• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Pengukuran Kinerja Dengan Metode Performance Prism Pada PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Pengukuran Kinerja Dengan Metode Performance Prism Pada PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan"

Copied!
224
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE

PERFORMANCE PRISM PADA PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA III PKS AEK NABARA SELATAN

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

HENDRA KESUMA NIM. 080423033

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISA PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE

PERFORMANCE PRISM PADA PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA III PKS AEK NABARA SELATAN

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh Hendra Kesuma NIM. 080423033

Disetujui Oleh

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

(Ir. Khawarita Siregar, MT) (Buchari, ST, M.Kes)

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH AWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini yang berjudul

“Analisa Pengukuran Kinerja Dengan Metode Performance Prims Pada PT.

Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatani”.

Tugas sarjana ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian Sarjana pada Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis sadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan Tugas

Sarjana ini. Penulis berharap agar Tugas Sarjana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga Tugas Sarjana ini menjadi amal jariyah bagi semua pihak. Amin.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Penulis

Medan, Maret 2011

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik. Dalam penulisan Tugas Sarjana ini penulis banyak mendapat bantuan,

kritikan dan masukan dari berbagai pihak sehingga Tugas Sarjana ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati dan ketulusan hati

penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Ibu Ir Khawarita Siregar, MT, selaku ketua Departemen Teknik Industri,

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing I

yang telah memberikan izin pelaksanaan Tugas Sarjana dan selalu memberikan bimbingan, petunjuk serta nasihat yang sangat berarti selama

penyelesaian Tugas Sarjana ini.

2. Bapak Ir Ukurta Tarigan, MT, selaku sektretaris Departemen Teknik Industri,

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Buchari ST, M.Kes, selaku dosen pembimbing II, yang telah banyak

memberikan kontribusi yang bermanfaat, membimbing penulis dan

memberikan arahan serta masukan-masukan selama penyelesaian Tugas Sarjana ini.

4. Bapak Lukman Panjaitan sebagai Manager Unit PKS Aek Nabara Selatan

(5)

5. Bapak Bambang Listiobudi selaku Masinis Kepala dan pembimbing saya

selama melakukan penelitian di PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek

Nabara Selatan.

6. Seluruh jajaran staff dan karyawan di lingkungan PT. Perkebunan Nusantara

III PKS Aek Nabara Selatan yang telah meluangkan waktunya untuk membantu saya dalam melaksanakan penelitian.

7. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Teknik Industri, Fakultas

Teknik, Universitas Sumatera Utara.

8. Kedua orangtua, saudara-saudara penulis dan seluruh keluarga besarku yang

senantiasa memberikan dukungan baik berupa doa serta dukungan semangat yang sangat berarti sekali bagi terselesaikannya Tugas Sarjana ini.

9. Seluruh sahabat-sahabat Ekstensi 2008 Teknik Industri, yang telah banyak

memberikan dukungannya dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

10. Rekan-rekan kerja penulis di PT. Pasific Medan Industri (PAMIN) yang rela

(6)
(7)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR SAMPUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

RINGKASAN ... xx

I PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1

1.2. Perumusan Masalah. ... I-3 1.3. Tujuan dan Manfaat ... I-4 1.4. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-5

1.5. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana ... I-5

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.1.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.1.3. Lokasi Perusahaan ... II-3

2.1.4. Daerah Pemasaran ... II-3 2.2. Organisasi dan Manajemen... II-3

2.2.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-3 2.2.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-6 2.2.3. Jumlah Tenaga Kerja ... II-6

2.2.4. Jam Kerja ... II-7 2.3. Teknologi ... II-7

2.3.1. Proses Produksi ... II-7 2.3.2. Standart Mutu Bahan/ Produk ... II-8 2.3.3. Bahan yan Digunakan ... II-10

2.3.4. Uraian Proses Produksi ... II-11 2.3.5. Mesin dan Peralatan ... II-18

2.3.6. Utilitas ... II-19 2.4. Safety and Fire Protection ... II-20 2.5. Pengolahan Limbah ... II-21

III LANDASAN TEORI ... III-1

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.1.1. Elemen Pokok Pengukuran Kinerja ... III-1 3.1.2. Manfaat Pengukuran Kinerja ... III-2

3.2. Manajemen Kinerja ... III-3 3.2.1. Sistem Manajemen Kenerja ... III-3

3.2.2. Dasar Perancangan Sistem Manajemen Kinerja ... III-6 3.3. Pengukuran Kinerja dengan Performance Prims ... III-8 3.4. Pembobotan dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) III-16

3.4.1. Menyusun Hirarki ... III-17 3.4.1.1. Decomposition ... III-18

3.4.1.2. Comparatif Judgment ... III-19 3.4.1.3. Synthesis of Priority ... III-21 3.4.1.4. Logical Consistency ... III-21

3.4.2. Penggunaan Model AHP ... III-21 3.5. Pembobotan dengan Model OMAX ... III-26

3.6. Traffic Light System ... III-32

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.4. Variabel Penelitian... IV-3 4.5. Instrumen Penelitian ... IV-3

4.6. Populasi dan Sample ... IV-4 4.7. Pengumpulan Data ... IV-4

4.8. Langkah-langkah Penelitian ... IV-5

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1. Data Spesifikasi Responden ... V-1 5.2. Indentifikasi Stakeholder Kunci ... V-3

5.3. Indentifikasi 5 Faset Performance Prims ... V-4 5.3.1. Indentifikasi Stakeholder Investor ... V-5 5.3.2. Indentifikasi Stakeholder Customers ... V-6

5.3.3. Indentifikasi Stakeholder Employess ... V-8 5.3.4. Indentifikasi Stakeholder Supplier ... V-9

5.3.5. Indetifikasi Stakeholder Communities ... V-10 5.4. Indentifikasi Parameter Kinerja (Performance Indicator) ... V-11 5.5. Diagram Hierarki Key Performance Indicator (KPI) Perusahaan ... V-21

5.6. Matrik Banding Berpasangan (Pairwise Comparion) ... V-22 5.6.1. Data Antar Stakeholder ... V-22

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.6.3. Data Antar Key Performance Indicator (KPI) ... V-26 5.6.3.1. Data KPI Stakeholder Investor ... V-26

5.6.3.2. Data KPI Stakeholder Customers ... V-29 5.6.3.3. Data KPI Stakeholder Employess ... V-33

5.6.3.4. Data KPI Stakeholder Supplier ... V-36 5.6.3.5. Data KPI Stakeholder Communities ... V-40 5.7. Pembobotan KPI (Key Performance Indicator) ... V-43

5.7.1. Pembobotan Antar Stakeholder ... V-47 5.7.2. Pembobotan Antar Faset Performance Prims ... V-50

5.7.3. Pembobotan Antar Key Performance Indicator (KPI)... V-52 5.7.4. Penentuan Bobot Prioritas untuk Perusahaan Secara

Keseluruhan... V-57

5.8. Scoring System dengan Model Objective Matrix (OMAX)

dan Traffic Light System ... V-59

VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. Analisa ... VI-1

6.1.1. Analisa Stakeholder Investor ... VI-1 6.1.2. Analisa Stakeholder Customers ... VI-1

(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

6.1.2. Analisa Stakeholder Supplier ... VI-3 6.1.1. Analisa Stakeholder Communities ... VI-3

6.2. Usulan ... VI-4

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

(13)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Susunan dan Jumlah Tenaga Kerja PKS Aek Nabara Selatan ... II-6 2.2. Fraksi TBS ... II-9

2.3. Standar Mutu Inti Kelapa Sawit Eksport ... II-9 2.4. Standar Mutu Inti Sawit Penjualan ... II-10

2.5. Limbah PKS, Kadar dan Volume... II-22 3.1. Kontribusi dari Para Stakeholder ... III-5 3.2. Dasar Perbandingan Kriteria ... III-19

3.3. Harga Random Index ... III-23 3.4. Harga Nilai Eigen ... III-24

3.5. Tabel OMAX ... III-30 5.1. Data Spesifikasi Responden ... V-1 5.2. Alasan Pemilihan Narasumber ... V-2

5.3. Daftar Parameter Kinerja ... V-13 5.4. Data Key Performance Indicator (KPI) PKS Aek Nabara Selatan V-17

5.5. Matriks Banding Berpasangan Antar Stakeholder ... V-22 5.6. Matriks Banding Berpasangan Antar Faset Performance Prims ... V-24 5.7. Matriks Banding KPI Satisfaction Investor ... V-26

(14)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.10. Matriks Banding KPI Procesess Investor ... V-28 5.11. Matriks Banding KPI Capabilities Investor ... V-28

