, obat-obatan dan pakaian seragam yang digunakan pada
perang kemerdekaan Indonesia melawan pemberontakan pada tahun
1958. Museum ini terletak di Jalan Zainul Arifin.
3.5.2 Objek-Objek yang Terdapat di Sekitar Lapangan Merdeka
1. Gereja Immanuel
Gereja Immanuel merupakan Gereja tertua di Medan. Lokasinya di Jalan
Diponegoro yang dibangun pada tahun 1921. Gereja ini masih dibangun oleh
Uma Kristiani umtuk kebaktian hari minggu dan hari lainnya seperti upacara
pernikahan, Misa Natal dan sebagainya. Gereja ini dapat menampung sekitar
500 Umat Kristiani.
2. Lonsum
PT. LONDON SUMATERA INDONESIA.
Gedung ini dulunya disebut Juliana Building pada tahun 1920-an, dan
sekarang dihuni oleh PT. London Sumatera Indonesia (Lonsum). Saat
didirikan gedung ini memiliki Harrison & Crossfield, sebuah perusahaan
perkebunan milik Inggris.
4. Tjong A Fie
Rumah Tjong A Fie merupakan gedung bergaya arsitektur Tiongkok kuno
yang sangat fanstastis dan dibangun pada tahun 1900. Lokasinya terletak di
Jalan Ahmad Yani (Kesawan). Dia adalh jutawan pertama di Sumatera yang
namanya sangat terkenal sampai sekarang walupun dia sudah wafat pada
tahun 1921. Kesuksesannya berkat usaha dan hubungan baiknya dengan
Sultan Deli dan para pembesar perkebunan tembakau Belanda. Hingga saat
ini, rumah tersebut masih ditempati oleh keluarga Tjong A Fie.
5. Restaurant Tip Top
Restaurant ini terkenal dengan es krimnya yang enak. Salah satu menu andalan
favorit disini adalah "Java Ice Cream". Restaurant ini sudah dibuka sejak tahun
1940. Es krimnya juga es krim racikan jaman dahulu. Harganya dimulai dari harga
Rp 15000,- - Rp 35000,-, restaurant ini terletak di Jalan Keswan.
6. Bank Indonesia
Gedung Javasche Bank. Di bangun tahun 1910 oleh firma arsitek Hulswit and
Fermont dari Weltevreden dan Ed Cuypers dari Amsterdam, gedung ini
mengambil gaya klasik dengan beberapa ornamen gaya Jawa.
7. Hotel Dharma Deli
Hotel Mijn De Boer (lebih populer dipanggil, Hotel De Boer kini bernama
Hotel Natour Dharma Deli) adalah sebuah hotel bergaya kolonial yang
terletak di Jalan Balai Kota, Medan Petisah, Medan, Indonesia berada di
sebelah barat laut lapangan “Esplanade” (Lapangan Merdeka), beberapa
8 m A k a M
8. K
G t u S i s meter AeintHer kolonial artis-arti Mata Ha Kantor P Gedung tahun 19 untuk In SNUYF. ini menja suasana p dari rmanDe pernah s Barat ari, mata-Pos ini wuju 911 oleh ndonesia . Kantor adi Kant pada Ma G Su Kantor eBoer. H dihuni o yang ter -mata ya ud sejar harsitek S
a pada m
r Pos ini
tor Pos P
[image:51.842.281.584.433.606.2]alam Ha Gambar 3 umber : Pos, Hotel ini oleh tam
rkenal, d
ang terke ah yang SNUYF, masa itu i lokasin Pusat di ari 3.2 Kant www. g dibu dibangu mu-tamu di antara enal. g sangat , Direktu u. Gedun nya pers i Sumate
tor Pos P google.co at me un pada kehorm anya Raj menakju ur Jawat
ng ini m
sis di dep
era Utara
Pusat Me om
enurut
tahun 1
matan pem
ja Léopo
ubkan, s
tan Peke merupaka pan Hot a. Beriku edan nama 1898 dan merintah
old II da
selesai d
erjaan U
an karya
tel Dhar
ut gamb
pemi
n pada z
h Beland ari Belg dibangun Umum Be a besar rma Deli bar Kanto liknya zaman da dan ia dan n pada elanda utama i. Saat or Pos
BAB IV
UPAYA PELESTARIAN
LAPANGAN MERDEKA MEDAN
4.1 Perubahan Fungsi Lapangan Merdeka
Dari hasil penelitian yang penulis temukan ada dua nilai yang kian pudar
sehingga terjadinya perubahan Fungsi dari Lapangan Merdeka yang sekarang tidak
pada fungsi awalnya dan kini juga Lapangan Merdeka ini bergeser ke fungsi bisnis.
