• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penyelesaian Perselisihan Kontrak Akibat Keterlambatan Pembayaran (Studi Terhadap Perjanjian Kerjasama Jual Beli Tandan Buah Segar Antara PKS Kwala Sawit PTPN II Dengan Rekanan/Pemasok)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Penyelesaian Perselisihan Kontrak Akibat Keterlambatan Pembayaran (Studi Terhadap Perjanjian Kerjasama Jual Beli Tandan Buah Segar Antara PKS Kwala Sawit PTPN II Dengan Rekanan/Pemasok)"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN REKANAN/PEMASOK)

TESIS

Oleh

YUDHISTIRA CRIESA ZEFANI TARIGAN

117011133/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

DENGAN REKANAN/PEMASOK)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

YUDHISTIRA CRIESA ZEFANI TARIGAN

117011133/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

KWALA SAWIT PTPN II DENGAN REKANAN/PEMASOK)

Nama Mahasiswa : YUDHISTIRA CRIESA ZEFANI TARIGAN

Nomor Pokok : 117011133

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum)

Pembimbing Pembimbing

(Dr. Mahmul Siregar, SH, MHum) (Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum

Anggota : 1. Dr. Mahmul Siregar, SH, MHum

2. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN

3. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum

(5)

Nama : YUDHISTIRA CRIESA ZEFANI TARIGAN

Nim : 117011133

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : ANALISIS YURIDIS PENYELESAIAN PERSELISIHAN

KONTRAK AKIBAT KETERLAMBATAN

PEMBAYARAN (STUDI TERHADAP PERJANJIAN

KERJASAMA JUAL BELI TANDAN BUAH SEGAR

ANTARA PKS KWALA SAWIT PTPN II DENGAN

REKANAN/PEMASOK)

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

(6)

menghindari timbulnya masalah pada saat pelaksanaan dari perjanjian tersebut. Sehingga pembuatan suatu perjanjian itu dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dan kejelasan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak. Dalam penelitian ini akan dibahas perihal penyelesaian perselisihan kontrak akibat keterlambatan pembayaran dalam perjanjian antara PT. Perkebunan Nusantara II Dengan CV. Bina Mandiri tentang Jual Beli Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II (Persero).

Permasalahan yang diajukan dalam penelitian tesis ini adalah bagaimanakah hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar kelapa sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa, Bagaimana perlindungan terhadap rekanan pemasok TBS dalam hal PTPN II terlambat melakukan pembayaran karena alasan ketiadaan uang kas dan bagaimana penyelesaian keterlambatan pembayaran oleh PTPN II terhadap rekanan yang mengalami kerugian akibat keterlambatan pembayaran tersebut?

Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar kelapa sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa adalah kewajiban PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit adalah melakukan pembayaran atas jumlah tertentu TBS kelapa sawit yang diserahkan oleh CV Bina Mandiri, sedangkan haknya adalah menerima penguasaan atas sejumlah TBS kelapa sawit. Bagi pihak CV. Bina Mandiri kewajibannya adalah menyerahkan sejumlah TBS kelapa sawit kepada PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit dan haknya menerima pembayaran atas kewajibannya tersebut. Perlindungan terhadap rekanan pemasok TBS dalam hal PTPN II terlambat melakukan pembayaran karena alasan ketiadaan uang kas adalah pihak PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit dapat dikatakan telah melakukan ingar janji (wanprestasi) dan oleh sebab itu pihak CV. Bina Mandiri dapat melakukan gugatan hukum kepada PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit dengan dasar wanprestasi. Penyelesaian keterlambatan pembayaran oleh PTPN II terhadap rekanan yang mengalami kerugian akibat keterlambatan pembayaran tersebut dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak yaitu dengan cara diselesaikan melalui jalan musyawarah. Apabila jalan musyawarah tidak dapat menyelesaikan keterlambatan pembayaran oleh PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit, maka diselesaikan melalui jalur ligitasi pada pengadilan negeri domisili perjanjian dibuat yaitu di Pengadilan Negeri Stabat.

(7)

done in order to avoid any problems which arise at the time the agreement is being implemented. Therefore, the writing of a contract is intended to provide legal certainty and the clarity of the right and obligation of both parties. In this research, the researcher would analyze the settlement of dispute in a contract because of the overdue payment in a contract between PT Perkebunan Nusantara II and CV Bina Mandiri on the Trade of TBS (fresh oil palm hands) at PKS Kwala Sawit, PTPN II (Persero).

The problems in the research were as follows: how about the right and obligation of the parties in the mutual agreement on the trade of oil palm fresh hands at PKS Kwala Sawit PTPN II, Tanjung Mirawa, how about the protection on TBS supplier when PTPN II did overdue payment because they did not have cash, and how about the settlement of overdue payment by PTPN II to their partner who sustained loss because of the overdue payment.

The result of the research and the analysis showed that the right and obligation in the mutual agreement in the trade of oil palm fresh hands at the PKS Kwala Sawit PTPN II, Tanjung Morawa was the responsibility of PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa to pay for a number of oil palm TBS delivered by CV Bina Mandiri, while they had the right to receive a number of oil palm TBS. The obligation of CV Bina Mandiri was to deliver a number of oil palm TBS to PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa, while their rights was to receive the payment from PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa. The protection for the supplier of TBS when PTPN II did overdue payment because they did not have cash was that PTPN II was considered as breaching the contract (default); therefore, CV Bina Mandiri could file a complaint for PKS Kwala Sawit PTPN II, Tanjung Morawa because the latter was default. The settlement of the overdue payment by PTPN II to the supplier who sustained loss, based on their mutual agreement, could be done by reconciliation. When reconciliation could not settle the dispute, it was settled by litigation before the District Court at Stabat, where the contract was made.

(8)

berkah dan rahmat hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini

dengan judul “ANALISIS PENYELESAIAN PERSELISIHAN KONTRAK

AKIBAT KETERLAMBATAN PEMBAYARAN (Studi Terhadap Perjanjian

Kerjasama Jual Beli Tandan Buah Segar Antara PKS Kwala Sawit PTPN II

Dengan Rekanan/Pemasok)”, yang disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Magister Kenotariatan pada Program Studi Magister Kenotariatan

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Pada penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan moril

berupa bimbingan dan arahan sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis

ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terimaksih kepada

komisi pembimbing, yang terhormat Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH.,

M.Hum, Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum dan Bapak Prof. Dr.

Muhammad Yamin, SH, MS, CN.

Selanjutnya Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

(9)

Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Para pegawai/karyawan pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Rekan-rekan mahasiswa pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara angkatan 2011.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Teristimewa dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada

yang tercinta kedua orangtua Penulis, istri dan adik yang telah memberikan doa,

perhatian dan kasih sayang serta dukungannya kepada Penulis. Penulis berharap

semoga perhatian dan bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan yang

sebaik-baiknya dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa penulisan tesis

ini jauh dari sempurna, walaupun demikian Penulis mengharapkan semoga tesis ini

dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2014 Penulis

(10)

Nama : Yudhistira Criesa Zefani Tarigan Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 10 Mei 1986

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Menikah

Pekerjaan : Wiraswasta

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Kristen

Alamat Rumah : Jln. Flamboyan Raya No.100 Perumahan Debang Taman Sari, Blok New Krisan No. 35 Medan Anak ke : 1 (pertama) dari 2 (dua) bersaudara

II. DATA ORANG TUA

Nama Ayah : Albert M. Tarigan, SE Nama Ibu : Antaria B.C.H Meliala, SH

III. PENDIDIKAN FORMAL

SD Negeri 060884 Medan Lulus tahun 1997

SLTP Negeri 2 Binjai Lulus tahun 2000

SMU METHODIST Binjai Lulus tahun 2003

(11)

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR ISTILAH ASING... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Keaslian Penelitian ... 8

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 10

G. Metode Penelitian ... 23

BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJASAMA JUAL BELI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT DI PKS KWALA SAWIT PTPN II TANJUNG MORAWA ... 29

A. Pengertian Perjanjian Jual Beli Menurut KUH Perdata ... 29

B. Bentuk Perjanjian Jual Beli Tandan Buah Segar Antara PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa Dengan Rekanan ... 42

(12)

SEGAR ... 69

A. Pemasok Tandan Buah Segar Kelapa Sawit ... 69

B. Alasan-Alasan Keterlambatan Pembayaran Dalam Perjanjian Jual Beli Tandan Buah Segar ... 73

C. Perlindungan Terhadap Rekanan Pemasok TBS Akibat Keterlambatan Pembayaran Oleh PTPN II... 78

BAB IV PENYELESAIAN KETERLAMBATAN PEMBAYARAN OLEH PTPN II TERHADAP REKANAN YANG MENGALAMI KERUGIAN AKIBAT KETERLAMBATAN PEMBAYARAN TERSEBUT... 98

