DENGAN REKANAN/PEMASOK)
TESIS
Oleh
YUDHISTIRA CRIESA ZEFANI TARIGAN
117011133/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
DENGAN REKANAN/PEMASOK)
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
YUDHISTIRA CRIESA ZEFANI TARIGAN
117011133/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KWALA SAWIT PTPN II DENGAN REKANAN/PEMASOK)
Nama Mahasiswa : YUDHISTIRA CRIESA ZEFANI TARIGAN
Nomor Pokok : 117011133
Program Studi : Kenotariatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum)
Pembimbing Pembimbing
(Dr. Mahmul Siregar, SH, MHum) (Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN)
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum
Anggota : 1. Dr. Mahmul Siregar, SH, MHum
2. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN
3. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum
Nama : YUDHISTIRA CRIESA ZEFANI TARIGAN
Nim : 117011133
Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU
Judul Tesis : ANALISIS YURIDIS PENYELESAIAN PERSELISIHAN
KONTRAK AKIBAT KETERLAMBATAN
PEMBAYARAN (STUDI TERHADAP PERJANJIAN
KERJASAMA JUAL BELI TANDAN BUAH SEGAR
ANTARA PKS KWALA SAWIT PTPN II DENGAN
REKANAN/PEMASOK)
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.
Medan,
Yang membuat Pernyataan
menghindari timbulnya masalah pada saat pelaksanaan dari perjanjian tersebut. Sehingga pembuatan suatu perjanjian itu dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dan kejelasan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak. Dalam penelitian ini akan dibahas perihal penyelesaian perselisihan kontrak akibat keterlambatan pembayaran dalam perjanjian antara PT. Perkebunan Nusantara II Dengan CV. Bina Mandiri tentang Jual Beli Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II (Persero).
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian tesis ini adalah bagaimanakah hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar kelapa sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa, Bagaimana perlindungan terhadap rekanan pemasok TBS dalam hal PTPN II terlambat melakukan pembayaran karena alasan ketiadaan uang kas dan bagaimana penyelesaian keterlambatan pembayaran oleh PTPN II terhadap rekanan yang mengalami kerugian akibat keterlambatan pembayaran tersebut?
Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar kelapa sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa adalah kewajiban PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit adalah melakukan pembayaran atas jumlah tertentu TBS kelapa sawit yang diserahkan oleh CV Bina Mandiri, sedangkan haknya adalah menerima penguasaan atas sejumlah TBS kelapa sawit. Bagi pihak CV. Bina Mandiri kewajibannya adalah menyerahkan sejumlah TBS kelapa sawit kepada PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit dan haknya menerima pembayaran atas kewajibannya tersebut. Perlindungan terhadap rekanan pemasok TBS dalam hal PTPN II terlambat melakukan pembayaran karena alasan ketiadaan uang kas adalah pihak PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit dapat dikatakan telah melakukan ingar janji (wanprestasi) dan oleh sebab itu pihak CV. Bina Mandiri dapat melakukan gugatan hukum kepada PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit dengan dasar wanprestasi. Penyelesaian keterlambatan pembayaran oleh PTPN II terhadap rekanan yang mengalami kerugian akibat keterlambatan pembayaran tersebut dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak yaitu dengan cara diselesaikan melalui jalan musyawarah. Apabila jalan musyawarah tidak dapat menyelesaikan keterlambatan pembayaran oleh PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit, maka diselesaikan melalui jalur ligitasi pada pengadilan negeri domisili perjanjian dibuat yaitu di Pengadilan Negeri Stabat.
done in order to avoid any problems which arise at the time the agreement is being implemented. Therefore, the writing of a contract is intended to provide legal certainty and the clarity of the right and obligation of both parties. In this research, the researcher would analyze the settlement of dispute in a contract because of the overdue payment in a contract between PT Perkebunan Nusantara II and CV Bina Mandiri on the Trade of TBS (fresh oil palm hands) at PKS Kwala Sawit, PTPN II (Persero).
The problems in the research were as follows: how about the right and obligation of the parties in the mutual agreement on the trade of oil palm fresh hands at PKS Kwala Sawit PTPN II, Tanjung Mirawa, how about the protection on TBS supplier when PTPN II did overdue payment because they did not have cash, and how about the settlement of overdue payment by PTPN II to their partner who sustained loss because of the overdue payment.
The result of the research and the analysis showed that the right and obligation in the mutual agreement in the trade of oil palm fresh hands at the PKS Kwala Sawit PTPN II, Tanjung Morawa was the responsibility of PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa to pay for a number of oil palm TBS delivered by CV Bina Mandiri, while they had the right to receive a number of oil palm TBS. The obligation of CV Bina Mandiri was to deliver a number of oil palm TBS to PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa, while their rights was to receive the payment from PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa. The protection for the supplier of TBS when PTPN II did overdue payment because they did not have cash was that PTPN II was considered as breaching the contract (default); therefore, CV Bina Mandiri could file a complaint for PKS Kwala Sawit PTPN II, Tanjung Morawa because the latter was default. The settlement of the overdue payment by PTPN II to the supplier who sustained loss, based on their mutual agreement, could be done by reconciliation. When reconciliation could not settle the dispute, it was settled by litigation before the District Court at Stabat, where the contract was made.
berkah dan rahmat hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini
dengan judul “ANALISIS PENYELESAIAN PERSELISIHAN KONTRAK
AKIBAT KETERLAMBATAN PEMBAYARAN (Studi Terhadap Perjanjian
Kerjasama Jual Beli Tandan Buah Segar Antara PKS Kwala Sawit PTPN II
Dengan Rekanan/Pemasok)”, yang disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Kenotariatan pada Program Studi Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Pada penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan moril
berupa bimbingan dan arahan sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis
ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terimaksih kepada
komisi pembimbing, yang terhormat Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH.,
M.Hum, Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum dan Bapak Prof. Dr.
Muhammad Yamin, SH, MS, CN.
Selanjutnya Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K) selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
5. Para pegawai/karyawan pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
6. Rekan-rekan mahasiswa pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara angkatan 2011.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Teristimewa dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang tercinta kedua orangtua Penulis, istri dan adik yang telah memberikan doa,
perhatian dan kasih sayang serta dukungannya kepada Penulis. Penulis berharap
semoga perhatian dan bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan yang
sebaik-baiknya dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa penulisan tesis
ini jauh dari sempurna, walaupun demikian Penulis mengharapkan semoga tesis ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Februari 2014 Penulis
Nama : Yudhistira Criesa Zefani Tarigan Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 10 Mei 1986
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Kristen
Alamat Rumah : Jln. Flamboyan Raya No.100 Perumahan Debang Taman Sari, Blok New Krisan No. 35 Medan Anak ke : 1 (pertama) dari 2 (dua) bersaudara
II. DATA ORANG TUA
Nama Ayah : Albert M. Tarigan, SE Nama Ibu : Antaria B.C.H Meliala, SH
III. PENDIDIKAN FORMAL
SD Negeri 060884 Medan Lulus tahun 1997
SLTP Negeri 2 Binjai Lulus tahun 2000
SMU METHODIST Binjai Lulus tahun 2003
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR ISTILAH ASING... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Keaslian Penelitian ... 8
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 10
G. Metode Penelitian ... 23
BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJASAMA JUAL BELI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT DI PKS KWALA SAWIT PTPN II TANJUNG MORAWA ... 29
A. Pengertian Perjanjian Jual Beli Menurut KUH Perdata ... 29
B. Bentuk Perjanjian Jual Beli Tandan Buah Segar Antara PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa Dengan Rekanan ... 42
SEGAR ... 69
A. Pemasok Tandan Buah Segar Kelapa Sawit ... 69
B. Alasan-Alasan Keterlambatan Pembayaran Dalam Perjanjian Jual Beli Tandan Buah Segar ... 73
C. Perlindungan Terhadap Rekanan Pemasok TBS Akibat Keterlambatan Pembayaran Oleh PTPN II... 78
BAB IV PENYELESAIAN KETERLAMBATAN PEMBAYARAN OLEH PTPN II TERHADAP REKANAN YANG MENGALAMI KERUGIAN AKIBAT KETERLAMBATAN PEMBAYARAN TERSEBUT... 98
A. Sistem Pembayaran Dalam Perjanjian Jual Beli Tandan Buah Segar... 98
B. Kerugian Yang Dialami Oleh Pemasok Tandan Buah Segar ... 104
C. Penyelesaian Keterlambatan Pembayaran Oleh PTPN II ... 109
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 122
A. Kesimpulan ... 122
B. Saran ... 124
DAFTAR PUSTAKA ... 125
Consensualism : Asas Konsensualisme
Freedom Of Contract : Asas Kebebasan Berkontrak
Force Majeure : Keadaan Memaksa
Generally Unresponsive : Secara Umum Tidak Tanggap
Good Faith : Asas Itikad Baik
Pacta Sunt Servanda : Asas Kepastian Hukum
Personality : Asas Kepribadian
PKS : Pabrik Kelapa Sawit
Rech Gewichtigheid : Mewujudkan Keadilan
Rechzkherheid : Kepastian Hukum
Rechstaat : Negara Hukum
Supplier : Pemasok
SPB : Surat Pengantar Buah
TBS : Tandan Buah Segar
Very Expensive : Biaya Tinggi
Vetrouwen : Menimbulkan Kepercayaan
menghindari timbulnya masalah pada saat pelaksanaan dari perjanjian tersebut. Sehingga pembuatan suatu perjanjian itu dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dan kejelasan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak. Dalam penelitian ini akan dibahas perihal penyelesaian perselisihan kontrak akibat keterlambatan pembayaran dalam perjanjian antara PT. Perkebunan Nusantara II Dengan CV. Bina Mandiri tentang Jual Beli Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II (Persero).
