USULAN PERBAIKAN MUTU PRODUK OBAT KAPLET
DENGAN METODE STATISTICAL QUALITY CONTROL DAN
FAULT TREE ANALYSIS PADA PT. MUTIARA MUKTI
FARMA.
T U G A S S A R J A N A
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Penulisan Tugas Sarjana
Oleh Dita Primalani N.
NIM. 080403149
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Mutiara Mukti Farma merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi obat-obatan. Permasalahan yang sedang dihadapi PT. Mutiara Mukti Farma adalah banyaknya produk yang mengalami kecacatan. Jumlah rata-rata kecacatan produk kaplet pada tahun 2014 mencapai 1.715.200 unit (6,7% dari total produksi). Jumlah ini masih melebihi standard yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu maksimum sebesar 5%. Berdasarkan kondisi tersebut maka Mutiara Mukti Farma perlu melakukan penyelesaian terhadap penyebab kecacatan produk agar jumlah produk cacat dapat dikendalikan. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis kecacatan yang paling dominan, gambaran batas kontrol dari kualitas produk, penyebab terjadinya kecacatan, dan tindakan perbaikan terhadap penyebab kecacatan produk dengan menggunakan Statistical Quality Control (SQC) dengan
seven tools dan Fault Tree Analysis (FTA)
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan seven tools diperoleh jenis kecacatan yang paling dominan yaitu kecacatan ketebalan dan bentuk.. Metode Fault Tree Analysis dilakukan terhadap dua jenis kecacatan yang paling berpengaruh unntuk menganalisa secara lebih rinci penyebab-penyebab terjadinya kecacatan tersebut. Penyebab terjadinya kecacatan menurut Metode Fault Tree Analysis yaitu kejenuhan, tidak disiplin, kurang terampil, kelalaian operator dan kesalahan komunikasi. Pada FTA dilakukan pengaplikasian aljabar boolean untuk memperoleh minimal cut set dan persentase dari setiap penyebab kecacatan yang menunjukkan bahwa penyebab kecacatan terbesar yaitu ketidakdisiplinan pegawai PT. Mutiara Mukti Farma serta kesalahan komunikasi antar pekerja.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Tugas Akhir dengan judul “Usulan Perbaikan Mutu
Produk Obat Kaplet Dengan Metode Statistical Quality Control dan Fault Tree Analysis Pada PT. Mutiara Mukti Farma”.
Penulis juga, mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian laporan Tugas Akhir Dosen pembimbing I
Bapak.Ir. Ukurta Tarigan, MT. dan Dosen pembimbing II Bapak Erwin Sitorus,
ST. MT.dan Koordinator Tugas Akhir Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT.
Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih memiliki
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk lebih menyempurnakan laporan Tugas Akhir.
Medan, Maret 2015
Penulis,
Dita Primalani N.
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam melaksanakan Tugas Sarjana sampai dengan selesainya laporan ini,
banyak pihak yang telah membantu, maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri
dan yang telah memberi motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Tugas Sarjana ini.
2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku Sekretaris Jurusan Teknik Industri
Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembimbing I atas kesediaannya
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan kepada
penulis dalam penulisan laporan.
3. Bapak Erwin Sitorus, ST. MT. Selaku Dosen Pembimbing II atas
kesediaannya meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan
arahan kepada penulis dalam penulisan laporan.
4. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, Selaku Koordinator Tugas Akhir yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam pengajuan judul Tugas Sarjana.
5. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc, Selaku Koordinator Tugas Akhir
yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam pengajuan judul Tugas
6. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.SIE. Selaku Ketua Bidang
Manajemen dan Rekayasa Produksi yang telah memberikan dukungan dan
arahan dalam pengajuan judul Tugas Sarjana.
7. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Administrasi Departemen Teknik
Industri, yang telah membantu mengurus keperluan administrasi.
8. Ibu Nuranti selaku Pembimbing Lapangan PT. Mutiara Mukti Farma yang
memberikan dukungan dan informasi mengenai kondisi pabrik.
9. Para Karyawan di PT. Mutiara Mukti Farma yang telah memberikan
informasi dalam hal pengambilan data.
10. Kepada kedua orang tua tercinta (James Nainggolan, dan Ibu Rosliana
Sijabat), yang telah memberikan semangat dan batuan kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
11. Kepada teman-teman yang telah memberikan semangat dan motivasi
selama ini.
Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan
laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis ucapkan terima
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ... I-1
1.2. Perumusan Masalah ... I-3
1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... I-4
1.4. Batasan Masalah dan Asumsi... I-5
1.5. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana ... I-6
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan... II-1
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-3
2.3. Lokasi Perusahaan ... II-4
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
2.5. Struktur Organisasi dan Manajemen ... II-4
2.5.1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-7
2.5.2. Tenaga Kerja dan jam kerja Perusahaan ... II-18
2.6. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-19
2.6.1. Sistem Pengupahan ... II-19
2.6.2. Fasilitas Lainnya ... II-21
2.7. Proses Produksi ... II-22
2.7.1. Bahan Baku ... II-23
2.7.2. Bahan Tambahan ... II-24
2.7.3. Bahan Penolong ... II-26
2.8. Standar Mutu Bahan/ Produk ... II-27
2.9. Uraian Proses ... II-27
2.9.1. Penimbangan Bahan ... II-28
2.9.2. Proses Pencampuran ... II-28
2.9.3. Proses Granulasi Basah... II-28
2.9.4. Proses Pengeringan ... II-29
2.9.5. Proses Granulasi Kering ... II-29
2.9.6. Proses Lubrikasi... II-30
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
2.9.8. Proses Pengayakan dan Pemeriksaaan... II-30
2.9.9. Pengemasan ... II-31
2.10. Mesin Produksi ... II-32
2.11. Peralatan ... II-37
2.12. Utilitas ... II-38
2.13. Safety and Fire Protection ... II-40 2.14. Waste Treatment ... II-42
III TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi Kualitas... III-1
3.2. Perspektif Terhadap Kualitas.. ... III-1
3.3. Statistical Quality Control (SQC) ... III-3 3.4. Alat-Alat Statistical Quality Control ... III-4 3.5. Fault Tree Analysis (FTA) ... III-12 3.6. Simbol Dalam Fault Tree Analysis (FTA) ... III-13
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1
4.2. Rancangan Penelitian ... IV-1
4.3. Objek Penelitian ... IV-3
4.4. Variabel Penelitian ... IV-3
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
4.6 Instrumen Penelitian... IV-6
4.7. Pelaksanaan Penelitian ... IV-7
4.8. Pengolahan Data... IV-7
4.9. Analisa Data ... IV-11
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data ... V-1
5.1.1. Data Jumlah Kecacatan Produk ... V-1
5.1.2. Jenis Kecacatan Produk... V-2
5.1.3. Data Wawancara ... V-4
5.2. Pengolahan Data... V-5
5.2.1. Stratifikasi ... V-5
5.2.2. Lembar Pemeriksaan (Check Sheet)... V-6 5.2.3. Histogram ... V-8
5.2.4. Diagram Pareto... V-9
5.2.5. Diagram Pencar (Scatter Diagram) ... V-10 5.2.6. Peta Control (Control Chart) ... V-15
5.2.6.1. Perhitungan Proportion Nonconforming, UCL LCL, dengan Peta P pada Kecacatan
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
5.2.6.2. Perhitungan Proportion Nonconforming, UCL LCL, dengan Peta P pada Kecacatan
Bentuk ... V-19
5.2.7. Diagram Sebab Akibat (Cause Effect Diagram) ... V-22 5.2.8. Fault Tree Analysis (FTA) ... V-23 5.2.9. Minimal Cut Set ... V-27
VI ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisis dan Pembahasan Pengendalian Kualitas dengan
Seven Tools ... VI-1 6.2. Analisis dan Pembahasan Pengendalian Kualitas dengan
Fault Tree Analysis (FTA) ... VI-3
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ... VII-1