A. Sistem Pembayaran Dalam Perjanjian Jual Beli Tandan Buah Segar... 98

B. Kerugian Yang Dialami Oleh Pemasok Tandan Buah Segar ... 104

C. Penyelesaian Keterlambatan Pembayaran Oleh PTPN II ... 109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 122

A. Kesimpulan ... 122

B. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 125

(13)

Consensualism : Asas Konsensualisme

Freedom Of Contract : Asas Kebebasan Berkontrak

Force Majeure : Keadaan Memaksa

Generally Unresponsive : Secara Umum Tidak Tanggap

Good Faith : Asas Itikad Baik

Pacta Sunt Servanda : Asas Kepastian Hukum

Personality : Asas Kepribadian

PKS : Pabrik Kelapa Sawit

Rech Gewichtigheid : Mewujudkan Keadilan

Rechzkherheid : Kepastian Hukum

Rechstaat : Negara Hukum

Supplier : Pemasok

SPB : Surat Pengantar Buah

TBS : Tandan Buah Segar

Very Expensive : Biaya Tinggi

Vetrouwen : Menimbulkan Kepercayaan

(14)

menghindari timbulnya masalah pada saat pelaksanaan dari perjanjian tersebut. Sehingga pembuatan suatu perjanjian itu dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dan kejelasan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak. Dalam penelitian ini akan dibahas perihal penyelesaian perselisihan kontrak akibat keterlambatan pembayaran dalam perjanjian antara PT. Perkebunan Nusantara II Dengan CV. Bina Mandiri tentang Jual Beli Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II (Persero).

Permasalahan yang diajukan dalam penelitian tesis ini adalah bagaimanakah hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar kelapa sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa, Bagaimana perlindungan terhadap rekanan pemasok TBS dalam hal PTPN II terlambat melakukan pembayaran karena alasan ketiadaan uang kas dan bagaimana penyelesaian keterlambatan pembayaran oleh PTPN II terhadap rekanan yang mengalami kerugian akibat keterlambatan pembayaran tersebut?

Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar kelapa sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa adalah kewajiban PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit adalah melakukan pembayaran atas jumlah tertentu TBS kelapa sawit yang diserahkan oleh CV Bina Mandiri, sedangkan haknya adalah menerima penguasaan atas sejumlah TBS kelapa sawit. Bagi pihak CV. Bina Mandiri kewajibannya adalah menyerahkan sejumlah TBS kelapa sawit kepada PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit dan haknya menerima pembayaran atas kewajibannya tersebut. Perlindungan terhadap rekanan pemasok TBS dalam hal PTPN II terlambat melakukan pembayaran karena alasan ketiadaan uang kas adalah pihak PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit dapat dikatakan telah melakukan ingar janji (wanprestasi) dan oleh sebab itu pihak CV. Bina Mandiri dapat melakukan gugatan hukum kepada PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit dengan dasar wanprestasi. Penyelesaian keterlambatan pembayaran oleh PTPN II terhadap rekanan yang mengalami kerugian akibat keterlambatan pembayaran tersebut dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak yaitu dengan cara diselesaikan melalui jalan musyawarah. Apabila jalan musyawarah tidak dapat menyelesaikan keterlambatan pembayaran oleh PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit, maka diselesaikan melalui jalur ligitasi pada pengadilan negeri domisili perjanjian dibuat yaitu di Pengadilan Negeri Stabat.

(15)

done in order to avoid any problems which arise at the time the agreement is being implemented. Therefore, the writing of a contract is intended to provide legal certainty and the clarity of the right and obligation of both parties. In this research, the researcher would analyze the settlement of dispute in a contract because of the overdue payment in a contract between PT Perkebunan Nusantara II and CV Bina Mandiri on the Trade of TBS (fresh oil palm hands) at PKS Kwala Sawit, PTPN II (Persero).

The problems in the research were as follows: how about the right and obligation of the parties in the mutual agreement on the trade of oil palm fresh hands at PKS Kwala Sawit PTPN II, Tanjung Mirawa, how about the protection on TBS supplier when PTPN II did overdue payment because they did not have cash, and how about the settlement of overdue payment by PTPN II to their partner who sustained loss because of the overdue payment.

The result of the research and the analysis showed that the right and obligation in the mutual agreement in the trade of oil palm fresh hands at the PKS Kwala Sawit PTPN II, Tanjung Morawa was the responsibility of PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa to pay for a number of oil palm TBS delivered by CV Bina Mandiri, while they had the right to receive a number of oil palm TBS. The obligation of CV Bina Mandiri was to deliver a number of oil palm TBS to PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa, while their rights was to receive the payment from PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa. The protection for the supplier of TBS when PTPN II did overdue payment because they did not have cash was that PTPN II was considered as breaching the contract (default); therefore, CV Bina Mandiri could file a complaint for PKS Kwala Sawit PTPN II, Tanjung Morawa because the latter was default. The settlement of the overdue payment by PTPN II to the supplier who sustained loss, based on their mutual agreement, could be done by reconciliation. When reconciliation could not settle the dispute, it was settled by litigation before the District Court at Stabat, where the contract was made.

(16)

A. Latar Belakang

Pada zaman modern ini, perkembangan arus globalisasi dunia dan kerjasama di

segala bidang berkembang sangat pesat. Dampak yang dirasakan akibat dari

perkembangan tersebut salah satunya adalah di sektor ekonomi. Arah kebijakan

bidang ekonomi adalah mempercepat pemulihan ekonomi dan mewujudkan landasan

yang lebih kukuh bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan yang diprioritaskan

berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan, dilakukan antara lain melalui pembangunan

dibidang ekonomi.1

Dengan perkembangan yang sangat pesat di sektor ekonomi maka berdampak

pada berkembang pesatnya hukum perjanjian dimana masyarakat semakin banyak

yang mengikatkan dirinya dalam suatu perjanjian dengan masyarakat lainnya, yang

kemudian menimbulkan berbagai macam perjanjian, diantaranya adalah perjanjian jual

beli, perjanjian sewa menyewa dan sebagainya.

Penyebab tumbuh dan berkembangnya hukum perjanjian adalah karena

pesatnya kegiatan bisnis yang dilakukan dalam masyarakat modern dan pesatnya

transaksi yang dilakukan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah. Pada dasarnya

suatu perjanjian berawal dari suatu perbedaan atau ketidaksamaan kepentingan

1Propenas 2000-2004, UU No. 25 tahun 2000

(17)

diantara para pihak. Perumusan hubungan perjanjian tersebut pada umumnya

senantiasa diawali dengan proses negosiasi di antara para pihak. Melalui negosiasi

para pihak berupaya menciptakan bentuk-bentuk kesepakatan untuk saling

mempertemukan sesuatu yang diinginkan (kepentingan) melalui proses tawar

menawar.2

Pada umumnya perjanjian berawal dari perbedaan kepentingan yang dicoba

dipertemukan melalui kesepakatan. Melalui perjanjian perbedaan tersebut diakomodir

dan selanjutnya dibingkai dengan perangkat hukum sehingga mengikat para pihak.

Dalam perjanjian, pertanyaan mengenai sisi kepastian dan keadilan justru akan

tercapai apabila perbedaan yang ada di antara para pihak terakomodir melalui

mekanisme hubungan perikatan yang bekerja secara seimbang.3

Suatu kontrak atau perjanjian harus memenuhi syarat sahnya perjanjian, yaitu

kata sepakat, kecakapan, hal tertentu dan suatu sebab yang halal, sebagaimana

ditentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Dengan dipenuhinya empat syarat sahnya

perjanjian tersebut, maka suatu perjanjian menjadi sah dan mengikat secara hukum

bagi para pihak yang membuatnya.4 Melalui perjanjian maka terciptalah suatu

hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban pada masing-masing pihak

yang membuat perjanjian.

2Agus Yudha Hernoko,

Hukum Perjanjian Azas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, (Yogyakarta: Laksbang Mediatama, 2008), hal. 1

3Ibid .