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian tesis ini adalah bagaimanakah hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar kelapa sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa, Bagaimana perlindungan terhadap rekanan pemasok TBS dalam hal PTPN II terlambat melakukan pembayaran karena alasan ketiadaan uang kas dan bagaimana penyelesaian keterlambatan pembayaran oleh PTPN II terhadap rekanan yang mengalami kerugian akibat keterlambatan pembayaran tersebut?
Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar kelapa sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa adalah kewajiban PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit adalah melakukan pembayaran atas jumlah tertentu TBS kelapa sawit yang diserahkan oleh CV Bina Mandiri, sedangkan haknya adalah menerima penguasaan atas sejumlah TBS kelapa sawit. Bagi pihak CV. Bina Mandiri kewajibannya adalah menyerahkan sejumlah TBS kelapa sawit kepada PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit dan haknya menerima pembayaran atas kewajibannya tersebut. Perlindungan terhadap rekanan pemasok TBS dalam hal PTPN II terlambat melakukan pembayaran karena alasan ketiadaan uang kas adalah pihak PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit dapat dikatakan telah melakukan ingar janji (wanprestasi) dan oleh sebab itu pihak CV. Bina Mandiri dapat melakukan gugatan hukum kepada PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit dengan dasar wanprestasi. Penyelesaian keterlambatan pembayaran oleh PTPN II terhadap rekanan yang mengalami kerugian akibat keterlambatan pembayaran tersebut dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak yaitu dengan cara diselesaikan melalui jalan musyawarah. Apabila jalan musyawarah tidak dapat menyelesaikan keterlambatan pembayaran oleh PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit, maka diselesaikan melalui jalur ligitasi pada pengadilan negeri domisili perjanjian dibuat yaitu di Pengadilan Negeri Stabat.
done in order to avoid any problems which arise at the time the agreement is being implemented. Therefore, the writing of a contract is intended to provide legal certainty and the clarity of the right and obligation of both parties. In this research, the researcher would analyze the settlement of dispute in a contract because of the overdue payment in a contract between PT Perkebunan Nusantara II and CV Bina Mandiri on the Trade of TBS (fresh oil palm hands) at PKS Kwala Sawit, PTPN II (Persero).
The problems in the research were as follows: how about the right and obligation of the parties in the mutual agreement on the trade of oil palm fresh hands at PKS Kwala Sawit PTPN II, Tanjung Mirawa, how about the protection on TBS supplier when PTPN II did overdue payment because they did not have cash, and how about the settlement of overdue payment by PTPN II to their partner who sustained loss because of the overdue payment.
The result of the research and the analysis showed that the right and obligation in the mutual agreement in the trade of oil palm fresh hands at the PKS Kwala Sawit PTPN II, Tanjung Morawa was the responsibility of PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa to pay for a number of oil palm TBS delivered by CV Bina Mandiri, while they had the right to receive a number of oil palm TBS. The obligation of CV Bina Mandiri was to deliver a number of oil palm TBS to PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa, while their rights was to receive the payment from PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa. The protection for the supplier of TBS when PTPN II did overdue payment because they did not have cash was that PTPN II was considered as breaching the contract (default); therefore, CV Bina Mandiri could file a complaint for PKS Kwala Sawit PTPN II, Tanjung Morawa because the latter was default. The settlement of the overdue payment by PTPN II to the supplier who sustained loss, based on their mutual agreement, could be done by reconciliation. When reconciliation could not settle the dispute, it was settled by litigation before the District Court at Stabat, where the contract was made.
A. Latar Belakang
Pada zaman modern ini, perkembangan arus globalisasi dunia dan kerjasama di
segala bidang berkembang sangat pesat. Dampak yang dirasakan akibat dari
perkembangan tersebut salah satunya adalah di sektor ekonomi. Arah kebijakan
bidang ekonomi adalah mempercepat pemulihan ekonomi dan mewujudkan landasan
yang lebih kukuh bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan yang diprioritaskan
berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan, dilakukan antara lain melalui pembangunan
dibidang ekonomi.1
Dengan perkembangan yang sangat pesat di sektor ekonomi maka berdampak
pada berkembang pesatnya hukum perjanjian dimana masyarakat semakin banyak
yang mengikatkan dirinya dalam suatu perjanjian dengan masyarakat lainnya, yang
kemudian menimbulkan berbagai macam perjanjian, diantaranya adalah perjanjian jual
beli, perjanjian sewa menyewa dan sebagainya.
Penyebab tumbuh dan berkembangnya hukum perjanjian adalah karena
pesatnya kegiatan bisnis yang dilakukan dalam masyarakat modern dan pesatnya
transaksi yang dilakukan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah. Pada dasarnya
suatu perjanjian berawal dari suatu perbedaan atau ketidaksamaan kepentingan
1Propenas 2000-2004, UU No. 25 tahun 2000
diantara para pihak. Perumusan hubungan perjanjian tersebut pada umumnya
senantiasa diawali dengan proses negosiasi di antara para pihak. Melalui negosiasi
para pihak berupaya menciptakan bentuk-bentuk kesepakatan untuk saling
mempertemukan sesuatu yang diinginkan (kepentingan) melalui proses tawar
menawar.2
Pada umumnya perjanjian berawal dari perbedaan kepentingan yang dicoba
dipertemukan melalui kesepakatan. Melalui perjanjian perbedaan tersebut diakomodir
dan selanjutnya dibingkai dengan perangkat hukum sehingga mengikat para pihak.
Dalam perjanjian, pertanyaan mengenai sisi kepastian dan keadilan justru akan
tercapai apabila perbedaan yang ada di antara para pihak terakomodir melalui
mekanisme hubungan perikatan yang bekerja secara seimbang.3
Suatu kontrak atau perjanjian harus memenuhi syarat sahnya perjanjian, yaitu
kata sepakat, kecakapan, hal tertentu dan suatu sebab yang halal, sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Dengan dipenuhinya empat syarat sahnya
perjanjian tersebut, maka suatu perjanjian menjadi sah dan mengikat secara hukum
bagi para pihak yang membuatnya.4 Melalui perjanjian maka terciptalah suatu
hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban pada masing-masing pihak
yang membuat perjanjian.
2Agus Yudha Hernoko,
Hukum Perjanjian Azas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, (Yogyakarta: Laksbang Mediatama, 2008), hal. 1
3Ibid .
