TRANSPARANSI DALAM RUANG
SKRIPSI
OLEH
YOHANA FERONIKA SIMBOLON
100406047
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TRANSPARANSI DALAM RUANG
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur
Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
Oleh
YOHANA FERONIKA SIMBOLON
100406047
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN
TRANSPARANSI DALAM RUANG
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juli 2014
Judul Skripsi : TRANSPARANSI DALAM RUANG
Nama Mahasiswa : Yohana Feronika Simbolon
Nomor Pokok : 100406047
Departemen : Arsitektur
Menyetujui Dosen Pembimbing
(Ir. Bauni Hamid, M. DesS,Ph.D)
Koordinator Skripsi,
Ir. Bauni Hamid, M.DesS, Ph.D
Ketua Program Studi,
Ir. N. Vinky Rahman, MT
Telah diuji pada
Tanggal:
Panitia Penguji Skripsi
Ketua Komisi Penguji : Ir. Bauni Hamid, M. DesS, Ph.D
Anggota Komisi Penguji : Wahyuni Zahrah, ST., MS.
Hajar Suwantoro, ST., MT.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan kasih karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Transparansi dalam Ruang”, guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik.
Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Vinky N. Rahman, M.T. selaku Ketua Departemen Arsitektur
2. Ir. Bauni Hamid, M.Des. selaku Dosen Pembimbing sekaligus Dosen Penguji
I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
3. Ir. Samsul Bahri, M.T. selaku Dosen Pembimbing Studio Perancangan
Arsitektu 6 yang turut membantu proses pengerjaan skripsi ini.
4. Ars. Syahlan Jukhri Nst., S.T., IAI selaku Arsitek Pembimbing Studio
Perancangan Arsitektu 6 yang turut membantu proses pengerjaan skripsi ini.
5. Ibu Wahyuni Zahrah, S.T.,M.T. selaku Dosen Penguji II yang telah
memberikan bimbingan dan saran serta masukan kepada penulis dalam
6. Bapak Hajar Suwantoro, S.T.,M.T. selaku Dosen Penguji III yang telah
memberikan bimbingan dan saran serta masukan kepada penulis dalam
perbaikan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen dan staf di Departemen Arsitektur USU yang telah
memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.
8. Staf Kelurahan Hamdan dan Kelurahan Aur yang telah membantu penulis
dalam melakukan pengumpulan data Perancangan Arsitektu 6.
9. Teman-teman stambuk 2010 Departemen Arsitektur USU yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang selalu memberi semangat dan bantuan kepada
penulis.
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam
rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2014
Penulis
Yohana Feronika Simbolon
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ... i
Pernyataan ... iii
Lembar Persetujuan ... iv
Kata Pengantar ... vi
Daftar Isi ... viii
Daftar Gambar ... x
Daftar Tabel ... xiii
Abstrak ... xiv
Prologue ... 1
BAB I. PENDAHULUAN A River Runs Through It ... 2
BAB II. MENGENAL LEBIH DEKAT ... 11
2.1. Sungai Deli ---- Parit Raksasa ... 11
2.2. Manusia : Alasan dan Tujuan Arsitektur ... 20
BAB III. SEBUAH EKSPEKTASI ... 31
3.1. Apartemen ---- Belajar dari Berbagai Aspek ... 31
BAB IV. “HARUSKAH MENUTUP DIRI ?” ... 51
4.1. Transparansi dalam Ruang ... 51
4.2. Konsep yang Berkaitan dengan Keamanan ... 57
BAB V. TUMBUH DARI TAPAK ... 61
BAB VI. DESIGN ACTIONS : CONCEPT, ACT NOW, SMART MISTAKES, RE-DISCOVER ... 71
6.1. Concept : From the Inside Out ... 71
6.2. Re-discover... 80
6.3. Sekali Lagi ... 88
BAB VII. UTILITAS ... 94
BAB VIII. SATU PROYEK BAGI SATU KOTA ... 102
BAB IX. KESIMPULAN : RANCANGAN YANG BERUSAHA ... 105
Epilogue ... 109
Daftar Pustaka ... 111
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Kondisi di sepanjang pinggir Sungai Deli yang diisi
dengan pemukiman liar ... 6
Gambar 2.1. Grafik debit bulanan air Sungai Deli ... 12
Gambar 2.2. Grafik debit bulanan air Sungai Deli di Titi Gg. Sejarah tahun 1990-2004 ... 12
Gambar 2.3. Data kondisi sungai ... 13
Gambar 2.4. Kondisi di pinggir Sungai Deli yang diisi dengan pemukiman liar ... 14
Gambar 3.5. Interior ruang dengan pemandangan terbuka dan taman privat ... 38
Gambar 3.6. Eksterior bangunan ... 38
Gambar 3.8. Analisa ruang terbuka dan sistem vegetasi ... 46
Gambar 4.1. Arsitektur Mies Van der Rohe ... 52
Gambar 4.2. Konsep zoning secara vertikal ... 58
Gambar 4.3. Konsep zoning tapak ... 59
Gambar 5.1. Skematik awal Groundplan ... 61
Gambar 5.2. Konsep rancangan tapak ... 62
Gambar 5.3. Konsep rancangan sirkulasi kendaraan ... 63
Gambar 5.4. Konsep rancangan outdoor cafe dan riverwalk ... 64
Gambar 5.5. Alternatif bentukan massa ... 66
Gambar 5.6. Alternatif layout unit ... 67
Gambar 5.7. Konsep pengelompokan hunian ... 68
Gambar 5.8. Skematik potongan tower ... 68
Gambar 5.9. Skematik hubungan antar bangunan ... 69
Gambar 5.10. Skematik potongan tapak ... 70
Gambar 6.1.a. Denah skematik tower di Jalan Mangkubumi ... 72
Gambar 6.1.b. Denah skematik tower di Jalan Badur ... 72
Gambar 6.2. Denah tower ... 73
Gambar 6.3. Denah skematik lantai dasar ... 75
Gambar 6.4. Denah skematik lantai 1 ... 76
Gambar 6.5. Denah skematik lantai 2 ... 76
Gambar 6.6. Denah skematik lantai parkir ... 77
Gambar 6.8. Denah skematik lantai Lower Ground ... 79
Gambar 6.9. Denah skematik lantai basement 1 ... 79
Gambar 6.10. Denah skematik lantai basement 2 ... 79
Gambar 6.11. Konsep massa baru ... 80
Gambar 6.12. Denah tower baru ... 81
Gambar 6.13. Perubahan denah podium ... 81
Gambar 6.14. Rancangan tampak bagunan ... 82
Gambar 6.15. Revisi rancangan tapak ... 83
Gambar 6.16. Potongan skematik riverwalk ... 85
Gambar 6.17. Hubungan plaza dengan bangunan ... 86
Gambar 6.18. Pengelompokan unit ... 89
Gambar 6.19. Pengelompokan unit berdasarkan view ... 89
Gambar 6.20. Denah denah unit ... 90
Gambar 6.21. Perubahan denah tower ... 92
Gambar 6.22. Denah lantai bersama ... 92
Gambar 7.1. Skema exploded structure ... 95
Gambar 7.2. Skema distribusi air ... 97
Gambar 7.3. Skema aliran listrik ... 98
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku dan Etnis ... 22
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 23
Tabel 2.3. Jumlah penduduk berdasarkan agama/ aliran kepercayaan ... 24
Abstrak
Air adalah sumber daya alam yang dapat diperbarui, namun terbatas. Keberadaannya harus dijaga dan diperhatikan. Proyek apartemen ini adalah salah satu upaya revitalisasi daerah aliran sungai di Medan. Tapak perancangan berada di Jalan Mangkubumi, Kelurahan Hamdan Medan. Fungsi-fungsi yang terdapat dalam bangunan adalah perbelanjaan dan hunian. Keberadaan apartemen juga ditunjang oleh berbagai fasilitas rekreasi seperti kolam renang, spa dan sauna, fitness center, dan area taman di sepanjang pinggir sungai.
