• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKA (Open Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit UmumDr. Saiful Anwar Malang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKA (Open Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit UmumDr. Saiful Anwar Malang)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Fraktur atau patah tulang didefinisikan sebagai terputusnya kontinuitas tulang akibat trauma atau akibat proses penyakit seperti osteoporosis yang menyebabkan fraktur-fraktur patologis (Carpenito, 2001). Fraktur adalah kondisi dimana terjadi suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang, patahan tadi mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan korteks, biasanya patahan itu lengkap dan fragmen tulang bergeser (Apley & Solomon, 1995). Pada tahun 2000 sampai 2010 organisasi kesehatan tingkat dunia WHO mencatat kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab patah tulang (fraktur) terbanyak. Menurut Badan Intelijen Negara Republik Indonesia pada tahun 2011 terjadi kasus kecelakaan sebanyak 109.776, dengan korban meninggal sebanyak 31.185 orang dan 78.591 orang lainnya mengalami luka ringan dan luka berat seperti fraktur (patah tulang). Berdasarkan Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang tahun 2009, mencatat terdapat 1.305 kasus fraktur yang berada pada urutan ketiga dari sepuluh penyakit terbanyak rawat inap.

(2)

2

Luka pada patah tulang terbuka merupakan luka yang terkontaminasi dan dapat mengakibatkan infeksi (Gustilo et al.,1989). Pada penelitian yang menghubungkan patah tulang terbuka dengan tingkat kerusakan jaringan didapatkan angka infeksi pada derajat I sebesar 0-2%, derajat II sebesar 2-7% dan derajat III sebesar 10-25% dengan angka infeksi derajat IIIa sebesar 7% derajat IIIb 10-50% dan derajat IIIc 25-50% (Reidy & Murray, 1997). Penanganan pada fraktur terbuka dapat berupa debridement, pembedahan orthopedic, stabilitas tulang, perawatan lanjut dan rehabilitasi fraktur (Apley & Solomon, 1995).

Infeksi Luka Operasi (ILO) atau Surgical Site Infections (SSIs) merupakan salah satu komplikasi yang di takuti dari bedah orthopedic dan merupakan urutan kedua yang paling umum menyebabkan infeksi nosokomial (Bratzler & Houck, 2005). Infeksi Luka Operasi (ILO) merupakan hasil dari kontaminasi bakteri yang masuk saat operasi berlangsung atau setelah operasi. Data yang diperoleh dari

National Nosocomial Infection Surveillace (NNIS) mengindikasikan bahwa infeksi luka operasi merupakan infeksi ketiga tersering yang terjadi di rumah sakit dengan sekitar 14-16% dari total pasien di rumah sakit mengalami infeksi luka operasi (Doherty, 2006). Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika memperkirakan bahwa sekitar 500.000 kasus ILO terjadi setiap tahunnya di Amerika. Pasien yang mengalami ILO sebanyak 60% kebanyakan menghabiskan waktu di unit perawatan intensif dan biaya perawatan kesehatan meningkat secara substansial pada pasien yang mengalami ILO. Selain itu dari 23 juta penderita yang dilakukan pembedahan di Amerika Serikat setiap tahun, 920.000 penderita mengalami ILO. Penderita yang mengalami ILO perlu rawat inap 2 kali lebih lama dan harus mengeluarkan biaya 5 kali lebih banyak daripada yang tidak mengalami ILO (Bratzler et al., 2005).

(3)

3

ialah mencegah terjadinya infeksi akibat tindakan pembedahan yaitu Infeksi Luka Operasi (ILO) atau Surgical Site Infections (SSIs) (Munckhof, 2005). Selain itu, antibiotik profilaksis juga diberikan jika diperkirakan akan terjadi infeksi dengan resiko yang serius seperti pemasangan implant, pergantian sendi, dan operai yang lama (Mangram et al., 1999). Patogen yang umumnya ada pada fraktur terbuka (open fracture) adalah Staphylococcus, Streptococcus, Gram(-) bacilli, dan bakteri anaerob (Anonim, 2006).