5.12. Matriks Banding KPI Satisfaction Customers ... V-29 5.13. Matriks Banding KPI Contribution Customers ... V-30

5.14. Matriks Banding KPI Strategy Customers ... V-30 5.15. Matriks Banding KPI Procesess Customers ... V-31 5.16. Matriks Banding KPI Capabilities Customers ... V-32

5.17. Matriks Banding KPI Satisfaction Employess ... V-33 5.18. Matriks Banding KPI Contribution Employess ... V-33

5.19. Matriks Banding KPI Strategy Employess ... V-34 5.20. Matriks Banding KPI Procesess Employess ... V-35 5.21. Matriks Banding KPI Capabilities Employess ... V-35

5.22. Matriks Banding KPI Satisfaction Supplier ... V-36 5.23. Matriks Banding KPI Contribution Supplier ... V-37

5.24. Matriks Banding KPI Strategy Supplier ... V-38 5.25. Matriks Banding KPI Procesess Supplier ... V-38 5.26. Matriks Banding KPI Capabilities Supplier ... V-39

5.27. Matriks Banding KPI Satisfaction Communities ... V-40 5.28. Matriks Banding KPI Contribution Communities ... V-40

(15)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.30. Matriks Banding KPI Procesess Communities ... V-42 5.31. Matriks Banding KPI Capabilities Communities ... V-42

5.32. Perhitungan Rata-rata untuk Pembobotan Antar Stakeholder ... V-44 5.33. Perhitungan Rata-rata untuk Pembobotan Antar Faset

Performance Prims ... V-44

5.34. Perhitungan Rata-rata untuk Pembobotan Antar KPI Investor ... V-44 5.35. Perhitungan Rata-rata untuk Pembobotan Antar KPI Customers .. V-45

5.36. Perhitungan Rata-rata untuk Pembobotan Antar KPI Employess .. V-45 5.37. Perhitungan Rata-rata untuk Pembobotan Antar KPI Supplier ... V-46

5.38. Perhitungan Rata-rata untuk Pembobotan Antar KPI

Communities ... V-47

5.39. Penjumlahan Kolom Matriks Banding Berpasangan Antar

Stakeholder ... V-48

5.40. Matriks Normalisasi dan Rata-rata Baris untuk Stakeholder ... V-48

5.41. Penjumlahan Kolom Matriks Banding Berpasangan Antar

Faset Performance Prims ... V-50 5.42. Matriks Normalisasi dan Rata-rata Baris untuk Faset

Performance Prims ... V-50

5.43. Penjumlahan Kolom Matriks Banding Berpasangan Antar

(16)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.44. Matriks Normalisasi dan Rata-rata Baris untuk Faset

Key Performance Indicator (KPI) Satisfaction Investor ... V-53

5.45. Rekapitulasi Hasil Perhitungan untuk Masing-masing Key

Performance Indicator (KPI) ... V-55

5.46. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Nilai Bobot KPI Perusahaan ... V-58 5.47. Scoring OMAX Stakeholder Investor PT. Perkebunan

Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan ... V-62

5.48. Scoring OMAX Stakeholder Customers PT. Perkebunan

Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan ... V-63

5.49. Scoring OMAX Stakeholder Employess PT. Perkebunan

Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan ... V-64 5.50. Scoring OMAX Stakeholder Supplier PT. Perkebunan

Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan ... V-65 5.51. Scoring OMAX Stakeholder Communities PT. Perkebunan

(17)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PKS Aek Nabara Selatan (PANAS) ... II-5 2.2. Struktur P2K3 ... II-21

3.1. Jejaring Hubungan Stakeholder ... III-4 3.2. Tahap Perancangan Sistem Manajemen Kinerja... III-8

3.3. Sudut Pandang Performance Prims ... III-13 3.4. Ruang Lingkup Model Performance Prims ... III-13 3.5. Hubungan Keterkaitan Kelima Segi dalam Performance Prism III-14

4.1. Kerangka Konseptual ... IV-2 4.2. Diagram Langkah Penelitian ... IV-9

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... L.1 2. Mesin dan Peralatan Produksi ... L.2 3. Kuisioner Pembobotan Tingkat Kepentingan Key Performance Indicator

(KPI) pada PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan ... L.3 4. Surat Permohonan Penelitian ... L.4

5. Surat Keputusan Tugas Sarjana ... L.5 6. Surat Penjajakan ke Perusahaan ... L.6 7. Surat Balasan dari Perusahaan ... L.7

(19)

RINGKASAN

Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit di wilayah Sumatera Utara saat meningkat dengan sangat cepat. Perkembangan antar industri pabrik kelapa sawit ini memunculkan persaingan yang sangat kompetitif antar perusahaan. Untuk menghadapi persaingan yang sangat ketat ini, setiap perusahaan dituntut untuk perlu melakukan pengukuran kinerja pada seluruh komponen aspek perusahaan. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Aek Nabara Selatan adalah salah satu pabrik kelapa sawit yang berada pada manajemen PT. Perkebunan Nusantara III.

Saat ini pengukuran kinerja yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan adalah pengukuran kinerja secara tradisional. Pengukuran kinerja tradisional hanya berfokus pada aspek keuangan. Selain itu, pihak PKS hanya melakukan pengukuran kinerja pada departemen pengolahan saja. Hal ini dikarenakan peningkatan rendemen CPO dan kernel dianggap sudah menggambarkan kinerja PKS Aek Nabara Selatan. Sedangkan pengukuran kinerja terhadap karyawan hanya dilakukan pada karyawan pimpinan saja seperti manager dan masinis kepala. Penilaian terhadap karyawan pimpinan dilakukan oleh pihak direksi sebagai salah satu syarat untuk peningkatan karir. Oleh karena itu, pengukuran kinerja terhadap PKS Aek Nabara Selatan perlu dilakukan untuk dapat mengetahui keadaan perusahaan.

Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran kinerja dengan menggunakan metode Performance Prims. Pengukuran kinerja dengan metode Performance

Prims digunakan untuk mengintergrasi seluruh stakeholder yang terdapat di PT.

Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan yang menyangkut kepuasaan, kontribusi, strategi, proses dan kapabilitas perusahaan. Pengukuran kinerja dalam penelitian ini juga didukung dengan metode lain yaitu pembobotan dengan

Analytic Hierachy Process (AHP) untuk mengetahui skala prioritas dari setiap Key Performance Indicator (KPI), Scoring System dengan metode Objective Matrix (OMAX) dan Traffic Light System untuk melihat nilai indeks total

perusahaan.

Hasil pengukuran kinerja pada PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan dengan metode Performance Prims berupa 52 KPI yang dijadikan indikator pengukuran kinerja, ditemukan sebanyak 44 KPI masuk dalam kategori hijau, 6 KPI masuk dalam kategori kuning dan 2 KPI masuk dalam kategori merah. Dari hasil perhitungan melalui metode Objective Matrix (OMAX) dan

Traffic Light System, KPI yang berada pada kategori kuning adalah Penurunan

Kerusakan mesin dan peralatan, Peningkatan prasarana dan sarana pabrik, Tingkat kompetensi karyawan, Pengalokasiaan anggaran pelatihan, Tingkat kepuasaan

Supplier dan Realisasi anggaran HUMAS. Sedangkan KPI yang berada pada

(20)

manajemen untuk mengevaluasi dan menentukan rencana perbaikan sehingga harapan dari semua stakeholder dapat terpenuhi.

(21)

RINGKASAN

Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit di wilayah Sumatera Utara saat meningkat dengan sangat cepat. Perkembangan antar industri pabrik kelapa sawit ini memunculkan persaingan yang sangat kompetitif antar perusahaan. Untuk menghadapi persaingan yang sangat ketat ini, setiap perusahaan dituntut untuk perlu melakukan pengukuran kinerja pada seluruh komponen aspek perusahaan. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Aek Nabara Selatan adalah salah satu pabrik kelapa sawit yang berada pada manajemen PT. Perkebunan Nusantara III.

Saat ini pengukuran kinerja yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan adalah pengukuran kinerja secara tradisional. Pengukuran kinerja tradisional hanya berfokus pada aspek keuangan. Selain itu, pihak PKS hanya melakukan pengukuran kinerja pada departemen pengolahan saja. Hal ini dikarenakan peningkatan rendemen CPO dan kernel dianggap sudah menggambarkan kinerja PKS Aek Nabara Selatan. Sedangkan pengukuran kinerja terhadap karyawan hanya dilakukan pada karyawan pimpinan saja seperti manager dan masinis kepala. Penilaian terhadap karyawan pimpinan dilakukan oleh pihak direksi sebagai salah satu syarat untuk peningkatan karir. Oleh karena itu, pengukuran kinerja terhadap PKS Aek Nabara Selatan perlu dilakukan untuk dapat mengetahui keadaan perusahaan.

Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran kinerja dengan menggunakan metode Performance Prims. Pengukuran kinerja dengan metode Performance

Prims digunakan untuk mengintergrasi seluruh stakeholder yang terdapat di PT.

Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan yang menyangkut kepuasaan, kontribusi, strategi, proses dan kapabilitas perusahaan. Pengukuran kinerja dalam penelitian ini juga didukung dengan metode lain yaitu pembobotan dengan

Analytic Hierachy Process (AHP) untuk mengetahui skala prioritas dari setiap Key Performance Indicator (KPI), Scoring System dengan metode Objective Matrix (OMAX) dan Traffic Light System untuk melihat nilai indeks total

perusahaan.

Hasil pengukuran kinerja pada PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan dengan metode Performance Prims berupa 52 KPI yang dijadikan indikator pengukuran kinerja, ditemukan sebanyak 44 KPI masuk dalam kategori hijau, 6 KPI masuk dalam kategori kuning dan 2 KPI masuk dalam kategori merah. Dari hasil perhitungan melalui metode Objective Matrix (OMAX) dan

Traffic Light System, KPI yang berada pada kategori kuning adalah Penurunan

Kerusakan mesin dan peralatan, Peningkatan prasarana dan sarana pabrik, Tingkat kompetensi karyawan, Pengalokasiaan anggaran pelatihan, Tingkat kepuasaan

Supplier dan Realisasi anggaran HUMAS. Sedangkan KPI yang berada pada

(22)

manajemen untuk mengevaluasi dan menentukan rencana perbaikan sehingga harapan dari semua stakeholder dapat terpenuhi.

(23)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit saat ini meningkat dengan sangat cepat. Terutama industri pabrik kelapa sawit yang ada di wilayah Sumatera Utara, baik yang dikelola oleh BUMN seperti PTPN 2, PTPN 3, dan PTPN 4

maupun oleh pihak swasta seperti PP Lonsum, Soufindo, Bakrie Grup dan Sinar Mas. Perkembangan antar industri pabrik kelapa sawit ini memunculkan

persaingan yang sangat kompetitif antar perusahaan. Untuk menghadapi persaingan yang sangat ketat ini, setiap perusahaan dituntut untuk selalu berbenah diri guna mendapatkan performansi kerja yang semakin baik. Salah satu cara

untuk mengetahui tingkat performansi kerja yang baik perlu dilakukannya pengukuran kinerja pada seluruh komponen aspek perusahaan, mulai dari

implementasi visi, misi, strategi yang objektif, target, proses dan kapabilitas dengan melibatkan seluruh stakeholdernya.1

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Aek Nabara Selatan adalah salah satu pabrik

kelapa sawit yang berada pada manajemen PT. Perkebunan Nusantara III. Saat ini pengukuran kinerja yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek

Nabara Selatan adalah pengukuran kinerja secara tradisional. Pengukuran kinerja

1 Mardiatmo, E.U dkk.2009. Dinamika Perjalanan PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO)

(24)

tradisional hanya berfokus pada aspek keuangan, seperti Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE), Profit Margin, dan produktivitas karyawan.

Selain itu, pihak PKS hanya melakukan pengukuran kinerja pada departemen pengolahan saja. Hal ini dikarenakan peningkatan rendemen CPO dan

kernel dianggap sudah menggambarkan kinerja PKS Aek Nabara Selatan. Namun pengukuran kinerja yang selama ini dilakukan PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan sebenarnya belum cukup menggambarkan apakah kinerja

yang dimiliki oleh PKS Aek Nabara Selatan sudah baik atau belum bila hanya menggunakan peningkatan rendemen sebagai indikator utamanya.

Pihak PKS saat ini juga melakukan pengukuran kinerja hanya pada karyawan pimpinan saja seperti manager dan masinis kepala. Penilaian terhadap karyawan pimpinan dilakukan oleh pihak direksi sebagai salah satu syarat untuk

peningkatan karir. Hal ini tentunya mempunyai kelemahan yaitu indikator-indikator yang dipergunakan dalam penilaian karyawan pimpinan belum dapat

mewakili dari kinerja PKS Aek Nabara Selatan sesungguhnya.

Saat ini ada beberapa model sistem pengukuran kinerja terintegrasi yang populer dan digunakan secara luas di dunia industri yaitu Balanced Scorecard

(BSC), HR Scorecard, Integrated Performance Measurement System (IPMS),

Malcom Badrige criteria for Performance Excellence dan Performance Prism.

Pada penelitian ini akan menggunakan model Performance Prism untuk mengukur kinerja PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan.

PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan menginginkan

(25)

menyeluruh yang dapat menilai performa perusahaan dengan mengedepankan pentingnya menyelaraskan aspek perusahaan (stakeholder) ke dalam suatu

pengukuran yang strategis. Stakeholder ini meliputi investor, supplier, konsumen, tenaga kerja, pemerintah dan masyarakat sekitar.

Penelitian dengan menggunakan model Performance Prism juga pernah dilakukan dengan judul ”Analisa Pengukuran Kinerja dengan Menggunakan Metode Performance Prims (Studi Kasus: PT. Petrokimia Gresik)”. Selama ini

sistem pengukuran kinerja di PT Petrokimia Gresik hanya menggunakan pengukuran kinerja berdasarkan individu (SKI). Perancangan dan pengukuran

kinerja dengan metode Performance Prism digunakan karena dapat merefleksikan kebutuhan dan keinginan dari setiap stakeholder yang diidentifikasikan dalam bentuk tujuan (objective). Pengukuran kinerja tersebut merupakan pengukuran

yang terintegrasi, meliputi seluruh aspek perusahaan (stakeholder) yang menyangkut kepuasan stakeholder dan kontribusi stakeholder kepada perusahaan.

Pengukuran kinerja dalam penelitian itu juga didukung oleh beberapa metode antara lain pembobotan dengan Analytic Hierachy Process (AHP) untuk mengetahui skala nilai prioritas setiap KPI, Scoring System dengan metode

Objectives Matrix (OMAX) dan Traffic Light System untuk mengetahui nilai

indeks total perusahaan pada tingat korporasi dan kategori dari indeks tersebut.

Hasil perancangan pengukuran kinerja pada PT Petrokimia Gresik dengan

Performance Prism berupa 55 KPI meliputi 13 KPI pada perspektif Customer, 9

KPI pada perspektif Supplier, 14 KPI pada perspektif Investor, 11 KPI pada

(26)

pengukuran kinerja dengan menggunakan Objective Matrix diperoleh nilai kinerja perusahaan sebesar 8,681. 2

1.2. Perumusan Masalah

Oleh karena itu, pengukuran kinerja terhadap PKS Aek Nabara Selatan perlu dilakukan untuk dapat mengetahui keadaan perusahaan. Pengukuran kinerja

ini diharapkan akan menggambarkan kinerja PKS Aek Nabara Selatan sesungguhnya. Sehingga dapat diberikan rekomendasi proses perbaikan sesuai dengan hasil pengukuran kinerja yang dilakukan. Dari hasil pengukuran kinerja

ini, akan terlihat pada bagian mana kinerja perusahaan yang bermasalah. Dengan adanya rekomendasi perbaikan ini, perusahaan dapat mengetahui permasalahan

yang terjadi dan mempertimbangkan untuk melakukan langkah korektif.

Berdasarkan latar belakang permasalahan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. PKS Aek Nabara Selatan masih menggunakan pengukuran kinerja secara

tradisional yang hanya memandang pada aspek keuangan dan produktivitas karyawan. Sehingga belum adanya pengukuran kinerja yang dapat mengukur

performa perusahaan secara keseluruhan.

2. Pengukuran kinerja hanya dilakukan pada departemen pengolahan saja,

sehingga belum dapat menggambarkan kinerja PKS Aek Nabara Selatan sesungguhnya.

2 Arianto, Eka Suzan. 2009. Analisa Pengukuran Kinerja Dengan Menggunakan Metode

(27)

3. Pengukuran kinerja karyawan hanya dilakukan untuk karyawan pimpinan

maka pengukuran tidak mempertimbangkan seluruh stakeholder dalam

penentuan KPI pada pengukuran kinerja sebelumnya.

4. Tidak diidentifikasinya strategi, proses dan kemampuan yang dimiliki

perusahaan untuk memenuhi kepuasan stakeholder.