Berangkat dari berbagai permasalahan yang terjadi dalam sosiologi perkotaan, isu yang diangkat sebagai fokus desain adalah masalah kriminalitas yeng masih terjadi di lingkungan apartemen. Meskipun sistem pengawasan dalam lingkungan ini sudah terorganisir dengan baik lewat teknologi CCTV, kurangnya partisipasi dari penghuni membuat sistem pengawasan tidak bisa berfungsi maksimal. Rancangan apartemen ini berusaha untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut dengan tema “Transparansi dalam Ruang”. Penerapan tema dalam
bangunan adalah dengan penggunaan void yang memungkinkan interaksi antar penghuni, pengelompokan penghuni dalam tower berbeda, penggunaan sisi unit yang saling berhadapan, serta penyediaan ruang-ruang bersama. Perancangan sirkulasi di dalam bangunan dibuat sederhana dan dihindarkan dari ruang-ruang mati agar mudah diawasi. Di dalam tapak, pengadaan taman-taman publik juga membantu pengawasan terhadap bangunan. Pengawasan dalam bangunan terjadi secara alami oleh penghuni dan juga secara buatan oleh keberadaan sistem CCTV dan pos-pos penjagaan. Proses perancangan banyak melalui perubahan desain hingga mencapai desain akhir.
Abstract
Water is renewabled natural recouces, but it is also limited. Its existence should be considered and observed. This apartment project is one of the to revitalize the river bank area in Medan. The site located in Jalan Mangkubumi, Hamdan Village, in Medan. The functions within the building are shopping facilities and residential. The presence of the appartment is also supported by various recreation facilities such as the swimming pool area, spa and sauna, fitness center, and public garden along the river bank.
Moving from so many issues that happened inside the city sociology, the main issue become the focus in this design is about criminality that still happened inside apartments environment. Though the control system inside the area has been organized well, the participation from the occupants is stil very weak and makes the control system can not fully work. This apartment design tries to solve
the problem through the theme “Trasparency within the Space”. The theme
application inside the building is the using of void to enable interaction among occupants, making the side of apartment units face each other, and providing common rooms. Circulation design inside the bulding are made simple, and the design avoid dead area like corner, so the corridor can be easy controlled. The control system inside the building happened naturally by the occupants and also supported by CCTV system and guard posts. The design process has through lots of change and development untill it reaches the finale design.
Prologue
Everybody makes design, but each one of them would design in different ways.
That is why the process of design became so unique. But then it comes into this
similarity : learning.
Setiap orang baik secara sadar atau tidak selalu dihadapkan pada persoalan yang
menuntut mereka untuk mencari jalan keluar. Beberapa orang menyelesaikannya
dengan cara yang biasa mereka lihat atau lakukan. Sementara itu yang lainnya
berusaha menyelesaikan persoalan mereka dengan cara baru yang belum pernah
terpikir oleh mereka sebelumnya. Baik cara biasa ataupun cara baru adalah bagian
dari proses desain.
Dalam masa perkuliahan di jurusan arsitektur saya sudah banyak melihat berbagai
cara dalam menyelesaikan persoalan desain, dari referensi tertulis seperti buku,
informasi internet yang selalu up-to date, kuliah dari dosen, bahkan dari teman
mahasiswa. Semua mempunyai cara masing-masing dalam menciptakan sebuah
desain. Hal ini bisa terjadi karena memang ada banyak cara yang bisa dilakukan
untuk menyelesaikan sebuah desain. Kita bisa memilih untuk menciptakan sebuah
desain dengan berpatokan dari desain yang sudah ada atau berusaha menciptakan
sesuatu yang belum pernah dibayangkan sebelumnya. Namun keduanya tetap
harus dilakukan secara sungguh-sungguh. Keduanya sama-sama membutuhkan
Abstrak
Air adalah sumber daya alam yang dapat diperbarui, namun terbatas. Keberadaannya harus dijaga dan diperhatikan. Proyek apartemen ini adalah salah satu upaya revitalisasi daerah aliran sungai di Medan. Tapak perancangan berada di Jalan Mangkubumi, Kelurahan Hamdan Medan. Fungsi-fungsi yang terdapat dalam bangunan adalah perbelanjaan dan hunian. Keberadaan apartemen juga ditunjang oleh berbagai fasilitas rekreasi seperti kolam renang, spa dan sauna, fitness center, dan area taman di sepanjang pinggir sungai.
Berangkat dari berbagai permasalahan yang terjadi dalam sosiologi perkotaan, isu yang diangkat sebagai fokus desain adalah masalah kriminalitas yeng masih terjadi di lingkungan apartemen. Meskipun sistem pengawasan dalam lingkungan ini sudah terorganisir dengan baik lewat teknologi CCTV, kurangnya partisipasi dari penghuni membuat sistem pengawasan tidak bisa berfungsi maksimal. Rancangan apartemen ini berusaha untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut dengan tema “Transparansi dalam Ruang”. Penerapan tema dalam
bangunan adalah dengan penggunaan void yang memungkinkan interaksi antar penghuni, pengelompokan penghuni dalam tower berbeda, penggunaan sisi unit yang saling berhadapan, serta penyediaan ruang-ruang bersama. Perancangan sirkulasi di dalam bangunan dibuat sederhana dan dihindarkan dari ruang-ruang mati agar mudah diawasi. Di dalam tapak, pengadaan taman-taman publik juga membantu pengawasan terhadap bangunan. Pengawasan dalam bangunan terjadi secara alami oleh penghuni dan juga secara buatan oleh keberadaan sistem CCTV dan pos-pos penjagaan. Proses perancangan banyak melalui perubahan desain hingga mencapai desain akhir.
Abstract
Water is renewabled natural recouces, but it is also limited. Its existence should be considered and observed. This apartment project is one of the to revitalize the river bank area in Medan. The site located in Jalan Mangkubumi, Hamdan Village, in Medan. The functions within the building are shopping facilities and residential. The presence of the appartment is also supported by various recreation facilities such as the swimming pool area, spa and sauna, fitness center, and public garden along the river bank.
Moving from so many issues that happened inside the city sociology, the main issue become the focus in this design is about criminality that still happened inside apartments environment. Though the control system inside the area has been organized well, the participation from the occupants is stil very weak and makes the control system can not fully work. This apartment design tries to solve
the problem through the theme “Trasparency within the Space”. The theme
application inside the building is the using of void to enable interaction among occupants, making the side of apartment units face each other, and providing common rooms. Circulation design inside the bulding are made simple, and the design avoid dead area like corner, so the corridor can be easy controlled. The control system inside the building happened naturally by the occupants and also supported by CCTV system and guard posts. The design process has through lots of change and development untill it reaches the finale design.
BAB I
PENDAHULUAN
A River Runs Through It
Air adalah sumber daya alam yang dapat diperbarui, namun terbatas. Air
dan daratan telah lama saling berdampingan sejak bumi ada. Keberadaannya
bukan sekedar substansi alam semesta, namun lebih dari itu air telah menghidupi
manusia sejak lama. Berbagai kebutuhan manusia, mulai dari minum, mandi,
mencuci, hingga transportasi dipenuhi dengan ketersediaan air. Dengan
keberadaannya, air mengingatkan kita akan kebesaran dan keindahan alam.
Bagi kita yang tinggal di lingkungan kota yang padat, kita seakan tidak
mendapat kesempatan untuk menyaksikan keindahan alam ini. Lingkungan kita
diisi oleh bangunan-bangunan modern seperti hotel dan perkantoran, sebagian
dibangun menjadi daerah pemukiman yang padat, sedang daerah di dekat jalan
raya biasa bertumbuh menjadi kawasan pertokoan dengan ruko-ruko yang
berderet di sepanjang jalan. Pemandangan akan kota yang padat dan sumpek bisa
kita lihat sehari-hari. Sebagian orang yang merasa jenuh dengan kehidupan kota
berusaha meluangkan waktunya untuk bisa berlibur dan menikmati kesegaran
Air sebagai elemen rekreasi dan relaksasi
Water provides the most obvious example of immediacy, because the transition
between water and dry land offers the biggest of all psychological contrast.
Gordon Cullen
Selain memenuhi kebutuhan fisik manusia, air juga memenuhi kebutuhan
jiwa kita. Elemen air mampu memberikan ketenangan bagi jiwa manusia. Sudah
selayaknya keberadaannya dijaga dan diperhatikan. Kita bisa bercermin dari
kota-kota indah dan cerdas yang banyak dikunjungi turis asing. Kota-kota-kota dengan
arsitektur muka air (waterfront cities) adalah salah satu tempat yang paling
banyak menarik wisatawan ke sana. Kota-kota di berbagai negara Eropa seperti
Amsterdam, St. Petersburgh, atau kota-kota di Singapura bertumbuh menjadi
sangat indah dengan aliran sungai yang melintasi kota, menciptakan kontras
antara air dan daratan.
