• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

TANGGUNG JAWAB DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS DALAM PEMBAGIAN DIVIDEN INTERIM BERDASARKAN

UU NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

DISUSUN OLEH :

ASIDORO SABAR PARSAULIAN

NIM :

020 – 200 - 074

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

(2)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

TANGGUNG JAWAB DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS DALAM PEMBAGIAN DIVIDEN INTERIM BERDASARKAN

UU NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

DISUSUN OLEH :

ASIDORO SABAR PARSAULIAN

NIM :

020 – 200 - 074

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH.MH NIP. 131 570 445

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(3)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Syukur Penulis ucapkan ke Hadirat Allah SWT yang telah mengkaruniai kesehatan dan kelapangan berpikir kepada Penulis sehingga akhirnya tulisan ilmiah dalam bentuk skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi ini berjudul : “TANGGUNG JAWAB DIREKSI DAN DEWAN

KOMISARIS DALAM PEMBAGIAN DIVIDEN INTERIM BERDASARKAN UU NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam rangka mencapai gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Departemen Hukum Ekonomi.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH. M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH.MH selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum USU.

3. Bapak Syafruddin, SH.MH selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum USU. 4. Bapak M. Husni, SH.M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum USU. 5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH.MH selaku Ketua Departemen Hukum

(4)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

6. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, MH sebagai Dosen Pembimbing II yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis selama proses penulisan skripsi ini.

7. Bapak/Ibu para dosen dan seluruh staf administrasi Fakultas Hukum USU dimana penulis menimba ilmu selama ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Hukum USU yang tidak dapat Penulis sebutkan satu-persatu. Semoga persahabatan kita tetap abadi.

Demikian Penulis sampaikan, kiranya skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah dan memperluas cakrawala berpikir kita semua.

Medan, Nopember 2008 Penulis,

(5)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan……….. 6

BAB II TINJAUAN MENGENAI DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS DI DALAM PERSEROAN

A. Organ-Organ Perseroan Secara Umum………. 22

B. Prinsip-Prinsip Umum Mengenai Kedudukan dan Tanggung

Jawab Direksi

……… 26

C. Prinsip-Prinsip Umum Mengenai Kedudukan dan Tanggung Jawab

Komisaris……… 45

(6)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

A. Rencana Kerja

Perseroan……… 53

B. Laporan Tahunan………

54

C. Pengaturan dan Penggunaan

Laba……….. 58

BAB IV TANGGUNG JAWAB DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS DALAM PEMBAGIAN DIVIDEN INTERIM BERDASARKAN UU NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

A. Pengaturan mengenai Laba Bersih Perseroan Berdasarkan

UU No. 40 Tahun 2007………. 62

B. Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007…… 63

C. Pertanggungjawaban Direksi dan Dewan Komisaris dalam

Pembagian Dividen Interim Menurut UU No. 40 Tahun

2007………. 66

D. Pokok-Pokok Perbedaan antara UU Perseroan Terbatas No. 1 Tahun 1995

dan No. 40 Tahun 2007……… 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.

Kesimpulan……… 82

B.

Saran………

…….. 83

DAFTAR PUSTAKA

……… 85

(7)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

ABSTRAK

Perseroan Terbatas memiliki beberapa organ, seperti RUPS, direksi, komisaris Dan sebagainya. Perseroan terbatas sebagai subjek hukum mandiri adalah suatu artificil person, yang membutuhkan organ-organnya sebagai wakilnya. Direksi dan komisaris merupakan organ perseroan, dengan tugas masing-masing melaksanakan kegiatan dan kepengurusan perseroan. Direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, sedangkan dewan komisaris sebagai salah satu organ perseroan lainnya, bertugas melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasihat kepada direksi. Pengawasan dan pemberian nasihat ini dilakukan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Salah satu tanggung jawab direksi dan dewan komisaris adalah mengenai pembagian laba (dividen). Dividen adalah pembagian aktiva perusahaan pada para pemegang saham perusahaan.

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif. Langkah pertama dilakukan penelitian hukum normatif yang didasarkan pada bahan hukum skunder yaitu inventarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan analisa hukum perdata khususnya terhadap peraturan pertanggungjawaban direksi dan dewan komisaris dalam hal pembagian dividen interim di perseroan. Selain itu dipergunakan juga bahan-bahan tulisan yang berkaitan dengan persoalan ini. Penelitian bertujuan menemukan landasan hukum yang jelas dalam meletakkan persoalan ini dalam perspektif hukum ekonomi khususnya yang terkait dengan masalah tanggung jawab direksi dan dewan komisaris mengenai pembagian dividen interim berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Pada umumnya Anggaran Dasar Perseroan yang berlaku sekarang tidak mengatur dengan lengkap tentang pembagian dividen interim, maka kalau mau membuka kemungkinan dibagikan dividen interim, hal ini harus diatur dalam penyesuaian Anggaran Dasar, karena Pasal 72 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 menetapkan bahwa Perseroan dapat membagikan dividen interim sebelum tahun buku Perseroan berakhir sepanjang diatur dalam Anggaran Dasar Perseroan. Pembagian dividen interim dapat dilakukan apabila jumlah kekayaan bersih Perseroan tidak menjadi lebih kecil dari jumlah modal ditempatkan dan disetor ditambah cadangan wajib dan mengganggu atau menyebabkan Perseroan tidak dapat memenuhi kewajibannya pada kreditor atau mengganggu kegiatan Perseroan. Apabila ternyata pada akhir tahun Perseroan mengalami kerugian maka dividen interim yang telah dibagikan diminta untuk dikembalikan dan apabila tidak dikembalikan maka Direksi atau Dewan Komisaris yang bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian Perseroan.

(8)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan perekonomian dewasa ini, tidak terlepas dari peran pelaku usaha dalam menjalankan usahanya untuk meningkatkan perekonomian secara global. Bentuk usaha yang saat ini paling banyak melakukan kegiatan usaha adalah usaha berbentuk perseroan terbatas yang terus berkembang seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia. Perkembangan perseroan terbatas tersebut juga tidak terlepas dari regulasi yang dikeluarkan pemerintah dalam rangka memberikan kemudahan dan tanggung jawab pada perseroan terbatas sebagai badan hokum untuk lebih mudah dalam proses pendirian dan bertanggung jawab terhadap bidang social dan berperan aktif dalam kemajuan di lingkungan usahanya.

