PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SEGAR BUAH
ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC.) TERHADAP
GAMBARAN HISTOLOGIS GINJAL MENCIT JANTAN (Mus
musculus L.)
SKRIPSI
OLEH:
RENI DWI MULYANI
100805009
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SEGAR BUAH
ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC.) TERHADAP
GAMBARAN HISTOLOGIS GINJAL MENCIT JANTAN (Mus
musculus L.)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelarSarjana Sains
OLEH:
RENI DWI MULYANI
100805009
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
PERSETUJUAN
Judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.)
Kategori : Skripsi
Nama : Reni Dwi Mulyani Nomor Induk Mahasiswa : 100805009
Program Studi : Sarjana (S1) Biologi Departemen : Biologi
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Disetujui di Medan, Juni 2015
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2, Pembimbing 1,
Masitta Tanjung, S.Si, M. Si. Dra. Emita Sabri, M. Si. NIP.197109102000122001 NIP.195607121987022002
Disetujui Oleh
Departemen Biologi FMIPA USU Ketua,
ii
PERNYATAAN
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SEGAR BUAH
ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC.) TERHADAP
GAMBARAN HISTOLOGIS GINJAL MENCIT JANTAN (Mus
musculus L.)
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2015
iii
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia– Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.)”. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah kepada
junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Dra. Emita Sabri, M.Si selaku pembimbing I dan ibu Masitta Tanjung, S,Si, M.Si selaku pembimbing II yang telah menjadi sosok ibu yang tidak henti-hentinya mendorong dan membimbing penulis untuk menjadi lebih baik. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed selaku penguji I dan ibu Dra. Isnaini Nurwahyuni, M.Sc selaku penguji II yang memberikan banyak masukan serta bimbingan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada ibu Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc selaku ketua Departemen Biologi FMIPA USU dan ibu Dr. Saleha Hanum, M.Si selaku sekretaris Departemen Biologi FMIPA USU. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc selaku dosen penasehat akademik yang selalu memberi motivasi, ibu Nurhasni Muluk selaku Analis di Laboratorium dan ibu Roslina Ginting serta bapak Endra Raswin selaku pegawai administrasi Departemen Biologi FMIPA USU.
Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta Ayahanda Misiran dan Ibunda Jumiati yang telah memberikan do’a, dukungan dan kasih sayangnya kepada penulis. Kepada kakanda Puji Astuti dan Abang ipar Heri serta keponakan Putri dan Pram (bom-bom) yang telah memberikan do’a dan dukungan kepada penulis.
Penulis ucapkan terima kasih untuk sahabat yang selalu bersama penulis M. Lintar Gardika, Adam, Inur, Dila, Aulia, Zais, Mei, Yus, Anita, krestina, dan semua sahabat stambuk 2010 BIOREV. terima kasih kepada bang Eka yang selalu membantu penulis, kak Riana, kak Sirma (kakak asuh), Riri Andriani (adik asuh), Calvin, Diah, Ulfa, Vevy, Mira, Dona, Fitri, Risda, Adit, Rinda, Pupeb, Sera, Siren, dan semua adik-adik stambuk 2011, 2012, 2013, dan 2014 yang memberikan semangat dan keceriaan kepada penulis. Buat adik-adik kos Khomsah dan Mentari yang selalu menemani penulis.
Penulis juga mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Demikianlah skripsi ini penulis sampaikan semoga bermanfaat bagi
ilmu pengetahuan. Amin ya Robbal’Alamin.
Medan, Juni 2015
Penulis
iv
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SEGAR BUAH
ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC.) TERHADAP
GAMBARAN HISTOLOGIS GINJAL MENCIT JANTAN (Mus
musculus L.)
ABSTRAK
Penelitian tentang Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.) telah dilakukan dari bulan Maret 2013 sampai November 2014. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol (K0), kelompok pemberian ekstrak segar buah andaliman dengan konsentrasi 2% (P1), 5% (P2), dan 10% (P3) selama 40 hari dan dilanjutkan 40 hari tanpa perlakuan untuk pemulihan. Setiap perlakuan terdiri dari 6 ekor hewan uji. Setelah perlakuan selesai, mencit dibedah, kemudian ginjal kanan dan kiri ditimbang dan dibuat preparat dengan metode parafin dan pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE). Hasil pengamatan morfologi ginjal menunjukkan adanya perubahan warna pada kelompok perlakuan P2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada bobot ginjal antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Gambaran histologis ginjal pada diameter glomerulus menunjukkan peningkatan diameter pada kelompok perlakuan P1, P2, dan P3, sedangkan gambaran histologis ginjal pada diameter tubulus proksimal menunjukkan penurunan pada P1 dibandingkan dengan kontrol. Pada fase pemulihan didapatkan penurunan diameter tubulus proksimal dibandingkan dengan fase sebelum pemulihan.
v
HISTOLOGIC DESCRIPTION OF MALE MICE (Mus musculus
L.) KIDNEY TREATED WITH FRESH ANDALIMAN
(Zanthoxylum acanthopodium DC.) FRUIT EXTRACT
ABSTRACT
The Histologic Description of Male Mice (Mus musculus L.) Kidney Treated With Fresh Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Fruit Extract has been studied from March 2013 to November 2014. The study used completely randomized design (CRD) consisting of 4 treatment groups; control (K0), and treatment with 2% (P1), 5% (P2), and 10% (P3) of fresh andaliman fruit extract for 40 days and continued for 40 days without treatment to examine recovery. Each treatment group consisted of 6 mice. Mice were dissected after 40 and 80 days of treatment, the kidneys were obtained, weighed, and made into microscopic slides for histologic examination using paraffin method and Hematoxyline Eosin (HE) stain. Morphological examination showed color change in P2 treatment group. No significant difference was observed in kidneys weight between treatment and control group. Histologic examination of glomeruli diameter and proximal tubuli diameter showed an increase in diameter of glomeruli in all treatment groups (P1, P2, and P3) but a decrease in diameter of proximal tubuli in P1 treatment group compared to control group. Recovery phase showed a decrease in proximal tubuli diameter compared to pre-recovery phase.
vi 2.5. Glomerulus dan Tubulus Proksimal 8 2.6. Kelainan Ginjal 9
BAB 3. BAHAN DAN METODA 11
3.1.Waktu dan Tempat 11
3.2. Alat dan Bahan 11 3.3. Prosedur Percobaan 11 3.3.1. Persiapan Hewan Uji 11 3.3.2. Pembuatan Bahan Uji Ekstrak Segar Buah Andaliman 11 3.3.3. Rancangan Penelitian 12 3.3.4. Pemberian Perlakuan 13 3.3.5. Pembuatan Sediaan Histologis 13 3.3.6. Parameter Pengamatan 13 3.3.7. Analisis Statistik 14
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 4.1. Gambaran Morfologi Ginjal Mencit Jantan Setelah
Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman
(Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah Pemulihan 16 4.1.1. Warna Ginjal 16 4.1.2. Data Morfologi Ginjal Mencit Jantan Setelah
vii
(Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah
Pemulihan 17
4.1.3. Bobot Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman
(Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah
Pemulihan 18
4.2. Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan Meliputi Diameter Glomerulus dan Tubulus Proksimal
Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman
(Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah Pemulihan 20
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 24
5.1. Kesimpulan 24
5.2. Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar
2.1. Struktur Umum Histologis Ginjal 6 3.1. Gambar Pengamatan Ginjal Mencit 14 4.1. Morfologi Ginjal Mencit Jantan Setelah
Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah Pemulihan
16
4.2. Rata-Rata Bobot Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman dan Setelah Pemulihan
18
4.3. Presentase Diameter Glomerulus (DG) dan Diameter Tubulus Proksimal (DTP)
20
4.4. Gambaran Mikroskopis Glomerulus dan Tubulus Proksimal Ginjal
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel
3.1. Kelompok Perlakuan Yang Digunakan 12 4.1.2. Data Morfologi Ginjal Mencit Jantan Setelah
Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah Pemulihan
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lamp
I. Pembuatan Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium
DC.)
29
II. Pembuatan Preparat Histologis Ginjal 30 III. Analisis Statistik Rata-Rata Bobot Ginjal
Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman
31
IV. Tabel Data Persentase Diameter Glomerulus (DG) dan Diameter Tubulus Proksimal (DTP)
32
iv
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SEGAR BUAH
ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC.) TERHADAP
GAMBARAN HISTOLOGIS GINJAL MENCIT JANTAN (Mus
musculus L.)
