• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Pemeriksaan Surat Pemberitahuan (Spt) Tahunan Pada Seksi Pph Badan Di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pelaksanaan Pemeriksaan Surat Pemberitahuan (Spt) Tahunan Pada Seksi Pph Badan Di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PEMERIKSAAN SURAT PEMBERITAHUAN

(SPT) TAHUNAN PADA SEKSI PPh BADAN

DI KANTOR PELAYANAN PAJAK MEDAN KOTA

TUGAS AKHIR

DIAJUKAN O L E H

NAMA : RINI SUNDARI

NIM : 052600059

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL PKLM INI DISETUJUI UNTUK DILAKSANAKAN

OLEH :

Nama : Rini Sundari

Nim : 052600059

Program Studi : Administrasi Perpajakan

Ketua Prodip III Lapangan Administrasi Perpajakan

FISIP USU

Dosen Pembimbing Supervisor lapangan

(Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si) NIP. 131 930 631

(Tetty Marlina Tarigan, SH, M.Kn) ( Alfan Jamil, S.E. ) NIP. 060 078 528

DEKAN FISIP USU

(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah ‘ala kuli hal

Tiada yang lebih layak disanjung selain Allah SWT atas limpahan rahmat,

kekuatan, kesehatan, dan kesempatan sehinnga penulis dapat menyelesaikan Praktek

Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dan sekaligus menyelesaikan laporan Tugas Akhir.

Adapun tulisan yang berjudul “Pelaksanaan pemeriksaan Surat Pemberitahuan

(SPT) Tahunan Pada Seksi PPh Badan di Kantor Pelayanan Pajak Medan

Kota” merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program

Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas

Sumatera

Utara.

Pada Kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih pada

begitu banyak pihak dan kehadiran orang-orang disekitar penulis yang telah

memberikan bantuan tenaga baik dalam pelaksanaan maupun dalam penyelesaian

laporan PKLM ini, antara lain :

1. Bapak Prof. M. Arif Nasution, Ma selaku Dekan FISIP USU.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nst, M. Si selaku Ketua Program Diploma III

Administrasi Perpajakan FISIP USU.

3. Ibu Tetty Marlina Tarigan, SH, M.Kn selaku Dosen Pembimbing.

(4)

5. Seluruh Staf dan karyawan Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, Khususnya

Seksi Kantor penyuluhan Pengamatan dan Potensi Perpajakan.

6. Jazakumullah khiran kepada Ayah Dan Ib tercinta atas cinta, kasih sayang,

kepercayaan, dan kesabaran yang tak pernah padam.

7. Abangku tersayang, untuk arahan dan masukkan yang menumbuhkan

semangat dan tekat penulis untuk menjalani hidup.

8. Seluruh teman-teman Tax ’05 terutama Indah dan Neni yang selalu

memberikan dukungan.

9. Teruntuk Dony, yang selalu memberikan cinta dan kasih sayangnya yang

mengisi hati dan mewarnai hidup penulis seta keikhlasan nerima aq apa

adanya.

10.Semua Pihak lain Yang tidak Bisa penulis sebutkan satu persatu. Hanya Maha

Kuasalah yang dapat membalasnya.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari

kesempurnaan, baik dari segi isi maupun penyajiannya. Untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak guna kesempurnaan laporan ini.

Terima Kasih.

Medan, Juli 2008

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….. i

DAFTAR ISI... iii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri………... 1

B. Tujuan Dan Manfaat Praktek Kerja Lapangan Mandiri……... 3

C. Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri ………..5

D. Metode Praktek Kerja Lapangan Mandiri………5

E. Metode Pengumpulan Data……….. 6

F. Sistematika Pengumpulan Laporan………..7

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM A. Sejarah Umum KPP Medan Kota... 9

B. Struktur Organisasi KPP Medan Kota... 11

C. Tugas Dan Fungsi KPP Medan Kota... 11

BAB III : GAMBARAN DATA PENYULUHAN PAJAK A. Dasar Hukum... 21

B. Ketentuan Umum... 21

(6)

b. Subjek dan Objek Pajak... 23

2. Surat Pemberitahuan (SPT)... 28

a. Pengertian... 28

b. Pengelompokkan SPT... 28

c. Fungsi SPT Tahunan... 29

d. Pihak-pihak yang wajib mengisi SPT Tahunan... 29

e. Pelaksana Penatausahaan dan Pengelolaan SPT... 30

f. Pengolahan SPT Tahunan PPh Badan... 30

g. Batas Waktu Penyampaian SPT Tahunan...31

h. Tarif Pajak Penghasilan Untuk Wajib Pajak Badan... 31

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI A. Tata cara pelaksanaan pemeriksaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan pada seksi PPh Badan di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota... 33

B. Faktor penghambat yang dihadapi fiskus dalam melakukan pemeriksaan SPT Tahunan pada seksi PPh Badan di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota... 34

(7)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 45

B. Saran... 45

DAFTAR PUSTAKA

(8)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang PKLM

Sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang

sedang berkembang. Hal itu menuntut Indonesia untuk melakukan pembangunan di

segala bidang. Untuk melaksanakan pembangunan tersebut maka diperlukan biaya

yang cukup besar. Salah satu cara memenuhi pembiayaan tersebut berasal dari

penerimaan pajak. Besarnya pembiayaan tersebut tercermin dari Anggaran

Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang ditetapkan setiap tahunnya.

Pajak adalah salah satu sumber dana bagi pembiayaan pembangunan yang

tidak saja menjadi cita-cita belaka, tetapi sudah terlihat dari penerimaan pajak yang

cukup besar. Sejak adanya reformasi perpajakan tahun 1983, maka dapat dilihat

kenaikan pendapatan negara yang berasal dari pajak. Namun, keberhasilan ini

haruslah di waspadai agar pajak benar-benar dapat mengembangkan perekonomian

nasional, apalagi kebutuhan akan dana untuk pembangunan setiap tahunnya terus

meningkat.

Dengan berlakunya Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan

dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana terakhir telah diubah dengan Undang-Undang

No. 28 Tahun 2007 maka sistem pemungutan pajak di Indonesia yaitu sistem Self

Assessment, maksudnya adalah wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung,

memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak terutangnya.

(9)

antara perhitungan wajib pajak dan perhitungan fiskus maka diperlukan pemeriksaan

atas pajak yang dilaporkan wajib pajak ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

masing-masing sehingga tidak menimbulkan kerugian dari pihak negara maupun pihak wajib

pajak itu sendiri.

Masih banyak masyarakat yang belum memahami dan menyadari akan

pentingnya pajak untuk pembiayaan negara. Hal ini dapat kita lihat dari sejumlah

wajib pajak yang terdaftar diseluruh KPP di Indonesia masih banyak yang melalaikan

kewajiban perpajakannya, bahkan ada yang melakukan kerugian bagi negara. Masih

banyak lagi wajib pajak yang mempunyai penghasilan melebihi Penghasilan Tidak

Kena Pajak (PTKP) namun belum mendaftarkan diri. Untuk meminimalisi akan

penyelewengan-penyelewengan pajak sehingga tidak merugikan negara, maka

dituntutlah peran aktif fiskus sebagai pihak pelaksana untuk mewujudkannya

disamping kesadaran dari masyarakat itu sendiri.

Dalam upaya untuk mengoptimalkan penerimaan dari sektor pajak salah satu

caranya adalah melakukan pemeriksaan terhadap masyarakat yang belum terdaftar

agar segera dikukuhkan sebagai wajib pajak dan melakukan pemeriksaan terhadap

berkas-berkas wajib pajak terutama wajib pajak badan yang telah terdaftar, sehingga

pajak terutang yang dilaporkan wajib pajak diketahui akan kebenaran datanya dan

tidak menimbulkan kerugian bagi negara maupun wajib pajak itu sendiri.

Dengan diadakannya Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) penulis ingin

(10)

situasi yang ada di lapangan atau berbeda dengan data yang telah disampaikan kepada

instansi pemerintah yang bersangkutan dengan topik “Proses Pemeriksaan SPT

Tahunan pada Seksi PPh Badan di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota”.

B. Tujuan Dan Manfaat PKLM

1. Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan praktek kerja lapangan mandiri ini

adalah :

1. Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan pemeriksaan Surat Pemberitahuan

(SPT) Tahunan pada seksi PPh Badan di Kantor Pelayanan Pajak Medan

Kota.

2. Untuk mengetahui faktor penghambat yang dihadapi fiskus dalam melakukan

pemeriksaan SPT Tahunan pada seksi PPh Badan di Kantor Pelayanan Pajak

Medan Kota.