4 Suharnoko,Hukum Perjanjian (Teori Analisa dan Kasus),(Jakarta: Prenada Media, 2004),

(18)

Dalam dunia bisnis sangat penting mewujudkan kesepakatan mengenai suatu

transaksi dengan menuangkannya kedalam suatu penjanjian. Banyak manfaat yang

bisa didapatkan dari menuangkan isi kesepakatan ke dalam perjanjian. Hal ini

dimaksudkan untuk menghindari timbulnya masalah pada saat pelaksanaan dari

perjanjian tersebut. Sehingga pembuatan suatu perjanjian itu dimaksudkan untuk

memberikan kepastian hukum dan kejelasan hak dan kewajiban bagi kedua belah

pihak.

Pada penelitian tesis ini analisis yang akan dilakukan adalah analisis yuridis

penyelesaian perselisihan kontrak akibat keterlambatan pembayaran (studi terhadap

perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar antara PKS Kwala Sawit PTPN II

dengan rekanan).

PTPN II merupakan konsolidasi BUMN Perkebunan berdasarkan Akte

pendirian Nomor 35, tanggal 11 maret 1996 oleh Notaris Harun Kamil, SH dan telah

disyahkan oleh Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan No.

C2.8330.HT.01.01.TH.96, yang kemudian telah dilakukan perubahan anggaran dasar

PTPN II oleh Notaris Sri Rahayu H. Prastyo, SH tanggal 8 oktober 2002.5

PTPN II memiliki perjanjian kerjasama dalam jual beli TBS (Tandan Buah

Segar) kelapa sawit dengan beberapa pemasok yang terdaftar sebagai rekanan

pemasok TBS kelapa sawit ke pabrik kelapa sawit kwala sawit yaitu CV. Bina

5PTPN II,“ProfilPerusahaan”,http://ptpn2.com/main/index.php/tentangkami/profilperusahaan.

(19)

Mandiri, CV. Marikena, dan CV. Kencana Perkasa, yang dimana salah satu dalam

penelitian ini adalah CV. Bina Mandiri sebagai sumber data dalam penelitian ini.

Kerjasama antara PTPN II dengan CV. Bina Mandiri adalah mengenai jual beli

Tandan Buah Segar (TBS) yang dimana CV. Bina Mandiri menjadi pemasok TBS

yang bertugas untuk mensuplai / memasok 25.000 Kg per hari. Dalam memasok TBS

ke PTPN II Pabrik Kwala Sawit, pemasok harus memenuhi standarisasi dari kriteria

yang diminta atas TBS yang dipasok, kemudian TBS kelapa sawit akan dimasukkan

ke pabrik dengan membawa Surat Pengantar Buah (SPB) yang telah ditanda tangani

oleh pihak pemasok dengan membubuhkan identitas badan hukum atau berupa

stempel agar dapat diterima dipabrik untuk dapat ditimbang setelah proses penyortiran

dilalui. Setelah proses penyortiran dan penimbangan itu selesai maka pihak PTPN II

dalam hal ini Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kwala Sawit akan memberikan rekapan

jumlah timbangan kepada pemasok sebagai bukti hasil dari jumlah timbangan. Harga

pembelian TBS yang dipasok pihak rekanan ditetapkan oleh Manager Kebun Kwala

Sawit PTPN II.dengan dasar ketentuan memenuhi persyaratan matang panen.

Pembayaran yang dilakukan pihak PTPN II kepada pihak rekanan / pemasok

dilakukan sekali seminggu, dan TBS yang dibayar adalah TBS yang tertera pada Surat

Pengantar Buah (SPB) pada hari tanggal SPB.

Proses atau tahapan tersebut merupakan suatu bagian dari isi perjanjian

kerjasama tentang jual beli tandan buah segar kelapa sawit di PKS Kwala Sawit PTPN

II dengan rekanan (CV. Bina Mandiri). Namun dalam praktek jual beli TBS kerap

(20)

dapat mencapai waktu empat (4) minggu bahkan mencapai dua belas (12) minggu.

Mengenai hal tersebut menimbulkan kerugian bagi pihak rekanan / pemasok karena

dana dalam mengumpulkan TBS kelapa sawit hasil panen dari masyarakat menjadi

sangat terbatas.

Dalam pelaksanaan suatu perjanjian kadang terjadi permasalahan dimana salah

satu pihak tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan yang disepakati dalam suatu

perjanjian atau disebut juga sebagai wanprestasi. Pihak yang merasa dirugikan dapat

meminta ganti rugi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1243 KUHPerdata yaitu:

"Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya."

Mengenai keterlambatan ini sudah dilakukan musyawarah / negosiasi antara

pihak PTPN II yaitu Manager Kebun/ Distrik Rayon Utara dan manager PKS Kwala

Sawit sebagai perwakilan Direksi dengan CV. Bina mandiri yaitu direktur, namun

pada kenyataannya hanya dapat menunggu dikarenakan proses pembayaran bukan

dilakukan oleh manager pabrik yang menjadi pihak pertama dalam penandatanganan

surat perjanjian antara PTPN II dengan CV. Bina Mandiri sebagai pemasok (suplier)

tapi pembayaran dilakukan oleh DIREKSI melalui transfer Bank, dalam hal ini isi dari

surat perjanjian dapat diambil kesimpulan bahwa manager pabrik sebagai pihak I

hanya sebagai perpanjangan tangan dan tidak mempunyai kuasa apapun dalam hal

pembayaran, kemudian pihak PTPN II tidak menuntut kewajiban kepada para

(21)

harinya.

Dari kesimpulan ini perjanjian kerjasama antara PTPN II dengan para pemasok

dalam hal ini CV. Bina Mandiri tidak cukup dapat melindungi bagi para pemasok

(suplier), keadaan ini tentunya tidak mencerminkan kerjasama yang baik.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian dalam bentuk

Tesis dengan judul "analisis yuridis penyelesaian perselisihan kontrak akibat

keterlambatan pembayaran (studi terhadap perjanjian kerjasama jual beli tandan buah

segar antara PKS Kwala Sawit PTPN II dengan rekanan)".

B. Perumusan Masalah

Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama jual beli

tandan buah segar kelapa sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa?

2. Bagaimana perlindungan terhadap rekanan pemasok TBS dalam hal PTPN II tidak

melakukan kewajibannya perihal ketepatan waktu bayar (terjadi keterlambatan

pembayaran) atas pembelian tandan buah segar?

3. Bagaimana penyelesaian keterlambatan pembayaran oleh PTPN II terhadap

rekanan yang mengalami kerugian akibat keterlambatan pembayaran tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk

(22)

mengembangkan ilmu pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun praktis.6

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama jual

beli tandan buah segar kelapa sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung

Morawa.

2. Untuk mengetahui perlindungan terhadap rekanan pemasok TBS dalam hal PTPN

II terlambat melakukan pembayaran karena alasan ketiadaan uang kas.

3. Untuk mengetahui penyelesaian keterlambatan pembayaran oleh PTPN II terhadap

rekanan yang mengalami kerugian akibat keterlambatan pembayaran tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun praktis, sebagai berikut:

1. Secara teoritis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui dan juga

mengembangkan Ilmu Hukum Kenotariatan pada umumnya, khususnya hukum

perjanjian, serta menambah pengetahuan dan wawasan juga sebagai referensi

tambahan pada program studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara

Medan, khususnya dalam hal klausula mengenai wanprestasi dalam suatu

perjanjian.

(23)

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi PTPN II

Tanjung Morawa, rekanan dan masyarakat secara umum berkenaan dengan

perjanjian jual beli tandan buah segar kelapa sawit, khususnya tentang

perlindungan terhadap rekanan pemasok TBS dan penyelesaian keterlambatan

pembayaran oleh PTPN II yang menimbulkan kerugian bagi pemasok TBS .

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang pernah dilakukan sehubungan dengan objek pembahasan sudah

pernah dilakukan oleh Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Sumatera

Utara:

1. Muhammad Fahroji “Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama Jual Beli Tandan

Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit Antara PTPN I dan PT. Bangun Sempurna

Lestari.

Permasalahan yang diajukan dalam tesis ini adalah:

a. Bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar (TBS) kelapa sawit antara pihak PTPN I selaku penjual dan pihak PT. Bangun Sempurna Lestari selaku pembeli ?

(24)

c. Bagaimana penyelesaian hukum yang ditempuh oleh para pihak apabila terjadi perselisihan dalam praktak pelaksanaan perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar (TBS) kelapa sawit tersebut ?