7.2. Saran ... VII-2
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
1.1. Persentase Kecacatan Produk PT. Mutiara Mukti Farma Tahun 2014 I-2
2.1. Rincian Tenaga Kerja PT. Mutiara Mukti Farma ... II-18
3.1. Check Sheet ... III-5 3.2. Istilah Dalam Fault Tree Analysis ... III-13 5.1. Jumlah Kecacatan Produk Kaplet Periode Januari 2014-Desember
2014 ... V-1
5.2. Jumlah Jenis Kecacatan Produk Kaplet Periode Januari
2014-Desember 2014... V-3
5.3. Jumlah Jenis Kecacatan Produk Kaplet Periode Februari 2015... V-4
5.4. Stratifikasi Kecacatan Kaplet Periode Februari 2015 ... V-5
5.5. Jumlah Jenis Kecacatan Produk Kaplet Periode Februari 2015... V-6
5.6. Jumlah Kecacatan Produk Kaplet Periode Februari 2015... V-8
5.7. Persentase Kecacatan Setelah Diurutkan ... V-9
5.8. Data Kecacatan Produk Kaplet Periode Februari 2015 ... V-11
5.9. Perhitungan Korelasi Jumlah Produksi Dengan Ketebalan ... V-13
5.10. Perhitungan Korelasi Jumlah Produksi Dengan Bentuk ... V-14
5.11. Hasil Perhitungan Kecacatan Produk, UCL dan LCL ... V-17
5.12. Hasil Perhitungan Kecacatan Bentuk, UCL dan LCL ... V-21
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. Struktur Organisasi PT. Mutiara Mukti Farma ... II-6
2.2. Uraian Proses Produksi Obat ... II-27
3.1. Stratification ... III-5 3.2. Scatter Diagram ... III-6 3.3. Diagram Pareto... III-7
3.4. Histogram ... III-8
DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)
GAMBAR HALAMAN
4.1. Blok Diagram Langkah-Langkah Penelitian ... IV-2
4.2. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-4
4.3. Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-10
5.1. Histogram Jumlah Kecacatan Produk Kaplet ... V-8
5.2. Diagram Pareto Jenis Kecacatan Produk Kaplet ... V-10
5.3. Diagram Pencar Produk Kaplet yang Mengalami Cacat Ketebalan . V-12
5.4. Diagram Pencar Produk Kaplet yang Mengalami Cacat Bentuk ... V-12
5.5. Peta Kontrol P pada Kecacatan Ketebalan ... V-19
5.6. Peta Kontrol P pada Kecacatan Bentuk ... V-22
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
1. Surat Permohonan Tugas Sarjana ... L.1
2. Form Penetapan Tugas Sarjana ... L.2
3. Surat Penjajakan ... L.3
4. Surat Balasan Perusahaan ... L.4
5. Surat Keputusan Tugas Sarjana ... L.5
ABSTRAK
Mutiara Mukti Farma merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi obat-obatan. Permasalahan yang sedang dihadapi PT. Mutiara Mukti Farma adalah banyaknya produk yang mengalami kecacatan. Jumlah rata-rata kecacatan produk kaplet pada tahun 2014 mencapai 1.715.200 unit (6,7% dari total produksi). Jumlah ini masih melebihi standard yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu maksimum sebesar 5%. Berdasarkan kondisi tersebut maka Mutiara Mukti Farma perlu melakukan penyelesaian terhadap penyebab kecacatan produk agar jumlah produk cacat dapat dikendalikan. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis kecacatan yang paling dominan, gambaran batas kontrol dari kualitas produk, penyebab terjadinya kecacatan, dan tindakan perbaikan terhadap penyebab kecacatan produk dengan menggunakan Statistical Quality Control (SQC) dengan
seven tools dan Fault Tree Analysis (FTA)
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan seven tools diperoleh jenis kecacatan yang paling dominan yaitu kecacatan ketebalan dan bentuk.. Metode Fault Tree Analysis dilakukan terhadap dua jenis kecacatan yang paling berpengaruh unntuk menganalisa secara lebih rinci penyebab-penyebab terjadinya kecacatan tersebut. Penyebab terjadinya kecacatan menurut Metode Fault Tree Analysis yaitu kejenuhan, tidak disiplin, kurang terampil, kelalaian operator dan kesalahan komunikasi. Pada FTA dilakukan pengaplikasian aljabar boolean untuk memperoleh minimal cut set dan persentase dari setiap penyebab kecacatan yang menunjukkan bahwa penyebab kecacatan terbesar yaitu ketidakdisiplinan pegawai PT. Mutiara Mukti Farma serta kesalahan komunikasi antar pekerja.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Salah satu nilai utama yang diharapkan oleh pelanggan dari produsen adalah
kualitas produk dan jasa yang tertinggi. Menurut American Society for Quality Control, kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang
dinyatakan atau tersirat. Produk yang cacat adalah sumber utama pemborosan.
Tidak sedikit perusahaan menghadapi masalah serius karena produk cacat yang
menimbulkan klaim dari pelanggan. Jika produk cacat lolos kepada pelanggan dan
kemudian menimbulkan kerugian, maka perusahaan harus mengganti kerugian
yang dialami pelanggan. Salah satu dampak negatif yang diakibatkannya adalah
runtuhnya reputasi perusahaan di mata pelanggan. Bila situasi demikian tidak
diatasi dengan segera, perusahaan akan kehilangan pelanggan potensialnya.
Dengan adanya pengendalian kualitas (Quality Control) secara baik dan benar, maka akan diperoleh produk yang dapat memenuhi keinginan pelanggan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Samadhan D. Bhosale dkk, pada
perusahaan EKK Eagle Products India Pvt. Ltd yang memproduksi segel mekanik
. Terjadi pemborosan biaya yang cukup besar pada perusahaan akibat adanya
produk cacat. Dan untuk itu dilakukan pengendalian kualitas statistik yang mana
dan meningkatkan proses dalam perusahaan sehingga dapat meminimisasi
terjadinya kecacatan produk dalam produksi perusahaan.
Pada Perusahaan PT. Mutiara Muti Farma yang bergerak dalam pembuatan
obat-obatan dalam proses produksinya perusahaan telah mampu memperoleh
keuntungan yang tetap dari tahun ketahun, tetapi dari segi produksi masih banyak
produk cacat yang tidak sesuai dengan kriteria yang diinginkan perusahaan.
Adapun data produk cacat pada PT. Mutiara Mukti Farma pada tahun 2014 dapat
dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1.Persentase Kecacatan Produk PT. Mutiara Mukti Farma Tahun 2014
Bulan Produksi (unit)
Produk Cacat (unit)
Januari 1.700.000 153.000
Februari 2.500.000 152.000
Maret 2.700.000 126.000
April 1.800.000 126.000
Mei 1.900.000 138.000
Juni 2.500.000 150.000
Juli 2.900.000 145.000
Agustus 2.100.000 134.000
September 1.900.000 144.000
Oktober 2.100.000 143.600
November 1.800.000 154.000
Desember 1.700.000 149.600
Sumber : PT. Mutiara Mukti Farma
Melihat keadaan ini tentu saja menyebabkan kerugian pada perusahaan dan
menyebabkan berkurangnya nilai efisiensi dan efektivitas. PT. Mutiara Mukti
yang tidak sesuai spesifikasi perusahaan, tetapi belum pernah dilakukan analisa
secara mendalam untuk melihat kecacatan yang paling berpengaruh maupun
penyebab terjadinya kecacatan tersebut. Melihat keadaan ini, maka penulis
merasa perlu melakukan suatu analisa pengendalian kualitas dengan cara
menganalisa berbagai proses dalam pembuatan obat yang menjadi penyebab
terjadinya kecacatan produk dengan menggunakan metode Statistical Quality Control untuk analisa secara lebih terperinci sehingga dapat diketahui penyebab terjadinya kecacatan hingga dapat diberi usulan perbaikan dilakukan analisa
dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis. Penelitian ini memfokuskan permasalahan pada pembuatan obat kaplet pada PT. Mutiara Mukti Farma.
1.2.Perumusan Permasalahan
Pada PT. Mutiara Mukti Farma masih terjadi kecacatan produk yang
mengurangi efektifitas dan efisiensi perusahaan, tetapi perusahaan belum pernah
melakukan analisa secara statistik untuk meminimisasi permasalahan tersebut.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka yang menjadi fokus pembahasan dalam
penelitian ini adalah untuk memberi usulan perbaikan pada PT Mutiara Mukti
Farma berkenaan dengan masalahan perbaikan mutu produk perusahaan sesuai
1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memberikan usulan perbaikan
mutu produk obat kaplet pada PT. Mutiara Mukti Farma sesuai dengan analisis
permasalahan yang telah dilakukan.
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah :
a. Mengidentifikasi proses penyebab kecacatan dengan metode SQC dan FTA
b. Mengetahui penyebab utama dari besarnya persentase kecacatan produk di PT.