Menurut Handbook of Antimicrobial Therapy 17th Edition tahun 2005, menyatakan bahwa patogen yang mungkin ada pada bedah orthopedic seperti fraktur terbuka adalah Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermis

sehingga antibiotika profilaksis yang direkomendasikan adalah sefazolin 1-2 g iv atau vankomisin 1 g iv. Fraktur terbuka (open fracture) derajat I dan II direkomendasikan sefazolin 1 g iv sebagai antibiotika profilaksis, sedangkan pada fraktur terbuka derajat III direkomendasikan kombinasi sefazolin 1 g iv dengan gentamisin 2 mg/kg sebagai antibiotika profilaksis dan bila pasien alergi golongan penisilin maka direkomendasikan klindamisin 600 mg (Anonim, 2006). Berdasarkan uraian di atas maka peneltian ini di lakukan untuk menganalisis penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien fraktur terbuka (open fracture). 1.2Rumusan Masalah

Bagaimana penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien fraktur terbuka (open fracture) di RSSA Malang

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui penggunaan antibiotika profilaksis pada fraktur terbuka (open fracture) di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

(4)

4

1.4Manfaat Penelitian

a. Sebagai database atau bahan informasi dalam rangka pengembangan farmasi klinik.

b. Sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan, terutama berkaitan dengan pelayanan farmasi klinik.

c. Sebagai bahan masukan bagi instalasi farmasi untuk menyusun perencanaan pengadaan obat.

(5)

i

SKRIPSI

RANDY TEJA PERMANA

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA

PROFILAKSIS PADA PASIEN FRAKTUR

TERBUKA (

Open Fracture

)

(Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(6)
(7)
(8)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Puji syukur tercurahkan kepada ALLAh SWT, Tuhan semesta alam karena berkat rahmad dan ridhonya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKA (Open Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang).

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari peranan pembimbing dan bantuan dari seluruh pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. ALLAH SWT, Tuhan semesta alam yang memberikan rahmat, nikmat dan hidayahNYA kepada umatnya, Rosulullah SAW, yang sudah menuntun kita menuju jalan yang lurus.

2. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep.,Sp.Kom selaku Dekan Fakultas ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan penulis belajar di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. dr. Budi Rahayu MPH selaku Direktur RSU Dr. Saiful Anwar Malang beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan penelitian di RSU Dr. Saiful Anwar Malang.

4. Ibu Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc.,Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberi motivasi dan kesempatan penulis belajar di Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.

(9)

v

memberi pengarahan dan dorongan moril sampai terselesaikannya skripsi ini.

6. Ibu Dra.Lilik Yusetyani.,Apt.,Ap.FRS dan Ibu Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc.,Apt. selaku Dosen Penguji I dan II, yang telah banyak memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Untuk semua Dosen Farmasi Universitas Muhamadiyah Malang yang sudah memberikan ilmunya dan waktunya, Pak Inoni, Pak Bambang, Almarhum Pak Hadi, Pak Rajaram, Pak Amir, Pak Ahyana, Pak Heru, Pak Pujon, Pak Harjana, Pak Hera, Bu Rofida, Bu Arin, Bu Enggrid, Bu Ina, Bu Dian, Bu Radit, Bu Retno, Bu Nikmah, Bu Sandy.

8. Untuk semua laboran Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang selalu baik dan memberikan makanan aslab, Mas Ferdi, Mas Dani, Mas Fendi, Mbak Susi, Mbak Bunga, Mbak Evi.

9. Untuk kedua orang tuaku tercinta, bapak Subandri dan Ibu Fajeriah yang tidak pernah menyerah membesarkan dan mendidik keempat anaknya sampai sekarang.

10. Untuk kakak-kakakku yang katanya orang-orang cantik, Mbak Intan, Mbak Ratih, dan Mbak Mega. Terima kasih atas dukungannya dan selalu memberiku uang dan makanan enak sampai sekarang.

11. Anak-anak Farmasi 2010 terima kasih telah menjadi temanku.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kebaikan skripsi ini. Semoga penulisan ini dapat berguna bagi penelitian berikutnya, amiin.

Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Malang, 27 Juni 2014 Penyusun

(10)

vi

RINGKASAN

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS PADA

PASIEN FRAKTUR TERBUKA (

Open Fracture

)

(Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

Fraktur didefinisikan sebagi terputusnya kontinuitas tulang akibat trauma atau akibat proses penyakit seperti osteoporosis yang menyebabkan fraktur-fraktur patologis. Pada tahun 2000 sampai 2010 organisasi kesehatan tingkat dunia WHO mencatat kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab patah tulang (fraktur) terbanyak. Menurut Badan Intelijen Negara Republik Indonesia pada tahun 2011 terjadi kasus kecelakaan sebanyak 109.776, dengan korban meninggal sebanyak 31.185 orang dan sisanya mengalami luka ringan dan luka berat seperti patah tulang. Berdasarkan Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang tahun 2009, mencatat terdapat 1.305 kasus fraktur yang berada pada urutan ketiga dari sepuluh penyakit terbanyak rawat inap.

Fraktur terbuka (open/compound), adalah bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka (open fracture) adalah patah tulang yang menembus kulit, dibagi menjadi 3 derajat, yaitu derajat I bila luka kurang dari 1cm atau luka kecil, derajat II luka lebih dari 1cm dan tidak banyak terjadi kerusakan jaringan, pada derajat III terjadi kerusakan yang luas pada kulit dan jaringan lunak. Derajat III dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu: derajat IIIA dimana jaringan lunak masih menutupi tulang yang patah, pada derajat IIIB jaringan lunak sudah tidak menutupi tulang yang patah, dan dikatakan derajat IIIC bila sudah terjadi kerusakan arteri (Apley & Solomon, 1995). Pada fraktur terbuka (open fracture) akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan rasa nyeri. Infeksi pada fraktur terbuka (open fracture) disebabkan adanya kontaminasi pada luka terbuka, hal tersebut dipicu dengan kondisi lingkungan luka seperti jaringan yang hancur dan mati, darah pada luka, serta benda asing yang menyebabkan kuman dapat berkembang biak.

Pada penatalaksanaan terapi fraktur terbuka empat hal penting yang perlu diberikan adalah antibiotika profilaksis, debridement urgent pada luka dan fraktur, stabilitas fraktur, penutupan luka segera secara definitif. Antibiotika profilaksis adalah antibiotik digunakan bagi pasien yang belum terkena infeksi, tetapi diduga mempunyai peluang besar untuk mendapatkannya, atau bila terkena infeksi dapat menimbulkan dampak buruk bagi pasien. Antibiotika profilaksis harus aman, bakterisid dan efektif melawan bakteri yang menyebabkan infeksi pada bedah

orthopedic. Menurut ASHP Therapeutic Guidelines patogen yang ada pada bedah

orthopedic adalah S.epidermidis (40% dari pasien yang terinfeksi), S. aureus

(53%), gram negatif bacilli (15%), bakteri anaerob (5%), dan lainnya (5%).

(11)

vii

(12)

viii

ABSTRACT

DRUG UTILIZATION STUDY OF ANTIBIOTIC

PROPHYLAXIS IN PATIENT OPEN FRACTURE

(Research at Hospital of Dr. Saiful Anwar Malang)

Background: Open fracture is there contact between bone fragment with outside environment because there is wound in skin. Antibiotic prophylaxis recommended to open fracture because its including contamination surgical.

Objectives: The study aims to determine pattern of antibiotic prophylaxis utilization in patients open fracture and to examine the relationship antibiotic prophylaxis therapy related to the kind, dose, and route of administration associated with clinical data at the Hospital of Dr. Saiful Anwar Malang.

Methods: The study is a retrospective observational with consecutive sampling method in patients open fracture from January 2012 to December 2013.

Result & Conclusion: This study there were 33 patients. all patients (100%) received antibiotic prophylaxis single dose. Patients open fracture with once surgical, there is 8 patients (47%) received antibiotic prophylaxis ceftriaxone 2 g iv and 6 patients (35%) received cefazolin 2g iv. Patients with twice surgical, there is 7 patients (44%) received antibiotic prophylaxis cefazolin 2g iv in both surgical and 6 patients (38%) received ceftriaxone 2g iv in both surgical.

(13)

ix

ABSTRAK

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS PADA

PASIEN FRAKTUR TERBUKA (

Open Fracture

)

(Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

Latar Belakang: Fraktur terbuka (open/compound) adalah terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka termasuk dalam operasi terkontaminasi sehingga antibiotika profilaksis sangat direkomendasikan.

