• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kesempatan kerja di sumatera utara sebelum dan pada masa otonomi daerah (1994-2007)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kesempatan kerja di sumatera utara sebelum dan pada masa otonomi daerah (1994-2007)"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PENCIPTAAN KESEMPATAN KERJA DI PROVINSI

SUMATERA UTARA SEBELUM DAN PADA MASA OTONOMI

DAERAH (1994 2007)

Disusun Oleh :

LISBETH ROTUA SIANTURI H14104020

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

2

RINGKASAN

LISBETH ROTUA SIANTURI. Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penciptaan Kesempatan Kerja di Sumatera Utara (Dibimbing oleh YETI LIS PURNAMADEWI)

Otonomi Daerah merupakan suatu kelimpahan kewenangan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Dengan otonomi daerah diharapkan terciptanya kemandirian daerah dalam melaksanakan pemerintahan dan pemerintah daerah diharapkan mampu menentukan sendiri kemajuan pembangunannya dengan mengoptimalkan potensi sektor sektor perekonomiannya. Kemajuan pembangunan ekonomi di suatu negara atau daerah sangat didukung oleh faktor tenaga kerja, karena tenaga kerja merupakan faktor produksi dalam menghasilkan output suatu produksi. Selain itu dengan tersedianya kesempatan kerja, maka akan mengurangi jumlah pengangguran. Jumlah pengangguran yang semakin berkurang diharapkan akan pula mengurangi jumlah kemiskinan dan tingkat kriminalitas.

Pelaksanaan otonomi daerah diharapkan akan mampu meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah. Pertumbuhan ekonomi ini akan mendorong penciptaan kesempatan kerja. Dengan begitu melalui otonomi daerah diharapkan kesempatan kerja akan semakin banyak tersedia dibandingkan dengan sebelum otonomi daerah. Namun kondisi kesempatan kerja di provinsi Sumatera Utara sendiri yang ikut serta dalam mengimplementasikan otonomi daerah, justru menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun, sebelum otonomi daerah rata rata pertumbuhan kesempatan kerja mencapai 1,70 persen sedangkan pada masa otonomi daerah pertumbuhan kesempatan kerja hanya mencapai rata rata 1,22 persen, yang berarti pada masa berlangsungnya otonomi daerah, kesempatan kerja tidak mengalami pertumbuhan sebagaimana diharapkan. Selain itu, jika dibandingkan dengan kesempatan kerja nasional, kesempatan kerja di provinsi Sumatera Utara sebelum otonomi daerah adalah lebih tinggi, namun setelah otonomi daerah justru pertumbuhannya menjadi lebih rendah. Oleh karena tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi penciptaan kesempatan kerja dengan tahun analisis sebelum dan pada masa berlakunya otonomi daerah di Provinsi Sumatera Utara. dengan demikian pelaksanaan otonomi daerah juga akan

(3)

Berdasarkan hasil penelitian ini, model yang digunakan sudah dapat menggambarkan keragaman dalam kesempatan kerja, yang ditunjukkan oleh nilai R2 sebesar 0,99 dan signifikansi empat variabel dari enam variabel yang diduga. Adapun keempat variabel tersebut yang berpengaruh nyata terhadap penciptaan kesempatan kerja adalah investasi, PDRB, tingkat upah riil dan dummy otonomi daerah. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata adalah angkatan kerja dan indeks pendidikan. Variabel yang berpengaruh nyata dan memberikan nilai positif adalah variabel PDRB karena dengan tumbuhnya ekonomi diperlukan tambahan input

khususnya tenaga kerja dengan begitu permintaan akan tenaga kerja semakin meningkat. Variabel investasi memberikan pengaruh yang negatif karena investasi di Sumatera Utara lebih bersifat padat modal sehingga tidak mendorong penciptaan kesempatan kerja, tingkat upah riil memberikan pengaruh yang negatif karena peningkatan upah riil secara terus menerus akan menyebabkan ekonomi biaya tinggi bagi pengusaha dan variabel dummy otonomi daerah memberikan pengaruh yang negatif karena pelaksanaan otonomi daerah tidak didukung efektifitas sistem organisasi pemerintah dan sarana prasarana yang tidak memadai untuk terwujudnya pembangunan ekonomi yang akan mendorong penciptaan kesempatan kerja. Variabel angkatan kerja tidak signifikan karena kondisi angkatan kerja di Sumatera Utara selalu melebihi kesempatan kerja yang tersedia, maka peningkatan jumlah angkatan kerja tidak mampu meningkatkan penciptaan kesempatan kerja. Variabel indeks pendidikan tidak signifikan karena kualitas pendidikan angkatan kerja di Sumatera Utara masih tergolong rendah dan tidak memadai untuk dipekerjakan di sektor sektor perekonomian.

(4)

4

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh :

Nama : Lisbeth Rotua Sianturi

Nomor Registrasi Pokok : H14104020 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi :Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kesempatan Kerja di Sumatera Utara Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah (1994 2007)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Ir. Yeti Lis Purnamadewi, MSc. NIP : 131 967 243

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Rina Oktaviani, Ph, D. NIP : 131 846 872

(5)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR

BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2008

(6)

6

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Lisbeth Rotua Sianturi, lahir 22 Mei 1985 di Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Penulis adalah anak keempat dari lima bersaudara pasangan Mungkur Parlindungan Sianturi dan Lympe Ratna Lumban Tobing. Jenjang pendidikan dimulai pada Pendidikan Sekolah Dasar Negeri No. 173100 Tarutung pada tahun 1992. Pada tahun 1998 penulis masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 2 Tarutung kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Tarutung pada tahun 2001 hingga lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa melalui jalur USMI ( Undangan Seleksi Masuk IPB) pada Program Studi Ilmu Ekonomi, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas kasih, berkat, hikmat dan bijaksana, kekuatan dan penyertaan Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul ”Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penciptaan Kesempatan Kerja di Provinsi Sumatera Utara

Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah”, diajukan sebagai Syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Ibu Ir. Yeti Lis Purnama Dewi, MSc selaku dosen pembimbing. Terimakasih atas doa, kesabaran dalam membimbing penulis, dukungan serta nasehat yang diberikan kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Bapak M. Parulian Hutagaol, Ph.D selaku dosen penguji utama dan Ibu Widyastutik, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan. Terima kasih atas masukan dan saran yang diberikan demi kebaikan skripsi ini. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada seluruh staff dosen di departemen Ilmu Ekonomi atas bimbingan yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswi di Institut ini. 3. Kedua orangtua penulis, Bapa’ Mungkur P. Sianturi dan Mama’ Lympe R. br.

Tobing. Terima kasih penulis sampaikan atas kasih sayang, perhatian, dorongan serta nasehat yang diberikan mulai dari penulis melanjutkan pendidikan di Institut ini sampai kepada penyelesaian skripsi ini.

4. Saudara saudara penulis, Ka Susi, Ka Lenty, Abang Frengki, dan Fernando. Abang Ipar penulis, Abang Silalahi dan Abang Sianipar, sertamy little daughters

Olyvia, Dwi serta Mathilda, dan semua keluarga Sianturi penulis sampaikan terimakasih atas doa dan dukungannya. Semua ini dipersembahkan untuk kalian. 5. Anugrahku Lambok Trisando Cattergy Simamora (MORA). Terima kasih atas

(8)

8

skripsi ini. Suka dan duka yang telah dilalui bersama sangat berharga bagi penulis.

6. Instansi terkait Badan Pusat Statistik (BPS), Depnakertrans, BKPM, dan perpustakaan LSI IPB yang telah menyediakan data yang dibutuhkan dalam skripsi ini. Secara khusus penulis sampaikan terima kasih kepada Bapak Zulfiyandi dan Bapak Nurwidjaya selaku staff Depnakertrans yang telah bersedia memberikan masukan masukan kepada penulis.

7. Saudara Marlina Siahaan, Duvi, dan Kiki yang telah membantu dalam pengolahan data dalam skripsi ini, Tuhan memberkati.

8. Kepada staff tata usaha Departemen Ilmu Ekonomi yang telah meluangkan waktunya untuk mengurus segala administrasi yang berkaitan dengan penulis dan kepada saudara saudara Ilmu Ekonomi khususnya Angkatan 41, disampaikan ucapan terima kasih atas semangat untuk sukses bersama sama.