Mutiara Mukti Farma
c. memberikan usulan perbaikan dalam rangka peningkatan kualitas produk
Manfaat penelitian yang dilakukan pada produk kaplet PT Mutiara Mukti
Farma ini adalah:
1. Manfaat bagi mahasiswa
menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah diperoleh selama di
bangku perkuliahan dengan cara membandingkan teori-teori ilmiah yang ada
dengan permasalahan yang ada di perusahaan untuk meminimisasi kecacatan
produk dengan menggunakan metode Statistical Quality Control (SQC) dan
Fault Tree Analysis (FTA). 2. Bagi Perusahaan
a. Dapat membantu perusahaan dalam menemuan faktor-faktor yang
berpenfaruh dalam penyebab terjadinya kecacatan ataupun penurunan
kualitas produk.
b. Sebagai masukan bagi perusahaan untuk melakukan tindakan perbaikan
3. Bagi universitas
a. Mempererat hubungan antara pihak universitas dengan pihak perusahaan
tempat dilakukannya penelitian.
b. Memperkenalkan Departemen Teknik Industri sebagai forum disiplin
ilmu terapan yang sangat bermanfaat bagi perusahaan.
1.4. Batasan Masalah dan Asumsi
Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian hanya dilakukan untuk kecacatan proses produk kaplet pada PT
Mutiara Mukti Farma
2. Masalah yang dianalisis adalah masalah kecacatan yang berpengaruh langsung
dengan produk kaplet.
3. Pengolahan data menggunakan tools yang terdapat pada metode Statistical Quality Control (SQC) dan Fault Tree Analysis (FTA).
4. Pada penelitian ini tidak dibahas aspek biaya.
5. Penelitian hanya meneliti sampai pemberian usulan perbaikan kualitas.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Proses produksi perusahaan berjalan dengan baik dan tidak mengalami
kegiatan yang mempengaruhi perkembangan perusahaan selama penelitian
dilakukan.
2. Metode kerja yang dilaksanakan dalam memproduksi produk kaplet
merupakan metode kerja yang telah sesuai dengan standar dan tidak
3. Proses produksi dan mesin-mesin/peralatan yang digunakan tidak mengalami
kerusakan.
1.5. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana
Sistematika penulisan laporan bertujuan untuk mempermudah dalam
menyusun dan mempelajari bagian-bagian dari seluruh rangkaian penelitian.
Adapun sistematika penulisan laporan hasil penelitian ini adalah:
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi penelitian, dan
sistematika penulisan laporan tugas sarjana.
BAB II Gambaran Umum Perusahaan
Pada bab ini berisi tentang sejarah berdirinya perusahaan, struktur
organisasi yang diterapkan perusahaan, rincian tugas dan tanggung jawab
dalam perusahaan, uraian proses produksi kaplet, jenis mesin, sistem
pengupahan, tenaga kerja.
BAB III Tinjauan Pustaka
Pada bab ini berisi teori-teori pendukung yang digunakan dalam analisa
pemecahan masalah termasuk mengenai manfaat dan teori pendukung untk
metode yang digunakan dalam pengolahan data.
BAB IV Metodologi Penelitian
Pada bab ini berisi identifikasi jenis penelitian, lokasi penelitin, kerangka
penelitian sumber data yang digunakan dalam penelitian, metode
pengumpulan data, metode pengolahan dan analisa data. selanjutnya pada
metodologi penelitian dijelaskan langkah penelitian dan
langkah-langkah pengolahan data .
BAB V Pengumpulan dan Pengolahan data
Bab ini berisi data primer dan data sekunder yang diperoleh dari penelitian
serta melanjutkan pengolahan data yang membantu pemecahan masalah.
BAB VI Analisa Pemecahan Masalah
Bab ini membahas analisis hasil pengolahan data dan mencari solusi
pemecahan masalah
BAB VII Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil pemecahan
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1.Sejarah Perusahaan
Pada awalnya perusahaan ini merupakan perusahaan milik perseorangan
yang bernama H. T. M. Panggabean yang kemudian digunakan sebagai kantor
serta pabrik farmasi dengan nama “SEJATI” yang pada masa itu memproduksi
anggur obat dengan merk “SIAGOGO”. Pabrik farmasi dahulunya didirikan
dengan surat izin bangunan No. 41/RKT/S/MBU/72/1975 dari Dinas Bangunan
Kodati II Medan.
Pada bulan Januari 1980, Bapak H. T. M. Panggabean menjual bangunan
tersebut kepada Bapak Drs. Weslyn Siahaan dengan akte No. 112 per tanggal 31
Januari 1980 maka didirikanlah PT. Mutiara Mukti Farma dengan Bapak Drs.
Weslyn Siahaan sebagai direktur utama.
Berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan RI No.
0098/A/SK/PAB/I/81 memberi izin kepada PT. Mutiara Mukti Farma untuk
mendirikan sebuah industri farmasi yang memproduksi obat-obatan serta
menjualnya. Sejak saat itu dengan surat Izin Produksi Departemen Kesehatan RI
c/q Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No. 213/AA/III/81 PT.
Mutiara Mukti Farma mulai memproduksi obat-obatan sampai dengan saat ini.
Perusahaan yang disebut PT. Mutiara Mukti Farma didaftarkan pada
Pengadilan Negeri Medan dengan No. 85/PT/1980 tanggal 10 Juni 1980 atas
dicantumkan pada tambahan berita negara RI No. 24 tanggal 24 Maret 1981
dengan merk/alamat: ”PT. MUTIARA MUKTI FARMA (PT. MUTIFA)
INDUSTRI FARMASI” Jl. Brigjend. Katamso No. 200 Medan.
Kemudian dengan akte No. 35 yang dibuat pada tanggal 29 November
1988 diadakanlah akte perubahan pemegang saham serta manajemen perusahaan
yang selanjutnya diputuskan oleh Menteri Kehakiman RI No. C2-1134/HT/01/04
tahun 1989 pada tanggal 31 Januari 1989. Dalam akte tersebut berdasarkan
keputusan rapat Dewan Komisaris serta pemegang saham menetapkan bahwa
sebagai penanggung jawab dengan jabatan Direktur Utama adalah Bapak Jacob
sampai batas waktu yang belum ditentukan.
Dalam perkembangannya PT. Mutiara Mukti Farma membeli sebidang
tanah di Jalan Besar Namorambe Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang
seluas 8.622 m2 untuk lokasi pembangunan pabrik baru dengan menggunakan
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Pembangunan dimulai pada tahun 1992
sedangkan pemakaiannya diresmikan oleh Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan
Departemen Kesehatan RI pada tanggal 27 Juli 1994. Kemudian diadakan
perubahan izin industri farmasi yang menggunakan CPOB dengan No.
PO.01.2.01796 yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan Departemen Kesehatan RI tanggal 22 Juli 1994. Demikianlah sejarah
keberadaan PT. Mutiara Mukti Farma yang sampai dengan saat ini memproduksi
berbagai jenis obat-obatan.
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
Adapun ruang lingkup bidang usaha pada PT. Mutiara Mukti Farma dalam
memproduksi jenis obat-obatan yaitu :
1. Tablet
Obat yang terbuat dari bubuk yang dipadatkan dan berbentuk bulat .
2. Kapsul
Bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak.
3. Kaplet
Obat yang menyerupai tablet tetapi memiliki bentuk panjang seperti kapsul.
4. Serbuk (Powder)
Obat yang berbentuk serbuk langsung di bungkus dalam plastik.
5. Salep
Sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat
luar.
6. Sirup
Obat yang berwujud cairan dalam botol.
7. Injeksi
Steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan
atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan
2.3. Lokasi Perusahaan
PT. Mutiara Mukti Farma terletak di Jalan Besar Namorambe No. 68 Km
8,5 Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Luas
areal pabrik keseluruhan 9000 m2 dan luas bangunan 6259 m2. Dimana hasil
peninjauan dapat disimpulkan bahwa lokasi perusahaan ini strategis karena:
1. Lokasi PT. Mutiara Mukti Farma tidak jauh dari Kotamadya Medan.
2. Disekitar Lokasi PT. Mutiara Mukti Farma terdapat banyak tenaga kerja yang
memiliki keterampilan.
3. Sarana transportasi dan komunikasi yang menunjang untuk mempermudah
penerimaan bahan baku, pengiriman barang jadi dan pemasaran produk.
2.4. Daerah Pemasaran
Daerah pemasaran PT. Mutiara Mukti Farma yang paling utama adalah
Kota Medan, karena Kota Medan merupakan Kota yang terdekat. Sedangkan
alternatif pemasaran daerah lain adalah seluruh Kota yang ada di provinsi
Sumatera Utara. Untuk sementara PT. Mutiara Mukti Farma berkonsentrasi dalam
memasarkan produk-produknya didaerah provinsi Sumatera Utara. Namun ada
juga beberapa produk obat-obatan yang dipasarkan sampai ke Pulau Jawa
(terutama Jawa Barat), Aceh dan Kalimantan.