ABSTRAK
Penelitian tentang Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.) telah dilakukan dari bulan Maret 2013 sampai November 2014. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol (K0), kelompok pemberian ekstrak segar buah andaliman dengan konsentrasi 2% (P1), 5% (P2), dan 10% (P3) selama 40 hari dan dilanjutkan 40 hari tanpa perlakuan untuk pemulihan. Setiap perlakuan terdiri dari 6 ekor hewan uji. Setelah perlakuan selesai, mencit dibedah, kemudian ginjal kanan dan kiri ditimbang dan dibuat preparat dengan metode parafin dan pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE). Hasil pengamatan morfologi ginjal menunjukkan adanya perubahan warna pada kelompok perlakuan P2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada bobot ginjal antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Gambaran histologis ginjal pada diameter glomerulus menunjukkan peningkatan diameter pada kelompok perlakuan P1, P2, dan P3, sedangkan gambaran histologis ginjal pada diameter tubulus proksimal menunjukkan penurunan pada P1 dibandingkan dengan kontrol. Pada fase pemulihan didapatkan penurunan diameter tubulus proksimal dibandingkan dengan fase sebelum pemulihan.
v
HISTOLOGIC DESCRIPTION OF MALE MICE (Mus musculus
L.) KIDNEY TREATED WITH FRESH ANDALIMAN
(Zanthoxylum acanthopodium DC.) FRUIT EXTRACT
ABSTRACT
The Histologic Description of Male Mice (Mus musculus L.) Kidney Treated With Fresh Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Fruit Extract has been studied from March 2013 to November 2014. The study used completely randomized design (CRD) consisting of 4 treatment groups; control (K0), and treatment with 2% (P1), 5% (P2), and 10% (P3) of fresh andaliman fruit extract for 40 days and continued for 40 days without treatment to examine recovery. Each treatment group consisted of 6 mice. Mice were dissected after 40 and 80 days of treatment, the kidneys were obtained, weighed, and made into microscopic slides for histologic examination using paraffin method and Hematoxyline Eosin (HE) stain. Morphological examination showed color change in P2 treatment group. No significant difference was observed in kidneys weight between treatment and control group. Histologic examination of glomeruli diameter and proximal tubuli diameter showed an increase in diameter of glomeruli in all treatment groups (P1, P2, and P3) but a decrease in diameter of proximal tubuli in P1 treatment group compared to control group. Recovery phase showed a decrease in proximal tubuli diameter compared to pre-recovery phase.
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara pusat keragaman genetika dari
tumbuhan rempah-rempah. Rempah-rempah digunakan sebagai obat-obatan
tradisional dan sebagai bumbu masakan untuk memberikan cita rasa serta
membangkitkan selera makan (Mulia, 2000). Buah andaliman (Zanthoxylum
acanthopodium DC.) jenis rempah tradisional dan mempunyai aroma yang khas,
seperti jeruk (Suryanto dkk., 2005). Buahnya mengandung senyawa aromatik
dengan rasa pedas dan getir yang khas.
Andaliman memiliki kandungan terpenoid dan alkaloid yang mempunyai
aktivitas antioksidan dan antimikroba juga mempunyai efek imunostimulan, serta
memiliki daya awet tahan lama terhadap makanan (Panjaitan, 2012). Andaliman
sering dimanfaatkan sebagai bumbu masak, ketika dikonsumsi sisa
metabolismenya dikeluarkan melalui sistem urinaria. Sistem urinaria terdiri dari
sepasang ginjal dan ureter, serta kandung urinaria dan uretra. Ginjal berperan
utama dalam memelihara keseimbangan cairan serta elektrolit dan mengatur
tekanan darah. Metabolit dibuang dari tubuh melalui ginjal dalam bentuk urin,
dialirkan melalui ureter dan ditampung sementara dalam kandung urinaria (vesica
urinaria), untuk selanjutnya dibuang keluar melalaui uretra (Junqueira &
Carneiro, 2007).
Ginjal berperan dalam proses ekskresi suatu senyawa, maka apabila terjadi
gangguan fungsi ginjal, akan mengakibatkan perubahan pada farmakodinamika
senyawa yang disebabkan karena perubahan kadar senyawa di dalam darah,
terutama senyawa yang sebagian besar diekskresi melalui ginjal (Yoshitani et al.,
2002). Ginjal mempertahankan komposisi cairan ekstraseluler yang menunjang
fungsi semua sel tubuh. Kemampuan ginjal untuk mengatur komposisi cairan
ekstraseluler merupakan fungsi per satuan waktu yang diatur oleh epitel tubulus.
Untuk zat yang tidak disekresi oleh tubulus, pengaturan volumenya berhubungan
2
glomerulus dapat direabsorpsi atau disekresi oleh tubulus (Yaswir & Maiyesi,
2012).
Menurut Syaifuddin (2000), ginjal mempunyai fungsi penting yaitu
menyaring plasma dan memindahkan zat dari filtrat pada kecepatan yang
bervariasi tergantung pada kebutuhan tubuh. Akhirnya, ginjal membuang zat yang
tidak diinginkan dengan filtrasi darah dan mensekresinya dalam urin, sedangkan
zat yang dibutuhkan kembali ke dalam darah.
Secara farmakokinetik, zat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami
absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Ginjal merupakan organ ekskresi
utama yang sangat penting untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh,
termaksuk zat-zat toksik yang tidak sengaja masuk ke dalam tubuh (Anggraini,
2008).
1.2. Perumusan Masalah
Andaliman merupakan rempah yang banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai bumbu masakan khas adat Batak Angkola dan Batak
Mandailing. Dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak buah
andaliman dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi, dapat mempengaruhi
perkembangan embrio, penurunan berat badan fetus mencit, dan kehilangan
praimplantasi (Sabri, 2007). Sejauh ini belum diketahui pengaruh pemberian
ekstrak segar buah andaliman terhadap gambaran histologi ginjal seperti diameter
glomerulus, tubulus proksimal, dan tubulus distal, sehingga perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui pengaruh dari eksrak segar buah andaliman
(Zanthoxylum acanthopodium DC.) terhadap gambaran histologi ginjal mencit
jantan (Mus musculus L.)
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak
segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) terhadap diameter
3
1.4. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah semakin tinggi konsentrasi yang
diberikan pemberian ekstrak segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium
DC.) dapat memperkecil diameter glomerulus, tubulus proksimal serta
menurunkan bobot ginjal mencit jantan (Mus musculus L.).
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi bagi
masyarakat dan instansi terkait mengenai pengaruh pemberian ekstrak segar buah
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Andaliman
Andaliman termasuk tanaman perdu yang tersebar antara lain di India Timur,
Nepal, Pakistan Timur, Myanmar, Thailand, Cina, dan Surnatera Utara (Hartley,
1966). Menurut Hasairin (1994), tinggi tanaman andaliman 3-8 meter, batang
dan cabang merah kasar beralur, berbulu halus dan berduri. Buahnya bulat
hijau kecil, bila digigit mengeluarkan aroma wangi dan rasa tajam yang khas
serta dapat merangsang produksi air liur, tumbuh liar di Sumatera Utara pada
daerah dengan ketinggian di atas 1500 meter (Widiastuti, 2000).
Tanaman ini tumbuh liar di daerah Tapanuli dan digunakan sebagai
rempah pada masakan adat Batak Angkola dan Batak Mandailing (Tensiska dkk.,
2003). Andaliman terdiri dari beberapa senyawa terpen seperti geraniol, linalool,
dan limonen. Dengan kandungan senyawa kimia yang berbeda-beda sehingga
terdapat kemungkinan perbedaan interaksi dari senyawa-senyawa tersebut dalam
tubuh. Sisa-sisa metabolisme maupun kandungan senyawa lain yang belum
diketahui bentuk dan sifatnya dapat mempengaruhi struktur ginjal sebagai organ
ekskresi yang mengalami kontak dengan senyawa-senyawa tersebut (Suparman
dkk., 2013).