4 Suharnoko,Hukum Perjanjian (Teori Analisa dan Kasus),(Jakarta: Prenada Media, 2004),
Dalam dunia bisnis sangat penting mewujudkan kesepakatan mengenai suatu
transaksi dengan menuangkannya kedalam suatu penjanjian. Banyak manfaat yang
bisa didapatkan dari menuangkan isi kesepakatan ke dalam perjanjian. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari timbulnya masalah pada saat pelaksanaan dari
perjanjian tersebut. Sehingga pembuatan suatu perjanjian itu dimaksudkan untuk
memberikan kepastian hukum dan kejelasan hak dan kewajiban bagi kedua belah
pihak.
Pada penelitian tesis ini analisis yang akan dilakukan adalah analisis yuridis
penyelesaian perselisihan kontrak akibat keterlambatan pembayaran (studi terhadap
perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar antara PKS Kwala Sawit PTPN II
dengan rekanan).
PTPN II merupakan konsolidasi BUMN Perkebunan berdasarkan Akte
pendirian Nomor 35, tanggal 11 maret 1996 oleh Notaris Harun Kamil, SH dan telah
disyahkan oleh Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan No.
C2.8330.HT.01.01.TH.96, yang kemudian telah dilakukan perubahan anggaran dasar
PTPN II oleh Notaris Sri Rahayu H. Prastyo, SH tanggal 8 oktober 2002.5
PTPN II memiliki perjanjian kerjasama dalam jual beli TBS (Tandan Buah
Segar) kelapa sawit dengan beberapa pemasok yang terdaftar sebagai rekanan
pemasok TBS kelapa sawit ke pabrik kelapa sawit kwala sawit yaitu CV. Bina
5PTPN II,“ProfilPerusahaan”,http://ptpn2.com/main/index.php/tentangkami/profilperusahaan.
Mandiri, CV. Marikena, dan CV. Kencana Perkasa, yang dimana salah satu dalam
penelitian ini adalah CV. Bina Mandiri sebagai sumber data dalam penelitian ini.
Kerjasama antara PTPN II dengan CV. Bina Mandiri adalah mengenai jual beli
Tandan Buah Segar (TBS) yang dimana CV. Bina Mandiri menjadi pemasok TBS
yang bertugas untuk mensuplai / memasok 25.000 Kg per hari. Dalam memasok TBS
ke PTPN II Pabrik Kwala Sawit, pemasok harus memenuhi standarisasi dari kriteria
yang diminta atas TBS yang dipasok, kemudian TBS kelapa sawit akan dimasukkan
ke pabrik dengan membawa Surat Pengantar Buah (SPB) yang telah ditanda tangani
oleh pihak pemasok dengan membubuhkan identitas badan hukum atau berupa
stempel agar dapat diterima dipabrik untuk dapat ditimbang setelah proses penyortiran
dilalui. Setelah proses penyortiran dan penimbangan itu selesai maka pihak PTPN II
dalam hal ini Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kwala Sawit akan memberikan rekapan
jumlah timbangan kepada pemasok sebagai bukti hasil dari jumlah timbangan. Harga
pembelian TBS yang dipasok pihak rekanan ditetapkan oleh Manager Kebun Kwala
Sawit PTPN II.dengan dasar ketentuan memenuhi persyaratan matang panen.
Pembayaran yang dilakukan pihak PTPN II kepada pihak rekanan / pemasok
dilakukan sekali seminggu, dan TBS yang dibayar adalah TBS yang tertera pada Surat
Pengantar Buah (SPB) pada hari tanggal SPB.
Proses atau tahapan tersebut merupakan suatu bagian dari isi perjanjian
kerjasama tentang jual beli tandan buah segar kelapa sawit di PKS Kwala Sawit PTPN
II dengan rekanan (CV. Bina Mandiri). Namun dalam praktek jual beli TBS kerap
dapat mencapai waktu empat (4) minggu bahkan mencapai dua belas (12) minggu.
Mengenai hal tersebut menimbulkan kerugian bagi pihak rekanan / pemasok karena
dana dalam mengumpulkan TBS kelapa sawit hasil panen dari masyarakat menjadi
sangat terbatas.
Dalam pelaksanaan suatu perjanjian kadang terjadi permasalahan dimana salah
satu pihak tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan yang disepakati dalam suatu
perjanjian atau disebut juga sebagai wanprestasi. Pihak yang merasa dirugikan dapat
meminta ganti rugi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1243 KUHPerdata yaitu:
"Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya."
Mengenai keterlambatan ini sudah dilakukan musyawarah / negosiasi antara
pihak PTPN II yaitu Manager Kebun/ Distrik Rayon Utara dan manager PKS Kwala
Sawit sebagai perwakilan Direksi dengan CV. Bina mandiri yaitu direktur, namun
pada kenyataannya hanya dapat menunggu dikarenakan proses pembayaran bukan
dilakukan oleh manager pabrik yang menjadi pihak pertama dalam penandatanganan
surat perjanjian antara PTPN II dengan CV. Bina Mandiri sebagai pemasok (suplier)
tapi pembayaran dilakukan oleh DIREKSI melalui transfer Bank, dalam hal ini isi dari
surat perjanjian dapat diambil kesimpulan bahwa manager pabrik sebagai pihak I
hanya sebagai perpanjangan tangan dan tidak mempunyai kuasa apapun dalam hal
pembayaran, kemudian pihak PTPN II tidak menuntut kewajiban kepada para
harinya.
Dari kesimpulan ini perjanjian kerjasama antara PTPN II dengan para pemasok
dalam hal ini CV. Bina Mandiri tidak cukup dapat melindungi bagi para pemasok
(suplier), keadaan ini tentunya tidak mencerminkan kerjasama yang baik.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian dalam bentuk
Tesis dengan judul "analisis yuridis penyelesaian perselisihan kontrak akibat
keterlambatan pembayaran (studi terhadap perjanjian kerjasama jual beli tandan buah
segar antara PKS Kwala Sawit PTPN II dengan rekanan)".
B. Perumusan Masalah
Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama jual beli
tandan buah segar kelapa sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa?
2. Bagaimana perlindungan terhadap rekanan pemasok TBS dalam hal PTPN II tidak
melakukan kewajibannya perihal ketepatan waktu bayar (terjadi keterlambatan
pembayaran) atas pembelian tandan buah segar?
3. Bagaimana penyelesaian keterlambatan pembayaran oleh PTPN II terhadap
rekanan yang mengalami kerugian akibat keterlambatan pembayaran tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun praktis.6
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama jual
beli tandan buah segar kelapa sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung
Morawa.
2. Untuk mengetahui perlindungan terhadap rekanan pemasok TBS dalam hal PTPN
II terlambat melakukan pembayaran karena alasan ketiadaan uang kas.
3. Untuk mengetahui penyelesaian keterlambatan pembayaran oleh PTPN II terhadap
rekanan yang mengalami kerugian akibat keterlambatan pembayaran tersebut.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis, sebagai berikut:
1. Secara teoritis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui dan juga
mengembangkan Ilmu Hukum Kenotariatan pada umumnya, khususnya hukum
perjanjian, serta menambah pengetahuan dan wawasan juga sebagai referensi
tambahan pada program studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara
Medan, khususnya dalam hal klausula mengenai wanprestasi dalam suatu
perjanjian.
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi PTPN II
Tanjung Morawa, rekanan dan masyarakat secara umum berkenaan dengan
perjanjian jual beli tandan buah segar kelapa sawit, khususnya tentang
perlindungan terhadap rekanan pemasok TBS dan penyelesaian keterlambatan
pembayaran oleh PTPN II yang menimbulkan kerugian bagi pemasok TBS .
E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang pernah dilakukan sehubungan dengan objek pembahasan sudah
pernah dilakukan oleh Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Sumatera
Utara:
1. Muhammad Fahroji “Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama Jual Beli Tandan
Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit Antara PTPN I dan PT. Bangun Sempurna
Lestari.
Permasalahan yang diajukan dalam tesis ini adalah:
a. Bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar (TBS) kelapa sawit antara pihak PTPN I selaku penjual dan pihak PT. Bangun Sempurna Lestari selaku pembeli ?
c. Bagaimana penyelesaian hukum yang ditempuh oleh para pihak apabila terjadi perselisihan dalam praktak pelaksanaan perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar (TBS) kelapa sawit tersebut ?