Kehadiran air seakan menjadi hiburan sendiri bagi manusia. Saya dan
teman-teman saya di masa Sekolah Dasar sering menghabiskan waktu sore untuk
bermain di pinggir Danau Toba. Anak-anak seumuran saya saat itu umumnya
mendapat tugas rumah untuk mencuci piring dan pakaian, namun hal itu
tampaknya tidak menjadi pekerjaan yang berat sebab kami bisa bekerja sambil
bermain. Biasanya setelah menyelesaikan tugas rumahnya, anak-anak pergi
bersama untuk mandi di danau. Meski setiap rumah memiliki kamar mandi
sendiri, namun orang-orang saat itu lebih suka mandi di danau. Mungkin karena
menghemat pembayaran air, namun tempat-tempat di pinggir danau ini sepertinya
tidak pernah sepi. Beberapa tempat, seperti dermaga kapal, secara tidak langsung
bahkan menjadi ruang berkumpul masyarakat sebab mereka sering melakukan
aktivitas bersama-sama di tempat itu, seperti mengambil air, mecuci, memancing,
atau mandi. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan air dapat menarik manusia
untuk beraktivitas di dekatnya, dan secara tidak langsung menyediakan ruang
rekreasi bagi manusia.
Kebutuhan akan revitalisasi sungai
Di lingkungan kita sendiri, kota Medan, keberadaan elemen air seperti
sungai belum mendapat perhatian manusianya. Kondisi kawasan muka sungai
umumnya tampak kumuh dan tidak tertata, bahkan identik dengan kawasan
terlantar. Permukiman liar semakin bertambah dan mengambil alih daerah resapan
sungai. Sementara bangunan-bangunan besar bertumbuh tanpa sedikit pun
memperhatikan keberadaan sungai. Daerah aliran sungai menjadi bagian belakang
bangunan yang tidak terlihat dan tidak mendapat perhatian. Padahal keberadaan
sungai di Kota Medan harusnya bisa memberi sumbangan positif bagi masyarakat
kota, dan menyediakan ruang yang rekreatif bagi masyarakat kota.
Dengan melihat kondisi ini, revitalisasi sungai menjadi langkah tepat yang
harus diambil oleh pemerintah Kota Medan. Diharapkan dengan penataan ulang
bangunan dapat dikembalikan. Selain itu daerah di sekitar sungai juga bisa
menjadi ruang beraktivitas dan berinteraksi bagi masyarakat kota.
Apartemen sebagai jawaban permasalahan sosiologi perkotaan
Kehidupan masyarakat perkotaan sangat jauh berbeda dengan masyarakat
desa. Masyarakat kota cenderung kepada heterogenitas, individualitas, dan
persaingan. Kehidupan ekonomi menengah ke atas membuat orang-orang merasa
seakan tidak perlu berinteraksi dengan orang lain. Beberapa hal yang tampak pada
masyarakat perkotaan adalah hidup berdasarkan rasionalitas dan tidak bergantung
kepada alam, kehidupannya bergantung pada usaha kapitalis, jumlah penduduk
yang relatif besar dan padat, dan perbedaaan budaya, suku, agama yang berujung
pada diferensiasi sosial.
Beberapa aspek di dalam kehidupan kota adalah populasi,
perumahan/pemukiman, kemiskinan, sektor informal, gelandangan , kriminalitas ,
hubungan antaretnik, ras, dan kelas sosial, transportasi, isu lingkungan: polusi dan
sanitasi, teknologi, gaya hidup, serta urbanisasi.
Kota-kota besar selalu bertumbuh dan meningkat kepadatannya, demikian
juga dengan Kota Medan. Kota dianggap menjadi pusat perkembangan dan
peradaban. Banyak orang-orang bermigrasi ke kota untuk memperoleh fasilitas
pendidikan dan penghidupan yang lebih baik. Orang-orang dari desa
hidup dengan lebih terjamin kebutuhannya. Sedang bagi masyarakat perkotaan
sendiri, kota telah berubah menjadi lingkungan yang padat dan menimbulkan
stress. Kepadatan yang selalu meningkat menyebabkan kehidupan kota menjadi
tidak teratur.
Hamdan dan Sungai Deli
Kelurahan Hamdan merupakan kawasan pemukiman penduduk menengah
ke atas yang padat. Lebih dari 2.000 keluarga bertempat tinggal di wilayah ini.
Masyarakat Kelurahan Hamdan umumnya adalah orang Aceh, Batak, dan Nias.
Mayoritas penduduk bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil dan TNI, sedang
sebagian kecil bekerja sebagai wiraswasta.
Daerah sepanjang aliran sungai Deli yang melintasi kelurahan ini diisi oleh
permukiman liar. Sekitar dua ratus kepala keluarga bermukim di sepanjang
pinggiran sungai di dalam tapak. Batas sempadan sungai dimanfatkan menjadi
permukiman warga, hampir tidak ada lagi vegetasi atau lahan yang menjadi
daerah resapan bagi aliran sungai ini. Hal ini mengakibatkan permukiman warga
di bantaran sungai kerap kali terkena banjir saat hujan lebat. Kejadian banjir di
Kota Medan rata-rata 10-12 kali/tahun.
Gambar 1.1. Kondisi di sepanjang pinggir Sungai Deli yang diisi dengan pemukiman liar
Bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai Deli, mereka sudah
terbiasa dengan situasi ini. Bagi mereka, selain membawa kesusahan banjir,
sungai Deli juga memberikan ruang bagi mereka untuk beraktivitas. Meski
kondisi air sungai ini sangat buruk, penduduk sekitar tetap menggunakan air untuk
kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan mencuci. Keadaan ekonomi mereka yang
tidak memungkinkan untuk tinggal di hunian yang lebih layak membuat mereka
harus terbiasa dengan kehidupan kumuh di bantaran sungai. Namun sayangnya,
keberadaan mereka tidak bisa dipertahankan. Sadar atau tidak, mereka hanya
memperburuk keadaan sungai dengan mengambil alih daerah resapan sungai dan
turut mengotori sungai dengan sampah rumah tangganya.
Kawasan Kelurahan Hamdan merupakan kawasan pemukiman yang
menguntungkan di satu sisi, sebab memberi akses yang cepat menuju pusat kota.
Lokasi ini juga dikelilingi oleh daerah komersial di Jalan Palang Merah, dan dekat
dengan koridor bisnis Zainul Arifin. Maka tidak heran banyak orang yang
bersedia tinggal di sana meskipun dengan kepadatan yang tinggi. Dengan melihat
kondisi ini, pembangunan hunian vertikal akan menjadi solusi yang tepat untuk
memperbaiki kualitas hunian di Kelurahan Hamdan dan memperbaiki kondisi
Sungai Deli.
Aspek-aspek kehidupan kota sudah selayaknya turut dipertimbangkan
dalam perancangan sebuah bangunan. Banyak bangunan yang dirancang tanpa
memperhatikan hal ini, kemudian malah menambah masalah kota karena tidak
perancangan hunian apartemen ini harus bisa berorientasi kepada kebutuhan
manusia perkotaan dan mampu menyediakan ruang positif bagi orang banyak.
Transparansi dalam ruang
Dari proyek ini, arsitektur muka sungai diharapkan menjadi sebuah citra
kota. Lebih jauh lagi proyek ini diharapkan mampu menjadi pedoman bagi
proyek-proyek lain dalam rangka mengatasi permasalahan kota. Satu di antaranya
adalah kriminalitas yang menimbulkan perasaan cemas setiap saat.
Ancok (2004) menjelaskan bahwa kriminalitas merupakan salah satu
permasalahan masyarakat kota. Kepadatan penduduk di dalam suatu kota
memiliki keterkaitan dengan frekuensi kriminalitas di kota tersebut. Semakin
padat penduduk, semakin sering terjadi kasus kriminalitas. Kepadatan di kota
besar menimbulkan perasaan cemas terhadap kriminalitas (fear of crime) di
kalangan para warga kota, sedangkan manusia cenderung memilih tempat tinggal
yang mampu menyediakan kenyamanan dan keamanan penghuninya. Kecemasan
akan kriminalitas dalam tempat tinggal dipengaruhi oleh beberapa hal, salah
satunya adalah kurangnya pengawasan dalam kawasan pemukiman. Keberadaan
tempat -tempat yang bisa diawasi bersama (defensible space) sangat kurang.