2.5. Struktur Organisasi dan Manajemen
Organisasi dan manajemen merupakan faktor yang paling penting untuk
diharapkan. Agar aktivitas perusahaan berjalan dengan lancar maka perusahaan
harus memiliki organisasi dan manajemen yang baik. Perusahaan yang terdiri dari
beberapa bagian aktivitas yang berbeda-beda harus dikoordinasikan sedemikian
rupa sehingga dapat mencapai sasaran dan target perusahaan dengan efisiensi
yang tinggi. Dalam pengorganisasian dari bagian yang berbeda-beda diperlukan
struktur organisasi yang dapat mempersatukan sumber daya dengan cara yang
teratur. Dengan struktur organisasi tersebut juga diharapkan dapat diarahkan
kepada orang-orang yang berada dalam organisasi tersebut, sehingga mereka
dapat dengan baik melaksanakan aktivitas yang mendukung tercapainya sasaran
perusahaan disamping melaksanakan aktivitas masing-masing.
Struktur organisasi yang digunakan oleh PT. Mutiara Mukti Farma adalah
struktur organisasi lini yang merupakan bentuk organisasi yang menghubungkan
langsung secara vertikal antara atasan dengan bawahan, sejak dari pimpinan
tertinggi sampai dengan jabatan-jabatan yang terendah yang dihubungkan dengan
garis wewenang atau komando. Bentuk struktur organisasi PT. Mutiara Mukti
Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Mutiara Mukti Farma DEWAN KOMISARIS DIREKTUR ASISTEN DIREKTUR MANAGER PERSONALIA MANAGER AKUNTANSI MANAGER QUALITY CONTROL MANAGER PRODUKSI MANAGER R&D Ka. KEUANGAN Ka. PEMBELIAN Ka. PENJUALA N SUPERVISOR Ka.PERENCANAAN PRODUKSI Ka.TEKNISI KASIR DANRU SATPAM STAFF PENJUALA N STAFF PEMBELIAN STAFF LABORATORIU M Ka. Unit Tablet KA. Unit Kapsul Ka. Unit Injeksi Ka. Unit Sirup Ka. Unit Kaplet Ka. Gudang Kemasan Ka. Gudang Bahan Baku Ka. Gudang Bahan Jadi STAFF
R & D
2.5.1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
Dalam menjalankan suatu organisasi diperlukan personil-personil yang
menduduki jabatan tertentu di dalam organisasi tersebut, dimana masing-masing
personil diberi tugas dan tanggung jawab sesuai dengan jabatannya. Adapun
uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab pada PT. Mutiara Mukti Farma
adalah sebagai berikut:
1. Dewan Komisaris
Mengadakan rapat Dewan Komisaris dan Pemegang Saham untuk
mengangkat dan memberhentikan Direktur.
Mengadakan evaluasi terhadap tugas dan wewenang Direktur.
Mengadakan rapat Pemegang Saham untuk mengevaluasi neraca, rugi,
laba dan laporan keuangan setiap tahun.
2. Direktur
Sebagai pelaksana harian dan pelaksana garis manajemen perusahaan
Menentukan manajemen perusahaan yang akan dilakukan perusahaan
Memberi perintah kepada wakil direktur dan bawahannya
Mengadakan perubahan struktur organisasi perusahaan
Mengadakan kontrak-kontrak dengan pihak lain
Mengadakan persetujuan ataupun penolakan terhadap kebijakan bawahan
Mengevaluasi jalannya perusahaan dan lintas keuangan.
3. Asisten Direktur
– Sebagai pelaksana garis yang ditentukan Direktur dan menyampaikan
Melaksanakan instruksi pimpinan dalam bidang umum, keuangan,
pengawasan, produksi, penjualan dan pembelian
Bertanggung jawab kepada Direktur untuk terlaksananya aktivitas
perusahaan dengan baik.
4. Manajer Personalia
– Melakukan dan menjaga komunikasi yang baik dengan pihak customer
dan perusahaan-perusahaan lain.
– Mengkoodinir tenaga kerja perusahaan seperti pembagian kerja dan
lainnya.
– Melakukan penambahan atau pengurangan tenaga kerja sesuai dengan
kebutuhan perusahaan.
5. Manajer Akuntansi
– Melaksanakan ketentuan-ketentuan atau penggarisan tentang pelaksanaan
dan garis akuntansi secara menyeluruh
– Melaksanakan segala kegiatan yang berhubungan dengan instansi
pemerintahan atau badan-badan yang bersangkutan dengan Akuntansi dan
Personalia Umum
– Merupakan pembantu direksi dalam melaksanakan tugas umum dan fungsi
yang berhubungan dengan seluruh kegiatan industri
– Mengadakan komunikasi aktif dengan bagian lain demi kelancaran tugas
tiap bagian
– Membuat laporan kegiatan atau aktivitas perusahaan minimal sekali
6. Manajer Quality Control
– Memimpin dan mengarahkan pelaksanaan tugas di laboratorium,
pengawasan dalam proses maupun CPOB
– Bertanggung jawab atas analisa dan keputusan untuk menerima atau
menolak hasil pemeriksaan kimia dan mikrobiologi atas bahan baku,
bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi
– Bertanggung jawab atas pengadaan dan pemakaian larutan pereaksi dan
alat yang diperlukan
– Bertanggung jawab atas pelaksanaan inspeksi CPOB, sehingga
pelaksanaannya senantiasa terjamin
– Berdiskusi dengan Manajer Produksi jika terjadi kegagalan produksi
– Membuat laporan bulanan pemeriksaan obat jadi yang diserahkan kepada
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan
– Menyimpan semua prosedur analisa
– Membuat anggaran tahunan bagi pengawasan mutu
– Mengupayakan perbaikan biaya pengawasan mutu.
7. Manajer Produksi
– Membuat perencanaan produksi, jumlah produksi, masa produksi,
kapasitas terpakai suatu mesin dan kapasitas terpakai tenaga kerja
– Melaksanakan pengawasan persediaan bahan baku, pengemas dan
pengawasan terhadap hasil produksi
– Berdiskusi dengan Manajer Pengawasan Mutu apabila terjadi kegagalan
– Bertanggung jawab terhadap pemakaian mesin dan peralatan produksi
– Turut membantu pelaksanaan inspeksi CPOB dan menjaga
dilaksanakannya CPOB
– Bertanggung jawab untuk menjaga semangat kerja yang tinggi di bagian
produksi, serta pengembangan dan latihan karyawan yang dibawahinya
– Membuat laporan secara rutin dan tahunan untuk hasil produksi
– Mengupayakan perbaikan biaya produksi.
8. Manajer Research and Development
– Melaksanakan penelitian dalam rangka pengembangan perusahaan, seperti
minat konsumen terhadap obat
– Melaksanakan diversifikasi produk, seperti mengembangkan obat
tradisional
– Membuat anggaran tahunan bagian riset dan pengembangan.
9. Kepala Keuangan
– Bertanggung jawab terhadap lalu lintas keuangan di perusahaan
– Mencatat pengeluaran dan pemasukan uang
– Membuat bukti pengeluaran dan pemasukan uang
– Bertanggung jawab kepada Wakil Direktur.
10. Kepala Penjualan
– Menerima P. O. (Purchase Order)
– Melayani P. O. Dan mengirimkan ke outlet dengan membuka faktur sesuai
dengan pesanan yang diterima dengan stok yang ada
– Menjual barang yang diproduksi sesuai dengan garis-garis yang
ditentukan
– Mengadakan komunikasi langsung dengan bagian produksi, misalnya
membuat pembukuan tentang penjualan
– Melakukan promosi dan memasarkan obat-obatan keluaran PT. Mutiara
Mukti Farma
– Bertanggung jawab kepada Wakil Direktur.
11. Kepala Pembelian
– Memesan bahan-bahan baku untuk kebutuhan produksi
– Memesan bahan-bahan pengemas sesuai kebutuhan
– Membuat surat pesanan ke relasi atau pemasok
– Meneliti bahan-bahan baku yang masuk dari pemasok, dengan
pertimbangan mutu, harga, masa kadaluarsa dan sistem pengiriman
Quality Product bagian pembelian biasanya meminta lebih dahulu C. A. (Certificate of Analyze). Suatu produk baru, kemudian ditentukan apakah dapat dipesan/dibeli atau tidak
– Hal ini dikoordinasikan dengan Manager Quality Control dan Manajer
Produksi
– Bertanggung jawab kepada Wakil Direktur.