1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penelitian ini terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus yakni : 1. Tujuan Umum:

Secara umum penelitian ini dilakukan untuk memberikan usulan/ rekomendasi perbaikan terhadap pengukuran kinerja saat ini sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan

dengan metode Performance Prism. 2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kepuasan, kontribusi, strategi, proses dan kemampuan

dari setiap stakeholder.

b. Mengidentifikasi dan mengintegrasikan KPI (Key Performance Indicator)

yang ada pada PKS Aek Nabara Selatan kedalam pengukuran kinerja dengan menggunakan metode Performance Prims.

c. Mengukur dan menganalisa model pengukuran kinerja perusahaan

(28)

d. Memberikan rekomendasi dan usulan perbaikan kinerja berdasarkan hasil

sistem pengukuran kinerja dengan metode Performance Prims di PT.

Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan. Manfaat penelitian ini adalah:

1. Memberikan gambaran mengenai kinerja perusahaan untuk dijadikan

sebagai bahan evaluasi.

2. Memberikan gambaran kepada perusahaan mengenai bagian mana saja yang

perlu dilakukan perbaikan kinerja.

3. Menyempurnakan sistem pengukuran kinerja yang telah ada sebelumya.

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi

Adapun asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Narasumber memahami dengan baik kondisi perusahaan secara keseluruhan.

2. Perusahaan memiliki keinginan untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan data pada tahun 2010.

2. Stakeholder yang diteliti adalah investor, pelanggan, karyawan, pemasok

dan masyarakat dilihat dari sudut pandang organisasi perusahaan. 3

3 Neely, A.D. ,Kennerley, M and Adams, C.A, 2002. The Performance Prism. The Scorecard for

(29)

1.5. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana

Untuk memudahkan penulisan, pembahasan dan penilaian Tugas Sarjana

ini, maka Tugas Sarjana ini dibagi menjadi beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan pemecahan masalah, manfaat penelitian, batasan

masalah dan asumsi serta sistematika penulisan laporan.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini memaparkan secara singkat tentang gambaran dari objek penelitian, yaitu Sejarah PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan, Organisasi, Manajemen dan Uraian proses.

BAB III LANDASAN TEORI

Bab ini menyajikan dasar teori dan metode yang digunakan sebagai

dasar dan alat untuk memecahkan masalah. Teori yang digunakan adalah teori yang membahas tentang kinerja dan pengukurannya, sedangkan metode yang digunakan adalah metode Performance Prims.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini mengemukakan tentang urutan langkah-langkah dalam

(30)

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pada bab ini merupakan pembahasan tentang penerapan metode

performance prism dalam pengukuran kinerja, pengumpulan data,

pengolahan data dengan cara mengidentifikasi siapa stakeholder

perusahaan, mengidentifikasi parameter kinerja, pembobotan dengan AHP, dan scoring system dengan model OMAX dan Traffic Light

System.

BAB VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH

Bab ini menganalisa hasil dari pengolahan data dan mengidentifikasi

pemecahan masalah untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan yang dibutuhkan perusahaan.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan berisi tentang pokok-pokok hasil penelitian dan uraian singkat hasil analisa yang dilakukan. Sedangkan saran berisi tindak

lanjut dari hasil penelitian yang telah dilakukan. DAFTAR PUSTAKA

(31)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Profil Perusahaan

2.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Kebun sawit di kawasan Distrik Labuhan Batu III PTPN III dan sekitarnya membutuhkan pabrik untuk mengolah hasil panen yang secara geografis dan

ekonomis mudah dijangkau hasil kebun tersebut. Sesuai kebijakan pemerintah untuk membantu perkebunan rakyat di daerah Labuhan Batu dan sekitarnya, maka direksi PT. Perkebunan Nusantara III mengambil keputusan untuk membuat

rencana pendirian pabrik dengan kapasitas 30 ton TBS per jam untuk tahap pertama dan kapasitas 60 ton TBS per jam untuk tahap kedua. Pada Tanggal 1 Juni 1977 PKS Aek Nabara Selatan mulai dibangun dan berproduksi pada tanggal

4 April 1979 dengan lokasi di Aek Nabara sekitar 22 km dari Rantau Prapat, diatas lahan seluas + 6 hektar. PKS Aek Nabara Selatan diresmikan oleh Menteri

Pertanian RI Prof. Ir. Soedarsono Hadisaputro pada tanggal 15 Mei 1979. Pabrik ini dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara III sampai dengan tahun 1996. Pada tahun 1983/1984, PKS Aek Nabara Selatan sudah dapat mengolah TBS dengan

kapasitas 60 ton TBS per jam dengan luas areal tanaman kelapa sawit 15.256 hektar.

(32)

tahun 1999 manajemen PT Perkebunan Nusantara III menetapkan bahwa pengawasan dan pengelolaan PKS Aek Nabara Selatan dialihkan dari kebun Aek

Nabara Selatan kepada Manajer PKS Rayon B (PRB) berdasarkan SK Direksi No. III.10/SKPTS/R/1999. Kemudian pada tahun 2003, berdasarkan SK Direksi

No.III.10/SKPTS/SR/550/2003 tanggal 10 November 2003, terhitung mulai tanggal 1 Desember 2003 ditetapkan bahwa pengawasan pengelolaannya diserahkan kepada manajer PKS Aek Nabara Selatan.

Dalam perkembanganya PKS Aek Nabara Selatan terus melakukan pembenahan dan pelayanan demi meningkatkan keunggulan produksi.

Pelayanan-pelayanan ini meliputi:

1. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000

2. Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14000 : 2004

3. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

2.1.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Perkebunan Nusantara III Aek Nabara Selatan adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan kelapa sawit. Adapun ruang lingkup

bidang usaha pada perusahaan ini adalah :

(33)

2.1.3. Lokasi Perusahaan

Pabrik kelapa sawit Aek Nabara Selatan berada di jalan lintas barat

sumatera diantara Rantau parapat - Kota Pinang yang terletak di Kecamatan Bila Hulu, Kabupaten Labuhan Batu dengan ketinggian ±37 meter diatas permukaan laut dan berjarak ± 307 km dari kota Medan, dengan luas areal 7 ± Ha terdiri dari luas areal pabrik±4 Ha dan luas areal limbah ±3 ha.

2.1.4. Daerah Pemasaran

Pemasaran produk hasil pengolahan kelapa sawit dilakukan oleh pihak

direksi PT. Perkebunan Nusantara III. PKS Aek Nabara Selatan menerima pesanan CPO dan Kernel sesuai dengan kontrak yang telah disepakati oleh direksi dengan pelanggan.

PKS Aek Nabara Selatan mempunyai beberapa daerah pemasaran produk yang dihasilkan mereka diantaranya diekspor keluar negeri seperti ke Jerman,

Belanda ,Jepang, Amerika Serikat, Australia, Korea Selatan dan Malaysia, melalui pelabuhan Belawan dan Tanjung Balai. Sebagian produk lagi dipasarkan didalam negeri antara lain dipasarkan ke Medan, Surabaya dan Jakarta.

2.2. Organisasi dan Manajemen 2.2.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Pada PTPN III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan, Struktur organisasi yang digunakan adalah struktur organisasi yang berbentuk lini dan

(34)

didasarkan pada spesialisasi tugas yang dilakukan dan juga wewenang dari pimpinan dilimpahkan pada unit-unit organisasi di bawahnya pada bidang tertentu

(35)

Manajer

(36)

2.2.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Pada PTPN III PKS Aek Nabara Selatan ada tugas dan tanggung jawab

dari berbagai jabatan yang terdapat dalam struktur organisasi yang terdapat dalam perusahaan dapat dilihat pada lampiran.

2.2.3. Jumlah Tenaga Kerja

PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan memiliki tenaga

kerja sebanyak 227 karyawan dan pimpinan. Susunan dan jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Susunan dan Jumlah Tenaga Kerja PKS Aek Nabara Selatan

No Keterangan

Jumlah (Orang)

1 Karyawan Pimpinan 8

2 Karyawan Administrasi / Umum 21

3 Karyawan Laboratorium 17

4 Karyawan Sortasi 18

5 Karyawan teknik/Bengkel Umum 48

6 Karyawan Dinas Sipil 16

7 Karyawan Pengolahan 86

8 Karyawan Keamanan 13

Jumlah 227

(37)

2.2.4. Jam Kerja

Jam kerja di PTPN III PKS Aek Nabara Selatan adalah enam hari kerja

untuk bagian kantor dan produksi, sedangkan untuk bagian pengolahan 7 hari kerja. Penjadwalan jam kerja untuk tenaga kerja adalah sebagai berikut :

a. Karyawan Kantor yang terdiri dari karyawan ATU (Asisten Tata Usaha), APK

(Asisten Personalia Kebun), Kantor Teknik dan Kantor Produksi serta Karyawan Produksi yang terdiri dari karyawan Kantor Pengolahan,

Timbangan dan Bengkel/CD/Traksi, mulai bekerja pukul 07.00 – 16.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 12.00- 14.00 WIB.

b. Karyawan Bagian Pengolahan

Karyawan pada bagian pengolahan dibagi atas dua shift kerja, yaitu :

1. Shift I, mulai bekerja pukul 07.00 - 19.00 WIB dengan masa istirahat

disesuaikan oleh karyawan sendiri secara bergantian selama 2 jam.