Adapun perubahan yang telah terjadi pada Lapangan Merdeka ini adalah:
1. Nilai Sejarah Lapangan Merdeka Medan yang Kian Pudar
Lapangan Merdeka Medan terus berubah belakangan ini. Fungsi lapangan
yang dikenal sebagai alun-alun kota, kian dibatasi dengan alasan menjaga fasilitas
umum demi keindahan kota. Kini, simbol atau identitas sejarah panjang Kota Medan
itu lebih menonjol fungsi bisnisnya.
Jika melintasi Lapangan Merdeka Medan sejak Desember 2009 lalu, pekerja
pertamanan tengah mengerjakan pagar besi berpenyanggah beton di sisi Utara dan
Selatan, dengan dua pintu utama. Kini, pagar bercat hijau telah memisahkan area
pinggir jalan keliling dengan area di dalam lapangan.
Dulu, kendaraan bisa parkir ke tengah lapangan dan pinggirannya, sekarang
tidak bisa lagi. Pintu utama dari Jalan Pulau Pinang selalu tertutup rapat. Biasanya
pengunjung bisa memarkirkan kendaraannya di belakang podium.
Kepala Dinas Pertamanan Kota Medan, M Idaham, baru-baru ini
mengatakan,
“Pemagaran itu untuk melindungi fasilitas di dalam Lapangan Merdeka, menurutnya, pagi-pagi sudah dibuka pukul 04.30 WIB. Hal ini untuk memberi akses kepada warga yang selama ini memanfaatkan Lapangan Merdeka sebagai tempat olah raga atau sekadar jogging. Sedangkan malam hari, pukul 23.00 WIB pagar ditutup agar warga tidak sembarangan lagi ke dalam. Karena potensi terjadinya kerusakan fasilitas di dalam Lapangan Merdeka, terjadi malam hari. Seperti rusak dan hilangnya sarana permainan untuk anak-anak”.
Idaham juga menyatakan,
“Tidak ada larangan bagi warga untuk menggunakan Lapangan Merdeka di
jam bebas, hanya saja mobil dan kendaraan roda dua tidak boleh masuk k
areal lapangan, silahkan saja menggunakan lapangan, asalkan tetap menjaga
dan sesuai jadwal yang sudah dijadwalkan”
Dari sisi pemanfaatan, kebijakan Pemko Medan mengelola Lapangan
Merdeka Medan cenderung menghilangkan nilai sejarah. Kawasan lapangan itu yang
dulunya antik dikelilingi bangunan tua, kini sudah dijejali bangunan baru dengan
alasan modernisasi. Dulunya, Lapangan Merdeka Medan merupakan salah satu
sarana tempat olahraga masyarakat dari berbagai kalangan. Sekeliling lapangan
tampak kosong dan asri. Tetapi sekarang serba tertutup dan hiruk-pikuk setelah
Merdeka Walk dibuka. Itupun, retribusi dari Merdeka Walk diakali para oknum
pejabat kota dengan perlakukan khusus.
Perubahan wajah kawasan Lapangan Merdeka sudah sangat kontras
belakangan ini. Fungsi bisnisnya sudah lebih dominan, walaupun sampai saat ini
Lapangan Merdeka masih berfungsi sebagai alun-alun Kota Medan. Misalnya
upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI, Salat Idul Fitri dan kegiatan akbar lainnya
masih digelar di sini.
Lapangan ini mempunyai kepadatan bangunan bersejarah sangat tinggi, yaitu
Lapangan Merdeka sendiri dan sekitarnya. Dengan mengunjungi Lapangan Merdeka,
kita sudah merasa seakan terlempar ke abad lalu. Pohon-pohon raksasa menghiasi
alun-alun ini. Sementara di sekitar kita, paling tidak ada sebelas bangunan tua yang
relatif masih utuh seperti saat didirikan.
Salah satu kelemahan Lapangan Merdeka adalah, pembangunan dan
perawatan oleh Pemerintah Kota saat ini sering mengabaikan masalah kontinuitas
desain. Banyak tambahan ornamen baru yang tidak nyambung dengan suasana yang
sudah ada. Pagar Lapangan Merdeka, bentuk trotoar dan lampu jalanan tidak
menyatu dengan suasana sekitarnya. Ada perpaduan yang buruk antara masa lalu dan
masa kini.