Kawasan pemukiman padat seperti apartemen dengan masyarakat yang
tidak saling mengenal satu sama lain. Selain itu budaya masyarakat kota yang
heterogen membuat sistem pengawasan sosial perilaku sulit dikontrol. Karena itu
saling berjumpa, seperti taman, tempat rekreasi, tempat olah raga bersama, bahkan
tempat parkir bersama. Perjumpaan ini akan mendorong orang-orang saling
mengenal, sehingga keberadaan orang luar dalam bangunan bisa diawasi. Selain
itu desain apartemen juga memungkinkan penghuni untuk ikut mengawasi
tempat- tempat seperti koridor untuk memperkecil kemungkinan tindak kriminal.
Perasaan aman di tempat tinggal juga dipengaruhi oleh suasana luar. Penerangan
yang baik di malam hari akan membuat orang-orang merasa lebih nyaman.
Mengapa Transparansi ?
Perumahan di perkotaan cenderung dengan ruang tertutup. Rumah
berpagar tinggi sepertinya sudah tumbuh menjadi budaya masyarakat perkotaan.
Kecemasan akan tindak kriminalitas membuat banyak orang seperti memisahkan
diri dari lingkungan, dengan batas teritorial pribadi, baik secara fisik lewat pagar,
maupun secara psikologis dengan kurangnya interaksi sosial dengan tetangga.
Namun ternyata metode ini tidak cukup untuk mencegah tindak kriminalitas
seperti pencurian. Ruang-ruang yang tertutup justru memudahkan pencuri
beroperasi, sebab tindakannya tidak diawasi oleh lingkungan.
Di permukiman vertikal seperti apartemen, kualitas hidup penghuninya
sudah lebih tinggi. Apartemen dianggap sebagai hunian eksklusif, bangunannya
tertutup dari lingkungan sekitar dan tidak bisa dimasuki sembarangan. Apartemen
dengan pengawasan ketat, yakni akses masuk dengan kartu akses khusus, lift
khusus, dan pengamanan CCTV, bahkan tak menjamin berkurangnya potensi
jaringan pelaku kejahatan, seperti narkotika dan obat-obatan berbahaya, prostitusi,
dan perjudian di apartemen.
Transparansi dalam dunia arsitektur diartikan sebagai dematerialisasi dari
selubung bangunan dengan menggunakan bahan terbuka dan tembus cahaya.
Transparansi umumnya diartikan sebagai penggunaan material yang
memancarkan atau meneruskan cahaya, seperti kaca, sebagai material utama
bangunan.
Ruang yang transparan dapat diartikan sebagai ruang yang jujur, terbuka
dan mudah dikenali. Dengan menetapkan tema transparansi, diharapkan kualitas
ruang yang didesain akan menjadi lebih baik, dan lebih mudah diawasi oleh
penghuninya. Selain itu kualitas penerangan yang baik lewat penggunaan kaca
BAB II
MENGENAL LEBIH DEKAT
Meski tidak semua aspek kehidupan di lingkungan tapak proyek dipengaruhi oleh
keberadaan sungai Deli, namun bagi beberapa pihak sungai ini telah menjadi
bagian dari hidup mereka.
2.1. Sungai Deli ---- Parit Raksasa
Keadaan aliran sungai Deli sangat jauh dari kriteria baik. Beberapa media
cetak bahkan menyebutnya sebagai parit buruk raksasa. Ada banyak faktor yang
mempengaruhi hal ini. Pertama, kondisi hutan di hulu Sungai Deli, yakni di
daerah Sibolangit memang sudah semakin rusak dan luasnya semakin berkurang
setiap tahun. Kemudian kondisi sungai dibagian tengah tidak lebih baik dari itu.
Limbah industri dan rumah tangga sudah menjadi pemandangan umum di
sepanjang aliran sungai. Sampah-sampah tersebut menumpuk di dasar sungai dan
menyebabkan pendangkalan setiap tahunnya. Saat meninjau lokasi proyek kami
mendapati ketinggian air sungai di dalam tapak hanya sekitar 30 cm. Warga yang
tinggal di bantaran sungai itu menjelaskan bahwa ketinggian air sungai biasanya
hanya mencapai 30 cm- 50 cm saat tidak ada hujan. Debit air Sungai Deli
mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Penyebab utama hal ini adalah
berkurangnya luas hutan di daerah hulu sungai. Berdasarkan hasil pengukuran
bulannya, dan mencapai debit terbesar pada bulan September hingga Oktober. Hal
ini memang tampak secara nyata sebab musim hujan berlangsung dari bulan
September hingga Desember dan seringkali mendatangkan banjir di Kota Medan.
Pengukuran debit air di Titi Gg. Sejarah dari tahun 1990 –2004 menunjukkan
penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1990 debit air Sungai Deli hampir
mencapai 20 m3/s sedangkan pada tahun 2004 debit air sungai hanya mencapai 5
m3/s.
Selain itu keadaan ini diperburuk dengan pemukiman liar di sepanjang pinggir
sungai. Ada sekitar dua ratus kepala keluarga yang bermukim di sepanjang daerah
Gambar 2.1. Grafik debit bulanan air Sungai Deli
Sumber : dokumen Bapedalda 2006
Gambar 2.2. Grafik debit bulanan air Sungai Deli di Titi Gg. Sejarah tahun 1990-2004
aliran sungai Deli di Kelurahan Hamdan. Rumah-rumah warga telah mengambil
alih lahan yang seharusnya menjadi daerah resapan sungai. Kawasan muka
sungai ini menjadi tempat bagi mereka untuk beraktivitas. Anak-anak umumnya
mandi di sana. Sebagian besar warga juga menggunakan air sungai untuk mencuci
pakaian di sana. Mereka bahkan membuat sebuah tempat bersama yang digunakan
saat mencuci dan bagi anak-anak yang berkumpul di sana.
Gambar 2.3. Data kondisi sungai
Buruknya kondisi kawasan aliran sungai Deli sebagai salah satu sungai
utama yang mengaliri Kota Medan telah membawa pengaruh buruk bagi kawasan
sekitarnya, bahkan Kota Medan sendiri. Bencana banjir adalah salah satu dampak
paling nyata yang ditimbulkan oleh kondisi ini. Kejadian banjir di Kota Medan
rata-rata 10-12 kali/tahun. Kawasan bantaran sungai kerap kali terkena dampak
banjir ini. Saat banjir sedang rumah-rumah di bantaran ini bisa terendam hingga
1,20 meter dari lantai. Sedangkan pada saat banjir besar, yang ditimbulkan oleh
banjir kiriman dari hulu sungai, rumah-rumah warga ini bisa terendam sampai
empat meter (mencapai atap). Kondisi ini tentu tidak nyaman bagi para warga
tersebut, dan menunjukkan bahwa sudah selayaknya pemukiman mereka
direlokasi sebab daerah aliran sungai itu tidak layak untuk dihuni.
Gambar 2.4. Kondisi di pinggir Sungai Deli yang diisi dengan pemukiman liar Sumber : dokumen pribadi
Aktivitas dalam Tapak--- pertimbangan terhadap proyek
Aktivitas di dalam tapak adalah hunian, perkantoran dan pertokoan. Oleh
karena perancangan apartemen ditujukan untuk golongan menengah ke atas, maka
masyarakat ekonomi bawah yang tinggal tidak menjadi pertimbangan. Namun
sebagai bagian dari perancangan, usaha relokasi masyarakat bantaran sungai Deli
perlu direncanakan dengan baik, termasuk bagaimana proses dan sosialisasinya.
Warga yang tinggal di bantaran sungai sebenarnya adalah warga ilegal yang tidak
tercatat dalam statistik kelurahan. Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja, pihak
penghuni lama yang tidak memiliki legalitas kepemilikan lahan dan bangunan
akan mendapat ganti rugi sepadan dengan kondisi bangunan. Selain relokasi
warga, upaya normalisasi sungai juga perlu direncanakan dengan baik,
menyangkut bagaimana sistemnya. Dalam sebuah wacana di media cetak
disebutkan bahwa pihak Pemko Medan sendiri sudah merencanakan upaya
normalisasi sungai ini dengan perbaikan kondisi hutan di hulu sungai dan
penanggulangan limbah di sungai. Dengan demikian, keberadaan sungai Deli,
selain memberi sejumlah permasalahan di atas juga selayaknya bisa menyediakan
ruang positif bagi warga. Jika upaya normalisasi sungai direncanakan dan
dilaksanakan dengan baik, daerah aliran sungai bisa dimanfaatkan sebagai ruang
Lingkungan sekitar--- dari permukiman yang lengang hingga kompleks
pertokoan yang sibuk
Kondisi Sungai Deli yang buruk dan tak terurus itu sama sekali tidak
menarik bangunan sekitar untuk berorientasi kepadanya. Selain rumah-rumah
kumuh di bantaran sungai, bangunan lainnya lebih memilih untuk menghadap
jalan atau gang kecil. Hampir tak ada bangunan layak huni yang menghadap ke
sungai.