2. Shift II, mulai bekerja pukul 19.00 - 07.00 WIB dengan masa istirahat

disesuaikan oleh karyawan sendiri secara bergantian selama 2 jam.

2.3. Teknologi 2.3.1. Proses Produksi

Proses pengolahan tandan buah segar (TBS) di pabrik kelapa sawit Aek

Nabara Selatan dibagi menjadi beberapa stasiun yaitu : a. Stasiun Timbangan

(38)

d. Stasiun Penebahan (thresing)

e. Stasiun Pengempaan (pressing) f. Stasiun Shredder Press

g. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification) h. Stasiun Pengolahan Inti (Kernel Plant)

i. Stasiun Tenaga Pembangkit (Boiler dan Power Plant)

j. Stasiun Water Treatment k. Stasiun Fat Pit

l. Stasiun Limbah (Effleunt Treatment/ IPAL)

PKS Aek Nabara Selatan memiliki kapasitas terpasang 60 ton/jam, yang terbagi menjadi 2 line. Masing-masing line memiliki kapasitas terpasang 30 ton/jam, yang dimulai dari thresser hingga stasiun kernel.

2.3.2. Standar Mutu Bahan/Produk

PKS Aek Nabara Selatan menghasilkan 2 produk keluaran yaitu crude

palm oil (CPO) dan inti kelapa sawit (kernel). Untuk menghasilkan CPO dan

kernel dengan kualitas yang baik, maka diperlukan tandan buah segar (TBS) yang

(39)

Tabel 2.2. Fraksi TBS

Fraksi Kematangan Buah Luar Membrondol

Komposisi Panen Ideal

Fraksi 00 Sangat mentah Tidak ada Tidak boleh ada

Fraksi 0 Mentah 0 – 12,5 % Tidak boleh ada

Fraksi 1 Kurang matang 12,5 % - 25 % Maksimal 20 %

Fraksi 2,3 Matang 25 % - 75 % Minimal 68 %

Fraksi 4,5 Lewat matang 75 % - 100 % Maksimal

Brondolan - - > 8 %

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan

Tabel 2.3. dan 2.4 adalah standar mutu yang telah ditetapkan PKS Aek

Nabara Selatan yang telah disesuaikan dengan permintaan dari perusahaan dan negara-negara pembeli CPO dan kernel :

Tabel 2.3. Standar Mutu Inti Kelapa Sawit Eksport

Parameter Produksi ( % ) Eksport ( % )

Asam Lemak Bebas 3,0 5,00

Kadar Air 0,10 0,10

Kadar Kotoran 0,013 0,013

Nilai Anisidine ( Peroxi value ) - 5,00

Nilai Anisidine - 6,00

Kandungan Besi ( Iron Content ) - 3,50

Kandungan Tembaga ( Cooper Content ) - 0,05

DOBI - 2,50

Bilangan IOD - 5,10

Titik Cair - 39 – 41

(40)

Tabel 2.4. Standar Mutu Inti Sawit Penjualan

Parameter Produksi ( % ) Penjualan ( % )

Asam Lemak Bebas Max 1,00 Max 1,00

Kadar Air Max 7,00 Max 7,00

Kadar Kotoran Max 6,00 Max 6,00

Inti Pecah Max 15,0 Max 15,0

Kadar Minyak Min 49,0 Min 49,0

Inti Berubah Warna Max 40,0 Max 40,0

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan

2.3.3. Bahan yang digunakan

Bahan-bahan yang digunakan pada PKS Aek Nabara Selatan dikelompokkan berdasarkan proses produksinya sebagai berikut:

1. Bahan Baku

Bahan baku untuk menghasilkan CPO dan Kernel pada PKS Aek Nabara

Selatan adalah tandan buah segar (TBS). Sumber Bahan Baku PKS Aek Nabara Selatan meliputi:

a. Kebun Seinduk PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), yaitu: 1. Kebun Aek Nabara Selatan (KANAS)

2. Kebun Aek Nabara Utara (KANAU)

3. Kebun Membang Muda (KMMDA)

4. Kebun Rantau Parapat (KRPPT)

(41)

b. Pihak III yang terdiri dari:

1. Kebun Plasma

2. Pihak III Non Plasma

3. KUD

2. Bahan Penolong

Adapun bahan penolong yang digunakan pada PKS Aek Nabara Selatan

adalah air delusi yang berguna untuk mengurangi kekentalan minyak untuk mempermudah proses selanjutnya.

3. Bahan Tambahan

Karena pada PKS Aek Nabara Selatan hanya menghasilkan produk setengah jadi, maka tidak ada bahan tambahan yang digunakan.

2.3.4. Uraian Proses Produksi

Ada beberapa tahapan uraian produksi pada PKS Aek Nabara Selatan, Adapun tahapan uraian proses produksi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Stasiun Penerimaan Buah a. Jembatan Timbang

Penimbangan bertujuan untuk mengetahui produktivitas kebun sehingga

memerlukan data berat, asal kebun, bagian, blok. b. Sortasi TBS

Sortasi dilakukan untuk menjamin bahan baku (TBS) yang diterima di

(42)

untuk melakukan sortasi adalah gancu, skop, blong, timbangan, buku sortasi dan Surat Pengantar Buah (PB.25)

c. Loading Ramp

Buah yang telah selesai ditimbang, dibawa ke loading ramp dan dituang

ke tiap-tiap bays dari loading ramp, kemudian diisikan ke dalam lori-lori yang berkapasitas ± 2,5 ton.

d. Lori TBS dan Sistem Transfer

Lori merupakan tempat untuk merebus TBS. Sistem transfer Lori digunakan untuk memfasilitasi gerakan lori mulai di daerah loading ramp sampai

ke stasiun rebusan. Peralatan yang digunakan adalah transfer carriage (2 buah),

capstand, wessel dan Jhondree.

2. Stasiun Perebusan (Sterilizer)

Rebusan adalah bejana uap bertekanan yang digunakan untuk merebus

TBS dengan uap air, karena buah tidak terendam air tetapi dikukus (steamed). Steam yang digunakan adalah uap basah dengan tekanan 2,8 – 3,0 kg/cm2 dan pada suhu 140 0C yang berasal dari Back Pressure Vessel.

3. Stasiun Penebahan (Threser)

a. Hoisting Crane

(43)

b. Bunch Feeder

Penumpukan buah yang terlalu besar pada bunch feeder mengakibatkan

lossis pada tandan kosong meningkat dan kesulitan pengontrolan pengumpanan buah ke thresser.

c. Thresser

Thresser berfungsi untuk memisahkan berondolan dari janjangannya

dengan cara mengangkat dan membanting serta mendorong janjang kosong ke

empty bunch conveyor.

d. Empty Bunch Conveyor dan Empty Bunch Hopper

Janjangan kosong akan terdorong keluar dari threser dan masuk ke

horizontal empty bunch conveyor, kemudian inclined empty bunch conveyor untuk

selanjutnya dibawa ke bunch hopper sebelum dibawa ke lapangan.

e. Fruit Conveyor dan Fruit Elevator

Berondolan yang telah lepas dari janjangannya keluar dari thresser melalui

kisi-kisi, kemudian masuk ke bottom fruit conveyor. Dari bottom fruit conveyor masuk ke fruit elevator, jatuh ke top fruit conveyor dan selanjutnya ke distributor

fruit conveyor untuk dibagikan ke digester.

f. Digester

Digester adalah ketel tegak yang mempunyai dinding rangkap, poros

(44)

4. Stasiun Pengempaan (Press)

Press berfungsi untuk mengeluarkan minyak dari daging buah dengan cara

diperas. Tekanan cone yang rendah mengakibatkan lossis minyak pada fiber tinggi, tetapi persentase biji pecah kecil dan ampas yang dihasilkan basah

sehingga sulit untuk mencapai tekanan boiler yang diinginkan.