Dari berbagai bentuk perusahaan yang hidup di Indonesia, seperti firma, persekutuan komanditer, koperasi dan lain sebagainya, bentuk perusahaan Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut PT) merupakan bentuk yang paling lazim, bahkan sering dikatakan bahwa PT merupakan bentuk perusahaan yang dominan. Dominasi PT tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di Amerika Serikat dan negara-negara lain. Terkait dengan hal tersebut, Cheeseman menyatakan corporations are the most dominant form of business organization in the United States, generating over 85

percent of the country’s gross business receipts.1

Perseroan Terbatas sangat menarik minat investor atau penanam modal untuk menanamkan modalnya, bahkan PT sudah menarik hampir seluruh perhatian dunia

1

(9)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

usaha pada tahun-tahun belakangan ini dikarenakan oleh perkembangan haknya dalam hidup perekonomian di banyak negara. Dengan dominasi yang besar di Indonesia, PT telah ikut meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia, baik melalui Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), sehingga PT merupakan salah satu pilar pekonomian nasional. Lebih dipilihnya PT sebagai bentuk perusahaan dibandingkan dengan bentuk yang lain ini dikarenakan oleh dua hal, pertama, PT merupakan asosiasi modal, dan kedua, PT merupakan badan hukum yang mandiri. Sebagai asosiasi modal maka ada kemudahan bagi pemegang saham Perseroan Terbatas untuk mengalihkan sahamnya kepada orang lain, sedangkan sebagai badan hukum yang mandiri berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT) menentukan bahwa pertanggungjawaban pemegang saham PT hanya terbatas pada nilai saham yang dimiliki dalam PT. Secara ekonomis, unsur pertanggungjawaban terbatas dari pemegang saham PT tersebut merupakan faktor yang penting sebagai umpan pendorong bagi kesediaan para calon penanam modal untuk menanamkan modalnya dalam PT. Pendapat senada juga disampaikan oleh Kenny Wiston, bahwa : generally, people prefer to choose limited liability company as a corporate body for their new established company since they

confide that shareholders have not personally hold responsibilities for the company’s

financial loss, except what are stated in their nominal shares. Berdasarkan uraian

tersebut, cukup jelas kiranya bahwa status badan hukum PT itu cukup penting. 2

Dalam ilmu hukum ada dikenal dua subjek hukum, yaitu orang dan badan hukum. Mengenai definisinya, badan hukum atau legal entity atau legal person dalam

2

(10)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

Black’s Law Dictionary dinyatakan sebagai : “a body, other than a natural person, that can function legally, sue or be sued, and make decisions through agents”. 3

PT memiliki beberapa organ, yakni RUPS, direksi, dan dewan komisaris. PT sebagai subjek hukum mandiri adalah suatu artificia person, yang membutuhkan direksi sebagai wakilnya. Dapat dikatakan bahwa perseroan terbatas tidak dapat berfungsi menjalankan hak dan kewajibannya tanpa bantuan direksi. Direksi merupakan organ yang mewakili kepentingan perseroan selaku subjek hukum mandiri. Tugas dan tanggung jawab pengurusan dan perwakilan yang dimiliki direksi itu bersumber pada dua hal, yaitu kebergantungan perseroran pada direksi dipercayakan dengan kepengurusan dan perwakilan perseroan dan perseroan adalah sebab badi keberadaan (raison d’etre) direksi, apabila tidak ada perseroan, juga tidak ada direksi. Karena itu, tepat dikatakan bahwa antara perseroan dan direksi terdapat fiduciary relationship (hubungan kepercayaan) yang melahirkan fiduciary duties bagi para

anggota direksi . Di samping itu, pengurusan dan perwakilan perseroan yang dilakukan Sementara dalam kamus hukum versi Bahasa Indonesia, badan hukum diartikan dengan organisasi, perkumpulan atau paguyuban lainnya di mana pendiriannya dengan akta otentik dan oleh hukum diperlakukan sebagai person atau sebagai orang. Pengaturan dasar dari badan hukum itu sendiri terdapat di dalam Pasal 1654 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang menyatakan bahwa: “Semua perkumpulan yang sah adalah seperti halnya dengan orang-orang preman, berkuasa melakukan tindakan-tindakan perdata, dengan tidak mengurangi peraturan-peraturan umum, dalam mana kekuasaan itu telah diubah, dibatasi atau ditundukkan pada acara-acara tertentu”.

3

Henry Black Campbell, 2000, dalam Widjaya, I.G. Ray, Hukum Perusahaan Perseroan

(11)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

direksi juga berpedoman pada kemampuan dan kehati-hatiannya dalam bertindak (duty of skill and care).4

Selanjutnya dewan komisaris, misalnya bertugas melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan dan memberikan nasihat kepada Direksi. Pasal 114 ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) UU No. 40 Tahun 2007 mengatur bahwa setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atau secara tanggung renteng jika anggota Dewan Komisaris terdiri dari lebih dari 1 orang, atas kerugian Perseroan jika yang bersangkutan lalai menjalankan tugasnya untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Dalam praktek banyak dijumpai Anggaran Dasar suatu Perseroan yang memberikan kewenangan kepada Presiden Komisaris atau suatu jumlah tertentu anggota Dewan Komisaris untuk memberikan persetujuan kepada Direksi untuk melakukan perbuatan hukum tertentu. Penyesuaian Anggaran Dasar dapat mencantumkan bahwa untuk tindakan hukum tertentu disyaratkan persetujuan Dewan Komisaris. Kemudian diatur bagaimana Dewan Komisaris mengambil keputusan.5

Terkait dengan laba bersih di dalam Perseroan Terbatas, UU No. 40 Tahun 2007 dalam pasal 71 ayat (2) menjelaskan bahwa seluruh laba bersih setelah dikurangi penyisihan untuk cadangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 70 ayat (1) dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen kecuali ditentukan lain dalam RUPS. Di dalam Penjelasan Pasal 70 ayat (2) dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan “ laba

4

Fred B.G. Tumbuan, Fiduciary Duties Direksi Perseroan Terbatas Menurut Undang-Undang

No. 1 Tahun 1995, Newsletter No. 23, (Jakarta : Pusat Pengkajian Hukum, 2001), hal. 3-4. 5

(12)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

bersih” adalah seluruh jumlah laba bersih dari tahun buku yang bersangkutan setelah dikurangi akumulasi kerugian Perseroan dari tahun buku sebelumnya.

Selanjutnya dalam ayat (3) diatur bahwa dividen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya boleh dibagikan apabila perseroan mempunyai saldo laba yang positif. Di dalam Penjelasan ayat (3) dinyatakan bahwa dalam hal laba bersih Perseroan dalam tahun buku berjalan belum seluruhnya menutup akumulasi kerugian Perseroan dari tahun buku sebelumnya, Perseroan tidak dapat membagikan dividen karena Perseroan masih mempunyai saldo laba bersih negatif.

(13)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk membahas mengenai tanggung jawab direksi dan dewan komisaris dalam pembagian dividen interim berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

B. Perumusan Permasalahan

Sejalan dengan hal-hal tersebut di atas, maka rumusan permasalahan yang akan saya bahas di dalam skripsi ini adalah, sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan mengenai laba bersih perseroan berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007.

2. Bagaimana pembagian dividen interim berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007.

3. Bagaimana pertanggungjawaban direksi dan dewan komisaris dalam pembagian dividen interim menurut UU No. 40 Tahun 2007.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini secara singkat, adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaturan mengenai laba bersih perseroan berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007.

2. Untuk mengetahui pembagian dividen interim berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007.

3. Untuk mengetahui pertanggungjawaban direksi dan dewan komisaris dalam pembagian dividen interim menurut UU No. 40 Tahun 2007.

(14)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

Penulis berharap kiranya penulisan skripsi ini dapat bermanfaat untuk dapat memberikan masukan sekaligus menambah khasanah ilmu pengetahuan dan literatur dalam dunia akademis, khususnya tentang hal-hal yang berhubungan dengan pertanggungjawaban Direksi dan Dewan Komisaris dalam Pembagian Dividen Interim menurut UU No. 40 Tahun 2007.

