• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS)"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

PENILAIAN DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA DENGAN

MACROERGONOMIC ORGANIZATIONAL

QUESTIONNAIRE SURVEY (MOQS)

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari

Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh :

E L F R I D A

040403042

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

ABSTRAK

Pada era globalisisi saat ini, industri manufaktur maupun jasa dituntut untuk meningkatkan produktivitas sumber daya manusianya agar dapat bersaing untuk kelangsungan perusahaan. Dalam upaya meningkatkan produktivitas sumber daya manusia perlu adanya upaya yang kondusif untuk memperbaiki sistem kerja. Sistem kerja yang baik akan tercapai jika semua komponen dalam sistem kerja (baik sosial maupun teknis) dirancang secara ergonomis dan outcome yang dirasakan oleh manusianya juga baik. Outcome tersebut antara lain berupa quality of working life (seperti job satisfaction), stress fisik dan mental (physical and psychological stress), kesehatan fisik dan mental (physical and mental health), kinerja dan perilaku (performance and attitudes). Maka pendekatan yang paling tepat digunakan adalah dengan makro ergonomi yaitu optimasi sistem kerja dalam kaitannya dengan sosial (perilaku organisasi dan psikologi organisasi) dan teknis. Sistem kerja pada CV. Haycal Pratama banyak melibatkan komponen sosial dan teknis yang dirasakan mempengaruhi salah satu outcome yaitu tingkat stress kerja (Job Stress). Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu upaya penilaian dan perbaikan sistem kerja untuk meminimalkan tingkat stress kerja tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan malakukan penilaian terhadap pengaruh dari kondisi setiap komponen sistem kerja terhadap tingkat stress kerja yang dialami karyawan di CV. Haycal Pratama. Komponen sistem kerja yang dimaksud yaitu kondisi organisasi, pekerjaan (task), lingkungan fisik, lingkungan sosial, peralatan dan teknologi mesin serta karakteristik individual. Adapun tool yang digunakan dalam pengidentifikasian dan penilaian tersebut yaitu Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS) dengan analisis jalur. Setelah dilakukan identifikasi dan penilaian, selanjutnya diberikan usulan perbaikan untuk mengurangi dan mengantisipasi stress kerja yang dialami karyawan.

(3)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1

1.2. Rumusan Permasalahan . ... I-3

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... I-3

1.4. Pembatasan Masalah dan Asumsi Penelitian ... I-4

1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-5

II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Dan Ruang Lingkup Perusahaan ... II-1

2.2. Organisasi dan Manajemen ... II-2

2.2.1. Struktur Organisasi CV. Haycal Pratama... II-2

2.2.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-3

(4)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

2.3.1. Tenaga Kerja ... II-6

2.3.2. Jam Kerja ... II-6

2.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan ... II-7

III. LANDASAN TEORI

3.1. Konsep Dasar Ergonomi ... III-1

3.2. Metode Ergonomi Makro (Macroergonomic Methods) ... III-4

3.3. Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS) III-6

3.3.1. Dasar dan Aplikasi ... III-6

3.3.2. Prosedur ... III-7

3.4. Metode Penelitian Survey ... III-10

3.4.1. Wawancara (Interview) ... III-11

3.4.2. Kuisioner (Angket) ... III-11

3.5. Skala Pengukuran ... III-14

3.6. Pengujian Validitas ... III-18

3.7. Pengujian Reabilitas ... III-22

3.8. Analisis Jalur (Path Analysis) ... III-25

3.8.1. Konsep dan Definisi ... III-25

3.8.2. Langkah – langkah Analisis Jalur ... III-25

3.9. Stress Kerja (Job Stress) ... III-28

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Sifat Penelitian ... IV-1

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian . ... IV-1

(5)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

4.4. Populasi Dan Sampel ... IV-4

4.5. Prosedur Penelitian ... IV-5

4.5.1. Observasi Pendahuluan Dan Studi Pustaka ... IV-5

4.5.2. Pengumpulan Data ... IV-5

4.5.3. Pengolahan Data ... IV-7

4.5.3. Analisis Dan Pembahasan ... IV-7

V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.1.1. Kuisioner Terbuka ... V-4

5.1.2. Kuisioner Tertutup ... V-4

5.1.2.1. Data Kuisioner Pendahuluan... V-5

5.1.2.2. Data Kuisioner Penelitian ... V-6

5.2. Pengolahan Data ... V-8

5.2.1. Pengujian Validitas Kuisioner Pendahuluan ... V-8

5.2.2. Pengujian Reabilitas Kuisioner Pendahuluan... V-11

5.2.3. Analisis Jalur (Path Analysis) ... V-13

VI. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis Dan Interpretasi Analisis Jalur ... VI-1

6.2. Pembahasan ... VI-9

6.2.1. Pengaruh Kondisi Elemen Sistem Kerja Terhadap

Stress Kerja... VI-9

6.2.2. Dampak Stress Terhadap Kondisi Pekerja Dan PerusahaanVI-12

(6)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1

7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA ... DP

(7)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja pada CV. Haycal Pratama ... II-6

2.2. Jam Kerja pada CV. Haycal Pratama ... II-7

3.1. Perbandingan Antara Mikro Ergonomi Dengan Makro Ergonomi ... III-6

4.1. Variabel Dan Indikatornya ... IV-4

5.1. Kisi – kisi Kuisioner ... V-4

5.2. Data Kuisioner Pendahuluan ... V-5

5.3. Data Kuisioner Penelitian ... V-7

5.4. Data dan Validasi instrumen Pernyataan Pertama ... V-9

5.5. Hasil Pengujian Validitas Instrumen... V-10

5.6. Perhitungan Reabilitas Kuisioner ... V-12

5.7. Pengelompokan Jawaban Responden ... V-16

5.8. Proses Transformasi Data Ordinal Menjadi Data Interval ... V-20

5.9. Hasil Transformasi Skala Data ... V-21

5.10. Rekapitulasi Skor Variabel ... V-21

5.11. Data Penelitian Berskala Interval... V-22

5.12. Korelasi Antar Variabel ... V-23

5.13. Variables Entered/Removed ... V-23

(8)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

5.15. ANAVA ... V-24

5.16. Koefisien Regresi ... V-24

5.17. Kontribusi Variabel Bebas ... V-26

5.18. Kontribusi Simultan X1 , X3 dan X4 Terhadap Y ... V-26

6.1. Kontribusi Dan Koefisien Jalur Variabel Bebas ... VI-7

(9)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi CV. Haycal Pratama ... II-5

4.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... IV-3

4.2. Prosedur Penelitian ... IV-8

5.1. Kriteria Usia Responden ... V-1

5.2. Kriteria Pendidikan Terakhir ... V-1

5.3. Kritria Masa Kerja Responden ... V-2

5.4. Diagram Jalur X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan Y ... V-14

5.5. Diagram Jalur Akhir... V-25

6.1. Hubungan Kausalitas Variabel Penelitian ... VI-1

(10)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

Kuisioner Terbuka ... L-1

Kuisioner Tertutup ... L-2

Tabel student t ... L-3

Nilai Korelasi Product Moment Untuk pengujian validitas (SPSS) ... L-4

Nilai Alpha Cronbach utk Pengujian Reabilitas (SPSS) ... L-5

Tabel Distribusi Normal Kumulatif ... L-6

Tabel Koordinat kurva normal baku ... L-7

Layout Awal Control Room ... L-8

(11)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Perkembangan dunia usaha yang semakin maju dan kompetitif menuntut

penyesuaian yang harus terus – menerus dilakukan oleh perusahaan yang antara

lain adalah membuat sistem kerja menjadi lebih baik. Sistem kerja yang baik

merupakan salah satu faktor terpenting dalam kemajuan perusahaan, dan

merupakan kunci utama keberhasilan dalam rangka meningkatkan produktivitas

dan efisiensi perusahaan dan mengurangi resiko pekerjaan. Untuk itu, yang

seharusnya dilakukan adalah penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan

lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomi. Sasaran

penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Ada

beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the job to

the worker”.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan setiap

komponen dari sistem kerja semakin kompleks. Mulai dari teknologi,

proses/tugas, organisasi, lingkungan fisik, lingkungan sosial, budaya dan perilaku,

regulasi, dan komponen lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendekatan

ergonomi sudah tidak relevan. Dan oleh para peneliti, sistem kerja seperti itu

dapat dievaluasi dengan pendekatan yang disebut dengan ergonomi makro. Makro

(12)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

CV. Haycal Pratama merupakan perusahaan kontraktor yang menangani

beberapa bidang usaha yaitu konstruksi, manajemen instalasi gedung serta

leveransir. CV. Haycal Pratama dipercayakan sebagai kontraktor dan leveransir di

kantor Gubernur Sumatera Utara sejak tahun 2002. Meraka yang

bertanggungjawab mengurusi manajenen dan operasi instalasi fisik gedung dan

pengadaan barang untuk keperluan kantor. CV. Haycal Pratama dituntut untuk

memberikan pelayanan yang baik demi kelangsungan kegiatan di pusat

pemerintahan Sumatera Utara tersebut. Tuntutan, tanggung jawab serta komponen

dari sistem kerja mereka sendiri memungkinkan kompleksitas masalah yang akan

mereka hadapi dan hal ini menyebabkan absensi karyawan yang cukup tinggi

(yaitu sekitar 10% setiap bulannya) dan kurangnya motivasi kerja. Dan dari sudut

pandang ergonomi, absensi yang cukup tinggi dan kurangnya motivasi kerja

tersebut dapat dikatakan sebagai implikasi bahwa karyawan mengalami stress saat

bekerja.

Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi dan penilaian terhadap

pengaruh dari kondisi setiap komponen sistem kerja terhadap tingkat stress kerja

yang dialami karyawan. Komponen sistem kerja yang dimaksud yaitu kondisi

organisasi, pekerjaan (task), lingkungan fisik, lingkungan sosial, peralatan dan

teknologi mesin serta karakteristik individual. Selanjutnya dari hasil penilaian

akan diperoleh pengaruh komponen sistem kerja yang paling signifikan dan

komponen tersebut akan dianalisis lebih lanjut dan diberikan usulan perbaikannya

(13)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

1.2. Rumusan Permasalahan

Dari uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi

perusahaan yaitu terjadinya stress kerja (Job stress) pada karyawan yang

diakibatkan oleh kondisi setiap komponen yang terkait pada sistem kerja

perusahaan. Permasalahan ini akan dipecahkan dengan mengidentifikasi dan

menilai seberapa besar pengaruh simultan dan pengaruh langsung setiap

komponen sistem kerja terhadap stress yang dialami karyawan. Sehingga dapat

diberikan usulan perbaikan terhadap komponen yang memberikan pengaruh yang

signifikan untuk mengurangi stress kerja tersebut.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan suatu kondisi

sistem kerja yang dapat mengurangi tingkat stress kerja yang dialami karyawan.

Sedangkan, tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:

a. Mengidentifikasi kondisi setiap komponen dari sistem kerja yang mungkin

menjadi penyebab timbulnya stress kerja.

b. Melakukan penilaian terhadap pengaruh dari komponen sistem kerja terhadap

tingkat stress kerja (job stress) yang dialami karyawan pada sistem kerja di

CV. Haycal Pratama.

c. Memberikan usulan perbaikan terhadap kondisi komponen sistem kerja yang

berpengaruh signifikan untuk mengurangi dan mengantisipasi stress kerja

(14)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

a. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan teori yang didapat

di bangku kuliah dengan mengaplikasikannya dengan penelitian langsung di

lapangan.

b. Menjalin dan mempererat kerjasama antara pihak perusahaan tempat

penelitian dengan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara.

c. Sebagai masukan dan sumbangan pemikiran bagi pihak perusahaan untuk

tambahan atau perbaikan dari sistem kerja yang mereka jalankan selama ini.

1.4. Pembatasan Masalah dan Asumsi Penelitian

Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Responden dalam penelitian ini adalah semua operator yang bekerja di CV.

Haycal Pratama Divisi kantor Gubernur Sumatera Utara Jalan Diponegoro,

Medan.

b. Komponen sistem kerja yang akan dievaluasi sebagai variabel bebas yaitu :

kondisi organisasi, pekerjaan (task), lingkungan fisik, lingkungan sosial,

peralatan dan teknologi mesin serta karakteristik individual.

c. Elemen keluaran yang akan dievaluasi sebagai variabel terikat yaitu tingkat

stress kerja (Job Stress) yang dialami karyawan.

(15)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Kondisi sistem kerja yang diamati tidak berubah selama penelitian.

b. Operator yang menjadi responden dalam keadaan baik (sehat jasmani dan

rohani).

c. Seluruh data yang diperoleh dari perusahaan maupun dari sumber lainnya

dianggap benar dan dapat dipercaya.

1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Penulisan laporan Tugas Akhir ini nantinya akan dikelompokkan ke dalam

beberapa bab yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, pembatasan masalah dan asumsi penelitian, serta

sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini berisi sejarah dan gambaran umum perusahaan, organisasi

dan manajemen, teknologi yang digunakan, serta prosedur

operasional.

BAB III LANDASAN TEORI

Bab ini berisi teori-teori yang digunakan dalam analisis pemecahan

(16)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan hingga

penyusunan laporan tugas akhir.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisi data-data primer dan sekunder yang diperoleh dari

penelitian serta pengolahan data yang membantu dalam pemecahan

masalah.

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi analisis terhadap hasil pengolahan data dan

pembahasan tentang hasil analisis dan usulan pemecahan masalah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil pemecahan masalah

(17)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah dan Ruang Lingkup Perusahaan

CV. Haycal Pratama merupakan suatu perusahaan jasa swasta yang

bergerak di bidang kontraktor dan leveransir, bidang usahanya meliputi konstruksi

gedung, pengoperasian dan perawatan instalasi fisik gedung, serta perdagangan

dan pengadaan barang. CV. Haycal Pratama memiliki kantor pusat di Jl. Bakti

Luhur No. 34, Medan. Kantor ini hanya dijadikan sebagai pusat kegiatan

administrasi dan manajemen perusahaan.

Perusahaan ini secara resmi didirikan pada tahun 2002 dengan dilatar

belakangi adanya permintaan sejumlah instansi di kota Medan untuk mengurusi

pengadaan barang dan instalasi kantor yang salah satunya adalah kantor dinas

Gubernur Sumatera Utara Jalan Diponegoro Medan yang pada awalnya dipegang

oleh kontraktor lain yang sejenis yaitu CV. Graha 33. Dan setahun kemudian CV.

Haycal Pratama ini mulai menerima proyek – proyek bangunan berskala kecil dan

menengah.

CV. Haycal Pratama memfokuskan usahanya pada beberapa bidang yaitu

sebagai berikut:

1. Manajemen instalasi fisik gedung, meliputi :

Jasa pengelolaan gedung serta perawatan dan pengelolaan seluruh

peralatan/utilitas yang terpasang dalam gedung seperti instalasi listrik,

(18)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

2. Konstruksi

Meliputi proyek pembangunan properti (rumah, kantor, ruko, dan lain – lain)

yang berskala kecil dan menengah.

3. Leveransir

Meliputi jasa pengadaan barang – barang yang diperlukan dan dipesan

langsung oleh konsumen.