2. Muhammad Milsa “ Tinjauan yuridis perjanjian pola kemitraan perkebunan

inti-plasma antara PT. DMA dengan masyarakat (suatu penelitian di kabupaten aceh

jaya)

Permasalahan yang diajukan adalah:

a. Bagaimanakah pengaturan pola kemitraan usaha perkebunan antara perusahaan

perkebunan dengan masyarakat ?

b. Bagaimanakah implementasi keputusan Menteri Pertanian Nomor

940/KPTS/oT.210/10/97 dan Peraturan Menteri Pertanian No

26/Permentan/OT.140/2/2007 dalam perjanjian pola kemitraan antara PT.

Boswa Megalopolis dengan masyarakat dikabupaten aceh jaya ?

c. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum terhadap masyarakat dalam

perjanjian pola kemitraan perkebunan kelapa sawit inti-plasma antara

PT.Boswa Megapolis dengan masyarakat dikabupaten aceh jaya ?

Berdasarkan penelusuran kepustakaan Pasca Sarjana Magister Kenotariatan

Universitas Sumatera Utara, dan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, penelitian

yang dilakukan peneliti lebih memfokuskan pada analisis hukum penyelesaian

perselisihan kontrak akibat keterlambatan pembayaran (studi terhadap perjanjian

kerjasama jual beli tandan buah segar antara PKS kwala sawit PTPN II dengan

(25)

metode penelitian belum pernah dilakukan oleh peneliti lain, maka berdasarkan hal

tersebut, penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggung jawabkan.

Penulis bertanggung jawab sepenuhnya apabila ternyata dikemudian hari dapat

dibuktikan bahwa penelitian ini merupakan plagiat atau duplikasi dari penelitian yang

sudah ada sebelumnya.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atas butir-butir pendapat teori, tesis

mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi dasar perbandingan, pegangan

teoritis.7 Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan pedoman/

petunjuk dan meramalakan serta menjelaskan gejala yang diamati. Menurut teori

konvensional, tujuan hukum adalah mewujudkan keadilan (rech gewichtigheid),

kemanfaatan dan kepastian hukum (rechtzkherheid).8

Hukum perjanjian sendiri tercantum dalam Buku III KUH Perdata yang terdiri

dari 18 Bab dan 631 Pasal, dimulai dari pasal 1233 sampai dengan 1864 KUH Perdata.

Adapun syarat mengenai sahnya suatu perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUH

Perdata, yaitu:

a. Adanya kata sepakat

b. Kecakapan untuk membuat perjanjian

7M. Soly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penilitian,(Bandung: Mandar Maju, 1994), hal. 80

8 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (suatu kajian filosofi dan sosiologi). (Jakarta: Sinar

(26)

c. Adanya suatu hal tertentu

d. Adanya sebab yang halal

Dalam perjanjian juga dilandasi oleh beberapa asas, yaitu:9

1. Asas Kebebasan Berkontrak (freedom of contract)

Asas ini terdapat dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang berbunyi : “ Semua

perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya.” Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan berkontrak kepada

para pihak untuk :

a. Membuat atau tidak membuat perjanjian

b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun

c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratannya, serta

d. Menentukan bentuk perjanjiannya, baik lisan maupun tertulis.

2. Asas Konsensualisme (consensualism)

Asas ini dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat 1 KUH Perdata, yang mana

menentukan bahwa salah satu syarat sahnya suatu perjanjian adalah dengan adanya

kesepakatan antara kedua belah pihak yang berjanji untuk mengikatkan diri. Asas ini

menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, melainkan

cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak saja.

3. Asas Kepastian Hukum (Pacta Sunt Servanda)

Asas ini merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas

9Stanley Lesaman, “Hukum Indonesia”, http: //hukum Indonesia

(27)

pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus

menghormati subtansi kontrak yang telah dibuat oleh para pihak, sebagaimana

layaknya sebuah undang-undang. Maka dari pada itu tidak diperbolehkan adanya suatu

intervensi terhadap suatu subtansi kontrak yang dibuat oleh para pihak yang terkait

didalamnya.

4. Asas Itikad Baik(good faith)

Asas ini tercantum dalam pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata, yang berbunyi :

“ Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini menjelaskan bahwa para

pihak yaitu pihak kreditur dan debitur diwajibkan untuk melaksanakan subtansi

kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik

dari para pihak.

5. Asas Kepribadian(personality)

Merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan

atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat

dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUH Perdata.

Dalam membuat suatu perjanjian, selain harus terpenuhinya syarat-syarat

sebagaimana tercantum dalam Pasal 1320 KUH Perdata seperti tersebut diatas, di

perlukan pula asas–asas yang melandasinya, maka dalam hal ini dipergunakan asas

kebebasan berkontrak yang dapat dikaitkan dalam penilitian ini. Asas kebebasan

berkontrak ini sendiri memberikan kesempatan bagi para pihak untuk

(28)

keinginan para pihak, yang kemudian dituangkan dalam suatu perjanjian dengan tetap

mengindahkan undang–undang yang berlaku.

Kebebasan berkontrak memiliki kaitan dengan penyelesaian perselisihan yang

timbul dari kontrak/perjanjian. Artinya para pihak bebas memilih / menentukan cara

mereka menyelesaikan sengketa tersebut.

Dalam asas kebebasan berkontrak sendiri ada mencakup beberapa teori,

pertama Teori Utilitis (Ultilitarianisme) oleh Jeremy Bentham yang berpendapat

bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa yang berfaidah bagi

orang, kepastian melalui hukum bagi perseorangan merupakan tujuan utama dari pada

hukum.10 Peraturan yang timbul dari norma hukum (kaedah hukum) dibuat oleh

penguasa Negara, isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaanya dapat

dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat Negara. Keistimewaan dari norma

hukum justru terletak dalam sifatnya yang memaksa, dengan sanksinya berupa

ancaman hukum. Bahwa undang-undang adalah keputusan kehendak dari satu pihak ;

perjanjian, keputusan dari kedua pihak ; dengan kata lain, bahwa orang terikat pada

perjanjian berdasar atas kehendaknya sendiri, pada undang-undang terlepas dari

kehendaknya.11

Kedua, dikenal Teori Kedaulatan Hukum oleh Krabbe yang mengatakan:

aldus moet ook van recht de heerscappij gezocht worden in de reactie van het

rechtsgevoel, en ligt dus het gezag niet buiten maar in den mens”, kurang lebih

10 L.J.van Apeldoorn,Pengantar Ilmu Hukum,Pradnya Paramita, Jakarta 1981 Hal. 168 11

(29)

artinya, demikian halnya dengan kekuasan hukum yang harus kami cari dari dalam

reaksi perasaan hukum; jadi, kekuasaan hukum itu tidak terletak diluar manusia tetapi

didalam manusia. Hukum berdaulat yaitu diatas segala sesuatu, termasuk Negara. Oleh

karena itu menurut Krabbe; Negara yang baik adalah Negara hukum(rechtstaat), tiap

tindakan Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada hukum.12

Selain itu di kenal pula teori 3P, yang mana teori ini didasarkan kepada

pemilikiran Scoott J. Burham yang mendasarkan dalam penyusunan suatu kontrak

haruslah dimulai mendasari dengan pemikiran-pemikiran sebagai berikut:13

1. Predictable

Dalam perancangan dan analisa kontrak seorang darfter harus dapat

meramalkan atau melakukan prediksi mengenai kemungkinan-kemngkinan apa

yang akan terjadi yang ada kaitannya dengan kontrak yang disusun.

2. Provider

Yaitu Siap-siap terhadap kemungkinan yang akan terjadi.

3. Protect of Law,

Perlindungan hukum terhadap kontrak yang telah dirancang dan dianalisa

sehingga dapat melindungi klien atau pelaku bisinis dari kemungkinan

kemungkin terburuk dalam menjalankan bisnis.

12 Ibid. 13

(30)

Menurut Munir Fuady teori dalam berkontrak dapat dilihat dari prestasi kedua

belah pihak, sehingga terbagi atas :14

1. Teori Hasrat(Will Theory)

Teori hasrat ini menekankan kepada pentingnya “hasrat” (will atau intend)

dari pihak yang memberikan janji. Ukuran dari eksistensi, kekuatan

berlaku dan substansi dari suatu kontrak diukur dari hasrat tersebut.

Menurut teori ini yang terpenting dalam suatu kontrak bukan apa yang

dilakukan oleh para pihak dalam kontrak tersebut, akan tetapi apa yang

mereka inginkan.

