PEMBERIAN ASI PADA IBU BERSALIN SEKSIO SESARIA DENGAN BIUS REGIONAL DI RS. DR. PIRNGADI MEDAN
F I T R I A N I
NIM :105102056KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Fitriani
PEMBERIAN ASI PADA IBU PASCA SEKSIO SESARIA DENGAN BIUS REGIONAL Di RS. dr. Pirngadi Medan
x + 44 hal + 5 tabel + 1 skema + 6 lampiran
Abstrak
Persalinan dengan seksio sesaria seringkali menjadi kendala dalam pemberian ASI terutama jika ibu diberikan anastesi umum. Hal ini akibat rahim yang sering berkontraksi karena masih dalam proses kembali ke bentuk semula, juga akibat rasa nyeri yang muncul dari jahitan operasi. Meskipun demikian, menyusui sesering mungkin setelah proses kelahiran dengan seksio sesaria akan meminimalisasi masalah-masalah tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan kemauan dan niat yang besar dari para ibu untuk dapat memberikan ASI, terutama jika ibu diberikan anastesi lokal. Setelah dilakukan penelitian ternyata masih terdapat ibu pasca SC yang dengan bius regional tidak dapat memberikan ASI segera setelah operasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemberian ASI pada ibu bersalin seksio sesaria dengan bius regional di RS Dr Pirngadi Medan Tahun 2011, dengan menggunakan desain deskriptif dan metode cross sectional. Penelitian dilakukan pada Februari – Maret 2011 dengan jumlah sampel adalah 32 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling. Analisis data yang digunakan dengan univariat. Hasil penelitian diperoleh data mayoritas responden mulai memberikan ASI pada hari pertama ( 3 jam postseksio sesaria ) sebanyak 12 responden ( 37,5 % ), dan minoritas responden memberikan ASI pada hari ke - 4 pascaseksio sesaria sebanyak 4 responden ( 12, 5 % ), sedangkan 6 responden ( 18,8% ) menyusui pada ke-3
pascaseksio sesaria dan 10 ( 31, 3% ) responden menyusui pada hari ke-2 pascaseksio sesaria. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa persalinan
dengan seksio sesaria secara fisiologis tidak mempengaruhi proses pemberian ASI apabila ibu menginginkan. Dengan penelitian ini diharapkan kepada pelayanan kebidanan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan khususnya program inisiasi menyusui dini dan pada peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelititian ini dengan jumlah sampel yang lebih besar dan tidak terbatas pada saat responden berada di rumah sakit, agar dapat mengamati pemberian ASI secara ekslusif.
Daftar pustaka : 14 ( 1997 – 2009 )
Kata Kunci : Seksio sesaria, ASI
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah, rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul ” Pemberian ASI pada ibu bersalin
Seksio sesaria dengan Bius Regional di RS. dr. Pirngadi Tahun 2011 ”. Karya tulis
ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di
Fakultas. Keperawatan Program D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah masih banyak
terdapat kekurangan baik isi maupun sistematika penulisan untuk itu penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun
untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada
yang terhormat:
1. dr. Dedi Ardinata, M kes selaku dekan fakultas keperawatan Universitas
sumatera Utara
2. Nur Asnah Sitohang, S. Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi D IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
3. dr. Christoffel L. Tobing, SpOG - K selaku dosen pembimbing karya tulis
ilmiah peneliti yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang
bermanfaat dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
4. dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc.FM, MPd.Ked selaku penguji I karya tulis ilmiah
peneliti yang telah memberikan masukan dan arahan yang bermanfaat dalam
5. Nur Asnah Sitohang, S. Kep, Ns, M.Kep selaku penguji II karya tulis ilmiah
peneliti yang telah memberikan masukan dan arahan yang bermanfaat dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
6. dr. Juliandi selaku dosen pembimbing akademik peneliti.
7. Seluruh Dosen pengajar D-IV Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara
Yang telah banyak mendidik peneliti selama proses perkuliahan dan staf non
akademik Yang membantu memfasilitasi secara administrasi.
8. Teristimewa kepada ibu bapak seluruh keluarga, dan musafir yang telah
memberi dukungan moril dan materi kepada penulis semoga penulis dapat
memberikan yang terbaik berkat doa yang telah diberikan .
9. Kepada direktris Akbid Ika Bina Lab. Batu yang telah memberikan kesempatan
dan kepercayaan kepada penulis untuk mengikuti program studi ini.
10. Teman – teman yang telah memeberikan dukungan dan bantuan kepada peneliti
sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan dengan baik.
Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi
penulis khususnya.
Medan, Juni 2011
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR SKEMA ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
1. Tujuan Umum ... 5
2. Tujuan Khusus ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
1. Bagi Institusi pendidikan ... 6
2. Bagi Lokasi penelitian ... 6
3. Bagi Peneliti ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Seksio sesaria ... 7
2. Penyebab seksio sesaria ... 7
3. Risiko seksio sesaria ... 8
4. Perawatan post seksio sesaria ... 11
B. Pemberian ASI ... 12
1. Pengertian ASI... 12
2. Fisiologi pengeluaran ASI ... 13
3. Komposisi gizi dalam ASI ... 16
4. Hal – hal yang mempengaruhi produksi ASI ... 16
5. Manfaat ASI ... 17
6. Pemberian ASI dan cara menyusui yang benar ... 18
7. Masalah dalam menyusui ... 20
8. Menyusui setelah operasi seksio ... 20
BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 25
B. Defenisi Operasiosional ... 26
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 27
B. Populasi dan Sampel ... 27
C. Tempat Penelitian ... 29
D. Waktu Penelitian ... 29
E. Etika Penelitian ... 29
F. Alat Pengumpulan Data ... 30
H. Prosedur Pengumpulan Data ... 31
I. Analisis Data ... 32
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 34
B. Pembahasan ... 40
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 45
B. Saran ... 46
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi pemberian ASI pada ibu bersalin seksio sesaria
dengan bius regional ... 34
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi pemberian ASI pada ibu bersalin seksio sesaria
dengan bius regional berdasarkan usia ... 35
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi pemberian ASI pada ibu bersalin seksio sesaria
dengan bius regional berdasarkan pendidikan ... 36
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi pemberian ASI pada ibu bersalin seksio sesaria
dengan bius regional berdasarkan paritas ... 37
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi pemberian ASI pada ibu bersalin seksio sesaria
DAFTAR SKEMA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Posisi menyusui dengan berbaring ... 19
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar persetujuan menjadi responden
Lampiran 2 Lembar kuesioner
Lampiran 3 Lembar konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 4 Master data penelitian
Lampiran 5 Balasan surat izin penelitian
PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Fitriani
PEMBERIAN ASI PADA IBU PASCA SEKSIO SESARIA DENGAN BIUS REGIONAL Di RS. dr. Pirngadi Medan
x + 44 hal + 5 tabel + 1 skema + 6 lampiran
Abstrak
Persalinan dengan seksio sesaria seringkali menjadi kendala dalam pemberian ASI terutama jika ibu diberikan anastesi umum. Hal ini akibat rahim yang sering berkontraksi karena masih dalam proses kembali ke bentuk semula, juga akibat rasa nyeri yang muncul dari jahitan operasi. Meskipun demikian, menyusui sesering mungkin setelah proses kelahiran dengan seksio sesaria akan meminimalisasi masalah-masalah tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan kemauan dan niat yang besar dari para ibu untuk dapat memberikan ASI, terutama jika ibu diberikan anastesi lokal. Setelah dilakukan penelitian ternyata masih terdapat ibu pasca SC yang dengan bius regional tidak dapat memberikan ASI segera setelah operasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemberian ASI pada ibu bersalin seksio sesaria dengan bius regional di RS Dr Pirngadi Medan Tahun 2011, dengan menggunakan desain deskriptif dan metode cross sectional. Penelitian dilakukan pada Februari – Maret 2011 dengan jumlah sampel adalah 32 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling. Analisis data yang digunakan dengan univariat. Hasil penelitian diperoleh data mayoritas responden mulai memberikan ASI pada hari pertama ( 3 jam postseksio sesaria ) sebanyak 12 responden ( 37,5 % ), dan minoritas responden memberikan ASI pada hari ke - 4 pascaseksio sesaria sebanyak 4 responden ( 12, 5 % ), sedangkan 6 responden ( 18,8% ) menyusui pada ke-3
pascaseksio sesaria dan 10 ( 31, 3% ) responden menyusui pada hari ke-2 pascaseksio sesaria. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa persalinan
dengan seksio sesaria secara fisiologis tidak mempengaruhi proses pemberian ASI apabila ibu menginginkan. Dengan penelitian ini diharapkan kepada pelayanan kebidanan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan khususnya program inisiasi menyusui dini dan pada peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelititian ini dengan jumlah sampel yang lebih besar dan tidak terbatas pada saat responden berada di rumah sakit, agar dapat mengamati pemberian ASI secara ekslusif.