2.2. Organisasi dan Manajemen

2.2.1. Struktur Organisasi CV. Haycal Pratama

Organisasi merupakan sekelompok orang yang bekerja sama untuk

mencapai suatu tujuan tertentu, sedangkan struktur organisasi adalah kerangka

antar hubungan dari orang-orang atau unit-unit organisasi yang masing-masing

memiliki tugas, tanggung jawab dan wewenang tertentu. Struktur organisasi harus

menunjukkan satuan-satuan organisasi dan garis wewenang sehingga terlihat jelas

batasan-batasan tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap personil dalam

organisasi. Dengan demikian diharapkan adanya suatu kejelasan arah dan

kordinasi untuk mencapai tujuan perusahaan.

Struktur organisasi yang digunakan CV. Haycal Pratama adalah berbentuk

campuran lini dan fungsional. Struktur organisasi bentuk lini dapat dilihat dengan

adanya pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari pimpinan tertinggi

kepada unit-unit organisasi yang berada di bawahnya dalam bidang pekerjaan

tertentu secara langsung, serta pemberian wewenang dan tanggung jawab yang

(19)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

hirarki yang ada. Struktur organisasi fungsional dapat dilihat dengan adanya

pemisahan/pembagian tugas, pendelegasian wewenang serta pembatasan

tanggung jawab yang tegas pada setiap bidang yaitu produksi, personalia, dan

pemasaran berdasarkan fungsinya masing-masing dalam struktur organisasinya.

Hal ini dibuat sesuai dengan kebutuhan serta kelancaran dan kemajuan usaha

organisasi dalam mencapai tujuan perusahaan. Struktur organisasi CV. Haycal

Pratama dapat dilihat pada Gambar 2.1.

2.2.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Untuk menggerakkan suatu organisasi dibutuhkan personil yang

memegang jabatan tertentu dalam organisasi dimana masing-masing personil

mempunyai tugas dan tanggung jawab sesuai dengan jabatannya. Tanggung jawab

yang diberikan harus seimbang dengan wewenang yang diterima.

Adapun deskripsi pekerjaan (job description) dari masing-masing posisi

pada struktur organisasi CV. Haycal Pratama adalah sebagai berikut:

1. Direktur

Merupakan pemimpin tertinggi sekaligus sebagai pemilik tunggal (owner)

perusahaan yang menetapkan langkah-langkah pokok dalam melaksanakan

kebijakan dan sasaran-sasaran perusahaan, mengendalikan seluruh kegiatan

(20)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

2. Koordinator Leveransir

Bertanggung jawab atas semua kegiatan pengadaan barang/material yang

diperlukan setiap divisi, proyek dan setiap order dari konsumen langsung.

3. Koordinator Proyek

Bertanggung jawab atas semua kegiatan proyek konstruksi yang ditangani

perusahaan seperti melakukan penjadwalan proyek, perencanaan material,

perencanaan dan perekrutan buruh bangunan sampai kepada tahap

pembangunan (konstruksi).

4. Koordinator (Divisi)

Bertanggung jawab atas semua kegiatan manajemen instalasi fisik gedung

dan pengadaan barang di setiap divisi yang menjadi wewenangnya.

5. Bagian Administrasi

Bertanggung jawab dalam mengurusi semua kegiatan administrasi

perusahaan dan bertanggung jawab langsung kepada direktur.

6. Bagian Keuangan

Bertanggung jawab dalam mengurusi semua keuangan (accounting)

perusahaan dan juga bertanggung jawab langsung kepada direktur.

7. Supervisor Lapangan

Mengawasi kelangsungan seluruh kegiatan operasioal perusahaan di

lapangan atau di divisi yang menjadi wewenangnya.

8. Teknisi

Melakukan pemasangan dan pemadaman instalasi fisik gedung, perawatan

(21)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009

Gambar 2.1. Struktur Organisasi CV. Haycal Pratama Direktur

Administrasi Keuangan Koordinator

(Kantor Gubsu)

Supervisor

Koordinator (Leveransir)

Koordinator (Proyek)

Teknisi (Instalasi Air) Teknisi

(Genset & penerangan) Teknisi

(AC) Teknisi

(Lift)

(22)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

2.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan

2.3.1. Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja pada CV. Haycal Pratama untuk divisi kantor Gubsu

adalah sebanyak 19 orang, yang terdiri dari 18 teknisi dan satu orang supervisor

(koordinator). Status karyawan tersebut berdasarkan frekuensi penggajiannya adalah

termasuk ke dalam karyawan bulanan dengan gaji yang dibayar sekali dalam sebulan

sesuai dengan skala penggajian yang dibagi - bagi berdasarkan kualifikasi tertentu.

Perincian jumlah tenaga kerja tetap yang ada di CV. Haycal Pratama dapat

dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja pada CV. Haycal Pratama

No Jabatan Jumlah (orang)

1 Direktur 1

2 Koordinator Leveransir 3

3 Koordinator Proyek 5

4 Koordinator (Divisi kantor Gubsu) 1

5 Administrasi 3

6 Keuangan 2

7 Supervisor 1

8 Teknisi 18

Sumber : CV. Haycal Pratama

2.3.2. Jam Kerja

Pengaturan jam kerja pada CV. Haycal Pratama disesuaikan berdasarkan jam

kerja karyawan dan pimpinan kantor Gubsu yaitu setiap hari senin – jumat dengan 7-8

jam kerja per hari atau dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jam Kerja pada CV. Haycal Pratama

(23)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

Senin-Kamis

08.30 - 12.00 Kerja

12.00 - 13.00 Istirahat

13.00 – 17.00 Kerja

Jumat

08.30 – 12.00 Kerja

12.00 - 14.00 Istirahat

14.00 – 17.00 Kerja

Sumber: CV. Haycal Pratama

Jam kerja tersebut dapat berubah sesuai dengan jam kerja lembur karyawan

dan pimpinan kantor Gubernur Sumatera Utara.

2.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan

Unit organisasi yang terkait dalam sistem penggajian dan pengupahan pada

CV. Haycal Pratama dilakukan dan ditangani oleh bagian keuangan.

Penggajian pada CV. Haycal Pratama dilakukan pada akhir tanggal setiap

bulannya. Perusahaan juga memberikan upah lembur kepada karyawan yang bekerja

melebihi jam kerja normal.

Adapun komponen pengupahan dan fasilitas yang diterima karyawa pada CV.

Haycal Pratama adalah sebagai berikut:

1. Gaji pokok

2. Biaya konsumsi

3. Biaya transportasi

4. Tunjangan Hari Raya (THR)

Besarnya adalah tambahan satu bulan gaji bagi karyawan yang mempunyai masa

(24)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

5. Tunjangan Insentif

Diberikan dengan cara ditambahkan ke dalam upah karyawan sesuai dengan

prestasi kerja yang ditunjukkan masing- masing karyawan.

Fasilitas lain yang diberikan perusahaan kepada karyawannya yaitu berupa

(25)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Konsep Dasar Ergonomi 1

1

Tarwaka, Solichulha, Bakri, Lilik S. Ergonomi (Surakarta : Uniba Press,2004), p.03

Ergonomi sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja

dan Nomos yang berarti ilmu atau hukum. Dengan demikian ergonomi dimaksudkan

sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan

pekerjaannya. Didiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dari

kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan lingkungan kerjanya.

Disiplin ini juga berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas – batas

kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang pada saat berhadapan

dengan keadaan lingkungan sistem kerjanya yang berupa perangkat keras (mesin,

peralatan kerja, dll) dan perangkat lunak (metode kerja, sistem dan prosedur, dll).

Maksud dan tujuan dari disiplin ergonomi adalah mendapatkan suatu

pengetahuan yang utuh tentang permasalahan – permasalahan interaksi manusia

dengan teknologi dan lingkungan kerjanya, sehingga dimungkinkan adanya suatu

rancangan sistem kerja yang optimal.