Menurut Hsuan Keng (1978), tanaman andaliman dengan nama latin
Zanthoxylum acanthopodium DC dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Geraniales
Famili : Rutaceae
Genus : Zanthoxylum
5
Buah andaliman berbentuk bulat kecil berwarna hijau, bila digigit
mengeluarkan aroma wangi dan ada rasa getir yang tajam yang khas, serta dapat
merangsang produksi air liur. Menurut Sirait (1991), masyarakat Himalaya, Tibet
dan sekitarnya menggunakan tumbuhan ini dalam produk pangan sebagai bahan
aromatik, perangsang nafsu makan dan sebagai obat sakit perut.
2.2. Kandungan Andaliman
Tanaman andaliman mengandung senyawa terpenoid yang mempunyai aktivitas
antioksidan yang sangat bermanfaat bagi kesehatan dan berperan penting untuk
mempertahankan mutu produk pangan dari berbagai kerusakan seperti ketengikan,
perubahan nilai gizi serta perubahan warna dan aroma makanan. Selain itu
senyawa terpenoid pada andaliman juga dapat dimanfaatkan sebagai antimikroba.
Hal ini memberikan peluang bagi andaliman sebagai bahan baku senyawa
antioksidan atau antimikroba bagi industri pangan dan farmasi (Wijaya, 2000).
Andaliman pada saat ini diperhitungkan menjadi sumber senyawa
aromatik dan minyak esensial. Senyawa aromatiknya mampu memberikan rasa
pedas dan getir yang khas pada makanan sehingga menyebabkan lidah terasa
getir. Kandungan kimia dan aktivitas fisiologinya telah banyak dipublikasikan
(Siregar, 2003).
2.3. Anatomi dan Morfologi Ginjal
Ginjal merupakan salah satu organ yang berperan aktif melakukan detoksifikasi
zat yang masuk ke dalam tubuh, dimana organ ini menerima 20- 30% sirkulasi
darah untuk dibersihkan (Widayanti, 2004), sehingga kemungkinan terjadi
perubahan ke arah patologik akibat terpapar zat-zat yang bersifat toksik sangat
besar.
Glomerulus terdiri dari kapiler yang memperoleh supply dari arteriole
afferent dan dialirkan keluar melalui arteriole efferent. Ultrafiltrasi berlangsung
melintasi kapiler glomerulus masuk ke dalam ruang Bowman (ruang kemih)
dan ultrafiltrat kemudian dialirkan melalui tubulus proksimal. Dinding kapiler
glomerulus terdiri 3 lapisan yang unik yaitu sel epitel, membran basal
6
kapiler glomerulus. Sel-sel ini melapisi membran basal glomerulus dan selalu
berhubungan langsung dengan darah yang mengalir dalam lumen kapiler.
Sitoplasma sel endotel mempunyai banyak bukaan (opening) yang disebut
endothelial fenestrations, yang mempunyai diameter antara dari 500 sampai 1000
μm (Noer, 2006).
Gambar 2.1.Struktur Umum Histologis Ginjal (Focosi, 2009).
2.4. Fisiologi Ginjal
Ginjal merupakan organ ekskresi utama yang sangat penting untuk mengeluarkan
sisa-sisa metabolisme tubuh, termasuk zat-zat toksik yang tidak sengaja masuk ke
dalam tubuh. Pemberian senyawa yang bersifat toksik ataupun
senyawa-senyawa yang bersifat iritatif dapat menimbulkan perubahan-perubahan
degeneratif seperti degenerasi melemak sampai nekrosis (Guyton & Hall, 2007).
Ginjal juga sangat berperan dalam mempertahankan homeostasis tubuh dengan
menghasilkan urin serta sebagai tempat untuk pembentukan renin dan eritropoetin
(Junqueria & Carniero, 1997).
Setiap ginjal dibagi dalam korteks di bagian luar yang tercat gelap dalam
preparat mikroskopis dan medula di bagian dalam yang tercat lebih terang
(Paulsen, 2000). Korteks ginjal terdiri dari pars konvulata dan pars radiata. Pars
konvulata/kontorta tersusun dari korpuskuli ginjal dan tubuli yang membentuk
labirin kortikal. Pars radiata tersusun dari bagian-bagian lurus (segmen lurus
tubulus proksimal dan segmen lurus tubulus distal) dari nefron dan duktus
koligens. Massa jaringan korteks yang mengelilingi setiap piramid medula
7
lobulus renis. Jaringan korteks juga terdapat di antara piramid medula, yang
disebut kolumna Bertin (Gartner & Hiatt, 2007).
Ginjal organ bervaskularisasi tinggi yang menerima kurang lebih 25 %
darah cardiak output. Masing-masing ginjal mengandung 1 juta nefron, yang
berkembang dalam fetus manusia sejak usia 35 minggu kehamilan.
Masing-masing nefron terbentuk atas 2 bagian yaitu glomerulus yang terdiri dari bundel
kapiler berdinding tipis yang berfungsi sebagai filter, dan sebuah tubulus yang
berfungsi untuk mengalirkan cairan ultrafiltrat dari glomerulus. Fungsi ginjal
normal ditandai dengan 3 hal pokok yaitu: ultrafiltrasi glomerulus,
reabsorpsi air dan solut yang difiltrasi dalam tubulus, serta sekresi ion-ion
organik dan nonorganik tubulus (Noer, 2006).
Mempertahankan keseimbangan asam basa adalah fungsi tubulus yang
penting. Regulasi keseimbangan asam basa oleh ginjal terdiri dari reabsorbsi
bikarbonat yang telah difiltrasi oleh glomerulus, sekresi ion hidrogen dan
pembentukan bikarbonat baru. Pasien dengan asidosis tubular renal
menunjukkan gambaran asidosis metabolik hiperchloremik dengan anion gap
yang normal dan pH kemih tinggi > 5.5. Laju filtrasi glomerulus menunjukkan
fungsi filtrasi ginjal. Proses filtrasi plasma menembus barier filtrasi glomerulus
dikendalikan oleh hukum Starling dimana tekanan hidrostatik kapiler
glomerulus merupakan faktor utama yang memungkinkan terjadinya
ultrafiltrasi plasma dari lumen kapiler ke dalam ruang urinaria (Noer, 2006).
Ginjal adalah suatu organ yang secara struktural kompleks dan
berkembang untuk beberapa fungsi, diantaranya: ekskresi produk sisa
metabolisme, pengendalian air dan garam, pemeliharaan keseimbangan asam dan
basa, serta sekresi berbagai hormon dan autokoid (Cotran dkk., 2007). Walaupun
mempunyai banyak fungsi, fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume
dan komposisi cairan ekstraseluler dalam batas-batas normal (Wilson, 2005).
Menurut Noer (2006), tubulus renal berfungsi menjaga keseimbangan
cairan, elektrolit dan asam basa dengan cara mengatur reabsorpsi air dan solut
dari ultrafiltrat glomerulus, sekresi ion organ beracun (toxic organic ions), dan
ekskresi ion hidrogen yang dihasilkan oleh aktivitas metabolik. Pemeriksaan
8
disamping itu juga dipakai untuk melihat daya pemekatan tubulus dan
mekanisme asidifikasi kemih.
Fungsi ginjal tercermin pada sistem buluh kompleks yang berkaitan erat
dengan pembuluh darah. Pengetahuan yang diperoleh dari kaitan bangun anatomi
antar buluh bersekresi, saluran pembuang dan jalinan kapiler, mampu
memperjelas struktur serta fungsi ginjal (Dellmann, 1992). Fungsi utama ginjal
adalah menyingkirkan buangan metabolisme normal dan mensekresi xenobiotik
dan metabolitnya. Hal ini dipengaruhi oleh produksi urin, suatu proses yang juga
berperan dalam pemeliharaan status homeostatis tubuh (Lu, 1995).