9. Saudara saudara penulis di Vilga.. Fitri, Ida, Ka Lolyta, Kathryn, Laura, Lastri, Susan, Susi, Tities, Vera, dan Yuli, terima kasih atas doa dan dukungannya. 10. Keluarga PARTARU IPB khususnya saudara saudara angkatan 41, terima kasih

untuk semangat dan doanya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, September 2008

(9)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN...10

2.1. Ketenagakerjaan...9

2.2. Otonomi Daerah dan Kesempatan Kerja...11

2.3. Teori Permintaan Tenaga Kerja...14

2.4. Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja...18

2.5. Penelitian Terdahulu ...22

2.6. Kerangka Pemikiran Operasional...24

III. METODE PENELITIAN...27

3.1. Jenis dan Sumber Data...27

3.2. Metode Analisis Data...28

3.3. Metode Pendugaan Model...28

3.3.1. Teknik Estimasi Model Menggunakan Data Panel...28

(10)

10

3.3.1.2. Metode Fixed Effect...31

3.3.1.3. MetodeRandom Effect...32

3.3.2. Uji Kesesuaian Model...34

3.3.3. Perumusan Model Penelitian...36

3.3.4. Hipotesis Penelitian...37

3.3.5. Uji Hipotesis...37

3.3.5.1. Uji Statistik Model Penduga (Uji F)...38

3.3.5.2. Uji Statistik untuk Masing masing Variabel (Uji t)...39

3.3.5.3. Koefisien Determinasi (R2)...41

3.3.6. Evaluasi Model...42

3.3.6.1. Multikolinearitas...42

3.3.6.2. Autokorelasi...43

3.3.6.3. Heteroskedastisitas...44

IV. GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA...46

4.1. Gambaran Umum Propinsi Sumatera Utara...46

4.2. Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Sumatera Utara...47

4.3. Tingkat Kemiskinan di Propinsi Sumatera Utara...49

4.4. Kesempatan Kerja di Propinsi Sumatera Utara...50

4.5. Perkembangan Investasi di Propinsi Sumatera Utara ...54

4.6. Tingkat Pendidikan...56

4.7. Upah Riil...58

V. HASIL DAN PEMBAHASAN...60

5.1. Transformasi Data dan Uji Kesesuaian Model...60

5.1.1. Transformasi Data...60

5.1.2. Uji Kesesuaian Model...60

5.1.2.1. UjiChow Test...61

5.1.2.2. UjiHausman Test...62

(11)

PENCIPTAAN KESEMPATAN KERJA DI PROVINSI

SUMATERA UTARA SEBELUM DAN PADA MASA OTONOMI

DAERAH (1994 2007)

Disusun Oleh :

LISBETH ROTUA SIANTURI H14104020

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

2

RINGKASAN

LISBETH ROTUA SIANTURI. Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penciptaan Kesempatan Kerja di Sumatera Utara (Dibimbing oleh YETI LIS PURNAMADEWI)

Otonomi Daerah merupakan suatu kelimpahan kewenangan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Dengan otonomi daerah diharapkan terciptanya kemandirian daerah dalam melaksanakan pemerintahan dan pemerintah daerah diharapkan mampu menentukan sendiri kemajuan pembangunannya dengan mengoptimalkan potensi sektor sektor perekonomiannya. Kemajuan pembangunan ekonomi di suatu negara atau daerah sangat didukung oleh faktor tenaga kerja, karena tenaga kerja merupakan faktor produksi dalam menghasilkan output suatu produksi. Selain itu dengan tersedianya kesempatan kerja, maka akan mengurangi jumlah pengangguran. Jumlah pengangguran yang semakin berkurang diharapkan akan pula mengurangi jumlah kemiskinan dan tingkat kriminalitas.

Pelaksanaan otonomi daerah diharapkan akan mampu meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah. Pertumbuhan ekonomi ini akan mendorong penciptaan kesempatan kerja. Dengan begitu melalui otonomi daerah diharapkan kesempatan kerja akan semakin banyak tersedia dibandingkan dengan sebelum otonomi daerah. Namun kondisi kesempatan kerja di provinsi Sumatera Utara sendiri yang ikut serta dalam mengimplementasikan otonomi daerah, justru menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun, sebelum otonomi daerah rata rata pertumbuhan kesempatan kerja mencapai 1,70 persen sedangkan pada masa otonomi daerah pertumbuhan kesempatan kerja hanya mencapai rata rata 1,22 persen, yang berarti pada masa berlangsungnya otonomi daerah, kesempatan kerja tidak mengalami pertumbuhan sebagaimana diharapkan. Selain itu, jika dibandingkan dengan kesempatan kerja nasional, kesempatan kerja di provinsi Sumatera Utara sebelum otonomi daerah adalah lebih tinggi, namun setelah otonomi daerah justru pertumbuhannya menjadi lebih rendah. Oleh karena tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi penciptaan kesempatan kerja dengan tahun analisis sebelum dan pada masa berlakunya otonomi daerah di Provinsi Sumatera Utara. dengan demikian pelaksanaan otonomi daerah juga akan

(13)

Berdasarkan hasil penelitian ini, model yang digunakan sudah dapat menggambarkan keragaman dalam kesempatan kerja, yang ditunjukkan oleh nilai R2 sebesar 0,99 dan signifikansi empat variabel dari enam variabel yang diduga. Adapun keempat variabel tersebut yang berpengaruh nyata terhadap penciptaan kesempatan kerja adalah investasi, PDRB, tingkat upah riil dan dummy otonomi daerah. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata adalah angkatan kerja dan indeks pendidikan. Variabel yang berpengaruh nyata dan memberikan nilai positif adalah variabel PDRB karena dengan tumbuhnya ekonomi diperlukan tambahan input

khususnya tenaga kerja dengan begitu permintaan akan tenaga kerja semakin meningkat. Variabel investasi memberikan pengaruh yang negatif karena investasi di Sumatera Utara lebih bersifat padat modal sehingga tidak mendorong penciptaan kesempatan kerja, tingkat upah riil memberikan pengaruh yang negatif karena peningkatan upah riil secara terus menerus akan menyebabkan ekonomi biaya tinggi bagi pengusaha dan variabel dummy otonomi daerah memberikan pengaruh yang negatif karena pelaksanaan otonomi daerah tidak didukung efektifitas sistem organisasi pemerintah dan sarana prasarana yang tidak memadai untuk terwujudnya pembangunan ekonomi yang akan mendorong penciptaan kesempatan kerja. Variabel angkatan kerja tidak signifikan karena kondisi angkatan kerja di Sumatera Utara selalu melebihi kesempatan kerja yang tersedia, maka peningkatan jumlah angkatan kerja tidak mampu meningkatkan penciptaan kesempatan kerja. Variabel indeks pendidikan tidak signifikan karena kualitas pendidikan angkatan kerja di Sumatera Utara masih tergolong rendah dan tidak memadai untuk dipekerjakan di sektor sektor perekonomian.

(14)

4

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh :

Nama : Lisbeth Rotua Sianturi

Nomor Registrasi Pokok : H14104020 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi :Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kesempatan Kerja di Sumatera Utara Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah (1994 2007)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Ir. Yeti Lis Purnamadewi, MSc. NIP : 131 967 243

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Rina Oktaviani, Ph, D. NIP : 131 846 872

(15)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR

BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2008

(16)

6

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Lisbeth Rotua Sianturi, lahir 22 Mei 1985 di Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Penulis adalah anak keempat dari lima bersaudara pasangan Mungkur Parlindungan Sianturi dan Lympe Ratna Lumban Tobing. Jenjang pendidikan dimulai pada Pendidikan Sekolah Dasar Negeri No. 173100 Tarutung pada tahun 1992. Pada tahun 1998 penulis masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 2 Tarutung kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Tarutung pada tahun 2001 hingga lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa melalui jalur USMI ( Undangan Seleksi Masuk IPB) pada Program Studi Ilmu Ekonomi, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

(17)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas kasih, berkat, hikmat dan bijaksana, kekuatan dan penyertaan Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul ”Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penciptaan Kesempatan Kerja di Provinsi Sumatera Utara

Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah”, diajukan sebagai Syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Ibu Ir. Yeti Lis Purnama Dewi, MSc selaku dosen pembimbing. Terimakasih atas doa, kesabaran dalam membimbing penulis, dukungan serta nasehat yang diberikan kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Bapak M. Parulian Hutagaol, Ph.D selaku dosen penguji utama dan Ibu Widyastutik, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan. Terima kasih atas masukan dan saran yang diberikan demi kebaikan skripsi ini. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada seluruh staff dosen di departemen Ilmu Ekonomi atas bimbingan yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswi di Institut ini. 3. Kedua orangtua penulis, Bapa’ Mungkur P. Sianturi dan Mama’ Lympe R. br.

Tobing. Terima kasih penulis sampaikan atas kasih sayang, perhatian, dorongan serta nasehat yang diberikan mulai dari penulis melanjutkan pendidikan di Institut ini sampai kepada penyelesaian skripsi ini.

4. Saudara saudara penulis, Ka Susi, Ka Lenty, Abang Frengki, dan Fernando. Abang Ipar penulis, Abang Silalahi dan Abang Sianipar, sertamy little daughters

Olyvia, Dwi serta Mathilda, dan semua keluarga Sianturi penulis sampaikan terimakasih atas doa dan dukungannya. Semua ini dipersembahkan untuk kalian. 5. Anugrahku Lambok Trisando Cattergy Simamora (MORA). Terima kasih atas

(18)

8

skripsi ini. Suka dan duka yang telah dilalui bersama sangat berharga bagi penulis.

6. Instansi terkait Badan Pusat Statistik (BPS), Depnakertrans, BKPM, dan perpustakaan LSI IPB yang telah menyediakan data yang dibutuhkan dalam skripsi ini. Secara khusus penulis sampaikan terima kasih kepada Bapak Zulfiyandi dan Bapak Nurwidjaya selaku staff Depnakertrans yang telah bersedia memberikan masukan masukan kepada penulis.

7. Saudara Marlina Siahaan, Duvi, dan Kiki yang telah membantu dalam pengolahan data dalam skripsi ini, Tuhan memberkati.

8. Kepada staff tata usaha Departemen Ilmu Ekonomi yang telah meluangkan waktunya untuk mengurus segala administrasi yang berkaitan dengan penulis dan kepada saudara saudara Ilmu Ekonomi khususnya Angkatan 41, disampaikan ucapan terima kasih atas semangat untuk sukses bersama sama.