2. Manfaat secara praktis

Secara praktis penulis berharap agar penulisan skripsi ini dapat memberi pengetahuan tentang pertanggungjawaban Direksi dan Dewan Komisaris dalam Pembagian Dividen Interim menurut UU No. 40 Tahun 2007. Sebagaimana diketahui, direksi dan dewan komisaris merupakan organ perseroan yang memiliki tugas dan wewenang di dalam perseroan. Ketentuan di dalam peraturan perundang-undangan menugaskan direksi untuk mengurus perseroan yang antara lain, meliputi pengurusan sehari-hari perseroan. Direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. pertanggungjawaban Direksi dan Dewan Komisaris dalam Pembagian Dividen Interim menurut UU No. 40 Tahun 2007.

D.Keaslian Penelitian

(15)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

Permasalahan yang dibahas di dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran dari penulis yang dikaitkan dengan teori-teori hukum yang berlaku maupun dengan doktrin-doktrin yang ada, dalam rangka melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dan apabila ternyata di kemudian hari terdapat judul dan permasalahan yang sama, maka penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap skripsi ini.

E. Tinjauan Kepustakaan

a. Pengertian Perseroan Terbatas

Perseroan terbatas pada zaman Hindia Belanda dikenal dengan nama “Naamioze Vennootschap” (NV). Naamioze berarti tanpa nama, yang maksudnya dalam hal pemberian nama perusahaan tidak memakai salah satu nama anggota persero, melainkan menggunakan nama perusahaan berdasarkan tujuan dari usahanya.6

Sebenarnya, arti istilah Naamioze Vennootschap tidak sama dengan arti istilah perseroan terbatas. Naamioze Vennootschap, diartikan sebagai persekutuan tanpa nama dan tidak mempergunakan nama orang sebagai nama persekutuan, seperti firma, melainkan nama usaha yang menjadi tujuan dari perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan perseroan terbatas adalah persekutuan yang modalnya terdiri atas saham-saham, dan tanggung jawab persero bersifat terbatas pada jumlah nominal daripada saham-saham yang dimilikinya. Jadi, istilah perseroan terbatas lebih tepat daripada istilah Naamioze Vennootschap, sebab arti “perseroan terbatas” lebih jelas dan tepat menggambarkan tentang keadaan senyatanya, sedangkan arti istilah Naamioze Vennootschap kurang dapat menggambarkan tentang isi dan sifat perseroan secara

6

(16)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

tepat. Ada istilah Inggris yang isinya hamper mendekati istilah perseroan terbatas, yaitu Company Limited by Shares”. Perseroan terbatas ini di Jerman, Austria dan Swiss

disebut Aktiengensellschaft dan di Prancis disebut Societe Anonyme .7

a. Adanya kekayaan yang dipisahkan dari kekayaan pribadi masing-masing pendiri perseroan terbatas (pemegang saham) dengan tujuan untuk membentuk sejumlah modal sebagai jaminan bagi semua perikatan perseroan terbatas.

Dalam pasal-pasal Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yang mengatur mengenai perseroan terbatas, tidak ditemukan pengertian perseroan terbatas. Akan tetapi, dari Pasal-Pasal 36, 40, 42 dan 45 KUHD dapat disimpulkan bahwa suatu perseroan terbatas mempunyai unsur-unsur, sebagai berikut :

b. Adanya pemegang saham (persero) yang tanggung jawabnya terbatas pada jumlah nilai nominal saham yang dimilikinya. Para pesero ini tergabung dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagai organ perseroan terbatas yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan terbatas, yang berwenang mengangkat, memberhentikan sementara atau memberhentikan Direksi atau Komisaris, menetapkan kebijakan umum perseroan terbatas yang akan dijalankan oleh Direksi, dan menetapkan kewenangan atau hal-hal lainnya yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris.

c. Adanya pengurus, yang dinamakan dengan Direksi dan Pengawas, yang dinamakan Komisaris yang juga merupakan organ perseroan terbatas, yang tugas, kewenangan dan kewajbiannya diatur lebih lanjut dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas atau Keputusan RUPS.8

7

Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (Bandung : Alumni, 2004), hal. 47.

8

(17)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

Bila diperhatikan lebih lanjut unsur-unsur perseroan terbatas di atas, menurut KUHD Perseroan Terbatas juga badan hukum. Berbeda dengan UU No. 40 Tahun 2007, yang dalam Pasal 1 angka 1 memberikan pengertian perseroan terbatas sebagai berikut : “Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya”.

Dari bunyi Pasal 1 angka 1 UU No. 40 Tahun 2007, dapat disimpulkan bahwa badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas merupakan badan hukum. Namun, tidak berarti setiap badan hukum adalah perseroan terbatas. Di sini UU No. 40 Tahun 2007 secara tegas menyatakan bahwa perseroan terbatas merupakan suatu badan hkum, yaitu suatu badan hukum yang bertindak dalam lalu lintas hukum sebagai subjek hukum dan memiliki kekayaan yang dipisahkan dari kekayaan pribadi pengurusnya.

KUHD tidak secara tegas menyatakan perseroan terbatas sebagai badan hukum. Namun, bila kita perhatikan dalam Pasal 40 ayat (2) dan Pasal 45 ayat (1) KUHD, perseroan terbatas juga merupakan badan hukum. Pasal 40 ayat (2) KUHD menyatakan bahwa : ”para pemegang saham tidak bertanggung jawab untuk lebih daripada jumlah penuh saham-saham itu”. Kemudian Pasal 45 ayat (1) KUHD menyatakan bahwa : ”tanggung jawab para pengurus adalah tak lebih daripda untuk menunaikan tugas yang diberikan kepada mereka, dengan sebaik-baiknya, merekapun karena segala perikatan dari perseroan, dengan diri sendiri tidak terikat kepada pihak ketiga”.

(18)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

terbatas adalah adanya harta kekayaan yang dipisahkan antara harta kekayaan perseroan dan harta kekayaan pribadi para pemegang saham (persero). Persero tidak bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan juga tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang telah dimasukkannya. Prinsip ini dalam hukum perseroan dinamakan dengan the doctrine of separate legal personality of a company atau the principle of the company’s separate

legal personality, yang disingkat dengan sebutan doctrine of separate corporate

personality.9

Sebagai badan hukum atau artificial person, perseroan terbatas mampu bertindak melakukan perbuatan hukum melalui ”wakilnya”. Untuk itu ada yang disebut ”agent”, yaitu orang yang mewakili perseroan serta bertindak untuk dan atas nama perseroan. Karena itu, perseroan juga merupakan subjek hukum, yaitu subjek hukum mandiri atau personastandi in judicio. Dia bisa mempunyai hak dan kewajiban dalam hubungan hukum sama seperti manusia biasa atau natural person atau natuurlijke persoon, dia bisa menggugat maupun digugat, bisa membuat keputusan dan bisa

mempunyai hak dan kewajiban, utang-piutang, mempunyai kekayaan seperti layaknya manusia.10

Direksi perseroan merupakan organ perseroan yang melaksanakan kegiatan dan kepengurusan perseroan. Ketentuan ini menugaskan direksi untuk mengurus perseroan yang antara lain meliputi pengurusan sehari-hari dari perseroan. Direksi menjalankan b. Organ-Organ Perseroan

9

Soedjono Dirdjosisworo, Hukum Perusahaan Mengenai Bentuk-Bentuk Perusahaan (Badan

Usaha) di Indonesia, (Bandung : Mandar Maju, 1997), hal. 52. 10

(19)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.