2. Muhammad Milsa “ Tinjauan yuridis perjanjian pola kemitraan perkebunan
inti-plasma antara PT. DMA dengan masyarakat (suatu penelitian di kabupaten aceh
jaya)
Permasalahan yang diajukan adalah:
a. Bagaimanakah pengaturan pola kemitraan usaha perkebunan antara perusahaan
perkebunan dengan masyarakat ?
b. Bagaimanakah implementasi keputusan Menteri Pertanian Nomor
940/KPTS/oT.210/10/97 dan Peraturan Menteri Pertanian No
26/Permentan/OT.140/2/2007 dalam perjanjian pola kemitraan antara PT.
Boswa Megalopolis dengan masyarakat dikabupaten aceh jaya ?
c. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum terhadap masyarakat dalam
perjanjian pola kemitraan perkebunan kelapa sawit inti-plasma antara
PT.Boswa Megapolis dengan masyarakat dikabupaten aceh jaya ?
Berdasarkan penelusuran kepustakaan Pasca Sarjana Magister Kenotariatan
Universitas Sumatera Utara, dan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, penelitian
yang dilakukan peneliti lebih memfokuskan pada analisis hukum penyelesaian
perselisihan kontrak akibat keterlambatan pembayaran (studi terhadap perjanjian
kerjasama jual beli tandan buah segar antara PKS kwala sawit PTPN II dengan
metode penelitian belum pernah dilakukan oleh peneliti lain, maka berdasarkan hal
tersebut, penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggung jawabkan.
Penulis bertanggung jawab sepenuhnya apabila ternyata dikemudian hari dapat
dibuktikan bahwa penelitian ini merupakan plagiat atau duplikasi dari penelitian yang
sudah ada sebelumnya.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atas butir-butir pendapat teori, tesis
mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi dasar perbandingan, pegangan
teoritis.7 Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan pedoman/
petunjuk dan meramalakan serta menjelaskan gejala yang diamati. Menurut teori
konvensional, tujuan hukum adalah mewujudkan keadilan (rech gewichtigheid),
kemanfaatan dan kepastian hukum (rechtzkherheid).8
Hukum perjanjian sendiri tercantum dalam Buku III KUH Perdata yang terdiri
dari 18 Bab dan 631 Pasal, dimulai dari pasal 1233 sampai dengan 1864 KUH Perdata.
Adapun syarat mengenai sahnya suatu perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUH
Perdata, yaitu:
a. Adanya kata sepakat
b. Kecakapan untuk membuat perjanjian
7M. Soly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penilitian,(Bandung: Mandar Maju, 1994), hal. 80
8 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (suatu kajian filosofi dan sosiologi). (Jakarta: Sinar
c. Adanya suatu hal tertentu
d. Adanya sebab yang halal
Dalam perjanjian juga dilandasi oleh beberapa asas, yaitu:9
1. Asas Kebebasan Berkontrak (freedom of contract)
Asas ini terdapat dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang berbunyi : “ Semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.” Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan berkontrak kepada
para pihak untuk :
a. Membuat atau tidak membuat perjanjian
b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun
c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratannya, serta
d. Menentukan bentuk perjanjiannya, baik lisan maupun tertulis.
2. Asas Konsensualisme (consensualism)
Asas ini dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat 1 KUH Perdata, yang mana
menentukan bahwa salah satu syarat sahnya suatu perjanjian adalah dengan adanya
kesepakatan antara kedua belah pihak yang berjanji untuk mengikatkan diri. Asas ini
menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, melainkan
cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak saja.
3. Asas Kepastian Hukum (Pacta Sunt Servanda)
Asas ini merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas
9Stanley Lesaman, “Hukum Indonesia”, http: //hukum Indonesia –
pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus
menghormati subtansi kontrak yang telah dibuat oleh para pihak, sebagaimana
layaknya sebuah undang-undang. Maka dari pada itu tidak diperbolehkan adanya suatu
intervensi terhadap suatu subtansi kontrak yang dibuat oleh para pihak yang terkait
didalamnya.
4. Asas Itikad Baik(good faith)
Asas ini tercantum dalam pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata, yang berbunyi :
“ Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini menjelaskan bahwa para
pihak yaitu pihak kreditur dan debitur diwajibkan untuk melaksanakan subtansi
kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik
dari para pihak.
5. Asas Kepribadian(personality)
Merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan
atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat
dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUH Perdata.
Dalam membuat suatu perjanjian, selain harus terpenuhinya syarat-syarat
sebagaimana tercantum dalam Pasal 1320 KUH Perdata seperti tersebut diatas, di
perlukan pula asas–asas yang melandasinya, maka dalam hal ini dipergunakan asas
kebebasan berkontrak yang dapat dikaitkan dalam penilitian ini. Asas kebebasan
berkontrak ini sendiri memberikan kesempatan bagi para pihak untuk
keinginan para pihak, yang kemudian dituangkan dalam suatu perjanjian dengan tetap
mengindahkan undang–undang yang berlaku.
Kebebasan berkontrak memiliki kaitan dengan penyelesaian perselisihan yang
timbul dari kontrak/perjanjian. Artinya para pihak bebas memilih / menentukan cara
mereka menyelesaikan sengketa tersebut.
Dalam asas kebebasan berkontrak sendiri ada mencakup beberapa teori,
pertama Teori Utilitis (Ultilitarianisme) oleh Jeremy Bentham yang berpendapat
bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa yang berfaidah bagi
orang, kepastian melalui hukum bagi perseorangan merupakan tujuan utama dari pada
hukum.10 Peraturan yang timbul dari norma hukum (kaedah hukum) dibuat oleh
penguasa Negara, isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaanya dapat
dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat Negara. Keistimewaan dari norma
hukum justru terletak dalam sifatnya yang memaksa, dengan sanksinya berupa
ancaman hukum. Bahwa undang-undang adalah keputusan kehendak dari satu pihak ;
perjanjian, keputusan dari kedua pihak ; dengan kata lain, bahwa orang terikat pada
perjanjian berdasar atas kehendaknya sendiri, pada undang-undang terlepas dari
kehendaknya.11
Kedua, dikenal Teori Kedaulatan Hukum oleh Krabbe yang mengatakan:
“aldus moet ook van recht de heerscappij gezocht worden in de reactie van het
rechtsgevoel, en ligt dus het gezag niet buiten maar in den mens”, kurang lebih
10 L.J.van Apeldoorn,Pengantar Ilmu Hukum,Pradnya Paramita, Jakarta 1981 Hal. 168 11
artinya, demikian halnya dengan kekuasan hukum yang harus kami cari dari dalam
reaksi perasaan hukum; jadi, kekuasaan hukum itu tidak terletak diluar manusia tetapi
didalam manusia. Hukum berdaulat yaitu diatas segala sesuatu, termasuk Negara. Oleh
karena itu menurut Krabbe; Negara yang baik adalah Negara hukum(rechtstaat), tiap
tindakan Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada hukum.12
Selain itu di kenal pula teori 3P, yang mana teori ini didasarkan kepada
pemilikiran Scoott J. Burham yang mendasarkan dalam penyusunan suatu kontrak
haruslah dimulai mendasari dengan pemikiran-pemikiran sebagai berikut:13
1. Predictable
Dalam perancangan dan analisa kontrak seorang darfter harus dapat
meramalkan atau melakukan prediksi mengenai kemungkinan-kemngkinan apa
yang akan terjadi yang ada kaitannya dengan kontrak yang disusun.
2. Provider
Yaitu Siap-siap terhadap kemungkinan yang akan terjadi.
3. Protect of Law,
Perlindungan hukum terhadap kontrak yang telah dirancang dan dianalisa
sehingga dapat melindungi klien atau pelaku bisinis dari kemungkinan
kemungkin terburuk dalam menjalankan bisnis.
12 Ibid. 13
Menurut Munir Fuady teori dalam berkontrak dapat dilihat dari prestasi kedua
belah pihak, sehingga terbagi atas :14
1. Teori Hasrat(Will Theory)
Teori hasrat ini menekankan kepada pentingnya “hasrat” (will atau intend)
dari pihak yang memberikan janji. Ukuran dari eksistensi, kekuatan
berlaku dan substansi dari suatu kontrak diukur dari hasrat tersebut.