9. Saudara saudara penulis di Vilga.. Fitri, Ida, Ka Lolyta, Kathryn, Laura, Lastri, Susan, Susi, Tities, Vera, dan Yuli, terima kasih atas doa dan dukungannya. 10. Keluarga PARTARU IPB khususnya saudara saudara angkatan 41, terima kasih

untuk semangat dan doanya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, September 2008

(19)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN...10

2.1. Ketenagakerjaan...9

2.2. Otonomi Daerah dan Kesempatan Kerja...11

2.3. Teori Permintaan Tenaga Kerja...14

2.4. Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja...18

2.5. Penelitian Terdahulu ...22

2.6. Kerangka Pemikiran Operasional...24

III. METODE PENELITIAN...27

3.1. Jenis dan Sumber Data...27

3.2. Metode Analisis Data...28

3.3. Metode Pendugaan Model...28

3.3.1. Teknik Estimasi Model Menggunakan Data Panel...28

(20)

10

3.3.1.2. Metode Fixed Effect...31

3.3.1.3. MetodeRandom Effect...32

3.3.2. Uji Kesesuaian Model...34

3.3.3. Perumusan Model Penelitian...36

3.3.4. Hipotesis Penelitian...37

3.3.5. Uji Hipotesis...37

3.3.5.1. Uji Statistik Model Penduga (Uji F)...38

3.3.5.2. Uji Statistik untuk Masing masing Variabel (Uji t)...39

3.3.5.3. Koefisien Determinasi (R2)...41

3.3.6. Evaluasi Model...42

3.3.6.1. Multikolinearitas...42

3.3.6.2. Autokorelasi...43

3.3.6.3. Heteroskedastisitas...44

IV. GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA...46

4.1. Gambaran Umum Propinsi Sumatera Utara...46

4.2. Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Sumatera Utara...47

4.3. Tingkat Kemiskinan di Propinsi Sumatera Utara...49

4.4. Kesempatan Kerja di Propinsi Sumatera Utara...50

4.5. Perkembangan Investasi di Propinsi Sumatera Utara ...54

4.6. Tingkat Pendidikan...56

4.7. Upah Riil...58

V. HASIL DAN PEMBAHASAN...60

5.1. Transformasi Data dan Uji Kesesuaian Model...60

5.1.1. Transformasi Data...60

5.1.2. Uji Kesesuaian Model...60

5.1.2.1. UjiChow Test...61

5.1.2.2. UjiHausman Test...62

(21)

5.2.1. Hasil Estimasi Model...62

5.2.2. Interpretasi Model...65

VI. KESIMPULAN DAN SARAN...70

6.1. Kesimpulan...70

6.2. Saran...71

DAFTAR PUSTAKA...74

(22)

12

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi

Sumatera Utara Tahun 1994 2007...3 2. Jumlah Angkatan Kerja di Provinsi Sumatera Utara(1994 2007)...4 3. Ketentuan NilaiDurbin Watson...43 4. Laju Pertumbuhan Riil PDRB Sumatera Utara

Menurut Lapangan Usaha Tahun 1994 2006...48 5. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Sumatera Utara, 2001 2004...50 6. Jumlah Penduduk 15+ di Provinsi Sumatera Utara Tahun, 2001 2005...51 7. Nilai Realisasi Investasi (PMA dan PMDN) Provinsi

Sumatera Utara,1994 2007 (satuan Juta US$)...55 8. Persentase Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan

(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Perbandingan Jumlah Kesempatan Kerja dan

Angkatan Kerjadi Sumatera Utara, 1994 2007...5 2. Perbandingan Pertumbuhan Kesempatan Kerja dan

Angkatan Kerja di Sumatera Utara, 1995 2007...6 3. Diagram Ketenagakerjaan...10 4. Permintaan Tenaga Kerja dengan Tingkat Upah Tetap...16 5. Permintaan Tenaga Kerja dengan Tingkat Upah Menurun...18 6. Kerangka Pemikiran...26 7. Persentase Pertumbuhan Kesempatan Kerja

per Sektor di Sumatera Utara (1996 2005)...53 8. Tingkat Pendidikan Angkatan Kerja

(24)

14

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

(25)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejak tahun 2001 Indonesia telah melaksanakan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah. Salah satu wujud perubahan fundamental dalam sistem pemerintahan di Indonesia sebagai akibat pemberlakuan otonomi daerah tersebut adalah dengan dikeluarkannya Undang Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, dan kemudian disusul oleh Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.

Hakekat Undang Undang baru tersebut adalah pemberian otonomi yang seluas luasnya kepada daerah yang intinya adalah pembagian tugas dan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Adanya pelimpahan kewenangan yang sangat luas kepada daerah, dalam hal ini kota dan kabupaten untuk mengatur dan melaksanakan urusan rumah tangganya sendiri termasuk bidang ketenagakerjaan menyebabkan setiap daerah mempunyai kebebasan dan inisiatif untuk menentukan apa yang akan dicapai dan bagaimana cara untuk mencapainya (Zulfiyandi, 2006).

(26)

16

mengindikasikan bahwa penduduknya tidak sejahtera karena tidak memiliki kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang dapat meningkatkan taraf hidupnya. Dengan demikian, melalui otonomi daerah, masalah ketenagakerjaan diharapkan mampu diatasi oleh pemerintah yang telah diberi kewenangan untuk mengatur sendiri urusan rumah tangganya dengan lebih memperhatikan apa yang menjadi aspirasi masyarakat. Dengan kata lain, landasan filosofis tentang otonomi seharusnya menjadi dasar pemikiran bagi segenap rakyat Indonesia, karena sebagai rakyat Indonesia mereka berhak atas standar minimum ekonomi dan sosial yang sama pentingnya dengan hak politik dan kebebasan sipil.

Bidang ketenagakerjaan merupakan salah satu hal yang sangat esensial dalam usaha memajukan perekonomian. Usaha yang dimaskud di bidang ini adalah penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk dapat mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang akan masuk ke pasar kerja, dimana pada umumnya pertumbuhan angkatan kerja selalu lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan kesempatan kerja. Pertumbuhan kesempatan kerja yang semakin lambat ini adalah akibat dari kurang tersedianya lapangan pekerjaan di pasar kerja.

(27)

sebesar 14374,71 orang (0,18 persen). Kondisi kesempatan kerja ketersediaan lapangan kerja di Sumatera Utara. Kesempatan kerja tersebut belum mampu mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja yang selalu meningkat.

Tabel 1. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1994 2007

Sumber :Depnakertrans, 1994 2007 Keterangan :

KK_1 : Kesempatan Kerja Sektor Pertanian

KK_2 : Kesempatan Kerja Sektor Pertambangan dan Galian KK_3 : Kesempatan Kerja Sektor Industri Pengolahan KK_4 : Kesempatan Kerja Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih KK_5 : Kesempatan Kerja Sektor Bangunan

KK_6 : Kesempatan Kerja Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran KK_7 : Kesempatan Kerja Sektor Pengangkutan dan Komunikasi KK_8 : Kesempatan Kerja Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa KK_9 : Kesempatan Kerja Sektor Jasa jasa

Otonomi daerah diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah yang meningkat akan memicu penciptaan kesempatan kerja. Perlunya peningkatan kesempatan kerja adalah karena adanya keterbatasan kesempatan kerja yang berakibat kepada munculnya pengangguran,

Tahun KK_1 KK_2 KK_3 KK_4 KK_5 KK_6 KK_7 KK_8 KK_9

1994 2503872 8597 298970 15215 98888 573573 182723 29244 537213

1995 2622533 13377 308105 7924 142273 620275 157606 35645 581344

1996 2506947 12.357 339471 7200 137526 741954 210909 23706 627096

1997 2433625 13565 322425 15965 161085 918990 228320 38485 635005

1998 2419737 5653 342029 23236 152773 753440 250154 19969 685806

1999 2493113 10292 349370 11439 112344 807984 224316 34317 625642

2000 2713756 5034 311958 0 166934 874376 238746 47155 333911

2001 2518976 5385 349396 10704 195961 894620 188840 28128 596584

2002 2590613 5641 333639 27845 211747 893946 245555 86636 499072

2003 2643646 5462 328794 7907 193111 779655 198440 39953 398300

2004 2525242 12926 389795 21612 183021 891744 297389 44041 536095

2005 2708022 862 333850 18165 239285 722216 314468 37771 484320

2006 2412367 11448 343956 15872 182406 933562 320845 65418 573782

(28)

dengan semakin meningkatnya pengangguran maka akan memperbanyak angka kemiskinan. Selain itu tidak tersedianya lapangan pekerjaan akan mendorong timbulnya tindakan kriminalitas di kalangan masayarakat. Dengan demikian, perlu dianalisis faktor faktor yang mempengaruhi penciptaan kesempatan kerja, termasuk di dalamnya dianalisis sejauh mana otonomi daerah dapat meningkatkan kesempatan kerja.

1.2. Perumusan Masalah

(29)

negatif. Kemudian meningkat kembali pada tahun 2004 dan menurun kembali pada tahun 2005 sampai tahun 2007 cenderung berfluktuasi.