Direksi berwenang menjalankan pengurusan perseroan sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas ini dan/atau anggaran dasar. Yang dimaksud dengan ”kebijakan yang tepat” adalah kebijakan yang antara lain, didasarkan pada keahlian, peluang yang tersedia, dan kelaziman dalam dunia usaha yang sejenis.

Direksi perseroan terdiri atas 1 (satu) orang anggota direksi atau lebih. Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpuan dan/atau mengelola dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat, atau perseroan terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota direksi. Dalam hal direksi terdiri atas 2 (dua) anggota direksi atau lebih, pembagian tugas dan wewenang pengurusan di antara anggota direksi ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS, jika tidak ditetapkan RUPS tersebut, pembagian tugas dan wewenang anggota direksi ditetapkan berdasarkan keputusan direksi. Direksi sebagai organ perseroan yang melakukan pengurusan perseroan memahami dengan jelas kebutuhan pengurusan perseroan. Oleh karena itu, jika RUPS tidak menetapkan pembagian tugas dan wewenang anggota direksi, sudah sewajarnya penetapan tersebut dilakukan oleh direksi sendiri.11

Direksi diangkat dan diberhentikan berdasarkan syarat-syarat yang diatur di dalam UU No. 40 Tahun 2007. Secara umum, direksi bertanggung jawab atas pengurusan perseroan. Pengurusan perseroan sebagaimana dimaksud, wajib

11

(20)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

dilaksanakan setiap anggota direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab, yaitu dengan memperhatikan perseroan dengan seksama dan tekun.

Selanjutnya dewan komisaris sebagai salah satu organ perseroan lainnya, bertugas melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasihat kepada direksi. Pengawasan dan pemberian nasihat ini dilakukan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.

Dewan komisaris terdiri atas satu orang anggota atau lebih. Dewan komisaris yang terdiri atas lebih dari satu orang anggota merupakan majelis dan setiap anggota dewan komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri tetapi berdasarkan keputusan dewan komisaris.

Perseroan yang kegiatan usahana berkaitan dengan menghimpun dana/atau mengelola dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakutan utang kepada masyarakat atau perseroan terbuka wajib mempunyai paling sedikit dua orang anggota dewan komisaris.12 Yang dimaksud ”untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud tujuan perseroan”, adalah bahwa pengawasan dan pemberian nasihat yang dilakukan oleh dewan komisaris tidak untuk kepentingan pihak atau golongan tertentu, tetapi untuk kepentingan perseroan secara menyeluruh dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.13

Berbeda dari direksi yang memungkinkan setiap anggota direksi bertindak sendiri-sendiri dalam menjalankan tugas direksi, setiap anggota dewan komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri dalam menjalankan tugas dewan komisaris, kecuali

12

Pasal 108 UU ayat (5) No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

13

(21)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

berdasarkan keputusan dewan komisaris. Perseroan yang kegiatan usahanya menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat, atau perseroan terbuka memerlukan pengawasan dengan jumlah anggota komisaris yang lebih besar karena menyangkut kepentingan masyarakat.

c. Pengertian Dividen

Dividen adalah pembagian aktiva perusahaan pada para pemegang saham perusahaan. Dividen dapat dibayar dalam bentuk uang tunai (kas), saham perusahaan ataupun aktiva lainnya. Semua dividen haruslah diumumkan oleh dewan direksi sebelum dividen tersebut menjadi kewajiban perusahaan.14

Salah satu kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan adalah apakah laba yang diperoleh perusahaan selama satu periode akan dibagi semua atau dibagi Istilah dividen biasanya dipahami sebagai distribusi kas oleh perseroan kepada pemegang sahamnya. Dividen dinyatakan sebagai jumlah spesifik per lembar saham biasa. Dividen kas adalah pembagian laba oleh perusahaan kepada para pemegang sahamnya. Jumlah yang diterima sebagai dengan banyak jumlah lembar saham yang dimilikinya. Biasanya terdapat kondisi yang patut oleh perusahaan untuk membayar dividen kas, yaitu saldo laba yang mencukupi, kas yang memadai dan tindakan formal oleh dewan direksi. Jumlah saldo yang besar tidak berarti perusahaan mampu membayar dividen. Dana kas perlu pula tersedia dengan jumlah memadai yang melebihi kebutuhan-kebutuhan operasi normal. Dewan direksi tidak wajib mengumumkan dividen setiap tahun, bahkan walau terdapat saldo kas yang cukup besar untuk membagikan dividen.

14

(22)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

sebagian untuk dividen dan sebagian lagi tidak dibagi dalam bentuk laba ditahan. Apabila perusahaan memutuskan untuk membagi laba yang diperoleh sebagai dividen berarti akan mengurangi jumlah laba yang ditahan yang akhirnya mengurangi sumber dana intern yang akan digunakan untuk mengembangkan perusahaan. Sedangkan apabila perusahaan tidak membagikan labanya dalam bentuk dividen, akan bisa memperbesar sumber dana intern perusahaan dan akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengembangkan perusahaan.15

Pengertian dividen di dalam peraturan perundang-undangan lain dapat dilihat dalam dalam penjelasan Pasal 4 Ayat (1) huruf g Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Kurangnya dana atau posisi kas yang sangat ketat dapat memaksa direksi perusahaan mengurangi atau bahkan meniadakan dividen. Keputusan distribusi itu haruslah dipikirkan masak-masak karena dividen sering menjadi elemen kunci dalam imbalan yang diharapkan oleh para pesero dari modal yang dimiliknya. Harga pasar saham kerap jatuh secara dramatis pada saat deklarasi dividen ternyata lebih kecil daripada yang diprediksikan sebelumnya. Sebagian besar perusahaan mencoba mempertahankan catatan pembayaran dividen yang stabil dalam upaya membuat saham mereka kelihatan memikat bagi para pemodal. Dividen dapat dibayarkan sekali setahun atau setiap semester.

Rasio pembayaran dividen (dividen payout ratio) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba yang ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen. Alokasi penentuan laba ditahan dan pembayaran dividen merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen.

15

(23)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

Pajak Penghadilan. Di bagian tersebut ditegaskan bahwa dividen merupakan bagian laba yang diperoleh pemegang saham atau pemegang polis asuransi atau pembagian sisa hasil usaha koperasi yang diperoleh anggota koperasi. Ditegaskan pula bahwa termasuk dalam pengertian dividen juga adalah :

1. pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan nama dan dalam bentuk apapun;

2. pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang disetor; 3. pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk saham bonus

yang berasal dari kapitalisasi agio saham; 4. pembagian laba dalam bentuk saham;

5. pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran;

6. jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau diperoleh pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham oleh perseroan yang bersangkutan;

7. pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang disetorkan, jika dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh keuntungan, kecuali jika pembayaran kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal dasar (statuter) yang dilakukan secara sah;

8. pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang diterima sebagai penebusan tanda-tanda laba tersebut;

9. bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi; 10. bagian laba yang diterima oleh pemegang polis;

(24)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

12. pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang dibebankan sebagai biaya perusahaan.