Daftar pustaka : 14 ( 1997 – 2009 )
Kata Kunci : Seksio sesaria, ASI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Sejak seorang wanita memasuki kehidupan berkeluarga, padanya harus sudah
tertanam suatu keyakinan : ” SAYA HARUS MENYUSUI BAYI SAYA, KARENA
MENYUSUI ADALAH REALISASI DARI TUGAS YANG WAJAR DAN MULIA
DARI SEORANG IBU ” . Sayang sekali keyakinan tersebut, khususnya di kota-kota
besar, kelihatannya sudah mulai luntur. Dewasa ini di Indonesia 80-90 % para ibu di
daerah pedesaan masih menyusui bayinya sampai berumur lebih dari satu tahun,
tetapi terutama di kota-kota besar terlihat adanya tendensi penurunan pemberian Air
susu ibu, yang dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap masyarakat pedesaan.
( Soetjiningsih. 1997. hlm.1 )
Penurunan pemberian atau penggunaan air susu ibu di negara berkembang atau di
pedesaan terjadi karena adanya kecenderungan dari masyarakat untuk meniru sesuatu
yang dianggapnya modern yang datang dari negara yang telah maju atau yang datang
dari kota besar. Bukti-bukti penurunan penggunaan air susu ibu di negara-negara
yang telah maju telah banyak dikemukakan, antara lain di Amerika, pada permulaan
abad ke -20, kira – kira 71 % bayi mendapat air susu ibu sampai umur kurang lebih 6
bulan, sedangkan tahun 1971, angka ini menurun menjadi 25 % pada ibu-ibu dengan
Singapura pada tahun 1951, pada ibu-ibu dengan sosio – ekonomi sedang dan
baik, 48 % bayi mendapat air susu ibu, sedangkan pada golongan sosio-ekonomi
rendah71 %. Pada tahun 1961 angka tersebut merosot menjadi masing-masing 8%
dan 42%. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari faktor kolostrum ibu
maupun proses persalinan. (Soetjiningsih. 1997 )
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam organik
yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi
bayi. ASI dalam istilah kesehatan adalah dimulai dari proses laktasi. Laktasi adalah
keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi
menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus
reproduksi mamalia termasuk manusia. Masa laktasi mempunyai tujuan
meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak
umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara
alami. ASI diproduksi oleh organ tubuh wanita yang bernama payudara. Komposisi
ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium laktasi. (
Kristiyansari. 2009. hlm. 9 )
Selama kehamilan, mayoritas wanita menunjukkan bahwa mereka berencana
untuk ” mencoba” menyusui. Akan tetapi diberbagai area angka keinginan menyusui
sini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka memulai menyusui. Laporan di
Kanada menyatakan bahwa walaupun saat pranatal sekitar 80% diantara ibu yang
bermaksud menyusui hanya terdapat 30% yang menyusui selama sedikitnya 6 bulan.
Hal yang sama juga ditemukan di Amerika Serikat.Studi WIC Infant Feeding
bagi wanita, bayi dan anak dari keluarga dengan pendapatan rendah sampai
menengah. Walaupun 50% yang mulai menyusui, namun hanya 46% yang tetap
menyusui setelah beberapa hari postpartum. Hal ini karena partisipan memiliki
sejumlah masalah dalam menyusui meliputi permulaan menyusui yang yang
terhambat setelah melahirkan, pemisahan yang lama pada bayi, dan lain-lain. (
Varney, 2008 )
Pengalaman lain yang berpotensi menghambat proses menyusui pada ibu
postpartum diantaranya : pemberian analgesia dan anestesia selama persalinan dan
persalinan dengan operasi seksio sesaria. Masalah lain yang menghambat proses
menyusui pada ibu yang sering terjadi antara lain, ibu yang melahirkan dengan seksio
sesaria. ( Maryunani, 2009 )
Menurut Manuaba ( 2008, hlm 26 ) Proses persalinan 95% berlangsung secara
fisiologis, namun kadang kala dapat terjadi komplikasi yang memungkinkan ibu
untuk menjalani persalinan seksio sesaria.
Operasi sesaria atau yang sering disebut dengan seksio sesaria itu adalah
melahirkan janin melalui sayatan dinding abdomen ( perut ) dan dinding rahim.
Menurut Bensons dan Pernalls angka kematian pada operasi sesar adalah 40-80 tiap
100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan resiko 25 kali lebih besar
dibanding persalinan pervaginam untuk kasus infeksi mempunyai angka 80 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan pesalinan pervaginam. Dan 10% seluruh kematian ibu
akibat anastesi pada saat persalinan. ( Yusmiati & Ahmad. 2007. hlm )
Saat ini operasi sesar sering dianggap sebagai kemajuan tehnologi persalinan
operasi sesar tidak merasakan sakit. Namun setelah sadar dari pembiusan rasa sakit
akan tumbuh. Persalinan dengan cara ini seringkali menjadi kendala dalam pemberian
ASI terutama jika ibu diberikan anastesi umum. Beberapa penelitian menyimpulkan
bahwa proses melahirkan dengan sesar akan menghambat terbentuknya produksi ASI.
Meskipun demikian, menyusui sesering mungkin setelah proses kelahiran dengan
sesar akan meminimalisasi masalah-masalah tersebut. Bahkan beberapa ibu yang
melahirkan dengan sesar memiliki produksi ASI yang berlimpah. Namun
kenyataannya fenomena di masyarakat masih banyak ditemukan ibu dengan post
mendapat kesulitan menyusui dan merawat bayi meskipun menggunakan anastesi
regional (lokal) . ( Yusmiati & Ahmad.2007 )
Berdasarkan hasil survei yang peneliti lakukan di RS. Dr.Pirngadi Medan, pada
Januari – Oktober 2010 kejadian seksio sesaria berkisar 65 orang, diantaranya belum
dapat memberikan ASI begitu selesai operasi. Berdasarkan latar belakang dan survey
tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran pemberian
ASI pada ibu bersalin seksio sesaria dengan bius regional.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran pemberian ASI pada ibu
bersalin seksio sesaria dengan bius regional di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun
2010.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran pemberian ASI pada ibu bersalin seksio sesaria
dengan bius regional di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui frekuensi pemberian ASI pada ibu bersalin seksio sesaria
dengan bius regional di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 berdasarkan
umur
b. Untuk mengetahui frekuensi pemberian ASI pada ibu bersalin seksio sesaria
dengan bius regional di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 berdasarkan
pendidikan
c. Untuk mengetahui frekuensi pemberian ASI pada ibu bersalin seksio sesaria
dengan bius regional di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 berdasarkan
paritas
d. Untuk mengetahui frekuensi pemberian ASI pada ibu bersalin seksio sesaria
dengan bius regional di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 berdasarkan
sumber informasi
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pengetahuan serta
sebagai bahan evaluasi untuk perkembangan ilmu pengetahuan tentang seksio
sesaria dengan pemberian ASI pada ibu yang bersalin.
2. Bagi Lokasi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dan masukan bagi
anak, khususnya bidan agar memberikan motivasi kepada ibu yang bersalin
dengan seksio sesaria dalam pemberian ASI pasca seksio sesaria.
3. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang pemberian ASI pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. SEKSIO SESARIA
1. Pengertian Seksio Sesaria
Operasi sesar menurut Leon J.Dunn, dalam buku Obstetrics and gynecology,
menyebutkan sebagai cesarean section, laparotrachelotomy, atau abdominal delivery.
Dalam bukunya, ia mengartikannya sebagai persalinan untuk melahirkan janin
dengan berat 500 gram atau lebih, melalui pembedahan di perut dengan menyayat
dinding rahim. Istilah sesar sendiri berasal dari bahasa Latin caedere yang artinya
memotong atau menyayat. Tindakan yang dilakukan tersebut bertujuan untuk
melahirkan bayi melalui tindakan pembedahan dengan membuka dinding perut dan
dinding rahim . Persalinan seksio caesarea adalah suatu persalinan buatan di mana
janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan saraf
rahim dalam keadaan utuh serta berat di atas 500 gram. ( Mitayani.2009 )
2. Penyebab Operasi Sesar
Persalinan merupakan upaya melahirkan janin yang ada di dalam rahim ibunya.
Jadi, apabila persalinan harus dilakukan dengan operasi, menurut buku Obstetrics and
Gynecology, ada empat alasan yaitu :
• Untuk keselamatn ibu dan janin
• Ketika persalinan harus berlangsung, tidak terjadi kontraksi
• Bayi dalam keadaan darurat sehingga harus segera dilahirkan, tetapi jalan
lahir tidak mungkin dilalui janin.
Jadi, penyebab dilakukannya operasi pada persalinan sebagai berikut :
• Faktor janin : bayi terlalu besar, kelainan letak bayi, ancaman gawat janin,
janin abnormal, bayi kembar.
• Faktor plasenta : Plaseta previa, solusio plasenta, plasenta acreta, vasa
previa
• Kelainan tali pusat : Prolapsus uteri, terlilit tali pusat.
• Faktor ibu : usia, CPD ( cephalopelvic disproportion ), persalinan
sebelumnya caesar, kelainan kontraksi rahim, ketuban pecah dini, rasa takut
kesakitan.
3. Resiko Operasi Sesar
Operasi sesar sebaiknya dilakukan karena pertimbangan medis, bukan keinginan
pasien yang tidak mau menanggung rasa sakit. Hal ini karena resiko operasi resiko
sesar lebih besar daripada persalinan alami. Demikian teori yang disebutkan dalam
buku Obstetrics and Gynecology. Didalamnya dijelaskan , dalam kondisi ibu dan
bayi yang sehat dan tidak ada kesulitan, bedah sesar memiliki resiko. Misalnya,
kondisi pasien yang tidak dapat diduga sebelumnya. Komplikasi lain yang bisa
bersifat ringan adalah kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari dalam masa nifas,
sedangkan komplikasi berat, seperti peritonitis ( radang selaput perut ), sepsis ( reaksi
umum disertai demam karena kegiatan bakteri, zat-zat yang dihasilkan bakteri atau
kedua – duanya ) atau disebut juga terjadi infeksi puerperial. Infeksi pacsaoperasi
ada faktor-faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu. Misalnya,
persalinannya berlangsung lama khususnya setelah ketuban pecah, telah diupayakan
tindakan vaginal sebelumnya.
Berikut adalah resiko-resiko yang mungkin dialami oleh wanita yang melahirkan
dengan operasi yang dapat mengakibatkan cedera pada ibu maupun bayi, diantaranya
:
1. Alergi
Biasanya, resiko ini terjadi pada pasien yang alergi terhadap obat tertentu. Pada
awalnya, yaitu waktu pembedahan, segalanya bisa berjalan lancar sehingga bayi pun
lahir dengan selamat. Namun, beberapa jam kemudian ketika dokter sudah pulang,
obat kemudian baru bereaksi sehingga jalan pernapasan pasien dapat tertutup.
Obat-obatan yang dikonsumsi ibu lebih banyak dikonsumsi pada ibu cesar dibandingkan
dengan persalinan normal. Jenis obat-obatan ini bergam, mulai dari antibiotik, obat
untuk pembiusan, penghilang rasa sakit, serta beberapa cairan infus. Oleh karena itu,
biasanya sebelum operasi akan ditanyakan kepada pasien apakah mempunyai alergi
tertentu.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat menghasilkan terbentuknya bekuan-bekuan darah pada
pembuluh darah balik di kaki dan rongga panggul. Oleh karena itu, sebelum operasi,
seorang wanita harus melakukan pemeriksaan darah lengkap. Salah satunya untuk
mengetahui masalah pembekuan darahnya. Selain itu, perdarahan banyak bisa timbul
pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteria uteria ikut terbuka atau karena
mendadak, kalau perdarahan tidak dapat diatasi, kadang perlu tindakan histerektomi,
terutama pada kasus atonia uteri yang berlanjut.
3. Cedera pada organ lain
Jika tidak dilakukan secara hati-hati, kemungkinan pembedahan dapat
mengakibatkan terlukanya organ lain, seperti rektum atau kandung kemih.
Penyembuhan luka bekas bedah sesar yang tidak sempurna dapat menyebabkan
infeksi pada organ rahim atau kandung kencing. Selain itu, dapat juga berdampak
pada organ lain dengan menimbulkan perlekatan pada organ-organ di dalam rongga
perut untuk kehamilan resiko tinggi yang memerlukan penanganan khusus.
4. Parut dalam rahim
Seorang wanita yang telah mengalami pembedahan akan memiliki parut dalam
rahim. Oleh karena itu, pada tiap kehamilan serta persalinan berikutnya ia
memerlukan pengawasan yang cermat sehubungan dengan bahaya ruptura uteri,
meskipun jika operasi dilakukan secara sempurna resiko ini sangat kecil terjadi.
Sebenarnya, apabila hal ini terjadi termasuk komplikasi dalam persalinan dengan
operasi.
5. Demam
Kadang-kadang, demam setelah operasi tidak bisa dijelaskan penyebabnya,
namun kondisi ini bisa terjadi karena infeksi.
6. Mempengaruhi Produksi ASI
Efek pembiusan bisa mempengaruhi produksi ASI jika dilakukan pembiusan total
( narkose ). Akibatnya, kolostrum ( air susu yang pertama kali ) tidak bisa dinikmati
dilakukan dengan pembiusan regional ( misalnya spinal ) tidak banyak
mempengaruhi produksi ASI.
4. Perawatan Pascaoperasi
a. Di ruang rawatan.
Persalinan yang dilakukan dengan operasi membeutuhkan rawat inap yang lebih
lama dirumah sakit. Hal ini tergantung cepat lambatnya kesembuhan ibu akibat
proses pembedahan, biasanya membutuhkan waktu sekitar 3-5 hari setelah operasi.
Pada hari ke - 5, apabila tidak ada komplikasi ibu diperbolehkan pulang kerumah.
Beberapa hal yang dilakukan di Rumah Sakit adalah :
1. Pemeriksaan yang dilakukan selama di rumah sakit adalah : pengukuran
denyut jantung dan tekanan darah, pemeriksaan lokia, air seni, tes darah,
mengganti perban, mengukur suhu tubuh, membersihkan tali pusat.
2. Efek pembiusan
Jika pasien mendapat bius epidural maka efek biusnya kecil, sedangkan
apabila menggunakan anestesi spinal, tungkai bawah akan terasa kebas / baal,
tidak dapat digerakkan selama beberapa jam. Namun apabila operasi
menggunakan anestesi umum biasanya pasien akan mengantuk
3. Pemenuhan cairan dengan Infus serta makan, minum
4. Perawatan bekas luka
5. Bangun dan menggerakkan tubuh
Bangun dan menggerakan tubuh
Gerakan tubuh akan membantu ibu memperoleh kembali kekuatan dengan
bisa sampai buang gas. Aktifitas ini juga membantu mempercepat
organ-organ tubuh kembali bekerja seperti semula, meskipun demikian ibu harus
tetap berada di dalam jam selama 6 jam pertama setelah operasi ini ibu pada
saat ini gerak tubuh mulai dapat dilakukan ibu seperti : menggerakkan lengan,
tangan, kaki, dan jari – jari. namun apabila gerakan ini berat paling tidak 12
jam setelah operasi ibu dapat menggerakkan kaki dan tungkai. Berawal dari
sini ibu muIai dapat duduk pada jam ke – 8 sampai ke 12 setelah operasi. I bu
dapat berjalan apabila mampu pada 24 jam setelah operasi.