5. Stasiun Klarifikasi Proses Pemurnian Minyak

a. Sand Trap

Sand trap berfungsi untuk menangkap pasir.

b. Vibro Separator

Vibro separator berfungsi untuk menyaring crude oil dari serabut-serabut

yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak.

c. Crude Oil Tank

Crude oil tank merupakan tangki penampung minyak kasar untuk

selanjutnya dikirim ke vertical clarifier tank.

d. Vertical Clarifier Tank (VCT)

Vertical clarifier tank berfungsi untuk memisahkan minyak, air, dan NOS

secara gravitasi atau berdasarkan perbedaan berat jenis.

e. Oil Tank

Oil tank adalah untuk pengendapan kotoran dan sebagai bak penampungan

(45)

f. Oil Purifier

Oil purifier berfungsi untuk mengurangi kadar kotoran dan air dalam

minyak dengan menggunakan prinsip pemisahan berdasarkan perbedaan berat jenis dan gaya-gaya sentrifugal.

g. Vacuum Dryer

Vacuum dryer berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam minyak

produksi.

h. Storage Tank dan Dispath Tank

Storage tank berfungsi untuk menyimpan sementara minyak produksi

yang dihasilkan sebelum dikirim ke pihak/tempat lain, sedangkan dispath tank berfungsi untuk memblending minyak produksi untuk mencapai mutu produksi yang diinginkan.

6. Stasiun Klarifikasi Proses Pengambilan Minyak dari Sludge Hasil VCT

a. Vibro Separator

Kotoran sludge dari vertical clarifier tank disaring terlebih dahulu di dalam vibro separator sebelum sludge masuk ke dalam sludge tank.

b. Sludge Tank

Sludge tank berfungsi sebagai tempat penampungan sementara sludge

sebelum diolah lagi untuk mendapatkan minyak.

c. Sand Cyclone/ pre-cleaner

Sand cyclone berfungsi untuk menangkap pasir yang terkandung dalam

(46)

d. Buffer Tank

Buffer tank berfungsi untuk suplai feeding untuk sludge separator dengan

memanfaatkan gaya gravitasi, Oleh karena itu posisi buffer tank berada di atas

sludge separator sekaligus tempat untuk mempertahankan temperatur sludge.

e. Brush Strainer

Brush strainer berfungsi untuk mengurangi NOS yang terdapat pada

sludge sehingga tidak mengganggu kerja sludge separator.

f. Sludge Separator

Sludge separator berfungsi untuk mengutip minyak yang masih terkadung

dalam sludge dengan cara sentrifugal, dimana air dan NOS dengan berat jenis yang lebih besar akan terlempar keluar dan minyak dengan berat jenis yang lebih kecil akan masuk ke bagian dalam.

g. Fat Sludge Tank

Fat sludge tank berfungsi sebagai tempat penampungan sementara dari

spui vertical clarifier tank, oil tank dan sludge tank, outlet sludge separator line 1 serta minyak dari fat fit.

h. Fat-fit

Hasil buangan dari sludge separator, air pencucian, serta blow down dari unit klarifikasi masih mengandung minyak, sehingga seluruhnya ditampung di

parit dan dialirkan ke fat fit. Di dalam bak fat fit, cairan tersebut dipanaskan dan akibat perbedaan berat jenis maka terjadi pengendapan. Minyak yang berat jenisnya lebih rendah akan berada pada permukaan bagian atas, sedangkan air dan

(47)

7. Stasiun Kernel

a. Cake Breaker Conveyor

Cake breaker conveyor berfungsi untuk menghantarkan ampas dan biji

dari press ke depericarper, memecahkan gumpalan cake dari stasiun press ke

depericarper.

b. Depericarper

Depericarper adalah suatu tromol tegak dan panjang yang di ujungnya

terdapat blower pengisap serta fibre cyclone yang berfungsi untuk memisahkan

fiber dengan nut dan membawa fiber untuk menjadi bahan bakar boiler.

c. Nut Polishing Drum

Nut polishing drum berfungsi untuk membersihkan biji dari

serabut-serabut yang masih melekat, membawa nut dari depericarper ke nut transport,

memisahkan nut dari sampah.

d. Nut Transport

Nut transport berfungsi untuk menghantarkan nut dari nut polishing drum

ke nut silo.

e. Nut Silo

Nut silo berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara nut sebelum

diolah pada ripple mill.

f. Ripple Mill

Ripple mill berfungsi untuk memecah nut, memisahkan cangkang dan inti.

dan kecepatan putaran ripple mill, Outlet dari ripple mill selanjutnya dibawa oleh

(48)

g. LTDS (Light Tenera Dust Separation)

LTDS berfungsi untuk memisahkan cangkang dan inti serta membawa

cangkang untuk bahan bakar boiler.

h. Kernel Grading Drum

Kernel grading drum berfungsi untuk menyaring nut utuh dan pecah yang

berukuran besar yang dapat terikut ke produksi untuk diolah ulang.

i. Hydrocyclone

Hydrocyclone berfungsi untuk memisahkan inti dengan cangkang yang

keluar dari LTDS.

j. Kernel Silo

Kernel silo berfungsi untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam

inti produksi.

k. Kernel Storage

Kernel storage berfungsi sebagai tempat penyimpanan inti produksi

sebelum dikirim keluar untuk dijual.

2.3.5. Mesin dan Peralatan

(49)

2.3.6. Utilitas

Proses pengolahan tandan buah sawit (TBS) di PKS Aek Nabara

Selatan didukung oleh sarana penunjang/ utilitas guna memperlancar jalannya proses produksi. Sarana utilitas yang terdapat pada PKS Aek Nabara Selatan

antara lain:

1. Kamar Mesin (Engine Room)

Kamar mesin merupakan pusat pembangkit tenaga dan distribusi steam

untuk proses pengolahan dan kebutuhan lainnya. Di stasiun kamar mesin mempunyai 2 jenis pembangkit tenaga, yaitu:

a. Turbin Uap

b. Diesel Engine (Genset)

2. Stasiun Boiler

Boiler memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit. Dimana fungsi boiler adalah untuk menghasilkan steam dari pipa-pipa air boiler yang dipanaskan dengan mengalirkan udara panas dari hasil

pembakaran di refractory.

3. Pengolahan Air (Water Treatment)

Proses pengolahan air pada PKS Aek Nabara Selatan meliputi :

a. External Water Treatment

Suplai air PKS Aek Nabara Selatan berasal dari waduk yang masih

(50)

2. Internal Water Treatment

Air yang keluar dari deaerator sebelum diumpankan ke boiler terlebih

dahulu diinjeksikan bahan kimia yang berfungsi untuk menaikkan kualitas air boiler agar tidak terjadi korosi, scale. Tujuan dari internal treatment adalah agar

operasional boiler bisa efektif dan efisien, dimana pada pipa atau drum tidak terjadi korosi, scale (kerak), carry over, dan foaming

2.4. Safety and Fire Protection

PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan memiliki P2K3

(Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Hal ini sesuai dengan UU no 1 tahun 1970 tentang K3 dan no 4 permenaker tahun 1987. PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan juga menerapkan sistem manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) untuk mengatur masalah keselamatan dan kesehatan kerja.

Penerapan dari SMK3 di lapangan adalah: 1. Membuat Tim Tanggap Darurat

2. Memasang peringatan akan pentingnya memakai APD.

3. Memasang tanda peringatan pada stasiun kerja yang dianggap membahayakan

keselamatan pekerja.

4. Mewajibkan setiap pekerja untuk selalu menggunakan APD.

(51)

pabrik mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Struktur organisasi P2K3 yang ada di PKS Aek Nabara Selatan dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Ketua

Wakil Ketua

Sekretaris

Bidang Pengawasan Bidang

Evakuasi

Bidang Pelatihan Wakil

Sekretaris Pembina

Bidang Kesehatan

Gambar 2.2. Struktru P2K3

2.5. Pengolahan Limbah (Waste Treatment)

Sistem pengolahan limbah yang digunakan di PKS Aek Nabara Selatan

adalah sistem ponding. Hasil dari sirkulasi sistem ponding pada kolam limbah tersebut dibuang atau dimanfaatkan kembali pada lahan tanaman kelapa sawit,

sistem pengolahan seperti ini dikenal dengan sebutan Land Application.