Nampak sekali bahwa pengertian dividen ini sifatnya sangat luas tidak terbatas pada pembagian dividen yang sifatnya formal saja. Apalagi di bagian terakhir penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf g ini juga ditambahkan pengertian dividen terselubung yang pada intinya ada pembagian laba namun mengambil bentuk lain supaya tidak terlihat seperti dividen. Contoh dividen terselubung misalnya dalam hal pemegang saham yang telah menyetor penuh modalnya dan memberikan pinjaman kepada perseroan dengan imbalan bunga yang melebihi kewajaran. Apabila terjadi hal yang demikian maka selisih lebih antara bunga yang dibayarkan dengan tingkat bunga yang berlaku di pasar, diperlakukan sebagai dividen. Bagian bunga yang diperlakukan sebagai dividen tersebut tidak boleh dibebankan sebagai biaya oleh perseroan yang bersangkutan. 16

16

Pajak Penghasilan atas Dividen, diakses dari situs : http://www.dudiwahyudi.com/?p=53.

F. Metode Penelitian 1. Sifat/Bentuk Penelitian

(25)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

Penelitian bertujuan menemukan landasan hukum yang jelas dalam meletakkan persoalan ini dalam perspektif hukum ekonomi khususnya yang terkait dengan masalah tanggung jawab direksi dan dewan komisaris mengenai pembagian dividen interim berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

2. D a t a

Pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah melalui penelitian kepustakaan (Library Research) untuk mendapatkan konsep-konsep, teori-teori dan informasi-informasi serta pemikiran konseptual dari peneliti pendahulu baik yang berupa peraturan perundang-undangan dan karya ilmiah lainnya.

Sumber data kepustakaan diperoleh dari : 1. Bahan Huku m Primer, terdiri dari :

a. Norma atau kaedah dasar ; b. Peraturan dasar ;

c. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan perseroan terbatas beserta peraturan-peraturan terkait lainnya.

2. Bahan Hukum Sekunder, seperti : hasil-hasil penelitian, laporan-laporan, artikel, majalah dan jurnal ilmiah, hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

(26)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian ini. 17

Pada bagian akhir, data yang berupa peraturan perundang-undangan ini diteliti dan dianalisis secara induktif kualitatif yang diselaraskan dengan hasil dari data

Selanjutnya Situs Web juga menjadi bahan bagi penulisan skripsi ini sepanjang memuat informasi yang relevan dengan penelitian ini.

3. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan (Library Research), yaitu mempelajari dan menganalisa secara sistematis buku-buku,

majalah-majalah, surat kabar, peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas.

4. Analisis Data

Seluruh data yang sudah diperolah dan dikumpulkan selanjutnya akan ditelaah dan dianalisis. Analisis untuk data kualitatif dilakukan dengan pemilihan pasal-pasal yang berisi kaidah-kaidah hukum yang mengatur tentang tanggung jawab direksi dan dewan komisaris dalam pembagian dividen interim berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007, kemudian membuat sistematika dari pasal-pasal tersebut sehingga akan menghasilkan klassifikasi tertentu sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

17

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitan Hukum, Ghalia Indonesia, Jakrta 1998, hal. 195, sebagaimana dikutip dari Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif suatu

(27)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

pendukung sehingga sampai pada suatu kesimpulan yang akan menjawab seluruh pokok permasalahan dalam penelitian ini.

G. Sistematika Penulisan

Untuk lebih mempertegas penguraian isi dari skripsi ini, serta untuk lebih mengarahkan pembaca, maka berikut di bawah ini penulis membuat sistematika penulisan/gambaran isi skripsi ini sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Latar Belakang, Perumusan Masalah, Keaslian Penulisan, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Tinjauan Kepustakaan dan diakhiri dengan Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN MENGENAI DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS DI DALAM PERSEROAN

(28)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

BAB III RENCANA KERJA, LAPORAN TAHUNAN DAN PENGGUNAAN LABA PERSEROAN

Pada bab ini dibahas hal-hal yang berkaitan dengan Rencana Kerja Perseroan, Laporan Tahunan, Kewajiban Laporan Untuk Dividen oleh Akuntan Publik, Pertangggungjawaban terhadap Kebenaran Laporan Tahunan dan Pengaturan dan Penggunaan Laba yang terdiri dari pembahasan mengenai Pengaturan tentang Laba Bersih, Pencatatan Akuntasi atas Pendapatan Dividen, Pembagian Dividen Interim dan Dividen yang tidak diambil

BAB IV TANGGUNG JAWAB DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS DALAM PEMBAGIAN DIVIDEN INTERIM BERDASARKAN

UU NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS Pada bab ini dibahas megnenai Pengaturan mengenai Laba Bersih Perseroan Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007, Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007, Pertanggungjawaban Direksi dan Dewan Komisaris dalam Pembagian Dividen Interim Menurut UU No. 40 Tahun 2007 dan Pokok-Pokok Perbedaan antara UU Perseroan Terbatas No. 1 Tahun 1995 dan No. 40 Tahun 2007

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(29)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

BAB II

TINJAUAN MENGENAI DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS DI DALAM PERSEROAN

D. Organ-Organ Perseroan Secara Umum 1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

(30)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

RUPS saja tidak diharuskan.18 Padahal organ perseroan terbatas lainnya, yakni direksi dan komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS. Walaupun demikian, karena dirasa amat pentingnya keberadaan RUPS ini, keharuskan untuk melaksanakan RUPS tersebut dalam praktik biasanya diatur secara rinci dalam akta pendirian atau anggaran dasar perseroan terbatas yang bersangkutan. Karena itu, kekuasaan, kewenangan, kewajiban dan tugas RUPS serta hal lainnya yang berkaitan dengan RUPS dapat dijumpai pada akta pendirian atau anggaran dasar perseroan terbatas tersebut.19

Dari bunyi Pasal 1 angka (4) UU No. 40 Tahun 2007 tersebut, dapat diketahui bahwa RUPS merupakan perseroan terbatas yang mempunyai kekuasaan dan kewenangan yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris. Dengan melihat bunyi kalimat “memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi dan komisaris” sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 1 angka (4) UU No. 40 Tahun 2007. Di dalam Pasal 75 ayat (2) dinyatakan juga bahwa dalam forum RUPS, pemegang RUPS merupakan organ perseroan terbatas yang kedudukannya sebagai organ yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan terbatas, sehingga sangat penting kehadiran dan kedudukannya. Karena itu, penyelenggaraan RUPS merupakan suatu keharusan dan wajib dilakukan. Secara tegas kedudukan hukum RUPS dinyatakan dalam Pasal 1 angka (4) UU No. 40 Tahun 2007 yang menyatakan : “Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut RUPS adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar”.

18

PUrwosutjipto, Op.cit, hal. 129.

19

A. Chadary ADP, Beberapa Catatan Mengenai Pengaturan Perseroan Terbatas dalam

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, Majalah Orientasi Pembinaan dan Pengembangan Hukum dan

(31)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

saham berhak memperoleh keterangan yang berkaitan dengan perseroan dari direksi dan/atau dewan komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan perseroan. Selanjutnya di dalam Pasal 75 ayat (3) dinyatakan bahwa RUPS dalam acara lain-lain tidak berhak mengambil keputusan, kecuali pemegang saham yang hadir dan/atau diwakili dalam RUPS dan menyetujui mata acara rapat dan keputusan terhadap mata acara rapat yang ditambahkan harus disetujui dengan suara bulan (Pasal 75 ayat (4).