Disiplin ilmu ergonomi merupakan suatu cabang keilmuan yang secara

sistematis memanfaatkan informasi – informasi mengenai sifat , kemampuan dan

keterbatasan manusia untuk merancang dan memperbaiki suatu sistem kerja, sehingga

setiap orang dapat hidup dan bekerja pada sistem tersebut dengan baik, yaitu

mencapai tujuan yang diinginkan dari pekerjaan itu dengan efektif, efisien, aman dan

(26)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

Informasi yang lengkap mengenai manusia, peralatan dan lingkungan kerja

dalam ergonomi diperoleh melalui penyelidikan - penyelidikan yang dibagi dalam 4

kelompok, yaitu :

1. Penyelidikan tentang display

Display adalah bagian dari lingkungan yang mengkomunikasikan

keadaannya kepada manusia. Informasi yang diberikan menyangkut semua

rangsangan yang bisa diterima indera manusia baik langsung maupun tidak langsung.

Display langsung merupakan display yang langsung dapat diterima oleh alat indera

manusia, misalnya jalan raya. Sedangkan display tidak langsung adalah display yang

tidak dapat diterima langsung oleh indera manusia, misalnya speedometer. Display

statis adalah display yang memberikan informasi tentang sesuatu yang tidak

bergantung terhadap waktu, misalnya peta. Display dinamis adalah display yang

menggambarkan perubahan menurut skala waktu misalnya speedometer pada

kendaraan bermotor.

Display menjadi penting apabila rangsangan tersebut tidak dapat dirasakan

dengan baik dikarenakan :

1. Terlalu kecil sehingga diperlukan alat pembesar.

2. Terlalu besar sehingga perlu diperkecil.

3. Bercampur dengan gangguan (noise)

4. Diluar batas kemampuan manusia.

5. Perlu pengamatan yang teliti.

6. Perlu disimpan untuk jangka waktu yang lama.

7. Rangsangan dapat diterima dengan baik apabila dalam bentuk yang lain.

(27)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

Perancangan display yang baik adalah display yang dapat menyampaikan

informasi selengkap mungkin tanpa menimbulkan banyak kesalahan dari manusia

yang menerimanya.

2. Penyelidikan tentang hasil kerja manusia dan proses pengendalian.

Hal ini menyelidiki tentang aktivitas kerja dan mempelajari cara mengukur

setiap aktivitas. Mengukur aktivitas kerja manusia adalah mengukur berapa besarnya

tenaga yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaannya (dalam satuan kilo kalori).

Secara umum terbagi 2 kriteria, yaitu kriteria fisiologis dan operasional.

a. Kriteria fisiologis ditentukan berdasarkan kecepatan denyut jantung dan

pernapasan. Usaha untuk menentukan besarnya tenaga yang tepat berdasarkan

kriteria ini agak sulit karena perubahan fisik dari keadaan normal yang aktif

melibatkan beberapa fungsi psikologis lain, seperti tekanan darah, peredaran

udara, jumlah oksigen dan lainnya.

b. Kriteria operasional melibatkan teknik-teknik untuk mengukur atau

menggambarkan hasil-hasil yang bisa dilakukan tubuh atau anggota- anggota

tubuh pada saat melaksanakan gerakan - gerakannya. Secara umum hasil gerakan

yang bisa dilakukan tubuh atau anggota tubuh dapat dibagi dalam bentuk - bentuk

rentangan gerakan, pengukuran aktivitas berdasarkan kekuatan, ketahanan,

kecepatan dan ketelitian. Untuk mengukur aktivitas tersebut digunakan alat ukur

seperti dinamometer, alat pengukur tegangan dan lainnya.

3. Penyelidikan tentang tempat kerja.

Diarahkan untuk mendapatkan ukuran - ukuran tempat kerja yang sesuai

dengan tubuh manusia. Penyelidikan ini banyak berhubungan dengan antropometri.

(28)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

Yang dimaksud dengan lingkungan fisik meliputi ruangan dan fasilitas yang

biasa digunakan serta kondisi lingkungan kerja, sehingga mendukung diperolehnya

rancangan sistem kerja yang efisien dan produktif. Faktor - faktor yang

mempengaruhi antara lain temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan,

kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan dan warna.

3.2. Metode Ergonomi Makro (Macroergonomic Methods)

Makro ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang pertama kali diperkenalkan

oleh Hal W. Hendrik pada era tahun 80’an. Cabang ergonomi ini muncul diakibatkan

oleh perkembangan teknologi yang begitu pesat, melebihi kecepatan perkembangan

organisasi, selain itu juga disebabkan terdapatnya kelemahan dalam mikro ergonomi.

Makro ergonomi juga meneliti tentang pekerjaan, namun makro ergonomi

memeriksa pekerjaan dan sistem kerja secara lebih luas. Beberapa hal yang dibahas

dalam makro ergonomi adalah struktur organisasi, interaksi antara orang-orang yang

ada dalam organisasi dan aspek motivasi dari pekerja. Dengan kata lain, ergonomi

hanya melihat dari tingkat pekerjaan, namun makro ergonomi melihat dari tingkat

pekerjaan dan juga tingkat organisasi.2

a. Genarasi pertama

Hendrick mendeskripsikan ergonomi dalam sebuah seri dari tiga generasi :

Ergonomi berkaitan dengan kemampuan fisik, fisiologis, lingkungan, dan

karekteristik perceptual dalam merancang dan mengaplikasikan sistem antar

manusia dan mesin. Hal ini meliputi control, display, penyusunan ruang kerja dan

lingkungan kerja.

b. Generasi kedua

2

(29)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

Generasi ini ditandai ketika berahlinya perhatian para ahli dengan berkembangnya

sistem komputer. Disini para ahli ergonomi menekankan penelitian pada

bagaimana manusia menerima, mempersepsikan, mengolah, dan menyimpulkan

data dan informasi. Hendrick menjelaskan bahwa generasi kedua meningkatkan

penekanan pada pengembangan dan aplikasi penggunaan sistem antar teknologi

dan pengguna.

c. Generasi ketiga

Generasi ini ditandai dengan masuknya unsur eksternal yaitu organisasi dan

sistem sosioteknik ke dalam ergonomi. Generasi ini menekankan perhatian pada

aspek penerapan pengetahuan tentang individu dan organisasi pada perancangan,

implementasi dan penggunaan teknologi baru. Atau dengan kata lain, generasi

ketiga fokus pada makro ergonomi, atau keseluruhan organisasi sistem kerja dan

berkonsentrasi pada pengembangan dan aplikasi dari teknologi dihubungankan

dengan organisasi.

Makro ergonomi dapat dimulai pada tingkat organisasi dari atas ke bawah.

Ergonomi dan makro ergonomi tidak bertentangan, dalam kenyataanya keduanya

saling melengkapi satu sama lain. Perbandingan antara kedua konsep ini dapat dilihat

pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Perbandingan Antara Mikro Ergonomi Dengan Makro Ergonomi

Karakteristik Ergonomi Makro Ergonomi

Tingkat bahasan Mikro Makro

Unit kerja Tugas, sub-tugas Divisi kerja

Tujuan Mengoptimalkan pekerja Mengoptimalkan sistem kerja

Fokus Perincian Peninjauan secara luas

Alat pengukuran Umumnya mengukur secara

fisik seperti: luas, tenaga,

luminasi, decibel, waktu

Umumnya organisasional dan

mengukur subjektifitas seperti

(30)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

perilaku dan moral

Sejarah penelitian 27 - 47 tahun 10 - 12 tahun

Sejarah aplikasi 17 - 27 tahun 8 - 9 tahun

Aplikasi keahlian Anatomi, psikologi,

psikologi pesepsi, teknik

industri

Organisasi, psikologi

organisasi

3.3. Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS)3

3

Hal W. Hendrick. Handbook of Human Factor And Ergonomics. (CRC Press ; 2005). P.75.1

3.3.1. Dasar Dan Aplikasi

Sebagaimana survei kuisioner dalam penelitian, Macroergonomic

Organizational Questionnaire Survey (MOQS) juga digunakan untuk mengumpulkan

informasi tentang berbagai aspek atau variabel dari suatu sistem kerja (Carayon and

Smith, 2000). Informasi dapat berupa tugas, kondisi organisasi, masalah lingkungan,

peralatan kerja, teknologi dan karakteristik individual. Sebagai tambahan, MOQS juga

digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai variabel keluaran seperti

kepuasan kualitas kerja (misalnya kepuasan kerja / job satisfaction), stress fisik dan

psikologis, kesehatan mental dan fisik, kinerja dan sikap (misalnya niat untuk

meninggalkan pekerjaan).