Menurut Sloane (2004), beberapa fungsi ginjal antara lain:
a. Pengeluaran zat sisa organik, ginjal mengeksresi urea, asam urat,
kreatinin, produk penguraian hemoglobin dan hormon.
b. Pengaturan konsentrasi ion-ion penting, ginjal mengekskresi ion
natrium, kalium, magnesium, sulfat dan fosfat.
c. Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh, ginjal mengendalikan ekskresi
ion hidrogen (H+), bikarbonat (HCO3-), dan amonium (NH4+).
d. Pengaturan produksi sel darah merah, ginjal melepas eritropoietin,
yang mengatur produksi sel darah merah dalam sumsum tulang.
e. Pengaturan tekanan darah, ginjal mengatur volume cairan yang esensial
bagi pengaturan tekanan darah dan juga memproduksi enzim renin.
f. Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam
amino darah, melalui ekskresi glukosa dan asam amino berlebih, bertanggung
jawab atas konsentrasi nutrien dalam darah.
g. Pengeluaran zat beracun, ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan
makanan, obat-obatan atau zat kimia asing lain dari tubuh.
2.5. Glomerulus dan Tubulus Proksimal
Glomerulus merupakan struktur yang dibentuk oleh beberapa berkas anastomosis
kapiler yang berasal dari cabang-cabang arteriol aferen. Komponen jaringan ikat
pada arteriol aferen tidak masuk ke dalam kapsula Bowman, dan secara normal
sel-sel jaringan ikat digantikan oleh tipe sel khusus, yaitu sel-sel mesangial. Ada
9
terletak pada kutub vaskuler dan sel-sel mesangial intraglomerular mirip perisit
yang terletak di dalam korpuskulus ginjal (Gartner & Hiatt, 2007).
Unit terkecil dari ginjal adalah nefron, yang terdiri dari sebuah glomerulus
dan sebuah tubulus. Nefron memiliki fungsi dasar membersihkan atau
menjernihkan plasma darah dari substansi yang tidak diinginkan oleh tubuh.
Biasanya substansi tersebut berasal dari hasil metabolisme seperti urea, kreatinin,
asam urat dan ion-ion natrium, kalium, klorida serta ion-ion hidrogen dalam
jumlah yang berlebihan. Proses filtrasi terjadi di glomerulus dan substansi dengan
ukuran kecil sampai sedang dapat melewati dinding kapilernya. Substansi yang
besar seperti protein plasma tidak dapat melewati dinding kapiler sehingga tidak
terfiltrasi (Guyton, 1994).
Glomerulus berfungsi sebagai filter dan ultrafiltrat bebas protein
berkumpul dalam ruang glomerulus dan mengalir ke dalam tubulus. Seluruh
tubulus kontortus proksimal terletak dalam korteks (Himawan, 1979).
Tubulus proksimal merupakan lanjutan dari kapsul bowman. Tubulus
proksimal terdiri dari pars konvoluti dan pars rekti. Keduanya memiliki bangun
histology yang sama dan lumen yang sempit karena memiliki mikrovili (brush
border) (Hartono, 1976).
Sel epitel tubulus proksimal ginjal secara normal berbentuk kuboid selapis
dengan batas sel yang tidak jelas, sitoplasma eosinofilik bergranula dan inti sel
besar, bulat, berbentuk sferis di tengah sel. Puncak-puncak sel yang menghadap
ke lumen tubulus mempunyai mikrofili cukup panjang yang disebut brush border
(Gartner & Hiatt, 2007).
2.6. Kelainan Ginjal
Soeksmanto (2003) menyatakan bahwa indikator adanya gangguan ginjal dapat
diketahui dengan mengamati adanya proliferasi glomerulus yang berasal dari
pembengkakan dan penambahan sel-sel endotel dan kapiler. Proliferasi
glomerulus ini menyebabkan perubahan pada korpuskulum renal secara
keseluruhan, meliputi diameter glomerulus, ruang urinari dan diameter kapsula
bowman. Secara mendasar ginjal mendapat efek langsung dari senyawa toksik.
10
akibatnya ginjal mempunyai aliran darah yang tinggi mengkonsentrasikan bahan
toksik pada filtrat, membawa bahan toksik melalui sel tubulus dan mengaktifkan
bahan toksik tertentu. Oleh karena itu ginjal adalah organ sasaran utama dari efek
toksik.
Nefrotoksikan dapat menyebabkan efek buruk pada berbagai bagian ginjal,
yang mengakibatkan berbagai perubahan fungsi. Kerusakan pada ginjal dapat
mengenai glomerulus, tubulus maupun intertisiumnya. Penyakit yang terjadi pada
glomerulus diantaranya adalah glomerulonefritis, glomerular lipidosis serta
amiloidosis. Nefrosis adalah istilah morfologik yang digunakan para ahli patologi
untuk kelainan ginjal degeneratif (Juhryyah, 2008).
Menurut Soeksmanto (2003), menyatakan bahwa indikator adanya
gangguan ginjal dapat diketahui dengan mengamati adanya proliferasi glomerulus
yang berasal dari pembengkakan dan penambahan sel-sel endotel dan kapiler.
Poliferasi glomerulus ini menyebabkan perubahan pada korpuskulum renale
secara keseluruhan, meliputi diameter glomerulus, ruang urinari dan diameter
kapsula bowman.
Menurut Sloane (2004), beberapa gangguan sistem urinaria yaitu sebagai
berikut:
a. Sistitis adalah inflamasi kandung kemih. Inflamasi ini dapat disebabkan
oleh infeksi bakteri seperti Escherichia coli yang menyebar dari uretra
atau karena respon alergik dan akibat iritasi mekanis pada kandung kemih.
b. Glomerulonefritis adalah inflamasi nefron, terutama pada glomerulus.
c. Plelonefritis adalah inflamasi ginjal dan pelvis ginjal akibat infeksi bakteri.
Inflamasi dapat berawal dari traktus urinaria bawah (kandung kemih) dan
menyebar ke ureter atau karena infeksi yang dibawa darah dan limfa ke ginjal.
d. Batu ginjal (kalkuli urinaria) terbentuk dari pengendapan garam
kalsium, magnesium, asam urat dan sistein.
e. Gagal ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Hal ini mengakibatkan
terjadinya retensi garam, air, zat buangan nitrogen (urea dan kreatinin) dan
11
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dimulai dari bulan Maret 2013 sampai November 2014 di
Laboratorium Struktur Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah bak mencit, tutup bak mencit,
botol tempat ekstrak, spuit, jarum gavage, kamera digital, sample cup, dissecting
set, blender, hot plate, bak bedah, mikroskop, gelas ukur, beaker glass, spidol
permanen, neraca analitik, jarum pentul, spatula, cawan petri, kaca arloji, pipet
tetes, freezer, oven, object glass, dan cover glass.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah 48 mencit jantan (Mus
musculus L.), buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.), akuades,
kertas saring. Bouin, NaCl 0.9%, pellet, jagung giling, sekam, kertas milimeter,
parafin, pewarna Hematoxylin dan Eosin, Canada balsam, xylol, alkohol dan tisu.
3.3. Prosedur Percobaan 3.3.1. Persiapan Hewan uji
Penelitian ini menggunakan mencit jantan (Mus musculus L.) strain DDW.
Mencit berumur 12 minggu dipelihara dalam kandang yang diletakkan di kotak
terbuat dari plastik yang diberi alas sekam. Pergantian sekam dilakukan dua kali
perminggu. Pemberian pakan dan minum dilakukan setiap hari secara ad-libitum.
3.3.2. Pembuatan Bahan Uji Ekstrak Segar Buah Andaliman
Andaliman diperoleh dari pajak sore Padang Bulan sebanyak 1200 g,
berwarna hijau dan berbentuk bulat. Biji andaliman dibersihkan dari kotoran lalu
diangin-anginkan kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 40ºC sampai
biji kering. Dihaluskan hingga menjadi serbuk. Serbuk andaliman ditimbang
12
yaitu 2 % (2 g serbuk andaliman/ 100 ml akuades), 5 % (5 g serbuk andaliman/
100 ml akuades) dan 10 % (10 g serbuk andaliman/ 100 ml akuades) (Prasetiawan
dkk, 2013). Untuk mendapatkan ekstrak segar buah andaliman yang murni
dilakukan secara infusa (Ditjen POM, 1995), yaitu campuran andaliman dan
akuades tersebut dipanaskan di atas hotplate pada suhu 90° C selama ± 15 menit
sambil diaduk. Disaring hingga didapatkan ekstrak segar buah andaliman yang
murni. Ekstrak disimpan di dalam freezer agar ekstrak tetap segar.
