• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Stabilitas Fisik dan Komponen Kimia Pada Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.) Dalam Bentuk Emulsi Tipe Minyak Dalam Air Menggunakan GCMS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Stabilitas Fisik dan Komponen Kimia Pada Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.) Dalam Bentuk Emulsi Tipe Minyak Dalam Air Menggunakan GCMS"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI STABILITAS FISIK DAN KOMPONEN KIMIA

PADA MINYAK BIJI JINTEN HITAM

(Nigella sativa L.) DALAM BENTUK EMULSI TIPE

MINYAK DALAM AIR MENGGUNAKAN GCMS

SKRIPSI

DEISY INDAYANTI

NIM. 1110102000080

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

(2)

ii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI STABILITAS FISIK DAN KOMPONEN KIMIA

PADA MINYAK BIJI JINTEN HITAM

(Nigella sativa L.) DALAM BENTUK EMULSI TIPE

MINYAK DALAM AIR MENGGUNAKAN GCMS

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

DEISY INDAYANTI

NIM. 1110102000080

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

(3)

iii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,

dan semua sumber yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Deisy Indayanti

NIM : 1110102000080

Tanda Tangan :

(4)

iv

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Deisy Indayanti

NIM : 1110102000080

Program Studi : Farmasi

Judul : Uji Stabilitas Fisik dan Komponen Kimia Pada Minyak Biji

Jinten Hitam (Nigella sativa L.) Dalam Bentuk Emulsi Tipe Minyak Dalam Air Menggunakan GCMS

Disetujui oleh:

Mengetahui,

Kepala Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Drs. Umar Mansur, M.Sc. Pembimbing I

Ofa Suzanti Betha, M.Si, Apt.

NIP. 197501042009122001

Pembimbing II

Ismiarni Komala, M. Sc., Ph.D. Apt.

(5)

v

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Deisy Indayanti

NIM : 1110102000080

Program Studi : Farmasi

Judul : Uji Stabilitas Fisik dan Komponen Kimia Pada Minyak Biji

Jinten Hitam (Nigella sativa L.) Dalam Bentuk Emulsi Tipe Minyak Dalam Air Menggunakan GCMS

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt. ( )

Pembimbing II : Ismiarni Komala, M. Sc., Ph.D., Apt. ( )

Penguji I : Nelly Suryani, M.Si., Ph.D., Apt. ( )

Penguji II : Eka Putri, M.Si., Apt. ( )

Ditetapkan di : Jakarta

(6)

vi Minyak Dalam Air Menggunakan GCMS

Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan. Suatu sediaan obat yang diformulasi harus cukup stabil ketika penyimpanan, yaitu obat tidak berubah menjadi tidak memiliki efek atau menjadi racun/toksik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji stabilitas emulsi berdasarkan sifat fisik dan kimia emulsi melalui perubahan komponen penyusun minyak atsiri yang terkandung di dalam emulsi minyak biji jinten hitam (MBJH) dengan emulgator tragakan 1,5%. Sifat fisik meliputi pengamatan organoleptis, pengukuran nilai pH, viskositas, diameter rata-rata globul, dan uji sentrifugasi. Sifat kimia meliputi perubahan komponen penyusun minyak atsiri emulsi MBJH sebelum dan setelah penyimpanan selama 21 hari pada suhu ruang (25oC). Sifat kimia diuji menggunakan GCMS. Hasil pengujian sifat fisik menunjukkan bahwa pada formulasi MBJH sebelum dan setelah penyimpanan emulsi tetap berwarna krem kekuningan, bau khas minyak, dan tidak terjadi pemisahan, mengalami penurunan nilai pH sebesar 0,6, penurunan viskositas sebesar 125 cps, kenaikan ukuran diameter rata-rata globul emulsi sebesar 10,72 µm, dan terjadi pemisahan setelah dilakukan uji sentrifugasi. Hasil pengujian komponen penyusun minyak atsiri emulsi MBJH sebelum dan setelah penyimpanan menunjukkan bahwa terjadi penurunan persen area pada thymoquinone sebesar 40,40%, 4-terpineol sebesar 4,7%, carvone sebesar 0,52%, terbentuk senyawa baru p-cymene, -terpinene, dan α-terpinene, adanya senyawa yang hilang yaitu limonene dan citronella, dan senyawa yang persen areanya tetap pada senyawa isopulegol. Thymoquinone tidak stabil dalam formulasi emulsi MBJH dengan emulgator tragakan 1,5%. Dari penelitian ini diketahui bahwa telah terjadi perubahan komposisi kimia pada emulsi MBJH selama penyimpanan 21 hari.

(7)

vii considered. A formulary drug dosage should be stable when the storage, the drug does not turn into a substance has no effect or even into substances that are toxic. This study aims to This study aims to test the stability of emulsion based on physical and chemical properties through changed in the composition of volatile oil contained in the black cumin seed oil emulsion (MBJH) with 1.5% tragacanth as an emulsifier. Physical properties include organoleptic, measurement of pH value, viscosity, average diameter of globules, and centrifugation test. Chemical properties include changed in the composition of volatile oil emulsion MBJH before and after storage for 21 days at room temperature (25oC). Chemical

properties were tested using GCMS. The test results showed that the physical properties of the formulation before and after storage MBJH emulsion still creamy yellowish, aromatic smell of oil, and there is no separation, decreased pH value by 0,6, decreased viscosity by 125 cps, increased in the average diameter of globules emulsion by 10.72 µm, and there was separation after centrifugation test. Results of testing components volatile oil emulsion MBJH before and after storage showed that a decreased percent area thymoquinone by 40.40%, 4-terpineol by 4.7%, carvone by 0.52%, new compounds are formed p-cymene, -terpinene, and α-terpinene, missing the presence of compounds limonene and citronella, and compounds that percent area fixed on isopulegol compounds. Thymoquinone unstable in formulation MBJH emulsion with 1.5% tragacanth emulsifier. Furthermore, the results of this study confirmed that there is a change in the chemical composition of the MBJH emulsion during 21 days of storage.

(8)

viii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta KATA PENGANTAR

Bismillahirahmaanirrahiim alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi berjudul “Uji Stabilitas Fisik Dan Komponen Kimia Pada Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella Sativa L.) Dalam Bentuk Emulsi Tipe Minyak Dalam Air Menggunakan GCMS” dengan baik sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan tingkat Strata 1 (S1) pada Program Studi

Farmasi. Shalawat serta salam senantiasa penulis curahkan kepada Nabi Besar

Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat serta para pengikut di jalan yang

diridhoi-Nya.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian sampai penyusunan skripsi ini

tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si, Apt. dan Ibu Ismiarni Komala, M. Sc., Ph.D.,

Apt. selaku pembimbing saya, yang dengan sabar memberikan bimbingan,

masukan, dukungan, dan semangat kepada penulis.

2. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt. selaku Ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Kedua orang tua tercinta Ibu Oktariyah dan Bapak Muhammad Sukri yang

senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan baik moril maupun materil,

serta doa tanpa henti yang menyertai setiap langkah penulis.

4. Eyang akung tercinta Bapak Drs. Soewito, MM. yang senantiasa memberikan

kasih sayang, dukungan baik moril maupun materil, serta doa tanpa henti

yang menyertai setiap langkah penulis.

5. Putra Nugroho yang selalu ada untuk memberikan semangat dan nasihat

tanpa henti dalam suka dan duka sejak awal penelitian hingga akhir

(9)

ix

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan hingga

penulis dapat menyelesaikan studi di jurusan Farmasi FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

7. Teman seperjuangan penelitian penulis Hanny Narulita dan Liana Puspita

Cahyaningrum atas kebersamaan, bantuan serta motivasinya sejak awal

penelitian hingga akhir penyelesian skripsi ini.

8. Temanku Iklis, Khalida, dan Farah yang telah memberi dukungan, motivasi,

serta masukan kepada penulis selama pengerjaan skripsi dan selama di

bangku perkuliahan.

9. Teman-teman Farmasi β010 “Andalusia” atas persaudaraan dan kebersamaan

yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis baik selama pengerjaan

skripsi ini maupun selama di bangku perkuliahan.

10. Laboran Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kak Rahmadi, Kak Eris,

Kak Liken, Kak Tiwi, dan Kak Lisna, dan Kak Rani yang dengan sabar

membantu penulis mempersiapkan alat dan bahan selama penelitian.

11. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian

naskah skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang namanya

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas semua

bantuan, dan dukungan yang diberikan. Akhir kata dengan segala kerendahan hati,

penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna dan

banyak kekurangan. Oleh karena itu saran serta kritik yang membangun sangat

diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan

bagi pembaca pada umumnya. Amin Ya Robbal’alamin.

Jakarta, September 2014

(10)

x

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Deisy Indayanti

NIM : 1110102000080

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Jenis karya : Skripsi

demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya,

dengan judul :

UJI STABILITAS FISIK DAN KOMPONEN KIMIA PADA MINYAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa L.) DALAM BENTUK EMULSI TIPE MINYAK DALAM AIR MENGGUNAKAN GCMS

untuk dipublikasi atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang – Undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada Tanggal : September 2014

Yang menyatakan,

(11)

xi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... x

DAFTAR ISI ... xi

2.1.1 Morfologi Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.) ... 4

2.1.2 Bagian Tanaman yang Digunakan ... 5

2.1.3 Kandungan Kimia Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.) ... 5

2.1.4 Aktivitas Farmakologi Minyak Biji Jinten Hitam ... 6

2.2 Minyak atsiri ... 7

2.3 Penguraian dan Penstabilan Bahan Obat ... 8

2.3.1 Reaksi Hidrolisis ... 9

2.3.2 Reaksi Oksidasi ... 9

2.3.3 Reaksi Isomerisasi ... 10

(12)

xii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4.1 Pengertian Emulsi ... 10

2.4.2 Tujuan Emulsi dan Emulsifikasi ... 11

2.4.3 Komponen Pembentuk Emulsi ... 11

2.4.4 Evaluasi Sediaan Emulsi ... 15

2.4.5 Stabilitas Sediaan Emulsi ... 15

2.5 Demulsifikasi ... 17

2.5.1 Pengertian Demulsifikasi ... 17

2.5.2 Metode Demulsifikasi ... 17

2.6 Ekstraksi Cair-cair ... 19

2.7 Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GCMS) ... 20

2.7.1 Kromatografi Gas ... 20

3.3.1 Penyiapan Sampel Minyak Biji Jinten Hitam (MBJH) ... 21

3.3.2 Pembuatan Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam (MBJH) ... 22

3.3.2 Evaluasi Fisik Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan ... 23

3.3.3 Analisis Komponen Kimia Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan ... 24

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1 Hasil Pembuatan Emulsi MBJH ... 26

4.1.1 Formula Emulsi MBJH ... 26

4.1.2 Hasil Kondisi Optimasi Kecepatan Spindel Homogenizer .... 26

4.1.3 Hasil Pembuatan Emulsi MBJH Dengan Kondisi Optimasi .. 27

4.2 Evaluasi Fisik Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan ... 27

4.2.1 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan ... 27

(13)

xiii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4.2.3 Hasil Pengukuran Nilai Viskositas Rata-rata Emulsi MBJH

Sebelum dan Setelah Penyimpanan ... 29

4.2.4 Hasil Pengukuran Nilai Diameter Rata-rata Globul Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan ... 30

4.2.5 Hasil Uji Sentrifugasi Emulsi MBJH ... 32

4.3 Hasil Analisis Komponen Kimia MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan... 33

4.3.1 Hasil Kondisi Optimasi GCMS MBJH ... 33

4.3.2 Hasil Analisis Stabilitas Komponen Kimia MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan ... 33

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

5.1 Kesimpulan ... 44

5.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(14)

xiv

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kerangka Penelitian ... 51

Lampiran 2 Perhitungan Penimbangan Bahan ... 52

Lampiran 3 Perhitungan Diameter Rata-rata Globul Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan ... 54

Lampiran 4 Perhitungan Rendemen Hasil Ekstraksi Minyak Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan ... 64

Lampiran 5 Perhitungan Konsentrasi Minyak Hasil Ekstraksi Emulsi MBJH ... 69

Lampiran 6 Hasil Kromatogram GCMS MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan ... 70

Lampiran 7 Dokumentasi Alat, Bahan, dan Kegiatan Penelitian ... 82

Lampiran 8 Sertifikat Analisis Minyak Biji Jinten Hitam ... 83

Lampiran 9 Sertifikat Analisis Tragakan... 86

Lampiran 10 Sertifikat Analisis Natrium Benzoat ... 87

(15)

xv

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman dan Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.) ... 4

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Nilai pH Rata-rata Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan ... 29

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Nilai VIskositas Rata-rata Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan ... 30

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Nilai Diameter Rata-rata Globul Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan ... 31

Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Rendemen Hasil Ekstraksi Minyak Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan ... 34

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Kandungan Kimia MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan ... 37

Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Kandungan Kimia Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan ... 37

Gambar 4.7 Reaksi Isomerisasi Limonene ... 41

Gambar 4.8 Reaksi Hidrolisis Limonene Menjadi α-terpineol ... 41

(16)

xvi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Senyawa Kimia Minyak Atsiri Biji Jinten Hitam

(Nigella sativa L.) ... 5

Tabel 2.2 Komposisi Senyawa Kimia Minyak Statis Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.) ... 6

Tabel 2.3 Jenis-jenis Zat Pengemulsi dan Penstabil Untuk Sistem Farmasi ... 13

Tabel 3.1 Komposisi Emulsi MBJH ... 22

Tabel 4.1 Formula Emulsi MBJH ... 26

Tabel 4.2 Hasil Kondisi Optimasi Kecepatan Spindel Homogenizer ... 26

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi MBJH ... 28

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Nilai pH Rata-rata Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan ... 28

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Nilai Viskositas Rata-rata Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan ... ` 29

Tabel 4.6 Hasil Pengukuraan Diameter Rata-rata Globul Emulsi MBJH ... 31

Tabel 4.7 Hasil Uji Sentrifugasi Emulsi MBJH ... 32

Tabel 4.8 Rendemen Hasil Ekstraksi Minyak Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan ... 34

Tabel 4.9 Kandungan Kimia Senyawa Antioksidan Di dalam MBJH ... 37

Tabel 4.10 Perubahan Komponen Kimia Minyak Atsiri MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan ... 38

(17)

1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jinten hitam merupakan tanaman herbal berbunga tahunan yang

banyak ditanam di negara Mediterania, Timur Tengah, Eropa Timur, dan

Asia Barat. Di Timur Tengah, Afrika Utara, dan India biji jinten hitam

telah lama digunakan secara tradisional selama berabad-abad untuk

pengobatan asma, batuk, bronkitis, sakit kepala, rematik, demam,

influenza dan eksim serta sebagai antihistamin, antidiabetes, antiinflamasi,

antioksidan, dan meningkatkan sistem imun (Burits and Bucar, 2000;

Padmaa, 2010).

Minyak biji jinten hitam yang berada di pasaran pada umumnya

berupa sediaan minyak yang dikemas dalam botol, dalam bentuk soft

kapsul, dan dalam bentuk serbuk yang dicampur dengan minyak zaitun,

sari kurma, serta madu. Pada penelitian sebelumnya, telah dilakukan

formulasi minyak biji jinten hitam yang dikombinasi dengan olive oil

dalam bentuk sediaan mukoadhesif untuk pengobatan infeksi pada vagina,

dan juga formulasi dalam bentuk solid lipid nanopartikel untuk kulit

sebagai kosmetik (Sree Harsha, et al., 2011; Nagi, et al., 2010).

Formulasi emulsi dari berbagai jenis bahan alami telah dibuat dan

digunakan dalam industri makanan, farmasi, dan kosmetik. Ada berbagai

bahan yang ditambahkan untuk meningkatkan nilai gizi maupun sifat

fisikokimia dari sediaan yang dibuat. Bahan tambahan ini terkadang

mengalami degradasi secara perlahan dan bahkan bisa sampai

menghilangkan aktivitasnya karena mengalami oksidasi, bereaksi dengan

komponen yang ada dalam sistem sehingga dapat membatasi

bioavailibilitas, atau mengubah warna dan rasa produk, dimana hal ini

akan mempengaruhi keamanan dan efektivitas dari sediaan yang dibuat

(18)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Berbagai kondisi lingkungan, seperti cahaya, suhu, kelembaban,

dan siklus freeze/thaw, secara signifikan dapat mempengaruhi stabilitas kimia dari zat aktif selama penyimpanan dan distribusi

(Lopez, et al., 2012). Ketidakstabilan secara kimia dapat dilihat berdasarkan adanya degradasi zat aktif, perubahan pH, perubahan ukuran

globul, dan penurunan viskositas (Ali, et al., 2013).

