• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Asi Pada Ibu Pasca Seksio Sesaria Dengan Bius Regional Di RS. dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemberian Asi Pada Ibu Pasca Seksio Sesaria Dengan Bius Regional Di RS. dr. Pirngadi Medan"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN ASI PADA IBU BERSALIN SEKSIO SESARIA DENGAN BIUS REGIONAL DI RS. DR. PIRNGADI MEDAN

F I T R I A N I

NIM :105102056

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS

KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)
(3)

PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Fitriani

PEMBERIAN ASI PADA IBU PASCA SEKSIO SESARIA DENGAN BIUS REGIONAL Di RS. dr. Pirngadi Medan

x + 44 hal + 5 tabel + 1 skema + 6 lampiran

Abstrak

Persalinan dengan seksio sesaria seringkali menjadi kendala dalam pemberian ASI terutama jika ibu diberikan anastesi umum. Hal ini akibat rahim yang sering berkontraksi karena masih dalam proses kembali ke bentuk semula, juga akibat rasa nyeri yang muncul dari jahitan operasi. Meskipun demikian, menyusui sesering mungkin setelah proses kelahiran dengan seksio sesaria akan meminimalisasi masalah-masalah tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan kemauan dan niat yang besar dari para ibu untuk dapat memberikan ASI, terutama jika ibu diberikan anastesi lokal. Setelah dilakukan penelitian ternyata masih terdapat ibu pasca SC yang dengan bius regional tidak dapat memberikan ASI segera setelah operasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemberian ASI pada ibu bersalin seksio sesaria dengan bius regional di RS Dr Pirngadi Medan Tahun 2011, dengan menggunakan desain deskriptif dan metode cross sectional. Penelitian dilakukan pada Februari – Maret 2011 dengan jumlah sampel adalah 32 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling. Analisis data yang digunakan dengan univariat. Hasil penelitian diperoleh data mayoritas responden mulai memberikan ASI pada hari pertama ( 3 jam postseksio sesaria ) sebanyak 12 responden ( 37,5 % ), dan minoritas responden memberikan ASI pada hari ke - 4 pascaseksio sesaria sebanyak 4 responden ( 12, 5 % ), sedangkan 6 responden ( 18,8% ) menyusui pada ke-3

pascaseksio sesaria dan 10 ( 31, 3% ) responden menyusui pada hari ke-2 pascaseksio sesaria. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa persalinan

dengan seksio sesaria secara fisiologis tidak mempengaruhi proses pemberian ASI apabila ibu menginginkan. Dengan penelitian ini diharapkan kepada pelayanan kebidanan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan khususnya program inisiasi menyusui dini dan pada peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelititian ini dengan jumlah sampel yang lebih besar dan tidak terbatas pada saat responden berada di rumah sakit, agar dapat mengamati pemberian ASI secara ekslusif.

Daftar pustaka : 14 ( 1997 – 2009 )

Kata Kunci : Seksio sesaria, ASI

(4)

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan berkah, rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul ” Pemberian ASI pada ibu bersalin

Seksio sesaria dengan Bius Regional di RS. dr. Pirngadi Tahun 2011 ”. Karya tulis

ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di

Fakultas. Keperawatan Program D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah masih banyak

terdapat kekurangan baik isi maupun sistematika penulisan untuk itu penulis

mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun

untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada

yang terhormat:

1. dr. Dedi Ardinata, M kes selaku dekan fakultas keperawatan Universitas

sumatera Utara

2. Nur Asnah Sitohang, S. Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi D IV

Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. dr. Christoffel L. Tobing, SpOG - K selaku dosen pembimbing karya tulis

ilmiah peneliti yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang

bermanfaat dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

4. dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc.FM, MPd.Ked selaku penguji I karya tulis ilmiah

peneliti yang telah memberikan masukan dan arahan yang bermanfaat dalam

(5)

5. Nur Asnah Sitohang, S. Kep, Ns, M.Kep selaku penguji II karya tulis ilmiah

peneliti yang telah memberikan masukan dan arahan yang bermanfaat dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini.

6. dr. Juliandi selaku dosen pembimbing akademik peneliti.

7. Seluruh Dosen pengajar D-IV Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara

Yang telah banyak mendidik peneliti selama proses perkuliahan dan staf non

akademik Yang membantu memfasilitasi secara administrasi.

8. Teristimewa kepada ibu bapak seluruh keluarga, dan musafir yang telah

memberi dukungan moril dan materi kepada penulis semoga penulis dapat

memberikan yang terbaik berkat doa yang telah diberikan .

9. Kepada direktris Akbid Ika Bina Lab. Batu yang telah memberikan kesempatan

dan kepercayaan kepada penulis untuk mengikuti program studi ini.

10. Teman – teman yang telah memeberikan dukungan dan bantuan kepada peneliti

sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan dengan baik.

Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi

penulis khususnya.

Medan, Juni 2011

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR SKEMA ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

1. Tujuan Umum ... 5

2. Tujuan Khusus ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

1. Bagi Institusi pendidikan ... 6

2. Bagi Lokasi penelitian ... 6

3. Bagi Peneliti ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Seksio sesaria ... 7

(7)

2. Penyebab seksio sesaria ... 7

3. Risiko seksio sesaria ... 8

4. Perawatan post seksio sesaria ... 11

B. Pemberian ASI ... 12

1. Pengertian ASI... 12

2. Fisiologi pengeluaran ASI ... 13

3. Komposisi gizi dalam ASI ... 16

4. Hal – hal yang mempengaruhi produksi ASI ... 16

5. Manfaat ASI ... 17

6. Pemberian ASI dan cara menyusui yang benar ... 18

7. Masalah dalam menyusui ... 20

8. Menyusui setelah operasi seksio ... 20

BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 25

B. Defenisi Operasiosional ... 26

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel ... 27

C. Tempat Penelitian ... 29

D. Waktu Penelitian ... 29

E. Etika Penelitian ... 29

F. Alat Pengumpulan Data ... 30

(8)

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 31

I. Analisis Data ... 32

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 34

B. Pembahasan ... 40

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 46

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi pemberian ASI pada ibu bersalin seksio sesaria

dengan bius regional ... 34

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi pemberian ASI pada ibu bersalin seksio sesaria

dengan bius regional berdasarkan usia ... 35

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi pemberian ASI pada ibu bersalin seksio sesaria

dengan bius regional berdasarkan pendidikan ... 36

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi pemberian ASI pada ibu bersalin seksio sesaria

dengan bius regional berdasarkan paritas ... 37

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi pemberian ASI pada ibu bersalin seksio sesaria

(10)

DAFTAR SKEMA

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Posisi menyusui dengan berbaring ... 19

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar persetujuan menjadi responden

Lampiran 2 Lembar kuesioner

Lampiran 3 Lembar konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 4 Master data penelitian

Lampiran 5 Balasan surat izin penelitian

(13)

PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Fitriani

PEMBERIAN ASI PADA IBU PASCA SEKSIO SESARIA DENGAN BIUS REGIONAL Di RS. dr. Pirngadi Medan

x + 44 hal + 5 tabel + 1 skema + 6 lampiran

Abstrak

Persalinan dengan seksio sesaria seringkali menjadi kendala dalam pemberian ASI terutama jika ibu diberikan anastesi umum. Hal ini akibat rahim yang sering berkontraksi karena masih dalam proses kembali ke bentuk semula, juga akibat rasa nyeri yang muncul dari jahitan operasi. Meskipun demikian, menyusui sesering mungkin setelah proses kelahiran dengan seksio sesaria akan meminimalisasi masalah-masalah tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan kemauan dan niat yang besar dari para ibu untuk dapat memberikan ASI, terutama jika ibu diberikan anastesi lokal. Setelah dilakukan penelitian ternyata masih terdapat ibu pasca SC yang dengan bius regional tidak dapat memberikan ASI segera setelah operasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemberian ASI pada ibu bersalin seksio sesaria dengan bius regional di RS Dr Pirngadi Medan Tahun 2011, dengan menggunakan desain deskriptif dan metode cross sectional. Penelitian dilakukan pada Februari – Maret 2011 dengan jumlah sampel adalah 32 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling. Analisis data yang digunakan dengan univariat. Hasil penelitian diperoleh data mayoritas responden mulai memberikan ASI pada hari pertama ( 3 jam postseksio sesaria ) sebanyak 12 responden ( 37,5 % ), dan minoritas responden memberikan ASI pada hari ke - 4 pascaseksio sesaria sebanyak 4 responden ( 12, 5 % ), sedangkan 6 responden ( 18,8% ) menyusui pada ke-3

pascaseksio sesaria dan 10 ( 31, 3% ) responden menyusui pada hari ke-2 pascaseksio sesaria. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa persalinan

dengan seksio sesaria secara fisiologis tidak mempengaruhi proses pemberian ASI apabila ibu menginginkan. Dengan penelitian ini diharapkan kepada pelayanan kebidanan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan khususnya program inisiasi menyusui dini dan pada peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelititian ini dengan jumlah sampel yang lebih besar dan tidak terbatas pada saat responden berada di rumah sakit, agar dapat mengamati pemberian ASI secara ekslusif.

Daftar pustaka : 14 ( 1997 – 2009 )

Kata Kunci : Seksio sesaria, ASI

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sejak seorang wanita memasuki kehidupan berkeluarga, padanya harus sudah

tertanam suatu keyakinan : ” SAYA HARUS MENYUSUI BAYI SAYA, KARENA

MENYUSUI ADALAH REALISASI DARI TUGAS YANG WAJAR DAN MULIA

DARI SEORANG IBU ” . Sayang sekali keyakinan tersebut, khususnya di kota-kota

besar, kelihatannya sudah mulai luntur. Dewasa ini di Indonesia 80-90 % para ibu di

daerah pedesaan masih menyusui bayinya sampai berumur lebih dari satu tahun,

tetapi terutama di kota-kota besar terlihat adanya tendensi penurunan pemberian Air

susu ibu, yang dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap masyarakat pedesaan.

( Soetjiningsih. 1997. hlm.1 )

Penurunan pemberian atau penggunaan air susu ibu di negara berkembang atau di

pedesaan terjadi karena adanya kecenderungan dari masyarakat untuk meniru sesuatu

yang dianggapnya modern yang datang dari negara yang telah maju atau yang datang

dari kota besar. Bukti-bukti penurunan penggunaan air susu ibu di negara-negara

yang telah maju telah banyak dikemukakan, antara lain di Amerika, pada permulaan

abad ke -20, kira – kira 71 % bayi mendapat air susu ibu sampai umur kurang lebih 6

bulan, sedangkan tahun 1971, angka ini menurun menjadi 25 % pada ibu-ibu dengan

(15)

Singapura pada tahun 1951, pada ibu-ibu dengan sosio – ekonomi sedang dan

baik, 48 % bayi mendapat air susu ibu, sedangkan pada golongan sosio-ekonomi

rendah71 %. Pada tahun 1961 angka tersebut merosot menjadi masing-masing 8%

dan 42%. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari faktor kolostrum ibu

maupun proses persalinan. (Soetjiningsih. 1997 )

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam organik

yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi

bayi. ASI dalam istilah kesehatan adalah dimulai dari proses laktasi. Laktasi adalah

keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi

menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus

reproduksi mamalia termasuk manusia. Masa laktasi mempunyai tujuan

meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak

umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara

alami. ASI diproduksi oleh organ tubuh wanita yang bernama payudara. Komposisi

ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium laktasi. (

Kristiyansari. 2009. hlm. 9 )

Selama kehamilan, mayoritas wanita menunjukkan bahwa mereka berencana

untuk ” mencoba” menyusui. Akan tetapi diberbagai area angka keinginan menyusui

sini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka memulai menyusui. Laporan di

Kanada menyatakan bahwa walaupun saat pranatal sekitar 80% diantara ibu yang

bermaksud menyusui hanya terdapat 30% yang menyusui selama sedikitnya 6 bulan.

Hal yang sama juga ditemukan di Amerika Serikat.Studi WIC Infant Feeding

(16)

bagi wanita, bayi dan anak dari keluarga dengan pendapatan rendah sampai

menengah. Walaupun 50% yang mulai menyusui, namun hanya 46% yang tetap

menyusui setelah beberapa hari postpartum. Hal ini karena partisipan memiliki

sejumlah masalah dalam menyusui meliputi permulaan menyusui yang yang

terhambat setelah melahirkan, pemisahan yang lama pada bayi, dan lain-lain. (

Varney, 2008 )

Pengalaman lain yang berpotensi menghambat proses menyusui pada ibu

postpartum diantaranya : pemberian analgesia dan anestesia selama persalinan dan

persalinan dengan operasi seksio sesaria. Masalah lain yang menghambat proses

menyusui pada ibu yang sering terjadi antara lain, ibu yang melahirkan dengan seksio

sesaria. ( Maryunani, 2009 )

Menurut Manuaba ( 2008, hlm 26 ) Proses persalinan 95% berlangsung secara

fisiologis, namun kadang kala dapat terjadi komplikasi yang memungkinkan ibu

untuk menjalani persalinan seksio sesaria.

Operasi sesaria atau yang sering disebut dengan seksio sesaria itu adalah

melahirkan janin melalui sayatan dinding abdomen ( perut ) dan dinding rahim.

Menurut Bensons dan Pernalls angka kematian pada operasi sesar adalah 40-80 tiap

100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan resiko 25 kali lebih besar

dibanding persalinan pervaginam untuk kasus infeksi mempunyai angka 80 kali lebih

tinggi dibandingkan dengan pesalinan pervaginam. Dan 10% seluruh kematian ibu

akibat anastesi pada saat persalinan. ( Yusmiati & Ahmad. 2007. hlm )

Saat ini operasi sesar sering dianggap sebagai kemajuan tehnologi persalinan

(17)

operasi sesar tidak merasakan sakit. Namun setelah sadar dari pembiusan rasa sakit

akan tumbuh. Persalinan dengan cara ini seringkali menjadi kendala dalam pemberian

ASI terutama jika ibu diberikan anastesi umum. Beberapa penelitian menyimpulkan

bahwa proses melahirkan dengan sesar akan menghambat terbentuknya produksi ASI.

Meskipun demikian, menyusui sesering mungkin setelah proses kelahiran dengan

sesar akan meminimalisasi masalah-masalah tersebut. Bahkan beberapa ibu yang

melahirkan dengan sesar memiliki produksi ASI yang berlimpah. Namun

kenyataannya fenomena di masyarakat masih banyak ditemukan ibu dengan post

mendapat kesulitan menyusui dan merawat bayi meskipun menggunakan anastesi

regional (lokal) . ( Yusmiati & Ahmad.2007 )

Berdasarkan hasil survei yang peneliti lakukan di RS. Dr.Pirngadi Medan, pada

Januari – Oktober 2010 kejadian seksio sesaria berkisar 65 orang, diantaranya belum

dapat memberikan ASI begitu selesai operasi. Berdasarkan latar belakang dan survey

tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran pemberian

ASI pada ibu bersalin seksio sesaria dengan bius regional.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran pemberian ASI pada ibu

bersalin seksio sesaria dengan bius regional di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun

2010.

C. Tujuan Penelitian

(18)

Untuk mengetahui gambaran pemberian ASI pada ibu bersalin seksio sesaria

dengan bius regional di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui frekuensi pemberian ASI pada ibu bersalin seksio sesaria

dengan bius regional di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 berdasarkan

umur

b. Untuk mengetahui frekuensi pemberian ASI pada ibu bersalin seksio sesaria

dengan bius regional di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 berdasarkan

pendidikan

c. Untuk mengetahui frekuensi pemberian ASI pada ibu bersalin seksio sesaria

dengan bius regional di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 berdasarkan

paritas

d. Untuk mengetahui frekuensi pemberian ASI pada ibu bersalin seksio sesaria

dengan bius regional di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 berdasarkan

sumber informasi

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pengetahuan serta

sebagai bahan evaluasi untuk perkembangan ilmu pengetahuan tentang seksio

sesaria dengan pemberian ASI pada ibu yang bersalin.

2. Bagi Lokasi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dan masukan bagi

(19)

anak, khususnya bidan agar memberikan motivasi kepada ibu yang bersalin

dengan seksio sesaria dalam pemberian ASI pasca seksio sesaria.

3. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang pemberian ASI pada

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. SEKSIO SESARIA

1. Pengertian Seksio Sesaria

Operasi sesar menurut Leon J.Dunn, dalam buku Obstetrics and gynecology,

menyebutkan sebagai cesarean section, laparotrachelotomy, atau abdominal delivery.

Dalam bukunya, ia mengartikannya sebagai persalinan untuk melahirkan janin

dengan berat 500 gram atau lebih, melalui pembedahan di perut dengan menyayat

dinding rahim. Istilah sesar sendiri berasal dari bahasa Latin caedere yang artinya

memotong atau menyayat. Tindakan yang dilakukan tersebut bertujuan untuk

melahirkan bayi melalui tindakan pembedahan dengan membuka dinding perut dan

dinding rahim . Persalinan seksio caesarea adalah suatu persalinan buatan di mana

janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan saraf

rahim dalam keadaan utuh serta berat di atas 500 gram. ( Mitayani.2009 )

2. Penyebab Operasi Sesar

Persalinan merupakan upaya melahirkan janin yang ada di dalam rahim ibunya.

Jadi, apabila persalinan harus dilakukan dengan operasi, menurut buku Obstetrics and

Gynecology, ada empat alasan yaitu :

• Untuk keselamatn ibu dan janin

Ketika persalinan harus berlangsung, tidak terjadi kontraksi

(21)

• Bayi dalam keadaan darurat sehingga harus segera dilahirkan, tetapi jalan

lahir tidak mungkin dilalui janin.

Jadi, penyebab dilakukannya operasi pada persalinan sebagai berikut :

• Faktor janin : bayi terlalu besar, kelainan letak bayi, ancaman gawat janin,

janin abnormal, bayi kembar.

Faktor plasenta : Plaseta previa, solusio plasenta, plasenta acreta, vasa

previa

Kelainan tali pusat : Prolapsus uteri, terlilit tali pusat.

Faktor ibu : usia, CPD ( cephalopelvic disproportion ), persalinan

sebelumnya caesar, kelainan kontraksi rahim, ketuban pecah dini, rasa takut

kesakitan.

3. Resiko Operasi Sesar

Operasi sesar sebaiknya dilakukan karena pertimbangan medis, bukan keinginan

pasien yang tidak mau menanggung rasa sakit. Hal ini karena resiko operasi resiko

sesar lebih besar daripada persalinan alami. Demikian teori yang disebutkan dalam

buku Obstetrics and Gynecology. Didalamnya dijelaskan , dalam kondisi ibu dan

bayi yang sehat dan tidak ada kesulitan, bedah sesar memiliki resiko. Misalnya,

kondisi pasien yang tidak dapat diduga sebelumnya. Komplikasi lain yang bisa

bersifat ringan adalah kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari dalam masa nifas,

sedangkan komplikasi berat, seperti peritonitis ( radang selaput perut ), sepsis ( reaksi

umum disertai demam karena kegiatan bakteri, zat-zat yang dihasilkan bakteri atau

kedua – duanya ) atau disebut juga terjadi infeksi puerperial. Infeksi pacsaoperasi

(22)

ada faktor-faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu. Misalnya,

persalinannya berlangsung lama khususnya setelah ketuban pecah, telah diupayakan

tindakan vaginal sebelumnya.

Berikut adalah resiko-resiko yang mungkin dialami oleh wanita yang melahirkan

dengan operasi yang dapat mengakibatkan cedera pada ibu maupun bayi, diantaranya

:

1. Alergi

Biasanya, resiko ini terjadi pada pasien yang alergi terhadap obat tertentu. Pada

awalnya, yaitu waktu pembedahan, segalanya bisa berjalan lancar sehingga bayi pun

lahir dengan selamat. Namun, beberapa jam kemudian ketika dokter sudah pulang,

obat kemudian baru bereaksi sehingga jalan pernapasan pasien dapat tertutup.

Obat-obatan yang dikonsumsi ibu lebih banyak dikonsumsi pada ibu cesar dibandingkan

dengan persalinan normal. Jenis obat-obatan ini bergam, mulai dari antibiotik, obat

untuk pembiusan, penghilang rasa sakit, serta beberapa cairan infus. Oleh karena itu,

biasanya sebelum operasi akan ditanyakan kepada pasien apakah mempunyai alergi

tertentu.

2. Perdarahan

Perdarahan dapat menghasilkan terbentuknya bekuan-bekuan darah pada

pembuluh darah balik di kaki dan rongga panggul. Oleh karena itu, sebelum operasi,

seorang wanita harus melakukan pemeriksaan darah lengkap. Salah satunya untuk

mengetahui masalah pembekuan darahnya. Selain itu, perdarahan banyak bisa timbul

pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteria uteria ikut terbuka atau karena

(23)

mendadak, kalau perdarahan tidak dapat diatasi, kadang perlu tindakan histerektomi,

terutama pada kasus atonia uteri yang berlanjut.

3. Cedera pada organ lain

Jika tidak dilakukan secara hati-hati, kemungkinan pembedahan dapat

mengakibatkan terlukanya organ lain, seperti rektum atau kandung kemih.

Penyembuhan luka bekas bedah sesar yang tidak sempurna dapat menyebabkan

infeksi pada organ rahim atau kandung kencing. Selain itu, dapat juga berdampak

pada organ lain dengan menimbulkan perlekatan pada organ-organ di dalam rongga

perut untuk kehamilan resiko tinggi yang memerlukan penanganan khusus.

4. Parut dalam rahim

Seorang wanita yang telah mengalami pembedahan akan memiliki parut dalam

rahim. Oleh karena itu, pada tiap kehamilan serta persalinan berikutnya ia

memerlukan pengawasan yang cermat sehubungan dengan bahaya ruptura uteri,

meskipun jika operasi dilakukan secara sempurna resiko ini sangat kecil terjadi.

Sebenarnya, apabila hal ini terjadi termasuk komplikasi dalam persalinan dengan

operasi.

5. Demam

Kadang-kadang, demam setelah operasi tidak bisa dijelaskan penyebabnya,

namun kondisi ini bisa terjadi karena infeksi.

6. Mempengaruhi Produksi ASI

Efek pembiusan bisa mempengaruhi produksi ASI jika dilakukan pembiusan total

( narkose ). Akibatnya, kolostrum ( air susu yang pertama kali ) tidak bisa dinikmati

(24)

dilakukan dengan pembiusan regional ( misalnya spinal ) tidak banyak

mempengaruhi produksi ASI.

4. Perawatan Pascaoperasi

a. Di ruang rawatan.

Persalinan yang dilakukan dengan operasi membeutuhkan rawat inap yang lebih

lama dirumah sakit. Hal ini tergantung cepat lambatnya kesembuhan ibu akibat

proses pembedahan, biasanya membutuhkan waktu sekitar 3-5 hari setelah operasi.

Pada hari ke - 5, apabila tidak ada komplikasi ibu diperbolehkan pulang kerumah.

Beberapa hal yang dilakukan di Rumah Sakit adalah :

1. Pemeriksaan yang dilakukan selama di rumah sakit adalah : pengukuran

denyut jantung dan tekanan darah, pemeriksaan lokia, air seni, tes darah,

mengganti perban, mengukur suhu tubuh, membersihkan tali pusat.

2. Efek pembiusan

Jika pasien mendapat bius epidural maka efek biusnya kecil, sedangkan

apabila menggunakan anestesi spinal, tungkai bawah akan terasa kebas / baal,

tidak dapat digerakkan selama beberapa jam. Namun apabila operasi

menggunakan anestesi umum biasanya pasien akan mengantuk

3. Pemenuhan cairan dengan Infus serta makan, minum

4. Perawatan bekas luka

5. Bangun dan menggerakkan tubuh

Bangun dan menggerakan tubuh

Gerakan tubuh akan membantu ibu memperoleh kembali kekuatan dengan

(25)

bisa sampai buang gas. Aktifitas ini juga membantu mempercepat

organ-organ tubuh kembali bekerja seperti semula, meskipun demikian ibu harus

tetap berada di dalam jam selama 6 jam pertama setelah operasi ini ibu pada

saat ini gerak tubuh mulai dapat dilakukan ibu seperti : menggerakkan lengan,

tangan, kaki, dan jari – jari. namun apabila gerakan ini berat paling tidak 12

jam setelah operasi ibu dapat menggerakkan kaki dan tungkai. Berawal dari

sini ibu muIai dapat duduk pada jam ke – 8 sampai ke 12 setelah operasi. I bu

dapat berjalan apabila mampu pada 24 jam setelah operasi.

6. Mengurangi rasa sakit

7. Istirahat

8. Membersihkan diri ( Kasdu. 2003 )

B. ASI

1. Pengertian ASI

ASI dalam istilah kesehatan adalah dimulai dari proses laktasi. Laktasi adalah

keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di produksi sampai proses bayi

menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus

reproduksi mamalia termasuk manusia. Masa laktasi mempunyai tujuan

meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak

umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara

alami. ASI diproduksi oleh tubuh wanita yang bernama payudara. ( Kristiyansari.

2009. hlm. 1 )

(26)

Pengeluran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek antara rangsangan

mekanik, sarf dan bermacam – macam hormon. Pengaturan hormon terhadap

pengeluaran ASI dapat dibedakan 3 bagian yaitu :

a. Pembentukan kelenjar payudara

Sebelum Pubertas

Duktus primer dan sekunder sudah terbentuk pada masa fetus. Mendekati

pubertas terjadi pertumbuhan yang cepat dari sistem duktus terutama di bawah

pengaruh hormon estrogen sedangkan pertumbuhan alveoli oleh hormon progesteron.

Hormon yang juga berperan dalam pertumbuhan kelenjar payudara adalah prolaktin

yang dikeluarkan oleh kelenjar adenohipofise ( hipofise anterior ). Hormon yang

kurang perannannya adalah hormon kelenjar adrenalin, tiroid, paratiroid, dan

hormon pertumbuhan.

Masa pubertas

Pada masa ini terjadi pertumbuhan percabangan – percabangan sistem duktus,

proliferasi dan kanalisasi dari unit – unit lobuloalveolar yang terletak pada ujung –

ujung distal duktulus, jaringan penyangga stroma mengalami organisasi dan

membentuk septum interlobular.

Masa siklus menstruasi

Perubahan – perubahan kelenjar payudara wanita dewasa berhubungan dengan

siklus menstruasi dan perubahan – perubahan hormonal yang mengatur siklus

tersebut seperti estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum. Bila

kadar hormon ini meningkat maka akan terjadi edema lobulus, penebalan dari basal

(27)

payudara berat dan penuh, setelah menstruasi di mana kadar estrogen dan

progesteron berkurang yang berperan hanya prolaktin saja, terjadi degenerasi dari sel

– sel kelenjar air susu beserta jaringan yang mengalami proliferasi, edema berkurang

sehingga besarnya payudara berkurang namun tidak kembali seperti besar

sebelumnya. Hal ini menyebabkan payudara selalu bertambah besar pada tiap siklus

ovulasi mulai dari permulaan tahun menstruasi sampai umur 30 tahun.

Masa kehamilan

Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari duktulus yang

baru, percabangan – percabangan dan lobulus, yang dipengaruhi oleh hormon –

hormon plasenta dan korpus luteum. Hormon – hormon yang ikut membantu

mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen plasenta, korionik

gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon paratiroid, hormon

pertumbuhan

Pada 3 bulan kehamilan

Prolakin dari adenohipofise ( hipofise anterior ) mulai merangsang kelenjar air

susu untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum. Pada masa ini pengeluaran

kolostrum masih dihambat oleh estrogen dan progesteron, tetapi jumlah prolaktin

meningkat hanya aktifitas dalam pembuatan kolostrum yang ditekan.

Pada trimester kedua kehamilan

Laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan kolostrum. Keaktifan

dari rangsangan hormon – hormon terhadap pengeluaran air susu telah

(28)

bulan dimana bayinya meninggal, tetap keluar kolostrum. ( Soetjeningsih. 1997.

hlm.6 )

b. Pembentukan air susu

Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI biasanya

belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yaang tinggi. Pada hari

kedua atau ketiga pascapersalinan, kadar estrogen dan progesteron turun drastis,

sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi

ASI, dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah

prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancar. Dua refleks pada ibu

yang sangat penting dalam proses laktasi, refleks prolaktin dan refleks aliran timbul

akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi.

c. Pemeliharaan pengeluaran air susu

Dalam pemeliharaan pengeluaran ASI sangat diperlukan hormon prolaktin dan

oksitosin yang akan diatur oleh hipotalamus dan hipofise. Pada saat menyusui

memerlukan pembuatan dan pengeluaran air susu dari alveoli ke sistem duktus, bila

sus tidak dikeluarkan akan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang

menyebabkan terlambatnya proses menyusui. Bila kekuatan bayi menghisap,

frekuansi, dan waktu menyusui berkuarng berarti pelepasan prolaktin dan hipofise

berkurang, sehingga pembuatan air susu berkurang, oleh karena itu diperlukan kadar

prolaktin yang cukup untuk mempertahankan pengeluaran air susu mulai sejak

minggu pertama kelahiran.

(29)

Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium

laktasi, komposisi ASI menjadi 3 macam :

a. Kolostrum

ASI yang dihasilkan pada hari ke pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir.

Kelebihan kolostrum diantaranya sebagai pembersih selaput usus BBL, mengandung

kadar protein dan zat antibodi.

b. ASI masa transisi

ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai kesepuluh.

c. ASI mature

ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya.

4. Hal – hal yang mempengaruhi produksi ASI

Pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550 – 1000 ml / hari.

Jumlah ASI tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :

• Makanan

• Ketenangan jiwa dan fikiran

• Penggunaan alat kontrsepsi

• Perawatan payudara

• Anatomis payudara

• Fisiologi

• Faktor istirahat

• Faktor isapan anak

• Faktor obat - obatan

(30)

Manfaat pemberian ASI bagi bayi adalah :

1. Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik

2. Mengandung antibodi

3. ASI mengandung komposisi yang tepat

4. Mengurangi kejadian karies dentis

5. Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan

bayi

6. Terhindar dari alergi

7. ASI meningkatkan kecerdasan bayi

8. Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena

gerakan menghisap mulut bayi pada payudara.

Manfaat bagi ibu

1. Aspek kontrasepsi, pemberian ASI memberikan 98 % metode kontrasepsi

yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiranbila diberikan hanya

ASI saja (eksklusif ).

2. Aspek kesehatan ibu,dengan menyusui akan membantu involusi uterus dan

mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan,mengurangi prevalensi

anemia dan mencegah kanker.

3. Aspek penurunan berat badan

4. Aspek psikologik

Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua

manusia.

(31)

Pemberian ASI atau menyusui hendaknya dilakukan seketika setelah bayi baru

lahir atau yang dikenal dengan nama Inisiasi Menyusu Dini. Adapun proses menyusui

yang baik dan benar adalah :

• Biarkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama beberapa jam

pertama.

• Bayi harus ditempatkan dekat dengan ibunya dikamar yang sama

(rawat gabung ).

• Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin. ( Prasetyono Dwi Sunar.2005 )

Cara menyusui

Memberikan ASI dalam suasana yang santai bagi ibu dan bayi, selama beberapa

minggu pertama, bayi perlu diberi ASI setiap 2,5 – 3 jam sekali. Menjelang akhir

minggu keenam kebutuhan bayi akan ASI setiap 4 jam sekali, jadwal ini baik sampai

bayi berumur antara 10 -12 bulan. Pada usia ini sebagian besar bayi tidur sepanjang

malam sehingga tidak perlu lagi memberi makan dimalam hari.

Posisi Menyusui

• Ibu harus mencari posisi yang nyaman, biasanya duduk tegak di tempat tidur atau

kursi. Ibu harus merasa rileks.

• Untuk menghindari rasa nyeri di perut saat menyusui usahakan untuk tidak

menyentuh daerah bekas operasi ibu bisa menyusui sambil berbaring miring (

apabila belum sanggup duduk ) atau membaringkan bayi di atas bantal kemudian

dipangkukan . ( POGI. 2008 )

(32)

Ini merupakan posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali

atau bila ibu merasa lelah atau nyeri

( Gambar 1. Sumber : Panduan lengkap kebidanan )

2. Duduk

Penting untuk memberikan topangan atau sandaran pada punggung ibu dalam

posisinya tegak lurus ( 90 0 ) terhadap pangkuannya. Hal ini dapat dilakukan dengan

duduk bersila di tempat tidur atau di lantai atau duduk di kursi. Berikut beberapa

posisi menyusui

( Gambar 2. Sumber : Panduan lengkap kebidanan )

7. Masalah dalam menyusui

a. Pada masa antenatal, masalah dalam hal ini adalah puting susu tidak menonjol.

Secara umum hal ini sebenarnya tidak menjadi masalah besar dan ibu masih

dapat menyusui bayinya. Dan upaya selama antenatal umumnya kurang berfadah.

(33)

• Masalah-masalah pada payudara: puting susu lecet, payudara bengkak, abses

payudara

• Ibu terserang penyakit

• Menyusui sambil minum obat

• Bayi kembar

• Bedah caesar

• Air susu mengalir ke saluran air susu

Gangguan epidural dan tulang belakang.

8. Menyusui setelah operasi seksio

Ibu yang menyusui dengan cara operasi sesar, seringkali sulit menyusui bayinya

segera setelah lahir. Hal ini akibat rahim yang sering berkontraksi karena masih

dalam proses kembali ke bentuk semula, juga akibat rasa nyeri yang muncul dari

jahitan operasi. Oleh karena itu dibutuhkan kemauan dan niat yang besar dari para ibu

untuk dapat memberikan ASI. Perasaan ini akan sangat membantu kelancaran proses

menyusui. Terutama jika diberikan anestesi umum, ibu relatif tidak sadar untuk

mengurus bayinya dijam pertama setelah bayi lahir. Kondisi luka operasi dibagian

perut relatif membuat proses menyusui sedikit terhambat.sementara itu bayi mungkin

mengantuk dan tidak responsif untuk menyusui, terutama jika ibu mendapatkan

obat-obatan penghilang sakit sebelum operasi. Kapan umumnya ibu dapat memberikan

ASI setelah melahirkan dengan operasi ? Begitu ibu merasa siap, sebenarnya sudah

bisa langsung menyusui bayinya. Kecuali, apabila ibu baru saja pulih dari pembiusan

total atau bila bayi memerlukan perawatan khusus. Seandainya sampai 12 jam setelah

(34)

air susu pertama ibu sehingga bayi memperoleh kolostrum. Beberapa hal yang yang

perlu dicermati dalam penyusuan setelah mengalami bedah sesar, hal tersebut adalah

sebagai berikut :

a. Tenggang waktu sebelum menyusui.

b. Memosisikan bayi senyaman mungkin.

c. Ketika dibius total saat menjalani bedah sesar, kemungkinan ada tenggang

waktu sebelum ibu pulih.

d. Suami harus mengetahui bahwa bayi tidak boleh diberi susu formula

e. Bayi diletakkan di dada ibu agar bayi segera menyusu kepada ibu, smakin

cepat ibu menyusu maka semakin baik pula pertumbuhan dan perkembangan

bayi.

f. Ibu boleh meminta tolong kepada orang lain untuk meletakkan bayinya diatas

dada ibu. Ibu mungkin merasa sangat sulit miengangkat bayi tanpa bantuan

orang lain,hal ini karena otot-otot perut telah dibedah saat operasi.

g. Ibu dapat meminta bantuan orang lain dengan bel pemanggil.

h. Ibu bisa memosisikan bayi dibawah lengan saat kedua lengan dan kaki ibu

tertekuk kedalam bila ibu merasa tidak nyaman memangku bayi.

i. Apapun posisi ibu yang dipilih, hendaknya ibu menggun akan bantal sebagai

tumpuan.

j. Ibu dapat meminta bantuan kepada bidan atau ahli fisioterapi obstetri untuk

menunjukkan cara duduk dan beralik dari satu sisi ke sisi yang lain.

(35)

Beberapa keadaan yang dapat menyertai pasca persalinan caesar yang dapat

mempengaruhi ASI baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain :

• Pengaruh obat – obatan yang diterima untuk prosedur operasi maupun pasca

operasi

• Perlunya waktu yang lebih untuk pemulihan kondisi ibu pascaoperasi (

mislnya rasa sakit ).

Hal ini diikuti dengan kesiapan jasmani untuk menyusui dan merawat bayi karena

biasanya ibu akan menemui kesulitan untuk memperoleh posisi yang baik dan

nyaman saat menyusui.

• Psikologi ibu yang seringkali gagal.

• ASI pascapersalinan caesar kadang diproduksi lebih lambat, tetapi ASI akan

segera keluar setelah beberapa hari pasca persalinan.

Tips untuk dapat menyusui pasca persalinan sesar adalah :

1. Diskusikan segala sesuatu tentang prosedur operasi

2. Carilah klinik / RS yang pro-ASI

3. Sesegera mungkin ( as soon as ) possible untuk memberikan ASI

4. Meminta agar bias rooming – in

5. Menyusui sesering mungkin

6. Carilah posisi yang benar dan nyaman

7. Mintalah dukungan orang lain ( suami dan keluarga )

8. Berdoa dan yakinlah bahwa ibu dapat memberikan ASI pada buah hati.

(Askep – Askeb, 2010, ¶ 2 )

(36)

1. Memiliki kebijakan tertulis tentang menyusui yang dikomunikasikan secara

rutin kepada semua staf perawatan kesehatan.

2. Memberi semua staf perawatan kesehatan latihan keterampilan yang

dibutuhkan untuk menerapkan kebijakan ini.

3. Memberi tahu manfaat dan penatalaksanaan menyusui kepada semua wanita

hamil.

4. Membantu para wanita untuk mulai menyusui sekitar setengah jam sesudah

melahirkan.

5. Menunjukkan cara menyusui dan cara mempertahankan pasokan ASI kepada

para wanita bahkan pada situasi dimana mereka harus dipisahkan dari

bayinya.

6. Tidak memberi makanan dan minuman kepada bayi yang baru lahir selain

ASI kecuali ada kebutuhan medis.

7. Mempraktikkan kebijakan ibu dan bayi bersama – sama dalam satu ruangan

selama 24 jam sehari.

8. Mendorong para wanita untuk menyusui sesuai kehendak bayinya.

9. Tidak memberikan puting tiruan atau dot pada bayi yang disusui.

10. Mendukung dibentuknya kelompok pendukung menyusui dan merujuk para

wanita ke kelompok ini saat meraka dipulangkan dari rumah sakit atau klinik.

(37)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL A. Kerangka konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan gambaran pemberian ASI pada

ibu seksio sesaria dengan bius regional. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka kerangka

konsep dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Skema 1. Kerangka konsep Pemberian ASI pada ibu

pasca SC dengan bius regional

Pemberian ASI mencakup - Umur

- Pendidikan - Paritas

(38)

B. Definisi operasional

operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala 1. Pemberian

Kuesioner Checklist 1.Menyusui hari ke 1

Kuesioner Checklist 1.< 20 tahun 2.20-35 tahun

Kuesioner Checklist 1.SD 2.SMP

Kuesioner Checklist 1.Ada 2.Tidak ada

(39)

sumber informasi 5. Paritas Proses

pemberian air susu oleh ibu yang bersalin dengan seksio sesaria segera setelah bayi lahir,

berdasarkan paritas

Kuesioner Checlist 1. Primipara 2. Sekundipara 3. Multipara 4. Grandemulti

para

(40)

BAB IV

METODE PENELITIAN A Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui frekuensi pemberian ASI pada ibu yang bersalin seksio sesaria dengan bius

regional. ( Arikunto, 2007, hal, 247 ). .

B Populasi dan Sampel penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. ( Salamah Ummi & Suyanto, 2009,

hal 40 ). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu postseksio sesaria di RS.

Pirngadi Medan Periode Januari 2010 sampai Oktober 2010 sebanyak 65 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari

karakteristik yang dimiliki oleh populasi ( Hidayat. 2007.hal. 60 ). Pengambilan sampel

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah secara Purposive Sampling ( sampel

bertujuan ) yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh

peneliti ( Hidayat. 2007 ). Tehnik ini dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan

didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.

Tekhnik ini juga dilakukan karena beberapa pertimbangan seperti keterbatasan waktu,

(41)

Arikunto. 2006. hal. 139-140 ). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang

mengalami operasi dengan bius regional, untuk menentukan besarnya sampel

digunakan rumus

n = N 1 + N ( e ) 2

Keterangan :

N : Jumlah populasi yakni 35

n : Jumlah sampel

e : Tingkat kepercayaan yang diinginkan yahni 0,05 ( Notoatmodjo. 2005. hal 92 )

n = 35

1 + 35 ( 0,05 ) 2 = 32,2

Maka sampel dalam penelitian ini adalah 32

C Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RS DR.Pirngadi Medan dengan alasan rumah sakit ini

memberikan pelayanan kebidanan seksio sesaria dengan bius regional dan tidak

memberikan ASI segera setelah lahir.Selain daripada itu RS. DR. Pirngadi merupakan

salah satu lahan praktek klinik bagi peneliti sehingga lebih mudah dalam melakukan

penelitian nantinya.

D Waktu Penelitian

(42)

E Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian jika yang menjadi subjek penelitian adalah

manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia.

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut :

1. Informed Consent, merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden

penelitian dengan memeberikan lembar persetujuan.

2. Anonimity ( Tanpa nama )

3. Kerahasiaan ( Confidentiality ) ( Hidayat. 2007. hal.92 )

Sama halnya dengan penelitian ini, sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu

peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Ketua Program D – IV Bidan

Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, mengajukan permohonan

izin penelitian kepada Direktur RS.dr. Pirngadi Medan, sedangkan kepada ibu

postoperasi caesar sebagai responden, peneliti menjelaskan manfaat dan tujuan serta

memberitahukan bahwa tidak ada pengaruh negatif yang akan terjadi selama dan

sesudah pengumpulan data. Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan

nama responden pada lembar kuesioner. Data yang diperoleh semata – mata digunakan

demi perkembangan ilmu pengetahuan serta tidak dipublikasikan pada pihak lain.

Selanjutnya, setelah responden memahami, menerima maksud dan tujuan penelitian,

maka responden secara sukarela menandatangani lembar persetujuan , dan mengisi

kuisioner. Kemudian peneliti memeriksa kembali kuisioner yang telah diisi oleh

responden untuk memastikan semua data lengkap dan tidak ada kesalahan dalam

(43)

F Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

dan dipermudah olehnya ( Arikunto. 2009. hal.101 ). Dalam penelitian ini instrumen

yang digunakan adalah :

1. Kuesioner Penelitian

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal – hal yang ia

ketahui. ( Arikunto. 2006. hal. 151 ). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat

pengumpul data berupa formulir data demografi dan kuisioner Seksio sesaria dengan

pemberian ASI.

a. Data Demografi

Data karakteristik yang harus dilengkapi oleh rresponden meliputi umur, alamat,

agama, suku, pendidikan, pekerjaan, indikasi seksio sesarea, jenis anastesi.

b. Kuisioner Gambaran Pemberian ASI pada ibu yang bersalin seksio sesaria dengan

bius regional

c. Instrumen ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka untuk

mengetahui Gambaran Pemberian ASI pada ibu yang bersalin seksio sesaria dengan

bius regional yang berisi pertanyaan-pertanyaan tertutup dengan menggunakan skala

nominal dengan pilihan jawaban ya atau tidak. Bila jawaban ya diberi nilai 1 dan 0

(44)

G Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas tidak dilakukan pada penelitian ini, karena kuesioner

telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan mendapat persetujuan

pembimbing sehingga tidak tidak dilakukan uji.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder, data

primer diperoleh langsung dari responden melalui kuisioner, sedangkan data sekunder

diperoleh dari dokumen-dokumen dan catatan rekam medik di RS. Dr. Pirngadi Medan.

Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh penelliti dengan langkah – langkah :

1. Mengajukan surat izin penelitian dari program studi D – IV Bidan Pendidik Fak.

Keperawatan Sumatera Utara Medan.

2. Mengajukan izin penelitian dari direktur. RS. DR. Pirngadi Medan dr. Dewi

Fauziah Syahnan, Sp THT

3. Mengajukan izin penelitian kepada kepala SMF Obgyn

4. Mengajukan izin penelitian dari SMF Obgyn kepada kepala ruangan V

5. Setelah mendapat izin kepala ruangan, peneliti menyebarkan kuisioner yang

dibagikan kepada responden mengenai seksio sesaria dan pemberian ASI. Setelah

diberi penjelasan tentang cara pengisian kuisioner, kuisioner diisi langsung oleh

responden pada saat itu juga, apabila peneliti tidak menemukan responden peneliti

meminta bantuan salah seorang KOAS obgyn untuk memberi informasi apabila ada

pasien ( responden post SC ).

6. Dan setelah kuesioner selesai diisi lalu dikumpulkan kembali dan bila terdapat

(45)

I. Analisis Data

Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, paling tidak ada 4

tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui, yaitu :

1. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan pengisian formulir atau kuisioner

dimana harus lengkap, jelas, relevan, dan konsisten.

2. Koding

Koding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka / bilangan. Kegunaan dari koding adalah untuk mempermudah pada saat

analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data

3. Processing

Setelah semua isian kuisioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah melewati

pengkodingan, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat

dianalisis pemprosesan yang dilakukan peneliti adalah dengan sistem komputerisasi.

4. Cleaning

Cleaning ( pembersihan data ) merupakan pengecekan kembali data yang sudah

sudah di – entry apakah ada kesalahan atau tidak ( Hastono. 2001 ).

Analisa data hasil penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian. Analisa data

dilakukan dengan univarat yaitu dilakukan untuk mengetahui gambaran distribusi

(46)
(47)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Dari hasil penelitian gambaran pemberian ASI pada ibu bersalin post seksio sesaria

di RS. Dr. Pirngadi Medan tahun 2011 teradapat 32 responden dan dapat dilihat hasil

penelitian berikut:

TABEL 5. 1

Karakteristik Responden Pemberian ASI pada Ibu Bersalin Seksio Sesaria dengan Bius

Regional di RS. DR. Pirngadi Medan

Karakteristik Frekuensi Presentasi ( % )

(48)

Berdasarkan tabel 5.2 mayoritas responden mulai memberikan ASI pada hari pertama (

3 jam post seksio sesaria ) sebanyak 12 responden ( 37,5 % ), dan minoritas responden

memberikan ASI pada hari ke - 4 post seksio sesaria sebanyak 4 responden ( 12, 5 %

), sedangkan 6 responden ( 18,8 % ) menyusui pada ke-3 post seksio sesaria dan 10 (

31,3 % ) responden menyusui pada hari ke-2 post seksio sesaria

TABEL 5. 2

Distribusi Pemberian ASI pada Ibu Bersalin Seksio Sesaria dengan Bius Regional di RS.

DR. Pirngadi Medan

Menyusui Jumlah %

Segera setelah lahir ( 3 jam post SC ) 12 37,5

2 hari post sc 10 31,3

3 hari post sc 6 18,8

4 hari post sc 4 12,5

Total 32 100,0

(49)

Dari tabel 5.3 tersebut diketahui bahwa responden terbanyak berusia diantara 20 – 35

tahun sebanyak 22 responden ( 68,8 %) , dan diantara responden berusia < 20 tahun

mayoritas menyusui pada hari ke - IV sebanyak 3 responden ( 9,4% ), pada usia 20 – 35

tahun mayoritas menyusui pada hari ke – II sebanyak 10 responden ( 31,3 %), dan pada

usia > 35 tahun mayoritas menyusui pada hari pertama post SC sebanyak 4 ( 12,5 )

responden.

TABEL 5.3

Distribusi Pemberian ASI pada Ibu Bersalin Seksio Sesaria dengan Bius Regional di RS.

DR. Pirngadi Medan Berdasarkan Usia

(50)

Dari tabel 5.4 diketahui bahwa responden terbanyak berpendidikan SMA sebanyak 11

responden ( 34,4 %) , dan diantara responden berpendidikan SD mayoritas menyusui

pada hari ke – I dan II sebanyak 2 responden ( 6,3 % ), pada pendidikan SMP mayoritas

menyusui pada hari ke – II dan IV sebanyak 3 responden ( 9,4 %), pada pendidikan

SMA mayoritas menyusui pada hari pertama sebanyak 7 responden ( 21,9 % ) , dan

dengan pendidikan perguruan tinggi mayoritas menyusui pada hari ke – 3 post SC

sebanyak 3 ( 9,4 ) responden.

TABEL 5.4

Distribusi Pemberian ASI pada Ibu Bersalin Seksio Sesaria dengan Bius Regional di RS.

DR. Pirngadi Medan berdasarkan Pendidikan

(51)

Dari tabel 5.5 tersebut diketahui bahwa responden terbanyak pada paritas multipara

sebanyak 12 responden ( 37,5%) , dan di antara responden primipara mayoritas

menyusui pada hari ke – II sebanyak 4 responden ( 12,5 % ), pada sekundipara

mayoritas menyusui pada hari ke – I sebanyak 4 responden ( 12,5 %), pada multipara

mayoritas menyusui pada hari ke –I dan II sebanyak 4 responden ( 12,5 % ) , dan pada

grandemultipara mayoritas menyusui pada hari ke – 2 post SC sebanyak 2 responden

( 6,3 % ).

TABEL 5.5

Distribusi Pemberian ASI pada Ibu Bersalin Seksio Sesaria dengan Bius Regional di RS.

DR. Pirngadi Medan Berdasarkan Paritas

(52)

Dari tabel 5.6 tersebut diketahui bahwa responden terbanyak mendapatkan informasi

sebanyak 25 responden ( 78,1 %) , dan diantara responden yang mendapat informasi

mayoritas menyusui pada hari ke – I sebanyak 11 responden ( 34,4 % ), dan pada

responden yang tidak mendapat informasi mayoritas menyusui pada hari ke – II dan IV

sebanyak 3 responden ( 9,4 %).

TABEL 5.6

Distribusi Pemberian ASI pada Ibu Bersalin Seksio Sesaria dengan Bius Regional di RS.

DR. Pirngadi Medan Berdasarkan Sumber Informasi

Sumber

informasi

Menyusui

hari I

Menyusui

hari II

Menyusui

hari III

Menyusui

hari IV

Jumlah

F % F % F % F % f %

Ada 11 34,4 7 21,9 6 18,8 1 3,1 25 78,1

Tidak ada 1 3,1 3 9,4 0 0 3 9,4 7 21,9

(53)

B. PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai gambaran pemberian ASI pada ibu

bersalin seksio sesaria di RS DR Pirngadi Medan tahun 2011 dikemukakan adanya

variasi pemberian ASI berdasarkan umur, pendidikan, sumber informasi dan paritas.

1. Pemberian ASI

Berdasarkan tabel tersebut mayoritas responden mulai memberikan ASI pada hari

pertama ( 3 jam post seksio sesaria ) sebanyak 12 responden ( 37,5 % ), dan minoritas

responden memberikan ASI pada hari ke - 4 post seksio sesaria sebanyak 4 responden

( 12, 5 % ), sedangkan 6 responden ( 18,8 % ) menyusui pada ke-3 post seksio sesaria

dan 10 ( 31,3 % ) responden menyusui pada hari ke-4 post seksio sesaria.

Menurut Kristyansari (2009 ) Ibu yang menyusui dengan cara operasi sesar,

seringkali sulit menyusui bayinya segera setelah lahir. Hal ini akibat rahim yang sering

berkontraksi karena masih dalam proses kembali ke bentuk semula, juga akibat rasa

nyeri yang muncul dari jahitan operasi. Oleh karena itu dibutuhkan kemauan dan niat

yang besar dari para ibu untuk dapat memberikan ASI. Hal ini dapat dilihat berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukan mayoritas ibu post seksio sesaria menyusui pada hari

pertama setelah 3 jam post SC, dan masih banyak terdapat ibu yang menyusui setelah 3

hari post SC, yang secara fisiologis menurut Prasetyo ( 2009 ), menyebutkan pada dua

hari pertama setelah kelahiran bayi produksi ASI belum banyak, sehingga jangan

biarkan bayi menghisap puting terlalu lama guna menghindarkan rasa sakit pada puting.

Dan pada hari ke 3 bayi dapat menyusui selama 15-20 menit setiap kali menyusui

(54)

Berdasarkan data tersebut peneliti berasumsi bahwa persalinan dengan seksio

sesaria secara fisiologis tidak mempengaruhi proses pemberian ASI apabila ibu

menginginkan.

Namun pemberian ASI pada ibu post SC ini terbatas pada beberapa hal diantaranya :

tenggang waktu, jenis pembiusan, obat yang di konsumsi dan fasilitas rooming – in

tempat pelayanan.

2. Pemberian ASI Berdasarkan Umur

Dari data pada tabel mayoritas ibu memberikan ASI pada hari kedua post SC

sebanyak 10 responden ( 31,3 % ) pada usia 20 – 35 tahun, dan minoritas

memberikan ASI pada hari ke IV sebanyak 1 responden ( 3,1 % ) pada usia > 35

tahun.

Menurur Soetjoningsih bahwa pemberian ASI di pengaruhi oleh kesiapan dan

keinginan ibu untuk menyusui, dan menurut Notoatmodjo tahun 2003 bahwa usia

mempengaruhi kematangan dan cara berfikir seseorang. Semakin tua umur

seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik. Begitu pula

dikemukakan oleh Prasetyo ( 2009 ) usia ibu saat mengandung dan menyusui juga

turut berpengaruh terhadap produksi ASI. Pada umumnya ibu yang berumur 19-23

tahun menghasilkan ASI yang lebih banyak dibandingkan ibu yang berusia 30 – an.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh soetjoningsih dan

Notoatmodjo, hal ini dapat dilihat dari data mayoritas ibu dengan usia muda < 20

tahun belum siap memberikan ASI pada hari pertama dibandingkan dengan ibu post

SC dengan usia > 35 tahun. Ini menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori dan

hasil penelitian yang dilakukan, sehingga menurut asumsi peneliti bahwa

(55)

3. Pemberian ASI Berdasarkan Pendidikan

Dari data pada tabel mayoritas ibu memberikan ASI pada hari pertama post SC

sebanyak 7 responden ( 21,9 % ) pada tingkat pendidikan terakhir SMA dan

minoritas pada hari ke IV pada tingkat pendidikan terakhir SD.

Menurut Mc. Charty & Maine ( 1992 ) dalam FKM – UI 1999 mengemukakan

bahwa wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan

kesehatan dirinya dan keluarga.

Hal ini sejalan dengan penelitian Suryani ( 2006 ) mengungkapkan bahwa tingginya

tingkat pendidikan ibu berdampak positif terhadap pemberian ASI .

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Mc. Charty

menunjukkan bahwa tingkat pendidikan seseorang berperan dalam pemberian ASI.

Menurut asumsi peneliti bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi sikap dan prilaku

serta cara pemahaman mengenai pemberian ASI, hal ini karena ibu dapat

memperoleh berbagai informasi baik sewaktu masa pendidikan maupun sumber

lainnya, sesuai dengan teori yang dikemukan notoadmodjo tingkat pendidikan akan

mempengaruhi seseorang dalam menerima informasi sehingga banyak pula

pengetahuan yang dimiliki mengenai pemberian ASI.

4. Pemberian ASI Berdasarkan Paritas

Dari data pada tabel mayoritas ibu memberikan ASI hari pertama pada ibu

sekundipara dan multipara sebanyak 4 responden ( 12,5 % ), dan minoritas pada hari

ke empat.

Menurut hasil penelitian Suryani ( 2006 ) prilaku manusia dipengaruhi oleh

(56)

Seorang ibu yang telah pernah melahirkan akan lebih berpengalaman dalam

memberikan ASI kepada bayi dibanding ibu yang pertama kali memiliki anak.

Namun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa pada ibu primipara,

sekundi dan multipara memberikan ASI pada hari pertama. Sedangkan ibu dengan

grandemultipara menyusui pada hari ke II post SC. Hal ini mungkin disebabkan

adanya anggapan sebagian masyarakat yang menganggap bahwa menyusui

merupakan suatu proses yang alamia yang tidak memerlukan suatu pengetahuan dan

keterampilan khusus dalam menghadapinya. Berdasarkan penelitian ini peneliti

berasumsi yang sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Mode jane ( 2001 )

bahwa proses pemberian ASI pada dasarnya tidak semata- mata karena ibu telah

memiliki anak banyak sehingga akan lebih mengerti dalam memberikan ASI namun

keinginan dan kemauan ibu adalah hal yang paling berpengaruh dalam keberhasilan

menyusui.

5. Pemberian ASI berdasarkan Sumber Informasi

Dari data pada tabel mayoritas responden yang mendapatkan informasi memberikan

ASI pada hari pertama sebanyak 11 ( 34,4 % ) dan minoritas menyusui pada hari ke

empat sebanyak 1 responden ( 3, 1 % ).

Selain faktor interna pada faktor seperti gizi, masalah laktasi , pemberian ASI juga

dipengaruhi oleh faktor eksterna seperti sumber informasi. Menurut Green ( 1980 )

dikutip dari Notoadmodjo ( 1993 ),bahwa dengan adanya informasi diharapkan akan

terjadi peningkatan pengetahuan sikap dan prilaku dalam individu kelompok sasaran

yang berdasarkan kesadaran dan kemauan individu yang diharapkan. Hal ini yang

menjadi tolak ukur peneliti bahwa faktor pendukung dalam pemberian ASI adalah

sumber informasi karena dengan adanya informasi diharapkan prilaku dan

(57)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di RS. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dapat

disimpulkan bahwa :

1. Mayoritas reponden menyusui pada hari pertama sebanyak 13 ( 40,60 % )

2. Berdasarkan umur mayoritas responden menyusui pada hari ke dua sebanyak 10

responden ( 31,3 % )

3. Berdasarkan pendidikan mayoritas responden menyusui pada hari pertama sebanyak

7 responden ( 21,9 % )

4. Berdasarkan paritas mayoritas responden menyusui pada hari pertama sebanyak 4

responden ( 12,5 % )

5. Berdasarkan sumber informasi mayoritas responden menyusui pada hari pertama

sebanyak 11 responden ( 34,4 % )

B. Saran

1. Bagi Pelayanan Kebidanan

Dengan adanya penelitian ini diharapkan kepada pelayanan kebidanan baik di

rumah sakit maupun bidan praktek swasta untuk lebih meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan khususnya dalam program inisiasi menyusui dini, sekiranya

(58)

2. Bagi responden

Diharapkan kepada ibu bersalin khususnya ibu post sesar agar memberikan ASI

segera setelah lahir tanpa mengkhawatirkan dengan menyusui akan menambah rasa

sakit luka operasi, karena operasi sesar tidak mempengaruhi produksi dan proses

menyusui.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Agar dapat melanjutkan penelitian ini dengan jumlah sampel dan populasi yang lebih

besar dan tidak terbatas pada saat responden berada di rumah sakit tetapi memantau

ibu setelah kembali ke rumah, agar dapat mengamati pemberian ASI secara eksklusif

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Kasdu. ( 2003 ). Operasi Caesar Masalah dan solusinya. Jakarta : Puspa swara

Kristiyansari weni. ( 2009 ). ASI, Menyusui dan SADARI. Yogyakarta : Nuha medika

Manuaba, dkk. ( 2008 ). Obstetri – Ginekologi untuk profesi Bidan. Jakarta : EGC

Mitayani. ( 2009 ). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : salemba medika

Moody Jane, dkk. ( 2001 ). Menyusui Cara Mudah Praktis dan Nyaman. Jakarta : Arcan

Nugroho, B.A. ( 2005 ). Strategi jitu memilih metode statistik penelitian dengan SPSS

edisi I. Yogyakarta : Adi

POGI. ( 2008 ). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPKR

Prasetyono Dwi sunar. ( 2005 ). Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta : Diva Press

Riyanto agus. ( 2009 ). Pengolahan dan Analisa data Kesehatan. Yogyakarta. : Yoha

moha medika

Santoso Yudi. ( 2009 ). Panduan Lengkap Kebidanan. Yogyakarta : PALLMALL

Soetjiningsih. ( 1997 ). ASI Petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta : EGC

Sulistyawati. ( 2009 ). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada ibu nifas. Yogyakarta :

ANDI

Suyanto & Salamah Ummi. ( 2009 ). Riset Kebidanan. Yogyakarta : Mitra Cendikia.

(60)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Fitriani / 105102056 adalah mahasiswa Program Sudi D-IV

Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumaera Utara. Saat ini sedang

melakukan penelitian tentang “ Pemberian ASI pada ibu pasca SC dengan bius regional

di RS DR. Pirngadi Medan Tahun 2011 “.

Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir

di Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara. Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan ibu untuk menjadi responden

dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kepada ibu untuk mengisi kuesioner

dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar

persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan mahasiswa.

Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat suka rela, sehingga bebas

mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Identitas pribadi ibu dan semua

informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan

penelitian.

Terima kasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.

Peneliti Medan, Maret 2011

Responden

(61)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

Pemberian ASI pada ibu pasca SC dengan bius regional di RS.dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Kode Responden : ...

( Diisi oleh peneliti )

Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan saudara saat ini dengan

memberi tanda cheklist (√) pada salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan anda.

I. Karakteristik responden

1. Umur : Tahun

2. Agama : ฀ Islam ฀ Hindu

฀ Kristen katolik ฀ Budha

฀ Kristen protestan

3. Suku : ฀ Jawa ฀ Melayu

฀ Batak ฀ Minang

4. Pendidikan : ฀ Tidak sekolah ฀ SMU

฀ SD ( Sekolah Dasar )฀ Diploma / Sarjana

฀ SMP

5. Pekerjaan : ฀ Ibu rumah tangga ฀ PNS

฀ Petani ฀ Buruh

฀ Wiraswasta ฀ Pegawai swasta

6. Sumber informasi : ฀ Ada ฀ Tidak ada

7. Paritas : ฀ Primipara ฀ Multipara

(62)

II. Pemberian ASI pada ibu pasca SC dengan bius regional

Petunjuk pengisian kuisioner :

a. Baca dan pahami dengan baik setiap pertanyaan

b. Mintalah penjelasan apabila ada pertanyaan yang kurang jelas

c. Berikan tanda cheklist (√) pada salah satu jawaban yang menurut anda benar

d. Pertanyaan dijawab sendiri oleh responden

1 Apakah ibu memberikan ASI kepada bayi segera setelah 3 jam setelah operasi ?

฀ Ya ฀ Tidak

2 Apakah ibu telah memberikan ASI pada hari ke dua setelah operasi

฀ Ya ฀ Tidak

3 Apakah ibu telah memberikan ASI pada hari ke tiga setelah operasi

฀ Ya ฀ Tidak

4 Apakah ibu telah memberikan ASI pada hari ke empat setelah operasi

(63)

Lampiran 3

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FK USU

Nama Mahasiswa : Fitriani Nama Pembimbing : dr. Christoffel L. Tobing SPOG(K)

NIM : 105102056 NIP : 140139768

Judul KTI : Pemberian ASI pada ibu bersalin seksio sesaria dengan bius Regional di RS. Dr. Pirngadi Medan

Tanggal Materi Anjuran / Saran Paraf

(64)
(65)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fitriani

Tempat/ tanggal lahir : 8 Mei 1989

Agama : Islam

Alamat : Batu ajo, Kota pinang

Riwayat pendidikan :

Tahun 1994 – 2000 : SDN 118257 Batu Ajo

Tahun 2000 – 2003 : MTs Ponpes Darul Falah Langgapayung

Tahun 2003 – 2006 : MA Ponpes Darul Falah Langgapayung

Tahun 2006 – 2009 : Akbid Ika Bina Rantauprapat

Gambar

TABEL 5. 1
TABEL 5. 2
Distribusi Pemberian ASI pada Ibu Bersalin TABEL 5.3 Seksio Sesaria dengan Bius Regional di RS
Distribusi Pemberian ASI pada Ibu Bersalin TABEL 5.5 Seksio Sesaria dengan Bius Regional di RS

Referensi

Dokumen terkait

For example, using eddy covari- ance measurements, Tsukamoto (1993) found a sig- nificantly smaller net CO 2 flux from the atmosphere to a rice canopy when the field was drained

Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membekali peserta dengan kemampuan menunjukkan integritas, jiwa dan semangat nasionalisme dalam mengelola pencapaian visi instansinya

So in the year with the absolutely highest grain yield (1990; 6.04 t ha −1 ) a short and warm period before winter (Phase 1) and after a very short winter rest an extremely long

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5, 2014 ISPRS Technical Commission V Symposium, 23 – 25 June 2014, Riva

-r=s: Ket:t3usahaan lainnya aCalah jasa l:eEiausah=an yang diberikan oleh Pemerintah Daerah yan€ meliputi b!ankc, forrnulir atau bar:ng cetakan lainny3, surat

[r]

informasi yang ditampung, kemampuan sistem yang ditawarkan, kecepatan memroses, dan jumlah orang yang dapat menggunakan sistem secara bersamaan..  Superkomputer: jenis komputer

[r]