Di Jalan Badur, bangunan umumnya adalah pemukiman warga dan kantor
dengan tinggi satu sampai dua lantai. Rumah-rumah ini tampak sudah lama
dibangun, bahkan beberapa rumah sudah tidak dihuni dan ditinggalkan tak
Gambar 2.6. Data bangunan di sekitar tapak
terawat. Meski daerah ini padat penduduk, namun saat siang hari daerah ini
tampak lengang karena warga sekitar beraktivitas di luar rumah. Pada saat kami
meninjau kondisi tapak, tidak ada aktivitas sosial yang terjadi di sana, hanya
beberapa kendaraan roda dua dan roda empat melintasi jalan ini sesekali
meskipun kondisi jalannya yang sempit dan banyak berlubang. Tidak tampak
adanya pengawasan terhadap akses keluar masuk permukiman ini. Bagi saya,
lorong sempit dan gelap, rumah-rumah tertutup rapat, dan ketiadaan aktivitas
manusia di dalam tapak ini memberikan pengalaman yang tidak nyaman berada
dalam tapak. Meskipun bangunan di jalan ini jauh lebih layak dari rumah-rumah
di bantaran sungai, namun saya merasa lebih aman saat masuk ke dalam
lingkungan bantaran itu, sebab masyarakat di sana lebih terbuka dan
bersosialisasi.
Kondisi utilitas di sepanjang jalan ini pun belum memadai. Kondisi parit
yang terbuka dan pada beberapa titik tampak dipenuhi sampah membuat
pemandangan tapak yang buruk bahkan dapat berpengaruh negatif terhadap
kesehatan warga sekitar. Penerangan buatan tidak terpenuhi dengan baik. Lampu
jalan hanya terletak di beberapa titik dan tidak mampu menjangkau seluruh jalan.
Lebar jalan ini beragam namun tidak cukup lebar untuk menampung sirkulasi
kendaraan dengan baik. Jalan ini hanya muat untuk satu lajur kendaraan, dan
semakin dipersempit oleh adanya kendaraan becak yang diparkirkan di pinggir
jalan. Bahkan jalan ini tidak dilengkapi dengan trotoar sebagai sarana bagi pejalan
Dibandingkan dengan tapak di Jalan Badur, daerah di Jalan Mangkubumi
cukup ramai, karena terdapat berbagai aktivitas pendukung di dalamnya, seperti
swalayan dan toko-toko kecil. Di jalan ini bangunan komersial (rumah toko)
dengan tinggi bangunan satu sampai tiga lantai lebih mendominasi. Selain itu
terdapat juga rumah warga, perkantoran, serta kios-kios kecil di pinggir jalan.
Fungsi-fungsi ini mendorong orang untuk datang ke sana sehingga cukup banyak
Gambar 2.8. Bangunan di Jalan Badur
Sumber : dokumen pribadi Gambar 2.7. Analisa sistem utilitas dalam tapak
yang melintasi daerah ini. Namun di ujung tapak terdapat sebuah lahan kosong
yang daerah luarnya dijadikan warga sebagai tempat pembuangan sampah. Hal
ini menunjukkan kesadaran penduduk sekitar akan kebersihan lingkungan masih
kurang, dan ketersediaan sarana lingkungan pun tidak memadai.
Kondisi utilitas di jalan ini tidak banyak berbeda dari Jalan Badur. Lampu
jalan yang minim, kabel listrik yang semerawut, ketiadaan trotoar dan lebar jalan
yang tidak memadai membuat sirkulasi di jalan ini masih kurang nyaman.
Di koridor Jalan Suprapto, bangunan umumnya adalah perkantoran dan
institusi pemerintahan. Namun demikian sirkulasi di jalan ini cukup nyaman.
Jalan yang lebar dan didukung oleh ketersediaan vegetasi membuat koridor ini
cukup teduh. Keberadaan jembatan Suprapto juga memberi sebuah penanda bagi
lokasi tapak. Masih ada beberapa titik dimana trotoar terputus. Namun dari fakta
di lapangan memang tidak banyak pejalan kaki yang melintasi daerah ini. Hal ini
karena umumnya kendaraan yang melintasi jalan ini adalah kendaraan pribadi,
yakni mobil, sepeda motor dan becak. Tidak ada angkutan umum yang melewati
Gambar 2.9. Bangunan di Jalan Mangkubumi
jalan ini, sehingga para pengguna kendaraan umum cenderung tidak melewati
koridor ini.
Di koridor lainnya, yakni Jalan Palang Merah, lalu lalang kendaraan dan
manusia adalah hal yang sangat sering dijumpai. Koridor ini merupakan koridor
yang sibuk dengan berbagai aktivitas pendukung di sepanjang jalan, seperti toko,
cafe dan sarana rekreasi lainnya. Jalan Palang Merah dan Jalan Brigjen Katamso
adalah pusat aktivitas bisnis menengah dengan deretan toko dan perkantoran. Di
lingkungan lain di sekitar kawasan adalah koridor Zainul Arifin yang diisi oleh
aktivitas bisnis besar dengan perkantoran, retail dan fungsi komersial. Aktivitas
pendukung ini memungkinkan intensitas pengunjung ke dalam tapak menjadi
tinggi, bahkan mendorong masyarakat luar untuk bermukim di apartemen untuk
mendapat akses yang cepat dan mudah ke tempat kerja mereka.
2.2. Manusia : Alasan dan Tujuan Arsitektur
Design is not really a way for me to express myself. Design is a product that we
produce for a client.
Paleg Top
Manusia kapan pun dan dimana pun akan selalu menjadi pertimbangan
utama dalam arsitektur. Pendataan terhadap manusia di sekitar tapak menjadi
ruang yang dihasilkan. Usia, jenis kelamin, pekerjaan, keadaan ekonomi dan
budaya yang berbeda-beda akan mendorong kebutuhan ruang yang berbeda pula.
Nuraini (2010) menyatakan bahwa proses perancangan bertujuan untuk
menafsirkan dan menjawab kebutuhan manusia, lewat fungsi dan bentuk ruang
yang sesuai dengan kebutuhan dan kebudayaan manusia. Sebuah karya arsitektur
hendaknya merupakan konfigurasi ruang dan lingkungan yang menjadi tempat
manusia hidup tenang dan bahagia.
Proses pengumpulan data penduduk merupakan salah satu tahap yang sulit
dan panjang, sebab melibatkan banyak pihak dan instansi. Di sini keadaan
birokrasi berpengaruh besar terhadap jalannya proyek. Instansi-instansi yang
berpengaruh dalam proses ini adalah Departemen Arsitektur USU, Badan
Pembangunan Daerah Kota Medan, dan kantor kelurahan terkait. Untuk bisa
mendapatkan data dari pihak kelurahan diperlukan langkah-langkah administrasi
seperti pengajuan surat izin lewat Badan Pembangunan Daerah kepada kantor
Kelurahan Aur dan Kelurahan Hamdan. Selain itu karakter orang-orang yang
dijumpai dalam setiap instansi juga cukup beragam dan turut berpengaruh
terhadap kuantitas dan kualitas data yang didapat.
Dari data yang kami dapat tentang kedua kelurahan di atas, nampak
perbedaan kondisi birokrasi. Di Kelurahan Hamdan, data mengenai penduduk
sangat kurang. Data yang ada di kantor kelurahan lebih banyak mencatat tentang
sarana fisik, sedangkan kondisi manusianya kurang terdata. Hal ini tampak pada
dibandingkan dengan jumlah penduduk. Selain itu pihak kelurahan juga mengakui
kekacauan data sebab banyak masyarakat yang bermukim secara ilegal di dalam
tapak, terutama daerah di pinggir sungai. Sementara itu di Kelurahan Aur data
penduduk lebih baik daripada data sarana fisik.
Data penduduk berdasarkan suku dan etnis
Kedua kelurahan, baik Aur maupun Hamdan merupakan daerah dengan
kepadatan relatif tinggi dan etnis masyarakat yang beragam. Meski data yang
didapat masih belum lengkap, namun bisa dilihat bahwa penduduk yang
bermukim di daerah ini berasal dari berbagai etnis berbeda seperti Jawa, Aceh,
Batak, Nias, Minang, Melayu, dan Tionghoa.
Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku dan Etnis
Kelurahan Jumlah Penduduk
Aur
Jawa Minang Melayu Aceh Batak Cina Total
290 2503 210 65 160 362 3590
Kelurahan Aceh Batak Nias Total
Hamdan
LK 128 118 107 353
PR 133 121 112 246
Data Penduduk berdasarkan mata pencaharian
Di Kelurahan Aur, sebagian besar warga bekerja sebagai pedagang. Hal ini
jelas terlihat lewat bangunan-bangunan rumah toko yang mendominasi daerah ini.
Sementara di Kelurahan Hamdan umumnya warga bekerja sebagai pegawai negeri
sipil dan pensiunan TNI.
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Kelur
Kelurahan PNS Pedagang Dokter
swasta
Data penduduk berdasarkan agama/ aliran kepercayaan
Sebagian besar warga di daerah ini, yakni sekitar 60 % memeluk agama
Islam. Warga lainnya merupakan pemeluk agama Protestan, Katolik, Hindu, serta
Budha yang tidak terdata. Berikut ini merupakan data penduduk di kelurahan Aur
berdasarkan agama/ aliran kepercayaan.
Tabel 2.3. Jumlah penduduk berdasarkan agama/ aliran kepercayaan
No. Agama
Jenis Kelamin
LK (orang) PR (orang)
1. Islam 2300 1320
2. Protestan 415 530
3. Katolik 115 150
4. Hindu 103 107
5. Budha 0 0
6. Khonghucu 0 0
7. Kepercayaan kpd Tuhan YME 0 0
8. Aliran kepercayaan lainnya 0 0
Jumlah 2933 3107
Data penduduk berdasarkan Pendidikan
Berikut ini merupakan tabel data penduduk di Kelurahan Aur. Warga kelurahan
ini umumnya merupakan tamatan SMA/sederajat.
Tabel 2.4. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
No. Tingkat Pendidikan
Jenis Kelamin
LK (orang) PR (orang)
1. Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 42 47
2. Usia 3-6 tahun yang sedang TK/ play group 86 99
3. Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah 0 0
4. Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 307 328
5. Usia 18-56 tahun yang tidak pernah sekolah 0 0
6. Usia 18-56 tahun yang tidak tamat SD 208 215
7. Usia 18-56 tahun yang tidak tamat SLTP 283 297
8. Usia 18-56 tahun yang tidak tamat SLTA 202 696
9. Tamat SD/ sederajat 364 391
10. Tamat SMP/ sederajat 178 489
11. Tamat SMA/ sederajat 514 589
12. Tamat D-1/ sederajat 31 26
13. Tamat D-2/ sederajat 19 17
15. Tamat S-1/ sederajat 23 29
Sumber : Data Kelurahan Aur dan Hamdan
Data-data di atas sangat menunjukkan keragaman penduduk, baik dari sisi
sosial, ekonomi, dan budaya. Hal seperti ini memang tidak dapat dihindari dalam
lingkungan kota. Wirth (1897-1952) mendifinisikan kota sebagai pemukiman
yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen
kedudukan sosialnya. Akibatnya hubungan sosialnya menjadi longgar acuh dan
tidak pribadi (impersonal relation1). Sementara itu ahli Geografi Indonesia, Prof.
Bintarto (1983) mengartikan kota sebagai suatu sistem jaringan kehidupan
manusia yang ditandai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya
yang materialistis, atau dapat pula diartikan sebagai benteng budaya yang
ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala
pemutusan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat
heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya.
Heterogenitas dalam ciri-ciri sosial, budaya dan ekonomi seringkali menimbulkan
1
interseksi sosial, mobilitas sosial, dan dinamika sosial dalam masyarakat
perkotaan. Hal ini mungkin muncul akibat proses urbanisasi dan migrasi
masyarakat dari berbagai daerah ke lingkungan kota.
Dampak dari perbedaan sosial ini adalah interaksi sosial yang cenderung
sedikit. Dalam beberapa kali peninjauan ke tapak proyek, saya mendapati bahwa
masyarakat di sekitar tapak tidak banyak berinteraksi satu sama lain. Lingkungan
ini relatif sepi, tidak ada aktivitas bersama di luar rumah. Hal ini bisa berpengaruh
buruk terhaadap sistem pengawasan sosial. Kondisi seperti ini mungkin terjadi
karena sebagian besar warga memiliki jam kerja yang padat dan hanya
menghabiskan sedikit waktu di rumah. Selain itu faktor penerangan yang kurang
baik di ruang luar seperti jalan juga menghambat keinginan warga untuk
beraktivitas di luar.
Dalam kehidupan masyarakat kota yang heterogenis, interaksi yang
terjalin cenderung terbatas pada kelompok-kelompok tertentu saja, dimana ada
hubungan timbal-balik yang orientasinya adalah keuntungan atau pamrih. Hal ini
membuat hubungan yang terjadi hanya seperlunya saja. Contohnya, persahabatan
tidak lagi lahir karena adanya kesamaan latar belakang, tempat tinggal, norma,
tradisi, dan sejenisnya. Hubungan persahabatan lahir dari kebutuhan dan
kepentingan yang sama di dalam kehidupan kota yang kompleks. Emile Durkheim
(1858 – 1917) menyatakan bahwa dalam masyarakat yang lebih kompleks dan
yang lainnya dalam hal agama, politik, etnik, dan latar belakang. Solidaritas sosial
di perkotaan modern, menurut Durkheim, adalah solidaritas organik2, tidak
didasarkan atas kesamaan-kesamaan melainkan oleh ketergantungan pada posisi
sosial dan okupasional masing-masing. Selain itu masyarakatnya yang heterogen
dan kurang saling mengenal satu sama lain membuat sistem pengawasan sosial
perilaku antar anggota masyarakatnya makin sulit terkontrol.
Sistem Organisasi dan Kepemimpinan
Selain masyarakat sebagai calon penghuni bangunan, sistem organisasi
stakeholder (instansi terkait) juga perlu diperhatikan untuk menjamin kemudahan
administrasi penghuni. Setiap penghuni apartemen harus tercatat dalam data
kependudukan kelurahan. Salah satu hal yang belum bisa dipastikan adalah
wilayah administrasi tapak, sebab kondisi tapak yang terbagi dua oleh aliran
sungai dan memang keduanya saat ini merupakan bagian dari dua kelurahan
berbeda. Tapak di Jalan Mangkubumi merupakan wilayah Kelurahan Aur,
sedangkan tapak di Jalan Badur merupakan wilayah Kelurahan Hamdan.
Sistem kepengurusan kelurahan ditangani oleh lurah dan sekretaris lurah,
serta dibantu oleh beberapa kepala seksi, di antaranya bagian pemerintahan,
pembangunan, dan trantib. Selain itu wilayah dalam satu kecamatan terbagi atas
beberapa lingkungan yang dipimpin oleh Kepling. Kelurahan Hamdan dan
2
Kelurahan Aur masing-masing terbagi atas sepuluh lingkungan. Dalam satu
lingkungan terdapat 86-550 kepala keluarga (110-2.967 jiwa), dengan rata-rata
247 kepala keluarga setiap lingkungan.
Sistem organisasi dan pendataan penghuni dalam apartemen direncanakan
akan mengikuti bentuk yang telah ada, yaitu dengan pengelompokan, sehingga
penawasan dan pelayanan bisa terlaksanana secara lebih mudah dan teratur.
Peran proyek terhadap lingkungan sekitarnya
Menurut saya interaksi terjalin lewat lingkungan yang terbuka. Kondisi
masyarakat di sekitar tapak memang sangat beragam, mulai dari kalangan atas
sampai bawah. Sebagian orang mungkin melihatnya sebagai hal yang harus
dihindari, sebab seringkali menimbulkan kekacauan dan pemandangan yang
buruk. Hal ini tampak pada proyek-proyek permukiman yang menutup diri
terhadap lingkungannya dengan pagar tinggi yang selalu diawasi dengan petugas
keamanan yang terlihat menakutkan sehingga tak sembarang orang bisa masuk.
Mereka berusaha mengukuhkan diri sebagai komplek eksklusif yang tak mudah
didekati apalagi dimasuki.
Dilatarbelakangi oleh isu-isu di atas, proyek berusaha untuk mengurangi
kecenderungan diferensiasi penduduk. Ruang yang transparan adalah sebuah
tidak bisa dipisahkan dari kehidupan mewah dan ekslusif, namun tak seharusnya
permukiman menjadi terisolasi dari lingkungannya. Interaksi sosial harus tetap
terjaga demi kenyamanan manusia. Seperti yang telah saya nyatakan sebelumnya
dalam analisa kondisi tapak, keberadaan Sungai Deli mampu membentuk sebuah
ruang komunal yang menarik banyak orang untuk bertemu dan berinteraksi di
dalamnya. Ruang yang transparan memungkinkan setiap orang mampu
BAB III
SEBUAH EKSPEKTASI
The most important part of design is finding all the issues to be resolved. The rest
are details.
Soumeet Lanka
3.1. Apartemen ---- Belajar dari Berbagai Aspek
Dalam memulai proses perancangan ini saya cukup banyak mencari
referensi tentang apartemen, pengertiannya, fungsi di dalamnya, budaya hidup
penghuninya, sistem manajemennya, dan prospek pengembangannya. Berbagai
media yang menjadi sumber di antaranya adalah jurnal online, buku, dan internet.
Berdasarkan Dictionary of Architecture and Construction, apartemen
merupakan satu atau beberapa ruang dalam sebuah gedung yang dirancang
sebagai tempat tinggal. Dengan kata lain apartemen adalah unit hunian yang
disusun secara vertikal. Dalam Time Saver Standard (1983) dijelaskan bahwa satu
unit apartemen setidakya terdiri dari kamar tidur, kamar mandi, ruang tamu,
dapur, dan ruang santai.
Budaya masyarakat modern
Di masa sekarang ini siapa yang tidak mengenal apartemen ? Budaya
bahkan telah berkembang lama di berbagai negara, meski dalam istilah yang
berbeda-beda. Seiring dengan perkembangannya, apartemen telah mengalami
banyak perubahan, baik secara fisik maupun sosial. Pada awal perkembangannya
apartemen menjadi pilihan hunian oleh masyarakat yang membentuk
komunitas-komunitas tertentu. Fuggerei3 di Augsburg, Bavaria adalah sebuah komplek
perumahan sosial tertua di dunia. Di komplek ini masyarakat kota tinggal bersama
dan menjalin hubungan yang akrab satu sama lain. Kini masyarakat telah
menyadari kepentingan akan hunian yang semakin meningkat saat mereka
memutuskan untuk tinggal bersama dalam satu gedung. Kesadaran akan
kehidupan sosial bukan menjadi fokus utama lagi. Masyarakat kota cenderung
melihat kemudahan dan efisiensi hunian vertikal ini. Secara fisik, bangunan
apartemen telah berkembang dari apartemen sederhana yang dihuni oleh satu
sampai empat keluarga, menjadi garden apartemen, bangunan bertingkat rendah
yang bisa dihuni ratusan keluarga, dan kini bangunan-bangunan tinggi mewah
yang didesain oleh arsitek-arsitek ternama dunia. Dari hunian, apartemen telah
beralih menjadi penanda strata sosial. Itulah mengapa apartemen umumnya
ditempati oleh masyarakat dengan ekonomi menengah ke atas yang lebih
mengutamakan kemudahan, bahkan tak jarang menginginkan gaya hidup mewah.
Apartemen sekarang ini umumnya dilengkapi dengan berbagai fasilitas
untuk memenuhi kebutuhan penghuninya. Fasilitas ini beragam pula, tergantung
pada jenis apartemennya. Semakin mewah sebuah apartemen, maka fasilitas di
3
dalamnya akan semakin lengkap. Hal ini juga dilakukan oleh developer untuk
menarik orang-orang tinggal di apartemen mereka. Tak jarang bangunan
apartemen bahkan dilengkapi dengan pusat perbelanjaan sendiri, sehingga
penghuni apartemen tidak perlu pergi jauh-jauh saat mereka butuh rekreasi.
Semua kemudahan ini telah menjadi budaya hidup masyarakat kota pada
umumnya.
Pertimbangan lainnya..
Tidak bisa dipungkiri bahwa tidak semua apartemen bisa menarik minat
orang-orang untuk tinggal di sana. Beberapa faktor utama yang menjadi
pertimbangan adalah lokasi apartemen, harga unit, sistem pengelolaan, dan
peraturan dalam apartemen. Lokasi menjadi faktor yang sangat menentukan,
sebab calon penghuni cenderung akan memilih tempat tinggal di lokasi yang
aman dan nyaman, akses yang mudah, dan dekat dengan tempat mereka bekerja.
Harga unit tentu juga diperkirakan oleh calon penghuni saat dia ingin memilih
apartemen. Tak jarang ia membandingkan harga unit suatu apartemen dengan
apartemen lainnya. Sistem pengelolaan dan peraturan dalam apartemen akan
mempengaruhi kemudahan dan kenyamanan penghuni. Ada berbagai sistem
pengelolaan dalam apartemen, mulai dari sistem sewa dimana pihak pengelola
bertanggung jawab penuh terhadap kebutuhan penghuni, sistem beli
Studi banding
Selain mempelajari berbagai aspek dalam apartemen, pembelajaran
lainnya adalah menyangkut desain sendiri, dengan mencari beberapa proyek
apartemen sebagai studi banding terhadap proyek ini.
1. Bosco Verticale
Lokasi : Milan, Italia
Konstruksi awal : 2009
Luas lantai : 360,000 m2 (3,900,000 sq ft)
Arsitek : Stefano Boeri, Gianandrea Barreca, Giovanni La Varra
Arsitek Stefano Boeri yang merancang bangunan ini juga merupakan
pemerhati lingkungan hidup dan penghijauan. Berawal dari pemikiran nya yaitu
dengan melihat ruang terbuka hijau di kota Milan semakin menyusut, maka
Gambar 3.1. Bosco Verticale Apartment
muncullah ide ini supaya kemudian pemanasan global dan polusi udara semakin
berkurang. Kota Milan adalah salah satu kota dengan polusi tertinggi di dunia,
yang mana kualitas udaranya sering melewati batas aman yang ditentukan oleh
Komisi Eropa.
Desainnya terdiri dari dua buah menara yang terintegrasi dengan sistem
energi sel surya dengan tanaman dan pohon di setiap sisi bangunan nya.
Keuntungan dengan adanya vegetasi ini adalah dapat memproduksi oksigen dan
mengurangi karbondioksia serta menyediakan ekosistem bagi serangga dan
burung. Pepohonan dan tanaman juga akan membantu mendinginkan apartemen
dan mengurangi biaya energi untuk AC, terutama di musim panas pada saat kota
Milan mencapai suhu 100 derajat F arau 37,8 derajat C dan akan dan membantu
mengurangi urban heat island effect.
Gambar 3.2. Desain Bosco Verticale
Semua lantai dikombinasikan agar berkapasitas 730 pohon, 5000 semak
dan 11.000 tanaman (setara dengan 2,5 acre hutan atau 10117,15 meter persegi
hutan ). Tipe pepohonannya dipilih oleh ahli botani terpercaya untuk menentukan
pohon mana yang paling sesuai dengan bangunan dan iklimnya. Sedangkan
tanaman yang digunakan di dalam proyek ini sebelumnya dibudidayakan sehingga
tanaman ini secara perlahan akan beraklimatisasi dengan kondisi yang akan
dialami ketika berada di bangunan.
Setiap apartemen dalam bangunan akan memiliki sebuah balkon yang
ditanami dengan pepohonan dan tanaman sehingga selalu ada perlindungan
selama musim panas sekaligus mem-filter polusi kota. Irigasi tanaman akan
didukung dari penyaringan dan penggunaan kembali air kotor yang diproduksi
bangunan.
Gambar 3.3. Konsep vegetasi pada Bosco Verticale
2. Natural Evolution Residential Tower
Bangunan ini didesain oleh Emmanuel Person, berlokasi di New York,
dengan konsep green roof, sustainable architecture, dan roof garden. Residential
tower didesain sepperti sebuah perkampungan, di mana terdapat tempat bagi
orang-orang berkumpul, dan menyediakan tempat bermain bagi anak-anak. Setiap
hunian memiliki taman privat yang diisi vegetasi beragam, memberikan udara
yang sejuk serta pemandangan yang baik bagi penghuninya. Taman-taman ini
menjadi pelindung alami bagi interior bangunan. Keberadaan vegetasi mampu
melindungi ruangan dari panas, bising, dan lain-lain.
Gambar 3.4. Natural Evolution Residential Tower
Pemilihan kedua proyek apartemen ini sebagai studi banding dikarenakan
desainnya yang menonjol pada penggunaan material kaca. Selain itu penggunaan
vegetasi sebagai shading utama bangunan sangat cocok diterapkan di dalam tapak,
dengan kondisi penerimaan sinar dan panas matahari yang berlimpah. Dengan
demikian penggunaan energi dalam bangunan untuk pencahayaan dan
pengkondisian udara juga bisa ditekan.
Gambar 3.5. Interior ruang dengan pemandangan terbuka dan taman privat
Sumber : http://www.lushome.com
Gambar 3.6. Eksterior bangunan
3.2. Proyek PA 6
Stakeholder dan Sistem Manajemen
Berdasarkan penjelasan dalam KAK, pihak-pihak yang terlibat dalam
proyek ini adalah Pemko Medan sebagai owner, Kontraktor (PT. Twin Rivers
Development), (Studio PA6 design Group) sebagai konsultan.
Dalam proyek ini Pemerintah Kota Medan dan PT. Twin Rivers
Development bekerja sama dalam pembangunan hunian apartemen. Kedua pihak
ini secara bersama-sama menjadi pemilik proyek. Pemko Medan sebagai owner
tentu menginginkan sebuah lingkungan binaan yang lebih baik dari sebelumnya.
Lingkungan yang tertata dan kehidupan masyarakat yang lebih teratur menjadi
target mereka. Namun pihak pemerintah umumnya lebih bersifat protektif
terhadap pendanaan proyek, sehingga sebisa mungkiin menghindari biaya
pembangunan yang mahal. Hal ini harus terwujud dalam desain proyek yang
sesuai dengan lokasi dan mampu menyelesaikan masalah-masalah di dalam tapak.
Di lain sisi PT. Twin Rivers Development sebagai pihak swasta saya kira lebih
menilik kepada bagaimana bangunan bisa menonjol dalam lingkungannya, bahkan
dalam lingkup Kota Medan, sehingga banyak orang akan datang ke sana. Selain
itu PT. Twin Rivers Development sebagai pihak penyandang dana bagi proyek
juga sangat mmpertimbangkan aspek ekonomi. Mereka akan memperkirakan
keuntungan yang bisa didapat dengan sejumlah uang yang mereka tanamkan
oleh pihak developer adalah penyediaan fasilitas-fasilitas mewah yang mampu
menarik minat masyarakat untuk menghuni apartemen, dan pengadaan beberapa
fasilitas publik yang mampu menambah keuntungan proyek seperti mal dan ruang
rekreasi.
Lenders (Bank) merupakan pihak yang turut terkait dalam pengadaan dana
proyek. Beberapa pertimbangan penting bagi lenders cash flow pengembalian
pinjaman yang di ajukan. Hal ini akan bergantung kepada perhitungan investasi
bangunan. Oleh sebab itu memang diharapkan berbagai fungsi lain seperti mal
dan rekreasi yang bisa ditawarkan kepada pengunjung untuk mendorong
keuntungan owner. Sementara itu partner bisnis yang akan mengisi ruang-ruang
dalam mal seperti pemilik restauran atau toko buku juga memerlukan jaminan dari
bangunan. Mereka akan lebih yakin untuk menginvestasikan jasanya jika lokasi
bangunan memang strategis dan mampu menarik banyak pengunjung. Di sini bisa
dilihat bahwa beberapa faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain.
Kontraktor dituntut untuk melaksanakan proyek sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan oleh owner. Dalam proyek ini yang menjadi kontraktor adalah
PT. Twin Rivers Development. Masyarakat sekitar juga turut terlibat sebagai
orang-orang yang menilai kesuksesan bangunan, apakah mereka merasa senang
atau tidak terhadap bangunan baru itu. Maka konsultan harus mampu
memperhatikan kepentingan dan kemudahan pengerjaan bangunan dan bagaimana
Pembeli (penghuni apartemen) dan pengunjung sebagai klien cenderung
akan menilai bagaimana bangunan itu dapat memenuhi kepentingan mereka,
misalnya dengan menyediakan ruang untuk rekreasi, fasilitas berbelanja, dan tak
jarang berusaha membandingkan suatu bangunan dengan yang lainnya. Jadi
proyek ini perlu menunjukkan eksistensinya terhadap proyek-proyek sejenis di
lingkungannya seperti Royal Condominium .
Semua pihak yang terlibat perlu dipertimbangkan kepentingannya, dan
semua faktor yang disebut di atas saling mempengaruhi satu sama lain. Misalnya
bangunan yang menarik dari desain dan lokasi akan memungkinkan banyak
pengunjung. Di waktu yang bersamaan para partner bisnis akan tertarik untuk
membuka usaha di dalamnya.
Konsumen sasaran, karakter dan kebutuhan ruangnya
Dalam kasus proyek Perancangan Arsitektur 6, apartemen ditujukan bagi
masyarakat menengah ke atas. Dari segi lokasi, sasaran utama dari apartemen ini
adalah warga yang sebelumnya menghuni di sekitar tapak dan penduduk yang
beraktivitas di sekitar Medan Maimun yang bersedia untuk tinggal di apartemen.
Menurut saya keberadaan aktivitas ekonomi di sekitar tapak, mulai dari Jalan
Palang Merah, Jalan Bridgen Katamso, hingga Jalan Zainul Arifin akan membawa
pengaruh yang sangat besar bagi proyek ini. Orang-orang yang bekerja di sana
mungkin akan mempertimbangkan untuk pindah ke tempat yang lebih dekat
mementingkan efisiensi. Pada umumnya karakter khusus yang terlihat pada
kalangan ini adalah menuntut kemudahan akses dari apartemen ke tempat kerja
atau tempat-tempat penting lainnya di kota. Selain itu penghuni juga
mengharapkan faktor-faktor lain seperti privasi, kenyamanan, estetika dan
keamanan. Privasi yang tinggi merupakan salah satu tuntutan konsumen yang
pada umunya merupakan golongan masyarakat pekerja. Kenyamanan tinggi
diharapkan untuk mendukung kegiatan penghuni untuk beristirahat setelah
seharian bekerja. Estetika bangunan merupakan salah satu strategi aktualisasi diri
pada golongan masyarakat menengah ke atas. Keamanan tinggi, mendukung kelas
ekonomi penghuni yang merupakan golongan ekonomi menengah ke atas dan
memberi rasa aman bagi penghuni yang tinggal dalam apartemen. Semua faktor
ini akan sangat mempengaruhi minat masyarakat untuk mau tinggal dalam
apartemen.
Berdasarkan karakter konsumen sasarannya, kegiatan dalam apartemen
terbagi ke dalam beberapa fungsi, yaitu fungsi utama sebagai hunian, fungsi
pendukung sebagai fasilitas tambahan bagi penghuni, serta fungsi pelengkap yang
menjamin berjalannya manajemen apartemen.
Fungsi utama dalam apartemen adalah hunian. Apartemen harus bisa
mengakomodasi aktivitas penghuni secara rutin seperti di dalam rumah. Jenis
aktivitas tersebut antara lain adalah tidur, makan, menerima tamu, berinteraksi
sosial, melakukan hobi, bekerja, dan lain-lain. Fungsi pendukung merupakan
fungsi-fungsi sekunder yang ditambahkan pada apartemen untuk mendukung
apartemen tersebut dengan menarik pengunjung (masyarakat umum) untuk datang
ke bangunan. Umumnya fungsi pendukung yang ditambahkan dalam apartemen
adalah layanan olah raga (fitness center, kolam renang, spa & sauna, tennis court),
layanan kesehatan ( poliklinik dan apotek), layanan komersial (minimarket,
restoran, salon,dan lain-lain), serta layanan anak (tempat penitipan anak dan area
bermain). Fungsi pelengkap adalah fungsi-fungsi yang diadakan untuk
mengorganisir terlaksananya fungsi utama dan fungsi pendukung. Kegiatannya
adalah kegiatan pengelolaan. Aktivitas di dalamnya adalah administrasi,
pemasaran, pemeliharaan kebersihan, pemeliharaan bangunan, dan pengamanan.
Dalam proyek ini saya melihat semua fasilitas di atas adalah penting dan
perlu diterapkan dalam desain. Namun selain itu perlu ditambahkan aktvitas
pendukung lainnya, mengingat keberadaan Sungai Deli yang potensial untuk
melahirkan ruang-ruang publik. Ruang-ruang luar bisa digunakan oleh penghuni
apartemen bahkan pengunjung sebagai area rekreasi. Selain memenuhi kebutuhan
penghuni, fasilitas-fasilitas ini juga akan menambah nilai jual apartemen dan
minat orang untuk berkunjung.
Hunian yang aman dan nyaman
Setiap orang tentu mendambakan tempat tinggal yang aman. Demikian
juga dalam proyek ini keamanan menjadi salah satu faktor utama. Hampir semua