Tujuan dari penelitian ini adalah menguji stabilitas komponen

senyawa pada minyak biji jinten hitam ketika diformulasi menjadi emulsi

berdasarkan sifat fisik dan sifat kimia emulsi melalui perubahan

komponen penyusun minyak atsiri yang terkandung di dalamnya.

Kestabilan ini merupakan hal yang penting untuk mengetahui kualitas dari

suatu produk obat (Lopez, et al., 2012).

1.2 Batasan Masalah

Dalam penelitian uji stabilitas fisik dan komponen senyawa pada

minyak biji jinten hitam (Nigella sativa L.) dalam bentuk emulsi tipe minyak dalam air menggunakan GCMS ini masalah dibatasi pada

evaluasi stabilitas fisik dan komponen senyawa pada minyak biji jinten

hitam setelah diformulasi menjadi emulsi sebelum dan setelah

penyimpanan pada suhu ruang (25oC).

1.3 Perumusan Masalah

1. Bagaimana stabilitas fisik emulsi minyak biji jinten hitam tipe minyak

dalam air dengan emulgator tragakan 1,5% selama penyimpanan 21

hari?

2. Bagaimana stabilitas kimia komponen penyusun minyak atsiri biji

jinten hitam dalam formulasi emulsi tipe minyak dalam air dengan

(19)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji stabilitas fisik emulsi minyak biji jinten hitam tipe

minyak dalam air dengan emulgator tragakan 1,5% selama

penyimpanan 21 hari.

2. Untuk menguji stabilitas kimia komponen penyusun minyak atsiri biji

jinten hitam dalam formulasi emulsi tipe minyak dalam air dengan

emulgator tragakan 1,5 % dalam penyimpanan selama 21 hari.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui stabilitas

senyawa aktif yang terkandung di dalam minyak biji jinten hitam sebelum

(20)

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

2.1.1 Morfologi Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

Berdasarkan Materia Medika Jilid III, 1979 jinten hitam

merupakan jenis tanaman terna setahun berbatang tegak. Memiliki batang

berusuk dan berbulu tegak, rapat atau jarang-jarang dengan disertai adanya

bulu-bulu berkelenjar. Bentuk daun lanset, berbentuk garis dengan panjang

1,5-2 cm. Ujung runcing dan memiliki 3 tulang daun berbulu. Memiliki

daun tunggal atau majemuk yang posisinya tersebar atau berhadapan.

Daun pembalut bunga kecil. Tanaman jinten hitam ini memiliki jumlah

kelopak bunga 5 dengan bentuk bundar telur yang ujungnya agak

meruncing sampai agak tumpul. Pangkal mengecil membentuk sudut yang

pendek dan besar. Memiliki bulu pada mahkota bunga yang jarang dan

pendek dengan jumlah mahkota bunga pada umumnya 8 dan bentuk agak

memanjang namun lebih kecil dari kelopak bunga. Bibir bunga 2, bibir

bagian atas pendek, lanset, ujung memanjang berbentuk benang dan bibir

bagian bawah memiliki ujung tumpul. Benang sari banyak dan gundul,

kepala sari jorong, berwarna kuning, dan sedikit tajam. Memiliki buah

dengan bentuk bulat telur atau agak bulat. Biji jorong bersudut 3 tidak

beraturan yang sedikit membentuk kerucut, panjang 3 mm, berkelenjar,

dan berwarna hitam.

(21)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2.1.2 Bagian Tanaman yang Digunakan

Biji jinten hitam telah banyak digunakan untuk pengobatan dan

dalam makanan, terutama di negara-negara islam. Selain itu minyak biji

jinten hitam ini juga banyak mengandung nutrisi yang baik untuk

kesehatan. Komposisi dari minyak biji jinten hitam berbeda-beda pada

setiap wilayah, bergantung pada lokasi tumbuhnya (Gharby, et al., 2013).

2.1.3 Kandungan Kimia Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

Berdasarkan historisnya, investigasi senyawa kimia pada biji

Nigella sativa L. pertama kali dimulai pada tahun 1880 dengan kandungan minyak 37% dan abu 4,1% (El-Din, et al., 2006). Pada minyak biji jinten hitam mengandung minyak statis dan minyak atsiri. Komposisi senyawa

kimia minyak atsiri dan minyak statis biji jinten hitam secara umum dapat

diliihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Komposisi Senyawa Kimia Minyak Atsiri Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

Senyawa Kandungan (%) Senyawa Kandungan (%)

α- thujene 2,4 Fenchone 1,1

(22)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

[Sumber: Nickavar, et al., 2003, dengan pengolahan kembali]

2.1.4 Aktivitas Farmakologi Minyak Biji Jinten Hitam

a. Antibakteri

Minyak atsiri biji jinten hitam memiliki banyak aktivitas

farmakologi, salah satunya adalah sebagai antibakteri. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan Bessedik dan Allem, 2013 menggunakan

sampel yang berasal dari rumah sakit di Ibukota Aljazair, melalui

medium agar pada cawan petri yang diberi minyak biji jinten hitam

pada konsentrasi minimal penghambatan dengan berbagai pengenceran

dan beberapa bakteri patogen seperti Escherechia coli,Enterococcus faecalis, Salmonella typhi, Proteus mirabilis, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Klebsiella pneumonia. Pada konsentrasi 0,4% aktivitas penghambatan terjadi pada E. coli, S. Aureus, dan P. mirabilis. Untuk E. faecalis SV, S. thermophilus, dan P. aeruginosa, aktivitas penghambatan terjadi pada konsentrasi 2%. Dari penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa minyak biji jinten hitam

ini memiliki aktivitas antibakteri spectrum luas berdasarkan efek

(23)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta b. Antioksidan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Muhamma Raza, et al., 2006 senyawa thymoquinone yang terdapat dalam minyak atsiri biji

jinten hitam dalam bentuk minuman untuk pencegahan yang diberikan

selama 5 hari (8 mg/kg/day p.o.) terbukti dapat melindungi mencit dari

hepatotoksisitas yang diinduksi oleh CCl4. Efek hepatoprotektif dari

TQ terhadap hepatotoksisitas yang diinduksi oleh CCl4 ditunjukkan

oleh pencegahan yang signifikan untuk peningkatan serum ALT, AST

dan LDH yang terkait dengan penghambatan yang signifikan dalam

produksi peroksida oleh lipid di hati.

c. Antikanker

Pada jurnal Hassan, et al., 2008, telah dilakukan penelitian efek thymoquinone sebagai antikanker pada sel karsinoma hepatoseluler

(HepG2). Studi ini dilakukan dengan memberikan pengobatan pada sel

karsinoma hepatoseluler (HepG2) dengan TQ konsentrasi bertingkat

(25-400 µM) selama 12-24 jam. Kemudian kelangsungan hidup dan

proliferasi dari sel uji dimonitor. Hasil dari studi ini dapat dilihat

berdasarkan data yang menunjukkan bahwa pengobatan sel dengan

konsentrasi < 200 µM menghasilkan penghambatan yang signifikan

dari kelangsungan hidup sel pada 12-24 jam dibandingkan dengan

kontrol.

2.2 Minyak atsiri

Minyak atsiri merupakan kelompok besar minyak nabati yang

berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga

memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri bersifat mudah menguap

karena titik uapnya rendah. Minyak atsiri memiliki bagian utama berupa

senyawa terpenoid yang merupakan penyebab wangi, harum, atau bau

yang khas pada banyak tumbuhan. Semua terpenoid berasal dari molekul

(24)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta penyambungan dua atau lebih satuan C5 ini. Terpenoid terdiri atas

beberapa macam senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri, yaitu

monoterpena dan seskuiterpena yang mudah menguap (C10 dan C15),

diterpena yang lebih sukar menguap (C20), sampai ke senyawa yang tidak

menguap, yaitu triterpenoid dan sterol (C30), serta pigmen karotenoid

(C40). Golongan senyawa lainnya mungkin terdapat bersama-sama dengan

terpena di dalam minyak atsiri seperti fenilpropanoid, dll

(harborne, 1987).