12. Supervisor Laboratorium
– Mengatur agar semua contoh untuk pengujian dianalisa menurut prosedur
yang telah ditentukan dengan urutan-urutan prioritas yang sesuai dengan
– Memeriksa dan menjamin kebenaran laporan pemeriksaan
– Mengatur semua peralatan dan pereaksi yang dibutuhkan tersedia dalam
jumlah yang digunakan secara efisien
– Menjaga alat-alat dan ruangan laboratorium
– Mengatur ketertiban/disiplin bawahan, menjaga suasana kerja yang baik
dan membimbing bawahan bidang teknis analisa.
13. Kepala Perencanaan Produksi
– Bertanggung jawab kepada Manajer Produksi
– Melaksanakan proses pembuatan obat sesuai dengan prosedur yang
ditugaskan oleh Manajer Produksi
– Mengisi dengan benar catatan pengolahan dan pengemasan
– Mengusulkan permintaan alat-alat kerja
– Mencatat semua kegiatan harian dalam formulir yang disediakan Manajer
Produksi
– Membuat daftar inventaris alat-alat di bagian produksi.
14. Kepala Teknisi
– Memperbaiki mesin-mesin dan peralatan pabrik yang mengalami
kerusakan
– Mengatur semua kebutuhan peralatan termasuk spare parts mesin yang
dibutuhkan dalam proses produksi sehingga tidak mengganggu jalannya
proses produksi
– Menjalankan sanitasi dan hygiene peralatan, mesin dan bangunan serta
– Bertanggung jawab kepada Manajer Produksi.
15. Kepala Gudang
Melakukan penerimaan barang dan meneliti apakah barang yang sesuai
dengan faktur pembelian dan surat pesanan.
Mengecek kesesuaian antara surat pesanan (SP) pembelian dengan
fakturnya.
Membuat Bukti Barang Masuk .
Membuat laporan bulanan stock barang
Mengkoordinir kepala gudang kemasan, bahan baku dan bahan jadi
16. Kepala Gudang Bahan Baku
– Menerima dan menyimpan bahan-bahan keperluan produksi
– Menyalurkan barang-barang yang ada di dalam gudang pada
bagian-bagian yang memerlukannya
– Melaksanakan segala urusan yang berkaitan dengan bahan baku yang
diterima
– Bertanggung jawab kepada Manajer Produksi.
17. Kepala Gudang Barang Jadi
– Menerima, menyimpan dan menyalurkan obat-obatan yang ada di gudang
produk jadi
– Bertanggung jawab kepada Manajer Produksi
18. Kepala Gudang Kemasan
– Melaksanakan proses penyerahan bahan kemasan yang ditugaskan oleh
– Mengawasi dan mengatur keberadaan bahan pengemas di gudang.
19. Karyawan
– Bertanggung jawab kepada Kepala Unit.
– Bertugas membantu Kepala Unit dalam menjalankan tugasnya.
20. Danru Satpam
– Bertanggung jawab secara langsung kepada Manajer Personalia berkaitan
dengan pelaksanaan kerja security dan bertanggung jawab terhadap
pengamanan area project kerja.
– Bertanggung jawab pada pelayanan penjagaan sebagai penunjang
kelancaran operasional kerja.
– Membina, mengawasi dan mengontrol tugas anggota security di lapangan.
21. Kasir
– Menjalankan proses penjualan dan pembayaran
– Melakukan pencatatan atas semua transaksi
– Melakukan pencatatan kas fisik serta melakukan pelaporan kepada Ka.
Keuangan.
22. Staff Penjualan
– Menjaga dan meningkatkan volume penjualan
– Memastikan pencapaian target penjualan
– Membuat laporan penjualan perusahaan
– Melaporkan aktivitas penjualan perusahaan kepada Ka. Penjualan.
23. Staff Pembelian
– Melakukan pengelolaan pengadaan barang melalui perencanaan secara
sistematis dan terkontrol
– Bekerjasama dengan departemen terkait untuk memastikan kelancaran
operasional
– Memastikan kesedian barang/material melalui mekanisme audit / cotrol
stock dll.
24. Staff Laboratorium
– Melakukan pemeriksaan terhadap jalannya proses produksi untuk
memastikan kesesuaian prosedur
– Memonitor kualitas material serta hasil produksi dengan perbandingan
kualitas standar
– Menganalisa permasalahan yang timbul pada kualitas proses dan hasil
produksi
– Bertanggung jawab kepada supervisor laboratorium.
25. Ka. Unit Tablet
– melaksanakan kebijakan perusahaan sesuai dengan pedoman dan instruksi
dari Ka. Perencanaan Produksi.
– Melaporkan data serta kegiatan produksi tablet ke Ka. Perencanaan
Produksi.
– Mengarahkan dan mengawasi kegiatan-kegiatan karyawan tablet.
– Membina dan mengawasi serta mempertanggung jawabkan jalannya
– Menandatangani dan mengecek dokumen, formulir dan laporan sesuai
dengan sistem prosedur yang berlaku.
26. Ka. Unit Kapsul
– melaksanakan kebijakan perusahaan sesuai dengan pedoman dan instruksi
dari Ka. Perencanaan Produksi.
– Melaporkan data serta kegiatan produksi tablet ke Ka. Perencanaan
Produksi.
– Mengarahkan dan mengawasi kegiatan-kegiatan karyawan Kapsul.
– Membina dan mengawasi serta mempertanggung jawabkan jalannya
produksi Kapsul.
– Menandatangani dan mengecek dokumen, formulir dan laporan sesuai
dengan sistem prosedur yang berlaku.
27. Ka. Unit Injeksi
– melaksanakan kebijakan perusahaan sesuai dengan pedoman dan instruksi
dari Ka. Perencanaan Produksi.
– Melaporkan data serta kegiatan produksi tablet ke Ka. Perencanaan
Produksi.
– Mengarahkan dan mengawasi kegiatan-kegiatan karyawan Injeksi.
– Membina dan mengawasi serta mempertanggung jawabkan jalannya
produksi Injeksi.
– Menandatangani dan mengecek dokumen, formulir dan laporan sesuai
28. Ka. Unit Sirup
– melaksanakan kebijakan perusahaan sesuai dengan pedoman dan instruksi
dari Ka. Perencanaan Produksi.
– Melaporkan data serta kegiatan produksi tablet ke Ka. Perencanaan
Produksi.
– Mengarahkan dan mengawasi kegiatan-kegiatan karyawan Sirup.
– Membina dan mengawasi serta mempertanggung jawabkan jalannya
produksi Sirup.
– Menandatangani dan mengecek dokumen, formulir dan laporan sesuai
dengan sistem prosedur yang berlaku.
29. Ka. Unit Kapsul
– melaksanakan kebijakan perusahaan sesuai dengan pedoman dan instruksi
dari Ka. Perencanaan Produksi.
– Melaporkan data serta kegiatan produksi tablet ke Ka. Perencanaan
Produksi.
– Mengarahkan dan mengawasi kegiatan-kegiatan karyawan Kapsul.
– Membina dan mengawasi serta mempertanggung jawabkan jalannya
produksi Kapsul.
– Menandatangani dan mengecek dokumen, formulir dan laporan sesuai
dengan sistem prosedur yang berlaku.
30. Staff R&D
– melakukan test dan mengembangkan teknologi baru untuk meningkatkan
– Bertanggung jawab kepada Manager R&D.
2.5.2. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan
Kegiatan penerimaan dan penempatan tenaga kerja pada PT. Mutiara
Mukti Farma diatur sendiri oleh perusahaan dengan terlebih dahulu melihat situasi
kegiatan yang ada, apakah perusahaan memerlukan karyawan atau tidak.