Limbah PKS Aek Nabara Selatan terdiri dari limbah padat, cair dan gas. Tabel 2.6 adalah rincian limbah PKS, standar kadar dan volume limbah yang

(52)

Tabel 2.6. Limbah PKS, kadar dan Volume

No. Kegiatan Jenis limbah Kadar Volume Penanganan

1. Pemurnian minyak Zat cair (sludge) 0,60 % 41,50 % UPL

2. Boiler

Gas buang Abu, kerak

- -

0,40 %

Cerobong asap

Dust collector

Land fill

3. Thressing

Padat

(janjangan)

- 22,00% Mulching

4. Rebusan Zat cair 0,00 % 14,00 % UPL

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan

Unit pengolahan Limbah (UPL) pada PKS Aek Nabara Selatan terdiri dari : 1. Fat fit

2. Cooling tower

3. Kolam I dan II (anaerobic pond) 4. Kolam III dan IV (kolam aerobik)

5. Land Application

(53)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Pengukuran Kinerja6

3.1.1. Elemen Pokok Pengukuran Kinerja

Kinerja (Performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran,

tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perencanaan strategi suatu organisasi. Pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses

penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan

jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan), hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan, dan

efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.

Berdasarkan berbagai defenisi di atas, dapat disimpulkan elemen pokok

suatu pengukuran kinerja antara lain:

1. Menetapkan tujuan, sasaran dan strategi organisasi. 2. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja.

3. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi.

4. Evaluasi kinerja (Feedback, penilaian kemajuan dan akuntabilitas)

(54)

3.1.2. Manfaat Pengukuran Kinerja

Manfaat yang dapat diperoleh dengan dilakukannya pengukuran kinerja

adalah:

1. Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk

pencapaian kinerja.

2. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati.

3. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya

dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja. 4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas prestasi pelaksana

yang telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati.

5. Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam upaya

memperbaiki kinerja organisasi.

6. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi. 7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.

8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.

9. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan. 10. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.

Menurut Neely dan Kennerly, manfaat pengukuran kinerja adalah supaya

(55)

Adapun langkah-langkah pengukuran kinerja adalah: Langkah 1 : Memperkirakan Kesiapan Organisasi

Langkah 2 : Merumuskan Tujuan

Langkah 3 : Menyiapkan Pertanyaan Kebijakan

Langkah 4 : Mengembangkan Rencana Kerja Langkah 5 : Memulai Orientasi dan Pelatihan

Langkah 6 : Memilih Bidang Pelayanan Yang Akan Diukur

Langkah 7 : Merumuskan Misi, Tujuan dan Sasaran Langkah 8 : Mengenali Pengukuran

Langkah 9 : Membuat Sistem Pengumpulan Data, Analisa dan Pelaporan Langkah 10 : Pemantuan dan Evaluasi

3.2. Manajemen Kinerja5

Manajemen kinerja adalah suatu cara untuk mendapatkan hasil yang lebih

baik bagi organisasi, kelompok kerja dan individu dengan memahami dan mengelola kinerja sesuai dengan target yang telah direncanakan, standar dan persyaratan kompetensi yang telah ditentukan. Tujuan dari manajemen kinerja

adalah untuk menciptkan budaya dimana para individu dan kelompok memikul tanggung jawab bagi usaha peningkatan yang berkesinambungan dari proses kerja

dan kontribusi serta kemampuan mereka sendiri.

Sasaran dari manajemen kinerja pada suatu perusahaan mempergunakan akronim SMART untuk mendefenisikan suatu sasaran yang baik:

5 Dharma, Surya. 2004. Manajemen Kinerja: Falsafah, Teori dan Penerapanya. Dirjen Pendidikan

(56)

S = stretching (rentang)

Streching dapat diartikan sebagai konsisten dengan nilai organisasi dan

sasaran departemental organisasional serta tepat dengan jelas dan didefenisikan dengan baik, menggunakan kata yang jelas.

M = measureable (dapat diukur)

Dapat diukur dihubungkan dengan ukuran kinerja yang kuantitatif dan kualitatif.

A = agreed (disepakati)

Manajer dan individu mempunyai tujuan untuk menimbulkan rasa

memiliki bukan dipaksakan terhadap sasaran-sasaran tersebut walaupun ada juga situasi dimana seseorang harus dibujuk untuk dapat menerima suatu standar yang lebih tinggi dari yang mereka percaya dapat dicapai.

R = realistic (realistis)

Dapat dicapai di dalam batas kemampuan seseorang perlu

memperhitungkan semua hambatan yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mencapai sasaran tersebut termasuk sumberdaya, kekurangan pengalaman dan pelatihan, faktor eksternal di

luar kendali seseorang.

T = time related (berhubungan dengan jangka watu tertentu)

(57)

3.2.1. Sistem Manajemen Kinerja6

Dalam sebuah perusahaan, terdapat hubungan antara berbagai pihak yang

berkepentingan (stakeholder), yaitu penanam modal, karyawan, pelanggan, pemasok, pemerintah, dan masyarakat. Hubungan yang terjadi antara perusahaan

dengan pihak-pihak yang berkepentingan tersebut mengalami perubahan yang substansial beberapa tahun terakhir ini. Hubungan yang kompleks tersebut dapat dijabarkan seperti tampak pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Jejaring Hubungan Stakeholder

Pada era saat ini selain pihak pengelola perusahaan, para investor juga mengerti arti pentingnya perusahaan untuk memenuhi berbagai kepuasan setiap

stakeholder. Mereka menyadari apabila perusahaan tidak memberikan perhatian

yang cukup kepada kepuasan setiap stakeholder, hal tersebut akan membawa

dampak pada reputasi perusahaan dan pangsa pasarnya. Sebaliknya, jika perusahaan memperhatikan dan berusaha memenuhi berbagai

6 Wibisono, Dermawan.2006. Manajemen Kinerja, Konsep, Desain, dan Teknik Meningkatkan

(58)

permintaan/kepentingan dari masing-masing stakeholder, perusahaan juga dapat menuntut kontribusi yang lebih dari masing-masing stakeholder tersebut, seperti

yang dikemukakan oleh Neely (2002) dalam pendekatan pengukuran kinerja

Prism. Contoh kontribusi yang dapat diberikan stakeholder kepada perusahaan

tertera pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Kontribusi dari Para Stakeholder Pihak yang Berkepentingan

(Stakeholder) Kontribusi (Contribution)

Investor

• Pertumbuhan modal

• Besarnya resiko

• Dukungan jangka panjang

Pelanggan (customers)

• Keuntungan

• Pembelian ulang

• Loyalitas

• Umpan balik

Pihak Perantara (intermediaries) • Perencanaan di masa depan

• Informasi kebutuhan di masa depan Karyawan (employees)

• Fleksibilitas

• Keterampilan ganda

• Sumbang saran

Pemasok (supplier)

• Subpemasok yang lebih luas

• Pedagang yang lebih sedikit

• Solusi yang menyeluruh

• Integrasi Pemerintah (regulators)

• Konsistensi yang adil

• Saran-saran nonformal

• Keterlibatan lebih awal Masyarakat (communities)

• Ketersediaan tenaga terampil

• Hibah-hibah

• Dukungan

Kelompok pesaing (pressure group) • Kerja sama yang lebih erat

• Berbagi penelitian

Mitra (alliance partners)

• Saling menjual dan membeli

• Pengembangan yang saling mendukung

• Berbagi ongkos

Sumber: Buku Manajemen Kinerja, Konsep, Desain, dan Teknik Meningkatkan Daya Saing

(59)

Bukanlah hal yang sederhana untuk dapat memenuhi semua permintaan dan kepentingan stakeholder dalam sebuah kerangka Sistem Manajemen Kinerja.

Permasalahan yang sering muncul adalah:

1. Perusahaan gagal menerjemahkan keinginan dan kebutuhan (wants and needs)

dari setiap stakeholder.

2. Adanya ketidakcocokan antara keinginan dan kebutuhan (wants and needs)

perusahaan dengan masing-masing stakeholder, bahkan sering kali

menimbulkan pilihan yang saling kontradiksi.

3. Ukuran kinerja yang digunakan tidak sesuai dengan strategi, proses, dan

kemampuan perusahaan dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan (wants

dan needs) tersebut.

Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut berbagai perusahaan

mencoba mengadopsi macam kerangka sistem manajemen kinerja yang telah dikenalkan oleh para ahli secara luas pada dekade terakhir, seperti :

1. SMART (Cross & Lynch, 1989)

2. Performance Measurement Questionnaire (Dixon dkk, 1990)

3. Performance for World Class Manufacturing (Maskell, 1991)

4. Quantum Performance Measurement Model (Hronec, 1993)

5. The Balance Scorecard ( Kaplan & Norton, 1992)

6. Prism ( Neely & Adams, 1999)

7. Malcolm Baldrige National Quality Award ( Departemen of Commerce,

USA, 1987)

(60)

3.2.2. Dasar Perancangan Sistem Manajemen Kinerja

Brian Maskell (1981) mengajukan 7 kriteria yang sebaiknya dipenuhi

perusahaan dalam merancang system baru manejemen kinerja agar dapat menjadi perusahaan kelas dunia. Ketujuh kriteria tersebut adalah:

1. Sistem manajemen kinerja yang dirancang hendaknya berkaitan langsung

dengan strategi perusahaan.

2. Variabel-variabel sebaiknya diukur menggunakan ukuran-ukuran nonfinansial. 3. Sistem manajemen kinerja yang dirancang harus fleksibel dan dapat bervariasi

tergantung dari lokasi perusahaan.

4. Sistem manajemen kinerja yang dirancang harus dinamis, selalu diperbaruhi

seiring dengan perubahan waktu.

5. Sitem manajemen kinerja yang dirancang harus sesederhana mungkin dan

mudah dioperasikan.

6. Dalam sitem manajemen kinerja tersebut harus dimungkinkan adanya umpan

balik yang cepat bagi operator dan manajer yang bertanggung jawab, agar dapat diambil tindakan sesegera mungkin dalam pelaksanaan proses perbaikan.

7. Sistem manajemen kinerja yang dirancang harus ditujukan untuk proses

perbaikan bukan sekedar untuk pamantauan.

(61)

pesat. Sehingga perancangan sistem manajemen kinerja dapat dibagi menjadi 4 (empat) tahap seperti pada gambar 3.2. kempat tahapan tersebut adalah :

1. Tahap 0 : Fondasi

2. Tahap 1 : Informasi dasar 3. Tahap 2 : Perancangan 4. Tahap 3 : Penerapan

5. Tahap 4 : Penyegaran

Variabel Kinerja Keterkaitan (Benchmark)Kaji Banding

Industri, Fondasi : Pedoman Prinsip PENGKAJIAN ULANG DAN PEMUKTAHIRAN

TAHAP 0

KERANGKA KERJA (FRAMEWORK)

INFORMASI DAN PENGETAHUAN TERKINI

TAHAP 1:

Keluaran Organisasi Proses Internal Kemapuan Sebab Akibat

Sumber Daya

(62)

3.3. Pengukuran Kinerja dengan Performance Prism 7

Performance prism merupakan penyempurnaan dari teknik pengukuran

kinerja yang ada sebelumnya sebagai sebuah kerangka kerja (framework).

Keuntungan dari framework tersebut adalah melibatkan semua stakeholder dari organisasi, terutama investor, pelanggan, end-users, karyawan, para penyalur, mitra persekutuan, masyarakat dan regulator. Pada prinsipnya metode ini

dikerjakan dalam dua arah yaitu dengan mempertimbangkan apa kebutuhan dan keinginan (needs and wants) dari semua stakeholder, dan uniknya lagi metode ini

juga mengidentifikasikan kontribusi dari stakeholders terhadap organisasi tersebut. Pada pokoknya hal itu menjadi hubungan timbal balik dengan masing -masing stakeholder. Filosofi performance prism berasal dari sebuah bangun

prisma yang memiliki lima segi yaitu untuk atas dan bawah adalah satisfaction dari stakeholder dan kontribusi stakeholder. Sedangkan untuk ketiga sisi

berikutnya adalah strategy, process dan capabilities. Prisma juga dapat membelokkan cahaya yang datang dari salah satu bidang ke bidang yang lainya.

Pengukuran dalam hal ini adalah usaha untuk melihat pesoalan yang

dicapai akibat penerapan/aplikasi manajemen dalam teknologi yang diterapkan guna meningkatkan kinerja. Tujuan dari pengukuran kinerja secara umum adalah

untuk mengevaluasi kinerja yang ada, menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh dalam menunjang perbaikan kinerja serta mereduksi faktor-faktor yang menghambat.

7 Neely, A.D. ,Kennerley, M and Adams, C.A, 2002. The Performance Prism. The Scorecard for

(63)

Hal ini menunjukkan kompleksitas dari performance prism yang berupa interaksi dari kelima sisinya.

Performance prism memiliki pendekatan pengukuran kinerja yang dimulai

dari stakeholder, bukan dari strategi. Identifikasi secara detail tentang kepuasan

dan kontribusi stakeholder akan membawa sebuah organisasi dalam sebuah pengambilan keputusan berupa strategi yang tepat. Sehingga dimungkinkan organisasi dapat mengeveluasi strategi yang telah dilakukan sebelumnya.

Terdapat lima pertanyaan yang mendasari teori performance prism yaitu sebagai berikut:

Stakeholder satisfaction : Siapa yang menjadi stakeholder kunci dan apa

yang mereka inginkan serta apa yang mereka perlukan?

Strategy : Strategi apa yang seharusnya diterapkan untuk

memenuhi apa yang menjadi kinginan dan

kebutuhan stakeholder?

Process : Proses kritis apakah yang diperlukan untuk

menjalankan strategi tersebut?

Capability : Kemampuan apa yang harus kita operasikan

untuk meningkatkan proses tersebut?

Stakeholder contribution : Kontribusi apakah dari stakeholder yang kita

(64)

Performance Prism merupakan model yang berupaya melakukan

penyempurnaan terhadap metoda sebelumnya seperti Balanced Scorecard dan

IPMS. Performance Prism merupakan suatu metoda pengukuran kinerja yang menggambarkan kinerja organisasi sebagai bangun 3 dimensi yang memiliki 5

bidang sisi, yaitu dari sisi kepuasan stakeholder, strategi, proses, kapabilitas, dan kontribusi stakeholder.

Performance Prism mempunyai pandangan yang lebih komprehensif

terhadap stakeholders (seperti investor, pelanggan, karyawan, peraturan pemerintah dan supplier) dibanding kerangka kerja lainnya. berpendapat bahwa

kepercayaan umum yang meyakini bahwa ukuran kinerja harus diturunkan secara ketat dari strategi adalah tidak benar. Seharusnya, kebutuhan dan keinginan dari para stakeholders-lah yang harus diperhatikan pertama kali. Kemudian, baru

strategi dapat diformulasikan.

Performance Prism berpendapat bahwa sebuah sistem pengukuran kinerja

seharusnya diorganisir dalam lima perspektif kinerja yang berbeda namun saling berkaitan, yakni:

1. Kepuasan Stakeholder

Siapa saja stakeholder organisasi dan apa saja keinginan dan kebutuhan mereka? Stakeholder yang dipertimbangkan di sini meliputi konsumen, tenaga

kerja, supplier, pemilik/investor, serta pemerintah dan masyarakat sekitar. Penting bagi perusahaan berupaya memberikan kepuasan terhadap apa yang diinginkan dan dibutuhkan stakeholder-nya serta melakukan komunikasi yang baik dengan

Gambar

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PKS Aek Nabara Selatan (PANAS)
Tabel 2.1. Susunan dan Jumlah Tenaga Kerja PKS Aek Nabara Selatan
Tabel 5.3. Daftar Parameter Kinerja (Lanjutan)
Tabel 5.4. Data Key Performance Indicator (KPI) PKS Aek Nabara Selatan (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, 2010. Dari hasil pengukuran di atas, diketahui bahwa telah terjadi peningkatan rasio beban operasi terhadap pendapatan pada tahun 2008

Perkebunan Nusantara III (Persero) Unit PKS Torgamba bergerak dalam bidang usaha pengolahan kelapa sawit menjadi minyak sawit atau crude pa lm oil (CPO) dan inti

Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan bahwa rasio lancar semua berada di bawah standar, yang berarti perusahaan kurang mampu membayar kewajiban jangka pendek atau

ANALISA KADAR SILIKA PADA AIR UMPAN KETEL DAN AIR BOILER DENGAN ALAT LOVIBOND DI PKS PT.. PERKEBUNAN NUSANTARA IV

Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan bahwa rasio lancar semua berada di bawah standar, yang berarti perusahaan kurang mampu membayar kewajiban jangka pendek atau

karyawan pemanen Rayon Selatan Unit Adolina PT Perkebunan Nusantara IV Medan yang. berjumlah 103

Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Pematang Kiwah Natar Kabupaten Lampung Selatan, pengaruh pengawasan terhadap kinerja karyawan, untuk mengetahui pengaruh

Perkebunan Nusantara XIII Unit Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Pelaihari sangat baik juga memberikan motivasi terhadap bawahanya, yang memiliki kemampuan dalam memimpin tegas