Tujuan: untuk mengetahui pola penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien fraktur terbuka (open fracture) di RSU Dr. Saiful Anwar Malang dan mengkaji hubungan jenis antibiotika profilaksis terkait dosis dan rute pemberian yang dikaitkan dengan data klinik di RSU Dr. Saiful Anwar Malang.

Metode: Penelitian ini bersifat observational yaitu berupa studi retrospektif dengan metode consecutive sampling pada pasien fraktur terbuka (open fracture) periode 1 Januari 2012 sampai dengan 31 Desember 2013.

Hasil & Kesimpulan: Data yang didapatkan dari rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 33 pasien. Antibiotika profilaksis digunakan secara tunggal pada pasien fraktur terbuka (open fracture) sebesar 100% baik pada pasien yang menjalani satu kali operasi, atau operasi dua kali. Pasien fraktur terbuka (open fracture) yang menjalani satu kali operasi paling banyak diberikan seftriakson 2g rute iv 47%, pemberian sefazolin 2g rute iv sebanyak 35%, dan stabactam 1g rute iv sebesar (12%). Pasien yang menjalani operasi dua kali pemberian sefazolin 2g rute iv paling banyak (44%) baik pada operasi pertama maupun operasi kedua, seftriakson 2g rute iv sebanyak 38%.

(14)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Fraktur ... 5

2.1.1 Definisi Fraktur ... 5

2.1.2 Klasifikasi Fraktur ... 5

2.1.2.1 Fraktur Tertutup ... 5

2.1.2.2 Fraktur Terbuka ... 5

2.1.3 Etiologi Fraktur ... 8

2.1.4 Patofisiologi Fraktur... 9

2.1.5 Manifestasi Klinis Fraktur ……….10

2.1.6 Penatalaksanaan Terapi Pada Fraktur………10

2.1.6.1 Penatalaksanaan Terapi pada Fraktur Tertutup ... 11

2.1.6.2 Penatalaksanaan Terapi pada Fraktur Terbuka ... 11

2.2 Penggunaan Antibiotika Pada Fraktur Terbuka ... 12

2.2.1 Klasifikasi Antibiotika ... 12

2.2.2 Antibiotika Profilaksis ... 13

(15)

xi

2.2.4 Pemilihan Antibiotika Profilaksis ... 16

2.2.4.1 Antibiotika Golongan Sefalosporin ... 20

2.2.4.2 Antibiotika Golongan Aminoglikosida ... 25

2.2.4.3 Antibiotika Golongan Kuinolon ... 26

2.2.4.4 Antibiotika Golongan Lain-lain ... 27

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 30

BAB IV METODE PENELITIAN ... 34

4.1 Rancangan Penelitian ... 34

4.2 Populasi dan Sampel ... 34

4.2.1 Populasi ... 34

4.2.2 Sampel ... 34

4.2.3 Kriteria Data Inklusi ... 34

4.2.4 Kriteria Data Eksklusi ... 34

4.3 Bahan Penelitian ... 35

4.4 Instrumen Penelitian ... 35

4.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

4.6 Definisi Operasional ... 35

4.7 Metode Pengumpulan Data ... 36

4.8 Analisa Data ... 36

BAB V HASIL PENELITIAN ... 37

5.1 Jumlah Sampel Penelitian ... 37

5.2 Data Demografi Pasien ... 38

5.2.1 Jenis Kelamin ... 38

5.2.2 Usia Pasien ... 38

5.3 Penyebab Pasien Terdiagnosis Fraktur Terbuka ... 38

5.4 Penyakit Penyerta Pasien Fraktur Terbuka ... 39

5.5 Identifikasi Tingkat Derajat Fraktur Terbuka ... 39

5.6 Jumlah Operasi Pada Pasien Fraktur Terbuka ... 40

5.7 Profil Penggunaan Terapi Fraktur Terbuka ... 40

5.7.1 Profil Penggunaan Antibiotika Profilaksis ... 40

5.7.2 Profil Penggunaan Antibiotika Profilaksis Tunggal ... 41

(16)

xii

5.8 Lama Rawat Inap Pasien Fraktur Terbuka ... 43

5.9 Kondisi Keluar Rumah Sakit (KRS) Pasien Fraktur Terbuka ... 43

BAB VI PEMBAHASAN ... 44

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

7.1 Kesimpulan ... 53

7.2 Saran ... 53

(17)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman II.1 Rekomendasi antibiotika profilaksis pada bedah untuk mencegah ILO

