• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Persepsi Pergeseran Konsumen dari Retail Tradisional ke Retail mMdern di Kecamatan Medan Merelan, Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Persepsi Pergeseran Konsumen dari Retail Tradisional ke Retail mMdern di Kecamatan Medan Merelan, Kota Medan"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERSEPSI PERGESERAN KONSUMEN DARI

RETAIL TRADISIONAL KE RETAIL MODERN

DI KECAMATAN MEDAN MERALAN

KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

NUZULIATI

117018011/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

S

E K O L

A H

P A

S C

A S A R JA N

(2)

ANALISIS PERSEPSI PERGESERAN KONSUMEN DARI

RETAIL TRADISIONAL KE RETAIL MODERN

DI KECAMATAN MEDAN MERALAN

KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan Pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

NUZULIATI

117018011/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS PERSEPSI PERGESERAN KONSUMEN DARI RETAIL TRADISIONAL KE RETAIL MODERN DI KECAMATAN MEDAN MARELAN

Nama Mahasiswa : Nuzuliati Nomor Pokok : 117018011

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui : Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ramli, MS Ketua

) (Dr. Rujiman, MA

Anggota )

Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec)

Direktur

(Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc)

(4)

Telah Diuji Pada

Tanggal : 28 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ramli, MS

Anggota : 1. Dr. Rujiman, MA

2. Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE., M.Ec

3. Dr. Rahmanta, M.Si

(5)

ANALISIS PENGARUH PERSEPSI PERGESERAN KONSUMEN DARI RETAIL TRADISIONAL KE RETAIL MODERN DI KECAMATAN

MEDAN MARELAN KOTA MEDAN

ABSTRAK

Tesis ini mengkaji mengenai Pengaruh Persepsi Pergeseran Konsumen Dari Retail Tradisional Ke Retail Modern Di Kecamatan Medan Marelan Kota Medan dengan menggunakan pendekatan Model Analisis regresi berganda yang terdiri dari Uji Asumsi Klasik, Uji Regresion logistic dan uji mann white u test. Pengolahan data variabel menggunakan Program SPSS 19 yang merupakan analisis Ordinary Least Square. Data yang digunakan adalah data Primer dengan jumlah sampel sebanyak 100 sampel dibagi menjadi 2 bagian yaitu 50 responden yang berada di retail tradisional dan 50 responde retail modern dengan Lokasi penelitian di lakukan di kecamatan Medan Marelan. Objek penelitian ini adalah responden yang berbelanja di retail tradisional dan retail modern. Penelitian ini merupakan hubungan kausal (Causal Effect), dimana penelitian yang dilakukan terhadap fakta-fakta untuk membuktikan secara empiris pengaruh Persepsi terhadap perilkau,melihat tingkat pendapatan masyarakat yang berpinda dari retail tradisional ke retail modern, perbedaan belanja konsumen antara retil tradisional dengan retail modern. Hasil Penelitian menunjukan bahwa Ada peningkatan Pendapatan sehingga terjadi pergeseran belanja konsumen dari retail tradisional ke retail modern, di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan dengan nilai 11,230 rupiah. Ada perbedaan signifikan persepsi pergeseran konsumen dari retail tradisional ke retail modern, di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.dengan nilai z -6.268 dan sig2 tailed 0.00. Ada pengaruh Positif Persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja di retail tradisional dengan nilai harga ( -0.088), kelengkapan ( -0.285) layout ( 0.527), suasana ( 0.014), lokasi ( 0.336), promosi (0.378), trend( 0.063), prestige( 0.069), dan pendapatan ( -0.073) Ada pengaruh Positif signifikan Persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja di pasar modern dengan nilai harga (0.011), kelengkapan ( 0.086) layout ( 0.410), suasana ( 0.034), lokasi ( 0.183), promosi ( 0.077), trend( 0.045), prestige( -0.043), dan pendapatan ( 0.161)

(6)

THE ANALYSIS OF THE PERCEPTION OF CONSUMER SHIFT FROM TRADITIONAL RETAIL TO MODERN RETAIL IN MEDAN

MARELAN SUBDISTRICT, THE CITY OF MEDAN

ABSTRACT

The purpose of this study was to study the influence of the perception of consumer shift from traditional retail to modern retail in Medan Marelan Subdistrict, the City of Medan using the approach of multiple regression analysis model consisting of Classic Assumption Test, Logistic Regression Test, and Mann White U Test. The data obtained were procesed through Ordinary Least Square using SPSS 19 program. The data used for this study conducted in Medan Marelan Subdistrict were the primary data obtained from 100 consumers shopping in both traditional and modern retails consisting of 50 respondents belonged to traditional retails and 50 respondents belonged to modern retails. This Causal-Effect study was carried out to empirically prove the influence of perception on behavior, to look at the income level of the community shifting from traditional to modern retails, to find out the difference between the consumers’ purchase in traditional and modern retails. The result of this study showed that the level of consumers’ income in Medan Marelan Subdistrict, the City of Medan, increased that they shift to shop from traditional retail to modern retail with the value of Rp. 11.230. There was a significant difference in the perception of consumers shfting from traditional retail to modern retail in Medan Marelan Subdistrict, the City of Medan with the value of z -6.268 and sig2 tailed 0.00. There was a positive perception of consumers on shopping behavior in traditional retail with the value of price (-0.088), completeness (-0.285), layout (0.527), atmosphere (0.014), location (0.336), promotion (0.378), trend (0.063), prestige (0.069), and income (-0.073). There was a positive and significant perception of consumers on shopping behavior in modern retail with the value of price (0.011), completeness (0.086), layout (0.410), atmosphere (0.034), location (0.183), promotion (0.077), trend (0.045), prestige (-0.043), and income (0.161).

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Kuasa Karena dengan Ridho dan karunianya saya dapat menyelesaikan Tugas

Akhir (TESIS) Magister Ekonom Pembangunan dengan Judul: analisis persepsi

pergeseran konsumen dari retail tradisional ke retail modern di Kecamatan

Medan Merelan, Kota Medan. Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi

Pembangunan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati saya mengucapkan terima

kasih yang seikhlasnya kepada:

1. Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara Bapak Prof.Dr. Sya’ad Afifuddin, S.E.,M.Ec

yang telah banyak memberikan masukan dan saran demi perbaikan tesis ini,

2. Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara sekaligus Pembimbing I Bapak Prof Dr. Ramli

SE., MS yang telah banyak memberikan masukan dan saran saran demi

perbaikan tesis ini.

3. Bapak Dr. Rujiman. MA sebagai Pembimbing II yang telah banyak

memberikan masukan dan saran-saran demi perbaikan tesis ini.

4. Bapak Dr.Rahmanta,M.Si dan Bapak Dr. HB.Tharmizi,SU sebagai dosen

(8)

5. Bapak dan Ibu Dosen serta staf administrasi Program Studi Magister Ekonomi

Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

6. Teman-teman Angkatan 21 Program Studi Magister Ekonom Pembangunan

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Terakhir saya menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk

itu saya mengharapkan Saran dan Kritik yang konstruktif guna penyempurnaan

tesis ini. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan kiranya tesis ini

bermanfaat bagi kita semua. Amin

Medan, Agustus 2013

Penulis

(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Nuzuliati, SE

Tempat / Tanggal lahir : Medan, 31 Januari 1964

Tempat Tinggal : Jln Sei Wampu Baru No 19 C Kelurahan

BaburaKec Medan Baru

HP : 081396272172

Pekerjaan : Wiraswasta

PENDIDIKAN :

Tahun 2011s/d 2013 : Magister Ekonomi Pembangunan ( MEP ) USU -

Medan

Tahun 1989 : Lulus dari Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen

Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas HBP

Nomensen - Medan

Tahun 1983 : Lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri, SMU

1-Medan

Tahun 1980 : Lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri,

SMP 1 Medan

Tahun 1976 : Lulus dari Sekolah Dasar Negeri. SD 060884 d/h

(10)

DAFTAR ISI

2.6. Tingkat Perubahan Perilaku Belanja Konsumen ... 22

2.6.1. Perubahan Belanja Konsumen ... 22

3.6. Identifikasi dan Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 29

3.7. Teknik Analisa Data ... 30

(11)