Secara kimia, terpena minyak atsiri terdiri dari dua golongan yaitu

monoterpena dan seskuiterpena, berupa isoprenoid C10 dan C15 dengan

masing-masing memiliki titik didih yang berbeda, yaitu monoterpena

140-180o C dan seskuiterpena > 200oC (harborne, 1987).

Berdasarkan struktur kimianya, senyawa monoterpena terdiri dari

tiga golongan, yaitu asiklik (misalnya geraniol), monosiklik (misalnya

limonene), atau bisiklik (misalnya α- dan - pinene). Dalam setiap

golongan, monoterpena dapat berupa hidrokarbon tak jenuh (misalnya

limonene) atau dapat mempunyai gugus fungsi dan berupa alkohol

(misalnya mentol), aldehida, atau keton (misalnya menton, carvone)

(harborne, 1987).

2.3 Penguraian dan Penstabilan Bahan Obat

Kebanyakan penguraian bahan farmasi dapat digolongkan sebagai

hidrolisis atau oksidasi. Kebanyakan obat mengandung lebih dari satu

gugus fungsional, dan obat ini mungkin bisa terhidrolisis dan teroksidasi

bersama-sama. Reaksi lain seperti isomerisasi, epimerasi, dan fotolisis

juga dapat mempengaruhi kestabilan obat dalam berbagai produk cairan,

padatan, dan semisolid (Martin, et al., 1993).

(25)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2.3.1 Reaksi Hidrolisis

Obat dengan gugus fungsi seperti eter, amine, keton, ester, amida,

lakton atau laktam secara umum dapat mengalami degradasi yang

disebabkan hidrolisis. Air memiliki peran penting dalam terjadinya reaksi

hidrolisis. Hal ini disebabkan karena air berperan sebagai media terjadinya

interaksi (Fathima, et al., 2011; Niazi, 2007).

Reaksi hidrolisis adalah reaksi penguraian garam oleh air atau

reaksi ion-ion garam dengan air. Garam-garam yang berasal dari asam

lemah atau basa lemah atau keduanya akan terurai dalam air membentuk

asam bebas dan basa bebas. Reaksi salah satu atau kedua ion larutan

garam dengan air menyebabkan perubahan konsentrasi ion H+ maupun ion OH- dalam larutan. Akibatnya, larutan garam dapat bersifat asam, basa,

maupun netral. Dalam penguraian garam dapat terjadi beberapa

(26)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta biasanya terjadi secara spontan dalam keadaan normal. Oksidasi sering melibatkan radikal bebas dan yang diikuti reaksi-reaksi berantai. Radikal bebas adalah molekul/atom yang mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan seperti R, hidroksil bebas OH, dan molekul oksigen O-O. Radikal ini cenderung untuk menarik elektron dari zat lain sehingga terjadi oksidasi. Dalam kebanyakan reaksi oksidasi, laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi dari molekul pengoksidasi tetapi mungkin tidak bergantung pada konsentrasi oksigen. Reaksi ini biasanya dikatalisis oleh oksigen, logam berat, dan peroksida organik. Obat dengan gugus fungsi aldehid, alkohol, fenol, alkaloid, atau yang mengandung minyak dan

lemak tak jenuh mudah mengalami reaksi oksidasi ini

(Martin, et al., 1993; Fathima, et al., 2011; Niazi, 2007).

2.3.3 Reaksi Isomerisasi

Reaksi isomerisasi merupakan proses kimia dari suatu senyawa yang berubah menjadi bentuk senyawa isomer lainnya namun tetap memiliki komposisi kimia yang sama dengan senyawa asalnya hanya memiliki perbedaan pada struktur atau konfigurasi sehingga memiliki sifat fisika dan kimia yang berbeda juga dengan senyawa asalnya. Senyawa isomer yang terbentuk ini mungkin juga memiliki sifat farmakologi atau

toksikologi yang berbeda (Fathima, et al., 2011).

2.4 Emulsi

2.4.1 Pengertian Emulsi

Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi

dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang

merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan fase pembawa,

sistem ini disebut emulsi minyak dalam air (o/w). Sebaliknya, jika air atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti

minyak merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi air dalam

(27)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki viskositas relatif rendah sampai salep atau krim, yang merupakan

semisolid. Diameter partikel dari fase terdispersi umumnya berkisar dari

0,1-50 µm (James, 2007).

Pada dasarnya suatu sistem emulsi tidak stabil karena

masing-masing partikel memiliki kecenderungan untuk bergabung dengan partikel

sesama lainnya. Umumnya untuk membuat suatu emulsi yang stabil, perlu

fase ketiga atau bagian ketiga dari emulsi yaitu zat pengemulsi

(emulsifying agent) (Ansel, 1989). Bahan pengemulsi umumnya dibedakan menjadi tiga golongan besar, yaitu surfaktan, hidrokoloid, dan zat padat

terbagi halus. Golongan pengemulsi tertentu dipilih terutama berdasarkan

stabilitas shelf-life yang dikehendaki, tipe emulsi yang diinginkan, dan biaya zat pengemulsi (Lachman, et al., 1994).

2.4.2 Tujuan Emulsi dan Emulsifikasi

Untuk emulsi yang diberikan secara oral, tipe emulsi minyak dalam

air memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan tersebut memiliki

rasa yang lebih enak walaupun sebenarnya minyak yang diberikan tidak

enak rasanya, dengan menambahkan pemanis dan pemberi rasa pada

pembawa airnya, sehingga mudah dimakan dan ditelan sampai ke

lambung. Ukuran partikel yang diperkecil dari bola-bola minyak dapat

mempertahankan minyak tersebut agar lebih dapat dicernakan dan lebih

mudah diabsorpsi (Ansel, 1989).

2.4.3 Komponen Pembentuk Emulsi

Komponen pembentuk emulsi secara umum yaitu:

a. Fase Minyak

Secara umum fase minyak dari emulsi merupakan suatu zat

aktif yang memiliki aktivitas farmakologi. Parafin cair, minyak castor,

minyak ikan, minyak wijen merupakan contoh minyak yang biasa

diformulasi menjadi emulsi untuk sediaan oral. Minyak biji kapas,

(28)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta emulsi untuk penggunaan infus. Minyak turpentine dan benzyl

benzoate biasa diformulasi emulsi untuk penggunaan eksternal

(Aulton and Taylor, 2001).

b. Fase Air

Fase air atau pelarut yang digunakan dalam pembuatan emulsi

adalah aquademineralisata. Aqua demineralisata ini diperoleh dengan

cara penyulingan, pertukaran ion, osmosis terbalik, atau cara lain yang

sesuai. Air yang digunakan harus bebas mineral, partikel, dan mikroba

(Rowey, Sheskey dan Owen, 2006).

c. Emulsifying Agent (Emulgator)

Dalam membentuk emulsi yang stabil bahan pembentuk emulsi

ini bekerja dengan menurunkan tegangan permukaan antara fase

minyak dan air atau merusak lapisan yang mengelilingi globul emulsi

(Silva, et al., 2011).

Bahan pengemulsi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tragakan. Tragakan 1,5% dipilih karena merupakan emulgator

alam dan berdasarkan penelitian sebelumnya dihasilkan emulsi dengan

viskositas yang paling baik (Warda, 2013). Tragakan tidak larut dalam

air, etanol 95%, dan pelarut organik lain. Meskipun tidak larut dalam

air namun tragakan dapat mengembang 10 atau 20 kali dari beratnya

baik di dalam air panas ataupun air dingin

(Rowey, Sheskey dan Owen, 2006; Anief, 2006). Data praformulasi

dari tragakan yaitu: (HOPE, 6th Edition)

Sinonim : gum tragacanth, tragacantha

Organoleptis : serbuk, berwarna putih hingga

kekuningan, tidak berbau, membantuk

lapisan transparan

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, ethanol

(95%), dan pelarut organik lain. Bisa

(29)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sepuluh kali beratnya dalam air baik air

panas atau dingin

Keasaman-kebasaan : pH 5-6 pada larutan terdispersi 1% w/v

Nilai keasaman : 2-5

Kandungan air : < 15% w/w

Manfaat penggunaan : agen pensuspensi, agen peningkat

viskositas

Stabilitas dan penyimpanan : stabil pada pH 4-8 dan pada wadah

tertutup rapat dengan kondisi sejuk dan

kering

Inkompatibilitas : menurunkan efek sebagai pengawet pada

benzalkonium klorida, klorbutanol, dan

methylparaben

Selain tragakan, zat pengemulsi dan penstabil untuk sistem

farmasi adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3 Jenis-jenis Zat Pengemulsi dan Penstabil Untuk Sistem Farmasi

