• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN TEMATIK TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN TEMATIK TERHADAP HASIL BELAJAR IPA"

Copied!
405
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelas Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

oleh :

RITA ZAHARA NIM. 107018303955

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran tematik terhadap hasil belajar IPA. Metode yang digunakan adalah metode Quasi eksperimen dengan menggunakan nonrandomized control group pretest-postest Design. Penelitian ini dilaksanakan di MI Pembangunan UIN Jakarta pada bulan April s.d Mei 2011. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas eksperimen yang berjumlah 28 siswa dan kelas kontrol yang juga berjumlah 28 siswa. Kelas eksperimen adalah kelas yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran tematik, sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang diajarkan dengan pendekatan terpisah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran tematik lebih tinggi dibandingkan yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan terpisah. Hal ini terlihat dari perolehan nilai kelas eksperimen yang menunjukkan (X eksperimen 1,2,3 =

91.14, 91.85, 92.21), sedangkan perolehan nilai kelas kontrol menunjukkan (X kontrol

1,2,3 = 72.70, 74.68, 74.93). Nilai tes sumatif juga menunjukkan bahwa perolehan nilai

kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Rata-rata yang berhasil diperoleh kelas eksperimen adalah 89.00 , sedangkan kelas kontrol adalah 77.07. Hasil uji-t tes sumatif yang dilakukan pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa yang diajarkan pendekatan pembelajaran tematik berbeda signifikan dengan siswayang diajarkan secara terpisah (thitung =4.93, ttabel =

2.021). Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran tematik berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa.

(6)

faculty of tarbiyah and teacher’s training. Jakarta State Islamic University of syarif Hidayatullah, 2011.

The aim of this research is to know the effect of thematic teaching and learning approach on natural science achievement. The method which is used is Quasi Experiment method by using nonrandomized control group pretest-postest Design. This research is conducted on MI Pembangunan UIN Jakarta on April until May 2011. The sample of this research consists of two classes; they are experiment class that contains 28 students and control class that contains 28 students. Experiment class is the class which is taught by using the separate approach. While control class is the class which is taught by using thematic teaching and learning which is higher than by using separate approach. The result of research shows that students’ natural science achievement which is taught by using thematic teaching and learning is higher than by using the separate approach. It can be seen from the score of experiment class that shows (X exsperiment 1,2,3 = 91.14, 91.85, 92.21), while the score of control class

shows (X kontrol 1,2,3 = 72.70, 74.68, 74.93). The score of summative test also shows

that the score gained by the experiment class is higher than control class. The average score which is successfully achieved by experiment class is 89.00, while the control is 77.07. The result of ‘t test’ for summative test which is done on degree of belief 95% shows that student’ natural science achievement which is taught by using thematic teaching and learning approach significantly different with the students who are taught separately (tcount =4.93, ttable = 2.021). From this result, it can be concluded that thematic teaching and learning approach significantly affects on the students’ achievement of natural science.

(7)

i

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmanirrahim

Segala puji serta syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Tematik Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas I MI Pembangunan UIN Jakarta”.

Salawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad S.A.W yang telah menjadi uswah bagi pengikutnya, sehingga dapat melahirkan peradaban baru di dunia ini, yaitu peradaban Islam yang tidak pernah lekang oleh zaman.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat pencapaian gelar Sarjana Pendidikan Islam (SP.d.I) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Terisitimewa untuk orang tua tercinta, Teuku Abdul Gani dan Ruhamah Johan (Almh.), yang selalu mendo’akan dan memberikan kasih sayang, semangat dan dukungan yang tiada henti-hentinya.

2. Om dan tante tercinta, Ir. Nurdin Johan (Ayah Din) dan Cut Sri Mulyati

(Bunda Ri’, Almh.), yang telah bersedia menjadi orang tua yang selalu memberikan semangat dan dukungan, baik moral maupun material dan doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.

3. Adik-adik tersayang, Nanda Muammarsyah dan Andriansyah Putra yang selalu setia memberikan dukungan dan do’anya disetiap saat.

4. Prof. Drs. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatulllah Jakarta.

(8)

ii

6. Dra. Eri Rossatria, M.Ag., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, yang selalu menyemangati penulis selama masa perkuliahan. 7. Drs. Mu’arif SAM, M.Pd., dosen pembimbing skripsi I, yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

8. Yanti Herlanti, M.Pd, dosen pembimbing Skripsi II, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

9. Drs. Mulyadi, kepala sekolah MI Pembangunan UIN Jakarta yang telah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin. 10. Seluruh Dewan Guru MI Pembangunan UIN Jakarta, yang telah

memberikan banyak masukan dan saran-saran selama proses penelitian berlangsung.

11. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah yang telah memberikan ilmunya sehingga penulis mampu menyelesaikan perkuliahan ini dengan sebaik-baiknya.

12. Keluarga besar HMI MPO, khususnya Cabang Jakarta Selatan yang banyak memberikan ilmu dan pengalaman berharga kepada penulis.

13. Sahabat-sahabat terbaikku, Novi Susanti, Iim Rohimah, Dian Nur’aini, Sri Wahyuni, Immaratul Izzah, dan seluruh mahasiswa PGMI angkatan 2007 yang selalu setia memberikan semangat serta perhatian yang tak terhingga, saat bersama kalian merupakan saat yang tidak akan pernah terlupakan dalam hidup ini dan semoga kehangatan kita tidak berhenti sampai di sini.

(9)

iii

berbagai pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat, khusunya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pembaca.

Jakarta, 20 Agustus 2011

(10)

iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR DIAGRAM ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar BelakangMasalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah/Fokus Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. KajianTeori. ... 8

1. PembelajaranTematik ... 8

a. Pengertian Pembelajaran Tematik ... 8

b. Landasan Pembelajaran Tematik ... 12

c. Karakteristik Pembelajaran Tematik ... 16

d. Prinsip Pembelajaran Tematik. ... 19

e. Keunggulan Pembelajaran Tematik. ... 21

f. Kelemahan Pembelajaran Tematik. ... 22

g. Pembuatan Rencana Pembelajaran Tematik ... 24

(11)

v

B. Penelitian yang Relevan...41

C. Kerangka Pikir... 42

D. Pengajuan Hipotesis... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 44

1. Tempat Penelitian... 45

2. Desain Penelitian... 45

B. Populasi dan Sampel... 46

C. Prosedur Penelitian... 47

D. Instrumen Penelitian... 50

E. Varibel Penelitian... 50

F. Tehnik Pengumpulan Data... 51

G. Uji Coba Instrumen... 51

1. Uji Validitas... 51

2. Uji Reabilitas... 52

3. Tingkat Kesukaran... 53

4. Daya Pembeda... 54

H. Teknik Analisis Data... 56

1. Uji Prasyarat... 56

a. Uji Normalitas... 56

b. Uji Homogenitas... 61

2. Uji Hipotesis... 66

3. Uji Normal Gain... 67

4. Hipotesis Statistik... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN... 70

(12)

vi

b. Deskripsi Hasil Pretest II Kelas Kontrol

dan Eksperimen... 74

c. Deskripsi Hasil Pretest III Kelas Kontrol dan Eksperimen... 77

d. Deskripsi Hasil Postest I Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 80

e. Deskripsi Hasil Postest II Kelas Kontrol dan Eksperimen... 84

f. Deskripsi Hasil Postest III Kelas Kontrol dan Eksperimen... 88

2. Deskripsi Hasil Uji Normal Gain... 94

3. Deskripsi Hasil Tes Sumatif Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 96

B. Interpretasi Data... 100

C. Pembahasan... 104

BABV KESIMPULAN... 111

DAFTAR PUSTAKA... 113

(13)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(14)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Nonrandomized Control Group Pretest-Postest and Postest