MOQS dapat sangat bermanfaat dalam beberapa tahap seperti pada tahap

diagnosa, penilaian organisasi, evaluasi pengaruh suatu perubahan pada suatu

karakteristik kunci, serta memonitor opini pekerja terhadap implementasi sesuatu

yang baru.

(31)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

Hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam MOQS yaitu pada tahap

pengembangan kuisioner. Metode yang diterapkan dalam mengembangkan,

implementasi dan penyebaran kuisioner menjadi sangat penting dalam menentukan

kualitas dan kegunaan data yang dikumpulkan.

Carayon dan Hoonakker (2001) menekankan bahwa terdapat lima langkah

penting dalam mengembangkan suatu survei kuisioner yaitu :

1. Konseptualisasi

Menentukan konsep apa yang akan diukur dengan MOQS, antara lain :

- Elemen sistem kerja mana yang akan dievaluasi ; tugas (task), kondisi

organisasi, lingkungan fisik, peralatan dan teknologi serta karakteristik

individual.

- Elemen keluaran mana yang akan dievaluasi; kualitas bekerja, stress fisik

dan psikologis, kesehatan fisik dan mental, kinerja serta sikap.

Serta menentukan tujuan utama penelitian dan mencocokkannya dengan konsep

yang akan diukur dengan kuisioner penelitian.

2. Operasionalisasi

Menentukan dimensi dari setiap konsep yang akan diukur, memeriksa apakah

terdapat elemen yang tumpang tindih dan melakukan pemeriksaan ulang setiap

dimensi.

3. Sumber Kuisioner

Menelaah jenis survei kuisioner yang telah ada yang memungkinkan untuk

digunakan dan sebagai landasan untuk penelitian. Adapun jenis survei kuisioner

dalam ergonomi makro yang telah dikembangkan antara lain:

- Office worker survey (University of Wisconsin – Madison)

(32)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

- Karasek’s Job Strain Questionnaire

4. Pembuatan Kuisioner

Menentukan bentuk kuisioner yang akan digunakan, menentukan skala

pengukuran serta item pertanyaan, petunjuk pengisian, layout dan sebagainya.

5. Pengujian Awal Kuisioner

Dalam hal ini menentukan siapa yang akan berpartisipasi dalam tahap pengujian

awal kuisioner yang bertujuan untuk memeriksa kejelasan setiap pertanyaan,

menguji format kuisioner serta menilai durasi waktu pengisian kuisioner.

Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS) dalam

pelaksanaannya akan melewati beberapa tahap yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Pengumpulan Informasi

Tahap ini meliputi pengumpulan informasi sebanyak – banyaknya tentang

sistem kerja yang diamati, siapa yang menjadi partisipan dalam survei serta

komitmen perusahaan / pihak manajemen dalam memperbaiki sistem kerjanya.

2. Tahap Penetapan Tujuan

Tahap ini meliputi perumusan tujuan yang ingin dicapai dalam survei tersebut

serta manfaat yang dapat diperoleh oleh pihak perusahaan. Tujuan penelitian ini

selanjutnya dikomunikasikan kepada pihak manajemen serta kepada responden

yang terlibat.

3. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini meliputi penentuan kapan survei akan dilaksanakan, prosedur

pelaksanaan, serta metode untuk pengumpulan data survei.

(33)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

Tahap ini meliputi penggunaan metode dan software statistik untuk menyajikan,

mengolah, menganalisa dan menginterpretasikan data hasil survei kuisioner.

Serta mengaitkan hasil olahan statistik tersebut dengan tujuan penelitian.

5. Tahap Penyampaian Hasil

Tahap ini berkaitan dengan penyusunan format hasil penelitian untuk

menggambarkan keadaan sistem kerja yang diteliti.

6. Tahap Follow – Up Action

Merupakan tahap akhir dari penelitian yaitu untuk merencanakan kegiatan atau

aksi berikutnya yang harus dilakukan sesuai dengan hasil survei kuisioner yang

diperoleh, seperti memberikan usulan perbaikan atau implementasi suatu

metode, teknologi dan komponen baru lainnya pada sistem kerja yang diamati.

3.4. Metode Penelitian Survey

Penelitian survei dapat digunakan untuk maksud penjajakan (eksploratif),

deskriptif, penjelasan (explanatory), evaluasi, prediksi, dan penelitian operasional.

Penelitian survey dapat dilakukan langsung kepada populasi (penelitian populasi) jika

populasi terhingga dan objeknya tidak terlalu besar dan juga dapat dilakukan dengan

mengambil sampel dari satu populasi yang besar. Adapun instrumen yang dapat

digunakan dalam penelitian survey antara lain dengan wawancara (interview) dan

(34)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

3.4.1. Wawancara (Interview)4

a. Angket dengan pertanyaan bebas (Angket tidak berstruktur)

Wawancara (interview) merupakan cara pengumpulan data dengan

menanyakan langsung kepada informan atau pihak yang kompeten dalam suatu

permasalahan. Pertanyaan yang diajukan biasanya disiapkan terlebih dahulu yang

diarahkan pada informasi untuk topik yang akan digarap. Dalam menggunakan daftar

pertanyaan yang telah disiapkan, penanya tidak semata-mata bergantung pada

pertanyaan tersebut, tetapi bila ada informasi yang menarik dan perlu diketahui lebih

lanjut, maka penanya boleh saja mengajukan pertanyaan di luar daftar yang telah

disiapkan. Dalam wawancara, hasil yang diperolehh dapat dipertanggungjawabkan

secara kualitatif dan memiliki nilai yang tinggi. Semua kesalahpahaman dapat

dihindari, pertanyaan yang disiapkan dapat dijelaskan oleh informan dengan

penjelasan tambahan dan tiap pertanyaan dapat dikembangkan lebih lanjut. Di pihak

lain, wawancara memiliki kelemahan, yaitu data atau informasi yang dikumpulkan

akan terbatas dan bila harus dilakukan dalam suatu wilayah yang luas akan memakan

biaya dan waktu yang besar.

3.4.2. Kuisioner (Angket)4

Kuisioner (angket) adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya dan

hal-hal lain yang diketahuinya.

Bentuk angket secara umum dapat dibagi atas beberapa bentuk yaitu :

4

(35)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

Jawaban yang dapat diberikan berupa jawaban bebas, maksudnya adalah uraian

berupa pendapat, hasil pemikiran, tanggapan, dan lain lain mengenai segala

sesuatu yang dipertanyakan setiap item angket.

b. Angket dengan pertanyaan terikat (Angket berstruktur)

Angket bentuk ini memberikan pertanyaan yang telah disediakan sejumlah

alternatif jawabannya. Sehingga jawaban yang didapatkan tidak akan berkisar jauh

dari alternatif yang telah diberikan.

c. Angket dengan jawaban singkat (Short answer item)

Angket ini berupa kombinasi / gabungan antara angket tidak berstruktur dengan

angket berstruktur. Kebebasan dalam menjawab merupakan faktor yang

menyebabkannya hampir sama dengan angket tidak berstruktur. Sebaliknya

permintaan jawaban yang mengkhusus dan tertentu (terarah) dengan peluang

menjawab secara singkat, merupakan faktor yang menyebabkannya hampir sama

dengan angket berstruktur.

Langkah-langkah dalam penyusunan kuesioner secara umum adalah :

1. Tahap persiapan , meliputi :

- Merumuskan maksud dan tujuan penelitian

- Menyusun pertanyaan-pertanyaan angket sesuai dengan rincian aspek aspek

yang berhubungan.

- Angket yang sudah disiapkan dianjurkan untuk dikonsultasikan dengan

seorang atau lebih pakar dalam bidang yang diselidiki.

- Kemudian susunlah petunjuk pengisian kuesioner dalam memandu responden.

2. Tahap Uji Coba (Try Out) kuesioner pendahuluan

(36)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

- Memeriksa kemungkinan terdapat pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas

maksudnya bagi responden.

- Memeriksa kemungkinan terdapat kata kata yang asing sehingga tidak

dimengerti oleh responden.

- Memeriksa kemungkinan terdapat pertanyaan-pertanyaan yang terlalu dangkal

dalam mengungkapkan masalah penelitian.

- Memeriksa kemungkinan terdapat pertanyaan yang tidak relevan dengan

masalah dan tujuan penelitian.

- Menyempurnakan kuisioner, dari sisi isi, desain, validitas, dan kehandalan.

Kuisioner pendahuluan dapat dilakukan dengan berdiskusi sesama anggota tim

riset atau uji coba dengan 10-30 responden (Prima Ariestonandri;Marketing

Research For Beginner)5

3. Penyebaran / Pengisian kuesioner

Tahap berikutnya adalah menyampaikan kuesioner kepada responden untuk diisi

agar data yang diperlukan dalam suatu penelitian dapat dikumpulkan. Penyebaran

angket dapat menggunakan surat pengantar, yang disahkan diterima dan ditanda

tangani oleh responden. Penyebaran angket dapat menggunakan jasa tenaga

khusus pengumpul data yang langsung datang ke responden atau dengan

menggunakan surat menyurat kepada responden. Tetapi untuk cara yang kedua,

perlu dipikirkan strategi dan cara agar responden mau mengembalikan kuesioner

yang telah diisi dengan memuaskan. Hal ini dapat dirangsang misalnya dengan

memberikan hadiah kepada responden.

4. Tindak Lanjut (Follow Up) kuesioner

5

(37)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

Tindak lanjutnya dapat berupa :

- Penanggulangan masalah angket yang belum kembali, dengan memberikan

surat susulan kepada responden.

- Peneliti dapat meminta bantuan pihak ketiga yang disegani dan dihormati oleh

responden baik secara langsung maupun dengan perantara surat.

- Dilakukan pengecekan terhadap jawaban angket untuk mengetahui konsistensi

jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya.

3.5. Skala Pengukuran6

1. Skala Nominal

Skala (Scale) merupakan suatu instrumen atau mekanisme untuk membedakan

individu dalam hal terkait suatu variabel minat yang diamati. Dalam ilmu statistik

pada umumnya skala dapat digolongkan ke dalam empat jenis yaitu:

Merupakan skala yang memungkinkan peneliti untuk menempatkan subjek pada

kategori atau kelompok teretentu. Misalnya responden suatu penelitian

dikelompokkan berdasarkan gender yaitu pria dan wanita. Kedua kategori

tersebut diberi kode masing – masing 1 dan 2. Nomor tersebut hanya sebagai

label yang sederhana dan tidak memeiliki nilai instrinsik.

2. Skala Ordinal

Skala ordinal tidak hanya mengategorikan variabel – variabel untuk

menunjukkan perbedaan di antara berbagai kategori, tetapi juga

mengurutkannya berdasarkan tingkatan (orde). Misalnya opini responden

terhadap tingkat kepentingan terhadap sejumlah kegiatan / tugas.

3. Skala Interval

6

(38)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

Data yang dikumpulkan dengan menggunakan skala ini dapat dioperasikan

dengan operasi aritmatika tertentu. Dengan kata lain, skala interval tidak hanya

mengelompokkan individu menurut kategori tertentu dan menentukan urutan

kelompok, namun juga mengukur besaran (magnitude) perbedaan preferensi

antarindividu.

4. Skala Rasio

Skala ini merupakan angka yang memiliki sifat nominal, ordinal dan interval

serta memiliki nilai absolut dari objek yang diukur. Misalnya seseorang dengan

berat 250 pon adalah dua kali berat seseorang dengan berat 125 pon.

Setelah mengetahui empat tipe skala yang dapat dipakai untuk mengukur

dimensi dan elemen variabel secara operasional, adalah perlu untuk menelaah metode

penskalaan (yaitu menentukan nomor dan simbol) untuk memperoleh respon subjek

terhadap objek, peristiwa atau orang.

Terdapat dua kategori utama dalam penskalaan dalam penelitian

organisasional yaitu:

A. Skala Peringkat

Memiliki beberapa kategori respon dan digunakan untuk mendapatkan respon

yang terkait dengan objek, peristiwa atau orang yang dipelajari, meliputi :

1. Skala Dikotomi 6. Skala Peringkat Terperinci

2. Skala Kategori 7. Skala Jumlah Konstan

3. Skala Likert 8. Skala Stapel

4. Skala Numerikal 9. Skala Peringkat Grafik

5. Skala Diferensial 10. Semantik Skala Konsensus

Dari sepuluh kategori tersebut, yang paling banyak digunakan dalam

(39)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju – tidak setuju,

senang – tidak senang dan baik – tidak baik dengan lima skala penilaian yaitu 1, 2, 3,

4, dan 5.7

a. Kumpulkan sejumlah pernyataan yang sesuai dengan sikap yang akan diukur dan

dapat diidentifikasikan dengan jelas (positif atau negatif).

Untuk membuat skala Likert, langkah-langkah yang dilakukan adalah :

b. Berikan pernyataan-pernyataan di atas kepada sekelompok responden untuk diisi

dengan benar.

c. Respon dari tiap pernyataan dihitung dengan cara menjumlahkan angka-angka

dari setiap pernyataan sedemikian rupa sehingga respon yang berada pada posisi

yang sama akan menerima secara konsisten nilai angka yang selalu sama.

Misalnya bernilai 5 untuk yang sangat positif dan bernilai 1 untuk yang sangat

negatif. Hasil hitung akan mendapatkan skor tiap-tiap pernyataan dan skor total,

baik untuk tiap responden maupun secara total untuk seluruh responden.

d. Mencari pernyataan-pernyataan yang tidak dapat dipakai dalam penelitian,

patokannya adalah :

- Pernyataan yang tidak diisi lengkap oleh responden.

- Pernyataan yang secara total responden tidak menunjukkan korelasi yang

substansial dengan nilai totalnya.

- Pernyataan-pernyataan hasil saringan akhir akan membentuk skala Likert

yang dapat dipakai untuk mengukur skala sikap, serta menjadi kuesioner

baru untuk pengumpulan data berikutnya.

7

(40)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

Dalam menggunakan skala Likert untuk riset pemasaran dijumpai kelebihan

dan kelemahan yaitu antara lain:

Kelebihan skala Likert:

- Alasan kemudahan pembuatan

- Interval respons yang lebih besar yang membuat skala ini dapat memberi

keterangan yang nyata dan tegas mengenai pendapat responden

- Reliabilitas yang relatif tinggi (makin banyak jumlah item, makin berkurang

reliabilitasnya)

- Dapat memperlihatkan beberapa responsi alternatif konsumen terhadap

karakteristik produk (sangat setuju, setuju, bimbang, tidak setuju, sangat tidak

setuju)

Kelemahan skala Likert:

- Karena ukuran yang digunakan adalah ordinal, skala Likert hanya dapat

mengurutkan tingkat tanggapan individu dalam skala tetapi tidak dilakukan

perbandingan berapa kali satu individu lebih baik dari individu lain.

