• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.)"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SEGAR BUAH

ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC.) TERHADAP

GAMBARAN HISTOLOGIS GINJAL MENCIT JANTAN (Mus

musculus L.)

SKRIPSI

OLEH:

RENI DWI MULYANI

100805009

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SEGAR BUAH

ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC.) TERHADAP

GAMBARAN HISTOLOGIS GINJAL MENCIT JANTAN (Mus

musculus L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelarSarjana Sains

OLEH:

RENI DWI MULYANI

100805009

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

i

PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.)

Kategori : Skripsi

Nama : Reni Dwi Mulyani Nomor Induk Mahasiswa : 100805009

Program Studi : Sarjana (S1) Biologi Departemen : Biologi

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juni 2015

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Masitta Tanjung, S.Si, M. Si. Dra. Emita Sabri, M. Si. NIP.197109102000122001 NIP.195607121987022002

Disetujui Oleh

Departemen Biologi FMIPA USU Ketua,

(4)

ii

PERNYATAAN

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SEGAR BUAH

ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC.) TERHADAP

GAMBARAN HISTOLOGIS GINJAL MENCIT JANTAN (Mus

musculus L.)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2015

(5)

iii

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia– Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.)”. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah kepada

junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Dra. Emita Sabri, M.Si selaku pembimbing I dan ibu Masitta Tanjung, S,Si, M.Si selaku pembimbing II yang telah menjadi sosok ibu yang tidak henti-hentinya mendorong dan membimbing penulis untuk menjadi lebih baik. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed selaku penguji I dan ibu Dra. Isnaini Nurwahyuni, M.Sc selaku penguji II yang memberikan banyak masukan serta bimbingan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada ibu Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc selaku ketua Departemen Biologi FMIPA USU dan ibu Dr. Saleha Hanum, M.Si selaku sekretaris Departemen Biologi FMIPA USU. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc selaku dosen penasehat akademik yang selalu memberi motivasi, ibu Nurhasni Muluk selaku Analis di Laboratorium dan ibu Roslina Ginting serta bapak Endra Raswin selaku pegawai administrasi Departemen Biologi FMIPA USU.

Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta Ayahanda Misiran dan Ibunda Jumiati yang telah memberikan do’a, dukungan dan kasih sayangnya kepada penulis. Kepada kakanda Puji Astuti dan Abang ipar Heri serta keponakan Putri dan Pram (bom-bom) yang telah memberikan do’a dan dukungan kepada penulis.

Penulis ucapkan terima kasih untuk sahabat yang selalu bersama penulis M. Lintar Gardika, Adam, Inur, Dila, Aulia, Zais, Mei, Yus, Anita, krestina, dan semua sahabat stambuk 2010 BIOREV. terima kasih kepada bang Eka yang selalu membantu penulis, kak Riana, kak Sirma (kakak asuh), Riri Andriani (adik asuh), Calvin, Diah, Ulfa, Vevy, Mira, Dona, Fitri, Risda, Adit, Rinda, Pupeb, Sera, Siren, dan semua adik-adik stambuk 2011, 2012, 2013, dan 2014 yang memberikan semangat dan keceriaan kepada penulis. Buat adik-adik kos Khomsah dan Mentari yang selalu menemani penulis.

Penulis juga mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Demikianlah skripsi ini penulis sampaikan semoga bermanfaat bagi

ilmu pengetahuan. Amin ya Robbal’Alamin.

Medan, Juni 2015

Penulis

(6)

iv

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SEGAR BUAH

ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC.) TERHADAP

GAMBARAN HISTOLOGIS GINJAL MENCIT JANTAN (Mus

musculus L.)

ABSTRAK

Penelitian tentang Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.) telah dilakukan dari bulan Maret 2013 sampai November 2014. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol (K0), kelompok pemberian ekstrak segar buah andaliman dengan konsentrasi 2% (P1), 5% (P2), dan 10% (P3) selama 40 hari dan dilanjutkan 40 hari tanpa perlakuan untuk pemulihan. Setiap perlakuan terdiri dari 6 ekor hewan uji. Setelah perlakuan selesai, mencit dibedah, kemudian ginjal kanan dan kiri ditimbang dan dibuat preparat dengan metode parafin dan pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE). Hasil pengamatan morfologi ginjal menunjukkan adanya perubahan warna pada kelompok perlakuan P2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada bobot ginjal antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Gambaran histologis ginjal pada diameter glomerulus menunjukkan peningkatan diameter pada kelompok perlakuan P1, P2, dan P3, sedangkan gambaran histologis ginjal pada diameter tubulus proksimal menunjukkan penurunan pada P1 dibandingkan dengan kontrol. Pada fase pemulihan didapatkan penurunan diameter tubulus proksimal dibandingkan dengan fase sebelum pemulihan.

(7)

v

HISTOLOGIC DESCRIPTION OF MALE MICE (Mus musculus

L.) KIDNEY TREATED WITH FRESH ANDALIMAN

(Zanthoxylum acanthopodium DC.) FRUIT EXTRACT

ABSTRACT

The Histologic Description of Male Mice (Mus musculus L.) Kidney Treated With Fresh Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Fruit Extract has been studied from March 2013 to November 2014. The study used completely randomized design (CRD) consisting of 4 treatment groups; control (K0), and treatment with 2% (P1), 5% (P2), and 10% (P3) of fresh andaliman fruit extract for 40 days and continued for 40 days without treatment to examine recovery. Each treatment group consisted of 6 mice. Mice were dissected after 40 and 80 days of treatment, the kidneys were obtained, weighed, and made into microscopic slides for histologic examination using paraffin method and Hematoxyline Eosin (HE) stain. Morphological examination showed color change in P2 treatment group. No significant difference was observed in kidneys weight between treatment and control group. Histologic examination of glomeruli diameter and proximal tubuli diameter showed an increase in diameter of glomeruli in all treatment groups (P1, P2, and P3) but a decrease in diameter of proximal tubuli in P1 treatment group compared to control group. Recovery phase showed a decrease in proximal tubuli diameter compared to pre-recovery phase.

(8)

vi 2.5. Glomerulus dan Tubulus Proksimal 8 2.6. Kelainan Ginjal 9

BAB 3. BAHAN DAN METODA 11

3.1.Waktu dan Tempat 11

3.2. Alat dan Bahan 11 3.3. Prosedur Percobaan 11 3.3.1. Persiapan Hewan Uji 11 3.3.2. Pembuatan Bahan Uji Ekstrak Segar Buah Andaliman 11 3.3.3. Rancangan Penelitian 12 3.3.4. Pemberian Perlakuan 13 3.3.5. Pembuatan Sediaan Histologis 13 3.3.6. Parameter Pengamatan 13 3.3.7. Analisis Statistik 14

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 4.1. Gambaran Morfologi Ginjal Mencit Jantan Setelah

Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman

(Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah Pemulihan 16 4.1.1. Warna Ginjal 16 4.1.2. Data Morfologi Ginjal Mencit Jantan Setelah

(9)

vii

(Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah

Pemulihan 17

4.1.3. Bobot Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman

(Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah

Pemulihan 18

4.2. Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan Meliputi Diameter Glomerulus dan Tubulus Proksimal

Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman

(Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah Pemulihan 20

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 24

5.1. Kesimpulan 24

5.2. Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 25

(10)

viii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar

2.1. Struktur Umum Histologis Ginjal 6 3.1. Gambar Pengamatan Ginjal Mencit 14 4.1. Morfologi Ginjal Mencit Jantan Setelah

Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah Pemulihan

16

4.2. Rata-Rata Bobot Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman dan Setelah Pemulihan

18

4.3. Presentase Diameter Glomerulus (DG) dan Diameter Tubulus Proksimal (DTP)

20

4.4. Gambaran Mikroskopis Glomerulus dan Tubulus Proksimal Ginjal

(11)

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

3.1. Kelompok Perlakuan Yang Digunakan 12 4.1.2. Data Morfologi Ginjal Mencit Jantan Setelah

Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah Pemulihan

(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lamp

I. Pembuatan Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium

DC.)

29

II. Pembuatan Preparat Histologis Ginjal 30 III. Analisis Statistik Rata-Rata Bobot Ginjal

Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman

31

IV. Tabel Data Persentase Diameter Glomerulus (DG) dan Diameter Tubulus Proksimal (DTP)

32

(13)

iv

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SEGAR BUAH

ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC.) TERHADAP

GAMBARAN HISTOLOGIS GINJAL MENCIT JANTAN (Mus

musculus L.)