2. Teori Tawar Menawar(Bargaining Theory).

Teori ini merupakan perkembangan dari teori “sama nilai” (equivalent

theory) dan sangat mendapat tempat dalam Negara-negara yang menganut

system Common Law. Teori sama nilai ini mengajarkan bahwa suatu

kontrak hanya mengikat sejauh apa yang dineosiasikan (tawar menawar)

dan kemudian disetujui oleh para pihak.

3. Teory sama nilai(Equivalent Theory).

Teori ini mengajarkan bahwa suatu kontrak baru mengikat jika para pihak

dalam kontrak tersebut memberikan prestasinya yang seimbang atau sama

nilai(equivalent).

14 Munir Fuady,Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Citra Aditya Bakti,

(31)

4. Teori kepercayaan merugi(Injurious Reliance Theory).

Teori ini mengajarkan bahwa kontrak sudah dianggap ada jika dengan

kontrak yang bersangkutan sudah menimbulkan kepercayaan bagi pihak

terhadap siapa janji itu diberikan sehingga pihak yang menerima janji

tersebut karena kepercayaannya itu akan menimbulkan kerugian jika janji

itu tidak terlaksana.

Dan didalam ilmu hukum ada empat teori berdasar pada teori formasi kontrak,

yaitu:

1. Teori kontrakdefacto

Kontrak de facto (implied in-fact) adalah kontrak yang tidak pernah

disebutkan dengan tegas tetapi ada dalam kenyataan, pada prinsipnya dapat

diterima sebagai kontrak yang sempurna.

2. Teori kontrakekpresif

Bahwa setiap kontrak yang dinyatakan dengan tegas (ekpresif) oleh para pihak

baik dengan tertulis ataupun secara lisan, sejauh memenuhi syarat-syarat

syahnya kontrak, dianggap sebagai ikatan yang sempurna bagi para pihak.

3. Teoripromissory estoppel.

Teori ini disebut juga dengan detrimental reliance, dengan adanya persesuaian

kehendak diantara pihak jika pihak lawan telah melakukan sesuatu sebagai

akibat dari tindakan-tindakan pihak lainnya yang dianggap merupakan tawaran

(32)

4. Teori kontrakquasi (pura-pura)

Disebut juga quasi contract atau implied in law, dalam hal tertentu apabila

dipenuhi syarat-syarat tertentu, maka hukum dapat dianggap adanya kontrak

diantara para pihak dengan berbagai konsekwensinya, sungguhpun dalam

kenyataannya kontrak tersebut tidak pernah ada.

Menurut W. Friedman, suatu undang-undang harus memberikan keadaan yang

sama kepada semua pihak, walaupun terdapat perbedaan-perbedaan diantara

pribadi-pribadi tersebut.15 Pembahasan tentang hubungan perjanjian para pihak pada

hakekatnya tidak dapat dilepaskan dalam hubungannya dalam masalah keadilan.

Perjanjian sebagai wadah yang mempertemukan kepentingan satu dan lain pihak

menuntut bentuk pertukaran kepentingan yang adil.

Menurut Munir Fuady, Asas kebebasan berkontrak memberikan kebebasan

kepada para pihak untuk membuat atau tidak membuat kontrak, demikian juga

kebebasan untuk mengatur sendiri isi kontrak tersebut.16

Menurut Subekti dalam Bukunya Hukum Perjanjian, Asas Kebebasan

berkontrak adalah suatu asas yang menyatakan bahwa setiap orang pada dasarnya

boleh membuat kontrak (perjanjian) yang berisi dan macam apapun asal tidak

bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan keteriban umum.17

15 W. Friedman,Teori Dan Filsafat Hukum Dalam Buku Telaah Kasus Atas Teori-Teori

Hukum, Diterjemahkan Dari Buku Aslinya Legal Theory, Terjemahan Muhammad.(Bandung: Mandar Maju, 1997), hal. 21.

(33)

Asas kebebasan berkontrak meliputi ruang sebagai berikut :

1. Bebas untuk membuat atau tidak membuat perjanjian

2. Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat perjanjian

3. Kebebasan untuk menentukan / memilih causa dari perjanjian yang dibuatnya

4. Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian

5. Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian

6. Kebebasan untuk menerima / menyimpangi ketentuan Undang undang yang

bersifat aanvullend.18

Menurut Munir Fuady, asas kebebasan berkontrak memberikan kebebasan

kepada para pihak untuk membuat atau tidak membuat kontrak, demikian juga

kebebasan untuk mengatur sendiri isi kontrak tersebut.19

Menurut Felix. O. Soebagjo, dalam penerapan asas kebebasan berkontrak,

bukan berarti dapat dilakukan bebas sebebasnya, akan tetapi juga ada pembatasan

yang diterapkan oleh pembuat peraturan perundang-undangan, yaitu tidak

bertentangan dengan ketertiban umum, kepatutan dan kesusilaan. Dengan demikian

kita melihat bahwa asas kebebasan berkontrak ini tidak hanya milik KUHPerdata,

akan tetapi bersifat universal.20

18Kompasiana.com, “Asas Kebebasan Berkontrak dalam Hukum Perjanjian di Indonesia”,

http://m.kompasiana.com/post/read/238895/3/asas-kebebasan-berkontrak-dalam-hukum-perjanjian-di-indonesia

19Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,2002) hal 12 20Felix O. Soebagjo,

Perkebangan Asas-Asas Hukum Kontrak Dalam Praktek Bisnis selama 25 Tahun Terakhir, Disampaikan dalam pertemuan ilmiah “Perkembangan Hukum Kontrak dalam

(34)

Dari pendapat-pendapat di atas, maka pada dasarnya perjanjian adalah proses

interaksi atau hubungan hukum dari dua perbuatan hukum yaitu penawaran oleh pihak

yang satu dan penerimaan oleh pihak yang lainnya sehingga tercapai kesepakatan

untuk menentukan isi perjanjian yang akan mengikat kedua belah pihak.

Dalam berkontrak terdapat pembatasan yang mana diatur oleh pasal – pasal

KUHPerdata itu sendiri, yaitu pasal 1320 dan pasal 1338 ayat 3,yaitu mengenai asas

itikad baik.21

Dalam The principles of European Contract Law penggunaan kebebasan

berkontrak dibatasi, yaitu :22

a. Good faith(itikad baik)

b. Fair dealing(transaksi yang adil)

c. The mandatory rues estabilished by these Principles (peraturan yang memaksa

yang diterapkan oleh prinsip ini).

d. Exclusion of the principles is permitted, except as otherwise provides by these

Principles (pengecualian dari prinsip – prinsip tersebut diijinkan, kecuali

ditentukan sebaliknya oleh prinsip – prinsip ini).

Pembatasan kebebasan berkontrak didasarkan pada beberapa alasan, yaitu :23

a. Tumbuh dan meluasnya penggunaan kontrak standart. Pembatasan oleh pihak

yang kuat atau pihak yang membuat kontrak.

(35)

b. Menurunnya peranan dari pilihan bebas, tumbuhnya upaya perlindungan

terhadap konsumen.

Ketika terjadinya suatu kontrak, maka para pihak harus memahami

syarat-syarat perjanjian berdasarkan pasal 1320 hukum perdata, yaitu adanya kesepakatan,

kecakapan para pihak dalam bertindak hukum, adaanya suatu hal tertentu, dan adanya

sebab yang halal, dalam pengertian bahwasanya hal yang diperjanjikan tersebut tidak

bertentangan dengan undang-undang yang berlaku, sehingga dalam berkontrak itu

sendiri dapat mencerminkan adanya suatu kedaulatan hukum yang dimiliki oleh setiap

individu dalam suatu perbuatan hukum, yang mana hal yang disepakati akan mengikat

para pihak dalam kontrak tersebut untuk kemudian dapat memberikan prestasi yang

seimbang atau sama nilainya dan apa yang disepakati bersama menjadi

undang-undang bagi kedua belah pihak yang berjanji, sehingga menjadi kepastian hukum.

