• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SD Negeri Di Bagian Barat Kota Pekanbaru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SD Negeri Di Bagian Barat Kota Pekanbaru"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN

SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SD NEGERI

DI BAGIAN BARAT KOTA PEKANBARU

SKRIPSI

OLEH:

FRISCO PANAHATAN S

111201112/TEKNOLOGI HASIL HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap

Pada Bangunan SD Negeri Di Bagian Barat Kota Pekanbaru

Nama : Frisco Panahatan S

NIM : 111201112

Program studi : Kehutanan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Yunus Afifuddin, S.Hut., M.Si.

Ketua Anggota

Luthfi Hakim, S.Hut., M.Si.

Mengetahui

(3)

ABSTRAK

FRISCO PANAHATAN S. Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SD Negeri Di Bagian Barat Kota Pekanbaru. Dibawah bimbingan akademik oleh YUNUS AFIFUDIN dan LUTHFI HAKIM.

Sekolah dasar sebagai salah satu fasilitas umum yang sangat penting dan perlu dijaga agar tetap berada pada kondisi yang baik. Serangan rayap pada bangunan gedung pada saat ini merupakan masalah yang sangat besar mengingat intensitas serangannya yang semakin tinggi dan meluas sehingga nilai kerugian akibat serangan rayap cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai kerugian ekonomis serangan rayap dan mendapatkan peta sebaran jenis rayap pada bangunan SD Negeri di bagian barat Kota Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli 2014 sampai Agustus 2014 menggunakan metode Purposive Sampling 15% dari jumlah total sekolah SD Negeri yang ada di kota Pekanbaru. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung dan wawancara dilapangan dengan menggunakan kuisioner. Data yang diperoleh kemudian dipetakan dengan menggunakan GIS (Geographic Information System). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kerusakan ringan sebesar 60% dan kerusakan sedang 40%. Kerugian ekonomis serangan rayap terhadap bangunan Sekolah Dasar Negeri adalah Rp334.130.000,00untuk standar kayu tembesu dan Rp246.367.000,00 untuk standar kayu meranti. Jenis rayap yang menyerang adalah Microtermes inspiratus dari rayap tanah dan Cryptotermes cynocephalus dari rayap kayu kering.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan perlindungan-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini. Penelitian ini berjudul “Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SD Negeri Di Bagian Barat Kota Pekanbaru” . Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan nilai dari kerugian ekonomis, mendapatkan informasi jenis-jenis dan penyebaran rayap,mengidentifikasi peta sebaran jenis rayap dan kerusakan banguan dan membuat model penduga kerugian ekonomis serangan rayap pada bangunan SD Negeri Di Bagian Barat Kota Pekanbaru.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Yunus Afifudin, S.Hut., M.Si. dan Bapak Luthfi Hakim, S.Hut., M.Si. atas kesediaannya untuk membimbing saya dalam menyelesaikan hasil penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk hasil penelitian yang lebih baik. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2015

(5)

DAFTAR ISI

Rayap Sebagai Serangga Sosial ... 10

Perilaku Rayap ... 12

Ekologi Rayap ... 13

Jenis Rayap Perusak Bangunan ... 14

Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Rayap ... 17

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 22

Alat dan Bahan ... 22

Prosedur Penelitian... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Bangunan Sekolah Dasar Negeri ... 27

Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Pada Setiap Komponen Bangunan SD Negeri di Bagian Barat Kota Pekanbaru ... 30

Jenis Rayap Perusak Kayu dan Sebaran Kerusakan Bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru ... 37

(6)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman 1. Bangunan Sekolah Dasar ... 27 2. Beberapa Komponen Bangunan Sekolah ... 28

3.

Peta Sebaran Sampel dan Tingkat Kerusakan SD Negeri di Kota

Pekanbaru ... 33 4. Grafik persentase kerusakan bangunan SD Negeri di Bagian Barat

Kota Pekanbaru ... 36 5. Jenis rayap perusak kayu bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru

(7)

DAFTAR TABEL

No. Halaman 1. Luas Wilayah Kota Pekanbaru Berdasarkan Kecamatan ... 5 2. Data Jumlah Sekolah Dasar di Kota Pekanbaru ... 8 3. Data Karakteristik Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan bagian

Barat Kota Pekanbaru ... 29 4. Kerugian ekonomis dan persen (%) kerusakan sekolah akibat

serangan rayap di pada bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru ... 31 5. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada berbagai

komponen bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru... 34 6. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap tanah dan kayu

(8)

ABSTRAK

FRISCO PANAHATAN S. Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SD Negeri Di Bagian Barat Kota Pekanbaru. Dibawah bimbingan akademik oleh YUNUS AFIFUDIN dan LUTHFI HAKIM.

Sekolah dasar sebagai salah satu fasilitas umum yang sangat penting dan perlu dijaga agar tetap berada pada kondisi yang baik. Serangan rayap pada bangunan gedung pada saat ini merupakan masalah yang sangat besar mengingat intensitas serangannya yang semakin tinggi dan meluas sehingga nilai kerugian akibat serangan rayap cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai kerugian ekonomis serangan rayap dan mendapatkan peta sebaran jenis rayap pada bangunan SD Negeri di bagian barat Kota Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli 2014 sampai Agustus 2014 menggunakan metode Purposive Sampling 15% dari jumlah total sekolah SD Negeri yang ada di kota Pekanbaru. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung dan wawancara dilapangan dengan menggunakan kuisioner. Data yang diperoleh kemudian dipetakan dengan menggunakan GIS (Geographic Information System). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kerusakan ringan sebesar 60% dan kerusakan sedang 40%. Kerugian ekonomis serangan rayap terhadap bangunan Sekolah Dasar Negeri adalah Rp334.130.000,00untuk standar kayu tembesu dan Rp246.367.000,00 untuk standar kayu meranti. Jenis rayap yang menyerang adalah Microtermes inspiratus dari rayap tanah dan Cryptotermes cynocephalus dari rayap kayu kering.

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyediaan jenis-jenis kayu kelas awet tinggi secara alami untuk keperluan konsumsi dalam negeri makin terbatas jumlahnya. Hal ini disebabkan karena jenis-jenis kayu tersebut termasuk jenis kayu mewah dan mahal harganya. Sehingga pemerintah cenderung mengekspor jenis-jenis kayu mewah tersebut dalam rangka meningkatkan ekspor komoditi non minyak dan gas, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan devisa yang berguna untuk mempertahankan kelangsungan momentum pembangunan yang giat-giatnya dilakukan sehingga penggunaan kayu jenis awet rendah pun banyak digunakan di Indonesia (Subyanto, 1985).

Rayap (ordo: Isoptera) yang dikenal dengan nama “anai-anai” sangat mudah dijumpai di berbagai tipe ekosistem, seperti ekosistem hutan, pertanian, perkebunan, dan juga ditemukan pada ekosistem pemukiman atau perkotaan. Kondisi iklim dan tanah, termasuk banyaknya ragam jenis tumbuhan Indonesia sangat mendukung bagi perkembangan hidup rayap. Di Indonesia sendiri telah ditemukan sekitar 10% dari total rayap dunia. Meskipun demikian, hanya sekitar lima persen yang bersifat merugikan bagi manusia, yaitu sebagai hama bagi sebagian besar pertanaman pertanian dan perkebunan (Tarumingkeng, 2001).

(10)

gedung yang paling penting. Serangannya pada kayu konstruksi bangunan dan bahan lignoselulosa lainnya telah dilaporkan hampir di seluruh propinsi di Indonesia. Bahkan kerugian ekonomis yang terjadi akibat serangannya pada bangunan gedung terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000 kerugian tersebut diperkirakan mencapai Rp. 3,73 trilyun. Sejalan dengan meluasnya pembukaan wilayah hutan, reklamasi lahan, pembangunan pemukiman, serta lahan pertanian dan perkebunan, ancaman serangan rayap pada bangunan gedung, tanaman pertanian, perkebunan dan kehutanan cenderung terus meningkat. Rayap hidup pada tipe tanah tertentu, namun rayap tanah lebih menyukai tipe tanah yang banyak mengandung liat karena mengandung bahan organik yang tinggi. Curah hujan merupakan faktor yang berguna untuk merangsang kasta produksi keluar dari pohon. Serangan rayap banyak dilakukan pada pohon mati setelah hujan turun. Suhu dan kelembaban mempengaruhi rayap di sekitarnya. Suhu optimum adalah 15-38°C dan kelembaban optimum 75-90%.