3.3.3. Rancangan Penelitian
Penelitian ini mengikuti metode penelitian Christijanti (2009) yang telah
dimodifikasi dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
menggunakan sampel 48 ekor mencit dewasa yang dilakukan secara random
dengan membagi mencit dalam 4 perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri atas
6 ekor. K0 sebagai kontrol blank (tidak diberi perlakuan), P1 diberi perlakuan
dengan dosis 2% ekstrak segar, P2 diberi perlakuan dengan dosis 5% ekstrak
segar, dan P3 diberi perlakuan dengan dosis 10% ekstrak segar dan
masing-masing perlakuan dilakukan pemulihan.
Tabel 3.1. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian
Perlakuan Ekstrak Perlakuan (hari) Pemulihan (hari) K0
Tabel 3.1. Perlakuan yang digunakan.
Ket: (*) pembedahan 40 hari, (**) pembedahan 80 hari
Jumlah ulangan untuk setiap perlakuan ditentukan dengan menggunakan
rumus Federer (Chairul dkk., 1992) yaitu:
(t - 1) (n - 1) ≥ 15 t = jumlah perlakuan
n = jumlah ulangan
13
3.3.4. Pemberian Perlakuan
Pemberian perlakuan secara oral dengan menggunakan jarum gavage.
Volume pemberian ekstrak sebanyak 0,3 ml/mencit/hari selama 40 hari,
dilanjutkan 40 hari tanpa perlakuan untuk reversibilitasnya (Hess & Chen (1992)
dalam Christijanti (2009)). Enam ekor mencit dari masing-masing kelompok
dibunuh dengan cara dislokasi leher pada saat mencapai hari ke-40 pemberian
perlakuan. Selanjutnya mencit dibedah, diambil ginjal dan diletakkan pada cawan
petri yang telah diberi larutan NaCl 0,9% lalu ditimbang, setelah itu dimasukkan
ke dalam larutan Bouin. Selanjutnya 6 ekor mencit yang tersisa dari
masing-masing kelompok dipelihara tanpa diberi perlakuan (pemberian perlakuan
dihentikan) selama 40 hari untuk mengetahui reversibilitas ginjal. Setelah 40 hari
tanpa perlakuan, semua mencit dari masing-masing kelompok dibunuh dengan
cara dislokasi leher, diambil dan dicuci ginjal dalam larutan fisiologis (NaCl
0,9%) lalu ditimbang, setelah itu dimasukkan ke dalam larutan Bouin.
3.3.5. Pembuatan Sediaan Histologis
Pembuatan sediaan histologis menurut Suntoro (1983), dilakukan dengan
metode parafin dan menggunakan pewarnaan Hematoksilin Eosin.
3.3.6. Parameter Pengamatan
a. Morfologi
- Warna Ginjal
Penilaian warna ginjal yang normal bila permukaan berwarna merah
kecoklatan, sedangkan abnormal jika permukaan bintik-bintik dan
menunjukkan perubahan warna (Anggraini, 2008).
- Bobot Ginjal
Penentuan bobot ginjal dilakukan dengan cara menimbang ginjal bagian
kanan dan kiri mencit jantan. Bobot kedua ginjal hasil penimbangan
selanjutnya dirata-ratakan dan menjadi rata-rata berat ginjal masing-masing
14
b. Histologi
Pengamatan histologi ginjal menggunakan metode analisis deskriptif.
- Diameter Glomerulus
Sebanyak 2 preparat histologi ginjal dari masing-masing perlakuan diamati di
bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali. Diukur rata-rata diameter
glomerulus ginjal. Dilakukan pengukuran sebanyak 10 lapangan pandang dan
dicatat hasil pengamatan.
- Tubulus Proksimal
Sebanyak 2 preparat histologi ginjal dari masing-masing perlakuan diamati di
bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali. Diukur rata-rata diameter
proksimal ginjal. Dilakukan pengukuran sebanyak 10 lapangan pandang dan
dicatat hasil pengamatan.
Gambar 3.1. Gambar pengamatan ginjal mencit (Seely, 1999).
3.3.7. Analisis Statistik
Data bobot ginjal disusun dalam bentuk tabel. Data kuantitatif (variabel
dependen) yang didapatkan, diuji kemaknaannya terhadap pengaruh kelompok
perlakuan (variabel independen) dengan bantuan program statistik komputer yakni
program IBM® SPSS® Statistics Ver. 20. Urutan uji diawali dengan uji normalitas
dengan α (nilai signifikansi) = 0.05. Apabila hasil uji normalitas menunjukkan p<α maka data tersebut diujikan lagi dengan uji normalitas dengan transformasi,
Glomerulus
Tubulus Proksimal Tubulus Distal
15
kemudian jika p masih kurang dari 0.05, dilanjutkan dengan uji homogenitas dan
uji non parametrik Kruskal-Wallis dan kemudian uji Mann-Whitney. Untuk
melihat korelasi data antara sebelum dan sesudah pemulihan, digunakan uji
Wilcoxon. Jika p>0.05 pada uji normalitas, maka dilakukan uji homogenitas, uji
parametrik One-Way ANOVA, dan kemudian uji post-hoc Bonferroni’s. Untuk
melihat korelasi data antara sebelum dan sesudah pemulihan, digunakan uji paired
16
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan Ginjal mencit jantan (Mus musculus L.) setelah pemberian
ekstrak segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan setelah
pemulihan terdiri dari gambaran morfologi ginjal, bobot ginjal dan pengamatan
histologis Ginjal Mencit Jantan Pada Diameter Glomerulus dan Tubulus
Proksimal
4.1. Gambaran Morfologi Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah Pemulihan
Pengamatan morfologi ginjal mencit jantan (Mus musculus L.) setelah
pemberian ekstrak segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan
setelah pemulihan dapat dilihat sebagai berikut:
4.1.1. Warna Ginjal
Gambaran warna ginjal mencit jantan setelah pemberian ekstrak segar
buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan setelah pemulihan dapat
dilihat pada Gambar 4.1. berikut:
Gambar 4.1. Morfologi Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan setelah pemulihan a) ginjal normal dengan warna merah kecoklatan, b) ginjal abnormal dengan warna pucat, dan c) ginjal normal dengan warna merah kecoklatan setelah 40 hari pemulihan.
17
Pada Gambar 4.1. dapat dilihat bahwa pada Gambar a) merupakan kelompok
kontrol, b) merupakan kelompok perlakuan pemberian ekstrak segar buah
andaliman 5% dan c) merupakan kelompok setelah 40 hari pemulihan. Gambar di
atas menunjukkan pada kelompok kontrol dan kelompok pemulihan setelah 40
hari diberi perlakuan tidak jauh beda, tetapi pada kelompok perlakuan
menunjukkan perbedaan yang sangat jelas dilihat dari warna yang lebih pucat.
Perubahan ini umumnya perubahan secara fisiologis. Menurut Ressang (1984),
perubahan warna organ umumnya disebabkan oleh adanya perubahan fisiologis
dan struktur mikroskopik yang sangat berpengaruh pada organ tersebut.
4.1.2. Data Morfologi Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah Pemulihan
Data morfologi kelompok perlakuan dan pemulihan ginjal mencit jantan
setelah pemberian ekstrak segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium
DC.) dan setelah pemulihan dapat dilihat pada Tabel 4.1:
Tabel 4.1. Data morfologi ginjal mencit jantan setelah pemberian ekstrak segar
buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan setelah
pemulihan
Kelompok Perlakuan
Data Morfologi Ginjal
Warna (%) Permukaan (%) Konsistensi (%)
Keterangan: Normal (N) dan Abnormal (A)
18
Dari Tabel 4.1. di atas dapat dilihat adanya perbedaan antara perlakuan dan
pemulihan yaitu perubahan warna ginjal. Pada perlakuan K0, P1, dan P3
menunjukkan bahwa tidak ada perubahan pada warna, permukaan dan konsistensi
ginjal, pada perlakuan P2 terjadi perubahan abnormal pada warna ginjal sebanyak
1 ekor mencit (16,67%), tetapi permukaan dan konsistensi tetap normal dan tidak
ada perubahan. Sedangkan pada kelompok pemulihan K0P, P1P, P2P, dan P3P
menunjukkan tidak ada perubahan pada warna, permukaan dan konsistensi ginjal
tetap dalam keadaan normal. Hal ini kemungkinan dikarenakan ekstrak segar buah
andaliman yang diberikan dengan konsentrasi 2%, 5%, da 10% belum terlalu
berpengaruh terhadap ginjal mencit. Hal ini terlihat dari data di atas, terlihat
banyak kelompok ginjal yang tetap dalam keadaan normal sesuai dengan
pernyataan Anggraini (2008), ginjal normal ditandai dengan ginjal yang berwarna
merah kecoklatan, permukaan licin, serta konsistensinya kenyal.