Dalam perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar antara Pabrik Kelapa

Sawit (PKS) Kwala Sawit PTPN II dengan CV Bina Mandiri terdapat suatu

penyimpangan dari isi kesepakatan yang tertuang dalam kontrak kerjasama jual beli

tandan buah segar (TBS), sehingga menimbulkan adanya ketidakseimbangan prestasi

yang diterima oleh salah satu pihak atau disebut juga wanprestasi. Yaitu terjadinya

pelanggaran pada pasal 5 ayat (2) Surat Perjanjian Kerjasama Jual Beli Tandan Buah

Segar, yaitu mengenai keterlambatan pembayaran, yang mana pembayaran oleh PTPN

II lewat dari pada jangka waktu yang telah di tentukan yaitu setiap satu minggu setelah

proses pembelian tandan buah segar dari pihak pemasok selesai dilakukan. Adanya

(36)

rekanan/pemasok karena adanya kerugian yang diterima, maka diperlukan suatu

pranata hukum untuk dapat menyelesaikan perselisihan tersebut. Pola penyelesaian

sengketa/perselisihan dalam bidang perjanjian dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga)

bagian, yaitu :

1. Melalui jalur musyawarah mufakat yang dilaksanakan oleh kedua belah pihak

2. Melalui jalur mediasi dengan menggunakan mediator atau melalui jaliur

alternatif penyelesaian sengketa

3. Melalui jalur litigasi (pengadilan)

2. Kerangka Konsepsi

Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan

observasi, antara abstraksi dan relitas.24

Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstrak yang

digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan defenisi

operasional.25 Oleh karena itu, kerangka konsepsi pada hakekatnya merupakan suatu

pengarah atau pedoman yang lebih kongkrit dari kerangka teoritis yang seringkali

bersifat abstrak, sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasional yang menjadi

pegangan kongkrit dalam proses penelitian. Jadi jika teori berhadapan dengan sesuatu

hasil kerja yang telah selesai, maka konsepsi masih merupakan permulaan dari sesuatu

24Masri Singarimbun dkk,Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989), hal.34. 25

(37)

karya yang setelah diadakan pengolahan akan dapat menjadikan suatu teori.26

Agar terdapat persamaan persepsi dalam membaca dan memahami penulisan

dalam penelitian ini, maka dipandang perlu untuk menguraikan beberapa konsepsi dan

pengertian dari istilah yang digunakan sebagaimana yang terdapat di bawah ini:

a. Perjanjian jual beli adalah suatu perjanjian bertimbal balik dalam mana pihak yang

satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedang

pihak yang lainnya (si pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas

sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut.27

b. Tandan Buah Segar (TBS) adalah suatu istilah yang digunakan dalam penyebutan

buah kelapa sawit yang telah dipanen dengan kualitas buah kelapa sawit yang

masih segar/ baik.

c. Perselisihan adalah suatu keadaan hukum dimana terjadi perbedaan pendapat

antara pihak yang terlibat dalam perjanjian kerjasama jual beli kelapa sawit yang

membutuhkan suatu penyelesaian secara hukum pula.

d. Ganti Rugi adalah penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya

suatu perjanjian, barulah mulai diwajibkan apabila debitur setelah dinyatakan lalai

memenuhi perjanjiannya tetap melalaikannya, atau sesuatu yang harus diberikan

atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang

telah dilampaukannya (Pasal 1243 KUH Perdata). Dengan demikian pada

(38)

dasarnya, ganti-kerugian itu adalah ganti-kerugian yang timbul karena debitur

melakukan wanprestasi.

e. Wanprestasi adalah suatu keadaan hukum dimana salah satu pihak ingkar

janji/cidera janji sehingga menimbulkan akibat hukum suatu kerugian kepada

pihak lain yang terlibat didalam perjanjian kerjasama jual beli kelapa swait

tersebut.

f. Pembayaran adalah menerima sejumlah uang dari hasil penjualan TBS ke PTPN II

berdasarkan jumlah TBS yang diterima pihak PTPN II dikali harga per Kg dalam

satu periode (sekali seminggu).

g. Keterlambatan Pembayaran adalah bahwa pihak pembeli terlambat melakukan

pembayaran barang yang telah diterimanya sebagaimana waktu yang telah

ditentukan atau tertera dalam surat perjanjian yang disepakati kedua belah pihak

ataupun pihak penjual dan pembeli.

G. Metode Penelitian

Dalam setiap penelitian pada hakekatnya, mempunyai metode penelitian

masing-masing dan metode penelitian tersebut ditetapkan berdasarkan tujuan

penelitian.28 Kata metode berasal dari yunani “Methods” yang berarti cara atau jalan

sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk

28 Jujun S.Suria Sumantri, Filsafat Hukum Suatu Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar

(39)

dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.29

1. Sifat Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah, bersifat deskriptif analitis

dengan menggunakan pendekatan juridis normatif yang mengacu pada

ketentuan-ketentuan hukum positif.

Juridis yang dimaksud pada penelitian ini adalah, berusaha melakukan

pendekatan terhadap dasar hukum dan menganalisa permasalahan yang ada.

Menganalisa hukum baik yang tertulis, maupun yang di putuskan oleh hakim melalui

proses pengadilan. Sedangkan sifat deskriptif analitis dalam penelitian ini deskiptif

bertujuan untuk, mendeskripsikan secara sistimatis, faktual dan akurat perihal

perselisihan kontrak dalam perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar kelapa

sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II, maksudnya bahwa penelitian ini menelaah dan

menjelaskan serta menganalisa peraturan perundang-undangan yang berlaku

berkenaan dengan penyelesaian perselisihan kontrak akibat keterlambatan pembayaran

studi terhadap perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar kelapa sawit di PKS

Kwala Sawit PTPN II dengan rekanan dan analitis di artikan sebagai kegiatan

menganalisa data secara komferenshif tentang penyelesaian perselisihan dalam

perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar kelapa sawit di PKS Kwala Sawit

PTPN II dengan rekanan, dan ditujukan untuk membatasi kerangka studi pada suatu

29 Koenjtraranigrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia Pustaka

(40)

pemberian, suatu analisis, atau suatu klasifikasi tanpa secara langsung bertujuan untuk

membangun atau menguji hipotesa-hipotesa atau teori-teori.

2. Data

Data penelitian ini meliputi:

1) Bahan hukum primer, yaitu bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah

yang baru maupun pengertian baru mengenai studi gagasan dalam bentuk

peraturan perundang-undangan seperti KUH Perdata, Undang-Undang Nomor

18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan, Undang-Undang No. 30 Tahun 1999

tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.dan Perjanjian

kerjasama jual beli TBS antara PTPN II dengan rekanan di PKS Kwala Sawit.

2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan pelajaran mengenai

bahan hukum primer, seperti hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah

lainnya, bahkan dokumen pribadi atau pendapat dari kalangan pakar hukum

sepanjang relevan dengan objek telaah penelitian.

3) Bahan hukum tersier, yaitu bahwa hukum penunjang yang memberi penunjuk

dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

seperti kamus, majalah maupun internet.

4) Didukung oleh data primer yang diperoleh dari hasil wawancara.

3. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul ini yaitu Analisis yuridis penyelesaian perselisihan

(41)

beli tandan buah segar antara PKS Kwala Sawit PTPN II dengan rekanan, maka

penelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) kebun Kwala Sawit PTPN II

dengan luas kebun ± 11.000 Ha terdiri dari 12 afdeling didesa Kwala Musam

Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data, yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui

penelitian kepustakaan (Library Research) dan penelitian lapangan (Field Research).

a. Penelitian kepustakaan

Untuk mengumpulkan data sekunder maka teknik pengumpulan data dilakukan

dengan cara membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi, dan

menganalisa data primer, sekunder maupun tertier yang berkaitan dengan

penelitian ini.

b. Penelitian lapangan

Sebagai data penunjang dalam penelitian ini juga didukung penelitian lapangan

(field research) untuk mendapatkan data primer guna akurasi terhadap hasil

yang dipaparkan, yang dapat berupa pendapat informan, laporan-laporan

perusahaan dan lain-lain yang relevan dengan objek yang diteliti.

5. Metode Pengumpulan Data

Adapun alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam peneltian ini

adalah, dengan menggunakan studi dokumen dan wawancara.

(42)

berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

b. Wawancara, kegiatan wawancara dilakukan terhadap pihak PTPN II Kebun

Kwala Sawit yaitu Manager Distrik Rayon Utara PKS Kwala Sawit yaitu Alfi

Syahrin, Manager Pabrik Kebun Kwala sawit yaitu Rusdi Yunus Harahap,

Kepala Dinas Tata Usaha (KDTU) PKS Kwala Sawit yaitu Imam Subekti, SE,

CV. Bina Mandiri yaitu Albert Tarigan (Direktur), dan CV. Marikena yaitu

Fery Sitepu (Direktur). Sehingga dengan adanya wawancara, diharapkan dapat

memperoleh data yang lebih luas dan akurat tentang masalah yang diteliti.

Data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan selanjutnya di pilih guna

memperoleh pasal-pasal, teori-teori yang berisi tentang uraian-uraian permasalahan

dalam tesis ini, sehingga klasifikasi yang selaras dengan permasalahan yang di teliti

dalam tesis ini.