- Kadangkala skor total tidak memberi arti yang jelas karena banyak pola

tanggapan terhadap beberapa item akan memberikan skor yang sama.

- Validitas skala Likert masih memerlukan penelitian empiris.

B. Skala Ranking

Membuat perbandingan antarobjek, peristiwa, atau orang serta mengungkap

pilihan yang lebih disukai dan merankingnya, meliputi :

1. Skala Perbandingan Berpasangan

(41)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

3.6. Pengujian Validitas

Validitas dapat dikatakan sebagai suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkannya dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang

diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana

data yang terkumpul sesuai dengan variabel yang dimaksud.

Untuk menguji ketepatan data ini diperlukan teknik uji validitas. Ada dua

macam validitas sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu validitas eksternal dan

validitas internal.

1. Validitas Eksternal

Validitas Eksternal adalah validitas yang tidak berkenaan dengan instrumen

penelitian. Validitas ini berkenaan dengan penyusunan generalisasi sebagai

kesimpulan yang diperoleh dari atau tanpa penyusunan hipotesis. Validitas eksternal

adalah tingkat ketepatan generalisasi yang tidak sekedar berlaku bagi sampel, tetapi

juga bagi populasi penelitian dalam suatu penelitian kuantitatif. Instrumen yang

dicapai apabila data yang dihasilkan dari insterumen tersebut sesuai dengan data dan

informasi lain mengenai variabel penelitian yang dimaksud.

2. Validitas Internal

Validitas Internal adalah validitas yang berkenaan dengan instrumen (alat)

penelitian. Validitas ini mempersoalkan apakah instrumen yang digunakan,

sungguh-sungguh mengungkapkan atau mengukur variabel yang sebenarnya dari suatu

penelitian. Validitas ini dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian – bagian

(42)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

validitas internal apabila setiap bagian instrumen mendukung “misi” instrumen

secara keseluruhan, yaitu mengungkapkan data dari variabel yang dimaksud.

Validitas yang dipergunakan untuk instrumen penelitian antara lain :

a. Validitas Permukaan (Face Validity)

Validitas ini dinyatakan dari penampilan instrumen berupa kemampuannya

menjelajahi semua gejala atau unsur gejala di dalam variabel penelitian.

b. Validitas Logika (Logical Validity)

Validitas ini disebut juga validitas konstruksi (construct validity) karena

menekankan pada bagaimana logika penyusunan pertanyaan demi pertanyaan atau

instrumen secara keseluruhan.

c. Validitas Isi (Content Validity)

Validitas ini disebut juga validitas kur ikulum (Curricular Validity) karena diukur

dari kesesuaiannya dengan sejumlah bahan yang secara keseluruhan merupakan

sebuah kurikulum, yang telah diberikan kepada sekelompok individu yang akan

menjawab item-item di dalam instrumen.

d. Validitas Empiris (Empirical Validity)

Validitas ini dapat diketahui dengan membandingkan hasil yang pernah dicapai

individu dalam mengerjakan (menjawab) suatu instrumen, dengan kemampuan

atau tingkah laku nyata yang ditampilkannya sehari hari.

e. Validitas Faktor (Factorial Validity)

Validitas ini disebut juga validitas statistik (Statistical Validity) karena diperoleh

melalui perhitungan statistika. Nilai dari sekelompok individu

menjawab/mengerjakan item di dalam sebuah instrumen disebut sebagai prediktor

(43)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

nilai lain dari kelompok individu yang sama untuk membandingkannya, yang

disebut kriterium.

Jenis kriteria uji validitas yang umum digunakan adalah :

1. Korelasi Product Moment

Korelasi ini banyak digunakan untuk ukuran sampel yang relatif besar,

sehingga bisa didekati dengan distribusi normal.

( )( )

( )

[

2 2

]

[

2

( )

2

]

.

− =

Y Y

N X X

N

Y X XY

N rxy

2. Korelasi Tata Jenjang

Korelasi ini tepat digunakan untuk jumlah subjek (sampel) kecil, karena untuk

sampel yang kecil, sampel cenderung tidak mengikuti distribusi normal populasinya.

Sehingga korelasi tata jenjang dipandang lebih tepat digunakan.

) 1 ( 6

1 2

2

− Σ − =

N N

(44)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

Suatu kuisioner yang memuat pernyataan tidak jelas bagi responden tidak

termasuk sahih (tidak valid). Dengan validitas data dapat menilai seberapa baik

penarikan kesimpulan tersebut didukung. Langkah-langkah melakukan uji validitas

adalah :

1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.

2. Mencari definisi dan rumusan tentang konsep yang akan diukur yang telah ditulis

para ahli dalam literatur. Kalau sekiranya sudah ada rumusan yang cukup

operasional untuk digunakan sebagai alat pengukur, maka rumusan tersebut dapat

langsung dipakai. Tetapi bila rumusan belum operasional, maka tugas penelitilah

untuk merumuskannya seoperasional mungkin.

3. Kalau sekiranya didalam literatur tidak dapat diperoleh definisi atau rumusan

konsep yang akan diukur, maka tugas peneliti lah untuk membuat definisi dan

rumusan konsep tersebut. Untuk lebih mematangkan definisi dan rumusan

tersebut, si peneliti harus mendiskusikannya dengan para ahli lain. Pendapat para

ahli lain ini kemudian disarikan ke dalam bentuk rumusan yang operasional.

4. Menanyakan langsung kepada calon responden penelitian mengenai aspek-aspek

konsep yang akan diukur. Dari jawaban yang diperoleh peneliti dapat membuat

kerangka konsep dan kemudian menyusun pertanyaan yang operasional.

5. Melakukan uji coba skala pengukur tersebut pada sejumlah responden.

Responden diminta untuk menyatakan apakah mereka setuju atau tidak setuju

dengan masing-masing pernyataan. Sangat disarankan agar jumlah responden

untuk uji coba, minimal 30 orang. Dengan jumlah 30 orang ini maka distribusi

skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal. Asumsi kurva normal sangat

(45)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

3.7. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas atau tingkat ketetapan (consistency atau keajegan) adalah tingkat

kemampuan instrumen penelitian untuk mengumpulkan data secara tetap dari

sekelompok individu. Instrumen yang menghasilkan reliabilitas yang tinggi

cenderung menghasilkan data yang sama tentang suatu variabel atau unsur-unsurnya,

jika diulangi pada waktu yang berbeda pada kelompok individu yang sama.

Tingkat reliabilitas dapat diukur untuk setiap item test atau angket secara

keseluruhan. Dalam analisa item untuk membuat test atau angket yang bersifat

standar, reliabilitas setiap item perlu dihitung. Sedang dalam penelitian biasanya

cukup dengan menghitung reliabilitas instrumen secara keseluruhan.

Untuk menghitung reliabilitas instrumen secara keseluruhan dapat ditempuh

perhitungan korelasi, dengan berbagai cara sebagai berikut :

1. Alpha Cronbach

Metode Alpha Cronbach adalah suatu cara membandingkan nilai koefisien r

terhadap skala Alpha Cronbach dimana skalanya adalah 0 – 1. Jika skala itu

dikelompokkan kedalam 5 kelas dengan range yang sama, maka ukuran alpha dapat

diimplementasikan sebagai berikut ini.

a. Nilai alpha Cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel

b. Nilai alpha Cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel

c. Nilai alpha Cronbach 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel

d. Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel

e. Nilai alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel

2. Korelasi Belah Dua (Korelasi Genap Ganjil)

Distribusi nilai yang dikorelasikan dalam cara ini diperoleh dari hasil uji coba

(46)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

pertama diperoleh dari nilai item-item genap, sedang distribusi nilai kedua diperoleh

dari nilai item-item ganjil.