(11)

Jenis rayap perusak bangunan di Indonesia ada tiga famili yaitu kalotermitidae (rayap kayu kering), termitidae (rayap tanah), dan rhinotermitidae (rayap kayu basah atau subteran). Suatu bangunan bisa hancur akibat adanya serangan rayap perusak ini. Rayap perusak bangunan tidak hanya menyerang bagian bagian bangunan seperti kuda-kuda, kaso atau reng, tetapi juga merusak arsip, furniture, kabel telepon, atau kabel listrik. Perlu diketahui, rayap perusak bangunan merupakan jenis rayap yang memerlukan kelembapan yang cukup tinggi untuk mempertahankan hidupnya.

Sekolah dasar sebagai fasilitas umum yang sangat penting dan perlu dijaga agar tetap berada pada kondisi yang baik. Berdasarkan Badan Pusat Statistik dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekanbaru tahun 2013, saat ini ada 266 gedung sekolah dasar yang ada di Kota Pekanbaru dengan pembagian 79 gedung milik swasta dan 178 gedung milik pemerintah.

Salah satu sifat yang dimilki kayu sebagai bahan bangunan yang tidak menguntungkan adalah kepekaannya terhadap terhadap serangan organism perusak kayu. Organisme perusak akyu itu adalah jamur pembusuk kayu, serangga penggerek kayu dan rayap perusak kayu.

Tujuan Penelitian

1. Mendapatkan nilai kerugian ekonomis serangan rayap terhadap bangunan Sekolah Dasar Negeri di bagian barat Kota Pekanbaru.

(12)

3. Mendapatkan model penduga kerugian ekonomis akibat serangan rayap terhadap bangunan SD Negeri di bagian barat Kota Pekanbaru.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Memberikan informasi bagi Pemerintah Kota Pekanbaru terhadap kerusakan dan kerugian serangan rayap pada bangunan Sekolah Dasar Negeri.

2. Bermanfaat bagi dunia pendidikan, penelitian serta bahan informasi masyarakat umum, pemerintah, instansi/lembaga yang terkait dalam pengelolaan perlindungan bangunan.

3. Pengetahuan dan informasi sebaran rayap serta kerusakannya melalui peta GIS.

(13)

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Kota Pekanbaru

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19 tahun 1987 tanggal 7 September 1987 Daerah Kota Pekanbaru diperluas dari ± 62,96 km² menjadi ± 446,50 km², yang terdiri dari 8 Kecamatan dan 45 Kelurahan. Dari hasil pengukuran/pematokan di lapangan oleh BPN Tk. I Riau maka ditetapkan luas wilayah Kota Pekanbaru adalah 632,26 km² dan dibagi dalam 12 kecamatan dan 58 kelurahan. Terletak antara : 101° 14’-101° 34’ Bujur Timur dan 0° 25’-0° 45’ Lintang Utara. Kota Pekanbaru pada umumnya beriklim tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara 32,4°C - 33,8°C dan suhu minimum berkisar antara 23,0 °C - 24,2 °C. Kelembaban rata-rata berkisar antara 68 %-83 %.. Luas Kota Pekanbaru untuk masing-masing kecamatan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Wilayah Kota Pekanbaru Berdasarkan Kecamatan

No Kecamatan Luas Wilayah

1 Tampan 59,81

Jumlah Luas 632,26

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pekanbaru Tahun 2013

(14)

II dengan ketinggian 26 meter di atas permukaan air laut dan di bagian Utara dan Timur Kota Pekanbaru. Topografi di Kota Pekanbaru berdasarkan kelas kelerengan dapat digolongkan menjadi empat bagian yaitu:

• 0% - 2% : merupakan wilayah yang datar

• 2% - 15% : landai sampai berombak

• 15% - 40% : berombak sampai bergelombang • di atas 40% : bergelombang sampai berbukit

Secara umum kondisi wilayah Kota Pekanbaru merupakan dataran rendah dengan kemiringan lereng 0% – 2%. Beberapa wilayah di bagian Utara dan Timur memiliki morfologi bergelombang dengan kemiringan di atas 40% (Tinambunan, 2006).

Kota Pekanbaru pada umumnya beriklim tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara 31,6°C - 33,7°C dan suhu minimum berkisar antara 22,1°C - 23,3°C. Rata-rata curah hujan bulanan pada tahun 2004 sekitar 263,73

mm dan rata-rata jumlah hari hujan pada tahun 2004 sekitar 17 hari (BMG Pekanbaru, 2004). Keadaan musim berkisar: musim hujan jatuh pada bulan

September sampai dengan Pebruari dengan curah hujan dan hari hujan tertinggi jatuh pada november dan musim kemarau jatuh pada bulan Maret sampai dengan Agustus. Kelembaban maksimum antara 94% - 96%, kelembaban minimum antara 59% - 69% (BPS Kota Pekanbaru, 2003).

(15)

besar tanahnya berjenis podzolik merah kuning sedangkan di daerah yang lebih rendah berawa dan gambut berjenis tanah organosol/glei humus. Pada umumnya tanah di Kota Pekanbaru terdiri dari jenis tanah alluvial hydromorf yang berasal dari endapan tanah liat dan asosiasi aluvial dengan pasir. Tanah jenis ini memiliki sifat sedikit menahan/kedap air. Hal ini menyebabkan peresapan air berjalan lambat (Tinambunan, 2006).

Lahan gambut di Pulau Sumatera tersebar di beberapa wilayah provinsi, seperti Provinsi Riau, yang memiliki lahan gambut seluas kurang lebih 4 juta ha (Uryu et al., 2008). Tetapi sejak dua dasawarsa terakhir banyak terjadi pengalihgunaan lahan gambut di provinsi ini, yaitu antara lain menjadi lahan pemukiman dan lahan budidaya pertanian, perkebunan maupun kehutanan. Sebenarnya secara umum lahan gambut termasuk jenis lahan marginal atau tidak sesuai untuk dibudidayakan, apalagi apabila lapisan gambutnya dalam (≥ 3m) (Sabiham & Basuki, 1989).

(16)

Menurut Ayu et al. (2011) bahwa rayap cenderung lebih melimpah pada lahan tanah mineral dibanding pada lahan gambut. Perbedaan hasil penelitian ini dan penelitian-penelitian tersebut kemungkinan juga dipengaruhi oleh perbedaan cara pengambilan sampel rayap. Meskipun demikian, kelimpahan rayap pada suatu lahan kemungkinan juga dipengaruhi oleh spesies rayap tertentu. Rayap Coptotermes curvignathus justru lebih melimpah pada lahan gambut dibanding pada lahan tanah mineral.

Bangunan Sekolah Dasar

Kota Pekanbaru mempunyai 266 banguan sekolah dasar dengan perincian 187 gedung sekolah milik pemerintah dan 79 gedung sekolah milik swasta. Rincian sebaran SD di Kota Pekanbaru akan di sajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Data Jumlah Sekolah Dasar di Kota Pekanbaru.

No Kecamatan Negeri Swasta

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2013

Morfologi Rayap

(17)

1) Tubuh lunak.

2) Memiliki dua sayap yaitu sayap depan berupa Sayap yang agak menebal seperti kulit

3) Bersifat hemitabola.

4) Memiliki dua pasang sayap tipis yang tipe dan ukurannya sama. Toraks berhubungan langsung dengan abdomen yang ukuran lebih besar, merupakan serangga sosial.

5) Mengalami metamorfosis tidak sempurna. 6) Tipe mulut pengunyah.

7) Cara hidupnya membentuk koloni dengan sistem pembagian tugas tertentu yang disebut polimorfisme. Pembagian tugas itu adalah raja, ratu dan prajurit atautentara.