Dalam menjalankan operasional sehari-hari, PT Mutiara Mukti Farma
[image:43.595.158.466.388.676.2]memiliki tenaga kerja sebanyak 152 orang. Rincian tenaga kerja dapat dilihat pada
Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Rincian Tenaga Kerja PT. Mutiara Mukti Farma
No Uraian Jabatan Jumlah (Orang)
1 Direktur Utama 1
2 Asisten Direktur 1
3 Manajer 7
4 Administrasi Kantor 4
5 Riset dan Pengembangan 5
6 Administrasi Produksi 7
7 Laboratorium 7
8 Penjualan 4
9 Karyawan Bagian Produksi 80
10 Keuangan 3
11 Satpam 4
12 Gudang 15
13 Teknisi 8
14 Cleaning Service 6
Jumlah 152
Sumber: Kantor HRD PT. Mutiara Mukti Farma
Jam kerja PT. Mutiara Mukti Farma terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian
a. Bagian Admintrasi Kantor
Pada hari Senin sampai dengan Jum’at:
Pukul 08.30 – 12.00 WIB (bekerja)
Pukul 12.00 – 13.00 WIB (istirahat)
Pukul 13.00 – 16.30 WIB (bekerja)
b. Bagian Produksi
Pada hari Senin sampai dengan Jum’at:
Pukul 08.00 – 12.00 WIB (bekerja)
Pukul 12.00 – 13.00 WIB (istirahat)
Pukul 13.00 – 17.00 WIB (bekerja)
Pada hari Sabtu:
Pukul 08.30 – 13.00 WIB (bekerja)
c. Bagian Keamanan
Pada hari Senin sampai dengan Minggu dibagi dalam 2 shift, yaitu:
– Shift I : Pukul 07.00 – 19.00 WIB
– Shift II : Pukul 19.00 – 07.00 WIB
2.6. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya 2.6.1. Sistem Pengupahan
Penghargaan terhadap hasil kerja karyawan diwujudkan dalam memberi
upah dan fasilitas-fasilitas yang dapat menjamin kesejahteraan karyawan dan juga
Sejalan dengan maksud di atas, PT. Mutiara Mukti Farma berusaha
sedapat mungkin meningkatkan upah karyawan. Pedoman yang diikuti adalah
kebijakan tentang Upah Minimum Regional (UMR) yang telah ditetapkan
pemerintah.
Sistem pengupahan yang berlaku pada perusahaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Pembayaran upah dilakukan sebulan sekali, yaitu setiap awal bulan
2. Upah lembur yang diberikan perusahaan kepada karyawan yang bekerja,
yaitu:
a. Jam pertama sebesar 1,5 kali upah setiap jam kerja normal
b. Jam kedua sebesar 2 kali upah jam kerja normal
c. Jam ketiga ke atas dibayar sebesar 3 kali upah setiap jam kerja
normal
3. Upah yang diberikan meliputi gaji pokok dan tunjangan tetap.
Selain upah yang diberikan, perusahaan juga memperhatikan keselamatan
kerja para karyawannya dengan memberikan jaminan sosial tenaga kerja
(Jamsostek) berupa jaminan hari tua, kecelakaan kerja, kematian dan kesehatan.
Dalam pelaksanaan Jamsostek, pihak perusahaan mengadakan pengutipan iuran
dari kegiatan organisasi karyawan, seperti iuran Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK)
yakni sebesar 2% dari gaji karyawan.
Selain itu perusahaan memberikan kesempatan bagi karyawan untuk
mengembalikan kesegaran dan kepentingan pribadi karyawan dengan memberikan
diberikan perusahaan adalah 12 hari kerja dalam setahun. Selain itu bagi
karyawan yang sedang hamil atau melahirkan, berhak mendapatkan cuti selama 3
bulan, sedang cuti haid selama 2 hari kerja setiap bulannya.
2.6.2 Fasilitas Lainnya
Fasilitas yang diberikan perusahaan PT. Mutiara Mukti Farma adalah:
a. Imbalan resmi (gaji) dan kompensasi tambahan yang diperoleh setiap
karyawan
b. Catu beras diberikan 2 kali 1 bulan
c. Upah lembur, yaitu upah yang diberikan apabila karyawan bekerja
melebihi jam kerja perusahaan yang telah ditentukan
d. Insentif produksi, yaitu bonus kepada karyawan bila memenuhi target
produksi yang ditetapkan perusahaan
e. Tunjangan jabatan, merupakan pelengkap gaji pokok mengingat adanya
pekerjaan yang memegang tanggung jawab serta tuntutan khusus.
Tunjangan ini biasanya diberikan untuk jabatan tingkat Manajer
f. Tunjangan hari raya
g. Uang transport, hanya diberikan kepada karyawan tetap sebagai tambahan
untuk melancarkan produktivitas karyawan. Besarnya uang transport
disesuaikan dengan kedudukan karyawan dalam perusahaan.
Selain fasilitas diatas, perusahaan juga melakukan usaha-usaha untuk
meningkatkan kesejahteraan karyawan, seperti:
– Jaminan hari tua atau uang pensiun
– Jaminan kecelakaan kerja, jaminan ini dilakukan dengan cara
pemberian sumbangan yang diberikan oleh perusahaan. Jaminan
kecelakaan kerja ini diberikan apabila tenaga kerja tersebut
mengalami kecelakaan dalam tugasnya
– Beasiswa bagi anak karyawan yang berprestasi
– Apabila karyawan meninggal setelah berdinas selama 10 tahun, maka
diberikan tunjangan janda dan yang berdinas dibawah 10 tahun akan
diberikan tunjangan sebesar 2 bulan gaji dan tunjangan kemalangan
dari Astek
– Karyawan yang telah berdinas selama 25 tahun diberikan insentif
sebesar 2 bulan gaji.
2.7. Proses Produksi
Proses produksi dapat diartikan sebagai cara, metode dan teknik untuk
menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan
menggunakan sumber-sumber daya seperti tenaga kerja, mesin, peralatan, bahan
baku/material, manajemen,sumber energi, metode dan uang yang ada.
Terdapat berbagai jenis obat-obatan yang diproduksi oleh PT. Mutiara
Mukti Farma . Tetapi dalam pelaksanaan penelitian kali ini, kegiatan proses
produksi yang diamati hanya menyangkut pembuatan obat jenis kaplet. Dalam
pembuatan obat dibutuhkan adanya bahan baku, bahan tambahan, bahan
yang telah dihasilkan akan diuji oleh tenaga ahli dengan suatu sistem
pengendalian mutu yang baik dari manajemen.
2.7.1. Bahan Baku
Bahan baku merupakan bahan utama yang digunakan dalam proses
produksi untuk menghasilkan sebuah produk. Bahan ini memiliki persentase yang
relatif besar dalam produk dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya. Dalam
pembuatan tablet, bahan baku yang digunakan dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu :
a. Bahan Berkhasiat (zat aktif)
Bahan berkhasiat adalah bahan yang digunakan dalam pembuatan obat yang
mana bahan inilah yang berfugsi untuk menyembuhkan penyakit. Bahan
berkhasiat ini berupa tepung yang disesuaikan dengan jenis obat yang akan di
produksi berdasarkan formulasi yang telah ditentukan
- Nama Obat : Antalgin
- Bahan Berkhasiat : Antalgin
b. Bahan Pengisi
Bahan pengisi berguna untuk menambah berat serta ukuran obat sehingga
mudah dicetak. Bahan pengisi ditambahkan pada obat yang bahan
berkhasiatnya berkompisisi rendah, pada obat yang berdosis cukup tinggi
bahan pengisi tidak diperlukan misalnya aspirin atau obat antibiotik. Tepung
yang diperoleh dari jagung, gandum atau kentang dipergunakan sebagai bahan
- Nama Obat : Antalgin
- Bahan Pengisi : Lactose, Corn Starch
2.7.2. Bahan Tambahan
Bahan tambahan merupakan suatu bahan yang ditambahkan dalam
proses pembuatan suatu produk dalam meningkatkan mutu produk dan merupakan
bagian dari produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan terdiri dari :
a. Bahan Pengikat
Bahan pengikat digunakan untuk menyatukan bahan baku obat sehingga
dapat bersatu. Bahan pengikat berupa pasta yaitu campuran air dan tepung.
Pasta kanji merupakan bahan pengikat yang paling banyak dipakai, dibuat
dengan cara melarutkan kanji ke dalam air kemudian dipanaskan selama
beberapa waktu tertentu.
- Nama Obat : Antalgin
- Bahan Pengikat : Amylum
b. Bahan Penghancur
Bahan pengahancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau
hancurnya kaplet ketika bercampur dengan cairan yang terdapat dalam
saluran pencernaan. Bahan berfungsi untuk menarik air ke dalam kaplet,
mengembangkannya dan menyebabkan kaplet pecah menjadi
c. Bahan Pelicin dan Anti Lekat
Suatu bahan anti lekat juga memiliki sifat-sifat pelicin. Perbedaan dari kedua sifat
tersebut adalah : anti lekat berusaha mengurangi melekatnya bubuk atau granul pada
permukaan cetakan atau pada dinding cetakan. Pelicin digunakan untuk memacu
aliran serbuk atau granul untuk masuk kedalam cetakan. Bahan-bahan yang
digunakan agar dalam proses pencetakan obat dapat dengan mudah dicetak.