ABSTRAK

Penelitian tentang Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.) telah dilakukan dari bulan Maret 2013 sampai November 2014. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol (K0), kelompok pemberian ekstrak segar buah andaliman dengan konsentrasi 2% (P1), 5% (P2), dan 10% (P3) selama 40 hari dan dilanjutkan 40 hari tanpa perlakuan untuk pemulihan. Setiap perlakuan terdiri dari 6 ekor hewan uji. Setelah perlakuan selesai, mencit dibedah, kemudian ginjal kanan dan kiri ditimbang dan dibuat preparat dengan metode parafin dan pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE). Hasil pengamatan morfologi ginjal menunjukkan adanya perubahan warna pada kelompok perlakuan P2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada bobot ginjal antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Gambaran histologis ginjal pada diameter glomerulus menunjukkan peningkatan diameter pada kelompok perlakuan P1, P2, dan P3, sedangkan gambaran histologis ginjal pada diameter tubulus proksimal menunjukkan penurunan pada P1 dibandingkan dengan kontrol. Pada fase pemulihan didapatkan penurunan diameter tubulus proksimal dibandingkan dengan fase sebelum pemulihan.

(14)

v

HISTOLOGIC DESCRIPTION OF MALE MICE (Mus musculus

L.) KIDNEY TREATED WITH FRESH ANDALIMAN

(Zanthoxylum acanthopodium DC.) FRUIT EXTRACT

ABSTRACT

The Histologic Description of Male Mice (Mus musculus L.) Kidney Treated With Fresh Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Fruit Extract has been studied from March 2013 to November 2014. The study used completely randomized design (CRD) consisting of 4 treatment groups; control (K0), and treatment with 2% (P1), 5% (P2), and 10% (P3) of fresh andaliman fruit extract for 40 days and continued for 40 days without treatment to examine recovery. Each treatment group consisted of 6 mice. Mice were dissected after 40 and 80 days of treatment, the kidneys were obtained, weighed, and made into microscopic slides for histologic examination using paraffin method and Hematoxyline Eosin (HE) stain. Morphological examination showed color change in P2 treatment group. No significant difference was observed in kidneys weight between treatment and control group. Histologic examination of glomeruli diameter and proximal tubuli diameter showed an increase in diameter of glomeruli in all treatment groups (P1, P2, and P3) but a decrease in diameter of proximal tubuli in P1 treatment group compared to control group. Recovery phase showed a decrease in proximal tubuli diameter compared to pre-recovery phase.

(15)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara pusat keragaman genetika dari

tumbuhan rempah-rempah. Rempah-rempah digunakan sebagai obat-obatan

tradisional dan sebagai bumbu masakan untuk memberikan cita rasa serta

membangkitkan selera makan (Mulia, 2000). Buah andaliman (Zanthoxylum

acanthopodium DC.) jenis rempah tradisional dan mempunyai aroma yang khas,

seperti jeruk (Suryanto dkk., 2005). Buahnya mengandung senyawa aromatik

dengan rasa pedas dan getir yang khas.

Andaliman memiliki kandungan terpenoid dan alkaloid yang mempunyai

aktivitas antioksidan dan antimikroba juga mempunyai efek imunostimulan, serta

memiliki daya awet tahan lama terhadap makanan (Panjaitan, 2012). Andaliman

sering dimanfaatkan sebagai bumbu masak, ketika dikonsumsi sisa

metabolismenya dikeluarkan melalui sistem urinaria. Sistem urinaria terdiri dari

sepasang ginjal dan ureter, serta kandung urinaria dan uretra. Ginjal berperan

utama dalam memelihara keseimbangan cairan serta elektrolit dan mengatur

tekanan darah. Metabolit dibuang dari tubuh melalui ginjal dalam bentuk urin,

dialirkan melalui ureter dan ditampung sementara dalam kandung urinaria (vesica

urinaria), untuk selanjutnya dibuang keluar melalaui uretra (Junqueira &

Carneiro, 2007).

Ginjal berperan dalam proses ekskresi suatu senyawa, maka apabila terjadi

gangguan fungsi ginjal, akan mengakibatkan perubahan pada farmakodinamika

senyawa yang disebabkan karena perubahan kadar senyawa di dalam darah,

terutama senyawa yang sebagian besar diekskresi melalui ginjal (Yoshitani et al.,

2002). Ginjal mempertahankan komposisi cairan ekstraseluler yang menunjang

fungsi semua sel tubuh. Kemampuan ginjal untuk mengatur komposisi cairan

ekstraseluler merupakan fungsi per satuan waktu yang diatur oleh epitel tubulus.

Untuk zat yang tidak disekresi oleh tubulus, pengaturan volumenya berhubungan

(16)

2

glomerulus dapat direabsorpsi atau disekresi oleh tubulus (Yaswir & Maiyesi,

2012).

Menurut Syaifuddin (2000), ginjal mempunyai fungsi penting yaitu

menyaring plasma dan memindahkan zat dari filtrat pada kecepatan yang

bervariasi tergantung pada kebutuhan tubuh. Akhirnya, ginjal membuang zat yang

tidak diinginkan dengan filtrasi darah dan mensekresinya dalam urin, sedangkan

zat yang dibutuhkan kembali ke dalam darah.

Secara farmakokinetik, zat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami

absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Ginjal merupakan organ ekskresi

utama yang sangat penting untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh,

termaksuk zat-zat toksik yang tidak sengaja masuk ke dalam tubuh (Anggraini,

2008).

1.2. Perumusan Masalah

Andaliman merupakan rempah yang banyak dimanfaatkan oleh

masyarakat sebagai bumbu masakan khas adat Batak Angkola dan Batak

Mandailing. Dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak buah

andaliman dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi, dapat mempengaruhi

perkembangan embrio, penurunan berat badan fetus mencit, dan kehilangan

praimplantasi (Sabri, 2007). Sejauh ini belum diketahui pengaruh pemberian

ekstrak segar buah andaliman terhadap gambaran histologi ginjal seperti diameter

glomerulus, tubulus proksimal, dan tubulus distal, sehingga perlu dilakukan

penelitian untuk mengetahui pengaruh dari eksrak segar buah andaliman

(Zanthoxylum acanthopodium DC.) terhadap gambaran histologi ginjal mencit

jantan (Mus musculus L.)

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak

segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) terhadap diameter

(17)

3

1.4. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah semakin tinggi konsentrasi yang

diberikan pemberian ekstrak segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium

DC.) dapat memperkecil diameter glomerulus, tubulus proksimal serta

menurunkan bobot ginjal mencit jantan (Mus musculus L.).

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi bagi

masyarakat dan instansi terkait mengenai pengaruh pemberian ekstrak segar buah

(18)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Andaliman

Andaliman termasuk tanaman perdu yang tersebar antara lain di India Timur,

Nepal, Pakistan Timur, Myanmar, Thailand, Cina, dan Surnatera Utara (Hartley,

1966). Menurut Hasairin (1994), tinggi tanaman andaliman 3-8 meter, batang

dan cabang merah kasar beralur, berbulu halus dan berduri. Buahnya bulat

hijau kecil, bila digigit mengeluarkan aroma wangi dan rasa tajam yang khas

serta dapat merangsang produksi air liur, tumbuh liar di Sumatera Utara pada

daerah dengan ketinggian di atas 1500 meter (Widiastuti, 2000).

Tanaman ini tumbuh liar di daerah Tapanuli dan digunakan sebagai

rempah pada masakan adat Batak Angkola dan Batak Mandailing (Tensiska dkk.,

2003). Andaliman terdiri dari beberapa senyawa terpen seperti geraniol, linalool,

dan limonen. Dengan kandungan senyawa kimia yang berbeda-beda sehingga

terdapat kemungkinan perbedaan interaksi dari senyawa-senyawa tersebut dalam

tubuh. Sisa-sisa metabolisme maupun kandungan senyawa lain yang belum

diketahui bentuk dan sifatnya dapat mempengaruhi struktur ginjal sebagai organ

ekskresi yang mengalami kontak dengan senyawa-senyawa tersebut (Suparman

dkk., 2013).

Menurut Hsuan Keng (1978), tanaman andaliman dengan nama latin

Zanthoxylum acanthopodium DC dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Geraniales

Famili : Rutaceae

Genus : Zanthoxylum

(19)

5

Buah andaliman berbentuk bulat kecil berwarna hijau, bila digigit

mengeluarkan aroma wangi dan ada rasa getir yang tajam yang khas, serta dapat

merangsang produksi air liur. Menurut Sirait (1991), masyarakat Himalaya, Tibet

dan sekitarnya menggunakan tumbuhan ini dalam produk pangan sebagai bahan

aromatik, perangsang nafsu makan dan sebagai obat sakit perut.