Lapangan Merdeka yang seharusnya lapang, kini semakin sempit. Kios
buku-buku bekas yang dibangun Pemko Medan, justru menyesaki lapangan. Ada pula pos
polisi menempel di sisi Utara, dan Merdeka Walk menutup sisi Selatan. Jangankan
perbandingannya pada masa pendudukan Belanda, kini Lapangan Merdeka sudah
kian sesak jika dibanding tahun 1990-an.
l L b k g K ( “ l 2 M lampu-la Lapanga
bawah p
keindaha
gambar
Kata Di
(LPPPK)
“Kalau L
luarnya, 2. Merd Merdek ampu hi an Merd pohon-p an arsite Merdeka
irektur L
), Rafria Lapanga masyara eka Wa ka Walk ias yang deka dik pohon rin ekturnya
a Walk p
Lembaga andi Nas an Merde akat men alk Rusa k adalah g semara enal den ndang. a, ketika pagi har a Pengk ution SE eka ditu nikmati a ak Nilai sebuah ak penuh ngan “M Kita dap kita me
i dan ma
kajian P
E MT, ba
utup dan apalagi d Sejarah pusat j h denga Merdeka pat men enikmati alam har Pemukim aru-baru n dibangu
di kota i
h
ajanan m
an nuans Walk”. nikmati i makan ri man dan u ini. un sejum ni?”.
malam y
sa kunin Memili banguna malam n Pemba mlah ban yang fan ng melay iki area an berse di temp angunan ngunan
ntastik d
yu, terle
cukup l
ejarah d
at ini. B Kota di sisi dihiasi etak di uas di dengan Berikut
l s k M B P lapangan sorotan kerjanya A MM, Se Balai Ko A “ M h p P G S Pusat jaj n Merde
para A
a di Kota
Anggota
ekda Dr
ota Med
Abdul W
“Pada p
[image:56.842.259.574.54.232.2]Merdeka historis l perjanjia Pj Walik Gambar 3 Sumber :
janan m
eka Med
Anggota
a Medan
a DPR R
s H Dzu
an.
Wahab D
prinsipny
a Walk d
lapangan
annya”.
kota Med
3.3- 3.4 www.g
malam M
dan dini
Komis
n dan Sum
RI diteri
ulmi Eld
alimunte
ya saya
di sisi ba
n Merde dan, Drs Merdek google.co Merdeka ilai telah
i II DP
matera U
ma Pj W
din S M
e, SH be
a tidak
arat Lap
eka, juga
H Rahu
ka Walk p om
Walk y
h merus
PR-RI y
Utara. Walikota MSi, dan erpendap setuju pangan M
a tidak in
udman H pagi har yang dig ak nilai yang se a Medan n pimpin pat bahw dibangu Merdeka ndah. Sa Harahap,
ri dan sia
gelar sel
sejarah
edang m
n, Drs H
nan SKP
wa:
unnya p
a Medan
aya tidak
MM me ang hari
lama ini
h dan ha
melakuka H Rahdu PD, Sela pusat ja . Selain k menge engataka
i di sisi
al itu m
an kunj
uman Ha
asa [08/1
ajanan m
merusak erti baga an, i barat menjadi ungan arahap 12], di malam k nilai aimana
“Merdeka Walk selama ini memang sudah menjadi tuntutan dari para pejuang
untuk ditertibkan. Memang selama ini Merdeka sudah menjadi tuntutan para
pejuang. Saat ini kita sudah mempelajarinya. Mudah-mudahan ke depan kita
akan membuat langkah-langkah”.
4.2 Lapangan Merdeka dan Perubahannya
1. Kawasan Lapangan Merdeka Medan sekarang, dulu sebagai sentra
perdagangan dan pusat pemerintahan di masa Hindia Belanda sehingga
dikenal alun-alun Kota Medan serta titik nol.
2. Lokasinya sangat strategis karena dekat ke titik pertemuan Sungai Deli
dengan Sungai Babura, perahu menjadi alat transportasi utama saat itu.
3. Balai Kota (kini hanya tersisa depannya saja), Kantor Pos Besar, Hotel de
Boer (Hotel Darma Deli), stasiun kereta api, Gedung Bank Indonesia (dulu
bernama Javasche Bank), kantor perusahaan dan dagang berdiri mengelilingi
lapangan yang dijuluki ‘Taman Burung’ oleh Belanda dan ‘Fuku Raidu’ oleh
Jepang
4. Pada 6 Oktober 1945, Gubernur Sumatera Timur Mr Muhammad Hasan
mengumumkan Proklamasi Kemerdekaan RI kepada seluruh masyarakat
Kota Medan di Lapangan Merdeka Medan
5. Tahun 2004, pusat bisnis jajanan Merdeka Walk berdiri sehingga menutup
satu sisi Lapangan Merdeka.
6. Kios buku dari Titi Gantung dipindahkan ke Lapangan Merdeka sehingga
menutup sisi Timur
7. Desember 2009, Dinas Pertamanan Kota Medan memagar sisi Utara dan
Selatan Lapangan Merdeka, dan waktu bukanya dibatasi pukul 04.30 WIB
hingga pukul 23.00 WIB.
8. Sekarang menjadi pusat kebugaran, hampir sekitar dua ratus manusia silih
berganti setiap hari untuk berolah raga disini.
