• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Pemilih Dalam Pemilukada (Studi Kasus: Etnis Karo Di Desa Ketaren, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo 2010).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perilaku Pemilih Dalam Pemilukada (Studi Kasus: Etnis Karo Di Desa Ketaren, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo 2010)."

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Pemilihan Umum Kepala Daerah Karo merupakan salah satu Pemilihan Umum Kepala Daerah yang terselenggara secara dua putaran dari berbagai Pemilihan Umum Kepala Daerah yang pernah terlaksana di Negara Republik Indonesia pasca runtuhnya Orde Baru. Namun ada suatu keunikan tersendiri pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Karo yaitu pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang pada pemilihan putaran pertama mendapatkan suara terbanyak kemudian kalah pada pemilihan putaran kedua.

Fenomena politik yang terjadi di Kabupaten Karo dapat kita analisis dengan menggunakan pendekatan perilaku atau untuk lebih tepatnya perilaku pemilih. Perilaku pemilih adalah kompleks dan selalu berubah- ubah. Secara umum menurut para ahli perilaku pemilih dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor sosiologis, faktor psikologis dan faktor pilihan rasional.

Bagaimana dengan Pemilihan Umum Kepala Daerah Karo tahun 2010? Mengapa calon yang pada pemilihan putaran pertama mendapatkan suara terbanyak ternyata kalah pada pemilihan putaran kedua? Faktor apa yang paling mempengaruhi pemilih Etnis Karo pada Pemilihan Umum Kepala Daerah tersebut mengingat Etnis Karo adalah etnis mayoritas yang sudah barang tentu suaranya akan mempengaruhi hasil pemilihan. Agar dapat menjawab pertanyaan- pertanyaan yang muncul, kemudian dilakukan penelitian di salah satu desa yang ada di Kabupaten Karo yaitu Desa Ketaren. Desa Ketaren dipilih sebagai lokasi penelitian karena secara umum desa ini memiliki karakteristik Kabupaten Karo secara keseluruhan.

Metode yang digunakan kemudian untuk menjawab masalah pada penelitian ini adalah metode kuantitatif format deskriptif yaitu dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan korelasi produk moment. Tabel distribusi frekuensi dipakai untuk melihat seberapa besar penyebaran alasan memilih dan pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah pilihan responden nantinya. Sedangkan korelasi produk moment dipakai untuk melihat kecenderungan perilaku pemilih Etnis Karo pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Karo 2010, apakah lebih dipengaruhi faktor sosiologis, faktor psikologis atau faktor pilihan rasional.

(2)

PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILUKADA

(STUDI KASUS: ETNIS KARO DI DESA KETAREN, KECAMATAN KABANJAHE, KABUPATEN KARO 2010)

DISUSUN OLEH:

ANDRY GINA PRAMESTI GINTING O70906031

DOSEN PEMBIMBING: DRS. ZAKARIA TAHER, MSP DOSEN PEMBACA: DRS. TONNY P. SITUMORANG, M.Si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRAK

Pemilihan Umum Kepala Daerah Karo merupakan salah satu Pemilihan Umum Kepala Daerah yang terselenggara secara dua putaran dari berbagai Pemilihan Umum Kepala Daerah yang pernah terlaksana di Negara Republik Indonesia pasca runtuhnya Orde Baru. Namun ada suatu keunikan tersendiri pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Karo yaitu pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang pada pemilihan putaran pertama mendapatkan suara terbanyak kemudian kalah pada pemilihan putaran kedua.

Fenomena politik yang terjadi di Kabupaten Karo dapat kita analisis dengan menggunakan pendekatan perilaku atau untuk lebih tepatnya perilaku pemilih. Perilaku pemilih adalah kompleks dan selalu berubah- ubah. Secara umum menurut para ahli perilaku pemilih dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor sosiologis, faktor psikologis dan faktor pilihan rasional.

Bagaimana dengan Pemilihan Umum Kepala Daerah Karo tahun 2010? Mengapa calon yang pada pemilihan putaran pertama mendapatkan suara terbanyak ternyata kalah pada pemilihan putaran kedua? Faktor apa yang paling mempengaruhi pemilih Etnis Karo pada Pemilihan Umum Kepala Daerah tersebut mengingat Etnis Karo adalah etnis mayoritas yang sudah barang tentu suaranya akan mempengaruhi hasil pemilihan. Agar dapat menjawab pertanyaan- pertanyaan yang muncul, kemudian dilakukan penelitian di salah satu desa yang ada di Kabupaten Karo yaitu Desa Ketaren. Desa Ketaren dipilih sebagai lokasi penelitian karena secara umum desa ini memiliki karakteristik Kabupaten Karo secara keseluruhan.

Metode yang digunakan kemudian untuk menjawab masalah pada penelitian ini adalah metode kuantitatif format deskriptif yaitu dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan korelasi produk moment. Tabel distribusi frekuensi dipakai untuk melihat seberapa besar penyebaran alasan memilih dan pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah pilihan responden nantinya. Sedangkan korelasi produk moment dipakai untuk melihat kecenderungan perilaku pemilih Etnis Karo pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Karo 2010, apakah lebih dipengaruhi faktor sosiologis, faktor psikologis atau faktor pilihan rasional.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah Bapa di surga atas segala berkat dan karunia yang telah diberikan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini ialah: “PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILUKADA (STUDI KASUS: ETNIS KARO DI DESA KETAREN, KECAMATAN KABANJAHE, KABUPATEN KARO 2010)”. Penelitian ini membahas mengenai perilaku pemilih Etnis Karo yang ada di Desa Ketaren. Penelitian ini dilaksanakan untuk membahas faktor apa yang menyebabkan pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang pada pemilihan pertama memperoleh suara terbanyak akhirnya kalah pada pemilihan putaran kedua.

(5)

Dalam menyelesaikan penelitian ini, saya mendapatkan begitu banyak dukungan moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si. sebagai Ketua Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. P. Antonius Sitepu M.Si. sebagai Sekretaris Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Drs. Zakaria Taher. M.SP. sebagai Pembimbing Akademik

sekaligus Pembimbing Skripsi, dimana selama perkuliahan telah banyak memberikan dukungan dan arahan kepada saya serta sudah banyak meluangkan waktu dalam membimbing saya.

5. Bapak Drs. Tonny P. Situmorang, M.Si. sebagai dosen pembaca bagi skripsi saya yang telah banyak memberikan waktunya, masukan maupun kritik yang membangun.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh anggota dan Staff KPUD Karo yang telah dengan senang hati memberikan data maupun masukan bagi penulisan skripsi saya.

(6)

9. Kepala Desa Ketaren dan Sekretaris Desa Ketaren yang telah memberikakan data kependudukan dan bersedia meluangkan waktunya dalam melakukan penyebaran daftar pertanyaan.

10.Kedua orang tua yang selalu mendoakan saya, memberi motivasi terlebih- lebih waktunya pada saat penyebaran daftar pertanyaan, Bapak N. Ginting dan Ibu E br Bangun.

11.Kepada adik- adik saya, Anastasia Carolina, Grasella Indriyanti dan Maria Olivia yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi kepada saya. 12.Kepada abang sepupu saya, Eddy Suranta Sembiring yang selama ini

menjadi teman diskusi dan Thomas Sembiring yang telah membantu saya dalam mencari literatur.

13.Kepada seluruh keluarga besar saya, Bulang R. N. Bangun dan Karo T. Br Surbakti, Paman dan Bibi serta adik- adik sepupun semua yang telah memberikan doa dan motivasi kepada saya.

14.Kepada saudara- saurada saya, Bernad M. Sirait, Christian Bastanta, Robby Imando, Marco Christian Simbolon, M. Tanziel Aziz, Imanuel A. Sihotang, Doan Visco, Kartika L. Sianipar, Jessi Jujur Sihombing, Bung Aribarata Tambubolon, Bung Robby Sanjaya Marpaung, Octo Rianto Limbong, Fattah Yudistira dan semua teman- teman di Mamamia Cafe a.k.a Rohit Komputer.

(7)

Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pihak-pihak yang telah membaca skripsi ini. Pada dasarnya kritik tersebut sangat berguna untuk mengevaluasi dan memotivasi penulis untuk dapat lebih baik kedepannya.

Medan, September 2011

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...ix

BAB I PENDAHULUAN ...1

1. 1 Latar Belakang ...1

1. 2 Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah ...10

1. 2. 1 Rumusan Masalah ...10

1. 2. 2 Pembatasan Masalah ...10

1. 3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ...11

1. 3. 1 Tujuan Penelitian ...11

1. 3. 2 Manfaat Penelitian ...11

1. 4 Kerangka Teori ...11

1. 4. 1 Perilaku Politik ...12

1. 4. 2 Perilaku Pemilih ...13

1. 4. 2. 1 Pendekatan Sosiologis ...15

1. 4. 2. 2 Pendekatan Psikologis ...16

1. 4. 2. 3 Pedekatan Rasional ...18

1. 4. 3 Konfigurasi Pemilih ...19

1. 4. 3. 1 Pemilih Rasional ...20

1. 4. 3. 2 Pemilih Kritis ...21

1. 4. 3. 3 Pemilih Tradisional ...22

1. 4. 3. 4 Pemilih Skeptis ...23

1. 4. 4 Pemilihan Umum Kepala Daerah ...23

1. 4. 5 Etnis ...26

1. 4. 5. 1 Etnis Karo ...27

1. 5 Hipotesis ...33

(9)

1. 7 Defenisi Operasional ...35

1. 8 Metode Penelitian ...37

1. 8. 1 Jenis Penelitian ...37

1. 8. 2 Lokasi Penelitian ...37

1. 8. 3 Populasi dan Sampel ...38

1. 8. 4 Teknik Pengumpulan Data ...40

1. 8. 4. 1 Data Primer ...40

1. 8. 4. 2 Data Sekunder ...41

1. 8. 5 Teknik Analisis Data ...41

1. 8. 6 Teknik Pengolahan Data ...43

1. 9 Sistematika Penulisan ...44

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ...45

2. 1 Sejarah Desa Ketaren ...45

2. 2 Kondisi Geografi ...46

2. 3 Kondisi Demografi ...47

2. 4 Sarana dan Prasarana...51

2. 5 Etnis Karo ...48

2. 6 Penyebaran Pemilih Pada Masing- masing TPS di Desa Ketaren ...54

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ...56

3. 1 Identitas Responden ...57

3. 2 Pemilukada Karo Putaran Pertama ...61

3. 2. 1 Penyajian Jawaban Responden ...61

3. 2. 2 Analisis Jawaban Responden ...71

3. 3 Pemilukada Karo Putaran Kedua ...73

3. 3. 1 Penyajian Jawaban Responden ...73

3. 3. 2 Analisis Jawaban Responden ...75

(10)

BAB IV PENUTUP ...84

4. 1 Kesimpulan ...84

4. 2 Saran ...85

DAFTAR PUSTAKA ...87

(11)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. 1 Daftar Nama Pasangan Calon Kepala Daerah / Wakil Kepala

Daerah dan Partai Politik yang Mendukung ... 3

2. Tabel 1. 2 Hasil Rekapitulasi Perolehan Suara Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Karo 2010 ... 4

3. Tabel 1. 3 Daftar Perolehan Suara Pasangan Calon Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah Pada Masing- Masing TPS di Desa Ketaren ... 8

4. Tabel 1. 4 Daftar Perolehan Suara Pasangan Calon Kepala Daerah / Wakil Kepala Daerah Pada Masing- Masing TPS di Desa Ketaren Dalam Pemilukada Karo Putaran Kedua... 9

5. Tabel 1. 5 Merga Karo- Karo, Sub Merga dan Kampung Asalnya... 29

6. Tabel 1. 6 Merga Ginting, Sub Merga dan Kampung Asalnya ... 30

7. Tabel 1. 7 Merga Perangin- angin, Sub Merga dan Kampung Asalnya ... 30

8. Tabel 1. 8 Merga Sembiring, Sub Merga dan Kampung Asalnya ... 31

9. Tabel 1. 9 Merga Tarigan, Sub Merga dan Kampung Asalnya ... 31

10.Tabel 1. 10 Jumlah Pemilih Etnis Karo Pada Masing- Masing TPS yang Tersebar di Desa Ketaren ... 38

11.Tabel 1. 11 Jumlah Pemilih Etnis Karo yang Menjadi Sampel Penelitian di Masing- masing TPS ... 39

12.Tabel 1. 12 Nilai Koefisien Korelasi... 42

13.Tabel 2. 1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 47

14.Tabel 2. 2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia ... 48

15.Tabel 2. 3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 48

16.Tabel 2. 4 Distribusi Penduduk Bedasarkan Tingkat Pendidikan ... 49

17.Tabel 2. 5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Etnis ... 50

(12)

19.Tabel 2. 7 Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 52

20.Tabel 2. 8 Sarana dan Prasarana Kesehatan ... 52

21.Tabel 2. 9 Sarana dan Prasarana Ibadah ... 53

22.Tabel 2. 10 Sarana dan Prasarana Komunikasi Informasi ... 53

23.Tabel 2. 11 Jumlah Daftar Pemilih Tetap Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Masing- masing TPS di Desa Ketaren ... 54

24.Tabel 2. 12 Jumlah Daftar Pemilih Etnis Karo Berdasarkan Jenis Kelamin di Masing- masing TPS ... 55

25.Tabel 3. 1 Distribusi Responden Bedasarkan Marga/ Beru ... 57

26.Tabel 3. 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57

27.Tabel 3. 3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama... 58

28.Tabel 3. 4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 59

29.Tabel 3. 5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 59

30.Tabel 3. 6 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 61

31.Tabel 3. 7 Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Pada Pemilukada Karo Putaran Pertama... 61

32.Tabel 3. 8 Distribusi Responden Berdasarkan Pilihan Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Pada Pemilukada Karo Putaran Pertama ... 62

33.Tabel 3. 9 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Memilih Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Pada Pemilukada Karo Putaran Pertama ... 63

34.Tabel 3. 10 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Memilih Pasangan Calon Siti Aminah br Prangin- angin- Sumihar Sagala ... 63

35.Tabel 3. 11 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Memilih Pasangan Calon Riemenda br Ginting- Aksi Bangun ... 64

(13)

37.Tabel 3. 13 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Memilih

Pasangan Calon Roberto Sinuhaji- Firman Amin Kaban ... 66 38.Tabel 3. 14 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Memilih

Pasangan Calon Abednego Sembiring- Sanusi Surbakti ... 66 39.Tabel 3. 15 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Memilih

Pasangan Calon Nabari Ginting- Paulus Sitepu ... 67 40.Tabel 3. 16 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Memilih

Pasangan Calon Petrus Sitepu- Kornalius Tarigan ... 68 41.Tabel 3. 17 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Memilih

Pasangan Calon Ramli Purba- Roonny Barus ... 69 42.Tabel 3. 18 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Memilih

Pasangan Calon Kena Ukur Surbakti- Terkelin Brahmana ... 70 43.Tabel 3. 19 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Memilih

Pasangan Calon Andy Natanael Manik- Fakry Samadin Tarigan ... 71 44.Tabel 3. 20 Perbandingan Persentase Pendekatan Sosiologis, Psikologis

dan Pendekatan Pilihan Rasional Pada Pemilukada Karo Putaran

Pertama ... 72 45.Tabel 3. 21 Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Pada

Pemilukada Karo Putaran Kedua ... 73 46.Tabel 3. 22 Distribusi Responden Berdasarkan Pilihan Pasangan Calon

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Pada Pemilukada Karo

Putaran Kedua ... 73 47.Tabel 3. 23 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Memilih

Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Pada

Pemilukada Karo Putaran Kedua ... 75 48.Tabel 3. 24 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Memilih

Pasangan Calon Siti Aminah br Perangin- angin- Sumihar Sagala ... 76 49.Tabel 3. 25 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Memilih

Pasangan Calon Kena Ukur Surbakti- Terkelin Brahmana ... 77 50.Tabel 3. 26 Distribusi Responden yang Memilih Pasangan Calon Siti

Aminah br Perangin- angin- Sumihar Sagala dan Pernyataan Sikap

(14)

51.Tabel 3. 27 Distribusi Responden yang Memilih Pasangan Calon Kena Ukur Surbakti- Terkelin Brahmana dan Pernyataan Sikap Dalam

Memilih ... 79 52.Tabel 3. 28 Faktor Sosiologis Terhadap Pasangan Calon dan Alasan

Memilih ... 80 53.Tabel 3. 29 Faktor Psikologis Terhadap Pasangan Calon dan Alasan

Memilih ... 80 54.Tabel 3. 30 Faktor Pilihan Rasional Terhadap Pasangan Calon dan

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Pemilihan Umum Kepala Daerah atau yang biasa kita singkat dengan Pemilukada adalah gambaran baru demokrasi di negara Republik Indonesia pasca runtuhnya rezim orde baru. Kepala daerah dan wakil kepala daerah tidak lagi ditunjuk langsung oleh pemerintah pusat melainkan dipilih langsung oleh masyarakat yang menjadi penduduk di daerah tersebut. Lahirnya pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan suatu langkah maju dalam proses demokratisasi di Indonesia. “Melalui pemilihan kepala daerah secara langsung berarti mengembalikan hak-hak dasar masyarakat di daerah untuk berpartisipasi dalam proses politik dalam rangka rekrutmen politik lokal secara demokratis”.1

Lipset mendefinisikan demokrasi di dalam masyarakat ialah:

Sebuah sistem politik yang memiliki pengaturan konstitusi tentang pergantian para pejabat pemerintah, bersama- sama dengan pengaturan sosial yang memperbolehkan sebagian besar penduduk untuk turut mempengaruhi keputusan- keputusan penting dengan cara memilih oposisi untuk menduduki jabatan- jabatan politik.2

Definisi secara umum diambil oleh Lipset dari tulisan Joseph Schumpeter dan Max Weber, memiliki implikasi setidaknya pada tiga kondisi atau prasyarat khusus, (1) Keyakinan- keyakinan yang berkaitan dengan institusi- institusi yang dianggap sah- yakni, diterima oleh semua orang sebagai institusi- institusi yang harus ada, seperti partai politik, pers bebas, dan sebagainya; (2) Sekelompok

1

Joko. J. Prihatmoko. Pilkada Secara Langsung. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 2005. Hal 21 2

(16)

pemimpin politik yang berkuasa dan (3) Sekelompok atau beberapa kelompok pemimpin yang diakui bersaing untuk memperebutkan kekuasaan. 3

Berangkat dari definisi di atas maka, dapat dipahami bahwa demokrasi memberikan kesempatan yang sama bagi setiap individu maupun sekelompok orang untuk menjadi kepala daerah maupun memberikan suaranya dalam pemilihan kepala daerah tanpa menghiraukan latar belakang partai maupun non partai, ekonomi, etnis, agama, sipil, militer dan lain sebagainya.

Kabupaten Karo sebagai salah satu kabupaten yang ada di Indonesia juga sepertinya tidak mau ketinggalan dengan pemilihan kepala daerah secara langsung. Hal ini dapat kita lihat dengan antusiasme para putra daerah Karo maupun tokoh- tokoh masyarakat Karo mencalonkan diri pada Pemilukada tersebut. Setidaknya ada dua belas pasangan calon dari partai maupun calon perseorangan (independent) yang mendaftar ke Komisi Umum Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Karo, namun hanya sepuluh orang pasangan calon yang lolos verifikasi. Dari kesepuluh calon yang lolos verifikasi, lima diantaranya berasal dari calon perseorangan (independent), satu orang pasangan calon berlatar belakang etnis berbeda dan empat orang calon berasal dari latar belakang agama yang berbeda. Berikut ini daftar pasangan calon kepala daerah Karo yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Karo:

3

(17)

Tabel 1. 1

Daftar Nama Pasangan Calon Kepala Daerah / Wakil Kepala Daerah dan Partai Politik yang Mendukung

No Nama Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Partai Pendukung/ Keterangan

1 Siti Aminah Br Perangin- angin, SE

dan Sumihar Sagala, SE PDIP

2 Riemenda Ginting, SH, MH dan Aksi

Bangun Partai Demokrat, PDK, PPPI 3

DR. Sumbul Sembiring, Msc dan Prof. DR. H. Paham Ginting, SE,

Msc

Partai Amanat Nasional, PIS

4 Roberto Sinuhaji, SE dan Firman

Amin Kaban, BE Perseorangan

5 Drs. Abednego Sembiring dan Ir.

Sanusi Surbakti, MBA Perseorangan 6 Drs. Nabari Ginting, Msi dan Drs.

Paulus Sitepu

Partai Golkar, Partai Hanura, Partai Republikan

7 DR. Ir. Petrus Sitepu dan Konalius

Tarigan, ST, SH Perseorangan

8 Drs. H. M. Ramli Purba. MM dan Ronny Barus

Partai Barnas, Partai Patriot, partai Pelopor, PPRN, PKS dan PPP 9 DR (HC) Kena Ukur Karo Jambi

Surbakti dan Terkelin Brahmana, SH

Partai Karya Peduli Bangsa, PKPI, Partai Gerindra, PPIB, PNBKI, PPI, Partai

Buruh dan Partai Merdeka 10 Andy Natanael Manik, SH, MM dan

Fakry Samadin Tarigan, S. Ag. Perseorangan

Sumber Data: KPUD Karo

(18)

lebih dari 30%, maka pasangan calon terpilih ialah pasangan calon dengan jumlah perolehan suara terbesar. Sedangkan apabila terdapat pasangan calon yang suaranya sama, maka pasangan calon terpilih ditetapkan dengan melihat wilayah perolehan suara terluas. Tetapi, jika tidak ada pasangan calon yang memenuhi keseluruhan persyaratan di atas (30% suara), maka diadakan pemilihan putaran kedua yang diikuti pemenang pertama dan pemenang kedua.

Pemilukada Putaran Pertama diselenggarakan pada tanggal 27 Oktober 2010. Berdasarkan rekapitulasi yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum kabupaten Karo, maka hasil Pemilukada Putaran Pertama ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 1. 2

Hasil Rekapitulasi Perolehan Suara Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Karo 2010

No Nama Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Jumlah

Akhir Persentase Rank 1 Siti Aminah Br Perangin- angin, SE dan

Sumihar Sagala, SE 30.804 19.49% I

2 DR (HC) Kena Ukur Karo Jambi Surbakti dan

Terkelin Brahmana, SH 25.310 16.01% II 3 Riemenda Ginting, SH, MH dan Aksi Bangun 20.071 12.70% III 4 DR. Sumbul Sembiring, Msc dan Prof. DR. H.

Paham Ginting, SE, Msc 18.439 11.67% IV

5 DR. Ir. Petrus Sitepu dan Konalius Tarigan,

ST, SH 15.389 9.74% V

6 Drs. Nabari Ginting, Msi dan Drs. Paulus

Sitepu 14.889 9.42% VI

7 Drs. Abednego Sembiring dan Ir. Sanusi

Surbakti, MBA 12.024 7.61% VII

8 Andy Natanael Manik, SH, MM dan Fakry

Samadin Tarigan, S. Ag 7.133 4.51% VIII 9 Roberto Sinuhaji, SE dan Firman Amin Kaban,

BE 7.023 4.44% IX

10 Drs. H. M. Ramli Purba. MM dan Ronny

Barus 6.965 4.41% X

(19)

Karena tidak ada calon yang mampu memperoleh suara sebanyak 30% dalam Pemilukada Putaran Pertama, sesuai dengan ketentuan menurut undang- undang maka Pemilukada Karo harus diselengarakan dalam dua putaran.

Pada Pemilukada Putaran Kedua pasangan calon yang berhak maju ialah dua pasangan calon dengan suara terbanyak. Kedua pasangan calon itu ialah, pasangan calon Siti Aminah- Sumihar Sagala dan pasangan calon Kena Ukur Surbakti- Terkelin Brahmana. Pemilukada Karo Putaran Kedua diselengarakan pada tanggal 2 Desember 2010 dan pasangan calon Kena Ukur Surbakti- Terkelin Brahmana memperoleh 85.343 suara (61.42%) serta unggul dari pasangan Siti Aminah- Sumihar Sagala yang hanya memperoleh 53.598 suara (38.58%). Dari perbedaan perolehan suara Pemilukada Putaran Pertama dan kedua dapat kita lihat kenaikan jumlah suara yang cukup besar untuk masing- masing calon, kenaikan perolehan suara kedua calon ini merupakan hal yang wajar mengingat berkurangnya jumlah pasangan calon dari yang tadinya berjumlah sepuluh pasangan calon menjadi dua pasangan calon saja. Pasangan calon Siti Aminah- Sumihar Sagala mendapatkan kenaikan perolehan suara sebanyak 22.794 suara sedangkan pasangan calon Kena Ukur Surbakti- Terkelin Brahmana mendapatkan kenaikan sebesar 60.033 suara atau kenaikan perolehan suara pasangan Kena Ukur Surbakti- Terkelin Brahmana jauh melampaui perolehan suara pasangan calon Siti Aminah- Sumihar Sagala yaitu sebesar 37.239 suara atau 263,37%.

(20)

akhirnya kalah jauh dalam perolehan suara pada Pemilukada Putaran Kedua. Hal tersebut tentu saja dikarenakan masyarakat yang lebih memilih memberikan suaranya kepada pasangan Kena Ukur Surbakti- Terkelin Brahmana daripada kepada pasangan calon Siti Aminah- Sumihar Sagala pada Pemilukada Putaran Kedua. Dengan kata lain pada Pemilukada Karo Putaran Kedua ada faktor- faktor yang menyebabkan mengapa masyarakat lebih memilih memberikan suaranya kepada pasangan Kena Ukur Surbakti- Terkelin Brahmana daripada kepada pasangan calon Siti Aminah- Sumihar Sagala.

Fenomena politik di atas merupakan bentuk dari pola pemberian suara masyarakat dalam sebuah pemilihan. Selanjutnya pola pemberian suara ini dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan perilaku lebih tepatnya perilaku pemilih. Perilaku pemilih sendiri menurut Ramlan Surbakti ialah:4

“…. keikutsertaan warga negara dalam pemilihan umum yang merupakan serangkaian kegiatan membuat keputusan, yakni apakah memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum. Kalau memutuskan memilih, apakah memilih partai atau kandidat X ataukah partai atau kandidat Y… .”

Secara umum perilaku pemilih dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diuraikan dari tiga pendekatan yaitu, pendekatan sosiologis, psikologis dan pilihan rasional. Ketiga faktor tersebut menurut ilmuan politik cukup memberikan pengaruh kepada pemilih dalam menjatuhkan pilihannya, namun faktor mana yang paling dominan mempengaruhi perilaku pemilih dalam sebuah Pemilukada masih menjadi perdebatan.

4

(21)

Kemudian bagaimana dengan pemilihan umum kepala daerah Kabupaten Karo? Faktor apa yang mempengaruhi perilaku pemilih etnis Karo pada pemilukada Karo 2010? Pertanyaan ini mucul mengingat ada isu dan anggapan yang berkembang di masyarakat pada saat Pemilukada Karo Putaran Kedua antara lain: Pertama Etnisitas dan ikatan primordial, isu tersebut berkembang dikarenakan Sumihar Sagala S.E yang merupakan calon Wakil Kepala Daerah dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan berasal dari latar belakang etnis yang berbeda (non Karo) dengan mayoritas penduduk Kabupaten Karo. Kedua adanya anggapan bahwa tidak seharusnya Kabupaten Karo yang mayoritas penduduknya masyarakat Etnis Karo dipimpin oleh pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang bukan Etnis Karo. Ketiga adanya isu politik uang yang dilakukan oleh salah satu dari pasangan calon untuk meraih dukungan suara dari masyarakat.

Agar dapat mengetahui faktor mana yang paling dominan mempengaruhi pemilih etnis Karo dalam pemilukada Karo pada Pemilukada Karo Putaran Kedua, maka penelitian ini difokuskan kepada masyarakat pinggiran kota Kabanjahe yaitu Desa Ketaren.

(22)

sosial budaya. Selain itu, mayoritas (80%) penduduk Desa Ketaren merupakan etnis Karo yang merupakan objek dari penelitian.

Alasan lain pemilihan tempat lokasi penelitian difokuskan pada desa Ketaren dikarenakan, pada Pemilukada Putaran Pertama pasangan Siti Aminah- Sumihar Sagala memenangkan Pemilukada dengan perolehan suara sebesar 464 suara dari 2125 suara sah dan menang di 3 TPS dari 7 TPS yang tersebar di desa Ketaren.

Tabel 1. 3

Daftar Perolehan Suara Pasangan Calon Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah Pada Masing- Masing TPS di Desa Ketaren

No Nama Pasangan Calon

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Tempat Pemungutan Suara

1 2 3 4 5 6 7 Jumlah Persentase

1

Siti Aminah Br Perangin- angin, SE dan Sumihar Sagala,

SE

105 72 19 154 33 52 29 464 21.84%

2 Riemenda Ginting, SH, MH

dan Aksi Bangun 12 19 25 14 17 22 8 117 5.51%

3

DR. Sumbul Sembiring, Msc dan Prof. DR. H. Paham

Ginting, SE, Msc

25 49 29 27 27 72 75 303 14.26%

4 Roberto Sinuhaji, SE dan Firman Amin Kaban, BE 3 7 4 2 12 11 8 47 2.21%

5 Drs. Abednego Sembiring dan

Ir. Sanusi Surbakti, MBA 19 16 5 33 37 17 8 135 6.35%

6 Drs. Nabari Ginting, Msi dan

Drs. Paulus Sitepu 68 45 30 24 26 48 24 265 12.47%

7 Konalius Tarigan, ST, SH DR. Ir. Petrus Sitepu dan 47 42 13 34 37 44 19 236 11.11%

8 Drs. H. M. Ramli Purba. MM

dan Ronny Barus 11 18 3 17 18 24 23 114 5.36%

9

DR (HC) Kena Ukur Karo Jambi Surbakti dan Terkelin

Brahmana, SH

97 35 41 41 21 61 38 334 15.72%

10

Andy Natanael Manik, SH, MM dan Fakry Samadin

Tarigan, S. Ag.

28 16 18 11 16 11 9 109 5.13%

JUMLAH SUARA SAH 415 319 187 357 244 362 241 2125 100%

Sumber Data: KPUD Karo

(23)

Putaran Kedua dan hanya memperoleh 619 suara dari 1779 suara sah dan hanya menang di 1 TPS dari 7 TPS yang ada.

Tabel 1. 4

Daftar Perolehan Suara Pasangan Calon Kepala Daerah / Wakil Kepala Daerah Pada Masing- Masing TPS di Desa Ketaren Dalam Pemilukada Karo

Putaran Kedua

No Nama Pasangan Calon

Bupati dan Wakil Bupati

Tempat Pemungutan Suara

1 2 3 4 5 6 7 Jumlah Persentase

1

Siti Aminah Br Perangin- angin, SE dan Sumihar Sagala,

SE

113 104 28 209 49 52 64 619 34.8%

9

DR (HC) Kena Ukur Karo Jambi Surbakti dan Terkelin

Brahmana, SH

264 201 124 120 128 184 139 1160 65.2%

JUMLAH SUARA SAH 337 305 152 329 117 236 203 1779 100%

Sumber Data: KPUD Karo

(24)

1. 2 Rumusan dan Pembatasan Masalah 1. 2. 1 Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang ingin dikaji yaitu: Faktor apakah yang paling mempengaruhi pemilih Etnis Karo dalam memberikan suaranya kepada pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah pada Pemilukada Karo 2010?

1. 2. 2 Pembatasan Masalah

Agar penelitan terfokus terhadap permasalahannya, akan lebih baik jika dibuat pembatasan masalahnya. Pada penelitian ini adapun masalah yang ingin diteliti ialah:

1. Objek penelitian ialah pemilih dengan latar belakang etnis Karo di Desa Ketaren yang namanya tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) 2. Penelitian hanya dilakukan kepada pemilih Etnis Karo yang memberikan

suaranya pada Pemilukada Putaran Pertama dan Putaran Kedua.

(25)

1. 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. 3. 1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini ialah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pemilih etnis Karo dalam memberikan suaranya pada Pemilukada Karo 2010.

1. 3. 2 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat bagi peneliti maupun masyarakat luas. Oleh sebab itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi institusi penelitian ini dapat menambah referensi ilmu pengetahuan dan karya ilmiah di Departemen Ilmu Politik, khususnya mengenai perilaku pemilih.

2. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi studi mengenai perilaku pemilih secara khususnya dan bagi perkembangan ilmu politik secara umum.

3. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat menjadi sarana pendidikan politik dan menjadi referensi dalam memberikan pilihan pada Pemilukada.

1. 4 Kerangka Teori

(26)

dari sudut mana permasalahan akan diteliti. “Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi dan preposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep”.5

1. 4. 1 Perilaku Politik

Berikut ini merupakan pengertian dari Perilaku Politik menurut beberapa ahli:

Menurut Ramlan Surbakti:

… Perilaku Politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Yang melakukan kegiatan adalah pemerintah dan masyarakat, kegiatan yang dilakukan pada dasarnya dibagi dua yaitu fungsi- fungsi pemerintahan yang dipegang oleh pemerintah dan fungsi- fungsi politik yang dipegang oleh masyarakat.6

Sedangkan Menurut Sudijono Sastroadmojo Perilaku Politik adalah: …Interaksi antara pemerintah dan masyarakat, antarlembaga pemerintah dan antara kelompok dan individu dalam masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan dan penegakan keputusan politik pada dasarnya merupakan perilaku politik. Perilaku politik merupakan salah satu dari perilaku secara umum karena disamping perilaku politik masih ada perilaku yang lain seperti perilaku ekonomi, perilaku budaya, perilaku keagamaan dan sebagainya. Perilaku politik merupakan perilaku yang menyangkut persoalan politik.7

Dalam melakukan kajian terhadap perilaku politik, dapat dipilih tiga kemungkinan unit analisis, yakni “aktor politik, agregasi politik dan tipologi kepribadian politik. Adapun tipologi dalam kategori individu aktor politik

5

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Sosial. Jakarta. LP3ES. 1998. Hal 37 6

Ramlan Surbakti.Op. Cit. Hal 167 7

(27)

meliputi aktor politik (pemimpin), aktivis politik dan individu warga negara biasa”.8

Yang dimaksud dengan agregasi ialah “individu aktor politik secara kolektif, seperti kelompok kepentingan, birokrasi, partai politik, lembaga- lembaga pemerintahan dan bangsa, sedangakan yang dipelajari dalam tipologi kepribadian politik ialah tipe- tipe kepribadian pemimpin otoriter, machiavelis, demokrat.9

1. 4. 2 Perilaku Pemilih

Pemilih diartikan sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada kontestan yang bersangkutan. Pemilih dalam hal ini dapat berupa konstituen maupun masyarakat pada umumnya. Konstituen adalah kelompok masyarakat yang merasa diwakili oleh suatu ideologi tertentu yang kemudian termanifestasi dalam institusi politik seperti partai politik. Di samping itu, pemilih merupakan bagian masyarakat luas yang bisa saja tidak menjadi konstituen partai politik tertentu. Masyarakat terdiri dari beragam kelompok. Terdapat kelompok masyarakat yang memang non-partisan, di mana ideologi dan tujuan politik mereka tidak dikatakan kepada suatu partai politik tertentu. Mereka ‘menunggu’ sampai ada suatu partai politik yang bisa menawarkan program

8

Ramlan Surbakti. Op. Cit. hal 169 9

(28)

politik yang bisa menawarkan program kerja yang terbaik menurut mereka, sehingga partai tersebutlah yang akan mereka pilih.10

Perilaku pemilih dan partisipasi politik merupakan dua hal tidak dapat dipisahkan. Partisipasi politik dapat terwujud dalam berbagai bentuk. Salah satu wujud dari partisipasi politik ialah kegiatan pemilihan yang mencakup “suara, sumbangan- sumbangan untuk kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan bagi seorang calon atau setiap tindakan yang bertujuan untuk mempengaruhi hasil proses pemilihan”.11

Jack C Plano mendefinisikan perilaku pemilih sebagai “suatu studi yang

memusatkan diri pada bidang yang menggeluti kebiasaan atau kecenderungan pilihan rakyat dalam pemilihan umum, serta latar belakang mengapa mereka melakukan pemilihan itu”.12

Dalam menganalisis perilaku pemilih dan untuk menjelaskan pertimbangan- pertimbangan yang digunakan sebagai alasan oleh para pemilih dalam menjatuhkan pilihannya, dikenal dua macam pendekatan yaitu, Mahzab “Columbia yang menggunakan pendekatan sosiologis dan Mahzab Michigan yang dikenal dengan pendekatan Psikologis”.13 “Selain itu terdapat juga pendekatan pilihan rasional yang melihat perilaku seseorang melalui kalkulasi untung rugi yang didapat oleh individu tersebut”.14

10

Joko J. Prihatmoko. Log. Cit. Hal 46 11

Samuel P. Hutington dan Joan Nelson. Partisipasi Politik di Negara Berkembang. Jakarta. Rineka Cipta. 1990. Hal 16

12

Jack C. Plano, Robert E. Ringgs dan Helenan S. Robin. Kamus Analisa Politik. Jakarta. C.V. Rajawali Press. 1985. Hal 280

13

Afan Gaffar. Javanese Voters: a Case Study of Election under a Hegemonic Party System. Yogyakarta. Gajah Mada University Press. 1992. Hal 4- 9

14

(29)

1. 4. 2. 1 Pendekatan Sosiologis

Pendekatan sosiologis berasal dari Eropa Barat yang dikembangkan oleh ahli ilmu politik dan sosiologi. Mereka memandang bahwa masyarakat sebagai sesuatu yang bersifat hirarkis terutama berdasarkan status, karena masyarakat secara keseluruhan merupakan kelompok orang yang mempunyai kesadaran status yang kuat. Para pendukung mahzab ini percaya bahwa masyarakat telah tersusun sedemikian rupa sesuai dengan latar belakang dan karakteristik sosialnya, maka memahami karakteristik sosial tersebut merupakan sesuatu yang penting dalam memahami perilaku politik individu.

(30)

1. 4. 2. 2 Pendekatan Psikologis

Munculnya pendekatan psikologis merupakan reaksi atas ketidakpuasan ilmuan politik terhadap pendekatan sosiologis. Pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologi terutama sikap dan sosialisasi untuk menjelaskan perilaku pemilih. Menurut pendekatan psikologis, pada pemilih (di Amerika Serikat) menentukan pilihan karena pengaruh kekuatan psikologi yang berkembang dalam dirinya sebagai produk sosialisasi. Mereka menjelaskan bahwa sikap seseorang sebagai refleksi dari kepribadian seseorang merupakan variabel yang menentukan dalam mempengaruhi perilaku politiknya.

(31)

membekas sepanjang hidup, walaupun semakin kuat atau memudar selama masa dewasa”.15

Kemudian, yang dimaksud dengan orientasi isu atau tema adalah tema atau isu- isu apa saja yang diangkat oleh parpol tersebut. Sedangkan, yang dimaksud dengan orientasi kandidat adalah siapa saja yang mewakili parpol tersebut.

Greenstein menyatakan dalam menjelaskan perilaku (dalam

kaitannya dengan pendekatan psikologis) seseorang terdapat dua konsep khusus yaitu, “konsep sikap dan sosialisasi”. Konsep sikap merupakan variabel sentral dalam menjelaskan perilaku pemilih, karena menurut

Greenstein ada tiga fungsi sikap yakni: 16

Pertama, sikap merupakan fungsi kepentingan, artinya

penilaian terhadap suatu objek diberikan berdasarkan motivasi, minat dan kepentingan orang tersebut. Kedua sikap merupakan fungsi penyesuaian diri, artinya seseorang bersikap tertentu sesuai dengan keinginan orang itu untuk sama dan tidak sama dengan tokoh atau kelompok yang dikaguminya. Ketiga, sikap merupakan ekternaliasasi dan pertahanan diri, artinya sikap seseorang merupakan upaya untuk mengatasi konflik batin atau tekanan psikis, yang mungkin berwujud mekanisme pertahanan.

Pembentukan sikap tidaklah bersifat begitu saja terjadi, melainkan proses sosialisasi yang berkembang menjadi ikatan psikologis yang kuat antara seseorang dengan partai politik atau kandidat tertentu. Kedekatan inilah yang menentukan seseorang memilih atau tidak. “Makin dekat

15

Ibid. Hal 10 16

(32)

seseorang dengan partai atau kandidat tertentu makin besar kemungkinan seseorang terlibat dalam pemilihan”.17

1. 4. 2. 3 Pendekatan Rasional

Intisari pendekatan pilihan rasional adalah tindakan apa yang dilakukan seseorang yang diyakininya berkemungkinan dapat memberikan hasil terbaik bagi dirinya. Pilihan rasional muncul sebagai revolusi pendekatan perilaku dalam ilmu politik pada tahun 1950-an dan 1960-an yang sebenarnya berusaha meneliti bagaimana individu berperilaku dan menggunakan metode empris. Pendekatan perilaku telah menjadi pendekatan dominan terhadap ilmu politik, setidaknya di Amerika Serikat. “Namun pilihan rasional bersumber dari metodologi ilmu ekonomi, kebalikan dengan para behavioralis yang bersumber dari sosiologi dan psikologi”.18

Kemudian, seiring perkembangannya, muncul pendekatan pilihan rasional dalam menganalisa perilaku pemilih. Berdasarkan pendekatan ini, manusia diasumsikan adalah seorang pemilih yang rasional. “Kegiatan memilih merupakan produk dari kalkulasi untung rugi”.19 Individu mengantisipasi setiap konsekuensi yang mungin muncul dari pilihan- pilihan yang ada. Kemudian, dari pilihan- pilihan tersebut, individu akan memilih pilihan yang memberi keuntungan paling besar bagi dirinya.

17 Ibid 18

David Mars dan Gaerry Stoker. Teori dan Metode Dalam Ilmu Politik. Bandung. Nusa Media. 2002. Hal 76- 77

19

(33)

Dalam pendekatan rasional terdapat dua orientasi yang menjadi daya tarik pemilih, yaitu: Orientasi isu dan orientasi kandidat. Orientasi isu berpusat pada pertanyaan: apa yang seharusnya dilakukan dalam memecahkan persoalan- persoalan yang sedang dihadapi masyarakat, bangsa dan negara? Sementara orientasi kandidat mengacu kepada sikap seseorang terhadap pribadi kandidat tanpa memperdulikan label partainya. Meski demikian, ketertarikan para pemilih terhadap isu- isu yang ditawarkan oleh partai atau pun kandidat bersifat situasional.20

Pendekatan rasional mengantarkan kita pada kesimpulan bahwa para pemilih benar- benar rasional. Para pemilih melakukan penilaian yang valid terhadap visi, misi program kerja partai dan kandidat. Pemilih rasional memiliki motivasi, perinsip, pengetahuan dan informasi yang cukup. Tindakan mereka bukanlah karena faktor kebetulan ataupun kebiasaan dan tidak semata- mata untuk kepentingan sendiri, melainkan juga untuk kepentingan umum, menurut pikiran dan pertimbangan logis.21

1. 4. 3 Konfigurasi Pemilih

Perilaku pemilih merupakan sebuah studi yang memusatkan pemilih sebagai objek dari masalah yang diteliti. Berikut ini merupakan konfigurasi pemilih atau tipe- tipe pemilih:22

20

Asep Ridwan. Memahami Perilaku Pemilih Pada Pemilu 2004 di Indonesia. Jurnal Demokrasi dan Ham. Vol 4. No. 1. Jakarta. 2004. Hal 38- 39

21 Ibid. 22

(34)

1. 4. 3. 1 Pemilih Rasional

Dalam konfigurasi pertama terdapat pemilih rasional (rational voter), di mana pemilih memiliki orientasi tinggi pada ‘policy-problem-solving’ dan berorientasi rendah untuk faktor ideologi. Pemilih dalam hal ini lebih mengutamakan kemampuan partai politik atau calon kontestan dalam program kerjanya.

(35)

1. 4. 3. 2 Pemilih Kritis

Pemilih jenis ini merupakan perpaduan antara tingginya orientasi pada kemampuan partai politik atau seorang kontestan dalam menuntaskan permasalahan bangsa maupun tingginya orientasi mereka akan hal-hal yang bersifat ideologis. Pentingnya ikatan ideologis membuat loyalitas pemilih terhadap sebuah partai atau seorang kontestan cukup tinggi dan tidak semudah ‘rational vote’ untuk berpaling ke partai lain. Proses untuk menjadi pemilih jenis ini bisa terjadi melalui dua mekanisme. Pertama, jenis pemilih ini menjadikan nilai ideologis sebagai pijakan untuk menentukan kepada partai politik mana mereka akan berpihak dan selanjutnya mereka akan mengkritisi kebijakan yang akan atau yang telah dilakukan. Kedua, bisa juga terjadi sebaliknya, pemilih tertarik dulu dengan program kerja yang ditawarkan sebuah partai/kontestan baru kemudian mencoba memahami nilai-nilai dan faham yang melatarbelakangi pembuatan sebuah kebijakan.

(36)

mereka cenderung menyuarakannya melalui mekanisme eksternal partai, umpamanya melalui media massa seperti televisi, radio, dan sebagainya. Frustasi merupakan posisi yang sulit bagi pemilih jenis ini. Di satu sisi, mereka merasa bahwa ideologi suatu partai atau seorang kontestan adalah yang paling sesuai dengan karakter mereka, tapi di sisi lain mereka merasakan adanya ketidaksesuaian dengan kebijakan yang akan dilakukan partai. Biasanya pemilih ini akan melihat-lihat dahulu (wait and see) sebelum munculnya ide kemungkinan yang ketiga, yaitu membentuk partai baru. Pembuatan partai biasanya harus dipelopori oleh tokoh-tokoh yang tidak puas atas kebijakan suatu partai. Mereka memiliki kemampuan untuk menggalang massa, ide, konsep, dan reputasi untuk membuat partai tandingan dengan nilai ideologi yang biasanya tidak berbeda jauh dengan partai sebelumnya.

1. 4. 3. 3 Pemilih Tradisional

(37)

kepribadian pemimpin, mitos dan nilai historis sebuah partai politik atau seorang kontestan. Salah satu karakteristik mendasar jenis pemilih ini adalah tingkat pendidikan yang rendah dan sangat konservatif dalam memegang nilai serta faham yang dianut.

1. 4. 3. 4 Pemilih Skeptis

Pemilih jenis ini tidak memiliki orientasi ideologi cukup tinggi dengan sebuah partai politik atau seorang kontestan, juga tidak menjadikan kebijakan sebagai sesuatu yang penting. Keinginan untuk terlibat dalam sebuah partai politik pada pemilih jenis ini sangat kurang, karena ikatan ideologis mereka memang rendah sekali. Mereka juga kurang memedulikan ‘platform’ dan kebijakan sebuah partai politik. Kalaupun berpartisipasi dalam pemungutan suara, biasanya mereka melakukannya secara acak atau random. Mereka berkeyakinan bahwa siapapun dan partai apapun yang memenangkan pemilu tidak akan bisa membawa bangsa ke arah perbaikan yang mereka harapkan. Selain itu, mereka tidak memiliki ikatan emosional dengan sebuah partai politik atau seorang kontestan.

1. 4. 4 Pemilihan Umum Kepala Daerah

(38)

Demokrasi Indonesia mengalami perubahan signifikan pasca runtuhnya orde baru. Kehidupan berdemokrasi menjadi lebih baik, rakyat dapat dengan bebas menyalurkan pendapat dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan politik yang sangat dibatasi pada orde baru.

Kelahiran pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan salah satu kemajuan dari proses demokrasi di Indonesia. Melalui pemilihan kepala daerah secara langsung berarti mengembalikan hak- hak dasar masyarakat di daerah untuk menentukan kepala daerah maupun wakil kepala daerah yang mereka kehendaki. Pemilihan kepala daerah langsung juga merupakan salah satu bentuk penghormatan terhadap kedaulatan rakyat, karena melalui pemilihan kepala daerah langsung ini menandakan terbukanya ruang yang cukup agar rakyat bebas memilih pemimpinnya.

Proses pemilihan kepala daerah di laksanakan melalui beberapa tahapan. Dimulai dari tahap pendaftaran, penyaringan, penetapan pasangan calon, rapat paripurna khusus, pengiriman berkas pemilihan, pengesahan dan pelantikan. Dalam rangka penyelenggaraan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab, kepala daerah dan wakil kepala daerah memiliki peranan yang sangat penting dibidang penyelenggaraan pemerintahan, pengembangan dan pelayanan masyarakat dan bertanggung jawab sepenuhnya tentang jalannya pemerintahan daerah.23

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah diterapkan prinsip demokrasi. Sesuai dengan Pasal 18 ayat (4) UUD 1945, kepala daerah dipilih

23

Deddy Supriady Bratakusuma dan Dadang Solihin. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah

(39)

secara demokratis, Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, diatur mengenai pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dipilih secara langsung oleh rakyat yang diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik.

Berdasarkan perkembangan hukum dan politik untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih efektif dan akuntabel sesuai dengan aspirasi masyarakat, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah perlu dilakukan secara lebih terbuka dengan melibatkan partisipasi masyarakat, Oleh karena itu penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, perlu dilakukan perubahan dengan memberikan kesempatan bagi calon perseorangan untuk ikut serta dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.

(40)

yang sama kepada setiap warga negara yang memenuhi persyaratan sesuai dengan perundang- undangan.

1. 4. 5 Etnis

Etnis adalah suatu kesatuan budaya dan teritorial yang tersusun rapi dan dapat digambarkan ke dalam suatu peta etnografi. Umumnya kelompok etnis dikenal sebagai suatu populasi (1) Secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan. (2) Mempunyai nilai- nilai budaya sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya. (3) Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri. (4) Menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain.24

Definisi yang ideal memang tidak berbeda jauh dengan yang umum kita kenal, yaitu bahwa “suku bangsa = budaya = bahasa; sedangkan masyarakat = suatu unit yang hidup terpisah dari unit lain”.25 Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Koentjaranigrat,

Setiap kelompok memiliki batasan- batasan yang jelas untuk memisahkan antara satu jenis kelompok etnis dengan etnis lainnya. Konsep yang tercakup dalam istilah etnis adalah golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan, sedangkan kesadaran dan identitas seringkali dikuatkan oleh kesatuan bahasa juga.26

Sedangkan menurut Payung Bangun suku bangsa yang sering disebut etnik/ etnis atau golongan etnis, mempunyai tanda- tanda atau ciri karakteristik: (1) Memiliki wilayah sendiri. (2) Mempunyai struktur politik sendiri berupa tata

24

Frederik Bart, dkk. Kelompok Etnik dan Batasannya. Jakarta. UI Press. 1988. Hal 11 25

Ibid. 26

(41)

pemerintahan dan pengaturan kekuasaan yang ada. (3) Ada bahasa sendiri yang menjadi alat komunikasi dalam interaksi. (4) Mempunyai seni sendiri (seni tari lengkap dengan alat- alatnya, cerita rakyat, seni ragam hias dengan pola khas tersendiri). (5) Seni dan teknologi arsitektur serta penataan pemukiman. (6) Sistem filsafat sendiri yang menjadi landasan pandangan sikap dan tindakan. (7) Mempunyai sistem religi (kepercayaan, agama) sendiri.27

1. 4. 5. 1 Etnis Karo

Dalam beberapa literatur tentang Karo, etimologi Karo berasal dari kata Haru. Kata Haru ini berasal dari nama kerajaan Haru yang berdiri sekitar abad 14 sampai abad 15 di daerah Sumatera Bagian Utara. Kemudian pengucapan kata Haru ini berubah menjadi Karo. Inilah diperkirakan awal terbentuknya nama Karo.28

Penelusuran sejarah Kerajaan Haru sebenarnya merupakan migrasi atau pergerakan orang Karo dari pantai/ pesisir menuju pedalaman/ pegunungan sudah membentuk arus bolak- balik. Setelah penaklukan kerajaan Haru II Deli Tua orang Karo lari ke dataran tinggi Karo, Seberaya. Secara alamiah, karena dimakan waktu, pertumbuhan penduduk, arus pendatang berikutnya menjadikan terjadinya pertumbuhan desa. Untuk memenuhi kebutuhan ekonominya dan juga dalam rangka perluasan kekuasaan dan lahan pertanian, maka masyarakat Karo yang sudah berada di dataran tinggi kembali ke pesisir, seperti Deli Serdang, Langkat dan

27

Payung Bangun. Sistem Sosial Budaya Indonesia. Jakarta. FISIP UKI. 1998. Hal 63 28

(42)

membentuk komonitas baru lagi, disinilah timbul istilah Karo Jahe dan Karo Binge.29

Meskipun terdapat perbedaan istilah antara Karo Jahe dan Karo Binge, namun kedua memiliki kesamaan dalam tatanan kehidupan masyarakat Karo yang terikat dalam suatu tatanan sistem, yaitu: merga

silima, tutur siwaluh, rakut sitelu.

Merga silima (lima klan yang dikenal dalam masyarakat Karo),

berasal dari kata meherga (mahal) dan merga di Sumatera Utara hanya dikenal pada etnis Batak dan Nias, sedangkan etnis Melayu tida memiliki

merga. Merga ini menunjukan identitas dan sekaligus penentuan sistem

kekerabatan orang Karo. Menurut Kongres Budaya Karo pada tahun 1995 di Berastagi, salah satu keputusan yang diambil ialah merga- merga yang terdapat dalam Merga Silima yaitu: Karo- Karo, Ginting, Perangin- angin, Sembiring dan Tarigan.30

Selain dari lima merga yang dikenal dimasyarakat Karo dikenal juga beberapa sub merga dalam masyarakat Karo. Berikut ini merupakan daftar merga, sub merga dan kesain merga (kampung asal) pada masyarakat Karo:31

29

Sarjani Tarigan. Lentera Kehidupan Orang Karo dalam Berbudaya.Medan. 2009. Hal 34 30

Ibid. hal 98 31

(43)
[image:43.595.129.499.121.461.2]

Tabel 1. 5

Merga Karo- Karo, Sub Merga dan Kampung Asalnya

Merga Sub Merga Kesain

Karo- Karo Sinulingga Lingga, Gunung

merlawan, Bintang Meriah Kacaribu Kacaribu, Kuta gerat

Surbakti Surbakti, Gajah

Purba Kabanjahe, Berasstagi,

Laucih, Kuta kepar Ketaren Ketaren, Raya, Sibolangit,

Kutabale, Pertampilen

Kaban Kabantua, Sumbul,

Pernantin

Sinuraya Singgamanik, Bunuraya,

Kandibata

Sitepu Naman, Sukanalu, Teran, Beganding

Karo Sekali Seberaya

Sinukaban Pernantin, Kabanjahe,

Kaban tua, Bintang meriah, Buluh naman, Lau lingga, Sumbul Barus Barus jahe, Buntu, Barus

julu,Tanjung barus, Talimbaru, Serdang, Penampen

Jung Kutanangka, Perbesi,

Kalang, Batu Karang Sihuhaji Aji si empat

(44)
[image:44.595.123.503.122.353.2]

Tabel 1. 6

Merga Ginting, Sub Merga dan Kampung Asalnya

Ginting Suka Suka, Linggajulu, Naman,

Berastepu

Babo Guru benua, Munte, Kuta great

Sugihen Sugihen, Juhar,

Kutabangun

Ajartambun Rajamerahe, Bahorok

Jadi Bata Juhar

Munthe Kutabangun, Aji nembah, Kubu, Dokan, Munthe, Tengging

Manik Tongging, Lingga, Bunga baru

Tumangger Kidupen Guru Patih Raja tengah, Tengging Jawak Cingkes Pase Kutabangun Sinusinga Singa

Siberas Lau petundal

Tabel 1. 7

Merga Perangin- angin, Sub Merga dan Kampung Asalnya

Perangin- angin Sukatendel Sukatendel

Sebayang Perbesi, Kuala, Gunung, Kuta gerat, Pertumbuken Picawan Perbesi

Sinurat Kerenda, Beganding

Singarimbun Mardinding, Kuta Mbaru, Temburun, Tanjong

Kacinambun Kacinambun Bangun Selandi, Jandi meriah,

Batu karang, Nari gunung

Pinem Sarintonu, Sidikalang,

Taneh pinem, Kota cane, Pernantin, Juhar

Laksa Juhar Keliat Mardinding

[image:44.595.126.502.418.610.2]
(45)
[image:45.595.125.504.123.424.2]

Tabel 1. 8

Merga Sembiring, Sub Merga dan Kampung Asalnya

Sembiring Kembaren Semparaya, Liangmelas

Sinulaki Silalahi, Paropo

Keloko Pergendangen, Tualang,

Paropo

Pandia Seberaya, Payung,

Beganding

Gurukinayan Gurukinayan, Gunung

meriah

Brahmana Rumah Kabanjahe,

Perbesi, Limang, Bekawar

Meliala Sarinembah, Kidupen,

Raja berneh, Naman

Depari Seberaya, Perbesi,

Munthe

Pelawi Ajijahe, Perbaji, Selandi, Perbesi, Kandibata Maha Martelu, Pandan, Pasir

tengah

Sinupayung Juma raja, Negeri

Colia Kubucolia, Seberaya

Pandebayang Buluhnaman, Gurusinga

Tekang Kaban

Muham Susuk, Perbesi

Busok Kidupen, Lau Perimbon

Tabel 1. 9

Merga Tarigan, Sub Merga dan Kampung Asalnya

Tarigan  Sibero Juhar, Kuta raja,

Keriahen, Tanjong beringin

Tua Pergendangen

Gersang Nagasaribu, Seribujandi,

Jandi, Berastepu, Kutaraya

Silangit Gunung meriah

Tambak Cingkes, Kebayaken,

Sukanalu

Gerneng Cingkes Gana- gana Batu karang

Japang Pergendangan

Tambun Binaraga, Rakutbesi,

Sinaman

Bodong Lingga Pekan Batu karang, Suka nalu Purba Tanjung purba, Purba tua

[image:45.595.130.499.489.719.2]
(46)

Sistem politik tradisional masyarakat Karo adalah kesain (semacam RW), kuta (semacam RT), urung (semacam desa), serta kerajaan (semacam kecamatan). Kesain adalah kesatuan masyarakat Karo yang paling kecil, masyarakat berada di dalam kesain ini adalah mereka yang se subklan. Fungsinya selain kesatuan sosial budaya, juga sebagai interaksi kemasyarakatan.

Kuta, adalah kesatuan sistem politik dan budaya di dalam

masyarakat Karo tradisional, masyarakat yang berada di dalam kuta ini adalah mereka yang berbeda subklan tetapi masih ada hubungan kekerabatan. Kuta didirikan oleh kelompok klen (simantek kuta) dan menjadi kuta kemulihen (kampung asal) dari klan maupun sub klan yang mendirikannya.

(47)

1. 5 Hipotesis

Berdasarkan dari pemaparan di atas, maka hipotesis dari penelitian ini ialah:

1. “Faktor Sosiologis mempengaruhi perilaku pemilih Etnis Karo pada Pemilukada Karo di Desa Ketaren.”

2. “Faktor Psikologis mempengaruhi perilaku pemilih Etnis Karo pada Pemilukada Karo di Desa Ketaren.”

3. “Faktor Pilihan Rasional mempengaruhi perilaku pemilih Etnis Karo pada Pemilukada Karo di Desa Ketaren.”

Dalam penelitian ini nantinya Hipotesis yang telah ditetapkan dapat diterima maupun ditolak sesuai dengan pegujian hasil penelitian yang akan dibahas pada BAB berikutnya.

1. 6 Defenisi Konsep

Defenisi konsep adalah kata- kata yang merupakan unsur- unsur umum abstrak yang ditarik dari berbagai fenomena berbeda.32 Dalam kaitannya dengan judul yang diangkat yaitu perilaku pemilih masyarakat etnis Karo pada pemilukada Karo 2010, maka yang menjadi konsep penelitian ialah:

1. Perilaku Pemilih

Perilaku pemilih ialah keikutsertaan warga negara dalam pemilihan umum yang merupakan serangkaian kegiatan membuat keputusan, yakni apakah memilih

32

(48)

atau tidak memilih dalam pemilihan umum. Kalau memutuskan memilih, apakah memilih partai atau kandidat X ataukah partai atau kandidat Y serta alasannya memilih partai atau kandidat yang akan dipilih.

2. Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih

1. Pendekatan sosiologis, pendekatan sosiologis dalam menganalisis perilaku pemilih menyatakan bahwa preferensi politik termasuk preferensi pemberian suara di kotak pemilihan merupakan produk dari karakteristik sosial ekonomi di mana dia berada seperti profesi, kelas sosial, agama dan seterusnya.

2. Pendekatan psikologis, pendekatan psikologis berasumsi bahwa keputusan seorang individu dalam memberikan suara kepada kandidat tertentu merupakan persoalan respons psikologis. Pendekatan psikologis mensyaratkan adanya “kecerdasan” dan rasionalitas pemilih dalam menentukan pilihannya. Pada pendekatan psikologis penekanan lebih pada individu itu sendiri terutama terhadap pengalaman- pengalaman yang berlangsung sejak lama, misalnya kedekatan pemilih dengan salah seorang kandidat yang berlangsung sejak mereka berada dibangku sekolah maupun ditempat kerja, teman sepermainan dan lain sebagainya.

(49)

individu akan memilih pilihan yang memberi keuntungan paling besar bagi dirinya.

1. 7 Definisi Oprasional

Definisi oprasional adalah penjelasan bagaimana variabel- variabel akan diukur secara empiris.33 Adapun yang menjadi definisi oprasional pada penelitian ini ialah:

1. Perilaku Pemilih (Variabel Y)

Perilaku pemilih dapat dilihat dengan pasangan calon yang dipilih oleh responden pada pemilukada Karo kedua. Apakah memilih pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang berlatar belakang Etnis Karo atau bukan Karo:

a. Siti Aminah br Prangin- angin- Sumihar Sagala (Etnis Karo dan Etnis Batak Toba)

b. Kena Ukur Surbakti- Terkelin Brahmana (Etnis Karo dan Etnis Karo) Selain dengan melihat pilihan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah pada Pemilukada Karo Putaran Kedua perilaku pemilih Etnis Karo pada penelitian ini dengan alasan memilih pasangan calon pada Pemilukada Karo Putaran Kedua:

a. Latar belakang Agama pasangan calon. b. Latar belakang Etnis pasangan calon.

33

(50)

c. Adanya hubungan kekerabatan dalam sistem sosial masyarakat Karo (Kalimbubu, Anak Beru, Sembuyak) dengan pasangan calon.

d. Partai yang mencalonkan pasangan calon (kader, simpatisan, aggota partai).

e. Idiologi Partai yang mencalonkan pasangan calon maupun Idiologi pasangan calon secara khusus.

f. Kedekatan emosional dengan pasangan calon (mengenal dekat sosok pasangan calon).

g. Visi- Misi yang diusung oleh pasangan calon.

h. Adanya imbalan materi maupun iming- iming jabatan jika pasangan calon terpilih nantinya.

i. Rekam- jejak pasangan calon.

2. Faktor- Faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih (Variabel X)

a. Pendekatan sosiologis dengan indikator; kesamaan agama responden dengan pasangan calon, kesamaan etnis responden dengan pasangan calon dan hubungan primordial yanga ada antara responden dan pasangan calon. b. Pendekatan psikologis dengan indikator; kedekatan emosional dengan

pasangan calon, keterlibatan dengan partai pendukung pasangan calon, idiologi pasangan calon

(51)

yang diperoleh jika memilih pasangan calon, rekam jejak dari pasangan calon.

1. 8 Metode Penelitian 1. 8. 1 Jenis Penelitian

Penelitan ini merupakan penelitian kuantitatif dengan format deskriptif. Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan menjelaskan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variable yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian mengangkat ke permukaan karakter atau gambaran kondisi, situasi ataupun variable tersebut.34

1. 8. 2 Lokasi Penelitian

Lokasi tempat penelitian ini ialah desa Ketaren, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo. Penelitian ini akan meneliti tujuh Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang tersebar di Desa Ketaren. Pertimbangan pemilihan desa Ketaren sebagai lokasi tempat penelitian dikarenakan 80% penduduk desa Ketaren berlatar belakang etnis Karo.

34

(52)

1. 8. 3 Populasi dan Sampel

[image:52.595.158.467.255.416.2]

Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh etnis Karo yang terdaftar sebagai pemilih pada Pemilukada Karo 2010. Adapun pemilih etnis Karo yang terdaftar ada sebanyak 2335 orang.

Tabel 1. 10

Jumlah Pemilih Etnis Karo Pada Masing- Masing TPS yang Tersebar di Desa Ketaren

PEMILIH ETNIS KARO PADA PEMILUKADA 2010

TPS PEMILIH ETNIS KARO

1 430 2 408 3 196 4 299 5 318 6 400 7 284 JUMLAH 2335

Sumber Data: KPUD Karo (diolah)

Pada Pemilukada 2010 di Desa Ketaren, peneliti mengambil ke- 7 TPS sebagai populasi. Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus Taro Yamane:

1 2   

d N

N n

n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi

d2 = Presisi ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90% n = 2335/ (2335 x 0,01) +1

(53)

Dari hasil perhitungan di atas, maka jumlah sampel yang diambil sebanyak 96 orang. Sedangkan untuk menentukan banyaknya responden yang akan dijadikan sampel penelitian peneliti di masing- masing TPS digunakan rumus sebagai berikut:35

N n n n  1

n1 = Jumlah populasi tiap TPS

n = Jumlah sampel pada populasi awal N = Jumlah populasi keseluruhan

Tabel 1. 11

Jumlah Pemilih Etnis Karo yang Menjadi Sampel Penelitian di Masing- masing TPS

TPS Populasi/ TPS Penarikan Sampel Sampel

1 430 430x 96/ 2335 18

2 408 408x 96/ 2335 17

3 196 196x 96/ 2335 8

4 299 299x 96/ 2335 12

5 318 318x 96/ 2335 13

6 400 400x 96/ 2335 16

7 284 284x 96/ 2335 12

JUMLAH 96

Sumber Data: KPUD Karo (diolah)

Sementara itu untuk menentukan orang yang akan menjadi sampel penelitian menggunakan teknik sampel sistematis pada DPT di masing- masing TPS dengan rumus (n/7) + n, n adalah jumlah sampel masing- masing TPS kemudian dibagi dengan keseluruhan TPS yang ada di Desa Ketaren hasilnya dijumlahkan dengan jumlah sampel di TPS tersebut, angka hasil penjumlahan tersebut merupakan sampel pertama pada DPT dan sampel selanjutnya ditentukan

35

(54)

dengan menjumlahkan nomor sampel pertama dengan hasil pembagian (n/7) dan seterusnya. Misalnya untuk TPS 1 ada 18 orang sampel maka;

(18/7)+ 18 = 21 (2.5 dibulatkan menjadi 3 ditambah 18)

Orang yang menjadi sampel pertama pada TPS 1 adalah orang yang ada pada nomor urut 21. Sedangkan untuk orang kedua yang menjadi responden adalah; 21+ 18 = 39... (orang dengan no urut 39 pada DPT TPS 1 adalah responden ke dua)

39+ 21 = 60... (orang dengan no urut 60 pada DPT TPS 1 adalah responden ke tiga) dan seterusnya untuk masing- masing TPS sampai terpenuhi kuota yang sudah ditentukan untuk masing- masing TPS.

1. 8. 4 Teknik Pengumpulan Data 1. 8. 4. 1 Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh langsung dari sumber data pertama dilokasi penelitian atau objek penelitian. Dalam kaitannya dengan penelitian mengenai perilaku pemilih etnis Karo di desa Ketaren, maka pengumpulan data penelitian ini dilakukan melalui kuesioner dan wawancara sistematik.36 Kuesioner (metode angket) merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematik, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah diisi dikirim atau dikembalikan ke petugas peneliti.

36

(55)

1. 8. 4. 2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan. Dalam kaitannya dengan penelitian ini data sekunder nantinya didapatkan dari literatur, buku dan media cetak lainnya atau internet. Adapun literatur yang dianggap relevan adalah buku- buku mengenai perilaku politik dan mengenai etnis Karo yang merupakan objek dari penelitian.

1. 8. 5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa distribusi frekuensi dan korelasi Product Moment atau Korelasi Person. Teknik analisa distribusi frekuensi akan digunakan untuk menganalisa jawaban responden untuk pemilukada putaran pertama. Adapun rumus analisa distibusi frekuensi ialah:37

% 100

N fx N

N = Jumlah Kejadian

fx = Frekuensi individu

37

(56)

Sedangkan Teknik korelasi Product Moment dapat kita cari dengan rumus:38

  

 

2 2

2

 

2

. . . .

   Y Y N X X N Y X Y X N xy

Yyx = Koefisien korelasi Product Moment

N = Jumlah individu dalam sampel X = Angka mentah untuk variabel X Y = Angka mentah untuk variabel Y

Sedangkan untuk dapat menjawab pertanyaan penelitan, yaitu mengetahui faktor mana yang paling dominan mempengaruhi pemilih Etnis Karo pada Pemilukada Karo, akan dibandingkan koefisien korelasi dari masing- masing pendekatan. Koefiesien korelasi dari ketiga faktor yang memiliki hubungan positif paling besar ditetapkan sebagai faktor yang paling dominan.

Berikut ini merupakan tabel yang menunjukan besaran Nilai Koefisien Korelasi:39

Tabel 1. 12 Nilai Koefisien Korelasi

NILAI KOEFISIEN  PENJELASAN 

 + 0.70 – Ke atas  Hubungan positif sangat kuat  

 + 0.50 – 0.69   Hubungan positif mantap 

 + 0.30 – 0.49  Hubungan positif sedang 

 + 0.10 – 0.29   Hubungan positif tak berarti  0.0  Tidak ada hubungan 

‐ 0.01 – 0.09   Hubungan negatif tak berarti 

‐ 0.10 – 0.29   Hubungan negatif rendah 

‐ 0.30 – 0.49   Hubungan negatif sedang 

‐ 0.50 – 0.69   Hubungan negatif mantap 

‐ 0.70 – Ke bawah  Hubungan negatif sangat kuat 

38

Ibid. Hal 197 39

[image:56.595.146.478.473.669.2]
(57)

1. 8. 6 Teknik Pengolahan Data

Dari setiap jawaban (Pemilukada Karo Putaran kedua) yang diberikan akan diberikan skor nilai yang berbeda- beda. Untuk pasangan calon pilihan responden akan diberikan skor sebagai berikut:

a. Siti Aminah br Prangin- angin- Sumihar Sagala : 1 b. Kena Ukur Surbakti- Terkelin Brahmana : 2

Alasan responden memilih pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah diberikan skor sebagai berikut:

a. Agama pasangan calon : 10

b. Etnis pasangan calon : 9

c. Hubungan kekerabatan dengan pasangan calon : 8

d. Partai pasangan calon : 7

e. Idiologi Partai maupun Idiologi pasangan calon : 6 f. Kedekatan dengan pasangan calon : 5 g. Visi Misi pasangan calon : 4

h. Imbalan dari pasangan calon : 3

i. Rekam jejak pasangan calon : 2

Sedangkan untuk tabel pernyataan sikap akan diberikan skor sebagai berikut:

a. Sangat Setuju : 4

b. Setuju : 3

c. Tidak Setuju : 2

(58)

1. 9 Sistematika Penulisan

Untuk merinci dan mendeskripsikan penelitian lebih sistematis, yang kemudian penelitian akan dijadikan menjadi sebuah skripsi, maka peneliti membagi penelitian ini kedalam empat bab, yaitu:

1. BAB I. Pendahuluan, bab ini terdiri dari pembahasan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori yang merupakan landasan teoritis untuk meneliti masalah- masalah penelitian serta metode penelian.

2. BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian, dalam bab ini peneliti memberikan gambaran tentang lokasi penelitian, baik dari segi geografi dan demografi. Dalam bab ini peneliti juga akan memperdalam bahasan mengenai etnis Karo yang merupakan objek dari penelitian ini.

3. BAB III. Penyajian dan Analisis Data, dalam bab ini peneliti akan memuat hasil penelitian berupa; data- data penelitian dan analisis dari perilaku pemilih etnis Karo yang ada di desa Ketaren, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo.

(59)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

2. 1 Sejarah Desa Ketaren

Pada awalnya Desa Ketaren hanya merupakan kompleks perladangan dari

merga Ketaren yang berasal dari Desa Raya. Namun dikarenakan semakin luasnya

lahan dan jumlah penduduk di Desa Raya yang semakin banyak maka kompleks perladangan ini berubah menjadi kompleks pemukiman. Orang- orang dari Desa sekitar seperti Desa Raya dan Desa Rumah Kabanjahe yang berbatasan langsung dengan Desa Ketaren mulai berdatangan dan ikut membuka lahan serta menetap di Desa Ketaren.40

Seperti hal nya desa- desa yang ada di Kabupaten Karo pada umumnya, Desa Ketaren juga memiliki simantek kuta (orang yang pertama membuka desa). Adapun simantek kuta Desa Ketaren berasal dari sub merga (sub klan) Ketaren yang merupakan bagian dari merga (klan) Karo- Karo. Dari sub merga (sub klan) inilah kemudian dikenal nama “Kuta Ketaren (Kampung orang yang bermarga Ketaren) atau Desa Ketaren.”41

Pada masa awal kemerdekaan Desa Ketaren pernah ditinggal oleh penduduk dikarenakan Agresi Militer Belanda I yang memaksa penduduk untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Pada masa tersebut Belanda membakar habis setiap desa yang dilaluinya di Tanah Karo tidak terkecuali Desa Ketaren

40

Wawancara dengan Bapak Tenget Tarigan Silangit, Pada tanggal 16 Juli 2010; 19.30 wib Mantan Pengurus Desa Ketaren Pr

Gambar

Tabel 1. 5
Tabel 1. 7
Tabel 1. 8
Tabel 1. 10
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ujikoefisien determinasi (R 2 ) menunjukkan Adjusted R Square 0,345 atau 34,5% yakni berarti variasi variable semangat kerja karyawan dapat dijelaskan oleh variable gaya

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan dari siswa kelas delapan MTs RAUDLATUT THOLIBIN dalam pemahaman membaca dalam teks bahasa inggris dan

Penggunaan bahan baku pupuk biofilter memberikan respon terhadap berat segar daun per tanaman lebih tinggi 19,90% dan 17.35% dibandingkan nilai tersebut

Tabel 5 Rata-rata nilai hematokrit tikus putih jantan dengan pemberian bisacodyl dosis 5 mg/ekor dan konsumsi air pada jam ke-6 sampai jam ke-32. Selanjutnya dilakukan uji

Segala puji hanya milik Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul EFEK SITOTOKSIK

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berhitung bilangan bulat melalui pembelajaran kooperatif dengan menggunakan metode tipe NHT pada siswa kelas IV SD N

penurunan luas hutan dan peningkatan luas kebun campuran mengakibatkan peningkatan koefisien aliran permukaan tahunan (C) dari 48,6% (1991-1995) menjadi 61,6% (2002-2006),

Pada Penulisan Ilmiah ini, penulis memaparkan tentang langkah langkah perancangan sebuah website sederhana dengan menggunakan web programming PHP. Website ini dimodifikasi