Rayap mengalami 4 kasta meliputi:

a) Kasta reproduksi pertama, bersayap dan akan ditanggalkan setelah perkawinan.

b) Kasta reproduksi kedua, dewasa secara seksual tapi dalam bentuk nympha. c) Kasta pekerja, tidak bersayap, buta, dan memilki banyak tugas yang berguna

untuk memelihara koloni.

d) Kasta tentara, bersifat steril tidak bersayap, memiliki kepala danmandibula yang besar, serta bertugas menjaga koloni.

(18)

yang sangat berbahaya bagi bangunan yang dibangun dengan bahan-bahan yang mengandung selulosa seperti kayu dan produk turunan kayu (papan partikel, papan serat, plywood, blockboard dan laminated board) (Hasan, 1984).

Rayap terdiri dari kumpulan spesies yang beragam, secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu rayap tingkat rendah dan rayap tingkat tinggi. Rayap tingkat rendah bersimbiosis dengan sebagian besar populasi prokariot dan Protista (eukariot bersel tunggal). Rayap tingkat tinggi hanya terdiri dari famili Termitidae akan tetapi jenisnya lebih dari tiga perempat dari semua jenis spesies yang ada dan bersimbiosis dengan sebagian besar kelompok bakteri. Asosiasi dari Protista selulolitik pada pencernaan rayap tingkat rendah diketahui sebagai contoh dari simbiosis mutualisme. Protista menghasilkan asetat dari partikel selulosa atau endositosis kayu, hasil asetat tersebut diserap oleh rayap sebagai energi dan sumber karbon (Upadhyaya et al., 2012).

Rayap Sebagai Serangga Sosial

Rayap merupakan serangga sosial dengan sistem kasta polimorfik, pemakan selulosa dan tinggal di dalam sarang atau termitarium yang dibangunanya. Serangga ini memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, sepintas mirip semut, dijumpai di banuak tempat, dihutan, pekarangan, kebun, dan bahkan di dalam batang kayu basah, tetapi ada juga yang hidup di dalam kayu kering. Makanan utamanya adalah kayu dan bahan-bahan dari selulosa lain serta jamur (Amir, 2003).

(19)

pengenalan, biologi dan perilaku (etologi) rayap merupakan pengetahuan essensial, sedangkan bagi masyarakat umum hal ini di samping bermanfaat sebagai penambah pengetahuan untuk menghindari kerugian ekonomis yang ditimbulkan oleh kerusakan terhadap bangunan habitat pemukimannya, karena dengan demikian dapat dilakukan tindakan atau perlakuan khusus untuk mengendalikan hama perusak kayu. Rayap merupakan salah satu serangga yang berperan penting dalam kerusakan kayu di dunia. Serangga ini merusak kayu dengan cara membuat liang kembara pada kayu dan menjadikannya sebagai tempat tinggal sekaligus sumber nutrisi koloni rayap. Hal ini menyebabkan kayu menjadi keropos dan hancur (Tarumingkeng, 2004).

Rayap juga merupakan serangga yang sudah akrab dengan kehidupan manusia. Namun, rayap selalu diidentikan sebagai hama perusak bangunan, perumahan, arsip, buku, tanaman, dan sebagainya. Padahal, pada awalnya rayap merupakan serangga yang berperan sebagai pembersih sampah alam. Saat ini, rayap perusak termasuk serangga yang sangat meresahkan masyarakat karena tingkat serangannya sangat cepat, ganas, dan menimbulkan kerusakan yang cukup parah Hal ini akibat habitat rayap yang terganggu oleh pembangunan yang dilakukan oleh manusia (Nandika et al., 2003).

Perilaku Rayap

(20)

trofalaksis merupakan ciri khas diantara individu-individu dalam koloni rayap. Masing-masing individu sering mengadakan hubungan dalam bentuk menjilat, mencium dan menggosokkan tubuhnya satu dengan yang lainnya. Sifat ini diinterpretasikan sebagai cara untuk memperoleh protozoa flagellata bagi individu yang baru saja berganti kulit (eksidis), karena pada saat eksidis kulit usus juga tangga sehingga protozoa simbiont yang diperlukan untuk mencerna selulosa ikut keluar dan diperlukan reinfeksi dengan jalan trofalaksis. Sifat ini juga diperlukan agar terdapat pertukaran feromon diantara para individu (Tarumingkeng, 2000).

Masyarakat rayap terdiri atas kelompok-kelompok yang disebut kasta. Masing-masing kasta mempunyai tugas sendiri-sendiri yang dilakukan dengan tekun selama hidup mereka, demi untuk kepentingan kesejahteraan, keamanan dan kelangsungan hidup seluruh masyarakat (Hasan, 1984).

Setiap koloni rayap terdapat tiga kasta yang menurut fungsinya masing-masing diberi nama kasta pekerja, kasta prajurit, dan kasta reproduktif (reproduktif primer dan reproduktif suplementer). Pembentukan kasta pekerja, serdadu, ratu atau raja dari nimfa muda dikendalikan secara alami oleh bahan kimia yang disebut feromon (Nandika et al., 2003). Feromon adalah hormone yang dikeluarkan dari kelenjar endrokrin, tetapi berbeda dengan hormon, feromon menyebar ke luar tubuh dan mempengaruhi individu lain yang sejenis (Tarumingkeng, 2000).

(21)

koloni dibandingkan dengan kasta yang lainnya, tidak kurang dari 80–90% merupakan kasta pekerja (Prasetyio & Yusuf 2005).

Ekologi Rayap

Rayap dalam aktivitas dan distribusinya dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan diantaranya suhu, kelembaban dan curah hujan. Suhu memiliki peranan penting dalam aktivitas dan perkembangan rayap. Sebagian besar serangga memiliki suhu optimum berkisar antara 15 – 38%. Kelembaban cukup memiliki peranan dalam aktivitas jelajah rayap. Rayap tanah seperti Coptotermes, Macrotermes, Odontotermes memerlukan kelembaban yang tinggi (75–90%). Curah hujan memiliki peran dalam hal perkembangbiakan eksternal dan merangsang keluarnya kasta reproduksi keluar dari tanah. Laron tidak akan keluar bila curah hujan rendah (Nandika et al., 2003).

Rayap tanah sebenarnya merupakan salah satu kelompok makrofauna tanah yang dapat beradaptasi dengan kondisi tanah yang relatif basah. Penelitian pada lahan yang masih berupa hutan rawa gambut membuktikan bahwa rayap dapat dijumpai pada gambut dengan tingkat kejenuhan air tidak pernah kurang dari 80%. Rayap tanah juga terbukti dapat bertahan hidup pada lahan gambut yang tergenang selama berhari-hari dengan memanfaatkan tunggul-tunggul pohon sebagai pelindung koloni mereka (Purnasari, 2011).

(22)

membutuhkan kelembaban yang stabil. Suhu berperan dalam distribusi dan aktivitas rayap saat mencari makan. Bilamana suhu permukaan tanah terlalu panas atau terlalu dingin rayap tidak melakukan foraging. (Suiter et al., 2000 dalam Subekti, 2008).

Rayap kayu basah bersarang pada kayu lembab dan lapuk, kelompok ini diwakili oleh genus Glypototermes dan Protermes. Rayap kayu kering bersarang pada kayu-kayu kering dengan kadar air rendah dan kelembaban yang rendah. Rayap ini hidup pada pohon-pohon hidup seperti pada rayap genus Neotermes (Rismayadi, 2007).

Jenis Rayap Perusak Bangunan

Organisme perusak bangunan antara lain rayap tanah, rayap kayu kering, bubuk kayu, jamur dilaporkan telah menyebabkan kerugian yang mencapai ratusan milyar setiap tahunnya. Keadaan ini diperparah dengan adanya kenyataan bahwa kayu-kayu yang digunakan pada bangunan secara umum semakin rendah kekuatan dan keawetannya. Diantara berbagai jenis organisme perusak tersebut yang menimbulkan kerugian terbesar adalah rayap tanah (Aini, 2005).