2.2. Kandungan Andaliman

Tanaman andaliman mengandung senyawa terpenoid yang mempunyai aktivitas

antioksidan yang sangat bermanfaat bagi kesehatan dan berperan penting untuk

mempertahankan mutu produk pangan dari berbagai kerusakan seperti ketengikan,

perubahan nilai gizi serta perubahan warna dan aroma makanan. Selain itu

senyawa terpenoid pada andaliman juga dapat dimanfaatkan sebagai antimikroba.

Hal ini memberikan peluang bagi andaliman sebagai bahan baku senyawa

antioksidan atau antimikroba bagi industri pangan dan farmasi (Wijaya, 2000).

Andaliman pada saat ini diperhitungkan menjadi sumber senyawa

aromatik dan minyak esensial. Senyawa aromatiknya mampu memberikan rasa

pedas dan getir yang khas pada makanan sehingga menyebabkan lidah terasa

getir. Kandungan kimia dan aktivitas fisiologinya telah banyak dipublikasikan

(Siregar, 2003).

2.3. Anatomi dan Morfologi Ginjal

Ginjal merupakan salah satu organ yang berperan aktif melakukan detoksifikasi

zat yang masuk ke dalam tubuh, dimana organ ini menerima 20- 30% sirkulasi

darah untuk dibersihkan (Widayanti, 2004), sehingga kemungkinan terjadi

perubahan ke arah patologik akibat terpapar zat-zat yang bersifat toksik sangat

besar.

Glomerulus terdiri dari kapiler yang memperoleh supply dari arteriole

afferent dan dialirkan keluar melalui arteriole efferent. Ultrafiltrasi berlangsung

melintasi kapiler glomerulus masuk ke dalam ruang Bowman (ruang kemih)

dan ultrafiltrat kemudian dialirkan melalui tubulus proksimal. Dinding kapiler

glomerulus terdiri 3 lapisan yang unik yaitu sel epitel, membran basal

(20)

6

kapiler glomerulus. Sel-sel ini melapisi membran basal glomerulus dan selalu

berhubungan langsung dengan darah yang mengalir dalam lumen kapiler.

Sitoplasma sel endotel mempunyai banyak bukaan (opening) yang disebut

endothelial fenestrations, yang mempunyai diameter antara dari 500 sampai 1000

μm (Noer, 2006).

Gambar 2.1.Struktur Umum Histologis Ginjal (Focosi, 2009).

2.4. Fisiologi Ginjal

Ginjal merupakan organ ekskresi utama yang sangat penting untuk mengeluarkan

sisa-sisa metabolisme tubuh, termasuk zat-zat toksik yang tidak sengaja masuk ke

dalam tubuh. Pemberian senyawa yang bersifat toksik ataupun

senyawa-senyawa yang bersifat iritatif dapat menimbulkan perubahan-perubahan

degeneratif seperti degenerasi melemak sampai nekrosis (Guyton & Hall, 2007).

Ginjal juga sangat berperan dalam mempertahankan homeostasis tubuh dengan

menghasilkan urin serta sebagai tempat untuk pembentukan renin dan eritropoetin

(Junqueria & Carniero, 1997).

Setiap ginjal dibagi dalam korteks di bagian luar yang tercat gelap dalam

preparat mikroskopis dan medula di bagian dalam yang tercat lebih terang

(Paulsen, 2000). Korteks ginjal terdiri dari pars konvulata dan pars radiata. Pars

konvulata/kontorta tersusun dari korpuskuli ginjal dan tubuli yang membentuk

labirin kortikal. Pars radiata tersusun dari bagian-bagian lurus (segmen lurus

tubulus proksimal dan segmen lurus tubulus distal) dari nefron dan duktus

koligens. Massa jaringan korteks yang mengelilingi setiap piramid medula

(21)

7

lobulus renis. Jaringan korteks juga terdapat di antara piramid medula, yang

disebut kolumna Bertin (Gartner & Hiatt, 2007).

Ginjal organ bervaskularisasi tinggi yang menerima kurang lebih 25 %

darah cardiak output. Masing-masing ginjal mengandung 1 juta nefron, yang

berkembang dalam fetus manusia sejak usia 35 minggu kehamilan.

Masing-masing nefron terbentuk atas 2 bagian yaitu glomerulus yang terdiri dari bundel

kapiler berdinding tipis yang berfungsi sebagai filter, dan sebuah tubulus yang

berfungsi untuk mengalirkan cairan ultrafiltrat dari glomerulus. Fungsi ginjal

normal ditandai dengan 3 hal pokok yaitu: ultrafiltrasi glomerulus,

reabsorpsi air dan solut yang difiltrasi dalam tubulus, serta sekresi ion-ion

organik dan nonorganik tubulus (Noer, 2006).

Mempertahankan keseimbangan asam basa adalah fungsi tubulus yang

penting. Regulasi keseimbangan asam basa oleh ginjal terdiri dari reabsorbsi

bikarbonat yang telah difiltrasi oleh glomerulus, sekresi ion hidrogen dan

pembentukan bikarbonat baru. Pasien dengan asidosis tubular renal

menunjukkan gambaran asidosis metabolik hiperchloremik dengan anion gap

yang normal dan pH kemih tinggi > 5.5. Laju filtrasi glomerulus menunjukkan

fungsi filtrasi ginjal. Proses filtrasi plasma menembus barier filtrasi glomerulus

dikendalikan oleh hukum Starling dimana tekanan hidrostatik kapiler

glomerulus merupakan faktor utama yang memungkinkan terjadinya

ultrafiltrasi plasma dari lumen kapiler ke dalam ruang urinaria (Noer, 2006).

Ginjal adalah suatu organ yang secara struktural kompleks dan

berkembang untuk beberapa fungsi, diantaranya: ekskresi produk sisa

metabolisme, pengendalian air dan garam, pemeliharaan keseimbangan asam dan

basa, serta sekresi berbagai hormon dan autokoid (Cotran dkk., 2007). Walaupun

mempunyai banyak fungsi, fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume

dan komposisi cairan ekstraseluler dalam batas-batas normal (Wilson, 2005).

Menurut Noer (2006), tubulus renal berfungsi menjaga keseimbangan

cairan, elektrolit dan asam basa dengan cara mengatur reabsorpsi air dan solut

dari ultrafiltrat glomerulus, sekresi ion organ beracun (toxic organic ions), dan

ekskresi ion hidrogen yang dihasilkan oleh aktivitas metabolik. Pemeriksaan

(22)

8

disamping itu juga dipakai untuk melihat daya pemekatan tubulus dan

mekanisme asidifikasi kemih.

Fungsi ginjal tercermin pada sistem buluh kompleks yang berkaitan erat

dengan pembuluh darah. Pengetahuan yang diperoleh dari kaitan bangun anatomi

antar buluh bersekresi, saluran pembuang dan jalinan kapiler, mampu

memperjelas struktur serta fungsi ginjal (Dellmann, 1992). Fungsi utama ginjal

adalah menyingkirkan buangan metabolisme normal dan mensekresi xenobiotik

dan metabolitnya. Hal ini dipengaruhi oleh produksi urin, suatu proses yang juga

berperan dalam pemeliharaan status homeostatis tubuh (Lu, 1995).

Menurut Sloane (2004), beberapa fungsi ginjal antara lain:

a. Pengeluaran zat sisa organik, ginjal mengeksresi urea, asam urat,

kreatinin, produk penguraian hemoglobin dan hormon.

b. Pengaturan konsentrasi ion-ion penting, ginjal mengekskresi ion

natrium, kalium, magnesium, sulfat dan fosfat.

c. Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh, ginjal mengendalikan ekskresi

ion hidrogen (H+), bikarbonat (HCO3-), dan amonium (NH4+).

d. Pengaturan produksi sel darah merah, ginjal melepas eritropoietin,

yang mengatur produksi sel darah merah dalam sumsum tulang.

e. Pengaturan tekanan darah, ginjal mengatur volume cairan yang esensial

bagi pengaturan tekanan darah dan juga memproduksi enzim renin.

f. Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam

amino darah, melalui ekskresi glukosa dan asam amino berlebih, bertanggung

jawab atas konsentrasi nutrien dalam darah.

g. Pengeluaran zat beracun, ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan

makanan, obat-obatan atau zat kimia asing lain dari tubuh.