Menurut teori ini yang terpenting dalam suatu kontrak bukan apa yang
dilakukan oleh para pihak dalam kontrak tersebut, akan tetapi apa yang
mereka inginkan.
2. Teori Tawar Menawar(Bargaining Theory).
Teori ini merupakan perkembangan dari teori “sama nilai” (equivalent
theory) dan sangat mendapat tempat dalam Negara-negara yang menganut
system Common Law. Teori sama nilai ini mengajarkan bahwa suatu
kontrak hanya mengikat sejauh apa yang dineosiasikan (tawar menawar)
dan kemudian disetujui oleh para pihak.
3. Teory sama nilai(Equivalent Theory).
Teori ini mengajarkan bahwa suatu kontrak baru mengikat jika para pihak
dalam kontrak tersebut memberikan prestasinya yang seimbang atau sama
nilai(equivalent).
14 Munir Fuady,Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Citra Aditya Bakti,
4. Teori kepercayaan merugi(Injurious Reliance Theory).
Teori ini mengajarkan bahwa kontrak sudah dianggap ada jika dengan
kontrak yang bersangkutan sudah menimbulkan kepercayaan bagi pihak
terhadap siapa janji itu diberikan sehingga pihak yang menerima janji
tersebut karena kepercayaannya itu akan menimbulkan kerugian jika janji
itu tidak terlaksana.
Dan didalam ilmu hukum ada empat teori berdasar pada teori formasi kontrak,
yaitu:
1. Teori kontrakdefacto
Kontrak de facto (implied in-fact) adalah kontrak yang tidak pernah
disebutkan dengan tegas tetapi ada dalam kenyataan, pada prinsipnya dapat
diterima sebagai kontrak yang sempurna.
2. Teori kontrakekpresif
Bahwa setiap kontrak yang dinyatakan dengan tegas (ekpresif) oleh para pihak
baik dengan tertulis ataupun secara lisan, sejauh memenuhi syarat-syarat
syahnya kontrak, dianggap sebagai ikatan yang sempurna bagi para pihak.
3. Teoripromissory estoppel.
Teori ini disebut juga dengan detrimental reliance, dengan adanya persesuaian
kehendak diantara pihak jika pihak lawan telah melakukan sesuatu sebagai
akibat dari tindakan-tindakan pihak lainnya yang dianggap merupakan tawaran
4. Teori kontrakquasi (pura-pura)
Disebut juga quasi contract atau implied in law, dalam hal tertentu apabila
dipenuhi syarat-syarat tertentu, maka hukum dapat dianggap adanya kontrak
diantara para pihak dengan berbagai konsekwensinya, sungguhpun dalam
kenyataannya kontrak tersebut tidak pernah ada.
Menurut W. Friedman, suatu undang-undang harus memberikan keadaan yang
sama kepada semua pihak, walaupun terdapat perbedaan-perbedaan diantara
pribadi-pribadi tersebut.15 Pembahasan tentang hubungan perjanjian para pihak pada
hakekatnya tidak dapat dilepaskan dalam hubungannya dalam masalah keadilan.
Perjanjian sebagai wadah yang mempertemukan kepentingan satu dan lain pihak
menuntut bentuk pertukaran kepentingan yang adil.
Menurut Munir Fuady, Asas kebebasan berkontrak memberikan kebebasan
kepada para pihak untuk membuat atau tidak membuat kontrak, demikian juga
kebebasan untuk mengatur sendiri isi kontrak tersebut.16
Menurut Subekti dalam Bukunya Hukum Perjanjian, Asas Kebebasan
berkontrak adalah suatu asas yang menyatakan bahwa setiap orang pada dasarnya
boleh membuat kontrak (perjanjian) yang berisi dan macam apapun asal tidak
bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan keteriban umum.17
15 W. Friedman,Teori Dan Filsafat Hukum Dalam Buku Telaah Kasus Atas Teori-Teori
Hukum, Diterjemahkan Dari Buku Aslinya Legal Theory, Terjemahan Muhammad.(Bandung: Mandar Maju, 1997), hal. 21.
Asas kebebasan berkontrak meliputi ruang sebagai berikut :
1. Bebas untuk membuat atau tidak membuat perjanjian
2. Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat perjanjian
3. Kebebasan untuk menentukan / memilih causa dari perjanjian yang dibuatnya
4. Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian
5. Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian
6. Kebebasan untuk menerima / menyimpangi ketentuan Undang undang yang
bersifat aanvullend.18
Menurut Munir Fuady, asas kebebasan berkontrak memberikan kebebasan
kepada para pihak untuk membuat atau tidak membuat kontrak, demikian juga
kebebasan untuk mengatur sendiri isi kontrak tersebut.19
Menurut Felix. O. Soebagjo, dalam penerapan asas kebebasan berkontrak,
bukan berarti dapat dilakukan bebas sebebasnya, akan tetapi juga ada pembatasan
yang diterapkan oleh pembuat peraturan perundang-undangan, yaitu tidak
bertentangan dengan ketertiban umum, kepatutan dan kesusilaan. Dengan demikian
kita melihat bahwa asas kebebasan berkontrak ini tidak hanya milik KUHPerdata,
akan tetapi bersifat universal.20
18Kompasiana.com, “Asas Kebebasan Berkontrak dalam Hukum Perjanjian di Indonesia”,
http://m.kompasiana.com/post/read/238895/3/asas-kebebasan-berkontrak-dalam-hukum-perjanjian-di-indonesia
19Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,2002) hal 12 20Felix O. Soebagjo,
Perkebangan Asas-Asas Hukum Kontrak Dalam Praktek Bisnis selama 25 Tahun Terakhir, Disampaikan dalam pertemuan ilmiah “Perkembangan Hukum Kontrak dalam
Dari pendapat-pendapat di atas, maka pada dasarnya perjanjian adalah proses
interaksi atau hubungan hukum dari dua perbuatan hukum yaitu penawaran oleh pihak
yang satu dan penerimaan oleh pihak yang lainnya sehingga tercapai kesepakatan
untuk menentukan isi perjanjian yang akan mengikat kedua belah pihak.
Dalam berkontrak terdapat pembatasan yang mana diatur oleh pasal – pasal
KUHPerdata itu sendiri, yaitu pasal 1320 dan pasal 1338 ayat 3,yaitu mengenai asas
itikad baik.21
Dalam The principles of European Contract Law penggunaan kebebasan
berkontrak dibatasi, yaitu :22
a. Good faith(itikad baik)
b. Fair dealing(transaksi yang adil)
c. The mandatory rues estabilished by these Principles (peraturan yang memaksa
yang diterapkan oleh prinsip ini).
d. Exclusion of the principles is permitted, except as otherwise provides by these
Principles (pengecualian dari prinsip – prinsip tersebut diijinkan, kecuali
ditentukan sebaliknya oleh prinsip – prinsip ini).
Pembatasan kebebasan berkontrak didasarkan pada beberapa alasan, yaitu :23
a. Tumbuh dan meluasnya penggunaan kontrak standart. Pembatasan oleh pihak
yang kuat atau pihak yang membuat kontrak.
b. Menurunnya peranan dari pilihan bebas, tumbuhnya upaya perlindungan
terhadap konsumen.
Ketika terjadinya suatu kontrak, maka para pihak harus memahami
syarat-syarat perjanjian berdasarkan pasal 1320 hukum perdata, yaitu adanya kesepakatan,
kecakapan para pihak dalam bertindak hukum, adaanya suatu hal tertentu, dan adanya
sebab yang halal, dalam pengertian bahwasanya hal yang diperjanjikan tersebut tidak
bertentangan dengan undang-undang yang berlaku, sehingga dalam berkontrak itu
sendiri dapat mencerminkan adanya suatu kedaulatan hukum yang dimiliki oleh setiap
individu dalam suatu perbuatan hukum, yang mana hal yang disepakati akan mengikat
para pihak dalam kontrak tersebut untuk kemudian dapat memberikan prestasi yang
seimbang atau sama nilainya dan apa yang disepakati bersama menjadi
undang-undang bagi kedua belah pihak yang berjanji, sehingga menjadi kepastian hukum.