Distribusi pertama berfungsi sebagai prediktor dan yang kedua menjadi

kriterium. Oleh karena distribusi nilai awal dipecah atau dibagi menjadi dua, maka

korelasi ini disebut juga korelasi belah dua atau korelasi setengah-setengah.

Hasil perhitungan itu dimasukkan dalam rumus untuk mendapatkan koefisien

korelasi variabel X dan variabel Y sebagai berikut :

)

1

(

6

1

2

2

Σ

=

N

N

D

r

gg

gg gg xy

r r r

+ =

(47)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

3. Penggunaan Test yang Sejajar

Perhitungan reliabilitas ini disebut juga penggunaan test yang seimbang atau

bentuk alternatif atau bentuk keseimbangan rasional. Untuk keperluan ini seorang

peneliti harus membuat atau merekonstruksi dua buah test, meskipun hanya salah satu

diantaranya yang akan dipergunakan sebagai alat (instrumen) pengumpul data. Test

ini disusun dengan bentuk dan mempergunakan bahan yang sama.

Berdasarkan uraian diatas berarti test pertama berfungsi sebagai prediktor

(yang akan diprediksi) dan dipersiapkan sebagai alat (instrumen) penelitian,

sedangkan test yang kedua sebagai kriterium (tolak ukur) untuk mengetahui tingkat

reliabilitas test pertama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas test tersebut, dilakukan

perhitungan korelasi guna memperoleh koefisien korelasinya. Koefisien korelasi

dibandingkan dengan indeks tabel r product moment untuk mengetahui

signifikansinya, sebagai ukuran reliabilitas test yang akan dijadikan sebagai alat

(instrumen) pengumpul data.

3.8. Analisis Jalur (Path Analysis)8

Analisis jalur atau Path Analysis pertama kali dikembangkan pada tahun 1920

– an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Analisis jalur digunakan untuk

menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh

langsung maupun tidak langsung dari seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap 3.8.1. Konsep dan Defenisi

8

(48)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

variabel terikat (endogen). Model path analysis yang dibicarakan adalah pola

hubungan sebab akibat atau ”a set of hypothesized causal asymetric relation among

the variables”. Oleh sebab itu, rumusan masalah penelitian dalam kerangka path

analysis berkisar pada : (1) Apakah variabel eksogen (X1, X2,…. Xk) berpengaruh

terhadap variabel endogen Y. (2) Berapa besar pengaruh kausal langsung, kausal tidak

langsung, kausal total maupun simultan dari seperangkat eksogen (X1, X2,…. Xk)

berpengaruh terhadap variabel endogen Y.

3.8.2. Langkah – langkah Analisis Jalur

A. Menentukan Hipotesis dan Model Awal Analisis Jalur

Model merupakan representasi dari suatu sistem yang sedang diamati. Dalam

penelitian ini, model sederhana yang digunakan yaitu model skematis dan matematis.

Model skematis dibuat dalam suatu ”diagram jalur” yang digunakan untuk

menggambarkan kerangka hubungan kausal antar jalur (satu variabel terhadap

variabel lainnya). Sedangkan model matematisnya merupakan model persamaan

regresi yang juga menjelaskan hubungan antara variabel bebas dengan variabel

terikat.

B. Perhitungan Skor Setiap Variabel

1. Transformasi Data Ordinal ke Data Interval

Skala data yang seharusnya digunakan dalam analisis jalur adalah skala

interval. Oleh karena itu, skala ordinal pada data penelitian kuisioner

ditransformasikan menjadi skala interval. Hal ini juga dilakukan untuk memenuhi

(49)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

Teknik transformasi data ordinal ke data interval yang paling sederhana yaitu dengan

menggunakan MSI (Methods of Successive Interval).

Adapun langkah – langkah perhitungan untuk transformasi data ordinal

menjadi data interval dengan MSI (Methods of Successive Interval) adalah sebagai

berikut :

1. Memperhatikan setiap butir jawaban responden dari kuisioner penelitian yang

telah disebarkan.

2. Menentukan frekuensi responden yang memilih alternatif jawaban 1, 2, 3, 4 dan

5 untuk setiap item pertanyaan.

3. Menentukan Proporsi

Proporsi diperoleh dari hasil perbandingan antara jumlah frekuensi per item

jawaban dengan total frekuensi.

4. Menentukan Proporsi Kumulatif

Proporsi kumulatif diperoleh dengan menjumlahkan secara berurutan untuk

setiap nilai proporsi.

5. Menentukan Nilai z

Nilai proporsi kumulatif (PK) dianggap mengikuti distribusi normal baku

dengan melihat tabel distribusi normal kumulatif.

6. Menentukan Densitas

Nilai densitas diperoleh dari tabel koordinat kurve normal baku.

7. Menentukan Scale Value (SV)

Rumus ) ( ) ( ) ( ) ( Limit Lower Below Area Limit Upper Below Area Limit Upper at Density Limit Lower at Density SV −− =

(50)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

Transformasi data interval diperoleh dengan menggunakan rumus :

Sai = SVi + [1+|NSmin|]

2. Rekapitulasi Skor Variabel

Berdasarkan data hasil transformasi selanjutnya dibuat rekapitulasi skor semua

variabel dengan cara menjumlahkan skor setiap item pertanyaan yang terkait dengan

variabel tersebut.

C. Perhitungan Analisis Korelasi Dan Regresi

Selanjutnya dilakukan analisis korelasi dan regresi terhadap data rekapitulasi

skor variabel yang dapat dilakukan dengan software SPSS .

D. Perhitungan Koefisien Jalur

Berdasarkan hasil perhitungan regresi dan korelasi di atas, maka dapat

ditentukan bahwa:

R2yx1x2x3x4x5x6

rij = nilai korelasi parsial antara variabel i dan j diperoleh dari tabel korelasi

ij = koefisien jalur antara variabel i dan j diperoleh dari tabel regresi

y y = 1 R− 2

ε

ρ

ρ

ρ

ρ

ρ

ρ

ρ

yx X yx X yx X yx X yx X yx X y

Y = 1 1+ 2 2 + 3 3+ 4 4+ 5 5+ 6 6 +

Kemudian dapat digambarkan diagram jalur akhir lengkap dengan koefisien

korelasi dan koefisien jalur akhir.

E. Pengujian Analisis Jalur

(51)

Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009.

USU Repository © 2009

2. Pengujian Secara Individual

3.9. Stress Kerja (Job Stress)

Gambar

Gambar 2.1.
Tabel 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja pada CV. Haycal Pratama
Tabel 3.1. Perbandingan Antara Mikro Ergonomi Dengan Makro Ergonomi
Gambar 4.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik Pekerjaan, Dukungan Sosial dan Tingkat Burnout Pada Non Human Service Corporation.. Kontribusi Budaya Organisasi Terhadap Burnout Pada

perbedaan jenis kegiatan. Jenis peralatan yang dipergunakan tidak sama. Volume pekerjaan tidak sama. Kondisi fisik dari masing-masing organisasi tidak sama. Kurang tersedianya

Iklim organisasi dan karakteristik pekerjaan secara simultan tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja di lingkungan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP II

Masalah yang dihadapi oleh perusahaan ini adalah belum mengetahui waktu proses produksi, sistem kerja yang meliputi pekerja, mesin dan peralatan, lingkungan yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh secara simultan keadilan kompensasi, pelatihan karyawan, dan kondisi lingkungan kerja fisik terhadap prestasi

Secara simultan budaya organisasi dan lingkungan kerjamampu berpengaruh positif dan signifikanuntuk = 0,01 dan mampu memberikan kontribusi yang relatif kuat untuk

Apakah faktor sosial, affect, kompleksitas, kesesuaian tugas, konsekuensi jangka panjang, kondisi yang memfasilitasi dalam pemanfaatan teknologi informasi secara

Penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan, penerapan teknologi yang mempengaruhi lingkungan fisik kimia, serta proses dan hasilnya mempengaruhi kondisi sosial