2.5. Glomerulus dan Tubulus Proksimal

Glomerulus merupakan struktur yang dibentuk oleh beberapa berkas anastomosis

kapiler yang berasal dari cabang-cabang arteriol aferen. Komponen jaringan ikat

pada arteriol aferen tidak masuk ke dalam kapsula Bowman, dan secara normal

sel-sel jaringan ikat digantikan oleh tipe sel khusus, yaitu sel-sel mesangial. Ada

(23)

9

terletak pada kutub vaskuler dan sel-sel mesangial intraglomerular mirip perisit

yang terletak di dalam korpuskulus ginjal (Gartner & Hiatt, 2007).

Unit terkecil dari ginjal adalah nefron, yang terdiri dari sebuah glomerulus

dan sebuah tubulus. Nefron memiliki fungsi dasar membersihkan atau

menjernihkan plasma darah dari substansi yang tidak diinginkan oleh tubuh.

Biasanya substansi tersebut berasal dari hasil metabolisme seperti urea, kreatinin,

asam urat dan ion-ion natrium, kalium, klorida serta ion-ion hidrogen dalam

jumlah yang berlebihan. Proses filtrasi terjadi di glomerulus dan substansi dengan

ukuran kecil sampai sedang dapat melewati dinding kapilernya. Substansi yang

besar seperti protein plasma tidak dapat melewati dinding kapiler sehingga tidak

terfiltrasi (Guyton, 1994).

Glomerulus berfungsi sebagai filter dan ultrafiltrat bebas protein

berkumpul dalam ruang glomerulus dan mengalir ke dalam tubulus. Seluruh

tubulus kontortus proksimal terletak dalam korteks (Himawan, 1979).

Tubulus proksimal merupakan lanjutan dari kapsul bowman. Tubulus

proksimal terdiri dari pars konvoluti dan pars rekti. Keduanya memiliki bangun

histology yang sama dan lumen yang sempit karena memiliki mikrovili (brush

border) (Hartono, 1976).

Sel epitel tubulus proksimal ginjal secara normal berbentuk kuboid selapis

dengan batas sel yang tidak jelas, sitoplasma eosinofilik bergranula dan inti sel

besar, bulat, berbentuk sferis di tengah sel. Puncak-puncak sel yang menghadap

ke lumen tubulus mempunyai mikrofili cukup panjang yang disebut brush border

(Gartner & Hiatt, 2007).

2.6. Kelainan Ginjal

Soeksmanto (2003) menyatakan bahwa indikator adanya gangguan ginjal dapat

diketahui dengan mengamati adanya proliferasi glomerulus yang berasal dari

pembengkakan dan penambahan sel-sel endotel dan kapiler. Proliferasi

glomerulus ini menyebabkan perubahan pada korpuskulum renal secara

keseluruhan, meliputi diameter glomerulus, ruang urinari dan diameter kapsula

bowman. Secara mendasar ginjal mendapat efek langsung dari senyawa toksik.

(24)

10

akibatnya ginjal mempunyai aliran darah yang tinggi mengkonsentrasikan bahan

toksik pada filtrat, membawa bahan toksik melalui sel tubulus dan mengaktifkan

bahan toksik tertentu. Oleh karena itu ginjal adalah organ sasaran utama dari efek

toksik.

Nefrotoksikan dapat menyebabkan efek buruk pada berbagai bagian ginjal,

yang mengakibatkan berbagai perubahan fungsi. Kerusakan pada ginjal dapat

mengenai glomerulus, tubulus maupun intertisiumnya. Penyakit yang terjadi pada

glomerulus diantaranya adalah glomerulonefritis, glomerular lipidosis serta

amiloidosis. Nefrosis adalah istilah morfologik yang digunakan para ahli patologi

untuk kelainan ginjal degeneratif (Juhryyah, 2008).

Menurut Soeksmanto (2003), menyatakan bahwa indikator adanya

gangguan ginjal dapat diketahui dengan mengamati adanya proliferasi glomerulus

yang berasal dari pembengkakan dan penambahan sel-sel endotel dan kapiler.

Poliferasi glomerulus ini menyebabkan perubahan pada korpuskulum renale

secara keseluruhan, meliputi diameter glomerulus, ruang urinari dan diameter

kapsula bowman.

Menurut Sloane (2004), beberapa gangguan sistem urinaria yaitu sebagai

berikut:

a. Sistitis adalah inflamasi kandung kemih. Inflamasi ini dapat disebabkan

oleh infeksi bakteri seperti Escherichia coli yang menyebar dari uretra

atau karena respon alergik dan akibat iritasi mekanis pada kandung kemih.

b. Glomerulonefritis adalah inflamasi nefron, terutama pada glomerulus.

c. Plelonefritis adalah inflamasi ginjal dan pelvis ginjal akibat infeksi bakteri.

Inflamasi dapat berawal dari traktus urinaria bawah (kandung kemih) dan

menyebar ke ureter atau karena infeksi yang dibawa darah dan limfa ke ginjal.

d. Batu ginjal (kalkuli urinaria) terbentuk dari pengendapan garam

kalsium, magnesium, asam urat dan sistein.

e. Gagal ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Hal ini mengakibatkan

terjadinya retensi garam, air, zat buangan nitrogen (urea dan kreatinin) dan

(25)

11

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dimulai dari bulan Maret 2013 sampai November 2014 di

Laboratorium Struktur Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah bak mencit, tutup bak mencit,

botol tempat ekstrak, spuit, jarum gavage, kamera digital, sample cup, dissecting

set, blender, hot plate, bak bedah, mikroskop, gelas ukur, beaker glass, spidol

permanen, neraca analitik, jarum pentul, spatula, cawan petri, kaca arloji, pipet

tetes, freezer, oven, object glass, dan cover glass.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah 48 mencit jantan (Mus

musculus L.), buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.), akuades,

kertas saring. Bouin, NaCl 0.9%, pellet, jagung giling, sekam, kertas milimeter,

parafin, pewarna Hematoxylin dan Eosin, Canada balsam, xylol, alkohol dan tisu.

3.3. Prosedur Percobaan 3.3.1. Persiapan Hewan uji

Penelitian ini menggunakan mencit jantan (Mus musculus L.) strain DDW.

Mencit berumur 12 minggu dipelihara dalam kandang yang diletakkan di kotak

terbuat dari plastik yang diberi alas sekam. Pergantian sekam dilakukan dua kali

perminggu. Pemberian pakan dan minum dilakukan setiap hari secara ad-libitum.

3.3.2. Pembuatan Bahan Uji Ekstrak Segar Buah Andaliman

Andaliman diperoleh dari pajak sore Padang Bulan sebanyak 1200 g,

berwarna hijau dan berbentuk bulat. Biji andaliman dibersihkan dari kotoran lalu

diangin-anginkan kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 40ºC sampai

biji kering. Dihaluskan hingga menjadi serbuk. Serbuk andaliman ditimbang

(26)

12

yaitu 2 % (2 g serbuk andaliman/ 100 ml akuades), 5 % (5 g serbuk andaliman/

100 ml akuades) dan 10 % (10 g serbuk andaliman/ 100 ml akuades) (Prasetiawan

dkk, 2013). Untuk mendapatkan ekstrak segar buah andaliman yang murni

dilakukan secara infusa (Ditjen POM, 1995), yaitu campuran andaliman dan

akuades tersebut dipanaskan di atas hotplate pada suhu 90° C selama ± 15 menit

sambil diaduk. Disaring hingga didapatkan ekstrak segar buah andaliman yang

murni. Ekstrak disimpan di dalam freezer agar ekstrak tetap segar.

3.3.3. Rancangan Penelitian

Penelitian ini mengikuti metode penelitian Christijanti (2009) yang telah

dimodifikasi dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang

menggunakan sampel 48 ekor mencit dewasa yang dilakukan secara random

dengan membagi mencit dalam 4 perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri atas

6 ekor. K0 sebagai kontrol blank (tidak diberi perlakuan), P1 diberi perlakuan

dengan dosis 2% ekstrak segar, P2 diberi perlakuan dengan dosis 5% ekstrak

segar, dan P3 diberi perlakuan dengan dosis 10% ekstrak segar dan

masing-masing perlakuan dilakukan pemulihan.

Tabel 3.1. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian

Perlakuan Ekstrak Perlakuan (hari) Pemulihan (hari) K0

Tabel 3.1. Perlakuan yang digunakan.