(23)

Nicholas (1987) menyatakan bahwa rayap biasa menyerang kayu yang kurang padat, yaitu bagian kayu awal dari riap tumbuh. Apabila kayu awal habis maka rayap siap untuk memakan kayu akhir. Rayap merobek-robek partikel kayu dengan mandibulanya, kemudian dicerna menjadi bagian yang lebih halus di dalam badan rayap. Rayap tanah menyerang kayu dengan membuat liang gerek pada kayu. Kerusakan kayu seperti “honey comb” dengan ciri khas adanya partikel-partikel tanah pada liang gerek tersebut (Anderson 1960 dalam Tambunan & Nandika 1989).

Kayu hilang digunakan pada bangunan lama kelamaan akan rusak, apalagi bila digunakan di luar dan bahkan bila berhubungan langsung dengan tanah lembab. Faktor perusak kayu dapat digolongkan menjadi dUB, yaitu faktor non biologis dan faktor biologis. Faktor perusak non biologis antara lain faktor mekanis, udara, cahaya, angin, air, suhu, alkali, asam, garam dan bahan kimia lainnya. Faktor perusak biologis (organisme perusak) sangat beragam terutama rayap, jenis yang terpenting (Supriana dan Martawijaya 1976 dalam Aini 2005), sebagai berikut :

1. Rayap Tanah

(24)

bukit-bukit kecil di alas sarangnya. Rayap ini selalu mempunyai hubungan dengan tanah untuk mencukupi kebutuhan air.

2. Rayap Kayu Kering

Rayap ini termasuk famili Kalotermitidae dan biasanya merusak kayu yang sudah kering seperti kusen pintu dan jendela, rangka atap, mebel dan alat rumah tangga. Hampir semua jenis kayu yang ringan dan tidak awet diserang. Serangan rayap ini mudah kelihatan dari luar, kayu yang diserang kelihatannya dari luar masih utuh, meskipun bagian dalamnya sudah berlubang-lubang atau rusak sama sekali. Adanya kotoran yang berbentuk butiran halus merupakan ciri khas serangan rayap kayu kering. Jenis yang banyak terdapat di Indonesia antara lain adalah : Cryptotermes cynocephalus Light dan Cryptotermes dudleyi Banks.

3. Bubuk Kayu Kering

Serangga ini berasal dari ordo Coleoptera, terutama dari tamili Lytidae, Bostrychidae, Cerambicidae dan Anobiidae. Biasanya menyerang kayu yang sudah kering seperti mebel, kayu lapis atau tripleks, dan bagian-bagian rumah. Jenis kayu yang banyak mengandung zat tepung mudah diserang serangga ini. Serangan bubuk kayu kering dapat dikenal karena adanya tepung halus bekas gerekan. Jenis bubuk kayu kering yang lazim terdapat di Indonesia adalah antara lain Lyctus brunneus Steph, Minthea rugicollis, Heterobostrychus aequalis Wall, Oinoderus minutus.

4. Bubuk Kayu Basah

(25)

mengakibatkan penurunan kualitas kayu. Jenis-jenis yang terpenting antara lain berasal dari genus Xyleborus, Arixyleborus, Platipus dan Diapus.

Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Serangan Rayap

Usaha pengendalian serangan rayap pada bangunan semakin berkembang, hal ini terlihat dari munculnya industri termitisida bahkan industri jasa pengendalian rayap. Pengendalian serangan rayap pada bangunan meliputi usaha pencegahan dan pemberantasan atau perbaikan bangunan yang terserang rayap. Tindakan pengendalian yang sangat dianjurkan adalah melakukan pencegahan serangan rayap pada saat pra konstruksi. Pengendalian ini masih menggunakan termitisida yang diaplikasikan baik pada kayu bangunan melalui pengawetan kayu (wood treatment) maupun dengan perlakuan tanah (soil treatment). Di samping dengan termitisida, juga telah berkembang cara pencegahan serangan rayap yang ramah lingkungan yaitu dengan bahan penghalang fisik (physical barrier) yang dapat mencegah penetrasi rayap tanah pada bangunan dan dengan teknologi pengumpanan (baiting) yang dapat mengeliminasi koloni rayap (Aini, 2005)

Prosedur untuk mendeteksi adanya serangan rayap tanah pada bangunan menurut Nandika et al (2003) sebagai berikut:

(26)

b. Bagian yang berhubungan dengan tanah harus diperiksa terlebih dahulu, termasuk bagian fondasi, sloat, lantai dasar, liang, serambi, dasar tangga dan sebagainya.

c. Tempat-tempat basah atau lembab seperti kamar mandi, ruang cuci, daerah sekitar AC dan saluran air merupakan tempat yang disenangi rayap dan paling mungkin terserang.

d. Liang kembara merupakan petunjuk adanya serangan rayap yang paling penting.

e. Apabila rayap ditemukan menyerang lantai atas tanpa ada serangan di lantai bawah, maka mungkin rayap menyerang melalui celah-celah pada dinding, saluran lift, saluran kabel listrik dan telepon.

f. Daerah di sekitar bangunan juga harus diperiksa untuk menemukan tempat-tempat yang diduga menjadi sarang rayap.

Pra kontruksi

Kerusakan akibat serangan perusak biologis cukup besar pada komponen bangunan. Serangan perusak biologis ini bila dibiarkan teralu lama akan menyebabkan kerugian yang sangat besar pada bangunan yang diserangnya. Banyak cara yang dilakukan untuk menanggulangi kerusakan akibat biodeteriorasi tersebut antara lain dengan perlindungan secara kimiawi dan non kimiawi.

1. Perlindungan secara kimiawi

Hadioetomo (1983), mengemukakan beberapa cara pengendalian rayap secara kimiawi yaitu :

(27)

Peracunan kayu didefinisikan sebagai salah satu usaha pemberian racun pada kayu dengan tujuan membuatnya tahan terhadap serangan rayap atau memberantas rayap yang telah ada pada kayu tersebut.

b. Peracunan tanah (soil treatment)

Merupakan penyebaran racun (insektisida) pada tanah di bawah bangunan untuk mencegah terjadinya serangan pada kayu bangunan oleh rayap tanah atau untuk tujuan mengendalikan rayap tanah yang telah menyerang bangunan.

c. Peracunan pondasi (foundation treatment)

Peracunan pondasi adalah penyebaran racun pada pondasi bangunan secara merata. Dalam prakteknya usaha ini meliputi pemberian racun ke rongga-rongga pada pondasi dan juga permukaan pondasi.

2. Perlindungan non kimiawi

Surjokusumo (1983) mengemukakan beberapa desain konstruksi tahan rayap yaitu :

a. Jenis bahan atap menentukan bentuk rangka atap dan tipe kuda-kuda yang akan dipilih. Atap yang tiris seperti genteng, terutama daerah bercurah hujan tinggi akan membuat loteng lembab, sehingga harus dijaga agar ventilasi dapat berjalan dengan sempurna agar kekeringan udara minimal dan suhu terendah dapat tercapai.

(28)

c. Disain tonjolan (overstek) harus cukup melindungi bagian dinding dari percikan air hujan apalagi kalau menggunakan talang tirisan.

d. Papan lis atau amping sebaiknya menggunakan kayu awet terhadap jamur. Ujung kayu (gording, kaso dan sebagainya) sebaiknya dicat tolak air (water repellent) dan tidak menggunakan kayu yang tidak awet. Penutupan tepi papan talang menggunakan seng harus teliti sehingga betul-betul menghindarkan tirisan air ke kayu atap.

Pasca Kontruksi

Teknologi pengendalian yang lain adalah dengan penekanan populasi (pengumpanan). Penekanan populasi rayap yang popular saat ini. Metode pengumpanan pada prinsipnya memanfaatkan sifat biologis rayap yaitu sifat tropolaksis (saling menjilat) dan grooming (berkumpul) dalam mendistribusi racun kepala seluruh anggota koloninya. Berdasarkan sifatnya, teknik ini memiliki keunggulan dibandingkan teknik pengendalian lain, diantaranya lebih ramah lingkungan karena bahannya tidak mencemari tanah, memiliki sasaran yang spesifik, mudah dalam penggunaanya dan mempunyai kemampuan untuk mengeliminasi koloni secara total. Selain itu, teknik ini juga tidak menyebabkan kerusakan pada bangunan karena tidak adanya pengeboran lantai seperti pada sistem injeksi (Nandika et al., 2003).