10,00

Indonesia 1,76 2,52 1,58 0,72 0,31 1,11 1,33 3,12 2,92 0,94 6,74 0,98 0,87 4,69 2,62

Sumatera Utara 5,67 2,63 3,48 2,41 0,34 0,49 1,70 2,06 2,22 6,12 4,67 0,88 0,01 2,02 1,22 1995 1996 1997 1998 1999 2000 Rata

rata 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Rata

rata

Sumber : Depnakertrans, 1994 2007 (Diolah).

Gambar 1. Perbandingan Persentase Pertumbuhan Kesempatan Kerja Indonesia dan Sumatera Utara, 1994 2007

(30)

tersedia termasuk sumber daya manusia. Dengan otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan penciptaan lapangan pekerjaan karena penciptaan lapangan pekerjaan akan memberi efek multiplier terhadap pengurangan jumlah pengangguran dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Sumber : BPS, 1995 2007 (Diolah)

Gambar 2. Perbandingan Pertumbuhan Kesempatan Kerja dan Angkatan Kerja di Sumatera Utara, 1995 2007

(31)

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi penciptaan kesempatan kerja sebelum dan pada masa otonomi daerah dan ingin menganalisis sejauh mana otonomi daerah dapat meningkatkan kesempatan kerja.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah daerah Sumatera Utara, khususnya Dinas Ketenagakerjaan, terkait kebijakan kebijakan yang menyangkut permasalahan dalam ketenagakerjaan.

2. Sebagai bahan studi pustaka dan informasi bagi para pembaca, serta sebagai bahan referensi untuk penelitian yang berkaitan.

3. Sebagai media untuk belajar, menambah pengalaman, dan menerapkan ilmu yang diperoleh penulis selama kuliah.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

(32)

dari data cross section dan time series). Cross Section pada penelitian ini adalah kesembilan sektor perekonomian di Sumatera Utara, sedangkan Time Series adalah tujuh tahun sebelum pemberlakuan otonomi daerah yaitu tahun 1994 2000 dan tujuh tahun lagi setelah dan pada masa otonomi daerah yaitu tahun 2001 2007. Otonomi daerah sebagai dummy variabel untuk melihat berapa besar pengaruh pemberlakuan otonomi daerah terhadap penciptaan kesempatan kerja. Variabel dependent yang digunakan dalam analisis adalah permintaan tenaga kerja sedangkan variabel

(33)

2.1. Ketenagakerjaan

Kesempatan kerja adalah suatu keadaan yang menggambarkan tersedianya lapangan kerja untuk diisi oleh pencari kerja. Tenaga kerja adalah setiap orang yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat (UU RI No. 13 dalam Disnaker, 2003). Sektor tenaga kerja merupakan salah satu sektror penting bagi pembangunan ekonomi khusunya dalam upaya pemerintah menanggulangi kemiskinan. Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan, sehingga kemakmuran suatu negara atau daerah banyak tergantung kepada pemanfaatn tenaga kerja seefektif mungkin.

Upaya yang dilakukan dengan menciptakan lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai, diharapkan dapat menyerap tambahan angkatan kerja yang memasuki pasar kerja setiap tahunnya. Perkembangan jumlah tenaga kerja yang tidak diimbangi dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan akan menyebabkan tingkat kesempatan atau penyerapan tenaga kerja cenderung menurun.

Sesuai dengan UU No. 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan, maka telah ditetapkan batas usia kerja penduduk Indonesia menjadi 15 tahun. Oleh karena itu, pada tanggal 1 Oktober 1998 tenaga kerja didefenisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun atau lebih.

(34)

mencakup penduduk yang bekerja dan penduduk yang mencari pekerjaan. Penduduk yang bekerja dibagi menjadi penduduk yang bekerja penuh dan setengah menganggur. Menurut BPS (2000), bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan tujuan memperoleh nafkah atau membantu memperoleh nafkah paling sedikit satu jam secara terus menerus selama seminggu yang lalu. Sementara yang dimaksud dengan mencari pekerjaan adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh pekerjaan. Penduduk yang mencari pekerjaan dibagi menjadi penduduk yang pernah bekerja dan penduduk yang belum pernah bekerja.

Sumber : BPS dalam Depnakertrans, 2007.

Gambar 3. Diagram Ketenagakerjaan

Penduduk Usia Kerja

Bukan Angkatan Kerja Angkatan Kerja

Bekerja Mencari Kerja

Setengah Menganggur

Belum Pernah Bekerja

Pernah Bekerja

Bekerja Penuh

Mengurus Rumah Tangga

(35)

secara ekonomi, antara lain golongan mereka yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga yaitu mereka yang mengurus rumah tangga tanpa memperoleh upah dan golongan lainnya (Depnakertrans, 2007). Golongan yang masih bersekolah dan yang mengurus rumah tangga sewaktu waktu dapat masuk ke pasar kerja. Oleh karena itu, kelompok ini dapat juga disebut sebagai angkatan kerja potensial. Sektor formal sendiri didefinisikan sebagai usaha yang dimiliki badan usaha dengan memiliki tenaga kerja. Sedangkan sektor informal adalah usaha yang dilakukan sendiri atau dibantu orang lain dan atau pekerja bebas serta pekerja tak dibayar. Penggolongan semua penduduk tersebut dapat dilihat pada diagram ketenagakerjaan Gambar 4.

2.2. Otonomi Daerah dan Kesempatan Kerja

(36)

Disebutkan oleh Tambunan (2001) untuk memberikan keleluasaan pada daerah dalam wujud otonomi daerah yang luas dan bertanggungjawab, untuk mengatur dan mengurus kepentingannya sendiri, tanpa ada lagi intervensi dari pemerintah pusat, menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai kondisi dan potensi wilayahnya, maka lahirlah undang undang yaitu UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah atau yang umum disebut sebagai UU Otonomi Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah atau yang umum disebut sebagai desentralisasi fiskal.

Otonomi daerah didasarkan pada prinsip desentralisasi. Menurut UU Otonomi Daerah Pasal 1 ayat (7), desentralisasi berarti penyerahan wewenang pemerintah oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Osborne dan Gaebler (1992) dalam Tambunan (2001) terdapat empat kelebihan yang dimiliki desentralisasi :

1. Lembaga yang terdesentralisasi jauh lebih fkeksibel daripada yang tersentralisasi, karena lembaga tersebut dapat memberikan jawaban dengan cepat terhadap lembaga dan kebutuhan masyarakat yang berubah.

2. Lembaga yang terdesentralisasi jauh lebih efektif daripada yang tersentralisasi, hal ini mengingat para pekerja di baris depan lebih tahu mengenai apa yang sebenarnya terjadi. jam demi jam, hari demi hari. Seringkali mereka justru dapat menciptakan solusi terbaik, jika mendapat dukungan dari pemimpin organisasi. 3. Lembaga yang terdesentralisasi jauh lebih inovatif daripada yang tersentralisasi.

(37)

pelanggan.

4. Lembaga yang terdesentralisasi niscaya akan menghasilkan semangat kerja yang lebih tinggi, lebih banyak komitmen, dan lebih besar produktivitasnya.

Keefektifan pelaksanaan otonomi daerah juga dipengaruhi oleh kesiapan dan kemampuan pemerintah daerah melaksanakan urusan pemerintah yang diserahkan padanya dalam rangka pelaksanaan pembangunan dan pelayanan masyarakat. Kesiapan ini menyangkut kesiapan perangkatnya di daerah yang umunya memiliki kemampuan yang relatif terbatas dibandingkan perangkat pemerintah pusat. Keterbatasan kemampuan keuangan dan perangkat daerahnya menyebabkan keterbatasan kemampuan daerah dalam pelaksanaan otonomi di daerah yang bersangkutan.

Menurut Kaho (1997) ada empat faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah :

1. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor esensial dari otonomi dan sebagai subjek dan objek dalam pelaksanaan otonomi.

2. Keuangan merupakan faktor yang sangat menentukan pelaksanaan otonomi daerah karena akan menentukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari retribusi daerah, pajak, hasil perusahaan daerah, dsb.

(38)

4. Organisasi dan manajemen merupakan lembaga dan organisasi, pemerintah daerah yang akan menjadi aksekutif dan legislatif di daerah.

Dengan tanggung jawab perencanaan, pelaksanaan dan sumber pembiayaan dari daerah sendiri, daerah leluasa mengimplementasikan kebutuhan dan aspirasi daerahnya dalam bentuk program/proyek pembangunan, yang dikenal sebagai program/proyek regional/daerah. Dalam kaitannya dengan ketenagakerjaan, daerah diberi wewenang utuh untuk menjalankan upaya untuk meningkatkan dan memperluas kesempatan kerja, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan menetapkan upah minimum.

Pemberlakuan otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan perekonomian. Peningkatan dan pertumbuhan perekonomian daerah ini juga diharapkan akan membawa pengaruh yang signifikan terhadap penciptaan kesempatan kerja. Melalui kewenangan yang dimilikinya untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya, maka pemerintah daerah akan berupaya untuk memberdayakan seluruh potensi yang dimiliki dalam mendukung kegiatan kegiatan yang mendorong penciptaan kesempatan kerja. Dengan begitu peningkatan kesempatan kerja ini diharapkan mampu mengurangi jumlah pengangguran dan angka kemiskinan dan pada akhirnya berimplikasi kepada peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah.