Perbedaan konsentrasi ekstrak yang diberikan dengan intensitas pemberian
yang berbeda juga berpengaruh terhadap kondisi morfologi ginjal, serta memiliki
kemampuan kembali normal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Astuti et al.,
(2006), jika intensitas paparan suatu zat terhadap suatu organ ditingkatkan maka
akan menimbulkan perubahan morfologi dan fungsi, perubahan tersebut umumnya
bersifat reversible.
Menurut Underwood (1999), bahwa ginjal mirip dengan hati apabila
mengalami cedera, karena memiliki sel epitel yang dapat beregenerasi, tetapi
arsitekturnya tidak dapat diperbaiki. Kerusakan epitel tubulus akibat iskemia atau
terkena toksin dapat menimbulkan gagal ginjal klinis. Tetapi pada umumnya
cukup banyak sel epitel yang masih hidup dan dapat membentuk tubulus lagi
sehingga fungsi ginjal normal kembali.
Urin merupakan jalur utama ekskresi sebagian besar senyawa toksikan,
sehingga ginjal yang mempunyai volume aliran darah tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus. Karena itu ginjal
merupakan organ sasaran utama dari efek toksik yang dapat mempengaruhi
19
4.1.3. Bobot Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodiumDC.) dan setelah Pemulihan
Rata-rata bobot ginjal mencit jantan yang didapat setelah pemberian ekstrak
segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan setelah pemulihan
dapat dilihat pada gambar 4.2. berikut:
Gambar 4.2. Rata-rata bobot ginjal mencit jantan setelah pemberian ekstrak segar buah andaliman dan setelah pemulihan. K0 = Kontrol blank; P1, P2, dan P3 = Perlakuan dengan ekstrak segar andaliman 2%, 5%, dan 10%; K0P = Kontrol blank setelah pemulihan 40 hari; P1P, P2P, dan P3P = Perlakuan dengan ekstrak segar andaliman 2%, 5%, dan 10% setelah pemulihan 40 hari.
Dari Gambar 4.2. diperoleh data bobot ginjal mencit jantan perlakuan (K0, P1, P2,
dan P3) dan setelah pemulihan (K0P, P1P, P2P, dan P3P). Rata- rata bobot ginjal
K0 (0,27 g), P1 dan P3 (0,28 g), dan P3 memiliki bobot ginjal dengan rata-rata
tertinggi yaitu (0,3 g), sedangkan kelompok pemulihan K0P, P1P, dan P2P
memiliki rata-rata bobot ginjal yang sama yaitu (0,26 g) dan P3P (0,28 g). Bobot
ginjal tertinggi terlihat pada kelompok perlakuan P2 yaitu (0,3 g) dan terendah
pada kelompok pemulihan K0K, P1P, P2P yaitu (0,26 g). Dari hasil di atas terlihat
bahwa pemberian ekstrak segar buah andaliman yang diberikan selama 40 hari
dan dilanjutkan pemulihan selama 40 hari, terlihat adanya peningkatan bobot
ginjal pada kelompok perlakuan dan kelompok pemulihan dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Tetapi secara statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan
20
yang signifikan antara kontrol, perlakuan dan pemulihan. Hal ini karena senyawa
yang terkandung pada buah andaliman tidak berpengaruh terhadap bobot ginjal,
sehingga tetap meningkat untuk bobot ginjal tersebut.
Uji one-way ANOVA pada parameter bobot ginjal sebelum pemulihan dan
uji Kruskal-Wallis pada parameter bobot ginjal sesudah pemulihan mendapatkan
nilai p<α. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pebedaan yang signifikan pada
α=0.05 untuk perlakuan K0, P1, P2, dan P3 pada parameter pengamatan. Diasumsikan bahwa perlakuan ekstrak segar andaliman tidak memiliki pengaruh
terhadap bobot ginjal karena tidak adanya perbedaan yang signifikan antara K0,
P1, P2, dan P3.
Uji Wilcoxon antara parameter bobot ginjal sebelum dan sesudah
pemulihan mendapatkan nilai p>α, yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan pada bobot ginjal setelah pemberian ekstrak segar buah andaliman
sebelum pemulihan dan sesudah pemulihan 40 hari.
Menurut Lu (1994), meningkatnya berat ginjal juga dapat dianggap sebagai
salah satu nefrotoksisitas yang paling peka dan konsisten jika diikuti dengan
perubahan warna dan bentuk ginjal, tetapi dari hasil pengamatan terhadap warna dan
bentuk ginjal mencit perlakuan, ternyata tidak memperlihatkan perbedaan dengan
mencit kontrol sehingga dalam menilai efek ginjal sebagai suatu toksikan perlu
dipertimbangkan beberapa faktor untuk dapat mengatakan bahwa suatu zat dapat
dianggap toksik atau tidak pada fungsi dan morfologi ginjal karena ginjal mempunyai
kemampuan kompensasi yang cukup tinggi. Jika terjadi perubahan pada berat
ginjal, saat dibandingkan dengan berat ginjal hewan kontrol, maka hal tersebut
menunjukkan terjadi lesi ginjal. Lesi ginjal merupakan kerusakan jaringan karena
gangguan fisik atau patologis.
Menurut Syaifuddin (2000), ginjal membuang zat yang tidak diinginkan
dengan filtrasi darah dan mensekresikannya dalam urin, sedangkan zat yang
dibutuhkan kembali ke dalam darah. Peristiwa ini menyebabkan ginjal bekerja
dengan sangat keras, sehingga dapat mempengaruhi perubahan berat dan
morfologi ginjal. Dalam hal ini, ginjal merupakan organ ekskresi utama. Ginjal
mempunyai fungsi yang paling penting yaitu menyaring plasma dan
memindahkan zat dari filtrat pada kecepatan yang bervariasi tergantung pada
21
4.2. Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan Pada Diameter Glomerulus dan Tubulus Proksimal Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah Pemulihan
Gambaran histologis ginjal mencit jantan pada diameter glomerulus dan
diameter tubulus proksimal setelah pemberian ekstrak segar buah andaliman
(Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan setelah pemulihan dapat dilihat pada
gambar 4.3. berikut:
Gambar 4.3. Persentase diameter glomerulus (DG) dan diameter tubulus proksimal (DTP). Kelompok kontrol (K0), kelompok perlakuan (P1, P2, dan P3) dengan konsentrasi 2%, 5%, dan 10%, dan kelompok kontrol pemulihan (K0P), kelompok pemulihan (P1P, P2P dan P3P) setelah 40 hari.
Dari Gambar 4.3. didapatkan bahwa persentase diameter glomerulus kelompok
perlakuan K0 (12%), P1 (12%), P2 (13%), P3 (13%) dan kelompok pemulihan
K0P (12%), P1P (11%), P2P (13%), P3P (13%). Sedangkan persentase diameter
tubulus proksimal kelompok perlakuan didapatkan K0 (14%), P1 (11%), P2
(13%), P3 (14%) dan kelompok pemulihan K0P (11%), P1P (12%), P2P (11%),
P3P (12%). Dari hasil pengamatan pada perlakuan setelah pemberian ekstrak
22
segar buah andaliman selama 40 hari dan pemulihan selama 40 hari terlihat
adanya peningkatan persentase diameter glomerulus dibandingkan kelompok
kontrol. Namun terjadi penurunan persentase diameter tubulus proksimal pada
kelompok perlakuan P1 (11%). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak segar buah
andaliman dengan konsentrasi 2% dapat mempengaruhi diameter tubulus
proksimal, namun konsentrasi 5% dan 10% tidak memiliki pengaruh yang nyata.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh senyawa kimia yang terkandung dalam
ekstrak buah andaliman seperti steroid.