Design ... 45 3.2 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen... 58 3.3 Hasil Uji Normalitas Postest Kelas Kontrol dan Eksperimen... 59 3.4 Hasil Uji Normalitas Tes Sumatif Kelas Kontrol dan

Eksperimen... 61 3.5 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Kontrol dan Eskperimen... 63 3.6 Hasil Uji Homogenitas Postest Kelas Kontrol dan Eksperimen .... 64 3.7 Hasil Uji Homogenitas Tes Sumatif Kelas Kontrol dan

Eksperimen... 65 4.1 Rekapitulasi Hasil Pretest I Kelas Kontrol dan Eksperimen... 71 4.2. Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pretest I Kelas

Kontrol dan Eksperimen... 72 4.3. Rekapitulasi Hasil Pretest II Kelas Kontrol dan Eksperimen... 74 4.4. Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Pretest II Kelas Kontrol

dan Eksperimen... 75 4.5. Rekapitulasi Hasil Pretest III Kelas Kontrol dan Eksperimen... 78 4.6 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Pretest III Kelas Kontrol

(15)

ix

4.13. Rekapitulasi Keseluruhan Nilai Pretest, Postest, dan N-Gain Kelas Kontrol dan Eksperimen... 93 4.14. Hasil Uji Kesamaan Rata-rata N-Gain Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen... 95 4.15. Rekapitulasi Hasil Tes Sumatif Kelas Kontrol dan Eksperimen... 99 4.16. Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Tes Sumatif Kelas

(16)

x

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

4.1. Hasil Pretest I Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 70

4.2. Hasil Pretest II Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 73

4.3. Hasil Pretest III Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 77

4.4. Hasil Postest I Kelas Kontrol... 80

4.5. Hasil Postest I Kelas Eksperimen ... 81

4.6. Hasil Postest II Kelas Kontrol... 84

4.7. Hasil Postest II Kelas Eksperimen... 85

4.8. Hasil Postest III Kelas Kontrol... 88

4.9. Hasil Postest III Kelas Eksperimen ... 89

4.10. Rekapitulasi Hasil Pretest, Postest dan Normal Gain... 94

4.11. Nilai Rata-rata Normal Gain Kelas Kontrol dan Eksperimen... 95

4.12. Hasil Tes Sumatif Kelas Kontrol... 97

(17)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Jaring Tema Pertemuan I... 113

2. Jaring Tema Pertemuan II... 114

3. Jaring Tema Pertemuan III... 115

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tema Hujan... 116

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tema Kemarau ... 134

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Dampak Musim Hujan dan Kemarau Bagi Kehidupan Manusia... 151

7. Kisi-kisi Soal Tema Hujan... 170

8. Kisi-kisi Soal Tema Kemarau ... 176

9. Kisi-kisi Soal Tema Dampak Musim Hujan dan Kemarau Bagi Manusia... 181

10. Kisi-Kisi Tes Sumatif... 188

11. Instrumen Tes Tema Hujan... 200

12. Instrumen Tes Tema Kemarau... 205

13. Instrumen Tema Dampak Musim Hujan dan Kemarau Bagi Manusia... 210

14. Istrumen Tes Sumatif ... 216

15. Kunci Jawaban Tes Tema Hujan... 223

16. Kunci Jawaban Tes Tema Kemarau... 224

17. Kunci Jawaban Tes Tema Dampak Musim Hujan dan Kemarau ... 225

18. Kunci Jawaban Tes Sumatif... 226

19. Tabel Uji Validitas Tema Hujan ... 227

20. Tabel Uji Validitas Tema Kemarau... 229

21. Tabel Uji Validitas Tema Dampak Musim Hujan dan Kemarau Bagi Manusia... 231

Tabel Uji Validitas Butir Soal Tes Sumatif... 232

(18)

xii

23. Daya Pembeda... 237

24. Rerata Skor Uji Validitas... 241

25. Klasifikasi Daya Beda Butir Soal Uji Coba Instrumen... 242

26. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen ... 243

27. Perhitungan Uji Validitas Secara Manual... 245

28. Perhitungan Uji Reliabilitas Secara Manual... 247

29. Perhitungan Taraf Kesukaran Secara Manual... 248

30. Perhitungan Daya Pembeda Secara Manual... 251

31. Proporsi Siswa yang Menjawab Salah ... 253

32. Uji Normalitas Pretest I Kelas Kontrol... 254

33. Uji Normalitas Pretest I Kelas Eksperimen ... 258

34. Uji Normalitas Pretest II Kelas Kontrol... 262

35. Uji Normalitas Pretes II Kelas Eksperimen... 266

36. Uji Normalitas Pretest III Kelas Kontrol... 270

37. Uji Normalitas Pretest III Kelas Eksperimen... 274

38. Uji Normalitas Postest I Kelas Kontrol... 278

39. Uji Normalitas Postest I Kelas Eksperimen ... 282

40. Uji Normalitas Postest II Kelas Kontrol... 286

41. Uji Normalitas Postest II Kelas Eksperimen ... 290

42. Uji Normalitas Postest III Kelas Kontrol... 294

43. Uji Normalitas Postest III Kelas Eksperimen... 298

44. Uji Normalitas Tes Sumatif Kelas Kontrol... 302

45. Uji Normalitas Tes Sumatif Kelas Eksperimen... 306

46. Uji Hipotesis Pretest I ... 310

47. Uji Hipotesis Pretest II ... 312

48. Uji Hipotesis Pretest III... 314

49. Uji Hipotesis Postest I... 316

50. Uji Hipotesis Postest II... 318

51. Uji Hipotesis Postest III ... 320

52. Uji Hipotesis Tes Sumatif... 322

(19)

xiii

54. Perhitungan Uji Homogenitas Pretest II... 327

55. Perhitungan Uji Homogenitas Pretest III... 329

56. Perhitungan Uji Homogenitas Postest I... 331

57. Perhitungan Uji Homogenitas Postest II... 333

58. Perhitungan Uji Homogenitas Postest III... 336

59. Perhitungan Uji Homogenitas Tes Sumatif... 338

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Madrasah Ibtidaiyah (MI) merupakan lembaga pendidikan formal yang berperan penting dalam mengembangkan segala potensi dasar yang dimiliki peserta didik. Pengembangan potensi dasar peserta didik tersebut dapat dilakukan dengan berbagai upaya, salah satunya adalah melalui proses belajar mengajar. Untuk mencapai keberhasilan dalam proses belajar mengajar, sekolah harus menyediakan perangkat yang cukup agar dapat mengembangkan segala potensi dan kreativitas peserta didik secara optimal yang meliputi sarana pendukung, fasilitas, media, sumber, tenaga pendidik, pengelolaan kelas, dan proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai alternatif pendekatan yang bermakna bagi siswa.