2.3. Teori Permintaan Tenaga Kerja

(39)

permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Orang membeli barang karena barang tersebut memberikan kegunaan kepada pembeli. Akan tetapi bagi pengusaha, mempekerjakan seseorang bertujuan untuk membantu memproduksi barang dan jasa untuk dijual kepada konsumen. Dengan kata lain, pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya. Oleh karena itu, permintaan akan tenaga kerja merupakan permintaan turunan.

Fungsi permintaan tenaga kerja biasanya didasarkan kepada teori neoklasik, dimana dalam ekonomi pasar diasumsikan bahwa seorang pengusaha tidak dapat mempengaruhi harga (price taker). Dalam hal memaksimalkan laba, pengusaha hanya dapat mengatur berapa jumlah karyawan yang dapat dipekerjakan. Fungsi permintaan suatu perusahaan akan tenaga kerja didasarkan kepada : (1) tambahan hasil marjinal yaitu tambahan hasil (output) yang diperoleh pengusaha dengan penambahan seoprang pekerja. Tambahan hasil tersebut dinamakan tambahan hasil marjinal atau

(40)

tersebut akan menambah keuntungan pengusaha, sehingga pengusaha akan terus menambah jumlah karyawan selama MR lebih besar dari tingkat upah.

Sumber : Bellante dan Jackson, 1990.

Gambar 4. Permintaan Tenaga Kerja dengan Tingkat Upah Tetap

Keterangan :

VMPP = Value Marginal Physical Product of Labor (Nilai Pertambahan Hasil Marjinal Tenaga Kerja)

P = Harga jual barang per unit DL = Permintaan Tenaga Kerja W = Tingkat Upah

L = Tenaga Kerja

Peningkatan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang dikonsumsinya. Semakin tinggi permintaan masyarakat akan barang tertentu, maka jumlah tenaga kerja yang diminta oleh suatu perusahaan akan semakin meningkat dengan asumsi tingkat upah tetap (Gambar 5.)

Peningkatan jumlah tenaga kerja oleh perusahaan tidak dilakukan untuk jangka pendek, walaupun permintaan masyarakat terhadap produk yang dihasilkan

DL= MPPL.P

D1

VMPP

L* Tenaga Kerja

W Upah

(41)

kerja yang ada dengan penambahan jam kerja atau penggunaan mekanisasi, sedangkan dalam jangka panjang kenaikan jumlah permintaan masyarakat akan direspon oleh perusahaan dengan menambah jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan. Hal ini berarti terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja baru.

Suatu perusahaan akan melakukan penyesuaian penggunaan tenaga kerja tergantung dari tingkat upahnya. Jika tingkat upah mengalami penurunan, maka perusahaan akan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Penurunan tingkat upah dapat dilihat pada Gambar 5.

Pada Gambar 6. kura DLmelukiskan besarnya nilai hasil marjinal tenaga kerja (VMPPL) untuk setiap penggunaan tenaga kerja. Dengan kata lain, menggambarkan hubungan antara tingkat upah (W) dan penggunaan tenaga kerja ynag ditunjukkan oleh titik L1 dan L*. Pada Gambar 6. terlihat bahwa pada kondisi awal tingkat upah berada pada W1dan jumlah tenaga kerja yang digunakan adalah L1. Jika tingkat upah di suatu perusahaan diturunkan menjadi W*, maka jumlah tenaga kerja yang diminta meningkat menjadi L*.

Sumber : Bellante dan Jackson, 1990.

Gambar 5. Permintaan Tenaga Kerja dengan Tingkat Upah Menurun

DL= VMPPL(MPPL.P)

D1

L1 Tenaga Kerja

W1

Upah

W*

(42)

2.4. Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja didefenisikan sebagai jumlah tenaga kerja yang terserap pada suatu sektor dalam waktu tertentu. Penyerapan tenaga kerja diturunkan dari fungsi produksi suatu aktivitas ekonomi. Produksi merupakan transformasi dari input atau masukan (faktor produksi) ke dalam output atau keluaran. Jika diasumsikan bahwa suatu proses produksi hanya menggunakan dua jenis faktor produksi yaitu tenaga kerja (L) dan modal (K), maka fungsi produksinya adalah :

Qt= f (Lt ,Kt) (1)

sedangkan persamaan keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan menurut model Neoklasik adalah sebagai berikut :

πt= TR – TC (2)

dimana :

TR = pt. Qt (3)

Dalam menganalisis penentuan penyerapan tenaga kerja, diasumsikan bahwa hanya ada dua input yang digunakan, yaitu Kapital (K) dan Tenaga Kerja (L). Tenaga Kerja (L) diukur dengan tingkat upah yang diberikan kepada pekerja (W) sedangkan untuk Kapital (K) diukur dengan tingkat suku bunga (r).

TC = rtKt+ WtLt (4)

dengan mensubstitusi persamaan (1), (3), (4) ke persamaan (2) maka diperoleh :

WtLt= pt.f(Lt, Kt) – rtKt (5)

Lt= pt. f(Lt, Kt) – rtKt/Wt (6)

(43)

Wt = Upah Tenaga Kerja pt = Harga jual barang per unit Kt = Kapital (Investasi)

rt = Tingkat Suku Bunga Qt = Output (PDRB)

Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui bahwa permintaan tenaga kerja (Lt) merupakan fungsi dari kapital (investasi), output (pendapatan), tingkat suku bunga (r) dan tingkat upah (w). Hukum permintaan tenaga kerja pada hakekatnya adalah semakin rendah upah dari tenaga kerja maka semakin banyak permintaan dari tenaga kerja tersebut. Apabila upah yang diminta besar, maka perusahaan akan mencari tenaga kerja lain yang upahnya lebih rendah dari yang pertama. Hal ini karena dipengaruhi oleh banyak faktor, yang diantaranya adalah besarnya jumlah angkatan kerja yang masuk ke dalam pasar kerja, upah dan skiil yang dimiliki oleh tenaga kerja tersebut.

(44)

Pendidikan merupakan suatu hal yang bersifat kualitatif. Sehingga untuk mengukur tingkat pendidikan tersebut dalam suatu angka yang bisa diukur dan dapat digunakan dalam perhitungan, maka dengan digunakan suatu indeks yang dikenal indeks pendidikan. Todaro dan Smith (2004) menjelaskan perhitungan indeks pendidikan didasarkan pada indeks kemampuan baca tulis orang dewasa dan indeks masa bersekolah bruto. Indeks baca tulis tenaga kerja didapat dari proporsi jumlah tenaga kerja yang memiliki kemampuan baca tulis. Misalnya, terdapat 98,3 persen tenaga kerja di Indonesia yang memiliki kemampuan baca tulis sehingga indeks baca tulis tenaga kerja tersebut yaitu :

Indeks kemampuan baca tulis TK = 98,3/100 = 0,983.

Indeks masa bersekolah bruto didapat dari jumlah tenaga kerja yang tamat SD, SLTP, SLTA, D1/2, D3/Universitas dari total seluruh jumlah tenaga kerja yang bekerja (Todaro dan Smith, 2004). Misalnya, terdapat 79,9 persen tenaga kerja di Indonesia tamatan SD, SLTP, SLTA, D1/2, D3/Universitas, sehingga :

Indeks masa bersekolah bruto = 79,9/100 = 0,799.

Dengan begitu, untuk mendapatkan indeks pendidikan yang utuh, indeks kemampuan baca tulis orang dewasa dikalikan dengan dua pertiga, dan indeks masa bersekolah bruto dikalikan dengan sepertiga, maka :

Indeks pendidikan = 2/3 (0,983) + 1/3 (0,799) = 0,922.

(45)

pembentukan pendapatan nasional atau PDB (Y = C + I + G +NX), sehingga pertumbuhan investasi akan berdampak pada pertumbuhan pendapatan nasional. Dengan memperhitungkan efek pengganda, maka besarnya persentase pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan menjadi lebih besar dari besarnya persentase pertumbuhan investasi (Mankiw, 2000).

Di lain pihak investasi baik PMDN maupun PMA, juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah suatu wilayah. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa UU otonomi daerah memberikan keleluasaan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri pemerintahannya. Pemerintah daerah dapat mengembangkan segala potensi yang dimiliki daerahnya sesuai dengan kepentingan dan aspirasi rakyatnya. Otonomi daerah secara konsep teori sepadan dengan perdagangan bebas yang dalam justifikasi ekonomi ditujukan untuk memecah konsentrasi ekonomi. Pospos (2002) menjelaskan bahwa secara linear kebijakan pengaturan otonomi daerah di atas mengurai kebuntuan rendahnya tingkat investasi ke daerah. Adanya keengganan para investor untuk berinvestasi ke Indonesia adalah karena terjadinya ekonomi biaya tinggi (higt cost economy), termasuk birokrasi perizinan investasi yang berbelit belit.

(46)

yang perlu disoroti dalam hal ini yaitu mengenai masalah perizinan yang menyangkut penyerapan investasi. Proses perizinan dalam kerangka otonomi daerah inilah yang seharusnya lebih dalam dikaji oleh pemerintah kita saat ini. Kondisi investasi Indonesia seperti yang diuraikan di atas, dapat pula dilihat dari hasil survei Bank Dunia mengenai jumlah hari yang diperlukan untuk pendaftaran perusahaan baru yaitu mencapai 151 hari. Kondisi itu sangat jauh dari rata rata secara internasional yang hanya 50,5 hari.