(Infeksi Luka Operasi) ... 18

II.2 Klasifikasi operasi serta rekomendasi antibiotika profilaksis ... 18

II.3 Klasifikasi operasi ... 19

II.4 Pola kuman patogn penyebab infeksi di Ruang Rawat Infeksi RS Fatmawati Jakarta ... 20

II.5 Pola kuman patogen penyebab infeksi di RS. Dr Kariadi Semarang ... 20

V.1 Jenis Kelamin Pasien Fraktur Terbuka (Open Fracture) ... 38

V.2 Usia Pasien Pasien Fraktur Terbuka (Open Fracture) ... 38

V.3 Penyebab Pasien Terdiagnosa Fraktur Terbuka (Open Fracture) ... 39

V.4 Penyakit Penyerta Pasien Fraktur Terbuka (Open Fracture) ... 39

V.5 Tingkat Derajat Fraktur Terbuka (Open Fracture) ... 40

V.6 Jumlah Operasi Fraktur Terbuka (Open Fracture) ... 40

V.7 Profil Penggunaan Antibiotika Profilaksis Pasien Fraktur Terbuka (Open Fracture)... 40

V.8 Profil Penggunaan Antibiotika Profilaksis Tunggal Pasien Fraktur Terbuka yang Menjalani Satu Kali Operasi ... 41

V.9 Profil Penggunaan Antibiotika Profilaksis Tunggal Pasien Fraktur Terbuka yang Menjalani Dua Kali Operasi ... 41

V.10 Golongan Terapi yang Diberikan Pada Pasien Fraktur Terbuka (Open Fracture)... 42

V.11 Jenis Obat yang Diberikan Pada Pasien Fraktur Terbuka. ... 42

V.12 Lama Rawat Inap Pasien Fraktur Terbuka (Open Fracture) ... 43

(18)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Fraktur Terbuka Derajat I ... 6

2.2 Fraktur Terbuka Derajat II ... 7

2.3 Fraktur Terbuka Derajat III A ... 7

2.4 Fraktur Terbuka Derajat III B ... 7

2.5 Fraktur Terbuka Derajat III C ... 8

2.6 Patofisiologi Fraktur (Patah Tulang) ... 9

2.7 Struktur cincin -laktam sefalosporin ... 21

2.8 Penghambatan enzim transpeptidase oleh antibiotika -laktam …… ... 21

2.9 Perbedaan struktur kimia sefalosporin generasi pertama pada rantai R1 dan R2 ... 22

2.10 Perbedaan struktur kimia sefalosporin generasi kedua pada rantai R1 dan R2 ... 23

2.11 Perbedaan struktur kimia sefalosporin generasi ketiga pada rantai R1 dan R2 ... 23

2.12 Mekanisme kerja antibiotika golongan aminogikosida …… ... 25

2.13 Mekanisme kerja antibiotika golongan kuinolon …… ... 27

2.14 Mekanisme kerja klindamisin sama seperti eritromisin …… ... 28

3.1 Skema Kerangka Konseptual ... 32

3.2 Skema Kerangka Operasional ... 33

(19)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Riwayat Hidup……… ... 58

2. Surat Pernyataan……… ... 59

3. Surat Penghadapan Penelitian ... 60

4. Keterangan Kelayakan Etik ... 61

5. Daftar Nilai Normal Data Laboratorium ... 62

6. Lembar Pengumpul Data Pasien Fraktur Terbuka di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Saiful Anwar Malang ... 63

(20)

xvi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1999. ASHP therapeutic guidelines on antimicrobial prophylaxis in surgery. American Society of Health-System Pharmacists, Inc.

Anonim, 2005. Handbook of Antimicrobial Therapy. Edisi ke-17. New York: The Medical Letter, Inc. hal. 98-101.

Anonim, 2006. Antibiotic Prophylaxis in Surgery. Department of Surgical Education, Orlando Regional Medical Center.

Anonim, 2008. 104 Antibiotic Prophylaxis In Surgery. A National Clinical Guideline. Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Elliot House 8-10 Hillside Crescent, Edinburg.