(29)

pengawet adalah suatu bahan kimia yang bila dimasukkan ke dalam kayu dapat meningkatkan ketahanan kayu dari serangan organisma perusak seperti jamur, serangga dan makhluk perusak kayu lainnya. Selain dengan cara pengawetan kayu bangunan, teknik perlindungan bangunan dapat juga dilakukan dengan cara injeksi/penyuntikan bahan pengawet pada tapak bangunan (Aini, 2005).

(30)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2014. Penelitian dilakukan di Laboatorium Teknologi Hasil Hutan dan Sekolah Dasar Negeri yang berada di Kota Pekanbaru Provinsi Riau.

Bahan dan Alat Penelitian

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital, meteran, tallysheet dan kuisioner, alat tulis, serta GPS Receiver dan Mikroskop.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70%, peta Kota Pekanbaru, Arc view GIS, data Sekolah Dasar Negeri di Kota Pekanbaru, data sekunder dari harga material kayu dipasaran berikut upah pekerja.

Batasan Studi

(31)

���= � �� �

�=1

Metode Penelitian

Pengumpulan data primer

Diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara dilapangan dengan menggunakan kuisioner, dan menganalisa kerusakan bangunan dengan tally sheet yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tally sheet mencakup karakteristik bangunan dari kerusakan bangunan. Bagian kayu yang rusak diukur dimensinya, baik panjang, lebar dan tebalnya. Data yang diperoleh merupakan nilai kerugian minimal. Data-data yang diperoleh diatasnya komponen tersebut dikonversi ke dalam nilai rupiah (Rp) Nilai yang diperoleh merupakan nilai kerugian ekonomis yang disebabkan oleh rayap.

Pengumpulan data sekunder:

Data sekunder yang digunakan meliputi: 1. Peta Kota Pekanbaru

2. Harga Kayu di Pasaran

3. Upah Pekerja Pemasangan Komponen Kayu

4. Data Bangunan Sekolah Dasar Negeri di Kota Pekanbaru (Diknas Pemko Pekanbaru, 2014)

5. Kunci Determinasi (Nandika dkk, 2003) 6. Peta Jaringan Sungai

Pengolahan Data

(32)

�2= 1

Krs = Kerugian akibat serangan rayap r = rayap kayu kering, rayap tanah s = Total bangunan sampel

Kn = nilai kerugian masing-masing komponen n = 1,2,3...m komponen

2. Perhitungan Standart Deviasi (S)

Keterangan :

S2 = standar Deviasi n = jumlah contoh xi = nilai kerugian ke 1

= nilai rata-rata kerugian ekonomis akibat serangan rayap i = 1,2,3...total bangunan sampel

3. Perhitungan Interval untuk rata-rata

Dimana

Keterangan :

= Nilai rata-rata hasil pengukuran S = Standar error

tα/2 = 2,1448 dan derajat kebebasan (n-1) untuk tingkat kepercayaan 95%

(33)

S = Standar Deviasi

n = 1,2,3... m Komponen (Sudzana,2002).

Tingkat kerusakan bangunan gedung menurut Remran (1993) dalam Romaida (2002) dibedakan berdasarkan kriteria :

1. Ringan rusak yaitu : apabila persentase kerusakan lebih kecil dari 5% dan dianggap tidak perlu dilakukan penggantian tetapi memperhitungkan harga kayu yang rusak.

2. Rusak sedang yaitu : apabila persentase kerusakan antara 5-20% dan dianggap perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak beserta upah perbaikan.

3. Rusak berat yaitu : apabila persentase kerusakan lebih besar dari 20% dan mempunyai dua posisi serangan yaitu antara bagian ujung, tengah dan pangkal maka unit tersebut perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak dan upah perbaikan.

4. Pendugaan persamaan kerugian ekonomis bangunan SD Negeri Bagian

Barat diformulasikan dalam persamaan regresi berikut :

Y= a± bx1± cx2 ± dx3 ± ... Dimana :

Y = Kerugian ekonomis bangunan SD Negeri Bagian Barat (Rp/tahun) a = Konstanta

b,c,d..= Nilai penduga yang mempengaruhi nilai Y x1 = Faktor penduga usia bangunan

(34)

x4 = Faktor Penduga jarak bangunan dari sungai

5. Pemetaan dengan Geographic Information System (GIS)

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Karakteristik Bangunan Sekolah Dasar Negeri

Bangunan Sekolah Dasar Negeri di Kota Pekanbaru pada umumnya berbentuk sederhana. Sebagian bangunan masih dalam bentuk asli yaitu menggunakan komponen kayu sepenuhnya dan hanya mengalami renovasi pada komponen tertentu di bagian dalam dan luar sekolah.

Gambar 1.Bangunan Sekolah Dasar, (a) SD Negeri 42 Kecamatan Marpoyan Damai, (b). SD Negeri 168 Kecamatan Payung Sekaki.

Bangunan Sekolah Dasar Negeri di kota Pekanbaru hampir semua sudah terbuat dari beton, namun masih ada beberapa sekolah yang dindingnya memakai papan kayu. Hal ini akan berdampak pada kerusakan, karena semakin banyak komponen kayu yang dipakai pada suatu bangunan maka kemungkinan kerusakan yang disebabkan oleh rayap semakin besar. Dari data yang diperoleh, menunjukkan bahwa komponen-komponen bangunan sekolah yang terbuat dari kayu adalah kuda-kuda, meja, kursi, papan tulis, resplank, lemari, jendela, pintu dan papan kayu. Komponen sekolah yang terbuat dari kayu dapat dilihat pada gambar 2.

(36)

Gambar 2. Beberapa komponen bangunan sekolah meliputi: (a) Resplank, (b) papan kayu, (c) kursi, (d) daun jendela, (e) meja dan (f) kusen

jendela.

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa masih banyaknya komponen sekolah yang terbuat dari kayu. Hal ini menjadikan kerusakan akibat serangan rayap semakin besar seperti yang dikatakan oleh Nandika et al. (2003) bahwa rayap merupakan serangga perusak, hal tersebut tidak terlepas dari kegiatan rayap yang menimbulkan pada bamgunan yang terbuat dari kayu, sehingga merugikan dari sisi ekonomi dikarenakan populasi rayap sangat tinggi, daya jelejah rayap

b

d c

f e

(37)

angat luas dan daya adaptasi rayap sangat baik seperti pernyataan (Nandika et al., 2003) bahwa rayap tanah mampu menjangkau dan merusak bahan-bahan yang menjadi kepentingan manusia, karena ukuran populasi yang besar dan disertai daya jelajah yang luas, oleh karena itu kayu dan jaringan tanaman merupakan sasaran serangan rayap.

Masih banyaknya komponen sekolah yang terbuat dari kayu mengakibatkan tingkat serangan rayap juga tinggi, karena kayu selain sebagai sumber makanan rayap juga sebagai tempat tinggal rayap. Rayap tanah memerlukan kayu (selulosa) sebagai makanan pokok dimana rayap mampu melumatkan kayu karena adanya protozoa flagellata dalam usus bagian belakang (Tambunan dan Nandika, 1989).

(38)

Sedangkan untuk kecamatan lainnya yang di dataran rendah memliki jenis tanah gambut.

Tabel 3. Data Karakteristik Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan bagian Barat Kota Pekanbaru

Kecamatan Nama sekolah Usia bangunan (tahun)

(39)

gambut, mereka justru lebih melimpah pada lahan gambut dibanding pada lahan tanah mineral karena mereka memiliki kisaran toleransi yang cukup lebar terhadap pH tanah ini, (Ayu et al., 2011). Namun ada beberapa jenis rayap tanah lain yang dapat hidup di lahan gambut, walaupun tidak sebanyak jenis Coptotermes curvignathus.

Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Setiap Komponen Bangunan SD Negeri di Bagian Barat Kota Pekanbaru

Jenis serangan rayap pada setiap bangunan berbeda-beda pada setiap komponennya tergantung jenis kayu, usia perbaikan, karakteristik dari bangunan tersebut. Organisme perusak bangunan antara lain rayap tanah, rayap kayu kering, bubuk kayu, jamur dilaporkan telah menyebabkan kerugian yang mencapai ratusan milyar setiap tahunnya. Keadaan ini diperparah dengan adanya kenyataan bahwa kayu-kayu yang digunakan pada bangunan secara umum semakin rendah kekuatan dan keawetannya (Aini, 2005). Perhitungan kerugian ekonomis pada bangunan menggunakan 2 jenis kayu sebagai pengganti komponen yang rusak di bangunan sekolah SD Negeri yaitu kayu meranti dan kayu tembesu. Kedua jenis kayu ini merupakan kayu yang paling dominan dipasarkan dan ditemukan di kota Pekanbaru.

(40)

Kerugian untuk setiap bangunan sekolah dasar negeri dapat dlihat dibawah ini berdasarkan penggantian jenis kayu tembesu dan meranti.

Tabel 4. Kerugian ekonomis dan persen (%) kerusakan sekolah akibat serangan rayap di pada bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru

Kecamatan Sekolah Kayu Tembesu

(Rp) SDN 94 28.410.000,00 20.840.000,00 18,15 Sedang SDN 112 8.110.000,00 5.830.000,00 4,20 Ringan SDN 114 7.840.000,00 5.595.000,00 3,55 Ringan SDN 161 3.075.000,00 2.315.000,00 2,20 Ringan Payung

Sekaki

SDN 35 7.331.000,00 5.581.000,00 3,34 Ringan SDN 41 7.535.000,00 5.291.000,00 3,50 Ringan SDN 96 6.115.000,00 4.935.000,00 1,74 Ringan SDN 137 4.870.000,00 3.710.000,00 5,23 Sedang SDN 168 13.250.000,00 9.888.000,00 6,69 Sedang Rumbai SDN 59 12.476.000,00 9.872.000,00 1,27 Ringan SDN 91 18.456.000,00 13.166.000,00 6,28 Sedang SDN 97 14.810.000,00 10.550.000,00 8,06 Sedang SDN 150 515.000,00 395.000,00 0,26 Ringan SDN 166 5.345.000,00 3.745.000,00 2,79 Ringan Senapelan SDN 2 23.396.000,00 17.694.000,00 3,13 Ringan SDN 3 8.766.000,00 6.701.000,00 1,89 Ringan SDN 19 22.935.000,00 16.190.000,00 15,39 Sedang SDN 72 13.870.000,00 9.970.000,00 7,54 Sedang SDN 144 7.465.000,00 5.725.000,00 6,42 Sedang Sukajadi SDN 15 11.200.000,00 8.075.000,00 8,22 Sedang SDN 53 9.465.000,00 6.417.000,00 7,34 Sedang SDN 75 6.300.000,00 4.685.000,00 3,74 Ringan SDN 121 14.640.000,00 10.678.000,00 7,33 Sedang SDN 153 12.720.000,00 9.918.000,00 1,58 Ringan Tampan SDN 37 8.605.000,00 6.105.000,00 2,62 Ringan SDN 111 26.030.000,00 20.268.000,00 16,67 Sedang SDN 136 4.435.000,00 3.000.000,00 1,69 Ringan SDN 163 5.520.000,00 3.880.000,00 2,25 Ringan SDN 176 10.040.000,00 7.240.000,00 2,57 Ringan

Total 334.130.000,00 246.367.000,00

Rata-rata 11.137.667,00 8.212.233,00

(41)

terkecil adalah SDN 150 yaitu 0,26 %. Jenis rayap yang menyerang didominasi jenis rayap kayu kering, hal itu terlihat dari jenis komponen yang paling banyak rusak. Hal ini sesuai dengan komponen yang rusak pada sekolah tersebut. Jenis komponen yang terserang rayap adalah jendela dan kusen yang volumenya terbesar dari volume komponen lain mengalami kerusakan setengah dari jumlah jendela dan kusennya di sekolah tersebut, ditambah dengan kerusakan beberapa komponen lain seperti satu buah pintu, beberapa meja, lemari dan resplank. Hal ini juga dipengaruhi dengan usia bangunan, sejak didirikannya sekolah ini belum ada renovasi yang dilakukan hanya pengecatan ulang untuk beberapa jenis komponen. Hal ini juga turut seperti pernyataan Aini (2005) bahwa organisme perusak bangunan antara lain rayap tanah, rayap kayu kering menyebabkan kerugian yang mencapai ratusan milyar setiap tahunnya yang diperparah dengan adanya kenyataan bahwa kayu-kayu yang digunakan pada bangunan secara umum semakin rendah kekuatan dan keawetannya. Jadi semakin lama usia perbaikan suatu bangunan sekolah maka kekuatan dan keawetan kayu yang digunakan semakin rendah dan kerugian akibat terserang rayap semakin tinggi.

(42)

Gambar 3. Peta Sebaran Sampel dan Tingkat Kerusakan SD Negeri di Kota Pekanbaru SEBARAN SAMPEL DAN TINGKAT KERUSAKAN SD NEGERI

(43)

Penyebaran rayap berhubungan dengan suhu dan curah hujan sehingga sebagian besar jenis rayap terdapat di dataran rendah tropik dan hanya sebagian kecil ditemukan di dataran tinggi. Sama hal seperti literatur Waryono (2004) dikatakan rayap merupakan serangga daerah tropika dan subtropika yang dapat ditemukan mulai dari pantai sampai ketinggian 3000 m di atas permukaan laut, dengan kelembaban 60-70%, dan temperatur udara antara 25°C dan 29°C.

Tabel 5. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada berbagai komponen bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru

Daun + kusen pintu 28 1.600.000,00 44.800.000,00 900.000,00 25.200.000,00 Daun +kusen jendela 75 1.000.000,00 75.000.000,00 700.000,00 52.500.000,00 Kuda-kuda 6 7.340.000,00 44.040.000,00 5.380.000,00 32.268.000,00 Resplank 12 1.445.000,00 17.340.000,00 850.000,00 10.200.000,00

Kursi 58 110.000,00 6.380.000,00 90.000,00 5.220.000,00

Meja 86 325.000,00 27.950.000,00 225.000,00 19.350.000,00

Lemari 36 2.200.000,00 79.200.000,00 1.800.000,00 64.800.000,00 Papan tulis 5 550.000,00 2.750.000,00 400.000,00 2.000.000,00 Dinding papan 9 230.000,00 2.070.000,00 125.000,00 1.125.000,00 Tangga kayu 4 510.000,00 2.040.000,00 286.000,00 1.144.000,00

Total 319 301.570.000,00 213.807.000,00

(44)

terserang adalah tangga kayu, karena jumlah unit komponen ini adalah yang paling sedikit.. dapat dilihat dari 30 sampel sekolah beberapa SD Negeri yang bertingkat, 3 sekolah yang masih memakai tangga kayu seperti SDN 41, SDN 59 dan SDN 53, sedangkan sebagian sekolah lainnya sudah memakai besi atau semen.