3. Untuk mengetahui pemeriksaaan yang dilakukan fiskus terhadap

berkas-berkas Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota.

2. Manfaat dari pelaksanaan praktek kerja lapangan mandiri adalah :

1. Bagi Mahasiswa

a. Mengaplikasikan teori ke dalam permasalahan yang timbul selama

melaksanakan praktek kerja lapangan mandiri.

b. Menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan khususnya

(11)

c. Meningkatkan komunikasi dan pendekatan dengan pihak – pihak pegawai

Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota khususnya di seksi PPh Badan.

2. Pihak Kantor Pelayanan Pajak

a. Mempererat hubungan Universitas dengan Kantor Pelayanan Pajak

Medan Kota.

b. Mempromosikan kesan yang baik kepada mahasiswa program studi

Diploma III Administrasi Perpajakan Universiatas Sumatera Utara.

c. Memperoleh ide-ide baru dari perguruan tinggi menyangkut penanganan

masalah perpajakan.

3. Pihak Universitas Sumatera Utara

a. Peningkatan kerjasama yang lebih baik dengan pihak Kantor Pelayanan

Pajak.

b. Mempromosikan kegunaan sumber daya yang dimliki Universitas

Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi

(12)

C. Ruang Lingkup PKLM

Praktek Kerja Lapangan Mandiri dilaksanakan pada Kantor Pelayanan Pajak

Medan Kota khususnya pada seksi PPh Badan mengenai pelaksanaan pemeriksaan

Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan dengan data-data yang diperoleh dari tahun

2006 – 2007.

D. Metode PKLM

Adapun sumber-sumber data yang diperlukan penulisan untuk mendukung

pembuatan laporan ini adalah :

1. Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari penentuan

tempat di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, mencari bahan untuk pembuatan

proposal hingga pada konsultasi dengan pihak dosen.

2. Studi Literatur

Penulis mencari berbagai sumber-sumber bacaan seperti buku-buku,

undang-undang dan dokumen yang berhubungan dengan berkas SPT PPh Badan.

3. Observasi Lapangan

Penulis melakukan pengamatan lapangan di Kantor Pelayanan Pajak Medan

Kota kurang lebih 1 bulan. Dalam pengamatan ini penulis memberikan surat

pengantar untuk melakukan PKLM dan melakukan pengamatan terhadap data

(13)

4. Pengumpulan Data

Penulis akan mengumpulkan data yang akan diperlukan dalam penyusunan

laporan akhir dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan Mandiri.

5. Analisa dan Evaluasi

Penulis menganalisa dan mengevaluasi data mengenai pemeriksaan SPT

Tahunan di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota.

E. Metode Pengumpulan Data

Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data di atas adalah sebagai berikut:

a. Metode Wawancara

Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung terhadap pihak Kantor

Pelayanan Pajak Medan Kota yang dianggap mampu memberikan masukan data

dan informasi yang diberikan bagi penyusunan laporan ini.

b. Metode Observasi

Dengan metode ini penulis melakukan pengamatan langsung atas kegiatan

yang dilakukan dengan melakukan pencatatan terhadap setiap fenomena yang

menjadi objek penelitian.

c. Metode Dokumentasi

Dalam metode ini penulis meminta dokumen yang berhubungan dengan

Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, dokumen tersebut dapat berupa struktur

(14)

F. Sistematika Pengumpulan Laporan

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan akhir adalah

sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat, ruang

lingkup, metode yang dipergunakan metode pengumpulan data, serta

sistematika penulisan laporan PKLM.

BAB II : GAMBARAN LOKASI PKLM

Memuat gambaran umum tentang sejarah berdirinya Kantor Pelayanan

Pajak Medan Kota, Struktur Organisasi, uraian Tugas Pokok dan

Fungsi dari PKLM serta gambaran fiskus / pegawai di Kantor

Pelayanan Pajak Medan Kota.

BAB III : GAMBARAN DATA TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN

TAHUNAN

Berisikan tentang data yang diperoleh mengenai Dasar Hukum,

Ketentuan-ketentuan Umum Surat Pemberitahuan Tahunan, atau

(15)

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

Berisikan mengenai Pelaksanaan Pemeriksaan Surat Pemberitahuan

Tahunan, Faktor Penghambat Dalam Pemeriksaan SPT Tahunan dan

serta pemeriksaan yang dilakukan fiskus terhadap berkas-berkas wajib

pajak badan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Berisikan rangkuman tentang hal-hal yang telah dibahas mengenai

masalah-masalah yang timbul dan telah disimpulkan dengan jelas,

juga saran yang penulis sajikan berdasarkan data dan informasi yang

telah didapat.

DAFTAR PUSTAKA

(16)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI

PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

A. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dulunya dinamakan dengan Kantor Inspeksi

Pajak (KIP) yang sebenarnya telah berdiri sejak zaman Belanda dengan system

perpajakan yang berlaku saat itu. Kantor Inspeksi Pajak (KIP) saat ini merupakan

satu-satunya kantor pajak yang ada di kota Medan.

Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan pesatnya pertumbuhan penduduk

dikota Medan, maka pada tahun 1975 Kantor Inspeksi Pajak (KIP) telah mencakup

wilayah-wilayah yaitu :

1. Kotamadya Medan

2. Kabupaten Deli Serdang

3. Kabupaten Langkat

4. Kabupaten Karo

Selanjutnya pada tahun 1976 Kantor Inspeksi Pajak di Medan sendiri dibagi

atas 2 (dua) yaitu :

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan

2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara

Dengan keputusan Menteri Keuangan RI No.267/KMK.01/1989 tanggal 25

(17)

keputusan Menteri Keuangan itu disebut tentang penggantian nama Inspeksi Pajak

menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, juga dibentuk Kantor Pelayanan Pajak

Bumi dan Bangunan.

Sesuai keputusan Menteri Keuangan No. 94/KMK.01/1994, maka Kantor

Pelayanan Pajak Medan Kota sebelumnya telah mengalami perubahan-perubahan

nama dan wilayah kerja. Pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan suatu

pemekaran dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. Didirikan berdasarkan

keputusan Menteri Keuangan No.44/KMKK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001. Inilah

yang menjadi tonggak awal berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota.

Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah merupakan suatu pemecahan dari

Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang mana wilayah kerjanya dibagi menjadi 8

(delapan) kecamatan dipecah menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur :

a. Kecamatan Medan Tembung

b. Kecamatan Medan Perjuangan

c. Kecamatan Medan Area

d. Kecamatan Medan Timur.

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota:

a. Kecamatan Medan Kota

b. Kecamatan Medan Johor

(18)

d. Kecamatan Medan Denai.

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota

Agar tujuan yang telah ditentukan tercapai, maka suatu perusahaan harus

mempunyai struktur organisasi dimana struktur organisasi ini akan membuat

perusahaan tersebut dapat melakukan segala kegiatannya dengan baik karena struktur

organisasi merupakan salah satu wadah atau cara yang digunakan perusahaan dalam

menjalankan segala aktivitas perusahaan yang berguna untuk tujuan perusahaan.

Struktur organisasi diharapkan akan dapat memberikan gambaran tentang

pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab serta hubungan antar bagian

berdasarkan susunan tingkat hirarki, wewenang, dan tanggung jawab juga diharapkan

akan dapat menetapkan sistem hubungan organisasi yang menghasilkan tercapainya

komunikasi, koordinasi, dan integrasi secara efisien dan efektif dari segenap kegiatan

organisasi baik vertikal maupun horizontal.

Pada prinsipnya struktur organisasi yang digunakan tergantung pada ukuran

besarnya dan jenis organisasi serta banyaknya jumlah staff dalam organisasi serta

tingginya tingkat kerumitan dalam operasional organisasi.

C. Uraian Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota

Tugas Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah sebagai berikut :

a. Kantor Pajak adalah unsur pelaksanaan Direktorat Jenderal Pajak yang berada

(19)

b. Kepala Kantor Pelayanan Pajak dipimpin oleh seorang Kepala Kantor

Pelayanan Pajak yang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan operasional

pelayanan pajak dibidang Pajak Panghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai

(PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak Tidak

Langsung Lainnya (PTLL).

Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah sebagai berikut :

a. Pengumpulan dan pengolahan data, penyampaian informasi perpajakan,

penggalian potensi pajak serta ekstensifikasi Wajib Pajak.

b. Penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Masa serta pamantauan

dan penyusunan laporan pembayaran Masa PPh, PPN, PPnBM, dan PTLL.

c. Penatausahaan penerimaan, penagihan, penyelesaian keberatan dan restitusi

pajak penghasilan lainnya.

d. Verifikasi dan penetapan sanksi perpajakan.

e. Pengurusan pemberian Surat Ketetapan Pajak.

f. Penyuluhan dan pelayanan konsultasi perpajakan.

g. Pengurusan tata usaha dan rumah tangga Kantor Pelayanan Pajak.

Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota dipimpin oleh seorang Kepala yang

secara operasional bertanggung jawab kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Pajak. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota terdiri dari 10 (sepuluh) seksi,

(20)

1. Sub Bagian Umum

Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha

kepegawaian keuangan dan rumah tangga. Sub bagian umum terdiri dari :

a. Koordinator pelaksana tata usaha dan kepegawaian yang mempunyai tugas

melaksanakan urusan tata usaha, dan kepegawaian.

b. Koordinator pelaksanaan keuangan yang mempunyai tugas melakukan urusan

keuangan.

c. Koordinator pelaksana rumah tangga yang mempunyai tugas melakukan

urusan rumah tangga dan perlengkapan.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan urusan

pengolahan data dan penyajian informasi, penggalian potensi perpajakan serta

ekstensifikasi Wajib Pajak. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, seksi

pengolahan data dan informasi mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Pengumpulan dan pengolahan data.

b. Pengalihan informasi.

c. Pengalihan Potensi Pajak.

d. Ekstennsifikasi Wajib Pajak.

(21)

a. Koordinator pelaksana pengolahan data dan informasi I yang mempunyai

tugas melakukan tata usaha data masuk dan data keluar serta pengecekan

perlengkapan dan kebenaran formal data masukan dan data keluaran.

b. Koordinator pelaksana pengolahan data dan informasi II yang mempunyai

tugas melakukan urusan pengalihan potensi pajak dan penyusunan monografi

pajak.

c. Koordinator pelaksana pengolahan data dan informasi III yang mempunyai

tugas melakukan pencarian data untuk ekstensifikasi Wajib Pajak dan

melakukan himbauan terhadap Wajib Pajak.

3. Seksi Tata Usaha Perpajakan (TUP)

Seksi Tata Usaha Perpajakan (TUP) mempunyai tugas melakukan urusan tata

usaha Wajib Pajak, penerimaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak

dan surat Wajib Pajak lainnya, pemindahan dan pencabutan identitas Wajib Pajak,

serta kearsipan berkas Wajib Pajak. Seksi Tata Usaha Perpajakan (TUP) terdiri dari :

a. Koordinator pelaksana pelayanan terpadu yang mempunyai tugas membantu

urusan penerimaan surat pemberitahuan, surat Wajib Pajak lainnya, serta

melakukan penatausahaan pendaftaran Wajib Pajak dan pemindahan serta

pencabutan identitas Wajib Pajak .

b. Koordinator pelaksana surat pemberitahuan pajak yang mempunyai tugas

(22)

c. Koordinator pelaksana ketetapan dan kearsipan Wajib Pajak yang mempunyai

tugas membantu urusan tata usaha penerbitan surat ketetapan pajak dan

kearsipan berkas Wajib Pajak.

4. Seksi Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Seksi Pajak Penghasilan Orang Pribadi mempunyai tugas melakukan

penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan masa, serta melakukan verifikasi

atas Surat Pemberitahuan masa dan tahunan pajak penghasilan orang pribadi. Seksi

pajak penghasilan orang pribadi terdiri dari :

a. Koordinator pelaksana Pajak Penghasilan orang pribadi I yang mempunyai

tugas membantu urusan penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan,

memantau dan menyusun laporan efektifitas pembayaran masa pajak

penghasilan orang pribadi.

b. Koordinator pelaksana Pajak Penghasilan orang pribadi II yang mempunyai

tugas melakukan verifikasi atas Surat Pemberitahuan masa dan tahunan pajak

penghasilan orang pribadi yang terdaftar dan Wajib Pajak yng tidak

memasukkan Surat Pemberitahuan.

5. Seksi Pajak Penghasilan Badan

Seksi Pajak Penghasilan Badan mempunyai tugas melakukan urusan

penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan masa, memantau dan menyusun

(23)

pajak penghasilan Badan serta konfirmasi faktur pajak. Seksi pajak penghsilan Badan

terdiri dari :

a. Koordinator pelaksana Pajak Penghasilan Badan I yang mempunyai tugas

melakukan urusan pemantauan, penatausahaan pembayaran masa, dan

penyusunan laporan efektifitas pembayaran masa.

b. Koordinator pelaksana Pajak Penghasilan Badan II yang mempunyai tugas

melakukan urusan verifikasi atas Surat Pemberitahuan masa dan tahunan

Pajak Penghasilan Badan, dan Pajak Penghasilan Badan yang tidak terdaftar

serta yang tidak memasukkan Surat Pemberitahuan.

6. Seksi Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan

Seksi Pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan mempunyai tugas

melakukan urusan penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan masa,

memantau dan menyusun laporan dan pembayaran masa, serta melakukan verifikasi

atas Surat Pemberitahuan masa dan tahunan pemotongan dan pemungutan pajak

penghasilan. Seksi pemotongan dan pemungutan pajak penghasilan terdiri dari :

a. Koordinator pelaksana pemotong dan pemungut Pajak Penghasilan I yang

mempunyai tugas membantu urusan penatausahaan, pengecekan, dan

perekaman Surat Pemberitahuan serta pemantauan dan penatausahaan

pembayaran masa pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan.

b. Koordinator pelaksana pemotong dan pemungut Pajak Penghasilan II yang

(24)

pengecekan Surat Pemberitahuan masa atas pemotongan dan pemungutan

Pajak Penghasilan.

7. Seksi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Tidak Langsung Lainnya

(PTLL)

Seksi Pajak Pertanbahan Nilai (PPN) dan Pajak Tidak Langsung Lainnya

(PTLL) mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan dan pengecekan Surat

Pemberitahuan masa, memantau dan menyusun laporan perkembangan Pengusaha

Kena Pajak (PKP) dan kepatuhan Surat Pemberitahuan masa melakukan urusan

konfirmasi faktur pajak serta melakukan urusan verifikasi atas Surat Pemberitahuan

masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM),

dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL). Seksi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL) terdiri dari :

a. Koordinator pelaksana Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Industri yang

mempunyai tugas membantu urusan penerimaan, penatausahaan, dan

pengecekan Surat Pemberitahuan masa, serta konfirmasi faktur pajak pada

sektor industri.

b. Koordinator pelaksana Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Perdagangan yang

mempunyai tugas melakukan urusan penerimaan, penatausahaan, dan

pengecekan Surat Pemberitahuan masa, menelaah dan menyusun laporan

(25)

Pemberitahuan masa, serta melakukan konfirmasi faktur pajak pada sektor

perdagangan.

c. Koordinator pelaksana Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Tidak

Langsung Lainnya (PTLL) yang mempunyai tugas melakukan urusan

verifikasi Surat Pemberitahuan masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak

Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Tidak Langsung Lainnya

(PTLL), dan Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang tidak terdatar dan tidak

memasukkan Surat Pemberitahuan masa.

8. Seksi Penagihan

Seksi penagihan mempunyai tugas melakukan tata usaha piutang pajak,

penagihan Wajib Pajak, penundaan dan angsuran serta penghapusan piutang pajak.

Seksi Penagihan Pajak terdiri dari :

a. Koordinator pelaksana tata usaha piutang pajak yang mempunyai tugas

melakukan urusan tata usaha piutang pajak, usul penghapusan piutang pajak,

penundaan, dan angsuran piutang pajak.

b. Koordinator pelaksana penagihan aktif yang mempunyai tugas melakukan

penyiapan surat teguran, surat paksa, surat perintah melakukan penyitaan,

usulan lelang, dukungan penagihan lainnya.

9. Seksi Penerimaan dan Keberatan

Seksi Penerimaan dan Keberatan mempunyai tugas melakukan urusan tata

(26)

pembayaran pajak dan penyelesaian keberatan serta perselisihan perpajakan. Seksi

Penerimaan dan Keberatan terdiri dari :

a. Koordinator pelaksana tata usaha penerimaan pajak dan restitusi yang

mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan penerimaan pajak,

pembukuan restitusi, pembuatan register pemindahbukuan, pengolahan dan

penatausahaan bermacam-macam penerimaan pajak, mempersiapkan surat

keputusan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dan surat perintah

membayar kelebihan pajak serta rekonsiliasi penerimaan pajak, pengolahan

dan penyaluran Surat Setoran Pajak (SSP) dan surat perhitungan pajak.

b. Koordinator pelaksana keberatan Pajak Penghasilan (PPh) yang mempunyai

tugas melakukan urusan penyelesaian keberatan dan perselisihan Pajak

Penghasilan (PPh), penyusunan uraian banding, peninjauan kembali, dan

sengketa Pajak Penghasilan (PPh).

c. Koordinator pelaksana keberatan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak

Tidak Langsung Lainnya (PTLL) yang mempunyai tugas melakukan urusan

penyelesaian keberatan dan perselisihan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), serta Pajak Tidak Langsung

(27)

10.Seksi Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4)

Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) terdiri dari :

a. Koordinator pelaksana Tata Usaha Kantor Penyuluhan dan Pengamatan

Potensi Perpajakan.

b. Kordinator pelaksana Ekstensifikasi dan Monografi.