Dari uraian di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa begitu banyak
perubahan yang terjadi pada kawasan Lapangan Merdeka sehingga mengurangi nilai
sejarah dari sebuah Lapangan Merdeka Kota Medan, dan hanya karena sebuah bisnis
nilai history Lapangan Merdeka ini pun berkurang dan merusak wajah aslinya.
Alangkah sangat disayangkan sekali sebuah Lapangan bersejarah di Kota Medan ini
tidak dapat dinikamati keindahannya lagi seperti pada zaman kolonial Belanda
padahal seperti kita ketahui bahwa Lapangan Merdeka ini merupakan titik nol Kota
Medan.
4.3 Upaya Pemerintah Melestarikan Lapangan Merdeka
MEDAN - Cagar budaya peninggalan sejarah di kota Medan beralih fungsi.
Dari sekian banyaknya gedung dan taman bersejarah berpindah tangan kepada pihak
ketiga untuk dirubah keasliannya. Seperti halnya Lapangan Merdeka Medan, kini
nilai sejarahnya telah sirna. Hampir sekitar delapan tahun nilai sejarah keaslian
Lapangan Merdeka diutak-atik oleh pengusaha akibat pemerintah (Pemko) kota
Medan kurang mampu melestarikan cagar budaya Indonesia. Sekitar Lapangan
Merdeka telah berdiri pusat jajanan, toko buku, dan kantor Satlantas.
Kata Humas Badan Warisan Sumatera Utara (BPS), Khairul.
“Menentang kebijakan pemerintah yang mengalih fungsikan cagar budaya,
yang mestinya dijaga, kini dijadikan bisnis semata demi untuk menambah
pendapatan di daerah.”
Khairul juga mengatakan,
“ Pemerintah harus menjaga keaslian nilai sejarah di kota ini, jangan seenaknya dijakikan kepentingan pribadi. Sebaiknya pemerintah merevisi perda Nomor 26 tahun 1988 dan membentuk dewan konserpasi. Dengan adanya dua ketentuan tersebut, pemerintah akan melestarikan cagar budaya Indonesia, biasanya, orang asing berkunjung ke suatu daerah, pasti melihat gedung sejarahnya. Apalagi Medan merupakan kota riset dan 99 persen orang berkunjung ke Istana Maimoon dan Lapangan Merdeka. BWS mengharapkan pemerintah kota lebih serius menanggapi gedung dan taman bersejarah”.
Dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Sumut termasuk
salah satu dari sembilan daerah strategis yang perlu diperhatikan secara serius.
Untuk Sumut, daerah yang dimaksudkan dalam UU itu adalah Medan, Binjai dan
Deli Serdang (Mebidang) serta daerah Danau Toba di Parapat, Kabupaten
Simalungun.
Dengan hadirnya UU itu, tidak ada alasan bagi Pemko Medan untuk menunda
pengembalian fungsi Lapangan Merdeka Medan sebagaimana mestinya.
Pemko Medan di bawah pejabat Afifuddin Lubis, setelah Walikota Abdillah
dan Wakil Walikota Ramli ditahan di KPK, diharapkan tidak mengulangi kesalahan
pendahuluannya yang hanya mengutamakan bisnis.
Lapangan Merdeka memiliki nilai sejarah sebagai lokasi rapat umum rakyat
ketika prkolamasi sosialisasi, sumpah pemuda dan pernyataan ikarar menolak PKI.
Dari pernyataan di atas maka Pemerintah Kota Medan mengambil langkah dalam
upaya melestarikan Lapangan Merdeka yaitu:
1. Wali Kota Larang Kegiatan di Lapangan Merdeka
Kepastian membersikan Lapangan Merdeka dari acara seremonial maupun
hingar-bingar lainnya ditegaskan oleh Wali Kota Medan Rahudman Harahap, Jumat
(25/2). Kalimat sakti wali kota ini diucapkannya di depan 1.406 pegawai Dinas
Pertamanan Kota Medan di Pendopo Lapangan Merdeka Medan.
“Untuk dua bulan ke depan, Lapangan Merdeka ini, jangan ada
penyelenggaraan acara atau kegiatan karena Lapangan Merdeka harus
menjadi Heritage Kota Medan. jadi, untuk perizinan kegiatan juga harus lebih
ketat, jangan asal memberi izin saja,”
Pada kesempatan itu, Rahudman menekankan, Dinas Pertamanan bukan
hanya mengurusi mengenai reklame, tapi secara menyeluruh yakni, taman, lampu
jalan dan lain sebagainya. Dikatakannya, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemko
Medan, bukan bersumber dari banyaknya reklame.
M m B P k d R Medan, melakuk Berikut K i r M Pertama ke depa