[sumber: Ansel, 1989]

d. Pengawet

Pengawet yang digunakan disini adalah Na benzoat dengan

konsentrasi 0,1%. Na benzoat dipilih sebagai pengawet karena

kompatibel dengan tragakan. Na benzoat larut dalam etanol 95%

(1:75), etanol 90% (1:50), dan air (pada suhu 20o 1:1,8 dan pada suhu 100o 1:1,4). Na benzoat memiliki aktivitas sebagai bakteriostatik dan anti jamur yang optimal pada pH 2-5 serta pada kondisi basa hampir 1. Bahan-bahan karbohidrat Akasia (gom), tragakan, agar, kondrus

2. Zat-zat protein Gelatin, kuning telur, dan kasein

3. Alkohol dengan bobot molekul tinggi

Stearil alkohol, setil alkohol, dan gliseril monostearat

4. Zat-zat pembasah, yang bisa bersifat kationik, anionik, dan nonionik.

Kationik: benzalkonium klorida

Nonionik: ester-ester sorbitan dan turunan polietilen

5. Zat padat yang terbagi halus

(30)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak memiliki efek (Rowey, Sheskey and Owen, 2006). Data

praformulasi dari natrium benzoat yaitu:

Sinonim : sodium benzoic acid, benzoic acid

sodium salt

Organoleptis : berupa serbuk, granul, atau kristal yang

sedikit higroskopis, berwarna putih,

tidak berbau

Kelarutan : ethanol 95% (1 in 75), ethanol 90%

(1 in 50), air (1 in 1,8; 1 in 1,4 at

100oC)

Keasaman-kebasaan : pH 8

Densitas : 1,497-1,527 g/cm3 at 24oC

Manfaat penggunaan : pengawet, lubrikan tablet dan kapsul

Stabilitas dan penyimpanan : penyimpanan pada wadah tertutup rapat

dengan kondisi sejuk dan kering

Inkompatibilitas : inkompatibel dengan senyawa

kuartener, gelatin, garam Fe, garam

kalsium, logam berat seperti merkuri,

perak

e. Pemanis

Pemanis yang digunakan yaitu sukrosa. Sukrosa merupakan

pemanis yang umum digunakan dalam pembuatan sediaan oral.

Sukrosa disini berfungsi untuk menutupi rasa dari sediaan yang kurang

enak. Konsentrasi sukrosa sebagai pemanis pada sediaan oral yaitu

50-67%. Sukrosa praktis tidak larut dalam kloroform, larut dalam etanol

(1:400), etanol 95% (1:170), propan-2-ol (1:400), dan air (pada suhu

(31)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2.4.4 Evaluasi Sediaan Emulsi

Evaluasi sediaan emulsi ini dilakukan untuk mengetahui kestabilan

dari suatu sediaan emulsi dalam jangka waktu penyimpanan tertentu.

Evaluasi sediaan emulsi ini dilakukan melalui pengamatan organoleptis

(bau, warna), pengamatan secara fisik (viskositas, diameter globul

rata-rata, pH, dan volume creaming), serta pengamatan secara kimia (degradasi zat aktif) (Martin, et al., 1993; Ansel, 1989; Lachman, et al., 1994).

2.4.5 Stabilitas Sediaan Emulsi

Stabilitas merupakan suatu kemampuan produk obat atau kosmetik

agar dapat mempertahankan spesifikasi yang diterapkan sepanjang periode

penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan,

kualitas, dan kemurnian produk (Djajadisastra, 2004). Kestabilan dari

emulsi farmasi berciri tidak adanya penggabungan fase dalam, tidak

adanya creaming, dan memberikan penampilan, bau, warna, dan sifat-sifat

fisik lainnya yang baik (Martin, et al., 1993).

Beberapa fenomena yang menjadi parameter dalam menentukan

ketidakstabilan fisik dalam emulsi yaitu:

a. Creaming

Creaming merupakan peristiwa pembentukan agregat dari bulatan fase dalam yang memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk naik

ke permukaan emulsi atau jatuh ke dasar emulsi tersebut daripada

partikel-partikelnya sendiri (Martin, et al., 1993).

b. Koalesen

Koalesen merupakan proses penipisan atau terganggunya lapisan

film antardroplet sehingga menyebabkan adanya fusi dari dua atau lebih droplet yang ukurannya menjadi lebih besar dari ukuran semula

(32)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Cracking

Kerusakan yang paling besar dari emulsi adalah cracking. Pada fenomena ini emulsi terpisah menjadi dua fase yaitu fase minyak dan

fase air dan tidak dapat bercampur meskipun dilakukan pengocokan

(Ansel, 1989).

Selain uji stabilitas fisik, ada juga uji stabilitas kimia pada emulsi.

Uji stabilitas kimia pada emulsi salah satunya adalah dengan cara

menganalisis perolehan kembali zat aktif yang terkandung dalam emulsi.

Stabilitas kimia dari molekul sediaan merupakan hal yang sangat penting

karena berhubungan dengan efek dan keamanan dari suatu produk obat.

Pedoman dari FDA dan ICH menyebutkan berbagai persyaratan untuk uji

stabilitas yang bertujuan untuk mengetahui kualitas bahan obat dan produk

obat seiring dengan perubahan waktu dibawah pengaruh berbagai kondisi

lingkungan. Studi tentang stabilitas molekul membantu untuk memilih

formula yang tepat dan pengemasan yang baik sekaligus untuk mengetahui

kondisi penyimpanan serta umur simpan. Studi stabilitas ini mencakup

studi stabilitas jangka panjang, studi stabilitas dipercepat. Studi jangka

panjang dilakukan selama 12 bulan dan studi dipercepat dilakukan dalam

waktu 6 bulan. Selain itu, ada juga forced degradation studies yang dilakukan dalam waktu yang lebih singkat, yaitu dalam hitungan minggu.

Hasil dari forced degradation studies ini dapat digunakan untuk pengembangan indikasi dari metode yang digunakan dalam studi jangka

panjang dan dipercepat (M. Blessy, et al., 2013).

Menurut Zhang, 2014 uji stabilitas komponen kimia minyak

biologi dilakukan dengan penyimpanan selama 21 hari kemudian

(33)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2.5 Demulsifikasi

2.5.1 Pengertian Demulsifikasi

Demulsifikasi adalah pemecahan emulsi sehingga sediaan terpisah

menjadi 2 fase yaitu minyak dan air dengan menurunkan stabilitas seperti

menghancurkan film interface dengan cara menaikkan suhu, pengadukan, atau menggunakan zat lain yang dapat mengganggu kestabilan

(Wasirnuri, 2008).

2.5.2 Metode Demulsifikasi

Menurut Anil, Syed, and Ana, 2008, metode demulsifikasi dibagi

menjadi dua, yaitu metode fisika dan metode kimia dimana metode fisika

dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu melalui pemanasan, mekanik,

dan elektrik.

a. Metode Kimia

Pada metode ini dilakukan penambahan demulsifier pada emulsi. Misalnya yaitu aseton, n-butanol, dan 2-propanol yang telah terbukti berfungsi sebagai demulsifier yang efektif pada aplikasi tertentu (Anil, Syed, and Ana, 2008), juga HCl pekat untuk memecah krim

kosmetik (Rohman and Che man, 2009).

b. Metode Fisika

Beberapa metode fisika untuk demulsifikasi yaitu dengan

pemanasan, sentrifugasi, high shear, ultrasonik, disolusi pelarut, dan medan elektrostatik bertegangan tinggi. Metode non konvensional

lainnya yang telah banyak diteliti yaitu dengan menggunakan

microwave dan membran kaca berpori (Anil, Syed, and Ana, 2008).

1. Pemanasan

Prinsip dari metode pemanasan ini adalah terjadi penurunan

viskositas serta peningkatan kelarutan dari surfaktan. Hal ini akan

(34)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Anil, Syed, and Ana, 2008). Pada jurnal Abdurahman dan Rosli,

2011 yang membandingkan antara metode pemanasan untuk

demulsifikasi antara modern yang menggunakan microwave

dengan konvensional dan didapatkan hasil bahwa metode modern

dengan microwave lebih efisien dalam pemisahan emulsi air dalam minyak.

2. High Shear

Metode demulsifikasi ini menggunakan alat High Shear.

Prinsip kerja dari alat ini yaitu akan merusak membran atau lapisan

dari globul emulsi (Anil, Syed, and Ana, 2008).

3. Medan Elektrostatik Bertegangan Tinggi

Mekanisme demulsifikasi dengan metode ini belum dapat

diketahui secara keseluruhan. Secara umum dengan adanya medan

listrik akan membuat droplet mengalami polarisasi dan elongasi,

begitu juga dengan droplet yang berada di dekatnya, sehingga

mereka akan menarik satu sama lain dan membentuk droplet yang

lebih besar. Metode ini merupakan metode demulsifikasi yang

paling efisien dan ekonomis dilihat dari peralatan yang digunakan

dan parameter pengoperasiannya (Anil, Syed, and Ana, 2008).

4. Sentrifugasi

Metode pemisahan emulsi ini menggunakan alat

sentrifugasi. Prinsipnya menggunakan gaya sentrifugal yang

dipercepat untuk memisahkan dua atau lebih substansi yang

memiliki perbedaan densitas antara cairan atau antara cairan

dengan solid (El-Sayed and Mohammad, 2014). Berdasarkan

(35)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta rpm dengan waktu yang divariasikan juga yaitu antara 30-105

menit didapatkan hasil paling baik adalah dengan menggunakan

kecepatan 12000 rpm selama 105 menit.

2.6 Ekstraksi Cair-cair

Ekstraksi merupakan proses pemisahan dari suatu bahan berupa

padatan atau cairan. Ekstraksi merupakan salah satu teknik yang sangat

penting untuk isolasi dan pemurnian dari suatu bahan organik. Ekstraksi

dengan pelarut adalah pemisahan antar bagian dari suatu bahan

berdasarkan pada perbedaan sifat melarut dari masing-masing bagian

bahan terhadap pelarut yang digunakan. Pelarut organik yang biasa

digunakan adalah senyawa hidrokarbon pelarut lemak dan minyak seperti

alkohol dan aseton (Harborne, 1987).

Berdasarkan wujud bahannya, ekstraksi dapat dibedakan menjadi

dua cara yaitu ekstraksi padat cair dan ekstraksi cair-cair. Ekstraksi padat

cair digunakan untuk sampel yang berupa padatan dengan pelarutnya

berupa cairan. Ekstraksi cair-cair, digunakan untuk memisahkan dua zat

cair yang saling bercampur, dengan menggunakan pelarut yang dapat

melarutkan salah satu zat. Metode ekstraksi pelarut menggunakan pelarut

yang dapat bercampur dengan sampel untuk menarik senyawa target yang

berada pada sampel. Idealnya, pelarut yang dipilih memiliki polaritas yang

dekat dengan senyawa target. Pelarut mudah menguap seperti heksan,

benzen, ether, etil asetat, dan dikloro metan biasanya digunakan untuk

ekstraksi senyawa mudah menguap. Heksan cocok untuk ekstraksi

senyawa non polar seperti hidrokarbon alifatik, benzen cocok untuk

senyawa aromatik, eter dan etil asetat cocok untuk senyawa yang relatif

polar mengandung oksigen. Ekstraksi umumnya dilakukan dengan

mengocok sampel dan pelarut di dalam corong pisah. Metode ekstraksi ini

merupakan metode yang efisien namun waktu ekstraksi dengan metode ini

(36)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pada jurnal Gudipati, Mette, Anne, dan Charlotte, 2004 disebutkan

untuk mengisolasi senyawa yang mudah menguap dapat digunakan

beberapa teknik, yaitu melalui destilasi vakum, ekstraksi dengan pelarut,

static and dynamic headspace sampling (DHS), dan solid phase microextraction (SPME).

2.7 Gas Chromatography - Mass Spectrometry (GCMS)

GCMS merupakan instrumen yang digunakan untuk pemisahan

dan identifikasi. Instrumen ini merupakan gabungan antara kromatografi

gas dan spektroskopi massa. Pada GC hanya terjadi pemisahan untuk

mendapatkan komponen kimianya, sedangkan bila dilengkapi MS akan

dapat mengidentifikasi komponen tersebut, karena bisa membaca

spektrum bobot molekul pada suatu komponen, dan sekaligus dilengkapi

dengan library (reference) yang ada pada software

(Day and Underwood., 1999).

2.7.1 Kromatografi Gas

Kromatografi gas digunakan untuk pemisahan suatu senyawa

sehingga sampel terpisahkan secara fisik menjadi bentuk molekul-molekul

yang lebih kecil (hasil pemisahan dapat dilihat berupa kromatogram)

(Khopkar, 1990). Komponen kromatografi gas terdiri dari kontrol dan

penyedia gas pembawa, ruang suntik sampel, kolom, dan oven (Day and

Underwood., 1999).

2.7.2 Spektroskopi Massa

Spektroskopi massa adalah metode analisis untuk identifikasi

senyawa. Setelah sampel mengalami pemisahan pada GC kemudian akan

diubah menjadi ion-ion, dan massa dari ion-ion tersebut dapat diukur

berdasarkan hasil deteksi berupa spektrum massa (Khopkar, 1990).

(37)

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GCMS

(Shimadzu), stirerhomogenizer (STIRER IKA), timbangan analitik (AND GH-202), corong pisah (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), beacker glass (Pyrex),

Erlenmeyer (Pyrex), vial, cawan, kaca arloji, pipet tetes, batang pengaduk,

dan spatula. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Minyak biji jinten hitam (Nigella sativa L. seed oil) (CV Cipta Anugrah), Tragakan (Brataco), Sukrosa (CV Cipta Anugrah), Na benzoat (CV Cipta

Anugrah), aquades. Untuk pereaksi kimianya yang digunakan adalah

heksan pro analisis (Merck) dan HCl pekat (Merck).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pusat Laboratorium Terpadu,

Laboratorium Analisis Obat dan Pangan Halal, Penelitian II, dan

Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Program Studi Farmasi, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Mulai dari bulan Januari sampai Agustus 2014.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Penyiapan Sampel Minyak Biji Jinten Hitam (MBJH)

Sampel MBJH didapatkan dari CV.Cipta Anugrah. Dibeli

sebanyak satu kg pada tanggal 26 Januari 2014. Sampel MBJH yang dibeli

memiliki certificate of analysis (COA). Pada COA MBJH terdapat data karakterisasi dari MBJH yang meliputi:

Organoleptis : cairan berminyak, berwarna kuning pucat sampai

kuning dan kuning kehijauan, berbau khas.

(38)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nilai asam : maksimal 10

Nilai peroksida : maksimal 45 ml oksigen dalam setiap kg sampel

Titik nyala : 148oC

Komponen utama : asam stearat 2-3%, asam oleat 20-30%, asam linoleat

50-65%

3.3.2 Pembuatan Emulsi (MBJH)

A. Formula Emulsi MBJH

Formula dari emulsi MBJH dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 Komposisi Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam

Bahan Konsentrasi

Minyak Biji Jinten Hitam 10%

Tragakan 1,5%

Sukrosa 25%

Na Benzoat 0,10%

Aquades Ad 100%

[sumber: Warda, 2013, dengan pengolahan kembali]

B. Optimasi Kecepatan Spindel Homogenizer

Optimasi dilakukan dengan menimbang sejumlah bahan-bahan

yang akan digunakan (tabel 3.1). Kemudian tragakan didispersikan

dengan sejumlah air di dalam beacker glass. Setelah tragakan terdispersi sempurna kemudian dihomogenkan dengan homogenizer

dengan berbagai kecepatan, yaitu: 200, 500, dan 950 rpm. Setelah

tragakan homogen kemudian ditambahkan MBJH sedikit demi sedikit

sambil terus dihomogenkan hingga terbentuk korpus emulsi. Lalu

ditambahkan ke dalamnya larutan sukrosa dan larutan natrium benzoat

sambil terus dihomogenkan. Setelah itu menambahkan sisa aquades

(39)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta C. Pembuatan Emulsi MBJH Dengan Hasil Optimasi Kecepatan Spindel

Homogenizer

Setelah didapatkan kondisi optimasi kemudian emulsi dibuat

dengan beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Alat dan bahan disiapkan, kemudian ditimbang bahan–bahan yang

digunakan yang terdapat pada tabel 3.1.