Ket: (*) pembedahan 40 hari, (**) pembedahan 80 hari

Jumlah ulangan untuk setiap perlakuan ditentukan dengan menggunakan

rumus Federer (Chairul dkk., 1992) yaitu:

(t - 1) (n - 1) ≥ 15 t = jumlah perlakuan

n = jumlah ulangan

(27)

13

3.3.4. Pemberian Perlakuan

Pemberian perlakuan secara oral dengan menggunakan jarum gavage.

Volume pemberian ekstrak sebanyak 0,3 ml/mencit/hari selama 40 hari,

dilanjutkan 40 hari tanpa perlakuan untuk reversibilitasnya (Hess & Chen (1992)

dalam Christijanti (2009)). Enam ekor mencit dari masing-masing kelompok

dibunuh dengan cara dislokasi leher pada saat mencapai hari ke-40 pemberian

perlakuan. Selanjutnya mencit dibedah, diambil ginjal dan diletakkan pada cawan

petri yang telah diberi larutan NaCl 0,9% lalu ditimbang, setelah itu dimasukkan

ke dalam larutan Bouin. Selanjutnya 6 ekor mencit yang tersisa dari

masing-masing kelompok dipelihara tanpa diberi perlakuan (pemberian perlakuan

dihentikan) selama 40 hari untuk mengetahui reversibilitas ginjal. Setelah 40 hari

tanpa perlakuan, semua mencit dari masing-masing kelompok dibunuh dengan

cara dislokasi leher, diambil dan dicuci ginjal dalam larutan fisiologis (NaCl

0,9%) lalu ditimbang, setelah itu dimasukkan ke dalam larutan Bouin.

3.3.5. Pembuatan Sediaan Histologis

Pembuatan sediaan histologis menurut Suntoro (1983), dilakukan dengan

metode parafin dan menggunakan pewarnaan Hematoksilin Eosin.

3.3.6. Parameter Pengamatan

a. Morfologi

- Warna Ginjal

Penilaian warna ginjal yang normal bila permukaan berwarna merah

kecoklatan, sedangkan abnormal jika permukaan bintik-bintik dan

menunjukkan perubahan warna (Anggraini, 2008).

- Bobot Ginjal

Penentuan bobot ginjal dilakukan dengan cara menimbang ginjal bagian

kanan dan kiri mencit jantan. Bobot kedua ginjal hasil penimbangan

selanjutnya dirata-ratakan dan menjadi rata-rata berat ginjal masing-masing

(28)

14

b. Histologi

Pengamatan histologi ginjal menggunakan metode analisis deskriptif.

- Diameter Glomerulus

Sebanyak 2 preparat histologi ginjal dari masing-masing perlakuan diamati di

bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali. Diukur rata-rata diameter

glomerulus ginjal. Dilakukan pengukuran sebanyak 10 lapangan pandang dan

dicatat hasil pengamatan.

- Tubulus Proksimal

Sebanyak 2 preparat histologi ginjal dari masing-masing perlakuan diamati di

bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali. Diukur rata-rata diameter

proksimal ginjal. Dilakukan pengukuran sebanyak 10 lapangan pandang dan

dicatat hasil pengamatan.

Gambar 3.1. Gambar pengamatan ginjal mencit (Seely, 1999).

3.3.7. Analisis Statistik

Data bobot ginjal disusun dalam bentuk tabel. Data kuantitatif (variabel

dependen) yang didapatkan, diuji kemaknaannya terhadap pengaruh kelompok

perlakuan (variabel independen) dengan bantuan program statistik komputer yakni

program IBM® SPSS® Statistics Ver. 20. Urutan uji diawali dengan uji normalitas

dengan α (nilai signifikansi) = 0.05. Apabila hasil uji normalitas menunjukkan p<α maka data tersebut diujikan lagi dengan uji normalitas dengan transformasi,

Glomerulus

Tubulus Proksimal Tubulus Distal

(29)

15

kemudian jika p masih kurang dari 0.05, dilanjutkan dengan uji homogenitas dan

uji non parametrik Kruskal-Wallis dan kemudian uji Mann-Whitney. Untuk

melihat korelasi data antara sebelum dan sesudah pemulihan, digunakan uji

Wilcoxon. Jika p>0.05 pada uji normalitas, maka dilakukan uji homogenitas, uji

parametrik One-Way ANOVA, dan kemudian uji post-hoc Bonferroni’s. Untuk

melihat korelasi data antara sebelum dan sesudah pemulihan, digunakan uji paired

(30)

16

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan Ginjal mencit jantan (Mus musculus L.) setelah pemberian

ekstrak segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan setelah

pemulihan terdiri dari gambaran morfologi ginjal, bobot ginjal dan pengamatan

histologis Ginjal Mencit Jantan Pada Diameter Glomerulus dan Tubulus

Proksimal

4.1. Gambaran Morfologi Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah Pemulihan

Pengamatan morfologi ginjal mencit jantan (Mus musculus L.) setelah

pemberian ekstrak segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan

setelah pemulihan dapat dilihat sebagai berikut:

4.1.1. Warna Ginjal

Gambaran warna ginjal mencit jantan setelah pemberian ekstrak segar

buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan setelah pemulihan dapat

dilihat pada Gambar 4.1. berikut:

Gambar 4.1. Morfologi Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan setelah pemulihan a) ginjal normal dengan warna merah kecoklatan, b) ginjal abnormal dengan warna pucat, dan c) ginjal normal dengan warna merah kecoklatan setelah 40 hari pemulihan.

(31)

17

Pada Gambar 4.1. dapat dilihat bahwa pada Gambar a) merupakan kelompok

kontrol, b) merupakan kelompok perlakuan pemberian ekstrak segar buah

andaliman 5% dan c) merupakan kelompok setelah 40 hari pemulihan. Gambar di

atas menunjukkan pada kelompok kontrol dan kelompok pemulihan setelah 40

hari diberi perlakuan tidak jauh beda, tetapi pada kelompok perlakuan

menunjukkan perbedaan yang sangat jelas dilihat dari warna yang lebih pucat.

Perubahan ini umumnya perubahan secara fisiologis. Menurut Ressang (1984),

perubahan warna organ umumnya disebabkan oleh adanya perubahan fisiologis

dan struktur mikroskopik yang sangat berpengaruh pada organ tersebut.

4.1.2. Data Morfologi Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah Pemulihan

Data morfologi kelompok perlakuan dan pemulihan ginjal mencit jantan

setelah pemberian ekstrak segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium

DC.) dan setelah pemulihan dapat dilihat pada Tabel 4.1:

Tabel 4.1. Data morfologi ginjal mencit jantan setelah pemberian ekstrak segar

buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan setelah

pemulihan

Kelompok Perlakuan

Data Morfologi Ginjal

Warna (%) Permukaan (%) Konsistensi (%)

Keterangan: Normal (N) dan Abnormal (A)

(32)

18

Dari Tabel 4.1. di atas dapat dilihat adanya perbedaan antara perlakuan dan

pemulihan yaitu perubahan warna ginjal. Pada perlakuan K0, P1, dan P3

menunjukkan bahwa tidak ada perubahan pada warna, permukaan dan konsistensi

ginjal, pada perlakuan P2 terjadi perubahan abnormal pada warna ginjal sebanyak

1 ekor mencit (16,67%), tetapi permukaan dan konsistensi tetap normal dan tidak

ada perubahan. Sedangkan pada kelompok pemulihan K0P, P1P, P2P, dan P3P

menunjukkan tidak ada perubahan pada warna, permukaan dan konsistensi ginjal

tetap dalam keadaan normal. Hal ini kemungkinan dikarenakan ekstrak segar buah

andaliman yang diberikan dengan konsentrasi 2%, 5%, da 10% belum terlalu

berpengaruh terhadap ginjal mencit. Hal ini terlihat dari data di atas, terlihat

banyak kelompok ginjal yang tetap dalam keadaan normal sesuai dengan

pernyataan Anggraini (2008), ginjal normal ditandai dengan ginjal yang berwarna

merah kecoklatan, permukaan licin, serta konsistensinya kenyal.

Perbedaan konsentrasi ekstrak yang diberikan dengan intensitas pemberian

yang berbeda juga berpengaruh terhadap kondisi morfologi ginjal, serta memiliki

kemampuan kembali normal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Astuti et al.,

(2006), jika intensitas paparan suatu zat terhadap suatu organ ditingkatkan maka

akan menimbulkan perubahan morfologi dan fungsi, perubahan tersebut umumnya

bersifat reversible.