Menurut Permen Diknas No. 23 tahun 2006, “tujuan pendidikan dasar ditingkat SD/MI adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.”1 Untuk mewujudkan itu semua pemerintah telah menetapkan serangkaian prinsip penyelenggaraan

1

Departemen Pendidikan Nasional, “UU RI No 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional”, (Jakarta, Departemen Pendididikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, 2003), h. 1.

(21)

pendidikan di MI yang diharapkan dapat mewujudkan seluruh cita-cita di atas, sehingga MI dapat menjalankan fungsi utamanya sebagai lembaga pendidikan yang dapat melahirkan generasi penerus yang religius, cerdas, dan memiliki kepribadian.

Dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), “pembelajaran di tingkat MI harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreaktivitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.”2 Atas dasar pertimbangan itu, pembelajaran di MI harus menitikberatkan pada proses pembelajaran berdasarkan pengalaman siswa sendiri, melalui interaksi dengan obyek, fenomena, dan interaksi dengan lingkungannya, sehingga dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan siswa yang sesuai dengan tahapan perkembangannya.

Sementara itu, Permen Diknas No. 41 Tahun 2007 juga telah merumuskan beberapa kriteria minimal proses pembelajaran yang harus diterapkan di SD/MI. “Kriteria tersebut meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil

pem-belajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses

pembelajaran yang efektif dan efisien.”3 Oleh karena itu, dalam setiap proses

pembelajaran guru harus membuat perencanaan yang matang terkait dengan

proses pembelajaran yang akan dilaksanakan agar tercipta suasana belajar

yang efektif.

Karakteristik anak MI, khususnya kelas awal, sebagaimana diungkapkan oleh Piaget, masih berada pada rentangan usia dini. Pada usia ini seorang anak masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan

2

Depdiknas, “Badan Standar Nasional Pendidikan tentang Standar Proses”, ( Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional, 2007), h. 6

(22)

(holistik) serta mampu memahami hubungan antar konsep secara sederhana.4 Oleh karena itu, proses pembelajaran harus bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung oleh siswa.

Atas dasar pertimbangan itu, pemerintah melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), telah menetapkan pendekatan tematik sebagai pendekatan pembelajaran yang harus dilakukan pada siswa jenjang pendidikan dasar terutama pada siswa kelas awal, yaitu kelas 1 s.d kelas III.5 Menurut Kunandar, “pendekatan pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.”6 Dengan penerapan pendekatan pembelajaran tematik, belajar akan lebih bermakna karena siswa mengalami langsung apa yang dipelajarinya, sehingga mereka dapat mengembangkan kreativitasnya dengan membangun kebermaknaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui kaitan antar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Selain itu, apa yang dipelajari akan lebih mudah diingat, dipahami, dan diolah serta digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupannya.

Menurut Pendekatan ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan pikiran anak. Dalam proses pembelajaran, anak harus mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi nyata dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya.7 Aliran ini juga berpendapat pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada siswa, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang

4

Yuke Indrati, “Pembelajaran Tematik”, tersedia online http://www.puskur.net, 2009 diakses pada tanggal 17 Oktober 2010.

5

Depdikans, “Badan Standar Nasional Pendidikan...”, h. 12.

6

Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 333.

7

(23)

berkembang terus menerus.8 Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar.

Salah satu mata pelajaran yang menuntut siswa untuk terlibat aktif membangun kebermaknaan antar obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungan adalah ilmu pengetahuan alam (IPA). IPA merupakan ilmu yang berperan penting dalam memajukan daya pikir manusia dalam memecahkan masalah kehidupan, karena pada dasarnya IPA adalah ilmu yang mempelajari cara mencari tahu tentang alam semesta dan segala isinya secara sistematis.9 IPA merupakan mata pelajaran yang sangat berguna bagi kehidupan siswa, selain untuk mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, IPA juga dijadikan suatu wahana bagi peserta didik untuk mempelajari tentang diri sendiri dan cara menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.

Ruang lingkup materi pelajaran IPA yang diajarkan di kelas I SD/MI berfokus pada makhluk hidup dan proses kehidupan, benda dan sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta.10 Seluruh materi tersebut memiliki keterkaitan dengan mata pelajaran lain, seperti matematika, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), sehingga dalam proses penyampaiannya sangat memungkinkan untuk dipadukan dengan beberapa mata pelajaran tersebut. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas I SD/MI adalah pendekatan pembelajaran tematik.

Namun demikian, selama ini pendekatan pembelajaran ini belum diterapkan secara maksimal di SD/MI. Masih banyak dijumpai SD/MI yang menerapkan pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan terpisah.

8

Sugiyar, dkk, “ Pembelajaran...,” h. 1

9

Departemen Pendidikan Nasional, “ Bahan Workshop Penyusunan Model Penilaian dan

Kalender Pendidikan Sekolah Dasar, (Jakarta: Depdiknas, 2009), h 58.

10

(24)

Pola pembelajaran seperti ini belum dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam membangun kebermaknaan antara obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungan sekitar. Salah satu MI yang masih mengajarkan IPA dengan pendekatan terpisah adalah MI Pembangunan UIN Jakarta, yang terletak di Jl. Ibnu Taimia IV Komplek UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Atas dasar pertimbangan itu peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh pendekatan pembelajaran tematik terhadap hasil belajar IPA siswa kelas I MI Pembangunan UIN Jakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diidentifikasikan beberapa masalah penting, diantaranya adalah:

1. Pembelajaran IPA yang dilakukan belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

2. Pembelajaran IPA belum dapat melibatkan siswa aktif membangun kebermaknaan antara obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungan. 3. Pembelajaran IPA di kelas I masih diajarkan dengan pendekatan terpisah. C. Pembatasan Masalah/Fokus masalah

Dari berbagai permasalah di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh pendekatan pembelajaran tematik terhadap hasil belajar IPA kelas di kelas1 MI Pembangunan UIN Jakarta. Adapun tema yang diambil adalah cuaca yang dikaitkan dengan mata pelajaran matematika, bahasa Indonesia, IPS, dan PKn.

D. Perumusan Masalah

(25)

“Apakah pendekatan pembelajaran tematik memiliki pengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 1 MI Pembangunan UIN Jakarta ?”, dengan rincian pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil belajar IPA siswa yang tidak menggunakan pendekatan pembelajaran tematik?

2. Bagaimana hasil belajar IPA siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran tematik?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan peneliti yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

Mengetahui apakah ada pengaruh pendekatan pembelajaran tematik terhadap hasil belajar siswa.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Adapun manfaat yang diharapkan adalah:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan pada tingkatan teoritis kepada pembaca dan guru dalam memilih pendekatan pembelajaran pelajaran IPA.

2. Manfaat Praktis

(26)

a. Bagi siswa :

1.Meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar IPA. 2.Memudahkan siswa untuk memahami konsep IPA

3.Mengaitkan konsep IPA dengan konsep mata pelajaran lain dalam kehidupan sehari-hari.

b. Bagi guru

Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.

C. Bagi sekolah

(27)

BAB II

KAJIAN TEORI, ALUR KERANGKA PIKIR

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Pendekatan Pembelajaran Tematik.

a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Tematik

Istilah pembelajaran tematik sering juga disebut sebagai pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu berasal dari kata “integrated teaching and learning” atau “integrated currikulum aprroach”.1

Konsep pendekatan pembelajaran ini telah lama dikemukakan oleh John Deway. Menurutnya, pembelajaran tematik adalah pendekatan pembelajaran yang diciptakan untuk mengembangkan kemampuan anak dalam pembentukkan pengetahuan berdasarkan interaksi dengan lingkungannya dan kehidupannya.2 Sementara itu, Jacobs memandang pendekatan pembelajaran tematik sebagai suatu proses untuk mengaitkan dan memadukan materi ajar dalam suatu mata pelajaran atau antar mata pelajaran dengan semua

1 Udin Saefuddin Sa’ud

,” Pembelajaran Terpadu”, (Bandung: UPI Press, 2007), h. 4.

2 Yanti Herlanti, “Pembelajaran Tematik

, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2009), h. 7.

(28)

aspek perkembangan anak, kebutuhan dan minat anak, serta kebutuhan dan tuntutan lingkungan sosial keluarga.3

Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Rakajoni. Menurutnya, pendekatan pembelajaran tematik merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa-siswi secara individual ataupun kelompok aktif, mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuwan secara holistik, bermakna dan otentik.4 Sedangkan Subroto mengatakan pembelajaran pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman siswa-siswi, maka pembelajaran menjadi bermakna.5

Lebih lanjut, Yanti Herlanti mendefinisikan pembelajaran tematik sebagai “proses pembelajaran yang mengintegrasikan aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan serta mengaitkan beberapa mata pelajaran dalam sebuah payung tema.”6

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya pendekatan pembelajaran tematik adalah pendekatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan tema tertentu untuk mengaitkan beberapa materi pelajaran. Tema yang dipilih harus berkaitan erat dengan pengalaman nyata siswa dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pembelajaran yang dialami siswa dapat memberikan pengalaman bermakna bagi mereka.

3 Udin Saefuddin Sa’ud, Pembelajaran Terpadu,

(Bandung: UPI Press, 2007), h. 5.

4

Sugiyar, dkk, “ Pembelajaran Tematik”, (Surabaya: LAPIS, 2009), h. 1

5

Sugiyar, dkk, “Pembe...,” (Surabaya: LAPIS, 2009), h.1

(29)

Pendekatan pembelajaran tematik mulai ramai digulirkan oleh pakar pendidikan SD/MI, sebagai reaksi dari pemberlakuan kurikulum SD/MI 1994 yang masih bersifat terpisah berdasarkan pendekatan bidang studi (subject matter approach).7 Tulisan Udin S. Sa’ud, sebagaimana dikutip oleh Yanti Herlanti, mengemukakan tiga alasan mendasar pentingnya pedekatan pembelajaran tematik diterapkan di SD/MI. Pertama, pada usia 0-12 tahun kondisi perkembangan intelegensi, fisik dan sosio-emosional anak tumbuh dan berkembang secara terpadu.8 Oleh karena itu, pembelajaran secara tematik merupakan strategi yang efektif dalam membantu mengembangkan potensi anak secara menyeluruh.

Kedua, merujuk ke teori Piaget yang mengatakan bahwa

tahapan perkembangan anak pada usia SD/MI masih bersifat kongkrit. Jadi, perilaku belajar anak masih bersifat holistik, realistik, dan harus berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari.9 Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran yang dikembangkan harus utuh dan alami, karena secara harfiah anak selalu ingin mengaitkan apa yang ditemukan dan dipelajarinya dalam kehidupan nyata.

Ketiga, hasil penelitian mukhtahir menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan pendekatan subject matter approach telah gagal mengembangkan potensi anak secara optimal.10 Menurut Udin, hal tersebut terjadi karena pendekatan tersebut lebih mengutamakan “ingatan” anak, kurang mengembangkan keterkaitan dan keterhubungan antar materi belajar dan kurang mengembangkan kerjasama kolaborasi dalam proses belajar anak.

(30)

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran tematik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai diterapkan di SD/MI, khususnya di kelas awal, mengingat pola pikir siswa pada usia tersebut masih melihat segala sesuatu sebagai sesuatu yang utuh. Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang efektif untuk mengembangkan potensi anak secara menyeluruh dan dapat membangun keterkaitan antar materi pelajaran yang diajarkan dengan kehidupan nyata siswa.

Selain itu, pendekatan pembelajaran tematik juga merupakan solusi yang tepat untuk memperbaiki kegagalan pembelajaran di SD/MI kelas awal yang cenderung dilaksanakan dengan pendekatan mata pelajaran secara terpisah. Siswoyo, Dosen Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Jakarta, menyatakan bahwa pembelajaran di sekolah dasar SD/MI yang dirumuskan para ahli kurikulum saat ini cenderung eksklusif, sempit, dan terlalu akademis dan terkesan semua peserta didik hendak diarahkan jadi ilmuwan.11

Penelitian di Amerika belum lama ini, sebagaimana dikutip Sri Anitah Wiryawan, pakar pendidikan dan guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, juga menunjukkan, pembelajaran yang menerapkan kurikulum dengan mata pelajaran terpisah-pisah menjadikan pembelajar kurang berhasil menumbuhkan potensi diri secara maksimal. Kurikulum dengan mata pelajaran terpisah-pisah dalam waktu 50 menit per jam pertemuan menjadi tidak realistik. Para pembelajar kurang mendapat kesempatan mempelajari sesuatu secara mendalam.12 Padahal, proses pembelajaran seperti ini sangat bertolak

11 Soni Nopebri,”

Pembelajaran Terpadu Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar”, (Jurnal Pendidikan Universitas Yogyakarta, 2009), h. 3.

(31)

belakang dengan perkembangan tahapan berpikir dan perkembangan anak SD/MI.

Pernyataan di atas semakin mempertegas bahwa pembelajaran di tingkat SD/MI kelas awal sebaiknya menggunakan pendekatan pembelajaran tematik. Pendekatan pembelajaran ini dipilih karena berdasarkan karakteristik yang dimilikinya, pendekatan ini memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan segala potensinya dan memberikan kesempatan pada guru untuk mengembangkan strategi dan metodologi yang tepat sesuai dengan tema pelajaran yang diajarkan.

b. Landasan Pendekatan Pembelajaran Tematik

Landasan pendekatan pembelajaran tematik dipengaruhi oleh tiga landasan penting, yaitu: landasan filosofis, psikologis dan yuridis. Landasan filosofis dari implementasi pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme.13

Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. Sementara itu, aliran konstruktivisme menekankan pada pengalaman langsung yang dialami siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran.14

Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi nyata dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Aliran ini juga berpendapat pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada siswa, tetapi harus

13

Sugiyar, dkk, “ Pembelajaran....,” h. 3

14

(32)

diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya.

Sedangkan aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya. Siswa selain memiliki kesamaan juga memiliki kekhasan.15 Oleh sebab itu, pembelajaran di kelas harus dapat menampung segala perbedaan karakter dan kemampuan siswa.