Dalam perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar antara Pabrik Kelapa
Sawit (PKS) Kwala Sawit PTPN II dengan CV Bina Mandiri terdapat suatu
penyimpangan dari isi kesepakatan yang tertuang dalam kontrak kerjasama jual beli
tandan buah segar (TBS), sehingga menimbulkan adanya ketidakseimbangan prestasi
yang diterima oleh salah satu pihak atau disebut juga wanprestasi. Yaitu terjadinya
pelanggaran pada pasal 5 ayat (2) Surat Perjanjian Kerjasama Jual Beli Tandan Buah
Segar, yaitu mengenai keterlambatan pembayaran, yang mana pembayaran oleh PTPN
II lewat dari pada jangka waktu yang telah di tentukan yaitu setiap satu minggu setelah
proses pembelian tandan buah segar dari pihak pemasok selesai dilakukan. Adanya
rekanan/pemasok karena adanya kerugian yang diterima, maka diperlukan suatu
pranata hukum untuk dapat menyelesaikan perselisihan tersebut. Pola penyelesaian
sengketa/perselisihan dalam bidang perjanjian dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
bagian, yaitu :
1. Melalui jalur musyawarah mufakat yang dilaksanakan oleh kedua belah pihak
2. Melalui jalur mediasi dengan menggunakan mediator atau melalui jaliur
alternatif penyelesaian sengketa
3. Melalui jalur litigasi (pengadilan)
2. Kerangka Konsepsi
Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan
observasi, antara abstraksi dan relitas.24
Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstrak yang
digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan defenisi
operasional.25 Oleh karena itu, kerangka konsepsi pada hakekatnya merupakan suatu
pengarah atau pedoman yang lebih kongkrit dari kerangka teoritis yang seringkali
bersifat abstrak, sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasional yang menjadi
pegangan kongkrit dalam proses penelitian. Jadi jika teori berhadapan dengan sesuatu
hasil kerja yang telah selesai, maka konsepsi masih merupakan permulaan dari sesuatu
24Masri Singarimbun dkk,Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989), hal.34. 25
karya yang setelah diadakan pengolahan akan dapat menjadikan suatu teori.26
Agar terdapat persamaan persepsi dalam membaca dan memahami penulisan
dalam penelitian ini, maka dipandang perlu untuk menguraikan beberapa konsepsi dan
pengertian dari istilah yang digunakan sebagaimana yang terdapat di bawah ini:
a. Perjanjian jual beli adalah suatu perjanjian bertimbal balik dalam mana pihak yang
satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedang
pihak yang lainnya (si pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas
sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut.27
b. Tandan Buah Segar (TBS) adalah suatu istilah yang digunakan dalam penyebutan
buah kelapa sawit yang telah dipanen dengan kualitas buah kelapa sawit yang
masih segar/ baik.
c. Perselisihan adalah suatu keadaan hukum dimana terjadi perbedaan pendapat
antara pihak yang terlibat dalam perjanjian kerjasama jual beli kelapa sawit yang
membutuhkan suatu penyelesaian secara hukum pula.
d. Ganti Rugi adalah penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya
suatu perjanjian, barulah mulai diwajibkan apabila debitur setelah dinyatakan lalai
memenuhi perjanjiannya tetap melalaikannya, atau sesuatu yang harus diberikan
atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang
telah dilampaukannya (Pasal 1243 KUH Perdata). Dengan demikian pada
dasarnya, ganti-kerugian itu adalah ganti-kerugian yang timbul karena debitur
melakukan wanprestasi.
e. Wanprestasi adalah suatu keadaan hukum dimana salah satu pihak ingkar
janji/cidera janji sehingga menimbulkan akibat hukum suatu kerugian kepada
pihak lain yang terlibat didalam perjanjian kerjasama jual beli kelapa swait
tersebut.
f. Pembayaran adalah menerima sejumlah uang dari hasil penjualan TBS ke PTPN II
berdasarkan jumlah TBS yang diterima pihak PTPN II dikali harga per Kg dalam
satu periode (sekali seminggu).
g. Keterlambatan Pembayaran adalah bahwa pihak pembeli terlambat melakukan
pembayaran barang yang telah diterimanya sebagaimana waktu yang telah
ditentukan atau tertera dalam surat perjanjian yang disepakati kedua belah pihak
ataupun pihak penjual dan pembeli.
G. Metode Penelitian
Dalam setiap penelitian pada hakekatnya, mempunyai metode penelitian
masing-masing dan metode penelitian tersebut ditetapkan berdasarkan tujuan
penelitian.28 Kata metode berasal dari yunani “Methods” yang berarti cara atau jalan
sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk
28 Jujun S.Suria Sumantri, Filsafat Hukum Suatu Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar
dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.29
1. Sifat Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah, bersifat deskriptif analitis
dengan menggunakan pendekatan juridis normatif yang mengacu pada
ketentuan-ketentuan hukum positif.
Juridis yang dimaksud pada penelitian ini adalah, berusaha melakukan
pendekatan terhadap dasar hukum dan menganalisa permasalahan yang ada.
Menganalisa hukum baik yang tertulis, maupun yang di putuskan oleh hakim melalui
proses pengadilan. Sedangkan sifat deskriptif analitis dalam penelitian ini deskiptif
bertujuan untuk, mendeskripsikan secara sistimatis, faktual dan akurat perihal
perselisihan kontrak dalam perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar kelapa
sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II, maksudnya bahwa penelitian ini menelaah dan
menjelaskan serta menganalisa peraturan perundang-undangan yang berlaku
berkenaan dengan penyelesaian perselisihan kontrak akibat keterlambatan pembayaran
studi terhadap perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar kelapa sawit di PKS
Kwala Sawit PTPN II dengan rekanan dan analitis di artikan sebagai kegiatan
menganalisa data secara komferenshif tentang penyelesaian perselisihan dalam
perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar kelapa sawit di PKS Kwala Sawit
PTPN II dengan rekanan, dan ditujukan untuk membatasi kerangka studi pada suatu
29 Koenjtraranigrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia Pustaka
pemberian, suatu analisis, atau suatu klasifikasi tanpa secara langsung bertujuan untuk
membangun atau menguji hipotesa-hipotesa atau teori-teori.
2. Data
Data penelitian ini meliputi:
1) Bahan hukum primer, yaitu bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah
yang baru maupun pengertian baru mengenai studi gagasan dalam bentuk
peraturan perundang-undangan seperti KUH Perdata, Undang-Undang Nomor
18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan, Undang-Undang No. 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.dan Perjanjian
kerjasama jual beli TBS antara PTPN II dengan rekanan di PKS Kwala Sawit.
2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan pelajaran mengenai
bahan hukum primer, seperti hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah
lainnya, bahkan dokumen pribadi atau pendapat dari kalangan pakar hukum
sepanjang relevan dengan objek telaah penelitian.
3) Bahan hukum tersier, yaitu bahwa hukum penunjang yang memberi penunjuk
dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,
seperti kamus, majalah maupun internet.
4) Didukung oleh data primer yang diperoleh dari hasil wawancara.
3. Lokasi Penelitian
Sesuai dengan judul ini yaitu Analisis yuridis penyelesaian perselisihan
beli tandan buah segar antara PKS Kwala Sawit PTPN II dengan rekanan, maka
penelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) kebun Kwala Sawit PTPN II
dengan luas kebun ± 11.000 Ha terdiri dari 12 afdeling didesa Kwala Musam
Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data, yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui
penelitian kepustakaan (Library Research) dan penelitian lapangan (Field Research).
a. Penelitian kepustakaan
Untuk mengumpulkan data sekunder maka teknik pengumpulan data dilakukan
dengan cara membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi, dan
menganalisa data primer, sekunder maupun tertier yang berkaitan dengan
penelitian ini.
b. Penelitian lapangan
Sebagai data penunjang dalam penelitian ini juga didukung penelitian lapangan
(field research) untuk mendapatkan data primer guna akurasi terhadap hasil
yang dipaparkan, yang dapat berupa pendapat informan, laporan-laporan
perusahaan dan lain-lain yang relevan dengan objek yang diteliti.