(28)

BAB III

GAMBARAN PROSES PEMERIKSAAN

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN BADAN

A. DASAR HUKUM

a. Undang-Undang Perpajakan Nomor 6 Tahun 1983 Sebagaimana telah diubah

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan.

b. Keputusan Menteri keuangan Republik Indonesia Nomor: 534/KMK.04/2000

Tentang Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan Serta Keterangan dan

atau Dokumen yang harus dilampirkan.

c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 536/KMK.04/2000

tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan

sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor: 82/KMK.03/2003

B. KETENTUAN UMUM

1. Pajak

a. Pengertian

Menurut Undang-Undang Pajak No. 28 Tahun 2007 pajak adalah Kontribusi

wajib kepada negarayang terutang oleh orang pribadi atau badan bersifat memaksa

(29)

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak

merupakan andalan Pemerintah untuk menghasilkan devisa negara. Oleh karena itu

dituntut adanya partisipasi masyarakat yang dapat diwujudkan dalam kesadaran untuk

membayar pajak.

Banyak ahli di bidang perpajakan yang memberikan pengertian atau

definisi yang berbeda - beda mengenai perpajakan, namun demikian definisi

tersebut mempunyai inti atau tujuan yang sama.

Definisi pajak menurut Prof Dr. P. J. A. Adriani (Atep Adya Barata, 1989:4)

berbunyi sebagai berikut : “Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan

yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan - peraturan, dengan

tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya

adalah untuk membiayai pengeluaran - pengeluaran umum berhubung dengan tugas

negara yang menyelenggarakan pemerintahan.”

Menurut Prof.Dr. Rachmat Soemitro (Atep Adya Barata, 1989:5)

menyatakan : “Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang - undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontra prestasi)

yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

(30)

b. Subjek dan Objek Pajak

1. Subjek Pajak

Subjek pajak secara umum adalah orang pribadi atau badan yang memenuhi

persyaratan subjektif dan menurut peraturan perundang-undangan perpajakan

ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakannya. Setiap subjek pajak yang

telah memenuhi ketentuan Undang-undang perpajakannya dapat menjadi Wajib

Pajak. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,

pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban

perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan

baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang

meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan

usaha milik Negara atau daerah dengan nama atau dalam bentuk apapun,

firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,

organisasi masa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis,

lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.

Menurut Undang - Undang Perpajakan No. 28 Tahun 2007 tentang

Pajak Penghasilan yang menjadi Subyek Pajak adalah:

- Orang Pribadi

Yang bertempat tinggal di Indonesia ataupun yang berada di Indonesia

ataupun orang pribadi di luar Indonesia yang mendapatkan penghasilan dari

(31)

- Warisan

Warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan yang menggantikan yang

berhak merupakan subyek pajak pengganti yang memiliki ahli waris.

- Badan

Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia yakni perseroan

terbatas, perseroan komanditer dan perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau

Daerah, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan, atau organisasi

yang sejenis, lembaga, dana pensiun, dan bentuk badan usaha lain.

- Bentuk Usaha Tetap

Subjek Pajak juga dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek

pajak luar negeri. Subjek pajak dalam negeri menjadi wajib pajak jika telah menerima

atau memperoleh penghasilan sedangkan subjek pajak luar negeri sekaligus menjadi

wajib pajak sehubungan dengan penghasilan yang diterima dari sumber penghasilan

di Indonesia atau diperoleh melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

Yang dimaksud dengan subjek pajak dalam negeri adalah :

1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia.

2. Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka

waktu 12 bulan.

3. Orang pribadi yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan

mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

(32)

5. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang

berhak.

Sementara yang dimaksud dengan subjek pajak luar negeri adalah :

1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, atau orang

pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka

waktu 12 bulan, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui

Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia.

2. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia,

yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha

Tetap (BUT) di Indonesia.

3. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, atau orang

pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka

waktu 12 bulan, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari

Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui

Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia.

4. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia,

yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan

dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha

(33)

2. Objek Pajak

Yang dimaksud dengan objek pajak adalah keadaan-keadaan, peristiwa, atau

perbuatan-perbuatan apa saja yang selayaknya dikenakan pajak. Menurut Undang

- undang Perpajakan No. 28 Tahun 2007 tentang Pajak Penghasilan, yang

menjadi Objek Pajak adalah Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan

ekonomis yang diterima atau diperoleh, baik yang berasal dari Indonesia

m au p u n d ari l u ar In d o n es i a, ya n g d ap at d i p ak ai u nt u k ko n s u m s i at au

u n t u k menambah kekayaan Wajib Pajak yan g bersan gkutan, dengan

nama dan dalam bentuk apapun.

Yang termasuk dalam pengertian penghasilan tersebut adalah:

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh, termasuk gaji, upah, honorarium, komisi,

bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya.

2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghamaan.

3. Laba usaha.

4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :

- Keuntungan karena pengalihan harta karena kepada perseorangan,

persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan

modal.

- Keuntungan yang diperoleh perseroan,persekutuan, dan badan lainnya

(34)

pemecahan, atau pengambil alihan usaha.

- Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau

sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis

keturunan lurus atau derajat, dan badan keagamaan atau badan sosial atau

pengusaha kecil (termasuk koperasi) yang ditetapkan oleh menteri

keuangan, sepanjang, tidak ad hubungannya dengan usaha, pekerjaan

kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.

5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.

6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan lain karena

jaminan pengembalian utang.

7. Deviden dengan nama dan dalam bentuk apapun.

8. Royalty.

9. Sewa dan pengnasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.

10.Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

11.Keuntungan karena pembebasan utang.

12.Keuntungan karena selisih kurs uang asing.

13.Selisih karena penilaian kembali aktiva.

14.Premi asuransi.

15.Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan sepanjang iuran tersebut

(35)

16.Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak.

2. Surat Pemberitahuan (SPT)

a. Pengertian

Yang dimaksud dengan Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang

oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau

pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan o bj ek paj ak d an at au hart a

d an k ewaji b an , m en u ru t ket ent uan p erat u ran perundang - undangan

perpajakan.

b. Pengelompokkan SPT

Bila diperhatikan saat pelaporannya, SPT dibedakan menjadi dua:

1. SPT Masa adalah Surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk

melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak yang

terutang dalam suatu Masa Pajak.

2. SPT Tahunan adalah Surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk

melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak terutang dalam

suatu lahun pajak atau bagian tahun pajak.

Surat Pemberitahuan Tahunan terdiri dari:

(36)

Badan yang diizinkan menyelenggarakan pembukuan dalam

bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat.

- Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib

Pajak Orang Pribadi.

- Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21.

c. Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

Adapun Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Badan adalah

sebagai berikut:

1. Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan

jumlah pajak badan yang sebenamya terhutang.

2. Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan

sendiri atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu tahun

pajak atau bagian tahun pajak.

3. Untuk melaporkan pembayaran dari potongan atau pungutan pajak orang

pribadi atau badan lain dalam satu masa pajak, yang ditentukan peraturan

perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

d. Pihak-pihak yang wajib mengisi SPT Tahunan.

Adapun pihak-pihak yang wajib mengisi dan menyampaikan Surat

(37)

1. Setiap orang pribadi yang menerima penghasilan yang jumlahnya melebihi

batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

2. Setiap badan yang didirikan di Indonesia (berkedudukan) yang terdiri dari

perseroan terbatas, CV, persekutuan, Koperasi, Yayasan, BUMN, dan Bentuk

Usaha Tetap.

e. Pelaksana Penatausahaan dan Pengelolaan SPT

Pemeriksaan SPT dilakukan oleh pegawai Direktotat Jendral Pajak

yaitu pegawai negeri sipil yang telah ditugaskan untuk menatausahakan dan

mengelola Surat Perberitahuan yang masuk ke seksi PPh Badan yaitu Korlak I

pada seksi PPh Badan.

f. Pengolahan SPT Tahunan PPh Badan.

Pengolahan Surat Pemberitahuan meliputi kegiatan.

1. Penilaian Surat Pemberitahuan yang bertujuan memperoleh keyakinan

bahwa Wajib Pajak telah menyampaikan SPT dengan lengkap.

2. Editing Surat Pemberitahuan yang bertujuan membetulkan salah

tulis, salah hitung, salah penerapan Penghasilan, Tidak Kena Pajak, salah

penerapan tarif, dan meliputi ketepatan menyampaikan Surat

Pemberitahuan, ketepatan pembayaran atau penyetoran pajak

(38)

t ercan t u m d al am lampirannya, untuk mempersiapkan perekaman.

3 . P ere k am an S u rat P em be ri t ah uan ya n g b ert u j u an m en yi m p an

d at a S u r at Pemberitahuan yang diperlukan dalam Sistem Informasi

Perpajakan.

g. Batas Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan:

Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan:

Jenis Pajak Yang Menyampaikan

SPT

Batas waktu

Penyampian SPT

Surat Pemberitahuan

Tahunan PPh

Wajib Pajak yang

mempunyai NPWP

Selambat-lambatnya 3

bulan setelah akhir

tahun pajak.

Pajak Penghasilan Pasal

21 Tahunan

Pemotong PPh pasal 21 Selambat-lambatnya 3

bulan setelah akhir

tahun pajak.

h. Tarif Pajak Penghasilan Untuk Wajib Pajak Badan

Untuk menghitung Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Penghasilan

netto dari usaha total merupakan Penghasilan Kena Pajak sepanjang tidak ada

(39)

Tarif Pajak Penghasilan Untuk Wajib Pajak Badan:

• 0 s.d Rp. 50.000.000 10%

Rp. 50.000.000 s.d Rp. 100.000.000 15%

(40)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A. Tata Cara Pelaksanaan Pemeriksaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

Pada Seksi PPh Badan Di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota

Berikut ini tata cara pelaksanaan pemeriksaan SPT Tahunan Pada Seksi PPh

Badan di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota :

1. Pengecekan kelengkapan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan mehputi

kegiatan:

a. Pengecekan kelengkapan SPT beserta lampirannya,

b. Pengecekan adanya tanda tangan wajib pajak pada SPT induk atau

tanda tangan kuasa wajib pajak,

c. Pengecekan adanya surat kuasa apabila SPT ditandatangani oleh kuasa wajib

pajak,

d. Pengecekan adanya SSP PPh pasal 29, kecuali SPT lebih bayar atau

SPT nihil,

2. Penelitian Kebenaran Formal Pengisian SPT Tahuan PPh Wajib Pajak

Badan yang meliputi kegiatan :

a. Penelitian apakah kolom - kolom pada SPT telah lengkap diisi,

(41)

angka- angka dalam lampirannya,

c. Penelitian apakah wajib pajak menyampaikan SDT tepat pada waktunya,

d. Penelitian apakah ada kesalahan tulis dan / atau hitung kesalanan hitung,

Penelitian apakah wajib pajak menyetor PPh Pasal 29 tepat pada waktunya.

B. Faktor Penghambat Yang Dihadapi Fiskus Dalam Melakukan Pemeriksaan

SPT Tahunan Pada Seksi PPh Badan Di Kantor Pelayanan Pajak Medan

Kota

Kegiatan pemeriksaan SPT Tahunan bukanlah merupakan kegiatan

untuk mencari kesalahan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya, tetapi merupakan sarana untuk melihat kepatuhan Wajib

Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Faktor Penghambat dalam pemeriksaan SPT adalah :

1. Banyaknya ditemukan adanya indikasi bahwa Wajih Pajak melakukan

manipulasi data sehingga menyebabkan adanya kerugian bagi negara dalam

hal penerimaan pajak, sehingga diperlukan ketelitian dan kejelian dari fiskus

dalam pemeriksaan SPT beserta lampiran - lampirannya.

2. Adanya kesalahan-kesalahan dalam mengisi SPT baik itu salah tulis, salah

hitung ataupun salah penerapan tarif yang menyebabkan adanya perbedaan

(42)

fiskus dalam meneliti SPT Tahunan.

3. Wajib Pajak tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya sebagaimana

semestinya baik dalam pembayaran maupun pelaporan SPT, maka

diperlukanlah penyuluhan Bari Kantor Penyuluhan Pajak dalam memberikan

informasi-informasi yang diperlukan Wajib Pajak sehingga dapat

meningkatkan penerimaan Pajak.

Pemeriksaan Surat Pemberitahuan Tahunan ini dilakukan pada setiap SPT

Tahunan yang masuk ke Kantor Pelayanan Pajak dimana Wajib Pajak itu terdaftar

baik terhadap Wajib Pajak (WP) Badan Besar maupun kecil.

Tindak pemeriksaan akan dilakukan apabila dalam menguji kepatuhan Wajib Pajak

dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dalam rangka:

a. SPT lebih bayar dan / atau rugi.

b. SPT Tidak di ia.mpaikath atau terlambat.

c. SPT memenuhi kriteria yang tetentukan Dirjen Pajak untuk diperiksa.

d. Tujuan lain sesuai dengan Perundang - undangan Perpajakan.

Maka dapat lihat bahwa dari pengisian dan pelaporan Surat Pemberitahuan dapat

dilakukan tindak pemeriksaan, sehingga disadari perlunya ketelitian dalam

mengisi dan melaporkan Surat Pemberitahuan. Pengecekan dan penelitian Surat

Pemberitahuan bukanlah untuk mencari kesalahan Mari Wajib Pajak namun

merupakan sarana untuk melihat kepatuhan dari Wajib Pajak yang telah diatur

(43)

C. Pemeriksaan Yang Dilakukan Fiskus Terhadap Berkas-Berkas Wajib Pajak

Badan Di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota.

Adapun tata cara pemeriksaaan yang dilakukan fiskus terhadap berkas-berkas

Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah sebagai berikut :

1. Penggolongan Wajib Pajak Badan.

Berdasarkan ketentuan yang berlaku, jenis pemeriksaan pajak meliputi

Pemeriksaan Sederhana Kantor (PSK), Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL) dan

Pemeriksaan Lengkap (PL).

Dalam melakukan pemeriksaan maka perlu menggolongkan Wajib Pajak,

Jenis Pemeriksaan dan Jangka Waktu Pemeriksaannya sebagai berikut :

No Golongan Wajib

Pajak Jenis Pemeriksaan

(44)

Pribadi dan Badan

Besar Lainnya

minggu

3. Wajib Pajak Orang

Pribadi dan Badan

Menengah, termasuk

profesional

PL/PSL/PSK 2 bulan/1 bulan/2

minggu 60%

4. Wajib Pajak Kecil

dan Wajib Pajak

Orang Pribadi Non

Usaha

PSL/PSK 1 bulan/2 minggu 20%

- Terhadap Wajib Pajak yang termasuk dalam golongan Wajib Pajak Badan Khusus

dapat dilakukan Pemeriksaan Lengkap berdasarkan instruksi Direktur Jenderal

Pajak atau dalam hal ditemukan data baru dan atau data yang semula belum

terungkap, maka walaupun sudah dilakukan Pemeriksaan Sederhana Kantor

masih terbuka kesempatan untuk dilakukan pemeriksaan ulang melalui

Pemeriksaan Lengkap sesuai dengan ketentuan. Oleh karena itu terhadap Wajib

Pajak perlu diberitahukan agar menyelenggarakan pembukuannya secara

transparan dan mematuhi ketentuan yang berlaku.

- Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan Besar Lainnya terdiri dari Wajib Pajak

PMA, Wajib Pajak Badora Non BUT Bank dan Wajib Pajak Orang Pribadi dan

Badan terbesar pada masing-masing Kantor Pelayanan Pajak.

(45)

Pribadi Non Usaha, kriterianya berdasarkan urutan omzet yang ditentukan oleh

Direktorat Pemeriksaan Pajak.

2. Penerapan Teknik Sampling dalam Pemeriksaan

Berkaitan dengan pemenuhan standar waktu pemeriksaan, penerapan Teknik

Sampling yang digunakan harus diuraikan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP).

Uji coba penerapan Teknik Sampling ini akan dilaksanakan terhadap pemeriksaan

yang dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak di lingkungan Kanwil VI

DJP.

3. Pendekatan Pemeriksaan dan Pengembangan Program Pemeriksaan yang

Dinamis

Tidak berlebihan kiranya diingatkan kembali bahwa setiap pemeriksa pajak

harus menguasai masalah yang terjadi di luar teknik maupun prosedur pemeriksaan,

terutama terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pola usaha Wajib Pajak. Penguasaan

masalah tersebut dan ketajaman dalam membuat analisis angka-angka laporan

keuangan dan SPT Wajib Pajak, akan mempengaruhi kualitas program pemeriksaan

(46)

4. Berkas-Berkas Yang Diperiksa Oleh Fiskus Dalam Proses Pemeriksaan SPT

Tahunan Badan di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota

Adapun berkas-berkas yang diperiksa oleh fiskus dalam proses pemeriksaan

SPT Tahunan Badan adalah sebagai berikut:

1. Laporan Laba Rugi

Laporan Laba Rugi adalah Suatu Laporan keuangan yang menggambarkan

atau menunjukkan jumlah atau besarnya laba yang dihasilkan atau

diperoleh perusahaan atau rugi yang diderita perusahaan didalam satu

periode tertentu dan biasanya didalam periode satu tahun.

2. Laporan Perubahan Modal

Laporan Perubahan Modal adalah satu laporan keuangan yang

mengambarkan perubahan modal sampai dengan tanggal 31 Desember dan

laporan ini biasnya disusun setelah laporan laba rugi.

3. Neraca

Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan jumlah aset

(aktiva), kewajiban dan modal perusahaan pada satu tanggal tertentu

5. Perhitungan Pajak Pada Akhir Tahun

Pada akhir tahun pajak, bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan Bentuk

usaha Tetap diwajibkan untuk melakukan perhitungan pajak yang terutang atas

(47)

bersangkutan, kecuali atas penghasilan yang telah dipotong pajak secara final.

Kemudian, pajak yang terutang pada akhir tahun pajak tersebut dikurangi dengan

kredit pajak untuk tahun pajak yang bersangkutan.

a. Kredit Pajak

Kredit pajak dapat dikurangkan terhadap pajak yang terutang pada akhir tahun

adalah Pajak Penghasilan (PPh) yang telah dilunasi dalam tahun berjalan oleh Wajib

Pajak Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap, baik yang dibayar sendiri oleh Wajib

Pajak Galam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap tersebut ataupun yang dipotong serta

dipungut oleh pihak lain, yaitu berupa:

a . Pemotongan pajak atas penghasilan dari pekerjaan, jasa, dan kegiatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang - undang Pajak Penghasilan.

b . Pemungutan pajak atas penghasilan dari kegiatan di bidang impor atau kegiatan

usaha di bidang lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Undang - undang

Pajak Penghasilan.

c. Pemotongan pajak atas pennghasilan berupa deviden, bunga, royalti, sewa,

hadiah, dan penghargaan, dan imbalan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal

23 undang – undang pajak penghasilan.

d. Pajak yang dibayar atau terutang atas penghasilan luar negeri yang boleh

dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 Undang - undang Pajak

Penghasilan.

(48)

dimaksud dalam Pasal 25 Undang - undang Pajak Penghasilan.

f. Pemotongan pajak atas penghasilan sebagamana dimaksud dalam Pasal 26

ayat (5) Undang - undang Pajak Penghasilan, yaitu:

1. Pemotongan pajak atas penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan,

penjualan barang, atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan,

dijalankan atau dilakukan oleh Bentuk Lisaha Tetap di Indonesia.

2. Pemotongan pajak atas penghasilan berupa deviden, bunga termasuk

premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian

utang; royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan

harta; imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan; hadiah dan

penghargaan; pensiun dan pembayaran berkala Lainnya, yang

diterima atau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif

antara Bentuk Usaha Tetap dengan harta atau kegiatan yang memberi

penghasilan dimaksud.

3. Pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi dan

atau badan luar negeri yang berubah status menjadi Wajib Pajak Dalam

Negeri atau Bentuk Usaha Tetap.

Sanksi administrasi berupa denda, bunga, dan kenaikan serta sanksi pidana

berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan peraturan perundang – undangan

di bidang perpajakan yang berlaku tidak boleh dikreditkan dengan pajak

(49)

Hasil pengurangan Pajak Penghasilan yang terutang pada akhir tahun dengan

kredit pajak untuk satu Tahun Pajak yang bersangkutan akan berakibat Pajak

Penghasilan yang terutang untuk suatu Tahun Pajak lebih besar atau lebih kecil

daripada jumlah kredit pajak ataupun Nihil.

b. Pajak Yang Terutang Lebih Besar Dibanding Kredit Pajak

Hasil pengurangan Pajak Penghasilan yang terutang pada akhir tahun dengan

kredit pajak untuk tahun yang bersangkutan dapat berakibat Pajak Penghasilan yang

terutang lebih besar daripada jumlah kredit pajak.

Apabila Pajak Penghasilan yang terutang pada satu tahun pajak ternyata lebih

besar daripada jumlah kredit pajak, kekurangan pajak terutang tersebut harus dilunasi

selambat - lambatnya tanggal 25 (dua puluh lima) bulan ketiga setelah tahun pajak

berakhir, sebelum Surat Pemberitahuan "Tahunan disampaikan Surat pemberitahuan

Tahunan Wajib disampaikan selambat lambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun pajak

berakhir.

Apabila tahun buku sama dengan tahun takwin, kekurangan pajak

tersebut wajib dilunasi selambat-lambatnya tanggal 25 Maret setelah tahun

pajak berakhir dan Surat Pemberitahuan Tahunan selambat-lambatnya 31

Maret setelah tahun pajak berakhir, sedangkan apabila tahun buku tidak

sama dengan tahun takwin, m i s a l n ya t a h u n b u k u d i m u l a i t a n g g a l 1 J u l i

(50)

selambat-lambatnya tanggal 25 September Surat Pemberitahuan tahunan selambat-selambat-lambatnya

tanggal 31 September setelah tahun pajak berakhir.

SPT Fahuan PPh badan memuat PPh pasal 29 yaitu jenis PPh yang

dibayar belakangan, yakni setelah seluruh PPh dalam tahun pajak selesai

diperhitungkan. PPh Pasal 29 itu muncul (ada) apabila pada akhir tahun tenyata

masih ada PPh yang kurang bayar atau masih harus dibayar, dimana PPh

yang terutang lebih besar daripada PPh yang telah dibayar pada suatu tahun

pajak.

PPh pasal 29 tersebut harus dibayar sebelum Surat Pemberitahuan

(SPT) Tahunan PPh disampaikan ke Kantor Pe layanan Pajak, dan apabila

pembukuan diselenggarakan dalam tahun takwim, maka selambat-lambatnya

harus sudah dibayar tanggal 25 Maret tahun berikutnya.

c. Pajak Yang Terutang Lebih Kecil Daripada Kredit Pajak

Apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih kecil dari

jumlah kredit pajak, setelah dilakukan pemeriksaan, kelebihan pembayaran pajak

dikembalikan setelah perhitungan dengan utang pajak berikut sanksi-sanksinya.

Kelebihan pembayaran pajak diatur pada Undang-undang Perpajakan No. 28 Tahun

2007 Pasal 28A.

Untuk kepentingan pemeriksaan, Direktur Jendral Pajak atau pejabat lain

yang, ditunjuk diberi wewenang untuk mengadakan pemeriksaan atas laporan

(51)

dengan penentuan besarnya Pajak Penghasilan yang terutang, kebenaran jumlah pajak

dan jumlah pajak yang telah dikreditkan dan untuk menentukan besarnya kelebihan

pembayaran pajak yang harus dikembalikan. Maksud pemeriksaan ini untuk

memastikan bahwa uang yang akan dibayar kembali kepada Wajib Pajak sebagai

restitusi itu adalah benar merupakan hak Wajib Pajak.

d. Pajak Yang Terutang Nihil

Hasil pengurangan Pajak Penghasilan yang terutang pada akhir tahun

pajak yang bersangkutan dapat pula mengakibatkan Pajak Penghasilan

yang terutang menjadi "Nihil", artinya jumlah Pajak Penghasilan yang

terutang pada akhir tahun pajak sama dengan jumlah kredit pajak yang

bersangkutan.

Meskipun Pajak Penghasilan yang terutang " Nihil ", kepada Wajib

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian pada bab-bab sebelumnya penulis dapat menarik kesimpulan:

a. Tata cara pelaksanaan pemeriksaan surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan di titik

beratkan pada pengecekan kelengkapan berkas-berkas yang dilampirkan oleh

Wajib Pajak.

b. Faktor yang menghambat fiskus dalam melakukan pemeriksaan Surat

Pemberitahuan (SPT) Tahunan bukanlah merupakan untuk mencari kesalahan

Wajib Pajak namun untuk melihat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan

kewajiban perpajakannya.

c. Dengan melaksanakan pemeriksaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Wajib

Pajak Badan maka sistem pengadministrasian SPT dapat lebih efektif dan juga

dapat mengurangi kesalahan Wajib Pajak dalam hal mengisi dan menyampaikan

SPT-nya ke Kantor Pelayanan Pajak.

B. Saran

Ada beberapa saran yang perlu penulis kemukakan antara lain :

a. Masih banyak Wajib Pajak yang tidak atau belum mengerti sepenuhnya tata cara

(53)

mengenai pengisisian dan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

terutama kepada Wajib Pajak yang baru mendaftar.

b. Diperlukan penambahan dan peningkatan wawasan ilmu dan pengetahuan petugas

dalam melaksanakan pemeriksaan Surat Pemberitahuan (SPT) dan Berkas-berkas

lainnya di Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota agar dapat berjalan dengan baik

dan lancar.

c. Dalam hal pemeriksaan SPT Tahunan, fiskus sudah sesuai dengan prosedur tetapi

lebih diefisienkan lagi, baik prosedurnya maupun tahap pelaksanaannya dan

diharapkan memberitahukan kesalahan-kesalahan juga memberitahukan cara yang

benar dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, termasuk kesalahan dalam

(54)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Alep Adya Brata, 1989, Perpajakan Jilid I, CV, Bandung, Armico.

Mardismo Drs, MBA, Ak, 2001, Perpajakan, Penerbit Andi Yogyakarta.

Muqodim. 2000. Perpajakan : Buku I. Jakarta : UII Press dan EKONISIA.

Sihaloho, Cyrus, Drs, 2002, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Rajawali

Grafindo Persada, Jakarta.

Tubagus Chirul Amachi, Zandjani, Drs, AK, 1992, Perpajakan, Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

Waluyo. 2002, Pepajakan Indonesia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

B. UNDANG-UNDANG

2001, Undang-Undang Pajak Tahun 2000, Penerbit Salemba Empat Jakarta.

2007, Undang-Undang Pajak Tahun 2006, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta.

C. SUMBER LAIN

www.google.com

(55)
(56)

Kasi PDI Nizarianti Hafni, SE

NIP. 0600831226

Kasi PPh Op Pangihutan S, SH

NIP. 060094758

Kasi PPh Badan Hendra Ginting, SE

NIP. 060091758 Kasi TUP

Evy Maya Savitri, SP NIP. 060087228

Kasi Potput PPh Jhon Piker Simamora, SE.

NIP. 060091760

Kasi Penkeb Achmad Nasir NIP. 060053655 PJS PPN & PTLL

Jhon Piker Simamora, SE NIP. 060091760

Kasi Penagihan Thoman Sirait NIP. 060034614 Korlak TU Kepegawaian

Bachtiar Sihotang NIP. 060053554 Kepala Kantor

Dra. Bunga Herawaty Sinaga, Ak NIP. 060055279

Kasubbag Umum Alfan Jamil, S.E. NIP. 060078528

Korlak Keuangan Erleni Lubis NIP. 060058603

Korlak Rumah Tangga Djunaidi 1. Nazri Syafitri Nazar

NIP. 06011235

Korlak PDI III Zainul Abidin NIP. 060049851

Kontak Pelayanan Terpadu Eli nafsian, SIP NIP. 060069313

Korlak Surat Pemberitahuan pajak

Ahmad Fauzi, SE NIP. 060049273

Korlak Ketetapan & Arsip WP Zuniar Br. Hombing

NIP. 060057294

Korlak PPh OP I Ardinal Asnal, SE

NIP. 060080667

Korlak PPh Badan I Johanna, SE NIP. 060058594

Korlak PPh OP II Tulus M , SE, AK NIP. 060093324

Korlak PPh Badan II Rahmadi K, SE NIP. 060094113

Pelaksana 1. Hardi Suganda

NIP. 060072624 2. R. Prayogo L. Utomo

NIP. 060091836 3. Dharma Wirahadi

NIP. 060111351 3. Heru Permana

NIP. 060112534

Pelaksana 1. Rinne Juliana P.

NIP. 060090556 2. Herman Panjaitan

NIP. 060090556 3. Erwin Syahputra NIP. 060091197 7. Dahnyar A. Ritonga

NIP. 060084988

Pelaksana 1. Frangky S. pardosi

NIP. 060095946 2. Maihendra T. Depari

NIP. 060099973 3. Wiki Domitri

NIP. 060101277 6. Sherly Chairita

NIP. 060099109 7. Parluhutan S

NIP. 060100844 8. Cut Azmi Syah Putri

NIP. 060114720 9. Leonardo Sihotang

NIP. 060114236

Korlak Potput PPh I Susetyarto, SST NIP. 060086736

Korlak Potput PPh II Zunaili, SE NIP. 060075897

Korlak PPN Industri Sarbini Pohan NIP. 060080669

Korlak PPN Dagang Rudi Matondang

Korlak. Keb. PPh Monica C. Panjaitan

NIP. 060090615

Korlak Keb. PPN & PTLL Yudi Arivanto. SE

NIP. 060098351 Korlak Penagihan Aktif

Gading NIP. 060071691

Korlak PPN Jasa Saepuddin 3. Krisman Fajrianto

NIP. 060101390 4. Rahmadsyah

NIP. 060099339 5. Farida Novita

NIP. 060111272

Pelaksana 1. Banua Simanungkalit

NIP. 060054777 2. Abdurrahman

NIP. 060095947 3. Tengku Amiliza NIP. 0600107061 4. Ani Muthia

NIP. 060096120 5. Alfrida SitiManiar

NIP. 060085264 6. Ahmad Azhari

NIP. 060088970 7. S. M. Endy P

NIP. 060095935 8. Patar Salomo

NIP. 060100592

Pelaksana 1. Sawaludin Dasopang

NIP. 060099617 2. Tri Jaya

NIP. 060101304 3. Bahtera Tarigan NIP. 060053074

Christian Luther Papa NIP. 060092744

Korlak Eksten & Monografi T. Parlindungan Siagian

NIP. 060053896

Korlak Penyuluhan Ani Puspita Rini, SE NIP. 060089970

Pelaksana 1. Bima Sinaga

(57)

DEPARTEMEN KEUANGAN R I DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

SPT TAHUNAN

PAJAK PENGHASILAN WP BADAN

FORMULIR

1771

ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK TAHUN PAJAK

BERI TANDA “X” DALAM (KOTAK) YANG SESUAI

ISI DENGAN BENAR, LENGKAP DAN JELAS

SESUAI PETUNJUK PENGISIAN BL TH BL TH

KANTOR PUSAT (Khusus BUT)

JENIS USAHA : ... KLU :

PEMBUKUAN / LAPORAN KEUANGAN : DIAUDIT TIDAK DIAUDIT OPINI AKUNTAN :

NAMA DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK : ...

N P W P AKUNTAN PUBLIK :

NAMA DAN KANTOR KONSULTAN PAJAK : ...

N P W P KONSULTAN PAJAK :

(Rupiah)

A. PENGHASILAN

KENA PAJAK

1. PENGHASILAN NETO FISKAL

(Diisi dari Formulir 1771-I Nomor 6 Kolom 3) ... 

2. KOMPENSASI KERUGIAN (Diisi dari Lampiran Khusus 2A) ... 

3. PENGHASILAN KENA PAJAK (1-2) ... 

B. PPh TERUTANG 4. PPh YANG TERUTANG (Tarif PPh Ps. 17 X Angka 3) ... 

5. PENGEMBALIAN / PENGURANGAN KREDIT PAJAK LN

(PPh Ps. 24) YANG TELAH DIPERHITUNGKAN TAHUN LALU ... 

6. JUMLAH PPh YANG TERUTANG (4 + 5) ... 

C. KREDIT PAJAK 7. PPh DITANGGUNG PEMERINTAH (Proyek Bantuan LN) ... 

8. a. KREDIT PAJAK DALAM NEGERI

(Diisi dari Formulir 1771-III) ... 

b. KREDIT PAJAK LUAR NEGERI

(Diisi dari Lampiran Khusus 7A) ... 

JUMLAH ( a + b ) ... 

9. a. PPh YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI

b. PPh YANG LEBIH DIPOTONG / DIPUNGUT

10. PPh YANG DIBAYAR SENDIRI

a. PPh Ps. 25 BULANAN ... 

b. STP PPh Ps. 25 (Hanya Pokok Pajak) ... 

c. PPh Ps. 25 AYAT (8) / FISKAL LUAR NEGERI ... 

d. PPh ATAS PENGALIHAN HAK ATAS TANAH

(58)

E. PERMOHONAN JUMLAH PPh PADA ANGKA 11.b. MOHON :

DIRESTITUSIKAN

DIPERHITUNGKAN DENGAN UTANG PAJAK

F. ANGSURAN PPh

PASAL 25 TAHUN BERJALAN

(Rupiah)

a. PENGHASILAN YANG MENJADI DASAR

PENGHITUNGAN ANGSURAN ... 

b. KOMPENSASI KERUGIAN :

(Diisi dari Lampiran Khusus 2A) ... 

c. PENGHASILAN KENA PAJAK (a – b) ... 

d. PPh YANG TERUTANG (Tarif Ps. 17 X Huruf c) ... 

e. KREDIT PAJAK TAHUN PAJAK YANG LALU ATAS

PENGHASILAN YANG TERMASUK DALAM HURUF a

YANG DIPOTONG / DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN ... 

b. PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK: PENGHASILAN BRUTO

(Diisi dari Formulir 1771-IV Bagian B Jumlah Kolom 3) ... 

H. LAMPIRAN SELAIN LAMPIRAN-LAMPIRAN 1771-I, 1771-II, 1771-III, 1771-IV, 1771-V, DAN 1771-VI

BERSAMA INI DILAMPIRKAN PULA :

SURAT SETORAN PAJAK LEMBAR KE-3 PPh PASAL 29

LAPORAN KEUANGAN (Wajib bagi semua Wajib Pajak)

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL (Wajib bagi semua Wajib Pajak, bentuk Formulir sesuai dengan Lampiran Khusus 1A pada Buku Petunjuk Pengisian SPT)

PERHITUNGAN KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL (Lampiran Khusus 2A Buku Petunjuk Pengisian SPT)

PERNYATAAN TRANSAKSI DALAM HUBUNGAN ISTIMEWA (Lampiran Khusus 3A Buku Petunjuk Pengisian SPT)

DAFTAR FASILITAS PENANAMAN MODAL (Lampiran Khusus 4A Buku Petunjuk Pengisian SPT)

DAFTAR CABANG UTAMA PERUSAHAAN (Lampiran Khusus 5A Buku Petunjuk Pengisian SPT)

SURAT SETORAN PAJAK LEMBAR KE-3 PPh PASAL 26 AYAT (4) (Khusus BUT)

PERHITUNGAN PPh PASAL 26 AYAT (4) (Khusus BUT) (Lampiran Khusus 6A Buku Petunjuk Pengisian SPT)

KREDIT PAJAK LUAR NEGERI (Lampiran Khusus 7A Buku Petunjuk Pengisian SPT)

SURAT KUASA KHUSUS (Bila dikuasakan)

……….

……….

……….

I. PERNYATAAN DENGAN MENYADARI SEPENUHNYA AKAN SEGALA AKIBATNYA TERMASUK SANKSI-SANKSI SESUAI

DENGAN KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU, SAYA MENYATAKAN BAHWA APA YANG TELAH SAYA BERITAHUKAN DI ATAS BESERTA LAMPIRAN-LAMPIRANNYA ADALAH BENAR, LENGKAP DAN JELAS.

…………..., ...

(Tempat) (Tanggal)

WAJIB PAJAK TANDA TANGAN DAN CAP PERUSAHAAN :

KUASA NAMA LENGKAP DAN NPWP :

(59)

SPT TAHUNAN

PAJAK PENGHASILAN WP BADAN

FORMULIR

1771 - I

LAMPIRAN – I

 PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO FISKAL

TAHUN PAJAK

DEPARTEMEN KEUANGAN R I

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK BL TH BL TH

1. PENGHASILAN NETO KOMERSIAL DALAM NEGERI :

a. PEREDARAN USAHA ... 

PENGHASILAN NETO KOMERSIAL LUAR NEGERI

(Diisi dari Lampiran Khusus 7A Kolom 4) ... 

JUMLAH PENGHASILAN NETO KOMERSIAL : ...

2. PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN

YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK ...

3. PENYESUAIAN FISKAL POSITIF :

a. BIAYA YANG DIBEBANKAN / DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN

PEMEGANG SAHAM, SEKUTU, ATAU ANGGOTA. ... 

b. PEMBENTUKAN ATAU PEMUPUKAN DANA CADANGAN. ... 

c. PENGGANTIAN ATAU IMBALAN PEKERJAAN ATAU

JASA DALAM BENTUK NATURA DAN KENIKMATAN. ... 

d. JUMLAH YANG MELEBIHI KEWAJARAN YANG DIBAYARKAN KEPADA

PEMEGANG SAHAM / PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA

SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN. ... 

e. HARTA YANG DIHIBAHKAN, BANTUAN ATAU SUMBANGAN. ... 

f. PAJAK PENGHASILAN. ... 

g. GAJI YANG DIBAYARKAN KEPADA ANGGOTA PERSEKUTUAN, FIRMA

ATAU CV YANG MODALNYA TIDAK TERBAGI ATAS SAHAM. ... 

h. SANKSI ADMINISTRASI. ... 

i. SELISIH PENYUSUTAN KOMERSIAL DI ATAS PENYUSUTAN FISKAL. ... 

j. SELISIH AMORTISASI KOMERSIAL DI ATAS AMORTISASI FISKAL. ... 

k. BIAYA YANG DITANGGUHKAN PENGAKUANNYA. ... 

l. PENYESUAIAN FISKAL POSITIF LAINNYA. ... 

JUMLAH a s.d. l : ... 

4. PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF :

a. SELISIH PENYUSUTAN KOMERSIAL DI BAWAH PENYUSUTAN FISKAL. ... 

b. SELISIH AMORTISASI KOMERSIAL DI BAWAH AMORTISASI FISKAL. ... 

c. PENGHASILAN YANG DITANGGUHKAN PENGAKUANNYA. ... 

d. PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF LAINNYA. ... 

JUMLAH a s.d. d : ... 

5. FASILITAS PENANAMAN MODAL BERUPA PENGURANGAN PENGHASILAN NETO :

(60)

SPT TAHUNAN

PAJAK PENGHASILAN WP BADAN

FORMULIR

1771 - II

LAMPIRAN - II

PERINCIAN HARGA POKOK PENJUALAN, BIAYA USAHA LAINNYA

DAN BIAYA DARI LUAR USAHA

TAHUN PAJAK

DEPARTEMEN KEUANGAN R I

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK BL TH BL TH

s.d

N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : ...

NO. JENIS BIAYA HARGA POKOK PENJUALAN

(Rupiah)

BIAYA USAHA LAINNYA (Rupiah)

BIAYA DARI LUAR USAHA (Rupiah)

GAJI, UPAH, BONUS, GRATIFIKASI, HONORARIUM, THR, DSB

BUNGA PINJAMAN

ROYALTI

SEWA

IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN JASA

PENYUSUTAN DAN AMORTISASI

CADANGAN

PIUTANG TIDAK DAPAT DITAGIH

AIR, LISTRIK DAN TELEPON

BIAYA-BIAYA LAINNYA

(61)

SPT TAHUNAN

PAJAK PENGHASILAN WP BADAN

FORMULIR

1771 - III

LAMPIRAN - III

KREDIT PAJAK DALAM NEGERI

TAHUN PAJAK

DEPARTEMEN KEUANGAN R I

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK BL TH BL TH

s.d

N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : ...

NO. NAMA DAN NPWP

PEMOTONG / PEMUNGUT PAJAK

OBJEK PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PAJAK

PENGHASILAN YANG DIPOTONG / DIPUNGUT

(Rupiah)

BUKTI PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN

JENIS PENGHASILAN /

TRANSAKSI (Rupiah) NOMOR TANGGAL

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

• Diisi dengan rincian per Bukti Pemotongan / Pemungutan Pajak.

• Pindahkan hasil penjumlahan PPh Pasal 22 dan PPh Pasal 23 Kolom (5) ke Formulir 1771 Huruf C Angka 8. a.

Referensi

Dokumen terkait

Pajak Dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat “ ini.. disusun untk memenuhi sebagian

TINJAUAN ATAS PELAKSANAAN PENGOLAHAN SPT TAHUNAN PPH ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA.

Pengawasan Terhadap Pelaporan SPT Tahunan PPh Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta Tahun 2012- 2016” dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat

Pajak Dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat “ ini disusun untk memenuhi sebagian

Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam”.. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Karena masih banyaknya Wajib Pajak yang tidak patuh terhadap penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi, sehingga penulis ingin melakukan penelitian di Kantor

“Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam”.. Pada kesempatan ini penulis

“ Pelaksanaan Pengawasan Penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binja i”.. TUJUAN DAN MANFAAT