Anonim, 2008. Surgical site infection. Prevention and treatment of surgical site infection. National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE). MidCity Place 71 High Holborn. London.

Anonim, 2010. Medical Use Manual: Guidline. New York Presbyterian Hospital.

Anonim, 2011. Antimicrobial Use Guidelines : University of Wisconsin Hospital and Clinics Pharmacy and Therapeutics Committee Department of Pharmacy Drug Policy Program. UWHC.

Anonim, 2013. ISO: Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 48. PT. ISFI Penerbitan, Jakarta.

Anonim, 2013. Recommendations for the Use of Intravenous Antibiotic Prophylaxis in Primary Total Joint Arthoplasty. American Association of Orthopaedic Surgeons, US.

Apley, A.Graham and Solomon Louis, 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Edisi ke-7, Jakarta: Widya Medika.

Bachoura, A., Guitton, T.G., Smith, R.M., Vrahas, M.S., Zurakaowski, D., and Ring, D., 2010. Infirmity and Injury Complexity are Risk Factors for Surgical-site Infection after Operative Fracture Cara. Clin Orthop Relat Res, p. 2621-2630.

Bratzler, D.W., and Houck, P.M., 2005. Antimicrobial Prophylaxis for Surgery: An Advisory Statement from the National Surgical Infection Prevention Project. Major Article Clinical Infectious Diseases (CID). No. 189, p. 395-404.

(21)

xvii

Bratzler, D.W., Houck, P.M., Richards, C., Steele, L., Dellinger, E.P., Fry, D.E., Wright, C., Ma, A., Carr, K., and Red, L., 2005. Use of Antimicrobial Prophylaxis for Major Surgery (Baseline Results From the National Surgical Infection Prevention Project). Arch Surg, Vol. 140. p. 174-182.

Bucholz, R.W., Heckman JD., Court-Brown CM., 2006. Rockwood & Green’s Fractures in Adults, 6th Edition. USA: Maryland Composition, p80-331. Carpenito, L.Jual, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta :EGC. Enzler, M.J., Berbari, E., and Osmon, D.R., 2011. Antimicrobial Prophylaxis in

Adults. Symposium On Antimcrobial Therapy. Mayo Clin Proc, Vol. 7.p. 686-701.

Fitrah Juni. 2011. Identifikasi Drug Related Problems Pada Pasien Fraktur Terbuka Grade IIIa Yang Diterapi Antiobiotika Dirawat Di Ruang Trauma Centre RSUP DR M Djamil Padang. Universitas Andalas. Padang.

Garrison, J.S., 2001. Dasar-Dasar Terapi dan Rehabilitas Fisik. Jakarta : Hipokrates.

Gilbert, D.N., Moellering, R.C., and Eliopoulus, G.M., 2010. The Sanford to Antimicrobial Therapy. Hal 177.

Gustilo, R.B., Gruninger RP., Tsukayama DT., 1989. Management of open fracture In: Orthopaedic Infection diagnosis and treatment. Philadelphia : W.B.Saunders Co, p.87-117.

Huotari, K., and Lyytikainen, O., 2006. Impact of Postdischarge Surveillance on the Rate of Surgical Site Infection After Orthopedic Surgery. Infection Control And Hospital Epidemiology, Vol. 27, No. 12.

Katzung, B.G., 2006. Basic And Clinical Pharmacology. Edisi ke-10, San Francisco : McGraw-Lange, section 7.

Luchetta, F.A., Bone, L.B., Born, C.T., DeLong, W.G., Hoff, W.S., Mullins, D., Palumbo, F., Pasquale, M.D., 2000. East Practice Management Guidelines Work Group: Practice Management Guidlines For Prophylactic Antibiotic Use In Open Fractures. Department of Surgery.

Mangram, A.J., Horan T.C., Pearson M.L., Silver L.C., Jarvis W.R., 1999. Guideline for Prevention of Surgical Site Infection, Centers for Disease Control and Prevention Public Health service US, p.97-129.

Mansjoer, A., (2002), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica Aescupalius, Jakarta.

(22)

xviii

Neal, M.J., 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Edisi ke-5, Jakarta: Penerbit Erlangga, hal. 80-84.

Okike, K., Kocher, M.S., Mehlman, C.T., Heckman, J.D., and Bhandari, M., 2006. Publication Bias In Othropaedic Research : An Analysis of Scientific factors Associated with Publication in The Journal of Bone and Joint Surgery (American Volume). The Journal of Bone and Joint Surgey Inc, Needham, USA, No. 3, p. 593-601.

Ostermann, P.A.W., David, S., Henry, S.L., 1995. Local Antibiotic Therapy For Severse Open Fractures. British Editorial Society of Bone and Joint Surgery, Vol. 77 No.1.

Petri, W.A., 2006. Antibiotic. In: Brunton, L., Chabner, B., and Knollman, B. Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basic of Therapeutic. Edisi k2-11, New York : McGraw-Hill, chapter 43-45.

Price, S.A., and Lorraine, M.W., 1994. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : ECG.

Reeves, C.J., and Lockhart, R., 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Buku I, Jakarta : Selemba Medika.

Refdanita, Maksum, R., dan Endang, P., 2004. Pola Kepekaan Kuman Terhadap Antbiotika Di Ruang Rawat Intensif Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 2001-2002. Makara Kesehatan, Vol. 8 No. 2. p. 41-48.

Reidy, D., and Murray, P., 1997.Open fracture and fractures with soft tissue injuries, classification and principle of management. Beaumont Hospital, Dublin. Irish J of Orthopaedic Surgery an Trauma, p. 1-18.

Rightmire E., Zurakowski D., and Vrahas, M., 2008. Acute Infections After Fracture Repair: Management With Hardware in Place. The Association of Bone and Joint Surgeons. p. 466-472.

Rochanan, A.H., 2003. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Pada Patah Tulang. Undip, Semarang.

Salter, R.B., 1999. Treatment for open fractures. In : Textbook of disorders and injuries of the musculoskeletal system. Third ed. Baltimor : The Williams & Wilkins Co.

Sjamsuhidayat, de Jong., 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG, hal.959-1083.

Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart. Jakarta : ECG.

(23)

xix

Stevenson, J., Mcnaughton, G., and Riley, J., 2003. The Use Of Prophylactic Flucloxacillin In Treatment Of Open Fractures Of The Distal Phalanx Within An Accident And Emergency Department: A Double-Blind Rondomized Placebo-Controlled Trial. Glasgow Caledonian University, Glasgow, UK, Vol. 28. No. 5, p. 388-394.

Wahjono, H., 2007. Peran Mikrobiologi Klinik Pada Penangan Penyakit Infeksi. Semarang : Pidato Pengukuhan.

Weinstein, R.A., 1998. Nosocomial Infection Uptade. Chicago, Illinois, USA : Cook Country Hospital & Rush Medical College.

Wininger, D.A., and Fass, R.J., 1996. Antibiotic-Impregnated Cement and Beads for Orthopedic Infections. Department of International Medicine, The Ohio State University College of Medicine, Columbus, Ohio. p. 2675-2679.

Anonim, 2007. Hasil Tes Lab Normal. http:www.spiritia.or.id/. Diakses tanggal 17 Januari 2014.

Anonim, 2014. Badan Interlijen Negara. http:www.bin.go.id/. Diakses tanggal 2 Juni 2014

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur atas segala nikmat Allah SWT, Tuhan semesta alam, karena berkat rahmat serta ridhonya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “STUDI PENGGUNAAN

Puji syukur tercurahkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam karena berkat rahmad dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul STUDI PENGGUNAAN

Puji syukur tercurahkan kepada Allah SWT, Sang Semesta Alam berkat rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ STUDI

Puji syukur tercurahkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam karena berkat rahmat serta ridloNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “STUDI

Puji syukur tercurahkan kepada ALLAH SWT, Tuhan semesta alam karena berkat rahmad dan ridhonya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH KADAR HPMC 2910

Puji syukur tercurahkan kepada ALLAh SWT, tuhan semesta alam karena berkat rahmat dan ridhonya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul HUBUNGAN TINGKAT

Puji syukur tercurahkan kepada Allah SWT, tuhan semesta alam karena berkat rahmad dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul STUDI PENGGUNAAN

Puji syukur tercurahkan hanya kepada ALLAH SWT, tuhan semesta alam karena berkat rahmad dan ridhonya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Profil Peresepan