5. Metode Pengumpulan Data
Adapun alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam peneltian ini
adalah, dengan menggunakan studi dokumen dan wawancara.
berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.
b. Wawancara, kegiatan wawancara dilakukan terhadap pihak PTPN II Kebun
Kwala Sawit yaitu Manager Distrik Rayon Utara PKS Kwala Sawit yaitu Alfi
Syahrin, Manager Pabrik Kebun Kwala sawit yaitu Rusdi Yunus Harahap,
Kepala Dinas Tata Usaha (KDTU) PKS Kwala Sawit yaitu Imam Subekti, SE,
CV. Bina Mandiri yaitu Albert Tarigan (Direktur), dan CV. Marikena yaitu
Fery Sitepu (Direktur). Sehingga dengan adanya wawancara, diharapkan dapat
memperoleh data yang lebih luas dan akurat tentang masalah yang diteliti.
Data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan selanjutnya di pilih guna
memperoleh pasal-pasal, teori-teori yang berisi tentang uraian-uraian permasalahan
dalam tesis ini, sehingga klasifikasi yang selaras dengan permasalahan yang di teliti
dalam tesis ini.
6. Analisa Data
Analisis data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.30
Setelah diperoleh data sekunder yakni berupa bahan hukum primer, bahan
hukum sekunder, maka dilakukan inventarisir dan penyusunan secara sistematik,
kemudian diolah dianalisa dengan menggunakan metode kualitatif yaitu penelitian
30 Lexy J. Moleong,Metode Penelitian Kualitatif, cetakan keempat belas, (Bandung: PT
tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan
pendekatan pemaparan, sehingga dapat ditarik kesimpulan dengan menggunakan
logika berpikir deduktif atau penalaran. Kegiatan analisis dimulai dengan dilakukan
pemeriksaan terhadap data yang terkumpul baik melalui wawancara yang dilakukan,
inventarisasi karya ilmiah, peraturan perundang-undangan, yang berkaitan dengan
judul penelitian baik media cetak dan laporan-laporan hasil penelitian lainnya untuk
BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJASAMA JUAL BELI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT DI PKS KWALA
SAWIT PTPN II TANJUNG MORAWA
A. Pengertian Perjanjian Jual Beli Menurut KUH Perdata
Jual beli termasuk dalam kelompok perjanjian bernama, artinya
undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan pengaturan secara khusus
terhadap perjanjian ini. Pengaturan perjanjian bernama dapat diatur dalam Kitab
Undang-undang Hukum Perdata maupun Kitab Undang-undang Hukum Dagang.
Perjanjian jual beli diatur dalam Pasal 1457-1540 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Menurut Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, jual beli
adalah suatu persetujuan yang mengikat pihak penjual berjanji menyerahkan sesuatu
barang/benda, dan pihak lain yang bertindak sebagai pembeli mengikat diri berjanji
untuk membayar harga.
Dari pengertian yang diberikan Pasal 1457 KUH Perdata di atas, persetujuan
jual beli sekaligus membebankan dua kewajiban yaitu:
1. Kewajiban pihak penjual menyerahkan barang yang dijual kepada pembeli.
2. Kewajiban pihak pembeli membayar harga barang yang dibeli kepada penjual.31
31
Menurut Salim H.S, perjanjian jual beli adalah Suatu Perjanjian yang dibuat
antara pihak penjual dan pihak pembeli.32 Di dalam perjanjian itu pihak penjual
berkewajiban untuk menyerahkan objek jual beli kepada pembeli dan berhak
menerima harga dan pembeli berkewajiban untuk membayar harga dan berhak
menerima objek tersebut.33 Unsur yang terkandung dalam defenisi tersebut adalah :
a. Adanya subjek hukum, yaitu penjual dan pembeli
b. Adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli tentang barang dan harga
c. Adanya hak dan kewajiban yang timbul antara pihak penjual dan pembeli
Unsur pokok dalam perjanjian jual beli adalah barang dan harga, dimana antara
penjual dan pembeli harus ada kata sepakat tentang harga dan benda yang menjadi
objek jual beli. Suatu perjanjian jual beli yang sah lahir apabila kedua belah pihak
telah setuju tentang harga dan barang. Sifat konsensual dari perjanjian jual beli
tersebut ditegaskan dalam pasal 1458 yang berbunyi “ jual beli dianggap sudah terjadi
antara kedua belah pihak seketika setelah mereka mencapai kata sepakat tentang
barang dan harga, meskipun barang ini belum diserahkan maupun harganya belum
dibayar ”.34
Apabila terjadi kesepakatan mengenai harga dan barang namun ada hal lain
yang tidak disepakati yang terkait dengan perjanjian jual beli tersebut, jual beli tetap
tidak terjadi karena tidak terjadi kesepakatan. Akan tetapi, jika para pihak telah
32
Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta : Sinar Grafika, 2003), hal. 49.
33Ibid. 34
menyepakati unsur esensial dari perjanjian jual beli tersebut, dan para pihak tidak
mempersoalkan hal lainnya, klausul-klausul yang dianggap berlaku dalam perjanjian
tersebut merupakan ketentuan-ketentuan tentang jual beli yang ada dalam
perundang-undangan (BW) atau biasa disebut unsur naturalia.35
Kewajiban menyerahkan hak milik meliputi segala perbuatan yang menurut
hukum diperlukan untuk mengalihkan hak milik atas barang yang diperjual belikan itu
dari sipenjual kepada sipembeli. KUH perdata BW mengenal tiga macam barang yaitu
barang bergerak, barang tetap, dan barang tak bertubuh (piutang, penagihan, atau
claim), maka menurut KUH Perdata BW juga ada tiga macam penyerahan hak milik
yang masing-masing berlaku untuk masing-masing jenis barang tersebut yaitu:
1. Untuk barang bergerak cukup dengan penyerahan kekuasaan atas barang itu. Hal
ini sesuai dengan Pasal 612 KUH Perdata yang berbunyi:
“Penyerahan kebendaan bergerak, terkecuali yang tak bertubuh dilakukan dengan penyerahan yang nyata akan kebendaan itu oleh atau atas nama pemilik, atau dengan penyerahan kunci-kunci dari bangunan dalam mana kebendaan itu berada. Penyerahan tak perlu dilakukan apabila kebendaan yang harus diserahkan, dengan alas an hak lain, telah dikuasai oleh orang yang hendak menerimanya”.
Dari ketentuan di atas dapat dilihat adanya kemungkinan menyerahkan kunci
saja kalau yang dijual adalah barang-barang yang berada dalam suatu gudang, hal
mana suatu penyerahan kekuasaan secara simbolis, sedangkan apabila barangnya
sudah berada didalam kekuasaan pembeli, penyerahan cukup dilakukan dengan
suatu pernyataan saja. Cara yang terakhir ini terkenal dengan nama traditio “brevi
35 Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, (Jakarta: PT Raja Grafindo
manu”yang berarti penyerahan dengan tangan pendek.
2. Untuk barang tetap (tidak bergerak) penyerahan dilakukan dengan perbuatan balik
nama (overschrijving) di muka pegawai kadaster yang juga dinamakan pegawai
balik nama atau pegawai penyimpan hipotik, yaitu menurut pasal 616
dihubungkan dengan pasal 620 KUH Perdata. Pasal 616 menyatakan bahwa:
“Penyerahan atau penunjukkan akan kebendaan tak bergerak dilakukan dengan
pengumuman akan akta yang bersangkutan dengan cara seperti ditentukan dalam
pasal 620”.
Pasal 620: “Dengan mengindahkan ketentuan-ketentuan termuat dalam tiga pasal
yang lalu, pengumuman termaksud diatas dilakukan dengan memindahkan sebuah
salinan otentik yang lengkap dari akta otentik atau keputusan yang bersangkutan
ke kantor penyimpa hipotik, yang mana dalam lingkungannya barang-barang tak
bergerak yang harus diserahkan barada dan dengan membukukannya dalam
register.”
Bersama-sama dengan pemindahan tersebut, pihak yang berkepentingan harus
menyampaikan juga kepada penyimpan hipotik sebuah salinan otentik yang kedua
atau sebuah petikan dari akta atau keputusan itu, agar penyimpan mencatat
didalamnya hari pemindahan beserta bagian dan nomor dari register yang
bersangkutan.