6. Analisa Data

Analisis data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data ke dalam pola, kategori dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.30

Setelah diperoleh data sekunder yakni berupa bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder, maka dilakukan inventarisir dan penyusunan secara sistematik,

kemudian diolah dianalisa dengan menggunakan metode kualitatif yaitu penelitian

30 Lexy J. Moleong,Metode Penelitian Kualitatif, cetakan keempat belas, (Bandung: PT

(43)

tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan

pendekatan pemaparan, sehingga dapat ditarik kesimpulan dengan menggunakan

logika berpikir deduktif atau penalaran. Kegiatan analisis dimulai dengan dilakukan

pemeriksaan terhadap data yang terkumpul baik melalui wawancara yang dilakukan,

inventarisasi karya ilmiah, peraturan perundang-undangan, yang berkaitan dengan

judul penelitian baik media cetak dan laporan-laporan hasil penelitian lainnya untuk

(44)

BAB II

HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJASAMA JUAL BELI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT DI PKS KWALA

SAWIT PTPN II TANJUNG MORAWA

A. Pengertian Perjanjian Jual Beli Menurut KUH Perdata

Jual beli termasuk dalam kelompok perjanjian bernama, artinya

undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan pengaturan secara khusus

terhadap perjanjian ini. Pengaturan perjanjian bernama dapat diatur dalam Kitab

Undang-undang Hukum Perdata maupun Kitab Undang-undang Hukum Dagang.

Perjanjian jual beli diatur dalam Pasal 1457-1540 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata. Menurut Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, jual beli

adalah suatu persetujuan yang mengikat pihak penjual berjanji menyerahkan sesuatu

barang/benda, dan pihak lain yang bertindak sebagai pembeli mengikat diri berjanji

untuk membayar harga.

Dari pengertian yang diberikan Pasal 1457 KUH Perdata di atas, persetujuan

jual beli sekaligus membebankan dua kewajiban yaitu:

1. Kewajiban pihak penjual menyerahkan barang yang dijual kepada pembeli.

2. Kewajiban pihak pembeli membayar harga barang yang dibeli kepada penjual.31

31

(45)

Menurut Salim H.S, perjanjian jual beli adalah Suatu Perjanjian yang dibuat

antara pihak penjual dan pihak pembeli.32 Di dalam perjanjian itu pihak penjual

berkewajiban untuk menyerahkan objek jual beli kepada pembeli dan berhak

menerima harga dan pembeli berkewajiban untuk membayar harga dan berhak

menerima objek tersebut.33 Unsur yang terkandung dalam defenisi tersebut adalah :

a. Adanya subjek hukum, yaitu penjual dan pembeli

b. Adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli tentang barang dan harga

c. Adanya hak dan kewajiban yang timbul antara pihak penjual dan pembeli

Unsur pokok dalam perjanjian jual beli adalah barang dan harga, dimana antara

penjual dan pembeli harus ada kata sepakat tentang harga dan benda yang menjadi

objek jual beli. Suatu perjanjian jual beli yang sah lahir apabila kedua belah pihak

telah setuju tentang harga dan barang. Sifat konsensual dari perjanjian jual beli

tersebut ditegaskan dalam pasal 1458 yang berbunyi “ jual beli dianggap sudah terjadi

antara kedua belah pihak seketika setelah mereka mencapai kata sepakat tentang

barang dan harga, meskipun barang ini belum diserahkan maupun harganya belum

dibayar ”.34

Apabila terjadi kesepakatan mengenai harga dan barang namun ada hal lain

yang tidak disepakati yang terkait dengan perjanjian jual beli tersebut, jual beli tetap

tidak terjadi karena tidak terjadi kesepakatan. Akan tetapi, jika para pihak telah

32

Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta : Sinar Grafika, 2003), hal. 49.

33Ibid. 34

(46)

menyepakati unsur esensial dari perjanjian jual beli tersebut, dan para pihak tidak

mempersoalkan hal lainnya, klausul-klausul yang dianggap berlaku dalam perjanjian

tersebut merupakan ketentuan-ketentuan tentang jual beli yang ada dalam

perundang-undangan (BW) atau biasa disebut unsur naturalia.35

Kewajiban menyerahkan hak milik meliputi segala perbuatan yang menurut

hukum diperlukan untuk mengalihkan hak milik atas barang yang diperjual belikan itu

dari sipenjual kepada sipembeli. KUH perdata BW mengenal tiga macam barang yaitu

barang bergerak, barang tetap, dan barang tak bertubuh (piutang, penagihan, atau

claim), maka menurut KUH Perdata BW juga ada tiga macam penyerahan hak milik

yang masing-masing berlaku untuk masing-masing jenis barang tersebut yaitu:

1. Untuk barang bergerak cukup dengan penyerahan kekuasaan atas barang itu. Hal

ini sesuai dengan Pasal 612 KUH Perdata yang berbunyi:

“Penyerahan kebendaan bergerak, terkecuali yang tak bertubuh dilakukan dengan penyerahan yang nyata akan kebendaan itu oleh atau atas nama pemilik, atau dengan penyerahan kunci-kunci dari bangunan dalam mana kebendaan itu berada. Penyerahan tak perlu dilakukan apabila kebendaan yang harus diserahkan, dengan alas an hak lain, telah dikuasai oleh orang yang hendak menerimanya”.

Dari ketentuan di atas dapat dilihat adanya kemungkinan menyerahkan kunci

saja kalau yang dijual adalah barang-barang yang berada dalam suatu gudang, hal

mana suatu penyerahan kekuasaan secara simbolis, sedangkan apabila barangnya

sudah berada didalam kekuasaan pembeli, penyerahan cukup dilakukan dengan

suatu pernyataan saja. Cara yang terakhir ini terkenal dengan nama traditio “brevi

35 Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, (Jakarta: PT Raja Grafindo

(47)

manu”yang berarti penyerahan dengan tangan pendek.

2. Untuk barang tetap (tidak bergerak) penyerahan dilakukan dengan perbuatan balik

nama (overschrijving) di muka pegawai kadaster yang juga dinamakan pegawai

balik nama atau pegawai penyimpan hipotik, yaitu menurut pasal 616

dihubungkan dengan pasal 620 KUH Perdata. Pasal 616 menyatakan bahwa:

“Penyerahan atau penunjukkan akan kebendaan tak bergerak dilakukan dengan

pengumuman akan akta yang bersangkutan dengan cara seperti ditentukan dalam

pasal 620”.

Pasal 620: “Dengan mengindahkan ketentuan-ketentuan termuat dalam tiga pasal

yang lalu, pengumuman termaksud diatas dilakukan dengan memindahkan sebuah

salinan otentik yang lengkap dari akta otentik atau keputusan yang bersangkutan

ke kantor penyimpa hipotik, yang mana dalam lingkungannya barang-barang tak

bergerak yang harus diserahkan barada dan dengan membukukannya dalam

register.”

Bersama-sama dengan pemindahan tersebut, pihak yang berkepentingan harus

menyampaikan juga kepada penyimpan hipotik sebuah salinan otentik yang kedua

atau sebuah petikan dari akta atau keputusan itu, agar penyimpan mencatat

didalamnya hari pemindahan beserta bagian dan nomor dari register yang

bersangkutan.

3. Penyerahan barang tak bertubuh dengan perbuatan yang dinamakan “cessie”

sebagaimana diatur dalam Pasal 613 KUH Perdata BW yang berbunyi:

(48)

dilakukan dengan membuat sebuah akta otentik atau dibawah tangan, dengan mana

hak-hak atas kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain.

Penyerahan yang demikian bagi si berutang tiada akibatnya melainkan setelah

penyerahan itu diberitahukan kepadanya secara tertulis, disetujui dan diakuinya.

Penyerahan tiap-tiap piutang karena surat bawa dilakukan dengan menyerahkan surat

itu; penyerahan tiap-tiap piutang karena surat tunjuk dilakukan dengan penyerahan

surat disertai dengan endosemen”.