Sebelum pelaksanaan otonomi daerah, pengurusan izin usaha bagi para investor dilakukan oleh pemerintah pusat (BKPM) dan pemerintah provinsi (BKPMD). Setelah diimplementasikannya otonomi daerah, terdapat tumpang tindih dan tarik menarik antara kegiatan BKPMD provinsi dengan BKPM serta instansi daerah yang menangani investasi.

Investasi membutuhkan stabilitas di bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan. Kepastian di bidang hukum akan memberikan kemudahan bagi perkembangan ekonomi dan membantu para pelaku usaha dalam mengambil keputusan ekonomi. Semakin besar tingkat kepastian, maka semakin memungkinkan suatu perusahaan untuk berinvestasi, baik dalam skala tinggi, menengah, maupun kecil. Begitu pula sebaliknya, kecilnya tingkat kepastian akan mengakibatkan kurangnya investasi.

2.6. Penelitian Terdahulu

(47)

sektor ekonomi di Kota Jambi pertumbuhannya meningkat. Akan tetapi setelah adanya otonomi daerah seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan yang lambat. Jambi kalah bersaing dengan kabupaten yang lain. Selain itu dampak krisis ekonomi juga secara tidak langsung masih berpengaruh terhadap perekonomian Jambi. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian Ardiansyah adalah keduanya menganalisis dampak otonomi daerah terhadap perekonomian. Namun penelitian Ardiansyah ini tidak menganalisis dampaknya terhadap kesempatan kerja. Perbedaan juga terletak pada metode analisis.

Lestari (2006) menggunakan alat analisis shift share dalam menganalisis pengaruh kebijakan otonomi daerah terhadap pertumbuhan kesempatan kerja di Propinsi DKI Jakarta pariode 1996 2004. Hasil analisis menyimpulkan bahwa pada periode 2001 2004 pertumbuhan kesempatan kerja Propinsi DKI Jakarta lebih tinggi jika dibandingkan pada periode 1996 2000, dengan begitu pelaksanaan kebijakan otonomi daerah di DKI Jakarta menunjukkan pengaruh positif terhadap pertumbuhan kesempatan kerja. Kesamaan dengan penelitian ini adalah keduanya menganalisis dampak pemberlakuan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja, dan perbedaanya terletak pada metode analisisnya.

(48)

Banten cenderung meningkat terutama sektor jasa dan industri. Kedua, dari sisi pemerataan pendapatan bahwa di Provinsi Banten, distribusi pendapatan cukup merata di tiap daerah yaitu 0,20 0,35. Ketiga, dari sisi pertumbuhan kesempatan kerja adalah bahwa faktor yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan kesempatan kerja adalah investasi (t 3), PDRB (t 1), permintaan tenaga kerja (t 1), indeks pendidikan (t 1), tingkat upah nominal (t 1) dan dummy otonomi daerah. Sektor yang paling banyak menyerap investasi adalah sektor industri. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang mengalami penguatan selama otonomi daerah, sementara sektor pertanian merupakan sektor yang lebih padat karya. Perbedaan dengan penelitian ini adalah bahwa penelitian Lubis (2008) selain menitikberatkan kepada dampak otonomi daerah terhadap kesempatan kerja di Banten, juga mengkaji dampak otonomi daerah terhadap pencapaian MDGs yang memiliki tujuan dan hakekat yang relatif sama dengan otonomi daerah.

2.7. Kerangka Pemikiran Operasional

(49)

pemerintah daerah, sehingga diharapkan mampu meningkatkan penciptaan kesempatan kerja.

Jika melihat kondisi kesempatan kerja di Sumatera Utara setelah pemberlakuan otonomi daerah didapat bahwa kesempatan kerja cenderung mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kesempatan kerja sebelum otonomi daerah. Selain itu, jika dibandingkan dengan kesempatan kerja nasional, kesempatan kerja di Sumatera Utara lebih rendah pada masa berlakunya otonomi daerah.

(50)

Gambar 6. Kerangka Pemikiran Analisis

Permintaan Tenaga Kerja Investasi

PDRB

Indeks Pendidikan

Angkatan Kerja

Tingkat Upah

Otonomi

Analisis OLS

Implikasi Penelitian

= ruang lingkup analisis

Masalah :

(51)

3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder dari variabel variabel ekonomi yang digunakan dalam model penelitian. Data sekunder yang digunakan berupa data panel yaitu data yang dibagi menjadi dua bagian yaitu data cross section dan time series. Data time series sebanyak sepuluh tahun yaitu tahun 1994 2007, dan datacross section sebanyaksembilan yang digolongkan dalam kelompok sektor ekonomi, yaitu sektor pertanian, pertambangan dan galian, industri pengolahan, listrik, gas dan air minum, konstruksi/bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, jasa keuangan dan persewaan serta sektor jasa jasa lainnya.

Sumber data diperoleh dari berbagai instansi dan media terkait dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Adapun instansi dan media yang dimaksud adalah Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Departemen Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (DEPNAKERTRANS), perpustakaan yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian dan media internet.

3.2. Metode Analisis Data

(52)

data panel yang diolah dengan menggunakan software Eviews 4.1dan Microsoft Excel.

3.3. Metode Pendugaan Model

3.3.1. Teknik Estimasi Model Menggunakan Data Panel

Data Panel (pooled data) atau yang disebut juga sebagai data longitudinal merupakan kombinasi antara data time series dan cross section. Data time series

merupakan data yang dikumpulkan berdasarkan urutan waktu, seperti setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, setiap semester, setiap tahun, dan seterusnya. Sedangkan data cross section merupakan data dari beberapa observasi yang dikumpulkan pada satu waktu yang sama. Metode data panel merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk melakukan analisis empirik yang tidak mungkin dilakukan jika hanya menggunakan datatime seriesmaupuncross section(Gujarati, 2003).

Sebagai contoh, untuk membuat model profitabilitas sebuah perusahaan dalam sebuah industri dapat digunakan datacross section. Namun datacross section

tidak mampu memperhitungkan terjadinya peningkatan pendapatan perusahaan yang terjadi akibat perubahan teknologi seiring berjalannya waktu. Dengan menggunakan data panel, komponentime seriesdari data dapat dimasukkan untuk menggabungkan efek perubahan teknologi pada profitabilitas perusahaan dan menghilangkan masalah yang timbul pada variabel variabelnya. Proses mengkombinasikan datacross section

(53)

regresi dibandingkan data time series ataupun cross section, diantaranya menurut Baltagi dalam Daryanto dan Hafizrianda (2008) adalah :

1. Bila data panel berhubungan dengan individu, perusahaan, negara, daerah, dan lain lain pada waktu tertentu, maka data tersebut adalah heterogen. Teknik penaksiran data panel yang heterogen secara eksplisit dapat dipertimbangkan dalam perhitungan.

2. Kombinasi data time series dan cross section akan memberikan informasi yang lebih lengkap, lebih beragam, kurang berkorelasi antara variabel, derajat bebas lebih besar dan lebih efisien.

3. Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan dinamis dibandingkan studi berulang ulang daricross section.

4. Data panel lebih baik mendeteksi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diukur oleh data time series atau cross section, misalnya efek dari upah minimum regional.

5. Data panel membantu studi untuk menganalisis perilaku yang lebih kompleks, misalnya fenomena skala ekonomi dan perubahan teknologi.

6. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi individu atau perusahaan karena unit data lebih banyak.

Terdapat tiga metode pada teknik estimasi model menggunakan data panel, yaitu pooled Ordinary Least Square (OLS), Fixed Effect dan Random Effect. Dari ketiga metode tersebut akan dipilih model yang terbaik dengan menggunakan uji

(54)

berdasarkan hasil pengujian terhadap ketiga model yang telah dilakukan pada saat estimasi model. Selain itu, asumsi pemilihan model fixed effect ini adalah karena jumlah data time series (14 tahun) melebihi jumlah cross section (9 unit), maka penggunaan model yang paling tepat adalah modelfixed effect.

3.3.1.1 MetodePooledOLS

Metode pooled OLS merupakan suatu metode pengkombinasian sederhana antara data time series dan cross section dan selanjutnya dilakukan estimasi model yang mendasar menggunakan kuadrat terkecil sederhana (Ordinary Least Square). Metode pooled OLS dapat dispesifikasikan ke dalam model berikut :

Ŷit= α + ßXit

Dimana i menunjukkan urutan individu yang diobservasi pada data cross section, sedangkan t menunjukkan periode pada data time series. Namun, pada metode ini asumsi yang digunakan menjadi terbatas karena model tersebut mengasumsikan bahwa intersep dan koefisien dari setiap variabel sama untuk setiap individu yang diobservasi. Hal ini menyebabkan variabel variabel yang diabaikan akan membawa perubahan pada interseptime seriesdancross section.

3.3.1.2. MetodeFixed Effect

(55)

tetapi koefisien koefisien lainnya tetap sama bagi setiap individu yang diobservasi. Metode ini dapat dispesifikasi ke dalam model berikut:

Ŷit= α + ßiΧit+ γ2W2t+ γ3W3t+….+ γNWNt+ δ2Zi2+ δ3Zi3+….+δTZit+ εit Dimana Wit= 1 untuk individu ke i, i = 2,…, N

0 untuk lainnya

Zit= 1 untuk period eke t, t = 2,…., T 0 untuk lainnya

Variabel dummy (N – 1) + (T – 1) ditambahkan ke dalam model dan penambahan tersebut menghasilkan kolinearitas yang sempurna di antara variabel variabel penjelas. Koefisien dari variabel dummy akan mengukur perubahan intersep cross sectiondantime series.