3.7.2. Uji Reliabilitas ... 31

3.9.4. Analisis Regresi Linier Berganda... 39

3.9.5. Uji Parsial (Uji t) ... 39

3.9.6. Uji Simultan (Uji F) ... 38

3.9.7. Koefisien Determinasi (R)2... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 9

4.1. Deskripsi Kecamatan Medan Marelan ... 9

4.1.1. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Medan Marelan .. 39

4.1.2. Kependudukan wilayah Kecamatan Medan Marelan ... 39

4.2. Karakteristik Responden ... 40

4.3.10 Persepsi Variabel Perilaku Belanja Konsumen (Y)... 54

4.4 Uji Validitas ... 55

4.4.1 Hasil Uji Validitas Instrument Variable Persepsi Konsumen Di Retail Tradisional... 56

4.4.2 Hasil Uji Validitas Instrument Variable Persepsi Konsumen Di Retail Modern ... 57

4.5 Uji Reliabilitas ... 59

4.5.1 Hasil Uji Reliabilitas Instrument ... 60

4.5.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrument ... 60

4.6 Pengujian Multikolinearitas... 61

4.7 Pengujian Heteroskedastisitas ... 64

4.8 Pengujian Autokorelasi ... 67

4.9 Pengujian Normalitas ... 70

(12)

4.10.1 Uji Lagrange Multiplier ... 72

4.11 Pengujian Logistic Regression ... 73

4.12 Pengujian Mann – Whitney U – Test ... 74

4.13 Perbedaan Persepsi Konsumen Retail Tradisional dan Retail Modern ... 75

4.14 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Harga (X1) ... 76

4.15 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Kelengkapan Produk (X2) 77 4.16 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Layout (X3) ... 78

4.17 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Suasana dan Layanan (X4) ... 80

4.18 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Lokasi (X5) ... 81

4.19 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Promosi ... 82

4.20 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Trend (X7) ... 83

4.21 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Prestige (X8) ... 84

4.22 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Pendapatan Konsumen (X9) ... 85

4.23 Analisis Regresi Linier Berganda Terhadap Perilaku Belanja Retail Tradisional ... 88

4.24 Analisis Regresi Linier Berganda Terhadap Perilaku Belanja Retail Modern ... 94

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 99

(13)

DAFTAR TABEL

4.2. Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41

4.3. Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 42

4.4. Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis Tingkat Pendidikan ... 42

4.5. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Harga (X1) ... 43

4.6. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Kelengkapan Produk (X2) ... 44

4.7. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Layout (X3) ... 46

4.8. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Suasana dan Layanan (X4) ... 47

4.9. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Lokasi (X5) ... 49

4.10. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Promosi (X6) ... 50

4.11. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Trend (X7) ... 51

4.12. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Presige (X6) ... 52

4.13. Distribusi Pendapatan Responde Retail Tradisional perbulan ... 53

4.14. Distribusi Pendapatan Responden Retail Modern perbulan ... 54

4.15. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Perilaku Belanja Konsumen (Y) 54 4.15. Hasil Uji Validitas Instrument Variable Persepsi Konsumen Di Retail Tradisional ... 56

4.16. Hasil Uji Validitas Instrument Variable Persepsi Konsumen Di Retail Modern ... 57

4.17. Uji reliabilitas Instrument ... 60

4.18. Uji reliabilitas Instrument ... 60

4.19. Uji Multikolinieritas... 62

4.20 Uji Multikolinieritas coefficient tradisional... 62

4.21. Uji Multikolinieritas coefficient modern ... 63

4.22. Uji Multikolinieritas coefficient modern ... 64

4.23. Uji Heteroskedastisitas Model Regresi Linier Berganda Retail Tradisional ... 66

(14)

4.35. Uji T Paired Samples Statistics X2 (Kelengkapan Produk) ... 78

4.36. Paired Samples Statistics X3 (Layout) ... 79

4.37. Uji T Paired Samples Statistics X3 (Layout) ... 79

4.38. Paired Samples Statistics X4 (Suasana dan Layanan ) ... 80

4.39. Uji T Paired Samples Statistics X3 (Suasana dan Layanan) ... 80

4.40. Paired Samples Statistics X5 (Lokasi)... 81

4.41. Uji T Paired Samples Statistics X5 (Lokasi) ... 81

4.42. Paired Samples Statistics X6 (Promosi) ... 82

4.43. Uji T Paired Samples Statistics X6 (Promosi)... 83

4.44. Paired Samples Statistics X7 (Trend) ... 83

4.45. Uji T Paired Samples Statistics X7 (Trend) ... 84

4.46. Paired Samples Statistics X8 (Prestige) ... 84

4.47. Uji T Paired Samples Statistics X7 (Prestige)... 85

4.48. Paired Samples Statistics X9 (Pendapatan Konsumen) ... 86

4.49. Uji T Paired Samples Statistics X9 (Pendapatan Konsumen) ... 86

4.50. Hasil Analisis Regresi terhadap Perpindahan Belanja di Retail Tradisional ... 89

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 25

4.1. Peta Kecamatan Medan Marelan ... 39

4.2. Gambaran Perkembangan Retail ... 40

4.3. Uji Gltser Retail Tradisional ... 65

(16)

ANALISIS PENGARUH PERSEPSI PERGESERAN KONSUMEN DARI RETAIL TRADISIONAL KE RETAIL MODERN DI KECAMATAN

MEDAN MARELAN KOTA MEDAN

ABSTRAK

Tesis ini mengkaji mengenai Pengaruh Persepsi Pergeseran Konsumen Dari Retail Tradisional Ke Retail Modern Di Kecamatan Medan Marelan Kota Medan dengan menggunakan pendekatan Model Analisis regresi berganda yang terdiri dari Uji Asumsi Klasik, Uji Regresion logistic dan uji mann white u test. Pengolahan data variabel menggunakan Program SPSS 19 yang merupakan analisis Ordinary Least Square. Data yang digunakan adalah data Primer dengan jumlah sampel sebanyak 100 sampel dibagi menjadi 2 bagian yaitu 50 responden yang berada di retail tradisional dan 50 responde retail modern dengan Lokasi penelitian di lakukan di kecamatan Medan Marelan. Objek penelitian ini adalah responden yang berbelanja di retail tradisional dan retail modern. Penelitian ini merupakan hubungan kausal (Causal Effect), dimana penelitian yang dilakukan terhadap fakta-fakta untuk membuktikan secara empiris pengaruh Persepsi terhadap perilkau,melihat tingkat pendapatan masyarakat yang berpinda dari retail tradisional ke retail modern, perbedaan belanja konsumen antara retil tradisional dengan retail modern. Hasil Penelitian menunjukan bahwa Ada peningkatan Pendapatan sehingga terjadi pergeseran belanja konsumen dari retail tradisional ke retail modern, di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan dengan nilai 11,230 rupiah. Ada perbedaan signifikan persepsi pergeseran konsumen dari retail tradisional ke retail modern, di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.dengan nilai z -6.268 dan sig2 tailed 0.00. Ada pengaruh Positif Persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja di retail tradisional dengan nilai harga ( -0.088), kelengkapan ( -0.285) layout ( 0.527), suasana ( 0.014), lokasi ( 0.336), promosi (0.378), trend( 0.063), prestige( 0.069), dan pendapatan ( -0.073) Ada pengaruh Positif signifikan Persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja di pasar modern dengan nilai harga (0.011), kelengkapan ( 0.086) layout ( 0.410), suasana ( 0.034), lokasi ( 0.183), promosi ( 0.077), trend( 0.045), prestige( -0.043), dan pendapatan ( 0.161)

(17)