(32)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

tidak lain bersumber dari RUPS kiranya sudah ditinggalkan oleh UU No. 40 Tahun 2007.20

Sebagaimana telah diungkapkan, bahwa perseroan terbatas merupakan kumpulan atau asosiasi modal, yang oleh UU No. 40 Tahun 2007 diberi status sebagai badan hukum. Dengan demikian, pada hakikatnya perseroan terbatas itu adalah wadah kerjasama dari para pemilik modal atau pemegang saham yang dijelmakan dalam RUPS. Karena itu, wajarlah jiak RUPS selaku organ perseroan terbatas memiliki kekuasaan dan kewenangan yang tertinggi yang tidak dimiliki atau diserahkan kepada organ perseroan lainnya dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang perseroan terbatas maupun anggaran dasarnya. INilah yang dinamakan dengan wewenang ekslusif (exlusive authorities) RUPS. RUPS juga berhak utnuk memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan perseroan dari direksi dan atau komisaris.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa masing-masing organ perseroan terbatas bersifat mandiri, masing-masing mempunyai kekuasaan dan wewenang yang bersumber pada undang-undang perseroan maupun anggaran dasar. Karena itu, RUPS, direksi maupun komisaris tidak boleh melampaui kekuasaan dan kewenangan yang dipunyai, apalagi mencampuri kekuasaan dan kewenangan dari organ perseroan lainnya. Masing-masing organ perseroan terbatas harus berada dalam koridor kekuasaan dan kewenangannya sebagaimana sudah ditentukan oleh undang-undang perseroan terbatas maupun anggaran dasar. Kekuasaan dan kewenangan masing-masing organ perseroan terbatas itu tidak dapat dilakukan oleh organ perseroan terbatas lainnya.

21

20

Agus Budiarto, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002), hal. 58.

21

(33)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

Wewenang ekslusif RUPS yang ditetapkan dalam UU No. 40 Tahun 2007 tidak dapat ditidakan selama tidak ada perubahan undang-undang perseroan terbatas. Sedangkan wewenang ekslusif RUPS dalam anggaran dasar semata-mata berdasarkan kehendak RUPS yang disahkan dan disetujui oleh Menteri Kehakiman yang dapat diubah melalui perubahan anggaran dasar sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan undang-undang perseroan terbatas.22

22

Abdul Kadir Muhammad, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1993), hal. 65-66.

Bila disimak pasal-pasal UU No. 40 Tahun 2007, dapat dijumpai sejumlah kewenangan RUPS yang diberikan oleh undang-undang, yaitu :

1. penetapan perubahan anggaran dasar (Pasal 19 ayat (1)).

2. pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan perseroan terbatas atau pengalihannya (Pasal 37 ayat (1)).

3. penetapan penambahan (Pasal 41 dan 42) dan pengurangan modal perseroan terbatas (Pasal 44 s/d 47).

4. persetujuan laporan tahunan dan pengesahan perhitungan tahunan (Pasal 69 ayat (1)).

5. penetapan penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk cadangan perseroan terbatas (Pasal 71 ayat (1)).

6. pengangkatan, pemberhentian dan pembagian tugas wewenang direksi dan komisaris perseroan terbatas (Pasal 92 s/d 121)

7. persetujuan atas penggabungan, peleburan dan pengambilalihan perseroan terbatas (Pasal 125 ayat (4) dan Pasal 127 ayat (1)).

(34)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

Wewenang RUPS tersebut terwujud dalam bentuk jumlah suara yang dikeluarkan dalam setiap rapat. Hak suara dalam RUPS dapat digunakan untuk berbagai maksud dan tujuan diantaranya ialah menyetujui atau menolak : 23

E. Prinsip-Prinsip Umum Mengenai Kedudukan dan Tanggung Jawab Direksi a. rencana perubahan anggaran dasar.

b. rencana penjualan asset dan pemberian jaminan utang.

c. pengangkatan dan pemberhentian anggota direksi dan/atau komisaris. d. laporan keuangan yang disampaikan direksi.

e. pertanggungjawaban direksi.

f. rencana penggabungan, peleburan dan pengambilalihan. g. rencana pembubaran perseroan.

a. Pengangkatan dan Persyaratan menjadi Anggota Direksi

Yang dapat diangkat menjadi anggota direksi adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu lima tahun sebelum pengangkatannya pernah :

(a). dinyatakan pailit.

(b). menjadi anggota direksi atau anggota dewan komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabka nsuatu perseroan dinyatakan pailit, atau

(c). dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan, yang dimaksud dengan sektor keuangan, antara lain, lembaga keuangan bank dan non bank, pasar modal, dan sektor lain yang berkaitan dengan penghimpunan dan pengelolaan dana masyarakat.

23

(35)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

Ketentuan persyaratan sebagaimana dimaksud tidak mengurangi kemungkinan instansi teknis yang berwenang menetapkan persyaratan tambahan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pemenuhan persyaratan ini dibuktikan dengan surat yang disimpan oleh perseroan. 24

Anggota direksi diangkat untuk jangka waktu tertenu dan dapat diangkat kembali. Anggaran dasar mengatur tata cara pengangkatan, penggantian dan pemberhentikan anggota direksi dan dapat juga mengatur tentang tata cara pencalonan anggota direksi. Keputusan RUPS mengenai pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota direksi juga menetapkan saat mulai berlakunya pengangkatan,

Jangka waktu lima tahun terhitung sejak yang bersangkutan dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap telah menyebabkan perseroan pailit atau apabila dihukum terhitung sejak selesai menjalani hukuman.

Yang dimaksud dengan “surat” adalah surat pernyataan yang dibuat oleh calon anggota direksi yang bersangkutan berkenaan dengan persyaratan yang ditentukan tersebut dan dimungkinkan untuk mendapatkan surat rekomendasi dari instansi yang berwenang sesuai persyaratan yang dibutuhkan.

Anggota direksi diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) berdasarkan ketentuan yang diatur dalam ketentuan undang-undang perseroan terbatas dan anggaran dasar perseroan. Kewenangan RUPS dalam hal ini tidak dapat dilimpahkan kepada organ perseroan lainnya atau pihak lain. Untuk pertama kali, pengangkatan anggota direksi dilakukan oleh pendiri dalam akta pendirian diatur dalam Pasal 94 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

24

(36)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

penggantian dan pemberhentian tersebut. Dalam hal RUPS tidak menetapkan saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota direksi, pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota direksi tersebut mulia berlaku sejak ditutupnya RUPS.

Dalam hal terjadi pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota direksi, direksi wajib memberitahukan perubahan anggota direksi kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar perseroan dalam jangka waktu paling lambat tiga puluh hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS tersebut. Dalam hal pemberitahuan sebagaimana dimaksud belum dilakukan, Menteri menolak setiap permohonan yang dijaukan atua pemberitahuan yang disampaikan kepada Menteri oleh direksi yang belum tercatat dalam daftar perseroan. Pemberitahuan tersebut tidak termasuk pemberitahuan yang disampaikan oleh direksi baru atas pengangkatan dirinya sendiri.25

Pengangkatan direksi yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan undang-undang perseroan, batal karena hukum sejak saat anggota direksi lainnya atau dewan komisaris mengetahui tidak terpenuhinya persyaratan tersebut. Dalam jangka waktu paling lambat tujuh hari terhitung sejak diketahui, anggota direksi lainnya atau dewan komisaris harus mengumumkan batalnya pengangkatan anggota direksi yang bersangkutan dalam surat kabar dan memberitahukannya kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar perseroan.26

Perbuatan hukum yang telah dilakukan untuk dan atas nama perseroan oleh anggota direksi yang tidak memenuhi persyaratan tersebut, sebleum pengangkatannya batal, tetap mengikat dan menjadi tanggung jawab perseroan. Perbuatan hukum yang

25

Pasal 94 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

26

(37)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

dilakukan untuk dan atas nama perseroan oleh anggota direksi setelah pengangkatannya batal adalah tidak sah dan menjadi tanggung jawab pribadi anggota direksi yang bersangkutan.

b. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

Menurut KUHD pengurus perseroan terbatas yang lazimnya disebut direksi merupakan salah satu organ perseroan terbatas yang harus ada dengan tugas melakukan kepengurusan serta mewakili perseroan terbatas, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Pasal 44 KUHD menentukan bahwa setiap perseroan harus diurus oleh beberapa pengurus yang harus diangkat oleh para pemegang saham untuk masa jabatan tertentu. Artinya, pengurus perseroan terbatas tidak boleh diangkat selama-lamanya. Pada umumnya, jabatan anggota direksi ditetapkan untuk jangka waktu paling lama lima tahun dengan hak untuk dipilih dan diangkat kembali berdasarkan keputusan RUPS. Direksi ini bisa berasal dari pemegang saham atau bisa orang lain. Bahkan, dalam hal tertentu jabatan direksi sekaligus dipegang oleh pemegang saham. 27

Menurut teori organisme dari Otto von Gierke, pengurus adalah organ atau alat perlengkapan dari badan hukum. Seperti halnya manusia mempunyai organ-organ seperti kaki, tangan, panca indera dan karena setiap gerakan organ-organ itu dikehendaki atau diperintahkan oleh otak manusia, berarti setiap gerakan atau aktifitas pengurus badan hukum dikehendaki atau diperintahkan oleh oleh badan hukum itu sendiri. Sebaliknya, menurut Paul Scholten, pengurus mewakili badan hukum. Berdasarkan analog pendapat Gierke dan Paul Scholten, direksi bertindak mewakili

27

(38)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

perseroan sebagai badan hukum. Hakikat dari perwakilan bahwa seseorang melakukan sesuatu perbuatan untuk kepentingan orang lain atas tangung jawab dari orang itu. 28

Kata “pengurusan sehari-hari Perseroan“ ini sejalan dengan pandangan para ahli di bidang hukum bisnis yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan perbuatan pengurusan atau dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah “beheer van daden“ adalah tiap-tiap perbuatan yang perlu atau termasuk golongan perbuatan yang biasa dilakukan untuk mengurus atau memelihara perserikatan perdata.

Pasal 92 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas mengatakan bahwa Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Ketentuan ini merupakan penyempurnaan rumusan Pasal 82 ayat (1) jo Pasal 85 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas. Menurut Pasal 92 ayat (1) jo Pasal 1 ayat (5) UUPT dapat diketahui bahwa tugas, wewenang dan tanggung jawab Direksi adalah mengurus Perseroan (beheer van daden), antara lain pengurusan sehari-hari Perseroan.

29

Demikian tentunya tidak berbeda jika bentuk perusahaan tersebut adalah Perseroan Terbatas. Lingkup norma hukum perbuatan “mengurus“ Perseroan itu pada dasarnya ada dua yaitu: beheer van daden dan beschikking van daden. Yang biasanya dirumuskan dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas adalah kaedah “beschikking daden“ dengan kaedah “larangan”. Di dalam UUPT yang baru juga terdapat rumusan

“beschikking daden“ sebagaimana dapat dilihat di dalam ketentuan Pasal 102 ayat (1)

28

Nindyo Pramono, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Dalam Kaitannya Dengan

Peraturan Hukum di Bidang Ekonomi dan Usaha Melikuidasi KUHD secara Keseluruhan, Makalah

disajikan pada Seminar Regional Pelaksanaan Undang-Undang Perseroan Terbatas bagi Perkembangan Dunia Usaha di Indonesia, Banjarmasin, Senat Mahasiswa Fakultas Hukum UNLAM bekerjasama dengan Ikatan Notaris Indonesia Cabang Kalimantan Selatan, 1995, hal. 8).

29

(39)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

yang mengatakan bahwa Direksi wajib meminta persetujuan RUPS seperti untuk mengalihkan kekayaan Perseroan, atau menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan, yang merupakan lebih dari 50 % (lima puluh persen) jumlah kekayaan bersih Perseroan dalam 1 (satu) transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak.30

d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut. Yang dimaksud dengan “mengambil tindakan untuk mencegah timbul dan

Direksi selaku organ dalam perseroan, mempunyai tanggung jawab masing-masing. Direksi bertanggung jawab atas pengurusan perseroan. Pengurusan perseroan sebagaimana dimaksud, wajib dilaksanakn setiap anggota direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab.Yang dimaksud dengan “penuh tanggung jawab” adalah memperhatikan perseroan dengan seksama dan tekun.

Setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan jika yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya dengan tidak bertanggung jawab dan tidak beritikad baik.

Dalam hal direksi terdiri atas dua anggota direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud, berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota direksi.

Anggota direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian perseroan apabila dapat membuktikan :

a. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya.

b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.

c. Tidak mempunyai benturan kepentingan, baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian, dan

30

(40)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

berlanjutnya kerugian” termasuk juga langkah-langkah untuk memperoleh informasi mengenai tindakan pengurusan yang dapat mengakibatkan kerugian, antara lain melalui forum rapat direksi.

Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan.

Ketentuan anggota direksi tidak dapat diminta pertanggungjawaban tersebut, tidak mengurangi hak anggota direksi lain dan/atau anggota dewan komisaris untuk mengajukan gugatan atas nama perseroan.31

Peran direksi dalam perseroan terbatas dapat diumpamakan dengan peran para pemain dalam suatu kesebelasan sepakbola, yang berposisi sebagai pemain penyerang, pemain pertahanan dan penjaga gawang. Peran direksi sebagai pemain penyerang adalah mengaplikasikan segala macam strategi bisnis guna meraih keuntungan finansial sebesar mungkin. Keuntungan finansial yang telah diraih merupakan goal atau sasaran final yang telah direncanakan dalam rancangan sebelumnya. Peran direksi sebagai pemain pertahanan adalah mempertahankan keuntungan finansial yang telah diraih dan menyusun strategi bisnis berikutnya agar keuntungan finansial yang telah diraih semakin bertambah besar dan tidak berkurang sedikitpun. Penyusunan strategi bisnis

Dalam hal tindakan direksi merugikan perseroan, pemegang saham yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang perseroan terbatas, dapat mewakili perseroan untuk melakukan tuntutan atau gugatan terhadap direksi melalui pengadilan.

31

(41)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

senantiasa berubah karena kondisi bisnis yang selalu fluktuatif. Selama rancangan strategi bisnis kondusif dengan iklim bisnis, selama itu pula perseroan atau perusahaan meraih keuntungan, sehingga perseroan semakin berkembang pesat dan pada akhirnya menjadi perusahaan raksasa (besar). Sedangkan peran direksi sebagai penjaga gawang adalah mengamankan dan menjaga keutuhan aset-aset perseroan terbatas agar tidak ada secuilpun yang keluar atau terlepas dari ruang lingkup penguasaan perseroan yang membawa kerugian terhadap perseroan terbatas.32

Saat ini di dunia hukum perusahaan yang ada teori yang disebut dengan teori Business Judgement Rule, suatu doktrin yang menetapkan bahwa direksi suatu

perusahaan tidak bertanggung jawab atas kerugian yang timbul dari suatu tindakan pengambilan keputusan apabila tindakan direksi tersebut didasari itikad baik dan sifat hati-hati. Dengan prinsip ini, direksi mendapatkan perlindungan sehingga tidak perlu memperoleh justifikasi dari pemegang saham atau pengadilan atas keputusan mereka dalam pengelolaan perusahaan.

Gugatan yang diajukan dewan komisaris adalah dalam rangka tugas dewan komisaris melaksanakan fungsi pengawasan atas pengurusan perseroan yang dilakukan oleh direksi. Untuk mengajukan gugatan tersebut, dewan komisaris tidak perlu bertindak bersama-sama dengan anggota direksi lainnya dan kewenangan dewan komisaris tersebut tidak terbatas hanya dalam hal seluruh anggota direksi mempunyai benturan kepentingan.

33

Menurut Sutan Remy Sjahdeini, berdasarkan Business Judgement Rule, pertimbangan bisnis para anggota direksi tidak dapat ditantang atau diganggu gugat

32

Anisitus Amanat, Pembahasan Undang-Undang Perseroan Terbatas 1995 dan Penerapannya

dalam Akta Notaris, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), hal. 128. 33

(42)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

atau ditolak, baik oleh pengadilan maupun pemegang saham. Para anggota direksi tidak dapat dibebani tanggung jawab atas akibat-akibat yang timbul karena telah diambilnya suatu pertimbangan bisnis oleh anggota direksi yang bersangkutan sekalipun pertimbangan itu keliru, kecuali dalam hal-hal tertentu. Selanjutnya, dikatakan bahwa Business Judgement Rule adalah : a presumption that in making a business decision,

the directors of corporation acted on an informed basis in good faith and in a honest

belief that the action was taken in the best interest of the company”.34

Business Judgement Rule dimaksudkan untuk memberikan dorongan bagi

direksi agar dalam melakukan tugasnya tidak perlu takut terhadap ancaman tanggung jawab pribadi. Dengan kata lain, Business Judgement Rule mendorong direksi untuk lebih berani mengambil resiko daripada terlalu hati-hati. Prinsip tersebut juga mencerminkan asumsi bahwa pengadilan tidak dapat membuat keputusan yang lebih baik dalam bidang bisnis ketimbang direksi. Hal ini disebabkan para hakim pada umumnya tidak memiliki keterampilan kegiatan bisnis dan baru mulai mempelajari permasalahan setelah terjadi fakta-fakta. Namun Business Judgement Rule hanya berlaku pada pertimbangan atau keputusan bisnis, termasuk keputusan untuk tidak

Berdasarkan hal tersebut di atas, Business Judgement Rule pada pokoknya mengasumsikan bahwa dalam membuat suatu keputusan bisnis, direksi dari suatu perusahaan bertindak atas dasar informasi yang dimilikinya dengan itikad baik dan dengan keyakinan bahwa tindakan yang diambil adalah semata-mata untuk kepentingan perusahaan. Doktrin ini pada prinsipnya mencegah campur tangan judusial terhadap tindakan direksi yang didasari itikad baik dan kehati-hatian dalam rangka mencapai tujuan perusahaan yang sah menurut hukum.

34

(43)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

bertindak. Prinsip tersebut tidak dapat diterapkan dalam hal tidak ada keputusan bisnis yang diambil. Akan tetapi sejauh mana Business Judgement Rule dapat diterapkan oleh pengadilan di luar konteks pengambilan keputusan , hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak dapat dipastikan.35

Penerapan Business Judgement Rule dalam konteks pengambilan keputusan oleh direksi dapat mengundang kontroversi. Lebih-lebih lagi, terhadap penerapannya pada isu-isu yang terkait dengan pengendalian perusahaan. Sebagai contoh, pengadilan Delaware, Inggris telah menetapkan bahwa Business Judgement Rule dapat diterapkan sekalipun dalam transaksi-transaksi mendasar perusahaan, seperti pengambilan (takeover) . Dewan direksi dari City Investing Company menolak tender over atas sahamnya, yang dilakukan oleh Tamco Enterprises. Kemudian, pemegang saham mengajukan derivative action terhadap direksi dengan dalil bahwa direksi tersebut tidak mempunyai tujuan bisnis yang tepat dalam menolak tender offer tersebut, tetapi hanya mendasarkan keputusan pada keinginan utnuk tetap bertahan sebagai direksi sehingga karenanya melanggar “fiduciary duty” . Dalam permasalahan ini, Mahkamah Agung Delaware (1984) menolak gugatan pemegang saham tersebut dengan menerapkan Business Judgement Rule. 36

Selanjutnya direksi tidak berwenang mengajukan permohonan pailit atas perseroan sendiri kepada pengadilan niaga sebelum memperoleh persetujuan RUPS, dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana diatur dalam UU No. 37 Tahun 2004

Jadi, direksi tidak perlu takut mengambil keputusan bisnis sepanjang keputusan itu diambil berdasarkan itikad baik dan tidak melanggar fiduciary duty serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

35

Jamin Ginting, Op.cit, hal. 120-121.

36

Taqyuddin Kadir, dalam situs :

(44)

Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.

USU Repository © 2009

tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Permohonan pengajuan pailit dilakukan pada pengadilan niaga. Dalam hal kepailitan terjadi tehradap perseroan karena kesalahan atau kelalaian direksi dan harta pailit tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban perseroan dalam kepailitan tersebut, setiap anggota direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas seluruh kewajiban yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut. Tanggung jawab tersebut berlaku juga bagi anggota direksi yang salah atau lalai yang pernah menjabat sebagai anggota direksi dalam jangka waktu lima tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan.

Anggota direksi tidak bertanggung jawab atas kepailitan perseroan apabila dapat membuktikan :

a. Kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya.

b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perusahaan.

c. Tidak mempunyai benturan kepentingan, baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang dilakukan, dan

d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan.

Keseluruhan ketentuan sebagaimana dimaksud di atas, berlaku juga bagi direksi dari perseroan yang dinyatakan pailit berdasarkan gugatan pihak ketiga. 37

37

Pasal 104 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Referensi

Dokumen terkait

Nilai Sig. Shapir o-Wilk Nilai Sig. Test Ket Nilai Asymp. Shapir o-Wilk Nilai Sig. Test Ket Nilai Asymp.. Nilai Rata-rata Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar mempunyai hubungan dengan hasil belajar biologi siswa dan kontribusi motivasi belajar terhadap hasil belajar sebesar 25,9 %..

Hal ini membuktikan bahwa karyawan PT.PG Krebet Baru Malang setuju dalam bekerja didorong untuk menjadi karyawan yang inovatif, siap mengambil resiko dalam melakukan

Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian

Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh beberapa tokoh di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa employee engagement adalah sebagai sikap yang positif yang dimiliki karyawan

Teknik pembangkitan data untuk mendukung penemuan konsep pola pembudayaan kompetensi berbasis ideologi Tri Hita Karana studi etnografi tentang konsepsi masyarakat bali terhadap

Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah suatu kelompok yang menghimpun anggota-anggota yang memiliki satu tujuan tertentu dan bekerja

1) Guru menampilkan berbagai jenis undangan yang berbeda dan peserta didik mengamati gambar tersebut. 2) Peserta didik melihat berbagai contoh gambar kartu undangan