Terdapat beberapa masalah yang berhubungan dengan penggunaan metode

fixed effect. Yang pertama yaitu bahwa penggunaan variabel dummy tidak dapat mengidentifikasi secara langsung penyebab perubahan garis regresi pada periode dan individu. Yang kedua yaitu teknik variabel dummy akan mengurangi jumlah derajat bebas (Pindyck, 1998).

3.3.1.3. MetodeRandom Effect

(56)

Pada metode random effect dimasukkan komponen galat (error term) ke dalam model untuk menjelaskan variabel prediktor (explanatory variable)yang tidak masuk ke dalam model, komponen nonlinearitas, hubungan variabel bebas dan variabel tak bebas, kesalahan ukur saat observasi dilakukan, serta kejadian yang sifatnya acak.

Metoderandom effectdapat dispesifikasikan ke dalam model berikut : Ŷit= α + ßXit+ εit

εit= ui+ vt+ wit dimana ui~ N(0, σu2) = komponen galatcross section

vt~ N(0, σv2) = komponen galattime series

wt~ N(0, σw2) = kombinasi komponen galattime seriesdancross section. i menunjukkan urutan individu yang diobservasi pada datacross section, sedangkan t menunjukkan periode pada data time series. Formulasi dari metode random effect

diperoleh dari model fixed effect dengan mengasumsikan bahwa efek rata rata dari variabel variabel time series dan cross section yang acak termasuk dalam intersep, dan deviasi acak dari rata rata tersebut sama dengan komponen galatui dan vt. Pada

metode random effect diasumsikan bahwa komponen galat individual tidak berkorelasi satu sama lain dan tidak ada autokorelasi antara setiap unitcross section

dantime series(Pindyck, 1998).

3.3.2. Uji Kesesuaian Model.

(57)

Pooled Least Square (PLS) atau Fixed Effect (FE). Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut :

H0: Model PLS (Restricted) H1: Model FE (Unrestricted)

Penolakan terhadap hipotesa nol tersebut adalah dengan menggunakan F Statistik seperti yang dirumuskan :

CHOW =

Dimana :

RRSS =Restricted Residual Sum Square (Sum Square Residual PLS)

URRS =Unrestricted Residual Sum Square (Sum Square Residual Fixed)

N = Jumlah Datacross section

T = Jumlah Datatime series

K = Jumlah variabel penjelas

Dimana pengujian ini mengikuti distribusi F statistik yaitu FN 1,NT N K

Jika nilaiChow Statistic(F Stat) hasil pengujian lebih besar dari F tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol, sehingga model yang digunakan adalah modelfixed effect,begitu juga sebaliknya.

2. Hausman Test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan dalam memilih apakah menggunakan model fixed effect model (FEM) atau model

random effect model (REM). Seperti yang kita ketahui bahwa penggunaan model fixed effect mengandung suatu trade off yaitu hilangnya derajat

(58)

kebebasan dengan memasukkan variabeldummy. Namun penggunaan metode

random effect pun harus memperhatikan ketiadaan pelanggaran asumsi dari setiap komponen galat. Hausman Test dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut :

H0:Random Effect Model H1:Fixed Effect Model

Sebagai dasar penolakan hipotesa nol maka digunakan statistik Hausman dan membandingkannya denganchi square.

StatistikHausmandirumuskan dengan :

m = (β b) (M0 M1)1 ~ X2(K)

dimana β adalah vektor untuk statistik variabelfixed effect, b adalah vektor statistik variabel random effect, (M0) adalah matriks kovarians untuk dugaan FEM dan (M1) adalah matriks kovarian untuk dugaan REM.

Dalam penelitian ini digunakan Model Efek Tetap(Fixed Effect) dikarenakan beberapa alasan berikut :

1. Asumsi bahwa intersep berbeda antar individu sedangkan koefisien slope konstan.

2. Asumsi bahwa jumlah datatime serieslebih besar daripada jumlah datacross sectionmaka akan dipilih model efek tetap.

(59)

Model umum yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan tinjauan teori terhadap fungsi ekonomi dari tingkat penyerapan tenaga kerja dan hasil studi dari Lubis (2008) yang menganalisis tentang faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kesempatan kerja di Banten. Adapun model dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

LogLDit = α0+ β0LogINVit + β1LogPDRBit + β2LogIPit + β3LogAKit + β4LogWit +

β5DMt+ ε0

Dimana :

LDit = Permintaan Tenaga Kerja sektoritahunt

INVit = Realisasi Investasi sektoritahuntdi Provinsi Sumatera Utara

PDRBit= Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Utara atas dasar harga konstan 2000 sektoritahunt

IPit = Indeks Pendidikan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Utara sektoritahunt AKit = Jumlah Angkatan Kerja di provinsi Sumatera Utara sektoritahunt

Wit = Tingkat Upah Riil provinsi Sumatera Utara sektoritahunt DMt = Dummy otonomi daerah ; t = 1994 2000 ; DM = 0

; t = 2001 2007 ; DM = 1

3.3.4. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah didasarkan pada persamaan dalam model penelitian ini yaitu koefisien variabel investasi (β0) > 0, koefisien

(60)

variabel angkatan kerja (β3) > 0, koefisien variabel tingkat upah riil (β4) < 0, dan

kofisien variabel dummy otonomi daerah (β5) > 0. Yang artinya variabel investasi,

PDRB, indeks pendidikan, angkatan kerja dan dummy otonomi daerah memberi pengaruh yang positif terhadap penciptaan kesempatan kerja, sedangkan variabel tingkat upah riil memberi pengaruh yang negatif terhadap penciptaan kesempatan kerja.

3.3.5. Uji Hipotesis

Uji hipotesis berguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien regresi yang didapat signifikan (berbeda nyata) atau tidak. Maksud dari signifikan ini adalah suatu nilai koefisien regresi yang secara statistik tidak sama dengan nol. Jika koefisien slope sama dengan nol, berarti dapat dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menyatakan variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Untuk kepentingan tersebut, maka semua koefisien regresi harus diuji. Ada dua jenis uji hipotesis terhadap koefisien regresi yang dapat dilakukan. Pertama disebut dengan Uji F, yaitu digunakan untuk menguji koefisien (slope) regresi secara bersama sama. Kedua disebut dengan Uji t yang digunakan untuk menguji koefisien regresi termasukinterceptsecara individu.

3.3.5.1. Uji Statistik Model Penduga (Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabelindependent

dalam model secara bersama sama berpengaruh terhadap variabel dependent.

(61)

variabel dependent dilakukan melalui pengujian besar perubahan dari variabel

dependent yang dapat dijelaskan oleh perubahan nilai semua variabel independent. Analisis pengujian tersebut adalah sebagai berikut :

A. Perumusan Hipotesis H0: β1= β2= β3= βk= 0

H1: Minimal ada satu nilai β yang tidak sama dengan nol B. Menghitung nilai Fhitungdan nilai Ftabel

C. Penentuan penerimaan atau penolakan H0

D. Apabila keputusan yang diperoleh adalah nilai Fhitung > Ftabel dimana koefisien regresi berada di luar daerah penerimaan H0maka tolak H0.Artinya variabel bebas secara bersama sama berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya. Jika Fhitung < Ftabel maka terima H0artinya variabel bebas secara bersama sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya.

3.3.5.2. Uji Statistik untuk Masing masing Variabel (Uji t)

(62)

A. Perumusan Hipotesis H0: βi= 0

H1: βi≠ 0 ; i = 0,1,2,...,k k = koefisienslope

dari hipotesis tersebut dapat terlihat arti dari pengujian yang dilakukan yaitu berdasarkan data yang tersedia, akan dilakukan pengujian terhadap βi (koefisien regresi populasi), apakah sama dengan nol, yang berarti variabel bebas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat, atau tidak sama dengan nol yang berarti variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

B. Penentuan nilai kritis

Dalam pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi, nilai kritis dapat ditentukan dengan menggunakan tabel distribusi normal dan dengan memperhatikan tingkat signifikansi (α) dan banyaknya sampel (n) yang digunakan.

ttabel= t (α / 2), (n k 1)

C. Menghitung nilai t hitung koefisien variabel independen

thitung= dengan :

βi = Nilai koefisien regresi atau parameter variabel

Se (βi) = Simpangan baku untuk βi D. Penerimaan atau penolakan H0

) ( i

i

(63)

Jika thitung< ttabel maka terima H0

E. Apabila keputusan yang diperoleh adalah tolak H0maka koefisien βi tidak sama dengan nol yang menunjukkan bahwa βi nyata atau memiliki nilai yang dapat mempengaruhi nilai variabel dependent.