Menurut Indriani (2007), bahwa steroid banyak ditemukan di alam, yaitu
pada tumbuhan dan hewan. Steroid pada jaringan tumbuhan disebut dengan
sitosterol yang biasanya terdapat pada lapisan lilin daun yang berfungsi sebagai
pelindung tanaman dari serangan serangga (insektisida). Syahrum & Kamaludin
(1994), juga menyatakan senyawa yang bersifat toksik akan mempengaruhi sel-sel
mensenkim sehingga poliferasi terganggu.
Menurut Lu (1995), bagian dalam ginjal yang paling rentan terhadap efek
toksikan adalah tubulus kontortus proksimal, hal tersebut disebabkan absorpsi dan
sekresi aktif yang terjadi di dalam tubulus tersebut. Kadar toksikan tubulus
proksimal sering lebih tinggi untuk mendetoksifikasi atau mengaktifkan toksikan,
dengan demikian tubulus ini merupakan sasaran efek toksik.
Menurut Purwati (2005), reaksi sel, jaringan atau organ terhadap agen
tertentu dapat berupa adaptasi yaitu penyesuaian terhadap rangsangan fisiologis
atau patologik tertentu, kerusakan yang bersifat reversibel terjadi bila kemampuan
beradaptasi sel telah terlampaui dan kerusakan yang bersifat irreversibel akan
berakhir dengan kematian (nekrosis) dari sel. Himawan (1973) menyatakan bahwa
meskipun zat kimia merupakan zat yang biasa terdapat pada tubuh seperti
natrium dan glukosa, tetapi kalau konsentrasinya tinggi dapat menimbulkan
nekrosis akibat gangguan osmotik sel. Beberapa zat tertentu dalam konsentrasi
yang rendah sudah dapat merupakan racun dan mematikan sel, sedang zat lain
23
4.2.1. Gambaran Hasil Pengukuran Diameter Glomerulus dan Diameter Tubulus Proksimal Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Setelah Pemulihan
Gambaran hasil pengukuran diameter glomerulus dan diameter tubulus proksimal
mencit jantan dapat dilihat pada gambar 4.4. berikut:
Gambar 4.4. Gambaran mikroskopis glomerulus dan tubulus proksimal ginjal dengan perbesaran 400x. a1) diameter glomerulus, a2) diameter tubulus proksimal kelompok kontrol, b1) diameter glomerulus, b2) diameter tubulus proksimal kelompok perlakuan, c1) diameter glomerulus, c2) diameter tubulus proksimal kelompok pemulihan.
Dari gambar 4.4. di atas dapat dilihat diameter glomerulus (6,15 dan 5,01µm) dan
diameter tubulus proksimal (2,68 dan 2,9µm) pada kelompok perlakuan tampak
lebih meningkat dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dengan demikian,
peningkatan diameter glomerulus tersebut tidak menunjukkan adanya kerusakan
pada ginjal tersebut. Seperti yang dinyatakan Maharani (2012), glomerulus ginjal
yang mengalami kerusakan, ditandai dengan berkurangnya ukuran glomerulus.
Hal tersebut disebabkan oleh peristiwa nekrosis berupa pecahnya organel sel.
a b
c
1
2
1
2
24
Secara histologi tubulus proksimal menurut Leeson dkk., (1989), sel-sel
tubulus proksimal bersifat eosinofilik dengan batas brush border dan garis-garis
basal dan lumen biasanya nyata lebar sedangkan glomerulus menurut Vinandhita
(2008) yaitu glomerulus merupakan kumpulan kapiler-kapiler darah yang
memiliki fungsi utama memfiltrasi plasma. Glomerulus diselimuti oleh kapsula
bowman. Daerah diantara kapsula bowman dengan buluh-buluh kapiler disebut
ruang bowman.
Sebagian besar toksikan dapat melewati glomerulus dan mengalami
absorpsi pasif di sel-sel tubuler. Oleh karena itu, setiap bagian nefron seperti
glomerulus secara potensial dapat dirusak oleh efek toksikan. Kerusakan yang
ditimbulkan oleh toksikan dapat beragam, mulai dari perubahan biokimia atau
sampai kematian sel (Lu, 1995).
Faktor yang mungkin menyebabkan kerusakan ginjal adalah kemampuan
ginjal untuk mengkonsentrasikan substansi xenebiotik di dalam sel. Jika suatu zat
kimia disekresi secara aktif dari darah ke urin, zat kimia terlebih dahulu
diakumulasikan dalam tubulus proksimal atau jika substansi kimia ini direabsorbsi
dari urin maka akan melalui sel epitel tubulus dengan konsentrasi tinggi. proses
pemekatan tersebut mengakibatkan zat-zat toksik ini akan terakumulasi di ginjal
dan menyebabkan kerusakan ginjal (Anggraini, 2008).
Menurut Cotran (1995), kerusakan ginjal berupa nekrosis tubulus
disebabkan oleh sejumlah racun organik. Hal ini karena pada sel epitel tubulus
terjadi kontak langsung dengan bahan yang direabsorbsi, sehingga sel epitel
tubulus ginjal dapat mengalami kerusakan ataupun nekrosis pada inti sel ginjal
sehingga warna ginjal tampak berubah. Faktor lain yang mengakibatkan sel
tubulus mudah berubah struktur adalah luasnya bidang permukaan reabsorbsi
tubulus, metabolic rate yang tinggi, tingginya konsumsi oksigen untuk melakukan
fungsi transpor dan reabsorbsi juga kemampuan tubulus untuk mengkonsentrasi
25
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah
a. Ekstrak segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) memberikan
pengaruh perubahan warna ginjal pada kelompok pemberian ekstrak 5%, tetapi
tidak berpengaruh pada permukaan dan konsistensi ginjal.
b. Bobot ginjal mencit jantan yang diberikan ekstrak segar buah andaliman
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan
c. Pemberian ekstrak segar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)
memperbesar diameter glomerulus, tetapi memperkecil diameter tubulus
proksimal secara persentase deskriptif.
5.2. Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan
26
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, D.R. 2008. Gambaran Makroskopis dan Mikroskopis Hati dan Ginjal Mencit Akibat Pemberian Plumbum Asetat. [Tesis]. Fakultas Kedokteran USU. Hlm. 33.
Astuti, U.N.W., Dewi, R., Siska, H., dan Susilo, H.S. 2006. Pemanfaatan Mindi (Melia azedarach L.) Sebagai Anti Parasit Trypanosoma Evansi dan Dampaknya Terhadap Struktur Jaringan Hepar dan Ginjal Mencit. Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM. Hlm. 293.
Chairul, Harapini, M., dan Daryati, Y. 1992. Pengaruh Ekstrak Kencur (Kaempferia galangal L.) Terhadap Kehamilan Mencit Putih (Mus musculus L.). [Tesis]. Bandung: Universitas Padjajaran dan Laboratorium Treub Puslitbang Biologi LIPI Bogor.
Christijanti, W. 2009. Penurunan Jumlah dan Motilitas Spermatozoa Setelah Pemberian Ekstrak Biji Pepaya. Biosaintifika. 1(1): 19-26.
Cotran R. S., Rennke H., dan Kumar V. 2007. Ginjal dan Sistem Penyalurnya. Dalam: Kumar V., Cotran R. S., Robbins S. L. (eds). Buku Ajar Patologi Robbins Volume 2. Edisi VII. Jakarta: EGC. Page: 572, 594-7.
Cotran, R.S. 1995. Ginjal dan Sistem Penyalurannya. In:Robbins, S.L., Kumar, V., Staf Pengajar Laboratorium Patologik Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Buku Ajar Patologi II. Ed 4. Jakarta: EGC: hlm. 203.
Dellmann, H.D. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II. Edisi ketiga. Cetakan Pertama. Penerbit Universitas Indonesia.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi ke-4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hlm. 9.
Focosi, D. 2009. Physiology of Adult Homo Sapiens-Urinary Apparatus.
27
Hartono. 1976. Histologi Veteriner. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Bogor: IPB.
Hartley TG. 1966. A revision of the Malesian species of Zanthoxylum (Rutaceae). Jurnal Arnold Arboretum. 47:171-221.
Hasairin, A. 1994. Etnobotani rempah dan makanan adat masyarakat Batak Angkola dan Mandailing. [Tesis]. Bogor: Program Pasca-sarjana Institut Pertanian Bogor.