Menurut Underwood (1999), bahwa ginjal mirip dengan hati apabila

mengalami cedera, karena memiliki sel epitel yang dapat beregenerasi, tetapi

arsitekturnya tidak dapat diperbaiki. Kerusakan epitel tubulus akibat iskemia atau

terkena toksin dapat menimbulkan gagal ginjal klinis. Tetapi pada umumnya

cukup banyak sel epitel yang masih hidup dan dapat membentuk tubulus lagi

sehingga fungsi ginjal normal kembali.

Urin merupakan jalur utama ekskresi sebagian besar senyawa toksikan,

sehingga ginjal yang mempunyai volume aliran darah tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus. Karena itu ginjal

merupakan organ sasaran utama dari efek toksik yang dapat mempengaruhi

(33)

19

4.1.3. Bobot Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodiumDC.) dan setelah Pemulihan

Rata-rata bobot ginjal mencit jantan yang didapat setelah pemberian ekstrak

segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan setelah pemulihan

dapat dilihat pada gambar 4.2. berikut:

Gambar 4.2. Rata-rata bobot ginjal mencit jantan setelah pemberian ekstrak segar buah andaliman dan setelah pemulihan. K0 = Kontrol blank; P1, P2, dan P3 = Perlakuan dengan ekstrak segar andaliman 2%, 5%, dan 10%; K0P = Kontrol blank setelah pemulihan 40 hari; P1P, P2P, dan P3P = Perlakuan dengan ekstrak segar andaliman 2%, 5%, dan 10% setelah pemulihan 40 hari.

Dari Gambar 4.2. diperoleh data bobot ginjal mencit jantan perlakuan (K0, P1, P2,

dan P3) dan setelah pemulihan (K0P, P1P, P2P, dan P3P). Rata- rata bobot ginjal

K0 (0,27 g), P1 dan P3 (0,28 g), dan P3 memiliki bobot ginjal dengan rata-rata

tertinggi yaitu (0,3 g), sedangkan kelompok pemulihan K0P, P1P, dan P2P

memiliki rata-rata bobot ginjal yang sama yaitu (0,26 g) dan P3P (0,28 g). Bobot

ginjal tertinggi terlihat pada kelompok perlakuan P2 yaitu (0,3 g) dan terendah

pada kelompok pemulihan K0K, P1P, P2P yaitu (0,26 g). Dari hasil di atas terlihat

bahwa pemberian ekstrak segar buah andaliman yang diberikan selama 40 hari

dan dilanjutkan pemulihan selama 40 hari, terlihat adanya peningkatan bobot

ginjal pada kelompok perlakuan dan kelompok pemulihan dibandingkan dengan

kelompok kontrol. Tetapi secara statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan

(34)

20

yang signifikan antara kontrol, perlakuan dan pemulihan. Hal ini karena senyawa

yang terkandung pada buah andaliman tidak berpengaruh terhadap bobot ginjal,

sehingga tetap meningkat untuk bobot ginjal tersebut.

Uji one-way ANOVA pada parameter bobot ginjal sebelum pemulihan dan

uji Kruskal-Wallis pada parameter bobot ginjal sesudah pemulihan mendapatkan

nilai p<α. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pebedaan yang signifikan pada

α=0.05 untuk perlakuan K0, P1, P2, dan P3 pada parameter pengamatan. Diasumsikan bahwa perlakuan ekstrak segar andaliman tidak memiliki pengaruh

terhadap bobot ginjal karena tidak adanya perbedaan yang signifikan antara K0,

P1, P2, dan P3.

Uji Wilcoxon antara parameter bobot ginjal sebelum dan sesudah

pemulihan mendapatkan nilai p>α, yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang signifikan pada bobot ginjal setelah pemberian ekstrak segar buah andaliman

sebelum pemulihan dan sesudah pemulihan 40 hari.

Menurut Lu (1994), meningkatnya berat ginjal juga dapat dianggap sebagai

salah satu nefrotoksisitas yang paling peka dan konsisten jika diikuti dengan

perubahan warna dan bentuk ginjal, tetapi dari hasil pengamatan terhadap warna dan

bentuk ginjal mencit perlakuan, ternyata tidak memperlihatkan perbedaan dengan

mencit kontrol sehingga dalam menilai efek ginjal sebagai suatu toksikan perlu

dipertimbangkan beberapa faktor untuk dapat mengatakan bahwa suatu zat dapat

dianggap toksik atau tidak pada fungsi dan morfologi ginjal karena ginjal mempunyai

kemampuan kompensasi yang cukup tinggi. Jika terjadi perubahan pada berat

ginjal, saat dibandingkan dengan berat ginjal hewan kontrol, maka hal tersebut

menunjukkan terjadi lesi ginjal. Lesi ginjal merupakan kerusakan jaringan karena

gangguan fisik atau patologis.

Menurut Syaifuddin (2000), ginjal membuang zat yang tidak diinginkan

dengan filtrasi darah dan mensekresikannya dalam urin, sedangkan zat yang

dibutuhkan kembali ke dalam darah. Peristiwa ini menyebabkan ginjal bekerja

dengan sangat keras, sehingga dapat mempengaruhi perubahan berat dan

morfologi ginjal. Dalam hal ini, ginjal merupakan organ ekskresi utama. Ginjal

mempunyai fungsi yang paling penting yaitu menyaring plasma dan

memindahkan zat dari filtrat pada kecepatan yang bervariasi tergantung pada

(35)

21

4.2. Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan Pada Diameter Glomerulus dan Tubulus Proksimal Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah Pemulihan

Gambaran histologis ginjal mencit jantan pada diameter glomerulus dan

diameter tubulus proksimal setelah pemberian ekstrak segar buah andaliman

(Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan setelah pemulihan dapat dilihat pada

gambar 4.3. berikut:

Gambar 4.3. Persentase diameter glomerulus (DG) dan diameter tubulus proksimal (DTP). Kelompok kontrol (K0), kelompok perlakuan (P1, P2, dan P3) dengan konsentrasi 2%, 5%, dan 10%, dan kelompok kontrol pemulihan (K0P), kelompok pemulihan (P1P, P2P dan P3P) setelah 40 hari.

Dari Gambar 4.3. didapatkan bahwa persentase diameter glomerulus kelompok

perlakuan K0 (12%), P1 (12%), P2 (13%), P3 (13%) dan kelompok pemulihan

K0P (12%), P1P (11%), P2P (13%), P3P (13%). Sedangkan persentase diameter

tubulus proksimal kelompok perlakuan didapatkan K0 (14%), P1 (11%), P2

(13%), P3 (14%) dan kelompok pemulihan K0P (11%), P1P (12%), P2P (11%),

P3P (12%). Dari hasil pengamatan pada perlakuan setelah pemberian ekstrak

(36)

22

segar buah andaliman selama 40 hari dan pemulihan selama 40 hari terlihat

adanya peningkatan persentase diameter glomerulus dibandingkan kelompok

kontrol. Namun terjadi penurunan persentase diameter tubulus proksimal pada

kelompok perlakuan P1 (11%). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak segar buah

andaliman dengan konsentrasi 2% dapat mempengaruhi diameter tubulus

proksimal, namun konsentrasi 5% dan 10% tidak memiliki pengaruh yang nyata.

Hal ini kemungkinan disebabkan oleh senyawa kimia yang terkandung dalam

ekstrak buah andaliman seperti steroid.

Menurut Indriani (2007), bahwa steroid banyak ditemukan di alam, yaitu

pada tumbuhan dan hewan. Steroid pada jaringan tumbuhan disebut dengan

sitosterol yang biasanya terdapat pada lapisan lilin daun yang berfungsi sebagai

pelindung tanaman dari serangan serangga (insektisida). Syahrum & Kamaludin

(1994), juga menyatakan senyawa yang bersifat toksik akan mempengaruhi sel-sel

mensenkim sehingga poliferasi terganggu.

Menurut Lu (1995), bagian dalam ginjal yang paling rentan terhadap efek

toksikan adalah tubulus kontortus proksimal, hal tersebut disebabkan absorpsi dan

sekresi aktif yang terjadi di dalam tubulus tersebut. Kadar toksikan tubulus

proksimal sering lebih tinggi untuk mendetoksifikasi atau mengaktifkan toksikan,

dengan demikian tubulus ini merupakan sasaran efek toksik.