3.3.5.3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (Goodness of Fit), yang dinotasikan dengan R2, adalah proporsi variasi dalam Y yang dapat dijelaskan oleh variabel variabel penjelasnya. R2 menunjukkan besarnya pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependent. R2memilihrangeantara 0 ≤ R2≤ 1. Jika R2bernilai 1 maka garis regresi menjelaskan 100 persen variasi dalam Y. Sedangkan jika R2bernilai 0 maka garis regresi tidak menjelaskan variasi dalam Y. Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut :

R2 = Dimana :

RSS = Jumlah Kuadrat Regresi TSS = Jumlah Kuadrat Total

Tidak tepatnya titik titik berada pada garis regresi disebabkan karena adanya faktor faktor lain yang berpengaruh terhadap variabel bebas. Bila tidak ada penyimpangan tentunya tidak akan adaerror. Bila hal tersebut terjadi, maka ESS = 0, yang berarti RSS = TSS atau R2 = 1. Atau dengan kata lain, semua titik observasi

(64)

berada tepat di garis regresi. Jadi, TSS sesungguhnya adalah variasi dari data, sedangkan RSS adalah variasi dari garis regresi yang dibuat.

3.3.6. Evaluasi Model

Evaluasi model dari setiap metode estimasi dilakukan sebagai upaya untuk menghasilkan model yang efisien, fisibel dan konsisten. Evaluasi model dilakukan melalui pendeteksian terhadap pelanggaran atau gangguan asumsi model, yaitu gangguan waktu (time related diturbance), gangguan antar individu atau antar sektor ekonomi, dan gangguan akibat keduanya.

3.3.6.1. Multikolinearitas

Multikolinearitas terjadi jika dalam suatu model regresi tak satupun variabel bebas mempunyai koefisien regresi hasil dari OLS (Ordinary Least Square) yang signifikan secara statistik, walaupun nilai koefisien determinasi ganda R2 tinggi. Indikasi multikolinearitas tercermin dengan melihat hasil t dan F statistik hasil regresi. Jika banyak koefisien parameter dari t statistik diduga tidak signifikan sementara dari hasil F hitungnya signifikan, maka patut diduga adanya multikolinearitas. Multikolineritas dapat diatasi dengan memberi perlakuan cross section weights, sehinggatstatistic maupunFhitung menjadi signifikan.

3.3.6.2. Autokorelasi

(65)

dari estimatornya. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi atau korelasi serial adalah dengan melihat nilai Durbin Watson (DW) dalam Eviews. Menurut Firdaus dalam Fitri (2007) untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dapat digunakan ketentuan sebagai berikut :

Tabel 3. Ketentuan NilaiDurbin Watson

Nilai DW Keterangan

<1,10 ada autokorelasi

1,10< DW<1,54 tidak ada kesimpulan 1,55<DW>2,46 tidak ada autokorelasi 2,47<DW>2,9 tidak ada kesimpulan

>2,91 ada autokorelasi

Sumber : Firdaus, 2004

Autokorelasi (korelasi serial) ditemukan apabila error dari periode waktu yang berbeda saling berkorelasi. Pada analisis seperti yang dilakukan pada model, jika ditemukan autokorelasi, maka model menjadi efisien meskipun tidak bias dan konsisten.Treatmentuntuk pelanggaran ini adalah dengan menambahkan AR(1) atau AR(2) dan seterusnya, tergantung dari banyaknya autokorelasi pada model regresi yang digunakan.

3.3.6.3. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana varian dari suatu kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas, yaitu :

(66)

Sehingga

Var(εi) ≠ σ2

Ini merupakan pelanggaran salah satu asumsi tentang model regresi linier berdasarkan metode kuadrat terkecil. Di dalam regresi, asumsi yang digunakan adalah bahwa Var(εi) = σ2, untuk semua ε, artinya untuk semua kesalahan pengganggu

variannya sama. Pada umumnya heteroskedastisitas terjadi di dalam analisis data

cross section, yaitu data yang menggambarkan keadaan pada suatu waktu tertentu. Jika pada model dijumpai heteroskedastisitas, maka model menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan konsisten. Dengan kata lain, jika regresi tetap dilakukan meskipun ada masalah heteroskedastisitas maka hasil regresi akan menjadi

misleading(Gujarati, 1995).

(67)

4.1. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang berada di pulau Sumatera. Secara astronomis provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1° 4° Lintang Utara dan 98° 100° Bujur Timur. Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sebelah timur dengan Negara Malaysia di Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat dan di sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km2, sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias. Pulau pulau Batu serta beberapa pulau kecil, baik di bagian barat maupun bagian timur pantai Pulau Sumatera.

(68)

Provinsi Sumatera Utara memiliki iklim tropis, karena terletak dekat garis khatulistiwa. Ketinggian permukaan daratan provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter di atas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 34,2° C. sebagian daerahnya berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 13,4° C. Sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia, provinsi Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai dengan September dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan November sampai dengan bulan Maret, diantara kedua musim itu diselingi oleh musim pancaroba.

Potensi daerah yang mendukung peningkatan ekonomi di Sumatera Utara adalah banyaknya jenis usaha karet, makanan dan minuman. Hal ini sesuai dengan potensi ekonomi daerah Sumatera Utara yang mengandalkan sektor pertanian, perkebunan, perikanan maupun kehutanan. Dengan demikian, hasil perkebunan di provinsi Sumatera Utara dikelola di wilayah sendiri.

4.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara

(69)

tenaga kerja.

Tabel 4. Laju Pertumbuhan Riil PDRB Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha Tahun 1994 2006 (Persen)

Kriteria Tahun _1 _2 _3 _4 _5 _6 _7 _8 _9

Rata rata

1994 7,22 8,96 7,74 7,95 4,45 20,15 6,67 14,39 9,30 7,66

1995 8,62 8,69 9,23 14,63 6,02 9,34 8,68 12,80 7,95 9,55

1996 8,71 0,72 9,25 13,59 12,65 8,76 8,48 10,51 9,56 9,14

1997 8,98 37,95 3,77 38,53 8,74 5,53 7,37 5,56 7,76 5,37

1998 1,82 17,72 13,81 4,26 32,66 12,26 20,48 11,36 19,15 13,89

1999 9,91 2,76 3,26 3,98 26,26 3,20 6,80 5,36 13,42 5,09

2000 160,19 341,99 239,50 48,32 313,98 219,74 135,49 166,49 278,84 211,61

Sebelum Otonomi Daerah

Rata

rata 28,83 40,57 36,06 18,75 48,49 35,44 21,86 27,58 43,95 33,50

2001 3,80 12,36 4,09 10,70 2,39 4,16 8,35 4,66 4,28

2002 2,53 0,50 5,03 7,03 4,64 4,95 12,14 5,59 3,04

2003 2,51 1,35 4,29 5,42 6,01 2,88 10,45 6,84 11,55

2004 3,75 10,68 5,38 3,09 7,65 6,11 13,49 6,90 6,16

2005 3,38 6,42 4,76 5,15 12,96 4,95 10,11 7,15 4,36

2006 2,32 4,17 5,47 3,08 10,33 6,95 11,91 10,24 7,09

Pada Masa Otonomi

Daerah

Rata

rata 3,05 2,38 4,83 5,74 7,33 5,00 11,08 6,89 6,08 5,29

Sumber : BPS, 2001 2005 Keterangan:

_1 : Pertanian

_2 : Pertambangan dan Galian _3 : Industri Pengolahan _4 : Listrik, Gas dan Air Bersih _5 : Bangunan

_6 : Perdagangan, Hotel dan Restoran _7 : Pengangkutan dan Komunikasi _8 : Keuangan, Persewaan dan Jasa _9 : Jasa jasa

Gambar

GAMBARAN�UMUM�PEREKONOMIAN�SUMATERA�UTARA.........46�
GAMBARAN�UMUM�PEREKONOMIAN�SUMATERA�UTARA.........46�
Tabel� 1.� � Persentase� Penduduk� Berumur� 15� Tahun� Keatas� yang� Bekerja� Selama�Seminggu� yang� Lalu� Menurut� Lapangan� Pekerjaan� Utama� di� Provinsi�Sumatera�Utara�Tahun�1994�2007�
Gambar� 1.� Perbandingan� Persentase� Pertumbuhan� Kesempatan� Kerja��
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skala self confidence memiliki nilai reliabilitas (r) 0,917 yang disusun peneliti berdasarkan karakteristik yang diungkapkan Ignoffo (1999) yaitu memiliki cara pandang yang

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan masalah Bagaiamanakah prevalensi kejadian Hipertensi pada penyakit Infark Miokard di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010?..

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pola singkatan dalam chatting di internet terdiri dari 6 pola yaitu: pola I (singkatan yang menggunakan huruf awal kapital), pola

Pada bab ini akan ditampilkan hasil pengujian, kemudian hasil pengujian dianalisa untuk mendapatkan sifat mekanik dan kegagalan yang terjadi dari spesimen uji,

menunjukkan proporsi bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum dengan berat badan lahir normal sebanyak 50 (61%) dan dengan berat badan lahir rendah

Disarankan kepada manajemen RSUD Perdagangan Kabupaten Simalungun untuk: memberikan reward bagi perawat pelaksana yang telah melakukan kinerja dalam asuhan keperawatan dengan

Seperti kita ketahui bahwa pemasangan Instalasi penerangan pada Kereta Api sama dengan pemasangan Instalasi pada rumah tinggal, bedanya hanya pada instalasi Kereta Api tidak

Perawatan Selama pembedahan. Posisi yang enak untuk pasien. Kalau perlu berikan obat penenang. Operator harus tenang, manipulasi tidak kasar. Ukur tekanan darah, frekuensi nadi