2. Tragakan 1,5% didispersikan dengan aquades di dalam beacker glass kemudian dihomogenkan dengan homogenizer kecepatan 950 rpm selama 30 menit.

3. Setelah homogen kemudian ditambahkan minyak sedikit demi

sedikit sambil terus dihomogenkan hingga terbentuk korpus

emulsi.

4. Kemudian ditambahkan ke dalamnya larutan sukrosa dan larutan

natrium benzoat sambil terus dihomogenkan selama 35 menit

dengan kecepatan 1911 rpm.

5. Emulsi yang dihasilkan kemudian ditempatkan dalam wadah yang

tertutup rapat dan disimpan pada suhu ruang (25oC) selama 21 hari.

3.3.3 Evaluasi Fisik Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan Parameter untuk uji kestabilan yaitu (Baby, et al., 2007):

a. Pengamatan Organoleptis Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Pengamatan organoleptis emulsi dilakukan dengan mengamati

warna, bau, dan pemisahan dari sediaan emulsi pada hari ke 0, 2, 7, 14,

dan 21 (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).

b. Pengukuran Nilai pH Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Pengukuran pH emulsi dilakukan dengan menggunakan pH meter.

Pengukuran pH dilakukan pada hari ke 0, 2, 7, 14, dan 21

(40)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta c. Pengukuran Nilai Viskositas Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah

Penyimpanan

Pengukuran viskositas emulsi dilakukan dengan menggunakan

viskometer HAAKE ViscoTester 6R. Sediaan ditempatkan dalam

beacker glass 100 ml kemudian dipilih nomer spindel yang sesuai.

Pengukuran viskositas ini dilakukan pada hari ke 0, 2, 7, 14 dan 21

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).

d. Pengukuran Nilai Diameter Globul Rata-rata Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Diameter globul rata-rata diukur dengan menggunakan mikroskop

optik dengan cara emulsi diletakkan pada kaca objek, kemudian

diamati dengan mikroskop perbesaran 10 x 10. Pengukuran diameter

partikel rata-rata dilakukan pada hari ke 0, 2, 7, 14, dan 21

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).

e. Uji Sentrifugasi Emulsi MBJH

Sediaan emulsi sebanyak 10 gram dimasukkan ke dalam tabung

sentrifugasi, kemudian dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 3800

rpm selama 10 menit. Hasil sentrifugasi dapat diamati dengan adanya

pemisahan atau tidak (Smaoui, et al., 2012 ).

3.3.4 Analisis Komponen Kimia Minyak Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan

A. Pemilihan Kondisi Optimasi GCMS MBJH

Optimasi GCMS dilakukan dengan sampel MBJH sebanyak 1 µl

disuntikkan ke GCMS. Pengaturan kondisi alat GCMS dilakukan

(41)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta B. Analisis Komponen Kimia Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah

Penyimpanan

1. Preparasi Sampel

a. Demulsifikasi Emulsi MBJH

Berdasarkan jurnal Rohman and Che Man, 2011 untuk

memecah emulsi sehingga fase minyak dan fase airnya

terpisah dilakukan dengan cara menimbang sampel sebanyak

20 g lalu ditempatkan di erlenmeyer dan ditambahkan 5 ml

HCl pekat dan 9 ml aquades kemudian dikocok.

b. Ekstraksi Cair-cair Minyak Emulsi MBJH

Setelah dikocok kemudian sampel dipindah ke corong pisah

dan ditambahkan 15 ml heksan lalu diekstraksi. Ekstraksi

dilakukan sebanyak 3 kali. Lalu fase heksan yang didapat

digabung dan dievaporasi sampai didapatkan minyak pekat

(Rohman and Che Man, 2011).

2. Analisis Komponen Kimia Minyak Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Minyak pekat hasil pemecahan emulsi kemudian dianalisis

sebelum dan setelah penyimpanan. Analisis dilakukan pada hari ke

0, 2, 7, 14, dan 21. Kestabilan dilihat berdasarkan pola

kromatogram dari emulsi MBJH sebelum dan setelah penyimpanan

berdasarkan persen area dari beberapa komponen senyawa aktif

(42)

26 BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pembuatan Emulsi MBJH

4.1.1 Formula Emulsi MBJH

Komposisi emulsi MBJH dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Formula Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam

Bahan Konsentrasi

Minyak Biji Jinten Hitam 10%

Tragakan 1,5%

Sukrosa 25%

Na Benzoat 0,10%

Aquades Ad 100%

[Sumber: Warda, 2013]

4.1.2 Hasil Kondisi Optimasi Kecepatan Spindel Homogenizer

Optimasi dilakukan dengan cara memilih kecepatan spindel dari

homogenizer yang dapat menghasilkan emulsi yang homogen. Hasil dari

optimasi dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Hasil Kondisi Optimasi Kecepatan Spindel Homogenizer

Kecepatan (rpm) Hasil Emulsi

200 Emulsi tidak homogen

500 Emulsi tidak homogen

950 Emulsi homogen

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa pada spindel dengan

kecepatan 200, 500 rpm menghasilkan emulsi yang tidak homogen dan

pada spindel dengan kecepatan 950 rpm menghasilkan emulsi yang

homogen. Hal ini terjadi karena proses pengembangan tragakan tidak

sempurna pada spindel dengan kecepatan 200 dan 500 rpm yang

(43)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menghasilkan emulsi yang tidak homogen. Sedangkan pada spindel

dengan kecepatan 950 rpm proses pengembangan tragakan sempurna

sehingga menghasilkan emulsi yang homogen. Oleh karena itu dalam

pembuatan emulsi MBJH digunakan spindel dengan kecepatan 950 rpm.

4.1.3 Hasil Pembuatan Emulsi MBJH Dengan Kondisi Optimasi

Pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh warda, 2013

didapatkan bahwa formula emulsi yang baik adalah dengan menggunakan

emulgator tragakan dengan konsentrasi 1,5%. Pembuatan emulsi ini

diawali dengan mendispersikan tragakan dalam beacker glass berisi aquades sejumlah 20 kali dari berat tragakan. Pendispersian ini dilakukan

hingga seluruh tragakan terdispersi sempurna. Kemudian dihomogenkan

dengan homogenizer dengan kecepatan 950 rpm. Setelah tragakan

homogen yang ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi putih

kemudian ditambahkan ke dalamnya minyak biji jinten hitam sedikit demi

sedikit dan sambil terus dihomogenkan hingga terbentuk korpus emulsi.

Setelah terbentuk korpus emulsi setelah itu dilakukan pengenceran dengan

menambahkan sedikit demi sedikit larutan sukrosa dan larutan natrium

benzoat hingga emulsi homogen yaitu dengan kecepatan 1911 rpm selama

35 menit. Setelah terbentuk emulsi yang homogen kemudian ditempatkan

dalam wadah yang tertutup rapat dan disimpan pada suhu ruang (25oC).

4.2 Evaluasi Fisik Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan

4.2.1 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Hasil dari pengamatan organoleptis emulsi MBJH sebelum dan

(44)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi MBJH

Hari Ke- Hasil Pengamatan Emulsi A

Warna Bau Pemisahan

0 Krem kekuningan Khas minyak Tidak terjadi pemisahan 2 Krem kekuningan Khas minyak Tidak terjadi pemisahan 7 Krem kekuningan Khas minyak Tidak terjadi pemisahan 14 Krem kekuningan Khas minyak Tidak terjadi pemisahan 21 Krem kekuningan Khas minyak Tidak terjadi pemisahan

Hari Ke- Hasil Pengamatan Emulsi B

Warna Bau Pemisahan

0 Krem kekuningan Khas minyak Tidak terjadi pemisahan 2 Krem kekuningan Khas minyak Tidak terjadi pemisahan 7 Krem kekuningan Khas minyak Tidak terjadi pemisahan 14 Krem kekuningan Khas minyak Tidak terjadi pemisahan 21 Krem kekuningan Khas minyak Tidak terjadi pemisahan

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa hasil organoleptis dari

emulsi MBJH sebelum dan setelah penyimpanan tidak menunjukkan

perubahan. Warnanya tetap krem kekuningan sejak sebelum dan setelah

penyimpanan. Baunya pun tidak berubah, yaitu tetap berbau khas minyak

dan tidak tengik, serta tidak menunjukkan adanya pemisahan antara fase

minyak dan fase air.

4.2.2 Hasil Pengukuran Nilai pH Rata-rata Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Pengukuran nilai pH emulsi dilakukan dengan menggunakan pH

meter. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.4 dan gambar 4.1 berikut ini.

(45)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Nilai pH Rata-rata Emulsi MBJH

Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Berdasarkan grafik pada gambar 4.1 dapat dilihat perbandingan

nilai pH emulsi MBJH sebelum dan setelah penyimpanan selama 21 hari.

Dari grafik terlihat bahwa nilai pH emulsi MBJH semakin menurun

dengan lamanya waktu penyimpanan. Penurunan nilai pH emulsi MBJH

dari hari ke- 0 sampai hari ke- 21 sebesar 0,6.

4.2.3 Hasil Pengukuran Nilai Viskositas Rata-rata Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Pengukuran nilai viskositas emulsi MBJH dilakukan dengan

menggunakan viskometer. Pengukuran viskositas dengan viskometer ini

menggunakan spindel nomer 3. Hasil dari pengukuran nilai viskositas

emulsi MBJH sebelum dan setelah penyimpanan dapat dilihat pada tabel

4.5 dan gambar 4.2 berikut ini.

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Nilai Viskositas Rata-rata Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Hari ke- Nilai Viskositas Emulsi MBJH (cps) Emulsi A Emulsi B Rata-rata

0 390 400 395

2 340 350 345

7 300 300 300

14 290 290 290

(46)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Nilai Viskositas Rata-rata Emulsi

MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Berdasarkan grafik pada gambar 4.2 dapat dilihat perbandingan

nilai viskositas emulsi MBJH sebelum dan setelah penyimpanan selama 21

hari. Dari grafik terlihat bahwa nilai viskositas emulsi MBJH semakin

menurun dengan lamanya waktu penyimpanan. Penurunan nilai viskositas

rata-rata emulsi MBJH dari hari ke- 0 sampai hari ke- 21 sebesar 125 cps.

Penurunan viskositas ini diikuti oleh penurunan stabilitas dari sediaan

emulsi MBJH. Hal ini karena viskositas yang menurun berarti sediaan

semakin encer yang artinya juga fase terdispersi (globul) akan mudah

bergerak dalam medium pendispersi sehingga peluang terjadinya tabrakan

antar sesama globul semakin tinggi dan globul akan cenderung bergabung

menjadi partikel yang lebih besar (Intan, dkk, 2012; Traynor, et al., 2013).

4.2.4 Hasil Pengukuran Nilai Diameter Rata-rata Globul Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penympanan

Pengukuran diameter globul emulsi MBJH dilakukan dengan

menggunakan mikroskop optik dengan perbesaran 100 kali. Hasilnya

(47)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Diameter Rata-rata Globul Emulsi MBJH

Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Hari ke-

Diameter Globul Rata-Rata Emulsi MBJH (µm)

Emulsi A Emulsi B Rata-rata

0 15,02 15,96 15,49

2 16,75 16,07 16,41

7 17,37 18,45 17,91

14 21,22 21,72 21,47

21 27,24 25,17 26,21

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Nilai Diameter Rata-rata Globul Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Berdasarkan grafik pada gambar 4.3 dapat dilihat

perbandingan nilai diameter rata-rata globul emulsi MBJH sebelum

dan setelah penyimpanan 21 hari. Dari grafik terlihat bahwa nilai

diameter rata-rata globul emulsi MBJH semakin meningkat dengan

lamanya waktu penyimpanan. Peningkatan nilai diameter rata-rata

globul emulsi MBJH dari hari ke- 0 sampai hari ke- 21 sebesar

10.72 µm. Peningkatan ukuran diameter globul mengindikasikan

bahwa semakin tidak homogen ukuran globul emulsi yang berarti

laju creaming juga semakin membesar dan kestabilan juga semakin

(48)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4.2.5 Hasil Uji Sentrifugasi Emulsi MBJH

Uji sentrifugasi dilakukan dengan menggunakan alat uji

sentrifugasi. Hasil uji sentrifugasi emulsi MBJH dapat dilihat pada tabel

4.7 berikut ini:

Tabel 4.7 Hasil Uji Sentrifugasi Emulsi MBJH

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat perbandingan kondisi emulsi

MBJH sebelum dan setelah dilakukan uji sentrifugasi. Dari tabel terlihat

bahwa adanya pemisahan pada emulsi MBJH setelah dilakukan uji

sentrifugasi. Uji sentrifugasi ini pada prinsipnya merupakan penggunaan

gaya sentrifugal yang dipercepat untuk memisahkan dua atau lebih

substansi yang memiliki perbedaan densitas seperti antar cairan atau antara

cairan dengan solid, yang bertujuan untuk mengevaluasi dan memprediksi

(49)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4.3 Hasil Analisis Komponen Kimia MBJH Sebelum dan Setelah

Penyimpanan

4.3.1 Hasil Kondisi Optimasi GCMS MBJH

Optimasi GCMS ini dilakukan dengan pemrograman pada kondisi

gc dan ms. Pada kondisi gc beberapa parameter yang dioptimasi adalah

suhu oven, laju alir gas, rasio split, dan volume sampel yang akan

disuntikkan. Suhu awal oven diprogram 100oC kemudian ditahan selama 3 menit. Setelah itu suhu dinaikkan hingga 260oC dengan laju kenaikan 10oC kemudian ditahan selama 1 menit. Laju alir gas diprogram sebesar 1 ml/menit. Mode split diprogram sebesar 1:50 dengan volume MBJH yang

disuntikkan sebanyak 1 µl.

4.3.2 Hasil Analisis Stabilitas Komponen Kimia MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan

1. Preparasi Sampel

A. Hasil Demulsifikasi Emulsi MBJH

Demulsifikasi merupakan suatu proses untuk memecah emulsi.

Dengan pemecahan emulsi maka akan menghasilkan dua fase yang

terpisah yaitu fase minyak dan fase air. Pada penelitian ini

digunakan HCl pekat sebanyak 5 ml untuk memecah emulsi.

B. Hasil Ekstraksi Minyak Emulsi MBJH

Tujuan ekstraksi ini adalah mengambil MBJH setelah emulsi

dipecah. Pengambilan MBJH ini dilakukan dengan menggunakan

pelarut n-heksan. Setelah campuran didapatkan kemudian

dievaporasi sampai pelarut heksannya habis menguap. Tujuan

evaporasi adalah untuk memisahkan minyak dengan pelarut heksan

yang telah bercampur sehingga diperoleh minyak pekat. Minyak

pekat yang telah didapat kemudian ditimbang dan dihitung

rendemennya. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.8 dan gambar 4.4

Gambar

Gambar 2.1 Tanaman dan Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.) ..................
Gambar 2.1 Tanaman dan Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)
Tabel 2.1 Komposisi Senyawa Kimia Minyak Atsiri Biji Jinten Hitam
Tabel 2.2 Komposisi Senyawa Kimia Minyak Statis Biji Jinten Hitam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh Minyak biji jinten hitam terhadap derajat inflamasi pada bronkhus mencit model asma alergi.. Mencit dikorbankan 24

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi optimum dan metode analisis timokuinon dalam minyak jinten hitam ( Nigella sativa L. ) secara Kromatografi

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak protein biji jinten hitam ( Nigella sativa L.), hewan uji mencit strain Deutschland, Danken and Yoken

192 FORMULASI EMULSI ORAL MINYAK JINTAN HITAM (Nigella sativa) DENGANM.

Skripsi dengan judul : Pengaruh Pemberian Terapi Adjuvan Minyak Jinten Hitam ( Nigella sativa ) Terhadap Hitung Limfosit Mencit Balb/C Model Sepsis.. Ricky Trinugroho Yuliantoro, NIM

Hasil Penelitian : Pada penelitian ini, terdapat pengaruh pemberian serbuk biji jinten hitam ( Nigella sativa L.) terhadap embriogenesis tikus putih ( Rattus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek imunomodulator ekstrak biji jinten hitam ( Nigella sativa L.) dengan parameter imuno- globullin G dan fagositosis

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh pemberian ekstrak etanol biji jinten hitam( Nigella Sativa ) terhadap ekspresi ET - 1 Aorta pada mencit