Menurut Purwati (2005), reaksi sel, jaringan atau organ terhadap agen

tertentu dapat berupa adaptasi yaitu penyesuaian terhadap rangsangan fisiologis

atau patologik tertentu, kerusakan yang bersifat reversibel terjadi bila kemampuan

beradaptasi sel telah terlampaui dan kerusakan yang bersifat irreversibel akan

berakhir dengan kematian (nekrosis) dari sel. Himawan (1973) menyatakan bahwa

meskipun zat kimia merupakan zat yang biasa terdapat pada tubuh seperti

natrium dan glukosa, tetapi kalau konsentrasinya tinggi dapat menimbulkan

nekrosis akibat gangguan osmotik sel. Beberapa zat tertentu dalam konsentrasi

yang rendah sudah dapat merupakan racun dan mematikan sel, sedang zat lain

(37)

23

4.2.1. Gambaran Hasil Pengukuran Diameter Glomerulus dan Diameter Tubulus Proksimal Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah Pemulihan

Gambaran hasil pengukuran diameter glomerulus dan diameter tubulus proksimal

mencit jantan dapat dilihat pada gambar 4.4. berikut:

Gambar 4.4. Gambaran mikroskopis glomerulus dan tubulus proksimal ginjal dengan perbesaran 400x. a1) diameter glomerulus, a2) diameter tubulus proksimal kelompok kontrol, b1) diameter glomerulus, b2) diameter tubulus proksimal kelompok perlakuan, c1) diameter glomerulus, c2) diameter tubulus proksimal kelompok pemulihan.

Dari gambar 4.4. di atas dapat dilihat diameter glomerulus (6,15 dan 5,01µm) dan

diameter tubulus proksimal (2,68 dan 2,9µm) pada kelompok perlakuan tampak

lebih meningkat dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dengan demikian,

peningkatan diameter glomerulus tersebut tidak menunjukkan adanya kerusakan

pada ginjal tersebut. Seperti yang dinyatakan Maharani (2012), glomerulus ginjal

yang mengalami kerusakan, ditandai dengan berkurangnya ukuran glomerulus.

Hal tersebut disebabkan oleh peristiwa nekrosis berupa pecahnya organel sel.

a b

c

1

2

1

2

(38)

24

Secara histologi tubulus proksimal menurut Leeson dkk., (1989), sel-sel

tubulus proksimal bersifat eosinofilik dengan batas brush border dan garis-garis

basal dan lumen biasanya nyata lebar sedangkan glomerulus menurut Vinandhita

(2008) yaitu glomerulus merupakan kumpulan kapiler-kapiler darah yang

memiliki fungsi utama memfiltrasi plasma. Glomerulus diselimuti oleh kapsula

bowman. Daerah diantara kapsula bowman dengan buluh-buluh kapiler disebut

ruang bowman.

Sebagian besar toksikan dapat melewati glomerulus dan mengalami

absorpsi pasif di sel-sel tubuler. Oleh karena itu, setiap bagian nefron seperti

glomerulus secara potensial dapat dirusak oleh efek toksikan. Kerusakan yang

ditimbulkan oleh toksikan dapat beragam, mulai dari perubahan biokimia atau

sampai kematian sel (Lu, 1995).

Faktor yang mungkin menyebabkan kerusakan ginjal adalah kemampuan

ginjal untuk mengkonsentrasikan substansi xenebiotik di dalam sel. Jika suatu zat

kimia disekresi secara aktif dari darah ke urin, zat kimia terlebih dahulu

diakumulasikan dalam tubulus proksimal atau jika substansi kimia ini direabsorbsi

dari urin maka akan melalui sel epitel tubulus dengan konsentrasi tinggi. proses

pemekatan tersebut mengakibatkan zat-zat toksik ini akan terakumulasi di ginjal

dan menyebabkan kerusakan ginjal (Anggraini, 2008).

Menurut Cotran (1995), kerusakan ginjal berupa nekrosis tubulus

disebabkan oleh sejumlah racun organik. Hal ini karena pada sel epitel tubulus

terjadi kontak langsung dengan bahan yang direabsorbsi, sehingga sel epitel

tubulus ginjal dapat mengalami kerusakan ataupun nekrosis pada inti sel ginjal

sehingga warna ginjal tampak berubah. Faktor lain yang mengakibatkan sel

tubulus mudah berubah struktur adalah luasnya bidang permukaan reabsorbsi

tubulus, metabolic rate yang tinggi, tingginya konsumsi oksigen untuk melakukan

fungsi transpor dan reabsorbsi juga kemampuan tubulus untuk mengkonsentrasi

(39)

25

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah

a. Ekstrak segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) memberikan

pengaruh perubahan warna ginjal pada kelompok pemberian ekstrak 5%, tetapi

tidak berpengaruh pada permukaan dan konsistensi ginjal.

b. Bobot ginjal mencit jantan yang diberikan ekstrak segar buah andaliman

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan

c. Pemberian ekstrak segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

memperbesar diameter glomerulus, tetapi memperkecil diameter tubulus

proksimal secara persentase deskriptif.

5.2. Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan

(40)

26

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, D.R. 2008. Gambaran Makroskopis dan Mikroskopis Hati dan Ginjal Mencit Akibat Pemberian Plumbum Asetat. [Tesis]. Fakultas Kedokteran USU. Hlm. 33.

Astuti, U.N.W., Dewi, R., Siska, H., dan Susilo, H.S. 2006. Pemanfaatan Mindi (Melia azedarach L.) Sebagai Anti Parasit Trypanosoma Evansi dan Dampaknya Terhadap Struktur Jaringan Hepar dan Ginjal Mencit. Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM. Hlm. 293.

Chairul, Harapini, M., dan Daryati, Y. 1992. Pengaruh Ekstrak Kencur (Kaempferia galangal L.) Terhadap Kehamilan Mencit Putih (Mus musculus L.). [Tesis]. Bandung: Universitas Padjajaran dan Laboratorium Treub Puslitbang Biologi LIPI Bogor.

Christijanti, W. 2009. Penurunan Jumlah dan Motilitas Spermatozoa Setelah Pemberian Ekstrak Biji Pepaya. Biosaintifika. 1(1): 19-26.

Cotran R. S., Rennke H., dan Kumar V. 2007. Ginjal dan Sistem Penyalurnya. Dalam: Kumar V., Cotran R. S., Robbins S. L. (eds). Buku Ajar Patologi Robbins Volume 2. Edisi VII. Jakarta: EGC. Page: 572, 594-7.

Cotran, R.S. 1995. Ginjal dan Sistem Penyalurannya. In:Robbins, S.L., Kumar, V., Staf Pengajar Laboratorium Patologik Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Buku Ajar Patologi II. Ed 4. Jakarta: EGC: hlm. 203.

Dellmann, H.D. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II. Edisi ketiga. Cetakan Pertama. Penerbit Universitas Indonesia.

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi ke-4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hlm. 9.

Focosi, D. 2009. Physiology of Adult Homo Sapiens-Urinary Apparatus.

(41)

27

Hartono. 1976. Histologi Veteriner. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Bogor: IPB.

Hartley TG. 1966. A revision of the Malesian species of Zanthoxylum (Rutaceae). Jurnal Arnold Arboretum. 47:171-221.

Hasairin, A. 1994. Etnobotani rempah dan makanan adat masyarakat Batak Angkola dan Mandailing. [Tesis]. Bogor: Program Pasca-sarjana Institut Pertanian Bogor.

Hendriani, R. 2007. Uji Toksisitas Subkronis Kombinasi Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan Rimpang Jahe Gajah (Zingiber officinale R.) Pada Tikus Wistar. [Skripsi].Universitas Padjadjaran Jatinangor.

Himawan, S. 1979. Patologi Ginjal. Bagian Patologi Anatomik FKUI. Jakarta.

Himawan, S. 1973. Patologi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hlm. 267

Hsuan Keng. 1978. Others and Families of Malayan Seed Plants. Singapore University Press.

Indriani, N. 2007. Aktivitas Antibakteria Daun Senggugu (Clerodendron serratum L.). [Skripsi]. Bogor: IPB

Juhryyah, S. 2008. Gambaran Histopatologi Organ Hati dan Ginjal Tikus Pada Intoksikasi Akut Insektisida (Metofluthrin, D-phenothrin, D-Alletrin) dengan Dosis Bertingkat. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan ITB.

