ANALISIS PERSEPSI PERGESERAN KONSUMEN DARI
RETAIL TRADISIONAL KE RETAIL MODERN
DI KECAMATAN MEDAN MERALAN
KOTA MEDAN
TESIS
Oleh
NUZULIATI
117018011/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
SE K O L
A H
P A
S C
A S A R JA N
ANALISIS PERSEPSI PERGESERAN KONSUMEN DARI
RETAIL TRADISIONAL KE RETAIL MODERN
DI KECAMATAN MEDAN MERALAN
KOTA MEDAN
TESIS
Diajukan sebagai salah satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan Pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
NUZULIATI
117018011/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS PERSEPSI PERGESERAN KONSUMEN DARI RETAIL TRADISIONAL KE RETAIL MODERN DI KECAMATAN MEDAN MARELAN
Nama Mahasiswa : Nuzuliati Nomor Pokok : 117018011
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Menyetujui : Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ramli, MS Ketua
) (Dr. Rujiman, MA
Anggota )
Ketua Program Studi,
(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec)
Direktur
(Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc)
Telah Diuji Pada
Tanggal : 28 Agustus 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ramli, MS
Anggota : 1. Dr. Rujiman, MA
2. Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE., M.Ec
3. Dr. Rahmanta, M.Si
ANALISIS PENGARUH PERSEPSI PERGESERAN KONSUMEN DARI RETAIL TRADISIONAL KE RETAIL MODERN DI KECAMATAN
MEDAN MARELAN KOTA MEDAN
ABSTRAK
Tesis ini mengkaji mengenai Pengaruh Persepsi Pergeseran Konsumen Dari Retail Tradisional Ke Retail Modern Di Kecamatan Medan Marelan Kota Medan dengan menggunakan pendekatan Model Analisis regresi berganda yang terdiri dari Uji Asumsi Klasik, Uji Regresion logistic dan uji mann white u test. Pengolahan data variabel menggunakan Program SPSS 19 yang merupakan analisis Ordinary Least Square. Data yang digunakan adalah data Primer dengan jumlah sampel sebanyak 100 sampel dibagi menjadi 2 bagian yaitu 50 responden yang berada di retail tradisional dan 50 responde retail modern dengan Lokasi penelitian di lakukan di kecamatan Medan Marelan. Objek penelitian ini adalah responden yang berbelanja di retail tradisional dan retail modern. Penelitian ini merupakan hubungan kausal (Causal Effect), dimana penelitian yang dilakukan terhadap fakta-fakta untuk membuktikan secara empiris pengaruh Persepsi terhadap perilkau,melihat tingkat pendapatan masyarakat yang berpinda dari retail tradisional ke retail modern, perbedaan belanja konsumen antara retil tradisional dengan retail modern. Hasil Penelitian menunjukan bahwa Ada peningkatan Pendapatan sehingga terjadi pergeseran belanja konsumen dari retail tradisional ke retail modern, di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan dengan nilai 11,230 rupiah. Ada perbedaan signifikan persepsi pergeseran konsumen dari retail tradisional ke retail modern, di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.dengan nilai z -6.268 dan sig2 tailed 0.00. Ada pengaruh Positif Persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja di retail tradisional dengan nilai harga ( -0.088), kelengkapan ( -0.285) layout ( 0.527), suasana ( 0.014), lokasi ( 0.336), promosi (0.378), trend( 0.063), prestige( 0.069), dan pendapatan ( -0.073) Ada pengaruh Positif signifikan Persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja di pasar modern dengan nilai harga (0.011), kelengkapan ( 0.086) layout ( 0.410), suasana ( 0.034), lokasi ( 0.183), promosi ( 0.077), trend( 0.045), prestige( -0.043), dan pendapatan ( 0.161)
THE ANALYSIS OF THE PERCEPTION OF CONSUMER SHIFT FROM TRADITIONAL RETAIL TO MODERN RETAIL IN MEDAN
MARELAN SUBDISTRICT, THE CITY OF MEDAN
ABSTRACT
The purpose of this study was to study the influence of the perception of consumer shift from traditional retail to modern retail in Medan Marelan Subdistrict, the City of Medan using the approach of multiple regression analysis model consisting of Classic Assumption Test, Logistic Regression Test, and Mann White U Test. The data obtained were procesed through Ordinary Least Square using SPSS 19 program. The data used for this study conducted in Medan Marelan Subdistrict were the primary data obtained from 100 consumers shopping in both traditional and modern retails consisting of 50 respondents belonged to traditional retails and 50 respondents belonged to modern retails. This Causal-Effect study was carried out to empirically prove the influence of perception on behavior, to look at the income level of the community shifting from traditional to modern retails, to find out the difference between the consumers’ purchase in traditional and modern retails. The result of this study showed that the level of consumers’ income in Medan Marelan Subdistrict, the City of Medan, increased that they shift to shop from traditional retail to modern retail with the value of Rp. 11.230. There was a significant difference in the perception of consumers shfting from traditional retail to modern retail in Medan Marelan Subdistrict, the City of Medan with the value of z -6.268 and sig2 tailed 0.00. There was a positive perception of consumers on shopping behavior in traditional retail with the value of price (-0.088), completeness (-0.285), layout (0.527), atmosphere (0.014), location (0.336), promotion (0.378), trend (0.063), prestige (0.069), and income (-0.073). There was a positive and significant perception of consumers on shopping behavior in modern retail with the value of price (0.011), completeness (0.086), layout (0.410), atmosphere (0.034), location (0.183), promotion (0.077), trend (0.045), prestige (-0.043), and income (0.161).
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Kuasa Karena dengan Ridho dan karunianya saya dapat menyelesaikan Tugas
Akhir (TESIS) Magister Ekonom Pembangunan dengan Judul: analisis persepsi
pergeseran konsumen dari retail tradisional ke retail modern di Kecamatan
Medan Merelan, Kota Medan. Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi
Pembangunan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati saya mengucapkan terima
kasih yang seikhlasnya kepada:
1. Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara Bapak Prof.Dr. Sya’ad Afifuddin, S.E.,M.Ec
yang telah banyak memberikan masukan dan saran demi perbaikan tesis ini,
2. Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara sekaligus Pembimbing I Bapak Prof Dr. Ramli
SE., MS yang telah banyak memberikan masukan dan saran saran demi
perbaikan tesis ini.
3. Bapak Dr. Rujiman. MA sebagai Pembimbing II yang telah banyak
memberikan masukan dan saran-saran demi perbaikan tesis ini.