- Nama Obat : Antalgin
- Bahan Pelicin : Mangnesium Stearat, Talcum
d. Bahan Pengawet
Bahan pengawet berguna untuk mengawetkan obat dan memperlambat proses
perkembangan mikroorganisme seperti dan jamur.
- Nama Obat : Antalgin
- Bahan Pengawet : Nipagin, Nipasol
e. Bahan Perwarna
Bahan perwarna diberikan kepada obat untuk memberikan daya tarik terhadap
suatu obat. Bahan perwarna yang digunakan berbentuk tepung dan sesuai
dengan ketentuan Depkes, yaitu bahan perwarna untuk makanan dan
obat-obatan. Manfaat dari pemberi warna antar lain : menutupi warna obat yang
kurang baik, identifikasi hasil produksi, membuat suatu produk menjadi
menarik.
- Nama Obat : Antalgin
f. Bahan Pemberi Rasa
Bahan pemberi rasa gunanya untuk menghilangkan rasa obat dan memberikan
rasa baru pada obat tersebut, seperti rasa jeruk, rasa apel, dan lain-lain. Zat
pemberi rasa biasanya dibatasi pada obat kunyah atau pada obat lain yang
ditunjukan untuk larut dalam mulut.
- Nama Obat : Antalgin
- Bahan Pemberi Rasa : Vaniline
g. Bahan Pengembang
Bahan Pengembang digunakan untuk mempercepat proses penguraian obat di
dalam usus ataupun lambung. Bahan pengembang yang digunakan seperti
Primojel.
- Nama Obat : Antalgin
- Bahan Pengembang : Primojel
h. Bahan Kemasan
Bahan kemasan digunakan pada proses pengepakan produk jadi, seperti
karton, botol, label, silcap, etiket, dan plastik.
2.7.3. Bahan Penolong
Pengertian dari bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam
proses produksi dalam rangka memperlancar proses produksi, yang mana bahan
ini bukan merupakan bagian dari produk akhir. Bahan penolong yang digunakan
dalam pembuatan tablet adalah air. Air digunakan dalam pembuatan bahan
2.8. Standar Mutu Bahan/Produk
PT. Mutiara Mukti Farma (PT. MUTIFA) mempunyai standarisasi dalam
menghasilkan produk. Setiap bahan dan produk harus melewati proses
pengawasan mtu yang ketat dari mulai masuknya bahan awal, bahan dalam
proses, hingga ke produk jadi sehingga memiliki standar mutu yang sesuai dengan
standar CPOB. Produk yang bermutu dan pelayanan yang baik merupakan usaha
perusahaan dalam menjual produknya pada konsumen.
2.9. Uraian Proses
Proses Produksi yang dihasilkan perusahaan PT. Mutiara Mukti Farma
[image:52.595.253.366.393.670.2]terdiri dari beberapa tahapan, antara lain
2.9.1. Penimbangan Bahan
Bahan baku, baik yang berupa zat berkhasiat maupun yang obat tidak
berkhasiat ditimbang atas dasar surat perintah pembuatan obat yang telah
ditetapkan komposisinya sesuai dengan banyaknya obat yang akan diproduksi dan
formulasinya. Kegiatan penimbangan disaksikan oleh pengawas dari ruang
produksi, bahan-bahan ditimbang sesuai dengan batch yang telah ditentukan
dalam surat perintah pembuatan obat. Bahan-bahan sebelum tiba digudang
diperiksa terlebih dahulu oleh bagian pengawasan mutu untuk mengetahui apakah
bahan tersebut sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan
pemasok bahan baku dan mutunya terjamin.
2.9.2. Proses Pencampuran (Compounding)
Setelah masing-masing bahan sudah ditimbang, kemudian dimasukkan
kedalama sebuah mixer dan di aduk sampai tercampur rata. Kemudian dimasukkan pasta yang berfungsi sebagai zat pengikat sambil terus diaduk.
Setelah tercampur rata bahan kemudian dibawa ke bagian Granulasi Basah.
2.9.3. Proses Granulasi Basah
Proses ini yang bertujuan untuk meningkatkan aliran serbuk dengan jalan
membentuknya menjadi bulatan-bulatan atau butiran kecil dalam bentuk beraturan
yang disebut granul. Jadi granulasi basah adalah gumpalan-gumpalan atau butiran
kecil dari bahan yang telah dicampur yang masih dalam keadaan basah. Bahan
membentuk granul-granul kecil yang ukurannya lebih seragam. Pembentukan
granul-granul akan mempermudah proses pengeringan.
2.9.4. Proses Pengeringan
Setelah bahan digranul secarah basah, kemudian bahan obat tersebut
dikeringkan. Bahan yang dikeringkan tersebut ditimbang terlebih dahulu. Proses
pengeringan dapat menggunakan oven pengeringan ataua Fluid Bed Dryer. Proses pengeringan dengan menggunakan Fluid Bed Dryer akan memberikan waktu yang lebih singkat dan massa yang lebih homogen dibandingkan dengan
menggunakan oven pengering. Proses pengeringan pada Fluid Bed Dryer
dilakukan pada suhu berkisar antara 60oC samapai 100oC, tergantung jenis obat
yang akan dibuat dan memakan waktu sekitar 30 menit. Pengeringan dengan oven
juga dilakukan pada suhu berkisar anatara 60oC sampai 100oC selama 8 jam
sampai 10 jam.
2.9.5. Proses Granulasi Kering
Granulasi kering ini berfungsi untuk mendapatkan ukuran
gumpalan-gumpalan yang lebih halus setelah granul basah dikeringkan. Bahan obat yang
sudah dikeringkan digranulasi kembali sehingga terbentuk granul-granul yang
lebih halus lagi dan memiliki ukuran yang relatif sama sehingga bobotnya
2.9.6. Proses Lubrikasi
Lubrikasi adalah proses pencmpuran zat pelicin dengan bahan obat agar
dalam proses pencetakan obat tidak lengket dan akan menghasilkan obat yang
akan lebih baik. Setelah mengalami granulasi kering, bahan obat yang sudah halus
dilubrikasi. Pada prosesnya ditambahkan zat pelicin seperti Magnesium Stearat
dan Talcum. Pemberian zat pelicin akan memperbaiki daya alir bahan ketika masuk dalam pencetakan dan juga berguna dalam proses pencetakan agar obat
tidak lengket sewaktu dicetak dan memberikan permukaan obat yang licin
mengkilap.
2.9.7. Proses Pencetakan
Pada proses pencetakan. Bahan obat ditimbang terlebih dahulu untuk
mengetahui berat bahan yang akan dicetak, karena dalam surat perintah
pembuatan obat formulasinya sudah ditetapkan untuk sejumlah obat yang akan
dibuat. Dalam proses pencetakan terlebih dahulu dilakukan pencetakan
percobaaan agar obat yang dicetak ukurannya sesuai dengan yang ditetapkan.
Obat yang tidak sesuai ukurannya akan dihancurkan dan kemudian dicetak lagi.
Pada akhir pencetakan diambil beberapa sampel obat untuk mengetahui kadar
dari zat yang terkandung di dalam tablet tersebut.
2.9.8. Proses Pengayakan dan Pemeriksaan
Setelah obat selesai dicetak kemudian diayak secara manual dengan
apakah ada obat yang pecah atau kotor sewaktu pencetakan. Untuk mengetahui
apakah obat tablet yang dihasilkan telah memenuhi standar mutu, maka dilakukan
pemeriksaan oleh bagian pengawasan mutu.
2.9.9. Pengemasan
Pengemasan untuk jenis tablet ada tiga jenis, yaitu :
a. Kemasan botol
Obat dimasukkan ke dalam plastik dan ditimbang untuk setiap seribu
butir tablet. Penimbangan berdasarkan berat obat dalam mg yang telah
ditetapkan sewaktu pencetakan, kemudian dimasukkan pengawet
kedalamnya lalu plastik dipress dengan panas. Plastik obat kemudian
dimasukkan ke dalam botol-botol plastik berikut dengan brosur tentang
obat tersebut. Untuk menjamin kemsan obat, maka tutup botol diberi
segel.
b. Kemasan Strip
Dalam pengemasan strip digunakan mesin sesuai dengan obat yang akan
dikemas. Obat yang sudah dikemas kemudian distempel nomor batch dan
batas waktu untuk obat yang mempunyai batas waktu. Setiap strip berisi
10 butir obat. Obat yang telah dikemas dengan strip dimasukkan ke
dalam kotak yang berisi 10 kemasan strip dan siisolasi. Kotak-kotak
kemudian dimasukkan ke dalam kardus dimana tiap kardus berisi 60
c. Kemasan Blister
Proses pengemasan blister ini sama dengan proses pengemasan strip,
hanya bentuk kemasannya saja yang berbeda yaitu permukaan atasnya
transparan.
2.10. Mesin Produksi
Dalam melakukan proses produksinya mesin dan peralatan produksi yang
digunakan oleh PT. Mutiara Mukti Farma melakukan modifikasi terhadap mesin
dan peralatan yang dilakukan oleh bagian teknik perusahaan ini. Adapun
spesifikasi mesin produksi pembuatan obat kaplet yang ada di PT. Mutiara Mukti
Farma adalah sebagai berikut:
a. Oven Pengering
Type : A/MB
Jumlah : 6 unit
Fungsi : Untuk mengeringkan tepung obat
Kapasitas : 50 kg/ jam
Power motor : 1 HP
Putaran : 1400 Rpm
b. Mesin Bed Dryer
Kapasitas : 30kg/ jam
Fungsi : Untuk mengeringkan tepung obat
Jumlah : 1 unit
Power motor : 1 HP
c. Mixer (lubrikasi)
Type : MLA 21366
Fungsi : Untuk mencampur bahan pelicin dengan tepung obat
Jumlah : 1 unit
Power (motor) : 1 HP
Putaran : 1400 Rpm
d. Mixer (pencampuran)
Kapasitas : 75 kg/ jam
Fungsi : Untuk mencampur tepung obat dengan bahan tambahan
Jumlah : 1 unit
Power (motor) : 1 HP
Putaran : 1400 Rpm
e. Mesin cetak
Type : ZP – 19 C
Kapasitas : 4 – 5 kg/ jam
Fungsi : Untuk mencetak tepung obat kaplet
Jumlah : 1 unit
Power (motor) : 1 HP
Putaran : 1400 Rpm
f. Mesin cetak
Type : ZP – 19 G
Kapasitas : 4 – 5 kg/ jam
Jumlah : 1 unit
Power (motor) : 1 HP
Putaran : 1400 Rpm
g. Mesin Blister
Merek : Ziangnan
Kapasitas Hopper : 8 kg/ jam
Fungsi : Untuk mengepak ke dalam bentuk blister
Jumlah : 4 unit
Power (motor) : 1 HP
Putaran : 1400 Rpm
h. Mesin Strip
Kapasitas : 3 kg/ jam
Fungsi : Untuk mengepak obat kedalam bentuk strip
Power (motor) : 1 HP
Putaran : 1400 Rpm
i. Mesin Strip Tunggal
Type : CY - AP - A
Kapasitas Hopper : 2 kg/ jam
Jumlah : 2 unit
Fungsi : Untuk mengepak obat kedalam bentuk strip
Power (motor) : 1 HP
j. Mesin Strip Tunggal
Type : CY - AP - C
Kapasitas Hopper : 2 kg/ jam
Fungsi : Untuk mengepak obat kedalam bentuk strip
Jumlah : 2 unit
Power (motor) : 1 HP
Putaran : 1400 Rpm
k. Mesin Strip High Speed
Type : F – 220 V
Kapasitas Hopper : 3 kg/ jam
Fungsi : Untuk mengepak obat kedalam bentuk strip
Jumlah : 1 unit
Power (motor) : 1 HP
Putaran : 1400 Rpm
l. Mesin Strip High Speed
Type : SQ 4 – APM - A
Kapasitas Hopper : 3 kg/ jam
Fungsi : Untuk mengepak obat kedalam bentuk strip
Jumlah : 1 unit
Power (motor) : 1 HP
m.Mesin Granulator (kering)
Kapasitas tepung : 120 kg/ jam
Fungsi : Untuk membentuk gumpalan atau butiran dalam
bentuk granul - granul kecil
Jumlah : 1 unit
Power (motor) : 1 HP
Putaran : 1400 Rpm
n. Mesin Granulator (basah)
Type : MLA 2133 G
Kapasitas tepung : 75 kg/ jam
Fungsi : Untuk membentuk gumpalan atau butiran dalam
bentuk granul - granul kecil
Jumlah : 1 unit
Power (motor) : 1 HP
Putaran : 1400 Rpm
o. Mesin hitung kaplet
Type : KDC 101
Fungsi : Untuk menghitung jumlah obat dalam satu
kemasan
Jumlah : 1 unit
Power (motor) : 1 HP
2.11. Peralatan (Equipment)
Peralatan yang digunakan oleh PT. Mutiara Mukti Farma merupakan
sebagai alat bantu dalam melancarkan proses produksi mulai dari pengadaan
bahan baku hingga penyimpanan produk jadi.
1. Belt Conveyor
Arus : 7, 09 A
Daya : 5 HP
Kapasitas : 850 kg/jam
Voltase : 380 V
Fungsi : Alat transportasi untuk membawa bahan baku
2. Timbangan duduk
Merek : Toledo
Jumlah : 1 unit
Fungsi : Untuk menimbang bahan baku
Buatan : Ohio, Amerika Serikat
Kapasitas : 0-1 kg
3. Timbangan Halus Digital
Merek : Toledo
Jumlah : 1 unit
Fungsi : Untuk menimbang berat dari setiap bahan yang digunakan
dalam pembuatan jenis obat
Kapasitas : 26 - 60 mg
4. Timbangan Berkoz
Merek : Berkoz
Jumlah : 1 unit
Fungsi : Untuk menimbang berat dari setiap bahan yang digunakan
dalam pembuatan jenis obat
Buatan : Indonesia
Kapasitas : 0 - 300 kg
2.12. Utilitas
Utilitas adalah sarana penunjang bagi unit-unit lain dalam suatu pabrik.
Utilitas yang dimiliki oleh PT. Mutiara Mukti Farma untuk mendukung kegiatan
produksinya yaitu:
1. Listrik
PT. Mutiara Mukti Farma menggunakan tenaga listrik dari PT. Perusahaan
Listrik Negara (PLN) dan generator untuk mengoperasikan mesin-mesin dan
peralatan produksi. Selain itu perusahaan juga menggunakan listrik PLN
sebagai penerangan pada area kerja, kantor-kantor dan area-area pendukung
lainnya seperti pos satpam, area parkir.
2. Air
Untuk kegiatan produksi pada pabrik pembuatan obat air sangatlah penting,
pemakaian air pada proses pengolahan di PT. Mutiara Mukti Farma untuk
dalam keadaan steril dengan mencuci tangan dan sebagainya. Selain untuk
keperluan pabrik, air juga digunakan untuk kebutuhan air karyawan
perusahaan terutama pada kamar mandi. Sumber air di PT. Mutiara Mukti
Farma bersumber dari 2 yakni:
a. PDAM Tirtanadi
b. Mata air dan sumur bor
3. Laboratorium
Dengan adanya laboratorium, maka dapat diadakan analisa yang teliti terhadap
hal-hal yang berhubungan dengan mutu produk. Laboratorium di PT. Mutiara
Mukti Farma langsung ditangani oleh bagian Quality Control Departement. Laboratorium mempunyai paranan yang sangat penting dalam menunjang
mutu produk yang dihasilkan oleh pabrik. Hasil analisa di informasikan ke
bagian produksi sehingga dapat diketahui apakah mutu produk yang
dihasilkan semakin buruk atau semakin baik. Dengan adanya informasi yang
diterima maka bagian produksi dapat mengambil keputusan atau
tindakan-tindakan yang diperlukan agar mutu produk tetap baik sehinga
kerugian-kerugian yang terjadi dapat dihindarkan.
d. Gudang dan Bengkel
a. Gudang merupakan tempat penyimpanan bahan baku, bahan tambahan,
bahan penolong, dan juga peralatan untuk keperluan produksi.
b. Bengkel merupakan tempat memperbaiki mesin dan peraltan produksi,
dan peralatan dapat segera diatasi sehingga proses produksi tidak
terganggu.
2.13. Safety and Fire Protection
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan hal yang paling penting
diperhatikan oleh setiap perusahaan selama proses produksi berlangsung. Oleh
karena itu usaha pencegahan gangguan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat
turut meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan.
PT. Mutiara Mukti Farma merupakan perusahaan yang sangat