Ketiga aliran di atas, menggambarkan dengan jelas bahwa landasan filosofi pendekatan pembelajaran tematik dikembangkan atas dasar pembentukkan kreatifitas siswa melalui serangkain kegiatan yang bermakna, sehingga siswa dapat mengkontruk sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman dan seluruh potensi yang dimilikinya.

Selain landasan filosofi, pendekatan pembelajaran tematik juga didasarkan pada landasan psikologis. Hal ini dikarenakan bahwa proses pembelajaran berkaitan erat dengan perilaku manusia, yaitu siswa. Landasan psikologis pendekatan pembelajaran tematik berkaitan erat dengan psikologi perkembangan siswa dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan siswa diperlukan untuk menentukan isi materi yang akan diberikan agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahapan perkembangan siswa. Sedangkan psikologi belajar memberikan konstribusi dalam hal bagaimana isi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa.16 Herlanti menyatakan:

secara psikologis pendekatan pembelajaran tematik sangat sesuai dengan tahapan perkembangan siswa. Pada umur 0-12 tahun,

15

Sugiyar, dkk, “ Pembelajaran...,” h. 3

(33)

kondisi perkembangan intelegensi, fisik dan sosial-emosional anak tumbuh dan berkembang secara terpadu. Oleh karena itu, pembelajaran secara integral (terpadu) merupakan strategi yang efektif dalam membantu mengembangkan potensi anak secara integral.17

Pendapat tersebut, menjelaskan bahwa untuk mengoptimalkan pengembangan potensi anak secara menyeluruh, proses pembelajaran yang dialami siswa sedapat mungkin harus disajikan secara terpadu. Lebih lanjut, Herlanti juga menuliskan pernyataan Piaget yang mengatakan bahwa perkembangan kognitif anak pada umur 6-12 tahun, kondisi perkembangannya berada dalam tahapan operasional kongkrit, dimana pada usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: (1) mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2) Mulai berpikir secara operasional, (3) Mempergunakan cara berpikiri operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan (5) Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas dan berat.18

Berdasarkan tahapan perkembangan ini, maka anak sekolah dasar lebih tertarik belajar hal-hal yang bersifat konkrit (nyata), yaitu hal-hal yang dapat dilihat, didengar, diraba secara langsung dengan memanfaatkan lingkungan sekitar, sehingga pembelajaran lebih bermakna. Selain itu, pada tahapan ini anak belajar dengan memahami sesuatu yang telah dipelajarinya secara menyeluruh dan sebagai suatu keutuhan. Mereka belum mampu memisahkan konsep-konsep dari disiplin ilmu yang berbeda. Pada tahapan ini juga perkembangan

17 Herlanti, “

Pembelajaran...,” h. 8.

(34)

kognitif anak berkembang secara bertahap, yaitu mulai dari yang paling sederhana menuju hal yang lebih kompleks. Atas dasar pertimbangan itu, maka proses pembelajaran yang dijalankan oleh siswa harus bermakna dan berdasarkan pada kesatuan yang utuh, serta memperhatikan urutan dan keterkaitan antar materi pelajaran yang akan diajarkan.

Selama bertahun-tahun, gagasan Piaget dan Vigotsky tentang anak-anak yang menyusun pengetahuan lewat kegiatan sosial, fisik, dan mental mereka memberi dukungan kepada belajar secara tematis.19Gagasan ini menjelaskan, bahwa pendekatan pembelajaran tematik merupakan salah satu pendekatan yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuannya berdasarkan tahapan perkembangannya, melalui kegiatan fisik, sosial dan mental.

Landasan yang tidak kalah pentingnya dari kedua landasan di atas adalah landasan yuridis. Landasan yuridis berkaitan erat dengan berbagai kebijakan dan peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di SD/MI. Landasan yuridis tersebut adalah Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. Undang-Undang ini menyatakan bahwa “setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.”20 Pernyataan ini menjelaskan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.

19 Carol Seefeldt, “

Pendidikan Anak Usia Dini,” (Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang,

2008), h. 204

20

(35)

Sementara itu, Undang-undang No. 20 tahun 2003 Bab X tentang kurikulum, menyatakan bahwa “kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.”21 Pernyataan ini memberikan peluang kepada setiap satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum pembelajaran yang sesuai dengan potensi dan tahapan perkembangan siswa. Atas dasar pertimbangan itu, pemerintah melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menetapkan bahwa:

pembelajaran di tingkat SD/MI harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreaktivitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.22

“Untuk itu, pemerintah menganjurkan pembelajaran di MI kelas awal sebaiknya diterapkan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran tematik.”23 Pendekatan pembelajaran ini dipilih sebagai alternatif untuk menampung semua potensi, kreatifitas, serta tahapan perkembangan siswa kelas awal yang masih berpikir secara holistik dan hanya mampu memahami keterkaitan antar konsep secara sederhana.

c. Karakteriktik Pendekatan Pembelajaran Tematik

Sebagai sebuah pendekatan pembelajaran di tingkat SD/MI, pembelajaran tematik memiliki beberapa karakteristik khusus yang membedakannya dengan pembelajaran lain. Beberapa ahli telah

21Depdiknas“Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan

, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006), h. 25.

22Depdiknas “Badan Standar Nasional Pendidikan tentang Standar Proses,” h.5

23Kunandar, “Guru ...,”

(36)

merumuskan beberapa karakter yang menunjukkan perbedaan pembelajaran tematik dengan pembelajaran lainnya. Asep Heri Hermawan menyatakan, pembelajaran tematik memiliki tujuh karakter utama, yaitu:24

1) Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

2) Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5) Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. 6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

24

(37)

Sementara itu, menurut Karli dan Margaretha, sebagaimana dikutip oleh Indrawati, pembelajaran tematik memiliki karakteristik:25 1) Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat tema dikaji dari

beberapa sudut mata pelajaran sekaligus untuk memahami fenomena dari segala isi.

2) Bermakna, keterkaitan antar konsep membuat siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan maslah-masalah nyata di dalam kehidupannya.

3) Aktif, siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran melalui aktifitas inkuiri dan discovery.

Selain itu, Mamat SB dkk merinci karakteristik pembelajaran tematik ke dalam sembilan prinsip, yaitu:26

1) Terintegrasi dan kontekstual, artinya pembelajaran dikemas dalam format keterkaitan antara kemampuan siswa dalam menemukan masalah dengan memecahkan masalah nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

2) Memiliki tema sebagai alat pemersatu beberapa mata pelajaran atau bahan kajian.

3) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain (joyfull learning). 4) Pembelajaran memberikan pengalaman langsung yang bermakna

bagi siswa.

5) Menanamkan konsep dari berbagai mata pelajaran atau bahan kajian dalam sebuah proses pembelajaran tertentu.

6) Sulit membedakan pemisahan antara satu pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lain.

7) Pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minat siswa.

8) Pembelajaran bersifat fleksibel.

9) Penggunaan variasi metode dalam pembelajaran.

Berbagai pendapat di atas menggambarkan bahwa karakteristik pendekatan pembelajaran tematik terlihat dari lima kata kunci, yaitu menyeluruh, pembelajaran sesuai dengan kehidupan nyata,

25

Indrawati, Model Pembelajaran Terpadu di sekolah Dasar untuk Guru SD, (Jakarta: PPPPTK IPA , 2009), h. 22.

26

(38)

meninggalkan makna yang mendalam, memberikan kesempatan kepada siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, dan efektif dalam penggunaan waktu.

d. Prinsip-prinsip Pembelajaran Tematik

Pelaksanaan pembelajaran tematik yang dikembangkan di sekolah dasar harus mempertimbangkan beberapa prinsip penting. Menurut Udin S. Sa’ud prinsip tersebut terdiri dari:27

1) The hidden curriculum. Anak tidak hanya terpaku pada pernyataan, ataupun pokok bahasan tertentu, sangat mungkin pembelajaran yang dikembangkan memuat ”pesan yang tersembunyi” dan penuh makna bagi anak.

2) Subjeck in the curriculum. Maksudnya adalah perlu dipertimbangkan mana yang perlu didahulukan dalam pemilihan pokok atau topik belajar, waktu belajar, serta penilaian kemajuan belajar.

3) The learning environment. Lingkungan belajar di kelas memberikan kebebasan bagi anak untuk berpikir dan berkreativitas.

4) Views of the social world. Masyarakat sekitar membuka dan memberikan wawasan untuk pengembangan pembelajaran di sekolah.

5) Values and attitute. Anak-anak memperoleh sikap dan norma dari lingkkungan masyarakat termasuk rumah, sekolah dan panutannya aik verbal maupun non verbal.

Sementara itu, Mamat SB, dkk, merumuskan prinsip pembelajaran tematik ke dalam beberapa prinsip, yaitu:28

1) Terintegrasi dengan lingkungan atau bersifat kontekstual. Artinya, pembelajaran dikemas dalam sebuah format keterkaitan antara “kemampuan peserta didik dalam menentukan masalah” dengan “memecahkan masalah nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari”. Sementara bentuk belajar didesain agar peserta didik bekerja secara sungguh-sungguh dalam menemukan tema pembelajaran yang nyata, kemudian melakukannya.

2) Memiliki tema sebagai alat pemersatu berapa mata pelajaran atau bahan kajian. Dalam terminologi kurikulum lintas bidang studi, tema yang demikian sering disebut sebagai pusat acuan dalam

27 Udin, “Pembelajaran...,”(Bandung: UPI Prees, 2006), h. 12. 28

(39)

proses pembaharuan atau pengintegrasian sejumlah mata pelajaran.

3) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan (joyful learning).

4) Pembelajaran memberikan pengalaman langsung yang bermakna bagi peserta didik.

5) Menanamkan konsep dari berbagai mata pelajaran atau bahan kajian dalam suatu proses pembelajaran tertentu.

6) Pemisahan atau pembedaan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain sulit dilakukan.

7) Pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minat peserta didik.

8) Pembelajaran bersifat fleksibel, penggunaan variasi metode dalam pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dijelaskan bahwa pembelajaran tematik harus dilaksanakan dengan memperhatikan beberapa prinsip, diantaranya adalah menciptakan suasana belajar yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa aktif berpikir dan berkreativitas, serta menanamkan nilai kepribadian, sehingga pembelajaran dapat memberikan pengalaman yang bermakna. Selain itu, pembelajaran tematik juga harus dirancang sesuai dengan konteks nyata dan tidak adanya pemisahan yang jelas antar mata pelajaran yang diajarkan, hal ini membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan memahami hubungan berbagai konsep dalam berbagai mata pelajaran yang berbeda menjadi satu kesatuan yang utuh.

Tema yang menjadi pemersatu dalam pembelajaran tematik juga harus memenuhi beberapa prinsip. menurut Forgaty, tema yang dipilih dalam pembelajaran tematik harus bersifat fertile, sehingga memungkinkan memadukan benyak mata pelajaran/kompetensi. Selain itu, tema juga harus memiliki sifat sesuai dengan permohonan siswa, relevan, bertujuan, bermakna, holistik dan kontekstual.29

Sementara itu, menurut Udin Mas’ud, ada tujuh prinsip yang harus diterapkan dalam pemilihan tema terdiri dari:30

29 Herlanti, “Pembelajaran ...,” , h. 39. 30

(40)

1) Tema hendaknya jangan terlalu luas, namun hendaknya dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan mata pelajaran.

2) Tema yang dipilih harus mengandung makna yang jelas, artinya tema yang diberikan harus melekat pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengaitkan tema terseut dalam kehidupan nyata.

3) Tema harus dikembangkan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

4) Tema yang dierikan harus dapat menggali semua bakat siswa. 5) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan

peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar.

6) Tema yang dipilih hendaknya memperhatikan kurikulum yang berlaku dan tuntutan masyarakat setempat.

7) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kesediaan sumber belajar.

Sedangkan dalam pelaksanaannya pembelajaran tematik, menurut Udin, juga harus mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu: 1) Guru hendaknya tidak bersikap otoriter atau menjadi ”single

actor”, yang mendominasi aktivitas dan proses pembelajaran. 2) Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas

dalam setiap tugas yang menuntut kerjasama kelompok.

3) Guru perlu bersikap akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan pembelajaran. 4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penilaian

diri (self-evaluation) dan berbagai bentuk penilaian lainnya.

5) Guru perlu mengajak siswa untuk menilai perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah disepakati.

(41)

e. Keunggulan Pembelajaran Tematik

Sebagai pendekatan pembelajaran yang memperhatikan karakteristik perkembangan siswa, pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pembelajaran secara terpisah. Menurut Udin Mas’ud, ada empat hal yang menjadi kelebihan pendekatan pembelajaran tematik, yaitu:31

1) Mendorong guru untuk mengembangkan keatifitas. Hal ini mendorong guru untuk memiliki wawasan, pemahaman, dan kreatifitas tinggi untuk memenuhi tuntutan memahami keterkaitan pokok bahasan yang satu dengan pokok bahasan yang laindari berbagai mata pelajaran yang dipadukan.

2) Memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang utuh, menyeluruh, dinamis, dan bermakna sesuai dengan keinginan dan kemampuan guru maupun kebutuhan dan kesiapan siswa. Dalam hal ini, pembelajaran terpadu memberikan peluang terjadinya pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema atau pokok bahasan yang disampaikan.

3) Mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal,menerima, menyerap, dan memahami, keterkaitan atau hubungan antar konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang terdapat dalam beberapa pokok bahasan atau bidang studi. Dengan mempergunakan model pembelajaran terpadu, secara psikologik, siswa digiring berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan-hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya, siswa akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh dan menyeluruh, sistematik, dan analitik.

4) Menghemat waktu, tenaga dan sarana, serta biaya pembelajaran, disamping menyederhanakan langkanh-langkah pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena proses pemanduan atau penyatuan sejumlah unsur tujuan,material maupun langkah pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan atau keterkaitan.

Sementara itu, Kunandar merumuskan tujuh kelebihan pendekatan pembelajaran tematik , yaitu:32

1) Menyenangkan, karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik;

31

(42)

2) Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevandengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik; 3) Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan

bermakna;

4) Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi;

5) Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerjasama;

6) Memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

7) Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapinya dalam lingkungan peserta didik.

Sejalan dengan itu, Indrawati juga mengemukakan enam kelebihan pendekatan pembelajaran tematik dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran secara terpisah, kelebihan itu terletak pada:33

1) Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak.

2) Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik.

3) Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik, sehingga hasil belajar akan bertahan lama.

4) Pembelajaran tematik menumbuhkembangkan keterampilan berpikir dan sosial peserta didik.

5) Pembelajaran tematik menyajikan pembelajaran yang bersifat pragmatis dengan permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan/lingkungan rill peserta didik.

6) Jika pembelajaran terpadu dirancang bersama, dapat meningkatkan kerjasama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, guru dengan nara sumber, sehingga belajar lebih menyenangkan, dalam situasi nyata dan dalam konteks yang lebih bermakna.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan pendekatan pembelajaran tematik dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran lain adalah terletak pada kegiatan yang berlangsung selama proses pembelajaran, yaitu memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran yang bermakna dengan mencipatakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, menumbuhkan keterampilan sosial dalam diri siswa, menyajikan konsep

(43)

pembelajaran yang nyata dan dekat dengan kehidupan siswa, dan dapat menghemat penggunaan waktu dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Selain itu, penerapan pembelajaran tematik juga dapat membangun kerjasama yang baik antar guru dan siswa dalam merumuskan kegiatan pembelajaran yang menarik dan dapat meninggalkan kesan yang mendalam dalam diri siswa.

f. Kelemahan Pendekatan Pembelajaran Tematik

Selain memiliki keunggulan, pendekatan pembelajaran tematik juga memiliki beberapa kelemahan. Menurut Kunandar, “kelemahan pendekatan pembelajaran tematik dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran terpisah terletak pada sulitnya menentukan tema yang dapat menggabungkan seluruh mata pelajaran yang akan dipadukan.”34 Hal tersebut terjadi karena, tidak semua mata pelajaran dapat dipadukan dalam satu tema.

Sementara itu, Tarmizi Ramadhan mengatakan, “kelemahan pembelajaran tematik terletak pada tahapan pelaksanaannya. Menurutnya, hal tersebut terjadi karena guru belum sepenuhnya memahami prosedur pelaksanaan pembelajaran tematik, sehingga mereka masih kesulitan dalam memilih metode pembelajaran yang inovatif dan sesuai dengan tema yang diajarkan.”35 Kondisi ini akan mempersulit pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Sedangkan, Indrawati menyatakan, kekurangan pembelajaran tematik terletak pada tahapan pelaksanaan evaluasi. Menurutnya, pembelajaran tematik cenderung masih sulit diterapkan, karena guru belum sepenuhnya mampu merancang evaluasi proses yang menjadi tuntutan utama pembelajaran tematik.36 Sebagaimana telah dijelaskan

34 Kunandar, “Guru...,” h.334. 35 Kunandar, “

Guru....,” h.334.

(44)

di atas, pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam serangkaian kegiatan pembelajaran. Jadi, untuk dapat menilai seluruh aspek perkembangan siswa secara menyeluruh selama proses pembelajaran, guru harus dapat melakukan penilaian selama proses pembelajaran.

Lebih lanjut, Udin Mas’ud mengatakan, kelemahan pendekatan pembelajaran tematik dibandingkan dengan pembelajaran lain dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu:37

1) Dilihat dari aspek guru, model ini menuntut ketersediaan peran guru yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, kreativitas tinggi, keterampilan metedologik yang handal, kepercayaan diri dan eteos akademik yang tinggi, dan berani untuk mengemas dan mengembangkan materi. Akibat aademiknya, guru dituntut untuk terus menggali informasi/pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.

2) Dilihat dari aspek siswa, pembelajaran tematik termasuk memiliki peluang untuk pengembangan kreatifitas akademik, yang menuntut kemampuan belajar siswa yang relatif ”baik, baik dalam aspek intelegensi maupun kreativitasnya. Hal tersebut terjadi karena model ini menekankan pada pengembangan kemampuan analitik (menjiwai), kemampuan assosiatif (menghubung-hubungkan) dan kemampuan eksplorasi dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi di atas tidak termiliki, maka sulit pembelajaran model tersebut diterapkan.

3) Dilihat dari aspek sarana atau sumber belajar, pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan berguna, seperti yang dapat menunjang dan memperkaya serta mempermudah mengembangkan wawasan dan pengetahuan yang diperlukan. Dengan demikian, jika pembelajaran tematik ini hendak dikembangkan, maka perpustakaan perlu dikembangkan pula secara bersama. Bila keadaan yang dituntut tersebut tidak pernah dipenuhi agaknya sulit untuk menerapkan pembelajaran tersebut.

4) Dilihat dari aspek kurikulum, pembelajaran tematik memerlukan jenis kurikulum yang terbuka untuk pengembangannya. Kurikulum harus bersifat luwes, dalam arti kurikulum yang berorientasi pada pencapaian pamahaman siswa terhadap materi (bukan berorientasi

37

(45)

pada penyampaian target materi), kurikulum yang memberikan kewenangan sepenuhnya pada guru untuk mengembangkan baik dalam materi, metode maupun penilaian dan pengukuran keberhasilan pembelajarannya.

5) Dilihat dari sistem penilaian dan pengukurannya, pembelajaran tematik membutuhkan sistem penilaian dan pengukuran (obyek, indikator, dan prosedur) yang terpadu dalam arti sistem yang berusaha menetapkan keberhasilan belajar siswa dilihat dari beberapa mata pelajaran yang terkait, atau dengan kata lain, hasil belajar siswa merupakan kumpulan dan paduan penguasaan dari berbagai materi yang disatukan/digabung. Dalam kaitan ini, guru disamping dituntut mampu menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang terpadu, juga dituntut untuk melakukan koordinasi dengan guru-guru yang lain bila ternyata materi tersebut diajarkan dalam beberapa mata pelajaran oleh guru yang berbeda. Ketiadaan sistem evaluasi dan pengukuran seperti itu, kemungkinan sekali penilaian tidak bisa dilakukan secara absah dan terpercaya sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. 6) Dilihat dari suasana dan penekanan proses pembelajaran,

pembelajaran tematik berkecendrungan mengakibatkan ”tenggelamnya” pengutamaan salah satu atau lebih mata pelajaran. Dengan kata lain, ketika seorang guru mengajarkan sebuah tema/pokok bahasan, maka guru tersebut berkecendrungan lebih mengutamakan, menekankan atau mengintensifkan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera dan subyektifitas guru itu sendiri. Secara kurikuler akan terjadi pendominasian terhadap materi tertentu, serta sebaliknya sekaligus terjadi proses pengabaian terhadap mata pelajaran lain yang dipadukan.

(46)

yang akan dipadukan. Hal ini akan menyebabkan pelajaran yang tidak sesuai dengan tema pelajaran harus diajarkan secara terpisah.

g. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tematik dipengaruhi oleh perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi, minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan siswa. Menurut Yanti Herlanti, penyusunan perencanaan pembelajaran tematik perlu diawali dengan melakukan pemetaan kompetensi dasar dan indikator per mata pelajaran per kelas yang dianggap dapat dipadukan satu sama lain. Adapun langkah-langkah dalam merencanakan pembelajaran tematik dapat dilihat dalam diagram di bawah ini:38

Gambar 2.1 Prosesur Perencanaan Pembelajaran Tematik

38Herlanti, “Pembelajaran ...,” h. 79.

Menetapkan mata kelas dan semester yang sama setiap mata pelajaran.

2

Menentukan indikator

(47)

1. Penetapan mata pelajaran

Penetapan mata pelajaran dilakukan setelah membuat peta kompetensi dasar secara menyeluruh pada semua mata pelajaran yang diajarkan.

2. Penetapan Kompetensi Dasar

Pada tahapan ini dilakukan pemetaan kompetensi dasar pada jenjang kelas dan semester yang sama dari setiap mata pelajaran yang memungkinkan untuk diajarkan secara terpadu dengan menggunakan payung tema pemersatu. Contohnya:

Ilmu

Pengetahuan Alam

Bahasa Indonesia

Matematika Seni Budaya dan Keterampilan

3. Penetapan hasil belajar dan indikator

Setelah menentukan kompetensi dasar, selanjutnya pada tahapan ini ditentukan indikator hasil belajar dari setiap mata pelajaran yang sudah dipetakan. Contohnya:

Ilmu

Pengetahuan Alam

Bahasa Indonesia

(48)

Berdasarkan kompetensi dan indikator hasil belajar, diperoleh

Matematika Seni Budaya dan

Keterampilan Musim Hujan Musim Hujan Penjumlahan

dan pembelajaran tematik adalah: Tema yang dipilih memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa, ruang lingkup tema harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan siswa, penetapan tema dimulai dari lingkungan terdekat siswa. Ruang lingkup tema yang ditetapkan hendaknya tidak terlalu luas. Tema yang terlalu luas dapat dijabarkan menjadi anak tema. Diagram pengembangannya adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Pengembangan Tema

Materi 1

Materi 2

Materi 3

(49)

Berdasarkan pemetaan kompetensi dasar dan indikator di atas, maka dapat dipilih tema yang sesuai adalah cuaca. Setelah itu, ditentukan anak tema, yaitu: (1) Hujan, (2) Kemarau, (3) Dampak musim hujan dan kemarau terhadap manusia.

Dari sini dapat ditarik kesimpulan, bahwa tahapan guru dalam menetapkan tema harus berdasarkan pada beberapa urutan, yaitu: menetapkan dan memilih tema, mengembangkan tema menjadi anak tema, memilih atau menatapkan anak tema, mengembangkan anak tema menjadi materi ajar yang akan diajarkan.

5. Menyusun matrik hubungan antar kompetensi dengan tema pemersatu

Pembuatan matriks jaringan akan memperlihatkan kaitan antara tema pemersatu dengan kompetensi dasar dari tiap-tiap mata pelajaran. Selain itu, akan tampak pula hubungan tema pemersatu dengan hasil belajar yang harus dicapai siswa. Contoh matrik dengan tema pemersatu binatang adalah:

Bahasa Indonesia:

Menjelaskan isi gambar tunggal.

IPA: Matematika: Menyebutkan ciri-ciri Melakukan Hujan. penjumlahan dua angka.

Seni budaya dan keterampilan

Membunyikan irama musim dari tetesan air hujan. 6. Penyusunan silabus pembelajaran tematik

Silabus adalah garis-garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi materi pembelajaran tematik. Silabus merupakan

Tema:

(50)

penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi, kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Adapun langkah-langkah pembuatan silabus pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi mata pelajaran yang akan dipadukan.

b. Penentuan kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator yang akan dicapai.

c. Penentuan materi pokok.

d. Penentuan strategi pembelajaran. e. Penentuan alokasi waktu.

7. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tematik Sebagaimana diketahui, silabus pembelajaran hanya mampu menggambarkan kegiatan pembelajaran secara global. Untuk memperinci kegiatan pembelajaran jangka pendek, guru harus membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tematik. RPP pembelajaran tematik dapat disusun untuk jangka waktu harian dan dapat juga untuk jangka waktu mingguan.

Komponen yang dibutuhkan untuk menyusun RPP tematik meliputi:

a. Identitas mata pelajaran.

b. Kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator yang dipadukan. c. Pokok-pokok materi yang disajikan.

d. Kegiatan belajar yang dilaksanakan. e. Alat, media, dan sumber yang digunakan.

(51)

2. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam

a. Pengertian Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari cara mencari tahu tentang alam semesta dan segala isinya secara sistematis.39 Menurut Sumajdi, IPA merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengungkap gejala-gejala alam dengan menerapkan langkah-langkah ilmiah serta untuk membentuk kepribadian atau tingkah laku siswa sehingga siswa dapat memahami proses IPA dan dapat dikembangkan di masyarakat.40

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahawa pembelajaran IPA sangat berperan penting dalam memajukan daya pikir manusia dalam memecahkan masalah kehidupan, karena pada dasarnya IPA adalah ilmu yang mengkaji tentang gejala-gejala alam dan hubungannya dengan kehidupan manusia. IPA sebagai mata pelajaran yang menuntut keterampilan proses, produk dan proyek merupakan mata pelajaran yang sangat berguna bagi kehidupan siswa, selain untuk mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, IPA juga dijadikan suatu wahana bagi peserta didik untuk mempelajari tentang diri sendiri dan cara menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.

Menurut Permen No. 22 Tahun 2006, “mata pelajaran IPA perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar adalah untuk membekali peserta didik cara memenuhi kebutuhan manusia dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah.”41 Dari pernyataan di atas, terlihat dengan jelas bahwa pelajaran IPA memiliki peranan penting dalam menumbuhkan kemampuan berfikir

39

Depdiknas, “ Bahan Workshop Penyusunan Model Penilaian dan Kalender Pendidikan

Sekolah Dasar, (Jakarta: Depdiknas, 2009.), h. 56.

40Izzatin Kamala, “Pengertian Pendidikan IPA dan Perkembangannya”

, tersedia online di http://juhji-science-sd.blogspot.com, 2008, diakses pada tanggal 26 Juli 2011.

41

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan terhadap pelaku usaha ritel modern tentang keunggulan dari usahanya sehingga bisa bersaingan dengan usaha-usaha ritel

Dapat disimpulkan bahwa para pihak yang menjalani pernikahan beda agama memiliki keyakinan sesuai dengan hati nuraninya dan percaya bahwa tujuan dari penikahan tersebut

bahwa variabel aspek fisik (physical aspect), reliabilitas (reliability), interaksi personal (personal interaction), pemecahan masalah (problem solving), kebijakan

Merupakan pengawasan mutu yang dilakukan terhadap bahan baku yang kemudian akan digunakan dalam proses produksi sehingga produk yang dihasilkan tidak mengalami penurunan

Setelah itu dilakukan penurunan suhu hingga mencapai suhu 15-10ºC, kemudian dilakukan homogenisasi menggunakan mixer dengan kecepatan 1 selama 30 menit dan

Tanaman tradisional ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan manusia salah satunya adalah digunakan sebagai obat dalam penyembuhan luka infeksi, dimana luka infeksi

Sedangkan menurut Handayani (2011), kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan.. Seseorang dikatakan patuh menjalankan program rehabilitasi bila mengikuti program

Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Cameron dan Quinn (1 999) ―Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI) dimodifikasi