3. Penyerahan barang tak bertubuh dengan perbuatan yang dinamakan “cessie”
sebagaimana diatur dalam Pasal 613 KUH Perdata BW yang berbunyi:
dilakukan dengan membuat sebuah akta otentik atau dibawah tangan, dengan mana
hak-hak atas kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain.
Penyerahan yang demikian bagi si berutang tiada akibatnya melainkan setelah
penyerahan itu diberitahukan kepadanya secara tertulis, disetujui dan diakuinya.
Penyerahan tiap-tiap piutang karena surat bawa dilakukan dengan menyerahkan surat
itu; penyerahan tiap-tiap piutang karena surat tunjuk dilakukan dengan penyerahan
surat disertai dengan endosemen”.
Dalam perjanjian jual beli, para pihak sepakat untuk melakukan jual-beli,
namun para pihak yang berjanji dikatakan telah mengikatkan diri apabila mereka telah
melakukan apa yang diwajibkan kepadanya, dan ketika ada salah satu pihak yang tidak
melakukan kewajibannya, maka akan menimbulkan wanprestasi yang berakibat
kerugian bagi pihak yang lainnya. Ketika suatu barang yang diperjualbelikan belum
diserahkan atau belum berada dibawah penguasaan pembeli, harus dilihat terlebih
dahulu apa yang menjadi penyebabnya, apakah masih dalam proses pengiriman,
apakah ada hal-hal forje majeure yang mendasarinya ataukah ada unsur penipuan /
penggelapan yang berujung pada pidana. Selain itu, para pihak yang berjanji dapat
dikatakan tidak mengikatkan diri ketika pada akhirnya mereka tidak dapat melakukan
apa yang telah diperjanjikan itu sehingga berakibat pada batalnya perjanjian tersebut.
Ketentuan pasal 1458 KUH Perdata ini menetapkan bahwa kesepakatan antara pihak
penjual dan pihak pembeli dalam hal benda yang akan diperjual belikan dan juga
harganya merupakan suatu pertanda yang sah secara hukum bahwa perjanjian jual beli
diserahkan pihak penjual kepada pihak pembeli dan harga benda tersebut belum di
bayar pihak pembeli kepada pihak penjual. Kesepakatan yang dimaksud disini adalah
suatu kesepakatan yang dinyatakan oleh pihak penjual dan pihak pembeli yang
ditentukan baik secara lisan maupun secara tulisan.36
Pernyataan sepakat yang diberikan oleh para pihak secara lisan dalam suatu
perjanjian jual beli tentunya harus didukung oleh alat bukti yang sah yakni saksi
minimal 2 (dua) orang agar pemberian pernyataan kata sepakat tersebut dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila pemberian pernyataan kata sepakat
tersebut tidak didukung oleh saksi-saksi maka kedudukan hukum pernyataan sepakat
yang diberikan secara lisan itu dipandang lemah apabila terjadi perselisihan
dikemudian hari. Didalam pasal 1320 KUHPerdata syarat sahnya suatu perjanjian
adanya kata sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, kecakapan untuk membuat
suatu perjanjian, suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang halal. Keempat syarat
tersebut tidaklah menyinggung tentang adanya saksi, Pasal 1338 KUHPerdata
berbunyi semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya. Oleh karena itu perjanjian jual beli sebaiknya
dilakukan dalam suatu perjanjian tertulis berupa akta yang didalamnya memuat
kesepakatan dalam pelaksanaan jual beli suatu benda dan memuat segala hak dan
kewajiban baik penjual maupun pembeli.
Istilah akta merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu acta, dalam
36Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, (Bandung:
bahasa Prancis disebut dengan acte,sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan
istilahdeed. Akta adalah surat atau tulisan yang berupa suatu dokumen formal.37
Menurut Abdullah Hasan akta adalah suatu pernyataan tertulis yang
merupakan kehendak para pihak yang dibuat oleh seseorang atau oleh pihak-pihak
yang berkepentingan dengan maksud untuk dipergunakan sebagai alat bukti dalam
pasal hukum.38
Menurut pasal 1866 KUHPerdata alat – alat bukti terdiri atas, bukti tulisan,
bukti dengan saksi, persangkaan, pengakuan,sumpah. Menurut pasal 1867
KUHPerdata, pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan otentik maupun
dengan tulisan dibawah tangan.
Dari defenisi yang disebutkan di atas dapat dikatakan bahwa akta merupakan
suatu surat/tulisan yang berisi pernyataan kehendak dari para pihak/orang yang
berkepentingan dalam pembenaran tulisan/surat tersebut, pernyataan kehendak yang
dibuat secara tertulis tersebut memuat klausul-klausul yang diberikan dengan
perbuatan hukum dari orang/para pihak yang membuatnya. Dari segi jenisnya akta
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: Akta dibawah tangan dan Akta otentik.
Perbedaan akta otentik dan akta dibawah tangan adalah sebagai berikut:
1. Akta otentik (Pasal 1868 BW)
Akta otentik dibuat dalam bentuk sesuai dengan yang ditentukan oleh undang –
37Hadiyan Rusli,
Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, (Jakarta: Sinar Harapan, 1998), hal 15.
undang, harus dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang,
mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna (mempunyai kekuatan
pembuktian formil mengenai waktu,tanggal pembuatan, penandatanganan,
tempat pembuatan, identitas yang hadir dan mempunyai kekuatan pembuktian
materiil, kalau kebenarannya dibantah, sipenyangkal harus membutikan
ketidakbenarannya.
2. Akta dibawah tangan
Tidak terikat bentuk formal, melainkan bebas, dapat dibuat bebas oleh setiap
subjek hukum yang berkepentingan, apabila diakui oleh penandatangan tidak
disangkal baru mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, sama halnya
dengan akta otentik, tetapi bila kebenarannya disangkal, pihak yang
mengajukan sebagai bukti yang harus membuktikan kebenrannya (melalui
bukti saksi – saksi).
Perjanjian jual beli dapat dilakukan dalam bentuk akta di bawah tangan dan
dapat pula di buat dalam bentuk akta otentik. Pembuatan akta otentik perjanjian jual
beli di buat oleh pejabat publik/umum dalam hal ini adalah seorang Notaris.39 Akta
autentik yang dibuat oleh notaris merupakan suatu alat bukti yang paling sempurna
apabila terjadi perselisihan (perkara) di depan pengadilan.
Di dalam suatu perjanjian jual beli secara umum dikenal istilah resiko. Resiko
diluar kesalahan salah satu pihak. Peristiwa musnahnya barang yang diperjual belikan
di perjalanan karena alat pengangkut barang tersebut mengalami kecelakaan (karam)
di tengah laut. Mengenai resiko dalam jual beli di dalam KUH Perdata (BW) diatur
dalam Pasal 1460, 1461 dan Pasal 1462 KUH Perdata (BW).
Pasal 1460 KUH Perdata menyebutkan “jika kebendaan yang dijual itu berupa
suatu barang yang sudah ditentukan, maka barang ini sejak saat pembelian adalah
tanggungan si pembeli , meskipun penyerahannya belum dilakukan, dan si penjual
berhak menuntut harganya”. Pasal 1461 dan 1462 KUH Perdata menyatakan bahwa
resiko barang-barang yang diperjual belikan menuntut berat, jumlah atau ukuran
diletakkan pada pundak si penjual hingga barang-barang itu telah ditimbang, dihitung
atau diukur, sedangkan resiko atas barang-barang yang dijual menurut tumpukkan
diletakkan kepada pundak pembeli. Barang-barang harus ditimbang, dihitung atau
diukur terlebih dahulu sebelum diserahkan kepada si pembeli baru dipisahkan dari
barang-barang untuk di jual lainnya setelah dilakukan penimbangan, penghitungan dan
pengukuran. Setelah dilakukan penimbangan, penghitungan dan pengukuran tersebut,
barang-barang tersebut dinyatakan dipisahkan dari barang-barang penjual lainnya dan
dinyatakan disediakan untuk diserahkan kepada pembeli atau untuk diambil oleh
pembeli.40
Barang yang diperjual belikan menurut tumpukkan dapat dikatakan sudah dari
semula disendirikan (dipisahkan) dari barang-barang milik penjual lainnya, sehingga
39Erman Rajagukguk,Kontrak Dagang Internasional Dalam Praktak di Indonesia, (Jakarta: