Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
PENILAIAN DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA DENGAN
MACROERGONOMIC ORGANIZATIONAL
QUESTIONNAIRE SURVEY (MOQS)
TUGAS SARJANA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari
Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh :
E L F R I D A
040403042
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Pada era globalisisi saat ini, industri manufaktur maupun jasa dituntut untuk meningkatkan produktivitas sumber daya manusianya agar dapat bersaing untuk kelangsungan perusahaan. Dalam upaya meningkatkan produktivitas sumber daya manusia perlu adanya upaya yang kondusif untuk memperbaiki sistem kerja. Sistem kerja yang baik akan tercapai jika semua komponen dalam sistem kerja (baik sosial maupun teknis) dirancang secara ergonomis dan outcome yang dirasakan oleh manusianya juga baik. Outcome tersebut antara lain berupa quality of working life (seperti job satisfaction), stress fisik dan mental (physical and psychological stress), kesehatan fisik dan mental (physical and mental health), kinerja dan perilaku (performance and attitudes). Maka pendekatan yang paling tepat digunakan adalah dengan makro ergonomi yaitu optimasi sistem kerja dalam kaitannya dengan sosial (perilaku organisasi dan psikologi organisasi) dan teknis. Sistem kerja pada CV. Haycal Pratama banyak melibatkan komponen sosial dan teknis yang dirasakan mempengaruhi salah satu outcome yaitu tingkat stress kerja (Job Stress). Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu upaya penilaian dan perbaikan sistem kerja untuk meminimalkan tingkat stress kerja tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan malakukan penilaian terhadap pengaruh dari kondisi setiap komponen sistem kerja terhadap tingkat stress kerja yang dialami karyawan di CV. Haycal Pratama. Komponen sistem kerja yang dimaksud yaitu kondisi organisasi, pekerjaan (task), lingkungan fisik, lingkungan sosial, peralatan dan teknologi mesin serta karakteristik individual. Adapun tool yang digunakan dalam pengidentifikasian dan penilaian tersebut yaitu Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS) dengan analisis jalur. Setelah dilakukan identifikasi dan penilaian, selanjutnya diberikan usulan perbaikan untuk mengurangi dan mengantisipasi stress kerja yang dialami karyawan.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1
1.2. Rumusan Permasalahan . ... I-3
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... I-3
1.4. Pembatasan Masalah dan Asumsi Penelitian ... I-4
1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-5
II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Dan Ruang Lingkup Perusahaan ... II-1
2.2. Organisasi dan Manajemen ... II-2
2.2.1. Struktur Organisasi CV. Haycal Pratama... II-2
2.2.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-3
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
2.3.1. Tenaga Kerja ... II-6
2.3.2. Jam Kerja ... II-6
2.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan ... II-7
III. LANDASAN TEORI
3.1. Konsep Dasar Ergonomi ... III-1
3.2. Metode Ergonomi Makro (Macroergonomic Methods) ... III-4
3.3. Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS) III-6
3.3.1. Dasar dan Aplikasi ... III-6
3.3.2. Prosedur ... III-7
3.4. Metode Penelitian Survey ... III-10
3.4.1. Wawancara (Interview) ... III-11
3.4.2. Kuisioner (Angket) ... III-11
3.5. Skala Pengukuran ... III-14
3.6. Pengujian Validitas ... III-18
3.7. Pengujian Reabilitas ... III-22
3.8. Analisis Jalur (Path Analysis) ... III-25
3.8.1. Konsep dan Definisi ... III-25
3.8.2. Langkah – langkah Analisis Jalur ... III-25
3.9. Stress Kerja (Job Stress) ... III-28
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Sifat Penelitian ... IV-1
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian . ... IV-1
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
4.4. Populasi Dan Sampel ... IV-4
4.5. Prosedur Penelitian ... IV-5
4.5.1. Observasi Pendahuluan Dan Studi Pustaka ... IV-5
4.5.2. Pengumpulan Data ... IV-5
4.5.3. Pengolahan Data ... IV-7
4.5.3. Analisis Dan Pembahasan ... IV-7
V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data ... V-1
5.1.1. Kuisioner Terbuka ... V-4
5.1.2. Kuisioner Tertutup ... V-4
5.1.2.1. Data Kuisioner Pendahuluan... V-5
5.1.2.2. Data Kuisioner Penelitian ... V-6
5.2. Pengolahan Data ... V-8
5.2.1. Pengujian Validitas Kuisioner Pendahuluan ... V-8
5.2.2. Pengujian Reabilitas Kuisioner Pendahuluan... V-11
5.2.3. Analisis Jalur (Path Analysis) ... V-13
VI. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
6.1. Analisis Dan Interpretasi Analisis Jalur ... VI-1
6.2. Pembahasan ... VI-9
6.2.1. Pengaruh Kondisi Elemen Sistem Kerja Terhadap
Stress Kerja... VI-9
6.2.2. Dampak Stress Terhadap Kondisi Pekerja Dan PerusahaanVI-12
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ... VII-1
7.2. Saran ... VII-2
DAFTAR PUSTAKA ... DP
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja pada CV. Haycal Pratama ... II-6
2.2. Jam Kerja pada CV. Haycal Pratama ... II-7
3.1. Perbandingan Antara Mikro Ergonomi Dengan Makro Ergonomi ... III-6
4.1. Variabel Dan Indikatornya ... IV-4
5.1. Kisi – kisi Kuisioner ... V-4
5.2. Data Kuisioner Pendahuluan ... V-5
5.3. Data Kuisioner Penelitian ... V-7
5.4. Data dan Validasi instrumen Pernyataan Pertama ... V-9
5.5. Hasil Pengujian Validitas Instrumen... V-10
5.6. Perhitungan Reabilitas Kuisioner ... V-12
5.7. Pengelompokan Jawaban Responden ... V-16
5.8. Proses Transformasi Data Ordinal Menjadi Data Interval ... V-20
5.9. Hasil Transformasi Skala Data ... V-21
5.10. Rekapitulasi Skor Variabel ... V-21
5.11. Data Penelitian Berskala Interval... V-22
5.12. Korelasi Antar Variabel ... V-23
5.13. Variables Entered/Removed ... V-23
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
5.15. ANAVA ... V-24
5.16. Koefisien Regresi ... V-24
5.17. Kontribusi Variabel Bebas ... V-26
5.18. Kontribusi Simultan X1 , X3 dan X4 Terhadap Y ... V-26
6.1. Kontribusi Dan Koefisien Jalur Variabel Bebas ... VI-7
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. Struktur Organisasi CV. Haycal Pratama ... II-5
4.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... IV-3
4.2. Prosedur Penelitian ... IV-8
5.1. Kriteria Usia Responden ... V-1
5.2. Kriteria Pendidikan Terakhir ... V-1
5.3. Kritria Masa Kerja Responden ... V-2
5.4. Diagram Jalur X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan Y ... V-14
5.5. Diagram Jalur Akhir... V-25
6.1. Hubungan Kausalitas Variabel Penelitian ... VI-1
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
Kuisioner Terbuka ... L-1
Kuisioner Tertutup ... L-2
Tabel student t ... L-3
Nilai Korelasi Product Moment Untuk pengujian validitas (SPSS) ... L-4
Nilai Alpha Cronbach utk Pengujian Reabilitas (SPSS) ... L-5
Tabel Distribusi Normal Kumulatif ... L-6
Tabel Koordinat kurva normal baku ... L-7
Layout Awal Control Room ... L-8
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Perkembangan dunia usaha yang semakin maju dan kompetitif menuntut
penyesuaian yang harus terus – menerus dilakukan oleh perusahaan yang antara
lain adalah membuat sistem kerja menjadi lebih baik. Sistem kerja yang baik
merupakan salah satu faktor terpenting dalam kemajuan perusahaan, dan
merupakan kunci utama keberhasilan dalam rangka meningkatkan produktivitas
dan efisiensi perusahaan dan mengurangi resiko pekerjaan. Untuk itu, yang
seharusnya dilakukan adalah penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan
lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomi. Sasaran
penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Ada
beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the job to
the worker”.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan setiap
komponen dari sistem kerja semakin kompleks. Mulai dari teknologi,
proses/tugas, organisasi, lingkungan fisik, lingkungan sosial, budaya dan perilaku,
regulasi, dan komponen lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendekatan
ergonomi sudah tidak relevan. Dan oleh para peneliti, sistem kerja seperti itu
dapat dievaluasi dengan pendekatan yang disebut dengan ergonomi makro. Makro
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
CV. Haycal Pratama merupakan perusahaan kontraktor yang menangani
beberapa bidang usaha yaitu konstruksi, manajemen instalasi gedung serta
leveransir. CV. Haycal Pratama dipercayakan sebagai kontraktor dan leveransir di
kantor Gubernur Sumatera Utara sejak tahun 2002. Meraka yang
bertanggungjawab mengurusi manajenen dan operasi instalasi fisik gedung dan
pengadaan barang untuk keperluan kantor. CV. Haycal Pratama dituntut untuk
memberikan pelayanan yang baik demi kelangsungan kegiatan di pusat
pemerintahan Sumatera Utara tersebut. Tuntutan, tanggung jawab serta komponen
dari sistem kerja mereka sendiri memungkinkan kompleksitas masalah yang akan
mereka hadapi dan hal ini menyebabkan absensi karyawan yang cukup tinggi
(yaitu sekitar 10% setiap bulannya) dan kurangnya motivasi kerja. Dan dari sudut
pandang ergonomi, absensi yang cukup tinggi dan kurangnya motivasi kerja
tersebut dapat dikatakan sebagai implikasi bahwa karyawan mengalami stress saat
bekerja.
Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi dan penilaian terhadap
pengaruh dari kondisi setiap komponen sistem kerja terhadap tingkat stress kerja
yang dialami karyawan. Komponen sistem kerja yang dimaksud yaitu kondisi
organisasi, pekerjaan (task), lingkungan fisik, lingkungan sosial, peralatan dan
teknologi mesin serta karakteristik individual. Selanjutnya dari hasil penilaian
akan diperoleh pengaruh komponen sistem kerja yang paling signifikan dan
komponen tersebut akan dianalisis lebih lanjut dan diberikan usulan perbaikannya
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
1.2. Rumusan Permasalahan
Dari uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi
perusahaan yaitu terjadinya stress kerja (Job stress) pada karyawan yang
diakibatkan oleh kondisi setiap komponen yang terkait pada sistem kerja
perusahaan. Permasalahan ini akan dipecahkan dengan mengidentifikasi dan
menilai seberapa besar pengaruh simultan dan pengaruh langsung setiap
komponen sistem kerja terhadap stress yang dialami karyawan. Sehingga dapat
diberikan usulan perbaikan terhadap komponen yang memberikan pengaruh yang
signifikan untuk mengurangi stress kerja tersebut.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan suatu kondisi
sistem kerja yang dapat mengurangi tingkat stress kerja yang dialami karyawan.
Sedangkan, tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:
a. Mengidentifikasi kondisi setiap komponen dari sistem kerja yang mungkin
menjadi penyebab timbulnya stress kerja.
b. Melakukan penilaian terhadap pengaruh dari komponen sistem kerja terhadap
tingkat stress kerja (job stress) yang dialami karyawan pada sistem kerja di
CV. Haycal Pratama.
c. Memberikan usulan perbaikan terhadap kondisi komponen sistem kerja yang
berpengaruh signifikan untuk mengurangi dan mengantisipasi stress kerja
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
a. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan teori yang didapat
di bangku kuliah dengan mengaplikasikannya dengan penelitian langsung di
lapangan.
b. Menjalin dan mempererat kerjasama antara pihak perusahaan tempat
penelitian dengan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara.
c. Sebagai masukan dan sumbangan pemikiran bagi pihak perusahaan untuk
tambahan atau perbaikan dari sistem kerja yang mereka jalankan selama ini.
1.4. Pembatasan Masalah dan Asumsi Penelitian
Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Responden dalam penelitian ini adalah semua operator yang bekerja di CV.
Haycal Pratama Divisi kantor Gubernur Sumatera Utara Jalan Diponegoro,
Medan.
b. Komponen sistem kerja yang akan dievaluasi sebagai variabel bebas yaitu :
kondisi organisasi, pekerjaan (task), lingkungan fisik, lingkungan sosial,
peralatan dan teknologi mesin serta karakteristik individual.
c. Elemen keluaran yang akan dievaluasi sebagai variabel terikat yaitu tingkat
stress kerja (Job Stress) yang dialami karyawan.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Kondisi sistem kerja yang diamati tidak berubah selama penelitian.
b. Operator yang menjadi responden dalam keadaan baik (sehat jasmani dan
rohani).
c. Seluruh data yang diperoleh dari perusahaan maupun dari sumber lainnya
dianggap benar dan dapat dipercaya.
1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Penulisan laporan Tugas Akhir ini nantinya akan dikelompokkan ke dalam
beberapa bab yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, pembatasan masalah dan asumsi penelitian, serta
sistematika penulisan tugas akhir.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini berisi sejarah dan gambaran umum perusahaan, organisasi
dan manajemen, teknologi yang digunakan, serta prosedur
operasional.
BAB III LANDASAN TEORI
Bab ini berisi teori-teori yang digunakan dalam analisis pemecahan
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan hingga
penyusunan laporan tugas akhir.
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi data-data primer dan sekunder yang diperoleh dari
penelitian serta pengolahan data yang membantu dalam pemecahan
masalah.
BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi analisis terhadap hasil pengolahan data dan
pembahasan tentang hasil analisis dan usulan pemecahan masalah
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil pemecahan masalah
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah dan Ruang Lingkup Perusahaan
CV. Haycal Pratama merupakan suatu perusahaan jasa swasta yang
bergerak di bidang kontraktor dan leveransir, bidang usahanya meliputi konstruksi
gedung, pengoperasian dan perawatan instalasi fisik gedung, serta perdagangan
dan pengadaan barang. CV. Haycal Pratama memiliki kantor pusat di Jl. Bakti
Luhur No. 34, Medan. Kantor ini hanya dijadikan sebagai pusat kegiatan
administrasi dan manajemen perusahaan.
Perusahaan ini secara resmi didirikan pada tahun 2002 dengan dilatar
belakangi adanya permintaan sejumlah instansi di kota Medan untuk mengurusi
pengadaan barang dan instalasi kantor yang salah satunya adalah kantor dinas
Gubernur Sumatera Utara Jalan Diponegoro Medan yang pada awalnya dipegang
oleh kontraktor lain yang sejenis yaitu CV. Graha 33. Dan setahun kemudian CV.
Haycal Pratama ini mulai menerima proyek – proyek bangunan berskala kecil dan
menengah.
CV. Haycal Pratama memfokuskan usahanya pada beberapa bidang yaitu
sebagai berikut:
1. Manajemen instalasi fisik gedung, meliputi :
Jasa pengelolaan gedung serta perawatan dan pengelolaan seluruh
peralatan/utilitas yang terpasang dalam gedung seperti instalasi listrik,
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
2. Konstruksi
Meliputi proyek pembangunan properti (rumah, kantor, ruko, dan lain – lain)
yang berskala kecil dan menengah.
3. Leveransir
Meliputi jasa pengadaan barang – barang yang diperlukan dan dipesan
langsung oleh konsumen.
2.2. Organisasi dan Manajemen
2.2.1. Struktur Organisasi CV. Haycal Pratama
Organisasi merupakan sekelompok orang yang bekerja sama untuk
mencapai suatu tujuan tertentu, sedangkan struktur organisasi adalah kerangka
antar hubungan dari orang-orang atau unit-unit organisasi yang masing-masing
memiliki tugas, tanggung jawab dan wewenang tertentu. Struktur organisasi harus
menunjukkan satuan-satuan organisasi dan garis wewenang sehingga terlihat jelas
batasan-batasan tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap personil dalam
organisasi. Dengan demikian diharapkan adanya suatu kejelasan arah dan
kordinasi untuk mencapai tujuan perusahaan.
Struktur organisasi yang digunakan CV. Haycal Pratama adalah berbentuk
campuran lini dan fungsional. Struktur organisasi bentuk lini dapat dilihat dengan
adanya pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari pimpinan tertinggi
kepada unit-unit organisasi yang berada di bawahnya dalam bidang pekerjaan
tertentu secara langsung, serta pemberian wewenang dan tanggung jawab yang
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
hirarki yang ada. Struktur organisasi fungsional dapat dilihat dengan adanya
pemisahan/pembagian tugas, pendelegasian wewenang serta pembatasan
tanggung jawab yang tegas pada setiap bidang yaitu produksi, personalia, dan
pemasaran berdasarkan fungsinya masing-masing dalam struktur organisasinya.
Hal ini dibuat sesuai dengan kebutuhan serta kelancaran dan kemajuan usaha
organisasi dalam mencapai tujuan perusahaan. Struktur organisasi CV. Haycal
Pratama dapat dilihat pada Gambar 2.1.
2.2.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
Untuk menggerakkan suatu organisasi dibutuhkan personil yang
memegang jabatan tertentu dalam organisasi dimana masing-masing personil
mempunyai tugas dan tanggung jawab sesuai dengan jabatannya. Tanggung jawab
yang diberikan harus seimbang dengan wewenang yang diterima.
Adapun deskripsi pekerjaan (job description) dari masing-masing posisi
pada struktur organisasi CV. Haycal Pratama adalah sebagai berikut:
1. Direktur
Merupakan pemimpin tertinggi sekaligus sebagai pemilik tunggal (owner)
perusahaan yang menetapkan langkah-langkah pokok dalam melaksanakan
kebijakan dan sasaran-sasaran perusahaan, mengendalikan seluruh kegiatan
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
2. Koordinator Leveransir
Bertanggung jawab atas semua kegiatan pengadaan barang/material yang
diperlukan setiap divisi, proyek dan setiap order dari konsumen langsung.
3. Koordinator Proyek
Bertanggung jawab atas semua kegiatan proyek konstruksi yang ditangani
perusahaan seperti melakukan penjadwalan proyek, perencanaan material,
perencanaan dan perekrutan buruh bangunan sampai kepada tahap
pembangunan (konstruksi).
4. Koordinator (Divisi)
Bertanggung jawab atas semua kegiatan manajemen instalasi fisik gedung
dan pengadaan barang di setiap divisi yang menjadi wewenangnya.
5. Bagian Administrasi
Bertanggung jawab dalam mengurusi semua kegiatan administrasi
perusahaan dan bertanggung jawab langsung kepada direktur.
6. Bagian Keuangan
Bertanggung jawab dalam mengurusi semua keuangan (accounting)
perusahaan dan juga bertanggung jawab langsung kepada direktur.
7. Supervisor Lapangan
Mengawasi kelangsungan seluruh kegiatan operasioal perusahaan di
lapangan atau di divisi yang menjadi wewenangnya.
8. Teknisi
Melakukan pemasangan dan pemadaman instalasi fisik gedung, perawatan
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Gambar 2.1. Struktur Organisasi CV. Haycal Pratama Direktur
Administrasi Keuangan Koordinator
(Kantor Gubsu)
Supervisor
Koordinator (Leveransir)
Koordinator (Proyek)
Teknisi (Instalasi Air) Teknisi
(Genset & penerangan) Teknisi
(AC) Teknisi
(Lift)
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
2.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan
2.3.1. Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja pada CV. Haycal Pratama untuk divisi kantor Gubsu
adalah sebanyak 19 orang, yang terdiri dari 18 teknisi dan satu orang supervisor
(koordinator). Status karyawan tersebut berdasarkan frekuensi penggajiannya adalah
termasuk ke dalam karyawan bulanan dengan gaji yang dibayar sekali dalam sebulan
sesuai dengan skala penggajian yang dibagi - bagi berdasarkan kualifikasi tertentu.
Perincian jumlah tenaga kerja tetap yang ada di CV. Haycal Pratama dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja pada CV. Haycal Pratama
No Jabatan Jumlah (orang)
1 Direktur 1
2 Koordinator Leveransir 3
3 Koordinator Proyek 5
4 Koordinator (Divisi kantor Gubsu) 1
5 Administrasi 3
6 Keuangan 2
7 Supervisor 1
8 Teknisi 18
Sumber : CV. Haycal Pratama
2.3.2. Jam Kerja
Pengaturan jam kerja pada CV. Haycal Pratama disesuaikan berdasarkan jam
kerja karyawan dan pimpinan kantor Gubsu yaitu setiap hari senin – jumat dengan 7-8
jam kerja per hari atau dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Jam Kerja pada CV. Haycal Pratama
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
Senin-Kamis
08.30 - 12.00 Kerja
12.00 - 13.00 Istirahat
13.00 – 17.00 Kerja
Jumat
08.30 – 12.00 Kerja
12.00 - 14.00 Istirahat
14.00 – 17.00 Kerja
Sumber: CV. Haycal Pratama
Jam kerja tersebut dapat berubah sesuai dengan jam kerja lembur karyawan
dan pimpinan kantor Gubernur Sumatera Utara.
2.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan
Unit organisasi yang terkait dalam sistem penggajian dan pengupahan pada
CV. Haycal Pratama dilakukan dan ditangani oleh bagian keuangan.
Penggajian pada CV. Haycal Pratama dilakukan pada akhir tanggal setiap
bulannya. Perusahaan juga memberikan upah lembur kepada karyawan yang bekerja
melebihi jam kerja normal.
Adapun komponen pengupahan dan fasilitas yang diterima karyawa pada CV.
Haycal Pratama adalah sebagai berikut:
1. Gaji pokok
2. Biaya konsumsi
3. Biaya transportasi
4. Tunjangan Hari Raya (THR)
Besarnya adalah tambahan satu bulan gaji bagi karyawan yang mempunyai masa
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
5. Tunjangan Insentif
Diberikan dengan cara ditambahkan ke dalam upah karyawan sesuai dengan
prestasi kerja yang ditunjukkan masing- masing karyawan.
Fasilitas lain yang diberikan perusahaan kepada karyawannya yaitu berupa
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Konsep Dasar Ergonomi 1
1
Tarwaka, Solichulha, Bakri, Lilik S. Ergonomi (Surakarta : Uniba Press,2004), p.03
Ergonomi sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja
dan Nomos yang berarti ilmu atau hukum. Dengan demikian ergonomi dimaksudkan
sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaannya. Didiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dari
kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan lingkungan kerjanya.
Disiplin ini juga berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas – batas
kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang pada saat berhadapan
dengan keadaan lingkungan sistem kerjanya yang berupa perangkat keras (mesin,
peralatan kerja, dll) dan perangkat lunak (metode kerja, sistem dan prosedur, dll).
Maksud dan tujuan dari disiplin ergonomi adalah mendapatkan suatu
pengetahuan yang utuh tentang permasalahan – permasalahan interaksi manusia
dengan teknologi dan lingkungan kerjanya, sehingga dimungkinkan adanya suatu
rancangan sistem kerja yang optimal.
Disiplin ilmu ergonomi merupakan suatu cabang keilmuan yang secara
sistematis memanfaatkan informasi – informasi mengenai sifat , kemampuan dan
keterbatasan manusia untuk merancang dan memperbaiki suatu sistem kerja, sehingga
setiap orang dapat hidup dan bekerja pada sistem tersebut dengan baik, yaitu
mencapai tujuan yang diinginkan dari pekerjaan itu dengan efektif, efisien, aman dan
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
Informasi yang lengkap mengenai manusia, peralatan dan lingkungan kerja
dalam ergonomi diperoleh melalui penyelidikan - penyelidikan yang dibagi dalam 4
kelompok, yaitu :
1. Penyelidikan tentang display
Display adalah bagian dari lingkungan yang mengkomunikasikan
keadaannya kepada manusia. Informasi yang diberikan menyangkut semua
rangsangan yang bisa diterima indera manusia baik langsung maupun tidak langsung.
Display langsung merupakan display yang langsung dapat diterima oleh alat indera
manusia, misalnya jalan raya. Sedangkan display tidak langsung adalah display yang
tidak dapat diterima langsung oleh indera manusia, misalnya speedometer. Display
statis adalah display yang memberikan informasi tentang sesuatu yang tidak
bergantung terhadap waktu, misalnya peta. Display dinamis adalah display yang
menggambarkan perubahan menurut skala waktu misalnya speedometer pada
kendaraan bermotor.
Display menjadi penting apabila rangsangan tersebut tidak dapat dirasakan
dengan baik dikarenakan :
1. Terlalu kecil sehingga diperlukan alat pembesar.
2. Terlalu besar sehingga perlu diperkecil.
3. Bercampur dengan gangguan (noise)
4. Diluar batas kemampuan manusia.
5. Perlu pengamatan yang teliti.
6. Perlu disimpan untuk jangka waktu yang lama.
7. Rangsangan dapat diterima dengan baik apabila dalam bentuk yang lain.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
Perancangan display yang baik adalah display yang dapat menyampaikan
informasi selengkap mungkin tanpa menimbulkan banyak kesalahan dari manusia
yang menerimanya.
2. Penyelidikan tentang hasil kerja manusia dan proses pengendalian.
Hal ini menyelidiki tentang aktivitas kerja dan mempelajari cara mengukur
setiap aktivitas. Mengukur aktivitas kerja manusia adalah mengukur berapa besarnya
tenaga yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaannya (dalam satuan kilo kalori).
Secara umum terbagi 2 kriteria, yaitu kriteria fisiologis dan operasional.
a. Kriteria fisiologis ditentukan berdasarkan kecepatan denyut jantung dan
pernapasan. Usaha untuk menentukan besarnya tenaga yang tepat berdasarkan
kriteria ini agak sulit karena perubahan fisik dari keadaan normal yang aktif
melibatkan beberapa fungsi psikologis lain, seperti tekanan darah, peredaran
udara, jumlah oksigen dan lainnya.
b. Kriteria operasional melibatkan teknik-teknik untuk mengukur atau
menggambarkan hasil-hasil yang bisa dilakukan tubuh atau anggota- anggota
tubuh pada saat melaksanakan gerakan - gerakannya. Secara umum hasil gerakan
yang bisa dilakukan tubuh atau anggota tubuh dapat dibagi dalam bentuk - bentuk
rentangan gerakan, pengukuran aktivitas berdasarkan kekuatan, ketahanan,
kecepatan dan ketelitian. Untuk mengukur aktivitas tersebut digunakan alat ukur
seperti dinamometer, alat pengukur tegangan dan lainnya.
3. Penyelidikan tentang tempat kerja.
Diarahkan untuk mendapatkan ukuran - ukuran tempat kerja yang sesuai
dengan tubuh manusia. Penyelidikan ini banyak berhubungan dengan antropometri.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
Yang dimaksud dengan lingkungan fisik meliputi ruangan dan fasilitas yang
biasa digunakan serta kondisi lingkungan kerja, sehingga mendukung diperolehnya
rancangan sistem kerja yang efisien dan produktif. Faktor - faktor yang
mempengaruhi antara lain temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan,
kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan dan warna.
3.2. Metode Ergonomi Makro (Macroergonomic Methods)
Makro ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang pertama kali diperkenalkan
oleh Hal W. Hendrik pada era tahun 80’an. Cabang ergonomi ini muncul diakibatkan
oleh perkembangan teknologi yang begitu pesat, melebihi kecepatan perkembangan
organisasi, selain itu juga disebabkan terdapatnya kelemahan dalam mikro ergonomi.
Makro ergonomi juga meneliti tentang pekerjaan, namun makro ergonomi
memeriksa pekerjaan dan sistem kerja secara lebih luas. Beberapa hal yang dibahas
dalam makro ergonomi adalah struktur organisasi, interaksi antara orang-orang yang
ada dalam organisasi dan aspek motivasi dari pekerja. Dengan kata lain, ergonomi
hanya melihat dari tingkat pekerjaan, namun makro ergonomi melihat dari tingkat
pekerjaan dan juga tingkat organisasi.2
a. Genarasi pertama
Hendrick mendeskripsikan ergonomi dalam sebuah seri dari tiga generasi :
Ergonomi berkaitan dengan kemampuan fisik, fisiologis, lingkungan, dan
karekteristik perceptual dalam merancang dan mengaplikasikan sistem antar
manusia dan mesin. Hal ini meliputi control, display, penyusunan ruang kerja dan
lingkungan kerja.
b. Generasi kedua
2
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
Generasi ini ditandai ketika berahlinya perhatian para ahli dengan berkembangnya
sistem komputer. Disini para ahli ergonomi menekankan penelitian pada
bagaimana manusia menerima, mempersepsikan, mengolah, dan menyimpulkan
data dan informasi. Hendrick menjelaskan bahwa generasi kedua meningkatkan
penekanan pada pengembangan dan aplikasi penggunaan sistem antar teknologi
dan pengguna.
c. Generasi ketiga
Generasi ini ditandai dengan masuknya unsur eksternal yaitu organisasi dan
sistem sosioteknik ke dalam ergonomi. Generasi ini menekankan perhatian pada
aspek penerapan pengetahuan tentang individu dan organisasi pada perancangan,
implementasi dan penggunaan teknologi baru. Atau dengan kata lain, generasi
ketiga fokus pada makro ergonomi, atau keseluruhan organisasi sistem kerja dan
berkonsentrasi pada pengembangan dan aplikasi dari teknologi dihubungankan
dengan organisasi.
Makro ergonomi dapat dimulai pada tingkat organisasi dari atas ke bawah.
Ergonomi dan makro ergonomi tidak bertentangan, dalam kenyataanya keduanya
saling melengkapi satu sama lain. Perbandingan antara kedua konsep ini dapat dilihat
pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Perbandingan Antara Mikro Ergonomi Dengan Makro Ergonomi
Karakteristik Ergonomi Makro Ergonomi
Tingkat bahasan Mikro Makro
Unit kerja Tugas, sub-tugas Divisi kerja
Tujuan Mengoptimalkan pekerja Mengoptimalkan sistem kerja
Fokus Perincian Peninjauan secara luas
Alat pengukuran Umumnya mengukur secara
fisik seperti: luas, tenaga,
luminasi, decibel, waktu
Umumnya organisasional dan
mengukur subjektifitas seperti
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
perilaku dan moral
Sejarah penelitian 27 - 47 tahun 10 - 12 tahun
Sejarah aplikasi 17 - 27 tahun 8 - 9 tahun
Aplikasi keahlian Anatomi, psikologi,
psikologi pesepsi, teknik
industri
Organisasi, psikologi
organisasi
3.3. Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS)3
3
Hal W. Hendrick. Handbook of Human Factor And Ergonomics. (CRC Press ; 2005). P.75.1
3.3.1. Dasar Dan Aplikasi
Sebagaimana survei kuisioner dalam penelitian, Macroergonomic
Organizational Questionnaire Survey (MOQS) juga digunakan untuk mengumpulkan
informasi tentang berbagai aspek atau variabel dari suatu sistem kerja (Carayon and
Smith, 2000). Informasi dapat berupa tugas, kondisi organisasi, masalah lingkungan,
peralatan kerja, teknologi dan karakteristik individual. Sebagai tambahan, MOQS juga
digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai variabel keluaran seperti
kepuasan kualitas kerja (misalnya kepuasan kerja / job satisfaction), stress fisik dan
psikologis, kesehatan mental dan fisik, kinerja dan sikap (misalnya niat untuk
meninggalkan pekerjaan).
MOQS dapat sangat bermanfaat dalam beberapa tahap seperti pada tahap
diagnosa, penilaian organisasi, evaluasi pengaruh suatu perubahan pada suatu
karakteristik kunci, serta memonitor opini pekerja terhadap implementasi sesuatu
yang baru.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
Hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam MOQS yaitu pada tahap
pengembangan kuisioner. Metode yang diterapkan dalam mengembangkan,
implementasi dan penyebaran kuisioner menjadi sangat penting dalam menentukan
kualitas dan kegunaan data yang dikumpulkan.
Carayon dan Hoonakker (2001) menekankan bahwa terdapat lima langkah
penting dalam mengembangkan suatu survei kuisioner yaitu :
1. Konseptualisasi
Menentukan konsep apa yang akan diukur dengan MOQS, antara lain :
- Elemen sistem kerja mana yang akan dievaluasi ; tugas (task), kondisi
organisasi, lingkungan fisik, peralatan dan teknologi serta karakteristik
individual.
- Elemen keluaran mana yang akan dievaluasi; kualitas bekerja, stress fisik
dan psikologis, kesehatan fisik dan mental, kinerja serta sikap.
Serta menentukan tujuan utama penelitian dan mencocokkannya dengan konsep
yang akan diukur dengan kuisioner penelitian.
2. Operasionalisasi
Menentukan dimensi dari setiap konsep yang akan diukur, memeriksa apakah
terdapat elemen yang tumpang tindih dan melakukan pemeriksaan ulang setiap
dimensi.
3. Sumber Kuisioner
Menelaah jenis survei kuisioner yang telah ada yang memungkinkan untuk
digunakan dan sebagai landasan untuk penelitian. Adapun jenis survei kuisioner
dalam ergonomi makro yang telah dikembangkan antara lain:
- Office worker survey (University of Wisconsin – Madison)
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
- Karasek’s Job Strain Questionnaire
4. Pembuatan Kuisioner
Menentukan bentuk kuisioner yang akan digunakan, menentukan skala
pengukuran serta item pertanyaan, petunjuk pengisian, layout dan sebagainya.
5. Pengujian Awal Kuisioner
Dalam hal ini menentukan siapa yang akan berpartisipasi dalam tahap pengujian
awal kuisioner yang bertujuan untuk memeriksa kejelasan setiap pertanyaan,
menguji format kuisioner serta menilai durasi waktu pengisian kuisioner.
Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS) dalam
pelaksanaannya akan melewati beberapa tahap yaitu sebagai berikut:
1. Tahap Pengumpulan Informasi
Tahap ini meliputi pengumpulan informasi sebanyak – banyaknya tentang
sistem kerja yang diamati, siapa yang menjadi partisipan dalam survei serta
komitmen perusahaan / pihak manajemen dalam memperbaiki sistem kerjanya.
2. Tahap Penetapan Tujuan
Tahap ini meliputi perumusan tujuan yang ingin dicapai dalam survei tersebut
serta manfaat yang dapat diperoleh oleh pihak perusahaan. Tujuan penelitian ini
selanjutnya dikomunikasikan kepada pihak manajemen serta kepada responden
yang terlibat.
3. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini meliputi penentuan kapan survei akan dilaksanakan, prosedur
pelaksanaan, serta metode untuk pengumpulan data survei.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
Tahap ini meliputi penggunaan metode dan software statistik untuk menyajikan,
mengolah, menganalisa dan menginterpretasikan data hasil survei kuisioner.
Serta mengaitkan hasil olahan statistik tersebut dengan tujuan penelitian.
5. Tahap Penyampaian Hasil
Tahap ini berkaitan dengan penyusunan format hasil penelitian untuk
menggambarkan keadaan sistem kerja yang diteliti.
6. Tahap Follow – Up Action
Merupakan tahap akhir dari penelitian yaitu untuk merencanakan kegiatan atau
aksi berikutnya yang harus dilakukan sesuai dengan hasil survei kuisioner yang
diperoleh, seperti memberikan usulan perbaikan atau implementasi suatu
metode, teknologi dan komponen baru lainnya pada sistem kerja yang diamati.
3.4. Metode Penelitian Survey
Penelitian survei dapat digunakan untuk maksud penjajakan (eksploratif),
deskriptif, penjelasan (explanatory), evaluasi, prediksi, dan penelitian operasional.
Penelitian survey dapat dilakukan langsung kepada populasi (penelitian populasi) jika
populasi terhingga dan objeknya tidak terlalu besar dan juga dapat dilakukan dengan
mengambil sampel dari satu populasi yang besar. Adapun instrumen yang dapat
digunakan dalam penelitian survey antara lain dengan wawancara (interview) dan
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
3.4.1. Wawancara (Interview)4
a. Angket dengan pertanyaan bebas (Angket tidak berstruktur)
Wawancara (interview) merupakan cara pengumpulan data dengan
menanyakan langsung kepada informan atau pihak yang kompeten dalam suatu
permasalahan. Pertanyaan yang diajukan biasanya disiapkan terlebih dahulu yang
diarahkan pada informasi untuk topik yang akan digarap. Dalam menggunakan daftar
pertanyaan yang telah disiapkan, penanya tidak semata-mata bergantung pada
pertanyaan tersebut, tetapi bila ada informasi yang menarik dan perlu diketahui lebih
lanjut, maka penanya boleh saja mengajukan pertanyaan di luar daftar yang telah
disiapkan. Dalam wawancara, hasil yang diperolehh dapat dipertanggungjawabkan
secara kualitatif dan memiliki nilai yang tinggi. Semua kesalahpahaman dapat
dihindari, pertanyaan yang disiapkan dapat dijelaskan oleh informan dengan
penjelasan tambahan dan tiap pertanyaan dapat dikembangkan lebih lanjut. Di pihak
lain, wawancara memiliki kelemahan, yaitu data atau informasi yang dikumpulkan
akan terbatas dan bila harus dilakukan dalam suatu wilayah yang luas akan memakan
biaya dan waktu yang besar.
3.4.2. Kuisioner (Angket)4
Kuisioner (angket) adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya dan
hal-hal lain yang diketahuinya.
Bentuk angket secara umum dapat dibagi atas beberapa bentuk yaitu :
4
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
Jawaban yang dapat diberikan berupa jawaban bebas, maksudnya adalah uraian
berupa pendapat, hasil pemikiran, tanggapan, dan lain lain mengenai segala
sesuatu yang dipertanyakan setiap item angket.
b. Angket dengan pertanyaan terikat (Angket berstruktur)
Angket bentuk ini memberikan pertanyaan yang telah disediakan sejumlah
alternatif jawabannya. Sehingga jawaban yang didapatkan tidak akan berkisar jauh
dari alternatif yang telah diberikan.
c. Angket dengan jawaban singkat (Short answer item)
Angket ini berupa kombinasi / gabungan antara angket tidak berstruktur dengan
angket berstruktur. Kebebasan dalam menjawab merupakan faktor yang
menyebabkannya hampir sama dengan angket tidak berstruktur. Sebaliknya
permintaan jawaban yang mengkhusus dan tertentu (terarah) dengan peluang
menjawab secara singkat, merupakan faktor yang menyebabkannya hampir sama
dengan angket berstruktur.
Langkah-langkah dalam penyusunan kuesioner secara umum adalah :
1. Tahap persiapan , meliputi :
- Merumuskan maksud dan tujuan penelitian
- Menyusun pertanyaan-pertanyaan angket sesuai dengan rincian aspek aspek
yang berhubungan.
- Angket yang sudah disiapkan dianjurkan untuk dikonsultasikan dengan
seorang atau lebih pakar dalam bidang yang diselidiki.
- Kemudian susunlah petunjuk pengisian kuesioner dalam memandu responden.
2. Tahap Uji Coba (Try Out) kuesioner pendahuluan
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
- Memeriksa kemungkinan terdapat pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas
maksudnya bagi responden.
- Memeriksa kemungkinan terdapat kata kata yang asing sehingga tidak
dimengerti oleh responden.
- Memeriksa kemungkinan terdapat pertanyaan-pertanyaan yang terlalu dangkal
dalam mengungkapkan masalah penelitian.
- Memeriksa kemungkinan terdapat pertanyaan yang tidak relevan dengan
masalah dan tujuan penelitian.
- Menyempurnakan kuisioner, dari sisi isi, desain, validitas, dan kehandalan.
Kuisioner pendahuluan dapat dilakukan dengan berdiskusi sesama anggota tim
riset atau uji coba dengan 10-30 responden (Prima Ariestonandri;Marketing
Research For Beginner)5
3. Penyebaran / Pengisian kuesioner
Tahap berikutnya adalah menyampaikan kuesioner kepada responden untuk diisi
agar data yang diperlukan dalam suatu penelitian dapat dikumpulkan. Penyebaran
angket dapat menggunakan surat pengantar, yang disahkan diterima dan ditanda
tangani oleh responden. Penyebaran angket dapat menggunakan jasa tenaga
khusus pengumpul data yang langsung datang ke responden atau dengan
menggunakan surat menyurat kepada responden. Tetapi untuk cara yang kedua,
perlu dipikirkan strategi dan cara agar responden mau mengembalikan kuesioner
yang telah diisi dengan memuaskan. Hal ini dapat dirangsang misalnya dengan
memberikan hadiah kepada responden.
4. Tindak Lanjut (Follow Up) kuesioner
5
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
Tindak lanjutnya dapat berupa :
- Penanggulangan masalah angket yang belum kembali, dengan memberikan
surat susulan kepada responden.
- Peneliti dapat meminta bantuan pihak ketiga yang disegani dan dihormati oleh
responden baik secara langsung maupun dengan perantara surat.
- Dilakukan pengecekan terhadap jawaban angket untuk mengetahui konsistensi
jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya.
3.5. Skala Pengukuran6
1. Skala Nominal
Skala (Scale) merupakan suatu instrumen atau mekanisme untuk membedakan
individu dalam hal terkait suatu variabel minat yang diamati. Dalam ilmu statistik
pada umumnya skala dapat digolongkan ke dalam empat jenis yaitu:
Merupakan skala yang memungkinkan peneliti untuk menempatkan subjek pada
kategori atau kelompok teretentu. Misalnya responden suatu penelitian
dikelompokkan berdasarkan gender yaitu pria dan wanita. Kedua kategori
tersebut diberi kode masing – masing 1 dan 2. Nomor tersebut hanya sebagai
label yang sederhana dan tidak memeiliki nilai instrinsik.
2. Skala Ordinal
Skala ordinal tidak hanya mengategorikan variabel – variabel untuk
menunjukkan perbedaan di antara berbagai kategori, tetapi juga
mengurutkannya berdasarkan tingkatan (orde). Misalnya opini responden
terhadap tingkat kepentingan terhadap sejumlah kegiatan / tugas.
3. Skala Interval
6
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
Data yang dikumpulkan dengan menggunakan skala ini dapat dioperasikan
dengan operasi aritmatika tertentu. Dengan kata lain, skala interval tidak hanya
mengelompokkan individu menurut kategori tertentu dan menentukan urutan
kelompok, namun juga mengukur besaran (magnitude) perbedaan preferensi
antarindividu.
4. Skala Rasio
Skala ini merupakan angka yang memiliki sifat nominal, ordinal dan interval
serta memiliki nilai absolut dari objek yang diukur. Misalnya seseorang dengan
berat 250 pon adalah dua kali berat seseorang dengan berat 125 pon.
Setelah mengetahui empat tipe skala yang dapat dipakai untuk mengukur
dimensi dan elemen variabel secara operasional, adalah perlu untuk menelaah metode
penskalaan (yaitu menentukan nomor dan simbol) untuk memperoleh respon subjek
terhadap objek, peristiwa atau orang.
Terdapat dua kategori utama dalam penskalaan dalam penelitian
organisasional yaitu:
A. Skala Peringkat
Memiliki beberapa kategori respon dan digunakan untuk mendapatkan respon
yang terkait dengan objek, peristiwa atau orang yang dipelajari, meliputi :
1. Skala Dikotomi 6. Skala Peringkat Terperinci
2. Skala Kategori 7. Skala Jumlah Konstan
3. Skala Likert 8. Skala Stapel
4. Skala Numerikal 9. Skala Peringkat Grafik
5. Skala Diferensial 10. Semantik Skala Konsensus
Dari sepuluh kategori tersebut, yang paling banyak digunakan dalam
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju – tidak setuju,
senang – tidak senang dan baik – tidak baik dengan lima skala penilaian yaitu 1, 2, 3,
4, dan 5.7
a. Kumpulkan sejumlah pernyataan yang sesuai dengan sikap yang akan diukur dan
dapat diidentifikasikan dengan jelas (positif atau negatif).
Untuk membuat skala Likert, langkah-langkah yang dilakukan adalah :
b. Berikan pernyataan-pernyataan di atas kepada sekelompok responden untuk diisi
dengan benar.
c. Respon dari tiap pernyataan dihitung dengan cara menjumlahkan angka-angka
dari setiap pernyataan sedemikian rupa sehingga respon yang berada pada posisi
yang sama akan menerima secara konsisten nilai angka yang selalu sama.
Misalnya bernilai 5 untuk yang sangat positif dan bernilai 1 untuk yang sangat
negatif. Hasil hitung akan mendapatkan skor tiap-tiap pernyataan dan skor total,
baik untuk tiap responden maupun secara total untuk seluruh responden.
d. Mencari pernyataan-pernyataan yang tidak dapat dipakai dalam penelitian,
patokannya adalah :
- Pernyataan yang tidak diisi lengkap oleh responden.
- Pernyataan yang secara total responden tidak menunjukkan korelasi yang
substansial dengan nilai totalnya.
- Pernyataan-pernyataan hasil saringan akhir akan membentuk skala Likert
yang dapat dipakai untuk mengukur skala sikap, serta menjadi kuesioner
baru untuk pengumpulan data berikutnya.
7
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
Dalam menggunakan skala Likert untuk riset pemasaran dijumpai kelebihan
dan kelemahan yaitu antara lain:
Kelebihan skala Likert:
- Alasan kemudahan pembuatan
- Interval respons yang lebih besar yang membuat skala ini dapat memberi
keterangan yang nyata dan tegas mengenai pendapat responden
- Reliabilitas yang relatif tinggi (makin banyak jumlah item, makin berkurang
reliabilitasnya)
- Dapat memperlihatkan beberapa responsi alternatif konsumen terhadap
karakteristik produk (sangat setuju, setuju, bimbang, tidak setuju, sangat tidak
setuju)
Kelemahan skala Likert:
- Karena ukuran yang digunakan adalah ordinal, skala Likert hanya dapat
mengurutkan tingkat tanggapan individu dalam skala tetapi tidak dilakukan
perbandingan berapa kali satu individu lebih baik dari individu lain.
- Kadangkala skor total tidak memberi arti yang jelas karena banyak pola
tanggapan terhadap beberapa item akan memberikan skor yang sama.
- Validitas skala Likert masih memerlukan penelitian empiris.
B. Skala Ranking
Membuat perbandingan antarobjek, peristiwa, atau orang serta mengungkap
pilihan yang lebih disukai dan merankingnya, meliputi :
1. Skala Perbandingan Berpasangan
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
3.6. Pengujian Validitas
Validitas dapat dikatakan sebagai suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkannya dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang
diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana
data yang terkumpul sesuai dengan variabel yang dimaksud.
Untuk menguji ketepatan data ini diperlukan teknik uji validitas. Ada dua
macam validitas sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu validitas eksternal dan
validitas internal.
1. Validitas Eksternal
Validitas Eksternal adalah validitas yang tidak berkenaan dengan instrumen
penelitian. Validitas ini berkenaan dengan penyusunan generalisasi sebagai
kesimpulan yang diperoleh dari atau tanpa penyusunan hipotesis. Validitas eksternal
adalah tingkat ketepatan generalisasi yang tidak sekedar berlaku bagi sampel, tetapi
juga bagi populasi penelitian dalam suatu penelitian kuantitatif. Instrumen yang
dicapai apabila data yang dihasilkan dari insterumen tersebut sesuai dengan data dan
informasi lain mengenai variabel penelitian yang dimaksud.
2. Validitas Internal
Validitas Internal adalah validitas yang berkenaan dengan instrumen (alat)
penelitian. Validitas ini mempersoalkan apakah instrumen yang digunakan,
sungguh-sungguh mengungkapkan atau mengukur variabel yang sebenarnya dari suatu
penelitian. Validitas ini dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian – bagian
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
validitas internal apabila setiap bagian instrumen mendukung “misi” instrumen
secara keseluruhan, yaitu mengungkapkan data dari variabel yang dimaksud.
Validitas yang dipergunakan untuk instrumen penelitian antara lain :
a. Validitas Permukaan (Face Validity)
Validitas ini dinyatakan dari penampilan instrumen berupa kemampuannya
menjelajahi semua gejala atau unsur gejala di dalam variabel penelitian.
b. Validitas Logika (Logical Validity)
Validitas ini disebut juga validitas konstruksi (construct validity) karena
menekankan pada bagaimana logika penyusunan pertanyaan demi pertanyaan atau
instrumen secara keseluruhan.
c. Validitas Isi (Content Validity)
Validitas ini disebut juga validitas kur ikulum (Curricular Validity) karena diukur
dari kesesuaiannya dengan sejumlah bahan yang secara keseluruhan merupakan
sebuah kurikulum, yang telah diberikan kepada sekelompok individu yang akan
menjawab item-item di dalam instrumen.
d. Validitas Empiris (Empirical Validity)
Validitas ini dapat diketahui dengan membandingkan hasil yang pernah dicapai
individu dalam mengerjakan (menjawab) suatu instrumen, dengan kemampuan
atau tingkah laku nyata yang ditampilkannya sehari hari.
e. Validitas Faktor (Factorial Validity)
Validitas ini disebut juga validitas statistik (Statistical Validity) karena diperoleh
melalui perhitungan statistika. Nilai dari sekelompok individu
menjawab/mengerjakan item di dalam sebuah instrumen disebut sebagai prediktor
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
nilai lain dari kelompok individu yang sama untuk membandingkannya, yang
disebut kriterium.
Jenis kriteria uji validitas yang umum digunakan adalah :
1. Korelasi Product Moment
Korelasi ini banyak digunakan untuk ukuran sampel yang relatif besar,
sehingga bisa didekati dengan distribusi normal.
( )( )
( )
[
2 2]
[
2( )
2]
.
∑
∑
∑
∑
∑
−∑
∑
−− =
Y Y
N X X
N
Y X XY
N rxy
2. Korelasi Tata Jenjang
Korelasi ini tepat digunakan untuk jumlah subjek (sampel) kecil, karena untuk
sampel yang kecil, sampel cenderung tidak mengikuti distribusi normal populasinya.
Sehingga korelasi tata jenjang dipandang lebih tepat digunakan.
) 1 ( 6
1 2
2
− Σ − =
N N
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
Suatu kuisioner yang memuat pernyataan tidak jelas bagi responden tidak
termasuk sahih (tidak valid). Dengan validitas data dapat menilai seberapa baik
penarikan kesimpulan tersebut didukung. Langkah-langkah melakukan uji validitas
adalah :
1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.
2. Mencari definisi dan rumusan tentang konsep yang akan diukur yang telah ditulis
para ahli dalam literatur. Kalau sekiranya sudah ada rumusan yang cukup
operasional untuk digunakan sebagai alat pengukur, maka rumusan tersebut dapat
langsung dipakai. Tetapi bila rumusan belum operasional, maka tugas penelitilah
untuk merumuskannya seoperasional mungkin.
3. Kalau sekiranya didalam literatur tidak dapat diperoleh definisi atau rumusan
konsep yang akan diukur, maka tugas peneliti lah untuk membuat definisi dan
rumusan konsep tersebut. Untuk lebih mematangkan definisi dan rumusan
tersebut, si peneliti harus mendiskusikannya dengan para ahli lain. Pendapat para
ahli lain ini kemudian disarikan ke dalam bentuk rumusan yang operasional.
4. Menanyakan langsung kepada calon responden penelitian mengenai aspek-aspek
konsep yang akan diukur. Dari jawaban yang diperoleh peneliti dapat membuat
kerangka konsep dan kemudian menyusun pertanyaan yang operasional.
5. Melakukan uji coba skala pengukur tersebut pada sejumlah responden.
Responden diminta untuk menyatakan apakah mereka setuju atau tidak setuju
dengan masing-masing pernyataan. Sangat disarankan agar jumlah responden
untuk uji coba, minimal 30 orang. Dengan jumlah 30 orang ini maka distribusi
skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal. Asumsi kurva normal sangat
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
3.7. Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas atau tingkat ketetapan (consistency atau keajegan) adalah tingkat
kemampuan instrumen penelitian untuk mengumpulkan data secara tetap dari
sekelompok individu. Instrumen yang menghasilkan reliabilitas yang tinggi
cenderung menghasilkan data yang sama tentang suatu variabel atau unsur-unsurnya,
jika diulangi pada waktu yang berbeda pada kelompok individu yang sama.
Tingkat reliabilitas dapat diukur untuk setiap item test atau angket secara
keseluruhan. Dalam analisa item untuk membuat test atau angket yang bersifat
standar, reliabilitas setiap item perlu dihitung. Sedang dalam penelitian biasanya
cukup dengan menghitung reliabilitas instrumen secara keseluruhan.
Untuk menghitung reliabilitas instrumen secara keseluruhan dapat ditempuh
perhitungan korelasi, dengan berbagai cara sebagai berikut :
1. Alpha Cronbach
Metode Alpha Cronbach adalah suatu cara membandingkan nilai koefisien r
terhadap skala Alpha Cronbach dimana skalanya adalah 0 – 1. Jika skala itu
dikelompokkan kedalam 5 kelas dengan range yang sama, maka ukuran alpha dapat
diimplementasikan sebagai berikut ini.
a. Nilai alpha Cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel
b. Nilai alpha Cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel
c. Nilai alpha Cronbach 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel
d. Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel
e. Nilai alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel
2. Korelasi Belah Dua (Korelasi Genap Ganjil)
Distribusi nilai yang dikorelasikan dalam cara ini diperoleh dari hasil uji coba
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
pertama diperoleh dari nilai item-item genap, sedang distribusi nilai kedua diperoleh
dari nilai item-item ganjil.
Distribusi pertama berfungsi sebagai prediktor dan yang kedua menjadi
kriterium. Oleh karena distribusi nilai awal dipecah atau dibagi menjadi dua, maka
korelasi ini disebut juga korelasi belah dua atau korelasi setengah-setengah.
Hasil perhitungan itu dimasukkan dalam rumus untuk mendapatkan koefisien
korelasi variabel X dan variabel Y sebagai berikut :
)
1
(
6
1
22
−
Σ
−
=
N
N
D
r
gggg gg xy
r r r
+ =
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
3. Penggunaan Test yang Sejajar
Perhitungan reliabilitas ini disebut juga penggunaan test yang seimbang atau
bentuk alternatif atau bentuk keseimbangan rasional. Untuk keperluan ini seorang
peneliti harus membuat atau merekonstruksi dua buah test, meskipun hanya salah satu
diantaranya yang akan dipergunakan sebagai alat (instrumen) pengumpul data. Test
ini disusun dengan bentuk dan mempergunakan bahan yang sama.
Berdasarkan uraian diatas berarti test pertama berfungsi sebagai prediktor
(yang akan diprediksi) dan dipersiapkan sebagai alat (instrumen) penelitian,
sedangkan test yang kedua sebagai kriterium (tolak ukur) untuk mengetahui tingkat
reliabilitas test pertama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas test tersebut, dilakukan
perhitungan korelasi guna memperoleh koefisien korelasinya. Koefisien korelasi
dibandingkan dengan indeks tabel r product moment untuk mengetahui
signifikansinya, sebagai ukuran reliabilitas test yang akan dijadikan sebagai alat
(instrumen) pengumpul data.
3.8. Analisis Jalur (Path Analysis)8
Analisis jalur atau Path Analysis pertama kali dikembangkan pada tahun 1920
– an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Analisis jalur digunakan untuk
menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
langsung maupun tidak langsung dari seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap 3.8.1. Konsep dan Defenisi
8
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
variabel terikat (endogen). Model path analysis yang dibicarakan adalah pola
hubungan sebab akibat atau ”a set of hypothesized causal asymetric relation among
the variables”. Oleh sebab itu, rumusan masalah penelitian dalam kerangka path
analysis berkisar pada : (1) Apakah variabel eksogen (X1, X2,…. Xk) berpengaruh
terhadap variabel endogen Y. (2) Berapa besar pengaruh kausal langsung, kausal tidak
langsung, kausal total maupun simultan dari seperangkat eksogen (X1, X2,…. Xk)
berpengaruh terhadap variabel endogen Y.
3.8.2. Langkah – langkah Analisis Jalur
A. Menentukan Hipotesis dan Model Awal Analisis Jalur
Model merupakan representasi dari suatu sistem yang sedang diamati. Dalam
penelitian ini, model sederhana yang digunakan yaitu model skematis dan matematis.
Model skematis dibuat dalam suatu ”diagram jalur” yang digunakan untuk
menggambarkan kerangka hubungan kausal antar jalur (satu variabel terhadap
variabel lainnya). Sedangkan model matematisnya merupakan model persamaan
regresi yang juga menjelaskan hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat.
B. Perhitungan Skor Setiap Variabel
1. Transformasi Data Ordinal ke Data Interval
Skala data yang seharusnya digunakan dalam analisis jalur adalah skala
interval. Oleh karena itu, skala ordinal pada data penelitian kuisioner
ditransformasikan menjadi skala interval. Hal ini juga dilakukan untuk memenuhi
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
Teknik transformasi data ordinal ke data interval yang paling sederhana yaitu dengan
menggunakan MSI (Methods of Successive Interval).
Adapun langkah – langkah perhitungan untuk transformasi data ordinal
menjadi data interval dengan MSI (Methods of Successive Interval) adalah sebagai
berikut :
1. Memperhatikan setiap butir jawaban responden dari kuisioner penelitian yang
telah disebarkan.
2. Menentukan frekuensi responden yang memilih alternatif jawaban 1, 2, 3, 4 dan
5 untuk setiap item pertanyaan.
3. Menentukan Proporsi
Proporsi diperoleh dari hasil perbandingan antara jumlah frekuensi per item
jawaban dengan total frekuensi.
4. Menentukan Proporsi Kumulatif
Proporsi kumulatif diperoleh dengan menjumlahkan secara berurutan untuk
setiap nilai proporsi.
5. Menentukan Nilai z
Nilai proporsi kumulatif (PK) dianggap mengikuti distribusi normal baku
dengan melihat tabel distribusi normal kumulatif.
6. Menentukan Densitas
Nilai densitas diperoleh dari tabel koordinat kurve normal baku.
7. Menentukan Scale Value (SV)
Rumus ) ( ) ( ) ( ) ( Limit Lower Below Area Limit Upper Below Area Limit Upper at Density Limit Lower at Density SV −− =
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
Transformasi data interval diperoleh dengan menggunakan rumus :
Sai = SVi + [1+|NSmin|]
2. Rekapitulasi Skor Variabel
Berdasarkan data hasil transformasi selanjutnya dibuat rekapitulasi skor semua
variabel dengan cara menjumlahkan skor setiap item pertanyaan yang terkait dengan
variabel tersebut.
C. Perhitungan Analisis Korelasi Dan Regresi
Selanjutnya dilakukan analisis korelasi dan regresi terhadap data rekapitulasi
skor variabel yang dapat dilakukan dengan software SPSS .
D. Perhitungan Koefisien Jalur
Berdasarkan hasil perhitungan regresi dan korelasi di atas, maka dapat
ditentukan bahwa:
R2yx1x2x3x4x5x6
rij = nilai korelasi parsial antara variabel i dan j diperoleh dari tabel korelasi
ij = koefisien jalur antara variabel i dan j diperoleh dari tabel regresi
y y = 1 R− 2
ε
ρ
ρ
ρ
ρ
ρ
ρ
ρ
yx X yx X yx X yx X yx X yx X yY = 1 1+ 2 2 + 3 3+ 4 4+ 5 5+ 6 6 +
Kemudian dapat digambarkan diagram jalur akhir lengkap dengan koefisien
korelasi dan koefisien jalur akhir.
E. Pengujian Analisis Jalur
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.
USU Repository © 2009
2. Pengujian Secara Individual
3.9. Stress Kerja (Job Stress)