Tabel 6. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap tanah dan kayu kering terhadap 30 bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru

Jenis rayap Parameter Tembesu (Rp) Meranti (Rp)

Rayap tanah Jumlah 142.620.000,00 108.412.000,00

Rata-rata kerugian 35.655.000,00 27.103.000,00

Standar deviasi 33.822.491,04 28.327.384,42

Interval rata-rata

Persentase kerugian 47,29 % 50,70%

Rayap kayu Kering

Jumlah 158.950.000,00 105.395.000,00

Rata-rata kerugian 26.491.666,67 17.565.833,33

Standar deviasi 29.171.711,93 19.732.589,90

Interval rata-rata

Persentase kerugian 52,70% 49,29%

Gabungan Rayap tanah + Rayap kayu kering

Jumlah 272.210.000,00 192.295.000,00

Rata-rata kerugian 30.157.000,00 21.380.700,00

Standar deviasi 29.605.454,85 33.850.194,73

Interval rata-rata

(45)

0

serangan rayap tanah. Hal ini disebabkan jumlah komponen yang diserang oleh rayap kayu kering lebih banyak dibandingkan rayap tanah. Komponen yang terserang rayap kayu kering seperti rmeja, kursi, jendela, pintu, tangga, papan tulis, sedangkan untuk rayap tanah kebanyakan meyerang kuda-kuda, lemari, dinding papan dan resplank yang pada komponennya banyak ditemukan kembara dari tanah. Menurut Borror et al, (1992) bahwa rayap kayu kering adalah golongan yang biasa menyerang kayu kering atau kayu yang kadar airnya rendah, misalnya pada kayu yang digunakan pada bahan bangunan, perlengkapan rumah tangga, komponen perumahan dan lain-lain. Pada umumnya rayap kayu kering hidup dalam kayu kering udara, terutama kayu yang penggunaannya di bawah atap dan yang mempunyai kadar air 10-12% atau lebih rendah.

(46)

Rayap tanah banyak menyerang komponen kayu yang lebih lembab dan dekat dengan tanah seperti resplank, tiang, tangga bahkan sampai kuda-kuda. Serangan mereka tampak dengan adanya liang kembara dari tanah. Rayap tanah menyerang kayu dengan membuat liang gerek pada kayu. Kerusakan kayu seperti “honey comb” dengan ciri khas adanya partikel-partikel tanah pada liang gerek tersebut (Anderson 1960 dalam Tambunan & Nandika 1989).

Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa tingkat kerusakan ringan sebesar 60% atau 18 sekolah dari 30 sampel sekolah, sedangkan untuk kerusakan sedang sebesar 40% atau 12 sekolah dari 30 sampel sekolah SD Negeri di bagian barat kota Pekanbaru. Perbedaan tingkat kerusakan tiap sekolah disebabkan oleh usia bangunan atau perbaikan sekolah, jumlah komponen kayu yang digunakan dan jenis kayu yang digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas serangan rayap tergolong kecil pada bangunan SD Negeri bagian barat kota Pekanbaru.

Jenis Rayap Perusak Kayu dan Sebaran Kerusakan Bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru

(47)

b a

Gambar 3. Jenis rayap perusak kayu bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru dengan mikroskop (a) Microtermes inspiratus, (b) Cryptotermes cynocephalus, (c) jenis keduanya

Rayap ini banyak beradaptasi di daerah dataran rendah. Sarangnya terdapat dekat permukaan tanah pada pohon-pohon atau bangunan-bangunan dan mengandung dengan beberapa ruang yang berisi sisiran jamur, telur, nimpa dan tingkatan lain, sedangkan Cryptotermes cynocepalus termasuk dalam keluarga Kalotermitidae. Rayap jenis ini bersarang di dalam kayu mati yang kering hawa (Hakim dkk, 2006). Perbedaan juga tampak pada jenis kayu yang diserang, umunya jenis kayu yang diserang oleh rayap tanah adalah kayu yang lembab dan dekat dengan tanah ,daya jelejah jenis ini juga luas, dia juga dapat menyerang sampai ke kuda-kuda dan lisplang. Berbeda dengan rayap tanah, rayap kayu

(48)

Gambar 6. Sebaran jenis rayap pada bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru SEBARAN JENIS RAYAP PADA BANGUNAN SD NEGERI

(49)

kering menyerang jenis kayu dengan kadar air lebih kecil dari 20%. Sesuai dengan pernyataan Nandika et al, (2003) bahwa kelembaban dan suhu yang berada dalam batas optimum menyebabkan perkembangan dan penyebaran rayap yang tinggi untuk rayap tanah, sedangkan untuk rayap kayu kering tidak memerlukan air atau kelembaban dalam jumlah yang tinggi. Serangan rayap ini sulit dideteksi karena hidupnya terisolir dalam kayu. Kayu yang terserang rayap ini secara kasat mata masih utuh dan kuat serta mulus. Namun, jika permukaannya ditekan atau ditekuk akan terjadi kerusakan pada kayu dan terlihat keropos biasanya merusak kayu yang sudah kering seperti kusen pintu dan jendela, rangka atap, mebel dan alat rumah tangga Hampir semua jenis kayu yang ringan dan tidak awet diserang, bahkan bahan lain yang mengandung selulosa seperti kertas dan kain dapat diserangnya juga. Serangan rayap ini mudah kelihatan dari luar, kayu yang diserang kelihatannya dari luar masih utuh, meskipun bagian dalamnya sudah berlubang-lubang atau rusak sama sekali. Adanya kotoran yang berbentuk butiran halus merupakan ciri khas serangan rayap kayu kering.

Model Penduga Kerugian Ekonomi Dengan Menggunakan Standar Harga Kayu Tembesu dan Kayu Meranti

Parameter yang digunakan sebagai bahan untuk membuat model penduga kerugian ekonomis bangunan SD Negeri baik menggunakan standar harga kayu tembesu dan standar harga kayu meranti antara lain : usia bangunan, usia perbaikan, jumlah kelas, luas bangunan, luas tanah, jarak bangunan dari sungai.

Model regresi penduga kerugian ekonomis dengan menggunakan standar harga kayu tembesu adalah:

(50)

Berdasarkan model yang diperoleh, nilai R2 yaitu 0,244. Besarnya intersep adalah 8.000 000. Intersep ini adalah suatu titik perpotongan antara suatu garis dengan sumbu Y saat nilai X = 0 atau dengan kata lain Rp8.000.00,00 adalah nilai kerugian pada standar kayu tembesu tanpa ada pengaruh dari variabel bebas seperti jarak sungai, usia bangunan, usia perbaikan, luas bangunam ataupun luas tanah. Nilai slope dapat pula diartikan sebagai rata-rata pertambahan (atau pengurangan) yang terjadi pada variabel Y untuk setiap peningkatan satu satuan variabel X. Model regresi menunjukkan bahwa usia perbaikan yang berpengaruh nyata dengan nilai 0,50 yang berarti usia perbaikan mempengaruhi besarnya kerugian ekonomis menggunakan standar harga kayu tembesu. Model penduga diatas menunjukkan bahwa kerugian ekonomis akibat serangan rayap menggunakan standar harga tembesu mengalami kerugian sebesar Rp327.242,96 untuk setiap pertambahan 1 tahun dari usia perbaikan.

Model regresi penduga kerugian ekonomis dengan menggunakan standar harga kayu meranti adalah sebagai berikut:

Y = 5.000.000 + 252.480,48 * usia perbaikan

(51)
(52)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Besar kerugian serangan rayap untuk standar kayu tembesu adalah Rp334.130.000,00 dan rata-rata kerusakan sebesar Rp11.137.667,00 setiap satu unit sekolah sedangkan untuk kerugian standar kayu meranti adalah Rp246.367.000,00 dengan rata-rata kerusakan satu unit sekolah Rp8.212.233,00.

2. Jenis rayap yang ditemukan adalah Cryptotermes cynocephalus Light dan Microtermes inspiratus Kemner.

3. Tingkat kerusakan sekolah lebih banyak dalam kategori kerusakan ringan yaitu 60% sedangkan kerusakan sedang sebesar 40% dan tidak ada kerusakan berat, hal ini menunjukkan intensitas serangan rayap relatif kecil pada bangunan SD Negeri bagian barat kota Pekanbaru.

4. Model regresi menggunakan standar harga kayu tembesu adalah Y=8000.000 + 327.242,96* usia perbaikan

Model regresi menggunakan standar harga kayu meranti adalah Y=5.000.000 + 252.480,48* usia perbaikan.

Saran

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Aini, N. 2005. Perlindungan Investasi Kontruksi Terhadap Serangan Organisme Perusak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum. Bandung.

Amir M. 2003. Rayap dan Perananya. Dalam: M.Amir, Kahano.S. Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Bagian Barat. Biodiversity Conservation Project. LIPI: 51-62.