Junqueira, L.C. dan Carneiro, J. 2007. Histologi Dasar. Edisi ke-10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hlm. 427

Leeson, C.R., Thomas, S.L., dan Anthony, A.P 1989. Buku Ajar Histologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lu, FC. 1995. Toksikologi Dasar. Edisi Ke-2. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Lu, FC. 1994. Toksikologi Dasar. Edisi Ke-2. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Maharani, H. 2012. Uji Potensi Nefroprotektif Senyawa Dimer Dari Isoeugenol Terhadap Histologi Ginjal Mencit (Mus musculus) Jantan Galur DDY. [Skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia.

(42)

28

Noer, M.S. 2006. Evaluasi fungsi ginjal secara laboratorik (Laboratoric evaluation on renal function). Lab - SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR RSU Dr. Soetomo Surabaya.

Panjaitan, A. 2012. Gambaran Histologi Ren Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW Setelah Pemberian Ekstrak Segar dan Ekstrak Etanol Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.). [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Paulsen D. F. 2000. Histology and Cell Biology: Examination and Board Review. 4th ed. Singapura: Mc Graw-Hill Book Co. Page: 244-6.

Prasetiawan, E. Riana, Sarah, M. Mulyani, R. dan Gardika, M. 2013. Potensi Pemanfaatan buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Sebagai Bahan Kontrasepsi Alternatif Serta Efek Samping Terhadap Sistem Pencernaan Mencit Jantan (Mus musculus L.) Strain DDW. [Laporan Penelitian Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Purwati, E. 2005. Pengaruh Pemberian Boraks Secara Oral Terhadap Darah dan Struktur Mikroanatomi Ginjal Pada Rattus sp. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan 1 (1): 1858

Ressang, A. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Departemen Urusan Research National. Jakarta: Republik Indonesia.

Sabri, E. 2007. Efek Perlakuan Ekstrak Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Pada Tahap Praimplantasi Terhadap Fertilitas dan Perkembangan Embrio Mencit (Mus musculus L.). Jurnal Biologi Sumatera. 2(2):28-31.

Sirait J. 1991. Penggunaan kompos dalam pengecambahan biji andaliman (Piper ribesioides Wall).[Skripsi]. Medan: Unika St. Thomas.

Siregar, B. L. 2003. Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) di Sumatera Utara. Deskripsi dan Perkecambahan. Hayati. 10(1): 1-4.

Seely, J.C. 1999. Kidney in Pathology of the Mouse. Reference and Atlas. Cache River Press, Vienna, IL 207

Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hlm. 318.

Soeksmanto A, 2003. Pengaruh fraksi aktif tumbuhan Aglaia angustifolia terhadap ginjal mencit (Mus musculus). Natur Indonesia 6(1) : 49-52.

(43)

29

Suparman, P., Sudira, W., dan Berata, K. 2013. Kajian Ekstrak Daun Kedondong (Spondias dulcis G.Forst.) Diberikan Secara Oral Pada Tikus Putih Ditinjau Dari Histopatologi Ginjal. Buletin Veteriner Udayana. 5 (1).

Suryanto, E., Wehantouw, F. dan Raharjo, S. 2005. Aktivitas Antioksidan dan Stabilitas Ekstrak andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Panas, Cahaya Fluoresen dan Ultraviolet. Jurnal Agritech. 25 (2): 63-69.

Syahrum, M.H dan Kamaludin. 1994. Reproduksi dan Embriologi Dari Satu Sel Menjadi Organisme. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Hlm. 25

Syaifuddin. 2000. Fungsi Sistem Tubuh Manusia. Jakarta: Penerbit Widya Medika. Hlm. 218

Tensiska, Wijaya, C.H., dan Andarwulan, N. 2003. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) dalam Beberapa Sistem Pangan dan Kestabilan Aktivitasnya terhadap Kondisi Suhu dan pH. Jurnal Teknol dan Industri Pangan. 14(1): 29-38.

Underwood, J.C.E. 1999. Patologi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC. Hlm. 129

Vinandhita, W. 2008. Gambaran Histologi Hati dan Ginjal Tikus Yang Diberi Insektisida (Metofkithrin 0,01%, Imiprothrin 0,04%, Permethrin 0,15%) Pada Uji Toksisitas akut. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Institut Pertanian Bogor. Hlm. 28

Widayanti E. 2004. Struktur Histologik Ginjal Tikus (Rattus norvegicus) Galur Spraque Dawley setelah Pencekokan Spent Catalyst Lokal dan Impor dari Residual Catalytic Cracking Unit. Jurnal Kedokteran Yarsi. 12 (3) : 33 – 40.

Widiastuti, B. 2000. Aktivitas antioksidan dan immunostimulan ekstrak buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Wijaya CH. 2000. Isolasi dan identifikasi senyawa trigeminal aktif buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC). Hayati. 7:91.

Wilson L. M. 2005. Gangguan Sistem Ginjal. Dalam: Anderson P. S., Wilson L. M. (eds). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume 2.Edisi VI. Jakarta:EGC. Page: 873-4.

(44)

30

Yoshitani T., Yagi H., Inotsume N., and Yasuhara M. 2002. Effect experimental renal failure on the pharmacokinetics of losartan in rats. Biol, Pharm, Bull.

(45)

31

Lampiran I. Pembuatan Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodiumDC.)

Dibersihkan dari tangkai dan daun

Dicuci bersih dan dikeringanginkan

Dioven dalam suhu 400C hingga kering

Diblender hingga menjadi serbuk

Ditimbang dan dibuat konsentrasi ekstrak 2%, 5%,

dan 10% dalam akuades 100 ml

Dipanaskan pada suhu 900C selama 15 menit

Disaring Andaliman

serbuk

(46)

32

Lampiran II. Pembuatan Preparat Histologi Ginjal

Dibilas dengan NaCl 0,9%

Difiksasi dalam bouin

Washing dalam alkohol 70%

Dehidrasi dengan alkohol konsentrasi bertingkat

mulai 70%, 80%, 96% dan 100%

Clearing dalam xylol

Infiltrasi

Embedding (penanaman) organ dalam cetakan

kemudian dituangkan paraffin murni, dibiarkan

hingga didapatkan blok paraffin

Cutting (pemotongan) menggunakan mikrotom

sehingga didapatkan pita-pita paraffin

Attaching (penempelan) pita paraffin pada object

glass

Deparafinasi dengan mencelupkan objek dalam

xylol

Dealkoholisasi dalam alkohol menurun dari 100%,

96%, 80%, dan 70%

Pewarnaan dengan mencelupkan dalam Hematoxilin

selama 3-5 menit kemudian dibilas dengan air

mengalir. Selanjutnya dicelupkan dalam alcohol

70% lalu dicelupkan dalam Eosin selama 1-3 menit

Mounting yaitu menutup preparat dengan gelas

penutup yang sebelumnya diberi Canada balsam

Diberi label dan siap diamati Ginjal

Blok parafin

Pita paraffin

(47)

33

(48)

34

Lampiran IV. Tabel Data Persentase Diameter Glomerulus (DG) dan Diameter Tubulus Proksimal (DTP)

(49)

35

Lampiran V. Alat dan Bahan

Kandang Hewan Uji Buah Andaliman Segar

Mencit Jantan Dissecting Set

Ekstrak Segar Andaliman Pencekokan

Gambar

Tabel Data
Gambar 2.1. Struktur Umum Histologis Ginjal (Focosi, 2009).
Tabel 3.1.  Perlakuan yang digunakan.
Gambar 3.1. Gambar pengamatan ginjal mencit (Seely, 1999).
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa pemberian perlakuan pematahan dormansi terhadap biji andaliman ( Zanthoxylum acanthopodium DC.) menunjukkanperbedaan yang

Efek Kombinasi Ekstrak Aktif Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Doxorubicin terhadap Sel Kanker Payudara. Medan: Fakultas Farmasi Universitas

Penelitian yang telah dilakukan efek ekstrak buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) terhadap histologis pulmo tikus (Rattus norvegicus L.) model kanker

Ginjal merupakan salah satu organ yang berperan aktif melakukan detoksifikasi zat yang masuk ke dalam tubuh, dimana organ ini menerima 20- 30% sirkulasi darah

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia – Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) membuktikan pengaruh pengobatan nanopartikel ekstrak buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) sebagai antiinflamasi, (2)

Perhitungan kadar sari larut etanol ekstrak etilasetat buah andaliman ( Zanthoxylum acanthopodium DC... Perhitungan kadar abu total ekstrak etilasetat

Judul Tesis : Efek Kombinasi Ekstrak Aktif Buah Andaliman ( Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Doxorubicin Terhadap Sel Kanker Payudara.. Telah diuji dan dinyatakan LULUS