Hendriani, R. 2007. Uji Toksisitas Subkronis Kombinasi Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan Rimpang Jahe Gajah (Zingiber officinale R.) Pada Tikus Wistar. [Skripsi].Universitas Padjadjaran Jatinangor.
Himawan, S. 1979. Patologi Ginjal. Bagian Patologi Anatomik FKUI. Jakarta.
Himawan, S. 1973. Patologi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hlm. 267
Hsuan Keng. 1978. Others and Families of Malayan Seed Plants. Singapore University Press.
Indriani, N. 2007. Aktivitas Antibakteria Daun Senggugu (Clerodendron serratum L.). [Skripsi]. Bogor: IPB
Juhryyah, S. 2008. Gambaran Histopatologi Organ Hati dan Ginjal Tikus Pada Intoksikasi Akut Insektisida (Metofluthrin, D-phenothrin, D-Alletrin) dengan Dosis Bertingkat. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan ITB.
Junqueira, L.C. dan Carneiro, J. 2007. Histologi Dasar. Edisi ke-10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hlm. 427
Leeson, C.R., Thomas, S.L., dan Anthony, A.P 1989. Buku Ajar Histologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lu, FC. 1995. Toksikologi Dasar. Edisi Ke-2. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Lu, FC. 1994. Toksikologi Dasar. Edisi Ke-2. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Maharani, H. 2012. Uji Potensi Nefroprotektif Senyawa Dimer Dari Isoeugenol Terhadap Histologi Ginjal Mencit (Mus musculus) Jantan Galur DDY. [Skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia.
28
Noer, M.S. 2006. Evaluasi fungsi ginjal secara laboratorik (Laboratoric evaluation on renal function). Lab - SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR RSU Dr. Soetomo Surabaya.
Panjaitan, A. 2012. Gambaran Histologi Ren Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW Setelah Pemberian Ekstrak Segar dan Ekstrak Etanol Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.). [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Paulsen D. F. 2000. Histology and Cell Biology: Examination and Board Review. 4th ed. Singapura: Mc Graw-Hill Book Co. Page: 244-6.
Prasetiawan, E. Riana, Sarah, M. Mulyani, R. dan Gardika, M. 2013. Potensi Pemanfaatan buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Sebagai Bahan Kontrasepsi Alternatif Serta Efek Samping Terhadap Sistem Pencernaan Mencit Jantan (Mus musculus L.) Strain DDW. [Laporan Penelitian Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian]. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Purwati, E. 2005. Pengaruh Pemberian Boraks Secara Oral Terhadap Darah dan Struktur Mikroanatomi Ginjal Pada Rattus sp. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan 1 (1): 1858
Ressang, A. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Departemen Urusan Research National. Jakarta: Republik Indonesia.
Sabri, E. 2007. Efek Perlakuan Ekstrak Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Pada Tahap Praimplantasi Terhadap Fertilitas dan Perkembangan Embrio Mencit (Mus musculus L.). Jurnal Biologi Sumatera. 2(2):28-31.
Sirait J. 1991. Penggunaan kompos dalam pengecambahan biji andaliman (Piper ribesioides Wall).[Skripsi]. Medan: Unika St. Thomas.
Siregar, B. L. 2003. Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) di Sumatera Utara. Deskripsi dan Perkecambahan. Hayati. 10(1): 1-4.
Seely, J.C. 1999. Kidney in Pathology of the Mouse. Reference and Atlas. Cache River Press, Vienna, IL 207
Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hlm. 318.
Soeksmanto A, 2003. Pengaruh fraksi aktif tumbuhan Aglaia angustifolia terhadap ginjal mencit (Mus musculus). Natur Indonesia 6(1) : 49-52.
29
Suparman, P., Sudira, W., dan Berata, K. 2013. Kajian Ekstrak Daun Kedondong (Spondias dulcis G.Forst.) Diberikan Secara Oral Pada Tikus Putih Ditinjau Dari Histopatologi Ginjal. Buletin Veteriner Udayana. 5 (1).
Suryanto, E., Wehantouw, F. dan Raharjo, S. 2005. Aktivitas Antioksidan dan Stabilitas Ekstrak andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Panas, Cahaya Fluoresen dan Ultraviolet. Jurnal Agritech. 25 (2): 63-69.
Syahrum, M.H dan Kamaludin. 1994. Reproduksi dan Embriologi Dari Satu Sel Menjadi Organisme. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Hlm. 25
Syaifuddin. 2000. Fungsi Sistem Tubuh Manusia. Jakarta: Penerbit Widya Medika. Hlm. 218
Tensiska, Wijaya, C.H., dan Andarwulan, N. 2003. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) dalam Beberapa Sistem Pangan dan Kestabilan Aktivitasnya terhadap Kondisi Suhu dan pH. Jurnal Teknol dan Industri Pangan. 14(1): 29-38.
Underwood, J.C.E. 1999. Patologi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC. Hlm. 129
Vinandhita, W. 2008. Gambaran Histologi Hati dan Ginjal Tikus Yang Diberi Insektisida (Metofkithrin 0,01%, Imiprothrin 0,04%, Permethrin 0,15%) Pada Uji Toksisitas akut. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Institut Pertanian Bogor. Hlm. 28
Widayanti E. 2004. Struktur Histologik Ginjal Tikus (Rattus norvegicus) Galur Spraque Dawley setelah Pencekokan Spent Catalyst Lokal dan Impor dari Residual Catalytic Cracking Unit. Jurnal Kedokteran Yarsi. 12 (3) : 33 – 40.
Widiastuti, B. 2000. Aktivitas antioksidan dan immunostimulan ekstrak buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Wijaya CH. 2000. Isolasi dan identifikasi senyawa trigeminal aktif buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC). Hayati. 7:91.
Wilson L. M. 2005. Gangguan Sistem Ginjal. Dalam: Anderson P. S., Wilson L. M. (eds). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume 2.Edisi VI. Jakarta:EGC. Page: 873-4.
30
Yoshitani T., Yagi H., Inotsume N., and Yasuhara M. 2002. Effect experimental renal failure on the pharmacokinetics of losartan in rats. Biol, Pharm, Bull.
31
Lampiran I. Pembuatan Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodiumDC.)
Dibersihkan dari tangkai dan daun
Dicuci bersih dan dikeringanginkan
Dioven dalam suhu 400C hingga kering
Diblender hingga menjadi serbuk
Ditimbang dan dibuat konsentrasi ekstrak 2%, 5%,
dan 10% dalam akuades 100 ml
Dipanaskan pada suhu 900C selama 15 menit
Disaring Andaliman
serbuk
32
Lampiran II. Pembuatan Preparat Histologi Ginjal
Dibilas dengan NaCl 0,9%
Difiksasi dalam bouin
Washing dalam alkohol 70%
Dehidrasi dengan alkohol konsentrasi bertingkat
mulai 70%, 80%, 96% dan 100%
Clearing dalam xylol
Infiltrasi
Embedding (penanaman) organ dalam cetakan
kemudian dituangkan paraffin murni, dibiarkan
hingga didapatkan blok paraffin
Cutting (pemotongan) menggunakan mikrotom
sehingga didapatkan pita-pita paraffin
Attaching (penempelan) pita paraffin pada object
glass
Deparafinasi dengan mencelupkan objek dalam
xylol
Dealkoholisasi dalam alkohol menurun dari 100%,
96%, 80%, dan 70%
Pewarnaan dengan mencelupkan dalam Hematoxilin
selama 3-5 menit kemudian dibilas dengan air
mengalir. Selanjutnya dicelupkan dalam alcohol
70% lalu dicelupkan dalam Eosin selama 1-3 menit
Mounting yaitu menutup preparat dengan gelas
penutup yang sebelumnya diberi Canada balsam
Diberi label dan siap diamati Ginjal
Blok parafin
Pita paraffin
33
34
Lampiran IV. Tabel Data Persentase Diameter Glomerulus (DG) dan Diameter Tubulus Proksimal (DTP)
35
Lampiran V. Alat dan Bahan
Kandang Hewan Uji Buah Andaliman Segar
Mencit Jantan Dissecting Set
Ekstrak Segar Andaliman Pencekokan