6. Mengurangi rasa sakit
7. Istirahat
8. Membersihkan diri ( Kasdu. 2003 )
B. ASI
1. Pengertian ASI
ASI dalam istilah kesehatan adalah dimulai dari proses laktasi. Laktasi adalah
keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di produksi sampai proses bayi
menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus
reproduksi mamalia termasuk manusia. Masa laktasi mempunyai tujuan
meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak
umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara
alami. ASI diproduksi oleh tubuh wanita yang bernama payudara. ( Kristiyansari.
2009. hlm. 1 )
Pengeluran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek antara rangsangan
mekanik, sarf dan bermacam – macam hormon. Pengaturan hormon terhadap
pengeluaran ASI dapat dibedakan 3 bagian yaitu :
a. Pembentukan kelenjar payudara
Sebelum Pubertas
Duktus primer dan sekunder sudah terbentuk pada masa fetus. Mendekati
pubertas terjadi pertumbuhan yang cepat dari sistem duktus terutama di bawah
pengaruh hormon estrogen sedangkan pertumbuhan alveoli oleh hormon progesteron.
Hormon yang juga berperan dalam pertumbuhan kelenjar payudara adalah prolaktin
yang dikeluarkan oleh kelenjar adenohipofise ( hipofise anterior ). Hormon yang
kurang perannannya adalah hormon kelenjar adrenalin, tiroid, paratiroid, dan
hormon pertumbuhan.
Masa pubertas
Pada masa ini terjadi pertumbuhan percabangan – percabangan sistem duktus,
proliferasi dan kanalisasi dari unit – unit lobuloalveolar yang terletak pada ujung –
ujung distal duktulus, jaringan penyangga stroma mengalami organisasi dan
membentuk septum interlobular.
Masa siklus menstruasi
Perubahan – perubahan kelenjar payudara wanita dewasa berhubungan dengan
siklus menstruasi dan perubahan – perubahan hormonal yang mengatur siklus
tersebut seperti estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum. Bila
kadar hormon ini meningkat maka akan terjadi edema lobulus, penebalan dari basal
payudara berat dan penuh, setelah menstruasi di mana kadar estrogen dan
progesteron berkurang yang berperan hanya prolaktin saja, terjadi degenerasi dari sel
– sel kelenjar air susu beserta jaringan yang mengalami proliferasi, edema berkurang
sehingga besarnya payudara berkurang namun tidak kembali seperti besar
sebelumnya. Hal ini menyebabkan payudara selalu bertambah besar pada tiap siklus
ovulasi mulai dari permulaan tahun menstruasi sampai umur 30 tahun.
Masa kehamilan
Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari duktulus yang
baru, percabangan – percabangan dan lobulus, yang dipengaruhi oleh hormon –
hormon plasenta dan korpus luteum. Hormon – hormon yang ikut membantu
mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen plasenta, korionik
gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon paratiroid, hormon
pertumbuhan
Pada 3 bulan kehamilan
Prolakin dari adenohipofise ( hipofise anterior ) mulai merangsang kelenjar air
susu untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum. Pada masa ini pengeluaran
kolostrum masih dihambat oleh estrogen dan progesteron, tetapi jumlah prolaktin
meningkat hanya aktifitas dalam pembuatan kolostrum yang ditekan.
Pada trimester kedua kehamilan
Laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan kolostrum. Keaktifan
dari rangsangan hormon – hormon terhadap pengeluaran air susu telah
bulan dimana bayinya meninggal, tetap keluar kolostrum. ( Soetjeningsih. 1997.
hlm.6 )
b. Pembentukan air susu
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI biasanya
belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yaang tinggi. Pada hari
kedua atau ketiga pascapersalinan, kadar estrogen dan progesteron turun drastis,
sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi
ASI, dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah
prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancar. Dua refleks pada ibu
yang sangat penting dalam proses laktasi, refleks prolaktin dan refleks aliran timbul
akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi.
c. Pemeliharaan pengeluaran air susu
Dalam pemeliharaan pengeluaran ASI sangat diperlukan hormon prolaktin dan
oksitosin yang akan diatur oleh hipotalamus dan hipofise. Pada saat menyusui
memerlukan pembuatan dan pengeluaran air susu dari alveoli ke sistem duktus, bila
sus tidak dikeluarkan akan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang
menyebabkan terlambatnya proses menyusui. Bila kekuatan bayi menghisap,
frekuansi, dan waktu menyusui berkuarng berarti pelepasan prolaktin dan hipofise
berkurang, sehingga pembuatan air susu berkurang, oleh karena itu diperlukan kadar
prolaktin yang cukup untuk mempertahankan pengeluaran air susu mulai sejak
minggu pertama kelahiran.
Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium
laktasi, komposisi ASI menjadi 3 macam :
a. Kolostrum
ASI yang dihasilkan pada hari ke pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir.
Kelebihan kolostrum diantaranya sebagai pembersih selaput usus BBL, mengandung
kadar protein dan zat antibodi.
b. ASI masa transisi
ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai kesepuluh.
c. ASI mature
ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya.
4. Hal – hal yang mempengaruhi produksi ASI
Pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550 – 1000 ml / hari.
Jumlah ASI tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
• Makanan
• Ketenangan jiwa dan fikiran
• Penggunaan alat kontrsepsi
• Perawatan payudara
• Anatomis payudara
• Fisiologi
• Faktor istirahat
• Faktor isapan anak
• Faktor obat - obatan
Manfaat pemberian ASI bagi bayi adalah :
1. Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik
2. Mengandung antibodi
3. ASI mengandung komposisi yang tepat
4. Mengurangi kejadian karies dentis
5. Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan
bayi
6. Terhindar dari alergi
7. ASI meningkatkan kecerdasan bayi
8. Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena
gerakan menghisap mulut bayi pada payudara.
Manfaat bagi ibu
1. Aspek kontrasepsi, pemberian ASI memberikan 98 % metode kontrasepsi
yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiranbila diberikan hanya
ASI saja (eksklusif ).
2. Aspek kesehatan ibu,dengan menyusui akan membantu involusi uterus dan
mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan,mengurangi prevalensi
anemia dan mencegah kanker.
3. Aspek penurunan berat badan
4. Aspek psikologik
Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua
manusia.
Pemberian ASI atau menyusui hendaknya dilakukan seketika setelah bayi baru
lahir atau yang dikenal dengan nama Inisiasi Menyusu Dini. Adapun proses menyusui
yang baik dan benar adalah :
• Biarkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama beberapa jam
pertama.
• Bayi harus ditempatkan dekat dengan ibunya dikamar yang sama
(rawat gabung ).
• Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin. ( Prasetyono Dwi Sunar.2005 )
Cara menyusui
Memberikan ASI dalam suasana yang santai bagi ibu dan bayi, selama beberapa
minggu pertama, bayi perlu diberi ASI setiap 2,5 – 3 jam sekali. Menjelang akhir
minggu keenam kebutuhan bayi akan ASI setiap 4 jam sekali, jadwal ini baik sampai
bayi berumur antara 10 -12 bulan. Pada usia ini sebagian besar bayi tidur sepanjang
malam sehingga tidak perlu lagi memberi makan dimalam hari.
Posisi Menyusui
• Ibu harus mencari posisi yang nyaman, biasanya duduk tegak di tempat tidur atau
kursi. Ibu harus merasa rileks.
• Untuk menghindari rasa nyeri di perut saat menyusui usahakan untuk tidak
menyentuh daerah bekas operasi ibu bisa menyusui sambil berbaring miring (
apabila belum sanggup duduk ) atau membaringkan bayi di atas bantal kemudian
dipangkukan . ( POGI. 2008 )
Ini merupakan posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali
atau bila ibu merasa lelah atau nyeri
( Gambar 1. Sumber : Panduan lengkap kebidanan )
2. Duduk
Penting untuk memberikan topangan atau sandaran pada punggung ibu dalam
posisinya tegak lurus ( 90 0 ) terhadap pangkuannya. Hal ini dapat dilakukan dengan
duduk bersila di tempat tidur atau di lantai atau duduk di kursi. Berikut beberapa
posisi menyusui
( Gambar 2. Sumber : Panduan lengkap kebidanan )
7. Masalah dalam menyusui
a. Pada masa antenatal, masalah dalam hal ini adalah puting susu tidak menonjol.
Secara umum hal ini sebenarnya tidak menjadi masalah besar dan ibu masih
dapat menyusui bayinya. Dan upaya selama antenatal umumnya kurang berfadah.
• Masalah-masalah pada payudara: puting susu lecet, payudara bengkak, abses
payudara
• Ibu terserang penyakit
• Menyusui sambil minum obat
• Bayi kembar
• Bedah caesar
• Air susu mengalir ke saluran air susu
• Gangguan epidural dan tulang belakang.
8. Menyusui setelah operasi seksio
Ibu yang menyusui dengan cara operasi sesar, seringkali sulit menyusui bayinya
segera setelah lahir. Hal ini akibat rahim yang sering berkontraksi karena masih
dalam proses kembali ke bentuk semula, juga akibat rasa nyeri yang muncul dari
jahitan operasi. Oleh karena itu dibutuhkan kemauan dan niat yang besar dari para ibu
untuk dapat memberikan ASI. Perasaan ini akan sangat membantu kelancaran proses
menyusui. Terutama jika diberikan anestesi umum, ibu relatif tidak sadar untuk
mengurus bayinya dijam pertama setelah bayi lahir. Kondisi luka operasi dibagian
perut relatif membuat proses menyusui sedikit terhambat.sementara itu bayi mungkin
mengantuk dan tidak responsif untuk menyusui, terutama jika ibu mendapatkan
obat-obatan penghilang sakit sebelum operasi. Kapan umumnya ibu dapat memberikan
ASI setelah melahirkan dengan operasi ? Begitu ibu merasa siap, sebenarnya sudah
bisa langsung menyusui bayinya. Kecuali, apabila ibu baru saja pulih dari pembiusan
total atau bila bayi memerlukan perawatan khusus. Seandainya sampai 12 jam setelah
air susu pertama ibu sehingga bayi memperoleh kolostrum. Beberapa hal yang yang
perlu dicermati dalam penyusuan setelah mengalami bedah sesar, hal tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Tenggang waktu sebelum menyusui.
b. Memosisikan bayi senyaman mungkin.
c. Ketika dibius total saat menjalani bedah sesar, kemungkinan ada tenggang
waktu sebelum ibu pulih.
d. Suami harus mengetahui bahwa bayi tidak boleh diberi susu formula
e. Bayi diletakkan di dada ibu agar bayi segera menyusu kepada ibu, smakin
cepat ibu menyusu maka semakin baik pula pertumbuhan dan perkembangan
bayi.
f. Ibu boleh meminta tolong kepada orang lain untuk meletakkan bayinya diatas
dada ibu. Ibu mungkin merasa sangat sulit miengangkat bayi tanpa bantuan
orang lain,hal ini karena otot-otot perut telah dibedah saat operasi.
g. Ibu dapat meminta bantuan orang lain dengan bel pemanggil.
h. Ibu bisa memosisikan bayi dibawah lengan saat kedua lengan dan kaki ibu
tertekuk kedalam bila ibu merasa tidak nyaman memangku bayi.
i. Apapun posisi ibu yang dipilih, hendaknya ibu menggun akan bantal sebagai
tumpuan.
j. Ibu dapat meminta bantuan kepada bidan atau ahli fisioterapi obstetri untuk
menunjukkan cara duduk dan beralik dari satu sisi ke sisi yang lain.
Beberapa keadaan yang dapat menyertai pasca persalinan caesar yang dapat
mempengaruhi ASI baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain :
• Pengaruh obat – obatan yang diterima untuk prosedur operasi maupun pasca
operasi
• Perlunya waktu yang lebih untuk pemulihan kondisi ibu pascaoperasi (
mislnya rasa sakit ).
Hal ini diikuti dengan kesiapan jasmani untuk menyusui dan merawat bayi karena
biasanya ibu akan menemui kesulitan untuk memperoleh posisi yang baik dan
nyaman saat menyusui.
• Psikologi ibu yang seringkali gagal.
• ASI pascapersalinan caesar kadang diproduksi lebih lambat, tetapi ASI akan
segera keluar setelah beberapa hari pasca persalinan.
Tips untuk dapat menyusui pasca persalinan sesar adalah :
1. Diskusikan segala sesuatu tentang prosedur operasi
2. Carilah klinik / RS yang pro-ASI
3. Sesegera mungkin ( as soon as ) possible untuk memberikan ASI
4. Meminta agar bias rooming – in
5. Menyusui sesering mungkin
6. Carilah posisi yang benar dan nyaman
7. Mintalah dukungan orang lain ( suami dan keluarga )
8. Berdoa dan yakinlah bahwa ibu dapat memberikan ASI pada buah hati.
(Askep – Askeb, 2010, ¶ 2 )
1. Memiliki kebijakan tertulis tentang menyusui yang dikomunikasikan secara
rutin kepada semua staf perawatan kesehatan.
2. Memberi semua staf perawatan kesehatan latihan keterampilan yang
dibutuhkan untuk menerapkan kebijakan ini.
3. Memberi tahu manfaat dan penatalaksanaan menyusui kepada semua wanita
hamil.
4. Membantu para wanita untuk mulai menyusui sekitar setengah jam sesudah
melahirkan.
5. Menunjukkan cara menyusui dan cara mempertahankan pasokan ASI kepada
para wanita bahkan pada situasi dimana mereka harus dipisahkan dari
bayinya.
6. Tidak memberi makanan dan minuman kepada bayi yang baru lahir selain
ASI kecuali ada kebutuhan medis.
7. Mempraktikkan kebijakan ibu dan bayi bersama – sama dalam satu ruangan
selama 24 jam sehari.
8. Mendorong para wanita untuk menyusui sesuai kehendak bayinya.
9. Tidak memberikan puting tiruan atau dot pada bayi yang disusui.
10. Mendukung dibentuknya kelompok pendukung menyusui dan merujuk para
wanita ke kelompok ini saat meraka dipulangkan dari rumah sakit atau klinik.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL A. Kerangka konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan gambaran pemberian ASI pada
ibu seksio sesaria dengan bius regional. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka kerangka
konsep dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
Skema 1. Kerangka konsep Pemberian ASI pada ibu
pasca SC dengan bius regional
Pemberian ASI mencakup - Umur
- Pendidikan - Paritas
B. Definisi operasional
operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala 1. Pemberian
Kuesioner Checklist 1.Menyusui hari ke 1
Kuesioner Checklist 1.< 20 tahun 2.20-35 tahun
Kuesioner Checklist 1.SD 2.SMP
Kuesioner Checklist 1.Ada 2.Tidak ada
sumber informasi 5. Paritas Proses
pemberian air susu oleh ibu yang bersalin dengan seksio sesaria segera setelah bayi lahir,
berdasarkan paritas
Kuesioner Checlist 1. Primipara 2. Sekundipara 3. Multipara 4. Grandemulti
para
BAB IV
METODE PENELITIAN A Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui frekuensi pemberian ASI pada ibu yang bersalin seksio sesaria dengan bius
regional. ( Arikunto, 2007, hal, 247 ). .
B Populasi dan Sampel penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. ( Salamah Ummi & Suyanto, 2009,
hal 40 ). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu postseksio sesaria di RS.
Pirngadi Medan Periode Januari 2010 sampai Oktober 2010 sebanyak 65 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi ( Hidayat. 2007.hal. 60 ). Pengambilan sampel
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah secara Purposive Sampling ( sampel
bertujuan ) yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh
peneliti ( Hidayat. 2007 ). Tehnik ini dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan
didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.
Tekhnik ini juga dilakukan karena beberapa pertimbangan seperti keterbatasan waktu,
Arikunto. 2006. hal. 139-140 ). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang
mengalami operasi dengan bius regional, untuk menentukan besarnya sampel
digunakan rumus
n = N 1 + N ( e ) 2
Keterangan :
N : Jumlah populasi yakni 35
n : Jumlah sampel
e : Tingkat kepercayaan yang diinginkan yahni 0,05 ( Notoatmodjo. 2005. hal 92 )
n = 35
1 + 35 ( 0,05 ) 2 = 32,2
Maka sampel dalam penelitian ini adalah 32
C Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RS DR.Pirngadi Medan dengan alasan rumah sakit ini
memberikan pelayanan kebidanan seksio sesaria dengan bius regional dan tidak
memberikan ASI segera setelah lahir.Selain daripada itu RS. DR. Pirngadi merupakan
salah satu lahan praktek klinik bagi peneliti sehingga lebih mudah dalam melakukan
penelitian nantinya.
D Waktu Penelitian
E Etika Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian jika yang menjadi subjek penelitian adalah
manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia.
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut :
1. Informed Consent, merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memeberikan lembar persetujuan.
2. Anonimity ( Tanpa nama )
3. Kerahasiaan ( Confidentiality ) ( Hidayat. 2007. hal.92 )
Sama halnya dengan penelitian ini, sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu
peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Ketua Program D – IV Bidan
Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, mengajukan permohonan
izin penelitian kepada Direktur RS.dr. Pirngadi Medan, sedangkan kepada ibu
postoperasi caesar sebagai responden, peneliti menjelaskan manfaat dan tujuan serta
memberitahukan bahwa tidak ada pengaruh negatif yang akan terjadi selama dan
sesudah pengumpulan data. Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan
nama responden pada lembar kuesioner. Data yang diperoleh semata – mata digunakan
demi perkembangan ilmu pengetahuan serta tidak dipublikasikan pada pihak lain.
Selanjutnya, setelah responden memahami, menerima maksud dan tujuan penelitian,
maka responden secara sukarela menandatangani lembar persetujuan , dan mengisi
kuisioner. Kemudian peneliti memeriksa kembali kuisioner yang telah diisi oleh
responden untuk memastikan semua data lengkap dan tidak ada kesalahan dalam
F Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
dan dipermudah olehnya ( Arikunto. 2009. hal.101 ). Dalam penelitian ini instrumen
yang digunakan adalah :
1. Kuesioner Penelitian
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal – hal yang ia
ketahui. ( Arikunto. 2006. hal. 151 ). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat
pengumpul data berupa formulir data demografi dan kuisioner Seksio sesaria dengan
pemberian ASI.
a. Data Demografi
Data karakteristik yang harus dilengkapi oleh rresponden meliputi umur, alamat,
agama, suku, pendidikan, pekerjaan, indikasi seksio sesarea, jenis anastesi.
b. Kuisioner Gambaran Pemberian ASI pada ibu yang bersalin seksio sesaria dengan
bius regional
c. Instrumen ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka untuk
mengetahui Gambaran Pemberian ASI pada ibu yang bersalin seksio sesaria dengan
bius regional yang berisi pertanyaan-pertanyaan tertutup dengan menggunakan skala
nominal dengan pilihan jawaban ya atau tidak. Bila jawaban ya diberi nilai 1 dan 0
G Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas tidak dilakukan pada penelitian ini, karena kuesioner
telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan mendapat persetujuan
pembimbing sehingga tidak tidak dilakukan uji.
H. Prosedur Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder, data
primer diperoleh langsung dari responden melalui kuisioner, sedangkan data sekunder
diperoleh dari dokumen-dokumen dan catatan rekam medik di RS. Dr. Pirngadi Medan.
Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh penelliti dengan langkah – langkah :
1. Mengajukan surat izin penelitian dari program studi D – IV Bidan Pendidik Fak.
Keperawatan Sumatera Utara Medan.
2. Mengajukan izin penelitian dari direktur. RS. DR. Pirngadi Medan dr. Dewi
Fauziah Syahnan, Sp THT
3. Mengajukan izin penelitian kepada kepala SMF Obgyn
4. Mengajukan izin penelitian dari SMF Obgyn kepada kepala ruangan V
5. Setelah mendapat izin kepala ruangan, peneliti menyebarkan kuisioner yang
dibagikan kepada responden mengenai seksio sesaria dan pemberian ASI. Setelah
diberi penjelasan tentang cara pengisian kuisioner, kuisioner diisi langsung oleh
responden pada saat itu juga, apabila peneliti tidak menemukan responden peneliti
meminta bantuan salah seorang KOAS obgyn untuk memberi informasi apabila ada
pasien ( responden post SC ).
6. Dan setelah kuesioner selesai diisi lalu dikumpulkan kembali dan bila terdapat
I. Analisis Data
Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, paling tidak ada 4
tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui, yaitu :
1. Editing
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan pengisian formulir atau kuisioner
dimana harus lengkap, jelas, relevan, dan konsisten.
2. Koding
Koding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk
angka / bilangan. Kegunaan dari koding adalah untuk mempermudah pada saat
analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data
3. Processing
Setelah semua isian kuisioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah melewati
pengkodingan, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat
dianalisis pemprosesan yang dilakukan peneliti adalah dengan sistem komputerisasi.
4. Cleaning
Cleaning ( pembersihan data ) merupakan pengecekan kembali data yang sudah
sudah di – entry apakah ada kesalahan atau tidak ( Hastono. 2001 ).
Analisa data hasil penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian. Analisa data
dilakukan dengan univarat yaitu dilakukan untuk mengetahui gambaran distribusi
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Dari hasil penelitian gambaran pemberian ASI pada ibu bersalin post seksio sesaria
di RS. Dr. Pirngadi Medan tahun 2011 teradapat 32 responden dan dapat dilihat hasil
penelitian berikut:
TABEL 5. 1
Karakteristik Responden Pemberian ASI pada Ibu Bersalin Seksio Sesaria dengan Bius
Regional di RS. DR. Pirngadi Medan
Karakteristik Frekuensi Presentasi ( % )
Berdasarkan tabel 5.2 mayoritas responden mulai memberikan ASI pada hari pertama (
3 jam post seksio sesaria ) sebanyak 12 responden ( 37,5 % ), dan minoritas responden
memberikan ASI pada hari ke - 4 post seksio sesaria sebanyak 4 responden ( 12, 5 %
), sedangkan 6 responden ( 18,8 % ) menyusui pada ke-3 post seksio sesaria dan 10 (
31,3 % ) responden menyusui pada hari ke-2 post seksio sesaria
TABEL 5. 2
Distribusi Pemberian ASI pada Ibu Bersalin Seksio Sesaria dengan Bius Regional di RS.
DR. Pirngadi Medan
Menyusui Jumlah %
Segera setelah lahir ( 3 jam post SC ) 12 37,5
2 hari post sc 10 31,3
3 hari post sc 6 18,8
4 hari post sc 4 12,5
Total 32 100,0
Dari tabel 5.3 tersebut diketahui bahwa responden terbanyak berusia diantara 20 – 35
tahun sebanyak 22 responden ( 68,8 %) , dan diantara responden berusia < 20 tahun
mayoritas menyusui pada hari ke - IV sebanyak 3 responden ( 9,4% ), pada usia 20 – 35
tahun mayoritas menyusui pada hari ke – II sebanyak 10 responden ( 31,3 %), dan pada
usia > 35 tahun mayoritas menyusui pada hari pertama post SC sebanyak 4 ( 12,5 )
responden.
TABEL 5.3
Distribusi Pemberian ASI pada Ibu Bersalin Seksio Sesaria dengan Bius Regional di RS.
DR. Pirngadi Medan Berdasarkan Usia
Dari tabel 5.4 diketahui bahwa responden terbanyak berpendidikan SMA sebanyak 11
responden ( 34,4 %) , dan diantara responden berpendidikan SD mayoritas menyusui
pada hari ke – I dan II sebanyak 2 responden ( 6,3 % ), pada pendidikan SMP mayoritas
menyusui pada hari ke – II dan IV sebanyak 3 responden ( 9,4 %), pada pendidikan
SMA mayoritas menyusui pada hari pertama sebanyak 7 responden ( 21,9 % ) , dan
dengan pendidikan perguruan tinggi mayoritas menyusui pada hari ke – 3 post SC
sebanyak 3 ( 9,4 ) responden.
TABEL 5.4
Distribusi Pemberian ASI pada Ibu Bersalin Seksio Sesaria dengan Bius Regional di RS.
DR. Pirngadi Medan berdasarkan Pendidikan
Dari tabel 5.5 tersebut diketahui bahwa responden terbanyak pada paritas multipara
sebanyak 12 responden ( 37,5%) , dan di antara responden primipara mayoritas
menyusui pada hari ke – II sebanyak 4 responden ( 12,5 % ), pada sekundipara
mayoritas menyusui pada hari ke – I sebanyak 4 responden ( 12,5 %), pada multipara
mayoritas menyusui pada hari ke –I dan II sebanyak 4 responden ( 12,5 % ) , dan pada
grandemultipara mayoritas menyusui pada hari ke – 2 post SC sebanyak 2 responden
( 6,3 % ).
TABEL 5.5
Distribusi Pemberian ASI pada Ibu Bersalin Seksio Sesaria dengan Bius Regional di RS.
DR. Pirngadi Medan Berdasarkan Paritas
Dari tabel 5.6 tersebut diketahui bahwa responden terbanyak mendapatkan informasi
sebanyak 25 responden ( 78,1 %) , dan diantara responden yang mendapat informasi
mayoritas menyusui pada hari ke – I sebanyak 11 responden ( 34,4 % ), dan pada
responden yang tidak mendapat informasi mayoritas menyusui pada hari ke – II dan IV
sebanyak 3 responden ( 9,4 %).
TABEL 5.6
Distribusi Pemberian ASI pada Ibu Bersalin Seksio Sesaria dengan Bius Regional di RS.
DR. Pirngadi Medan Berdasarkan Sumber Informasi
Sumber
informasi
Menyusui
hari I
Menyusui
hari II
Menyusui
hari III
Menyusui
hari IV
Jumlah
F % F % F % F % f %
Ada 11 34,4 7 21,9 6 18,8 1 3,1 25 78,1
Tidak ada 1 3,1 3 9,4 0 0 3 9,4 7 21,9
B. PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai gambaran pemberian ASI pada ibu
bersalin seksio sesaria di RS DR Pirngadi Medan tahun 2011 dikemukakan adanya
variasi pemberian ASI berdasarkan umur, pendidikan, sumber informasi dan paritas.
1. Pemberian ASI
Berdasarkan tabel tersebut mayoritas responden mulai memberikan ASI pada hari
pertama ( 3 jam post seksio sesaria ) sebanyak 12 responden ( 37,5 % ), dan minoritas
responden memberikan ASI pada hari ke - 4 post seksio sesaria sebanyak 4 responden
( 12, 5 % ), sedangkan 6 responden ( 18,8 % ) menyusui pada ke-3 post seksio sesaria
dan 10 ( 31,3 % ) responden menyusui pada hari ke-4 post seksio sesaria.
Menurut Kristyansari (2009 ) Ibu yang menyusui dengan cara operasi sesar,
seringkali sulit menyusui bayinya segera setelah lahir. Hal ini akibat rahim yang sering
berkontraksi karena masih dalam proses kembali ke bentuk semula, juga akibat rasa
nyeri yang muncul dari jahitan operasi. Oleh karena itu dibutuhkan kemauan dan niat
yang besar dari para ibu untuk dapat memberikan ASI. Hal ini dapat dilihat berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan mayoritas ibu post seksio sesaria menyusui pada hari
pertama setelah 3 jam post SC, dan masih banyak terdapat ibu yang menyusui setelah 3
hari post SC, yang secara fisiologis menurut Prasetyo ( 2009 ), menyebutkan pada dua
hari pertama setelah kelahiran bayi produksi ASI belum banyak, sehingga jangan
biarkan bayi menghisap puting terlalu lama guna menghindarkan rasa sakit pada puting.
Dan pada hari ke 3 bayi dapat menyusui selama 15-20 menit setiap kali menyusui
Berdasarkan data tersebut peneliti berasumsi bahwa persalinan dengan seksio
sesaria secara fisiologis tidak mempengaruhi proses pemberian ASI apabila ibu
menginginkan.
Namun pemberian ASI pada ibu post SC ini terbatas pada beberapa hal diantaranya :
tenggang waktu, jenis pembiusan, obat yang di konsumsi dan fasilitas rooming – in
tempat pelayanan.
2. Pemberian ASI Berdasarkan Umur
Dari data pada tabel mayoritas ibu memberikan ASI pada hari kedua post SC
sebanyak 10 responden ( 31,3 % ) pada usia 20 – 35 tahun, dan minoritas
memberikan ASI pada hari ke IV sebanyak 1 responden ( 3,1 % ) pada usia > 35
tahun.
Menurur Soetjoningsih bahwa pemberian ASI di pengaruhi oleh kesiapan dan
keinginan ibu untuk menyusui, dan menurut Notoatmodjo tahun 2003 bahwa usia
mempengaruhi kematangan dan cara berfikir seseorang. Semakin tua umur
seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik. Begitu pula
dikemukakan oleh Prasetyo ( 2009 ) usia ibu saat mengandung dan menyusui juga
turut berpengaruh terhadap produksi ASI. Pada umumnya ibu yang berumur 19-23
tahun menghasilkan ASI yang lebih banyak dibandingkan ibu yang berusia 30 – an.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh soetjoningsih dan
Notoatmodjo, hal ini dapat dilihat dari data mayoritas ibu dengan usia muda < 20
tahun belum siap memberikan ASI pada hari pertama dibandingkan dengan ibu post
SC dengan usia > 35 tahun. Ini menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori dan
hasil penelitian yang dilakukan, sehingga menurut asumsi peneliti bahwa
3. Pemberian ASI Berdasarkan Pendidikan
Dari data pada tabel mayoritas ibu memberikan ASI pada hari pertama post SC
sebanyak 7 responden ( 21,9 % ) pada tingkat pendidikan terakhir SMA dan
minoritas pada hari ke IV pada tingkat pendidikan terakhir SD.
Menurut Mc. Charty & Maine ( 1992 ) dalam FKM – UI 1999 mengemukakan
bahwa wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan
kesehatan dirinya dan keluarga.
Hal ini sejalan dengan penelitian Suryani ( 2006 ) mengungkapkan bahwa tingginya
tingkat pendidikan ibu berdampak positif terhadap pemberian ASI .
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Mc. Charty
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan seseorang berperan dalam pemberian ASI.
Menurut asumsi peneliti bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi sikap dan prilaku
serta cara pemahaman mengenai pemberian ASI, hal ini karena ibu dapat
memperoleh berbagai informasi baik sewaktu masa pendidikan maupun sumber
lainnya, sesuai dengan teori yang dikemukan notoadmodjo tingkat pendidikan akan
mempengaruhi seseorang dalam menerima informasi sehingga banyak pula
pengetahuan yang dimiliki mengenai pemberian ASI.
4. Pemberian ASI Berdasarkan Paritas
Dari data pada tabel mayoritas ibu memberikan ASI hari pertama pada ibu
sekundipara dan multipara sebanyak 4 responden ( 12,5 % ), dan minoritas pada hari
ke empat.
Menurut hasil penelitian Suryani ( 2006 ) prilaku manusia dipengaruhi oleh
Seorang ibu yang telah pernah melahirkan akan lebih berpengalaman dalam
memberikan ASI kepada bayi dibanding ibu yang pertama kali memiliki anak.
Namun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa pada ibu primipara,
sekundi dan multipara memberikan ASI pada hari pertama. Sedangkan ibu dengan
grandemultipara menyusui pada hari ke II post SC. Hal ini mungkin disebabkan
adanya anggapan sebagian masyarakat yang menganggap bahwa menyusui
merupakan suatu proses yang alamia yang tidak memerlukan suatu pengetahuan dan
keterampilan khusus dalam menghadapinya. Berdasarkan penelitian ini peneliti
berasumsi yang sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Mode jane ( 2001 )
bahwa proses pemberian ASI pada dasarnya tidak semata- mata karena ibu telah
memiliki anak banyak sehingga akan lebih mengerti dalam memberikan ASI namun
keinginan dan kemauan ibu adalah hal yang paling berpengaruh dalam keberhasilan
menyusui.
5. Pemberian ASI berdasarkan Sumber Informasi
Dari data pada tabel mayoritas responden yang mendapatkan informasi memberikan
ASI pada hari pertama sebanyak 11 ( 34,4 % ) dan minoritas menyusui pada hari ke
empat sebanyak 1 responden ( 3, 1 % ).
Selain faktor interna pada faktor seperti gizi, masalah laktasi , pemberian ASI juga
dipengaruhi oleh faktor eksterna seperti sumber informasi. Menurut Green ( 1980 )
dikutip dari Notoadmodjo ( 1993 ),bahwa dengan adanya informasi diharapkan akan
terjadi peningkatan pengetahuan sikap dan prilaku dalam individu kelompok sasaran
yang berdasarkan kesadaran dan kemauan individu yang diharapkan. Hal ini yang
menjadi tolak ukur peneliti bahwa faktor pendukung dalam pemberian ASI adalah
sumber informasi karena dengan adanya informasi diharapkan prilaku dan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di RS. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dapat
disimpulkan bahwa :
1. Mayoritas reponden menyusui pada hari pertama sebanyak 13 ( 40,60 % )
2. Berdasarkan umur mayoritas responden menyusui pada hari ke dua sebanyak 10
responden ( 31,3 % )
3. Berdasarkan pendidikan mayoritas responden menyusui pada hari pertama sebanyak
7 responden ( 21,9 % )
4. Berdasarkan paritas mayoritas responden menyusui pada hari pertama sebanyak 4
responden ( 12,5 % )
5. Berdasarkan sumber informasi mayoritas responden menyusui pada hari pertama
sebanyak 11 responden ( 34,4 % )
B. Saran
1. Bagi Pelayanan Kebidanan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan kepada pelayanan kebidanan baik di
rumah sakit maupun bidan praktek swasta untuk lebih meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan khususnya dalam program inisiasi menyusui dini, sekiranya
2. Bagi responden
Diharapkan kepada ibu bersalin khususnya ibu post sesar agar memberikan ASI
segera setelah lahir tanpa mengkhawatirkan dengan menyusui akan menambah rasa
sakit luka operasi, karena operasi sesar tidak mempengaruhi produksi dan proses
menyusui.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Agar dapat melanjutkan penelitian ini dengan jumlah sampel dan populasi yang lebih
besar dan tidak terbatas pada saat responden berada di rumah sakit tetapi memantau
ibu setelah kembali ke rumah, agar dapat mengamati pemberian ASI secara eksklusif
DAFTAR PUSTAKA
Kasdu. ( 2003 ). Operasi Caesar Masalah dan solusinya. Jakarta : Puspa swara
Kristiyansari weni. ( 2009 ). ASI, Menyusui dan SADARI. Yogyakarta : Nuha medika
Manuaba, dkk. ( 2008 ). Obstetri – Ginekologi untuk profesi Bidan. Jakarta : EGC
Mitayani. ( 2009 ). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : salemba medika
Moody Jane, dkk. ( 2001 ). Menyusui Cara Mudah Praktis dan Nyaman. Jakarta : Arcan
Nugroho, B.A. ( 2005 ). Strategi jitu memilih metode statistik penelitian dengan SPSS
edisi I. Yogyakarta : Adi
POGI. ( 2008 ). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPKR
Prasetyono Dwi sunar. ( 2005 ). Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta : Diva Press
Riyanto agus. ( 2009 ). Pengolahan dan Analisa data Kesehatan. Yogyakarta. : Yoha
moha medika
Santoso Yudi. ( 2009 ). Panduan Lengkap Kebidanan. Yogyakarta : PALLMALL
Soetjiningsih. ( 1997 ). ASI Petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta : EGC
Sulistyawati. ( 2009 ). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada ibu nifas. Yogyakarta :
ANDI
Suyanto & Salamah Ummi. ( 2009 ). Riset Kebidanan. Yogyakarta : Mitra Cendikia.
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bernama Fitriani / 105102056 adalah mahasiswa Program Sudi D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumaera Utara. Saat ini sedang
melakukan penelitian tentang “ Pemberian ASI pada ibu pasca SC dengan bius regional
di RS DR. Pirngadi Medan Tahun 2011 “.
Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir
di Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara. Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan ibu untuk menjadi responden
dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kepada ibu untuk mengisi kuesioner
dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar
persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan mahasiswa.
Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat suka rela, sehingga bebas
mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Identitas pribadi ibu dan semua
informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan
penelitian.
Terima kasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.
Peneliti Medan, Maret 2011
Responden
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
Pemberian ASI pada ibu pasca SC dengan bius regional di RS.dr. Pirngadi Medan Tahun 2011
Kode Responden : ...
( Diisi oleh peneliti )
Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan saudara saat ini dengan
memberi tanda cheklist (√) pada salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan anda.
I. Karakteristik responden
1. Umur : Tahun
2. Agama : Islam Hindu
Kristen katolik Budha
Kristen protestan
3. Suku : Jawa Melayu
Batak Minang
4. Pendidikan : Tidak sekolah SMU
SD ( Sekolah Dasar ) Diploma / Sarjana
SMP
5. Pekerjaan : Ibu rumah tangga PNS
Petani Buruh
Wiraswasta Pegawai swasta
6. Sumber informasi : Ada Tidak ada
7. Paritas : Primipara Multipara
II. Pemberian ASI pada ibu pasca SC dengan bius regional
Petunjuk pengisian kuisioner :
a. Baca dan pahami dengan baik setiap pertanyaan
b. Mintalah penjelasan apabila ada pertanyaan yang kurang jelas
c. Berikan tanda cheklist (√) pada salah satu jawaban yang menurut anda benar
d. Pertanyaan dijawab sendiri oleh responden
1 Apakah ibu memberikan ASI kepada bayi segera setelah 3 jam setelah operasi ?
Ya Tidak
2 Apakah ibu telah memberikan ASI pada hari ke dua setelah operasi
Ya Tidak
3 Apakah ibu telah memberikan ASI pada hari ke tiga setelah operasi
Ya Tidak
4 Apakah ibu telah memberikan ASI pada hari ke empat setelah operasi
Lampiran 3
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FK USU
Nama Mahasiswa : Fitriani Nama Pembimbing : dr. Christoffel L. Tobing SPOG(K)
NIM : 105102056 NIP : 140139768
Judul KTI : Pemberian ASI pada ibu bersalin seksio sesaria dengan bius Regional di RS. Dr. Pirngadi Medan
Tanggal Materi Anjuran / Saran Paraf
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Fitriani
Tempat/ tanggal lahir : 8 Mei 1989
Agama : Islam
Alamat : Batu ajo, Kota pinang
Riwayat pendidikan :
Tahun 1994 – 2000 : SDN 118257 Batu Ajo
Tahun 2000 – 2003 : MTs Ponpes Darul Falah Langgapayung
Tahun 2003 – 2006 : MA Ponpes Darul Falah Langgapayung
Tahun 2006 – 2009 : Akbid Ika Bina Rantauprapat