4. Bapak Dr.Rahmanta,M.Si dan Bapak Dr. HB.Tharmizi,SU sebagai dosen
5. Bapak dan Ibu Dosen serta staf administrasi Program Studi Magister Ekonomi
Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
6. Teman-teman Angkatan 21 Program Studi Magister Ekonom Pembangunan
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Terakhir saya menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu saya mengharapkan Saran dan Kritik yang konstruktif guna penyempurnaan
tesis ini. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan kiranya tesis ini
bermanfaat bagi kita semua. Amin
Medan, Agustus 2013
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Nama : Nuzuliati, SE
Tempat / Tanggal lahir : Medan, 31 Januari 1964
Tempat Tinggal : Jln Sei Wampu Baru No 19 C Kelurahan
BaburaKec Medan Baru
HP : 081396272172
Pekerjaan : Wiraswasta
PENDIDIKAN :
Tahun 2011s/d 2013 : Magister Ekonomi Pembangunan ( MEP ) USU -
Medan
Tahun 1989 : Lulus dari Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen
Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas HBP
Nomensen - Medan
Tahun 1983 : Lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri, SMU
1-Medan
Tahun 1980 : Lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri,
SMP 1 Medan
Tahun 1976 : Lulus dari Sekolah Dasar Negeri. SD 060884 d/h
DAFTAR ISI
2.6. Tingkat Perubahan Perilaku Belanja Konsumen ... 22
2.6.1. Perubahan Belanja Konsumen ... 22
3.6. Identifikasi dan Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 29
3.7. Teknik Analisa Data ... 30
3.7.2. Uji Reliabilitas ... 31
3.9.4. Analisis Regresi Linier Berganda... 39
3.9.5. Uji Parsial (Uji t) ... 39
3.9.6. Uji Simultan (Uji F) ... 38
3.9.7. Koefisien Determinasi (R)2... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 9
4.1. Deskripsi Kecamatan Medan Marelan ... 9
4.1.1. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Medan Marelan .. 39
4.1.2. Kependudukan wilayah Kecamatan Medan Marelan ... 39
4.2. Karakteristik Responden ... 40
4.3.10 Persepsi Variabel Perilaku Belanja Konsumen (Y)... 54
4.4 Uji Validitas ... 55
4.4.1 Hasil Uji Validitas Instrument Variable Persepsi Konsumen Di Retail Tradisional... 56
4.4.2 Hasil Uji Validitas Instrument Variable Persepsi Konsumen Di Retail Modern ... 57
4.5 Uji Reliabilitas ... 59
4.5.1 Hasil Uji Reliabilitas Instrument ... 60
4.5.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrument ... 60
4.6 Pengujian Multikolinearitas... 61
4.7 Pengujian Heteroskedastisitas ... 64
4.8 Pengujian Autokorelasi ... 67
4.9 Pengujian Normalitas ... 70
4.10.1 Uji Lagrange Multiplier ... 72
4.11 Pengujian Logistic Regression ... 73
4.12 Pengujian Mann – Whitney U – Test ... 74
4.13 Perbedaan Persepsi Konsumen Retail Tradisional dan Retail Modern ... 75
4.14 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Harga (X1) ... 76
4.15 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Kelengkapan Produk (X2) 77 4.16 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Layout (X3) ... 78
4.17 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Suasana dan Layanan (X4) ... 80
4.18 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Lokasi (X5) ... 81
4.19 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Promosi ... 82
4.20 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Trend (X7) ... 83
4.21 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Prestige (X8) ... 84
4.22 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Pendapatan Konsumen (X9) ... 85
4.23 Analisis Regresi Linier Berganda Terhadap Perilaku Belanja Retail Tradisional ... 88
4.24 Analisis Regresi Linier Berganda Terhadap Perilaku Belanja Retail Modern ... 94
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 99
DAFTAR TABEL
4.2. Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41
4.3. Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 42
4.4. Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis Tingkat Pendidikan ... 42
4.5. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Harga (X1) ... 43
4.6. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Kelengkapan Produk (X2) ... 44
4.7. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Layout (X3) ... 46
4.8. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Suasana dan Layanan (X4) ... 47
4.9. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Lokasi (X5) ... 49
4.10. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Promosi (X6) ... 50
4.11. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Trend (X7) ... 51
4.12. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Presige (X6) ... 52
4.13. Distribusi Pendapatan Responde Retail Tradisional perbulan ... 53
4.14. Distribusi Pendapatan Responden Retail Modern perbulan ... 54
4.15. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Perilaku Belanja Konsumen (Y) 54 4.15. Hasil Uji Validitas Instrument Variable Persepsi Konsumen Di Retail Tradisional ... 56
4.16. Hasil Uji Validitas Instrument Variable Persepsi Konsumen Di Retail Modern ... 57
4.17. Uji reliabilitas Instrument ... 60
4.18. Uji reliabilitas Instrument ... 60
4.19. Uji Multikolinieritas... 62
4.20 Uji Multikolinieritas coefficient tradisional... 62
4.21. Uji Multikolinieritas coefficient modern ... 63
4.22. Uji Multikolinieritas coefficient modern ... 64
4.23. Uji Heteroskedastisitas Model Regresi Linier Berganda Retail Tradisional ... 66
4.35. Uji T Paired Samples Statistics X2 (Kelengkapan Produk) ... 78
4.36. Paired Samples Statistics X3 (Layout) ... 79
4.37. Uji T Paired Samples Statistics X3 (Layout) ... 79
4.38. Paired Samples Statistics X4 (Suasana dan Layanan ) ... 80
4.39. Uji T Paired Samples Statistics X3 (Suasana dan Layanan) ... 80
4.40. Paired Samples Statistics X5 (Lokasi)... 81
4.41. Uji T Paired Samples Statistics X5 (Lokasi) ... 81
4.42. Paired Samples Statistics X6 (Promosi) ... 82
4.43. Uji T Paired Samples Statistics X6 (Promosi)... 83
4.44. Paired Samples Statistics X7 (Trend) ... 83
4.45. Uji T Paired Samples Statistics X7 (Trend) ... 84
4.46. Paired Samples Statistics X8 (Prestige) ... 84
4.47. Uji T Paired Samples Statistics X7 (Prestige)... 85
4.48. Paired Samples Statistics X9 (Pendapatan Konsumen) ... 86
4.49. Uji T Paired Samples Statistics X9 (Pendapatan Konsumen) ... 86
4.50. Hasil Analisis Regresi terhadap Perpindahan Belanja di Retail Tradisional ... 89
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 25
4.1. Peta Kecamatan Medan Marelan ... 39
4.2. Gambaran Perkembangan Retail ... 40
4.3. Uji Gltser Retail Tradisional ... 65
ANALISIS PENGARUH PERSEPSI PERGESERAN KONSUMEN DARI RETAIL TRADISIONAL KE RETAIL MODERN DI KECAMATAN
MEDAN MARELAN KOTA MEDAN
ABSTRAK
Tesis ini mengkaji mengenai Pengaruh Persepsi Pergeseran Konsumen Dari Retail Tradisional Ke Retail Modern Di Kecamatan Medan Marelan Kota Medan dengan menggunakan pendekatan Model Analisis regresi berganda yang terdiri dari Uji Asumsi Klasik, Uji Regresion logistic dan uji mann white u test. Pengolahan data variabel menggunakan Program SPSS 19 yang merupakan analisis Ordinary Least Square. Data yang digunakan adalah data Primer dengan jumlah sampel sebanyak 100 sampel dibagi menjadi 2 bagian yaitu 50 responden yang berada di retail tradisional dan 50 responde retail modern dengan Lokasi penelitian di lakukan di kecamatan Medan Marelan. Objek penelitian ini adalah responden yang berbelanja di retail tradisional dan retail modern. Penelitian ini merupakan hubungan kausal (Causal Effect), dimana penelitian yang dilakukan terhadap fakta-fakta untuk membuktikan secara empiris pengaruh Persepsi terhadap perilkau,melihat tingkat pendapatan masyarakat yang berpinda dari retail tradisional ke retail modern, perbedaan belanja konsumen antara retil tradisional dengan retail modern. Hasil Penelitian menunjukan bahwa Ada peningkatan Pendapatan sehingga terjadi pergeseran belanja konsumen dari retail tradisional ke retail modern, di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan dengan nilai 11,230 rupiah. Ada perbedaan signifikan persepsi pergeseran konsumen dari retail tradisional ke retail modern, di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.dengan nilai z -6.268 dan sig2 tailed 0.00. Ada pengaruh Positif Persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja di retail tradisional dengan nilai harga ( -0.088), kelengkapan ( -0.285) layout ( 0.527), suasana ( 0.014), lokasi ( 0.336), promosi (0.378), trend( 0.063), prestige( 0.069), dan pendapatan ( -0.073) Ada pengaruh Positif signifikan Persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja di pasar modern dengan nilai harga (0.011), kelengkapan ( 0.086) layout ( 0.410), suasana ( 0.034), lokasi ( 0.183), promosi ( 0.077), trend( 0.045), prestige( -0.043), dan pendapatan ( 0.161)
THE ANALYSIS OF THE PERCEPTION OF CONSUMER SHIFT FROM TRADITIONAL RETAIL TO MODERN RETAIL IN MEDAN
MARELAN SUBDISTRICT, THE CITY OF MEDAN
ABSTRACT
The purpose of this study was to study the influence of the perception of consumer shift from traditional retail to modern retail in Medan Marelan Subdistrict, the City of Medan using the approach of multiple regression analysis model consisting of Classic Assumption Test, Logistic Regression Test, and Mann White U Test. The data obtained were procesed through Ordinary Least Square using SPSS 19 program. The data used for this study conducted in Medan Marelan Subdistrict were the primary data obtained from 100 consumers shopping in both traditional and modern retails consisting of 50 respondents belonged to traditional retails and 50 respondents belonged to modern retails. This Causal-Effect study was carried out to empirically prove the influence of perception on behavior, to look at the income level of the community shifting from traditional to modern retails, to find out the difference between the consumers’ purchase in traditional and modern retails. The result of this study showed that the level of consumers’ income in Medan Marelan Subdistrict, the City of Medan, increased that they shift to shop from traditional retail to modern retail with the value of Rp. 11.230. There was a significant difference in the perception of consumers shfting from traditional retail to modern retail in Medan Marelan Subdistrict, the City of Medan with the value of z -6.268 and sig2 tailed 0.00. There was a positive perception of consumers on shopping behavior in traditional retail with the value of price (-0.088), completeness (-0.285), layout (0.527), atmosphere (0.014), location (0.336), promotion (0.378), trend (0.063), prestige (0.069), and income (-0.073). There was a positive and significant perception of consumers on shopping behavior in modern retail with the value of price (0.011), completeness (0.086), layout (0.410), atmosphere (0.034), location (0.183), promotion (0.077), trend (0.045), prestige (-0.043), and income (0.161).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pasar merupakan pusat kegiatan ekonomi. Pasar menjadi tempat
bertemunya penjual berbagai kebutuhan masyarakat dan pembeli yang ingin
memenuhi kebutuhannya.Interaksi penjual dan pembeli seperti ini sudah
berlangsung sejak zaman dahulu, yang kemudian penjual dan pembeli tersebut
berkumpul dan memusat di suatu daerah yang dijadikan pusat perekonomian yang
disebut pasar. Pada mulanya segala sesuatu yang menjadi kebutuhan masyarakat
hanya dapat diperoleh di suatu tempat yang disebut pasar tradisional. Namun
perkembangan jaman membawa perubahan yang cukup besar sehingga mulai
terjadi pergeseran-pergeseran dari pasar tradisional ke pasar modern.
Pergeseran tersebut sangat jelas di kota-kota besar seperti Jakarta,
Bandung, Surabaya, Makassar, Medan dan lainnya. Sebagai contoh, di Medan
telah dibangun banyak pasar swalayan atau toko ritel yang lebih modern dengan
segala macam keunikan penawaran maupun fasilitas untuk para pembeli,
walaupun toko-toko ritel tradisional masih banyak di berbagai tempat.Persaingan
Pasar Tradisional dengan Toko Modern saat ini bisa dikatakan sebagai persaingan
global.
Perkembangan Toko Modern mendorong pertumbuhan sub sektor
perdagangan dalam sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sehingga dapat
mendorong pertumbuhan PDRB suatu wilayah. Hal ini tentu saja menarik minat
erat kaitannya dengan sektor perindustrian, yaitu sebagai distributor atau agen
agar hasil produksi yang dihasilkan oleh produsen dapat sampai ke tangan
konsumen. Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang, memiliki
sektor perindustrian yang mampu memberikan sumbangan yang cukup besar
terhadap pendapatan nasionalnya (Produk Domestik Bruto, PDB), yaitu rata-rata
sekitar 25 persen atau seperempat komponen pembentukan PDB total selama lima
tahun terakhir.
Hal ini terlihat dari peranannya terhadap struktur Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kota Medan Tahun 2009-2012, di bawah ini:
Tabel 1.1 Struktur Perekonomian Kota Medan Tahun 2007 – 2010
No Kelompok Sektor Kontribusi Terhadap PDRB (%)
2007 2008 2009 2010
1 Pertanian 2,845 2,868 2,371 2,84
2 Pertambangan dan Penggalian
0,006 0,004 0,004 0,01
3 Industri Pengolahan 16,283 15,978 15,091 15,68
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,877 1,726 1,786 1,86
5 Bangunan 9,774 9,557 9,626 9,47
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
25,438 25,938 25,795 25,93
7 Pengangkutan dan Komunikasi
19,022 19,099 19,471 19,63
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
14,127 14,528 14,728 14,10
9 Jasa-Jasa 10,628 10,302 10,769 10,51
Sumber : BPS Kota Medan.
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran
cenderung memiliki kontribusi yang paling besar terhadap PDRB Kota Medan
bila dibandingkan dengan sektor perekonomian lainnya pada periode 2007-2010.
Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran juga cenderung mengalami
peningkatan pada tahun 2007 sebesar 25,438 % meningkat pada tahun 2010
tahun ke tahun diduga dipengaruhi oleh meningkatnya daya beli masyarakat dan
kondisi politik yang kurang kondusif.Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga
memiliki pertumbuhan yang senantiasa lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan PDB dalam periode 2007-2010.
Perdagangan merupakan salah satu sektor dalam sistem perekonomian
nasional yang berperan dalam menjembatani sektor produksi dengan konsumsi
baik antar sektor maupun secara regional. Dari dua bentuk perdagangan yaitu
perdagangan besar dan eceran, perdagangan eceran merupakan bentuk
perdagangan yang langsung memenuhi kebutuhan hidup atau konsumsi orang
banyak. Dengan semakin berkembangnya usaha perdagangan retail, dalam skala
kecil, menengah dan bisnis perdagangan retail modern, maka pasar tradisional
perlu diperdayakan agar dapat tumbuh dan berkembang, serasi dan saling
memerlukan, memperkuat serta saling menguntungkan.
Menurut Perpres No.112 Tahun 2007 dan Permendag 53/2008, perusahaan
retail terbagi kedalam perusahaan retail tradisional dan retail modern. Ritel
modern atau toko modern yaitu toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual
berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket,
Department Store, Hypermarket, ataupun Grosir berbentuk Perkulakan.
Sedangkan ritel tradisional dapat didefenisikan sebagai perusahaan yang menjual
barang eceran selain berbentuk ritel modern. Bentuk dari perusahaan ritel
tradisional adalah perusahaan kelontong yang menjual barang-barang kebutuhan
sehari-hari yang berada di wilayah perumahaan, pedagang kaki lima, pedagang
Tahun ketahun dimulai dari tahun 2000, pangsa pasar retail tradisional
terus menurun karena semakin menjamurnya retail-retail modern, hal tersebut
diperparah dengan adanya pergeseran kondisi sosial ekonomi yang dilakukan oleh
para pelaku retail modern yang pada awalnya hanya di kujungi oleh kalangan
konsumen kelas atas, sekarang merambah ke konsumen menengah dan bawah.
Keberadaan pasar-pasar tradisional makin lama makin terpinggirkan, sejalan
dengan menjamurnya mall, hypermarket dan minimarket. Pasar tradisional,
terpaksa harus menyingkir ke belakang panggung, menjadi semacam budaya yang
terlupakan.
Pada penelitian Nilesen dalam Hartati (2006), diungkapkan fakta
mengenai penurunan pangsa penjualan barang kebutuhan sehari-hari di pasar
tradisional. Pada tahun 2001 pasar tradisional masih menguasai pangsa pasar
sebesar 75,2 persen dari total penjualan barang-barang konsumsi di dalam negeri.
Namun pada tahun 2005 pasar tradisional mengalami penurunan pangsa pasar
menjadi sebesar 67,6 persen. Berbanding terbalik dengan yang dialami pasar
tradisional, pangsa penjualan barang kebutuhan sehari-hari di pasar modern justru
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Tabel 1.2. Pangsa Penjualan Barang Kebutuhan Sehari-hari di Pasar Tradisional dan Modern
Tahun Pasar Modern (%) Pasar Tradisional (%)
2001 24,8 75,2
2002 25,1 74,8
2003 26,3 73,7
2004 30,4 69,6
2005 32,4 67,6
Sumber : Penelitian Nielsen, 2005
Bila dilihat dalam kenyataan saat ini, pembangunan retail modern semakin
masyarakat terutama masyarakat perkotaan lebih banyak memenuhi kebutuhan
rumah tangga dari retail modern. Masyarakat lebih memilih untuk berbelanja di
retail modern karena memiliki keunggulan dibandingkan dengan retail tradisional
antara lain suasana pasar yang bersih, nyaman dan aman serta harga yang
seringkali lebih murah dibandingkan dengan retail tradisional.
Pertumbuhan pesat retail modern belakangan ini, perlu memperhatikan
kelangsungan retail tradisional yang selama ini masih banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat terutama masyarakat menengah ke bawah baik sebagai tempat
berbelanja maupun untuk berusaha.Untuk itu, perlu adanya suatu kebijakan dari
pemerintah yang dapat menyelaraskan antara kepentingan pengusaha retail
modern dengan pengusaha retail tradisional.
Pergeseran tuntutan pelanggan tidak hanya dipengaruhi oleh implementasi
dari program bauran pemasaran saja akan tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan
secara keseluruhan. Pergeseran pola perilaku belanja pelangan yang terdeteksi
dari sejumlah studi yang dilakukan menunjukkan bahwa aktivitas belanja
pelanggan tidak hanya dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan akan
barang-barang keperluan hidup, namun lebih mengarah pada terpenuhinya kebutuhan
untuk berekreasi dan berelasi. Kondisi inilah yang mendorong bisnis ritel
tradisional mulai harus peka menaggapi kebutuhan pelanggan yang belum
terpenuhi (un met need) jika mereka ingin tetap bertahan hidup dalam lingkungan
persaingan bisnis ritel yang semakin tajam
Fenomena lain yang membuat konsumen berpindah dari pasar tradisional
ke pasar modern yaitu pelayanan dan tempat yang mereka sajikan ke konsumen
antara pasar tradisional dan pasar modern yaitu pada pasar tradisional, konsumen
banyak sekali disuguhi dengan suasana kotor, sumpek, dan sering kali tidak ada
jaminan terhadap barang yang konsumen beli, sedangkan pada pasar modern yang
luas dan ber AC dingin, sehingga nyaman apabila konsumen berbelanja, membuat
konsumen betah berlama-lama disana, sehingga sangat memungkinkan konsumen
untuk berbelanja barang yang lain diluar catatan barang yang sudah konsumen
rencanakan.
Keadaan ini merupakan peluang bagi mereka yang mampu memanfaatkan
situasi tersebut.Industri ritel telah menjadi salah satu pemenuhan kebutuhan
konsumen.Maraknya perkembangan pasar modern seperti minimarket,
supermarket, dan hypermarket akhir-akhir ini telah menggeser peran pasar
tradisional. Sebagian masyarakat kini telah memenuhi kebutuhan rumah
tangganya dari pasar modern, terutama masyarakat di perkotaan.
Berdasarkan gambaran di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan
konsumen dihadapkan oleh dua pilihan, retail tradisionil atau retail modern yang
memenuhi barang-barang kebutuhannya. Apakah retail modern akan mematikan
aktivitas retail tradisionil, bersaing sudah pasti, yang akan eksis akan di butuhkan
oleh kondisi lingkungan masyarakat itu sendiri. Keadaan ini menjadi perhatian
penulis yang di kemas dengan judul analisis persepsi pergeseran konsumen dari
1.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah :
1. Pada Tingkat Pendapatan berapa pergeseran konsumen berbelanja dari retail
tradisional ke retail modern di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.
2. Apakah ada perbedaan persepsi pergeseran konsumen dari retail tradisional
ke retail modern di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.
3. Apakah ada pengaruh persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja di
retail tradisional di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.
4. Apakah ada pengaruh persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja retail
modern di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.
1.3. Tujuan Penelitan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat pendapatan pergeseran
konsumen berbelanja dari retail tradisional ke retail modern.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan persepsi pergeseran
konsumen dari retail tradisional ke retail modern.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh persepsi konsumen terhadap
perilaku berbelanja di retail tradisional di Kecamatan Medan Marelan, Kota
Medan
4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh persepsi konsumen terhadap
perilaku berbelanja di retail modern di Kecamatan Medan Marelan, Kota
1.4. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini selesai diharapkan akan memberikan masukan bagi :
1. Sebagai sumbangsih untuk pemerintah kota Medan dalam menentukan
kebijakan perlindungan terhadap retail tradisionil di kecamatan Medan
marelan, kota Medan.
2. Sebagai bahan pertimbangan dan referensi bagi pedagang tradisional dan
retail modern untuk pengembangan usaha kedepan.
3. Sebagai bahan pertimbangan dan referensi bagi retail modern dalam
mengembangkan usaha di kecamatan Medan Marelan, Kota Medan
4. Tambahan Referensi bagi penelitian berikutnya yang berkaitan dengan
persepsi pergeseran perilaku konsumen dari retail tradisional ke retail
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Teori Pasar
Pasar pada masyarakat mempunyai peranan penting yaitu sebagai pusat
kegiatan ekonomi dan pusat kebudayaan.Sebagai pusat kegiatan ekonomi, pasar
merupakan tempat bertemunya produsen dan konsumen. Melalui pasar,
masyarakat dapat memperoleh kebutuhan produksinya seperti modal, peralatan,
dan tenaga. Di bidang distribusi pasar mempunyai peranan dalam
menyebarluaskan barang-barang hasil produksi yang dibutuhkan masyarakat.
Sedangkan di bidang konsumsi, pasar menyediakan kebutuhan pokok dan
kebutuhan tambahan lainnya (Depdikbud, 1990:159).
Menurut Koentjaraningrat dalam Siwarni (2009:3) pengertian pasar adalah
pranata yang mengatur komunikasi dan interaksi antara penjual dan pembeli yang
bertujuan untuk mengadakan transaksi pertukaran benda-benda, jasa ekonomi dan
uang, dan tempat hasil transaksi yang dapat disampaikan pada waktu yang akan
datang berdasarkan harga yang ditetapkan.
Berdasarkan teori diatas dapat di simpulkan bahwa, pasar adalah tempat
pertemuan antara produsen dan konsumen yang melakukan transaksi barang dan
jasa berdasarkan harga yang di tetapkan.
Berikut perbedaan pasar tradisional dan pasar modern :
1) Pasar tradisional
Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh
Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat
usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang
kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil,
modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar
menawar (Perpres No.112 Tahun 2007).
Ritel tradisional dapat didefenisikan sebagai perusahaan yang menjual
barang eceran selain berbentuk ritel modern. Bentuk dari perusahaan ritel
tradisional adalah perusahaan kelontong yang menjual barang-barang
kebutuhan sehari-hari yang berada di wilayah perumahaan, pedagang kaki
lima, pedagang yang berjualan di pasar tradisional
2) Pasar Modern
Pasar Modern adalah pasar atau toko dengan sistem pelayanan mandiri,
menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket,
Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk
Perkulakan. Adapun ritel modern yang diatur keberadaan lokasinya bahwa
minimarket boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem
jaringan jalan lingkungan pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di
dalam kota/perkotaan.Berdasarkan luas lantai toko minimarket memiliki luas
lantai < 400 m2 (Perpres No.112 Tahun 2007).
Bisnis retail modern mulai bangkit pada tahun 1999 setelah hadirnya
hypermarkert Carrefour dan Continent. Selain dalam bentuk hypermarket, pasar
modern juga mengalami perkembangan pesat dalam bentuk lain seperti
1. Supermarket
Merupakan sebuah toko yang umumnya menyediakan produk teoletris, food,
drink, paresible dengan luas toko >1000 m
2.
<5000 m
2
tetapi kegiatannya terus
meningkat hingga penyediaan pakaian dan beberapa homewares tertentu.
Membaiknya iklim bisnis retail membuat sejumlah pengusaha supermarket mulai
menambah jumlah outletnya pada tahun 2000 sampai 2002. Supermarket yang
berhasil menambah jumlah outlet dan melakukan ekspansi usaha antara lain
adalah Hero dan Indomaret.
2. Hypermarket
Hypermarket merupakan sebuah toko distribusi self service dengan area penjualan
seluas 5000 m2 atau lebih, menjual variasi barang konsumsi yang lebih luas
berisikan gabungan produk makanan dan non makanan dalam berbagai ukuran
transaksi atau kuantitas dan dalam berbagai bentuk kemasan.
Konsep yang dikembangkan oleh hypermarket adalah one stop
shopping.Keunggulan yang menjadi diferensiasinya adalah permodalan, luas
ruang outlet, kelengkapan barang, teknologi maupun manajemen sehingga
mendapatkan harga yang lebih murah dibanding supermarket lain. Hypermarket
yang telah meramaikan bisnis retail di Indonesia antara lain Carrefour dan Giant
3. Perkulakan
Perkembangan bisnis supermarket berimbas positif pada bisnis
perkulakan. Hingga saat ini di Indonesia beroperasi lima pusat perkulakan , yaitu
PT. Alfa Retailindo, PT. Makro Indonesia, PT. Goro Batara Sakti, PT. Indo Grosir
dan The Club Store. Prinsip dari bisnis perkulakan adalah menjual harga secara
eceran.Meskipun keuntungan perkulakan tidak terlalu besar untuk tiap satuan
produk, namun karena kuantitas yang dijualnya dalam partai besar maka secara
keseluruhan bisnis perkulakan masih mendapatkan keuntungan yang cukup besar.
4. Department Store
Merupakan sebuah toko retail dengan luas area yang bervariasi, biasanya
berhubungan dengan proses retailing, penyortiran barang konsumsi yang
dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia atau gaya hidup, self service atau
pelayanan penjualan biasanya di bawah satu manajemen umum. Sebuah
department store boleh meliputi sebuah supermarket yang luasnya tidak lebih dari
2000 m
2
.
Bisnis department store di Indonesia dijalani oleh sejumlah perusahaan
seperti Matahari, Ramayana, atau Rimo Department Store sedangkan peritel asing
yang memasuki bisnis departement store dalam skala besar antara lain Sogo
Department Store, Yaohan dan Seibu. Kehadiran department store asing tidak
terlalu berpengaruh terhadap kinerja department store lokal karena segmen pasar
antara department store asing dan lokal sudah jelas, di mana department store
lokal lebih berkonsentrasi untuk pasar menengah ke bawah sedangkan department
store asing lebih memfokuskan pada pasar kelas atas.Persaingan department store
ini umumnya terjadi di pusat-pusat perbelanjaan mewah yang dibangun dengan
konsep mall, yaitu memadukan aspek berbelanja dengan unsur rekreasi.
2.2. Persepsi
Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan
lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka
tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri.
Persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli dasar berupa cahaya,
warna dan suara diseleksi, diorganisasikan, dan diinterprestasikan (Solomon,
1996). Persepsi bersifat subyektif karena persepsi setiap individu terhadap suatu
obyek akan berbeda satu sama lain. Persepsi yang dibentuk oleh seorang individu
dipengaruhi oleh isi memori dan pengalaman masa lalu yang disimpan di dalam
memori. Proses persepsi diawali melalui proses seleksi perseptual, yaitu persepsi
yang terjadi ketika seseorang menangkap dan memilih stimulus berdasarkan pada
berbagai informasi yang ada di dalam memori yang dimilikinya. Sebelum seleksi
persepsi terjadi stimulus harus mendapat perhatian terlebih dahulu. Dua proses
yang terjadi dalam seleksi ini meliputi perhatian dan persepsi selektif. Perhatian
yang dilakukan dapat terjadi secara sengaja (voluntary attention) dan tidak
sengaja (involuntary attention).Voluntary attention terjadi ketika seseorang
memiliki keterlibatan tinggi terhadap sesuatu secara aktif mencari informasi
mengenai sesuatu dari berbagai sumber.Involuntary attention terjadi ketika
seseorang dipaparkan stimuli berupa hal-hal yang dapat menarik atau tidak
terduga dan tidak berhubungan dengan tujuan atau kepentigan seseorang. Secara
otomatik jika seseorang dipaparkan stimuli seperti itu akan langsung memberikan
respon.
Proses pengorganisasian stimuli terjadi setelah konsumen melakukan
proses seleksi terhadap stimuli. Dalam proses ini, konsumen mengelompokkan
informasi dari berbagai sumber ke dalam pengertian yang menyeluruh untuk
Artinya konsumen akan mengintegrasikan berbagai simulus untuk memberikan
deskripsi lengkap tentang suatu obyek sehingga memudahkan mereka memproses
informasi dan memberikan pengertian yang terintegrasi terhadap stimulus.
Stimulus adalah rangsangan yang di berikan oleh suatu perusahaan kepada
konsumennya, agar konsumen tersebut tertarik untuk mengkonsumsi barang atau
jasa yang di hasilkan oleh suatu perusahaan, dan agar terjalin hubungan jangka
panjang yang saling menguntungkan antara pihak perusahaan dengan para
konsumen.
Dari teori dan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi
adalah interpretasi beberapa stimulus yang mempengaruhi perubahan minat
belanja konsumen dari retail tradisional ke retail modern antara lain harga,
kelengkapan barang, layout, suasana dan layanan, lokasi strategis, dan promosi
Di samping faktor-faktor teknis seperti kejelasan stimulus misalnya suara
yang jernih, gambar yang jelas, Kekayaan sumber stimulus misalnya media
multi-channel seperti audio-visual, persepsi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
psikologis. Faktor psikologis ini bahkan terkadang lebih menentukan bagaimana
informasi / pesan / stimulus dipersepsikan.
Psikologis adalah pendekatan segmentasi yang di kembangkan dengan
menggunakan teori-teori psikologi (Kasali, 2003:256).Psikologis adalah: Faktor-
faktor kejiwaan/psikologi yang mempengaruhi perilaku seseorang di dalam proses
pengambilan keputusan. Faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku belanja
konsumen dari retail tradisonal ke retail modern adalah trend, prestage dan
2.3. Stimulus Konsumen
2.3.1. Harga
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1991) harga adalah nilai barang
yang di tentukan/dirupakan dengan uang/jumlah uang/alat tukar lain yang senilai,
yang harus di bayar untuk produk dan jasa. Harga adalah sejumlah kompensasi
(uang maupun barang, kalau mungkin) yang di butuhkan untuk mendapatkan
sejumlah kombinasi barang atau jasa (Fuad, 2000:129).Harga adalah jumlah uang
yang di tagihkan untuk suatu produk atau jasa, jumlah nilai yang di pertukarkan
konsumen untuk manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa. (Kotler,
1996:340).
Menurut Busch dan houston (1985:558) Harga adalah nilai yang di berikan
untuk manfaat yang di terima seseorang dari barang atau jasa. Harga
menggambarkan suatu nilai dari produk atau jasa bagi pembeli maupun
penjual.Suatu harga dapat di nyatakan dalam moneter atau non moneter term
(Ervans, 1989:368).
Kebijakan penetapan harga ada 3, yaitu:
1. Penetapan harga di atas harga pesaing.
Cara ini dapat di lakukan kalau kita dapat meyakinkan konsumen bahwa barang
yang kita jual mempunyai kualitas yang lebih baik, bentuk yang lebih menarik,
dan mempunyai kelebihan-kelebihan lain dari barang yang sejenis yang telah ada
di pasar.
2. Penetapan harga di bawah harga pesaing.
Kebijaksanaan ini di pilih untuk menarik lebih banyak langganan untuk barang
3. Mengikuti harga pesaing.
Cara ini di pilih untuk mempertahankan agar langganan tidak beralih ke tempat
lain.
Tujuan penetapan harga dapat bermacam-macam antara lain:
1. Mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
2. Mendapatkan laba sekarang maksimum.
3. Pendapatan sekarang maksimum.
4. Pertumbuhan penjualan maksimum.
5. Skimming pasar maksimum.
6. Kepemimpinan kualitas-produk.
7. Tujuan penetapan harga lainnya.
Toko yang menjual barang-barang berharga murah akan selalu di datangi
kosumen. Konsumen tidak akan menanyakan besar-kecilnya toko, dan lengkap
atau tidaknya barang, tapi murah atau tidaknya toko itu menjual suatu barang
(Royan, 2002:104). Harga merupakan salah satu faktor Stimulus yang penting
bagi konsumen, karena elastisitas harga (price elastisity) konsumen Indonesia
tinggi. Harga yang di tawarkan oleh retail tradisional dan retail modern ada 2
yaitu:
1. Harga eceran/retail.
Harga eceran (untuk produk kering) yang di tawarkan oleh pasar
tradisional adalah harga end user (konsumen akhir).Jadi harga eceran yang di
tetapkan oleh pasar tradisional biasanya harga eceran tertinggi yang di sarankan
oleh salesman.Sedangkan harga eceran (untuk produk kering) yang di tawarkan
modern lebih murah dari pada harga eceran yang di patok oleh penjual di pasar
tradisional.
2. Harga Partai/grosir/Wholesaler.
Untuk harga partai/grosir (produk kering), harga yang di tetapkan oleh
penjual di pasar tradisional adalah harga pokok perolehan di tambah profit margin
seminimum mungkin. Hal ini sama dengan penetapan harga partai/grosir yang di
patok oleh retail modern, tetapi harga partai di retail modern relatif lebih murah
dari pada harga partai/grosir yang di tawarkan oleh penjual di retail tradisional,
karena retail modern membeli produk dari supplier ataupun perusahaan dalam
jumlah yang besar, sehingga retail modern memperoleh harga pokok pembelian
serendah mungkin. Sedangkan untuk penjual di retail tradisional, biasanya
membeli barang dalam jumlah yang tidak
terlalu besar, di sesuaikan dengan daya serap pasar untuk barang tersebut, dan di
sesuaikan dengan kapasitas modalnya yang cenderung terbatas.
Tidak jarang pula perusahaan–perusahaan besar yang memilih
supermarket/hypermarket sebagai sarana promosi untuk barangnya, dengan sistem
sewa rak. Dengan menggunakan sistem ini pihak supermarket/hypermarket dan
pihak perusahaan sama-sama di untungkan. Karena pihak supermarket /
hypermarket akan mendapat harga yang murah dari perusahaan dan dapat
memberikan harga promosi kepada konsumen, dan pihak perusahaan dapat
melakukan promosi (direct promotion) produknya secara efektif dan efisien di
2.3.2. Layout yang lebih menarik
Layout barang dagangan di retail modern diatur secara lebih
menarik.Barang dagang diletakkan pada rak-rak yang terkategorisasi dan eye
catching.Layout ini bisa memanjakan konsumen dalam berbelanja.Pada tingkat
tertentu, layout ini dapat memunculkan keputusan belanja spontan (tak terencana)
karena konsumen tertarik display barang dalam rak.
2.3.3. Suasana yang nyaman
Ritel modern menawarkan suasana belanja yang nyaman.Ritel modern
mementingkan kebersihan ruangan, penerangan yang sangat cukup, fasilitas air
conditioning, dan alunan musik.Tentunya, investasi yang tidak sedikit harus
ditanamkan untuk menghadirkan suasana nyaman ini. Namun, penciptaan suasana
nyaman ini akan mendorong konsumen untuk stay lebih dan berbelanja dengan
tenang. Selain itu, suasana nyaman ini dapat membentuk brand image di benak
konsumen sehingga mereka akan selalu memilih ritel modern untuk berbelanja.
2.3.4. Layanan penjaga outlet yang ramah
Setiap konsumen yang masuk dalam ritel modern seringkali disambut oleh
salam khas oleh para penjaga outlet. Tidak peduli apakah salamnya dijawab atau
tidak, begitu konsumen membuka pintu toko, penjaga otomatis mengucapkan
salam itu. Selama konsumen di dalam ruangan toko, mereka siap siaga
memberikan pelayanan, mulai dari menunjukkan rak di mana barang yang dicari
berada sampai dengan mengambilkan barang belanjaan. Di akhir sesi, mereka
mengucapkan salam lagi dan sembari mengingatkan untuk kembali berbelanja di
lain waktu. Disadari atau tidak, keramahan ini merupakan wujud dari careness
2.3.5. Lokasi yang strategis
Ritel modern dimanapun berdiri di lokasi yang strategis, dekat dengan
keramaian, dan memiliki space parkir kendaraan bermotor yang cukup. Setiap
orang akan setuju kalau dinyatakan bahwa lokasi yang strategis adalah salah satu
pendorong atau pemicu keunggulan bersaing. Pemilihan lokasi yang strategis ini
menunjukkan bahwa retail modern tidak saja menjadikan masyarakat
sekitar sebagai konsumen sasaran tetapi juga mereka yang berlalu-lintas di
keramaian.
2.3.6. Promosi
Ritel modern yang berjaringan secara nasional mampu menyelenggarakan
promosi yang bersifat massal.Secara kolektif, ritel modern bisa mempromosikan
diri secara kolektif untuk menumbuhkan minat belanja konsumen.Kegiatan
promosi ini mulai dari iklan di televisi, lomba mewarnai, hadiah undian, sampai
dengan souvenir belanja.Pengelolaan promosi yang teintegrasi semacam ini
semakin memperkokoh branding dari retail modern pada benak konsumen dan
masyarakat.
2.4. Faktor Psikologis
2.4.1. Faktor Trend
Trend adalah sesuatu yang sedang "menjamur" atau sedang disukai dan
digandrungi oleh orang banyak.Cirinya mudah saja, apabila masyarakat mulai
cendrung berbelanja di retail modern dibandingkan dengan retail tradisional.
Istilah “trend” dalam kehidupan sehari-sehari sering digunakan untuk
perhatian kebanyakan orang.Selain kaitannya dengan fashion, trend pun memiliki
kaitan erat dengan market business khususnya berbelanja di retail modern. Trend
belanja masa depan masyarakat Indonesia adalah di mall- mall dan retail moden
(Ananta&Anwar, 1996). Saat trend masyarakat dalam hal berbelanja, mulai
mengarah ke retail modern (supermarket/ hypermarket), karena naiknya tingkat
pendapatan perkapita masyarakat surabaya, konsumen lebih mementingkan faktor
kenyamanan dan keamanan dari pada faktor harga, dan semakin banyaknya orang
kaya di Indonesia. Trend hidup masyarakat perkotaan di mana eksistensi dan
aktualisasi diri yang ikut mendorong perpindahan kebiasaan berbelanja dari pasar
tradisional ke pasar modern.
2.4.2. Faktor Prestige
Menurut Kamus Ekonomi (2000) prestige adalah suatu keadaan di mana
seseorang merasa mempunyai kebanggan tersendiri, pada saat mengkonsumsi
barang dan jasa tertentu yang di hasilkan oleh perusahaan. Salah satu nilai jual
dari retail modern adalah faktor gengsi, karena seorang konsumen merasa lebih
prestige berbelanja di retail modern dari pada di retail tradisional, karena selama
ini pasar tradisional selalu identik dengan segmen kalangan bawah, dan
supermarket/hypermarket identik dengan kalangan menengah ke atas. Dan Faktor
prestige merupakan salah satu alasan mengapa seorang konsumen belanja di retail
modern.
Salah satu nilai jual dari retail modern adalah gengsi, karena seorang
konsumen merasa lebih prestige berbelanja di retail modern dari pada di retail
kalangan bawah, dan supermarket/hypermarket identik dengan kalangan
menengah ke atas.
Citra yang baik di mata konsumen tentang sebuah pasar merupakan salah
satu pertimbangan konsumen dalam memutuskan tempat belanjanya. Kebanyakan
konsumen Indonesia telah memiliki persepsi yang kurang baik terhadap citra retail
tradisional. Ketika berbicara mengenai retail tradisional yang ada dibenak para
konsumen adalah sempit, kotor, bau, semrawut, terlalu ramai, tidak aman, panas
dan lain-lain. Pola pikir yang telah terbentuk tersebut menyebabkan retail
tradisional sulit untuk menarik konsumen kalangan menengah ke atas dan sulit
berhadapan langsung dengan retail moderen yang memberikan kenyamanan jauh
dari retail tradisional. Perubahan citra terhadap retail tradisional perlu dilakukan
secara bertahap agar retail tradisional tidak kehilangan konsumennya.
2.5. Faktor Pendapatan Konsumen
Pendapatan konsumen/masyarakat sangat di pengaruhi oleh Pola konsumsi
masyarakat itu sendiri, dapat diterangkan dengan berbagai teori konsumsi, salah
satunya menutut JM Keynes(1936) Konsumsi seseorang akan tegantung pada
tingkat pendapatan yang telah diterima oleh seorang masyarakat.
Jika terjadi kenaikan pendapatan aktual maka kenaikan konsumsinya lebih
kecil dari kenaikan pedapatan aktual yang diterimanya. Hal ini dikarenakan
seseorang pasti menyisihkan sebagian pendapatan yang diterimanya untuk tujuan
lain yaitu menabung dan membayar hutang, hal ini juga dapat di gambarkan
denganRumus Menghitung Pendapatan
Dimana : Y = Pendapatan C = Konsumsi
S = Saving / Tabungan
2.6. Tingkat Perubahan Perilaku Belanja Konsumen
2.6.1. Perubahan Belanja Konsumen
Menurut Limanjaya dan Wijaya (2006: 53-64), tingkat perpindahan
belanja konsumen dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Pindah
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990) pindah adalah : beralih atau
bertukar tempat. Dalam hal ini pindah mempunyai pengertian bahwa konsumen
beralih ke Pasar Modern dan jarang sekali berbelanja di pasar tradisional.
b. Coba-coba (trial)
Coba-coba (trial) menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990) adalah
berbuat sesuatu untuk mengetahui keadaan sebenarnya. Dalam hal ini coba-coba
(trial) mempunyai pengertian bahwa konsumen hanya coba-coba berbelanja di
pasar modern, namun tetap secara rutin konsumen tersebut berbelanja di pasar
tradisional.
c. Cari alternative (switching)
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990) cari alternatif (switching)
mempunyai pengertian bahwa konsumen tersebut kadang- kadang berbelanja di
pasar modern dan kadang-kadang juga berbelanja di pasar tradisional. Jadi
perilaku belanja konsumen antara berbelanja dipasar tradisional dan belanja di
pasar modern adalah 50%-50%.
Menurut Engel yang disitasi oleh Priyono (2006), perilaku konsumen
adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan
menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan
menyusuli tindakan ini. David dan Bitta (1988) lebih menekankan perilaku
konsumen sebagai suatu proses pengambilan keputusan. Mereka mengatakan
bahwa perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan yang
mensyaratkan aktivitas individu untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan
atau mengatur barang dan jasa. Dari berbagai definisi tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa perilaku konsumen menyoroti perilaku baik individu maupun
rumah tangga, perilaku konsumen menyangkut suatu proses pengambilan
keputusan sebelum pembelian sampai dengan mengkonsumsi produk, dan tujuan
mempelajari perilaku konsumen adalah untuk menyusun strategi pemasaran yang
berhasil.
Menurut Limanjaya dan Wijaya dalam Chotimah (2010) terdapat tiga jenis
proses pemilihan tempat belanja konsumen dintaranya:
1. Memecahkan masalah secara luas (extended problem solving) adalah suatu
proses pengambilan keputusan dalam memilih tempat belanja dimana
pelanggan memerlukan usaha dan waktu yang cukup besar untuk meneliti dan
menganalisis berbagai alternatif. Pelanggan terlibat dalam pemecahanan
masalah yang luas ketika sedang membuat suatu keputusan belanja untuk
mencukupi suatu kebutuhan yang penting, atau ketika mereka hanya
mempunyai sedikit pengetahuan tentang produk atau jasa tersebut. Ritel
mempengaruhi pelanggan yang terlibat dengan pemecahan masalah yang luas
informasi tentang barang dan jasa pada pelanggan dengan cara-cara yang
mudah dipahami serta sekaligus meyakinkan pelanggan dengan menawarkan
jaminan uang kembali. Contoh, ritel memberikan informasi tentang produk
dan jasa pada pelanggan dengan menyediakan brosur yang menggambarkan
barang dagangan beserta spesifikasinya.
2. Pemecahan masalah secara terbatas (limited problem solving) adalah proses
pengambilan keputusan dalam memilih tempat belanja yang melibatkan
upaya dan waktu yang tidak terlalu besar. Dalam situasi ini, pelanggan
cenderung lebih mengandalkan pengetahuan pribadi dibanding dengan
informasi ekternal. Pelanggan umumnya memilih suatu ritel dan barang
dagangan yang dibeli berdasarkan pengalaman masa lalu. Pelanggan
mendapatkan pengalaman situasional ketika berbelanja pada ritel atau toko
tertentu, maupun pengalaman dalam pemilihan dan pembelian barang
dagangan sesuai kebutuhan.
3. Pengambilan keputusan yang bersifat kebiasaaan (habitual decision making)
adalah proses keputusan dalam memilih tempat belanja yang melibatkan
sedikit sekali usaha dan waktu. Pelangan masa kini mempunyai banyak
tuntutan atas waktu mereka. Salah satu cara untuk mengurangi tekanan waktu
itu adalah dengan menyederhanakan proses pengambilan keputusannya.
Kesetiaan pada merek dan kesetiaan toko adalah contoh pengambilan
keputusan berdasarkan kebiasaan.
2.7. Kerangka Konseptual
Penelitian ini membahas tentang tingkat persepsi pergeseran konsumen
pergeseran konsumen dari retail tradisional beralih ke retail modern. Faktor yang
menyebabkan persepsi pergeseran konsumen merubah perilaku belanjanya, dari
retail tradisional beralih ke retail modern adalah faktor stimulus. Faktor stimulus
terdiri dari 9, yaitu: harga murah, kelengkapan produk, layout, suasana dan
layanan, lokasi, promosi, trend, prestige dan pendapatan konsumen.
Faktor stimulus merupakan faktor yang mempengaruh persepsi
pegergesran konsumen dari retail tradisional beralih ke retail modern kami
golongkan menjadi 3, yaitu: sekedar cobacoba (trial), cari alternatif, dan pindah.
Faktor stimulus sangat berperan di dalam mempengaruhi keputusan konsumen
dalam hal memilih tempat belanja yang akan di kunjungi. Dan konsumen dapat
memutuskan tempat belanja mana yang terbaik, dan paling sesuai dengan pilihan
konsumen.
Secara diagram, kerangka konsep dapat digambarkan seperti di bawah ini :
Gambar 2.1 kerangka Konseptual
2.8. Hipotesis Peneltian
Adapun hipotesis penelitian ini adalah :
1. Ada peningkatan pendapatan bergesernya belanja konsumen dari retail
tradisional ke retail modern di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.
2. Ada perbedaan persepsi pergeseran konsumen dari retail tradisional ke retail
modern di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.
3. Ada pengaruh Positif persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja di
retail tradisional di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.
4. Ada pengaruh Positif persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja di
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di lakukan di Kecamatan Marelan di Kota Medan
yaitu: disepanjang jalan Marelan Raya dari Kelurahan Tanah Enam Ratus
sampai Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.
Objek penelitian ini adalah konsumen yang berbelanja di retail tradisional
dan retail modern. Waktu penelitian ini dilaksanakan 3 ( tiga ) bulan yang
dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2013.
3.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Nazir (2005: 54)
menyatakan bahwa: penelitian deskriptif adalah metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta
hubungan anatar fenomena yang diselidiki. Jenis penelitian ini adalah riset kausal,
riset kausal merupakan tipe riset konklusif yang bertujuan untuk menentukan
hubungan sebab akibat dari suatu fenomena. Dan pembuktian teori serta untuk
3.3. Populasi dan Sampel
Menurut Usman dan Akbar (1995:182), sampel ialah sebagian
anggota yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut
dengan teknik sampling, yang digunakan agar dapat:
1. Mereduksi anggota populasi menjadi anggota sampel yang mewakili
populasinya (representatif), sehingga kesimpulan terhadap populasi dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Lebih teliti menghitung yang sedikit daripada yang banyak.
3. Menghemat waktu, tenaga, dan biaya.
Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah seluruh konsumen
yang berkunjung ke retail tradisionil berjumlah 471 dan retail modern
berjumlah 478 konsumen. Untuk efisiensi penelitian dilakukan penarikan
sampel dengan metode proforsional random samplingSampel dari penelitian
ini adalah konsumen dari retail tradisional dan retail modern di Kecamatan
Medan Marelan, Untuk menentukan besarnya jumlah sampel debgan
mengunakan Slovin (Umar, 2003) yaitu:
� =1+Nε²N
Dimana :
n = jumlah sampel
N = ukuran populasi
e = nilai kritis = 10% (0,10)
Dengan demikian jumlah sampel di retail tradisionil adalah:
� =1+(471471)(0
,1)2
Retail modern adalah:
� =1+ 478
(478)(0,1)2
n = 49,91...dibulatkan menjadi 50 sample.
3.4.Teknik Pengumpulan Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dalam pengumpulan
data peneliti menggunakan Data primer (primary data) adalah data yang
dikumpulkan langsung melalui obyeknya (sumber pertama) melalui daftar
pernyataan atau kuesioner. Daftar pernyataan dibuat sedemikian rupa sehingga
obyektivitasnya atau tujuannya menjadi jelas bagi pihak responden.
3.5. Jenis dan sumber data
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data yang di butuhkan
dalam penyelesaian, penelitian ini di perikan langsung kepada responden
yaitu konsumen retail tradosional dan retail modern berupa dokumentasi
dengan pengumpulan bahan buku , catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip.
3.6. Identifikasi dan Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional adalah memberikan pengertian terhadap suatu
variabel dengan menspesifikasi kegiatan atau tindakan yang diperlukan peneliti
untuk mengukur memanipulasinya. (Sularso, 2003:50). Variabel penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Variabel bebas (Independen) Persepsi
suasana dan pelayanan (x4), lokasi (x5), promosi (x6), trend (x7), prestage (x8),
pendapatan konsumen (x9) Variabel terikat (Dependen) Prilaku konsumen (y)
dengan indikator yaitu berpindah (y1), coba-coba (y2), cari alternatif (y3),
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No Variabel penelitian Definisi Operasional
2 Variabel terikat (Dependen) Perilaku
3.7.Teknik Analisa Data
3.7.1. Uji Validitas
Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrument dalam
mengukur apa yang ingin diukur. Dalam pengujian instrument pengumpulan
data, validitas bias dibedakan menjadi validitas faktor dan validitas item.
Validitas faktor diukur bila item yang disusun menggunakan lebih dari satu
faktor (antara faktor satu dengan yang lain ada kesamaan). Pengukuran
validitas faktor ini dengan cara mengkorelasikan antara skor faktor
keseluruhan faktor), sedangkan pengukuran validitas item dengan cara
mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item.
3.7.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji untuk memastikan apakah kuesioner
penelitian yang akan dipergunakan untuk mengumpulkan data variabel
penelitian reliabel atau tidak. Kuesioner dikatakan reliabel jika kuesioner
tersebut dilakukan pengukuran berulang, akan medapatkan hasil yang sama.
3.8. Uji Asumsi Klasik
3.8.1. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel
independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah
sebagai berikut:
1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat
tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak
signifikan mempengaruhi variabel dependen.
2. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen.
3. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan lawannya, variance
3.8.2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.
Kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskedastisitas karena
dataini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan
besar) (Ghozali, 2005).
3.8.3. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui
bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel kecil. (Ghozali, 2005).
3.8.4. Uji Linieritas
Tujuan uji linieritas adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk hubungan
antara satu variabel bebas dengan satu variabel terikat. Adapun ringkasan hasil uji
linearitas dan keberartian regresi linieritas yang dilakukan menggunakan alat bantu
program SPSS versi 19.0
3.8.5. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t -1(sebelumnya). Jika terjadi
korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya . Masalah ini
observasi lainnya. Hal ini sering ditentukan pada data runtut waktu (timeseries karena
gangguan pada seorang kelompok cenderung mempengaruhi gangguan pada
kelompok yang sama pada periode berikutnya
3.9. Metode Analisa
3.9.1. Analisis Logistic Regression
Pengujian untuk masalah pertama yaitu Pada Tingkat Pendapatan berapa
pergeseran konsumen berbelanja dari retail tradisional ke retail modern di
Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. Diuji dengan menggunakan metode
analisa Logistic regression, dimana analisa Logistic regression sebetulnya mirip
dengan analisis diskriminan yaitu untuk menguji apakah probabilitas terjadinya
variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Asumsi multivariate
normal distribution tidak dapat dipenuhi karena variabel bebas merupakan
campuran antara variabel continue (metric) dan kategorial (non metric ). Dalam
hal ini dapat dianalisis dengan logistic regression karena tidak perlu asumsi
normalitas data pada variabel bebasnya. Jadi Logistic regression umumnya
dipakai jika asumsi multivariate normal distribution tidak terpenuhi. (Ghozali
2001)
3.9.2. Analisis Mann – Whitney U – Test
Untuk menjawab hipotesis masalah kedua yaitu Apakah ada perbedaan
persepsi pergeseran konsumen dari retail tradisional ke retail modern di
Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. Menggunakan Analisis Mann –
Whitney U- Test, dimana pengujian ini digunakan untuk menguji signifikansi
Bila dalam suatu pengamatan data berbentuk interval. Maka perlu dirubah dulu
ke dalam data interval. Sebenarnya dapat menggunakan t test untuk pengujiannya.
Tetapi bila asumsi t – test tidak dipenuhi ( Misalnya data harus normall) maka tes
ini tidak dapat digunakan. (Sugiyono 2003).
3.9.3. Analisis Uji Beda
Analisis Uji Beda ini juga digunakan untuk menjawab hipotesis kedua
yaitu Apakah ada perbedaan persepsi pergeseran konsumen dari retail tradisional
ke retail modern di Kecamatan Medan Marelan, dimana metode analalsis Uji
Beda (t test) ini untuk mengetahui perbedaan rata-rata dua populasi/ kelompok
data yang independen. Tujuan penggunaan metode analisis adalah untuk
mengetahui adanya perbedaan persepsi konsumen terhadap retail tradisional
dengan persepsi konsumen terhadap retail modern.
Rumus matematis dari t test yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
�= ���− ���
����2
���+�� �2 ���
dimana :
Xa = rata-rata kelompok persepsi konsumen terhadap retail tradisional
Xb = rata-rata kelompok persepsi konsumen terhadap retail modern
Sa = standar deviasi kelompok persepsi konsumen terhadap retail tradisional
Sb = standar deviasi kelompok persepsi konsumen terhadap retail modern
na = jumlah sampel kelompok persepsi konsumen terhadap retail tradisional