Ayu, F. Muhammad, A. dan Salbiah, D. 2011. Keanekaragaman Dan Biomassa Rayap Tanah Di Hutan Alam Dan Hutan Tanaman Industri (HTI) Pada Lahan Gambut Di Kawasan Bukit Batu, Riau. Kampus Binawidya Pekanbaru UR.

Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru. 2003. Pekanbaru Dalam Angka 2003. Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru. 2013. Pekanbaru Dalam Angka 2013. Bakti, D. 2003. Pengendalian Rayap Coptotermes curvignathus Holmgren

menggunakan Nematoda Steinernema carpocapsae Weiser. dalam Skala Laboratorium. Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman, Faperta, Universitas Sumatera Utara. Jurnal Natur Indonesia 6(2): 81-83 (2004).

Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1992. Pengenalan pelajaran serangga Ed. VI. Diterjemahkan oleh drh. Soetiyono Partosoedjono, MSc. Gadjah Mada University Press. pp : 295 – 303.

Cookson LJ; Trajstman. 2002. Termite Survey and Hazard Mapping. CSIRO Forestry and Forest Products, Private Bag 10, Clayton South, Victoria 3169

Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2013. Data Sekolah, Guru dan Siswa per Kecamatan Kota Pekanbaru Per 31 Desember 2013.

Forest Watch Indonesia. 2010. Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis. (Bogor 31 Januari – 15 Februari 2010).

Hadioetomo IY. 1986. Pengendalian Rayap Tanah pada Bangunan dengan soil treatment. Makalah dalam Diskusi Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Rayap pada Bangunan. Kerjasama DITABA dengan Ikatan Arsitek Indonesia Jakarta.

(54)

Jones, D.T. & P. Eggleton. 2000. Sampling Termite Assemblages in Tropical Forest: Testing a Rapid Biodiversity Assessment Protocol. Journal of Aplplied Ecology 37: 191-203.

Ismantono, R. (2005). Fisiologi Dan Kebiasaan Rayap (Online). http://burungkicauan.net/news-siklus-hidup. Diakses tanggal 20 September 2014.

Nandika, D., Y. Rismayadi dan F. Diba 2003. Rayap, Biologi dan Pengendaliannya. Muhammadiyah University Press. Surakarta.

Nicholas D Darrel, 1987. Kemunduran (Deteriorasi) kayu dan Pencegahannya dengan Perlakuan-perlakuan Pengawetan (termajahan Yoedidbroto, H) Yogyakarta : Airlangga University Press.

Poinar, G.O. & Thomas, G,M. 1982. Diagnostic Manual for the Identification of Insect Pathogens. University of California at Berkeley: Plenum Press. Prasetyo K.W dan Sulaeman Yusuf 2005. Menengah dan Membasmi Rayap

Secara Ramah Lingkungan & kimiawi. Agromedia Pustaka. Bogor.

Purnasari, T. 2011. Keanekaragaman dan Biomassa Rayap Tanah di Kebun Kelapa Sawit dan Kebun Pekarangan Pada Lahan Gambut di Kawasan Bukit Batu, Riau. Pekanbaru: Kampus Binawidya Press.

Rakhmawati D. 1995. Prakiraan kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan perumahan di indonesia. Skripsi Jurusan Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Tidak dipublikasikan.

Rismayadi, Y. 1999. Penalaahan Daya Jelajah dan Ukuran Populasi Koloni Rayap Tanah Schedorhinotermes javanicus Kemner (Isoptera:Rhinotermitidae) serta Microtermes inspiratus Kemner (Isoptera:Termitidae). Tesis, Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor. Tidak diterbitkan.

Romaida. 2002. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap dan Intensitas Serangannya pada Bangunan Rumah di Kota Cirebon. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan UNWIM. Jatinangor. Tidak Dipublikasikan.

Sabiham, S. 2010. Properties of Indonesian Peat in Relation to the Chemistry of Carbon Emission. Prociding of International Workshop on Evaluation and Sustainable Management of Soil Carbon Sequestration in Asian Countries. Department of Soil Science and Land Resource, Faculty of Agriculture. Bogor. 205-216.

(55)

Hutan Alam. Institut Pertanian Bogor. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 1(1): 27-33.

Subyanto. 1985. Kepekaan Beberapa Jenis Kayu Bangunan Non Jati Terhadap Serangan Rayap Tanah Dan Usaha Mengatasinya. Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Suiter DR; Jones SC; Forschler BT. 2000. Biology of Subterranean Termiter in The Eastern United States. Bulletin 1209. The Ohio University.

Surjokusumo S. 1983. Pengendalian Secara Terpadu dan Menyeluruh pada Banguanan Terhadap Perusak oleh Rayap. Makalah dalam Diskusi Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya pada Bangunan. Kerjasama DITABA dengan Ikatan Arsitek Indonesia. Jakarta.

Tambunan B, Dodi N. 1989. Deteriorasi Kayu oleh Faktor Biologis. Departemen Pendidikan Terhadap Perusakan oleh Rayap. Makalah dalam Diskusi Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya rayap pada Banguanan. Kerjasama Dibata dengan Ikatan Arsitek Indonesia. Jakarta.

Tarumingkeng, R.C. 2000. Manajemen Deteriorasi Hasil Hutan. Ukrida Press. Jakarta.

Tarumingkeng, R.C. 2001. Biologi dan Perilaku Rayap (Online). http://www.rudyct.com/biologi_dan_perilaku_rayap.htm. PSIH IPB, Bogor. Diakses tanggal 20 September 2014.

Tim Sintesis Kebijakan. 2008. Pemanfaatan dan Konservasi Ekosistem Lahan Rawa Gambut di Kalimantan.Pengembangan Inovasi Pertanian1 (2): 149-156.

Tinambunan, R.S. 2006. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Pekanbaru. Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Uryu, Y., C. Mott., N. Foead., K. Yulianto., A. Budiman., Setibudi., F. Takakai., Nursamsu., C.M.B. Hutajulu., J. Jaenicke., R. Hatano., F. Siegert & M. Stuwe.2008. Deforestation, Forest Degradation, Biodiversity Loss and CO2 Emissionin Riau, Sumatra, Indonesia: One Indonesian Province’s Forest and Peat Soil Carbon Loss Over A Quarter Century and Its Plans for the Future. WWF Indonesia Technical Report. Jakarta.

Vaessen, T., C. Verwer., M. Demies., H. Kaliang., and P.J. Meer. 2011. Comparison of Termite Assemblages Along A Landuse Gradient on Peat Areas in Sarawak,Malaysia. Journal of Tropical Forest Science 23 (2): 196-203.

(56)

Gambar

Tabel 1. Luas Wilayah Kota Pekanbaru Berdasarkan Kecamatan
Tabel 2. Data Jumlah Sekolah Dasar di Kota Pekanbaru.
Gambar 1.Bangunan Sekolah Dasar, (a) SD Negeri 42 Kecamatan Marpoyan Damai,   (b). SD Negeri 168 Kecamatan Payung Sekaki
Gambar 2. Beberapa komponen bangunan sekolah meliputi: (a) Resplank, (b)                         papan kayu, (c) kursi, (d) daun jendela, (e) meja dan (f) kusen                     jendela
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi

Results of the proposed segmentation method on circuit breakers using down-sampled Faro subset The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial

Angkasa Pura I (Persero) Aviation Security Officer, Airport Rescue & Fire Fighting Officer, Serta Airport Operation Officer Tahun 2017, mengumumkan nama-nama terlampir yang

Aktivitas yang Dilakukan agar Siswa Memperoleh Kompetensi Penilaian Autentik (Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen) mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam

Republik Indonesia Nomor 5656), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2Ol5 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Figure 3: Host and intruder aircraft used for airborne near- collision flight tests.. positives from the scene clutter have a

Dengan melakukan kegiatan pengamatan langsung, siswa mampu mempresentasikan perbandingan akar pada tumbuhan yang berbeda dengan mandiri.. Dengan melakukan kegiatan pengamatan

The research team from Military University of Technology, Faculty of Civil Engineering and Geodesy, Geodesy Institute, Department of Remote Sensing and Photogrammetry has designed