THE ANALYSIS OF THE PERCEPTION OF CONSUMER SHIFT FROM TRADITIONAL RETAIL TO MODERN RETAIL IN MEDAN

MARELAN SUBDISTRICT, THE CITY OF MEDAN

ABSTRACT

The purpose of this study was to study the influence of the perception of consumer shift from traditional retail to modern retail in Medan Marelan Subdistrict, the City of Medan using the approach of multiple regression analysis model consisting of Classic Assumption Test, Logistic Regression Test, and Mann White U Test. The data obtained were procesed through Ordinary Least Square using SPSS 19 program. The data used for this study conducted in Medan Marelan Subdistrict were the primary data obtained from 100 consumers shopping in both traditional and modern retails consisting of 50 respondents belonged to traditional retails and 50 respondents belonged to modern retails. This Causal-Effect study was carried out to empirically prove the influence of perception on behavior, to look at the income level of the community shifting from traditional to modern retails, to find out the difference between the consumers’ purchase in traditional and modern retails. The result of this study showed that the level of consumers’ income in Medan Marelan Subdistrict, the City of Medan, increased that they shift to shop from traditional retail to modern retail with the value of Rp. 11.230. There was a significant difference in the perception of consumers shfting from traditional retail to modern retail in Medan Marelan Subdistrict, the City of Medan with the value of z -6.268 and sig2 tailed 0.00. There was a positive perception of consumers on shopping behavior in traditional retail with the value of price (-0.088), completeness (-0.285), layout (0.527), atmosphere (0.014), location (0.336), promotion (0.378), trend (0.063), prestige (0.069), and income (-0.073). There was a positive and significant perception of consumers on shopping behavior in modern retail with the value of price (0.011), completeness (0.086), layout (0.410), atmosphere (0.034), location (0.183), promotion (0.077), trend (0.045), prestige (-0.043), and income (0.161).

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pasar merupakan pusat kegiatan ekonomi. Pasar menjadi tempat

bertemunya penjual berbagai kebutuhan masyarakat dan pembeli yang ingin

memenuhi kebutuhannya.Interaksi penjual dan pembeli seperti ini sudah

berlangsung sejak zaman dahulu, yang kemudian penjual dan pembeli tersebut

berkumpul dan memusat di suatu daerah yang dijadikan pusat perekonomian yang

disebut pasar. Pada mulanya segala sesuatu yang menjadi kebutuhan masyarakat

hanya dapat diperoleh di suatu tempat yang disebut pasar tradisional. Namun

perkembangan jaman membawa perubahan yang cukup besar sehingga mulai

terjadi pergeseran-pergeseran dari pasar tradisional ke pasar modern.

Pergeseran tersebut sangat jelas di kota-kota besar seperti Jakarta,

Bandung, Surabaya, Makassar, Medan dan lainnya. Sebagai contoh, di Medan

telah dibangun banyak pasar swalayan atau toko ritel yang lebih modern dengan

segala macam keunikan penawaran maupun fasilitas untuk para pembeli,

walaupun toko-toko ritel tradisional masih banyak di berbagai tempat.Persaingan

Pasar Tradisional dengan Toko Modern saat ini bisa dikatakan sebagai persaingan

global.

Perkembangan Toko Modern mendorong pertumbuhan sub sektor

perdagangan dalam sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sehingga dapat

mendorong pertumbuhan PDRB suatu wilayah. Hal ini tentu saja menarik minat

(19)

erat kaitannya dengan sektor perindustrian, yaitu sebagai distributor atau agen

agar hasil produksi yang dihasilkan oleh produsen dapat sampai ke tangan

konsumen. Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang, memiliki

sektor perindustrian yang mampu memberikan sumbangan yang cukup besar

terhadap pendapatan nasionalnya (Produk Domestik Bruto, PDB), yaitu rata-rata

sekitar 25 persen atau seperempat komponen pembentukan PDB total selama lima

tahun terakhir.

Hal ini terlihat dari peranannya terhadap struktur Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Kota Medan Tahun 2009-2012, di bawah ini:

Tabel 1.1 Struktur Perekonomian Kota Medan Tahun 2007 – 2010

No Kelompok Sektor Kontribusi Terhadap PDRB (%)

2007 2008 2009 2010

1 Pertanian 2,845 2,868 2,371 2,84

2 Pertambangan dan Penggalian

0,006 0,004 0,004 0,01

3 Industri Pengolahan 16,283 15,978 15,091 15,68

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,877 1,726 1,786 1,86

5 Bangunan 9,774 9,557 9,626 9,47

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

25,438 25,938 25,795 25,93

7 Pengangkutan dan Komunikasi

19,022 19,099 19,471 19,63

8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

14,127 14,528 14,728 14,10

9 Jasa-Jasa 10,628 10,302 10,769 10,51

Sumber : BPS Kota Medan.

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran

cenderung memiliki kontribusi yang paling besar terhadap PDRB Kota Medan

bila dibandingkan dengan sektor perekonomian lainnya pada periode 2007-2010.

Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran juga cenderung mengalami

peningkatan pada tahun 2007 sebesar 25,438 % meningkat pada tahun 2010

(20)

tahun ke tahun diduga dipengaruhi oleh meningkatnya daya beli masyarakat dan

kondisi politik yang kurang kondusif.Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga

memiliki pertumbuhan yang senantiasa lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan PDB dalam periode 2007-2010.

Perdagangan merupakan salah satu sektor dalam sistem perekonomian

nasional yang berperan dalam menjembatani sektor produksi dengan konsumsi

baik antar sektor maupun secara regional. Dari dua bentuk perdagangan yaitu

perdagangan besar dan eceran, perdagangan eceran merupakan bentuk

perdagangan yang langsung memenuhi kebutuhan hidup atau konsumsi orang

banyak. Dengan semakin berkembangnya usaha perdagangan retail, dalam skala

kecil, menengah dan bisnis perdagangan retail modern, maka pasar tradisional

perlu diperdayakan agar dapat tumbuh dan berkembang, serasi dan saling

memerlukan, memperkuat serta saling menguntungkan.

Menurut Perpres No.112 Tahun 2007 dan Permendag 53/2008, perusahaan

retail terbagi kedalam perusahaan retail tradisional dan retail modern. Ritel

modern atau toko modern yaitu toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual

berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket,

Department Store, Hypermarket, ataupun Grosir berbentuk Perkulakan.

Sedangkan ritel tradisional dapat didefenisikan sebagai perusahaan yang menjual

barang eceran selain berbentuk ritel modern. Bentuk dari perusahaan ritel

tradisional adalah perusahaan kelontong yang menjual barang-barang kebutuhan

sehari-hari yang berada di wilayah perumahaan, pedagang kaki lima, pedagang

(21)

Tahun ketahun dimulai dari tahun 2000, pangsa pasar retail tradisional

terus menurun karena semakin menjamurnya retail-retail modern, hal tersebut

diperparah dengan adanya pergeseran kondisi sosial ekonomi yang dilakukan oleh

para pelaku retail modern yang pada awalnya hanya di kujungi oleh kalangan

konsumen kelas atas, sekarang merambah ke konsumen menengah dan bawah.

Keberadaan pasar-pasar tradisional makin lama makin terpinggirkan, sejalan

dengan menjamurnya mall, hypermarket dan minimarket. Pasar tradisional,

terpaksa harus menyingkir ke belakang panggung, menjadi semacam budaya yang

terlupakan.

Pada penelitian Nilesen dalam Hartati (2006), diungkapkan fakta

mengenai penurunan pangsa penjualan barang kebutuhan sehari-hari di pasar

tradisional. Pada tahun 2001 pasar tradisional masih menguasai pangsa pasar

sebesar 75,2 persen dari total penjualan barang-barang konsumsi di dalam negeri.

Namun pada tahun 2005 pasar tradisional mengalami penurunan pangsa pasar

menjadi sebesar 67,6 persen. Berbanding terbalik dengan yang dialami pasar

tradisional, pangsa penjualan barang kebutuhan sehari-hari di pasar modern justru

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Tabel 1.2. Pangsa Penjualan Barang Kebutuhan Sehari-hari di Pasar Tradisional dan Modern

Tahun Pasar Modern (%) Pasar Tradisional (%)

2001 24,8 75,2

2002 25,1 74,8

2003 26,3 73,7

2004 30,4 69,6

2005 32,4 67,6

Sumber : Penelitian Nielsen, 2005

Bila dilihat dalam kenyataan saat ini, pembangunan retail modern semakin

(22)

masyarakat terutama masyarakat perkotaan lebih banyak memenuhi kebutuhan

rumah tangga dari retail modern. Masyarakat lebih memilih untuk berbelanja di

retail modern karena memiliki keunggulan dibandingkan dengan retail tradisional

antara lain suasana pasar yang bersih, nyaman dan aman serta harga yang

seringkali lebih murah dibandingkan dengan retail tradisional.

Pertumbuhan pesat retail modern belakangan ini, perlu memperhatikan

kelangsungan retail tradisional yang selama ini masih banyak dimanfaatkan oleh

masyarakat terutama masyarakat menengah ke bawah baik sebagai tempat

berbelanja maupun untuk berusaha.Untuk itu, perlu adanya suatu kebijakan dari

pemerintah yang dapat menyelaraskan antara kepentingan pengusaha retail

modern dengan pengusaha retail tradisional.

Pergeseran tuntutan pelanggan tidak hanya dipengaruhi oleh implementasi

dari program bauran pemasaran saja akan tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan

secara keseluruhan. Pergeseran pola perilaku belanja pelangan yang terdeteksi

dari sejumlah studi yang dilakukan menunjukkan bahwa aktivitas belanja

pelanggan tidak hanya dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan akan

barang-barang keperluan hidup, namun lebih mengarah pada terpenuhinya kebutuhan

untuk berekreasi dan berelasi. Kondisi inilah yang mendorong bisnis ritel

tradisional mulai harus peka menaggapi kebutuhan pelanggan yang belum

terpenuhi (un met need) jika mereka ingin tetap bertahan hidup dalam lingkungan

persaingan bisnis ritel yang semakin tajam

Fenomena lain yang membuat konsumen berpindah dari pasar tradisional

ke pasar modern yaitu pelayanan dan tempat yang mereka sajikan ke konsumen

(23)

antara pasar tradisional dan pasar modern yaitu pada pasar tradisional, konsumen

banyak sekali disuguhi dengan suasana kotor, sumpek, dan sering kali tidak ada

jaminan terhadap barang yang konsumen beli, sedangkan pada pasar modern yang

luas dan ber AC dingin, sehingga nyaman apabila konsumen berbelanja, membuat

konsumen betah berlama-lama disana, sehingga sangat memungkinkan konsumen

untuk berbelanja barang yang lain diluar catatan barang yang sudah konsumen

rencanakan.

Keadaan ini merupakan peluang bagi mereka yang mampu memanfaatkan

situasi tersebut.Industri ritel telah menjadi salah satu pemenuhan kebutuhan

konsumen.Maraknya perkembangan pasar modern seperti minimarket,

supermarket, dan hypermarket akhir-akhir ini telah menggeser peran pasar

tradisional. Sebagian masyarakat kini telah memenuhi kebutuhan rumah

tangganya dari pasar modern, terutama masyarakat di perkotaan.

Berdasarkan gambaran di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan

konsumen dihadapkan oleh dua pilihan, retail tradisionil atau retail modern yang

memenuhi barang-barang kebutuhannya. Apakah retail modern akan mematikan

aktivitas retail tradisionil, bersaing sudah pasti, yang akan eksis akan di butuhkan

oleh kondisi lingkungan masyarakat itu sendiri. Keadaan ini menjadi perhatian

penulis yang di kemas dengan judul analisis persepsi pergeseran konsumen dari

(24)

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah :

1. Pada Tingkat Pendapatan berapa pergeseran konsumen berbelanja dari retail

tradisional ke retail modern di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.

2. Apakah ada perbedaan persepsi pergeseran konsumen dari retail tradisional

ke retail modern di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.

3. Apakah ada pengaruh persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja di

retail tradisional di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.

4. Apakah ada pengaruh persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja retail

modern di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.

1.3. Tujuan Penelitan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat pendapatan pergeseran

konsumen berbelanja dari retail tradisional ke retail modern.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan persepsi pergeseran

konsumen dari retail tradisional ke retail modern.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh persepsi konsumen terhadap

perilaku berbelanja di retail tradisional di Kecamatan Medan Marelan, Kota

Medan

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh persepsi konsumen terhadap

perilaku berbelanja di retail modern di Kecamatan Medan Marelan, Kota

(25)

1.4. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai diharapkan akan memberikan masukan bagi :

1. Sebagai sumbangsih untuk pemerintah kota Medan dalam menentukan

kebijakan perlindungan terhadap retail tradisionil di kecamatan Medan

marelan, kota Medan.

2. Sebagai bahan pertimbangan dan referensi bagi pedagang tradisional dan

retail modern untuk pengembangan usaha kedepan.

3. Sebagai bahan pertimbangan dan referensi bagi retail modern dalam

mengembangkan usaha di kecamatan Medan Marelan, Kota Medan

4. Tambahan Referensi bagi penelitian berikutnya yang berkaitan dengan

persepsi pergeseran perilaku konsumen dari retail tradisional ke retail

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Teori Pasar

Pasar pada masyarakat mempunyai peranan penting yaitu sebagai pusat

kegiatan ekonomi dan pusat kebudayaan.Sebagai pusat kegiatan ekonomi, pasar

merupakan tempat bertemunya produsen dan konsumen. Melalui pasar,

masyarakat dapat memperoleh kebutuhan produksinya seperti modal, peralatan,

dan tenaga. Di bidang distribusi pasar mempunyai peranan dalam

menyebarluaskan barang-barang hasil produksi yang dibutuhkan masyarakat.

Sedangkan di bidang konsumsi, pasar menyediakan kebutuhan pokok dan

kebutuhan tambahan lainnya (Depdikbud, 1990:159).

Menurut Koentjaraningrat dalam Siwarni (2009:3) pengertian pasar adalah

pranata yang mengatur komunikasi dan interaksi antara penjual dan pembeli yang

bertujuan untuk mengadakan transaksi pertukaran benda-benda, jasa ekonomi dan

uang, dan tempat hasil transaksi yang dapat disampaikan pada waktu yang akan

datang berdasarkan harga yang ditetapkan.

Berdasarkan teori diatas dapat di simpulkan bahwa, pasar adalah tempat

pertemuan antara produsen dan konsumen yang melakukan transaksi barang dan

jasa berdasarkan harga yang di tetapkan.

Berikut perbedaan pasar tradisional dan pasar modern :

1) Pasar tradisional

Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh

(27)

Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat

usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang

kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil,

modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar

menawar (Perpres No.112 Tahun 2007).

Ritel tradisional dapat didefenisikan sebagai perusahaan yang menjual

barang eceran selain berbentuk ritel modern. Bentuk dari perusahaan ritel

tradisional adalah perusahaan kelontong yang menjual barang-barang

kebutuhan sehari-hari yang berada di wilayah perumahaan, pedagang kaki

lima, pedagang yang berjualan di pasar tradisional

2) Pasar Modern

Pasar Modern adalah pasar atau toko dengan sistem pelayanan mandiri,

menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket,

Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk

Perkulakan. Adapun ritel modern yang diatur keberadaan lokasinya bahwa

minimarket boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem

jaringan jalan lingkungan pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di

dalam kota/perkotaan.Berdasarkan luas lantai toko minimarket memiliki luas

lantai < 400 m2 (Perpres No.112 Tahun 2007).

Bisnis retail modern mulai bangkit pada tahun 1999 setelah hadirnya

hypermarkert Carrefour dan Continent. Selain dalam bentuk hypermarket, pasar

modern juga mengalami perkembangan pesat dalam bentuk lain seperti

(28)

1. Supermarket

Merupakan sebuah toko yang umumnya menyediakan produk teoletris, food,

drink, paresible dengan luas toko >1000 m

2.

<5000 m

2

tetapi kegiatannya terus

meningkat hingga penyediaan pakaian dan beberapa homewares tertentu.

Membaiknya iklim bisnis retail membuat sejumlah pengusaha supermarket mulai

menambah jumlah outletnya pada tahun 2000 sampai 2002. Supermarket yang

berhasil menambah jumlah outlet dan melakukan ekspansi usaha antara lain

adalah Hero dan Indomaret.

2. Hypermarket

Hypermarket merupakan sebuah toko distribusi self service dengan area penjualan

seluas 5000 m2 atau lebih, menjual variasi barang konsumsi yang lebih luas

berisikan gabungan produk makanan dan non makanan dalam berbagai ukuran

transaksi atau kuantitas dan dalam berbagai bentuk kemasan.

Konsep yang dikembangkan oleh hypermarket adalah one stop

shopping.Keunggulan yang menjadi diferensiasinya adalah permodalan, luas

ruang outlet, kelengkapan barang, teknologi maupun manajemen sehingga

mendapatkan harga yang lebih murah dibanding supermarket lain. Hypermarket

yang telah meramaikan bisnis retail di Indonesia antara lain Carrefour dan Giant

3. Perkulakan

Perkembangan bisnis supermarket berimbas positif pada bisnis

perkulakan. Hingga saat ini di Indonesia beroperasi lima pusat perkulakan , yaitu

PT. Alfa Retailindo, PT. Makro Indonesia, PT. Goro Batara Sakti, PT. Indo Grosir

dan The Club Store. Prinsip dari bisnis perkulakan adalah menjual harga secara

(29)

eceran.Meskipun keuntungan perkulakan tidak terlalu besar untuk tiap satuan

produk, namun karena kuantitas yang dijualnya dalam partai besar maka secara

keseluruhan bisnis perkulakan masih mendapatkan keuntungan yang cukup besar.

4. Department Store

Merupakan sebuah toko retail dengan luas area yang bervariasi, biasanya

berhubungan dengan proses retailing, penyortiran barang konsumsi yang

dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia atau gaya hidup, self service atau

pelayanan penjualan biasanya di bawah satu manajemen umum. Sebuah

department store boleh meliputi sebuah supermarket yang luasnya tidak lebih dari

2000 m

2

.

Bisnis department store di Indonesia dijalani oleh sejumlah perusahaan

seperti Matahari, Ramayana, atau Rimo Department Store sedangkan peritel asing

yang memasuki bisnis departement store dalam skala besar antara lain Sogo

Department Store, Yaohan dan Seibu. Kehadiran department store asing tidak

terlalu berpengaruh terhadap kinerja department store lokal karena segmen pasar

antara department store asing dan lokal sudah jelas, di mana department store

lokal lebih berkonsentrasi untuk pasar menengah ke bawah sedangkan department

store asing lebih memfokuskan pada pasar kelas atas.Persaingan department store

ini umumnya terjadi di pusat-pusat perbelanjaan mewah yang dibangun dengan

konsep mall, yaitu memadukan aspek berbelanja dengan unsur rekreasi.

2.2. Persepsi

Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan

(30)

lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka

tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri.

Persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli dasar berupa cahaya,

warna dan suara diseleksi, diorganisasikan, dan diinterprestasikan (Solomon,

1996). Persepsi bersifat subyektif karena persepsi setiap individu terhadap suatu

obyek akan berbeda satu sama lain. Persepsi yang dibentuk oleh seorang individu

dipengaruhi oleh isi memori dan pengalaman masa lalu yang disimpan di dalam

memori. Proses persepsi diawali melalui proses seleksi perseptual, yaitu persepsi

yang terjadi ketika seseorang menangkap dan memilih stimulus berdasarkan pada

berbagai informasi yang ada di dalam memori yang dimilikinya. Sebelum seleksi

persepsi terjadi stimulus harus mendapat perhatian terlebih dahulu. Dua proses

yang terjadi dalam seleksi ini meliputi perhatian dan persepsi selektif. Perhatian

yang dilakukan dapat terjadi secara sengaja (voluntary attention) dan tidak

sengaja (involuntary attention).Voluntary attention terjadi ketika seseorang

memiliki keterlibatan tinggi terhadap sesuatu secara aktif mencari informasi

mengenai sesuatu dari berbagai sumber.Involuntary attention terjadi ketika

seseorang dipaparkan stimuli berupa hal-hal yang dapat menarik atau tidak

terduga dan tidak berhubungan dengan tujuan atau kepentigan seseorang. Secara

otomatik jika seseorang dipaparkan stimuli seperti itu akan langsung memberikan

respon.

Proses pengorganisasian stimuli terjadi setelah konsumen melakukan

proses seleksi terhadap stimuli. Dalam proses ini, konsumen mengelompokkan

informasi dari berbagai sumber ke dalam pengertian yang menyeluruh untuk

(31)

Artinya konsumen akan mengintegrasikan berbagai simulus untuk memberikan

deskripsi lengkap tentang suatu obyek sehingga memudahkan mereka memproses

informasi dan memberikan pengertian yang terintegrasi terhadap stimulus.

Stimulus adalah rangsangan yang di berikan oleh suatu perusahaan kepada

konsumennya, agar konsumen tersebut tertarik untuk mengkonsumsi barang atau

jasa yang di hasilkan oleh suatu perusahaan, dan agar terjalin hubungan jangka

panjang yang saling menguntungkan antara pihak perusahaan dengan para

konsumen.

Dari teori dan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi

adalah interpretasi beberapa stimulus yang mempengaruhi perubahan minat

belanja konsumen dari retail tradisional ke retail modern antara lain harga,

kelengkapan barang, layout, suasana dan layanan, lokasi strategis, dan promosi

Di samping faktor-faktor teknis seperti kejelasan stimulus misalnya suara

yang jernih, gambar yang jelas, Kekayaan sumber stimulus misalnya media

multi-channel seperti audio-visual, persepsi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor

psikologis. Faktor psikologis ini bahkan terkadang lebih menentukan bagaimana

informasi / pesan / stimulus dipersepsikan.

Psikologis adalah pendekatan segmentasi yang di kembangkan dengan

menggunakan teori-teori psikologi (Kasali, 2003:256).Psikologis adalah: Faktor-

faktor kejiwaan/psikologi yang mempengaruhi perilaku seseorang di dalam proses

pengambilan keputusan. Faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku belanja

konsumen dari retail tradisonal ke retail modern adalah trend, prestage dan

(32)

2.3. Stimulus Konsumen

2.3.1. Harga

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1991) harga adalah nilai barang

yang di tentukan/dirupakan dengan uang/jumlah uang/alat tukar lain yang senilai,

yang harus di bayar untuk produk dan jasa. Harga adalah sejumlah kompensasi

(uang maupun barang, kalau mungkin) yang di butuhkan untuk mendapatkan

sejumlah kombinasi barang atau jasa (Fuad, 2000:129).Harga adalah jumlah uang

yang di tagihkan untuk suatu produk atau jasa, jumlah nilai yang di pertukarkan

konsumen untuk manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa. (Kotler,

1996:340).

Menurut Busch dan houston (1985:558) Harga adalah nilai yang di berikan

untuk manfaat yang di terima seseorang dari barang atau jasa. Harga

menggambarkan suatu nilai dari produk atau jasa bagi pembeli maupun

penjual.Suatu harga dapat di nyatakan dalam moneter atau non moneter term

(Ervans, 1989:368).

Kebijakan penetapan harga ada 3, yaitu:

1. Penetapan harga di atas harga pesaing.

Cara ini dapat di lakukan kalau kita dapat meyakinkan konsumen bahwa barang

yang kita jual mempunyai kualitas yang lebih baik, bentuk yang lebih menarik,

dan mempunyai kelebihan-kelebihan lain dari barang yang sejenis yang telah ada

di pasar.

2. Penetapan harga di bawah harga pesaing.

Kebijaksanaan ini di pilih untuk menarik lebih banyak langganan untuk barang

(33)

3. Mengikuti harga pesaing.

Cara ini di pilih untuk mempertahankan agar langganan tidak beralih ke tempat

lain.

Tujuan penetapan harga dapat bermacam-macam antara lain:

1. Mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

2. Mendapatkan laba sekarang maksimum.

3. Pendapatan sekarang maksimum.

4. Pertumbuhan penjualan maksimum.

5. Skimming pasar maksimum.

6. Kepemimpinan kualitas-produk.

7. Tujuan penetapan harga lainnya.

Toko yang menjual barang-barang berharga murah akan selalu di datangi

kosumen. Konsumen tidak akan menanyakan besar-kecilnya toko, dan lengkap

atau tidaknya barang, tapi murah atau tidaknya toko itu menjual suatu barang

(Royan, 2002:104). Harga merupakan salah satu faktor Stimulus yang penting

bagi konsumen, karena elastisitas harga (price elastisity) konsumen Indonesia

tinggi. Harga yang di tawarkan oleh retail tradisional dan retail modern ada 2

yaitu:

1. Harga eceran/retail.

Harga eceran (untuk produk kering) yang di tawarkan oleh pasar

tradisional adalah harga end user (konsumen akhir).Jadi harga eceran yang di

tetapkan oleh pasar tradisional biasanya harga eceran tertinggi yang di sarankan

oleh salesman.Sedangkan harga eceran (untuk produk kering) yang di tawarkan

(34)

modern lebih murah dari pada harga eceran yang di patok oleh penjual di pasar

tradisional.

2. Harga Partai/grosir/Wholesaler.

Untuk harga partai/grosir (produk kering), harga yang di tetapkan oleh

penjual di pasar tradisional adalah harga pokok perolehan di tambah profit margin

seminimum mungkin. Hal ini sama dengan penetapan harga partai/grosir yang di

patok oleh retail modern, tetapi harga partai di retail modern relatif lebih murah

dari pada harga partai/grosir yang di tawarkan oleh penjual di retail tradisional,

karena retail modern membeli produk dari supplier ataupun perusahaan dalam

jumlah yang besar, sehingga retail modern memperoleh harga pokok pembelian

serendah mungkin. Sedangkan untuk penjual di retail tradisional, biasanya

membeli barang dalam jumlah yang tidak

terlalu besar, di sesuaikan dengan daya serap pasar untuk barang tersebut, dan di

sesuaikan dengan kapasitas modalnya yang cenderung terbatas.

Tidak jarang pula perusahaan–perusahaan besar yang memilih

supermarket/hypermarket sebagai sarana promosi untuk barangnya, dengan sistem

sewa rak. Dengan menggunakan sistem ini pihak supermarket/hypermarket dan

pihak perusahaan sama-sama di untungkan. Karena pihak supermarket /

hypermarket akan mendapat harga yang murah dari perusahaan dan dapat

memberikan harga promosi kepada konsumen, dan pihak perusahaan dapat

melakukan promosi (direct promotion) produknya secara efektif dan efisien di

(35)

2.3.2. Layout yang lebih menarik

Layout barang dagangan di retail modern diatur secara lebih

menarik.Barang dagang diletakkan pada rak-rak yang terkategorisasi dan eye

catching.Layout ini bisa memanjakan konsumen dalam berbelanja.Pada tingkat

tertentu, layout ini dapat memunculkan keputusan belanja spontan (tak terencana)

karena konsumen tertarik display barang dalam rak.

2.3.3. Suasana yang nyaman

Ritel modern menawarkan suasana belanja yang nyaman.Ritel modern

mementingkan kebersihan ruangan, penerangan yang sangat cukup, fasilitas air

conditioning, dan alunan musik.Tentunya, investasi yang tidak sedikit harus

ditanamkan untuk menghadirkan suasana nyaman ini. Namun, penciptaan suasana

nyaman ini akan mendorong konsumen untuk stay lebih dan berbelanja dengan

tenang. Selain itu, suasana nyaman ini dapat membentuk brand image di benak

konsumen sehingga mereka akan selalu memilih ritel modern untuk berbelanja.

2.3.4. Layanan penjaga outlet yang ramah

Setiap konsumen yang masuk dalam ritel modern seringkali disambut oleh

salam khas oleh para penjaga outlet. Tidak peduli apakah salamnya dijawab atau

tidak, begitu konsumen membuka pintu toko, penjaga otomatis mengucapkan

salam itu. Selama konsumen di dalam ruangan toko, mereka siap siaga

memberikan pelayanan, mulai dari menunjukkan rak di mana barang yang dicari

berada sampai dengan mengambilkan barang belanjaan. Di akhir sesi, mereka

mengucapkan salam lagi dan sembari mengingatkan untuk kembali berbelanja di

lain waktu. Disadari atau tidak, keramahan ini merupakan wujud dari careness

(36)

2.3.5. Lokasi yang strategis

Ritel modern dimanapun berdiri di lokasi yang strategis, dekat dengan

keramaian, dan memiliki space parkir kendaraan bermotor yang cukup. Setiap

orang akan setuju kalau dinyatakan bahwa lokasi yang strategis adalah salah satu

pendorong atau pemicu keunggulan bersaing. Pemilihan lokasi yang strategis ini

menunjukkan bahwa retail modern tidak saja menjadikan masyarakat

sekitar sebagai konsumen sasaran tetapi juga mereka yang berlalu-lintas di

keramaian.

2.3.6. Promosi

Ritel modern yang berjaringan secara nasional mampu menyelenggarakan

promosi yang bersifat massal.Secara kolektif, ritel modern bisa mempromosikan

diri secara kolektif untuk menumbuhkan minat belanja konsumen.Kegiatan

promosi ini mulai dari iklan di televisi, lomba mewarnai, hadiah undian, sampai

dengan souvenir belanja.Pengelolaan promosi yang teintegrasi semacam ini

semakin memperkokoh branding dari retail modern pada benak konsumen dan

masyarakat.

2.4. Faktor Psikologis

2.4.1. Faktor Trend

Trend adalah sesuatu yang sedang "menjamur" atau sedang disukai dan

digandrungi oleh orang banyak.Cirinya mudah saja, apabila masyarakat mulai

cendrung berbelanja di retail modern dibandingkan dengan retail tradisional.

Istilah “trend” dalam kehidupan sehari-sehari sering digunakan untuk

(37)

perhatian kebanyakan orang.Selain kaitannya dengan fashion, trend pun memiliki

kaitan erat dengan market business khususnya berbelanja di retail modern. Trend

belanja masa depan masyarakat Indonesia adalah di mall- mall dan retail moden

(Ananta&Anwar, 1996). Saat trend masyarakat dalam hal berbelanja, mulai

mengarah ke retail modern (supermarket/ hypermarket), karena naiknya tingkat

pendapatan perkapita masyarakat surabaya, konsumen lebih mementingkan faktor

kenyamanan dan keamanan dari pada faktor harga, dan semakin banyaknya orang

kaya di Indonesia. Trend hidup masyarakat perkotaan di mana eksistensi dan

aktualisasi diri yang ikut mendorong perpindahan kebiasaan berbelanja dari pasar

tradisional ke pasar modern.

2.4.2. Faktor Prestige

Menurut Kamus Ekonomi (2000) prestige adalah suatu keadaan di mana

seseorang merasa mempunyai kebanggan tersendiri, pada saat mengkonsumsi

barang dan jasa tertentu yang di hasilkan oleh perusahaan. Salah satu nilai jual

dari retail modern adalah faktor gengsi, karena seorang konsumen merasa lebih

prestige berbelanja di retail modern dari pada di retail tradisional, karena selama

ini pasar tradisional selalu identik dengan segmen kalangan bawah, dan

supermarket/hypermarket identik dengan kalangan menengah ke atas. Dan Faktor

prestige merupakan salah satu alasan mengapa seorang konsumen belanja di retail

modern.

Salah satu nilai jual dari retail modern adalah gengsi, karena seorang

konsumen merasa lebih prestige berbelanja di retail modern dari pada di retail

(38)

kalangan bawah, dan supermarket/hypermarket identik dengan kalangan

menengah ke atas.

Citra yang baik di mata konsumen tentang sebuah pasar merupakan salah

satu pertimbangan konsumen dalam memutuskan tempat belanjanya. Kebanyakan

konsumen Indonesia telah memiliki persepsi yang kurang baik terhadap citra retail

tradisional. Ketika berbicara mengenai retail tradisional yang ada dibenak para

konsumen adalah sempit, kotor, bau, semrawut, terlalu ramai, tidak aman, panas

dan lain-lain. Pola pikir yang telah terbentuk tersebut menyebabkan retail

tradisional sulit untuk menarik konsumen kalangan menengah ke atas dan sulit

berhadapan langsung dengan retail moderen yang memberikan kenyamanan jauh

dari retail tradisional. Perubahan citra terhadap retail tradisional perlu dilakukan

secara bertahap agar retail tradisional tidak kehilangan konsumennya.

2.5. Faktor Pendapatan Konsumen

Pendapatan konsumen/masyarakat sangat di pengaruhi oleh Pola konsumsi

masyarakat itu sendiri, dapat diterangkan dengan berbagai teori konsumsi, salah

satunya menutut JM Keynes(1936) Konsumsi seseorang akan tegantung pada

tingkat pendapatan yang telah diterima oleh seorang masyarakat.

Jika terjadi kenaikan pendapatan aktual maka kenaikan konsumsinya lebih

kecil dari kenaikan pedapatan aktual yang diterimanya. Hal ini dikarenakan

seseorang pasti menyisihkan sebagian pendapatan yang diterimanya untuk tujuan

lain yaitu menabung dan membayar hutang, hal ini juga dapat di gambarkan

denganRumus Menghitung Pendapatan

(39)

Dimana : Y = Pendapatan C = Konsumsi

S = Saving / Tabungan

2.6. Tingkat Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

2.6.1. Perubahan Belanja Konsumen

Menurut Limanjaya dan Wijaya (2006: 53-64), tingkat perpindahan

belanja konsumen dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Pindah

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990) pindah adalah : beralih atau

bertukar tempat. Dalam hal ini pindah mempunyai pengertian bahwa konsumen

beralih ke Pasar Modern dan jarang sekali berbelanja di pasar tradisional.

b. Coba-coba (trial)

Coba-coba (trial) menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990) adalah

berbuat sesuatu untuk mengetahui keadaan sebenarnya. Dalam hal ini coba-coba

(trial) mempunyai pengertian bahwa konsumen hanya coba-coba berbelanja di

pasar modern, namun tetap secara rutin konsumen tersebut berbelanja di pasar

tradisional.

c. Cari alternative (switching)

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990) cari alternatif (switching)

mempunyai pengertian bahwa konsumen tersebut kadang- kadang berbelanja di

pasar modern dan kadang-kadang juga berbelanja di pasar tradisional. Jadi

perilaku belanja konsumen antara berbelanja dipasar tradisional dan belanja di

pasar modern adalah 50%-50%.

(40)

Menurut Engel yang disitasi oleh Priyono (2006), perilaku konsumen

adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan

menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan

menyusuli tindakan ini. David dan Bitta (1988) lebih menekankan perilaku

konsumen sebagai suatu proses pengambilan keputusan. Mereka mengatakan

bahwa perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan yang

mensyaratkan aktivitas individu untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan

atau mengatur barang dan jasa. Dari berbagai definisi tersebut, dapat ditarik

kesimpulan bahwa perilaku konsumen menyoroti perilaku baik individu maupun

rumah tangga, perilaku konsumen menyangkut suatu proses pengambilan

keputusan sebelum pembelian sampai dengan mengkonsumsi produk, dan tujuan

mempelajari perilaku konsumen adalah untuk menyusun strategi pemasaran yang

berhasil.

Menurut Limanjaya dan Wijaya dalam Chotimah (2010) terdapat tiga jenis

proses pemilihan tempat belanja konsumen dintaranya:

1. Memecahkan masalah secara luas (extended problem solving) adalah suatu

proses pengambilan keputusan dalam memilih tempat belanja dimana

pelanggan memerlukan usaha dan waktu yang cukup besar untuk meneliti dan

menganalisis berbagai alternatif. Pelanggan terlibat dalam pemecahanan

masalah yang luas ketika sedang membuat suatu keputusan belanja untuk

mencukupi suatu kebutuhan yang penting, atau ketika mereka hanya

mempunyai sedikit pengetahuan tentang produk atau jasa tersebut. Ritel

mempengaruhi pelanggan yang terlibat dengan pemecahan masalah yang luas

(41)

informasi tentang barang dan jasa pada pelanggan dengan cara-cara yang

mudah dipahami serta sekaligus meyakinkan pelanggan dengan menawarkan

jaminan uang kembali. Contoh, ritel memberikan informasi tentang produk

dan jasa pada pelanggan dengan menyediakan brosur yang menggambarkan

barang dagangan beserta spesifikasinya.

2. Pemecahan masalah secara terbatas (limited problem solving) adalah proses

pengambilan keputusan dalam memilih tempat belanja yang melibatkan

upaya dan waktu yang tidak terlalu besar. Dalam situasi ini, pelanggan

cenderung lebih mengandalkan pengetahuan pribadi dibanding dengan

informasi ekternal. Pelanggan umumnya memilih suatu ritel dan barang

dagangan yang dibeli berdasarkan pengalaman masa lalu. Pelanggan

mendapatkan pengalaman situasional ketika berbelanja pada ritel atau toko

tertentu, maupun pengalaman dalam pemilihan dan pembelian barang

dagangan sesuai kebutuhan.

3. Pengambilan keputusan yang bersifat kebiasaaan (habitual decision making)

adalah proses keputusan dalam memilih tempat belanja yang melibatkan

sedikit sekali usaha dan waktu. Pelangan masa kini mempunyai banyak

tuntutan atas waktu mereka. Salah satu cara untuk mengurangi tekanan waktu

itu adalah dengan menyederhanakan proses pengambilan keputusannya.

Kesetiaan pada merek dan kesetiaan toko adalah contoh pengambilan

keputusan berdasarkan kebiasaan.

2.7. Kerangka Konseptual

Penelitian ini membahas tentang tingkat persepsi pergeseran konsumen

(42)

pergeseran konsumen dari retail tradisional beralih ke retail modern. Faktor yang

menyebabkan persepsi pergeseran konsumen merubah perilaku belanjanya, dari

retail tradisional beralih ke retail modern adalah faktor stimulus. Faktor stimulus

terdiri dari 9, yaitu: harga murah, kelengkapan produk, layout, suasana dan

layanan, lokasi, promosi, trend, prestige dan pendapatan konsumen.

Faktor stimulus merupakan faktor yang mempengaruh persepsi

pegergesran konsumen dari retail tradisional beralih ke retail modern kami

golongkan menjadi 3, yaitu: sekedar cobacoba (trial), cari alternatif, dan pindah.

Faktor stimulus sangat berperan di dalam mempengaruhi keputusan konsumen

dalam hal memilih tempat belanja yang akan di kunjungi. Dan konsumen dapat

memutuskan tempat belanja mana yang terbaik, dan paling sesuai dengan pilihan

konsumen.

Secara diagram, kerangka konsep dapat digambarkan seperti di bawah ini :

(43)

Gambar 2.1 kerangka Konseptual

2.8. Hipotesis Peneltian

Adapun hipotesis penelitian ini adalah :

1. Ada peningkatan pendapatan bergesernya belanja konsumen dari retail

tradisional ke retail modern di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.

2. Ada perbedaan persepsi pergeseran konsumen dari retail tradisional ke retail

modern di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.

3. Ada pengaruh Positif persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja di

retail tradisional di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.

4. Ada pengaruh Positif persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja di

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di lakukan di Kecamatan Marelan di Kota Medan

yaitu: disepanjang jalan Marelan Raya dari Kelurahan Tanah Enam Ratus

sampai Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.

Objek penelitian ini adalah konsumen yang berbelanja di retail tradisional

dan retail modern. Waktu penelitian ini dilaksanakan 3 ( tiga ) bulan yang

dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2013.

3.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Nazir (2005: 54)

menyatakan bahwa: penelitian deskriptif adalah metode dalam meneliti status

sekelompok manusia, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada

masa sekarang yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta

hubungan anatar fenomena yang diselidiki. Jenis penelitian ini adalah riset kausal,

riset kausal merupakan tipe riset konklusif yang bertujuan untuk menentukan

hubungan sebab akibat dari suatu fenomena. Dan pembuktian teori serta untuk

(45)

3.3. Populasi dan Sampel

Menurut Usman dan Akbar (1995:182), sampel ialah sebagian

anggota yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut

dengan teknik sampling, yang digunakan agar dapat:

1. Mereduksi anggota populasi menjadi anggota sampel yang mewakili

populasinya (representatif), sehingga kesimpulan terhadap populasi dapat

dipertanggungjawabkan.

2. Lebih teliti menghitung yang sedikit daripada yang banyak.

3. Menghemat waktu, tenaga, dan biaya.

Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah seluruh konsumen

yang berkunjung ke retail tradisionil berjumlah 471 dan retail modern

berjumlah 478 konsumen. Untuk efisiensi penelitian dilakukan penarikan

sampel dengan metode proforsional random samplingSampel dari penelitian

ini adalah konsumen dari retail tradisional dan retail modern di Kecamatan

Medan Marelan, Untuk menentukan besarnya jumlah sampel debgan

mengunakan Slovin (Umar, 2003) yaitu:

� =1+Nε²N

Dimana :

n = jumlah sampel

N = ukuran populasi

e = nilai kritis = 10% (0,10)

Dengan demikian jumlah sampel di retail tradisionil adalah:

� =1+(471471)(0

,1)2

(46)

Retail modern adalah:

� =1+ 478

(478)(0,1)2

n = 49,91...dibulatkan menjadi 50 sample.

3.4.Teknik Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dalam pengumpulan

data peneliti menggunakan Data primer (primary data) adalah data yang

dikumpulkan langsung melalui obyeknya (sumber pertama) melalui daftar

pernyataan atau kuesioner. Daftar pernyataan dibuat sedemikian rupa sehingga

obyektivitasnya atau tujuannya menjadi jelas bagi pihak responden.

3.5. Jenis dan sumber data

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data yang di butuhkan

dalam penyelesaian, penelitian ini di perikan langsung kepada responden

yaitu konsumen retail tradosional dan retail modern berupa dokumentasi

dengan pengumpulan bahan buku , catatan atau laporan historis yang telah

tersusun dalam arsip.

3.6. Identifikasi dan Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional adalah memberikan pengertian terhadap suatu

variabel dengan menspesifikasi kegiatan atau tindakan yang diperlukan peneliti

untuk mengukur memanipulasinya. (Sularso, 2003:50). Variabel penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Variabel bebas (Independen) Persepsi

(47)

suasana dan pelayanan (x4), lokasi (x5), promosi (x6), trend (x7), prestage (x8),

pendapatan konsumen (x9) Variabel terikat (Dependen) Prilaku konsumen (y)

dengan indikator yaitu berpindah (y1), coba-coba (y2), cari alternatif (y3),

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No Variabel penelitian Definisi Operasional

2 Variabel terikat (Dependen) Perilaku

3.7.Teknik Analisa Data

3.7.1. Uji Validitas

Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrument dalam

mengukur apa yang ingin diukur. Dalam pengujian instrument pengumpulan

data, validitas bias dibedakan menjadi validitas faktor dan validitas item.

Validitas faktor diukur bila item yang disusun menggunakan lebih dari satu

faktor (antara faktor satu dengan yang lain ada kesamaan). Pengukuran

validitas faktor ini dengan cara mengkorelasikan antara skor faktor

(48)

keseluruhan faktor), sedangkan pengukuran validitas item dengan cara

mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item.

3.7.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah uji untuk memastikan apakah kuesioner

penelitian yang akan dipergunakan untuk mengumpulkan data variabel

penelitian reliabel atau tidak. Kuesioner dikatakan reliabel jika kuesioner

tersebut dilakukan pengukuran berulang, akan medapatkan hasil yang sama.

3.8. Uji Asumsi Klasik

3.8.1. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel

independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Untuk

mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah

sebagai berikut:

1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat

tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak

signifikan mempengaruhi variabel dependen.

2. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen.

3. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan lawannya, variance

(49)

3.8.2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka

disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.

Kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskedastisitas karena

dataini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan

besar) (Ghozali, 2005).

3.8.3. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui

bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk

jumlah sampel kecil. (Ghozali, 2005).

3.8.4. Uji Linieritas

Tujuan uji linieritas adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk hubungan

antara satu variabel bebas dengan satu variabel terikat. Adapun ringkasan hasil uji

linearitas dan keberartian regresi linieritas yang dilakukan menggunakan alat bantu

program SPSS versi 19.0

3.8.5. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t -1(sebelumnya). Jika terjadi

korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena

observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya . Masalah ini

(50)

observasi lainnya. Hal ini sering ditentukan pada data runtut waktu (timeseries karena

gangguan pada seorang kelompok cenderung mempengaruhi gangguan pada

kelompok yang sama pada periode berikutnya

3.9. Metode Analisa

3.9.1. Analisis Logistic Regression

Pengujian untuk masalah pertama yaitu Pada Tingkat Pendapatan berapa

pergeseran konsumen berbelanja dari retail tradisional ke retail modern di

Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. Diuji dengan menggunakan metode

analisa Logistic regression, dimana analisa Logistic regression sebetulnya mirip

dengan analisis diskriminan yaitu untuk menguji apakah probabilitas terjadinya

variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Asumsi multivariate

normal distribution tidak dapat dipenuhi karena variabel bebas merupakan

campuran antara variabel continue (metric) dan kategorial (non metric ). Dalam

hal ini dapat dianalisis dengan logistic regression karena tidak perlu asumsi

normalitas data pada variabel bebasnya. Jadi Logistic regression umumnya

dipakai jika asumsi multivariate normal distribution tidak terpenuhi. (Ghozali

2001)

3.9.2. Analisis Mann – Whitney U – Test

Untuk menjawab hipotesis masalah kedua yaitu Apakah ada perbedaan

persepsi pergeseran konsumen dari retail tradisional ke retail modern di

Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. Menggunakan Analisis Mann –

Whitney U- Test, dimana pengujian ini digunakan untuk menguji signifikansi

(51)

Bila dalam suatu pengamatan data berbentuk interval. Maka perlu dirubah dulu

ke dalam data interval. Sebenarnya dapat menggunakan t test untuk pengujiannya.

Tetapi bila asumsi t – test tidak dipenuhi ( Misalnya data harus normall) maka tes

ini tidak dapat digunakan. (Sugiyono 2003).

3.9.3. Analisis Uji Beda

Analisis Uji Beda ini juga digunakan untuk menjawab hipotesis kedua

yaitu Apakah ada perbedaan persepsi pergeseran konsumen dari retail tradisional

ke retail modern di Kecamatan Medan Marelan, dimana metode analalsis Uji

Beda (t test) ini untuk mengetahui perbedaan rata-rata dua populasi/ kelompok

data yang independen. Tujuan penggunaan metode analisis adalah untuk

mengetahui adanya perbedaan persepsi konsumen terhadap retail tradisional

dengan persepsi konsumen terhadap retail modern.

Rumus matematis dari t test yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

�= ���− ���

����2

���+�� �2 ���

dimana :

Xa = rata-rata kelompok persepsi konsumen terhadap retail tradisional

Xb = rata-rata kelompok persepsi konsumen terhadap retail modern

Sa = standar deviasi kelompok persepsi konsumen terhadap retail tradisional

Sb = standar deviasi kelompok persepsi konsumen terhadap retail modern

na = jumlah sampel kelompok persepsi konsumen terhadap retail tradisional

Gambar

Tabel 3.1. Definisi Operasional
Gambar 4.1. Peta Kecamatan Medan Marelan
Tabel 4.15. Hasil Uji Validitas Instrument Variable Persepsi Konsumen Di Retail Tradisional
Tabel 4.19.  Uji Multikolinieritas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kedua, kekuatan kecamatan lebih berorientasi kepada fungsi kewenangan yang dilimpahkan oleh Walikota dibandingkan fungsi koordinasi, artinya, koordinasi dapat tidak

Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya perilaku efek disposisi yang diindikasikan dengan reaksi investor yang menjual saham ketika saham dalam keadaan

Sebagai contoh seorang anak kyai, sudah pasti ia akan berebeda dengan anak lain yang tidak menjadi kyai, yang sekedar terhitung orang beragama, lebih – lebih yang memang tidak

kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif , yaitu penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan hubungan antara

Pemeriksaan kadar total cholesterol dalam serum - paling sering dilakukan secara spektrofotometri dengan mempergunakan metoda reaksi warna Liebermann Burchar d* Kemudian

tssssiliki AKaj^jnzazi/baftbXlan dalnc. p»H7arTi3JO

Kelompok A merupakan kelompok kontrol positif, yang dibuat model kanker paru dengan pemberian DMBA dalam minyak jagung dengan dosis 20 mg/kgBB secara peroral sebanyak 10 kali, yaitu

Peningkatan Total jam terbang akan meningkatkan risiko terjadinya dehidrasi akibat lamanya terpapar dalam kondisi dehidrasi relati serta semakin lama terpapar pada