Dalam perjanjian jual beli, para pihak sepakat untuk melakukan jual-beli,

namun para pihak yang berjanji dikatakan telah mengikatkan diri apabila mereka telah

melakukan apa yang diwajibkan kepadanya, dan ketika ada salah satu pihak yang tidak

melakukan kewajibannya, maka akan menimbulkan wanprestasi yang berakibat

kerugian bagi pihak yang lainnya. Ketika suatu barang yang diperjualbelikan belum

diserahkan atau belum berada dibawah penguasaan pembeli, harus dilihat terlebih

dahulu apa yang menjadi penyebabnya, apakah masih dalam proses pengiriman,

apakah ada hal-hal forje majeure yang mendasarinya ataukah ada unsur penipuan /

penggelapan yang berujung pada pidana. Selain itu, para pihak yang berjanji dapat

dikatakan tidak mengikatkan diri ketika pada akhirnya mereka tidak dapat melakukan

apa yang telah diperjanjikan itu sehingga berakibat pada batalnya perjanjian tersebut.

Ketentuan pasal 1458 KUH Perdata ini menetapkan bahwa kesepakatan antara pihak

penjual dan pihak pembeli dalam hal benda yang akan diperjual belikan dan juga

harganya merupakan suatu pertanda yang sah secara hukum bahwa perjanjian jual beli

(49)

diserahkan pihak penjual kepada pihak pembeli dan harga benda tersebut belum di

bayar pihak pembeli kepada pihak penjual. Kesepakatan yang dimaksud disini adalah

suatu kesepakatan yang dinyatakan oleh pihak penjual dan pihak pembeli yang

ditentukan baik secara lisan maupun secara tulisan.36

Pernyataan sepakat yang diberikan oleh para pihak secara lisan dalam suatu

perjanjian jual beli tentunya harus didukung oleh alat bukti yang sah yakni saksi

minimal 2 (dua) orang agar pemberian pernyataan kata sepakat tersebut dapat

dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila pemberian pernyataan kata sepakat

tersebut tidak didukung oleh saksi-saksi maka kedudukan hukum pernyataan sepakat

yang diberikan secara lisan itu dipandang lemah apabila terjadi perselisihan

dikemudian hari. Didalam pasal 1320 KUHPerdata syarat sahnya suatu perjanjian

adanya kata sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, kecakapan untuk membuat

suatu perjanjian, suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang halal. Keempat syarat

tersebut tidaklah menyinggung tentang adanya saksi, Pasal 1338 KUHPerdata

berbunyi semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang

bagi mereka yang membuatnya. Oleh karena itu perjanjian jual beli sebaiknya

dilakukan dalam suatu perjanjian tertulis berupa akta yang didalamnya memuat

kesepakatan dalam pelaksanaan jual beli suatu benda dan memuat segala hak dan

kewajiban baik penjual maupun pembeli.

Istilah akta merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu acta, dalam

36Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, (Bandung:

(50)

bahasa Prancis disebut dengan acte,sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan

istilahdeed. Akta adalah surat atau tulisan yang berupa suatu dokumen formal.37

Menurut Abdullah Hasan akta adalah suatu pernyataan tertulis yang

merupakan kehendak para pihak yang dibuat oleh seseorang atau oleh pihak-pihak

yang berkepentingan dengan maksud untuk dipergunakan sebagai alat bukti dalam

pasal hukum.38

Menurut pasal 1866 KUHPerdata alat – alat bukti terdiri atas, bukti tulisan,

bukti dengan saksi, persangkaan, pengakuan,sumpah. Menurut pasal 1867

KUHPerdata, pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan otentik maupun

dengan tulisan dibawah tangan.

Dari defenisi yang disebutkan di atas dapat dikatakan bahwa akta merupakan

suatu surat/tulisan yang berisi pernyataan kehendak dari para pihak/orang yang

berkepentingan dalam pembenaran tulisan/surat tersebut, pernyataan kehendak yang

dibuat secara tertulis tersebut memuat klausul-klausul yang diberikan dengan

perbuatan hukum dari orang/para pihak yang membuatnya. Dari segi jenisnya akta

dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: Akta dibawah tangan dan Akta otentik.

Perbedaan akta otentik dan akta dibawah tangan adalah sebagai berikut:

1. Akta otentik (Pasal 1868 BW)

Akta otentik dibuat dalam bentuk sesuai dengan yang ditentukan oleh undang –

37Hadiyan Rusli,

Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, (Jakarta: Sinar Harapan, 1998), hal 15.

(51)

undang, harus dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang,

mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna (mempunyai kekuatan

pembuktian formil mengenai waktu,tanggal pembuatan, penandatanganan,

tempat pembuatan, identitas yang hadir dan mempunyai kekuatan pembuktian

materiil, kalau kebenarannya dibantah, sipenyangkal harus membutikan

ketidakbenarannya.

2. Akta dibawah tangan

Tidak terikat bentuk formal, melainkan bebas, dapat dibuat bebas oleh setiap

subjek hukum yang berkepentingan, apabila diakui oleh penandatangan tidak

disangkal baru mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, sama halnya

dengan akta otentik, tetapi bila kebenarannya disangkal, pihak yang

mengajukan sebagai bukti yang harus membuktikan kebenrannya (melalui

bukti saksi – saksi).

Perjanjian jual beli dapat dilakukan dalam bentuk akta di bawah tangan dan

dapat pula di buat dalam bentuk akta otentik. Pembuatan akta otentik perjanjian jual

beli di buat oleh pejabat publik/umum dalam hal ini adalah seorang Notaris.39 Akta

autentik yang dibuat oleh notaris merupakan suatu alat bukti yang paling sempurna

apabila terjadi perselisihan (perkara) di depan pengadilan.

Di dalam suatu perjanjian jual beli secara umum dikenal istilah resiko. Resiko

(52)

diluar kesalahan salah satu pihak. Peristiwa musnahnya barang yang diperjual belikan

di perjalanan karena alat pengangkut barang tersebut mengalami kecelakaan (karam)

di tengah laut. Mengenai resiko dalam jual beli di dalam KUH Perdata (BW) diatur

dalam Pasal 1460, 1461 dan Pasal 1462 KUH Perdata (BW).

Pasal 1460 KUH Perdata menyebutkan “jika kebendaan yang dijual itu berupa

suatu barang yang sudah ditentukan, maka barang ini sejak saat pembelian adalah

tanggungan si pembeli , meskipun penyerahannya belum dilakukan, dan si penjual

berhak menuntut harganya”. Pasal 1461 dan 1462 KUH Perdata menyatakan bahwa

resiko barang-barang yang diperjual belikan menuntut berat, jumlah atau ukuran

diletakkan pada pundak si penjual hingga barang-barang itu telah ditimbang, dihitung

atau diukur, sedangkan resiko atas barang-barang yang dijual menurut tumpukkan

diletakkan kepada pundak pembeli. Barang-barang harus ditimbang, dihitung atau

diukur terlebih dahulu sebelum diserahkan kepada si pembeli baru dipisahkan dari

barang-barang untuk di jual lainnya setelah dilakukan penimbangan, penghitungan dan

pengukuran. Setelah dilakukan penimbangan, penghitungan dan pengukuran tersebut,

barang-barang tersebut dinyatakan dipisahkan dari barang-barang penjual lainnya dan

dinyatakan disediakan untuk diserahkan kepada pembeli atau untuk diambil oleh

pembeli.40

Barang yang diperjual belikan menurut tumpukkan dapat dikatakan sudah dari

semula disendirikan (dipisahkan) dari barang-barang milik penjual lainnya, sehingga

39Erman Rajagukguk,Kontrak Dagang Internasional Dalam Praktak di Indonesia, (Jakarta:

Referensi

Dokumen terkait

Contoh : jika site-site gagal dalam sebuah sistem terdistribusi, site lainnya dapat melanjutkan operasi jika data telah direplikasi pada beberapa sitev. —

Hasil penelitian menunjukkan bahwa preferensi konsumen terhadap atribut kualitas anggrek Phalaenopsis, Vanda, dan Dendrobium ialah bunga berbentuk bulat, warna putih untuk

Dalam mengelola usaha Soto Neon Pak Ni, Ibu Sri Reswanti pernah melakukan eksperimen berupa mencoba mengganti kecap yang digunakan dalam pembuatan soto dan aneka sate

Apakah ada pengaruh positif dan signifikan Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan Price to Book Value terhadap Harga Saham pada perusahaan manufaktur sub-sektor makanan dan

Seseorang pada suatu titik dapat menjadi anonim (tidak mempunyai identitas diri) dan apabila seseorang sedang merasa anonim maka seseorang tersebut akan melakukan

93 Karena itu pula suatu perjanjian franchise yang dibuat oleh para pihak yaitu franchisor dan franchisee.. berlaku sebagai undang-undang pula

Adapun berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan oleh Mahasiswa KKN Bersama 2019 Desa Purba Horison, Kecamatan Haranggaol, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera

Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk