• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MADU TOPIKAL TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR GRADE IIA PADA TIKUS PUTIH (Rattus novergicus Strain Wistar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MADU TOPIKAL TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR GRADE IIA PADA TIKUS PUTIH (Rattus novergicus Strain Wistar)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1 merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Luka bakar ini biasa terjadi saat memegang oven, menarik taplak dimana di atasnya terdapat air panas, minuman panas atau makanan panas. Saat menggoreng juga bisa terjadi karena percikan dari minyak goreng yang menggenai kulit serta kesalahan dalam memegang setrika saat sedang menyetrika. Hal-hal diatas merupakan hal yang sering terjadi dan dapat menyebabkan luka bakar pada kulit. Luka bakar sendiri merupakan suatu keadaan dan sudah menjadi suatu masalah umum di negara-negara di seluruh dunia. Penanganan dan perawatan luka bakar sampai saat ini masih memerlukan perawatan yang kompleks dan masih merupakan tantangan bagi kita, karena sampai saat ini angka morbiditas dan mortalitas masih tinggi (Sunarso, 2008).

(2)

2

seluruh penderita luka bakar yang dirawat. Statistik menunjukkan bahwa 60% luka bakar terjadi karena kecelakaan rumah tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain, misalnya bus terbakar, ledakan bom, dan gunung meletus (Sjaifuddin, 2006).

Luka bakar grade I hanya terbatas pada lapisan epidermis, dan hanya dijumpai eritema saja dan tanpa merusak lapisan yang lebih dalam. Luka bakar grade II ini terjadi kerusakan yang mengenai bagian epidermis dan lapisan yang lebih dalam yaitu atas dari corium/dermis. Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebacea masih banyak. Pada luka bakar grade II ini dijumpai bulla, dan terdapat reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Pada luka bakar grade III terjadi kerusakan dalam mulai dari jaringan subkutan hingga ke tulang. Pada grade III ini luka dijumpai proses nekrosis jaringan yang ditandai oleh warna kulit hitam kering. Seorang korban luka bakar dapat mengalami berbagai macam komplikasi yang fatal termasuk diantaranya kondisi shock, infeksi, ketidak seimbangan elektrolit (imbalance elektrolit) dan masalah distress pernapasan. Selain komplikasi yang

berbentuk fisik, luka bakar dapat juga menyebabkan distress emosional (trauma) dan psikologis yang berat dikarenakan cacat akibat luka bakar dan bekas luka (scar). Banyak cara dan alternatif pengobatan yang bisa dilakukan salah satunya dengan madu, yang merupakan bahan alami yang sering kita temukan disekitar kita dan mudah didapatkan (Monica, 2009).

(3)

3

digunakan sebagai pengobatan berbagai penyakit, seperti asma, radang sendi, luka bakar, sembelit, demam, wasir, migren, dan penyakit saraf. Salah satu keuntungan madu terbaik adalah melindungi tubuh dari infeksi dan mempercepat penyembuhan, karena madu mempunyai fungsi bakterisidal, anti alergi, anti radang, antiseptik, antibiotik, anti jamur, dan anti bakteri. Madu terdiri dari 35% protein dan berisi separuh dari semua asam amino, serta mengandung konsentrat tinggi dari banyak nutrisi penting. Madu mengandung sejumlah besar mineral, vitamin B kompleks, vitamin C, D dan E. Madu juga memiliki efek anti bakteri sehingga banyak dipakai untuk mengobati luka dan mempercepat penyembuhan (Aden, 2010).

(4)

4

proses regenerasi yang cepat dan epitelialisasi akan berjalan dengan lebih baik (Monica, 2009).

Madu merupakan bahan alami yang memiliki banyak manfaat, mudah di dapat serta berlimpah keberadaannya disekitar kita. Banyak kasus kejadian luka bakar serta dari data statistik menunjukkan bahwa angka kejadian luka bakar 60% terjadi oleh karena kecelakaan rumah tangga. Bekas yang ditinggalkan dari luka bakar ini tentunya dapat merusak estetika dari kulit itu sendiri bila luka tidak tertanggani dengan baik. Pada luka bakar grade IIA dijumpai luka masih berwarna putih, terdapat bula namun kerusakannya sudah melebihi lapisan epidermis sehingga terdapat proses kontraksi dan epitelialisasi dalam proses penyembuhannya. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan menggunakan manfaat madu terhadap penyembuhan luka bakar sebagai salah satu alternatif baru dalam pengobatan luka bakar yang dapat terjadi disekitar kita.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah madu topikal berpengaruh terhadap peningkatan kecepatan penyembuhan luka bakar grade IIA pada tikus putih (Rattus novergicus Strain Wistar)?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan umum

(5)

5

1.3.2.Tujuan khusus

1. Mengetahui pengaruh madu topikal terhadap peningkatan kontraksi luka bakar grade IIA pada tikus putih (Rattus novergicus Strain Wistar). 2. Mengetahui pengaruh madu topikal terhadap peningkatan epitelialisasi

luka bakar grade IIA pada tikus putih (Rattus novergicus Strain Wistar) 1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1.Manfaat akademik

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai pengaruh madu terhadap peningkatan epitelialisasi dan kontraksi luka bakar grade IIA pada tikus putih (Rattus novergicus Strain Wistar).

1.4.2.Manfaat masyarakat

1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pemanfaatan madu pada luka bakar terhadap waktu penyembuhan luka .

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat, khususnya tenaga medis dalam pemberian terapi penyembuhan luka bakar .

(6)

KARYA TULIS AKHIR

PENGARUH MADU TOPIKAL TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR GRADE IIA

PADA TIKUS PUTIH (Rattus novergicus Strain Wistar)

Oleh :

LILING DESTA PRASETIANI 07020022

(7)

i

HASIL PENELITIAN

PENGARUH MADU TOPIKAL TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR GRADE IIA

PADA TIKUS PUTIH (Rattus novergicus Strain Wistar)

KARYA TULIS AKHIR

Diajukan kepada

Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Kedokteran

Oleh :

LILING DESTA PRASETIANI 07020022

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS KEDOKTERAN

(8)

LEMBAR PENGESAHAAN LAPORAN HASIL PENELITIAN Telah disetujui sebagai hasil penelitian

untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Malang 17 Maret 2011

Pembimbing I

dr. Ruby Riana Asparini, Sp.BP

Pembimbing II

dr.Yoyok Subagio

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang,

(9)

iii

LEMBAR PENGUJIAN

Karya Tulis Akhir oleh Liling Desta Prasetiani ini telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji Pada tanggal : 17 Maret 2011

Tim Penguji

dr. Ruby Riana Asparini, Sp.BP , Ketua

dr. Yoyok Subagio , Anggota

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas nikmat dan hidayah-Nya, penulis telah berhasil menyelesaikan penelitian yang berjudul

“PENGARUH MADU TOPIKAL TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN

PENYEMBUHAN LUKA BAKAR GRADE IIA PADA TIKUS PUTIH (Rattus novergicus Strain Wistar)”. Penulisan penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran Jurusan Pendidikan Dokter pada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini kemungkinan jauh dari sempurna, walaupun demikian penulis telah berusaha semaksimal mungkin serta mendapatkan bantuan dan bimbingan dari dosen pembimbing dalam rangka penyusunan. Tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sangatlah tidak mudah menjalani masa perkuliahan hingga pada penyusunan tugas akhir ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia kesehatan, kesabaran dan lindungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. 2. dr. Irma Suswati, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Malang.

(11)

v

4. dr. Fathiyah Safitri, M.Kes selaku Pembantu Dekan 2 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

5. dr. Thontowi Djauhari NS, M.Kes selaku Pembantu Dekan 3 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

6. dr. Ruby Riana Asparini, Sp.BP selaku Pembimbing I atas bimbingan, ketelitian, dukungan, saran dan bantuan maupun kesabaran dan waktu yang telah diberikan dalam penyusunan karya tulis akhir ini.

7. dr. Yoyok Subagio selaku Pembimbing II atas bimbingan, dukungan, saran,bantuan maupun waktu yang telah diberikan dalam penyusunan karya tulis akhir ini.

8. dr. Hawin Nurdiana, M.Kes. selaku Penguji atas saran, kritik dan bimbingannya dalam penyusunan karya tulis akhir ini.

9. Orang tuaku tercinta Bpk. Alex Eko Pranoto dan Ibu Suyatmini serta adik-adikku tercinta yang selalu memberikan semangat, dukungan moral maupun materiil, serta doa-Nya selama ananda menuntut ilmu.

10.Sahabat-sahabatku tersayang Decy, Nurma, Ines, Nita, Linda, Julian, Hakim, Kenyo, Syamita, Hani dan mas Aris terima kasih atas semua bantuan serta dorongannya, semoga kita semua bisa sukses dan menjadi dokter yang berguna bagi masyarakat Amin. Trimakasih juga kepada Mas Irul yang selalu siap mengedit n mengeprin Karya Tulis Akhir saya.

(12)

12.Teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2007 yang menjadi teman seperjuangan selama menempuh pendidikan kedokteran.

13.Semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan karya tulis ini dan juga mendoakan demi suksesnya karya tulis ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, Juli 2010

(13)

vii

(14)

ABSTRAK

Prasetiani, Liling. 2011. Pengaruh Madu Topikal Terhadap Peningkatan Kecepatan Penyembuhan Luka Bakar Grade IIA Pada Tikus Putih (Rattus novergicus Strain Wistar). Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing: (I) dr. Ruby Riana Asparini, Sp.BP , (II) dr. Yoyok Subagio.

Latar Belakang: Luka bakar grade IIA ini terjadi kerusakan yang mengenai bagian epidermis dan lapisan yang lebih dalam yaitu atas dari corium/dermis. Luka bakar apabila tidak tertangani dengan baik akan mengakibatkan komplikasi dan juga akan meninggalkan bekas luka. Madu bisa menjadi alternatif baru yang dapat digunakan untuk pengobatan luka bakar. Madu merupakan bahan alami dengan banyak manfaat, murah serta mudah di dapatkan dimana madu sendiri memiliki sifat osmolaritas yang tinggi, dan juga memiliki sifat anti septik, yakni hydrogen peroksidase. Oleh karena itu madu dapat dijadikan sebagai alternatif pengobatan terhadap luka bakar grade IIA.

Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian madu topikal terhadap peningkatan kecepatan penyembuhan luka bakar grade IIA yang dilakukan pada tikus putih (Rattus novergicus Strain wistar).

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan true experimental dengan desain

penelitian yang digunakan adalah “postest only design”. Sampel dalam penelitian

ini menggunakan tikus putih jantan galur wistar (Rattus novergicus Strain Wistar). Data dianalisa menggunakan uji Anova dan uji Post Hoct Tukey.

Hasil Penelitian: Hasil uji Anova untuk kontraksi luka didapatkan nilai signifikansi < 0,01, dan untuk luas luka didapatkan nilai signifikan < 0,01 sehingga didapatkan adanya pengaruh madu topikal terhadap peningkatan kecepatan penyembuhan luka bakar grade IIA pada tikus putih. Hasil uji Tukey diperoleh perbedaan pengaruh perlakuan terlihat pada pengamatan hari ke 1 sampai hari ke- 10.

Kesimpulan: Pemberian madu topikal berpengaruh terhadap peningkatan kecepatan penyembuhan luka bakar grade IIA pada tikus putih (Rattus novergicus strain wistar).

(15)

ix ABSTRACT

Prasetiani, Liling. 2011. The Effect of Topical Honey on the Grade IIA Thermal Injury Healing Process on Rattus novergicus Strain Wistar. Thesis, Faculty of Medical Science, University of Muhammadiyah Malang. Advisors: (1) dr. Ruby Riana Asparini, Sp.BP (2) dr. Yoyok Subagio

Background: On Grade IIA thermal injury, the damage reaches epidermis and the depeer upper layer of corium or dermis. If burn wound not able to be handled well, it will result in complications and also will leave a scar. Honey can be new alternative for burn wound recovery. Honey is a cheap and easily found natural material with many benefits. It has high osmolarity and antiseptic agent, hydrogen peroxide. Honey also contains phytochemical substances, natural chemicals found in plants potential to kill viruses, bacterias, and fungus. Accordingly, honey can be used as an alternative medication for grade IIA thermal Injury.

Purpose: This study investigated the effect of topical honey medication on the Grade IIA thermal injury healing process on Rattus novergicus Strain Wistar. Method: This study was a true experimental with post test only design. The samples were male white mice (Rattus novergicus Strain Wistar). The data were analyzed with Homogenity of Variance test, Normality test, Anova test and Post Hoct Tukey test.

Finding: Anova test for wound’s contraction showed a significance value <0.01

and for the wound’s large showed a significance value <0.01, which revealed a

significant effect of topical honey medication on the grade IIA thermal injury healing process on the white mice. Tukey test showed the difference in treatment effect noticed from the first day to the tenth day.

Conclusion: Topical honey medication had effect on acceleration of healing process of grade IIA thermal injury on Rattus novergicus Strain Wistar.

(16)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGUJIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan umum ... 4

1.3.2 Tujuan khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Manfaat akademik ... 5

(17)

xi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Tinjauan Umum Tentang Luka Bakar ... 6

2.1.1.Definisi luka bakar... 6

2.1.2.Derajat kedalaman luka bakar ... 6

2.1.3.Luas luka bakar ... 8

2.1.4.Kriteria berat ringannya ... 10

2.1.5.Mekanisme penyembuhan luka ... 10

2.2 Tinjauan Umum Tentang Madu... 20

2.2.1 Definisi madu ... 20

2.2.2 Komposisi dan kandungan madu ... 22

2.3 Madu terhadap luka bakar ... 25

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 27

3.1 Kerangka Konsep ... 27

3.2 Hipotesis ... 28

BAB 4 METODE PENELITIAN... 29

4.1 Rancangan Penelitian ... 29

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 29

4.3 Populasi dan Sampel ... 29

4.3.1 Populasi ... 29

4.3.2 Sampel ... 29

4.3.3 Replikasi ... 29

4.3.4 Karakteristik sampel penelitian ... 31

4.4 Bahan dan instrumen penelitian... 31

(18)

4.4.2 Pembuatan luka pada Rattus novergicus ... 31

4.4.3 Perawatan luka ... 32

4.4.4 Alat observasi luka... 32

4.5 Variabel Penelitian... 32

4.5.1 Variabel bebas ... 32

4.5.2 Variabel tergantung ... 32

4.6 Definisi Operasional ... 33

4.7 Prosedur Kerja Penelitian ... 34

4.7.1 Proses adaptasi ... 34

4.7.2 Alur kerja ... 34

4.7.3 Pembuatan luka bakar ... 35

4.7.4 Perawatan luka bakar tertutup luka bakar derajat II A ... 36

4.7.5 Pengukuran luas luka bakar ... 36

4.8 Kerangka Operasional ... 38

4.9 Analisa Data ... 38

4.10 Jadwal Penelitian ... 39

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA ... 40

5.1 Hasil Penelitian ... 40

5.1.1 Luas Luka ... 41

5.1.2 Kontraksi Luka ... 42

5.2 Analisis Data ... 43

5.2.1 Uji Normalitas ... 43

5.2.2 Uji Homogenitas ... 43

(19)

xiii

5.2.4 Uji lanjut Tukey 1% ... 45

BAB 6 PEMBAHASAN ... 47

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN... 50

7.1 Kesimpulan ... 50

7.2 Saran ... 50

(20)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Data rata-rata luas luka selama penelitian ... 41

Tabel 5.2 Data rata-rata kontraksi luka selama penelitian ... 42

Tabel 5.3 Rekap uji anova luas luka ... 44

Tabel 5.4 Rekap uji anova kontraksi luka ... 44

Tabel 5.5 Rekap uji tukey luas luka... 45

(21)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Luka Bakar derajat I ... 6

Gambar 2.2 Luka Bakar derajat II ... 7

Gambar 2.3 Luka Bakar derajat III ... 8

Gambar 2.4 Skema pembagian luas luka bakar dengan Rule of Nine ... 9

Gambar 2.5 Skema pembagian luas luka bakar dengan modifikasi Rule of Nine ... 9

Gambar 2.6 Luka dangkal tidak melewati dermis, sembuh tanpa parut ... 11

Gambar 2.7 Luka kronis yang dalam, sembuh dengan parut ... 11

Gambar 2.8 Parut normal dan abnormal ... 11

Gambar 2.9 Parut hipertrofik luka bakar tungkai ... 19

Gambar 2.10 Perut luka bakardengan kontraktur siku ... 20

Gambar 2.11 Madu ... 22

Gambar 5.1 Grafik Luas Luka ... 41

(22)

DAFTAR SINGKATAN

BR-1 : Broiler-1

(23)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Aden. 2010. Manfaat&Kasiat Madu. Yogyakarta : Hangar Kreator. Hal: 13-19; 63-70; 85-88; 119-124

Gheldof N, Wang Xiao-Hong, and Engeseth N.J, 2002.Identification and Quantification of Antioxidant Components of Honeys from Various Floral Sources, Journal of Agriculturaland Food Chemistry, 50, 5870-5877.diakses 10 september 2002

(http://pubs.acs.org/doi/pdfplus/10.1021/jf0256135)

Kabala et al, 2004. Influence of Honey-Balm On The Rate of Scare Formation During Experimental Burn Wound Healing In Pigs, diakses 15 Januari 2004, (http://www.piwet.pulawy.pl/doc/biuletyn_48-3/25_kabala.pdf). Kartini, Monica. 2009. Efek Penggunaan Madu Terhadap Menegemen Luka

Bakar.(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/22091720.pdf diakses 2 Januari 2009)

Kartohatmodjo, Sunarso. 2008. Luka Bakar (Combutio).

(www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/...2008/luka20bakar20akut20text.pdf) Khoo YT, Halim AS, Singh KK, Mohamad NA. 2010. Wound contraction effect

and antibacterial properties of Tualang honey on full-thickness burn wounds in rats in comparison to hidrofiber. Licensee Biomed Central.(http://creativecommons.org/licenses/by/2.0) diakses 18 Maret 2010)

Noer, Sjaifuddin.2006. Penanganan Luka Bakar. Surabaya: Airlangga University Press

Notoatmodjo S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal : 163

Noer MS, 2006. Penanganan Luka Bakar Akut ; Perdanakusuma DS, Saputro ID. Penanganan luka Bakar Akut. Surabaya : Airlangga University Press. Hal: 5-10

Oswari. 2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI. Hal : 75-82

(25)

xix

Perdanakusuma, David.2006. Penanganan Parut Hipertrofik Dan Keloid. Surabaya: Airlangga University Press. Hal : 4-6

Peter C. Molan, BSc (Hons). 2002. Re-introducing Honey in the Management of Wounds and Ulcers – Theory and Practice. Department of Biological Sciences, University of Waikato, Private Bag 3105, Hamilton, New Zealand.(http://researchcommons.waikato.ac.nz/bitstream/10289/203/1/c ontent.pdf) diakses 1 November 2002.

Seymorur, Schwartz.2000.Inti Sari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.Hal: 138-139

Sidik . 2009. Ilmu Bedah. Tangerang: Binarupa Aksara. Hal: 404 – 412.

Supranto, J. 2007. Teknik sampling survey & eksperimen. Jakarta. PT Rineka Cipta. Hal : 217

Referensi

Dokumen terkait

Membuktikan adanya pengaruh ekstrak daun teh hijau ( Camellia sinensis ) dalam sediaan gel terhadap kecepatan kontraksi luka bakar derajat IIA pada kulit tikus

Syukur Alhamdulillah, penulis telah berhasil menyelesaikan karya tulis akhir yang berjudul ― PENGARUH MADU TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA LASERASI

Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate (MSG) Peroral Terhadap Kolesterol Pada Tikus Putih Jantan (Rattus Novergicus Strain

Pengaruh salep ekstrak etanol daun sirih (Piper betle) terhadap penyembuhan luka iris pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus).. Jurnal Kedokteran dan

Pengaruh Patikan Kebo ( Euphorbia Hirta, L ) Terhadap Lama Penyembuhan Luka Sayat ( Vulnus Sciesum ) Pada Tikus Putih ( Rattus.. Norvegicus Strain

Penelitian tugas akhir ini berjudul “Pengaruh Pemberian Lendir Bekicot (Achatina fulica) Terhadap Luas Permukaan Luka Bakar Derajat II(B) pada Tikus Putih Strain Wistar

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kitosan secara topikal terhadap penyembuhan luka bakar kimiawi pada kulit tikus putih terinduksi asam sulfat..

Penelitian efek penyembuhan luka bakar ekstrak metanol kayu colok  (Samanea saman) dalam bentuk sediaan krim diujikan pada tikus putih (Rattus novergicus) yang telah